Top Banner
PERMASALAHAN DRAINASE PERKOTAAN Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya pada musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun sampai saat ini belum terselesaikan bahkan cenderung makin meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya. Jika dilihat, akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk yang sangat cepat akibat urbanisasi (baik migrasi musiman maupun permanen). Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi semrawut. Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah yang menyebabkan persoalan drainase di perkotaan menjadi sangat kompleks. Hal ini barangkali juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan tidak peduli terhadap permasalahan yang dihadapi oleh kota. Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembangunan drainse adalah lemahnya koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur yang lain. Sehingga sering dijumpai tiang listrik di tengah saluran drainase dan pipa air bersih (PDAM) memotong saluran pada penampang basahnya. Sering juga dihadapi penggalian saluran drainase dengan tak sengaja merusak prasarana yang telah lebih dulu tertanam dalam tanah karena tidak adanya informasi yang akurat, arsip/dokumen tidak ada, atau perencanaan dan pematokan di lapangan tidak melibatkan instansi pengendali tata ruang. jenis Drainase dan permasalahanya Posted on 23/12/2007 | 1 Komentar http://rathocivil02.wordpress.com/2007/12/23/tugas-drainase/ 1. Drainase yang meliputi jenis, system, dan permasalahannya: Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. a) Jenis – jenis drainase : • Menurut sejarah terbentuknya : 1. Drainase alamiah (natural drainage) Terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan penunjang 2. Drainase buatan (artificial drainage) Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus • Menurut letak bangunan :
39

Permasalahan Drainase

Dec 28, 2015

Download

Documents

gegwwgwgwgwgwgwg
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Permasalahan Drainase

PERMASALAHAN DRAINASE PERKOTAAN

Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya pada musim hujan, mengingat

hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa ini hampir setiap tahun

berulang, namun sampai saat ini belum terselesaikan bahkan cenderung makin meningkat, baik

frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.

Jika dilihat, akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk yang sangat

cepat akibat urbanisasi (baik migrasi musiman maupun permanen). Pertambahan penduduk yang

tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan

pemanfaatan lahan perkotaan menjadi semrawut. Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah yang

menyebabkan persoalan drainase di perkotaan menjadi sangat kompleks. Hal ini barangkali juga

disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan tidak peduli terhadap

permasalahan yang dihadapi oleh kota. 

Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembangunan drainse adalah lemahnya koordinasi dan

sinkronisasi dengan komponen infrastruktur yang lain. Sehingga sering dijumpai tiang listrik di tengah

saluran drainase dan pipa air bersih (PDAM) memotong saluran pada penampang basahnya. Sering

juga dihadapi penggalian saluran drainase dengan tak sengaja merusak prasarana yang telah lebih

dulu tertanam dalam tanah karena tidak adanya informasi yang akurat, arsip/dokumen tidak ada, atau

perencanaan dan pematokan di lapangan tidak melibatkan instansi pengendali tata ruang.

jenis Drainase dan permasalahanyaPosted on 23/12/2007 | 1 Komentarhttp://rathocivil02.wordpress.com/2007/12/23/tugas-drainase/

1. Drainase yang meliputi jenis, system, dan permasalahannya:

Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam

pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan

suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk

mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.

a) Jenis – jenis drainase :

• Menurut sejarah terbentuknya :

1. Drainase alamiah (natural drainage)

Terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan penunjang

2. Drainase buatan (artificial drainage)

Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus

• Menurut letak bangunan :

1. Drainase permukaan tanah (surface drainage)

Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini

berguna untuk mencegah adanya genangan.

2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)

Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.

Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian

Page 2: Permasalahan Drainase

muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

• Menurut fungsi :

1. Single purpose

Suatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri dll

2. Multi purpose

Beberapa jenis air buangan tercampur

• Menurut kontruksi :

1. Saluran terbuka

2. Saluran tertutup

Untuk air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.

b) Sistem dan permasalahan drainase

Sistem drainase dibagi menjadi:

1. tersier drainage

2. secondary drainage

3. main drainage

4. sea drainage

Permasalahan drainase:

Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang

mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :

1. Peningkatan debit

manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan

/penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi

berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan

terjadilah genangan.

2. Peningkatan jumlah penduduk

meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari

pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh

penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn penduduk juga selalu

diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.

3. Amblesan tanah

disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa

bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.

4. Penyempitan dan pendangkalan saluran

5. reklamasi

6. limbah sampah dan pasang surut

Page 3: Permasalahan Drainase

c) Penanganan drainase perkotaan :

1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah

2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke     drainase

dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap

3. pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama

pembuangan sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui      pentingnya

melanggar drainase.

4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki

konservasi lingkungn.

5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk       menahan

air hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas        resapan.

2 a. Drainase Jalan Raya

Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di

perkotaan dan luar perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase

muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup

sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada

juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas

saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase

jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka

jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak

ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran

pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka

saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika

kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran akan terdapat pada

median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka kemiringan jalan satu

arah , tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan

menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang

rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan

adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari

saluran.

b. Drainase Lapangan Terbang 

Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run way

dan shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi ,

maka analisis kapasitas / debit hujan memepergunakan formola drainase muka

tanah atau surface drainage.

Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau samadengan

1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan kea

rah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 % ,ketentuan

dari FAA. Amerika Serikat , genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm,

Page 4: Permasalahan Drainase

dan harus segera dialirkan.

Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder , harus ada

saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar

lapangan terbang.

c. Drainase Lapangan Olahraga

Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air

hujan pada lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage) tidak

boleh terjadi genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih

kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan

terpelihara dengan baik. Batas antara keliling lapangan sepakbola dengan lapangan

jalur atletik harus ada collector drain.

PENGARUH OPTIMALISASI SISTEM DRAINASE PERKOTAAN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS BANJIR DI KOTA BANDUNG

2.1              Pengertian Drainase

“Drainase   merupakan   salah   satu   fasilitas   dasar   yang   dirancang   sebagai   sistem   guna memenuhi   kebutuhan  masyarakat   dan  merupakan   komponen  penting  dalam  perencanaan   kota (perencanaan infrastruktur khususnya).” (http://one.indoskripsi.com/node/6063)

Azwaruddin (2008) mengutarakan bahwa drainase berasal  dari  bahasa Inggris  “drainage” yang  mempunyai  arti  mengalirkan,  menguras,  membuang,  atau  mengalihkan  air.   Secara  umum, sistem   drainase   dapat   didefinisikan   sebagai   serangkaian   bangunan   air   yang   berfungsi   untuk mengurangi  atau membuang kelebihan air  dari  suatu kawasan atau  lahan, sehingga  lahan dapat difungsikan  secara  optimal.  Bangunan sistem drainase  terdiri  dari   saluran penerima  (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando, dan stasiun pompa.

Dikutip dari (http://one.indoskripsi.com/node/6063). Bahwa dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari  prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.  Prasarana drainase disini berfungsi   untuk  mengalirkan   air   permukaan   ke   badan   air   (sumber   air   permukaan   dan   bawah permkaan   tanah)   dan   atau   bangunan   resapan.   Selain   itu   juga   berfungsi   sebagai   pengendali 

Page 5: Permasalahan Drainase

kebutuhan air  permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki  daerah becek,  genangan air  dan banjir. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain:

1.      Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.

2.      Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.

3.      Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

4.      Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

2.2              Jenis Drainase dan Permasalahannya

Menurut Rato jenis drainase dan permasalahannya dapat diuraikan sebagai berikut.

1.      Drainase yang meliputi jenis, sistem, dan permasalahannya

Drainase merupakan salah satu faktor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam

pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air

pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah

dalam kaitannya dengan salinitas.

a.          Jenis – jenis drainase

1)      Menurut sejarah terbentuknya:

a)      Drainase alamiah (natural drainage)

Terbentuk secara alamiah, tidak terdapat bangunan penunjang.

b)      Drainase buatan (artificial drainage)

Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus.

2)      Menurut letak bangunan:

a)      Drainase permukaan tanah (surface drainage)

Suatu sistem pembuangan air untuk menyalurkan air di permukaan tanah. Hal ini berguna untuk

mencegah adanya genangan.

b)      Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)

Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.

c)      Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air

tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

3)      Menurut fungsi :

a)      Single purpose

Suatu jenis air buangan: air hujan, limbah domestik, limbah industri, dan sebagainya.

Page 6: Permasalahan Drainase

b)      Multi purpose

Beberapa jenis air buangan tercampur.

4)      Menurut konstruksi :

a)      Saluran terbuka

b)      Saluran tertutup

Untuk air kotor di saluran yang terbentuk di tengah kota.

b.         Sistem dan permasalahan drainase

1)      Sistem drainase dibagi menjadi:

a)      tersier drainage

b)      secondary drainage

c)      main drainage

d)      sea drainage

2)      Permasalahan drainase:

Permasalahan drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang

mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :

a)      Peningkatan debit

manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan

/penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang,

sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.

b)      Peningkatan jumlah penduduk

meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun

urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan,

disamping itu peningkatan penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair

maupun pada sampah.

c)      Amblesan tanah

disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota

berada dibawah muka air laut pasang.

d)     Penyempitan dan pendangkalan saluran

e)      Reklamasi

f)        limbah sampah dan pasang surut

Page 7: Permasalahan Drainase

c.          Penanganan drainase perkotaan:

1)      Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah

2)      Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang

dengan cepat agar tidak mengendap

3)      pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan sampah

sembarangan agar masyarakat mengetahui  pentingnya melanggar drainase.

4)      Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.

5)      Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk  menahan air hujan,

menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.

2.      Drainase lainnya

a.       Drainase Jalan Raya

Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota. Umumnya di perkotaan

dan luar perkotaan, drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface

drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar.

Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak

tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat

masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari

sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak

ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri

dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat

pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kearah

median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus,

menikung, maka kemiringan jalan satu arah, tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan

satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi

yang rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu, direncanakan adanya

pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.

b.      Drainase Lapangan Terbang

Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run way dan

shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi, maka analisis

kapasitas/debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface drainage.

Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau samadengan

1,50% , kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50% sampai 5%. Kemiringan kearah

memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10%, ketentuan dari FAA.

Amerika Serikat, genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera

dialirkan.

