Top Banner
i USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM CHITOSAN PADA SISIK IKAN BANDENG (Chanos chanos) SEBAGAI ALTERNATIF PENGAWET ALAMI PADA BAKSO BIDANG KEGIATAN: PKM-P Diusulkan oleh: Fathin Faridah NIM 25010111120063, Angkatan 2011 Anisatul Khafidzoh NIM 25010112120094, Angkatan 2012 Dewi Mustikawati NIM 25010112130146, Angkatan 2012 Nofi Anggraeni NIM 25010112120093, Angkatan 2012 Mei Tika Isdarini NIM 25010112120091, Angkatan 2012 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012
17

Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

Jun 26, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

i

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

CHITOSAN PADA SISIK IKAN BANDENG (Chanos chanos) SEBAGAI

ALTERNATIF PENGAWET ALAMI PADA BAKSO

BIDANG KEGIATAN:

PKM-P

Diusulkan oleh:

Fathin Faridah NIM 25010111120063, Angkatan 2011

Anisatul Khafidzoh NIM 25010112120094, Angkatan 2012

Dewi Mustikawati NIM 25010112130146, Angkatan 2012

Nofi Anggraeni NIM 25010112120093, Angkatan 2012

Mei Tika Isdarini NIM 25010112120091, Angkatan 2012

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2012

Page 2: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

ii

Page 3: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………iii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………... iv

A. JUDUL …………………………………………………………….1

B. LATAR BELAKANG MASALAH …………………………………….1

C. PERUMUSAN MASALAH …………………………………………….2

D. TUJUAN …………………………………………………………………….2

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN …………………………………….2

F. KEGUNAAN …………………………………………………………….2

G. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………….2

G.1 Bahan Pengawet buatan …………………………………………….2

G.2 Boraks …………………………………………………………….2

G.3 Ikan Bandeng …………………………………………………………….3

G.4 Sisik Ikan …………………………………………………………….3

G.5 Chitosan …………………………………………………………………3

G.4 Pembuatan Chitosan ……………………………………………………..4

H. METODE PELAKSANAAN …………………………………………….4

H.1 Tempat Penelitian …………………………………………………….5

H.2 Variabel Penelitian …………………………………………………….5

H.3 Model Penelitian …………………………………………………….5

H.4 Rancangan Penelitian …………………………………………….5

H.5 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….5

H.6 Alat dan Bahan …………………………………………………….6

H.7 Cara Kerja …………………………………………………………….6

H.8 Analisis Data……………………………………………………………...7

I. JADWAL KEGIATAN …………………………………………………….7

J. RANCANGAN BIAYA ………………………………………………….…7

K. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….…9

L. LAMPIRAN ……………………………………………………………10

Page 4: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

iv

DAFTAR TABEL

Tabel1. Format Rancangan Penelitian Posttest Only Control Group Design …….5

Tabel2. Pengaruh Chitosan dalam Pengawetan Bakso ……………………..7

Tabel3. Jadwal Kegiatan PKMP ……………………………………………..7

Tabel4. Rancangan Biaya ……………………………………………………..8

Page 5: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

1

A. JUDUL

Chitosan pada Sisik Ikan Bandeng (Chanos chanos) sebagai Alternatif

Pengawet Alami pada Bakso

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia dalam hidupnya pasti membutuhkan makanan. Makanan yang

baik adalah makanan yang alami tanpa campuran zat aditif. Manusia harus

mengonsumsi makanan yang sehat untuk menjaga kesehatannya. Indonesia

memiliki beragam jajanan kuliner yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

masyarakat, salah satunya adalah bakso. Dalam pengolahan bakso diperlukan

suatu zat pengenyal agar bakso menjadi kenyal dan bertahan lebih lama.

Sayangnya, banyak produsen bakso yang kemudian menggunakan zat aditif

berbahaya untuk mendapatkan hasil bakso yang bagus, yakni dengan

menggunakan boraks. Boraks merupakan zat aditif berbahaya apabila masuk

ke dalam tubuh.

Boraks adalah senyawa kimia yang mempunyai sifat dapat

mengembangkan, memberi efek kenyal, serta dapat membunuh mikroba.

