PENANGGULANGAN PERTAMA
PERTOLONGAN PERTAMA
PADA KEADAAN GAWAT DARURAT(PPGD)PENDAHULUANKecelakaan biasanya
datang ketika kita tidak siap untuk menghadapi situasi tersebut.
Rasa terkejut yang ditimbulkan oleh peristiwa mendadak tersebut dan
rasa takut melihat akibat dari kecelakaan mengakibatkan orang
menjadi panik serta tidak dapat berpikir jernih dan bertindak
cepat.Pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat ditujukan
untuk memberikan perawatan darurat bagi korban yang membutuhkan,
sebelum dilakukan pertolongan yang lebih profesional yang dilakukan
oleh tenaga medis. Usaha-usaha yang dilakukan harus semaksimal
mungkin dengan tujuan untuk :
Menyelamatkan jiwa
Meringankan penderitaan
Mencegah agar cedera / keadaan tidak menjadi semakin parah
Menstabilkan keadaan korban hingga pertolongan yang lebih pasti
dapat diberikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pertolongan Pertama Gawat Darurat
(PPGD) merupakan : Pengetahuan, Ketrampilan, dan Sikap untuk
mengatasi keadaan gawat darurat pada pasien dengan tujuan untuk
menyelamatkan jiwa pasien, mengatasi masalah kesehatan yang dapat
berakibat fatal serta mencegah terjadinya cacat.TINDAKAN PPGD PADA
PASIEN DILAKUKAN DENGAN PERTIMBANGAN KLASIFIKASI KONDISI PASIEN
BERDASARKAN 2 (DUA) KONDISI UTAMA, YAITU : PASIEN GAWATPada pasien
yang gawat harus segera dilakukan tindakan profesional dengan cara
memberikan pertolongan pertama yang tepat dan segera membawa pasien
ke Rumah sakit karena bila terlambat akan mengancam keselamatan
jiwanya. PASIEN DARURATPada pasien yang darurat perlu dilakukan
tindakan yang cepat dan tepat dimana sikap dan ketrampilan
melakukan pertolongan pertama sangat diperlukan sebelum dirujuk ke
Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan lebih profesional.Dalam
melakukan tindakan PPGD maka cara penanggulangannya tergantung pada
keadaan pasien, yang dapat dibedakan menjadi 4 (empat) keadaan,
yaitu: PASIEN YANG GAWAT DAN DARURATPasien dengan keadaan yang
seperti ini adalah pasien yang harus segera mendapatkan pertolongan
dan segera dilarikan kerumah sakit karena bila tidak segera
mendapat pertolongan yang tepat dan cepat dan segera mendapat
penanganan yang profesional maka akan dapat mengancam jiwanya.
Contoh : Pasien yang mengalami luka parah karena kecelakaan
berupa hancurnya tungkai bawah dengan perdarahan hebat dan disertai
dengan tanda-tanda syok. PASIEN YANG TIDAK GAWAT TETAPI DARURAT
Pasien dengan keadaan yang seperti ini kemungkinan besar dapat
diselamatkan jiwanya, namun memerlukan tindakan perawatan sesegera
mungkin, karena bila tidak cepat ditangani dapat menimbulkan akibat
atau komplikasi yang memberatkan kondisi kesehatannya atau dapat
menimbulkan efek lain yang lebih buruk. Contoh : Pasien yang
mengalami patah tulang terbuka di daerah lengan bawah harus segera
mendapat penanganan secara darurat untuk memfiksasi patah tulang
yang terjadi. PASIEN YANG GAWAT TETAPI TIDAK DARURAT Pasien dengan
keadaan yang seperti ini menderita suatu penyakit yang mengancam
jiwanya tetapi tidak memerlukan tindalan penanggulangan yang
sesegera dan secepat mungkin.Contoh : Pasien yang menderita kanker
ganas stadium akhir dengan penyebaran yang luas di seluruh organ
tubuh, menurut pertimbangan tidak perlu dilakukan penanganan
darurat.Umumnya penanganannya hanya untuk mengurangi rasa sakit
dengan pemberian obat-obatan analgesik (anti sakit) dan obat
penenang. PASIEN YANG TIDAK GAWAT DAN TIDAK DARURAT Pasien dengan
keadaan yang seperti ini menderita suatu penyakit yang tidak
memerlukan perawatan segera karena tidak mengancam jiwanya.Contoh :
Pasien yang menderita pusing kepala atau sakit gigi.PRINSIP
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) Prinsip- Prinsip PPGD:1.
