Top Banner
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN TINJAUAN ATAS KEPATUHAN PEMBAYARAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SERTA PERANANNYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG CICADAS Diajukan oleh : TATANG ZAELANI NPM : 08320006875 Mahasiswa Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Administrasi Perpajakan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara 2011
56

PPH OP-08320006875-3A-36-TATANG ZAELANI.pdf

Nov 24, 2015

Download

Documents

FadhliMalik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

    TANGERANG SELATAN

    LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

    TINJAUAN ATAS KEPATUHAN PEMBAYARAN ANGSURAN PAJAK

    PENGHASILAN PASAL 25 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SERTA

    PERANANNYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR

    PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG CICADAS

    Diajukan oleh :

    TATANG ZAELANI

    NPM : 08320006875

    Mahasiswa Program Diploma III Keuangan

    Spesialisasi Administrasi Perpajakan

    Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

    Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan

    Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

    2011

  • ii

    KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

    TANGERANG SELATAN

    TANDA PERSETUJUAN

    LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

    NAMA : TATANG ZAELANI

    NOMOR POKOK MAHASISWA : 08320006875

    DIPLOMA III KEUANGAN

    SPESIALISASI : ADMINISTRASI PERPAJAKAN

    BIDANG LAPORAN PKL : PPh ORANG PRIBADI

    JUDUL LAPORAN PKL : TINJAUAN ATAS KEPATUHAN

    PEMBAYARAN ANGSURAN PAJAK

    PENGHASILAN PASAL 25 WAJIB PAJAK

    ORANG PRIBADI SERTA PERANANNYA

    TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI

    KANTOR PELAYANAN PAJAK

    PRATAMA BANDUNG CICADAS

    Tangerang Selatan, Juli 2011

    Mengetahui Menyetujui

    Kepala Bidang Akademis Dosen Pembimbing,

    Pendidikan Pembantu Akuntan,

    Kusmono, S.H., Sp.N., M.Hum Yosep Poernomo, S.E., AK.

    NIP 196206281987031001 NIP 196710201988031001

  • iii

    KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

    TANGERANG SELATAN

    PERSETUJUAN DARI TIM PENILAI LAPORAN PKL

    NAMA : TATANG ZAELANI

    NOMOR POKOK MAHASISWA : 08320006875

    DIPLOMA III KEUANGAN

    SPESIALISASI : ADMINISTRASI PERPAJAKAN

    BIDANG LAPORAN PKL : PPh ORANG PRIBADI

    JUDUL LAPORAN PKL : TINJAUAN ATAS KEPATUHAN

    PEMBAYARAN ANGSURAN PAJAK

    PENGHASILAN PASAL 25 WAJIB PAJAK

    ORANG PRIBADI SERTA PERANANNYA

    TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI

    KANTOR PELAYANAN PAJAK

    PRATAMA BANDUNG CICADAS

    Tangerang Selatan, Agutus 2011

    1. (Penilai I/Pembimbing) Yosep Poernomo, S.E., AK.

    NIP. 196710201988031001

    2. (Penilai II)

    Sadimin, S.S.T.

    NIP. 198301162004121002

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan ijin dan

    ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini

    sebagai salah satu syarat dinyatakan lulus dari Program Diploma III Keuangan

    Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Spealisasi Administrasi Perpajakan

    Laporan yang berjudul TINJAUAN ATAS KEPATUHAN PEMBAYARAN

    ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 WAJIB PAJAK ORANG

    PRIBADI SERTA PERANANNYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI

    KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG CICADAS, yang

    penulis susun berdasarkan penulis alami dan amati dari objek penelitian secara

    langsung selama Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni

    15 Juli 2011 di KPP Pratama Bandung Cicadas.

    Dalam penyusunan laporan PKL ini, penulis mendapat bimbingan, bantuan, dan

    dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Kakek dan Nenek atas segala doa dan kasih sayang yang telah diberikan

    kepada penulis.

    2. Kedua Orang Tua dan Kakak di rumah, atas segala bentuk kasih sayang dan

    pengorbanannya yang telah diberikan kepada penulis.

    3. Bapak Kusmanadji, selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

    4. Bapak Kusmono, selaku Kepala Bidang Akademis Pendidikan Pembantu

    Akuntan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

  • v

    5. Bapak Yosep, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan laporan PKL ini.

    6. Bapak Haryono selaku Kepala KPP Pratama Bandung Cicadas dan seluruh

    pegawai KPP Pratama Bandung Cicadas yang telah memberikan bimbingan

    kepada penulis selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

    7. Prima, Galih, Hadi, Iqbal, Mas Muhammad, dan Ilham yang telah

    memberikan bantuannya kepada penulis sehingga laporan ini dapat

    diselesaikan dengan baik.

    Tangerang Selatan, Juli 2011

    Penulis,

    Tatang Zaelani

  • vi

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya

    bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan ini seluruhnya adalah hasil kerja saya sendiri.

    Dalah hal kutipan saya ambil dari buku, majalah, peraturan-oeraturan yang

    berlaku dan/atau sumber-sumber lainnya, telah saya sebutkan dalam daftar pustaka

    dan catatan kaki.

    Apabila dalam laporan ini ditemui bahwa sebagian atau seluruh isinya

    merupakan jiplakan atau bersifat plagiat sesuai dengan Bab II A No.7 dan Bab II B

    No.3 Keputusan Direktur STAN No. KEP-100/PP.7/2001, saya bersedia untuk

    dinyatakan tidak lulus/kelulusan dibatalkan dan dikeluarkan dari Program Diploma III

    Keuangan Spesialisasi Administrasi Perpajakan.

    Tangerang Selatan, Juli 2011

    Yang Membuat Pernyataan,

    Tatang Zaelani

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................................i

    HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PKL... ...............................ii

    HALAMAN PERSETUJUAN DARI TIM PENILAI LAPORAN PKL......................iii

    KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv

    SURAT PERNYATAAN ............................................................................................. vi

    DAFTAR ISI ................................................................................................................ vii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1

    B. Tujuan Penulisan Laporan PKL ............................................................................ 2

    C. Pembatasan Masalah ............................................................................................. 3

    D. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 3

    E. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 4

    BAB II DATA DAN FAKTA ..................................................................................... 6

    A. GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS ................. 6

    1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas .. 6

    2. Visi dan Misi KPP Pratama Bandung Cicadas....................................... 7

    3. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

    Cicadas ................................................................................................................. 8

    4. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas 10

  • viii

    B. DATA DAN FAKTA KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS .................. 12

    1. Data Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Bandung

    Cicadas ............................................................................................................... 12

    2. Data Penerimaan Angsuran PPh Pasal 25/29 dari Wajib Pajak Orang

    Pribadi Di KPP Pratama Bandung Cicadas ................................................... 13

    3. Tata Cara Penatausahaan dan Pengawasan Pembayaran PPh Pasal

    25 ....................................................................................................................13

    BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 17

    A. Landasan Teori ................................................................................................. 17

    1. Pengertian Pajak dan Penghasilan ............................................................. 17

    2. Pengertian Pajak Penghasilan .................................................................... 18

    3. Pengertian PPh Pasal 25 ............................................................................ 19

    4. Ketentuan Pembayaran dan Pelaporan PPh Pasal 25 ................................ 20

    5. Penerapan Sanksi Terhadap PPh Pasal 25 ................................................. 21

    B. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Membayar

    Angsuran PPh Pasal 25 .................................................................................... 22

    C. Analisis Penerimaan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 di KPP

    Pratama Bandung Cicadas .............................................................................. 26

    D. Analisis Kontribusi Pajak Penghasilan Pasal 25 terhadap Seluruh

    Penerimaan Pajak di KPP Pratama Bandung Cicadas................................. 30

    E. Permasalahan yang Dihadapi .......................................................................... 36

    BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 39

    A. SIMPULAN ....................................................................................................... 39

  • ix

    B. SARAN ............................................................................................................... 40

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 42

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel II.1 Jumlah Wajib Pajak Efektif dan Non Efektif ........................................... 12

    Tabel II.2 Jumlah Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi............ 13

    Tabel III.1 Kriteria Sebagai Wajib Pajak Efektif dan Non Efektif ........................... 23

    Tabel III.2 Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Orang Pribadi.... 25

    Tabel III.3 Rencana dan Realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29 WP OP Tahun 2009

    .................................................................................................................................... 27

    Tabel III.4 Rencana dan Realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29 WP OP Tahun 2010

    .................................................................................................................................... 29

    Tabel III.5 Rincian Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2009................ 31

    Tabel III.6 Rincian Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2010................ 32

    Tabel III.7 Penerimaan PPh 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2009.............. 34

    Tabel III.8 Penerimaan PPh 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2010.............. 35

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas

    Lampiran 2 Realisasi Penerimaan Seluruh Pajak Tahun 2009 dan 2010

    Di KPP Pratama Bandung Cicadas

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pajak merupakan suatu kewajiban bagi seluruh penduduk Indonesia yang diatur

    dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata

    Cara Perpajakan sebagaiman telah beberapa diubah terakhir dengan Undang-Undang

    Nomor 16 Tahun 2009. Hal ini dikarenakan pajak merupakan penerimaan negara

    yang terbesar yang aman dan handal. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan

    penerimaan negara dari sektor pajak, pemerintah melakukan berbagai macam

    kebijakan, khususnya Direktorat Jenderal Pajak salah satunya dengan cara

    mengoptimalkan penerimaan pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi.

    sistem self assessment menghendaki wajib pajak untuk menghitung,

    memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutangnya secara mandiri.

