Top Banner
PERTANYAAN-PERTANYAAN SEPUTAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN BUKU GRASINDO DASAR DAN LATAR BELAKANG 1. Mengapa pembelajaran kelas 1-3 SD diubah menjadi pembelajaran tematik? Penerapan pembelajaran tematik untuk kelas 1 – 3 Sekolah Dasar mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Lampiran Peraturan Menteri tersebut Bab II, Bagian B tentang Struktur Kurikulum Pendidikan Umum, butir 1.c. dinyatakan bahwa pembelajaran kelas 1 – 3 SD dilaksanakan melalui pendekatan tematik Mencermati buku Model Pembelajaran tematik yang diterbitkan oleh BNSP dapat disimpulkan bahwa ada dua alasan mendasar diterapkan pembelajaran tematik untuk kelas 1 – 3 SD, yaitu Pertama: Perkembangan psikologis anak Anak yang duduk di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat penting dan sering disebut “The Golden Years” bagi kehidupan seseorang. Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Belajar dimaknai sebagai proses interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak belajar dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, dan diraba. Kedua : Pembelajaran bermakna. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta belaka, tetapi kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Hal ini sejalan dengan falsafah konstruktivisme yang menyatakan bahwa manusia mengkontruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak.
17

Pertanyaan Seputar Tematik

Jun 29, 2015

Download

Documents

akedang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pertanyaan Seputar Tematik

PERTANYAAN-PERTANYAAN SEPUTAR PEMBELAJARAN TEMATIK

DENGAN BUKU GRASINDO

DASAR DAN LATAR BELAKANG1. Mengapa pembelajaran kelas 1-3 SD diubah menjadi

pembelajaran tematik? Penerapan pembelajaran tematik untuk kelas 1 – 3 Sekolah

Dasar mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Lampiran Peraturan Menteri tersebut Bab II, Bagian B tentang Struktur Kurikulum Pendidikan Umum, butir 1.c. dinyatakan bahwa pembelajaran kelas 1 – 3 SD dilaksanakan melalui pendekatan tematik

Mencermati buku Model Pembelajaran tematik yang diterbitkan oleh BNSP dapat disimpulkan bahwa ada dua alasan mendasar diterapkan pembelajaran tematik untuk kelas 1 – 3 SD, yaitu

Pertama: Perkembangan psikologis anakAnak yang duduk di kelas awal SD adalah anak yang

berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat penting dan sering disebut “The Golden Years” bagi kehidupan seseorang. Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Belajar dimaknai sebagai proses interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak belajar dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, dan diraba.

Kedua : Pembelajaran bermakna. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta belaka, tetapi kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Hal ini sejalan dengan falsafah konstruktivisme yang menyatakan bahwa manusia mengkontruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak.

2. Manakah lebih baik, pembelajaran dengan pola jam pelajaran atau tematik?Dengan memperhatikan kedua alasan diberlakukannya pembelajaran tematik jelaslah bahwa pembelajaran tematik lebih baik dari pada pelajaran dengan pola mata pelajaran. Selain itu ada beberapa keuntungan lain dilaksanakan pembelajaran tematik.

Apabila pembelajaran betul-betul dilaksanakan secara tematik, maka akan diperoleh keuntungan-keuntungan berikut:

a. Pembelajaran menjadi menyenangkan

Page 2: Pertanyaan Seputar Tematik

Siswa sungguh senang karena pembelajaran dikelola sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Dengan pembelajaran tematik, khususnya dengan buku Grasindo, setiap hari siswa diajak bernyanyi, bermain dan mendengarkan cerita. Dunia anak adalah bermain, menyanyi dan mendengarkan ceritera. Guru dapat leluasa mengatur waktu untuk ketiga kegiatan tersebut, sebab kegiatan belajar tidak dikotak-kotak lagi dengan mata pelajaran. Guru dan siswa tidak perlu bertanya, “Sekarang mata pelajaran apa?”

Siswa sungguh senang, karena belajar dengan bermain dan melakukan kegiatan kreatif.

b. Siswa mudah memusatkan perhatian Dalam pembelajaran tematik kegiatan berjalan mengalir tanpa dipenggal-penggal dengan pergantian jam pelajaran. Perhatian siswa tidak terpecah-pecah. Lainnya halnya dengan pembelajaran yang disusun berdasarkan jam pelajaran. Setiap ganti jam pelajaran siswa harus kembali dari awal. Mengingat kembali materi terakhir pada hari sebelumnya. Seringkali ada kegiatan yang belum tuntas terpaksa harus diakhiri karena ada pergantian jam pelajaran. Lebih bermasalah lagi kalau gurunya juga harus ganti.

c. Penguasaan kompetensi akan lebih kuat dan mendalam.Dengan perhatian yang lebih terpusat dan kegiatan yang

lebih tuntas, ditambah lagi dengan suasana yang menyenangkan serta materi sesuai dengan konteksnya, maka dapat diharapkan penguasaan kompetensi siswa lebih kuat dan mendalam.

