PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, DAN KARO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 62 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN
MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, DAN KARO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Pasal
123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, perlu menetapkan
Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor …
~ 2 ~
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk
dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5160);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN MEDAN,
BINJAI, DELI SERDANG, DAN KARO.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara …
~ 3 ~
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
5. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan
sebagai warisan dunia.
6. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
7. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah
kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan
kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional
yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang
terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-
kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.
8. Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo yang selanjutnya
disebut Kawasan Perkotaan Mebidangro adalah satu kesatuan kawasan
perkotaan yang terdiri atas Kota Medan sebagai kawasan perkotaan inti,
Kawasan Perkotaan Binjai di Kota Binjai, Kawasan Perkotaan Hamparan
Perak, Kawasan Perkotaan Sunggal, Kawasan Perkotaan Tanjung Morawa,
Kawasan …
~ 4 ~
Kawasan Perkotaan Percut Sei Tuan, Kawasan Perkotaan Pancur Batu,
Kawasan Perkotaan Lubuk Pakam, dan Kawasan Perkotaan Galang di
Kabupaten Deli Serdang, serta Kawasan Perkotaan Berastagi di Kabupaten
Karo, sebagai kawasan perkotaan di sekitarnya, yang membentuk kawasan
metropolitan.
9. Kawasan perkotaan inti adalah kawasan perkotaan yang merupakan bagian
dari kawasan metropolitan dengan fungsi sebagai pusat kegiatan-kegiatan
utama dan pendorong pengembangan kawasan perkotaan di sekitarnya.
10. merupakan bagian dari kawasan metropolitan dengan fungsi sebagai pusat
kegiatan-kegiatan yang menjadi penyeimbang (counter magnet)
perkembangan kawasan perkotaan inti.
11. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
12. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
13. Kawasan hutan adalah suatu wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau
ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap.
14. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
15. Wilayah Sungai yang selanjutnya disebut WS adalah kesatuan wilayah
pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan
2.000 km2 (dua ribu kilo meter persegi).
16. Daerah …
~ 5 ~
16. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas
di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
17. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam.
18. Zona lindung adalah zona yang ditetapkan karakteristik pemanfaatan
ruangnya berdasarkan dominasi fungsi kegiatan masing-masing zona pada
kawasan lindung.
19. Zona budi daya adalah zona yang ditetapkan karakteristik pemanfaatan
ruangnya berdasarkan dominasi fungsi kegiatan masing-masing zona pada
kawasan budi daya.
20. Koefisien Wilayah Terbangun yang selanjutnya disebut KWT adalah angka
persentase luas kawasan atau blok peruntukan yang terbangun terhadap luas
kawasan atau luas kawasan blok peruntukan seluruhnya di dalam suatu
kawasan atau blok peruntukan yang direncanakan.
21. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disebut KDB adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung
dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
22. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disebut KLB adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan
luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana
tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
23. Koefisien …
~ 6 ~
23. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disebut KDH adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukan bagi pertamanan/penghijauan dan
luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana
tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
24. Koefisien Tapak Basemen yang selanjutnya disebut KTB adalah penetapan
besar maksimum tapak basemen didasarkan pada batas KDH minimum yang
ditetapkan.
25. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disebut GSB adalah garis yang
tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah garis sempadan jalan.
26. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional,
nasional, atau beberapa provinsi.
27. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota.
28. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota
atau beberapa kecamatan.
29. Jaringan jalan arteri primer adalah jaringan jalan yang menghubungkan
secara berdayaguna antar-PKN, antara PKN dan PKW, dan/atau PKN
dan/atau PKW dengan bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan
primer/sekunder/tersier dan pelabuhan internasional/nasional.
30. Jaringan jalan kolektor primer adalah jaringan jalan yang menghubungkan
secara berdayaguna antar-PKW dan antara PKW dengan PKL.
31. Jaringan jalan arteri sekunder adalah jaringan jalan yang menghubungkan
antara pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti dan pusat kegiatan di
kawasan perkotaan di sekitarnya.
32. Jalan …
~ 7 ~
32. Jalan bebas hambatan adalah jalan yang ditetapkan dalam rangka
memperlancar arus lalu lintas dengan cara mengendalikan jalan masuk
secara penuh dan tanpa adanya persimpangan sebidang serta dilengkapi
dengan pagar ruang jalan.
33. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan
nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
34. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
35. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
36. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
37. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Utara.
38. Bupati atau Walikota adalah Bupati Deli Serdang, Bupati Karo, Walikota
Medan, dan Walikota Binjai.
39. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam bidang penataan ruang.
