Top Banner
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM MENGHADAPI UN DI SMAN 2 SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ninditya Nugroho G0005140 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
51

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

Feb 03, 2018

Download

Documents

lekien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII

YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN

YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR

DALAM MENGHADAPI UN DI SMAN 2 SRAGEN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Ninditya Nugroho G0005140

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

iii

Page 3: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

ii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 19 April 2010

Ninditya Nugroho NIM G0005140

Page 4: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbedaan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas XII yang Mengikuti Bimbingan Belajar dengan yang Tidak Mengikuti Bimbingan

Belajar di SMAN 2 Sragen

Ninditya Nugroho, G0005140/IX, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Senin, Tanggal 19 April 2010

Pembimbing Utama Mardiatmi Susilohati, dr., Sp.KJ ............................ NIP 194902121976092001

Pembimbing Pendamping H. Zainal Abidin, dr., MKes ............................ NIP 194602021976101001

Penguji Utama I. Gusti Bagus Indro N, dr., Sp.KJ ............................ NIP 197310032005011001

Anggota Penguji Agus Rahardjo, dr., Sp.B-KBD ............................ NIP 140161724

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Sri Wahjono, dr., MKes., DAFK. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS. NIP 194508241973101001 NIP 19481107197310100

Page 5: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

iv

ABSTRAK

Ninditya Nugroho., G0005140, 2010, PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM MENGHADAPI UN DI SMAN 2 SRAGEN, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Telah dilakukan penelitian terhadap siswa kelas XII yang akan menghadapi Ujian Nasional di SMAN 2 Sragen. Dalam penelitian ini diteliti perbedaan tingkat kecemasan antara siswa yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah totally sampling. Dalam penelitian ini menggunakan instrument kuesioner L-MMPI dan TMAS.

Kemaknaan statistik perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok siswa dengan bimbingan belajar dan tanpa bimbingan belajar diuji dengan Chi Kuadrat. Sedangkan besarnya hubungan keikutsertaan dalam bimbingan belajar dan kecemasan dianalisis dengan menggunakan ukuran hubungan Odds Ratio (OR) dan CI95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siswa kelas XII di SMAN 2 Sragen yang tidak mengikuti bimbingan belajar, terdapat 84 siswa yang mengalami kecemasan, dan 4 siswa yang tidak mengalami kecemasan. Sedangkan pada siswa kelas XII di SMAN 2 Sragen yang mengikuti bimbingan belajar terdapat 75 siswa yang mengalami kecemasan dan 13 siswa yang tidak mengalami kecemasan. Dari uji statistik didapatkan X2 = 5,274 ; OR = 4 ; p = 0,01 ; CI95% 1,2 s/d 11,7. Simpulan dari penelitian ini adalah siswa kelas XII yang tidak mengikuti bimbingan belajar mempunyai resiko untuk mengalami kecemasan empat kali lebih besar daripada siswa kelas XII yang mengikuti bimbingan belajar. Perhitungan tersebut secara statistik adalah signifikan.

Kata kunci : Kecemasan, Siswa SMA, Bimbingan Belajar, UN

Page 6: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

v

ABSTRACT

Ninditya Nugroho., G0005140, 2010, DIFFERENCE OF ANXIETY BETWEEN THE 3rd YEAR STUDENTS WHO HAVE LEARNED COUNSELING AND WHO HAVE NOT LEARNED COUNSELING FACED THE NATIONAL EXAMINATION IN SMAN2 SRAGEN, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

A study of the 3rd year students in Senior High School who will face the National Examination had been conducted. The study examined differences of anxiety between the students who have learned counseling and the students who have not learned counseling.

A cross-sectional study with an analytical method was conducted. The sampling technique used totally sampling. The instruments used in the study were L-MMPI and TMAS questionnaire.

The difference of anxiety between the students who have learned counseling and the students who have not learned counseling, tested by Chi Square. While the amount relationship of participation in the counseling and anxiety was analyzed by Odds Ratio (OR) and CI95%.

The result reveals that 84 of those who have not learned the counseling were anxious and 4 others were not, while 75 of those who have learned the counseling were anxious and 13 others were not. Statistical analysis shows X2 = 5,274; OR=4; p=0,01; CI95% 1,2 s/d 11,7. In conclusion, there is a difference of anxiety between the students who have learned counseling and the students who have not learned counseling. Anxiety risk of the students who have not learned counseling is four times greater than the students who have learned counseling. These calculations statistically are significant. Key words : Anxiety, Student of Senior High School, Counseling, National

Examination

Page 7: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

vi

PRAKATA

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan bimbingan dan anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul Perbedaan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas

XII yang Mengikuti Bimbingan Belajar dengan yang Tidak Mengikuti

Bimbingan Belajar di SMAN 2 Sragen.

Penyusunan skripsi dimaksudkan untuk melengkapi tugas, guna memenuhi

syarat-syarat yang ditetapkan untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof.Dr.A.A. Subijanto, dr., MS selaku dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. dr. Mardiatmi Susilohati, Sp.KJ selaku pembimbing utama.

4. dr. H. Zainal Abidin, MKes selaku pembimbing pendamping.

5. dr. I. Gusti Bagus Indro, Sp.KJ selaku penguji utama

6. dr. Agus Rahardjo, Sp.B-KBD selaku anggota penguji

7. Dan segenap pihak-pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis memohon kritik dan saran apabila dalam penulisan skripsi

ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan.

Surakarta, 19 April 2010

Ninditya Nugroho

Page 8: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 7

A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 7

B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 19

C. Hipotesis ...................................................................................... 20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 21

A. Jenis Penelitian ............................................................................. 21

B. Lokasi Penelitian .......................................................................... 21

C. Populasi Sasaran .......................................................................... 21

D. Populasi Sumber .......................................................................... 21

E. Cara Pengambilan Sampel ........................................................... 21

F. Identifikasi Variabel ..................................................................... 21

G. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 22

H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data.................................. 23

I. Teknik Analisis Data..................................................................... 23

J. Rancangan Penelitian ................................................................... 25

BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 26

A. Karakteristik Sampel .................................................................... 26

B. Analisis Statistik ........................................................................... 28

Page 9: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

viii

BAB V. PEMBAHASAN ............................................................................... 32

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 34

A. Simpulan ..................................................................................... 34

B. Saran ............................................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36

LAMPIRAN

Page 10: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel 2 x 2 untuk analisis data......................................................... 23

