PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERBASIS SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE)
7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS PADASISWA SMA KELAS X POKOK BAHASAN
ELEKTROMAGNETIKTesis S-2Program Studi Magister Pendidikan
Fisika
diajukan olehIrma Rosa Indriyani10841008FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN FISIKA UNIVERSITAS
AHMAD DAHLANYOGYAKARTA2013PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERBASIS SIKLUS
BELAJAR (LEARNING CYCLE) 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMA KELAS X
POKOK BAHASAN ELEKTROMAGNETIKYang dipersiapkan dan disusun oleh:
Irma Rosa Indriyani10841008Telah disahkan olehDosen Pembimbing
Tesis Program Pascasarja Pendidikan FisikaFakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Tanggal : 17
September 2013
iiTESISPENGEMBANGAN LKS FISIKA BERBASIS SIKLUS BELAJAR (LEARNING
CYCLE) 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMA KELAS X POKOK BAHASAN
ELEKTROMAGNETIK
Yogyakarta, September 2013Direktur Program PascasarjaUniversitas
Ahmad Dahlan YogyakartaProf. Dr. H. Achmad Mursyidi, M.Sc.,
AptiiiHALAMAN PERNYATAANYang bertandatangan dibawah ini: Nama :
Irma Rosa Indriyani NIM : 10841008Program Studi : Magister (S2)
Pendidikan Fisika, Program PascasarjanaUniversitas Ahmad Dahlan
YogyakartaDengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul
Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7e
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Mengembangkan Kemampuan
Berpikir Kritis Pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan
Elektromagnetik merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatau perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya dalam tesis ini tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.Yogyakarta, September
2013PenulisIrma Rosa IndriyaniivMOTTOLebih baik berjalan hanya satu
langkah tapi pasti, daripada berlari tanpa arah
(Penulis)
Ketika kita bermimpi, ketika itu juga belajar menjadi
pemberani
(Penulis)vPERSEMBAHANKarya Kecil dan Sederhana ini Aku
persembahkanUntukPenyemangat, Ayah dan MamakSi kembar, Adekku, Dini
dan DikaImam keluarga ku, Pendamping hidupkuviKATA
PENGANTARAssalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.Alhamdulillahirobbilalamin. Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah dan
inayah-Nya serta hanya karena kekuatan dan bimbingan-Nya lah, tesis
ini dapat penulis selesaikan. Terimakasih penulis sampaikan kepada
segenap pihak yang memberikan bimbingan, dorongan, serta semangat.
Terimakasih penulis ucapkan kepada :1. Prof. Dr. H. Achmad
Mursyidi, M.Sc., Apt. selaku Direktur PascasarjanaUniversitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta atas diberikannya izin penelitian.2. Bapak Dr.
Moh. Toifur selaku Kaprodi Program Pascasarjana PendidikanFisika
atas izin penelitian dan penunjukan dosen pembimbing.3. Bapak Dr.
Dwi Sulisworo selaku dosen pembimbing yang telah sabar bersedia
membrikan bimbingan, pengarahan, masukan serta meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan sampai selesainya tesis ini.4. Kepala
sekolah, guru fisika, para staf, serta para siswa SMANegeri 2
Bantul atas izin, kesempatan, bantuan, serta kerjasamanya sehingga
penelitian dapat berjalan dengan baik5. Bapak Sri dan Kholis selaku
guru SMA Negeri 2 Bantul atas bantuan yang diberikan selama proses
pengambilan data penelitian.6. Ayah dan Mamak yang telah memberikan
segenap cinta dan kasih sayang,yang selalu mendoakan atas
kesuksesannya anaknya, dukungan dan motivasi.viiTanpa Ayah dan
mamak, anakmu tidak pernah akan menuju gerbang kesuksesan.7. Adikku
tercinta, Dika dan Dini, yang sama- sama lagi berjuang untuk
menjadi sarjana, yang selalu membrikan semangat untuk ayuk.8.
Gilang, yang selalu mendorongku untuk cepat selesai dan selalu
sabar untuk menunggu ku menyelesaikan kuliah ini.9. Teman-teman
mahasiswa program studi magister pendidikan fisika UAD, yang telah
memberikan bantuan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung.10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu, atas bantuan yang telah diberikan, baik selama penelitian
maupun penyusunan tesis ini.Penulis menyadari bahwa tesis ini masih
jauh dari sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
perbaikan dan kesempurnaan karya penulis di kemudian hari. Akhirnya
penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca. Amin.Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.Yogyakarta, September 2013PenulisviiiDAFTAR
ISIHalamanHALAMAN JUDUL
......................................................................
i HALAMAN PERSETUJUAN
........................................................ ii HALAMAN
PENGESAHAN
......................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN
........................................................ iv HALAMAN
MOTTO
.....................................................................
v HALAMAN PERSEMBAHAN
...................................................... vi KATA
PENGANTAR
....................................................................
vii DAFTAR ISI
..................................................................................
ix DAFTAR TABEL
..........................................................................
xii DAFTAR GAMBAR
......................................................................
xiii DAFTAR
LAMPIRAN...................................................................
xiv
INTISARI.......................................................................................
xv ABSTRAK
.....................................................................................
xvi I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah
.................................................... 1B.
Identifikasi Masalah
.......................................................... 7C.
Batasan Masalah
............................................................... 7D.
Rumusan Masalah
............................................................. 8E.
Tujuan Penelitian
.............................................................. 8F.
Manfaat Penelitian
............................................................ 9ixII.
KAJIAN PUSTAKAA. Kajian Pustaka
.................................................................
101. Pembelajaran Fisika
...................................................10
2. Lembar Kegiatan Siswa
...............................................12
3. Learning Cycle
...........................................................17
4. Hasil Belajar Fisika
.....................................................24
5. Berpikir Kritis
.............................................................27
6. Materi Gelombang Elektromagnetik
............................34
B. Penelitian yang Relevan
....................................................42
C. Kerangka berfikir
..............................................................43
III.METODE PENELITIANA. Desain Penelitian
..............................................................46
B. Prosedur Penelitian
...........................................................42
C. Uji Coba Produk
..............................................................55
IV.PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIANA. Hasil Penelitian
................................................................64
B. Data Uji Coba
..................................................................71
C. Pembahasan
.....................................................................83
V.KESIMPULAN DAN SARANA.
Kesimpulan......................................................................93
xB. Keterbatasan Penelitian
....................................................93
C. Saran Pemanfaatan, Desiminasi, Pengembangan produk
Lanjut
..............................................................................94
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................
96LAMPIRAN
..................................................................................
100xiDAFTAR TABELhalamanTabel 2.1 Rumusan-rumusan berpikir
kritis.............................................. 29Tabel 3.1
Kriteria Skor
............................................................................
59Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas
skor...........................................................
61Tabel 4.1 Konversi Skor
..........................................................................
72Tabel 4.2 Data hasil penilaian ahli materi dari aspek kelayakan
isi........... 73Tabel 4.3 Data hasil penilaian ahli materi dari
aspek kebahasaan ............. 73Tabel 4.4 Data hasil penilaian
ahli media dari aspek penyajian ................ 74Tabel 4.5 Data
hasil penilaian ahli media dari aspek kegrafikan ...............
74Tabel 4.6 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek kelayakan
isi........... 75Tabel 4.7 Data hasil penilaian guru fisika dari
aspek ................................ 75Tabel 4.8 Data hasil
penilaian guru fisika dari aspek penyajian ................ 76Tabel
4.9 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek
kegrafikan............... 76Tabel 4.10 Data hasil penilaian teman
sejawat dari aspek kelayakan isi.... 77Tabel 4.11 Data hasil
penilaian teman sejawat dari aspek kebahasaan ...... 78Tabel 4.12
Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek penyajian .........
78Tabel 4.13 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek
kegrafikan ....... 79Tabel 4.14 Konversi Kategori
.................................................................
80Tabel 4. 15 Distribusi frekuensi keterampilan berpikir kritis
.................... 80Tabel 4.16 Uji Normalitas
........................................................................
81Tabel 4.17 Hasil Analisis ones sample
t-test............................................. 82xiiDAFTAR
GAMBARHalamanGambar 2.1 Bagan perubahan 5E menjadi 7E
......................................19
Gambar 2.2 Arah rambat gelombang
elektromagnetik..........................Gambar 2.3 Urutan spektrum
gelombang elektromagnetik35
berdasarkan frekuensi dan panjang gelombang
..................37
Gambar 2.4 Kerangka berpikir
.............................................................45
Gambar 3.1 Tahap
pendefinisian..........................................................47
Gambar 3.2 Tahap perancangan
...........................................................47
Gambar 3.3 Tahap pengembangan
.......................................................48
Gambar 3.4 Tahap penyebaran
.............................................................48
Gambar 4.1 Diagram Penilaian LKS pada Aspek Kelayakan Isi
...........86
Gambar 4.2 Diagram Penilaian LKS pada Aspek
Kebahasaan..............87
Gambar 4.3 Diagram Penilaian LKS pada Aspek Penyajian
.................88
Gambar 4.4 Diagram Penilaian LKS pada Aspek Kegrafikan
...............89
Gambar 4.5 Diagram Distribusi frekuensi kemampuan berpikir
kritis siswa90
xiiiDAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Instrumen penilaian kualitas LKS
oleh ahli materi..............hal100
Lampiran 2. Instrumen penilaian kualitas LKS oleh ahli media
..............104
Lampiran 3. Instrument penilaian kualitas LKS oleh guru
......................108
Lampiran 4. Instrument penilaian kualitas LKS oleh teman sejawat
.......114
Lampiran 5. Rekapitulasi penilaian LKS dari ahli materi
.......................120
Lampiran 6. Rekapitulasi penilaian LKS dari ahli media
........................121
Lampiran 7. Rekapitulasi penilaian LKS dari guru
.................................122
Lampiran 8. Rekapitulasi penilaian LKS dari teman sejawat
..................124
Lampiran 9. LKS Learning Cycle 7E
.....................................................126
Lampiran 10. Lembar observasi kemampuan berpikir kritis
siswa..........152
Lampiran 11.
