Top Banner
1 BAB I . PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kondisi aktual Ekonomi Kreatif di Indonesia saat ini telah banyak mengalami kemajuan dibandingkan beberapa tahun silam, seperti yang pertama terbukti dengan adanya beberapa pengakuan-pengakuan dari badan organisasi internasional; Indonesia, dinyatakan sebagai peringkat ke-39 dalam World Cultural Heritage menurut World Economic Forum (WEF), karena memiliki kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi oleh para pelaku Ekonomi Kreatif. Selain itu yang kedua Ekonomi Kreatif dapat tumbuh dengan baik di Indonesia di latar belakangi oleh beberapa faktor-faktor yang mendukung dan berpengaruh seperti keanekaragaman seni budaya yang dimiliki lebih dari 300 suku dan etnis Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten karya para pelaku Ekonomi Kreatif. Selanjutnya yang ketiga adalah keadaan pasar dalam negeri yang sudah mulai tumbuh, terutama untuk subsektor film dan musik yang menjadi salah satu indikator dalam kajian ini. Munculnya industri perfilman mulai dari yang berskala lokal seperti yang terbiasa muncul dalam acara-acara Indie Movie Award, hingga film berskala Internasional seperti The Raid, Laskar Pelangi. Sedangkan industri musik ditandai dengan makin banyaknya penyewaan alat musik, studio, dan lainnya, di setiap daerah hingga pedesaan di Indonesia. Selain itu juga dapat dilihat banyaknya variasi alat musik yang digunakan maupun jenis musik yang mereka
167

Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

Nov 22, 2014

Download

Travel

easthouse

Laporan Hasil Penelitian Pariwisata bidang Industri Kreatif dengan 16 sub sektor.
Tim Peneliti terdiri dari 6 orang. Penelitian berlangsung 1 bulan.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kondisi aktual Ekonomi Kreatif di Indonesia saat ini telah banyak mengalami

kemajuan dibandingkan beberapa tahun silam, seperti yang pertama terbukti

dengan adanya beberapa pengakuan-pengakuan dari badan organisasi

internasional; Indonesia, dinyatakan sebagai peringkat ke-39 dalam World Cultural

Heritage menurut World Economic Forum (WEF), karena memiliki kekayaan alam

yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi oleh para pelaku Ekonomi

Kreatif. Selain itu yang kedua Ekonomi Kreatif dapat tumbuh dengan baik di

Indonesia di latar belakangi oleh beberapa faktor-faktor yang mendukung dan

berpengaruh seperti keanekaragaman seni budaya yang dimiliki lebih dari 300 suku

dan etnis Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten karya para

pelaku Ekonomi Kreatif.

Selanjutnya yang ketiga adalah keadaan pasar dalam negeri yang sudah mulai

tumbuh, terutama untuk subsektor film dan musik yang menjadi salah satu

indikator dalam kajian ini. Munculnya industri perfilman mulai dari yang berskala

lokal seperti yang terbiasa muncul dalam acara-acara Indie Movie Award, hingga

film berskala Internasional seperti The Raid, Laskar Pelangi. Sedangkan industri

musik ditandai dengan makin banyaknya penyewaan alat musik, studio, dan

lainnya, di setiap daerah hingga pedesaan di Indonesia. Selain itu juga dapat dilihat

banyaknya variasi alat musik yang digunakan maupun jenis musik yang mereka

Page 2: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

2

gunakan, seperti penggunaan bambu sebagai bahan dasar pembuatan alat musik,

munculnya Event Organizer yang membuat konser-konser dengan skala

Internasional seperti Java Jazz, Jazz Gunung di Gunung Bromo, konser Rihanna,

dll. Lalu yang keempat adalah dari sekitar 237 juta jumlah penduduk Indonesia,

40% adalah pemuda dalam usia produktif yang berpotensi untuk mengembangkan

Ekonomi Kreatif.

Fakta yang kelima adalah Indonesia memiliki lebih dari 17.100 pulau dengan

penduduk asli sebagai pemilik talenta kreatif yang berbasis kepada keunikan lokal

sehingga dapat mengukuhkan eksistensi Indonesia di dunia.

Sebagai gambaran lainnya dari kondisi Ekonomi Kreatif di Indonesia berikut

adalah diagram dalam kaitannya peran serta Industri Kreatif bagi kegiatan

perekonomian nasional.

Gambar 1.1. GAMBARAN KONDISI EKONOMI KREATIF NASIONAL 2010

Sumber: Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-2014

Page 3: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

3

Menurut informasi dari hasil persentase Gambar 1.1. diatas menunjukan

bahwa tingkat Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Kreatif terhadap

Produk Domestik Bruto nasional (7,29%) lebih unggul dibanding sektor: Listrik,

Gas, dan Air Bersih (0,81%); Pengangkutan dan Komunikasi (6,34%); dan

Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (6,16%). Sedangkan untuk hasil

persentase mengenai Tingkat partisipasi tenaga kerja Industri Kreatif (7,9 %) lebih

unggul dibanding sektor: Pertambangan dan Penggalian (1,16%); Listrik, Gas, dan

Air Bersih (0,22%); Konstruksi (5,17%); Pengangkutan dan Komunikasi (5,18%);

Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (1,47%). Untuk hasil persentase

Pertumbuhan tenaga kerja Industri Kreatif (4,21%) lebih unggul dibanding sektor:

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (-0,28%); Konstruksi (1,93%);

Perdagangan, Hotel, dan Restoran (2,48%); dan Pengangkutan dan Komunikasi (-

8,16%). Sedangkan hasil persentase Kontribusi Industri Kreatif terhadap jumlah

perusahaan (7,11%) lebih unggul dibanding sektor: Pertambangan dan Penggalian

(0,9%); Industri Pengolahan (5,72%); Listrik, Gas, dan Air Bersih (0,06%);

Konstruksi (1,88%); Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (0,41%); dan Jasa

Kemasyarakatan (6,28%). Serta hasil persentase untuk Pertumbuhan perusahaan

Industri Kreatif (3,89%) lebih unggul dibanding sektor: Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan (-0,28%); Konstruksi (1,93%); Perdagangan, Hotel, dan

Restoran (2,48%); dan Pengangkutan dan Komunikasi (-8,16%).

Destination Management Organization (DMO) adalah tata kelola destinasi

pariwisata yang terstruktur dan sinergis yang mencakup fungsi koordinasi,

perencanaan. Implementasi, dan pengendalian destinasi organisasi secara inovatif

dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi, yang

Page 4: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

4

terpimpin secara terpadu dengan peran serta masyarakat, pelaku/ asosiasi, industri,

akademisi dan pemerintah yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan bersama

dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, volume kunjungan wisata, lama

tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat lokal.

Menurut pengertian DMO diatas tim mengkaji potensi Industri Kreatif yang

ada di kawasan pariwisata Gunung Batur dengan dasar pengelompokan 15 kategori

Industri Kreatif yang dikeluarkan Departemen Perdaganan Republik Indonesia

pada tahun 2007 dan diperbaharui dengan melibatkan subsektor “Kuliner”

sekaligus menjadi acuan Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-

2014 bagi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia tahun 2012.

Subsektor yang termasuk kedalam basis kreatif menurut Departemen Perdaganan

Republik Indonesia yaitu; (1) Permainan Interaktif; (2) Penelitian dan

Pengembangan; (3) Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; (4) Arsitektur; (5)

Desain; (6) Fesyen; (7) Kerajinan; (8) Pasar Barang Seni; (9) Seni Pertunjukan;

(10) Kuliner; (11) Musik; (12) Penerbitan dan Percetakan; (13) TV dan Radio; (14)

Video, Film, Fotografi; dan (15) Periklanan.

Secara keseluruhan 15 subsektor diatas dibedakan kedalam 4 aspek

bedasarkan ciri-ciri setiap subsektor, keempat aspek tersebut ialah; Media, Seni dan

Budaya, Desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IpTek). Selain itu juga

terdapat 2 kategori lain bagi ke 15 subsektor tersebut, pembagian tersebut didasari

oleh intensitas kebutuhan subsektor tersebut akan sumber daya yang ada.

Pendekatan ini merupakan pengembangan dari pendekatan yang dilakukan

Singapura oleh Toh, Choo & Ho (2003)24, yang mengelompokkan domain industri

kreatifnya pada 3 elemen, yaitu: seni budaya, media dan desain. Elemen iptek tidak

Page 5: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

5

terdapat dalam studi tersebut, karena Singapura sebagai negara yang tergolong

maju dalam pengembangan teknologi yang telah terintegrasi dalam pembangunan,

sehingga diasumsikan tidak diperlukan penekanan khusus.

Sedangkan dalam konteks Indonesia, masih terdapat kesenjangan yang tinggi

dan beragam di berbagai wilayah nusantara dan segmen masyarakat dalam tingkat

penguasaan teknologi maju. Atas dasar hal tersebut, maka aspek Iptek memerlukan

penekanan khusus sebagai substansi dominan pada industri kreatif tertentu.

Industri Kreatif erat kaitannya dengan wirausahaan/ entrepreneurship, karena

Industri Kreatif yang dibangkitkan oleh ide-ide yang terletak di persimpangan

antara seni (kreativitas artistik), bisnis (entrepreneurship) sehingga berpotensi

menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu potensi yang dimiliki suatu kawasan

untuk mengembangkan Industri Kreatif tidak hanya terbatas dari ketersediaan

hardware seperti restoran, café, tempat belanja, dan tempat hiburan lain. Aspek

software juga menjadi daya tarik bagi pengembangan Industri Kreatif seperti

warisan seni dan kerajinan lokal, lansekap kawasan, tradisi budaya setempat,

keberadaan event seperti festival.

Sayangnya meskipun kawasan pariwisata Gunung Api Batur memiliki

potensi pengembangan destinasi yang tinggi, didukung dengan keindahan alam

yang baik, kondisi aktual di kawasan pariwisata Gunung Api Batur kurang begitu

baik, kondisi perindustriannya tumbuh dengan lambat, belum ada pendataan

Industri Kreatif secara khusus, sedangkan konsep Industri Kreatif sendiri

bermanfaat bagi perekonomian menengah kebawah, dimana pada umumnya

industri ini berskala Industri Sedang hingga Industri Kerajinan Rumah Tangga.

Berikut data industri yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur:

Page 6: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

6

Tabel 1.1. TABEL BANYAKNYA PERUSAHAAN INDUSTRI MENURUT

KLASIFIKASI PER DESA DI KECAMATAN KINTAMANI

TAHUN 2010

Berdasarkan Tabel 1.1. diatas diketahui bahwa mayoritas industri yang

tumbuh di kawasan pariwisata Gunung Api Batur adalah Industri Kerajinan Rumah

Tangga yang di dominasi oleh Desa Suter dan Abang Batudinding dengan jumlah

244 dan 187 wirausahawan yang ada. Sedangkan Industri Kecil masih sangat

sedikit yang ada yaitu hanya ada di Desa Abang Batudinding, Suter, dan Buahan.

Industri Besar dan Industri Sedang belum ada di kawasan pariwisata Gunung Api

Batur.

Berangkat dari data dan persentase diatas, tim peneliti mendapat gambaran

bahwa Indonesia memiliki potensi Industri Kreatif di beberapa sektor yang lebih

unggul dibandingkan dengan sektor lainnya yang ada di Indonesia. Serta

menjadikan hal tersebut sebagai landasan penelitan Industri Kreatif di kawasan

pariwisata Gunung Api Batur, Bali.

Desa/Kelurahan Industri

Besar

Industri

Sedang

Industri

Kecil

Industri Kerajinan

Rumah Tangga

Batur Utara - - - -

Batur Selatan - - - -

Batur Tengah - - - -

Pinggan - - - 14

Kintamani - - - 28

Songan A - - - -

Songan B - - - -

Kedisan - - - -

Buahan - - 2 16

Trunyan - - - -

Suter - - 4 244

Abang Songan - - - 24

Abang Batudinding - - 6 187

Jumlah - - 12 513

Sumber: Kecamatan Kintamani Dalam Angka 2011

Page 7: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

7

Sedangkan kondisi kawasan pariwisata Gunung Api Batur sebagai salah satu

ODTW yang telah dikenal sejak dulu karena memiliki keindahan alam yang baik,

hawa yang sejuk khas pegunungan, Gunung Api Batur yang menarik untuk

diketahui, juga Danau Batur yang memberikan warna kontras terhadap lingkungan

sekitarnya. Berbagai Aktivitas Wisata muncul di tempat tersebut, saat ini DMO

telah menentukan 15 Desa yang menjadi daerah penyanggah kegiatan pariwisata

yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali. Aktivitas Wisata timbul

dengan berbagai macam sebab dan akibat, salah satunya dengan adanya objek

wisata, lalu adapula karena tumbuhnya Industri Kreatif maupun sebaliknya, yaitu

kegiatan Industri Kreatif yang dipicu oleh adanya Aktivitas Wisata disekitarnya.

Dari keseluruhan pembahasan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui

potensi industri kreatif yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur dengan

judul penelitian: “Potensi Industri Kreatif yang Mendukung Kegiatan

Pariwisata di Kawasan Gunung Api Batur, Bali”.

B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMBATASAN MASALAH

1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam penulisan

ini adalah “Sejauhmana Potensi Industri Kreatif yang Mendukung

Kegiatan Pariwisata di Kawasan Gunung Batur, Bali”.

2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, tim peneliti membatasi aspek yang diteliti dari

Industri Kreatif yaitu empat aspek utama; Media, Seni Budaya, Desain, dan

Page 8: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

8

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IpTek) yang terdapat di kawasan

pariwisata Gunung Api Batur, Bali.

Lokasi penelitian Industri Kreatif ini dilaksanakan di 13 (tiga belas)

Desa dari 15 (lima belas) Desa yang termasuk dalam kawasan pariwisata

Gunung Api Batur, Bali. Hal ini dikarenakan adanya bencana alam dan

kendala teknis selama dilapangan, sehingga secara terpaksa tim meniadakan

penelitian ke desa-desa tersebut, yaitu Desa Sukawana dan Desa

Belandingan.

Selain itu tim peneliti membatasi penelitian tentang Aktivitas Wisata di

kawasan Gunung Api Batur bedasarkan data temuan tentang Industri Kreatif,

yang oleh tim di analisis menjadi beberapa temuan potensi Aktivitas Wisata

yang muncul dari kegiatan Industri Kreatif tersebut dengan melakukan

pemetaan di 13 Desa.

Dalam pengkajian Pengelolaan Industri Kreatif, peneliti hanya

menganalisa sudah atau belum dikelolanya Potensi Industri Kreatif yang

mendukung kegiatan pariwisata di kawasan Gunung Api Batur. Lalu

membandingkan kondisi yang menjadi sasaran dengan kondisi aktual dari

peran para stakeholders terkait.

Page 9: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

9

C. IDENTIFIKASI MASALAH

Adapun permasalahan yang tim teliti melalui beberapa identifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi Potensi Industri Kreatif yang terdapat di kawasan

pariwisata Gunung Api Batur, Bali?

2. Bagaimana kondisi Aktifitas Wisata di kawasan pariwisata Gunung Api

Batur, Bali?

3. Bagaimana kondisi Pengelolaan Industri Kreatif di kawasan pariwisata

Gunung Api Batur, Bali?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan

a. Tujuan Formal:

Meningkatkan kompetensi mahasiswa di bidang penelitian

pemikiran logis, sistematis dan metodologi, dan juga sebagai

pengalaman sebelum men proyek akhir.

Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

penerapan prinsip-prinsip DMO di kawasan Pariwisata Gunung Batur,

Bali.

b. Tujuan Operasional:

1) Mengetahui potensi Industri Kreatif yang telah ada di kawasan

pariwisata Gunung Batur, Bali.

2) Mengetahui Aktivitas Wisata yang dapat dilakukan yang ada di

kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali.

Page 10: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

10

3) Mengetahui bagaimana Pengelolaan Industri Kreatif yang ada di

kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali.

2. Manfaat

Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi para rekan-rekan mahasiswa

yang ingin mengetahui bagaimana kondisi aktual, nyata, tentang penelitian di

bidang pariwisata khususnya tentang Industri Kreatif, Aktivitas Wisata, dan

sudah atau belum dikelolanya di Kawasan Pariwisata Gunung Batur.

Sebagai sumber awal untuk perencanaan baik itu pengembangan

produk wisata, usaha atau bisnis, pemetaan industri, maupun perencanaan

lain yang terkait.

Selain itu penulisan ini memberikan informasi dan rekomendasi

tentang potensi industri kreatif yang menyokong kegiatan pariwisata di

Kawasan Pariwisata Gunung Batur bagi Destination Management

Organization (DMO), Masyarakat Bali dan Kecamatan Kintamani

khususnya, para pelaku usaha, para pemangku kepentingan, dan Stakeholders

lainnya.

Page 11: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

11

E. LOKASI PENELITIAN

Lokasi Penelitian berada di kawasan

Pariwisata Gunung Batur, Kabupaten Bangli,

Kecamatan Kintamani, Provinsi Bali,

Indonesia. Meliputi 13 Desa dari 48 Desa

yang secara administrasi terdaftar dalam

Kecamatan Kintamani. Berikut adalah 13

Desa yang menjadi lokasi penelitian:

Tabel 1.2. TABEL DAFTAR DESA YANG MENJADI LOKUS STUDI

Wilayah I Wilayah II Wilayah III Wilayah IV Wilayah V

Desa Batur Utara Desa Pinggan Desa Songan A Desa Kedisan Desa Suter

Desa Batur Selatan Desa Kintamani Desa Songan B Desa Buahan Desa Abang

Songan

Desa Batur Tengah - - Desa Trunyan Desa Abang

Batudinding

Sumber: Disparda Kabupaten Bangli 2012

F. KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan penelitian merujuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa

dihindari dalam melakukan suatu penelitian. Adapun keterbatasan tim

peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Keterbatasan Informasi

Adanya event keagamaan (Hindu) yang berlangsung selama penelitian

dilaksanakan, yang menghambat tim peneliti untuk melakukan

observasi. Salah satunya disebabkan oleh aktivitas seluruh masyarakat

maupun instansi-instansi terkait di Kecamatan Kintamani disibukkan

oleh acara tersebut.

GAMBAR 1.2.

LOGO KAB. BANGLI

Sumber: Disparda Kabupaten Bangli

2012

Page 12: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

12

2. Keterbatasan Data

Tim Peneliti mengalami beberapa hambatan dalam pengumpulan data

dilapangan karena beberapa kendala teknis di lapangan.

G. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Berdasarkan buku Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-

2014 yang dikeluarkan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun

2012, tim menyimpulkan 2 dimensi yaitu (1) Subtansi Dominan, dan (2)

Intensitas Sumber Daya yang masing‐masing dimensi memiliki 3 dan 4

komponen.

Substansi dominan pada suatu subsektor industri kreatif, dapat dibedakan

menjadi 4 (empat) aspek yang menjadi ciri‐cirinya yaitu:

1. Media

Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa yang mengandalkan

media yang digunakan untuk menampil kontennya untuk menghasilkan

nilai.

2. Seni dan Budaya

Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa yang mengandalkan

kandungan seni dan budaya yang terdapat di dalamnya untuk

menghasilkan nilai.

3. Desain

Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa yang mengandalkan

aspek perancangan/desain untuk menghasilkan nilai tambah (value‐

added).

Page 13: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

13

4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IpTek)

Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa mengandalkan

pengunaan teknologi berbasis pengetahuan (knowledge) sebagai sarana

penciptaannya untuk menghasilkan nilai tambah (value‐added).

Sedangkan Substansi Dominan memiliki komponen Intangible Based,

dan Tangible Based yang maksudnya adalah kategori Industri Kreatif

yang berbasis sumber daya kasat mata. Dikatakan kasat mata karena

melakukan kegiatan produksi yang mengandalkan sumber daya

berwujud fisik, dan produk yang dijualnyapun nampak wujud fisiknya.

Lalu Intangible Based sendiri merupakan Industri Kreatif yang

mengandalkan sepenuhnya kreativitas sebagai sumber daya utama dan

dikategorikan sebagai industri yang berbasis sumber daya yang tidak

kasat mata.

Page 14: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

14

H. AGENDA KERJA PENELITIAN

Tabel 1.3. TABEL AGENDA KERJA PENELITIAN

No Tahapan Kegiatan Durasi Output

1 Penyusunan Kerangka Acuan Tugas

dan Pembahasan

1

Minggu

Penentuan Lokus Penelitian

dan Pembagian Kelompok

2 Penyusunan Proposal dan Laporan

Pendahuluan

2

Minggu

Proposal/ Laporan Pendahuluan

3 Seminar Internal Proposal dan Laporan

Pendahuluan & Perbaikan

3 Hari Materi Presentasi,Revisi, Input

4 Survei dan Observasi Lapangan 2

Minggu

Data Primer dan Sekunder

5 Penyusunan Laporan Sementara dan

Laporan Rancangan Rampung

2

Minggu

Laporan Sementara

dan Laporan Rancangan

Rampung

6 Seminar Internal Laporan Sementara dan

Laporan Rancangan Rampung

1 Hari Materi Presentasi, Input, Revisi

Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012

I. ORGANISASI PENELITIAN

Adapun susunan tim peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 1.4. TABEL SUSUNAN TIM PENELITI

Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012

Susunan Tim

Penanggung Jawab Direktorat Pengembangan Destinasi Pariwisata

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Pengarah Seluruh Puket dan Kabag STP Bandung

Kepala Bagian Perencanaan dan Hukum

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Koordinator Penelitian Faisal, MM.Par

Sekretaris Koordinator

Penelitian

Dra. Cucu Kurniati

Pembimbing Penelitian Faisal, MM.Par

Ina Veronika Ginting, S.Sos.

Drs. Samsudin Sulaiman, Apt.

Supervisor Penelitian I Nyoman Mertha

(Fasilitator DMO Wilayah Bali, Dosen STP Bali)

Susunan Tim

Peneliti Chandra Daru Nusastiawan Sharon Trifena Tamnge

Dyar Septiani Syarifah Zuhra

Noviescha Alvionira Yudi Hamdani

Page 15: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

15

J. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan Laporan ini disusun

berdasarkan sistematika berikut:

Tabel 1.5. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

No. BAB KONTEN

1 BAB I

Pendahuluan

Mencakup pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, rumusan dan pembatasan masalah, identifikasi

masalah, tujuan dan mafaat penelitian, lokasi penelitian,

keterbatasan penelitian, organisasi penelitian, agenda kerja

penelitian dan sistematika penulisan laporan.

2

BAB II

Tinjauan

Teori/Konsep

Mencakup tinjauan teori/konsep yang digunakan tim peneliti

yang terdiri dari telaahan literature, konsep-konsep teoritis

yang digunakan sebagai kerangka/landasan/acuan dalam

rangka menganalisis serta menjawab pertanyaan dari masalah

penelitian yang dibuat sebelumnya. Pada beberapa teori ini

dapat berarti membandingkan, menggabungkan, memperjelas

serta merumuskan landasan teoritis yang digunakan tim

peneliti disertai alasan serta argumentasinya.

3

BAB III

Metodologi

Penelitian

Mencakup metodologi penelitian yang terdiri dari paradigma

penelitian, pola pikir penelitian, metode yang digunakan dalam

penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, unit analisis,

teknik dan alat analisis, serta Matriks Operasional Variable

(MOV).

4

BAB IV

Tinjauan

Umum dan

Data Temuan

Mencakup tinjauan umum berdasarkan data dari penelitian

sebelumnya dan data temuan berdasarkan temuan yang

diemukan tim peneliti pada saat di lapangan. Data temuan ini

berupa data sekunder dan primer, serta penjabaran hasil

wawancara dan checklist.

5 BAB V

Pembahasan

Berisi pembahasan dari data temuan yang berdasarkan pada

teori yang digunakan tim peneliti dalam penelitian.

6

BAB VI

Kesimpulan

dan

Rekomendasi

Mencakup kesimpulan dan rekomendasi bagi stakeholders dan

DMO.

Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012

Page 16: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

16

BAB II. KONSEP TEORI

A. EKONOMI KREATIF

1. Defisi Ekonomi

“Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas

manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi

terhadap barang dan jasa.”. Sumber: id.wikipedia.org. 23 Mei 2012.

2. Definisi Kreativitas

“Kreativitas adalah proses dimana ide-ide asli dihasilkan. Namun

demikian, karakteristik kreativitas dalam berbagai bidang usaha

manusia bisa setidaknya diartikulasikan”. Sumber: UNCTAD, Creative

Economy Report (2008:9).

3. Definisi Ekonomi Kreatif

“Ekonomi Kreatif merupakan era ekonomi baru yang mengintensifkan

informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of

knowledge dari sumberdaya manusianya sebagai faktor produksi utama

dalam kegiatan ekonominya”. Sumber: Kementerian Perdagangan

2009.

Page 17: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

17

B. INDUSTRI KREATIF

1. Definisi Industri

Istilah industri berasal dari bahasa Latin, yaitu industri yang artinya

buruh atau tenaga kerja. Dewasa ini, istilah industri sering digunakan

secara umum dan luas, yaitu semua kegiatan manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan. Sumber:

http:id.wikipedia.org/wiki/ekonomi. 23 Mei 2012.

a. Jenis /Macam Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

1) Industri Rumah Tangga

Adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah

antara 1-4 orang.

2) Industri Kecil

Adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah

antara 5-19 orang.

3) Industri Sedang atau Menengah

Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah

antara 20-99 orang.

4) Industri Besar

Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah

antara 100 orang atau lebih.

2. Definisi Industri Kreatif

Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berasal dari

pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk

menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan

Page 18: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

18

dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Sumber:

Kementerian Perdagangan 2009

United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)

mendefinisikan Industri Kreatif;

a. Adalah siklus penciptaan, produksi dan distribusi barang dan jasa

yang menggunakan kreativitas dan modal intelektual sebagai

masukan/modal utama;

b. Merupakan serangkaian kegiatan yang didasari pengetahuan,

yang berfokus pada seni tetapi tidak terbatas hanya pada seni,

berpotensi menghasilkan keuntungan dari perdagangan dan hak

kekayaan intelektual;

c. Terdiri dari produk berwujud dan tidak berwujud intelektual atau

seni jasa dengan konten kreatif, nilai ekonomi dan tujuan pasar;

d. Berada di jalan lintas antara, jasa tukang dan industri sektor, dan

merupakan sektor dinamis baru dalam perdagangan dunia.

Adapun penggolongan komponen Industri Kreatif di Indonesia berikut

pengelompokkannya:

Page 19: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

19

Gambar 2.1. GAMBAR PENGELOMPOKKAN SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF

Sumber: Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-2014

Berikut ini adalah pengertian dari 15 subsektor yang termasuk ke dalam

industri kreatif:

Tabel 2.1. TABEL DAFTAR DARI 15 SUBSEKTOR DALAM INDUSTRI KREATIF

No. Subsektor Pengertian

1. Periklanan Kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah

dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi,

produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan. Misalnya: Riset

pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi

material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di

media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio),

pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran,

pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, serta penyewaan kolom

untuk iklan.

2. Arsitektur Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan,

perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan,

pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro

(Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan

level mikro. Misalnya: Detail konstruksi, arsitektur taman, desain

interior).

3. Pasar Barang

Seni

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang‐barang

asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi

melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet. Misalnya:

Alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa.

Penerbitan dan

Percetakan

Periklanan

TV dan Radio

Film, Video, Fotografi

Musik

Seni Pertunjukan

Desain

Arsitektur

Permainan

Interaktif

Kerajinan

Kuliner Fesyen

Pasar Barang Seni

Teknologi

Informasi dan

Piranti Lunak

Riset dan

Pengembangan

Subtansi Dominan

Seni Budaya Media Desain IpTek

Inte

nsi

tas

Sum

ber

Day

a

Tan

gib

le

Inta

ngi

ble

Page 20: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

20

4. Kerajinan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi

produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari

desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya. Meliputi

barang kerajinan yang terbuat dari: Batu berharga, serat alam maupun

buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga,

perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan

kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam

jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).

5. Desain Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain

interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan

dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

6. Fesyen Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas

kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan

aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk

fesyen.

7. Kuliner Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi, distribusi.

Termasuk didalamnya pengembangan menu, cita rasa, komposisi,

ukuran,

8. Video, Film

dan Fotografi

Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan

jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di

dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan

eksibisi film.

9. Permainan

Interaktif

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi

permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan,

dan edukasi.

Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan

semata‐mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

10. Musik Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan,

reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

11. Seni

Pertunjukan

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten,

produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional,

tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera,

termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan,

tata panggung, dan tata pencahayaan.

12. Penerbitan dan

Percetakan

Kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan penulisan konten dan

penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital

serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga

mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,

surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket

pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup

penerbitan foto‐foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster,

reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk

rekaman mikro film.

13. Layanan

Komputer dan

Piranti Lunak

Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi

informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data,

pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi

sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak,

desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal

termasuk perawatannya.

14. Televisi dan

Radio

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan

acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan

lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio,

termasuk kegiatan station relay (pemancar) siaran radio dan televisi.

15. Riset dan Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan

Page 21: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

21

Pengembangan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan

tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru,

material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat

memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan

humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan

seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.

Sumber: Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025

C. PARIWISATA

1. Definisi Pariwisata

Pariwisata juga didefinisikan oleh beberapa tokoh lain di Indonesia.

Seperti menurut Nyoman S. Pendit (2003:32), “Pariwisata adalah salah satu

jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan

penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta

menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai sektor

yang kompleks, ia juga merealisi idustri-industri klasik seperti industri

kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan transportasi secara

ekonomis juga dipandang sebagai industri.”

Dengan berbagai definisi mengenai pariwisata, maka pemerintah

menetapkan definisi pariwisata itu sebagai “Berbagai macam kegiatan wisata

dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.”. Sumber:

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009.

Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani (2007:5-6) kemudian

mengemukakan empat faktor yang menjadi dasar pengertian pariwisata yang

murni, yaitu:

Page 22: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

22

a. Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu, sekurang-

kurangnya 24 jam dan kurang dari 1 tahun.

b. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain.

c. Apapun bentuknya, perjalanan harus selalu dikaitkan dengan

pertamasyaan atau rekreasi.

d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah

di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata menjadi

konsumen di tempat tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh, Badan Pusat Statistik (BPS)

Indonesia juga menetapkan angka lama perjalan untuk kunjungan wisata

yaitu tidak lebih dari 6 bulan dengan jarak tempuh paling sedikit 100 km.

Sumber: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2003:1 – 6).

D. PARIWISATA KREATIF

Menurut Ohriska-Olson 2010 dalam buku “Creative Tourism Business

Model and Its Application in Bulgaria” oleh Rossitza Ohridska-Olson and

Stanislav Ivanov Pariwisata kreatif adalah bentuk budaya pariwisata. Sedangkan

UNESCO menjabarkan bahwa “Perjalanan yang diarahkan kepada penyatuan

pengalaman nyata, dengan pembelajaran yang partisipatif di bidang seni, warisan

budaya, atau karakteristik khusus dari suatu tempat, dan menciptakan suatu

hubungan dengan mereka yang tinggal di tempat ini, serta menciptakannya budaya

yang hidup”.

Teori lain mengatakan; "Creative Tourism is tourism related to community

development for a sustainable way of life. The activities provided had to be

Page 23: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

23

harmonious and connected to history, culture, and way of life in terms of learning

and experience. Tourists gain experience and knowledge from the real life of the

communities they visit.”.

Sumber: http://www.creativetourism.com/en/c_main/about.html.

UNESCO juga mendefinisikan arti pariwisata kreatif itu kedalam hal

pengorganisiran kegiatan belajar dari pengalaman langsung seperti berpartisipasi

dalam kegiatan dan berinteraksi dengan orang lokal. Tujuannya agar wisatawan

pengunjung tidak hanya pasif, tetapi mereka menjadi anggota aktif dari masyarakat

lokal. Pariwisata kreatif adalah cara baru untuk bepergian. Pariwisata kreatif dapat

lebih berarti dari sekedar menghabiskan waktu santai, atau hanya berjalan-jalan

mengunjungi museum, wisata alam dan situs sejarah.

E. AKTIVITAS WISATA

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab

I Pasal 1; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari

kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk

menikmati obyek dan daya tarik wisata.

Pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu: (1) Kegiatan perjalanan; (2)

Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya

atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

Menurut Drs. Oka A. Yoeti (1996: 178), hal yang terpenting agar usaha

pengembangan sekaligus pengelolaan obyek dan daya tarik wisata dapat menarik

dan memotivasi untuk berkunjung adalah dengan terpenuhinya tiga syarat utama

yang harus dimiliki objek wisata, yaitu:

Page 24: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

24

1. Something to do, yaitu sesuatu kegiatan yang dapat dilakukan.

2. Something to see, yaitu sesuatu hal yang dapat dilihat.

3. Something to buy, yaitu sesuatu yang dapat dibeli.

Unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah

objek wisata dan atraksi wisata. Kedua unsur ini merupakan salah satu alasan

pengunjung melakukan perjalanan. Atau dalam arti lain objek wisata adalah segala

sesuatu yang menjadi sasaran wisatawan.

Secara pintas produk wisata memiliki arti yang sama, namun sebenarnya

berbeda secara prinsipil. Objek wisata adalah semua hal yang menarik untuk dilihat

dan dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam, sedangkan atraksi wisata

adalah sesuati yang menarik untuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan

yang dibuat oleh manusia yang memerlukan persiapan terlebih dahulu. Dalam

pengertian secara lengkap, objek wisata dan atraksi wisata merupakan segala

sesuatu yang terdapat di Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang merupakan daya tarik

agar orang datang ke tempat tersebut.

Daya tarik wisata disebut juga sebagai objek wisata yang menjadi pendorong

kehadiran wisatawan ke daerah tujuan wisata. Karena kedudukannya yang sangat

menentukan, maka daya tarik wisata harus dirancang dan dikelola secara

profesional dan sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat

menarik wisatawan untuk datang.

Aktivitas Wisata adalah suatu perjalanan satu atau sekelompok orang ke

tempat yang bukan tempat tinggal atau tempat kerjanya dengan maksud untuk

mencari kesenangan dan bukan dengan tujuan melaksanakan pekerjaan (Mill &

Morrison, 1985 dalam Tussyadiah, 2002). Sumber http://eprints.undip.ac.id/9462/

Page 25: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

25

Batasan pariwisata menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani

(2007:13-14) sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang

dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata dikategorikan menjadi:

1. Wisata Agro; dapat dikatakan sebagai ragam pariwisata baru yang

dikaitkan dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian

pada musim buah durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turut

terjun aktif menanam padi.

2. Wisata Belanja; dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan

atau bagian dari jenis pariwisata lain, misalnya Kota Bandung dengan

Pusat Jeans di Jl. Cihampelas, Sidoarjo dengan pusat Tas di

Tanggulangin.

3. Wisata Budaya; berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi

tradisi, misalnya; mudik lebaran setahun sekali. Atau ada peristiwa

budaya yang digelar pada saat-saat tertentu, misalnya: Sekaten di

Surakarta dan Yogyakarta, Ngaben di Bali, Labuhan di Cilacap,

pemakaman jenazah di Tanah Toraja. Tidak jarang wisatawan

mempelajari budaya setempat, mengunjungi situs bersejarah, dan

sebagainya.

4. Wisata Iklim; bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar-

benar dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-

tempat lain hanya untuk ’berburu’ panas sinar matahari. Bagi

masyarakat tropis seperti Indonesia, kunjungan ke suatu tempat

berkaitan dengan maksud mencari perubahan iklim setempat.

Misalnya: penduduk pantai berwisata ke pegunungan, dan sebaliknya.

Page 26: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

26

5. Wisata Karya; kunjungan kerja, yaitu jenis pariwisata yang para

wisatawannya berkunjung dengan maskud kedatangan seseorang atau

sejumlah orang di suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) memang untuk

melaksanakan tugas profesi/pekerjaannya, namun dalam waktu

senggang, atau sengaja diacarakan, mereka melakukan rekreasi atau

kunjungan wisata ke beberapa objek. Misalnya: peninjauan/inspeksi

daerah, sigi lapangan.

6. Wisata Kesehatan; berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu

penyakit. Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaan

penyembuh, misalnya kunjungan ke Krakal di Kebumen dengan

maksud berendam di air belerang untuk menyembuhkan penyakit kulit;

mengunjungi dan tinggal untuk sementara di sanotarium yang beriklim

sejuk; berkunjung ke Singapura atau Cina untuk berobat.

7. Wisata Konvensi/Seminar; dilakukan dengan sengaja memilih salah

satu daerah tujuan wisata sebagai tempat penyelenggaraan seminar

dikaitkan dengan upaya pengembangan daerah tujuan wisata yang

bersangkutan. Penentuan lokasi tempat penyelenggaraan suatu

konvensi, baik nasional maupun internasional, sering dikaitkan dengan

kebijakan pemerintah mempromosikan suatu daerah tujuan wisata.

Kebijakan pemilihan lokasi penyelengaraan konvensi sangat jelas

diwarnai oleh kepentingan pariwisata.

8. Wisata Niaga; berkaitan dengan kepentingan perniagaan (usaha

perdagangan). Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di

tempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga

Page 27: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

27

ada di sana. Seperti halnya wisata dinas, para pengusaha/niagawan

datang dengan maksud utama melakukan kegiatan perniagaan namun

pada waktu luang pada umumnya berwisata. Bahkan menjadi kebiasaan

usaha bahwa berwisata digunakan sebagai media berniaga mengadakan

pertemuan, perundingan, dan transaksi niaga.

9. Wisata Olahraga; yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia

olahraga, misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga

Nasional, Asean Games, Olimpiade, atau sekadar pertandingan

persahabatan. Para wisatawan adalah para

10. Wisata Pelancongan/pesiar/pelesir/rekreasi; dilakukan untuk

berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat

sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, melepaskan ketegangan

(lepas dari kesibukan rutin). Maksudnya adalah memulihkan kesegaran

dan kebugaran jasmani dan rohani setelah berwisata. Biasanya mencari

atau mengunjungi tempat yang beriklim berbeda dengan iklim tempat

tinggalnya, atau setidak-tidaknya memiliki suasana khas yang

diinginkannya. Ragam wisata rekreasi lebih kurang sama dengan

wisata santai, yakni bepergian mengunjungi suatu tempat untuk

memuaskan hasrat ”ingin tahu”, baik objek itu berupa keindahan alam,

peningalan bersejarah, atau budaya masyarakat.

11. Wisata Petualangan; dilakukan lebih ke arah olahraga yang sifatnya

menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Termasuk dalam

jenis wisata petualangan adalah kegiatan pelatihan (kepemimpinan) di

alam terbuka dengan berbagai atraksi yang menantang dan kadang-

Page 28: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

28

kadang mengundang risiko. Terbang layang, arung jeram, panjat

tebing, terjun gantung (buggy jump), menyelam, susur gua (menyusuri

lorong-lorong gua menikmati pemandangan stalagtit-stalagmit) adalah

beberapa contoh wisata petualangan.

12. Wisata Ziarah; dalam kaitan dengan agama atau budaya.

Mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu,

misalnya: Waisak di kompleks Candi Borobudur-Magelang, menyepi

di Pantai Parangkusumo- Yogyakarta, mengunjungi tempat yang

dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh-tokoh masyarakat atau

pahlawan bangsa.

13. Darmawisata; perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang,

atau berkaitan dengan pelaksanaan darma di luar ruangan, atau

ekskursi; atau melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di luar

waktu kerja sehari- hari.

14. Widiawisata (pendidikan); Perjalanan ke luar (daerah, kampung, dsb)

dalam rangka kunjungan studi; dilakukan untuk mempelajari seni-

budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam dan atau budaya,

atau untuk kepentingan menuntut ilmu selama waktu tertentu,

misalnya: tugas belajar.

Page 29: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

29

F. PENGELOLAAN INDUSTRI KREATIF

1. Prinsip Dasar Pengelolaan Industri Kreatif

Pengelolaan (manajemen), menurut Leiper (1990;246), merujuk

kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seorang atau

sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang

melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Planning (perencanaan)

b. Directing (mengarahkan)

c. Organizing (termasuk coordinating)

d. Controlling (pengawasan)

2. Aktor Utama Model Pengembangan Industri Kreatif

Bangunan industri kreatif ini dipayungi oleh hubungan antara

Cendekiawan (Intellectuals), Bisnis (Business) dan pemerintah

(Government) yang disebut sebagai sistem ‘triple helix’ yang merupakan

aktor utama penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan dan

teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif. Hubungan yang erat,

saling menunjang dan bersimbiosis mutualisme antara ke‐3 aktor tersebut

dalam kaitannya dengan landasan dan pilar‐pilar model Industri Kreatif akan

menghasilkan Industri Kreatif yang berdiri kokoh dan berkesinambungan.

Page 30: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

30

a. Intellectuals (Cendekiawan)

Cendekiawan adalah orang‐orang yang dalam perhatian

utamanya mencari kepuasan dalam mengolah seni, ilmu pengetahuan

atas renungan metafisika, dan bukan hendak mencari tujuan‐tujuan

praktis, serta para moralis yang dalam sikap pandang dan kegiatannya

merupakan perlawanan terhadap realisme massa. Mereka adalah para

ilmuwan, filsuf, seniman, ahli metafisika yang menemukan kepuasan

dalam penerapan ilmu (bukan dalam penerapan hasil‐hasilnya).

Akan tetapi, dari definisi di atas, kecendekiawanan itu juga

ditentukan dari keinginan menerapkan ilmu, dan menularkannya.

Dalam konteks industri kreatif, cendekiawan mencakup budayawan,

seniman, punakawan, begawan, para pendidik di lembaga‐lembaga

pendidikan, para pelopor di paguyuban, padepokan, sanggar budaya

dan seni, individu atau kelompok studi dan peneliti, penulis, dan tokoh‐

tokoh lainnya di bidang seni, budaya (nilai, filsafat) dan ilmu

pengetahuan yang terkait dengan pengembangan Industri Kreatif.

Nama‐nama besar di Indonesia terdapat beberapa nama seperti

Nurcholish Madjid, Emha A. Najib, Romo Mangun, Harry Roesli,

Jakob Soemardjo, Rendra, Iwan Fals, Sujiwo Tedjo, Ki Manteb, dan

lain‐lain.

Menilik kembali landasan Industri Kreatif yaitu sumber daya

insani (people), dapat dikenali bahwa salah satu anggota pekerja

berstrata inti super kreatif adalah pekerjaan dari para cendekiawan.

Cendekiawan memiliki kapasitas yang sangat besar dalam memperkuat

Page 31: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

31

basis‐basis formal dan informal dari inovasi, dan memiliki kemampuan

untuk mematangkan konsep‐konsep inovasi dan juga memiliki

kapasitas mendiseminasi informasi dengan jejaring.

b. Business (Bisnis)

Bila ditilik secara ekonomi, bisnis (disebut juga perusahaan)

adalah suatu entitas organisasi yang dikenali secara legal, dan sengaja

diciptakan untuk menyediakan barang‐barang baik berupa produk dan

jasa kepada konsumen. Bisnis pada umumnya dimiliki oleh swasta dan

dibentuk untuk menghasilkan profit dan meningkatkan kemakmuran

para pemiliknya.

Pemilik dan operator bisnis bertujuan memperoleh keuntungan

finansial sebagai hasil kerjanya dan tantangan resiko yang ia hadapi.

Ketataniagaan bisnis diatur oleh hukum disuatu negara dimana bisnis

itu berada. Bentuk‐bentuk bisnis adalah: kepemilikan tunggal,

kemitraan, korporasi dan koperasi. Bisnis bisa berbasis manufaktur,

jasa, eceran dan distribusi, pertanian, mineral, finansial, informasi, real

estat, transportasi, dan utility seperti listrik, pengairan yang biasanya

terkait dengan badan‐badan kepemerintahan. Di dalam organisasinya,

bisnis memiliki pengelompokan pekerjaan seperti pemasaran,

penjualan, produksi, teknologi informasi, riset dan pengembangan.

Manajemen berfungsi menerapkan operasional yang efisien dan efektif

terhadap suatu bisnis.

Pada saat‐saat tertentu, bisnis juga membutuhkan modal

tambahan (capital), yang didapat dari pinjaman bank atau pinjaman

Page 32: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

32

informal atau investor baru. Bisnis juga harus dilengkapi dengan

proteksi agar menghalangi kompetitor untuk menyaingi bisnis tersebut.

Proteksi tersebut bisa dalam bentuk HKI yang terdiri dari paten,

hakcipta, merek dagang dan desain. Setiap bisnis pasti memiliki nama,

logo dan teknik‐teknik pencitraan. Karena aspek kompetisi maka bisnis

perlu mendaftarkan HKI di setiap daerah atau negara dimana terdapat

kompetitor‐kompetitor. Banyak negara telah menandatangani

perjanjian internasional tentang HKI, dan setiap perusahaan yang

terdaftar di negara‐negara ini harus mentaati hukum negara yang telah

terikat dengan perjanjian internasional ini. Bisnis bisa juga dijual dan

dibeli. Pemilik bisnis menyebut ini sebagai exit‐plan. Exit‐plan yang

lazim dikenali adalah seperti IPO atau merger dan akuisisi.

c. Government (Pemerintah)

Pemerintah didefinisikan sebagai sebuah organisasi yang

memiliki otoritas untuk mengelola suatu negara, sebagai sebuah

kesatuan politik, atau aparat/alat negara yang memiliki badan yang

mampu memfungsikan dan menggunakan otoritas/kekuasaan. Dengan

ini, pemerintah memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan

hukum serta undang‐undang di wilayah tertentu.

Pemerintah yang dimaksud dalam studi rencana pengembangan

Ekonomi Kreatif ini adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah

yang terkait dengan pengembangan Ekonomi Kreatif, baik keterkaitan

dalam substansi, maupun keterkaitan administrasi. Pemerintah pusat

meliputi departemen‐departemen dan badan‐badan. Pemerintah daerah

Page 33: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

33

meliputi pemerintah daerah tingkat I, pemerintah daerah tingkat II,

sampai kepada hirarki terendah pemerintahan daerah. Sinergi antar

departemen dan badan di pemerintah pusat, dan sinergi antara

pemerintah pusat dan daerah, sangat diperlukan untuk dapat mencapai

visi, misi dan sasaran pengembangan Industri Kreatif ini. Hal ini

disebabkan karena pengembangan Ekonomi Kreatif bukan hanya

pembangunan industri, tetapi juga meliputi pembangunan ideologi,

politik, sosial dan budaya.

Menurut Pitan dan Diarta (2009:86), tujuan dari pengelolaan atau

manajemen pariwisata adalah untuk menyeimbangkan pertumbuhan

dan pendapatan ekonomi dengan pelayanan kepada wisatawan serta

perlindungan terhadap lingkungan dan pelestarian keberagaman

budaya.

Menurut Cox dalam Dowling dan Fannel (2003:2), pengelolaan

pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1) Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah

didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang

merefleksikan keunikan dan peninggalan budaya dan keunikan

lingkungan.

2) Preservasi, proteksi dan peningkatan kualitas sumber daya yang

menjadi basis pengembangan pariwisata.

3) Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada

khasanah budaya lokal.

Page 34: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

34

4) Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan dan budaya

lokal.

5) Memberikan dukungan dan legimitasi pada pembangunan

pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi

sebaliknya mengendalikan dan/ atau menghentikan aktivitas

menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui

ambang batas (carryng capacity) lingkungan alam atau

akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan

kepadatan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan pariwisata yang bekelanjutan baik secara

ekonomi, sosial-budaya maupun lingkungan yanng efektif, pengelola

wajib melakukan manajemen sumber daya yang efektif. Manajemen

sumber daya ditujukan untuk menjamin perlindungan terhadap

ekosistem dan mencegah degradasi kualitas lingkungan.

Dalam hal penyusunan kebijakan akan menjadi tuntutan bagi

pelaku pariwisata dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan

pariwisata. Dalam pembentukan agen, bertujuan menghasilkan rencana

strategi sebagai panduan dalam pemasaran dan pengembangan fisik di

daerah tujuan wisata. Dalam hal penyediaan fasilitas dan operasi,

pemerintah berperan dalam memberi modal usaha, pemberian subsidi

kepada fasilitas, dan pelayanan yang vital. Penyelesaian konflik

merupakan peran yang sangat penting dalam era dimana isu lingkungan

dan konservasi sumber daya menjadi isu penting.

Page 35: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

35

3. Pelaku Kepariwisataan (Stakeholders)

Pariwisata tidak bisa lepas dari komponen pedukung atau yang disebut

dengan pelaku wisata (tourism stakeholders). Menurut Peraturan Pemerintah

No. 50 Tahun 2011, “Kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan unsur

beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi

pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya

manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara

berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan

di bidang kepariwisataan”.

Para pelaku pariwisata ini saling terkait baik itu sebagai pengelola,

pemangku kebijakan, pihak yang menyediakan produk pariwisata, orang

yang melakukan kegiatan pariwisata hingga pihak yang terkena dampak

pariwisatanya dan yang menjadi daya tarik dari pariwisata tersebut.

4. Pola Hubungan Stakeholders Kepariwisataan

Berikutnya yang paling pokok adalah bahwa pariwisata tidak bisa lepas

dari komponen pedukung atau yang disebut dengan “tourism stakeholders”

yang saling berinteraksi, sebagaiman yang disebut oleh Bahar (1995) sebagai

pola hubungan stakeholders kepariwisataan sebagaimana gambar berikut ini:

Page 36: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

36

Gambar 2.2. POLA HUBUNGAN STAKEHOLDERS KEPARIWISATAAN

PEMERINTAH

WISATAWAN

MASYARAKAT SWASTA

Sumber: Bahar, 1995

Page 37: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. PARADIGMA PENELITIAN

Menurut Sambas Ali (2010:22) “Paradigma penelitian merupakan kerangka

berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta

kehidupan sosial dan perilaku peneliti terhadap ilmu atau teori, yang dikontruksi

sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang

menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.”

Mengacu pada pengertian di atas dalam penyusunan laporan ini paradigma

penelitian berdasarkan pada teori-teori sebagai berikut:

Gambar 3.1. TABEL PARADIGMA PENELITIAN

Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012

OPERATIONAL THEORY

Teori IndustriTeori Produk Wisata

Teori Pemetaan

MIDDLE THEORY

Teori Industri KreatifTeori Pariwisata

GRAND THEORY

Teori Ekonomi Kreatif

Page 38: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

38

B. POLA PIKIR PENELITIAN

Berikut ini adalah gambaran pola pemikiran penelitian:

Gambar 3.2. GAMBAR POLA PENELITIAN

Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012

Dalam penelitian ini tim menetukan tiga faktor yang mempengaruhi

perkembangan Industri Kreatif sebagai input data, yakni; (1) Potensi Industri

Kreatif, (2) Aktivitas Wisata, dan (3) Pengelolaan Industri Kreatif.

(X₁)

POTENSI INDUSTRI

(X₂)

AKTIVITAS WISATA

(X₃)

PENGELOLAAN INDUSTRI

KREATIF

INDUSTRI KREATIF

Page 39: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

39

C. ALUR PENELITIAN

Adapun alur penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 3.3. GAMBAR POLA PENELITIAN

Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012

ANALISIS

Potensi Industri Kreatif

Aktivitas Wisata

Pengelolaan Industri Kreatif

METODE

PENELITIAN

Paradigma Penelitian Alur Penelitian

Metode Penelitian Teknik Dan Alat

Pengumpulan Data Unit Analisis

TEORI

Industri Pariwisata

Pengelolaan

KONSEP

PENELITIAN

Potensi Industri Kreatif

Aktifitas Wisata

Pengelolaan Industri

REKOMENDASI Bagi:

Pemerintah Daerah Kab. Bangli

Masyarakat Daerah Kab. Bangli

DMO

KESIMPULAN

IDENTIFIKASI MASALAHBagaimana kondisi industri kreatif yang terdapat di kawasan gunung api Batur, Bali.?

Bagaimana kondisi aktifitas wisata di kawasan gunung api batur Bali ?

Bagaimana pengelolaan industri kreatif dikawasan gunung api Batur , Bali ?

RUMUSAN MASALAH

Sejauh mana potensi industri kreatif yang mendukung kegiatan pariwisata di kawasan gunung api batur, Bali

LATAR BELAKANGDiterapkannya konsep ekonomi kreatif di

Indonesia, Khususnya kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai acuan pengembangan

desinasi pariwisata

Kawasan pariwisata gunung batur memiliki banyak objek pariwisata yang berpotensi tinggi,

tanpa dukungan kegiatan perekonomian yang bak bagi komunikasi lokal

Page 40: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

40

D. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, tim peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif

(Ulber Silalahi, 2009 : 62) yang meliputi pengumpulan data agar dapat

menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir baik

karakteristik ataupun frekuensi dengan atau yang mempertanyakan status

satu gejala atau variabel. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989:581,

metode deskriptif memiliki pengertian yaitu “Cara yang teratur dan terpikir

baik-baik untuk mencapai suatu hasil atau maksud, cara kerja yang bersistem

untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang

ditentukan”. Adapun tujuan dari penggunaan metode deskriptif analisis untuk

mengungkap suatu gejala yang aktual, mengumpulkan data, menganalisanya

dan membandingkan dengan teori-teori yang ada.

E. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

1. Teknik Kumpul Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh tim peneliti,

yaitu;

a. Observasi Langsung ke Lapangan

Menurut Para Ahli Teknik Observasi mempelajari tingkah laku

tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi

Observasi. Menurut Nasution (Sugiyono, 2009:64)

b. Wawancara

Menurut Sainuddin, S.Sos (2009) wawancara merupakan

kegiatan pencarian informasi dengan cara menanyakan secara

mendetail dan mendalam; memancing dengan pernyataan maupun

Page 41: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

41

mengkonfirmasi suatu hal, agar dapat diperoleh gambaran yang utuh

tentang narasumber atau peristiwa maupun isu tertentu.

Dalam pengertian jurnalistik, wawancara adalah suatu

percakapan terpimpin dan tercatat atau suatu percakapan secara tatap

mula dimana seseorang mendapat informasi dari orang lain. Pengertian

lain wawancara adalah merupakan suatu hubungan antar manusia

dimana kedua pihak bersikap sama derajat selama pertemuan-

pertemuan berlangsung.

Tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur,

dimana tim peneliti mengetahui secara jelas dan terperinci apa

informasi yang dibutuhkan dan memiliki satu daftar pertanyaan yang

sudah ditentukan atau disusun sebelumnya yang akan disampaikan

kepada responden. Pewawancara memiliki sejumlah pertanyaan yang

telah disusun dan mengadakan wawancara atas dasar atau panduan

pertanyaan tersebut.

c. Basis Data

Menurut Date, database dapat dianggap sebagai tempat

sekumpulan berkas dan terkomputerisasi, yang tujuan utamanya

adalah melakukan pemeliharaan terhadap informasi dan

membuat informasi tersebut tersedia saat dibutuhkan.

Sumber:(http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-

studies/2068236-pengertian-database-menurut-para-

ahli/#ixzz1pxBaFRGG)

Page 42: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

42

d. Studi Kepustakaan

Tim peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data

melalui studi kepustakaan untuk membandingkan kondisi aktual

yang terjadi dengan kondisi ideal secara teoritis, mempelajari

buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi

guna mendapatkan landasan teori sebagai data pendukung dalam

penulisan Laporan Rampung Penelitian Bisnis Industri ini.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang akan digunakan oleh tim peneliti pada saat

berada di lapangan adalah sebagai berikut:

a. Pedoman wawancara, berisikan mengenai pertanyaan yang

akan diajukan kepada narasumber oleh tim peneliti yang akan

disusun secara sistematis dan terorganisir guna untuk

mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.Tim peneliti sebagai pewawancara akan

melakukan wawancara dengan sejumlah informan yaitu para

pelaku industri ekonomi kreatif dan juga pengurus desa setempat

sebagai narasumber Hasil percakapan tersebut akan dicatat atau

direkam oleh tim peniliti.

b. Check-list (Daftar Periksa), merupakan daftar yang berisi catatan

setiap faktor secara sistematis. Daftar periksa ini biasanya dibuat

sebelum observasi dan sesuai dengan tujuan observasi. Daftar

periksa merupakan panduan tim

Page 43: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

43

c. Peneliti dalam mengumpulkan basis data sesuai dengan indikator

yang telah dibuat dalam matriks operasional variabel.

F. UNIT ANALISIS

Menurut Ulber Silalahi (1999:194) unit analisis dalam penelitian adalah unit

atau elemen yang dianalisis atau dipelajari yang darinya ingin diketahui satu

atau sejumlah hal. Berikut pihak-pihak yang menjadi informan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Pemerintah Dinas Pariwisata Daerah Bangli Bali.

2. Pihak Pelaku Industri Ekonomi Kreatif di kawasan kaldera Gunung

Batur Bali.

3. Pihak dari 13 desa yang terdapat di kawasan kaldera Gunung Api Batur,

diantaranya:

h. Desa Batur Selatan

i. Desa Batur Utara

j. Desa Kintamani

k. Desa Pinggan

l. Desa Songan A

m. Desa Songan B

a. Desa Buahan

b. Desa Kedisan

c. Desa Terunyan

d. Abang Batudinding

e. Desa Abang Songan

f. Desa Suter

g. Desa Batur Tengah

Page 44: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

44

G. TEKNIK DAN ALAT ANALISIS

Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Melleyong 2002:103) menjelaskan

bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke

dalam suatu pola dalam, kategori, dan satuan uraian dasar.

Sedangkan menurut Taylor, (1975:79) mendevinisikan analisis data sebagai

proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan

hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan

bantuan dan tema pada hipotesis.

Dalam menganalisis penelitian ini tim peneliti menggunakan sebagai berikut:

1. SWOT Analysis

Merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk

mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang

(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu

spekulasi bisnis.Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari

spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan

eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.

Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah

berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian

menerapkannya dalam gambar matrik SWOT.

Hasil analisa SWOT dapat dilihat melalui tabel IFAS dan EFAS. Data-

data diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan checklist. Menurut

Rangkuti (2006) penjumlahan pada tabel IFAS jumlah bobot antara kekuatan

dan kelemahan tidak boleh lebih dari 1.00 begitu juga jumlah bobot antara

peluang dan ancaman yang juga tidak boleh lebih dari 1.00 ketentuan dalam

Page 45: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

45

pemberian bobot kekuatan pada tabel IFAS serta peluang pada tabel EFAS

menurut Rangkuti (2006) adalah sebagai berikut: bobot tertinggi (0.20) untuk

masalah sangat penting,bobot (0,15) untuk masalah yang penting,bobot

(0,10) untuk masalah yang cukup penting,dan bobot terendah (0.02) untuk

masalah yang kurang penting. Sedangkan untuk pemberian bobot ancaman

pada EFAS dan kelemahan pada tabel IFAS adalah sebaliknya: bobot (0.01)

untuk masalah yang sangat penting, bobot (0.02) untuk masalah yang

penting, bobot (0.03) untuk masalah yang cukup penting, dan bobot (0.05)

untuk masalah yang kurang penting. Kemudian pemberian rating pada

masing-masing faktor yaitu dengan memberikan rating mulai dari 1 (sangat

kurang) sampai dengan 4 (sangat tinggi) berdasarkan pengaruh faktor

terhadap industri kreatif subsektor kerajinan sulaman/bordiran,sulaman

benang emas dan tenunan. Pemberian nilai untuk kekuatan dan peluang

bersifat positif (misalnya +4) sedangkan untuk kelemahan dan ancaman

adalah negatif atau sebaliknya (misalnya -1). Variabel yang bersifat positif,

yaitu semua variabel yang termasuk ke dalam kekuatan, diberi nilai +1

sampai dengan +4 (sangat baik). Sedangkan variabel yang bersifat negatif

adalah kondisi kebalikannya.

Page 46: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

Tabel 4.1. TABEL MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL (MOV)

KONSEP TEORI VARIABLE DIMENSI

SUBDIMENSI 1

(Substansi

Dominan)

SUBDIMENSI 2

(Intensitas

Sumberdaya)

INDIKATOR INSTRUMEN SUMBER

DATA

Industri Kreatif;

“Industri yang berasal dari

pemanfaatan kreativitas,

keterampilan serta bakat individu

untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan

pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan

daya cipta individu tersebut.” Sumber:

Kementerian

Perdagangan 2009

Po

ten

si In

du

stri

Kre

atif

(X₁)

Industri Kreatif

Media

Tangible/ Intangible

Penerbitan dan Percetakan

Pedoman Wawancara

dan Check-list

Interview Dan

Observasi Intangible

Film, Video, Fotografi

Televisi dan Radio

Periklanan

Musik

Seni Budaya

Tangible

Kerajinan

Pedoman Wawancara

dan Check-list

Interview Dan

Observasi

Kuliner

Fesyen

Tangible/ Intangible

Pasar Barang Seni

Intangible

Musik

Seni Pertunjukan

Arsitektur

Desain

Desain

Tangible

Arsitektur

Pedoman Wawancara

dan Check-list

Interview Dan

Observasi

Desain

Permainan Interaktif

Tangible/ Intangible Penelitian dan Pengembangan

Intangible Fesyen

IpTek

Tangible/ Intangible

Penelitian Pengembangan Pedoman Wawancara

dan Check-list

Interview Dan

Observasi Intangible Teknologi Informasi dan Piranti Lunak

Permainan Interaktif

Page 47: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

Sumber: Tim DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

(X₂) Aktivitas

Wisata

Aktivitas Wisata yang Dilakukan

Something to do Pedoman Wawancara

dan Check-list

Interview Dan

Observasi Something to see

Something to buy

(X₃) Pengelolaan

Industri

Kreatif

Peran Seseorang atau Kelompok

Planning

Pedoman

Wawancara

dan Check-list

Interview Dan

Observasi

Directing

Organizing

Controlling

Planning

Page 48: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

48

BAB IV. TINJAUAN UMUM DAN DATA

HASIL TEMUAN

A. KONDISI UMUM INDUSTRI KREATIF

1. Industri dan Organisasi di 13 Desa Kawasan Pariwisata Gunung Api

Batur, Bali

Bedasarkan data-data sekunder yang di dapat dilapangan berikut gambaran

nyata tentang keadaan Industri Kreatif di kawasan pariwisata Gunung Api Batur yang

tim sajikan dalam bentuk bagan-bagan dibawah ini:

Tabel 4.1. BANYAKNYA TENAGA KERJA PERUSAHAAN DI RINCI PER

DESA KEC.KINTAMANI TAHUN 2010

Sumber: Kintamani Dalam Angka 2011

Bedasarkan Tabel 4.1. diatas diketahui bahwa mayoritas industri yang tumbuh

di kawasan pariwisata Gunung Api Batur adalah Industri Kerajinan Rumah Tangga

yang di dominasi oleh Desa Suter dan Abang Batudinding dengan jumlah 283 dan 280

wirausaha yang ada. Sedangkan Industri Kecil masih sangat sedikit yang ada yaitu

Desa/Kelurahan Industri

Besar

Industri

Sedang Industri Kecil

Industri Kerajinan

Rumah Tangga

Batur Utara - - - -

Batur Selatan - - - -

Batur Tengah - - - -

Pinggan - - - 14

Kintamani - - - 39

Songan A - - - -

Songan B - - - -

Kedisan - - - -

Buahan - - 6 20

Trunyan - - - -

Suter - - 18 283

Abang Songan - - - 32

Abang Batudinding - - 32 280

Jumlah - - 56 668

Page 49: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

49

hanya ada di Desa Abang Batudinding, Suter, dan Buahan. Industri Besar dan Industri

Sedang belum ada sama sekali di kawasan pariwisata Gunung Api Batur.

Sebagai kawasan pariwisata Gunung Api Batur, daerah ini juga memiliki

kekayaan alam berupa sumber daya hewani yaitu Ikan Tawar, yang sumber utamanya

dihasilkan dari Danau Batur. Berikut rincian datanya:

Tabel 4.2. PRODUKSI IKAN MENURUT JENISNYA PER DESA/KELURAHAN DI

KECAMATAN KINTAMANI TAHUN 2010

Bedasarkan data dari Tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa jumlah ikan tawar

yang sebagian berasal dari Danau Batur berjumlah cukup banyak dihasilkan dalam

satu tahun, dimana mayoritas peternak ikan tawar berasal dari Desa Abang

Batudinding, Desa Songan A, Desa Songan B, Desa Batur Tengah, dan Desa Kedisan

dimana memang letak desa ini sebagian besar berada di sekitar tepian Danau Batur.

Selain kegiatan industri adapun beberapa organisasi milik masyarakat setempat

yang didirikan dengan tujuan mempertahankan budaya dan mengembangkan seni

budaya yang mereka memiliki berikut penjabarannya:

Desa/Kelurahan Ikan Air Tawar

(Kg)

Jumlah

(Kg)

Buahan - -

Suter - -

Abang Batudinding 14600 14600

Abang Songan - -

Trunyan - -

Songan B 4500 4500

Songan A 4300 4300

Batur Selatan - -

Batur Tengah 4200 4200

Batur Utara - -

Kintamani - -

Pinggan - -

Kedisan 3700 3700

Jumlah 31300 31300

Sumber: Pengolahan Data Kintamani Dalam Angka 2011

Page 50: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

50

Tabel 4.3. JUMLAH ORGANISASI BERDASARKAN JENIS KESENIAN YANG ADA

DI 13 DESA KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR, BALI 2011

Sumber: Pengolahan Data “Kecamatan Kintamani Dalam Angka 2011”

Berdasarkan Tabel 4.3. diketahui bahwa kegiatan kesenian di kawasan

pariwisata Gunung Api Batur tumbuh dengan baik terutama di Desa Songan B dan

Abang Batudinding memiliki potensi kesenian yang baik pula, dimana jenis kesenian

Gong Kebyar menjadi jenis kesenian yang paling banyak diminati.

B. KONDISI UMUM AKTIVITAS WISATA

1. Pengunjung ke Kabupaten Bangli

Kabupaten Bangli merupakan salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di

Provinsi Bali, Kabupaten Bangli memiliki jumlah daya tarik wisata di Kabupaten

Bangli sebanyak 38 buah, dengan rincian 5 DTW sudah berkembang, 9 DTW sedang

dikembangkan dan 24 DTW yang akan dikembangkan (Disbudpar Kab. Bangli, 2010).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bangli, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bangli pada tahun 2005

tercatat sejumlah 350.596 wisatawan, tahun 2006 (259.344 wisatawan), tahun 2007

Desa/Kelurahan Jenis Kesenian

Barong Gong Kebyar Legong Topeng Lainnya

Batur Utara 1 1 1 - -

Batur Selatan - 1 1 - -

Batur Tengah - 1 - - 2

Pinggan - 1 - - 2

Kintamani 1 9 1 - 3

Songan A - 1 3 - 2

Songan B - 20 - - 2

Kedisan 1 1 1 - 3

Buahan - 1 1 - 2

Trunyan 1 1 1 - -

Suter 1 8 2 - 2

Abang Songa\n - 8 3 1 2

Abang Batudinding - 9 1 1 2

Jumlah 5 62 15 2 22

Page 51: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

51

(352.775), tahun 2008 (437.207 wisatawan), dan tahun 2009 (526.706 wisatawan).

Sedangkan tahun 2010 berjumlah 418.143 orang.

Tabel 4.4. DATA PERBANDINGAN ANTARA JUMLAH KUNJUNGAN

WISATAWAN YANG DATANG KE BALI DAN KINTAMANI

Tahun Bali Kintamani %

2005 1.386.449 320.596 23,12

2006 1.250.317 259.344 18,89

2007 1.664.854 352.775 19,46

2008 1.968.892 437.207 22,21

2009 2.384.819 526.706 22,09

2010 2.546.023 418.143 16,42

Sumber: Statistik Bangli Dalam Angka 2011.

Bedasarkan Tabel 4.4. diatas jumlah wisatawan tidak stabil dan menurun pada

tahun 2006, 2007, 2009, dan 2010. Adapun jumlah kunjungan wisatawan ke

Kabupaten Bangli berdasarkan daerah asal wisatawan. Berikut adalah datanya:

Tabel 4.5. DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE KINTAMANI KABUPATEN

BANGLI TAHUN 2010

Sumber: Disbudpar Kabupaten Bangli, 2010.

Bedasarkan Tabel 4.5. diatas dapat dilihat bahwa profil wisatawan asing yang

datang pada tahun 2010 lalu adalah Eropa, Amerika, dan Taiwan. Sedangkan jumlah

wisatawan domestik sendiri berjumlah lebih sedikit dari wisatawan asing yang datang

berkunjung ke kawasan pariwisata Gunung Api Batur.

No. Nama Negara Jumlah %

1 Eropa 145.927 34,9

2 Amerika 33.869 8,1

3 Australia 25.088 6,0

4 Jepang 19.234 4,6

5 China 30.942 7,4

6 Taiwan 33.441 8,0

7 Indonesia 91.593 21,9

8 Lainnya 38.049 9,1

Jumlah 418.143 100.0

Page 52: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

52

Tabel 4.6. KONTRIBUSI SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PAD KABUPATEN

BANGLI TAHUN 2005 - 2010

Tahun PAD RETRIBUSI %

2005 7.692.953.476,86 1.070.790.000,00 13,92

2006 9.718.077.898,00 794.910.500,00 8,18

2007 9.167.944.594,00 1.079.615.000,00 11,77

2008 12.633.751.193,09 1.352.466.500,00 10,68

2009 15.179.545.573,00 1.624.045.500,00 10,69

2010 17.191.454.000,00 1.813.462.500,00 11,66

Sumber: Dispenda Kabupaten Bangli, 2010.

Bedasarkan Tabel 4.6. diatas pasokan yang cukup besar dari sektor pariwisata

di Kabupaten Bangli yang berkisar ±11% per tahun dari 5 tahun terakhir.

2. Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kabupaten Bangli

Adapun beberapa objek pariwisata yang ada di Kabupaten Bangli, yaitu:

a. Pura Kehen

Pura Kehen yang terletak di Desa Cempaga, Bangli, memiliki banyak

keunikan. Selain letaknya yang strategis, pada pintu masuk pura tidak

menggunakan Candi Bentar seperti pada Pura Kahyangan Jagat umumnya. Pintu

masuk Pura Kehen memang agak berbeda, yakni menggunakan Candi Kurung.

Disamping itu, keberadaan Bale Kulkul pada batang pohon Beringin turut

memberi warna lain bagi Pura Kehen yang menjadi salah satu objek pariwisata

unggulan Kota Bangli. Meski telah ditemukan tiga prasasti tentang Pura Kehen,

namun belum dapat dipastikan kapan sejatinya pura tersebut didirikan, dan apa

yang menjadi asal-usul nama Kehen itu sendiri. Berdasarkan prasasti ketiga

yang berangka tahun 1204 Masehi disebutkan beberapa pura yang mempunyai

hubungan kesatuan meliputi Pura Hyang Hatu, Hyang Kedaton, Hyang Daha

Bangli, Hyang Pande, Hyang Wukir, Hyang Tegal, Hyang Waringin, Hyang

Pahumbukan, Hyang Buhitan, Hyang Peken Lor, Hyang Peken Kidul dan Hyang

Page 53: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

53

Kehen. Kehen sendiri diperkirakan berasal dari kata keren (tempat api), bila

dihubungkan dengan prasasti pertama yang berbahasa Sansekerta– namun tidak

berangka tahun,di mana di dalamnya menyebutkan kata-kata Hyang Api, Hyang

Karinama, Hyang Tanda serta nama-nama biksu.

Jro Pasek Pura Kehen sebagai salah satu Dangka di Pura Kehen mengaku

pernah mendengar dari cerita orangtua akan keunikan atau kejadian mistis yang

pernah terjadi di Kehen. Seperti halnya munculnya ula (ular) duwe pada tahun

1960 pagi, saat itu masyarakat setempat yang baru saja selesai menyapu di jaba

pura menyaksikan secara langsung munculnya ular duwe tersebut. Selain itu,

masyarakat setempat sangat percaya jika patahnya pohon beringin yang terdapat

di pura sebagai pertanda grubug (musibah). Hal tersebut disimpulkan dari

kejadian-kejadian yang pernah terjadi secara turun temurun.

Gambar 4.1. GERBANG PURA KEHEN

Sumber: www.banglikab.go.id. (edited) Mei 2012.

Tidak hanya itu, letak bagian yang patah juga diyakini sebagai pertanda

musibah tersebut akan melanda orang tertentu. Misalnya pada saat raja Bangli

meninggal dunia, dahan pohon beringin yang letaknya di Kaja Kangin (Utara-

Timur) patah. Kemudian jika ada pendeta yang meninggal, maka dahan pohon

beringin sebelah Kaja Kauh (Barat Daya) patah. Sedangkan jika bagian yang

Page 54: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

54

patah letaknya Kelod Kangin (Timur Lau) dan Kelod Kauh (Tenggara) maka

diyakini akan ada musibah yang menimpa masyarakat. Terkait upacara, karya di

Pura Kehen Bangli berlangsung setiap enam bulan sekali tepatnya pada Hari

Raya Pagerwesi yakni setiap Buda Kliwon Wuku Sinta. Namun, upacara

besarnya yaitu Ngusaba Dewa atau biasa disebut Karya Agung Bhatara Turun

Kabeh berlangsung setiap tiga tahun sekali, tepatnya Purnama Kalima,

Saniscara Pon Wuku Sinta. Selain itu desa yang tergabung dalam Gebog

(tatanan masyarakat) Domas (800) dan Bebanuan Pura Kehen memiliki peran

masing-masing, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan dalam suatu acara.

Pembagian tugas tersebut dilakukan berdasarkan dresta dan sukat yang telah

dilaksankan dari tahun-ketahun dan tidak akan pernah diubah atau ditukar-tukar.

Selain sebagai bentuk pertanggung jawaban atas tugas masing-masing, juga

memunculkan semangat kebersamaan dan saling memiliki terhadap karya yang

berlangsung di Pura Kehen. Pemangku di Pura Kehen berjumlah 33 orang yang

terbagi atas dua golongan, yakni Dangka dan Pemaksan. Dangka terdiri dari 16

orang pemangku yang bertugas sebagai pangempon khusus perampean atau

pelinggih-pelinggih di jeroan. Sedangkan Pemaksan yang terdiri dari 17 orang

bertugas sebagai pembantu Dangka. Sumber: www.banglikab.go.id. 28 Mei 2012.

b. Desa Panglipuran

Panorama dan budaya unik seperti Desa Adat Penglipuran adalah daya

tarik tersendiri. Desa ini terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli,

Kabupaten Bangli, sekitar 45 Km dari Kota Denpasar. Begitu memasuki areal

desa tersebut, mata sudah pasti akan bertemu arsitektur rumah yang hampir

semuanya mirip. Kemiripan bangunan rumah itu antara lain bentuk gerbang

yang sama dengan sedikit atap dari bambu, pintu pun hanya selebar orang

Page 55: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

55

dewasa berkacak pinggang dengan tinggi sekitar dua setengah meter yang biasa

disebut angkul-angkul, dan cat rumah menggunakan dari tanah, bukan cat

tembok. Itu keunikan awal perjumpaan. Kesamaan lainnya juga terdapat pada

pembagian bangunan di dalam rumah, seperti bale, kamar, dan dapur. Hampir

semuanya juga menggunakan bahan baku bambu.

Sejak 1995, Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Bangli menetapkan

desa ini menjadi salah satu obyek wisata unggulan Pulau Dewata. Desa ini

memiliki panorama, kesejukan, kenyamanan, keheningan, kedamaian, dan

keunikan dengan bentuk atau arsitektur bangunan berbeda serta kerapian zonasi

desanya. Tak kalah menarik, warganya pun sadar lingkungan serta

berswasembada air dengan manajemen mirip dengan perusahaan daerah air

minum.

Gambar 4.2. DESA PANGLIPURAN

Sumber: www.banglikab.go.id. (edited) 28 Mei 2012

Daya tarik yang kuat dari Desa Adat Penglipuran ini masih berupaya

mempertahankan zonasi hunian yang mirip pembagian tubuh manusia. Zona ini

terbagi tiga bagian, yaitu zona parahyangan (hulu/kepala), zona pawongan

(badan), dan zona palemahan (kaki). Zona parahyangan merupakan daerah suci

dan paling tinggi dibandingkan zona lainnya dengan ketinggian sekitar 700

meter dari permukaan laut dan merupakan wilayah sembahyang bersama

Page 56: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

56

bernama Pura Penataran. Menuruni beberapa anak tangga dari Pura Penataran,

pengunjung memasuki zona pawongan, yang terdiri atas rumah tinggal di bagian

barat (kauh) dan timur (kangin). Kedua bagian kauh dan kangin dipisahkan oleh

rurung gede yang berupa jalan sekitar tiga meter yang membujur dari utara

menurun ke selatan. Pada wilayah pawongan dihuni 226 kepala keluarga.

Penduduknya rata-rata bermata pencarian petani, peternak, dan perajin bambu.

Nenek moyang mereka mengajarkan agar ramah lingkungan. Karena itu, luas

tanah tinggal 112 hektar itu hampir 40% adalah hutan bambu. Bahkan,

menebang bambu pun tak bisa sembarangan tebang. Harus izin dan mendapat

izin dari pemangku adat setempat.

Gambar 4.3. BAMBOO FOREST

Sumber: Dokumentasi Tim. (edited) Mei 2012.

Budayawan Katut Sumarta, mengatakan, kekhasan keturunan Bali Aga di

antaranya adalah sangat memuja dan menghormati perempuan, selain

menjunjung tinggi keharmonisan alam, manusia, dan Tuhan (konsep Tri Hita

Karana). Wujud hormat kepada perempuan itu dituangkan ke dalam awig-awig

Page 57: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

57

(semacam kesepakatan bersama dan biasanya berkaitan dengan pelanggaran),

termasuk di Desa Penglipuran. Dalam awig-awig, siapa pun laki-laki di desa itu

hanya diizinkan menikah dengan satu perempuan. Tidak dibenarkan adanya

poligami. Jika laki-laki itu ketahuan melakukan poligami atas sepengetahuan

istri pertama atau tidak, ia tetap harus mendapatkan hukuman. Hukuman yang

dijatuhkan adalah dikucilkan. Laki-laki itu tak boleh tinggal serumah dengan

istri pertamanya selamanya. Parahnya, ia juga tak boleh menginjakkan kaki dan

bersembahyang di pura. Intinya, ia dikucilkan baik batin maupun secara sosial.

Di Desa Penglipuran, tempat pengucilan itu pun dinamai Karang Memadu. Luas

tanahnya hanya sepetak. Sejarah ratusan tahun lalu hingga sekarang, Karang

Memadu belum pernah ditempati sehingga masih berupa tanah tanpa

bangunan.Sekitar 1994, warga sempat terpikir untuk mengubahnya, tetapi batal.

Selain dilarang menduakan istri, warga juga enggan melakukan kesalahan

lainnya, seperti mencuri. Jika ketahuan melakukan kejahatan, hukumannya juga

berat karena harus memberikan sesaji sedikitnya lima ekor ayam berbagai warna

ke masing-masing empat pura leluhur mereka. Jadi, pasti semua warga akan tahu

siapa yang melakukan kejahatan dengan adanya upacara itu. Sementara zona

palemahan adalah zona untuk setra atau orang yang sudah meninggal. Karena

secara budaya, warga Hindu Bali di Penglipuran tidak menganut budaya

Ngaben. Jenazah hanya dikubur tanpa dibakar. Alasannya, pembakaran bisa

menjadikan pencemaran untuk lingkungan. Satu lagi yang khas dari desa adat

ini, minuman asli loloh cemceman. Rasanya seperti air tape atau es rujak di

Pulau Jawa. Namun, warnanya kehijauan karena berasal dari daun cem-ceman

yang diperas, di beri air kelapa serta garam, dan direbus. Sumber:

www.banglikab.go.id. 28 Mei 2012.

Page 58: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

58

3. Paket Wisata yang Ditawarkan

Kawasan pariwisata Gunung Api Batur memiliki sejumlah destinasi pariwisata

yang sangat layak dijual kepada wisatawan baik itu asing maupun domestik. Berikut

ini adalah beberapa ringkasan paket wisata yang dijual oleh travel-travel agent atau

biro perjalanan sebagai tujuan wisata bagi konsumen/wisatawan yang tim

kelompokkan berdasarkan kategori/jenis aktivitas wisata yang dilakukan.

Penjabaran data temuan mengenai aktivitas wisata di Gunung Api Batur dapat

dilihat di halaman selanjutnya.

Page 59: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

Tabel 4.7. TABEL CHECKLIST AKTIVITAS WISATA DI KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR

Sumber: Checklist 2012

Aktivitas Wisata di Kawasan Pariwisata Gunung Batur

No ODTW

Jarak

(Waktu/K

m)

Jenis Kegiatan

yang dilakukan

Kategori

Kegiatan Wisata Keterangan

1. Pura Ulun Danu ± 45 Menit Ibadah, melihat upacara adat Wisata

Budaya dan Ziarah

Upacara di pura ini dirayakan setiap tahun, dan dinamakan Ngusaba

Kedasa. Syarat masuk dengan menggunakan kain selendang.

2. Danau Batur ± 60 Menit Mancing, sarana transportasi, sight

seeing dan photography Wisata

Rekreasi

3.

Restoran Apung

Kedisan

(Desa Kedisan)

± 60 Menit

Menikmati santapan khas yaitu ikan

tawar, sambil melihat keindahan

danau batur dan gunung batur

Wisata

Rekreasi dan

Kuliner

Selain menyediakan menu yang lezat, di restoran terapung danau

Batur ini juga menyediakan aktivitas watersport seperti jetski dan

juga memancing

4. Trunyan

(Desa Trunyan)

± 160

Menit

Melihat keunikan kuburan warga

desa trunyan

Wisata

Budaya

Desa trunyan memeiliki tiga jenis kuburan yang diperuntukan untuk

tiga jenis kematian yang berbeda-beda

5.

Pura Pancering

Jagat

(Desa Trunyan)

± 120

Menit Menyaksikan upacara adat Wisata Budaya

Barong Brutuk hanya diadakan beberapa kali setahun, setiap diadakan

upacara

6.

Panelokan

(Desa Batur

selatan)

± 10 Menit Melihat keindahan alam gunung

batur dan photography

Wisata

Rekreasi

Terdapat restoran-restoran dan penjualan souvenir di sekitar

panelokan

7.

Museum Gunung

Api Batur

(Desa Batur

Selatan)

± 5 Menit Memperkaya pengetahuan

masyarakat akan gunung Batur Widiawisata Buka pada hari kerja dan tiket masuknya gratis

8.

Toya Bungkah

(Desa Batur

Selatan)

± 75 Menit Berendam air panas Wisata Kesehatan

Masyarakat sekitar percaya bahwa air panas tersebut dapat

menyembuhkan penyakit, fasilitas lain; adalah hotel dan restoran

serta aula untuk mementaskan tarian tradisional maupun modern

9. Gunung Api Batur ± 3 Jam Tracking, hiking, sightseeing, dan

photography

Wisata

Petualangan,

Wisata Rekreasi

Terdapat guide lokal dan pelayan wisatawan disana

Page 60: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

60

C. KONDISI PENGELOLA INDUSTRI KREATIF

1. Fungsi dan Tujuan Dentination Management Organization (DMO)

Peran serta DMO dalam mengembangkan kawasan pariwisata Gunung

Api Batur memerlukan fungsi dan tujuan yang tepat guna, berikut ini adalah

hasil analisa checklist mengenai Fungsi dan Tujuan DMO di dalam

mengembangkan kawasan pariwisata Gunung Api Batur:

Tabel 4.8. TABEL FUNGSI DAN TUJUAN DMO

Sumber: Tim Peneliti DMO Gunung Api Batur 2012

No. Fungsi & Tujuan DMO Kondisi Aktual Kesesuaian

1. Melakukan Koordinasi,

Kemitraan dan Jejaring

Koordinasi ke berbagai pemangku kepentingan telah

dilakukan, namun untuk kemitraan dan jejaring kerjasama

antar pemangku kepentingan dengan masyarakat lokal

masih belum terjalin dengan baik.

Belum

Sesuai

2. Melakukan Konsultasi

dan Advokasi

Koordinasi dengan masyarakat lokal masih belum optimal

ditandai dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk

turut serta dalam menciptakan suasana yang aman dan

nyaman bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan

pariwisata Gunung Api Batur, Bali.

Belum

Sesuai

3. Pembenahan Fasilitas

Standar Pelayanan

Fasilitas standar pelayanan belum sepenuhnya terbenahi. Belum

Sesuai

4. Melakukan Penelitian Belum banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat

sejauh mana perkembangan industri kreatif yang terdapat

di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali.

Belum

Sesuai

5. Meningkatkan

Pemberdayaan

Masyarakat

Sudah terdapat perencanaan program pengembangan dan

kegiatan yang melibatkan masyarakat lokal, namun belum

terlaksana, dikarenakan masih banyak masyarakat lokal

yang belum terkoordinir dengan baik.

Belum

Sesuai

6. Menyelenggarakan

Pemasaran

Penyusunan program kegiatan pemasaran sudah

dilakukan, namun belum terlihat pelaksanaannya.

Belum

Sesuai

7. Melakukan Promosi

Investasi

Kegiatan promosi investasi di daerah gunung batur masih

belum optimal ditandai dengan masih banyaknya kawasan

yang belum terkelola dengan baik.

Belum

Sesuai

8. Monitoring dan Evaluasi (Belum Diketahui) -

9. Melakukan Survey

Kualitas Pelayanan (Belum Diketahui) -

10. Penyusunan Program-

program Inovasi tentang

Destinasi/Program

Manajer/Event Generator

Penyusunan program-program inovasi tentang

destinasi/program manajer/event generator belum terlihat,

dikarenakan aktivitas wisatawan di kawasan Gunung Api

Batur selama ini sangat monoton, sebagian besar

wisatawan hanya sekedar datang untuk berkunjung saja.

Belum

Sesuai

11. Menerapkan Krisis

Manajemen

Rencana tindakan yang bersifat proaktif dan efektif

terhadap dampak krisis yang ditimbulkan sudah ada,

namun untuk saat ini kondisi lingkungan baik fisik

maupun non fisik (sosial budaya dan kesehatan) masih

dalam tahap yang wajar, sehingga penerapan krisis

manajemen untuk saat ini belum begitu terlihat.

Belum

Sesuai

Page 61: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

61

2. Peran Serta, Kepentingan, dan Tugas dari Stakeholders Industri

Kreatif

Beberapa Stakeholders yang terkait secara langsung (direct) maupun

tidak langsung (indirect) di dalam pengelolaan Industri kawasan

pariwisata Gunung Api Batur. Berikut hasil penjabaranya:

Tabel 4.9. TABEL STAKEHOLDER YANG TERKAIT DALAM

PENGELOLAAN INDUSTRI KREATIF DI GUNUNG API BATUR

Sumber: Tim Peneliti DMO Gunung Api Batur 2012

No. Stakeholder Peran Kepentingan Tugas

1. Pemerintah

Daerah

Perencanaan,

Pembangunan,

Pengeluaran

kebijakan,

Pembuatan dan

penegakan

peraturan.

Membuat konsep

(master plan)

tentang

pengelolaan

industri kreatif di

Gunung Api

Batur, Bali

- Merencanakan program

kerja

- Melaksanakan

pembangunan daerah yang

berhubungan dengan

industri kreatif yang telah

direncanakan sebelumnya

- Mengeluarkan kebijakan

terhadap pelaku-pelaku

industri kreatif

- Membuat peraturan yang

terkait dengan pengelolaan

industri kreatif yang ada di

Gunung Api Batur, Bali

2. Pelaku

Industri

Pelaksana

program

pemerintah

dalam

pengelolaan

industri kreatif.

Mengembangkan

industri kreatif di

Gunung Api

Batur, Bali dan

sebagai penyedia

produk industri

kreatif di Gunung

Api Batur, Bali

- Menciptakan produk

industri kreatif

- Memasarkan hasil industri

kreatif

- Mempromosikan hasil

produk industri kreatif yang

ada di Gunung Api Batur,

Bali

3. Masyarakat

Lokal

Pendukung

program

pemerintah dan

pelaku industri

kreatif.

Dalam hal ini,

masyarakat lokal

hanya perlu

menjalankan

rutinitas

keseharian mereka

yang memiliki ciri

khas dan keunikan

yang tidak dimiliki

oleh masyarakat

daerah lain.

_

Page 62: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

62

3. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli Tentang

Kepariwisataan

Dalam kegiatan kepariwisataan di kawasan pariwisata Gunung Api

Batur, pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli memiliki sejumlah

kebijakan mengenai program pengembangan pariwisata di Daerah

Kabupaten Bangli berikut:

Tabel 4.10. TABEL KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KAB.

BANGLI TENTANG KEPARIWISATAAN

Sumber: Assessment Baseline DMO Cluster Bali 2011

No. Kebijakan Deskripsi

1. Pengembangan Daya Tarik

dan Atraksi Wisata di Kab.

Bangli

a. Mengidentifikasi obyek, daya tarik dan atraksi wisata

yang sudah, sedang dan belum berkembang sesuai

dengan jenisnya (alam, budaya dan minat khusus).

b. Meningkatkan kualitas obyek, daya tarik dan atraksi

wisata sesuai dengan potensi dan keunikannya melalui

peningkatkan sarana, prasarana serta upaya pembinaan

dan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia).

c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengembangan

obyek, daya tarik dan atraksi wisata dengan melibatkan

seluruh komponen yang bergerak di sub sektor

pariwisata.

d. Menjaga kelestarian daerah tujuan wisata dalam rangka

pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui

pemeliharaan secara berkala.

2. Pengurangan Kesenjangan

Ekonomi dan Sosial dalam

Pembangunan

Kepariwisataan di Kab.

Bangli

a. Memeratakan pembangunan kepariwisataan di daerah

Bangli sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-

masing.

b. Mengembangkan pariwisata kerakyatan

(pengembangan desa wisata, eko wisata dan agro

wisata).

c. Mengembangkan pola kemitraan dalam pengembangan

pariwisata terutama antara swasta dan masyarakat.

3. Peningkatan Keamanan,

Kenyamanan dan Aspek

Kesehatan Kepariwisataan

a. Menciptakan keamanan daerah tujuan wisata dengan

melibatkan desa adat dan aparat keamanan.

b. Melaksanakan pembangunan kepariwisataan dengan

memperhati-kan aspek kelestarian lingkungan.

c. Mengupayakan pengelolaan limbah industri pariwisata,

d. Menjaga hygines dan sanitasi makanan dan minuman

yang disajikan kepada wisatawan.

4. Peningkatan Sumber Daya

Manusia Kepariwisataan

a. Melaksanakan pendidikan dan latihan kepada aparat

pariwisata.

b. Melaksanakan pendidikan dan latihan kepada pengelola

daerah tujuan wisata.

c. Memberikan pembinaan kepada masyarakat dan swasta

yang bergerak di bidang pariwisata.

d. Melaksanakan studi banding ke daerah-daerah yang

pembangunan kepariwisataannya lebih maju.

Page 63: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

63

D. DATA SEKUNDER

1. Kabupaten Bangli

Kabupaten Bangli merupakan bagian dari Provinsi Bali bagian Utara,

dengan luas wilayah 520,81 Km² atau 9,25 % dari seluruh wilayah Provinsi

Bali. Secara administratif sendiri Kabupaten Bangli terbagi menjadi 4

Kecamatan dan 72 Desa yaitu:

a. Kecamatan Bangli, dengan luas 56,3 Km², terdiri dari 9 desa atau

kelurahan;

b. Kecamatan Susut dengan luas 49,3 Km², terdiri dari 9 desa;

c. Kecamatan Tembuku dengan luas 48,3 Km², terdiri dari 6 desa;

dan

d. Kecamatan Kintamani dengan luas 366,9 Km², terdiri dari 48

desa.

Kecamatan Kintamani yang menjadi fokus penilitian kami merupakan

salah satu dataran tinggi yang ada di Pulau Bali dengan kemiringan lereng

antara 30 – 70% dan merupakan daerah pegunungan yang berelief kasar.

Kondisi geologi dan litologi kawasan tersebut berupa endapan vulkanologi

muda dan tua. Namun kawasan Kecamatan Kintamani pada umumnya

berhawa sejuk dengan temperatur udara berkisar antara 18ºC - 23ºC dengan

curah hujan tahunan 1.840 mm/th. Wilayah Kecamatan Kintamani juga

memiliki hutan negara sekitar 6.399,60 ha (35,72%) dan kebun seluas

1.350,10 Ha (7,53%) (RT/RW ODTWK Kintamani, 2007). Dari 48 Desa

yang ada dalam wilayah administrasi Kecamatan Kintamani, telah dibagi

Page 64: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

64

kembali menjadi 15 Desa yang merupakan daerah kawasan wisata. Letak 15

Desa tersebut berada di sekitaran Gunung Api Batur dan Danau Batur.

Gunung Api Batur merupakan salah satu gunung merapi dari sekian

ratus gunung merapi yang masih aktif di Indonesia, terletak di Kecamatan

Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Terletak di barat laut Gunung

Agung. Gunung ini memiliki kaldera berukuran 13,8 x 10 Km² dan

merupakan salah satu yang terbesar dan terindah di dunia (Van Bemmelen,

1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m- 2152 m (puncak

Gunung Abang). Kaldera Gunung Api Batur diperkirakan terbentuk akibat

dua letusan besar 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Gunung Api Batur

terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya; Batur

I, Batur II, dan Batur III.

Kawasan pariwisata Gunung Api Batur secara geografis terletak pada

koordinat 08˚3’40” - 08˚50’48” LS dan 114˚25’53” - 115˚42’40” BT, dan

dibatasi oleh:

Tabel 4.11. BATAS WILAYAH KABUPATEN BANGLI

Sumber: Disparda Kabupaten Bangli, Bali 2012.

Utara

•Kab.Buleleng

•Kawasan Kaledra Gunung Api Batur

Timur

•Kab. Karangasem

Selatan

•Kab.Klungkung

•Kab. Gianyar

Barat

•Kab. Gianyar

•Kab. Badung

•Kab.Buleleng

Page 65: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

65

2. Visi-Misi Kabuaten Bangli

Sebagai salah satu sektor pembangunan Kabupaten Bangli, visi dan

misi pengembangan pariwisata Kabupaten Bangli khususnya pada wilayah

hinterland Kaldera Gunung Api Batur harus mengacu kepada visi

pembangunan Kabupaten Bangli, “Terwujudnya Masyarakat Bangli yang

Sejahtera, Mandiri, Terdidik dan Siap Mengabdi (sewyakirti)

berdasarkan Tri Hita Karana”. Selain itu, beberapa isu strategis utama

pembangunan Kabupaten Bangli juga bisa menjadi landasan pengembangan

pariwisata pada wilayah hinterland Kaldera Gunung Api Batur di Kabupaten

Bangli. Isu-isu strategis utama pembangunan Kabupaten Bangli Tersebut

adalah:

a. Mewujudkan masyarakat Bangli yang tangguh dan unggul;

b. Melestarikan kebudayaan Bali;

c. Mewujudkan ketertiban dan keamanan masyarakat Bangli yang

berkeadilan dan demokratis;

d. Mewujudkan masyarakat Bangli yang sejahtera dan mandiri;

e. Mewujudkan Bangli yang asri dan lestari.

Sumber: Bali Assessment 2011.

Page 66: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

66

3. Kecamatan Kintamani

Terletak di dataran tinggi bagian utara Provinsi Bali, berjarak ±2 jam

dari Kota Denpasar. secara administrasi Kecamatan Kintamani terdiri dari 48

Desa, yaitu:

Tabel 4.12. DAFTAR 48 DESA YANG MENJADI BAGIAN DARI KEC.

KINTAMANI

No Kode

Pos

Desa/

Kelurahan Kecamatan

DT2 Kota, Kabupaten Provinsi

DT2 Kota, Kabupaten

1 80652 Abang Songan* Kintamani Kab. Bangli Bali

2 80652 Abuan Kintamani Kab. Bangli Bali

3 80652 Awan Kintamani Kab. Bangli Bali

4 80652 Bantang Kintamani Kab. Bangli Bali

5 80652 Banua Kintamani Kab. Bangli Bali

6 80652 Batu Dinding* Kintamani Kab. Bangli Bali

7 80652 Batukaang Kintamani Kab. Bangli Bali

8 80652 Batur Selatan* Kintamani Kab. Bangli Bali

9 80652 Batur Tengah* Kintamani Kab. Bangli Bali

10 80652 Batur Utara* Kintamani Kab. Bangli Bali

11 80652 Bayungcerik Kintamani Kab. Bangli Bali

12 80652 Bayunggede Kintamani Kab. Bangli Bali

13 80652 Belancan Kintamani Kab. Bangli Bali

14 80652 Belandingan Kintamani Kab. Bangli Bali

15 80652 Belanga Kintamani Kab. Bangli Bali

16 80652 Belantih Kintamani Kab. Bangli Bali

17 80652 Binyan Kintamani Kab. Bangli Bali

18 80652 Bonyoh Kintamani Kab. Bangli Bali

19 80652 Buahan* Kintamani Kab. Bangli Bali

20 80652 Bunutin Kintamani Kab. Bangli Bali

21 80652 Catur Kintamani Kab. Bangli Bali

22 80652 Daup Kintamani Kab. Bangli Bali

23 80652 Dausa Kintamani Kab. Bangli Bali

24 80652 Gunungbau Kintamani Kab. Bangli Bali

25 80652 Katung Kintamani Kab. Bangli Bali

26 80652 Kedisan* Kintamani Kab. Bangli Bali

27 80652 Kintamani* Kintamani Kab. Bangli Bali

28 80652 Kutuh Kintamani Kab. Bangli Bali

29 80652 Langgahan Kintamani Kab. Bangli Bali

30 80652 Lembean Kintamani Kab. Bangli Bali

31 80652 Mangguh Kintamani Kab. Bangli Bali

32 80652 Manikliyu Kintamani Kab. Bangli Bali

33 80652 Mengani Kintamani Kab. Bangli Bali

34 80652 Pengejaran Kintamani Kab. Bangli Bali

35 80652 Pinggan* Kintamani Kab. Bangli Bali

36 80652 Satra Kintamani Kab. Bangli Bali

37 80652 Sekaan Kintamani Kab. Bangli Bali

38 80652 Sekardadi Kintamani Kab. Bangli Bali

39 80652 Selulung Kintamani Kab. Bangli Bali

40 80652 Serahi Kintamani Kab. Bangli Bali

41 80652 Siyakin Kintamani Kab. Bangli Bali

Page 67: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

67

Tabel 4.13. JUMLAH PENDUDUK PER DESA/KELURAHAN

BEDASARKAN JENIS KELAMIN DI 13 DESA KAWASAN

PARIWISATA GUNUNG API BATUR TAHUN 2010

Sumber: Pengolahan Data dari “Kintamani Dalam Angka 2011”

4. Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur

Kawasan pariwisata Gunung Api Batur telah menjadi objek wisata

dunia sejak lama dimulai ketika masa penjajahan Belanda, pada masa ini

kawasan pariwisata Gunung Api Batur dikelompokkan menjadi 15 Desa yang

menjadi kawasan penyanggah kaldera Gunung Api Batur (Sumber: DMO -

Bali Assesment 2010). Dari 15 Desa tersebut merupakan bagian dari

Kecamatan Kintamani yang sering disebut kawasan pariwisata Kintamani

atau kawasan pariwisata Gunung Batur berikut desa-desa tersebut: Batur

Utara, Batur Selatan, Batur Tengah, Kintamani, Sukawana, Pinggan,

Belandingan, Songan A, Songan B, Trunyan, Kedisan, Buahan, Abang

42 80652 Songan A* Kintamani Kab. Bangli Bali

43 80652 Songan B* Kintamani Kab. Bangli Bali

44 80652 Subaya Kintamani Kab. Bangli Bali

45 80652 Sukawana Kintamani Kab. Bangli Bali

46 80652 Suter* Kintamani Kab. Bangli Bali

47 80652 Terunyan* Kintamani Kab. Bangli Bali

48 80652 Ulian Kintamani Kab. Bangli Bali

Sumber: Pengolahan Data dari “Kintamani Dalam Angka 2011

Nama Desa Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Jumlah

Batur Utara 873 877 1750

Batur Selatan 2479 2700 5179

Batur Tengah 1254 1245 2499

Pinggan 861 812 1673

Kintamani 2704 2721 5425

Songan A 2742 2630 5372

Songan B 3568 3484 7052

Kedisan 858 882 1740

Buahan 903 819 1722

Trunyan 1344 1294 2638

Suter 878 881 1759

Abang Songan 579 597 1176

Abang Batudinding 1139 1246 2385

Jumlah 20182 20188 40370

Page 68: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

68

Songan, Suter, dan Desa Abang Batu Dinding. Namun pada penelitian kali

ini Desa Sukawana dan Desa Belandingan tidak dapat dilakukan penelitian

mendalam berkaitan dengan bencana alam yang tengah dialami warga Desa

Belandingan, dan permasalahan teknis selama penelitian di Desa

Sukawana. Sehingga penelitian kali ini hanya melibatkan 13 Desa lainnya.

5. Peraturan Daerah Kabupaten Bangli

Untuk memberikan arah kebijakan yang jelas dan panduan terhadap

pengembangan pariwisata di Kintamani dan Kabupaten Bangli pada

umumnya maka dipedomani berbagai peraturan dan perundang-undangan

yang berhubungan dengan bidang kepaariwisataan serta diterbitkan berbagai

peraturan daerah dan peraturan teknis lainnya. Beberapa peraturan dan

perundang-undangan tesebut diantaranya:

a. Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan

b. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.85-

97/HK501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha

Pariwisata

c. PERDA Provinsi Daerah Tk I Bali Nomor 14 Tahun 1989 tentang

Penyerahan sebagian urusan pemerintah propinsi daerah TK I

Bali di Bidang Kepariwisataan Kepada Daerah Tk II

d. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 tahun 2009 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah

e. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah TK II Bangli Nomor 4

Tahun 1990 tentang Retribusi Obyek Wisata

f. Peraturan Bupati Bangli Nomor 14 Tahun 2007 tentang

pemberian izin pelayanan jasa pemanduan pendakian gununga

batur kintamani

g. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk II Bangli Nomor 171 Tahun

1990 tentang penetapan obyek-obyek wisata

Page 69: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

69

h. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk. II Bangli Nomor 172

Tahun 1990 Tentang Retribusi Obyek wisata.

i. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk. II Bangli Nomor 173

Tahun 1990 Tentang Penunjukan Dinas Pariwisata untuk

melaksanakan pungutan Retribusi Obyek wisata.

j. Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nomor 263

Tahun 1991 tentang penunjukkan Yayasan Tampuryang Batur

dan Yayasan Bintang Danu sebagai Petugas Pungutan Retribusi

Obyek Wisata

k. Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nomor 387

Tahun 1991 Tentang Penunjukan Panitia Pura Penulisan sebagai

Petugas Pungut Obyek Wisata Kawasan Penulisan.

l. Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nomor 405

Tahun 1992 Tentang Pungutan Retribusi obyek Wisata Di

Kabupaten Daerah TK II Bangli

m. Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nor 258 Tahun

1999 tentang penetapan tariff angkutan wisata motor boat di

Danau Batur

n. Keputusan Bupati Kepala Daerah II Bangli Nomor 377 Tahun

1999 tentang pemberian Ijin Pengelolaan Pendakian Gunung

Batur Kintamani

o. Keputusan Bupati Kepala Daerah II Bangli Nomor 377 A Tahun

1999 tentang Ijin Pelayanan Jasa Pemanduan Pendakian Gunung

Batur Kintamani

p. Keputusan Bupati Kepala Daerah II Bangli Nomor 378 Tahun

1999 tentang penetapan tarif Jasa Pemandu Pendakian Gunung

Batur Kintamani

q. Keputusan Bupati Bangli Nomor 232 Tahun 2001 tentang

perubahan ketiga atas keputusan bupati kepala daerah Tk II

Bangli Nomor 258 tahun 1999 tentang penetapan tarif angkutan

wisata motor boat di danau batur

Page 70: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

70

r. Keputusan Bupati Bangli Nomor 556.05/171/2001 tentang

penunjukan petugas pengelola dan daya Tarik Wisata di

Kabupaten Bangli

s. Kesempatan Bersama Pemerintah Kabupaten Bangli dengan

Universitas Udayana Nomor 3 Tahun 2007, Nomor 1959/J14/Kl

04.01/2007 tentang implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi

Dalam Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Bangli.

t. Keputusan Bupati Bangli Nomor 556.05/96/2009 tentang

Pembentukkan Panitia pelaksana Pembentukan Kelembagaan

Pengelola Kepariwisataan di Kabupaten Bangli.

u. Keputusan Bupati Bangli Nomor 660/130/2010 tentang

Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Kawasan Geopark

Gunungapi Batur Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli,

Provinsi Bali.

v. Peraturan Daerah Kabupaten Bangli Nomor 7 Tahun 2010

tentang Retribusi Tempat rekreasi dan Olah Raga.

w. Keputusan Bupati Bangli Nomor 556/134/2010 tentang

Penunjukkan Petugas Pungut Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olah Raga.

Page 71: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

71

E. DATA PRIMER: Resume Wawancara 13 Desa Kawasan

Pariwisata Gunung Api Batur

Data primer kami yang pertama berupa hasil wawancara dengan beberapa

Informan yang berfokus pada pedoman wawancara tentang Potensi Industri

Kreatif, berikut penjabarannya:

1. Desa Batur Utara

Bedasarkan data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan

Perbekel dari Desa Batur Utara terdapat beberapa informasi mengenai

kondisi Desa Batur Utara.

Desa Batur Utara Mayoritas sumber mata pencaharian desa 5%

bergerak sebagai Petani, 5% sebagai Buruh, 20% sebagai Pegawai dan 70%

sebagai Wirausaha. Hasil pertaniannya yaitu Jeruk, Kopi, Sayur-Sayuran,

Terong Belanda. Sebagian besar dari warga desa Batur Utara menjadi

Wirausaha, seperti berjualan didaerah kawasan wisata seperti Panelokan dan

Daerah Pura Ulun Danu.

Dari Hasil wawancara dengan perbekel di Desa Batur Utara Memiliki

Beberapa Sumber Daya Alam yang Dapat di jadikan suatu Potensi Industri

Kreatif yaitu Pengembangan terong belanda, Terong Belanda merupakan

sejenis sayuran yang bisa tumbuh di kawasan dataran tinggi vulkano. Sayuran

ini sangat baik untuk diolah jadi lauk-pauk, beberapa Restoran Lokal di

kawasan Pariwisata Gunung Api Batur menyediakan menu ini, meskipun saat

ini terong belanda ini cukup langka pertumbuhannya. Beberapa tahun yang

lalu Desa ini juga diakui telah mendapatkan bantuan dalam Bentuk Mesin

untuk pengolahan Terong Belanda menjadi sauce, dan makanan olahan lain

berbahan Terong Belanda untuk dikembangkan. Selain Pengembangan

Page 72: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

72

Terong Belanda Desa Batur Utara Terdapat Pengembangan Ikan Mujair, Ikan

Mujair di Desa Batur sendiri memiliki keunikan didalam pengolahannya,

karena di dalam bumbu yang dipakai untuk mengolah Ikan Mujair Tersebut

menggunakan Umbi-Umbian yang menjadi suatu ciri khas Kuliner dari Desa

Batur Utara.

Selain memiliki Sumber Daya Alam, Desa Batur Utara juga memiliki

banyak kesenian yang sering ditampilkan di Pura Ulun Danu, terutama ketika

acara-acara keagamaan umat Hindu. Mereka memiliki sanggar tersendiri

yang berada tepat dibelakang kantor Perbekel/Desa Batur Utara yang bisa

dijadikan sebagai daya tarik untuk menarik perhatian wisatawan.

Desa Batur Utara Terdapat wisata spiritual di Pura Ulun Danu, dan

pernah didatangi oleh orang-orang penting seperti, Presiden Soekarno,

Soeharto, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah berkunjung ke

Pura Ulun Danu untuk berwisata spiritual disana.

Adanya Aktifitas Pasar yang menjadi ciri khas desa Batur Utara, seperti

adanya Pasar Besar yang diadakan setiap 3 hari sekali.

Dari Informasi Wawancara dari Perbekel bahwa terdapat kendala

dengan Kondisi Aktual di Desa Batur Utara yaitu untuk pengolahan terong

belanda memiliki kendala di dalam proses pengolahannya di karenakan

didalam produksi untuk mengolah terong belanda memerlukan biaya

operasional yang besar untuk mengoperasikan Kapasitas mesin Tersebut,

sedangkan Hasil Panen dari Terong Belanda Kurang Dari standar Kapasitas

Mesin.

Page 73: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

73

Kurangnya dari pemasaran menjadi kendala di dalam pengembangan

Industri yang terdapat di Desa Batur Utara. Kurangnya dari Minat

Masyarakat Desa Batur Utara di dalam pengembangan potensi Industri, di

karenakan pemasaran yang Minim Untuk memperkenalkan potensi-potensi

yang terdapat didaerah Desa Batur Utara.

Desa Batur Utara Sebagian besar lahan hanya dipakai sebagai tempat

tinggal penduduk saja, belum banyaknya Investor yang masuk untuk

mengembangkan potensi Desa tersebut sehingga nilai dari lahan masih

tergolong belum Komersil. Desa Batur Utara Tidak Memiliki Sarana

Penginapan bagi Wisatawan yang ingin menginap di Desa Batur Utara.

Rekomendasi dari Pihak Perbekel Desa Batur Utara kepada Pemerintah

Daerah Kabupaten Bangli yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli harus

memperhatikan pengelolaan untuk pengembangan Odtw yang terdapat di

Desa Batur Utara.

Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli harus lebih memperhatikan

terhadap segi pemasaran untuk memperkenalkan Potensi Industri yang

dimiliki Desa Batur Utara.

2. Desa Batur Tengah

Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan Pihak

Sekretaris Desa Batur Tengah terdapat beberapa informasi mengenai kondisi

desa Batur Tengah.

Penduduk Desa Batur Tengah memiliki mayoritas pekerjaan sebagai

Petani dan Pedagang yang terdapat di tempat wisata seperti Pura Ulun Danu,

Danau Batur. Sedangkan hasil Industri yang di hasilkan paling banyak adalah

Page 74: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

74

Jeruk Siam, Kopi, Umbi-umbian, Cabai. Desa Batur Tengah memiliki

beberapa Objek Wisata yang terdapat di Desa Batur Tengah yaitu Objek

Wisata Gunung Batur, Danau Batur, Pura Ulun Danu, dan Air Terjun Yeh

Mampeh.

Rekomendasi Dari Pihak Sekretaris Desa Batur Tengah terhadap

Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli yaitu Pemerintah harus

memperhatikan pengelolaan untuk pengembangan ODTW yang terdapat di

Desa Batur Tengah.

Pemerinah harus lebih memperhatikan terhadap pemasaran untuk

memperkenalkan keunikan yang dimiliki Desa Batur Tengah.

3. Desa Batur Selatan

Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan pihak

Perbekel Desa Batur Selatan terdapat beberapa informasi mengenai kondisi

Desa Batur Selatan.

Penduduk Desa Batur Selatan memiliki mayoritas pekerjaan sebagai

Petani dan Pedagang di tempat-tempat wisata seperti Pura Ulun Danu, Danau

Batur. Sedangkan hasil industri yang paling banyak adalah Jeruk Siam, Kopi,

Umbi-Umbian, Cabai. Desa Batur Selatan memiliki beberapa objek wisata

diantaranya Gunung Batur, Danau Batur, Pura Ulun Danu, Air Terjun Tirta

Tuye Mampeh.

Rekomendasi dari Perbekel dari untuk Pemerintah Daerah Kabupaten

Bangli yaitu pemerintah harus memperhatikan pengelolaan untuk

pengembangan ODTW yang terdapat di Desa Batur Selatan. Selain itu

Page 75: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

75

Pemerintah harus lebih memperhatikan terhadap pemasaran untuk

memperkenalkan keunikan yang dimiliki Desa Batur Selatan.

4. Desa Kintamani

Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan pihak

Perbekel Desa Kintamani terdapat beberapa informasi mengenai kondisi

Potensi Industri Kreatif Di Desa Kintamani. Desa Kintamani mayoritas

sumber pendapatan sebagai Petani Jeruk, Kopi, Labuh Jepang (80%),

Wiraswasta (20%).

Desa Kintamani memiliki beragam Kerajinan Tangan seperti Kerajinan

Perak yang menghasilkan Cincin,Gelang, dan Kalung yang terdapat di

Dusun Gelaga Lingga.Kerajinan ukir kayu Dikenal dengan Souvenir Ukiran

Hewan Jerapah yaitu ukiran patung yang terbuat dari bahan dasar kayu yang

terdapat di Dusun Wanagiri. Kerajinan Bambu yang berupa Keranjang, dan

Anyaman.

Selain itu terdapat Pandai Besi di desa Kintamani yang menghasilkan

Alat perkakas Rumah Tangga

Dari segi Warisan Budaya, Desa Kintamani memiliki ciri khas

tersendiri dari desa yang lain yang terdapat di sekitar Gunung Batur. Terdapat

tarian-tarian sakral seperti Baris Gede, Omang, Juntal, Rejang (Tarian Adat),

Seresi.

Salah satu tarian sakral yang menjadi ciri khas Desa Kintamani disebut

dengan Tarian Sangiang Dedari, tarian tersebut dilakukan oleh sepasang anak

yang belum remaja yang dimana salah satu anak berada diatas pundak

temannya dan mereka menari-nari sambil berjalan diatas api.

Page 76: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

76

Tarian tersebut hanya dilakukan pada saat upacara adat yang dilakukan

hanya di Pura Kayu Kapas. Semua Tarian Sakral tersebut hanya dilakukan

pada saat upacara adat berlangsung, dan termasuk dalam rangkaian upacara

adat. seluruh tarian tersebut dapat di nikmati oleh para wisatawan yang

sedang berkunjung pada saat upacara adat tersebut dilaksanakan, jika upacara

adat tersebut sedang tidak dilaksanakan, acara tarian sakral tersebuat tidak

dapat dilaksanakan.

Desa Kintamani hanya menggunakan fasilitas GOR (Gandaraia Manik

Winangun) untuk melakukan seluruh kegiatan kesenian, seperti latihan Tari,

Musik traditional Bali, dan pelatihan-pelatihan lainnya yang dibutuhkan

untuk kegiatan upacara adat tersebut.

Fasilitas seperti perpustakaan desa yang dimiliki di Desa Kintamani

terdapat di dalam Kantor kelurahan Desa Kintamani, perpustakaan Desa

Kintamani dibuka saat jam kerja saja.

Terdapat Batu Meteor yang terletak di Pura Alas Bintang dan di Pura

Pusa Belebu yang terdapat di daerah Banjar Wanagiri yang dapat di lihat bagi

wisatawan yang berkunjung kesana.

Salah satu mata pencaharian masyarakat Desa Kintamani adalah

pemandu wisata. Tetapi masyarakat Desa Kintamani yang berprofesi sebagai

tour guide/pemandu wisata melakukan pekerjaanya di perkotaan seperti

daerah Kuta, Denpasar, Sanur, dan Nusa Dua.

Page 77: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

77

5. Desa Pinggan

Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan kantor

Perbekel/Desa Pinggan terdapat beberapa informasi mengenai kondisi

Potensi Industri Kreatif di Desa Pinggan.

Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Pinggan adalah

petani Agro Bisnis yang cukup berhasil dan berkembang, Desa Pinggan tidak

memiliki keterampilan yang baik dalam menghasilkan karya seni, tetapi Desa

Pinggan sangat dikenal dalam kepiawaiannya mengolah tanah didesa mereka.

Hasil pertanian/perkebunan mereka jual kepada pedagang sampai ke

pengusaha besar. Desa Pinggan terletak di kawasan yang memiliki daya tarik

wisata, karena dari Desa Pinggan wisatawan dapat melihat Gunung Rinjani

dan pemandangan yang sangat indah dari Bukit Teja Taki, Di Desa Pinggan

wisatawan dapat melakukan berbagai kegiatan wisata seperti camping,

tracking, sight seeing dan kawasan Desa Pinggan belum di kelola serius oleh

pemerintah daerah.

Desa Pinggan terdapat temuan baru yang berupa goa yang dijadikan

tempat suci yang termasuk dalam Geosite yang diberi nama Pura Goa.

Desa Pinggan memiliki tempat peribadatan yang sudah cukup dikenal

dan menjadi salah satu tujuan wisata bagi para wisatawan yang berkunjung

ke desa pinggan ini, pura tersebut bernama pura Dalam Belingkang yang

terkenal dengan sejarah ceritanya.

Page 78: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

78

Selain itu Desa Pinggan memiliki keunikan dalam segi Arsitektur

bangunannya seperti rumah adat mereka memiliki ciri khas yaitu, Rumah

Saka Roras (Tiang 12), letak ruangan harus berada di setiap mata angin

seperti:

Barat Daya : Tempat Suci

Tenggara : Dapur

Timur Laut : Kamar Tidur

Timur : Kamar Meninggal

Utara : Kamar Tamu

Desa Pinggan juga memiliki kesenian traditional yang berupa Alat

musik yg bersuara khas yang bernama Grantang, alat musik ini terbuat dari

bambu yang dimainkan oleh para remaja untuk mengiringi tarian pergaulan.

Tarian-tarian yang berasal dari Desa Pinggan adalah Tarian Rindik,

Tari Jojor, Tari Baris: Tombak, Dadap, Polisi, Rejang Pendet. Tari Baris

dapat ditemukan di setiap desa, tetapi yang membedakan dengan desa lain

adalah Tarian Baris di Desa Pinggan memiliki gerakan yang berbeda, lebih

sakral, dan sebelum tarian ini dilakukan, ada doa-doa tertentu untuk

melakukan tarian ini.

Rekomendasi dari pihak Kantor Perbekel Desa Pinggan kepada

Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli yaitu, Pemerintah Daerah Kabupaten

Bangli memberikan bantuan dari segi permodalan khususnya bagi para Petani

di Desa Pinggan. Selain Itu Aksesbilitas Di Desa Pinggan perlu diperbaiki

karena untuk memudahkan aktifitas usaha dari masyrakat Desa Pinggan.

Page 79: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

79

6. Desa Songan A

Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan pihak

Sekretaris Desa Songan A terdapat beberapa informasi mengenai kondisi

Potensi Industri Kreatif di Desa Songan A.

Mayoritas sumber mata pencaharian Desa Songan A 99% adalah

sebagai Petani, karena sebagian besar masyarakat desa ini masih bersifat

Agraris, namun ada juga sebagian penduduknya bemata pencaharian sebagai

Pedagang dengan membuka warung-warung kecil di sebagian desanya

dengan menjual berbagai keperluan sehari-hari, selain sebagai pedagang ada

juga yang bekerja sebagai pemandu wisata yang telah bergabung dalam

HPGB (Himpunan Pemandu Wisata Gunung Batur) yang didalamnya

memang penduduk Songan A semua.

Terdapat Rumah Traditional khas Desa Songan A yaitu rumah

Sekeroras (terdiri dari 12 tiang yang khas) & Rumah Sekenem. Upacara khas

Desa Songan yaitu Upacara Makendal (upacara setelah pernikahan) &

Metlah / Mapowinten (upacara pengangkatan Mangku).

Terdapat Pura Uludanu yang terdapat Goa di dalamnya yang biasa di

lakukan untuk melakukan perayaan keagamaan bagi masyarakat Desa

Songan A.

Rekomendasi Dari Pihak Sekretaris Songan A Terhadap Pemerintah

Daerah Kabupaten Bangli yaitu Perlu adanya Sosialisasi kepada masyarakat

Desa Songan A mengenai pengembangan Pariwisata.

Page 80: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

80

7. Desa Songan B

Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan Sekretaris

Desa Songan B terdapat beberapa informasi mengenai kondisi Potensi

Industri Kreatif di DesaSongan B.

Mayoritas penduduk Desa Songan B bekerja dibidang pertanian,hampir

90% masyarakat desa ini bekerja sebagai petani.Pelaku industri yang

sekarang berada didesa ini sebanyak ±200 kk dan kebanyakan dan hampir

semua para pelaku yang ada didesa ini yaitu masyarakat asli dari Songan.

Namun untuk saat ini kerajinan tangan yang ada disekitar Desa Songan

ini kebanyakan itu didatangkan dari luar Desa Songan.

Potensi Industri Kreatif yang dimiliki oleh Desa Songan B diantaranya

Pembuatan jajanan makanan yang terbuat dari tepung yang dilakukan oleh

masyarakat sekitar.Kerajinan tangan yang bahan dasarnya terbuat dari daun

lontar. Pembuatan/produksi gula aren di Desa Songan B. Pembuatan Saos

tomat yang terdapat di Desa Songan B.

Industri yang memungkinkan dan antusias tinggi dari masyarakat Desa

Songan B diantaranya Tata rias, dan Perbengkelan.

Kendala yang biasanya ditemukan oleh pihak desa Songan B yaitu

SDM di Songan B lebih cenderung bekerja dalam bidang pertanian daripada

bidang lainnya, namun masyarakat sekitar setuju jika Desa Songan B ini

dijadikan sebagai desa wisata yang memiliki potensi industri kreatif yang

cukup baik. Permodalan menjadi kendala di dalam pengembangan potensi

Desa Songan B.

Page 81: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

81

Banyak potensi yang dimiliki oleh Desa Songan B, namun belum ada

pengorganisasian serta pengelolaan yang baik dari pihak Desa Songan B

Kebanyakan mereka melakukan industri ini hanya dengan mengelolanya

sendiri.

Sempat ada pelatihan yang bertujuan untuk mengembangkan industri

yang cukup berpotensi ini, namun tidak bertahan lama, karena SDM-nya

sendiri tidak begitu antusias atas adanya pelatihan yang telah dilakukan.

8. Desa Kedisan

Mayoritas penduduk desa kedisan itu paling banyak memiliki mata

pencaharian sebagai nelayan, pertanian dan mengelola sapi. Di Desa Kedisan

ini tidak memiliki potensi untuk aspek dari kerajinan tangan, karena hampir

seluruh masyarakat desa kedisan ini mencari mata pencahariannya itu di

Gianyar maupun di Denpasar. Mereka hanya menujukan hasil kerajinan

tangan yang diproduksi oleh desa lain ataupun kota lain. Kerajinan yang

dijual itu semacam gelang, kalung, sendok sayur maupun kerajinan tangan

lainnya.

Dalam Desa Kedisan juga terdapat Dermaga yang berfungsi sebagai

alat transportasi bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Desa Trunyan,

kondisi di dermaga sudah terdapat fasilitas bagi wisatawan seperti terdapat

ruko-ruko yang menjual hasil dari kerajinan souvenir, minuman khas yaitu

rujak cem-cem dan masakan khas bali, selain itu di ruko tersebut terdapat

penjual voucher pulsa dan toilet umum bagi wisatawan. Para penjual souvenir

di dermaga sudah diatur dan memiliki ID card dengan tujuan agar para

Page 82: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

82

penjual tertib dan tidak memaksa wisatawan untuk membeli barang jualan

mereka sehingga para wisatawan merasa nyaman dengan situasi di dermaga.

Souvenir yang di jual bukan hasil dari kerajinan Desa Kedisan

melainkan diproduksi oleh desa lain ataupun kota lain. Kerajinan yang dijual

itu semacam gelang, kalung, sendok sayur maupun kerajinan tangan lainnya.

Desa Kedisan terdapat seni pertunjukan berupa tarian yaitu tari baris

dan tari jojor yang biasa di mainkan oleh truna dan truni.tarian ini biasa di

pertunjukan apabila Desa Buahan sedang mengadakan kegiatan upacara adat.

9. Desa Buahan

Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan Pihak

Perbekel Desa Buahan terdapat beberapa informasi mengenai kondisi Potensi

Industri Kreatif Di Desa Buahan.

Masyarakat Desa Buahan hampir 90% masyarakat di Desa Buahan

Mata pencaharian sebagai Petani. 5% masyarakat Desa Buahan ini juga sudah

mulai bergerak dibidang pariwisata.

Desa Buahan Sering di jadikan Tempat Untuk Dijadikan Sebagai

Periklanan Media TV, seperti Iklan Sepeda Motor Yamaha MIO dan Iklan

Makanan Waffer Tanggo.

Desa Buahan Terdapat beberapa Tarian dan Wayang Kulit, tarian

tersebut diantaranya Tari Baris Gede, Tari Kidang. Desa Buahan juga

Terdapat peninggalan Barang Antik Berupa Keris Yang terdapat di suatu

Pura dan Keris tersebut sakral dan tidak untuk diperlihatkan untuk mayarakat

umum.

Page 83: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

83

Potensi Industri Kreatif yang dimiliki oleh Desa Buahan ini diantaranya

Shock bamboo (untuk sesajen), Pembuatan perhiasan dari perak seperti

pembuatan cincin, Desa Buahan terdapat pengrajin lukisan, pembuat

patung-patung yang terbuat dari kayu, anyaman bambu bedeng yang

merupakan ciri khas kerajinan anyaman di Desa Buahan. Selain terdapatnya

beberapa potensi Industri Desa Buahan terdapat semacam situs arkeologi

yaitu berupa Goa Batu.

10. Desa Trunyan

Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan pihak

perbekel/Desa Trunyan terdapat beberapa informasi mengenai kondisi

Potensi Industri Kreatif di Desa Trunyan. Di Desa ini terdapat beberapa

kesenian berupa tarian-tarian, yaitu; Tari Barong Bruduk,Tarian Barong

Bruduk ini hanya diperlihatkan setiap upacara besar, yang dilakukan hanya 1

kali dalam satu tahun.

Tari Baris Jojor, Tarian Baris Jojor ini ditarikan oleh sekelompok

penari dengan membawa senjata Jojor (tombak bertangkai panjang) terdapat

dalam upacara Dewa Yad-nya.

Tari Janger, Tarian Ini Merupakan jenis tarian pergaulan, terutama bagi

muda mudi, yang sangat populer di Bali yang dilakukan oleh sekitar 10

pasang muda-mudi. Selama tarian berlangsung kelompok penari wanita

(Janger) dan kelompok penari pria (Kecak) menari dan bernyanyi bersahut-

sahutan. Pada umumnya lagu-lagunya bersifat gembira sesuai dengan alam

kehidupan mereka. Gamelan yang biasa dipakai mengiringi tari Janger

disebut Batel (Tetamburan) yang dilengkapi dengan sepasang gender

Page 84: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

84

wayang. Munculnya Janger di Bali diduga sekitar abad ke XX, merupakan

perkembangan dari tari sanghyang. Jika kecak merupakan perkembangan

dari paduan suara pria, sedangkan jangernya merupakan perkembangan dari

paduan suara wanita.Lakon yang dibawakan dalam Janger antara lain: Arjuna

Wiwaha, Sunda Upasunda dan lain sebagainya. Tari Janger dapat dijumpai

hampir di seluruh daerah Bali, masing-masing daerah mempunyai variasi

tersendiri sesuai dengan selera masyarakat setempat.

Tari Rejang, Tarian ini Merupakan tarian yang memiliki gerak tari yang

sederhana dan lemah gemulai, ditarikan oleh penari putri (pilihan maupun

campuran dari berbagai usia) yang dilakukan secara berkelompok atau

massal di halaman pura pada saat berlangsungnya suatu upacara. Bisa diiringi

dengan gamelan Gong Kebyar atau Gong Gede. Tari Rejang ini, oleh

masyarakat Bali dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan status sosial

penarinya (Rejang Deha: ditarikan oleh remaja putri), cara menarikannya

(Rejang Renteng: ditarikan dengan saling memegang selendang), tema dan

perlengkapan tarinya terutama hiasan kepalanya (Rejang Oyopadi, Rejang

Galuh, Rejang Dewa dll).

Di Desa Terunyan Tidak terdapat suatu hasil kerajinan tangan

dikarenakan penduduk Desa ini belum memiliki keterampilan dan sebagian

besar penduduk masih bersifat agraris dan lebih banyak bekerja dalam bidang

pertanian.

Terdapat berbagai Perayaan di Desa Terunyan Perayaan ini berupa

upacara, yaitu diantaranya; Upacara Mepekandal, Upacara Ini meruapakan

Upacara penyempurnaan tahapan-tahapan perkawinan secara keseluruhan.

Page 85: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

85

Setelah rampung upacara pemesrah dengan segala tahapannya itulah sebuah

perkawinan di Trunyan dikatakan resmi. Maka, menjadi pemandangan yang

biasa pula, dalam upacara pemesrah pasangan pengantin sudah memiliki

sejumlah anak karena jarak antara upacara dan pernikahan begitu panjang.

Cara perkawinan yang lain di Trunyan adalah Melegandang, melarikan

secara paksa.

Upacara Saba Gede, Upacara Ini Merupakan upacara besar, yang

dilakukan setiap tahun, untuk memperingati sekaligus menghormati dewa

tertinggi Trunyan.

Upacara Malik Sumpah, Upacara Ini merupakan Upacara untuk

mengingat kahyangan jagad. upacara ini diadakan agar masyarakat Desa

Terunyan selalu ingat, untuk tidak bertengkar dengan sesama karena

semuanya akan menjadi rusak, akan tetapi kerusakan itu adalah bergantinya

zaman (maksudnya: gempa bumi tidak berkeputusan setiap hari, gunung

meletus tidak henti-hentinya, bumi belah karena panas yang tak tertahankan,

atau hujan tidak berkeputusan, segala yang ditanam mati semuanya, paceklik,

kurus kering menunggu ajal.

Upacara Nglungang, Upacara pembakaran rumah yang dipercaya untuk

menghormati kedatangan Dewa Trunyan. Namun dewasa ini penduduk

Trunyan tidak diketahui apakah mereka masih melakukan ritual ini.

Upacara Nyimpen, Upacara ini mengembalikan peralatan upacara yang

berupa lambang-lambang suci para dewa ke dalam pelinggih (tempat

persemayaman para dewa). Upacara ini dilakukan setelah upacara

Nglunggang.

Page 86: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

86

Upacara Penguburan, Upacara dilangsungkan untuk membayar utang

jasa anak terhadap orang tuanya. Utang itu dibayarkan melalui dua tahap,

tahap pertama dibayarkan dengan perilaku yang baik ketika orang tua masih

hidup dan tahap kedua pada waktu orang tua meninggal serangkaian dengan

prilaku ritual dalam bentuk upacara kematian.

Upacara Perkawinan, Upacara perkawinan terdiri dari beberapa

tahapan, yaitu; tahap pertama Upacara Ngerorot yang artinya melarikan diri.

Pada upacara ini calon pengantin wanita "melarikan diri" dan bersembunyi

dirumah salah seorang keluarga si lelaki. Dari sini dikirim utusan untuk

melakukan Mepejati untuk memberi laporan ke rumah orangtua si gadis dan

ke rumah kepala desa, kepala kampung, dan ke rumah ketua adat desa.

Khusus ke rumah orangtua si gadis, mereka bukan cuma melapor, melainkan

juga minta persetujuan, dengan membawa buah base1 yaitu persembahan

berupa pinang, kapur, serta tembakau yang ditata dalam bokor perunggu.

Tugas mepejati boleh berlangsung sampai tiga kali. Terutama jika, pada

kesempatan pertama, keluarga si gadis tidak langsung setuju. Tetapi

kesempatan ber-mepejati terbatas cuma enam hari. Selama enam hari

tersebut, pasangan muda-mudi yang melakukan ngerorot tadi tidak boleh

menampakkan diri apalagi kepada orangtua si gadis. Jika keluarga si gadis

tak menyetujuinya tidak jadi soal. Sebab, yang paling pokok dalam

perkawinan orang Trunyan adalah rasa saling mencintai antara kedua muda-

mudi itu. Kalau sudah begini, pihak orangtua biasanya tak banyak ikut bicara.

Kedua belah pihak biasanya tinggal membicarakan kapan akan dilakukan

Upacara Pemesrah, upacara perkawinan yang sebenarnya menurut adat dan

Page 87: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

87

persyaratan desa. Upacara pemesrah menjadi keharusan, karena hanya

dengan itu pasangan ini diakui sebagai anggota desa adat.

Upacara pemesrah inilah yang dikatakan mahal karena upacara ini

masih harus melalui empat tahapan lagi: Upacara Mabiekaon, upacara

pembersihan diri dari segala sebel, lantaran telah melakukan persetubuhan

ketika ngerorot. Upacara ini juga melalui berbagai tahapan yang rumit, yang

juga menghabiskan banyak biaya biasanya ditanggung pihak laki-laki. Lalu,

upacara Mekala-kalan, upacara untuk membersihkan diri dari kekuatan jahat

Bhuta kala. Biaya yang juga besar jumlahnya itu kali ini ditanggung pihak

wanita. Pelaksanaannya juga rumit. Kemudian ada lagi upacara Bakti

Pesaren, yaitu upacara yang bertujuan melaporkan dan minta maaf kepada

dewa-dewa dalam Kuil Ratu Pancering jagat bahwa pasangan tadi telah salah

melakukan persetubuhan. Tahap yang terakhir adalah upacara Mepekandal,

yaitu upacara penyempurnaan tahapan-tahapan perkawinan secara

keseluruhan. Setelah rampung upacara pemesrah dengan segala tahapannya

itulah sebuah perkawinan di Trunyan dikatakan resmi. Seluruh kegiatan

upacara di desa ini dapat dikatakan memiliki kondisi yang baik karena

kegiatan ini (upacara adat) diadakan rutin oleh penduduk desa.

Selain kaya dengan Upacara Adat Desa Terunyan Juga sering di

jadikan tempat dari industri perfilman seperti pembuatan Film FTV SCTV.

Rekomendasi yang di harapkan dari Pihak Perbekel Desa Terunyan

Terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli yaitu Pemberian pembinaan

terhadap Masyarakat Desa Terunyan Di dalam Pengembangan Industri

Page 88: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

88

khususnya di bidang kerajinan karena kurangnya keterampilan di dalam

pembuatan kerajinan.

11. Desa Suter

Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan Sekretatis

Desa terdapat beberapa informasi mengenai kondisi Desa Suter. Desa ini

terbagi menjadi dua wilayah, yang satu berada di atas kaldera dan bagian

lainnya berada di tepian danau batur.

Mayoritas sumber mata pencaharian masyarakat Desa Suter yaitu di

Bidang Perkebunan seperti perkebunan cabai, sayur-mayur, kopi, dan lain-

lain. Pengrajin Kayu merupakan mayoritas mata pencaharian lain di bidang

kerajinan/kesenian. Mereka mengakui pernah mendapatkan bantuan untuk

pertanian dari Dinas P3 dalam pengembangan pertanian warganya.

Menurutnya Desa ini memiliki potensi yang cukup besar selain

lokasinya yang cukup strategis karena memiliki kondisi geografis yang cukup

baik dimana jalur menuju pusat desa ini kita dapat melihat panorama danau

batur dan gunung api batur yang indah dan masih asli dari atas.

Hal-hal yang berkaitan dengan industri beliau menceritakan bahwa

dahulu sebelum krisis ekonomi 1998 Wilayah 1 (Desa Suter, Abang Songan,

dan Abang Batudinding) memiliki banyak seniman atau pengerajin kayu.

Namun diperkirakan dengan persaingan bisnis kerajinan tersebut juga makin

menipisnya bahan baku berupa kayu dari pohon-pohon tertentu seperti

albasia, mahoni, dan lain-lain.

Page 89: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

89

Beliau mengarahkan peneliti ke seseorang pria pengerajin kayu yang

bisnisnya masih bertahan yang bernama I Wayan Ratih untuk mendapatkann

informasi yang lebih mendalam.

Harapan dan rekomendasi berupa pembenahan kawasan hutan pinus

yang mulai ramai disinggahi wisatawan lokal, dan pedagang kaki lima.

Menurutnya penataan sejak dini akan mencegah kesemerawutan yang

mungkin timbul dari kegiatan wisata di lokasi tersebut.

12. Desa Abang Songan

Bedasarkan data hasil wawancara dengan Pihak Perbekel Desa Abang

Songan terdapat beberapa informasi mengenai kondisi Desa Abang Songan.

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Abang Songan yaitu sebagai

Petani, Peternak Sapi dan Pengrajin Kayu. Hasil perkebunan mereka adalah

Jeruk Siam. Mereka menyalurkan hasil dari pertaniannya ke wilayah lain.

Sebagian besar lahan di Desa Abang Songan ini merupakan lahan

pertanian. Di Desa Abang Songan terdapat Pengembangan peternakan Ikan

Mujair yang terletak di Danau Batur. Desa Abang Songan terdapat pengrajin

kerapu yang di buat oleh masyarakat Desa Abang Songan yang dijual ke

desa-desa lain. Terdapat Tarian Khas Desa Abang Songan seperti Tari

Sangiang dan Tari Gandrung Yang Diadakan Setahun Sekali Di dalam

Upacara Adat.

Desa Abang Songan Terdapat kerajinan berupa pengrajin patung yang

terbuat dari kayu, dan berbagai peralatan furniture yang berbahan utamakan

kayu.

Page 90: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

90

Rekomendasi yang di harapkan dari Pihak Perbekel Desa Abang

Songan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli yaitu Pemerintah

Daerah Kabupaten Bangli memperhatikan dari segi aksesbilitas di Desa

Abang Songan karena Kurangnya sarana Angkutan Umum yang terdapat di

Desa Abang Songan. Masyarakat di Desa Abang Songan Kesulitan

mendapatkan Air Bersih, karena struktur Tanah di daerah Desa Abang

Songan mengandung Pasir.

13. Desa Abang Batu Dinding

Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan kepada pihak

Sekretaris Desa terdapat beberapa informasi mengenai kondisi desa Abang

Batu Dinding.

Mayoritas pendidikan masyarakat Desa Abang Batu Dinding yaitu

lulusan tingkat pendidikan SD dan SMP. Rata-rata mata pencaharian

masyarakat Desa Abang Batu Dinding yaitu sebagai Petani dan Pengrajin

Kayu. Hasil Pertanian mereka yaitu Kopi, Kayu Albasiah dan sayur-sayuran.

Di desa ini ini juga menghasilkan kerapu, kerapu adalah box-box yang

terbuat dari kayu untuk hasil pertanian yang di jual ke masyarakat desa

sekitar.

Di Desa Abang Batu Dinding terdapat Banyaknya peternakan sapi,

sebagian besar masyarakat memiliki ternak sapi. di segi perkebunan Desa

Abang Batu Dinding mengembangkan Perkebunan jeruk. Pengembangan

Peternakan mujair yang terletak di Danau Batur.

Rekomendasi yang di harapkan dari pihak Sekretaris Desa Terhadap

Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten

Page 91: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

91

Bangli turut membantu khususnya di dalam perkembangan segi perternakan

dan perkebunan yang terdapat di Desa Abang Batu Dinding,Masyarakat Desa

Abang Batu Dinding Sangat Antusias di dalam sektor pengembangan

Pertenakan dan perkebunan, karena dari segi permodalan masyarakat Desa

Abang Batu Dinding masih Mengalami kendala di dalam pengembangan

perkebunan dan perternakan yang masyarakat kelola.

Page 92: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

92

F. DATA PRIMER: Checklist Potensi Industri Kreatif di 13

Desa Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur

Data checklist ini kami sajikan dalam konteks per wilayah yang dalam

kondisi aktual maupun dari DMO telah dibagi menjadi 5 wilayah yang

terbagi berdasarkan letak geografisnya. Rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Desa Batur Utara (Wilayah 1)

Tabel 4.14. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA BATUR

UTARA

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan

Ada Percetakan

Advertising

- √ - - 4

2. Film, Video,

Fotografi

- - - - - - - -

3. Televisi dan Radio Ada Iklan - √ - - - 4

4. Periklanan Ada Media

Televisi

- √ - - - 4

5. Musik Ada Angklung - √ - - - 4

6. Kuliner Ada Terong

Belanda

- - √ - - 3

7. Seni Pertunjukan Ada Teater - √ - - - 4 Tarian:

barong

8. Pasar Barang Seni Ada Lukisan - √ - - - 4 Lukisan kaca

9. Kerajinan Ada Kesenian,

Fotografi

- √ - - - 4

10. Fesyen Ada Sablon - √ - - - 4

11. Desain - - - - - - - -

12. Arsitektur - - - - - - - -

13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -

14. Permainan Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan

- - - - - - - -

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.14. diatas diketahui bahwa kelompok Industri

Kreatif yang terdapat di Desa Batur Utara ialah Penerbitan dan Percetakan,

Televisi dan Radio, Periklanan, Musik, Kuliner, Seni Pertunjukan, Pasar

Barang Seni, Kerajinan, dan Fesyen.

Page 93: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

93

2. Desa Batur Tengah (Wilayah 1)

Tabel 4.15. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA BATUR

TENGAH

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan

- - - - - - - -

2. Film, Video,

Fotografi

- - - - - - - -

3. Televisi dan Radio - - - - - - - -

4. Periklanan - - - - - - - -

5. Musik - - - - - - - -

6. Kuliner - - - - - - - -

7. Seni Pertunjukan Ada Teater,

Tarian,

Wayang,

Festival

√ - - - - 5 Teater

comedian

Festival seni

selama 1

tahun sekali

8. Pasar Barang Seni Ada - √ - - - 4

9. Kerajinan Ada Lukisan

dan Patung

kayu

- √ - - - 4

10. Fesyen Ada Industri

Sablon

- √ - - - 4 Pembuatan

sablon baju

11. Desain Ada Rumah

Adat

- √ - - - 4 Pembuatan

bubung dan

soka

12. Arsitektur Ada Bangunan

Rumah

dan Taman

- √ - - - 4

13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -

14. Permainan Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan

- - - - - - - -

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.15. diatas diketahui bahwa kelompok industri

kreatif yang terdapat di Desa Batur Tengah ialah Seni Pertunjukan, Pasar

Barang Seni, Kerajinan, Fesyen, Desain, dan Arsitektur.

Page 94: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

94

3. Desa Batur Selatan (Wilayah 1)

Tabel 4.16. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA BATUR

SELATAN

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan - - - - - - - -

2. Film, Video,

Fotografi - - - - - - - -

3. Televisi dan Radio - - - - - - - -

4. Periklanan - - - - - - - -

5. Musik

Ada Live

Musik - √ - - - 4

Pertunjukan

angklung

yang

diadakan

saat upacara

adat,

mengiringi

tarian

6. Kuliner - - - - - - - -

7. Seni Pertunjukan

Ada Tarian Dan

Wayang √ - - - - 5

Tarian

genjer dan

sekeh

ditampilkan

pada saat

acara

pernikahan

8. Pasar Barang Seni Ada - √ - - - 4

9. Kerajinan

Ada

Lukisan

Dan

Patung - √ - - - 4

Lukisan

kanvas dan

patung kayu

10. Fesyen - - - - - - - -

11. Desain Ada Perhiasan - √ - - - 4

cincin dan

gelang perak

12. Arsitektur - - - - - - - -

13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -

14. Permainan Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan - - - - - - - -

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.16. diatas diketahui bahwa kelompok Industri

Kreatif yang terdapat di Desa Batur Selatan ialah Musik, Seni

Pertunjukan, Pasar Barang Seni, Kerajinan, dan Desain.

Page 95: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

95

4. Desa Pinggan (Wilayah 2)

Tabel 4.17. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA

PINGGAN

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.17. diatas diketahui bahwa kelompok Industri

Kreatif yang terdapat di Desa Pinggan ialah Seni Pertunjukan, Pasar

Barang Seni, Arsitektur, serta Penelitian dan Pengembangan.

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan - - - - - - - -

2. Film, Video,

Fotografi - - - - - - - -

3. Televisi dan Radio - - - - - - - -

4. Periklanan - - - - - - - -

5. Musik - - - - - - - -

6. Kuliner - - - - - - - -

7. Seni Pertunjukan

Ada Tarian

Gerantang - √ - - - 4

(tari

pergaulan

remaja)

8. Pasar Barang Seni

Ada Barang Antik - √ - - - 4 Benda-

benda

pusaka

9. Kerajinan - - - - - - - -

10. Fesyen - - - - - - - -

11. Desain - - - - - - - -

12. Arsitektur

Ada Pembuatan

Rumah Adat

(Sekeroras) - √ - - - 4

13. TI dan Piranti

Lunak - - - - - - - -

14. Permainan

Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan Ada Pengembangan

Pura Dalem

Balengkang - - √ - - 3

Page 96: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

96

5. Kintamani (Wilayah 2)

Tabel 4.18. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA

KINTAMANI

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.18. diatas diketahui bahwa kelompok Industri

Kreatif yang terdapat di Desa Kintamani ialah Seni Pertunjukan, Pasar

Barang Seni, dan Kerajinan.

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan - - - - - - - -

2. Film, Video,

Fotografi - - - - - - - -

3. Televisi dan Radio - - - - - - - -

4. Periklanan - - - - - - - -

5. Musik - - - - - - - -

6. Kuliner - - - - - - - -

7. Seni Pertunjukan Ada

Tarian dan

Opera - √ - - - 4

8. Pasar Barang Seni

Ada Perhiasan - - - √ - 2

Perhiasan

yang terbuat

dari perak

9. Kerajinan

Ada Kerajinan

Tangan √ - - - - 5

Kerajinan

Besi, kayu

dan

anyaman di

Banjar

Wanagiri

10. Fesyen - - - - - - - -

11. Desain - - - - - - - -

12. Arsitektur - - - - - - - -

13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -

14. Permainan Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan - - - - - - - -

Page 97: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

97

6. Songan A (Wilayah 3)

Tabel 4.19. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA

SONGAN A

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.19. diatas diketahui bahwa kelompok Industri

Kreatif yang terdapat di Desa Songan A ialah Televisi dan Radio, Seni

Pertunjukan, Pasar Barang Seni, Kerajinan, Desain, Arsitektur dan

Permainan Interaktif.

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan - - - - - - - -

2. Film, Video,

Fotografi - - - - - - - -

3. Televisi dan Radio Ada Televisi - - √ - - 3

Di Banjar

Serongga

4. Periklanan - - - - - - - -

5. Musik - - - - - - - -

6. Kuliner - - - - - - - -

7. Seni Pertunjukan

Ada Tarian dan

wayang - √ - - - 4

Tarian baris

dan wayang

kulit

8. Pasar Barang Seni

Ada

Lukisan

dan barang

antik

- √ - - - 4

Lukisan dari

kanvas

Barang antik

merupakan

benda sakral

9. Kerajinan

Ada Kerajinan

tangan √ - - - - 5

Pembuatan

kerajinan

dari Daun

lontar di

jadikan kulit

ketupat

10. Fesyen - - - - - - -

11. Desain - - - - - - - -

12. Arsitektur - - - - - - - -

13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -

14. Permainan Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan - - - - - - - -

Page 98: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

98

7. Songan B (Wilayah 3)

Tabel 4.20. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA

SONGAN B

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.20. diatas diketahui bahwa kelompok Industri

Kreatif yang terdapat di Desa Songan B ialah Televisi dan Radio,

Periklanan, Musik, Seni Pertunjukan, Pasar Barang Seni, Kerajinan,

dan Desain.

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan - - - - - - - -

2. Film, Video,

Fotografi - - - - - - - -

3. Televisi dan Radio Ada

Stasiun TV

lokal - - √ - - 3 Bali TV

4. Periklanan Ada

Media

Internet - √ - - - 4 Promosi bali

5. Musik Ada Musik Bali - √ - - - 4 Prasida band

6. Kuliner - - - - - - - -

7. Seni Pertunjukan

Ada Tarian dan

wayang - √ - - - 4

Tarian baris

jojor dan

Wayang

kulit

8. Pasar Barang Seni

Ada

Lukisan

dan barang

antik

- √ - - - 4

Segala

macam

lukisan

(kaca,

kanvas, dll)

9. Kerajinan Ada

Kerajinan

tangan √ - - - - 5

Kerajinan

daun lontar

10. Fesyen - - - - - - - -

11. Desain

Ada Pembuatan

perhiasan - - √ - - 3

Bahan baku

pembuatan

perhiasan

12. Arsitektur - - - - - - - -

13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -

14. Permainan Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan - - - - - - - -

Page 99: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

99

8. Kedisan (Wilayah 4)

Tabel 4.21. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA

KEDISAN

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.21. diatas diketahui bahwa kelompok Industri

Kreatif yang terdapat di Desa Kedisan hanyalah Kuliner dan Seni

Pertunjukan.

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan - - - - - - - -

2. Film, Video,

Fotografi - - - - - - - -

3. Televisi dan Radio - - - - - - - -

4. Periklanan - - - - - - - -

5. Musik - - - - - - - -

6. Kuliner Ada

Minuman

Khas - √ - - - -

Rujak

Cemcem

7. Seni Pertunjukan

Ada Tarian - - √ - - 3

Tari Baris

dan Tari

Jojor bagi

truna truni

8. Pasar Barang Seni - - - - - - - -

9. Kerajinan - - - - - - - -

10. Fesyen - - - - - - - -

11. Desain - - - - - - - -

12. Arsitektur - - - - - - - -

13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -

14. Permainan Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan - - - - - - - -

Page 100: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

100

9. Buahan (Wilayah 4)

Tabel 4.22. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA

BUAHAN

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.22. diatas diketahui bahwa kelompok Industri

Kreatif yang terdapat di Desa Buahan ialah Penerbitan dan Percetakan,

Televisi dan Radio, Periklanan, Musik, Seni Pertunjukan, Pasar Barang

Seni, Kerajinan, Desain, Arsitektur, danPenelitian dan Pengembangan.

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan Ada Percetakan - √ - - - 4

Buku press

dan tabloid

2. Film, Video,

Fotografi - - - - - - - -

3. Televisi dan Radio Ada Tv Lokal - √ - - - 4 Bali TV

4. Periklanan Ada - √ - - - - 5

Iklan Mio,

tanggo

5. Musik Ada Musik pop - √ - - - 4 Mary Bali

6. Kuliner - - - - - - - -

7. Seni Pertunjukan

Ada

Tarian,

wayang

dan

perayaan

- √ - - - 4

Tari Gede.

Tari kidang

Wayang

kulit

8. Pasar Barang Seni

Ada

Barang

antik,

patung

- √ - - - 4

9. Kerajinan

Ada Kerajinan

tangan √ - - - - 5

Anyaman

bambu,

bedeng dan

bakul sajen

10. Fesyen - - - - - - - -

11. Desain Ada

Pembuatan

perhiasan - - √ - - 3

Pembuatan

cincin perak

12. Arsitektur Ada Bangunan - √ - - - 4

rumah dan

taman

13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -

14. Permainan Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan Ada Budidaya - - √ - - 3

Tanaman

Balengkeng

Page 101: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

101

10. Trunyan (Wilayah 4)

Tabel 4.23. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA

TRUNYAN

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.23. diatas diketahui bahwa kelompok Industri

Kreatif yang terdapat di Desa Trunyan ialah Televisi dan Radio, Seni

Pertunjukan, Kerajinan, Fesyen, dan Desain.

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan - - - - - - - -

2. Film, Video,

Fotografi - - - - - - - -

3. Televisi dan Radio

Ada TV swasta

dan lokal - - √ - - 3

Pembuatan

FTV, SCTV

dan Bali TV

4. Periklanan - - - - - - - -

5. Musik - - - - - - - -

6. Kuliner - - - - - - - -

7. Seni Pertunjukan

Ada Tarian - √ - - - 4

Barong

Bruduk /

ratu bruduk

8. Pasar Barang Seni - - - - - - - -

9. Kerajinan

Ada Patung - √ - - - 4

Patung

Datonta

yang hanya

terdapat 1

buah di

hutan

10. Fesyen Ada

Industri

Sablon - - √ - - 3

Pembuatan

baju sablon

11. Desain

Ada Perhiasan - - √ - - 3

Bahan

pembuatan

perhiasan

12. Arsitektur - - - - - - - -

13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -

14. Permainan Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan - - - - - - - -

Page 102: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

102

11. Suter (Wilayah 5)

Tabel 4.24. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA SUTER

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.24. diatas diketahui bahwa kelompok Industri

Kreatif yang terdapat di Desa Suter ialah Seni Pertunjukan, Pasar

Barang Seni, Kerajinan, Desain, dan Arsitektur.

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan - - - - - - - -

2. Film, Video,

Fotografi - - - - - - - -

3. Televisi dan Radio - - - - - - - -

4. Periklanan - - - - - - - -

5. Musik - - - - - - - -

6. Kuliner - - - - - - - -

7. Seni Pertunjukan Ada

Tarian,opera

dan wayang - √ - - - 4

Tari Baris

Wayang kulit

8. Pasar Barang Seni Ada

Patung dan

barang antik - √ - - - 4

Barang antik

sakral

9. Kerajinan

Ada Patung √ - - - - 5

Patung kayu

didistribusikan

ke daerah lain,

seperti Kuta

dan Ubud

10. Fesyen - - - - - - - -

11. Desain

Ada Rumah Adat - - √ - - 3

Pembuatan

bubung dan

soka (12

tiang)

12. Arsitektur

Ada Rumah Adat - - √ - - 3

Pembuatan

soka (12

tiang)

13. TI dan Piranti

Lunak - - - - - - - -

14. Permainan

Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan - - - - - - - -

Page 103: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

103

12. Abang Songan (Wilayah 5)

Tabel 4.25. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA ABANG

SONGAN

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.25. diatas diketahui bahwa kelompok Industri

Kreatif yang terdapat di Desa Abang Songan ialah Seni Pertunjukan,

Pasar Barang Seni, Kerajinan, dan Arsitektur..

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan - - - - - - - -

2. Film, Video,

Fotografi - - - - - - - -

3. Televisi dan Radio - - - - - - - -

4. Periklanan - - - - - - - -

5. Musik - - - - - - - -

6. Kuliner - - - - - - - -

7. Seni Pertunjukan Ada Tarian - √ - - - 4

8. Pasar Barang Seni

Ada Patung - √ - - - 4

Patung yang

terbuat dari

kayu

9. Kerajinan

Ada Patung - √ - - - 4

Patung dari

kayu

Furniture

kayu

10. Fesyen - - - - - - - -

11. Desain - - - - - - - -

12. Arsitektur

Ada

Bangunan

Warisan,

Benda

Antik

- √ - - - 4

Pura dukuh,

peninggalan

candi yang

dimiliki oleh

wilayah 1

13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -

14. Permainan Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan - - - - - - - -

Page 104: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

104

13. Abang Batudinding (Wilayah 5)

Tabel 4.26. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA ABANG

BATUDINDING

Sumber: Checklist 2012

Berdasarkan Tabel 4.26. diatas diketahui bahwa kelompok Industri

Kreatif yang terdapat di Desa Abang Batudinding ialah Seni

Pertunjukan, Pasar Barang Seni, Desain, dan Arsitektur.

No Indikator Ada

/Tidak

Jenis

Industri

Kondisi Total Keterangan

SB B CB KB TB

1. Penerbitan dan

Percetakan - - - - - - - -

2. Film, Video,

Fotografi - - - - - - - -

3. Televisi dan Radio - - - - - - - -

4. Periklanan - - - - - - - -

5. Musik - - - - - - - -

6. Kuliner - - - - - - - -

7. Seni Pertunjukan

Ada Tarian dan

wayang - √ - - - 4

Tari

Baris,tari

jejer

Wayang

kulit

8. Pasar Barang Seni

Ada

Patung dan

barang

antik

- √ - - - 4 barang antik

sakral

9. Kerajinan - - - - - - - -

10. Fesyen - - - - - - - -

11. Desain

Ada Rumah

Adat - - √ - - 3

Pembuatan

bubung dan

soka (12

tiang)

12. Arsitektur

Ada Rumah

Adat - - √ - - 3

Pembuatan

soka (12

tiang)

13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -

14. Permainan Interaktif - - - - - - - -

15. Penelitian dan

Pengembangan - - - - - - - -

Page 105: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

105

BAB V. PEMBAHASAN

A. ANALISIS POTENSI INDUSTRI KREATIF

Berdasarkan hasil resume wawancara, basis data, dan observasi tim

melakukan penjabaran hasil olah data-data tersebut. Dalam pembahasan ini tim

berfokus pada potensi industri kreatif yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api

Batur yang di identisifikasi berdasarkan temuan industri yang ada di setiap desa

dari total keseluruhan 13 desa yang menjadi fokus kajian.

Dalam pembahasan ini tim melakukan pendekatan dari pelaksanaan riset

DMO yang sudah berjalan salah satunya pembagian kawasan pariwisata Gunung

Api Batur menjadi lima wilayah yang dibagi berdasarkan letak geografis, maupun

kemiripan karakteristik desa-desa tersebut yang di dalam setiap wilayah terdiri atas

tiga desa.

Page 106: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

106

1. WILAYAH I

a. Desa Batur Utara

Berdasarkan hasil penelitian, Potensi Industri Kreatif yang berada

di Desa Batur Utara ditemukan 10 jenis Industri Kreatif dengan rincian

sebagai berikut:

Gambar 5.1. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA BATUR UTARA

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

Berdasarkan keterangan Gambar 5.1. diatas didapatkan hasil

berupa jenis Industri Kreatif (1) Percetakan Advertising dengan kondisi

“Baik”, dilihat dari kegiatan industri tersebut sudah berjalan secara

berkala, Percetakan Advertising yang terdapat di Desa Batur Utara

menghasilkan berupa buletin desa yang di edarkan disekitar Desa Batur

Utara, info tersebut di dapat dari hasil wawancara dengan pihak

perbekel Desa Batur Utara. Selain itu terdapat industri dibidang

(2) Periklanan, khususnya periklanan untuk media televisi swasta

tingkat nasional, hal ini terkait dengan sering digunakannya beberapa

tempat tertentu dari Desa Batur Utara yang dijadikan sebagai lokasi

pembuatan iklan yang bersifat komersial. Beberapa iklan yang

diketahui pernah memproduksi periklanan untuk ditayangkan di

012345

Bo

bo

t P

enila

ian

Jenis Industri

Page 107: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

107

televisi; motor Yamaha Mio J (2012), Indosat im3 (2012), mobil

Daihatsu (2012).

(3) Adapun kesenian, kerajinan, berupa Angklung Bali dalam

kondisi “Baik” dimana penilaian ini disebabkan oleh beberapa faktor

seperti bahan pembuatan angklung bali yang mudah didapat di sekitar

Kecamatan Kintamani dimana bahan utamanya ialah bambu, selain

daripada itu sumber daya manusia sebagai para pemain angklung bali

ini. Sedangkan angklung Bali ini biasa di tampilkan di acara-acara

keagamaan, adat, festival maupun pesanan dari pihak lain di sekitar

Kecamatan Kintamani (Perbekel Batu Utara).

Dalam bidang kuliner terdapat (4) Terong Belanda yang termasuk

kedalam salah satu produk unggulan Desa Batur Utara, terong belanda

ini merupakan produk yang terhenti kegiatan produksinya saat ini,

mesin-mesin untuk keperluan produksi tidak digunakan dan cendrung

terlihat usang. Karenanya industri ini dikatakan “Cukup”. Kurang

diketahui pasti apa penyebab terhentinya kegiatan industri, namun

menurut perbekel Batur Utara selaku informan kami, kegiatan industri

yang dikelola oleh desa dan ibu PKK desa batur ini dihentikan

sementara hingga waktu yang tak ditentukan, karena kendala teknis

seperti mesin yang berkapasitas terlalu besar dan tidak sebanding

dengan pasokan terong belanda yang cukup langka. Mesin-mesin

pengolah terong belanda menjadi sambal/sauce itu diakui di dapat dari

dana bantuan Kementrian Pariwisata dan Budaya Bali, bahkan pernah

dilakukan pelatihan keterampilan untuk keperluan usaha terong

Page 108: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

108

belanda ini bagi warga Desa Batur Utara yang terkait. Terong Belanda

dikatakan dapat tumbuh di daerah gunung berapi yang sejuk, maka dari

itu terong sejenis ini di budidayakan pula di Lembang-Bandung dan

Medan. Terong Belanda biasa digunakan untuk lauk pauk seperti

sayuran, selain itu terong jenis ini dapat diolah menjadi sambal yang

disukai baik oleh warga lokal, maupun wisatawan asing terutama

wisman asal Belanda (Perbekel Batur Utara). Selain itu kulitnya dapat

diolah menjadi cream untuk lulur. Banyaknya manfaat yang dapat

digunakan dari terong belanda ini menjadikan jenis makanan ini salah

satu potensi Industri Kreatif yang ada di kawasan pariwisata Gunung

Api Batur.

Dalam bidang kesenian lainnya terdapat temuan berupa (5)

Tarian Legong Barong yang biasa ditampilkan bersama dengan

angklung bali sebagai pengiring musiknya, selain itu tarian ini biasa

ditampilkan dalam acara-acara adat, keagamaan, permintaan khusus

lainnya. Tarian ini dinyatakan dalam kondisi “Baik”.

Page 109: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

109

Gambar 5.2. POHON TERONG BELANDA DAN MESIN PENGOLAHNYA

Sumber: Hasil penelitian DMO Gunung Api Batur 2012

Selain tari legong barong kesenian lainnya ialah berupa lukisan,

di Desa Batur terdapat sejumlah warganya yang membuka usaha

berupa penjualan karya seni berupa (6) Lukisan yang mereka lukis

sendiri dan bukan hanya sekedar menjadi penjual lukisan, meskipun

industri ini dinyatakan dalam skala “Baik” namun sulit untuk

dikatakan berpotensi sebab dari jenis, keunikan dan ciri khas tertentu

yang dapat meningkatkan value dari industri tersebut.

(7) Kesenian yang ada di Desa Batur Utara adalah beberapa

kesenian hasil budaya seperti barong dan musik tradisional Bali yang

berkondisi “Baik”, hal ini terlihat dari kondisi tempat latihan pada

waktu kunjungan, kesenian yang dimainkan oleh truna-truni di Desa

Batur ini sering menampilkan bakatnya dalam acara adat, keagamaan,

dan pemesanan dari kawasan Kabupaten Bangli. Perlunya pengalaman

Page 110: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

110

yang lebih bagi para pemain diakui menjadi salah satu kendala yang

ada (perbekel Batur Utara).

Selanjutnya ialah potensi di bidang film, video, fotografi. Dalam

hal ini khususnya ialah (8) Fotografi, adanya beberapa warga Desa

Batur Utara yang berprofesi sebagai juru potret di beberapa objek

wisata di gunung api batur seperti panelokan dan pura Ulun Danu.

Fenomena maraknya pengguna kamera digital pada saat ini

menurunkan jumlah konsumen dari usaha ini. Perlunya kreatifitas yang

tinggi untuk meneruskan industri di bidang ini, tentunya kebutuhan

permodalan juga dibutuhkan untuk pengembangan usaha ini

kedepannya.

(9) Industri Sablon, industri ini adalah industri tingkat menengah,

dimana industri rumahan ini memproduksi sejumlah pakaian

khususnya baju/kaos khas Bali, tidak ada keunikan khusus pada saat

kami melakukan peninjauan ke salah satu tokonya yang berada di pusat

kawasan pariwisata ini. Tidak adanya simbol yang jelas dan kuat dari

kawasan pariwisata ini dirasa menjadi kekurangan dalam keperluan

pengembangan usaha ini kedepannya. Selain itu industri ini hanya

melakukan pengolahaan baju/kain yang sudah siap pakai dari daerah

lain, lalu diolah kembali menjadi pakaian yang memiliki icon gunung

api batur sebagai main product mereka.

Page 111: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

111

b. Desa Batur Tengah

Gambar 5.3. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA BATUR TENGAH

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

Bedasarkan Gambar 5.3. diatas dapat diketahui tidak ada

perbedaan yang signifikan dari Desa Batur Tengah, beberapa industri

yang berbeda yang tim temukan di Desa Batur Tengah berupa (1) Teater

Comedian dimana menurut hasil wawancara dengan perbekel Batur

Tengah grup teater ini sering menampilkan performance-nya dalam

acara-acara lokal. Grup ini diakui oleh perbekel batur tengah cukup

digemari oleh penduduk lokal. Dalam beberapa kesempatan grup ini

juga pernah tampil di depan sejumlah wisatawan asing. Indikasi

tersebut memberikan penilaian yang “Sangat Baik” bagi kategori

industri ini, meskipun belum cukup berpotensi karena peruntukkanya

lebih kearah penduduk lokal dan Bali, dimana bahasa pengantar yang

digunakan cenderung bahasa daerah.

(2) Tarian Puspan Jali dan (3) Tarian legong barong, tarian adat

khas batur tengah ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan yang ada

di desa batur utara, biasa ditampilkan dalam acara-acara adat dan

keagamaan.

012345

Bo

bo

t P

enila

ian

Jenis Industri

Page 112: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

112

(4) Lukisan dan (5) Pembuatan patung kayu merupakan jenis

industri kerajinan yang ada di desa batur tengah, dengan keadaan

“Cukup Baik”. Lukisan dari media kaca ini cukup berpotensi namun

variasi produknya sendiri kalah bersaing dengan daerah-daerah wisata

lain seperti Ubud atau Kuta.

Page 113: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

113

c. Desa Batur Selatan

Gambar 5.4. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA BATUR SELATAN

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali.

2012

Berdasarkan Gambar 5.4. diketahui bahwa industry yang ada

adalah sebagai berikut; (1) Live Music Angklung, jenis industri seni

pertunjukkan ini memiliki keunikan tersendiri yaitu angklung yang

dipakai berukuran lebih besar daripada ukuran angklung di pulau jawa,

khususnya Jawa Barat, fungsi besarnya ukuran alat musik tradisional

ini ialah untuk menghasilkan suara yang lebih nyaring. Alat musik ini

terbuat dari bambu pilihan yang sumber dayanya banyak terdapat di

banyak tempat seperti Songan A.

(2) Tarian Genjer dan (3) Tarian Sekeh merupakan tarian adat

khas batur selatan sama seperti tarian-tarian di desa lain tarian ini

dimainkan oleh truna-truni dari desa tersebut.

(4) Lukisan dan (5) Pembuatan patung kayu menjadi jenis

industri dengan kategori kerajinan di desa Batur Selatan.

0

1

2

3

4

5

Live MusikAngklung

TarianGenjer

TarianSekeh

Lukisan PembuatanPatungKayu

Perhiasan

Bo

bo

t P

enila

ian

Jenis Industri

Page 114: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

114

2. WILAYAH II

a. Desa Pinggan

Gambar 5.5. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA PINGGAN

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

Berdasarkan keterangan Gambar 5.5. diatas didapatkan hasil

berupa jenis Industri Kreatif (1) Alat Musik Gerantang dengan kondisi

“Baik” karena secara terus menerus diproduksi dari jaman dahulu

hingga saat ini. Kemudian alat musik tidak hanya untuk dipasarkan

saja, namun juga dimanfaatkan sebagai alat musik pengisi acara tari

pergaulan yang dilakukan oleh anak-anak muda Desa Pinggan. (2)

Barang Antik dengan kondisi “Baik” karena barang antik merupakan

peninggalan sejarah milik putri kerajaan Cina Desa Pinggan pada

zaman dahulu. Barang antik masih dirawat dengan baik dan dapat

dilihat oleh para wisatawan. Kemudian terdapat (3) Pembuatan Rumah

Adat (Sekeroras) yang dapat dikatakan dengan kondisi “Cukup Baik”

karena industri arsitektur berjalan secara terus menerus (selalu ada

peminatnya), hanya saja peminatnya tersebut rata-rata berasal dari

daerah kawasan Gunung Api Batur, bukan dari luar daerah. Lalu untuk

0

1

2

3

4

5

Tari Gerantang Barang Antik PembuatanRumah Adat(Sekeroras)

PengembanganPura dalamBalengkang

Bo

bo

t P

enila

ian

Jenis Industri

Page 115: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

115

(4) Pengembangan Pura Dalam Balengkang juga dengan kondisi yang

“Baik” dikarenakan pengembangannya terus berjalan yang saat ini

sedang dalam tahap pembangunan.

Page 116: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

116

b. Desa Kintamani

Berdasarkan dari hasil Penelitan, Potensi Industri Kreatif yang

berada di Desa Kintamani ditemukan 6 jenis Industri Kreatif dengan

rincian sebagai berikut:

Gambar 5.6. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA KINTAMANI

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

Berdasarkan keterangan Gambar 5.6. diatas bahwa ditemukan

beberapa jenis Industri Kreatif yang terdapat di Desa Kintamani berupa

(1) Tarian Baris Gede dan (2) Tarian Rejang dapat dikatakan dengan

kondisi “Baik” karena telah dikelola dengan baik, memiliki sanggar

tari dan GOR untuk para penari berlatih dan tampil. Tarian diadakan

setiap upacara dan dapat ditonton secara umum untuk wisatawan. (3)

Perhiasan Perak dapat dikatakan “Kurang Baik” karena perhiasan

perak yang dihasilkan kurang memiliki kreasi dalam penciptaan

modelnya. Kemudian produksinya masih dalam jumlah yang kecil

dikarenakan permintaan yang semakin menurun. Pembuatan perhiasan

perak hanya dibuat oleh beberapa warga desa saja, dan tidak menjadi

suatu industri yang khusus bagi warga tersebut. Warga hanya membuat

perhiasan perak tersebut ketika mereka ingin membuatnya saja. (4)

0

1

2

3

4

5

TarianBaris Gede

TarianRejang

Perhiasandari Perak

KerajinanBesi

KerajinanKayu

Anyaman

Bo

bo

t P

enila

ian

Jenis Industri

Page 117: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

117

Kerajinan Besi dan (5) Kerajinan Kayu dikatakan dengan kondisi yang

“Baik” karena untuk kerajinan besi telah menjadi sebuah industri yang

terus berjalan hingga saat ini, ada tempat/rumah khusus untuk

pembuatannya. Dan untuk kerajinan kayu juga dapat dikatakan “baik”

karena kerajinan tersebut sudah menjadi suatu produk souvenir khas

yang dimiliki desa ini. Produksinya dibuat secara berskala dan terus

berlangsung hingga saat ini. Kemudian (6) Anyaman berupa keranjang

dapat dikatakan “Baik” karena masyarakat desa selalu memproduksi

anyaman ini secara terus-menerus dan selalu ada permintaan untuk

anyaman ini baik untuk warga daerah sekitar maupun dari wisatawan.

Page 118: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

118

3. WILAYAH III

a. Desa Songan A

Untuk Desa Songan A maupun Desa Songan B karakterisktik dari

kegiatan aktivitas masyarakat dari kedua Desa tersebut hampir sama,

karena Untuk Desa Songan A dan Desa Songan B tidak memiliki

perbatasan wilayah yang jelas. Hanya saja dalam sistem administratif

pembagian jumlah penduduk saja yang di pisahkan menjadi Desa

Songan A dan Songan B. Berdasarkan dari hasil Penelitan, potensi

Industri Kreatif yang berada di Desa Songan A ditemukan 7 jenis

Industri Kreatif dengan rincian sebagai berikut:

Gambar 5.7. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA SONGAN A

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

(1) Stasiun Televisi Lokal dengan Kondisi “Cukup Baik”

dikarenakan Desa Songan B cukup sering diliput oleh media Tv Swasta

Seperti Tv Bali yang pernah meliput tentang Aktifitas masyarakat di

Desa Songan B.

(2) Tarian Baris dengan Kondisi “Baik” di karenakan karena

Tarian Baris Tersebut sudah di kelola Oleh sanggar tari yang terdapat

0

1

2

3

4

5

Bo

bo

t P

enila

ian

Jenis Industri

Page 119: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

119

di Desa Batur Utara berdasarkan informasi dari Pihak Sekdes Desa

Songan A.

(3) Wayang Kulit dengan Kondisi “Baik” di karenakan sudah

sering di adakan pementasan wayang kulit di Desa Batur Utara dan

Pementasan wayang kulit tersebut juga sering di adakan di luar Desa

Songan A.

(4) Lukisan dengan Kondisi “Baik” di karenakan Desa Batur

Utara terdapat seorang Pelukis yang bernama Jero Mangku Kuat dan

sudah memiliki galeri yang terdapat di Pura Ulundanu Banjar

Serongga, hasil Lukisan tersebut biasanya di Jual ketika sedang di

adakan perayaan keagamaan.

(5) Barang Antik dengan Kondisi “Cukup Baik” dikarenakan

barang Antik yang terdapat di Pura Ulun Danu masih terawat dengan

baik oleh masyarakat Desa Songan B, namun barang antik yang

terdapat di Pura ini bersifat sakral sehingga masyarakat umum

khususnya wisatawan tidak bisa untuk melihat barang sakral tersebut.

(6) Kerajinan Daun Lontar dengan Kondisi “Sangat Baik”

dikarenakan Desa Songan A memiliki perkebunan Lontar yang cukup

Luas yang terdapat di balik bukit Desa Songan A tepatnya di Banjar

Pradi .Tetapi dengan sumber daya alam yang mendukung masyarakat

Desa Songan A tidak mampu mengolah secara maksimal. Di karenakan

keterbatasan keterampilan Sumber Daya Manusia yang terdapat di

Desa Songan A. Hasil kerajinan Daun Lontar yang terdapat di Songan

A hanya berupa peralatan untuk kegiatan peribadatan.

Page 120: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

120

b. Desa Songan B

Gambar 5.8. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA SONGAN B

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

Berdasarkan keterangan Gambar 5.8. di atas bahwa ditemukan

beberapa jenis Industri Kreatif yang terdapat di Desa Songan B berupa:

(1) Stasiun Televisi Lokal dengan Kondisi “Cukup Baik”

dikarenakan Desa Songan B cukup sering diliput oleh media Tv Swasta

Seperti Tv Bali yang pernah meliput tentang aktifitas masyarakat di

Desa Songan B.

(2) Media Internet dengan Kondisi “Baik” di karenakan Desa

Songan B sudah mendapatkan Jaringan Internet dan terdapat Kegiatan

Usaha dari jasa jaringan Internet di Desa Songan B. Adanya fasilitas

“Warung Internet, dan Game Online yang terdapat di Desa Songan B.

(3) Musik Bali dengan Kondisi “Baik” di karenakan Desa

Songan B sudah memiliki suatu Band Musik yang bernama “Prasida

Band”. Band Tersebut merupakan Band dengan personil asli dari

kalangan muda Desa Songan B. Prasida Band biasa melakukan

0

1

2

3

4

5

Bo

bo

t P

enila

ian

Jenis Industri

Page 121: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

121

pementasan ketika Desa Songan B melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu.

(4) Tarian Baris dengan Kondisi “Cukup Baik” di karenakan

Tarian Baris yang terdapat di Desa Songan B sudah berkembang,

namun di dalam pelestariannya masih kurang baik di karenakan di Desa

Songan B belum Memiliki Sanggar Tari untuk mengembangkan tarian

tersebut. Tari Baris ini di dalam pengembangannya masih dari turun

temurun dari keluarga yang berprofesi sebagai penari, Desa Songan B

pernah memiliki suatu pelatihan tari. Namun kegiatan pelatihan

tersebut berhenti di karenakan minat masyarakat Desa Songan B yang

kurang begitu antusias dan juga pelatih tari memiliki kebutuhan

keluarga yang harus di perhatikan.

(5) Tarian Jojor dengan Kondisi “Cukup Baik” di karenakan

Tarian Jojor yang terdapat di Desa Songan B sudah berkembang,

namun di dalam pelestariannya masih kurang baik di karenakan di Desa

Songan B belum Memiliki Sanggar Tari untuk mengembangkan tarian

tersebut. Tari Jojor ini di dalam pengembangannya masih dari turun

temurun dari keluarga yang berprofesi sebagai penari, Desa Songan B

pernah memiliki suatu pelatihan tari. Namun kegiatan pelatihan

tersebut berhenti di karenakan minat masyarakat Desa Songan B yang

kurang begitu antusias dan juga pelatih tari memiliki kebutuhan

keluarga yang harus diperhatikan.

(6) Wayang Kulit dengan Kondisi “Sangat Baik” di karenakan

Desa Songan B sudah memiliki perkumpulan Grup Wayang Kulit yang

Page 122: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

122

bernama Grup Wayang Bengklok dengan Dalang yang bernama Jero

Budi. Grup Wayang Ini sering Mengisi Kegiatan acara di Desa Songan

B maupun pementasan di Desa Lainnya.

(7) Lukisan dengan Kondisi “Baik” di karenakan Desa Songan

B terdapat seorang Pelukis yang bernama Jero Mangku Kuat dan sudah

memiliki galeri yang terdapat di Pura Ulundanu Banjar Serongga, hasil

Lukisan tersebut biasanya di Jual ketika sedang di adakan perayaan

keagamaan.

(8) Barang Antik dengan Kondisi “Cukup Baik” di karenakan

Desa Songan B barang Antik yang terdapat di Pura Ulundanu masih

terawatt dengan baik oleh masyarakat Desa Songan B, Namun Barang

Antik yang terdapat di Pura ini bersifat sakral sehingga masyarakat

umum khususnya wisatawan tidak bisa untuk melihat barang sakral

tersebut.

(9) Kerajinan Daun Lontar dengan Kondisi “Sangat Baik”

memiliki perkebunan Lontar yang cukup Luas yang terdapat di balik

bukit Desa Songan B tepatnya di Banjar Pradi. Tetapi dengan sumber

daya Alam yang mendukung untuk di jadikan industri kreatif

masyarakat di Desa Songan B tidak mampu mengolah secara

maksimal. Dikarenakan keterbatasan keterampilan Sumber Daya

Manusia yang terdapat di Desa Songan B. Hasil kerajinan daun lontar

yang terdapat di Songan B hanya berupa peralatan untuk kegiatan

peribadatan.

Page 123: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

123

4. WILAYAH IV

a. Desa Buahan

Gambar 5.9. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA BUAHAN

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

Berdasarkan Gambar 5.9. diatas dapat diketahui sejumlah 10

jenis industri yang tim temukan melalui wawancara, basis data, dan

observasi berikut penjabarannya; (1) Percetakan, dengan kondisi

“Baik” dikarenakan di Desa Buahan terdapat buletin Desa mengenai

informasi kegiatan dari masyarakat Desa Buahan, buletin tersebut biasa

4diterbitkan ketika masyrakat Desa Buahan mengadakan suatu acara

kegiatan dan informasi tersebut di jadikan bahan Buletin Desa. (2) TV

lokal Bali TV, dengan kondisi “Baik” dikarenakan di Desa Buahan

cukup sering di liput oleh Media Televisi Lokal seperti Bali TV. Bali

TV biasa meliput Desa Buahan ketika mengadakan Upacara Adat,

Karena setiap tahunnya Desa Buahan mengadakan Upacara Adat. (3)

Periklanan Berupa Iklan Mio dan Iklan Tanggo, dengan Kondisi

“Sangat Baik” karena dengan adanya hasil dari

0

1

2

3

4

5B

ob

ot

Pen

ilaia

n

Jenis Industri

Page 124: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

124

Selain itu terdapat pula (4) Musik Band Pop, dengan Kondisi

“Baik” karena Desa Buahan memiliki Band Lokal yang cukup terkenal

dengan berGenre Musik Pop. Nama Band Tersebut yaitu Mary Bali.

Personil band tersebut merupakan penduduk lokal dari Desa Buahan.

Mary Bali biasa mengisi kegiatan acara di Desa Buahan, Selain tampil

di Desa Buahan Mary Bali juga sering mengisi acara di Desa – desa

lainnya di sekitar Kintamani. (5) Tari Baris Gede dan (6) Tari Kidang

merupakan tarian tradisional khas desa Buahan dimana tarian ini biasa

dimainkan dalam kegiatan adat maupun keagamaan sebgai salah satu

wujud pengabdian pada Pura maupun Masyarakat. Tarian ini biasa

dimainkan oleh truna-truni dari Desa Buahan. Jumlah penari biasanya

disesuaikan dengan acara yang diselenggarakan. Kondisi kesenian ini

terbilang “Cukup Baik” karena berdasarkan hasil wawancara diakui

bahwa kegiatan ini dilaksanakan rutin. Waktu latihan disesuaikan

dengan kegiatan masing-masing anggota. Melatih dan membiasakan

para truna-truninya untuk berlatih dan mementaskan diri mereka di

muka umum untuk melatih kepercayaan diri dan berbakti pada

Desanya.

Selain itu terdapat industri di bidang kerajinan diantaranya (7)

Wayang Kulit, (8) Pembuat Patung dari kayu, (9) Anyaman Bambu,

dan (10) Pembuat Perhiasan.

Page 125: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

125

b. Desa Trunyan

Gambar 5.10. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA TRUNYAN

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

Berdasarkan keterangan Gambar 5.10. diatas bahwa ditemukan

beberapa jenis Industri Kreatif yang terdapat di Desa Trunyan berupa

(1) TV Swasta Lokal dengan kondisi “Cukup Baik” dikarenakan di

Desa Trunyan cukup sering di jadikan tempat suatu perfilman seperti

pembuatan film FTV yang bertayangkan di stasiun TV SCTV. Selain

itu TV swasta lokal juga sering meliput aktivitas yang ada di Desa

Trunyan Seperti Bali TV cukup sering meliput keadaan Desa Trunyan

apabila Desa Trunyan sedang mengadakan suatu upacara Adat terutama

kegiatan upacara pemakaman.

(2) Tarian Barong Bruduk dengan kondisi “Baik” dikarenakan

Tarian ini merupakan tarian khas Desa Trunyan dengan menampilkan

suatu tarian yang dilakukan apabila sedang mengadakan upacara besar.

(3) Industri Sablon dengan kondisi “Cukup Baik” dikarenakan di

desa ini industri sablon sendiri sudah berjalan dengan cukup baik di

dalam proses pembuatannya. (4) Perhiasan dengan Kondisi “Cukup

Baik” di karenakan Desa Trunyan Memiliki Bahan Baku dari

0

1

2

3

4

TV SwastaLokal

TarianBarongBruduk

Patung IndustriSablon

Perhiasan

Bo

bo

t P

enila

ian

Jenis Industri

Page 126: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

126

Pembuatan Perhiasan. Terdapat permasalahan yaitu dari segi

permodalan dan pemasaran sehingga industri sablon tersebut

mengalami kendala di dalam kegiatan usahanya.

Page 127: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

127

c. Desa Kedisan

Gambar 5.11. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA KEDISAN

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

Dari keterangan Gambar 5.11. diatas bahwa Desa Kedisan

sedikit memiliki potensi, karena Desa Kedisan mayoritas penduduk

mereka bermata pencaharian sebagai Petani, terdapat 3 jenis Industri

Kreatif di Desa Kedisan yaitu:

Terdapat (1) Tari Baris dan (2) Tari Jojor dengan Kondisi

“Cukup Baik” karena di Desa Kedisan Tari Baris belum memiliki

sanggar tari untuk mengembangkan tarian Baris ini, akan tetapi Tari

Baris yang terdapat di Desa Kedisan cukup sering mengisi acara

kegiatan ketika Desa Kedisan mengadakan Upacara Adat.

Selain itu ada (3) Minuman Rujak Cemcem dengan Kondisi

“Baik” karena minuman ini memiliki rasa yang unik dan lumayan enak

untuk di konsumsi. Penjualan rujak Cencem ini terdapat di salah satu

Ruko di Dermaga dengan harga Rp. 3000,-/botol. Rujak cencem ini

berasal dari pengolahan daun cencem dan di kemas di dalam botol.

Dalam pengemasan rujak cencem ini kurang begitu menarik karena

kemasan botol rujak cemcem ini menggunakan kemasan dari botol air

mineral bekas.

0

1

2

3

4

Tari Baris Tari Jorjor Rujak Cem-cem

Bo

bo

t P

enila

ian

Jenis Industri

Page 128: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

128

5. WILAYAH V

a. Desa Suter

Gambar 5.12. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA SUTER

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

Pada desa ini terdapat 6 industri dimana yang pertama ialah (1)

Tari baris yang dimainkan oleh truna-truni asal desa Suter, biasa

dimainkan dalam acara adat di banjar-banjar sekitar maupun acara

keagamaan seperti di Pura yang terletak persis di samping Kantor

perbekel Desa Suter.

Selain itu ada besberapa produksi kerajinan tangan seperti (2)

Wayang Kulit, (3) Patung Kayu, (4) Barang Antik berupa cincin

yang terbuat dari perak dan batuan unik, adapula (5) Pembuatan

Bubung dan (6) Soka.

Khusus untuk patung kayu tim berhasil menemukan salah

seorang pengerajin yang masih bertahan hingga saat ini. Berlokasi di

jalan menuju arah pura besakih, sekitar 2 km dari kantor Desa Suter

atau 20 menit dari gerbang utama Gunung Api Batur (Museum Gunung

Api Batur) kondisi industri ini sangat baik dimana usaha ini sudah

0

1

2

3

4

5B

ob

ot

Pen

ilaia

n

Jenis Industri

Page 129: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

129

berjalan lebih dari 10 tahun. Menurut penuturan pelaku industri ini,

dahulu daerah Suter terkenal dengan banyaknya pengerajin patung

kayu yang biasa dipasarkan ke daerah-daerah perbelanjaan bagi

wisatawan seperti Ubud, Sukawati, Kuta, dll. Namun kini hanya kurang

dari 5 pemilik usaha yang masih bertahan. Menurut hasil wawancara,

krisis moneter pada tahun 1999 menyebabkan banyaknya pelaku

industry yang bangkrut, berkurangnya daya beli masyarakat dan

permintaan pasar pada saat itu memicu kebangkrutan usaha ini. Makin

sulitnya bahan baku yang berkualitas menjadi kendala lain. Jumlah

karyawan yang dimiliki 2 sampai dengan 12 orang yang seluruhnya

masih berstatus kerabat yang dipanggil sesuai kebutuhan produksi.

Diakui pula rata-rata pengerajin kayu di daerah ini memulai usaha

dengan modal mandiri, diakui pula tidak ada bantuan modal maupun

dukungan lain dari pemerintah setempat (Perbekel, Kecamatan, Dinas

Perdagangan). Kendala yang dihadapi saat ini adalah persaingan pasar

yang makin tinggi, rendahnya harga jual patung ke pasaran yaitu

dimulai dari harga Rp. 2.000,- untuk patung kayu berukuran sekitar

10x3 Cm hingga patung seharga Rp. 25.000,- untuk patung berukuran

besar atau ukiran meja. Harga tersebut terbilang sangat rendah bila

diukur dengan harga setelah tiba di pasar seperti pasar Ubud yang

menjual patung kecil mulai dari harga puluhan ribu hingga jutaan

rupiah.

Page 130: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

130

Gambar 5.13. CONTOH HASIL PRODUKSI INDUSTRI PERAK DAN EMAS

Sumber: Hasil penelitian DMO Gunung Api Batur 2012

Sedangkan untuk industri pengerajin barang antik berupa cincin

batuan unik, perak, dan emas. Industri ini pada umumnya merupakan

bisnis turun menurun dalam satu keluarga, biasanya keluarga

pengerajin perak bermarga Pande, yakni marga/ keluarga yang secara

turun temurun berprofesi sebagai tukang emas, perak, membuat pisau,

cangkul, keris, dan peralatan logam lainnya. Menurut sejarah, seperti

kebanyakan orang Bali lainnya Warga Pande adalah penduduk dari

Jawa yang berpindah tempat pada jaman Majapahit.

Page 131: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

131

b. Desa Abang Songan

Gambar 5.14. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA ABANG SONGAN

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

Berdasarkan hasil wawancara dan peninjauan lapangan belum

banyak ditemukannya potensi industri kreatif di Desa ini, hanya

ditemukan beberapa tarian yang tidak bersifat sakral namun tidak di

komersialisasikan. Tarian-tarian seperti (1) Tari Sangiang dan (2) Tari

Gandrung hanya menjadi konsumsi penduduk desa Abang Songan dan

sekitarnya seperti Desa Suter dan Abang Batudinding. Meskipun sulit

untuk menjadikan tarian ini sebagai daya tarik bagi wisatawan karena

selain kurangnya promosi, desa abang songan juga bukan desa yang

menjadi tujuan wisata.

Daya tarik dari desa ini adalah Bangunan Warisan Budaya yaitu

(3) Pura Dukuh yang terletak di tepian danau batur bagian barat, atau

jalur darat menuju Desa Trunyan, sayangnya tim tidak mendapatkan

informan yang baik untuk menguraikan sejarah Pura ini, namun

menurut hasil wawancara singkat dengan Sekertaris Desa Abang

Songan, pura ini tidak digunakan lagi sejak terendam banjir besar

beberapa puluh tahun silam. Saat ini pura dukuh terkadang menjadi

012345

Tari Sangiang TariGandrung

KerajinanBerupaPatung

BangunanWarisan

Berupa PuraDukuh

Benda Antik

Bo

bo

t P

enila

ian

Jenis Industri

Page 132: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

132

tempat atau objek penelitian yang berkaitan tentang sejarah dan

budaya. Letak pura dukuh yang berada diantara tepian danau Batur dan

lereng tinggi yang curam di belakangnya memberikan nilai “Sangat

Baik” terhadap kategori riset dan pengembangan ini.

Gambar 5.15. FOTO PURA DUKUH TAMPAK DEPAN

Sumber: Hasil penelitian DMO Gunung Api Batur 2012

Kendala yang terlihat adalah kurangnya perawatan terhadap pura

tersebut, hal ini terlihat dari banyaknya rumput liar yang tumbuh di

sekitar pura dukuh, selain itu lahan kosong sekitarnya digunakan

sebagai sarana olah raga oleh penduduk sekitar. Akses jalan yang

sempit, berlubang, dan rawan longsor dianggap menjadi kendala lain.

Untuk mencapai pura dukuh dapat menggunakan kendaraan pribadi

dengan kondisi baik, karena rutenya cukup sulit. Kelebihannya adalah

berupa pemandangan sepanjang jalan dari desa Kedisan menuju Desa

Abang Songan bagian bawah berupa pemandangan Danau Batur,

Gunung Api Batur. Selain itu kita dapat melihat aktivitas penduduk

sekitar yang mayoritas adalah petani sayuran dan umbi-umbian juga

nelayan.

Page 133: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

133

c. Desa Abang Batu Dinding

Gambar 5.16. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA ABANG BATUDINDING

Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012

Berdasarkan hasil wawancara dan peninjauan lapangan

ditemukannya potensi industri kreatif di Desa ini yaitu berupa (1) Tari

Baris dan (2) Tari Jejer merupakan tarian adat khas desa abanf Batu

dinding yang biasa dilakukan oleh truna-truni (pemuda-pemudi) desa

ini.

Selain tarian desa ini memiliki beberapa kerajinan seperti wayang

kulit, patung kayu, barang antik berupa cincin, dan pembuatan soka.

Secara umum kendala dari para pengusaha kerajinan tersebut ialah

sulitnya distribusi, promosi, dan permodalan.

0

1

2

3

4

Bo

bo

t P

enila

ian

Jenis Industri

Page 134: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

134

B. ANALISIS POTENSI INDUSTRI KREATIF

Selanjutnya Tim Peneliti melakukan analisis SWOT yang bertujuan untuk

mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, kesempatan/ peluang dan

hambatan/ ancaman yang dimiliki dan mempengaruhi Potensi Industri Kreatif di

Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur. Hasil analisis SWOT ini kemudian akan

digunakan sebagai masukan dalam menganalisis prospek aktifitas pariwisata.

Dalam upaya memperkirakan prospek Potensi Industri Kreatif di Kawasan

Kaldera Gunung Api Batur sebagai aktifitas wisata, perlu dirumuskan kondisi

internal yang meliputi elemen kekuatan (strengths) dan elemen kelemahan

(weaknesses). Penilaian dalam analisis SWOT ini diperoleh dari pemberian bobot

dan nilai terhadap masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan yang berupa

pernyataan. Pemberian bobot ini berdasarkan tingkat penting atau tidaknya faktor

yang bersangkutan. Sedangkan pemberian nilai berdasarkan pada tingkat besar atau

kecilnya faktor yang bersangkutan terhadap elemen kekuatan dan kelemahan.

1. Analisis Faktor Internal

Faktor internal yang merupakan kekuatan kondisi dari Potensi Industri

Kreatif dapat diidentifikasi sebanyak 3 faktor, yaitu:

a. Sumber Daya Alam yang mendukung kegiatan Industri Kreatif.

b. Kreatifitas Dari Sumber Daya Manusia Kintamani.

c. Keunikan dari jenis Produk Industri Kreatif.

Page 135: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

135

Sedangkan faktor internal yang merupakan kelemahan Kondisi dari

Potensi Industri Kreatif dapat di identifikasi sebanyak 4 faktor, yaitu:

a. Permodalan untuk memulai dan menjalankan kegiatan Industri

Kreatif.

b. Promosi di dalam kegiatan Industri Kreatif.

c. Aksesbilitas menuju kawasan Kawasan Kaldera Gunung Batur

Bali di dalam Kegiatan Industri Kreatif.

Tabel 5.1. INTERNAL STRATEGY FACTOR ANALYSIS SUMMARY

Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012

2. Analisis Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari

lingkungan diluar Potensi Industri Kreatif. Lingkungan eksternal dapat

menguntungkan sekaligus dapat menjadi ancaman sehingga perlu

diidentifikasi keberadaanya. Dalam penelitian ini tidak semua unsur

lingkungan eksternal akan dianalisis, hanya unsur yang diidentifikasi dapat

berpengaruh secara langsung terhadap pengembangan produk Industri

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan

1) Sumber Daya Alam yang mendukung kegiatan Industri

Kreatif 0,20 3 0,60

2) Kreatifitas Dari Sumber Daya Manusia Kintamani 0,20 2 0,40 3) Keunikan dari jenis Produk Industri Kreatif 0,20 1 0,20 4) Daya Tarik wisata sebagai penunjang Kegiatan Industri 0,20 3 0,60

Kelemahan 1) Permodalan untuk memulai dan menjalankan kegiatan

Industri Kreatif 0,05 3 0,10

2) Promosi di dalam kegiatan Industri Kreatif 0,02 4 0,08 3) Aksesbilitas menuju kawasan Kawasan Pariwisata

Gunung Api Batur Bali di dalam Kegiatan Industri

Kreatif 0,05 2 0,15

4) Penerapan Pembatasan Wilayah Administratif di

Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur 0,03 1 0,12

5) Kesulitan di dalam perizinan untuk mendirikan

kegiatan Usaha 0,05 2 0,15

TOTAL 1,00 2,34

Page 136: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

136

Kreatif sebagai aktifitas wisata. Seperti penilaian pada faktor internal,

penilaian dalam faktor eksternal ini diperoleh dari pemberian bobot dan nilai

terhadap masing-masing faktor dari peluang dan ancaman. Pemberian bobot

ini berdasarkan pada tingkat penting atau tidaknya faktor yang bersangkutan

terhadap elemen peluang dan ancaman. Sedangkan pemberian nilai

berdasarkan pada tingkat besar atau kecilnya pengaruh faktor yang

bersangkutan terhadap elemen peluang dan ancaman.

Faktor eksternal yang berupa peluang dapat diidentifikasi menjadi 4

faktor, yaitu:

a. Mendatangkan Investor untuk Berinvestasi terhadap kegiatan

Industri Kreatif.

b. Bertambah kunjungan wisatawan ke Kawasan Kaldera Gunung

Api Batur.

c. Menciptakan lapangan kerja dari kegiatan Industri Kreatif.

d. Memberikan pendapatan kepada masyarakat Kawasan Kaldera

Gunung Api Batur.

Adapun faktor eksternal yang merupakan ancaman dapat diidentifikasi

menjadi 2 faktor, yaitu:

a. Maraknya Pembajakan dari suatu hasil Ide Kreatifitas seseorang.

b. Persaingan tidak sehat sesama pelaku usaha Industri Kreatif.

Page 137: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

137

Tabel 5.2. INTERNAL STRATEGY FACTOR ANALYSIS SUMMARY

Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012

3. Hasil Analisis SWOT dan Strategi Pengembangan

a. Hasil Analisis SWOT dengan Internal – Eksternal Matrik

Untuk dapat mangukur tingkat atau posisi dalam analsis SWOT

dari faktor internal maupun eksternal dalam penelitian ini

menggunakan pedoman angka-angka sebagai berikut:

4 3 2 1

Sangat baik Diatas rata-rata Rata-rata Dibawah rata-rata

Berdasarkan analisis lingkungan internal akan dirumuskan

variable kekuatan dan kelemahan, sedangkan berdasarkan analisisi

lingkungan eksternal akan dirumuskan variable peluang dan ancaman.

Selanjutnya hal tersebut dapat digambarkan dalam Internal-Eksternal

Matrik yang menunjukan potensi dan daya dukung dalam Potensi

Industri Kreatif sebagai Aktifitas wisata sebagai berikut:

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang 1) Mendatangkan Investor untuk Berinvestasi terhadap

kegiatan Industri Kreatif 0.20 3 0.60

2) Bertambahnya kunjungan wisatawan ke Kawasan

Kaldera Gunung Api Batur 0.20 3 0.60

3) Menciptakan lapangan kerja dari kegiatan Industri

Kreatif 0.20 4 0.80

4) Memberikan pendapatan kepada masyarakat Kawasan

Pariwisata Gunung Api Batur 0.20 4 0.80

Ancaman 1) Maraknya Pembajakan dari suatu hasil Ide Kreatifitas

seseorang. 0.05 1 0.05

2) Persaingan tidak sehat sesama pelaku usaha Industri

Kreatif. 0.05 1 0.05

3) Penggunaan Sumber daya Alam yang berlebihan 0.05 1 0.05 4) Kebutuhan Konsumen yang semakin Variatif 0.05 1 0.05

TOTAL 1.00 3.00

Page 138: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

138

Gambar 5.17. INTERNAL – EKSTERNAL MATRIK

Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012

Gambar 5.17. diatas menunjukan hasil Internal-Eksternal Matrik

berada pada posisi sedang dan menengah, sehinnga mendukung

Pengembangan Potensi Industri Kreatif yang berarti dapat diteruskan

karena termasuk kedalam kotak tengah, yaitu kotak stabil dan

diteruskan tanpa merubah arah strategi yang ditetapkan. Dengan kata

lain, Industri Kreatif akan stabil dengan keadaan yang sudah ada.

b. Hasil Analisis SWOT dengan Matrik Space Analysis

Guna memberikan gambaran analisis yang lebih jelas tentang

potensi Industri Kreatif, dibawah ini disajikan matrik space analysis

yang dilanjutkan dengan penghitungan dalam kuadran yang dapat

membantu sebelum disimpulkan hasilnya. Sehingga dapat diketahui

titik koordinat letak dari hasil analisis SWOT yang dngin diketahui

untuk dilakukan pengolahan selanjutnya.

Total Skor Faktor Strategi Internal

Tota

l S

kor F

ak

tor S

trate

gi

Ek

stern

al

Baik Sedang Buruk

4.0 3.0 2.34 2.0 1.0

Tinggi

3.0

Diteruskan

Diteruskan Pemilihan

Proiritas kegiatan

Menengah

2.0

Stabil Diteruskan

Stabil

Peninjauan

Kembali

Rendah

1.0

Pemilihan

Prioritas Kegiatan

Peninjauan

Kembali

Program

Dihentikan

Page 139: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

139

Tabel 5.3. MATRIK SPACE ANALYSIS

Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012

Pada Tabel 5.3. dapat diketahui bahwa total rating dari Kekuatan

(KK) ialah 2, Sedangkal Kelemahan (KL) adalah -2,4. Lalu Peluang

(PL) dengan Rating 3,5 dan Ancaman (AN) -1. Lalu selanjutnya tim

peneliti melakukan perhitungan dari hasil rating dengan melakukan

penjumlahan hasil dari rating Kekuatan (KK) dengan Ancaman (AN)

Posisi Faktor Strategi Internal Rating Posisi Faktor Strategi

Eksternal Rating

Kekuatan (KK) Peluang (PL)

1) Sumber Daya Alam yang

mendukung kegiatan Industri

Kreatif.

3 1) Mendatangkan Investor untuk

Berinvestasi terhadap kegiatan

Industri Kreatif.

3

2) Kreatifitas Dari Sumber Daya

Manusia Kintamani.

2 2) Bertambahnya kunjungan

wisatawan ke Kawasan Kaldera

Gunung Api Batur.

3

3) Keunikan dari jenis Produk

Industri Kreatif

1 3) Menciptakan lapangan kerja

dari kegiatan Industri Kreatif

4

4) Daya Tarik wisata sebagai

penunjang Kegiatan Industri

3 4) Memberikan pendapatan

kepada masyarakat Kawasan

Kaldera Gunung Api Batur.

4

8 14

Kelemahan (KL) Ancaman (AN)

1) Permodalan untuk memulai dan

menjalankan kegiatan Industri

Kreatif.

-3 1) Maraknya Pembajakan dari

suatu hasil Ide Kreatifitas

seseorang.

-1

2) Promosi di dalam kegiatan

Industri Kreatif

4 2) Persaingan tidak sehat sesama

pelaku usaha Industri Kreatif.

-1

3) Aksesbilitas menuju Kawasan

Kaldera Gunung Api Batur di

dalam Kegiatan Industri Kreatif

-2 3) Penggunaan Sumber daya Alam

yang berlebihan

-1

4) Penerapan Pembatasan Wilayah

Administratif di Kawasan

Kaldera Gunung Api Batur

-1 4) Kebutuhan Konsumen yang

semakin Variatif

-1

5) Kesulitan di dalam perizinan

untuk mendirikan kegiatan

Usaha.

-2

-12 -4

KK : 8/4 = 2

KL : -12/5 = -2,4

PL : 14/4 = 3,5

AN : -4/4 = -1

Page 140: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

140

yang menghasilkan Y axis, dan Kelemahan (KL) dijumlahkan dengan

Peluang (PL) untuk mendapatkan koordinat X axis. Dengan

menggunakan matrik diatas, maka dapat digambarkan posisi kuadran

sebagai:

Gambar 5.18. KUADRAN

Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012

Gambar 5.18. diatas menunjukan hasil perhitungan dari matrik

space analisis terletak pada posisi kuadran I, yaitu dengan nilai positif

pada titik 1 dan 1,1 Hal ini merupakan posisi yang masih

menguntungkan dimana terdapat sedikit selisih namun cukup

signifikan dalam perbedaan nilai antara kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman.

Kekuatan

Ancaman

KW III

1

KW I

Peluang

KW IV

1,1

KW II

Kelemahan

KK + AN = 2 + (-1) = 1

KL + PL = (-2,4) + 3,5 = 1,1

Page 141: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

141

Kuadran I merupakan Kotak Mobilization dimana kotak ini

mempertemukan interaksi antara ancaman/tantangan dari luar yang

diidentifikasikan dengan potensi internal sumber daya. Disini para

perencana dituntut untuk memberikan keputusan untuk menggali

sumber-sumber daya yang dapat dimobilisasikan untuk memperlunak

ancaman/tantangan dari luar tersebut dan sedapat mungkin merubahnya

menjadi sebuah peluang bagi pengembangan selanjutnya. Dapat

diasumsikan bahwa dengan menekan kelemahan dan membuat

ancaman menjadi potensi yang harus diatasi maka akan membuat

perimbangan posisi tersebut menjadi lebih positif dan mantap

C. ANALISIS AKTIVITAS WISATA

Berdasarkan teori Drs. Oka A. Yoeti (1996: 178) tentang daya tarik yang

harus dimiliki suatu destinasi pariwisata dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990

tentang Kepariwisataan serta teori Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani

(2007:13-14) tentang pengkategorian aktivitas wisata menjadi 14 kategori, tim

menganalisa beberapa aktivitas wisata yang teridintifikasi selama penelitian

berlangsung sebagai penajaman analisis industri kreatif dari perspektif aktivitas

wisata. Tujuannya guna mengetahui kegiatan wisata seperti apakah yang sudah

tersedia di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, lalu industri apakah yang dapat

diidentifikasi muncul setelah adanya aktivitas wisata disekitarnya ataupun

sebaliknya. Dengan harapan dapat menghasilkan arahan, ide atau gagasan kreatif

tentang kemungkinan munculnya beberapa aktivitas wisata baru di kawasan

pariwisata Gunung Api Batur.

Page 142: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

142

Secara umum dari 13 Desa yang ada di kawasan Pariwisata Gunung Api

Batur kondisi pariwisata Gunung Batur terbilang baik hal ini terlihat dari jumlah

kunjungan wisatawan asing yang datang berkunjung ke Kintamani sekitar ±1.200

orang/hari, seperti yang telah dijabarkan dalam Tabel 6.2. (Hal. 134) yaitu tabel

checklist aktivitas wisata di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, dapat kita

ketahui ada 9 ODTW yang ditemukan oleh tim telah menghasilkan berbagai

aktivitas wisata seperti; (1) Pura Ulun Danu, Pura yang saat ini terletak di pusat

kecamatan Kintamani tepatnya di Desa Batur Selatan. Pura ini dahulu berada di

tepian Danau Batur namun adanya musibah banjir besar lokasi pura ini dipindahkan

keatas lereng bersamaan dengan berpindahnya penduduk desa. Saat ini Pura Ulun

Danu juga dijadikan salah satu Pura yang wajib dikunjungi selain Pura Besakih

pada acara keagamaan Hindu. Dari munculnya kegiatan masyarakat Kecamatan

Kintamani dan Bali pada umumnya mulailah timbul beberapa puluh pertokoan di

sepanjang jalan sekitar Pura. Toko-toko yang menjual aneka barang dari aksesoris

seperti kacamata, masakan, jajanan, dll. Hal ini diakui salah satu pedagang yang

berjualan persis di sebrang gerbang Pura Ulun Danu. Selain itu dengan adanya

aktivitas masyarakat Bali lokal memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan

domestik maupun wisatawan mancanegara. Bagi para wisatawan kegiatan yang

dapat mereka lakukan ialah hal-hal yang berkaitan seperti melihat dan mempelajari

umat Hindu Bali beribadah, melihat upacara adat yang dilaksanakan secara berkala,

fotografi baik itu berupa fotografi tentang arsitektur bangunan pura, aktivitas

orang-orang, maupun landscape sekitar pura.

Lalu selain Pura Ulun Danu adapula (2) Danau Batur yang menjadi salah

satu daya tarik utama di kawasan pariwisata Gunung Api Batur termasuk

Page 143: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

143

Kabupaten Bangli. Aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan yaitu

Memancing, Sight Seeing, secara landscape danau ini sangat baik untuk melakukan

kegiatan fotografi, hal ini dibuktikan dengan banyaknya Wedding Organizer lokal

maupun daerah luar melakukan photo shoot di kawasan ini. Sebagai gambaran lain

daerah Danau Batur pernah menjadi lokasi sejumlah iklan merek-merek ternama

seperti iklan Yamaha Mio J pada tahun 2012, Indosat Im3 tahun 2012. Danau Batur

juga menjadi salah satu lokasi syuting Eat Pray Love 2011 yang menjuarai

beberapa Penghargaan Internasional dibidang perfilman.

Selanjutnya ada restaurant Apung dan beberapa restaurant seafood lainnya

yang berada di sekitar kaldera gunung api Batur. Restaurant apung adalah salah

satu restaurant yang telah cukup lama berdiri di sekitar danau batur, tepatnya di

desa Kedisan, dimana restaurant ini tidak hanya menyajikan masakan khas Bali,

eropa yang segar namun juga menyajikan pemandangan lepas keseluruh danau dan

gunung batur, pada sore hari kita dapat melihat matahari tenggelam. Meskipun

secara teori restaurant ini sangat mengganggu ekosistem alami sekitarnya seperti

pertumbuhan ikan, pencemaran air dan tanah. Namun daya tarik bagi pariwisata

masih terbilang tinggi. Masalah aksesbilitas yang dipengaruhi oleh kondisi jalan

yang terganggu oleh adanya kendaraan proyek Galian C sehingga jalan cenderung

lebih rentan rusak, berpasir, dan rawan kecelakaan. Masalah lingkungan seperti

kurangnya kesadaran akan kebersihan daerah wisata menjadi ancaman tersendiri

bagi para pelaku usaha.

Selanjutnya adalah (4) Desa Trunyan yang tersohor dengan ciri khas cara

pemakaman mereka. Selain education tentang budaya, wisatawan juga dapat

melihat bagaimana keseharian orang-orang disana.

Page 144: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

144

Adapun (5) Panelokan sebuah tikungan yang dianggap strategis untuk

melihat pemandangan Gunung Api Batur, Danau Batur, dan sekitarnya secara

keseluruhan. Disini wisatawan dapat berfoto, berbelanja souvenir, mencari tempat

penginapan, wisata kuliner, dll. Kendala dan permasalahan di ODTW ini salah

satunya ialah sejumlah oknum pedagang yang berperilaku berbelebihan dalam

menawarkan barang/jasa yang mereka miliki. Meskipun sudah ada pengawasan,

namun kondisi nyata menyatakan pengawasan tersebut tidak memberikan pengaruh

yang berarti. Bila beberapa waktu yang silam permasalah seperti ini juga terjadi di

daerah dermaga dan kawasan perairan Danau Batur, kini bedasarkan hasil observasi

hal tersebut tidak lagi terjadi. Adanya pengelolaan oleh pihak Pemda untuk

mengambil alih pengurusan dermaga dan pedagang yang terlibat sehingga

pendisiplinan dapat dilakukan.

Selanjutnya tidak jauh dari lokasi panelokan terdapat Museum Gunung Api

Batur yang belum lama ini berdiri. Bangunan dengan gaya modern dan campuran

tradisional Bali ini memfasilitasi wisatawan lokal maupun asing tentang hal-hal

yang terkait dengan Gunung Api Batur, selain itu tempat ini juga melakukan

pengawasan secara rutin terhadap aktivitas Gunung Api Batur. Pusat pengelolaan,

riset, dan pengembangannya sendiri berasal dari Kota Bandung tepatnya Museum

Geologi Bandung. Aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan adalah mempelajari

tentang kawasan Gunung Api Batur khususnya vulkanologi.

Berikutnya (7) Toya Bungkah, sebuah pemandian air panas alami yang

akan terasa sangat cocok untuk kawasan Gunung Api Batur yang merupakan

dataran tinggi yang memiliki suhu cukup rendah pada malam hari. Berada di

sekitaran Danau Batur tepatnya Desa Batur Selatan. Disini wisatawan dapa

Page 145: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

145

merasakan air panas alami yang bisa memberikan efek relaksasi, selain itu adanya

manfaat bagi kesehatan terutama kulit memberikan variasi wisata kesehatan,

dengan variasi harga Rp. 40.000,- sampai dengan Rp. 150.000,- /orang.

Untuk mencapai lokasi pemandian ini hanya dapat dicapai dengan kendaraan

pribadi atau sewaan. Tidak ada transportasi umum yang melewati rute ini.

Kekurangannya ialah kebersihan lingkungan sekitar pemandian yang cenderung

terlihat gersang, kumuh, dan kotor pada siang hari.

Lalu yang terakhir ialah (8) Gunung Api Batur itu sendiri dimana gunung

api yang masih tetap aktiv ini menjadi salah satu gunung yang ada di Pulau Bali.

Aktivitas wisatawan untuk tempat ini ialah wisata olahraga, rekreasi, dan adventure

dimana wisatawan dapat melakukan tracking ke beberapa rute yang telah dibuat

oleh organisasi tracking yang ada di kawasan tersebut, cukup banyak travel agent

yang membuat produk wisata dengan melibatkan Gunung api batur sebagai salah

satu tempat kegiatan wisata bagi tamunya. Biasanya wisatawan diajak

menggunakan sepeda dari tempatnya menginap menuju Gunung Api Batur

kemudian ada yang diajak untuk makan siang di beberapa restaurant ternama

adapula yang diajak tracking/menyebrang ke Desa Trunyan.

Dalam perkembanganya kawasan pariwisata Gunung Api Batur diakui

kurang dalam segi promosi, hal ini dijabarkan melalui hasil wawancara dan

berdasarkan hasil observasi minimnya media promosi yang digunakan untuk

mempromosikan kawasan tersebut kepada wisatawan. Menurut disparda Kab.

Bangli keperluan promosi hanya dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi Bali. Namun penilaian kami terhadap media promosi

terutama brosur yang dimiliki disparda Kab. Bangli sangat rendah, hal ini dinilai

Page 146: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

146

dari jumlah yang minim informasi yang kurang efektif, kualitas brosur yang kurang

menarik untuk dilihat, informasinya cenderung sudah lama tidak diperbaharui,

ukuran brosur yang kurang sesuai dengan isi yang disampaikan adanya peta

wilayah yang jelas mengenai perwilayahan kawasan pariwisata Gunung Api Batur.

D. ANALISIS PENGELOLAAN PARIWISATA

Pengelolaan industri kreatif di kawasan pariwisataGunung Api Batur, Bali

membutuhkan proses yang cukup panjang dan akan dilakukan dengan melibatkan

berbagai pihak yang tercakup dalam stakeholder kepariwisataan kawasan Gunung

Api Batur, Bali. Stakeholder yang termasuk di dalamnya adalah masyarakat

setempat, pelaku industri, akademisi, lembaga pengelola, dan pemerintah.

1. Peran Masyarakat Setempat

Masyarakat setempat belum berperan secara aktif dalam mendukung

kegiatan industri kreatif di kawasan Gunung Api Batur. Masyarakat

belum memiliki keinginan untuk membangun industri sendiri

dikarenakan tidak adanya keyakinan akan mendapatkan pendapatan

yang lebih baik lagi dibandingkan dengan pekerjaan yang telah mereka

jalani. Selain itu kendala lainnya adalah wawasan dan kreatifitas yang

dimiliki masyarakat untuk mengelola suatu industri masih sangat

minim. Masyarakat juga tidak tanggap terhadap potensi yang dapat

dikembangkan untuk menjadi produk industri kreatif yang pada

kenyataannya ada dimiliki oleh desanya sendiri. Kemudian masyarakat

menemukan lagi masalah untuk permodalan membuat industri sendiri.

Page 147: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

147

2. Pelaku Industri

Pelaku industri di kawasan Gunung Api Batur, Bali cenderung hanya

menjalankan industri seperti apa adanya saja tanpa memiliki

perencanaan pengembangan industri kedepannya. Pelaku industri

belum mampu menggali potensi sumber daya yang ada dan

memanfaatkannya dengan menggunakan kreatifitas sehingga menjadi

suatu produk baru yang bernilai lebih tinggi.

3. Peran Akademisi

Akademisi belum berperan serta dalam mendukung kemajuan

pembangunan industri kreatif di kawasan Gunung Api Batur, Bali.

Akademisi di kawasan Gunung Api Batur, Bali belum mampu

menggali dan memetakan potensi industri kreatif yang ada. Akademisi

juga belum dapat melihat manfaat dari adanya industri kreatif bagi

sektor pariwisata serta kendala yang akan dihadapi, dan menyusun

langkah apa yang akan dilakukan untuk menanggulangi segala resiko

atau kendala-kendala yang akan terjadi.

4. Lembaga Pengelola

Belum terdapat lembaga pengelola. Sehingga kawasan pariwisata

Gunung Api Batur belum mampu membuka peluang dan menangkap

peluang potensi industri kreatif yang ada untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat setempat.

Page 148: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

148

5. Peran Pemerintah (Government)

Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal utama (Subadra, 2006),

yaitu; Perencanaan (planning), Pembangunan (development), Pengeluaran

kebijakan (policy), dan Pembuatan dan penegakan peraturan (regulation).

Dalam kenyataannya, pemerintah belum menaruh perhatian terhadap

pentingnya industri kreatif untuk membangun kepariwisataan di kawasan

Gunung Api Batur, Bali. Selama ini sebagian besar pengunjung yang datang

ke kawasan pariwisata Gunung Api Batur hanya untuk sekedar melihat-lihat

(menikmati pemandangan), foto-foto, dan melakukan aktivitas wisata yang

sangat biasa. Tidak ada alasan lain selain karena potensi sumber daya alam

yang ada (pemandangan dan atmosfer) untuk menjadi daya tarik ataupun

daya beli yang cukup menarik bagi wisatawan untuk tinggal lebih lama dan

daya untuk spending money bagi wisatawan di kawasan Gunung Batur masih

sangat kecil. Pemerintah belum memiliki perencanaan (planning),

pembangunan (development), pengeluaran kebijakan (policy), serta

pembuatan dan penegakan peraturan (regulation) untuk pembangunan

industri kreatif di kawasan pariwisata Gunung Api Batur Bali.

E. ANALISIS PENGELOLAAN OLEH DMO

1. Melakukan Koordinasi, Kemitraan, dan Jejaring;

DMO berfungsi untuk mengkoordinasikan berbagai kepentingan

diantara pemangku kepentingan dan mengembangkan kegiatan atau program

pengembangan jejaring wisatawan.

Berdasarkan hasil peninjauan, untuk koordinasi ke berbagai pemangku

kepentingan telah dilakukan, namun untuk kemitraan dan jejaring kerjasama

Page 149: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

149

antar pemangku kepentingan dengan masyarakat lokal masih belum terjalin

dengan baik. Dari keadaan aktual tersebut, maka tim peneliti menilai untuk

koordinasi, kemitraan dan jejaring antar pihak DMO dan pemangku

kepentingan masyarakat belum mencapai kesesuaian.

2. Melakukan Konsultasi dan Advokasi

DMO berfungsi untuk merencanakan program strategis yang ditujukan

untuk menciptakan kebijakan politik yang bermanfaat bagi masyarakat atau

mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan

masyarakat. Fungsi advokasi DMO adalah membangun basis dukungan

masyarakat lokal bagi penegakan dan penerapan kebijakan pembangunan

pariwisata untuk kepentingan publik.

Berdasarkan hasil peninjauan, koordinasi dengan masyarakat lokal

masih belum optimal ditandai dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk

turut serta dalam menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi

wisatawan yang berkunjung ke kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali.

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya penjual souvenir di kawasan

penelokan yang memaksa wisatawan untuk membeli barang mereka.

Kejadian tersebut dapat mengganggu kenyamanan wisatawan yang sedang

berkunjung.

3. Melakukan Pembenahan Fasilitas Standar Pelayanan

DMO berfungsi untuk meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan,

untuk itu maka DMO perlu menyusun program dan kegiatan yang bertujuan

untuk meningkatkan fasilitas standar pelayanan. Fasilitas yang dimaksudkan

Page 150: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

150

adalah adanya fasilitas yang berfungsi sebagai pelengkap dan untuk

memenuhi kebutuhan wisatawan yang bermacam-macam.

Berdasarkan hasil peninjauan, pembenahan fasilitas standar pelayanan

di kawasan Gunung Api Batur belum sepenuhnya terbenahi ditandai dengan

kurangnya brosur, toilet umum, fasilitas telekomunikasi, dan sebagainya.

4. Melakukan Penelitian

DMO berfungsi untuk melakukan penelitian-penelitian untuk

mengembangkan program dan kegiatan pengembangan produk dan pasar

wisata termasuk program dan kegiatan monitoring.

Berdasarkan hasil peninjauan, penelitian untuk mengembangkan

program dan kegiatan pengembangan produk wisata telah banyak dilakukan,

tetapi belum banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat sejauh mana

perkembangan industri kreatif yang terdapat di kawasan pariwisata Gunung

Api Batur, Bali.

5. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat

DMO berfungsi untuk mengembangkan program dan kegiatan yang

melibatkan masyarakat lokal dalam proses pembangunan dan pengembangan

pariwisata setempat. Program atau kegiatan tersebut hendaknya dapat

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan wisata.

Berdasarkan hasil peninjauan, sudah terdapat perencanaan program

pengembangan dan kegiatan yang melibatkan masyarakat lokal, namun

belum terlaksana sepenuhnya, dikarenakan masih banyak masyarakat lokal

yang belum terkoordinir dengan baik.

Page 151: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

151

6. Menyelenggarakan Pemasaran

DMO memiliki ruang lingkup untuk menyusun program dan kegiatan

pengembangan produk, pengemasan, dan inovasi produk, promosi dan

penjualan, pengembangan kerjasama dan distribusi produk dengan para

supplier. Kegiatan pemasaran meliputi identifikasi pasar sasaran,

pembentukan citra, segmentasi pasar, pembentukan logo, tema dan kegiatan

periklanan.

Berdasarkan hasil peninjauan, penyusunan program kegiatan

pemasaran sudah dilakukan, namun belum terlihat pelaksanaannya dengan

jelas.

7. Melakukan Promosi Investasi

DMO bertujuan untuk membuat program dan kegiatan pengembangan

investasi dan peningkatan modal keuangan melalui perluasan kerjasama

dalam dan luar negeri dalam bentuk pendanaan, pinjaman, pajak, konsesi,

dan yang mampu menstimulasikan para investor untuk terlibat dalam

implementasi pengembangan destinasi pariwisata sesuai dengan rencana

strategis yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil peninjauan, kegiatan promosi investasi di daerah

gunung batur masih belum optimal ditandai dengan masih banyaknya

kawasan yang belum terkelola dengan baik.

8. Melakukan Penyusunan Program-program Inovasi tentang

Destinasi/ Program Manajer/ Event Generator

DMO bertujuan untuk mendukung dan mengembangkan program-

program pariwisata yang inovatif untuk membangun keunggulan kompetitif

Page 152: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

152

dalam persaingan global. Program inovatif dapat membangkitkan para pelaku

pariwisata untuk terus mengembangkan produk-produk pariwisata yang

berpotensi memiliki daya jual tinggi.

Berdasarkan hasil peninjauan, penyusunan program-program inovasi

tentang destinasi/program manajer/event generator belum terlihat,

dikarenakan aktivitas wisatawan di kawasan Gunung Api Batur selama ini

sangat monoton, sebagian besar wisatawan hanya sekedar datang untuk

berkunjung saja.

9. Menerapkan Krisis Manajemen

Program dan kegiatan DMO bertujuan untuk menghasilkan suatu

rencana tindakan yang bersifat proaktif dan efektif terhadap dampak krisis

yang ditimbulkan dalam upaya efisiensi dan produktivitas pemulihan citra

destinasi pariwisata termasuk perbaikan kondisi lingkungan baik fisik

maupun non fisik (social budaya dan kesehatan).

Berdasarkan hasil peninjauan, rencana tindakan yang bersifat proaktif

dan efektif terhadap dampak krisis yang ditimbulkan sudah ada, namun untuk

saat ini kondisi lingkungan baik fisik maupun non fisik (sosial budaya dan

kesehatan) masih dalam tahap yang wajar, dapat dilihat dari segi sosial

budaya dan kesehatan yang ada di kawasan Gunung Api Batur, Bali sampai

saat ini masih baik-baik saja. Masyarakat masih tetap menjaga dengan utuh

lingkungan sosial dan budayanya, sehingga penerapan krisis manajemen

untuk saat ini belum begitu terlihat.

Page 153: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

153

BAB VI. KESIMPULAN DAN

REKOMENDASI.

A. KESIMPULAN

1. Industri Kreatif di Gunung Api Batur

Industri Kreatif tidak hanya mengandalkan Sumber Daya Alam sebagai

modal utama industri, namun turut serta mengandalkan pemanfaatan dari

kreativitas, keterampilan, serta bakat individu sebagai modal utama didalam

pelaksanaannya. Oleh karena itu didalam kegiatan Industri Kreatif

memerlukan Pekerja Kreatif untuk memanfaatkan Sumber Daya Alam yang

terdapat di Kawasan pariwisata Gunung Api Batur secara maksimal guna

mendapatkan value lebih dari produksi yang dihasilkan. Kondisi Sumber

Daya Alam yang terdapat di kawasan pariwisata Gunung Api Batur Industri

Kreatif.

Sumber Daya Alam yang tersedia berupa hutan pohon siwalan di Desa

Songan yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan berupa daun lontar,

bahan baku perak yang dijadikan perhiasan, panorama alam yang indah yang

sering di jadikan sebagai latar dari perfilman maupun periklanan.

Masyarakat di kawasan pariwisata Gunung Api Batur sudah memiliki

keterampilan didalam kegiatan Industri Kreatif seperti terdapat penari-penari

di dalam pementasan tarian adat, pewayangan, pelukis, pemahat patung,

pengerajin perhiasan, pengerajin souvenir, permusikan.

Page 154: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

154

Mayoritas dominan jenis Industri kreatif yang terdapat di kawasan

pariwisata Gunung Api Batur berupa kerajinan pembuatan perhiasan yang

terbuat dari perak, pembuatan patung yang terbuat dari kayu, pembuatan

souvenir, dan seni pertunjukan berupa tarian dan wayang.

Page 155: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

Tabel 6.1. POTENSI INDUSTRI KREATIF DI KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR, BALI

Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012

Dimensi

(X₁) Sektor Industri Kreatif

Nama Desa

Batur

Utara

Batur

Selatan

Batur

Tengah Pinggan

Kintama-

ni

Songan

A

Songan

B Kedisan Trunyan Buahan Suter

Abang

Songan

Abang

Batudind-

ing

Pote

nsi

In

du

stri

Kre

ati

f d

i K

aw

asa

n P

ari

wis

ata

Gu

nu

ng A

pi

Batu

r, B

ali

Penerbitan dan

Percetakan Ada Ada

Film, Video, Fotografi

TV dan Radio Ada Ada Ada Ada

Periklanan Ada Ada Ada

Musik Ada Ada Ada Ada

Kuliner Ada Ada

Seni Pertunjukan Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

Pasar Barang Seni Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

Kerajinan Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

Fesyen Ada Ada Ada

Desain Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

Arsitektur Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

TI dan Piranti Lunak

Permainan Interaktif Ada

Riset dan

Pengembangan Ada Ada

Total Sektor Industri

Kreatif

8 5 6 4 3 7 7 2 5 10 5 4 4

70

Page 156: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

156

2. Aktivitas Wisata di Gunung Api Batur

Kawasan pariwisata Gunung Api Batur telah memilki aneka ragam

aktivitas wisata bagi para wisatawan yang datang berkunjung. Dengan

dominasi yaitu Wisata Budaya dan Kuliner. Hal ini dapat dilihat dari Tabel

6.1. berikut ini:

Tabel 6.2. TABEL JUMLAH AKTIVITAS WISATA YANG TELAH

BEROPERASI DI KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR,

BALI

Jenis Wisata Jumlah ODTW Lokasi

Wisata Budaya 3

Pura Ulun Danu Batur Selatan

Pura pancering jagat Trunyan

Makam Trunyan Trunyan

Wisata

Kesehatatan 2

Pura Ulun Danu Batur Selatan

Toya Bungkah Batur Selatan

Wisata Olahraga 2 Danau Batur Kecamatan Kintamani

Gunung Api Batur Kecamatan Kintamani

Wisata Rekreasi 2 Danau Batur Kecamatan Kintamani

Panelokan Batur Selatan

Wisata

Petualangan 1

Gunung Api Batur Kecamatan Kintamani

Widiawisata 1 Museum Gunung Api

Batur

Batur Selatan

Wisata Kuliner 3

Ikan Mujair Batur Utara, Tengah,

Selatan

Terong Belanda Kecamatan Kintamani

Kopi Luwak Kecamatan Kintamani

Agro Wisata 2 Kopi Kecamatan Kintamani

Jeruk Siam Kecamatan Kintamani

Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012

Menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani (2007:13-14)

ada 15 kategori wisata, dimana kondisi aktual yang ditemukan dilapangan

adalah 8 kategori kegiatan wisata yang telah berjalan di kawasan pariwisata

Gunung Api Batur. Dimana aktivitas wisata yang paling banyak terjadi di

Desa Batur Selatan dan sekitarnya. Sedangkan untuk kategori wisata yang

paling banyak ialah wisata budaya dan wisata kuliner.

Page 157: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

157

3. Pengelolaan Industri Kreatif di Kawasan Gunung Api Batur

Peran stakeholder dalam membangun sektor Industri Kreatif sangatlah

penting. Selama ini sektor Industri Kreatif masih dipandang dengan sebelah

mata. Pelaku pengelola ataupun stakeholder seharusnya berperan penting

untuk dapat membangun sektor Industri Kreatif di kawasan Gunung Api

Batur.

Untuk pemerintah sendiri sebagai perencana, pembangun, pengeluar

kebijakan, dan pembuat juga penegak peraturan, belum secara maksimal

dalam menjalankan fungsinya. Kurangnya antusias dari masyarakat setempat

untuk membangun Industri Kreatif di kawasan pariwisata Gunung Api Batur

dikarenakan masyarakat belum memiliki kemahiran dan kreatifitas khusus

untuk menciptakan industri yang baru. Kemudian masyarakat setempat

cenderung takut untuk memulai usaha baru dikarenakan susahnya

mendapatkan permodalan dan juga tidak adanya keyakinan dari masyarakat

setempat bahwa usaha tersebut akan berhasil. Disini peran akademisi

seharusnya dapat mendorong keinginan masyarakat dengan cara memberikan

pengarahan berdasarkan pengamatan khusus yang dilakukan sehingga dapat

menghasilkan pemetaan yang berfungsi untuk mengetahui potensi apa saja

yang dapat digali untuk membangun sektor Industri Kreatif serta

memberitahukan manfaat apa yang akan masyarakat dapatkan dari hasil

Industri Kreatif, dan memberikan antisipasi apa yang akan dilakukan jika

ancaman datang. Kemudian belum terdapat lembaga pengelola yang secara

khusus menangani sektor Industri Kreatif.

Page 158: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

158

B. REKOMENDASI

Dalam laporan ini kami sertakan pula hasil analisis yang telah kami rangkum

menjadi beberapa rekomendasi yang bersifat konseptual maupun bersifat usulan

secara teknis di lapangan. Rekomendasi ataupun saran yang tim sajikan dibagi

menjadi 3 kaegori, yaitu: Pengelolaan Industri Kreatif di Gunung Api Batur,

Arahan Pengembangan Aktivitas Wisata di Gunung Api Batur, dan Usulan Teknis.

Paparannya adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan Industri Kreatif di Gunung Api Batur

Dalam pengembangan potensi Industri Kreatif di Kawasan Pariwisata

Gunung Api Batur harus memiliki tiga aktor utama yang bersinergi sebagai

penggerak Industri Kreatif yaitu pihak cendekiawan, pemerintah, dan pelaku

bisnis.

Peran cendekiawan di dalam pengembangan potensi Industri Kreatif di

Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur seharusnya memberikan pelatihan

kepada masyarakat bagaimana memaksimalkan inovasi dari ide kreatifitas

suatu hasil dari jenis industri kreatif yang terdapat di Kawasan Pariwisata

Gunung Api Batur agar kualitas dari hasil produk tersebut di minati oleh

wisatawan.

Peran Pemerintah daerah di dalam pengembangan potensi Industri

Kreatif di Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur harus mendukung sebagai

katalisator dan Advokasi di dalam kebijakan regulasi kegiatan Industri

Kreatif di Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur. Selain itu pemerintah

daerah juga harus mendukung dari Aspek penghargaan dari insan kreatif dan

Page 159: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

159

perlindungan hak cipta dari hasil ide kreativitas yang di hasilkan oleh

masyarakat.

Peran Pelaku Usaha memberikan lapangan kerja khususnya kepada

masyarakat di Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur agar dapat

meningkatkan kesejahteraan dari kegiatan Industri Kreatif, selain itu Pelaku

Usaha sebagai pembentuk dari komunitas dari Industri Kreatif berkeja sama

di dalam segi promosi dan distribusi agar pengembangan Industri Kreatif di

Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur berjalan dengan baik.

Dalam pengelolaan Industri Kreatif diperlukan keterlibatan

stakeholders utama di dalam mengembangkan potensi Industri Kreatif di

kawasan Gunung Api Batur, Bali. Stakeholders utama yang terlibat di dalam

pengelolaan Industri Kreatif di kawasan Gunung Api Batur, yaitu:

Pemerintah Daerah Kab.Bangli, Masyarakat, dan DMO.

a. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli

Peran Pemerintah daerah Kabupaten Bangli di dalam

pengembangan potensi Industri Kreatif di Kawasan Pariwisata

Gunung Api Batur harus mendukung sebagai katalisator dan

advokasi di dalam kebijakan regulasi kegiatan Industri Kreatif di

Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur. Selain itu pemerintah

daerah Kabupaten Bangli juga harus mendukung dengan bentuk

apresiasi bagi insan-insan kreatif dan memberikan perlindungan

hak cipta dari hasil ide kreativitas yang di hasilkan oleh

masyarakat atau pelaku Industri Kreatif.

Page 160: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

160

b. Masyarakat

Peran masyarakat sangatlah penting di dalam pengelolaan

Industri Kreatif, terutama di dalam menggerakan Industri Kreatif

sebagai pelaku usaha.

Peran pelaku usaha memberikan lapangan kerja khususnya

kepada masyarakat di Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur agar

dapat meningkatkan kesejahteraan dari kegiatan Industri Kreatif, selain

itu Pelaku Usaha sebagai pembentuk dari komunitas dari Industri

Kreatif berkeja sama dalam kegiatan promosi dan distribusi agar

pengembangan Industri Kreatif di Kawasan Pariwisata Gunung Api

Batur berjalan dengan baik.

c. DMO

Dalam pengelolaan Industri Kreatif peran cendekiawan sangatlah

penting untuk pengembangan Industri Kreatif. Terutama di dalam

pengembangan inovasi produk Industri Kreatif di perlukan kajian

penelitian selanjutnya mengenai diversifikasi produk yang telah

teridentifikasi oleh tim peneliti DMO tahun 2012.

Selain itu dalam pengelolaan Industri Kreatif kedepan, perlu dibangun

suatu kelompok/organisasi pengelola Industri Kreatif yang ada di kawasan

Gunung Api Batur, Bali.

Pengelolaan (manajemen), menurut Leiper (1990: 256), “merujuk

kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang

Page 161: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

161

melekat pada peran tersebut”. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Planning (Perencanaan)

Merencanakan pengelolaan industri kreatif yang terdapat di

kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali dengan melihat

segala potensi yang telah ada, dan dengan melibatkan seluruh

stakeholders yang ada.

b. Directing (Mengarahkan)

Memberikan pengarahan dan membuat program pelatihan untuk

meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas masyarakat dalam

menciptakan industri-industri baru yang dapat meningkatkan

aktivitas pariwisata di kawasan Gunung Api Batur, Bali.

c. Organizing (termasuk Coordinating)

1) Menjaga agar semua program yang telah direncanakan dapat

dilaksanakan dan dikomunikasikan dengan baik pada seluruh

pemangku kepentingan.

2) Meningkatkan kegiatan promosi industri kreatif yang telah ada

dengan mengadakan event kepariwisataan.

3) Membentuk kerjasama antar pelaku industri kreatif dengan

asosiasi kepariwisataan lainnya.

d. Controlling (Pengawasan)

1) Menyusun instrumen controlling dan evaluasi terhadap program

penyelarasan baik secara parsial per program maupun secara

komprehensif

Page 162: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

162

2) Melakukan controlling dan evaluasi terhadap semua program

penyelarasan baik secara parsial maupun komprehensif

3) Menyusun laporan hasil controlling dan evaluasi yang memuat

rekomendasi perbaikan atas pelaksanaan setiap program

4) Menyusun laporan hasil controlling dan evaluasi terhadap hasil

pencapaian kinerja secara komprehensif diseluruh pelaksanaan

program penyelarasan.

2. Arahan Pengembangan Aktivitas Wisata

Pembenahan kualitas pelayanan para service deliver di kawasan

pariwisata Gunung Api Batur, terutama para pedagang asongan yang berada

di sekitar Panelokan. Perlu adanya seleksi untuk mendapatkan perijinan

dagang di kawasan Panelokan. Dengan penseleksian pedagang secara

otomatis terdaftar dan dapat diikat dengan peraturan-peraturan yang dapat

memberikan kenyamanan bagi wisatawan, namun tetap dapat memberikan

Penegasan dalam tindak disiplin bagi pedagang yang bertindak berlebihan.

Meningkatkan kegiatan promosi kawasan pariwisata Gunung Api Batur

dengan langkah-langkah; Mengangkat hal-hal positif dan memiliki nilai jual

yang baik dimata konsumen, yang pernah terlaksana di kawasan pariwisata

Gunung Api Batur. Sebagai contoh membuat brosur atau media promosi

lainnya dengan menyertakan keunggulan destinasi ini kepada wisatawan.

Page 163: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

163

Melakukan sosialisasi dan himbauan melalui pendekatan secara adat

tentang pentingnya kebersihan lingkungan. Terutama kebersihan di

lingkungan wisata, tentunya hal ini didukung dengan fasilitas yang memadai

dan mampu mencakupi seluruh kawasan pariwisata Gunung Api Batur.

3. Usulan Teknis

Adapun beberapa rekomendasi berupa ide dan gagasan yang dihasilkan

berdasarkan hasil wawancara, observasi, basis data, dan diskusi secara

produktif perihal aktivitas wisata yang potensial dan aktivitas wisata

alternatif terbarukan, yang terangkum sebagai berikut;

a. Skala Kecil – Menengah:

Membuat atau merekomendasikan kepada Travel Agent yang

sering menjual paket kawasan pariwisata Kintamani untuk

membuat paket khusus mengunjungi tempat-tempat yang

menjadi lokasi syuting film-film ternama paket ini dapat

melibatkan daerah lain diluar kawasan pariwisata Gunung Api

Batur. Seperti menjual paket khusus untuk mengunjungi lokasi

syuting film Eat Pray Love dimana ide ini terinspirasi dari

kegiatan wisata yang ada di Korea Selatan.

b. Skala Menengah – Besar:

Menyediakan sarana secara bertahap untuk keperluan

penyelenggaraan event dan MICE berskala sedang dengan kapasitas

yang memadai berkisar antara 1.000 s/d 5.000 orang dimana

perhitungan ini didasari jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke

Kintamani dalam kurun waktu satu tahun, yaitu 462.954 orang/tahun

Page 164: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

164

(2005-2010) yang artinya ada sekitar 1.200 orang berkunjung ke

Kintamani setiap harinya. Sarana ini dapat digunakan sebagai galeri

hasil kesenian terbaru hasil olahan pengerajin-pengerajin dan seniman

yang ada di Kabupaten Bangli pada umumnya dan kawasan pariwisata

Gunung Api Batur khususnya (Exhibition). Dengan harapan akan

memicu tumbuhnya kreativitas dan nilai jual hasil seni yang dihasilkan.

Selain itu akan menarik minat khusus wisatawan terhadap seni.

Gambar 6.1. ILUSTRASI DESAIN CONVENTION HALL UNTUK

KAWASAN API BATUR (TAMPAK DEPAN)

Sumber: Google.com. Diakses Maret 2013

Gambar 6.2. ILUSTRASI DESAIN INTERIOR CONVENTION

HALL UNTUK KAWASAN API BATUR

Sumber: Google.com. Diakses Maret 2013

Page 165: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

165

Selain itu kawasan pariwisata Gunung Api Batur dengan

panorama dan cuaca yang sejuk cocok untuk melaksanakan pertemuan

bisnis (Meeting), Incentive Tour dan Program, penyelenggaraan konser

musik seperti yang dilaksanakan di Gunung Bromo (Jazz Gunung

Bromo) beberapa waktu silam juga bagus diterapkan di kawasan

tersebut. Selain itu kegunaan Hall ini adalah untuk mengembangkan

dan menginterpretasikan kesenian seperti seni musik dan tarian-tarian

yang ada di masing-masing desa. Seperti musik Angklung Bali yang

dapat dikembangkan seperti halnya Saung Angklung Udjo di Bandung,

Jawa Barat. Tentunya upaya-upaya ini diutarakan dengan harapan dan

tujuan meningkatnya length of stay, aktivitas wisata, juga spend of

money dari wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan pariwisata

Gunung Api Batur, dimana selama ini hanya rata-rata lama kunjungan

adalah kurang dari 1 hari.

Page 166: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

166

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Kathleen, M. 2006. “Art as Politics: Re-crafting Identities, Tourism, and

Power in Tana Toraja, Indonesia”. United State of America (USA):

University of Hawai’i Press.

Ann Frew, Elspeth. 2000. “Industrial Tourism: A Conceptual and Empirical

Analysis” (Tesis). Belanda: Victoria University of Technology.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2011. “Indeks Rawan Bencana

Indonesia”. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli. 2012. “Kecamatan Kintamani dalam

Angka 2011”. Bali, Kabupaten Bangli: Arysta Jaya.

---------------------------------------------------------. “Bangli Dalam Angka 2011”.

Bali, Kabupaten Bangli: Arysta Jaya.

--------------------------------------------------------. “Bangli Dalam Angka 2012”. Bali:

Kabupaten Bangli: Arysta Jaya.

Beeton, Sue. 2005. “Film-Induced Tourism”. Toronto: Channel View Publications.

Buckley, R. 2001. “Nature-Based Tourism, Environment and Land Management”.

London: CABI International Pubishing.

Dewi, Cokorda Istri. 2009. “Industri Kreatif Sebagai Stimulus Perekonomian

Indonesia” (Slide Show). Yogyakarta.

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata KEMENBUDPAR. 2011.

“Masterplan Pengembangan Kawasan Pariwisata Kaldera Gunung Api

Batur”. Jakarta.

-------------------------------------------------------------------------------------------. 2011.

“Pedoman Pembentukkan dan Pengembangan DMO”. Jakarta.

Elgar, Edward. 2011. “Entrepreneurship and the Creative Economy”. United

Kingdom: Edward Elgar Publishing Limited.

Ivanov, Stanislav.& Rossitza Ohridska-Olson. 2010. “Creative Tourism in

Bulgaria”. Bulgaria: Bulgaria str. 9300 Dobrich.

Page 167: Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

167

Karya Indonesia “KINA”. 2011. “Industri Kreatif Punya Potensi Besar, Menopang

Ekonomi Nasional”, edisi 3-2011. Jakarta: Gedung Kementerian

Perindustrian.

Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P-P2PAR). 2008. “Industri

Kreatif”. Bandung.

Pusparini, Hesti. 2011. “Startegi Pengembangan Industri Kreatif di Sumatera

Barat”. Padang: Universitas Andalas Padang.

Simatupang, Togar M. 2008. “Industri Kreatif Indonesia” (Slide Show). Bandung.

Sulaiman, Samsudin. 2005. “Metodologi Penelitian”. Bandung: Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung.

UNESCO. 2000. “Understanding Industri Creative”. United State (USA): Global

Alliance for Cultural Diversity.

http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/06/produk-pariwisata-tourism-

product.html.

http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-industri-menurut-para-

ahli.html.

http://id.wikipedia.org/wiki/ekonomi. 23 Mei 2012.