Top Banner

of 21

Persediaan barang dagang

Jul 17, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

ANALISI PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA CV. UBIN KENDARI SKRIPSIOLEH : DESSY ALBERTINA STB. 970 222 025 BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Manajemen perusahaan mengelola barang dan jasa serta laporan keuangan perusahaan, selalu diperhadapkan dengan transaksi-transaksi yang harus dicatat dan digolongkan untuk membentuk suatu informasi sebagai jawaban untuk mengetahui berkembang tidaknya suatu perusahaan dalam bidang usahanya, oleh karena itu para pelaku ekonomi yang dipilih oleh pihak perusahaan mendapat pekerjaan yang ekstra ketat serta harus mengetahui dengan cermat perkembangan bisnis yang terjadi karena hal ini berhubungan dengan tanggung jawab manajemen dalam mengoperasikan perusahaan dan membutuhkan informasi keuangan guna melaksanakan pekerjaan secara efektif. Laporan yang diperoleh dari bagian-bagian yang ada di dalam perusahaan memberikan masukan bagi manajemen dalam menyusun laporan keuangan untuk disajikan perusahaan setiap tahunnya sebagai informasi akuntansi yang dapat digunakan pihak manajemen dalam mengambil suatu keputusan yang tepat dalam menentukan strategi yang akan datang. Perlakuan persediaan barang yang terjadi pada setiap perusahaan dagang senantiasa mencakup seluruh transaksi penjualan yang akan dilakukan dan yang telah dilakukan sebagai informasi untuk melakukan persediaan barang dan jasa setiap bulannya. selalu menggunakan informasi setiap unit-unit yang terkait sehingga tidak mengganggu tersediannya barang yang dibutuhkan oleh konsumen atau pelanggan setiap saat sehingga penjualan yang dilakukan dapat diprediksi pada bulan berikutnya untuk mengantisipasi tercapainya hasil yang telah ditetapkan. Kegiatan persediaan harus dapat memberikan informasi bagi perusahaan kelancaran terhadap persediaan barang dagang pada perusahaan. Hal tersebut untuk mengetahui ketersediaan barang di masing-masing produk dan mengendalikan masuk keluarnya barang berdasarkan masing-masing produk yang diperdagangkan atau didistribusikan oleh perusahaan dimana setiap produk mempunyai konsentrasi masingmasing. Pengendalian persediaan barang tidak terlepas sumberdaya manusia yang ada dalam perusahaan. Tenaga kerja yang terlibat tersebut harus mempunyai keterampilan serta kemampuan untuk mengerjakan setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga perusahaan dapat mengontrol persediaan berdasarkan suatu metode yang telah ditetapkan dalam perusahan untuk menghindari terjadinya penumpukan suatu jenis produk yang ada, mengingat kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan harus dilakukan secara kontinyu. CV. Ubin Kendari mengolah persediaan barang berupaya untuk meningkatkan kinerja produksi ubin sebagai produk utama yang disediakan untuk mengantisipasi permintaan konsumen. Pengelolaan persediaan barang bagian gudang setiap bulan memberikan informasi yang disajikan kepada pemilik perusahaan dalam bentuk laporan guna mencocokan data-data yang ada terhadap data penjualan barang yang menunjang kegiatan perusahaan dari segi pengelolaan persediaan. CV. Ubin Kendari merupakan salah satu produsen ubin yang melakukan kegiatan produksi ubin, dan melakukan penjualan produk-produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Kegiatan usaha ini dikelola oleh manajemen perusahaan dan dikendalikan dengan menggunakan sistem akuntansi keuangan, untuk menghasilkan informasi keuangan yang

2dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dalam meningkatkan kegiatan usaha. Disamping melalui produksi ubin, CV. Ubin Kendari juga melakukan jual beli keramik. Persediaan keramik di dalam CV. Ubin Kendari merupakan tindakan pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengantisipasi permintaan konsumen terhadap persediaan barang pada CV. Ubin Kendari dengan ketersediaan barang yang ada pada perusahaan turut memberikan pengaruh terhadap penentuan harga pokok barang dagang. Pengawasan persediaan keramik yang ada pada CV. Ubin Kendari dengan menggunakan metode penilaian persediaan untuk mencatat persediaan barang pada perusahaan, sehingga persediaan yang ada pada perusahaan senantiasa tersedia untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan nilai persediaan senantiasa dapat dipantau baik barang yang dihasilkan sendiri maupun yang dibeli dari pihak lain. Khusus untuk persediaan barang yang dibeli dari pihak luar dalam hal ini keramik, CV Ubin telah melakukan pencatatan atas transaksu pembelian dan penjualan secara terpisah. Berdasarkan data yang diperoleh dalam pencatatanm dari pencatatan persediaan barang dagangan (keramik) CV.Ubin telah menerapkan suatu metode pencatatan dan penilaian persediaan secara konsisten sehingga menyulitkan perusahaan dalam memutuskan harga pokok (nilai) persediaan akhir bagi barang dagang (keramik) pada akhir periode. Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan mengankat judul AnalisisPersediaan Barang Dagang pada CV. Ubin Kendari. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Metode apakah yang digunakan CV. Ubin Kendari dalam penilaian persediaan barang dagangannya. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode penilaian persediaan barang dagang pada CV. Ubin Kendari. 1.3.2. Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan bagi CV. Ubin Kendari dalam menerapkan persedian barang dagang pada masa yang akan datang b. Sebagai bahan acuan atau referensi bagi peneliti selainjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini Ruang Lingkup Pembahasan Ruang penelitian ini, dibatasi pada analisis persediaan barang dagang pada CV. Ubin Kendari dalam hal ini keramik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Akuntansi American Institute of Certified Publik Accountants yang dikutip Zaki Baridwan (1992; 7) mengemukakan akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan. Kemudian Suparwoto (1995 : 5) mengemukakan bahwa akuntansi sebagai suatu sistem atau tehnik untuk mengukur dan mengolah transaksi keuangan dan menyajikan hasil pengolahan tersebut dalam bentuk informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan (pemakai). Thomas H. Socokusumo dkk (1997 :3 ), mengemukakan bahwa Akuntansi adalah suatu sistem yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut kedalam bentuk laporan-laporan, dan mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan. Dari berbagai pengertian akuntansi yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian akuntasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya, baik kepada pihak-pihak

1.2.

1.3.

1.4.

32.2. intern maupun pihak ekstern dalam hal pengambilan keputusan-keputusan ekonomi yang lebih baik. Pengertian Persediaan Membahas penilain persediaan, maka terlebih dahulu penulis akan mengemukakan beberapa definisi mengenai persediaan. Menurut. Suparwoto (1995;156) mengemukakan bahwa Persediaan di dalam akuntansi meliputi semua aktiva berwujud yang dimiliki perusahaan pada tanggal neraca dengan tujuan untuk dijual baik secara langsung maupun melalui proses produksi terlebih dahulu di dalam kegiatan utama perusahaan. Menurut Munawir, (1995:16) membedakan dua jenis persediaan yang dimiliki oleh perusahaan yaitu : Perusahaan untuk perusahaan perdaganga adalah semua barang-barang yang diperdagangan yang sampai tanggal neraca masih berada di gudang dan belum laku dijual dan untu perusahaan manufkaturing (yang memproduksi barang) maka peserdiaan yang dimiliki meliputi : 1) persediaan bahan mentah, 2) persediaan barang dalam proses 3) persediaan barang jadi Selanjutnya Ikatan Akuntan Indonesia (1996:143) mengemukakan definisi persediaan sebagai berikut : persediaan adalah : a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam bentuk produksi dan atau dalam perjalanan atau, c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Persediaan meliputi semua aktiva berujud yang dapat dibeli, disimpan dan dijual kembali 2. Persediaan terdiri dari dua elemen yaitu ; a. Persediaan untuk perusahaan perdagangan dan b. Persediaan untuk perusahaan manufaktur yang meliputi : - Persediaan bahan mentah - Persediaan barang dalam proses - Persediaan Jadi. Pada dasarnya persediaan akan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, selanjutnya menyampaikan kepada langganan atau konsumen. Persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi, antara lain berguna untuk : a. Menghilangkan risiko keterlambatan datangannya barang b. Menghilangkan risiko barang yang rusak c. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan d. Mencapai penggunaan mesin yang optimal e. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi konsumen. Persediaan adalah merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinyu diperoleh, diubah kemudian dijual kembali. Karakteristik Persediaan Dalam sebuah perusahaan, persediaan dapat terdiri dari berbagai macam dan jenis, namun persediaan memiliki dua karakteristik penting yaitu : (Suparwoto (1995;158162) 1. Persediaan merupakan milik perusahaan Barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan bervariasi menurut aktivitas perusahaan, dalam beberapa hal, ada barang-barang yang tidak dapat diklasifikasi sebagai persediaan oleh suatu perusahaan namun bagi peruahaan lain wajar bila mengakuinya sebagai persediaan. Misalnya tanah dan bangunan yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali, oleh perusahaan real estate dan property, wajar bila mengklasifikasi dan mengakuinya sebagai persediaan tetapi tidak wajar bila perusahaan yang bergerak di bidang lain. Demikian juga saham yang dimiliki oleh perantara saham, sudah seyogyanya mencatat sebagai persediaan, namun untuk persediaan yang memiliki saham untuk tujuan

2.3.

