Top Banner
1 A. JUDUL “DARI MATA TURUN KE HATI” Efektivitas Visualisasi Gambar Tragis Terhadap Kewaspadaan Pengguna Jalan di Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang B. LATAR BELAKANG Kecelakaan antara kereta api dengan kendaraan bermotor seolah tidak ada habisnya. Sebagian besar kecelakaan tersebut terjadi di perlintasan kereta api tanpa palang dengan berbagai keterbatasannya. Kondisi ini menjadi suatu permasalahan bagi pemerintah dan masyarakat karena berbagai upaya untuk meminimalkan tingkat kecelakaan sudah dilakukan namun belum mendapatkan hasil yang optimal. Yogyakarta sebagai salah satu wilayah yang dilalui jalur kereta api memiliki beragam permasalahan seputar sistem transportasi massal ini. Terlebih sejak tahun 2007 telah diresmikan jalur ganda pada jalur kereta api antara Stasiun Solo Balapan dengan Stasiun Kutoarjo. Pengadaan jalur ganda tersebut berakibat pada meningkatnya frekuensi perjalanan kereta api yang menghubungkan wilayah selatan Pulau Jawa. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh situasi ini adalah semakin besarnya potensi kecelakaan antara kereta api
40

PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

Jun 24, 2015

Download

Documents

Dea Siti Hafsha
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

1

A. JUDUL

“DARI MATA TURUN KE HATI”

Efektivitas Visualisasi Gambar Tragis Terhadap Kewaspadaan Pengguna Jalan di

Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang

B. LATAR BELAKANG

Kecelakaan antara kereta api dengan kendaraan bermotor seolah tidak ada

habisnya. Sebagian besar kecelakaan tersebut terjadi di perlintasan kereta api

tanpa palang dengan berbagai keterbatasannya. Kondisi ini menjadi suatu

permasalahan bagi pemerintah dan masyarakat karena berbagai upaya untuk

meminimalkan tingkat kecelakaan sudah dilakukan namun belum mendapatkan

hasil yang optimal.

Yogyakarta sebagai salah satu wilayah yang dilalui jalur kereta api memiliki

beragam permasalahan seputar sistem transportasi massal ini. Terlebih sejak tahun

2007 telah diresmikan jalur ganda pada jalur kereta api antara Stasiun Solo

Balapan dengan Stasiun Kutoarjo. Pengadaan jalur ganda tersebut berakibat pada

meningkatnya frekuensi perjalanan kereta api yang menghubungkan wilayah

selatan Pulau Jawa. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh situasi ini

adalah semakin besarnya potensi kecelakaan antara kereta api dengan kendaraan

bermotor terutama di perlintasan kereta api tanpa palang. Contohnya yang belum

lama terjadi adalah kecelakaan tragis antara Kereta Api Prambanan Ekspres

(Prameks) dengan sebuah bus yang sarat penumpang di sebuah perlintasan kereta

api tanpa palang di Klaten, Jawa Tengah (Anonim, 2009). Kecelakaan ini

menimbulkan korban tewas yang cukup banyak yakni 15 orang. Bagian depan

Kereta Api Prameks juga mengalami kerusakan yang cukup parah sehingga tidak

dapat beroperasi kembali dengan maksimal. Kecelakaan ini selain menimbulkan

korban jiwa juga mengakibatkan kerugian material yang cukup besar untuk

membiayai perawatan korban luka serta perbaikan Kereta Api Prameks. Di

wilayah Kota Yogyakarta sendiri perlintasan kereta api tanpa palang cukup

banyak jumlahnya, yaitu 72 perlintasan dari total keseluruhan 110 perlintasan

Page 2: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

2

yang tersebar di empat kabupaten yaitu Sleman, Kulon Progo, Bantul, dan Kota

Yogyakarta (Anonim, 2009). Salah satu penyebabnya adalah rendahnya

kemampuan pemerintah daerah (Pemda) dalam menganggarkan dana untuk

membuat palang di perlintasan kereta api. Hal ini menggambarkan bahwa biaya

untuk membuat palang pada perlintasan kereta api cukup besar.

Tingkat kecelakaan antara kendaraan bermotor dengan kereta api

sebenarnya dapat ditekan seminimal mungkin meskipun kondisi perlintasan tanpa

palang. Alasannya adalah lalu lintas kereta api tidak sepadat lalu lintas di jalan

raya. Selain itu, kereta api yang melintas juga telah diatur jam keberangkatannya

sehingga masyarakat yang tinggal di sekitar jalur perlintasan kereta api maupun

yang sering melalui perlintasan kereta api dapat mengetahui kapan kereta api

melintas.

Kecelakaan juga dapat dihindari apabila masyarakat menyadari pentingnya

perhatian selama berkendaraan. Perhatian adalah salah satu bentuk untuk

membentuk kesadaran terhadap sekitar (James, 1986 cit Johnson, 2004) (James

dalam Johnson, 2004). Namun kondisi yang terjadi adalah kecenderungan

masyarakat pengguna jalan terutama pengendara kendaraan bermotor untuk cepat

sampai ke tempat tujuan, sehingga kewaspadaan saat berada di perlintasan sangat

rendah, ditambah minimnya rambu-rambu yang mengakibatkan tingkat

kecelakaan yang terjadi di perlintasan kereta api tanpa palang cukup tinggi.

Padahal undang-undang perkeretaapian mewajibkan seluruh pengguna jalan untuk

memprioritaskan kereta api yang lewat.

Hampir di semua perlintasan kereta api tanpa palang sudah dipasang

rambu-rambu berupa tulisan seperti tulisan “STOP”, “Hati-Hati Perlintasan

Kereta Api” (Syaifullah, 2009), “Awas Sepur” (Taufik, 2009). Namun, rambu-

rambu dianggap sudah tidak efektif lagi karena kondisi fisik rambu-rambu

tersebut dalam keadaan tidak layak bahkan sebagian tidak terbaca akibat tulisan

yang sudah memudar atau tertutup material seperti pohon dan spanduk sehingga

kurang menarik perhatian dari para pengguna jalan (Anonim, 2008).

