Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) pada bulan November 1999 melaporkan hampir 600.000 ibu hamil dan bersalin meninggal setiap tahun di seluruh dunia. Peristiwa ini sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia (Nation, 2003). Berdasarkan survey WHO pada tahun 1997 AKI di Indonesia 373/100.000 (Manuaba, 1998), sedangkan menurut Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 AKI di Indonesia masih berada pada angka 307/100.000 dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih berada pada kisaran 20/1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2004). Angka kematian ibu bersalin di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 373/100.000. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap angka kematian ibu adalah terjadinya infeksi post partum karena penanganan keperawatan yang kurang memadai baik pada saat persalinan maupun perawatan sendiri oleh ibu di rumah. Hal ini diduga karena kurangnya pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan perineum secara mandiri, Penyebab kematian maternal yang terpenting di Indonesia seperti halnya di negara lain 95% disebabkan trias klasik, yaitu perdarahan, preeklamsi dan eklamsi, serta infeksi. Kematian dan kesakitan ibu juga berkaitan dengan pertolongan
45
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: postpartum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) pada bulan November 1999 melaporkan hampir

600.000 ibu hamil dan bersalin meninggal setiap tahun di seluruh dunia. Peristiwa ini

sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia (Nation, 2003). Berdasarkan

survey WHO pada tahun 1997 AKI di Indonesia 373/100.000 (Manuaba, 1998), sedangkan

menurut Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 AKI di Indonesia

masih berada pada angka 307/100.000 dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih berada pada

kisaran 20/1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2004).

Angka kematian ibu bersalin di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 373/100.000. Salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap angka kematian ibu adalah terjadinya infeksi post partum

karena penanganan keperawatan yang kurang memadai baik pada saat persalinan maupun

perawatan sendiri oleh ibu di rumah. Hal ini diduga karena kurangnya pengetahuan ibu

dalam melakukan perawatan perineum secara mandiri,

Penyebab kematian maternal yang terpenting di Indonesia seperti halnya di negara lain

95% disebabkan trias klasik, yaitu perdarahan, preeklamsi dan eklamsi, serta infeksi.

Kematian dan kesakitan ibu juga berkaitan dengan pertolongan persalinan dukun sebanyak

80% dan berbagai faktor sosial budaya dan faktor pelayanan medis (Manuaba, 1998). Infeksi

atau sepsis puerperalis menyebabkan 15% dari seluruh kematian ibu yang terjadi di negara

berkembang, jika tidak menyebabkan kematian sepsis puerperalis dapat menyebabkan

masalah-masalah kesehatan menahun seperti penyakit radang panggul kronis (Pelvic

Inflammatory Disease) dan infertilitas (Maryunani, 2002).

Hasil penelitian Florentina (2000) di Kabupaten Lombok Propinsi Nusa Tenggara

Barat menunjukkan bahwa kejadian demam nifas masih relatif tinggi (23%), dari seluruh

demam nifas 46% dapat diidentifikasi sebagai infeksi (Sustini, 2000). Gambaran yang

diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa kejadian infeksi nifas disebabkan oleh penolong

persalinan yang tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menolong persalinan, lama

Page 2: postpartum

persalinan lebih dari 24 jam, ibu melakukan pengasapan pasca persalinan, anemia sewaktu

ibu hamil. Demam nifas merupakan manifestasi dari infeksi nifas, jika tidak diobati secara

tepat dan cepat dapat berlanjut menjadi sepsis nifas dan kematian maternal.

Salah satu faktor penyebab terjadinya infeksi nifas berasal dari jalan lahir itu sendiri,

misalnya bekas tempat plasenta lengket di dalam rahim masih terbuka, adanya luka pada

vagina karena robek atau karena tindakan episiotomi. Daya tahan tubuh yang rendah

ditunjang perawatan yang kurang baik dan kebersihan yang kurang terjaga menyebabkan

kuman-kuman pada jalan lahir tersebut terutama di vagina yang tadinya bersifat tidak

patogen bisa berubah menjadi patogen. Kondisi ini akan diperparah oleh luka pada jalan lahir

tersebut yang merupakan media yang amat baik untuk berkembang biaknya kuman (Masjhur,

2004). Episiotomi dilakukan untuk mencegah regangan yang berlebihan pada otot dasar

panggul karena hal ini dapat menimbulkan robekan jalan lahir yang merupakan faktor resiko

terjadinya infeksi post partum.

Kematian maternal seharusnya tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu

sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, seperti pemeriksaan kehamilan,

pemberian gizi yang memadai, peningkatan kesehatan ibu melahirkan dan lain-lain, karena

itu upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas

utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2015.

