Top Banner

of 12

Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

Aug 07, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    1/27

    POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

    USAHA INDUSTRI ROTI

    BANK INDONESIADirektorat Kredit, BPR dan UMKM

    Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : [email protected]

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    2/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 1

    DAFTAR ISI

    1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2a. Latar Belakang ..................................................................................................... 2b. Tujuan .................................................................................................................... 3

    2. Kemitraan Terpadu ................................ ................................ ..... 4a. Organisasi ............................................................................................................. 4

    b. Pola Kerjasama .................................................................................................... 6c. Penyiapan Proyek ................................................................................................ 7d. Mekanisme Proyek .............................................................................................. 8e. Perjanjian Kerjasama ......................................................................................... 9

    3. Aspek Pemasaran ................................ ................................ ....... 11a. Analisa Permintaan dan Penawaran .............................................................. 11b. Saluran Pemasaran ........................................................................................... 12c. Harga dan Cara Pembayaran .......................................................................... 13d. Promosi ................................................................................................................ 13

    4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 15a. Bahan Baku ......................................................................................................... 15b. Sarana dan Fasilitas Usaha ............................................................................. 15c. Proses Produksi .................................................................................................. 16d. Tenaga Kerja ...................................................................................................... 17

    5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 19a. Biaya dan Sumber Dana .................................................................................. 19b. Proyeksi Laba Rugi ............................................................................................ 19c. Proyeksi Arus Kas .............................................................................................. 20d. Analisa Kriteria Investasi ................................................................................. 20e. Analisa Sensitivitas ........................................................................................... 21f. Jaminan Kredit .................................................................................................... 22

    6. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ................................ 23

    7. Kesimpulan ................................ ................................ ................ 24

    LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 26

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    3/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 2

    1. Pendahuluan

    a. Latar Belakang

    Ditengah merosotnya perekonomian Indonesia yang mengakibatkanbanyaknya pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan di perusahaan-perusahaan menengah dan besar, masih terdapat perusahaan yang tetapbertahan menghadapi gelombang keterpurukan ekonomi. Salah satu jenisusaha yang mampu bertahan adalah usaha industri roti dan kue kering yangtermasuk golongan industri makanan dari tepung serta usaha pembuatankue basah, yang dalam Klafikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) termasukgolongan industri makanan lainnya. Kedua jenis usaha tersebut termasuksubsektor industri makanan dan minuman.

    Diberbagai kota besar di Pulau Jawa, pada umumnya perusahaan roti dankue masih bisa menjalan kan usahanya walaupun dengan mengurangivolume produksi; bahkan terdapat perusahaan yang mampumempertahankan tenaga kerjanya. Demikian pula di bidang industri kuebasah yang sebagian besar di laksanakan baik oleh perorangan maupunkelompok yang berada dalam sentra industri masih mampu bertahan.Sebagai contoh di Pasar Senen - Jakarta, setiap malam omset penjualan kuebasah bisa mencapai ratusan juta rupiah yang melibatkan ratusan pedagangsentra industri kecil. Hal yang sama juga terjadi di kota-kota besar JawaTengah dan Jawa Timur, yang pada dasarnya menunjukkan bahwa dariusaha ini tercipta lapangan kerja yang cukup banyak yang bergiat dalam

    bidang industri dan distribusi.

    Jika dikaji lebih lanjut, penyerapan tenaga kerja di subsektor industrimakanan dan minuman, maka golongan usaha industri roti dan kue keringmenempati urutan kedua setelah industri gula. Hal ini menunjukkan bahwagolongan usaha ini layak digarap oleh pihak perbankan dalam rangkapengembangan usaha dan juga oleh kalangan pemerintah dalampeningkatan penciptaan lapangan pekerjaan kerja bagi tenaga kerja yangtidak tertampung sebagai pegawai negeri atau di sektor usaha lainnya.

    Pemberian kredit untuk pengembangan usaha ini cukup prospektif dan amanbagi perbankan, terlebih dengan di kembangkan pola kemitraan terpadudiantara pebisnis di bidang ini, seperti Asosiasi Pedagang Telur- AsosiasiPeternak Ayam Petelur - Bulog/Dolog - Perusahaan Roti & Kue -Distributor/Agen Roti - Pedagang Enceran Roti - Koperasi.

    Hubungan dagang di antara pebisnis tersebut selama ini telah berjalaninformal tanpa kendala yang berarti.

