EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PASCA BEDAH SESAR DI BANGSAL BAKUNG TIMUR RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR PERIODE FEBRUARI 2007 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Ni Komang Trisna Dewi NIM : 038114051 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Embed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... fileINTISARI Bedah sesar (section caesarea) adalah sayatan melalui dinding abdomen dan uterus untuk melahirkan janin dari dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PASCA BEDAH SESAR
DI BANGSAL BAKUNG TIMUR RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR PERIODE FEBRUARI 2007
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Ni Komang Trisna Dewi NIM : 038114051
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cinta membuat kita bersayap dan membuat tubuh menjadi lebih ringan, sehingga memungkinkan kita untuk mencapai
tempat-tempat yang lebih tinggi (Gede Prama).
Doa-doa tanpa ketulusan adalah surat-surat tanpa perangko
Doa-doa tanpa bakti dan cinta kasih adalah surat-surat tanpa alamat
Doa-doa dengan ketulusan, bhakti, cinta kasih dan kerinduan seperti
telegram (Satya Narayana Swami).
Pengetahuan yang sejati berkembang dari sifat kebaikan,
Loba berkembang dari sifat nafsu dan kegiatan yang bukan-bukan,
Sifat gila dan khayalan berkembang dari sifat kebodohan
(Bhagavad gita, sloka 14.17)
I dedicated this to:
Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala kehidupan, berkah, perlindungan,
tuntunan dan kasih sayangNya.
Ayahanda I Wayan Menyan & Ibunda Ni Nyoman Jelih atas semua kasih sayang,
doa, pendidikan, perjuangan dan pengorbanannya.
MY ALMAMATER
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Bedah sesar (section caesarea) adalah sayatan melalui dinding abdomen dan uterus untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.
Pasien terbanyak pada usia 30-34 tahun (44,5%), dengan indikasi terbanyak ketuban pecah dini (37%). Tingkat pendidikan pasien terutama lulusan SLTA (55,6%) dengan jenis pekerjaan terbanyak sebagai ibu rumah tangga (44,5%). Pasien sebagian besar (92,6%) dirawat di Bangsal kelas III.
Golongan obat yang paling banyak diberikan adalah golongan antibakteri, oksitoksik, analgesik non opioid antiinflamasi non steroid, serta obat yang mempengaruhi darah dan gizi masing-masing sebanyak 100%. Jenis obat yang paling banyak diberikan adalah amoksisilin, metilergometrin, dan asam mefenamat masing-masing sebanyak 100%.
Jumlah kasus drug related problems (DRPs), yaitu: dosage too low sebanyak 17 kasus. Pasien menjalani rawat inap selama 3-6 hari. Semua pasien pulang dengan kondisi klinis yang membaik.
Kata kunci: bedah sesar, obat, drug related problems (DRPs)
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Section caesarea is a surgery through abdomen wall and uterus to give birth an infant from the womb. This research was aimed to evaluate the use of drugs to the patients of post section caesarea in East Bakung Ward Sanglah Hospital Denpasar in the period of February 2007. The most patients are at the age of 30-34 years old (44,5%), with the most indication of early fetal membrane hatched out (37%). Patient’s educational status are Senior High School (55,6%) with the most profession as the wife house(44,5%). Most of the patients (92,6%) are hospitalized in the third class ward. The most given drugs types are antibacterial type, oksitoksic, analgetic non opioid antiinflamasi non steroid, and also drugs which can affect blood and nutrition each is 100%. The drugs types that mostly given are amoxicillin, methylergometrin, and mefenamic acid each is 100%. Number of drug related problems (DRPs) cases, i.e. dosage too low is 17 cases and dosage too high 1 cases. The patients are hospitalized for about 3-6 days. All of the patients are home with a better clinic condition. Keywords: section caesarea, drugs, drug related problems (DRPs)
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya dengan rahmat serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca
Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar
Periode Februari 2007”.
Penulisan skripasi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan
Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang
mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Sanglah Denpasar yang telah memberikan ijin bagi
penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Sanglah Denpasar.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini, serta selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, saran, semangat dan
masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan
skripsi ini.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Aris Widayati, M.Si., Apt. atas kesediaan menguji serta memberikan saran dan
masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Staf, karyawan di Diklat, Litbang dan Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit
Sanglah Denpasar atas bantuan, saran dan waktu yang diberikan selama
penulis melakukan pengambilan data untuk penelitian.
6. Ayahanda I Wayan Menyan, Ibunda Ni Nyoman Jelih, dan Nenek Metua
Tubreg yang telah membesarkan dan mendidik penulis, selalu memberikan
semangat, kasih sayang, pengorbanan serta doa yang tulus untuk kesuksesan
penulis. I Love My Family.
7. My Brothers and my sisters: I Putu Karyana, I Kadek Artana, Mbok Tut Sukri
dan Mbak Rina yang selalu memberikan semangat, kasih sayang dan doanya
untuk penulis.
8. Kepit, Dek Iting, Mank Divi dan Tata yang selalu menghadirkan keceriaan di
hati penulis.
9. Ely atas semua cinta, sayang, semangat, doa, keceriaan dan kesabarannya pada
penulis. I Love U.
10. Mbok Ade Sri sekeluarga, Mbok Kar, Bli Tut De, Bli Made Danya, Iwe Suar
dan Iwe Car atas semua nasihat dan semangat yang diberikan pada penulis.
11. Ibu Putu Aryani dan Bapak, atas semua bantuan, bimbingan dan semangat
yang diberikan pada penulis. Yandi sekeluarga atas kesetiaannya menemani
penulis selama satu bulan dalam pengambilan data penelitian.
12. Devi, Titien, Ocha, Ratna, Timur, Simon, Madya, Mega and Juleha atas
kebersamaan dan kekompakkannya selama ini. Devi and Titien terima kasih
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pinjaman bukunya. Temen-temen kelompok praktikum C atas kebersamaan
dalam suka dan duka melewati praktikum.
13. Kamizo terima kasih atas doa dan semangatnya untuk penulis. Dek Sanjaya,
Oming and Adi yang selalu menghibur lewat sms saat penulis lagi stres dan
jenuh.
14. Oe2s, Meta, Vi2, Mbak Wiwit yang selalu menghibur, memberi semangat,
membantu dan menemani penulis.
15. Santra, Sukerta, Kawi, Bli Ngurah and Dode atas kebersamaan dan
bantuannya selama ini. Vina, Suster Fidelis, Rani, Puguh, Fajar, Gayung and
Printa buat semua bantuan dan kebersamaannya selama KKN, terima kasih
buat keceriaannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini
bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 1 Agustus 2007
Penulis
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………... v
INTISARI ………………………………………………………………. vi
ABSTRACT ……………………………………………………………... vii
KATA PENGANTAR …………………………………………………. viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
1. Rumusan masalah ……………………………………………….. 4
2. Keaslian penelitian ………………………………………………. 5
3. Manfaat penelitian ………………………………………………. 5
B. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 6
1. Tujuan umum …………………………………………………… 6
2. Tujuan khusus …………………………………………………... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Fisiologi Kehamilan ……………………………………………… 7
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Bedah Sesar …………………………………………………….. 8
1. Istilah-istilah dalam bedah sesar ……………………………… 9
2. Jenis-jenis operasi bedah sesar ……………………………….. 10
3. Indikasi-indikasi bedah sesar ………………………………… 11
C. Komplikasi-komplikasi Bedah Sesar dan Terapinya ………….. 13
1. Infeksi ………………………………………………………… 13
a) Definisi ……………………………………………………... 13
b) Penyebab …………………………………………………… 14
c) Terapi ………………………………………………………. 14
d) Penggolongan antibiotika ………………………………...... 15
2. Nyeri ………………………………………………………….. 27
a) Definisi ……………………………………………………… 27
b) Penyebab …………………………………………………… 27
c) Terapi ………………………………………………………. 29
d) Penggolongan analgesik …………………………………… 29
3. Anemia ……………………………………………………….. 31
a) Definisi …………………………………………………….. 31
b) Penyebab …………………………………………………… 31
c) Terapi ………………………………………………………. 31
d) Penggolongan vitamin ……………………………………… 32
4. Komplikasi-komplikasi Lain Bedah Sesar dan Terapinya ……. 33
a) Oksitosin ……………………………………………………. 33
b) Cairan Elektrolit ………………………………………….. 35
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Penggunaan Obat yang Rasional ………………………………. 37
E. Drug Related Problems (DRPs) ……………………………….. 38
F. Keterangan Empiris ……………………………………………. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………….. 41
B. Definisi Operasional …………………………………………… 41
C. Subyek Penelitian ……………………………………………… 43
D. Bahan Penelitian dan Lokasi Penelitian ……………………….. 43
E. Jalannya Penelitian ……………………………………………... 43
1. Analisis situasi dan penentuan masalah ………………………. 43
2. Tahap penelusuran data ………………………………………. 44
3. Tahap pengambilan data ……………………………………… 44
4. Tahap analisis data ……………………………………………. 45
F. Tata Cara Analisis Data …………………………………………. 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pasien Bedah Sesar ……………………………….. 48
B. Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Bedah Sesar …………… 53
1. Kelas Terapi ……………………………………………………. 53
2. Jenis Obat ………………………………………………………. 53
a. Antiinfeksi …………………………………………………… 53
b. Obat Obstetrik dan Ginekologi ………………………………. 58
c. Analgesik …………………………………………………….. 61
d. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah …………………….. 62
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah ………………………. 65
f. Obat lain ……………………………………………………. 68
C. Drug Related Problems (DPRs) …………………………………. 69
D. Kondisi Pasien dan Lama Rawat Inap …………………………... 71
E. Rangkuman Pembahasan ………………………………………… 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 77
B. Saran ……………………………………………………………… 78
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..... 79
LAMPIRAN ………………………………………………………….... 82
BIOGRAFI …………………………………………………………….. 130
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I Usia pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS
Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………………….. 48
Tabel II Pasien dengan satu indikasi bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………. 49
Tabel III Pasien dengan lebih dari satu indikasi bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 … 49
Tabel IV Data tingkat pendidikan pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 .... 51
Tabel V Pekerjaan pasien bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007…………... 52
Tabel VI Data kelas bangsal pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ………….. 52
Tabel VII Kelas terapi pada pasien bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ………….. 53
Tabel VIII Antiinfeksi yang diterima pasien bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………… 57
Tabel IX Obat Obstetrik dan Ginekologi yang diterima pasien bedah
sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode
Februari 2007 …………………………………………………… 59
Tabel X Analgesik yang diterima pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari
2007 …………………………………………………………… 62
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XI Obat yang mempengaruhi gizi dan darah yang diterima pasien
pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah
Denpasar Periode Februari 2007 ………………………………. 65
Tabel XII Cairan elektrolit yang diterima pasien bedah
sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode
Februari 2007 ………………………………………………….. 67
Tabel XIII Golongan dan jenis obat lain yang diterima pasien bedah
sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode
Februari 2007 …………………………………………………. 69
Tabel XIV Drug Related Problems (DRPs) ………………………………. 70
Tabel XV Kondisi pasien pasca bedah sesar saat pulang dari Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 … 71
Tabel XVI Lama rawat inap pasien bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………. 72
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Anatomi pada wanita ……………………………………… 7
Gambar 2 Anatomi organ reproduksi dalam pada wanita ……………. 7
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data rekam medis pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari
2007………………………………………………………….. 82
Lampiran 2 Penggolongan obat pasien bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari
2007 …………………………………………………………. 120
Lampiran 3 Komposisi Obat Brand Name yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007…………………………….. 130
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bedah sesar (section caesarea) akhir-akhir ini sangat marak dilakukan
oleh wanita yang akan melahirkan. Sebagian besar dari mereka beranggapan,
bahwa vagina mereka akan “molor” ketika melahirkan secara normal. Akibatnya,
berkembanglah mitos bahwa vagina yang molor akan membuat hubungan kelamin
menjadi tidak nikmat, sehingga menyebabkan suami mereka akan berpaling ke
pelukan wanita lain. Tindak lanjutnya, sebagian wanita muda atau calon ibu yang
mewarisi perspektif ini akan memilih bedah sesar untuk menyelamatkan elastisitas
alat vitalnya itu. Tindakan yang diyakini sebagai langkah “penyelamatan” ini
sebenarnya justru lebih berisiko daripada persalinan normal melalui vagina.
Risiko yang sering muncul pada kasus bedah sesar adalah risiko infeksi dan
pendarahan. Dari data statistik disebutkan insidennya mencapai 10% (Abu Bakar,
2002).