Page 3: postpartum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MASA NIFAS

1. Definisi Masa Nifas

Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-

organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan

waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001:122)

Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir

setelah kira-kira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999: 237)

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini

yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam, 1998:115)

2. Aspek Klinis dan Fisiologi Masa Nifas

a. Perubahan pada uterus

Perubahan pada pembuluh darah uterus

Setelah melahirkan, caliber pembuluh darah ekstrauterin berkurang sampai

mencapai, atau paling tidak, mendekati keadaan sebelum hamil. Pembuluh

darah dalam uterus mengalami obliterasi akibat perubahan hialin, dan

pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil menggantikannya.

Perubahan pada serviks dan segmen bawah rahim

Tepi luar serviks, yang berhubungan dengan os eksternum,

biasanyamengalami laserasi terutama dibagian lateral. Ostium serviks

berkontraksi perlahan, dans etelah beberapa hari pasca persalinan, ostium

Page 4: postpartum

serviks hanya dapat ditembusoleh dua jari. Pada akhir minggu pertama,

ostium telah menyempit. Os ekternum tidak dapat sepenuhnya kembali ke

penampakan sebelum hamil. Os ini tetap agak melebar, dan depresi bilateral

pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan permanen yang menjadi cirri

khas serviks para. Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup

bermakna akan berkontraksi dan tertarik kembali, tetapi tidak sekuat pada

korpus uteri.

Involusi korpus uteri

Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus korpus uteri berkontraksi terletak

kira-kira sedikit dibawah umbilicus.uterus nifas pada potongan tampak

iskemik. Setelah 2 hari pertama, uterus mulai meyusut, sehingga dalam 2

minggu organ ini telah turun ke rongga panggul. Organ ini mencapai ukuran

sebelum hamil dalam waktu sekitar 4 minggu.

Nyeri pasca melahirkan

Pada primipara, uterus nifas cederung tetap berkontraksi secara tonis. Uterus

sering berkontraksi hebat dalam interval-interval tertentu, terutama pada

multipara, sehingga meyebabkan nyeri pasca melahirkan. Nyeri ini biasa

berkurang intensitasnya setelah 3 hari PP.

Lokhia

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri vagina dalam masa

nifas. Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2

hari post partum. Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan

lendir, hari 3 – 7 post partum. Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak

berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post partum Lochea alba : cairan putih,

setelah 2 minggu. Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah berbau busuk

Regenerasi Endometrium

Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, stratum superficial menjadi

nekrotik, dan terkelupas bersama lokia. Stratum basal yang bersebelahan

Page 5: postpartum

bersama miometrium tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan

endometrium yang baru.

b. Perubahan pada Traktus Urinarius

Dieresis biasanya terjadi pada hari ke 2 dan ke 5, bahkan bila wanita tersebut

tidak mendapat infuse cairan intra vena yang berlebihan selama persalinan.

Kandung kemih masa nifas mempunyai kapsitas yang bertambah besar dan

relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Overdistensi dan

pengosongan yang tidak sempurna serta urin residual sering dijumpai.

(Cunningham, F Gary. 2005)

B. INFEKSI POSTPARTUM

1. Definisi infeksi postpartum

Infeksi adalah berhubungan dengan berkembangbiaknya mikroorganisme

dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain

Iskandar, 1998)

Infeksi nifas (infeksi peurperium) adalah istilah umum yang digunakan untuk

menjelaskan setiap infeksi bakteri di traktus genitalia setelah melahirkan. Infeksi

nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke

dalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas. (Cunningham, F Gary. 2005)

Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah

persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan

diukur peroral sedikitnya empat kali sehari

Infeksi pascapartum (sepsis peurpureal atau demam setelah melahirkan), ialah

infeksi klinis pada saluran genitalia yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau

persalinan (Bobak, 2004)

2. Etiologi

Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh saat

berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun

saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam

tubuh lewat rahim. Jalan masuk ini antara lain adalah dari penolong sendiri, seperti

alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.

Page 6: postpartum

Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan

seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat

lain dalam tubuh) dan endogen yaitu dari jalan lahir sendiri (Bobak, 2004).

Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob

yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman

yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :

o Streptococcus haemoliticus anaerobic

Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya

eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan

penolong, infeksi tenggorokan orang lain).

o Staphylococcus aureus

Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai

penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang

nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,

walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.

o Escherichia Coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas

pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab

penting dari infeksi traktus urinarius

o Clostridium Welchii

Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.

Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong

oleh dukun dari luar rumah sakit.

BAKTERIOLOGI

Bakteri yang sering menjadi penyebab infeksi genitalia wanita

Aerob Anaerob Lain-lain

Streptococcus group A, B

dan D

Peptococus sp Mycoplasma sp

Enterococus Peptostreptococus sp Chlamydia tracomatis

Page 7: postpartum

Bakteri gram negative: E.

colli, Klebsiela dan

Proteus sp.

Group Bacteriodes fragilis Neisseria gonorrhoeae

S. aureus Clostridium sp

Gardnerella vaginalis Fusobacterium sp

Mobiluncus sp

Data dari The American College of Obstetricians an Gynecologists (1998) dalam Obstetri Williams,

Vol 1

3. Cara terjadinya infeksi nifas

Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:

o Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada

pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam

vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau

alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari

kuman-kuman.

o Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri

yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan

lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar

bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan

dilarang memasuki kamar bersalin.

o Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari

penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa

dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci

hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada

waktu nifas.

o Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali

apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.