RPP..................................................................................153
Lampiran 12. Soal sebelum validasi
.......................................................159
Lampiran 13. Validasi
soal.....................................................................166
Lampiran 14. Soal setelah validasi
.........................................................173
Lampiran 15. Nilai hasil belajar
siswa....................................................180
Lampiran 16. Data kemampuan berpikir kritis siswa
..............................181
Lampiran 17. Normalitas data
...............................................................182
Lampiran 18. Uji One Sampel T-test
......................................................183
Lampiran 19. Dokumentasi Foto
Penelitian............................................184
Lampiran 20. Surat-surat penelitian
.......................................................185
xivIrma Rosa Indriyani : Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus
Belajar (Learning Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas X
Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik. Tesis. Yogyakarta,
Universitas Ahmad Dahlan,2013.INTISARIPenelitian ini bertujuan
menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis learning cycle 7E
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa sehingga
layak digunakan dalam pembelajaran SMA Negeri 2 Bantul. Kelayakan
LKS ditinjau dari aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek
penyajian, dan aspek kegrafikan, sehingga dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, dan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa.Penelitian ini merupakan penelitian
Research and Development (R&D). pengembangan dilakukan dengan
mengacu pada model 4-D dengan tahapan Definition, Design,
Development, dan Dissemination. Objek uji coba penelitian ini
adalah siswa SMA N 2 Bantul sejumlah 30 orang. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang merupakan validasi LKS dari ahli media,
ahli materi, guru dan teman sejawat serta kuesioner untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dan tes digunakan
sebagai peningkatan hasil belajar setelah menggunakan LKS learning
cycle 7E yang dianalisis dengan one sample t-test.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan ditinjau dari aspek
kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek penyajian, dan aspek
kegrafikan baik menurut ahli media, ahli materi, guru, dan teman
sejawat. Kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan LKS learning
cycle secara keseluruhan adalah dikategorikan baik dengan
distribusi frekuensi 24 siswa atau80 %. Adanya peningkatan
signifikan hasil belajar pembelajaran yang menggunakan pembelajaran
LKS berbasis learning cycle 7E sebesar 0,008.Kata Kunci :
Pengembangan LKS, Learning Cycle, Berpikir KritisxvIrma Rosa
Indriyani: LKS Physics-Based Development Learning Cycle (Learning
Cycle) 7E To Improve Learning Outcomes and Developing Critical
Thinking Skills In Class X Students SMA Electromagnetic Highlights.
Thesis. Yogyakarta, Univeritas Ahmad Dahlan, 2013.ABSTRACTThis
research aims to generate based Student Activity Sheet 7E learning
cycle to develop critical thinking skills in students so it's worth
learning to use SMA N 2 Bantul. Worksheet feasibility review of
aspects of the feasibility of the content, aspects of language,
aspects of presentation, and aspects of the graphics. Hence, it can
be used to determine students' critical thinking skills and to
determine the improvement of student learning outcomes.This
research is a Research and Development (R & D). The development
process has been done with reference to the 4-D model which is the
stages of Definition, Design, Development, and Dissemination.
Object were students of SMA N 2 Bantul. The questionnaire has been
used to validate the worksheets. They were collected from media
expert, subject matter expert, teachers and peers. The
questionnaire have been used also to determine students critical
thinking skills. The test has been to determine the improvement of
learning outcomes were analyzed by one-sampe t-test.The results
showed that the worksheets that were developed in terms of the
contents of the feasibility aspects, aspects of language,
presentation aspects, and aspects of graphs good according to media
experts, subject matter experts, teachers, and peers. Students'
critical thinking skills using worksheet learning cycle as a whole
is categorized by the frequency distribution of 24 students or80%.
The significant value of improvement of learning outcomes is
0,008.Keywords: LKS Development, Learning Cycle, Critical
ThinkingxviBAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahDalam rangka
pembaruan sistem pendidikan nasional, pemerintah telah menetapkan
visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi
pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah (Rusman, 2011:3). Terkait dengan visi tersebut telah
ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk
dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan.Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, salah satu standar yang harus
dikembangkan adalah standar proses. Standar proses untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah juga dipertegas melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia yaitu
Permendiknas RI Nomor41 Tahun 2007 (Anonim, 2007).Standar proses
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
kompetensi kelulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses
pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP Nomor 19 Tahun
2005).1Standar Proses meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran (Permendiknas RI Nomor 41 Tahun
2007) untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.Pada perencanaan proses pembelajaran, Pemerintah menuntut
guru untuk mampu menyusun dan mengembangkan suatu perangkat
pembelajaran meliputi Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang membuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi
(SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan
sumber belajar (Rusman, 2011; 4).Adanya pengembangan pada proses
pembelajaran, tidak terlepasnya perubahan kurikulum menjadi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memberikan
keleluasan guru untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
karakteristik siswa, kondisi dan potensi sekolah dan satuan
pendidikan masing-masing (Purwanti, 2012; IPA-65). Hal ini didukung
dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
(Bab II/Pasal 3) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab. Oleh
karena itu, guru dapat mengembangkan proses pembelajaran terutama
sumber belajar yang mampu mengekspos ide-ide siswa menjadi sesuatu
yang berharga dan bermanfaat bagi dirinya.Sumber belajar mempunyai
peran yang amat penting dalam proses pembelajaran yang efektif dan
efisien. Hal tersebut dipertegas oleh Association for Educational
Communications and Technology (Depdiknas,2008; 4) sumber belajar
adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru,
baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk
kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas
dan efisiensi tujuan pembelajaran. Sumber belajar memiliki hubungan
dengan penyusunan media pembelajaran. Dari sumber belajar, dapat
diperoleh berbagai macam kebutuhan media pembelajaran.Media adalah
alat komunikasi yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemampuan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien (Arsyad; 2012, Usman & Asnawir ; 2002). Sehingga media
pembelajaran merupakan alat penunjang terlaksannya pembelajaran.
Dengan adanya media pembelajaran ini diharapakan siswa akan lebih
memahami mengenai materi pelajaran yang sedang mereka pelajari.
Salah satu jenis media pembelajaran yang sering digunakan oleh
setiap sekolah adalah Lembar Kegiatan Siswa (LKS).Pada saat ini,
dalam realitas pendidikan di lapangan, banyak guru yang masih
banyak digunakan setiap sekolah berupa LKS Konvensional atau
LKSyang monoton, yaitu LKS yang tinggal pakai, tinggal beli,
instan, serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan menyusun
sendiri (Prastowo, 2012:18). Padahal guru tahu dan sadar bahwa LKS
yang mereka gunakan sering kali tidak sesuai dengan kompetensi
dasar dan indikatornya. Pembelajaran dengan menggunakan LKS
konvensional memiliki keterbatasan dalam meningkatkan kompetensi
dan karakteristik siswa.Materi, pertanyaan-pertanyaan bimbingan dan
tugas-tugas dalam LKS konvensional tidak sesuai dengan kebutuhan
siswa dan tidak kontekstual (Prastowo, 2012; 18), sehingga kurang
meningkatkan kompetensi siswa yang seharusnya dapat ditingkatkan
seoptimal mungkin. LKS konvensional siswa tidak menemukan arahan
yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Padahal
telah diketahui LKS disusun untuk membantu meningkatkan kemampuan
siswa dalam menafsirkan dan menjelaskan objek dan peristiwa yang
dipelajari khususnya pada mata pelajaran IPA.Hal ini terjadi karena
dampak dari kemiskinan pengembangan diri dari guru adalah guru
tidak mampu menyelenggarakan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Keaadan ini salah satu tidak lepas dari kurang mengembangkan
kreativitas guru untuk merencakan, menyiapkan LKS yang inovatif,
dan mampu mengeksplorasi ide-ide siswa (Prastowo, 2012; 14). Oleh
karena itu, orientasi pembelajaran yang masih di dominasi oleh guru
(teacher centered) yang tidak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membangun pengetahuannya sendiri. Tentu saja hal tersebut
cenderung membuat siswa terbiasa menggunakan sebagian kecil saja
dari potensi dan kemampuanberpikirnya dan menjadikan siswa malas
untuk berpikir serta terbiasa malas berpikir mandiri.Berdasarkan
hasil observasi di sekolah dan wawancara dengan guru, LKS yang
disediakan dari sekolah bukan hasil pengembangan dari guru sekolah
tersebut. Akan tetapi LKS yang diperoleh dari penerbit yang telah
disediakan. Dengan LKS yang ada model pembelajaran dilakukan dengan
metode yang monoton sehingga guru menjadi lebih aktif (teacher
centered).Selain itu, dalam waktu yang lama, penjelasan LKS dengan
model pembelajaran tradisional seperti
definisi-rumus-contoh-latihan-praktek itu sangat mudah bagi guru
tapi untuk siswa itu adalah hal yang membosankan dan sulit,
sehingga mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa (Yenilmez dan
Ersoy, 2008; 49-50). Hal yang demikian membuat siswa tidak dapat
untuk memperoleh pengetahuan baru dengan sendirinya dan proses
pembelajaran tidak efektif dan efisien. Hal yang demikian
diperlukan lingkungan belajar yang baik untuk membangkitkan
pengalaman mereka, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan baru
dengan sendirinya.Dalam penerapan penggunaan LKS konvensional
disekolah, model pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran tidak terintegrasi dengan LKS yang digunakan. Hal yang
demikian membuat pembelajaran monoton dan siswa akan merasa bosan
mengikuti proses pembelajaran.Oleh karena itu, untuk menanggulangi
kelemahan dari LKS konvensional dibutuhkan pengembangan LKS pada
pembelajaran fisika. Pada tahapan pengembangan LKS, dibutuhkan
kesesuaian permasalahan yang adadengan model pembelajaran yang
dikombinasikan. Setelah mempelajari kondisi dari tempat dan situasi
penelitian, maka model pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle)
7E merupakan model yang tepat dalam pengembangan LKS. Learning
Cycle are models of how people encounter and acquire new knowledge
(Abruscato, 2010; 44).Model pembelajaran Learning Cycle adalah
model bagaimana orang menemukan dan memperoleh pengetahuan baru.
Model tersebut akan mengajak siswa menjadi kompeten dalam berbagai
aspek, baik kognitif, afektif dan psikomotorik dalam kegiatan
pembelajaran.Materi LKS berbasis Learning Cycle, siswa dapat
menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang
diberikan. Sehingga proses pembelajaran bersifat student centered.
