TUGAS AKHIR OLAH RAGA dan KESEHATAN (PERMAINAN TRADISIONAL) Di susun oleh : Kelas 1-C Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret 2013/2014
TUGAS AKHIR
OLAH RAGA dan KESEHATAN
(PERMAINAN TRADISIONAL)
Di susun oleh :
Kelas 1-C
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
2013/2014
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmatNya
kepada penulis hingga tak terhitung. Karena berkat nikmat yang telah diberikanNya
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir Olah Raga dan Kesehatan yang
telah ditugaskan oleh dosen pengampu mata kuliah tersebut, yaitu Bapak Matsuri.
Tugas ini merupakan sebuah karya, karena Insya Allah nantinya akan
dikaryakan di Perpustakaan PGSD UNS. Karya ini merupakan kumpulan dari beberapa
kelompok ORKES yang ada di kelas 1-C. Dalam karya ini membahas mengenai
macam-macam permainan tradisional yang ada di Indonesia, sewaktu kita kecil
mungkin beberapa permainan pernah kita mainkan bersama teman-teman dulu.
Perkelompok sudah menulis deskripsi dari masing-masing permainan yang mereka
bahas; tentang permainan, cara bermain, dan manfaat memainkan permainan tersebut.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari rekan-rekan yang telah
membantu menyelesaikan Tugas Akhir ORKES ini, atas bantuan secara materi maupun
non materi yang telah penulis terima.
Segala kesempurnaan hanyalah milik Allah dan kekurangan berasal dari penulis
sendiri, maka penulis mohon maaf jika banyak kekurangan mengenai isi dari tulisan ini.
Kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi tulisan yang baik nantinya.
Semoga karya ini dapat menambah wawasan pembaca, khususnya kepada makasiswa/i
PGSD UNS Surakarta. Aamiin
Surakarta, 04 Januari 20134
Kelas 1-C
Permainan Tradisional
Cangke dan Bekel
Disusun Oleh :
Luth Prasandy Eko
Marsono
Nadhifa Zahra Al Khansa
Nora Dwi Jayanti
Nurul Hajjah Mabruroh
Puput Tri Widiastuti
Kelompok 1 1C-PGSD
A. Cangke’ / Maccuke
Pengertian
Permainan Cangke’ adalah Cangke’ adalah nama salah satu permainan tradisional yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan. Cangke’ merupakan salah satu ragam keunikan permainan tradisional Indonesia yang menjadi warisan budaya masyarakat Indonesia terkhusus bagi masyarakat Sulawesi Selatan. Permainan ini dilakukan atau dimainkan oleh dua kelompok, satu kelompok sebagai pemukul dan satu kelompok lagi sebagai penangkap, dan juga dimana biasanya masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang.
Yang diperlukan dalam permainan ini adalah : - 2 buah Pammeppek (stik) dengan ukuran yang berbeda - Sebuah lubang kecil di tanah. Pammeppek ( stik) pertama dengan ukuran sekitar ± 30-40 cm sebagai pemukul
dan penghitung poin, dan pammeppek (stik) kedua sebagai objek yang dilontarkan yang memiliki panjang sekitar ± 10 cm dengan masing-masing diameter sekitar 5 cm. Dan juga biasanya pammeppek (stik) tersebut terbuat dari ranting pohon mangga, atau jambu.
Aturan Permainan
Permainan Cangke’ terdiri dari 3 tahap, yaitu:
Ricungkili’ (mencungkil). Pada tahap ini pemain yang bertugas untuk memukul
menempatkan stik kecil di atas lubang yang telah di buat. Selanjutnya memegang stik panjang dengan menempatkannya di belakang stik kecil, kemudian melakukan
cungkilan sekuat-kuatnya agar stik kecil terlontar jauh kedepan. Selanjutnya tugas dari si penangkap untuk menangkap stik kecil tadi yang dilontarkan. Apabila si
penangkap tidak dapat menangkapnya, maka stik kecil tersebut harus di lemparkan ke arah stik panjang yang terdapat di atas lubang. Jika tidak kena dan
terjadi jarak antara stik dengan lubang maka akan menjadi poin bagi pihak pemukul. Tetapi jika kena maka akan terjadi pergantian pemain (Rolling).
Ripeppe’ se’re (pukulan pertama). Pada tahap ini, yang bertindak sebagai pemukul mengambil kedua stik, kemudian melempar stik pendek ke udara dan
stik panjang bersiap-siap untuk memukul stik pendek sekencang-kencangnya atau
sejauh-jauhnya ke arah kelompok penangkap. Bedanya dengan tahap pertama tadi, tahap ini orang yang memukul stik tadi tidak lagi menempatkan stik panjang di atas lubang, melainkan di pegang dan di gunakan untuk memukul balik stik
pendek yang akan di lempar oleh si penangkap ke arah lubang di dekat si pemukul. Jika berhasil memukul balik stik kecil tadi maka akan terjadi hitungan poin, namun
apabila stik yang dilempar tadi tidak terjadi jarak dengan lubang atau jaraknya tidak melebihi panjang pemukul, maka pemain yang bertindak sebagai pemukul
tadi di ganti dengan teman kelompoknya yang belum main.
Ripeppe’ Rua (Pukulan kedua). Pada tahap terakhir ini, stik diletakkan di dalam lubang, dengan posisi yang miring ke depan. Ujung yang keluar pada stik pendek
tersebut dipukul dengan menggunakan stik panjang, apabila stik pendek tersebut sudah terlontar ke udara maka cepat-cepat harus dipukul kembali ke depan
menuju arah si penangkap sejauh mungkin. Jika tidak tertangkap oleh kelompok penangkap, maka jarak lontaran tersebut langsung dijadikan poin. Namun, apabila saat melontarkan stik pendek ke udara dan tidak dapat memukulnya maka terjadi rolling pemain. Dan apabila semua pemain dari kelompok pemukul telah gagal, maka kedua kelompok tersebut bertukar peran.
Tujuan
Kelompok yang mendapatkan poin terbanyak menjadi pemenangnya.
Cara menghitung Poin :
Untuk menghitung poin dalam permainan Cangke’, pada tahap satu dan dua, apabila terjadi jarak dengan hasil lemparan si penangkap, maka panjang stik pemukul (stik panjang) di gunakan sebagai pengukur panjang jarak, apabila jarak stik kecil ke lubang sebanyak 10 kali stik panjang, maka mendapat poin 10. Sedangkan untuk tahap tiga, ketika si pemukul melakukan pukulan ke stik kecil dan kelompok penangkap tidak dapat menangkapnya, maka jarak hasil pukulan tersebut langsung di hitung menggunakan stik panjang menuju ke arah lubang, jika jaraknya sebanyak 25 stik panjang maka mendapat poin 25.
Sedangkan bagi kelompok penangkap, apabila dalam setiap pukulan dapat
menangkap stik maka akan mendapat poin tertentu, dimana ketika dapat menangkap stik pendek menggunakan 2 tangan, maka akan mendapat 5 poin, dan apabila dapat
menangkap dengan 1 tangan, akan mendapatkan 10 poin.
A. Ceklen (Bekel)
-Pengertian
-Aturan Permainan
Cara bermain bekel ini susah-susah gampang. Semua biji bekel harus
digenggam hanya dengan satu tangan beserta dengan bolanya. Setelah itu bola dilambungkan ke atas dan hanya boleh memantul satu kali saja. Saat bola dalam posisi tidak berada di tangan tersebutlah waktu dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk mengolah biji bekel. Dalam proses pengambilan atau pengaturan biji bekel, bola atau tangan tidak boleh menyentuh biji bekel yang lain. Juga dalam proses penangkapan bola bekel, tangan tidak boleh menyentuh anggota tubuh yang lain dalam usaha agar biji bekel yang dalam genggaman tidak jatuh. Proses ini sering dinamakan "gendong anak." Bola dan biji bekel tidak boleh terjatuh atau terlepas dari tangan saat sedang bermain. Bila melanggar salah satu peraturan di atas, maka pemain akan kehilangan gilirannya dan berganti kepada pemain lain.