    Untuk lebih meningkatkan manfaat penggunaan kredit perbankan, makahubungan tersebut dapat di sempurnakan melalui pola kerja sama kemitraanterpadu di mana masing-masing pihak terkait dalam suatu Nota Kesepakatan

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    4/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 3

    yang memuat tentang hak dan kewajiban. Pola kemitraan ini akan dibahaslebih lanjut, dengan sumber informasi yang di gali berdasarkan pengamatanempiris terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa.

    b. Tujuan

    Tulisan ini bertujuan memberikan informasi bagi investor atau perbankanyang sangat diharapkan dapat membantu pengembangan usaha, danberminat memberikan kredit atau bekerja sama dalam permodalan usaha.Dengan adanya bantuan kerja sama modal atau fasilitas kredit, diharapkanusaha ini semakin meningkat dan lebih banyak menyediakan kesempatankerja bagi tenaga kerja di seluruh wilayah Indonesia.

    Berbagai faktor yang meliputi potensi pengadaan bahan baku, teknologi

    manufaktor, kemungkinan pemasaran dan potensi pasar, tak kalah pentingaspek keuangan serta aspek-aspek lainnya juga dibahas sehingga dapat dimanfaatkan untuk bahan kajian lebih lanjut.

    Beberapa model kemitraan dalam usaha ini (seluruhnya 6 model), dikemukakan sebagai bahan telaah yang dapat di gunakan oleh pihakberkepentingan terutama pihak perbankan yang akan memberikan kredituntuk diadaptasi atau di sempurnakan sehingga lebih layak di aplikasikandalam praktek.

    Akhirnya dengan penulisan Model Kelayakan Proyek Kemitraan Terpadu

    dalam usaha industri roti ini di harapkan dapat di gunakan sebagai :

    1. Informasi bagi perbankan tentang model kemitraan terpadu yangsesuai dan layak di biayai dengan kredit perbankan.

    2. Informasi bagi mitra usaha industri roti yang berminat dalampengembangan kemitraan usaha dalam hubungan yang salingmenguntungkan.

    3. Mendukung peningkatan keanekaragaman produksi pangan, sertamenciptakan lapangan kerja, baik dalam industri maupun distribusiroti.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    5/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 4

    2. Kemitraan Terpadu

    a. Organisasi Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpaduyang melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkanbank sebagai pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkandalam nota kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkankelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang salingmenguntungkan antara inti dan plasma, serta membantu bank dalammeningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien.

    Dalam melakukan kemitraan hubunga kemitraan, perusahaan inti (IndustriPengolahan atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyaikedudukan hukum yang setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertaipembinaan oleh perusahaan inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi,bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi.

    Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidangusaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usahakecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA.

    Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai denganbidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecildengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti

    halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan IntiRakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan PerusahaanPengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudianmenjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuanpinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenalsebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya salingberkepentingan diantara semua pihak yang bermitra.

    1. Petani Plasma

    Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas

    (a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untukpenanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecilyang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkandalam untuk itu memerlukan bantuan modal.

    Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan danpenanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatandimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batasmasih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspekusaha.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    6/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 5

    Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yangdimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompoktani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkapBendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakankoordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh parapetani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasidan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketuakelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yangwaktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.

    2. Koperasi

    Parapetani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadianggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan

    kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunankebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperolehmelalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harussudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukupbaik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA paraanggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadirankoperasi primer tidak merupakan keharusan

    3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir

    Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama

    sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuandan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersediamembeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik danatau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbinganteknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untukkeperluan petani plasma/usaha kecil.

    Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untukmengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkandengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untukdiekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksipetani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecildimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijualkepada Perusahaan Inti.

    Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatanpembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkanbantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikanoleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh PertanianLapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempatdan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    7/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 6

    Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yangmemiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbingpetani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga inibisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepadapetani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi.Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakinbesar pula honor yang diterimanya.

    4. Bank

    Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihakPetani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportirsebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modalkerja pembangunan atau perbaikan kebun.

    Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspekbudidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihakbank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimanapengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapatmenunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untukpembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuaidengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannyapendapatan bersih petani yang paling besar.

    Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan

    mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasionallapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalianpokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjiankerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihakpetani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasilpenjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersamauntuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikandengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kreditdibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akanmemotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yangdisepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnyapotongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat padawaktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.

    b. Pola Kerjasama

    Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra,dapat dibuat menurut dua pola yaitu :

    a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakanperjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/ PengolahanEksportir.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    8/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 7

    Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPAkepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagaiChanneling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompoktani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh PerusahaanMitra.

    b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melaluikoperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakilianggotanya) dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir.

    Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasmadilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalahpembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapatdilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawabkoperasi.

    c. Penyiapan Proyek

    Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam

    proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimaldapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akanmempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulaidari :

    a. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasidan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha ataulahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkanproduktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diridalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha.Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    9/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 8

    pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginanuntuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit(KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha;

    b. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yangbersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantumemberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta prosespemasarannya;

    c. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusahaperkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperolehkesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulaidari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihakyang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa

    dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkanpihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaanyang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yangdiperlukan oleh pihak petani/usaha kecil;

    d. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan paraanggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuandi dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yangberkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untukpeningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dariperusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkahyang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam

    kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkanpersetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagaibadan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channelingagent);

    e. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihakinstansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan,Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda);

    f. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini,harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisadiberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelasstatusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanyakejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak DepartemenKehutanan dan Perkebunan.

    d. Mekanisme Proyek

    Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    10/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 9

    Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsipbank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu notakesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hakdan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasidan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atauplasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma kerekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk saranaproduksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidakakan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalahsarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti ataukoperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman

    plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU.Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untukdiserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanyadikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.

    e. Perjanjian Kerjasama

    Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatusurat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihakyang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjiankerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    11/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 10

    dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu.Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihakMitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagaiberikut :

    1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra(inti)

    a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penagananhasil;

    b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan saranaproduksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman sertapemeliharaan kebun/usaha;

    c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca

    panen untuk mencapai mutu yang tinggi;d. Melakukan pembelian produksi petani plasma; dane. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit

    bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalamrangka pemberian kredit bank untuk petani plasma.

    2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma

    a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;;b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang

    lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami;

    c.

    Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca-panen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan;d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang

    disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit;e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya

    oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidaktermasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit;

    f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatansesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panendijual kepada Perusahaan Mitra ; dan

    g. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran hargaproduk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahuludipotong sejumlah kewajiban petani melunasi angsuran kredit bankdan pembayaran bunganya.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    12/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 11

    3. Aspek Pemasaran

    a. Analisa Permintaan dan Penawaran

    Peluang pengembangan usaha industri roti dan kue tidak terlepas darianalisa permintaan dan penawaran produk tersebut. Kondisi ekonomi makroserta perubahan dari konteks negara agraris lambat laun menjadi negaraindustri/jasa secara signifikan akan mengubah pola kehidupan masyarakattermasuk di antaranya perubahan pola makan.

    Perubahan pola makan ini secara langsung memberikan peluang terbukanyausaha yang memproduksi berbagai macam makanan subsitusi yangmenggantikan makanan pokok bangsa Indonesia yaitu Nasi atau Sagu.Umumnya usaha ini akan berkembang di wilayah perkotaan, sekitar daerahindustri, atau daerah pinggiran kota yang populasi penduduknya cukuppadat.

    Bangsa Indonesia sejak dekade 1970-an secara lambat tetapi pasti telahmenuju pertumbuhan ekonomi yang mengubah predikat negara miskinmenjadi negara berkembang. Perubahan ini secara pasti juga mengubahperilaku kerja sebagian besar masyarakat perkotaan dan merembet kepadamasyarakat pedesaan. Perilaku/pola kerja tersebut sangat berpengaruhterhadap pola makan, di mana masyarakat kita dewasa ini akan agar lebihpraktis dan efisien maka pada pagi dan sore hari seringkali memerlukanmakanan yang mudah di peroleh dan cukup mengandung nutrisi yang di

    perlukan tubuh. Makanan tersebut antara lain adalah Roti & Kue.

    Roti dan kue sebenarnya sejak jaman penjajahan sudah menjadi alternatifmakanan bagi sebagian kecil penduduk pribumi. Permintaan produk initampak mengalami peningkatan sejak 2 - 3 dasawarsa yang lalu terutama didaerah perkotaan di Indonesia. Dari tahun ke tahun pemintaan ini terusmeningkat yang di ketahui dari pertumbuhan usaha industri roti dan kuemulai skala kecil hingga besar. Hanya saja pada saat krisis ekonomi melandaIndonesia sekitar pertengahan 1997 hingga awal 1999 beberapa perusahaantersebut mengurangi volume produksinya.

    Sebenarnya pengurangan produksi tersebut di sebabkan peningkatan hargabahan baku roti yang terlalu drastis sehingga berakibat meningkatnya biayaproduksi dan harga jual produk. Di lain pihak karena krisis itu pulapendapatan masyarakat menurun drastis akibat terkena pemutusanhubungan kerja, sehingga sangat mengurangi daya beli.

