BAB ILATAR BELAKANG
Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara pada
rongga potensial diantara pleura visceral dan pleura parietal. Pada
keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru
leluasa mengembang terhadap rongga dada. Pneumotoraks dapat terjadi
secara spontan atau traumatik. Insidensinya sama antara
pneumothorax primer dan sekunder, namun pria lebih banyak terkena
dibanding wanita dengan perbandingan 6:1. Pada pria, resiko
pneumothorax spontan akan meningkat pada perokok berat dibanding
non perokok. Pneumothorax spontan sering terjadi pada usia muda,
dengan insidensi puncak pada dekade ketiga kehidupan (20-40
tahun)1.Hematotoraks adalah suatu keadaan dimana darah berada dalam
kavum pleura. Darah dapat muncul dari berbagai macam sumber, antara
lain dari parenkim paru, atau laserasi dinding dada. Pada trauma
tumpul, diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan
insersi chest tube2.Keseriusan masalah tergantung pada jumlah dan
kecepatan perdarahan toraks. Rongga pleura dapat di dekompresi
dengan aspirasi jarum (Torakosintesis) atau drainase selang dada
darah dan udara. Paru kemudian mampu mengembang kembali dan kembali
melakukan fungsinya3.
BAB IITINJAUAN PUSTAKAPneumotoraks
A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapatnya
udara pada rongga potensial diantara pleura visceral dan pleura
parietal. Pada keadaan normal rongga pleura dipenuhi oleh paru-paru
yang mengembang pada saat inspirasi disebabkan karena adanya
tegangan permukaaan (tekanan negatif) antara kedua permukaan
pleura1,4.
Gambar 1. Pneumotoraks
B. Anatomi toraksToraks adalah bagian atas batang tubuh yang
terletak antara leher dan abdomen. Cavitas toraks dibatasi oleh
dinding toraks, berisi timus, jantung, paru, bagian distal trakea
dan bagian besar esophagus. Dinding toraks terdiri dari kulit,
fasia, saraf, otot, dan tulang5.Kerangka dinding toraks membentuk
sangkar dada osteokartilagineus yang melindungi jantung, paru-paru,
dan beberapa organ abdomen. Kerangka toraks terdiri dari vertebra
tharoxika (12) dan diskus intervertebralis, costae (12 pasang) dan
cartilage costalis, sternum5.
Gambar 2. Rongga toraks dan costae yang mengelilingi rongga
toraks
Cartilago costalis memperpanjang costae kearah ventral dan turut
menambah kelenturan toraks. Hal ini berguna untuk mencegah
terjadinya fraktur pada sternum atau costae karena benturan. Costae
bersama cartilage costalisnya terpisah dari satu dan yang lain oleh
spatium intercostale yang berisi muskulus intercostalis, arteria
intercostalis, vena intercostalis, dan nervus intercostalis. Bagian
costae terlemah terletak tepat ventral terhadap angulus costae.
Fraktur costae umumnya terjadi secara langsung karena benturan,
atau secara tidak langsung karena cedera yang mememarkan. Rudapaksa
langsung dapat menyebabkan fraktur di sembarang tempat pada costae
dan ujung patahan dapat mencederai organ dalam5.
Gambar 3. Anatomi toraks dan organ didalamnya
Paru paru diliputi oleh sebuah kantong pleura yang terdiri dari
dua selaput serosa yang disebut pleura, yaitu pleura parietalis
yang melapisi dinding toraks dan pleura viseralis yang melapisi
paru paru, termasuk permukaan fisura. Kavitas pleuralis adalah
ruang potensial antara kedua lembar pleura dan memungkinkan lembar
lembar pleura menggeser secara lancar terhadap yang lain pada saat
pernapasan5.