Seiring dengan perkembangan informasi di bidang kesehatan, akses untuk
mendapatkan infomasi, berita, laporan, penemuan, tinjauan ilmiah dari berbagai
topik terutama mengenai bedah sesar banyak dijumpai di internet. Akibat dari
banyaknya informasi yang ada, maka munculah konsep baru yang lahir di seputar
bedah sesar. Terbukanya sumber informasi dalam tahun-tahun terakhir ini,
menyebabkan kaum wanita di Amerika Serikat (AS) menjadi semakin sadar,
semakin paham akan bahaya dan risiko dari tindakan bedah sesar, sehingga
insidennya pun menjadi berkurang di AS (21%). Di Indonesia angka ini justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
meluncur ke atas. Data rumah sakit swasta dari kota-kota besar di Indonesia
menunjukkan kekerapannya berkisar antara 30-80%. Hal ini disebabkan sumber
informasi di negeri kita belum terbuka lebar, jumlah penduduk kita yang mampu
mengakses informasi yang bertebaran di internet sangat kecil dan diperkuat juga
oleh minat baca bangsa kita yang sangat rendah (Abu Bakar, 2002). Akan tetapi
dilain pihak, perluasan indikasi untuk melakukan bedah sesar dan kemajuan dalam
teknik operasi dan anestesi serta obat-obat menyebabkan angka kejadian bedah
sesar dari periode ke periode meningkat (Mochtar, 1998).
Bedah sesar adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998).
Bedah sesar bertujuan untuk menjamin turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas
sehingga sumber daya manusia dapat ditingkatkan dan untuk mengeluarkan janin
dari dalam rahim pada ibu-ibu yang meninggal. Dulu angka morbiditas dan
mortalitas untuk ibu dan janin sangat tinggi. Pada masa sekarang, oleh karena
kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah,
indikasi dan obat-obatan angka tersebut menjadi sangat menurun (Mochtar, 1998).
Di Indonesia pada saat ini belum ada angka nasional yang tepat tentang
kematian maternal dan perinatal, baik untuk suatu daerah, wilayah dan secara
nasional. Hal ini disebabkan belum adanya sistem pencatatan, pelaporan dan
pendaftaran wajib bagi kelahiran dan kematian. Secara umum, angka kematian
maternal dari rumah-rumah sakit di Indonesia berkisar antara 51,6 sampai 206,3
per 10.000 persalinan, sedangkan angka kematian perinatal berkisar antara 77,3
sampai 142,2 per 1000. Bila dibandingkan dengan negara-negara maju, angka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi. Di negara maju angka
kematian maternal berkisar antara 1,5-3,0 per kelahiran hidup, sedangkan angka
kematian perinatal berkisar antara 13,0 sampai 30,0 per 1000 kelahiran. Tingginya
angka kematian maternal dan perinatal di Indonesia ditemukan pada rumah-rumah
sakit yang menerima banyak kasus patologik dengan penderita sering kali dalam
keadaan buruk (Mochtar,1998).
Dalam suatu proses bedah sesar, kemungkinan terjadinya suatu infeksi
sangat besar, hal ini disebabkan adanya pembukaan jaringan tubuh sehingga
mempermudah mikroorganisme untuk masuk ke tubuh pasien. Infeksi adalah
proses masuknya mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, mikroplasma dan
protozoa ke dalam tubuh manusia. Untuk mencegah dan mengobati infeksi maka
pasien memerlukan terapi antiinfeksi, salah satunya adalah antibiotika.
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri (Anonim, 2006b). Prinsip
penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama, yaitu penyebab
infeksi dan faktor pasien (Anonim, 2000a).
Keluhan yang secara umum dirasakan oleh pasien pasca bedah salah
satunya adalah timbulnya rasa nyeri di daerah bekas sayatan operasi. Rasa nyeri
hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya
gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot.
Untuk menghilangkan rasa nyeri biasanya digunakan suatu analgesik. Analgesik
adalah obat untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
kesadaran (Anief, 2003). Obat-obatan yang diberikan untuk pasien bedah sesar
kemungkinan dapat mengalami Drugs Related Problems (DRPs), dan seiring
dengan adanya peningkatan kejadian bedah sesar yang terjadi di Indonesia,
membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai evaluasi
penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah
Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007. Rumah Sakit Sanglah Denpasar
merupakan rumah sakit rujukan di propinsi Bali.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. seperti apakah karakteristik pasien pasca bedah sesar yang meliputi: usia
pasien, indikasi, tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, dan kelas
bangsal pasien di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar
periode Februari 2007?
2. seperti apakah pola peresepan obat yang terkait dengan golongan dan jenis
obat yang digunakan dalam pengobatan pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007?
3. apakah pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit
Sanglah Denpasar periode Februari 2007 terjadi Drugs Related Problems
(DRPs) yang terkait dengan penggunaan obat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
4. seperti apakah dampak yang terjadi pada pasien pasca bedah sesar yang
berhubungan dengan penggunaan obat, yang meliputi: sembuh, meninggal,
dan lama rawat inap di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah
Denpasar periode Februari 2007?
2. Keaslian penelitian
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya adalah mengenai
“Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari – Juni 2002” yang
dilakukan oleh Wikaningtyas (2004).
Sejauh yang penulis ketahui penelitian mengenai “Evaluasi Penggunaan
Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit
Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 belum pernah dilakukan. Penelitian ini
berbeda dari penelitian Wikaningtyas (2004) yang bersifat retrospektif.
Perbedaannya terletak pada metode pengambilan data yang bersifat prospektif,
lokasi penelitian, periode penelitian dan pada penelitian Wikaningtyas tidak
terdapat analisis drug related problems.
3. Manfaat penelitian
Manfaat teoritis penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi bagi Rumah Sakit Sanglah Denpasar, terutama di Bangsal Bakung
Timur mengenai penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar. Manfaat praktis
penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai pendukung proses terapi
pada pasien pasca bedah sesar oleh dokter maupun pelaksanaan praktek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
farmasi klinik oleh farmasis di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah
Denpasar, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan pengobatan bagi pasien
pasca bedah sesar.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat
pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah
Denpasar periode Februari 2007. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara
lain untuk mengetahui:
1. karakteristik pasien pasca bedah sesar yang meliputi: usia pasien, indikasi,
tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, dan kelas bangsal pasien
di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari
2007.
2. pola peresepan obat yang terkait dengan golongan dan jenis obat yang
digunakan dalam pengobatan pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.
3. drugs related problems (DRPs) yang terkait dengan penggunaan obat.yang
terjadi pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit
Sanglah Denpasar periode Februari 2007.
4. dampak yang terjadi pada pasien pasca bedah sesar yang berhubungan
dengan penggunaan obat, yang meliputi: sembuh, meninggal, dan lama
rawat inap di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar
periode Februari 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Fisiologi Kehamilan
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau
fetus di dalam tubuhnya (Anonim, 2007a). Kehamilan terjadi karena adanya
proses ovulasi sel telur ke dalam tuba fallopi, dimana jika sel telur tersebut
dibuahi oleh sperma, sel telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan
berkembang menjadi sebuah proses kehamilan. Jika pembuahan tidak terjadi di
tuba fallopi, maka dapat terjadi kehamilan entopik, dimana kehamilan tidak terjadi
di rahim, tapi terjadi di bibir rahim atau bahkan di ovarium (Anonim, 2007b).
Gambar 1. Anatomi pada wanita Gambar 2. Anatomi organ reproduksi dalam pada wanita
(Anonim, 2007b). (Anonim, 2007b)
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi
terakhir dan kelahiran yaitu 38 minggu dari pembuahan. Istilah medis untuk
wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pada minggu-minggu awal kehamilan dan kemudian menjadi janin sampai masa
kelahiran. Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida
atau gravida 1 (G1), sedangkan wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai
gravida 0 (G0) (Anonim, 2007a). Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dikenal dengan istilah
partus (P).
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280
hari atau 40 minggu, dan tidak lebih dari 300 hari atau 43 minggu. Kehamilan 40
minggu disebut kehamilan matur atau cukup bulan, kehamilan lebih dari 43
minggu disebut kehamilan postmatur, sedangkan kehamilan antara 28-36 minggu
disebut kehamilan prematur. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi
dalam tiga bagian, yaitu kehamilan triwulan pertama yaitu antara 0 sampai 12
minggu, kehamilan triwulan kedua antara 12-28 minggu, dan kehamilan triwulan
terakhir antara 28 sampai 40 minggu (Wiknjosastro, 1991).
B. Bedah Sesar
Istilah bedah sesar (section caesarea) berasal dari perkataan latin caedere
yang artinya memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex
Regia) dan Emperor’s Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang
menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus
dikeluarkan dari dalam rahim (Mochtar, 1998).
Tindakan bedah sesar pertama kali dilakukan untuk menolong kelahiran
Julius Caesar yaitu kaisar Roma pada tahun 700 sebelum masehi. Namun, dalam
sejarah kedokteran, bedah sesar baru disebut sebagai cara melahirkan bayi setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
tahun 1974, yaitu ketika seorang dokter di Virginia Amerika Serikat melakukan
operasi pada istrinya (Kasdu, 2003). Bedah sesar adalah suatu cara melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
atau vagina; atau bedah sesar adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Mochtar, 1998). Persalinan bedah sesar adalah persalinan
melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat
janin >1,000 gram atau umur kehamilan >28 minggu (Manuaba, 1999).
Secara umum bedah sesar adalah sayatan melalui dinding abdomen dan
uterus untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Tujuan bedah sesar adalah untuk
menjamin turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas sehingga sumber daya
manusia dapat ditingkatkan dan untuk mengeluarkan janin dari dalam rahim pada
ibu-ibu yang meninggal (Mochtar,1998). Keuntungan bedah sesar adalah waktu
pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan persiapan
dapat dilakukan dengan baik. Kerugiannya adalah karena persalinan belum mulai,
segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan
pembedahan dan akan lebih mudah terjadinya antonia arteria dengan perdarahan
karena uterus belum mulai dengan kontraksinya (Prawirohardjo, 1981).
1. Istilah-istilah dalam bedah sesar:
a. bedah sesar primer (efektif)
dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara bedah
sesar, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit
atau cervicalix (CV) <8 cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
b. bedah sesar sekunder
dalam hal ini kita bersikap menunggu kelahiran biasa (partus percobaan),
bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru
dilakukan bedah sesar.
c. bedah sesar ulang (repeat caesarean section)
ibu pada kehamilan yang lalu mengalami bedah sesar (previous caesarea
section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan bedah sesar ulang.
d. bedah sesar histerektomi (caesarean section hysterectomy)
adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan bedah sesar,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e. operasi Porro (Porro operation)
adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan
tentunya janin sudah mati, dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya
pada keadaan infeksi rahim yang berat (Mochtar, 1998).
2. Jenis-jenis operasi bedah sesar:
a. abdomen (Section Caesarean Abdomenalis)
1) bedah sesar transperitonealis:
a) bedah sesar klasik atau korporal
dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira sepanjang 10 cm. Kelebihan dari bedah sesar dengan cara ini, antara
lain pengeluaran janin menjadi lebih cepat, tidak mengakibatkan
komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bias diperpanjang
proksimal atau distal. Adapun kekurangannya adalah infeksi mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang
baik dan untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan.
b) bedah sesar ismika atau profunda atau low cervical
dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari bedah
sesar dengan cara ini adalah penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka
dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flap
baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum,
perdarahan kurang, dan jika dibandingkan dengan cara klasik
kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih kecil. Kekurangannya
ialah luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan atonia uterina putus sehingga mengakibatkan perdarahan
yang banyak dan keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi.
2) bedah sesar ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis,
dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
b. vagina atau section caesarean vaginalis (Mochtar, 1998).
3. Indikasi-indikasi bedah sesar
Indikasi bedah sesar biasanya merupakan indikasi absolut atau relatif. Setiap
keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana,
merupakan indikasi absolut untuk section abdominal. Diantaranya adalah
kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan
lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana dengan keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat bedah sesar akan lebih aman bagi ibu,
anak ataupun keduanya (Oxorn, 1990). Adapun indikasi yang sering muncul pada
bedah sesar adalah plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior); bayi letak
sungsang; ruptura uteri mengancam; panggul sempit dimana batas terendah untuk
melahirkan janin vias normalis ialah cervicalix (CV) = 8 cm (Mochtar, 1998).
Panggul dengan CV < 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin
secara normal, harus diselesaikan dengan bedah sesar. Jika CV antara 8-10 cm
boleh dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal kemudian dilakukan
bedah sesar sekunder (Mochtar,1998). Persalinan yang sulit, yang meliputi proses
persalinan yang tidak maju-maju alias jalan di tempat (obstructed labor),
persalinan yang lama (prolonged labor), dan cephalopelvic disproportion (CPD)
yaitu ukuran bayi yang terlampau besar untuk melalui rongga panggul (Abu
Bakar, 2002).