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi faktor kecemasan pada responden................... 26

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pada keikutsertaan

dalam bimbingan belajar atau tidak................................................. 28

Tabel 4.3 Perbedaan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas XII yang

Mengikuti Bimbingan Belajar dengan yang Tidak Mengikuti

Bimbingan Belajar dalam Menghadapi UN

di SMA N 2 Sragen.......................................................................... 29

Tabel 4.4 Tabel 2x 2 untuk analisis data.......................................................... 30

Page 11: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran tentang pengaruh bimbingan belajar

dengan tingkat kecemasan.......................................................... 19

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Perbedaan Tingkat Kecemasan Siswa

Kelas XII yang Mengikuti Bimbingan Belajar dengan yang

Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar dalam Menghadapi

UN di SMA N 2 Sragen............................................................. 25

Page 12: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Formulir Biodata Responden...................................................... 40

Lampiran B. Kuesioner L-MMPI.................................................................... 42

Lampiran C. Kuesioner TMAS....................................................................... 43

Lampiran D. Data Individu............................................................................. 45

Lampiran E. Hasil Perhitungan Data OpenEpi............................................... 57

Page 13: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan suatu bangsa merupakan proses yang berkesinambungan

dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Generasi muda sebagai salah satu

unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

pembangunan bangsa. Generasi muda yang tangguh, baik fisik, mental,

intelektual, dan spiritual merupakan sumber daya manusia yang akan mampu

melanjutkan proses pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan adanya

pembinaan dan bimbingan yang dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak,

diantaranya oleh keluarga dan sekolah agar dapat mewujudkan generasi muda

yang tangguh (Indie, 2006).

Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang dapat mendukung

majunya suatu bangsa. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan

sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam pasar kerja global. Oleh

karena itu penting untuk mewujudkan proses pendidikan yang lebih

demokratis, memperhatikan keberagaman, kebutuhan atau keadaan daerah dan

peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Dengan

menaikkan standar nilai kelulusan kualitas pendidikan dapat memenuhi

harapan dan keinginan sebagian besar orang dalam penyediaan sumber daya

manusia (SDM) bermutu dalam membangun bangsa. Kenaikan standar juga

diharapkan dapat memacu kerja keras guru, anak didik dan orangtua agar

Page 14: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xiii

bekerja keras, dan diharapkan mutu lulusan dapat sejajar dan bersaing dengan

bangsa-bangsa lain (Indie, 2006).

Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menerapkan Ujian

Nasional (UN) sebagai salah satu bentuk evaluasi pendidikan. Menurut

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian

Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 disebutkan bahwa tujuan UN adalah

untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes

pada siswa sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas.

Selain itu UN bertujuan untuk mengukur mutu pendidikan dan

mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional,

provinsi, kabupaten, sampai tingkat sekolah (Sulistyo, 2007).

UN yang dijadikan sebagai syarat kelulusan bagi siswa kelas XII sudah

diberlakukan sejak tahun 2003 lalu. Tiga tes untuk tiga mata pelajaran yaitu,

Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris yang dipasok dari pusat.

Diadakan satu kali dalam setiap tahunnya, dimana sering kali menimbulkan

kecemasan bagi berbagai pihak, baik itu siswa, orang tua siswa, guru dan

sekolah yang bersangkutan. Pendidikan yang ditempuh dalam tiga tahun

selama di bangku Sekolah Menengah Atas ditentukan oleh berhasil tidaknya

siswa dalam mengerjakan UN.

Kecemasan meningkat manakala batas kelulusan yang semakin tinggi

setiap tahunnya bila dibanding dengan tahun sebelumnya. Peningkatan standar

nilai kelulusan ini dilakukan secara bertahap, dengan tujuan agar mutu

Page 15: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xiv

pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Indie,

2006).

Kecemasan para siswa yang akan menjalani ujian, mampukah mereka

melewati proses penentuan masa depan yang ditentukan dengan perolehan

nilai ujian tiga mata pelajaran utama. Kecemasan para orang tua siswa yang

bersumber dari harapan bahwa putera-puteri mereka harus berhasil melewati

tiga hari penentuan masa depan mereka. Kecemasan para guru, mampukah

anak didiknya melewati ujian yang hasilnya dinyatakan dapat digunakan

sebagai salah satu alat ukur pemetaan mutu pendidikan. Tiga hari dan tiga

mata pelajaran utama dengan batas nilai kelulusan, seolah mengesampingkan

perjuangan selama tiga tahun menempuh pendidikan. Banyaknya pengalaman

di tahun-tahun sebelumnya dimana ada siswa yang dinyatakan pandai bahkan

sudah diterima di perguruan tinggi tanpa tes tidak lulus UN, sedangkan siswa

yang biasanya dikatakan bodoh justru lulus UN (Setyaningsih, 2007).

Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia.

Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak

menyenangkan, dan samar-samar, seringkali disertai oleh gejala otonomik

seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan

lambung ringan. Dimana gejala dari kecemasan ini bervariasi dari orang ke

orang (Kaplan dan Sadock, 1997).

Kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan khawatir yang

mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan adalah

respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal

Page 16: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xv

bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau sepertinya

datang tanpa ada penyebabnya, yaitu bila bukan merupakan respon terhadap

lingkungan. Dalam bentuknya yang ekstrim kecemasan dapat mengganggu

fungsi kita sehari-hari (Durand dan Barlow, 2006 ).

Kecemasan (anxiety) sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada

gangguan psikiatri, dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat

juga sebagai kondisi normal. Kecemasan (anxiety) normal sebenarnya sesuatu

hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan

tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan kecemasan juga dapat

bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian,

merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya kecemasannya dapat

berkurang (Hutagalung, 2007).

Kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam

belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang,

seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan

pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat

berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti: gangguan pada saluran

pencernaan, sering buang air, sakit kepala, gangguan jantung, sesak di dada,

gemetaran bahkan pingsan (Hutagalung, 2007).

Bimbingan belajar seperti diketahui merupakan salah satu sarana

pembelajaran di luar jam sekolah. Dengan kata lain lembaga bimbingan

belajar melengkapi pembelajaran sekolah. Banyak siswa dan orang tua siswa

yang merasa perlu untuk memasukkan anak-anak mereka ke lembaga

Page 17: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xvi

bimbingan belajar di luar jam sekolah agar para siswa mendapat tambahan

pelajaran, yang diharapkan dapat menjadi bekal dalam mempersiapkan diri

menghadapi ujian.(Setyaningsih, 2007).

Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh lembaga bimbingan belajar

adalah para siswa banyak berlatih memecahkan soal-soal dengan cepat.

Dimana para siswa dihadapkan pada soal-soal yang harus dijawab dan

dipecahkan dengan tepat. Dengan seringnya para siswa berlatih maka mereka

akan terbiasa dan terlatih, sehingga tidak merasa kecemasan yang berlebih saat

menghadapi soal ujian nantinya (Setyaningsih, 2007).

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan siswa yang mengikuti

bimbingan belajar dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar

dalam menghadapi UN di SMAN 2 Sragen.

C. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui perbedaan tingkat kecemasan siswa kelas XII yang mengikuti

bimbingan belajar dengan yang tidak mengikuti bimbingan belajar dalam

menghadapi UN di SMAN 2 Sragen.

Page 18: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xvii

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa dan

guru dalam pencegahan dan penatalaksanaan kecemasan sehingga dapat

mencapai hasil yang optimal dalam menghadapi UN.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan khususnya bidang psikiatri dan dapat dipakai sebagai

pedoman di dalam penelitian lebih lanjut terutama untuk mengkaji

variabel-variabel lain yang berkaitan dengan kecemasan siswa sekolah

terutama dalam menghadapi ujian.

Page 19: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xviii

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kecemasan

a. Pengertian

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari

Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

mencekik (Trismiati, 2004).

Anxiety (kecemasan) adalah keadaan-suasana-perasaan (mood)

yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan

kekhawatiran tentang masa depan (Duran dan Barlow, 2006).

Freud mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang

tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis seperti

perubahan detak jantung dan pernafasan, dengan kata lain kecemasan

adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya (Kaplan dan

Sadock, 1997).

Freud menjelaskan tanda bahaya yang menimbulkan

kecemasan adalah keinginan-keinginan terpendam, dorongan agresi,

atau keinginan kelamin yang telah ditekan dalam jiwa tak sadar

(Langgulung, 1999). Keinginan-keinginan yang terpendam atau

hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan disebut juga dengan

frustasi (Sarwono, 2002).

7

Page 20: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xix

Kecemasan oleh Freud dibagi menjadi kecemasan nyata atau

kecemasan normal dan kecemasan neurotik atau kecemasan yang

patologik. Dimana kedua-duanya timbul sebagai reaksi terhadap

sesuatu bahaya yang mengancam organisme. Pada kecemasan nyata

ancaman itu datang dari suatu sumber bahaya di luar individu dan

diketahui olehnya. Pada kecemasan neurotik sumber bahayanya tidak

diketahui (Maramis, 2005).

Kecemasan normal pada dasarnya sebenarnya merupakan

penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari

pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan

identitasnya sendiri dan arti hidup. Sebaliknya, kecemasan dikatakan

patologis bila respon yang didapat tidak sesuai dengan stimulus yang

diberikan berdasarkan pada intensias dan durasinya (Kaplan dan

Sadock, 1997).

Kecemasan itu sangat mengganggu homeostasis dan fungsi dari

individu, karena itu perlu dihilangkan dengan segera dengan berbagai

macam cara penyesuaian diri yang berorientasi kepada tugas. Bila

dipakai beberapa mekanisme pembelaan ego, terutama represi, maka

kecemasan itu akan hilang, tetapi timbul lagi dengan manifestasi yang

lain dan terjadilah gangguan jiwa (Maramis, 2005).

Anna Freud menyatakan bahwa setiap orang, normal atau

neurotik, menggunakan mekanisme pertahanan yang karakteristik dan

berulang. Ego harus merupakan pusat terapi psikoanalisis, disamping

Page 21: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xx

mengungkapkan derivat dorongan yang direpresi. (Kaplan dan Sadock,

1997)

Untuk memahami kecemasan (anxiety) yang mempengaruhi

individu, Acocella dkk (1996) mengatakan bahwa anxiety seharusnya

melibatkan atau memiliki tiga komponen dasar, yaitu :

1) adanya ungkapan yang subyektif (subjective reports) mengenai

ketegangan, ketakutan dan tidak adanya harapan untuk dapat

mengatasinya.

2) respon-respon perilaku (behavioral responses) seperti menghindari

situasi yang ditakuti. Kerusakan pada fungsi bicara dan motorik,

dan kerusakan tampilan untuk tugas-tugas kognitif yang kompleks.

3) respon-respon fisiologis (physiological responses) termasuk

ketegangan otot, peningkatan detak jantung dan tekanan darah,

nafas yang cepat, mulut yang kering, nausea, diare, dan dizzines.

Akhirnya kecemasan (anxiety) menjadi gangguan dan diagnosa anxiety

disorders dapat ditegakkan ketika individu menyatakan bahwa ada

perasaan cemas yang secara nyata dialami secara subyektif dan hal

tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari serta menimbulkan beberapa

respon fisiologis yang tidak nyaman (Tupattinaja, 2003).

Terdapat enam kategori utama yang termasuk dalam anxiety

disorders (Neale dkk, 2001), yaitu :

1) Panic disorder, yang umumnya diawali dengan panic attacks atau

serangan panik berulang yang ditandai dengan adanya gejala

Page 22: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxi

fisiologis, seperti pusing, detak jantung yang cepat, gemetar,

perasaan tercekik dan ketakutan, ’menjadi gila’ atau ’mau mati’.

2) Generalized anxiety disorder dikarakteristikkan dengan

kekhawatiran yang tidak dapat dikuasai dan menetap, biasanya

terdapat hal-hal yang tidak utama.

3) Phobia yaitu perasaan takut dan menghindar terhadap objek atau

situasi yang realitanya atau kenyataannya tidak berbahaya.

4) Obssessive compulsive disorder ditandai dengan adanya ide-ide

dalam pikiran yang muncul secara berulang-ulang dan tidak

terkendali, serta menimbulkan perilaku yang berulang.

5) Posttraumatic stress disorder merupakan akibat dari pengalaman

traumatik dari suatu kejadian, disertai gejala peningkatan aurosal

dan dorongan kuat untuk menghindari stimulus yang berhubungan

dengan trauma tersebut.