Dalam proses pembelajaran terjadi penerimaan informasi dan kemudian
diolah sehingga menghasilkan produk dalam bentuk hasil belajar dan
kemampuan berpikir kritis.Pada pengembangan LKS berbasis learning
cycle 7E memperhatikan kurikulum yang sedang berlaku yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dengan LKS berbasis learning
cycle 7E pembelajaran IPA disekolah dapat membantu siswa menjadi
lebih memahami permasalahan dan penomena yang mereka temukan di
alam sekitarnya, karena LKS berbasis learning cycle 7E merupakan
media yang tepat sebagai sarana penyimpanan konsep pembelajaran IPA
khususnya fisika. Hal tersebut dapat membantu siswa untuk
mengekplorasi ide-ide mereka hingga memperoleh pengetahuan baru
dengan sendirinya serta membiasakan siswa untuk berpikir secara
mandiridan kritis. Adapun matari yang akan disampaikan adalah
gelombang elektromagnetik, karena berdsarakan hasil wawancara
dengan siswa materi ini sering diabaikan oleh guru disekolah dan
siswa hanya disuruh belajar dengan sendirinya.B. Identifikasi
MasalahBerdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat
diidentifikasikan permasalahan yang akan diteliti yaitu:1.
Perubahan Kurikulum menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
guru diberikan tuntunan untuk mengembangkan untuk mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi dan
potensi sekolah dan satuan pendidikan masing-masing.2. LKS IPA yang
dilapangan masih menggunakan LKS konvensional yaitu LKS yang
tinggal pakai, tinggal beli, instan, serta tanpa upaya
merencanakan, menyiapkan, dan menyusun sendiri.3. Model LKS
konvensional yang telah disediakan disekolah tidak terintegrasi
dengan model pembalajaran, sehingga siswa mudah bosan dengan model
pembelajaran tradisional.4. Materi dalam LKS konvensional sering
kali tidak sesuai dengan kompetensi dasar dan indikatornya sehingga
siswa tidak dapat memperoleh pengetahuan baru. Sehingga siswa tidak
menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang
diberikan.5. Dengan proses pembelajaran yang masih bersifat teacher
centered, maka siswa malas untuk berpikir serta terbiasa malas
berpikir mandiri, sehingga mempengaruhi pada hasil belajar siswa.6.
Materi gelombang elektromagnetik sering diabaikan oleh guru
disekolah, sehingga siswa belajar sendiri dirumah.C. Batasan
MasalahBerdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini
dilakukan untuk mendapatkan produk pengembangan LKS berbasis siklus
belajar (learning cycle) 7E serta mengetahui kelayakannya sebagai
media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.D. Rumusan
MasalahBerdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:1. Apakah LKS Fisika berbasis Learning
Cycle-7E layak diterapkan dalam pembelajaran fisika di SMA ?2.
Apakah penerapan LKS Fisika berbasis Learning Cycle-7E dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa?E. Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan
masalah diatas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah1. Menghasilkan LKS Fisika berbasis Learning Cycle -7E
yang memenuhi kriteria LKS layak secara baik.2. Mengetahui
peningkatan hasil belajar dan pengembangan kemampuan berpikir
kritis siswa dari penerapan LKS Fisika berbasis Learning
Cycle-7E.F. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan memberi
manfaat untuk berbagai kepentingan sebagai berikut :1. LKS Fisika
hasil pengembangan dapat dipakai sebagai bahan kajian tentang
pengembangan LKS Fisika.2. LKS Fisika hasil pengembangan dapat
dipakai sebagai sumber belajar alternatif sebagai media
pembelajaran yang layak secara baik dalam proses pembelajaran
Fisika.BAB II LANDASAN TEORIA. Penelitian yang RelevanPenelitian
yang relevan dengan peneltian ini adalah penelitian yang telah
dilakukan oleh Irianti (2011) tentang pengembangan LKS IPA terpadu
SMP berbasis siklus belajar (learning cycle) 5E pada topik pengaruh
tekanan zat cair terhadap kondisi ikan yang dikembangkan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa berkategori sedang untuk kategori
kognitifnya, penilaian untuk penyajian tema dan evaluasi belajar
dari seluruh penilai dirata-ratakan dalam kategori sangat baik dan
penilaian untuk aspek pendekatan penulisan, kejelasan kalimat,
kebahasaan, kegiatan/percobaan termasuk dalam kategori
baik.Purwanti (2012) tentang learning cycle sebagai upaya
menciptakan pembelajaran bermakna memberi keuntungan untuk
meningkatkan motivasi belajar karena siswa terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran, membantu mengembangkan sikap ilmiah
siswa, dan juga pembelajaran menjadi lebih bermakna.Yenilmez dan
Ersoy (2008) tentang opinion of mathematics teacher candidates
towards applying 7E instructional model on computer aided
instruction environments menyatakan bahwa calon guru punya
tanggapan positif terhadap model 7E learning cycle akan tetapi
mereka sedikit bingungfase yang diterapkan ke dalam
pembelajaran.10Polyiem, Nuangchalern, dan Wongchantra (2011) dalam
learning Achievement, Science Process Skills, and Moral Reasoning
of Ninth Grade Student Learned by 7E learning cycle and Socio
scientific Issue-based learning menyatakan bahwa hasil belajar
siswa yang diterapkan pembelajaran learning cycle 7E meningkat akan
tetapi untuk keterampilan proses yang mengggunakan learning cycle
lebih kecil peningkatannya daripada yang menggunakan Socio
scientific Issue-based learning.B. Kajian Pustaka1. Pembelajaran
fisikaFisika merupakan pengetahuan dasar sains. Sains dipandang
sebagai cara berpikir terhadap alam, cara menyelidiki gejala, dan
kumpulan pengetahuan sistematis atau tersusun secara teratur yang
dihasilkan dari hasil penyelidikan, observasi dan eksperimen untuk
memperoleh fakta- fakta, konsep dan hukum sains agar dapat menjawab
permasalahan yang terjadi (Abruscato, 1995; Collete &
Chiappeta, 1995; Carin & Sund, 1989).Secara terstruktur sains
dapat didefinisikan (1) sains sebagai proses yang mengarahkan pada
penemuan (Abruscato, 1995), (2) sains sebagai pengetahuan meliputi
kumpulan fakta, hal yang umum atau konsep untuk menyatukan seluruh
fakta dan kumpulan prinsip yang digunakan untuk membuat prediksi
(Abruscato, 1995; Trowbridge danBybee, 1986 ), dan (3) sains
terdiri dari keterampilan proses dan berbagai isi komponen
(Abruscato, 1995).Hakikatnya sains merupakan (1) sebagai proses
ilmiah, semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan
maupun untuk menemukan pengetahuan baru serta dipergunakan untuk
mengembangkan produks sains dengan aplikasi yang melahirkan
teknologi sehingga dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan. Untuk
itu diperlukan tata cara tertentu yang bersifat analitis, cermat,
lengkap serta menghubungkan gejala alam satu dengan gejala alam
yang lain sehingga membentuk pandangan yang baru tentang objek yang
diamati, (2) sebagai produk merupakan hasil proses, berupa
pengetahuan atau konsep yang diajarkan dalam sekolah, diluar
sekolah ataupun bacaan dari upaya penyebaran ilmu pengetahuan dan
upaya manusia untuk memhami berbagai gejala alam, dan (3) sebagai
sikap menekankan pada kegiatan dan pola pikir yang dilakukan dan
diharapkan dapat menjadi sikap yang tetap dilakukan dalam aktivitas
kehidupan atau mengubah cara pandang manusia terhadap alam semesta
dari sudut pandang metologis menjadi sudut pandang ilmiah (Darmodjo
& Kaligis, 1993; Carin & Sund; 1989).Pembelajaran sains
adalah proses aktif yang meliputi membangun dan memodifikasi
gagasan, dimana siswa harus melakukan sesuatu bukan sesuatu yang
dilakukan terhadap siswa. Pembelajaran sains ditingkatkan dengan
berinteraksi dengan orang lain baik dengan orang yang dewasa maupun
dengan teman sebaya. Dengan bekerja secara ilmiahmemungkinkan siswa
untuk menguji gagasan pribadi dengan konsep- konsep ilmiah serta
dengan gagasan lainnya (Curiculum Framework,1998; 241)Berdasarkan
tiga elemen penting sains, maka dalam hal ini disimpulkan
pembelajaran sains sebagai proses mengacu pada apakah pembelajaran
sains mampu menciptakan situasi belajar yang mendorong siswa untuk
aktif belajar dan berpikir kreatif. Pembelajaran sains sebagai
produk, apakah pembelajaran sains mampu mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran sains sebagai sikap, apakah pembelajaran
sains dapat menciptakan keinginan tahuan siswa yang tinggi,
ketekunan serta membentuk moral yang baik yang harus diterapkan
siswa dalam setiap aktivitas kehidupan.Dengan demikan, proses
pembelajaran sains menekan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pembelajaran sains diarahkan untuk inkuiri sehingga
dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman dan pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran sains menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi
sebagai aspek penting.2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)Lembar kegiatan
siswa adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang biasanya
berupa petunjuk atau langkah untuk menyelesaikantugas yang harus
dikerjakan siswa dan merupakan salah satu sarana yang dapat
digunakan guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau aktivitas
dalam proses belajar mengajar (Depdiknas, 2005: 4 ;Darmodjo dan
Kaligis,1993:40) yang dapat membantu guru dalam memudahkan proses
belajar mengajar dan mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan
konsep- konsep melalui aktivitasnya sendiri dalam kelompok
kerja.Selain itu, LKS dapat diartikan sebagai materi ajar yang
sudah dikemas sedemikaan rupa, sehingga siswa diharapkan
mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri (Prastowo, 2012:
204).Seperti yang diungkapkan Depdiknas dalam penduan pelaksanaan
materi pembelajaran SMP (2008: 42-45) alternatif tujuan pengemasan
materi pembelajaran dalam bentuk LKS adalah :a. LKS membantu siswa
untuk menemukan konsepLKS mengetengahkan terlebih dahulu suatu
fenomena yang bersifat konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan
konsep yang akan dipelajari. LKS memuat apa yang (harus) dilakukan
siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis.b. LKS
membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang
telah ditemukan.c. LKS berfungsi sebagai penuntun belajarLKS berisi
pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa akan
dapat mengerjakan LKS tersebut jika membaca bukud. LKS berfungsi
sebagai penguatane. LKS berfungsi sebagai petunjuk praktikumHal ini
dipertegas juga oleh Arsyad bahwa LKS sebagai sumber belajar
mempunyai banyak manfaat. Arsyad (2012: 38-39) beberapa
mengemukakan kelebihannya, antara lain:a. Siswa dapat belajar dan
maju sesuai dengan kecepatan masing- masing sehingga siswa
diharapkan dapat menguasai materi pelajaran tersebut.b. Di samping
dapat mengulangi materi dalam media cetakan, siswa akan mengikuti
urutan pikiran secara logis.c. Memungkinkan adanya perpaduan antara
teks dan gambar yang dapat menambah daya tarik, serta dapat
memperlancar pemahaman informasi yang disajikan.d. Khusus pada teks
terprogram, siswa akan berpartisipasi dengan aktif karena harus
memberi respon terhadap pertanyaan dan latihan.e. Materi dapat
direproduksi dengan ekonomis dan didistribusikan dengan mudah.Oleh
karena itu, Darmodjo dan Kaligis (1993: 41-46) menjelaskan dalam
penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu syarat
didaktik, syarat kontruksi dan syarat teknis.a. Syarat
didaktikSyarat didaktik berarti LKS harus mengikuti asas-asas
pembelajaran efektif, yaitu :(1) Memperhatikan adanya perbedaan
individu sehingga dapat digunakan oleh seluruh siswa yang memiliki
kemampuan yang berbeda. LKS dapat digunakan oleh siswa lamban,
sedang maupun pandai. Kekeliruan yang umum adalah kelas yang
dianggap homogen.(2) Menekankan pada proses untuk menemukan
konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai penunjuk bagi siswa untuk
mencari informasi bukan alat pemberitahu informasi.(3) Memiliki
variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sehingga
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis,
bereksperimen, praktikum, dan lain sebagainya.(4) Mengembangkan
kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada
diri anak, sehingga tidak hanya ditunjukkan untuk mengenal
fakta-fakta dan konsep-konsep akademis maupun juga kemampuan sosial
dan psikologis.(5) Menentukan pengalaman belajar dengan tujuan
pengembangan pribadi siswa bukan materi pelajaran.b. Syarat
konstruksiSyarat konstruksi adalah syarat- syarat yang berkenan
dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat
kesukaran, dan kejelasan dalam LKS. Adapun syarat-syarat konstruksi
tersebut, yaitu: (1) LKS menggunakan bahasa yang sesuai tingkat
kedewasaan anak.(2) LKS menggunakan struktur kalimat yang jelas.(3)
LKS Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa, artinya dalam hal-hal yang sederhana menuju hal
yang lebih kompleks.(4) LKS menghindari pertanyaan yang terlalu
terbuka.(5) LKS mengacu pada buku standar dalam kemampuan
keterbatasan siswa.(6) LKS menyediakan ruang yang cukup untuk
memberi keluasan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan
hal-hal yang siswa ingin sampaikan.(7) LKS menggunakan kalimat yang
sederhana dan pendek.(8) LKS menggunakan lebih banyak ilustrasi
daripada kata-kata.(9) LKS dapat digunakan untuk anak-anak baik
yang lamban maupun yang cepat.(10) LKS memiliki tujuan belajar yang
jelas serta manfaat dari itu sebagai sumber motivasi.(11) LKS
mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. c. Syarat
teknik(1) TulisanTulisan dalam LKS diharapkan memperhatikan hal-hal
berikut:(a) LKS menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf
latin/romawi.(b) LKS menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk
topik. (c) LKS menggunakan minimal 10 kata dalam 10 baris.(d) LKS
menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan
jawaban siswa(e) LKS menggunakan memperbandingkan antara huruf dan
gambar dengan serasi.(2) GambarGambar yang baik adalah yang
menyampaikan pesan secara efektif pada pengguna LKS.(3)
PenampilanPenampilan dibuat menarikDengan demikian LKS merupakan
suatu media yang berupa lembar kegiatan yang membuat petunjuk,
materi ajar dalam melaksanakan proses pembelajaran fisika untuk
menemukan suatu fakta, ataupun konsep. LKS mengubah pembelajaran
dari teacher centered menjadi student centered sehingga
pembelajaran menjadi efektif dan konsep materi pun dapat
tersampaikan.3. Learning cyclea. Perkembangan model pembelajaran
learning cyclePada tahun 1970 berdasarkan teori perkembangan
kognitif jean Piaget, direktur Science Curiculum Improvement
Studies, Robert karplus, mengusulkan sebuah strategi pembelajaran
yang berbentuk siklus belajar (learning cycle).Learning cycle
merupakan metode perencanaan yang cukup berpengaruh dalam ilmu
pendidikan dan konsisten dengan berbagai teori kontemporer mengenai
bagaimana individu belajar. Metode ini mudah dipelajari dan sangat
bermanfaat dalam menciptakan kesempatan dalam belajar sains dan
model pembelajaran yang didasarkan pada penyelidikan
(Lorsbach,2012:1; Walbert,2012:1).Learning cycle merupakan strategi
pengajaran yang secara formal digunakan di program sains sekolah
dasar yaitu Science Curriculum Improvement Study (SCIS 1974).
Meskipun strategi ini diterapkan pertama kali di sekolah dasar,
beberapa studi menunjukkan bahwa penerapan teknik pengajaran ini
telah menyebar luas di berbagai tingkat kelas, termasuk
Universitas. Model pengajaran ini diajukan oleh Robert Karplus awal
tahun 1960-an, sebagai guided discovery dan digunakan istilah
exploration, invention dan discovery (Collette dan Chiappetta,
1995: 95).Siklus belajar 3E dikembangkan menjadi 4E yang
direkomendasikan oleh Martin et.al (2005:187) ini secara spesifik
dirancang untuk mengamodasi semua tujuan IPA yang menekankan pada
penguasaan konsep yang spesifik, mengembangkan keterampilan
berpikir, dan memecahkan masalah. Siklus ini terdiri dari empat
fase yaitu eksploration, explanation, expansion, dan
evalutian.Banyak versi siklus belajar bermunculan dalam kurikulum
sains dengan fase yang berkisar dari tiga (3E), ke empat (4E),
kemudian kelima (5E) sampai tujuh (7E). Siklus belajar 5E
berdasarkan pengajaran yang dibangun oleh Biological Sciences
Curriculum Study (BSCS) pada tahun 1989, terdiri atas lima fase
yaitu Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration dan
Evaluation Sejak tahun 1980-an BSCS telah menggunakan model 5E
sebagai inovasi sentral di sekolah dasar, menengah dan atas program
biologi serta program sains terintegrasi (Collette dan Chiappetta,
1995: 96)b. Learning cycle 7ESetelah siklus belajar mengalami
pengkhususan menjadi 5 tahapan, maka Eisenkraft (2003)
mengembangkan siklus belajar menjadi 7 tahapan. Perubahan yang
terjadi pada tahapan siklus belajar5E menjadi 7E terjadi pada fase
Engage menjadi 2 tahapan yaitu Elicit dan Engage, sedangkan pada
tahapan Elaborate dan Evaluate menjadi 3 tahapan yaitu menjadi
Elaborate, Evaluate dan Extend. Perubahan tahapan siklus belajar
dari 5E menjadi 7E ditunjukan pada Gambar berikut:
Gambar 2.1 Bagan Perubahan 5E menjadi 7E (Eisenkraft,
2003:57)Lebih lanjut Eisenkraft (2003:57-59) memberikan penjelasan
setiap fase diatas sebagai berikut:(1) Elicit (mendatangkan
pengetahuan awal siswa)Fase untuk mengetahui sampai dimana
pengetahuan awal siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan
awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa serta
menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan
mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari
dengan mengambil contoh yang mudah yang diketahui siswa seperti
kejadian sehari-hari yang secara umum memang terjadi.(2) Engage
(ide, rencana pembelajaran dan pengalaman)Fase dimana siswa dan
guru akan saling memberikan informasi dan pengalaman tetang
pertanyaan-pertanyaan awal tadi, memberitahukan siswa tentang ide
dan rencana pembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar lebih
berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam
mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, diskusi,
membaca, atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka
pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keigintahuan siswa.(3)
Explore (menyelidiki)Fase yang membawa siswa untuk memperoleh
pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan
konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya,
dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah
disediakan sebelumnya.(4) Explain (menjelaskan)Fase yang didalamnya
berisi ajakan terhadap siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan
definisi-definisi awal yang mereka dapatkan ketika fase eksplorasi.
Kemudian dari definisi dan konsep yang telah ada didiskusikan
sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi yang lebih
formal.(5) Elaborate (menerapkan)Fase yang bertujuan untuk membawa
siswa menjelaskan definisi-defiisi, konsep-konsep, dan
keterampilan-keterampilan pada permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari.(6) Extend
(memperluas)Fase yang bertujuan untuk berfikir, mencari menemukan
dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
bahkan kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan
konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau
belum mereka pelajari.(7) Evaluate (Menilai)Fase evaluasi dari
hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pada fase ini dapat
digunakan berbagai strategi penilaian formal dan informal. Guru
diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasi dan
memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilannya untuk
menilai tingkat pengetahuan dan atau kemampuannya, kemudian melihat
perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya.Ketujuh
tahapan di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan guru dan siswa
untuk menerapkan siklus belajar 7E pada pembelajaran di kelas. Guru
dan siswa mempunyai peran masing-masing dalam setiap kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan tahapan dari siklus
belajar.c. Kelebihan learning cycleImplementasi learning cycle
dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis (Brown
& Abell, 2013: 58; Fajaroh dan Dasna,2007) yaitu :(1) Peserta
didik belajar secara aktif. Peserta didik mempelajari materi secara
bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari
pengalaman peserta didik.(2) Informasi baru dikaitkan dengan skema
yang telah dimiliki peserta didik. Informasi baru yang dimiliki
pesera didik berasal dari interprestasi individu.(3) Orientasi
pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan
pemecahan masalah.(4) Siswa dapat meningkatkan perbincangan ilmiah
mereka, dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam kelas
sains.Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar
transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik, seperti dalam
falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep
yang berorientasi pada keterlibatan peserta didik secara aktif dan
langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan
menjadikan skema dalam diri pelajar menjadi pengetauan fungsional
yang setiapsaat dapat diorganisasi oleh pelajar untuk menyelesaikan
masalah- masalah yang dihadapi.Penerapan strategi pembelajaran
learning cycle dilihat dari dimensi guru strategi ini memperluas
wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancangkan
kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari dimensi pembelajar,
penerapan strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut: (1)
meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar dilibatkan secara
aktif dalam proses pembelajaran (2) membantu mengembangkan sikap
ilmiah pembelajar, pembelajaran menjadi lebih bermakna (Fajaroh dan
Dasna, 2007:3)d. Kekurangan learnig cycleDisamping memiliki
kelebihan seperti yang diuraikan diatas, model pembelajaran
learning cycle juga memiliki beberapa kekurangan.Ada beberapa
kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi
diperkirakan (Purwanti, 2012: IPA-69; Fajaroh dan Dasna,2007)
sebagai berikut: (1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru
kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, (2)
membutuhkan kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran, (3) memerlukan pengelolaan kelas
yang lebih terencana dan terorganisasi, (4) memerlukan waktu dan
tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanaan
pembelajaran.4. Hasil belajar fisikaHasil belajar merupakan semua
akibat atau kemampuan baru yang terjadi diperoleh setelah siswa
belajar berupa keterampilan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap, dan keterampilan dan dapat dijadikan
sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode
dibawah kondisi yang berbeda(Reigeluth, Gagne, Briggs dan Wager
dalam Rusmono, 2012:7).Hasil belajar merupakan kemampuan baru dan
perubahan tingkah laku yang diperoleh setelah siswa belajar berupa
keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
sikap, keterampilan, psikomotorik (Rusmono,2012: 9;
Sudjana,2002:3).Hasil belajar sains yang akan diteliti dalam
penelitian ini hanya pada ranah kognitif saja. Definisi hasil
belajar menurut Benyamin Bloom, yaitu tipe hasil belajar ranah
kognitif sebagaimana dijelaskan Trowbridge dan Bybee (1986: 131),
sebagai berikut:a. Knowing (mengetahui)Tingkat kemampuan ini adalah
yang paling rendah dalam ranah kognitif. Pada tingkatan ini siswa
hanya mengingat informasi sains yang telah diajarkan. Rentang
informasi yang dimaksud bervariasi dari fakta sederhana sampai
dengan teori yang kompleks, tetapi yang diperlukan siswa hanya
mengingat informasi.b. Comprehending (memahami)Pemahaman adalah
langkah pertama setelah pengetahuan. Tingkat kemampuan ini
mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta
fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini, siswa tidaklah hanya hafal
secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta
yang ditanyakan.c. Applying (menerapkan)Dalam tingkat aplikasi,
siswa dituntut kemampuannya untuk menerapkan apa yang telah
diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya. Aplikasi adalah
penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus,
abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.d.