Page 3: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

3

Adanya keterbatasan keuangan pemerintah daerah untuk melakukan

pemalangan pada seluruh perlintasan kereta api yang ada di wilayah Yogyakarta

menuntut adanya suatu metode yang tepat, sederhana, dan efisien ditinjau dari

segi pembiayaan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan

masyarakat terhadap kecelakaan di perlintasan kereta api tanpa palang.

Saat ini, penelitian mengenai efektivitas rambu-rambu berupa gambar

tragis jarang dilakukan, terlebih yang mengkorelasikannya dengan keselamatan

pengguna jalan pada perlintasan kereta api tanpa palang. Penelitian serupa pernah

dilakukan untuk mengetahui efektivitas peringatan berupa gambar pada kemasan

rokok terhadap motivasi seseorang untuk berhenti merokok. Salah satunya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Health Promotion Board tahun 2004 dengan hasil

yang cukup mengejutkan, yaitu sekitar 47% perokok menyatakan akan berhenti

merokok setelah melihat peringatan bahaya merokok yang berupa gambar

(Anonim, 2009). Gambar yang berada di kemasan rokok tersebut

memvisualisasikan dampak-dampak kesehatan yang terjadi pada perokok, seperti

gambar bagian tubuh penderita kanker mulut disertai tulisan peringatan: Merokok

Dapat Menyebabkan 92% dari Angka Kejadian Kanker Mulut. Untuk saat ini,

penerapan peringatan berupa gambar pada kemasan rokok sudah dilakukan di 4

negara Asean namun tidak termasuk Indonesia (Anomin, 2009).

Peringatan berupa gambar pada kemasan rokok dinilai lebih efektif untuk

menciutkan nyali seseorang untuk merokok dibandingkan dengan peringatan yang

berupa tulisan. Hal itu tidaklah mengherankan, mengingat hampir sebagian besar

orang menyadari bahaya merokok namun tidak semua orang dapat

memvisualisasikan fisik seseorang yang terkena dampak negatif dari rokok.

Diperoleh kesimpulan bahwa peringatan berupa gambar lebih gamblang dan lebih

mudah dimaknai oleh masyarakat dibandingkan dengan peringatan berupa tulisan.

Hal ini disebabkan media tulisan memerlukan proses kognitif yang berupa

visualisasi tulisan untuk memahami maksud dari tulisan tersebut sehingga

pemrosesan informasi yang dilakukan berjalan lebih lambat.

Page 4: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

4

Dengan permasalahan yang hampir sama dengan bahaya merokok,

pemecahan masalah terhadap bahaya menerobos perlintasan kereta api tanpa

palang juga dapat diterapkan melalui peringatan berupa gambar. Harapannya,

masyarakat dapat memperoleh gambaran yang jelas terhadap bahaya akibat

kecelakaan di perlintasan kereta api tanpa palang.

Teori Manajemen Teror (TMT) menyebutkan bahwa sesuatu yang dapat

membangkitkan reaksi kognitif maupun emosi tentang kematian akan

menyebabkan seseorang untuk menjauhi perilaku tersebut (Pyszczynski, et.al.,

1997a). Gambar tragis yang dimaksud adalah visualisasi dari kecelakaan antara

kendaraan bermotor dengan kereta api seperti gambar mobil yang rusak atau

gambar korban jiwa akibat kecelakaan. Dampak secara psikologis yang

diharapkan adalah masyarakat menginternalisasikan stimulus yang ada di dalam

rambu-rambu yang berupa gambar tragis tersebut sebagai upaya peningkatan

kewaspadaan saat berlalu lintas terutama saat melintasi perlintasan kereta api

tanpa palang.

Keselamatan di jalan membutuhkan beberapa elemen yang harus

ditanamkan oleh para pengguna jalan. Elemen-elemen tersebut antara lain

pemahaman terhadap peraturan lalu-lintas, kesiapan diri, kehati-hatian, dan

kewaspadaan (Fatnanta, 1994 cit Thomas, 2006).

Berdasar pembahasan beberapa permasalahan di atas, penulis menggagas

sebuah penelitian yang menggunakan teori-teori psikologi untuk menyentuh aspek

psikologis manusia, terutama tingkat kewaspadaaan. Oleh karena itu, peneliti

mengambil judul proposal: “DARI MATA TURUN KE HATI” Efektivitas

Visualisasi Gambar Tragis Terhadap Kewaspadaan Pengguna Jalan di Perlintasan

Kereta Api Tanpa Palang.

C. PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Page 5: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

5

1. Bagaimana tingkat kewaspadaan dan kognitif masyarakat saat melihat

rambu yang berupa tulisan di perlintasan kereta api tanpa palang?

2. Bagaimana tingkat kewaspadaan dan kognitif masyarakat saat melihat

rambu gambar tragis yang terpampang di perlintasan kereta api tanpa

palang?

3. Berapa perbandingan level kewaspadaan pada masyarakat sebelum dan

sesudah gambar tragis dipasang di pintu perlintasan kereta api tanpa

palang?

D. TUJUAN PROGRAM

Tujuan dari program ini adalah:

1. Tujuan umum: membuktikan pengaruh rambu-rambu yang berupa

visualisasi gambar tragis sebagai peningkatan kewaspadaan saat melintasi

perlintasan kereta api tanpa palang.

2. Tujuan khusus:

Tujuan umum di atas dapat diperjelas dengan tujuan khusus yaitu:

a. Mengetahui reaksi emosional dan kognitif masyarakat saat melihat

rambu yang berupa tulisan di perlintasan kereta api tanpa palang.

b. Mengetahui reaksi emosional dan kognitif masyarakat saat melihat

rambu yang berupa visualisasi gambar tragis yang terpampang di

perlintasan kereta api tanpa palang.

c. Mengetahui perbandingan level kewaspadaan masyarakat sebelum dan

sesudah rambu-rambu visualisasi gambar tragis dipasang di perlintasan

kereta api tanpa palang.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran dari program ini adalah:

Page 6: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

6

1. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan artikel ilmiah yang bisa

dijadikan referensi bagi keperluan pengembangan ilmu psikologi.

2. Rambu-rambu peringatan yang lebih efektif dengan biaya yang murah

untuk meningkatkan kewaspadaan pengguna jalan di perlintasan kereta api

tanpa palang.

