USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA DYECER ( Eksplorasi Limbah Kulit Buah Bintaro ( Cerbera odollam ) sebagai Solusi Alternatif Zat Pewarna Alami ) BIDANG KEGIATAN : PKM-GAGASAN TERTULIS Diusulkan oleh : NELA NURLELASANI ( 3425120266/2012 ) PRATIWI PHUSPITA NINGRUM ( 3425120265/2012 ) SEPTIANA ANGGRAINI PRATIWI ( 3425122226/2012 ) MOCHAMMAD ALDI MAULUDIN ( 5215122659/2012 ) UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA JAKARTA 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
DYECER
( Eksplorasi Limbah Kulit Buah Bintaro ( Cerbera odollam ) sebagai Solusi
Alternatif Zat Pewarna Alami )
BIDANG KEGIATAN :
PKM-GAGASAN TERTULIS
Diusulkan oleh :
NELA NURLELASANI ( 3425120266/2012 )
PRATIWI PHUSPITA NINGRUM ( 3425120265/2012 )
SEPTIANA ANGGRAINI PRATIWI ( 3425122226/2012 )
MOCHAMMAD ALDI MAULUDIN ( 5215122659/2012 )
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JAKARTA
2014
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN USULAN PKM-GT ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
DAFTAR GAMBAR iv
RINGKASAN v
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah 1
Tujuan 2
Manfaat 2
GAGASAN
Kondisi kekinian 3
Solusi yang pernah ditawarkan 4
Gagasan yang diajukan 4
Pihak-pihak yang mengimplimentasikan 5
Langkah-langkah Strategis 6
Analisis SWOT 6
KESIMPULAN
Inti Gagasan 7
Prediksi Keberhasilan Gagasan 7
DAFTAR PUSTAKA 8
LAMPIRAN 9
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Buah Bintaro 1
Gambar 2. Pohon Bintaro 2
Gambar 3a. Contoh Batik Indonesia 5
Gambar 3b. Proses pewarnaan batik 5
Gambar 4. Pengembangan Produk Inovasi 6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota 9
Lampiran 2. Surat pernyataan Ketua Tim 13
v
DYECER
( Eksplorasi Limbah Kulit Buah Bintaro ( Cerbera odollam ) sebagai Solusi
Alternatif Zat Pewarna Alami )
Nela Nurlelasani, Pratiwi Phuspita N., Septiana Anggraini P.
Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, jakarta13220
Website: http://www.unj.ac.id
RINGKASAN
Dyecer merupakan salah satu alternative produk perwarna alami yang berasal
dari tanaman. Tanaman yang digunakan ialah tanaman bintaro ( Cerbera odollam ) yang
merupakan dri suku apocynaceae. Tanaman yang digunakan ialah kulit buah bintaro.
Kulit buah bintaro memiki kandungan metabolit sekunder seperti tanin, antosianin dan
flavonoid. Kandung tersebut merupakan bahan yang digunakan dalam pembuatan warna
dengan proses ekstraksi.
Keunggulan dari ‘dyecer’ ini ialah ketersediaan bahan yang melimpah karena
ekplorasi ini dilakukan dengan pengadaan konservasi tanaman bintaro ini dan
mengurangi pencemaran lingkungan yang terjadi. Pencemaran lingkungan ini berupa
air yang tercemar akibat adanya senyawa-senyawa yang berbahaya bagi tumbuhan.
Maka dari itu, gagasan ini inginmengeksplorasi tanaman bintaro guna menghasilkan
pewarna alami yang ramah lingkungan.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Tanaman Bintaro merupakan salah satu tanaman tahunan yang banyak dijumpai
sebagai pohon penghijauan, peneduh, dan penghias kota (Rohimatun, 2011). Tanaman
bintaro dapat tumbuh di daerah yang ekstrim sehingga mudah untuk dibudidayakan.