d. Hemat waktuDalam pembelajaran dengan mata pelajaran sering

ditemukan tumpang tindih. Misalnya Pelajaran Bahasa Indonesia memerlukan wacana sebagai sumber belajar. Dalam wacana tersebut memuat materi pelajaran lain. Selain itu ketika siswa menyusun atau membuat kalimat, mendeskripsikan suatu benda, dan menceritakan pengalaman sering terkait dengan materi pelajaran lain. Sebaliknya semua matapelajaran di luar Bahasa Indonesia pun anak harus menyusun kalimat, mendeskripsikan suatu benda dan sebagainya, yang sebetulnya hal itu terkait dengan pelajaran bahasa Indonesia. Dengan pembelajaran tematik tidak perlu dibedakan antara kalimat pelajaran Bahasa Indonesia atau kalimat pelajaran lainnya. Dengan demikian jelaslah bahwa pembelajaran tematik sungguh-sungguh menghemat waktu.

3. Apakah yang dimaksud pembelajaran tematik?Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mengggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Batasan waktu dan cakupan materi kegiatan siswa di sekolah didasarkan pada tema yang dikembangkan, bukan didasarkan pada jadwal mata pelajaran.

4. Bagaimanakah sesungguhnya yang paling baik pelaksanaan pembelajaran tematik?Ada beberapa kemungkinan model pembelajaran tematik. Menurut pengalaman kami, yang sudah melaksanakan sejak tahun 2004 degan beberapa model pembelajaran tematik, maka pembelajkaran tematik yang paling baik adalah sebagai berikut: Polanya mengikuti pola yang dikeluarkan oleh BNSP, yaitu ada

kegiatan pembuka, inti dan penutup. Sesuai dengan tujuannya, maka kegiatan pembuka dan penutup

lebih banyak dalam bentuk nyanyian, permaian, mendengarkan

Page 3: Pertanyaan Seputar Tematik

cerita, pesan moral dan kegiatan sejenis lainnya. Terhadap kegiatan-kegiatan tersebut tidak dapat ditanyakan mata pelajaran apa. Dengan demikian tidak dapat dibuat jadwal mata pelajaran.

Memperhatikan hal tersebut dan juga untuk menghindari terjadinya tumpang tindih, maka dalam pembelajaran tematik tidak perlu ada jadwal mata pelajaran.

Fakta bahwa dalam satu kegiatan siswa belajar berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran. Maka yang paling ideal dalam pembelajaran tematik tidak ada jadwal metapelajaran.

5. Bagaimanakah jika pembelajaran tematik menggunakan Jadwal Mata pelajaran?Menjawab pertanyaan ini perlu ditanyakan balik: Mengapa dalam pembelajaran harus dengan jadwal? Pencapaian kompetensi sesuai dengan tuntutan Standar Isi 2006 merupakan tujuan siswa belajar. Maka yang harus menjadi prioritas adalah bagaimana kompetensi tersebut dapat tercapai. Tidak terlalu penting bagi anak untuk mengetahui mata pelajaran apa yang sedang dipelajari. Apalagi siswa sungguh ditempatkan sebagai subyek belajar, maka kepentingan siswa harus lebih diprioritaskan, termasuk memperhatikan karakteristik perkembangan jiwa dan cara siswa belajar. Keuntungan penggunaan jadwal mata pelajaran adalah:

- Siswa dan orangtua akan mudah menyiapkan buku catatan- Sekolah yang menggunakan sistem guru mata pelajaran akan mudah mengatur pembagian tugas guru.

Kerugian penggunaan jadwal mata pelajaran untuk pembelajaran tematik:- Guru kurang leluasa mengatur waktu- Kegiatan pembuka dan penutup kemungkinan besar akan dihilangkan, karena tidak dapat secara tegas dapat dimasukkan pada mata pelajaran tertentu.

- Pembelajaran dapat menjadi ”kurang tematis”, karena aliran temanya terpenggal oleh pergantian jam

- Terjadinya tumpang tindih dan pengulangan materi dan kegiatan

- Semuanya kerugian itu akan berdampak pada kurang perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran.

Yang utama dalam pembelajaran tematik adalah ”siswa belajar atau melakukan kegiatan apa” bukan ”siswa belajar mata pelajaran

apa”

KARAKTERISTIK BUKU TEMATIK GRASINDO

POLA PEMBELAJARAN1. Bagaimanakah pola pembelajaran berdasarkan buku Tematik Grasindo?

Pola pembelajaran buku tematik Grasindo mengacu kepada model yang diberikan oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan nasional, yaitu kegiatan pembukaabn, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pembukaan

Page 4: Pertanyaan Seputar Tematik

Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran dan mendorong siswa memusatkan perhatian untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembukaan dapat berfungsi sebagai apersepsi, atau untuk mencapai kompetensi tertentu, khususnya mata pelajaran Seni Budaya dan keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Kegiatan pembukaan antara lain: menyanyi, bermain, melakukan dialog, mendengarkan cerita, bercerita, dan mengamati gambar.

