Top Banner

of 37

PPK BEDAH.pdf

Feb 27, 2018

Download

Documents

Umriya Retno
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    1/37

    PANDUAN PRAKTEK KLINIS

    BEDAH

    RS. BAPTIS BATU TAHUN 2013

    RS BAPTIS BATU

    JL RAYA TLEKUNG NO 1

    JUNREJO - BATU

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    2/37

    APENDISITIS AKUT

    Definisi :

    Proses keradangan akut pada usus buntu.

    Patofisiologi :

    Ada 2 hepotesa yang diajukan :

    a. Adanya kotoran (tinja-fekolit), biji-bijian lain yang terperangkap dalam lumen dan

    kemudian menimbulkan keradangan. (obstruksi apendikuler).

    b. Hematogen dari proses infeksi di luar usu buntu (tampak serosa lebih merah dari pada

    mukosa).

    Gejala Klinis :

    1. Sering dimulai dengan nyeri di daerah epigastrium. Setelah beberapa jam, nyeri

    berpindah dan menetap di fosa iliaka kanan.

    2. Gejala ini disusul dengan anoreksia, mual dan muntah muntah.

    3. Suhu badan sub febril 37.5 38.5C, sampai terjadi penyulit dimana suhu badan akan

    meningkat sampai 40C.

    Diagnosis:

    Diagnosis ditegakkan berdsarkan klinis, rasa tidak nyaman seluruh perut terutama di

    epigastrum yang kemudian menjadi nyeri menetap di titik Mc Burney, panas badan

    meningkat kadang disertai muntah (+).

    Colok dubur nyeri jam 9-11.

    Indikasi Operasi :

    Apendisitis akut

    Periapendikuler infiltrat

    Apendisitis perforate

    Diagnosis Banding :

    Batu ureter kanan.

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    3/37

    Kelainan ginekologik.

    Tumor sekum.

    Crohns disease.

    Kehamilan ektopik terganggu.

    Colitis.

    PEMERIKSAAN PENUNJANG :

    Laboratorium rutin dan urine lengkap (untuk wanita ditambahkan PPT)

    USG abdomen (tidak rutin)

    Algoritma :

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    4/37

    Tehnik Operasi :

    Apendektomi :

    1. Penderita dalam posisi terlentang, ahli bedah dalam general anestesi. Dilakukan tindakan

    aseptik dan antiseptik pada seluruh abdomen dan dada bagian bawah, kemudian lapangan

    operasi dipersempit dengan doek steril.

    2.

    Dilakukan insisi dengan darah oblik melalui titik Mc.Burney tegak lurus antara SIAS dan

    umbilikus (irisan Gridiron), irisan lain yang dapat dilakukan adalah insisi traversal dan

    paramedian.

    3. Irisan diperdalam dengmemotong lemak mencapai aponeurosis muskulus oblikus

    abdominis Ekternus (MOE)

    4. MOE dibuka sedikit dengan skalpel searah dengan seratnya, kemudian diperlebar ke

    lateral dan ke medial dengan pertolongan pinset anatomi. Pengait luka tumpul dipasang di

    bawah MOE, tampak di bawah MOE muskulus Oblikus Internus (MOI)

    5. MOI, kemudian dibuka secara tumpul dengan gunting atau klem arteri searah dengan

    seratnya sampai tampak lemak peritoneum, dengan haak LangenBack otot dipisahkan.

    Pengait dipasang di bawah muskulus tranversus abdominis.

    6. Peritoneum yang berwarna putih dipegang dengan menggunakan 2 pinset bedah dan

    dibuka dengan gunting, perhatikan apa yang keluar pus, udara atau cairan lain (darah,

    feses dll) periksa kultur dan tes kepekaan kuman dari cairan yang keluar tsb. Kemudian

    pengait luka diletakkan di bawah peritonium.

    7. Kemudian sekum (yang berwarna putih, memilikitanca koli dan haustra) dicari dan

    diluksir. Apendiks yang basisnya terletak pada pertemuan tiga taenia mempunyai

    bermacam macam posisi antara lain antesekal, retrosekal, anteileal dan pelvinal.

    8. Setelah ditemukan sekum dipegang dengan darm pinset dan ditarik keluar, dengan kassa

    basah sekum dikeluarkan kearah mediokaudal, sekum yang telah keluar dipegang oleh

    asisten dengan ibu jari berada di atas.

    9. Mesenterium dengan ujung spendiks di pegang dengan klem Kocher kemudian

    mesoapendiks di klem potong dan diligasi berturut turut sampai pada basis apendiks

    dengan menggunakan benang suter 3/0.

    10.Pangkal apendiks di crush dengan apendiks klem kocher dan pada bekas crush tersebut

    diikat dengan sutera No. 00 2 ikatan

    11.Dibagian distal dari ikatan diklem dengan kocher dan diantara klem kocher dan ikatan

    tersebut apendiks dipotong dengan pisau yang telah diolesi betadine, ujung sisa apendiks

    digosok betadine.

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    5/37

    12.Sekum dimasukkan ke dalam rongga perut.

    13.Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. Pada kasus perforasi dapat dipasang drain sub

    facial.

    Komplikasi Operasi :

    Durante operasi : perdarahan intra peritoneal, dinding perut, robekan sekum atau usus lain.

    Pasca bedah dini :perdarahan, infeksi, hematom, parlitik ileus, peritonitis, fistel usus, abses

    intraperitoneal.

    Pasca bedah lanjut : obstruksi usus jeratan, hernia sikatrikalis.

    Mortalitas :

    0.1% jika apendiks tidak perforasi.

    15 % jika telah terjadi perforasi.

    Kematian tersaring karena sepsis, emboli paru atau aspirasi.

