Top Banner
POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN KECELAKAAN LALU LINTAS OLEH : NURUL FATIN DR. NI KETUT SRI DINIARI, SPKJ PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016
26

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

Dec 02, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA

PASIEN KECELAKAAN LALU LINTAS

OLEH : NURUL FATIN

DR. NI KETUT SRI DINIARI, SPKJ

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016

Page 2: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

KATA PENGANTAR

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha esa, karena hanya atas kurnia-Nya, laporan elective study tahap I ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Ni Ketut Sri Diniari, SpKJ,sebagai pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program penulisan laporan elective study tahap I. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, SpKJ, sebagai Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD. KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program S1 di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dijabat oleh Dr. dr. Dewa Putu Gde Purwa Samatra, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program S1 pada PSPD FK Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes., Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program S1. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada penguji elective study tahap I, yaitu dr. dr. Gusti Ayu Indah Ardani, SpKJ yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga laporan elective study tahap I ini dapat selesai.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini, serta kepada penulis sekeluarga.

Page 3: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................... 2

1.3 TUJUAN PENELITIAN.................................................................... 3

1.4 MANFAAT PENELITIAN ............................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 4

2.1 POST TRAUMATIC STRESS DISORDER ......................................... 4

2.2 KECELAKAAN LALU LINTAS .................................................... 12

2.3 HUBUNGAN ANTARA KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN POST TRAUMATIC STRESS DISORDER ...................... 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 17

3.1 KESIMPULAN ................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

Page 4: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria diagnosis Post traumatic Stress Disorder sesuai DSM -5.....8

Page 5: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Logbook………………………………………………………..........

Page 6: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, kebutuhan akan

transportasi juga semakin meningkat sehingga secara tidak langsung jumlah

kecelakaan lalu lintas semakin meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan data dari

Direktorat Jendral Perhubungan Darat, peristiwa kecelakaan lalu lintas di

Indonesia tahun 2010 tercatat 109.319 kejadian dan pada tahun 2011 tercatat

109.776 kejadian. Sedangkan di Denpasar, menurut data dari Poltabes Denpasar

terjadi peningkatan kecelakaan lalu lintas sejak tahun 2008 tercatat sebanyak 297

kejadian, tahun 2009 tercatat 491 kejadian dan pada tahun 2010 tercatat 495

kejadian.

Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian yang bersifat traumatis

tidak hanya menimbulkan trauma fisik tetapi juga memicu terjadinya gangguan

psikologis. Kecelakaan lalu lintas dengan luka berat merupakan suatu pengalaman

traumatis yang berat yang dapat menyebabkan gangguan stres pasca trauma

(GSPT) atauPost Traumatic Stress Disorder (PTSD). PTSD adalah gangguan

yang terjadi karena mendapatkan peristiwa yang sangat mengancam atau kejadian

yang mengerikan (First . B.M, . Reed G, ,dkk, ,2015). Umumnya pasien

kecelakaan dikatakan mengalami gangguan PTSD apabila terdapat kriteria

sebagai berikut terbayang dengan kejadian taumatis (flashback), menghindar dari

hal-hal yang berhubungan dengan kejadian traumatis dan terus terjaga selama

lebih dari 1 bulan serta mempengaruhi area penting kehidupan secara signifikan

seperti keluarga dan pekerjaan (Maslim. R, 2013).

Page 7: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

Berdasarkan hasil studi di RSUP Sanglah selama bulan Desember 2013

sampai dengan Januari 2014 pada 10 orang pasien kecelakaan lalu lintas

yang menjalani pengobatan di RSUP Sanglah, didapatkan kasus PTSD sebanyak 4

orang yang terdiri dari 3 orang wanita dan 1 orang pria (Prabandari et al. 2015).

Jika tidak mendapatkan penanganan maka sekitar 30% pasien akan pulih

sempurna, 40% akan terus mengalami gejala ringan, 20% mengalami gejala

sedang dan sekitar 10% pasien tidak berubah atau bertambah buruk. Setelah satu

tahun, sekitar 50% pasien akan pulih (Sadock, B.J. & Sadock, V.A., 2010).

Korban kecelakaan lalu lintas diharapkan dapat mengatasi kegelisahan

yang timbul akibat kecelakaan yang dialami. Akan tetapi tidak semua korban

kecelakaan lalu lintas mampu keluar dari pengalaman traumatisnya. Hal ini

disebabkan oleh perbedaan setiap individu untuk menyesuaikan diri terhadap

masalah yang dimilikinya.

