Top Banner
POLAR Berani Berpikir, Berpikir Berani Lembaran JULI 2013 01 KUALITAS AKADEMIK VERSUS PEMBANGUNAN KAMPUS WAJAH FISIP
16

Polar Edisi 1

Jan 02, 2016

Download

Documents

polar
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Polar Edisi 1

POLARBerani Berpikir, Berpikir Berani

Lembaran JULI2013

01

KUALITAS AKADEMIK VERSUS

PEMBANGUNAN KAMPUS

WAJAH FISIP

Page 2: Polar Edisi 1

Editorial Lembaran POLARSelamat bertemu kembali, sidang pembaca!Kami Kru Polar kembali hadir dan menyapa teman-teman ma-hasiswa di kampus Unpad Jatinangor. Polar yang hadir dengan edisi pertama dan terbaru ditahun 2013. Mencoba menampilkan nuasa akademis dan kampus yang lebih hidup dan dinamis. Pen-didikan merupakan salah satu modal penting di dalam kemajuan dari suatu negara atau bangsa, tanpa pendidikan bangsa tersebut dapat dikatakan mengalami banyak ketertinggalan dan kemun-duran dalam berbagai aspek. Lembaga Pers Mahasiswa FISIP UNPAD POLAR yang telah ban-gun kembali dari tidur panjangnya. Kebangkitan ini didasari dan disadari menjadi sebuah pengertian bahwa media kampus adalah tempat dimana seorang intelektual menjadi pencerdas. Panggilan intelektual harus memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk melihat dengan terang kondisi yang terjadi di sekitar mer-eka, dalam hal ini kampus.Oleh karenanya, LPM FU POLAR dengan batas kemampuan-nya menghadirkan lembaran ini di tangan pembaca. Lembaran kali ini mengangkat tema mengenai kualitas akademik versus pembangunan kampus . banyaknya perubahan yang terjadi di kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor sejak 1983 sampai saat ini. Pembangunan yang sangat gencar dilakukan, mulai dari pembangunan fakultas-fakultas di lingkungan kampus Universi-tas, Laboratorium, ruang olah raga sampai gedung Rektorat yang baru. Pembangunan yang sangat gencar tersebut menjadi suatu dilema dimata mahasiswa berkaitan dengan peningkatan kualitas akademik yang lebih meningkat.Dalam lembaran kali ini, beberapa materi yang sudah disiapkan berupa pengantar mengenai sejarah pendidikan nasional dan Unpad. Kemudian ada liputan khusus yang membahas tentang kualitas akademik versus pembangunan kampus berdasarkan berbagai sudut pandang — hasil laporan Litbang Polar. Selan-jutnya, opini bebas berupa artikel dari dosen dan mahasiswa, puisi,suara mahasiswa, pojok POLAR, karikatur dan rubric baru bernama Fisip bicara yang dapat menambah isi pemberitaan lembaran agar lebih menarik. Akhir kata, LPM FU POLAR berterimakasih kepada pembaca yang telah menjadi motivator bangkit kembalinya media ini. Sedikit perhatian yang diberikan terhadap kondisi sekitar akan membuat kita lebih cerdas melihat kondisi bangsa yang lebih be-sar. Berani Berpikir, Berpikir Berani!Wassalam

Redaksi

Susunan KeredaksianLPM FU Polar

Pemimpin Umum Armensius Pebrian S

Pemimpin Redaksi Raja Haposan Pasaribu

Redaksi :Nisrina NuraathifPintauli Silalahi

LitbangAdhitya Rahmadaniel

LayouterSulthan Fajri Majid

IllustratorAbdun Nur Rachman

DAFTAR ISIEditorial 1Pendahuluan 2Pojok Polar 2Liputan Khusus 3

Litbang Polar 5Jurnal Dosen 7Artikel Dosen 9Artikel Mahasiswa 11

Fisip Bicara 12Karikatur 13Resensi Film 14Kesusastraan 15

SekretariatJln. Raya Bandung - Sumedang KM 21,Jatinangor 45363 Kampus Fisip Unpad JatinangorNo Handphone087869428084 (Armen)

EDISI 1 | JULI ‘13

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

EDITORIAL

1

Page 3: Polar Edisi 1

PENDAHULUAN

2

Kutipan yang terkenal dari Francis Ba-con tersebut jelas mengungkapkan pent-ingnya pendidikan bagi manusia. Sum-ber pokok kekuatan manusia adalah pengetahuan. Mengapa? Karena manusia dengan pengetahuannya mampu melaku-kan olah-cipta sehingga ia mampu bertahan dalam masa yang terus maju dan berkembang.

Informasi mengenai bagaimana model pendidikan di masa prasejarah masih be-lum dapat terekonstruksi dengan sempurna. Namun bisa diasumsikan ”media pembe-lajaran” yang ada pada masa itu berkaitan dengan konteks sosial yang sederhana. Terutama berkaitan dengan adaptasi ter-hadap lingkungan di kelompok sosialnya.

Pada zaman kolonial Belanda, pendidikan yang dibuat memiliki ciri-ciri tertentu. Per-tama, gradualisme yang luar biasa untuk pe-nyediaan pendidikan bagi anak-anak Indone-sia. Belanda membiarkan penduduk Indonesia dalam keadaan yang hampir sama sewaktu mereka menginjakkan kaki, pendidikan tidak begitu diperhatikan. Kedua, dualisme diarti-kan berlaku dua sistem pemerintahan, pen-gadilan dari hukum tersendiri bagi golongan penduduk. Pendidikan dibuat terpisah, pen-didikan anak Indonesia berada pada tingkat bawah. Ketiga, kontrol yang sangat kuat.