Malposisi dan malpresentasi dapat menyebabkan perlunya bedah sesar
pada bayi yang dalam posisi normal dapat dilahirkan per vaginam. Bagian
terbesar dari peningkatan insidensi bedah sesar dalam kelompok ini berkaitan
dengan presentasi pantat. Disfungsi uterus mencakup kerja uterus yang tidak
terkoordinasi, dan ketidakmampuan dilatasi serviks. Persalinan menjadi lama dan
kemajuannya mungkin terhenti sama sekali. Keadaan ini sering disertai disposisi
dan malpresentasi (Oxorn, 1990). Problem serius yang terkait dengan kesehatan
ibunya juga perlu dipertimbangkan, seperti infeksi, kencing manis, sampai
tekanan darah tinggi (Abu Bakar, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
C. Komplikasi-komplikasi Bedah Sesar dan Terapinya
1. Infeksi
a. Definisi
Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme seperti bakteri, jamur,
virus, mikroplasma dan protozoa ke dalam tubuh manusia. Mikroorganisme
tersebut mempunyai kemampuan untuk menimbulkan penyakit (patogen), tetapi
tidak selalu hal ini akan menyebabkan seseorang menjadi sakit secara klinis.
Terdapat berbagai faktor yang akan menentukan apakah seseorang yang
dimasuki oleh mikroorganisme akan menjadi sakit, antara lain jumlah
mikroorganisme yang masuk, virulensi atau keganasan mikroorganisme, dan
daya tahan tubuh manusia sendiri (Anonim, 2006b).
Pada pasien bedah sesar infeksi yang sering terjadi adalah infeksi nifas.
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Infeksi nifas ringan ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari, infeksi nifas
sedang ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi dan disertai dehidrasi,
dan infeksi berat dengan peritonitis, dan sepsis. Infeksi berat biasanya sering
dijumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang pecah terlalu lama. Secara umum gejala infeksi,
antara lain timbulnya rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi, suhu tubuh
sekitar 38oC, dan bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan serta getah radang
tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40oC dengan kadang-kadang
disertai menggigil (Prawirohardjo, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
b. Penyebab
Pada kasus-kasus bedah, terutama bedah sesar, kemungkinan terjadinya
infeksi sangat besar yang disebabkan oleh adanya perobekan jaringan sehingga
memudahkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu,
penggunaan antiinfeksi untuk tindakan profilaksis atau terapi sangat penting
untuk mengatasi infeksi.
c. Terapi
Infeksi dapat diterapi dengan menggunakan antiinfeksi. Antiinfeksi yang
sering digunakan dalam bedah sesar adalah antibiotika. Antibiotika yang sering
digunakan dalam bedah sesar meliputi antibiotika profilaksis (preventif) dan
antibiotika kuratif. Antibiotika profilaksis (preventif) digunakan untuk
pencegahan terjadinya manisfestasi infeksi yang diduga akan terjadi, sedangkan
antibiotika kuratif adalah antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi.
Tindakan kuratif diberikan bila bakteri sudah masuk ke dalam tubuh manusia
dan menimbulkan infeksi, maka dilakukan pengobatan dengan jalan membunuh
atau mencegah perkembangbiakan bakteri, yaitu dengan menggunakan
antibiotika, misalnya penisilin (Manuaba, 1999).
Pemberian antibiotika profilaksis diberikan 30 menit sebelum prosedur
bedah. Antibiotika juga diberikan setelah kelahiran bayi. Dosis antibiotika
profilaksis diberikan melalui tiga dosis terbagi selama 24 jam untuk pencegahan
infeksi. Jika bedah sesar lebih dari 6 jam ataupun jika kehilangan darah lebih
dari 1500 mL, diberikan dosis kedua antibiotika profilaksis. Kombinasi
antibiotika yang sering digunakan adalah ampisilin 2 gram secara interavena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(i.v.) setiap 6 jam, gentamisin 5 mg/kg BB secara i.v. setiap 24 jam,
metronidazol 500 mg secara i.v. setiap 8 jam. Jika infeksi tidak terlalu berat,
dapat diberikan amoksisilin 500 mg secara oral setiap 8 jam sebagai pengganti
ampisilin dan metronodazol secara i.v. (Anonim, 2000c). Selain menggunakan
antibiotika profilaksis, tindakan pencegahan juga dapat dilakukan dengan
menjaga sanitasi lingkungan dan meningkatkan kekebalan tubuh (Anonim,
2005), makanan yang bergizi, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut,
menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, mencegah terjadinya
pendarahan banyak, dan semua petugas kamar bersalin harus menggunakan
masker penutup hidung dan mulut (Prawirohardjo, 1991).
d. Penggolongan antibiotika
Sifat antimikroba dapat berbeda satu dengan lainnya. Berdasarkan
perbedaan sifat ini, antibimikroba dibagi menjadi dua kelompok yaitu
antimikroba berspektrum sempit (narrow spectrum), yang berguna untuk
membunuh jenis-jenis bakteri secara spesifik, dan antibmikroba berspektrum
luas (broad spectrum) yang berguna untuk membunuh semua jenis bakteri di
dalam tubuh (Joris, 2004).
Antimikroba dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa mekanisme,
terutama dengan penghambatan sintesa materi penting dari bakteri, misalnya
dari:
1) dinding sel, sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang
sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmotik dari plasma dengan
akibat pecah. Contohnya: kelompok penisilin dan sefalosporin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2) membran sel, molekul lipoprotein dari membran plasma yang terdapat di
dalam dinding sel dikacaukan sintesanya, hingga menjadi lebih permeabel.
Hasilnya, zat-zat penting dari isi sel dapat merembas keluar. Contohnya:
polipeptida dan polyen (nistatin, amfoterisin) dan imidazol (mikonazol,
ketokonazol).
3) protein sel, sintesanya terganggu, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin,
aminoglikosida, dan makrolida.
4) asam-asam inti seperti DNA dan RNA, contohnya rifamisin (RNA), asam
nalidiksat dan kinolon, dan asiklovir (DNA).
5) antagonis saingan, obat menyaingi zat-zat yang penting untuk metabolisme
kuman hingga pertukaran zatnya terhenti, antara lain sulfonamida,
trimetoprim, dan INH (Tjay, 2002).
Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya dapat dibagi
menjadi:
a) β-laktam
(1) penisilin (β-laktam I). Penisilin diperoleh dari jamur Penicillium
chrysogenum, dari berbagai macam jenis yang dihasilkan, perbedaannya
hanya terletak pada gugus samping R saja. Benzilpenisilin (pen-G) ternyata
paling aktif. Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terutama
terhadap kuman gram-positif khususnya cocci dan hanya beberapa kuman
gram-negatif. Semua penisilin dianggap aman bagi wanita hamil dan yang
menyusui, walaupun dalam jumlah kecil terdapat dalam darah janin dan air
susu ibu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Penisilin dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut aktivitas dan
resistensinya terhadap laktamase sebagai berikut:
(a) zat-zat spektrum sempit: benzilpenisilin, penisilin-V, dan fenetisilin. Zat-
zat ini terutama aktif terhadap kuman gram-positif dan diuraikan oleh
penisilinase.
(b) zat-zat tahan laktamase: metisilin, kloksasilin, flukloksasilin. Zat ini
hanya aktif terhadap Staphylococcus dan Streptococcus. Asam
klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam memblokir laktamase dan dengan
demikian menjamin aktivitas penisilin yang diberikan bersamaan.
(c) zat-zat spektrum luas: ampisilin dan amoksisilin, aktif terhadap kuman-
kuman gram-positif dan sejumlah kuman gram-negatif, kecuali
Pseudomonas, Klebsiella, dan B. fragilis. Tidak tahan laktamase, maka
sering digunakan terkombinasi dengan suatu laktamase blocker.
(d) zat-zat anti-Pseudomonas: tikarsilin dan piperasilin. Antibiotika
spektrum luas ini meliputi lebih banyak kuman gram-negatif, termasuk
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella, dan Bacteroides fragilis. Tidak tahan
laktamase dan umumnya digunakan bersamaan dengan laktamase
blocker.
(2) sefalosporin (β-laktam II). Sefalosporin diperoleh secara semisintetis dari
sefalosporin-C yang dihasilkan jamur Cephalosporium acremonium.
Struktur, khasiat dan sifat sefalosporin mirip dengan penisilin. Spektrum
kerjanya luas dan meliputi banyak kuman gram-positif dan gram-negatif,
termasuk E.coli, Klebsiella, dan Proteus. Berkhasiat bakterisid dalam fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pertumbuhan kuman, berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang
diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Sefalosporin dapat
dengan mudah melintasi plasenta, tetapi kadarnya dalam darah janin lebih
rendah daripada di ibunya. Sefalotin dan sefaleksin telah digunakan selama
kehamilan tanpa adanya laporan efek buruk bagi bayi.
Klasifikasi sefalosporin berdasarkan generasinya dapat dibagi menjadi:
i. generasi pertama: sefalozin, sefalotin, sefradin, sefaleksin, dan
sefadroksil. Zat-zat ini terutama aktif terhadap cocci gram-positif,
Bacteroides, dan Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap
laktamase.
ii. generasi kedua: sefaklor, sefamandol, sefmetazol, dan sefuroksim lebih
aktif terhadap kuman gram-negatif dan kuman-kuman yang resisten
terhadap amoksisilin. Obat-obat ini agak kuat tahan laktamase.
Khasiatnya terhadap kuman gram-positif lebih kurang sama.
iii. generasi ketiga: sefoperazon, sefotaksim, seftizoksim, seftriakson,
sefotiam, sefiksim, dan sefprozil. Aktivitasnya terhadap gram-negatif
lebih kuat dan lebih luas lagi. Resistensinya terhadap laktamase juga
lebih kuat.
iv. generasi keempat: sefepim dan sefpirom. Sangat resisten terhadap
laktamase dan sefepim juga aktif sekali terhadap Pseudomonas.
b) aminoglikosida. Antibiotika yang dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan
Micromonospora. Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak bacilli gram-
negatif, aktif juga terhadap gonococci dan sejumlah kuman gram-positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gentamisin khasiatnya lebih ringan. Tidak efektif terhadap kuman anaerob.
Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi
dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Aminoglikosida
dapat melintasi plasenta dan merusak ginjal serta menimbulkan ketulian pada
bayi, tidak dianjurkan selama kehamilan, tapi dapat diberikan selama laktasi
karena mencapai air susu ibu dalam jumlah kecil.
Atas dasar rumus kimianya, aminoglikosida dapat dibagi menjadi:
(1) streptomisin mengandung satu molekul gula amino dalam molekulnya.
(2) kanamisin dengan turunannya amikasin dan dibekasin, gentamisin dan
turunannya netilmisin dan tobramisin, yang semuanya memiliki dua
molekul gula yang dihubungi oleh sikloheksan.
(3) neomisin, framisetin, dan paromomisin dengan tiga gula amino.
c) tetrasiklin. Senyawa tetrasiklin semula diperoleh dari Streptomyces
aureofaciens yaitu klortetrasiklin dan Streptomyces rimosus yaitu
oksitetrasiklin, tetapi sekarang telah dibuat secara sintetis seluruhnya.
Senyawa long-acting dari tetrasiklin terdiri dari doksisiklin dan minosiklin.
Khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya melalui injeksi intravena dapat
dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya berdasarkan
diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum kerjanya luas dan meliputi
banyak cocci gram-positif dan gram-negatif serta kebanyakan bacilli. Semua
tetrasiklin tidak boleh diberikan setelah bulan keempat dari kehamilan dan
pada anak-anak sampai usia 8 tahun karena penghambatan pembentukan
tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih rapuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
d) makrolida dan linkomisin. Kelompok ini terdiri dari eritromisin dengan
derivatnya yaitu klaritromisin, roxitromisin, azitromisin dan diritromisin.
Spiromisin dianggap termasuk kelompok ini karena rumus bangunnya yang
serupa. Linkomisin dan klindamisin secara kimiawi berbeda dengan
eritromisin, tetapi mirip sekali mengenai aktivitas, mekanisme kerja, dan pola
resistensinya, bahkan terdapat resistensi silang dan antagonisme dengannya.
Eritromisin dan linkomisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri
gram-positif, dan spektrum kerjanya mirip penisilin-G. mekanisme kerjanya
melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesis
proteinnya dirintangi. Eritromisin dapat diberikan dengan aman saat
kehamilan dan laktasi, sedangkan derivatnya belum ada kepastian.
e) polipeptida. Kelompok ini terdiri dari polimiksin B dan polimiksin E
(kolistin), basitrasin dan gramisidin. Antibiotika ini dihasilkan oleh jenis
bakteri. Polimiksin hanya aktif terhadap kuman gram-negatif termasuk
Pseudomonas, sedangkan basitrasin dan gramisidin terutama kuman gram-
positif. Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan
kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel meningkat dan akhirnya sel meletus. Antibiotika ini sangat
toksik bagi ginjal, polimiksin juga bagi organ pendengaran.
f) antibiotika lainnya
(1) kloramfenikol. Diperoleh dari jenis Streptomyces, kini dibuat secara
sintesis. Antibiotika ini berspektrum luas, berkhasiat terhadap hampir
semua kuman gram-positif dan sejumlah kuman gram-negatif. Tidak aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
terhadap kebanyakan suku Pseudomonas, Proteus, dan Enterobacter.