Dampak psikologis dari kecelakaan lalu lintas baik pemahaman maupun

upaya penanganannya belum mendapat perhatian yang maksimal dari pihak

rumah sakit. Perhatian yang diberikan kepada korban kecelakaan lalu lintas hanya

terpusat pada penanganan secara fisik, sedangkan penanganan secara psikologis

seringkali tidak mendapatkan perhatian. Bantuan serta upaya pemulihan korban

kecelakaan lalu lintas hendaknya dilakukan dengan segera, sebab jika PTSD

berlangsung terus menerus akan menyebabkan gangguan kronis sehingga akan

sangat mengganggu kehidupan sosial dan pekerjaan individu yang mengalaminya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah pasien yang mengalami kecelakaan lalu lintas mengalami

Post Traumatic Stress Disorder?

Page 8: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

1.2.2 Kecelakaan lalu lintas tipe manakah yang menimbulkan Post

Traumatic Stress Disorder?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui apakah pasien dengan kecelakaan lalu lintas

mengalami Post Traumatic Stress Disorder

1.3.2 Untuk mengetahui kecelakaan lalu lintas tipe manakah yang

menimbukan Post Traumatic Stress Disorder

1.4 Manfaat

1.4.1 Dengan mengetahui Post Traumatic Stress Disorder pada pasien

kecelakaan lalu lintas sehingga dapat menjadi pertimbangan

penanganan pasien Post Traumatic Stress Disorder secara holistik

Page 9: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

2.1.1 Definisi

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah sindrom yang muncul setelah

seseorang melihat, mendengar atau terlibat dalam stresor traumatis yang ekstrem.

PTSD terjadi karena paparan peristiwa traumatis dan didefinisikan berdasarkan

cluster gejala yang berbeda antara lain kembali merasakan sedang dalam peristiwa

trauma atau flashback, menghindar, emosi tumpul/numbing dan gejala tersebut

tetap bertahan selama lebih dari 1 bulan. (Sadock, B.J .& Sadock, V.A., 2007).

Stresor ekstrem yang memiliki risiko menimbulkan PTSD antara lain serangan

teroris, peperangan, kecelakaan lalu lintas berat, dan bencana alam seperti tsunami

dan gempa bumi (Santiago et al. 2013).

PTSD memiliki dampak jangka panjang yang parah dan individu dengan

PTSD memiliki risiko terkena depresi berat, ketergantungan zat, dan gangguan

kondisi kesehatan lainnya serta terganggunya fungsi peran yang dapat mengurangi

kualitas hidup.

2.1.2 Epidemiologi

Prevalensi PTSD pada wanita lebih tinggi dari pria. Prevalensi pada wanita

berkisar 10-12% dan 5-6% pada pria. Walaupun PTSD dapat muncul pada usia

berapapun, tetapi kebanyakan sering terjadi pada dewasa muda karena cenderung

lebih mudah terpapar. Gangguan ini cenderung terjadi pada orang yang belum

memiliki pasangan, bercerai, janda, dikucilkan dari lingkungan atau sosial

ekonomi yang rendah. Faktor risiko gangguan ini yaitu pada tingkat keparahan

trauma, durasi, serta trauma yang dialami individu. Trauma yang sering muncul

Page 10: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

pada pria antara lain kekerasan, sedangkan pada wanita yaitu pemerkosaan

(Sadock, B.J. & Sadock, V.A., 2010). Namun kecelakaan lalu lintas dapat

menimbulkan gangguan ini baik pada pria maupun wanita. Berdasarkan hasil studi

di RSUP Sanglah selama bulan Desember 2013 sampai dengan Januari 2014 pada

10 orang pasien kecelakaan lalu lintas yang menjalani pengobatan di RSUP

Sanglah didapatkan kasus PTSD sebanyak 4 orang, yang terdiri dari 3 orang

wanita dan 1 orang pria (Prabandari et al. 2015).

2.2.3 Etiologi

Stresor merupakan faktor utama yang menyebabkan stres akut dan PTSD. Tidak

semua peristiwa traumatis yang dialami oleh individu dapat menyebabkan PTSD.