Sejarah pendidikan di Unpad bermula pada tahun 1950-an, dimana di Bandung sebenarnya telah ada perguruan tinggi seperti Fakultas Teknik dan Fakultas MIPA yang merupakan bagian dari Universitas Indonesia (UI) dan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG).

Lahirnya Universitas Padjadjaran (Un-pad) pada hari Rabu 11 September 1957. Adapun nama “Padjadjaran” diambil dari nama Kerajaan Sunda, yaitu Kerajaan Padj-

adjaran yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi atau Prabu Dewantaprana Sri Baduga Maha-raja di Pakuan Padjadjaran (1473-1513 M). Nama ini diambil dikarenakan kesohoran dan kemashuran diantara tokoh-tokoh sunda.

Selanjutnya pada 6 November 1957 diang-katlah Presiden Unpad pertama Mr. Iwa Koe-soemasoemantri, berdasarkan SK Presiden RI No. 14/M/1957, tertanggal 1 Oktober 1957. Senat Universitas dengan Sekretaris Prof. M. Sadarjun Siswomartojo, Kusumahatmadja, dan Mr. Bushar Muhammad. Sejak 1963, sebutan Presiden Universitas diubah menjadi Rektor dan sebutan Sekretaris Universitas atau Kuasa Presiden diubah menjadi wakil rektor.

Unpad dulunya terdiri dari 4 fakultas ; Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyara-kat, Fakultas Ekonomi (keduanya berawal dari Yayasan Universitas Merdeka di Band-ung), Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan (FKIP, penjelmaan dari PTPG di Bandung), dan Fakultas Kedokteran. Dalam kurun waktu 6 tahun, di lingkungan Unpad bertambah 8 fakultas yakni, Fisip (1958), FMIPA (1958), FIB (1958), Faperta (1959), FKG (1959), FIKOM (1960), Fapsi (1961), Fapet (1963), Farmasi (2006), dan FTG (2007). (Unpad.ac.id)/(Raja)

POJOK POLAR

SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA DAN PENDIDIKAN DI UNPAD

“Knowledge is power”.

1. SBY diberi penghargaan atas toleransi ke-agamaan di IndonesiaEmang toleransi udah terealisasi ya Pak?2. Pembangunan masjid di atas tanah bekas GOR PakuanKok masjidnya belum keliatan ya!?3. Ruang kosong di tengah FisipIhh serem….4. Megahnya panggung FisipBoleh nih ngundang Slank

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 4: Polar Edisi 1

LIPUTAN KHUSUS

3

Pembangunan Kampus VS Kualitas Akademik

KISAH BERAWAL dari kegelisahan yang dialami oleh beberapa maha-

siswa yang melihat perkembangan dan kemajuan dari kampus Universitas Padj-adjaran belakangan ini yang dinilai sangat cepat. Hingga munculnya kegelisahan mahasiswa dalam hal menyangkut pem-bangunan kampus Universitas Padjadjaran yang dikatakan sangat meningkat dari ta-hun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dengan pembangunan gedung fakultas Farmasi, Mesjid Unpad (belum selesai), dan hingga gedung rektorat yang mewah dan megah. Namun, demikian apakah pembangunan kampus saat ini telah menjawab tantangan kualitas akademik mahasiswa di Unpad khususnya ?

Pembangunan Kampus“Pembangunan kampus di Universi-

tas Padjadjaran dapat dikatakan sudah berkembang dengan baik, hal ini dibukti-kan dengan adanya 14 fakultas di Unpad dan 2 Fakultas yakni Ekonomi dan Hukum menyusul akan dibangun,” Kata Pembantu Dekan 1 Fisip Unpad. Beliau juga menam-bahkan bahwa sudah adanya peningkatan fasilitas seperti perpustakaan Cisral yang berbasis IT dan dalam upaya Unpad men-capai World Class University.

Pria yang bernama lengkap H. Dr. Sony Akhmad Nulhaqim, S.Sos., M.Si, juga tidak menampik adanya aspirasi dari mahasiswa, dosen dan pegawai terkhusunya yang ada di lingkungan Fisip. Mulai dari pengadaan pengembangan KRS Online sejak tahun 2010, Lapangan Parkir yang terorganisir, fasiltas kamar mandi dan ruangan kelas

yang memadai, meja batu untuk tempat mahasiswa belajar, panggung fisip untuk tempat berkreasi seni mahasiswa Fisip hingga pada rencana pembangunan gedung baru yakni gedung F Fisip yang sedang digarap oleh Pembantu Dekan II Fisip.

Hal itu berbeda dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Jurnalistik Sahat Sahala Saragih mengatakan ,” tidak perlu diperlawankan antara kualitas akademik dengan pembangunan kampus. Hal itu sebaiknya berselaras dan beriringan satu dengan lainnya’. lalu, Beliau juga menam-bahkan “ruang kelas yang masih kurang memadai dengan jumlah mahasiswa yang bertambah terus-menerus setiap tahunnya”.

