Top Banner
25 BAB II PEMBAHASAN A. PERUBAHAN PADA SISTEM SENSORI PERSEPSI KARENA PROSES PENUAAN Banyak lansia mempunyai masalah sensoris yang berhubungan dengan perubahan normal akibat penuaan. Perubahan ini tidak terjadi pada kecepatan yang sama atau pada waktu yang sama untuk semua orang dan tidak selalu jelas atau dramatis. Perubahan sensoris dan permasalahan yang dihasilkan mungkin merupakan factor yang turut berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup yang bergerak ke arah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negative tentang kehidupan. Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan yang baru, berespons terhadap bahaya, dan menginterpretasikan masukan sensoris dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Isolasi dapat diakibatkan oleh perubahan penglihatan dan pendengaran. Lansia dengan masalah penglihatan atau pendengaran mungkin enggan untuk berspekulasi ke luar rumah karena ketidakmampuan mereka untuk membedakan tanda yang mudah dibaca secara sekilas atau mengenali permukaan yang keras/kasar. Lansia dengan kerusakan
58

Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

Aug 06, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERUBAHAN PADA SISTEM SENSORI PERSEPSI KARENA PROSES

PENUAAN

Banyak lansia mempunyai masalah sensoris yang berhubungan dengan

perubahan normal akibat penuaan. Perubahan ini tidak terjadi pada kecepatan yang

sama atau pada waktu yang sama untuk semua orang dan tidak selalu jelas atau

dramatis. Perubahan sensoris dan permasalahan yang dihasilkan mungkin

merupakan factor yang turut berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup

yang bergerak ke arah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negative

tentang kehidupan.

Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling

berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan

yang baru, berespons terhadap bahaya, dan menginterpretasikan masukan sensoris

dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Isolasi dapat diakibatkan oleh

perubahan penglihatan dan pendengaran. Lansia dengan masalah penglihatan atau

pendengaran mungkin enggan untuk berspekulasi ke luar rumah karena

ketidakmampuan mereka untuk membedakan tanda yang mudah dibaca secara

sekilas atau mengenali permukaan yang keras/kasar. Lansia dengan kerusakan

pendengaran mungkin memberikan respon yang tidak sesuai selama percakapan,

menimbulkan rasa malu dan menghindar dari komunikasi verbal. Perubahan

penglihatan dan pendengaran mungkin juga menyebabkan kesalahan dalam

menginterpretasi stimulus sensasi di dalam lingkungan.

Persepsi sensori memungkinkan seseorang menghargai dan berespon

terhadap lingkungan, termasuk pemandangan yang menarik dan bergerak, music

yang indah, diskusidan debat yang menarik, hiburan didalam dan diluar rumah,

makanan yang rasanya enak, berbagai keharuman yang sangat menyenangkan, dan

Page 2: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

sentuhan seseorang yang dicintai. Persepsi sensori juga memberikan pertahanan

sebagai respons terhadap lingkungan serta bertindak sebagai system keamanan

seseorang terhadap sesuatu yang dapat mengakibatkan permasalahan.

Indra pengecap dan penciuman merupakan indra yang penting, tetapi

perubahan dalam indra-indra ini tidak mengakibatkan perbedaan yang jelas dalam

respons lansia terhadap lingkungan. Namun, persepsi sensoris dalam penciuman

dan pengecapan dapat memfasilitasi respons seseorang terhadap situasi yang

menyenangkan juga terhadap biaya. Sebagai contoh, seorang lansia mungkin tidak

mampu untuk mendeteksi makanan yang telah basi, sehingga dapat menyebabkan

lansia tersebut memakan zat yang mengandung toksin.

Semua indra manusia memainkan peranan dalam respons perceptual

seseorang terhadap lingkungan. Indra-indra tersebut juga dapat memungkinkan

seseorang untuk beradaptasi terhadap situasi yang kompleks dan berubah dalam

aktivitas kehidupan sehari-hari.

PENGLIHATAN

PERUBAHAN DALAM PENUAAN

Defisit sensori ( misalnya, perubahan penglihatan ) dapat merupakan bagian

dari penyesuaian berkesinambungan yang datang dalam kehidupan usia lanjut.

Perubahan penglihatan mempengaruhi pemenuhan AKS. Perubahan penglihatan

dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan

kemampuan untuk melakukan akomodasi, konstriksi pipil akibat penuaan, dan

perubahan warna serta kekeruhan lensa mata ( katarak ).

Perubahan penglihatan pada awalnya dimulai dengan terjadinya awitan

presbiopi kehilangan kemampuan akomodatif. Perubahan kemampuan akomodatif

ini pada umumnya dimulai pada dekade keempat kehidupan, ketika seseorang

memiliki masalah dalam membaca huruf-huruf yang kecil. Kerusakan kemampuan

Page 3: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

akomodasi terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lama dan lebih kendur, dan

lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan

untuk memusatkan pada ( penglihatan jarak dekat ) kondisi ini dapat dikoreksi

dengan lensa seperti kacamata jauh dekat. ( bifokal ).

Ukuran pupil menurun (miosis pupil) dengan penuaan karena sfinkter pupil

mengalami sklerosis. Miosis pupil ini dapat mempersempit lapang pandang

seseorang dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu, tetapi

tampaknya tidak benar-benar mengganggu kehidupan sehari-hari.

