Top Banner
ANATOMI TEORI PEMERINTAHAN Em. Lukman Hakim Dosen IPM FISIP UB
16

Pertemuan Ke 2

Nov 24, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • ANATOMI TEORI PEMERINTAHAN Em. Lukman Hakim Dosen IPM FISIP UB

  • Teori adalah:

    W.L. Neuman, 2003. Kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami

    atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenaranya. Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu.

    Di dalam sebuah teori terdapat beberapa elemen yang m e n g i k u t i n y a . E l e m e n i n i b e r f u n g s i u n t u k mempersatukan variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut. Elemen pertama yaitu konsep. Konsep adalah sebuah ide yang diekspresikan dengan symbol atau kata

  • Pemerintahan Adalah: J.A. Corry

    Pemerintahan merupakan pengejawantahan yang konkret dari negara yang terdiri dari badan-badan dan orang-orang yang melaksanakan tujuan-tujuan negara

    Muchtar Affandi Pemerintahan merupakan suatu organisasi

    teknis yang dilengkapi kewenangan-kewenangan tertentu yang diperlukan untuk pengaturan dan pelaksanaan fungsi-fungsi pemeliharaan tatanan yang teratur

  • Ilmu Pemerint

    ahan

    Ilmu Politik

    Ilmu Sosiologi

    Ilmu Administr

    asi

  • Anatomi Teori Pemerintahan

    Untuk mengevaluasi sebuah teori diperlukan parameter yang cukup lengkap. Parameter seperti ini kemudian tidak hanya berguna untuk menilai suatu teori tetapi menjadi pedoman untuk mengidentifikasi isinya sehingga memudahkan untuk memahami teori tersebut

    Sejumlah parameter diajukan oleh beberapa ilmuan untuk mengidentifikasi suatu teori di antaranya; Jonathan Turner menyebutnya dengan the intellectual origins; George Ritzer menyebut social forces in the development of Sociological theory

  • 1. Konteks Sosial yang melatar belakangi

    Konteks sosial yang menjadi latar belakang munculnya suatu teori. Konteks sosial pada umumnya berupa perubahan sosial dan revolusi industri maupun revolusi hijau serta revolusi informasi

  • 2. Pengaruh Pemikiran atau Teori

    Pemikiran dan atau teori yang memenguri munculnya teori tersebut.

    Di antara pemikiran yang mungkin akan memengaruhi sebuah teori adalah rasionalisme, empirisme dll.

    Tidak ada teori yg lahir tanpa dipengaruhi oleh teori lain sebelumnya. Pengaruh semacam ini dapat dilihat ke dalam dua bentuk: Pertama, suatu teori dapat dikatakan memengaruhi teori tertentu apabila sebagian dari teorinya mengikuti kerangka konseptual teori sebelumnya. Kedua,apabila teori tersebut ditujukan untuk mengkaunter teori sebelumnya

  • 3. Latar Belakang Pribadi

    Teori yang diajukan oleh seorang teoritisi tidak lepas dari latar belakang pribadi dan linglungan sosialnya. Dimana dan kapan dia dilahirkan, oleh ibu atau ayah dari lingkungan sosial macam apa, apa pengaruh orang tua terhadap perkembangan pribadinya, bekerja dalam lingkungan apa, menjalani kehidupan macam apa, menikah dengan siapa dan dari lingkungan bagaimana,

    Semuanya merupakan latar belakang pribadi dan sosial teoritikus yang dapat memengaruhi teorinya.

  • 4. Pertanyaan teoritis yang diajukan

    Pertanyaan teoritis yang diakjukan atau permasalah teoritis yang hendak dijelaskan oleh suatu teori.

    Para teoritisi yang mengajukan pertanyaan mengapa terjadi disintegrasi sosial adalah mereka yang beranggapan bahwa good society adalah masyarakat integratif

  • 5. Kata Kunci dan Proposisi

    Mengidentifikasi kata kunci atau sejumlah konsep utama yang terkandung dalam proposisi yang diajukan oleh sebuah teori

    Emile Durkheim menggunakan tiga kata kunci dalam teorinya yakni: disintegrasi sosial, anomie, dan bunuh diri.

    Orang yang tidak menjadi bagian dari masyarakat dan orang yang tidak terikat dengan norma masyarakat luas (disintegrasi sosial) Orang yang tidak memiliki nilai sosial sebagai pegangan hidup (Anomie) BUNUH DIRI.