Bagian Kedua
Ruang Lingkup Pengaturan
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan Peraturan Presiden ini meliputi:
a. peran dan fungsi rencana tata ruang serta cakupan Kawasan Perkotaan
Mebidangro;
b. tujuan …
~ 8 ~
b. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang Kawasan Perkotaan
Mebidangro;
c. rencana struktur ruang, rencana pola ruang, arahan pemanfaatan ruang, dan
arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro;
d. pengelolaan Kawasan Perkotaan Mebidangro; dan
e. peran masyarakat dalam penataan ruang di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Bagian Ketiga
Peran dan Fungsi Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro
Pasal 3
Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro berperan sebagai alat
operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi
pelaksanaan pembangunan di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Pasal 4
Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro berfungsi sebagai pedoman
untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan di Kawasan Perkotaan Mebidangro;
b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan
Perkotaan Mebidangro;
c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor di Kawasan
Perkotaan Mebidangro;
d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan Perkotaan
Mebidangro;
e. penataan ruang wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kawasan Perkotaan
Mebidangro;
f. pengelolaan Kawasan Perkotaan Mebidangro; dan
g. perwujudan …
~ 9 ~
g. perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan Perkotaan
Mebidangro dengan kawasan sekitarnya.
Bagian Keempat
Cakupan Kawasan Perkotaan Mebidangro
Pasal 5
Kawasan Perkotaan Mebidangro mencakup 52 (lima puluh dua) kecamatan, yang
terdiri atas:
a. seluruh wilayah Kota Medan yang mencakup 21 (dua puluh satu) wilayah
kecamatan, meliputi Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan
Selayang, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan
Medan Denai, Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Kota,
Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Maimun,
Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan
Helvetia, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan
Medan Timur, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Deli,
Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Marelan, dan Kecamatan
Medan Belawan;
b. seluruh wilayah Kota Binjai yang mencakup 5 (lima) wilayah kecamatan,
meliputi Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai
Timur, Kecamatan Binjai Barat, dan Kecamatan Binjai Selatan;
c. seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang yang mencakup 22 (dua puluh dua)
wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan
Sunggal, Kecamatan Pancur Batu, Kecamatan Namorambe, Kecamatan Deli
Tua, Kecamatan Patumbak, Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Lubuk
Pakam, Kecamatan Pagar Merbau, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kecamatan
Batang Kuis, Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan Labuhan Deli, Kecamatan
Beringin, Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda
Hulu …
~ 10 ~
Hulu, Kecamatan Sibolangit, Kecamatan Kutalimbaru, Kecamatan Biru-biru,
Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hilir, Kecamatan Bangun Purba, dan
Kecamatan Galang; dan
d. sebagian wilayah Kabupaten Karo yang mencakup 4 (empat) wilayah
kecamatan, meliputi Kecamatan Dolat Rakyat, Kecamatan Merdeka,
Kecamatan Berastagi, dan Kecamatan Barusjahe.
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANGRO
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro
Pasal 6
Penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro bertujuan untuk mewujudkan:
a. Kawasan Perkotaan Mebidangro yang aman, nyaman, produktif, berdaya
saing secara internasional, dan berkelanjutan sebagai pusat kegiatan nasional
di bagian utara Pulau Sumatera;
b. lingkungan perkotaan yang berkualitas dan keseimbangan tata air DAS;
c. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan; dan
d. pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional di
Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Bagian …
~ 11 ~
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro
Pasal 7
Kebijakan penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro meliputi:
a. pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro
sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu
bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional
Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand;
b. peningkatan akses pelayanan pusat-pusat kegiatan perkotaan Mebidangro
sebagai pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak utama
pengembangan wilayah Sumatera bagian utara;
c. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasarana
perkotaan Kawasan Perkotaan Mebidangro yang merata dan terpadu secara
internasional, nasional, dan regional;
d. peningkatan keterpaduan antarkegiatan budi daya serta keseimbangan antara
perkotaan dan perdesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan;
e. peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya
di Kawasan Perkotaan Mebidangro;
f. peningkatan fungsi dan fasilitas pertahanan dan keamanan negara di Kawasan
Perkotaan Mebidangro; dan
g. peningkatan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pembangunan Kawasan
Perkotaan Mebidangro melalui kerja sama antardaerah, kemitraan pemangku
kepentingan, dan penguatan peran masyarakat.
Bagian …
~ 12 ~
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro
Pasal 8
Strategi pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro
sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu
bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional
Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf a terdiri atas:
a. mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas eksternal
yang memadai dan mudah terjangkau dari kawasan permukiman;
b. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara terpadu pada pusat-
pusat kegiatan, simpul-simpul transportasi, serta koridor-koridor jalan arteri;
c. mengembangkan kawasan industri yang tersebar di sepanjang jaringan jalan
Lintas Timur Sumatera dan sekitar pelabuhan serta bandar udara sebagai
bagian dari Koridor Ekonomi Sumatera dengan tetap memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta fungsi ekosistem;
d. mengembangkan sebagian Kawasan Perkotaan Mebidangro yang
menyelenggarakan fungsi perekonomian bersifat khusus yang terdiri atas satu
atau beberapa zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan
teknologi, pariwisata, energi, dan/atau ekonomi lainnya; dan
e. mengarahkan pengembangan perkotaan pada arah timur dan barat, dan
mengendalikan pengembangan di kawasan pesisir dan perbukitan di bagian
selatan Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Pasal 9
Strategi peningkatan akses pelayanan pusat-pusat kegiatan perkotaan Mebidangro
sebagai pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak utama pengembangan
wilayah Sumatera bagian utara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b
terdiri atas:
a. menetapkan …
~ 13 ~
a. menetapkan pusat kegiatan yang tersebar dan seimbang di Kawasan Perkotaan
Mebidangro;
b. mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas eksternal
yang memadai dan didukung oleh jaringan prasarana yang terpadu;
c. mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas internal
yang memadai dari permukiman;
d. mengembangkan lokasi kegiatan sektor informal secara terpadu dengan
pusat-pusat kegiatan yang tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan
kenyamanan lingkungan;
e. meningkatkan keterkaitan antarpusat kegiatan perkotaan Mebidangro dengan
kawasan perkotaan dan perdesaan di sekitarnya; dan
f. mengembangkan pusat-pusat pelayanan perdesaan yang memiliki aksesibilitas
internal.
