Top Banner
LAPORAN PERENCANAAN INSTALASI SISTEM INSTALASI ARUS KUAT ( LAK ) PROYEK : KANTOR DAN HUNIAN PT. MANDALA MULTI FINANCE JALAN MENTENG RAYA – JAKARTA 22 JULI 2009 DAFTAR ISI HAL 1.0. DAFTAR ISI EL - 1 2.0. DATA BANGUNAN EL - 3 2.1. Perhitungan Beban Daya Listrik 3.0 INSTALASI SISTEM LISTRIK 3.1 PENDAHULUAN EL - 6 3.2 LINGKUP PEKRJAAN SARANA KELISTRIKAN EL - 6 3.3 DASAR DAN STANDAR PERENCANAAN EL - 6 3.4 SUMBER DAYA LISTRIK EL - 7 1. Transformator 2. Generator Set 3.5. KOORDINASI SISTEM OPERASI PLN DAN GENERATOR SET EL - 8 3.5.1. Keadaan Normal 3.5.2. Keadaan PLN Padam / Emergency 3.5.3. Keadaan Kondisi Kebakaran ( Darurat ) 3.5.4. Cara Kerja Panel Distribusi Tegangan Rendah & Panel Tegangan Menengah Sistem Interlock 3.6. BEBAN – BEBAN LISTRIK EL - 9 3.6.1. Beban Normal 3.6.2. Beban Emergensi 3.6.3. Beban Prioritas (Beban Saat Kebakaran) 3.7. SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK EL - 10 3.7.1. Umum 3.7.2. Sistem Instalasi Tegangan Menengah 3.7.3. Sistem Instalasi Tegangan Rendah 3.8. KABEL FEEDER EL - 11 3.9. PANEL LISTRIK DAN PERALATANNYA EL - 12 1
54

Perencanaan Instalasi Listrik

Apr 28, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perencanaan Instalasi Listrik

LAPORAN PERENCANAAN INSTALASI SISTEM INSTALASI ARUS KUAT ( LAK )

PROYEK : KANTOR DAN HUNIAN PT. MANDALA MULTI FINANCE JALAN MENTENG RAYA – JAKARTA

22 JULI 2009

DAFTAR ISI HAL

1.0. DAFTAR ISI EL - 1

2.0. DATA BANGUNAN EL - 32.1. Perhitungan Beban Daya Listrik

3.0 INSTALASI SISTEM LISTRIK3.1 PENDAHULUAN EL - 63.2 LINGKUP PEKRJAAN SARANA KELISTRIKAN EL - 63.3 DASAR DAN STANDAR PERENCANAAN EL - 6 3.4 SUMBER DAYA LISTRIK EL - 7

1. Transformator2. Generator Set

3.5. KOORDINASI SISTEM OPERASI PLN DAN GENERATOR SET EL - 8

3.5.1. Keadaan Normal3.5.2. Keadaan PLN Padam / Emergency3.5.3. Keadaan Kondisi Kebakaran ( Darurat )3.5.4. Cara Kerja Panel Distribusi Tegangan Rendah &

Panel Tegangan Menengah Sistem Interlock

3.6. BEBAN – BEBAN LISTRIK EL - 93.6.1. Beban Normal3.6.2. Beban Emergensi3.6.3. Beban Prioritas (Beban Saat Kebakaran)

3.7. SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK EL - 103.7.1. Umum3.7.2. Sistem Instalasi Tegangan Menengah3.7.3. Sistem Instalasi Tegangan Rendah

3.8. KABEL FEEDER EL - 11 3.9. PANEL LISTRIK DAN PERALATANNYA EL - 12

3.10. PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT EL - 12

3.11. SISTEM PENERANGAN EL - 133.11.1. Umum3.11.2. Standar Intensitas Penerangan3.11.3. Jenis-jenis Lampu Penerangan 3.11.4. Contoh Perhitungan Intensitas Penerangan

1

Page 2: Perencanaan Instalasi Listrik

3.11.5. Saklar-saklar Lampu Penerangan3.11.6. Pengabelan Saklar Lampu3.11.7. Proteksi dari Miniature Circuit Breaker untuk Lampu Penerangan

3.12. SISTEM INSTALASI STOP KONTAK EL - 15 3.12.1. Stop Kontak pada Kolom / Dinding3.12.2. Pengabelan Instalasi Stop Kontak3.12.3. Proteksi Instalasi Stop Kontak

3.13. SISTEM INSTALASI HUBUNGAN PENTANAHAN EL - 15 3.13.1. Standar dan Peraturan Instalasi 3.13.2. Hubungan Pentanahan Sumber-sumber Listrik 3.13.3. Hubungan Pentanahan antar Panel3.13.4. Bak Kontrol / Pentanahan

3.14. PERBAIKAN FAKTOR DAYA COS φ EL - 16

3.15. SISTEM INSTALASI PENYALUR PETIR EL - 16

4.0. LAMPIRAN – LAMPIRAN :

4.1. Lampiran Perhitungan Tingkat Penerangan EL - 184.2. Lampiran Perhitungan Arus Hubung Singkat EL - 214.3. Lampiran Manual Kalkulasi Voltage Drop EL - 234.4. Lampiran Perhitungan Capasitor Bank EL - 244.5. Lampiran Gambar Diagram Satu Garis Panel Utama

Tegangan Rendah EL - 254.6. Lampiran Faktor Utilitas Armature Lampu EL - 264.7. Lampiran Brosure Kabel Tipe NYY EL - 284.8. Lampiran Gambar Brosure Penangkal Petir dan

Elektro Geometri EL - 29

2

Page 3: Perencanaan Instalasi Listrik

2.0. DATA BANGUNAN

2.1. Nama proyek : KANTOR DAN HUNIAN PT. MANDALA MULTIFINANCE2.2. Jenis Bangunan : Bangunan Kantor dan Hunian2.3. Lokasi : Jalan Menteng Raya, Jakarta 2.4. Data Bangunan : Bangunan terdiri dari : Basement 2 lantai

Bangunan Kantor 9 lantai.