4investasi usaha, saham atau surat berharga lainnya dilaporkan sebagai investasi, baik investasi jangka pendek, menengah maupun panjang. 2. Persediaan tersebut siap untuk dijual kepada para konsumen. Persediaan yang meliputi barang-barang yang dibeli untuk tujuan dijual kembali (persediaan barang dagangan) yang dimiliki oleh perusahaan dagang persediaan tersebut, siap untuk dijual kepada para konsumen. Persediaan juga mencakup bahan baku, barangbarang dalam proses serta barang jadi (persediaan perusahaan manufaktur). Barang jadi setelah selesai proses produksi siap untuk dijual guna memenuhi tujuan barang tersebut. Dalam menentukkan apakah barang-barang pada waktu tertentu sudah dapat dicatat sebagai persediaan atau menambah/mengurangi persediaan, dasar yang harus diperhatikan adalah masalah hak milik atas barang tersebut sehingga hanya yang benarbenar memiliki hal yang dapat mengakuinya sebagai persediaan. Dalam praktek, kadang timbul masalah dimana sulit untuk menentukan hak kepemilikan barang sehingga muncul pula kesalahan dalam pencatatan. Seharusnya sudah dapat digunakan sebagai persediaan tetapi belum dicatat, akibatnya nilai persediaan pada neraca menjadi lebih kecil dari yang sebenarnya, dan sebaliknya sudah dicatat padahal sebetulnya belum bisa diakui sebagai elemen aktiva lancarnya yang menyebabkan nilai persediaan pada neraca lebih tinggi. Permasalahan ini akan terjadi pada keadaan sebagai berikut : a. Barang-barang dalam perjalanan (Goods in Transit) Barang-barang yang pada tanggal penyusunan laporan keuangan masih dalam perjalanan dapat menimbulkan masalah, apakah masih menjadi milik penjual atau sudah berpindah ke tangan pembeli. Untuk memutuskan masalah kepemilikan barang sangat tergantung pada syarat penjualan/pembelian yang disepakati adalah FOB (Free On Board) Shopping Joint, maka hal milik atas barang yang dibeli akan berpindah pada saat barang tersebut diserahkan pada pihak pengangkut. b. Barang-barang yang dipisahkan Bila terjadi kontrak penjualan dalam jumlah yang besar sehingga pengirimannya tidak dapat dilakukan sekaligus, maka perusahaan biasanya menempuh kebijakan memisahkan secara tersendiri barang-barang dagangan dengan maksud untuk memenuhi kontrak ataupun pesanan dalam jumlah yang besar, walaupun belum dikirim hak atas barang-barang tersebut telah berpindah kepada konsumen. Oleh karena itu jika pada tanggal laporan keuangan ada barang-barang yang dipisahkan, penyajiannya harus dikeluarkan dari jumlah persediaan dan harus dicatat sebagai penjualan, begitu pula dipihak pembeli dapat mencatat pembelian dan menambah persediaan walaupun secara fisik barangnya masih belum diterima. c. Barang-Barang Konsiyasi Hadori Yunus dan Harnanto (1999 : 14) berpendapat bahwa konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijual dengan memberikan komsisi (tertentu). Dalam penjualan konsinyasi, barang-barang yang dititipkan haknya masih tetap ada pada pihak yang menitipkan (consignor) sehingga barang-barang konsinyasi hanya tampak pada laporan keuangan (neraca) pihak konsignor, sebagaimana diungkapkan oleh Hadori Yunus dan Harnanto (1999 : 142) bahwa barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pihak pengamanat dan tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner (consignee). Hak kepemilikan persediaan akan berpindah tangan bila pihak komisioner telah berhasil merealisasikan penjualan kepada pihak lain d. Penjualan Angsuran Menurut Hadori Yunus dan Harnanto (1999 : 109) penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana pembayarannya dilakukan secara bertahap yaitu : 1. Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, penjual menerima pembayaran pertama sebagian dari harga penjualan. 2. Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran Dalam penjualan angsuran, pembayaran atas penjualan dilakukan secara bertahap sampai harga jualnya dilunasi. Dalam akuntansi penjualan angsuran, barang yang dijual akan dicatat dan diakui secara proporsional oleh penjualan dan pembeli yaitu sebesar harga yang telah dilunasi. Namun Demikian milik atas barang tetap berada pada pihak penjual sampai seluruh harga jual dilunasi, dalam artian bahwa bila angsuran tidak dapat dilunasi

52.4. maka pihak penjual dapat menarik kembali barangnya dan selanjutnya akan menjual kepada pihak lain untuk menutupi kerugiannya karena turunnya harga/nilai barang tersebut. Sistem Akuntansi Persediaan Selama ini dikenal adanya dua sistem akuntansi persediaan yaitu sistem fisik dan sistem perpetual. Menurut Suparwoto (Akuntansi Intermediate I, (1995:159) menjelaskan kedua sistem tersebut sebagai berikut : 1. Sistem Fisik Dalam sistem fisik atau periodik (physical inventory system = periodical inventary system) ini perhitungan dan pencatatan terhadap penambahan, pengurangan dan saldo rekening persediaan hanya dilakukan sekali dalam satu periode, yaitu akhir periode. Pemakaian sistem periodik ini terdiri atas dua pencatatan selama periode akuntansi dan pencatatan pada akhir periode akuntansi. a. Pencatatan selama periode akuntansi. Pencatatan selama periode akuntansi ini, dilakukan untuk mencatat semua transaksi yang menambah maupun mengurangi persediaan. Transaksi yang mempengaruhi persediaan tersebut pada umumnya adalah pembelian, biaya angkut pembelian, potongan pembelian, penjualan dan retur penjualan. b. Pencatatan pada akhir periode akuntansi. Prosedur pencatatan pada akhir periode ini adalah sebagai berikut ; 1. Menghitung harga produk barang yang tersedia dijual (dipakai). Besarnya harga pokok barang yang tersedia dijual sama dengan harga pokok persediaan awal ditambah pembelian bersih selama periode akuntansi yang bersangkutan. 2. Menghitung jumlah persediaan pada akhir periode. Persediaan ini dihitung secara fisik atau yang lazim disebut inventory taking. 3. Menghitung harga pokok persediaan akhir. Harga pokok persediaan akhir adalah sama dengan jumlah persediaan akhir dikalikan dengan harga pokok persatuan yang dihitung menurut metode penentuan harga pokok yang dipakai perusahaan. 4. Menghitung harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan sama dengan harga pokok barang yang tersedia dijual dikurangi dengan harga pokok persediaan akhir. 5. Mencatat harga pokok barang dagangan yang tersedia dijual, harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan akhir periode. 2. Sistem Perpektual ( Perpectual Inventory System) Dalam sistem ini setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi harga perolehan persediaan langsung dicatat kerekening persediaan yaitu didebit apabila menambah harga perolehan persediaan dan dikredit apabila mengurangi harga perolehan persediaan. Dalam sistem ini saldo rekening persediaan selalu menampilkan harga perolehan persediaan yang ada pada tanggal tersebut. dengan demikian, pada akhir periode tidak perlu membuat jurnal penyesuaian untuk mencatat harga pokok persedian dan persedian akhir. Selanjutnya menurut Slamet Suguri dan Sumiyana, (1996:228) dua metode (sistem ) untuk mencatat persedian yaitu : 1. Sistem fisik Pada sistem ini rekening persediaan digunakan hanya untuk mencatat persediaan pada awal periode dan akhir periode, transaksi pembelian dicatat di rekening pembelian dan return pembelian di catat di rekening retur pembelian biaya pengangkutan barang yang dibeli dicatat direkening biaya angkut pembelian, apabila ada biaya potongan tunai dari transaksi pembelian kredit jangka pendek potongannya dicatat pada rekening potongan pembelian, berkurangnya persediaan pada saat terjadi transaksi penjualan tidak dicatat harga pokok penjualan selama satu periode baru dihitung dan dicatat pada akhir periode dengan terlebih dahulu menghitung persediaan secara fisik diakhir periode. 2. Sistem perfektual . Pada sistem perfectual disediakan catatan yang secara permanen memonitor perubahan persediaan catatan yang di gunakan untuk itu adalah rekening persediaan, setiap terjadi perubahan, baik karena pembelian maupun karena penjualan di catat pada rekening persediaan, harga pokok penjualan segera dicatat pada waktu terjadi

