-
POLA KOMUNIKASI
USTADZAH ULFA NOER TERHADAP SANTRI
DI PONDOK PESANTREN ATTAQWA PUTRI
UJUNG HARAPAN BEKASI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar SI
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Tanih Alwiyah
NIM : 205051000476
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
-
POLA KOMUNIKASI
USTADZAH ULFA NOER TERHADAP SANTRI
DI PONDOK PESANTREN ATTAQWA PUTRI
UJUNG HARAPAN BEKASI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar SI
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Tanih Alwiyah
NIM : 205051000476
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
-
POLA KOMUNIKASI
USTADZAH ULFA NOER TERHADAP SANTRI
DI PONDOK PESANTREN ATTAQWA PUTRI
UJUNG HARAPAN BEKASI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar SI
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Tanih Alwiyah
NIM : 205051000476
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
-
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan
untuk memenuhi
salah satu persayaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S.1)
di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil
karya asli saya atau
merupakan tiruan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Maret 2010
Tanih Alwiyah
-
ABSTRAK
Tanih Alwiyah
205051000476
Fakukltas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Pola Komunikasi Ustadzah Ulfa Noer Terhadap Santri di Pondok
Pesantren
Attaqwa Putri Ujung Harapan Bekasi
Ustadzah Ulfa Noer adalah ustadzah yang sangat disiplin, dan
bijaksana,
beliau juga disegani para santrinya, dan beliau juga adalah
santri perintis awal
berdirinya pondok pesantren Attaqwa Putri. Bagi para santri
beliau adalah ibu dan
juga teman yang selalu siap mendengarkan keluh kesah mereka.
Pola komunikasi
yang digunakan ustadzah Ulfa tidak lain untuk mendidik akhlaq
dan juga merubah
kepribadian para santri-santrinya agar terbentuk menjadi insan
kamil.
Dalam skripsi ini membahas tentang bagaimana pola komunikasi
Ustadzah
Ulfa Noer terhadap santri di Pondok Pesantren Attaqwa putri?
Pola komunikasi ustadzah Ulfa Noer terhadap santri di pondok
pesantren
Attaqwa putri, menggunakan pola komunikasi kelompok dan pola
komunikasi
antarpribadi. Pola komunikasi kelompok adalah pola komunikasi
yang terjadi
antar seseorang dengan sejumlah orang yang berkumpul
bersama-sama di suatu
tempat yang membentuk kelompok. Pola komunikasi kelompok
ustadzah Ulfa
Noer terlihat ketika usadzah Ulfa mengajar baik formal atau
nonformal
(pengajian), dan pola komunikasi antarpribadi ketika para santri
menghafalkan
pelajaran atau muroja’ah pada sore hari.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
penelitian
lapangan, dengan menggunakan studi kasus, yaitu penelitian yang
memberikan
gambaran objektif tentang suatu masalah.
Peran pondok pesantren sangat penting selain dalam pembentukan
akhlaq
yang baik (akhlaqul karimah) tapi juga dalam upaya memajukan
anak bangsa
yang siap terjun di masyarakat.
-
KATA PENGANTAR
Assalam u’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Puji dan Syukur penulis kepada Allah SWT yang telah
memberikan
Rahmat, Nikmat, Inayah dan MaghfirahNya, sehingga penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini. Karena itu, penulis merasa bersyukur
kepada Allah
SWT dan berterimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan
serta kemudahan kepada penulis, baik pada saat penulis
menyelesaikan studi
maupun saat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam tak lupa pula penulis sampaikan semoga
senantiasa
terlimpahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah
membawa
umatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan
seperti saat ini kita rasakan.
Kemudian, skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan
dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kepada pihak-pihak
yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun materil, maka penulis
ucapkan terima
kasih yang tak terhingga, terutama kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Dr. H. Arief
Subhan,
M.A, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pudek II Drs. H. Mahmud
Jalal,
MA, dan Pudek III Drs. Study Rijal LK, M.A. yang telah
memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah
diperoleh dalam bentuk karya tulis ini, semoga Allah SWT
memberikan
balasan yang setimpal.
-
2. Koordinator Teknis Program Non Reguler Dra. Hj. Asriati
Jamil, M.
Hum. yang telah banyak memberikan bantuan dan telah
memberikan
masukan dalam pembuatan skripsi ini.
3. Dra. Musfirah Nurlaily, M.A. Selaku sekretaris Progran Non
Reguler yang
telah memberikan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi
ini.
4. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, MA yang selalu sabar dalam
membimbing,
memberikan masukan dan saran kepada penulis, di
tengah-tengah
kesibukannya beliau tetap bersedia membimbing penulis.
5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, atas ilmu dan pengalaman yang telah
diberikan
kepada penulis, semoga apa yang di berikan dapat bermanfaat.
Amin.....
6. Orangtua penulis yang tersayang, Bpk. H. Timu dan Ibu Hj.
Romanih
yang setiap saat selalu mendo’akan penulis, memberikan motivasi,
baik
moril maupun materil. Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih
atas
nasehat, keikhlasan dan kasih sayang yang tak terhingga kepada
penulis.
Ya Allah ampuni dan sayangi kedua orang tua hamba. Amin ya
Robbal
‘alamin....
7. Ustadzah Hj. Ulfa Noer. Selaku salah seorang pimpinan dan
pengurus
pondok pesantren Attaqwa Putri Ujung Harapan Bahagia Bekasi.
8. Dewan Asatidz yang membantu penulis dalam mengumpulkan data
selama
dalam penelitian. Ustadzah Ade Damroh, Ustadzah Masfiroh,
Ustadzah
Adah, Ustadzah Musliha. Terima kasih atas motivasi dan
bantuannya.
-
9. Teman-temanku KPI Angkatan 2005, kurang lebih empat tahun
kita sama-
sama mencari ilmu dan pengalaman demi masa depan.
10. Sahabat karibku Lulu, Bu Dwi, dan Yuni yang selalu
menyemangati
penulis dalam penulisan skripsi hingga selesai.
11. Suami dan anakku tercinta yang selalu menemani dan menghibur
penulis
selama penulis menyusun skripsi sampai selesai....
Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan, kepada
semua
pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi,
semoga Allah
SWT membalas semuanya dengan beribu-ribu kebaikan. Amin ya
Robbal
‘alamin....
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bekasi, 17 Maret 2010
Penulis
-
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………….. i
KATA
PENGANTAR....................................................................................................
ii
DAFTAR
ISI..................................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah..........................................................................
1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
........................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat
Penelitian................................................................
6
D. Metodologi
Penelitian.............................................................................
6
E. Tinjauan Kepustakaan
.............................................................................
9
F. Sistematika
Penulisan..............................................................................
10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Komunikasi
...................................................................
12
1. Pengertian Komunikasi
.......................................................................
12
2. Unsur-unsur
Komunikasi.....................................................................
13
B. Pengertian Pola komunikasi
....................................................................
17
1. Jenis-jenis Pola Komunikasi
................................................................
17
2. Penerapan Pola Komunikasi
................................................................
20
C. Pondok Pesantren dan
Unsur-unsurnya....................................................
21
a. Santri
...................................................................................................
21
c. Pondok Pesantren
.................................................................................
22
BAB III USTADZAH ULFAH NOER DAN PONDOK PESANTREN PUTRI
ATTAQWA
A. Profil Ustadzah Hj. Ulfa Noer, S.Ag
..................................................... 24
B. Sejarah Berdiri Pondok Pesantren Attaqwa Putri Ujung
Harapan Bahagia Bekasi
.......................................................................
26
-
C. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Attaqwa Putri
Ujung
Harapan Bahagia
Bekasi.......................................................................
27
D. Tujuan Pondok Pesantren Attaqwa Putri
............................................... 32
E. Keadaan Santri dan
Pelajar......................................................................
33
BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI USTADZAH ULFAH NOER
TERHADAP SANTRI DI PONDOK PESANTREN ATTAQWA PUTRI
A. Pola Komunikasi Ustadzah Ulfa Noer Terhadap Santri Di Pondok
Pesantren
Attaqwa Putri Ujung Harapan Bahagia Bekasi
...................................... 36
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Santri di Pondok
Pesantren Attawqa
Putri.........................................................................
48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
............................................................................................
51
B. Saran-saran
.............................................................................................
52
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................................
53
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian,
mereka membutuhkan
orang lain untuk berinteraksi, bekerja dan juga untuk
berhubungan dengan sesama demi
kelangsungan hidupnya. Salah satu cara yang lazim dan sering
digunakan untuk itu semua
adalah dengan berkomunikasi.
Komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian atau
pengiriman pesan yang
berupa pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) untuk
memberitahu merubah
sikap, pendapat dan prilaku baik secara langsung maupun tidak
langsung, dan yang terpenting
dalam proses penyampaian pesan itu harus jelas, agar tidak
terjadi salah faham. Pesan bisa
berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Adapun perasaan
bisa keyakinan, kepastian,
keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain
sebagainya yang timbul dari hati.1
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, makin
luas pergaulan
maka makin besar fungsi, peranan dan tanggungjawab sosial
seseorang. Makin banyak ia
terlibat proses komunikasi, maka akan berpengaruh pula terhadap
diri dan tingkah lakunya,
karena komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian dan
penerimaan lambang-
lambang (pesan) yang mengandung arti antar komunikator dan
komunikannya dengan tujuan
mewujudkan kesamaan makna dan kebersamaan. Dengan berkomunikasi
seseorang memberi
dan menerima informasi baik berupa pendapat maupun ide.
Dalam perspektif agama, bahwa komunikasi sangat penting perannya
dalam kehidupan
sebagai hubungan antara manusia dengan yang lain dan juga untuk
bersosialisasi, manusia
dituntut untuk pandai dalam berkomunikasi. Manusia dilahirkan ke
dunia sebagai khalifah di
bumi ini, jadi dengan manusia pandai berkomunikasi mereka dapat
menyampaikan
amanahNya melalui berdakwah untuk merubah atau mempengaruhi
seseorang menuju jalan
1 Onong Ucjhana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
(Bandung : PT Remaja
Rosda Karya, 2005),cet ke-19, h.11
-
yang benar sesuai dengan aturan agama. Dalam kegiatan belajar
mengajar pun dibutuhkan
komunikasi. Proses belajar mengajar merupakan bagian dari
komunikasi, yaitu seorang guru
yang menyampaikan pesan adalah sebagai komunikator dan murid
adalah komunikan.
Adapun pesan yang disampaikan berupa materi pelajaran yang
direncanakan oleh guru yang
ada dalam kurikulum sekolah atau pesantren.
