-
Penatalaksanaan Anestesi UmumOperasi Trepanasi pada SDH Oleh:
Septika Purnastuti HapsariLeni Karlina HakimRizky Dwidya
AmirtasariPembimbing: dr. Anas Makhfud, SpAn. dr. Orizanov Mahisa,
Sp.An.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2014
-
BAB I LAPORAN KASUS
-
Identitas pasien Nama : Ny. ZUmur : 42 tahunBB: 50 kgJK:
Perempuan Alamat : Sumengko RT 4 RW 2 LamonganTgl pmx: 15 Maret
2014
-
Resume Ax dengan KU: Penurunan Kesadaran
-
Pemeriksaan fisikVital Sign Kondisi umum: tidak sadarGCS: 115TD:
126/75 mmHgNadi: 85x/menitRR : 32x/menitT: 36,4C
-
Pemeriksaan penunjang
-
Foto thoraks
-
Foto CT-scan
-
Terapi IGDNRM 8 lpmIvfd assering 1500 cc/24 jam 20 tts/menitInj
Ranitidin 2x1 amp ivInj. Metamizol 3x1 amp ivInj. Ondansetron 8mg
ivInj. Citikolin 3x250 mg ivInj. Manitol 20% 200cc loadingInj.
Fenitoin 400mg loadingInj. Ceftriaxon 2 gram iv (sebelum
operasi)
-
Diagnosis: COB + SDH + fraktur FTP sinistraTindakan:
TrepanasiPROGNOSISDubia ad MalamKESIMPULAN PEMERIKSAAN FISIKStatus
ASA I (E)
-
LAPORAN ANESTESI
Status AnestesiPersiapan AnestesiInformed concentStop makan dan
minumPenatalaksanaan AnestesiJenis anestesi: General Anestesi
(GA)Status Fisik: ASA III EVital Sign:TD : 126/78 mm HgN : 85
x/menitS : 36,4 CR: 32x/menit
-
Premedikasi : Midazolam 2mgInduksi Anestesi: Propofol 100mg
Relaksasi: Rocuronium 30 mgMaintenance anestesi: Propofol,
Fentanyl, O2Obat lain: Ranitidin, as tranexamatIntubasi : 1.
Laringoskop grade: 1 2. Tube: oral 7 cuff (+)Respirasi:Terkontrol
dengan tanganPosisi:Supine, noleh Monitoring : Tanda vital selama
operasi tiap 5 menit, kedalaman anestesi,cairan, perdarahan
-
Infus: Ringerfudin 1000ccPemantauan selama anestesi :Mulai
anestesi:24.30Mulai operasi:24.50Operasi Selesai:03.05
-
Cairan yang masuk durante operasi :Ringerfudin : 1000 ccBB : 50
kg, durante operasi 120 menit, puasa 6 jam, bleeding 300 cc, stress
: operasi besarTerapi cairan yang diberikan :Maintenance 2 cc/
kgBB/ Jam2 x 50 = 100 cc/jamPengganti puasa 6 jam2 cc/kgBB/jam
puasa50 x 2 = 100 cc/jam, jadi defisit puasa 6 jam = 600ccStress
operasi berat8cc / kgBB/ jam8x 50 kg= 400 cc/jamEBV70 x 50 kg =
3500 ccBleeding 300 cc, maka diberikan cairan kristaloid 900 cc
1200 cc
-
Pemberian cairan:Jam I : puasa + maintanance + stress operasi +
cairan kristaloid600 + 100 + 400 + (900 sampai 1200 cc) = 1550 cc
1700 ccJam II : puasa + maintanance + stress operasi + cairan
kristaloid600 + 100 + 400 + (900 sampai 1200 cc) = 1325 cc 1400
ccJam III : puasa + maintanance + stress operasi + cairan
kristaloid600+ 100 + 400 + (900 sampai 1200 cc) = 1325 cc 1400
cc
-
Tata laksana anestesi
-
Monitoring Selama Anestesi
JamTensiNadiSaO224.30140/8478100%24.35130/7079100%24.40115/6575100%24.4598/6072100%24.5097/6574100%24.55125/6876100%01.00134/9470100%01.05118/7571100%01.10116/7978100%01.15135/9090100%01.20131/8784100%01.25125/7385100%01.3098/6071100%
-
01.3599/7279100%01.40102/7781100%01.45105/7581100%01.50104/7778100%2.00109/5375100%2.1090/7079100%2.20102/7579100%2.30104/7776100%2.40109/7177100%2.50104/7276100%3.00101/6875100%3.05108/7179100%
-
Instruksi pasca anestesi
-
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
-
DEFINISI CIDERA KEPALACedera Kepala adalah setiap trauma pada
kepala yang menyebabkan cedera pada kulit kepala, tulang tengkorak
maupun otak.