6transaksi penjualan sehingga diakhir periode tidak di perlukan jurnal penyesuain untuk mencatat harga pokok penjualan. Dari kedua konsep sistem akuntansi persediaan yang di kemukakan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan utama dari kedua sistem akuntansi persedian adalah untuk menentukan angkaangka yang cukup teliti dan dapat di pertanggung jawabkan dan dapat dipergunakan untuk keperluan dan analisa dan pengawasan karena perhitungan harga pokok penjualan dan penentuan nilai persediaan merupakan bagian yang penting dalam penyusunana neraca dan perkiraan rugi \ laba suatu perusahaan. Masalah utama yang muncul di dalam akuntansi persediaan adalah penentuan elemen persediaan. Untuk menentukan apakah suatu aktiva termasuk elemen persediaan atau tidak dapat dilihat dari dua segi yaitu kepemilikan dan tujuan. Suatu aktiva termasuk elemen persediaan apabila memenuhi kedua persyaratan yaitu; 2. Milik perusahaan (dari segi kepemilikan) dan, 3. Dengan maksud untuk dijual atau dipakai dalam kegiatan utama perusahaan (dari sisi tujuan). Apabila salah satu dari kedua persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka aktiva yang bersangkutan tidak boleh dimasukan dalam elemen persediaan. Menurut Ikatan Akuntasi Indonesia (1996:14:4), menyatakan bahwa persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagangan dibeli oleh pengecer untuk dijuall kembali atau pengadaan tanah dan property lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga meliputi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi 2.5. Penentuan Harga Pokok dan Persediaan Barang 2.5.1. Menentukan Harga Pokok Barang Yang Dibeli. Menurut American Institute Of Certified Publik Accounting (AICPA) yang dikutip oleh Soemita menegaskan bahwa apabila diterapkan pada persediaan, maka harga pokok produk adalah jumlah dari pengeluaran-pengeluaran dan biaya yang telah dikeluarkan, secara langsung atau tidak langsung dalam penempatan suatu barang pada kondisi dan lokasinya yang ada. Oleh karena itu maka harga pokok dari suatu barang persediaan terdiri dari harga faktur, dikurangi dengan potongan ditambah dengan biaya-biaya tertentu yang diperlukan untuk menempatkan pada kondisi-kondisi tempat untuk dijual. Kemudian menurut Zaki Baridwan (1992:156) mengemukakan bahwa harga pokok adalah jumlah semua pengeluaran-pengeluaran langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan dan penempatan persediaan tersebut agar dapat dijual. Selanjutnya menurut Soeparwato (1995:167) mengemukakan bahwa Pada prinsipnya harga perolehan (cost) barang yang dibeli meliputi semua pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan moneter yang terjadi dalam rangka usaha untuk memperoleh persediaan sampai persediaan tersebut berada pada tempat dan kondisi siap untuk dijual dan dipakai dalam kegiatan utama perusahaan. Dari ketiga Konsep yang telah dikemukakan tersebut maka disimpulkan bahwa elemen harga perolehan barang dagangan tersebut terdiri dari harga beli, potongan tunai pembelian, biaya angkut pembelian, dan semua biaya yang secara langsung atau tidak langsung yang terlibat dalam perolehan barang. 2.5.2. Persediaan Barang. Dalam konsep ini pada umumnya satu periode perusahaan melakukan beberapa kali pembelian barang dagangan atau bahan baku yang sama. Dari barang dagangan yang dibeli tersebut sebagian sudah terjual, sedangkan sebagian lagi belum terjual yaitu yang berupa persediaan akhir. Untuk menentukan besarnya harga pokok barang yang sudah dijual (harga pokok penjualan) dan harga pokok persedaiaan akhir maka diperlukan metode tertentu, yang seirng disebut dengan metode penentuan harga pokok atau metoide\ aliran persediaan. Metode penentuan harga pokok penjualan sebagai berikut : (a) Metode mula-mula masuk, mula-mula keluar (FIFO). Metode first in first out (FIFO) dalam penetapan harga pokok persediaan didasarkan pada asumsi bahwa biaya yang sesuai dengan urutan terjadinya biaya tersebut dibebankan pada pendapatan. Dengan demikian dianggap bahwa persediaan yang tinggal terdiri dari harga pokok yang kemudian.

7Metode terakhir masuk, pertama keluar (Last In First Out). Metode terakhir masuk, pertama keluar (LIFO) didasarkan atas anggapan bahwa harga pokok yang terjadinya kemudian adalah merupakan harga pokok yang harus dibebankan kemudian yang tinggal dianggap terdiri dari harga pokok yang terdahulu. (c) Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method). Metode rata-rata tertimbang didasarkan pada anggapan bahwa biaya yang dibebankan terhadap pendapatan haruslah didasarkan pada biaya rata-ratanya, dengan memperhatikan banyaknya unit yang diperoleh pada masing-masing harga beli. Harga pokok rata-rata yang sama digunakan juga untuk menghitung harga pokok barang yang terdapat dalam persedaiaan. Rata-rata tertimbang ditentukan dengan jalan membagi jumlah harga pokok barang tersedia dijual dengan banyaknya unit barang yang sama. Kemudian Drs. L. Soeparwo dalam bukunya Akuntasni Intermidiate Satu (1995:174), metode penentusan harga pokok persedaiaan adalah sebagai berikut : a. Metode masuk pertama, keluar pertama ( MPKP) Metode masuk pertama, keluar pertama atau (FIFO) berdasarkan anggapan bahwa harga pokok per satuan dari barang yang masuk (dibeli) pertama akan dibebankan pada barang yang keluar (dijual) pertama. Apabila jumlah barang yang dijual periode yang bersangkutan melebihi jumlah barang yang masuk pertama, maka selebihnya akan dibebani dengan harga pokok persatuan dari pembelian berikutnya. Metode FIFO tersebut terdiri dari ; 1. Metode FIFO-Phisik. Dalam metode masuk pertama keluar pertama sistem phisik ini diperhitungkan harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan akhir hanya dilakukan sekali dalam satu periode, yaitu akhir periode. 2. Metode FIFO-Perpetual. Dalam metode FIFO-Perpetual ini diperhitungkan harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan dilakukan setiap saat terjadi transaksi penjualan. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (MTKP) Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (MTKP) atau (LIFO) berdasarkan anggapan bahwa harga pokok per satuan dari barang yang masuk terakhir harus dibebankan pada barang yang dijual pertama. Apabila jumlah barang yang dijual melebihi jumlah barang yang masuk terakhir, maka selebihnya dibebankan dengan harga pokok persatuan dari barang yang masuk sebelumnya. Metode LIFO tersebut terdiri dari ; 1. Metode LIFO-Phisik. Dalam metode LIFO-Phisik ini perhitungan harga pokok penjualan dan persediaan akhir dihitung secara periodik, yaitu sekali dalam satu periodik. Metode LIFO-Perpetual. Dalam metode LIFO-Perpetual ini diperhitungkan harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan dilakukan setiap saat terjadi transaksi persediaan. Metode Rata-rata (average) Metode ini berdasarkan anggapan bahwa barang yang dijual dan yang belum (persediaan) harus dibebani harga pokok per satuan yang sama. Besarnya harga pokok per satuan tersebut dihitung dengan rumus : Hg. Pokok barang tersedia dijual Hg. Pokok persatuan = Jumlah barang tersedia dijual Metode rata-rata ini terdiri dari : 1). Metode rata-rata Sistem-Phisik Metode rata-rata yang diterapkan dalam sistem phisik disebut metode rata-rata tertimbang (weighted average method). Dalam metode rata-rata tertimbang ini besarnya harga pokok persediaan dihitung sekali dalam satu periode yaitu pada akhir periode. 2). Metode rata-rata sistem pertual. 2. (b)

b.

c.