2. Kegiatan IntiKegiatan ini bertujuan untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan Standar isi tahun 2006 khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Setiap kegiatan dapat dipergunakan untuk mencapai kompetensi beberapa mata pelajaran sekaligus, sehingga tidak disebutkan mata pelajarannya. Sedangkan pencapaian kompetensi mata pelajaran lainnya, khususnya Pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan dan Kesehatan, serta Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK) dilakukan melalui kegiatan pembukaan atau kegiatan penutup.

3. Kegiatan PenutupKegiatan penutup dimaksudkan untuk penenangan, sehingga sebagian besar kegiatannya adalah mendengarkan ceritera, menyanyikan lagu, dan bermain (kegiatan jasmani). Walaupun dimaksudkan sebagai penenangan, namun juga dapat digunakan untuk mencapai kompetensi tertentu, khususnya mata pelajaran Seni Budaya dan keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan pengembangan nilai-nilai.

Dengan pola tersebut maka pembelajaran tematik dengan buku Grasindo tidak menggunakan jadwal mata pelajaran.

2. Apakah dengan buku yang sudah disusun “matang” tersebut tidak membatasi kreativitas guru?

Satuan kegiatan harian yang meliputi kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dimaksudkan agar pembelajaran sungguh-sungguh tematik. Sebuah proses pembelajaran yang mengalir. Dengan model tersebut memang akan menimbulkan kesan kaku dan membatasi. Tetapi hal ini tidak berarti guru menjadi terbatas ruang geraknya untuk berkreasi. Masih ada banyak peluang berkreasi, misalnya:

- Mengganti sumber belajar dalam buku yang dalam bentuk gambar menjadi benda konkrit.

- Mendeskripsikan gambar dalam buku yang semakin sesuai dengan konteks anak.

- Menambah contoh yang ada dalam buku- Mengganti ceritera yang lebih sesuai

Jika guru dapat melaksanakan berbagai kreativitas tersebut pembelajaran sungguh-sunguh menyenangkan dan kontekstual.

TEMA1. Apa saja tema-tema buku Tematik Grasindo?

Tema dan alokasi waktu setiap kelasnya adalah sebagai berikut:NO WAKTU KELAS 1 KELAS 2 KELAS 31. 4 minggu Diri Sendiri Lingkungan Rumah Lingkungan2 4 minggu Keluarga Lingkungan Sekolah Menyayangi Makhluk

Hidup3. 4 Minggu Lingkungan Pengalaman Pengalaman4. 5 minggu Kebersihan dan

kesehatanHewan dan tumbuhan Kegiatan sehari-hari

Page 5: Pertanyaan Seputar Tematik

5. 5 minggu Pengalaman Acara keluarga Tekhnologi6. 4 minggu Eenergi Kegiatan sehari-hari Hidup hemat7. 4 minggu Tempat Umum Tempat Umum Peristiwa Alam8. 4 minggu Peristiwa Peristiwa Peduli LingkunganJumlah alokasi waktu = 34 minggu

2. Apakah memang benar kita dapat membatasi, bahkan menyeragamkan alokasi waktu setiap tema?

Pembelajaran tematik adalah suatu strategi pembelajaran, sedangkan tema adalah alat yang digunakan. Tema bukan materi pembelajaran. Tema juga bukan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajarannya tetap kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam Standar Isi 2006. Dengan demikian acuan utamanya adalah kompetensi yang mau dicapai. Seluas dan sedalam apa tema mau dieksplorasi tergantung dari tujuan pembelajaran yang mau dicapai. Maka guru dapat menentukan keluasan dan kedalaman suatu tema. Oleh karena itu guru juga dapat menentukan alokasi waktu setiap tema. Gurulah yang mengatur tema, bukan tema yang mengatur guru

3. Bagaimanakah kalau dinas pendidikan mengarahkan menggunakan tema tertentu?

Kita harus mendengarkan dan menghargai pengarahan dari dinas pendidikan.Apabila tema-tema yang diarahkan tidak sesuai dengan tema-tema

yang terdapat dalam buku Grasindo, maka kita dapat menyikapi sebagai berikut:

- Tunjukkan bahwa dalam buku Grasindo memuat seluruh tema yang dimaksudkan oleh dinas. Hanya saja tema-tema tersebut tidak menjadi judul buku.

- Pembelajaran menjadi tematis bukan hanya terletak pada nama atau judul tema. Tetapi pada proses pembelajaran.

- Dalam situasi tertentu, maka kita harus dapat meyakinkan bahwa seluruh kompetensi yang dituntut oleh Standar Isi 2006 semua terpenuhi. Dengan KTSP maka penentuan tema merupakan kewenangan sekolah.

SATUAN BUKU1. Bagaimanakah satuan buku tematik Grasindo?

Sesuai dengan langkah-langkah penyusunan buku, maka satuan buku tematik dibuat sebagai berikut:

- Satu buku berisi pembelajaran tematik satu tema. Judul buku disesuaikan dengan tema, sehingga banyaknya buku sama dengan banyaknya tema. Satu buku dipergunakan untuk 4 minggu, kecuali untuk tema ke empat (D) dan ke lima (E).