Khasiatnya bersifat bakteriostatis terhadap Enterobacter dan Staph. aerius
berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman. Kloramfenikol bekerja
bakterisid terhadap Str. pneumoniae, Neiss. Meningitides, dan H.
influenzae. Pada kehamilan dan laktasi penggunaannya tidak dianjurkan,
khususnya selama minggu-minggu terakhir kehamilan, karena dapat
menimbulkan cyanosis dan hypothermia pada neonati dan menyebabkan
grey baby syndrome, serta dapat melintasi plasenta dan mencapai air susu
ibu. Larangan tersebut juga berlaku pada tiamfenikol.
(2) vankomisin. Diperoleh dari jenis Streptomyces orientalis. Berkhasiat
bakterisid terhadap kuman gram-positif aerob dan anaerob, termasuk
Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin. Penting sekali sebagai
antibiotika terakhir pada infeksi parah oleh kuman, jika obat-obat lain
tidak ampuh lagi. Digunakan juga bila terjadi alergi terhadap
penisilin/sefalosporin. Vankomisin dapat mencapai air susu ibu.
(3) asam fusidat. Dihasilkan oleh jamur Fusidium coccineum. Spektrum
kerjanya sempit dan terbatas pada kuman gram-positif, terutama
staphylococcus, juga yang membentuk penisilinase. Khasiatnya bersifat
bakteriostatis berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman.
Penggunaan pada akhir kehamilan dapat mengakibatkan penyakit kuning
(icterus) pada bayi. Zat ini melintasi plasenta dan terdapat dalam air susu
ibu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(4) mupirosin. Dihasilkan oleh Pseudomonas fluorecens. Berdaya khusus
terhadap kuman gram-positif, tetapi tidak aktif terhadap kuman gram-
negatif. Khasiatnya bersifat bakterisid berdasarkan penghambatan RNA-
sintetase yang berakibat penghentian sintesa protein kuman.
(5) spektinomisin. Dihasilkan oleh Streptomycin spectabilis. Antibiotika
berspektrum luas ini berkhasiat bakterisid terhadap kuman gram-positif
dan gram-negatif. Khususnya digunakan sebagai obat pilihan ketiga pada
gonore akut seperti urethritis, proctitis, cervicitis. Penggunaan selama
kehamilan dan laktasi tidak ada data (Tjay, 2002).
Berdasarkan penggunaannya terapi antibiotika dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
i. terapi empirik atau pendahuluan, antibiotika yang dipakai harus mencapai
semua kuman patogen yang diperkirakan menjadi penyebab penyakit.
Biasanya dipakai kombinasi beberapa antibiotika atau satu jenis antibiotika
yang mempunyai spektrum luas (broad-spectrum).
ii. terapi definitif atau tetap, diberikan bila kuman penyebab penyakit dapat
ditentukan. Dipilih antibiotika yang berspektrum sempit (narrow-spectrum)
dan daya toksisitas rendah (Anonim, 2006b).
Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama,
yaitu:
i) penyebab infeksi. Pemberian antibiotika yang paling ideal adalah berdasarkan
hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam
praktek sehari-hari, tidak mungkin melakukan pemeriksaan mikro-biologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
untuk setiap pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi. Di samping itu,
untuk infeksi berat yang memerlukan penanganan segera, pemberian
antibiotika dapat segera dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik
untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman. Pemberian antibiotika tanpa
pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educated guess.
ii) faktor pasien. Diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian
antibiotika antara lain fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan
terhadap infeksi (status imunologis), daya tahan terhadap obat, beratnya
infeksi, usia, untuk wanita apakah sedang hamil atau menyusui (Anonim,
2000a).
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada
manusia harus mempunyai sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik
untuk hospes. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat
menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan
ada yang bersifat pembunuh mikroba yang dikenal sebagai aktivitas bakterisid
(Ganiswara, Setiabudy, dan Gan, 2001). Aktivitas bakteriostatik antibiotika
tergantung pada daya tahan tubuh seseorang atau hospesnya (Sumarsono, 2002).
Zat-zat bakterisid pada dosis biasa dapat mematikan kuman. Obat-obat ini
dapat dibagi pula dalam dua kelompok yakni zat-zat yang bekerja pada fase
tumbuh misalnya, penisilin dan sefalosporin, polipeptida (polimiksin, basitrasin),
rifamisin, asam nalidiksat, dan kinolon. Kurang efektif terhadap kuman dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
fase istirahat; zat-zat yang bekerja terhadap fase istirahat misalnya,
aminoglikosida, nitrofurantoin, INH, kotrimoksazol, dan juga polipeptida,
contohnya polimiksin dan basitrasin (Tjay, 2002)
Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal
(KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya
dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya
ditingkatkan melebihi KHM (Ganiswara, Setiabudy, dan Gan, 2001). Dosis
antimikroba selalu dipilih sedemikian tinggi hingga kadar obat di tempat infeksi
melampaui MIC (minimum inhibitory concentration). Guna mencapai kadar
puncak dalam darah dan jaringan sering kali perlu dimulai dengan dosis berganda
(loading dose) misalnya dengan sulfonamida, doksisiklin, dan kloroquin; atau
juga dimulai dengan injeksi pada infeksi parah dan selanjutnya diteruskan secara
oral, misalnya penisilin-G, tetrasiklin atau kinin (Tjay, 2002).
Penggunaan antibiotika yang sembarangan atau tidak tepat penakarannya
dapat menggagalkan terapi. Di samping itu juga dapat menimbulkan bahaya,
seperti sensitasi, resistensi, dan suprainfeksi. Setelah digunakan secara topikal,
banyak obat dapat menimbulkan kepekaan berlebihan atau sensitasi, pemakai
menjadi hipersensitif. Bila kemudian obat yang sama digunakan secara sistemis,
misalnya melalui oral atau parenteral, maka ada kemungkinan terjadinya suatu
reaksi alergi. Gejalanya berupa gatal-gatal, kemerah-merahan dan bentol-bentol,
tetapi kadang-kadang juga lebih hebat, seperti demam, kelainan darah, bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
syok anafilaksis fatal. Oleh karena itu, untuk menghindari sensitasi sebaiknya
jangan menggunakan obat-obat demikian dalam sediaan topikal, seperti salep,
krem, lotion dan sebagainya (Tjay, 2002).
Antibiotika yang terkenal dapat menimbulkan sensitasi antara lain
penisilin, kloramfenikol, dan sulfonamida. Sebaliknya fremisetin, fusidat, dan
juga tetrasiklin jarang sekali mensensitasikan, oleh kerena itu, banyak digunakan
topikal. Neomisin dan basitrasin semakin banyak dilaporkan menimbulkan alergi
kontak. Jika antibiotika digunakan dengan dosis terlalu rendah atau masa terapi
kurang lama, maka hal ini dapat mempercepat terbentuknya suku-suku yang
resisten, atau mengalami resistensi (Tjay, 2002).
Resistensi adalah suatu sifat terganggunya kehidupan sel mikroba oleh
antimikroba. Bakteri bisa resisten karena obat tidak mencapai target tempat obat
harus bekerja, contoh membran atau dinding sel bakteri yang sulit ditembus obat
(impermeabel); obat dibuat menjadi tidak aktif, contohnya karena bakteri bisa
menghasilkan enzim yang menyebabkan obat menjadi tidak aktif; dan
target/tempat obat harus bekerja berubah, contoh saluran pada dinding sel bakteri
sebagai tempat masuknya obat tidak ada, dan transport sistem yang kurang
(Anonim, 2006b). Oleh karena itu, selalu perlu menggunakan dosis cukup tinggi
untuk waktu yang cukup lama. Cara lain untuk mencegah resistensi adalah
menggunakan kombinasi dari dua atau tiga obat (Anonim, 2006).
Supra-infeksi adalah infeksi sekunder dengan parasit berlainan yang
timbul di atas infeksi primer. Infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika
broad-spectrum yang sering kali mengganggu keseimbangan antar-bakteri di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dalam usus, saluran nafas, dan kemih. Suku mikroorganisme yang lebih kuat dan
resisten hilang saingannya, menjadi dominan dan menimbulkan infeksi baru.
Contoh supra-infeksi antara lain disebabkan oleh suku Staphylococcus resisten,
Proteus, Pseudomonas, dan Candida serta fungi lain. Obat-obat yang dapat
menimbulkan supra-infeksi adalah ampisilin, kloramfenikol, dan tetrasiklin (Tjay,
2002). Pada umumnya, penggunaan kombinasi dari dua/lebih antibiotika (multiple
drug therapy/MDT) tidak dianjurkan, apa lagi kombinasi dengan dosis tetap (fixed
dose).
Terapi terarah mungkin lebih disukai, tetapi beberapa kombinasi dapatlah
bermanfaat yaitu:
(i) pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan
antifungi, atau dua antibiotika dengan spektrum sempit, contohnya
antibiotika untuk gram-positif ditambah antibiotika untuk gram-negatif,
yang bertujuan untuk memperluas aktivitas terapi, misalnya basitrasin
ditambah polimiksin dalam sediaan topikal.
(ii) untuk memperoleh potensiasi, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim
(kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi dengan
Pseudomonas.
(iii) untuk mengatasi resistensi, misalnya amoksisilin ditambah asam klavulanat
yang menginaktivasi enzim penisilinase.
(iv) untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti
tuberkulosa diberikan rifampisin ditambah INH dan pirazinamida, dan kusta
diberikan dapson ditambah klofazimin dan/atau rifampisin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(v) untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis
masing-masing komponen dapat dikurangi (Tjay, 2002).
2. Nyeri
a. Definisi
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Nyeri
sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi, serta sering untuk
mempermudah diagnosis. Akan tetapi, dengan adanya nyeri, pasien merasakan
hal yang tidak mengenakan, kebanyakan menyiksa dan kerena itu berusaha
untuk bebas darinya (Mutschler, 1991). Nyeri merupakan salah satu keluhan
yang sering dirasakan oleh pasien pasca bedah sesar, nyeri yang timbul terutama
pada daerah bekas sayatan operasi (Mutschler, 1991). Rasa nyeri hanya
merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-
gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot (Anief,
2003).
b. Penyebab
Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik
melampaui suatu nilai ambang tertentu, yaitu nilai ambang nyeri, yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan senyawa yang disebut
mediator nyeri (Mutschler, 1991). Mediator nyeri meliputi histamin, serotonin,
plasmokinin contohnya bradikinin, prostaglandin, dan ion kalium. Zat ini
merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung saraf bebas di kulit, selaput
lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
sensoris ke susunan saraf pusat, melalui sumsum tulang belakang ke talamus
(optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, di mana rangsangan terasa
sebagai nyeri (Anief, 2003).
Kualitas nyeri menurut tempat terjadinya dibagi atas:
1) nyeri somatik
a) nyeri permukaan, apabila rangsang bertempat dalam kulit. Nyeri
permukaan yang terbentuk kira-kira setelah tertusuk dengan jarum pada
kulit, mempunyai karakter yang ringan, dapat dilokalisasi dengan baik dan
hilang cepat setelah berakhirnya rangsang.
b) nyeri dalam, apabila rangsang berasal dari otot, persendian, tulang, dan
jaringan ikat. Nyeri dalam dirasakan sebagai tekanan, sukar dilokalisasi
dan kebanyakan menyebar kesekitarnya, dan biasanya sering diikuti oleh
reaksi vegetatif seperti tidak bergairah, mual, berkeringat dan menurunnya
tekanan darah, contohnya yaitu nyeri sakit kepala.
2) nyeri dalaman (viseral), sifatnya menekan dan disertai reaksi vegetatif.
Nyeri ini terjadi antara lain pada tegangan organ perut, kejang otot polos,
aliran darah kurang dan penyakit yang disertai radang (Mutschler, 1991).
Reseptor nyeri (nosiseptor), secara fungsional dibedakan menjadi dua
jenis reseptor, yang dapat menyusun dua sistem serabut berbeda, yaitu:
a) mekanoreseptor, yang meneruskan nyeri permukaan melalui serabut A-delta
bermielin.
b) termoreseptor, yang meneruskan nyeri kedua melalui serabut-serabut C yang
tak bermielin (Mutschler, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
c. Terapi
Untuk menghilangkan rasa nyeri pasca bedah sesar, pasien umumnya
diberikan suatu analgesik. Analgesik umumnya mempengaruhi nyeri melalui
kemungkinan-kemungkinan berikut:
1) mencegah sensibilisasi reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintesis
prostaglandin dengan analgetika yang bekerja perifer.
2) mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan memakai
anestetika infiltrasi.
3) menghambat penerusan rangsang dalam serabut saraf sensorik dengan
anestetika konduksi.
4) meringankan nyeri atau meniadakan nyeri melalui kerja dalam sistem saraf
pusat dengan anagetika yang bekerja pada pusat atau obat narkosis.
