Top Banner
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI PADANG POSITIVE RESPONSE TO LOSS (Dinamika Proses Respon Positif Terhadap Kehilangan dalam Kehidupan Sehari-hari) AGUSTINA EMASRI SIANIPAR 2015 Abstrak Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali. Sedangkan respon positif terhadap kehilangan adalah saat seorang yang mengalami kehilangan dapat memandang dari sisi positif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika proses seseorang menemukan sisi positif dari kehilangan yang dialami. Peneliti menggunakan tiga responden dinamika proses respon positif terhadap kehilangan disusun dan dibandingkan dengan dinamika proses yang 1
27

POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

Dec 21, 2015

Download

Documents

respon seseorang terhadap pengalaman kehilangan significant person dalam hidupnya (berduka).
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

PROGRAM STUDI

PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

POSITIVE RESPONSE TO LOSS

(Dinamika Proses Respon Positif Terhadap Kehilangan dalam Kehidupan Sehari-hari)

AGUSTINA EMASRI SIANIPAR

2015

Abstrak

Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai

sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi

secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi

atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat

kembali. Sedangkan respon positif terhadap kehilangan adalah saat seorang yang

mengalami kehilangan dapat memandang dari sisi positif. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui dinamika proses seseorang menemukan sisi positif dari

kehilangan yang dialami. Peneliti menggunakan tiga responden dinamika proses

respon positif terhadap kehilangan disusun dan dibandingkan dengan dinamika

proses yang dihasilkan melalui kajian literature. Hasil penelitian juga merumuskan

definisi respon positif terhadap kehilangan sebagai kemampuan untuk memulai

evaluasi pribadi atau inventarisasi makna kehidupan seseorang.

1

Page 2: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

PENDAHULUAN

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan

adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang

berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau

mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak

diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.

Dapat dikatakan juga sebagai suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu

kekurangan atau tidak ada sesuatu yang dulunya ada (Wilkinson, 2006).

Karakteristik Berduka menurut Burgers dan Lazare (1976) dalam Lambert dan

Lambert (1985), diantaranya: Berduka yang menunjukkan reaksi syok dan

ketidakyakinan; Berduka yang menujukkan perasaan sedih dan hampa bila teringat

tentang kehilangan orang yang disayangi; Berduka untuk menunjukka perasaan tidak

nyaman yang sering disertai dengan menangis serta keluhan-keluhan sesak pada dada;

Mengenang almarhum terus menerus; memperoleh pengalaman perasaan berduka;

Cenderung menjadi mudah tersinggung dan marah.

PEMBAHASAN

A. Definisi Kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan

(Lambert dan Lambert,1985) (http://starnurse.blogspot.com/2012/03/konsep-

kehilangan-loss.html). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh

setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami

kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang

berbeda.

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan

adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang

berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau

2

Page 3: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak

diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.

Berikut Bentuk-Bentuk Kehilangan:

1) Kehilangan orang yang berarti 

2) Kehilangan kesejahteraan 

3) Kehilangan milik pribadi

Sifat Kehilangan

1) Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)

Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada

pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh

diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.

2) Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan)

Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang

ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando:1984). 

Tipe Kehilangan

a. Actual Loss

Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan

individu yang mengalami kehilangan.

b. Perceived Loss ( Psikologis ) 

Perasaan individual, tetapi menyangkut hal – hal yang tidak dapat diraba atau

dinyatakan secara jelas.

c. Anticipatory Loss 

Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi.Individu memperlihatkan

perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung.

Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.

Tipe dari kehilangan dipengaruhi tingkat distres. Misalnya, kehilangan benda

3

Page 4: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

mungkin tidak menimbulkan distres yang sama ketika kehilangan seseorang

yang dekat dengan kita.

B. Teori dari Proses Berduka

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.

Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk

mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana

intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan

mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku

berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan

dalam bentuk empati. Teori Engels Menurut Engel (1964) (dalam

http://galerymakalah.blogspot.com/2013/04/makalah-kehilangan-dan-

berduka.html). Proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan

pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.

a) Fase I (shock dan tidak percaya) Seseorang menolak kenyataan atau

kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan.

Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung

cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.

b) Fase II (berkembangnya kesadaran) Seseoarang mulai merasakan kehilangan

secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan

bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

c) Fase III (restitusi) Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan

yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima

perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan

kehilangan seseorang.

d) Fase IV Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap

almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang

perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.

4

Page 5: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

e) Fase V Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.

Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya.

Kesadaran baru telah berkembang.

C. Definisi Positive Response to Loss

 Teori baru-baru ini, telah mempertajam Perbedaan antara menemukan beberapa

arti dari kehilangan dan menemukan beberapa manfaat dalam Pengalaman akan

kehilangan (Synder 2007). Janoff-Bulman dan Frantz dalam Synder (2007) telah

menyarankan bahwa rasa trauma atau kehilangan melibatkan pemahaman bagaimana

pandangan seseorang tentang dunia (dalam hal keyakinan tentang keadilan,

prediktabilitas dunia sosial seseorang). Mereka merujuk hal ini sebagai makna

comprehensibility. setidaknya dalam budaya Barat, orang cenderung percaya bahwa

peristiwa penting dalam kehidupan mereka dikontrol dan dimengerti. Orang percaya

bahwa Peristiwa negatif tidak terdistribusi secara acak, bahwa orang-orang

mendapatkan apa yang layak untuk mereka, dan keadilan yang akan menang (Janoff-

Bulman, 1992; Lerner, 1980 dalam Synder 2007

Dari salah satu hasil penelitian diketahui bahwa adanya hubungan antara

kemampuan mengatasi rasa kehilangan dan melaporkan manfaat dari kehilangan

tersebut (Davis et al., 1998 dalam Synder 2007). Selain itu, ada sedikit tumpang tindih

dengan cara responden tertentu mengatakan tentang manfaat yang diperolehnya

mengenai kematian.

Meskipun telah menemukan makna dan menemukan manfaat dari suatu

kehilangan dan dapat dikaitkan dengan penyesuaian yang lebih baik. Tetapi tentu saja

waktu untuk menyesuaikannya berbeda. Responden yang membuat rasa kehilangan

mereka dalam 6 bulan pertama umumnya tidak mampu untuk memahami. Selain itu,

mereka yang mengalami kehilangan yang tidak masuk akal untuk pertama kalinya pada

wawancara 13 atau 18 bulan memberikan penjelasan yang berbeda dalam isi dan nada

dari mereka yang masuk akal 6 bulan setelah kehilangan. (Synder, 2007)

Menemukan beberapa manfaat dari suatu kehilangan dan menemukan makna

dalam kehilangan tampak sebagai proses yang berbeda. Pertama, mereka tidak

berkorelasi satu sama lain. Kedua, mereka terungkap sepanjang kurun waktu yang

5

Page 6: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

berbeda. Orang-orang yang menemukan makna lebih cepat setelah kehilangan muncul

untuk menemukan makna yang lebih positif dan memiliki penyesuaian emosional yang

lebih baik daripada orang-orang yang menemukan makna lebih lama setelah kehilangan.

Sebaliknya, menemukan manfaat dalam kehilangan terkait dengan penyesuaian positif

terlepas dari ketika manfaat tersebut ditemukan. (Synder, 2007)

D. Proses Positive Response to loss

Positive Response to Loss memiliki proses yang telah dituliskan oleh Synder

(2007) ia menyebutkan beberapa langkah dalam respon positif terhadap kehilangan

yaitu :

1. Penataan Kembali Prioritas

2. Merevisi Tujuan Hidup

3. Penilaian Kembali

Orang-orang yang berduka yang menemukan sesuatu yang positif dalam

kehilangan mereka dan menunjukkan penyesuaian yang lebih baik pada indicator gejala

depresi, gejala stres pasca trauma, dan berdampak positif (Davis et al dalam Synder

2007).