Menilai kondisi penderita secara tepat dan cepat2. Melakukan
resusitasi dan stabilisasi penderita sesuai dengan prioritas
3. Menentukan apabila kebutuhan penderita melampaui kemampuan
fasilitas
4. Mengatur rujukan antar Rumah Sakit atau dalam Rumah Sakit
5. Menjamin bahwa penanggulangan yang diberikan sudah
optimal.PENILAIAN AWAL DAN PENGELOLAANNYA
Penderita yang terluka parah memerlukan penilaian yang cepat dan
pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian. Waktu sangat
penting dan karenanya diperlukan cara penilaian yang dikenal
sebagai initial assessment (penilaian awal)
Yang meliputi :
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Secondary survey, pemeriksaan head to toe dan anamnesis
6. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
7. Penanganan definitif
I. PERSIAPAN
Persiapan penderita sebaiknya berlangsung dalam 2 fase yang
berbeda :
1. Fase 1 = fase pra-rumah sakit (pre-hospital)
Seluruh penanganan penderita sebaiknya berlangsung dalam
koordinasi dengan dokter di rumah sakit sehingga memungkinkan rumah
sakit menyiapkan team trauma.Pada fase ini titik berat diberikan
pada penjagaan airway, kontrol perdarahan, SYOK, imobilisasi.2.
Fase 2 = fase rumah sakit (hospital)
Harus dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba di rumah
sakit.Perlengkapan airway (laringoskop, endotracheal tube), cairan
kristaloid yang telah dihangatkan (misalnya ringer lactate),
perlengkapan monitoring yang diperlukan, telah dipersiapkan, telah
dicoba dan diletakkan pada tempat yang mudah dicapai. Semua tenaga
medik yang berhubungan dengan penderita harus dihindarkan dari
kemungkinan penyakit menular, terutama Hepatitis dan AIDSII.
TRIASE
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan
terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi berdasarkan prioritas
ABC (Airway dengan vertebra cervical control, Breathing dan
Circulation dengan kontrol perdarahan).
Jenis triase :
a. MULTIPLE CASUALITIES
Musibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan
tidak melampaui kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita
dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan dilayani
lebih dahulu.b. MASS CASUALITIES
Musibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan
melampaui kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan
dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan
survival yang terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan dan
tenaga paling sedikit.
III. PRIMARY SURVEY
Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan
jenis perlukaan, tanda-tanda vital dan mekanisme trauma. Pada
penderita yang terluka parah, terapi diberikan berdasarkan
prioritas. Tanda vital penderita harus dinilai secara cepat dan
efisien, dengan berpatokan pada urutan berikut :
A:Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal (cervical spine
control)
B:Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi
C:Circulation dengan kontrol perdarahan (hemorrhage
control)D:Disability, status neurologisE:Exposure/environmental
control, buka baju penderita, cegah hipotermi
Selama primary survey, keadaan yang mengancam nyawa harus
dikenali dan resusitasinya dilakukan pada saat itu juga.
1. AIRWAY, dengan kontrol cervical (cervical spine control)
Nilai kelancaran jalan nafas, meliputi pemeriksaan obstruksi jalan
nafas (dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur
maksila/mandibula, fraktur laring/trachea). Usaha untuk membebaskan
airway harus melindungi vertebra cervical, dengan melakukan chin
lift atau jaw trust. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat
dianggap jalan nafas bersih, walaupun demikian penilaian ulang
terhadap airway harus tetap dilakukan. Penderita dengan gangguan
kesadaran atau Glasgow Coma Scale sama dengan atau kurang dari 8,
biasanya memerlukan pemasangan airway definitif. Selama memeriksa
dan memperbaiki airway, tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau
rotasi dari leher. HARUS DIANGGAP ADA FRAKTUR CERVICAL pada setiap
penderita multi-trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau
perlukaan diatas claviculaGambar dibawah ini merupakan tindakan
untuk membuka jalan nafas
2. BREATHING AND VENTILATION Airway yang baik tidak menjamin
ventilasi yang baik, pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas
mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan CO2 dari tubuh.
Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding
dada dan diafragma. Setiap komponen harus dievaluasi secara cepat.
Dada penderita harus dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan.
Auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknya udara kedalam paru.
Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam
rongga pleura. Inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan
dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi. Perlukaan yang
mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension
pneumothorax, flail chest dengan contusio paru dan open
pneumothorax. Keadaan ini harus dikenali saat dilakukan primary
survey.
3. CIRCULATION dan HAEMORRHAGE CONTROL 3.1. Volume darah dan
cardiac outputPerdarahan merupakan sebab utama kematian. Suatu
keadaan hipotensi pada penderita trauma harus dianggap disebabkan
oleh hipovolemia, sampai terbukti sebaliknya. Diperlukan penilaian
yang cepat dari status hemodinamik penderita, dengan mengamati
:
3.1.a. Tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang, yang
akan mengakibatkan penurunan kesadaran.3.1.b. Warna kulitPenderita
trauma yang kulitnya kemerahan, terutama pada wajah dan extremitas,
jarang yang berada dalam keadaan hipovolemia. Sebaliknya, wajah
pucat keabu-abuan dan kulit ekstremitas pucat merupakan tanda
hipovolemia.
3.1.c. Nadi
Periksa nadi a. femoralis atau a. carotis untuk menilai
kekuatan, kecepatan dan irama nadi. Nadi yang tidak cepat, kuat dan
teratur biasanya merupakan tanda normo-volemia (bila penderita
tidak minum obat beta-blocker). Nadi yang cepat dan kecil merupakan
tanda hipovolemia. Nadi yang tidak teratur biasanya merupakan tanda
gangguan jantung. Tidak ditemukannya pulsasi dari arteri besar
merupakan pertanda diperlukannya resusitasi segera. 3.2. Perdarahan
nadi arteri luarPerdarahan external dihentikan dengan penekanan
pada luka. Spalk udara (pneumatic splinting device) dapat digunakan
untuk mengontrol perdarahan. Spalk jenis ini harus tembus cahaya
agar dapat dilakukan pengawasan perdarahan. Tourniquet sebaiknya
jangan dipakai karena merusak jaringan dan menyebabkan ischemia
distal. Tourniquet hanya dipakai bila ada amputasi traumatik.
Pemakaian hemostat memerlukan waktu dan dapat merusak jaringan
seperti syaraf dan pembuluh darah. Sumber perdarahan internal
adalah perdarahan dalam rongga thorax, abdomen, fraktur tulang
panjang, retro-peritoneal akibat fraktur pelvis, luka tembus
dada/perut.4. DISABILITY / PENILAIAN STATUS NEUROLOGIS Menilai AVPU
(Alert, Verbal, Pain, Unresposive) = glasgow coma scale Nilai
tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda
lateralisasi dan tingkat spinal cord injury (cedera spinal).
Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi dan atau
penurunan perfusi ke otak, atau disebabkan trauma langsung pada
otak. Pada penurunan kesadaran harus dilakukan re-evaluasi terhadap
keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi. Alkohol dan obat-obatan
dapat mengganggu tingkat kesadaran penderita.TABEL GLASGOW COMA
SCALE
Jenis pemeriksaannilai
Respon buka mata (eye opening, E)
- spontan
- terhadap suara
- terhadap nyeri
- tidak ada4
3
2
1
Respon motorik terbaik (M)
- ikut perintah
- melokalisir nyeri
- fleksi normal (menarik anggota tubuh yang dirangsang)
- fleksi abnormal (dekortikasi)
- ekstensi abnormal (deserebrasi)
- tidak ada (flasid)6
5
4
3
2
1
Respon verbal (V)
- berorientasi baik
- berbicara mengacau (bingung)
- kata-kata tidak teratur
- suara tidak jelas
- tidak ada 54321
5. EXPOSURE / KONTROL LINGKUNGAN Undressed (longgarkan semua
pakaian dan ikatan pada tubuh penderita agar darah dapat mengalir
lancar), warm blanket (selimuti penderita, hindari keadaan
hipothermi), warm environment (letakkan pasien pada ruang terbuka
agar terpapar oksigen, udara hangat akan melebarkan pembuluh
darah), intravenous fluids (cairan intra vena yang sudah
dihangatkan, diberikan oleh tenaga paramedis yang kompeten).