Tanaman ini belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga nilai ekonominya masih
rendah (Greg, 2011). Akibatnya banyak hasil limbah bintaro ini yang belum dapat
diolah secara maksimal. Salah satu hasil limbah dari bintaro yang kurang mendapat
perlakuan khusus adalah buah bintaro. Tanaman bintaro dapat digolongkan sebagai
tanaman nonpangan karena kandungan racun pada biji bintaro yang menyebabkan buah
bintaro tidak dapat dimakan. Racunnya mengandung suatu glikosida yang disebut
Cerberin (Siti, 2013). Cerberin merupakan racun yang dapat menghambat saluran ion
kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga dapat mengganggu detak jantung dan
dapat menyebabkan kematian. Bahkan asap dari pembakaran kayunya pun juga dapat
menyebabkan keracunan (Anonim, 2011). Buahnya belum mendapat perlakuan khusus
sehingga hanya dijadikan sebagai limbah. Di sepanjang jalan, terlihat buah bintaro yang
dibiarkan jatuh hingga membusuk.
Gambar 1. Buah Bintaro
(sumber : green.kompasiana.com)
Tanaman Bintaro yang rindang memiliki warna yang menarik baik itu daunnya
yang hijau dan kemerahan , buahnya pun memiliki warna hijau dan bercampur warna
kemerahan yang menarik. Zat warna terbagi menjadi 2 macam yaitu zat warna sintetis
(buatan) dan zat warna alami. Umumnya zat pewarna alami ditemukan dari bahan yang
berasal dari tumbuhan. Misalnya, bagian tumbuhan yang dapat digunakan untuk
pewarnaan alam adalah daun, bunga, batang, buah, akar maupun biji dari tumbuhan
(Siti, 2013). Pada Tanaman Bintaro ini mempunyai beberapa senyawa hasil metabolit
sekunder yang dapat digunakan dan diolah kembali. Daun, buah dan batang bintaro
mengandung saponin, daun dari buahnya juga mengandung polifenol, disamping itu
batangnya mengandung tanin (Anonim, 2011).
2
Gambar 2. Pohon bintaro
(sumber : green.kompasiana.com)
Tanin merupakan suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, yang
bereaksi dengan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya
termasuk asam amino dan alkaloid. Pada buah bintaro terdapat juga kandungan
flavonoid dan antosianin. Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan
paling tersebar luas dalam tumbuhan. Antosianin merupakan turunan suatu struktur
aromatik tunggal, yaitu sianidin dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini
dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi.
Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok flavon.
Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Senyawa ini tergolong pigmen dan
pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa
paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80% dari pigmen
daun tumbuhan, 69% dari buah-buahan dan 50% dari bunga. Kebanyakan warna bunga
merah dan biru disebabkan antosianin (Ariviani, 2010). Pada awalnya proses pewarnaan
tekstil menggunakan zat warna alami dari zat pigmen warna tersebut, namun pada
jaman sekarang dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan modern
membuat zat pewarna alami semakin jarang digunakan untuk pewarna tekstil (Siti,
2013). Berdasarkan masalah tersebut, kami mengajukan gagasan berupa “Dyecer”.
“Dyecer” berasal dari kata Dye yang berarti pewarna dan Cer yang diambil dari nama
latin tanaman Bintaro, yaitu Cerbera Odollam. “Dyecer” merupakan salah satu inovasi
produk yang kami ajukan sebagai produk bahan pewarna alami yang berasal dari limbah
kuilt bintaro
Tujuan
Tujuan dari penyusunan PKM ini adalah untuk mengeskplorasi limbah kulit
buah bintaro sebagai alternatif zat pewarna alami.
Manfaat
Manfaat dari penyusunan PKM ini adalah
1. Masyarakat
1. Masyarakat bisa menggunakan “Dyecer” ini dalam hal kewirausahaan
karena dengan memakai kulit buah bintaro yang tidak memerlukan
modal besar
2. Mengurangi limbah Buah Bintaro yang terdapat di sepanjang jalan
3
3. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat bahwa kulit
buah bintaro ini dapat dimanfaatkan sebagain pewarna tekstil alami
4. Masyarakat bisa menambah nilai ekonomis dari buah Bintaro dengan
mempromosikan produk “Dyecer”
5. Menghilangkan pandangan masyarakat terhadap bahaya tanaman Bintaro
2. Pemerintah
1. Memberikan informasi kepada pihak pemerintah, bahwa salah satu
sumber daya alam ini dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna alami,
yaitu kulit buah Bintaro
2. Pemerintah dapat mensosialisasikan produk “Dyecer” ini sebagai bahan
pewarna tekstil alami
3. Mahasiswa
1. Mengetahui komposisi zat alami pada kulit buah bintaro sebagai bahan
pewarna alami
2. Dapat meningkatan konservasi alam terutama pada tanaman bintaro
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Bintaro sebagai tanaman peneduh kota dan penyerap karbon di udara.