- Satu buku terdiri dari 4 sub tema, kecuali buku D dan E. Setiap sub tema disertai dengan jaringan sub tema, sehingga pemakai buku dapat mengetahui mata pelajaran dan indikator yang dilaksanakan pada minggu tersebut. Jaringan sub tema tersebut dapat dipergunakan untuk membuat jadwal pelajaran mingguan.

- Satu sub tema terdiri dari 5 satuan kegiatan pembelajaran. Setiap satuan kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk satu hari kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu 5 x 35 menit.

2. Bagaimanakah penggunaan buku tersebut? Setiap satuan kegiatan harian disusun dengan menggunakan pola yang sama, yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup

1. Kegiatan PembukaanKegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran dan mendorong siswa memusatkan perhatian

Page 6: Pertanyaan Seputar Tematik

untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembukaan dapat berfungsi sebagai apersepsi, atau untuk mencapai kompetensi tertentu, khususnya mata pelajaran Seni Budaya dan keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Kegiatan pembukaan antara lain: menyanyi, bermain, melakukan dialog, mendengarkan cerita, bercerita, dan mengamati gambar.

2. Kegiatan IntiKegiatan ini bertujuan untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan Standar isi tahun 2006 khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Setiap kegiatan dapat dipergunakan untuk mencapai kompetensi beberapa mata pelajaran sekaligus, sehingga tidak disebutkan mata pelajarannya. Sedangkan pencapaian kompetensi mata pelajaran lainnya, khususnya Pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan dan Kesehatan, serta Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK) dilakukan melalui kegiatan pembukaan atau kegiatan penutup.

3. Kegiatan PenutupKegiatan penutup dimaksudkan untuk penenangan, sehingga sebagian besar kegiatannya adalah mendengarkan ceritera, menyanyikan lagu, dan bermain (kegiatan jasmani). Walaupun dimaksudkan sebagai penenangan, namun juga dapat digunakan untuk mencapai kompetensi tertentu, khususnya mata pelajaran Seni Budaya dan keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan pengembangan nilai-nilai.

FILOSOFI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME 1. Apakah sesungguhnya yang melandasi Penerbit Grasindo

sehingga menerbitkan buku tematik yang seperti LKS di mana sangat minim paparan materinya?Filosofi buku pembelajaran tematik Grasindo merupakan perpaduan antara aliran progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme, sesuai dengan landasan filosofis pembelajaran tematik yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006.

Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah, dan memperhatikan pengalaman siswa. Keterpaduan ketiga aliran tersebut tampak pada beberapa hal berikut:

1. Satuan pembelajaran harian terdiri dari serangkaian kegiatan siswa, bukan kegiatan guru, bukan pula sub pokok bahasan. Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan

Page 7: Pertanyaan Seputar Tematik

kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Rumusan kegiatan menggunakan kata kerja yang mencerminkan hasil yang diharapkan dan yang dapat diamati hasilnya Dengan rumusan tersebut guru akan mudah memantau kualitas proses pembelajaran dan hasilnya.

3. Kegiatannya bersifat konstruktif yang memungkinkan siswa membangun pengetahuannya sendiri, bukan kegiatan yang bersifat mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Kegiatannya sangat variatif dan kreatif yang memungkinkan lahirnya peneliti-peneliti kecil.

4. Uraian pada setiap kegiatan tidak dimaksudkan sebagai materi pembelajaran yang harus ”dihafal” atau ditirukan siswa, melainkan sumber belajar yang membuat siswa memperoleh pengalaman. Penekanan pembelajaran tematik bukan banyaknya fakta dan konsep yang diketahui oleh siswa, melainkan tahu cara mempelajari sesuatu. Siswa belajar tentang bagaimana cara belajar.

5. Sebagian besar kegiatan siswa dituntut untuk melakukan, sehingga hasil belajarnya dapat lebih maksimal, sesuai dengan kerucut pengalaman berikut ini:

baca

dengar

llihat

Lihat dan dengar

katakan

Katakan dan lakukan90 %

70 %

50 %

30 %

20 %

10 % verbal

Visual

melakukan

(Peter Sheal, 1989)

6. Siswa diberi kesempatan untuk mengekpresikan atau mengkomunikasikan gagasannya dalam kotak ’Sekarang Aku Tahu’ sehingga siswa dirangsang untuk berpikir secara produktif. Dalam hal ini peran guru betul-betul sebagai fasilitator, motivator, dan mentor yang perannya dapat dianalogikan sebagai tukang kebun.

DenganDengankecakapankecakapandandankasihkasihsayangnyasayangnyamenjadikanmenjadikananakanaktumbuhtumbuhberbungaberbungadandanberbuahberbuah

sesuaisesuaidengandenganpotensipotensiyang yang dimilikinyadimilikinya..

PeranPeran guru guru sepertiseperti tukangtukang kebunkebun

2. Apakah filosofi konstruktivisme itu?Aliran konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena,

Page 8: Pertanyaan Seputar Tematik

pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus.

