Top Banner
PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006
80

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

Mar 23, 2019

Download

Documents

lymien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA

JALUR WISATA ALAM

TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO

Oleh

DIDIK YULIANTO

A34202008

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 2: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

RINGKASAN

DIDIK YULIANTO. Studi Kualitas Estetika dan Ekologi pada jalur Wisata Alam

Taman Nasional Gede Pangrango. (Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN dan

AKHMAD ARIFIN HADI).

Taman Nasional Gede Pangrango merupakan kawasan dengan beragam

tujuan, antara lain untuk konservasi dan rekreasi. Di dalam kawasan ini terdapat

tiga jalur wisata alam, yaitu: jalur Cibodas, jalur Gunung Putri, dan jalur

Selabintana. Untuk mengetahui kondisi kualitas ekologi dan estetik pada ketiga

jalur itu, maka dilakukan penelitian terhadap ketiganya.

Penelitian ini dimulai dengan studi pustaka untuk identifikasi karakter

kualitas ekologi dan penentuan titik-titik lanskap di sepanjang jalur wisata alam

TNGP. Hasil studi pustaka berupa karakteristik kualitas ekologi yang terdiri dari

tujuh variabel, yaitu: biodiversitas, kerapatan, penutupan lahan, kesuburan, tingkat

erosi, kelembaban, dan intensitas penyinaran. Sedangkan jumlah titik pengamatan

ada 17 buah, terdiri dari 8 pos di jalur Cibodas, 4 pos di jalur Gunung Putri, dan 5

pos di jalur Selabintana. Kemmudian dilakukan pengambilan data sekunder dan

data primer di lapangan. Data sekunder berupa kondisi umum lokasi, sedangkan

data primer berupa data pengamatan karakteristik kualitas estetik dan ekologi,

serta foto dari 17 pos.

Foto-foto lanskap TNGP dipresentasikan kepada responden dalam bentuk

slide yang ditayangkan dengan program Microsoft Office Power Point 2003,

dimana responden adalah mahasiswa Arsitektur Lanskap semester 6 yang

berjumlah 46 orang. Hasil penilaian responden berupa data kualitatif untuk

penduga nilai keindahan dan kualitas ekologi lanskap pada setiap pos. Data

tersebut dianalisis dengan metode Scenic Beauty Estimation untuk penduga nilai

keindahan dan Semantic Differential untuk penduga kualitas ekologi (Daniel dan

Boster, 1976).

Berdasarkan analisis di atas diketahui bahwa selang nilai keindahan

lanskap pada ketiga jalur antara 34.22 sampai 133.26. Nilai keindahan tertinggi

terdapat pada lanskap Puncak dan Kawah Gede (Nilai SBE = 133.26), yang

artinya lanskap ini merupakan lanskap yang paling banyak diminati, karena

Page 3: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

memiliki obyek pemandangan yang unik berupa kawah. Lanskap yang

mempunyai nilai SBE terendah adalah lanskap Resor Cibodas (Nilai SBE =

34.22), dengan demikian lanskap ini merupakan lanskap yang paling tidak

disukai, karena terdapat bangunan di tapak yang membuat pemandangan menjadi

kurang alami dan unik. Menurut hasil analisis pada ketiga jalur dapat diketahui

bahwa rata-rata nilai keindahan lanskap di jalur Cibodas lebih tinggi dari kedua

jalur lainnya. Penyebaran nilai keindahan mempunyai pola tertentu yang

mengikuti pola ketinggian letak pos pada ketiga jalur, yaitu bertambahnya nilai

keindahan seiring dengan bertambahnya ketinggian tempat.

Pengamatan lebih lanjut adalah analisis karakteristik kualitas estetik pada

kelompok keindahan lanskap tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil

pengamatan ini dapat diketahui bahwa karakteristik yang meningkatkan nilai

keindahan lanskap adalah dominasi tipe lanskap, keteraturan vegetasi yang

tumbuh, dan variasi bentuk, tekstur, dan warna yang tinggi. Sedangkan

karakteristik yang dapat mengurangi nilai keindahan adalah bentuk penggunaan

lahan yang tidak alami, serta vegetasi yang terlalu rapat dan kurang teratur.

Analsis terhadap kualitas ekologi menunjukkan bahwa kondisi ekologi

pada jalur wisata alam TNGP relatif masih bagus, yang dicirikan oleh

biodiversitas, kerapatan, penutupan lahan, dan kesuburan yang tinggi.

Selanjutnya, hasil analisis korelasi antara karakteristik estetik dan ekologi

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara keduanya.

Berdasarkan kedua hasil pengamatan di atas, yaitu pengamatan kondisi

kualitas ekologi dan estetik pada kawasan TNGP, dapat diketahui bahwa kualitas

keduanya masih bagus. Dengan demikian, potensi penyediaan wisata alam pada

kawasan tersebut sangat tinggi. Hal ini didukung oleh keberadaan obyek-obyek

pemandangan yang menarik dan masih alami di tapak. Selain itu upaya

pengembangan kegiatan wisata alam juga didukung oleh aksesibilitas yang

mudah, serta informasi tentang kawasan yang cukup memadai.

Page 4: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA

JALUR WISATA ALAM

TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

DIDIK YULIANTO

A34202008

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTIUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 5: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

Judul : PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI

PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL

GEDE PANGRANGO

Nama : Didik Yulianto

NRP : A34202008

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Andi Gunawan, MSc. Akhmad Arifin Hadi, SP

NIP. 131 681 404 NIP. 132 310 805

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr.

NIP. 130 422 698

Tanggal lulus :

Page 6: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta pada tanggal 17 Juli 1984. Penulis meupakan anak ketiga dari enam

bersaudara dari Bapak Ramto Sunarto dan Ibu Sumarsih Ramto Sunarto.

Tahun 1996 penulis lulus dari SD Kragilan II Gantiwarno, kemudian pada

tahun 1999 penulis menyelesaikan studi di SLTPN II Klaten, Klaten. Selanjutnya

penulis lulus dari SMUN I Klaten, Klaten pada tahun 2002.

Tahun 2002 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Penulis diterima

sebagai mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur

Lanskap, Fakultas Pertanian.

Penulis ikut aktif dalam organisasi mahasiswa sewaktu masih kuliah.

Tahun 2004/2005 penulis menjadi Penanggung Jawab Bidang Produksi di Studio

Pro Lanskap. Penulis juga ikut terlibat dalam dekorasi taman untuk acara-acara

yang menggunakan jasa Studio Pro Lanskap. Selain aktif di organisasi dalam

kampus, penulis juga aktif di OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah). Di mana

pada tahun 2004/2005 penulis menjadi Koordinator Kerohanian Islam KMK

(Keluarga Mahasiswa Klaten). Di samping memperoleh pengalaman

berorganisasi, penulis juga memperoleh pengalaman kerja. Pengalaman kerja

diperoleh dari usaha wiraswasta yang pernah dilakukan penulis selama satu tahun

yaitu dari 2004-2005.

Page 7: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang atas rahmat,

hidayah dan karunia-Nya penelitian ini dapat diselesaikan. Terdorong oleh

keinginan untuk memahami arti penting kelestarian alam bagi kehidupan, dengan

jalan mempelajari adanya hubungan yang selaras antara keindahan dengan

keseimbangan lingkungan, maka penulis melakukan penelitian ini. Topik

penilitian ini adalah persepsi kualitas ekologi dengan kualitas estetik pada suatu

lanskap wisata alam. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasinal Gede

Pangrango (TNGP) yaitu pada jalur wisata alam Cibodas, Gunung Putri, dan

Selabintana.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada Dr. Ir. Andi Gunawan MSc

dan Akhmad Arifin Hadi SP atas bimbingan dan pengarahannya selama kegiatan

penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada

staf TNGP, staff departemen Arsitektur Lanskap dan semua pihak atas segala

bantuannnya selama pelaksanaan penelitian. Kepada kedua orang tua, keluarga,

dan Wieke Oktaviani yang telah memberikan dukungan yang tulus baik moril

maupun materiil, penulis mengucapkan terimakasih.

Akhirnya, semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2006

Penulis

Page 8: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

DAFTAR ISI Halaman

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 Latar Belakang ................................................................................. 1 Tujuan ............................................................................................. 2 Kegunaan ......................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3 Taman Nasional ............................................................................... 3 Tujuan dan Pengelolaan Taman Nasional ........................................ 3 Zona Taman Nasional ...................................................................... 4 Zona Pemanfaatan ............................................................................ 5 Rekreasi ............................................................................................ 6 Dampak Rekreasi ............................................................................. 6 Etika Lingkungan dan Konsep Wisata Berkelanjutan ..................... 8 Ekoturisme ....................................................................................... 8 Potensi Suplai Rekreasi .................................................................... 10 Transportasi dan Pelayanan ............................................................. 10 Informasi dan Promosi ..................................................................... 11 Atraksi .............................................................................................. 12 Ekologi Lanskap .............................................................................. 13 Pendekatan Ekologi dan Kualitas Ekologi ....................................... 15 Persepsi ............................................................................................ 16 Estetika Lingkungan ........................................................................ 16 Kualitas Estetika .............................................................................. 17 Elemen Pengalaman Estetik ............................................................. 18 Evaluasi Kualitas Estetik ................................................................. 19 Metode Pendugaan Nilai Keindahan ................................................ 19 Evaluasi Lanskap dengan Menggunakan Model SBE ..................... 20

METODOLOGI ........................................................................................... 22 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 22 Metode Penelitian ............................................................................ 22

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 30 Kondisi Umum Lokasi ..................................................................... 30 Evaluasi Kualitas Estetik ................................................................. 34 Kecenderungan Nilai Estetik pada Tiga Alternatif Jalur ................. 37 Karakteristik Kualitas Estetik .......................................................... 39 Evaluasi Karakteristik Kualitas Ekologi pada Jalur Wisata Alam TNGP ......................................................................... 45 Korelasi Kualitas Ekologi dan Estetik ............................................. 50 Potensi Rekreasi ............................................................................... 51

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 46 Kesimpulan ...................................................................................... 46 Saran ................................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 48

LAMPIRAN ................................................................................................. 50

Page 9: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Tabel Kuesioner Semantic Differntial ........................................ 27

Tabel 2. Hubungan Kelompok Keindahan Lanskap dengan Zona Hutan dan Jalur ................................................................... 35 Tabel 3. Karakteristik Kualitas Ekologi pada Tiga Kelompok Keindahan Lanskap ...................................................................... 43

Page 10: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Taman Nasional Gede-Pangrango .......... 8

Gambar 2. Jalur Wisata Alam TNGP ........................................................... 19

Gambar 3. Bagan Alur Pelaksanaan Studi .................................................... 13

Gambar 4. Lanskap dengan Nilai Keindahan Tertinggi dan Terendah ........ 34

Gambar 5. Nilai SBE pada Tiga Jalur Wisata Alam ..................................... 36

Gambar 6. Kecenderungan Nilai Keindahan pada Tiga Alternatif Jalur ...... 38

Gambar 7. Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Tinggi ............ 41

Gambar 8. Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Sedang ........... 42

Gambar 9. Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Rendah ........... 44

Gambar 10. Grafik Nilai Tengah Penilaian Variabel Ekologi untuk Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Tinggi ............ 47

Gambar 11. Grafik Nilai Tengah Penilaian Variabel Ekologi untuk Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Sedang ........... 48

Gambar 12. Grafik Nilai Tengah Penilaian Variabel Ekologi untuk Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Rendah ........... 49

Page 11: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman

1. Format Kuesioner SBE ................................................................................ 56

2. Format Kuesioner Semantic Differential ..................................................... 57

3. Foto-Foto Lanskap dan Hasil Perhitungan SBE .......................................... 58

4. Hasil Perhitungan SBE ................................................................................. 60

5. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Nilai SBE ............................................. 65

6. Hasil Uji Beda Nilai Keindahan pada Tiga Jalur ......................................... 66

7. Korelasi Kualitas Ekologi dan Estetik pada Jalur Wisata Alam TNGP ...... 68

Page 12: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelestarian alam merupakan upaya penting dalam memelihara

keberlanjutan sumberdaya alam. Jaminan keberlanjutan alam menjadi inti dari

konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu bentuk pengelolaan dan pemanfaatan

alam yang menekankan pada asas manfaat jangka panjang. Pemanfaatan alam

bukan menjadi milik generasi sekarang, tetapi juga menjadi milik generasi

mendatang, sehingga sumberdaya alam harus tetap lestari. Untuk itu setiap bentuk

pemanfaatan alam harus berpegang pada asas pelestarian, tidak terkecuali pada

taman nasional (Soemarwoto, 1991; Turner et al. 2001).

Pemanfaatan taman nasional sebagai tempat pariwisata dan rekreasi

menjadi salah satu tanggapan atas kebutuhan masyarakat terhadap pariwisata dan

rekreasi. Taman nasional menjadi pilihan tersendiri bagi masyarakat, karena

kondisinya yang masih alami dan mempunyai pemandangan yang indah. Sebagai

tempat wisata yang masih alami dan pemandangannya indah, taman nasional

sesuai dengan kecenderungan minat masyarakat dewasa ini, di mana mereka lebih

menyukai kegiatan wisata atau rekreasi ke tempat yang alami dan indah

(Lindberg, 1993).

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) adalah salah satu

tempat rekreasi untuk masyarakat luas. Lokasinya berada di Propinsi Jawa Barat,

dan termasuk dalam tiga kabupaten, yaitu: Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur,

dan Kabupaten Sukabumi (Haris, 2001). Taman nasional ini menjadi salah satu

tempat rekreasi pilihan bagi sebagian besar masyarakat, terutama yang tinggal di

kota-kota di dekat TNGP. Kegiatan rekreasi alam oleh pengunjung TNGP antara

lain pendakian gunung dan berkemah. Kegiatan pendakian gunung menjadi

pilihan para pengunjung karena dapat memberikan suatu pengalaman berbeda dari

bentuk kegiatan rekreasi alam lainnya. Pengunjung menyukai kegiatan ini karena

tantangannya, pemandangan yang indah di sepanjang jalur, dan manfaat pelajaran

tentang hidup di alam.

Page 13: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

2

Potensi kegiatan rekreasi alam yang dapat ditawarkan pada setiap tempat

berbeda, karena karakteristik masing-masing tempat berbeda termasuk dalam hal

ekologi dan kualitas visualnya. Karakter ekologi dan kualitas visual yang unik

dapat memberi nilai tambah dan daya tarik tersendiri dari suatu kawasan, karena

menjanjikan suatu pengalaman yang berbeda pula bagi pengunjung. Taman

Nasional Gede Pangrango memiliki karakteristik kawasan yang unik, baik dari

segi ekologi maupun kualitas visualnya. Kedua faktor ini menentukan penilaian

potensi penyediaan rekreasi pada taman nasional. Penilaian ini sejalan dengan

konsep lanskap ekologis sekaligus estetik yang sesuai dengan isu pembangunan

yang berkelanjutan. Hal yang ingin dicapai darinya sangat jelas, yaitu

terwujudnya keselarasan kepentingan manusia dengan kelestarian alam. Menurut

Thorne dan Huang (1990) dasar konsep ini adalah evaluasi pola spasial tapak serta

pengaruhnya terhadap integritas ekologi lanskap dan daya tarik estetik. Lebih

lanjut dijelaskan dua langkah pokok penerapan konsep tersebut adalah evaluasi

kualitas lingkungan, yaitu: kualitas lingkungan fisik, bentuk teknologi dan

budidaya, serta evaluasi daya tarik estetik, yaitu: penilaian oleh indera manusia,

arti simbolik tapak, dan nilai positif emosional tapak.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari karakteristik

kualitas estetik dan kualitas ekologi serta hubungan antara keduanya pada jalur

wisata alam Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP).

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak

yang terkait dalam pengembangan dan pengelolaan tapak. Dan sebagai

sumbangan pengetahuan bagi dunia akademik.

Page 14: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

TINJAUAN PUSTAKA

Taman Nasional

Taman nasional merupakan kawasan dengan ekosistem yang masih asli

dan fungsi utamanya untuk pelestarian alam. Secara umum taman nasional

dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budidaya,

pariwisata, dan rekreasi. Untuk mendukung berbagai kegiatan pemanfaatan

tersebut dan menghindari terjadinya tumpang tindih kegiatan, maka pengelolaan

taman nasional harus berdasarkan sistem zonasi (Undang-Undang RI No. 5 tahun

1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem).