    Apabila dalam melaksanakan kewajibannya Wajib Pajak tidak mematuhi peraturan

    yang berlaku maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    Wajib Pajak setiap tahun mempunyai kewajiban untuk memenuhi kewajiban

    perpajakannya, yaitu menyetor dan melapor pajak yang terutang, kewajiban tersebut

    jika dibayarkan sekaligus setiap tahun maka akan memberatkan Wajib Pajak. Oleh

  • 2

    karena itu, untuk meringankan wajib pajak dalam menyetor pajak yang terutang maka

    diberikan kemudahan bagi Wajib Pajak unutk Mengangsur pembayaran pajaknya

    perMasa Pajak.

    Dalam hal melakukan pembayaran utang pajak, Wajib Pajak diperbolehkan

    untuk mengangsurnya. Mekanisme pembayaran ini dimaksudkan untuk meringankan

    beban wajib pajak tatkala jumlah pajak yang terutang pada suatu tahun yang dihitung

    besar. Mekanisme pembayaran secara angsuran ini disebut dengan angsuran Pajak

    Penghasilan Pasal 25.

    Berdasarkan pada pemaparan-pemaparan di atas, penulis tertarik untuk

    mengangkat topik tersebut dalam laporan ini dengan judul TINJAUAN ATAS

    KEPATUHAN PEMBAYARAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

    25 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SERTA PERANANNYA TERHADAP

    PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

    BANDUNG CICADAS.

    B. Tujuan Penulisan Laporan PKL

    Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penyusunan Laporan Praktik

    Kerja Lapangan ini adalah:

    1. Mempelajari kembali materi Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada mata kuliah

    Pajak Penghasilan sebagaimana telah didapat sewaktu kuliah.

    2. Membandingkan antara teori-teori dan peraturan-peraturan yang telah dipelajari

    selama pendidikan dengan fakta yang terjadi di lapangan.

  • 3

    3. Sebagai sarana bagi penulis untuk mengembangkan kemampuan menganalis

    masalah yang terjadi dikarenakan perbedaan yang terjadi antara teori dengan fakta

    di lapangan.

    4. Untuk mengetahui pelaksanaan pembayaran dan penatausahaan PPh Pasal 25 di

    KPP Pratama Bandung Cicadas.

    5. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang

    pribadi terhadap seluruh penerimaan di KPP Pratama bandung Cicadas.

    6. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi terkait dengan pembayaran PPh Pasal

    25 Wajib Pajak Orang Pribadi.

    C. Pembatasan Masalah

    Laporan ini difokuskan terhadap tingkat kepatuhan pembayaran PPh Pasal 25

    yang dilihat dari jumlah penerimaan pembayaran PPh Pasal 25 yang disandingkan

    dengan rencana penerimaan PPh Pasal 25, serta dengan melihat Wajib Pajak efektif

    dengan banyaknya SPT PPh Pasal 25 yang disampaikan ke KPP Pratama Bandung

    Cicadas.

    D. Metode Pengumpulan Data

    Dalam penyusunan laporan PKL ini, penulis mengunakan metode pengumpulan

    data sebagai berikut:

    1. Metode Kepustakaan

  • 4

    Penulis dalam mengumpulkan data dan informasi membaca dan mempelajari

    peraturan-peraturan yang terkait dengan Pajak Penghasilan, buku-buku literatur, serta

    tulisan-tulisan lainnya yang berkaitan langsung dengan objek penulisan.

    2. Metode wawancara

    Penulis dalam mengumpulkan data dilakukan dengan cara tanya jawab secara

    langsung kepada pihak dan pejabat yang berwenang dan terkait dengan objek yang

    dibahas.

    3. Metode Observasi

    Dengan metode ini, penulis terjun langsung ke lapangan untuk melihat dan

    mengamati peristiwa, keadaan, serta proses yang berkaitan dengan objek penelitian.

    E. Sistematika Penulisan

    Dalam Menyusun Laporan PKL ini, Penyusun membagi pokok bahasan menjadi

    empat bab, yaitu sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang penyusunan Laporan

    PKL yang meliputi latar belakang penulisan, tujuan penulisan, pembatasan

    masalah, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

    BAB II DATA DAN FAKTA

    Bab ini akan terbagi menjadi dua subbab. Subbab pertama menguraikan

    tentang gambaran umum dari KPP Pratama Bandung Cicadas, seperti Sejarah,

    visi dan misi, dan struktur KPP, sedangkan subbab yang kedua menguraikan

  • 5

    tentang data dan fakta yang ada di KPP Pratama Bandung Cicadas, seperti

    jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar, penerimaan angsuran PPh

    Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi, serta tentang penatausahaan PPh Pasal 25

    di KPP Pratama Bandung Cicadas.

    BAB III PEMBAHASAN

    Dalam bab ini dibagi kedalam dua subbab, yang pertama menguraikan tentang

    landasan teori, sedangkan subbab yang kedua menguraikan tentang analisis

    masalah yang dihadapi yang dilakukan dengan menggunakan data dan fakta

    yang telah diperoleh dari KPP Pratama Bandung Cicadas, dan mencoba

    mencari alternatif penyelesaian masalah.

    BAB IV PENUTUP

    Bab ini merupakan simpulan dari apa yang telah diuraikan pada bab-bab

    sebelumnya dan memberikan saran-saran yang diharapkan dapat digunakan

    untuk memecahkan masalah yang timbul dari pembayaran PPh Pasal 25 di

    KPP Pratama Bandung Cicadas.

  • 6

    BAB II

    DATA DAN FAKTA

    A. GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS

    1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas

    Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas merupakan KPP yang

    pada awalnya satu kesatuan dengan KPP Pratama Bandung Cibeunying. Berdasarkan

    Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001,

    tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor

    Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan

    dan Penyidikan Pajak, serta Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan,

    memutuskan bahwa KPP Bandung Cibeunying yang wilayah kerjanya meliputi

    daerah Cibeunying dan Ujungberung dipecah menjadi dua KPP, yaitu KPP Pratama

    Bandung Cibeunying sebagai KPP lama wilayah kerjanya meliputi wilayah

    Cibeunying, sedangkan KPP Pratama Bandung Cicadas sebagai KPP yang baru

    mempunyai wilayah kerja meliputi wilayah Ujungberung ditambah dengan daerah

    Cimenyan Kabupaten Bandung.

    Kemudian berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 122

    Tahun 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya

  • 7

    Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

    Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Pajak Banten, Kantor Wilayah

    Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

    Jawa Barat II sejak tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Bandung

    Cicadas mulai menerapkan sistem administrasi modern dan berganti nama menjadi

    Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.

    2. Visi dan Misi KPP Pratama Bandung Cicadas

    Adapun Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas

    adalah:

    a. Visi

    Visi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas adalah Menjadi

    model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen

    perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat.

    b. Misi

    1) Politik

    Mendukung Demokrasi Bangsa

    2) Kelembagaan

    Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan

    teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.

    3) Fiskal

  • 8

    Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang menunjang

    kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan

    tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

    3. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas

    KPP Pratama Bandung Cicadas di dalam struktur Organisasi Direktorat Jenderal

    Pajak mempunyai kedudukan sebagai unsur pelaksana di bidang pelayanan pajak.

    KPP Pratama Bandung Cicadas berada di bawah dan bertanggung jawab secara

    langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I.