No. Lantai FungsiLuas Kotor ( m² )

Luas Bersih( m² )

ElevasiKepadatan

Hunian

1. Lt. Basement 2 Bangunan Parkir dan - Parkir, Toilet ± 714 ± 285 - 6,000 5Utilitas - R. Pompa

2. Lt. Basement 1 Bangunan Parkir dan Utilitas

- Parkir, Toilet- R. Genset- R. Trafo, Panel TM, PUTR

± 714 ± 285 - 3,000 5

3. Lt. 1 (satu)Bangunan Kantor - Kantor ± 351 ± 210 0,000 5

- Lobby Lift, Toilet- Parkir - Bangunan Gardu PLN

4. Lt. 2 (dua) Bangunan Kantor - Kantor ± 589 ± 354 +6,000 59

- Corridor, Lobby Lift, Toilet- Gudang

5. Lt. 3 (tiga)Bangunan Kantor

- Kantor- Lobby Lift, Toilet- R. Arsip

± 572 ± 286 +10,200 47

- Gudang,

6. Lt. 4 (empat) Bangunan Kantor - Kantor

- Lobby Lift - Gudang, Toilet

± 572 ± 343 +14,400 57

7. Lt. 5 (lima) Bangunan Kantor - Kantor

- Lobby Lift± 304 ± 182 +18,600 30

- Corridor, Toilet- Taman Atas

8. Lt. 6 (enam) Bangunan Kantor dan Hunian

- Kantor dan Hunian- Taman- Lobby Lift, Corridor, Toilet

± 304 ± 182 +22,800 25

3

Page 4: Perencanaan Instalasi Listrik

No. Lantai FungsiLuas Kotor ( m² )

Luas Bersih( m² )

ElevasiKepadatan

Hunian

9. Lt. 7 (tujuh) Bangunan Kantor dan Hunian

- Kantor dan Hunian- Taman- Lobby Lift, Corridor, Toilet

± 304 ± 182 +27,000

25

10 Lt. 8 (delapan) Bangunan Kantor dan Hunian

- Kantor dan Hunian- Taman- Lobby Lift, Corridor, Toilet

± 304 ± 182 +31,200

25

11 Lt. 9 (sembilan)Bangunan Kantor dan Hunian

- Kantor dan Hunian- Taman- Lobby Lift, Corridor, Toilet

± 304 ± 182 +35,400

25

12 Lt. Atap- R. Mesin Lift- Tangga

± 304 ± 19± 44.5

+39,600

2.1. PERHITUNGAN BEBAN DAYA LISTRIK

4

Page 5: Perencanaan Instalasi Listrik

SCHDULE BEBAN LISTRIK

5

Page 6: Perencanaan Instalasi Listrik

      BEBAN TERSAMBUNG FAKTOR                BEBAN TERPAKAINo LOKASI KLASIFIKASI  ( kVA)   PEMAKAIAN                          ( kVA)

  (LANTAI) BEBAN NP P SP DF (%) NP P SP

1LANTAI ATAP P.FIRE LT.ATAP              

    - PRESS.FAN     9.300 30     2.790    - P.LIFT     14.100 100     14.100    PD.ATAP                - FRESH.FAN AC   6.525   100   6.525      - EXHAUST FAN   3.750   100   3.750      - MOTOR GOND.   3.750   30   1.125      - P.CHILLER 1   95.100   100   95.100      - P.CHILLER 2   114.975   100   114.975      - PP.RF 3.950     80 3.160    

2 LANTAI 9 PP.9 9.685     80 7.748    3 LANTAI 8 PP.8 9.685     80 7.748    4 LANTAI 7 PP.7 9.685     80 7.748    5 LANTAI 6 PP.6 9.685     80 7.748    6 LANTAI 5 PP.5 28.860     80 23.088    

    P.SERVER   33.000   100   33.000  7 LANTAI 4 PP.4 12.595     80 10.076    8 LANTAI 3 PP.3 19.765     80 15.812    9 LANTAI 2 PP.2 23.245     80 18.596    10 LANTAI 1 PP.1 6.870     80 5.496    

11BASEMENT 1 PP.BS 1 6.370     80 5.096    

    P.FAN1     3.150 100     3.150

12BASEMENT 2 PP.BS 2 6.945     80 5.556    

    P.PAB 6.900     80 5.520        P.FAN2     2.550 100     2.550    P.HYD     126.98 30     38.100    P.STP   4.425   100   4.425  

 TOTAL BEBAN   154.240 261.525 156.075   123.392 258.900 60.690

       571.84 kVA      

442.982 kVA  

Beban tersambung    :  572  kVABeban terpakai  :  443  kVASambungan Daya PLN (TM 20 kV)  :  555  kVATransformator Kapasitas   :  630  kVA

(20 kV/400 V-240 V, 50 Hz)

3.0 INSTALASI SISTEM LISTRIK

3.1 PENDAHULUAN

6

Page 7: Perencanaan Instalasi Listrik

Sebagai gambaran untuk sistem listrik, proyek ini direncanakan dengan sistem yang mampu mengatasi segala kemungkinan terputusnya suplai listrik ke distribusi beban. Pada sistem listrik ini akan dijelaskan gambaran secara garis besar mengenai instalasi listrik serta besarnya beban listrik, suplai listrik, distribusi listrik dan sistem proteksi yang digunakan.

3.2. LINGKUP PEKERJAAN SARANA KELISTRIKAN

Lingkup sarana listrik arus kuat adalah :a. Sistem instalasi Tegangan Menengah dan transformator penurun tegangan.b. Sistem instalasi tegangan rendahc. Sistem instalasi penerangan dan stop kontak.d. Sistem instalasi sumber daya listrik cadangan (Diesel Genset).e. Sistem instalasi Pentanahan.f. Sistem instalasi penangkal petir.

3.3. DASAR DAN STANDAR PERENCANAAN

Dasar dan standar serta peraturan adalah berdasarkan :1. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku secara nasional :

UU No. 18/1999 tentang “Jasa Kontruksi” serta PP terkait.UU No. 28/2002 tentang “ Bagunan Gedung” serta PP terkait.