Analyzing (menganalisis)Kemampuan siswa untuk menganalisis atau
menguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam
komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya. Dalam tingkat ini
siswa diharapkan dapat memahami dan sekaligus dapat
memilah-milahkannya menjadi bagian-bagian.e. Syntesizing
(mensintesis)Sintesis merupakan kemampuan berpikir kebalikan dari
analisis. Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian
ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh.f. Evaluating
(mengevaluasi)Evaluasi merupakan peringkat tertinggi pada ranah
kognitif. Dalam tingkat evaluasi, siswa diminta untuk membuat suatu
penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, berdasarkan
suatu kriteria tertentu.Menurut Trowbridge dan Bybee (1989: 133),
ada beberapa istilah atau kata-kata kerja operasional untuk
mengukur pencapaian jenjang kemampuan ranah kognitif pada sub ranah
tertentu. Istilah tersebut adalah sebagai berikut:a. Pengetahuan
(knowing) : mendefinisikan, menjelaskan, mengidentifikasikan,
mengurutkan, mengetahui, memilih, menamai, menyatakan.b. Memahami
(comprehending) : mengubah, mempertahankan, menambahkan,
memperkirakan, menjelaskan, memperhitungkan, menggeneralisasi,
menduga, memperkirakan, menyimpulkan.c. Menerapkan (applying) :
menerapkan, menghitung, menemukan, memodifikasi, mengoperasikan,
memperkirakan, mempersiapkan, menghubungkan, menunjukkan,
menggunakan.d. Menganalisis (analyzing) : menganalisis, mensketsa,
membedakan, membagi, mengidentifikasikan, mengilustrasikan,
menduga, menghubungkan, memilih.e. Mensintesis (syntesizing) :
mengatur, mengkombinasikan, mengkonstruk, menyusun, menggubah,
menemukan, mendesain,membangkitkan, mengorganisir, merencanakan,
menghubungkan, menyimpulkan, mensintesis.f. Mengevaluasi
(evaluating) : menilai, membandingkan, menyimpulkan, menjelaskan,
membedakan, menjelaskan, menginterpretasikan, menghubungkan.5.
Berpikir kritisBerpikir kritis merupakan sebuah proses sistematis,
terarah, dan jelas yang digunakan untuk membentuk dan membangun
perkembangaan kepercayaan dan mengambil tindakan untuk berpendapat
dengan cara terorganisasi dalam kegiatan mental seperti memecahkan
masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan
melakukan penelitian (Johnson:2002 ; Huitt: 1998).Kemampuan
berpikir kritis melibatkan tiga komponen (1) sikap yang digunakan
untuk mempertimbangkan dengan cara bijaksana pada suatu masalah dan
subjek yang ada dalam berbagai pengalaman seseorang, (2)
pengetahuan yang diperoleh dari suatu metode penyelidikan secara
logis dan penalaran, dan (3) beberapa keterampilan dalam menerapkan
metode-metode tersebut ( Paul and Elder: 2008; Glaser: 1941).Dengan
mengembangkan ketiga komponen kemampuan berpikir kritis maka siswa
dapat dapat menghimpun pengetahuan baru dari hasil penalaran yang
rasional yang diperoleh dari berbagai informasi. Hal ini
dipertegaskan oleh Rosyada (2004), Paul dan Elder (2008)
mendefinisikanbahwa berpikir kritis merupakan kemampuan diri
sendiri dalam menghimpun informasi dari berbagai sumber informasi
sehingga pemikir dapat meningkatakan kualitasnya untuk membuat
kesimpulan dari berbagai informasi tersebut.Rosyada (2004: 170-171)
menyatakan berpikir kritis adalah kemampuan siswa menghimpun
berbagai informasi lalu membuat sebuah kesimpulan evaluative dari
informasi tersebut. Kemampuan tersebut merupakan sesuatu yang amat
rasional untuk dikembangkan.Berpikir kritis menurut Halpen
(http://re-searchengines.com)adalah memperdayakan keterampilan atau
strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui
setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung
kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan
dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,
mengumpulkan berbagi kemungkinan, dan membuat keputusan ketika
menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam
konteks dan tipe yang tepat.Prosedur berpikir kristis dapat
dikembangkan sampai melahirkan rumusan-rumusan berpikir kritis,
sebagaimana yang dirumuskan Donal P. Kauchack (Rosyada, Dede; 2004:
179) adalah sebagai berikut :Tabel 2.1 Rumusan-rumusan berpikir
kritisNoPerbuatanProses
1ObservasiMembandingkan dan membuat klasifikasi
2Perumusan berbagi macampola pilihan dan generalisasi
3Perumusan kesimpulanberdasrkan pada pola-pola yang telah
dikembangkanPenyimpulan, memprediksi, membuathipotesis,
mengidentifikasi asuus dan efek-efeknya
4Mengevaluasi kesimpulanberdasarkan dataMendukung kesimpulan
dengan data,mengamati konsistensinya, mengidentifikasi bias,
stereo, tipe pengulanagn serta mengangkat kembali berbagi asumsi
yang tidak pernah terumuskan, memahamikemungkinan generalisai yang
terlamoau besar atau kecil, serta mengidentifikasi berbagai
informasi yang relevan dan tidak relevan.
Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah
berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis
dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :a.
Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan. b. Mencari
alasan.c. Berusaha mengetahui informasi dengan baik.d. Memakai
sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya. e.
Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.f. Berusaha
tetap relevan dengan ide utama.g. Mengingat kepentingan yang asli
dan mendasar. h. Mencari alternatif.i. Bersikap dan berpikir
terbuka.j. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk
melakukan sesuatu. k. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila
memungkinkan.l. Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan
bagian-bagian dari keseluruhan masalah.Beyer (dalam Hassoubah,
2004) mengatakan bahwa keterampilan berpikir kritis meliputi
beberapa kemampuan sebagai berikut :a. Menentukan kredibilitas
suatu sumber.b. Membedakan antara yang relevan dari yang tidak
relevan. c. Membedakan fakta dari penilaian.d. Mengidentifikasi dan
mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan. e. Mengidentifikasi bias
yang ada.f. Mengidentifikasi sudut pandang.g. Mengevaluasi bukti
yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.Sementara itu Ellis
(dalam Rosyada, 2004) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir
kritis meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut : a. Mampu
membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan
tuntutannilai.b. Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan
tuntutan-tuntutan yang relevan dengan yang tidak relevan.c. Mampu
menetapkan fakta yang akurat.d. Mampu menetapkan sumber yang
memiliki kredibilitas.e. Mampu mengidentifikasi tuntutan dan
argumen-argumen yang ambiguistik.f. Mampu mengidentifikasi
asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.g. Mampu mengidentifikasi
logika-logika yang keliru. h. Mampu mengenali logika yang tidak
konsisten.i. Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling
kuat.Nickerson (dalam Schfersman,1991) seorang ahli dalam berpikir
kritis menyampaikan ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam hal
pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebiasaan dalam bertindak
sebagai berikut:a. Menggunakan fakta-fakta secara mahir dan
jujur.b. Mengorganisasi pikiran dan mengartikulasikannya dengan
jelas, logis atau masuk akal.c. Membedakan antara kesimpulan yang
didasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid.d.
Mengidentifikasi kecukupan data.e. Memahami perbedaan antara
penalaran dan rasionalisasi.f. Mencoba untuk mengantisipasi
kemungkinan konsekuensi dari berbagai kegiatan.g. Memahami ide
sesuai dengan tingkat keyakinannya. h. Melihat similiritas dan
analogi secara tidak dangkal.i. Dapat belajar secara independen dan
mempunyai perhatian yang tak kunjung hilang dalam bekerjanya.j.