6) Acute stress disorder gejalanya sama dengan posttraumatic stress

disorder yang terjadi secara langsung dan bertahan selama 4

minggu atau kurang.

b. Epidemiologi

Survei di Amerika (1996) melaporkan bahwa 15 - 33% pasien

yang datang berobat ke dokter non psikiater merupakan pasien dengan

gangguan mental. Dari jumlah tersebut minimal sepertiganya

menderita gangguan kecemasan. Di Indonesia penelitian yang

Page 23: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxii

dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun 1984

menunjukkan bahwa di puskesmas jumlah gangguan kesehatan jiwa

yang sering muncul sebagai gangguan fisik adalah 28,73% untuk

dewasa dan 34,39% untuk anak (Mubarak, 2008).

Kemungkinan 50% pasien dengan gangguan kecemasan

umumnya memiliki gangguan mental lainnya. Rasio wanita dan laki-

laki kira-kira 2 (dua) berbanding 1 (satu), tetapi rasio wanita dan laki-

laki yang mendapat perawatan inap untuk gangguan tersebut adalah

sama. Pada remaja, prevalensinya mencapai 12% hingga 20% (Gorini

dan Riva, 2008; Kaplan dan Sadock, 1997).

c. Etologi

Penyebab kecemasan berasal dari banyak sumber :

1) Kontribusi Biologi

Seperti sebagian besar gangguan psikologis lainnya, dan

tidak seperti warna rambut atau mata, tidak ada sebuah gen

tunggalpun yang tampaknya menjadi penyebab kecemasan.

Sebaliknya, kontribusi-kontribusi kecil dari banyak gen di wilayah-

wilayah kromosom yang berbeda secara kolektif membuat kita

rentan mengalami kecemasan (Durand dan Barlow, 2006).

Kecemasan juga berhubungan dengan sirkuit otak dan

sistem neurotransmiter tertentu. Daerah otak yang sering

berhubungan dengan kecemasan adalah sistem limbik yang

Page 24: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxiii

bertindak sebagai mediator antara batang otak dan korteks (Durand

dan Barlow, 2006).

2) Kontribusi Psikologis

Freud menganggap kecemasan sebagai reaksi psikis

terhadap bahaya di seputar reaktivasi situasi menakutkan masa

kanak-kanak. Para pakar teori perilaku melihat kecemasan sebagai

produk pengkondisian klasik awal, modeling atau peniruan, dan

bentuk-bentuk belajar lainnya. Di masa kanak-kanak kita mungkin

memperoleh kesadaran bahwa tidak semua kejadian dapat kita

kontrol. Persepsi bahwa berbagai kejadian mungkin tidak dapat

kita kontrol ini paling tampak nyata dalam bentuk keyakinan-

keyakinan yang dipenuhi bahaya. Sebagai contoh seorang pelajar

yang mencemaskan prestasinya di sekolah akan berpikir bahwa

tidak akan berhasil dalam ujian yang akan datang, atau bahkan

dapat berpikir tidak akan lulus (Durand dan Barlow, 2006).

3) Kontribusi Sosial

Peristiwa yang menimbulkan stress memicu kerentanan

terhadap kecemasan. Stressor yang sama dapat memicu reaksi-

reaksi fisik seperti sakit kepala atau hipertensi serta reaksi-reaksi

emosional seperti misalnya serangan panik (Durand dan Barlow,

2006).

Page 25: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxiv

4) Model Integratif

Dengan mempersatukan faktor-faktor tersebut Barlow

mendiskripsikan sebuah teori perkembangan kecemasan dan

gangguan-gangguan yang terkait dengannya yang disebut dengan

triple vulnerability theory. Kerentanan atau diatesis yang pertama

adalah generalized biological vulnerability (kerentanan biologis

menyeluruh), dimana dapat dilihat bahwa kecenderungan untuk

gelisah atau tegang itu tampaknya diturunkan. Tetapi kerentanan

biologis menyeluruh untuk mengalami kecemasan bukanlah

kecemasan itu sendiri. Kerentanan yang kedua adalah generalized

psychological vulnerability (kerentanan psikologis menyeluruh),

yaitu berdasarkan pengalaman awal, dimana seseorang mungkin

tumbuh dewasa dengan disertai keyakinan bahwa dunia ini

berbahaya dan di luar kontrol kita, dan tidak mampu mengatasinya

bila terjadi hal buruk yang menimpa. Bila persepsi ini kuat, berarti

memiliki kerentanan psikologis menyeluruh untuk mengalami

kecemasan. Kerentanan yang ketiga adalah specific psychological

vulnerability (kerentanan psikologis spesifik), dimana seseorang

belajar dari pengalaman awal misalnya dari apa yang diajarkan

oleh orang tua bahwa situasi atau objek tertentu berbahaya (Durand

dan Barlow, 2006).

Bila seseorang sedang mendapat banyak tekanan, terutama

tekanan-tekanan yang bersifat interpersonal, maka stressor tertentu

Page 26: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxv

dapat mengaktifkan kecenderungan biologis untu mengalami

kecemasan dan kecenderungan psikologis untuk merasa bahwa

mungkin tidak akan mampu mengatasi sesuatu dan mengontrol stress

tersebut. Begitu siklus ini berjalan maka ia cenderung mengisi dirinya

sendiri sehingga mungkin tidak akan pernah berhenti meskipun

stressornya sendiri sudah lama berlalu. Kecemasan dapat bersifat

sangat umum yang ditimbulkan oleh banyak aspek dalam kehidupan.

Tetapi ia biasanya difokuskan pada salah satu bidang saja, misalnya

saja prestasi akademis (Durand dan Barlow, 2006).

d. Patofisiologi

Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh rangsangan dari

luar seperti stressor dan dari dalam berupa pengalaman masa lalu dan

faktor genetik. Rangsangan tersebut dipersepsi oleh panca indera,

diteruskan dan direspon oleh sistem saraf pusat, sesuai pola hidup

setiap individu. Bila yang dipersepsi adalah ancaman, maka

responsnya adalah suatu kecemasan. Di dalam sistem saraf pusat,

proses tersebut melibatkan jalur Cortex cerebri – Limbic sistem – RAS

(Reticular Activating System) – Hypothalamus yang memberikan

impuls kepada kelenjar hipofise untuk mensekresi mediator hormonal

terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal, yang kemudian memacu

sistem saraf otonom melalui mediator hormonal yang lain

(catecholamine). Hiperaktifitas sistem saraf otonom menyebabkan

Page 27: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxvi

timbulnya kecemasan (Mudjaddid, 2006). Pada penderita dengan

gangguan kecemasan terdapat petunjuk adanya gangguan pada

reseptor serotonin tertentu yaitu 5HT-1A, namun terbatas pada

penderita dengan hipersekresi kortisol atau yang menunjukkan

manifestasi berupa stress berat (Drevets et al., 2008).

e. Gejala Klinis

Gejala awal sindrom kecemasan dapat dikenali dengan

memperhatikan adanya keluhan psikis dan somatis sebagai berikut

(Mudjaddid, 2006) :

1) Gejala psikis.