Peristiwa traumatis dapat menimbulkan PTSD jika peristiwa tersebut menjadi

stesor yang kuat dalam kehidupan individu. Sresor tersebut dapat timbul dari

pengalaman perang, kekerasan, bencana alam, pemerkosan, dan kecelakaan lalu

lintas yang serius. Kriteria suatu peristiwa menjadi stresor untuk mendiagnosis

PTSD yaitu ; ancaman serius terhadap keselamatan individu baik secara fisik

maupun psikologis, menyaksikan ancaman kekerasan dan kematian, kerusakan

yang terjadi tiba-tiba baik rumah dan komunitas. Kriteria tersebut dapat

menimbulkan respon subjektif antara lain ketakutan (terror dan horror) serta

intensitas maupun durasi dari suatu peristiwa traumatis yang mempengaruhi

kepribadian individu sehingga menimbulkan distress.(Nurtanty, N.D., 2009)

2.2.4 Patofisiologi

PTSD mengakibatkan terjadinya perubahan yang memengatur memori dan emosi.

Ditinjau dari aspek biologis, PTSD terjadi karena adanya proses yang terjadi di

otak. Individu dengan PTSD akan mengalami perubahan yang terjadi pada fisik.

Kondisi ini mempengaruhi sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Selain itu

Page 11: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

akan terjadi penurunan ukuran dari hipokampus dan amigdala yang over reaktif.

Dalam hal ini, komponen yang paling penting adalah memori karena kejadian

traumatis akan berulang terus menerus melalui memori. Hipokampus dan

amigdala adalah kunci dari memori manusia (Schiraldi, 2009).

Amigdala merupakan fear center dari otak. Sehingga penderita PTSD akan

mengalami amigdala yang over reaktif. Amigdala membantu otak dalam membuat

hubungan antara situasi yang menimbulkan ketakutan di masa lalu. Kondisi ini

dapat berpasangan dengan situasi saat ini yang bisa saja netral. Individu dengan

gangguan ini akan mempertahankan kondisi waspada yang konstan pada saat

situasi yang tidak tepat karena pada saat itu otak memerintahkan individu bahwa

dalam situasi yang aman pun individu sedang menghadapi ancaman (Sun et al.

2013).

Hipokampus adalah bagian yang menciptakan harapan terhadap situasi

yang akan memberikan reward atau situasi traumatis yang kita alami berdasarkan

pada memori dan pengalaman belajar dari masa lalu. Penderita PTSD dengan

kerusakan hipokampus, akan mengalami kesulitan untuk belajar dan menciptakan

harapan baru untuk berbagai situasi yang terjadi setelah kejadian traumatis

(Erwina Ira., 2010).

Selain itu pada penderita PTSD juga terjadi derajat hormon stres yang

tidak normal. Individu dengan PTSD memiliki hormon kortisol yang rendah jika

dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami PTSD dan hormon epinefrin

dan norepinefrin dalam jumlah yang lebih dari rata-rata. Ketiga hormon tersebut

berperan penting dalam menciptakan respon flight or fight terhadap situasi stres.

Ini berarti bahwa individu dengan PTSD akan selalu berada dalam kondisi flight

Page 12: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

or fight. Individu dengan PTSD juga memiliki kadar natural opiate yang tinggi.

Kondisi ini akan membuat individu untuk mengalami kembali trauma dalam hal

untuk mencapai respon dari opiate (Erwina Ira., 2010).

2.2.5 Faktor Risiko

Faktor risiko merupakan faktor pendukung bagi individu untuk mengalami

PTSD.Faktor risiko untuk PTSD meliputi tetap hidup setelah mengalami kejadian

berbahaya dan traumatis, memiliki riwayat penyakit mental, mengalami

kecelakaan, perasaan tertekan, tidak berdaya dan ketakutan yang amat sangat,

melihat orang lain terluka atau meninggal, menghadapi banyak stresor setelah

kejadian traumatis yang dialami, seperti kehilangan anggota keluarga, kehilangan

pekerjaan atau tempat tinggal (Markowitz et al. 2015).

Selain itu faktor risiko lain yang memperberat PTSD yaitu jenis kelamin.

Berdasarkan epidemiologinya, wanita memiliki risiko lebih besar untuk

mengalami PTSD daripada pria. Hal ini disebabkan kerana rendahnya sintesis

serotonin serta tingginya prevalensi wanita untuk menjadi korban dalam peristiwa

traumatis seperti pemerkosaan dan kekerasan. Sedangkan faktor yang

memperberat PTSD pada individu antara lain masalah kesehatan yang dimiliki,

penggunaan alkohol, sosial ekonomi yang rendah, perasaan yang tidak aman,

tingkat pendidikan yang rendah, status sebagai minoritas, dan banyaknya jumlah

tanda atau gejala yang dialami (Erwina Ira., 2010).

2.2.6 Diagnosis

Diagnosis Post Traumatic Stress Disorder dapat ditegakkan berdasarkan

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 5th Edition dan PPDGJ-III.