Mungkin dikatakan bahwa menemukan sesuatu positif berkaitan dengan

penyesuaian yang lebih baik hanya karena proxy dalam optimisme disposisional.

Namun kami menemukan bahwa hubungan antara menemukan sesuatu yang positif dan

penyesuaian, tetap signifikan ketika kami mengontrol responden optimisme

disposisional. Dengan kata lain, salah satu alasan optimis dispositional mampu

menyesuaikan diri lebih baik pada kehilangan adalah karena mereka lebih mungkin

untuk menemukan sesuatu yang positif dalam mengalami kehilangan.(Synder, 2007)

6

Page 7: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

GAMBAR 1. MODEL SKEMA PROSES PEMAAFAN BERDASARKAN

KAJIAN LITERATUR

Proses mengatasi rasa duka

Reaksi fisik orang yang berduka

7

KEHILANGANFase I (shock dan tidak percaya)

Fase II (berkembangnya kesadaran)

Fase III (restitusi)

Fase IV (Menekan seluruh perasaan yang pada almarhum.)

Fase V (menyadari kahilangan tak dapat dihindari)

Mampu Mengatasi Rasa Kehilangan

Penataan Kembali Prioritas

Merevisi Tujuan Hidup

Penilaian Kembali

Penurunan gejala stres, depresi, dan gejala stres

pasca trauma

Page 8: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

E. Definisi Konseptual dan Operasional Positive Response to Loss

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis membuat definisi konseptual Positive

Response to Loss sebagai Response positif seseorang dalam menghadapi rasa

kehilangan. Mengendalikan emosi negatif yang ada dalam diri dan merevisi

kembali tujuan hidup.

F. Subyek Penelitian

Penulis mewawancarai beberapa subyek dan memilih orang-orang yang dekat

dengan penulis dan mampu memberikan feedback bagi penulis. Akhirnya penulis

mendapatkan tiga orang yang bersedia diwawancarai terkait konsep yang sedang penulis

bahas, ketiga orang coba tersebut antara lain :

- Responden 1, perempuan, usia 19 tahun, sedang menempuh pendidikan S1,

belum menikah dan sama-sama mengikuti perkuliahan dengan penulis,

namun tidak satu kelas. Namun cukup dekat hubungannya.

- Responden 2, perempuan, berusia 19 tahun, sedang menempuh pendidikan

S1, belum menikah dan berteman baik dengan penulis.

- Responden 3, perempuan, berusia 46 tahun, seorang ibu rumah tangga, cerai

mati dengan suami setelah pernikahan 17 tahun, kenal baik dan akrab

dengan penulis.

Sebelum wawancara, penulis meminta terlebih dahulu kesediaan subyek untuk

menjawab pertanyaan seputar konsep yang penulis bawakan, ketika bersedia, baru

kemudian penulis menggunakan alat perekam (handphone) untuk mencatat

wawancara.Ketiga responden tidak keberatan dengan wawancara yang dicatat tersebut.

G. WAWANCARA

Sebelum wawancara dimulai, penulis membuat rancangan pertanyaan yang

dibuat berdasarkan model skema proses yang telah penulis buat sebelumnya. Berikut ini

merupakan rancangan pertanyaan untuk diajukan dalam wawancara dengan orang coba :

a. Apakah saudara pernah mengalami kehilangan orang yang berarti ?

b. Pilih salah satu untuk diceritakan, silahkan ceritakan bagaimana peristiwanya?

c. Bagaimana perasaan saudara pada peristiwa tersebut?

8

Page 9: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

d. Apa yang saudara lakukan ketika mengalami kehilangan tersebut ?

e. Bagaimana perasaan saudara setelah itu?

f. Apakah anda meminta bantuan orang lain yang lebih mengetahui hal tersebut?

g. Bagaimana definisi respon positif terhadap kehilangan menurut anda?