Page 8: Permasalahan Drainase

Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder, harus ada

saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sisi luar lapangan

terbang.

c.       Drainase Lapangan Olahraga

Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan

pada lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi

genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama dengan

0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas antara

keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik harus ada collector drain.

2.3              Sistem Drainase Perkotaan

Pertumbuhan  kota  dan  perkembangan   industri  menimbulkan  dampak  yang  cukup  besar pada   siklus  hidrologi   sehingga  berpengaruh  besar   terhadap   sistem drainase  perkotaan.   Sebagai contoh ada perkembangan beberapa kawasan hunian yang diperkirakan sebagai penyebab banjir dan dan genangan di lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena perkembangan urbanisasi, menyebabkan perubahan tata guna lahan. Oleh karena itu setiap perkembangan kota harus diikuti dengan perbaikan sistem drainase.

Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah suatu ilmu dari drainase yang   mengkhususkan   pengkajian   pada   kawasan   perkotaan,   yaitu   merupakan   suatu   sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan   perdagangan,   sekolah,   rumah   sakit,   lapangan   olahraga,   lapangan   parkir,   instalasi   militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, serta tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga menimbulkan dampak negatif dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. (Azwaruddin, 2008).

Siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia bermukim, pada masa tertentu akan mengalami keadaan berlebih, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia. Selain itu semakin kompleksnya   kegiatan   manusia   dapat   menghasilkan   limbah   berupa   air   buangan   yang   dapat mengganggu   kelangsungan   hidupnya,   dan   dengan   adanya   keinginan   untuk   meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan hidup maka manusia mulai berusaha untuk mengatur lingkungannya dengan cara  melindungi  daerah pemukimannya  dari  air  berlebih  dan air  buangan.   (Azwaruddin, 2008).

Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari suatu kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu.  Karena   suatu  kota   terbagi-bagi  menjadi  beberapa  kawasan,  maka  drainase  di  masing-masing kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan drainase perkotaan dan membentuk satu sistem drainase perkotaan. (Azwaruddin, 2008).

Dengan adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak manfaat pada   kawasan   perkotaan   yang   bersangkutan,   yaitu   akan   semakin   meningkatnya   kesehatan, 

Page 9: Permasalahan Drainase

kenyamanan dan keasrian daerah pemukiman khususnya dan daerah perkotaan pada umumnya, dan dengan tidak adanya genangan air, banjir dan pembuangan limbah yang tidak teratur, maka kualitas   hidup   penduduk   di   wilayah   bersangkutan   akan   menjadi   lebih   baik   sehingga   dapat meningkatkan kesejahteraan dan ketentraman seluruh masyarakat. (Azwaruddin, 2008).

Drainase   perkotaan  melayani   pembuangan   kelebihan   air   pada   suatu   kota   dengan   cara mengalirkannya  melalui   peermukaan   tanah   (surface  drainage)   atau   lewat  di   bawah  permukaan tanah (sub surface drainage), untuk sibuang ke sungai, laut atau danau. Kelebihan air tersebut dapat berupa  air  hujan,  air   limbah domestik  ataupun  air   limbah  industri.   Jaringan  perkotaan  meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun alur buatan yang hulunya terletak di kota dan bermuara di sungai yang melewati kota tersebut atau bermuara ke laut di tepi kota tersebut.

                        Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air   lebih dari  suatu kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu.  Karena suatu kota  terbagi-bagi  menjadi  beberapa kawasan,  maka drainase di masing-masing kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan drainase perkotaan dan membentuk satu sistem drainase perkotaan.

                        Dengan   adanya   suatu   sistem   drainase   di   perkotaan  maka   akan   diperoleh   banyak manfaat pada kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu akan semakin meningkatnya kesehatan, kenyamanan dan keasrian daerah pemukiman khususnya dan daerah perkotaan pada umumnya, dan dengan tidak adanya genangan air, banjir dan pembuangan limbah yang tidak teratur, maka kualitas   hidup   penduduk   di   wilayah   bersangkutan   akan   menjadi   lebih   baik   sehingga   dapat meningkatkan kesejahteraan dan ketentraman seluruh masyarakat.

2.4              Sumber Air Buangan

                        Secara umum sumber-sumber air buangan kota dibagi dalam kelompok-kelompok yang disesuaikan dengan perencanaan air minum yang ada diantaranya dari rumah tangga, perdagangan, industry sedang dan ringan, pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, dan sarana rekreasi. Untuk menghindari   terjadinya  pembusukan  dalam pengaliran  air  buangan  harus   sudah  tiba  di  bangun pengolahan tidak lebih dari 18 jam untuk daerah tropis.

                        Dalam perencanaan, estimasi mengenai total air buangan dibagi dalam tiga hal, yaitu:

1.      Air  buangan domestik,  maksimum aliran air  buangan domestik untuk daerah yang dilayani  pada periode waktu tertentu.

2.      Infiltrasi air permukaan (hujan) dan air tanah (pada daerah pelayanan dan sepanjang pipa).

3.      Air buangan industri  dan komersial,  tambahan aliran maksimum dari  daerah-daerah industri  dan komersial.

2.5              Sistem Jaringan Drainase

Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat macam, yaitu :

Page 10: Permasalahan Drainase

1.      Sistem  Drainase  Utama,   sistem  drainase   perkotaan   yang  melayani   kepentingan   sebagian   besar warga masyarakat kota.

2.      Sistem Drainase Lokal, sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota.

3.      Sistem Drainase Terpisah, sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan.

4.       Sistem Gabungan, sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.

2.6 Sistem Pengumpulan Air Buangan

Pada sistem pengumpulan air buangan yang diperhatikan ada dua macam air buangan, yaitu air hujan dan air kotor (bekas). Cara atau sistem buangan ada tiga, yaitu:

1.      Sistem terpisah (separate system)

Air   kotor   dan   air   hujan   dilayani   oleh   sistem   saluran   masing-masing   secara   terpisah. Pemeliharaan sistem ini atas beberapa pertimbangan antara lain:

a.       Periode musim hujan dan kemarau yang terlalu lama.

b.      Kuantitas yang jauh berbeda antara air buangan dan air hujan.

c.       Air bangunan memerlukan pengolahan terlebih dahulu sedangkan air hujan tidak peril dan harus secepatnya dibuang ke sungai yang terdapat pada daerah yang ditinjau.

            Keuntungan pada sistem terpisah antara lain:

a.       Sisitem   saluran   mempunyai   dimensi   yang   kecil   sehingga   memudahkan   pembuatannya   dan operasinya.

b.      Penggunaan sistem terpisah mengurangi bahaya bagi kesehatan masyarakat.

c.       Pada instalasi pengolahan air buangan tidak ada tambahan beban kapasitas, karena penambahan air hujan.

d.      Pada sistem ini untuk saluran air buangan bisa direncaakan pembilasan sendiri, baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan.

Selain   keuntungan   sistem  ini   juga  memiliki   kerugian,   yaitu  harus  membuat  dua   sistem saluran sehingga memerlukan tempat yang luas dan biaya yang cukup besar.

2.      Sistem tercampur (combined system)

Air   kotor   dan   air   hujan   disalurkan  melalui   satu   saluran   yang   sama.   Saluran   ini   harus tertutup. Pemilihan sistem ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain:

a.       Debit masing-masing buangan relatif kecil sehingga dapat disalurkan.

Page 11: Permasalahan Drainase

b.      Kuantitas air buangan dan air hujan tidak jauh berbeda.

c.       Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.

                   Keuntungan pada sistem tercampur antara lain:

a.       Hanya diperlukan satu sistem penyaluran air sehingga dalam pemilihannya lebih ekonomis.

b.      Terjadi pengeceran air buangan oleh air hujan sehingga konsentrasi air buangan menurun.

Selain keuntungan sistem ini juga memiliki kerugian, yaitu diperlukan area yang luas untuk menempatkan instalasi tambahan untuk penanggulangan di saat-saat tertentu.

3.      Sistem Kombinasi (pscudo separate system)

Sistem kombinasi merupakan perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air hujan dimana pada waktu musim hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam saluran air buangan. Sedang air hujan berfungsi sebagai pengecer dan penggelontor. Kedua saluran ini tidak bersat tetapi dihubungkan dengan sistem perpipaan interseptor.       Beberapa faktor yang dapat digunakan dalam menentukan pemilihan sistem adalah:

a.       Perbedaan yang besar antara kuantitas air buangan yang akan disaluran melalui jaringan penyalur air buangan dan kuantitas curah hujan pada daerah pelayanan.

b.      Umumnya di dalam kota dilalui sungai-sungai dimana air hujan secepatnya diuang ke dalam sungai-sungai tersebut.

c.       Periode musim kemarau dan musim hujan yang lama dan fluktuasi air hujan yang tidak tetap.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka secara teknis dan ekonomis sistem yang memungkinkan untuk  diterapkan adalah sistem terpisah antara  air  buangan rumah tangga degan air buangan yang berasal dari air hujan. Jadi air buangan yanga akan diolah dalam bangunan pengolahan air buangan hanya berasal dari aktivitas penduduk dan industri.

2.7              Diskripsi Lingkungan Fisik dalam Sistem Drainase

Diskripsi lingkungan fisik yang dianggap penting diketahui sesuai jenisnya dapat diuraikan sebagai berikut:

1.      Tata  guna   lahan,  merupakan  peta  yang  dapat  menggambarkan   tentang  pola  penggunaan   lahan didaerah rencana. Pola penggunaan lahan yang dimaksud harus mencakup tentang kondisi eksisting maupun   rencana   pengembangan   di   masa   mendatang.   Informasi   tersebut   diperlukan   untuk enentukan   lingkup   sistem   drainase   yang   diperlukan   dan   untuk   merencanakan   drainase   yang tingkatnya sesuai dengan kategori tata guna tanah dari daerah yang bersangkutan.

2.      Prasarana lain, informasi tentang prasarana lain yang dimaksud meliputi jaringan jalan, air minum, listrik,   jaringan   telepon  dan  jaringan   lain  yang  diperkirakan  dapat  menyebabkan  bottle  leck.   Ini 

Page 12: Permasalahan Drainase

dimaksudkan sebagai pertimbangan dalam menentukan trase saluran dan untuk mengidentifikasi jenis bangunan penunjang yang diperlukan.

