Top Banner
Pleno Skenario 3 Komposit Kelompok 8
23

Pleno Skenario 3 2010

Jan 16, 2016

Download

Documents

presentasi pleno
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pleno Skenario 3 2010

Pleno Skenario 3Komposit

Kelompok 8

Page 2: Pleno Skenario 3 2010

SkenarioRestorasi Plastis Komposit

Seorang mahasiswa FKG bernama Rizal (22 tahun) dating ke tempat praktek drg. Mega mengeluhkan gigi depan

atas berlubang. Pasien mengeluhkan malu saat tersenyum, dan ngilu bila minum minuman dingin. Pasien

belum pernah dirawat oleh dokter gigi, dan belum ada keluhan spontan. Pasien menginginkan untuk dilakukan penambalan sewarna gigi. Pada pemeriksaan klinis, gigi

21 terdapat karies media kelas IV Black. Tes vitalitas dengan Electric Pulp Test (EPT) menunjukkan gigi masih

vital, tes perkusi tidal ada keluhan. Diagnosa klinis gigi 21 adalah pulpitis reversible. Oleh drg. Mega disarankan dilakukan penumpatan dengan tumpatan plastis resin

komposit nanofiller, oleh karena sifat dari bahan tersebut yang cukup kuat, sewarna gigi dan estetis.

Page 3: Pleno Skenario 3 2010

MappingKaries

Restorasi

Plastis (Kavitas

Kecil)

Komposit

Indikasi Kontra Indikasi Prosedur

Polimerisasi

Sistem Bonding

self etching

total etching

Besar Partikel

Matrix komposit

GI Amalgam

Rigid (Kavitas Besar,

Page 4: Pleno Skenario 3 2010

Learning ObjectiveMahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:1. Indikasi dan kontraindikasi penggunaan resin

komposit2. Klasifikasi resin komposit3. Prosedur (polimerisasi, sistem bonding,

matriks, serta tahapan penumpatan) dari resin komposit

Page 5: Pleno Skenario 3 2010

Indikasi1. Restorasi kavitas kecil dan sedang, contohnya karies pada

gigi P atau M1 kelas 1 Black2. Daerah operasi dapat diisolasi saat dilakukan prosedur

kerja, karena jika tidak dapat diisolasi maka terjadi kontaminasi pada prosedur penumpatan komposit dan menimbulkan mikro porositi

3. Daerah yang akan direstorasi tidak memiliki kontak oklusal yang berat, karena kekuatan komposit yang tidak terlalu besar

4. Dapat memperkuat sisa struktur gigi5. Untuk gigi anterior, sebagai contoh terdapat fraktur pada

insisal gigi, restorasi tidak akan mengganggu estetik karena memiliki warna yang sama dengan gigi

6. Sebagai pit dan fissure sealant7. Pasien yang alergi terhadap logam

Page 6: Pleno Skenario 3 2010

Kontraindikasi

1. Oral hygiene pasien buruk

2. Insidensi karies tinggi, karena pada restorasi komposit sering ditemukan mikro leakage sehingga dapat menjadi tempat bagi bakteri plak, dan juga komposit tidak dapat melepaskan fluor

3. Daerah operasi yang tidak dapat diisolasi

4. Daerah yang akan direstorasi tidak memiliki kontak oklusal yang berat

5. Lesi proksimal yang sulit untuk dilakukan penumpatan

6. Pasien alergi terhadap komposit

7. Jaringan gigi yang tersisa tidak mendukung restorasi

8. Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism

Page 7: Pleno Skenario 3 2010

Klasifikasi Komposit Berdasarkan ukuran partikel Berdasarkan Viskositas Bahan Berdasarkan Aktivasi Polimerisasi

Page 8: Pleno Skenario 3 2010

Berdasarkan ukuran partikel Komposit konvensionalKomposit ini disebut juga komposit tradisional atau pasi makro. Partikelnya berukuran 8-12µm dan umumnya muatan pasinya adalah 70-80% beratnya. Resistensinya yang rndah terhadap keausan oklusal merupakan masalah klinis. Komposit konvensional dianggap lebih rendah daripada komposit jenis yang lain.

Page 9: Pleno Skenario 3 2010

Berdasarkan ukuran partikel Komposit Partikel KecilUkuran partikelnya antara 1-5 µm dengan distribusi yang luas. Distribusi ukuran partikel yang luas memberikan muatan pasi yang tinggi dan komposit berpartikel kecil umumnya mengandung lebih banyak pasi organic (80% berat dan 70% volume) dibanding komposit konvensional. Karena perbaikan kekuatan komposit ii serta kandungan pasinya lebih tinggi, bahan ini diindikasikan untuk tumpatan pada daerah yang terkena tekanan besar dan abrasi seperti kelas II dan IV.

