Page 1
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Diampu oleh Bapak Dr. A. Jajang W Mahri, M.Si
Oleh :
Anissa Dwi Ratna Aulia (0900226)
Nia Nurlina (0900062)
Robi Awaluddin (0800327)
Zizi Fauziah (0905976)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
Page 2
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah swt, Tuhan sumber segala ilmu pengetahuan
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga karya tulis ini dapat
diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Solawat dan salam semoga terlimpah curahkan kehadirat Rasulullah saw yang
telah menjadi jalan sampainya hidayah islam kepada kita semua.
Makalah dengan judul “peranan perbankan dalam perekonomian indonesia”
ini terdiri atas bagian pendahuluan yang memuat latar belakang tentang pentingnya
perananan perbankan dalam menyokong perekonomian indnesia, kemudian pada
bagian pembahasan akan dipaparkan sudah seberapa besar kah industri perbankan
dalam membangun perekonomian indonesia tersebut.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA i
Page 3
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GRAFIK v
PETA KONSEP vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Laporan 3
BAB II KAJIAN TEORI 4
2.1 Definisi Bank 4
2.2 Penggolongan Bank 6
2.3 Sumber Dana Bank 7
2.4 Tingkat Kesehatan Bank 8
2.5 Penggabungan Usaha Bank 9
2.6 Pengertian Bank Syariah 10
2.7 Perkembangan Perbangkan Islam di Indonesia 12
2.8 Prinsip-Prinsip Operasional Bank Syariah 12
BAB III PEMBAHASAN 14
3.1 Peranan Perbankan Bagi Perekonomian 14
3.2 Perkembangan Bank Umum Indonesia 27
3.2.1 Perkembangan Bank Umum di Indonesia (1990-2011) 27
3.2.2 Perkembangan Struktur Bank Umum 32
3.2.3 Perkembangan Kinerja Bank Umum 35
3.2.4 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum 39
3.2.5 Perkembangan Kredit Perbankan Umum 52
3.3 Perkembangan Bank Prekreditan Rakyat (BPR) Indonesia 58
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA ii
Page 4
3.3.1 Perkembangan Strukturisasi BPR di Indonesia 59
3.3.2 Perkembangan Kinerja Usaha BPR 60
3.4 Perkembangan Bank Syariah Indonesia 62
3.4.1 Perkembangan Perbankan Syariah 62
3.4.2 Perkembangan Strukturisasi Perbankan Syariah 64
3.4.3 Perkembangan Kinerja Usaha Perbankan Syariah 66
3.4.4 Prospek Perbankan Syariah di Dunia 68
Bab IV Penutup 72
Glosarium 73
Daftar Pustaka76
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA iii
Page 5
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Peran Bank Sentral Dalam Sistem Pembayaran 25
Tabel 2 Tabel Perkembangan Struktur Perbankan 32
Tabel 3 Data Perkembangan Kinerja Bank Umum periode 1992-1997 35
Tabel 4 Data Perkembangan Kinerja Usaha Bank Umum 1998-2008 37
Tabel 5 Penghimpunan Dana menurut Jenis 39
Tabel 6 Data Ringkas Dana Pihak Ketiga 48
Tabel 7 Data Perkembangan Kredit Perbankan 52
Tabel 8 Data Jumlah BPR dan Jumlah Kantor 59
Tabel 9 Data Perkembangan Usaha BPR 60
Tabel 10 Data Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah 65
Tabel 11Data Perkembangan Pangsa Kegiatan Usaha Perbankan Syariah terhadap Perbankan Nasional 66
Tabel 12 Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah 69
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA iv
Page 6
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Perkembangan Jumlah Bank 33
Grafik 2 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum 34
Grafik 3 Posisi Aktiva dan Pasiva periode 1990 36
Grafik 4 Perkembangan Aset, DPK dan Kredit 38
Grafik 5 Perkembangan Dana Pihak Ketiga 48
Grafik 6 Perkembangan Jenis-Jenis DPK 50
Grafik 7 Perkembangan Jumlah BPR 59
Grafik 8 Perkembangan Kinerja Usaha BPR 61
Grafik 9 Perkembangan Struktur Perbankan Syariah 65
Grafik 10Kinerja Usaha Perbankan Syariah 67
Grafik 11Islamic Finance Country Index (IFCI, 2011) 68
Grafik 12Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah 70
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA v
Page 7
PETA KONSEP
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA vi
Page 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam nomor satu di dunia, yang
sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi negara maju. tapi sayangnya banyak
hambatan-hambatan yang menghalangi kemajuan tersebut. Salah satu faktornya
adalah kondisi keuangan yang sampai saat ini menjadi masalah yang sangat serius.
Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak
yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Hal tersebut tercermin pada
UU RI no. 10 tahun 1998, tanggal 10 November 1998 yang menjelaskan mengenai
Perbankan. Menurut UU RI no. 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan BANK adalah
“badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Seperti pada
pengertiannya, yang pada intinya perbankan merupakan badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat1.
Dari pengertian di atas dapat terlihat sekilas mengenai peranan perbankan yang
diharapkan dapat memajukan perekonomian di Indonesia. Dua hal tersebut
merupakan tugas inti dari sebuah Bank Umum2. Namun seiring dengan berjalannya
waktu, tugas dari Bank Umum kini semakin berkembang, diantaranya yaitu:
a. Penciptaan uang. Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat
pembayaran lewat mekanisme pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank
umum menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam
pelaksanaan kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi atau menambah
1 Definisi, fungsi dan peran bank umum dalam perekonomian (Tersedia-Online) http://putracenter.net/2009/09/23/definisi-fungsi-dan-peranan-bank-umum-dalam-perekonomian/2 Peran Perbankan-BI (Tersedia-Online)http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Stabilitas+Sistem+Keuangan/Peran+Bank+Indonesia/Peran+BI/
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 1
Page 9
jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum
menciptakan uang giral.
b. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran. Fungsi lain dari bank umum
yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran.
Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah
jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang
amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian
fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang
mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.
c. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat. Dana yang paling banyak dihimpun
oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya
yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun dana
jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-
dana simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak
yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit.
d. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional. Bank umum juga sangat
dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional,
baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi
antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis,
jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum
yang beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian
transaksi-transaksi tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak
yang melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah,
cepat, dan murah.
e. Penyimpanan Barang-Barang Berharga. Penyimpanan barang-barang berharga
adalah satu satu jasa yang paling awal yang ditawarkan oleh bank umum.
Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang dimilikinya seperti
perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 2
Page 10
untuk disewa (safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang
semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan
menyimpan sekuritas atau surat-surat berharga.
f. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya. Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank
umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat membayar listrik,
telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang melalui atm, membayar
gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank, atas dasar pentingnya
pembahasan dan pengkajian mengenai peran perbankan dalam perekonomian di
atas maka kami mengambil topik permasalahan ini untuk dikaji bersama.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana peranan lembaga perbankan bagi perekonomian Indonesia?
- Bagaimana perkembangan Bank Umum di Indonesia ?
- Bagaimana perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia ?
- Bagaimana perkembangan perbankan syariah di Indonesia ?
1.3 Tujuan Laporan
- Untuk mengetahui sejauh mana peranan lembaga perbankan bagi
perekonomian Indonesia.
- Untuk mengetahui perkembangan lembaga bank umum di Indonesia
- Untuk mengetahui perkembangan bank perkreditan rakyat di Indonesia
- Untuk mengetahui perkembangan perbankan syariah di Indonesia
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 3
Page 11
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Bank
Bank berasal dari bahasa Italia yang berarti bantu atau pembantu. Namun seiring
berjalannya waktu, pengertian bank meluas menjadi suatu bentuk pranata sosial yang
bersifat finansial, yang melakukan kegiatan keuangan dan melaksanakan jasa-jasa
keuangan. Secara umum bank adalah suatu badan usaha yang memiliki wewenang
dan fungsi untuk untuk menghimpun dana masyarakat umum untuk disalurkan
kepada yang memerlukan dana tersebut.
Agar pengertian bank menjadi jelas, berikut beberapa definisi menurut para ahli :
Undang-undang Repuplik Indonesia no 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang
telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 :
-Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
-Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
-Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
membeikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.3
Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
Bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan (financial assets) serta
bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja.
3 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, 2008 hal 25
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 4
Page 12
Bank selaku stabilitator moneter diartikan bahwa bank mempunyai kewajiban
ikut serta menstabilkan nilai tukar uang, nilai kurs, atau harga barang-barang relatif
stabil atau tetap, baik secara langsung maupun mekanisme Giro Wajib Minimum
(GWM), Operasi Pasar Terbuka, atau pun Kebijakan Diskonto.
Sedangkan bank sebagai dinamisator perekonomian maksudnya bahwa bank
merupakan pusat perekonomian, sumber dana, pelaksanaan lalu lintas pembayaran,
memproduktifkan tabungan, dan mendorong kemajuan perdagangan nasional dan
internasional. Tanpa peranan perbankan, tidak mungkin dilakukan globalisasi
perekonomian.