3.      Topografi,   informasi   yang   diperlukan   untuk   menentukan   arah   penyaluran   dan   batas   wilayah tadahnya. Pemetaan kontur di suatu daerah urban perlu dilakukan pada skala 1 :  5.000 atau 1 : 10.000 dengan beda kontur 0,5 meter di daerah datar, dan beda kontur 1 meter pada daerah curam. Pemetaan tersebut perlu mengacu pada suatu datum survai yang dikenal. Pemetaan kontur dengan skala 1 : 50.000 atau 100.000 juga munkin diperukan untuk menentukan DAS (Daerah Aliran Sungai) di hulu kota. Suatu beda kontur 25 meter biasanya cukup bagi keperluan agar efek dari jalan, saluran dan penghalang aliran banjir lainnya dapat diperkirakan.

4.      Pola   Aliran   Alam,   informasi   tentang   pola   aliran   alam  diperluan   untuk  mendapatkan   gambaran tentang kecenderungan pola  letak dan arah aliran alah yang terjadi  sesuai  kondisi   lahan daerah rencana. Secara tidak langsung sebenarnya informasi ini dapat diinterprestasikan dari peta topografi dengan cara  mengidentifikasi  bagian   lembah dan punggung.  Di  mana pola  aliran  buangan alam cenderung mengarah pada bagian lembah.

5.      Pola   aliran   pada   daerah   pembuangan,   daerah   pembuangan   yang   dimaksud   adalah   tempat pembuangan kelebihan air dari lahan yang direncanakan  (missal: sungai, laut, danau, dan lain-lain). Informasi   ini   sangat  penting   terutama berkaitan  dengan  penempatan   fasilitas  outletnya.  Elevasi fasilitas   outlet   harus   dtetapkan   di   atas  maka  maksimum  daerah   pembuangan,   sehingga   gejala terjadinya muka air balik pada rencana saluran drainase dapat dihindari.

2.8              Susunan dan Fungsi Saluran dalam Jaringan Drainase

Sesuai dengan fungsi dan sistem kerjanya, jenis saluran dapat dibedakan menjadi:

1.      Interceptor drain

Saluran   interceptor   adalah   saluran   yang   berfungsi   sebagai   pencegah   terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah lain dibawahnya. Saluran ini biasa dibangun dan diletakkan pada bagian yang relative sejajar dengan garis kontur. Outlet dari saluran ini biasanya terdapat di saluran collector atau conveyor, atau langsung di natural drainage (drainase alam).

2.      Collector drain

Saluran collector adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit yang diperoleh dari saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya akan dibuang ke saluran conveyor (pembawa).

3.      Conveyor drain

Saluran conveyor adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus membahayakan daerah yang dilalui. Letak saluran ini di bagian   terendah   lembah   dari   suatu   daerah   sehingga   secara   efektif   dapat   berfungsi   sebagai pengumpul dari anak cabang saluran yang ada.

2.9              Prosedur Perancangan Tata Letak Sistem Jaringan Dranise

Page 13: Permasalahan Drainase

Untuk  menjamin  berfungsinya   suatu   sistem  jaringan  drainase  perlu  diperhatikan  hal-hal sebagai berikut:

1.      Pola arah aliran

Dengan melihat peta topografi kita dapat menentukan arah aliran yang merupakan natura drainage system yang terbentuk secara alamiah, dan dapat mengetahui toleransi lamanya genangan dari daerah tertentu.

2.      Situasi dan kondisi fisik kota

Informasi situasi dan kondisi fisik kota baik yang ada maupun yang sedang direncanakan perlu diketahui, antara lain:

a.       Sistem jaringan yang ada (drainase, irigasi, air minum, dll.)

b.      Bottle neck yang mungkin ada

c.       Batas-batas daerah pemilikan

d.      Letak dan jumlah prasarana yang ada

e.       Tingkat kebutuhan drainase yang diperlukan

f.       Gambaran prioritas daerah secara garis besar

Semua   hal   tersebut   dimaksudkan   agar   dalam   penyusunan   tata   letak   sistem   jaringan drainase tidak terjadi pertentangan kepentingan. Dan pada akhirnya dalam menentukan tata letak dar jaringan drainase bertujuan untuk mencapai sasaran sebagai berikut:

a.       Sistem jaringan drainase dapat berfungsi sesuai tujuan (sasaran)

b.      Menekan dampak lingkungan (negatif) sekecil mungkin

c.       Dapat bertahan lama (awet) ditinjau dari segi konstruksi dan fungsinya

d.      Biaya pembangunan serendah mungkin

2.9              Bangunan Penunjang

Untuk  menjamin   berfunsinya   saluran   drainase   secara   baik  maka   diperlukan   bangunan-bangunan pelengkap ditempat-tempat tertentu. Jenis bangunan pelengkap yang dimaksud meliputi:

1.      Bangunan silang, seperti  gorong-gorong

2.      Bangunan pemecah energi, seperti bangunan terjun dan saluran curam

3.      Bangunan pengaman erosi, seperti ground sill/leveling structure

4.      Bangunan inlet, seperti grill samping/datar

5.      Bangunan outlet, seperi kolam loncat air

6.      Bangunan pintu air, seperti pintu geser, pinta atomatis

Page 14: Permasalahan Drainase

7.      Bangunan rumah pompa

8.      Bangunan kolam tandum/pengumpul

9.      Bangunan lobang control

10.  Bangunan instalasi pengolahan limbah

11.  Peralatan penunjang, berupa AWLR, ORR, Stasiun meteorologi, detektor kualitas air

12.  Dan lain sebagainya.

Semua bangunan tersebut tidak harus ada pada setiap jaringan drainase. Keberadaannya tergantung   pada   kebutuha   setempat   yang   biasanya   dipengaruhi   oleh   fungsi   saluran,   kondisi lingkungan dan tuntutan akan kesempurnaan jaringannya.

BAB III

PENGARUH OPTIMALISASI SISTEM DRAINASE PERKOTAAN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS BANJIR DI KOTA BANDUNG

3.1 Pengelolaan Sistem Drainase di Lembaga Vital di Bandung

                        Melihat kondisi lingkungan saat ini, banyak terjadi bencana alam yang melanda negeri Indonesia tercinta ini seperti banjir, gunung meletus, kebakaran, dan lain-lain. Menyoroti salah satu kondisi   yang   sering   terjadi   di   bandung   yaitu   curah   dan   intensitas   hujan   yang   semakin   tinggi mengakibatkan   daerah-daerah   tergenang   air.   Hal   ini   bukanlah   kesalahan   curah   hujan   dan intensitasnya, akan tetapi banyak sekali tindakan-tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab dalam menyikapi lingkungan.

Page 15: Permasalahan Drainase

                        Salah satu upaya dalam penanganan masalah banjir adalah dengan mengoptimalkan sistem drainase di  setiap daerah.  Hal   ini  dimaksudkan untuk mengatur saluran air  agar air  tidak tergenang dan tidak mengakibatkan bencana banjir yang akan berdampak fatal bagi keseimbangan lingkungan.

Dalam mengkaji  bagaimana fungsi dan pengaruh sistem drainase terhadap keseimbangan lingkungan,  penulis   telah mengambil  beberapa sampel  sebagai  bahan penelitian,  yaitu   lembaga-lembaga   vital   dan   lingkungan   yang   sering   terjadi   banjir.   Lembaga-lembaga   vital   tersebut   yaitu sekolah,   rumah sakit  dan  kampus  UPI.  Alasan penulis  mengambil   lembaga-lembaga  vital  adalah untuk mengetahui  seberapa besar keberjalanan sistem drainase yang ada pada tempat tersebut yang kita  ketahui   sebagai  pusat  pelayanan umum dan salah satu pusat  pengatur  keseimbangan lingkungan.   Selain   itu,   ini   dapat  menjadi   bahan   pembanding   sistem   drainase   yang   berada   di lingkungan   yang   sering   terjadi   banjir   sehingga   kita   dapat   memperoleh   kesimpulan   secara menyeluruh.

3.1.1 Drainase di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia

Kondisi  pengelolaan  air  di   lingkungan UPI  sudah tergolong baik,  dilihat  dari   sistem yang dimiliki   yakni  water   treatment   and  water   supply.  Water   treatment  merupakan   cara-cara   yang dilakukan guna mengelola air yang ada di lingkungan kampus, sedangkan water supply merupakan persediaan   air   yang   disupply   oleh   pihak   PDAM   ke   lingkungan   kampus.   Sehingga   pengelolaan drainase dan air termasuk kepada water treatment.

Dalam pengelolaan daerah resapan air, sudah terdapat regulasi dari pemerintah bahwa dari sekian lahan yang dimiliki, 40%  merupakan daerah resapan air. Jadi pembangunan yang dilakukan pun   tetap   berpegang   pada   aturan   tersebut. Daerah   resapan   terdiri   dari   lahan-lahan   hijau   dan selokan yang terdapat  di   jalan-jalan utama UPI.  Selokan dibuat  guna menampung air  hujan dan mengalirkannya ke sungai sekitar wilayah kampus.

UPI pun memiliki Instalasi Pengelolaan Air limbah (IPAL) yang terdapat di gedung FPMIPA dan Poliklinik. Hal tersebut dilakukan agar air limbah yang keluar dari lingkungan UPI yang nantinya masuk   ke   saluran   air  masyarakat   benar-benar   tidak   berbahaya.   Dilakukan   pengecekan   dahulu selama 2 bulan di   laboratorium untuk memastikan hal   tersebut.   IPAL hanya terdapat  di  gedung FPMIPA dan Poliklinik dikarenakan banyaknya bahan kimia yang digunakan untuk eksperimen dan pengobatan.   Sudah   dilakukan   penghijauan   untuk  menambah   daerah   resapan   air   khususnya   di wilayah utara (sekitar lapangan golf).

Pentingnya   drainase   sudah   dirasakan   oleh   pihak   pengelola   kampus.   Hal   tersebut dilatarbelakangi  UPI  merupakan lembaga pendidikan yang sudah selayaknya mengetahui  tentang pengelolaan  lingkungan yang baik.  Dan bahkan menjadi  panutan oleh  lembaga-lembaga  lainnya. Drainase dibutuhkan untuk menjaga agar tidak terjadi banjir (yang dapat diakibatkan dari sedikitnya lahan penyerapan air), mengurangi polusi, dan keasrian lingkungan. 