    Perawatan Pasca Bedah :

    Pada hari operasi penderita diberi infus menurut kebutuhan sehari kurang lebih 2 sampai 3

    liter cairan Ringer laktat dan dekstrosa.

    Pada apendisitis tanpa perforasi : Antibiotika diberikan hanya 1x24 jam.

    Pada apendisitis dengan perforasi : Antibiotika diberikan hingga jika gejala klinis infeksi reda

    dan laboratorium normal. (sesuai kultur kuman). Mobilisasi secepatnya setelah penderita

    sadar dengan menggerakkan kaki, miring kekiri dan kanan bergantian dan duduk. Penderita

    boleh jalan pada hari pertama pasca bedah. Pemberian makanan peroral dimulai dengan

    memberi minum sedikit sedikit (50cc) tiap jam apabila sudah ada aktivitas usus yaitu

    adanya flatdan bising usus. Bilamana dengan pemberian minum bebas penderita tidak

    kembung maka pemberian makanan peroral dimulai. Jahitan diangkat pada hari kelima

    sampai hari ketujuh paca bedah.

    Follow-Up

    Kondisi luka, kondisi abdomen, berta kondisi klinis penderita secara keseluruhan.

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    6/37

    HERNIA INGUALIS

    Definisi :

    Benjolan di daerah inguinal dan dinding depan abdomen yang masih bisa dimasukkan

    kedalam cavum abdomen.

    Kadang benjolan tidak bisa dimasukkan ke cavum abdomen disertai tanda tanda obstruksi

    seperti muntah, tidak bisa BAB, serta nyeri.

    Batasan :

    Penonjolan abnormal dari jaringan atau organ intra abdominal (sebagian atau seluruhnya)

    melalui lubang atau defek dinding abdomen.

    Hernia inguinalis lateralis (=indirekta) keluar melalui anulus internus menunju ke kanalis

    inguinalis anulus eksternus dan keluar ke dalam kantong zakar (ICD 550)

    Hasselbach menuju anulus eksternus; sedang hernia femoralis, kantong melalui anulus

    femoralis menuju fossa ovalis.

    Patofisiologi :

    Hernia inguinalis indirekta sebagian besar mempunyai dasar kongenital karena penonjolan

    dari prosesus vaginalis peritonei.

    Hernia inguinalis direkta dan hernia femoralis merupakan hernia didapat (acquisita).

    Hernia femoralis lebih banyak dijumpai pada wanita karena perubahan fisik dan biokemis

    yang terjadi waktu hamil.

    Setiap kondisi yang menyebabkan kenaikan tekanan intra abdominal memegang peranan

    untuk timbulnya dan membesarnya hernia.

    Gejala Klinis :

    Benjolan daerah inguinal yang timbul bila penderita berdiri atau mengejan dan dapat masuk

    kembali bila penderita berbaring.

    Sebagian besar tidak memberikan keluhan

    Bila isi hernia tidak dapat masuk kembali disebut hernia irreponibilis

    Bila terjadi penjepitan isi hernia oleh anulus dan timbul gangguan pasase isi usus dan atau

    gangguan veskularisasi disebut hernia inkaserata.

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    7/37

    Indikasi Banding :

    Hidrokel testis

    Tumor testis

    Orchitis

    Tarsio testis

    Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan punjang diperlukan untuk faktor penentu terjadinya hernia RO-thorax : COPD

    USG : adalah BPH

    Tehnik operasi Herniotomi Herniorafi Linchtenstein

    Hernia inguinalis lateralis dan medialis :

    1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum, spinal anestesi atau anestesi

    lokal.

    2. Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum pubikum

    3. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus Obligus Abdominis

    Eksternus)

    4. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam

    5.

    Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan dikait pita dan kantong

    hernia diidentifikasi.

    6. Isi hernia dimasukkan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia secara tajam dan tumpul

    sampai anulus internus.

    7. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium, dilanjutkan dengn herniotomi.

    8. Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengernioplasty dengan mesh.

    9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis

    Komplikasi operasi :

    Perdarahan

    Infeksi luka operasi

    Cedera usus

    Cedera kantong kemih

    Cedera vesdeferen

    Cedera testis,orra sarchitis, atropi testis

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    8/37

    Cedera saraf intra inguinal, ilia hipogastrik atau genota femral

    Mortalitas :

    Tergantungkeadaan hernia : repombilis atau strangulata, kondisi dan penyakit penyerta

    Perawatan Pasca Operasi :

    Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi berupa perdarahan

    dan hematoma pada daerah operasi.

    Follow-up :

    Pasien disarankan tidak berolah raga berat atau mengangkat benda berat selama 6 8 minggu

    untuk mencegah kekambuhan.

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    9/37

    BATU EMPEDU

    Difinisi :

    Terdapatnya batu dalam kantung empedu dan atau dalam saluran empedu.

    Patofisiologi:

    80% batu empedu terdiri dari kolesterol. Kolesterol tidak larut dalam air. Kelarutan kolesterol

    dalam cairan empedu dipengaruhi asam empedu dan fosfolipid. bilamana karena suatu hal

    terjadi gangguan keseimbangan (empedu litogenik) dan terbentuk batu empedu (segitiga

    SMALL).

    Penyakit batu empedu dipengaruhi beberapa faktor :

    - Hormon, terutama estrogen dan progesteron

    - Nutrisi dan obat-obatan

    - Kehamilan

    - Adipositas

    Epidemiologi:

    - Lebih banyak dijumpai pada wanita dengan perbandingan 2:1 dengan pria (Female)

    -

    Lebih sering pada orang yang gemuk (Fat)

    - Bertambah dengan tambahnya usia (Forty)

    - Lebih banyak pada multipara (fertile)

    - Lebih banyak pada orang orang dengan diet tinggi kalori dan obat obatan tetentu

    (Food)

    - Sering memberi gejala gejala saluran cerna (Flatulen)

    Gejala Klinis:

    Kurang lebih 10% penderita batu empedu bersifat asimtomatik.