Pasal 10
Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasarana perkotaan
Kawasan Perkotaan Mebidangro yang merata dan terpadu secara internasional,
nasional, dan regional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c terdiri atas:
a. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi
perkotaan yang seimbang dan terpadu antara jaringan jalan, jalur pedestrian,
jalur sepeda, jalur evakuasi bencana, angkutan massal yang berbasis moda
jalan, jaringan jalur kereta api, transportasi laut, dan transportasi udara yang
tidak mengganggu keutuhan kawasan lindung dan ekosistem yang bersifat
unik atau bernilai konservasi tinggi (high conservation value);
b. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan energi listrik,
minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kawasan
Perkotaan Mebidangro;
c. meningkatkan …
~ 14 ~
c. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi
yang mencapai seluruh pusat kegiatan dan permukiman di Kawasan
Perkotaan Mebidangro;
d. meningkatkan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,
dan pengendalian daya rusak air dengan berbasis pengelolaan wilayah sungai
secara terpadu; dan
e. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan air minum, air limbah,
drainase, dan persampahan secara terpadu untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Pasal 11
Strategi peningkatan keterpaduan antarkegiatan budi daya serta keseimbangan
antara perkotaan dan perdesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d terdiri atas:
a. menetapkan lokasi dan kegiatan budi daya yang meliputi permukiman,
pertanian, kelautan dan perikanan, transportasi, sosial, budaya, pertahanan
dan keamanan negara, pariwisata, pertambangan, industri, dan hutan
produksi dengan mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial, budaya, dan
lingkungan;
b. mengembangkan kegiatan perkotaan yang meliputi permukiman,
perdagangan dan jasa, serta industri secara terpadu sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan;
c. menyeimbangkan pengembangan kegiatan dengan penyediaan permukiman
serta prasarana dan sarana, untuk mewujudkan pelayanan optimal serta
lingkungan yang bersih dan sehat;
d. mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa skala internasional, nasional,
regional, dan lokal secara merata;
e. mengembangkan …
~ 15 ~
e. mengembangkan kegiatan industri yang memiliki keterkaitan dengan sumber
bahan baku di kawasan sekitarnya dan keterkaitan dengan pasar
internasional, nasional, dan regional;
f. mempertahankan kegiatan pertanian produktif dan spesifik di perdesaan
dengan memperhatikan dampak perkembangan kota dan konservasi air dan
tanah;
g. mewajibkan pemerintah daerah menetapkan dan mempertahankan lahan
pertanian pangan berkelanjutan;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam tak terbarukan sesuai daya
dukung lingkungan secara berkelanjutan dan mengutamakan masyarakat
lokal;
i. mengendalikan pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk menjaga fungsi
hidrogeologis daerah tangkapan air;
j. memanfaatkan wilayah pesisir serta perairan pantai untuk kegiatan
transportasi, pariwisata, perikanan, dan pertambangan secara terpadu;
k. mengembangkan kegiatan budi daya darat dan laut yang berbasis mitigasi
bencana dan adaptasi perubahan iklim global; dan
l. mewajibkan instansi Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis dalam rangka penyusunan dan evaluasi
kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak
dan/atau risiko lingkungan hidup di Kawasan Perkotaan Mebidangro sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
Strategi peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung
lainnya di Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf e terdiri atas:
a. mewujudkan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari kawasan
fungsional perkotaan dan mewujudkan hutan paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari setiap DAS dengan sebaran yang proporsional yang berada di
Kawasan Perkotaan Mebidangro;
b. menyelenggarakan …
~ 16 ~
b. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup berbasis wilayah sungai dan DAS; dan
c. merehabilitasi dan merevitalisasi kawasan lindung yang telah mengalami
kerusakan fungsi lindung.
Pasal 13
Strategi peningkatan fungsi dan fasilitas pertahanan dan keamanan negara di
Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf f
terdiri atas:
a. menyediakan ruang untuk kawasan pertahanan dan keamanan negara;
b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan negara; dan
c. mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara kawasan
pertahanan dan keamanan negara dan kawasan budi daya terbangun di
sekitarnya.