Tujuan dan Pengelolaan Taman Nasional

Pemanfaatan taman nasional harus dengan pengelolaan yang baik dan

jelas. Menurut Miller (1978) tujuan yang harus dijadikan pedoman dalam

pengelolaan taman nasional adalah :

1. Untuk memelihara unit-unit biotik utama untuk melestarikan fungsinya

dalam ekosistem

2. Untuk menjaga keanekaragaman hayati dan hukum lingkungan

3. Untuk melindungi kekayaan sumberdaya plasma nutfah

4. Untuk memelihara obyek, struktur dan tapak peninggalan atau warisan

kebudayaan

5. Untuk melindungi panorama alam yang indah

6. Untuk memfasilitasi kegiatan pendidikan, penelitian dan pemantauan

lingkungan di dalam areal alamiah

7. Untuk menyediakan fasilitas kegiatan rekreasi dan wisata

8. Untuk mendukung pembangunan atau pengembangan daerah pedesaan dan

penggunaan lahan marginal secara rasional

9. Untuk memelihara produksi dan kelestarian daerah aliran sungai

10. Untuk mengendalikan erosi dan pengendapan serta melindungi investasi

daerah hilir

Page 15: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

4

Tujuan pengelolaan taman nasional dapat dicapai jika dalam

pelaksanaannya digunakan sebuah sistem pengelolaan yang baik. Pengelolaan

taman nasional perlu menggunakan sistem pengaturan ruang pemanfaatan yang

jelas dan tidak tumpang tindih. Pengaturan ruang ini perlu dilakukan di dalam

kawasan, karena bentuk pemanfaatan dan fungsi taman nasional tidak hanya satu

jenis, contohnya konservasi dan rekreasi. Kegiatan konservasi dan rekreasi

mempunyai bentuk dan sifat kegiatan yang berbeda, selain itu hasil dan dampak

dari kedua jenis pemanfaatan ini juga berbeda. Kedua bentuk pemanfaatan ini

mempunyai cara pengelolaan yang berbeda, sehingga antara ruang konservasi dan

rekreasi harus mempunyai batas yang jelas. Untuk penetapan batas–batas ruang

kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan sitem zonasi (MacKinnon, 1993).

Zona Taman Nasional

Menurut Undang-Undang RI No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem pengelolaan kawasan taman nasional

menggunakan sistem zonasi. Sistem zonasi merupakan cara pengaturan kegiatan

yang berdasarkan pada pembagian ruang. Pada umumnya kawasan taman nasional

terbagi dalam beberapa zona, yaitu:

1. Zona Inti

Zona inti merupakan zona dengan persyaratan yang ketat. Manusia dapat

melakukan kegiatan di dalam zona inti, tetapi kegiatan tersebut tidak boleh

menyebabkan perubahan apapun pada ekosistem kawasan. Bentuk kegiatan

yang dapat dilakukan adalah kegiatan penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, dan kegiatan penunjang budi daya.

2. Zona Pemanfaatan

Zona pemanfaatan merupakan zona yang mempunyai bentuk kegiatan paling

luas. Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam zona pemanfaatan adalah

kegiatan pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pengembangan ilmu

pengetahuan, pendidikan, pemulihan jenis tumbuhan dan satwa asli, dan

kegiatan penunjang budi daya. Selain itu pembangunan sarana pariwisata alam

boleh dilakukan di dalam zona pemanfaatan.

Page 16: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

5

3. Zona khusus

Zona khusus adalah zona di luar zona inti dan zona pemanfaatan. Zona khusus

biasanya memiliki kondisi dan fungsi yang khas. Zona khusus dapat berupa

zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, dan zona rehabilitasi.

Zona Pemanfaatan

Berdasarkan intensitas pemanfaatannya, maka zona pemanfaatan

dibedakan ke dalam zona pemanfaatan intensif dan zona pemanfaatan terbatas.

Zona pemanfaatan intensif dan zona pemanfaatan terbatas mempunyai perbedaan

pada bentuk dan arah pengembangan wisatanya, terutama dalam pembangunan

fasilitas untuk pengunjung. Fasilitas yang dibangun di dalam zona pemanfaatan

intensif dapat bersifat permanen, sedang fasilitas di dalam zona pemanfaatan

terbatas bersifat nonpermanen. Fasilitas permanen yang dapat dibangun di dalam

zona pemanfaatan intensif seperti bangunan administratif, pelayanan umum,

tempat parkir, kantor staf, instalasi pekerjaan umum, shelter, kantin, bumi

perkemahan, dan fasilitas khusus lainnya. Sedangkan pengadaan fasilitas rekreasi

di dalam zona pemanfaatan terbatas diupayakan seminimal mungkin, contoh

tempat MCK tidak permanen (Undang-Undang RI No. 5 tahun 1990).

Penetapan setiap zona harus berdasarkan pada kriteria tertentu yang sesuai

dengan fungsi dan tujuannya. Menurut Undang-Undang RI No. 5 tahun 1990

kriteria penetapan zona pemanfaatan adalah:

1. Mempunyai obyek wisata yang menarik dan mempunyai potensi untuk

menjadi pusat kegiatan pariwisata alam.

2. Mempunyai kondisi lingkungan yang memungkinkan pembangunan

sarana dan prasarana pengunjung.

3. Memiliki topografi lahan yang relatif datar dan mempunyai jenis tanah

yang tidak tahan erosi.

4. Memiliki penutupan vegetasi tidak terlalu rapat dan ruang yang cukup

terbuka.

5. Memiliki aksesibilitas yang bagus.

Page 17: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

6

Rekreasi

Rekreasi merupakan salah bentuk aktivitas manusia untuk mengisi waktu

luangnya. Manusia melakukan rekreasi untuk menghilangkan beban pikiran

akibat tekanan dan rutinitas pekerjaannya. Rekreasi dapat memulihkan kondisi

mental dan fisik yang lelah, serta memberikan kepuasan rasa senang bagi manusia

(Brockman, 1979; Soekotjo, 1980; Soemarwoto, 1991). Minat masyarakat

terhadap rekreasi mulai meningkat sejak awal tahun 90-an, terutama minat

terhadap obyek wisata alam. Latar belakang fenomena tersebut adalah

meningkatnya tekanan hidup karena rutinitas kerja dan beban aktivitas yang berat,

sehingga mereka membutuhkan akivitas yang dapat mengembalikan semangat

kerjanya (Lindberg, 1993).

Berdasarkan tempatnya, Mercer (1981) menggolongkan rekreasi menjadi

dua, yaitu rekreasi di tempat tertutup dan rekreasi di tempat terbuka. Lebih lanjut

dinyatakan bahwa rekreasi di tempat terbuka lebih baik karena dapat diperoleh

pengalaman yang khas, baru dan berbeda. Brockman (1979) mengemukakan

kelebihan rekreasi di alam terbuka adalah pengalaman yang lebih baik bagi fisik

dan mental manusia, karena untuk melakukan rekreasi di alam terbuka manusia

harus mempunyai kesehatan fisik, pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan.

Bentuk kegiatan rekreasi di alam terbuka adalah memancing, berburu, mendaki

gunung, berkuda, piknik, dan berkemah.

Pilihan bentuk kegiatan rekreasi yang akan dilakukan manusia tergantung

pada latar belakang ketersediaan kesempatan, kesesuaian dengan kondisi pelaku,

serta kemampuan fisik dan intelektual. Bentuk kegiatan rekreasi dapat bersifat

fisik, intelektual, estetik, emosi, atau kombinasinya. Karena latar belakang dan

sifat yang berbeda, maka bentuk kegiatan rekreasi menjadi spesifik bagi setiap

individu, dimana pilihan individu yang satu berbeda dengan individu lainnya

(Brockman, 1979).

Dampak Kegiatan Rekreasi

Pembangunan sektor wisata dewasa ini terus meningkat dan membuka

kesempatan baru dalam lapangan kerja. Kemajuan ini memberikan hasil yang

positif bagi pembangunan, tetapi kegiatan wisata juga menimbulkan dampak

Page 18: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

7

negatif bagi lingkungan dan manusia. Menurut Gunn (1997) dampak negatif

tersebut adalah:

1. Terjadinya pencemaran lingkungan di lokasi wisata, sehingga

menyebabkan degradasi sumber daya alam.

2. Tergesernya budaya masyarakat lokal yang diakibatkan oleh desakan

budaya luar dari wisatawan.

3. Timbulnya biaya ekonomi tambahan yang diakibatkan oleh tindakan

pengembangan wisata yang tidak sesuai kemampuan sumber daya alam.

4. Bentuk tata guna lahan menjadi tidak terpadu, sebagai akibat dari

pembangunan wisata tidak memperhatikan peraturan tata guna lahan.

5. Kualitas sumber daya tapak berkurang, karena pengembangan bentuk

kegiatan wisata, atraksi, fasilitas pelayanan yang tidak sesuai dengan

kondisi tapak.

6. Kerusakan kualitas tapak yang diakibatkan oleh tindakan cut and fill pada

terhadap bentuk lahan yang asli dan introduksi spesies tanaman dan hewan

yang baru. Tindakan tersebut meningkatkan resiko bahaya erosi dan

hilangnya spesies asli di tapak.

Dampak negatif dari kegiatan rekreasi secara garis besar disebabkan oleh

dua faktor, yaitu faktor pengelola dan faktor pengunjung. Pertama, faktor yang

berasal dari pengelola antara lain: 1) Kegiatan pengembangan tapak yang tidak

sesuai dengan daya dukung dan kemampuan tapak, contoh ukuran tapak yang

tidak sebanding dengan jumlah dan intensitas pengunjung, 2) Kegiatan

pengelolaan yang tidak optimal, contoh manajemen pengelolaan sampah yang

tidak tepat. Kedua, faktor yang berasal dari pengunjung antara lain: 1) Tindakan

vandalisme, 2) Tindakan membuang sampah sembarangan, 3) Pencemaran air

oleh bahan-bahan kimia dari pasta gigi dan sabun yang berasal dari pengunjung.

(Soemarwoto, 1991; Lindberg, 1993; Gunn, 1997).

Page 19: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

8

Etika Lingkungan dan Konsep Wisata Berkelanjutan

Menurut Gunn (1997) etika lingkungan merupakan turunan dari etika

tapak. Etika lingkungan merupakan pernyataan tentang penghargaan dan

pengakuan terhadap hak hidup tumbuhan, binatang, dan seluruh isi alam. Lebih

lanjut dinyatakan bahwa tumbuhan, binatang, dan alam mempunyai hak yang

setara dengan manusia.

Konsep wisata berkelanjutan merupakan jawaban atas permasalahan yang

terjadi dalam pembangunan wisata. Konsep wisata berkelanjutan mengikuti

konsep pembangunan berkelanjutan, sehingga mempunyai prinsip dasar yang

sama. Prinsip dasar yang dipegang adalah pembangunan yang ramah lingkungan,

yaitu dengan tercapainya keselarasan antara pembangunan ekonomi, sosial dan

lingkungan. Syarat untuk suksesnya pembangunan berkelanjutan adalah integrasi

serta kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat umum. Langkah

pertama untuk menciptakan integritas dan kerjasama ketiga pelaku pembangunan

tersebut adalah pemahaman dan penanaman makna dasar serta tujuan utama dari

konsep pembangunan berkelanjutan (Gunn, 1997; Lindberg, 2001).

Menurut Gunn (1997) dimensi yang harus diperhatikan dalam

pembangunan wisata berkelanjutan ada tiga, yaitu: 1) Jenis wisata harus sesuai

dengan kondisi sumber daya tapak, 2) Ketersediaan sumber daya yang

menentukan tingkat dan arah pembangunan wisata, dan 3) Perbandingan antara

jumlah kunjungan nyata ke tapak dengan jumlah kunjungan yang potensial.

Ekoturisme

Bentuk pariwisata yang sesuai dengan konsep sadar dan ramah lingkungan

adalah ekoturisme. Karena bentuk pariwisata ini mampu menanggapi respon

adanya dampak negatif dari kegiatan pariwisata komersial dan massal selama ini.

Dengan demikian kehadiran ekoturisme merupakan jawaban atas kepentingan

terhadap pelestarian sumber daya alam dan adanya permintaan terhadap wisata

(Soemarwoto, 1991; Lindberg, 1993; Gunn, 1997).

Page 20: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

9

Menurut Gunn (1997) hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam

ekoturisme adalah:

1. Pengalaman, penghargaan, pemahaman terhadap sumber daya alam

2. Perolehan pengalaman yang berasal dari lingkungan dan penghargaan

terhadap lingkungan

3. Penggunaan fasilitas pelayanan dan pendukung yang ramah lingkungan

4. Memberikan kontribusi langsung bagi pembangunan ekonomi lokal

Ketertarikan masyarakat terhadap ekoturisme dilatarbelakangi oleh

beberapa alasan, dimana alasan tersebut bervariasi antar individu. Kesamaan

alasan dapat ditemukan pada bentuk kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Gunn (1997) bentuk kegiatan dan tujuan pengunjung dalam ekoturisme

adalah:

1. Mengetahui tempat baru atau mendapatkan pengalaman yang baru

2. Mendapatkan pengalaman hidup di alam bebas

3. Mendapatkan suasana tempat rekreasi yang tenang

4. Melakukan aktivitas di tapak seperti berkemah, hiking

5. Melakukan kegiatan wisata air seperti memancing, olahraga arung jeram,

berenang, dan bersampan

6. Melihat atraksi budaya lokal

7. Mempelajari atau mengamati alam dan budaya masyarakat lokal secara

langsung

8. Melihat dan mengenal kehidupan alam bebas seperti kegiatan mengamati

kehidupan burung, orang hutan, dan kera

9. Menikmati pemandangan yang indah atau alami seperti laut, pantai, danau,

pegunungan dan air terjun

10. Menyalurkan hobi fotografi

Page 21: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

10

Potensi Suplai Rekreasi

Potensi suplai rekreasi adalah peluang pengembangan suatu tapak untuk

penyediaan kegiatan rekreasi. Pengembangan suatu tapak menjadi tempat rekreasi

harus memperhitungkan dua hal, yaitu: 1) kondisi permintaan masyarakat

terhadap kebutuhan wisata, dan 2) Penawaran jasa wisata yang tersedia.

(Lindberg, 1993; Gunn, 1997). Lebih lanjut Gunn (1997) mengemukakan bahwa

penawaran dan permintaan dalam wisata mempunyai hubungan yang dinamis dan

saling berpengaruh, dimana perubahan pada jumlah permintaan akan

mempengaruhi jumlah penawaran.

Menurut Gunn (1997) komponen yang membentuk penawaran ada lima,

yaitu : atraksi, pelayanan, transportasi, informasi, dan promosi. Karakteristik dan

kondisi komponen penawaran tersebut berbeda pada setiap tempat. Perbedaan

tersebut disebabkan perbedaan kondisi sumber daya alam, fisik lokasi, dan sosial

budaya masyarakatnya.

Transportasi dan Pelayanan

Transportasi merupakan penghubung antara pengunjung dengan lokasi

wisata. Pengembangan bidang trasnportasi perlu memperhatikan masalah jaringan

jalan dan sarana transportasi, yaitu yang mampu mendukung kelancaran dan

kenyamanan pengunjung. Menurut Gunn (1997) pengembangan transportasi yang

seimbang harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:

1. Kemampuan mengakomodasi kebutuhan masyarakat

2. Mengutamakan kelancaraan aksesibilitas

3. Keseimbangan antara penggunaan lahan untuk pembangunan sarana

transportasi dengan penggunaan lahan yang lain

4. Menggunakan pendekatan matematika dalam perhitungan kapasitas lalu

lintas jalan, untuk mengetahui perkiraan batas jumlah maksimum dan

minimum kendaraan yang melewati jalan

5. Membuat rancangan hirarki jalan untuk jalur pejalan kaki, sepeda, motor,

dan mobil

Page 22: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

11

6. Memperhatikan fungsi sosial dan aktifitas lain yang ada di dekat jalur

transportasi

7. Penyediaan area parkir kendaraan

8. Pembuatan rancangan harus berdasarkan skala manusia

9. Pembangunan sarana transportasi mampu menambah nilai estetik

Pelayanan dan fasilitas yang baik akan meningkatkan daya tarik tempat

wisata. Pengembangan jenis pelayanan dan fasilitasnya harus memperhatikan

kondisi dan karakteristik setempat. Selain itu kegiatan pengembangan pelayanan

dan fasilitas harus menjaga keserasian dengan kondisi eksisting (Gunn, 1997).

Lebih lanjut Gunn (1997) menyatakan bahwa penyediaan bentuk pelayanan dan

fasilitas dapat dilakukan oleh pengelola resmi tempat wisata, pemerintah, atau

swasta. Pengelola resmi umumnya menyediakan pelayanan dan fasilitas yang

bersifat umum, contoh: tempat informasi, lapangan parkir, tempat pendaftaran dan

tempat ibadah. Sedangkan penyediaan layanan rumah makan, tempat belanja

suvenir dan makanan, atau penginapan biasanya dilakukan oleh swasta.

Informasi dan Promosi

Harapan pengunjung saat mengunjungi tempat wisata adalah ingin

mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru, karena itu mereka membutuhkan

informasi yang cukup tentang tempat wisata sebelum mereka mengunjunginya.

Informasi yang cukup juga membantu calon pengunjung menetapkan pilihan

tempat dan waktu kunjungan yang tepat. Menurut Gunn (1997) informasi penting

yang harus disampaikan ke masyarakat atau calon pengunjung antara lain:

1. Letak tempat wisata

2. Jenis atraksi dan bentuk kegiatan yang ditawarkan

3. Jenis pelayanan dan fasilitas pendukung yang tersedia

4. Alternatif rute jalan menuju tempat wisata dan perkiraan biaya perjalanan

Promosi merupakan bagian upaya penyampaian informasi ke masyarakat

yang berupa gambaran tentang tempat wisata. Bentuk dan strategi promosi secara

umum dikelompokkan dalam promosi resmi dan tidak resmi. Promosi resmi

Page 23: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

12

adalah bentuk promosi yang sengaja dilakukan oleh pengelola. Media promosi

resmi umumnya berupa media periklanan, yaitu media massa dan media

elektronik. Selain itu pengelola dapat mempromosikan tempat wisatanya melalui

jaringan informasi yang melibatkan kerjasama dengan penyedia jasa hotel atau

restoran. Sedangkan bentuk promosi tidak resmi merupakan akibat tidak langsung

dari tingkat kepuasan pengunjung. Pengunjung akan menceritakan

pengalamannya ke orang lain, sehingga orang lain menjadi tertarik untuk

berkunjung ke tempat wisata tersebut. Jadi promosi tidak langsung adalah

promosi yang berasal dari upaya pengelola dalam menciptakan citra baik ke

pengunjung (Gunn, 1997).