Perubahan warna (misalnya: menguning) dan meningkatnya kekeruhan

lensa kristal yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menimbulkan katarak. Katarak

menimbulkan berbagai tanda dan gejala penuaan yang mengganggu penglihatan

dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat suatu selaput

di atas mata adalah suatu gejala umum, yang mengakibatkan kesukaran dalam

memfokuskan penglihatan dan membaca. Kesukaran ini dapat dikoreksi untuk

sementara dengan penggunaan lensa. Selain itu, lansia harus didororng untuk

menggunakan lampu yang terang dan tidak menyilaukan. Sensitivitas terhadap

cahaya sering terjadi, menyebabkan lansia sering mengedipkan mata mata terhadap

cahaya terang atau ketika berada di luar pada siang hari yang cerah. Sensitivitas

cahaya dapat mengakibatkan kecenderungan lansia untuk tetap tinggal di dalam

ruangan atau menggunakan kaca mata hitam. Sinar yang menyilaukan atau

lingkaran cahaya (“halo”), yang disebabkan oleh oleh penyebaran cahaya,

memengaruhi dalam mengemudi, terutama pada malam hari ketika menghadapi

sinar yang sangat terang dari lampu besar mobil. Kedaan ini dapat berbahaya dan

mungkin menyebabkan suatu kemunduran dalam aktivitas social pada sore hari jika

lansia tersebut terlalu segan untuk meminta bantuan dalam mengemudi.

Berkurangnya penglihatan pada malam hari dapat mengakibatkan kesukaran dalam

Page 4: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

mengemudi dan ambulasi. Lansia memerlukan penggunaan cahaya pada malam

hari di dalam rumah dan waktu tambahan untuk melakukan penyesuaian

penglihatan terhadap perubahan kekuatan penerangan ketika meninggalkan suatu

lingkungan yang memiliki pencahayaan baik ke suatu lingkungan dengan

penerangan yang redup. Katarak juga mengakibatkan gangguan dalam persepsi

kedalaman atau stereopsis, yang menyebabkan masalah dalam menilai ketinggian.

Lansia harus diajarkan untuk menggunakan tangan mereka sebagai pemandu pada

pegangan tangga dan utnuk menggunakan cat berwarna terang pada bagian tepi

anak tangga. Perubahan dalam persepsi warna terjadi seiring dengan pembentukan

katarak dan mengakibatkan warna yang muncul tumpul dan tidak jelas, terutama

warna - warna terang seperti kuning, orange, merah direkomendasikan untuk

memudahkan dalam membedakan warna. Sakit mata atau rasa tidak nyaman pada

mata mungkin dialami oleh beberapa lansia karena pada lansia karena pada saat

katarak terbentuk akan dapat meningkatkan tekanan intraocular (TIO) untuk

sementara. Hal yang penting dilakukan adalah melakukan pemeriksaan penglihatan

dan tekanan pada mata secara teratur dan untuk melakukan operasi pengangkatan

katarak ketika telah siap.

Perubahan normal yang berhubungan

dengan penuaan

Implikasi klinis

Page 5: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

PENGLIHATAN

Penurunan kemampuan akomodasi

konstriksi pupil senilis peningkatan

kekeruhan lensa dengan perubahan warna

menjadi menguning

PENDENGARAN

Penurunan fungsi sensorineural secara

lambat

Kesukaran dalam membaca huruf – huruf

yang kecil,penyempitan lapang pandang,

penglihatan yang kabur, sensitivitas

terhadap cahaya penurunan penglihatan

pada malam hari, kesukaran dengan

persepsi kedalaman

Kehilanagan pendengaran secara bertahap

PENDENGARAN

PERUBAHAN PADA PENUAAN

Palumbo menyatakan bahwa “pendengaran adalah suatu kecacatan dan sering

diabaikan yang dapat secara dramatis mempengaruhi kualitas hidup seseorang (hlm

36).penurunan pendengaran adalah masalah kesehatan kedua yang paling umum yang

mempengaruhi lansia. Beberapa orang menyatakan bahwa hal tersebut memiliki efek yang

bergerak seperti gelombang yang dapat memengaruhi area dasar tertentu dari penampilan

manusia, menurunkan kenikmatan hidup dan menurunkan interaksi dengan orang lain dan

rekreasi di luar rumah.

Pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun, antara 28 dan 55% mengalami gangguan

pendengaran dalam derajat yang berbeda. Diantaara mereka yang berusia lebih dari 80

tahun, 66% mengalami gangguan pendengaran. Diperkirakan 90% orang yang berada

dalam institusi mengalami masalah pendengaran.

Kehilangan pendegnaran pada lansia disebut presbikusis. Mhoon, menggambarkan

fenomena tersebut sebagai “suatu penyakit bilateral pada pendengaranyang berkembang

Page 6: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

secaraprogresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan

penuaan” penyebabnya tidak diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti: nutrisi,

faktor genetik, suara gaduh atau ribut, hipertensi, stres emosional, dan arteriosklerosis.

Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen

konduksi yang berkaitan dengan presbikusis penurunan pendengaran sensorineural terjadi

saat telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf

pendengaran, batang otak, atau jalur kortikal pendengaran). Penyebab dari perubahan

konduksi tidak diketahui, tetapi masih mungkin berkaitandengan perubahan pada tulang di

telinga bagian tengah, dalam bagian koklear, atau di dalam tulang mastoid.

Dalam presbikusis, suara konsonan dengan nada tinggi merupakan yang pertama kali

terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi secara bertahap. Karena perubahan-perubahan

terjadi secara lambat, klien mungkin tidak langsung meminta bantuan yang dalam hal ini

sangat penting sebab semakin cepat kehilangan pendengaran dapat di detifikasi dan alat

bantu diberikan, semakin besar untuk kemungkinan berhasil. Karena kehilangan

pendengaran pada umumnya berlangsung secara bertahap, seseorang mungkin tidak

menyadari perubahannya sampai diberitahu oleh seseorang yang mengatakan bahwa ia

menjadi “susah mendengar”.

Dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanjut usia adalah ketidak mampuan

untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan untuk mendeteksi suara dengan nada

frekuensi yang tinggi seperti beberapa konsonan (misalnya f, s, sk, sh, dan l). Perubahan-

perubahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga. Berbagai alat yang tersedia

saat ini digunakan untuk memeriksa adanya gangguan pendengaran seperti otoskop dengan

pemeriksaan histologi, mikrobiologi, dan biokimia, secara pemeriksaan radiologi.