    Gejala gejala yang dapat timbul :

    - Nyeri (60%)

    Bersifat kolik, mulai daerah epigastrium atau hipokondrium kanan menjalar ke bahu

    kanan.

    Nyeri ini sering timbul karena rangsangan makanan berlemak.

    Nyeri dapat terus, bila terjadi penyumbatan atau keradangan.

    - Demam

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    10/37

    Timbul bila terjadi keradangan. Sering disertai menggigil

    - Ikterus

    Ikterus obstruksi terjadi bila ada batu yang menyumbat saluran empedu utama (duktus

    hepatikus/koledokus)

    - Pemeriksaan fisik :

    - Bila terjadi penyumbatan duktus sistikuitus atau kolesistitis dijumpai nyeri tekan

    hipokondrium kanan, terutama pada waktu penderita menarik napas dalam (MURPHYS

    SIGN)

    Pemeriksaan dan diagnosis:

    1. Laboratorium

    2. Ultrasonografi

    3. Kolesistografi oral

    4. Pemeriksaan khusus pada ikterus obstruksi :

    - Kolangiografi perkutan transhepatik (PTC)

    - Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP)

    - Computerized Tomography Scanning (CT Scan)

    Diagnosis banding:

    - Gastritis

    - Tukak peptik

    - Pankreatitis

    Pada ikterus obstruksi

    - Kolangio karsinoma

    - Karsinoma pankreas (sindroma Courvoisier)

    Algoritma :

    cg

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    11/37

    Penata Laksanaan:

    - Batu kantong empedu : kolesistektomi (ICOPIM 5.511)

    -

    Disertai batu saluran empedu : kolesistektomi + koledokolitotomi (ICOPIM 5.513)+ antibiotika profilaksis :

    Ampisilin 1g.i.v. + aminoglikosida 60 mg. i.v.(1x) atau sefalosporin generasi III 1g

    i.v.(1x), kombinasi dengan metronidazol 0,5 gr i.v (drip dalam 30 menit)

    - Disertai keradangan (kolesistitis/kolangitis)

    + antibiotika terapi : kombinasi tripel antibiotika

    o Ampisilin 3x1g/hari i.v

    o Aminoglikosida 3x60 mg/hari i.v

    o Metronidazol 3x0.5 gi.v (drip dalam 30 menit) atau antibiotika ganda

    o Sefalosporin gen.III 3x1 gm/hari i.v. + metronidazol 3x1g/hari i.v

    Tehnik Operasi :

    1. Insisi dinding anterior abdomen subcostal kanan, dapat juga insisi paramedian kanan.

    2. Dilakukan eksplorasi untuk melihat adanya kelainan lain.

    3.

    Klem fundus kantong dan didorong ke atas Hartmann-klem pouch dan ditarik ke bawah.

    4. Dilakukan identifikasi dan isolasi arteri sistika dan duktus sistikus

    5. Setelah dibebaskan dari jaringan sekitarnya diikat dengan sutera 00 dan dipotong

    6.

    Kantong empedu dibebaskan dari hepar secara tajam dengan gunting dengan merawat

    perdarahan secara cermat.

    7. Evaluasi duktus koledokus tak ada kelainan

    8. Luka laparotomi ditutup.

    Dapat juga dilakukan kolesistektomi secara retrograde, dimulai dari fundus ke arah Calot.

    Perdarahan biasanya lebih banyak.

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    12/37

    Komplikasi Operasi :

    Cedera duktus koledokus

    Cidera duodenum atau colon transversum

    Fistel biliaris

    Abses susdiafragma

    Batu residual duktus biliaris

    Mortalitas :

    Kurang dari 1%

    Perawatan Pasca Operasi :

    Pasca operasi penderita dirawat di ruangan 3-4 hari, diobservasi komplikasi seperti nyeri

    pasca operasi, gangguan motilitas usus. Setelah pasase usus baik penderita bisa mulai diet

    per oral.

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    13/37

    TUMOR JINAK PAYUDARA

    Definisi :

    Tumor jinak ialah lesi jinak yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla mamma.

    Termasuk : Tumor jinak jaringan lunak mamma, lipoma, hemangioma mamma. Untuk

    Mudahnya disini dimasukkan pula displasia mamma.

    Tidak termasuk : Tumor jinak kulit mamma

    Manifestasi Klinis :

    Tumor jinak mamma maupun tumor non neoplasma bemanifestasi sebagi :

    1. Tumor pada mamma

    2. Jaringn mamma yang padat dan noduler

    3. Nyeri pada mamma.

    Gambaran Klinis Khas :

    1.

    FIBROADENOMA MAMMA (ICD D24)

    Tumor pada mamma yang

    Timbul pada wanita muda, 15 30 tahun

    Membesar sangat pelan, dalam tahunan

    Bentuk bulat dan oral

    Batas tegas

    Tidak besar, 2-5 cm

    Permukaan rata

    Konsistensi padat kenyal

    Sangat mobil dalam korpus mamma

    Tidak ada tanda invasi atau metastase

    Dapat single atau multiple

    >4 cm diperlukan FNA untuk menyingkirkan kemungkinan tumor filodes

    2. TUMOR FILODES (ICD D24)

    Tumor pada mamma yang

    Bentuk bulat atau oval

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    14/37

    Batas tegas

    Besar > 5cm

    Permukaan dapat berbenjol benjol

    Tidak melekat dengan kulit atau m.pektoral sangat mobil dalam korpusmamma

    Tidak ada tanda invasi atau metastase

    Vena subkutan melebar

    3. DISPLASIA MAMMA (ICD N23) ada 3 varian :

    1) Tanpa tumor yang jelas

    Keluhan nyeri pada mamma yang siklus sesuai dengan siklus menstruasinyeri pada mamma pra menstrusai dan menghilang setelah menstruasi.

