BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan hal yang harus dipantau oleh orang tua, dari segi pola makan, pola asuh, serta dari segi kesehatan utamanya pemberian obat yang harus dipantau. Disadari anak kecil bukan dewasa, sehingga penggunaan obat untuk anak merupakan hal khusus yang terkait dengan perbedaan laju perkembangan organ, sistem enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat. Hal ini ditunjang dengan belum banyaknya penelitian tentang penggunaan obat pada bayi dan anak. Data farmakokinetik, farmakodinamik, efikasi dan keamanan obat untuk bayi dan anak-anak masih sangat jarang. Kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki seperti grey baby syndrome (sebagai akibat pemberian kloramfenikol dengan dosis berlebih), phocomelia (sebagai akibat pemberian thalidomida) dan kernicterus (sebagai akibat pemberian sulfonamida) merupakan akibat dari tidak terkontrolnya pemberian obat pada anak-anak. Sehingga yang harus diperhatikan pada pediatri adalah dosis yang optimal, regimen dosis tidak dapat disederhanakan hanya berdasarkan berat badan atau luas permukaan tubuh pasien pediatri yang diperoleh dari ekstrapolasi data pasien dewasa. Bioavalaibilitas, 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan hal yang harus
dipantau oleh orang tua, dari segi pola makan, pola asuh, serta dari segi kesehatan
utamanya pemberian obat yang harus dipantau. Disadari anak kecil bukan
dewasa, sehingga penggunaan obat untuk anak merupakan hal khusus yang terkait
dengan perbedaan laju perkembangan organ, sistem enzim yang bertanggung
jawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat. Hal ini ditunjang dengan belum
banyaknya penelitian tentang penggunaan obat pada bayi dan anak. Data
farmakokinetik, farmakodinamik, efikasi dan keamanan obat untuk bayi dan anak-
anak masih sangat jarang.
Kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki seperti grey baby syndrome
(sebagai akibat pemberian kloramfenikol dengan dosis berlebih), phocomelia
(sebagai akibat pemberian thalidomida) dan kernicterus (sebagai akibat pemberian
sulfonamida) merupakan akibat dari tidak terkontrolnya pemberian obat pada
anak-anak.
Sehingga yang harus diperhatikan pada pediatri adalah dosis yang optimal,
regimen dosis tidak dapat disederhanakan hanya berdasarkan berat badan atau
luas permukaan tubuh pasien pediatri yang diperoleh dari ekstrapolasi data pasien
dewasa. Bioavalaibilitas, farmakokinetik, farmakodinamik, efikasi dan informasi
tentang efek samping dapat berbeda secara bermakna antara pasien pediatri dan
pasien dewasa karena adanya perbedaan usia, fungsi organ dan status penyakit.
Beberapa faktor tambahan harus dipertimbangkan dalam optimalisasi terapi
obat pediatri. Banyak obat yang diresepkan untuk bayi dan anak-anak tidak
tersedia dalam bentuk sediaan yang dikehendaki maka banyak diresepkan obat
racikan.
Dari segi bahasa Pediatri berasal dari bahasa Yunani yaitu pedos yang
berarti anak dan iatrica yang berarti pengobatan anak. Beberapa penyakit
memerlukan penanganan khusus untuk pasien pediatri sehingga harus
diperhatikan penggunaan dosisnya.
1
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilakukannya praktikum farmasi simulasi yang bertema
peresepan obat racikan pada bayi dan balita, adalah sebagai berikut :
1. Untuk mensimulasikan pelayanan farmasi di apotek pada pasien bayi dan
anak.
2. Untuk mengetahui dan memberikan informasi penggunaan obat pada bayi
dan anak yang aman.
3. memonitoring atau memantau efek samping obat yang mungkin saja terjadi
pada bayi dan anak.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari dilakukannya praktikum farmasi simulasi yang bertema
peresepan obat racikan pada bayi dan balita, adalah sebagai berikut :
1. Agar dapat melaksanakan pelayanan kesehatan dengan jaminan keamanan
pasien bayi dan anak terjaga dengan baik
2. Agar memberikan polifarmasi secara lagis dan rasional dengan memeberikan
pengetahuan yang baik dan benar mengenai efek samping obat yang akan
dikonsumsi.
3. Agar dapat mencegah resiko interaksi obat yang merugikan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dosis
Informasi dosis merupakan hal yang penting dalam pengobatan anak,
dimana profil farmakokinetik dan farmakodinamik berbeda. Obat diberikan
dengan dosis yang lain dari yang tercantum pada PL atau MA. Contoh:
iyrutropium bromida nebuliser (Atrovent @) diberikan lisensi untuk penggunaan
sampai tiga kali sehari tetapi di rumah sakit digunakan lebih dari tiga kali.
B. Indikasi
Obat digunakan untuk indikasi lain dari yang dinyatakan pada PL atau MA.
Contoh: epoprostenol (Flolan 0) diberikan lisensi sebagai pengganti heparin
pada waktu dialisis, tetapi digunakan sebagai vasodilator pada hipertensi primer
pada bayi baru lahir dan untuk indikasi antiplatelet dalam pengobatan diseminasi
intravascular coagulopathy.