Pasal 14
Strategi peningkatan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pembangunan Kawasan
Perkotaan Mebidangro melalui kerja sama antardaerah, kemitraan pemangku
kepentingan, dan penguatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 huruf g terdiri atas:
a. mengembangkan lembaga kerja sama antardaerah yang berfungsi untuk
melakukan koordinasi, fasilitasi kerja sama, dan kemitraan dalam
pemanfaatan ruang dan pengendalian pembangunan Kawasan Perkotaan
Mebidangro;
b. meningkatkan integrasi dan sinkronisasi pembangunan antara Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota di Kawasan Perkotaan
Mebidangro;
c. meningkatkan …
~ 17 ~
c. meningkatkan promosi investasi di dalam dan luar negeri serta memanfaatkan
kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-
Thailand; dan
d. mendorong penguatan peran masyarakat dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan Kawasan Perkotaan
Mebidangro melalui berbagai forum dan lembaga pendukung pengembangan
Kawasan Perkotaan Mebidangro.
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANGRO
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
(1) Rencana struktur ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro ditetapkan dengan
tujuan untuk meningkatkan pelayanan pusat kegiatan, meningkatkan kualitas
dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana, serta meningkatkan fungsi
kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya.
(2) Rencana struktur ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro berfungsi sebagai
penunjang dan penggerak kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarki memiliki hubungan fungsional.
(3) Rencana struktur ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro terdiri atas rencana
sistem pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana.
Bagian …
~ 18 ~
Bagian Kedua
Rencana Sistem Pusat Permukiman
Pasal 16
Rencana sistem pusat permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3)
di Kawasan Perkotaan Mebidangro terdiri atas pusat kegiatan di kawasan perkotaan
inti dan pusat kegiatan di kawasan perkotaan di sekitarnya.
Pasal 17
(1) Pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ditetapkan sebagai pusat kegiatan-kegiatan utama dan pendorong
pengembangan kawasan perkotaan di sekitarnya.
(2) Pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di Kota Medan, meliputi:
a. pusat pemerintahan provinsi;
b. pusat pemerintah kota dan/atau kecamatan;
c. pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional;
d. pusat pelayanan pendidikan tinggi;
e. pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional;
f. pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional;
g. pusat kegiatan industri kreatif;
h. pusat kegiatan industri manufaktur;
i. pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan
perkebunan, perikanan, dan kehutanan;
j. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang regional;
k. pusat pelayanan transportasi laut internasional dan nasional;
l. pusat …
~ 19 ~
l. pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional;
m. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
n. pusat kegiatan pariwisata; dan
o. pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya.
Pasal 18
(1) Pusat kegiatan di kawasan perkotaan di sekitarnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ditetapkan sebagai penyeimbang (counter magnet)
perkembangan kawasan perkotaan inti.
(2) Pusat kegiatan di kawasan perkotaan di sekitarnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. di Kawasan Perkotaan Binjai di Kota Binjai, terdiri atas:
1. pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan;
2. pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal;
3. pusat pelayanan pendidikan tinggi;
4. pusat pelayanan olahraga skala lokal;
5. pusat pelayanan kesehatan skala lokal;
6. pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan
perkebunan, perikanan, dan kehutanan;
7. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang regional; dan
8. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
b. di Kawasan Perkotaan Hamparan Perak di Kabupaten Deli Serdang, terdiri
atas:
1. pusat pemerintahan kecamatan;
2. pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala internasional, nasional,
dan regional;
3. pusat …
~ 20 ~
3. pusat pelayanan olahraga skala lokal;
4. pusat pelayanan kesehatan skala lokal;
5. pusat kegiatan industri manufaktur;
6. pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan
perkebunan, perikanan, dan kehutanan;
7. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang regional;
8. pusat kegiatan pariwisata; dan
9. pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya.
c. di Kawasan Perkotaan Sunggal di Kabupaten Deli Serdang, terdiri atas:
1. pusat pemerintahan kecamatan;
2. pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal;
3. pusat pelayanan olahraga skala lokal;
4. pusat pelayanan kesehatan skala lokal;
5. pusat kegiatan industri manufaktur;
6. pusat kegiatan industri mikro, kecil, dan menengah;
7. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang regional; dan
8. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara.
d. di Kawasan Perkotaan Tanjung Morawa di Kabupaten Deli Serdang,
terdiri atas:
1. pusat pemerintahan kecamatan;
2. pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal;
3. pusat pelayanan olahraga skala lokal;
4. pusat pelayanan kesehatan skala lokal;
5. pusat kegiatan industri manufaktur;
6. pusat …
~ 21 ~
6. pusat kegiatan industri mikro, kecil, dan menengah; dan
7. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang regional.
e. di Kawasan Perkotaan Percut Sei Tuan di Kabupaten Deli Serdang, terdiri
atas:
1. pusat pemerintahan kecamatan;
2. pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan
regional;
3. pusat pelayanan pendidikan tinggi;
4. pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional;
5. pusat pelayanan kesehatan skala nasional dan regional;
6. psuat industri manufaktur;
7. pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan
perkebunan, perikanan, dan kehutanan;
8. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang regional;
9. pusat kegiatan pariwisata; dan
10. pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya.