Banyaknya tanaman bintaro, maka meningkatkan limbah buah dan daun yang gugur.
Hampir seluruh bagian tanaman Bintaro mengandung racun cerberin. Cerberin
merupakan racun yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung
manusia, sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian.
Namun, kulit buah bintaro memiliki zat tanin yang berpotensi sebagai zat pewarna
alami.
Chang et al. (2011) mengatakan hampir semua zat pewarna yang digunakan
industri tekstil adalah azo dyes. Sintetis azo dyes dapat menghasilkan kloroanilin
(Sutthivaiyakit et al., 2005). Kloroainin adalah senyawa recalcitrant di tanah dan air
yang bila terpapar ke manusia dapat menyebabkan terganggunya transfer oksigen oleh
darah, bersifat karsinogen dan dapat merusak embrio, hati dan ginjal (Sofiyah, 2011).
Selain itu, beberapa sungai yang bermuara ke bengawan Solo sudah tercemar limbah
pewarna tekstil. Berdasarkan penelitian pada akhir tahun 2006, air sungai bengawan
Solo di sekitar Sukoharjo hingga Sragen sudah tercemar logam berat yang melewati
ambang batas, seperti Chrom dan cadmium.
Zat pewarna teksil alami tentu lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan zat
pewarna sintetis. Zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagi komoditas
unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik
yang unik, etnik dan ekslusif. Eksplorasi sumber-sumber zat warna alam dari potensi
sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Eksplorasi dimaksudkan untuk
mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai tenaman di Indonesia
untuk pencelupan tekstil. Pembuatan zat warna alam untuk pewarnaan bahan tekstil
dapat dilakukan menggunakan teknologi dan peralatan yang cukup rumit. Sebagai
indikasi awal, tanaman yang di pilih sebagai zat pewarna alami adalah jika bagian
tanaman digoreskan pada permukaan putih, maka akan menghasilkan berkas goresan
4
berwarna (Anonim 2011). Kulit buah bintaro akan menghasilkan goresan warna coklat
kemerahan pada kain putih, dan ini merupakan warna dasar Batik Etnik di Indonesia
dominan berwarna coklat. Batik Indonesia merupakan salah satu warisan budaya
Indonesia yang mendunia dan telah diakui dunia melalui UNESCO pada Oktober 2009
karena batik Indonesia memiliki filosofi, bermakna dan mempunyai berbagai symbol
yang bermanfaat bagi masyarakat untuk menjadi pedoman kehidupan (Anonim 2013).
Sebagai bangsa Indonesia, harus melestarikan batik dengan berbagai upaya agar batik
Indonesia semakin mendunia.
Solusi yang Pernah Ditawarkan
Sejak jaman Romawi, orang-orang kaya menggunakan pakaian yang diwarnai
dengan pewarna yang diambil dari alam. Saat ini penggunaan pewarna alami kurang
eksis dibandingkan dengan penggunaan pewarna sintetis karena pengolahannya yang
cukup rumit. Beberapa tanaman yang diolah sebagai pewarna alami untuk bahan tekstil
diantaranya adalah 1.tanaman tarum (Isatis tinctoria) menghasilkan warna biru,
2.Reseda luteola penghasil wana kuning, 3.Rubia tincortum pengasil warna merah,
4.Haematoxylon campechianum penghasil warna hitam, 5.kulit batang jeruk penghasil
warna kuning, 6.ketapang penghasil warna coklat kehitaman, 7.akar mengkudu
(Morinda citrifolia) penghasil warna merah, 8.biji buah sumba (Bixa orrelana)
penghasil warna orange, 9.batang dan daun nila (Indigofera sp.) penghasil warna biru,
10.soga (Peltophorum pterocarpumi) penghasil warna merah kecoklatan, 11.buah
pinang memberi warna coklat kemerahan atau hitam pada bahan katun dan wol. 12.kayu
nangka pemberi warna kuning pada katun dan sutra, 13.bunga safflower memberi warna
merah sampai kuning pada sutra, katun atau lien, 14.bunga kembang telang memberii
warna hijau sampai biru pada kain, 15.daging buah kepala memberi warna hijau pada
kain sutra, 16.rimpang kunyit memberi warna kuning-coklat pda kain katun dan sutra,
17.Mundu memberi warna coklat pada kain, 18.buah harendong memberi warna hitam
pada kain, 19.jambu biji memberi warna hitam pada sutra dan katun, 20.kayu angsana
memberi warna merah pada katun dan wol, 21.bunga tembelekan memberi warna
kuning pada kain sutra.