Pria yang akrab disapa Bang Sahala ini juga memberikan kritikan kepada Unpad dalam hal, di Fikom saja stasiun radio dan TV saja tidak ada padahal ada Fakultas Ilmu Komunikasi. Sangat kontras dengan universitas-universitas lain yang tidak me-miliki Fikom. Ketika disinggung mengenai adanya kritikan dari mahasiswa terhadap pembangunan kampus. Dosen yang telah mengajar selama 26 tahun ini langsung menyanggah dan mengatakan “Saya tidak melihat adanya hubungan antara pemban-gunan kampus dengan peningkatan kuali-tas akademik”. Dan yang perlu diperhatikan adalah masalah kualitas dosen dan input mahasiswa masuk sejak SMAnya.

“Perlu adanya transparansi Unpad dalam hal pengadaan barang dan jasa serta ter-khususnya mahasiswa juga harus dilibatkan agar tidak terjadi kesalahpahaman”, ujar

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 5: Polar Edisi 1

twitter: @polarfisipunpad 4

Wildan Ghiffary, selaku Ketua BEM Kema Unpad saat ditemuin di selasar Fisip. “Sering sekali menerima aspirasi dari mahasiswa terkait pembangunan di lingkungan kampus Unpad, bahkan sampai ada aspirasi yang negatif. Tapi saya tetap optimis ini menujukkan bahwa mahasiswa Unpad masih kritis dan masih peduli terhadap Unpad. Saya sebagai Ketua Bem kema harus menerima dan menyampaikan juga kepada BPM Kema dan menjadi evalu-asi bersama teman teman di BEM KEMA”, tambahnya.

Kualitas AkademikMahasiswa Berprestasi Unpad tahun 2013

Mangasa Lumban Tobing secara langsung mengatakan ,“ Prestasi mahasiswa Unpad secara akademik sudah berkembang . Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya medali emas yang didapat oleh anak Unpad yang berlomba di luar negeri baik pen-capaian di level nasional misalnya ajang mawapres.” Sedangkan pandangan dari Mahasiswa Berprestasi Fisip 2013 Westra Tanribali mengatakan,” Prestasi Mahasiswa Unpad sendiri sebetulnya membanggakan. Terlihat kini mahasiswa Unpad sudah banyak yang membuktikan prestasinya baik ditingkat nasional maupun internasional.”

Hal senada diutarakan oleh PD 1 Fisip Unpad ,” Prestasi mahasiswa Fisip terkhu-susnya telah memiliki prestasi baik dilevel universitas, nasional sampai internasional. Misalnya saja FORSI dimana Fisip juara Umumnya, mahasiswa Fisip dikenal jago dan piawai dalam berdebat baik bahasa Inggris dan Indonesia. Aktif mengikuti forum-forum internasional seperti di Amerika (HNMUN/Harvard National Model United Nation), dan Belanda (TEI-

MUN/The European International Model United Nation). Lalu ada ,yang berkes-empatan mengikuti Student Exchange ke Ajou University , Korea Selatan dan USM (Universiti Sains Malaysia), Malaysia.

Berbeda dari sebelumnya, pandangan dari Sahat Sahala Saragih mengatakan ,” Mem-pertanyakan apakah dengan semakin ban-yaknya gelar doktor dapat berbanding lurus dengan peningkatan kualitas akademik. Setelah adanya UU yang mengatakan den-gan jelas bahwa ketika ingin menjadi dosen wajib bergelar S2 atau S3. Bahkan, Laporan Rektor dan Dekan tiap-tiap fakultas di lingkungan Unpad ketika dies natalis Uni-versitas dan Fakultas atau saat penerimaan mahasiswa baru selalu mengungkapkan adanya tren kemajuan angka-angka jumlah gelar yang didapatkan oleh dosen.

“Saat ini dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan Indonesia hanya dinilai dari kuantitas (jumlah) mulai dari lulus cepat (3,5 tahun sampai 4 tahun), dan berdasar-kan IPK. Apakah hal itu dapat dikatakan kualitas yang bagus?. Padahal salah satu fungsi pendidikan itu adalah untuk mendi-dikan dan mengajarkan mahasiswa untuk peduli terhadap lingkungannya sekitarnya. Pendidikan itu tidak cukup dengan IPK tinggi-tinggi saja tapi apa manfaatnya bagi orang lain secara sosial,” tambah Beliau

Bahkan, Beliau berpendapat ,“salah satu cara yang mudah dan cepat untuk menge-tahui kualitas suatu jurusan itu adalah me-lalui para lulusannya diterima dilapangan pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya atau program studinya.” (Raja)

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 6: Polar Edisi 1

twitter: @polarfisipunpad

LITBANG POLAR

5

Transformasi terjadi di Jatinangor pada umumnya dan Universitas Padjadjaran (Unpad) pada khususnya. Infrastruktur, tenaga pengajar, mahasiswa/i hingga ma-syarakat bersinergi untuk menciptakan sua-sana pendidikan yang kondusif. Rencana Strategis Universitas Padjadjaran tahun 2012-2016 yaitu “Menjadi Universitas Riset dan Pelayanan Bermutu (Research and Ex-cellent Teaching University) sejalan dengan visi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ta-hun 2020 untuk menjadi lembaga pendidi-kan tinggi yang memiliki komitmen terha-dap keunggulan bidang ilmu sosial dan ilmu politik yang diakui secara internasional. POLAR melihat bahwa perlu diadakan jajak pendapat mengenai hal-hal yang dianggap penting guna mewujudkan rencana strat-egis Unpad dan visi FISIP tersebut.