    Jaringan mamma padat, menyeluruh atau segmental, uni atau bilateral,

    noduler (Fibrosklerosis, ICD 610.2) mengeras (Fibrosklerosis, ICD 610.3)

    2) Berbentuk tumor

    a. Kista : dapat uni atau bilateral

    Kista berisi cairan serous atau keruh

    Singel (Kista mamma singel, ICD N.60.0)

    Multiple (Kista mamma multipel, ICD N.60.3)

    b.

    Tumor padat

    Bentuk tidak teratur

    Bentuk tidak tegas

    Sering multipel dan bilateral

    Tumor padat ini sering sukar dibedakan dengan kanker mamma

    c. Bentuk campuran padat

    Mamma padat noduler disertai tumor baik yang kistus maupun yang padat.

    4. HIPERTROFI MAMMA (ICD N62).

    a. Mamma membesar jauh melebihi ukuran normal untuk orang lain.

    b. Kelainan dapat uni atau bilateral

    c.

    Dapat ditemukan pada :

    1) Bayi : disebut Hipertrofi mamma neonatorium

    2)

    Anak anak : disebut Hipertrofi mamma pre-pubertal

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    15/37

    3) Laki laki : disebut Ginekomasti

    5. CAIRAN PUTTING SUSU (NIPPLE DISCHARGE).

    Cairan yang keluar spontan dari uting susu diluar laktasi dapat disebabkan oelh :

    1. Intraduktal papilloma

    2.

    Displasia mamma

    3. Mastitis

    4. Kanker mamma

    5.

    Galaktore

    6. Trauma,dll

    Indikasi Operasi :

    Lesi jinak yang memberikan keluhan atau tidak berhasil dengan terapi konservasi

    Diagnosis Banding Tumor Jinak Payudara :

    Karsinoma payudara

    Displasis mamma

    Hipertrofi mamma

    Pemeriksaan Penunjang :

    Bila pemeriksaan klinis jelas suatu tumor jinak, pemeriksaan penunjang klinis (triple

    diagnostic) dikerjakan bila diperlukan, tergantung kepada ada atau tidaknya faktor resiko

    pada penderita (usia, riwayat keluarga, tumor payudara multipel atau residif)

    Imaging : USG mamma, mammografi kdang kadang MRI payudara

    Sitologi atau histopatlogi ; FNA, imprint sitologi dari cairan putting susu, core biopsy

    atau open biops.

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    16/37

    Algoritma dan Prosedur :

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    17/37

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    18/37

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    19/37

    Tehnik Operasi :

    1. Dengan pembiusan general, punggung penderita diganjal bantal tipis, sendi bahu

    diabduksikan ke arah kranial.

    2. Lokasi tumor ditandai dengan spidol/tinta.

    3. Desinfeksi lapangan operasi (dibawah klavikula), midsternal, linea aksilaris posterior,

    sela iga ke /clan 8, dengan larutan desinfektan povidone iodine 105.

    4. Lapangan operasi dipersempit dengan duk steril. Bila memungkinkan insisi dikerjakan

    sirkumareolar, tetapi bila lokasi tumor cukup jauh dari areola(>4cm), maka insisi

    dikerjakan diatas tumor sesuai dengan garis Langer atau diletakkan pada daerah daerah

    yang tersembunyi.

    5. Untuk isisi sirkumareolar maka putting susu dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari,

    dilakukan marker insisi. Dengan pisau dilakukan insisi periareolar sampai fasia

    superfisialis subkutan.

    6. Flap kulit diangkat keatas dengan bantuan hak tajam, dengan gunting dilakukan

    undermining sepanjang fasia superfisial kearah lokasi tumor.

    7.

    Rawat perdarahan, lalu indentifikasi tumor

    8. Jepit jaringan sekitar tumor pada 3 tempat dengn kocher, lalu dilakukan eksisi tumor

    sesuai tuntunan kocher

    9.

    Rawat perdarahan lagi, orientasi selururuh bed tumor lalu dipasang redon drain dengan

    lubang di kuadran lateral bawah (bila menggunakan penrose drain, darin dikeluarkan di

    garis insisi).

    10.Jahit subkutan fat dengan plaint cat gut 3.0

    11.Jahit luka dengan prolene 4.0

    12.Luka operasi ditutup dengan kasa betadine

    13.Dilakukan nggdressing luka operasi dengan tehnik suspensi payudara (BH buatan) tanpa

    menggangg grakan sendi bahu.

    Komplikasi operasi :

    a.

    Perdarahan : hemostasis y ang kurang baik akan menyebabkan perdarahan dan

    terjadi

    hematom.

    b.

    Infeksi

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    20/37

    Mortalitas :

    Tidak ada

    Perawatan Pasca Bedah :

    Drain handschoen/penrose di angkat hari ke -2, drain continous dilepas bila produksi

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    21/37

    TUMOR GANAS PAYUDARA

    Ruang Lingkup :

    Payudara adalah masa stroma dan perenkhim payudara yang terletak di dinding torak anterior

    antara ICS II dan VI dan paresternal sampai dengan garis axilaris medius. Payudara mendapat

    vaskularisasi utama dari cabang Mammaria interna, a. Torakoakromi a. Intalis dan cabang a.

    Interkostalis 3,4,5.