Pemeriksaan otologis dan audiologis yang seksama sangat penting dilakukan.

B. TEORI PENUAAN

1. Teori Biologis

Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses fisik penuaan

yang meliputi perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan, panjang usia

Page 7: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

dan kematian (Christofalo dalam Stanley).Perubahan yang terjadi di dalam tubuh

dalam upaya berfungsi secara adekuat untuk dan melawan penyakit dilakukan

mulai dari tingkat molekuler dan seluler dalam sistem organ utama. Teori biologis

mencoba menerangkan menganai proses atau tingkatan perubahan yang terjadi

pada manusia mengenai perbedaan cara dalam proses menua dari waktu ke waktu

serta meliputi faktor yang mempengaruhi usia panjang, perlawanan terhadap

organisme dan kematian atau perubahan seluler.

a. Teori Genetika

Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan merupakan

suatu proses yang alami di mana hal ini telah diwariskan secara turun-temurun

(genetik) dan tanpa disadari untuk mengubah sel dan struktur jaringan. Teori

genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan

teori glikogen. DNA merupakan asam nukleat yang berisi pengkodean mengenai

infornasi aktivitas sel, DNA berada pada tingkat molekuler dan bereplikasi sebelum

pembelahan sel dimulai, sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pengkodean DNA

maka akan berdampak pada kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan malfungsi

organ.

Pada manusia, berlaku program genetik jam biologi di mana program

maksimal yang diturunkan adalah selama 110 tahun. Sel manusia normal akan

membelah 50 kali dalam beberapa tahun. Sel secara genetik diprogram untuk

berhenti membelah setelah mencapai 50 divisi sel, pada saat itu sel akan mulai

kehilangan fungsinya. Teori genetika dengan kata lain mengartikan bahwa proses

menua merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan akan semakin terlihat bila usia

semakin bertambah. Teori ini juga bergantung dari dampak lingkungan pada tubuh

yang dapat mempengaruhi susunan molekula

a. Teori Wear And Tear (Dipakai dan Rusak)

Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi

dapat merusak sintesis DNA. August Weissmann berpendapat bahwa sel somatik

nomal memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan

Page 8: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

fungsinya. Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi.

Teori wear and tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang

terseddia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan.

b. Teori Rantai Silang

Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molekular normal yang

dipisahkan mungkin terikat bersama-sama melalui reaksi kimia. Agen rantai silang

yang menghubungkan menempel pada rantai tunggal. dengan bertambahnya usia,

mekanisme pertahanan tubuh akan semakin melemah, dan proses cross-link terus

berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil akhirnya adalah akumulasi silang senyawa

yang menyebabkan mutasi pada sel, ketidakmampuan untuk menghilangkan sampah

metabolik.

c. Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor yang ada dalam lingkungan dapat membawa

perubahan dalam proses penuaan. Faktor-faktor tersebut merupakan karsinogen dari

industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi.

d. Teori Imunitas

Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses

penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan

terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan

sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.1 perubahan sistem imun ini

diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan

dalam sel T intuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun.

Pada sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi

merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu

sendiri.

e. Teori Lipofusin dan Radikal Bebas

Page 9: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat

menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan

dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan

berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan

seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan

pigmen dan kolagen pada proses penuaan.

Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal bebas dapat

menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-produk limbah yang

menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul,

akan terjadi kerusakan membran sel; penuaan diperkirakan karena kerusakan sel

akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi.

Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan dalam lipofusin, bahan limbah

berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran lipofusin pada penuaan mungkin

kemampuannya untuk mengganggu transportasi sel dan replikasi DNA. Lipofusin,

yang menyebabkan bintik-bintik penuaan, adalah dengan produk oksidasi dan oleh

karena itu tampaknya terkait dengan radikal bebas.

f. Teori Neuroendokrin

Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang

terjadinya proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya

keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem saraf.

Hormon dalam tubuh berperan dalam mengorganisasi organ-organ tubuh

melaksanakan tugasnya dam menyeimbangkan fungsi tubuh apabila terjadi

gangguan dalam tubuh.

Pengeluaran hormon diatur oleh hipotalamus dan hipotalamus juga merespon

tingkat hormon tubuh sebagai panduan untuk aktivitas hormonal. Pada lansia,

hipotalamus kehilangan kemampuan dalam pengaturan dan sebagai reseptor yang

mendeteksi hormon individu menjadi kurang sensitif. Oleh karena itu, pada lansia

banyak hormon yang tidak dapat dapat disekresi dan mengalami penurunan

keefektivitasan.

Page 10: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

Penerunan kemampuan hipotalamus dikaitkan dengan hormon kortisol. Kortisol

dihasilkan dari kelenjar adrenal (terletak di ginjal) dan kortisol bertanggung jawab

untuk stres.

g. Teori Medis (Medical Theories)

Teori medis geriatri mencoba menjelaskan bagaimana perubahan biologis yang

berhubungan dengan proses penuaan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh

manusia. Biogerontologi merupakan subspesialisasi terbaru yang bertujuan

menentukan hubungan antara penyakit tertentu dan proses penuaan. Metode

penelitian yang lebih canggih telah digunakan dan banyak data telah dikumpulkan

dari subjek sehat dalam studi longitudinal, beberapa kesimpulan menarik dari

penelitian tiap bagian berbeda.

2. Teori Sosiologi

Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status hubungan

sosial. Teori ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari luar tubuh.

a. Teori Kepribadian

Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa

menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori pengembangan

kepribadian yang dikembangkan oleh Jung menyebutkan bahwa terdapat dua tipe

kepribadian yaitu introvert dan ekstrovert. Lansia akan cenderung menjadi introvert

kerenan penurunan tanggungjawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial.

b. Teori Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi

oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan

yang sukses.pada kondisi tidak danya pencapaian perasaan bahwa ia telah

menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk memiliki rasa

penyeselan atau putus asa

Page 11: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

c. Teori Disengagement (Penarikan Diri)

Teori ini menggambarkan penarikan diri ole lansia dari peran masyarakat dan

tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah

berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.

Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat menyediakan

eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami dan untuk

menghadapi harapan yang belum dicapai.

d. Teori Aktivitas

Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses maka

ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh

arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen

kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya

fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas

mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang

kehidupan.

e. Teori Kontinuitas

Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan dari

perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang

membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin

menurunkan kualitas hidup.

f. Teori Subkultur

Lansia, sebagai suatu kelompok, memiliki norma mereka sendiri, harapan,

keyakinan, dan kebiasaan; karena itu, mereka telah memiliki subkultur mereka

sendiri. Teori ini juga menyatakan bahwa orang tua kurang terintegrasi secara baik

dalam masyarakat yang lebih luas dan berinteraksi lebih baik di antara lansia

lainnya bila dibandingkan dengan orang dari kelompok usia berbeda. Salah satu

hasil dari subkultur usia akan menjadi pengembangan "kesadaran kelompok umur"

Page 12: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

yang akan berfungsi untuk meningkatkan citra diri orang tua dan mengubah definisi

budaya negatif dari penuaan.

3. Teori Psikologis

Teori psikologis merupakan teori yang luas dalam berbagai lingkup karena

penuaan psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, dan juga

melibatkan penggunaan kapasitas adaptif untuk melaksanakan kontrol perilaku atau

regulasi diri.

Teori Kebutuhan Manusia

Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan kebutuhan

manusia. Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan pada lansia.

Setiap manusia yang berada pada level pertama akan mengambil prioritas untuk

mencapai

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN KATARAK

A. DEFINISI

-Katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang

menghalangi sinar masuk ke dalam mata.

-Katarak adalah : Perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dari tembus cahaya

menjadi keruh. Penyakit ini menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan

jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan

menghasilkan bayangan yang kabur pada retina (menurut dr.Setiyo Budi Riyanto,

SpM)

-Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang mengakibatkan lensa mata berselaput

dan rabun. (menurut, Prof Suharjo)

Page 13: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

B. ETIOLOGI

Menurut Ilyas (2005)

1.Faktor genetik ( faktor keturunan)

2. Umur (> 60 tahun) atau faktor imunologis (dengan bertambahnya usiaakan

bertambah cacat imunologik yangg mengakibatkan kerusakan sel)

3.Penyakit mata lain (uveitis)

4.Penyakit sistemik (DM)

5.Catat bawaan sejak lahir

6.A free radical (terkena radiasi terus menerus dalam waktu yang lama)

7.Rokok dan alkohol

8.Operasi mata sebelumnya

C. KLASIFIKASI

Stadium pada katarak senil :

1. Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa

mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa.

Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada

penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator

berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol

mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai

terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan

korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient

kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak

sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu

yang lama. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

Page 14: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

2. Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal

tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-

bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang

mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan

mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik.

Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik

mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

3. Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran

air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan

berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan

mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa

berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ).

Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif. ( Ilyas, Sidarta : Katarak

Lensa Mata Keruh, ed. 2,)

4. Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga

masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka

nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan

mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat

timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta :

Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)

  Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Page 15: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

Shadow test (-) (+) (-) +/-

Visus (+) <  <<  <<< 

Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:

1. Katarak Inti (Nuclear)

Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau

bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.

2. Katarak Kortikal.

Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih

mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan.

Banyak pada penderita DM

3. Katarak Subkapsular.

Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar

masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu

yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua

mata.

D. PATOFLOW TERLAMPIR

E. MANIFESTASI KLINIS

Katarak di diagnosis terutama dengan gejala subjektif. biasanya pasien

melaporkan penurunan ketajaman penglihatan seperti silau dan ganngguan

fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan

tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan

pada pupil sehingga retina tidak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa

sudah menjadi opak, cahaya akan di pendarkan dan bukannya di intransmisikan

dengan yang tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah

pandangan kabur atau redup,menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi

Page 16: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil,yang normalnya hitam, akan

tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama

bertahun- tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk lensa koreksi yang

lebih kuatpun tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak

secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang

menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya,ada yang

mengatur ulang perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari

mata mereka. Ada yang menggunakan topi berkelopak lebar atau kacamata hitam

dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.

Menurut GOI dan Medicastore (2009)

1.Penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut yang menghalangi objek.

2.Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata

3.Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca

4.Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

5.Pandangan menjadi kabur/ redup

6.Pupil tampak abu-abu/ putih

Sulit melihat dimalam hari

F. KOMPLIKASI

Meskipun terjadi perbaikan pengembalian kepandangan penuh yang sempurna pada

ekstraksi katarak dan implantasi, ada juga yang komplikasinya.

Kerusakan endotel kornea

sumbatan pupil

gloukoma

perdarahan

Page 17: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

fistula luka operasi

edema makula sistoid

pelepasan koroid

uveitis dan

endoftalmitis

Dapat diubah posisinya kembali dengan pemberian tetes mata dilator, diikuti

dengan pemberian posisi kepala dan diakhiri dengan tetes mata konstriktor, atau pasien

memerlukan pembedahan lagi untuk mereposisi atau mengangkat IOL. 

Komplikasi yang umum terjadi pada pembedahan adalah pembentukan membran

sekunder, yang terjadi sekitar 25 %pasien dalam 3 sampai 36 bulan setelah

pembedahan. Membran yang terbentuk sering disalah artikan dengan opafikasi kapsul

posterior atau katarak sekunder. Membran ini dibentuk sebagai akibat proliferasi sisa

epitel lensa. Dapat mempengaruhi penglihatan dengan mengganggu masuknya cahaya

dan meningkatkan terjadinya disabilitas silau. Dapat dibuat lubang melalui membran

( kapsulotomi ) dengan jarum atau laser ( laser yag ) untuk mengembalikan

penglihatan. ( Brunner & Suddarth,2002 )

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG PASIEN DIRUJUK KE RUMAH SAKIT

1. EKG : memberikan data dasar’ mendeteksi ketidaknormalan

2. Sinar X dada : menunjukan ukuran jantung, ketidaknormalan paru/kondisi

penyakit, perubahan pada pembuluh darah besar dan struktur tulang.