    Secara pasti besarnya permintaan akan produk roti, kue dan sejenisnya sulitdi ketahui mengingat tidak adanya data. Namun data nilai produksi industriroti dan kue yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik setidaknya menunjukkancaptive market atas produk roti dan kue. Sebagai gambaran di Jawa Tengahpada tahun 1995 dari 77 unit perusahaan menengah dan besar dalam

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    13/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 12

    industri roti & kue mampu menghasilkan produk yang terjual dengan nilaiRp. 141,3 milyar. Kemudian pada tahun 1996 dengan jumlah perusahaan 79unit (meningkat sekitar 2,8%) menghasilkan produk yang terjual dengannilai Rp. 264, 7 milyar. Dari segi nilai jual produk pada tahun 1996meningkat 87% di bandingkan tahun 1995.

    Selanjutnya berdasarkan survei yang dilakukan terhadap beberapaperusahaan yang diambil secara acak di beberapa kota, sejak terjadi krisisekonomi pada medio 1997 hingga awal 1999 mereka melakukanpengurangan produksi sekitar 30 - 60%. Namun pada pertengahan tahun1999, mereka menyatakan mulai meningkatkan produksi sesuai denganpeningkatan permintaan.

    Bila situasi politik setelah pemilhan umum semakin membaik, diharapkan

    situasi ekonomi akan mengalami perbaikan dan membawa pertumbuhanekonomi seperti sedia kala. Sebagai ilustrasi membaiknya ekonomi Indonesiadapat di ketahui dari indikator antara lain tingkat inflasi bulanan pada awal-awal tahun 1999 di berbagai daerah justru mengarah pada deflasi. Kemudianmenjelang dan sesudah pemilihan umum kurs rupiah terhadap mata uangasing menunjukkan penguatan, di samping itu suku bungan bank (deposito,tabungan) juga cenderung menurun.

    Ditinjau dari harga bahan baku utama bagi industri roti dan kue, terjadipenurunan yang cukup drastis, misalnya tepung terigu pada saat krisisekonomi mencapai Rp. 110.000,- per bal (25kg), pada pertengahan tahun

    1999 menjadi Rp. 62.500, - per bal, walaupun nilai ini 3 kali lipat dibandingkan harga sebelum krisis ekonomi. Selain itu, volume penyalurantepung terigupun terus meningkat sejak 1993 hingga 1996, namunmengalami penurunan sejak pertengahan 1997.

    Untuk mengetahui potensi permintaan atas produk roti dan kue, berdasarkandata dari Biro Pusat Statistik Jawa Tengah, di peroleh gambaran bahwapengeluaran rata-rata perkapitan dalam sebulan untuk makanan yang sudah

    jadi pada tahun 1993 adalah Rp. 2.919 dan tahun 1996 menjadi Rp. 5.421.Secara merata mengalami kenaikkan 18% per tahun. Dengan demikianpermintaan roti pada tahun 1999 di Jawa Tengah di perkirakanpengembangan usaha industri roti dan kue masih sangat di mungkinkanuntuk daerah lain perlu modifikasi berdasarkan kondisi setempat.

    b. Saluran Pemasaran

    Seperti telah di paparkan di muka, perusahaan roti dan kue memasarkanproduknya selain langsung kepada konsumen pemakai juga melalui toktoatau warung dan agen. Sehingga jalur distribusi dari produsen ke konsumentidak panjang. Kondisi ini akan mampu memberikan kelonggaran bagiperusahaan dalam menetapkan harga jual produk.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    14/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 13

    Kepada toko dan warung, perushaan biasanya memberikan komisi sekitar 5 -10 persen dari harga jual produk. Sedangkan kepada agen, komisi sekitar 20persen dari harga jual produk. Pihak wiraniaga / pedagang keliling biasanyamenjual produk dengan mengambil marjin sekitar 10 - 25 persen. Kondisisemacam itu masih tetap di pertahankan dalam rencana pengembangan ini.