Pengaruh boraks dalam kesehatan: jika terhirup muncul rasa terbakar pada

hidung serta tenggorokan, susah bernafas, nafas pendek, pusing, kanker paru-

paru. Jika terkena kulit timbul warna merah, terbakar serta gatal. Jika terkena

mata akan menimbulakan mata merah, gatal, berair, kerusakan mata,

pandangan kabur bahkan kebutaan. Jika tertelan akan menimbulkan perut

mual, muntah, perih, dapat pula menyebabkan kurang darah, muntah darah,

serta kematian (Githa, 2010).

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki garis pantai

terpanjang di dunia. Berdasarkan wawasan nusantara, segi sosial dan ekonomi,

perikanan Indonesia memiliki peran yang penting karena wilayah negaranya

terdiri dari lautan yang memiliki kekayaan potensial berupa sumber daya alam

hayati terutama hasil perikanan (Suharjo dan Noor Harini, 2005).

Salah satu hasil melimpahnya laut adalah ikan. Ikan bandeng merupakan

salah satu ikan laut yang memiliki sisik cukup banyak. Keberadaannya di

Indonesia pun sudah dikenal luas serta mudah didapat. Selain dagingnya enak

dikonsumsi, ternyata sisiknya mempunyai manfaat sebagai bahan pengenyal.

Pada umumnya ikan memiliki sisik yang mengandung chitosan.

Chitosan adalah produk alami dari chitin, polysaccharide pada exoskeleton

ikan, seperti udang dan rajungan. Bahan dasar chitosan antara lain dari sisik

ikan. Sisik ikan dihilangkan mineralnya (de-mineralisai) dengan cara dijemur

di bawah sinar matahari karena organisme laut kaya mineral. Chitosan

mempunyai kelebihan dan tingkat keamanan lebih dibandingkan dengan

boraks karena mempunyai gugus aktif yang akan berikatan dengan mikroba

maka chitosan mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Dan sangat

menyerap bahan anorganik dan komponen logam.

Melihat melimpahnya ketersediaan sumber daya yang ada, maka penelitian

ini mencoba mengekstrak dan menguji potensi chitosan yang ada dalam sisik

ikan sebagai bahan pengawet yang aman pada bakso.

Page 6: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

2

C. PERUMUSAN MASALAH

Boraks merupakan pengawet berbahaya yang sudah tidak asing lagi di

Indonesia. Pemakainan bahan pengawet ini dapat berakibat fatal bagi

konsumen. Bakso merupakan jajanan Indonesia yang tak bisa dipisahkan dari

masyarakat. Pengawet ini pun digunakan dalam pembuatan bakso. Lebih awet

namun sangat berbahaya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah

beredarnya boraks yang tidak terkendali di pasaran. Oleh karena itu, perlu

adanya bahan pengawet alami, yang murah dan mudah didapat yaitu dari sisik

ikan. Berdasarkan uraian di atas, kandungan chitosan perlu diketahui agar

pemanfaatannya dapat dilaksanakan secara maksimal. Selain itu, penelitian ini

juga sebagai pembuktian apakah chitosan dapat digunakan sebagai bahan

pengawet alami yang aman dan tahan lama.

D. TUJUAN

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa sisik ikan

bisa digunakan untuk bahan pengawet alami yang aman pada bakso.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Penelitian ini diharapkan nantinya memiliki luaran berupa artikel atau

jurnal ilmiah mengenai pemanfaatan bahan chitosan pada sisik ikan sebagai

pengawet alami.

F. KEGUNAAN

1. Bagi Penulis :

a. Memberikan kontribusi pengetahuan bagi masyarakat pada umunya.

b. Meningkatkan kreativitas mahasiswa sekaligus sebagai sumbangsih

solusi terhadap permasalahan bangsa.

2. Bagi masyarakat :

a. Penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta

gambaran mengenai pengawet alami yang lebih aman dikonsumsi.

3. Bagi pemerintah :

a. Penelitian ini diharapakan menjadi rekomendasi serta evaluasi kebijakan

terhadap para produsen atau perusahaan kuliner untuk tidak

menggunakan pengawet berbahaya.

G. TINJAUAN PUSTAKA

G.1 Bahan Pengawet Buatan Bahan pengawet merupakan bahan kimia yang berfungsi untuk

menghambat kerusakan pada makanan baik yang disebabkan oleh

mikroba pembusuk, ragi, maupun jamur dengan cara menghambat,

mencegah, menghentikan proses pembusukan fermentasi dari bahan

makanan (Norman, 1988).

G.2 Boraks

Boraks adalah senyawa kimia yang mempunyai sifat dapat

mengembangkan, memberi efek kenyal, serta dapat membunuh mikroba.