8Metode rata-rata yang diterapkan didalam sistem perpeptual yaitu, besarnya harga pokok per satuan, harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan dihitung setiap terjadi transaksi persediaan. Pengungkapan Persediaan Menurut Standar Akuntansi Keuanga, Paragraf 31 menjelaskan bahwa laporan Keuangan harus mengungkapkan : 1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk jumlah biaya yang dipakai. 2. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai lagi perusahaan. 3. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih. 4. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan selama periode. 5. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan. 6. Nilai tercatat persediaan yang diperuntukan sebagai jaminan kewajiban. Selanjutnya dalam berbagai klasifikasi persediaan dan tingkat pemakai laporan keuangan, klasifikasi persediaan yang biasa digunakan adalah barang dagang, perlengkapan produksi, bahan baku, pekerjaan dalam penyelesaian dan barang jadi. Maka standar akuntansi keuangan paragraf 33 menjelaskan bahwa Laporan Keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi berikut ini : (a) Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu, atau (b) Biaya operasi, yang dapat diaplikasikan pada pendapatan, diakui sebagai beban selama periode laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakekatnya. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu bentuk kegiatan yang paling penting dalam pelaksanaan poduksi dalam suatu perubahan. Sebagaimana diketahui, proses produksi adalah merupakan cara, metode maupun teknik bagaimana kegiatan penambahan faedah atau penciptaan faedah tersebut dilaksanakan. Apabila sistem produksi di dalam suatu perusahaan telah dilaksanakan dengan baik, maka langkah berikutnya yang dilaksanakan oleh perusahaan adalah melaksanakan proses produksi sesuai dengan sistem produksi yang telah disusun dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Sarwoto (1998 : 85) Dalam melakukan setiap kegiatan apa saja, tindakan pengendalian sangat dibutuhkan untuk menghindari ketimpangan dalam kegiatan tersebut bahwa hal ini Sarwoto (1998 : 94), mengemukakan bahwa pengendalian adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Pelaksanaan pengendaian produksi dengan baik, perlu diketahui fungsi pengedalian proses di dalam perusahaan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Adapun yang dimaksud dengan fungsi pengendalian proses adalah perencanaan, penentuan urutan kerja, penentuan waktu kerja, pemberian perintah kerja dan tindak lanjut dalam pelaksanaan proses produksi. Sukarna (1998: 50) Selain itu Koonts dalam Sukarna (1998: 55) mengemukakan bahwa pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencanarencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan / organisasi. Selanjutnya Sukanto Reksiohadiprojo (1994 : 231) menyatakan pula bahwa pengendalian mutu adalah alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, memperhatikan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak. Pengendalian kualitas produksi secara tepat, maka perlu adanya teknik pengendalian kualitas. Menurut Sofyan Assauri (1985 : 236) teknik pengendalian yang sering digunakan adalah teknik statistik dengan cara yaitu 1. Pengambilan sampel secara tertentu 2. Pemeriksaan karakteristik yang telah ditentukan apakah sesuai dengan standar yang ditentukan. 3. Pemeriksaan derajat penyimpangan (deviasi) dari standar. Penggunaan tabel pengontrol (control chart) untuk bahan penganalisaan hasil-hasil pemeriksaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

2.6.

2.7.

92.8 Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan 2.8.1 Metode Penetapan Harga Pokok Persediaan Atas Dasar Aliran Fisik Sesungguhnya Metode harga pokok persediaan atas dasar aliran fisik sesungguhnya atau metode identifikasi khusus yang berarti mengikuti aliran fisik barang sesungguhnya terjadi atau arus barang harus sama dengn arus biaya, olehnya itu perlu pemisahaan tiap-tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan masing-masing dibuatkan kartu persediaan tersendiri, sehingga masing-masing harga pokoknya dapat diketahui. Dengan demikian barang yang berada dalam persediaan pada akhir tahun ditetapkan harga perolehanya sesuai denagan harga yang sesungguhnya sebagaimana yang tertera pada barang yang bersangkutan. Sebagai ilustrasi untuk memudahkan pemahaman, PT. Adhie mempunyai perseiaan berupa 5 televisi merk yang sama tetapi dengan harga perolehan yang berbeda-beda yakni. No Harga pokok perolehan (per Unit) 1. Rp. 2.500.000 2. Rp. 2.550.000 3. Rp. 2.600.000 4. Rp. 2.650.000 5. Rp. 2.750.000 Rp. 13.050.000 Selama periode tersebut yang terjual sebanyak 3 buah televisi. Pada akhir periode perusahaan melakukan perhitungan fisik dan ternyata jumlah persediaan adalah Rp 7.400.000 atau masing-masing persediaan memiliki harga pokok sebesar Rp 2.650.000 dan Rp 3.750.000 hal ini dapat diketahui dari kartupersediaan yang melekat pada masingmasing barang. Metode identifikasi khusus biasanya diterapkan pada perusahaan yang menjual barang yang mahal harganya tetapi jumlah dan jenisnya terbatas, sehingga dapat diidentifikasi dengan jelas sejak barang itu diperoleh hingga barang itu terjual. Seandainya metode ini dapat diterapkan tentu akan menjadi metode yang ideal, karena persediaan akhir dan harga pokokdapat ditentukan harga perolehanya sesuai denagan harga perolehan yang sesungguhnya. 2.8.2 Metode Penetapan Harga Pokok Persediaan Atas Dasar Aliran Anggapan Atau Asumsi Metode identifikasi khusus yang didassarkan pada aliran fisik sesungguhnya sangat terbatas penerapanya, pada perusahaan yang menjual barang dengan aneka ragam dan jenisnya serta dalam jumlah yang banyak sudah tidak praktis lagi dan menimbulkan banyak pekerjaan. Untuk mengatasi kesulitan dalam metode identifikasi khusus, maka dapat digunakan metode yang didasrkan pada asumsi/anggapan dimana aliran arus biaya tidak sama dengan aliran fisik sesungguhnya. Dalam akuntansi tidak ada ketentuan yang mengharuskan aliran harga perolehan harus sama dengan arus barang yang sesungguhnya. Dalam penentuan harga pokok persediaan dengan dasar asumsi menurut AL Haryono Yusuf (1995: 107) ada tiga metode yang lazim digunakan yaitu: 1. First-in, first-out (FIFO) 2. Last-in, First-out (LIFO); dan 3. Harga perolehan Rata-rata Ketiga metode di atas dimungkinkan untuk digunakan dalam perusahaan dagang, maupun perusahaan manufaktur. Pemilihan metode-metode yang dipandang paling tepat digunakan sepenuhnya diserahkan kepad manajemen perusahaan masing-masing. Ketiga metode diatas dapat disajikan dalam dua sistem yaitu sistem fisik dan perpetual yang penggunaanya telah dipaparkan pada sub judul sebelumnya. 2.8.2.1 Metode first-in, First out (FIFO)

10Metode First in First out (FIFO) atau masuk pertama keluar pertama (MPKP) dan selanjutnya disingkat FIFO adalah untuk penetapan harga pokok persediaan didasarkan atas asumsi bahwa barang yang lebih dahulu dibeli akan dijual pula lebih dahulu. Dengan demikian harga pokok penjualan adalah merupakan harga perolehan barang yang dibeli lebih dahulu sedangkan persediaan akhir akan dibebani dengan harga pokok barang yang dibeli terakhir. Sebagian besar perusahaan menjual barang sesuai dengan urutanpembelianya terutama untuk barang-barang yang tidak tahan lama dan produk yang modelnya dapat berubah dengan cepat sesuai dengan permintaan pasar. Sebagai ilustrasi, toko bahan makanan akan menyusun dan menjual produknya sesuai urutan kadaluwarsanya. Begitu juga toko-toko pakayan, akan memajang pakayan sesuai dengan musim, dan pada akhir musim akan melakukan cuci gudang untuk menual pakayan yang ketinggalan mode. Ilustrasi penerapan metode ini dengan menggunakan data penjualan dan pembelian atas barang A di bawah ini: Unit 200A Desember 1 Persediaan 6 penjualan 12 pembelian 15 penjualan 18 pembelian 20 penjualan 25 pembelian 75 Kg 375 Kg Rp. 4.000 Rp. 16.000 Rp. 300.000 Rp. 1.510.000 225 Kg 150 Kg Rp. 4.200 Rp. 630.000 120 Kg 100 Kg Rp. 3.800 Rp. 380.000 80 Kg 50 Kg Harta Per Unit Rp. 4.000 Jumlah Rp. 200.000 25 Kg