Penampilan berubah, sulit konsentrasi, mood berubah,

mudah marah, cepat tersinggung, gelisah, tak bisa diam, timbul

rasa takut.

2) Gejala somatis.

Sakit kepala, gangguan tidur, keluhan berbagai sistem,

misalnya sistem kardiovaskular, sistem pernafasan,

gastrointestinal dan sebagainya.

Pada pemeriksaan fisik terdapat nadi yang sedikit lebih cepat

(biasanya tidak lebih dari 100 per detik), pernapasan yang cepat,

kadang-kadang hiperventilasi dengan keluhan-keluhan yang

menyertainya (Maramis, 2005). Penderita dengan gangguan

Page 28: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxvii

kecemasan umum dapat pula menunjukkan disfungsi seksual atau

berkurangnya rangsangan seksual (Kendurkar dan Kaur, 2008).

2. Ujian Nasional

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75

Tahun 2009 tentang Ujian Nasional, Ujian Nasional atau UN adalah

kegiatan pengukuran penilaian kompetensi peserta didik secara nasional

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. UN bertujuan menilai

pencapaian kompetensi kelulusan secara nasional pada mata pelajaran

tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

(Permen Dik Nas, 2009).

Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun

2009, pasal 3, hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk :

a. pemetaan mutu satuan atau program pendidikan.

b. seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.

c. penentuan kelulusan peserta didik dari program atau satuan

pendidikan.

d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam

upaya peningkatan mutu pendidikan.

3. Bimbingan Belajar

Kemampuan intelejensi setiap siswa dalam menerima materi

pelajaran di sekolah berbeda-beda. Tidak semua siswa dapat mengerti dan

Page 29: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxviii

memahami secara maksimal apa yang telah diajarkan oleh guru di sekolah.

Berlatar dari keadaan ini, maka siswa perlu melakukan remedial atau

belajar ulang dan latihan di luar sekolah, misalnya dengan mengikuti

bimbingan belajar (Ismail, 2009).

Bimbingan belajar merupakan proses pemberian bantuan dari guru

atau guru pembimbing kepada siswa agar terhindar dari kesulitan belajar

yang mungkin muncul selama mengikuti proses pembelajaran, sehingga

siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, yaitu efektif, produktif,

dan prestatif (Rakhmat dkk, 2005).

Ada dua jenis bimbingan belajar tambahan yang bisa dipilih, yaitu

melalui lembaga bimbingan belajar dan privat. Pada lembaga bimbingan

belajar, metode belajar yang digunakan adalah klasikal, dengan jumlah

siswa yang dibatasi dan materi pelajaran yang telah disiapkan lembaga

bimbingan belajar tersebut. Sementara privat menggunakan metode belajar

dimana pengajarnya mendatangi siswa, jumlah siswa yang mengikuti

sedikit dengan materi pelajaran yang diberikan lebih tergantung kepada

kebutuhan siswa (Nova, 2009).

Tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa dapat (Rakhmat dkk,

2005) :

a. mengenal, memahami, menerima, mengarahkan, dan

mengaktualisasikan potensi secara optimal.

b. mengembangkan berbagai keterampilan belajar.

c. mengembangkan suasana belajar yang kondusif.

Page 30: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxix

d. memahami lingkungan pendidikan.

Banyak manfaat yang dapat diperoleh siswa dengan mengikuti

bimbingan belajar (Esagama, 2009), antara lain :

a. Mereka akan terbantu untuk memahami pelajaran yang belum

dipahaminya di sekolah.

b. Membantu siswa dalam mempersiapkan mental menghadapi

persaingan dalam menghadapi ujian.

c. Memberikan bekal materi dengan membahas soal-soal ujian,

sehingga siswa menjadi terbiasa dalam berlatih menghadapi ujian

dan lebih percaya diri.

d. Memberi konsultasi kepada siswa dalam memilih jurusan yang

sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan sehingga siswa dapat

memperhitungkan persaingan dan mendapat wawasan tentang

perguruan tinggi.

4. TMAS (The Taylor Minnesota Anxiety Scale) sebagai instrumen

Kuesioner TMAS adalah instrumen pengukur kecemasan. TMAS

berisi 50 butir pertanyaan, dimana responden menjawab keadaan ya atau

tidak sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda (X) pada

kolom jawaban ya atau tidak, setiap jawaban ‘ya’ pada butir favourable

dan ‘tidak’ pada butir unfavourable diberi nilai 1.

Page 31: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxx

Sebagai cut off point adalah sebagai berikut :

a. Nilai < 21 berarti tidak cemas.

b. Nilai ≥ 21 berarti cemas

5. L-MMPI (Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory)

Yaitu skala validitas yang berfungsi untuk mengidentifikasi hasil

yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subjek

penelitian. Bila responden menjawab “tidak” maka diberi nilai 1. Nilai

batas skala adalah 10, artinya apabila responden mempunyai nilai >10,

maka data hasil penelitian responden tersebut dinyatakan invalid (Graham,

1990; Butcher, 2005).

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran tentang pengaruh bimbingan belajar dengan

tingkat kecemasan

Pelajaran tambahan

Dukungan moral

Tingkat Kecemasan

Kepercayaan diri

Pengambilan keputusan

Variabel luar

Bimbingan Belajar

Page 32: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxxi

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan tingkat kecemasan siswa kelas XII yang mengikuti

bimbingan belajar dengan yang tidak mengikuti bimbingan belajar dalam

menghadapi UN.

Page 33: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxxii

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross

sectional (Taufiqurohman, 2004).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA N 2 Sragen.

C. Populasi Sasaran

Siswa kelas XII SMA

D. Populasi Sumber

Populasi sumber penelitian ini adalah siswa kelas XII, subjeknya

adalah siswa kelas XII yang mengikuti bimbingan belajar dan siswa kelas XII

yang tidak mengikuti bimbingan belajar di SMA N 2 Sragen.

E. Cara Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah totally sampling.

F. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : keikutsertaan dalam bimbingan belajar.