Boraks sering diguanakan oleh produsen untuk dijadikan zat tambahan

makanan (ZTM) pada bakso, tahu, mie basah, bihun, krupuk maupun

Page 7: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

3

lontong. Ciri-ciri bakso yang mengandung boraks: tekstur kenyal susah

dihancurkan, warna tidak kecoklatan namun keputihan. Pengaruh boraks

dalam kesehatan: jika terhirup muncul rasa terbakar pada hidung serta

tenggorokan, susah bernafas, nafas pendek, pusing, kanker paru-paru.

Jika terkena kulit timbul warna merah, terbakar serta gatal. Jika terkena

mata akan menimbulakan mata merah, gatal, berair, kerusakan mata,

pandangan kabur bahkan kebutaan. Jika tertelan akan menimbulkan perut

mual, muntah, perih, dapat pula menyebabkan kurang darah, muntah

darah, serta kematian (Remajagaptek, 2011).

G.3 Ikan Bandeng

Ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan penghasil protein

hewani tinggi, memiliki bentuk tubuh memanjang, padat, pipih, dan oval.

Kepala tidak bersisik, mulut terletak diujung dan berukuran kecil dan

rahangnya tanpa gigi. Ikan bandeng memiliki nama latin Chanos chanos,

merupakan ikan campuran antara air asin dan air tawar atau payau.

Morfologi Ikan bandeng menurut Djuhanda (1981) mempunyai tubuh

yang ramping dan ditutupi oleh sisik dengan jari-jari yang lunak. Sirip

ekor yang panjang dan bercagak. Mulut sedang dan non protractile

dengan posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola mata dan tidak

memiliki sungut. Ikan ini memiliki tubuh langsing dengan sirip ekornya

bercabang sehingga mampu berenang dengan cepat. Warna tubuhnya

putih keperak – perakan. mulut tidak bergerigi sehingga menyukai

makanan ganggang biru yang tumbuh di dasar perairan (Adelaide, dkk,

2011).

G.4 Sisik ikan

Badan ikan pada umumnya mempunyai bentuk dan ukuran yang

sama dan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala , badan (tubuh) ,dan

ekor. Seluruh badan ikan di tertutup oleh kulit , terkadang di lengkapi

dengan sisik yaitu lempengan-lempengan tulang yang tersusun rapidi

permukaan badan ikan . Sisik ikan terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan

luar tipis merupakan epidermisnya di bentuk oleh sel-sel ephiteal. Pada

lendir. Lapisan di bawahnya adalah dermis , kutin dan korium . Di bawah

dermis terdapat lapisan sel-sel yang mengandung kitin . Sisik ikan

terbentuk dari lempeng-lempeng tulang rawan yang lentur dan saling

tumpang tindih. Sisik ikan bersifat impermiabel terhadap mikroorganisme

dan senyawa-senyawa yang larut dalam air. Ada empat tipe sisik, yaitu

plakoid, ganoid, sikloid, dan stenoid (Suwedo, 1993).

G.5 Chitosan

Chitosan adalah poli 2-amino-2deoksi-β-D-glukosa, merupakan

kitin yang terdeasetilasi, dimana gugus asetil pada kitin disubstitusikan

oleh hidrogen menjadi gugus amino dengan penambahan larutan basa kuat

berkonsentrasi tinggi (Fernandez,dkk, 2008).

Chitosan adalah produk alami dari chitin, polysaccharide pada

exoskeleton ikan, seperti udang dan rajungan. Bahan dasar Chitosan

antara lain dari sisik ikan. Sisik ikan dihilangkan mineralnya (de-

mineralisai) dengan cara dijemur di bawah sinar matahari karena

organisme laut kaya mineral. Chitosan mempunyai kelebihan dan tingkat

keamanan lebih dibandingkan dengan boraks karena mempunyai gugus

Page 8: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

4

aktif yang akan berikatan dengan mikroba maka chitosan mampu

menghambat pertumbuhan mikroba. Dan sangat menyerap bahan

anorganik dan komponen logam.

Keunikan bahan ini hingga berfungsi sebagai pengawet karena

mempunyai gugus amoni yang bermuatan positif yang dapat mengikat

muatan negatif dari senyawa lain (Roberts, 1992).