Hasil wawancara digunakan untuk membuat skema proses positive response to

loss sekaligus mengkonfirmasi definisi dan proses yang penulis dapatkan melalui

referensi. Ketiga responden memberikan jawaban yang bervariasi tentang proses yang

dilaluinya. Berikut ini merupakan hasil wawancara penulis dengan tiga responden.

Hasil wawancara digunakan untuk mengevaluasi diagram yang diperoleh melalui kajian

literatur.

Responden 1

Responden 1 menceritakan pengalamannya tentang kehilangan seorang sahabat

terbaiknya 6 bulan yang lalu. Sahabatnya meninggal karna sakit kanker. Awalnyaia

merasa sedih dan sangat merasa kehilangan, namun setelah 6 bulan berlalu ia

menyadari bahwa banyak hikmah yang bisa ia ambil dari hal ini. Semenjak sahabat

terbaiknya meninggal ia menjadi sadar bahwa banyak orang yang menyayanginya dan

banyak orang yang memperdulikannya.

Setelah 6 bulan berlalu ia belum bisa sepenuhnya melupakan sahabatnya

tersebut. Ia hanya bisa mendoakan dan terus mengingat hikmah dibalik setiap kejadian

yang ada di kehidupannya. Perlahan tapi pasti ia mulai merevisi kembali tujuan

hidupnya. Berikut ini skema proses respon positif terhadap kehilangan yang

dimunculkan responden.

9

Page 10: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

KEHILANGANFase I (shock dan tidak

percaya) Fase II (berkembangnya

kesadaran)

Fase III (restitusi) Fase IV (Menekan seluruh perasaan yang

pada almarhum.) Fase V (menyadari kahilangan tak dapat

dihindari)

Mampu Mengatasi Rasa

Kehilangan

Penataan Kembali Pioritas

Merevisi Tujuan Hidup

Penilaian Kembali

Penurunan gejala stres, depresi, dan gejala stres

pasca trauma

Responden juga mengalami pertumbuhan karakter, berfikir positif

akan kehilangan dan mengambil hikmahnya.

GAMBAR SKEMA PROSES PEMAAFAN RESPONDEN 1

Proses mengatasi rasa duka

Reaksi fisik orang yang berduka

10

Page 11: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

Responden 2

Responden 2 menceritakan pengalamannya tentang kehilangan ayah

kandungnnya ketika dia masih menduduki bangku sekolah dasar,pada situasi tersebut

responden 2 sangat merasa sedih dan kaget akan kehilangan ayah kandungnya ia

mengatakan kalau ia sudah mulai melupakan kejadian ayahnya yang meninggal

sewaktu dia masih berada di kelas 3 SD, ia juga mengatakan awalnya dia memang

merasa sedih saat kehilangan ayahnya karena ayahnya adalah orang yang memberi dia

motivasi dalam berpuasa full dari kecil namun setelah dia mulai memikirkan agaimana

perasan ibu dan adik-adiknya yang masih kecil kalau dia menangis maka adiknya juga

akan menangis.

Sampai sekarang dia sudah mulai melupakan kejadian yang terjadi 10 tahun

yang lalu dan dia sekarang ingin mendo’akan ayahnya setiap selesai shalat agar ayah

di tempatkan di sisi terbaik allah SWT dan berfikir positif ke depan.Sesuai Dengan

Pendapat Dari Frankl bahwa ketika seseorang merasakan kurang bermakna, orang

tersebut termotivasi untuk memulihkan atau mengembangkan baru makna hidup untuk

menghindari rasa sakit dan kecemasan dari keberadaan berarti. Berikut ini skema

proses respon positif terhadap kehilangan yang dimunculkan responden.