Menurut DSM – 5 Post traumatic Stress Disorder digolongkan kedalam Trauma-

and Stressor Related Disorders. Sedangkan dalam PPDGJ-III gangguan ini

Page 13: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

dimasukan kedalam golongan Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan

Gangguan Terkait Stres pada kategori Reaksi Terhadap Stres Berat dan gangguan

Penyesuaian (F.43) (Maslim, R ., 2013).

Tabel 1. Diagnostic Criteria Post Traumatic Stress Disorder menurutDSM-5 Diagnostic Criteria : A. Exposure to actual or threatened death, serious injury, or sexual violence in

one (or more) of the following ways: 1. Directly experiencing the traumatic event(s). 2. Witnessing, in person, the event(s) as it occurred to others. 3. Learning that the traumatic event(s) occurred to a close family member or

close friend. In cases of actual or threatened death of a family member or friend, the event(s) must have been violent or accidental.

4. Experiencing repeated or extreme exposure to aversive details of the traumatic event(s) (e.g., first responders collecting human remains: police officers repeatedly exposed to details of child abuse).

B. Presence of one (or more) of the following intrusion symptoms associated with the traumatic event(s), beginning after the traumatic event(s) occurred:

1. Recurrent, involuntary, and intrusive distressing memories of the traumatic event(s).

2. Recurrent distressing dreams in which the content and/or affect of the dream are related to the traumatic event(s).

3. Dissociative reactions (e.g., flashbacks) in which the individual feels or acts as if the traumatic event(s) were recurring. (Such reactions may occur on a continuum, with the most extreme expression being a complete loss of awareness of present surroundings.)

4. Intense or prolonged psychological distress at exposure to internal or external cues that symbolize or resemble an aspect of the traumatic event(s).

5. Marked physiological reactions to internal or external cues that symbolize or resemble an aspect of the traumatic event(s).

C. Persistent avoidance of stimuli associated with the traumatic event(s), beginning after the traumatic event(s) occurred, as evidenced by one or both of the following: 1. Avoidance of or efforts to avoid distressing memories, thoughts, or feelings

about or closely associated with the traumatic event(s). 2. Avoidance of or efforts to avoid external reminders (people, places,

conversations, activities, objects, situations) that arouse distressing memories, thoughts, or feel ings about or closely associated with the traumatic event(s).

D. Negative alterations in cognitions and mood associated with the traumatic event(s), beginning or worsening after the traumatic event(s) occurred, as evidenced by two (or more) of the following: 1. Inability to remember an important aspect of the traumatic event(s)

(typically due to dis sociative amnesia and not to other faktors such as

Page 14: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

head injury, alcohol, or drugs). 2. Persistent and exaggerated negative beliefs or expectations about oneself,

others, or the world (e.g., “I am bad,” “No one can be trusted,” ‘The world is completely dangerous,” “My whole nervous system is permanently ruined”).

3. Persistent, distorted cognitions about the cause or consequences of the traumatic event(s) that lead the individual to blame himself/herself or others.

4. Persistent negative emotional state (e.g., fear, horror, anger, guilt, or shame).

5. Markedly diminished interest or participation in significant activities. 6. Feelings of detachment or estrangement from others. 7. Persistent inability to experience positive emotions (e.g., inability to

experience happiness, satisfaction, or loving feelings). E. Marked alterations in arousal and reactivity associated with the traumatic

event(s), beginning or worsening after the traumatic event(s) occurred, as evidenced by two (or more) of the following: 1. Irritable behavior and angry outbursts (with little or no provocation)

typically expressed as verbal or physical aggression toward people or objects.

2. Reckless or self-destructive behavior. 3. Hypervigilance. 4. Exaggerated startle response. 5. Problems with concentration. 6. Sleep disturbance (e.g., difficulty falling or staying asleep or restless sleep).

F. Duration of the disturbance (Criteria B, C, D, and E) is more than 1 month. G. The disturbance causes clinically significant distress or impairment in sosial,

occupational, or other important areas of functioning. H. The disturbance is not attributable to the physiological effects of a

substance (e.g., medication, alcohol) or another medical condition

American Pcychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 5th ed. Washington, DC: American Pcychiatric Publishing. Sementara itu penegakan diagnosis untuk Post Traumatic Stress Disorder dapat

melalui kriteria diagnosis menurut PPDGJ-III yaitu :

• Diagnosis baru ditegakan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun

waktu 6 bulan setelah kejadian traumatis berat (masa laten yang berkisar

antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui

6 bulan).

Page 15: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya

waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan,

asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif

kategori gangguan lainnya.

• Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang - bayang

atau mimpi- mimpi dari kejadian traumatis tersebut secara berulang -

ulang kembali ( flashback).

• Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya

dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.

• Suatu “sequelae” menahun yang terjad lambat setelah stres yang luar

biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasikan

dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama

setelah mengalami katasfora).

2.2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita PTSD dapat dilakukan dengan farmakoterapi dan

Psikoterapi. Pemberian farmakoterapi merupakan pegobatan penting untuk

penderita PTSD dengan disesuaikan berdasarkan tingkat keparahan gejala dan

gejala spesifik yang dialami penderita.

a. Farmakoterapi

Pemberian SSRI atau Selective Serotonin Re- uptake Inhibitor merupakan

obat lini pertama. Obat golongan ini akan bekerja sebagai penghambat

pengambilan kembali serotonin di celah sinaps sehingga jumlah serotonin

dicelah sinaps semakin bertambah. Sehingga golongan ini efektif untuk

semua gejala penderita PTSD dan memiliki efek samping paling minimal.

Ada lima golongan SSRI yang dapat digunakan untuk penderita PTSD,

Page 16: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

yaitu Zoloft (setraline), Paxil (paroxetine), Prozac (fluoxetine), Luvox

(Fluvoxamine), Celaxa (citalopram) (Rosss, D ., 1999).

Gejala yang dapat obati dengan golongan SSRI antara lain ; Pikiran

yang intrusif, flashback, ketakutan yang berhubungan dengan trauma,

panik, menghindar, emosi tumpul/numbing, gejala disasosiatif, mudah

marah/tersinggung, sulit konsentrasi dan rasa bersalah.

Selain itu terdapat golongan psikotropika lain yang juga diajurkan untuk

mengobati gejala PTSD yang timbul seperti golongan anti-depresi trisiklik

(Amitriptyline dan Imipramine), mood stabilizers, golongan SNRI

(Venlafaxine) dan antiansietas (Benzodiazepine)(Nurtanty, N.D., 2009).

b. Psikoterapi

Pendekatan psikoterapi setelah mengalami peristiwa traumatis harus

bersamaan dengan edukasi dan pembentukan mekanisme koping serta

penerimaan terhadap peristiwa yang dialami. Ketika mengalami gangguan

PTSD dapat dilakukan dua pendekatan yaitu membayangkan peristiwa

traumatis untuk meningkatkan mekanisme koping. Pendekatan kedua yaitu

penatalaksanaan stres yang dialami dengan teknik relaksasi dan

pendekatan kognitif. Terapi individual, terapi kelompok dan terapi

keluarga juga efektif dalam penatalaksanaan PTSD.

Penatalaksanaan dengan psikoterapi lainnya yang dapat digunakan

untuk penderita PTSD antara lain, Cognitive Behavioral Therapy (CBT),

Prolonged Exposure, Stress inoculation Training, Imagery Rehearsal

Theraphy (IRT), CPT, EMDR, Psychodinamic therapy, Hypnosis dan

Debriefing. Penatalaksanaan psikoterapi tersebut menggunakan

Page 17: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

pendekatan fungsi kognitif pasien untuk mengurangi gejala yang terjadi

pasca trauma (Markowitz et al. 2015).

2.2 Kecelakaan Lalu Lintas

2.2.1 Kecelakaan Lalu Lintas

Peraturan Pemerintah (PP) No 43 Tahun 1993 menyatakan bahwa :

a. Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak

disangka – sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan yang

sedang bergerak dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya,

mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.

b. Kecelakaan lalu lintas sebagaimana yang dimaksud diatas berdasarkan

ayat (a) dapat berupa :

1. Korban mati

2. Korban luka berat

3. Korban luka ringan

c. Korban mati sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (b) angka 1

adalah korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu

lintas dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah

kecelakaan tersebut.

d. Korban luka berat sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (b) angka 2

adalah korban yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau

harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak

terjadi kecelakaan.

e. Korban luka ringan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (b) angka

3 adalah korban yang tidak termaksud dalam pengertian ayat (c) dan

(d).

Page 18: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

Data dari Markas Besar Polisi Republik Indonesia mulai dari Januari

hingga Februari 2012, kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi sebanyak 9.884

kasus, dengan korban meninggal dunia 1.547 orang, luka berat 2.562 orang,

dan luka ringan 7.564 orang (Qoriyah NM. .,2012).

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan cedera akibat

kecelakaan lalu lintas lebih tinggi pada pria yaitu 31,9% dibandingkan wanita

19,8% dan kelompok umur terbanyak mengalami kecelakaan lalu lintas ialah

usia 15-59 tahun sebesar 38,8% (Riyadina W ., 2009).