3.1.2 Rumah Sakit advent

Page 16: Permasalahan Drainase

            Rumah sakit sebagai salah satu tempat vital di suatu perkotaan, hendaknya memiliki system drainase yang baik, apalagi tempat tersebut erat kaitannya dengan kesehatan. Bagaimana dengan system drainase di Rumah Sakit Advent?

Sumber air di Rumah Sakit Advent berasal dari PDAM, dua sumur artesis dengan kedalaman 90-150 m dan beberapa sumur pembantu yang kedalamannya sekitar 40 m. Untuk pendistribusian air dari berbagai sumber tersebut, dapat di gambarkan seperti pada diagram di bawah ini:

Sumur artesis                                                   WTP

PDAM                                                 Mesin penampungan

                                                             

                                                                                    Penampungan kecil

                                                                                    Seluruh tempat di RS Advent

Air   dari   sumur   artesis   dan   PDAM   disalurkan   ke   4   buah  mesin   penampungan   dengan kapasitas   masing-masing   mesin   penampungan   sekitar   50.000   liter,   kemudian   air   dari   mesin penampungan   tersebut,   disalurkan   kembali   ke   20   penampungan-penampungan   kecil   dengan kapasitas sekitar  1000  liter  per penampungan.  Pada akhirnya air  tersebut  disebarkan ke seluruh tempat di RS Advent. Banyaknya debit air yang diperlukan untuk berbagai keperluan di RS Advent mencapai 200.000 liter per hari. Jumlah ini, belum termasuk kebutuhan air di gedung yang baru di bangun.

Untuk system pembuangan  limbahnya sendiri,   limbah dari   seluruh  tempat  di  RS  Advent ditampung dan diolah di tempat pengolahan limbah yang letaknya berada di belakang RS Advent. System pengolahan limbahnya menggunakan teknologi modern, sebelum limbah di buang ke sungai, limbah tersebut melalui beberapa proses seperti proses untuk mennghilangkan kotoran yang besar dengan menggunakan alat bernama sand filter, setelah itu limbah diolah oleh mesin carbon filter yang bertujuan untuk menghilangkan bau. Barulah setelah melalui beberapa proses, limbah tersebut disalurkan ke selokan yang berada di samping RS Advent. Selain itu, untuk menguji kelayakan limbah yang ramah lingkungan, satu bulan sekali limbah yang akan dibuang ke selokan dites di departemen kesehatan.

Air hujan yang turun dapat langsung menyerap ke dalam tanah sehingga tidak menyebabkan genangan.   Selain   itu,   air  hujan  yang   turun  berlebih  dapat  dengan  mudah  mengalir   ke   selokan-selokan kecil yang terdapat di sekitar RS Advent dan kemudian mengalir ke selokan yang lebih besar. Untuk itu, di RS Advent ini tidak pernah terjadi banjir.

Page 17: Permasalahan Drainase

Dengan system drainase seperti yang telah diuraikan diatas, dapat dikatakan bahwa system drainase di RS Advent ini sudah dikelola dengan baik. Sehingga jarang sekali terjadi masalah-masalah yang timbul akibat system drainase. Namun, tak dapat dipungkiri  bahwa masih ada faktor-faktor yang menghambat kelancaran system drainase di RS ini, diantaranya:

1.         Masih  banyak  pengunjung  yang  membuang  sampah sembarangan   sehingga   saluran  air  menjadi macet.

2.         Masih banyak pengunjung yang membuang sampah seperti tissue di closet.

3.         Rusaknya mesin pengolahan limbah.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang mengganggu system drainase tersebut, pihak rumah sakit melakukan berbagai upaya seperti:

a.    Untuk mengatasi saluran air yang mampet akibat sampah, pihak rumah sakit memberi cairan pelarut supaya sampah yang ada di saluran tersebut larut dalam air. Jika upaya tersebut tidak berhasil, maka saluran air tersebut terpaksa dibongkar.

b.    Untuk saluran drainase yang rusak, langsung dilakukan perbaikan.

c.    Untuk mesin pengolahan limbah, dilakukan pemeriksaan secara berkala. Apabila terjadi kerusakan pada mesin tersebut maka dilakukan penggantian komponen yang rusak.

Pengelolaan system drainase di  RS Advent  yang sudah cukup baik   ternyata memberikan dampak positif terutama pada aspek:

1.        Kesehatan masyarakat

2.        Kebersihan lingkungan

3.        Nilai estetika

4.        Keseimbangan ekosistem

3.1.3 Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung

            Sekolah sebagai  sarana pendidikan hendaknya memiliki  system drainase yang baik untuk memberikan kenyamanan bagi para siswa dalam menuntut ilmu. Lantas seperti apakah sistem drainase di Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung?

Sumber air yang tersedia di sekolah tersebut ada 2 yaitu dari sumur serapan yang letaknya di belakang   sekolah   dan   dari   PDAM.   Selain   itu   ada   pula   beberapa   taman   sekolah   yang   letaknya tersebar, berfungsi sebagai tempat penyerapan air hujan. Selain untuk menghindari genangan air ketika hujan turun, air yang menyerap pada tanah di taman sekolah dapat meningkatkan jumlah debit air sehingga sekolah tidak akan kekurangan sumber air.

Untuk system pembuangan limbahnya, sekolah menyediakan 2 septictenk untuk limbah wc yang berada di samping sekolah. Sedangkan selokan-selokan kecil dibuat untuk tempat pembuangan selain limbah wc, termasuk sebagai tempat mengalir air hujan yang tidak terserap oleh tanah.

Page 18: Permasalahan Drainase

                        Melihat Kondisi  dari  sekolah menengah pertama negeri  15 bandung,  kondisi  sistem drainasenya sudah berjalan baik. Kondisi ini sangat mendukung bagi kenyamanan di SMP Negeri 15 badung, akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah mengapa daerah di sekitarnya dan daerah-daerah lain masih sering tergenang banjir.

3.1 Pengelolaan Sistem Drainase di Daerah Rawan Banjir

                        Jika kita berbicara sistem, kita pasti tahu bahwa sistem yang dibuat telah dirancang dengan baik.  Namun, yang menjadi pertanyaan untuk kita adalah mengapa bencana alam sering terjadi, padahal sistem telah dibuat sebaik mungkin dalam mengelola lingkungan terutama dalam penanganan  masalah   banjir.   Lebih   jauh   lagi   akan   dijelaskan bagaimana  masyarakat   menyikapi masalah banjir yang sering terjadi akhir-akhir ini atau banjir yang selalu terjadi setiap pekan, karena sikap tanggap masyarakatlah yang menjadi kunci utama dalam menangani atau mencegah masalah banjir yang terjadi secara berulang-ulang.

                        Pada bagian ini penulis akan mencoba menguraikan bagaimana sistem drainase yang ada di  daerah  rawan banjir  dikelola  dan  faktor-faktor  apa saja  yang  sangat  berpengaruh  dalam pengelolaan sistem drainase tersebut. 

3.2.1 Pasar Induk Gedebage

Salah satu sampel yang kita ambil dalam mengkaji permasalaha banjir ini adalah Pasar induk Gedebage  yang  merupakan  daerah   rawan  banjir.   Pernyataan   yang  menjadi   kunci  utama  dalam mengkaji maslah ini adalah jika benar pengelolaan sistem drainase telah berjalan dengan baik, maka bagaimana banjir bisa terjadi secara rutinan. 

Dibawah ini akan diuraikan penuturan masyarakat sekitar dalam menilai lingkungan pasar induk  Gedebage.   Hal-hal   yang  menjadi   pusat   perhatian   kita   adalah   bagaimana   saluran   air   itu berfungsi,   faktor-faktor   pendukung   dalam   pengelolaan   sistem   drainase,   tingkat   kepedulian masyarakat, dan upaya dalam menangani masalah banjir.  

Selokan-selokan di Pasar Induk Gedebage banyak yang dipenuhi oleh sampah-sampah yang berasal   dari   limbah   pasar   seperti   buah-buahan   yang   sudah   busuk.   Air   yang   menggenangpun berwarna hitam pekat karena telah tercampur oleh berbagai macam limbah. Menurut pengakuan pedagang sekitar, jika hujan turun dengan deras, pasar tersebut dilanda banjir. Namun, ketinggian air pada saat banjir sekarang-sekarang tidak seperti ketinggian air pada saat selokan tersebut tidak pernah dibersihkan. Lokasi tersebut memang sudah mendapat perbaikan, renovasi jalan yang dibuat lebih tinggi dan selokan yang dibersihkan secara berkala membuat ketinggian air  ketika banjir  di tempat tersebut sedikit berkurang.

Jalanan di sekitar Pasar Induk Gedebage, yaitu jalan Soekarno-Hatta sudah dibuat tinggi dan lengkap dengan sistem drainase yang cukup baik. Namun, masih di jalan yang sama, terdapat sebuah sungai yang melintas. Kondisi sungai tersebut begitu kotor dan dipenuhi banyak sampah, airnya juga 

Page 19: Permasalahan Drainase

keruh dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Aliran air yang melewati sungai tersebut menjadi terganggu oleh banyaknya sampah. Sehingga tak heran, ketika hujan turun dengan lebat, daerah di sekitar sungai tersebut terendam banjir tidak terkecuali pabrik Sosro yang berada beberapa meter dari sungai tersebut.

Menurut salah satu pegawai pabrik tersebut, memang banjir sudah menjadi agenda harian ketika hujan turun dengan lebat, bahkan tidak hujanpun kadang-kadang terjadi banjir yang katanya banjir kiriman. Ketinggian air pada saat banjir bisa mencapai setinggi lutut orang dewasa. Itupun sudah dapat dikatakan lebih baik dari kondisi sebelum sungai itu tidak pernah dibersihkan.

Di ruas jalan yang lain masih disekitar jalan Soekarno Hatta, terlihat selokan yang digenangi air berwarna hitam pekat, mungkin air tersebut telah tercampur oleh beragam limbah beracun yang berasal   dari   pabrik-pabrik   disekitar   jalan   tersebut.   Karena  memang   didaerah   tersebut   banyak terdapat pabrik, seperti pabrik tekstil dan pabrik makanan. Kemungkinan besar limbah dari pabrik-pabrik   tersebut  tidak diolah dengan baik  dan  langsung dibuang ke selokan sehingga mencemari lingkungan sekitar.