11

Page 12: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

KEHILANGANFase I (shock dan tidak

percaya) Fase II (berkembangnya

kesadaran)

Fase III (restitusi) Fase IV (Menekan seluruh perasaan yang

pada almarhum.) Fase V (menyadari kahilangan tak dapat

dihindari)

Mampu Mengatasi Rasa

Kehilangan

Penataan Kembali Pioritas

Merevisi Tujuan Hidup

Penilaian Kembali

Penurunan gejala stres, depresi, dan gejala stres

pasca trauma

Responden juga berfikir akan

perasaan ibu dan adiknya dan mulai mengikhlaskan kepergian ayahnya

GAMBAR SKEMA PROSES PEMAAFAN RESPONDEN 2

Proses mengatasi rasa duka

Reaksi fisik orang yang berduka

12

Page 13: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

Responden 3

Responden 3 mengalami kehilangan soulmate, belahan jiwa atau pasangan

hidup yaitu suaminya. Responden 3 kehilangan suaminya secara tiba-tiba (suddenly).

Kelihangan tersebut merupakan tipe Actual Loss.

Persepsi diri Responden 3 terhadap dirinya sebelum terjadi kejadian tersebut

cenderung tinggi dan sombong. Namun kemudian setelah meninggalnya suami dari

Responden 3, ia menganggap dirinya tidak mampu berbuat apapun. Responden 3

merasa tidak akan mampu menjalani hidup dan sempat terlintas pikiran untuk

mengakhiri hidup. Kemudian setelah memikirkan anak-anaknya responden 3

memutuskan untuk bertahan dan menjalani hidup. Setelah beberapa waktu berlalu,

responden 3 merasa dirinya lebih ‘enjoy’ dari pada dirinya yang dulu, dan juga merasa

yakin akan sanggup dalam menjalani hidupnya.

Hubungan interpersonal responden 3 dan keluarga tidak dapat menjadi faktor

pendukung dalam proses mencari respon positif pada kehilangannya. Keluarga

memberikan dukungan secara verbal, namun responden 3 tidak merasa keluarga benar-

benar membantunya secara nyata. Misalkan untuk member bantuan finansial maupun

menghubungi setelah kejadian tersebut. Namun, responden 3 menemukan hubungan

interpersonal yang baik dengan orang yang memiliki keadaan yang sama dengannya

yaitu kehilangan suami.

Pandangan hidup responden 3 sebelum terjadinya peristiwa kehilangan

cenderung sempit, dimana responden 3 lebih mengandalkan suaminya dalam berbagai

hal. Responden 3 kemudian kehilangan tujuan hidup sepeninggalan suaminya.

Kemudian responden 3 mengalami pertumbuhan karakter dan berfikir lebih terbuka

dalam menjalani hidup, termasuk saat memutuskan pendidikan anaknya. Responden 3

memiliki rasa empati yang baik dalam melihat hidup orang lain dan mengambil sisi

positif ketika menghubungkan dengan situasi yang diahadapinya. Berikut ini skema

proses respon positif terhadap kehilangan yang dimunculkan responden.

13

Page 14: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

GAMBAR SKEMA PROSES PEMAAFAN RESPONDEN 3

Proses mengatasi rasa duka

Reaksi fisik orang yang berduka

14

KEHILANGANFase I (shock dan tidak

percaya) Fase II (berkembangnya

kesadaran)

Fase III (restitusi) Fase IV (Menekan seluruh perasaan yang

pada almarhum.) Fase V (menyadari kahilangan tak dapat

dihindari)

Mampu Mengatasi Rasa

Kehilangan

Penataan Kembali Pioritas

Merevisi Tujuan Hidup

Penilaian Kembali

Penurunan gejala stres, depresi, dan gejala stres

pasca trauma

Responden juga mengalami pertumbuhan karakter, berfikir lebih

terbuka, empati yang lebih baik terhadap orang lain.