C. Fisiologi respirasiParu paru dapat dikembang kempiskan
melalui dua cara, yaitu (1) dengan gerakan naik turunnya diafragma
untuk memperbesar atau memperkecil rongga toraks dan (2) dengan
depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil
diameter anteroposterior rongga dada6. Pada saat inspirasi yang
bekerja aktif adalah otot otot interkostalis yang menyebabkan
rongga toraks mengembang, yang menimbulkan tekanan negative didalam
rongga toraks sehingga udara dari atmosfir luar dapat mengalir
masuk kedalam paru-paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi terjadi
akibat adanya elastisitas / daya lentur jaringan paru ditambah
dengan relaksasi otot interkostalis yang menekan rongga toraks
sehingga mengecilkan volumenya, mengakibatkan udara keluar melalui
jalan nafas6.
D. KlasifikasiMenurut penyebabnya, pneumotoraks dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu:1. Pneumotoraks spontanYaitu setiap
pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks ini dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu1:a. Pneumotoraks spontan primer,
yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui
sebabya.b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang
terjadi dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah
dimiliki sebelumnya, misalnya fibrosis kistik, penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, asma dan infeksi paru.2.
Pneumotoraks traumaticYaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya
suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan
robeknya pleura, dinding dada maupun paru. Pneumotoraks tipe ini
juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu:a.
Pneumotoraks traumatic non-iatrogenic, yaitu pneumotraks yang
terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada,
barotrauma.b. Pneumotoraks traumatic iatrogenic artifisial
(deliberate) adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan
dengan cara mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya
tindakan ini dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada
pengobatan tuberculosis sebelum era antibiotic, maupun untuk
menilai permukaan paru.Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka
pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu:1.
Pneumotoraks tertutup (simple pneumotoraks).Pada tipe ini, pleura
dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada dinding dada),
sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam
rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah
menjadi negative karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya.
Pada kondisi tersebut paru belum mengalami re-ekspansi, sehingga
masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah kembali
negative. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara di
rongga pleura tetap negative.2. Pneumotoraks terbuka (open
pneumotoraks)Yaitu pneumotorak dimana terdapat hubungan antara
rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar
(terdapat luka terbuka pada dinding dada). Dalam keadaan ini
tekanan intrapleura sama dengan tekanan tekanan udara luar. Pada
pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sama dengan nol. Perubahan
tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh
gerakan pernapasan.Pada saat inspirasi tekanan menjadi negative dan
pada waktu ekspirasi tekanan menjadi positif. Selain itu, pada saat
inspirasi mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat
ekspirasi mediastinum bergeser kea rah sisi dinding dada yang
terbuka (sucking wound).3. Pneumotoraks ventil (Tension
pneumotoraks)Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang
positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di
pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara
masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan selanjutnya
terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi
udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar. Akibatnya tekanan
di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan
atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat
menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas 1,7.Sedangkan
menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumotoraks dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu 7:1. Pneumotraks parsialis,
yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil paru (50%
volume paru).
Gambar 5. Pneumotoraks total
E. PatofisiologiParu-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan
pleura visceralis. Di antara pleura parietalis dan visceralis
terdapat cavum pleura. Cavum pleura normal berisi sedikit cairan
serous jaringan. Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif.
Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam proses respirasi.
Proses respirasi terdiri dari 2 tahap: fase inspirasi dan fase
eksprasi. Pada fase inspirasi tekanan intrapleura : -9 s/d -12
cmH2O; sedangkan pada fase ekspirasi tekanan intrapleura: -3 s/d -6
cmH2O. Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura. Adanya
udara pada cavum pleura menyebabkan tekanan negatif pada
intrapleura tidak terbentuk. Sehingga akan mengganggu proses
respirasi. Secara garis besar ke semua jenis pneumotorak mempunyai
dasar patofisiologi yang hampir sama. Pneumotorak spontan, closed
pneumotorak, simple pneumotorak, tension pneumotorak, dan open
pneumotorak. Pneumotorak spontan terjadi karena lemahnya dinding
alveolus dan pleura visceralis. Apabila dinding alveolus dan pleura
viceralis yang lemah ini pecah, maka akan ada fistel yang
menyebabkan udara masuk ke dalam cavum pleura. Mekanismenya pada
saat inspirasi rongga dada mengembang, disertai pengembangan cavum
pleura yang kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang,
seperti balon yang dihisap.Pengembangan paru menyebabkan tekanan
intraalveolar menjadi negatif sehingga udara luar masuk. Pada
pneumotorak spontan,paru-paru kolaps, udara inspirasi ini bocor
masuk ke cavum pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif.