Page 10: Pleno Skenario 3 2010

Berdasarkan ukuran partikel Komposit Pasi mikroUkuran partikelnya 0,02-0,04µm yang berarti 200-300 kali lebih kecil dari rata rata pertikel quartz komposit konveional. Resin pasi mikro digunakan karena kehalusan permukaan tumpatan merupakan pilihan utama untuk penumpatan estesis pada gigi gigi anterior. Terutama untuktumpatan dengan beban kunyah kecil.

Page 11: Pleno Skenario 3 2010

Berdasarkan ukuran partikel Komposit Hybrid

Bahan ini dikembangkan untuk mendapatkan permukaan yang lebih halus dibandingkan komposit pasrtikel kecil tetapi dengan tetap mempertahankan sifat sifat komposit yang lain. Komposit jenis ini mempunyai permukaan yang lebih halus dan estetis yang kompetitif disbanding jenis lain untuk anterior.

Komposit ini terdiri atas 2 macam partikel pasi. Pasinya mengandung silika koloidal dan pertikel halus dari kaca yang mengandung logam berat, total pasinya 75-80% berat total.kaca mempunyai ukuran 0,6- 1µm. silika koloidal jumlahnya 10-20% berat dari seluruh kandungan pasinya.

Karena permukaan yang halus dan kekuatan baik, komposit ini banyak digunakanuntuk tambalan gigi depan termasuk kelas IV. Walaupun sifat mekanis umumnya lebih rendah daripada komposit pertikel kecil ,hybrid juga sering digunakan untuk tumpatan gigi belakang.

Page 12: Pleno Skenario 3 2010

Berdasarkan Viskositas Bahan Megafiller : ukuran partikel lebih besar dari

100 µm. Macrofiller : ukuran partikel 10-100 µm Midifiller : ukuran partikel 1-10 µm Minifiller : ukuran partikel 0,1-1 µm Microfiller : ukuran partikel 0,01-0,1 µm Nanofiller : ukuran partikel ,005-0,01 µm

Page 13: Pleno Skenario 3 2010

Berdasarkan Aktivasi Polimerisasi Komposit Packable :

Digunakan dalam bentuk pasta dengan viskositas yang sangat tinggi. Direkomendasikan digunakan pada kelas I dan II, serta kelas VI MOD. Menggunakan aktivasi cahaya. Beberapa jenis komposit packable dapat dipaket dalam bentuk kapsul. Interaksi dari partikel pengisi dan modifikasi resin menyebabkan bahan restorasi komposit dapat bersifat packable.

Page 14: Pleno Skenario 3 2010

Berdasarkan Aktivasi Polimerisasi Komposit Flowable :

Dengan menggunakan aktivasi cahaya, komposit dengan viskositas rendah, direkomendasikan untuk lesi karies sevical (Kelas V, restorasi pada gigi sulung. Memiliki Modulus Elastisitas yang rendah, sehingga digunakan pada area servical.

Page 15: Pleno Skenario 3 2010

Berdasarkan Aktivasi Polimerisasi Visible-light-activated systems

Visible-light-activated systems mengandung dua komponen initiator sistem, terdiri dari di-ketone dan tertiary amine. Di-ketone yang fotosensitif, biasanya 0,2-0,7% champhorquinone, menyerap energi radiasi dengan panjang gelombang 450-475 nm yang dipancarkan dari quartz halogen, laser, plasma arc dan yang paling baru light emitting diodes . Energi minimum yang dibutuhkan untuk curing yang adekuat adalah 300 mW/cm2.

Page 16: Pleno Skenario 3 2010

Berdasarkan Aktivasi Polimerisasi Chemically activated systems

Resin komposit yang secara umum dalam bentuk pasta base dan catalyst ataupun dalam bentuk powder-liquid. Salah satu bagian dari base dan catalyst maupun powder-liquid akan mengandung sebuah initiator, benzoyl peroxide, dan bagian lainnya tertiary aromatic amine accelerator yang ketika dicampurkan kedua bagian ini akan memicu polimerisasi dari resin komposit.

Page 17: Pleno Skenario 3 2010

Berdasarkan Aktivasi Polimerisasi Sistem lain (Dual-activated)

Dual-activated komposit memiliki dua sistem pemicu polimerisasi yaitu light-activated dan chemically activated. Light-activation digunakan untuk memicu polimerisasi dan chemical-activation diandalkan untuk melanjutkan dan melengkapi reaksi setting dari resin komposit.