    KGB regional pad payudara adalah KGB aksila, supra dan infraklavikula serta mammaria

    interna KGB aksila dibagi atas 3 zona yaitu Level I, II dan III. Level I adalah KGB yang

    terletak lateral dari muskulus pektoralis minor, Level II adalah KGB yang terletak

    dibelakang m.pektoralis minor dan Level III adalah KGB yang terletak medial dari m.

    pektoralis minor.

    Disamping itu juga ada KGB interpektoral atau disebut Rotter.

    Tumor pada payudara dibagi atas :

    Tumor jinak : fibroadenoma, kista

    Tumor ganas : invasif duktal, invasif lobular dan varian lainnya (mukoid, papiler,

    meduler, kribriform dll)

    Keganasan insitu : insitu lobular, insitu duktal dan mikroinvasif

    Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara, belum diketahui karena bersifat

    multifaktoral.

    Faktor resiko kanker payudara :

    Usia > 35 tahun

    Menarche < 12 tahun menapouse > 55 tahun

    Nullipara

    Riwayat keluarga (orang tua, saudara kandung) dengan kanker payudara

    Diagnosa kanker payudara ditegakkan dengan :

    Diagnosa konfirmasi keganasan : pemeriksaan klinis, FNA & pencitraan (mamografi

    dan/atau USG payudara. (triple diagnostic)

    Diagnosa stadium kanker payudara : pemeriksaan klinis-laboratorium dan pencitraan

    (foto toraks/paru USG liver/abdomen k/p bone scanning).

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    22/37

    Pada keadaan dimana salah satu komponen dari triple diagnosticmengalami ketidak sesuaian

    interpretasi maka dikerjakan biopsi dengan pemeriksan potong beku (bila ada fasilitas) atau

    biopsi saja dulu untuk mengatasi jenis histopatologinya. Terapi berikutnya tergantung dari

    hasil histopatologinya.

    Indikasi Operasi :

    Kanker payudara stadium dini (I,II)

    Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan peryaratan tertentu

    Keganasan jaringan lunak pada payudara.

    Kontra Indikasi Operasi :

    Tumor melekat dinding dada

    Edema tangan

    Nodul satelit yang luas

    Mastitis inflamatoar

    Diagnosa Banding :

    Keganasan lainnya dari payudara (sarkoma-limfoma dll)

    Tumor phylodes (ganas dan jinak)

    Mastitis yang luas (terutama mastitis tuberkolusa)

    Pemeriksaan Banding :

    Mandatory.

    - Mamografi dan/atau USG payudara

    - Foto toraks

    -

    FNAB tumor payudara

    - USG liver/abdomen

    - Pemeriksaan kimia darah lengkap untuk persiapan operasi

    Oprional.

    - Bone scanning

    - Pemeriksaan kimia darah/tumor marker : CEA,Ca 15-3, CA 125

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    23/37

    Algoritma :

    Algoritma dan Prosedur

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    24/37

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    25/37

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    26/37

    Faktor prognostik dan faktor prediktif tumor ganas payudara :

    Faktor prognostik : pengukuran klinis atau biologis yang berhubungan dengan disease free

    survival atauoverall survival tanpa pemberianadjuvant systemic therapy

    Faktor diagnostik tersebut sanling memiliki keterkaitan yaitu :

    - Yang berhubungan dengan penderita : usia, ras, status, menopouse

    - Yang berhubungan dengan tumor : jenis histopatologi, grading, ukuran tumor, metastase,

    KGB, angioinvasif, perinodal invasif, status reseptor hormonal (ER/PR) overekpresi gen

    HER-2/ncu, status gen p53,cathepsin D

    - Yang berhubungan dengan modalitas terapi.

    Faktor prediktif adalah:

    Setiap pegukuran yang berhubungan dengan berespon atau kurang beresponnya terhadap

    pengobatan tertentu.

    Yang termasuk faktor prediktif adalah :

    - Status reseptor hormonal (ER/PR)

    - Over ekspresi gen HER-2/neu

    - Over ekspresi gen Topoisomerase 2 alfa

    Tehnik operasi :

    Secara singkat tehnik operasi dari mastektomi radikal modifikasi dapat dijelaskan sebagi

    berikut :

    1. Penderita dalam general anesthesia, lengan ipsilateral dengan yang dioperasi diposisikan

    abduksi 90, pundak ipsilateran dengan yang dioperasi diganjal bantal tipis.

    2.

    Desinfiksi lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan leher, bagian bawah

    sampai dengan umbilikus , bagian medial sampai pertengahan mamma kontralateral,

    bagian lateral sampai dengan tepi lateral skapula. Lengan atas didesinfeksi melingkar

    sampai dengan siku kemudian dibungkus dengan doek steril dilanjutkan dengan

    mempersempit lapangan operasi dengan doek steril.

    3. Bila didapatkan ulkus pada tumor payuidak berjarak 2 cdara, maka ulkus harus ditutup

    dengan kasa steril tebal (buic gaas) dan dijahit melingkar.

    4. Dilakukan insisi (macam macam insisi adalah stewart, rr, Willy Meyer, Halsted, insisi

    S) dimana garis insisi paling tidak bejarak 2 cm dari tepi tumor, kemudian dibuat flap.

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    27/37

    5. Flap atas sampai di bawah klavikula, flap medial samai parasternal ipsilateral, flap bawah

    sampai inframammary fold, flap lateral sampai tepi anterior m. Latissimus dorsi dan

    mengidentifikasi vasa dan N. Thoraclis dorsalis.

    6. Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil merawat perdarahan,

    terutama cabang pembuluh darah interkostal di daerah parasternal. Pada saat sampai pada

    tepi lateral m.pektoralis mayor dengan bantuan haak jaringaan mamma dilepaskan dari

    m.Pektoralis minor dan seratus anterior (mastektomi simple). Pada mastektomi radikal

    otot pektoralis sudah mulai.