POLAR melakukan jajak pendapat dengan sampel 120 mahasiswa/i FISIP angkatan 2009-2012 pada tanggal 20 Mei – 1 Juni 2013 guna mengetahui pendapat mahasiswa/I FISIP tentang prestasi maha-siswa FISIP, pelayanan administrasi akad-demik dan kemahasiswaan, dan fasilitas kampus FISIP. Kami sendiri menyadari bah-wa penilaian mengandung subyektivitas pribadi dengan keterlibatan 120 mahasiswa/i FISIP akan didapatkan gamba-ran secara umum kondisi kampus kita ter-cinta saat ini.

41

67

12

0

10

20

30

40

50

60

70

80

baik cukup buruk

Prestasi Mahasiswa Fisip bidang akademik

Melihat dari hasil jajak pendapat di atas, mayoritas menjawab prestasi mahasiswa/i FISIP di bidang akademik adalah cukup. Prestasi mahasiswa berhubungan den-gan kurikulum yang dijalani dan keg-iatan mahasiswa/i FISIP di luar lingkun-gan FISIP. Informasi tentang prestasi mahasiswa/i FISIP terdapat di website http://fisip.unpad.ac.id/profil/prestasi tetapi sangat disayangkan website terse-but terakhir diperbarui tanggal 10 Mei 2011. Prestasi pada dasarnya melibatkan tenaga pengajar dan mahasiswa/i, ketika pelaksanaan pendidikan tidak menjadi kepedulian kedua belah pihak, maka FI-SIP tidak dapat menelurkan lulusan yang berdaya saing secara moral dan akademis.

WAJAH FISIP KITA

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 7: Polar Edisi 1

6

Pertanyaan kedua adalah mengenai pelay-anan administrasi dan kemahasiswaan yang merupakan tanggung jawab jajaran Dekanat FISIP. Pelayanan yang profesional berbasis transparansi dan akutabilitas un-tuk menciptakan kelembagaan yang efek-tif dan efisien merupakan misi dari FISIP. Maka dari itu, pendapat mahasiswa/i FISIP tentangnya kurangnya pelayanan harus-lah segera dibenahi agar terciptanya sua-sana yang memadai bagi mahasiswa/i yang membutuhkan.

Fasilitas kampus menurut kami merupakan hal yang menjadi prioritas utama pembenahan jajaran Dekanat FISIP. Pendapat mahasiswa/i menganggap bahwa fasilitas yang berfungsi untuk menunjang kegiatan akademik perlu diperbaiki, seperti kurangnya literatur yang disediakan perpustakaan FISIP, jaringan wi-fi yang belum mencakup keseluruhan area kampus FISIP, dsb. Hal ini berhubungan dengan kualitas mahasiswa/i ke depannya. Proses pencarian ilmu yang maksimal membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Melalui jajak pendapat yang dilakukan oleh POLAR, segenap civitas akademika diharapkan untuk bahu-membahu guna kebaikan FISIP di masa yang akan datang. Jajak pendapat ini merupakan otokritik bagi setiap individu yang terlibat di

dalam proses belajar mengajar (Adit).

SUARA MAHASISWAMenurut Anda lebih baik memajukan kualitas akademik atau membangun infrastruktur ?

Dyno Triandika - Geologi 2011- bertahap menurutku, tapi kalau yang dida-hulukan ya akademik, dengan akademik yang bagus banyak pihak yang akan melihat dan mengapresiasi, bisa jadi dalam hal sumbangan dana, kemajuan infrastruktur akan terikat di dalamnya. Unpad lebih maju apa ya.. tidak ada. sama-sama tidak maju

Ajeng Indri Hastuti - Psikologi 2011- Lebih baik pengembangannya berjalan ber-samaan , saat ada infrastruktur yang baik itu membantu akademiknya juga. Di Unpad itu lebih maju akademiknya, dilihat dari tenaga pengajarnya yang nggak sembarangan dan me-mang berkualitas, tapi infrastruktur belum se-maju universitas lainnya.

Nurajeng Fitri Handayani - Faperta 2009- Infrastruktur, kalo infrastuktur makin baik lambat lain kualitas pendidikan jadi menin-gkat juga. Mahasiswa jadi punya sarana dan semagat buat ningkatin kualitas akademiknya. Unpad lebih condong ke infrastruktur kalau kata gue. tapi kualitas akademiknya juga tidak kalah kok.

Ronel Sinaga – Geologi 2010- Kalo disuruh memilih, memilih memajukan kualitas akademik kalo infrastruktur bersifat fisik yang dibangun Akademik yang baik dapat mengubah paradigma-paradigma lama yang sudah ditanam jauh dari zaman penjajahan dan banyak yang salah.

Muhammad Al-Khotib Nasution - FTIP 2010- sebenarnya sih saling berhubungan antara kualitas dengan infrastruktur.Kalau infrastruktur yang baik maka kualitas akan menuntut.

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 8: Polar Edisi 1

twitter: @polarfisipunpad

JURNAL DOSEN

7

Pada tahun 2006, bersama dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI dan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad), menjadi anggota peneliti “Kajian Pembangunan Wilayah Perbatasan ditinjau dari Aspek Kes-ejahteraan dan Keamanan”. Penelitian ini bertu-juan untuk:

1. Mengidentifikasi dan memetakan kondi-si, isu-isu strategis, dan potensi masyarakat di wilayah perbatasan darat dilihat bidang politik, ekonomi, sosial budaya, tata ruang dan infra-struktur serta keamanan.