Adapun dalam pendidikan proses penyampaian pesan sumbernya bisa
dari murid, guru,
dan lain sebagainya. Media pendidikan adalah salurannya, dan
penerimanya adalah murid.2
Komunikasi tidak sebatas pertukaran informasi atau pesan saja,
tetapi merupakan kegiatan
individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan
gagasan, agar komunikasi dan
informasi yang disampaikan oleh pendidik dapat diterima dengan
efektif dan baik, maka
pendidik perlu menyampaikan komunikasi yang baik pula.3
Komunikasi intruksional adalah komunikasi yang dipakai dalam
proses pendidikan.
Komunikasi ini lebih mengarah pada pendidikan dan pengajaran.
Seorang guru mempunyai
kerjasama dengan muridnya, sehingga pesan atau materi yang
disampaikan dapat diterima
dengan baik. Komunikasi intruksional dapat terjadi dimana saja.
Contohnya di Pondok
pesantren, Universitas, dan juga di sekolah.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, yaitu tempat
untuk mempelajari,
mendalami, serta mengamalkan ajaran - ajaran agama Islam dan
juga belajar tentang
pentingnya moral keagamaan dalam Islam, dan ini sangat penting
bagi generasi muda pada
zaman sekarang jangan sampai moral dan akhlak mereka terbawa dan
terpengaruhi oleh dunia
barat.4
Pondok pesantren merupakan tempat penyampaian materi yang
berkaitan dengan
keagamaan biasanya disampaikan oleh para pengajar yang di sebut
dengan ustadz atau
ustadzah. Para asatidz memulai aktifitas mengajar pada pagi hari
jam 07.00 sampai jam 11.30
WIB. Mereka adalah alumni dari berbagai perguruan tinggi bahkan
ada yang alumni dari luar
2 H. M. Alisufsabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : UIN
Jakarta, 2005), cet-ke-1,h11
3 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta :
Ciputat Press, 2002), h.7
4 Mastuhu, Prinsip Pendidikan Pesantren, (Jakarta : Inis, 1994),
h. 55
-
negri seperti Kairo Mesir, dan juga ada yang memang alumni dari
pondok pesantren Attaqwa,
yang ikhlas mengabdikan dirinya untuk mengamalkan ilmu.
Ustadzah Ulfah adalah seorang pengajar dan selagus perintis awal
mula pondok
pesantren putri berdiri, diantara asatidz yang lain beliaulah
yang sangat dipanuti oleh setiap
santri karena kedisipilinan dan juga wibawanya.5 Selain itu
beliau juga mempunyai keahlian
dan kepercayaan dalam menyampaikan pesan kepada santrinya,
khususnya dalam kegiatan
belajar mengajar. Dalam asuhan beliau dan para ustadzah lainnya,
pondok pesantren attaqwa
menjadi salah satu tempat mendidik dan membina para
santrinya.
Peran yang dimiliki ustadzah Ulfa Noer sangat penting dalam
kegiatan belajar dan
mengajar, terutama pendekatan dengan santrinya itu lebih mudah
dilakukan oleh beliau dalam
proses pembentukan kepribadian dan akhlak para santri. Dalam hal
ini beliau tidak hanya
memerintahkan pada santri untuk merubah akhlaqnya tetapi beliau
juga mencontohkan dalam
keseharian atau kepribadian beliua.6 Semua itu tercipta karena
adanya komunikasi yang baik
antara ustadzah Ulfa Noer terhadap santri. Beliau mengajar di
pondok pesantren lebih
mengutamakan niat dan keikhlasan, sehingga apa yang diharapkan
dapat memberikan manfaat
baik di dunia maupun di akhirat.
Pondok pesantren Attaqwa putri yang bertempat di Desa Bahagia,
Kec. Babelan, Kab.
Bekasi, adalah salah satu lembaga Pendidikan Islam yang
mempunyai perhatian besar
terhadap pendidikan dalam pencapaian kualitas yang baik bagi
santri-santrinya. Dengan
mencetak para santri yang berakhlakul karimah, berdisiplin,
berdikari, yang siap terjun ke
masyarakat untuk berdakwah kapan dan dimanapun ia dibutuhkan.
Pondok Pesantren
Attaqwa putri menekankan santrinya untuk dapat membaca Al-Qur'an
dengan baik, berakhlaq
baik dan juga pandai membaca kitab kuning.
Para santri diwajibkan berbicara dengan temannya dengan
menggunakan dua bahasa
yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dalam segi berpakaian pun
ditekankan pada santri
kesederhanaan dengan menggunakan jubah, dan ini untuk
menghindari persaingan antar
5 Wawancara pribadi dengan Neneng tgl 16 juni 2009
6 Wawancara pribadi dengan Ustadzah Ade Damroh tgl 17 juni
2009
-
santri. Selain pendidikan formal santrinya juga diberikan
pendidikan non formal atau
ekstrakulikuler seperti kegiatan muhadlarah, qiroatul Qur'an,
sholawat, marawis, qosidahan,
angklung, memasak, dan masih banyak kegiatan lainnya yang mana
kegiatan ini tidak ada di
pesantren-pesantren lainnya.
Namun yang lebih penting dalam pedidikan di pesantren ini adalah
pembinaan akhlaq
dan kefashihan atau kelancaran santri dalam membaca Al - Qur’an.
Walaupun santri tersebut
pintar, namun apabila membaca Al-Qur’annya tidak lancar maka
tidak akan lulus pada ujian.
Begitu pula dengan akhlak santri, walaupun santri pintar dalam
materi pelajaran, tetapi jika
akhlaknya tidak baik, maka tidak akan lulus pula.
Dari permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk
menelitinya. Untuk lebih
memudah penelitian, maka penulis mengambil judul “ POLA
KOMUNIKASI
USTADZAH ULFA NOER TERHADAP SANTRI DI PONDOK PESANTREN
ATTAQWA PUTRI UJUNG HARAPAN BEKASI ”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian pada pola
komunikasi ustadzah
Ulfa Noer terhadap santri di Pondok Pesantren Attaqwa Putri.
Karena banyaknya jumlah
santri putri, maka penulis membatasinya pada pola komunikasi
ustadzah Ulfa Noer.
2. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas maka peneliti
merumuskan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana pola komunikasi Ustadzah Ulfa Noer terhadap santri
di Pondok Pesantren
Putri Attaqwa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah di atas, tujuan dari
penelitian ini yaitu:
-
a. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi Ustzh. Ulfa Noer
dan santri di Pondok
Pesantren Putri Attaqwa.
2. Manfaat Penelitian
a. Segi Akademis
Sebagai acuan dan tambahan referensi atau perbandingan bagi
studi dalam usaha untuk
mengembangkan keilmuan yang sesuai dengan bidangnya, pendidikan
ini diharapkan
dapat menambah jumlah studi mengenai pola komunikasi di Lembaga
Pendidikan Islam.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah panduan tambahan
bagi juru dakwah
untuk dapat menyampikan dakwah secara efektif.
D. Metodologi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan, umtuk
memperoleh data dalam penelitian
skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian berdasarkan
pendekatan kualitatif, dengan
strategi studi kasus. Adapun pengertian dari pendekatan
kualitatif adalah: sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-
orang atau prilaku yang dapat diamati.7
1. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Ustadzah.
Hj. Ulfa Noer dan yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah pola komunikasi
Ustadzah. Hj. Ulfa Noer terhadap
santri di pondok pesantren Attaqwa.
2. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa cara
peneliatian sebagai
berikut :
a. Observasi
7 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), h.
3
-
Teknik observasi merupakan pemilihan, pencatatan, pengubahan,
dan pengkodean
serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme
sesuai dengan
tujuan – tujuan empiris.8 Teknik ini penulis gunakan untuk
mendapatkan gambaran
keseluruhan mengenai pola komunikasi yang dilakukan Ustadzah
Ulfa Noer terhadap
santri di Pondok Pesantren Attaqwa putri. Dalam hal ini peneliti
mengikuti dan
mengamati langsung setiap kegiatan yang dilakukan oleh Ustadzah
Ulfa Noer di
Pondok Pesantren Attaqwa putri, guna memperoleh data yang lebih
akurat tentang
hal-hal yang menjadi objek penelitian.
b. Dokumentasi
Penulis menghimpun data-data yang bersifat teoritis berupa buku
– buku, data dari
dokumen yang berupa catatan formal, jurnal dan sebagainya yang
berkaitan dengan
judul penelitian.
c. Wawancara
Teknik wawancara adalah suatu teknik untuk mencari data dengan
menanyakan
pertanyaan kepada sumber yang dianggap tepat untuk memberikan
informasi seputar
permasalahan yang akan diteliti.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
tidak terstruktur.
Wawancara ini digunakan untuk menemukan informasi yang baku atau
tunggal.
Hasil wawancara ini menekankan perkecualian, penyimpangan,
penafsiran yang
tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan
ahli, atau perspektif
tunggal. Dalam wawancara ini responden yang bersangkutan terdiri
atas mereka yang
terpilih saja. Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan
mendalami situasi, dan
mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan. Adapun dalam
penelitian ini
8 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, ( Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2000)
h. 83
-
sumber wawancara meliputi ustadzah Ulfa Noer, beliau adalah
putri pendiri pondok
pesantren Attaqwa putri dan sekaligus pengasuh para santri di
pesantren, Humas,
beberapa ustadzah dan santri.
3. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul melalui observasi, dokumentasi, dan
wawancara, maka langkah
selanjutnya adalah data tersebut disusun secara sistematis,
kemudian diklasifikasikan
untuk dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian, setelah itu
disajikan dalam bentuk laporan ilmiah. Proses dalam analisis
sebagai berikut :
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu
diberi kode agar
sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan,
mensintetiskan, membuat
ikhtisar, dan membuat indeksnya.
c. Berfikir dengan jalan membuat agar kategori data itu
mempunyai makna, mencari
dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan –
temuan
umum.
4. Subjek dan Objek
Adapun subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan
informasi. (informan)
Sumbernya adalah orang yang berkaitan langsung dengan pondok
pesantren. Sedangkan
objek penelitian adalah pola komunikasi ustadzah dan
santriwati.
E. Tinjauan Kepustakaan
Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut dan
menyusunnya menjadi suatu
karya ilmiah maka langkah awal yang penulis tempuh adalah
menelaah terlebih dahulu
terhadap skripsi – skripsi terdahulu yang mempunyai judul atau
objek dan subjek penelitian
yang sama ataupun hampir sama dengan yang penulis teliti. Maksud
tinjauan kepustakaan ini
adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti
sekarang tidak sama dengan
penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Setelah penulis
teliti baik itu di perpustakaan Utama
-
UIN Syarif Hidayatullah dan juga di Perpustakaan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah, ternyata ada beberapa judul skripsi yang
membahas pola komunikasi.
Pertama adalah judul skripsi “ Pola Komunikasi KH. Mahmudi Dalam
Pembinaan Santri Di
Pondok Pesantren Al Mubarok Serang – Banten”. Karya Muhammad
Fathullah tahun 2008.
skripsi tersebut membahas tentang bagaimana pola komunikasi yang
dilakukan oleh KH.