3. Tes Ketajaman Visual : mengidentifikasi katarak/ masalh penglihatan

lainnya.

4. Tes Tonometer : mengukur tekanan intraokular

5. JDL : menunjukan masalah seperti infeksi, anemia dan ketidaknormalan

lainnya.

Page 18: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

6. Profil kimiawi : mengevaluasi fungsi/ketidakseimbangan tubuh secara

umum.

7. Denyut Oksimetri : menentukan oksigenasi, fungsi pernafasan

8. Tes Skrining Penyakit Menular : TB, HIV, RPR, hepatitis

9. Skrining obat-obatan : sesuai indikasi pemakaian untuk

mengidentifikasikadar terapeutik atau toksik.

10. Urinalisis : memberikan informasi mengenai fungsi ginjal, menentukan

munculnya ISK atau DM.

H. PENATALAKSANAAN PASIEN DI RUJUK KE RUMAH SAKIT

Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan

laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser

baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan

keluar melalui kanula (Pokalo, 1992).

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat

sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka

penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan

sehari-hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari; seperti berdandan,

ambulasi, aktivitas rekreasi, menyetir mobil, dan kemarapuan bekerja, sangat penting

untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita.

Pembedahan diinidikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut

untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam

penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bila

ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kuaalitas hidup, atau bila

visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan

berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti pada diabetes dan glaukoma.

Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang

berusia lebih dari 65. Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia

lokal berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi

Page 19: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

medis. Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada

95% pasien.

Pengambilan keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual

sifatnya. Dukungan finansial dan psiko-sosial dan konsekwensi pembedahan harus

dievaluasi, karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pascaoperasi.

Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesia lokal (retrobulbar atau peribulbar)

yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk

mengatasi perasaan klaustrbfobia sehubungan dengan draping bedah. Anestesi

umum diperlukan bagi yang tak bisa menerima anestesia lokal, yang tak mampu

berkerja sama dengan alasan fisik atau psikologis, atau yang tak berespons terhadap

anestesia lokal.

Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak:

ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah

hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang

menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler

lain, seperti retinopati diabetika.

Ekstraksi Katarak Intrakapsuler

Ekstraksi katarak intrakapsuler (ICGE, intracapsuler cataract extraction) adalah

pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan lensa

diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. bedah

beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas.

Instrumen bedah beku bekerja prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada benda yang

lembab Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsul lentis, kapsul akan

melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut. Yang dahulu merupakan

cara pengangkatan katarak utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena tersedianya

teknik bedah yang lebih canggih

Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler

Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (EGGE, exstracapsular cataract extraction) sekarang

merupakan teknis yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak.

Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini

Page 20: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nukleus lends, dan mengisap sisa

fragraen kortikallunak menggunakan irigasi dan alat hisap. Dengan meninggalkan kapsula

posterior dapat mempertahankan arsitektur bagian posterior mata, jadi mengurangi

insidensi komplikasi yang serius.

Fakoemulsifikasi merupakan penemuan terbaru pada ekstraksi ekstrakapsuler.

Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan

menggunakan alat ultfason frekwensi tinggi untuk memecah nukleus dan korteks lensa

menjadi partikel kecil yang kemudian diaspirasi melalui alat yang sama yang juga

memberikan irigasi kontinus. Teknik ini memerlukan waktu penyenabuhan yang lebih

pendek dan penurunan insidensi astigmatisme pascapperasi. Kedua teknik irigasiaspirasi

dan fakoemulsifikasi dapat mempertahankan Kapsula posterior, yang nantinya, digunakan

untuk penyangga IOL. Ekstraksi katarak dan implantasi IOL dapat dilakukan bersama

dengan transplantasi kornea atau pembedahan untuk glaukoma.

Pengangkatan Lensa. Karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga

kekuatan fokus mata, maka, bila lensa diangkat, pasien memerlukan koreksi optikal.

Koreksi ini dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga metode: kacamata apakia, lensa

kontak, atau impian IOL.

Kacamata apakia mampu memberikan pandangan sentral yang baik. Namun

pembesaran 25 sampai 30%, menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer, yang

menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat benda – benda nampak

jauh lebih dekat dari yang sebenarnya. Kacamata ini juga menyebabkan aberasi sferis,

mengubah garis lurus rnenjadi lengkung.

Pandangan binokuler tak dapat dilakukan kecuali kedua lensa telah angkat dari mata.

Memerlukan waktu penyesuaian yang lama sampai pasien mampu mengkoordinasikan

gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan medan pari dangan yang

terbatas. Kaca mata ipakia sangat tebal dan merepotkan dan membuat mata kelihatan

sangat besar.

Lensa koritak jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia. Tak terjadi pembesaran

yang bermakna , (5% sampai 10%), tak terdapat aberasi sferis, tak ada penurunan lapang

pandangan dan tak ada kesalahan orientasi pasial; Lensa jenis ini memberikan rehabilitai

visual yang hampir sempurna bagi mereka yang .mampu meguasai cara memasang,

melepaskan dan merawat dan bagi mereka yang yang dapat mengenakannya dengan

nyaman. Kebanyakan lansia mengalami kemunduran keterampilan tangan, sehingga

Page 21: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

perawatan higienetik lensa kontak harian menjadi sulit. Pada beberapa pasien, lensa jangka

panjang dapat memberikan alternatif yang beralasan, namun, lensa jangka panjang

memerlukan kunjungan berkala untuk pengelepasan dan pembersihan. Harganya juga

mahal dan sering harus diganti karena hilang atau sobek. Kerugian lainnya adalah

meningkatnya fisiko keratitis infeksiosa.