-
KLASIFIKASI
-
Anastesi pada cidera kepalaPertimbangan utama dalam memilih obat
anestesi pengaruhnya terhadap TIKKetamin Anastesi inhalasi halotan
meninggikan aliran darah serebral, tetapi aman pada dosis rendah
Kombinasi yang umum digunakan adalah nitrous oksida (50-70 % dengan
oksigen), relaksan otot intravena, dan tiopental.
-
Penatalaksanaan intubasi pada pasien dengan peningkatan tekanan
intracranial
Primary survey ABCDEElevasi kepala 30Intubasi ( GCS < 8 )
-
Aanastesi UmumAnestesi umum anestesi yang sering digunakan dan
dapat disesuaikan dengan jumlah terbesar pembedahan, karena dengan
anestesi ini jalan nafas dapat terus dipertahankan dan nafas dapat
dikontrol.
-
Persiapan Pra anastesiTujuan : Mempersiapkan mental dan fisik
secara optimalMerencanakan dan memilih tehnik serta obat obat
anestesi yang sesuai dengan fisik dan kehendak pasienMenentukan
status fisik penderita dengan klasifikasi ASA (American Society
Anesthesiology).
-
Macam-macam teknik anestesi :
No.TeknikResevoir bagValveRebreathingSoda lime1.Open____2.Semi
open++__3.Semi closed++++4.Closed++++
-
Klasifikasi ASA (American Society Anesthesiology) dalam
menentukan status fisik penderita
-
Untuk operasi cito, ASA ditambah huruf E (Emergency) terdiri
dari kegawatan otak, jantung, paru, ibu dan anak.
-
Pemeriksaan pra operasi anestesi AnamnesisIdentifikasi
pasienKeluhan saat ini dan tindakan operasi yang akan
dihadapi.Riwayat penyakit yang sedang/pernah diderita yang dapat
menjadi penyulit anestesi seperti alergi, DM, dllRiwayat
obat-obatan yang meliputi alergi obat, dan obat yang sedang
digunakan dan dapat menimbulkan interaksi dengan obat anestetik
Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.RPSos : merokok, minum
alkohol, obat penenang, narkotikRPK : hipertensi maligna.Riwayat
berdasarkan sistem organ yang meliputi keadaan umum, pernafasan,
kardiovaskular, ginjal, gastrointestinal, hematologi, neurologi,
endokrin, psikiatrik, ortopedi dan dermatologi.
-
Pemeriksaan Fisik
Keadaan psikis : gelisah,takut, kesakitanKeadaan giziTinggi dan
berat badan memperkirakan dosis obat, terapi cairan yang
diperlukan, serta jumlah urin selama dan sesudah
pembedahan.Frekuensi nadi, tekanan darah, pola dan frekuensi
pernafasan, serta suhu tubuh.Jalan nafas (airway) adanya trismus,
keadaan gigi geligi, adanya gigi palsu, gangguan fleksi ekstensi
leher, deviasi ortopedi dan dermatologi, dan mallampati.
Jantung evaluasi kondisi jantungParu-paru melihat adanya
dispneu, ronki dan mengiAbdomen melihat adanya distensi, massa,
asites, hernia, atau tanda regurgitasi.Ekstremitas untuk melihat
adanya perfusi distal, sianosis, adanya jari tabuh, infeksi kulit,
untuk melihat di tempat-tempat pungsi vena atau daerah blok saraf
regional.