Mahmudi selaku pimpinan Pondok Pesantren Al Mubarok terhadap
para santrinya dalam
upaya pembinaan beliau kepada para santrinya. Kedua adalah judul
skripsi “ Pola Komunikasi
Dokter dan Pasien di Klinik Yasmin Medika Ciputat dalam Proses
Penyembuhan”. Karya
Banisadr tahun 2007. Skripsi ini membahas tentang pola
komunikasi antarpribadi dokter
dengan pasiennya dalam proses penyembuhan.
F. Sistematika Penulisan
Secara sistematis skripsi ini, penulisannya dibagi dalam lima
bab, yang terdiri dari
beberapa sub, yaitu :
Bab I : Membahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan
sistematika
penulisan.
Bab II : Membahas pengertian pola komunikasi, unsur-unsur
komunikasi, jenis-jenis pola komunikasi, penerapan pola
komunkasi,
pengertian pondok pesantren dan santri.
Bab III : Membahas profil Pondok Pesantren Putri At-Taqwa,
sejarah
berdirinya, visi dan misi, tujuan pondok pesantren, sistem
pendidikan
formal, dan non formal.
-
Bab IV : Bab ini adalah bab inti yang membahas tentang pola
komunikasi
Ustadzah Ulfa Noer terhadap santri di Pondok Pesantren Attaqwa
Putri dan
metode yang diterapkan dalam menjalankan program
Bab V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
-
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
pengertian komunikasi secara etimologi berasal dari bahasa
Inggris Communication,
yang bersumber dari bahasa Latin Communicatio, yang berarti
pemberitahuan atau pertukaran
pikiran. Makna hakiki dari communicatio ini adalah communis,
artinya sama atau kesamaan
arti.9 Sama halnya dengan pengertian tersebut, Astrid Susanto
mengemukakan bahwa,
perkataan komunikasi berasal dari kata communicare, yang di
dalam bahasa Latin mempunyai
arti berpartisipasi atau memberitahukan. Kata communis berarti
milik bersama atau berlaku
dimana-mana.10
Sedangkan secara terminologi, para ahli mendefinisikan
komunikasi adalah, proses
menyampaikan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain
atau memberitahukan atau
merubah sikap, pendapat dan prilaku, baik secara langsung
melalui lisan maupun tidak
langsung dengan media.11
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang
berkomunikasi berarti mengucapkan agar orang lain ikut
berpartisipasi atau merubah
seseorang dengan tujuan dan harapan agar dari isi pesan yang
disampaikan sesuai dengan
keinginan.
Everett M. Rogers, mengemukakan bahwa komunikasi adalah “ proses
dimana suatu
ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih,
dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka”.12
9 Onong Uchjana Efendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Mandar
Maju, 1992), cet, ke-1,
hal. 4 10
Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek,
(Bandung: Bina Cipta, 1998)
hal. 1 11
T. A. Lathief Rosyidi, Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan
Informasi (Medan : 1985), h.
48 12
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Lembaga Penelitian UIN Jakarta
dengan UIN Jakarta Press
2007) cet ke-I h. 20-21
-
Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa
komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain,
sengaja atau tidak sengaja serta tidak terbatas pada bentuk
komunikasi meggunakan bahasa
verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan
teknologi. Selain itu
komunikasi juga hakekatnya adalah suatu proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol).
Pikiran bisa berupa
gagasan, ide, informasi, opini, peristiwa dan lain-lain. Lambang
bias berupa bahasa lisan dan
tulisan dan bisa juga berupa isyarat, signal, gambar, warna, dan
lain sebagainya.
2. Unsur-unsur Komunikasi
Adapun Unsur-unsur Komunikasi sebagai berikut:
a. Sumber
Semua peristiwa atau proses komunikasi pasti melibatkan sumber
sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Dalam dalam komunikasi antarmanusia, sumber
bisa terdiri dari satu
orang atau bisa juga dalam bentuk kelompok seperti suatu
organisasi atau lembaga. Sumber
sering disebut seabagi pengirim pesan atau sender.
Sumber juga dapat dikatakan sebagai: sesuatu yang terbesit dalam
benak seseorang, baik
berupa ide, pemikiran, gagasan, peristiwa atau kejadian,
pengetahuan dan lain-lain, yang
semua itu adalah hasil dari persepsi (pantauan dan pemaknaan
indra kepada yang ada di
sekelilingnya), yang kemudian disimpan dalam kotak hitam
dikepala, yang disebut dengan
ideasi.13
b. Komunikator
Komunikator yaitu: orang yang menyampaikan pesan . komunikator
mempunyai fungsi
sebagai Encoder yakni istilah lain yang mempunyai pengertian
yang sama dengan
komunikator. Encoding adalah suatu usaha komunikator untuk
menafsirkan pesan
yang akan disampaikan pada komunikan agar dapat dipahami.14
Komunikator juga dapat
13
Hafied Cangara, M.sc, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada,
2007), h. 24
14 Roudhonah, , …. h. 46
-
berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang,
organisasi komunikasi
seperti, surat kabar, radio, televisi, film, dan lain
sebagainya.
Syarat- syarat komunikator :
1. Memiliki kredibilitas yang tinggi
2. Memiliki kemampuan komunikasi
3. Memiliki daya tarik
4. Memiliki kemampuan yang luas
5. Mengenal diri sendiri
6. Memiliki kekuatan15
c. Pesan
Pesan dalam komunikasi adalah suatu informasi yang akan dikirim
kepada penerima.16
Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal
dapat tertulis seperti: surat,
buku, majalah, memo, sedangkan pesan secara lisan dapat berupa
percakapan tatap muka,
percakapan melalui telpon, radio dan sebagainya. Pesan non
verbal dapat berupa isyarat,
gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.17
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai
paduan pikiran dan
perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan,
imbauan, anjuran, dan lain
sebagainya. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai
pengarah di dalam usaha
mengubah sikap dan tingkah lakukomunikan. Pesan dapat
disampaikan panjang lebar tetapi
perlu diarahkan dan diperhatiakan kepada tujuan akhir dari
komunikasi.18
d. Komunikan
Komunikan atau yang menerima pesan adalah orang yang menjadi
sasaran kegiatan
komunikasi. Komunikan bisa bertindak sebagai pribadi atau orang
banyak.19
Selain sebagai
penerima pesan komunikan juga mempunyai fungsi sebagai decoder
pengertiannya sama
dengan komunikan. Dalam menerima pesan decoder mempunyai sifat
decoding yaitu suatu
15
A. W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 12 16
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h. 17 17
Arni Muhammad, ....... h. 18 18
Onong Uchyana Effendi, Dinamika Komunikasi, h. 6 19 YS. Gunadi,
Himpunan Istilah komunikasi,(Jakarta: Gramedia, 1998 ), h. 71
-
usaha komunikan dalam menafsirkan pesan yang disampaikan oleh
komunikator.20
Komunikan atau penerima pesan dapat bertindak sebagai pribadi
atau orang banyak.21
e. Media
Media adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi agar hasil
komunikasi dapat
mencapai sasaran lebih banyak dan luas.22
Dalam hal ini menyangkut semua peralatan
mekanik untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi. Tanpa
saluran atau media pesan
tidak dapat menyebar secara luas dan cepat.23
Media ini dapat bersifat nirmasa yaitu: Telepon,
HP, dan lainnya, dan ada pula bersifat media massa seperti:
televisi, radio, Koran (pers), dan
film.
f. Feed back
Feed back atau umpan balik adalah salah satu bentuk dari pada
pengaru yang berasal dari
penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa berasal dari
unsur lain seperti pesan dan
media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah
konsep surat yang
memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan
unutk menyampaikan
pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal yang
demikian menjadi
tanggapan balik yang diterima oleh sumber.24
g. Efek
Efek adalah perubahan yang terjadi dipihak komunikan sebagai
akibat dari diterimanya
pesan melalui komunikasi. Efek bisa bersifat kognitif yang
meliputi pengetahuan, afektif yang
meliputi perasaan emosi, dan juga kognitif yang merupaka
tindakan.
20
Dra. Hj. Roudhonah, MA, ..... h.46 21
YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta Gramedia,
1998), h. 17 22
Roudhonah, , ... h.46 23
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Grasindo, 2000),
h. 7 24
Hafied Cangara, M. sc, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada,
2007), h. 27
-
B. Pengertian Pola Komunikasi
Kata “pola” dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah bentuk
atau sistem.25
Sedangkan dalam kamus Ilmiah Populer artinya adalah model,
contoh, pedoman, (rancangan),
tetapi arti pola lebih tepat digunakan sebagai bentuk, karena
menyesuaikan kata sesudahnya.26
Pada pembahasan ini, maka pola lebih tepat diartikan sebagai
jenis, karena memiliki
keterkaitan dengan kata yang dirangkainya.
1. Jenis-jenis Pola Komunikasi
Menurut Onong, dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktik, pola
atau bentuk komunikasi terbagi menjadi empat macam yaitu:
Komunikasi interpersonal,
Komunikasi kelompok (besar dan kecil), Komunikasi massa,
Komunikasi media.27
a. Komunikasi Interpersonal (antar pribadi)
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung
antara dua orang, dimana
menjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi
seperti ini bisa
berlangsung secara berhadapan muka, dan bisa juga melalui medium
telepon. Secara
umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai proses
pertukaran makna antara
orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu
pada perubahan dan
tindakan yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antarpribadi
juga merupakan
suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan
secara timbal balik.
Sedangkan makna, adalah suatu pertukaran dalam proses tersebut,
yaitu suatu kesamaan
pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap
pesan-pesan yang
digunakan dalam proses komunikasi.28 Menurut R. Wayne Pace
(1979) bahwa “
interpersonal communication is communication involing two or
more people in a pace to
pace setting”, maksudnya adalah proses komunikasi.
b. Komunikasi Kelompok
25
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
edisi ke-3 (Jakarta Balai Pustaka, 2002) h. 885
26 Puis A Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah
Polpuler, (Surabaya ar-kola, 1994)
h. 605 27
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan praktek,
(Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), cet. Ke-19 h. 11 28 Roudhonah, , ....... h.
107
-
Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya,
Human
communication, A Revisian of Approach Speech/ Communication,
yang sudah
diterjemahkan oleh Sasa Djuarsa, memberi batasan komunikasi
kelompok sebagai
interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna
memperolah maksud atau tujuan
yang dikehendaki seperti sebagai informasi, peneliharaan diri
atau pemecahan masalah
sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi
anggota lainnya
dengan baik dan akurat. Menurut Onong komunikasi kelompok adalah
komunikasi antar
seseorang dengan sejumlah orang yang berkumpul bersama-sama
dalam bentuk
kelompok. Karakteristik komunikasi kelompok adalah : 1).