Implan lensa intraokuler (IOL) memberikan alternatif bagi lensa apakia yang tebal

dan berat untuk mengoreksi penglihatan pascaoperasi. Implan IOL telah menjadi pilihan

koreksi optikal karena semakin halusnya teknik bedah mikro dan kemajuan rancang

bangun IOL. IOL adalah lensa permanen plastik yang secara bedah di implantasi ke dalam

mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal. Karena IOL

mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia yang menjengkelkan dan ketidak

praktisan penggunaan lensa kontak, maka hampir 97% pembedahan katarak (lebih dari

seribu tiap tahun) dilakukan bersamaan dengan pemasangan IOL.

Kemajuan terkini lensa yang dapat dilipat saat pemasangan, memungkinkann

pemasangan melalui insisi yang lebih kecil yang dibuat untuk fakoemulsifikasi sementara

ukuran lensanya tetap seperti semula saat pemasangan selesai. Pemasangan lensa ini dapat

dilakukan hanya dengan "satu jahitan atau tanpa jahitan sama sekali"

Sekitar 95% OL dipasang di kamera posterior, dan yang 5 % sisanya di kamera

anterior. Lensa kamera anterior dipasarig pada pasien yang menjalani ekstraksi

iritrakapsuler atau yang kapsul posteriornya ruptur tanpa sengaja selama prosedur ekstra

kapsuler. Kombinasi ekstraksi ekstra kapsuler dan pemasangan lensa posterior lebih

disukai karena lebih tidak menimbulkan komplikasi yang membahayakan penglihatan.

Banyak pasien. yang masih memerlukan koreksi refraksi setelah pernasangan IOL untuk

pandangan dekat. Dengan adanya IOL difraktif multifokal yang canggih dapat menurunkan

kebutuhan koreksi optikal hampir pada separuh resipien, menurut laporan PDA terbaru

(Roy & Tindall, 1993).

Ada beberapa kontraindikasi pemasangan IOL, termasuk uveitis berulang, retinopati

diabetika proliferatif, dan glaukoma neovaskuler.

Komplikasi. Meskipun terjadi perbaikan pengembalian ke pandangan penuh yang

sempurna pada ekstraksi katarak dan implantasi IOL, ada juga komplikasinya. Kerusakan

endotel kornea, sumbatan pupil, glaukoma perdarahan, fistula luka operasi, edema makula

sistoid, pelepasan koroid, uveitis, dan endoftalmitis. Dapat diubah posisinya kembali

dengan pemberian tetes mata dilator, diikuti pernberian posisi pada kepala, dan diakhiri

Page 22: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

dengan tetes mata konstriktor, atau pasien memerlukan pembedahan lagi untuk mereposisi

atau rnengangkat IOL, komplikasi yang umum terjadi pada pembedahan adalah

pembentukan membran sekunder, yang terjadi sekitar 25% pasien dalam 3 ampai 36 bulan

setelah pembedahan. Membran yang terbentuk sering disalahartikan dengan opasifikasi

kapsul posterior atau katarak sekunder. Membran ini terbentuk sebagai proliferasi sisa

epitel lensa dapat mempengaruhi penglihatan dengan mengganggu masuknya cahaya dan

meningkatkan terjadinya disabilitas silau. Dapat dibuat lubang melalui membran

(kapsulotomi) dengan jarum atau laser (laserYag) untuk mengembalikan penglihatan.

Pembedahan katarak biasanya dilakukan dengan dasar pasien rawat jalan. Bila pasien

menderita katarak bilateral yang memerlukan ECCE, hanya satu prosedur yang boleh

dilakukan pada saat itu. Kemudian pasien dianjurkan menunggu 6 sampai 8 minggu untuk

pembedahan kedua.

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Setelah periode

penyembuhan pasca operasi yang singkat setelah ekstraksi katarak dan implantasi IOL,

pasien dipulangkan dengan disertai instruksi mengenai obat mata, pembersihan dan

perlindungan, tingkat dan pembatasan aktivitas, diet, pengontrolan nyeri, pemberian posisi,

janji kontrol, proses pasca operatif yang diharapkan, dan gejala yang harus dilaporkan

segera kepada ahli bedah. Sebaiknya pendidikan ini diperkuat pasca operasi dan

pengaturan perawatan dirumah harus disusun dengan baik. Pasien dianjurkan telah

menyusun cara transfortasi untuk pulang, perawatan pada sore harinya, dan transfortasi

untuk kunjungan tindaklanjut ke ahli bedah hari berikunya. Menentukan perlunya alat

bantu kesehatan dirumah sangat penting sebelum pembedahan. Pasien biasanya cepat

kembali ke aktivitas harian normal. Namun, membungkuk dan mengangkat beban berat

harus dibatasi sampai sekitar 1 minggu, bergantung jenis pembedahan yang dilakukan.

Tameng mata dipakai pada malam hari dan kacamata (kacamata hitam ketika berada diluar

rumah dengan cahaya terang) pada siang hari perlu untuk 2 minggu untuk melindungi mata

dari cedera. Perlunya perlindungan ini harus ditekankan karena kebanyakan pasien yang

menjalani pengangkatan katarak adalah manula dan beresiko jatuh, trauma tumpul pada

mata dapat menyebabkan ruptur bola mata, mengakibatkan kehilangan penglihatan. Pasien

biasanya mendapatkan resep kacamata dalam 6 sampai 8 minggu setelah pembedahan.

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DATA FOKUS

Page 23: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

DS DO

- Klien mengatakan tersinggung bila

diingatkan oleh menantunya tentang

penglihatan dan pendengaran yang

sudah mulai berkurang.