Dapat dikatakan bahwa, sistem drainase di Pasar Induk Gedebage dan Jalan Soekarno Hatta kurang   terjaga  dengan  baik.  Hal   ini  mengakibatkan   sering   terjadinya  banjir   di   daerah   tersebut. Padahal secara konstruksi sistem drainase di daerah tersebut sudah cukup baik namun sayangnya kurang kesadaran dari para masyarakat sekitar untuk tetap menjaganya terutama kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, bukan di kali atau sungai.

3.2.1 Daerah Sekitar Aliran Sungai Citarum

Sampel   kedua   yang   penulis   ambil   sebagai   daerah   rawan  banjir   adalah   kelurahan  Andir kecamatan Baleendah.  Daerah  ini  merupakan daerah yang berada diskitar  aliran sungai  citarum. Penulis melakukan observasi di daerah ini berdasarkan hipotesis bahwa daerah ini dinilai memiliki sistem drainase yang buruk. Terlihat dari seringnya banjir di wilayah ini.

Narasumber   yang  menjadi   pusat  penelitian  dan  pengkajian  masalah  pengelolaan   sistem drainase   perkotaan   terhadap   intensistas   terjadinya   banjir   yakni  warga   sekitar,   ketua   RT   04/07 kelurahan Andir, mantan ketua RW dan tokoh LSM Barudak Baraya Citarum Cisangkuy (B2C2).

Hasil wawancara yang dilakukan kepada warga sekitar yaitu diantaranya Ibu sukaesih dan Ibu A’I adalah pasrah pada keadaan yang ada karena tidak dapat pindah ke daerah lain yang lebih baik kondisi lingkungannya. Aturan dalam menciptkan kondisi lingkungan yang bersih dan teratur telah dibuat dan diipublikasikan, akan tetapi kesadaran masyarakat masih jauh dari yang diharapkan, terlihat dari pembuangan sampah dipinggir jalan dan sungai.

Data yang cukup berkesinambungan kami peroleh dari seorang Ketua RT 04/07 kelurahan Andir yaitu bapak Aan, beliau sudah 15 tahun tinggal di daerah tersebut. Menurut penuturan beliau banjir selalu datang ketika hujan lebat. Dan banjir terakhir yang dirasakan paling besar terjadi bulan Februari dengan ketinggian air sampai 2,5 m.

Page 20: Permasalahan Drainase

Faktor-faktor penyebab banjir adalah sungai yang dangkal, sampah yang dibuang ke sungai, dan pengikisan pasir oleh arus sungai dan daerah tersebut merupakan daerah pertemuan antara sungai Citarum dan Cisangkuy.

Pada saat banjir ada bantuan dari pemerintah berupa obat-obatan, bahan makanan, tenda. Adapun usaha yang diakukan oleh pemerintah baru sebatas anjuran tidak membuang sampah ke sungai.   Alasan  masyarakat  membuang   sampah   ke   sungai   adalah  tidak   adanya   truk  pengangkut sampah   dan   karena  mental  masyarakat   yang   ingin   serba   praktis.   Hambatan   dalam  mengatasi permasalahan bajir di daerah ini adalah sulitnya menyadarkan masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ke sungai dan ada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang mencuri besi-besi  pintu  air.  Usaha  untuk  mengurangi  dampak  banjir  dengan  dibuatnya   tanggul   sehingga kecepatan air agak terhambat memasuki wilayah pemukiman. Dan rumah-rumah dibuat lebih tinggi bahkan rencananya daerah ini akan dijadikan danau karena bencana banjir tidak dapat dihindari. Rencana   dari   pihak   pemerintah   adalah  melakukan   rehabilitasi   besar-besaran   seperti  membuat gorong-gorong dan saluran irigasi pada tahun 2011.

Selain ini penulis juga mendapatkan informasi yang cukup akurat dari penuturan seorang mantan ketua RW dan tokoh LSM B2C2 yaitu bapak Ipin. Menurut beliau dalam memperbaiki sistem drainase  di  wilayah   ini  dengan  usaha  dari   berbagai   pihak   seperti   LSM,  PNPM,  ADPK  dan  dana stimulan   dari   pemerintah.   Ketika   banjir   drainase   sudah   tidak   berfungsi   dikarenakan   kurangnya daerah resapan, daerah ini merupakan daerah tercekung di wilayah Bandung, dan pemukiman yang padat.  Pak   Ipin   telah  melakukan  berbagai  upaya  diplomasi  dengan  pemerintah  dengan  menjadi tim  susur Citarum, melakukan pertemuan dengan wakil-wakil dari daerah yang sering banjir akibat sungai Citarum. Sebenarnya masalah banjir di daerah tersebut tidak dapat dihindari tetapi hanya bisa diminimalisi,r bahkan Gubernur sekalipun tidak tahu solusi dari masalah ini. Selain itu pihak-pihak   yang   berhubungan   dengan   masalah   lingkungan   seperti   LSM,   BPLH   hubungannya   tidak harmonis   karena   pihak   tersebut  memiliki   kepentingan  masing-masing.   Sehingga   dapat   disebut masyarakat di daerah tersebut merupakan korban kebijakan. Berdasarkan hasil penelitian dari CNN , diprediksikan dalam 10 tahun ke depan jika masalah ini tidak ditanggulangi akan menjadi sungai paling parah se-dunia.

3.3              Analisis Perbandingan Hasil Observasi Lapangan

Pada dasarnya satu hal dengan hal  lainnya saling berkaitan. Tak ada suatu kondisi tanpa adanya  keterkaitan  dengan kondisi   lainnya  yang  saling  mempengaruhi   sehingga   tercapai  kondisi yang diinginkan. Oleh karena itu, analisis perbandingan terhadap hasil observasi lapangan ini akan dijadikan bahan referensi sebagai tindak lanjut yang akan dilakukan selanjutnya agar semua objek yang terlibat kedalam siklus penciptaan suatu kondisi yang diharapkan  dapat memahami peran atau fungsi keberadaan mereka.

Analisis yang dilakukan difokuskan kedalam beberapa hal, yaitu:

1.         Korelasi antara pengelolaan sistem drainase perkotaan yang ada di lembaga vital dengan lingkungan sekitar.

2.         Faktor-faktor penyebab ketidakberjalanan pengelolaan sistem drainase.

Page 21: Permasalahan Drainase

3.         Kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang jika pengelolaan sistem drainase masih belum berjalan dengan semestinya.

Lebih   jelasnya   pengkajian   masalah-masalah   yang   berkaitan   dengan   sistem   drainase perkotaan serta pengaruhnya terhadap intensitas terjadinya banjir diuraikan sebagai berikut.

1.         Korelasi antara pengelolaan sistem drainase perkotaan yang ada di lembaga vital dengan lingkungan sekitar.

Seperti yang telah  dipaparkan pada pembahasan sebelumnya bahwa pengelolaan sistem drainase  yang ada di   lembaga vital  berjalan dengan baik  mulai  dari  pengaturan  air  yang masuk sampai   pada   sistem  pengolahan  dan   pembuangannya.  Hal   ini  memang  berdampak   positif   bagi lembaga-lembaga vital tersebut. Akan tetapi, jika kita mau melihat lingkungan sekitarnya, banyak sekali terjadi penyumbatan saluran air, genangan-genangan air, hingga sampai pada puncak masalah yaitu banjir yang sangat disayangkan banjir ini terjadi secara rutinan.

Pertanyaanya adalah “apakah para pembuat dan pengguna sistem drainase tidak menyadari masalah ini?”.

Jika kita lihat semua masalah banjir yang terjadi diakibatkan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dalam mengelola lingkungannya dan kurang atau tidak adanya saling perhatian satu  sama  lain.  Dapat  kita   lihat  dari  pengelolaan  sistem drainase  perkotaan  yang  ada,   ternyata kurangnya perhatian  lembaga vital  ke masyarakat atau  lingkungan sekitar  mengakibatkan sistem drainase   yang   ada   di   lingkungan   sekitar   tidak   berjalan   dengan   baik.  Mungkin   ada   pengenalan terhadap pentingnya sistem drainase akan tetapi   itu hanya terjadi  beberapa kali  saja. Selain  itu, masih kurangnya kesadaran untuk saling mendukung sistem yang telah dibuat, misalnya saja tidak adanya tindakan tegas dan penanggulangan yang cepat dari pihak yang berwenang dalam melihat realitas kondisi  lingkungan ada, salah satunya adalah papan-papan peraturan tentang pentingnya kebersihan   lingkungan   tetap  dipasang  disetiap  pelosok  daerah   tetapi   tangan-tangan   yang  tidak bertanggung jawab masih tetap dapat melakukan kejahatannya dengan tidak memperdulikan papan peringatan tersebut.

Dari   sana   dapat   kita   lihat   bahwa   pembuat   dan   pengguna   sistem   drainase   sebenarnya menyadari betapa kurang berjalannya sistem drainase yang ada saat ini, namun mereka sendiri lebih terfokus   pada   kepentingan  mereka   masing-masing   demi   tercapainya   tujuan-tujuan   yang   ingin mereka  capai.  Masyarakat   sekitar  pun  masih  kurang  memiliki   kesadaran  dalam memperhatikan lingkungan yang ada. Mereka masih membuang sampah ke sungai, sehingga sistem drainase yang ada pun tidak dapat berjalan dengan lancar. Pemerintah yang berusaha untuk menghimbau kepada masyarakat   dan   pengguna   lembaga   vital   untuk   saling   memperhatikan   sistem   drainase   serta kebersihan lingkungan masih dirasa kurang optimal dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat  dengan penggunaan sistem drainase yang ada.  Namun karena masih kurangnya perhatian yang serius dari semua pihak, maka sistem yang ada hanyalah sebuah sistem dan belum mampu berjalan dengan semestinya. Bagaimanapun juga, pemerintah harus terus berusaha untuk mampu menciptakan lingkungan yang baik dan pengguna lembaga vital serta masyarakat sekitar pun harus mampu bersinergi untuk mewujudkan itu semua.