(Dewi, Vivian Nanny Lia, 2011)

Page 8: postpartum

4. Faktor Predisposisi Infeksi Nifas

a. Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan

banyak, diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi

lain yaitu pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.

b. Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan

ketuban   pecah   lama,   korioamnionitis,   persalinan   traumatik,   kurang

baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.

c. Tindakan obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominam.

d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam

rongga rahim.

e. Episiotomi atau laserasi.

Factor resiko lain:

a. Kelomok sosioekonomi yang kekurangan

b. Ketuban pecah dini

c. Perbedaan Ras

d. Status gizi

e. Induksi persalinan yang berkepanjangan

f. Kolonisasi bakteri

(Cunningham, F Gary. 2005)

5. Jenis-jenis infeksi Postpartum

Infeksi Uterus

Infeksi uterus postpartum dahulu diberi nama beragam, yaitu endometritis,

endomiometritis, dan endoparametritis. Karena infeksi tidak hanya mengenai

desidua tetapi juga miometrium dan jaringan parametrium. Infeksi uterus relative

jarang terjadi setelah persalinan pervaginan nonkomplikata, tetapi merupakan

masalah besar bagi wanita yang menjalani secio sesaria. Rute lahir merupakan

satu-satunya factor resiko terpenting bagi timbulnya infeksi uterus postpartum.

(Cunningham, F Gary. 2005)

Page 9: postpartum

Endometritis, kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka

bekas insersi plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh

endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak terlalu pathogen, radang

terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah

menjadi nekrosis dan menjadi getah berbau dan terdiri atas keeping-keping

nekrisis serta cairan.

Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dan uterus dapat

dilampaui dan terjadilah penjalaran. Penyebaran dapat terjadi melalui pembuluh-

pembuluh darah menyebabkan Septicemia dan piemia. Pada septicemia kuman-

kuman dari sarangnya di uterus, langsung masuk ke peredaran darah umum

meyebabkan infeksi umum. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada

vena-vena di uterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis

ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii

(trombofebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang

mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke

dalam peredaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain

antaranya ke jantung , paru-paru, otak, ginjal dan sebagainya, dan mengakibatkan

terjadinya abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia.

Parameteritis

Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang ini

biasanya unilatelar. Parameteritis yang dapat terjadi melalui beberapa cara

penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis,

penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar

ligamentum, serta penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat

tinggal terbatas pada ligemntum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua

jurusan. (Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011)

Peritonitis

Peritonitis dapat menyebar melalui pembuluh limfe uterus, paratonitis yang

meluas ke peritoneum, salpingo-ooforotis, meluas ke peritoneum atau langsung

sewaktu tindakan per abdominal. Peritonitis yang terlokalisasi hanya dalam

rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum

Page 10: postpartum

disebut peritonitis umum, dan keadaan ini sangat berbahaya karena dapat

meyebabkan kematian 33 % dari seluruh kematian akibat infeksi. (Dewi, Vivian

Nanny Lia. 2011)

Vulvitis

Pada infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka perineum jaringan sekitarnya

membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak; jahitan mudah lepas dan

luka yang terbuka menjadi ulkus dan meneluarkan pus.

Vaginitis

Infeksi vagina dapat terjadis ecara langsung pada luka vagina atau melalui

perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan

getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Pelebaran dapat terjadi,

tetapi biasanya infeksi tinggal terbatas.

Servisitis

Infeksi serviks sering juga terjadi akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak

gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum

latum dapat menyebabkan infeksi yang menyebar ke parametrium.

(Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011)\

Miometritis (infeksi otot rahim)

Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium adalah

tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan,

perdarahan vaginal dan nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen.

Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum.

Penyakit ini tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari

infeksi yang lebih luas yaitu merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada

wanita dengan endometrium yang meradang dapat menimbulkan metritis akut.

Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan

dan infiltarsi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat

tromboflebitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.

Page 11: postpartum

Syok bakteremia

Infeksi kritis, terutama yang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan

endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama

mereka yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat

imunosupresan, berada pada tingkat resiko tinggi, demikian juga mereka yang

menderita endometritis selama periode pascapartum.

Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti patofisiologi sepsis yang

serius. Ibu yang cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit turun

menjadi subnormal. Kulit menjadi dingin dan lembab. Warna kulit menjadi pucat

dan denyut nadi menjadi cepat. Hipotensi berat dan sianosis peripheral bisa

terjadi. Begitu juga oliguria.

Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi. Biakan darah

menunjukian bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enteric gram negative.

