Top Banner
TUGAS AKHIR OLAH RAGA dan KESEHATAN (PERMAINAN TRADISIONAL) Di susun oleh : Kelas 1-C Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret 2013/2014
43

permainan tradisional

Jul 05, 2015

Download

Education

Mitha Ye Es

moga bermanfaat yah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: permainan tradisional

TUGAS AKHIR

OLAH RAGA dan KESEHATAN

(PERMAINAN TRADISIONAL)

Di susun oleh :

Kelas 1-C

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

2013/2014

Page 2: permainan tradisional

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmatNya

kepada penulis hingga tak terhitung. Karena berkat nikmat yang telah diberikanNya

penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir Olah Raga dan Kesehatan yang

telah ditugaskan oleh dosen pengampu mata kuliah tersebut, yaitu Bapak Matsuri.

Tugas ini merupakan sebuah karya, karena Insya Allah nantinya akan

dikaryakan di Perpustakaan PGSD UNS. Karya ini merupakan kumpulan dari beberapa

kelompok ORKES yang ada di kelas 1-C. Dalam karya ini membahas mengenai

macam-macam permainan tradisional yang ada di Indonesia, sewaktu kita kecil

mungkin beberapa permainan pernah kita mainkan bersama teman-teman dulu.

Perkelompok sudah menulis deskripsi dari masing-masing permainan yang mereka

bahas; tentang permainan, cara bermain, dan manfaat memainkan permainan tersebut.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari rekan-rekan yang telah

membantu menyelesaikan Tugas Akhir ORKES ini, atas bantuan secara materi maupun

non materi yang telah penulis terima.

Segala kesempurnaan hanyalah milik Allah dan kekurangan berasal dari penulis

sendiri, maka penulis mohon maaf jika banyak kekurangan mengenai isi dari tulisan ini.

Kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi tulisan yang baik nantinya.

Semoga karya ini dapat menambah wawasan pembaca, khususnya kepada makasiswa/i

PGSD UNS Surakarta. Aamiin

Surakarta, 04 Januari 20134

Kelas 1-C

Page 3: permainan tradisional

Permainan Tradisional

Cangke dan Bekel

Disusun Oleh :

Luth Prasandy Eko

Marsono

Nadhifa Zahra Al Khansa

Nora Dwi Jayanti

Nurul Hajjah Mabruroh

Puput Tri Widiastuti

Kelompok 1 1C-PGSD

Page 4: permainan tradisional

A. Cangke’ / Maccuke

Pengertian

Permainan Cangke’ adalah Cangke’ adalah nama salah satu permainan tradisional yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan. Cangke’ merupakan salah satu ragam keunikan permainan tradisional Indonesia yang menjadi warisan budaya masyarakat Indonesia terkhusus bagi masyarakat Sulawesi Selatan. Permainan ini dilakukan atau dimainkan oleh dua kelompok, satu kelompok sebagai pemukul dan satu kelompok lagi sebagai penangkap, dan juga dimana biasanya masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang.

Yang diperlukan dalam permainan ini adalah : - 2 buah Pammeppek (stik) dengan ukuran yang berbeda - Sebuah lubang kecil di tanah. Pammeppek ( stik) pertama dengan ukuran sekitar ± 30-40 cm sebagai pemukul

dan penghitung poin, dan pammeppek (stik) kedua sebagai objek yang dilontarkan yang memiliki panjang sekitar ± 10 cm dengan masing-masing diameter sekitar 5 cm. Dan juga biasanya pammeppek (stik) tersebut terbuat dari ranting pohon mangga, atau jambu.

Aturan Permainan

Permainan Cangke’ terdiri dari 3 tahap, yaitu:

Ricungkili’ (mencungkil). Pada tahap ini pemain yang bertugas untuk memukul

menempatkan stik kecil di atas lubang yang telah di buat. Selanjutnya memegang stik panjang dengan menempatkannya di belakang stik kecil, kemudian melakukan

cungkilan sekuat-kuatnya agar stik kecil terlontar jauh kedepan. Selanjutnya tugas dari si penangkap untuk menangkap stik kecil tadi yang dilontarkan. Apabila si

penangkap tidak dapat menangkapnya, maka stik kecil tersebut harus di lemparkan ke arah stik panjang yang terdapat di atas lubang. Jika tidak kena dan

terjadi jarak antara stik dengan lubang maka akan menjadi poin bagi pihak pemukul. Tetapi jika kena maka akan terjadi pergantian pemain (Rolling).

Ripeppe’ se’re (pukulan pertama). Pada tahap ini, yang bertindak sebagai pemukul mengambil kedua stik, kemudian melempar stik pendek ke udara dan

stik panjang bersiap-siap untuk memukul stik pendek sekencang-kencangnya atau

Page 5: permainan tradisional

sejauh-jauhnya ke arah kelompok penangkap. Bedanya dengan tahap pertama tadi, tahap ini orang yang memukul stik tadi tidak lagi menempatkan stik panjang di atas lubang, melainkan di pegang dan di gunakan untuk memukul balik stik

pendek yang akan di lempar oleh si penangkap ke arah lubang di dekat si pemukul. Jika berhasil memukul balik stik kecil tadi maka akan terjadi hitungan poin, namun

apabila stik yang dilempar tadi tidak terjadi jarak dengan lubang atau jaraknya tidak melebihi panjang pemukul, maka pemain yang bertindak sebagai pemukul

tadi di ganti dengan teman kelompoknya yang belum main.

Ripeppe’ Rua (Pukulan kedua). Pada tahap terakhir ini, stik diletakkan di dalam lubang, dengan posisi yang miring ke depan. Ujung yang keluar pada stik pendek

tersebut dipukul dengan menggunakan stik panjang, apabila stik pendek tersebut sudah terlontar ke udara maka cepat-cepat harus dipukul kembali ke depan

menuju arah si penangkap sejauh mungkin. Jika tidak tertangkap oleh kelompok penangkap, maka jarak lontaran tersebut langsung dijadikan poin. Namun, apabila saat melontarkan stik pendek ke udara dan tidak dapat memukulnya maka terjadi rolling pemain. Dan apabila semua pemain dari kelompok pemukul telah gagal, maka kedua kelompok tersebut bertukar peran.

Tujuan

Kelompok yang mendapatkan poin terbanyak menjadi pemenangnya.

Cara menghitung Poin :

Untuk menghitung poin dalam permainan Cangke’, pada tahap satu dan dua, apabila terjadi jarak dengan hasil lemparan si penangkap, maka panjang stik pemukul (stik panjang) di gunakan sebagai pengukur panjang jarak, apabila jarak stik kecil ke lubang sebanyak 10 kali stik panjang, maka mendapat poin 10. Sedangkan untuk tahap tiga, ketika si pemukul melakukan pukulan ke stik kecil dan kelompok penangkap tidak dapat menangkapnya, maka jarak hasil pukulan tersebut langsung di hitung menggunakan stik panjang menuju ke arah lubang, jika jaraknya sebanyak 25 stik panjang maka mendapat poin 25.

Sedangkan bagi kelompok penangkap, apabila dalam setiap pukulan dapat

menangkap stik maka akan mendapat poin tertentu, dimana ketika dapat menangkap stik pendek menggunakan 2 tangan, maka akan mendapat 5 poin, dan apabila dapat

menangkap dengan 1 tangan, akan mendapatkan 10 poin.

Page 6: permainan tradisional

A. Ceklen (Bekel)

-Pengertian

-Aturan Permainan

Cara bermain bekel ini susah-susah gampang. Semua biji bekel harus

digenggam hanya dengan satu tangan beserta dengan bolanya. Setelah itu bola dilambungkan ke atas dan hanya boleh memantul satu kali saja. Saat bola dalam posisi tidak berada di tangan tersebutlah waktu dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk mengolah biji bekel. Dalam proses pengambilan atau pengaturan biji bekel, bola atau tangan tidak boleh menyentuh biji bekel yang lain. Juga dalam proses penangkapan bola bekel, tangan tidak boleh menyentuh anggota tubuh yang lain dalam usaha agar biji bekel yang dalam genggaman tidak jatuh. Proses ini sering dinamakan "gendong anak." Bola dan biji bekel tidak boleh terjatuh atau terlepas dari tangan saat sedang bermain. Bila melanggar salah satu peraturan di atas, maka pemain akan kehilangan gilirannya dan berganti kepada pemain lain.

Pada awal permainan, pemain hanya menyebarkan biji bekelnya. Dalam proses ini, semua biji bekel tidak boleh dalam posisi sisi yang sama. Bila sama semua, maka gilirannya akan pindah ke pemain lain. Dalam permainan bola bekel biasanya dibagi

dalam 3 set yaitu Mi, Pit dan Roh.

Mi adalah sebutan istilah untuk pengambilan biji bekel tanpa mengatur bijinya pada permukaan tertentu. Jadi hanya mengambil mulai dari

bilangan 1 s/d maksimal biji bekel. Misalnya bermain dengan 10 biji bekel. maka awal permainan dimana bola dilambungkan untuk pertama

kalinya adalah untuk menyebarkan biji bekel. Kemudian melambungkan bola lagi untuk mengambil biji bekel satu demi satu. Disebut dengan mi

satu. Setelah biji terambil semua, pada saat pengambilan biji yang terakhir, dan menyebarkan biji bekel kembali, harus dilakukan dalam satu lambungan bola yang sama. Dilanjutkan dengan mi dua yaitu

mengambil biji bekel 2 buah sekaligus. Begitu seterusnya sampai dengan mi sepuluh.

Pit. Dari set mi ke set pit dilakukan dengan berkelanjutan. Yaitu saat pengambilan mi terakhir dan penyebaran biji bekel untuk sesi pit

dilakukan dalam satu lambungan bola yang sama. Setelah biji bekel disebar, maka pemain harus memposisikan biji bekelnya agar bagian pit

menghadap ke atas dengan cara melambungkan bola lalu membalikkan biji bekel satu persatu agar pit menghadap ke atas. Setelah semua biji

bekel menghadap ke atas, maka dilakukan pit satu. Prosesnya sama dengan proses mi. Begitu selanjutnya sampai dengan pit dengan jumlah

biji maksimal.

Page 7: permainan tradisional

Roh. Sama dengan Pit, namun biji bekel posisi Roh harus menghadap ke atas. Siapa yang paling awal menyelesaikan set Roh akan keluar sebagai pemenangnya.

-Tujuan

Pemain bekel yang jago dapat memainkan game ini dalam set yang cukup panjang tanpa melakukan kesalahan sehingga giliran pemain lain untuk bermain menjadi lama. Pemain yang berhasil menyelesaikan tahapan paling awal menjadi pemenangnya.

Page 8: permainan tradisional

Permainan Tradisional

Engklek dan Dakon

DISUSUN OLEH :

1. IMAM SHOLEH K7113108

2. JAFAR SIDIK NUGROHO K7113118

3. LINA NUR FITRIANA K7113127

4. MAYA FATMALASARI F K7113140

5. MUTIA DIAN PUSPITA K7113149

6. NISA ROMADHONI K7113153

Kelompok 2 1C-PGSD

Page 9: permainan tradisional

B. PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK

1. Pengertian Permainan Tradsional Engklek

Permainan Tradisional Engklek sering disebut juga sebagai permainan tradisiona l

Sunda Manda.Engklek merupakan sebuah permainan tradisional yang sudah banyak

dikenal oleh anak-anak di Indonesia.Telah banyak dimainkan oleh anak-anak pada masa

dahulu, bahkan sekarang ini permainan tradisional engklek juga dimainkan oleh anak-

anak muda.

Permainan tradisional engklek yang juga disebut dengan sunda manda ini diyakini

mempunyai nama asli ‘Zondag Maandag’ yang merupakan bahasa Belanda. Jadi berdasar

sejarahnya memang permainan tradisional engklek ini masuk ke Indonesia melalui

Belanda yang pada masa lalu menjajah Indonesia.Diyakini pada masa penjajahan inilah

permainan tradisional engklek dibawa masuk ke Indonesia oleh Belanda.

Memang sampai dengan saat ini tidak ada bukti sejarah yang otentik yang dapat

menyimpulkan mengenai sejarah permainan tradisional engklek.Namun permainan

tradisional engklek ini sudah sangat populer di kalangan anak perempuan di Eropa pada

masa perang dunia.Sedangkan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda banyak

dijumpai anak-anak perempuan Belanda bermain permainan tradisional engklek

ini.Memang permainan ini lebih banyak dimainkan oleh anak perempuan, walaupun

Page 10: permainan tradisional

ternyata kemudian anak-anak lelaki pun banyak yang turut bermain permainan tradisiona l

engklek.

Setelah Indonesia merdeka dari penjajahan, permainan tradisional engklek tetap

bertahan di Indonesia dan menjadi semakin dikenal oleh anak-anak kecil di

Indonesia.Begitupun dalam hal penyebarannya, semakin lama permainan tradisiona l

engklek semakin populer dan menyebar ke seluruh pelosok negeri ini.Hingga akhirnya

bisa dibilang tidak ada anak kecil yang tidak tahu permainan tradisional engklek.

2. Cara Memainkan Permainan Engklek

1. Pertama kali yang harus dilakukan sebelum melakukan permainan engklek adalah

menggambar bidang engklek terlebih dahulu.

2. Kemudian pemain harus melakukan hompimpah untuk menentukan urutan siapa

yang jalan terlebih dahulu. Hompimpah disini harus ditentukan yang berbeda

pertama jalan pertama atau jalan terakhir. Tapi biasanya dalam hompimpa yang

paling berbeda jalan terlebih dahulu begitu seterusnya. Hal ini dilakukan jika

pemain lebih dari dua orang. Jika dua orang dilakukan suit.

3. Untuk dapat bermain, setiap anak harus mempunyai kereweng / gacuk / buah /

yang biasanya berupa pecahan genting, keramik lantai, ataupun batu yang datar

4. Para pemain harus melompat dengan menggunakan satu kaki di setiap kotak-

kotak / petak-petak yang telah digambarkan sebelumnya di tanah.

5. Kereweng/gacuk dilempar ke salah satu petak yang tergambar di tanah, petak

dengan gacuk yang sudah berada diatasnya tidak boleh diinjak/ditempati oleh

setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu

kaki mengelilingi petak-petak yang ada.

6. Pemain tidak diperbolehkan untuk melemparkan kereweng/gacuk hingga

melebihi kotak atau petak yang telah disediakan. Jika ada pemain yang

melakukan kesalahan tersebut maka pemain tersebut akan dinyatakan gugur dan

diganti dengan pemain selanjutnya.

7. Pemain yang menyelesaikan satu putaran sampai di puncak gunung, mengambil

kereweng /gajuk dengan membelakangi gunung dan menutup mata, tidak boleh

menyentuh garis juga. Apabila pemain tersebut menyentuh garis/ terjatuh saat

mengambil kerewengnya maka dia mati dan digantikan pemain selanjutnya.

Page 11: permainan tradisional

8. Apabila pemain berhasil mengambil gajuk di gunung, maka dia harus

melemparkannya keluar dari bidang engklek. Kemudian pemain tersebut engklek

sesuai dengan kotak dan diakhiri dengan berpijak pada gajuk/kereweng yang

dilemparkan tadi.

9. Selanjutnya apabila berhasil pemain lanjut ke tahap mencari sawah dengan cara,

menjagling kereweng/gajuk dengan telapak tangan bolak-balik sebanyak 5 kali

tanpa terjatuh. Hal ini dilakukan dalam posisi berjongkok membelakangi bidang

engklek dan berada di tempat jatuhnya kereweng yang tadi di lempar. Setelah

berhasil menjagling sebanyak 5 kali pemain masih dalam posisi yang sama

melemparkan ke bidang engklek, apabila tepat pada salah satu bidang engklek

maka bidang tersebut menjadi sawah pemain. Dan apabila gagal pemain

mengulangi kembali dari gunung.

10. Pemain yang memiliki sawah paling banyak adalah pemenangnya.

3. Tujuan atau Manfaat Permainan

Tujuan atau manfaat yang diperoleh dari permainan engklek ini adalah :

1. Kemampuan fisik anak menjadi kuat karena dalam permainan engklek anak di

haruskan untuk melompat – lompat.

2. Mengasah kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan mengajarkan

kebersamaan.

3. Dapat menaati aturan – aturan permainan yang telah disepakati bersama.

4. Mengembangkan kecerdasan logika anak. Permainan engklek melatih anak

untuk berhitung dan menentukan langkah- langkah yang harus dilewatinya.

5. Anak menjadi lebih kreatif. Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh

para pemainnya.Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau

tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk

lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan

6. Melatih motorik kasar. Perkembangan saraf motorik kasar yang baik akan

membantu anak-anak untuk lebih aktif, daya tahan tubuh lebih kuat, serta

memiliki tubuh yang lentur.

7. Olah raga yang baik adalah yang mengandung unsure bermain. Engklek juga

mengajak anak anak untuk berolahraga sambil bermain.

Page 12: permainan tradisional

8. Menurut psikolog Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, bermain merupakan salah satu

cara anak untuk belajar. "Dengan bermain anak-anak bisa mengenali berbagai

kondisi lingkungan di sekitarnya, dan juga belajar berbagai macam hal,

termasuk sosialisasi,"

B. PERMAIANN TRADISIONAL DAKON

1. Pengertian Permainan Dakon

Dakon pada jaman dahulu dimainkan di beranda,dibawah pohon atau di dalam

rumah, kedua pemain sebelumnya akan menentukan siapa yang memulai atau

mengundinya, permainan ini pada jaman dulu dimain kan anak-anak hingga remaja

wanita dan identik dengan dunia kewanitaan. Menurut pendapat orang permainan dakon

ini dapat meningkatkan/ melatih kemampuan manajemen dan hitungan seseorang .

Permainan congklak merupakan permainan yang dimainkan oleh dua

orang. Alat yang digunakan terbuat dari kayu atau plastik berbentuk mirip perahu dengan

panjang sekitar 75 cm dan lebar 15 cm. Pada kedua ujungnya terdapat lubang yang

disebut induk. Diantar keduanya terdapat lubang yang lebih kecil dari induknya

berdiameter kira-kira 5 cm. Setiap deret berjumlah 7 buah lubang. Pada setiap lubang

kecil tersebut diisi dengan kerang atau biji-bijian sebanyak 7 buah.

Permainan congklak menggunakan papan permainan yang memiliki 14 lubang

dan 2 lubang induk yang ukurannya lebih besar. Dimainkan oleh 2 orang. Satu lubang

induk terletak pada ujung papan dan lubang induk lainnya terletak diujung lainnya. Di

antara kedua lubang induk terdapat 2 baris yang tiap barisnya berisi 7 lubang yang

jumlahnya 14 lubang.

2. Cara Bermain Permainan Tradisional Dakon

1. Tiap lubang kecil di isi dengan 7 biji yang biasanya terbuat dari kerang atau

plastik. Kecuali lubang induk yang dibiarkan kosong. Setelah menentukan siapa

yang akan mulai lebih dulu, maka permainan dimulai dengan memilih salah satu

lubang dan menyebarkan biji yang ada di lubang tersebut ke tiap lubang lainnya

searah jarum jam. Masing-masing lubang di isi dengan 1 biji. Bila biji terakhir

jatuh di lubang yang ada biji-bijian lain maka biji yang ada di lubang tersebut

diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Jangan lupa

Page 13: permainan tradisional

untuk mengisi biji ke lubang induk kita setiap melewatinya. Sedangkan lubang

induk lawan tidak perlu diisi.

2. Bila biji terakhir ternyata masuk dalam lubang induk kita, berarti kita bisa

memilih lainnya untuk memulai lagi, tetapi bila ternyata saat biji terakhir

diletakkan pada salah satu lubang kosong, berarti giliran untuk lawan kita. Bila

lubang tempat biji terakhir itu ada di salah satu dari 7 lubang yang ada di baris

kita, maka biji yang ada di seberang lubang tersebut beserta 1 biji terakhir yang

ada di lubang kosong akan menjadi milik kita dan akan masuk dalam lubang induk

kita.

3. Setelah semua baris kosong, maka permainan dimulai lagi dengan mengisi 7

lubang milik kita, masing-masing dengan 7 biji dari biji yang ada di lubang induk

kita. Dimulai dari lubang yang terdekat dengan lubang induk, bila tidak

mencukupi maka lubang lainnya dibiarkan kosong dan selama permainan tidak

boleh diisi.

3. Tujuan atau manfaat permainan Dakon

Tujuan atau manfaat dari permainan tradisional Dakon adalah :

1. Melatih kemampuan manipulasi motorik halus,

2. Melatih konsentrasi,

3. Mendidik sifat sportifitas anak,

4. Melatih kemampuan mengatur strategi,

5. Sarana belajar berhitung,

6. Melatih koordinasi 2 sisi tubuh.

Page 14: permainan tradisional

PERMAINAN TRADISIONAL

“CUBLAK-CUBLAK SUWENG

DAN PETAK UMPET”

Anggota Kelompok:

1. Giri Seno Aji (K7113090)

2. Maya Al Fattah P. (K7113139)

3. Miftachul Jannah O.R. (K7113141)

4. Nita Nur Qoriah (K7113154)

5. Restu Yuniastuti (K7113181)

6. Yanuar Prima Nur H. (K7113235)

Kelompok 3 1C-PGSD

Page 15: permainan tradisional

A. CUBLAK-CUBLAK SUWENG

1. Pengertian

Kata “cublak” adalah sebuah kata kebiasan atau idium yang digunakan

untuk sebuah permainan saling tebak, sedang kata suweng artinya adalah

hiasan telinga (bukan anting anting atau giwang)(ayo lah) bermain tebak

tebakan (sebuah) informasi yang sangat penting.

Cublak cublak suweng berasal dari Jawa timur. Permainan ini diciptakan

oleh salah seorang wali songo yaitu Syekh Maulana Ainul Yakin atau yang

biasa dikenal dengan Sunan Giri. Sunan giri menyebarkan agama islam di

Indonesia khususnya pulau jawa dengan jalur kebudayaan. Maka ia

menghadirkan syair cublak-cublak suweng ini yang akhirnya di jadikan

permainan dikalangan anak-anak.

2. Aturan Permainan

Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak/orang, tetapi minimal tiga

orang. Akan tetapi lebih baik antara 6 sampai delapan orang. Tujuan dari

permainan ini adalah Pak Empo menemukan anting (suweng) yang

disembunyikan seseorang.

Pada awal permaianan beberapa orang berkumpul dan mengund i/

menentukan salah satu dari mereka untuk menjadi Pak Empo. Biasanya

pengundiannya melalui pingsut/encon/undian biasa. Setelah ada yang

berperan sebagai pak Empo. Maka mereka semua duduk melingkar.

Sedangkan Pak Empo berbaring telungkup di tengah-tengah mereka. Masing-

masing orang menaruh telapak tangannya menghadap ke atas di punggung

pakEmpo.

Salah seorang dari mereka mengambil kerikil atau benda (benda ini

dianggap sebagai anting). Lalu mereka semua bersama-sama menyanyikan

cublak-cublak suweng sambil memutar kerikil dari telapak tangan yang satu

ke yang lainnya. begitu terus sampai lagu tersebut dinyanyikan beberapa kali

(biasanya 2-3 kali).

Setelah sampai di bait terakhir ...Sir-sir pong dele gosong pak Empo

Bangun dan pemain lainnya pura-pura memegang kerikil. Tangan kanan dan

kiri mereka tertutup rapat seperti menggenggam sesuatu. Hal ini untuk

mengecoh pak Empo yang sedang mencari ”suwengnya”. Masing-mas ing

pemain mengacungkan jari telunjuk dan menggesek-gesekkan telunjuk kanan

Page 16: permainan tradisional

dan kiri (gerakannya) persis seperti orang mengiris cabe. Mereka semua tetap

menyanyikan Sir-sir pong dele gosong secara berulang-ulang sampai pak

Empo menunjuk salah seorang yang dianggap menyembunyikan anting.

Ketika pak Empo salah menunjuk maka permainan dimulai dari awal lagi

(pak Empo berbaring). Dan ketika pak Empo berhasil menemukan orang yang

menyembunyikan antingnya maka orang tersebut berganti peran menjadi pak

Empo. Permainan selesai ketika mereka sepakat menyelesaikannya.

3. Tujuan Permainan

Permainan Cublak – cublak suweng ini dimainkan bertujuan untuk melatih

daya tangkap dan daya tebak yang disertai dengan lagu agar memperoleh

kesenangan dalam bermain dan memupuk sikap kerja sama serta rasa

bersosialisasi.

Page 17: permainan tradisional

B. PETAK UMPET

1. Pengertian

Petak umpet merupakan sebuah permainan traditional yang sangat

terkenal. Setiap anak di Indonesia pasti tahu dan pernah memainkan

permainan ini. Permainan petak umpet ini dimainkan oleh lebih dari 3 orang,

diawali dengan hompimpa untuk menentukan siapakah yang akan menjadi

'kucing' (pencari teman-temannya yang sedang bersembunyi).

2. Aturan Permainan

Si Kucing akan menutup mata sambil bersandar di hadapan tembok,

pohon, atau dimana saja agar ia tidak dapat melihat temannya yang sedang

bersembunyi.

Si Kucing menghitung dari satu sampai sepuluh atau bisa lebih, sampai

teman-temannya selesai bersembunyi. Setelah teman-temannya mendapatkan

tempat persembunyian, barulah si kucing(pencari) beraksi dengan

meninggalkan tempat jaganya sembari menemukan teman-temannya yang

telah bersembunyi. Nah disinilah letak seru dari permainan Petak Umpet ini,

si Kucing harus cepat dan sesegera mungkin mencari teman-temannya

sebelum temannya tersebut berhasil menyentuh tempat penjagaannya tadi.

Jika si "kucing" menemukan temannya, ia akan menyebut nama temannya

sambil menyentuh INGLO atau BON atau HONG, apabila hanya

meneriakkan namanya saja, maka si "kucing" dianggap kalah dan mengulang

permainan dari awal. Yang seru adalah, pada saat si "kucing" bergerilya

menemukan teman-temannya yang bersembunyi, salah satu anak (yang

statusnya masih sebagai "target operasi" atau belum ditemukan) dapat

mengendap-endap menuju INGLO, BON atau HONG, jika berhasil

menyentuhnya, maka semua teman-teman yang sebelumnya telah ditemukan

oleh si "kucing" dibebaskan, alias sandera si "kucing" dianggap tidak pernah

ditemukan, sehingga si "kucing" harus kembali menghitung dan mengulang

permainan dari awal.

Permainan selesai setelah semua teman ditemukan. Dan yang pertama

ditemukanlah yang menjadi kucing berikutnya.

Page 18: permainan tradisional

3. Tujuan Permainan

- Anak menjadi lebih aktif

Permainan petak umpet bisa membantu anak untuk menjadi anak

yang lebih aktif. Anak yang aktif bergerak akan mengalami

perkembangan yang signifikan daripada anak yang banyak diam. Dalam

permainan ini, anak akan berlari dan bersembunyi sehingga secara tidak

langsung anak sudah melakukan olahraga.

Daripada hanya bermain game atau menonton televisi, lebih baik

anak diarahkan untuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat.

- Anak bisa belajar bersosialisasi

Bersosialisasi tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, anak

kecil pun sudah harus melakukan hal tersebut untuk membiasakannya

sampai ia dewasa. Permainan ini dilakukan dengan cara bersama-sama

tanpa memandang ras atau latar belakang keluarga. Semua anak-anak

akan terlibat aktif dalam permainan tersebut.

- Belajar berhitung

Permainan ini tidak hanya baik bagi pertumbuhan fisik anak-anak,

tetapi juga bagi perkembangan kecerdasan anak. Anak-anak akan berlatih

menghitung dalam permainan ini. Anak-anak yang bermain dibagi

menjadi 2 peran yaitu berperan sebagai pencari dan yang akan dicari. Saat

anak mendapatkan kesempatan menjadi pencari, tentu dia akan

menyebutkan hitungan untuk memberikan kesempatan kepada yang

bersembunyi.

- Membuat anak menjadi kreatif

Permainan petak umpet akan memberikan pelajaran bagi anak

untuk bisa mengasah otaknya dimana anak harus lebih kreatif

mendapatkan tempat persembunyian yang berbeda dengan teman lainnya.

Pada kondisi ini anak akan dituntut untuk berfikir cepat agar bisa

menemukan tempat yang kira-kira akan sulit ditemukan.

- Melatih anak patuh pada aturan

Untuk melatih anak agar bisa taat pada berbagai aturan, baik aturan

dari lingkungan terkecil seperti keluarga, aturan sekolah, lingkungan

Page 19: permainan tradisional

masyarakat bahkan sampai lingkungan besar seperti aturan negara, anak

harus dididik sejak dini. Belajar mendisiplinkan anak tidak harus lewat

pendidikan formal atau kata-kata dari Anda, tetapi bisa juga dilakukan

lewat sebuah permainan. Dalam permainan ini anak-anak akan bermain

bersama dengan mematuhi peraturan yang telah dibuat bersama. Setiap

anak harus bisa mematuhi dan melaksanakan semua ketentuan yang telah

dirumuskan dan disepakati. Jika aturan yang telah dibuat dipatuhi

bersama, permainan akan berjalan dengan lancar dan menyenangkan.

- Belajar berdiskusi akan suatu masalah

Permainan yang dilakukan secara bersama-sama tentu diperlukan

kesepakatan bersama pula untuk melakukan hal tersebut. Dalam

permainan ini semua pemain harus bisa membuat, menyetujui dan

melaksanakan aturan dalam permainannya. Hal ini dilakukan agar tidak

terjadi perselisihan yang akan berujung pada pertengkaran.

- Melatih sportivitas anak

Dalam permainan ini, pemain yang kalah dan menang harus bisa

menerima dan melakukan tugasnya masing-masing. Anak-anak akan

belajar bagaimana menerima kekalahan dengan tetap menikmati

permainan tersebut.

Banyaknya manfaat yang bisa didapatkan dari beberapa

permainan anak seperti permainan petak umpet, sehingga Anda bisa

mendukung anak untuk melakukannya. Sebagai orangtua, Anda bisa

mendorong dan mengarahkan anak untuk lebih mengembangkan

kreativitasnya dengan bermain, daripada hanya menonton televisi atau

bermain game online.

Page 20: permainan tradisional

PERMAINAN TRADISIONAL

Marraga dan Jamura

DISUSUN OLEH :

1. KHOIRUL NISA K7113121

2. MARIANA K7113136

3. MUHAMMAD NUR ARIFIN K7113147

4. NOVIA EKASARI K7113157

5. NUR LAILA MUBAROKAH K7113160

6. RENY ATIKA RAHMAWATI K7113179

Kelompok 4 1C-PGSD

Page 21: permainan tradisional

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan Menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami

sebagai penyusun makalah ini mengucapkan puji syukur kehadirat-Nya atas rahmat,

karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan bahan

pokok “PERMAINAN TRADISIONAL”. Makalah ini kami susun untuk memenuhi

tugas yang di telah diberikan oleh Bapak Matsuri selaku dosen pengampu mata kuliah

Penjaskes.

Kami tidak pungkiri bahwa tugas yang kami buat ini masih banyak kekurangan.

Akan tetapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin agar dapat menyelesaikan tugas

ini dengan sebaik mungkin.

Menyadari hal di atas, untuk melengkapimakalah yang masih kurang dan

mengurangi yang berlebihan, kami sangat mengharapkan masukan dari pembaca

agarmakalah selanjutnya yang akan kami buat dapat lebih baik dari sebelumnya sehingga

kita semua tetap menjadi lebih baik dari hari kemarin dengan saling memperingatkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 01 januari 2014

Penulis

(Kelompok 4)

Page 22: permainan tradisional

DAFTAR ISI

Halaman Cover................................................................................................................1

Kata Pengantar................................................................................................................2

Daftar Isi..........................................................................................................................3

Isi ......................................................................................................................................4

Permainan Marraga......................................................................................................4

Jamuran ........................................................................................................................6

Page 23: permainan tradisional

~ ISI ~

1. Permainan Marraga

Asal Usul

Marraga berasal dari kata Bugis, sedangkan orang Makassar, Sulawesi

Selatan, sering menyebut permainan ini dengan akraga (olahraga). Marraga

termasuk jenis permainan yang memadukan unsur olah raga dan seni. Permainan

ini memerlukan kecekatan, ketangkasan dan kelincahan. Permainan yang berasal

dari Malaka ini, konon hanya dilakukan oleh para bangsawan Bugis saat

diadakannya upacara-upacara resmi kerajaan seperti, pelantikan raja dan

perkawinan anggota kerajaan. Versi yang lain menyebutkan bahwa permainan ini

berasal dari Pulau Nias (Sumatera Utara). Dewasa ini marraga bukan hanya

dimainkan oleh para bangsawan, tetapi juga oleh orang kebanyakan.

Pemain

Marraga umumnya dimainkan oleh pria, baik remaja maupun dewasa.

Dalam satu permainan jumlah pemainnya 5-15 orang.

Tempat dan Peralatan Permainan

Permainan ini dilakukan pada sebidang tanah datar yang permukaannya

dibuat lingkaran dengan garis tengah minimal 6 meter. Peralatan yang digunakan

adalah raga, yaitu sejenis bola yang terbuat dari rotan yang dibelah-belah, diraut

halus kemudian dianyam. Alat ini umumnya berdiameter 15 cm. Adakalanya

gendang dipergunakan untuk mengiringi jalannya permainan.

Aturan dan Proses Permainan

Peraturan permainan marraga dapat dikatakan sederhana, yaitu pemain (jika

menerima raga dari pemain lain) harus melambungkan raga tersebut agar jangan

sampai terjatuh sebelum dioperkan pada pemain lainnya. Cara melambungkan

raga adalah dengan menggunakan kaki, tangan, bahu, dada, dan anggota tubuh

Page 24: permainan tradisional

lainnya, tetapi tidak boleh di pegang. Tinggi dan rendahnya lambungan raga ada

yang dapat mencapai 3 meter dari permukaan tanah secara tegak lurus (sempak

sarring/anrong sempak); ada yang sedikit melampaui kepala (sepak biasa); dan

ada yang di bawah pusar (sempak caddi). Hal itu bergantung keinginan dan

keahlian pemain. Orang yang dianggap mahir (niak sempakna atau niak belona),

selain dapat mempertahankan raga agar tidak jatuh ke tanah, juga dapat

melambungkan raga sesuai dengan persyaratan permainan (bajiki anrong

sempakna), yaitu: (1) pintar mengambil raga, disiplin dan mampu menghidupkan

suasana bermain (caraddeki anggalle raga); dan (2) sepakannya bervariasi dan

sulit ditiru oleh pemain lainnya (jai sempak masagalana).

Sebelum permainan dimulai, para pemain berdiri membentuk lingkaran.

Salah seorang pemain (termahir) memegang raga kemudian melambungkannya.

Pemain yang posisinya pas dengan jatuhnya raga, maka dia yang harus memula i

permainan. Selanjutnya, raga dioperkan pada pemain lain dalam lingkaran

tersebut, demikianlah seterusnya secara bergiliran. Sebagai catatan, seorang

pemain tidak boleh memonopoli permainan dan menyerobot kesempatan bermain

pemain lain. Dalam hal ini berlaku asas pemerataan kesempatan bagi para pemain

untuk menunjukkan keahliannya masing-masing. Pertandingan dianggap selesai

jika bola jatuh ke tanah. Pemain yang menjatuhkannya dapat dikeluarkan sebelum

permainan dimulai kembali seperti semula.

Nilai Budaya

Nilai yang terkandung dalam permainan marraga adalah kerja keras, kerja

sama, kecermatan, demokrasi dan sportivitas. Nilai kerja keras dan kerja sama

tercermin dari usaha para pemain untuk menjaga dengan berbagai

macam cara agar raga tidak jatuh ke tanah. Nilai kecermatan tercermin dari usaha

para pemain untuk melambungkan atau menyepak raga ke sasaran yang dituju,

sehigga raga tidak keluar dari arena permainan. Nilai demokrasi tercermin dari

tidak adanya pemonopolian atau penyerobotan kesempatan pemain lain. Jadi, para

pemain diberi kesempatan untuk menunjukkan keahliannya. Dan, nilai sportivitas

tercermin dari pemain yang dengan lapang dada keluar arena karena menjatuhkan

raga ke tanah.

Page 25: permainan tradisional

1. Jamuran

Asal usul

Dari segi istilah, kiranya nama jamuran diambil dari nama tumbuhan jamur.

Jamur yang berbentuk seperti payung bulat itulah yang menjadi inspirasi nama

dolanan jamuran. Berarti jamuran adalah sebuah nama dolanan, yang

permainannya membentuk lingkaran seperti jamur. Maka anak-anak

menyebutnya dengan dolanan jamuran.

Pemain

Jamuran bisa dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan. Biasanya

dimainkan oleh empat anak atau lebih. Sementara umur anak-anak yang bermain

dolanan ini setingkat usia TK sampai SD, sekitar 6-13 tahun. Jika ada anak di

bawah usia 6 tahun ikut, biasanya dianggap pupuk bawang atau dianggap cuma

ikut-ikutan, karena dianggap belum paham tentang cara bermain yang

sesungguhnya. Dolanan jamuran ini, dulu sering dimainkan di saat waktu

senggang di hari libur di saat pagi, sore, atau malam hari ketika bulan purnama.

Aturan dan Proses Permainan

Dimainkan oleh empat orang anak atau lebih, mula-mula ditentukan dulu

siapa yang akan menjadi pemain ditengah lingkaran, atau biasa disebut sing dadi.

Selanjutnya semua anak bergandengan tangan membentuk lingkaran

mengelilingi sing dadi, mereka bergerak sambil menyanyikan lagu jamuran, yang

syairnya seperti berikut :

Jamuran

Jamuran ya gegethok

Jamur apa ya gegethok

Jamur gajih mbejijih sa’ara-ara

Sira badhe jamur apa?

Page 26: permainan tradisional

Sing dadi menyebut salah satu jenis jamur, lalu anak yang lain melakukan

sesuatu sesuai jenis jamur itu, misal:

a. Jamur parut.

Semua anak kecuali sing dadi menjulurkan salah satu telapak kaki. Kemudian

anak sing dadi menggelitik telapak kaki anak yang lain, berusaha membuatnya

geli sehingga tak dapat lagi menahan tawa, kemudian anak yang tak tahan geli

ini menggantikan posisi anak sing dadi.

b. Jamur kethek menek

Dalam permainan ini anak-anak harus segera berdiri diatas benda tertentu

sebelum anak sing dadimenyentuhnya

c. Jamur kursi

Dimana anak- anak harus dalam posisi setengah jongkok meniru kursi,

anaksing dadi nglungguhi anak- anak yang lain, apabila ada yang tidak tahan,

berarti ia menggantikan posisi sing dadi.

d. Jamur pawon

Anak-anak meniru posisi tungku tradisional dengan posisi tubuh seperti

merangkak tetapi diam ditempat. Sing dadi berpura – pura sebagai kayu yang

masuk dibawah perut anak-anak yang lain, kemudian mengangkatnya. Anak-

anak yang menjadi pawon harus mempertahankan posisi mereka bila mereka

tidak mau dadi.

e. Jamur kendil borot atau jamur pipis

Dimana sing dadi menyebutkan jenis jamur kendil borot setelah menyanyikan

lagu jamuran, kemudian anak-anak yang lain harus kencing, kalau tidak berarti

ia menggantika posisi sing dadi.

Nilai budaya

Permainan ini mempunyai banyak fungsi dalam melatih berbagai

aspek kecerdasan anak-anak, seperti kecerdasan musik saat melagukan lagu

jamuran, kemudian kecerdasan dalam menanggapi gerak atau merespon gerak,

kecerdasan antar personal, dimana anak-anak saling bersosialisasi satu sama lain.

Kecerdasan natural saat anak-anak juga bersosialisasi dengan lingkungan dan

alam sekitar saat bermain jamuran, serta menirukan gerakan-gerakan saat bermain

Page 27: permainan tradisional

jamuran. Tidak ketinggalan juga kecerdasan bahasa, karena dalam permainan ini

terkadang diselingi dengan dialog antar pemain secara spontan.

Page 28: permainan tradisional

PERMAINAN TRADISIONAL

“ BENTENG & BOI-BOIAN ”

Di Susun Oleh :

1. Margareta S (k7113135)

2. Nur Isni P (k7113159)

3. Nurul Annisa Safitri (k7113164)

4. Rahmatia KF (k7113175)

5. Rahmawati R (k7113176)

6. Riana R (k7113182)

7. Singgih Said (k7113201)

Kelompok 5 1C-PGSD

Page 29: permainan tradisional

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-

Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap

terlimpahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,

dan seluruh umatnya hingga hari akhir.

Dalam makalah ini kami membahas tentang Permainan Tradisional, yang

berisikan tentang permainan boi – boian dan permainan benteng. Dengan adanya makalah

ini, diharapkan dapat berguna bagi para pembaca dalam menambah pengetahuan kita

mengenai Permainan Tradisional. Harapan kami kedepan, semoga kritik dan saran dari

pembaca tetap tersalurkan, dan semoga makalah ini dapat terkesan di hati semua orang

sehingga dapat menjadi panutan ilmu pengetahuan.

Akhirnya ucapan terima kasih yang tak terhingga senantiasa kami sampaikan

kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, 12 November 2013

Page 30: permainan tradisional

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................2

Daftar Isi ..........................................................................................................................3

BAB I (Pendahuluan).......................................................................................................4

1. Latar Belakang .............................................................................................................4

2.Tujuan ............................................................................................................................4

3. Rumusan Masalah ........................................................................................................5

BAB II (Pembahasan) ......................................................................................................6

A. Permainan Boi – boian ................................................................................................6

B. Permainan Benteng .....................................................................................................7

BAB III

(Penutup) ..........................................................................................................................7

1.Kesimpulan ....................................................................................................................9

2.Saran .............................................................................................................................9

Page 31: permainan tradisional

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Dewasa ini anak – anak menjadi objek sasaran perkembangan teknologi. Tidak

dapat dipungkiri memang, teknologi sekarang ini sudah begitu berkembang pesat.

Apalagi dilingkungan perkotaan. Anak – anak sudah dapat merasakan efek dari kemajuan

teknologi yang mutakhir ini. Kebudayaan mereka saat ini adalah bermain dengan

menggunakan alat – alat hasil perkembangan teknologi. Permainan mereka

menggunakan, tablet, Andriod, Play Station, dan yang mulai marak adalah game online.

Ini yang perlu diresahkan para orang tua, mungkin sebagian orang tua menganggap

dengan menggunakan kecanggihan teknologi tersebut dalam pertubuhannya anak akan

berkembang kecerdasannya. Tapi tahukah kalian bahwa sebenarnya anak – anak adalah

masa dimana semua neuron diotaknya mulai berkembang dengan pesat, dan tubuhnya

pun mengalami pertumbuhan yang amat pesat pula. Pada masa itu, anak dipenuhi dengan

rasa keingintahuan yang tinggi. Oleh sebab itu, lebih baik jika anak – anak dikenalkan

dengan jenis – jenis permaianan trasdisional. Selain bernilai budaya, yaitu dengan

melestarikan budaya yang telah ada sejak jaman dulu. Dengan dikenalkannya dan

diterapkannya permainan tradisional tersebut pada anak, itu akan melatih motorik kasar

pada anak, itu akan sangat membantu dalam pertumbuhannya, dengan dia berlari – lari,

melompat – lompat, menggerakan tubuhnya, itu akan lebih efektif dari pada anak yang

hanya bermain dengan tabletnya, yang kemudian dia hanya duduk sambil makan, maka

akan menjadi efek yang kurang baik pada pertumbuhan anak tersebut. Bisa jadi mereka

malah bermalas – malasan, apalagi untuk olahraga. Bisa jadi mereka terserang obesitas

dini. Hal ini cukup mengkhawatirkan sebenarnya, tapi tetap saja banyak orang tua yang

mengabaikannya. Permainan tradisional adalah permainan yang bagus untuk merangsang

pertumbuhan anak. Selain itu juga dalam permainan tradisional ada juga yang bermain

secara tim, ini akan melatih anak sejak dini untuk belajar bekerjasama dengan orang lain,

saling membantu, dan menjaga kekompakan. Permaian Tradisional seharusnya tetap

dilestarikan karena banyak manfaat yang kita ambil dari sana selain nilai sejarahnya.

2. Tujuan

Penyusunan makalah ini walaupun semata – mata untuk memenuhi tugas mata

kuliah penjasorkes, tetapi disisi lain dapat juga bertujuan untuk menginformas ikan

kepada pembaca, khususnya orang ttua nantinya aga mereka menyadari betapa

Page 32: permainan tradisional

pentingnya permainan tradisional untuk anak – anak. Dengan membaca makalah ini juga

akan mengerti apa itu permainan tradisional Boi – boian, dan apa itu permainan

tradisional Benteng. Bagaimana aturan main dari kedua permainan tersebut, dan apa

tujuan dari permainan tersebut, akan kita ungkap dalam makalah ini. Tujuan yang paling

penting dalam pembuatan makalah ini agar bermanfaat bagi para pembaca.

3. Rumusan masalah

1) Apa itu permainan tradisional Boi – boian?

2) Bagaimana aturan bermain dalam permainan tradisional Boi – boian?

3) Apa tujuan dari permainan tradisional Boi – boian?

4) Apa itu permainan tradisional Benteng?

5) Bagaimana aturan bermain dalam permainan tradisional Benteng?

6) Apa tujuan dari permainan tradisional Benteng?

Page 33: permainan tradisional

BAB II

PEMBAHASAN

A. Permainan Boi - boian

1. Pengertian Permainan Boi - boian

Permainan dari jawa barat. Bukan permainan yang dikhususkan untuk anak laki-

laki, anak perempuan pun bisa bermain boy-boyan. Sebenarnya, permainan ini memilik i

nama yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Misal, di daerah Pati, Jawa Tengah,

permainan ini dikenal dengan nama Gaprek Kempung. Di daerah Sunda, ada yang

menyebutnya boy-boyan, ada juga yang menyebutnya bebencaran. Dan di beberapa

daerah lainnya permainan ini disebut Gebokan, karena katanya suara yang biasa

ditimbulkan apabila bola karet yang digunakan dalam permainan mengenai anggota

badan dari pemain akan menimbulkan suara “Gebok”. Jumlah anggota tiap kelompok :

minimal 5 anak; semakin banyak anak yang ikut bermain, maka bertambah seru

permainannya

Alat bantu:

batu-batu pipih atau pecahan asbes; benda apa saja yang bisa disusun bertumpuk

ke atas semacam piramida, sebanyak kira-kira 10 keping/batu, 1 bola kertas; terbuat dari

kertas-kertas bekas yang digumpal-gumpalkan menjadi kira-kira sebesar bola tenis, diikat

dengan banyak karet gelang agar tidak terlepas satu sama lain

2. Aturan Permainan Boi – boian

1 kelompok bertujuan menyusun piramida hingga tak ada yang tersisa sambil

menghindar dari tembakan bola kertas yang dilepaskan oleh anggota-anggo ta

kelompok lain

kelompok yang lain bertugas menembakkan bola kertas ke anggota-anggo ta

kelompok lawan yang berusaha menyusun piramida; setiap anggota lawan yang

terkena tembakan bola kertas dianggap gugur dan tidak boleh lagi meneruskan

permainan

permainan dimulai dengan menggulirkan bola kertas oleh kelompok penembak

ke arah piramida batu pipih hingga berantakan (kira-kira seperti

menggelindingkan bola bowling ke sasarannya); sementara itu kelompok

Page 34: permainan tradisional

penyusun piramida bersiap-siap menyusun lagi batu-batu yang berantakan sambil

mewaspadai serangan bola kertas

permainan selesai apabila piramida selesai disusun ATAU anggota kelompok

yang bertujuan menyusun piramida telah semuanya gugur kena tembakan bola

kertas dari kelompok lawan

setelah selesai, posisi kelompok ditukar; yang tadinya kelompok penyusun

piramida menjadi kelompok penembak, dan sebaliknya

3. Tujuan Permainan Boi – boian

Melatih kerja sama antarpemain

Melatih ketelitian

Melatih tanggung jawab dan kerja keras

Mengasah kecerdikan

B. Permainan Benteng

1. Pengertian Permainan Benteng

Permainan bentengan merupakan salah satu permainan anak-anak. Permainan

ini sekarang sudah tidak lagi menjadi permainan bagi anak-anak karena telah tergeser

oleh permainan modern. Permainan bentengan ini sebenarnya merupakan salah satu

latihan strategi mempertahankan NKRI dari serangan musuh. Permainan bentengan

terdiri dari 2 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 pemain. Atau boleh

juga dilakukan meyesuaikan jumlah anak yang ada, serta tempat yang digunakan.

Permainan bentengan dilakukan dengan menjaga benteng yang diwujudkan berbentuk

tonggak tiang kayu atau bambu, dapat juga menggunakan pohon hidup. Tonggak

tersebut dijadikan sebagai basecamp masing-masing kelompok.

2. Aturan Permainan Benteng

• Peraturan pertandingan :

a. Pemain bentengan yang keluar dari basecamp dianggap menyerbu terlebih dahulu.

Pemain ini apabila dikejar oleh musuh dan tersentuh oleh tangan musuh dianggap

tertangkap. Pemain yang tertangkap di tempatkan tawanan (tempat yang sudah

ditentukan sebelum pertandingan dimulai, biasanya 2 meter sebelah kanan atau kiri

dari basecamp).

Page 35: permainan tradisional

b. Pemain ini dapat kembali mempertahankan bentengnya apabila telah diselamatkan

temannya, dengan cara menyentuh tangan atau bagian tubuhnya. Kelompok pemain

dinyatakan mendapatkan nilai apabila dapat menyentuh basecamp musuh. Berakhirnya

pertandingan ditentukan oleh kesepakatan para pemain. Kelompok yang kalah akan

mendapatkan hukuman, yaitu menggendong kelompok yang menang dari benteng yang

satu ke benteng lainnya, jumlah gendongan tergantung kesepakatan.

c. Pemain musuh mengejar penyerang

d. Pemain yang ditawan berada di tempat tawanan

e. Seorang pemain mendapatkan nilai dengan menyentuh basecamp musuh

Strategi Benteng :

Seperti pada perang, benteng membutuhkan strategi untuk memenangkan

permainan. Salah satu strategi permainan ini adalah membagi anggota kelompok

menjadi 'penyerang', 'mata - mata', 'pengganggu', dan 'penjaga benteng'.

Penyerang bertugas mencari celah agar dapat menyentuh benteng lawan. mata -

mata bertugas mencari lawan yang telah lama tidak menyentuh benteng.

Pengganggu bertugas memancing lawan untuk keluar dari daerah aman. Penjaga

'benteng' harus menjaga benteng mereka dari pihak lawan yang ingin menyentuh

benteng.

3. Tujuan Permaian Benteng

Melatih kerjasama/kekompakan

Melatih ketelitian

Melatih tanggung jawab dan kerja keras

Mengasah kecerdikan

Page 36: permainan tradisional

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Permainan Boi – boian dari jawa barat, yang dilakukan minimal 5 anak. Dengan

batu-batu pipih atau pecahan asbes; benda apa saja yang bisa disusun bertumpuk ke atas

semacam piramida, sebanyak kira-kira 10 keping/batu, 1 bola kertas; terbuat dari kertas-

kertas bekas yang digumpal-gumpalkan menjadi kira-kira sebesar bola tenis, diikat

dengan banyak karet gelang agar tidak terlepas satu sama lain..

Sedangkan permainan Benteng terdiri dari 2 kelompok, masing-masing kelompok

terdiri dari 4-6 pemain. Atau boleh juga dilakukan meyesuaikan jumlah anak yang ada,

serta tempat yang digunakan. Permainan bentengan dilakukan dengan menjaga benteng

yang diwujudkan berbentuk tonggak tiang kayu atau bambu, dapat juga menggunakan

pohon hidup. Tonggak tersebut dijadikan sebagai basecamp masing-masing kelompok.

Seperti permainan perang – perangan secara berkelompok.

2. Saran

Dengan mengenal dan memperalajari permainan tersebut yang baru secuil dari

sekian banyak permainan tradisional yang membanjiri tanah air tercinta ini, kita dapat

mengambil banyak manfaat dari mempraktikannya. Dengan permainan tersebut tidak

hanya menyehatkan jasmani saja, tapi juga dapat menyehatkan rohaninya. Dan tidak lupa

bahwa permainan tradisional juga membantu pertumbuhan anak, dan lebih efektif dari

pada permainan modern sekarang ini yang menggunakan hasil perkembangan teknologi.

Yang kami harapkan semoga permainan tradisional, apapun itu tidak mengalami

kepunahan, dan tetap lestari sampai generasi – generasi berikutnya. Dan permainan

tradisional tidak kalah terkenalnya dengan permainan modern. Biasakanlah anak – anak

untuk tetap mempelajari, dan melakukan permainan tersebut, dan tularkanlah

pengalaman tetang permainan tradisional yang diketahui, supaya dapat diterapkan dalam

kehidupan orang lain pula. Dan begitu seterusnya hingga tidak terjadi kepunahan.

Page 37: permainan tradisional

Permainan Tradisional

“Egrang & Lompat Tali “

Disusun oleh:

1. Hendri Ristiawan (K7113096)

2. Laurensius Dimas P (K7113124)

3. Mitha Yulia (K7113142)

4. Nia Octavia (K7113151)

5. Novia Diah (K7113156)

6. Nur Raida Fatati (K7113161)

7. Nurhayu Ika Ratri (K7113163)

Kelompok 6 1C-PGSD

Page 38: permainan tradisional

“EGRANG” 1. Pengertian

Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara

pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-

beda seperti: sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata

Tengkak (pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa

Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang

sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari

bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau.

Permainan Traditional Egrang- Egrang adalah alat permainan tradisional yang

terbuat dari 2 batang bambu dengan ukuran selengan orang dewasa, sedangkan untuk

tumpuan bawah bambunya agak besar. Permainan ini sudah tidak asing lagi, mekipun di

berbagai daerah di kenal dengan nama yang berbeda beda. saat ini juga sudah mulai sulit

di temukan, baik di desa maupun di kota, Permainan Egrang sendiri sudah ada sejak dahulu

kala dan merupakan permainan yang membutuhkan ketrampilan dan keseimbangan tubuh.

Permainan Egrang sendiri sangat unik karena sangat dibutuhkan ketrampilan dan

keseimbangan tubuh bila menaikinya, makanya tidak semua orang baik orang dewasa

maupun anak anak bisa bermain Egrang. Bentu Egrang disesuaikan dengan pemakainya

sesuai dengan umur si pemakai, bila yang bermain orang Dewasa maka pembuatanya pun

panjang dan tinggi, sedangkan untuk anak anak bentuk dan ukuranya pun pendek.

Egrang terbuat dari batang bambu dengan panjang kurang lebih 2,5 meter. Sekitar

50 cm dari bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata dengan lebar kurang lebih 20 cm

Page 39: permainan tradisional

2. Peraturan Permainan

A. Pemain

Permainan egrang dapat dikategorikan sebagai permainan anak-anak. Pada

umumnya permainan ini dilakukan dilakukan oleh anak laki-laki yang berusia 7-13

tahun. Jumlah pemainnya 2-6 orang.

B. Tempat dan Peralatan Permainan

Permainan egrang ini tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang khusus. Ia dapat

dimainkan di mana saja, asalkan di atas tanah. Jadi, dapat di tepi pantai, di tanah

lapang atau di jalan. Luas arena permainan tilako ini hanya sepanjang 7--15 meter

dan lebar sekitar 3-4 meter.

Peralatan yang digunakan adalah dua batang bambu bata (volo vatu) yang relatif

lurus dan sudah tua dengan panjang masing-masing antara 1,5-3 meter. Cara

membuatnya adalah sebagai berikut. Mula-mula bambu dipotong menjadi dua

bagian yang panjangnya masing-masing sekitar 2-3 meter. Setelah itu, dipotong lagi

bambu yang lain menjadi dua bagian dengan ukuran masing-masing sekitar 20-30

cm untuk dijadikan pijakan kaki. Selanjutnya, salah satu ruas bambu yang berukuran

panjang dilubangi untuk memasukkan bambu yang berukuran pendek. Setelah

bambu untuk pijakan kaki terpasang, maka bambu tersebut siap untuk digunakan.

C. Aturan Permainan

Aturan permainan egrang dapat dibagi menjadi dua, yaitu perlombaan lari dan

pertandingan untuk saling menjatuhkan dengan cara saling memukulkan kaki-kaki

bambu. Perlombaan adu kecepatan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia

antara 7-11 tahun dengan jumlah 2--5 orang. Sedangkan, permainan untuk saling

menjatuhkan lawan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 11-13

tahun dengan menggunakan sistem kompetisi.

Page 40: permainan tradisional

D. Jalannya Permainan

Apabila permainan hanya berupa adu kecepatan (lomba lari), maka diawali dengan

berdirinya 3-4 pemain di garis start sambil menaiki bambu masing-masing. Bagi

anak-anak yang kurang tinggi atau baru belajar bermain egrang, mereka dapat

menaikinya dari tempat yang agak tinggi atau menggunakan tangga dan baru

berjalan ke arah garis start. Apabila telah siap, orang lain yang tidak ikut bermain

akan memberikan aba-aba untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba

itu, para pemain akan berlari menuju garis finish. Pemain yang lebih dahulu

mencapai garis finish dinyatakan sebagai pemenangnya.

Sedangkan, apabila permainan bertujuan untuk mengadu bambu masing-masing

pemain, maka diawali dengan pemilihan dua orang pemain yang dilakukan secara

musyawarah/mufakat. Setelah itu, mereka akan berdiri berhadapan. Apabila telah

siap, peserta lain yang belum mendapat giliran bermain akan memberikan aba-aba

untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, kedua pemain akan mulai

mengadukan bambu-bambu yang mereka naiki. Pemain yang dapat menjatuhkan

lawan dari bambu yang dinaikinya dinyatakan sebagai pemenangnya.

3. Manfaat Permainan

Permainan egrang tak hanya membutuhkan kerja keras, tapi juga ketrampilan dan

sportifitas. Pada pembuatan egrang, pemain harus bekerja keras mulai dari mencari

mencari bambu, memotongnnya, hingga proses membuatnya agar seimbang ketika

digunakan. Sikap ketrampilan dan sportifitas ditunjukan ketika permainan dimula i,

ketrampilan dalam menggunakan egrang dan menyeimbangkan tubuh agar tidak terjatuh,

dan juga tidak berbuat curang dan mau menerima kekalahan sebagai wujud sportifitas.

Nilai budaya yang terkandung dalam permainan egrang adalah:

A. .Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang berusaha agar dapat

mengalahkan lawannya.

B. Nilai keuletan tercermin dari proses pembuatan alat yang digunakan untuk

berjalan yang memerlukan keuletan dan ketekunan agar seimbang dan mudah

digunakan untuk berjalan

C. Melatih keseimbangan badan.

D. Melatih ketangkasan.

E. Sarana hiburan yang menyenangkan

Page 41: permainan tradisional

“LOMPAT TALI”

1. Pengertian

Permainan lompat tali adalah permainan yang alatnya disusun dari karet gelang,

permainan ini terbilang sangat populer sekitar tahun 70-an sampai 80-an, permainan ini

favorit saat waktu isitirahat di sekolah dan sore hari ketika di rumah. Sederhana tapi

bermanfaat, bisa dijadikan sarana bermain sekaligus olahraga.

Tali yang digunakan terbuat dari jalinan karet gelang yang banyak terdapat di

sekitar kita. Sebenarnya permainan lompat tali karet sudah bisa dimainkan semenjak anak

usia TK ( sekitar 4 – 5 tahun ) karena motorik kasar mereka telah siap, apalagi bermain

lompat tali dapat menjawab keingintahuan mereka akan rasanya melompat. Tapi

umumnya permainan ini memang baru populer di usia sekolah ( sekitar 6 tahun).

Jenis permainan lompat tali terbagi menjadi dua : Lompat kaki yang bersifat

santai dan yang bersifat sport / olahraga. Lompat tali yang santai biasanya dimainkan

oleh anak perempuan sedangkan yang sport / olahraga dimainkan oleh anak laki – laki.

Dengan kata lain, permainan lompat tali tersebut bisa dimainkan oleh laki – laki maupun

perempuan tanpa memandang gender.

2. Peraturan Permainan

Cara bermainnya bisa dilakukan perorangan atau kelompok, jika hanya bermain

seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang atau apa pun yang

memungkinkan lalu melompatinya. Jika bermain secara berkelompok biasanya

melibatkan minimal tiga anak, dua anak akan memegang ujung tali; satu dibagian kiri,

satu lagi dibagian kanan, sementara anak yang lainnya mendapat giliran untuk melompati

tali. Tali direntangkan dengan ketinggian bergradasi, dari paling rendah hingga paling

tinggi. Yang pandai melompat tinggi, dialah yang keluar sebagai pemenang. Sementara

yang kalah akan berganti posisi menjadi pemegang tali. Permainan secara soliter bisa

Page 42: permainan tradisional

juga dengan cara skipping, yaitu memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya

melewati kepala sampai kaki sambil melompatinya.

Jika bermain secara berkelompok biasanya melibatkan minimal 3 anak. Diawali

dengan gambreng atau hompipah untuk menentukan dua anak yang kalah sebagai

pemegang kedua ujung tali. Dua anak yang kalah akan memegang ujung tali; satu di

bagian kiri, satu anak lagi di bagian kanan untuk meregangkan atau mengayunkan tali.

Lalu anak lainnya akan melompati tali tersebut. Aturan permainannya simpel; bagi anak

yang sedang mendapat giliran melompat, lalu gagal melompati tali, maka anak tersebut

akan berganti dari posisi pelompat menjadi pemegang tali. Alat yang dibutuhkan cukup

sederhana. Bisa berupa tali yang terbuat dari untaian karet gelang atau tali yang banyak

dijual di pasaran yang dikenal dengan tali skipping.

Model lompatan yang dilakukan masing2 anak/lingkungan bervariasi, tergantung

aturan yang disepati sebelumnya. Aturan permainan dasarnya adalah awalnya tali

diletakkan secara horisontal sejajar dg lutut, kemudian pelompat memainkan kakinya dg

tali (kaki dililit- lilitkan di tali dg menggunakan irama yg beraturan), atau hanya sekedar

melompat. Terserah perintah atau aturan. lompat tali-ujung tangan

Bila lompatan selutut bisa dilalui pelompat, maka tali akan semakin naik ke atas,

Selama permainan, bila ada pemain yang gagal melakukan lompatan, maka dia dianggap

kalah, dan menggantikan salah satu pemegang tali.

3. Manfaat Permainan

1. Motorik kasar

Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara fisik anak

jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik melompat yang dalam permainan

ini memang memerlukan keterampilan sendiri. Lama- lama, bila sering dilakukan, anak

dapat tumbuh menjadi cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-ototnya pun padat dan berisi,

Page 43: permainan tradisional

kuat serta terlatih. Selain melatih fisik, mainan ini juga bisa membuat anak – anak mahir

melompat tinggi dan mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Lompat tali juga dapat

membantu mengurangi obesitas pada anak.

2. Emosi

Untuk melakukan suatu lompatan dengan ketinggian tertentu dibutuhkan keberanian

dari anak. Berarti, secara emosi ia dituntut untuk membuat suatu keputusan besar, mau

melakukan tindakan melompat atau tidak.

Dan juga saat bermain, anak – anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak,

tertawa dan bergerak.

3. Ketelitian dan Akurasi

Anak juga belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Misalnya, bagaimana ketika

tali diayunkan, ia dapat melompat sedemikian rupa sehingga tidak sampai terjerat tali

dengan berusaha mengikuti ritme ayunan. Semakin cepat gerak ayunan tali, semakin

cepat ia harus melompat.

4. Sosialisasi

Untuk bermain tali secara berkelompok, anak membutuhkan teman yang berarti

memberi kesempatannya untuk bersosialisasi sehingga ia terbiasa dan nyaman dalam

kelompok. Ia dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan dan yang lainnya.

5. Intelektual

Saat melakukan lompatan, terkadang anak perlu berhitung secara matematis agar

lompatannya sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam aturan permainan.

Umpamanya, anak harus melakukan lima kali lompatan saat tali diayunkan, bila lebih

atau kurang ia harus gantian menjadi pemegang tali. Anak juga secara tidak langsung

belajar dengan cara melihat dari teman – temannya agar bisa mahir dalam melakukan

permainan tersebut.

6. Moral

Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang atau kalah. Namun, menang

atau kalah tidak menjadikan para pemainnya bertengkar, mereka belajar untuk bersikap

sportif dalam setiap permainan. Dan juga tidak ada yang unggul, karena setiap orang

punya kelebihan masing – masing untuk setiap permainan, hal tersebut meminimalis ir

ego di diri anak-anak