C. Usia
Obat digunakan diluar rentang usia yang telah disetujui. Beberapa obat
'tidak direkomendasikan diberikan pada anak'. Contoh: PL untuk omeprazole
(Losec 8) menyatakan 'tidak ada pengalaman penggunaan LO~YP8C pada anak
walaupun obat ini sering digunakan pada kelompok umur ini. Obat lain diberikan
lisensi penggunaan pada anak tetapi hanya pada rentang umur tertentu. Contoh:
sirup salbutamol tidak diizinkan digunakan pada anak dengan usia dibawah dua
tahun, padahal sering digunakan pada kelompok usia ini.
D. Cara pemberian
Banyak anak diberikan melalui cara p emberian yang tidak diizinkan.
Contoh: obat suntik vitarni~l K sering diberikansecara oral kepada bayi baru
lahir untuk menghindari penyakit dengan manifestasi pendarahan sebab tidak
ada sediaan yang tersedia yang sesuai yang diberikan izin.
E. Kontraindikasi
Beberapa obat kontra indi kasi bila diberikan pada anak. Contoh: aspirin
tidak direkomendasikan digunakan pada anak sebab terkait dengan sindrom
3
Reyes. Namun demiluan, aspirin digunakan sebagai antiplatlet pada pengobatan
penyakit Kawa dan pada beberapa pasien jantung.
F. Cara Menghitung Dosis Anak
Ada beberapa cara dalam menghitung dosis anak. Untuk itu, dipilih yang
dapat menunjukkan pengetrapan dosis individual. Untuk obat-obat yang
mempunyai rentang terapi sempit, maka memerlukan ketelitian yang tinggi dalam
menentukan dosis untuk anak. Contoh: Hitunglah dosis Amoxycil in untuk anak
berumur 4 tahun dengan BB 17 kg Diketahui: Dosis Amoxycil in anak di bawah
BB 20 kg adalah 20-40 mg/kg BB/ hari diberikan dalam dosis terbagi tiap 6-8 jam.
Untuk dosis dewasa adalah 250-500 mg, diberikan tiap 6-8 jam.
Perhitungan:
1. Berdasarkan individual dengan ukuran fisik BB:
17 X (20-40) mg = 340- 780 mg/hari Bila dipilih diberikan 3X sehari, maka dosis
per kali pemberian = 113,33 – 226,67 mg
2. Berdasarkan dosis dewasa dengan rumus Clark
17/20 X (250-500) mg = 60,71 – 121,43 mg/kali
3. Berdasarkan dosis dewasa dengan rumus Young
4/16 x (250-500) mg = 62,5-125 mg/kali
4. Berdasarkan dosis dewasa dengan Tabel J.Hahn:
Anak 4 tahun, BB 13,0-16,3 kg = 23% dosis dewasa = 57,5-115 mg/kali
Hasil di atas menunjukkan bahwa cara perhitungan tersebut menghasilkan
dosis yang berbeda. Dengan mempertimbangkan kondisi penyakit dan kondisi
penderita, maka dokter dapat menentukan besarnya dosis per kali dan per hari
dalam resepnya. Misalkan diputuskan memberikan amoxycil in per kali 125 mg
Bila frekuensinya 3 kali sehari, maka dosis per hari adalah 375 mg.
G. FORMULA RESEP
Ada 3 formula dalam penulisan resep (magistrlis, officinalis dan
spesialistis). Faktor yang diperhatikan dalam penentuan jenis formula yang
akan digunakan:
4
1) ketepatan dosis,
2) stabilitas obat terjamin,
3) kepatuhan pasien,
4) kemudahan mendapatkan obat/sediaan,
5) harga terjangkau
H. FORMULA MAGISTRALIS
Formula ini dikenal dengan resep racikan.Dalam hal ini, dokter selain
menuliskan bahan obat, juga bahan tambahan. Bahan tambahan yang
ditambahkan tergantung dari sediaan yang di nginkan. Oleh karena itu, penting
sekali diperhatikan sifat obat, interaksi farmasetik, macam bentuk sediaan dan
macam bahan tambahan yang dapat digunakan serta pedoman penulisan resep
magistralis.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam formula magistralis:
1. Bahan obat, sedapat mungkin menggunakan bahan baku. Penggunaan
sediaan jadi/paten (tablet, sirup, dl ) sering menimbulkan masalah baik dalam
pelayanan( misalkan tidak dapat halus, tidak homogen, dan tidak stabil) maupun
kerasionalan terapi (antara lain perubahan formula sediaan, perubahan
bioaviabilitas obat, perubahan absorbsi, penurunan konsentrasi obat).
Pencampuran bahan yang lebih dari satu macam harus
dipertimbangkan adanya interaksi (farmasetik dan farmakologi) dan
rasionalitas obat.
2. Bntuk sediaan yang dapat dipilih meliputi serbuk (pulveres dan pulvis
adspersorium), kapsul, larutan (solusio, infusa), suspensi, unguenta, cream dan
pasta.
3. Penentuan bahan tambahan (corrigen saporis, corrigen odoris,