Kontrol Proses I I. Tujuan Percobaan : 1.Mengetahui pengertian dari kontrol proses 2.Mengetahui tentang aplikasi dari kontrol proses 3.Mengetahui komponen-komponen pada kontrol proses II. Alat-alat : 1.Modul simulasi boiler 2.Motor induksi 1 fasa 3.Kontaktor 4.Relay 5.PLC 6.Software Syswin 7.Komputer 8.Kabel-kabel III. Teori Dasar : Kontrol proses merupakan salah satu aplikasi yang menggunakan sistem kontrol. Pada umumnya kontrol proses lebih sering digunakan pada bidang industri. Jenis- jenis proses yang dilakukan dalam industri pembuatan modern dapat dikelompokkan menjadi tiga-bagian pokok, dalam istilah jenis operasi yang terjadi, adalah: 1. Proses kontinyu 2. Produksi batch
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kontrol Proses I
I. Tujuan Percobaan :
1. Mengetahui pengertian dari kontrol proses
2. Mengetahui tentang aplikasi dari kontrol proses
3. Mengetahui komponen-komponen pada kontrol proses
II. Alat-alat :
1. Modul simulasi boiler
2. Motor induksi 1 fasa
3. Kontaktor
4. Relay
5. PLC
6. Software Syswin
7. Komputer
8. Kabel-kabel
III. Teori Dasar :
Kontrol proses merupakan salah satu aplikasi yang menggunakan sistem
kontrol. Pada umumnya kontrol proses lebih sering digunakan pada bidang
industri. Jenis-jenis proses yang dilakukan dalam industri pembuatan modern
dapat dikelompokkan menjadi tiga-bagian pokok, dalam istilah jenis operasi yang
terjadi, adalah:
1. Proses kontinyu
2. Produksi batch
3. Produksi individual
Proses kontinyu adalah proses di mana bahan dasar masuk dari satu ujung
sistem dan produk yang diselesaikan keluar dari ujung sistem yang lain; proses itu
sendiri berjalan terus-menerus. Proses berlangsung kontinyu selama periode
waktu yang relatif lama. Periode waktu dapat diukur dalam menit, hari atau
bahkan bulan, tergantung pada proses itu.
Pemrosesan tumpukan (batch) tidak ada aliran bahan produksi dari satu
bagian proses ke bagian yang lain. Malahan, seperangkat jumlah dari masing--
masing input pada proses diterima dalam tumpukan, dan kemudian beberapa
operasi dilakukan pada tumpukan untuk menghasilkan produk akhir atau produk
intermediate yang membutuh-kan proses berikutnya. Proses tersebut dilakukan,
produk yang selesai disimpan, dan tumpukan produksi yang lain dihasilkan. Tiap
batch produk kemungkinan berbeda. Salah satu contoh proses tumpukan (batch)
adalah ketika dua bahan ramuan ditambahkan bersama, dicampur, dipanaskan,
bahan ramuan ketiga ditambahkan, diproses dan kemudian disimpan.
Proses produksi produk individual adalah yang paling umum dari semua
sistem pemrosesan. Dengan proses pembuatan ini, sederetan operasi menghasil-
kan produk output yang bermanfaat. Item yang sedang diproduksi kemungkinan
perlu dibengkok-kan, dilubangi, dilas dan sebagainya, pada langkah yang berbeda
pada proses tersebut.
Mesin yang mula-mula dikontrol secara mekanis, kemudian dikontrol
secara elektro-mekanis dan sekarang sering dikontrol sepenuhnya dengan sarana
listrik atau elektronis melalui kontrol logika yang dapat diprogram (PLC) atau
komputer.
Sedangkan untuk konfigurasi kontrol yang mungkin meliputi kontrol
individual, kontrol terpusat, dan kontrol terdistribusi. Kontrol individual
digunakan untuk mengontrol mesin tunggal. Jenis kontrol ini umumnya tidak
memerlukan komunikasi dengan kontrol yang lain. Gambar dibawah ini
menunjukkan aplikasi kontrol individual untuk suatu industri yang membuat
aluminium, handrails aluminium untuk aplikasi indoor dan outdoor. Operator
memasukkan panjang masukan dan menghitung tumpukan melalui panel kontrol
interface operator dan kemudian menekan tombol start untuk memulai proses.