2. Peraturan Daerah DKI Jakarta, dan peraturan serta Surat Keputusan lainnya yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI yang terkait.

3. PERDA (Peraturan Daerah) Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 7 tahun 1991, atau edisi terakhir.

4. PERDA (Peraturan Daerah) Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 8 tahun 2008, atau edisi terkhir.

5. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku secara nasional- Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441/KPTS/1998 tanggal 10 November 1998,

tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung- Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000

Tanggal 1 Maret 2000, tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

6. Standard Nasional Indonesia, pedoman Teknik, dan ketentuan dari instasi yang berwenang mengenai jenis Instalasi yang dirancang.

7. SNI No.04-0255-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listril (PUIL).8. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku dan yang berkaitan dengan tenaga listrik.9. SNI No.03-0713 tahun 2004Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung.10. SNI No.03-6197 tahun 2000 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan pada angunan Gedung.11. Paduan Pencahayaan Sisi Luar Bangunan Tinggi dan Penting di Wilayah DKI Jakarta tahun 1999,

atau edisi terakhir.12. Standar IEC dan Standar Internasional dibagai hal-hal yang belum diatur dalam standar/peraturan

diatas.

7

Page 8: Perencanaan Instalasi Listrik

3.4. SUMBER DAYA LISTRIK

Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari :

Perusahaan umum Listrik Negara (PLN) Diesel Generator set,

PLN merupakan sumber daya listrik utama yang akan mensuplai seluruh kebutuhan beban pada bangunan ini. Sistem suplai daya listrik yang direncanakan adalah dengan berlangganan tegangan menengah 20 kV, 3 phasa, 50 Hertz.

Sumber daya listrik PLN tersebut dihubungkan dengan Panel Distribusi Tegangan Menengah (PTM.) yang berada diruang utilitas Listrik pada Lantai Atap Parkir (lantai 1). kemudian di-hubungkan ke Transformator penurun tegangan 20 kV/ 0.4 kV untuk distribusi daya ke-bangunan.

Daya listrik tegangan rendah pada bangunan ini di-distribusikan secara radial melalui Panel Distribusi Utama Tegangan Rendah ( PUTR), kemudian di-distribusikan ke-panel-panel pembagi pada tiap-tiap lantai.Untuk mengatasi segala kemungkinan terputusnya suplai daya listrik dari sumber daya listrik utama, maka di-siapkan unit Diesel Generator Set, sebagai sumber daya listrik cadangan, yang berada diruang utilitas Listrik pada Lantai 1.

Sumber Daya listrik dari Diesel Generator set pada bangunan ini di-hubungkan ke Panel PUTR.

Untuk menghindari suplai daya listrik yang bersamaan antara Sumber Daya Listrik Utama (PLN) dengan Suplai Daya Listrik Cadangan (Diesel Generator Set) maka di-pasang sistem interlock di-sisi incoming circuit breaker dari kedua sumber di-dalam Panel Sub Distribusi Tegangan Rendah.

Berdasarkan perhitungan beban listrik pada Bangunan ini, kapasitas Transformator dan Diesel Generator Set yang di-rencanakan adalah :

1. Transformator Dari hasil perhitungan beban dan sistem distribusi daya maka didapat :

Transformator Kapasitas : 630 kVA ( Transformator Oil Type) Tegangan primer : 20 kV Tegangan sekunder : 400 / 220 Volt Phasa : 3 Frekwensi : 50 Hz Hubungan : Dyn 5 Sistem Pendinginan : Oil Onan

2. Generator set : Kapasitas : 520 KW / 650 kVA Tegangan : 380 / 220 Volt. Putaran : 1500 rpm Phasa : 3 Frekwensi : 50 Hz

8

Page 9: Perencanaan Instalasi Listrik

3.5. KOORDINASI SISTEM OPERASI PLN DAN GENERATOR SET

Pengaturan sistem kerja dari PLN dan diesel generator set dikelompokkan dalam tiga keadaan yaitu : Keadaan dimana PLN dapat mensuplai daya listrik dalam keadaan normal tanpa gangguan baik

kapasitas, tegangan, phasa, frekwensi selanjutnya disebut Keadaan Normal. Keadaan dimana sumber daya PLN mengalami gangguan sehingga PLN tidak dapat mensuplai

daya listrik, selanjutnya disebut Keadaan PLN Padam (emergency).

Keadaan dimana terjadi kebakaran yang menyangkut keselamatan harta dan jiwa manusia, selanjutnya keadaan ini disebut Keadaan Kebakaran.

3.5.1. Keadaan Normal

Pada keadaan normal sumber daya listrik diperoleh dari PLN dengan tegangan menengah 20 KV. Selanjutnya sumber daya listrik tersebut didistribusikan ke PUTR melalui 1 unit transformator penurun tegangan 20 kV/400 V. Sumber daya listrik PLN tersebut mensuplai seluruh jenis beban yang ada di dalam gedung.

3.5.2. Keadaan PLN Padam (Emergency)

Pada keadaan PLN padam, maka digunakan daya listrik cadangan dari generator yang akan Start secara otomatis.

Dengan adanya distribusi sumber daya cadangan dari generator, maka pemutus beban yang meneruskan energi listrik dari transformator ke beban akan membuka secara otomatis. Hal ini karena adanya interlocking otomatis sistem antara pemutus beban dari PLN dan genset.

Kemudian untuk pemutus beban yang terhubung dengan generator akan menutup dan sumber daya listrik cadangan dari generator akan mencatu daya ke seluruh jenis beban yang ada di dalam /diluar gedung.

Proses penggantian sumber daya listrik dari PLN ke generator set direncanakan maksimal kurang lebih 15 detik, dan pembagian beban generator set maksimal kurang dari 60 detik.

3.5.3. Keadaan Kondisi Kebakaran ( Darurat)

Pada keadaan ini sumber daya listrik dapat diperoleh dari PLN (jika PLN tidak dipadamkan). Jika PLN dipadamkan, sumber daya listrik diperoleh dari diesel generator set.

Proses pengaturan kerja generator apabila PLN dipadamkan sama seperti pada keadaan PLN padam.