3. Apakah konstruktivisme sesuai dengan tuntutan Standar Isi 2006?

Dengan menggunakan istilah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar maka Standar Isi 2006 adalah berbasis kompetensi, bukan berbasis materi. Perbedaan dasar antara kurikulum berbasis materi dengan berbasis kompetensi terletak pada tujuan yang mau dicapai. Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekannya pada sejumlah kemampuan, bukan hanya penguasaan materi. Contoh: dalam kurikulum berbasis kompetensi siswa tidak hanya dituntut dapat menyebutkan ciri-ciri binatang menyusui, tetapi siswa dapat menentukan ciri-ciri binatang menyusui. Ciri-ciri binatang menyusui tidak diajarkan oleh guru, tetapi guru menyiapkan sejumlah kegiatan dan sumber belajar yang membuat siswa dapat menentukan sendiri ciri-ciri binatang menyusui. Siswa ”mengkonstruksikan” sendiri ciri-ciri binatang menyusui. Jelaslah bahwa filosofi yang mendasari Standar Isi 2006 adalah konstruktivisme.

4. Di mana letak konstruktivismenya dalam buku Tematik Grasindo?

Konstruktivisme dalam buku tematik Grasindo tampak dalam beberapa hal berikut: Banyaknya gambar pada buku tematik Grasindo. Gambar

tersebut tidak dimaksudkan sebagai ilustrasi, tetapi sebagai sumber belajar. Idealnya siswa belajar dari benda konkrit, namun menyadari keterbatasan untuk menghadirkan benda konkrit ke dalam ruang kelas, maka dipakai alternatif ke dua, yaitu dengan menyediakan gambar.

Buku tematik Grasindo tidak beriisi paparan materi, tetapi langkah-langkah kegiatan yang konstruktif. Dengan menggunakan buku tersebut, maka dalam pembelajaran tidak terjadi penghafalan materi.

Satuan buku berupa tema. Tema bukan hanya sekedar judul buku, tetapi ada kesatuan utuh dari awal sampai akhir, sehingga buku tersebut betul-betul tematis, sehingga memudahkan siswa mengkostruksikan pengetahuannya.

Sumber belajar yang dipergunakan sangat relevan dengan kehidupan siswa setiap harinya. Selain bersifat konstruktivisme buku tersebut juga sangat kontekstual.

5. Bagaimanakah sikap guru yang sesuai dengan filosofi konstruktivme?

Guru sebaiknya dapat mendeskripsikan gambar yang tersedia disesuaikan dengan kondisi lingkungan siswa, sehingga pembelajaran menjadi semakin kontekstual.

Guru terbuka terhadap seluruh jawaban siswa. Dalam proses pembelajaran guru tidak boleh menyalahkan jawaban siswa. Setiap jawaban siswa harus dipahami sebagai jawaban siswa yang paling masuk akal bagi siswa saat itu. Guru dapat membimbing anak dengan menunjukkan cara berpikir yang benar, sehingga siswa dapat menemukan kesalahannya sendiri.

Guru tidak boleh cepat membantu siswa, apakagi siswa sedang menunjukkan kesungguhannya dengan kemampuannya untuk memecahkan permasalahan.

Pada setiap akhir kegiatan guru dapat membimbing siswa untuk bersama-sama merumuskan hasil pembelajarannya. Harus

Page 9: Pertanyaan Seputar Tematik

diupayakan rumusan hasil pembelajaran adalah hasil proses pembelajaran, sehingga sejalan dengan proses konstruksi pada siswa.

LIVING VALUES1. Apakah Buku tematik Grasindo ada muatan Living Values (LV)?

Dengan mendasarkan diri pada filosofi konstruktivisme jelaslah bahwa buku tematik Grasindo sarat dengan Living Value. LV sesungguhnya bukan terletak pada nilai apa yang diajarkan, tetapi lebih-lebih pada sikap guru yang memungkinkan siswa tumbuh berkembang sesuai dengan talenta yang dimilikinya. Untuk dapat berkembang semua anak membutuhkan rasa AMAN, BERNILAI, DIHARGAI, DIPAHAMI, DAN DICINTAI. Kebutuhan dasar setiap manusia hanya terpenuhi dalam pembelajaran dengan filosofi konstruktivisme.Syumber belajar yang disediakan dalam buku tersebut siswa juga dimungkinkan untuk mengembangkan berbagai nilai.

2. Nilai-nilai apa yang dikembangkan dalam Buku Tematik Grasindo?

Selain memungkinkan siswa terpenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu rasa aman, bernilai, dihargai, dipahami, dan dicintai; buku tematik Grasindo juga kaya dengan pengembangan nilai. Pengembangan nilai tersebut tampak pada: wacana, soal latihan, cerita, nyanyian, maupun secara khusus pada pesan moral. Nilai yang cukup ditekankan dalam buku tersebut adalah: kerjasama, tanggungjawab, peduli terhadap sesama, peduli terhadap alam sekitar (kebersihan, kesehatan, kelestarian alam), kerukunan, memaafkan, rendah hati, jujur, hormat pada orangtua dan guru dan lain-lain.