Langsung dan tatap muka 2).
Lebih tersturktur 3). Formal dan rasional 4). Dilakukan secara
sengaja 5). Para peserta
lebih sadar atas tanggung jawabnya masing-masing.29
Komunikasi kelompok terbagi menjadi dua bentuk yaitu:
1) Kelompok kecil. Adalah kelompok komunikasi yang dalam situasi
komunikasi
terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal
atau dalam
komunikasi kelompok komunikator dapat melakukan komunikasi antar
pribadi
dengan salah seorang anggota kelompok, seperti yang terjadi pada
acara diskusi,
kelompok belajar, seminar, dan lain-lain.
2) Komunikasi kelompok besar. Yaitu yang terjadi dengan
sekumpulan orang yang
sangat banyak dan komunikasi antar pribadi lebih sulit untuk
dalakukan, karena
terlalu banyaknya orang yang berkumpul, seperti yang terjadi
dalam acara tabligh
akbar, kampanye, dan lain-lain.30
c. Komunikasi Massa
Menurut Bittner, mendefinisikan komunikasi massa dalam bukunya,
Massa
Communication: An Introduction (1980) dengan: ”Komunikasi Massa
adalah pesan-pesan
yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang
besar”. Dalam bukunya
Defleur dan Dennis “Understanding Massa Communication” (1985),
bahwa komunikasi
29
Roudhonah, ..... h. 124-125 30 Roudhonah, ...... h. 128
-
massa adalah suatu proses dalam mana komunikator - komunikator
menggunakan media
untuk menyebarkan pesan - pesan secara luas, dan secara menerus
menciptakan makna
yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan
berbeda - beda dengan
melalui berbagai cara. Charles R. Wright, menjelaskan,
komunikasi massa adalah jenis
khusus dari komunikasi sosial yang melibatkan berbagai kondisi
pengoperasian, terutama
sifat khalayak, sifat bentuk komunkasi dan sifat komunikatornya.
Dari pengartian di atas
menunjukan pada penekanan-penekanan yang ada dalam definisi
tersebut, yaitu:
Komponen, Isi pesan, Jenis media, Khalayak, Teknologi. Jadi,
pengertian komunikasi
massa adalah penyampaian pesan melalui media massa modern, yang
meliputi surat
kabar, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada
umum.31
Karakteristik komunikasi
massa yaitu : 1). Pesan komunikasi massa bersifat umum, 2).
Audience komunikasi massa
bersifat heterogen, 3). Penyampaian pesan komunikasi massa
serentak, 4). Hubungan
komunikator dan komunikan non pribadi, 5). Kegiatan komunikasi
melalui media massa
dilakukan secara terencana dan terorganisir, 6). Komunikasi
massa berlangsung satu arah,
7). Penyampaian pesan komunikasi massa dilakukan secara
berkala.32
d. Komunikasi Media
Komunikasi Media adalah komunikasi yang maknanya sama dengan
media umum, yaitu
media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi,
contohnya adalah surat,
pamflet, poster, spanduk, brosur, telegraf, dan lain –
lain.33
2. Penerapan Pola Komunikasi
Seorang komunikator dikatakan berhasil dalam menyampaikan pesan
kepada komunikan,
diantaranya tergantung dengan bentuk atau pola komunikasi yang
dibagun oleh komunikator
ketika berinteraksi pada komunikan. Dalam interaksi sosial pola
komunikasi terbagi menjadi
tiga bagian yaitu:
31
Roudhonah, ..... h. 137 32
. Roudhonah, ..... h. 137-138 33 Onong Uchjana Effendy, Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek, Op. Cit. . 84
-
1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah, yaitu
menempatkan komunikator
sebagai pemberi aksi dan komunikan penerima aksi.
2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, yaitu
komunikator berperan
sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Demikian pula halnya
komunikan bisa berperan
sebagai penerima aksi dan bisa pula sebagai pemberi aksi.
3. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi multi arah,
yaitu komunikasi tidak hanya
terjadi antara perorangan melainkan kepada orang banyak. Di sini
komunikan dituntut
aktif dari pada komunikator.34
C. Pondok Pesantren dan Unsur-unsurnya
a. Pengertian Santri
Santri adalah murid yang tinggal atau belajar di Pesantren.
Seorang ulama bisa disebut
sebagai kyai jika mempunyai pesantren dan santri yang tinggal di
pondok tersebut. Eksistensi
dari seorang kyai juga berkaitan dengan adanya santri di
pesantren.35
Kata ‘santri’ dalam
kamus besar bahasa Indonesia, adalah orang yang mendalami agama
Islam atau orang yang
beribadah dengan sungguh - sungguh.36
Ada dua pendapat yang mengatakan tentang pengaertian santri
yaitu:
1. Kata santri berasal dari kata “shastri” yang berasal dari
India, yang berarti orang yang
paham kitab-kitab suci.
2. Kata santri berasal dari kata “cantrik” yang artinya
seseorang yang selalu mengikuti
gurunya, menetap dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai
suatu keahlian.37
Pada umumnya santri terbagi dalam dua kategori yaitu:
1. Santri mukim, yaitu murid - murid yang berasal dari daerah
yang jauh dan tinggal di
pesantren. Santri yang sudah lama tinggal di pesantren adalah
satu kelompok santri yang
34
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Sinar Baru,
1989), h. 9-10 35
HM. Amin Haedari & Abdullah Hanif, MASA DEPAN PESANTREN
Dalam Tantangan
Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global, (Jakarta: IRD
Press 2004) cet ke-1 h, 35 36
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta Balai
Pustaka, 1998), cet. Ke-1, h. 783 37
Nurcholis Majid, Bilik-bilik Pesasantren: Sebuah Potret
Perjalanan, (Jakarta: Paramadina,
1997),h. 20
-
memegang tanggungjawab dan yang mengurusi kepentingan pesantren
setiap harinya,
mereka juga bertanggungjawab untuk mengajar adik - adiknya atau
santri yang baru
tinggal di pesantren tentang kitab kuning dasar dan
menengah.
2. Santri kalong, adalah santri yang berasal dari daerah sekitar
pesantren,. Mereka bolak-
balik dari rumahnya sendiri. Santri kalong datang ke pesantren
jika ada tugas dan aktifitas
di pesantren. Jika sebuah pesantren memiliki santri mukim banyak
dan santri kalong
sedikit maka pesantren tersebut adalah pesantren besar dan
sebaliknya jika pesantren
memiliki santri kalong banyak dan santri mukim sedikit maka
pesantren tersebut adalah
pesantren kecil.38
b. Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren dan santri berasal dari bahasa Tamil yang artinya guru
mengaji, pendapat lain
mengatakan bahwa kata itu berasal dari bahasa India “Shastri”
dari awal kata “shastra”, yang
berarti buku-buku suci atau buku agama dan pengetahuan.39 Pondok
pesantren adalah
perpaduan dua kata yang dirangkai menjadi satu yaitu kata pondok
dan kata pesantren.
Pengertian pesantren masih banyak perbedaan pendapat, ada yang
mengatakan berasl dari
India (Hindu) dan ada pula yang mengatakan dari Arab. Mastuhu
penyimpulkan pesantren
adalah lembaga pendidikan tradisional Islam, untuk mendalami dan
memahami, sekaligus
mengamalkan ajaran Islam dengan penekanan pada pentingnya moral
keagamaan sebagai
pedoman perilaku sehari-hari.40
Istilah pesantren dalam kamus bahasa Indonesia adalah: Asrama
dan tempat para murid
atau para santri belajar mengaji. 41
Dari keterangan di atas dapat dirumuskan bahwa pengertian
Pesantren adalah tempat
orang-orang atau para pemuda menginap (bertempat tinggal) yang
dibarengai dengan kegiatan
mempelajari, memahami, mendalami dan mengamalkan ajaran Islam.
Pesantren tetap
38
HM. Amin Haedari & Abdullah Hanif, .... h, 35 39
Muhammad Ridwan Lubis, Pemikiran Soekarno Tentang Islam,
(Jakarta: C.V. Mas Agung,
1992), h.23 40
Mastuhu, Dinamika Pendidikan Pesantren (Jakarta : INIS, 1994),
h.6 41
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta :
Pustaka Amani),
h.321
-
berpegang teguh pada prinsip awalnya, tidak mudah terpengaruh
terhadap perjalanan arus
budaya. Hal inilah yang membedakan pesantren tetap eksis di
dalam perjalanannya. Ondok
pesantren bukan hanya lembaga yang menajarkan agama Islam,
tetapi juga salah satu pilar
penopang terhadap dunia pendidikan di indonesia. Dari segi
sejarah bukan hanya memiliki
makna keislaman tetapi juga keaslian terhadap bangsa
indonesia.42
42
Ali Anwar, Sebuah Kajian Singkat Tentang Transformasi Peran Dan
Otoritas, (Bekasi
Pahlawan Nasional), h.5
-
BAB III
USTADZAH ULFA NOER DAN PONDOK PESANTREN
ATTAQWA PUTRI
A. Profil Ustdzah Hj. Ulfa Noer, S.Ag
Hajjah Ulfa Noer, S.Ag dilahirkan di Desa Bahagia Ujung Harapan
Bekasi pada
tanggal 16 maret tahun 1953.43
Ustadzah Ulfa Noer (Ummi Ulfa) merupakan anak ke-enam
dari sepuluh bersaudara. Orang tua beliau merupakan seorang
ulama terkenal dan pendiri
pondok pesantren Attaqwa. Sebagai anak yang terlahir dari
keluarga seorang ulama, nuansa
religius dan pendidikan akhlak sangat diutamakan. Beliau
dilahirkan dari pasangan KH. Noer
Alie dan Ibu Hj. Rahmah. Ayahnya mendidik Ulfa dengan
keserhanaan namun nuansa religius
hadir dalam keluarganya hal ini tidak lain adalah pendidikan
yang ditanamkan oleh ayahnya.
Semasa kecil, Ulfa sangat santun dan periang sehingga
teman-temannya sangat sayang kepada
beliau. Ulfa merupakan sosok wanita yang sangat disiplin dan
penuh tanggungjawab dalam
segala hal, selain itu Ulfa Noer juga memiliki kepribadian
bersahaja, kreatif, rajin dan
terutama dalam kegiatan belajar.44
Pada tahun 1977 Ustadzah Ulfa menikah dengan Ustadz H. Nasrullah
dari hasil
pernikahannya beliau dikaruniai empat orang anak. Satu putra dan
tiga putri. Mereka adalah
Ahmad Fauzan, Ika Barkah, Elly Kamalia, dan yang bungsu adalah
Rif’ah Purnamasari.