  • 6. Paradigma yg digunakan

    Paradigma yang digunakan dalam melahirkan sebuah teori menggunakan paradigma klasik, konstruktifis, atau kritis.

    Paradigma adalah suatu world view yang dipergunakan oleh suatu komunitas ilmuwan tertentu untuk mempelajari obyek keilmuwan mereka.

    Istilah yang digunakan untuk menjelaskan sudut pandang seseorang dalam melihat sesuatu

    Paradigma disebut juga perspektif atau cara melihat fenomena tertentu. (Miller, 2002: 1)

  • PARADIGMA KLASIK

    Secara Ontologis Secara ontologis berbicara mengenai hakikat realitas atau kenyataan. Paradigma Klasik percaya bahwa realitas yang ada di luar sudah diatur oleh hukum dan kaidah-kaidah tertentu secara universal.

    Secara Epistemologis Secara epistemologis berbicara mengenai hubungan peneliti dengan yang diteliti. Paradigma Klasik meyakini bahwa peneliti bersifat objektif, maka peneliti harus menjaga jarak dengan objek yang diteliti.

    Secara Metodologis Secara Metodologis berbicara mengenai cara yang akan digunakan dalam memperoleh pengetahuan. Cara yang dipakai dalam pardigma ini adalah cara hipotesis dan metode deduktif.

    Secara Aksiologis Secara Aksiologis berbicara mengenai pertimbangan nilai dari peneliti mengenai objek yang diteliti. Dalam Paradigma Klasik nilai, etika dan moral berada di luar proses penelitian. Peneliti bertindak sebagai pengamat.

  • PARADIGMA KONSTRUKTIF

    Secara Ontologis Dalam Paradigma Konstruktif, kebenaran tentang suatu realitas bersifat relatif. Artinya kebenaran realitas social tergantung pada individu pelaku sosial.

    Secara Epistemologis Dalam Paradigma ini, kebenaran atau realitas dunia sosial, merupakan hasil interaksi dari sesama pelaku sosial.

    Secara Metodologis Dalam paradigma ini, cara yang dipakai untuk mengetahui kebenaran realitas sosial adalah cara dialektis dengan metode- metode seperti metode kualitatif.

    Secara Aksiologis Dalam paradigma ini nilai, etika dan pilihan moral si peneliti tidak boleh dipisahkan dari proses penelitian. Peneliti bertindak sebagai fasilitator yang menjembatani keragaman sybjektivitas pelaku sosial.

  • PARADIGMA KRITIS Secara Ontologis Dalam paradigma ini, realitas sosial

    dipandang sebagai sesuatu yang semu karena merupakan hasil dari proses sejarah, social maupun politik.

    Secara Epistemologis Dalam paradigma ini, hubungan antara peneliti dengan yang diteliti selalu dijembatani oleh nilai-nilai tertentu. Nilai itu sendiri ditemukan oleh si peneliti itu sendiri.

    Secara Metodologis Dalam paradigma ini, cara yang dipakai untuk mengetahui kebenaran suatu realitas adalah peneliti bertindak sebagai partisipan atau biasa disebut sebagai aktivis perubahan sosial.

    Secara Aksiologis Dalam paradigma ini nilai, etika dan pilihan moral tidak dapat dipisahkan dari proses penelitian. Peneliti bertindak sebagai aktivis, advokat maupun sebagai transformative intellectual

  • 7. Bias Nilai, Kepentingan Ekonomi-Politik

    Keberpihakan dan kepentingan ekonomi dan politik yang terkandung dalam sebuah teori.

    Tidak ada satu teoripun yang bersikap netral dalam salah satu atau lebih dari tiga hal berikut. Pertama, sistem nilai (budaya besar Vs kecil, lokal-global, etnik, serta agama. Kedua, pemilik alat produksi Vs mereka yg tidak memiliki alat produksi. Ketiga, Keberpihakn politik dengan cara mendukung atau menentang penguasa.

  • 8 State of The Arts

    State of the arts sebuah teori merujuk pada perdebatan dan perkembangannya sampai teori itu dianalisis. Artinya kita diminta untuk melakukan penelusuran kepustakaan; kemunculan, perdebatan, dan perkembangan suatu teori