Pada saat kebakaran ini, beban-beban yang tidak mendukung bagi penanggulangan kebakaran (beban-beban non prioritas) harus dipadamkan sedangkan beban-beban prioritas lain yang berfungsi untuk usaha pemadaman kebakaran ataupun untuk usaha penyelamatan jiwa manusia harus tetap disuplai.

Hal diatas diperoleh dari perencanaan sistem distribusi beban di-Panel Distribusi Tegangan Rendah (PUTR) yang mana pengelompokan beban-beban prioritas dipisahkan dengan beban-beban lainnya.

9

Page 10: Perencanaan Instalasi Listrik

3.5.4. Cara kerja Panel Distribusi Tegangan Rendah dan Panel Tegangan Menengah Sistem Interlock

Pada saat PLN mensuplai daya listrik (keadaan normal) MCCB A, akan tertutup (ON) secara otomatis dan MCCB B akan terbuka (OFF) secara otomatis pula.

Apabila mendapat daya listrik cadangan dari Diesel generator (keadaan PLN Padam), maka MCCB B akan tertutup (ON) secara otomatis dan MCCB A akan terbuka (OFF) secara otomatis pula.

Pada prinsipnya MCCB yang disuplai oleh transformator dan generator set akan bekerja secara interlock, sedangkan MCCB C akan selalu tetap pada posisi tertutup (ON).

Pada saat emergensi (keadaan kondisi kebakaran/darurat) MCCB A , akan terbuka (OFF) secara otomatis (hal ini jika PLN dipadamkan) dan MCCB B akan tertutup (ON).

Jika PLN tidak dipadamkan, maka MCCB A akan tertutup (ON), sedangkan MCCB C secara otomatis terbuka (OFF) dengan input Signal dari Sistem Fire Alarm

Catatan : Lihat Lampiran gambar EL – 04

3.6. BEBAN-BEBAN LISTRIK

Beban-beban listrik pada bangunan gedung ini direncanakan meliputi penerangan, stop kontak, peralatan elektronik, sistem tata udara, pompa distribusi air bersih, pompa hidran & sprinkler, sistem telepon, sistem tata suara, system Fire Alarm (pengindera kebakaran), dan juga beban-beban peralatan kontrol dan lain-lain.

Menurut derajat pentingnya beban, seluruh beban listrik dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok beban sebagai berikut :

3.6.1. Beban Normal

Beban normal adalah seluruh beban – beban listrik yang tersambung didalam/diluar gedung hanya dilayani oleh sumber daya listrik utama PLN.

3.6.2. Beban Emergensi

Merupakan beban-beban listrik tersambung yang dapat dilayani sumber daya listrik PLN atau sumber daya listrik cadangan diesel genset. Untuk bangunan ini beban-beban lampu, stop kontak, Air Conditioner, fan, dan motor-motor masuk dalam beban emergency.

3.6.3. Beban Prioritas (Beban Saat Kebakaran)

Merupakan sebagian dari beban normal yang harus (mutlak) tetap dilayani, baik oleh sistem pelayanan PLN maupun sistem pembangkit tenaga listrik cadangan (diesel generator set). Beban-beban listrik ini digunakan untuk upaya penyelamatan jiwa serta upaya penanggulangan bahaya kebakaran dapat dilakukan dengan baik.

Beban-beban listrik yang mutlak tetap dilayani saat terjadinya kebakaran antara lain adalah : Pompa hidran kebakaran/ Sprinkler. Peralatan Evakuasi/ sistem paging. Sistem pengindera kebakaran. Lampu-lampu emergensi. Lift kebakaran

Presurized Fan.

10

Page 11: Perencanaan Instalasi Listrik

3.7. SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

3.7.1. UmumSistem distribusi listrik digunakan sistem radial yang terdiri dari :

Sistem Distribusi Tegangan Menegah. Sistem Distribusi Tegangan Rendah.

3.7.2. Sistem Distribusi Tegangan Menengah .

Tegangan Menengah 20 KV dari PLN diterima pada incoming Panel Distribusi Tegangan Menegah (PTM) dan distribusikan ke-Transformator / Trafo yang merubah tegangan 20 KV menjadi tegangan rendah 400 / 220V , Panel PTM ini berada di-ruang utilitas Listrik pada Lantai Atap.

Panel Distribusi Tegangan Menengah ( PTM ) 20 kV Standard : IEC 298/VDE 0670 Rated Current : 630 A Type Protection : Circuit Breaker (Type LBS) Rated Voltage : 24 kV Frekwensi : 50 Hz Breaking capacity : 16 kA.

Incoming Cable dari PLN 20 KV. Jenis Kabel : XLPE insulated Type : N2XSY Ukuran kabel : 1 x 1C x 50 mm². Conductor : Tembaga ( CU ).

Outgoing cable dari PTM ke Transformator / Trafo. Jenis Kabel : XLPE insulated. Type : N2XSY. Ukuran kabel : 3 x 1C x 50 mm². Conductor : Tembaga ( CU )

3.7.3. Sistem Instalasi Tegangan Rendah

a. Distribusi Daya listrik dari Transformator / Trafo ke Panel Distribusi Tegangan Rendah (PUTR) melalui penghantar kabel. Dari Transformator / Trafo ke panel PUTR.

Tegangan nominal : 600 – 1000 Volt.

Sistem konfigurasi : 4 pole / 4 wire Ukuran kabel : NYY 3(3 x 1C x 240 mm²) +2(1C x 240 mm²). Conduktor : Tembaga ( CU ).

b. Distribusi Daya listrik dari Diesel Generator Set ke Panel Kontrol Genset (PKG) melalui penghantar kabel : PKG

Tegangan nominal : 600 – 1000 Volt. Sistem konfigurasi : 4 pole / 4 wire Ukuran kabel : NYY 3 (3 x 1C x 240 mm²) + 2(1C x 240 mm²). Conduktor : Tembaga ( CU ).

11

Page 12: Perencanaan Instalasi Listrik

c. Distribusi Daya listrik dari Panel Kontrol Genset ke Panel Distribusi Tegangan Rendah (PUTR ) melalui penghantar kabel : Dari PKG ke panel PUTR.