Karena sifat kimianya tersebut, khitosan dapat berfungsi sebagai

anti mikrobial, pelapis (coating), pengikat protein dan lemak. Pelapis dari

polisakarida merupakan penghalang yang baik, sebab pelapis jenis ini bisa

membentuk matrik yang kuat dan kompak yang bersifat permiabel

terhadap CO2 dan O2. Sebagai pelapis, khitosan mampu melindungi dan

melapisi bahan makanan sehingga dapat mempertahankan rasa asli dan

menjadi penghalang masuknya mikroba (Suseno, 2006 ; Hardjito, 2006).

G.4 Pembuatan Chitosan

Untuk mendapatkan chitosan, hal pertama yang diperlukan adalah

membuat serbuk chitosan. Caranya sama dengan mengekstraksi chitosan

pada udang. Sisik ikan digiling hingga halus, kemudian serbuknya diayak

menggunakan ayakan 125 mesh. Serbuk yang telah selesai diayak

dimasukkan ke dalam beaker glass untuk preparasi dan analisis chitosan

berikutnya.

a. Proses Deproteinasi dan Demineralisasi

Cuplikan serbuk yang sudah jadi ditambah larutan NaOH 3,5%

dengan perbandingan 1:10 (w/v) . Campuran dipanaskan selama 2 jam

pada suhu 65oC sambil diaduk. Larutan yang diperoleh disaring dan

residu yang dihasilkan dicuci dengan air hingga netral. Residu

selanjutnya dioven pada temperatur 100oC hingga kering. Residu kering

yang diperoleh ditambah dengan larutan HCL 1N dengan perbandingan

1:15 (w/v) dan didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Larutan

disaring dan residu dicuci sampai netral dengan air. Residu selanjutnya

dioven pada suhu 100oC. Kitin yang telah terbentuk dikrakterisasi

dengan FTIR untuk melihat gugus fungsi dari kitin (Mardian Darmanto,

dkk, 2011).

b. Proses Deasetilasi

Serbuk kitin dimasukkan ke labu gelas leher tiga yang dilengkapi

dengan termometer dan selang yang berisi N2. Larutan NaOH 50%

dimasukkan ke dalam labu leher tiga dengan perbandingan 1:10 (w/v).

Kitin di refluks pada temperatur 100oC sambil dialirkan gas N2 selama

1 jam. Larutan yang diperoleh kemudian disaring, filtrat dibuang dan

residu dicuci dengan air sampai pH netral. Residu yang diperoleh

dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC. Chitosan yang telah

terbentuk dikarakterisasi dengan FTIR untuk melihat gugus fungsi dari

chitosan (Mardian Darmanto, dkk, 2011).

H. METODE PELAKSANAAN

H.1 Tempat Penelitian

Laboratorium Center Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Diponegoro, Semarang. Jalan Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang,

Semarang.

Page 9: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

5

H.2 Variabel Penelitian

H.2.1.Variabel Bebas

Serbuk sisik ikan bandeng (Chanos chanos) yang mengandung

chitosan.

H.2.2.Variabel Terikat

Pengawetan pada bakso.

H.3 Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Dalam

penelitian ini memerlukan sampel.

Sampel penelitian merupakan faktor utama yang harus ditentukan

sebelum kegiatan penelitian dilakukan. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu berdasarkan

karakteristik subjek yang telah ditentukan oleh peneliti. Menurut Latipun

(2002), populasi adalah keseluruhan individu atau objek yang diteliti

yang meiliki beberapa karakteristik yang sama. Karakteristik populasi

penelitian ini adalah sebagai berikut: sisik ikan segar yang sejenis (satu

spesies).

H.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan

desain eksperimen posttest dengan kelompok kontrol (posttest only

control group design). Dalam rancangan ini dilakukan randomisasi,

artinya pengelompokan anggota-anggota kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau random (Soekidjo, 200).

Dengan rancangan ini, memungkinkan peneliti mengukur pengaruh

perlakuan (intervensi) pada kelompok eksperimen dengan cara

membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol, tetapi

tidak dilakukan pre test.

Tabel 1.

Format rancangan penelitian posttest only control group design

Kelompok Perlakuan Posttest

R (Eksperimen) X 02

R Kontrol 02

Keterangan :

R : pandomisasi (Randomizations)

X : perlakuan atau eksperimen

02 : pengukuran kedua (posttest)

H.5 Teknik pengumpulan data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan untuk peninjauan langsung ke tempat

penelitian atau melaksanakan eksperimen dalam pengamatan manfaat

chitosan sebagai pengganti boraks pada bakso.

2. Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan

yang bersifat teoritis dalam menyusun landasan penelitian, baik berupa

konsep, definisi yang digunakan sebagai dasar dalam menjelaskan

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Page 10: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

6

H.6 Alat dan Bahan

1. Sisik ikan

2. Padatan NaOH

3. HCL 37%

4. Daging sapi

5. Aquades

6. Tepung kanji

7. Bumbu (rempah)

8. FTIR (FourierTransform Infrared)

9. Ayakan 125 mesh

10. Kertas pengukur pH

11. Oven pengering

12. Peralatan gelas praktikum

13. Pengaduk

14. Kompor gas

15. Gas LPG

16. Panci tanak

17. Pisau

18. Toples

19. Blender

20. Sendok

21. Penumbuk

22. Loyang

23. Ember plastik

H.7 Cara kerja

1. Pembuatan Pengawet Alami dari Sisik Ikan

a. Sisik ikan dicuci, diblender hingga halus, lalu diayak menggunakan

ayakan 125 mesh.

b. Cuplikan serbuk sisik ikan ditambah larutan NaOH 3,5% dengan

perbandingan 1:10 w/v.

c. Campuran dipanaskan selama 2 jam pada suhu 65oC.

d. Larutan disaring dan residu yang dihasilkan dicuci dengan air

hingga netral.

e. Residu di oven hingga kering pada temperatur 100oC.

f. Penambahan larutan HCL 1N dengan perbandingan 1:15 (w/v),

diamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Larutan disaring,

residu dicuci bersih. Residu dioven pada suhu 100oC.

g. Kitin yang terbentuk dimasukkan ke labu gelas leher tiga, ditambah

larutan NaOH 50% dengan perbandingan 1:10 (w/v).

h. Kitin direfluks pada temperatur 100oC sambil dialirkan gas N2

selama 1 jam. Larutan yang diperoleh lalu disaring, residu dicuci

sampai pH netral, dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC.

i. Chitosan yag terbentuk dikarakterisasi dengan FTIR.

2. Pembuatan Bakso

a. Daging di cuci bersih , lalu di blender

b. Campurkan dengan tepung kanji beserta rempah-rempah

Page 11: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

7

c. Setelah adonan tercampur rata , buat tiga perlakuan pada bakso.

Bakso pertama tidak diberi bahan pengawet, bakso kedua diberi

chitosan, bakso ketiga diberi boraks sebagai bahan pengawet

tambahan.

d. Lalu cetak adonan menjadi bulatan bakso.

e. Amati setiap hari perubahan yang terjadi pada ketiga bakso selama

satu minggu.

f. Catat perubahan yang terjadi

H.8 Analisis data

Tabel 2. Pengaruh Chitosan dalam Pengawetan Bakso

Bahan Uji Indikator Tingkat Keawetan

Awet Tidak Awet 1 2 3

Bakso dengan

chitosan

Bakso tanpa

pengawet

Bakso dengan

boraks

I. JADWAL KEGIATAN

Tabel 3. Jadwal Kegiatan PKMP

Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5

1. Persiapan bahan dan

alat

2. Proses produksi

3. Penelitian dan

pengamatan

4. Analisa hasil

pengujian

5. Pembuatan laporan

J. RANCANGAN BIAYA

Rekapitulasi Biaya Pelaksanaan Program:

1. Bahan habis pakai : Rp 285.000,00

2. Peralatan penunjang PKM : Rp 2.900.000,00

3. Peralatan analisis : Rp 3.580.000,00

4. Biaya perjalanan : Rp 500.000,00

5. Biaya pengeluaran lain-lain : Rp 1.000.000,00

JUMLAH Rp 8.265.000,00

Page 12: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

8

Tabel 4. Rancangan biaya

Jenis Pengeluaran Anggaran yang Diusulkan (Rp)