Atraksi

Menurut Gunn (1997) atraksi merupakan inti dari wisata. Atraksi

merupakan bentuk kegiatan atau suasana tapak yang menjadi daya tarik utama

tempat wisata. Atraksi wisata dapat dikelompokkan dalam dua kelompok umum,

yaitu touring circuit dan longer stay. Touring circuit adalah pengunjung

menikmati atraksi selama perjalanan dan dalam waktu pendek, sehingga

pengunjung tidak perlu menginap. Contoh touring circuit adalah wisata pantai,

pemandangan pegunungan, dan air terjun. Sedangkan longer stay adalah

pengunjung menikmati atraksi dalam waktu lama, sehingga pengunjung perlu

menginap, contoh wisata budaya.

Bentuk atraksi yang ditampilkan tergantung potensi lingkungan dan sosial

budaya, karena adanya perbedaan karakteristik lingkungan dan sosial budaya yang

dimiliki setiap tempat wisata. Karakteristik lingkungan ditentukan oleh jenis

vegetasi, bentuk kehidupan alami di tapak, kualitas air, bentuk topografi tapak,

dan iklim. Sedangkan karakteristik sosial budaya tergantung karakteristik

masyarakat pendukung tapak (Gunn, 1997). Lebih lanjut Gunn (1997)

menyatakan bahwa kekayaan fisik lingkungan, kekayaan alam dan budaya, serta

kualitas merupakan unsur esensial yang mendukung kenyamanan pengunjung,

pengalaman pengunjung, dan bagi kehidupan setempat.

Page 24: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

13

Fungsi taman nasional sebagai tempat rekreasi dapat menjadi alternatif

bagi masyarakat dalam memilih tempat rekreasi. Kondisi taman nasional yang

masih alami sesuai dengan minat masyarakat dewasa ini, karena perkembangan

permintaan masyarakat terhadap rekreasi mengarah pada obyek wisata yang masih

alami. Latar belakang terjadinya peningkatan minat terhadap obyek wisata alam

adalah ketertarikan masyarakat terhadap keindahan alam dan kondisi

lingkungannya yang masih alami. Masyarakat berharap mendapatkan kepuasan

fisik dan mental dengan melihat keindahan alam (Lindberg, 1993).

Penyediaan rekreasi harus mempertimbangkan dampak dari kegiatan

pengunjung. Pengetahuan tentang dampak yang mungkin timbul dan upaya

pengelola untuk meminimalisir dampak dapat menjamin kualitas lingkungan dan

keindahan obyek rekreasi (Gold, 1980; Lindberg, 1993). Lebih lanjut dinyatakan

bahwa dalam pengembangan tapak untuk rekreasi diperlukan pendekatan yang

tepat, agar kegiatan rekreasi sesuai dengan kemampuan tapak. Alat pendekatan

yang sesuai dengan tujuan pemeliharaan kualitas keindahan dan lingkungan

adalah pendekatan ekologi lanskap. Orientasi utama pendekatan ekologi lanskap

adalah perlindungan kualitas visual lanskap dan ekologi.

Ekologi Lanskap

Kegiatan pembangunan menyebabkan perubahan pola ruang dan

perubahan hubungan antar elemen dalam ruang. Perubahan pada pola ruang akan

berakibat pada perubahan proses ekologi di dalamnya. Perubahan proses ekologi

dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif berupa kondisi

lingkungan yang seimbang dan lestari. Sedangkan dampak negatif berupa

kerusakan lingkungan (Merriam, 1994; Turner et al. 2001).

Ekologi lanskap memberikan suatu konsep, teori, dan metode baru dalam

memahami interaksi yang dinamis dalam ekosistem berdasarkan pola ruang.

Pemahaman proses ekologi di dalam tapak dapat membantu pengambilan

keputusan pembangunan yang tepat. Dengan demikian hasil yang diharapkan dari

kegiatan pembangunan berupa hasil yang positif (Thorne dan Huang,1990;

Merriam, 1994; Turner et al. 2001).

Page 25: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

14

Prinsip utama dalam ekologi lanskap adalah integritas ruang dan proses

ekologi di dalamnya. Keterkaitan antar ruang merupakan implikasi logis dari

proses ekologi, karena proses ekologi dalam suatu tapak tidak dapat terlepas dari

lingkungan sekitarnya. Jalinan proses ekologi antar tapak terjadi melalui aliran

massa dan energi. Aliran massa dan energi terjadi dalam bentuk perpindahan

unsur-unsur atau mineral melalui gerakan air, udara, dan gravitasi (Thorne dan

Huang, 1990; Merriam, 1994; Turner et al. 2001)

Skala pembangunan lanskap mempunyai selang yang lebar. Contoh

pembangunan lanskap berskala kecil adalah lanskap rumah, sedang yang berskala

besar adalah lanskap wilayah kota, taman nasional, dan hutan. Semakin besar

skala pembangunan lanskap berarti semakin kompleks proses ekologi di

dalamnya, sehingga hal ini memerlukan pedoman yang tepat dalam

pelaksanaannya. Menurut Merriam (1994) terdapat tiga pedoman dasar dalam

skala pembangunan lanskap yang besar, yaitu:

1. Komposisi lanskap yang menjadi sumber daya dan pembentuk tapak serta

mempengaruhi lingkungan di dalam tapak. Sumber daya atau habitat yang

penting harus mendapat perhatian utama. Jenis sumber daya yang penting

adalah sumber daya yang mempengaruhi keberadaan spesies di dalam

tapak. Jika sumber daya atau habitat ini rusak maka berakibat pada

hilangnya spesies tertentu.

2. Pola ruang harus mendukung proses ekologi di dalam tapak. Pola ruang

harus memperhatikan bentuk dan ukuran ruang. Elemen pengaturan pola

ruang adalah perimeter ruang, rasio ruang, dan jarak antar ruang yang

membatasi spesies dengan perilaku berbeda. Pembatasan dan pengaturan

jarak antar ruang dapat mencegah persaingan antar spesies dalam mencari

makan dan berkembang biak.

3. Upaya antisipasi terhadap bentuk gangguan yang potensial di masa depan.

Gangguan tersebut dapat berupa gangguan manusia, pencemaran

lingkungan, dan masuknya spesies eksotik.

Page 26: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

15

Pendekatan Ekologi dan Kualitas Ekologi

Menurut Gold (1980) pendekatan ekologi merupakan penilaian

karakteristik ekologi melalui serangkaian analisis terhadap faktor-fakor ekologi

serta hubungan di antara faktor-faktor tersebut. Penjelasan tentang kondisi setiap

faktor dan hubungan di antaranya dapat digunakan untuk penjelasan kondisi

ekologinya. Secara umum faktor-faktor ekologi tersebut terbagi dalam tiga-

sumber daya tapak yang paling dasar, yaitu:

1. Lingkungan atmosfer yang terdiri dari udara, uap air, dan mikroorganisme.

2. Lingkungan air yang terdiri dari air, tumbuhan, binatang, mikroorganisme,

dan habitat.

3. Lingkungan tanah yang terdiri dari tanah, tumbuhan, binatang,

mikroorganisme dan habitat.

Udara, air, tanah, tumbuhan dan hewan merupakan komponen proses

ekologi di alam. Dalam proses di alam dijelaskan bahwa udara berhubungan

dengan metabolisme tumbuhan dan isolasi. Sedang air mempunyai peran yang

penting dalam proses metabolisme tumbuhan dan hewan untuk proses respirasi

dan regulasi. Lebih jauh tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme berperan dalam

siklus rantai makanan, di mana siklus ini merupakan wujud dari aliran massa dan

energi (Gold, 1980; Wirakusumah, 2003). Lebih lanjut Wirakusumah (2003)

menyatakan bahwa aliran massa dan energi berada dalam kondisi seimbang jika

tidak ada kelas dalam mata rantai makanan yang terganggu. Dalam kondisi

demikian dapat dinyatakan bahwa kualitas ekologinya bagus, karena terjadi

keseimbangan distribusi massa dan energi.

Kualitas ekologi adalah derajat penilaian yang menggambarkan status

keadaan lingkungan di suatu tapak Status keadaan lingkungan disebut baik jika

nilai kualitasnya tinggi dan sebaliknya. Penilaian kualitas ekologi suatu tapak

memerlukan indikator yang berasal dari komponen ekologi. Komponen ekologi

merupakan indikator yang dapat diukur secara kuantitatif atau dijelaskan secara

kualitatif. Komponen tersebut adalah siklus energi, kestabilan lingkungan abiotik,

daya lenting lingkungan, suksesi ekologi, biodiversitas, nilai unik tapak, dan

kestabilan spesies (Thompson dan Stainer, 1997; Wirakusumah, 2003).

Page 27: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

16

Persepsi

Persepsi merupakan suatu gambaran, pengertian, serta interpretasi

seseorang terhadap suatu obyek, terutama bagaimana orang menghubungkan

informasi yang diperolehnya dengan diri dan lingkungan dimana dia berada.

Bentuk persepsi tersebut berbeda pada setiap orang, karena pengaruh latar

belakang intelektual, pengalaman emosional, pergaulan, dan sikap seseorang.

Sedangkan, kedalaman persepsi akan sebanding dengan kedalaman intelektual

dan semakin banyaknya pengalaman emosional yang dialami seseorang (Eckbo,

1964). Lebih lanjut Porteous (1977) menambahkan bahwa persepsi akan

menentukan tindakan seseorang terhadap lingkungannya.

Bentuk obyek yang diamati seseorang salah satunya adalah lanskap,

dimana seseorang akan melakukan persepsi terhadap lanskap yang sudah

diamatinya (Nasar, 1988). Lebih lanjut dinyatakan bahwa persepsi seseorang

terhadap kualitas suatu lanskap ditentukan oleh interaksi yang kuat antara variabel

lanskap dan pengetahuan seseorang terhadap lanskap tersebut. Hasilnya berupa

penilaian yang bagus atau tidak bagus. Tingkat penilaian tersebut tergantung pada

kepuasan perasaan seseorang terhadap lanskap tersebut.

Estetika Lingkungan

Lingkungan merupakan wadah bagi manusia untuk beraktifitas dan

berinteraksi dengan sesama manusia dan alam beserta isinya. Manusia selalu

melakukan persepsi dan interpretasi terhadap lingkungannya. Proses persepsi dan

interpretasi merupakan rangkaian tindakan manusia sebagai upaya mendapatkan

gambaran dari lingkungannya, sehingga manusia dapat menetapkan tindakan

selanjutnya terhadap lingkungan tersebut. Arah dan bentuk tindakan manusia

terhadap lingkungannya dapat berupa hal-hal yang positif atau negatif, dimana

pilihan tindakan tersebut sangat bergantung dari hasil persepsi dan interpretasi

sebelumnya. Tindakan yang positif seperti pemanfaatan dan pengelolaan sumber

daya alam dengan bijaksana merupakan hasil pemahaman yang benar terhadap

lingkungannya, sebaliknya tindakan negatif seperti perusakan dan pemborosan

terhadap sumber daya alam merupakan hasil pemahaman yang salah terhadap

lingkungannya. Dengan demikian perlu penanaman pengetahuan tentang persepsi

Page 28: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

17

dan interpretasi yang benar, sehingga manusia dapat menetapkan tindakan yang

benar dalam mengelola lingkungannya (Foster, 1982).

Estetika adalah sesuatu yang dirasakan oleh manusia sebagai hasil

hubungan yang harmonis dari semua elemen, baik itu elemen pada suatu obyek,

ruang maupun kegiatan. Estetika berkaitan erat dengan penilaian secara visual,

karena penampilan suatu obyek otomatis dinilai dari penampakkan visualnya

(Simonds, 1983; Nasar, 1988). Selanjutnya Heath (1988) menambahkan bahwa

manusia pada umumnya menyukai keindahan. Untuk itu manusia senantiasa

menjadikan lingkungannya tetap indah. Salah satu upaya yang dilakukan manusia

adalah perlindungan terhadap kualitas keindahan lingkungan.

Kualitas Estetika

Nilai estetik suatu tempat atau lanskap merupakan dimensi penting dalam

pengamatan ekologi dan kekuatan nilai estetik telah menjadi aspek utama dalam

tindakan konservasi. Perumusan kebijakan tentang estetik juga membawa pada

pemahaman yang baik atas masalah lingkungan. Sebagai contoh pemandangan

pegunungan yang masih alami dengan hutan yang gundul dimana tidak hanya

nilai estetiknya berbeda, tetapi kondisi ekologi keduanya juga berbeda. Nilai

estetik dapat menjadi salah satu alat ukur lingkungan, karena indera manusia

mampu menangkap dan membedakan kondisi lingkungan di sekitarnya melalui

indera penglihatan, pendengaran atau penciuman (Foster, 1982).

Penilaian terhadap kualitas estetik lingkungan menjadi alat yang relevan

dalam lingkup pengamatan lanskap alami maupun nonalami. Meskipun kualitas

estetik merupakan sumber daya alam yang tidak dapat dimakan, tetapi dapat

memberikan kepuasan secara mental bagi manusia. Pemenuhan terhadap kepuasan

estetik merupakan puncak dari kebutuhan manusia, karena pada dasarnya manusia

tidak hanya menghendaki kepuasan secara fisik, tetapi yang lebih utama adalah

kepuasan mental atau jiwa. Keindahan lingkungan sebagai salah satu alat

pemenuhan kebutuhan estetik perlu dipelajari dan dibuat metode penilaiannya,

sehingga lingkungan dapat dikelola dengan baik agar kualitas estetiknya dapat

terlindungi dan tetap terjaga (Daniel dan Boster, 1976; Foster, 1982).

Page 29: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

18

Elemen Pengalaman Estetik

Kualitas estetik tapak akan menentukan pengalaman estetik pengguna

tapak tersebut. Inti pembentuk kualitas estetik adalah integritas elemen fisik dan

visual tapak. Elemen fisik tapak berupa bentuk lahan, tata guna lahan, mosaik

vegetasi, badan air. Sedangkan elemen visual berupa bentuk, ruang, skala, warna,

pola, komposisi dan hubungan antar elemen fisik (Gold, 1980; Foster, 1982).

Berikut ini penjelasan dari masing-masing elemen tapak:

1. Bentuk lahan merupakan tulang punggung dalam lanskap, dan secara

visual merupakan hasil gabungan dari bentuk lahan yang cembung dan

cekung. Karakteristik bentuk lahan adalah kontur (skyline silhouettes),

skala dan jarak pengulangan elemen, dan variasi permukaan (warna dan

penutupan vegetasi). Selain itu bentuk lahan yang khas seperti lembah dan

ngarai mempengaruhi bentuk ruang di tapak.

2. Mosaik vegetasi menentukan pola utama dari variasi visual permukaan

lanskap. Perbedaan bentuk fisik vegetasi, warna, teksur, skala, bentuk pola

utama, batas tepi, dan perubahan fisik karena musim merupakan unsur

dasar dari mosaik vegetasi.

3. Badan air merupakan elemen yang spesial dan langka dalam lanskap yang

alami. Keberadaannya tidak hanya menambah nilai estetik tapak, tetapi

juga menjadi pendukung kehidupan di sekitarnya. Dalam suatu lanskap,

badan air dapat menjadi pemandangan yang berdiri sendiri atau dapat juga

membentuk kesatuan pemandangan dengan vegetasi serta bentuk lahan di

dekatnya.

Menurut Foster (1982) pengamatan terhadap elemen tapak dapat melalui

pengamatan peta atau analisis laporan tertulis atau representasi grafis berupa foto,

diagram, dan sketsa. Bentuk hasil pengamatan visual terhadap elemen tapak dapat

dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu: 1) Elemen yang berupa area seperti

danau, petak lahan sawah, petak kebun teh, dan petak hutan pinus; 2) Elemen

yang berupa koridor seperti sungai, jalan raya, dan jalan setapak. Lebih lanjut

dinyatakan bahwa pengamatan visual dapat memberikan hasil yang baik dan

relevan jika unit pengamatan mempunyai batas yang jelas dan tidak terlalu luas

Page 30: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

19

skalanya. Hasil pengamatan setiap unit memberikan gambaran kondisi yang

berbeda. Kondisi setiap unit biasanya bergantung pada karakteristik spasial serta

hubungan antara bentuk lahan, vegetasi, dan badan air di dalam unit tersebut.