Pemeriksaan tambahan bisa menunjukkan hemokonsentrasi, asidosis, dan

koagulopati. Perubahan EKG menunjukkan adanya perubahan yang

mengindikasikan insufisiensi miokard. Bukti-bukti hipoksia jantung, paru-paru,

ginjal, dan neurologis bisa ditemukan.

Penatalaksanaan terpusat pada antimicrobial, demikian juga dukungan

oksigen untuk menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk

mencegah kolaps vascular. Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal

dipantau dengan ketat. Pengobatan yang cepat terhadap syok bakteremia membuat

prognosis menjadi baik. Dan morbiditas dan mortilitas maternal diturunkan

dengan mengendalikan distrees pernafasan, hipotensi dan DIC (Bobak,

Lowdermilk & Jensen, 2004).

6. Patoflow Infeksi Post Partum

Terlampir

Page 12: postpartum

7. Manifestasi Klinis

a. Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks

Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang

perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak

berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka

terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam

bisa naik sampai 39 - 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.

b. Endometritis

- Peningkatan demam hingga 400C, bergantung pada keparahan infeksi

- Takikardia

- Menggigil dengan infeksi berat

- Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral

- Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual

- subinvolusio

- lokia sedikit, lokia seropurulenta

- Uterus pada endometritis agak membesar

(Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011)

c. Peritonitis

Pelvioperitonitis

- Demam

- Nyeri perut bagian bawah

- Nyeri pda pemeriksaan dalam

- Kavum Douglas menonjol karena adanya abses

Peritonitis umum

- Perut kembung

- Meteorismus

- Paralitik ileus

- Peningkatan suhu tubuh

- Nadi cepat dan kecil

Page 13: postpartum

- Nyeri tekan abdomen

- Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat,

mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies

hippocratica.

- Mortalitas peritonitis umum tinggi.

(Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011)

d. Parametritis

- Peningkatan suhu tubuh

- Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa

nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut

dicurigai terhadap kemungkinan parameteritis

- Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah

uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul

- Bisa tumbuh abses.

- Suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai

dengan menggigil.

- nadi cepat, dan perut nyeri

- parametrium yang kaku.

(Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011)

8. Pemeriksaan untuk Infeksi postpartum

Pemeriksaan diagnostik

a) Golongan darah menentukan RH, ABO, dan pencocokan silang.

b) Jumlah darah lengkap menunjukan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel

darah putih (perpindahan kekiri dan peningkatan laju sedimentasimenunjukkan

infeksi ).

c) Urinalitas : memastiakn kerusakan kandung kemih

Page 14: postpartum

d) Profil koagulasi : peningkatan degradasi kadar produk fibrin/produk split fibrin

( FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen masa tromboplastin parstial

(APTT/PTT) masa protrombin memanjang KID.

e) Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.

Pemeriksaan Laboratorium

a) Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12- 24 jam post partum (jika Hb < 10 g%

dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.

b) Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

c) Dilakukan pemeriksaan Urine pada ibu post partum yang mengalami infeksi

pada saluran kemih

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang :

a) Status persalinan

b) Monitor tanda – tanda vital

c) Pemeriksaan alat genital / organ reproduksi

d) Pembengkakan

e) Keluar getah/ cairan berbau, kental/ encer

f) Pemeriksaan swab vagina

g) Test darah

9. Penatalaksanaan

a. sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari secret vagina, luka operasi,

dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam

pengobatan

b. berikan penicillin dalam dosis tinggi atau antiboatika spectrum luas (brood

spectrum ) seperti ampicillin karena hasil pemeriksaan membutuhkan waktu

yang cukup lama

c. kombinasi tetracycline dan penicillin G dalam dosis tinggi IV sangat efektif

terhadap infeksi nifas, sedangkan dibagian obsetri dan genikologi FKUI/RSCM

diapakai chlorampenikol dengan hasil cukup memuaskan

Page 15: postpartum

d. transfusi darah diperlukan untuk mempertinggi daya tahan tubuh penderita

Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotik

a. Kemasan sulfonamide

Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 mg, sulfamerazin 130 mg,

dan sulfatiozol 185 mg. Dosis inisial 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian

peroral. Sedian dapat berupa septrin tablet biasa atau forte, bactrim dan dan

lain-lain

b. Kemasan penisilin

Prokain-penisilin 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM penisilin G 500.000 satuan

setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah dengan ampisilin

kapsul 4x250 mg peroral atau kemasan-kemasan penisilin lainnya

c. tetrasiklin, eritromisin, kloramfenikol

jangan diberikan politerapi antibiotika yang sangat berlebihan karena itu

perhatikan hasil pembiakan apusan vagina, serviks atau luka dan uji kepekaan

terhadap kemoterapi dan antibiotic

10. Pencegahan

a. SELAMA KEHAMILAN

Oleh karena anemia merupakan faktor predisposisi untuk infeksi nifas,

harus diusahakan memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting;

karenanya, diet yang baik harus diperhatikan. Koitus pada hamil tua sebaiknya di

larang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi

b. SELAMA PERSALINAN

Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin

masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak

berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan

mencegah terjadinya perdarahan banyak. Demikian pula, semua petugas dalam

kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita

infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin; alat-alat, kain-

Page 16: postpartum

kain yang digunakan dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam

hanya boleh dilakukan jika perlu; indikasi serta kondisi untuk bedah kebidanan

harus dipatuhi. Selanjutnya, terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin

dan transfuse darah diberikan menurut keperluan

c. SELAMA NIFAS

Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada

hari-hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki

kuman-kuman dari luar. Oleh sebab itu, semua alat dan kain yang berhubungan

dengan daerah genital harus suci hama.

Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama di

batasi sedapat mungkin. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan

dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas yang sehat

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INFEKSI

POSTPARTUM

Pengkajian

Dalam hal pengumpulan data (pengkajian), pengumpulan data dasar terdiri dari informasi subjektif dan objektif mencakup berbagi masalah keperawatan yang diidentifikasi pada daftar diagnose keperawatan pada tahun 1992 yang dikembangkan oleh NANDA. Data subjektif yang dilaporkan oleh klien dan orang terdekat, informasi ini meliputi persepsi individu; yaitu apa yang seseorang inginkan untuk berbagi. Namun, perawat perlu memperhatikan ketidak sesuaian yang dapat menandakan adanya faktor-faktor lain seperti kurang pengetahuan, mitos, kesalahan konsep, atau rasa takut.

Page 17: postpartum

Adapun pengkajian yang dapat dilakukan menurut Marilyn E. Doenges yang dimana pengkajian dengan asuhan keperawatan perihal infeksi pospartum (infeksi puerperal) terdiri dari :

a. Identitas klien secara lengkap.

b. Aktivitas atau istirahat.

Malaise, letargi

Kelelahan dan/ atau keletihan yang terus menerus (persalinan

lama, stresor pascapartum multipel)

c. Sirkulasi.

Takikardi dari dengan berat bervariasi

d. Integritas Ego.

Ansietas jelas (peritonitis)

e. Eliminasi.

Diare mungkin ada

Bising usus mungkin tidak ada bila terjadi paralitik ileus

f. Makanan atau cairan.

Anoreksia, mual/muntah

Haus, membran mukosa kering

Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis)

g. Neurosensori.

Sakit kepala

h. Nyeri/Ketidaknyamanan.

Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen

Afterpain berat atau lama, nyeri abdomen bawah atau uterus

serta nyeri tekan dengan guarding (endometritis)

Nyeri/kekakuan abdomen unilateral/bilateral

(salpingitis/ooferitis, parametritis)

i. Pernafasan.

Pernafasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik)

j. Keamanan.

Page 18: postpartum

Suhu : 380C atau terjadi lebih tinggi pada dua hari terus

menerus, diluar 24 jam pascapartum, adalah tanda infeksi;

namun, suhu lebih tinggi dari 38,90C pada 24 jam pertama

menandakan berlanjutnya infeksi

Demam ringan kurang dari 38,90C menunjukkan infeksi insisi;

demam lebih tinggi dari 38,90C adalah petunjuk atau infeksi

lebih berat (misalnya salpingitis, parametritis, peritonitis)

Dapat terjadi menggigil; menggigil berat/berulang (sering

barakhir 30-40 menit), dengan suhu memuncak sampai 400C,

menunjukkan infeksi pelvis, tromboflebitis atau peritonitis

Melaporkan pemantauan internal, pemeriksaan vagina

intrapartum sering, kecerobohan pada teknik aseptik

Infeksi sebelumnya, termasuk human immunodeficiency virus

(HIV)

Pemajanan lingkungan

k. Seksualitas.

Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam atau

lebih)

Retensi produk konsepsi, eksplorasi uterus/pengangkatan

plasenta secara manual, atau hemoragi pascapartum

Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, atau

memisah, dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa

Subinvolusi uterus mungkin ada

Lokea mungkin bau busuk, tidak ada bau (bila infeksi oleh

streptokokus beta hemolitik), banyak, atau berlebihan

l. Interaksi Sosial.