Penderita trauma mungkin sudah dalam keadaan hipothermia yang
diperberat dengan resusitasi cairan dan darah. Usahakan untuk
menjaga suhu tubuh penderita.IV. RESUSITASI
a. Airwayb. Breathing/ventilasi/oksigenasi
c. Circulation (dengan kontrol perdarahan)
V. SECONDARY SURVEY
Secondary survey dilakukan setelah primary survey selesai,
resusitasi telah dilakukan dan ABC-nya penderita dipastikan
membaik. Merupakan head to toe examination, termasuk re-evaluasi
pemeriksaan tanda vitala. ANAMNESISA : Alergi
M : Medikasi, obat yang diminum saat ini
P : Past illness, penyakit penyerta, pregnancy
L : Last meal
E : Even/ Environment yang berhubungan dengan kejadian
trauma
1. Trauma tumpul
2. Trauma tajam
3. Perlukaan karena suhu panas/dingin
4. Hazardous material/ bahan berbahaya (kimia, toxin, radiasi)b.
PEMERIKSAAN FISIK1. Kepala
2. Maksilo-facial
3. Vertebra cervicalis dan leher
4. Thorax
5. Abdomen
6. Perineum/rectum/vagina
7. Musculo-skeletal
8. Neurologis
VI. RE-EVALUASI
Monitoring tanda vital dan produksi urine. Produksi urin pada
orang dewasa sebaiknya cc/kgBB/jam. Pada anak 1cc/kgBB/jam. Bila
penderita dalam keadaan kritis dapat dipakai pulse oxymetry dan
end-tidal CO2 monitoring. Penanganan rasa nyeri, terutama pada
penderita trauma perlukaan musculo-sceletal. Obat golongan
opiat/anxiolitika harus diberikan secara intravena. Obat golongan
opiat dapat menyebabkan depresi pernafasan, menghilangkan gejala
(terutama pada cedera ringan) dan menyebabkan kesulitan pada
pemeriksaan fisik. PROSEDUR UMUM YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA
TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT :1. Jangan panik
2. Jangan lamban
3. Bertindak cekatan dan tenang4. Periksalah pernafasan, bila
tidak ada pernafasan berilah pernafasan buatan sesuai prosedur5.
Periksalah apakah ada perdarahan, bila ada lakukanlah tindakan
untuk menghentikan perdarahan tersebut.
6. Periksalah apakah ada tanda tanda SYOK dan patah tulang.7.
Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.8. Usahakanlah
memperoleh bantuan medis secepatnya.
9. Longgarkan pakaian yang ketat.
10. Bila terdapat muntah, miringkanlah kepala pasien supaya
cairan muntah tidak teraspirasi (tidak masuk ke paru) dengan cara
meletakkan kepala lebih rendah
dari kaki atau badan.11. Tenangkan pasien dan jangan
membiarkannya melakukan gerakan yang tidak perlu.
12. Jangan memberi minum pada pasien yang tidak sadar.
13. Dalam kecelakaan massal urutan prioritas korban yang harus
diusung ke tempat pertolongan lanjutan sebagai berikut :
Korban dengan luka di dada dan leher disertai dengan sesak
nafas.
Korban dengan luka di dada atau perut yang disertai perdarahan
dalam rongga-rongga tersebut.
Korban dengan luka terbuka di perut. Korban yang diberi
tourniquet. Korban dengan cedera di kepala. Kepala dengan cedera
pada tulang belakang. Korban dengan luka bakar yang lebih dari 20 %
luasnya. Korban dengan patah tulang pinggul, paha dan
betis.Perlengkapan untuk Pertolongan Pertama Gawat Darurat1.