Semasa kecil Ulfa sangat tekun dalam mempelajari ilmu agama, ia
belajar mengaji pada siang
hari setelah pulang sekolah MI (Madrasah Ibtidaiyah) dan malam
hari ba’da magrib sampai
jam 20.00 WIB dan guru beliau mengaji tidak lain adalah
ayahnya.
Pendidikan formal Ustadzah Ulfa Noer, yaitu :
1. MI Attaqwa Tahun 1958-1963
2. MTS Attaqwa Tahun 1964-1967
3. MA Attaqwa Tahun 1968-1971
43
Wawancara pribadi dengan Ustadzah Ulfa Noer. Bekasi, 04 Juli
2009 44 Wawancara pribadi dengan Ustadzah Adah. Bekasi, 05 juli
2009
-
4. S1 IAIN Jakarta tahun 1972 Sastra Arab, tetapi hanya semester
IV
5. Pada tahun 1974 Kairo (Mesir) dengan jurusan yang sama yaitu
Sastra Arab selama 4
tahun
6. S1 Pada tahun 2003 di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Aqidah
Jakarta, jurusan Tarbiyah
(PAI).
Aktivitas yang pertamakali beliau lakukan setelah lulus dari
Madrasah Aliyah yaitu
mengabdikan diri di pondok pesantren yang tidak lain adalah
pondok pesantren Attaqwa,
dengan membantu mengajar. Ketika Ustadzah Ulfa berumur 27 ayah
beliau meninggal dunia,
dan beliau diberi wasiat untuk menjaga dan mengurus para santri
dengan tetap menjalankan
ajaran-ajaran yang telah diberikan kyai kepada santri. Semua itu
masih beliau lakukan sampai
sekarang.
Selain itu, aktivitas ustadzah Ulfa juga berdakwah dimasyarakat
dengan menghadiri
majlis ta’lim kaum ibu baik di dalam maupun di luar lingkungan
pesantren. Beliau juga sering
diundang untuk ceramah dalam kegiatan keagamaan seperti acara
Maulid, Isra Mi’raj, dan ada
juga dalam acara pernikahan, khitanan, dan lain-lain.45
B. Sejarah Pondok Pesantren Attaqwa Putri Ujung Harapan Bahagia
Bekasi
Pondok pesantren Attaqwa lahir atas prakarsa KH. Noer Alie,
seorang kyai kharismatik
yang sangat dihormati. Pondok pesantren Attaqwa putri terletak
diujung harapan kecamatan
babelan kabupaten bekasi, provinsi Jawa Barat, yang dipimpin
oleh KH. Noer Alie. Pada
tahun 1953 KH. Noer Ali membentuk organisasi sosial yang diberi
nama yayasan
pembangunan, pemeliharaan, pertolongan Islam (P.3), yaitu untuk
dijadikan induk pendidikan
S.R.I pesantren dan kebutuhan umat lainnya.
Pada tahun 1954, KH. Abdurahman diperintahkan oleh KH. Noer Ali
untuk
mendirikan pesantren di Bekasi, yang akan diberi nama ”Pesantren
Bahagia” mengingat di
Bekasi belum ada pendidikan tingkat lanjut bagi anak-anak daerah
Bekasi. Pesantren bahagia
yang ada dibekasi dipindahkan keujung harapan untuk mendukung
konsentrasi KH. Noer Alie
45 Wawancara pribadi dengan Ustadzah Ulfa Noer. Bekasi, 04 Juli
2009
-
dan para guru dalam proses belajar mengajar. Itulah yang menjadi
alasan pemindahan
pesantren bahagia dalam memajukan dan mengembangkan pendidikan
di kampung ujung
harapan.
Pondok pesantren Attaqwa sekarang telah memiliki santri-santri
yang berjumlah
ratusan, jika dijumlahkan semua mungkin sudah mencapai ribuan
jumlahnya. Pesantren
Attaqwa sekarang dipimpin oleh salah satu putri beliau yang
bernama Ustdz. Hj. Atiqoh Noer
MA. Pesantren Attaqwa dibawah naungan yayasan yang diberi nama
yayasan Attaqwa yang
dipimpin oleh salah satu putra beliau bernama KH. Amin Noer LC.
Pondok pesantren
Attaqwa dalam cita-cita pendidikannya, adalah berusaha membentuk
muslim yang intelek dan
bertakwa sehingga mampu menegakkan agama islam dari segala aspek
kehidupannya dan
terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah
SWT. Untuk mewujudkan
itu semua maka tersusunlah Visi dan Misi tersebut adalah sebagai
berikut :46
C. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Attaqwa Putri ujung
Harapan Bekasi
1. Visi
Berilmu Amaliyah beramal ilmiyah dengan landasan Al Quran dan
Sunnah Rasul SAW yang
diformulasikan dalam kalimat singkat, yaitu :
a. Ikhlas, adalah titik tolak kegiatan insan muslim menuju
keridhoan Allah SWT tidak ada
kegiatan insan mukhlis yang tidak didasari ibadah kepada Allah
SWT. Ikhlas
diperintahkan Allah SWT dalam firmannya QS. Al Baqarah : 139
yang berbunyi :
���� ������������ ��� ��� ����� �������
��� ������ ����!�� ����"#�☺%&�� ��'(�!�� ��'(�"#�☺%&��
*+�,-�� .0�!
�123�"+4�5 6789:
Artinya : Katakanlah ”Apakah kamu memperdebatkan dengan kami
tentang Allah,
padahal dia Rabb kami dan Rabb kamu bagi kami amalan kami, bagi
kamu
amalan kamu dan hanya kepadanya mengikhlaskan hati (QS. 2 :
139).
46
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Visi, Misi dan Garis Besar Kerja
Yayasan Attaqwa (Bekasi,
2004), hal. 2
-
Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa tanpa keikhlasan maka
semua amal tidak
diterima dan sia-sia dihadapan Allah SWT. Kalau diibaratkan amal
sebagai tubuh atau
jasad maka ikhlas adalah ruhnya. Jadi setiap amal yang tidak
ikhlas sama dengan tubuh
yang tidak bernyawa, tidak mempunyai ruh atau sama dengan
mayyit. Setiap orang
melaksanakan sesuatu dengan ikhlas akan muncul dalam diri sifat
amanah dalam
kehidupannya. Orang amanah itu dalam bahasa Arab disebut sebagai
Amin.47
b. Berdzikir, dalam makna yang luas yakni bahwa semua kegiatan
adalah untuk berdzikir
kepada Allah. Ibadah mahdoh berupa shalat, puasa, zakat, dan
haji dilakukan untuk
berdzikir kepada Allah. Demikian juga kegiatan lain selalu
dihubungkan dengan
mengingat kepada Allah. Tidak ketinggalan pula dzkir berupa doa
dan pembacaan doa.
Dengan berdzikir tersebut akan lahir insan-insan yang benar
dalam segala tindakannya.
Insan yang benar dalam bahasa arab disebut sebagai orang yang
shadik dan siddik.
Berdzikir adalah aktivitas yang diperintahkan Allah SWT yang
tertuang dalam Al-Quran
surat An Nisa ayat 103 yang berbunyi :
��;�?@+AB9�� C�DC"E3!�� F��&G�H+;���= I�� �J☺#�AK�
��A&����� D�C�&�� ��� ��&�&� D ��;�
-
Sebagai hamba Allah yang muslim dan mukmin harus senantiasa
berada dalam keadaan
ingat kepada Allah dengan berdzikir, baik dzikir yang wajib
ataupun dzikir yang sunnah,
baik secara sendiri-sendiri ataupun secara jamaah, seperti
shalat, puasa, ngaji, dan wiridan
seperti membaca Al Quran, takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih.
Hal ini telah dilaksanakan
oleh Nabi Muhammad SAW para sahabat, tabi`in dan aulia shalihin
serta ulama pada
umumnya, dan khususnya yang telah dicontohkan oleh pendiri
Attaqwa. Sehingga
diharapkan akan selalu mendapatkan rahmat, maghfiroh dan maunah
dari Allah SWT.
Dzikir ini juga merupakan ungkapan bahwa manusia makhluk yang
sangat lemah, dan
hanya Allah satu-satunya yang maha besar, maha kuasa dan maha
pemurah, sehingga
sewajarnya manusia selalu menggantungkan diri padanya dalam
segala hal. Dengan
dzikir pada setiap saat dan pada setiap tempat dimanapun
kita
berada diharapkan Allah akan memberikan keselamatan kepada dunia
dan akhirat.48
c. Berfikir, disini menggambarkan bahwa semua tindakan seorang
insan muslim
berdasarkan kepada pemikiran yang jernih, logis, dan berdasarkan
kepada ilmu
pengetahuan. Untuk itu ia harus mengembangkan pengetahuan yang
diperlukan bagi
kepentingan umat manusia ini. Dengan berfikir tersebut akan
lahir insan-insan yang
pintar dan cerdas, yang sanggup mempergunakan pengetahuannya
dalam kegiatan
kehidupannya. Dalam bahasa arab pintar dan cerdas itu disebut
dengan fathonah.49
Berfikir diperintahkan Allah SWT dalam Al Quran surat Ali Imran
: 191 yang berbunyi :
�����ZK�I�� �1�&G'S\�4 I�� �J☺#�AK� ��A&�����
D�C�&��
���]��&�&� �1�&G^ ⌧_�L�4�� ��� :`="�a
K�b�#�cdd!��
6e��@f���� ���g��� ��V hQ+PC"�a �⌧\#�� i⌧Kj#��
�X��#��� k ���YP�= al�⌧\�& ��O�!�� 6797:
48
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Visi, Misi dan Garis Besar
....................., ibid. hal. 6 49
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Visi, Misi dan Garis Besar
..................... ibid, hal. 7
-
Artinya : Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan
bumi (seraya berkata) : ”Ya Rabb kami, tiadalah engkau
menciptakan ini
dengan sia-sia maha suci engkau, maka peliharalah kami dari
siksa api
neraka (QS. 3 : 191).
Ayat di atas memberikan gambaran bahwa seorang muslim berpikir
dan menggunakan
akal yang telah diberikan Allah kepadanya. Berpikir tentang
rahasia alam termasuk apa
yang ada dalam dirinya sebagai nikmat yang maha besar dari Allah
SWT. Dengan
berpikir akan terwujud insan yang cerdas pintar berwawasan luas
dan akan menjadi
sumber daya manusia yang mampu memanfaatkan potensi alam untuk
kesejahteraan
manusia yang pada akhirnya dapat mewujudkan islam sebagai agama
yang Ya`lu wa la
yu` la alaih. Disamping itu dengan berpikir itu akan memperkuat
keyakinan dan
keimananya akan kebesaran Allah SWT dan akan menjadi modal untuk
mencapai
kebahagiaan hakiki di akhirat kelak. Kegiatan berdzikir dan
berpikir tersebut merupakan
dua langkah yang harus dilakukan oleh seorang insan agar ia
menjadi manusia yang
mempunyai wawasan yang luas. Langkah pertama adalah mengarahkan
hati manusia
untuk dzikir kepada Allah dan beribadah kepadanya dalam kondisi
apa pun. Langkah
berikutnya dilanjutkan memikirkan seluruh ciptaan Allah SWT yang
juga terkait dengan
ibadah kepadanya. Langkah kedua ini adalah sesungguhnya
merupakan sisi lain dari
bentuk dzikir dan pikir kepada Allah SWT.50
Beramal, adalah konsekuensi logis dari berdzikir dan berpikir.