2.2.2 Personality (Kepribadian)

Kepribadian digunakan sebagai deskriptif global untuk perilaku seseorang yang

dapat diamati secara objektif dan dinilai secara subjektif. Kata kepribadian dapat

dijadikan kata sifat yang dapat memberikan makna psikiatri seperti pasif dan

agresif atau kata tanpa konotasi patologis seperti ambius. Serangkaian perilaku

tersebut dapat menghasilkan diagnosis gangguan kepribadian yang berdampak

bagaimana seseorang akan bersikap pada keadaan tertentu (Sadock, B.J. &

Sadock, V.A., 2010).

Personality Disorder merupakan gangguan dalam prilaku yang

memberikan dampak atau nilai negatif oleh masyarakat. Penyebab adanya

perkembangan kepribadian adalah proses interaksi individu dengan lingkungan.

Biasanya terjadi saat remaja dan dapat berkembang hingga dewasa. Sehingga

perilaku individu terbentuk menjadi individu yang periang atau pendiam, menaati

peraturan atau melanggar peraturan serta bersosialisasi atau antisosial.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi

kelima (DSM-5) Personality Disorder adalah pengalaman dan perilaku yang

Page 19: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

menyimpang secara nyata dari budaya. Dalam DSM- 5 kepribadian digolongkan

menjadi tiga cluster. Cluster A mencakup gangguan kepribadian paranoid, skizoid

dan szikotipal, individu dengan gangguan ini sering dianggap sebagai orang aneh

dan eksentrik. Cluster B terdiri atas gangguan kepribadian gangguan antisosial,

ambang, histrionik dan narsisistik, individu dengan gangguan ini sering tampak

dramatik, emosional dan tidak stabil. Sedangkan cluster C yaitu gangguan dengan

kepribadian avoidant, dependent dan obsesif kompulsif serta kategori lain yang

disebutkan gangguan kepribadian yang tidak digolongkan seperti kepribadian

agresif dan pasif serta gangguan kepribadian depresif, biasanya orang dengan

gangguan ini mengalami kecemasan dan ketakutan.

Individu yang memiliki personality tipe cluster B khususnya kepribadian

antisosial dan emosional yang tidak stabil akan cenderung memiliki sikap tidak

perduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial. Hal ini dapat

dihubungkan dengan bagaimana cara indivu berkendara atau berlalu lintas karena

individu dengan kepribadian antisosial dan emosional tidak stabil akan memiliki

kecenderungan melanggar aturan lalu lintas (Maslim, R., 2013).

2.3 Hubungan antara PTSD dengan Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas menurut UU RI Pasal 1 No. 22 tahun 2009 adalah suatu

peristiwa di jalan raya yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan

kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban

manusia dan kerugian. Peristiwa kecelakaan lalu lintas akan menimbulkan luka

fisik maupun perasaan terkejut dan trauma bagi individu yang mengalaminya.

Pasal 299 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) menjelaskan bahwa

kecelakaan lalu lintas dikelompokkan atas kecelakaan lalu lintas ringan, sedang

Page 20: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

dan berat. Kecelakaan lalu lintas ringan yaitu kecelakaan yang menyebabkan

kerusakan kendaraan atau barang. Kecelakaan lalu lintas sedang yaitu kecelakaan

yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan atau barang.

Sedangkan kecelakaan lalu lintas berat yaitu kecelakaan yang mengakibatkan

korban meninggal dunia atau luka berat. Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan

karena kelalaian pengguna jalan dalam menaati peraturan, kerusakan kendaraan

serta kerusakan jalan raya atau lingkungan.

Berdasarkan pengelompokkan kecelakaan lalu lintas tersebut, terdapat dua

jenis luka yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yaitu luka ringan dan luka

berat. Luka ringan adalah luka yang dialami tidak membahayakan jiwa dan/atau

tidak memerlukan pertolongan/perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Contohnya

luka lecet. Sedangkan luka berat adalah luka yang mengakibatkan korban

kehilangan salah satu panca indra atau cacat, terganggunya daya pikir, keguguran

atau matinya janin dalam kandungan serta luka yang membutuhkan perawatan

dirumah sakit lebih dari 30 hari. Contohnya cedera kepala dan tangan yang

diamputasi (Wedasana, A.S., 2011).