3. Penelitian lebih lanjut terhadap kemungkinan penggunaan visualisasi

gambar tragis di tempat-tempat yang menuntut kewaspadaan masyarakat,

seperti di jalan raya, proyek-proyek pembangunan, atau di alam bebas.

F. KEGUNAAN PROGRAM

Kegunaan program ini adalah:

1. Bagi Masyarakat Umum

a. Adanya kesadaran dalam diri masyarakat terutama para pengendara

kendaraan bermotor terhadap kereta api yang lewat di perlintasan tanpa

palang setelah melihat rambu-rambu yang berupa gambar tragis.

b. Membantu memberi peringatan kepada pengemudi agar lebih waspada

ketika melewati perlintasan kereta api tanpa palang.

2. Bagi PT Kereta Api Indonesia

a. Mewacanakan metode yang sederhana dengan biaya murah untuk

meningkatkan kewaspadaan masyarakat saat berada di perlintasan

kereta api tanpa palang.

b. Memberikan alternatif solusi untuk mengurangi tingkat kecelakaan

lalu lintas khususnya di daerah perlintasan kereta api tanpa palang.

3. Bagi Pemerintah

a. Turut menyukseskan program pemerintah dalam pencegahan kecelakaan khususnya di perlintasan kereta apai tanpa palang.

b. Sebagai salah satu alternatif solusi dalam mengatasi permasalahan kecelakaan lalu lintas yang dihadapi bangsa Indonesia.

Page 7: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

7

4. Bagi Mahasiswa Peneliti

a. Melatih kepekaan serta kepedulian terhadap permasalahan sosial yang

terjadi dalam masyarakat.

b. Sebagai bentuk pengabdian mahasiswa Fakultas Psikologi dalam suatu

ranah yang selama ini belum begitu tersentuh.

c. Sebagai sarana menerapkan dan mengaplikasikan teori ilmu psikologi

dalam menangani kasus nyata yang terjadi dalam masyarakat.

G. TINJAUAN PUSTAKA

G.1. Teori Manajemen Teror

Teori Manajemen Teror (terror management theory) mengungkapkan

bahwa visualisasi dampak kecelakaan yang merupakan sebuah stimulus dapat

menimbulkan reaksi kognitif berupa pemikiran subjek yang berpusat pada

kematian (Pyszczynski, et.al., 1997a). Subjek akan mengalami ketakutan atau

mengalami teror dan berusaha untuk menghindar dari bayangan kematian

tersebut. Upaya untuk menghindar dari kenyataan ini akan mengakibatkan suatu

mekanisme pertahanan diri yang disebut proximal defense. Ketika melakukan

mekanisme pertahanan diri, subjek berusaha mengatasi teror tersebut dengan cara-

cara yang masuk akal, seperti menghindari suatu ancaman, meningkatkan

kesiapan diri, berusaha mematuhi aturan, dan meningkatkan kewaspadaan

(Pyszczynski, et.al., 1997a). (Pyszczynski, dkk., 1997a).

Teori manajemen teror juga menyebutkan bahwa manusia memiliki

keseragaman dalam mengatasi suatu ancaman. Ketika mekanisme pertahanan diri

tertentu diadopsi oleh banyak masyarakat dan terjadi dalam suatu waktu, maka

yang timbul adalah tren. Teori ini terkait dengan analisis dampak kecemasan yang

menyebutkan bahwa suatu ancaman akan menimbukan konsep diri untuk

melawan ancaman tersebut (Pyszczynski, et.al., 1997b). Adanya suatu stimulus

yang mengancam kelangsungan hidup individu akan membuat seseorang

Page 8: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

8

meningkatkan kebutuhan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan itu juga yang akan

mendorong seseorang untuk lebih intensif dalam melakukan mekanisme

pertahanan diri. Kesadaran akan datangnya kematian merupakan sumber utama

dari kecemasan manusia (Greenberg, 1992 cit Mikulincer, 2000). Rasa takut yang

muncul akan membuat seseorang bersikap negatif terhadap sumber ketakutan

tersebut.

Tubuh menjadi kendaraan dalam kehidupan seseorang untuk menuju

kematian (Goldenberg, et.al., 2000 cit Thomas, 2006). Maka, untuk berusaha

menjauhi kematian selama mungkin, seseorang akan memiliki perilaku-perilaku

tertentu seperti menjaga kesehatan psikologis, kebugaran fisik, dan membuat

raganya menyesuaikan budaya yang berlaku.

G.2. Visualisasi Gambar Tragis

Visual artinya dapat dilihat dengan indra penglihat (mata); berdasarkan

penglihatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1985). Sementara visualisasi adalah

suatu proses untuk membuat suatu objek dapat ditangkap oleh indera penglihatan

yaitu mata. Visualisasi biasanya dilakukan terhadap sebuah objek yang sulit

ditangkap oleh indera penglihatan secara langsung atau tidak nyata, misalnya

imajinasi atau perasaan. Sebuah stimulus atau objek dapat dilihat oleh mata

manusia jika ada gelombang cahaya yang mengenai objek tersebut (Passer et.al.,

2007). Hasil dari visualisasi dapat berupa media visual seperti tulisan dan gambar,

maupun audiovisual seperti tayangan video yang merupakan kombinasi dari audio

dan visual.

Indera penglihatan merupakan organ sensor yang sangat penting bagi

manusia dalam membuat persepsi mengenai lingkungannya. Segala hal yang

dilihat sepanjang hidupnya akan menimbulkan suatu kesan di dalam memori yang

akan terus menghasilkan persepsi tertentu terhadap suatu objek. Kemampuan

indera penglihatan seseorang dalam menangkap suatu objek berkembang sejak

lahir hingga dewasa. Pada masa bayi kemampuan melihatnya hanya 20/200

hingga 20/600 pada bagan snellen yang merupakan alat untuk mengukur

Page 9: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

9

ketajaman penglihatan (Haith, 1992 cit Santrock, 2002). Kemampuan ini 10

sampai 30 kali lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan melihat pada orang

dewasa.

Peran memori sendiri sangat penting untuk menyimpan suatu informasi.