Insan yang berdzikir akan
muncul dari mulutnya ucapan sanjungan dan pengakuan bahwa Allah
tidak menciptakan
alam ini tidak sia-sia. Semua yang diciptakan Allah mempunyai
manfaat dan hikmah.
Oleh sebab itu ia akan melakukan berbagai amal saleh, usaha yang
baik untuk mengkaji
pemanfaatan dan hikmah dari semua yang diciptakan Allah SWT.
Dari amal saleh yang
50
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Visi, Misi dan Garis Besar Kerja
Yayasan Attaqwa (Bekasi,
2004), hal. 10
-
dilakukan dengan prinsip dzikir dan pikir tersebut akan lahir
berbagai keterampilan atau
skill dalam dirinya, terutama life skill.
Amal adalah mata rantai yang keempat dari rantai-rantai tersebut
di atas yang tidak boleh
terputus karena amal merukan penentu atau hasil dari buah pikir
dan dzikir. Tanpa amal
manusia tidak mempunyai nilai apa-apa. Sukses atau tidaknya
seseorang sangat
ditentukan oleh amalnya, baik untuk kepentingan orang banyak,
khususnya untuk
kepentingan agama, bangsa dan negara. Inilah yang disebut amal
sholeh.51
2. Misi Pondok Pesantren Attaqwa Putri Ujung Harapan Bahagia
Bekasi
Membentuk insan salehah yang mampu menegakan ajaran islam dalam
aspek
kehidupannya. Insan yang berdzikir dan berpikir serta mamapu
menerima dan memberi
nasihat serta tidak otoriter dan tidak pula rendah diri dan
dalam bentuk kongkritnya
membentuk muslimah yang cerdas, benar, trampil dan disiplin.
a. Cerdas
Mempunyai kecerdasan untuk memahami dan menerima islam secara
kaffah dan
mempunyai kesanggupan untuk menggali ilmu dengan ikhlas dan
benar.
b. Benar
Yang dimaksud adalah akidah yang benar melakukan ibadah yang
baik dan memiliki
akhlakul karimah.
c. Terampil
Adalah santri yang mempunyai kemampuan untuk membuktikan umumnya
ditengah-
tengah masyarakat. Dan mempunyai kesanggupan untuk berusaha.
d. Disiplin
Adalah mempunyai kedisiplinan yang tinggi untuk mengatur waktu
dan
kehidupannya.52
51
Sekretariat Yayasan Attaqwa, ................. hal.11
52 M. Amin Noer, Sejarah Ringkas Yayasan Attaqwa, (Ujung Harapan
: Sekretariat Yayasan
Attaqwa 2003), hal. 15
-
D. Tujuan Pondok Pesantren Attaqwa Putri Ujung Harapan
Bekasi
a. Pondok pesantren Attaqwa putri adalah suatu lembaga yang
bertujuan untuk membentuk
insan sholeh dan mushlih yang mampu menegakan ajaran Islam dalam
aspek
kehidupannya, insan yang berdzikir dan berfikir serta membentuk
muslimah yang cerdas,
benar, trampil, dan berdisiplin sesuai dengan ajaran islam.
b. Dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di Pondok Pesantren
Attaqwa Pusat Putri
dipandang perlu diwujudkan tata kehidupan pesantren dengan tata
tertib yang memadai.
c. Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putri perlu di tetapkan
peraturan tata tertib dasar santri
sebagai salah satu pembinaan terhadap santri.
E. Keadaan Santri dan Pelajar
Yayasan Attaqwa sendiri mengembangkan sistem pendidikan sekolah
tersebut
diberbagai daerah bekasi, jumlah sekolah itu meliputi 20 TK, 62
MI, 18 Madrasah
Tsanawiyah dan SMP, 13 Madrasah Aliyah, 2 SMU dan SMEA, dan 2
Pesantren tinggi untuk
putra dan putri. Jumlah keseluruhan dari siswa yang menuntut
ilmu pada yayasan ini adalah
18.718 orang.53
Pondok pesantren attaqwa yang dulunya sederhana kini menjelma
menjadi kebanggaan
masyarakat ujung harapan. Pada saat ini pendidikan di pesantren
attaqwa terdiri dari tingkat
Tsanawiyah, Aliyah, Pesantren Tinggi Attaqwa dan sekolah Tinggi
Agama Islam, Attaqwa
(STAIA). Namun, pondok pesantren attaqwa sendiri identik dengan
madrasah Tsanawiyah
dan Aliyah. Sebab anak didik yang belajar dan tinggal diasrama,
keseluruhannya santri yang
masih duduk dijenjang madrasah Tsanawiyah dan Aliyah dua jenjang
inilah yang terkait oleh
aturan-aturan pondok pesantren. Sedangkan anak didik yang masih
belajar di Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dan sekolah tinggi, mereka tinggal dirumah
mereka masing-masing.
Lazimnya pesantren lainnya, pondok pesantren Attaqwa juga
menekankan adanya
keseimbangan antara belajar (dirasah) dan beribadah (ubudiyah)
namun, ada yang berbeda
53
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Rekapitulasi Global Lembaga –
lembaga di bawah Yayasan
Attaqwa Pusat, (Ujung Harapan Bahagia Bekasihal. 4
-
dipesantren lainnya, yakni masa belajar dipesantren ini sungguh
luar biasa padatnya. Tidak
mengenal lelah dari pagi hingga malam hari, ruang-ruang kelas
selalu penuh dengan santri
yang sedang belajar. Pagi hari mulai jam 07.15-12.00, siang hari
dari jam 13.30-15-30 dan
malam hari jam 18.00-22.00.54
Materi yang diberikan pada pagi hari dan siang hari adalah
materi pelajaran, baik yang
menyangkut pengetahuan umum, pengetahuan agama. Sedangkan malam
harinya adalah
khusus untuk membahas pelajaran agama meski jadwal balajar
keagamaan padat, namun
santri merasa senang mendapatkan pelajaran berharga dari pondok
pesantren Attaqwa Putri.
Terbukti dengan jumlah santri yang menimba ilmu dipondok
pesantren Attawwa putri yang
tak pernah surut. Kebanyakan berasal dari wilayah Jabotabek
(Jakarta, Bogor, Tanggerang,
Bekasi).
Adapun kegiatan ekstrakurikuler santri lainnya adalah sebagai
berikut :
1. Pukul 04.00-04.30 Bangun tidur dan persiapan shalat subuh
berjemaah.
2. pukul 04.30-05.00 Shalat subuh berjemaah dan wirid.
3. Pukul 05.00-06.00 Pengajian Al Quran (Tadarus)
4. Pukul 06.00-07.15 Olah raga, sarapan pagi, dan persiapan
sekolah.
5. Pukul 07.15-12.00 Belajar pagi hari
6. Pukul 12.00-12.30 Shalat zuhur berjemaah.
7. Pukul 12.30-13.00 Makan siang.
8. Pukul 13.00-15.30 Belajar siang hari
9. Pukul 15.30-16.00 Shalat berjemaah
10. Pukul 16.00-17.00 Kegiatan ekstrakurikuler
11. Pukul 17.00-18.00 Makan sore, mandi, dan persiapan sholat
maghrib
12. Pukul 18.00-18.30 Shalat maghrib berjamaah
13. Pukul 18.30-19.00 Tadarusan
14. Pukul 19.00-19.30 Shalat Isya berjamaah
54 Herri Munhanif, Dunia Pesantren Attaqwa, (Bekasi: Yayasan
Attaqwa, 2005). hal. 52
-
15. Pukul 19.30-22.00 Mudzakaroh, mengulang pelajaran sekolah.
Pukul 22.00-04.00 Tidur
malam.
Untuk mendukung kualitas pendidikan dan pengajaran tingkat
Madrasah Tsanawiyah
dan Madrasah Aliyah Attaqwa, maka dipersiapkan tenaga edukatif
yang berpengalaman.
Kebanyakan dari sarjana-sarjana lulusan Damaskus, Al Azhar,
GONTOR, IKIP, IAIN, King
Saud University, IIU Malaysia, IIU Islamabad, STAI Attaqwa,
Unisma, AIC jakarta, Unipta
serta PTA Attaqwa.55
55 Herri Munhanif, Dunia Pesantren Attaqwa, (Bekasi: Yayasan
Attaqwa, 2005). hal. 52
-
BAB IV
ANALISIS POLA KOMUNIKASI USTADZAH ULFAH NOER
TERHADAP SANTRI DI PONDOK PESANTREN
ATTAQWA PUTRI
A. Pola Komunikasi Ustadzah Ulfa Noer Terhadap Santri di Pondok
Pesantren Attaqwa
Putri
Berdasarkan pengamatan penulis selama penelitian, Ustadzah Ulfa
Noer mengandalkan
komunikasi dengan para santrinya dengan menggunakan menggunakan
dua pola komunikasi,
yaitu :
1. Komunikasi kelompok. Hal ini dapat dilihat atau dibuktikan
pada kegiatan belajar
mengajar baik secara formal maupun non formal. Dalam kegiatan
belajar mengajar
beliau sangat semangat dalam menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan para
santriwatinya. Beliau dikenal sangat tegas dalam mendidik
santriwatinya, jika ada santri
yang tidur ketika pelajaran nya, maka beliau pun tidak
segan-segan untuk
menghukumnya baik dengan pukulan atau berdiri, namun bagi para
santri pukulan beliau
adalh berkah (memotivasi santri) untuk berubah.56
Penjelasan beliau sangat mudah
difahami sehingga santri senang ketika diajar dengannya.
Walaupun demikian, beliau
sangat memperhatikan keadaan santri.
2. Selain menggunakan komunikasi kelompok, beliau juga
menggunakan komunikasi
antarpribadi. Biasanya komunikasi antarpribadi terjadi Pada
kegiatan menghafal pelajaran
yang rutin diakan pada sore hari (Ba’da ashr), para santri
menghadap kepada beliau untuk
membuktikan hafalannya. Di samping menghafal, tidak sedikit
santri yang curhat (tukar
pikiran), beliaupun menanggapi dengan antusias apa yang
dikeluhkan oleh para
santriwatinya baik tentang keadaan pondok, teman-teman maupun
para pengurus pondok
pesantren. Setelah menanggapi keluhan beliau memberikan nasehat
dan motivasi kepada
satriwatinya. Hal ini yang membedakan pondok Pesantren Attaqwa
Putri dengan pondok
56 Wawancara dengan citra (santri) tanggal 10 Juli 1009
-
pesantren lainnya. Dimana ustadzah adalah ibu bagi santrinya.