f. di Kawasan Perkotaan Pancur Batu di Kabupaten Deli Serdang, terdiri atas:
1. pusat pemerintahan kecamatan;
2. pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal;
3. pusat pelayanan pendidikan tinggi;
4. pusat pelayanan olahraga skala lokal;
5. pusat pelayanan kesehatan skala lokal;
6. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang regional;
7. pusat kegiatan pariwisata; dan
8. pusat …
~ 22 ~
8. pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya.
g. di Kawasan Perkotaan Lubuk Pakam di Kabupaten Deli Serdang, terdiri
atas:
1. pusat pemerintahan kabupaten dan/atau kecamatan;
2. pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan
regional;
3. pusat pelayanan olahraga skala lokal;
4. pusat pelayanan kesehatan skala regional;
5. pusat kegiatan industri manufaktur;
6. pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan
perkebunan, perikanan, dan kehutanan;
7. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang regional;
8. pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional; dan
9. pusat kegiatan pariwisata.
h. di Kawasan Perkotaan Galang di Kabupaten Deli Serdang, terdiri atas:
1. pusat pemerintahan kecamatan;
2. pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala regional;
3. pusat pelayanan olahraga skala lokal;
4. pusat pelayanan kesehatan skala lokal;
5. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang regional;
6. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara; dan
7. pusat kegiatan pertanian.
i. di Kawasan Perkotaan Berastagi di Kabupaten Karo, terdiri atas:
1. pusat pemerintahan kecamatan;
2. pusat …
~ 23 ~
2. pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan
regional;
3. pusat pelayanan olahraga skala lokal;
4. pusat pelayanan kesehatan skala lokal;
5. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang regional;
6. pusat kegiatan pariwisata;
7. pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya; dan
8. pusat kegiatan pertanian.
Bagian Ketiga
Rencana Sistem Jaringan Prasarana
Pasal 19
Rencana sistem jaringan prasarana Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) meliputi sistem jaringan: transportasi, energi,
telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana perkotaan.
Pasal 20
(1) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ditetapkan
dalam rangka meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan pergerakan
orang dan barang serta memfungsikannya sebagai pendorong pertumbuhan
ekonomi.
(2) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
c. sistem …
~ 24 ~
c. sistem jaringan transportasi udara.
(3) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a di Kawasan Perkotaan Mebidangro terdiri atas:
a. sistem jaringan jalan;
b. sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan; dan
c. sistem jaringan perkeretaapian.
(4) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a di
Kawasan Perkotaan Mebidangro terdiri atas:
a. jaringan jalan; dan
b. lalu lintas dan angkutan jalan.
(5) Sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b di Kawasan Perkotaan Mebidangro terdiri
atas:
a. jaringan transportasi sungai; dan
b. jaringan transportasi penyeberangan.
(6) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
di Kawasan Perkotaan Mebidangro terdiri atas:
a. jaringan jalur kereta api;
b. stasiun kereta api; dan
c. fasilitas operasi kereta api.
(7) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
di Kawasan Perkotaan Mebidangro terdiri atas:
a. tatanan kepelabuhanan; dan
b. alur pelayaran.
(8) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c di Kawasan Perkotaan Mebidangro terdiri atas:
a. tatanan kebandarudaraan; dan
b. ruang udara untuk penerbangan.
Pasal …
~ 25 ~
Pasal 21
Sistem jaringan jalan di Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (4) huruf a terdiri atas:
a. jaringan jalan arteri primer;
b. jaringan jalan kolektor primer;
c. jaringan jalan arteri sekunder; dan
d. jaringan jalan bebas hambatan.
Pasal 22
Jaringan jalan arteri primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a
meliputi:
a. jalan Batas Deli Serdang/Serdang Bedagai-Lubuk Pakam-Tanjung Morawa-
Lingkar Luar Kota Medan-Sunggal-Binjai-Batas Binjai/Langkat;
b. jalan Medan-Belawan;
c. jalan Medan-Batang Kuis-Kuala Namu;
d. jalan Lubuk Pakam-Kuala Namu-Belawan-Hamparan Perak;
e. jalan Kuala Namu-Tanjung Morawa-Deli Tua-Pancur Batu-Sunggal-
Hamparan Perak;
f. jalan Percut Sei Tuan-Tembung-Tanjung Morawa;
g. jalan Medan Sunggal-Medan Timur-Percut Sei Tuan; dan
h. jalan Medan Selayang-Pancur Batu.
Pasal 23
(1) Jaringan jalan kolektor primer di Kawasan Perkotaan Mebidangro
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b meliputi:
a. jaringan jalan kolektor primer 1; dan
b. jaringan jalan kolektor primer 2.
(2) Jaringan …
~ 26 ~
(2) Jaringan jalan kolektor primer 1 terdiri atas:
a. jalan Pancur Batu-Berastagi; dan
b. jalan Berastagi-Kabanjahe.