Page 22: Permasalahan Drainase

2.      Faktor-faktor penyebab ketidakberjalanan pengelolaan sistem drainase.

           Melihat  kondisi  buruk yang nampak saat   ini  yaitu banjir  rutinan,  banyak hal  yang menjadi faktor-faktor penyebab hal tersebut. Jika dikatakan intensitas dan debit air hujan sangat tinggi, hal ini memang benar. Akan tetapi hal ini bukanlah faktor utama dari sekian banyak faktor yang berasal dari komponen lingkungan itu sendiri.

           Berdasarkan kajian pustaka dan hasil  obervasi  lapangan yang diperoleh, terdapat beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya banjir rutinan yaitu sebagai berikut.

a.       Peningkatan   jumlah  penduduk   disuatu   daerah   dan  tidak   adanya   pengaturan   yang   tertata   oleh lembaga pemerintah.

b.      Pengambilan air tanah yang berlebihan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

c.       Penyempitan dan pendangkalan saluran air.

d.      Pembuatan sistem drainase yang belum efektif dalam konteks pengelolaan di  lapangan sehingga masih memungkinkan terjadinya banjir.

e.       Oknum masyarakat  dan  pengguna   lembaga  vital   yang  masih  kurang  memperhatikan   lingkungan sekitar,  misalnya  masyarakat   yang  membuang   samapah   sembarangan   dan   lembaga   vital   yang membuang limbahnya secara berlebihan sehingga mengganagu sistem drainase.

f.       Oknum masyarakat yang merusak saluran air, sehingga merusak sistem draianse yang ada.

g.      Kurangnya perhatian lembaga vital tentang pentingnya drainase bagi masyarakat sekitar, sehingga sistem   drainase   yang   ada   di   lembaga   vital   tetap   berjalan   dengan   baik   namun   di   lingkungan masayarakat sekitarnya masih sangat mengkhawatirkan.

3.      Kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang jika pengelolaan sistem drainase masih belum berjalan dengan semestinya.

Manusia   pada   dasarnya   ingin   mendapatkan   hal   yang   baik   dan   lebih   baik   daripada sebelumnya. Akan tetapi, realita yang ada menunjukan bahwa sebagian besar manusia menciptakan jurang yang suatu saat mereka akan terjatuh kedalamnya. Hal ini terlihat dari kondisi masyarakat yang kurang peduli melihat kondisi lingkungan yang ada dan tidak bertanggung jawab atas tindakan bodoh yang telah mereka lakukan. Sebagai contoh adalah banyaknya orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga mengganggu saluran air yang merupakan bagian dari sistem drainase yang telah dibuat dengan baik. Pada kondisi terburuk faktor seperti ini dapat menyebabkan banjir.

Melihat  kondisi   seperti  ini  yang  terus  berlangsung  tanpa adanya penanggulangan yang  , maka beberapa kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang jika masalah ini tidak secara optimal diatasi dan bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua adalah sebagai berikut.

1.        Intensitas banjir rutinan akan sering terjadi dan meluas ke berbagai daerah.

2.        Amblasan tanah yang akan mengakibatkan kota tenggelam atau bahkan hilang.

Page 23: Permasalahan Drainase

3.        Peningkatan jumlah penduduk yang diiringi pemusnahan penduduk secara masal melalui bencana banjir yang lebih besar.

4.        Kiamat kecil sebagai bentuk hancurnya bangsa indonesia ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku: Tata Ruang Air,  Oleh: Robert J. Kodoatie & Roestam Sjarief, Penerbit: C.V Andi Offset: 2010

Tanpa   nama.   2007. Jenis Drainase dan Permasalahanya.   [online].   Tersedia: http://rathocivil02.wordpress.com/2007/12/23/tugas-drainase/. [9 oktober 2010].

Administrator. 2009. Drainase. [online]. Tersedia: http://one.indoskripsi. com/node/6063. [22 Oktober 2010].

Administrator. 2010. Sejarah Drainase. [online]. Tersedia: http://kmit.faperta.ugm. ac.id/2010/03/25/sejarah-drainase/. [22 Oktober 2010].

Azwaruddin.   2008. Pemahaman Umum Drainase. [online].   Tersedia: http://azwaruddin.blogspot.com/2008/05/pemahaman-umum-drainase.html. [22 Oktober 2010].

Drainase Berwawasan Lingkungan http://pustaka.pu.go.id/new/artikel-detail.asp?id=331

Mendengar kata hujan, mungkin yang terbayang di benak kita adalah banjir. Hal ini kerap terjadi karena biasanya

saat hujan turun sebagian besar air akan meluap dan menimbulkan genangan ataupun banjir. Namun

sebaliknya, ketika musim kemarau sumber air banyak yang mengalami kekeringan karena cadangan air tanah

permukaan yang ada habis disedot untuk keperluan rumah tangga dan industri. Inilah permasalahan terkait

sektor air khususnya di perkotaan yang harus diperhatikan. Salah satu solusi konkret untuk masalah tersebut

adalah dengan memperbaiki sistem drainase perkotaan. 

Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan

Drainase didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan, baik secara gravitasi maupun dengan pompa

dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan, menjaga dan menurunkan permukaan air sehingga

genangan air dapat dihindarkan. Drainase perkotaan berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan

sehingga tidak merugikan masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Kelebihan air

tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industri. Oleh karena itu drainase

perkotaan harus terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendali banjir kota dan lainnya. 

Page 24: Permasalahan Drainase

Sebagaimana tergambar pada bagan fasilitas penahan air hujan di atas, menurut Dr. Ir. Suripin M.Eng dari

Universitas Diponegoro, berdasarkan fungsinya, terdapat dua pola yang dipakai untuk menahan air hujan, yaitu: 

•    Pola detensi (menampung air sementara), yaitu menampung dan menahan air limpasan  permukaan

sementara untuk kemudian mengalirkannya ke badan air misalnya dengan membuat kolam penampungan

sementara untuk menjaga keseimbangan tata air.

•    Pola retensi (meresapkan), yaitu menampung dan menahan air limpasan permukaan sementara sembari

memberikan kesempatan air tersebut untuk dapat meresap ke dalam tanah secara alami antara lain dengan

membuat bidang resapan (lahan resapan) untuk menunjang kegiatan konservasi air.

Pengembangan permukiman di perkotaan yang demikian pesatnya justru makin mengurangi daerah resapan air

hujan karena luas daerah yang ditutupi oleh perkerasan semakin meningkat dan waktu berkumpulnya air (time of

concentration) pun menjadi jauh lebih pendek sehingga pada akhirnya akumulasi air hujan yang terkumpul

melampaui kapasitas drainase yang ada. 

Banyak kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai

kini menjadi tempat hunian. Kondisi ini akhirnya akan meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke

saluran drainase dan sungai. Hal ini dapat dilihat dari air yang meluap dari saluran drainase, baik di perkotaan

maupun di permukiman, yang menimbulkan genangan air atau bahkan banjir. Hal itu terjadi karena selama ini

drainase difungsikan untuk mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run-off) secepat-cepatnya ke penerima

air/badan air terdekat.

Untuk mengatasi permasalahan infrastruktur tersebut diperlukan sistem drainase yang berwawasan lingkungan

dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga dapat dialirkan secara terkendali dan

lebih banyak memiliki kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini dimaksudkan agar konservasi air

tanah dapat berlangsung dengan baik dan dimensi struktur bangunan sarana drainase dapat lebih efisien. 

Menurut Dr. Ing. Ir. Agus Maryono dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, pengelolaan drainase secara

terpadu berwawasan lingkungan merupakan rangkaian usaha dari sumber (hulu) sampai muara (hilir) untuk

membuang/mengalirkan hujan kelebihan melalui saluran drainase dan atau sungai ke badan air (pantai/laut,

danau, situ, waduk, dan bozem) dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya

masalah kesehatan dan banjir di dataran banjir yang dilalui oleh saluran dan atau sungai tersebut (akibat

kenaikan debit puncak dan pemendekan waktu mencapai debit puncak). Berbeda dengan prinsip lama, yaitu

mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, drainase berwawasan lingkungan bekerja

dengan berupaya memperlambat aliran limpasan air hujan.

Prinsipnya, air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan

resapan, baik buatan maupun alamiah seperti kolam tandon, sumur-sumur resapan, biopori, dan lain-lain. Hal ini

dilakukan mengingat semakin minimnya persediaan air tanah dan tingginya tingkat pengambilan air.  

Pengembangan prasarana dan sarana drainase berwawasan lingkungan ditujukan untuk mengelola limpasan

permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan sesuai dengan kaidah konservasi

dan keseimbangan lingkungan. Konsep inilah yang ingin mengubah paradigma lama dalam pembangunan

drainase khususnya di perkotaan.

Pelestarian prasarana dan sarana drainase mandiri berbasis masyarakat sangat bergantung pada kemauan dan

kemampuan masyarakat dalam mengoperasikan, memanfaatkan, dan memelihara prasarana dan sarana yang

Page 25: Permasalahan Drainase

ada. Secara umum aspek yang perlu diperhatikan dalam pelestarian adalah pengelolaan prasarana dan sarana

serta penyuluhan dan pedoman pemeliharaan yang mengedepankan partisipasi masyarakat. Masyakarat dapat

berperan dan berpartisipasi dalam setiap tahapan perencanaan, pembangunan, operasional dan pemeliharaan

sistem jaringan drainase melalui beberapa tahap, antara lain:

1.    Tahap Survei dan Investigasi : masyarakat dapat memberikan informasi calon lokasi yang akan dibangun

dan kondisi setempat seperti kelayakan dari segi teknis dan ekonomi.

2.    Tahap Perencanaan : masyarakat dapat ikut serta dalam persetujuan, kesepakatan dan penggunaan dari

perencanaan yang telah dibuat.

3.    Tahap Pembebasan Lahan : masyarakat memberi kemudahan dan memperlancar proses pembebasan

lahan apabila lahan masyarakat terkena dampak pembangunan.

4.    Tahap Pembangunan : masyarakat dapat ikut serta dalam pengawasan dan terlibat dalam pelaksanaan

sesuai dengan kapasitas dan kemampuan.

5.    Tahap Operasi dan Pemeliharaan : masyarakat ikut serta aktif dalam pemeliharan dan pengoperasian,

melaporkan jika ada kerusakan.

6.    Tahap Monitoring dan Evaluasi : masyarakat dapat memberikan data yang benar dan nyata sesuai dengan

kondisi eksisting di lapangan terkait segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek serta

dampak yang ditimbulkannya.