    Salah satu kendala yang bisa timbul dari sistem jalur distribusi tersebutadalah rendahnya loyalitas para wiraniaga. Seringkali, karena tidak adanyaikatan yang jelas antara produsen atau agen dengan para wira niagasesukanya, misalnya meninggalkan kereta dorong di seberang tempat danmelarikan hasil penjualan barang dagangan. Untuk mengatasi terjadinya hal-hal seperti tersebut, maka perlu di buatkan perjanjian tertulis antaraprodusen, agen dan wiraniaga tentang hak dan kewajiban masing-masing.

    c. Harga dan Cara Pembayaran

    Kebijakan harga yang ditempuh perusahaan yaitu dengan menambahkanimbuhan harga atas harga pokok biasanya sekitar 40 - 70 persen. Harga jualyang ditetapkan kepada konsumen langsung maupun toko/warung adalahsama. Dengan demikian pihak toko dan warung memiliki peluang yang sama.Kemudian perusahaan memberikan komisi sebesar 10% dari harga jual yangdiberikan kepada toko/warung. Adapun cara pembayaran yang selaludilakukan oleh para konsumen langsung adalah tunai. Jika dari toko/warungdengan cara konsinyasi yakni pembayaran di lakukan kalau barang terjual.

    Sejak tahun 1992 hingga 1995 harga jual produk selalu tidak ada kenaikanberarti . Namun sejak tahun 1996 dengan adanya kenaikan harga bahanbaku, harga jual roti juga mengalami kenaikan. Harga produk roti yangditawarkan perusahaan berkisar Rp 800 - Rp 3.500/pcs. Untuk memudahkananalisa digunakan harga jual terendah, yaitu Rp. 800/pcs.

    d. Promosi

    Kegiatan promosi untuk menunjang keberhasilan penjualan produk rotiselama ini tidak di lakukan oleh perusahaan. Satu-satunya promosi yang dilakukan hanyalan dalam bentuk kemasan, itupun dengan cara yang sangatsederhana, yaitu bungkus plastik dengan sablon yang menunjukkan merkperusahaan, jenis roti dan sebagainya. Dalam rencana pengembangan,promosi yang dilakukan memperbaiki kemasan yang ada dengan bungkusyang lebih baik.

    Dengan adanya perbaikan kemasan ini produk di harapkan semakin menarikminat calon pembeli. Selain itu jika di perlukan dapat dilakukan juga promosidengan memberikan contoh-contoh kepada calon konsumen seperti hotel,rumah makan, perkantoran dan sebagainya.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    15/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 14

    Sarana promosi lainnya bisa di lakukan dengan memberikan merk atau namaperusahaan di setiap alat sarana penjualan seperti mobil box, kereta gerobagroti, etalase yang disediakan di setiap toko/warung, dan sebagainya.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    16/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 15

    4. Aspek Produksi

    a. Bahan Baku

    Di dalam Proyek Kemitraan Terpadu ini akan dibahas sebuah contoh Model 1yakni perusahaan industri roti dengan skala usaha kecil yang memiliki unitproduksi, serta 1 unit mobil tox untuk penghantaran produk roti. Kemudianmodel ini dikembangkan dengan menambah unit penjualan berupa rombongdorong, model ini disebut Model 2.

    Selanjutnya pada usaha pendistribusian produk roti di kembangkan 4 contohmodel masing-masing menggunakan rombong sepeda/becak ( Model 3 ),rombong seperda motor (Model 4), mobil-toko ( Model 5 ) dan Gerai Roti(Model 6) pendistribusian tersebut di kelola oleh Agen yang diikat dalamsuatu bentuk kemitraan usaha.

    Secara ringkas, spesifikasi kegiatan masing-masing model adalah sebagaiberikut :

    Model 1 : - Industri kecil roti; 1 unit rangkaian produksiModel 2 : - Industri kecil roti; 1 unit rangkaian produksi; unit penjualandengan 1 unit box, dengan 10 unit rombong/gerobak dorong.

    Produk utama perusahaan berupa roti berbagai macam bentuk dan jenis.Produk standar dengan target pasar untuk semua golongan ekonomi.

    Kegiatan produksi memerlukan keahlian tersendiri dan dapat dilaksanakanoleh siapapun, melalui pelatihan dan pembinaan yang cukup.