(3) Jaringan jalan kolektor primer 2 terdiri atas:
a. jalan Deli Tua-Sinembah Tanjung Muda Hilir-Tiga Juhar-Bangun Purba;
b. jalan Pagar Merbau-Galang-Bangun Purba-Batas Deli Serdang/Serdang
Bedagai;
c. jalan Galang-Batas Deli Serdang/Serdang Bedagai;
d. jalan Batas Deli Serdang/Simalungun-Pekan Gunung Meriah-Jalan Batas
Deli Serdang/Simalungun; dan
e. jalan kolektor primer 2 lainnya yang ditetapkan dengan peraturan daerah
tentang rencana tata ruang wilayah Provinsi.
Pasal 24
Jaringan jalan arteri sekunder sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c
meliputi:
a. jalan yang menghubungkan Kota Binjai dengan Kota Medan dan Kawasan
Perkotaan Lubuk Pakam;
b. jalan yang menghubungkan Kawasan Perkotaan Pancur Batu dengan Kawasan
Perkotaan Lubuk Pakam melalui Kecamatan Deli Tua;
c. jalan yang menghubungkan Kota Medan dengan Kawasan Perkotaan Percut
Sei Tuan dan Kawasan Perkotaan Lubuk Pakam melalui Kecamatan Batang
Kuis;
d. jalan yang menghubungkan Kecamatan Medan Helvetia dengan Kecamatan
Medan Labuhan;
e. jalan yang menghubungkan Kawasan Perkotaan Percut Sei Tuan dengan
Kawasan Perkotaan Lubuk Pakam melalui Kecamatan Batang Kuis dan
Kecamatan Pantai Labu;
f. jalan …
~ 27 ~
f. jalan yang menghubungkan Kawasan Perkotaan Lubuk Pakam dengan
Kecamatan Beringin dan Kecamatan Pantai Labu; dan
g. jalan arteri sekunder lainnya yang ditetapkan dengan peraturan daerah
tentang rencana tata ruang wilayah.
Pasal 25
Jaringan jalan bebas hambatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d
meliputi:
a. jalan bebas hambatan antarkota ditetapkan di jalan Medan-Tanjung Morawa-
Lubuk Pakam-Kuala Namu-Batas Deli Serdang/Serdang Bedagai-Tebingtinggi.
b. jalan bebas hambatan dalam kota meliputi:
1. jalan Belawan-Medan-Tanjung Morawa; dan
2. jalan Binjai-Medan.
Pasal 26
(1) Lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (4)
huruf b ditetapkan dalam rangka mewujudkan pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda
angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional dan kesejahteraan
masyarakat.
(2) Lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal;
b. terminal; dan
c. fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan.
Pasal 27
(1) Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (2) huruf a ditetapkan dalam rangka mengembangkan potensi
dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban,
kelancaran berlalu lintas, dan mendukung kebutuhan angkutan massal.
(2) Lajur …
~ 28 ~
(2) Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal di kawasan perkotaan inti
menghubungkan simpul Medan Helvetia-Medan Sunggal-Medan Selayang-
Medan Polonia-Medan Amplas-Medan Tembung-Medan Timur-Medan Deli-
Medan Marelan-Medan Labuhan.
(3) Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal di kawasan perkotaan di
sekitarnya terintegrasi dengan kawasan perkotaan inti.
Pasal 28
(1) Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b ditetapkan dalam
rangka menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta
keterpaduan intramoda dan antarmoda.
(2) Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi terminal penumpang
dan terminal barang.
(3) Terminal penumpang berfungsi melayani keterpaduan terminal dengan pusat-
pusat kegiatan dan moda transportasi lainnya.
(4) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. terminal penumpang tipe A yang berfungsi melayani kendaraan umum
untuk angkutan antarkota antarprovinsi dan/atau angkutan lintas batas
negara, angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota, dan angkutan
perdesaan meliputi Terminal Medan Amplas di Kecamatan Medan Amplas
dan Terminal Pinang Baris di Kecamatan Medan Sunggal di Kota Medan;
b. terminal penumpang tipe B yang berfungsi melayani kendaraan umum
untuk angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota, dan/atau
angkutan perdesaan meliputi:
1. Terminal Binjai di Kecamatan Binjai Timur di Kota Binjai;
2. Terminal Lubuk Pakam di Kecamatan Lubuk Pakam di Kabupaten Deli
Serdang; dan
3. Terminal …
~ 29 ~
3. Terminal Berastagi di Kecamatan Berastagi di Kabupaten Karo.
(5) Terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. terminal barang terpadu di Kecamatan Pancur Batu di Kabupaten Deli
Serdang;
b. terminal barang di Kawasan Industri Medan (KIM) dan Kawasan Industri
Lamhotma di Kota Medan, Kawasan Industri Binjai di Kota Binjai,
Kawasan Industri Tanjung Morawa, Kawasan Industri Percut Sei Tuan,
dan Kawasan Industri Hamparan Perak di Kabupaten Deli Serdang; dan
c. terminal agribisnis di Kecamatan Medan Selayang di Kota Medan, di
Kecamatan Pancur Batu di Kabupaten Deli Serdang, dan di Kecamatan
Berastagi di Kabupaten Karo.
Pasal 29
Fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (2) huruf c ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 30
(1) Jaringan transportasi sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (5)
huruf a di Kawasan Perkotaan Mebidangro dikembangkan untuk kegiatan
transportasi air dan pariwisata air yang menghubungkan kawasan tepian
sungai dengan pesisir.
