Top Banner
A. JUDUL PENELITIAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GRUP INVESTIGATION PADA PELAJARAN IPA TERHADAP RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS IV SD NEGERI O2 KEC. SUNGAI APIT, KAB. SIAK B. BIDANG KAJIAN : PGSD/IPA C. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau disebut juga dengan proses humanisasi. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk bekerja sama secara maksimal dan penuh rasa tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan. Terdapat berbagai faktor yang dapat menimbulkan resiko kegagalan anak disekolah. Suyanto (2009) menyebutkan bahwa faktor-faktor tersebut bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Rasa percaya diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan 1
53

Percaya Diri Gi

Dec 02, 2015

Download

Documents

wulansucitra

Percaya Diri Gi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Percaya Diri Gi

A. JUDUL PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GRUP

INVESTIGATION PADA PELAJARAN IPA TERHADAP RASA PERCAYA

DIRI SISWA KELAS IV SD NEGERI O2 KEC. SUNGAI APIT, KAB. SIAK

B. BIDANG KAJIAN : PGSD/IPA

C. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau disebut

juga dengan proses humanisasi. Pendidikan memegang peranan penting dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu pendidikan menuntut orang-

orang yang terlibat di dalamnya untuk bekerja sama secara maksimal dan

penuh rasa tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Terdapat berbagai faktor yang dapat menimbulkan resiko kegagalan anak disekolah.

Suyanto (2009) menyebutkan bahwa faktor-faktor tersebut bukan terletak pada kecerdasan

otak, tetapi pada karakter yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan

bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.

Rasa percaya diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang

dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai

berbagai tujuan didalam hidupnya . Anak yang penuh percaya diri akan memiliki sifat-

sifat antara lain: (1) Bersifat lebih independen, tidak terlalu tergantung orang

lain; (2) Mampu memikul tanggung  jawab yang diberikan; (3) Bisa menghargai diri

dan usahanya sendiri; (4) Tidak mudah mengalami rasa frustasi; (5) Mampu menerima

tantangan atau tugas baru; (6) Memiliki emosi yang lebih hidup, tetapi tetap

stabil; (7) Mudah  berkomunikasi dan membantu orang lain. Tingginya hasil

belajar dipengaruhi oleh percaya diri siswa yang tinggi dan sebaliknya hasil

belajar rendah karena dipengaruhi oleh rendahnya percaya diri siswa dalam

belajar. Pembentukan karakter di bidang  pendidikan khususnya di sekolah bukan

hanya tugas dari salah satu disiplin ilmu saja. Pembentukan karakter merupakan

kewajiban semua disiplin ilmu termasuk disiplin Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

1

Page 2: Percaya Diri Gi

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan selama bulan Maret 2015 di

di SDN 02 Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak pada siswa kelas V yang

berjumlah 19 orang terdiri dari 10 laki-laki dan 9 perempuan. Terungkap

bahwa hasil belajar siswa rendah dikarenakan tidak ada rasa percaya diri untuk

menerima tantangan dalam belajar seperti tidak mau mengeluarkan pendapat

sebab tidak percaya akan kemampuan yang dimiliki, kurangnya keingingan

siswa untuk bertanya kepada guru tentang materi yang tidak dimengerti,

kurangnya keinginan untuk mencatat materi yang dijelaskan, siswa suka

bermenung saat guru menerangkan pelajaran, dan siswa kebanyakan suka

menyontek saat ujian. Perilaku menyontek merupakan salah satu fenomena

pendidikan yang sering dan bahkan selalu mencul menyertai aktivitas proses

belajar mengajar. Hal ini menggambarkan ketidaksiapan terutama pada diri

siswa dalam menghadapi ujian. Selain itu rendahnya rasa percaya diri yang

dimiliki siswa, mendorong siswa untuk melakukan kecurangan dalam

mengerjakan soal-soal ujian. Kurangnya kepercayaan diri siswa akan

kemampuan dirinya akan berpengaruh terhadap hasil yang diperolehnya.

Karena siswa banyak menggantungkan pencapaian hasil belajarnya pada orang

lain atau sarana tertentu dan bukan kemampuan dirinya sendiri.

Masalah di atas disebabkan karena pada saat pembelajaran guru belum

maksimal dalam menggunakan model pembelajaran yang melatih kemampuan

siswa dalam berdiskusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang

didahului dengan kegiatan penyelidikan. Pembelajaran lebih cenderung

didominasi oleh guru, sehingga guru masih menjadi sumber utama dalam

proses pembelajaran. Siswa kurang terlatih dalam memecahkan suatu masalah

dan menerapkan konsep-konsep yang dipelajari di sekolah ke dalam dunia

nyata. Siswa belum sepenuhnya berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, saat

guru memberikan pertanyaan, hanya sedikit siswa yang mau menjawab

pertanyaan dari guru. Demikian pula dalam hal berpendapat dan bertanya,

hanya sebagian kecil siswa yang menunjukan keaktifan berpendapat dan

2

Page 3: Percaya Diri Gi

bertanya, kebanyakan dari siswa masih malu, takut dan ragu untuk mengajukan

pertanyaan atau pendapat mereka.

Berdasarkan permasalahan di atas, perlu diadakannya perbaikan dalam

proses pembelajaran agar dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga

hasil belajar siswa pun dapat dicapai secara maksimal. Salah satu caranya yaitu

dengan menggunakan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk

lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat menumbuhkan sikap percaya diri

siswa. Dalam hal ini mendorong penulis untuk menggunakan model

pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI).