2. Mengkaji kebijakan dan strategi pembangu-nan wilayah perbatasan darat ditinjau dari pers-pektif kesejahteraan.

3. Mengkaji kebijakan dan strategi pembangu-nan wilayah perbatasan darat ditinjau dari pers-pektif keamanan.

Lokasi pengkajian meliputi provinsi-provinsi yang memiliki wilayah perbatasan dengan negara lain, yang terdiri dari:

a. Perbatasan Kalimantan dan Malaysia, meli-puti:

1) Provinsi Kalbar (Kabupaten Sambas, Beng-kayang, Sanggau, Kab Sintang dan Putusibau);

2) Provinsi Kaltim (Kabupaten Bulungan, Be-rau dan Nunukan).

b. Perbatasan NTT dan Timor Leste, meliputi:1) Wilayah yang berbatasan dengan Oekusi; 2) Wilayah yang berbatasan dengan NTT (Ka-

bupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan).

c. Perbatasan Papua dan PNG, meliputi:1) Kabupaten Jayapura; 2) Kabupaten Jayawijaya;3) Kabupaten Digul;4) Kabupaten Merauke.

Hasil penelitian merekomendasikan sejumlah arah kebijakan pengembangan wilayah perba-tasan dari aspek kesejahteraan dan keamanan, yang meliputi:

1. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Wilayah Perbatasan ditinjau dari Perspektif Kesejahteraan

Dalam perspektif kesejahteraan, fokus utama pembangunan wilayah perbatasan diarahkan untuk meminimalkan kesenjangan ekonomi, so-sial, dan budaya serta minimnya infrastruktur di wilayah perbatasan.

Secara rinci, kebijakan pembangunan wilayah perbatasan dari perspektif kesejahteraan meliputi:

1) Pengembangan paradigma tentang wilayah perbatasan sebagai halaman/beranda/teras/pintu gerbang depan NKRI.

2) Perwujudan komitmen politik tentang pem-bangunan wilayah perbatasan untuk masing-ma-sing sektor secara simultan.

3) Pengalokasian anggaran khusus di tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota yang memadai untuk pembangunan wilayah perba-tasan secara rutin.

4) Penetapan prioritas pembangunan infra-struktur komunikasi dan transportasi (darat, laut/sungai, dan udara), prasarana dasar sosial, seperti prasarana kesehatan, pendidikan dan keagamaan.

5) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia.6) Peningkatan kerjasama pembangunan di

bidang sosial budaya, ekonomi dan keamanan an-tarnegara tetangga.

2. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Wilayah Perbatasan ditinjau dari Perspektif Keamanan

Dalam perspektif keamanan, kebijakan dan strategi pembangunan wilayah perbatasan di-arahkan untuk mengatasi tantangan dan ancaman yang mungkin muncul dari dalam maupun luar

Wajah Perbatasan Indonesia

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 9: Polar Edisi 1

twitter: @polarfisipunpad 8

wilayah perbatasan. Berbagai pelanggaran krim-inal, seperti illegal logging, illegal mining, bah-kan transnational crimes menjadi isu-isu penting yang perlu diprioritaskan penanganannya.

Secara rinci, kebijakan pembangunan wilayah perbatasan dari perspektif keamanan terdiri dari:

1) Percepatan program sabuk pengaman (safety belt) di wilayah perbatasan yang terpadu dan terarah.

2) Pengembangan stabilitas politik melalui pemberdayaan masyarakat.

3) Penataan batas darat dan laut antarnegara dalam rangka menjaga dan mempertahankan kedaulatan wilayah.

4) Pembangunan dan penempatan satuan pengamanan sesuai dengan strategi pertahanan.

5) Peningkatan keamanan dan ketertiban serta penanggulangan kriminalitas melalui koor-dinasi dan kerjasama antarlembaga.

Pada tahun 2012, bersama dengan Badan Nasi-onal Pengelolaan Perbatasan RI (BNPP), menjadi narasumber untuk Bimbingan Teknis bagi para camat di wilayah perbatasan. Tema bimtek-nya adalah Penguatan Kelembagaan dalam Pengelo-laan Infrastruktur Pemerintahan Wilayah Perba-tasan. Sebagai narasumber, memberikan materi tentang Penguatan Kelembagaan Kecamatan dalam Pengelolaan Pendanaan Pembangunan di Wilayah Perbatasan. Bimtek diselenggarakan di Papua (12 Oktober 2012), Balikpapan (19 Okto-ber 2012), dan Medan (30 Oktober 2012). Materi yang disampaikan pada intinya membahas ten-tang kewenangan camat dalam pembiayaan dae-rah perbatasan yang menjadi wilayah kerjanya, identifikasi sumber-sumber pendanaan yang dapat dikelola oleh camat, baik yang bersumber dari dana publik (APBN dan APBD) maupun non-publik (melalui Corporate Social Respon-sibility) dan kerjasama publik-swasta. Juga diba-has berbagai best practices yang dapat dicontoh oleh para camat di wilayah perbatasan.