(2) Jaringan transportasi sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. pelabuhan sungai; dan
b. alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai.
(3) Pelabuhan sungai di Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai di Kawasan Perkotaan
Mebidangro sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan di:
a. Sungai …
~ 30 ~
a. Sungai Belawan dan Sungai Deli di Kota Medan; dan
b. Sungai Belawan dan Sungai Percut di Kabupaten Deli Serdang.
Pasal 31
(1) Jaringan transportasi penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (5) huruf b dikembangkan untuk melayani pergerakan keluar masuk
arus penumpang dan kendaraan antara Kawasan Perkotaan Mebidangro
dengan Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Aceh, dan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, serta dengan Negara Malaysia.
(2) Jaringan transportasi penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. pelabuhan penyeberangan; dan
b. lintas angkutan penyeberangan.
(3) Pelabuhan penyeberangan di Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a ditetapkan di Pelabuhan Belawan di Kota
Medan.
(4) Lintas angkutan penyeberangan di Kawasan Perkotaan Mebidangro
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. lintas angkutan penyeberangan antarnegara Medan, Indonesia-Penang,
Malaysia; dan
b. lintas angkutan penyeberangan antarprovinsi meliputi:
1. Medan, Provinsi Sumatera Utara-Batam, Provinsi Kepulauan Riau;
2. Medan, Provinsi Sumatera Utara-Lhokseumawe, Provinsi Aceh; dan
3. Medan, Provinsi Sumatera Utara-Pangkal Pinang, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
Pasal …
~ 31 ~
Pasal 32
(1) Jaringan jalur kereta api di Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (6) huruf a ditetapkan dalam rangka
mengembangkan interkoneksi dengan sistem jaringan jalur wilayah nasional,
Pulau Sumatera, dan Provinsi Sumatera Utara.
(2) Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
jaringan jalur kereta api umum dan jaringan jalur kereta api khusus.
(3) Jaringan jalur kereta api umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. jaringan jalur kereta api antarkota; dan
b. jaringan jalur kereta api perkotaan.
(4) Jaringan jalur kereta api antarkota di Kawasan Perkotaan Mebidangro
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri atas:
a. jalur kereta api Medan-Tebingtinggi-Kisaran-Rantau Prapat; dan
b. jalur kereta api Medan-Besitang-Langsa-Lhokseumawe.
(5) Jaringan jalur kereta api perkotaan di Kawasan Perkotaan Mebidangro
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. jalur kereta api Belawan-Stasiun Kota;
b. jalur kereta api Stasiun Kota-Batang Kuis-Lubuk Pakam;
c. jalur kereta api Stasiun Kota-Sunggal-Binjai;
d. jalur kereta api Stasiun Kota-Pancur Batu;
e. jalur kereta api Lubuk Pakam-Galang;
f. jalur kereta api Aras Kabu-Bandara Kuala Namu;
g. jalur kereta api Stasiun Kota-Deli Tua; dan
h. jalur kereta api Deli Tua-Sibolangit.
(6) Jaringan jalur kereta api khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal …
~ 32 ~
Pasal 33
(1) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (6) huruf b
ditetapkan dalam rangka memberikan pelayanan kepada pengguna
transportasi kereta api melalui persambungan pelayanan dengan moda
transportasi lain.
(2) Stasiun kereta api berfungsi melayani keterpaduan stasiun dengan pusat-pusat
kegiatan, pusat permukiman, dan moda transportasi lainnya.
(3) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Stasiun Kota Medan di Kecamatan Medan Timur di Kota Medan;
b. Stasiun Belawan di Kecamatan Medan Belawan di Kota Medan;
c. Stasiun Labuhan di Kecamatan Medan Labuhan di Kota Medan;
d. Stasiun Kampung Besar di Kecamatan Medan Labuhan di Kota Medan;
e. Stasiun Titi Papan di Kecamatan Medan Deli di Kota Medan;
f. Stasiun Mabar di Kecamatan Medan Deli di Kota Medan;
g. Stasiun Pulo Brayan di Kecamatan Medan Timur di Kota Medan;
h. Stasiun Medan Pasar di Kecamatan Medan Timur di Kota Medan;
i. Stasiun Kebon Pisang di Kecamatan Medan Timur di Kota Medan;
j. Stasiun Sei Sikambing di Kecamatan Medan Helvetia di Kota Medan;
k. Stasiun Medan Sunggal di Kecamatan Medan Sunggal di Kota Medan;
l. Stasiun Bandar Kalipah Tembung di Kecamatan Percut Sei Tuan di
Kabupaten Deli Serdang;
m. Stasiun Batang Kuis di Kecamatan Batang Kuis di Kabupaten Deli Serdang;
n. Stasiun Aras Kabu di Kecamatan Beringin di Kabupaten Deli Serdang;
o. Stasiun Lubuk Pakam di Kecamatan Lubuk Pakam di Kabupaten Deli
Serdang;
p. Stasiun Galang di Kecamatan Galang di Kabupaten Deli Serdang;
q. Stasiun …
~ 33 ~
q. Stasiun Pancur Batu di Kecamatan Pancur Batu di Kabupaten Deli
Serdang;
r. Stasiun Deli Tua di Kecamatan Deli Tua di Kabupaten Deli Serdang;
s. Stasiun Diski di Kecamatan Sunggal di Kabupaten Deli Serdang; dan
t. Stasiun Binjai di Kecamatan Binjai Kota di Kota Binjai.