Bank memiliki asas dalam melaksanakan kegiatan usahanya yakni demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat (finacial
intermediary). Dalam menjalankan fungsinya, bank harus memperhatikan hal – hal
berikut
Rentabilitas, yaitu kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan.
Likuiditas, yaitu kemampuan bank untuk melunasi kewajibannya pada saat
jatuh tempo
Solvabilitas, yaitu kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya saat bank
tersebut di likuidasi.
Selain fungsi utama, ada beberapa fungsi perbankan lainnya, antara lain :
Berdasarkan Perundang-Undangan Pasal 3 UU No.7 Tahun 1992, yaitu :
1) Bank sebagai penyalur kredit, baik kredit produktif maupun kredit
konsumtif. Dana yang digunakan untuk menyalurkan kredit tersebut
berasal dari dana pihak ketiga, berupa tabungan, giro dan deposito
maupun dana bank itu sendiri.
2) Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan
pembayaran.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 5
Page 13
Yang tujuannya Perbankan Indonesia adalah untuk menunjung pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi dan stabilisasi nasional ke arah peningkatan rakyat banyak.
2.2 Penggolongan Bank
Pembagian jenis-jenis bank dapat dikelompokkan menurut fungsinya,
kepemilikannya, bentuk hukum, dan organisasinya. Berikut ini akan dijelaskan
penggolongan bank menurut fungsinya :
a. Bank Sentral / Bank Indonesia, merupakan bank yang mengatur berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan disuatu
negara. Disetiap negara hanya ada satu bank sentral yang dibantu oleh cabang-
cabangnya. Indonesia memiliki Bank Sentral yaitu Bank Indonesia yang
merupakan bank yang dapat membuat uang kartal baik dalam bentuk kertas atupun
logam. Bank Indonesia memiliki tugas-tugas sebagai Bank Sentral Indonesia yaitu:
Mengatur peredaran uang di Indonesia ( Bank Sirkulasi )
Sebagai tempat penyimpanan terakhir (Lender of the last resort)
Mengatur perbankan Indonesia (Bank to Bank)
Mengatur perkreditan
Menjaga stabilitas mata uang
Mengajukan pencetakan / penambahan mata uang rupiah, dll
b. Bank Umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Tetapi lepas dari itu Bank Umum
merupakan suatu lembaga profit yang tujuan utamanya adalah mencari
keuntungan. Bank umum menawarkan berbagai layanan produk dan jasa kepada
masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari
masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 6
Page 14
yang membutuhkan, jual beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro,
jasa cek, menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.
Yang membedakan Bank Umum dengan Bank Sentral adalah Bank Sentral
dapat menerbitkan Uang Kartal sedangkan Bank Umum hanya dapat menerbitkan
Uang Giral.
c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Serta Bank Perkreditan Rakyat juga merupakan bank penunjang yang memilik
keterbatasan wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang
terbatas pula seperti memberikan kredit pinjaman dengan jumlah yang terbatas,
menerima simpanan masyarakat umum, menyediakan pembiayaan dengan prinsip
bagi hasil, penempatan dana dalam sbi / sertifikat bank indonesia, deposito
berjangka, sertifikat / surat berharga, tabungan, dan lain sebagainya.
Pada Bank Perkreditan Rakyat, sistem yang digunakan hampir sama dengan
sistem yang digunakan pada koperasi yaitu dengan cara bagi hasil pada setiap
bulannya kepada setiap anggotanya. Serta yang membedakan Bank Perkreditan
Rakyat dengan Bank Umum yaitu pada Bank Umun dapat menerbitkan Uang Giral
sedangkan untuk BPR tidak dapat menerbitkan Uang Giral baik itu dalam bentuk
rekening atau giro.
2.3 Sumber Dana Bank
Bank merupakan jantung dan urat nadinya perdagangan dan pembangunan
ekonomi suatu negara. Bank baru dapat melakukan operasionalnya jika dananya telah
ada. Semakin banyak dana yang dimiliki suatu bank. Semakin besar pula peluangnya
untuk melakukan kegiatannya dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap bank
selalu berusaha untuk memperoleh dana yang optimal tetapi dengan cost of money
yang wajar.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 7
Page 15
Dana bank (leonable found) adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai
suatu bank dalam kegiatan operasionalnya. Dana bank ini terdiri dari dana sendiri dan
dana asing. Dana bank ini digolongkan menjadi beberapa, antara lain :
- Dana Sendiri (Intern), yaitu dana yang bersumber dari dalam bank, seperti
setoran modal/penjualan saham,pemupukan cadangan, laba yang ditahan, dan
lain-lain. Dana ini sifatnya tetap.