Pembalut segi tiga
2. Pembalut biasa ukuran 2 - 5 - 10 cm
3. Kapas
4. Plester
5. Bidai / spalk
6. Gunting
7. Pinset
8. Obat Antiseptik dan disinfektan
9. Boorwater untuk mata
10. Air panas, es dll sesuai keperluanPINGSAN / SYNCOPEPingsan/
Sinkop (syncope) :Kehilangan kesadaran atau kekuatan postural tubuh
yang tiba-tiba dan bersifat sementara, dengan konsekuensi terjadi
pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran terjadi akibat penurunan
aliran darah ke sistem aktivasi retikular yang berlokasi di batang
otak.Klasifikasi Sinkop :
Sinkop dapat dibedakan menjadi Sinkop Vaskular, Sinkop kardiak,
Sinkop Neurologi-cerebrovaskular, Sinkop Psikogenik, Sinkop
Metabolik, dan Sinkop yang tidak diketahui penyebabnya.
1. Sinkop vaskular
Dibagi dalam beberapa kelompok gangguan vascular seperti
kelainan anatomik (subclavian steal syndrome), ortostatik
(insufisiensi otonom, idiopatik, hipovolemia, induksi obat) serta
akibat refleks (hipersensitivitas sinus carotis, sinkop yang
dimediasi persyarafan, sinkop glossopharingeal, situasional pada
keadaan batuk, mengunyah atau berkemih serta keadaan sensitif
terhadap adenosin)2. Sinkop kardiakDisebabkan oleh masalah jantung,
menyebabkan resiko mortalitas yang tinggi. Paling sering disebabkan
irama jantung yang tidak teratur (aritmia), baik takiaritmia
(ventrikular atau supraventikular) atau bradiaritmia. Selain itu,
kelainan anatomi jantung dapat menyebabkan sinkop termasuk stenosis
valvular (aorta, mitral, pulmonal), disfungsi katup protesa atau
trombosis, kardiomiopati hipertrofik, emboli paru, hipertensi
pulmonal, tamponade jantung dan anomali arteri koroner.3. Sinkop
neurogenik-cerebrovaskular
Penyebabnya termasuk migrain, kejang, malformasi arnold-chiari
dan transient ischemic attack. Sinkop akibat kelainan neurogenik
sering kali disertai kejang. Kelainan neurologi yang mirip dengan
sinkop adalah hilangnya kesadaran akibat iskemi serebral sementara
(daerah vertebrabasiler), migrain (arteri basiler), epilepsi lobus
temporal, kejang atonik dan serangan kejang umum. Pada gangguan
neurologi yang berhubungan dengan nyeri hebat, seperti neuralgia
trigeminal atau glossopharingeal, kehilangan kesadaran biasanya
disebabkan sinkop vasovagal4. Sinkop psikogenik
Penyebab sinkop ini adalah karena tekanan psikis, stres mental
dan emosi yang amat berat sehingga menimbulkan gangguan
keseimbangan sistem saraf autonom berupa peningkatan tonus sistem
saraf parasimpatis atau penurunan tonus saraf simpatis (khususnya
simpatis vasokonstriktor). Akibatnya terjadi pelebaran pembuluh
darah (vasodilatasi) umum yang mendadak, sehingga menimbulkan
penurunan tekanan darah dengan gejala dan tanda penurunan kesadaran
sampai pingsan disertai dengan kelemahan umum. 5. Sinkop
metabolikGangguan metabolik yang sering terjadi adalah
hipoglikemia, hipoksia dan hiperventilasi. Hipoglikemia adalah
hilangnya kesadaran yang berhubungan dengan kadar gula darah
dibawah 40 mg/dL, disertai gejala tremor, bingung, hipersalivasi,
keadaan hiperadrenergik dan rasa lapar. Hati-hati terhadap
penderita kencing manis yang mendapat terapi insulin atau obat
hipoglikemik oral.
Hipoadrenalism dapat menyebabkan terjadinya hipotensi postural
akibat sekresi kortisol yang tidak adekuat. Hati-hati terhadap
pasien dengan terapi steroid jangka panjang.6. Sinkop karena
penusukan jarum akupunturPingsan dapat terjadi karena penderita
lemah, terlalu tegang saat pertama kali di terapi akupuntur, atau
karena manipulasi jarum yang terlalu kuat.Tindakan pertolongan
:
Seluruh jarum akupunktur harus segera dicabut.
