REFERAT Manajemen Kehamilan dan persalinan serta Pencegahan Transmisi Maternal Pada Ibu dengan HIV/AIDS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetri & Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Disusun oleh : Nama : Niddy Rohim F., S. Ked NIM : 2008 031 0221 Diajukan kepada Yth.: dr. H. Bambang Basuki, Sp. OG BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
REFERAT
Manajemen Kehamilan dan persalinan serta
Pencegahan Transmisi Maternal Pada Ibu dengan HIV/AIDS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetri & Ginekologi
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh :
Nama : Niddy Rohim F., S. Ked
NIM : 2008 031 0221
Diajukan kepada Yth.:
dr. H. Bambang Basuki, Sp. OG
BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2012
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Manajemen Kehamilan dan persalinan serta
Pencegahan Transmisi Maternal Pada Ibu dengan HIV/AIDS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian SyaratMengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetri & Ginekologi
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh:Niddy Rohim F., S. Ked
2008 031 0221
Telah dipresentasikan dan disetujui pada:Hari : Sabtu
Tanggal : 17 November 2012
Mengetahui,Dosen Pembimbing & Penguji Klinik
dr. H. Bambang Basuki, Sp. OG
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada triwulan kedua
2010 terdapat penambahan 1.206 kasus AIDS. Sampai 30 Juni 2010, kasus AIDS
yang dilaporkan sejak 1978 berjumlah 21.770. Itu berasal dari 32 provinsi serta 300
kabupaten dan kota di tanah air. Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan
di Indonesia adalah 3:1. Kasus terbanyak dilaporkan terjadi di Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Timur, Papua, Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan,
Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Barat. Bahkan hasil penelitian Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) terdapat 2.800 pasien HIV/AIDS
perempuan selama 10 tahun terakhir di Indonesia, terungkap lebih dari 80 persen
penderitanya adalah ibu rumah tangga. Penelitian dilakukan dari tahun 1999-2009
terhadap sekitar 2.800 penderita perempuan di Indonesia dari berbagai latar
belakang profesi.
Peningkatan kejadian HIV/AIDS pada kalangan ibu rumah tangga juga
mempengaruhi peningkatan kejadian penderita HIV/AIDS di kalangan anak-anak.
Kasus HIV/AIDS pada anak-anak Indonesia meningkat 700 persen dalam empat
tahun terakhir(2006-2010). Kasus HIV pada anak biasanya paling sering ditemukan
akibat transmisi dari ibu yang sudah memiliki HIV ke anaknya.
Sementara itu, pusat kontrol penyakit (The Center for Disease Control =
CDC) telah melaporkan 27.485 kasus AIDS pada wanita Amerika Serikat dari tahun
1981 sampai 1992, tahun 1994-1995 hampir 7000 bayi lahir dari wanita terinfeksi
HIV tiap tahunnya di Amerika Serikat, sekitar 2000nya terinfeksi HIV dan tahun
2000 total 33.600.000 dimana 14.800.000 adalah wanita dan 1.200.000 anak
dibawah 15 tahun. Sekitar 95% pasien terinfeksi HIV tinggal di negara berkembang.
Kurang lebih 12% pasien terinfeksi HIV adalah wanita, sekitar 10-30% wanita
hamil di bagian tertentu di Afrika terinfeksi HIV. Wanita dengan AIDS (Acquired
immunodeficiency syndrome) 85% pada usia reproduktif (15-44 tahun), 50% kulit
hitam dan 20-25% hispanik. Hampir mencapai 20-30% HIV karier asimtomatik
3
diperkirakan terjadi untuk setiap kasus AIDS yang dilaporkan. Peningkatan pada
kedua jumlah dan persentase dari wanita AIDS yang dikenali sejajar dengan
peningkatan infeksi pada anak-anak. Kasus anak-anak terhitung 2% dari total
laporan selama periode ini. Lebih dari 90% anak terinfeksi HIV dibawah 15 tahun
mendapat infeksi dari ibu mereka selama kehamilan, persalinan atau menyusui.
Angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh HIV semakin
meningkat dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling penting di
semua negara. Penggunaan obat antivirus seperti highly active antiretroviral therapy
(HAART) dan persalinan berencana dengan seksio sesaria telah menurunkan angka
transmisi perinatal mother to child transmission (MTCT) penyakit ini dari 30%
menjadi 20%. Manejemen antenatal, persalinan, dan perawatan pascasalin yang
terkontrol dengan baik pada ibu hamil dengan HIV dapat mencegah transmisi
perinatal.
Tujuan penanganan HIV dalam kehamilan adalah untuk memaksimalkan
kesehatan maternal dan meminimalkan transmisi perinatal telah dipusatkan kepada
penekanan level RNA HIV virus sampai level yang tak terdeteksi.
Maka dari itu, referat ini akan membahas mengenai transmisi HIV dari ibu ke
bayinya serta pencegahannya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini
ditemukan pada cairan tubuh terutama cairan darah, cairan vagina dan air susu ibu.
Virus HIV tersebut dapat merusak kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit infeksi. Dalam
keadaan seperti itu, orang akan mudah diserang beberapa jenis penyakit (sindrom)
yang mungkin tidak mempengaruhi orang yang system kekebalan tubuh sehat.