Tegangan nominal : 600 – 1000 Volt. Sistem konfigurasi : 3 phase Ukuran kabel : NYY 3(3 x 1C x 240 mm²) + 2(1C x 240 mm²). Conduktor : Tembaga ( CU ).

Melalui Panel Distribusi Tegangan Rendah (PUTR), daya listrik didistribusikan secara radial ke panel-panel listrik ditiap-tiap lantai, antara lain :

Penerangan & Stopkontak Fire Alarm & Tata suara. Tata udara (AC). Pompa Air Bersih & Pompa Pemadam Kebakaran. Lift dan lain-lain.

3.8. KABEL FEEDER

Tipe dan Diameter Kabel FeederTipe kabel yang dipakai adalah kabel daya baik yang berinti tunggal maupun yang berinti banyak, ukuran kabel disesuaikan dengan beban yang ada.

Rugi-rugi Tegangan (Voltage Drop) Untuk instalasi, diameter kabel dipilih sesuai dengan beban yang ada dan memberikan maksimal

jatuh tegangan pada ujung beban tidak lebih dari 2,5 % untuk penerangan dan 5 % untuk motor-motor.

Cara Pemasangan KabelPemasangan kabel-kabel daya dari panel utama ataupun dari sub-sub panel menggunakan rak kabel yang dipasang secara horizontal maupun vertikal.

Contoh Perhitungan Jatuh Tegangan* Referensi

Siemens - General cataloque volume 1, Insulated Wires and cables, Power cables, cable fitting, cable distribution cabinet, 1971/1972.

* Dasar Perhitungan : a. Jatuh Tegangan ( Tiga phasa )

Dimana :

a. UL = Drop Voltage sepanjang kabel penghantar dalam ( % )a. I = Arus (Ampere)b. Cos = Faktor daya aktifc. Sin = Faktor daya reaktifd. Panjang Kabel (lL) = Panjang kabel (Meter)e. RL = Resistansi Konduktor Tembaga (Ohm/km)f. XL = Induktif Impedansi Konduktor Tembaga (Ohm/km)g. Un = Tegangan Beban Nol di sisi Sekunder Transformator (Volt).

Catatan : lihat halaman EL – 23.

12

Page 13: Perencanaan Instalasi Listrik

3.9. PANEL LISTRIK DAN PERALATANNYA

Pengaman Rangkaian ListrikPengaman dari panel listrik dipergunakan jenis Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) dan Miniature Circuit Breaker (MCB)

Tebal plat kabinet panel listrikKetebalan plat panel listrik untuk dipsang pada dinding/wall mounted minimum 1,6 mm dan untuk yang berdiri di-lantai / free standing adalah 2 mm.

Pembuatan PanelCara pembuatan dan ukuran dari panel disesuaikan dengan standard yang ada.

Sistem ProteksiSistem proteksi direncanakan dengan sistem proteksi bertingkat pada panel-panel penerangan, panel daya dan panel sub-distribusi serta panel distribusi utama.

Jenis proteksi yang dipergunakan :1. Sistem proteksi terhadap gangguan hubung singkat (short circuit).2. Sistem proteksi terhadap arus lebih (Over Current).3. Sistem proteksi terhadap gangguan tanah (Ground Fault Current).4. Sistem proteksi terhadap tegangan lebih (Over Voltage)5. Sistem proteksi terhadap tegangan turun (Under Voltage)

Dengan adanya sistem proteksi diatas, apabila terjadi gangguan seperti hubung singkat, arus lebih dan lain-lain, circuit breaker secara otomatis akan membuka (Trip) sehingga gangguan tersebut tidak akan merusak komponen listrik lainnya.

Seluruh batasan ( rating ) dan tingkat kemampuan dan kepekaan dari komponen proteksi dipilih sedemikian rupa, sehingga karakteristik proteksinya mempunyai selektivitas pengaman yang diinginkan dan akan memback-up sistem lainnya.

3.10. PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT

Dibawah ini diberikan rumus untuk perhitungan arus hubung singkat pada panel distribusi utama tegangan rendah.

Detail Perhitungan lihat halaman 21.Sebagai basis perhitungan diambil kapasitas trafo : 630 kVA..

Rumus perhitungan arus hubung singkat adalah sebagai berikut :

VArus hubung singkat Isc = ----------------------------- kA

√3 √ ( RT2 + XT2 )

Dimana : Isc = Arus Hubung Singkat (Kilo Ampere).

V = Tegangan Phasa ke Phasa (Volt).RT = Resistansi (m Ω)

XT = Reaktansi (m Ω)

13

Page 14: Perencanaan Instalasi Listrik

3.11. SISTEM PENERANGAN

3.11.1. U m u m

Tingkat intensitas penerangan untuk ruangan disesuaikan dengan kefungsian dari pada ruangan tersebut, sehingga didapat level intensitas penerangan yang cukup dan sesuai dengan pekerjaan tertentu.

3.11.2. Standar Intensitas Penerangan

Standar intensitas penerangan yang direncanakan menggunakan standar penerangan bangunan di Indonesia.

Ruangan Intensitas Penerangan (Lux)

Kantor 300 – 500Korridor 150 – 200Toilet 100 –150Lobby, Hall 150 – 200Power House Tangga

200 – 300100 – 150

R. control 300 – 400Taman 50 – 100Parkir 50 – 100

3.11.3. Jenis-jenis Lampu Penerangan

Jenis lampu penerangan yang digunakan secara umum :

KantorLampu yang digunakan adalah lampu 3xTL5-14 Watt Armature/rumah Lampu Inbow (pemasangan di dalam plafont)

ToiletUntuk ruangan ini dipergunakan lampu down light, sehingga memberikan kesan estetika dari segi Arsitektur.

TanggaUntuk ruangan ini dipergunakan type lampu TL yang dilengkapidengan battery dan lampu exit dengan battery sebagai back up power supply.