Carolina Paskaria Dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unpad

Alumni Polar 1997/1998

Selamat kepada rekan kami

Raja Haposan Pasaribu

Atas prestasinya menjadi Juara II

Lomba Karya Tulis Sosial Politik (BAKAR ITIK V)

BEM FISIP UNPAD 2013

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 10: Polar Edisi 1

twitter: @polarfisipunpad

ARTIKEL DOSEN

9

“Dimanakah Tindjumu” begitulah kira-kira hampir seabad yang lalu Soekarno memberi judul pada sebuah artikel diharian “Soeloeh Indonesia Muda” Nomor 4 Tahun 1927. Tulisan itu memang hendak ditujukan kepada para pemuda yang pada saat itu mulai terbangun kesadaraakan kondisi dan nasib bangsanya. Tentu saja kita akan tahu bahwa Soekarno saat itu tidak sedang menantang para pemuda untuk beradu tinju secara fisik, tetapi memang menantang para pemuda pada saat itu untuk menge-luarkan gagasan-gagasan terbaik bagi bangsanya yang sedang terjajah.

Apabila kemudian hari ini kita membaca sebuah buku berjudul “Can Asian Think?” karangan dari Kishore Mahbubani terbitan Marshall Cavendish, Singapore. Tahun 2004. Tentu akan menjadi relevan dengan tantangan yang pernah diberikan oleh Soekarno tersebut untuk memberikan gagasan besar diantara keterpurukan dan keterjajahan kembali negeri ini atau bahkan negeri Asia lain yang lain. Me-mang, jikalah buku tersebut dibaca oleh Soekarno, sudah barang tentu betapa tersinggungnya ia apa-bila bangsa Asia dianggap tidak bisa berfikir. Karena dengan munculnya gagasan-gagasan Soekarno dan pemuda lainya di awal abad ke-20 lah, negeri ini bisa melakukan revolusi besar pada tahun 1945.

Dalam artikel “Dimanakah Tindjumu” tersebut, jelas sekali bahwa Soekarno punya gagasan besar untuk kemajuan bangsa ini, gagasan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada pada bangsa ini, gagasan untuk membangun harkat dan martabat bangsa ini. Meskipun mungkin terlihat sederhana memang, tetapi diusianya yang baru 25 tahun -pada saat itu- pada artikel tersebut Soekarno sudah punya gagasan besar tentang bagaimana seharusnya industrialisasi di Indonesia dibangun. Dan tentu saja melalui tulisan-tulisanya yang lain, kita bisa melihat betapa banyak gagasan-gagasan besar lainya yang dimiliki Soekarno pada saat itu.

Sekarang ini sepertinya negeri ini terlalu “bermurah hati” bagi korporasi asing untuk bisa secara semena-mena mengambil kekayaan yang ada dalam perut bumi Indonesia. Dan celaknya ternyata sudah banyak sektor-sektor penting dan yang menguasai hajat hidup orang banyak sudah tidak dikua-sai bangsa ini. Padahal hampir seabad yang lalu soekarno sudah menyadari pentingnya penguasaan atas bumi, air dan kekayaan alam di negeri ini. Hampir seabad yang lalu, soekarno menulis “Biarkan kekayaan alam kita tetap tersimpan di perut bumi, hingga insinyur-insinyur Indonesia mampu men-golahnya sendiri”.

Soekarno memahami pentingnya negeri ini untuk mampu berdikari, berdiri di atas kaki sendiri. Berdikari bsecara ekonomi, berdikari secara politik, berdikari dalam kehidupan berbangsa dan ber-negara. Dalam bidang ekonomi, soekarno memiliki gagasan memajukan perusahaan-perusahaan negara sebagai pondasi ekonomi nasional. Nyatanya saat ini terbukti benar gagasan tersebut benar adanya. Bahwa dalam negara yang menganut sistem ekonomi negara (ekonomi terencana), ternyata perusahaan-perusahaan negara mampu menunjukan kejayaannya dalam mengelola sektor strategis ekonomi nasional. bisa didikte oleh negara manapun. Dalam hal lain, dahulu Soekarno memiliki ga-gasan untuk membangun industrialisasi di luar pulau jawa, bahkan ia katakan pabrik-pabrik harus didirikan dengan modal dalam negeri bukan swasta asing. Faktanya sekarang, kita bisa lihat apa yang terjadi di negeri ini? banyak pabrik menumpuk di pulau jawa yang sempit, perusahaan-perusahaan dibangun oleh asing, dan rakyatnya hanya menjadi buruh dinegeri sendiri.

Dibidang politik, negeri ini sepertinya sangat tidak berdaya menghadapi hegemoni asing. Selama hampir empat dasawarsa, atas nama “pembangunan” negeri ini harus tunduk dan patuh terhadap

Tantangan Besar Soekarno

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 11: Polar Edisi 1

twitter: @polarfisipunpad 10

belenggu agen-agen neolib atas nama negara maju, atau para pebisnis pembangunan. Padahal soek-arno memiliki gagasan supaya negeri ini benar-benar merdeka dan berdaulat tanpa

Kita memang perlu melihat kembali kepada diri kita, dan mempertanyakan bisakah kita “berfikir”. Dan apabila kita mampu menjawab “ya”, manakah buah pikir itu, manakah gagasan-gagasan itu. Akhirnya, kita semua harus menyadari bahwa negeri ini masih menyimpan beragam masalah, dan dibutuhkan orang-orang yang memiliki gagasan besar untuk kemajuan bangsa ini. Dan dengan kali-mat yang lain Profesor Imam Prasodjo sejatinya sudah memberikan jawaban dalam pengantar buku “Mengubah Dunia” karya David Bornstein bahwa “diperukan banyak orang ‘abnormal’ untuk menga-tasi kesulitan negeri ini”. Sekali lagi, “dimanakah tindjumu?”, dimanakah gagasanmu?