Komalasari (2011: 75) menyatakan bahwa Group Investigation adalah

strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk

melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dengan demikian siswa

ditempatkan ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu

topik, sehingga peran guru tidak terlalu dominan dalam pembelajaran, selain

itu siswa akan lebih mampu mengembangkan sikap percaya diri dalam

bertanya, mengemukakan pendapat dan ide-ide baru dalam kerja kelompok,

berani mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan secara langsung akan

membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Inverstigation Pada Pelajaran IPA

Terhadap Rasa Percaya Diri Siswa Kelas IV SD Negeri O2 Kec. Sungai Apit,

Kab. Siak.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang menjadi pokok

permasalahan adalah :

1. “apakah ada perbedaan rasa percaya diri siswa pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol siswa kelas IV SD Negeri 02 Kec. Sungai Apit, Kab. Siak?”

3

Page 4: Percaya Diri Gi

2. “apakah ada perbedaan peningkatan rasa percaya diri siswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol siswa kelas IV SD Negeri 02 Kec. Sungai

Apit, Kab. Siak?”

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:

1. “Untuk mendeskripsikan perbedaan rasa percaya diri siswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol siswa kelas IV SD Negeri 02 Kec. Sungai

Apit, Kab. Siak?”

2. “Untuk mendeskripsikan peningkatan rasa percaya diri siswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol siswa kelas IV SD Negeri 02 Kec. Sungai

Apit, Kab. Siak?”

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

a. Dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa.

b. Mengajak siswa untuk belajar aktif, kreatif, dan inovatif dalam

pembelajaran IPA

2. Bagi guru

a. Sebagai alternatif dan bahan pertimbangan dalam pemilihan model

pembelajaran yang tepat guna meningkatkan rasa percaya diri siswa.

b. Dapat dijadikan tambahan wawasan model pembelajaran yang menarik

dan menyenangkan bagi siswa.

3. Bagi sekolah

a. Dapat dijadikan sumbangan yang lebih baik bagi sekolah dalam rangka

perbaikan proses pembelajaran

b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

4. Bagi Peneliti

4

Page 5: Percaya Diri Gi

a. Dapat memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya dan

diharapkan peneliti juga dapat memperoleh pengetahuan dan

pengalaman baru yang sangat berarti dan berguna dimasa datang.

b. Mampu menerapkan pembelajaran kreatif pada pembelajaran IPA.

G. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pengaruh

Pengaruh adalah sesuatu yang menunjukkan adanya korelasi/hubungan

sebab akibat, yaitu keadaan yang menjadi sebab bagi keadaan lain.

Pengaruh disini adalah akibat yang timbulkan karena adanya penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe grup investigation terhadap rasa

percaya diri.

2. Model kooperatif tipe Grup Investigation

Menurut Tianto (2006:78), model pembelajaran kooperatif tipe gi

merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan,

baik dalam menentukan topik maupun cara-cara untuk mempelajarinya

melalui investigasi.

3. Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk

hidup dan proses kehidupan dialam semesta.

4. Rasa percaya diri

kepercayaan diri adalah bagaimana kita merasakan tentang diri kita sendiri,

dan perilaku kita akan merefleksikannya tanpa kita sadari (Adywibowo,

2010:40). Rasa percaya diri bisa juga diartikan sebagai sikap percaya dan

yakin akan kemampun yang dimiliki, yang dapat membantu seseorang

untuk memandang dirinya dengan positif dan realitis sehingga ia mampu

bersosialisasi secara baik dengan orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

kepercayaan diri adalah rasa percaya terhadap diri sendiri untuk melakukan

sesuatu, dalam situasi tertentu, serta mencapai tujuan tertentu.

5

Page 6: Percaya Diri Gi

H. KAJIAN TEOROTIS

1. Model Pembelajaran Kooperatif

1.1 Pengertian model pembelajaran kooperatif

Salah satu metode pembelajaran yang berkembang saat ini adalah

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mengacu kepada

berbagai metode mengajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil.

Mereka saling membantu melakukan kegiatan akademis dan saling

mengatasi masalah yang mereka hadapi dalam pembelajaran sehingga

mereka saling mengerti dan memahami pembelajaran tersebut. Dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar

siswa, meningkatkan hubungan antar siswa dengan kelompoknya,

menghilangkan rintangan yang terjadi dalam pergaulan sesama siswa.

(Giman dkk, 2009:55)

Menurut Slavin (dalam Isjori, 2009:15), pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang

dengan struktur kelompok secara heterogen. Sedangkan pembelajaran

kooperatif menurut Suprijono (2010:267) adalah konsep yang lebih luas

meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih

dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Dalam pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa

dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran dimana kelas

merupakan cerminan dari masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium

untuk belajar dalam kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran

kooperatif dapat membentuk siswa agar dapat memiliki keterampilan

sosial yang tinggi, dapat mengembangkan sikap demokratis dan terampil

berpikir logis.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang

6

Page 7: Percaya Diri Gi

menggunakan strategi pengajaran yang dirancang untuk melibatkan siswa

bekerja sama dalam kelompok kecil dan untuk mencapai tujuan bersama

dalam memahami materi pelajaran.

1.2 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Menurut Noor (Giman dkk, 2009:57) terdapat enam langkah utama

dalam pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut ditunjukkan

pada tabel berikut:

Tabel 1.2

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menayampaikan semua tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai

pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa dalam belajar

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada

siswa dengan jalan demonstrasi

atau lewat bahan bacaan

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana cara membentuk

kelompok belajar dan membantu

setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja

dan belajar

Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat siswa

mengerjakan tugas

Fase-5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelajari

atau setiap kelompok

7

Page 8: Percaya Diri Gi

mempresentasikan hasil kerjanya

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu atau

kelompok

1.3 Penghargaan Kelompok Dalam Pembelajaran Kooperatif

Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-

masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor

kemajuan kelompk yaitu dengan mengumpulkan skor kemajuan

masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata

kelompok.