5) mempengaruhi pengalaman nyeri dengan psikofarmaka, seperti
Tabel III. Pasien dengan Lebih dari Satu Indikasi Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Indikasi Bedah Sesar Jumlah pasien
Dari tabel II dan III dapat dilihat bahwa pasien dengan indikasi ketuban
pecah dini (KPD) atau robeknya kantung ketuban sebelum waktunya, menduduki
peringkat pertama, baik pada pasien dengan satu indikasi atau lebih dari satu
indikasi, yaitu sebanyak 10 pasien atau 37%. Peringkat kedua adalah pasien
dengan indikasi malposisi sebanyak 9 pasien atau 33,3%. Peringkat ketiga yaitu
pasien dengan indikasi LMR atau luka sesudah bedah sesar sebelumnya yang
resisten untuk robek, sebanyak 8 pasien atau 29,6%.
Pada kasus preeklamsia ringan, pasien harus dikontrol dengan teratur dan
ketat, karena keadaan dapat tiba-tiba memburuk yang dapat berakibat kurangnya
sirkulasi utero-plasenta, terjadinya gangguan pertumbuhan pada bayi, hipoksemia,
asidosis, bayi prematur dan kematian bayi. Bagi pasien dengan indikasi
preeklamsia ringan disarankan untuk istirahat yang cukup dan diet rendah garam.
Pemberian antihipertensi sebaiknya dihindari, untuk mencegah sekecil mungkin
timbulnya kelainan yang tidak diharapkan pada bayi akibat antihipertensi, karena
obat antihipertensi dapat melewati plasenta dan disekresi ke air susu ibu (ASI).
Pasien dengan indikasi ketuban pecah dini perlu mendapatkan perawatan
unit gawat darurat. Dengan keluarnya sebagian air ketuban dapat menyebabkan
terjadinya aspirasi air ketuban pada saluran pernapasan bayi. Hal ini bisa
berakibat fatal (kematian) pada bayi, karena dengan adanya air ketuban dalam
saluran pernapasan, bayi akan mengalami kesulitan dalam bernapas.
Berdasarkan data tingkat pendidikan pasien, seperti yang disajikan dalam
tabel IV, dapat dikatakan bahwa pendidikan pasien bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur masih cukup rendah. Hal tersebut terlihat dari masih adanya pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
yang tidak lulus SD dan hanya sedikit sekali pasien yang mengenyam tingkat
pendidikan sampai perguruan tinggi. Terkait dengan indikasi pasien melakukan
bedah sesar, dalam hal ini tingkat pendidikan pasien di Bangsal Bakung Timur
periode Februari 2007 tidak dapat dihubungkan dengan indikasi mereka untuk
melakukan bedah sesar. Hal tersebut, disebabkan setiap pasien mempunyai
indikasi yang tepat untuk dilakukan persalinan melalui bedah sesar, yaitu
kehamilan dengan risiko tinggi, seperti disebutkan pada tabel I dan II di atas.
Tabel IV. Data Tingkat Pendidikan Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Tingkat pendidikan Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah
(%)
1. Tidak Lulus SD 2 7,4 2. SD 3 11,1 3. SLTP 4 14,8 4. SLTA 15 55,6 5. Perguruan Tinggi 2 7,4 6. Tidak Jelas 1 3,7 Jumlah 27 100
Keterangan: SD = Sekolah Dasar SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Pasien yang dirawat di Bangsal Bakung Timur memiliki pekerjaan yang
berbeda-beda. Akan tetapi, sebagian besar dari mereka adalah Ibu Rumah Tangga
(IRT). Berdasarkan jenis pekerjaan pasien, tidak dapat dihubungkan dengan
indikasi pasien melakukan bedah sesar. Hal tersebut, disebabkan oleh tidak
adanya indikasi sosial yang melatarbelakangi pasien untuk melakukan bedah
sesar. Data tersebut tersaji dalam tabel V.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel V. Pekerjaan Pasien Bedah Sesar yang Dirawat di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Pekerjaan Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah
(%)
1. Pegawai Negeri Sipil 1 3,7 2. Pegawai Swasta 7 25,9 3. Wiraswata 1 3,7 4. Petani 1 3,7 5. Nelayan 3 11,1 6. Buruh 1 3,7 7. Ibu Rumah Tangga 12 44,5 8. Lain-lain 1 3,7 Jumlah 27 100
Dari hasil penelitian, Bangsal Bakung Timur hanya menyediakan ruang
perawatan (bangsal) kelas II dan kelas III saja. Pasien yang menempati bangsal di
kelas III jauh lebih banyak daripada di kelas II, karena sebagian besar pasien
yang dirawat berasal dari keluarga miskin dan sebagian lagi dengan asuransi
kesehatan.
Tabel VI. Data Kelas Bangsal Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Kelas Bangsal Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah
(%) 1. Bangsal kelas II 2 7,4 2. Bangsal kelas III 25 92,6 Jumlah 27 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
B. Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode
Februari 2007.
1. Kelas Terapi
Obat-obat yang diterima oleh pasien bedah sesar selama perawatan sangat
bervariasi, tergantung dari keadaan klinis masing-masing pasien. Akan tetapi,
pada umumnya kelas terapi yang diterima adalah kelas terapi antiinfeksi, obat
Obstetrik dan Ginekologi, obat gizi dan darah, analgesik, cairan elektrolit, serta
transfusi darah. Kelas terapi pada pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur
periode Februari 2007 diperlihatkan pada tabel VII.
Tabel VII. Kelas Terapi pada Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Kelas Terapi Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah (%)
1. Antiinfeksi 27 100 2. Obat Obstetrik dan Ginekologi 27 100 3. Analgesik 27 100 4. Obat yang mempengaruhi gizi dan
darah 27 100
5. Cairan elektrolit dan karbohidrat 26 96,3 6. Transfusi darah 14 51,9
2. Jenis Obat
a. Antiinfeksi
Pada kasus bedah, antiinfeksi profilaksis diberikan untuk tindakan bedah
tertentu yang sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila
terjadi infeksi pasca bedah. Pemberian antiinfeksi sesudah bedah sesar dianjurkan
untuk tindakan profilaksis terhadap bahaya infeksi. Dengan semakin luasnya sifat
resistensi mikroba terhadap antibiotika, maka untuk tindakan profilaksis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
digunakan antibiotika berspektrum luas, berdasarkan pengalaman. Akan tetapi,
pada kasus bedah sesar, terutama dengan indikasi ketuban pecah dini, antibiotika
untuk tindakan profilaksis perlu diberikan. Tujuannya yaitu untuk mencegah
terjadinya infeksi yang timbul akibat adanya cairan yang keluar melalui vagina,
yang juga merupakan jalan masuk bagi mikroba, terutama mikroba yang bersifat
patogen. Walaupun bedah sesar merupakan jenis operasi bersih, yang tidak
memerlukan antibiotika profilaksis sebelum dilaksanakannya operasi, akan tetapi
pada kasus-kasus tertentu seperti ketuban pecah dini dan pendarahan antepartum,
antibiotika dirasa sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya infeksi sebelum
operasi.
Antibiotika profilaksis yang diterima oleh pasien bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur, yang operasinya dilakukan secara terencana adalah injeksi
ampisilin atau sulbenisilin atau kedacilin 1-2 gram yang diberikan 1 jam sebelum
operasi, atau untuk pasien kiriman yaitu 30 menit sebelum operasi atau selama
menunggu persiapan ruang operasi. Pemberian antibiotika dilanjutkan kembali
setelah operasi selesai atau setelah bayi lahir, umumnya dengan antibiotika
amoksisilin atau kedacilin yang diberikan secara oral selama 3-7 hari.
Pemberian antibiotika profilaksis selama bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur telah sesuai dengan pedoman terapi antibiotika untuk profilaksis pada
kasus bedah sesar, yaitu antibiotika diberikan 30 menit sebelum operasi, dan
setelah kelahiran bayi. Antibiotika yang sering digunakan berdasarkan pedoman
(Anonim, 2000c) adalah kombinasi ampisilin 2 gram secara intravena (i.v.) setiap
6 jam, gentamisin 5 mg/kg BB secara i.v. dan metronidazol 500 mg secara i.v.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
setiap 8 jam, sedangkan untuk infeksi yang tidak terlalu berat dapat diberikan
amoksisilin 500 mg secara oral. Dari hasil penelitian, antibiotika yang diberikan
pada pasien pasca bedah tidak dalam bentuk kombinasi, hal tersebut disebabkan
karena pemberian antibiotika lebih pada tindakan profilaksis, dan kemungkinan
terjadinya infeksi pasca bedah sesar sangat kecil, yaitu 2-4% karena termasuk
operasi bersih. Selain itu, pemberian antibiotika yang berlebih akan meningkatkan
biaya yang harus ditanggung pasien bedah sesar, mengingat sebagian besar pasien
berasal dari masyarakat miskin dan asuransi kesehatan. Antibiotika sebelum
operasi diberikan melalui injeksi supaya antibiotika yang bersangkutan cepat
mencapai konsentrasi dalam darah, sehingga lebih cepat memberikan efek
pencegahan terhadap infeksi sebelum operasi.
Pemberian antibiotika kuratif diberikan pada pasien bedah sesar dengan
tujuan untuk pengobatan infeksi yang telah terjadi. Salah satu tanda yang paling
mudah untuk mencurigai telah terjadinya suatu infeksi oleh bakteri adalah adanya
kenaikan suhu tubuh sekitar 38oC. Dari hasil penelitian, terdapat satu pasien yang
mengalami kenaikan suhu tubuh yaitu 38oC. Pasien tersebut dicurigai mengalami
infeksi, sehingga diberikan terapi antibiotika golongan penisilin, yaitu ampisilin
3x1 gram, melalui injeksi intravena.
Pemberian antiinfeksi haruslah hati-hati dan dengan dosis yang tepat,
karena dapat menyebabkan resistensi terhadap obat antiinfeksi itu sendiri.
Antiinfeksi yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.
Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif
tidak toksik untuk hospes.
Penggunaan obat dengan interval yang tidak konstan dapat menyebabkan
kadar obat dalam jaringan berfluktuasi tidak teratur. Pada interval yang pendek,
kadar obat dalam jaringan dapat sangat meningkat, sedangkan pada interval yang
panjang, kadar obat menjadi rendah. Perhatian utama dalam terapi, khususnya
terapi dengan antimikroba adalah mempertahankan konsentrasi efektif obat pada
tempat mikroba berkembangbiak dalam jaringan untuk waktu yang lama,
sehingga dapat memusnahkan mikroba. Supaya dapat mempertahankan
konsentrasi obat yang cukup untuk waktu yang lama, maka hubungan antara dosis
dan waktu haruslah diperhatikan. Selain itu, mempertahankan konsentrasi obat
supaya tetap tinggi merupakan salah satu cara untuk mengurangi terjadinya
resistensi, karena dapat menghambat populasi bakteri asli dan mutan turunan
pertama.
Obat antiinfeksi yang diberikan kepada pasien bedah sesar adalah
antibiotika, yang diperlihatkan pada tabel VIII. Dari hasil penelitian, antibiotika
golongan penisilin, yaitu amoksisilin dan ampisilin merupakan antibakteri yang
paling banyak digunakan dan merupakan pilihan pertama untuk terapi pasien
pasca bedah sesar. Terapi dengan antibiotika golongan penisilin sering kali
mengalami kegagalan karena adanya resistensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Amoksisilin dan ampisilin merupakan antibiotika time-dependent yang
kadarnya dalam serum tergantung pada interval pemberian, supaya tidak terjadi
resistensi pada pasien. Penggunaan amoksisilin lebih banyak daripada jenis
lainnya, karena mempunyai absorbsi yang lebih baik bila dibandingkan dengan
ampisilin dan menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan.
Hal ini disebabkan amoksisilin tidak terganggu absorbsinya oleh makanan.
Amoksisilin diberikan secara oral dan aman diberikan selama laktasi, karena
mencapai air susu ibu dalam jumlah yang sedikit, yaitu <10% dari jumlah yang
diberikan.
Tabel VIII. Antiinfeksi yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
Tepat dosis, tidak tepat interval untuk tiap 8 jam
penisilin anti-Pseudomonas
sulbenisilin (Kedacilin®)
11 40,7 3x1 gram (tiap 8 jam)
2-4 gram dibagi dalam 2-4 kali pemberian
Tepat dosis
sefalosporin generasi ketiga
sefotaksim 3 11,1 3x1 gram (tiap 8 jam)
1 g tiap 12 jam, dapat ditingkatkan sampai 12 g/ hari dalam 3-4 kali pemberian
Tepat dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Sulbenisilin merupakan kelompok antibiotika β-laktam, turunan dari
penisilin anti-Pseudomonas, yaitu Pseudomonas aeruginosa. Seperti β-laktam
yang lainnya, sulbenisilin juga memiliki aktivitas bekterisid yang bersifat time-
dependent. Sulbenisilin diberikan secara injeksi intravena (i.v.) karena aktivitas
antimikrobanya berkurang dalam suasana asam, misalnya adanya asam lambung
bila diberikan secara oral.
Sefotaksim merupakan antibiotika golongan sefalosporin generasi ketiga.