    Bahan baku utama adalah tepung terigu, gula pasir dan telor di beli olehperusahaan di pasar umum, distributor/agen atau asosiasi yang berada disekitar lokasi pabrik atau dari koperasi yang mewadahi para produsen roti.Dalam kondisi normal, tidak ada masalah dalam pengadaan bahan bakuini,sehingga kontiunitas pengadaan bahan baku selalu terjamin. Pembelianbahan baku sebagian besar di lakukan dengan cara tunai. Harga bahan bakudari pengalaman sebelumnya selalu berfluktuasi. Untuk kepentingan analia,di asumsikan kenaikan bahan baku rata-rata 10% per tahun. Sebagian tolakukur dipakai harga dasar tahun 1999 sebagai berikut : Tepung terigu Rp.62.500/bal (25kg); gula pasir Rp.2.500/kg; dan Telur Ayam Rp.400 butir.Mengingat kenaikan harga masing-masing bahan setiap tahun bervariasimaka untuk memudahkan analisa keuangan di asumsikan kenaikan hargabahan baku secara merata sebesar 10%/tahun.

    b. Sarana dan Fasilitas Usaha

    Pada Model 1 dan Model 2, sarana dan fasilitas produksi yang diperlukanadalah :

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    17/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 16

    · Tanah, minimal 150 M2 Untuk Model 1 dan 200 M2 untuk Model 2· Bangunan, masing-masing seluas 100 dan 150 M2· Mesin Pengaduk Adonan = 1 unit· Mesin Pembagi Adonan = 1 unit· Oven Pembakaran = 1 unit· Moulder = 1 unit· Alat/Pisau Pemotong = 1 unit· Peralatan lain = 1 set

    Untuk unit pemasaran atau penjualan diperlukan oleh· Model 1 : - Mobil Box = 1 unit· Model 2 : - Mobil Box- Kereta/Rombong Dorong = 1 unit

    Selanjutnya dapat disebutkan dengan fasilitas produksi tersebut, setiap harisecara normal mampu mengolah sekitar 3 bal tepung terigu menjadikan rotidalam frekuensi 10 kali pembakaran dengan jumlah mencapai 2.000 unit rotiberbagai jenis.

    Mesin-mesin produksi buatan luar negeri yang dapat di pesan dari distributordi Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan seterusnya. Sementara ituoven buatan dalam negeri dapat dipesan kepada bengkel las atau industripermesinan di kota-kota besar di Indonesia. Juga untuk sarana penjualandapat di pesan secara lokal.

    c. Proses Produksi Secara umum pembuatan roti yang dilakukan terdiri dari peracikan bahan,pembuatan adonan, pencetakan dan pemasakan dengan oven.

    Proses peracikan bahan, dilakukan dengan komposisi bahan yang tepatsesuai jenis roti yang dihasilkan. Kesalahan dalam penentuan jumlahmasing-masing bahan akan berakibat gagalnya produk yang dihasilkan.Adapun pembuatan adonan, dilakukan sedemikian rupa dengan alat mixeratau secara manual. Apabila cara pengolahan yang tidak tepat, waktu jugakurang atau berlebih maka hasil produknya juga kurang baik.

    Semua proses produksi dilaksanakan oleh karyawan dengan pengawasanlangsung oleh pemilik perusahaan. Selanjutnya proses produksi pembuatanroti secara umum dapat dilihat pada Gambar.7

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    18/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 17

    Gambar.7 Alur Proses Produksi Roti

    d. Tenaga Kerja

    Tenaga Kerja dalam industri ini memerlukan keterampilan khusus. Denganpengarahan dan pelatihan dari pemilik, mereka di harapkan mampumelaksanankan tugasnya masing-masing. Oleh karena itu jika diperlukantambahan tenaga kerja tidak akan mengalami kesulitan

    Untuk setiap model memerlukan tenaga kerja sebagai berikut :

    Model 1: - 5 orang di bidang produksi & pembungkusan 1 orang pengemudidan 1 orang salesman/wiraniaga.Model 2: - 5 orang di bidang produksi & pembungkusan 1 orang pengemudidan 1 orang salesman; 10 orang untuk wiraniaga/pedagang keliling.

    Sistem imbalan dalam pemanfaatan tenaga kerja tersebut berdasarkan UpahHarian Tetap untuk tenaga produksi. Berarti setiap karyawan yang tidakbekerja upahnya akan di potong sejumlah hari tidak bekerja.

    Untuk pengemudi di berikan Upah Bulanan Tetap, tenaga salesman selain diberi upah harian tetap juga persentase tertentu dari jumlah produk terjual.Selanjutnya untuk tenaga wiraniaga/pedagang keliling yang memlilki

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    19/27

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    20/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 19

    5. Aspek Keuangan

    a. Biaya dan Sumber Dana Data dan asumsi perhitungan yang dipakai tercantum dalam lampiran aspekkeuanagan, di susun sebagai dasar perhitungan analisan biaya dan manfaatproyek, dengan maksud agar memudahkan pihak lain yang berkepentinganuntuk mengkaji kelayakan proyek.