Tabel 1.3

Kriteria Penentuan Nilai Perkembangan

Skor Kuis Nilai Perkembangan

Lebih 10 poin dibawah skor dasaer 5

10 poin sampai 1 poin dibawah skor dasar 10

Sampai 10 poin diatas skor dasar 20

Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30

Hasil sempurna (tanpa memperhatikan skor

dasar)

30

Menurut Slavin (Dalam Giman dkk, 2009:59) bahwa guru boleh

mengubah kriteria tersebut sebagai berikut:

Tabel 1.4

Tingkat penghargaan Kelompok

Nilai Rata-rata Kelompok Penghargaan

5 < X ≤ 15 Baik

5 < X ≤ 25 Hebat

5 < X ≤ 30 Super

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation (GI)

8

Page 9: Percaya Diri Gi

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation

Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah model Group

Investigation. Model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang

kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan

pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran

demokratis. Model ini dikembangkan oleh John Dewey dan Herbert A.

Thelen yang menggabungkan pandangan- pandangan proses sosial yang

demokratis dengan penggunaan strategi- strategi intelektual atau ilmiah

untuk membantu manusia menciptakan pengetahuan dan masyarakat yang

teratur dengan baik.

Grup investigation (GI) adalah model pembelajaran yang melibatkan

siswa sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk

mempelajarinya melalui investigasi. Penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe GI dapat merangsang imajinasi anak dan meberikan

kesempatan kepada kelompok diskusi untuk berpikir kritis dalam

memecahkan dan menemukan hasil dari soal yang diberikan guru.

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI

mengharuskan setiap anggota dalam kelompok ikut andil dalam

pemecahan masalah hingga menemukan hasil yang akurat. Siswa

dilibatka sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara

untuk mempelajarinya melalui investigasi.

Komalasari (2011: 75) menyatakan bahwa Group Investigation adalah

strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok

untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dengan demikian

siswa ditempatkan ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi

terhadap suatu topik, sehingga peran guru tidak terlalu dominan dalam

pembelajaran, selain itu siswa akan lebih mampu mengembangkan sikap

percaya diri dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan ide-ide baru

9

Page 10: Percaya Diri Gi

dalam kerja kelompok, berani mempresentasikan hasil kerja kelompok,

dan secara langsung akan membantu meningkatkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation (GI) ini

dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah yang dilakukan secara

diskusi dengan kelompoknya. Sehingga dapat mendorong siswa untuk

aktif dalam pembelajaran. Serta model pembelajaran kooperatif teknik

Group Investigation (GI) ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu

metode pengajaran yang mendukung terjadinya komunikasi dan interaksi

selama proses belajar, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan

dengan efektif. Selain itu model pembelajaran kooperatif dapat

merangsang siswa untuk lebih termotivasi dan lebih antusias terhadap

mata pelajaran IPA.

2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup

Investigation

Tabel 2.2

Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe Grup Investigation (GI)

Fase Kegiatan Pembelajaran

Fase 1:

Mengidentifikasi topik dan

mengatur murid ke dalam

kelompok

- Siswa meneliti beberapa sumber,

mengusulkan sejumlah topik, dan

mengkategorikan saran-saran.

- Siswa bergabung dengan

kelompoknya untuk mempelajari

topik yang telah mereka pilih

- Komposisi kelompok didasarkan

pada ketertarikan siswa dan harus

bersifat heterogen.

- Guru membantu dalam

pengumpulan informasi dan

memfasilitasi pengaturan

10

Page 11: Percaya Diri Gi

Fase 2:

Merencanakan tugas yang

akan dipelajari

- Para siswa merencanakan bersama

mengenai:

Apa yang kita pelajari?

Bagaimana kita mempelajarinya?

Siapa melakukan apa? (pembagian

tugas)

Untuk tujuan atau kepentingan apa

kita melakukan investigasi topik ini?

Fase 3:

Melaksanakan investigasi

- Para siswa menyimpulkan

informasi, menganalisis data, dan

membuat kesimpulan

- Tiap anggota kelompok

berkonstribusi untuk usaha-usaha

yang dilakukan kelompoknya

- Para siswa saling bertukar,

berdiskusi, mengklarifikasi, dan

mensisntesis semua gagasan

Fase 4:

Menyiapkan laporan akhir

- Anggota kelompok menentukan

pesan-pesan esensial dari proyek

mereka

- Anggota kelompok merencanakan

apa yang akan mereka laporkan, dan

bagaimana mereka akan membuat

presentasi mereka

- Wakil-wakil kelompok membentuk

panitia acara untuk

mengkoordinasikan rencana-renca

presentasi

Fase 5:

Mempresentasikan laporan

akhir

- Presentasi yang dibuat untuk seluruh

kelas dalam berbagai macam bentuk

- Bagian dari presentasi tersebut harus

11

Page 12: Percaya Diri Gi

dapat melibatkan pendengarannya

secara aktif

- Para pendengar tersebut

mengaevaluasi kejelasan dan

penampilan presentasi berdasarkan

kriteria yang telah ditentukan

sebelumnya oleh seluruh anggota

kelas

Fase 6:

Evaluasi

- Para siswa saling memberikan

umpan balik mengenai topik

tersebut, mengenai tugas yang telah

mereka kerjakan, mengenai

keefektifan pengalaman-pengalaman

mereka

- Guru dan siswa berkolaborasi dalam

mengevaluasi pembelajaran siswa

- Penilaian atas pembelajaran harus

mengevaluasi pembelajaran siswa

- Penilaian atas pembelajaran harus

mengevaluasi pemikiran paling

tinggi.