Pada saat inspirasi akan terjadi hiperekspansi cavum pleura
akibatnya menekan mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat
ekspirasi mediastinal kembali lagi ke posisi semula.Proses yang
terjadi ini dikenal dengan mediastinal flutter. Pneumotorak ini
terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga respirasi paru sisi
sebaliknya masih bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja
dengan sempurna.Terjadinya hiperekspansi cavum pleura tanpa
disertai gejala pre-shock atau shock dikenal dengan simple
pneumotorak. Berkumpulnya udara pada cavum pleura dengan tidak
adanya hubungan dengan lingkungan luar dikenal dengan closed
pneumotorak. Pada saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan balik
secara maksimal karena elastic recoil dari kerja alveoli tidak
bekerja sempurna. Akibatnya bilamana proses ini semakin berlanjut,
hiperekspansi cavum pleura pada saat inspirasi menekan mediastinal
ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada paru dan
cavum pleura karena luka yang bersifat katup tertutup terjadilah
penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan
obstruksi jalan napas.Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock
atau shock oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal
dengan tension pneumotorak.Pada open pneumotorak terdapat hubungan
antara cavum pleura dengan lingkungan luar. Open pneumotorak
dikarenakan trauma penetrasi. Perlukaan dapat inkomplit (sebatas
pleura parietalis)atau komplit (pleura parietalis dan visceralis).
Bilamana terjadi open pneumotorak inkomplit pada saat inspirasi
udara luar akan masuk ke dalam cavum pleura. Akibatnya paru tidak
dapat mengembang karena tekanan intrapleura tidak negatif. Efeknya
akan terjadi hiperekspansi cavum pleura yang menekan mediastinal ke
sisi paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal bergeser ke
mediastinal yang sehat. Terjadilah mediastinal flutter7.
F. Perhitungan luas pneumotoraksPerhitungan luas pneumotoraks
ini sangat berguna terutama dalam penentuan jenis kolaps, apakah
bersifat parsialis ataukan totalis. Ada beberapa cara yang bisa
dipakai dalam menentukan luasnya kolaps paru, antara lain 1: 1.
Rasio antara volume paru paru yang tersisa dengan volume
hemitoraks, dimana masing-masing volume paru dan hemitoraks diukur
sebagai volume kubus.Misalnya: diameter kubus rata-rata hemitoraks
adalah 10 cm dan diameter kubus rata-rata paru yang kolaps adalah 8
cm, maka rasio diameter kubus adalah:
2. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis
vertical, ditambah dengan jarak terjauh antara celah pleura pada
garis horizontal, ditambah dengan jarak terdekat antara celah
pleura pada garis horizontal, kemudia dibagi tiga, dan dikalikan
sepuluh.
Gambar 6. Luas pneumotoraks% Luas pneumotoraks
3. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang
kolaps dengan luas hemitoraks (Alsagaff).
Gambar 7. Luas pneumotoraks(L) Hemitoraks (L) Kolaps paru
G. Gejala klinisBerdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang
sering muncul adalah7:1. Sesak napas. Didapatkan pada hampir
sebagian besar pasien. Seringkali sesak dirasakan mendadak dan
makin lama makin memberat. Penderita bernapas tersengal-sengal,
pendek-pedek dengan mulut terbuka.2. Nyeri dada yang didapatkan
pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi yang sakit,
terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak
pernapasan.3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-50% pasien.4.
Denyut jantung meningkat.5. Kulit mungkin tampak sianosis karena
kadar oksigen darah yang kurang.6. Tidak menunjukan gejala (silent)
yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya pada jenis pneumotoraks
spontan primer.Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan: 1.