Menerapkan teknik problem solving dalam domain lain dari yang sudah
dipelajarinya.k. Dapat menyusun representasi masalah secara
informal ke dalam cara formal seperti matematika dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah.l. Dapat menyatakan suatu argumen
verbal yang tidak relevan dan mengungkapkan argumen yang
esensial.m. Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan
implikasi dari suatu pandangan.n. Sensitif terhadap perbedaan
antara validitas dan intensitas dari suatu kepercayaan dengan
validitas dan intensitas yang dipegangnya.o. Menyadari bahwa fakta
dan pemahaman seseorang selalu terbatas, banyak fakta yang harus
dijelaskan dengan sikap non inquiri.p. Mengenali kemungkinan keliru
dari suatu pendapat, kemungkinan bias dalam pendapat, dan mengenali
bahaya dari pembobotan fakta menurut pilihan pribadi.Selain itu,
Gokhale (1995) dalam penelitiannya yang berjudul Collaborative
Learning Enhances Critical Thinking menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan analisis,
sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep.Selanjutnya menurut
Langrehr dkk (2008), untuk melatih berpikir kritis siswa harus
didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
hal-hal sebagai berikut : (1) Menentukan konsekuensi dari suatu
keputusan atau suatu kejadian; (2) Mengidentifikasi asumsi yang
digunakan dalam suatu pernyataan; (3) Merumuskan pokok-popok
permasalahan; (4) Menemukan adanya bias berdasarkan pada sudut
pandang yang berbeda; (5) Mengungkapkan penyebab suatu kejadian;
(6) Memilih fakor-faktor yang mendukung terhadap suatu
keputusan.Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dikemukakan
dirumuskan pengertian kemampuan berpikir kritis fisika yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :Kemampuan
berpikir kritis mencakup: (1) Kemampuan mengidentifikasi asumsi
yang diberikan; (2) Kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan;
(3) Kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil;
(4) Kemampuan mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang
yang berbeda; (5) Kemampuan mengungkap data/ definisi/ teorema
dalam menyelesaikan masalah; (6) Kemampuan mengevaluasi argumen
yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah.6. Materi gelombang
elektromagnetikGelombang elektromagnetik adalah gelombang yang
terdiri atas vektor listrik dan vektor magnet yang merambat tanpa
memerlukan zat perantara atau medium sepeti ditunjukakan pada
gambar 2.2.Teori gelombang elektromagnetik diajukan oleh seorang
ahli fisika Inggris, James Clerk Maxwell (1831 -1879). Hipotesis
Maxwell yang melahirkan/ memunculkan gagasan baru tentang gelombang
elektromagnetik. Keberhasilan Maxwell dalam menentukan teori
gelombang elektromagnetik membuka cakrawala baru di dunia
komunikasi.Gejala-gejala kelistrikan dan kemagnetan erat
hubungannya satu sama lain. Hal ini nampak pada gejala-gejala
sebagai berikut:(1) Muatan listrik dapat menghasilkan medan listrik
di sekitarnya, yang besarnya diperlihatkan oleh hukum Coulomb(2)
Arus listrik atau muatan yang mengalir dapat menghasilkan medan
magnet di sekitarnya yang besar dan arahnya ditunjukan oleh hukum
Bio-Savart atau hukum Ampere(3) Perubahan medan magnetik dapat
menimbulkan GGL (Gaya Gerak Listrik) induksi yang dapat
menghasilkan medan listrik dengan aturan yang diberikan oleh hukum
Induksi Faraday.Pada ketiga teori ini terdapat hubungan antara
medan listrik dengan medan magnet. Muatan listrik yang diam
menghasilkan medan listrik. Muatan listrik yang bergerak dapat
menghasilkan medan magnetik. Perubahan medan magnetik akan
menghasilkan medan listrik.sGambar 2.2. Arah rambat Gelombang
Elektromagnetik(http://jalilcahyadi.blogspot.com)Menurut Maxwell,
kecepatan merambat gelombang elektromagnetik bergantung dari
permeabilitas dan permitivitas. Akan tetapi, kecepatan merambat
gelombang elektromagnetik tidak bergantung dari amplitudo getaran
medannya.Maxwell berhasil menunjukan bahwa cahaya tampak merupakan
bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik. Diajuga berhasil
memprediksi kelajuan cahaya dengan menggunakanpersamaan sebagai
berikut :c = 1
00
(1)c = cepat rambat gelombang elektromagnetik = permeabilitas
ruang hampa = 4 x 10-7
Wb/Am0 = permitivitas ruang hampa = 8,85 x 10-12 C/Nm2Teori
gelombang elektromagnetik Maxwell didukung oleh Heinrich Hertz yang
berhasil membangkitkan dan mendeteksi adanya gelombang
elektromagnetik dari sebuah percobaan dengan menggunakan listrik.b.
Spektrum gelombang elektromagnetikPada dasarnya radiasi gelombang
elektromagnetik terdiri dari beberapa gelombang dengan frekuensi
dan panjang gelombang yang berbeda, tetapi mempunyai laju yang
sama, yaitu kira-kira 3 x 108 m/s. Gelombang-gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi dan panjang gelombang yang berbeda
tersebut disebut dengan spektrum, yang terdiri dari gelombang
radio, gelombang televisi, gelombang mikro, inframerah, cahaya
tampak, ultraviolet, sinar-X dan sinargamma. Rentang spektrum
gelombang elektromagnetik ditunjukan oleh gambar 2.3 sebagai
berikut:
Gambar 2.3.Urutan Gelombang Elektromagnet berdasarkan frekuensi
dan panjang gelombang
(http://dwiwahyun.blogspot.com/)Gelombang-gelombang elektromagnetik
yang berjalan di ruang hampa memiliki kecepatan yang sama dengan
kecepatan cahaya , dan berlaku persamaan berikut ini: = l (2)c =
cepat rambat gelombang (m/s) = panjang gelombang (m)f = frekuensi
(hertz)c. Penggunaan gelombang elektromagnetik dalam kehidupan
sehari-hari(1) Gelombang radioSuatu rangkaian elektronika yang
biasanya disebut dengan osilator dapat membangkitkan gelombang
radio yang dapat dipancarkan dan diterima dengan menggunakan alat
yang disebut antena. Gelombang radio dapat dibedakan berdasarkan
rentang frekuensi dan panjang gelombang,Berdasarkan rentang
frekuensi, gelombang radio dibedakan menjadi :(a) Frekuensi rendah
(30 kHz - 300 kHz) (b) Frekuensi sedang (300 kHz - 3 MHz) (c)
Frekuensi tinggi (3 MHz - 30 MHz )(d) Frekuensi sangat tinggi (30
MHz - 300 MHz) (e) Frekuensi ultra tinggi (300 MHz 3 GHz)(f)
Frekuensi super tinggi (lebih dari 3 GHz)Sedangkan, berdasarkan
panjang gelombangnya, gelombang radio dibedakan menjadi :(a)
Gelombang panjang (1500 m) (b) Gelombang sedang (300 m) (c)
Gelombang pendek (30 m)(d) Gelombang sangat pendek (3 m) (e)
Gelombang ultra pendek (30 cm) (f) Gelombang mikro (3 cm)Gelombang
radio banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti
komunikasi jarak jauh, radar, satelit komunikasi, dan telepon.
Gelombang radio yang digunakan dalam komunikasi adalah
gelombang.Gelombang sedang dapat dipantulkan oleh lapisan atmosfer
bumi yaitu pada lapisan ionosfer, sehingga informasi yang dibawa
oleh gelombang medium dapat mencapai tempat- tempat yang jauh dari
pemancar.(a) Gelombang radio Amplitude Modulation (AM)Pada sistem
ini gelombang suara dipancarkan oleh gelombang radio, dengan
gelombang radio mengalami perubahan amplitudo sesuai dengan
amplitudo suara, gelombang AM mempunyai frekuensi antara 104 Hz
sampai109 Hz.(b) Gelombang radio Frequency Modulation (FM)Pada
gelmbang FM, frekuensi gelombang radio mengalami gangguan pada
rapatannya sesuai dengan amplitudo gelombang suara.(2) Gelombang
televisiPemancar televisi bekerja dengan menggunakan perubahan
frekuensi dalam pengiriman informasi yang digabung denga sinyal
audio (suara) visual (gambar). Frekuensi yang digunakan dibedakan
atas Ultra High Frequency (UHF) atau Very High Frequency (VHF).(3)
Gelombang mikro atau RadarGelombang mikro dibangkitkan oleh
rangkaian elektroda seperti rangkaian osilasi listrik. Contoh
alat-alatnya adalah klystron, magnetron, dan Travelling Wave Tube
(TMT). Gelombang mikro adalah gelombang pendek (1 mm 30 cm) dengan
frekuensi sekitar 1010 Hz, sehingga dapat digunakan pada sistem
radar yang difungsikan untuk navigasi pertahanan udara, untuk
mempelajari sifat atom dan molekul dari suatu zatdan untuk mengukur
kedalaman laut.(4) Sinar inframerahSinar inframerah dibangkitkan
oleh elektron dalam molekul yang digetarkan, misalnya jika benda
dipanaskan. Sinar inframerah dengan rentang panjang gelombang
antara 7,8 x 10-7 m 3 x10-6 m, sehingga dengan energi yang tinggi
mampu menembus kabut dan awan tebal sehingga dapat digunakan untuk
membuat foto jarak jauh. Sinar inframerah dalam bidang kedokteran
digunakan untuk penyinaran padaproses penyembuhan penyakit
encok.(5) Cahaya tampakCahaya tampak yang mempunyai frekuensi
1015Hz dibangkitkan oleh molekul dan atom-atom karena elektron-
elektron terluarnya mengalami perpindahan energi ke pita energi di
atas dan kemudian kembali ke pita energi semula.. Cahaya tampak
berfungsi sebagai alat bantu untuk penglihatanmata. Cahaya tampak
terdiri dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu.(6)
Sinar ultravioletCahaya ultraviolet yang mempunyai frekuensi 1015
Hz sampai 1016 Hz memiliki panjang gelombang 6 x 10-8 msampai 3,6 x
10-7 m. Matahari merupakan sumber dari gelombang
ultraviolet.Kegunaannya antara lain sebagai berikut : (a)
Menghitamkan plat foto.(b) Membunuh kuman-kuman.(c) Digunakan untuk
pembuatan IC (Integrated Circuit).(7) Sinar-XSinar-X memiliki
panjang gelombang antara 10-18 m sampai 10-8 m. Sinar-X memiliki
daya tembus yang kuat karena memiliki energi yang besar. Sinar-X
dapat diperoleh dengan cara menembak inti atom. Sinar-X digunakan
sebagai diagnosa kesehatan, misalnya untuk Rontgen. Sinar X
jugadigunakan untuk menganalisis struktur atom dan Kristal. Sinar-
X memiliki frekuensi 1016 Hz sampai 1020 Hz. Kelemahannya adalah
untuk pemeriksaan anggota tubuh dengan sinar tidak boleh terlalu
lama, karena membahayakan.(8) Sinar gammaSinar gamma dihasilkan
oleh bahan-bahan radioaktif karena aktivitas inti atomnya. Sinar
gamma memiliki frekuensi terbesar dalam spekrum gelombang
elektromagnetik,yaitu 1020 Hz 1025 Hz dengan panjang gelombang atom
110-4 . Sinar ini memiliki daya tembus yang sangat besar,mampu
menembus timah besi. Sinar ini dihasilkan oleh atom-atom yang tidak
stabil. Kelemahan sinar gamma adalah jika diserap pada jaringan
hidup sinar gamma akan menyebabkan efek yang serius seperti mandul
dan kanker.C. Kerangka BerpikirPada proses pembelajaran di sekolah,
guru masih menggunakan LKS konvensional. LKS konvensinal adalah LKS
yang tinggal pakai, tinggal beli, instan, serta tanpa upaya
merencanakan, menyiapkan, dan menyusun sendiri.LKS merupakan salah
satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan
keterlibatan siswa atau aktivitas dalam proses belajar mengajar
(Darmodjo dan Kaligis,1993:40) yang dapat membantu guru dalam
memudahkan proses belajar mengajar dan mengarahkan siswanya untuk
dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri dalam
kelompok kerja. Untuk itu diperlukan pengembangan LKS dalam
pembelajaran.Penerapan LKS berbasis learning cycle 7E dapat
membantu siswa untuk mengembangkan diri mereka khususnya kemampuan