Memori manusia terdiri dari tiga komponen, yaitu sensory memory, short term

memory, dan long term memory (Passer et.al., 2007). Sensory memory merupakan

tempat pertama suatu stimulus disimpan. Stimulus tersebut hanya diingat sekejap,

cepat menghilang, dan tidak memiliki asosiasi tertentu. Short term memory adalah

komponen memori yang bertugas untuk melakukan seleksi terhadap informasi

dari short term yang akan dimasukkan ke dalam long term memory. Di long term

memory, suatu informasi dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dan

bersifat permanen (Desmita, 2006). Suatu stimulus akan dapat disimpan dalam

long term memory apabila memenuhi ketiga syarat berikut:

1. Dapat diterima oleh alat indera dengan baik

2. Stimulus tersebut unik sehingga menimbulkan kesan tertentu

3. Stimulus tersebut diulang-ulang dalam jangka waktu yang lama

Menurut Dual Core Theory, informasi yang disimpan akan lebih mudah

dipanggil kembali (recall) apabila informasi disajikan dengan tulisan sekaligus

gambar (Slavin, 2003). Manual yang paling tinggi tingkat kejelasannya adalah

manual berbentuk semacam komik bergambar yang dibubuhi kalimat singkat,

dibandingkan dengan bentuk manual biasa dan manual berbentuk diagram alir.

Manual ini juga serupa dengan manual yang digunakan oleh Pemkot Metropolitan

Tokyo, Jepang (Bhinnety, 2008). Legibilitas atau tingkat kemudahan suatu

lingkungan memberi fasilitas kemudahan dalam pembentukan kognitif

dipengaruhi 3 karakteristik susunan fisik:

1. Derajat perbedaan, sejauh mana suatu bagian lingkungan nampak

berbeda dari bagian yang lain

2. Derajat akses visual, sejauh mana bagian yang berbeda terlihat jelas

oleh subjek

Page 10: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

10

3. Kompleksitas tata letak spasial, sejauh mana jumlah dan tingkat

kesulitan informasi yang harus diproses

Gambar tragis adalah suatu bentuk visualisasi dari stimulus yang tidak

menyenangkan dan terkesan menyedihkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1985). Timo Mantyla (cit Svantensson, 2004) mengatakan bahwa mengaktifkan

memori akan lebih efektif jika menggunakan pemicu atau isyarat, isyarat ini dapat

berupa gambar. Gambar tragis ini berperan sebagai objek yang dapat

membangkitkan rasa takut seseorang terhadap suatu kecelakaan. Dalam penelitian

ini substansi gambar tragis yang dimaksud adalah dampak dari kecelakaan yang

terjadi di perlintasan kereta api. Gambar tragis tersebut disampaikan melalui

media baliho dengan tingkat ketragisan gambar ditentukan melalui manipulation

checking. Pencantuman pesan-pesan moral secara visual harus memperhatikan

kesan termasuk gambar yang representatif dan menarik (Sidabutar, et.al., 2003).

G.3. Kewaspadaan Pengguna Jalan

Kewaspadaan merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri terhadap

sesuatu yang menakutkan dan mengancam seseorang (Passer et.al., 2007).

Kewaspadaan ini akan terjadi ketika seseorang berhasil memproses sebuah

stimulus dan menyadari makna dari suatu objek yang mengancam. Pengalaman

masa lalu, baik berupa kejadian yang menimpa diri sendiri yang mengakibatkan

trauma maupun pengalaman dalam hal memproses informasi yang sama

sebelumnya, akan membangkitkan tingkat kesadaran yang lebih tinggi terhadap

objek yang mengancam.

Pengguna jalan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah setiap orang

yang melakukan aktivitas di jalan. Pengguna jalan dapat berupa:

1. Pengemudi kendaraan bermotor seperti mobil dan motor

2. Pengemudi kendaraan tidak bermotor seperti becak, sepeda, dan

kendaraan yang diangkut oleh tenaga hewan

3. Pejalan kaki termasuk orang yang menarik gerobak

Page 11: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

11

Kewaspadaan pengguna jalan merupakan sikap dari para pengguna jalan

yang sudah disebutkan di atas untuk menghindari suatu hal yang sifatnya

mengancam keselamatan jiwa. Kewaspadaan merupakan salah satu sikap positif

seseorang dalam melakukan aktivitas di jalan raya (Thomas, 2006). Sikap tersebut

dapat diperoleh melalui proses belajar dengan menggunakan sumber informasi

berupa media, baik yang berupa audio, visual, maupun audiovisual. Informasi-

informasi yang diperoleh akan meningkatkan pengetahuan seseorang terhadap

situasi di jalan raya sehingga ia dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang

terjadi dengan lebih baik.

Kewaspadaan dalam diri pengguna jalan saat melintasi perlintasan kereta

api tanpa palang terbentuk oleh adanya efek setelah melihat gambar tragis yang

mengingatkan akan kematian. Kewaspadaan inilah yang akan menghambat

seseorang untuk menerobos perlintasan kereta api dan mencegah hal-hal yang

tidak ia inginkan. Adanya kewaspadaan dan ketakutan dari para pengguna jalan

akan menimbulkan reaksi yang rasional untuk mengatasi hal tersebut (Thomas,

2006). Reaksi tersebut antara lain meningkatkan intensitas untuk mendeteksi

kedatangan kereta api, memperlambat laju kendaraan, menghentikan kendaraan

saat kereta api lewat, dan kembali melajukan kendaraan saat kereta api betul-betul

sudah menjauh dari perlintasan.

G.4. Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang

perkeretaapian disebutkan bahwa kereta api adalah moda transportasi dengan

sistem yang ada yang bergerak di atas media rel ketika melakukan mobilisasi.

Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang dimanfaatkan untuk

mengangkut barang maupun penumpang secara massal. Jalur kereta api adalah rel

yang merupakan suatu konstruksi baja, beton, atau konstruksi lain beserta

perangkatnya yang berfungsi untuk mengarahkan perjalanan kereta.