    Secara organisatoris, KPP Bandung Cicadas dipimpin oleh seorang Kepala Kantor

    yang dibantu oleh Kepala Seksi, Account Representatif (AR), Fungsional Pemeriksa,

    Fungsional Penilai PBB dan para Staf Pelaksana.

    Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, maka struktur

    organisasi dan KPP Pratama Bandung Cicadas terdiri atas beberapa bagian yaitu

    sebagai berikut :

    1) Kepala Kantor

    Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas untuk

    menyelenggarakan, mengkoordinasi dan mengevaluasi kegiatan operasional

    Direktorat Jenderal Pajak di kantornya.

    2) Subbagian Umum

    Bagian ini mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata

    usaha, dan rumah tangga KPP Pratama Bandung Cicadas.

  • 9

    3) Seksi Pengolahan Data dan Informasi

    Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan

    pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,

    perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan,

    pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

    Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-

    Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

    4) Seksi Pelayanan

    Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk

    hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan

    dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan

    perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama

    perpajakan.

    5) Seksi Penagihan

    Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang

    pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan

    penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

    6) Seksi Pemeriksaan

    Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana

    pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan

    penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan

    perpajakan lainnya

    7) Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

  • 10

    Seksi ini Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi

    perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis

    data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

    8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi

    Seksi ini di bagi menjadi 4 (empat) seksi, masing-masing seksi mempunyai

    tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,

    bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan,

    penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib

    Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak,

    usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah

    dan Bangunan, serta melakukan evaluasi hasil banding.

    Setiap seksi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai wilayah kerja

    masing-masing tergantung dari luasnya wilayah dan besarnya potensi pajak ada pada

    daerah tersebut.

    9) Kelompok Jabatan Fungsional

    Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai

    dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku. Kelompok ini mempunyai tanggung jawab secara langsung

    kepada Kepala Kantor karena kelompok ini tidak dipimpin kepala seksinya.

    4. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas

    Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas yang beralamat di jl.

    Soekarno Hatta No. 781 Bandung, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No

  • 11

    55/PMK.01/2007 wilayah kerja KPP Bandung Cicadas meliputi 6 (enam) kecamatan,

    yaitu :

    1. Kecamatan Cicadas

    2. Kecamatan Arcamanik

    3. Kecamatan Cibiru

    4. Kecamatan Ujungberung

    5. Kecamatan Rancasari

    6. Kecamatan Margacinta

    Seiring dengan perkembangan ekonomi, geografis, dan penduduk, jumlah

    kecamatan yang ada di wilayah kerja KPP mengalami pemekaran dan penghapusan.

    Hingga Tahun 2010 wilayah kerja KPP Pratama Bandung Cicadas bertambah menjadi

    sepuluh kecamatan, yaitu : Kecamatan Mandalajati, Ujung Berung, Cibiru,

    Panyileukan, Cinambo, Arcamanik, Antapani, Buah Batu, Rancasari, dan Gede Bage.

    Gambar II.1

    Peta Wilayah Kerja KPP Pratama Bandung Cicadas

    Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Bandung Cicadas

  • 12

    B. DATA DAN FAKTA KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS

    1. Data Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Bandung Cicadas

    Wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Cicadas dari tahun ke

    tahun terus berkembang, sebagian besar Wajib Pajak yang terdaftar adalah Wajib

    Pajak Orang Pribadi. Hal ini karena di wilayah kerja KPP Pratama Bandung Cicadas

    kebanyakan wilayahnya difungsikan sebagai daerah pemukiman masyarakat dan

    pesawahan sehingga wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama

    Bandung Cicadas ini sangat banyak.

    Tabel III.1 di bawah ini menunjukan jumlah wajib pajak ada di KPP Pratama

    Bandung Cicadas yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non

    Efektif.

    Tabel II.1

    Jumlah Wajib Pajak Efektif dan Non Efektif

    Wajib

    Pajak

    Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

    Efektif Non

    Efektif

    Efektif Non

    Efektif

    Efektif Non

    Efektif

    Badan 6.972 939 7.760 921 8.151 1.262

    OP 42.646 2.211 77.569 2.455 89.992 8.187

    Bendahara 509 149 571 0 232 0

    Jumlah 50.127 3.299 98.143 3.376 106.224 9.449

    Sumber: diolah dari Seksi Pelayanan KPP Pratama Bandung Cicadas

  • 13

    2. Data Penerimaan Angsuran PPh Pasal 25/29 dari Wajib Pajak Orang

    Pribadi Di KPP Pratama Bandung Cicadas

    Tabel II.2 di bawah ini ditampilkan realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29 untuk

    tahun 2009 dan 2010 dari bulan Januari s.d Desember.

    Tabel II.2

    Jumlah Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi

    Bulan Tahun 2009 Tahun 2010

    Januari Rp270.495.332,00 Rp119.915.987,00

    Februari Rp617.960.845,00 Rp195.927.630,00

    Maret Rp2.327.713.320,00 Rp2.195.203.620,00

    April Rp220.476.832,00 Rp337.704.191,00

    Mei Rp189.655.267,00 Rp223.968.042,00

    Juni Rp355.571.152,00 Rp137.743.513,00

    Juli Rp1.542.923.174,00 Rp128.610.367,00

    Agustus Rp145.790.629,00 Rp251.376.350,00

    September Rp111.226.611,00 Rp128.110.385,00

    Oktober Rp158.276.697,00 Rp136.474.195,00

    November Rp215.164.568,00 RP126.159.429,00

    Desember Rp125.881.339,00 Rp150.603.383,00

    Total Rp6.227.135.766,00 RP4.131.797.092,00

    Sumber: Diolah dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi

    3. Tata Cara Penatausahaan dan Pengawasan Pembayaran PPh Pasal 25

    Pengawasan pembayaran PPh Pasal 25 adalah serangkaian tindakan yang

    dilakukan oleh pegawai pajak untuk mengawasi pelaksanaan pemenuhan kewajiban

    perpajakan Wajib Pajak, serangkaian kegiatan pengawasan tersebut dilakukan

    terhadap:

    a. Kewajiban melunasi utang pajak dalam suatu masa pajak

  • 14

    b. Kewajiban melaporkan pembayaran utang pajak ke KPP untuk suatu masa pajak

    Kegiatan pengawasan tersebut semata-mata untuk tujuan menjaga kepatuhan

    Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dalam rangka

    mengamankan penerimaan negara.

    Penatausahaan pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor

    Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah sebagai berikut :

    a. Wajib Pajak/Pengusaha Kena Pajak menyampaikan SPT Masa baik langsung

    maupun melalui pos/ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak.

    b. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Masa yang disampaikan

    langsung oleh Wajib Pajak dan SPT Masa yang disampaikan melalui

    pos/ekspedisi. Untuk SPT Masa Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang

    diterima secara langsung harus ditolak sedangkan yang melalui pos/ekspedisi

    diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan surat

    pengantar.

    c. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT Masa

    berdasarkan ketentuan:

    1) Untuk SPT Masa lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT Masa

    atau kelengkapannya, menerbitkan BPS/LPAD, menyampaikan langsung

    atau mengirimkan BPS ke Wajib Pajak atau kuasanya, menggabungkan

    LPAD dengan SPT Masa atau dokumen kelengkapan SPT Masa.

  • 15

    2) Untuk SPT Masa tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak

    sedangkan yang melalui pos/ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan

    disertai Surat Penolakan SPT Masa

    d. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar

    Penerusan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak lain dan Surat Penolakan SPT ke

    Kepala Seksi Pelayanan, dan meneruskan SPT beserta batch header ke Pelaksana

    Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

    e. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang

    diterima. Proses atas surat yang telah ditandatangani dilanjutkan ke SOP Tata

    Cara Penatausahaan Dokumen WP dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen

    di KPP.

    f. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi mengecek dan mencocokkan

    kebenaran fisik SPT Masa apakah telah sesuai dengan isi batch header, merekam

    SPT Masa lengkap, dan mengirimkan SPT Masa yang telah direkam ke Seksi

    Pelayanan.

    g. Account Representative meneliti dan memproses SPT yang terdapat kesalahan

    matematis dan/atau terlambat disampaikan/dibayar berdasarkan data hasil

    perekaman SPT. Dalam hal terdapat kesalahan matematis, Account

    Representative membuat Surat Himbauan (SOP tentang Tata Cara Himbauan

    Perbaikan Surat Pemberitahuan) sedangkan dalam hal terjadi keterlambatan

  • 16

    penyampaian/pembayaran SPT dibuatkan STP (SOP tentang Tata Cara

    Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)).

    h. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah direkam dari Pelaksana

    Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan menatausahakan SPT Masa. SPT Masa

    LB yang meminta pengembalian dikirim ke Seksi Pemeriksaan dan

    ditindaklanjuti dengan SOP tentang pemeriksaan. Wajib Pajak yang benar-benar

    tidak memasukkan SPT Masa akan tercatat secara sistem pada rekapitulasi Wajib

    Pajak yang belum melaporkan SPT Masa dan dapat ditindaklanjuti dengan

    membuat Surat Teguran Penyampaian SPT (SOP tentang Tata Cara Penerbitan

    Surat Teguran SPT Masa).

    i. Proses Selesai.