berpikir kritis. Proses pembelajaran akan bersifat student centered
( berpusat pada siswa) dan siswa akan menjadi lebih aktif.Menurut
Abruscato (2010:44) Learning Cycle are models of how people
encounter and acquire new knowledge, model pembelajaranLearning
Cycle adalah model bagaimana orang menemukan dan memperoleh
pengetahuan baru. Dengan demikian dengan adanya pengembangan LKS
berbasis learning cycle 7E, membantu siswa menemukan dan memperoleh
pengetahuan baru berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi siswa
masing-masing, maka siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan meningkatkan kasil belajar. Adapun skematis kerangka
berpikirdalam penelitian ini sebagaimana pada gambar 2.4
berikut:Visi, Misi, dan StrategiSistem Pendidikan
NasionalKTSPFISIKAModel Pembelajaran
Media PembelajaranSiklus Belajar
Kolaborasi
LKSSiswaHasil Belajar
Berpikir KritisGambar 2.4 Kerangka berpikirBAB IIIMETODE
PENELITIANA. Desain PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan produk media pembelajaran berupa Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) pada pembelajaran fisika model pembelajaran berbasis Siklus
Belajar (Learning Cycle).Penelitian ini menggunakan rancangan dan
pendekatan penelitian pengembangan (research & development / R
& D) atau termasuk dalam penelitian pengembangan.Model R &
D yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus 4-D
oleh Thiagarajan dan Sammel (1974). Model ini terdiri dari 4 tahap
pengembangan, yaitu Define (pendefinisian), Design (Perancanaan),
Develop ( Pengembangan), dan Disseminate (penyebaran). Keempat
tahapan dari model 4-D menurut Thiagrajan dan Sammel (1974) yang
akan digunakan secara umum dapat digambarkan dalam
baganpengembangan di bawah ini :461. Tahap PendefinisianAnalisis
PermasalahanAnalisis SiswaAnalisis Tugas Analisis KonsepAnalisis
Tujuan PembelajaranGambar 3.1. Tahap PendefinisianModel
Pengembangan 4-D (Thiagarajan dan Sammel, 1974: 6)2. Tahap
PerancanganAnalisis Siswa Analisis Tujuan PembelajaranPemilihan
MediaPemilihan FormatRancangan AwalGambar 3.2. Tahap
PerancanganModel Pengembangan 4-D (Thiagarajan dan Sammel, 1974:
7)3. Tahap PengembanganPenyusunan TesAcuan Patokan
Rancangan awalValidasi AhliUji PengembanganGambar 3.3. Tahap
PengembanganModel Pengembangan 4-D (Thiagarajan dan Sammel, 1974:
8)4. Tahap PenyebaranUji PengembanganUji
ValidasiPengemasanPenyebaran dan PemakaianGambar 3.4. Tahap
PeyebaranModel Pengembangan 4-D (Thiagarajan dan Sammel, 1974: 9)B.
Prosedur Penelitian1. Tahap pendefinisian (Define)Tujuan dalam
tahap ini adalah untuk menetapkan dan mendefinisikan
kebutuhan-kebutuhan di dalam proses pembelajaran. Di dalam
menetapkan kebutuhan pembelajaran dengan kurikulum yang berlaku,
tingkat atau tahap pengembangan siswa, dan kondisi sekolah. Ada
lima langkah pokok dalam tahap ini, yaitu analisis permasalahan,
analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas, dan analisis
tujuan pembelajaran.a. Analisis permasalahanBertujuan untuk
memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam
pembelajaran Fisika, sehingga dibutuhkan pengembangan media
pembelajaran berupa LKS.Berdasarkan hasil observasi mengenai proses
pembelajaran di SMA Negeri 2 Bantul dari wawancara dengan guru,
proses pembelajaran sekolah secara umum masih berpusat kepada guru.
Guru kelas menyampaikan materi, sedangkan siswa hanya mendengarkan
dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu sekolah
masih menggnakan LKS bersifat konvensional. LKS belum dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran yang membimbing siswa untuk
lebih memahami materi yang akan dipelajarinya. LKS ini memiliki
keterbatasan dalam meningkatkankompetensi siswa dari berbagai aspek
sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.Dapat disimpulkan
pembelajaran yang timbul dalam pembelajaran fisika saat ini antara
lain: (1) LKS yang digunakan sekolah masih LKS konvensional, (2)
Materi dalam LKS konvensional sering kali tidak sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikatornya sehingga siswa tidak dapat
memperoleh pengetahuan baru, (3) pembelajaran masih berpusat pada
guru.Berdasarkan permasalahan tersebut dapat dijadikan sebagai
dasar dalam menentukan pengembangan LKS yang dibutuhkan agar dalam
penerapannya tepat dan efisien. Maka diperlukan kesesuaian
permasalahan yang ada dengan model pembelajaran yang
dikombinasikan. Model pembelajaran learning Cycle 7E merupakan
model yang tepat dalam pengembangan LKS.b. Analisis siswaMerupakan
telaah karakteristik siswa. Karakteristik siswa adalah keseluruhan
pola kelakuan kemampuan yang ada pada siswa sebagai kelas X berada
pada taraf tingkat operasinal formal yang hasil dari pembawaan dan
lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam
meraih cita- citanya.Pada tahap operasional formal, anak sudah
mulai berpikir abstrak, terutama pada anak-anak yang cerdas.
Kemampuan berpikir abstrak meliputi semua kemapuan berpikir pada
tahapoperasional sebelumnya yaitu tahap sensori-motor (0-2 tahun),
tahap pra- operasional (2-7 tahun), dan tahap operasional (7-11
tahun). Selain itu, kemampuan ini ditambahkan dengan kemampuan
untuk mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya dan struktur berpikir
yang baru.Usia pada tahapan operasional formal merupakan usia
operasi mental yang dapat memikirkan bentuk-bentuk simbolik dan
ditampilkan atas pemikiran-pemikiran sebagai suatu benda yang
konkrit, perbandingan, kontras, deduksi, dan inferensi pemikiran
dapat dilakukan lebih dari hal- hal dan keadaan konkrit, hubungan
antar dan antara simbol untuk kepentingan pembangun konsep dari
hal-hal yang belum pernah dialami secara langsung, dapat dimengerti
(abstraksi).Pada dasarnya belajar dengan melibatkan objek
sebenarnya secara langsung akan lebih mudah ditangkap atau diserap
dan lebih tahan lama dalam ingatan siswa. Penggunaan media yang
dapat menampilkan obyek sebenarnya akan sangat membantu siswa dalam
belajar.c. Analisis tugasMerupakan kumpulan prosedur untuk
menentukan isi dalam satuan pembelajaran dengan merinci isi materi
ajar secara garis besar. Hasil dari analisis tugas yang tertuang
dalam LKS sebagai perangkat pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian.Penyususan LKS berpedoman pada standar Kompetensi
danKompetensi dasar KTSP SMA Fisika. d. Analisis konsepMerupakan
identifikasi konsep- konsep utama yang akan diajarkan dan meyusun
secara sistematis serta mengkaitkan suatu konsep dengan konsep yang
relevan, sehingga membentuk suatu peta konsep. Pada dasarnya
konsep-konsep yang tedapat dalam peta konsep saling berkaitan
secara keseluruhan. Dengan demikian, agar siswa mudah memahami
konsep-konsep yang dibahas, maka konsep-konsep tersebut perlu di
urutkan sehingga sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang
telah diperoleh siswa pada pembelajaran atau pertemuan
sebelumnya.e. Analisis tujuan pembelajaranHasil analisis tugas dan
analisis konsep digunakan sebagai acuan untuk merumuskan indikator
pencapaian hasil belajar dan tujuan pembelajaran, sebagai
penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Perumusan
tujuan pembelajaran merupakan dasar untuk mendesain perangkat
pembelajaran dan penyusunan tes.2. Tahap perencanaan (Design)Tahap
ini memiliki tujuan untuk menyiapkan prototipe perangkat
pembelajaran, dengan langkah yaitu:a. Pemilihan mediaMedia yang
akan digunakan harus sesuai dengan tujuan untuk menghasilkan produk
sebagai alat penyampaian materi penalaran dan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, media tersebut adalah LKS.b. Pemilihan
formatFormat perangkat pembelajaran yang dikembangkan berorientasi
pada model pembelajaran Learning Cycle 7E meliputi Elicit,
Enggagement, Exploration, Explanation, Elaboration, Evaluation,
hingga Extand dan sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar
kurikulum SMA 2006.c. Rancangan awal LKSPenyusunan rancangan awal
LKS akan menghasilkan draftLKS yang di dalamnya sekurang-kurangnya
mencakup:(1) Judul LKS yang menggambarkan materi yang akan
dituangkan di dalam LKS .(2) Menentukan standar kompetensi,
kompetensi dasar.Kompetensi dasar yang memenuhi pengembangan LKS
adalah a) KD 6.1 mendeskripsikan spectrum
gelombangelektromagnetik.b) KD 6.2 menjelaskan aplikasi gelombang
elektromagnetik pada kehidupan sehari-hari.(3) Tujuan yang akan
dicapai siswa setelah mempelajari suatu materi dengan menggunakan
LKS.(4) Prosedur atau kegiatan yang harus diikuti siswa untuk
mempelajari materi dengan menggunakan LKS sesuai dengan tahapan LKS
yaitu mulai dari Elicit, Enggagement, Exploration, Explanation,
Elaboration, Evaluation, hingga Extand.a) ElicitFase untuk
mengetahui sampai dimana pengetahuan awal siswa terhadap materi
gelombang elektromagnetik dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari
pemikiran siswa serta menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam LKS. Fase ini dimulai
dengan pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang
akan dipelajari dengan mengambil contoh yang mudah yang diketahui
siswa seperti kejadian sehari-hari yang secara umum memang
terjadi.b) EngagePada tahapan ini, siswa dikenalkan dengan
penerapan konsep yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Kegiatan dalam tahap engage merupakan kegiatan demontrasi dengan
memaparkan video yang telah disediakan oleh guru,kemudian
diperhatikan oleh siswa. Peristiwa yang terjadi dari kegiatan
demontrasi akan dicatat oleh siswa melalui jawaban pertanyaan yang
terdapat pada LKS.c) ExploreFase ini membawa siswa pada pada
pengalaman langsung dengan konsep. Siswa dapat mengobervasi teks
informasi yang telah disediakan dan menyelidiki sebagai penjelasan
konsep yang digunakan pada kegiatan elicit dan engage . Pada
kegiatan explore, mereka dapat mencarinya pada buku atau sumber
pengayaan yang telah disediakan.d) ExplainFase yang didalamnya
berisi ajakan terhadap siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan
definisi-definisi awal yang mereka dapatkan ketika fase explore,
dan engage. Kemudian dari definisi dan konsep yang telah ada
didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi yang
lebih formal. Melalui kegiatan ini diharapakan siswa dapat memahami
konsep suatu materi dengan baik.e) ElaborateFase yang bertujuan
untuk membawa siswa menjelaskan definisi-defiisi, konsep-konsep,
dan keterampilan-keterampilan pada permasalahan- permasalahan yang
berkaitan dengan contoh dari kegiatan tahap sebelumnya.f)
ExtendFase yang bertujuan untuk berfikir, mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari bahkan
kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan konsep
yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum
mereka pelajari dalam materi gelombang elektromagnetik.g)
EvaluateFase evaluate merupakan tahap akhir yang mengharapkan siswa
untuk menunjukkan pengetahuan pemahaman yang telah dipelajari.