2.3 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation

a. Pembelajaran kooperatif dengan model Grup Investigation

memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa

b. Penerapaan model pembelajaran koopreatif tipe Grup

Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat

meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar siswa

12

Page 13: Percaya Diri Gi

c. Mengembangkan antusiasme dan rasa tertarik pada pelajaran yang

disajikan.

d. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja

sama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa

mengenal latar belakang

e. Model pembelajaran grup investigation melatih siswa untuk

memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan

mengemukakan pendapatnya

f. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar

mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

2.4 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation

Model pembelajaran grup investigation merupakan model

pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam

pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran grup investigation juga membutuhkan waktu yang

lama dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Guru

membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman untuk dapat

menerapkan pembelajaran kooperatif dengan baik.

3. Rasa Percaya Diri

3.1 Pengertian Rasa Percaya Diri

Percaya diri berasal dari bahasa Inggris yakni self confidence yang

artinya percaya pada kemampuan, kekuatan dan penilaian diri sendir. Jadi

dapat dikatakan bahwa penilaian tentang diri sendiri adalah berupa

penilaian yang positif. Penilaian positif inilah yang nanti akan

menimbulkan sebuah motivasi dalam diri individu untuk lebih mau

menghargai dirinya. Pengertian secara sederhana dapat dikatakan sebagai

suatu keyakinan seseorang terhadap gejala aspek kelebihan yang dimiliki

oleh individu dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk

bisa mencapai berbagai tujuan hidupnya. Adler menyatakan bahwa

13

Page 14: Percaya Diri Gi

kebutuhan manusia yang paling penting adalah kebutuhan akan rasa

percaya diri dan rasa superioritas. Rasa percaya diri juga dapat diartikan

sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap orang

dalam kehidupan serta bagaimana orang tersebut memandang dirinya

secara utuh dengan mengacu pada konsep dirinya.

Menurut Thursan Hakim (2004:6), “Rasa percaya diri adalah suatu

keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya

dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai

berbagai tujuan dalam hidupnya”. Selain itu, Daniel Goleman (2005:83)

mengatakan, “Rasa percaya diri adalah keberanian yang dating dari

kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai, dan tujuan kita”. Dari beberapa

pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah

suatu keyakinan dalam diri dengan kemampuan untuk mencapai suatu

tujuan dalam hidup. Maslow mengatakan bahwasannya kepercayaan diri

itu diawali oleh konsep diri. Menurut Centi konsep diri adalah gagasan

seseorang tentang dirinya sendiri, yang memberikan gambaran kepada

seseorang mengenai kepada dirinya sendiri. Sullivan mengatakan bahwa

ada dua macam konsep diri, konsep diri Positif dan konsep diri Negatif.

Konsep diri yang positif terbentuk karena seseorang secara terus menerus

sejak lama menerima umpan balik yang positif berupa pujian dan

penghargaan. Sedangkan konsep diri yang negatif dikaitkan dengan

umpan balik negatif seperti ejekan dan perendahan.

Menurut Basavanna (dalam Aggarwal, 2012:2), “Self-Confidence

refers to an individual’s perceived ability to act effectively in a situation

to overcome obstacles and to get things go all right”, yang berarti

kepercayaan diri merupakan kemampuan individu untuk bertindak secara

efektif dalam situasi tertentu, serta mengatasi hambatan dan berharap

semuanya akan berjalan baikbaik saja. Lauster (dalam Yulianto dan

Nashori, 2006:58) menjelaskan kepercayaan diri merupakan suatu sikap

atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang

14

Page 15: Percaya Diri Gi

bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat

merasa bebas melakukan hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas

perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang dan

memiliki dorongan untuk berprestasi. Rubin (dalam Apollo, 2005:49)

mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah kekuatan dalam diri individu

yang dapat menentukan langkah dalam mengatasi masalah. Rasa percaya

diri (self-confidence) adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang

dimiliki untuk menampilkan perlaku tertentu atau untuk mencapai target

tertentu. Dengan kata lain, kepercayaan diri adalah bagaimana kita

merasakan tentang diri kita sendiri, dan perilaku kita akan

merefleksikannya tanpa kita sadari (Adywibowo, 2010:40).

Dari berbagai definisi di atas secara umum percaya diri adalah sikap

percaya dan yakin akan kemampun yang dimiliki, yang dapat membantu

seseorang untuk memandang dirinya dengan positif dan realitis sehingga

ia mampu bersosialisasi secara baik dengan orang lain. Rasa percaya diri

seseorang juga banyak di pengaruhi oleh tingkat kemampuan dan

ketrampilan yang dimiliki. Orang yang percaya diri selalu yakin pada

setiap tindakan yang dilakukannya, merasa bebas untuk melakukan hal-

hal yang sesuai dengan keinginannya dan bertanggung jawab atas

perbuatannya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah rasa percaya

terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu, dalam situasi tertentu,

serta mencapai tujuan tertentu. Dari beberapa pengertian di atas, penulis

mencoba untuk mengungkapkan suatu pengertian percaya diri, yaitu suatu

perilaku individu dalam kaitan keyakinan atas potensi positif yang

dimiliki untuk bersikap yang seimbang dengan struktur emosional yang

ada pada diri individu dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi secara yakin bahwa individu yakin akan kemampuan yang

dimiliki untuk menghadapi dan memecahkan suatu permasalahan. Ciri-

ciri Kepercayaan Diri

15

Page 16: Percaya Diri Gi

3.2 Ciri-ciri Rasa Percaya Diri

Menurut Lauster (dalam Rondonuvu, 2013:16), ciri-ciri orang yang

mempunyai kepercayaan diri adalah sebagai berikut:

a. Percaya pada kemampuan sendiri

Suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang

terjadi, yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk

mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi. Kemampuan

adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk meraih atau dapat

diartikan sebagai bakat, kreativitas, kepandaian, prestasi,

kepemimpinan dan lain-lain yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu.