Page 34: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxxiii

2. Variabel terikat : tingkat kecemasan

3. Variabel luar : umur, jenis kelamin, perpisahan atau perceraian,

kematian atau kecelakaan angggota keluarga,

tingkat sosial ekonomi, dukungan orang tua,

kesulitan belajar dan prestasi di sekolah.

G. Definisi Operasional Variabel

1. Keikutsertaan Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan proses pemberian bantuan dari guru atau

guru pembimbing kepada siswa di luar jam sekolah.

2. Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan pada siswa diukur dengan TMAS. Responden

dinyatakan cemas bila jawaban “ya” pada butir favourable dan “tidak”

pada butir unfavourable adalah sama atau lebih dari 21, dan tidak cemas

bila jawaban kurang dari 21. Skala yang digunakan adalah skala nominal

dikotomi.

3. Variabel luar :

Terdiri dari yang dapat dikendalikan seperti umur (dapat dikatakan

homogen), dan yang tidak dapat dikendalikan seperti jenis kelamin,

perpisahan atau perceraian orangtua, kematian atau kecelakaan anggota

keluarga, tingkat sosial ekonomi, dukungan orangtua, kesulitan belajar dan

prestasi di sekolah.

21

Page 35: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxxiv

H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

1. Responden mengisi biodata.

2. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka

kebohongan sampel. Bila responden menjawab “tidak” maka diberi nilai 1.

Bila didapatkan angka lebih besar atau sama dengan 10 maka responden

invalid dan dikeluarkan dari sampel penelitian.

3. Responden mengisi kuesioner TMAS untuk mengetahui angka kecemasan.

Pengukuran kecemasan adalah dengan menggunakan kuesioner TMAS.

I. Teknik Analisis Data

1. Data tentang perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok siswa dengan

bimbingan belajar dan tanpa bimbingan belajar dideskripsikan dengan

persen.

Tabel 3.1 Tabel 2 x 2 untuk analisis data.

Siswa Kecemasan Jumlah

+ -

Tidak

Bimbingan Belajar

+ a b a + b

- c d c + d

Jumlah A + c b + d N

Page 36: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxxv

2. Kemaknaan statistik perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok siswa

dengan bimbingan belajar dan tanpa bimbingan belajar diuji dengan Chi

Kuadrat.

Interpretasi nilai X2 sebagai berikut (Sugiono, 2005):

a. Derajat kebebasan untuk nilai-nilai X2 adalah 1

b. Taraf signifikasi yang dipakai adalah 5%, dengan ketentuan jika Xo

(Xhitung)2 > Xh (Xtabel)2 5 %, maka nilai X2 kita katakan signifikan.

Sebaliknya jika Xo (Xhitung)2 < Xh (Xtabel)2 5%, maka nilai X2

dikatakan non signifikan.

Dengan : Xo = chi square yang diperoleh

Xh = chi square yang diharapkan

3. Besarnya hubungan antara keikutsertaan dalam bimbingan belajar dan

kecemasan dianalisis dengan menggunakan ukuran hubungan Odds Ratio

(OR) dan C195%.

Page 37: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxxvi

J. Rancangan Penelitian

Mengikuti bimbingan belajar

Tidak mengikuti bimbingan belajar

Formulir biodata Formulir biodata

L-MMPI L-MMPI

Subjek penelitian

Kuesioner TMAS Kuesioner TMAS

cemas cemas Tidak cemas

Tidak cemas

Chi Kuadrat

Siswa SMAN 2 Sragen kelas XXI

Kelompok kontrol

Page 38: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxxvii

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Perbedaan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas

XII yang Mengikuti Bimbingan Belajar dengan yang Tidak

Mengikuti Bimbingan Belajar dalam Menghadapi UN di SMA N 2

Sragen.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Sampel

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Faktor Kecemasan pada Responden

No

Faktor kecemasan

Cemas Tidak

Cemas

1. Jenis kelamin P > L L > P

2. Perpisahan atau perceraian ortu 5.5% 2.5%

3. Masalah sosial ekonomi 34.2 % 12.5%

4. Kecelakaan atau kematian anggota keluarga 11.6% 2.5%

5. Kesulitan belajar 75.9% 37.5%

6. Tinggal kelas 0.5% 0

7. Nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 32.7% 25%

8. Dukungan orangtua 85.4% 100%

Dari 199 siswa kelas XII SMAN 2 Sragen yang mengalami kecemasan, di

antaranya :

Page 39: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxxviii

a. Siswa perempuan lebih banyak mengalami kecemasan daripada siswa

laki-laki

b. 5.5% mengaku mempunyai latar belakang perpisahan atau peceraian di

dalam keluarganya.

c. 34.2% mengaku mempunyai masalah ekonomi di dalam keluarganya.

d. 11.6% mengaku mempunyai riwayat kecelakaan atau kematian

anggota keluarganya.

e. 75.9% mengaku mengalami kesulitan di dalam belajar.

f. 0.5% mengaku pernah tinggal kelas sebelumnya.

g. 32.7% mengaku pernah mempunyai nilai di bawah Kriteria Batas

Kelulusan (KKM)

h. 85.4% mengaku mendapat dukungan dari orangtuanya.

Dari 40 siswa kelas XII SMAN 2 Sragen yang tidak mengalami

kecemasan, di antaranya :

a. Siswa laki-laki lebih banyak yang tidak mengalami kecemasan

dibandingkan siswa perempuan.

b. 2.5% mengaku mempunyai latar belakang perpisahan atau percerain di

dalam keluarganya.

c. 12.5% mengaku mempunyai masalah ekonomi di dalam keluarganya.

d. 2.5% mengaku mempunyai riwayat kecelakaan atau kematian anggota

keluarganya.

e. 37.5% mengaku mengalami kesulitan di dalam belajar.

26

Page 40: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xxxix

f. Tidak didapat siswa yang pernah tinggal kelas sebelumnya.

g. 25% mengaku pernah mempunyai nilai di bawah Kriteria Batas

Kelulusan (KKM)

h. 100% mengaku mendapat dukungan dari orangtuanya.

B. Analisis Statistik

Setelah dilaksanakan penelitian dengan metode totally sampling

dari sejumlah 311 responden, didapat 239 sampel yang telah memenuhi

syarat, responden kemudian melakukan pengisian kuesioner dengan

menggunakan kuesioner TMAS untuk mengetahui tingkat kecemasan.

Dari 239 sampel diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pada keikutsertaan

dalam bimbingan belajar atau tidak.