Inspeksia. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit
(Hiperekspansi dinding dada).b. Pada waktu respirasi, bagian yang
sakit gerakannya tertinggal.c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi
yang sehat.2. Palpasia. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat
normal atau melebar.b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang
sehat.c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang
sakit.3. Perkusia. Suara ketok pada sisi yang sakit, hipersonor
sampai timpani dan tidak menggetar.b. Batas jantung terdorong
kearah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi.4.
Auskultasia. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai
menghilang.b. Suara vocal melemah dan tidak menggetar serta
bronkofoni negatif.Pada pemeriksaan penunjang, gambaran radiologis
yang tampak pada foto rontgen kasus pneumotoraks antara lain8:1.
Bagian pneumotorak akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps
akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang
kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai
dengan lobus paru.2. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak
seperti massa radio opak yang berada di daerah hilus. Keadaan ini
menunjukan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak
selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.3.
Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostalis melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.
Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang
sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventili dengan
tekanan intrapleura yang tinggi.
H. PenatalaksanaanTujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks
adalah adalah untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dari
rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada
prinsipnya, penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut7:1.
Observasi dan pemberian O2Apabila fistula yang menghubungkan
alveoli dan rongga pleura telah menutup, maka udara yang berada
didalam rongga pleura tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi
tersebut akan meningkatkan apabila diberikan tambahan O2. Observasi
dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial setiap
12-34 jam pertama selama 2 hari. Tindakan ini terutama ditujukan
untuk pneumotoraks tertutup dan terbuka.2. Tindakan dekompresiHal
ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang
luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk
mengurangi tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara
rongga pleura dengan udara luar dengan cepat.a. Menusuk jarum
melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan demikian
tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi
negative karena mengalir ke luar ke jarum tersebut.b. Membuat
hubungan dengan udara luar melalu kontra ventil:1) Dapat memakai
infus set.Jarum ditusukan ke dinding dada sampai ke rongga pleura,
kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan
tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat
dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus
set yang berada di dalam botol.
2) Jarum abocath.Jarum abocath merupakan alat yang terdiri dari
gabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukan pada posisi yang
tetap di dinding toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum
dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan
dengan pipa plastic infus set. Pipa infus ini selanjutnya dimasukan
ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan
tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang berada
di dalam botol.3) Pipa Water Sealed Drainage (WSD)Pipa khusus
(Toraks kateter) steril, dimasukan ke rongga pleura dengan
perantaan trocar atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan
troakar atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat
dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi
kulit di sela iga ke-4 pada linea mid aksila atau pada linea
aksilaris posterior. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke-2 di
garis mid klavikula.Setelah troakar masuk, maka toraks kateter
segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar dicabut,
sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di rongga
pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan pipa
kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastic lainnya. Posisi ujung
pipa kaca yang berada d botol sebaliknya berada 2 cm di bawah
permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar
melalui perbedaan tekanan tersebut.
Gambar 8. Pemasangan WSD3. Tindakan bedaha. Dengan pembukaan
dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari lubang yang
menyebabkan pneumotoraks kemudian di jahit.b. Pada pembedahan,
apabila ditemukan penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak bisa
mengembang, maka dapat dilakukan dekortikasi.c. Dilakukan reseksi
bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan atau terdapat
fistel dari paru yang rusak.d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan
pleura yang tebal dibuang, kemudian kedua pleura dilekatkan satu
sama lain di tempat fistel.
I. Pengobatan tambahan1. Apabila terdapat proses lain di paru,
maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya:
terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronchitis dengan
obstruksi saluran napas diberi antibiotic dan bronkodilator.2.
Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang hebat.3.
Pemberian antibiotic profilaksis setelah tindakan bedah dapat
dipertimbangkan untuk mengurangi insidensi komplikasi seperti
emfisema.