Panjang rel sangat bervariasi. Operator perlu memilih panjang rel dan nomor rel
untuk memotong.
Gambar Kontrol Individual
Kontrol terpusat digunakan apabila beberapa mesin atau pemroses
dikontrol oleh satu pengontrol pusat. Tata letak kontrol menggunakan sistem
kontrol besar tunggal untuk mengontrol banyak proses dan operasi
pemanufakturan yang beraneka ragam. Tiap langkah individual pada proses
pembuatan ditangani dengan pengontrol sistem kontrol pusat. Tidak ada per-
tukaran status pengontrol atau data-data yang dikirimkan ke pengontrol yang lain.
Beberapa proses memerlukan kontrol pusat karena kompleksnya pendesen-
tralisasian tugas kontrol menjadi tugas kontrol yang lebih kecil. Satu kelemahan
dari kontrol terpusat adalah bahwa jika kontrol utama gagal, maka seluruh proses
terhenti.
Gambar Kontrol Terpusat
Sistem kontrol-terpusat, khususnya bermanfaat pada pabrik pemroses
besar yang saling bergantung, di mana banyak pemroses yang beragam harus
dikontrol untuk penggunaan fasilitas dan bahan dasar yang efisien. Sistem ini juga
menyediakan titik sentral di mana tanda-bahaya dapat dimonitor dan proses dapat
diubah tanpa memerlukan perjalanan yang terus berlangsung di seluruh pabrik.
Sistem kontrol distributif (distributive control system = DCS) berbeda
dengan sistem-terpusat yang masing-masing mesin ditangani oleh sistem kontrol
yang ditetap-kan (dedicated). Masing-masing kontrol-dedicated seluruhnya
independen dan dapat dipindahkan dari skema kontrol keseluruhan jika tidak
melakukan fungsi pembuatan.
Kontrol distributif melibatkan dua komputer atau lebih yang
berkomunikasi satu sama lain untuk mencapai tugas kontrol yang lengkap. Jenis
kontrol ini memakai local area network (LAN) di mana beberapa komputer
mengontrol tingkatan atau proses yang berbeda-beda secara lokal dan secara
terus-menerus bertukar informasi dan pelaporan status proses. Komunikasi antar
komputer dilakukan melalui kabel koaksial tunggal atau optik fiber pada
kecepatan yang sangat tinggi.
Karena fleksibilitasnya, sistem kontrol distributif muncul sebagai sistem
pilihan untuk pemakaian yang luas dari persyaratan otomatisasi pemrosesan
tumpukan dan kontinu. Kontrol distributif mengijinkan distribusi tugas yang
memproses di antara beberapa elemen kontrol. Daripada hanya satu komputer di-
letakkan pada titik-kontrol pusat yang mengerjakan semua pemrosesan, masing - -
masing pengontrol loop setempat yang ditempatkan sangat dekat dengan titik
yang sedang dikontrol, telah mempunyai kemampuan pemrosesan. Operator
komputer jarak jauh yang mengawasi sistem dapat ditempatkan agak jauh dari
lingkungan industri pada kondisi bebas debu dan suhu yang terkontrol. Tiap PLC
mengontrol mesin atau pemroses asosiasinya. Tergantung proses, pada banyak
contoh, pada saat PLC gagal tidak akan menghentikan sistem secara keseluruhan.
Gambar Sistem Kontrol Distributif (DCS)
Komponen-komponen pendukung kontrol proses :
Sensor
a. Menyediakan input dari proses dan dari lingkungan eksternal
b. Mengubah informasi fisik misalnya suhu, tekanan, laju aliran dan posisi untuk
sinyal listrik
c. Terkait dengan variabel fisik pada cara yang diketahui sehingga sinyal
listriknya dapat digunakan untuk memonitor dan mengontrol proses.
Gambar Sensor
Gambar Limit Switch
Kontaktor Magnetis
Kontaktor magnetis adalah alat yang digerakkan secara magnetis untuk
penghubungan rangkaian daya listrik berulang-ulang. Di mana kontaktor tersebut
akan bekerja apabila pada kumparan diberi energi. Tidak seperti relay, kontaktor
dirancang untuk menyambung dan membuka rangkaian daya listrik tanpa
merusak. Beban-beban tersebut meliputi lampu, pemanas, transformator,
kapasitor, dan motor listrik, yang untuk itu pelindung beban lebih dipasang secara
terpisah atau tidak diperlukan.