Kepercayaan atau keyakinan pada kemampuan yang ada pada diri

seseorang adalah salah satu sifat orang yang percaya diri. Apabila

orang yang percaya diri telah meyakini kemampuan dirinya dan

sanggup untuk mengembangkannya, rasa percaya diri akan timbul bila

seseorang melakukan kegiatan yang bisa dia lakukan. Artinya

keyakinan dan rasa percaya diri itu timbul pada saat seseorang

mengerjakan sesuatu dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan

Dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang

dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain,

dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil. Individu terbiasa

menentukan sendiri tujuan yang bisa dicapai, tidak selalu harus

bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan masalah yang ia

hadapi. Serta mempunyai banyak energi dan semangat karena

mempunyai motivasi yang tinggi untuk bertindak mandiri dalam

mengambil keputusan seperti yang ia inginkan dan butuhkan.

c. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri

Adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari

pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa

16

Page 17: Percaya Diri Gi

positif terhadap diri sendiri. Sikap menerima diri apa adanya itu,

akhirnya dapat tumbuh berkembang sehingga orang percaya diri dan

dapat menghargai orang lain dengan segala kekurangan dan

kelebihannya. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri, jika

mendapat kegagalan biasanya mereka tetap dapat meninjau kembali

sisi positif dari kegagalan itu. Setiap orang pasti pernah mengalami

kegagalan baik kebutuhan, harapan dan cita-cita. Untuk menyikapi

kegagalan dengan bijak diperlukan sebuah keteguhan hati dan

semangat untuk bersikap positif.

d. Berani mengungkapkan pendapat

Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri,

yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau

rasa yang dapat menghambat pegungkapan tersebut. Individu dapat

berbicara di depan umum tanpa adanya rasa takut, berbicara dengan

memakai nalar dan secara fasih, dapat berbincang-bincang dengan

orang dari segala usia dan segala jenis latar belakang. Serta

menyatakan kebutuhan secara langsung, terbuka, berani mengeluh jika

merasa tidak nyaman dan dapat berkampanye didepan orang banyak.

Menurut Derry dkk (dalam Rachman, 2010:10), seseorang dikatakan

percaya diri jika memiliki:

a. Menyadari kemampuan yang ada pada dirinya, baik itu bakat,

keterampilan, bahkan kemahiran pada diri sendiri.

b. Merasa mampu melakukan sesuatu karena pengalaman. Mampu

memetik hikmah dari berbagai pengalaman yang pernah dilalui, rasa

percaya diri yang ada di dalam dirinya bisa berkembang secara

perlahan-lahan.

c. Self-esteem (rasa menghargai diri sendiri). Apabila di dalam pikiran

ada rasa menghargai diri sendiri sehingga menciptakan kesan yang

baik, maka percaya diri akan tumbuh. Kesan yang baik tersebut

berhubungan dengan kondisi diri, fisik, ataupun dengan status

sosialnya.

17

Page 18: Percaya Diri Gi

d. Kemampuan dalam beraktualisasi. Seseorang yang percaya diri

akan berusaha sekeras mungkin untuk mengeksplorasi semua bakat

yang dimilikinya karena dengan adanya rasa percaya diri yang cukup

tinggi seseorang akan terdorong untuk mengembangkan potensinya

secara maksimal.

e. Prestasi. Hal ini cukup jelas mendukung seseorang untuk

berkembang menjadi orang yang percaya diri. Semakin banyak

merebut prestasi, semakin terdorong dirinya untuk menunjukan

kemampuan dalam dirinya. Sama halnya seperti komentar dan pujian

yang positif dapat menumbuhkan rasa percaya diri seseorang.

f. Realistik. Mampu melihat kenyataan yang ada pada dirinya

sehingga tidak akan berusaha menjangkau sebuah tujuan yang

terlampau tinggi serta tidak sesuai dengan kapasitas kemampuan yang

dimilikinya. Konsep diri yang baik memang dapat melahirkanharga

diri. Harga diri yang baik dan positif selanjutnya melahirkan

kepercayaan diri pada seseorang.

3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri

Menurut Frenson (dalam Rondonuvu, 2013:18-19) ada beberapa hal

yang dapat menyebabkan sikap kurang percaya diri pada remaja, yaitu:

a. Faktor internal, faktor yang ada dalam individu itu sendiri, antara

lain perasaan dan sikap batin yang kurang sehat. Untuk membentuk

sikap batin yang sehat akan dipengaruhi oleh rasa harga diri dan

minat. Rasa harga diri dan minat akan dipengaruhi sikap batin yang

sehat, karena dengan rasa harga diri dan minat yang tinggi maka

kepercayaan diri seseorangpun akan meningkat.

b. Faktor eksternal, faktor yang ada di luar individu. Faktor-faktor

dari luar dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang.

1) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan hidup pertama dan

utama dalam kehidupan setiap manusia. Lingkungan sangat

mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang.

18

Page 19: Percaya Diri Gi

Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap

berbagai aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan

dalam tingkah laku sehari-hari.

2) Pendidikan formal

Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, di mana

sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah

lingkungan keluarga di rumah. Sekolah memberikan ruang pada anak

untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya terhadap temanteman

sebayanya.

3) Pendidikan non formal

Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan

kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan

tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri

akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan

yang membuat orang lain merasa kagum. Kemampuan atau

keterampilan dalam bidang tertentu bisa didapatkan melalui

pendidikan non formal misalnya; mengikuti kursus bahasa asing,

jurnalistik, bermain alat musik, seni vokal, keterampilan memasuki

dunia kerja, pendidikan keagamaan dan lain sebagainya. Hal-hal

tersebut sebagai penunjang timbulnya rasa percaya diri pada diri

individu yang bersangkutan. Menurut Mangunharjana (dalam Apollo,

2005:50), beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri

remaja adalah:

a. Faktor fisik: seseorang akan percaya diri jika mempunyai bentuk

fisik yang sempurna

b. Faktor mental: seseorang akan percaya diri jika mempunyai

kemampuan yang cenderung tinggi, bakat, atau keahlian khusus.

c. Faktor sosial: seseorang akan percaya diri karena dapat berinteraksi

dengan orang lain, teman sebaya, lingkungan, dan masyarakat.