Evaluasi berfungi sebagai saran bagi peserta didik untuk menguji
penguasaan materi yang dipelajari dalam satu topik sesuai dengan
tujuan pembelajaran.(5) Soal- soal Latihan atau Tugas yang
berhubungan pembelajaran yang dikerjakan siswa sebelum dan harus
diselesaikan oleh siswa dan untuk mengukur tingkat atau level
perkembangan aspek kognitif siswa.3. Tahap pengembangan
(Develop)Hasil tahap pengembangan produk merupakan hasil terjemahan
dari tahap perencanaan. Bagianbagian yang sudah direncanakan dalam
tahap perencanaan akan disusun dan didesain sedemikian rupa
sehingga menjadi sebuah draft produk dalam tahap ini.Draft produk
yang sudah jadi kemudian divalidasikan dan dilakukan penilaian
kepada 2 dosen ahli, 2 guru SMA, dan 2 peer reviewer (teman
sejawat) sebagai validator. Draft produk yang sudah divalidasikan
kepada dosen ahli, reviewer, peer reviewer dan akan memperoleh
penilaian dan masukan untuk dijadikan perbaikan sebelum dilakukan
uji coba ke lapangan. Hasil dari validasi akan mempermudah untuk
melakukan revisi pada draft produk. Setelah direvisi kembali, maka
produk dapat divalidasi kembali namun hanya pada pakar dosen,
sehingga mendapat hasil yang layak untuk produk yang digunakan
untuk uji coba lapangan.Tahap pengembangan ini bertujuan untuk
menghasilkan Lembar kegiatan siswa (LKS) berbasis Learning Cycle 7E
yang sudah direvisi berdasarkan para ahli dan hasil uji coba ke
siswa.a. Validasi dosen ahli diikuti dengan revisiPenilaian dosen
ahli terhadap LKS merupakan validasi instrument penilaian berupa
LKS untuk mata pelajaran fisika dengan model pembelajaran learning
cycle 7E. Berdasarkan evaluasi dosen ahli, diperoleh saran atau
masukan mengenai kekurangan LKS yang dikembangkan. Berikut saran
dan masukan dari dosen ahli materi dan media.(1) Saran atau masukan
dari dosen ahli materi:(a) Penulisan sumber pustaka sebaiknya
mengikuti aturan baku.(b) Sumber baca atau teks dapat ditambahkan
tulisan sendiri (mungkin satu alinea) sebagai komentar atau
pendapat sehingga tidak hanya menyalin.(c) Perbaikan terhadap salah
ketik dan salah bahasa harus lebih cermat supaya tidak
membingungkan siswa.(2) Saran atau masukan dari dosen ahli
media:(a) Untuk penulisan di sebagai kata awalan dan sebagai kata
depan harus dibedakan.(b) Peletakkan atau ukuran gambar harus
disesuaikan dengan ruangan pada LKS.(c) Komparasi warna perlu
disesuaikan.b. Validasi guru SMABerdasarkan evaluasi guru fisika,
diperoleh saran atau masukan mengenai kekurangan LKS yang
dikembangkan . berikut adalah saran dan masukan dari dua guru SMA
yang akan diteliti:(1) Saran dan masukan dari guru fisika 1:(a)
Perbaikan kalimat yang digunakan agar bahasanya sederhana dan mudah
dipahami oleh siswa.(b) Perbaikan kata atau kalimat yang salah
dalam penulisannya.(2) Saran dan masukan dari guru fisika 2:(a)
Perhatikan tempat untuk menuliskan jawaban agar disesuai kembali
cukup atau tidak bagi siswa untuk menuliskan jawaban uraian.c.
Validasi Teman SejawatTeman sejawat merupakan salah satu validator
yang bertugas untuk menilai kelayakan LKS yang sedang dikembangkan
oleh peneliti. Validator ini adalh dua rekan sejawat dari program
pascasarjana UAD. Berikut saran atau masukan dari dua validator
teman sejawat:(1) Saran atau masukan dari teman sejawat 1:(a)
Tulisan keterangan gambar pada LKS harus diperjelas agar tidak
membingungkan siswa.(2) Saran atau masukan dari teman sejawat 2:(a)
Diperlukan penambahan gambar agar siswa lebih menarik.d. Uji coba
dengan siswaUji coba penggunaan LKS dalam pembelajaran Fisika akan
dilakukan di SMA di kelas X. Tujuan dan uji coba adalah untuk
mengoperasionalkan LKS yang dikembangkan dan perangkat pembelajaran
yang diperlukan. Hasil uji coba ini akan dijadikan sebagai masukan
atau perbaikan produk akhir LKS. Ujicoba lapangan, selain
dimaksudkan untuk mengoperasionalkan produk akhir LKS, juga untuk
mengetahui hasil penerapan LKS dalam pembelajaran fisika, meliputi
kelayakan LKS dalam pembelajaran fisika, dan peningkatan terhadap
hasil belajar kognitif siswa dan pengembangakan kemampuan berpikir
kritis siswa.4. Tahap penyebaran (Disseminate)Tahap ini merupakan
tahapan penggunaan perangkat yang telah dikembangkan dalam
penelitian ini adalah LKS Berbasis Learning Cycle 7E yang telah
dikembangkan pada skala yang lebih luas. Pada penelitian ini tahap
penyebarluasan dilakukan terbatas sekolah yang di uji cobakan
dengan menggunakan satu kelas uji coba.C. Uji Coba Produk1. Desain
uji cobaUji coba produk diterapkan pada siswa kelas X yang di ambil
dengan cara random sampling. Pada tahap ini dilakukan pembelajaran
dan observasi.Setelah pemberian perlakuan selesai, maka siswa
treatment untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar siswa dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.2. Subjek uji cobaSubjek
penelitian untuk uji coba produk yang dikembangkan dalam penelitian
ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Bantul semester 2 Tahun
ajaran 2012/2013. Subjek uji coba di lapangan menggunakan satu
kelas.3. Jenis dataBerdasaran tujuannya, penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan, maka data yang diperoleh terdiri atas dua
jenis data yaitu :Data primer, yaitu data tentang kualitas
kelayakan lembar kegiatan siswa (LKS) hasil pengembangan. Data yang
dikumpulkan berupa hasil validasi ahli materi, ahli media, teman
sejawat, dan guru. Data tersebut meliputi skor penilaian dari aspek
kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek penyajian, aspek kegrafikan.
Dan lainnya berupa komentar dan saran dari para ahli, teman
sejawat, guru fisika.Data sekunder yang diperoleh adalah data yang
diperoleh dari kegiatan pembelajaran. Data tersebut merupakan data
hasil belajar siswa aspek kognitif yang diperoleh dari kegiatan
setelah pembelajaran menggunakan LKS hasil pengembangan dan data
kemampuan berpikir kritis siswa.4. Instrumen pengumpulan dataAdapun
rincian instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam uji coba, sebagai berikut:a. Angket/ KuesionerKuesioner
sebagai lembar penilaian produk digunakan untuk mendapatkan data
tentang kelayakan LKS hasil pengembangan ditinjau dari aspek
kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek penyajian, aspek kegrafikan.
Kuesioner tersebut diperuntukkan bagi ahli materi, ahli media,
teman sejawat, guru fisika. Penyusunan instrument kuesioner
dilakukan berdasarkan kisi- kisi, dan sebelum digunakan, kuesioner
telah dikoreksi terlebih dahulu oleh dosen pembimbing serta ahli.
Lembar kuesionar mengacu pada syarat didaktik, konstruksi dan
teknis. Instrument kuesioner disusun dengan menggunakan skala
likert.b. Tes hasil belajarInstrument ini digunakan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi ajar setelah
belajar menggunakan LKS hasil pengembangan.Tes hasil belajar yang
digunakan berbentuk pilihan ganda. Tes pilihan ganda yang digunakan
adalah pilihan ganda yang terdiri dari lima pilihan jawaban.c.
Lem