Evaluasi Kualitas Estetik

Evaluasi kualitas estetik merupakan penilaian terhadap nilai keindahan

suatu lanskap. Evaluasi kualitas estetik dapat menggunakan tiga kriteria estetika,

yaitu kesatuan, variasi , dan kontras. Pertama, kesatuan adalah kualitas total

elemen yang terlihat menyatu dan harmonis. Dalam lanskap, kesatuan merupakan

ekspresi dari tipe komposisi lanskap. Salah satu tipe komposisi lanskap adalah

pemandangan yang dominan, contohnya pemandangan puncak gunung yang

terlihat menonjol dari lanskap sekitarnya. Kedua, variasi adalah banyaknya jenis

elemen dalam tapak dan hubungan antar elemen yang berbeda. Variasi atau

kekayaan sumber daya adalah dua hal yang dipandang penting oleh ahli biologi

dan seniman, karena variasi yang besar sama artinya dengan kualitas tapak yang

tinggi. Tetapi diperlukan juga kesatuan elemen disamping variasi elemen untuk

tercapainya kualitas tapak yang tinggi. Contoh variasi elemen dalam lanskap

adalah jenis pohon deciduous tumbuh di antara pohon berdaun jarum. Ketiga,

kontras adalah perbedaan antar elemen yang terlihat menonjol tetapi tetap

harmonis. Kontras dapat berupa perbedaan warna, tekstur, atau bentuk elemen

(Foster, 1982).

Metode Pendugaan Nilai Keindahan

Menurut Daniel dan Boster (1976) metode pendugaan nilai keindahan

merupakan alat pendekatan dalam penilaian kualitas estetik tapak atau lanskap

tertentu. Terdapat tiga metode umum dalam pendugaan nilai keindahan, yaitu:

1. Pengamatan deskriptif adalah bentuk metode yang digunakan secara

eketensif dalam representasi dan evaluasi kualitas lanskap. Hasil penilaian

kualitas keindahan digambarkan dalam karakter yang relevan dengan

lanskap, seperti rasa hangat, nyaman, keanekaragaman elemen, dan

harmonis. Penyajian hasil dapat berupa angka, dimana setiap karakter

diberi nilai tertentu misal dalam satuan persen, kemudian nilai seluruh

Page 31: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

20

karakter dijumlahkan. Nilai yang diperoleh dari penjumlahan seluruh

karakter merupakan gambaran kualitas lanskap yang diamati.

2. Survei dan kuisioner adalah bentuk metode yang sudah digunakan secara

luas, dan hasil penilaian kualitas lanskap berdasarkan preferensi terhadap

setiap sampel. Preferensi yang tinggi terhadap sampel tertentu

menunjukkan nilai keindahan sampel tersebut juga tinggi.

3. Evaluasi persepsi pilihan adalah metode penilaian kualias lanskap yang

berdasarkan pendapat pengamat yang dipandang relevan. Penilaian

dilakukan tidak secara langsung di tapak, tetapi dengan foto atau slide

yang diambil dari tapak dan dianggap sesuai dengan kondisi tapak.

Masing-masing metode di atas mempunyai bentuk khusus untuk

penerapan secara praktis di lapangan. Salah satu metode khusus penilaian kualitas

keindahan adalah metode SBE (Scenic Beauty Estimation). Konsep yang

mendasari metode ini adalah keindahan merupakan hasil interaksi manusia dengan

alam, yaitu sebagai bentuk persepsi terhadap pemandangan lanskap melalui indera

penglihatannya (Daniel dan Boster, 1976).

Evaluasi Lanskap dengan Menggunakan Model SBE

Konsep yang mendasari metode ini adalah keindahan merupakan hasil

interaksi manusia dengan alam, yaitu sebagai bentuk persepsi terhadap

pemandangan lanskap melalui indera penglihatannya. Tahap pelaksanaan metode

SBE adalah pengambilan foto lanskap, penyajian foto dalam bentuk slide, dan

evaluasi penilaian kualitas keindahan. Tahap pertama, pengambilan foto

dilakukan secara acak pada sudut pandang 10 sampai 3600, dimana pemilihan

sudut pandang harus mewakili kondisi lanskap. Level pengambilan foto juga

harus sama dengan level mata manusia yang berdiri pada posisi normal. Tahap

kedua, foto setiap lanskap disusun sesuai kelompok lanskap, lalu dipresentasikan

dalam bentuk slide. Penyusunan foto antar lanskap dibuat acak, sedangkan foto

untuk lanskap yang sama disusun dalam satu kelompok. Penilaian terhadap slide

dilakukan oleh pengamat. Pengamat dapat berupa individu atau kelompok. Selain

itu pengamat diberi pengarahan yang cukup sebelum presentasi dimulai, tetapi

Page 32: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

21

pengarahan harus bersifat netral dan tidak berpengaruh pada penilaian yang akan

dilakukan pengamat. Presentasi harus dilakukan sekali dan penilaian pengamat

berkisar pada nilai 0 (sangat jelek) dan 9 (sangat indah). Tahap ketiga, hasil

penilaian pengamat untuk setiap lanskap dikumpulkan dan diurutkan dari nilai

terkecil sampai tertinggi. Selanjutnya dilakukan analisis nilai keindahan secara

statistik deskriptif. Nilai keindahan yang diperoleh dapat dijadikan representasi

kualitas keindahan lanskap.

Page 33: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP)

yang terletak di Propinsi Jawa Barat. Pengamatan secara langsung dilakukan di

tiga jalur wisata alam pada kawasan TNGP. Waktu penelitian dimulai dari bulan

Februari 2006 sampai dengan bulan Agustus 2006.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Taman Nasional Gede-Pangrango

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survai untuk pengumpulan data

ekologis dan pengambilan foto lanskap. Pengolahan data foto dengan

menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE), yang bertujuan untuk

menilai kualitas estetik lanskapnya. Sedangkan pengolahan data ekologi

U

Page 34: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

23

menggunakan metode Semantic Differential (SD). Hasil pengolahan data ekologi

dan estetik dianalisis lebih lanjut dengan uji statistik, sehingga dapat diketahui

hubungan antara kualitas ekologi dan estetik tapak. Secara umum penelitian ini

dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan mencakup kegiatan studi pustaka, penentuan karakter kualitas

ekologi kawasan TNGP, dan penentuan titik pemotretan untuk penilaian

kualitas estetik kawasan.

2. Tahap Pegumpulan Data

Tahap pengumpulan data mencakup kegiatan pengumpulan data sekunder,

pengamatan karakter ekologi secara langsung di tapak, dan pengambilan foto

vantage point pada setiap pos.

3. Tahap pengolahan data

Tahap pengolahan data merupakan tahap penilaian kualitas ekologi, penilaian

kualitas estetika, uji multikolinearitas, dan korelasi karakter ekologi dengan

estetika.

Tahap Persiapan

Tahap kegiatan ini dimulai dengan studi pustaka. Hasil studi

pustaka berupa identifikasi karakter kualitas ekologi dan titik pemotretan di

sepanjang jalur wisata alam TNGP. Menurut Thompson dan Stainer (1997)

karakter kualitas ekologi berupa variabel-variabel ekologi, yaitu keanekaragaman

hayati, kerapatan vegetasi, tingkat penutupan, kesuburan tanah, kepekaan terhadap

erosi, tingkat kelembaban, dan intensitas cahaya. Variabel-variabel tersebut

dianggap sebagai indikator penilaian kualitas ekologi. Sedangkan yang menjadi

variabel estetik adalah nilai keindahan lanskap. Analisis kualitas ekologi juga

didukung dengan data sekunder dari masing-masing karakter ekologi.

Pengamatan kualitas ekologi dan estetika dilakukan pada titik lanskap

tertentu di sepanjang jalur wisata alam. Titik lanskap yang dipilih adalah pos-pos

perhentian sementara pengunjung saat melakukan kegiatan pendakian. Pada pos-

pos tersebut peluang pengunjung untuk menikmati pemandangan dan kondisi

lingkungan sangat intensif. Pos pendakian yang diamati ada 17 buah yang tersebar

Page 35: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

24

pada tiga jalur pendakian utama di kawasan TNGP (Gambar 2). Ketiga jalur

tersebut adalah jalur Cibodas, jalur Gunung Putri, dan jalur Selabintana. Pada

jalur Cibodas dipilih delapan pos pengamatan, yaitu: Resor (C8), Telaga Biru

(C7), Curug Cibeureum (C6), Air Panas (C5), Kandang Badak (C4), Puncak

Pangrango (C3), Puncak dan Kawah Gede (C2), dan Alun-Alun Surya Kencana

(P). Pada jalur Gunung Putri dipilih empat pos pengamatan, yaitu: pos 1 (C4), pos

2 (C3), pos 3 (C2), dan pos 4 (C1). Dan di jalur Selabintana dipilih lima pos

pengamatan, yaitu: pos 1 (C5), pos 2 (C4), pos 3 (C3), pos 4 (C2), dan pos 5(C1).

Gambar 2. Jalur Wisata Alam TNGP

S1

S3

S5 S4

Pintu Masuk Selabintana

C7

C6

C5

C4

C8

GP4

GP3

P

GP2

GP1 C2

C3

Pintu Masuk Cibodas

Pintu Masuk Gn. Putri

S2 Ket: Zona Sub Montana Zona Montana Zona Sub Alpin

Page 36: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

25

Tahap Pengumpulan Data

Kegiatan pada tahap pengumpulan data adalah pengamatan karakter

ekologi dan kegiatan pengambilan foto pada setiap pos, serta pengumpulan data

sekunder tapak. Pengamatan karakter ekologi dilakukan secara kualitatif.

Pengamatan secara kualitatif merupakan pengamatan atas perbandingan kondisi

relatif karakter ekologi antar pos. Kegiatan selanjutnya adalah pengambilan foto

lanskap di pos dengan kamera digital. Pemotretan dilakukan dengan sudut

pandangan manusia pada posisi normal. Selain itu pemotretan diarahkan pada

view yang mewakili karakter lanskap pos. Pengambilan foto dilakukan pada pagi

hari cerah sekitar pukul 10.00-14.00 WIB, agar diperoleh kualitas foto yang

bagus. Pada setiap pos diambil beberapa foto kemudian diseleksi berdasarkan

kualitas warna dan keterwakilan karakter lanskap.

Data sekunder karakter ekologi berasal dari literatur pustaka di

perpustakaan TNGP dan perpustakaan IPB. Literatur pustaka berupa hasil

penelitian di kawasan TNGP yang sudah dilakukan sebelumnya. Data karakter

ekologi berupa data iklim, hidrologi, geologi, topografi, vegetasi, dan satwa.

Selain itu diambil data tentang kondisi umum lokasi berupa letak, aksesibilitas,

luas, dan status kawasan.

Tahap Pengolahan Data

Hasil pemotretan lanskap dipresentasikan dalam bentuk slide foto

berwarna yang kemudian dinilai oleh responden. Responden adalah mahasiswa

Program Studi Arsitektur Lanskap yang terdiri atas laki-laki dan perempuan yang

berjumlah 46 orang. Para responden dikumpulkan dalam satu ruang kemudian

dilakukan presentasi slide dengan program Microsoft Office Power Point 2003.

Penayangan kelompok slide dilakukan dua kali, di mana kelompok slide pertama

untuk penilaian tingkat keindahan lanskap dan kelompok slide kedua untuk

penilaian kualitas karakter ekologi.

Penayangan kelompok slide pertama dilakukan dalam waktu 8 detik untuk

setiap lanskap secara urut berdasarkan letak ketinggian pos dari rendah ke tinggi.

Responden memberikan skor 1 (terendah) sampai 10 (tertinggi) untuk setiap slide

yang ditayangkan. Skor ini memperlihatkan nilai keindahan, dimana skor yang

Page 37: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

26

mendekati 1 dianggap lanskap yang tidak indah dan skor mendekati 10 dianggap

lanskap yang indah (Daniel dan Boster, 1976).

Penayangan kelompok slide kedua dilakukan selama kurang lebih 1 menit.

Waktu yang dibutuhkan lebih lama, karena jumlah variabel ekologi yang harus

dinilai responden lebih banyak dari pada variabel penilaian kelompok slide

pertama. Selanjutnya, responden memberikan skor 0 (netral) jika kualitasnya

sedang, atau skor 4 (sangat tinggi) jika karakter ekologinya kuat (tabel 1).

Tabel 1. Tabel Kuesioner Semantic Differential Kriteria 4 3 2 1 0 1 2 3 4 Kriteria

Biodiversitas tumbuhan tinggi

Biodiversitas tumbuhan rendah

Kerapatan tumbuhan tinggi

Kerapatan tumbuhan rendah

Kesan ruang terbuka

Kesan ruang tertutup

Kesan gersang Kesan subur

Mudah erosi Tidak mudah erosi

Kesan basah Kesan kering

Indah Tidak Indah

Gelap Terang

Pengolahan data hasil kuesioner terbagi dalam tiga tahap, yaitu:

pengolahan data ekologi, pengolahan data estetik, dan analisis korelasi kualitas

ekologi dan estetik. Bentuk pengolahan masing-masing tahap adalah:

1. Pengolahan data penilaian karakter ekologi dengan metode SD

Metode SD merupakan metode penilaian dengan menggunakan kata sifat yang

saling berlawanan (adjective bipolar) untuk menggambarkan kondisi setiap

karakter ekologi. Hasil penilaian responden dikelompokkan sesuai karakter

ekologinya, lalu ditabulasikan dalam satuan persen untuk pengukuran

keragamannya. Selanjutnya skor penilaian diberi bobot nilai 1-9 dari kiri ke

kanan. Setelah pembobotan, nilai dari seluruh responden dijumlahkan

kemudian dibagi dengan jumlah responden, sehingga didapatkan nilai rataan

untuk setiap karakter ekologi. Rataan bobot nilai yang diperoleh diplotkan

dalam grafik sehingga diketahui persepsi terhadap masing-masing karakter

Page 38: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

27

ekologi. Nilai rataan tersebut juga menjadi dasar pengelompokkan karakter

ekologi yang berpengaruh kuat pada lanskap setiap pos.

2. Penilaian kualitas keindahan dengan metode SBE

Langkah pertama yang dilakukan adalah pengelompokkan data kuesioner

estetik setiap pos berdasarkan skala penilaian dari 1 sampai 10. Selanjutnya

setiap pos dihitung jumlah frekuensi, frekuensi kumulatif, peluang kumulatif

dan nilai z untuk setiap peringkat dari skor penilaian yang didapat (Daniel dan

Boster, 1976). Formulasi SBE yang digunakan dalam perhitungan adalah:

SBEx = [ ]ZlsZlx − ×100

Dimana SBEx = Nilai pendugaan keindahan pemandangan lanskap ke-x

Zlx = Nilai rata-rata z lanskap ke-x

Zls = Nilai rata-rata z lanskap yang digunakan sebagai standar

Nilai Z diformulasikan sebagai :

Z = σμ−x

σ 2 merupakan ukuran pemusatan nilai tengah

σ 2 = Nxi∑ − )( μ

Nilai N adalah banyaknya populasi. Selang kepercayaan untuk μ ;s diketahui,

bila x adalah nilai tengah contoh berukuran n yang diambil dari suatu populasi

dan ragam σ 2 diketahui maka selang kepercayaan (1-α ) x 100% adalah:

x – z Nσα 2/ < μ < x + z

Nσα 2/

Hasil nilai SBE digunakan untuk pengelompokkan tingkat keindahan dengan

menggunakan sebaran normal. Tingkat keindahan lanskap dikelompokkan ke

dalam tinggi, sedang dan rendah. Kelompok lanskap yang mempunyai nilai

keindahan tinggi adalah pos yang mempunyai nilai SBE lebih tinggi dari

kuartil ketiga (Q3). Kelompok lanskap bernilai sedang adalah pos yang

mempunyai nilai SBE di antara kuartil pertama (Q1) dan kuartil ketiga (Q3).

Page 39: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

28

Sedangkan pos yang mempunyai nilai SBE kurang dari kuartil pertama (Q1)

termasuk dalam kelompok lanskap yang rendah.

3. Analisis korelasi kualitas ekologi dan estetik

Analisis korelasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai karakter

kualitas ekologi terhadap nilai keindahan lanskap. Analisis korelasi ini

menggunakan program SPSS 10.0 pada Windows. Analisis korelasi yang

digunakan adalah analisis korelasi Person, karena dapat mengukur hubungan

dua variabel yang bersifat linier, dimana data berbentuk kuantitatif dan

berdistribusi normal. Hasil korelasi dapat bersifat netral, positif, atau negatif.

Jika nilai korelasinya bersifat positif, maka peningkatan suatu variabel akan

menyebabkan kenaikan variabel yang lain, demikian pula sebaliknya. Bila

nilai korelasi nol, maka tidak ada hubungan linier antara variabel yang satu

dengan variabel lainnya (Walpole, 1995). Hasil penilaian kualitas estetik,

variabel ekologi, hubungan antara kualitas ekologi dan estetik, dan data

sekunder ekologi digunakan untuk analisis potensi ekologi tapak bagi

pengembangan rekreasi di tapak. Selanjutnya dilakukan uji multikolinearitas

terhadap karakter kualitas ekologi. Uji multikolinearitas ini dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 10.0 pada windows.