    Asumsi teknis, disesuaikan dengan kebutuhan setiap model sedangkanasumsi pembiayaan menggunakan harga tahun 1998.

    Kebutuhan Biaya Dan Sumber Dana

    1. Untuk merealisasikan pelaksanaan rencana proyek ini, secarakeseluruhan di perlukan investasi dan modal kerja sebagai berikut :

    Tabel 01. Biaya Proyek Dan Sumber Dananya (Rp)Uraian Investasi Modal Kerja Jumlah

    Model 1 :

    - Dana Sendiiri

    - Kredit

    - Jumlah

    62.5000.000

    92.000.000

    154.500.000

    23.313.000

    0

    23.313.000

    85.813.000

    92.000.000

    177.813.000

    Model 2 :

    - Dana Sendiiri

    - Kredit

    - Jumlah

    85.000.000

    100.000.000

    185.000.000

    24.853.000

    0

    24.853.000

    109.853.000

    100.000.000

    209.853.000

    2.

    Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa rencana sumber pembiayaanproyek ini bervariasi, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.Adapun kebutuhan kredit berkisar antara 58% hingga 80% darikebutuhan msing-masing proyek.

    b. Proyeksi Laba Rugi

    1. Proyeksi laba-rugi ini, didasarkan pada hasil penjualan dengan hargaterendah pada tahun 1999. Di dalamnya telah mempertimbangkankemungkinan Barang Sisa (BS) yang tidak terjual serta bonus darihasil penjualan yang melampaui target bulanan.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    21/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 20

    2. Dalam sisi pembiayaan telah di masukkan gaji pengelola ke dalamstruktur biaya produksi. Dengan demikian analisa di bawah inimerupakan laba-rugi bersih.

    Tabel 02. Laba - Rugi Rata-rata (Rp)Uraian Penghasilan Biaya Laba (rugi)

    Model 1 :

    -Bulanan

    -Tahunan

    50.286.488

    603.437.852

    42.640.936

    511.691.236

    6.498.719

    77.984.624

    Model 2 :

    -Bulanan

    -Tahunan

    50.286.483

    603.437.852

    39.419.616

    473.035.397

    9.236.841

    110.842.087

    3. Dari tabel diatas, tampaklah bahwa laba bersih usaha ini berkisar dariRp. 6.498.719/bulan hingga Rp. 9.236.841. per bulan.Bagi individupengusaha, penghasilannya akan ditambah dengan gaji sebagaipengelola (minimum Rp. 350.000/bulan), nilai penyusutan sertakemungkinan memanfaatkan tenaga kerja keluarga.

    c. Proyeksi Arus Kas

    1. Proyeksi arus kas proyek ini dapat dilihat lampiran2. Dengan asumsi kredit yang disetujui seperti yang diusulkan pada MK-

    PKT ini, dan dengan menggunakan suku bunga 24%/tahun, makaproyeksi arus kas tersebut dapat digambarkan :

    o Setiap tahun selau menunjukkan "surplus"o Angsuran pokok dapat di lakukan pada setiap bulan bahkan,

    secara teknis penagihan akan dilakukan secara hariano Untuk proyek industri, bunga dan pokok kredit dapat dilunasi

    dalam jangka waktu 5 tahun. Sedangkan, hal yang sama untukmodel distribusi dapat di lunasi dalam jangka waktu 3 tahun.

    d. Analisa Kriteria Investasi

    1. Berdasarkan penilaian yang lazim atas pelaksanaan investasi proyekini diperoleh gambaran seperti tampak pada Tabel 03.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    22/27

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    23/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 22

    3. Dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kenaikan hargabahan baku utama (terigu, gula dan telur), maka studi ini jugamembuat analisa sensitivitas untuk Model 1 dan Model 2. Denganasumsi harga jual secara konsisten seperti dalam kajian di atas, tetapidengan harga bahan baku meningkat 10% maka di peroleh gambarananalisa sensitivitas seperti tampak pada Tabel 05.

    Tabel 05.Analisa Kriteria Investasi, Dengan Kenaikan Harga Bahan Baku 10%

    UraianNPV

    (Rp.000)

    IRR

    (%)

    Pay-back

    (bulan)

    B/C

    Ratio

    Model 1: harga naik

    10%

    41.546 34,00 47,5 2,38

    Model 2: harga naik

    10%

    104.235 44,00 22 2,89

    f. Jaminan Kredit

    Berdasarkan Undang-Undang Perbankan nomor 7 tahun 1992, jaminan kreditberupa jaminan pokok (semua asset yang terkait dengan proyek) dan

    jaminan tambahan (asset dan tabungan anggota/koperasi yang bersedia di

    jaminkan yang perlu di inventarisasi oleh agen atau pengurus koperasi).