Page 15: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

H. Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara kami kepada tiga responden akan respon positif

terhadap kehilangan yang menjadi uji coba, penulis mendapatkan sebuah gambaran

serta bentuk repon positif terhadap kehilangan seseorang itu sangatlah beragam dalam

menanggapi kehilangan orang yang di sayangi seperti yang terjadi pada (responden 1

kehilangan sahabatnya), (responden 2 kehilangan ayah kandungnya), dan (responden 3

yang kehilangan pasangan hidupnya ketika usia pernikahan mereka menginjak 17

tahun).

Penulis yakin jika respondennya di tambah lagi hasilnya akaan berbeda dan

bervariasi bagaimana respon positif yang muncul pada diri mereka akan kehilangan

orang yang dekat dan di sayangi oleh responden mungkin lebih banyak lagi

hasilnya.pada tiga responden yang kami wawancarai memiliki kesamaan dalam

menanggapi kehilangan orang yang mereka sayangi yaitu berfikir positif dan

mengambil hikmah atas kejadian yang telah di takdirkan allah SWT yang terjadi pada

pada tiga responden yaitu (responden 1 pada temannya, responden 2 juga pada ayah

kandungnnya, dan responden pada ibu rumah tangga yang kenal dengan penulis).

Seperti yang terjadi kepada tiga responden yang kami wawancarai proses respon

positif yang terjadi atas kehilangan bagi mereka yaitu pertama shock dan tidak percaya

terjadinya kejadian kehilangan orang yang mereka sayang merasa sedih,selanjutnya

mulai sadar akan hal yang terjadi,mulai menerima keadaan,memaafkan kesalahan

almarhum serta mulai mengembangkan keadaran bahwa sebenarnya setiap yang

bernyawa akan meninggal bahwa Dari salah satu hasil penelitian diketahui bahwa

adanya hubungan antara kemampuan mengatasi rasa kehilangan dan melaporkan

manfaat dari kehilangan tersebut (Davis et al., 1998 dalam Synder 2007).

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, orang-orang yang berduka yang menemukan

sesuatu yang positif dalam kehilangan mereka dan menunjukkan penyesuaian yang

lebih baik pada indikator gejala depresi, stres gejala pasca trauma, dan berdampak

positif (Davis et al.,1998 dalam Synder 2007). Mungkin dikatakan bahwa menemukan

sesuatu positif berkaitan dengan penyesuaian yang lebih baik hanya karena proxy dalam

optimisme disposisional. Namun kami menemukan bahwa hubungan antara

menemukan sesuatu yang positif dan penyesuaian, tetap signifikan ketika kami

15

Page 16: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

mengontrol responden optimisme disposisional (Davis et al., 1998 dalam Synder 2007).

Dengan kata lain, salah satu alasan optimis dispositional mampu menyesuaikan diri

lebih baik pada kehilangan adalah karena mereka lebih mungkin untuk menemukan

sesuatu yang positif dalam mengalami kehilangan.

Sehingga ketiga responden yang kami wawancarai sudah mulai menerima kenyataan

yang harus ia lewati sesuai dengan Positive Response to Loss memiliki proses yang

telah dituliskan oleh Synder (2007) ia menyebutkan beberapa langkah dalam respon

positif terhadap kehilangan yaitu :

Penataan Kembali Prioritas

Merevisi Tujuan Hidup

Penilaian Kembali

16

Page 17: POSITIVE RESPONSE TO LOSS.doc

DAFTAR REFERENSI

Rando, TA. 1986. Loss and Anticipatory Grief. Lexington: Lexiton Mass

Snyder, C. R; Lopez, S. J. 2002. Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford

University Press.

Wilkinson, Judith.M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC

dan Kriteria Hasil Noc. Jakarta: EGC

http://starnurse.blogspot.com/2012/03/konsep-kehilangan-loss.html

http://galerymakalah.blogspot.com/2013/04/makalah-kehilangan-dan-berduka.html

17