Dari data barang A diatas, maka persediaan akhir dan harga pokok penjualan bila menggunakan metode FIFO dapat dihitung sebagai berikut : 1. Metode Fisik. Dari perhitungan fisik atas barang A yang ada digudang pada tanggal 31 Desember 200A menunjukkan jumlah 150 Kg, jumlah ini terdiri dari: Pembelian Pembelian Jumlah 25 Desember 75 kg @ Rp. 4.000 Rp. 300.000 18 Desember 75 kg @ Rp. 4.200 Rp. 315.000 150 kg Rp. 615.000

2. Metode Perpetual Bila menggunakan metode perpetual, maka tiap terjadi mutasi atas persediaan akan diikuti dengan pencatatan pada buku, dan akan dibuatkan kartu persediaan. Kartu barang A dengan cara perpetual akan tampak sebagai berikut:

11Tabel 2.1 Barang A (FIFO) Tanggal Masuk (pembelian) Keluar (penjualan Unit harga jumlah Unit harga jumlah Unit (kg) (kg) (kg) 1 50 6 25 4.000 100.000 25 12 100 3.800 380.000 25 100 15 25 4.000 100.000 55 3.800 209.000 45 18 150 4.200 630.000 45 150 20 45 3.800 171.000 75 4.200 315.000 75 25 75 4.000 300.000 75 75 Sumber :S. Muwanir Keuangan dan Manajemen saldo harga jumlah 4.000 4.000 4.000 3.800 200.000 100.000 100.000 380.000

Desember

3.800 171.000 3.800 171.000 4.200 630.000 4.200 315.000 4.200 315.000 4.000 300.000

Dari hasil perhitungan metode FIFO dengan sistem fisik dan perpetual diatas, persediaan akhir menunjukkan jumlah yang sama baik dalam jumlah unit maupun harganya, yaitu 150 Kg (75 kg +75 kg), dengan harga dalam rupiah sebesar Rp. 615.000+300.000). Setelah mengetahui jumlah persediaan akhir, maka harga pokok penjualan dapat dihitungsebagai berikut : Persediaan awal Rp. 200.000 Pembelian (netto) Rp. 1.310.000 (+) Barang tersedia untuk dijual Rp. 1510.000 Persediaan akhir Rp. 615.000 (-) Harga pokok penjualan Rp 895.000 2.8.2.2 Metode Last in, First out (LIFO) Metode LIFO didasarkan pada anggapan bahwa barang yang dibelih lebih akhir akan dijual atau akan dikeluarkan lebih dahulu sehingga harga pokok perolehan barang yang dibeli lebih akhir akan dialokasikan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan. Dalam penggunaanLIFO dengan sistem fisik semua barang semua barang yang dibeli selama periode dianggap tersedia untuk dijual terlebih dahulu, tanpa memandang tanggal pembelianya. Metode LIFO biasanya tidak sesuai dengan aliran fisik sesungguhnya dan persediaan akhir ditentukan dengan mengambil harga pokok dari barang-barang yang dibeli lebih awal dan kemudian maju sampai semua barang mendapat alokasi harga perolehan. Pemakaiyan metode LIFO pada awalnya terbatas pada situasi yang jarang terjadi dimana unit-unit yang dijual, diambil dari persediaan yang paling akhir. Untuk lebih mudah memahami, dapat diberikan ilustrasi. Sebagaimana data mutasi barang A yang diambil dari ilustrasi sebelumnya, maka jumlah persediaan akhir dan harga pokok penjualan atas barang A dapat dihitung dengan dengan menggungkan metode LIFO sebagai berikut : 1. Sistem Periodik/Fisik. Dari perhitungan fisik atas barang A yang ada digudang pada tanggal 31 Desember 200A menunjukkan jumlah 150 Kg, jumlah ini terdiri dari : Pembelian 01 Desember 50 kg @ Rp. 4.000 Rp. 200.000 Pembelian 12 Desember 100 kg @ Rp. 3.800 Rp. 80.000 Jumlah 150 kg Rp. 580.000 Setelah data persediaan dapat diketahui, maka harga pokok penjualan dapat ditentukasn sebagai berikut : Harga pokok penjualan = Rp. 1.510.000-580.000 = Rp. 930.000 2. Sistem Perpetual Berbeda dengan LIFO sistem fisik, dalam sistem perpetual barang-barang yang dikeluarkan dapat dikreditkan ke dalam rekening persediaan dengan harga pokoknya pada waktu: a. Akhir Periode

12Setiap ada pengeluaran barang yang dicatat dalam kolom pengeluaran hanya kuantitasnya saja sedangkan harga pokoknya baru dicatat pada akhir periode sekaligus. Cara ini akan memberikan hasil pehirungan persediaan akhir dan harga pokok penjualan yang sama besarnya dengan cara fisik. b. Setiap Kali Ada Barang Yang Dikeluarkan Jika harga pokok barang-barang yang dikeluarkan direkam dalam kartu persediaan pada saat barang-barang tersebut dikeluarkan. Dalam metode ini (perpetual) akan mengkasilkan jumlah persediaan akhir yang tidak sama apabila dicatat dalam sistim fisik. Perbedaan ini disebabkan bila kita menggunakan metode fisik besarnya penjualan ditentukan dengan mengurangi barang siap untuk dijual dengan persediaan akhir, sehingga dianggap bahwa semua barang yang dibeli terakhir terjual semua padahal kenyataanya tidak demikian. tabel dibawah ini menunjukkan cara perhitungan harga perolehan persediaan dengan metode LIFO secara perpetual : Tabel 2.2 Barang A (LIFO) Saldo Unit harga Jumlah (kg) 1 50 4.000 200.000 6 25 4.000 100.000 25 4.000 100.000 25 4.000 100.000 12 100 3.800 380.000 100 3.800 380.000 15 80 3.800 304.000 25 4.000 100.000 20 3.800 76.000 25 4.000 100.000 20 3.800 76.000 18 150 4.200 630.000 150 4.200 630.000 25 4.000 100.000 20 120 4.200 504.000 20 3.800 76.000 30 4.200 126.000 25 4.000 100.000 25 75 4.000 300.000 20 3.800 76.000 30 4.200 126.000 75 4.000 300.000 Sumber: S. Muwanir Akuntansi Keuangan dan Manajemen Jumlah persediaan akhir dapat dilihat pada bari dan kolom terakhir, yaitu sebesar: 25 kg @ Rp. 4.000 = Rp. 100.000 20 kg Rp. 3.800 = Rp. 76.000 30 kg Rp. 4.200 = Rp. 126.000 75 kg Rp. 4.000 = Rp. 300.000 150 kg = Rp. 602.000 Dari hasil perhitungan dilihat bahwa perhitungan persediaan akhir dan harga penjualan antara sistem fisik dengan perpetual menunjukkan hasil yang berbeda, harga penjualan sistem fisik yaitu sebesar: Harga pokok penjualan = 1.510.000 602.000 = Rp. 908.000 Selisihnya yaitu sebesar Rp. 22.000, selisih ini disebabkan oleh perbedaan harga per kg dari barang yang dikeluarkan. Dalam cara fisik barang-barang yang dikeluarkan dengan harga pokok sebagai berikut: Tanggal 20 Desember 75 kg @ 4.000 = Rp. 300.000 45 kg @ 4.200 = Rp. 189.000 Rp. 489.000 Tanggal 15 Desember 80 kg @ 4.200 = Rp. 336.000 Tanggal 6 Desember 25 kg @ 4.200 = Rp. 105.000 Rp. 441.000 Rp. 930.000 Dalam cara buku/perpetual: Tanggal 20 Desember 120 kg @ 4.200 = Rp. 504.000 Tanggal 15 Desember 80 kg @ 3.800 = Rp. 304.000 Desember Tanggal Masuk (pembelian) Unit harga jumlah (kg) Keluar (penjualan) Unit harga Jumlah (kg)

pokok pokok pokok dinilai

13Tanggal 6 Desember 25 kg @ 4.000 = Rp. 100.000 Rp. 908.000 Rp. 22.000

2.8.2.3

. Metode Harga Perolehan Rata-rata (Weighted Average Method) Metode harga rata-rata didasarkan pada anggapan bahwa barang tersedia untuk dijual adalah homogen. Noswonger, dkk dalam Marianus Sinaga (1996: 262) menyebutkan bahwa metode harga pokok rata-rata didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan ke pendapatan menurut harga rata-rata tertimbang per unit dari barang yang dijual. Harga pokok per unit ini juga digunakan untuk menentukan harga pokok barang yang ada dalam persediaan. Pada metode ini, pengalokasian harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual dilakukan atas dasar harga pokok perolehan rata-rata tertimbang. Rumus perhitungan harga pokok perolehan rata-rata tertimbang yang dikemukakan oleh Al Haryono Yusuf (1995: 11) adalah sebagai berikut:

Harga perolehan barang tersedia dijual :

Jumlah unit tersedia dijual

=

Harga rata-rata tertimbang per unit

Selanjutnya, harga rata-rata tertimbang per unit dikali dengan jumlah unit persediaan untuk menentukan harga perolehan persediaan akhir. Untuk lebih jelasnya, data barang A seperti ilustrasi sebelumnya, dapat dihitung dengan metode rata-rata tertimbang, tampak seperti di bawah ini: 1. Metode Fisik Perhitungan fisik atas barang-barang dalam gudang pada tanggal 31 Desember 200A menunjukkan jumlah barang yang tersedia untuk dijual sebagai berikut: Pembelian 01 Desember 50 kg @ Rp. 4.000 Rp. 200.000 Pembelian 12 Desember 100 kg @ Rp. 3.800. Rp. 380.000 Pembelian 18 Desember 150 kg @ Rp. 4.200 Rp. 630.000 Pembelian 25 Desember 75 kg @ Rp. 4.000 Rp. 300.000 Jumlah 375 kg Rp. 1.510.000 Dengan menggunakan rumus di atas, maka harga pokok rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut: Rp. 1.510.000 Harga pokok rata-rata tertimbang: = Rp. 4.026/kg 375 kg Persediaan barang pada tanggal 31 Desember 200A adalah: 150 kg x Rp. 4.026 = Rp. 604.000 Sedangkan harga pokok penjualan adalah: Rp. 1.510.000 Rp. 604.000 = Rp. 906.000 2. Metode Perpetual Dalam metode ini, barang-barang yang dikeluarkan akan dibebani harga pokok penjualan pada akhir periode, karena harga pokok rata-rata baru dapat dihitung pada akhir periode yang mengakibatkan jurnal untuk mencatat berkurangnya persediaan barang juga dibuat pada akhir periode. Apabila harga pokok rata-rata dicatat setiap ada pengeluaran barang maka diperlukan menghitung harga pokok rata-rata setiap kali terjadi pembelian barang, sehingga dalam satu periode akan terdapat beberapa harga pokok rata-rata, kartu barang A dengan rata-rata bergerak tampak sebagai berikut:

14Tabel 2.3 Barang A (Metode Rata-rata) Saldo Unit harga Jumlah (kg) 1 50 4.000 200.000 6 25 4.000 100.000 25 4.000 100.000 12 100 3.800 380.000 125 3.840 480.000 15 80 3.840 307.200 45 3.840 172.800 18 150 4.200 630.000 195 4.117 802.815 20 120 4.117 494.040 75 4.117 308.775 25 75 4.000 300.000 150 4.058 608.700 Sumber: S. Muwanir Akuntansi Keuangan dan Manajemen Metode harga rata-rata, menghitung harga pokok dengan cara setiap kali ada pembelian barang dan pengeluaran barang berikutnya dihargai dengan harga pokok ratarata tersebut sampai ada pembelian lagi. Pada kasus di atas, pada tanggal 6 Desember diperoleh dari harga pokok persediaan dari bulan November, sedangkan untuk tanggal 12 Desember harga pokok persediaan ada sebagai berikut, Rp. 480.000 : 125 kg = 3.840. Harga pokok ini dipakai untuk menghitung harga pokok penjualan pada tanggal 15 Desember. Demikian seterusnya, setiap ada pembelian yang baru maka harga pokok akan dihitung kembali untuk menentukan harga pokok yang baru. 2.9. Kerangka Pikir Persediaan barang pada CV. Ubin Kendari, salah satu tujuannya adalah untuk menentukan jumlah barang melalui proses produksi yang dijadikan cadangan barang dalam kegiatan penjualan. Karena persediaan merupakan bagian yang sangat penting dalam penyusunan neraca dan laporan rugi / laba perusahaan. Untuk merealisasikan penilaian persediaan, maka dapat dilihat pada penjelasan Standar Akuntansi Keuangan, PSAK No. 14 paragraf 20 dan 21. dan mengenai pengendalian persediaan dapat dilihat pada PSKA No. 14 paragraf 31. Dalam standar akuntansi keuangan pada kerangak dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf 12. Untuk menganalisis penelitian ini digunakan analisis deskriptif guna menjelaskan variabel-varibel yang berhubungan dengan penelitian untuk dapat menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini sehingga menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi tentang persediaan barang pada CV. Ubin Kendari. Desember Tanggal Masuk (pembelian) Unit harga jumlah (kg) Keluar (penjualan) Unit harga Jumlah (kg)

15Gambar 1. Kerangka Pikir

PERSEDIAAN BARANG Metode Penilaian Persediaan - Rata-rata terimbang - FIFO - LIFO METODE DESKRIPTIF KUALITATIF

KESIMPULANBAB III METODE PENELITIAN 3.1. 3.2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah penilaian persediaan barang dagang pada CV. Ubin yang berkedudukan di Kota Kendari Sulawesi Tenggara yang berstatus perusahaan swasta. Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data 1. Data Kuantitatif ; berupa laporan keuangan, kartu Stock barang dan data lain yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini. 2. Data kualitatif ; berupa penjelasan dari pimpinan dan staf manajemen perusahaan yang bersangkutan mengenai operasi perusahaan sehubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini. 3.2.2. Sumber Data Data primer yaitu data tabf diperoleh langsung dari obyek penelitian. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut; 1. Interview ; wawancara langsung atau tanya jawab lansung dengan pimpinan dan karyawan perusahaan yang diberi kewenangan untuk memberi penjelasan atau informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini. 2. Dokumentasi; yaitu proses mengumpulkan data yang telah ada oleh pihak perusahaan CV. Ubin Kendari. Metode Analisis Untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, maka penulis menggunakan metode analisis sebagai berikut ; Metode analisa deskriptif yaitu menunjukan metode penilaian pada dari CV. Ubin Kendari dengan teori yang berlaku umum. Definisi Operasional 1. Standar Akuntansi Keuangan adalah pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiunan dan unit ekonomi lainya adala sangat penting agar laporan keuangan lebih berguna dapat dimengerti dan dapat diperbandingkan serta tidak menyesatkan. 2. Penilaian dalam akuntasi adalah penentuan jumlah (kuantum) dalam satuan moneter suatu pos (rekening) yang disajikan dalam laporan keuangan.

3.3.

3.4.

3.5.