Beliau sangat
memperhatikan keadaan santri-santrinya Sehingga terjalin
hubungan yang sangat dekat
antara ustadzah dan para santrinya.
Hal ini sesuai dengan penuturan ustadzah Ulfa Noer sebagai
berikut:
” Aktivitas saya dengan santri, seperti ibu dan anak.
Ditengah-tengah kesibukan,
saya menyempatkan diri saya untuk mengontrol keadaan santri pada
sore dan malam
hari semua itu saya lakukan untuk lebih dekat dengan anak-anak.
Sore hari adalah
waktu anak-anak datang kerumah saya untuk menyetorkan hafalannya
(pelajaran)
dan biasanya setelah menghafal, tidak sedikit anak-anak yang
curhat sama saya
sekitar masalah dengan temannya, pengurus, ustadzah dan ada juga
yang curhat
tentang keadaan pesantren. Sebagai ibu saya berikan anak-anak
solusi yang tepat
dengan masalah yang mereka sampaikan. Semua ini saya lakukan
agar anak-anak
lebih terbuka akan masalah yang dihadapi. Selain itu, hal ini
dilakukan agar apa
yang dilaporkan oleh para pengurus kepada saya tentang santri
tidak terjadi
kesalahpahaman dengan apa yang saya dengar langsung dari
anak-anak”.57
Keberhasilan kegiatan ini terlihat, bahwa tidak adanya jarak
antara seorang pendidik
dengan para santri. Hal ini akan menumbuhkan sikap saling
percaya antara komunikator
(Ustzh. Ulfa Noer) dan komunikan (santri) sehingga melahirkan
suatu sikap simpatik santri
dan masyarakat sekitar terhadap ustadzah Ulfa. Seperti penuturan
ustadzah Ade Damroh,
salah satu pengajar di pondok pesantren Attaqwa :
“......Hubungan kami dan ustadzah Ulfa sangat dekat, karena
beliau selalu membaur
dengan para ustadzah dan juga dengan para santri. Beliau adalah
seorang ibu yang
bijak, sehingga santri pun tidak segan lagi untuk menyampaikan
pendapatnya dan
begitu juga ketika berinteraksi dengan beliau.”58
Sesuai dengan perkataan Ustadzah. Ulfa Noer, bahwa : perintah
dakwah (dalam
agama islam) tidak mengharuskan secepatnya berhasil dengan satu
metode saja, namun
berbagai cara harus dikerjakan sesuai dengan keadaan objek
dakwahnya, kemampuan masing-
masing da’i dan atas kebijaksanaannya masing-masing.
57
Wawancara dengan Ustadzah Ulfa tanggal 06 Juli 2009 58 Wawancara
dengan Ustadzah Ade Damroh tanggal 06 Juli 2009
-
Terdapat beberapa hal yang disampaikan Ustadzah Ulfa Noer dan
para pengurus
pondok pesantren Pesantren Attaqwa Putri dalam hal pembelajaran
kepada santri, diantaranya
yaitu:
1. Dalam Pendidikan
Salah satu prasyarat untuk mewujudkan masyarakat madani
ditentukan oleh sejauh mana
kualitas peradaban masyarakatnya. Peradaban suatu bangsa akan
tumbuh dan lahir dari sistem
pendidikan yang digunakan oleh bangsa tersebut. Masyarakat yang
berperadaban adalah
masyarakat yang berpendidikan. Hal ini juga sesuai dengan konsep
pendidikan yang
dilakukan oleh Muhammad Naquib Al Atthas. Menurut pendidikan
Islam itu lebih tepat
diistilahkan dengan ta`dib (dibanding istilah Tarbiyah, Ta`lim
dan lainnya), sebab dengan
konsep ta`dib pendidikan akan memberikan adab atau kebudayaan.
Dengan istilah ini juga
dimaksudkan pendidikan berlangsung dengan terfokus pada manusia
sebagai objeknya guna
pemenuhan potensi intelektual dan spiritual.
Pendidikan dan pengajaran dapat pula dijadikan sebagai metode
dakwah. Sebab dalam
definisi dakwah telah disebutkan bahwa dakwah dapat diartikan
dua sifat, yakni bersifat
pembinaan (melestarikan dan membina agar tetap beriman) dan
pengembangan (sasaran
dakwah). Pendidikan agama sebagai dakwah pada dasarnya membina
(melestarikan) fitrah
anak yang dibawa sejak lahir, yakni fitrah beragama (perasaan
bertuhan). Yang mana bila
fitrah itu tidak dilestarikan melalui pendidikan dikhawatirkan
fitrah itu akan luntur menjadi
atheis atau menganut agama selain Islam.
Menyikapi realitas pendidikan Semarang, maka lembaga-lembaga
yang ada harus selalu
berusaha menemukan format yang ideal sebagai sistem alternatif
bangsa Indonesia masa
depan. Perpaduan antara sistem pendidikan klasik dengan sistem
pendidikan modern dapat
melahirkan sistem pendidikan Islam yang komferhensif, tidak saja
hanya menekankan
penguasaan khasanah keilmuan Islam klasik tetapi juga mempunyai
integritas keilmuan
modern.
-
Menyadari hal demikian, pimpinan pondok Pesantren Attaqwa Putri
mencoba untuk
menerapkan sistem tersebut kedalam pendidikan santri secara
klasikal yang merupakan
materi-materi stándar dan khas pesantren. Pendidikan ini
diberikan sebagai wujud formalitas
pesantren dewasa ini. Status pondok pesantren salafi inilah yang
menjadikan sistem
pendidikan klasikal ini masih diberikan kepada para santri.
Contohnya sistem komunikasi
yang menggunakan dua bahasa, pendidikan reguler pesantren,
penggunaan kitab - kitab yang
dikaji, organisasi dan sebagainya. Secara jelasnya akan
dikelompokan ke dalam beberapa
kategori di bawah ini :
a. Sistem pendidikan reguler atau kegiatan belajar mengajar
pondok
Penggalian hazaña budaya Islam melalui kitab-kitab klasik salah
satu unsur yang
terpenting dari keberadaban sebuah pesantren dan yang
membedakannya dengan lembaga
pendidikan lainnya. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
tradisional tidak dapat
diragukan lagi berperan sebagai pusat transmisi dan desiminasi
ilmu-ilmu keislaman,
terutama yang bersifat kajian-kajian klasik. Maka pengajaran
“kitab-kitab kuning” telah
menjadi karakteristik yang merupakan ciri khas dari proses
belajar mengajar dipesantren.
Pondok Pesantren Attaqwa Putri mengajarkan beberapa kitab
diantaranya, dalam bidang
fiqih, kitab-kitab yang dipelajari adalah : Safinatun Najah,
taqrib, Fathul Qorib, tadhrib.
Dalam bidang nahwu, para santri diajarkan kitab : Matan Al
Jumuriyah, Awamil,
Mukhtashor Jidan, Imriti, dan Al Fiyah Ibnu Malik. Sementara
dalam bidang shorof para
santri diajarkan kitab kailany, matan bina. Para santri juga
diajarkan kitab-kitab lain
seperti: Durotin Nashihin, Sullamut Taufiq, Ta`lim Muta`lim dan
tafsir Jalalain. Kitab
kuning sebagai salah satu unsur mutlak dari proses belajar
mengajar di pesantren
dianggap penting dalam pembentukkan kecerdasan intelektual dan
moralitas kesalehan
(kualitas keberagamaan) pada diri santri (thalib).
b. Keterampilan dan Kesenian
Mengingat dan menyadari akan kondisi zaman pada saat ini yang
menuntut manusia yang
berkualitas tinggi dengan kualitas manusia Indonesia yang begitu
banyak namun tidak
banyak memiliki masyarakat yang siap bersaing dengan dunia dan
negara lain, yayasan
-
ini terus berusaha menghasilkan lulusan yang siap bersaing
dengan lulusan-lulusan
sekolah lain dalam mencetak alumninya. Oleh karena para asatidz
dan pengurus terus
berkreasi dan berinovasi demi terciptanya sistem pendidikan yang
ideal dan berdaya serta
berhasil guna bagi seluruh masyarakat maupun instansi-instansi
yang akan
memperkerjakan mereka nantinya. Berkaitan dengan
keterampilan-keterampilan yang
diajarkan kepada para santri pondok Pesantren Attaqwa Putri
sebagai bekal untuk
menunjang hidup mereka dimasyarakat kelak adalah sebagai berikut
:
1. Kursus komputer
2. Keterampilan menjahit
3. Keterampilan seni baca Al Quran (Qoriah)
4. Keterampilan khat Arab (Kaligrafi)
5. Keterampilan dakwah
6. Kasidah dan marawis
7. Sholawat
c. Pembinaan dalam mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam
Yang merupakan salah satu ciri dan keunggulan pondok pesantren
dengan lembaga-
lembaga pendidikan lain adalah penanaman atau transmisi
nilai-nilai ajaran agama Islam
secara mendalam dan menyeluruh. Artinya tidak ada pembatasan
masalah, dalam
mengkaji nilai-nilai ajaran Islam, dan sekalipun mungkin ada
klasifikasi atau pembedaan
kelas, yang lebih terpadu serta bervariasi dengan referensi atau
sumber-sumber yang
dapat diakui kesalihanya.
Para santri atau siswa dididik untuk lebih membiasakan atau
mengamalkan nilai-nilai
keagamaan, baik itu yang bersifat wajib maupun sunnah. Contohnya
adalah selalu
membiasakan shalat wajib dengan berjamaah. Kemudian bagi seluruh
santri diwajibkan
untuk menghafal mufrodat (kosa kata) yang diberikan para
ustad/ustadzah dan juga
pengurus setiap harinya. Selalu menjaga kebersihan lingkungan
dnegan tidak membuang
-
sampah sembarangan, melaksanakan sholat sunnah tahajjud bersama
dan santri
diwajibkan menghafal dan mempraktekkan tahlilan dan doa-doa
dengan cara bergantian
untuk memimpin doa setelah sholat wajib dan ketika ada program
tahlilan bersama.
Selain itu juga ada program maulidan yang rutin diadakan pada
malam jum’at oleh
seluruh sanri yang bertempat di aula pondok. Hal tersebut
didasari atas pesan dari bapak
kyai yaitu pendiri dari pondok pesantren Attaqwa yang tidak
boleh untuk meninggalkan
acara maulidan karena dengan harapan untuk mendapatkan
keberkahan. Kegiatan
maulidan adalah aktivitas yang sudah ”mendarah daging” di pondok
pesantren Attaqwa.