Hemotoraks
A. DefinisiHematotoraks adalah suatu keadaan dimana darah berada
dalam kavum pleura. Darah dapat muncul dari berbagai macam sumber,
antara lain dari parenkim paru, atau laserasi dinding dada. Pada
trauma tumpul, diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik
dan insersi chest tube.Perdarahan yang terjadi biasanya terletak
pada pleura space, yakni antara pleura parietalis dan viseralis.
Perdarahan ke dalam pleura space merupakan akibat dari trauma
ekstrapleura dan intrapleura. Ekstrapleura dapat disebabkan oleh
trauma dinding dada yang mengenai arteri interkostalis dan mammaria
interna, sedangkan intrapleura dapat disebabkan oleh parenkim paru
namum biasanya sembuh dengan sendirinya karena tekanan pembuluh
darah paru biasanya rendah.Respon fisiologi dari pembentukan
hemotoraks dapat dikategorikan menjadi 2 area, yaitu hemodinamika
dan pernafasan. Respon hemodinamika tergantung seberapa banyak dan
seberapa cepat darah yang keluar ke rongga pleura. Kehingan darah
750 1500 ml dapat mengakibatkan terjadinya gejala awal dari syok
(takipnea, takikardia, dan tekanan darah menurun). Respon
pernafasan akibat space occupying effect dari akumulasi darah dalam
rongga pleura dapat menghambat pergerakan paru dalam proses
pernafasan yang normal. Dalam kasus trauma yang menyangkut cedera
pada dinding toraks dapat mengakibatkan gangguan ventilasi dan
oksigenasi 2,4.
Gambar 9. PneumotoraksB. Patofisiologi dan etiologi1. Trauma
tajam maupun tumpul (penetrating and non penetrating trauma)Pada
trauma tumpul dapat timbul fraktur kosta yang dapat mengakibatkan
robekan pembuluh darah interkostalis dan juga menimbulkan robekan
pada jaringan paru. Trauma tajam seperti keadaan iatrogenic pada
pemasangan kateter vena sentral, komplikasi pada operasi toraks.2.
Non traumaBerkaitan dengan keganasan, komplikasi karena pemberian
obat anti koagulansia missal: terapi emboli paru, penderita dengan
diathesis hemoragik penyulit pneumotoraks spontan, rupture
aneurisma aorta3.
C. Klasifikasi1. Hemotoraks kecilHemotoraks kecil yaitu yang
tampak sebagai bayangan kurang dari 15% pada foto roentgen, cukup
diobservasi dan tidak memelukan tindakan khusus.2. Hemotoraks
sedangHemotoraks sedang yaitu yang tampak sebagai bayangan yang
menutup 15-35% pada foto roentgen, ditangani dengan pungsi dan
tranfusi darah. Pada pungsi, sedapat mungkin cairan dikeluarkan.
Jika ternyata terjadi kekambuhan, dipasang sekat air.3. Hemotoraks
besarHemotoraks besar yaitu yang tampak sebagai bayangan yang
menutup hingga >35% pada foto roentgen. Penatalaksanaan
ditangani dengan penyalir sekat air dan tranfusi. Penyalir sekat
air dipasang serendah mungkin pada dasar rongga dada untuk
mengosongkan rongga pleura dan memantau perdarahan4.
D. Gejala klinisGejala dan keluhan hemotoraks tergantung berat
dan ringan trauma. Hemotoraks tidak menimbulkan nyeri selain dari
luka yang berdarah di dinding dada. Luka di pleura visveralis
umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Di dalam rongga dada, dapat
terkumpul banyak darah tanpa gejala yang menonjol. Kadang, gejala
dan tanda anemia atau syok menjadi keluhan dan gejala yang pertama
muncul. Penderita juga bisa mengeluh sesak napas. Hemotoraks yang
besar dapat menimbulkan syok hipovolemik dan hipoksia akibat
terganggunya ekspansi dari paru. Tanda dan gejala hemothoraks
masifyaitu3,4:1. Respirasi distres2. Penurunan pernafasan dan
gerakan pernafasan3. Pada perkusi adanya suara redup pada lapang
paru4. Adanya tanda syok hipovolemik.