    7.

    Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB aksila level I (lateral

    m.pektoralis minor), level II (dibelakang m.Pektoralis minor) dan level III (medial

    m.pektoralis minor). Diseksi jangan lebih tinggi pada daerah vasa aksilaris, karena dapat

    mengakibatkan edema lengan vena vena yang menuju ke jaringan mamma diligasi.

    Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n.Thorachalis longus dam thoracalis dorsalis,

    interkostobrachialis. KGB internerural selanjutnya didiseksi dan akhirnya jaringan

    mamma dan KGB aksila terlepas sebagai satu kesatuan (en bloc)

    8.

    Lapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0.9%

    9. Semua alat alat yang dipakai saat operasi diganti set baru, begitu juga dengan handscoen

    operator, asisten dan instrumen serta doek sterilnya.

    10.

    Evaluasi ulang sumber perdarahan

    11.Dipasang 2 buah drain, drain yang besar (redon, no. 14) diletakkan dibawah vasa

    aksilaris, sedang drain yang lebih kecil (no.12) diarahkan ke medial.

    12.Luka operasi ditutup lapis demi lapis.

    Komplikasi operasi :

    Dini : perdarahan

    Lesi n. Thoracalis longuswing scapula

    Lesi n. Thoracalis dorsalis

    Lambat : infeksi

    Nekrosis flap

    Wound dehiscene

    Seroma

    Edema lengan

    Kekakuan sendi bahu kontraktur

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    28/37

    Mortalitas :

    Hampir tak ada

    Perawatan paca bedah :

    Pasca bedah penderita dirawat di ruangan dengan mengobservasi produksi drain, memeriksa

    Hb pasca bedah. Rehabilitasi dilakukan sesegera mungkin dengan melatih pergerakan sendi

    bahu. Drain dilepas bila produksi masing masing drain < 20 cc / 24 jam. Umumnya drain

    sebelah medial dilepas lebih awal, karena produksinya lebih sedikit. Jahitan dilepas

    umumnya hari ke 10 s/d 14.

    Follow Up :

    Tahun 1 dan 2 kontrol tiap 2 bulan

    Tahun 3 s/d 5 kontrol tiap 3 bulan

    Setelah tahun 5 kontrol tiap 6 bulan

    Pemeriksaan fisik : tiap 6 bulan

    Thorak foto : tiap 6 bulan

    Lab marker : tiap 2 3 bulan

    Mammografi kontralateral : tiap tahun aau ada indikasi

    USG abdomen : tiap 6 bulan atau ada indikasi

    Bone scanning : tiap 2 tahun atau ada indikasi.

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    29/37

    LUKA BAKAR

    Introduksi :

    Dalam dan Luas Luka Bakar :

    Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai kulit,

    mukosa dan jaringan jaringan yang lebih dalam. Dalam pengelolaan luka bakar perlu

    diketahui baik luas maupun dalamnya luka bakar.

    a. Dalam luka bakar

    Tingkat I

    Hanya mengenai epidermis

    Tingkat II

    Dibagi manjadi :

    1. Superfisial, mengenai epidermis dan lapisan atas dari corium. Elemen elemen

    epiteliat yaitu dinding dari kelenjar keringat, lemak dan folikel rambut masih

    banyak. Karenanya penyembuhan/epitelialisasi akan mudah dalam 1 2 minggu

    tanpa terbentuk cicatrix.

    2. Dalam, sisa sisa jaringan epitelial tinggal sedikit, penyembuhan lebih lama 3 4

    minggu dan disertai pembentukan parut hipertropi.

    Tingkat III

    Mengenai seluhur tebal kulit, tidak ada lagi sisa elemen epitelia. Luka bakar yang

    lebih dalam dari kulit seperti sub kutan dan tulang dikelompokkan juga pada tingkat

    III.

    b. Luas luka bakar

    Walce membagi tubuh atas bagian bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan

    namaRule of Nine

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    30/37

    Pengelolaan Luka Bakar :

    Prioritas pengelolaan penderita luka secara umum perlu diperhatikan seperti pengelolaan

    penderita trauma pada umumnya yaitu : Airway, Breathing, dan Circulation.

    Terapi cairan

    Orang dewasa dengan luka bakar tingkat II III 20% atau lebih sudah ada indikasi

    untuk pemberian infus karena kemungkinan timbulnya syok. Sedangkan pada orang

    tua dan anak anak batasnya 15%

    Formula yang dipakai untuk pemberian cairan adalah formula menurut Bexter.

    Formula Baxter terhitung dari saat kejadian maka (orang dewasa) :

    8 jam pertama (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Lactat

    16 jam perikutnya (4cc x Kg x % luas luka bakar) Ringer Lactat ditambah 500

    1000 cc koloid

    Modifikasi Formula Bexter untuk anak anak adalah :

    Replacement : 2 cc/KgBB/% luas luka bakar

    Kebutuhan faali : umur sampai 1 tahun 100cc/KgBB

    Umur 1 5 tahun 75cc/KgBB : .

    Umur 5 15 tahun 50cc/KgBB : . +

    Total cairan : .

    Sesuai dengan anjuran Moncrief maka 17/20 bagian total cairan diberikan dalam

    bentuk larutan Ringer Lactat dan 3/20 bagian diberikan dalam bentuk koloid. Ringer

    lactat dan koloid dibeikan bersama dalam botol yang sama. Dalam 8 jam pertama

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    31/37

    diberikan jumlah total cairan dan dalam 16 jam berikutnya diberikan jumlah total

    cairan.

    Formula tersebut hanyalah suati pedoman, suatu estimasi yang kasar. Jangan sekali

    kali fanatik terahadap formula tersebut melainkan selalu dikoreksi melalui

    Tanda tanda klinis penderita dan laboratorium apakah cairan yang diberikan sudah

    memadai.

    Pengelolaan nyeri

    Nyeri yang hebat dapat menyebabkan neurogenik syok yang terjadi pada jam jam

    pertama setelah trauma. Morphin diberikan dalam dosis 0.05 mg/Kg (iv)

    Perawatan Luka

    o Perawatan pertama

    - Segera setelah terbakar, dinginkan luka dengan air dingin, yang terbaik

    dengan tempetur 20C selama 15 menit.

    - Luka bakar tingkat II dan III, penderita dibersihkan seluruh tubuhnya,

    rambutnya dikeramas, kuku kuku dipotong, lalu lukanya dibilas dengan

    cairan yang mengandung desinfektan seperti sabun cetrimid 0.5% (savlon)

    atau kalium permanganat. Kulit kulit yang mati dibuang, bullae dibuka

    karena kebanyakan cairan di dalamnya akan terinfeksi.

    o Perawatan definitif

    - Perawatan tertutup

    Setelah luka bersih, ditutup dengan selapis kain steril berlubang lubang

    (tulle) yang mengandung vaselin dengan atau tanpa antibiotika lalu dibebat

    tebal untuk mencegah evaporasi dan melindungi kulit dari trauma dan bakteri.

    Sendi sendi ditempatkan pada posisifull extension.

    - Perawatan terbuka

    Eksudat yang keluar dari luka beserta debris akan mengering akan menjadi

    lapisan eschar. Penyembuhan akan berlangsung dibawah eschar. Penderita

    dirawat di dalam ruangan isolasi. Setiap eschar yang pecah harus diberikan

    obat obatan lokal dan dikontrol bila ada penumpukan pus dibawah eschar

    maka harus dilakukan pemupukan eschar (escharotomi).

    - Perawatan semi terbuka

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    32/37

    Sama seperti perawatan terbuka tetapi diberikan juga obat obatan lokal. Obat

    lokal berbentuk krim yang akan melunakkan eschar dan memudahkan

    perawatan untuk dibersihkan.

    Obat obatan lokal

    Silver sulfadiazin krim 1% diberikan sehari hari sekali. Silver sulfadiazin bekerja

    sebagai bakterisida yang efektif terhadap kuman gram positif.

    Mandi

    Badan penderita setiap 1-2 hari setelah resusitasi selesai harus dibersihkan dari

    kototran yang melekat dengan memandikannya. Luka dibilas dengan cairan yang

    mengandung desinfektan (savlon 1:30 atau kalium permanganat 1:10.000).

    Escharotomi pada perawatan terbuka umumnya dikerjakan pada minggu kedua

    dengan cara eksisi memakai pisau, dermatom, elektro eksisi atau enzimatik

    (kolagenase).

    Skin Grafting

    Skin grafting sangat penting untuk penderita utnuk mempercepat penyembuhan,

    mengurangi kehilangan cairan.

    Antibiotika Sistemik

    Bakteri yang berada pada luka umumnya gram positif dan hanya berkembang

    stempat, tetapi bakteri gram negatif seperti pseudomonas sangat invasif dan banyak

    menimbulkan sepsis. Karena banyaknya jaringan nekrotik pada luka bakar maka

    penetrasi antibiotika sistemik ke luka tidaklah meyakinkan. Oleh karena itu

    antibiotika sistemik digunakan bila timbul gejala sepsis. Macam antibiotika

    ditentukan dari kultur dari bagian yang terinfeksi, baik luka, darah maupun urine.

    Nutrisi

    Dukungan nutrisi yang baik sangat membantu penyembuhan luka bakar.

    Komplikasi Luka Bakar :

    Fase akut : syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

    Fase subakut : infeksi dan sepsis

    Fase Lanjut : parut hipertropik

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    33/37

    Mortalitas :

    Mortalitas pada luka bakar disebabkan oleh :

    Syok karena kehilangan cairan

    Gagal jantung karena Myocardial Depressing Factor

    Sepsis

    Gagal ginjal akut

    Komplikasi lain seperti pnemonia

    Perawatan dan Follow Up :

    Rehabilitasi

    Peletakan sendi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kontraktur

    Fisioterapi sangat diperlukan untuk mencegah kekakuan.

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    34/37

    TRAUMA THORAKS (PNEMOTHORAKS & HEMATOTHORAKS)

    Batasan :

    Semua keadaan rudapaksa pada thoraks dan dinding thoraks, baik trauma/rudapaksa tajam

    maupun tumpul.

    Patofisiologi :

    a. Perdarahan jaringan interstitium, perdarahan intra alveolar, diikuti kolaps kapiler kapiler

    kecil dan atelektasis, hingga tahanan perifer pembuluh paru naik, aliran darah turun

    pertukaran gas berkurang

    b. Sekret terkumpul karena batuk kurang

    c. Terjadi kompresi dan dekompresi karena coup en contre coup

    Gejala Klinis :

    1. Sesak nafas, pernafasan asimetri

    2.

    Nyeri, nafas berkurang, ekskursi turun

    3. Ada jejas atau trauma (luka)

    4. Emfisema kutis

    Pemeriksaan Klinis :

    1. X-Foto thoraks 2 arah (PA/AP & Lat)

    2. Diagnosis fisik paru

    Pemeriksaan Dan Diagnosis Banding :

    Sesak non trauma asma

    Tehnik operasi :

    Pemasangan SWD.