Lebih dari 80% pasien yang masuk ke ruang gawat darurat adalah

disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan sepeda motor, mobil,

sepeda dan penyeberang jalan yang ditabrak (Japardi, I .,2009). Luka terbanyak

akibat dari kecelakaan lalu lintas adalah luka lecet yaitu 39,62% dan lokasi luka

terbanyak terdapat pada regio frontalis et orbitalis sedangkan patah tulang

terbanyak terdapat pada os. frontal sebesar 19,40%. Cedera kepala akibat dari

kecelakaan lalu lintas banyak terjadi pada individu dengan usia 11-30 tahun yaitu

sebesar 48,27%. Pria menjadi korban paling besar untuk kasus kecelakaan lalu

Page 21: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

lintas yaitu sebesar 67,27% dimana cedera kepala merupakan penyebab utama

kematian korban (Rahmi, W .,2002).

Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa kecelakaan lalu lintas tidak

hanya luka fisik, tetapi juga berdampak pada psikologis individu yang

mengalaminya. Hal ini dikarenakan kecelakaan lalu lintas merupakan suatu

peristiwa traumatis yang apabila terjadi luka berat atau menyaksikan orang lain

meninggal akan menjadi stresor bagi individu tersebut. Stresor ini akan

menimbulkan stres akut bahkan PTSD.

Faktor risiko yang mengakibatkan individu mengalami PTSD antara lain,

faktor biologis, psikologis dan sosial. Dari segi biologis, individu akan lebih

cenderung menderita PTSD jika memiliki riwayat keluarga yang menderita

gangguan jiwa seperti cemas dan depresi. Sedangkan dari segi psikologis yang

dapat memperkuat timbulnya PTSD yaitu kepribadian dan pola asuh orang tua

sejak kecil. Hal ini erat kaitannya karena kepribadian individu diciptakan

berdasarkan pola asuh orang tua. Individu yang memiliki kecenderungan

menderita PTSD merupakan individu dengan kepribadian ambang danavoiden

dengan dominan sikap ansietas yang tinggi, sedangkan dependen dan obsesif

kompulsif lebih dominan dengan sikap depresif. Segi sosial juga mempengaruhi

munculnya gangguan PTSD misalnya individu dengan kecelakaan lalu lintas

berada dalam status sosial ekonomi rendah. Hal ini bisa menjadi stresor sehingga

menimbulkan PTSD karena kekurangan biaya untuk pengobatan dan kepentingan

lainnya (Sadock, B.J. & Sadock, V.A., 2010).

Page 22: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

BAB III

SIMPULAN

Post Traumatic Stress Disorder adalah sindrom yang muncul setelah seseorang

melihat, mendengar atau terlibat dalam stresor traumatis yang ekstrem. PTSD

terjadi karena paparan peristiwa traumatis dan didefinisikan berdasarkan cluster

gejala yang berbeda antara lain kembali merasakan sedang dalam peristiwa

trauma atau flashback, menghindar dan emosi tumpul dan gejala tersebut tetap

bertahan selama lebih dari 1 bulan. Dampak yang timbulkan oleh peristiwa

kecelakaan lalu lintas tidak hanya luka fisik, tetapi juga berdampak pada

psikologis. Kecelakaan lalu lintas berat dapat menjadi stresor bagi individu yang

mengalaminya. Hal ini akan menimbulkan stres akut bahkan PTSD.

Faktor risiko yang mengakibatkan individu mengalami PTSD antara lain,

faktor biologis, psikologis dan sosial. Dari segi biologis, individu akan lebih

cenderung menderita PTSD jika memiliki riwayat keluarga yang menderita

gangguan jiwa seperti cemas dan depresi. Sedangkan dari segi psikologis yang

dapat memperkuat timbulnya PTSD yaitu kepribadian dan pola asuh orang tua

sejak kecil. Hal ini erat kaitannya karena kepribadian individu diciptakan

berdasarkan pola asuh orang tua. Individu yang memiliki kecenderungan

menderita PTSD merupakan individu dengan kepribadian ambang danavoidant

dengan dominan sikap ansietas yang tinggi, sedangkan dependent dan obsesif

kompulsif lebih dominan dengan sikap depresif. Segi sosial juga mempengaruhi

munculnya gangguan PTSD misalnya individu dengan kecelakaan lalu lintas

berada dalam status sosial ekonomi rendah. Hal ini bisa menjadi stresor sehingga

Page 23: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

menimbulkan PTSD karena kekurangan biaya untuk pengobatan dan kepentingan

lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

American Pcychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 5th ed. Washington, DC: American Pcychiatric Publishing.

American Pcychiatric Association. 2000 . Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorder. 4th ed. Revisi teks.Washington, DC:American Pcychiatric Association.