  • 17

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Landasan Teori

    1. Pengertian Pajak dan Penghasilan

    Pajak berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

    Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah

    terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang menjelaskan bahwa

    pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

    badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan

    imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

    besarnya kemakmuran rakyat.

    Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak

    Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang

    Nomor 36 Tahun 2008, yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap

    tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang

    berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi

    atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan

    dalam bentuk apapun, Pengertian Penghasilan dalam Undang-Undang pajak

  • 18

    penghasilan ini tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi

    pada adanya tambahan kemampuan ekonomis

    Berdasarkan penjelasan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983

    sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun

    2008 menyebutkan jika dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis

    kepada Wajib Pajak, maka penghasilan dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) jenis,

    yaitu :

    a. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti

    gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan,

    pengacara, dan sebagainya;

    b. penghasilan dari usaha dan kegiatan;

    c. penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak, seperti

    bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang

    tidak dipergunakan untuk usaha; dan

    d. penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.

    2. Pengertian Pajak Penghasilan

    Pajak Penghasilan sebagaimana disebutkan pada Pasal 1 Undang-Undang

    Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

    Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan bahwa Pajak Penghasilan

    dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya

    dalam tahun pajak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa subjek pajak akan dikenakan

    pajak apabila subjek pajak tersebut menerima atau memperoleh penghasilan dalam

    satu tahun pajak atau bagian tahun pajak baik yang diterima dari dalam negeri

  • 19

    maupun dari luar negeri. Berdasarkan Pasal 3 Ayat (1) Undang-Undang Pajak

    Penghasilan Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terkahir

    dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 semua subjek pajak pada dasarnya

    dikenakan pajak penghasilan tetapi terdapat beberapa subjek pajak yang dikecualikan

    dari pengenaan pajak penghasilan.

    3. Pengertian PPh Pasal 25

    Berdasarkan Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983

    sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36

    Tahun 2008 bahwa besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus

    dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan

    yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak

    yang lalu dikurangi dengan :

    a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan

    Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 22 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa

    kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;

    b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh

    dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,

    dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

    Dalam hal-hal tertentu Direktorat Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan

    penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yaitu sebagai

    berikut.

    a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;

  • 20

    b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;

    c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan

    setelah lewat batas waktu yang ditentukan;

    d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat

    Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;

    e. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

    Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran

    bulanan sebelum pembetulan; dan

    f. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

    Besarnya PPh Masa Pasal 25 yang dibayarkan untuk setiap masa pajaknya yang

    besarnya sama adalah sampai pada batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan

    pajak Tahunan Orang Pribadi adalah 31 Maret setelah tahun pajak berakhir. Hal ini

    karena angsuran yang dibayar sebelum penyampaian SPT yang dimaksud adalah

    sebesar angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu.

    Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk

    tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat

    ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan

    surat ketetapan pajak.

    4. Ketentuan Pembayaran dan Pelaporan PPh Pasal 25

    Berdasakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tentang

    Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan

    Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan

    Pajak, Serta tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pajak, menjelaskan bahwa jangka

  • 21

    waktu pembayaran atau penyetoran angsuran PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama

    tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir, pengecualian

    bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat

    (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat

    Pemberitahuan Masa, harus dibayar paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir.

    5. Penerapan Sanksi Terhadap PPh Pasal 25

    PPh Pasal 25 yang dibayarkan dan dilaporkan setiap masa pajak harus

    dilaksanakan tepat waktu tidak boleh melebihi jangka waktu yang telah ditentukan

    berdasarkan Pasal 7 dan 9 Undang-Undang KUP, apabila ketentuan-ketentuan

    tersebut tidak dipatuhi maka akan ada sanksi kepada wajib pajak. Sanksi tersebut

    dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut:

    a. Bunga

    Berdasarkan Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang

    Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

    Apabila wajib pajak pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang

    membayar pajak yang terutang dikenakan sanksi administrasiberupa bunga

    sebesar 2 (dua) persen perbulan untuk seluruh pajak masa yang dihitung dari

    tanggal jatuh tempo sampai dengan pembayaran atau tanggal diterbitkannya

    Surat Tagihan Pajak (STP).

    Untuk hitungan bunga 2 (dua) persen perbulan bagian dari bulan dihitung penuh 1

    (satu) bulan.

  • 22

    b. Denda

    Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

    Umum dan Tata Cara Perpajakan, apabila wajib pajak tidak menyampaikan SPT masa

    ke KPP dalam jangka waktu yang telah ditentukan yaitu paling lambat tanggal 20

    bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir, maka kepada wajib pajak akan

    dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp100.000. Sanksi ini dikenakan hanya satu

    kali terhadap keterlambatan penyampaian SPT Masa.

    B. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Membayar

    Angsuran PPh Pasal 25

    Sebelum menganalisis tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam

    membayar PPh Pasal 25/29, terlebih dahulu harus diketahui mengenai jumlah Wajib

    Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non Efektif,

    Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 89/PJ/2009 tentang

    Tata Cara Penanganan Wajib Pajak Non Efektif menyatakan bahwa yang dimaksud

    Wajib Pajak Non Efektif yang selanjutnya disebut dengan WP NE adalah Wajib

    Pajak yang tidak melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya baik berupa

    pembayaran maupun penyampaian Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) dan/atau

    Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan perpajakan, yang nantinya dapat diaktifkan kembali.

    Selanjutnya pada SE - 89/PJ/2009 tersebut dinyatakan bahwa yang menjadi Wajib

    Pajak Non Efektif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

  • 23

    1. Selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak pernah melakukan pemenuhan

    kewajiban perpajakan baik berupa pembayaran pajak maupun penyampaian SPT

    Masa dan/atau SPT Tahunan.

    2. Tidak diketahui/ditemukan lagi alamatnya.

    3. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia tetapi belum diterima

    pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli warisnya atau belum mengajukan

    penghapusan NPWP.

    4. Secara nyata tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha.

    5. Bendahara tidak melakukan pembayaran lagi.

    6. Wajib Pajak badan yang telah bubar tetapi belum ada Akte Pembubarannya atau

    belum ada penyelesaian likuidasi (bagi badan yang sudah mendapat pengesahan

    dari instansi yang berwenang).

    7. Wajib Pajak orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada atau bekerja di

    luar negeri lebih dari 183 dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan.

    Tabel III.1

    Kriteria Sebagai Wajib Pajak Efektif dan Non Efektif

    SPT MASA/TAHUNAN PEMBAYARAN KRITERIA

    ADA ADA EFEKTIF

    ADA TIDAK ADA EFEKTIF

    TIDAK ADA ADA EFEKTIF

    TIDAK ADA TIDAK ADA NON EFEKTIF

    Sumber: SE - 89/PJ/2009 tentang Tata Cara Penanganan Wajib pajak Non

    Efektif Kriteria-kriteria di atas tidak bersifat kumulatif, dan dari semua kriteria di atas

    yang menjadi syarat umum dinyatakan sebagai Wajib Pajak Non Efektif adalah wajib

    pajak yang tidak pernah melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan baik berupa

  • 24

    pembayaran pajak maupun penyampaian SPT Masa dan/atau SPT Tahunan selama 3

    (tiga) tahun berturut-turut. Serta pada Tabel III.1 ditampilkan kriteria sebagai Wajib

    Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non Efektif

    Di KPP Pratama Bandung Cicadas pada tahun 2009 perkembangan jumlah

    Wajib Pajak Orang Pribadi mengalami peningkatan yang cukup banyak dari jenis

    wajib pajak yang lainnya. Pada Tabel II.1 yaitu total sebanyak 80.024 wajib pajak

    yang pada akhir tahun 2008 berjumlah 44.857 dengan jumlah pertambahan wajib

    pajak selama tahun 2009 sebanyak 37.167 dengan persentase kenaikan sebesar

    78,40%. Tidak semuanya terdaftar sebagai Wajib Pajak Efektif ada juga terdaftar

    sebagai Wajib Pajak Non Efektif, untuk Wajib Pajak Efektif di tahun 2009 sebanyak

    77.569 wajib pajak berarti untuk Wajib Pajak Non Efetif adalah jumlah semua wajib

    pajak dikurangi dengan jumlah Wajib Pajak Efektif yaitu sebanyak 2.455 wajib pajak.