-
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainLab rutin
:Pemeriksaan lab. DarahUrine : protein, sedimen, reduksiFoto
rongten ( thoraks )EKG
Pemeriksaan khusus, dilakukan bila ada indikasi :EKG pada
anakSpirometri pada tumor paruTes fungsi hati pada ikterusFungsi
ginja lpada hipertensiAGD, elektrolit.
-
Premedikasi AnestesiPremedikasi anestesi adalah pemberian obat
sebelum anestesi dilakukanTujuan : memberikan rasa nyaman bagi
pasienmembuat amnesia, memberikan analgesiamencegah
muntahmemperlancar induksi,mengurangi jumlah obat obat
anestesimenekan reflek reflek yang tidak diinginkan, mengurangi
sekresi kelenjar saluran nafas
Pertimbangkan :umur pasien berat badanstatus fisik,derajat
kecemasan riwayat pemakaian obat anestesi sebelumnya riwayat
penggunaan obat tertentu yang berpengaruh terhadap jalannya
anestesi, perkiraan lamanya operasi, macam operasi, dan rencana
anestesi yang akan digunakan.
-
Obat obat yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah
:Golongan hipnotik sedatif : Barbiturat, Benzodiazepin,
Transquilizer.Analgetik narkotik : Morfin, Petidin,
Fentanil.Neuroleptik : Droperidol, Dehidrobenzoperidol.Anti
kolinergik : Atropin, Skopolamin.
- Sulfas Atropin golongan anti kolinergik. Berguna
-
Midazolam : Merupakan benzodiapin kerja cepat yang bekerja
menekan SSP. Midazolam memiliki onset yang lebih cepat , eliminasi
waktu paruh yang lebih pendek (2-4 jam), serta kurva dosis
responsif yang lebih curam daripada benzodiazepin lain yang
tersedia. Pada dewasa tidak melebihi 2,5 mg IV 5-10 menit sebelum
permulaan operasi, pada orang tua dosis harus diturunkan 1- 1,5 mg
dengan total dosis tidak melebihi 3,5 mg IV.
Fentanil Fentanil merupakan salah satu preparat golongan
analgesik opioid dan termasuk dalam opioid potensi tinggi dengan
dosis 100-150 mcg/kgBB, termasuk sufentanil (0,25-0,5 mcg/kgBB).
Dosis fentanyl dan sufentanil yang lebih rendah telah digunakan
sebagai premedikasi dan sebagai suatu tambahan baik dalam anestesi
inhalasi maupun intravena untuk memberikan efek analgesi
perioperatif.
-
Ondansetron Merupakan suatu antagonis 5-HT3 yang sangat efektif
yang dapat menekan mual dan muntah. Dosis ondansentron yang
biasanya diberikan untuk premedikasi antara 4-8 mg/kgBB.
-
Induksi AnestesiInduksi merupakan saat dimasukkannya zat
anestesi sampai tercapainya stadium pembedahan (III) yang
selanjutnya diteruskan dengan tahap pemeliharaan anestesi untuk
mempertahankan atau memperdalam stadium anestesi setelah
induksi.
-
Macam-macam stadium anestesi :Stadium I (analgesia) mulai
pemberian zat anestesi sampai dengan hilangnya kesadaran .mengikuti
perintah, rasa sakit hilang.Stadium II ( Delirium ) mulai hilangnya
kesadaran sampai dengan permulaan stadium bedah.gerakan tidak
menurut kehendak, nafas tidak teratur, midriasis, takikardi.
-
Stadium III (Pembedahan)Tingkat 1: nafas teratur spontan,
miosis, bola mata tidak menurut kehendak, nafas dada dan perut
seimbang.Tingkat 2: nafas teratur spontan kurang dalam, bola mata
tidak bergerak, pupil mulai melebar, mulai relaksasi otot.Tingkat
3: nafas perut lebih dari nafas dada, relaksasi otot
sempurna.Tingkat 4: nafas perut sempurna, tekanan darah menurun,
midriasis maksimal, reflek cahaya ( - )
Stadium IV (Paralisis) : Nafas perut melemah, tekanan darah
tidak terukur, denyut nadi berhenti dan meninggal.