Page 40: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

29

Alur Pelaksanaan Studi

Studi dilaksanakan dalam beberapa tahap kegiatan. Rangkaian tahap

kegiatan tersebut disusun dalam bentuk alur pelaksanaan studi. Bagan alur

pelaksanaannya dibuat sebagai berikut:

Gambar 3. Bagan Alur Pelaksanaan Studi

Studi Pustaka

Karakter Kualitas Ekologi

TNGP Kualitas Estetik Kawasan

Korelasi Kualitas Ekologi

dan Estetik

Penyusunan Kelas Kualitas Ekologi

Penilaian Kualitas Ekologi

Pemotretan Survai Lapang

Seleksi Foto

Evaluasi Kualitas Estetik

Penentuan View Point

Page 41: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi

Letak , Luas dan Aksesibilitas. Kawasan Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango (TNGP) secara geografis terletak di titik 106051’-107002’ BT dan

6041’-6051’ LS. Kawasan ini terbagi ke dalam tiga wilayah administratif, yaitu

Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. Kawasan TNGP

mempunyai luas 15 196 Ha terdiri dari zona inti seluas 14 379.5 Ha, zona rimba

seluas 651.5 Ha dan zona pemanfaatan seluas 275 Ha (Haris, 2001).

Kawasan TNGP berbatasan langsung dengan hutan produksi perum

Perhutani, PT Perkebunan Nusantara XII, dan tanah milik masyarakat.

Aksesibilitas ke dalam kawasan ini mudah, karena kawasan ini dikelilingi jalan

raya propinsi penghubung kota Bogor-Cianjur dan kota Bogor–Sukabumi-

Cianjur. Kondisi sarana jalan dari jalan raya propinsi ke arah pintu gerbang cukup

bagus dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. Jumlah pintu gerbang

utama untuk masuk ke dalam kawasan tersebut ada tiga, yaitu pintu gerbang

Cibodas, pintu gerbang Gunung Putri, dan pintu gerbang Selabintana (Haris,

2001).

Topografi dan Geologi. Menurut Haris (2001) topografi kawasan ini

bervariasi, terdiri dari lahan datar, dataran tinggi, dan bukit sedang sampai terjal.

Ketinggian kawasan ini berada pada 1000-3019 m dpl dan puncaknya merupakan

daerah tertinggi di Propinsi Jawa Barat. Gunung Gede Pangrango termasuk dalam

rangkaian jalur gunung berapi dari pulau Sumatera sampai Nusa Tenggara.

Geologi kawasan ini berupa batuan vulkanik seperti andesit, tuff, basalt,

lava breksi, breksi mekanik dan proklastik. Jenis tanahnya adalah:

1. Tanah regosol dan litosol terdapat pada lereng pegunungan yang lebih

tinggi dan berasal dari lava dan batuan hasil kegiatan gunung berapi. Jenis

tanah seperti ini sangat peka terhadap erosi.

2. Tanah asosiasi andosol dan regosol terdapat pada lereng gunung yang

lebih rendah dan agak peka terhadap erosi. Jenis ini mengalami pelapukan

lanjut.

Page 42: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

31

3. Tanah latosol coklat terdapat pada lereng paling bawah. Tanah ini

mengandung liat dan lapisan subsoilnya gembur, mudah ditembus air,

serta lapisan bawahnya yang mudah melapuk. Tanah seperti ini sangat

subur dan dominan, serta agak peka terhadap erosi.

Iklim dan Hidrologi. Iklim di kawasan ini berdasarkan klasifikasi

Schmidt dan Fergusson termasuk tipe iklim A, dengan nilai Q berkisar antara

11.30%-33.30%. Suhu udara berkisar antara 100-180 C. Kelembaban relatif

sepanjang tahun berkisar dari 80%-90%. Daerah ini termasuk daerah terbasah di

pulau Jawa dengan rata-rata curah hujan tahunan 3 000-4 200 mm. Bulan basah

terjadi pada bulan Oktober–Mei, dengan rata-rata curah hujan bulanan 200 mm.

Bulan kering biasanya terjadi pada bulan Juni-September dengan rata-rata curah

hujan bulanan kurang dari 100 mm (Haris, 2001).

Kawasan Gunung Gede Pangrango memiliki banyak sumber air. Sumber

air tersebut mengalir dan bersatu membentuk sungai-sungai besar di sekitar

kawasan tersebut. Terdapat 60 aliran sungai besar dan kecil, yang berhulu di

Gunung Gede dan Pangrango. Dua puluh sungai mengalir ke Kabupaten Cianjur,

23 sungai mengalir ke Kabupaten Sukabumi, dan 17 sungai mengalir ke

Kabupaten Bogor. Pada lereng Utara Gunung Gede beberapa aliran sungai kecil

bersatu membentuk air terjun besar Cibeureum. Aliran dari air terjun besar

Cibeureum mengalir ke rawa Gayonngong dan ke Telaga Biru. Disamping

Cibeureum, terdapat juga beberapa air terjun lain yang pada akhirnya bersatu

dalam aliran sungai Cipanas dan sungai Citarum yang mengalir ke arah Utara

menuju laut Jawa. Di lereng Selatan Gunung Gede Pangrango aliran-aliran sungai

bersatu membentuk sungai Cimandiri di Sukabumi yang bermuara di Pelabuhan

Ratu. Aliran-aliran air di lereng Barat laut Gunung Pangrango mengalir ke sungai

Cisarua dan Cinegara yang merupakan sumber air bagi sungai Ciliwung dan Kali

Angke yang bermuara di teluk Jakarta (Haris, 2001).

Vegetasi. Jenis vegetasi di kawasan taman nasional sangat

beranekaragam. Secara umum jenis vegetasi tersebut dapat di bagi dalam tiga

zona hutan (Haris, 2001). Urutan ketinggian dari ketiga zona hutan tersebut adalah

zona hutan Perum Perhutani, zona hutan Montana, dan zona hutan Sub Alpin.

Menurut Riatmo (1989) karakteristik masing-masing zona adalah:

Page 43: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

32

1. Hutan Sub Montana

Zona ini dapat dikategorikan ke dalam hutan sub montana. Zona ini

merupakan batas terluar taman nasional. Hutan di kawasan ini berupa hutan

produksi monokultur dari jenis rasamala (Altingia excelsa). Pengelolaan hutan ini

dilakukan oleh Perum Perhutani. Hutan ini ditandai dengan tiga lapisan tajuk.

Lapisan tajuk teratas didominasi oleh jenis Rasamala (Altingia excelsa). Tinggi

tajuk teratas jenis tumbuhan ini dapat mencapai 60 m. Jenis lainnya yang

menonjol berturut-turut adalah Saninten (Castanopsis argentea), dan Antidesma

tentandrum. Lapisan tajuk kedua berupa jenis perdu dan semak diantaranya

Ardisia fulginosa, Dichera febrifuga, randanus laizrox, Pinanga sp dan Lapotea

stimulans. Pada lapisan tajuk ketiga terdapat berbagai jenis tumbuhan bawah,

epifit, dan lumut antara lain Begonia, paku-pakuan, anggrek dan Lumut Merah

(Sphagnum gedeanum).

2. Hutan Montana

Zona ini dicirikan oleh adanya dominasi pohon bertajuk besar. Pohon pada

lapisan atas mempunyai pertumbuhan yang jarang. Sedangkan lapisan tajuk

tumbuhan bawah mempunyai pertumbuhan yang rapat. Lapisan tajuk tumbuhan

bawah ini berupa semak rendah, sedang dan tinggi. Jenis tumbuhan yang mudah

dikenal yaitu Puspa (Schima walichii), tumbuhan berdaun jarum (Dacrycarpus

imbricatus dan Podocarpus neriifolius), Jamuju (Podocarpus imbricatus),

Rasamala (Altingia excelsa), dan Kiracun (Macropanax dispernum). Untuk jenis

tumbuhan bawah berupa paku-pakuan, epifit, seperti Dendrobium sp, Arundina

sp, Cymbiddum- spp dan Calanthe spp.

3. Hutan Sub Alpin

Zona ini merupakan zona hutan teratas pada taman nasional. Ciri yang

menonjol adalah keanekaragaman tumbuhannya semakin berkurang seiring

dengan bertambahnya ketinggian tempat. Kerapatan tumbuhan pada zona ini

sangat tinggi. Lapisan tajuk pada zona ini terdiri dari satu lapis dan didominasi

oleh pohon-pohon pendek, antara lain Cantigi Gunung (Vaccinium

varingiaefolium), Rhododendron resutum, dan Myrsine avenis. Jenis tumbuhan

lain yang mudah ditemukan adalah lumut. Tumbuhan lumut banyak terdapat pada

batang pohon, permukaan batuan, dan di tanah. Jenis lumut yang hidup pada

Page 44: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

33

batang pohon adalah lumut janggut. Di daerah puncak terdapat jenis tumbuhan

yang khas, yaitu Edelweis Jawa (Anaphalis javanica) yang sangat terkenal di

kalangan pecinta alam, karena bunganya terlihat tidak pernah layu.

Taman nasional TNGP memiliki beberapa flora endemik yang langka dan

beberapa tanaman introduksi. Jenis tumbuhan endemik dan langka antara lain

anggrek Liparis bilobulata, Malaxis sagittata, Pachicentria varingiaefolia, dan

Corrybas mucronatus, sedangkan tanaman yang diintroduksi antara lain

Dendrobium jecobsoni, Agathis loranthifolia, Pinus merkusii dan Maesopsis

emini. Tanaman introduksi tersebut sengaja dimasukkan oleh para peneliti ke

dalam kawasan (Riatmo, 1989).

Satwa. Kawasan TNGP mempunyai beberapa jenis satwa, baik dari jenis

primata, mamalia, burung, dan bermacam satwa kecil. Beberapa jenis satwa di

kawasan TNGP sudah tergolong langka (Riatmo, 1989). Jenis satwa langka antara

lain:

1. Jenis primata seperti Gibbon Jawa (Hylobates moloch) dan Surili Jawa

(Dresbytis aygula),

2. Jenis mamalia seperti macan tutul (Panthera pardus), anjing hutan (Cuon

alpinus), dan trenggiling (Manis javanica),

3. Jenis burung seperti alap-alap (Accipiter soloensis), betet (Lanios scaeh),

dan kutilang (Pycnonotus aurigaster).

Jenis satwa yang populasinya masih banyak antara lain:

1. Jenis primata seperi kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dan Lutung

(Presbytis cristata),

2. Jenis mamalia besar seperti kancil (Tragulus javanicus), babi hutan (Sus

schrofa), dan muncak (Muntiacus muntjak),

3. Jenis mamalia kecil seperti sigung (Mydaus javanensis), kucing hutan

(Felix bengalensis), tikus hutan (Rattus lepturus), dan bajing terbang

(Galeopterus varegatus)

Page 45: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

34

Evaluasi Kualitas Estetika pada

Jalur Wisata Alam TNGP

Jalur wisata alam TNGP mempunyai tiga pintu masuk, yaitu pintu masuk

Cibodas, Gunung Putri, dan Selabintana (Gambar 5). Pada jalur wisata alam

tersebut terdapat pos-pos peristirahatan sementara, dimana pengunjung biasanya

berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, dan sambil melihat pemandangan alam.

Pada pos peristirahatan tersebut dilakukan pengamatan karakteristik kualitas

ekologi dan estetiknya. Jumlah pos peristirahatan yang diamati ada 17 buah pos

yang berada di sepanjang jalur wisata alam dari ketiga pintu masuk kawasan

TNGP.

Penilaian kualitas estetika pada jalur wisata alam dengan menggunakan

analisis SBE dari penilaian responden terhadap tingkat keindahan lanskap 17 pos

melalui presentasi foto. Responden adalah mahasiswa Program Studi Arsitektur

Lanskap angkatan 40 yang duduk di semester enam, terdiri atas laki-laki dan

perempuan yang berjumlah 46 orang. Hasil analisis SBE pada tujuh belas lanskap

pos di jalur wisata alam TNGP mempunyai nilai SBE berkisar 34.22 hingga

133.26 (Lampiran 4). Lanskap yang mempunyai nilai keindahan tertinggi adalah

lanskap Puncak dan Kawah Gede (Nilai SBE = 133.26), yang artinya lanskap ini

merupakan lanskap yang paling banyak diminati, karena memiliki obyek

pemandangan yang unik berupa kawah. Sedangkan lanskap yang mempunyai nilai

SBE terendah adalah lanskap Resor Cibodas (Nilai SBE = 34.22), dengan

demikian lanskap ini merupakan lanskap yang paling tidak disukai, karena

terdapat bangunan di tapak yang membuat pemandangan menjadi kurang alami

dan unik.

Puncak dan Kawah Gunung Gede (C2) Resor Cibodas (C8)

Gambar 4. Lanskap dengan Nilai Keindahan Tertinggi dan Terendah

Page 46: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

35

Ketujuh belas lanskap pada jalur wisata alam TNGP dapat dikelompokkan

ke dalam kelas keindahannya, dengan kategori indah, sedang, atau buruk.

Pengelompokkan kelas keindahan ini dilakukan dengan cara analisis statistik

sederhana (Lampiran 5), yaitu dengan membagi selang nilai SBE tersebut ke

dalam tiga kuartil (Q1, Q2, dan Q3). Lanskap yang mempunyai nilai SBE lebih

besar dari 114.63 termasuk dalam kelompok pertama, yaitu lanskap dengan

kualitas keindahan tinggi. Kelompok kedua adalah lanskap dengan kualitas

keindahan sedang, yaitu lanskap yang mempunyai nilai SBE antara 57.02-114.63.

Dan kelas ketiga adalah lanskap dengan kualitas keindahan rendah, yaitu lanskap

yang mempunyai nilai SBE lebih kecil dari 57.02. Hasil dari pengelompokkan

lanskap ke dalam kelas keindahannya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hubungan Kelompok Keindahan Lanskap dengan Zona Hutan dan Jalur

Kelompok Nilai SBE

Nama Lanskap Zona Hutan Jalur

Tinggi Kandang Badak Montana Cibodas Puncak Pangrango Sub Alpin Cibodas Puncak dan Kawah Gede Sub Alpin Cibodas Alun-Alun Surya Kencana Sub Alpin Cibodas

Sedang Telaga Biru Montana Cibodas Air Terjun Cibeureum Montana Cibodas Air Panas Montana Cibodas Pos III Gunung Putri Montana Gunung Putri Pos IV Gunung Putri Montana Gunung Putri Pos II Selabintana Montana Selabintana Pos III Selabintana Montana Selabintana Pos IV Selabintana Sub Alpin Selabintana Pos V Selabintana Sub Alpin Selabintana

Rendah Resor Cibodas Sub Montana Cibodas Pos I Gunung Putri Montana Gunung Putri Pos II Gunung Putri Sub Montana Gunung Putri Pos I Selabintana Sub Montana Selabintana

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai keindahan lanskap

dari ketiga jalur mempunyai penyebaran yang berbeda, dimana rata-rata nilai

keindahan lanskap di Jalur Cibodas lebih tinggi dari dua jalur lainnya. Sedangkan

rata-rata nilai keindahan lanskap di jalur Gunung Putri dan Selabintana tidak

berbeda. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil uji statistik beda nilai keindahan

pada tiga jalur (Lampiran 5). Sedangkan, perbandingan relatif perbedaan nilai

keindahan lanskap pada ketiga jalur dapat dilihat pada grafik nilai keindahan pada

tiga jalur (Gambar 5).

Page 47: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

36

Ket: 1) Jalur Cibodas: P (Alun-Alun Surya Kencana), C2 (Puncak dan Kawah Gede), C3

(Puncak Pangrango), C4( Kandang Badak), C5 (Air Panas), C6 (Air Terjun Cibeureum), C7 (Telaga Biru), dan C8 (Resor Cibodas); 2) Jalur Gunung Putri: P (Alun-Alun Surya Kencana), GP1 (Pos 4 Gunung Putri), GP2 (Pos 3 Gunung Putri), GP3 (Pos 2 Gunung Putri), dan GP4 (Pos 1 Gunung Putri); 3) Jalur Selabintana: P (Alun-Alun Surya Kencana), S1 (Pos 5 Selabintana), S2 (Pos 4 Selabintana), S3 (Pos 3 Selabintana), S4 (Pos 2 Selabintana), S5 (Pos 1 Selabintana).

Gambar 5. Nilai SBE pada Tiga Jalur Wisata Alam

0

20

40

60

80

100

120

140

P C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 PGP1

GP2GP3

GP4 P S1 S2 S3 S4 S5

Lanskap

Nila

i SB

E

Lanskap

Jalur Gunung Putri Jalur Cibodas Jalur Selabintana

C6

GP3

S2

C8

Pintu Masuk Gn. Putri

Pintu Masuk Cibodas

Pintu Masuk Selabintana

C7

C5

C4C3

C2

P

GP1GP2

GP4

S1

S3 S4 S5

Ket: Zona Sub Montana Zona Montana Zona Sub Alpin

Page 48: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

37

Jalur Cibodas mempunyai kualitas estetik yang tinggi karena pada jalur ini

terdapat banyak obyek pemandangan menarik, contoh Puncak Pangrango dan

Alun-Alun Surya Kencana. Secara umum, obyek-obyek tersebut merupakan

lanskap yang terlihat dominan dan unik. Hal ini juga didukung oleh kondisi di

lapangan, di mana pengunjung yang masuk dari jalur Cibodas jumlahnya paling

banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunn (1997) bahwa lanskap yang unik

dan indah dapat menjadi daya tarik pada suatu tempat wisata. Karena pengunjung

yang datang pada umumnya ingin memperoleh pengalaman yang berbeda dan dan

dapat menikmati keindahan pemandangan yang alami di tapak.