    Selain itu, perlu disiapikan jaminan pengganti yang dapat di serahkankepada bank adalah sebagai berikut :

    Tanggung rentang kelompok. Anggota kelompok sepakat dan berjanjisecara tertulis bahwa pengembalian kredit masing-masing anggota di

    jamin oleh kelompok secara bersama apabila salah satu atau beberapaanggota tidak dapat melunasi kreditnya kepada bank.

    Jaminan berupa tabungan baku. Anggota pemohon kredit ini dapatmenabung sebagian dari kelebihan dana mereka kepada bank yang

    akan menjadi jaminan kredit dalam bentuk tabungan beku. Tabunganbeku ini mempunyai fungsi ganda yaitu untuk jaminan kelangsunganproses pemberian dan pengembalian kredit antara anggota denganbank maupun untuk pemupukan modal peserta proyek.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    24/27

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    25/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 24

    7. Kesimpulan

    1. Pengembangan usaha industri roti dan kue dengan skala usaha kecilmenengah memiliki prospek yang cukup baik, mengingat potensi pasaryang sangat mendukung. Pengembangan industri roti baik secaraberkelompok yang tergabung dalam wadah koperasi maupun secaraindividual masih sangat di mungkinkan

    2. Prinsip kemitraan usaha antara pemasok bahan dan industri roti akanmeningkatkan jaminan atas kontinuitas pengadaan bahan baku.Kemudian kemitraan antara industri roti dan agen, serta parawiraniaga keliling diharapkan dapat memperlancar aktivitas penjualandan kelansungan operasional perusahaan. Selanjutnya konsepkemitraan usaha di antara pihak terkait dalam industri roti ini akan

    lebih meningkatkan kredibilitas di sisi perbankan.3. Rencana pengembangan proyek untuk memperluas pasar sangat

    mungkin mengingat produk dari pesaing usaha ini masih sangat kecil jumlahnya dan belum mampu memenuhi permintaan pasar.

    4. Produk standar dengan harga jual yang relatif murah di perkirakandapat di jangkau oleh konsumen golongan bawah hingga atas,sehingga target produksi yang didasarkan rencana penjualan diharapkan dapat dicapai.

    5. Dari aspek produksi, tidak ditemukan masalah serius, mengingatdalam pengadaan bahan selalu lancar dan kegiatan produksi juga

    dapat dikuasai dengan baik. Selanjutnya berdasarkan alternatifpengembangan proyek, maka disusun 2 model , yakni:

    Model 1 : Industri kecil rotiModel 2 : Industri kecil roti ditambah distribusinya

    6. Ditinjau secara konservatif kebutuhan investasi dan modal kerja untukpengembangan adalah layak untuk di teruskan.

    7. Setelah diinvetasikan, kebutuhan kredit bagi setiap model berbeda,namun seluruhnya berupa kredit investasi, dengan rincian sebagaiberikut :

    Model 1 : Rp. 92.0 juta (Kredit Investasi )Model 2 : Rp. 100,0 juta (Kredit Investasi )

    8. Dengan melakukan analisa kelayakan keuangan yang lazim digunakan, maka setiap model menunjukkan tingkat rentabilitas yangtinggi, dan kredit dapat dilunasi hingga 5 tahun (Model Industri),Analisa sensitivitas kelayakan usaha di kaji sehingga di peroleh harga

    jual atau omset penjualan minimum untuk mencapai suku bungapasar.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    26/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 25

    9. Dampak sosial ekonomi dari proyek ini adalah positif. Dapatmeningkatkan pendapatan industriwan dan pedagang, sertamenciptakan lapangan kerja langsung. Sementara pada lingkungantidak menimbulkan dampak negatif, mengingat limbah dari prosesproduksi masih bisa di manfaatkan sebagai bahan baku makananternak.

    10. Dengan melihat berbagai aspek serta kemudahan dalam pelaksanaanoperasi usaha, proyek ini layak untuk diteruskan, diharapkanbantuan kredit dari perbankan atau pihak lain dapat meningkatkanusaha ini.

  • 8/20/2019 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Industri Roti

    27/27

    Bank Indonesia – Usaha Industri Roti 26

    LAMPIRAN