Sefotaksim efektif pada Enterobacteriaceae dan Pseudomonas, serta sering
digunakan untuk tindakan profilaksis pada pembedahan. Sefotaksim mengalami
metabolisme di dalam hati dan menjadi desasetilsefotaksim, yang merupakan
metabolit aktif, untuk kemudian diekskresi ke dalam urin tanpa mengalami
perubahan bentuk. Sefotaksim merupakan obat yang relatif mahal, karena
termasuk antibiotika baru, namun cenderung untuk diresepkan karena efektif pada
kuman gram-positif dan gram-negatif.
b. Obat Obstetrik dan Ginekologi
Pasien pasca bedah sasar mempunyai kemungkinan yang sangat besar
untuk mengalami pendarahan pasca bedah. Pendarahan pasca bedah terjadi setelah
bayi lahir, dimana darah yang keluar melebihi 400-500 cc. Pendarahan pasca
bedah sesar atau pendarahan postpartum dapat terjadi karena antonia uteri akibat
persalinan pada partus kasep, hidramnion, dan janin besar atau berat janin lebih
dari 4.000 gram; trauma jalan lahir akibat ruptura uteri, robekan serviks,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
robekan vagina, robekan perineum, hematoma dinding vagina, dan hematoma
parametrium; retensio plasenta; dan hipofibrinogenemia akibat solusio plasenta,
kematian janin intrauteri, dan emboli air ketuban.
Jenis pendarahan postpartum ada dua, yaitu pendarahan primer yang
terjadi dalam 24 jam pertama dan pendarahan sekunder yang terjadi setelah 24
jam. Gejala klinis yang muncul pada pendarahan postpartum yang melebihi 25%
dari volume darah, antara lain: menurunnya tingkat kesadaran; frekuensi nadi dan
pernapasan meningkat; tekanan darah menurun; daerah ujung ekstremitas terasa
dingin, pucat dan anemia; pada keadaan yang serius dapat disertai gejala syok.
Dampak yang paling berbahaya dari pendarahan postpartum adalah kematian.
Akan tetapi, dengan tersedianya fasilitas dan tenaga ahli yang menunjang serta
obat-obatan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya pendarahan postpartum,
maka semua hal tersebut di atas dapat kita dihindari. Beberapa obat yang sering
digunakan untuk pencegahan pendarahan postpartum adalah oksitosik dan
alkaloid ergot seperti tersaji pada tabel IX.
Tabel IX. Obat Obstetrik dan Ginekologi yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No. Golongan obat Jenis obat Jumlah pasien (n=27)
Presentase jumlah (%)
1. oksitosik oksitosin 24 88,8
2. alkaloid ergot metilergometrin (Methergin®)
27 100
Oksitosik adalah obat yang bekerja dengan cara merangsang pengeluaran
prostaglandin yang banyak dijumpai dalam jaringan tubuh, sehingga terjadi
kontraksi uterus yang berada dalam kehamilan. Kerja dari oksitosik tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
digunakan untuk memulai persalinan, baik pada kehamilan muda maupun lanjut
dan mencegah atau menghentikan pendarahan pascasalin. Oksitosik dianggap
memberikan kemudahan dalam persalinan dan memegang peranan penting dalam
refleks ejeksi susu, serta mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan.
Oksitosin memberikan hasil yang baik pada pemberian parenteral, karena
jika diberikan injeksi oksitosin tunggal, kadang-kadang tidak berhasil. Hal
tersebut disebabkan oleh penguraian dengan cepat oksitosin oleh oksigenase.
Oksitosin dapat diberikan dalam bentuk infus tetes lama secara intravena (i.v)
bersama dengan 5% glukosa. Keuntungan pemberian oksitosin dengan infus tetes
lama adalah dapat mengatur dengan tepat kegiatan kontraksi.
Metilergometrin merupakan derivat dari alkaloid ergot. Metilergometrin
maleat digunakan untuk penanganan aktif kala 3 persalinan; terapi pendarahan
uterus yang terjadi selama dan setelah kala 3 persalinan, yang berhubungan
dengan bedah sesar atau setelah terjadinya aborsi; terapi subinvolusi uterus;
lokiometra; dan pendarahan pada masa nifas.
Dalam pertolongan proses melahirkan lebih disukai menggunakan
metilergometrin. Hal ini disebabkan oleh khasiatnya terhadap uterus lebih cepat
dan lebih kuat, serta tidak menunjukkan efek vasokontriksi dan efek simpatolitik.
Akan tetapi, penggunaan alkaloid ergot jenis metilergometrin memiliki bahaya
kontraksi yang lama, lebih berarti daripada setelah pemberian oksitosin, karena
khasiatnya yang lebih kuat. Pada pasien bedah sesar dengan indikasi letak
sungsang (malposisi) obat baru dapat diberikan setelah bayi dilahirkan, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dapat menyebabkan takikardi dan bradikardi. Pemberian metilergometrin maleat
kontraindikasi pada bedah sesar dengan indikasi preeklamsia dan eklamsia, karena
dapat memperparah hipertensi.
Oksitosin untuk tindakan pencegahan pendarahan pascasalin diberikan
secara i.v lambat sebesar 5 unit setelah keluar plasenta. Bila terjadi pendarahan
pascasalin maka oksitosin dapat diberikan secara i.v dengan dosis 5 unit, diikuti
dengan infus 5-20 unit dalam 500 ml glukosa 5% untuk antonia uterus, sedangkan
untuk abortus inkomplit atau missed abortus infus diberikan 20-40 miliunit/menit.
Dari data yang diperoleh, dosis oksitosin yang diberikan pada pasien pasca bedah
sesar di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007 yaitu 1 ampul atau 10 IU
(International Unit) dan 20 IU yang diberikan bersama dengan 5% dextrosa dalam
bentuk infus i.v. 20 dan 28 tetes/menit. Hal tersebut telah sesuai dengan dosis
yang seharusnya diberikan pada pasien pasca bedah sesar karena masih dalam
rentang 20-40 miliunit/menit.
Metilergometrin pada terapi subinvolusi, lokiometra dan pendarahan masa
nifas diberikan dalam dosis 0,125-0,250 mg, 1-2 tablet sampai dengan 3 kali
perhari pada wanita menyusui ≤ 3 hari. Dari hasil penelitian, obat metilergometrin
maleat atau methergin telah diberikan dengan dosis yang tepat yaitu 3 kali 1 tablet
(0,125 mg) per hari.
c. Analgesik
Analgesik pada pasien pasca bedah sesar diberikan dengan tujuan untuk
mengurangi nyeri pasca operasi, karena keluhan utama bagi pasien pasca bedah
sesar adalah rasa nyeri yang timbul setelah operasi. Analgesik yang diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur adalah analgesik non
opioid, yaitu asam mefenamat. Asam mefenamat adalah analgesik kelompok anti
inflamasi non steroid (AINS), tetapi sifat antiinflamasinya rendah. Penggunaan
analgesik non opioid mempunyai keuntungan karena tidak bersifat adiktif,
walaupun sedikit atau tidak sama sekali mempunyai efek antiinflamasi. Semua
pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur menerima analgesik jenis ini.
Asam mefenamat yang diberikan umumnya selama 2-4 hari setelah
operasi, tergantung pada lama timbulnya gejala nyeri. Asam mefenamat tidak
boleh diberikan lebih dari 7 hari karena dapat menyebabkan kerusakan hati. Asam
mefenamat sebaiknya diberikan setelah makan, karena dapat menimbulkan
perangsangan lambung yang berakibat timbulnya nyeri pada lambung. Data
mengenai persentase analgesik yang diberikan disajikan dalam tabel X.
Tabel X. Analgesik yang Diterima Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Periode Februari 2007.
No. Golongan obat Jenis obat Jumlah pasien (n=27)
Presentase jumlah
(%)
Dosis Dosis acuan
Ket.
1. analgesik non opioid antiinflamasi non steroid
asam mefenamat
27 100% 3x500 mg
3x500 mg
Tepat dosis
d. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah
Malnutrisi dengan berbagai tingkatan sering terjadi pada pasien pasca
bedah di Rumah Sakit, terutama pada wanita hamil. Hal tersebut disebabkan oleh
volume distribusi pada wanita hamil lebih besar dari wanita yang tidak hamil.
Adanya fetus akan memperluas ruang lingkup sirkulasi darah pada ibu, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
darah yang berfungsi mengangkut nutrisi, selain diedarkan pada tubuh ibu juga
harus diedarkan pada fetus. Malnutris dapat menekan kekebalan, mempermudah
terinfeksi, dan mengganggu proses kesembuhan pasien yang bersangkutan. Oleh
karena itu, pasien perlu mendapat terapi dengan obat yang dapat mempengaruhi
gizi dan darah, sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien.
Penggunaan obat yang mempengaruhi gizi dan darah haruslah sesuai
dengan kebutuhan tubuh, jangan terlalu berlebihan, terutama penggunaan obat gizi
dan darah dari golongan multivitamin. Penggunaan vitamin yang berlebihan dapat
menimbulkan gejala keracunan. Sebaliknya, bila kekurangan vitamin, dapat
mengakibatkan gejala defisiensi. Pengobatan dengan sediaan besi oral hanya
dibenarkan bila terdapat defisiensi besi. Tindakan profilaksis hanya dibenarkan
pada wanita hamil yang mempunyai faktor risiko lain untuk terjadinya defisiensi
besi, misalnya pada pasien yang mengalami menoragi.
Garam besi diberikan secara oral. Walaupun penyerapannya lebih baik
saat perut kosong, akan tetapi untuk menghindari efek yang tidak diinginkan pada
gastrointestinal dan perubahan warna tinja, maka sediaan besi dapat diberikan
setelah makan. Sediaan oral biasa diberikan sebagai fero sulfat. Terapi dengan
fero sulfat sering dikombinasikan dengan vitamin C, karena dengan adanya
vitamin C menyebabkan pH lambung menurun, sehingga fero sulfat tidak larut di
lambung yang bersuasana asam, tetapi larut di usus yang mempunyai sifat basa.
Hal tersebut akan menyebabkan absorpsi fero sulfat di usus meningkat dengan
adanya vitamin C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Dari hasil penelitian, seperti yang disajikan pada tabel IX, hampir seluruh
pasien menerima terapi obat yang mempengaruhi gizi. Vitamin C diberikan untuk
terapi pasien pasca bedah sesar karena tubuh akan membutuhkan vitamin C yang
lebih banyak pada pasca bedah, dimana vitamin C sangat penting untuk
pembentukan kolagen dan bahan interseluler lain dalam jaringan, sehingga dapat
mempercepat penyembuhan dan untuk masa laktasi. Kebutuhan akan vitamin C
akan meningkat 300%-500% pada penyakit infeksi, pasca bedah atau trauma,
kehamilan dan laktasi.
Vitamin BB1 (tiamin) oleh tubuh dibutuhkan untuk metabolisme energi,
terutama karbohidrat, sehingga kebutuhan vitamin B1 umumnya sebanding dengan
asupan kalori. Setelah pemberian parenteral absorpsinya akan berlangsung cepat
dan sempurna. Absorpsi per oral berlangsung dalam usus halus dan duodenum.
Vitamin B1 tidak menimbulkan efek toksik bila diberikan per oral, karena bila
terjadi kelebihan vitamin B1 dalam tubuh akan cepat diekskresi melalui urin
sebagai tiamin atau piridin. Vitamin B1 digunakan untuk pengobatan radang saraf
(neuritis) yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B1, misalnya wanita hamil yang
kurang gizi, penderita muntah saat hamil (emesis gravidarum) atau pada penyakit
infeksi yang kadang-kadang membutuhkan vitamin B1 untuk memperbaiki kondisi
tubuh pasien.
Vitamin B12 (sianokobalamin) diabsorbsi dengan lambat di usus halus.
Pada bedah sesar, terapi suportif dengan vitamin B12 diberikan pada pasien karena
kebutuhannya menjadi sangat meningkat pasca bedah. Pemberian vitamin B12
berguna dalam pembelahan sel, sehingga dapat mempercepat perbaikan sel yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
rusak akibat adanya sayatan pada saat pembedahan. Selain itu, vitamin B12 juga
berguna dalam pembentukan dan perkembangan sel-sel darah, sehingga dapat
mempercepat pengembalian darah ke kondisi normal setelah terjadi pendarahan
saat persalinan.
Tabel XI. Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah yang Diterima Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Periode Februari 2007.
No. Golongan obat Jenis obat Jumlah
pasien
(n=27)
Presentase
Jumlah
(%)
Dosis Dosis acuan Ket.
1. mempengaruhi
darah
fero sulfat (FS) 19 70,4 2x1
tablet
1 tablet per
hari
(profilaksis)
atau
2-3x1 tablet
(terapeutik)
Tepat
dosis
terapeutik
2. mempengaruhi
gizi
vitamin C 27 100 2x1
gram
(dalam
dosis
terbagi)
≥250 mg
tiap hari
dalam dosis
terbagi
(terapeutik),
25-75 mg
tiap hari
(profilaksis)
Tepat
dosis
terapeutik
vitamin B1
(Alinamin
fursultiamine®)
27 100 2-3x1
ampul
1-2x1
ampul atau
200-300 mg
per hari
Tepat
dosis
vitamin B12
(roborantia)
10 37 1-2x1
tablet
50-150 mcg
per hari
Tepat
dosis
e. Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah
Pada setiap ruangan tubuh terdapat konsentrasi elektrolit yang dominan.
Pada cairan intraseluler yang dominan adalah kalium (K+) dan fosfat (PO4-),
sedangkan pada cairan ekstraseluler (plasma dan cairan interstitiel) adalah natrium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(Na+) dan kalsium (Cl-). Pertukaran ion ini didominasi oleh pompa natrium, yang
mendapat energi dari perubahan adenotrifosfat menjadi adenodifosfat dengan
katalisator enzim Na-K adenotrifosfatase.
Tubuh dalam mempetahankan keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolitnya, dengan mengalami mekanisme homeostasis. Bila tubuh mengalami
dehidrasi atau syok hipovolemik, dapat menyebabkan volume cairan tubuh
menurun, sehingga terjadi stres. Kondisi stres akan merangsang ginjal dan
kelenjar anak ginjal. Ginjal melalui mekanisme renin-angiostensin akan
mempengaruhi tekanan darah. Sedangkan kelenjar anak ginjal, melalui
mekanisme aldosteron akan mempengaruhi reabsorpsi air, termasuk natrium.
Dengan adanya peningkatan reabsorpsi natrium akan berakibat pada naiknya
osmolaritas, yang selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis.
Kelenjar hipofisis melalui mekanisme anti diuretic hormone (ADH) dapat
mempengaruhi reabsorpsi air di tubuli distal. Jika ADH meningkat maka
reabsorpsi air juga akan meningkat. Demikian pula sebaliknya, bila volume cairan
tubuh bertambah, maka osmolaritas akan menurun, ADH menurun, selanjutnya
produksi urin akan meningkat, sehingga volume cairan tubuh akan berkurang dan
tubuh menjadi kehilangan cairan dan elektrolitnya. Bila keadaan ini tidak segera
diatasi, maka akan menarik cairan interstitial tubuh, yang dapat menyebabkan
keadaan syok yang irreversible. Oleh karena itu, pemberian cairan pengganti,
contohnya cairan elektrolit merupakan tindakan yang vital.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel XII. Cairan Elektrolit yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Golongan obat Jenis obat Jumlah
pasien (n=27)
Presentase jumlah
(%)
1. larutan elektrolit dan karbohidrat
dextrosa 5% dalam Ringer laktat
26 96,3
Pemberian cairan elektrolit bertujuan untuk mangganti cairan tubuh yang
hilang akibat dehidrasi dan pendarahan saat bedah sesar, sehingga dapat
mengembalikan pasien pada kondisi normal. Berkurangnya cairan tubuh akibat
pendarahan yang terjadi pada pasien bedah sesar dapat menyebabkan pasien
mengalami hipotensi. Pemberian cairan elektrolit pada pasien pasca bedah sesar
tergantung pada keadaan klinis pasien tersebut. Akan tetapi secara umum, cairan
elektrolit diberikan sebagai terapi suportif, dengan tujuan memenuhi kebutuhan
tubuh akan elektrolit yang sulit didapatkan selama sakit.
Cairan elektrolit yang sering digunakan untuk terapi suportif adalah Ringer
dektrosa dan Ringer laktat yang bersifat sementara, karena cepat menghilang dari
peredaran darah. Selain terapi dengan cairan elektrolit dan karbohidrat, pasien
juga menerima tranfusi darah untuk mengganti darah yang hilang akibat
pendarahan saat persalinan. Jumlah pasien yang menerima terapi tranfusi darah
sebanyak 14 pasien atau 51,9%. Penentuan pemberian transfusi darah tidak hanya
ditentukan oleh banyaknya darah yang hilang, tetapi juga oleh kecepatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
hilangnya darah dan kondisi fisik pasien. Pasien dengan kondisi kesehatan yang
baik akan lebih mampu mengatasi kehilangan darah dibandingkan pasien dengan
kondisi kesehatan yang kurang/tidak baik.
f. Obat lain
Pemberian kelompok terapi obat lain, di sini mungkin dimaksudkan untuk
menyembuhkan penyakit komplikasi atau gejala yang menyertai penyakit
tersebut. Pemberian terapi obat lain ini akan meningkatkan jumlah obat yang
diterima pasien. Semakin banyak obat yang dikonsumsi pasien akan semakin
meningkatkan kemungkinan timbulnya efek samping obat, interaksi obat dan
biaya pengobatannya. Hal ini dapat merugikan pasien, oleh karena itu diperlukan
pengurangan jumlah obat menjadi seminimal mungkin sesuai dengan kebutuhan
klinik.
Deksametason merupakan jenis obat kortikosteroid yang berkhasiat
menekan reaksi radang dan reaksi alergi atau sebagai antihistamin. Deksametason
mempunyai efek samping sedatif atau dapat membuat kantuk, sehingga dalam
penggunaannya sebaiknya tidak menjalankan kendaraan bermotor. Selain sebagai
anti radang dan anti alergi, deksametason juga digunakan dalam kasus persalinan,
terutama pada bayi yang harus dilahirkan prematur, yaitu untuk mempercepat
pematangan paru-paru bayi, sehingga sistem pernafasan bayi menjadi lebih
sempurna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Lain yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
Misoprostol merupakan suatu analog prostaglandin sintetik yang memiliki
sifat antisekresi dan proteksi. Misoprostol diindikasikan untuk mempercepat
penyembuhan tukak lambung, tukak duodenum dan tukak karena antiinflamasi
non steroid (AINS). Selain sebagai antitukak, misoprostol juga digunakan untuk
meningkatkan kontraksi uterus yang berada dalam kehamilan dan mengobati
pendarahan postpartum berat yang diakibatkan oleh atonia uteri. Misoprostol
diabsorpsi dengan cepat bila diberikan secara oral.
C. Drug Related Problems (DRPs)
Evaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007 didasarkan
pada DRPs yang dialami pasien. Dari hasil penelitian diketahui bahwa drug
related problems yang terjadi pada pasien bedah sesar adalah dosage too low,
yaitu sebanyak 17 kasus, seperti terlihat pada tabel XIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel XIV. Kasus 1 Subyektif: Ny. S, No. RM 01090462, umur 34 tahun dirawat di RS selama 4 hari, ada keluhan keluar air sejak pukul 03.30 (5-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+), G2P1001, 39-40 minggu, ketuban pecah dini. riwayat penyakit terdahulu (-) riwayat pengobatan penyakit terdahulu (-) pasien menerima terapi:
- ampisilin 3x1 gram setiap 8 jam melalui injeksi intravena - D5% Ringer laktat + oksitosin 10 IU (28 tetes/menit sampai 12 jam) secara
intravena - ampisilin 3x1 gram secara intravena - alinamin F 3x1 ampul secara intravena - vitamin C 2x1 ampul secara intravena - amoksisilin 3x500 mg secara oral - asam mefenamat 3x500 mg secara oral - fero sulfat 2x1 tablet secara oral - methergin 3x1 tablet secara oral -
Obyektif: Nilai Normal: keadaan umum : baik keadaan umum : baik tingkat kesadaran : E4 M6 V5 = 15 tingkat kesadaran : E4 M6 V5 = 15 tekanan darah : 110/70 mmHg tekanan darah : <120/<80
a. interval pemberian ampisilin kurang tepat yaitu tiap 8 jam, seharusnya diberikan dengan interval tiap 6 jam (dosage too low). Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehingga potensial menyebabkan resistensi mikroba terhadap obat yang bersangkutan. Ampisilin merupakan antibiotika β-Laktam, yang termasuk turunan penisilin spektrum luas. Ampisilin bekerja dengan mengganggu sintesa dinding sel kuman, dan aktivitas bakterisidnya termasuk kelompok time-dependent, sehingga interval pemberiannya harus tepat.
Rekomendasi:
a. interval pemberian diperbaiki menjadi tiap 6 jam.
Keterangan: kasus serupa terjadi pula pada pasien dengan nomer kasus 3, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 18,
19, 21, 22, 23, dan 24 G2P1001 = Gravida( kehamilan yang ke dua) Partus(yang telah lahir satu ), (abortus tidak ada), (prematur tidak ada), (hidup satu)E4,V6,M5 = eyes open spontan, verbal oriented and controversed, motor response to verbal command
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
D. Kondisi Pasien dan Lama Rawat Inap yang Dijalani oleh Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode
Februari 2007
Ditinjau dari sudut penderita, tidak ada yang lebih penting selain
perawatan pasca bedah, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi
pasien pada saat diijinkan pulang oleh pihak rumah sakit. Kondisi pasien sendiri
dapat menentukan keberhasilan suatu terapi untuk pasien bedah sesar di rumah
sakit yang bersangkutan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa
setelah menjalani pembedahan dan perawatan, semua pasien bedah sesar yang
dirawat di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar pulang dengan kondisi
klinis yang membaik, yaitu sebanyak 27 pasien atau 100%. Sepanjang Februari
2007, tidak ditemukan data pasien yang meninggal pasca bedah sesar. Data
kondisi pasien pasca bedah sesar saat pulang dari Bangsal Bakung Timur RS
Sanglah diperlihatkan pada tabel XV.
Tabel XV. Kondisi Pasien Pasca Bedah Sesar Saat Pulang dari Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Kondisi saat pasien pulang Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah
(%)
1. Membaik 27 100
Setelah selesai operasi, pasien akan diperiksa secara rutin (chek-up) oleh
dokter atau paramedik jaga. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan
dan pengukuran rutin diantaranya adalah tekanan darah, jumlah nadi permenit,
frekuensi pernapasan permenit, jumlah cairan masuk dan keluar atau urin, dan
suhu tubuh. Pemeriksaan dan pengukuran tersebut sekurang-kurangnya dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita. Dari hasil penelitian, semua
hal yang harus diperiksa dan diukur sesuai ketentuan di atas, telah dilakukan oleh
pihak Rumah Sakit Sanglah terutama Bangsal Bakung Timur, hanya saja waktu
pemeriksaan dan pengukuran rutin tidak dilakukan setiap 4 jam, tetapi tiap 8 jam,
bersamaan dengan waktu pemberian obat.
Pasien bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung RS Sanglah periode
Februari 2007 umumnya menjalani rawat inap selama 4 hari sebelum mereka
diijinkan pulang. Akan tetapi ada juga yang menjalani rawat inap pasca bedah
sesar selama 3 hari, 5 hari atau 6 hari. Pasien yang menjalani rawat inap selama 3
hari sudah diijinkan pulang, karena secara klinis kondisinya sudah membaik.
Pasien yang menjalani rawat inap lebih lama, umumnya karena harus menjalani
perawatan pre-operasi terlebih dahulu atau karena alasan keluarga, misalnya
dirumah pasien sedang ada kematian, sehingga mengajak ibu dan bayi yang baru
dilahirkan untuk pulang, bagi sebagian besar masyarakat Bali merupakan hal yang
tabu untuk dilakukan.
Tabel XVI. Lama Rawat Inap Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Lama pasien dirawat Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah
(%)
1. 3 hari 5 18,5 2. 4 hari 14 51,9 3. 5 hari 7 25,9 4. 6 hari 1 3,7 Jumlah 27 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
E. Rangkuman Pembahasan
Karakteristik pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit
Sanglah Denpasar periode Februari 2007, berdasarkan data yang diperoleh,
terdapat 27 kasus. Pasien dengan usia termuda atau dibawah 19 tahun sebanyak 1
pasien, yaitu usia 18 tahun, sedangkan usia pasien tertua adalah usia 41 tahun,
pasien terbanyak terdapat pada kelompok usia 30-34 tahun. Setiap pasien
memiliki indikasi yang berbeda-beda, dimana indikasi ketuban pecah dini (KPD)
menduduki peringkat pertama, baik pada pasien dengan satu indikasi atau lebih
dari satu indikasi, yaitu sebanyak 10 pasien atau 37%. Peringkat kedua adalah
pasien dengan indikasi malposisi sebanyak 9 pasien atau 33,3%. Peringkat ketiga
yaitu pasien dengan indikasi lokus minoris resisten (LMR) sebanyak 8 pasien atau
29,6%.
Berdasarkan data tingkat pendidikan pasien, dapat dikatakan bahwa
pendidikan pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur masih cukup rendah. Hal
tersebut terlihat dari masih adanya pasien yang tidak lulus SD dan hanya sedikit
sekali pasien yang mengenyam tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi.
Terkait dengan indikasi pasien melakukan bedah sesar, dalam hal ini tingkat
pendidikan pasien di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007 tidak dapat
dihubungkan dengan indikasi mereka untuk melakukan bedah sesar.
Pasien yang dirawat di Bangsal Bakung Timur memiliki pekerjaan yang
berbeda-beda, sebagian besar dari mereka adalah Ibu Rumah Tangga (IRT).
Berdasarkan jenis pekerjaan pasien, tidak dapat dihubungkan dengan indikasi
pasien melakukan bedah sesar. Pasien di Bangsal Bakung Timur dirawat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dua kelas bangsal, yaitu kelas II dan III. Pasien yang menempati bangsal di kelas
III jauh lebih banyak (92,6%) daripada di kelas II, karena sebagian besar pasien
yang dirawat berasal dari keluarga miskin dan sebagian lagi dengan asuransi
kesehatan.
Pada umumnya kelas terapi yang diterima adalah kelas terapi antiinfeksi,
obat Obstetrik dan Ginekologi, obat gizi dan darah, analgetik, cairan elektrolit,
serta transfusi darah. Pada kasus bedah, antiinfeksi profilaksis diberikan untuk
tindakan bedah tertentu yang sering disertai infeksi pasca bedah atau yang
berakibat berat bila terjadi infeksi pasca bedah. Pemberian antiinfeksi sesudah
bedah sesar dianjurkan untuk tindakan profilaksis terhadap bahaya infeksi.
Antiinfeksi yang diterima oleh pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur adalah antibiotika yang terdiri dari ampisilin, amoksisilin,
sulbenisilin dan sefotaksim. Antibiotika profilaksis yang diterima oleh pasien
bedah sesar di Bangsal Bakung Timur, yang operasinya dilakukan secara
terencana adalah injeksi ampisilin atau sulbenisilin atau kedacilin 1-2 gram yang
diberikan 1 jam sebelum operasi, atau untuk pasien kiriman yaitu 30 menit
sebelum operasi atau selama menunggu persiapan ruang operasi. Pemberian
antibiotika dilanjutkan kembali setelah operasi selesai atau setelah bayi lahir,
umumnya dengan antibiotika amoksisilin atau kedacilin yang diberikan secara
oral selama 3-7 hari.
Obat golongan oksitosik dianggap memberikan kemudahan dalam
persalinan dan memegang peranan penting dalam refleks ejeksi susu, serta
yang diterima oleh pasien di Bangsal Bakung Timur antara lain oksitosin dan
metilergometrin. Analgesik pada pasien pasca bedah sesar diberikan dengan
tujuan untuk mengurangi nyeri pasca operasi, karena keluhan utama bagi pasien
pasca bedah sesar adalah rasa nyeri yang timbul setelah operasi. Analgesik yang
diberikan pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur adalah
analgesik non opioid, yaitu asam mefenamat. Selain dapat mengalami nyeri pasca
bedah, pasien juga dapat mengalami malnutrisi dengan berbagai tingkatan,
terutama pada wanita hamil. Hal tersebut disebabkan oleh volume distribusi pada
wanita hamil lebih besar dari wanita yang tidak hamil. Adanya fetus akan
memperluas ruang lingkup sirkulasi darah pada ibu, karena darah yang berfungsi
mengangkut nutrisi, selain diedarkan pada tubuh ibu juga harus diedarkan pada
fetus.
Malnutrisi dapat menekan kekebalan, mempermudah terinfeksi, dan
mengganggu proses kesembuhan pasien yang bersangkutan. Oleh karena itu,
pasien perlu mendapat terapi dengan obat yang dapat mempengaruhi gizi,
contohnya vitamin C, vitamin B1 dan vitamin B12, serta yang dapat mempengaruhi
darah, contohnya fero sulfat, sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien.
Pemberian cairan elektrolit bertujuan untuk mangganti cairan tubuh yang hilang
akibat dehidrasi dan pendarahan saat bedah sesar, sehingga dapat mengembalikan
pasien pada kondisi normal. Pemberian cairan elektrolit pada pasien pasca bedah
sesar tergantung pada keadaan klinis pasien tersebut. Akan tetapi secara umum,
cairan elektrolit diberikan sebagai terapi suportif, dengan tujuan memenuhi
kebutuhan tubuh akan elektrolit yang sulit didapatkan selama sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Cairan elektrolit yang sering digunakan untuk terapi suportif adalah ringer
dektrosa dan ringer laktat yang bersifat sementara, karena cepat menghilang dari
peredaran darah. Penentuan pemberian transfusi darah tidak hanya ditentukan oleh
banyaknya darah yang hilang, tetapi juga oleh kecepatan hilangnya darah dan
kondisi fisik pasien. Pasien dengan kondisi kesehatan yang baik akan lebih
mampu mengatasi kehilangan darah dibandingkan pasien dengan kondisi
kesehatan yang kurang/tidak baik.
Pemberian kelompok terapi obat lain, di sini mungkin dimaksudkan untuk
menyembuhkan penyakit komplikasi atau gejala yang menyertai penyakit
tersebut. Golongan obat lain yang diterima oleh pasien pasca bedah sesar di
Bangsal Bakung Timur terdiri dari obat golongan kortikosteroid contohnya
deksametason dan analog prostaglandin contohnya misoprostol. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa drug related problems yang terjadi pada pasien bedah
sesar di bangsal Bakung Timur adalah dosage too low, yaitu sebanyak 17 kasus.
Kondisi pasien dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu
terapi untuk pasien bedah sesar di rumah sakit yang bersangkutan. Berdasarkan
hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa setelah menjalani pembedahan dan
perawatan, semua pasien bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung Timur RS
Sanglah Denpasar pulang dengan kondisi klinis yang membaik yaitu sebanyak 27
pasien atau 100%. Sepanjang Februari 2007, tidak ditemukan data pasien yang
meninggal pasca bedah sesar. Mereka umumnya menjalani rawat inap selama 4
hari sebelum mereka diijinkan pulang. Akan tetapi ada juga yang menjalani rawat
inap pasca bedah sesar selama 3 hari, 5 hari atau 6 hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian evaluasi penggunaan obat pada pasien pasca
bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode
Februari 2007, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. pasien terbanyak pada usia 30-34 tahun, dengan indikasi terbanyak ketuban
pecah dini. Tingkat pendidikan pasien terutama lulusan SLTA dengan jenis
pekerjaan terbanyak sebagai ibu rumah tangga. Pasien sebagian besar (92,6%)
dirawat di Bangsal kelas III.
2. golongan obat yang paling banyak diberikan adalah golongan antibakteri,
oksitoksik, analgesik non opioid antiinflamasi non steroid, serta obat yang
mempengaruhi darah dan gizi masing-masing sebanyak 100%. Jenis obat yang
paling banyak diberikan adalah amoksisilin, metilergometrin, dan asam
mefenamat masing-masing sebanyak 100%.
3. jumlah kasus drug related problems (DRPs), yaitu: dosage too low sebanyak
17 kasus.
4. pasien menjalani rawat inap selama 3-6 hari. Semua pasien pulang dengan
kondisi klinis yang membaik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah:
1. untuk penelitian berikutnya, dalam pengambilan data penelitian perlu
dilakukan wawancara langsung dengan pasien, untuk memperoleh
kelengkapan data rekam medik pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, I., 2002, Menimbang Sejumlah Resiko Jika Ibu Pilih Bedah Sesar, http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/3/3/kl.html. Diakses pada 30 Oktober 2006.
Adityarini, D., 1996, Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui, Terapi Medis,
415-417, 484-489, PT. Gramedia, Jakarta. Anief, Moch, 2003, Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan,
9-10, 15-17, 52, 65-62, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anonim, 2000a, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 199-233, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000b, The Controversy Over Clarithromycin: Concentration-
Dependent or Time-Dependent, http://www.medscape.com/viewarticle. Diakses pada 24 April 2007.
Anonim, 2000c, Managing Complications in Pregnancy and a Guide for
Midwives and Doctor Chilbrith, 10-15, 34-44, Departement of Reproduction Health and Research WHO, Geneva.
Anonim, 2002, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Edisi XXXVI, 381,
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta. Anonim, 2004, A to Z Drug Facts, Edisi V, 1677-1683, Walthers Kluvwer Health,
Inc, USA. Anonim, 2005a, Nursing Drug Handbook, Edisi XXV, 1332-1333, Lippincott
William & Wilkins, Wolters Klower Company, USA. Anonim, 2005b, Bakteri, http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.htm. Diakses pada
27 Mei 2007. Anonim, 2006a, Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia,
Antibiotika, http://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotika. Diakses pada 3 November 2006.
Anonim, 2006b, Antibiotika, Corporate Training & Development New Medical
Representative, 8-9, 13-29, PT. SOHO Industri Pharmasi, Bandung. Anonim, 2007a, Kehamilan, http://id.wikipedia.org/wiki/kehamilan. Diakses pada
11 Mei 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Anonim, 2007b, Ovarium, http://id.wikipedia.org/wiki/Ovarium. Diakses pada 11 Mei 2007.
Cipolle, R. J., Strand, L. M., dan Morley, P. C., 2004, Pharmaceutical Care
Practise, Edisi II, 75-83, 173-175, McGraw-Hill Companies, Inc, USA. Cowl, C.T., 2003, Physicians Drug Handbook, Edisi X, 129-130, 141-142, 274-
275, 819-821, 933-935, Lippincott William & Wilkins, Bethlehem, Springhouse.
DiPiro, J.T., 2003, AHFS Drug Handbook, Edisi II, 144-146,575-577, 1251-1257,
1286-1287, Lippincott William & Wilkins, Bethlehem, Springhouse. Eisenhaver L., Nicholas L.W., dan Spencer T., 1998, Clinical Pharmacology &
Penerbit ITB, Bandung. Oxorn, H., 1990, Human Labor & Birth, diterjemahkan oleh Mohamad Hakimi,
Edisi I, 551-553, 635-649, Enssencia Medika, Jakarta. Pratiknya, A. W., 1993, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, Cetakan II, 189-202, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sastroasmoro, S., dan Ismael S., 1995, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis, 53-65, 67-77. Penerbit ITB, Bandung. Siregar, C. J. P., 2006, Farmasi Klinik Teori & Penerapan, Cetakan I, 88-95,
Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. Skoch, W., Daley, C.L., dan Forsmark, C.E., 1996, Penuntun Terapi Medis, Edisi
XVIII, 787-792, 795-799, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. Sumarsono, T., 2002, Seputar Masalah Resistensi Antibiotika,
hhtp://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0702/28/0802.htm. Diakses pada 3 November 2006.
Walsh, T. D., 1997, Kapita Selekta Penyakit dan Terapi, Cetakan I, 359-364,
Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. Wikaningtyas, M., 2004, Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Pasca Bedah
Sesar di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2002, 14, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Wiknjosastro, H., 1991, Ilmu Kebidanan, Edisi III, 125, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data Rekam Medis Pasien Pasca Bedah Sesar Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007
No. No. RM Data Diri TM, TO,
TP, TK
Anamnesa Riwayat Sakit dan Riwayat Obat
Diagnosa dan Tindakan
Obat Cara Pemberian
Keterangan
010897561. 1-2-2007
Ny. Y Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 12.00 (1-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik, blood slym (+).
Keluar air pervaginam sejak pkl. 09.00 (15-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik.
Diabetes Mellitus (-) G Umur: 32 thn 2P1001 39-40 minggu T/H, LMR (bekas SC), ketuban pecah dini lebih dari 12 jam, febris.
Hipertensi (-) TB: 150 cm Penyakit Jantung (-) Ampisilin (3x1gram) Injeksi i.v BB: 54 kg Alinamin F (2x1 ampul) Injeksi i.v Pendidikan: - Keadaan umum: baik Obat (-) Vitamin C (2x1ampul) Injeksi i.v Pekerjaan:
Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli
selama 1 minggu
Metilergometrin (3x1 tab) Oral Pulang dengan membaik
Roborantia (2x1 tab) Oral
22-2-2007
Pendarahan pervaginam warna merah segar sejak pkl. 23.00 (21-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik, keluar air (-), pendarahan sebanyak 1 gelas.
Keterangan: No. RM = nomer rekam medik s/d = sampai dengan TM = tanggal masuk i.v = interavena TO = tanggal operasi SC. Cito = section caesarea (bedah sesar) yang harus segera dilakukan TP = tanggal pemeriksaan ASI = air susu ibu TK = tanggal keluar KPD = ketuban pecah dini TB = tinggi badan DC = Dauer Chateter (kateter tetap) BB = berat badan BAB = buang air besar op. = operasi BAK = buang air kecil T/H = tunggal/hidup LMR = Lokus Minoris Resisten TD = tekanan darah G0P = Gravida0000 ( kehamilan yang keberapa) Partus(yang telah lahir), (abortus), (prematur), (hidup)
IU = international unit E4,V6,M5 = eyes open spontan, verbal oriented and controversed, motor response to verbal command D5% = Dextrosa 5%
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Penggolongan Obat Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No. Nama obat Golongan obat Nama Generik
Kelas terapi obat
1. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Kedacilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Pinisilin Anti-Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Oxytocin Natrium intravena Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
18. Ampisilin Deksametason Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Metilergometrin Roborantia
Penisilin Antihistamin & antialergi Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik Mempengaruhi gizi