-
Propofol derivat isoprofilfenol yang digunakan untuk induksi dan
pemeliharaan anestesi umum. Pemberian IV ( 2 mg/kg BB ) menginduksi
anestesi secara cepat seperti Tiopental. Propofol merupakan obat
induksi anestesi cepat. Obat ini didistribusikan cepat dan
dieliminasi secara cepat. Hipotensi terjadi sebagai akibat depresi
langsung pada otot jantung dan menurunnya tahanan vaskuler
sistemik. Propofol tidak mempunyai efek analgesik.Ketamine
Mempunyai sifat analgesik, anestetik dan kataleptik dengan kerja
singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik tetapi
lemah untuk sistem viseral. Ketamin dapat meningkatkan tekanan
darah, frekuensi nadi dan curah jantung sampai 20%. Untuk induksi
ketamin diberikan secara IV dengan dosis 2 mg/kgBB (1-4,5 mg/kgBB)
dalam waktu 60 detik; stadium operasi dicapai dalam 5-10 menit.
Untuk mempertahankan anestesi dapat diberikan dosis ulangan
setengah dari semula. Ketamin IM untuk induksi diberikan 10 mg/kgBB
(6,5-13 mg/kgBB), stadium operasi terjadi dalam 12-25 menit.
-
Pemeliharaan AnestesiMaintenance atau pemeliharaan adalah
pemberian obat untuk mempertahankan atau memperdalam stadium
anestesi setelah induksi.
Sevofluran (Ultane) halogenasi eter. Induksi dan pulih dari
anestesi lebih cepat dibanding dengan isofluran. Baunya tidak
menyengat dan tidak merangsang jalan napas. Efek terhadap
kardiovaskuler cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia. Efek
terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporan
toksik terhadap hepar. Setelah pemberian dihentikan, sevofluran
cepat dikeluarkan oleh badan.
-
Dinitrogen Oksida/Gas Gelak/N2O gas yang tidak berwarna, berbau
amis, dan tidak iritasi. Mempunyai sifat anestesi yang kurang kuat,
tetapi dapat melalui stadium induksi dengan cepat, karena gas ini
tidak larut dalam darah. Terhadap SSP menimbulkan analgesi yang
berarti. Depresi nafas terjadi pada masa pemulihan, hal ini terjadi
karena Dinitrogen Oksida mendesak oksigen dengan ruanganruangan
tubuh. Penggunaan biasanya dipakai perbandingan atau kombinasi
dengan oksigen.
-
Obat Pelumpuh Otot (Muscle Relaxant)Obat penghambat transmisi
neuromuscular sehingga menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka.
Menurut mekanisme kerjanya, obat ini dibagi menjadi 2 golongan
yaitu obat penghambat secara depolarisasi resisten, misalnya
suksinil kolin, dan obat penghambat kompetitif atau non
depolarisasi , misal kurarin.
-
Dua golongan obat pelumpuh otot:Ada fasikulasi ototBerpotensiasi
dengan antikolinesteraseTidak menunjukkan kelumpuhan bertahap pada
perangsangan tunggal atau tetanikBelum dapat diatasi dengan obat
spesifikKelumpuhan berkurang dengan penambahan obat pelumpuh otot
non depolarisasi dan asidosisContoh: suksametonium (suksinil
kolin)
Tidak ada fasikulasi ototBerpotensiasi dengan hipokalemia,
hipotermia, obat anestetik inhalasi, eter, halothane, enfluran,
isofluraneMenunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan
tunggal atau tetanikDapat diantagonis oleh antikolinesteraseContoh:
tracrium (atrakurium besilat), pavulon (pankuronium bromida),
norkuron (pankuronium bromida), esmeron (rokuronium bromida).
Depolarisasi. Non depolarisasi
-
Succynil Choline Merupakan pelumpuh otot depolarisasi dengan
mula kerja cepat. Komplikasi dan efek samping dari obat ini adalah
bradikardi, bradiaritma dan asistole, takikardi dan takiaritmia,
peningkatan tekanan intra okuler, hiperkalemi dan nyeri otot
fasikulasi. Dosis untuk inhalasi 1 2 mg / kgBB.