3.4 Aspek-aspek Kepercayaan Diri

19

Page 20: Percaya Diri Gi

Adapun aspek-aspek kepercayaan diri yang dikemukakan oleh Lauster

(dalam Rondonuvu, 2013:20), adalah sebagai berikut:

a. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang

tentang dirinya bahwa dia mengerti sungguhsungguh akan apa yang

dilakukannya.

b. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan

baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan

kemampuan.

c. Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan

atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan

menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.

d. Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung

segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. e. Rasional dan

realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu

kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan

sesuai dengan kenyataan.

3.5. Cara meningkatkan rasa percaya diri

Menurut Santrock (dalam Rondonuvu, 2013:22-24), ada empat cara

untuk meningkatkan rasa percaya diri remaja yaitu:

a. Mengidentifikasikan penyebab rendahnya rasa percaya diri dan

domain-domain kompetensi diri yang penting. Harter berpendapat

bahwa untuk meningkatkan rasa percaya diri remaja yang harus

diperhatikan yaitu penyebab dari rendahnya rasa percaya diri.

Kemudian mengidentifikasi hal-hal apa saja yang menjadi bagian dari

kelemahan dan kelebihan remaja tersebut. Remaja memiliki tingkat

rasa percaya diri yang paling tinggi ketika mereka berhasil di dalam

domain-domain diri yang penting. Oleh sebab itu, remaja harus

didukung untuk mengidentifikasikan dan menghargai kompetensi-

kompetensi mereka.

b. Dukungan emosional dan penerimaan sosial. Menurut Harter,

dukungan emosional dan persetujuan sosial dari orang lain merupakan

20

Page 21: Percaya Diri Gi

pengaruh yang penting bagi rasa percaya. Sumber dukungan alternatif

dapat dimunculkan secara informal seperti dukungan dari guru,

pelatih, atau orang dewasa lainnya yang berpengaruh. Sedangkan

secara formal melalui beberapa program. Dukungan orang dewasa dan

teman sebaya menjadi faktor yang berpengaruh terhadap rasa percaya

diri remaja. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa dukungan

orang tua dan teman sebaya sama-sama berhubungan dengan harga

diri remaja secara keseluruhan.

c. Prestasi

Menurut Bednar, Wells, & Peterson, prestasi dapat memperbaiki

tingkat rasa percaya diri remaja. Rasa percaya diri remaja meningkat

lebih tinggi karena mereka tahu tugastugas apa yang penting untuk

mencapai tujuan dan karena mereka telah melakukan tugas-tugas

tersebut. Pentingnya sebuah prestasi dalam meningkatkan rasa percaya

diri remaja memiliki kesamaan dengan konsep teori belajar sosial

kognitif Bandura mengenai kualitas diri (self-efficacy) yang

merupakan keyakinan individu bahwa dirinya dapat menguasai suatu

situasi dan menghasilkan sesuatu yang positif.

d. Mengatasi masalah (coping)

Rasa percaya diri juga dapat meningkat ketika remaja menghadapi

masalah dan berusaha untuk mengatasinya, bukan menghindarinya

(Bednar, Wells, & Peterson; Lazarus dalam Santrock, 2003). Ketika

remaja memilih mengatasi masalahnya dan bukan menghindarinya,

remaja menjadi lebih mampu menghadapi masalah secara nyata, jujur,

dan tidak menjauhinya. Perilaku ini menghasilkan suatu evaluasi diri

yang menyenangkan yang dapat mendorong terjadinya persetujuan

terhadap diri sendiri yang bisa meningkatkan rasa percaya diri dan

perilaku yang sebaliknya dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya

diri.

4. Hubungan Antara Model Kooperatif Tipe Grup Investigation dengan rasa

percaya diri

21

Page 22: Percaya Diri Gi

Pembelajaran berfungsi sebagai salah satu alat ajar yang dapat

menyalurkan pesan dan dapat membantu siswa untuk meningkatkan karakter

yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan

berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Rasa percaya diri adalah

keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan

tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam

hidupnya. Tingginya hasil belajar dipengaruhi oleh percaya diri siswa yang

tinggi dan sebaliknya hasil belajar rendah karena dipengaruhi oleh rendahnya

percaya diri siswa dalam belajar.

Group Investigation adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan

siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik.

Dengan demikian siswa ditempatkan ke dalam kelompok untuk melakukan

investigasi terhadap suatu topik, sehingga peran guru tidak terlalu dominan

dalam pembelajaran, selain itu siswa akan lebih mampu mengembangkan

sikap percaya diri dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan ide-ide baru

dalam kerja kelompok, berani mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Dengan meningkatnya rasa percaya diri siswa menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe gi ini secara langsung akan membantu

meningkatkan hasil belajar siswa.

5. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan diatas, maka diajukan

hipotesis tindakan sebagai berikut: “Terdapat perbedaan peningkatan rasa

percaya diri yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan model kooperatif tipe grup investigation dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran biasa”.