Bahan Habis Pakai

1. Ikan bandeng 4 kg @ Rp 15.000,00

2. Rempah-rempah

3. Tepung kanji

4. Daging sapi

5. Aquades 4 galon @ Rp 10.000,00

6. Gas LPG 3 kg

7. Padatan NaOH

8. HCL 37%

9. Boraks 1L

60.000,00

20.000,00

20.000,00

60.000,00

40.000,00

15.000,00

40.000,00

30.000,00

20.000,00

Jumlah 285.000,00

Peralatan Penunjang PKM

1. Kompor gas

2. Tabung gas LPG 3 kg

3. Panci tanak 2 buah @ Rp 40.000,00

4. Pisau 3 buah @ Rp 10.000,00

5. Toples 1 buah

6. Blender

7. Sendok 3 buah @ Rp 5.000,00

8. Penumbuk

9. Loyang

10. Ember plastik 2 buah @ Rp

30.000,00

11. Oven pengering

12. Peralatan gelas praktikum

800.000,00

75.000,00

80.000,00

30.000,00

30.000,00

80.000,00

15.000,00

80.000,00

50.000,00

60.000,00

800.000,00

800.000,00

Jumlah 2.900.000,00

Peralatan untuk Analisis

1. Alat pengayak 125 mesh

2. Kertas pengukur pH

3. Pengaduk

4. Penyaring Ultra filter

1.800.000,00

30.000,00

50.000,00

1.700.000,00

Jumlah 3.580.000,00

Biaya Transportasi 1. Transportasi bahan baku

2. Transportasi alat penunjang dan

analisis

200.000,00

300.000,00

Jumlah 500.000,00

Biaya Lain-Lain - Sewa alat dan laboratorium

- Pembuatan proposal dan laporan serta

penggandaan

800.000,00

200.000,00

Jumlah 1.000.000,00

Total 8.265.000,00

Page 13: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

9

K. DAFTAR PUSTAKA

Adelaide, dkk. 2011. Identifikasi Parasit pada Bandeng (Chanos chanos).

Jurnal Identifikasi Parasit pada Bandeng.

http://adelaidearsenal.blogspot.com/2011/12/jurnal-identifikasi-parasit-pada-

ikan.html. Diakses tanggal 24 Oktober 2012.

Fernandez,dkk. 2008. Characterization of Antimikrobial Properties on The

Growth of S.aureus of Novel Renewable Blends of Gliadins and Chitosan of

Interest in Food Packaging and Coating Aplications, dalam Studi Analisis

Antibakteri dari Film Gelatin-Chitosan Menggunakan Staphylococcus aureus

oleh Mardian Darmanto, dkk, Prosiding Skripsi Semester Genap 2010/2012

ITS Surabaya.

Githa, 2010. Dampak Formalin Terhadap Kesehatan, dampak Penggunaan

Formalin dan Borax. http://githa.student.umm.ac.id/2010/07/02/dampak-

formalin-terhadap-kesehatan. Diakses tanggal 29 September 2012.

Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.

Mardian Darmanto, dkk, 2011. Studi Analisis Antibakteri dari Film Gelatin-

Chitosan Menggunakan Staphylococcus aureus. Prosiding Skripsi Semester

Genap 2010/2012 ITS Surabaya.

Norman. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan, Edsisi III, di terjemahkan oleh

Muschji Muljoharjo. Jakarta : Penerbit UI.

Remajagaptek. 2011. http://www.remajagaptek.com/2011/10bahaya-

borax.html?m=1. Diakses tanggal 1 Oktober 2012.

Roberts. 2006. Dalam Pengaruh Konsentrasi Khitosan Terhadap Mutu Ikan

Teri (Stolephorus heterolubus) Asin Kering Selama Pentimpanan Suhu

Kamar. Tesis oleh sri Sedjati, 2006. Semarang : Universitas Diponegoro.

Soekidjo Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

Suharjo dan Noor Harini. 2005. Ekstrak Chitosan dari Cangkang Udang

Windu (Penaeus Monodon Sp.) Secara Fisik-Kimia (Kajian Berdasarkan

Ukuran Partikel Tepung Chitin dan Konsentrasi NaOH). GAMMA volume 1

No.1, September 2005 : 7-15.

Suseno, 2006 ; Hardjito, 2006. Dalam Pengaruh Konsentrasi Khitosan

Terhadap Mutu Ikan Teri (Stolephorus heterolubus) Asin Kering Selama

Pentimpanan Suhu Kamar. Tesis oleh sri Sedjati, 2006. Semarang :

Universitas Diponegoro.

Page 14: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

10

Suwedo Hadiwiyoto. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan.

Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

L. LAMPIRAN

1. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA KELOMPOK

1.1 Ketua Pelaksana Kegiatan

Nama Lengkap : Fathin Faridah

NIM : 25010111120063

Fakultas/Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro

Waktu untuk kegiatan PKM : 6 jam/minggu

Tempat, tanggal lahir : Surakarta, 23 Oktober 1992

Alamat : Sawahan Ngemplak Boyolali

Rt01/01 57375

E-mail : [email protected]

Pengalaman organisasi :a.Staf Divisi Humas Penalaran

Ilmiah Research Club FKM

UNDIP 2012

b. Staf Departemen Kebijakan

Publik BEM FKM UNDIP 2012

CP : 089669208558

Riwayat Pendidikan : MI-Al Akbar Sawahan

SMP N 1 Surakarta

SMA N 4 Surakarta

FKM UNDIP (sekarang)

Ketua Pelaksana

Fathin Faridah

1.2.Anggota Pelaksana

Anggota 1

Nama Lengkap : Anisatul Khafidzoh

NIM : 25010112120094

Fakultas/Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro

Waktu untuk kegiatan PKM : 6 jam/minggu

Tempat, tanggal lahir : Kendal, 30 Mei 1994

Alamat : Desa lumansari Rt. 01/Rw.04

Gemuh Kendal

E-mail : [email protected]

Pengalaman organisasi : Sekertaris II OSIS MAN Kendal

(2009-2010)

Sekertaris Rebana “Nurul Fajar”

MAN Kendal (2009-20120)

Page 15: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

11

CP : 081901206852

Riwayat Pendidikan : SDN Kangkung

SMP NEGERI 1 Cepiring

MAN Kendal

FKM UNDIP (sekarang)

Anggota Pelaksana

Anisatul Khafidzoh

Anggota 2

Nama Lengkap : Dewi Mustikawati

NIM : 25010112130146

Fakultas/Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro

Waktu untuk kegiatan PKM : 6 jam/minggu

Tempat, tanggal lahir : 28 Oktober 1993

Alamat : Karanglo20/07, Soropaten,

Karanganom,Klaten

E-mail : [email protected]

CP : 083865967900

Riwayat Pendidikan : SDN 2 Soropaten

SMP N 2 Karanganom

SMA N 1 Jatinom

FKM UNDIP (sekarang)

Anggota Pelaksana

Dewi Mustikawati

Anggota 3

Nama Lengkap : Nofi Anggraeni

NIM : 25010112120093

Fakultas/Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro

Waktu untuk kegiatan PKM : 6 jam/minggu

Tempat, tanggal lahir : Banjarnegara, 2 Nopember 1993

Alamat : Desa Blambangan Rt 03/07,

Bawang,Banjarnegara.

E-mail : [email protected]

CP : 08996646294

Page 16: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

12

Riwayat Pendidikan : SDN 1 Blambangan

SMP Negeri 1 Bawang

SMA Negeri 1 Bawang

FKM UNDIP (sekarang)

Anggota Pelaksana

Novi Anggraeni

Anggota 4

Nama Lengkap : Mei Tika Isdarini

NIM : 25010112120091

Fakultas/Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro

Waktu untuk kegiatan PKM : 6 jam/minggu

Tempat, tanggal lahir : Bantul, 29 Mei 1994

Alamat : Pucanganom,Murtigading, Sanden,

Bantul,Yogyakarta.

E-mail : [email protected]

CP : 08571364967

Riwayat Pendidikan : SD 1 Sanden

SMP 1 Sanden

SMA 2 Bantul

FKM UNDIP (sekarang)

Anggota Pelaksana

Mei Tika Isdarini

2. BIODATA DOSEN PENDAMPING

Nama Lengkap : Yudhy Dharmawan, S.KM, M.Kes

Tempat/tanggal lahir : Rembang, 9 Februari 1977

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat Rumah : Jl. Borobudur Utara 21 No.19,

Semarang

CP : 08122838653

E-mail : [email protected]

Pekerjaan : Dosen

Golongan Pangkat/ NIDN : III B/ 0609027702

Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Page 17: Pkm p-12-undip-fathin-chitosan pada sisik ikan

13

Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro

Alamat Institusi : Kampus UNDIP Tembalang,

Jl.Prof.Soedarto, Semarang 50275

Bidang Keahlian : Biostatistika dan Sistem Informasi

Kesehatan

Pendidikan : a. Sarjana Kesehatan Masyarakat

(Universitas Diponegoro, 2000)

b. Magister Kesehatan (Universitas

Diponegoro, 2006)

Dosen Pendamping

Yudhy Dharmawan, S.KM, M.Kes