Atrakurium besilat (Tracrium) Merupakan obat pelumpuh otot non
depolarisasi berasal dari tanaman Leontice
Leontopeltatum.Keunggulan atracurium : metabolisme terjadi di dalam
darah, tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang, tidak
menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskular yang bermaknaDosis
intubasi: 0,5 - 0,6 mg / Kg BB / IVDosis relaksasi otot : 0,5 0,6
mg / Kg BB / IVDosis pemeliharaan: 0,1 0,2 mg / Kg BB / IV
-
Analgetik
Ketorolac Cara kerja ketorolac ialah menghambat sintesis
prostaglandin di perifer tanpa mengganggu reseptor opioid di system
saraf pusat. Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam
sesuai kebutuhan. Untuk pasien normal dosis sehari dibatasi
maksimal 90 mg dan untuk berat < 50 kg, manula atau gangguan
faal ginjal dibatasi maksimal 60 mg.Sediaan: dalam ampul 5mg / 5ml
Pemberian: IM atau IV
-
INTUBASI TRAKEAMerupakan suatu tindakan memasukkan pipa khusus
ke dalam trakea, sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas
mudah di monitor dan dikendalikan.
Tindakan intubasi trakea ini bertujuan untuk :Mempermudah
pemberian anestesi.Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas dan
demi kelancaran pernafasan.Mencegah kemungkinan aspirasi
lambung.Mempermudah penghisapan sekret trakheobronkial.Untuk
pemakaian ventilasi yang lama.Mengatasi obstruksi laring akut.
-
TERAPI CAIRANTerapi Cairan Perioperatif bertujuan untuk
:Mencukupi kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang hilang
selama operasi.Replacement dan dapat untuk tindakan emergency
pemberian obat.
-
PemulihanPasca anetesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca
operasi dan anestesi yang biasanya dilakukan diruang pulih sadar
atau recovery room yaitu ruangan untuk observasi pasien pasa
operasi atau anestesi.Ruang pulih sadar adalah batu loncatan
sebelum pasien dipindahkan ke bangsal atau masih memerlukan
perawatan intensif di ICU.
-
Tabel Steward Scoring System
KriteriaSkorKesadaranJalan nafasGerakanBangunRespon terhadap
stimuliTak ada responBatuk atas perintahMempertahankan jalan nafas
dengan baikPerlu bantuan untuk mempertahankanMenggerakkan anggota
badan dengan tujuanGerakan tanpa maksudTidak bergerak210210210
-
Tabel Robertson Scoring System
KriteriaSkorKesadaranJalan nafasAktivitasSadar penuh, mata
terbuka, berbicaraTertidur ringan, sekali-kali mata terbukaMata
terbuka atas perintah atau respons bila dipanggil namanyaRespon
terhadap cubitan telingaTak ada responMembuka mulut dan atau batuk
atas perintahTak ada batuk volunter, jalan nafas bebas tanpa
bantuanObtruksi jalan nafas bila leher fleksi tetapi tanpa bantuan
ekstensiTanpa bantuan terjadi obstruksiMengangkat tangan dengan
perintahGerakan tak berartiTak bergerak432103210210
-
Tabel Aldrette Scoring System
KriteriaRecovery scorein15304560outAktivitasDapat bergerak
volunter atau atas perintah4 anggota gerak2222222 anggota
gerak1111110 anggota gerak000000RespirasiSirkulasiMampu benafas dan
batuk secara bebas222222Dyspnea, nafas dangkal atau
terbatas111111Apnea000000Tensi Pre opmmHgTensi 20 mmHg
preop222222Tensi 20-50 mmHg preop111111Tensi 50 mmHg
preop000000KesadaranSadar Penuh222222Bangun waktu
dipanggil111111Tidak ada respon000000Warna kulitNormal222222Pucat
kelabu111111Sianotik000000
-
BAB 3 PEMBAHASAN
-
Pada pasien ini mengalami hematome intrakranial lebih tepatnya
subdural hematome. Subdural hematoma adalah akumulasi darah dibawah
lapisan duramater dan di atas lapisan arakhnoid, yang disebabkan
oleh robekan permukaan vena atau pengeluaran kumpulan darah vena.