Perlintasan kereta api merupakan perpotongan yang sebidang antara jalur

kereta api dengan jalur kendaraan bermotor berupa jalan. Kondisi ini

Page 12: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

12

menimbulkan akibat-akibat tertentu yang berkaitan dengan konstruksi perlintasan

pengaturan lalu lintas, baik kendaraan bermotor maupun kereta api.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Pasal 124 disebutkan

bahwa pada perpotongan sebidang antara jalur kereta api dan jalan, pemakai jalan

wajib mendahulukan perjalanan kereta api. Untuk menegakkan aturan tersebut

maka dibuatlah palang. Palang pada perlintasan kereta api adalah suatu material

yang digunakan untuk menghentikan lalu lintas kendaraan maupun pejalan kaki

ketika kereta api melintas. Material terbuat dari besi, bambu, maupun benda-

benda lain dengan panjang tertentu yang dapat menghentikan arus lalu lintas jalan

untuk sementara waktu. Palang pada perlintasan kereta api sifatnya ada yang

otomatis dan manual. Pada palang yang otomatis, digunakan semacam alat sensor

untuk mendeteksi kereta api yang akan lewat. Pergerakan palang terjadi ketika

alat sensor mendeteksi kedatangan kereta api dan digerakkan oleh mesin yang

dikendalikan oleh petugas penjaga perlintasan. Sedangkan palang yang manual

adalah palang yang masih digerakkan oleh tenaga manusia serta tidak

menggunakan alat sensor untuk mendeteksi kedatangan kereta api.

Perlintasan kereta api tanpa palang memungkinkan pengguna jalan tetap

menerobos perlintasan meskipun jarak kereta api dengan perlintasan sangat dekat.

Hal ini terjadi karena pengguna jalan memiliki tingkat kewaspadaan yang rendah

akibat adanya distribusi fokus antara sampai tujuan dan mengawasi jalur kereta

api untuk mengetahui kemungkinan kereta yang lewat. Selain itu minimnya

rambu-rambu juga berpengaruh terhadap tingginya tingkat kecelakaan antara

kereta api dengan pengguna jalan di perlintasan kereta api tanpa palang (Anonim,

2009).

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk

rambu-rambu yang berbeda akan menimbulkan kewaspadaan pengguna jalan

dalam level yang berbeda-beda pula. Sehingga hipotesis penelitian ini adalah

rambu-rambu berupa gambar tragis lebih efektif daripada rambu-rambu yang

Page 13: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

13

hanya berupa tulisan dalam meningkatkan kewaspadaan pengguna jalan di

perlintasan kereta api tanpa palang.

H. METODE PELAKSANAAN

H.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian eksperimen, peneliti

dapat mengidentifikasi satu sampel dan menggeneralisasikannya menjadi sebuah

populasi. Pada dasarnya, penelitian eksperimen bertujuan menguji dampak

perlakuan atau intervensi terhadap hasil penelitian, mengendalikan faktor-faktor

lain yang memengaruhi hasil penelitian tersebut (Cresswell, 2003).

H.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan Experimental Group-Control Group

Design with Prestest and Posttest (Myers et.al., 2002). Pada rancangan ini, untuk

menilai efek dari variabel bebas, peneliti membutuhkan sedikitnya 2 kelompok

subjek sehingga bisa dibandingkan. Kelompok pertama adalah kelompok

eksperimen, yaitu kelompok yang diberi manipulasi. Sedangkan kelompok kedua

adalah kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak diberi manipulasi. Kedua

kelompok tersebut mengikuti prosedur yang sama, perbedaanya hanya terletak

pada pemberian manipulasi eksperimental (Myers et.al., 2002).

Metode yang digunakan adalah random assignment, yaitu setiap subjek

memiliki kesempatan yang sama untuk ditempatkan pada tiap kelompok subjek.

Hal ini dimaksudkan agar tidak mengandung bias dan setiap kelompok subjek

memiliki karakteristik subjek yang acak.

Dalam kesempatan ini, peneliti menggunakan 3 kelompok subjek yang

terdiri dari 2 kelompok eksperimen dan 1 kelompok kontrol. Kelompok

eksperimen pertama (KE1) mendapat perlakuan penayangan video dengan

visualisasi gambar tragis. Gambar tragis ditentukan pada prakegiatan dengan

menggunakan mekanisme manipulation checking, yaitu beberapa alternatif

gambar tragis yang disediakan peneliti diberi peringkat ketragisan sesuai dengan

Page 14: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

14

respon dari masyarakat. Kelompok eksperimen kedua (KE2) diberi perlakuan

penayangan video dengan peringatan tertulis. Kelompok ketiga merupakan

kelompok kontrol (KK) yang diberi tayangan video berdurasi sama dengan video

yang ditayangkan pada kedua kelompok eksperimen, namun tidak ada

hubungannya dengan kedua video tersebut sehingga kelompok ini termasuk dalam

kelompok kontrol tipe placebo group.

Gambaran eksperimen yang akan dilakukan dapat dilihat dibawah ini:

Pre-test Post-test Design

Ypre KE1 Ypost

R Ypre KE2 Ypost

Ypre KK Ypost

Keterangan :

KE1 : Perlakuan berupa penayangan video dengan visualisasi gambar tragis

KE2 : Perlakuan berupa penayangan video dengan peringatan tertulis

KK : Kelompok kontrol yang diberi perlakuan penayangan video

manipulatif karena diperlakukan sebagai placebo group

Ypre : Pengisian skala kewaspadaan sebelum perlakuan

Ypost : Pengisian skala kewaspadaan setelah perlakuan

R : Random assignment

H.3. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media audiovisual berupa

tayangan video, sedangkan variabel tergantung adalah tingkat kewaspadaan

pengguna jalan di perlintasan kereta api tanpa palang.

Page 15: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

15

H.4. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Psikologi Universitas

Gadjah Mada angkatan 2007-2009 yang berjumlah 120 orang. Subjek dibagi

dalam 3 kelompok menggunakan teknik random assignment.

H.5. Alat dan Bahan

1. Alat tulis

2. Skala Kewaspadaan

3. LCD dan Viewer

4. Laptop

5. Guideline Eksperimen

6. Reward Subjek

H.6. Prosedur Penelitian

Setiap eksperimen diawali dengan perkenalan dan penjelasan maksud dan

tujuan penelitian oleh mahasiswa pelaksana. Setelah itu instruksi akan

disampaikan sesuai dengan perlakuan yang diterima tiap kelompok dalam

penelitian ini.