    Di tahun 2010 pertambahan Wajib Pajak Orang Pribadi jauh lebih sedikit

    dibandingkan dengan pertambahan di tahun 2009, total Wajib Pajak Orang Pribadi di

    tahun 2010 adalah sebanyak 98.178 dengan jumlah pertambahan sebanyak 18.154.

    untuk wajib pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Efektif untuk tahun 2010 yaitu

    sebanyak 89.992 dan jumlah Wajib Pajak Non Efektifnya adalah sebanyak 8.187.

    Banyaknya jumlah pembayaran PPh Pasal 25 sulit dijadikan sebagai alat

    mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak, yang cocok untuk dijadikan alat untuk

    mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yaitu berdasarkan pada

    banyaknya jumlah SPT Masa PPh Pasal 25 yang telah disampaikan oleh Wajib Pajak

    Orang Pribadi ke KPP Pratama Bandung Cicadas yang dibandingkan dengan jumlah

    Wajib Pajak Efektif di KPP. SPT Masa PPh Pasal 25 yang disampaikan ke KPP

  • 25

    adalah bukti pembayaran PPh Pasal 25 wajib pajak kepada bank atau Surat Setoran

    Pajak (SSP) lembar ketiga. Jadi wajib pajak dengan menyampaikan SSP lembar yang

    ketiga ke KPP maka wajib pajak dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal

    25.

    Pada Tabel III.2 akan ditampilkan mengenai perbandingan antara jumlah SPT

    Masa PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah disampaikan ke KPP

    Pratama Bandung Cicadas dibandingkan dengan Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai

    Wajib Pajak Efektif.

    Tabel III.2

    Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang

    Pribadi

    Tahun WP Efektif SPT Disampaikan Persentase (%)

    2009 77.569 7.784 10,03%

    2010 89.992 16.625 18,47%

    S.d. Juni 2011 97.620 9.483 9,71%

    Sumber : diolah dari Seksi Pelayanan KPP Pratama Bandung Cicadas

    Pada Tabel III.2 dapat disimpulkan bahwa penyampaian SPT Masa PPh Pasal

    25 setiap tahunnya mengalami kenaikan. Kepatuhan untuk tahun 2010 sebesar

    18,47%, meningkat dari tahun 2009 sebesar 8,44%, dan untuk semester satu pada

    tahun 2011 persentase kepatuhannya sebesar 9,71%. Pada tahun 2011 tingkat

    penyampaian SPT Masa PPh Pasal 25 bisa dibilang meningkat karena di tahun 2011

    persentase 9,71% tersebut merupakan persentase untuk setengah tahun bukan setahun

  • 26

    penuh, jadi ada kemungkinan di akhir tahun persentase kepatuhannya dapat melebihi

    persentase dari tahun sebelumnya.

    Tingkat kepatuhan Wajib Pajak tidak cukup dengan persentase yang telah

    dicapai seperti pada Tabel III.2 diatas, banyak cara untuk lebih meningkatkan

    kepatuhan wajib pajak diantaranya dengan meningkatkan himbauan kepada wajib

    pajak, konseling, dan melakukan penyisiran ke tempat-tempat yang dimungkinkan

    masyarakat yang ada di wilayah kerja KPP mempunyai penghasilan yang melebihi

    dari PTKP sehingga dapat didaftarkan menjadi wajib pajak, kegiatan ini merupakan

    bagian dari kegiatan ekstensifikasi untuk pendaftaran NPWP

    C. Analisis Penerimaan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 di KPP

    Pratama Bandung Cicadas

    Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan pajak yang harus dibayarkan oleh wajib

    pajak setiap bulan. Besarnya Pajak terutang yang dibayarkan adalah sebesar pajak

    setahun yang dikurangi dengan kredit pajak. Hal ini berarti negara setiap bulannya

    mendapatkan kas dari wajib pajak yang besarnya sama. Di KPP Pratama Bandung

    Cicadas jika dilihat dari jumlah wajib pajak orang pribadi pada tabel II.1 kontribusi

    penerimaan dari PPh Pasal 25 memiliki peranan sangat penting dalam seluruh

    penerimaan KPP, mengingat jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang sangat banyak.

    Pada Tabel III.3 ditampilkan data jumlah rencana penerimaan dan realisasi PPh

    Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi dari bulan Januari sampai dengan bulan

    Desember tahun 2009. Pada tabel tersebut bukan hanya jumlah penerimaan dari PPh

    Pasal 25 saja yang ditampilkan tetapi juga PPh Pasal 29, hal ini terjadi karena proses

  • 27

    penatausahaannya yang sama antara PPh Pasal 25 dengan PPh Pasal 29 sehingga

    diantara keduanya tidak dapat dipisahkan.

    Pada Tabel III.3 juga ditampilkan tingkat pencapaian penerimaan PPh Pasal 25

    Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan oleh KPP Pratama Bandung Cicadas

    terhadap rencana penerimaannya yang dihitung dengan cara mempersentasekan

    realisasi penerimaan terhadap rencana penerimaan di tahun 2009.

    Tabel III.3

    Rencana dan Realisasi Penerimaan PPh Pasal 25/29 WP OP Tahun 2009

    Bulan Rencana Realisasi Persentase

    Januari Rp255.316.723,00 Rp270.495.332 105,94%

    Februari Rp316.561.281,00 Rp613.960.845 193,94%

    Maret Rp2.884.397.431,00 Rp2.327.713.320 80,70%

    April Rp552.213.697,00 Rp220.476.832 39,92%

    Mei Rp347.759.327,00 Rp189.655.267 54,53%

    Juni Rp402.932.107,00 Rp355.571.152 88,24%

    Juli Rp400.373.452,00 Rp1.542.923.174 385,37%

    Agustus Rp401.921.263,00 Rp145.790.629 36,27%

    September Rp483.278.686,00 Rp111.226.611 23,01%

    Oktober Rp449.856.884,00 Rp158.276.697 35,18%

    November Rp557.097.446,00 Rp215.164.568 38,62%

    Desember Rp1.520.569.702,00 Rp125.881.339 8,27%

    Total Rp8.592.278.000,00 Rp6.277.135.766 73,22%

    Sumber: diolah dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi

    Pada Tabel III.3 dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29

    Wajib Pajak Orang Pribadi di tahun 2009 secara keseluruhan mencapai 73,22%.

    Realisasi penerimaan yang paling rendah terjadi pada bulan Desember dengan total

    realisasi sebesar Rp125.881.339,00 dengan Persentase 8,27%, hal ini jauh

  • 28

    dibandingkan dengan rencana penerimaan sebesar Rp1.520.569.702,00. Sedangkan

    realisasi penerimaan yang paling tinggi terjadi pada bulan Juli dengan jumlah

    penerimaan sebesar Rp1.542.923.174,00 dengan persentase sebesar 385.37% dari

    rencana penerimaan sebesar Rp400.373.452,00 jumlah penerimaan ini jarang sekali

    terjadi, hal ini dimungkinkan terjadi kesalahan dalam proses pembayaran oleh Wajib

    Pajak yang terjadi pada bulan tersebut. Setelah dilakukan pencarian terhadap

    transaksi-transaksi pembayaran terhadap PPh Pasal 25/29 di KPP Pratama Bandung

    Cicadas yang dilakukan selama bulan Juli, dan dilakukan analisis terhadap transaksi-

    transaksi tersebut maka ditemukan satu transaksi pembayaran PPh Pasal 25 dengan

    jumlah nominal pembayaran Rp1.225.246.735, Wajib Pajak yang melakukan

    pembayarannya berdasarkan transaksi tersebut adalah saudara Kusnadi dengan status

    sebagai pegawai Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD). Penulis

    melakukan wawancara dengan beberapa berdasarkan analisis, jika dilihat dari status

    pembayaran PPh tersebut, transaksi tersebut bukan merupakan pembayaran PPh Pasal

    25, kemungkinan terbesar pembayaran tersebut adalah untuk pembayaran PPh Pasal

    21, dan Kusnadi sebagai Bendahara BUMN/BUMD tempatnya bekerja.