Pada awal permainan, pemain hanya menyebarkan biji bekelnya. Dalam proses ini, semua biji bekel tidak boleh dalam posisi sisi yang sama. Bila sama semua, maka gilirannya akan pindah ke pemain lain. Dalam permainan bola bekel biasanya dibagi
dalam 3 set yaitu Mi, Pit dan Roh.
Mi adalah sebutan istilah untuk pengambilan biji bekel tanpa mengatur bijinya pada permukaan tertentu. Jadi hanya mengambil mulai dari
bilangan 1 s/d maksimal biji bekel. Misalnya bermain dengan 10 biji bekel. maka awal permainan dimana bola dilambungkan untuk pertama
kalinya adalah untuk menyebarkan biji bekel. Kemudian melambungkan bola lagi untuk mengambil biji bekel satu demi satu. Disebut dengan mi
satu. Setelah biji terambil semua, pada saat pengambilan biji yang terakhir, dan menyebarkan biji bekel kembali, harus dilakukan dalam satu lambungan bola yang sama. Dilanjutkan dengan mi dua yaitu
mengambil biji bekel 2 buah sekaligus. Begitu seterusnya sampai dengan mi sepuluh.
Pit. Dari set mi ke set pit dilakukan dengan berkelanjutan. Yaitu saat pengambilan mi terakhir dan penyebaran biji bekel untuk sesi pit
dilakukan dalam satu lambungan bola yang sama. Setelah biji bekel disebar, maka pemain harus memposisikan biji bekelnya agar bagian pit
menghadap ke atas dengan cara melambungkan bola lalu membalikkan biji bekel satu persatu agar pit menghadap ke atas. Setelah semua biji
bekel menghadap ke atas, maka dilakukan pit satu. Prosesnya sama dengan proses mi. Begitu selanjutnya sampai dengan pit dengan jumlah
biji maksimal.
Roh. Sama dengan Pit, namun biji bekel posisi Roh harus menghadap ke atas. Siapa yang paling awal menyelesaikan set Roh akan keluar sebagai pemenangnya.
-Tujuan
Pemain bekel yang jago dapat memainkan game ini dalam set yang cukup panjang tanpa melakukan kesalahan sehingga giliran pemain lain untuk bermain menjadi lama. Pemain yang berhasil menyelesaikan tahapan paling awal menjadi pemenangnya.
Permainan Tradisional
Engklek dan Dakon
DISUSUN OLEH :
1. IMAM SHOLEH K7113108
2. JAFAR SIDIK NUGROHO K7113118
3. LINA NUR FITRIANA K7113127
4. MAYA FATMALASARI F K7113140
5. MUTIA DIAN PUSPITA K7113149
6. NISA ROMADHONI K7113153
Kelompok 2 1C-PGSD
B. PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK
1. Pengertian Permainan Tradsional Engklek
Permainan Tradisional Engklek sering disebut juga sebagai permainan tradisiona l
Sunda Manda.Engklek merupakan sebuah permainan tradisional yang sudah banyak
dikenal oleh anak-anak di Indonesia.Telah banyak dimainkan oleh anak-anak pada masa
dahulu, bahkan sekarang ini permainan tradisional engklek juga dimainkan oleh anak-
anak muda.
Permainan tradisional engklek yang juga disebut dengan sunda manda ini diyakini
mempunyai nama asli ‘Zondag Maandag’ yang merupakan bahasa Belanda. Jadi berdasar
sejarahnya memang permainan tradisional engklek ini masuk ke Indonesia melalui
Belanda yang pada masa lalu menjajah Indonesia.Diyakini pada masa penjajahan inilah
permainan tradisional engklek dibawa masuk ke Indonesia oleh Belanda.
Memang sampai dengan saat ini tidak ada bukti sejarah yang otentik yang dapat
menyimpulkan mengenai sejarah permainan tradisional engklek.Namun permainan
tradisional engklek ini sudah sangat populer di kalangan anak perempuan di Eropa pada
masa perang dunia.Sedangkan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda banyak
dijumpai anak-anak perempuan Belanda bermain permainan tradisional engklek
ini.Memang permainan ini lebih banyak dimainkan oleh anak perempuan, walaupun
ternyata kemudian anak-anak lelaki pun banyak yang turut bermain permainan tradisiona l
engklek.
Setelah Indonesia merdeka dari penjajahan, permainan tradisional engklek tetap
bertahan di Indonesia dan menjadi semakin dikenal oleh anak-anak kecil di
Indonesia.Begitupun dalam hal penyebarannya, semakin lama permainan tradisiona l
engklek semakin populer dan menyebar ke seluruh pelosok negeri ini.Hingga akhirnya
bisa dibilang tidak ada anak kecil yang tidak tahu permainan tradisional engklek.
2. Cara Memainkan Permainan Engklek
1. Pertama kali yang harus dilakukan sebelum melakukan permainan engklek adalah
menggambar bidang engklek terlebih dahulu.
2. Kemudian pemain harus melakukan hompimpah untuk menentukan urutan siapa
yang jalan terlebih dahulu. Hompimpah disini harus ditentukan yang berbeda
pertama jalan pertama atau jalan terakhir. Tapi biasanya dalam hompimpa yang
paling berbeda jalan terlebih dahulu begitu seterusnya. Hal ini dilakukan jika
pemain lebih dari dua orang. Jika dua orang dilakukan suit.
3. Untuk dapat bermain, setiap anak harus mempunyai kereweng / gacuk / buah /
yang biasanya berupa pecahan genting, keramik lantai, ataupun batu yang datar
4. Para pemain harus melompat dengan menggunakan satu kaki di setiap kotak-
kotak / petak-petak yang telah digambarkan sebelumnya di tanah.
5. Kereweng/gacuk dilempar ke salah satu petak yang tergambar di tanah, petak
dengan gacuk yang sudah berada diatasnya tidak boleh diinjak/ditempati oleh
setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu
kaki mengelilingi petak-petak yang ada.
6. Pemain tidak diperbolehkan untuk melemparkan kereweng/gacuk hingga
melebihi kotak atau petak yang telah disediakan. Jika ada pemain yang
melakukan kesalahan tersebut maka pemain tersebut akan dinyatakan gugur dan
diganti dengan pemain selanjutnya.
7. Pemain yang menyelesaikan satu putaran sampai di puncak gunung, mengambil
kereweng /gajuk dengan membelakangi gunung dan menutup mata, tidak boleh
menyentuh garis juga. Apabila pemain tersebut menyentuh garis/ terjatuh saat
mengambil kerewengnya maka dia mati dan digantikan pemain selanjutnya.
8. Apabila pemain berhasil mengambil gajuk di gunung, maka dia harus
melemparkannya keluar dari bidang engklek. Kemudian pemain tersebut engklek
sesuai dengan kotak dan diakhiri dengan berpijak pada gajuk/kereweng yang
dilemparkan tadi.
9. Selanjutnya apabila berhasil pemain lanjut ke tahap mencari sawah dengan cara,
menjagling kereweng/gajuk dengan telapak tangan bolak-balik sebanyak 5 kali
tanpa terjatuh. Hal ini dilakukan dalam posisi berjongkok membelakangi bidang
engklek dan berada di tempat jatuhnya kereweng yang tadi di lempar. Setelah
berhasil menjagling sebanyak 5 kali pemain masih dalam posisi yang sama
melemparkan ke bidang engklek, apabila tepat pada salah satu bidang engklek
maka bidang tersebut menjadi sawah pemain. Dan apabila gagal pemain
mengulangi kembali dari gunung.
10. Pemain yang memiliki sawah paling banyak adalah pemenangnya.
3. Tujuan atau Manfaat Permainan
Tujuan atau manfaat yang diperoleh dari permainan engklek ini adalah :
1. Kemampuan fisik anak menjadi kuat karena dalam permainan engklek anak di
haruskan untuk melompat – lompat.
2. Mengasah kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan mengajarkan
kebersamaan.
3. Dapat menaati aturan – aturan permainan yang telah disepakati bersama.
4. Mengembangkan kecerdasan logika anak. Permainan engklek melatih anak
untuk berhitung dan menentukan langkah- langkah yang harus dilewatinya.
5. Anak menjadi lebih kreatif. Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh
para pemainnya.Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau
tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk
lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan
6. Melatih motorik kasar. Perkembangan saraf motorik kasar yang baik akan
membantu anak-anak untuk lebih aktif, daya tahan tubuh lebih kuat, serta
memiliki tubuh yang lentur.
7. Olah raga yang baik adalah yang mengandung unsure bermain. Engklek juga
mengajak anak anak untuk berolahraga sambil bermain.
8. Menurut psikolog Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, bermain merupakan salah satu
cara anak untuk belajar. "Dengan bermain anak-anak bisa mengenali berbagai
kondisi lingkungan di sekitarnya, dan juga belajar berbagai macam hal,
termasuk sosialisasi,"
B. PERMAIANN TRADISIONAL DAKON
1. Pengertian Permainan Dakon
Dakon pada jaman dahulu dimainkan di beranda,dibawah pohon atau di dalam
rumah, kedua pemain sebelumnya akan menentukan siapa yang memulai atau
mengundinya, permainan ini pada jaman dulu dimain kan anak-anak hingga remaja
wanita dan identik dengan dunia kewanitaan. Menurut pendapat orang permainan dakon
ini dapat meningkatkan/ melatih kemampuan manajemen dan hitungan seseorang .
Permainan congklak merupakan permainan yang dimainkan oleh dua
orang. Alat yang digunakan terbuat dari kayu atau plastik berbentuk mirip perahu dengan
panjang sekitar 75 cm dan lebar 15 cm. Pada kedua ujungnya terdapat lubang yang
disebut induk. Diantar keduanya terdapat lubang yang lebih kecil dari induknya
berdiameter kira-kira 5 cm. Setiap deret berjumlah 7 buah lubang. Pada setiap lubang
kecil tersebut diisi dengan kerang atau biji-bijian sebanyak 7 buah.
Permainan congklak menggunakan papan permainan yang memiliki 14 lubang
dan 2 lubang induk yang ukurannya lebih besar. Dimainkan oleh 2 orang. Satu lubang
induk terletak pada ujung papan dan lubang induk lainnya terletak diujung lainnya. Di
antara kedua lubang induk terdapat 2 baris yang tiap barisnya berisi 7 lubang yang
jumlahnya 14 lubang.
2. Cara Bermain Permainan Tradisional Dakon
1. Tiap lubang kecil di isi dengan 7 biji yang biasanya terbuat dari kerang atau
plastik. Kecuali lubang induk yang dibiarkan kosong. Setelah menentukan siapa
yang akan mulai lebih dulu, maka permainan dimulai dengan memilih salah satu
lubang dan menyebarkan biji yang ada di lubang tersebut ke tiap lubang lainnya
searah jarum jam. Masing-masing lubang di isi dengan 1 biji. Bila biji terakhir
jatuh di lubang yang ada biji-bijian lain maka biji yang ada di lubang tersebut
diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Jangan lupa
untuk mengisi biji ke lubang induk kita setiap melewatinya. Sedangkan lubang
induk lawan tidak perlu diisi.
2. Bila biji terakhir ternyata masuk dalam lubang induk kita, berarti kita bisa
memilih lainnya untuk memulai lagi, tetapi bila ternyata saat biji terakhir
diletakkan pada salah satu lubang kosong, berarti giliran untuk lawan kita. Bila
lubang tempat biji terakhir itu ada di salah satu dari 7 lubang yang ada di baris
kita, maka biji yang ada di seberang lubang tersebut beserta 1 biji terakhir yang
ada di lubang kosong akan menjadi milik kita dan akan masuk dalam lubang induk
kita.
3. Setelah semua baris kosong, maka permainan dimulai lagi dengan mengisi 7
lubang milik kita, masing-masing dengan 7 biji dari biji yang ada di lubang induk
kita. Dimulai dari lubang yang terdekat dengan lubang induk, bila tidak
mencukupi maka lubang lainnya dibiarkan kosong dan selama permainan tidak
boleh diisi.
3. Tujuan atau manfaat permainan Dakon
Tujuan atau manfaat dari permainan tradisional Dakon adalah :
1. Melatih kemampuan manipulasi motorik halus,
2. Melatih konsentrasi,
3. Mendidik sifat sportifitas anak,
4. Melatih kemampuan mengatur strategi,
5. Sarana belajar berhitung,
6. Melatih koordinasi 2 sisi tubuh.
PERMAINAN TRADISIONAL
“CUBLAK-CUBLAK SUWENG
DAN PETAK UMPET”
Anggota Kelompok:
1. Giri Seno Aji (K7113090)
2. Maya Al Fattah P. (K7113139)
3. Miftachul Jannah O.R. (K7113141)
4. Nita Nur Qoriah (K7113154)
5. Restu Yuniastuti (K7113181)
6. Yanuar Prima Nur H. (K7113235)
Kelompok 3 1C-PGSD
A. CUBLAK-CUBLAK SUWENG
1. Pengertian
Kata “cublak” adalah sebuah kata kebiasan atau idium yang digunakan
untuk sebuah permainan saling tebak, sedang kata suweng artinya adalah
hiasan telinga (bukan anting anting atau giwang)(ayo lah) bermain tebak
tebakan (sebuah) informasi yang sangat penting.
Cublak cublak suweng berasal dari Jawa timur. Permainan ini diciptakan
oleh salah seorang wali songo yaitu Syekh Maulana Ainul Yakin atau yang
biasa dikenal dengan Sunan Giri. Sunan giri menyebarkan agama islam di
Indonesia khususnya pulau jawa dengan jalur kebudayaan. Maka ia
menghadirkan syair cublak-cublak suweng ini yang akhirnya di jadikan
permainan dikalangan anak-anak.
2. Aturan Permainan
Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak/orang, tetapi minimal tiga
orang. Akan tetapi lebih baik antara 6 sampai delapan orang. Tujuan dari
permainan ini adalah Pak Empo menemukan anting (suweng) yang
disembunyikan seseorang.
Pada awal permaianan beberapa orang berkumpul dan mengund i/
menentukan salah satu dari mereka untuk menjadi Pak Empo. Biasanya
pengundiannya melalui pingsut/encon/undian biasa. Setelah ada yang
berperan sebagai pak Empo. Maka mereka semua duduk melingkar.
Sedangkan Pak Empo berbaring telungkup di tengah-tengah mereka. Masing-
masing orang menaruh telapak tangannya menghadap ke atas di punggung
pakEmpo.
Salah seorang dari mereka mengambil kerikil atau benda (benda ini
dianggap sebagai anting). Lalu mereka semua bersama-sama menyanyikan
cublak-cublak suweng sambil memutar kerikil dari telapak tangan yang satu
ke yang lainnya. begitu terus sampai lagu tersebut dinyanyikan beberapa kali
(biasanya 2-3 kali).
Setelah sampai di bait terakhir ...Sir-sir pong dele gosong pak Empo
Bangun dan pemain lainnya pura-pura memegang kerikil. Tangan kanan dan
kiri mereka tertutup rapat seperti menggenggam sesuatu. Hal ini untuk
mengecoh pak Empo yang sedang mencari ”suwengnya”. Masing-mas ing
pemain mengacungkan jari telunjuk dan menggesek-gesekkan telunjuk kanan
dan kiri (gerakannya) persis seperti orang mengiris cabe. Mereka semua tetap
menyanyikan Sir-sir pong dele gosong secara berulang-ulang sampai pak
Empo menunjuk salah seorang yang dianggap menyembunyikan anting.
Ketika pak Empo salah menunjuk maka permainan dimulai dari awal lagi
(pak Empo berbaring). Dan ketika pak Empo berhasil menemukan orang yang
menyembunyikan antingnya maka orang tersebut berganti peran menjadi pak
Empo. Permainan selesai ketika mereka sepakat menyelesaikannya.
3. Tujuan Permainan
Permainan Cublak – cublak suweng ini dimainkan bertujuan untuk melatih
daya tangkap dan daya tebak yang disertai dengan lagu agar memperoleh
kesenangan dalam bermain dan memupuk sikap kerja sama serta rasa
bersosialisasi.
B. PETAK UMPET
1. Pengertian
Petak umpet merupakan sebuah permainan traditional yang sangat
terkenal. Setiap anak di Indonesia pasti tahu dan pernah memainkan
permainan ini. Permainan petak umpet ini dimainkan oleh lebih dari 3 orang,
diawali dengan hompimpa untuk menentukan siapakah yang akan menjadi
'kucing' (pencari teman-temannya yang sedang bersembunyi).
2. Aturan Permainan
Si Kucing akan menutup mata sambil bersandar di hadapan tembok,
pohon, atau dimana saja agar ia tidak dapat melihat temannya yang sedang
bersembunyi.
Si Kucing menghitung dari satu sampai sepuluh atau bisa lebih, sampai
teman-temannya selesai bersembunyi. Setelah teman-temannya mendapatkan
tempat persembunyian, barulah si kucing(pencari) beraksi dengan
meninggalkan tempat jaganya sembari menemukan teman-temannya yang
telah bersembunyi. Nah disinilah letak seru dari permainan Petak Umpet ini,
si Kucing harus cepat dan sesegera mungkin mencari teman-temannya
sebelum temannya tersebut berhasil menyentuh tempat penjagaannya tadi.
Jika si "kucing" menemukan temannya, ia akan menyebut nama temannya
sambil menyentuh INGLO atau BON atau HONG, apabila hanya
meneriakkan namanya saja, maka si "kucing" dianggap kalah dan mengulang
permainan dari awal. Yang seru adalah, pada saat si "kucing" bergerilya
menemukan teman-temannya yang bersembunyi, salah satu anak (yang
statusnya masih sebagai "target operasi" atau belum ditemukan) dapat
mengendap-endap menuju INGLO, BON atau HONG, jika berhasil
menyentuhnya, maka semua teman-teman yang sebelumnya telah ditemukan
oleh si "kucing" dibebaskan, alias sandera si "kucing" dianggap tidak pernah
ditemukan, sehingga si "kucing" harus kembali menghitung dan mengulang
permainan dari awal.
Permainan selesai setelah semua teman ditemukan. Dan yang pertama
ditemukanlah yang menjadi kucing berikutnya.
3. Tujuan Permainan
- Anak menjadi lebih aktif
Permainan petak umpet bisa membantu anak untuk menjadi anak
yang lebih aktif. Anak yang aktif bergerak akan mengalami
perkembangan yang signifikan daripada anak yang banyak diam. Dalam
permainan ini, anak akan berlari dan bersembunyi sehingga secara tidak
langsung anak sudah melakukan olahraga.
Daripada hanya bermain game atau menonton televisi, lebih baik
anak diarahkan untuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat.
- Anak bisa belajar bersosialisasi
Bersosialisasi tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, anak
kecil pun sudah harus melakukan hal tersebut untuk membiasakannya
sampai ia dewasa. Permainan ini dilakukan dengan cara bersama-sama
tanpa memandang ras atau latar belakang keluarga. Semua anak-anak
akan terlibat aktif dalam permainan tersebut.
- Belajar berhitung
Permainan ini tidak hanya baik bagi pertumbuhan fisik anak-anak,
tetapi juga bagi perkembangan kecerdasan anak. Anak-anak akan berlatih
menghitung dalam permainan ini. Anak-anak yang bermain dibagi
menjadi 2 peran yaitu berperan sebagai pencari dan yang akan dicari. Saat
anak mendapatkan kesempatan menjadi pencari, tentu dia akan
menyebutkan hitungan untuk memberikan kesempatan kepada yang
bersembunyi.
- Membuat anak menjadi kreatif
Permainan petak umpet akan memberikan pelajaran bagi anak
untuk bisa mengasah otaknya dimana anak harus lebih kreatif
mendapatkan tempat persembunyian yang berbeda dengan teman lainnya.
Pada kondisi ini anak akan dituntut untuk berfikir cepat agar bisa
menemukan tempat yang kira-kira akan sulit ditemukan.
- Melatih anak patuh pada aturan
Untuk melatih anak agar bisa taat pada berbagai aturan, baik aturan
dari lingkungan terkecil seperti keluarga, aturan sekolah, lingkungan
masyarakat bahkan sampai lingkungan besar seperti aturan negara, anak
harus dididik sejak dini. Belajar mendisiplinkan anak tidak harus lewat
pendidikan formal atau kata-kata dari Anda, tetapi bisa juga dilakukan
lewat sebuah permainan. Dalam permainan ini anak-anak akan bermain
bersama dengan mematuhi peraturan yang telah dibuat bersama. Setiap
anak harus bisa mematuhi dan melaksanakan semua ketentuan yang telah
dirumuskan dan disepakati. Jika aturan yang telah dibuat dipatuhi
bersama, permainan akan berjalan dengan lancar dan menyenangkan.
- Belajar berdiskusi akan suatu masalah
Permainan yang dilakukan secara bersama-sama tentu diperlukan
kesepakatan bersama pula untuk melakukan hal tersebut. Dalam
permainan ini semua pemain harus bisa membuat, menyetujui dan
melaksanakan aturan dalam permainannya. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi perselisihan yang akan berujung pada pertengkaran.
- Melatih sportivitas anak
Dalam permainan ini, pemain yang kalah dan menang harus bisa
menerima dan melakukan tugasnya masing-masing. Anak-anak akan
belajar bagaimana menerima kekalahan dengan tetap menikmati
permainan tersebut.
Banyaknya manfaat yang bisa didapatkan dari beberapa
permainan anak seperti permainan petak umpet, sehingga Anda bisa
mendukung anak untuk melakukannya. Sebagai orangtua, Anda bisa
mendorong dan mengarahkan anak untuk lebih mengembangkan
kreativitasnya dengan bermain, daripada hanya menonton televisi atau
bermain game online.
PERMAINAN TRADISIONAL
Marraga dan Jamura
DISUSUN OLEH :
1. KHOIRUL NISA K7113121
2. MARIANA K7113136
3. MUHAMMAD NUR ARIFIN K7113147
4. NOVIA EKASARI K7113157
5. NUR LAILA MUBAROKAH K7113160
6. RENY ATIKA RAHMAWATI K7113179
Kelompok 4 1C-PGSD
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan Menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
sebagai penyusun makalah ini mengucapkan puji syukur kehadirat-Nya atas rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan bahan
pokok “PERMAINAN TRADISIONAL”. Makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas yang di telah diberikan oleh Bapak Matsuri selaku dosen pengampu mata kuliah
Penjaskes.
Kami tidak pungkiri bahwa tugas yang kami buat ini masih banyak kekurangan.
Akan tetapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin agar dapat menyelesaikan tugas
ini dengan sebaik mungkin.
Menyadari hal di atas, untuk melengkapimakalah yang masih kurang dan
mengurangi yang berlebihan, kami sangat mengharapkan masukan dari pembaca
agarmakalah selanjutnya yang akan kami buat dapat lebih baik dari sebelumnya sehingga
kita semua tetap menjadi lebih baik dari hari kemarin dengan saling memperingatkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 01 januari 2014
Penulis
(Kelompok 4)
DAFTAR ISI
Halaman Cover................................................................................................................1
Kata Pengantar................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................3
Isi ......................................................................................................................................4
Permainan Marraga......................................................................................................4
Jamuran ........................................................................................................................6
~ ISI ~
1. Permainan Marraga
Asal Usul
Marraga berasal dari kata Bugis, sedangkan orang Makassar, Sulawesi
Selatan, sering menyebut permainan ini dengan akraga (olahraga). Marraga
termasuk jenis permainan yang memadukan unsur olah raga dan seni. Permainan
ini memerlukan kecekatan, ketangkasan dan kelincahan. Permainan yang berasal
dari Malaka ini, konon hanya dilakukan oleh para bangsawan Bugis saat
diadakannya upacara-upacara resmi kerajaan seperti, pelantikan raja dan
perkawinan anggota kerajaan. Versi yang lain menyebutkan bahwa permainan ini
berasal dari Pulau Nias (Sumatera Utara). Dewasa ini marraga bukan hanya
dimainkan oleh para bangsawan, tetapi juga oleh orang kebanyakan.
Pemain
Marraga umumnya dimainkan oleh pria, baik remaja maupun dewasa.
Dalam satu permainan jumlah pemainnya 5-15 orang.
Tempat dan Peralatan Permainan
Permainan ini dilakukan pada sebidang tanah datar yang permukaannya
dibuat lingkaran dengan garis tengah minimal 6 meter. Peralatan yang digunakan
adalah raga, yaitu sejenis bola yang terbuat dari rotan yang dibelah-belah, diraut
halus kemudian dianyam. Alat ini umumnya berdiameter 15 cm. Adakalanya
gendang dipergunakan untuk mengiringi jalannya permainan.
Aturan dan Proses Permainan
Peraturan permainan marraga dapat dikatakan sederhana, yaitu pemain (jika
menerima raga dari pemain lain) harus melambungkan raga tersebut agar jangan
sampai terjatuh sebelum dioperkan pada pemain lainnya. Cara melambungkan
raga adalah dengan menggunakan kaki, tangan, bahu, dada, dan anggota tubuh
lainnya, tetapi tidak boleh di pegang. Tinggi dan rendahnya lambungan raga ada
yang dapat mencapai 3 meter dari permukaan tanah secara tegak lurus (sempak
sarring/anrong sempak); ada yang sedikit melampaui kepala (sepak biasa); dan
ada yang di bawah pusar (sempak caddi). Hal itu bergantung keinginan dan
keahlian pemain. Orang yang dianggap mahir (niak sempakna atau niak belona),
selain dapat mempertahankan raga agar tidak jatuh ke tanah, juga dapat
melambungkan raga sesuai dengan persyaratan permainan (bajiki anrong
sempakna), yaitu: (1) pintar mengambil raga, disiplin dan mampu menghidupkan
suasana bermain (caraddeki anggalle raga); dan (2) sepakannya bervariasi dan
sulit ditiru oleh pemain lainnya (jai sempak masagalana).
Sebelum permainan dimulai, para pemain berdiri membentuk lingkaran.
Salah seorang pemain (termahir) memegang raga kemudian melambungkannya.
Pemain yang posisinya pas dengan jatuhnya raga, maka dia yang harus memula i
permainan. Selanjutnya, raga dioperkan pada pemain lain dalam lingkaran
tersebut, demikianlah seterusnya secara bergiliran. Sebagai catatan, seorang
pemain tidak boleh memonopoli permainan dan menyerobot kesempatan bermain
pemain lain. Dalam hal ini berlaku asas pemerataan kesempatan bagi para pemain
untuk menunjukkan keahliannya masing-masing. Pertandingan dianggap selesai
jika bola jatuh ke tanah. Pemain yang menjatuhkannya dapat dikeluarkan sebelum
permainan dimulai kembali seperti semula.
Nilai Budaya
Nilai yang terkandung dalam permainan marraga adalah kerja keras, kerja
sama, kecermatan, demokrasi dan sportivitas. Nilai kerja keras dan kerja sama
tercermin dari usaha para pemain untuk menjaga dengan berbagai
macam cara agar raga tidak jatuh ke tanah. Nilai kecermatan tercermin dari usaha
para pemain untuk melambungkan atau menyepak raga ke sasaran yang dituju,
sehigga raga tidak keluar dari arena permainan. Nilai demokrasi tercermin dari
tidak adanya pemonopolian atau penyerobotan kesempatan pemain lain. Jadi, para
pemain diberi kesempatan untuk menunjukkan keahliannya. Dan, nilai sportivitas
tercermin dari pemain yang dengan lapang dada keluar arena karena menjatuhkan
raga ke tanah.
1. Jamuran
Asal usul
Dari segi istilah, kiranya nama jamuran diambil dari nama tumbuhan jamur.
Jamur yang berbentuk seperti payung bulat itulah yang menjadi inspirasi nama
dolanan jamuran. Berarti jamuran adalah sebuah nama dolanan, yang
permainannya membentuk lingkaran seperti jamur. Maka anak-anak
menyebutnya dengan dolanan jamuran.
Pemain
Jamuran bisa dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan. Biasanya
dimainkan oleh empat anak atau lebih. Sementara umur anak-anak yang bermain
dolanan ini setingkat usia TK sampai SD, sekitar 6-13 tahun. Jika ada anak di
bawah usia 6 tahun ikut, biasanya dianggap pupuk bawang atau dianggap cuma
ikut-ikutan, karena dianggap belum paham tentang cara bermain yang
sesungguhnya. Dolanan jamuran ini, dulu sering dimainkan di saat waktu
senggang di hari libur di saat pagi, sore, atau malam hari ketika bulan purnama.
Aturan dan Proses Permainan
Dimainkan oleh empat orang anak atau lebih, mula-mula ditentukan dulu
siapa yang akan menjadi pemain ditengah lingkaran, atau biasa disebut sing dadi.
Selanjutnya semua anak bergandengan tangan membentuk lingkaran
mengelilingi sing dadi, mereka bergerak sambil menyanyikan lagu jamuran, yang
syairnya seperti berikut :
Jamuran
Jamuran ya gegethok
Jamur apa ya gegethok
Jamur gajih mbejijih sa’ara-ara
Sira badhe jamur apa?
Sing dadi menyebut salah satu jenis jamur, lalu anak yang lain melakukan
sesuatu sesuai jenis jamur itu, misal:
a. Jamur parut.
Semua anak kecuali sing dadi menjulurkan salah satu telapak kaki. Kemudian
anak sing dadi menggelitik telapak kaki anak yang lain, berusaha membuatnya
geli sehingga tak dapat lagi menahan tawa, kemudian anak yang tak tahan geli
ini menggantikan posisi anak sing dadi.
b. Jamur kethek menek
Dalam permainan ini anak-anak harus segera berdiri diatas benda tertentu
sebelum anak sing dadimenyentuhnya
c. Jamur kursi
Dimana anak- anak harus dalam posisi setengah jongkok meniru kursi,
anaksing dadi nglungguhi anak- anak yang lain, apabila ada yang tidak tahan,
berarti ia menggantikan posisi sing dadi.
d. Jamur pawon
Anak-anak meniru posisi tungku tradisional dengan posisi tubuh seperti
merangkak tetapi diam ditempat. Sing dadi berpura – pura sebagai kayu yang
masuk dibawah perut anak-anak yang lain, kemudian mengangkatnya. Anak-
anak yang menjadi pawon harus mempertahankan posisi mereka bila mereka
tidak mau dadi.
e. Jamur kendil borot atau jamur pipis
Dimana sing dadi menyebutkan jenis jamur kendil borot setelah menyanyikan
lagu jamuran, kemudian anak-anak yang lain harus kencing, kalau tidak berarti
ia menggantika posisi sing dadi.
Nilai budaya
Permainan ini mempunyai banyak fungsi dalam melatih berbagai
aspek kecerdasan anak-anak, seperti kecerdasan musik saat melagukan lagu
jamuran, kemudian kecerdasan dalam menanggapi gerak atau merespon gerak,
kecerdasan antar personal, dimana anak-anak saling bersosialisasi satu sama lain.
Kecerdasan natural saat anak-anak juga bersosialisasi dengan lingkungan dan
alam sekitar saat bermain jamuran, serta menirukan gerakan-gerakan saat bermain
jamuran. Tidak ketinggalan juga kecerdasan bahasa, karena dalam permainan ini
terkadang diselingi dengan dialog antar pemain secara spontan.
PERMAINAN TRADISIONAL
“ BENTENG & BOI-BOIAN ”
Di Susun Oleh :
1. Margareta S (k7113135)
2. Nur Isni P (k7113159)
3. Nurul Annisa Safitri (k7113164)
4. Rahmatia KF (k7113175)
5. Rahmawati R (k7113176)
6. Riana R (k7113182)
7. Singgih Said (k7113201)
Kelompok 5 1C-PGSD
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
dan seluruh umatnya hingga hari akhir.
Dalam makalah ini kami membahas tentang Permainan Tradisional, yang
berisikan tentang permainan boi – boian dan permainan benteng. Dengan adanya makalah
ini, diharapkan dapat berguna bagi para pembaca dalam menambah pengetahuan kita
mengenai Permainan Tradisional. Harapan kami kedepan, semoga kritik dan saran dari
pembaca tetap tersalurkan, dan semoga makalah ini dapat terkesan di hati semua orang
sehingga dapat menjadi panutan ilmu pengetahuan.
Akhirnya ucapan terima kasih yang tak terhingga senantiasa kami sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, 12 November 2013
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................2
Daftar Isi ..........................................................................................................................3
BAB I (Pendahuluan).......................................................................................................4
1. Latar Belakang .............................................................................................................4
2.Tujuan ............................................................................................................................4
3. Rumusan Masalah ........................................................................................................5
BAB II (Pembahasan) ......................................................................................................6
A. Permainan Boi – boian ................................................................................................6
B. Permainan Benteng .....................................................................................................7
BAB III
(Penutup) ..........................................................................................................................7
1.Kesimpulan ....................................................................................................................9
2.Saran .............................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dewasa ini anak – anak menjadi objek sasaran perkembangan teknologi. Tidak
dapat dipungkiri memang, teknologi sekarang ini sudah begitu berkembang pesat.
Apalagi dilingkungan perkotaan. Anak – anak sudah dapat merasakan efek dari kemajuan
teknologi yang mutakhir ini. Kebudayaan mereka saat ini adalah bermain dengan
menggunakan alat – alat hasil perkembangan teknologi. Permainan mereka
menggunakan, tablet, Andriod, Play Station, dan yang mulai marak adalah game online.
Ini yang perlu diresahkan para orang tua, mungkin sebagian orang tua menganggap
dengan menggunakan kecanggihan teknologi tersebut dalam pertubuhannya anak akan
berkembang kecerdasannya. Tapi tahukah kalian bahwa sebenarnya anak – anak adalah
masa dimana semua neuron diotaknya mulai berkembang dengan pesat, dan tubuhnya
pun mengalami pertumbuhan yang amat pesat pula. Pada masa itu, anak dipenuhi dengan
rasa keingintahuan yang tinggi. Oleh sebab itu, lebih baik jika anak – anak dikenalkan
dengan jenis – jenis permaianan trasdisional. Selain bernilai budaya, yaitu dengan
melestarikan budaya yang telah ada sejak jaman dulu. Dengan dikenalkannya dan
diterapkannya permainan tradisional tersebut pada anak, itu akan melatih motorik kasar
pada anak, itu akan sangat membantu dalam pertumbuhannya, dengan dia berlari – lari,
melompat – lompat, menggerakan tubuhnya, itu akan lebih efektif dari pada anak yang
hanya bermain dengan tabletnya, yang kemudian dia hanya duduk sambil makan, maka
akan menjadi efek yang kurang baik pada pertumbuhan anak tersebut. Bisa jadi mereka
malah bermalas – malasan, apalagi untuk olahraga. Bisa jadi mereka terserang obesitas
dini. Hal ini cukup mengkhawatirkan sebenarnya, tapi tetap saja banyak orang tua yang
mengabaikannya. Permainan tradisional adalah permainan yang bagus untuk merangsang
pertumbuhan anak. Selain itu juga dalam permainan tradisional ada juga yang bermain
secara tim, ini akan melatih anak sejak dini untuk belajar bekerjasama dengan orang lain,
saling membantu, dan menjaga kekompakan. Permaian Tradisional seharusnya tetap
dilestarikan karena banyak manfaat yang kita ambil dari sana selain nilai sejarahnya.
2. Tujuan
Penyusunan makalah ini walaupun semata – mata untuk memenuhi tugas mata
kuliah penjasorkes, tetapi disisi lain dapat juga bertujuan untuk menginformas ikan
kepada pembaca, khususnya orang ttua nantinya aga mereka menyadari betapa
pentingnya permainan tradisional untuk anak – anak. Dengan membaca makalah ini juga
akan mengerti apa itu permainan tradisional Boi – boian, dan apa itu permainan
tradisional Benteng. Bagaimana aturan main dari kedua permainan tersebut, dan apa
tujuan dari permainan tersebut, akan kita ungkap dalam makalah ini. Tujuan yang paling
penting dalam pembuatan makalah ini agar bermanfaat bagi para pembaca.
3. Rumusan masalah
1) Apa itu permainan tradisional Boi – boian?
2) Bagaimana aturan bermain dalam permainan tradisional Boi – boian?
3) Apa tujuan dari permainan tradisional Boi – boian?
4) Apa itu permainan tradisional Benteng?
5) Bagaimana aturan bermain dalam permainan tradisional Benteng?
6) Apa tujuan dari permainan tradisional Benteng?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permainan Boi - boian
1. Pengertian Permainan Boi - boian
Permainan dari jawa barat. Bukan permainan yang dikhususkan untuk anak laki-
laki, anak perempuan pun bisa bermain boy-boyan. Sebenarnya, permainan ini memilik i
nama yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Misal, di daerah Pati, Jawa Tengah,
permainan ini dikenal dengan nama Gaprek Kempung. Di daerah Sunda, ada yang
menyebutnya boy-boyan, ada juga yang menyebutnya bebencaran. Dan di beberapa
daerah lainnya permainan ini disebut Gebokan, karena katanya suara yang biasa
ditimbulkan apabila bola karet yang digunakan dalam permainan mengenai anggota
badan dari pemain akan menimbulkan suara “Gebok”. Jumlah anggota tiap kelompok :
minimal 5 anak; semakin banyak anak yang ikut bermain, maka bertambah seru
permainannya
Alat bantu:
batu-batu pipih atau pecahan asbes; benda apa saja yang bisa disusun bertumpuk
ke atas semacam piramida, sebanyak kira-kira 10 keping/batu, 1 bola kertas; terbuat dari
kertas-kertas bekas yang digumpal-gumpalkan menjadi kira-kira sebesar bola tenis, diikat
dengan banyak karet gelang agar tidak terlepas satu sama lain
2. Aturan Permainan Boi – boian
1 kelompok bertujuan menyusun piramida hingga tak ada yang tersisa sambil
menghindar dari tembakan bola kertas yang dilepaskan oleh anggota-anggo ta
kelompok lain
kelompok yang lain bertugas menembakkan bola kertas ke anggota-anggo ta
kelompok lawan yang berusaha menyusun piramida; setiap anggota lawan yang
terkena tembakan bola kertas dianggap gugur dan tidak boleh lagi meneruskan
permainan
permainan dimulai dengan menggulirkan bola kertas oleh kelompok penembak
ke arah piramida batu pipih hingga berantakan (kira-kira seperti
menggelindingkan bola bowling ke sasarannya); sementara itu kelompok
penyusun piramida bersiap-siap menyusun lagi batu-batu yang berantakan sambil
mewaspadai serangan bola kertas
permainan selesai apabila piramida selesai disusun ATAU anggota kelompok
yang bertujuan menyusun piramida telah semuanya gugur kena tembakan bola
kertas dari kelompok lawan
setelah selesai, posisi kelompok ditukar; yang tadinya kelompok penyusun
piramida menjadi kelompok penembak, dan sebaliknya
3. Tujuan Permainan Boi – boian
Melatih kerja sama antarpemain
Melatih ketelitian
Melatih tanggung jawab dan kerja keras
Mengasah kecerdikan
B. Permainan Benteng
1. Pengertian Permainan Benteng
Permainan bentengan merupakan salah satu permainan anak-anak. Permainan
ini sekarang sudah tidak lagi menjadi permainan bagi anak-anak karena telah tergeser
oleh permainan modern. Permainan bentengan ini sebenarnya merupakan salah satu
latihan strategi mempertahankan NKRI dari serangan musuh. Permainan bentengan
terdiri dari 2 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 pemain. Atau boleh
juga dilakukan meyesuaikan jumlah anak yang ada, serta tempat yang digunakan.
Permainan bentengan dilakukan dengan menjaga benteng yang diwujudkan berbentuk
tonggak tiang kayu atau bambu, dapat juga menggunakan pohon hidup. Tonggak
tersebut dijadikan sebagai basecamp masing-masing kelompok.
2. Aturan Permainan Benteng
• Peraturan pertandingan :
a. Pemain bentengan yang keluar dari basecamp dianggap menyerbu terlebih dahulu.
Pemain ini apabila dikejar oleh musuh dan tersentuh oleh tangan musuh dianggap
tertangkap. Pemain yang tertangkap di tempatkan tawanan (tempat yang sudah
ditentukan sebelum pertandingan dimulai, biasanya 2 meter sebelah kanan atau kiri
dari basecamp).
b. Pemain ini dapat kembali mempertahankan bentengnya apabila telah diselamatkan
temannya, dengan cara menyentuh tangan atau bagian tubuhnya. Kelompok pemain
dinyatakan mendapatkan nilai apabila dapat menyentuh basecamp musuh. Berakhirnya
pertandingan ditentukan oleh kesepakatan para pemain. Kelompok yang kalah akan
mendapatkan hukuman, yaitu menggendong kelompok yang menang dari benteng yang
satu ke benteng lainnya, jumlah gendongan tergantung kesepakatan.
c. Pemain musuh mengejar penyerang
d. Pemain yang ditawan berada di tempat tawanan
e. Seorang pemain mendapatkan nilai dengan menyentuh basecamp musuh
Strategi Benteng :
Seperti pada perang, benteng membutuhkan strategi untuk memenangkan
permainan. Salah satu strategi permainan ini adalah membagi anggota kelompok
menjadi 'penyerang', 'mata - mata', 'pengganggu', dan 'penjaga benteng'.
Penyerang bertugas mencari celah agar dapat menyentuh benteng lawan. mata -
mata bertugas mencari lawan yang telah lama tidak menyentuh benteng.
Pengganggu bertugas memancing lawan untuk keluar dari daerah aman. Penjaga
'benteng' harus menjaga benteng mereka dari pihak lawan yang ingin menyentuh
benteng.
3. Tujuan Permaian Benteng
Melatih kerjasama/kekompakan
Melatih ketelitian
Melatih tanggung jawab dan kerja keras
Mengasah kecerdikan
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Permainan Boi – boian dari jawa barat, yang dilakukan minimal 5 anak. Dengan
batu-batu pipih atau pecahan asbes; benda apa saja yang bisa disusun bertumpuk ke atas
semacam piramida, sebanyak kira-kira 10 keping/batu, 1 bola kertas; terbuat dari kertas-
kertas bekas yang digumpal-gumpalkan menjadi kira-kira sebesar bola tenis, diikat
dengan banyak karet gelang agar tidak terlepas satu sama lain..
Sedangkan permainan Benteng terdiri dari 2 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 4-6 pemain. Atau boleh juga dilakukan meyesuaikan jumlah anak yang ada,
serta tempat yang digunakan. Permainan bentengan dilakukan dengan menjaga benteng
yang diwujudkan berbentuk tonggak tiang kayu atau bambu, dapat juga menggunakan
pohon hidup. Tonggak tersebut dijadikan sebagai basecamp masing-masing kelompok.
Seperti permainan perang – perangan secara berkelompok.
2. Saran
Dengan mengenal dan memperalajari permainan tersebut yang baru secuil dari
sekian banyak permainan tradisional yang membanjiri tanah air tercinta ini, kita dapat
mengambil banyak manfaat dari mempraktikannya. Dengan permainan tersebut tidak
hanya menyehatkan jasmani saja, tapi juga dapat menyehatkan rohaninya. Dan tidak lupa
bahwa permainan tradisional juga membantu pertumbuhan anak, dan lebih efektif dari
pada permainan modern sekarang ini yang menggunakan hasil perkembangan teknologi.
Yang kami harapkan semoga permainan tradisional, apapun itu tidak mengalami
kepunahan, dan tetap lestari sampai generasi – generasi berikutnya. Dan permainan
tradisional tidak kalah terkenalnya dengan permainan modern. Biasakanlah anak – anak
untuk tetap mempelajari, dan melakukan permainan tersebut, dan tularkanlah
pengalaman tetang permainan tradisional yang diketahui, supaya dapat diterapkan dalam
kehidupan orang lain pula. Dan begitu seterusnya hingga tidak terjadi kepunahan.
Permainan Tradisional
“Egrang & Lompat Tali “
Disusun oleh:
1. Hendri Ristiawan (K7113096)
2. Laurensius Dimas P (K7113124)
3. Mitha Yulia (K7113142)
4. Nia Octavia (K7113151)
5. Novia Diah (K7113156)
6. Nur Raida Fatati (K7113161)
7. Nurhayu Ika Ratri (K7113163)
Kelompok 6 1C-PGSD
“EGRANG” 1. Pengertian
Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara
pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-
beda seperti: sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata
Tengkak (pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa
Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang
sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari
bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau.
Permainan Traditional Egrang- Egrang adalah alat permainan tradisional yang
terbuat dari 2 batang bambu dengan ukuran selengan orang dewasa, sedangkan untuk
tumpuan bawah bambunya agak besar. Permainan ini sudah tidak asing lagi, mekipun di
berbagai daerah di kenal dengan nama yang berbeda beda. saat ini juga sudah mulai sulit
di temukan, baik di desa maupun di kota, Permainan Egrang sendiri sudah ada sejak dahulu
kala dan merupakan permainan yang membutuhkan ketrampilan dan keseimbangan tubuh.
Permainan Egrang sendiri sangat unik karena sangat dibutuhkan ketrampilan dan
keseimbangan tubuh bila menaikinya, makanya tidak semua orang baik orang dewasa
maupun anak anak bisa bermain Egrang. Bentu Egrang disesuaikan dengan pemakainya
sesuai dengan umur si pemakai, bila yang bermain orang Dewasa maka pembuatanya pun
panjang dan tinggi, sedangkan untuk anak anak bentuk dan ukuranya pun pendek.
Egrang terbuat dari batang bambu dengan panjang kurang lebih 2,5 meter. Sekitar
50 cm dari bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata dengan lebar kurang lebih 20 cm
2. Peraturan Permainan
A. Pemain
Permainan egrang dapat dikategorikan sebagai permainan anak-anak. Pada
umumnya permainan ini dilakukan dilakukan oleh anak laki-laki yang berusia 7-13
tahun. Jumlah pemainnya 2-6 orang.
B. Tempat dan Peralatan Permainan
Permainan egrang ini tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang khusus. Ia dapat
dimainkan di mana saja, asalkan di atas tanah. Jadi, dapat di tepi pantai, di tanah
lapang atau di jalan. Luas arena permainan tilako ini hanya sepanjang 7--15 meter
dan lebar sekitar 3-4 meter.
Peralatan yang digunakan adalah dua batang bambu bata (volo vatu) yang relatif
lurus dan sudah tua dengan panjang masing-masing antara 1,5-3 meter. Cara
membuatnya adalah sebagai berikut. Mula-mula bambu dipotong menjadi dua
bagian yang panjangnya masing-masing sekitar 2-3 meter. Setelah itu, dipotong lagi
bambu yang lain menjadi dua bagian dengan ukuran masing-masing sekitar 20-30
cm untuk dijadikan pijakan kaki. Selanjutnya, salah satu ruas bambu yang berukuran
panjang dilubangi untuk memasukkan bambu yang berukuran pendek. Setelah
bambu untuk pijakan kaki terpasang, maka bambu tersebut siap untuk digunakan.
C. Aturan Permainan
Aturan permainan egrang dapat dibagi menjadi dua, yaitu perlombaan lari dan
pertandingan untuk saling menjatuhkan dengan cara saling memukulkan kaki-kaki
bambu. Perlombaan adu kecepatan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia
antara 7-11 tahun dengan jumlah 2--5 orang. Sedangkan, permainan untuk saling
menjatuhkan lawan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 11-13
tahun dengan menggunakan sistem kompetisi.
D. Jalannya Permainan
Apabila permainan hanya berupa adu kecepatan (lomba lari), maka diawali dengan
berdirinya 3-4 pemain di garis start sambil menaiki bambu masing-masing. Bagi
anak-anak yang kurang tinggi atau baru belajar bermain egrang, mereka dapat
menaikinya dari tempat yang agak tinggi atau menggunakan tangga dan baru
berjalan ke arah garis start. Apabila telah siap, orang lain yang tidak ikut bermain
akan memberikan aba-aba untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba
itu, para pemain akan berlari menuju garis finish. Pemain yang lebih dahulu
mencapai garis finish dinyatakan sebagai pemenangnya.
Sedangkan, apabila permainan bertujuan untuk mengadu bambu masing-masing
pemain, maka diawali dengan pemilihan dua orang pemain yang dilakukan secara
musyawarah/mufakat. Setelah itu, mereka akan berdiri berhadapan. Apabila telah
siap, peserta lain yang belum mendapat giliran bermain akan memberikan aba-aba
untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, kedua pemain akan mulai
mengadukan bambu-bambu yang mereka naiki. Pemain yang dapat menjatuhkan
lawan dari bambu yang dinaikinya dinyatakan sebagai pemenangnya.
3. Manfaat Permainan
Permainan egrang tak hanya membutuhkan kerja keras, tapi juga ketrampilan dan
sportifitas. Pada pembuatan egrang, pemain harus bekerja keras mulai dari mencari
mencari bambu, memotongnnya, hingga proses membuatnya agar seimbang ketika
digunakan. Sikap ketrampilan dan sportifitas ditunjukan ketika permainan dimula i,
ketrampilan dalam menggunakan egrang dan menyeimbangkan tubuh agar tidak terjatuh,
dan juga tidak berbuat curang dan mau menerima kekalahan sebagai wujud sportifitas.
Nilai budaya yang terkandung dalam permainan egrang adalah:
A. .Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang berusaha agar dapat
mengalahkan lawannya.
B. Nilai keuletan tercermin dari proses pembuatan alat yang digunakan untuk
berjalan yang memerlukan keuletan dan ketekunan agar seimbang dan mudah
digunakan untuk berjalan
C. Melatih keseimbangan badan.
D. Melatih ketangkasan.
E. Sarana hiburan yang menyenangkan
“LOMPAT TALI”
1. Pengertian
Permainan lompat tali adalah permainan yang alatnya disusun dari karet gelang,
permainan ini terbilang sangat populer sekitar tahun 70-an sampai 80-an, permainan ini
favorit saat waktu isitirahat di sekolah dan sore hari ketika di rumah. Sederhana tapi
bermanfaat, bisa dijadikan sarana bermain sekaligus olahraga.
Tali yang digunakan terbuat dari jalinan karet gelang yang banyak terdapat di
sekitar kita. Sebenarnya permainan lompat tali karet sudah bisa dimainkan semenjak anak
usia TK ( sekitar 4 – 5 tahun ) karena motorik kasar mereka telah siap, apalagi bermain
lompat tali dapat menjawab keingintahuan mereka akan rasanya melompat. Tapi
umumnya permainan ini memang baru populer di usia sekolah ( sekitar 6 tahun).
Jenis permainan lompat tali terbagi menjadi dua : Lompat kaki yang bersifat
santai dan yang bersifat sport / olahraga. Lompat tali yang santai biasanya dimainkan
oleh anak perempuan sedangkan yang sport / olahraga dimainkan oleh anak laki – laki.
Dengan kata lain, permainan lompat tali tersebut bisa dimainkan oleh laki – laki maupun
perempuan tanpa memandang gender.
2. Peraturan Permainan
Cara bermainnya bisa dilakukan perorangan atau kelompok, jika hanya bermain
seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang atau apa pun yang
memungkinkan lalu melompatinya. Jika bermain secara berkelompok biasanya
melibatkan minimal tiga anak, dua anak akan memegang ujung tali; satu dibagian kiri,
satu lagi dibagian kanan, sementara anak yang lainnya mendapat giliran untuk melompati
tali. Tali direntangkan dengan ketinggian bergradasi, dari paling rendah hingga paling
tinggi. Yang pandai melompat tinggi, dialah yang keluar sebagai pemenang. Sementara
yang kalah akan berganti posisi menjadi pemegang tali. Permainan secara soliter bisa
juga dengan cara skipping, yaitu memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya
melewati kepala sampai kaki sambil melompatinya.
Jika bermain secara berkelompok biasanya melibatkan minimal 3 anak. Diawali
dengan gambreng atau hompipah untuk menentukan dua anak yang kalah sebagai
pemegang kedua ujung tali. Dua anak yang kalah akan memegang ujung tali; satu di
bagian kiri, satu anak lagi di bagian kanan untuk meregangkan atau mengayunkan tali.
Lalu anak lainnya akan melompati tali tersebut. Aturan permainannya simpel; bagi anak
yang sedang mendapat giliran melompat, lalu gagal melompati tali, maka anak tersebut
akan berganti dari posisi pelompat menjadi pemegang tali. Alat yang dibutuhkan cukup
sederhana. Bisa berupa tali yang terbuat dari untaian karet gelang atau tali yang banyak
dijual di pasaran yang dikenal dengan tali skipping.
Model lompatan yang dilakukan masing2 anak/lingkungan bervariasi, tergantung
aturan yang disepati sebelumnya. Aturan permainan dasarnya adalah awalnya tali
diletakkan secara horisontal sejajar dg lutut, kemudian pelompat memainkan kakinya dg
tali (kaki dililit- lilitkan di tali dg menggunakan irama yg beraturan), atau hanya sekedar
melompat. Terserah perintah atau aturan. lompat tali-ujung tangan
Bila lompatan selutut bisa dilalui pelompat, maka tali akan semakin naik ke atas,
Selama permainan, bila ada pemain yang gagal melakukan lompatan, maka dia dianggap
kalah, dan menggantikan salah satu pemegang tali.
3. Manfaat Permainan
1. Motorik kasar
Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara fisik anak
jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik melompat yang dalam permainan
ini memang memerlukan keterampilan sendiri. Lama- lama, bila sering dilakukan, anak
dapat tumbuh menjadi cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-ototnya pun padat dan berisi,
kuat serta terlatih. Selain melatih fisik, mainan ini juga bisa membuat anak – anak mahir
melompat tinggi dan mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Lompat tali juga dapat
membantu mengurangi obesitas pada anak.
2. Emosi
Untuk melakukan suatu lompatan dengan ketinggian tertentu dibutuhkan keberanian
dari anak. Berarti, secara emosi ia dituntut untuk membuat suatu keputusan besar, mau
melakukan tindakan melompat atau tidak.
Dan juga saat bermain, anak – anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak,
tertawa dan bergerak.
3. Ketelitian dan Akurasi
Anak juga belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Misalnya, bagaimana ketika
tali diayunkan, ia dapat melompat sedemikian rupa sehingga tidak sampai terjerat tali
dengan berusaha mengikuti ritme ayunan. Semakin cepat gerak ayunan tali, semakin
cepat ia harus melompat.
4. Sosialisasi
Untuk bermain tali secara berkelompok, anak membutuhkan teman yang berarti
memberi kesempatannya untuk bersosialisasi sehingga ia terbiasa dan nyaman dalam
kelompok. Ia dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan dan yang lainnya.
5. Intelektual
Saat melakukan lompatan, terkadang anak perlu berhitung secara matematis agar
lompatannya sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam aturan permainan.
Umpamanya, anak harus melakukan lima kali lompatan saat tali diayunkan, bila lebih
atau kurang ia harus gantian menjadi pemegang tali. Anak juga secara tidak langsung
belajar dengan cara melihat dari teman – temannya agar bisa mahir dalam melakukan
permainan tersebut.
6. Moral
Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang atau kalah. Namun, menang
atau kalah tidak menjadikan para pemainnya bertengkar, mereka belajar untuk bersikap
sportif dalam setiap permainan. Dan juga tidak ada yang unggul, karena setiap orang
punya kelebihan masing – masing untuk setiap permainan, hal tersebut meminimalis ir
ego di diri anak-anak