Gagasan yang Diajukan
Pemanfaatan kulit buah bintaro dapat mengurangi jumlah limbah taman kota dan
dapat mengurangi resiko hewan yang keracunan akibat memakan buah bintaro yang
mirip dengan buah mangga dan mengandung racun cerberin. Selain pengurangan
limbah kota akibat gugurnya buah bintaro, pemanfaatan ini juga dapat mengurangi
limbah sungai akibat pewarna sintetis. Penggunanan pewarna alami pada industri tekstil
juga dapat meningkatkan harga jual produksi yang menguntungkan bagi produsen.
Konsumen sekarang lebih bijak dalam memilih bahan dan corak warna pakaian.
Pakaian dengan menggunakan pewarna alami lebih menimbulkan efek etnis yang lebih
kental. Buah bintaro memiliki kandungan tanin yang dapat memberikan warna coklat
kemerahan sehingga pemanfaatanya menjadi lebih maksimal jika dijadikan sebagai
pewarna alami pada tekstil, khususnya pewarna pada batik.
5
(a) (b)
Gambar 3. (a) Batik Indonesia, (b) Proses pewarnaan batik
(sumber : google.com)
Pihak-pihak yang dapat mengimplementasikan gagasan
Dyecer sebagai inovasi produk pewarna tekstil alami menjadi solusi bagi
permasalahan pada pewarnaan tekstil sintetis dan „dyecer‟ ini akan diproduksi dan
didistribusikan dengan baik jika dalam implementasi gagasannya terdapat partisioasi
aktif dari berbgai pihak :
Tabel 1. Pihak yang mengimplementasikan gagasan dan peranannya
Pelaksanaan Peranan
Kementrian Lingkungan Hidup
Indonesia Mendaur ulang limbah
Membantu mengurangi pencemaran
lingungan
Adanya peningkatkan program
menanam untuk masyarakat
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah (KUKM) Melakukan bimbingan
kewirausahaan kepada masyaraat
Peluang usaha dengan produk baru
Kementrian Perdagangan Indonesia Mensosialisasikan produk pewarna
alami
Mengembangkan produk ini sebagai
produk jangka panjang
Memasarkan produk „dyecer‟ ini
kepada masayarakat
Kementrian Kehutanan Memberikan data tanaman sebagai
alternatif pembuatan zat pewarna
Masyarakat Umum Penggunaan pewarna testil yag
ramah lingkungan
Mengelola pewarna alami
6
Langkah-langkah strategis
Gambar 4. Pengembangan Produk Inovasi
(Sumber: Anonim, 2013 disertai pengembangan oleh penulis )
Inovasi produk pewarna alami ini menerapkan limbah kulit bintaro ( Cerbera
odollam ) sebagai bahan dasar produk pewarna alami. Pada inovasi ini memiliki
kelebihan diantaranya :
1. Produk yang dihasilkan akan dengan mudah mendapatkan legalitas produk yang
diperoleh dari pihak-pihak yang mengimplementasikan gagasan ini
2. Memudahkan sosialisasi ke masyarakat
3. Mengurangi pencemaran lingkungan akibat tidak terkontrolnya limbah buah
bintaro ( Cerbera odollam )
Adapun ada beberapa kelemahan pada inovasi ini ialah produksi hanya pada saat
masa berbuah, munculnya warna yang kurang pekat pengurangan bahan kimia. Namun,
melalui altenatif ini, masyarakat lebih aman menggunakan bahan tekstil dan membantu
pendapatan masyarakat dari segi ekonomi, sehinngga mengurangi angka kemiskinan.
Analisi SWOT
Analisis SWOT terhadap inovasi pewarna alami ini diantaranya :
Strenght (Kekuatan)
1. Memberi kesempatan untuk usaha kecil secara langsung sehingga berperan dalam
pemberdayaan kesejahteraan masyarakat
2. Ketersediaan bahan yang melimpah karana adanya konservasi dari tanaman
bintaro.
3. Memberikan warna yang khas dan unik pada bahan yang akan digunakan
4. Adanya inovasi pewarna alami tekstil yang ramah lingkungan
Kementrian
Perdagangan
Indonesia
Limbah kulit buah
bintaro
Proses Ekstraksi
Kementrian Lingkungan
Hidup
Sosialisasi
KKUM (Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah )
Sosialisasi Promosi
Pemasaran
Masyarakat
Penerapan
dukungan
Produksi
Lanjutan
Produksi Zat
Warna
7
Weakness (Kelemahan) 1. Ketersediaan warna yang dihasilkan terbatas
2. Pengolahan produk pewarna alami yang memerlukan alat yang sesuai dan waktu
yang cukup lama.
Oportunity (Peluang)
1. Meningkatkan kelestarian budaya terutama dalam bahan tekstil berupa kain
katun untuk pembuatan kain batik yang memerlukan pewarna alami dalam
pembuatannya sehingga meghasilkan warna yang khas dan menjadi etnik bagi
kebudayaan Indonesia
Treaths (Ancaman/Gangguan)
1. Proses berkelanjutan Produk pada sektor perdagangan secara nasional maupun
internasional memerlukan perancangan yang matang dari segi produksi dan
distributor
2. Ketersediaan bahan yang tidak siap pakai sehingga memerlukan cara proses
khusus untuk dijadikan pewarna alami
Cara Mengatasi Kelemahan Dan Ancaman Yang Memungkinkan Ada
Berdasarkan analisis SWOT yang telah diuraikan, gagasan ini memiliki
kelemahan dan ancaman yang kemungkinan akan terjadi pada pelaksanaannya, maka
dari itu, perlu dilakukan beberapa cara untuk menangani hal tersebut diantaranya :
1. Bekerjasama dengan Kementrian perdagangan sehingga mempermudah untuk
produk pewarna alami ini pada sektor pasar nasional maupun internasional
2. Pengadaan jumlah stok yang banyak pada saat produksi
3. Warna yang dibutuhkan dilakukan dengan menambahkan atau mengurangi
bahan pada saat pembuatan.
KESIMPULAN
a. Inti Gagasan
Gagasan yang diajukan dalam penulisan ini ialah Produk Pewarna Alami
sebagai solusi alternatif dalam mengurangi limbah yang mencemari lingkungan
sekaligus sebagai zat pewarna alami guna mengembangkan perekonomian
masyarakat.
Dyecer ini merupakan inovasi pewarna alami yang mengeksplorasi limbah
kulit buah bintaro dimana produk ini diharapkan meningkatka kesadaran
masyarakat akan pentingnya lingkungan.
b. Prediksi Keberhasilan gagasan
Melalui gagasan ini manfaat yang dapat dihasilkan yaitu terciptanya produk zat
pewarna alami yang ramah lingkungan, meningkatnya pendapatan masyarakat, serta
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih
dengan mengurangi pencemaran lingkungan di masyarakat sekitar.
8
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. http://m.suaramerdeka.com. Diakses pada Maret 2014
_______.2014. Batik Indonesia Semakin Mendunia.http://www.voaindonesia.com.
Diakses pada maret 2014
_______.2013. Tumbuhan Penghasil Warna Alami. http://update-24-per-
7.blogspot.com. Diakses pada Maret 2014
______. 2013. Penghasil Pewarna Bahan Tekstil. http://www.koran-sindo.com.
Diakses pada Maret 2014
________. 2012. Makalah Saponin. http : // www.education.com. Diakses pada Februari
2014
________.2011. bintaro buah beracun yang berguna.
http://green.kompasiana.com/penghijauan/ Diakses pada Februari 2014
Ariviani, S. 2010. Total Antosianin Ekstrak Buah Salam dan Korelasinya dengan
Kapasitas Anti Peroksidasi pada Sistem Linoelat. AGROINTEK Vol 4, No.2