E. Diagnosis1. Anamnesis: ada riwayat trauma dada atau setelah
tindakan pembedahan.2. Pemeriksaan fisik: didapatkan tanda-tanda
seperti efusi pleura. Pada hemitoraks yang sakit pergerakan
berkurang. Perkusi pada sisi sakit redup dan pada auskultasi suara
napas terdengar menurun atau menghilang sama sekali.3. Gambaran
radiologi: cairan pleura pada posisi tegak, mengalami gravitasi
pada bagian paling bawah toraks yang memberikan gambaran sinar X
dada sebagai berikut:a. Lesi opak homogen, umumnya dengan densitas
yang sama dengan bayangan jantung.b. Hilangnya garis diafragma.c.
Tidak terlihatnya gambaran paru atau bronkus.d. Batas atas cekung
dengan level tertinggi pada aksila3.
Gambar 10. HemotoraksSeiring dengan bertambahnya cairan, terjadi
pengurangan volume paru dan terjadi retraksi kea rah hillus. Pada
awalnya cairan berkumpul di bagian posterior, kemudian menuju ruang
kostofrenikus di bagian lateral. Ketika cairan terdeteksi pada film
dada PA standar, yang ditandai oleh penumpulan sudut kostofrenikus,
efusi pleura telah mencapai volume 200-300 ml. jika efusi bertambah
luas, akan terjadi pergeseran mediastinum ke arah yang
berlawanan9.Setelah dilakukan aspirasi percobaan, cairan tersebut
dilakukan pemeriksaan kadar hematocrit atau hemoglobin (Hb).
Dikatakan hemotoraks bila kadar hematocrit atau Hb cairan pleura
setengah nilai hematocrit atau kadar Hb darah perifer2.
F. Penatalaksanaana. Hematoraks yang sangat kecil dapat
ditangani dengan observasi.b. Setiap hemotoraks yang bermakna di
drainase dengan torakostomi pipa dan dihubungkan dengan suatu water
seal dan pengisapan konstan (-20 air). Torakotomi bila perdarahan
>200 ml/jam dan tidak ada tanda-tanda perdarahan berkurang.c.
Darah harus dikeluarkan dan paru harus direekspansi.d. Drainase
melalui pipa dada harus mencerminkan besarnya perdarahan.e.
Restorasi volume darah dengan cairan IV atau darah harus dimulai
dengan segera.f. Torakostomi dalam ruang operasi harus
dipertimbangkan dengan seksama apabila pasien gagal berespon
terhadap tindakan-tindakan yang disebutkan diatas2.
BAB IIIKESIMPULAN
Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi
oleh udara, sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru
yang menimbulkan gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga
dada saat proses respirasi. Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks
dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik. Pneumotoraks
spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan
pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non
iatrogenik. Dan menurut fistel yang terbentuk, maka pneumotoraks
dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil (tension). Dalam
menentukan diagnosa pneumotoraks seringkali didasarkan pada hasil
foto rntgen berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan
bronkovaskuler pada lapang paru yang terkena, disertai adanya garis
putih yang merupakan batas paru (colaps line). Dari hasil rntgen
juga dapat diketahui seberapa berat proses yang terjadi melalui
luas area paru yang terkena pendesakan serta kondisi jantung dan
trakea. Penanganan pneumotoraks berupa observasi dan pemberian O2
yang dilanjutkan dengan dekompresi. untuk proses medikasi
disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya.Hematotoraks adalah
suatu keadaan dimana darah berada dalam kavum pleura. Darah dapat
muncul dari berbagai macam sumber, antara lain dari parenkim paru,
atau laserasi dinding dada. Pada trauma tumpul, diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan insersi chest
tube.Gejala dan keluhan hemotoraks tergantung berat dan ringan
trauma. Hemotoraks dapat diklasifikasikan menjadi 3, hemotoraks
kecil, sedang dan berat. Untuk penanganan hemotoraks, hemotoraks
minimal hanya cukup dilakukan observasi, namun hemotoraks yang
lebih besar, darah yang terdapat di rongga toraks harus segera
dikeluarkan.