Connor, K. M & Butterfield, M.I. 2003. Post Traumatic Stress Disorder, Focus

The Journal of Lifelong Learning in Psychiatry, 1(3), pp: 247-262. Erwina Ira., 2010. Pengaruh Cognitive Behavior Therapy Terhadap Post-

Traumatic Stress Disorder Pada Penduduk Pasca Gempa Di Kelurahan Air Tawar Barat. (Tesis). Jakarta : Universitas Indonesia.

First . B Michael, . Reed Geoffreym, Hyman S, Shekharsaxena. 2015. The

development of the ICD-11 Clinical Descriptions and Diagnostic Guidelines for Mental and Behavioural Disorders. USA. Dept. of Psychiatry. Report number: 14:1.

Japardi I. 2009. Patologi dan Fisiologi Cedera Kepala. Jakarta: Bhuana Ilmu

Populer. Lulie Y, Hatmoko JT. 2006. Analisis Hubungan Kecepatan dengan Tebal Helm

yang Direkomendasikan. Jurnal Teknik Sipil. 6(2):171-84 Markowitz, J.C. et al., 2015. Is Exposure Necessary ? A Randomized Clinical

Trial of Interpersonal Psychotherapy for PTSD. , (May). Maslim, Rusdi. 2013. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa.

Jakarta: PT Nuh jaya. Nurtanty, N.D., 2009. Post- Traumatic Stress Disorder (PTSD)., 3(2),pp.4-10.

Prabandari, N.P. et al., 2015. Pengaruh Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Terhadap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pada Pasien Post Kecelakaan Lalu Lintas di RSUP Sanglah Denpasar., 3(2), pp.22–26.

Page 24: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

Qoriyah NM. Perbedaan Kelelahan Mata yang Terpapar Silau dalam Mengemudi Angkot pada Siang Hari dan Malam Hari Trayek Johar Banyumanik. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012; 1(2):777-84.

Rahmi W., 2002. Gambaran Cedera Kepala Korban Kecelakaan Yang

Dilakukan Pemeriksaan Luar Jenazah di Bagian Forensik RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 1997 – 31 Desember 2000. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.

Riyadina W, Suhardi, Perm ana M. Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu

Lintas di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 2009; 59(10): 464-72. Santiago, P.N. et al., 2013. A Systematic Review of PTSD Prevalence and

Trajectories in DSM-5 Defined Trauma Exposed Populations : Intentional and Non-Intentional Traumatic Events. , 8(4), pp.1–6.

Sun, Y. et al., 2013. Alterations in White Matter Microstructure as Vulnerabilit y

Factors and Acquired Signs of Traffic Accident- Induced PTSD. , 8(12), pp.1–13.

Sadock, B.J. & Sadock, V.A. 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10 th edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Sadock, B.J. & Sadock, V.A. 2010. Kaplan & Sadock’s Concise textbook of

Clinical Psychiatry. 2th edition. Jakarta : ECG. Wedasana, A.S., 2011. Analisis Daerah Rawan Kecelakaan dan Penyusunan

Database Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Kota Denpasar). (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana.

Page 25: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

LOGBOOK ELECTIVE STUDY TAHAP I

MAHASISWA PSPD FK UNUD

Nama Mahasiswa : Nurul Fatin

NIM : 1502005050

Dosen Pembimbing I : dr. Ni Ketut Sri Diniari, SpKJ

Dosen Pembimbing II : dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, SpKJ

No. Hari/Tanggal Aktivitas Tanda Tangan Dosen pembimbing

1 Jumat/ 15 Juli 2016

Perkenalan pembimbing I dan konsultasi topik

2 Senin/ 18 Juli 2016

Konsultasi topik bersama Pembimbing I

3 Rabu/ 20 Juli 2016

Konsultasi BAB I bersama Pembimbing I

Kamis/ 21 Juli 2016

Konsultasi judul dan pembahasan BAB II oleh Pembimbing I

4 Jumat/ 22 Juli 2016 Pembuatan BAB II dan BAB III

5 Sabtu/ 23 Juli 2016

Revisi BAB I, II, dan III oleh Pembimbing I

6 Minggu/ 24 Juli 2016

Revisi kembali BAB I, II, dan III oleh Pembimbing I

Denpasar, 25 Juli 2016

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II,

Page 26: POST TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PASIEN ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4621/1/2d9195c981575c7f5592...2.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 2.1.1 Definisi Post Traumatic Stress

dr. Ni Ketut Sri Diniari, SpKJ dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, SpKJ

(NIP. 19670414 199703 2 005) (NIP. 19640819 199503 2 001)