    Pada Tabel III.3 di atas jika dilihat dari keseluruhan selama setahun yang

    mencapai rencana penerimaan PPh Pasal 25/29 hanya 3 (tiga) bulan, tetapi jika dilihat

    dari persentase keseluruhan pencapaian terhadap rencana cukup tinggi yaitu sebsesar

    73,22%.

    Di bawah ini ditampilkan rencana penerimaan dan realisasi penerimaan pada

    tahun 2010, rencana penerimaan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi

    Rp10.422.224.000,00. Rencana penerimaan tersebut meningkat sebesar

  • 29

    Rp1.829.946.000,00 dari tahun 2009. Berikut ini ditampilkan rincian rencana dan

    realisasi penerimaan untuk setiap bulannya.

    Tabel III.4

    Rencana Penerimaan dan Realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29 wajib Pajak

    Orang pribadi Tahun 2010

    Bulan Rencana Realisasi Persentase

    Januari Rp384.994.594,00 Rp119.915.987,00 31,14%

    Februari Rp686.070.065,00 Rp195.927.630,00 28,55%

    Maret Rp3.443.045.523,00 Rp2.195.203.620,00 63,75%

    April Rp644.275.709,00 Rp337.704.191,00 52,41%

    Mei Rp365.523.331,00 Rp223.968.042,00 61,27%

    Juni Rp611.415.244,00 Rp137.743.513,00 22,52%

    Juli Rp1.488.449.971,00 Rp128.610.367,00 8,64%

    Agustus Rp299.283.333,00 Rp251.376.350,00 83.99%

    September Rp267.717.765,00 Rp128.110.385,00 47,85%

    Oktober Rp311.481.743,00 Rp136.474.195,00 43,81%

    November Rp357.954.260,00 Rp126.159.429,00 35,24%

    Desember Rp1.562.012.462,00 Rp150.603.383,00 9,64%

    Total Rp10.422.224.000,00 Rp4.131.797.092,00 39,64%

    Sumber: diolah dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi

    Pada Tabel III.4 di atas dapat dilihat rencana dan realisasi penerimaan PPh Pasal

    25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi pad tahun 2010. Pada tahun 2010 realisasi paling

    rendah terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar Rp128.610.367,00 dengan persentase

    terhadap rencana penerimaan sebesar 8,64%. Hal ini jauh dengan rencana penerimaan

    sebesar Rp1.488.449.971. Cara menentukan rencana penerimaan untuk periode

    selanjutnya adalah dengan melihat pencapaian pada periode-periode sebelumnya, jadi

  • 30

    disini bukan hanya kekurangpatuhan melainkan ada yang salah ketika menentukan

    rencana penerimaan pada bulan Juli, karena sudah diketahui pada bulan Juli 2009

    terjadi transaksi yang tidak wajar yaitu ada wajib pajak yang melakukan pembayaran

    dengan nominal lebih dari 1 Milyar. Sedangkan realisasi paling tinggi terjadi pada

    bulan Maret 2010 dengan realisasi penerimaan sebesar 2.195.203.620 dengan

    persentase terhadap rencana penerimaan yaitu sebesar 63,75%.

    Secara keseluruhan realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29 di tahun 2010 jika

    dibandingkan dengan realisasi penerimaan di tahun 2009 mengalami penurunan

    karena di tahun 2009 rata-rata realisasi penerimaan pertahunnya mencapai 73,22%

    sedangkan di tahun 2010 rata-rata realisasi penerimaan pertahunnya mencapai

    39,64%.

    Pada Tabel III.4 dan Tabel III.5 data-data rencana yang terdapat untuk tiap

    bulan berbeda-beda, secara teori bahwa angsuran PPh Pasal 25 adalah angsuran yang

    harus dibayarkan oleh wajib pajak yang besarnya sama untuk setiap bulannya. Namun

    pada tabel tersebut berbeda untuk setiap bulannya, hal ini dikarenakan ada

    pembayaran lain selain PPh Pasal 25 yaitu:

    1. Pembayaran selain PPh 25 yaitu PPh Pasal 29

    2. Pembayaran sanksi perpajakan

    D. Analisis Kontribusi Pajak Penghasilan Pasal 25 terhadap Seluruh

    Penerimaan Pajak di KPP Pratama Bandung Cicadas

    KPP Pratama Bandung Cicadas yang memiliki Wajib Pajak Orang Pribadi

    sebanyak 98.179 yang sedemikian besar ternyata dalam segi penerimaannya masih

  • 31

    relatif kecil dari yang diharapkan jika melihat potensi-potensi pajak yang terdapat

    dalam wilayah kerjanya. Tampaknya masih banyak lagi potensi-potensi pajak yang

    perlu digali untuk meningkatkan penerimaan pajaknya. Penerimaan Pajak Pengasilan

    yang telah dicapai oleh KPP Pratama Bandung Cicadas dapat dilihat pada Tabel III.5

    di bawah ini :

    Tabel III.5

    Rincian Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2009

    Uraian Realisasi % terhadap PPh Total

    1. PPh Non Migas Rp108.755.783.852,00 99,98%

    PPh Non Migas Lainnya Rp732.400,00 0,00067%

    PPh Pasal 21 Rp31.690.788.534,00 29,13%

    PPh Pasal 22 DN Rp9.353.015.016,00 8,59%

    PPh Pasal 22 Impor Rp12.364.184.074,00 11,36%

    PPh Pasal 23 Rp13.042.507.230,00 11,99%

    PPh Pasal 25/29 Badan Rp7.028.443.969,00 6,46%

    PPh Pasal 25/29 OP Rp6.277.135.766,00 5,77%

    PPh Pasal 26 Rp200.160.595,00 0,18%

    PPh Final Rp28.793.534.396,00 26,47%

    PPh Fiskal Luar Negeri Rp5.281.872,00 0,0048%

    2. PPh Migas Rp11.742.382,00 0,02%

    Total Pajak

    Penghasilan

    Rp108.767.526.234,00 100%

    Sumber: diolah dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi

    Pada Tabel III.5 dapat dilihat bahwa kontribusi PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang

    Pribadi terhadap penerimaan Pajak Penghasilan secara keseluruhan pada tahun 2009

    PPh Pasal 25 Orang Pribadi menyumbang sebesar Rp6.277.137.766 dari jumlah total

  • 32

    penerimaan Pajak penghasilan sebesar Rp108.767.526.234 atau menyumbang dengan

    persentase sebesar 5,77% dari total penerimaan pajak penghasilan yang ada. Bila

    dibandingkan dengan yang pajak lain jauh berbeda, yang paling tinggi kontribusinya

    terhadap total penerimaan PPh yaitu berasal PPh Pasal 21 dengan persentase sebesar

    29,13% dan selanjutnya dari PPh Final sebesar 26,47%. Hal ini menunjukan bahwa

    kriteria Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Cicadas mayoritas

    sebagai pegawai, baik sebagai pegawai swasta maupun sebagai pegawai negeri.

    Tabel III.6

    Rincian Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2010

    Uraian Realisasi 2010 % terhadap PPh Total

    1. PPh Non Migas Rp147.297.248.354,00 99,99%

    PPh Non Migas Lainnya Rp3.044.080,00 0,0020%

    PPh Pasal 21 Rp44.772.395.384,00 30,39%

    PPh Pasal 22 DN Rp11.165.245.425,00 7,57%

    PPh Pasal 22 Impor Rp22.539.782.647,00 15,3%

    PPh Pasal 23 Rp13.491.644.411,00 9,15%

    PPh Pasal 25/29 Badan Rp7.220.056.130,00 4,90%

    PPh Pasal 25/29 OP Rp4.131.797.092,00 2,80%

    PPh Pasal 26 Rp505.004.394,00 0,34%

    PPh Final Rp43.468.278.791,00 29,5%

    PPhFiskal Luar Negeri Rp0 0%

    2. PPh Migas Rp4.861.897,00 0,01%

    Total Pajak Penghasilan Rp147.302.110.251,00 100%

    Sumber: diolah dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi

    Pada Tabel III.6 kontribusi PPh Pasal 25/29 terhadap penerimaan Pajak

    Penghasilan secara keseluruhan lebih kecil dari tahun 2009 yaitu sebesar

    Rp4.131.797.092 dengan kontribusi sebesar 2,80%. Untuk kontribusi terbesar

  • 33

    terhadap Pajak Penghasilan di tahun 2010 masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu

    dari PPh Pasal 21 sebesar 30,39% dan yang kedua dari PPh Final sebesar 29,5%.