1. Kelompok Eksperimen Pertama (KE1)

Pada kelompok eksperimen pertama (KE1) perlakuan yang diberikan

adalah penayangan video dengan visualisasi gambar tragis sebagai peringatan

bagi pengguna jalan di perlintasan kereta api tanpa palang. Setelah seluruh

persiapan selesai dan subjek memasuki ruangan, mahasiswa pelaksana akan

membacakan instruksi prosedur pelaksanaan eksperimen. Subjek kemudian

mengisi skala kewaspadaan selama kurang lebih 10 menit. Setelah selesai,

tayangan video akan diputar dan subjek dipersilakan memperhatikan tayangan

tersebut. Lalu subjek mengisi skala kewaspadaan setelah perlakuan.

Page 16: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

16

2. Kelompok Eksperimen Kedua (KE2)

Eksperimen untuk kelompok eksperimen kedua (KE2) dibuat dangan

setting tempat semirip mungkin dengan KE1. Setelah seluruh persiapan selesai

dan subjek memasuki ruangan, mahasiswa pelaksana akan membacakan

instruksi prosedur pelaksanaan eksperimen. Subjek kemudian mengisi skala

kewaspadaan selama kurang lebih 10 menit. Setelah itu, tayangan video yang

terdapat peringatan berupa tulisan akan diputar dan subjek dipersilakan

menonton. Lalu subjek mengisi skala kewaspadaan setelah perlakuan.

3. Kelompok Kontrol

Kelompok kontrol dengan tipe placebo group mendapat perlakuan yang

sama dengan kedua kelompok eksperimen. Perbedaannya terletak pada isi

materi yang diberikan. Sebagai kelompok kontrol, materi yang diberikan pada

kelompok ini tidak berhubungan dengan materi yang diberikan pada kelompok

eksperimen pertama maupun kedua. Subjek mengisi skala kewaspadaan dalam

waktu tertentu, lalu subjek melihat video dengan durasi sama tetapi materinya

berbeda dengan yang dilakukan pada kelompok eksperimen (video

manipulasi). Setelah itu, subjek diminta mengisi skala post-test.

H.7. Analisis Data

Data dianalisis menggunakan teknik anova campuran. Analisis ini memiliki

keunggulan yaitu terdapat 2 kali pengukuran untuk setiap subjek, yaitu pre-test

dan post-test dan terdapat 3 kelompok subjek (Turner, et.al., 2001 cit Narson,

2006).

H.8. Interpretasi

Interpretasi dilakukan dengan membandingkan skor hasil pengukuran skala

kewaspadaan yang berulang, sebelum dan sesudah perlakuan. Penelitian ini

mencoba menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari eksperimen.

Page 17: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

17

H.9. Penyimpulan Hasil Penelitian

Apabila terdapat peningkatan skor kewaspadaan setelah perlakuan pada

kelompok eksperimen pertama yang cukup signifikan dibanding kelompok

eksperimen kedua maupun kelompok kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa

visualisasi gambar tragis sebagai peringatan saat akan melintasi rel kereta api

tanpa palang dapat meningkatkan kewaspadaan pengguna jalan.

I. JADWAL KEGIATAN

1. Prakegiatan

a. Penyusunan alat ukur psikologis

b. Pengadaan prasarana dan pencarian tempat penelitian

c. Sosialisasi program (PT. KAI, subjek)

d. Penjaringan subjek & penandatanganan MoU

e. Pembuatan video stimulan

2. Rangkaian kegiatan

a. Pengambilan data dan eksperimen I

b. Pengambilan data dan eksperimen II

c. Pengambilan data dan eksperimen III

3. Pascakegiatan

a. Pengolahan data

b. Evaluasi

c. Penyusunan laporan penelitian

Page 18: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

18

TIME SCHEDULE PELAKSANAAN PROGRAM

Page 19: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

19

J. RANCANGAN BIAYA

1. Biaya Administrasi

Proposal awal 8 @ Rp 15.000,00 Rp 120.000,00

Perizinan dan sosialisasi Rp 250.000,00

Laporan akhir 5 @ Rp 20.000,00 Rp 100.000,00

Penyusunan alat ukur psikologis Rp 100.000,00

Sertifikat peserta 120 @ Rp 2.000,00 Rp 240.000,00

Sertifikat panitia 10 @ Rp 2.000,00 Rp 50.000,00

Subtotal Rp 860.000,00

2. Biaya Habis Pakai

Kertas HVS 2 rim @ Rp 35.000,00 Rp 70.000,00

Tinta refill 2 @ Rp 50.000,00 Rp 100.000,00

Bolpoin 10 pak @ Rp 20.000,00 Rp 200.000,00

Fotokopi validasi skala Rp 200.000,00

Reward 120 @ Rp 20.000,00 Rp 2.400.000,00

Subtotal Rp 2.970.000,00

3. Perlengkapan Pelaksanaan Program

Pembuatan baliho Rp 300.000,00

Sewa handy cam Rp 200.000,00

Sewa LCD 3 hari @ Rp 100.000,00 Rp 300.000,00

Sewa viewer 2 x 3 hari @ Rp 100.000,00 Rp 600.000,00

Kaset video 2 @ Rp 50.000,00 Rp 100.000,00

Transfer dan editing Rp 300.000,00

Subtotal Rp 1.800.000,00

4. Konsumsi

Konsumsi subjek 120 @ Rp 10.000,00 Rp 1.200.000,00

Konsumsi panitia 10 x 3 hari @ Rp 10.000,00 Rp 300.000,00

Air mineral 4 dos @ Rp 15.000,00 Rp 60.000,00

Subtotal Rp 1.560.000,00

Page 20: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

20

5. Transportasi

Survey lapangan pembuatan video Rp 300.000,00

Orientasi tempat Rp 300.000,00

Sosialisasi kegiatan Rp 500.000,00

Pembelian alat dan perlengkapan kegiatan Rp 300.000,00

Subtotal Rp 1.100.000,00

6. Biaya tak terduga Rp 300.000,00

TOTAL Rp 8.590.000,00

K. DAFTAR PUSTAKA

Aribowo, Bagus. 2009. Hubungan Antara Iklim Keselamatan dengan Motivasi Keselamatan Pengendara Sepeda Motor di Lingkungan Kampus UGM. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Baron, R.A. dan Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Creswell, John W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Second Edition. London: Sage Publications.