Page 18: Pleno Skenario 3 2010

Prosedur Polimerisasi resin komposit

Polimerisasi dapat mempengaruhi teknik insersi, arah pengerutan polimerisasi, prosedur finishing, kestabilan warna dan jumlah porositas internal dalam material. Ada dua tipe polimerasi, self cured dan light cured yang menggunakan cahaya tampak

Page 19: Pleno Skenario 3 2010

Prosedur Sistem bonding

Sistem bonding merupakan metode pengaplikasian suatu bahan pada kavitas gigi untuk membantu perlekatan antara bahan restorasi komposit dengan enamel dan dentin. Bahan-bahan yang digunakan dalam sistem ini adalah asam fosfor 30-40% sebagai etsa, bahan primer serta bonding. Asam fosfor berfungsi untuk menghilangkan smear layer yang menutupi dentin. Bahan asam tersebut juga sedikit mendemineralisasikan dentin sehingga terbentik resin tag yang nantinya akan diisi oleh komposit. Primer merupakan monomer yang bersifat hidrofilik berfungsi untuk menyatukan bahan komposit yang bersifat hidrofobik dengan struktur dentin yang hidrofilik. Salah satu bahan primer adalah HEMA (hidroksi methyil methacrylate). Bahan yang digunakan sebgai bonding adalah matriks BIS-GMA tanpa pengisi yang diaktivasi mengunakan sinar. Bahan tersebut merupakan metriks resin encer sehingga midah mengisi resin tag sehingga membantu restorasi komposit untuk berikatan dengan dentin.

Page 20: Pleno Skenario 3 2010

Prosedur Sistem bonding Berdasarkan tahap aplikasinya, sistem bonding diklasifikasikan menjadi

dua:

1. Total etching, merupakan sistem bonding yang didahului dengan aplikasi bahan etsa untuk menghilangkan smear layer. Sistem bonding ini dibagi menjadi sub kategori:

1. Three step total etch, merupakan tiga tahap sistem bonding dengan aplikasi bahan etsa, primer dan bonding secara berurutan. Setalah aplikasi bahan etsa, kavitas perlu dibilas dengan air untuk menghilangkan sisa asam.

2. Two step total etch, menggunakan bahan primer yang telah dilarutkan dengan bahan bonding, sehingga hanya perlu mlakukan dua tahap aplikasi bahan bonding.

2. Self etching , sistem ini tidak perlu melakukan etsa dan pembilasan kavitas karena bahan yang digunakan dapat membuat smear layer permeabel. Sistem bonding ini dibagi menjadi dua sub kategori:

a. Two step total etch sistem bonding ini menggunakan dua aplikasi bahan pada kavitas, bahan yang pertama adalah campuran asam dengan primer kemudian di lanjutkan dengan aplikasi bahan bonding.

b. Single step self etch, merupakan sistem bonding dengan menggunakan satu bahan aplikasi yang terdiri dari campuran bahan etsa, primer dan bonding dalam satu tube.

Page 21: Pleno Skenario 3 2010

Prosedur Matriks resin komposit

Matriks resin adalah bahan resin plastis yang berguna untuk menyatukan partikel bahan pengisi. Beberapa jenis matriks yang umum digunakan pada dental komposit adalah Bis-GMA (bisfenol-a-glycidyl dimethacrylate), TEGDMA (thiethylene glycol dimethacrylate) dan UDMA (urethane dimethacrylate). Kegunaan metriks resin ini adalah untuk membentuk hubungan polimer cross-linked yang kuat pada bahan komposit dan mengontrol konsistensi dari pasta komposit.

Page 22: Pleno Skenario 3 2010

Prosedur Tahapan Restorasi Resin Komposit

Tahapan Isolasi Pembersihan Gigi Tahap preparasi Pemberian Liner/ Basis Tahap etsa asam Tahap Bonding Tumpatan Resin Komposit Tahap finishing dan polishing komposit

Page 23: Pleno Skenario 3 2010

DAFTAR PUSTAKA Annette Alexandra Susanto , Effects of materials thickness and length of light exposure

on the surface hardness light-cured composite resins, Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 1 Januari 2005: 32–35

Roberson,Theodore et al. 2002. Sturdevant’s Art 7 Science of Operative Dentistry 4 rd Edition. .Mosby, America

Dutra, Luana de Carvalho et al. 2012. Nanofilled Composite Restorations with Different Adhesives Strategies: Clinical Cases. Department of Dentistry, Federal University of Santa Catarina Brazil.

King, Nigel M et al. 2004. Conversion of One-Step to Two-Step Self-Etch Adhesive for Improved Efficacy and Extended Application. Pediatric and orthodontic, the niversity of Hongkong.

Bailey S.J. & Swift E.J. 1992. Effects of home bleaching products on composite resin. Quintessence International.

Ferracane, Jack. L. 2006. Hygroscopic and hydrolytic effect in dental polymer networks.Dental material.

Kenneth J. Anusavice. Phillips. 2004. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed. 10. Jakarta: EGC.

Lloyd Baum, Ralp W. Phillips, Melvin R. Lund.1997. Buku Ajar ilmu konservasi gigi. Ed. 3. Jakarta: EGC.

M.F. de A. Silva, R.M. Davies, B. Stewart, W. Devizio, J. Tonholo, J.G. da Silva Junior, I.A. Pretty. 2006. Effect of whitening gels on the surface roughness of restorative materials in situ. Dental materials.