- Klien mengatakan seringkali

menangis dan mengadu pada

anaknya mengenai hal itu

DATA TAMBAHAN

- Kemungkinan klien mengatakan

Pengelihatan tidak jelas seperti

ada kabut menghalangi obyek

- Kemungkinan klien mengatakan

ketika melihat suatu objek terlihat

bayangan pada objek tersebut.

- Kemungkinan klien mengatakan

silau pada saat melihat cahaya lampu

- Kemungkinan klien mengatakan

sulit melihat dimalam hari

- Kemungkinan klien mengatakan

seperti melihat kabut di area

matanya

- Kemungkinan klien mengatakan

pandangannya kabur

- Kemungkinan klien mengatakan

sulit berjalan di malam hari

DATA TAMBAHAN

- Kemungkinan mata klien tampak

adanya kabut

- Kemungkinan pupil klien terdapat

pengembunan seperi mutiara yang

berwarna keabuan.

Tanda-Tanda Vital

- TD : 130/80 mmHg

- RR : 20 x/menit

- HR : 80x/menit

- S : 36,5oC

- Kemungkinan terjadi perubahan

warna pada lensa mata

- Kemungkinan terlihat adanya noda

putih disekeliling lensa.

- Kemungkinan pada pemeriksaan

oftalmoskopi terdapat perdarahan

pada retina.

- Kemungkinan pada pemeriksaan

darah lengkap terdapat anemi

sistemik.

- Kemungkinan klien bertanya-tanya

kepada perawat tentang kondisinya.

- Kemungkinan klien terlihat cemas

Page 24: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

- Kemungkinan klien mengatakan

takut dengan keadaan matanya yang

sekarang.

- Kemungkinan klien mengatakan

takut mengalami kebutaan

- Kemungkinan klien mengatakan

takut mengalami cacat pada bagian

mata

ANALISA DATA

DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI

1. DATA TAMBAHAN

DS :

-Kemungkinan klien

mengatakan  Pengelihatan

tidak jelas seperti

ada kabut menghalangi

obyek

-Kemungkinan klien

mengatakan ketika

melihat suatu objek

terlihat bayangan pada

objek tersebut.

-Kemungkinan klien

mengatakan silau pada

saat melihat cahaya lampu

gangguan persepsi sensori

perseptual penglihatan

perubahan resepsi, transmisi, dan

integrasi sensori

Page 25: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

-Kemungkinan klien

mengatakan  sulit melihat

dimalam hari

-Kemungkinan klien

mengatakan  seperti

melihat kabut di area

matanya

-Kemungkinan klien

mengatakan

pandangannya kabur

-Kemungkinan klien

mengatakan sulit berjalan

di malam hari karena sulit

melihat.

DO :

-Kemungkinan mata klien

tampak adanya kabut

-Kemungkinan pupil klien

terdapat pengembunan

seperi mutiara yang

berwarna keabuan.

Tanda-Tanda Vital

-TD : 130/80 mmHg

-RR : 20 x/menit

-HR : 80x/menit

-S : 36,5oC

Page 26: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

-Kemungkinan terjadi

perubahan warna pada

lensa mata

-Kemungkinan terlihat adanya

noda putih disekeliling

lensa.

2. DATA TAMBAHAN

DS :

-Kemungkinan klien

mengatakan  takut dengan

keadaan matanya yang

sekarang.

-Kemungkinan klien

mengatakan  takut

mengalami kebutaan

-Kemungkinan klien

mengatakan  takut

mengalami cacat pada

bagian mata.

DO :

-Kemungkinan klien

bertanya-tanya kepada

perawat tentang

kondisinya.

-Kemungkinan klien terlihat

Ansietas takut terhadap perkembangan

penyakit

Page 27: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

cemas

3. DATA TAMBAHAN

DS :

-Kemungkinan klien

mengatakan  Pengelihatan

tidak jelas seperti

ada kabut menghalangi

obyek.

-Kemungkinan klien

mengatakan  sulit melihat

dimalam hari

-Kemungkinan klien

mengatakan ketika

melihat suatu objek

terlihat bayangan pada

objek tersebut.

-Kemungkinan klien

mengatakan  seperti

melihat kabut di area

matanya

-

Resiko tinggi cedera usia perkembangan fisiologis dan

psikososial

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. gangguan persepsi

sensori perseptual

setelah dilakukan

tindakan

- Pastikan akses ke

penggunaan alat bantu

Page 28: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

penglihatan b.d

perubahan resepsi,

transmisi, dan integrasi

sensori

keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan

gangguan persepsi

sensori penglihatan

dapat

sensori seperti

kacamata

- Tingkatkan jumlah

stimuli untuk mencapai

input sensori yang

sesuai (misalnya

peningkatan interaksi

sosial, jam dinding

dengan angka-angka

yang besar).

- Kurangi jumlah

stimulus untuk

mencapai input sensori

yang sesuai (lampu

yang cukup terang,

batasi pengunjung, dan

sediakan waktu

istirahat).

- Jangan memindahkan

barang-barang didalam

kamar pasien tanpa

memberitahu pasien.

kolaborasi

- Adakan terapi okupasi

2. ansietas berhubungan

dengan takut terhadap

perkembangan

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

- Pantau adanya tanda

dan gejala ansietas

Page 29: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

penyakit selama 3x24 jam

diharapkan ansietas

berkurang sampai

dengan hilang

dengan

Kriteria Hasil :

- Klien menerima

kondisinya

- Mengatakan

tidak

mencemaskan

tentang

keadaannya

(misalnya tanda vital,

napsu makan, pola

tidur, dan tingkat

konsentrasi)

- Pantau ekspresi tidak

ada harapan atau tidak

berdaya (misalnya “

aku tidak dapat”)

- Tentukan sumber

ansietas (misalnya

nyeri, malfungsi tubuh)

- Berikan informasi

tentang penyakit dan

prognosis klien

- Berikan kejujuran dan

jawaban langsung

terhadap pertanyaan

pasien tentang proses

perkembangan

penyakitnya.