Depdikbud. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Etsem, Magda B. 2008. Sarana Navigasi Kognitif. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Unversitas Gadjah Mada.

Johnson, Addie dan Proctor, Robert W. 2004. Attention: Theory and Practice. California: Sage Publication.

Mikulincer, Mario dan Florian, Victor. 2000. Exploring Individual Differences in Reactions to Mortality Salience: Does Attachment Style Regulate Terror Management Mechanisms? Journal of Personality and Social Psychology, 79, 260-273.

Myers, A. dan Hansen, C.H. 2002. Experimental Psychology-Fifth Edition. USA: Wadsworth.

Page 21: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

21

Narson, Thomas Youda Aka. Perbedaan Efektivitas Penggunaan Audio Visual dan Visual tentang Kecelekaan daalam Membentuk Sikap Psitif terhadap Keselamatan di Jalan Raya. 2006. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Passer, M.W. dan Smith, R.E. 2007. Psychology The Science of Mind and Behavior, third edition. New York: McGraw Hill.

Pyszczynski, Solomon, dan Greenberg. 1997a. A Dual-Process Model of Defense Against Conscious and Unconscious Death-Related Thoughts An Extension of Terror Management Theory. Journal of Personality and Social Psychology, 106, 835-845.

Pyszczynski, Solomon, dan Greenberg. 1997b. Terror Management Theory and Self-Esteem: Evidence That Increased Self-Esteem Reduces Mortality Salience Effects. Journal of Personality and Social Psychology. 72, 24-36.

Santrock, J.W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, edisi 5, jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. 2003. Adolesence Perkembangan Masa Remaja, edisi 6. Jakarta: Erlangga.

Sidabutar, Sondang I.H. dkk. 2003. Pemulihan Psikososial Berbasis Komunitas. Jakarta: Kontras.

Slavin, Robert E. 2003. Educational Psychology, Theory and Practice. Seventh Edition. Boston: Allyn & Bacon.

Svantesson, Ingemar. 2004. Learning Maps and Memory Skills. Jakarta: Gramedia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

http://www.republika.co.id/berita/53344

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/07/08/71469/Perlintasan.KA.Maut..Apa.Solusinya..

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/07/05/brk,20090705-185298,id.htm

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/09/29/brk,20090929-199905,id.html

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/07/05/brk,20090705-185351,id.html

Page 22: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

22

L. LAMPIRAN

L.1. Biodata Ketua Serta Anggota Kelompok

Ketua Pelaksana Kegiatan

Nama : Muhammad Hidayat

NIM : 07/257016/PS/5453

Fakultas/Prodi : Psikologi/Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

Waktu untuk kegiatan

PKM : 14 Jam per minggu

Tempat, tanggal lahir : Pangkal Pinang, 15 Februari 1989

Alamat : DS XII, Banaran, Galur, Kulon Progo 55661

Telepon : 081915539163

E-mail : [email protected]

Pengalaman : Sekbid IV OSIS Bhineka Teladan Bhakti SMA N 1

Yogyakarta

Anggota 1

Kadept. PSDU KSAI AL-Uswah 2008/2009

Kadept. Islamic Trainer School IPLF Psikologi

UGM 2009

Kadiv. PKSO LM-Psikologi UGM 2008/2009

Koord. Asisten Unit Pengembangan Alat

Psikodiagnostika Fak. Psikologi UGM 2008-

Sekarang

Koord. Asisten Dosen Mata Kuliah Agama Islam

Konstektual 2009-sekarang

Koord. Pemandu Pelatihan Pembelajar Sukses

Psikologi Rumah Kita UGM 2009

Nama : Iwan Budi Santoso

NIM : 08/268398/PS/05587

Fakultas/Prodi : Psikologi/Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

Page 23: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

23

Waktu untuk kegiatan

PKM : 14 jam per minggu

Tempat, tanggal lahir : Temanggung, 29 Desember 1990

Alamat : Jalan Peta Barat 142 RT 4/7 Jakarta Barat 11830

Telepon : 085692011161

E-mail : [email protected]

Pengalaman : Marching Band UGM

Staff PSDM Gama Cendekia

Resimen Mahasiswa

Staff PSDM Lembaga Mahasiswa Psikologi UGM

Anggota 2

Nama : Dea Siti Hafsha

NIM : 08/268290/PS/05552

Fakultas/Prodi : Psikologi/Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

Waktu untuk kegiatan

PKM : 14 jam per minggu

Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 6 Juli 1989

Alamat : Jalan Swadaya II/136 B, RT/RW 04/12,

Karangasem, Condongcatur, Depok, Sleman,

Yogyakarta 55283

Telepon : 085643836767

E-mail : [email protected]

Pengalaman : Sekretaris Teater 10 2006-2007

Administrator delayota.org

Ketua Panitia Siswa Pameran Buku Jogja Book

Bazaar 2007

Sekretaris Alumni SMA N 8 Yogyakarta

Sekretaris Departemen PSDM LM Psikologi

Sie Acara Pelatihan Pembelajar Sukses Psikologi

Rumah Kita UGM 2009

Page 24: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

24

Anggota 3

Nama : Nadia Rahmawati

NIM : 08/268391/PS/05584

Fakultas/Prodi : Psikologi/Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

Waktu untuk kegiatan

PKM : 14 jam/minggu

Tempat, tanggal lahir : Klaten, 27 Juni 1990

Alamat : Jalan Bayangkara I/11 Klaten 57412

Telepon : 085729716698

E-mail : [email protected]

Pengalaman : Trainer Klub Metode Belajar Cepat (MBC) Klaten

Penyiar “Happy Sunday” 106.7 IC FM Klaten

Staff PSDM LM Psikologi 2008-2009

Staff PSDM BEM KM UGM 2009

Sekretaris KAMMI Soshum Komsat UGM 2009

Sie. Acara Pelatihan Pembelajar Sukses Psikologi

Rumah Kita UGM 2009

Anggota 4

Nama : Fauziah Nur Wahdhani

NIM : 08/268426/PS/05596

Fakultas/Prodi : Psikologi/Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

Waktu untuk kegiatan

PKM : 14 jam/minggu

Tempat, tanggal lahir : Bantul, 8 April 1990

Alamat : Dukuh RT 15 Pendowoharjo Sewon Bantul

Yogyakarta 55185

Telepon : 08975848750

Page 25: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

25

E-mail : [email protected]

Pengalaman : Sekjen SIGMA SMAN 1 Teladan Yogyakarta

Tim Trainer Cemara KSAI Al Uswah

Staff PSDM Lembaga Mahasiswa Psikologi UGM

Bendahara NUANSA KMP UGM

Sie. Pemandu Pelatihan Pembelajar Sukses

Psikologi Rumah Kita UGM 2009

L.2. Biodata Dosen Pembimbing

Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Avin Fadilla Helmi, M.Si.