Status sosioekonomi rendah dengan stresor bersamaan

Page 19: postpartum

PENGELOMPOKAN DATA

Data subjektif Data objektif

Klien mengatakan membersihkan

perinium dari belakang ke depan

Klien mengatakan nyeri abdomen

bawah

Klien mengatakan ketuban pecah

lama

Klien mengatakan nyerinya hilang

timbul

Klien mengatakan tidak nafsu makan

Klien mengatakan makanannya habis

setengah porsi

Klien mengatakan badannya terasa

panas

Klien mengatakan mual dan muntah

Klien mengatakan tidak bisa melihat

bayinya setiap saat

Klien mengatakan tidak bisa merawat

bayinya karena sakit

Klien mengatakan memberikan ASI

melalui botol/dot

S : 38,90C

TD : 100/60 mmHg

N : 94x/menit

P : 28x/menit

Klien tampak menggigil

Lokea sedikit berbau dan

banyak

Warna ketuban agak

kehijauan

Klien tampak sering

memegang perutnya

Skala nyeri 4

Lemas

Pucat

Sedih

Hb : 9 g/dl

ANALISA DATA

Masalah Keperawatan

Etiologi Tanda dan Gejala

Risiko tinggi penyebaran infeksi

Kerusakan kulit/jaringan yang trauma, vaskularisasi

DS : Klien mengatakan membersihkan

Page 20: postpartum

tinggi pada area yang sakit

perinium dari belakang ke depan

Klien mengatakan nyeri abdomen

bawah

Klien mengatakan ketuban pecah

lama

DO : S : 38,90C

TD : 100/60 mmHg

N : 94x/menit

P : 28x/menit

Klien tampak menggigil

Lokea sedikit berbau dan banyak

Warna ketuban agak kehijauan

Hipertemia Peningkatan laju metabolisme, penyakit

DS : Klien mengatakan badannya terasa

panas

DO: S : 38,90C

Klien tampak menggigil

Klen tampak berkeringat

Nyeri (akut) Respon tubuh terhadap agen tidak efektif, sifat infeksi

DS : Klien mengatakan nyeri abdomen

bawah

Klien mengatakan nyerinya hilang

timbul

DO : Klien tampak sering memegang

perutnya

Skala nyeri 4

Lemas

Pucat

Page 21: postpartum

S : 38,90C

TD : 100/60 mmHg

N : 94x/menit

P : 28x/menit

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Intake yang tidak adekuat

DS : Klien mengatakan tidak nafsu

makan

Klien mengatakan makanannya

habis setengah porsi

Klien mengatakan mual dan muntah

DO : Pucat

Lemas

Hb : 9 g/dl

Ketidakmampuan menjadi orang tua

Interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik

DS : Klien mengatakan tidak bisa melihat

bayinya setiap saat

Klien mengatakan tidak bisa

merawat bayinya karena sakit

Klien mengatakan memberikan ASI

melalui botol/dot

DO : Lemas

Sedih

Diagnosa Keperawatan

1. Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan

kerusakan kulit/jaringan yang trauma, vaskularisasi tinggi pada area

yang sakit

2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme,

penyakit

Page 22: postpartum

3. Nyeri (akut) berhubungan dengan respon tubuh terhadap agen

tidak efektif, sifat infeksi

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat

5. ketidakmampuan menjadi orang tua berhubungan dengan interupsi

pada proses pertalian, penyakit fisik

Page 23: postpartum

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan KH Interveni Rasional

1. Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan yang trauma, vaskularisasi tinggi pada area yang sakit ditandai dengan:DS : Klien mengatakan

membersihkan

perinium dari

belakang ke depan

Klien mengatakan

nyeri abdomen

bawah

Klien mengatakan

ketuban pecah

lama

DO : S : 38,90C

TD : 100/60 mmHg

Tujuan:Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, penyebaran infeksi tidak terjadi

KH : Klien dapat

membersihkan

perineum dari

depan ke

belakang

Nyeri (-)

Menggigil (-)

Lokea tidak

berbau

S : 370C

TD : 110/80

mmHg

N : 80x/menit

P : 18x/menit

Mandiri:1. Tinjau ulang catatan

pranatal, intrapartum,

dan pascapartum

2. Pertahankan kebijakan

mencuci tangan dengan

ketat untuk staf, klien,

dan pengunjung

3. Berikan dan instruksikan

klien dalam hal

pembuangan linen

terkontaminasi, balutan,

chux, dan pembalut

dengan tepat

4. Demonstrasikan/anjurkan

pembersihan perinium

yang benar setelah

berkemih dan defekasi,

dan sering mengganti

Mandiri:1. Mengidentifikasi faktor-

faktor yang menempatkan

klien pada kategori risiko

tinggi penyebaran infeksi

pascapartum

2. Membantu mencegah

kontaminasi silang

3. Mencegah penyebaran

infeksi

4. Pembersihan melepaskan

kontaminan

urinarius/fekal.

Penggantian pembalut

menghilangkan media

lembab yang

menguntungkan

Page 24: postpartum

N : 94x/menit

P : 28x/menit

Klien tampak

menggigil

Lokea sedikit

berbau dan banyak

Warna ketuban

agak kehijauan

pembalut

5. Pantau suhu, nadi dan

pernafasan. Perhatikan

adanya menggigil atau

laporkan anoreksia atau

malaise

6. Observasi/catat tanda

infeksi lain

7. Anjurkan posisi semi

fowler

8. Anjurkan bahwa ibu

menyusui secara periodik

memeriksa mulut bayi

terhadap adanya bercak

putih

Kolaborasi :

pertumbuhan bakteri

5. Peningkatan tanda vital

menyertai infeksi;

fluktuasi, atau perubahan

gejala, menunjukkan

perubahan pada kondisi

klien

6. Memungkinkan

identifikasi awal dan

tindakan; meningkatkan

resolusi infeksi

7. Meningkatkan aliran

lokea dan drainase

uterus/pelvis

8. Sariawan oral pada bayi

baru lahir adalah efek

samping umum dari

terapi antibiotik ibu

Kolaborasi :