Cara paling efektif agar drainase berwawasan lingkungan ini dapat berkelanjutan adalah peran serta masyarakat

untuk ikut aktif di dalam penerapan pelestarian air tanah karena jika persediaan air tanah habis, merekalah yang

paling merasakan akibatnya. Masyarakat dapat berperan aktif untuk ikut menabung air melalui kolam tandon

penampung air hujan, berupa reservoir bawah tanah maupun dengan tangki penampung yang berfungsi

menampung dan mengalirkan air hujan yang jatuh dari permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah.  

Sumur Resapan, Solusi Termurah

Sumur resapan adalah salah satu solusi murah dan cepat untuk masalah banjir. Umumnya sumur resapan

berbentuk bundar dengan diameter minimal 1 meter. Lubang galian sebelah atas sampai lapisan tanah relatif

keras dan bersemen agar dilindungi dengan bidang penahanan longsoran dinding sumur (bisa dari bambu,

pasangan bata, base beton atau drum). Kedalaman sumur resapan relatif tergantung kondisi formasi batuan dan

muka air tanah. Untuk daerah yang muka air tanahnya dalam, kedalaman sumur resapan dapat dibuat hingga

mencapai 5 meter. 

Idealnya dalam perencanaan drainase di suatu wilayah perlu direncanakan adanya sumur resapan sehingga

dimensi saluran drainase dapat lebih diminimalkan. Untuk hasil yang lebih maksimal, penggunaan sumur

resapan dapat divariasikan dengan bangunan drainase lainnya seperti kolam resapan. Upaya ini akan

berdampak besar bila semua masyarakat sadar dan mau menerapkannya. 

Peran sumur resapan tentu tidak akan berarti bila hanya beberapa rumah yang menerapkannya. Bayangkan, bila

setiap rumah memiliki sumur resapan yang masing-masing mampu meresapkan air hujan sejumlah satu meter

kubik dan satu kawasan terdapat sepuluh ribu rumah maka akan didapatkan sepuluh ribu meter kubik air yang

dapat meresap ke tanah. Kawasan tersebut dapat mengurangi limpasan permukaan yang akan membebani

saluran drainase di hilir dan mampu mengurangi masalah kekeringan pada musim kemarau karena pada musim

penghujan, mereka telah menabung air.

Page 26: Permasalahan Drainase

Permasalahan Drainase Perkotaan

AbstrakSaat ini begitu banyak permasalahan lingkungan yang terjadi. Mulai dari banjir, polusi udara, longsor, hingga kurangnya air bersih. Berbagai permasalahan itu terjadi akibat kelalaian kita dalam menjaga lingkungan. Kini banjir sudah umum terjadi di kawasan perkotaan. Persoalan ini diakibatkan karena berbagai hal, salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dalam mengelola sistem drainase. Sistem drainase sendiri terdiri dari empat macam, yaitu sistem drainase primer, sistem drainase sekunder, sistem drainase tersier dan sistem drainase kuarter. Sistem drainase ini memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Sudah seharusnya bahwa fungsi drainase ini tidak dialihfungsikan atau berfungsi ganda sebagai saluran irigasi, yang kini marak terjadi. Alih fungsi ini tidak hanya menimbulkan satu permasalahan saja, tetapi nantinya akan timbula kekacauan dalam penanganan sistem drainase pula. Jenis-jenis drainase dibagi berdasarkan letak salurannya, sejarah terbentuknya, berdasarkan konstruksi, dan berdasarkan fungsinya. Sepanjang aliran drainase banyak ditemukan bangunan pendukung serta pelengkapnya. Bangunan-bangunan pendukung drainase dibagi menjadi dua, yaitu bangunan struktur dan bangunan non struktur. Sedangkan bangunan pelengkap saluran drainase adalah catch basin, inlet, headwall, shipon, manhole, gorong-gorong, bangunan terjun, dan bangunan got miring. Pada sistem drainase dan bangunan pelengkap saluran drainase banyak ditemukan permasalahan yang terjadi. Permasalahan-permasalahan ini terjadi akibat adanya peningkatan debit pada saluran drainase. Penyebab lainnya adalah karena peningkatan jumlah penduduk, amblesan tanah, penyempitan dan pendangkalan saluran, serta sampah di saluran drainase. Oleh karena itu, sudah seharusnya masyaraka dan Pemkot menyadari pentingnya fungsi saluran drainase, khususnya drainase di perkotaan, serta permasalahan yang terjadi di perkotaan. Keyword : drainase perkotaan

PendahuluanAir adalah sumber kehidupan manusia yang harus dijaga kelestariannya. Namun, permasalahan air adalah permasalahan yang tidak kunjung usai. Segala bentuk permasalahannya serta sistemnya patut dijadikan permasalahan utama dalam kehidupan perkotaan, khususnya sistem drainase perkotaan. Banyak yang menjadi permasalahan dan kendala dalam sistem drainase perkotaan. Mulai dari sampah, sungai tercemar, pembuangan limbah di saluran drainase, hingga banjir. Selain itu faktor pertambahan penduduk juga ikut memberikan kontribusi dalam permasalahan sistem drainase di perkotaan. Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang begitu cepat menyebabkan perubahan tata guna lahan. Banyak lahan yang awalnya berupa daerah resapan, kini telah berubah menjadi kawasan pemukiman, industri, perkantoran dan perdagangan. Dampak yang nyata dari perubahan tata guna lahan tersebut adalah meningkatnya aliran permukaan sekaligus menurunkan resapan air tanah. Selanjutnya akibat yang timbul adalah distribusi air yang timpang antara musim penghujan dengan musim kemarau. Debit banjir meningkat dan ancaman kekeringan semakin nyata. Bencana banjir maupun kekeringan telah menimbulkan kerugian yang sangat besar, bahkan juga memakan korban. Segala permasalahan lingkungan tersebut merupakan tanggung jawab kita yang harus diselesaikan bersama.Berdasarkan siklus air, air hujan turun ke bumi kemudian meresap di dalam tanah. Air yang meresap ke dalam tanah ini akan mengalir menuju hilir. Sedangkan air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah, melimpas, menjadi genangan di permukaan atau mengalir ke sungai. Air sungai mengalir menuju hilir atau bermuara di lautan. Siklus ini akan terus berulang hingga air dari penguapan laut turun kembali sebagai hujan. Siklus air alami ini tidak akan menyebabkan permasalahan ketika air tidak ”diganggu” alirannya. Gangguan ini dapat berupa pembatasan gerak air, pencemaran lingkungan atau juga pengurangan jumlah air yang meresap ke tanah. Namun, permasalahan saat ini adalah keterbatasan dalam penyediaan jumlah air bersih. Hal ini disebabkan oleh air hujan yang turun ke permukaan tanah, tidak diberi kesempatan untuk meresap ke dalam tanah sebagai cadangan air tanah. Akibatnya tanah tidak memiliki cadangan air tanah sehingga mengakibatkan kekeringan. Sementara itu, saat hujan turun jalan-jalan tergenang oleh air hujan atau bahkan luapan air dari saluran drainase. Hal ini disebabkan karena penyempitan dan pengurangan saluran drainase akibat meningkatnya jumlah penduduk. Permasalahan drainase ini juga diperparah oleh banyaknya sedimentasi tanah dan sampah di saluran drainase dan sungai.Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air drainase. Ini

Page 27: Permasalahan Drainase

merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah pemukiman, badan jalan dan permukaan perkerasan lainnya. Selain itu juga dapat berupa penyaluran kelebihan air, baik air hujan, air limbah maupun air kotor lainnya. Air kotor ini berasal dari suatu kawasan yang mengalir menuju bangunan resapan buatan. Sistem drainase juga dapat didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan atau air tanah dari suatu daerah baik secara gravitasi maupun dengan pompa (Sutanto 1992:199). Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah suatu ilmu dari drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan. Ini merupakan suatu sistem pengeringan dari pengaliran air di wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan perdagangan, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan terbang, instalasi listrik dan telekomunikasi. Selain itu juga termasuk tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga menimbulkan dampak negatif dan dampak memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia.Jenis DrainaseA. Menurut Letak Saluran1. Drainase Permukaan Tanah, yaitu saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah, yang berfungsi untuk mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open channel flow.2. Drainase Bawah Permukaan, yaitu saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah karena alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut antara lain karena tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak memperbolehkan adanya saluran di permukaan tanah, seperti lapangan sepak bola, taman, dan lapangan terbang.

B. Menurut Sejarah Terbentuknya1. Drainase Alamiah, yaitu sistem drainase yang terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia. Pada daerah yang belum berkembang, drainase terjadi secara alamiah sebagai bagian dari siklus hidrologi. Drainase alami ini berlangsung tidak secara statis, melainkan terus berubah secara konstan menurut keadaan fisik lingkungan sekitar.2. Drainase Buatan, yaitu saluran drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk mentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran. Drainase buatan dibagi menjadi 3 berdasarkan tempatnya, yaitua) Drainase jalan rayaSalah satu aspek terpenting dalam perencanaan jalan raya adalah melindungi jalan dari permukaan air dan air tanah. Genangan air di permukaan jalan memperlambat laju kendaraan dan memberikan andil terjadinya kecelakaan akibat permukaan jalan yang licin. Berdasarkan fungsinya drainase jalan dibedakan menjadi drainase permukaan dan drainase bawah permukaan. (Suripin, 2004)1) Drainase permukaanDrainase permukaan ditujukan untuk menghilangkan air hujan dari permukaan jalan sehingga lalu lintas dapat melaju dengan aman dan efisien, serta untuk menampung air tanah dan air permukaan yang menuju jalan. Fungsi yang lain adalah untuk membawa air menyeberang alinement jalan secara terkendali. Fungsi drainase ini memerlukan bangunan drainase melintang, seperti gorong-gorong dan jembatan. Disamping itu juga untuk meminimalkan penetrasi air hujan ke dalam struktur jalan. 2) Drainase bawah permukaanDrainase bawah permukaan ditujukan untuk mencegah masuknya air kedalam struktur jalan dan mengeluarkan air dari struktur jalan, sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada jalan. b) Drainase lapangan terbangSistem drainase yang memadai untuk membuang air permukaaan dan air dari bawah permukaan pada lapangan terbang merupakan komponen vital untuk keselamatan pesawat dan umur peerkerasan. Drainase yang tidak memadai mengakibatkan terbentuknya gelombang pada perkerasan yang membahayakan pesawat pada saat tinggal landas maupun mendarat. Drainase yang tidak baik juga dapat mempercepat kerusakan perkerasan. Drainase lapangan terbang berfungsi untuk membuang air permukaan dan air bawah tanah dari lapangan terbang. Selain itu, juga berfungsi untuk intersepsi dan mengalirkan air permukaan dan air tanah yang berasal dari lapangan terbang. (Suripin, 2004)Berdasarkan fungsinya, drainase lapangan terbang terdiri dari dua bagian, yaitu drainase permukaan dan drainase bawah permukaan. (Suripin, 2004)1) Drainase permukaan

Page 28: Permasalahan Drainase

Drainase permukaan berfungsi untuk menangani air permukaan, khususnya air yang berasal dari air hujan. 2) Drainase bawah permukaan Drainase bawah permukaan berfungsi untuk membuang air dari base course dan air bawah permukaan, serta menerima dan membuang air dari l lapisan tembus air. c) Drainase lapangan olahragaDrainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada lapisan tanah, dan tidak boleh terjadi genangan air. Batas antara keliling lapangan sepakbola dengan jalur atletik harus memiliki collector drain. 