22

Page 23: Percaya Diri Gi

I. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 02 Kec. Sungai Apit, Kab. Siak

kelas IV dan waktu penelitiannya dilaksanakan pada semester 2 (genap)

tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Dasar Negeri 02 Kec. Sungai Apit,

Kab. Siak

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Kec. Sungai

Apit, Kab. Siak yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan

9 perempuan dengan kemampuan akademik yang heterogen.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen kuasi. Desain penelitian

eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized

pretest-posttest control group (Rusffendi dalam hermita, 2008:40). Mula-

mula dipilih secara acak kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kemudian

dilakukan penilaian awal terhadap kedua kelas dengan memberikan

angket rasa percaya diri, setelah itu kedua kelas diberi perlakuan yang

beda, dan diakhiri dengan pemberian penialian akhir terhadap kedua kelas

dengan memberikan angket rasa percaya diri yang sama. Untuk penilaian

awal dan penialain akhir digunakan angket yang sama yaitu angket rasa

percaya diri. Bagan desain penelitian ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel

Desain Penelitian

Kelas Tes awal Perlakuan Tes akhirEksperimen O X1 O

Kontrol O X2 O

Keterangan:

O : Penilaian awal dan penilaian akhir

X1 : Model kooperatif tipe grup investigation

23

Page 24: Percaya Diri Gi

X2 : Pembelajaran biasa

Adapun tahapan dalam mewujudkan desain penelitian tersebut sebagai

berikut:

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahapan:

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyusun perangkat

pembelajaran serta pengembangan instrument penelitian. Untuk menyusun

perangkat pembelajaran maka beberapa hal yang diperlukan antara lain materi

pelajaran dan model pembelajaran yang akan diterapkan. Sedangkan

pengembangan instrumen pembelajaran meliputi langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Penyusunan instrumen

b. Penimbangan instrumen penelitian oleh pakar

c. Uji coba instrumen

d. Revisi instrumen

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini

dilakukan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigation

pada kelas eksperimen. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini

yaitu :

a. Pemberian tes awal untuk mengetahui rasa percaya diri awal siswa pada

kedua kelas.

b. Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigation

pada kelas eksperimen, sementara pada kelas kontrol sebagai kelas

pembanding menggunakan pembelajaran konvensional.

c. Melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah.

24

Page 25: Percaya Diri Gi

d. Memberikan penilaian akhir untuk meninjau dan membandingkan

peningkatan rasa percaya diri siswa di kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Memberikan skor angket awal (pretest) dan angket akhir (posttest) rasa

percaya diri siswa pada pelajaran IPA

b. Menghitung skor indeks gain rasa percaya diri siswa pada pelajaran

IPA

c. Mengolah data aktifitas guru dan siswa.

d. Menarik kesimpulan hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis.

25

Page 26: Percaya Diri Gi

Studi Kepustakaan Menyusun Proposal

Rancangan model pembelajaran biasa Rancangan model kooperatif tipe grup investigation

Pretest

Kelas kontrol(Pembelajaran biasa)

Analisis data

Kesimpulan

Kelas eksperimen(model kooperatif tipe gi)

Menentukan subjek, penyusunan, uji coba, revisi dan pengesahan

Adapun langkah-langkah dalam mewujudkan desain penelitian tersebut

ditunjukkan dalam alur penelitian pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Alur Proses Penelitian

D. Data dan Instrumen Penelitian

1. Data

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).

26

Posttest

Page 27: Percaya Diri Gi

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran angket

rasa percaya diri kepada responden, dalam hal ini adalah siswa

kelas IV SDN 02 Sungai Apit.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh

dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari dokumen-dokumen lembaga seperti gambaran

sekolah dan struktur organisasi.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam proses pembelajaran ini

meliputi:

a. Silabus

Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, serta materi pokok yang

perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Silabus adalah pedoman untuk menyusun RPP yang

mencakup standar komptensi, kompetensi dasar, meteri pokok/

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

(Sanjaya, 2008:167).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk

mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan

dijabarkan dalam silabus. RPP disusun atas komponen-komponen

yaitu: identitas mata pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi

dasar, materi pembelajaran, sarana dan sumber pembelajaran,

penilaian dan tindak lanjut (Sanjaya, 2008:173)

27

Page 28: Percaya Diri Gi

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa adalah pedoman siswa dalam belajar dan juga

merupakan langkah-langkah kegiatan yang harus dikerjakan oleh

siswa. (Sanjaya, 2008:17)

3. Instrumen Pengumpulan data

a. Lembar observasi aktivitas guru

Memuat aktivitas guru yang diamati yaitu melihat kesesuaian

antara perencanaan dengan tindakan pelaksanaan proses pembelajaran

berlangsung dan terlaksana dengan semestinya. Lembar observasi ini

merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur aktivitas guru

dalam pembelajaran dengan memberi skor pada setiap kategori

aktivitas guru yang diamati.

b. Lembar observasi aktivitas siswa

Memuat aktivitas siswa yang diamati dengan menggunakan lembar

pengamatan antara lain memperhatikan aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini merupakan

instrumen yang digunakan untuk mengukur aktivitas siswa dalam

pembelajaran dengan memberi skor pada setiap kategori aktivitas

siswa yang diamati.

c. Angket

Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur rasa

percaya diri siswa adalah angket. Angket ini bertujuan untuk

mengukur perbedaan peningkatan rasa percaya diri siswa sebelum dan

sesudah pembelajaran dengan model kooperatif tipe grup

investigation. Angket disusun berdasarkan indikator ciri-ciri percaya

diri yang dikemukakan oleh Derry dkk (dalam Rachman, 2010:10).

Jawaban pada angket dapat diberi skor dengan menggunakan skor

Skala Model Likert dengan 5 pilihan jawaban yaitu: sangat tidak

28

Page 29: Percaya Diri Gi

sejutu (STS), tidak setuju (TS), ragu-ragu (RR), setuju (S), dan sangat

setuju (SS).