Penyakit tersebut disebut sebagai infeksi oportunistik.
HIV adalah Human Immunodeficiency Virus. Virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh yang melindungi tubuh terhadap infeksi. Kebanyakan orang yang
terinfeksi tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah
terinfeksi, beberapa orang akan mengalami gejala mirip flu selama beberapa
minggu. Selain itu tidak ada tanda-tanda infeksi. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan
dapat ditularkan ke orang lain.
B. HIV (HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS)
HIV adalah jenis retrovirus. Virus ini termasuk golongan virus RNA yaitu
virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik, yang
berarti bahwa virus ini menggunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi
kembali dirinya.
Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel darah
yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki–laki dari Kinshasa di Republik
Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi. Tetapi pada tahun
Januari 1983 Luc Montaigner di Prancis menemukan Virus ini pada seorang pasien
limfadenopati. Oleh karena itu kemudian Virus ini awaklnya dinamai Lymph
adenophaty Virus (LAV). Kemudian pada tahun 1984, di Amerika Serikat
ditemukan virus serupa pada penderita AIDS yang kemudian disebut HTLV-III.
Pada bulan Mei 1986 Komisi toksonomi International memberi nama baru HIV
5
(Human Immunodeficiency Virus) yang saat ini resmi digunakan. Sementara itu
Kasus HIV ini di Indonesia ditemukan pertama kali di Bali pada seorang Warga
Negara Asing (WNA) pada tahun 1987.
Saat ini terdapat dua jenis HIV yaitu HIV–1 dan HIV–2. HIV–1 mendominasi
seluruh dunia dan bermutasi dengan sangat mudah dengan keturunan yang berbeda–
beda. Dari HIV–1 juga ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok dan sub–
jenis (clades). Terdapat dua kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam kelompok
M terdapat sekurang–kurangnya 10 sub–jenis yang dibedakan secara turun temurun.
Ini adalah sub–jenis A–J. Sub–jenis B kebanyakan ditemukan di America, Japan,
Australia, Karibia dan Eropa. Sub–jenis C ditemukan di Afrika Selatan dan India.
HIV–2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat
banyak kemiripan diantara HIV–1 dan HIV–2, contohnya adalah bahwa keduanya
menular dengan cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan infeksi–infeksi
oportunistik dan AIDS yang serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV–2,
ketidakmampuan menghasilkan kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat
dan lebih halus. Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dengan HIV–1, maka
mereka yang terinfeksi dengan HIV–2 ditulari lebih awal dalam proses
penularannya.
1. PENULARAN
HIV menular melalui cairan tubuh seperti darah, semen atau air mani, cairan
vagina, air susu ibu dan cairan lainnya yang mengandung darah.
Virus tersebut menular melalui:
a) Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah
terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat
dicegah.
b) Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana
darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang
tidak steril.
c) Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi.
6
d) Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa
kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
2. PATOFISIOLOGI PENULARAN
Untuk mengerti bagaimana virus tersebut bekerja, seseorang perlu
mengerti bagaimana sistem kekebalan tubuh bekerja. Sistem kekebalan
mempertahankan tubuh terhadap infeksi. Sistem ini terdiri dari banyak jenis sel.
Dari sel–sel tersebut sel T–helper sangat krusial karena ia mengkoordinasi
semua sistem kekebalan sel lainnya. Sel T–helper memiliki protein pada
permukaannya yang disebut CD4. HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel
T–helper dengan melekatkan dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di
dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan yang disebut
RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid)
dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut
menjadi bagian dari DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih
banyak sel jenisnya, benda tersebut mulai menghasilkan virus–virus HI. Enzim
lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus yang
baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam
aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses
yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh dan
meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan penyakit–
penyakit yang lain.
Gambar I. Patofisiologi Penularan
7
Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan
sel–sel yang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang. Respons
tersebut mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya. Jumlah normal
dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–1200 sel/ml kubik
darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya terhitung
dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–infeksi
oportunistik.
Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika
sistem kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat
infeksi–infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi
seorang pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal. Tanpa perawatan, viral
load, yang menunjuk pada jumlah relatif dari virus bebas bergerak didalam
plasma darah, akan meningkat mencapai titik dimana tubuh tidak akan mampu
melawannya.
Perkembangan dari HIV dapat dibagi dalam 4 fase, yaitu :
a) Infeksi utama (Seroconversion), ketika kebanyakan pengidap HIV tidak
menyadari dengan segera bahwa mereka telah terinfeksi.
b) Fase asymptomatic, dimana tidak ada gejala yang nampak, tetapi virus
tersebut tetap aktif.
c) Fase symptomatic, dimana seseorang mulai merasa kurang sehat dan
mengalami infeksi–infeksi oportunistik yang bukan HIV tertentu
melainkan disebabkan oleh bakteri dan virus–virus yang berada di sekitar
kita dalam segala keseharian kita.
d) AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV,
adalah fase akhir dan biasanya bercirikan suatu jumlah CD4 kurang dari
200.
8
3. PERJALANAN PENYAKIT
Perjalanan alamiah infeksi HIV dibagi dalam tahapan sebagai berikut :