Pasien dibaringkan dengan posisi kepala lebih rendah dari
tubuh/kaki. Lakukan pemeriksaan A,B,C Pada kasus berat dapat
ditekan Renzhong (GV 26) dengan jari atau dengan dilakukan
penusukan pada titik Renzhong (GV 26) dan titik Zhongchong (PC 9).
Moxa dapat dilakukan pada Baihui (GV 20) dan Zusanli (ST 36).
Pasien yang sudah sadar tetap dibaringkan untuk beberapa saat
hingga keadaan stabil dan tidak didapati faktor penyulit lain. Jika
tindakan-tindakan di atas tidak berhasil, maka diperlukan tindakan
pertolongan darurat lainnya.SHOCK / SYOK
Syok (shock) adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat
gangguan hemodinamik dan metabolik, yang ditandai dengan kegagalan
sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke
organ-organ vital tubuh. Hal ini dapat terjadi pada hemostasis
tubuh yang serius seperti : perdarahan yang masif, trauma atau luka
bakar yang berat (syok hipovolemik), infark myocard luas atau
emboli paru (syok cardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak
terkontrol (syok septik), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok
neurogenik) atau akibat respon imun (syok anafilaktik)
GEJALA DAN TANDA SYOK :
a. Kesadaran menurun
b. Denyut nadi cepat (lebih dari 140x/menit), kemudian melemah,
lambat lalu hilang.
c. Mual ( mau muntah ) atau Nausea
d. Kulit dingin, lembab dan pucat
e. Nafas dangkal dan kadang-kadang tidak teratur
f. Mata tampak hampa, tidak bercahaya dan pupil melebar
SYOK HIPOVOLEMIK
Terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah dalam
pembuluh darah berkurang. Bisa terjadi karena perdarahan yang masif
atau kehilangan plasma darah. Penyebab syok hipovolemik : -
perdarahan- hematom subkapsular hati
- aneurisma aorta pecah
- perdarahan gastrointestinal
- perlukaan berganda - kehilangan plasma.akibat : . luka bakar
luas
. pancreatitis
. deskuamasi kulit - kehilangan cairan ekstraselular,akibat : .
muntah
. dehidrasi
. diare
. terapi diuretik yang agresif
. insufisiensi adrenal
GEJALA DAN TANDA KLINIS SYOK HIPOVOLEMIKRingan
(40% volume darah)
Ekstremitas dingin
Waktu pengisian kapiler meningkat
Diaporesis
Vena collapse
CemasEkstremitas dingin
Takikardia
Takipnea
Oliguria
Hipotensi ortostatikEkstremitas dingin
Hemodinamik tidak stabil
Takikardi bergejala
Hipotensi
Perubahan kesadaran
Tatalaksana terapi pasien Syok:
Tempatkan pasien dalam posisi kaki lebih tinggi
Menjaga jalur pernafasan, penuhi kebutuhan oksigen. Intubasi
bila perlu.
Beri resusitasi cairan melalui intra vena/ pemasangan kateter
central nervous pressure (CVP)/ intra arterial. Cairan yang
diberikan adalah garam isotonus/ringer lactate. Pemberian 2-4L
dalam 20-30 menit diharapkan dapat mengembalikan keadaan
hemodinamik.
Pada keadaan berat / hipovolemia yang berkepanjangan, beri
tambahan inotropik dengan dopamin, vasopressin atau dobutamin untuk
mendapatkan kekuatan ventrikel yang cukup setelah volume darah
tercukupi.SYOK KARDIOGENIK Gangguan yang disebabkan oleh penurunan
curah jantung sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup
dan mengakibatkan hipoksia jaringan. Merupakan penyebab kematian
utama pada pasien yang dirawat dengan infark myocard acute, akibat
terjadinya nekrosis. Syok cardiogenic didefinisikan sebaai tekanan
darah sistolik 1jam yang tidak responsif dengan pemberian cairan,
sekunder terhadap disfungsi jantung, berkaitan dengan tanda
hipoperfusi atau indeks cardiac