163. Persediaan meliputi semua Aktiva berujud yang dimiliki perusahaan pada tanggal neraca dengan tujuan untuk dijual secara langsung maupun dalam kegiatan utama perusahaan. 4. Harga beli adalah harga pertukaran yang disetujui oleh perusahaan dan penjual (suplier). Apabila dalam pembelian tersebut diperhitungkan adanya potongan (trade discount) maka yang dimaksud harga beli dalam konsep ini adalah harga pertukaran setelah dikurangi dengan potongan kuantitas dan potongan dagang. 5. Harga pokok adalah nilai dasar atau harga dasar yang ditetapkan atas suatu produk jadi, diukur dengan satuan rupaih. 6. Harga pokok pembelian adalah nilai pokok dari suatu produk jadi yang siap dijual, diukur dengan satuan rupiah. 7. Harga pokok penjualan adalah nilai jual suatu produk, diukur dengan satuan rupiah. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan CV. Ubin Kendari merupakan salah satu perusahaan di Sulawesi Tenggara khususnya di Kota Kendari yang bergerak di bidang Industri yang memproduksi tegel. Perusahaan ini didirikan oleh H. M. Basri Lallo pada tahun 1976 bertempat di Kelurahan Kessilampe dengan status usaha merupakan usaha perorangan dan diberi nama ARHAM. Pada saat itu perusahaan belum berbadan hukum. Sejalan dengan perkembangan volume kegiatan usaha maka pada tahun 1978 pihak manajemen melakukan perubahan status usaha, yang semula adalah status usaha perorangan menjadi Comaditer Venoscopt dengan nama CV. Ubin Indonesia Kendari sekaligus menetapkan lokasi baru perusahaan yakni di Kelurahan Wua-Wua. Selain itu perkembangan lainnya yang dapat dikemukakan adalah pada tahun 1979 pihak manajemen perusahaan melakukan penambahan mesin produksi dengan tipe dan kapasitas yang sama dengan mesin lama. Dengan demikian kemampuan perusahaan semakin siap dalam melayani permintaan konsumen pada saat itu dan pelayanan terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan permintaan konsumen. Perusahaan CV. Ubin Indonesia Kendari menggunakan sistem organisasi garis. Penggunaan sistem organisasi garis ini dilakukan sesuai dengan kondisi skala perusahaan yang relatif masih sederhana. Kegiatan yang dilakukan di dalam perusahaan disusun sesuai dengan struktur organisasi yang mendukung kelancaran kegiatan perusahaan lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 2 Struktur Organisasi CV. Ubin Indonesia Kendari

MANAJER

Bagian Keuangan Pembukuan

Bagian Pemasaran

Bagian Produksi Pengawas

Sumber : CV. Ubin Indonesia Kendari Gambar struktur organisasi di atas dapat dijelaskan secara singkat tugas-tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian dan seksi pada CV.Ubin Indonesia Kendari dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Manajer, bertindak untuk dan atas nama perusahaan terhadap hubungan eksternal dan internal perusahaan, melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam perusahaan, mengatur dan mengkoordinasikan kelancaran aktivitas-aktivitas para pemimpin bagian perusahaan. 2. Bagian keuangan, berdasarkan rencana bagian produksi dilakukan penyusunan rencana anggaran belanja perusahaan, pencatatan dan pembukuan serta penilaian akan transaksi operasional perusahaan, pertanggungjawaban kegiatan akuntansi perusahaan.

Buruh

173. Bagian pemasaran; melayani permintaan order pasar perusahaan serta pencapaian dan penguasaan potensi pasar sasaran yang baru serta melaksanakan programprogram pemasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 4. Bagian produksi; menyelenggarakan produksi sesuai rencana, pengelolaan tenaga kerja produksi, penilaian dan pembuatan kalkulasi harga pokok serta pemeliharaan keamanan mesin fasilitas produksi. 5. Seksi pembukuan; membantu bagian keuangan dalam hal mencatat dan membukukan serta melaporkan transaksi keuangan penjualan perusahaan. 6. Seksi pengawasan ; melakukan pengawasan aktivitas perusahaan, membimbing dalam hal penyempurnaan aktivitas tenaga kerja, metode kerja, kedisiplinan kerja dan melaporkan hasil pelaksanaan produksi kepada bagian produksi. Perkembangan Usaha Perkembangan CV. Ubin Indonesia Kendari yang bergerak dalam bidang industri melakukan kegiatan produksi tegel yang dibutuhkan oleh konsumen. Tegel tersebut disediakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen. Adapun produk dihasilkan sebagian besar adalah tegel lantai, sedangkan untuk pavin blok dan pion merupakan produk orderan. Selama ini ini pavin blok dan pion dipesan oleh konsumen sesuai kebutuhannya. Disamping memproduksi tegel, CV. Ubin juga melakukan jual beli keramik Pada dasarnya perkembangan yang terjadi di CV Ubin Kendari menunjukkan adanya peningkatkan volume usaha. Hasil penelitian diperoleh bahwa jumlah penjualan keramik yang dilakukan oleh perusahaan selama tahun 2004 menunjukkan adanya perkembangan yang bervariasi. Untuk jelasnya perkembangan pembelian dan penjualan keramik dapat penulis sajikan pada tabel berikut : Tabel 1. Perkembangan Pembelian dan Penjualan Keramik Untuk Berbagai Jenis Dan Ukuran Dalam Tahun 2004 Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desesember Jumlah Pembelian (Dos) 760 961 675 680 526 540 664 573 685 421 660 728 7.603 Penjualan (Dos) 690 658 715 631 538 648 666 472 781 507 636 682 7.624 Selisih Akhir Bulan (Dos) 158 228 761 221 270 258 150 148 249 153 67 91 2.254

4.2.

Sumber : CV. Ubin Indonesia Kendari, diperoleh Agustus 2005 Pada table di atas, dapat dijelaskan bahwa data penjualan keramik selama tahun 2004, menunjukkan bahwa konsistensi data perkembangan yang diteliti pada perusahaan menunjukkan adanya perkembangan penjualan yang selisih penjualan yang bervariasi. Data pada tabel 1 memberikan masukkan bagi penulis untuk meneliti tentang keramik yang dibeli dan dijual serta adanya persediaan akhir keramik, hal ini tentunya konsistensi atau relevansi data perkembangan usaha tahun 2004 yang dinyatakan pada tahun 2005 dengan penelitian ini pada akhirnya akan menyatakan kinerja pengelolaan persediaan barang dagang pada CV. Ubin. Dalam akuntansi, data perkembangan

18perusahaan merupakan data base untuk mendukung dan menyakinkan validnya sebuah perusahaan diteliti sehingga data perkembangan perlu disajikan. Kegiatan penjualan ini dilakukan secara langsung kepada konsumen yang dilakukan oleh bagian pemasaran pada CV. Ubin Indonesia Kendari Kebijakan penjualan tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh kegiatan usaha. Penjualan keramik yang dihasilkan oleh CV. Ubin Indonesia Kendari, merupakan usaha yang mendukung aktivitas perusahaan dalam meraih keuntungan, sehingga pemilik perusahaan senantiasa melakukan pengawasan dan pengendalian khususnya pengendalian persediaan.. Pengelolaan persediaan keramik dalam CV Ubin Kendari selama ini dilakukan secara manual dan hingga saat perusahaan tersebut menggunakan tenaga kerja 3 orang.. Dalam penelitian ini persediaan barang yang di analisis adalah pesediaan keramik yang ada pada perusahaan. Deskripsi Variabel Penelitian Penelitian yang dilakukan pada CV. Ubin Indonesia Kendari Kendari, menggunakan variabel yang memudahkan penulis untuk melakukan penilaian persediaan barang. Variabel tersebut meliputi : a. Persediaan awal barang dagang Persediaan barang pada perusahaan merupakan sisa penjualan barang pada hari penjualan tersebut. Penjualan barang pada perusahaan dilakukan setiap hari kerja. b. Barang tersedia dijual Barang tersedia dijual merupakan tegel yang telah disediakan oleh perusahaan dan disimpan dengan menggunakan sistem pertama masuk pertama keluar. Sistem penyimpanan produk tegel dilakukan demikian karena produksi ini membutuhkan waktu tertentu untuk memperoleh tingkat kekerasan tertentu. c. Persediaan akhir Persediaan akhir merupakan sisa atau cadangan barang yang akan digunakan pada waktu atau kegiatan usaha yang akan datang. Dalam hal ini persediaan yang akan digunakan selanjutnya disimpan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan. d. Harga pokok Harga pokok yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan harga pokok penjualan yang diperoleh dari pengelolaan persediaan pada perusahaan. Penentuan harga pokok untuk barang dagang ditetapkan dengan menggunakan metode harga pokok pada harga pokok penjualan sedangkan harga pokok produk tidak diperhitungkan karena produk tersebut merupakan barang jadi yang siap dijual. Analisis Persediaan Barang Dagang Persediaan barang dagang yang digunakan dalam perusahaan merupakan tindakan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kelancaran usaha perusahaan. Disisi lain dapat dijelaskan bahwa barang yang dijual oleh perusahaan hingga bulan Desember 2004 memberikan keuntungan atau pendapatan bagi perusahaan untuk dapat melakukan kegiatan usahanya lebih lanjut pada masa yang akan datang. Berdasarkan hasil penelitian, CV. Ubin dalam pencatatan persediaan barang dagang khususnya keramik belum melalui pencatatan secara sistematis. Hal ini ditujnjukkan oleh fakta bahwa pencatatan perusahaan mengambil metode FIFO hanya saja pencatatannya tidak konsistensi yang disebabkan oleh kurangnya perhatian manajemen/pemilik akan hal tersebut. Untuk memberikan gambaran atas pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang pada CV Ubin, penulis akan mengambil transaksi pembelian dan penjualan yaitu keramik ukuran 30 x 30 cm dengan prioritas bahwa ukuran ini lebih banyak dijual. Penjualan keramik pada CV. Ubin Kendari dapat disajikan pada table berikut :

4.3.