KOMPETENSI SISWA1. Apakah buku Tematik Grasindo sesuai dengan tuntutan

Standar Isi 2006?Kompetensi buku tematik yang diterbitkan oleh PT Grasindo mengacu kepada Standar Isi dan Kompetensi 2006. Untuk dapat memastikan buku tematik mengacu kepada Standar Isi 2006 dapat dirunut dari langkah-langkah penyusunan buku.

Langkah-langkah penyusunan buku tematik:1. Merumuskan indikator semua kompetensi dasar Standar Isi 2006.2. Membuat pemetaan kompetensi dasar Cara pembuatan pemetaan kompetensi dasar sebagai berikut: Pertama: Memilih tema yang akan digunakan dan sekaligus

menentukan alokasi waktunya.Kedua : Mendistribusikan seluruh indikator ke dalam tema-

tema. Semua indikator dibagi sampai habis ke dalam semua tema.

Tujuan dari pemetaan kompetensi dasar adalah untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Mengingat dalam pemetaan kompetensi dasar sudah ditentukan alokasi waktunya, termasuk waktu pelaksanaan, maka pemetaan kompetensi dasar dapat berlaku sekaligus sebagai program

semester.

3. Membuat jaringan tema Indikator setiap mata pelajaran dikelompokkan menurut temanya. Kelompok indikator tersebut dihubungkan dengan

Page 10: Pertanyaan Seputar Tematik

tema dengan membuat garis penghubung sehingga membentuk jaringan. Dengan jaringan tema ini akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar, dan indikator dari setiap mata pelajaran.

4. Membuat jaringan sub temaMengingat satu tema dilaksanakan untuk 4-5 minggu, maka jaringan tema dikembangkan lagi ke dalam jaringan sub tema. Jaringan sub tema ini beriisi mata pelajaran, indikator dan judul sub tema untuk satu minggu.

5. Penyusunan SilabusHasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap

sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Setiap sub tema dibuatkan satu silabus. Komponen silabus terdiri dari mata pelajaran, kompetensi dasar, indikator, kegiatan belajar, penilaian dan sumber belajar.

6. Penyusunan satuan kegiatan harianPenyusunan satuan kegiatan harian dimulai dengan membuat skenario atau alur cerita pada suatu tema agar proses pembelajaran sungguh tematis.

2. Apakah siswa tidak mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran di kelas berikutnya, karena dalam buku Tematik Grasindo tidak disebut mata pelajarannya? Apabila kelas berikutnya mengacu kepada Standar Isi 2006,

tidak ada masalah bagi siswa untuk mengikuti kelas berikutnya, karena acuan buku tematik juga Standar Isi 2006.

Mengapa hal ini mesti ditanyakan? Apakah karena buku tematik memberi kesan ringan?

3. Apakah yang diperoleh siswa dengan buku Tematik Grasindo, karena dalam buku Tematik Grasindo kurang paparan materinya? Ingat kembali mengenai filosofi konstruktivisme dan tuntutan

Standar Isi 2006. Ingat pula perbedaan antara Kurikulum Berbasis Kompetensi

dengan Kurikulum Berbasis MateriDua hal itulah yang menyebabkan buku tematik Grasindo kurang paparan materinya, melainkan kaya akan kegiatan kreatif yang membuat siswa dapat membangun pengetahuan sekaligus kompetensinya. Dalam buku tersebut tidak ada uraian mengenai ciri-ciri makluk hidup, tetapi ada kegiatan yang membuat siswa dapat menentukan sendiri ciri-ciri makluk hidup. Siswa benar-benar untuk hidup, bukan hidup untuk belajar.

4. Mengapa buku Tematik Grasindo seperti LKS?Buku tematik Grasindo memang seperti LKS, dalam arti Lembar Kegiatan Siswa, karena pada dasarnya siswa adalah subyek belajar. Belajar sesuai dengan filosofi konstruktuvisme dan menurut berbagai aliran modern tentang belajar selalu dimaknai kegiatan aktif siswa. Belajar berarti melakukan kegiatan. Siswa belajar dengan melakukan. Guru bukan lagi sebagai pengajar. Guru adalah motivator, fasilitator, dan mentor. Bukupun bukan berisi bahan pelajaran, tetapi sebagai sumber belajar. Buku yang membuat siswa belajar. Oleh karena itu buku tematik Grasindo seperti LKS. Dengan buku tersebut guru akan dipermudah untuk menjadi falitator siswa belajar.

JADWAL

Page 11: Pertanyaan Seputar Tematik

1. Bagaimanakah jadwal kegiatan pembelajaran di sekolah, jika mengunakan buku Tematik Grasindo?Untuk pembelajaran tematik pihak sekolah cukup memberikan jadwal kapan siswa masuk, istirahat dan pulang. Tidak perlu ada jadwal mata pelajaran. Sama persis dengan Taman Kanak-kanak.