C. Menurut Konstruksi1. Saluran Terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan mengalirkan air hujan, namun pada umumnya sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi, saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, mansory (pasangan batu). 2. Saluran Tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan. Sistem drainase ini baik untuk diterapkan di daerah perkotaan, terutama dengan tingkat penduduk yang tinggi. 

D. Menurut Fungsi1. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi untuk mengalirkan satu jenis air buangan saja.2. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi untuk mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur maupun bergantian. 

Sistem Drainase PerkotaanSistem drainase perkotaan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu1. Drainase PrimerDrainase primer adalah saluran drainase yang menghubungkan antara drainase sekunder dengan sungai2. Drainase SekunderDrainase sekunder adalah saluran drainase yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun dari beton/plesteran semen) 3. Drainase TersierDrainase tersier adalah saluran drainase yang menghubungkan saluran kuarter dengan saluran sekunder4. Drainase KuarterDrainase kuarter adalah saluran drainase untuk mengalirkan limbah rumah tangga menuju saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah

Bangunan-bangunan Sistem Drainase dan PelengkapnyaA. Bangunan-bangunan Sistem DrainaseMenurut Suripin (2004:196), bangunan-bangunan dalam sistem drainase terdiri dari bangunan struktur dan bangunan non struktur.1. Bangunan StrukturBangunan struktur adalah bangunan bangunan pasangan disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur adalah:- Bangunan rumah pompa- Bangunan tembok penahan tanah- Bangunan terjunan yang cukup tinggi- Jembatan2. Bangunan Non StrukturBangunan non struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk siap pasang. Contoh bangunan non struktur adalah:- Pasangan (saluran Cecil tertutup, tembok talud saluran, manhole/bak control saluran Cecil, street inlet) 

Page 29: Permasalahan Drainase

- Tanpa pasangan adalah jenis saluran yang berupa saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumputB. Bangunan Pelengkap Saluran DrainaseBangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu sistem saluran untuk fungsi-fungsi tertentu. Bangunan-bangunan pelengkap sistem drainase, yaitu1. Catch Basin/WatershedCatch Basin adalah bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air mengalir bebas di permukaan tanah menuju match basin. Catch basin dibuat pada tiap persimpangan jalan, pada tempat-tempat yang rendah, dan tempat parkir.2. InletInlet dibuat bila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukkan ke dalam saluran tertutup yang lebih besar. Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak masuk ke dalam saluran tertutup.3. Headwall Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung goronng-gorong yang berguna untuk melindungi dari longsor dan erosi.4. Shipon Shipon dibangun bila ada persilangan dengan sungai. Shipon dibangun dibawah penampang sungai, karena tertanam di dalam tanah maka pada waktu pembangunannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan atau kerusakan konstruksi. 5. ManholeUntuk pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di setiap saluran diberi manhole pertemuan, perubahan dimensi, perubahan bentuk selokan tiap 10-25 m. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya ekonomis, cukup, asal dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya lubang manhole berdiameter 60 cm dengan tutup dari besi tulang. 6. Gorong-gorong7. Bangunan terjun8. Bangunan got miringFungsi Drainase1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air2. Mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan bangunan resapan3. Pengendali kebutuhan air permukaan4. Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan5. Mengendalikan erosi akibat air hujan yang berlebih 6. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal7. Mengurangi kerusakan jalan dan bangunan akibat genangan air pada waktu hujan8. Memperbaiki kualitas lingkungan masyarakat dan meningkatkan kesehatan masyarakat di perkotaan

Permasalahan Drainase Perkotaan1. Peningkatan debitPerubahan tata guna lahan yang selalu terjadi akibat perkembangan kota dapat mengakibatkan peningkatan aliran permukaan dan debit banjir. Manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan saluran drainase dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadi genangan. (Suripin 2004:226)2. Peningkatan jumlah pendudukMeningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, merupakan akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahan infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatan penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik cair maupun padat. (Suripin 2004:226)3. Amblesan tanahAmblesan tanah terjadi akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada di bawah muka air laut pasang. Akibatnya sistem drainase gravitasi terganggu dan tidak dapat bekerja tanpa pompa. (Suripin 2004:226)4. Penyempitan dan pandangkalan saluran

Page 30: Permasalahan Drainase

Penyempitan saluran drainase dipengaruhi oleh faktor peningkatan jumlah penduduk (Suryokusumo 2008:81). Peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat mengakibatkan berkurangnya lahan untuk saluran drainase. Banyak pemukiman yang didirikan di atas saluran drainase sehingga aliran drainase menjadi tersumbat. Sampah penduduk pun juga tidak jarang dijumpai di aliran drainase, terutama di perkotaan. Hal ini karena kesadaran penduduk yang rendah terhadap kebersihan lingkungannya5. Limbah sampah dan pasang surut Saluran drainase di perkotaan kadang memilliki fungsi ganda, yaitu sebagai saluran drainase itu sendiri dan sebagai saluran irigasi, yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah tersendiri. Hal lain yang juga sering menjadi permasalahan pengelolaan infrastruktur ini adalah berkaitan dengan perbedaan sistem, dimensi, dan konstruksi drainase. Beberapa contoh perbedaan terkait pengelolaaan drainase seperti yang dijelaskan oleh Suryokusumo (2008:81-82) adalah sistem drainase di wilayah hulu mempunyai sistem tertutup, sedangkan di wilayah hilir dengan sistem terbuka. Sementara itu, konstruksi drainase bersifat permanen sedangkan saluran irigasi bersifat teknis. Contoh lain yang lebih ekstrem adalah sistem drainase di wilayah hulu memliki dimensi yang besar, sedangkan di wilayah hulu dimensinya justu kecil, akibatnya muncul genangan dan luapan air dari jaringan drainase yang ada. Crossing utilitas atau yang sering disebut tumpang tindih merupakan permasalahan tersendiri bagi sektor drainase dengan utilitas lain seperti pipa air minum, pipa air limbah, dan kabel telekomunikasi. Arah saluran yang menuju sungai juga bisa menjadi masalah tersendiri karena jika tidak terkendali justru akan menjadi masalah baru bagi daerah yang secara geografis wilayahnya berada di bawah. Penambahan debit air sungai dari drainase akan berakibat munculnya banjir di wilayah hilir.Banjir merupakan permasalahan yang paling sering dijumpai di kota-kota besar. Menurut Suripin (2004:10) akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk yang sangat cepat. Pertumbuhan penduduk di atas rata-rata pertumbuhan nasional, akibat urbanisasi. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai, mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi acak-acakan. Hal inilah yang menyebabkan persoalan drainase perkotaan menjadi sangat kompleks. Selain itu permasalahan-permasalahan tersebut juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan tidak peduli dengan permasalahan yang dihadapi kota. Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembangunan drainase di perkotaan adalah lemahnya koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur yang lain (Suripin 2004:12). Akibatnya sering dijumpai tiang listrik di tengah saluran drainase, dan pipa air bersih. Seringkali penggalian saluran drainase tidak sengaja merusak prasarana yang sudah ada atau yang ditanam dalam tanah. Biasanya kesalahan ini terjadi karena tidak adanya informasi yang akurat, dokumen yang tidak ada, atau perencanaan pematokan di lapangan tidak melibatkan instalasi pengendali tata ruang. 

Penanganan Drainase Perkotaan1. Mengadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah2. Membuat bak kontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke saluran drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak terjadi endapan3. Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan, terutama membuang sampah sembarangan, agar masyarakat mengetahui pentingnya manfaat saluran drainase4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungan, dan5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas 6. Membuat saluran tambahan untuk mengurangi daerah tangkapan7. Perbaikan dan normalisasi saluran drainase, serta mengembalikan fungsi drainase yang sesungguhnya8. Pembuatan stasiun pompa dan kolam penampungan untuk menampung air hujan yang berlebih9. Penambahan untuk pengadaan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai resapan air hujan, khususnya di perkotaan

PenutupDengan adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak manfaat pada kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu meningkatnya kualitas kesehatan, kebersihan, dan

Page 31: Permasalahan Drainase

kenyamanan daerah pemukiman dan perkotaan. Namun dengan adanya manfaat dari drainase, terdapat pula beberapa masalah yang timbul. Permasalahan drainase di perkotaan yang tidak kunjung usai mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan di perkotaan. Banjir pun kini sering terjadi. Tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi hampir di seluruh kota di Indonesia kini mengalami permasalahan yang sama. Tersumbatnya saluran drainase oleh sampah penduduk serta penyempitan saluran drainase merupakan faktor utama penyebab banjir. Kesadaran masyarakat yang rendah, tidak akan memperbaiki keadaan perkotaan yang semrawut. Permasalahan drainase membutuhkan penanganan yang serius. Sudah seharusnya Pemkot dan masyarakat memperhatikan permasalahan ini. 

Daftar PustakaAASHTO. 1987. Pedoman Drainase Jalan Raya. Terjemahan oleh Sutanto. 1992. Jakarta:UI Press.