Penatalaksaannaya dilakukan trepanasi. Trepanasi adalah operasi
untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk
mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak, dalam pasien ini untuk
menghilangkan hematome intrakranial
-
Pra OperatifPada saat datang keadaaan umum pasien tidak sadar
dengan GCS E1M1V5, TD: 1286/78, N: 85x/menit, RR: 32x/menit, S :
36,4C. Tidak mempunyai riwayat alergi, asma, hipertensi dan DM.
Durante Operatif Sebelum dilakukan tindakan pembedahan pada pasien
ini diputuskan untuk dilakukan general anestesi dengan teknik semi
closed system dan memakai fasilitas intubasi. Alasannya karena
tindakan operasi tersebut termasuk operasi besar , dan berlangsung
lebih dari 1 jam sehingga dengan teknik ini diharapkan jalan nafas
dapat dikendalikan dengan baik.
-
Sebelum dilakukan tindakan anestesi terlebih dahulu diberikan
premedikasi. Menggunakan Midazolam 2,5 mg. Alasanpemilihan
penggunaan midazolam sebagai agen anestesiantara lainkarena tidak
mengganggu pola tidur, lebih aman jika terjadi overdosis, tidak
menginduksi interaksi buruk pada metabolisme enzim obat, tidak
menginduksi enzim hepar, pilihan utama sebagaianti ansietas.Untuk
induksi diberikan Propofol. Indikasi Propofol adalah sebagai
induksi sedative pada anastesi umum dan sedasi pada perawatan
intensif. Dosis pemberian propofol untuk induksi adalah 23mg/kgBB
sehingga pada pasien ini diberikan dosis 100mg. Untuk pemeliharaan
anestesi fentanyl dan O2. Oksigen diberikan untuk mencukupi
kebutuhan oksigenasi jaringan. Fentanil merupakan golongan
analgesik opioid dan termasuk dalam opioid potensi tinggi dengan
dosis 100-150 mcg/kgBB.
-
Untuk mengganti kehilangan cairan tubuh diberikan cairan
kristaloid pada pasien selama operasi. Setelah selesai operasi,
pasien dibawa ke ruang pemulihan dan diberikan O2 secara inhalasi 2
l/mnt. Di ruang inilah pemulihan dari anestesi umum atau anestesi
regional dilakukan. RR terletak berdekatan denganruang
operasisehingga apabila terjadi suatu kondisi yang memerlukan
pembedahan ulang tidak akan mengalami kesulitan. Pada saat di RR,
dilakukan monitoringsepertidi ruang operasi, yaitu meliputi tekanan
darah, saturasi oksigen, denyut nadi hingga kondisi
stabil.Oksigenselalu diberikan sebelum pasien sadar penuh. Pasien
sebaiknya jangan dikirim ke ruangan sebelum sadar, tenang, reflek
jalan nafas sudah aktif, tekanan darah, nadi dalam batas
normal.Pasien dapat keluar dari RR apabila sudah mencapaiskor
Lockherte/Aldretelebih dari delapan. Sedangkan pada pasien diatas,
didapatkan skornya 9 sehingga pasien dapat dipindahkan ke tempat
perawatan selanjutnya.
-
BAB 4 KESIMPULAN
-
SDH+Fraktur FTP pada cranial harus mendapat tindakan segera
yaitu trepanasi dengan anestesi umumNy Z ASA III (E)Anestesi umum
dengan teknik intubasi dipilih karena operasi tersebut dilakukan di
region kapitis dan termasuk operasi mayor darurat sehingga dengan
teknik ini diharapkan jalan nafas dapat dikendalikan dengan
baik.Perawatan pasien di UPPA dilakukan dengan tujuan memonitoring
stabilitas pasien post operatif sampai keadaan umum pasien
membaik.
*