Hasil pada tabel di atas menunjukkan di atas dapat diketahui bahwa

lanskap yang terletak di zona hutan Sub Alpin mempunyai kualitas keindahan

yang tinggi. Sedangkan, lanskap yang terletak di zona hutan Montana pada

umumnya termasuk lanskap dengan kualitas keindahan sedang, dan lanskap yang

terletak di zona hutan Sub Montana pada umumnya mempunyai kualitas

keindahan yang rendah. Jika ketiga zona hutan tersebut diurutkan sesuai letak

ketinggiannya, maka diperoleh kesimpulan bahwa kualitas keindahan lanskap

semakin bertambah dengan bertambahnya ketinggian tempat. Hal ini juga

didukung oleh hasil analisis pengeplotan nilai SBE pada tiga jalur wisata alam

(Gambar 6).

Kecenderungan Nilai Estetik pada Tiga Alternatif Jalur

Kawasan TNGP memiliki tiga pintu masuk, yaitu pintu masuk Cibodas,

Gunung Putri dan Selabintana. Pada umumnya pengunjung masuk ke dalam

kawasan melalui salah satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Dengan

demikian terdapat tiga alternatif jalur wisata alam di TNGP, yaitu: 1) Jalur

Cibodas-Gn. Putri 2) Jalur Cibodas-Selabintana 3) Jalur Selabintana-Gn. Putri.

Hasil analisis pada ketiga alternatif jalur menggambarkan bentuk pola

yang cenderung sama. Dimana kualitas keindahan lanskap pada pos bertambah

tinggi dengan semakin bertambahnya ketinggian pos, dan keindahannya kembali

turun dengan berkurangnya ketinggian pos. Bentuk pola dan perbandingan relatif

dari ketiga jalur dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 49: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

38

Gambar 6. Kecenderungan Nilai Keindahan pada Tiga Alternatif Jalur

020406080

100120140

C8 C7 C6 C5 C4 C3 C2 P GP1 GP2 GP3 GP4

Lanskap

Nila

i SB

E

Jalur Cibodas-Gunung Putri

020406080

100120140

C8 C7 C6 C5 C4 C3 C2 P S1 S2 S3 S4 S5

Lanskap

Nila

i SB

E

Jalur Cibodas-Selabintana

020406080

100120140

S1 S2 S3 S4 S5 P GP1 GP2 GP3 GP4

Lanskap

Nila

i SB

E

Jalur Selabintana-Gunung Putri

Page 50: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

39

Pola distribusi nilai estetik antara gambar satu dan gambar dua hampir

sama. Adanya perubahan nilai estetik dari kedua jalur pada setiap levelnya terlihat

lebih jelas dan tegas. Bila dibandingkan dengan perubahan nilai estetik pada jalur

Gunung Putri-Selabintana, maka pada jalur ini adanya perbedaan nilai estetik

antar levelnya terlihat kurang jelas. Jika pola distribusi nilai estetik dari ketiga

grafik di atas dikelompokkan berdasar pintu masuk ke TNGP (Cibodas, Gunung

Putri, Selabintana), maka didapatkan dua pola baru. Pola pertama adalah distribusi

nilai estetik pada setiap level dari pintu masuk Cibodas terlihat bertambah dengan

jelas. Ini berarti nilai estetik antar levelnya cukup berbeda. Hal yang berbeda

terjadi pada kondisi di kedua pintu masuk lainnya, yaitu Gunung Putri dan

Selabintana. faktor lingkungan yang lain. Hal ini didukung oleh kondisi

lingkungan dari ketiganya tidaklah sama. Dan pemandangan obyek lanskap di

sepanjang jalur Cibodas lebih menarik dan bervariasi. Sedang di kedua jalur yang

lain tidaklah demikian. Pemandangan lanskap di sepanjang jalurnya hampir

serupa, sehingga penilaian estetiknya tidak jauh beda. Jika ditinjau dari variabel

ekologi, ketiga jalur mempunyai bobot yang sama, dimana masing-masing terbagi

dalam tiga zona hutan. Dan karakteristik ekologi untuk setiap zona adalah sama

meski letak lanskapnya berbeda.

Karakteristik Kualitas Estetik

Lanskap yang sudah dikelompokkan dalam kelas keindahan tinggi,

sedang, dan rendah mempunyai karakteristik yang berbeda yang dapat dijelaskaan

secara umum. Hasil pengamatan karakteristik kualitas estetik antara lain berupa

deskripsi tentang elemen fisik dan elemen visual dari setiap lanskap.

Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Tinggi.

Masing-masing lanskap pada kelompok ini terlihat unik dan memiliki daya

tarik tersendiri, karena memiliki karakteristik yang berbeda. Pertama, pada

lanskap Kandang Badak mempunyai karakteristik elemen visual berupa dominasi

bentuk pohon yang ramping, tinggi, dan seragam. Pohon tersebut tumbuh dengan

jarak yang teratur dan tidak terlalu rapat, sehingga memberikan kesan ruang yang

lega dan terbuka. Selain itu, variasi pemandangan berupa tumbuhan paku-pakuan

dan beberapa jenis semak dengan bentuk, warna, serta tekstur yang berbeda

Page 51: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

40

semakin menambah nilai keindahan tapak. Kedua, pada lanskap Puncak

Pangrango dengan karakteristik berupa pohon-pohon yang terlihat teratur,

kompak, dan tidak terlalu rapat. Selain itu, terlihat kesan kontras tetapi serasi dari

warna merah pada pucuk daun Cantigi Gunung (Vaccinium varingiaefolium) di

antara dominasi warna daun yang hijau. Sedangkan dari puncak dapat dilihat

pemandangan berupa lanskap pegunungan, dimana terlihat gradasi warna hijau

daun pepohonan yang serasi. Ketiga, lanskap Puncak dan Kawah Gede memiliki

karakterisik berupa pemandangan dari puncak berupa kawah, pegunungan dan

dataran luas yang disebut Alun-Alun Surya Kencana. Pemandangan ke arah

kawah berupa dinding jurang yang terjal dengan warna batuan putih kecoklatan

dan warna merah kecoklatan pada bibir kawah. Sedangkan ke arah Alun-Alun

Surya Kencana terlihat dataran luas dengan warna putih kecoklatan dan terang,

dan di sekitarnya terdapat hamparan pemandangan tumbuhan Cantigi Gunung

(Vaccinium varingiaefolium), Edelweis Jawa (Anaphalis javanica), dan jenis

rumput pegunungan. Hamparan tumbuhan Edelweis Jawa (Anaphalis javanica)

itu berubah warnanya dari hijau ke putih pada bulan Agustus-September, dimana

perubahan warna ini disebabkan oleh warna bunga putih yang muncul pada bulan-

bulan tersebut. Keempat, Lanskap Alun-Alun Surya Kencana ini berupa dataran

yang luas dan hamparan pemandangan tumbuhan Cantigi Gunung (Vaccinium

varingiaefolium) yang diselingi tumbuhan Edelweis Jawa (Anaphalis javanica)

dan jenis rumput pegunungan. Tumbuhan tersebut terlihat tumbuh seragam,

teratur, dan kompak. Warna merah pucuk daun Cantigi Gunung dan warna putih

bunga Edelweis Jawa memberi kesan warna yang bervariasi. Tapak ini sering

menjadi tempat berkemah, karena lahan mempunyai kondisi yang relatif datar dan

luas, selain itu juga keberadaan pepohonan di tapak dapat memberikan

perlindungan dari bahaya badai dan angin.

Secara umum lanskap yang mempunyai kualitas keindahan tinggi

memiliki karakteristik berupa mosaik vegetasi yang teratur dan tidak terlalu rapat.

Karakteristik yang lain berupa variasi warna, bentuk, dan tekstur pada bunga dan

tajuk tumbuhan. Kedua karakteristik ini memberikan kesan pemandangan yang

kontras dan menarik. Lanskap-lanskap ini juga terlihat menarik karena

mempunyai pemandangan yang terlihat dominan, seperti pemandangan kawah di

Page 52: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

41

Puncak dan Kawah Gede, dan hamparan pohon Cantigi Gunung (Vaccinium

varingiaefolium) dan Edelweis Jawa (Anaphalis javanica) pada Alun-Alun Surya

Kencana (Gambar 6). Hal ini membuat lanskap tersebut terlihat harmonis dan

menyatu. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Foster (1982) yang menyatakan

bahwa kualitas keindahan lanskap yang tinggi berasal dari variasi elemen-elemen

di tapak dan kesatuan antar elemen tersebut.

Kandang Badak (C4) Puncak Gunung Pangrango (C3)

Puncak dan Kawah Gunung Gede (C2) Alun- Alun Surya Kencana (P)

Gambar 7. Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Tinggi

Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Sedang

Beberapa lanskap pada kelompok ini memiliki karakteristik yang hampir

sama. Pertama, tiga lanskap di jalur Cibodas memiliki karakteristik kualitas

estetik utama yang serupa yaitu elemen fisik air, dan memiliki keserupaan

pemandangan utama berupa lanskap hutan Montana. Kedua, lanskap pos 2 dan 3

di jalur Selabintana juga yang memiliki pemandangan berupa lanskap hutan

Montana. Ketiga, lanskap pos 3 dan 4 di jalur Gunung Putri serta lanskap pos 4

dan 5 di jalur Selabintana memiliki pemandangan berupa hutan Sub Alpin.

Page 53: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

42

Telaga Biru (C7) Air Terjun Cibeureum (C6)

Air Panas (C5) Pos III Gunung Putri (GP2)

Pos IV Gunung Putri (GP1) Pos II Selabintana (S3)

Pos IV Selabintana (S4) Pos III Selabintana (S2)

Pos V Selabintana (S1)

Gambar 8. Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Sedang

Page 54: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

43

Tiga lanskap di jalur Cibodas adalah Lanskap Telaga Biru, Curug

Cibeureum, dan Air Panas . Lanskap-lanskap ini memiliki karakteristik elemen

fisik utama berupa elemen air. Kehadiran elemen air memberi kesan segar dan

dinamis pada tapak. Elemen fisik lainnya berupa vegetasi yang beranekaragam,

dan bentuk lahan yang menarik. Keanekaragaman vegetasi membentuk

pemandangan dengan variasi warna, bentuk, dan tekstur yang kaya, tetapi tetap

tampak indah karena mempunyai komposisi yang tepat dan terlihat kompak.

Kekompakan tersebut disebabkan oleh kerapatan tumbuh vegetasi yang tinggi.

Selain itu, vegetasi tersusun dalam pola yang khas, yaitu mengikuti bentuk lahan

di tapak. Hal ini sesuai dengan pendapat Foster (1982) yang menyatakan bahwa

kehadiran elemen air dapat menjadi daya tarik lebih pada tapak.

Lanskap pos 2 dan 3 di jalur Selabintana yang berupa hutan Montana

memiliki lahan yang relatif datar dan penutupan vegetasi yang jarang. Vegetasi

yang ada berupa pohon dengan kerapatan tumbuh yang rendah dan semak-semak

pendek yang tingginya tidak lebih dari tinggi mata manusia, sehingga memberikan

kesan ruang yang terbuka. Vegetasi pada lanskap pos 2 Selabintana mempunyai

kanopi tumbuh cukup lebat dan terlihat bersambungan, sehingga memberi kesan

ruang yang agak tertutup di bagian atas. Selain itu tapak terlihat kurang terang,

karena cahaya matahari terhalang oleh kanopi pohon. Sedangkan vegetasi pada

lanskap pos 3 Selabintana mempunyai kanopi yang agak renggang, sehingga

cahaya matahari dapat masuk ke dalam tapak. Kedua kondisi tersebut memberi

kesan ruang yang lebih lega dan terang pada tapak pos 2 Selabintana. Jenis-jenis

vegetasi pada masing-masing lanskap tersebut juga memiliki tekstur yang

berbeda, sehingga memberi kesan pemandangan yang bervariasi dan menarik.

Lanskap pos 3 , pos 4 di jalur Gunung Putri dan Lanskap pos 4, serta pos 5

di jalur Selabintana yang berupa hutan Sub Alpin mempunyai bentuk lahan yang

relatif landai. Vegetasi yang tumbuh cukup beranekaragam. Pada bagian bawah

terdapat semak yang mempunyai variasi bentuk, tekstur dan warna daun, sehingga

memberikan kesan pemandangan yang menarik. Tetapi kualitas estetik dari

pemandangan tersebut berkurang, karena semak-semak tersebut tumbuh kurang

teratur. Selain itu, semak tumbuh cukup rapat dan tersebar di tapak, sehingga

memberi kesan ruang yang kurang leluasa untuk bergerak. Vegetasi lainnya yang

Page 55: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

44

terlihat di tapak adalah pohon-pohon tinggi dengan diameter batang yang kecil.

Pertumbuhan pohon-pohon tersebut terlihat lebih jarang dan lebih teratur dari

pada pertumbuhan semak, sehingga memberikan kesan ruang yang tertata dan

lega. Kesan ruang yang berasal dari keha

diran pohon tersebut dapat mengimbangi kesan negatif pada ruang yang

berasal dari semak.

Secara umum, kelompok lanskap ini memiliki mosaik vegetasi yang

kurang teratur dan agak rapat di bagian lapisan tajuk bawah. Meskipun terdapat

elemen air pada beberapa lanskap, tetapi tidak ada pemandangan yang dominan di

tapak. Kedua kondisi ini membuat nilai keindahan tapak menjadi berkurang.

Resor Cibodas (C8) Pos 2 Gunung Putri (GP3)

Pos1 Gunung Putri (GP4) Pos 4 Selabintana (S4)

Gambar 9. Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Rendah

Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Rendah

Kelompok lanskap dengan kualitas keindahan memiliki karakteristik

umum berupa hutan Sub Montana. Pada lanskap Resor Cibodas terlihat kurang

menarik, karena terdapat beberapa bangunan yang kurang tertata dan

Page 56: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

45

kehadirannya mengurangi nilai alami tapak. Kesan yang tidak alami juga terdapat

pada pemandangan pada pos 1 Gunung Putri yang berupa lahan pertanian.

Sedangkan pemandangan di pos 2 Gunung Putri dan pos 1 Selabintana berupa

pemandangan hutan yang alami, tetapi terlihat kurang teratur dan terlalu rapat.

Selain itu, kedua lanskap ini tidak memiliki batas mosaik vegetasi yang jelas,

sehingga terlihat tidak menyatu dan harmonis. Dominan sehingga memberikan

kesan lingkungan yang kurang alami.

Kualitas keindahan yang rendah pada kelompok lanskap ini secara umum

disebabkan oleh nilai kealamiahan pemandangan di tapak berkurang, baik oleh

bangunan atau penggunaan lahan yang tidak alami. Selain itu, pemandangan di

tapak kurang menyatu dan harmonis.

Evaluasi Karakteristik Kualitas Ekologi

pada Jalur Wisata Alam TNGP

Pengamatan karakteristik kualitas ekologi dilakukan dengan dua cara,

yaitu analisis dengan metode Semantic Differential (SD) dan pengamatan

langsung di lapangan. Hasil pengamatan dengan analisis SD merupakan hasil

analisis terhadap data kuesienor SD. Untuk melihat hubungan karakteristik

kualitas ekologi dengan kualitas estetik, maka pengamatan karakteristik kualitas

ekologi dikelompokkan ke dalam tiga kelas kualitas estetik lanskap. Langkah

pertama dalam analisis karakteristik kualitas ekologi adalah pengeplotan nilai

rata-rata variabel ekologi ke dalam grafik SD (Gambar 10-11). Langkah

selanjutnya adalah tabulasi tingkat kualitas masing-masing variabel sesuai dengan

kelompok keindahan lanskap (Tabel 3), sehingga diperoleh karakteristik kualitas

ekologi masing-masing kelompok keindahan lanskap.

Hasil evaluasi karakteristik ekologi di atas menunjukkan bahwa kualitas

ekologi yang relatif bagus pada kelompok lanskap keindahan tinggi (kecuali

lanskap Puncak dan Kawah Gede), karena memiliki tingkat kesuburan tinggi,

tingkat erosi rendah, kelembaban tinggi, dan intensitas penyinaran rendah.

Kondisi ekologi yang demikian sangat mendukung tumbuhnya berbagai vegetasi

dengan biodiversitas, dan kerapatan yang tinggi.

Page 57: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

46

Tabel 3. Karakteristik Kualitas Ekologi pada Tiga Kelompok Keindahan Lanskap

Kelompok Nilai SBE

Nama Lanskap Variabel Ekologi VAR1 VAR2 VAR3 VAR4 VAR5 VAR6 VAR7

Tinggi Kandang Badak T T S T S T S Puncak

Pangrango T T S T R R T

Puncak dan Kawah Gede

R R R R T R T

Alun-Alun Surya Kencana

T T R T R T T

Sedang Telaga Biru T T S T R T S Air Terjun

Cibeureum T S R T S T T

Air Panas T T S T R T S Pos III Gunung

Putri T T T T R T R

Pos IV Gunung Putri

T T T T R T R

Pos II Selabintana T S R T R S T Pos III

Selabintana T T T T R T R

Pos IV Selabintana

T T S T R T T

Pos V Selabintana T T T T R T R Rendah Resor Cibodas S S R T R S S

Pos I Gunung Putri

T T S T R S S

Pos II Gunung Putri

T T T T R S R

Pos I Selabintana T T T T R S R Ket: VAR 1: Biodiversitas Vegetasi, VAR 2: Densitas Vegetasi, VAR 3: Penutupan Vegetasi, VAR 4:Kesuburan, VAR 5: Kepekaan Erosi, VAR 6: Kelembaban, VAR 7: Intensitas Cahaya Kualitas Ekologi: T= Tinggi, S= Sedang, R= Rendah

Biodiversitas vegetasi yang tinggi memungkinkan adanya variasi bentuk,

tekstur, dan warna bunga maupun tajuk yang tinggi. Kondisi tersebut mendukung

terbentuknya lanskap dengan pemandangan yang menarik, karena variasi yang

ada dapat mengurangi kemonotonan pemandangan. Selain itu, dengan tingkat

kerapatan vegetasi dan penutupan lahan tinggi semakin membuat pemandangan

terlihat kompak dan menyatu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Foster (1982)

bahwa salah satu yang meningkatkan kualitas estetik tapak adalah variasi bentuk,

tekstur, dan warna elemennya. Selain itu juga dinyatakan bahwa kualitas estetik

tapak ditentukan oleh kesatuan dan keharmonisan elemen-elemennya.