2. Bagaimanakah dengan mata pelajaran yang tidak dilaksanakan secara tematik?Sekolah yang menggunakan pola 5 hari sekolah dapat menambahkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan mata pelajarannya, jika perlu menghilangkan kegiatan penutup. Namun mengingat satuan kegiatan harian buku ini dirancang untuk waktu 5 x 35 menit, sementara kegiatan pembelajaran sekolah dengan pola 5 hari belajar pasti lebih dari 5 x 35 menit, maka tidak perlu menghilangkan kegiatan penutup. Pelajaran non tematik dapat ditambahkan sebelum kegiatan penutup dan dapat menggunakan jadwal yang permanen.

3. Bagaimanakah sekolah yang menggunakan pola 6 hari sekolah?Mengingat buku tematik ini tidak mencakup mata pelajaran Pendidikan Agama dan muatan lokal, maka sekolah dapat melaksanakan mata pelajaran Pendidikan Agama dan muatan lokal pada hari tersendiri, dan sebaiknya tetap ada kegiatan pembuka dan penutup. Untuk sekolah yang paralel sebaiknya pelaksanaan mata pelajaran yang non tematik dilaksanakan pada hari yang berbeda, agar kegiatan pembuka dan penutup pembelajaran tematik yang sering memerlukan tempat terbuka

tidak mengalami masalah.

4. Apakah sekolah dapat menggunakan jadwal mata pelajaran ?Pada bagian depan telah di bahas.Menjawab pertanyaan ini perlu ditanyakan balik: Mengapa dalam pembelajaran harus dengan jadwal? Pencapaian kompetensi sesuai dengan tuntutan Standar Isi 2006 merupakan tujuan siswa belajar. Maka yang harus menjadi prioritas adalah bagaimana kompetensi tersebut dapat tercapai. Tidak terlalu penting bagi anak untuk mengetahui mata pelajaran apa yang sedang dipelajari. Apalagi siswa sungguh ditempatkan sebagai subyek belajar, maka kepentingan siswa harus lebih diprioritaskan, termasuk memperhatikan karakteristik perkembangan jiwa dan cara siswa belajar. Keuntungan penggunaan jadwal mata pelajaran adalah:

- Siswa dan orangtua akan mudah menyiapkan buku catatan- Sekolah yang menggunakan sistem guru mata pelajaran akan mudah mengatur pembagian tugas guru.

Kerugian penggunaan jadwal mata pelajaran untuk pembelajaran tematik:- Guru kurang leluasa mengatur waktu- Kegiatan pembuka dan penutup kemungkinan besar akan dihilangkan, karena tidak dapat secara tegas dapat dimasukkan pada mata pelajaran tertentu.

- Pembelajaran dapat menjadi ”kurang tematis”, karena aliran temanya terpenggal oleh pergantian jam

- Terjadinya tumpang tindih dan pengulangan materi dan kegiatan

- Semuanya kerugian itu akan berdampak pada kurang perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran.

Yang utama dalam pembelajaran tematik adalah ”siswa belajar atau melakukan kegiatan apa” bukan ”siswa belajar mata pelajaran

apa”

Page 12: Pertanyaan Seputar Tematik

5. Bagaimanakah dengan waktu istirahat?Sekali lagi, yang perlu dibuat jadwal adalah jadwal masuk, istirahat dan pulang. Maka waktu istirahat mengikuti jadwal. Tidak terikat pada kegiatan.

PENGATURAN WAKTU1. Bagaimanakah pengaturan waktu pembelajaran menurut

buku tematik Grasindo? Waktu effektif belajar setiap sekolah rata-rata 38 – 40 minggu

per tahun atau 19-20 mingu per semester. Buku Grasindo dialokasikan 17 minggu per semester atau 34

minggu dalam satu tahun. Guru masih memiliki sisa waktu effektif 2 – 3 minggu per

semester. Waktu itu dapat dipergunakan ulangan dan pengayaan

PENILAIAN1. Bagaimanakah pelaksanaan penilaian, apakah berdasarkan

tema atau mata pelajaran? Penilaian pembelajaran tematik tetap menurut mata

pelajarannya, dan sebaiknya disesuaikan dengan temanya. Namun apabila suatu mata pelajaran tertentu cakupan materinya masih sedikit dapat dilakukan penilaian setelah dua tema atau lebih.

2. Kapan pelaksanaan Ulangan Harian? Apakah nanti tidak menggeser pola buku?

Waktu ulangan harian dapat diadakan pada hari biasa atau hari khusus. Ulangan pada hari biasa.

Ulangan harian dapat diadakan pada hari biasa dengan cara menghilangkan kegiatan penutup. Kegiatan penutup yang dapat dihilangkan adalah mendengarkan dongeng dan bernyanyi.

Ulangan pada hari tertentu Ulangan har tertentu dengan memanfaatkan waktu cadangan. Dalam satu hari itu dapat diadakan ulangan harian beberapa mata pelajaran. Sebaiknya kegiatan hari ulangan itu tetap ada kegiatan pembuka dan penutup, baik daalam bentuk nyanyian maupun mendengarkan dongeng.