Kolaborasi :

- Atur akses ke penasihat

spiritual sesuai dengan

yang diinginkan pasien

3. Resiko tinggi cedera

berhubungan dengan

usia perkembangan

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

- bantu pasien pada saat

ambulasi.

Page 30: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

fisiologis dan

psikososial

selama 3x24 jam

diharapkan:

1.Resiko cedera

akan menurun,

sebagaimana

termuat dalam

menjadi orang

tua : keamanan

sosial dan

perilaku

kemanan :

pencegahan jatuh

2.Pengendelaian

resiko akan

ditunjukan,

dibuktikan oleh

indikator berikut

ini (sebutkan

nilai 1-5: tidak

pernah, jarang,

kadang-kadang,

sering dan

konsisten)

- pantau faktor

risiko perilaku

pribadi dan

- Sediakan alat bantu

berjalan seperti tongkat

atau walker

- Tempatkan bel atau

lampu panggil pada

tempat tidur.

- Jauhi bahaya

lingkungan (misalnya

berikan penccahayaan

yang adekuat)

- Jangan melakukan

perubahan yang tidak

diperlukan

dilingkungan fisik

(misalnya, penempatan

lebel).

- Yakinkan bahwa

pasien menggunakan

alas kaki yang sesuai

(misalnya, hak yang

tidak tinggi, dan ttali

terikat dengan aman)

Page 31: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

lingkungan

- mengembangkan

dan mengikuti

strategi

pengendalian

resiko

- mengubah gaya

hidup untuk

mengurangi

resiko

J. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH

1. Hidup Sehat

Setiap orang pasti berkeinginan untuk terus dapat hidup sehat dan kuat

sampai tua, untuk mencapainya ada berbagai cara yang dapat dilakukan, salah satu

caranya adalah berperilaku hidup sehat.

Sebelum membahas tentang cara hidup sehat sebaiknya terlebih dahulu

diketahui apa itu sehat. Karena banyak masyarakat yang beranggapan bahwa sehat

adalah tidak sakit secara fisik saja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera jiwa dan

raga juga sosialnya. Sehat adalah suatu hadiah dari menjalankan hidup sehat. Oleh

karena itu jika ingin terus menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan

cara-cara hidup sehat.

Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga,

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara-cara

tersebut adalah:

1. Makan makanan yang bergizi dan seimbang

Page 32: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang,

kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi

bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut

usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan

fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh

dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan

sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan

kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 1991):

Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan

makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur.

Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang

bersumber dari hidrat arang komplex (sayur – sayuranan, kacang- kacangan,

biji – bijian).

Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani.

Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang

bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah

bertahap.

Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat,

yoghurt, ikan.

Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang –

kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau.

Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol.

Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.

Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan yang

segar dan mudah dicerna.

Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng – gorengan.

Makan disesuaikan dengan kebutuhan.

Page 33: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

2. Minum air putih 1.5 – 2 liter

Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah

melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2 liter per hari.

Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan

fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti

kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang

dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan

kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal

tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain

dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di

dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja

usus tidak dapat maksimal , dan muncullah sembelit.

Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft

drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut

tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang

mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan

sebagainya.

3. Olah raga teratur dan sesuai

Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan

kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia

kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin

berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan

kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan

berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat

aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.

Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan

kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf,

lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang

bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat

menghambat laju perubahan degeneratif.

Page 34: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

4. Istirahat, tidur yang cukup

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini

bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan

penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas

tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh

mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa

segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting

untuk kesehatan.

5. Menjaga kebersihan

Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan

tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian

dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi

minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan

sesuatu dengan tangan, membersihkan atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat

gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang ( telinga,

hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika keluar rumah dan

pakailah pakaian yang bersih.

Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan

air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari,

tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk

kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik.

Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat

bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk

mandiri dan hanya diberi pengarahan.

6. Minum suplemen gizi yang diperlukan

Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh,

sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan

pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi

secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk

mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian

Page 35: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas

kesehatan.

7. Memeriksa kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci

keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang

sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan

pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga

pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko

menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun

petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap

sehat.

8. Mental dan batin tenang dan seimbang

Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus

diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk

menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah:

Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita

sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi

tenang Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan,

merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat

menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah

tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.

Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik

secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih

disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan

juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga

ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk

Page 36: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu

membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.

9. Rekresi

Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka

dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi

dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat

rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga

dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak,

pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.

10. Hubungan antar sesama yang sehat

Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena

hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial.

Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat

membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk

menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama

menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

11. Back to nature (kembali ke alam)

Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah

mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap saji,

makanan kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur awetan,

jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan

dengan adanya tekhnologi yang modern seperti mencuci dengan mesin cuci,

menyapu lantai dengan mesin penyedot debu, bepergian dengan kendaran

walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti

itu tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita menjadi manja, karena

kurang bergerak, tubuh jadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh

menjadi lembek dan rentan penyakit.

Oleh karena itu salah satu upaya untuk hidup sehat adalah back to nature

atau kembali lebih dekat dengan alam. Kita tidak harus menjauhi tekhnologi tetapi

paling tidak kita harus menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan,

Page 37: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

makanan yang diawetkan, makanan siap saji dan harus lebih banyak mengkonsumsi

sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar dan juga minum air putih.

Page 38: Perubahan Pada Sistem Sensori Persepsi Karena Proses Penuaan

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

2. NANDA International. Diagnosis Keperawatan.2011. Jakarta EGC

3. Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan

Intervensi NIC dan NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC

4. Somantri, Irman. 2007. Patofisiologi Untuk Keperawatan, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

5. Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan

Gerontik. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

6. Nugroho, Wahyudi. 2006. Keperawatan Gerontik. Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta