Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR Perhitungan Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele (Clarias sp.) Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Praktikum Fisiologi Hewan Air Disusun oleh : Kelompok 8 / Kelas A Nika Sembada (230110110018) Yohan Setiawan (230210110027) Pefi Firman Nurlailudin (230110110030) UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN JATINANGOR 2012
48

Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

Jul 18, 2016

Download

Documents

fati45
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

Perhitungan Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih

Pada Ikan Lele (Clarias sp.)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Praktikum Fisiologi Hewan Air

Disusun oleh :

Kelompok 8 / Kelas A

Nika Sembada (230110110018)

Yohan Setiawan (230210110027)

Pefi Firman Nurlailudin (230110110030)

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

JATINANGOR

2012

Page 2: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan

laporan praktikum ini. Laporan praktikum ini berjudul “Perhitungan Sel Darah

Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele (Clarias sp.)”. Laporan praktikum ini

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Praktikum Fisiologi Hewan Air.

Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak, untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses

praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.

Akhir kata semoga apa yang telah dilaksanakan oleh penyusun dapat

memberikan manfaat khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang

perikanan dan umumnya bagi semua pihak.

Jatinangor, Desember 2012

Penyusun

Page 3: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

ii

DAFTAR ISI

Bab Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan Praktikum .............................................................................. 2

1.3 Manfaat Praktikum ............................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Lele (Clarias sp.) ....................................................................... 3

2.2 Klasifikasi Lele (Clarias sp.) ............................................................. 4

2.3 Morfologi Lele (Clarias sp.) .............................................................. 5

2.4 Biologi Ikan Lele (Clarias sp.) .......................................................... 6

2.5 Darah Ikan .......................................................................................... 13

2.6 Sistem Peredaran Darah pada Ikan .................................................... 14

2.7 Sel Darah Merah (Eritrosit) ............................................................... 15

2.8 Nilai Hematokrit ................................................................................ 15

2.9 Sel Darah Putih (Leukosit) ................................................................. 16

2.10 Penghitungan Jumlah Eritrosit (Svobodova et al., 1991) ……… 17

2.11 Penghitungan Total Leukosit (Svobodova et al., 1991) ………. 18

2.12 Larutan Hayem’s ……………………………………….………. . 18

2.13 Larutan Turks ………………………………………………..…… 18

2.14 Haemacytometer …………………………………………..…….. 19

Page 4: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

iii

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 22

3.2 Alat dan Bahan Praktikum I............................................................... 22

3.2.1 Alat Praktikum I ............................................................................. 22

3.2.2 Bahan Praktikum I .......................................................................... 22

3.3 Prosedur Kerja Praktikum I ............................................................... 23

3.4 Alat dan Bahan Praktikum II ............................................................. 24

3.4.1 Alat Praktikum II ............................................................................ 24

3.4.2 Bahan Praktikum II ........................................................................ 24

3.4.3 Prosedur Kerja Praktikum II .......................................................... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum I .............................................................................. 26

4.2 Pembahasan Praktikum I ................................................................... 27

4.3 Hasil Praktikum II ............................................................................. 29

4.4 Pembahasan Praktikum II ................................................................ 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 34

5.2 Saran .................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 36

LAMPIRAN ........................................................................................... 39

Page 5: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Pengamatan Kelompok 8 Perhitungan Sel darah Merah

Pada Ikan Lele (Clarias sp.). ............................................................. 26

2. Data Kelas Hasil Pengamatan Perhitungan Sel darah Merah

Pada Ikan Lele (Clarias sp.). Laboratorium 1 ................................... 26

3. Data Kelas Hasil Pengamatan Perhitungan Sel darah Merah

Pada Ikan Lele (Clarias sp.). Laboratorium 2 ................................... 27

4. Data Kelas Hasil Pengamatan Perhitungan Sel darah Merah

Pada Ikan Lele (Clarias sp.). Laboratorium 3 ................................... 27

5. Hasil Pengamatan Kelompok 8 Perhitungan Sel darah Putih

Pada Ikan Lele (Clarias sp.). ............................................................. 29

6. Data Kelas Hasil Pengamatan Perhitungan Sel darah Putih

Pada Ikan Lele (Clarias sp.). Laboratorium 1 ................................... 29

7. Data Kelas Hasil Pengamatan Perhitungan Sel darah Putih

Pada Ikan Lele (Clarias sp.). Laboratorium 2 ................................... 30

8. Data Kelas Hasil Pengamatan Perhitungan Sel darah Putih

Pada Ikan Lele (Clarias sp.). Laboratorium 3 ................................... 30

Page 6: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Ikan Lele (Clarias sp.) ......................................................................... 4

2. Sistem Peredaran Vena pada Ikan Teleostei......................................... 14

3. Sel darah Ikan Lele (Clarias ssp), Eritrosit (E), Limfosit (L),

Monosit (M), Heterofil (N), dan Trombosit (T) (Abdullah 2008) . ...... 17

4. Bagian-bagian Haemocytometer........................................................... 19

5. Haemocytometer Improved Neubaeur .................................................. 20

6. Counting Chamber................................................................................ 20

7. Kotak untuk menghitung sel darah merah . .......................................... 28

8. Kotak untuk menghitung sel darah putih .............................................. 31

Page 7: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Foto Alat Praktikum ............................................................................ 39

2. Foto Bahan Praktikum ......................................................................... 39

3. Foto Kegiatan Praktikum .................................................................... 40

Page 8: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses kehidupannya, organisme senantiasa berusaha

mempertahankan kelangsungan hidupnya tak terkecuali pada ikan. Salah satu

mekanisme dalam menjaga kelangsungan hidup adalah dengan melakukan proses

metabolism yang didapat dari asupan makanan. Organisme memerlukan makanan

dan oksigen untuk melakukan metabolisme di seluruh tubuhnya. Berbagai proses

metabolism menghasilkan sisa (sampah) yang harus dikeluarkan oleh tubuh.

Peredaran materi, baik berupa bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh seperti

oksigen maupun hasil metabolism dan sisa-sisanya dilakukan oleh system

peredaran darah.

Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh makhluk hidup. Darah

mengangkut oksigen, hormone, nutrien, dan hasil buangan. Darah merupakan

salah satu parameter yang dapat digunakan untuk melihat kelainan yang terjadi

pada ikan, baik yang terjadi karena penyakit ataupun karena keadaan lingkungan.

Sehingga dengan mengetahui kondisi gambaran darah kita dapat mengetahui

kondisi kesehatan suatu organisme (Delmann and Brown, 1989).

Pada ikan yang terserang penyakit terjadi perubahan pada nilai hematokrit,

kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih.

Pemeriksaan darah (hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat

keparahan suatu penyakit (Bastiawan, dkk., 2001). Studi hematologis merupakan

kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan (Lestari, 2001).

Oleh karena itu, penting bagi kita melakukan pengujian terhadap kualitas

darah dari suatu jenis ikan atau organisme akuatik lainnya untuk mengetahui dan

menyimpulkan kondisi dari organisme tersebut. Pengujian tersebut dapat

dilakukan dengan menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih dari

suatu sampel ikan.

Page 9: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

2

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung jumlah sel darah merah dan

sel darah putih pada ikan lele (Clarias sp.).

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum yang kami lakukan adalah praktikan dapat

menghitung dan mengetahui jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada ikan

lele (Clarias sp). Praktikan juga dapat mengetahui dan menyimpulkan kondisi

ikan dari hasil perhitungan jumlah sel darah merah dan sel darah putih ini.

Page 10: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Lele (Clarias sp.)

Ikan lele (Clarias sp.) menurut Suyanto (2007) termasuk ke dalam filum

Chordata, kelas Pisces, sub-kelas Teleostel, ordo Ostariophysi, sub-ordo

Siluroidea, famili Clariidae, genus Clarias sp.

Jenis ikan lele yang paling banyak dijumpai dan dibudidayakan di

Indonesia adalah Clarias batrachus (lele lokal) dan Clarias gariepinus (lele

dumbo). Namun demikian, sifat dan pertumbuhan kedua jenis ikan lele ini

berbeda. Warna badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) akan berubah

menjadi loreng - loreng apabila terkejut atau menderita stress, gerakan tubuh lebih

agresif, patil tidak beracun, tidak merusak pematang. Warna badan ikan lele lokal

(Clarias batrachus) akan berubah menjadi gelap apabila terkejut atau menderita

stress, gerakan tubuh tidak agresif, patil beracun, dan merusak pematang dengan

membuat lubang. Bobot badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) mencapai 10

- 15 gram/ekor dalam waktu 5 minggu, sedangkan bobot badan ikan lele lokal

(Clarias batrachus) hanya mencapai 1 – 1,5 gram/ekor dalam waktu yang sama

(Suyanto 2007).

Ikan lele (Clarias sp.) memiliki kemampuan hidup di dalam lumpur dan

air dengan kandungan oksigen rendah. Hal ini disebabkan karena ikan ini

memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent) yang terdapat di dalam ruang

udara sebelah atas insang, sehingga ikan lele dapat mengambil oksigen untuk

bernafas langsung dari udara di luar air (Suyanto 2007).

Ikan lele (Clarias sp.) termasuk hewan malam (nokturnal), yang aktif

bergerak pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari. Pakan ikan lele

berupa pakan alami dan pakan tambahan (Suyanto 2007).

Ikan Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar. Di Indonesia ikan lele

mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut

Page 11: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

4

(Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi

(Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan

nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura

(Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish,

siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air

payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa,

telaga, waduk, sawah yang tergenang air.

2.2 Klasifikasi Lele (Clarias sp.)

Menurut Saanin (1984), klasifikasi dari Ikan Lele (Clarias sp.) adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Sub-kingdom : Metazoa

Phyllum : Chordata

Sub-phyllum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub-class : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub-ordo : Siluroidea

Familia : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias sp.

Gambar 1. Ikan Lele (Clarias sp.)

(Dokumen Pribadi, 2012)

Page 12: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

5

2.3 Morfologi Lele (Clarias sp.)

Ikan lele (Clarias sp.) mempunyai ciri – ciri yang bisa digunakan untuk

membedakan dengan jenis ikan lainnya, yaitu memiliki bentuk memanjang,

bagian badan bulat dan memipih ke arah ekor, tidak bersisik serta mengeluarkan

mukus. Ikan lele memiliki kepala berbentuk pipih dan simetris, memiliki patil,

mulut lebar, tidak bergigi, dan mulut memiliki sepasang sungut mandibular dan

sepasang sungut maksilar yang lebih panjang dan tegar, daerah kepala sampai

punggung berwarna coklat kehitaman. Ikan lele memiliki sifat tenang dan lebih

jinak (Suyanto 2007).

Badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih ke bawah

(depressed). Mulut berada di ujung (terminal) dengan sepasang sungut, nasal,

rahang atas, rahang bawah, dan mental. Sirip ekor membundar tidak bergabung

dengan sirip anal. Sirip perut juga membundar. Mempunyai alat pernafasan yang

terdapat dalamrongga insang, bentuknya merupakan membran berlipat-lipat yang

penuh dengan kapiler darah dan berada dalam ruang udara sebelah atas insang.

Ikan lele memiliki patil yang digunakan untuk melompat dari kolam atau berjalan

di atas tanah. Oleh karena itu lele mempunyai predikat tambahan sebagai walking

catfish (Suyanto, 2007).

Alat pernafasan tambahan terletak di bagian kepala di dalam rongga yang

dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernafasan iniberwarna kemerahan

dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Alat

pernafasan tambahan tersebut sering disebut dengan nama labyrinth yang

memungkinkan lele mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernafasan

(Hernowo, 2008). Mulutnya terdapat di bagian ujung moncong dan dihiasi oleh

empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut

maksilar dan dua pasang sungut mandibula. Fungsi sungut tersebut adalah sebagai

alat peraba ketika berenang dan sebagai sensor ketika mencari makan.

Najiyati (2003), menyatakan bahwa ikan lele mempunyai bentuk badan

yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis

yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernafasan tambahan.

Page 13: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

6

Bagian depannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian

tengah dan belakang berbentuk pipih.

Sebagaimana halnya ikan dari jenis lele, lele memiliki kulit tubuh yang

licin, berlendir, dan tidak bersisik. Jika terkena sinar matahari, warna tubuh lele

berubah menjadi pucat dan jika terkejut warna tubuhnya otomatis menjadi loreng

seperti mozaik hitam-putih. Mulut lele relatif lebar, yaitu sekitar ¼ dari panjang

total tubuhnya. Tanda spesifik dari lele dumbo adalah adanya kumis di sekitar

mulut sebanyak 8 buah yang berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak atau

mencari makan (Khairuman dan Amri, 2002).

Siripnya terdiri dari lima jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung, sirip

perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip dadanya berbentuk bulat agak memanjang

dengan ujung runcing, dan dilengkapi dengan sepasang duri yang biasa disebut

patil. Patil pada lele sangkuriang dan lele dumbo tidak begitu kuat dan tidak

begitu beracun dibanding jenis lele lainnya (Najiyati, 2003).

2.4. Biologi Ikan Lele (Clarias sp.)

Ikan lele adalah anggota dari family Ictaluridae yang terdiri dari tujuh

marga dan paling sedikit 45 spesies. Ikan lele tersebar luas di benua Afrika dan

Asia, terdapat di perairan umum yang berair tawar secara liar. Di beberapa negara

khususnya Asia, seperti Filipina, Thailand, Indoneia, Laos, Kamboja, Vietnam,

Birma dan India, ikan lele telah banyak dibudidayakan dan dipelihara di kolam.

Di Indonesia ikan lele ini secara alami terdapat di pulau Jawa (Suyanto, 2006).

Banyak macam-macam ikan yang baik, tetapi untuk ikan lele hampir semua

produksi foodfish komersial di Amerika Serikat.

Ikan lele yang asli terdapat di pusat Amerika Utara antara pegunungan

Rocky dan Appalachian, dari Teluk Meksiko utara ke drainase Teluk Hudson.

Ikan lele adalah ikan aktif yang populer, dan telah diperkenalkan secara luas di

seluruh Amerika Utara.

Page 14: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

7

Habitat

Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah semua perairan tawar,

meliputi sungai dengan aliran yang tidak terlalu deras atau perairan yang tenang

seperti waduk, danau, telaga, rawa, dan genangan air seperti kolam. Ikan lele

tahan hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan

terhadap pencemaran bahan-bahan organik.

Suyanto (2006), menyatakan lele dapat hidup normal di lingkungan yang

memiliki kandungan oksigen (DO) terlarut 4 ppm dan air yang odeal bagi leel

dumbo mempunyai kadar karbondioksida kurang dari 2 ppm, namun pertumbuhan

dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika dipelihara dari sumber air

yang cukup bersih, seperti air sungai, mata air, saluran irigasi ataupun aikr sumur.

Ikan lele dapat hidup baik di dataran rendah sampai dengan perbukitan yang tidak

terlalu tinggi, misalnya di daerah pegunungan dengan perbukitan yang tidak

terlalu tinggi, misalnya di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 m.

Di samping itu lele dumbo juga bisa hidup pada perairan yang sedikit

payau, seperti di Kendal, Jawa Tengah. Aktivitasnya pada siang hari dan lebih

menyukai tembat-tempat yang gelap, agak dalam dan teduh. Hal ini bisa

dimengerti karena lele adalah binatang nokturnal, yaitu mempunyai

kecenderungan beraktivitas dan mencari makan pada malam hari. Pada siang hari

lele lebih sukaberdiam atau berlindung di tempat-tempat yang gelap. Akan tetapi,

pada kolam pemeliharaan, terutama budidaya secara intensif, lele dapat dibiasakan

diberi pakan pellet pada pagi atau siang hari, walaupun nafsu makannya tetap

lebih tinggi jika diberikan pada malam hari.

Lele juga mampu hidup di luar air (dasar) selama beberapa jam, asalkan

udara disekitarnya cukup lembab. Semua kelebihan tersebut membuat ikan ini

tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir ketika dipelihara di

kolam. Karena itu lele dapat juga dipelihara pada kondisi kualitas air yang buruk,

seperti comberan, atau tempat pembuangan air limbah rumah tangga yang terdapat

di belakang rumah. Walaupun begitu para ahli perikanan tetap memberi syarat

darikualitas air (kimia dan fisika) yang harus dipenuhi jika ingin sukses

membudidayakan lele. Berikut ini persyaratan yang dikemukakan oleh Khairuman

Page 15: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

8

(2008): suhu yang cocok ontuk memelihara lele dumbo adalah 20-30 0C dan

optimal 270C, kandungan oksigen dalam air minimal 3 ppm, NH3 sebesar 0,05

ppm, NO2 sebesar 0,25 ppm, NO3 sebesar 250 ppm.

Suyanto (2006) menyatakan bahwa ikan lele digolongkan sebagai ikan

karnivora. Pakan alami yang baik untuk benih ikan lele adalah jenis zooplankton

seperti Moina sp., Daphnia sp., cacing-cacing, larva (jentik-jentik serangga),

siput-siput kecil dan sebagainya. Pakan alami biasanya digunakan untuk peberian

pakan lele pada fase larva sampai benih. Ikan lele biasanya mencari makanan di

dasar kolam.

Kebiasaan Makan

Murhananto (2002), menyatakan bahwa ikan lele dapat memakan segala

macam makanan. Pakan alami ikan lele adalah binatang-binatang renik yang

hidup di lumpur dasar maupun didalam air, antara lain cacing, jentik-jentik

nyamuk, serangga lainnya, anak-anak siput, kutu air (zooplankton). Selain itu, lele

juga dapat memakan kotoran atau bahkan apa saja yang ada dalam air. Lele

merupakan jenis ikan pemakan campuran (omnivora)tidak banyak memilih pakan

yang akan dimakannya. Ikan ini lebih mudah menyesuaikan dengan makanan

yang diberikan.

Selain pakan alami, lele juga memerlukan pakan tambahan untuk

pertumbuhan dan mempercepat kematangan gonad. Untuk itu, jenis pakan

tambahannya harus banyak mengandung protein hewani yang mudah dicerna.

pakan tambahan yang digunakan dapat berupa pellet komersial yang mengandung

protein diatas 20% (Prihartono et al., 2000).

Menurut Mahyuddin (2008), menyatakan bahwa lele mempunyai

kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder).berdasarkan jenis

pakannya, lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora (pemakan

daging). Di habitat aslinya, lele memakan cacing, siput air, belatung, laron, jetik-

jentik serangga, kutu air dan larva serangga air. Karena bersifat karnivora, pakan

tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak mengandung protein hewani.

Page 16: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

9

Jika pakan yang diberikan mengandung pritein nabati, pertumbuhannya

lambat. Lele bersifat kanibalisme, yaitu sifat yang suka memangsa jenisnya

sendiri. Jika kurang pakan, lele tidak segan-segan memangsa kawan sendiri. sifat

kanibalisme juga akan timbul oleh karena perbedaan ukuran. Lele yang berukuran

besar akan memangsa ikan lele yang berukuran lebih kecil.

Pemijahan Ikan Lele

Di alam, pemijahan ikan lele lebih banyak terjadi pada musim penghujan.

Rangsangan pemijahan berhubungan erat dengan bertambahnya volume air yang

biasa terjadi pada musim hujan dan meningkatkan kualitas air serat ketersediaan

jasad renik (pakan alami). Lele terangsang memijah setelah hujan lebat dan

munculnya bau tanah yang cukup menyengat (bau ampo) dari tanah kering kena

air hujan. Pada musim penghujan terjadi peningkatan kedalaman air yang dapat

merangsang ikan lele memijah. Ikan lele lebih suka memijah di tempat terlindung

dan teduh. Lele berkembang biak secara ovipar (eksternal), yaiti pembuahan

terjadi di luar tubuh.pada pembenihan lele lokal di kolam budidaya dapat

dilakukan denagn dua cara yaitu berpasang dan masal. Pada pembenihan secara

massal, induk jantan akan mencari sendiri pasangan induk betina, demikian juga

sebaliknya. Jika telah menemukan pasangannya, lele lokal akan tetap setia

terhadap pasangannya dalam melakukan pemijahan.

Sementara itu, pembenihan lele lokal secara berpasangan dalam satu

kolam hanya berisi satu induk jantan dan satu induk betina yang siap memijah.

Induk lele yang telah memijah, pada pagi harinya akan melihat telur-telur yang

menempel di ijuk. Kedua induk lele secara bergantian akan menjaga telur-telurnya

hingga menetas kurang lebih selama dua hari. Lele yang dibudidayakan di kolam

dapat dikawinkan sepanjang tahun asalkan dikelola dengan baik.

Suyanto (2006), menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman para petani

umumnya ikan lele dapat dipijahkan setiap saat sepanjang tahun apabila air media

peliharaannya dilakukan pergantian secara terus menerus. Selain itu, pemijahan

juga dipengaruhi oleh pakan yang diberikan, semakin baik mutu pakan lele

Page 17: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

10

semakin meningkat vitalitas dan kematangan gonadnya, sehingga induk lele akan

lebih sering memijah.

Ikan lele mentolerir berbagai kondisi lingkungan. Suhu air optimum untuk

pertumbuhan adalah 75- 85º F, namun ikan dapat bertahan hidup pada suhu dari

atas titik beku untuk hampir 100º F. Pertumbuhannya lambat pada suhu kurang

dari 65º F dan aktivitas makan berhenti pada suhu di bawah sekitar 50º F. Suhu air

maksimal di mana ikan lele dapat bertahan hidup tanpa batas adalah sekitar 95º F

dan ikan bertahan hidup hanya sebentar pada suhu di atas 100º F. Lele mentolerir

salinitas dari 0-11 ppt, meskipun salinitas kurang dari 4 ppt lebih disukai. Telur

mentolerir salinitas setinggi 16 ppt namun menetas hanya pada 8 ppt atau kurang.

Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kuning

telur (yolksack) yang akan diserap sebagai makanan bagi larva sehingga larva

tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolksack akan lebih

cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pemeliharaan larva dilakukan pada

tahap penetasan. Pemberian pakan dapat dilakukan setelah larva berumur 4-5 hari

atau saat larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam. Umumnya

pemeliharaan larva dilakukan 5 hari dengan menghasilkan benih berukuran 0,7-

1,0 cm dengan berat 0,002 gram (Sunarma, 2004).

Usia kedewasaan seksual bervariasi dari 2 sampai 12 tahun, tergantung

pada panjang musim pertumbuhan (umumnya ikan matang lebih cepat di iklim

hangat). Di alam, dari 2 sampai 4 tahun mungkin diperlukan untuk mencapai berat

1 pon, meskipun tingkat pertumbuhan tergantung pada suhu dan ketersediaan

pangan. Ikan lele dapat hidup lebih dari 20 tahun dan mencapai berat lebih dari 40

kilogram.

Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan, karena

diperlukan sebagai media hidup ikan. Beberapa peubah fisika dan kimia yang

dapat mempengaruhi hidup ikan lele (Clarias spp) adalah suhu, oksigen terlarut,

karbondioksida bebas, pH, dan amonia (Weatherley 1972).

Page 18: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

11

Suhu

Ikan lele mudah beradaptasi dengan lingkungan yang tergenang air.

Apabila sudah dewasa dapat diadaptasikan di dalam lingkungan perairan yang

mengalir (Puspowardoyo dan Djarijah 2002). Suhu merupakan faktor yang

mempengaruhi laju metabolisme dan kelarutan gas dalam air. Suhu yang ideal

untuk pemeliharaan ikan lele berkisar antara 250

C - 300

C, dimana di atas suhu

tersebut nafsu makan lele akan berkurang. Selain itu, tingginya temperatur air

akan menyebabkan peningkatan aktivitas metabolisme organisme yang ada.

Tingginya aktifitas metabolisme menyebabkan kandungan gas terlarut akan

berkurang. Rendahnya kandungan gas terlarut dalam kurun waktu yang lama akan

menyebabkan ikan lele lemas, bahkan mati. Perlu adanya pengaturan tingkat

kepadatan ikan lele, khususnya benih ikan lele dalam wadah pemeliharaan, agar

sesuai dengan laju metabolisme kompenen perairan yang terjadi (Zonneveld et al.,

1991).

Oksigen Terlarut

Oksigen sangat diperlukan ikan lele untuk keperluan pernapasan dan

metabolisme. Perbedaan struktur molekul darah antar jenis ikan mempengaruhi

hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen

dalam darah. Oksigen diperlukan ikan untuk katabolisme yang menghasilkan

energi bagi aktivitas seperti berenang, reproduksi, dan pertumbuhan. Kebutuhan

oksigen bagi ikan berbeda – beda tergantung spesies (Irianto 2005). Umumnya

ikan lele mampu hidup normal pada kandungan oksigen terlarut sebesar 4 mg per

liter. Jika persediaan oksigen di bawah 20% dari kebutuhan normal, ikan lele akan

lemas dan menyebabkan kematian (Murhananto 2002).

Karbondioksida

Kandungan karbondioksida yang ideal untuk ikan lele berkisar antara 0 –

12,8 mg/liter (Murhananto 2002). Jumlah kandungan karbondioksida dalam suatu

lingkungan perairan ditentukan oleh bahan organik dan binatang air yang

terkandung di dalamnya. Semakin banyak bahan organik yang mengurai, kadar

Page 19: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

12

karbondioksida akan semakin tinggi. Demikian pula dengan metabolisme yang

ada, berbanding lurus dengan kadar karbondioksida (Boyd 1990). Proses

keracunan terhadap ikan terjadi karena karbondioksida mudah terikat oleh

hemoglobin, sehingga konsentrasi hemoglobin berkurang dan dalam keadaan

demikian dapat menyebabkan ikan mati lemas. Adanya alat pernapasan tambahan

(arborescent) pada ikan lele dapat membantu ikan dalam mengambil oksigen

langsung dari udara di luar air untuk kebutuhan pernapasannya (Sumpeno 2005).

Amonia

Amonia merupakan produk akhir katabolisme protein yang dieksresikan

ke luar tubuh ikan melalui insang dan kulit. Amonia ikut berperan dalam regulasi

ion melalui pertukaran dengan ion Na+

. Konsentrasi amonia di dalam lingkungan

perairan kolam budidaya ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu seberapa baik

kolam budidaya dikelola dan lama waktu ikan dipuasakan sebelum penanganan.

Boyd (1990) melaporkan bahwa amonia berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan,

yaitu penggunaan energi yang lebih akibat stres yang ditimbulkan. Menurut

Khairuman dan Amri (2002), kandungan maksimum amonia di dalam suatu

wadah pemeliharaan untuk benih ikan lele yang masih dapat ditolerir adalah

1mg/liter (Khairuman dan Amri 2002).

pH

Irianto (2005) melaporkan bahwa ikan dapat hidup pada pH yang berkisar

antara 5,0 – 9,5. Namun demikian, pada umumnya pH yang diperlukan untuk

budidaya perikanan berkisar antara 6,7 – 8,3. pH yang baik untuk pertumbuhan

ikan lele berkisar antara 6,5 – 9,0. pH kurang dari 5 sangat buruk bagi kehidupan

ikan lele karena dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan lendir di dalam

insang dan dapat menyebabkan kematian, sedangkan pH di atas 9 kurang baik

bagi perkembangan ikan lele, karena dapat menghambat pertumbuhan dan

menurunkan nafsu makan (Murhanto 2002). Tinggi rendahnya pH dalam suatu

perairan dipengaruhi oleh banyaknya kotoran di dalam lingkungan perairan yang

berasal dari sisa pakan dan hasil metabolisme (Sumpeno 2005).

Page 20: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

13

2.5 Darah Ikan

Darah ikan mengalir dari jantung melalui aorta ventral dan arteri – arteri

brankhial menuju ke insang untuk keperluan oksigenasi (Irianto 2005). Darah ikan

tersusun dari sel – sel darah yang tersuspensi dalam plasma yang diedarkan ke

seluruh jaringan tubuh (Moyle dan Cech 1988). Fungsi darah ikan antara lain

mengedarkan sari makanan dan oksigen ke seluruh tubuh (Lagler et al. 1977).

Darah ikan terdiri dari atas komponen cairan (plasma) dan komponen

seluler (sel-sel darah). Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit

(sel darah putih) dan trombosit (keping darah), yang diedarkan ke seluruh tubuh

melalui sistem sirkulasi tertutup (Wedemeyer et al., 1990). Sel dan plasma darah

mempunyai peranan fisiologis yang sangat penting. Plasma darah adalah suatu

cairan jernih yang mengandung mineral terlarut, hasil absorpsi dari pencernaan

makanan, buangan hasil metabolisme, serta gas terlarut (Lagler et al., 1977).

Leukosit dikelompokkan ke dalam granulosit dan agranulosit berdasarkan

ada tidaknya butir – butir (granul) di dalam sitoplasma. Termasuk ke dalam

kelompok granulosit yaitu heterofil, eosinofil dan basofil. Jenis leukosit ini

memiliki sifat reaksi terhadap zat tertentu yaitu eosinofil yang bersifat asidofil

(berwarna merah oleh eosin), basofil berwarna basofil (ungu), dan heterofil

bersifat tidak basofil maupun asidofil (Dellman dan Brown 1989). Agranulosit

dibagi menjadi monosit dan limfosit (Lagler et al., 1977). Agranulosit tidak

memiliki butir sitoplasmik spesifik dan ditandai dengan inti berbentuk lonjong,

bulat dengan lekuk yang khas (Dellman dan Brown 1992).

Chinabut et al. (1991) melaporkan bahwa trombosit pada ikan berbentuk

bulat memanjang atau lonjong dan berperan dalam proses pembekuan darah

karena ikut serta dalam mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Ciri khusus

trombosit adalah adanya lingkaran sitoplasma tipis di sekeliling inti yang akan

berwarna ungu tua saat diwarnai dengan Giemsa. Ukuran rata – rata trombosit

berkisar antara (4 x 7 μm) – (5 x 13 μm).

Wedemeyer et al. (1990) melaporkan bahwa pemeriksaan darah penting

untuk membantu peneguhan diagnosa suatu penyakit. Penyimpangan fisiologis

ikan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada gambaran darah, baik secara

Page 21: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

14

kualitatif maupun kuantitatif. Darah akan mengalami perubahan yang serius

khususnya apabila terkena penyakit infeksi (Amlacher 1970). Parameter darah

yang dapat memperlihatkan adanya gangguan adalah nilai hematokrit, konsentrasi

hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah) dan jumlah leukosit (sel darah

putih) (Lagler et al., 1977).

2.6 Sistem Peredaran Darah pada Ikan

Seperti pada golongan vertebrata lainnya, ikan mempunyai sistem

peredaran darah tertutup, artinya darah tidak pernah keluar dari pembulunya, jadi

tidak ada hubungan langsung dengan sel tubuh sekitarnya. Darah memberi bahan

materi dengan perantaraan difusi melalui dinding yang tipis dari kapiler darah,

dan kembali ke jantung melalui pembulu yang ke dua. Seri pertama dinamakan

sistem arteri dan seri ke dua disebut sistem vena.

Sistem peredaran darah, organ utamanya adalah jantung yang bertindak

sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari

jantung melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah,

kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. Sistem

peredaran darah ini disebut sistem peredaran darah tunggal.

Peredaran darah mempunyai peranan penting terutama dalam

pengangkutan oksige hasil respirasi, pengangkutan nutrien hasil proses

pencernaan, dan pengangkutan sisa metabolisme yang selanjutnya dibuang

melalui insang, kulit dan ginjal. Oleh karena itu sistem sirkulasi erat kaitannya

dengan proses pernapasan, sekresi, pencernaan dan osmoregulasi.

Gambar 2. Sistem Peredaran Vena pada Ikan Teleostei

Page 22: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

15

2.7 Sel Darah Merah (Eritrosit)

Eritrosit pada ikan merupakan jenis sel darah yang paling banyak

jumlahnya. Bentuk eritrosit pada semua jenis ikan hampir sama. Eritrosit pada

ikan memiliki inti, seperti pada bangsa burung dan reptil. Jumlah eritrosit pada

ikan teleostei berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106

sel/mm3

(Irianto 2005). Eritrosit

berwarna kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan ukuran berkisar antara 7 -

36 μm (Lagler et al. 1977). Eritrosit yang sudah matang berbentuk oval sampai

bundar, inti berukuran kecil dengan sitoplasma besar. Ukuran eritrosit ikan lele

(Clarias ssp) berkisar antara (10 x 11 μm) – (12 x 13 μm), dengan diameter inti

berkisar antara 4 – 5 μm. Jumlah eritrosit ikan lele (Clarias ssp) adalah 3,18 x 106

sel/ml (Angka et al., 1985). Jika diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, inti sel akan

berwarna ungu dan dikelilingi oleh plasma berwarna biru muda (Chinabut et al.

1991). Rendahnya eritrosit merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan

tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres (Wedemeyer dan

Yasutake 1977).

2.8 Nilai Hematokrit

Hematokrit adalah persentase eritrosit di dalam darah (Guyton 1997).

Hematokrit digunakan untuk mengukur perbandingan antara eritrosit dengan

plasma, sehingga hematokrit memberikan rasio total eritrosit dengan total volume

darah dalam tubuh. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah eritrosit

(Ganong 1995). Nilai hematokrit pada ikan teleostei berkisar antara 20 - 30% dan

pada ikan laut bernilai sekitar 42% (Bond 1979). Presentase nilai hematokrit ikan

lele (Clarias spp) normal berkisar antara 30,8 - 45,5% (Angka et al., 1985). Nilai

hematokrit secara langsung berhubungan dengan jumlah eritrosit dan konsentrasi

hemoglobin (Swenson 1977). Nilai hematokrit di bawah 30% menunjukan adanya

defisiensi eritrosit (Nabib dan Pasaribu 1989). Amlacher (1970) melaporkan

bahwa selain infeksi bakteri, nafsu makan juga berpengaruh pada jumlah eritrosit

sehingga berpengaruh pula terhadap nilai hematokrit dan konsentrasi hemoglobin

di dalam sirkulasi darah.

Page 23: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

16

2.9 Sel Darah Putih (Leukosit)

Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh.

Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal, leukosit kemudian diangkut dalam

darah menuju ke seluruh tubuh (Irianto 2005). Leukosit akan ditanspor secara

khusus ke daerah yang mengalami peradangan yang serius (Guyton 1997).

Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar

antara 20.000-150.000 butir tiap mm3

. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat

(Moyle dan Chech 1988). Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil

dan basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan

perantaraan sel (Nabib dan pasaribu 1989).

Limfosit, dengan pewarnaan Giemsa, berbentuk bundar dengan sejumlah

kecil sitoplasma non granula berwarna biru cerah atau ungu pucat (Chinabut et al.

1991). Limfosit bersifat aktif dan mempunyai kemampuan berubah bentuk dan

ukuran. Limfosit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh yang lunak untuk

pertahanan tubuh (Dellman dan Brown 1992). Ukuran rata – rata limfosit berkisar

antara 4,5 - 12 μm (Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan

teleostei berkisar antara 71,12 – 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah

limfosit di dalam darah ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada

mamalia. Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 103

sel/mm3,

sedangkan pada

mamalia sekitar 2 x 103

sel/mm3

(Roberts 1978).

Monosit berbentuk oval atau bundar, dengan diameter berkisar antara 6 -

15 mikron, memiliki inti berbentuk oval. Inti terletak berdekatan dengan tepi sel

dan mengisi sebagian isi sel. Persentase monosit pada ikan teleostei sekitar 0,1%

dari seluruh populasi leukosit yang bersirkulasi. Monosit pada ikan memiliki

morfologi yang hampir sama dengan monosit pada mamalia (Roberts 1978).

Nabib dan Pasaribu (1989) melaporkan bahwa monosit bersama makrofag akan

memfagositosis sisa – sisa jaringan dan agen penyebab penyakit.

Page 24: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

17

Gambar 3. Sel darah Ikan Lele (Clarias ssp), Eritrosit (E), Limfosit (L),

Monosit (M), Heterofil (N), dan Trombosit (T) (Abdullah 2008).

Heterofil berbentuk bulat dan berukuran besar, diameter berkisar antara 9 -

13 mikron, memiliki sitoplasma dalam jumlah besar dan bergranul. Sitoplasma

berwarna biru cerah atau ungu pucat, sedangkan inti berwarna biru gelap

(Chinabut et al. 1991). Jumlah heterofil di dalam darah akan meningkat apabila

terdapat infeksi oleh bakteri (Dellman dan Brown 1992). Roberts (1978)

melaporkan bahwa persentase heterofil pada ikan berkisar antara 6 - 8%. Jumlah

heterofil pada ikan teleostei hampir sama dengan jumlah neutrofil pada mamalia,

yaitu berkisar antara (3 – 6) x 103

sel/mm3

.

2.10 Penghitungan Jumlah Eritrosit (Svobodova et al., 1991)

Penghitungan jumlah eritrosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet

yang berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 0,5, selanjutnya ditambah

Larutan Hayem (Lampiran 3) sampai skala 101. Darah dalam pipet diaduk dengan

cara menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga

darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut

dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas haemocytometer

yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah dapat

dihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x. Perhitungan

Page 25: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

18

dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya dihitung dengan

rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989).

2.11 Penghitungan Total leukosit (Svobodova et al., 1991)

Penghitungan jumlah leukosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet

yang berisi bulir pengaduk warna putih sampai skala 0,5 kemudian ditambahkan

Larutan Turk’s (Lampiran 3) sampai skala 11. Darah dalam pipet diaduk dengan

cara menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga

darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut

dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas haemocytometer

yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah dapat

dihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x. Perhitungan

dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya dihitung dengan

rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989) (Lampiran 4):

2.12 Larutan Hayem’s

Larutan hayem merupakan larutan yang digunakan untuk mencegah

penggumpalan darah saat akan dihitung jumlah eritrositnya. Selain itu, larutan hayem

juga berfungsi sebagai pewarna agar eritrosit dapat terlihat jelas bentuknya.

Komposisi larutan hayem menurut Anonim (2007) terdiri atas 5 gram Na2SO4, 1

gram NaCl, 0.5 gram HgCl2, dan 200 ml akuades atau larutan hayem’s terdiri dari

HgCl 25 gram, NaCl 5 gram, Na2SO4 2,5 gram dan Akuades 1000 ml.

2.13 Larutan Turks

Sampel darah diencerkan dengan larutan Turks untuk menghancurkan sel

darah merah agar jumlah sel darah putih dapat dihitung. Komposisi larutan turks

menurut Anonim (2007) terdiri atas Acetil Acid Glacial 2 ml, Gentian Violet 1

ml, dan Akuades 100 ml.

Page 26: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

19

2.14 Haemacytometer

Haemacytometer merupakan alat yang didesain khusus untuk menghitung

sel darah tetapi haemocytometer juga dapat digunakan untuk menghitung sel tipe

lain yang berukuran mikroskopik (Anonim, 2008).

Haemacytometer ditemukan oleh Louis Charles Malassez dan terdiri atas

gelas kaca mikroskop dengan bentuk seperti empat persegi panjang dengan

lekukan yang membentuk kamar. Kamar diukir dengan menggoreskan laser yang

membentuk garis tegak lurus. Alat ini dibuat dengan sangat hati-hati oleh orang

yang ahli sehingga batas area bergaris diketahui dan kedalaman kamar diketahui.

Gambar 4. Bagian-bagian Haemocytometer

(Anonim, 2008)

Haemocytometer Improved Neubaeur (Counting Chamber) berupa

lempeng kokoh yang dirancang untuk mendapatkan suspensi sel dalam lapisan

tipis di atas guratan yang digoreskan pada lempeng. Guratan-guratan terdiri dari

segiempat-segiempat dan bujur sangkar yag besar yang tersusun dalam baris dan

kolom. Satu kelompok yang terdiri dari 25 bujur sangkar di pusatnya dipisahkan

lebih jauh menjadi 16 bujur sangkar kecil. Bagian tengah lempeng lebih rendah

daripada serambi di bagian luar. Jalur yang mirip dengan parit dalam memisahkan

bagian tengah dari bagian luar serambi pada setiap sisi. Lapisan penutupnya tebal

sehingga tahan bengkok. Hal ini memungkinkan adanya lapisan tipis suspensi sel

dengan ketebalan yang diketahui dan seragam, yang terletak di atas segiempat-

segiempat dengan luas yang diketahui. Rapatan sel diperkirakan dengan

menghitung sel dalam bujur-sangkar yang khas. Jenis pengaturan dalam guratan

Page 27: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

20

tidak akan mempengaruhi penentuan. Yang penting adalah penggunaan yang

benar dari lempeng-lempeng penghitung (Michael, 1994).

Gambar 5. Haemocytometer Improved Neubaeur

Gambar 6. Counting Chamber

Untuk menghitung jumlah eritrosit maupun leukosit, maka jumlah bujur

sangkar dalam Bilik hitung hemocytometer type Double Improved Neubeur perlu

diketahui:

a. Ukuran seluruh bilik hitung adalah 3x3 mm (9 mm persegi yang terbagi

menjadi 9 bujur sangkar (masing-masing bersisi 1 mm).

b. Bujur sangkar terbagi lagi monjadi 9 kotak kecil.

c. 4 kotak kecil yang terletak dj. bagian pojok (ditandai huruf. W) masing-masing

terbagi lagi menjadi 16 kotak, (dengan sisi ¼ mm)sedangkan kotak kecil yang

terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm

(disebut kotak R) dari kotak R tersebut masing-masing terbagi lagi menjadi 16

kotak dengan sisi 1/20 mm (tampak lebih rapat dari kotak W).

d. Leukosit dihitung di dalam bujur sangkar bersisi ¼ mm (kotak W)

Page 28: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

21

e. Eritrosit dihitung dari dalam bujur sangkar dengan sisi 1/20 mm (kotak R)

Jarak antara bilik hitung dengan gelas penutup: 1/10 mm sehingga volume

bujur sangkar adalah sebagai berikut:

Page 29: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

22

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu : Praktikum I (Sel Darah Merah) : Senin, 26 November 2012. Pukul

10.00 s/d 12.00 WIB.

Praktikum II (Sel Darah Putih) : Senin, 3 November 2012. Pukul

10.00 s/d 12.00 WIB.

Tempat : Ruang Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Lantai 1, Gedung

Dekanat FPIK, UNPAD

3.2 Alat dan Bahan Praktikum I

3.2.1 Alat Praktikum I

Alat – alat yang digunakan dalam praktikum Perhitungan Sel Darah Merah Pada

Ikan Lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut :

1. Haemacytometer, terdiri dari:

kamar hitung tipe “improved Neubauer”

Pipet Thomma

2. Mikroskop

3. Hand counter

4. Pipet tetes

5. Cover glass

6. Pisau bedah

7. Talenan

3.2.2 Bahan Praktikum I

Bahan yang digunakan dalam praktikum Perhitungan Sel Darah Merah Pada Ikan

Lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut :

1. Ikan Lele

Page 30: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

23

2. Larutan Hayem’s

3. Alkohol 70%

4. Tissue

5. Aquabidest

3.3 Prosedur Kerja Praktikum I

Dalam percobaan ini langkah-langkah dalam praktikum Perhitungan Sel Darah

Merah Pada Ikan Lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut :

1) Menyiapkan mikroskop dengan perbesaran tertentu (40x) , lalu meletakkan

haemacytometer tipe “Improved Neubauer” di bawah mikroskop, dan

mengamatinya sampai terlihat kotak-kotak kecil baik untuk tempat

pernghitungan sel darah merah (SDM).

2) Menempatkan ikan lele pada wadah lalu melukai bagian pangkal ekornya

dengan pisau bedah.

3) Menghisap darah yang keluar menggunakan pipet Thomma sebatas skala 0,5

dan menghentikan penghisapan dengan menekan ujung lidah ke ujung karet

penghisap, kemudian menambahkan larutan Hayem’s sampai skala 101.

4) Melepaskan karet penghisap dari pipet dan kedua ujung pipet ditekan dengan

ibu jari agar cairan tidak keluar, selanjutnya digerakkan dengan arah memutar

selama 3 menit agar merata.

5) Menetesi kamar hitung dengan cairan darah tadi melalui parit

haemacytometer, kemudian dilakukan penghitungan dengan menggunakan

hand counter.

6) Untuk menghitung sel darah merah dilakukan dengan menghitung ke lima

kotak di bagian sudut dan hitung parsel kotak kemudian dijumlahkan dan

dibagi lima untuk rata-ratanya. Faktor pengali 200 x 10 x 25 = 50.000 yang

harus dikalikan dengan jumlah rata-rata sel darah merah tersebut yang

merupakan jumlah SDM per ml darah.

Page 31: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

24

3.4 Alat dan Bahan Praktikum I

3.4.1 Alat Praktikum II

Alat – alat yang digunakan dalam praktikum Perhitungan Sel Putih Merah Pada

Ikan Lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut :

1. Haemacytometer, terdiri dari:

kamar hitung tipe “improved Neubauer”

Pipet Thomma

2. Mikroskop

3. Hand counter

4. Pipet tetes

5. Cover glass

6. Pisau bedah

7. Talenan

3.4.2 Bahan Praktikum II

Bahan yang digunakan dalam praktikum Perhitungan Sel Darah Putih Pada Ikan

Lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut :

1. Ikan Lele

2. Larutan Turks

3. Alkohol 70%

4. Tissue

5. Aquabidest

3.4.3 Prosedur Kerja Praktikum II

Dalam percobaan ini langkah-langkah dalam praktikum Perhitungan Sel Darah

Putih Pada Ikan Lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut :

1) Menyiapkan mikroskop dengan perbesaran tertentu (40x) , lalu meletakkan

haemacytometer tipe “Improved Neubauer” di bawah mikroskop, dan

mengamatinya sampai terlihat kotak-kotak kecil baik untuk tempat

pernghitungan sel darah merah SDM maupun SDP.

Page 32: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

25

2) Menempatkan ikan lele pada wadah lalu melukai bagian pangkal ekornya

dengan pisau bedah.

3) Menghisap darah yang keluar menggunakan pipet Thomma sebatas skala 0,5

dan menghentikan penghisapan dengan menekan ujung lidah ke ujung karet

penghisap, kemudian menambahkan larutan Turks sampai skala 11.

4) Melepaskan karet penghisap dari pipet dan kedua ujung pipet ditekan dengan

ibu jari agar cairan tidak keluar, selanjutnya digerakkan dengan arah memutar

selama 3 menit agar merata.

5) Menetesi kamar hitung dengan cairan darah tadi melalui parit

haemacytometer, kemudian dilakukan penghitungan dengan menggunakan

hand counter.

6) Untuk menghitung sel darah putih dilakukan dengan menghitung ke empat

kotak di bagian sudut dan hitung parsel kotak kemudian dijumlahkan dan

dibagi empat untuk rata-ratanya. Faktor pengali 20 x 16 x 10 = 3200 yang

harus dikalikan dengan jumlah rata-rata sel darah putih tersebut yang

merupakan jumlah SDP per ml darah.

Page 33: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

26

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum I

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada Praktikum I yaitu,

Perhitungan Sel Darah Merah Pada Ikan Lele (Clarias sp.) selama pengamatan

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kelompok 8 Perhitungan Sel Darah Merah Pada

Ikan Lele (Clarias sp.).

Jumlah Sel Darah

Merah pada Kotak TotalRata

- rata

Pengencer

an dengan

Larutan

Hayem’s

Luas

Kotak

Hitung

Ketebalan

Haemasito

meter

(mm)

Jmlah Sel

Darah

Merah

(Sel/mm3)

1 2 3 4 5

70 78 78 68 85 379 75,8 200 25 10 3.790.000

Tabel 2. Data Kelas Hasil Perhitungan Sel Darah Merah Pada

Ikan Lele (Clarias sp.) Pada Laboratorium 1.

KelompokPerhitungan Sel Darah Merah Rata-

Rata

Jumlah SDM per ml

darah (Sel/mm3)SDM1 SDM2 SDM3 SDM4 SDM5

1 104 103 93 99 88 97,4 97,4 x 50.000 = 4.870.000

2 40 40 50 50 50 46 46 x 50.000 = 2.300.000

3 98 105 95 92 110 100 100 x 50.000 = 5.000.000

4 80 89 94 91 99 90,6 90,6 x 50.000 = 4.530.000

5 82 82 73 79 76 78,4 78,4 x 50.000 = 3.920.000

6 79 70 90 115 117 94,2 94,2 x 50.000 = 4.710.000

7 80 81 71 72 71 75 75 x 50.000 = 3.750.000

8 70 78 78 68 85 75,8 75,8 x 50.000 = 3.790.000

9 103 102 82 115 85 97,4 97,4 x 50.000 = 4.870.000

Page 34: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

27

Tabel 3. Data Kelas Hasil Perhitungan Sel Darah Merah Pada

Ikan Lele (Clarias sp.) Pada Laboratorium 2.

KelompokPerhitungan Sel Darah Merah Rata-

Rata

Jumlah SDM per ml

darah (Sel/mm3)SDM1 SDM2 SDM3 SDM4 SDM5

10 51 63 64 64 93 67 67 x 50.000 = 3.350.000

11 60 62 77 75 100 76,8 76,8 x 50.000 = 3.840.000

12 149 74 87 103 117 106 106 x 50.000 = 5.300.000

13 160 79 105 106 108 121,6 121,6 x 50.000 = 6.080.000

14 62 49 43 55 53 52,4 52,4 x 50.000 = 2.620.000

15 79 109 142 107 102 107,8 107,8 x 50.000 = 5.390.000

16 83 85 77 87 110 88,4 88,4 x 50.000 = 4.420.000

17 68 59 61 68 87 68,5 68,5 x 50.000 = 3.430.000

18 64 94 61 50 78 69,4 69,4 x 50.000 = 3.470.000

Tabel 4. Data Kelas Hasil Perhitungan Sel Darah Merah Pada

Ikan Lele (Clarias sp.) Pada Laboratorium 3.

KelompokPerhitungan Sel Darah Merah Rata-

Rata

Jumlah SDM per ml

darah (Sel/mm3)SDM1 SDM2 SDM3 SDM4 SDM5

19 41 58 72 75 53 59,8 59,8 x 50.000 = 2.990.000

20 78 76 48 65 72 63,8 63,8 x 50.000 = 3.190.000

21 80 50 86 86 68 74 74 x 50.000 = 3.700.000

22 41 58 72 75 53 59,8 59,8 x 50.000 = 2.990.000

23 57 77 70 72 73 69,8 69,8 x 50.000 = 3.490.000

24 80 50 86 86 68 74 74 x 50.000 = 3.700.000

25 80 50 86 86 68 74 74 x 50.000 = 3.700.000

26 80 50 86 86 68 74 74 x 50.000 = 3.700.000

4.2 Pembahasan Praktikum I

Pada praktikum mengenai Perhitungan Sel Darah Merah Pada

Ikan Lele (Clarias sp.) pembahasannya adalah Jumlah sel darah merah adalah

Jumlah Rata-rata Sel Darah Merah dikalikan dengan Faktor Pengali yang terdiri

dari:

Page 35: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

28

Pengenceran dengan larutan Hayem’s

Luas kotak hitung

Ketebalan Haemacytometer

Rata-rata Sel Darah Merah hasil pengamatan adalah sebagai berikut:

Gambar 7. Kotak untuk menghitung sel darah merah.

Keterangan : K = sel darah merah

SDM 1 : 70

SDM 2 : 78

SDM 3 : 78

SDM 4 : 68

SDM 5 : 85

Rata-rata SDM : (70 + 78 + 78 + 68 + 85) / 5 = 379 / 5 = 75,8

Sedangkan Faktor Pengali digunakan adalah:

Pengenceran dengan larutan Hayem’s : 200 kali

Luas kotak hitung : 25 kali

Ketebalan Haemacytometer : 10 kali

Faktor Pengali : 202 X 25 X 10 = 50.500

Sehingga jumlah Sel Darah Merah adalah:

Rata-rata SDM X Faktor Pengali = 75,8 X 50.500

= 3.790.000 sel/mm3

Hasil penghitungan jumlah sel darah merah yang didapat dari sampel

darah ikan lele yang diuji adalah 3.790.000 sel/mm3. . Jumlah eritrosit ikan lele

Page 36: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

29

(Clarias ssp) adalah 3,18 x 106

sel/ml (Angka et al., 1985). Jumlah eritrosit pada ikan

teleostei berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106

sel/mm3

(Irianto 2005). Eritrosit berwarna

kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan ukuran berkisar antara 7 - 36 μm

(Lagler et al. 1977). Eritrosit yang sudah matang berbentuk oval sampai bundar, inti

berukuran kecil dengan sitoplasma besar. Ukuran eritrosit ikan lele (Clarias ssp)

berkisar antara (10 x 11 μm) – (12 x 13 μm), dengan diameter inti berkisar antara 4 –

5 μm. Pengujian ini menunjukkan bahwa jumlah sel darah merah pada ikan lele

yang diuji berada pada kisaran normal.

4.3 Hasil Praktikum II

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada Praktikum I yaitu,

Perhitungan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele (Clarias sp.) selama pengamatan

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Pengamatan Kelompok 8 Perhitungan Sel Darah Putih Pada

Ikan Lele (Clarias sp.).

Jumlah Sel Darah Putih

pada Kotak TotalRata-

rata

Pengenceran

dengan

Larutan

Hayem’s

Luas

Kotak

Hitung

Ketebalan

Haemasitometer

(mm)

Jmlah Sel

Darah

Merah

(Sel/mm3)

1 2 3 4

158 255 208 202 823 205,75 20 16 10 658.400

Tabel 6. Data Kelas Hasil Perhitungan Sel Darah Putih Pada

Ikan Lele (Clarias sp.) Pada Laboratorium 1.

KelompokPerhitungan Sel Darah Putih Rata-

rata

Jumlah SDP per ml

darah (Sel/mm3)SDP1 SDP2 SDP3 SDP4

1 233 158 204 154 187,25 187,23 x 3200 = 599.200

2 178 204 217 222 205,25 205,25 x 3200 = 656.800

3 175 197 211 206 197,25 197,25 x 3200 = 631.200

Page 37: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

30

4 184 130 149 166 157,25 157,25 x 3200 = 503.200

5 128 157 235 250 192,5 192,5 x 3200 = 616.000

6 113 149 126 124 128 128 x 3200 = 409.600

7 131 125 128 136 130 130 x 3200 = 416.000

8 158 255 208 202 205,75 205,75 x 3200 = 658.400

9 299 199 233 284 253,75 253,75 x 3200 = 812.000

Tabel 7. Data Kelas Hasil Perhitungan Sel Darah Putih Pada

Ikan Lele (Clarias sp.) Pada Laboratorium 2.

KelompokPerhitungan Sel Darah Putih Rata-

Rata

Jumlah SDP per ml darah

(Sel/mm³)SDP1 SDP2 SDP3 SDP4

10 412 434 451 417 428,5 428,5 x 3.200 = 1.371.200

11 317 388 426 381 365,5 365,5 x 3.200 = 1.169.600

12 225 279 244 321 267,25 267,25 x 3.200 = 855.200

13 339 373 385 452 387,25 387,25 x 3.200 = 1.239.200

14 321 314 316 292 310,75 310,75 x 3.200 = 994.000

15 317 318 322 333 322,5 322,5 x 3.200 = 1.032.000

16 237 258 247 314 264 264 x 3.200 = 844.800

17 431 402 415 403 412,75 412,75 x 3.200 = 1.320.000

18 399 453 461 433 436,5 436,5 x 3.200 = 1.396.800

Tabel 8. Data Kelas Hasil Perhitungan Sel Darah Putih Pada

Ikan Lele (Clarias sp.) Pada Laboratorium 3.

KelompokPerhitungan Sel Darah Putih Rata-

Rata

Jumlah SDP per ml darah

(Sel/mm³)SDP1 SDP2 SDP3 SDP4

19 385 368 397 375 381,25 381,25 x 3.200 = 1.220.000

20 387 365 392 369 378, 25 378,25 x 3200 = 1.210.400

21 394 487 350 364 398,75 398,75 x 3.200 = 1.276.000

22 383 373 395 380 382,75 382,75 x 3.200 = 1.224.800

Page 38: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

31

23 366 533 564 430 473,25 473,25 x 3.200 = 1.514.400

24 284 325 307 326 310,5 310,5 x 3.200 = 993.600

25 390 377 381 388 384 384 x 3.200 = 1.288.800

26 303 390 302 362 339,35 339,35 x 3.200 = 1.085.600

4.4 Pembahasan Praktikum II

Pada praktikum mengenai Perhitungan Sel Darah Putih Pada

Ikan Lele (Clarias sp.) pembahasannya adalah Jumlah sel darah putih adalah

Jumlah rata-rata Sel Darah Putih dikalikan dengan Faktor Pengali yang terdiri

dari:

Pengenceran dengan larutan turk

Luas kotak hitung

Ketebalan Haemacytometer

Rata-rata Sel Darah Putih hasil pengamatan kelompok kami adalah

sebagai berikut:

Gambar 8. Kotak untuk menghitung sel darah putih.

SDP 1 : 158

SDP 2 : 255

SDP 3 : 208

SDP 4 : 202

Rata-rata SDP : (158+255+208+202)/4 = 205,75

Sedangkan Faktor Pengali yang kami gunakan adalah:

Pengenceran dengan larutan turk: 20 kali

Page 39: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

32

Luas kotak hitung : 16 kali

Ketebalan Haemacytometer : 10 kali

Faktor Pengenceran : 20 X 16 X 10 = 3200

Sehingga jumlah Sel Darah Putih pada Ikan Lele hasil pengamatan

kelompok kami adalah:

rata-rata SDP X Faktor Pengenceran = 205,75 X 3200

= 658.400 Sel/mm3

Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar

antara 20.000-150.000 butir tiap mm3

. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat

(Moyle dan Chech 1988). Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil dan

basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan perantaraan sel

(Nabib dan pasaribu 1989). Ukuran rata – rata limfosit berkisar antara 4,5 - 12 μm

(Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan teleostei berkisar

antara 71,12 – 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah limfosit di dalam darah ikan

lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada mamalia. Kepadatan limfosit pada

ikan sebesar 48 x 103

sel/mm3,

sedangkan pada mamalia sekitar 2 x 103

sel/mm3

(Roberts 1978).

Menurut kami perolehan hasil perhitungan pada kelopmpok kami dengan

kelompok lain jika dibandingkan, tidak sedikit yang mendapat hasil yang jauh

berbeda dari hasil kelompok kami. Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit

total ikan teleostei berkisar antara 20.000-150.000 butir tiap mm3

. Dari hasil

pengamatan, kelompok kami memperoleh jumlah sel darah putih / leukosit adalah

658.400 Sel/mm3

. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah leukositnya berada pada

keadaan tidak normal karena melampaui jumlah normal leukosit ikan teleostei

atau ikan lele.

Beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaknormalan jumlah leukosit

tersebut adalah menurut Moyle dan Chech (1988), leukosit berfungsi sebagai sistem

pertahanan tubuh yang akan dikirim secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan

mengalami peradangan yang serius. Arry (2007) melaporkan bahwa peningkatan

jumlah leukosit total terjadi akibat adanya respon dari tubuh ikan terhadap kondisi

lingkungan pemeliharaan yang buruk, faktor stres dan infeksi penyakit. Sedangkan

Page 40: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

33

penurunan jumlah leukosit total disebabkan karena adanya gangguan pada fungsi

organ ginjal dan limpa dalam memproduksi leukosit yang disebabkan oleh infeksi

penyakit. Menurut Irianto (2005), salah satu contoh penyakit pada ikan yang

menyebabkan gangguan pada ginjal dan limpa antara lain Aeromonas hydrophila,

Page 41: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

34

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum ini terdapat beberapa kesimpulan yang dapat

diambil, diantaranya :

Untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan kita dapat mengetahuinya dengan

menguji sampel darah. Hal ini berdasarkan hasil penelitian bahwa darah

merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk melihat kelainan

yang terjadi pada ikan, baik yang terjadi karena penyakit ataupun karena

keadaan lingkungan.

Ciri-ciri ikan yang terserang penyakit jika dilihat dari hasil uji darahnya

adalah adanya perubahan pada nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah sel

darah merah dan jumlah sel darah putih.

Alat untuk menghitung jumlah sel darah merah adalah Haemacytometer yang

terdiri dari kamar hitung tipe “improved Neubauer” dan pipet Thomma.

Larutan yang digunakan untuk penghitungan sel darah merah adalah larutan

Hayem’s.

Untuk menghitung jumlah sel darah merah per millimeter kubik yaitu dengan

cara mengalikan jumlah rata-rata sel darah merah dari kamar hitung yang

digunakan dengan faktor pengali. Faktor pengali terdiri dari faktor

pengenceran, jumlah kotak hitung dan ketebalan Haemacytometer.

Jumlah sel darah merah dari ikan lele yang kami uji sampel darahnya adalah

2.090.000 sel/mm3. Nilai tersebut berada pada kisaran normal karena

berdasarkan litelatur jumlah sel darah merah pada ikan lele adalah 3,18 x 106

sel/ mm3.

Persentase normal limfosit pada ikan teleostei berkisar antara 71,12 – 82,88%

(Affandi dan Tang 2002). Jumlah limfosit di dalam darah ikan lebih banyak

dibandingkan dengan limfosit pada mamalia. Kepadatan limfosit pada ikan

Page 42: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

35

sebesar 48 x 103

sel/mm3,

sedangkan pada mamalia sekitar 2 x 103

sel/mm3

(Roberts 1978).

5.2 Saran

Praktikum ini memberi pelajaran bagi kita untuk bisa mengetahui kondisi

ikan dengan cara menghitung sel darah merah pada ikan. Namun dalam praktikum

ini terdapat kesulitan dalam mengamati haemacytometer yaitu untuk menemukan

kotak hitungnya. Hal ini dikarenakan kondisi mikroskop yang kurang baik

sehingga pengamatan membuang waktu yang cukup lama.

Sebaiknya mikroskop yang akan digunakan untuk praktikum harus dalam

kondisi baik. Ketepatan menyedot darah menggunakan pipet thoma harus

diperhatikan karena jika tidak tepat pada skala yang diinginkan akan memperlama

pekerjaan. Pengenceran pun harus dilakukan sampai sampel darah merah

tercampur secara homogen dengan larutan Hayem’s dan sel darah putih dengan

larutan turks.

Page 43: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

36

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Yusuf. 2008. Efektivitas Ekstrak Daun Paci – Paci Leucas Lavandulaefolia

Untuk Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Penyakit Mas Motile Aeromonad

Septicaemia Ditunjau Dari Patologi makro Dan Hematologi Ikan Lele Dumbo

Clarias Sp. Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. IPB : Bogor.

Affandi R, Tang UM.2002. Fisiologi Hewan Air. Riau : Uni Press.

Amlacher E. 1970. Text Book of Fish Disease. D.A.T.F.H. Publication. New York.

USA. hlm 302.

Angka SL, GT Wongkar, Karwani. 1985. Blood Picture and Bacteria Isolated From

Ulcered and Crooked-Black Clarias Batrachus. Symposium On Pract. Measure

for Preventing and Controlling Fish Disease. BIOTROP. 17 P.

Anonim. 2007. Perhitungan Sel Darah Merah. http://www.unsjournal.com/. Diakses

tanggal 5 Desember 2012 Pukul 20.15WIB.

Anonim. 2008. Haemacytometer. http//id.wikipedia.com/haemacytometer. Diakses tanggal

5 Desember 2012 Pukul 20.17WIB.

Arry. 2007. Pengaruh Suplementasi Zat Besi (Fe) Dalam Pakan Buatan Terhadap

Kinerja Pertumbuhan dan Imunitas Ikan Kerapu Bebek Cromileptes Altivelis.

Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Blaxhall PC. 1972. The Haemothological Assessment of The Health of Fresh Water

Fish. A Review of Selected Literature. Journal of Fish Biology 4 : 593-604.

Boyd CE. 1990. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier Science

Publishing Company Inc, New York. Hal 146 – 159.

Chinabut S, Limsuwan C, and Kiswatat P. 1991. Histology of The Walking Catfish,

Clarias bathracus. IDRC Canada. hlm 96.

Dellman HD, Brown EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi 3. Hartono

(Penerjemah). UI Press, Jakarta.

Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan : Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta. Hal 95-109.

Page 44: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

37

Ganong WF. 1995. Buku Ajar fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiologi). Ed

ke-4. Terjemahan P Adianto. EGC, Jakarta.

Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Irawati Setiawan

(Penerjemah). Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta.

Hesser EF. 1960. Methods for Routine Fish Hematology. Progressive Fish Culturist.

Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Khairuman, K Amri. 2002. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif. PT Agromedia

Pustaka, Tangerang.

Lagler KF, Bardach JE, RR Miller, Passino DRM. 1977. Ichthyology. John Willey and

Sons. Inc. new York-London. Hlm 506.

Maryani M. 2003. Interaksi Antara Logam Berat Kadmium(Cd) dan Infeksi Bakteri

Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Mas Cyprinus Carpi. Skripsi Fakultas

Perikanan Dan Ilmu Kelautan, IPB.

Michael, P. (1994). Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI

Press, Jakarta.

Moyle PB, Cech Jr JJ. 1988. Fishes An Introduction to Icthyology. Prentice Hall, Inc.

USA. hlm 559.

Murhananto. 2002. Pembesaran Lele Dumbo di Pekarangan. PT Agromedia Pustaka,

Tangerang.

Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas

Bioteknologi. IPB

Primandaka JT. 1992. Pengaruh Penyuntikan Isolat Virulen Aeromonas hydrophila

Secara Intramuskular Terhadap Gambaran Darah Lele Dumbo (Clarias sp.)

Ukuran Fingerling. Skripsi. Fakultas Perikanan, IPB.

Puspowardoyo H dan Djarijah AS. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo

Hemat Air. Kanisius, Yogyakarta.

Roberts RJ. 1978. Fish Pathology. Ballier Tindall London.

Page 45: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

38

Sastradipradja D , SHS Sikar, R Widjajakusuma, T Ungerer, A Maad, H Nasution, R

Suriawinata, R Hamzah. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner.

Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi, PAU Ilmu Hayati, IPB.

Sumpeno Dedi. 2005. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo

(Clarias sp), Pada Penebaran 15, 20, 25, dan 30 Ekor/Liter Dalam Pendederan

Secara Indoor dengan Sistem Resirkulasi. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. IPB.

Suyanto S Rachmatun. 2007. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya : Jakarta.

Svobodova, Z., Vykusova, B., 1991. Diagnostic Prevention and Therapy of Fish Diseases

and Intoxication. Reseacrh Intitute of Fish Culture and Hydrobiology Vodnany,

Czechoslovakia. Available at http://www.fao.org. [18 September 2010]

Swenson MJ. 1977. Dukes Physiology of Domestic Animal. Ed ke-9. Cornell Univ.

Press, London.

Tizard I. 1982. Veterinary Immunology, An Introduction. Ed Ke-3. W,B. Saunders

Company, Canada.

Weatherley AH. 1972. Growth and Ecology of Fish Population. Academy Press,

London. 293p.

Wedemeyer GA, Yasutke. 1977. Clinical Methods for The Assessment on The Effect of

Enviromental Stress on Fish Health. Technical Paper of The US Departement of

The Interior Fish ang the Wildlife Service, 89 : 1-17.

Wells RMG, Baldwin J, Seymour RS, Chirtian K, Britain T. 2005. Blood Cell Function

and Haematology In Two Tropical Frehswater Fishes From Australia.

Comparative Biochemistry and Physiology.

Zonneveld NE, EA Huisman, JH Boon. 1991. Prinsip - Prinsip Budidaya Ikan.

Terjemahan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 381 hal.

Page 46: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

39

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Alat Praktikum

Haemacytometer Pipet Thomma Mikroskop

Hand counter Pipet tetes Cover glass

Pisau bedah Talenan

Lampiran 2. Foto Bahan Praktikum

Ikan Lele Larutan Hayem’s Alkohol 70%

Page 47: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

40

Larutan Turks Tissue Aquabidest

Lampiran 3. Foto Kegiatan Praktikum

1. Proses melukai bagian pangkal ekor

ikan lele dengan pisau bedah.

2. Proses menghisap darah yang keluar

menggunakan pipet Thomma sebatas

skala 0,5. dan menghentikan

penghisapan dengan menekan ujung

lidah ke ujung karet penghisap.

3. Proses menambahkan larutan Hayem’s

sampai skala 101.

4. Kedua ujung pipet ditekan dengan ibu

jari agar cairan tidak keluar,

selanjutnya digerakkan dengan arah

memutar selama 3 menit agar merata.

Page 48: Perhitungan Sel Darah Merah Putih-libre

41

5. Proses pengamatan sel darah merah di

kamar hitung pada haemacytometer dan

kemudian dilakukan penghitungan

dengan menggunakan hand counter.

6. Hasil pengamatan sel darah merah di

kamar hitung pada haemacytometer di

lihat pada mikroskop dengan

perbesaran 40x.

7. Hasil pengamatan sel darah putih di

kamar hitung pada haemacytometer di

lihat pada mikroskop dengan

perbesaran 40x.