Pasal 34
Fasilitas operasi kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (6) huruf c
diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 35
(1) Tatanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (7) huruf
a berfungsi sebagai tempat alih muat penumpang, tempat alih muat barang,
pelayanan angkutan untuk menunjang kegiatan perikanan, industri
perkapalan, dan pangkalan angkatan laut (LANAL) beserta zona
penyangganya.
(2) Tatanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pelabuhan umum:
1. pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Utama Belawan di Kecamatan
Medan Belawan di Kota Medan; dan
2. pelabuhan pengumpan yaitu Pelabuhan Pantai Labu dan Pelabuhan
Rantau Panjang di Kecamatan Pantai Labu, serta Pelabuhan Percut di
Kecamatan Percut Sei Tuan di Kabupaten Deli Serdang;
b. pelabuhan khusus yaitu LANAL dan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
Belawan di Kecamatan Medan Belawan di Kota Medan serta pelabuhan
khusus lainnya yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal …
~ 34 ~
Pasal 36
(1) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (7) huruf b
ditetapkan dalam rangka mewujudkan perairan yang aman dan selamat untuk
dilayari.
(2) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alur
pelayaran laut yang terdiri atas:
a. alur pelayaran nasional, yaitu alur yang menghubungkan Pelabuhan
Utama Belawan dengan pelabuhan nasional lainnya; dan
b. alur pelayaran internasional, yaitu alur yang menghubungkan Pelabuhan
Utama Belawan dan alur pelayaran internasional di Selat Malaka.
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimanfaatkan bersama
untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai alur pelayaran diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 37
(1) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (8)
huruf a ditetapkan dalam rangka melaksanakan fungsi bandar udara untuk
menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas pesawat
udara, penumpang, kargo dan/atau pos, keselamatan penerbangan, tempat
perpindahan intra dan/atau antarmoda, serta mendorong perekonomian
nasional dan daerah.
(2) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. bandar udara umum yaitu Bandar Udara Internasional Kuala Namu di
Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
dan Bandar Udara Internasional Polonia di Kecamatan Medan Polonia
Kota Medan, yang berfungsi sebagai bandar udara pengumpul dengan
skala pelayanan primer untuk pelayanan pesawat udara dengan rute
penerbangan dalam negeri dan luar negeri, serta berfungsi sebagai
pangkalan angkatan udara (LANUD); dan
b. bandar …
~ 35 ~
b. bandar udara khusus diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 38
(1) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
(8) huruf b digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka
menjamin keselamatan penerbangan.
(2) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. ruang udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar udara;
b. ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi
penerbangan; dan
c. ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan.
(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dimanfaatkan bersama untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.
(4) Ruang udara untuk penerbangan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 39
(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ditetapkan
dalam rangka memenuhi kebutuhan energi dalam jumlah cukup dan
menyediakan akses berbagai jenis energi bagi masyarakat untuk kebutuhan
sekarang dan masa datang.
(2) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian dari sistem jaringan energi pada sistem interkoneksi Pulau Sumatera
meliputi:
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi;
b. pembangkit tenaga listrik; dan
c. jaringan transmisi tenaga listrik.
(3) Jaringan …
~ 36 ~
(3) Jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi:
a. fasilitas penyimpanan berupa depo minyak bumi terdiri atas:
1. Depo Bahan Bakar Minyak Darat Medan di Kecamatan Medan Timur
dan Seafed Depot Belawan di Kecamatan Medan Belawan di Kota
Medan; dan
2. Depo Bahan Bakar Minyak Darat Lubuk Pakam di Kecamatan Lubuk
Pakam dan Seafed Depot Labuhan Deli di Kecamatan Labuhan Deli di
Kabupaten Deli Serdang.
b. jaringan pipa gas bumi terinterkoneksi dengan sistem perpipaan gas bumi
bawah tanah Sumatera terdiri atas:
1. Secanggang-Belawan dengan wilayah utilitas Sumatera Utara;
2. Medan-Duri dengan wilayah utilitas Sumatera Tengah;
3. Medan-Arun dengan wilayah utilitas Sumatera Tengah; dan
4. jaringan pipa gas bumi Kawasan Perkotaan Mebidangro ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi:
a. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Paya Pasir, PLTG Glugur,
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Titi Kuning, dan Pembangkit
Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Belawan, Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Belawan di Kota Medan;
b. PLTU Sumut Infra dan PLTU Merbau di Kabupaten Deli Serdang; dan
c. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sibayak di Kabupaten Karo.
(5) Jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
terdiri atas:
a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT); dan
b. Sebaran Gardu Induk (GI).
(6) SUTT …
~ 37 ~
(6) SUTT sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a menghubungkan Binjai-