Jika kelak para alumni pondok yang akan terjunh dimasyarkat luas
akan selalu siap ketika
dihadapkan pada persoalan tersebut. Seperti yang diungkapkan
oleh Ustadzah Ulfa
sebagai berikut :
” Membiasakan anak untuk menjalankan syariat agama dan
menjauhkan larangan.
Sebab bila anak sudah biasa melakukan perbuatan yang baik,
beribadah, berakhlaq
baik dan sebagainya, maka kebiasaan itu akan terbawa sampai ia
dewasa dan hal
inilah yang membentengi mereka agar tidak terpengaruh dengan
pergaulan bebas”.
d. Kesehatan atau Olah Raga
Untuk menghasilkan manusia yang bermutu dan dapat bersaing
dengan gigih harus
didukung dengan kondisi fisik yang sehat. Setelah rohani telah
cukup menjadi benteng
tangguh dari godaan-godaan yang dapat menjauhkan dari sang
pencipta maka langkah
selanjutnya adalah membentengi diri dengan jasmani yang kuat dan
tangguh. Kuncinya
adalah olah raga dengan benar dan teratur. Dengan menyadari itu
maka program oleh
raga sangat perlu dimasukan sebagai lprogram wajib bagi seluruh
santri. Adapun jenis
olah raga yang ditawarkan kepada para santri adalah bola voli,
dan bulu tangkis. Semua
jenis olah raga dapat dipilih sesuai dengan minat dan bakat para
santri.
e. Pembinaan Organisasi
Para santri juga dididik untuk menjadi manusia yang memiliki
rencana dan program serta
aturan yang jelas dan terarah. Dalam keorganisasian mereka
memiliki tanggung jawab
dan pekerjaan yang harus dilakukan secara bersama-sama atau
individual yang telah
diatur dan terprogram kerja organisasi. Siap untuk memimpin dan
juga dipimpin. Dan
-
pada akhirnya mereka harus mempertanggung jawabkan apa yang
telah mereka kerjakan
selama mereka menjadi pengurus dalam organisasi tersebut. Ini
juga sebagai
pembelajaran bagi santri bila kelak terjun kedalam organisasi
ketika mereka melebur
kedalam masyarakat yang lebih majemuk dan universal. Di
Pesantren Attaqwa Putri para
santri diberikan kebebasan untuk memilih organisasi yang mereka
inginkan. Semua
organisasi terkoordinasikan dalam pertsatuan pelajar pondok
pesantren (PPAWATI) dan
tentu saja mereka adalah para santri-santri senior yang
mempunyai tugas untuk
membimbing adik-adiknya. Banyak lagi pendidikan yang diberikan
kepada para santri
sebagai bekal mereka dalam menjalani hidup dengan berbagai
persoalan dan kendala
yang akan dihadapi. Walaupun dengan pendidikan yang telah
diberikan tidak menjamin
mereka menjadi manusia yang berdaya guna dan berhasil. Tetapi
setidaknya pondok
Pesantren Attaqwa Putri selalu mencoba memberikan yang terbaik
kepada mereka
sebagai generasi yang diharapkan orang tua, masyarakat, negara
dan dunia. Karena
banyak alumni pesantren yang belum dapat mencirikan
kepesantrenannya atau seorang
lulusan pesantren. Bahkan ada yang berpendapat bahwa para alumni
pesantren seperti
burung yang baru lepas dari sangkarnya. Dalam arti lain bahwa
mereka kembali
mendapatkan kebebasan dunia luar, karena didalam pesantren
terlalu banyak peraturan,
atau dalam istilah pondok disebut dengan tata tertib atau
disiplin, yang mereka anggap
terlalu mengekang. Yang pada akhirnya luapan emosi mereka yang
terpendam ketika
tinggal di pondok pesantren mereka ungkapkan ketika mereka
berada diluar pondok
pesantren. Oleh indikasi tersebut maka pondok pesantren dituntut
untuk lebih mampu
mengantisipasi hal-hal demikian.
2. Dalam Dakwah
Pemahaman yang diberikan kepada santri mengenai dakwah adalah
agar selalu
diutamakan menjaga akhlak dimana dan kapan saja mereka berada.
Karena mereka adalah
alumni yang membawa nama baik pondok Pesantren Attaqwa Putri.
Artinya mereka
membawa misi untuk menjaga nama almamater pondok selain menjaga
nama baik mereka
sendiri. Atau dengan kata lain mereka dituntut untuk selalu
mengamalkan nilai - nilai ajaran
-
agama dalam kehidupan mereka. Dengan begitu maka misi dakwah
akan mudah mencari
sasaran. Dengan materi agama yang mereka miliki diharapkan mampu
mengaplikasikannya
dalam kehidupan dan aktivitas mereka sehari-hari.
Islam tidak hanya terbatas pada sebuah dimensi ritualitas
semata, yakni sebagai sebuah
perwujudan tatanan aqidah yang memiliki dua dimensi diantaranya,
dimensi ritual dan
dimensi sosial. Mengenai dimensi sosial dalam fiqih itu terbagi
kepada empat bagian.
1. Pertama, mengenai ibadah ritual yaitu, manata hubungan
manusia sebagai makhluk
dengan Khaliqnya. Kedua, muamalat yakni, menata hubungan manusia
dalam pergaulan
dengan sesamanya untuk dapat memenuhi hajat hidup sehari-hari.
Ketiga, munakahat, yaitu
menata hubungan manusia dengan lingkungan keluarga. Keempat,
adalah kinayat, yakni
menata keamanan dan kenyamanan dalam pergaulan yang terjamin
rasa ketentraman.
Terkait dalam hal ini, santri pondok Pesantren Attaqwa Putri
diwajibkan untuk
mengamalkan Panca jiwa pondok Pesantren Attaqwa Putri yang
dianggap urgen dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun Panca Jiwa pondok Pesantren
Attaqwa Putri adalah :
a. Keikhlasan
b. Kesederhanaan
c. Berdikari
d. Bebas berfikir
e. Ukhuwah islamiyah.
Dengan panca jiwa tersebut diharapkan dari pesantren akan lahir
manusia-manusia ahli
agama yang menjadi tempat bertanya bagi masyarakat. Karena
lembaga ini melakukan
penggalian potensi santri. Mereka dididik agar bisa melakukan
dakwah. Oleh sebab itu
beberapa santri yang terpilih atau dianggap mampu, diberikan
tugas dalam khutbah jumat.
Artinya juga mereka dipersiapkan untuk menjadi seorang juru
dakwah yang siap pakai,
minimal dakwah dilingkungan masyarakat sekitar tempat mereka
tinggal.
Metode dakwah adalah metode yang dilalui seorang da`i dalam
menyampaikan
dakwahnya; atau metode yang dipakai dalam penerapan pendekatan
dakwah. Pondok
pesantren sebagai lembaga sosial kemasyarakatan berupaya
menghasilkan alumni yang pandai
-
berdakwah. Seperti halnya pondok Pesantren Attaqwa Putri. Dimana
salah satu program
pembinaan untuk para santrinya yaitu dakwah.
Adapun tujuan dari pembelajaran dakwah yang diajarkan oleh
ustadzah Ulfa Noer
adalah :
a. Memajukan dan mengembangkan syiar Islam baik yang bersifat
ubudiyah maupun
amaliyah.
b. Karakter adalah tingkah laku yang menyebabkan umat Islam
tertinggal dalam
mengembangkan tanggung jawab sebagai organisator peradaban
dunia. Karakter buruk
seperti rasa rendah diri, kurang percaya diri, tidak mandiri,
malas dan lain-lain akan
mengubur potensi yang telah diberikan Allah SWT kepada umat
Islam. Oleh karena itu,
didirikannya pondok Pesantren Attaqwa Putri bertujuan untuk
merubah sikap lemah dan
buruk tersebut melalui pendekatan keislaman dan pendidikan yang
motivatif.
c. Program pembinaan pondok Pesantren Attaqwa Putri
memprioritaskan santrinya dari
berbagai kalangan, karena sebagai tunas-tunas bangsa mereka
harus dibekali kekuatan
ruhiyah lebih dini agar bisa agar mampu menghadapi perkembangan
zaman, bahkan
diharapkan agar menjadi generasi yang mampu dalam menghadapi
tantangan dan godaan
zaman diera global yang kian berat. Oleh karena itu, kehadiran
pondok Pesantren
Attaqwa Putri diharapkan dapat membantu merubah akhlaq dan
keimanan bagi generasi
muda secara khusus dan masyarakat umum.
d. Menjadikan pondok pesantren sebagai pesantren virtual yang
tidak memiliki batas dengan
masyarakat sekitarnya atau tidak menjadi ekslusif dengan
kepesantrenannya, berusaha
menjadi bengkel akhlak bagi generasi muda, menjadi motivator
ummat, bank SDM
(Sumber Daya Manusia), dan pensinergi aneka kemampuan umat.
Di samping tujuan tersebut Pesantren Attaqwa Putri pun bermaksud
:
-
1) Membantu pemerintah dalam melaksanakan pendidikan dalam upaya
mencerdaskan
kehidupan bangsa.
2) Menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu
kepribadian yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia,
bermanfaat bagi
masyarakat, mandiri, bebas dan teguh dalam kepribadian,
mensyiarkan agama Islam
ditengah-tengah masyarakat.
Untuk mencapai tujuan di atas pimpinan pondok pesantren
Pesantren Attaqwa
Putri, para ustadzh dan pembimbing berusaha menata dan
melengkapi masalah-masalah
administrasi, pemimpin, pembimbing dan mengawasi kegiatan yang
telah ataupun yang
sedang berlangsung. Untuk memudahkan tercapainya maksud dan
tujuan diatas, maka
dibuat jadwal kegiatan harian dan mingguan santri di Pesantren
Attaqwa Putri.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pondok Pesantren Pesantren
Attaqwa Putri.
Pondok pesantren Pesantren Attaqwa Putri sebagai lembaga
pendidikan dan lembaga
sosial kemasyarakatan dirasakan demikian potensi untuk
memberikan sambungan yang
kongkrit dan nyata pada masyarakat. Keberadaan pondok pesantren
ditengah - tengah kota
sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat sekitar, terbukti
dengan banyaknya masyarakat
sekitar yang antusias mengikuti pengajian dan dalam bidang
sosial yang diadakan oleh
pondok pesantren.
Pembinaan yang dilakukan oleh Pesantren Attaqwa Putri dalam hal
ini merupakan
perangkat struktural yayasan Pesantren Attaqwa Putri kepada
santri tentunya harus
mempunyai power. Yang dimaksud dengan power di sini adalah
faktor pendukung sebagai
penunjang dalam keberhasilan pembinaan Pesantren Attaqwa Putri.
Baik dari santri itu
sendiri, pimpinan pondok, maupun para guru / ustadz / ustadzah.
Namun untuk
merealisasikannya, Pesantren Attaqwa Putri juga terbentur d