Tomi SetiawanDosen Ilmu Administrasi Negara Fisip Unpad

Selamat Kepada

Kanavino Ahmad Rizqodan

Luis Intan Pratiwi

Terpilih menjadi Ketua dan Wakil Ketua HIMA Ilmu Pemerintahan periode 2013-2014

Selamat Kepada

Ari Kriswanto dan

Fathiya Zahr

Terpilih menjadi Ketua dan Wakil Ketua HIMA Administrasi Bisnis periode 2013-2014

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 12: Polar Edisi 1

twitter: @polarfisipunpad

ARTIKEL MAHASISWA

11

Sudah bukan barang baru lagi, jika kita mendengar istilah demokrasi di masa kekinian. Bahkan, sudah ada sebagian orang yang menolak secara mentah-mentah konsepsi istilah dari demokrasi ini. Dalam hal pemaknaan, secara sederhana demokrasi dapat diarti-kan sebagai suatu konsep kekuasaan yang letak kedaulatannya berada di tangan rakyat. Dimana istilah demokrasi itu sendiri berasal dari kosakata Yunani, yakni demos (rakyat), dan cratos (kekuasaan).Merujuk pada istilah kunci tersebut tentang konsepsi demokrasi, bagi saya faham ini haruslah dikritisi dan tidak boleh di telan mentah-mentah oleh suatu Negara yang hendak mengaplikasikannya. Hal ini karena karakteristik setiap bangsa pastilah berbeda antara satu sama lainnya, khususnya dalam konteks ke-Indonesia-an. Dimana faham demokrasi yang saya maksud disini merupakan suatu faham yang terlalu mengagung-agung kan suara rakyat sebagai suara Tuhan Yang Maha Benar. Sehingga para anggota dewan yang notabene nya merupakan manusia yang mengatasnamakan rakyat bisa berlaku se-enaknya dalam menetapkan hukum terkait dengan suatu hal yang benar ataupun yang salah dalam menetapkan kebijakan public, tanpa adanya rambu-rambu yang membatasinya kecuali dari kesepakatan mereka itu sendiri. Jika memang kondisinya demikian, maka sudah sepatutnya konsepsi demokrasi yang demikian untuk segera di benahi. Karena dikhawatirkan kelak orang-orang yang mengisi jabatan anggota dewan ialah para koruptor, sehingga suatu saat nanti tindakan korupsi akan dinilai sebagi sesuatu hal yang wajar dan legal. Oleh karena itu, saya memandang bahwa dalam system demokrasi kekinian, maka dinilai perlu untuk memisahkan hal-hal apa saja yang boleh di bahas ataupun ditetapkan kebenarannya oleh parlemen sebagai badan representative rakyat dan yang tidak boleh dibahas oleh badan tersebut. Dimana hal-hal yang tidak boleh ditetapkan sebagai sesuatu hal yang benar ialah apa-apa yang bertentangan dengan nilai-nilai agama,norma, mapun moril. Sedangkan selebihnya merupakan otoritas dari badan tersebut untuk mengatur segala kebijakan yang ditetapkan guna mencapai kesejahteraan social bagi masyarakat.

Muhammad Irfan IlmyKetua HIMA IP Fisip Unpad 2012/2013

DEMOKRASI

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 13: Polar Edisi 1

twitter: @polarfisipunpad

FISIP BICARA

12

Fisip Bicara merupakan rubrik dari Polar yang berperan sebagai ‘jembatan’ komunikasi antara mahasiswa dan pihak Dekanat FISIP serta juga dapat menjadi komunikasi antar mahasiswa. Dalam rubrik ini, dimuat aspirasi mahasiswa yang kemudian akan ditanggapi oleh pihak Dekanat FISIP.Nanda Fisip 2012 : Sarana dan prasarana kelas di kampus Fisip Unpad seringkali tidak berfung-si dengan baik, misalnya adalah pengeras suara, proyektor, dan AC (Air Conditioner) ? Kepala SBU : Masalah kelengkapan sarana dan prasarana kelas sudah diusahakan semaksi-mal mungkin. SBU (Sub Bagian Umum) telah berusaha memperbanyak peralatan kelas sep-erti menambahkan dispenser. OB (Office Boy) juga disediakan untuk merawat peralatan dan menjaga kebersihan kelas. Setiap minggunya, OB membuat laporan ke pihak SBU mengenai kondisi peralatan kelas dan jika ada peralatan yang hilang atau rusak, laporan diteruskan ke bagian sarana dan prasana. Mengenai realisasi laporan tersebut, tidak dapat diwujudkan seke-tika itu juga karena harus melewati beberapa tahapan proses.Agnes (Fisip 2012) : Di beberapa lokasi, kondisi kamar mandi di kampus Fisip kurang memadai. Terdapat westafel dan WC yang rusak. Kamar mandi sering berbau tidak sedap dan kondisi ke-bersihannya cukup buruk.Kepala SBU : Kebersihan kamar mandi ditang-gungjawabin oleh OB di masing-masing gedung kampus dan mereka telah bekerja semaksimal mungkin. Namun, kami juga menyayangkan si-kap mahasiswa yang tidak mau merawat bahkan merusak kamar mandi. Seringkali mahasiswa membuang sampah sembarangan di kamar mandi yang mengakibatkan sumbatnya sal-uran air, baik itu saluran air di WC maupun di westafel. Bahkan, seringkali terjadi kehilangan