KorridorUntuk korridor ini di-rencanakan menggunakan lampu down light yang di lengkapi juga dengan Lampu Emergency + Nicad Battery yang di pasang ke-arah Tangga darurat.

Luar GedungUntuk penerangan luar gedung dipakai lampu taman jenis SL 18 Watt satu tiang lampu dengan dan type Armature disesuaikan dengan Exterior.

14

Page 15: Perencanaan Instalasi Listrik

3.11.4. Contoh Perhitungan Intensitas Penerangan untuk area R.Kantor dapat dilihat pada halaman EL- 18 s/d EL- 20.

F . N . M . U Rumus E = ----------------------

A

A Rr = ----------------------

( Tl – Tk ) (P + L)

Dimana :E = Tingkat penerangan (Lux).F = Luminasi lampu (Lumen). N = Jumlah titik lampu (buah)M = Faktor pemeliharaan.U = Faktor Utilitas.A = Luas Ruangan (m2) Rr = Room Ratio (Indeks ruang)Tl = Tinggi langit-langit (m).Tk = Tinggi bidang kerja (m).P = Panjang Ruangan (m).L = Lebar Ruangan (m).

Faktor - faktor Reflektansi :

Langit-langit (Rc) : 50 % Dinding (Rw) : 50 % Lantai (Rf) : 20 % - 30 %

3.11.5. Saklar-saklar Lampu Penerangan

Ruang Peralatan, pantri, koridor, toilet, gudang, ruang mesin dan ruang sejenis.Untuk ruangan-ruangan ini dipergunakan saklar yang dipasang setempat untuk memudahkan operasinya.

Tangga DaruratUntuk ruangan tangga darurat lampu-lampu penerangan tangga direncanakan sistem penyalaannya menggunakan sakelar hotel dan lampu-lampu tersebut dilengkapi dengan batere nicad.

Luar GedungUntuk penerangan luar gedung dipergunakan Timer Switch, sehingga lampu dapat menyala dan padam sesuai waktu yang telah diprogram secara otomatis.

Ketinggian Saklar LampuSaklar lampu dipasang pada ketinggian 150 cm dari lantai.

15

Page 16: Perencanaan Instalasi Listrik

3.11.6. Pengabelan Saklar Lampu

Jenis kabel yang dipakai untuk instalasi penerangan dalam gedung adalah NYM dengan diameter 2,5 mm² dengan conduit PVC. Pemasangan instalasi kabel diatas ceiling di klem pada slab pada setiap jarak 1,5 m. Semua body dari lampu dihubung-tanahkan dengan kabel yang dihubungkan ke terminal grounding dari panel. Untuk instalasi penerangan luar gedung dipakai kabel NYFGBY yaitu kabel yang dilindungi dengan metal shealded yang digunakan untuk menahan benturan benda keras dan benda tajam. Untuk daerah yang melalui daerah jalan mobil pemasangannya dilindungi dengan GIP (Galvanis Iron Pipe ) ditanam sedalam 80 cm dari permukaan tanah.

3.11.7. Proteksi dari Miniature Circuit Breaker untuk Lampu Penerangan

Banyaknya lampu-lampu per group (per-circuit) diatur, sehingga dapat di proteksi dengan Miniature Circuit Breaker.

3.12. SISTEM INSTALASI STOP KONTAK (GENERAL POWER OUTLETS)

3.12.1. Stop Kontak pada Kolom/Dinding

Untuk seluruh lantai dan ruang-ruang mekanikal, toilet, gudang dan ruang sejenisnya, dipasang stop kontak pada kolom atau dinding bata dengan ketinggian 30 cm dari lantai dan khusus ruang pantry dan ruang sejenisnya dipasang dengan ketinggian sesuai dengan penempatan peralatan - peralatan pantri.

3.12.2. Pengabelan Instalasi Stop Kontak

Pengabelan instalasi stop kontak dengan kabel NYM 3 x 2.5 mm2, dengan conduit PVC semua stop kontak dihubung-tanahkan melalui kabel yang dihubungkan ke grounding pada panel untuk stop kontak.Khusus untuk Stopkontak diarea Basah contoh area Pantri di pasang ELCB.

3.12.3. Proteksi Instalasi Stop Kontak

Banyaknya stop kontak per group diatur sedemikian rupa,sehingga dapat diproteksi dengan Miniature Circuit Breaker dengan kapasitas 10 ampere.

3.13. SISTEM INSTALASI HUBUNGAN PENTANAHAN

Sistem pentanahan yang direncanakan adalah dengan sistem PEMBUMI PENGAMAN (PP), yaitu semua motor listrik, stop kontak, panel listrik, lampu-lampu dan bagian instalasinya yang didalam keadaan kerja normal tidak bertegangan dihubung tanahkan ke sistem pentanahan (Grounding System) dan menghubung tanahkan titik netral dari sumber listrik genset dan transformator.

3.13.1. Standar dan Peraturan Instalasi

Luas penampang hantaran pengaman untuk sistem pentanahan dan cara instalasinya keseluruhan disesuaikan dengan peraturan yang ada pada PUIL 2000.

16

Page 17: Perencanaan Instalasi Listrik

3.13.2. Hubungan Pentanahan Sumber-sumber listrik

Sumber-sumber listrik yaitu transformator 20 KV-400/220V dan genset 380/220V titik netralnya diketanahkan secara terpisah. Selain itu casing / housingnya yang pada keadaan normal tidak bertegangan di ketanahkan pula secara terpisah.

3.13.3. Hubungan Pentanahan Antar Panel

Sistem pentanahan ditarik satu kawat utama(feeder/riser),kemudian pada tiap-tiap lantai diberikan satu terminal box dan untuk selanjutnya didistribusikan ke tiap panel dan peralatan-peralatan listrik lainnya.

3.13.4. Bak kontrol/pentanahan

Untuk sistem pentanahan dari genset, transformator ( baik body maupun titik netral harus dibuat pada lokasi titik pentanahan yang terpisah.

3.14. PERBAIKAN FAKTOR DAYA COS φ

Pada suatu instalasi daya listrik gedung bertingkat dimana banyak terdapat beban-beban induktip antara lain, motor-motor, lampu flourescent / TL dan lainnya.