Page 25: postpartum

1. Anjurkan penggunaan

pemanasan yang lembab

dalam bentuk rendam

duduk dan untuk

pemanasan yang kering

dengan menyinari

perineal selama 15

menit, 2-4 kali sehari

2. Demonstrasikan

penggunaan krim

antibiotik perineum

sesuai kebutuhan

3. Pantau pemeriksaan

laboratorium, sesuai

indikasi :

- Kultur/sensitivitas

4. Berikan obat-obatan

sesuai indikasi :

- Antibiotik

1. Air meningkatkan

pembersihan. Panas

mendilatasi pembuluh

darah perineum,

meningkatkan aliran

darah lokal dan

meningkatkan pemulihan

2. Membasmi organisme

infeksius lokal,

menurunkan risiko

penyebaran infeksi

3. Mengidentifikasi proses

infeksius, organisme

penyebab, dan agen

antimikroba yang tepat

- Menyerang organisme

patogen, membantu

mencegah penyebaran

Page 26: postpartum

- Oksitosik

infeksi dari jaringan

sekitar dan aliran

darah

- Meningkatkan

kontraktilitas

miometrium untuk

memundurkan

penyebaran infeksi

bakteri melalui dinding

uterus, serta

membantu

pengeluaran bekuan

dan fragmen plasenta

yang tertahan

2. Hipertemia Peningkatan laju metabolisme, penyakit DS : Klien mengatakan

badannya terasa

panas

DO: S : 38,90C

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, suhu tubuh dalam rentang normalKH : Suhu : 36,5 – 37,50C

1. Kaji TTV

2. Pantau suhu klien

(derajat dan pola),

perhatikan menggigil

atau diaphoresis

1. Tanda tanda vital

menunjukan

perkembangan kondisi

klien

2. Suhu 38,90- 41, 10C

menunjukkan proses

penyakit infeksius

akut. Pola demam

Page 27: postpartum

Klien tampak

menggigil

Klen tampak

berkeringat

3. Pantau suhu lingkungan,

batasi/ tambahkan linen

tempat tidur sesuai

indikasi

Kolaborasi1. Kolaborasi dalam

pemberian antipiretik

(aspirin,

asetaminofen)

dapat membentuk

dalam diagnosis.

3. Suhu ruangan atau

jumlah selimut harus

diubah untuk

mempertahankan

suhu mendekati

normal

Kolaborasi1. Pemberian antipiretik

membantu dalam

menurunkan suhu

tubuh

3. Nyeri (akut) berhubungan dengan respon tubuh terhadap agen tidak efektif, sifat infeksi ditandai dengan : DS : Klien mengatakan

nyeri abdomen

bawah

Klien mengatakan

Tujuan:Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri dapat berkurang

KH : Nyeri (-)

Lemas (-)

Mandiri : 1. Kaji lokasi dan sifat

ketidaknyamanan atau

nyeri

2. Berikan instruksi

mengenai, membantu,

mempertahankan

kebersihan dan

Mandiri :1. Membantu dalam

mendiagnosa banding

keterlibatan jaringan

pada proses infeksi

2. Meningkatkan

kesejahteraan umum dan

pemulihan.

Menghilangkan

Page 28: postpartum

nyerinya hilang

timbul

DO : Klien tampak

sering memegang

perutnya

Skala nyeri 4

Lemas

Pucat

S : 38,90C

TD : 100/60 mmHg

N : 94x/menit

P : 28sx/menit

Pucat (-)

S : 370C

TD : 110/80

mmHg

N : 80x/menit

P : 18x/menit

kehangatan

3. Instruksikan klien dalam

melakukan teknik

relaksasi; memberikan

aktivitas pengalih seperti

radio, televisi, atau

membaca

4. Anjurkan kesinambungan

menyusui saat kondisi

klien memungkinkan.

Karenanya anjurkan dan

instruksikan dalam

pengunaan pompa

payudara listrik atau

manual

kolaborasi :1. Berikan analgesik atau

antipiretik

2. Berikan kompres panas

ketidaknyamanan

berkenaan dengan

menggigil

3. Memfokuskan kembali

perhatian klien,

meningkatkan perilaku

yang positif dan

kenyamanan

4. Mencegah

ketidaknyamanan dari

pembesaran payudara;

meningkatkan

keadekuatan suplai ASI

pada klien menyusui

Kolaborasi :1. Menurunkan

ketidaknyamanan dari

infeksi

Page 29: postpartum

lokal dengan

menggunakan lampu

pemanas atau rendam

duduk sesuai indikasi

2. Kompres panas

meningkatkan

vasodilatasi,

meningkatkan sirkulasi

pada area yang sakit dan

meningkatkan

ketidaknyamanan lokal

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan :DS : Klien mengatakan

tidak nafsu makan

Klien mengatakan

makanannya habis

setengah porsi

Klien mengatakan

mual dan muntah

DO : Pucat

Tujuan:Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nutrisi kembali adekuat