4.4.

19Tabel 3. Penjualan Keramik Tahun 2004 Bulan Janurari Pebruasi Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Rat-rata Jumlah Produk (Dos 345 329 357 315 269 324 333 312 266 324 345 391 3.810 317,5

Sumber : CV. UBIN INDONESIA KENDARI Kendari, Diperoleh Juli 2005 Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa penjualan keramik rata-rata dalam bulan Januari Desember 2004 sebanyak 317,5 unit dengan harga jual sebesar Rp.31.500. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan mempunyai usaha yang lancar dalam jual beli keramik. Untuk menganalisis contoh metode penilaian persediaan barang dagang pada perusahaan CV. Ubin Kendari, maka digunakan data penjualan pada bulan Desember 2004.

a. Pencatatan Persediaan Barang dengan menggunakan Metode Rata-Rata Tertimbang Dalam penelitian ini, digunakan persediaan barang dalam bulan Juli dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang : Tabel 4 Penilaian Persediaan dengan Metode Rata-Rata Tanggal Masuk (pembelian) Keluar (penjualan) Saldo Unit harga jumlah Unit harga Jumlah Unit harga Jumlah (Dos) (kg) (kg) 1 6 11 Desember 15 20 22 28 31 25 41 85 60 50 80 26.500 26.500 27.443 27.443 27.443 27.721 662.500 1.086.500 53 26.500 2.067.000 12 26.500 318.000

200 27.500 5.500.000 -

212 27.443 5.818.000

2.332.655 127 27.443 3.485.261 1.646.580 1.372.150 67 27.443 1.838.681 17 27.443 466.531

164 27.750 4.551.000 -

181 27.721 5.017.531

2.217.680 101 27.721 2.799.821

Sumber : Hasil Perhitungan

20Dari table tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa selama bulan Desember 2004 CV. Ubin melakukan 2 kali pembelian dengan total pembelian sebanyakn 364 Dos Keramik dengan harga Rp.10.051.000. Sementara total penjualan selama bulan Desember 2004 sebanyak 345 dos dengan harga sebesar Rp.9.318.065. Jumlah persediaan akhir pada tanggal 31 Desember 2004 sebesar 101 dos dengan nilai sebesar Rp. 2.799.821.b. Pencatatan Persediaan Barang dengan menggunakan Metode FIFO Penilaian yang dilakukan dengan menggunakan metode FIFO atau PMPK (pertama masuk pertama keluar) merupakan metode penilaian persediaan untuk mengatur proses produk pada perusahaan dimana setiap produk yang dihasilkan pada saat pertama kali, akan dijual pertama juga, hal ini sangat mendukung kegiatan perusahaan, karena produk tegel yang dicetak memerlukan waktu untuk proses pengerasan, sebelum dijual kepada konsumen. Pencatatan yang dilakukan untuk mencatat persediaan dengan metode FIFO dalam dicatat sebagai berikut : Tabel 5 Penilaian Persediaan dengan Metode FIFO Tanggal Masuk (pembelian) Keluar (penjualan) Saldo Unit harga jumlah Unit harga Jumlah Unit harga Jumlah (Dos) (kg) (kg) 1 78 26.500 2.067.000 25 6 Desember 11 15 20 22 28 31 5.500.000 4.551.000 41 12 73 60 50 17 63 26.500 26.500 26.500 27.500 27.500 27.500 27.500 27.750 662.500 1.086.500 318.000 2.007.500 1.650.000 1.375.000 467.500 1.748.250 53 12 12 200 127 67 17 17 164 101 26.500 26.500 26.500 27.500 27.443 27.500 27.500 27.500 27.750 27.750 1.404.500 318.000 318.000 5.500.000 3.492.500 1.742.500 467.500 467.500 4.551.000 2.802.750

200 27.500 -

164 27.750 -

Sumber : Hasil Perhitungan Pada table 5 dapat dijelaskan bahwa selang bulan Desember 2004 CV. Ubin melakukan pembelian sebanyak 364 dos dengan harga Rp.10.051.000 dan melakukan penjualan sebanyak 345 dos dengan hanya Rp.9.331.500 nilai persediaan akhir pada tanggal 31 Desember 2004 sebesar Rp.2.786.500. c. Pencatatan Persediaan Barang dengan menggunakan Metode LIFO Persediaan barang yang dinilai dengan menggunakan metode penilaian LIFO (TMPK) merupakan salah metode untuk mengendalikan persediaan barang yang telah tersedia dan diatur untuk memudahkan perusahaan dalam melayani permintaan. Proses penilaian persediaan dengan menggunakan metode ini dapat disajikan dengan menggunakan persediaan akhir Tanggal 28 Juli 2005 sebanyak 7.580 unit. Persediaan barang yang dilakukan dengan menggunakan metode LIFO senantiasa membutuhkan gudang yang luas dan daya tampung barang di dalam gudang harus disesuaikan untuk menempatkan barang hasil produksi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada CV Ubin Kendari diperoleh bahwa persediaan barang yang dilakukan dengan menggunakan metode LIFO hanya dilakukan untuk menghadapi penjualan langsung dan pencatatan pesediaan yang dilakukan pada metode ini dapat disajikan pada tabel berikut

21Tanggal Tabel 6. Penilaian Persediaan dengan Metode LIFO Masuk (pembelian) Keluar (penjualan) Unit harga jumlah Unit harga Jumlah (Dos) (kg) 1 25 6 11 Desember 15 41 85 60 20 22 28 50 27.500 1.375.000 26.500 26.500 27.500 27.500 662.500 1.086.500 2.337.500 1.650.000 Saldo harga 26.500 26.500 26.500 26.500 27.500 26.500 27.500 26.500 27.500 26.500 27.500 26.500 27.500 27.750 26.500 27.500 27.750

Unit (kg) 78 53 12 12 200 12 115 12 55 12 5 12 5 164

Jumlah 2.067.000 1.404.500 318.000 318.000 5.500.000 318.000 3.162.500 318.000 1.512.500 318.00 137.500 318.000 137.500 4.551.000 318.000 137.500 2.331.000

200 27.500 5.500.000 -

164 27.750 4.551.000

31

-

-

-

80

27.750

2.220.000 12. 5 84

Sumber : Hasil Perhitungan Pada table 5 dapat dijelaskan bahwa selang bulan Desember 2004 CV. Ubin melakukan pembelian sebanyak 364 dos dengan harga Rp.10.051.000 dan melakukan penjualan sebanyak 345 dos dengan hanya Rp.9.331.500 nilai persediaan akhir pada tanggal 31 Desember 2004 sebesar Rp.2.786.500. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa metode penilaian persediaan yang diterapkan pada CV. Ubin adalah metode FIFO namun belum dilakukan pencatatan dengan sistematis sehingga belum sesuai dengan teori yangb berlaku umum. 2. Dengan menggunakan metode FIFO dalam persediaan maksimal, persediaan keramik ukuran 30 x 30 Cm pada tanggal 30 Desember 2004 sebesar Rp. 2.802.750.Saran Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disarankan sebagai berikut : 1. Untuk melakukan pencatatan dan penilaian persediaan, kiranya perusahaan menetapkan metode penilaian persediaan yang konsisten sehingga memudahkan dalam pengendalian persediaan termasuk penyajian nilain persediaan pada akhir periode. 2. Perusahan hendaknya melengkapi pembukuan yang ada khususnya menyangkut pencatatan persediaan barang dagang agar mudah untuk dilakukan penyusunan laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan.

5.2.