Dimana beban-beban induktif ini akan menyebabkan arus terbelakang (lagging) terhadap sudut phasa yang besar, sehingga nilai cos φ menjadi kecil, dan selanjutnya akan menyebabkan besarnya daya KVAR yang merugikan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor : 023-PRT-1978, tentang Peraturan Instalasi Listrik pasal 9 ayat 1, bahwa bagi suatu instalasi yang menggunakan listriknya mengakibatkan turunnya faktor kerja sehingga kurang dari 0.8 harus menggunakan capasitor, sehingga faktor kerja mencapai sekurang - kurangnya 0.8.

Untuk memperbaiki faktor daya cos φ direncanakan menggunakan capasitor bank. Kapasitor-kapasitor yang digunakan untuk memperbaiki faktor daya ini menyebabkan sudut pergeseran fasa antara arus dan tegangan pada fasa -fasa beban menjadi lebih kecil sehingga faktor daya cos φ menjadi lebih besar.

Untuk menghindari terjadinya BEBAN KAPASITIF dari Capasitor Bank diatas, direncanakan sedemikian rupa :

1. Pemilihan nilai komponen-komponen kapasitor diambil dari yang kecil sampai dengan yang besar, sehingga apabila beban yang bekerja tidak besar hal diatas dapat dihindari.

2. Kerja Capasitor Bank direncanakan secara otomatis dengan menggunakan AUTOMATIC POWER FACTOR REGULATOR.

3.15 SISTEM INSTALASI PENYALUR PETIR

Sistem penyalur petir untuk bangunan Gedung ini direncanakan menggunakan sistem eletrostatic type non radioaktif. Pada “ air terminal ” mengeluarkan muatan positip dan akan menangkap muatan negatip dari awan , sehingga akan mengundang terjadinya petir untuk menyambar titik terminal atau biasa disebut spitzen. Dengan demikian sambaran petir pada gedung tersebut dapat dikontrol/ dikendalikan, sehingga tidak merusak baik gedung ataupun peralatan yang terdapat pada gedung tersebut.

17

Page 18: Perencanaan Instalasi Listrik

3.15.1. Standar dan Peraturan Instalasi

NFPA 780 & BS 6651. Prevectron 2 Millenium ( Lihat Lampiran )

3.15.2. Besarnya Tahanan Sistem Proteksi Petir.

Besar tahanan dari sistem Proteksi Petir ini adalah maksimum 2 Ohm.

Jakarta, 10 Mei 2010

Ir. Eka Hidayat SIBP No. 1399/IPTB/LAK-A/DPPB/I-2007

18

Page 19: Perencanaan Instalasi Listrik

19

Page 20: Perencanaan Instalasi Listrik

4.0. LAMPIRAN-LAMPIRAN.

4.1. LAMPIRAN PERHITUNGAN TINGKAT PENERANGAN LT. 2 (Dua) KANTOR.

Referensi No. Gambar EL-15 . Gambar R. Personalia20

Page 21: Perencanaan Instalasi Listrik

Luas ruangan Personalia Lantai 2 = 4,82x 10,9 = 52,538 m2

Tipe lampu : 3xTL5 14 W dengan Type Armature FC2 (Facette Glossy M2) Reflector.

a). Indeks Ruangan (Rr)

Untuk mendapatkan faktor utilitas, dihitung dulu indek ruangannya.

P x L Rr =

Tb (P + L)

Tb = (Tl – Tk)

Dimana : a. Tl = Tinggi langit-langit/plat dak (m)b. Tk = Tinggi bidang kerja (m)c. Tb = Tinggi berguna (m)d. P = Panjang ruangan (m)e. L = Lebar ruangan (m)

Setelah mendapatkan nilainya, baru menetukan Reflextansi : Plafon /langit-langit (PCC) = 70% Dinding (PW) = 50% Lantai (PFC) = 20%

Setelah mendapatkan data tersebut diatas, baru mendapatkan Faktor Utilitas seperti perhitungan terlampir :

b). Faktor Utilitas (U)

Setelah Indek ruangan (Rr) diketahui yaitu 1,1 maka faktor utilitas (u) dapat diketahui dengan menggunakan table Referensi lihat lampiran :Dari hasil Interpolasi

- 1 0.60 Referensi lihat lampiran : (dari Lampiran Tabel Coefficeents of Utillzation) Menggunakan Lampu diffuser alumunium Reflector.

1,63 X

2 0.66 Referensi lihat lampiran : ( dari Lampiran Tabel Coefficeents of Utillzation)Menggunkan Lampu diffuse alumunium Reflector.

21

Page 22: Perencanaan Instalasi Listrik

- 0.66 – 0.60 = 0.06

- X = (1.63-1)x0.06 1 = 0,0378

Jadi U = 0.66 – 0.0378 = 0.62

Setelah dilakukan interpolasi maka faktor utilitasnya adalah 0,62

c). Metode Rata - rata (Avarage Methode)

Sehingga, jumlah Lampu yang terpasang (N)

Dimana :

o N = Jumlah Lampu yang terpasango E = Tingkat penerangan rata – rata = 300 Lux untuk Kantoro F = Luminasi lampu (Lumen) = 4050 / lampuo U = Faktor utilitas = 0.62o M = Faktor pemeliharaan = 0.8o A = Luas (m2) = 52,54 m2

Sehingga :

N = 7,846 ~ N = 8 Buah

Dengan Lampu terpasang 8 Buah menghasilkan tingkat penerangan rata-rata sebesar :

E = 305.87 Lux

22

Page 23: Perencanaan Instalasi Listrik

4.2. LAMPIRAN PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT

DIAGRAM BAGIAN DARI INSTALASI

RESISTANSI( m )

REAKTANSI( m )

Jaringan Sisi Atas(Sisi Tegangan Menengah)Psc= 500 MVA (daya dasar

hubung singkat)