    Analisis selanjutnya yang akan dilakukan yaitu dengan melihat dari kontribusi

    PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi selama setahun terhadap penerimaan dari

    seluruh jenis pajak di KPP Pratama Bandung Cicadas. Jika dilihat dari pembahasan

    pada sub-sub bab sebelumnya mengenai jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP

    Prtama Bandung Cicadas, Wajib Pajak Orang Pribadi mempunyai peranan dalam

    penerimaan negara. Jika dilihat pada Tabel II.1 tentang jumlah wajib pajak yang

    terdaftar di KPP Pratama Bandung Cicadas, perbandingan antara jumlah Wajib Pajak

    Orang Pribadi dengan jumlah wajib pajak yang lainnya jauh berbeda, pada tahun 2010

    perbandingan antara jumlah Wajib Pajak Pribadi dengan Wajib Pajak Badan

    perbandingannya mencapai 1 berbanding 11. Dari perbandingan tersebut dapat

    diperkirakan bahwa penerimaan PPh Pasal 25 Wajib Pajak orang Pribadi di KPP

    Pratama Bandung Cicadas sangat besar. Namun setelah dilihat dari kontribusi

    penerimaannya ternyata kontribusi PPh Pasal 25 terhadap penerimaan Pajak

    Penghasilan secara keseluruhan sebesar 2,80%.

    Pada tabel III.7 ditampilkan besarnya kontribusi dari penerimaan PPh Pasal

    25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap realisasi penerimaan seluruh pajak di KPP

    Pratama Bandung Cicadas tahun 2009, dan Pada Tabel III.7 ditampilkan jumlah

    rincian setiap bulan dari Januari sampai dengan Desember tahun 2009

  • 34

    Tabel III.7

    Penerimaan PPh 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2009

    Bulan Penerimaan Pajak Penerimaan PPh

    Pasal 25/29 Persentase (%)

    Januari Rp17.393.290.476,00 Rp270.495.332,00 1,55%

    Februari Rp15.012.671.614,00 Rp329.274.685,00 2,19%

    Maret Rp19.759.731.684,00 Rp2.327.713.320,00 11,78%

    April Rp24.812.098.209,00 Rp220.476.832,00 0,88%

    Mei Rp20.578.094.420,00 Rp189.655.267,00 0,92%

    Juni Rp57.078.333.163,00 Rp355.571.152,00 0,62%

    Juli Rp29.626.792.857,00 Rp1.542.923.174,00 5,20%

    Agustus Rp64.421.333.590,00 Rp145.790.629,00 0,22%

    September Rp30.744.675.505,00 Rp111.226.611,00 0,36%

    Oktober Rp68.465.713.314,00 Rp158.276.697,00 0,23%

    November Rp30.948.640.514,00 Rp215.164.568,00 0,69%

    Desember Rp97.805.586.040,00 Rp125.822.703,00 0,12%

    Total Rp476.646.961.386,00 Rp5.992.390.970,00 1,25%

    Sumber: diolah dari Seksi Pengwasan dan Konsultasi

    Pada Tabel III.7 dapat dilihat kontribusi PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang

    Pribadi pada tahun 2009 yang paling tinggi terdapat di bulan Maret sebesar 11,78%

    dari total penerimaan. Hal ini disebabkan karena batas waktu pembayaran pajak yang

    masih harus dibayar dalam SPT Tahunan Orang Pribadi adalah paling lambat akhir

    bulan Maret, jadi Wajib Pajak pada bulan Maret banyak yang melakukan pembayaran

    untuk PPh Pasal 29. Untuk kontribusi yang paling kecil terdapat pada bulan Desember

    2009 dengan persentase sebesar 0,12%. Secara keseluruhan kontribusi PPh Pasl 25/29

    Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap seluruh penerimaan pajak tahun 2009 sebesar

    1,25%.

  • 35

    Tabel III.8

    Penerimaan PPh 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2010

    Bulan Penerimaan Pajak Penerimaan PPh

    Pasal 25/29 Persentase

    Januari Rp28.997.726.606,00 Rp119.915.987,00 0,41%

    Februari Rp21.719.139.888,00 Rp195.927.630,00 0,90%

    Maret Rp26.427.452.366,00 Rp2.195.203.620,00 8,30%

    April Rp38.542.895.468,00 Rp337.704.191,00 0,87%

    Mei Rp29.966.247.170,00 Rp223.968.042,00 0,74%

    Juni RP34.798.430.105,00 Rp137.743.513,00 0,39%

    Juli Rp37.637.367.630,00 Rp128.610.367,00 0,34%

    Agustus Rp40.480.356.755,00 Rp251.376.350,00 0,62%

    September Rp39.659.821.389,00 Rp128.110.385,00 0,32%

    Oktober Rp45.045.486.973,00 Rp136.474.195,00 0,30%

    November Rp41.654.392.627,00 Rp126.159.429,00 0,30%

    Desember Rp74.015.213.182,00 Rp150.603.383,00 0,20%

    Total Rp458.944.530.159,00 Rp4.131.797.092,00 0,90%

    Sumber: diolah dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi

    Pada Tabel III.8 dapat dilihat bahwa kontribusi PPh Pasal 25/29 secara total

    mengalami penurunan dari 1,25% pada tahun 2009 menjadi 0,90% pada tahun 2010.

    Hal ini tentu berpengaruh terhadap penerimaan pajak total yang mengalami

    penurunan dari tahun 2009. Pada tahun 2010 kontribusi PPh Pasal 25/29 paling tinggi

    terjadi pada bulan Maret 2010 dengan persentase sebesar 8,30%, sedangkan

    kontribusi paling rendah terjadi pada bulan Desember 2010 dengan persentase sebesar

    0,20%.

  • 36

    E. Permasalahan yang Dihadapi

    Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi secara umum dalam hal pembayaran

    maupun pelaporan PPh Pasal 25 bisa dikatakan masih rendah. Hal ini harus menjadi

    perhatian bagi KPP Pratama Bandung Cicadas, terutama oleh Seksi Pengawasan dan

    Konsultasi, supaya lebih meningkatkan program-program yang dapat meningkatkan

    kepatuhan wajib pajak yang telah ada.

    Dari data-data yang telah dibahas pada sub-sub bab sebelumnya terdapat

    masalah-masalah terkait dengan kepatuhan pembayaran dan pelaporan PPh Masa PPh

    Pasal 25 diantaranya sebagai berikut :

    1. Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai pemenuhan kewajiban

    perpajakan masih kurang.

    Wajib Pajak yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara

    hukum sudah mempunyai kewajiban untuk memenuhi kewajiban

    perpajakannya yaitu yang dimulai dengan menghitung, memperhitungkan,

    menyetor, dan melaporkan secara sendiri. Pembayaran dan pelaporan Pajak

    Penghasilan Pasal 25 adalah salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh

    wajib pajak.

    2. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam melaporkan pajak terutang

    Wajib pajak yang telah membayar PPh Masa Pasal 25 beranggapan bahwa

    dengan membayar pajak saja sudah memenuhi kewajibannya di setiap bulan,

    padahal kewajiban perpajakan setiap bulan bukan hanya membayar pajak tetapi

  • 37

    juga melaporkannya ke KPP Pratama Bandung Cicadas tempat wajib pajak

    terdaftar.

    3. Ketidaktahuan Wajib Pajak mengenai peraturan perpajakan yang berlaku.

    Wajib Pajak yang melakukan pembayaran pajak di bank maupun di kantor pos

    yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak, pada pengisian data-data

    pada Surat Setoran Pajak (SSP) harus disertai dengan data-data yang

    diperlukan seperti masa pajak yang akan dilakukan pembayaran dan kode

    pajak.

    4. Wajib Pajak dengan pajak nihil tetapi tidak melaporkan pajaknya.

    Wajib Pajak yang memiliki kewajiban PPh Pasal 25 dengan pajak terutang nihil

    beranggapan bahwa Wajib Pajak tidak perlu lagi melakukan pelaporan PPh

    Pasal 25 ke KPP Pratama Bandung Cicadas. Seharusnya walaupun pajak yang

    terutangnya adalah nihil tetapi Wajib Pajak tetap diwajibkan untuk

    melaporkannya.