No. Keikutsertaan dalam Bimbingan

Belajar

Jumlah Presentase

1. Mengikuti Bimbingan Belajar 151 63.2%

2. Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar 88 36.8%

Jumlah 239 100%

Page 41: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xl

Tabel 4.3 Perbedaan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas XII yang Mengikuti

Bimbingan Belajar dengan yang Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar

dalam Menghadapi UN di SMA N 2 Sragen.

No. Keterangan Cemas Tidak

Cemas

Jumlah OR P CI95%

lower Upper

1. Siswa kelas XII

yang tidak

mengikuti

bimbingan belajar

80

8

88

3

0,008

1.2

6.1 2. Siswa kelas XII

yang mengikuti

bimbingan belajar

119

32

151

Jumlah 199 40 239

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siswa kelas XII di SMA

N 2 Sragen yang tidak mengikuti bimbingan belajar, terdapat 80 siswa

yang mengalami kecemasan, dan 8 siswa yang tidak mengalami

kecemasan. Sedangkan pada siswa kelas XII di SMA N 2 Sragen yang

mengikuti bimbingan belajar terdapat 119 siswa yang mengalami

kecemasan, dan 32 siswa yang tidak mengalami kecemasan.

Page 42: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xli

Dalam penelitian ini data yang didapat dianalisis dengan uji

statistik Chi Kuadrat untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat

kecemasan antara siswa yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa

yang tidak mengikuti bimbingan belajar.

Data yang diperoleh disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4 Tabel 2x 2 untuk analisis data

Siswa Kecemasan Jumlah

+ -

Tidak

Bimbingan Belajar

+ 80

(a)

8

(b)

88

- 119

(c)

32

(d)

151

Jumlah 199 40 239

(N)

Untuk menentukan apakah data yang diperoleh signifikan, maka terlebih

dahulu dihitung derajat kebebasannya (db).

db = (jumlah lajur - 1)(jumlah baris -1)

= (2-1)(2-1)

= 1

Kemudian nilai X2 dihitung dengan rumus :

Page 43: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xlii

X2 = N (ad-bc)2

(a+b)(c+d)(a+c)(b+d)

= 239 (80.32-8.119)2

(80+8)(119+32)(80+119)(8+32)

= 5.818

Derajat kebebasan untuk nilai-nilai X2 adalah 1. berdasarkan taraf

signifikansi yang dipakai, yaitu 5% dan derajat kebebasan (db) 1, maka

nilai X2 tabel adalah 3,841. Dari penelitian diperoleh X2 hitung > X2 tabel,

maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti terdapat perbedaan tingkat

kecemasan antara siswa kelas XII yang mengikuti bimbingan belajar

dengan siswa kelas XII yang tidak mengikuti bimbingan belajar dalam

menghadapi UN.

Besarnya hubungan antara keikutsertaan dalam bimbingan belajar

dan kecemasan dianalisis dengan menggunakan ukuran hubungan Odds

Ratio (OR) dan C195%.

OR = ad bc

= 80.32 8.119

= 2.689

OR = 3

Berdasarkan hasil yang didapat nilai Odss Ratio (OR) adalah 3,

maka siswa kelas XII yang tidak mengikuti bimbingan belajar mempunyai

resiko untuk mengalami kecemasan tiga kali lebih besar daripada siswa

Page 44: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xliii

kelas XII yang mengikuti bimbingan belajar. Perhitungan tersebut secara

statistik adalah signifikan. (OR = 3 ; p = 0.008 ; CI 95% 1.2 s/d 6.1).

BAB V

PEMBAHASAN

Dari penelitian didapatkan hasil sama dengan landasan teori dan hipotesis,

bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan siswa kelas XII yang mengikuti

bimbingan belajar dengan yang tidak mengikuti bimbingan belajar dalam

menghadapi UN. Dimana dalam penelitian ini siswa kelas XII SMA yang tidak

mengikuti bimbingan belajar memiliki risiko untuk mengalami kecemasan 3 kali

lebih besar daripada siswa kelas XII SMA yang mengikuti bimbingan belajar.

Perhitungan risiko tersebut secara statistik adalah signifikan (dimana OR= 3 ;

p=0.008 ; CI 95% 1.2 s/d 6.1).

Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, dimana hubungan

antara variabel bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek) yang

diobservasi hanya sekali pada saat yang sama dan tidak diketahui kecemasan itu

timbul sebelum atau setelah mengikuti bimbingan belajar, sehingga dapat

disimpulkan bahwa kecemasan timbul bukan hanya karena faktor bimbingan

belajar, tetapi juga oleh faktor-faktor lain.

Page 45: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xliv

Faktor-faktor yang memperngaruhi tingkat kecemasan pada siswa, antara lain :

1. umur, dimana hampir dikatakan homogen.

2. jenis kelamin.

3. perpisahan atau perceraian dalam keluarga.

4. kematian atau kecelakaan anggota keluarga.

5. tingkat sosial ekonomi.

6. dukungan dan peran serta orang tua.

7. kesulitan belajar dan prestasi di sekolah.

Kecemasan dapat bersifat sangat umum yang ditimbulkan oleh banyak

aspek kehidupan,.dimana kehidupan manusia sendiri selalu dipengaruhi oleh

rangsangan dari luar dan dari dalam berupa pengalaman masa lalu dan faktor

genetik.

Penelitian ini masih mempunyai keterbatasan, salah satunya adalah sampel

yang digunakan terbatas pada satu lokasi tertentu yaitu di SMA N 2 Sragen.

Selain itu juga banyaknya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

kecemasan yang tidak diteliti dalam penelitian ini terkait dengan program dari

bimbingan belajar dan kecemasan pada siswa.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan siswa

yang tidak mengikuti bimbingan belajar cenderung lebih cemas bila dibandingkan

dengan siswa yang mengikuti bimbingan belajar.

32

Page 46: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xlv

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, secara statistik terdapat

perbedaan kecemasan yang signifikan antara siswa kelas XII SMA N 2 Sragen

yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa kelas XII SMA N 2 Sragen

yang tidak mengikuti bimbingan belajar dalam menghadapi UN, dimana siswa

yang tidak mengikuti bimbingan belajar memiliki risiko untuk mengalami

kecemasan 3 kali lebih besar daripada siswa yang mengikuti bimbingan

belajar. (OR= 3 ; p=0.008 ; CI 95% 1.2 s/d 6.1).

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih

akurat dengan tekhnik yang lebih baik.

2. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan secara umum, oleh

karena pertimbangan estimasi hanya di SMAN 2 Sragen, sehingga

diperlukan penelitian dengan sampel yang lebih luas.

3. Perlu dilakukan penelitian juga terkait manfaat-manfaat dari bimbingan

belajar yang dapat mempengaruhi kecemasan siswa di dalam menghadapi

ujian.

34

Page 47: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xlvi

4. Dibutuhkan komunikasi yang lebih baik antara pihak sekolah, orangtua

dan siswa di dalam proses belajar mengajar yang baik dan mengurangi

tingkat kecemasan pada siswa terutama dalam menghadapi ujian.

Page 48: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xlvii

DAFTAR PUSTAKA

Acocella, J., Alloy, LB., Bootzin, RR. 1996. Abnormal Psychology : Current

Perspectives. New York : Mc Graw Hill,Inc.

Anxiety Centre Web. 2009. Anxiety Symptoms, Anxiety Attack Symptoms (Panic Attack Symptoms), Symptoms of Anxiety. http://www.anxietycentre.com/anxiety-symptoms.shtm (3 Maret 2009)

Butcher, J.N. 2005. A Beginner’s Guide to the MMPI-2. 2nd ed. Washington D.C.: American Psychological Association, pp: 3-5

Drevets, W.C., Price, J.L., Furey, M.L. 2008. Brain structural and functional

abnormalities in mood disorders: implications for neurocircuitry models of depression. Brain Struct Funct. 213(1): 93-118. http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?tool=pubmed&pubmedid=18704495 (16 Oktober 2008)

Durand, M.V., Barlow, D.H. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Esagama. 2009. Manfaat Bimbel. http://esagama.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=18 (12 Januari 2009).

Graham, J.R., 1990. MMPI-2 Assessing Personality and Psychopathology. New York: Oxford University Press, pp: 23-5

Gorini, A., Riva, G. 2008. The potential of virtual reality as anxiety management tool: A randomized controlled study in a sample of patients affected by generalized anxiety disorder. Trials 9:25. http://www.trialsjournal.com/content/9/1/25 (16 Oktober 2008)

Page 49: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xlviii

Hutagalung, E.A. 2007. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas. http://www.idijakbar.com//prosiding/gangguan_anxietas.htm (27 Oktober 2007).

Indie. 2006. Religiusitas dan Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) 2006 pada Siswa SMU. http://indiegost.blogspot.com/2009/05/religiusitas-dan-kecemasan-dalam.html (29 September, 2009).

Ismail, N. 2009. Antara Sekolah Formal dan Lembaga Bimbingan Belajar. http://www.cehinstitute.rg/opini_nazli_ismail_antara_sekolah_for.htm.(12 September 2009).

Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta : Bina Rupa Aksara, pp : 2-3.

Kendurkar, K., Kaur, B. 2008. Major depressive disorders, obsessivecompulsive disoreder, and generalized anxiety disorder: do th sexual dysfunctions differ? Prim Care Companion J Clin Psychiatry. 10(4): 299-305. http??www.pubmedcentral.nih.gov?articlerender.fcgi?tool=pubmed&pubmedid=18787674 (16 Oktober 2008).

LCC. 2009. Ujian Akhir Nasional (UAN) Sebagai Issue Kritis Pendidikan. http://lcc_ptc.com/index.php?option=com_content&task=view&id=los&hemid=62

Langgulung, H. 1999. Teori-Teori Kesehatan Mental. Jakarta: Pustaka Al-Husna, pp:96-7.

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga Universuty Press, pp:38,107-108.

Mubarak Husnul. 2008. Gangguan Cemas. http://cetrione.blogspot.com/2008/12/gangguan-cemas.html (28 Desember 2008).

Mudjaddid, E. 2006. Pemahaman dan Penanganan Psikosomatik Gangguan Ansietas dan Depresi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. In: Ilmu Penyakit

36

Page 50: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

xlix

Dalam Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp : 914

Neale, J.M., Davidson, GC. 2001. Abnormal Psychology. New York : John Wiley and Sons, Inc.

Permen Dik Nas No 75 Tahun 2009 tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) TahunPelajaran 2009/2010. http://www.depdiknas.go.id/produk_hukum/permen/permen_75_2009.pdf

Rakhmat, C., Suherman, Kustiawati, R.T., Ilfiandra. 2005. Silabus Bimbingan Belajar. http://silabu.upi.edu/upload/A04A-PBB%/20525-16.doc (2 November 2009).

Ridwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta, pp : 20-1

Santrock, J.W. 2003. Adolescence. Jakarta : Erlangga.

Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.

Jakarta: Balai Pustaka, p: 305

Setyaningsih, R. 2007. Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional. http://bempsychology-unissula.blog.friendster.com/2007/04/ (April 2007)

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta, p: 61

Sulistyo, G.H. 2007. Ujian Nasional Harapan Tantangan dan Peluang. http://books.google.co.id/books?id=wE0eijViQroC&pg=PA85&lpg=PA85&dq=Menurut+Keputusan+Menteri+Pendidikan+Nasional+No.+153/U/2003+tentang+Ujian+Akhir+Nasional+Tahun+Pelajaran+2003/2004&source=bl&ots=SX489g4_hn&sig=LWJiTD9XWqM7cBmxzIMUCeu1fNI&hl=en&ei=MGAS

Page 51: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII …... · PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM

l

S7bzD4vo7AO5ouXYBQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CCAQ6AEwBQ#v=onepage&q=&f=false (April, 2007).

Tabloid Nova, 26 April 2009. Tips Memilih Tempat Bimbingan Belajar. http://www.tabloidnova.com/Nova/Tips/Tips-Memilih-Tempat-Bimbingan-Belajar. (26 April 2009)

Taufiqurohman, M.A. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Klaten: CGSF(The Community of Self Help Group Forum), pp:62.

Trismiati. 2004. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantap di RSUP dr Sarjito Yogyakarta. Palembang : Fakultas Psikologi Universitas Bina Dharma.

Tupattinaja, J.M.R.2003.Cemas Normal atau Tidak. http://library.usu.ac.id/download/fk/D0300172.pdf (30 Mei 2006).

Wiley, Blackwell. 2009. Depression and anxiety disorders of adolescents are not the samething. http://roquest.umi.com/pqdweb?did=1869768221&sid=1&Fmt=3&clientId=44698&RQT=309&VName=PQD (11 Oktober 2009)