TransformatorS = 630 kVAUsc = 4%U = 400 VWc = 6500 W

Koneksi Kabel dari Transformator ke Pemutus Daya kabel 3x(1x240mm2)/phaseL = 5 m

X3 = 0,12 x 12/3

X3 = 0.48

Pemutus Daya CepatR4 = 0 X4 = 0

Koneksi Rel PemutusBatang – batang(CU)3x5x80 mm2 Per PhaseL= 5 m

X5 = 0,15x5

X5 = 0.75

Pemutus Circuit CepatR6 = 0 X6 = 0

Koneksi Kabel Panel UtamaKe Panel Sekunder (PD.Fire)1x1x120 mm2 Per PhaseL= 46 m

X7 = 0,12x46

X7 = 5.52

PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT (kA)

RESISTANSI( m )

REAKTANSI( m )

Isc(kA)

Pada ISC1

RT1 = R1 + R2 + R3 + R4RT1 =0.048+2.62+0.375+0 RT1 = 3.043

XT1 = X1 + X2 + X3 + X 4XT1 = 0,31+9.82+0.48+0XT1 = 10.61

20.9 kA

Pada ISC2

RT2 = RT1 + R4 + R5RT2 =3.043+0+0,14RT2 = 3.183

XT2 = XT1 + X4 + X5XT2 = 10.61 + 0 + 0,75XT2 = 11.36

19.6 kA

Pada ISC3

RT3 = RT2 + R6 + R7RT3 =3.183+0+8.625RT3 = 11.808

XT3 = XT2 + X6 + X7XT3 = 11.36 + 0 + 5.52XT3 = 16.88

11.21 kA

23

Page 24: Perencanaan Instalasi Listrik

PENENTUAN RESITENSI DAN REAKTANSI PADA SETIAP BAGIAN

BAGIAN DARI INSTALASI

RESISTANSI( m )

REAKTANSI( m )

Jaringan Sisi Atas(Sisi Tegangan Menengah)

R1 = Z1 Cos 10-3

Cos = 0,15

Z1 =

P = Daya hubung pendek pada jaringan sisi atas dalam MVA (500 MVA)

X1 = Z1 Sin 10-3

X1 = 0,98

Transformator R2 =

S = Daya terpasang Transformator (KVA)WC = Rugi-rugi tembagaUo = Tegangan kerja

Z2 =

Usc = Tegangan Hubung Pendek Transformator (%)

Kabel(1)

Lihat Table kabel

X3 = 0,08 L (kabel tiga phase)

X3 = 0,12 L(3) (kabel satu phase)

Rel

L = Panjang rel dalam (m)1. = 56 (cu) atau 32 (AI)S = Luas penampang rel (mm²)

X3 = 0,15 L

L = Panjang Rel Dalam (m)

24

Page 25: Perencanaan Instalasi Listrik

4.3. LAMPIRAN MANUAL KALKULKASI VOLTAGE DROP

Kabel Power untuk ke Panel Lantai Atap (susut tegangan dari PUTR ke PP.Atap)

Total Beban Terpakai : 232.790 VATegangan kerja : 400 V

Arus Maksimum ( I )

= 336 A

Kabel : NYY 4 x 240 mm² Arus I : 336 A Cos : 0,90 Sin : 0,435 Panjang Kabel (lL) : 53 meter RL : 0.0754 Resistansi Konduktor Tembaga. XL : 0.07 Induktif Impedansi Konduktor Tembaga. Un : 400 V(Tegangan BebanNol disisi Sekunder Transformator) UL : Drop Voltage sepanjang kabel penghantar dalam ( % )

= 0.75 %

25

Page 26: Perencanaan Instalasi Listrik

4.4. LAMPIRAN PERHITUNGAN CAPASITOR BANK

Daya Transformator 500 KVA

Besar beban setelah difersity factor : 414 KVA

(Cos 0,6 = 248.4 KW)

Cos = 0,6 (dari beban)Cos ’ = 0,91 (diperbaiki)

Q = P Tag

Q’ = P Tag ’

Qc = Q – Q’

Cos = 0,60 = 59 Tag = 1,33

Cos = 0,91 ’ = 24 Tag ’ = 0,45

QC = P (Tag - Tag ’)

= P (1,33 – 0,45)

= P (0.88) berdasarkan Tabel Koreksi Faktor daya (cos

= 248.4 KW . (0.88) = 218.6 KVAR ~ 250 KVAR

= Sudut Awal

’ = Sudut yang diperbaiki

Q = Daya reaktif sebelum diperbaiki

Q’ = Dara reaktif yang sudah diperbaiki

S = Daya semusebelum diperbaiki

S’ = Daya semu sesudah diperbaiki

26

Daya Semu (VA)

Qc

Q’

Q

Daya Reaktif (VAR)

S

S’

P (Daya Aktif)(W) = 248.4 KW

Page 27: Perencanaan Instalasi Listrik

4.5. LAMPIRAN GAMBAR DIAGRAM SATU GARIS PANEL UTAMA TEGANGAN RENDAH.

27

Page 28: Perencanaan Instalasi Listrik

4.6. LAMPIRAN FAKTOR UTILITAS ARMATUR LAMPU

28

Page 29: Perencanaan Instalasi Listrik

29

Page 30: Perencanaan Instalasi Listrik

4.7. LAMPIRAN BROSURE KABEL TIPE NYY

30

Page 31: Perencanaan Instalasi Listrik

4.8. LAMPIRAN GAMBAR BROSURE PENANGKAL PETIR DAN MODEL ELEKTRO GEOMETRI

31

Page 32: Perencanaan Instalasi Listrik

32

Page 33: Perencanaan Instalasi Listrik

33

Page 34: Perencanaan Instalasi Listrik

34

Page 35: Perencanaan Instalasi Listrik

35

Page 36: Perencanaan Instalasi Listrik

36

Page 37: Perencanaan Instalasi Listrik

37

Page 38: Perencanaan Instalasi Listrik

38

Page 39: Perencanaan Instalasi Listrik

39

Page 40: Perencanaan Instalasi Listrik

40

Page 41: Perencanaan Instalasi Listrik

Gambar Model Elektro Geometri-1

41

Page 42: Perencanaan Instalasi Listrik

Gambar Model Elektro Geometri-2

42