Kisi-kisi Angket Percaya Diri

No Indikator Kisi-kisi Favorable (+)

Unfavorable (-)

Jumlah

1 Self Actualization

Mampu berkreasiMampu mengaktualisasikan diri

1719

1820

4

2 Asteem Needs

Mampu berprestasi dengan baik

5 6 2

3 Kecerdasan emosi (social skill)

Mampu menjalin hubungan dengan orang lainMampu menyesuaikan dengan lingkungan baruAsertif/penerimaan diri

11

13

15

14

12

16

6

4 Motivasi Mampu memecahkan masalahMampu berpikir positif dan optimisme

7

9

8

10

4

5 Karakteristik extrovert

Mampu keluar dari rasa khawatirMampu berbicara lancar

1

3

4

2

4

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Teknik Observasi

Teknik observasi ini yaitu mengamati aktivitas siswa dan guru selama

proses pembelajaran. Observasi harus dilakukan pada saat kegiatan itu

berlangsung (Sudjana, 1989:84-85). Observasi atau pengamatan

29

Page 30: Percaya Diri Gi

dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses

pembelajaran Grup Investigation.

2. Teknik angket

Angket adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang suatu

hal yang diteliti yaitu angket untuk mengetahui rasa percaya diri siswa.

Metode pengumpulan data dengan angket ini dilakukan dengan cara

meminta responden untuk memilih salah satu jawaban alternatif yang

telah disediakan. Angket ini digunakan untuk mengetahui tingkat rasa

percaya diri siswa sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan belajar

mengajar dengan penerapan model kooperatif tipe grup investigation.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi atau catatan penting dipergunakan untuk melihat rasa

percaya diri siswa dan kemampuan diri siswa sebelum dilakukan tindakan

sehingga dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk

memperbaiki kelemahan dan kekurangan sebelumnya. Dokumentasi

diperoleh dari data yang dikumpulkan guru atau sekolah yang

bersangkutan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dengan teknik analisis deskriptif

yaitu mendeskripsikan tentang aktivitas siswa dan guru selama proses

pembelajaran dan data tentang rasa percaya diri siswa didasarkan dari angket

rasa percaya diri dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Grup Investigation (GI). Hal ini dilakukan untuk melihat kesesuaian antara

perencana dan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan dikatakan sesuai

jika aktivitas dalam proses pembelajaran Kooperatif tipe Grup Investigation

(GI) terlaksana. Komponen-komponen yang dianalisis adalah sebagai berikut:

a. Analisis aktivitas guru dan siswa

30

Page 31: Percaya Diri Gi

Aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar pada observasi

dengan rumus:

Aktivitas guru/siswa selama kegiatan belajar mengajar dibukukan pada

observasi dengan rumus:

P = FN

x 100%

Keterangan :

P = Nilai aktivias guru/siswa

F = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan

N = Skor maksimal aktivitas guru/siswa

Tabel 3.2

Interval dan Kategori Aktivitas Guru dan Siswa

No Interval Kategori

1 ≥ 81,25 – 100 Sangat Baik

2 ≥ 61,25 – 81,25 Baik

3 ≥ 43,75 – 62,5 Cukup

4 ≥ 25 – 43,75 Kurang Baik

Sumber : KTSP (2006:226)

b. Analisis Rasa percaya diri siswa

1. Uji validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan dan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 1996:158). Alat

pengumpul data harus memiliki kriteria reliabel dan valid agar

kesimpulan penelitian tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang

jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya. Adapun untuk mengukur

31

Page 32: Percaya Diri Gi

kesahihan angket adalah dengan menggunakan rumus Product Moment

dari Pearson, yaitu:

rxy = n⅀XY −(⅀ X )(⅀Y )

√(n X 2¿−(⅀ X ) 2).¿¿¿

Keterangan:

rxy= koefisien korelasi

X = Skor item butir soal

Y = Jumlah skor total tiap soal

n = Jumlah responden

kemudian, untuk mengetahui apakah butir angket tersebut valid atau

tidak dilanjutkan dengan uji t, yaitu:

thitung = r √n−2√1−r 2

Keterangan:

r = Koefisien korelasihasil r hitung

n = Jumlah responden

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang berarti

sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Dalam penelitian ini

angket penelitian di uji reliabilitas menggunakan uji Alpha dengan rumus:

r11 = ( nn−1 ) (1−⅀ s i2

s i2 )Keterangan:

r11 = reliabelitas instrumen

n = banyaknya butir pertanyaan⅀si2 = jumlah varians iten

si2 = varians total

3. Analisa data rasa percaya diri siswa, dilakukan dengan beberapa

langkah sebagai berikut:

32

Page 33: Percaya Diri Gi

1. Menentukan distribusi jawaban dari setiap butir yang dijawab

siswa

2. Pemberian bobot untuk setiap kategori dari setiap butir pertanyaan

3. Menghitung rata-rata skor tiap kategori dengan memberi skor total

yang diperoleh setiap kategori. Pemberian skor rasa percaya diri

siswa didasarkan pada skala Likert yang disusun sebagai berikut:

Tabel 3.3 Bobot rasa percaya diri siswa

PernyataanSkor Jawaban

STS TS RR S SSPositif 1 2 3 4 5Negatif 5 4 3 2 1

Keterangan: STS = Sangat Tidak Sejutu

TS = Tidak Setuju

RR = Ragu-ragu

S = Setuju

SS = Sangat Setuju

Setelah diketahui skor untuk masing-masing item, maka dianalisa

dengan menggunakan rumus:

M = FxN

Keterangan: M = Rata-rata yang ingin dicari

Fx = Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing⅀

skor dengan frekuensinya

33

Page 34: Percaya Diri Gi

N = Banyak individu

Dari hasil pengisian angket oleh siswa, skor dianalisis dalam bentuk

persentase dengan persamaan:

% komponen percaya diri = Skor y ang dicapai

Skor maksimum x 100 %

Interpretasi rasa percaya diri ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4 Interpretasi Persentase Rasa Percaya Diri Siswa

Persentase Kategori

0% - 20% Sangat Kurang

21% - 40% Kurang

41% - 60% Cukup

61% - 80% Baik

81% - 100% Sangat Baik

34

Page 35: Percaya Diri Gi

35