NIP : 19641222 198903 2 001

Alamat Rumah dan No. HP/Telpon : Jalan Tirtamarta 73A Yogyakarta

0811266654

Bidang Pengajaran : Kewirusahaan dan Inovasi

Penelitian & Karya Ilmiah :

1. Penelitian dengan judul:Efektivitas Pelatihan Team Work Building melalui Out Door Activities dalam Meningkatkan Kapital Sosial. Dimuat dalam Gama Sains IV (1) Januari 2002. Avin Fadilla Helmi, Ira Paramastri, Adi Cilik Piereawan.

2. Penelitian dengan judul:Hubungan Kecerdasan Emosi dan Kewirausahaan pada Mahasiswa. Dimuat dalam Jurnal Psikologi UGM. 2002, no. 2, 89-111. Ahmad Ifham & Avin Fadilla Helmi.

3. Penelitian dengan judul:Pelatihan Pengembangan Karir Pribadi untuk Meningkatkan Daya Saing Lulusan Perguruan Tinggi. Anggaran Dana DIK MAK 5250 UGM sesuai surat perjanjian pelaksanaan penelitian. (tahap 1). Neila Ramdhani & Avin Fadilla Helmi.

Pelatihan Pengembangan Karir Pribadi untuk Meningkatkan Daya Saing Lulusan Perguruan Tinggi. Anggaran Dana DIK MAK 5250 UGM sesuai surat perjanjian pelaksanaan penelitian nomor: 2323a/P.II/set.R/2004 tanggal 1 Mei 2004. (tahap 2). Neila Ramdhani & Avin Fadilla Helmi.

Page 26: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

26

4. Karya ilmiah dengan judul:Model Teoritis Gaya Kelekatan, Atribusi, Respon, Emosi, dan Perilaku Marah. Buletin Psikologi UGM (dalam proses). Juni 2004.

5. Karya ilmiah dengan judul:Berilmu dan Berwirausaha dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Kewirausahaan: Antara Ilmu dan Bisnis. SP2MP UGM, Yogyakarta, Grha Sabha Pramana, 7 Agustus 2004.

6. Karya ilmiah dengan judul: Stres Manajemen untuk Karyawan Pra Purna Karya. Pelatihan Pra Purna Karya Karyawan Pimpinan PT Badak NGL. Topik: Senin, 20 Desember 2004. Hotel Melia Purosani Yogyakarta.

7. Karya ilmiah dengan judul:Pengalaman Praktis Mengelola Mahasiswa Berprestasi (SP2MP) di Fakultas Psikologi UGM. Workshop Optimalisasi Mahasiswa Berprestasi dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran. Rabu, 15 Desember 2004. Ruang Multimedia Gedung Pusat UGM. Penyelenggara: Proyek Due-Like UGM.

8. Karya ilmiah dengan judul:Dinamika dan Romantika Kehidupan Mahasiswa. Workshop Visi dan Misi Bidang Kemahasiswaan UGM. Yogyakarta, 21-22 Desember 2004, Wisma MM UGM. Penyelenggara: Kantor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UGM dan bekerjasama dengan Tim Percepatan Transformasi BHMN.

Penghargaan :

1. Grantee dalam Modul Living Skills (Success Skills) 2003 dari Proyek Due-like UGM

2. Grantee dalam RPKPS 2003 untuk mata kuliah Kewirausahaan dan Inovasi dari Proyek Due-like UGM 2 Update terakhir ( Tuesday, 07 November 2006 )

Pengabdian Masyarakat :

1. MOTIVASI DIRI DAN PEMBELAJAR PROAKTIF DI PT Workshop on Teaching MethodologyFakultas Pertanian UNSOEDPurwokerto, 12 September 2005

2. Strategi Pembinaan dan Kemitraan Kemahasiswaan di Universitas Islam Negeri Yogyakarta (Perpektif Psikologi) Yogyakarta, 19 Maret 2005

Page 27: PKMP 2009 (Fix!) Fix Fix Fix Fix

27

3. Pengalaman Praktis PROSES PENDAMPINGAN MAHASISWA MENUJU LULUSAN YANG BERDAYA SAINGOutbound Management Training bagi Wakil DekanMagelang, 26-28 Februari 2005.

4. Pembicara dalam Pelatihan Tambahan Bagi Lulusan Perguruan Tinggi (Retooling Batch II) 2004 yang diselenggarakan oleh TPSDP Ditjen Dikti Depdiknas dan Fakultas Teknik UGM pada tanggal 11 September s/d 10 Desember 2004 dengan tema: Desain, Perawatan, dan Rehabilitasi Bangunan-bangunan Teknik Sipil untuk mata kuliah/ pelatihan Communication Skill

5. Trainer dalam Pelatihan Pelayanan Prima. Topik: Sikap dalam Layanan Prima. Sabtu, 4 Desember 2004. Hotel Satriavi Kaliurang. Untuk Kasubag UGM

6. Pembicara dalam Pelatihan Karir Lanjutan Karyawan Pimpinan PERTAMINA. Topik: Stres Manajemen dan Post Power Syndrome. Kamis, 15 Desember 2004. Hotel Garuda Yogyakarta. Penyelenggara: Konsultan Enjinering dan Manajemen VIGA, Yogyakarta.

7. Pembicara dalam Pelatihan Karir Lanjutan Karyawan Pimpinan PERTAMINA. Topik: Stres Manajemen dan Post Power Syndrome. Senin, 26 Desember 2004. Hotel Garuda Yogyakarta. Penyelenggara: Konsultan Enjinering dan Manajemen VIGA, Yogyakarta.