Page 58: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

47

Gambar 10. Nilai Tengah Penilaian Variabel Ekologi untuk Kelompok Lanskap

dengan Kualitas Keindahan Tinggi

1 2 3 4 5 6 7 8 9

BiodiversitasRendah

DensitasVegetasiRendah

Terbuka

Gersang

Mudah Erosi

Kering

Gelap

Biodiversitas Tinggi

DensitasVegetasi Tinggi

Tertutup

Subur

Tahan Erosi

Basah

Terang

Biodiversitas Rendah

Densitas Vegetasi Rendah

Lanskap Kandang Badak

Lanskap Puncak Pangrango

Lanskap Puncak dan Kawah Gede

Lanskap Alun-Alun Surya Kencana

Page 59: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

48

Gambar 11. Nilai Tengah Penilaian Variabel Ekologi untuk Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Sedang

1 2 3 4 5 6 7 8 9

B i o d i v e r s i t a sR e n d a h

D e n s i t a sV e g e t a s iR e n d a h

T e r b u k a

G e r s a n g

M u d a h E r o s i

K e r i n g

G e l a p

Biodiversitas Tinggi

DensitasVegetasi Tinggi

Tertutup

Subur

Tahan Erosi

Basah

Terang

Biodiversitas Rendah

Densitas Vegetasi Rendah

Terbuka

Gersang

Mudah Erosi

Kering

Gelap

Lanskap Telaga Biru Lanskap Pos II Selabintana Lanskap Air Terjun Cibeureum Lanskap Pos III Selabintana Lanskap Air Panas Lanskap Pos IV Selabintana Lanskap Pos III Gunung Putri Lanskap Pos V Selabintana Lanskap Pos IV Gunung Putri

Page 60: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

49

Gambar 12. Nilai Tengah Penilaian Variabel Ekologi untuk Kelompok Lanskap dengan Kualitas Keindahan Rendah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

BiodiversitasRendah

DensitasVegetasiRendah

Terbuka

Gersang

Mudah Erosi

Kering

Gelap

Biodiversitas Tinggi

DensitasVegetasi Tinggi

Tertutup

Subur

Tahan Erosi

Basah

Terang

Biodiversitas Rendah

Densitas Vegetasi Rendah

Lanskap Resor Cibodas Lanskap Pos I Gunung Putri Lanskap Pos II Gunung Putri Lanskap Pos I Selabintana

Page 61: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

50

Kondisi ekologi yang berbeda terdapat pada lanskap Puncak dan Kawah

Gede. Meskipun demikian, kualitas estetik lanskap ini tinggi, karena lanskap ini

memiliki pemandangan yang unik berupa kawah. Keunikan pemandangan tersebut

disebabkan oleh dominasi dan kesatuan tapak dibandingkan dengan pemandangan

lanskap sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Foster (1982) bahwa

dominasi tipe lanskap dapat menjadikan lanskap tersebut lebih menarik, karena

terlihat berbeda dengan lanskap sekitarnya.

Kualitas ekologi yang masih bagus juga terdapat pada kelompok lanskap

keindahan sedang dan rendah, karena memiliki biodiversitas vegetasi, kerapatan

vegetasi, kelembaban dan tingkat kesuburan yang tinggi, serta tahan terhadap

erosi. Kondisi ini mendukung pemandangan dengan variasi bentuk, tekstur, dan

warna. Tetapi karena kurang teratur, maka kualitas keindahan tapak tersebut

berkurang. Selain itu penutupan lahan di tapak rendah, sehingga membuat

pemandangan terlihat kurang kompak dan menyatu.

Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa kualitas ekologi pada tiga

kelompok keindahan lanskap relatif sama. Kondisi tersebut berupa biodiversitas,

kerapatan vegetasi, tingkat penutupan lahan, tingkat kesuburan, tingkat erosi, dan

kelembaban pada ketiganya tidak mempunyai perbedaan dan pola yang khusus.

Dengan demikian pada ketiga kelompok lanskap tidak memiliki karakteristik yang

berbeda jelas. Hubungan antara kualitas ekologi dan estetik pada kelompok

lanskap tersebut lebih jauh dilihat dengan analisis korelasi Pearson.

Korelasi Kualitas Ekologi dan Estetik

Analisis hubungan antara variabel-variabel ekologi dengan nilai estetik

lanskap pada jalur wisata alam TNGP dilakukan dengan analisis korelasi Pearson.

Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan cukup kuat antara

nilai keindahan suatu lanskap dengan variabel ekologi yang berupa tingkat

penutupan lahan, toleransi terhadap erosi, dan intensitas penyinaran, dimana nilai

signifikannya kurang dari 0.05. Variable lainnya yang berupa biodiversitas

vegetasi, kerapatan, kesuburan, dan kelembaban mempunyai hubungan yang

lemah dengan nilai keindahan lanskap, dimana nilai signifikannya lebih dari 0.05

(Lampiran 7).

Page 62: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

51

Tingkat penutupan lahan dan intensitas penyinaran pada tapak

mempengaruhi kesan tingkat keterbukaan ruang dan kecerahan pemandangan.

Sedangkan yang toleransi terhadap erosi tidak berhubungan langsung dengan

kualitas estetik tapak, tetapi kondisi ini akan mempengaruhi biodiversitas,

kerapatan, dan tingkat penutupan lahan. Sesuai dengan pernyataan Gold (1980)

dan Foster (1982) bahwa elemen tapak yang tertata dengan skala yang tepat dapat

memberikan kesan ruang yang dapat diterima oleh pengamat. Kesan ruang yang

menarik adalah yang tidak terlalu terbuka atau tertutup, sehingga dapat memberi

rasa aman dan nyaman bagi pengguna.

Kondisi biodiversitas vegetasi, kerapatan, kesuburan, dan kelembaban

berhubungan dengan variasi bentuk, warna dan tekstur mosaik vegetasi di tapak.

Pada umumnya variasi yang tinggi bila diikuti keteraturan pola akan memberikan

pemandangan dengan kualits estetik yang tinggi.

Potensi Rekreasi

Menurut Gunn (1997) komponen yang harus diperhatikan dalam

pengembangan wisata adalah transportasi, fasilitas, informasi, promosi, dan

atraksi. Berdasarkan kondisi yang ada di tapak, maka potensi penyediaan rekreasi

pada TNGP mempunyai peluang yang besar, karena didukung oleh faktor

aksesibilitas, fasilitas di tapak, informasi dan promosi yang bagus.

Pilihan pengembangan bentuk wisata yang berupa wisata alam di kawasan

ini sudah tepat, karena didukung oleh kondisi kualitas ekologi dan estetik tapak.

Selain itu, bentuk wisata alam sesuai dengan fungsi kawasan untuk konservasi dan

rekreasi. Bentuk wisata tersebut sesuai dengan konsep sadar dan ramah

lingkungan, sebagaimana yang dinyatakan oleh Lindberg (1993) dan Gunn (1997)

bahwa bentuk pariwisata ini mampu menanggapi respon adanya dampak negatif

dari kegiatan pariwisata komersial dan massal selama ini.

Page 63: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pengamatan kondisi kualitas ekologi dan estetik pada 17 pos peristirahatan

di jalur wisata alam TNGP menunjukkan bahwa kondisi keduanya relatif bagus.

Hasil pengamatan kualitas estetik menunjukkan bahwa terdapat tiga kelompok

keindahan lanskap, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kelompok lanskap dengan

keindahan tinggi pada umumnya berada di zona hutan Sub Alpin. Kelompok

lanskap dengan nilai keindahan sedang sebagian besar berupa lanskap pada zona

hutan Montana. Kelompok lanskap dengan nilai keindahan rendah merupakan

lanskap yang berada pada zona hutan Sub Montana.

Berdasarkan hasil analisis pada ketiga jalur dapat diketahui bahwa rata-

rata nilai keindahan lanskap di jalur Cibodas lebih tinggi dari kedua jalur lainnya,

sedangkan rata-rata nilai keindahan pada jalur Gunung Putri dan jalur Selabintana

hampir sama. Nilai keindahan pada seluruh lanskap mempunyai pola penyebaran

tertentu, dimana nilai keindahan lanskap mengikuti pola ketinggian tempat. Nilai

keindahan akan meningkat dengan bertambahnya ketinggian tempat.

Pengamatan terhadap karakteristik kualitas estetik pada kelompok

keindahan lanskap tinggi, sedang, dan rendah menunjukkan bahwa karakteristik

yang meningkatkan nilai keindahan lanskap adalah dominasi tipe lanskap,

keteraturan vegetasi yang tumbuh, dan variasi bentuk, tekstur, dan warna yang

tinggi. Karakteristik yang dapat mengurangi nilai keindahan adalah bentuk

penggunaan lahan yang tidak alami, serta vegetasi yang terlalu rapat dan kurang

teratur.

Hasil analisis terhadap kualitas ekologi menunjukkan bahwa kondisi

ekologi pada jalur wisata alam TNGP relatif masih bagus, yang dicirikan oleh

biodiversitas, kerapatan, penutupan lahan, dan kesuburan yang tinggi.

Berdasarkan analisis Semantic Differential menunjukkan bahwa karakteristik

kualitas ekologi dari ketiga kelompok keindahan lanskap cenderung sama. Hasil

analisis korelasi antara karakteristik estetik dan ekologi menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan langsung antara keduanya, dengan demikian hasil ini mendukung

Page 64: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

53

pernyataan bahwa karakteristik kualitas ekologi dari ketiga kelompok keindahan

lanskap hampir sama.

Berdasarkan kedua hasil pengamatan di atas, yaitu pengamatan kondisi

kualitas ekologi dan estetik pada kawasan TNGP, dapat diketahui bahwa kualitas

keduanya masih bagus. Dengan demikian, potensi penyediaan wisata alam pada

kawasan tersebut sangat tinggi. Hal ini didukung oleh keberadaan obyek-obyek

pemandangan yang menarik dan masih alami di tapak. Selain itu upaya

pengembangan kegiatan wisata alam juga didukung oleh aksesibilitas yang

mudah, serta informasi tentang kawasan yang cukup memadai.

Saran

Kondisi kualitas ekologi dan estetik pada taman nasional TNGP masih

bagus, sehingga perlu dipelihara untuk mempertahankan manfaat jangka

panjangnya. Salah bentuk upaya menjaga kawasan ini adalah dengan

pengembangan bentuk wisata alam yang ramah lingkungan. Bentuk wisata alam

yang sesuai adalah wisata alam atau ekoturisme. Untuk mewujudkan hal ini perlu

tidakan lebih lanjut dari berbagai pihak yang terkait dalam pengembangan tapak

ini.

Page 65: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

DAFTAR PUSTAKA

Brockman CF. 1979. Recreational Use of Wild Land. McGraw-Hill. New

York. hlm. 121-129.

Daniel TC, RS Booster. 1976. Measuring Landscape Aesthetics: The Scenic

Beauty Estimation Methode. USDA Forest Service Research Paper

Rm-167: 66 hlm.

Eckbo G. 1964. Urban Landscape Design. McGraw-Hill. New York.

Foster HD. 1982. Environmental Aesthetics. Victoria Univ Pr. Canada. 169

hlm.

Gunn CA. 1997. Vacationscape : Developing Tourist Areas. Ed ke-3. Taylor

& Francis Pr. Washington DC. hlm. 1-47.

Gold SM. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-hill. New- York.

hlm. 134-144.

Heath TF. 1988. Behavioral and Perceptual Aspects of The Aesthetics of

Urban Environments. Cambridge Univ Pr, New York. hlm. 6-10.

Haris K. 2001. Mengenal TNGP Volume 2. Cianjur : Balai Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango.

Lindberg, 1993. Tourism and Ecotourism. McGraw-Hill. New York. hlm. 1-

45

Merriam G. 1994. Landscape Ecology: Principles for Our Future.

Technolith Pr. Ottawa. hlm. 16-18.

Mercer D. 1981. Outdoor Recreation. Sorret Pr. Melbourne. hlm. 21-

29.

MacKinnon, John, K MacKinnon. 1993. Pengelolaan Kawasan yang

Dilindungi di Daerah Tropika. Gadjah Mada Univ Pr. Yogyakarta.

hlm. 45-67.

Miller KR. 1978. Planning National Park for Ecodevelopment. Caza Grafics

Pr. Madrid. hlm. 27-39.

Nasar JL. 1988. Environmental Aesthetics: Theory, Research and

Aplications. Cambridge Univ Pr. NewYork.

Page 66: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

55

Pemerintah RI. 1990. Himpunan Peraturan Perundangan di Bidang

Kehutanan Indonesia. Yayasan Bina Rahardja Departemen

Kehutanan. Jakarta.

Sekuler R., R Blake. 1994. Perception. McGraw-Hill. New York. 566

hlm.

Porteous JD. 1977. Environtment and Behaviour: Planning and Everyday

Urban Life. Addison Wesley. UK. 446 hlm.

Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill. New York. 330

hlm.

Soekotjo WS. 1980. Hubungan Wanawisata dengan Pariwisata dan Rekreasi.

Duta Rimba. Majalah Bulanan Perhutani. Jakarta. 12 : 10-25.

Soemarwoto O. 1991. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.

Djembatan. Jakarta. hlm. 11-33.

Thompson GF, FR Stainer. 1997. Ecological Design and Planning. J Wiley.

New York. hlm 1-21.

Thorne, JF and CS Huang. 1990. Toward A Landscape Ecological Aesthetic:

methodologies for designesr and planners. Jur. Landscape and Urban

Planning. 21 :61-79.

Turner MG, RH Gardner, RV O’neil. 2001. Landscape Ecology in Theory

and Practice. Springer-Verlag. New York. hlm.1-23.

Walpole RE. 1995. Pengantar statistika. Gramedia. Jakarta. 515 hlm.

Wirakusumah. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. UI Pr. Jakarta. hlm. 1-19

Page 67: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

Lampiran 1. Format Kuesioner SBE

Data Responden

1. Jenis kelamin : …………..

2. Usia : …………..

3. PS / Departemen : …………..

Kuesioner SBE

Tidak Suka Suka

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. …

2. …

3. …

4. …

5. …

6. …

7. …

8. …

9. …

10. …

11. …

12. …

13. …

14. …

15. …

16. …

17. …

Page 68: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

57

Lampiran 2. Format Kuesioner Semantic Differential

Data Responden

1. Jenis kelamin : …………..

2. Usia : …………..

3. PS / Departemen : …………..

Kuesioner Semantic Differential

Sangat tinggi Netral Sangat tinggi

4 3 2 1 0 1 2 3 4

Kriteria 4 3 2 1 0 1 2 3 4 Kriteria

Biodiversitas tumbuhan tinggi

Biodiversitas tumbuhan rendah

Kerapatan tumbuhan tinggi

Kerapatan tumbuhan rendah

Kesan ruang terbuka

Kesan ruang tertutup

Kesan gersang Kesan subur

Mudah erosi Tidak mudah erosi

Kesan basah Kesan kering

Indah Tidak Indah

Gelap Terang

Page 69: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

58

Lampiran 3. Foto-Foto Lanskap

Resor Cibodas (C8)

Air Terjun Cibeureum (C6)

Kandang Badak (C4)

Puncak dan Kawah Gunung Gede (C2)

Telaga Biru (C7)

Air Panas (C5)

Puncak Gunung Pangrango (C3)

Alun- Alun Surya Kencana (L8)

Alun-Alun Surya Kencana (P)

Page 70: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

59

Lampiran 3. Lanjutan

Pos I Gunung Putri (GP4)

Pos III Gunung Putri (GP2)

Pos I Selabintana (S5)

Pos II Selabintana (S3)

Pos V Selabintana (S1)

Pos II Gunung Putri (GP3)

Pos IV Gunung Putri (GP1)

Pos III Selabintana (S4)

Pos IV Selabintana (S2)

Page 71: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

Lampiran 4. Hasil Perhitungan SBE

Lanskap 1. Resor Cibodas

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 2 47 0.989362 2.30304 4 2 45 0.957447 1.721797 5 7 43 0.914894 1.37152 6 10 36 0.765957 0.7255987 17 26 0.553191 0.133729 8 9 9 0.191489 -0.87242 9 0 0 0.010638 -2.30304 10 0 0 0.010638 -2.30304 Jumlah z 3.080223 Z rata-rata 0.342247 Nilai SBE 34.22