    5. Petugas pajak kurang optimal dalam menggali potensi pajak Wajib Pajak Orang

    Pribadi

    Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan Account Representative

    bahwa para Account Reprenative kurang mengoptimalkan potensi pajak yang

    ada pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Cicadas. Hal ini

    karena petugas pajak masih mempertimbangkan banyak hal dalam menerbitkan

  • 38

    produk hukum kepada Wajib Pajak Orang Pribadi, misalnya saja dalam

    penerbitan Surat Tagihan Pajak Bunga penagihan para Account Representative

    jarang sekali menerbitkannya walaupun wajib pajak yang melanggar berjumlah

    banyak. Account Representative beranggapan bahwa dengan menerbitkan

    produk hukum ke Wajib Pajak Orang Pribadi akan berakibat pada pemenuhan

    kewajiban perpajakan pada periode-peride berikutnya.

  • 39

    BAB IV

    PENUTUP A. SIMPULAN

    Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengambil

    kesimpulan yaitu sebagai berikut :

    1. Pembayaran PPh 25 Wajib Pajak Orang Pribadi sangat penting dalam

    memberikan kontribusi pada penerimaan negara. Oleh karena itu, perlu

    ditingkatkan lagi pengawasan pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 25 Wajib

    Pajak Orang Pribadi.

    2. Pembayaran PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi memberikan peran penting

    dalam mengurangi beban Wajib Pajak di akhir tahun karena pembayarnnya

    dalam bentuk angsuran, selain itu dapat menjaga tingkat likuiditas Wajib Pajak

    demi menjaga kelangsungan usaha wajib pajak.

    3. Pengetahuan Wajib Pajak mengenai ilmu perpajakan masih kurang. Hal ini

    dibuktikan dengan adanya Wajib Pajak bernama Kusnadi yang melakukan

    kesalahan dalam melakukan pembayaran pajak terutang di KPP Pratama

    Bandung Cicadas.

  • 40

    4. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam memenuhi kewajiban

    perpajakannya masih rendah, sehingga dapat berpengaruh langsung terhadap

    penerimaan pajak di KPP Pratama Bandung Cicadas.

    5. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang pribadi dalam melaporkan PPh Masa

    Pasal 25/29 di KPP Pratama Bandung Cicadas berfluktuatif dalam setiap masa

    pajak. Berdasarkan data yang ada pada tahun 2009, rata-rata tingkat kepatuhan

    pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25 Wajib Orang Pribadi selama setahun adalah

    sebesar 10,03% dengan jumlah SPT disampaikan sebanyak 7.784, dan rata-rata

    untuk tahun 2010 adalah sebesar 18,47% dengan jumlah SPT disampaikan

    sebanyak 16.625.

    6. Penerimaan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi terhadap penerimaan KPP secara

    keseluruhan pada tahun 2009 dan tahu 2010 ada pada jarak 0,90% - 1,25%.

    B. SARAN

    Berdasarkan pembahasan atas kepatuhan pembayaran PPh Masa Pasal 25 Wajib

    Pajak Orang Pribadi, penulis memberikan saran sebagai berikut :

    1. Pengawasan terhadap kepatuhan pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 25 Wajib

    Pajak Orang Pribadi harus lebih ditingkatkan lagi dengan berbagai upaya. Hal ini

    disebabkan karena tingkat kepatuhannya yang masih berfluktuatif setiap masa

    pajaknya. Mengingat PPh Masa Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi sangat

    penting sebagai sumber penerimaan negara maka diperlukan kerja keras dari

    semua pihak terutama Account Representative yang berhubungan langsung

    dengan Wajib Pajak.

  • 41

    2. Untuk meningkatkan kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi

    terhadap pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 25 perlu ditingkatkan lagi

    kegiatan penyuluhan dan himbauan oleh petugas pajak agar Wajib Pajak lebih

    mengetahui betapa pentingnya peranan pajak bagi penerimaan negara.

    3. Lebih ditingkatkan lagi program-program yang dapat meningkatkan pengetahuan

    Wajib Pajak mengenai hukum formal maupun materil pajak, agar kesalahan

    Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat dikurangi, karena

    ditemukannya wajib pajak yang salah dalam melakukan pembayaran PPh Pasal

    25.

    4. Meningkatkan kemampuan dan kinerja setiap petugas pajak khusunya Account

    Representative, salah satunya dengan melaksanakan kegiatan pendidikan dan

    latihan (diklat). Agar potensi-potensi pajak yang belum tergali di wilayah kerja

    KPP Pratama Bandung Cicadas dapat dioptimalkan sehingga kontribusi pajak

    yang diberikan menjadi lebih besar.

    5. Meningkatkan pelayanan KPP kepada Wajib Pajak di setiap seksi, terutama yang

    berhubungan langsung dengan Wajib Pajak seperti pada Seksi Tempat Pelayanan

    Terpadu (TPT) dan Account Representative (AR).

  • 42

    DAFTAR PUSTAKA

    Hutomo, Sigit YB, M.BAcc., Akt.Drs.2009. Pajak Penghasilan-Konsep dan

    Aplikasi(Edisi Revisi). Cetakan ke-2. Yogyakarta: Universitas Atmajaya

    Yogyakarta.

    Rusjdi, Muhammad. 2004. PPh Pajak Penghasilan. Jakarta: PT. Indeks Kelompok

    Gramedia

    Edhy, Djaka Saranta S. 2003. Dasar Dasar Perpajakan Di Indonesia. Jakarta:

    Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

    Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara

    Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

    Undang Nomor 16 Tahun 2009.

    Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

    beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

    Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER 10/PJ/2009 tentang Pengurangan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Dalam Tahun 2009 Bagi Wajib Pajak

    yang Mengalami Perubahan Keadaan Usaha atau Kegiatan Usaha.

  • Lampiran 1

    KEPALA KANTOR

    SUB BAGIAN UMUM

    SEKSI EKSTENSIFIKASI

    PERPAJAKAN

    4 (EMPAT) SEKSI PENGAWASAN

    DAN KONSULTASI

    KELOMPOK JABATAN

    FUNGSIONAL

    SEKSI PELAYANAN SEKSI PENAGIHAN SEKSI PENGOLAHAN

    DATA DAN INFORMASI

    SEKSI PEMERIKSAAN

  • Lampiran 2

    Realisasi Penerimaan Seluruh Pajak Tahun 2009 dan 2010

    Di KPP Pratama Bandung Cicadas

    Jenis Pajak 2009 2010

    Bea Meterai Rp0 Rp0

    BPHTB Rp63.579.150.714 Rp50.547.723.996

    Bunga Penagihan PPh Rp83.818 Rp8.311.853

    PBB Pedesaan Rp8.972.697.924 Rp2.812.055

    PBB Perkebunan Rp28.820.388 Rp0

    PBB Perkotaan Rp25.246.244.651 Rp34.142.311.375

    PBB Pertambangan Rp111.628.000.000 Rp0

    PIB Rp0 Rp0

    PPh Gas Alam Rp7.411.829 Rp2.207.297

    PPh Minyak Bumi Rp3.583.636 Rp2.654.600

    PPh Non Migas Lainnya Rp732.400 Rp3.044.080

    PPh Pasal 21 Rp31.690.788.534 Rp44.772.395.384

    PPh Pasal 22 Dalam Negeri Rp9.353.015.016 Rp11.165.245.425

    PPh 22 Impor Rp12.364.184.074 Rp22.539.782.647

    PPh Pasal 23 Rp13.042.507.230 Rp13.491.644.411

    PPh Pasal 25/29 Badan Rp7.028.443.969 Rp7.220.056.130

    PPh Pasal 25/29 Orang

    Pribadi Rp6.277.135.766 Rp4.131.797.092

    PPh Pasal 26 Rp200.160.595 Rp505.004.394

    PPN Dalam Negeri Rp138.129.568.759 Rp188.553.152.166

    PPN Impor Rp43.242.578.158 Rp85.022.605.221

    PPnBM Dalam Negeri Rp103.978.937 Rp64.642.979

    PPnBM Impor Rp676.430.311 Rp4.141.613.546

    PTLL Rp0 Rp0

    PPh Final Rp28.793.534.396 Rp43.468.278.791

    PPh Fiskal Luar Negeri Rp5.281.872 Rp0

    Penjualan Benda Meterai 0 Rp0

    PPN Lainnya Rp36.385.440 Rp43.322.263

    Bunga Penagihan PPN RP1.258.115 Rp23.648.450

    Bunga Penagihan PPNBM RP0 Rp0

    PBB Kehutanan Rp0 Rp0

    PBB Lainnya Rp39.813.388.651 Rp0

    PPh Migas Lainnya Rp746.917 Rp0

    Total RP540.226.112.100 RP509.852.254.155