Gambar Kontaktor
Kontaktor yang dioperasikan secara elektromagnetis adalah satu
mekanisme yang paling bermanfaat yang pernah dirancang untuk penutupan dan
pembukaan rangkaian listrik. Salah satu aplikasinya adalah Kontaktor digunakan
untuk saklar daya ON dan OFF pada pompa, panel distribusi serta juga kontaktor
digunakan pada alat pilot untuk mengontrol suhu dan level cairan dari tangki.
Aplikasi tersebut juga dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar Contoh Aplikasi Penggunaan Kontaktor
Keuntungan penggunaan kontaktor magnetis sebagai pengganti peralatan
kontrol yang dioperasikan secara manual meliputi hal berikut:
1. Pada pananganan arus besar atau tegangan tinggi, sulit untuk membangun alat
manual yang cocok. Lebih dari itu, alat seperti itu besar dan sulit
mengoperasikan-nya. Sebaliknya, akan relatif sederhana untuk membangun
kontaktor magnetis yang akan menangani arus yang besar atau tegangan tinggi,
dan alat manual harus mengontrol hanya kumparan dari kontaktor.
2. Kontaktor memungkinkan operasi majemuk dilaksanakan dari satu operator
(satu lokasi) dan diinterlocked untuk mencegah kesalahan dan bahaya operasi.
3. Pengoperasian yang harus diulang beberapa kali dalam satu jam, dapat di
gunakan kontaktor untuk menghemat usaha. Operator secara sederhana harus
menekan tombol dan kontaktor akan memulai urutan event yang betul secara
otomatis.
4. Kontaktor dapat dikontrol secara otomatis dengan alat pilot yang sangat peka.
Alat pilot ini menurut sifat dasarnya terbatas pada daya dan ukuran, dan akan
sulit membuat desainnya untuk menangani arus besar secara langsung.
5. Tegangan yang tinggi dapat diatasi dengan kontaktor dan menjauhkan
seluruhnya dari operator, sehingga meningkatkan keselamatan/keamanan
instalasi. Operator juga tidak akan berada di sekitar bunga api daya-tinggi yang
selalu menjadi sumber bahaya dari kecelakaan akibat kejutan listrik,
kebakaran, atau mungkin luka pada mata.
6. Dengan kontaktor peralatan kontrol dapat dipasangkan pada titik yang jauh.
Satu-satunya ruang yang diperlukan dekat mesin adalah ruangan untuk tombol
tekan. Hal ini memungkinkan mengontrol satu kontaktor dari banyak tombol-
tekan seperti yang dikehendaki, dengan hanya menjalankan sedikit kawat
lampu kontrol antara station.
7. Dengan kontaktor, kontrol otomatis dan semi otomatis mungkin dilakukan
dengan peralatan seperti kontrol logika yang dapat diprogram (programmable
logic controller = PLC).
Kemasan kontaktor yang dipakai untuk tempat-tempat yang berbahaya
sangat mahal, tetapi penting untuk beberapa pemakaian. Tutup atau kemasan yang
dipakai pada lokasi berbahaya, yang tahan ledakan melibatkan bahan yang
ditempa atau dicor dan segel khusus dengan toleransi yang tepat dan presisi.
Kemasan yang tahan ledakan dirancang supaya ledakan di dalam tidak akan
merusakkan kemasan. Jika ledakan intemal meng-hembus dan membuka ke-
masan, terjadi bahaya ledakan daerah umum dan api. Kemasan untuk lokasi yang
berbahaya diklasifikasikan menjadi dua katagori:
a. Uap gas (asetelin, hidrogen, bensin dan sebagainya)
b. Debu yang mudah terbakar (debu logam, debu arang, debu butir dan
sebagainya)
Untuk semua industri listrik dan elektronis, kemasan harus mengikuti
standar untuk memenuhi kebutuhan kondisi lokasi. Meskipun kemasan dirancang
untuk memberi perlindungan pada berbagai situasi, pengawatan intemal dan