KENAIKAN KELAS 1. Bagaimanakah kriteria kenaikan kelas 1 – 3?

Pada prinsip umum penilaian butir ke dua dinyatakan bahwa kemampuan siswa dalam membaca, menulis dan berhitung merupakan prasyarat dalam kenaikan kelas. Sesuai dengan prinsip umum tersebut maka kriteria kenaikan kelas 1 – 3 SD ditambah satu lagi, yaitu nilai bahasa Indonesia dan Matematika minimal sama dengan KKM. sedangkan kriteria lainnya sama dengan kriteria kenaikan kelas 4 – 6 SD.Dimungkinkan pula siswa dapat naik kelas apabila nilai bahasa Indonesia dan Matematika sudah mencapai KKM, meskipun ada 1 atau 2 kriteria lain tidak terpenuhi.

PENDAMPINGAN ORANGTUA1. Bagaimanakah orangtua dapat mendampingi belajar anaknya

di rumah? Apabila ada PR pendampingan orangtua sudah memadai bila

mendampingi dalam mengerjakan PR dan mempersiapkan

Page 13: Pertanyaan Seputar Tematik

perlengkapan belajar untuk hari berikutnya. Berilah kesempatan kepada anak untuk bermain, karena dunia anak memang dunia bermain.

Apabila tidak ada PR orangtua dapat meminta kepada anaknya untuk mengulangi lagi kegiatan-kegiatan yang pada hari sebelumnya atau mencoba kegiatan hari berikutnya. Tekankan orangtua tidak perlu berpikir tentang nama mata pelajarannya.

2. Bagaimanakah orangtua dapat membantu mempersiapkan anaknya ke sekolah?

Pihak sekolah mestinya membuatkan agenda harian siswa Dalam agenda tersebut siswa menuliskan nama mata

pelajaran dan kegiatannya. Dalam agenda tersebut juga dituliskan PR atau tugas.

3. Bagaimaakah menyikapi keluhan orangtua bahwa pembelajaran tematik terkesan ringan, kurang berbobot?

Tidak ada cara lain kecuali perlunya sosialisasi pembelajaran tematik kepada orangtua. Sosialisasi bukan hanya untuk menyikapi keluhan orangtua.

4. Apa saja yang harus disosialisasikan kepada orangtua?Beberapa hal ang dapat menjadi materi sosialisasi kepada

orangtua: Ciri-ciri dan cara belajar anak Belajar tidak sama dengan menghafalkan pelajaran. Siswa

belajar tentang cara belajar untuk hidup. Penekanan kelas 1-3 adalah kemampuan bahasa dan

matematika serta cara belajar. Maka kenaikan kelaspun mata pelajaran Bhs Indonesia dan Matematika menjadi kriteria utama.

Walaupun tidak disusun berdasarkan mata pelajaran, tetapi isi buku memuat seluruh tuntutan Standar Isi. Bila perlu sampaikan proses persiapan pembelajaran tematik. Apakah semua guru memahami proses mempersiapkan pembelajaran tematik?

Apabila kelas IV mengikuti Standar Isi 2006, maka tidak ada alasan siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran di kelas IV.

Materi ujian akhir diambil dari kelas IV-VI. Pembelajaran yang menyenangkan

KESULITAN TEKNIS1. Bagaimana caranya menghadapi situasi kekurangan materi.

Semua tugas sudah dikerjakan oleh siswa, sementara waktu masih cukup banyak?Ada beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan guru: Guru jangan terburu-buru meminta siswa mengerjakan

kegiatan yang ada dalam buku. Deskripsikan dulu gambar, cerita, tugas sehingga siswa masuk dalam konteksnya.

Penguasaan kompetensi siswa akan diperkuat ketika dia “mengatakan” baik ketika ditanya (guru/siswa) atau bercerita.

Pencermatan hasil pekerjaan siswa bukan terletak pada betul atau salah, tetapi jalan pikirnya.

Guru dapat mengembangkan dengan kegiatan sejenis yang sesuai dengan konteks

Guru dapat mengembangkan cerita atau pesan moral sesuai dengan kebutuhan setempat.

Page 14: Pertanyaan Seputar Tematik

2. Bagaimana caranya menghadapi situasi kekurangan waktu? Waktu pembelajaran tidak cukup untuk megerjaan semua kegiatan yang ada pada buku? Apakah hal ini tidak akan berakibat pada bergesernya waktu pembelajaran, sehingga pola pembelajaran yang direncanaka dalam buku tidak dapat dilaksanakan?Guru dapat melakukan beberapa alternatif dengan skala prioritas sebagai berikut:

Meniadakan kegiatan penutup: dongeng dan pesan moral. Mengurangi jumlah latihan pada setiap kegiatan. Misalnya:

siswa diminta mengerjakan 5 latihan dari 10 latihan yang ada. Kegiatan tertentu dijadikan PR pada hari sebelumnya. Kegiatan tertentu dijadikan PR pada hari berikutnya