KH : Klien

mengatakan

makanan habis

1 porsi

Klien

mengatakan

nafsu makan

bertambah

Mandiri :1. Anjurkan pilihan

makanan tinggi protein,

zat besi, dan vitamin C

bila masukan oral

dibatasi

2. Tingkatkan masukan

sedikitnya 2000ml/hari

jus, sup, dan cairan

nutrisi lain

Mandiri :1. Protein membantu

meningkatkan pemulihan

dan regenerasi jaringan

baru. Zat besi perlu untuk

sintesis Hb. Vitamin C

memudahkan absorpsi

zat besi dan perlu untuk

sintesis dinding sel

2. Memberikan kalori dan

nutrien lain untuk

memenuhi kebutuhan

metabolik serta

menggantikan kehilangan

Page 30: postpartum

Lemas

Hb : 9 g/dl

Mual (-)

Muntah (-)

Hb : 11 g/dl3. Anjurkan tidur/istirahat

adekuat

Kolaborasi :1. Berikan cairan/nutrisi

parenteral, sesuai

indikasi

2. Berikan preparat zat besi

dan/atau vitamin, sesuai

indikasi

cairan, karenanya

meningkatkan volume

cairan sirkulasi

3. Menurunkan laju

metabolisme,

memungkinkan nutrien

dan oksigen untuk

digunakan dalam proses

pemulihan

Kolaborasi :1. Mungkin perlu untuk

mengatasi dehidrasi,

menggantikan kehilangan

cairan, dan memberikan

nutrien yang perlu bila

masukan oral dibarasi

2. Bermanfaat dalam

memperbaiki anemia

atau defisiensi bila ada

5 Ketidakmampuan menjadi orang tua berhubungan dengan DS : Klien mengatakan

Tujuan : Setelah dilakukan Intervensi selama 3 x 24 jam klien mampu

1. Berikkan kesempatan

untuk kontak ibu-bayi

kapan saja

1. Memfasilitasi kedekatan,

mencegah klien terlibat ke

dalam preokupasi-diri

Page 31: postpartum

tidak bisa melihat

bayinya setiap saat

Klien mengatakan

tidak bisa merawat

bayinya karena

sakit

Klien mengatakan

memberikan ASI

melalui botol/dot

DO : Lemas

Sedih

menunjukkan kenyamanan peran sebagai orang tuaKH : Menunjukan

tanggung

jawab untuk

perawatan fisik

dan emosional

terhadap bayi

baru lahir , n

Mengekspresik

kan

kenyamann

denagn peran

menjadi orang

tua

memungkinkan.

Tempatkan gambar bayi

di samping tempat tidur

klien, khususnya bila

kebijakkna rumah sakit

memerlukan pemisahan

bayi dari ibu selama

periode demam.

2. Pantau respon emosi

klien terhadap penyakit

dan pemisahan dari bayi,

seperti depresi dan

marah

3. Anjurkan klien untuk

menyusui bayi bila

mungkin dan

meningkatkan

partisispasinnya dalam

perawatan bayi saat

infeksi teratasi.

terhadap pemisahannya

dari bayi

2. Harapan normal adalah

periode pascapartum

tidak terkomplikasi

dengan unit keluarga ynag

utuh.

3. Keberhasilan dalam

menyelesaikkan tugas-

tugas perawatan bayi

meningkatkan

pandanagna dan

kedekatan klien dengan

bayi.

4. Memeberikkan informasi

Page 32: postpartum

4. Observasi interaksi ibu-

bayi

5. Buat rencana untuk

tindak lanjut evaluasi

yang tepat terhadap

interaksi/ respons ibu-

bayi.

mengenai status proses

perhatian dan kebutuhan-

kebutuhan klien.

5. Memberikkan sumber dan

dukungan untuk klien,

bermanfaat daalm

mengidentifikasi

kebutuhan-kebutuhan

klien.

DAFTAR PUSTAKA

Page 33: postpartum

Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. 1998. Synopsis Obstetric. Edisi 2, Jakarta: EGC

Prof. dr. HANIFA WIKNJOSASTRO, SpOG. Ilmu Kebidanan. Edisi 3, Yayasan bina pustaka sarwono prawiroharjo. Jakarta : 2002

Cunningham, F Gary. 2005. Obstetri Williams…et al. Ed 21. Jakrta: EGC

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20POST%20PARTUM.pdf, diakses pada tanggal 25 mei

2012,pukul 08.21 WIB

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Askep%20Komplikasi%20Post%20Partum.pdf, diakses pada tanggal 25 mei 2012,pukul 08.32

WIB

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan kebidanan Pada iBu Nifas. Jakarta; Salemba Medika

Doenges, Marlilyn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Ed.2.

Jakarta:EGC