peralatan kamar mandi semisal lampu neon dan pengharum kamar mandi yang dicuri. Untuk itu, kami (pihak SBU) menghimbau mahasiswa agar turut merawat dan tidak merusak fasilitas kamar mandiDesi (Fisip 2012) : Stop kontak yang ada di meja batu kebanyakan rusak dan tidak berfungsi lagi. Jaringan Wifi di kampus Fisip juga tidak merata (hanya berfokus di beberapa lokasi).Kepala SBU : Stop kontak yang ada di lokasi kampus Fisip sebenarnya sudah sering diper-baiki namun seringkali tidak dirawat. Terlebih lagi, banyak orang luar (bukan mahasiswa Fisip atau bahkan bukan mahasiswa) yang masuk ke wilayah kampus Fisip dan melakukan pencurian stop kontak yang ada di meja batu. Hal ini didu-kung letak kampus Fisip yang strategis sehingga orang bisa bebas keluar masuk. Usaha perbaikan dan perawatan stop kontak akan terus dilakukan dan didukung dengan adanya OB yang mem-berikan laporan setiap minggunya mengenai kondisi stop kontak. Kami juga akan mengusa-hakan agar stop kontak dapat berfungsi kembali dan akan dinyalakan mulai dari pagi hingga sore hari. Tapi kami menghimbau agar semua pihak, termasuk mahasiswa, turut merawat stop kontak yang ada di wilayah kampus FisipSisfo (Sistem Informasi) : Kami sebenarnya su-dah menyadari adanya masalah wifi di wilayah kampus Fisip dan telah mengajukan laporan ke PD II. Namun, belum ada perintah lebih lan-jut mengenai masalah wifi. Untuk peningkatan kualitas jaringan wifi, kami akan berusaha me-nambah jangkauan radiasi wifi ke setiap gedung (pinta).

FISIP BICARA

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 14: Polar Edisi 1

twitter: @polarfisipunpad

KARIKATUR

13

INTELEKTUAL

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 15: Polar Edisi 1

twitter: @polarfisipunpad

RESENSI FILM

14

Dalam rangka memperingati hari buruh internasional 1 Mei , Lola Amaria mengusung tema buruh wanita dalam film garapannya yang berjudul Kisah 3 Titik. Film berdurasi 104 menit ini berusaha menggambarkan realita yang dihadapi buruh wanita di Indone-sia. Dengan memunculkan tiga tokoh utama bernama Titik, film ini mencoba mengupas berbagai permasalahan mengenai ketenagakerjaan Indonesia. Karakter Titik pertama bernama Titik Sulastri yang diperankan oleh Ririn Ekawati. Titik Sulastri adalah seorang wanita yang hanya hidup berdua dengan suaminya di Jakarta namun sang suami wafat dan meninggalkannya sendirian di Jakarta dalam keadaan hamil. Titik pun harus berjuang sendiri menghudupi putri tunggalnya dan mempersiapkan kelahiran anak dalam kandungannya. Melalui bantuan rekan suaminya , Joko (Rangga Djoned), Titik kemudian dipekerjakan di sebuah pabrik manufaktur meskipun ia ter-paksa menyembunyikan kehamilannya akibat peraturan yang berlaku di pabrik tersebut. Karakter Titik kedua bernama Kartika yang diperankan Maryam Supraba. Titik meru-pakan sosok yang tomboy yang bekerja di sebuah industri rumahan yang mempekerjakan anak-anak dengan upah yang minim. Titik kemudian berusaha memperjuangkan hak pekerja anak-anak tempatnya bekerja. Sementara Titik ketiga yang diperankan langsung oleh Lola Amaria bernama Titik Dewanti. Titik merupakan sosok wanita pekerja yang baru saja dipromosikan jabatannya sebagai manajer sumber daya manusia. Melalui jabatan barunya tersebut Titik berusaha meningkatkan kualitas hidup buruh di tempatnya pekerja namun resolusi yang ditawarkan rupanya berbenturan dengan kebijakan perusahaan yang nampaknya hanya mencari untung sebesar-besarnya.Melalui tiga tokoh Titik, film ini mampu membuka wawasan yang nyata dan cukup luas mengenai berbagai masalah yang dihadapi kaum pekerja di Indonesia, mulai dari per-masalahan upah, jam kerja, persaingan tidak sehat antar pekerja,hingga aturan-aturan yang berhubungan dengan kesejahteraan para pekerja. Walaupun pendalaman konflik di masing-masing karakter Titiknya masih dirasa kurang, presentasi cerita Kisah 3 Titik yang begitu jujur berhasil memaparkan getirnya kehidupan kebanyakan kaum pekerja atau buruh wanita di Indonesia. (irin)

KISAH 3

TITIK

twitter: @polarfisipunpad FB: Majalah Polar Fisip

Page 16: Polar Edisi 1

Manusia, Binatangkah?Oleh: Rio Alfajri

Mengumpat, mencela, melolongManusia, binatangkah?

Ketika pemimpinnya salah, mereka mengumpatBerkoar pandai mencari kesalahan

Menuntut mundur, tak lupa menghinaItu manusia, binatangkah?

Melolong, menolong, melolongBerlari dengan kaki menolong pemimpinnya

Tak pernah letih untuk tahu arti keadilan TuhanItu binatang, manusiakah?

Ironi,Manusia, binatangkah?

Bahkan seekor serigala pun tahu bagaimana memperlakukan pemimpinnya

Bekerja sama untuk saling menasihati dalam kebaikanManusia, binatangkah?

*Mahasiswa HI Unpad 2012 dan Ketua Fisip Islamic Fair