    1. Pasien dalam keadaan posisi duduk (45).

    2. Dilakukan desinfeksi dan penutuban lapangan operasi dengan doek steril.

    3. Dilakukan anestesi setempat dengan lidocain 2% secara infiltrasi pada daerah kulit

    sampai pleura

    4.

    Tempat yang akan dipasang drain adalah :

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    35/37

    o Linea axillaris depan, pada ICS IX-X (Buelau)

    o Dapat lebih proximal, bila perlu. Terutama pada anak anak karena letak

    diafragma tinggi

    o Linea medio-clavicularis (MCL) pada ICS II-III (Monaldi)

    5. Dibuat sayatan kulit sepanjang 2 cm sampai jaringan bawah kulit

    6.

    Dipasang jahitan penahan secara matras vertikal miring dengan side 0.1

    7. Dengan gunting berujung lengkung atau klem tumpul lengkung, jaringan bawah kulit

    dibebaskan sampai pleura dengan secara pelan pleura ditembus hingga terdengar

    suara hisapan, berarti pleura parictalis sudah terbuka.

    Catatan : pada hematothoraks akan segera menyemprot darah keluar, pada

    pnemothoraks, udara yang keluar.

    8. Drain dengan trocarnya dimasukkan melalui lobang kulit tersebut kearah cranial lateral.

    Bila memakai drain tanpa trocar, maka ujung drain dijepit dengan klaim tumpul, untuk

    memudahkan mengarahkan drain.

    9. Harus diperiksa terlebih dahulu, apakah pada drain sudah cukup dibuat atau terdapat

    lobang lobang samping yang panjangnya kira kira dari jarak apex sampai lobang kulit

    duapertiganya.

    10.Drain kemudian didorong masuk sambil diputar sedikit kearah lateral sampai ujungnya

    kira kira ada dibawah apex paru (Bulleau)

    11.Setelah drain pada posisi, maka diikat dengan benang pengikat berputar ganda, diakhiri

    dengan simpul hidup.

    12.Bila dipakai drainage menurut Monaldi, maka drain didorong ke bawah dan lateral

    sampai ujungnya kira ira dipertengahan rongga toraks.

    13.Sebelum pipa drainage dihubungkan dengan sistem botol penampung, maka harus diklem

    dahulu.

    14.

    Pipa drainage ini kemudian dihubungkan dengan sistem botol penampung, yang akan

    menjamin terjadinya kembali tekanan negatif pada rongga intrapleural, disamping juga

    akan menampung sekrit yang keluar dari rongga toraks.

    Komplikasi :

    Bila dilakukan secara benar, komplikasi dapat dihindari. Tetapi dapat juga terjadi emfisema

    kutis. False route mengenai hepar bila memasang terlalu rendah disebelah kanan terututama

    pada anak anak karena letak diafragma masih tinggi.

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    36/37

    Mortalitas :

    Morbiditas sangat rendah, mortalitas 0%.

    Perawatan Pasca Pemasangan SWD :

    1. Penderita diletakkan pada posisi setengah duduk (30)

    2. Seluruh sistem drainage : pipa pipa, botol, harus dalam keadaan rapi, tidak terdapat

    kericuhan susunan dan dapat segera dilihat.

    3.

    Pipa yang keluar dari rongga thoraks harus difiksasi ke tubuh dengan plester lebar,

    sehingga mencegah goyangan.

    4. Dengan memakai pipa transparan, maka dapat dilihat keluarnya sekret. Harus dijaga

    bahwa sekret keluar lancar. Bila terlihat gumpalan darah atau lainnya, harus segera

    diperah hingga lancar kembali.

    5. Setiap hari harus dilakukan konrol foto thoraks AP melihat :

    Keadaan paru

    Posisi drain

    Lain kelainan (emphyema, bayangan mediastonim)

    6. Jumlah sekrit pada botol penampungan harus dihitung :

    Banyaknya sekrit yang keluar (tiap jam tiap hari)

    Macamnya sekrit yang keluar (pus,darah, dan sebagainya)

    7. Pada penderita selalu dilakukan fisioterpi napas

    8. Setiap kelainan pada drain harus segera dokreksi

    Pedoman Pencabutan :

    1.

    Kriteria pencabutan

    Sekrit serous, tidak hemorage

    Dewasa : jumlah kurang dari 100cc/24 jam

    Anak anak : jumlah kurang dari 25 50 cc/24 jam

    Paru mengembang

    Klinis : suara paru mengembang kanan = kiri

    Evaluasi foto toraks

    2. Kondisi

    Pada trauma

  • 7/25/2019 PPK BEDAH.pdf

    37/37

    Hemato/pneumothorak yang sudah memenuhi kedua kriteria, langsung dicabut

    dengan cara air-tight (kedap udara)

    Pada thoracotomi

    a.

    Infeksi : klem dahulu 24 jam untuk mencegah resufflasi, bila baik cabut

    b.

    Post operatif : bila memenuhi kedua kriteria, langsung dicabut (air-tight)

    c. Post pneumonektomi : hari ke 3 bila mediastinum stabil (tak perlu air-tight)

    3. Alternatif

    1) Paru tetap kolaps, hisap sampai 25cmH20 :

    - Bila kedua kriteria dipenuhi, klem dahulu 24 jam, tetap baik cabut

    - Bila tidak berhasil, tunggu sampai 2 minggudekortikasi

    2) sekrit lebih dari 200cc/24 jam : curiga adanya Chylo thoraks (pastikan dengan

    pemeriksaan laboratorium), pertahankan sampai dengan 4 minggu.

    - Bila tidak berhasil Toracotomi

    - Bila sekrit kurang 100 cc/24 jam, klem kemudian dicabut.

    Follow-Up :

    Ditujukan pada timbulnya komplikasi lanjut seperti empiema, schwarte, gangguan fungsi

    pernapasan.