Lanskap 3. Air Terjun Cibeureum

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 0 47 0.989362 2.30304 4 1 47 0.989362 2.30304 5 2 46 0.978723 2.028069 6 7 44 0.93617 1.523396 7 16 37 0.787234 0.796861 8 16 21 0.446809 -0.13373 9 5 5 0.106383 -1.246 10 0 0 0.010638 -2.30304 Jumlah z 7.574682 Z rata-rata 0.841631 Nilai SBE 84.16

Lanskap 2. Telaga Biru

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 1 47 0.989362 2.30304 4 0 46 0.978723 2.028069 5 1 46 0.978723 2.028069 6 6 45 0.957447 1.7217977 7 39 0.829787 0.953325 8 24 32 0.680851 0.47008 9 7 8 0.170213 -0.95332 10 1 1 0.021277 -2.02807 Jumlah z 8.826026 Z rata-rata 0.98067 Nilai SBE 98.06

Lanskap 4. Air Panas

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.303043 0 47 0.989362 2.30304 4 1 47 0.989362 2.30304 5 0 46 0.978723 2.028069 6 6 46 0.978723 2.028069 7 11 40 0.851064 1.041007 8 15 29 0.617021 0.297667 9 11 14 0.297872 -0.53053 10 3 3 0.06383 -1.5234 Jumlah z 10.25001

Z rata-rata 1.13889 Nilai SBE 113.88

Page 72: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

Lampiran 4. Lanjutan

Lanskap 5. Kandang Badak

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 0 47 0.989362 2.30304 4 0 47 0.989362 2.30304 5 2 47 0.989362 2.30304 6 2 45 0.957447 1.7217977 8 43 0.914894 1.37152 8 22 35 0.744681 0.657844 9 9 13 0.276596 -0.59298

10 4 4 0.085106 -1.37152 Jumlah z 10.99882 Z rata-rata 1.222091 Nilai SBE 122.20

Lanskap 7. Puncak dan Kawah Gede

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.303043 0 47 0.989362 2.30304 4 0 47 0.989362 2.30304 5 0 47 0.989362 2.30304 6 4 47 0.989362 2.30304 7 5 43 0.914894 1.37152 8 19 38 0.808511 0.872421 9 16 19 0.404255 -0.24235

10 3 3 0.06383 -1.5234 Jumlah z 11.9934 Z rata-rata 1.3326 Nilai SBE 133.26

Lanskap 6. Puncak Pangrango

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 0 47 0.989362 2.30304 4 0 47 0.989362 2.30304 5 2 47 0.989362 2.30304 6 2 45 0.957447 1.7217977 8 43 0.914894 1.37152 8 17 35 0.744681 0.657844 9 11 18 0.382979 -0.29767

10 7 7 0.148936 -1.04101 Jumlah z 11.62465 Z rata-rata 1.291627 Nilai SBE 129.16

Lanskap 8. Alun-Alun Surya Kencana

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 0 47 0.989362 2.30304 4 0 47 0.989362 2.30304 5 1 47 0.989362 2.30304 6 4 46 0.978723 2.028069 7 10 42 0.893617 1.245996 8 17 32 0.680851 0.47008 9 11 15 0.319149 -0.47008

10 4 4 0.085106 -1.37152 Jumlah z 11.1147

Z rata-rata 1.234967 Nilai SBE 123.49

Page 73: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

51

Lampiran 4. Lanjutan

Lanskap 9. Pos I Gunung Putri

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 1 47 0.989362 2.30304 4 2 46 0.978723 2.028069 5 6 44 0.93617 1.523396 6 12 38 0.808511 0.8724217 17 26 0.553191 0.133729 8 9 9 0.191489 -0.87242 9 0 0 0.010638 -2.30304

10 0 0 0.010638 -2.30304 Jumlah z 3.685194 Z rata-rata 0.409466 Nilai SBE 40.94

Lanskap 11. Pos III Gunung Putri

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.303043 0 47 0.989362 2.30304 4 1 47 0.989362 2.30304 5 7 46 0.978723 2.028069 6 7 39 0.829787 0.953325 7 17 32 0.680851 0.47008 8 12 15 0.319149 -0.47008 9 3 3 0.06383 -1.5234

10 0 0 0.010638 -2.30304 Jumlah z 6.064077 Z rata-rata 0.673786 Nilai SBE 67.37

Lanskap 10. Pos II Gunung Putri

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 1 47 0.989362 2.30304 4 1 46 0.978723 2.028069 5 4 45 0.957447 1.721797 6 11 41 0.87234 1.1375247 20 30 0.638298 0.353913 8 9 10 0.212766 -0.79686 9 1 1 0.021277 -2.02807

10 0 0 0.010638 -2.30304 Jumlah z 4.719413 Z rata-rata 0.524379 Nilai SBE 52.43

Lanskap 12. Pos IV Gunung Putri

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 1 47 0.989362 2.30304 4 1 46 0.978723 2.028069 5 3 45 0.957447 1.721797 6 6 42 0.893617 1.245996 7 20 36 0.765957 0.725598 8 14 16 0.340426 -0.4113 9 1 2 0.042553 -1.7218

10 1 1 0.021277 -2.02807 Jumlah z 6.166372

Z rata-rata 0.685152 Nilai SBE 68.51

Page 74: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

52

Lampiran 4. Lanjutan

Lanskap 13. Pos I Selabintana

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 0 47 0.989362 2.30304 4 2 47 0.989362 2.30304 5 5 45 0.957447 1.721797 6 8 40 0.851064 1.0410077 22 32 0.680851 0.47008 8 10 10 0.212766 -0.79686 9 0 0 0.010638 -2.30304

10 0 0 0.010638 -2.30304 Jumlah z 4.739063 Z rata-rata 0.526563 Nilai SBE 52.65

Lanskap 15. Pos III Selabintana

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.303043 0 47 0.989362 2.30304 4 2 47 0.989362 2.30304 5 4 45 0.957447 1.721797 6 10 41 0.87234 1.137524 7 18 31 0.659574 0.411302 8 11 13 0.276596 -0.59298 9 2 2 0.042553 -1.7218

10 0 0 0.010638 -2.30304 Jumlah z 5.561922 Z rata-rata 0.617991 Nilai SBE 61. 79

Lanskap 14. Pos II Selabintana

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 1 47 0.989362 2.30304 4 0 46 0.978723 2.028069 5 6 46 0.978723 2.028069 6 11 40 0.851064 1.0410077 18 29 0.617021 0.297667 8 9 11 0.234043 -0.7256 9 1 2 0.042553 -1.7218

10 1 1 0.021277 -2.02807 Jumlah z 5.525428 Z rata-rata 0.613936 Nilai SBE 61.39

Lanskap 16. Pos IV Selabintana

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 0 47 0.989362 2.30304 4 1 47 0.989362 2.30304 5 5 46 0.978723 2.028069 6 9 41 0.87234 1.137524 7 15 32 0.680851 0.47008 8 15 17 0.361702 -0.35391 9 2 2 0.042553 -1.7218

10 0 0 0.010638 -2.30304 Jumlah z 6.166044

Z rata-rata 0.685116 Nilai SBE 68.51

Page 75: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

51

Lampiran 4. Lanjutan

Lanskap 17. Pos V Selabintana

Rating f cf cp z 1 0 47 1 - 2 0 47 0.989362 2.30304 3 1 47 0.989362 2.30304 4 2 46 0.978723 2.028069 5 2 44 0.93617 1.523396 6 5 42 0.893617 1.2459967 12 37 0.787234 0.796861 8 18 25 0.531915 0.080084 9 6 7 0.148936 -1.04101 10 1 1 0.021277 -2.02807 jumlah z 7.21141 z rata-rata 0.801268 sbe 80.12

Page 76: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

52

Lampiran 5. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Nilai SBE

Hasil Statisik Deskriptif Nilai SBE di Tiga Jalur

N 17 Range 99.04 Minimum 34.22 Maximum 133.26 Sum 1392.25 Mean 81.89 Std. eror Mean 7.80 Std. Deviation 32.19 Varians 1036.67 Skewness 0.34 Std. Error Skewness 0.55 Kurtosis -1.23 Std. Eror Kurtosis 1.06

Kuartil 1(Q1) 57.0250

Kuartil 2(Q2) 68.5200

Kuartil 3(Q3) 118.0500

Grafik Sebaran Normal Nilai SBE

140.00120.00100.0080.0060.0040.0020.00

Nilai SBE

5

4

3

2

1

0

Frek

uens

i

Histogram

Page 77: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

53

Lampiran 6. Hasil Uji Beda Nilai Keindahan pada Tiga Jalur

Hasil Uji Anova Nilai SBE Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Antar jalur 8060.04 2 4030.02 6.62 0.009 Dalam Satu Jalur 8526.81 14 609.06 Total 16586.85 16

Hasil Uji Robust untuk Kesamaan Mean Nilai SBE Uji Statistic df1 df2 Sig.

Welch 5.97 2 8.31 0.025 Brown-Forsythe 10.34 2 11.21 0.003

a Asymptotically F distributed.

Hasil Uji Post Hoc

Tukey HSD

(I) JALUR (J) JALUR Mean Difference (I-J)

Std. Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Cibodas Gunung Putri Selabintana

47.48 39.91

15.1114.06

0.02 0.03

7.93 3.08

87.04 76.73

Gunung Putri Cibodas -47.48 -7.57

15.1116.55

0.02 0.89

-87.04 -50.90

-7.93 35.75 Selabintana

Selabintana Cibodas -39.91 7.57

14.0616.55

0.03 0.89

-76.73 -35.75

-3.08 50.90 Gunung Putri

Bonferroni

Cibodas Gunung Putri 47.48 39.91

15.1114.06

0.02 0.04

6.41 1.67

88.55 78.14 Selabintana

Gunung Putri Cibodas -47.48 -7.57

15.1116.55

0.02 1.00

-88.55 -52.56

-6.41 37.41 Selabintana

Selabintana Cibodas -39.91 7.57

14.0616.55

0.04 1.00

-78.14 -37.41

-1.67 52.56 Gunung Putri

Multiple Comparisons Variabel Bebas: Nilai SBE *) The mean difference is significant at the .05 level.

Page 78: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

54

Lampiran 6. Lanjutan

Hasil Uji Homogeneous Subsets Nilai SBE

Tukey HSD

JALUR N Subset for alpha = .05 1 2

Gunung Putri Selabintana

Cibodas Sig.

4 5 8

57.32 64.89

0.87

64.89 104.80 0.05

Duncan Gunung Putri Selabintana

Cibodas Sig.

4 5 8

57.32 64.89

0.62

104.80 1.00

Waller-Duncan Gunung Putri Selabintana

Cibodas

4 5 8

57.32 64.89

104.80 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.21. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Type 1/Type 2 Error Seriousness Ratio = 100.

Page 79: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

55

Lampiran 7. Korelasi Kualitas Ekologi dan Estetik pada Jalur Wisata Alam TNGP

Hasil Analisis Korelasi Nilai SBE dengan Variabel Kualitas Ekologi Nilai

SBE VAR1 VAR2 VAR3 VAR4 VAR5 VAR6 VAR7

Pearson Correlation NILAISBE 1,000 -0.326 -,308 -,435 -,319 -,510 -,077 ,352 VAR1 -0.326 1.000 ,964 ,733 ,916 ,837 ,591 -,639VAR2 -0.308 0.964 1,000 ,808 ,840 ,816 ,567 -,727VAR3 -0.435 0.733 ,808 1,000 ,539 ,629 ,329 -,958VAR4 -0.319 0.916 ,840 ,539 1,000 ,801 ,752 -,501VAR5 -0.510 0.837 ,816 ,629 ,801 1,000 ,315 -,573VAR6 -.077 0.591 ,567 ,329 ,752 ,315 1,000 -,373VAR7 0.352 -0.639 -,727 -,958 -,501 -,573 -,373 1,000

Sig. (1-tailed) NILAISBE , ,101 ,114 ,041 ,106 ,018 ,384 ,083 VAR1 0.101 , ,000 ,000 ,000 ,000 ,006 ,003 VAR2 0.114 ,000 , ,000 ,000 ,000 ,009 ,000 VAR3 0.041 ,000 ,000 , ,013 ,003 ,099 ,000 VAR4 0.106 ,000 ,000 ,013 , ,000 ,000 ,020 VAR5 0.018 ,000 ,000 ,003 ,000 , ,109 ,008 VAR6 0.384 ,006 ,009 ,099 ,000 ,109 , ,070 VAR7 0.083 ,003 ,000 ,000 ,020 ,008 ,070 ,

N NILAISBE 17 17 17 17 17 17 17 17 VAR1 17 17 17 17 17 17 17 17 VAR2 17 17 17 17 17 17 17 17 VAR3 17 17 17 17 17 17 17 17 VAR4 17 17 17 17 17 17 17 17 VAR5 17 17 17 17 17 17 17 17 VAR6 17 17 17 17 17 17 17 17 VAR7 17 17 17 17 17 17 17 17

Ket: VAR 1: Biodiversitas Vegetasi, VAR 2: Densitas Vegetasi, VAR 3: Penutupan Vegetasi, VAR 4:Kesuburan, VAR 5: Kepekaan Erosi, VAR 6: Kelembaban, VAR 7: Intensitas Cahaya Nilai sig. (1-tailed) >0.05 menunjukkan hubungan yang lemah antar variabel Nilai sig. (1-tailed) <0.05 menunjukkan hubungan yang kuat antar variabel

Model Summary

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Model R Square Change

F Change

df1 df2 Sig. F Change

1 ,326 ,107 ,047 31,43279 ,107 1,788 1 15 ,201 2 ,327 ,107 -,021 32,52673 ,001 ,008 1 14 ,930 3 ,488 ,238 ,062 31,17644 ,131 2,239 1 13 ,1584 ,520 ,271 ,028 31,74997 ,032 ,535 1 12 ,479 5 ,659 ,434 ,176 29,22035 ,163 3,168 1 11 ,103 6 ,665 ,443 ,109 30,40023 ,009 ,163 1 10 ,695 7 ,805 ,647 ,373 25,49575 ,204 5,217 1 9 ,048

Ket: a Predictors: (Constant), VAR1 b Predictors: (Constant), VAR1, VAR2 c Predictors: (Constant), VAR1, VAR2, VAR3 d Predictors: (Constant), VAR1, VAR2, VAR3, VAR4 e Predictors: (Constant), VAR1, VAR2, VAR3, VAR4, VAR5 f Predictors: (Constant), VAR1, VAR2, VAR3, VAR4, VAR5, VAR6 g Predictors: (Constant), VAR1, VAR2, VAR3, VAR4, VAR5, VAR6, VAR7

Page 80: PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR … · persepsi kualitas estetika dan ekologi pada jalur wisata alam taman nasional gede pangrango oleh didik yulianto a34202008

Lampiran 7. Lanjutan

Hasil Model Persamaan Regresi Linear antara Nilai SBE dengan Variabel Ekologi Unstandardized

Coefficients B

Std. Error

Standardized Coefficients

Beta

t Sig. 95% Confidence Interval for B Correlations Collinearity Statistics

Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part Tolerance VIF (Constant) 542,900 168,091 3,230 ,010 162,652 923,149

VAR1 26,857 39,373 ,996 ,682 ,512 -62,211 115,925 -,326 ,222 ,135 ,018 54,438 VAR2 29,722 26,924 1,178 1,104 ,298 -31,184 90,629 -,308 ,345 ,219 ,034 29,050 VAR3 -50,740 18,472 -3,071 -2,747 ,023 -92,526 -8,955 -,435 -,675 -,544 ,031 31,899 VAR4 -4,516 32,201 -,166 -,140 ,892 -77,359 68,328 -,319 -,047 -,028 ,028 35,881 VAR5 -44,832 21,537 -1,277 -2,082 ,067 -93,553 3,889 -,510 -,570 -,412 ,104 9,596 VAR6 -14,537 14,082 -,593 -1,032 ,329 -46,392 17,318 -,077 -,325 -,204 ,119 8,406 VAR7 -37,234 16,301 -2,132 -2,284 ,048 -74,109 -,358 ,352 -,606 -,452 ,045 22,234

a Dependent Variable: Nilai SBE

Hasil Analisis Multikolinearitas Variabel Ekologi Dimension Eigenvalue Condition

Index Variance

Proportions (Constant)

VAR1 VAR2 VAR3 VAR4 VAR5 VAR6 VAR7

1 7,698 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 2 ,253 5,519 ,00 ,00 ,00 ,01 ,00 ,00 ,00 ,01 3 2,960E-02 16,127 ,00 ,00 ,00 ,02 ,00 ,00 ,09 ,01 4 1,299E-02 24,345 ,02 ,00 ,00 ,06 ,01 ,03 ,06 ,01 5 4,217E-03 42,724 ,04 ,02 ,05 ,02 ,00 ,17 ,01 ,08 6 1,559E-03 70,274 ,03 ,01 ,28 ,22 ,14 ,07 ,05 ,09 7 6,812E-04 106,306 ,91 ,06 ,00 ,60 ,04 ,42 ,36 ,73 8 2,531E-04 174,410 ,00 ,90 ,65 ,08 ,81 ,31 ,43 ,06

Ket: a Variabel Bebas: Nilai SBE, VAR 1: Biodiversitas Vegetasi, VAR 2: Densitas Vegetasi, VAR 3: Penutupan Vegetasi, VAR 4:Kesuburan, VAR 5: Kepekaan Erosi, VAR 6: Kelembaban, VAR 7: Intensitas Cahaya

77