- Dana Asing (Ekstern), yaitu dana yang bersumber dari pihak ketiga, seperti
deposito, giro, call money, dan lain-lain. Dana ini sifatnya sementara atau
harus dikembalikan.
2.4 Tingkat Kesehatan Bank
Pemeriksaaan dilakukan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Faktor-faktor
untuk penilaian tingkat kesehatan bank antara lain :
Faktor Permodalan (Capital) = C
Faktor Kualitas Aktiva Produktif ( Asset ) = A
Faktor Manajemen (Management)= M
Faktor Rentabilitas (Earning) = E
Faktor Likuiditas ( Liquidity) = L
Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan
analisis CAMELS :
a. Aspek Permodalan
Yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban-kewajiban
penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR
(Capital Adequanci Ratio) yang telah ditetapkan BI. Perbandingan rasio tersebut
adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan sesuai
ketentuan pemerintah CAR tahun 1999 minimal harus 8%
b. Aspek Kualitas Aset
Untuk menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh bank. Penilaian asset harus
sesuai dengan peraturan oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 8
Page 16
aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio
penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif terhadap aktiva
produktif yang diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah
dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia.
c. Aspek Kualitas Manajemen
Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja.
Kualitas manajemen juga dapat dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman dari
karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi. Dalam aspek ini yang
dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen
umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas.
d. Aspek Likuiditas
Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat
membayar semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito
pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak
dibiayai.
e. Aspek Rentabilitas
Merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya apakah setiap
periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai
bank yang bersangkutan.
f. Aspek Sensitivitas
Pertimbangan resiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas
perbankan. Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat
tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin.4
2.5 Penggabungan Usaha Bank
Dalam dunia perbankan, faktor kepercayaan merupakan suatu hal yang sangat
penting. Penilaian tingkat kesehatan bank juga akan mempengaruhi penilaian calon
nasabah terhadap suatu bank. Bagi bank yang dinyatakan sehat, akan sangat
4 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya 2008 hal 49
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 9
Page 17
menguntungkan. Tapi bagi yang tidak sehat disarankan untuk melaksanakan
penggabungan usaha bank. Jenis penggabungan yang dapat dipilih dan yang biasa
dilakukan di Indonesia adalah:
a. Merger, merupakan penggabungan dua bank atau lebih dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu dari bank yang ikut merger dan
membubarkan bank-bank lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu.
b. Konsolidasi, merupakan penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara
mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank yang ikut konsolidasi tanpa
proses likuidasi
c. Akuisisi, merupakan penggabungan dengan Akuisisi ini merupakan pengambil-
alihan kepemilikan suatu bank yang berakibat beralihnya pengendalian terhadap
bank. Dalam penggabungan dengan bentuk akuisisi biasanya nama bank yang
diakuisisi tidak berubah, yang berubah hanyalah kepemilikannya.
2.6 Pengertian Bank Syariah
Istilah bank telah menjadi istilah umum yang banyak dipakai di masyarakat
dewasa ini. Kata bank dapat kita telusuri dari kata banque dalam bahasa Perancis dan
dari banco dalam bahasa Italia, yang dapat berarti peti/lemari atau bangku.5
Persamaan kedua kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang ditunjukkan oleh bank
konvensional, kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan
benda-benda berharga, seperti peti uang, peti emas dan sebaginya.
Dalam perbankan konvensional terdapat kegiatan-kegiatan yang dilarang Syariah
Islam, seperti menerima dan membayar bunga (riba), membiayai kegiatan produksi
dan perdagangan barang-barang yang dilarang Syariah, misalnya perdagangan
minuman keras.
Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, Syariah dan tradisinya kedalam
5 Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,Pustaka Alvabet, Jakarta,2005, hlm. 1
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 10
Page 18
transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama bank
Islam adalah :
(a) Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi;
(b) Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah;
(c) Memberikan zakat.6
Pada umumnya sekarang ini bank-bank Islam telah banyak mengadopsi sistem
dan prosedur perbankan konvensional hal tersebut tidak dilarang sepanjang praktek
konvensional yang diambil tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Dan
apabila terjadi pertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah, maka bank-bank Islam
merencanakan dan menerapkan prosedur mereka sendiri guna menyesuaikan aktivitas
perbankan mereka dengan prinsip-prinsip Syariah Islam. Untuk itu Dewan Syariah
berfungsi memberikan nasehat kepada perbankan Islam guna memastikan bahwa
bank Islam tidak terlibat dalam unsur-unsur yang tidak disetujui oleh Islam. 7
Jika yang dimaksud dengan “bank” adalah istilah bagi suatu lembaga keuangan,
maka istilah “bank” tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Quran. Tetapi jika
yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur,
manajemen, fungsi, hak dan kewajiban, maka semua itu disebutkan dengan jelas,
seperti zakat, shadaqah, ghanimah, (rampasan perang), ba’i (jual beli), dayn (utang
dagang), maal (harta) dan sebagainya, yang memiliki konotasi fungsi yang
dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi. Lembaga-lembaga itu pada
akhirnya bertindak sebagai individu yang dalam konteks fiqih disebut syaksyiyyah al
i’tibariyah atau syaksiyyah al ma’nawiyyah.8
6 Legal Issue in Implementation of Islamic Banking and Finance dalam; Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,Pustaka Alvabet, Jakarta,2005, hlm. 2-37 Ibid dalam Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,Pustaka Alvabet, Jakarta,2005, hlm. 38 Zainul Arifin, “Dasar-Dasar Manajemen Syariah”. Hal.3
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 11
Page 19
2.7 Perkembangan Perbangkan Islam di Indonesia
Upaya intensif pendirian bank Islam (disebut oleh peraturan perundang-undangan
Indonesia sebagai “Bank Syariah”) di Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1988,
yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang
mengatur deregulasi industri perbangkan di Indonesia.9 Pada waktu itu para ulama
telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satu pun perangkat
hukum yang dapat di rujuk kecuali adanya penafsiran dari peraturan perundang-
undnaganyang ada bahwa perbangkan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0% (nol
persen).10
Bank Muamalat Indonesia (BMI) adalah bank umum Islam pertama yang
beroperasi di Indonesia. BMI terbentuk setelah adanya Lokakarya Ulama tentang
Bunga Bank dan Perbangkan di Cisarua Bogor pada 19-22-1990, yang kemudian
diikuti diundangkannya UU No.7/1992 tentang Perbangkan di mana perbangkan
bagi-hasil mulai diakomodasi. Pembentukan BMI ini pada waktu tersebut diikuti oleh
pendirian bank-bank perkreditan rakyat Syariah (BPRS). Untuk menjangkau
masyarakat Islam lapisan bawah, maka dibangunlah lembaga-lembaga simpan pinjam
yang disebut Bait al Maal at Tamwil (BMT). Kini jumlah bank umum Syariah di
Indonesia telah bertambah.
2.8 Prinsip-Prinsip Operasional Bank Syariah
Islam adalah suatu dien (way of life) yang praktis, mengajarkan segala yang baik
dan bermanfaat bagi manusia, dengan mengabaikan waktu, tempat atau tahap-tahap
perkembangannya. Selain itu, Islam adalah agama fitrah, yang sesuai dengan sift
dasar manusia (human nature).
Prinsip utama yang dianut oleh Bank Islam adalah :
Larangan riba (bunga) dalam bernagai bentuk transaksi;
9 Zainul Arifin,”Memahami Bank Syariah-Lingkup,Peluang,Tantangan dan Prospek,(Jakarta:Penerbit Alvabet,Desember 1999)h.191-19210 Zainul Arifin, “Dasar-Dasar Manajemen Syariah”. Hal.6
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 12
Page 20
Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada
perolehan keuntungan yang sah menurut Syariah; dan
Memberikan zakat.11
Prinsip Bagi Hasil Sebagai Pengganti bunga
Apabila bunga di bank dihapuskan agar semua umat yang terkait terbebas dari
persoalan riba,maka perlu ditentukan alternatif lain untuk mengatasi persoalan-
persoalan yang timbul. Antara lain dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Musyarakah
Aplikasinya dalam perbankan adalah pada pembiayaan proyek oleh bank
bersama nasabahnya atau bank dengan lembaga keuangan lainnya, di mana bagian
dari bank atau lembaga keuangan diambil alih oleh pihak lainnya dengan cara
mengangsur. Akad ini juga dapat dilaksanakan pada mudharabah yang modal
pokoknya di cicil, sedangkan usahanya berjalan terus dengan modal yang tetap.
b. Mudharabah
Pada mudharabah, hubungan kontrak antara penyedia dana (shahibul maal)
dengan entrepreneur (mudharib). Mudharib dalam kontrak ini menjadi trustee atas
modal tersebut. Ada dua tipe mudharabah, yaitu Mutlaqah (tidak terikat) dan
Muqayyadah (terikat).
c. Wadi’ah
Yaitu titipan uang, barang dan surat-surat berharga. Dalam operasinya bank
Islam menghimpun dari masyarakat dengan cara menerima deposito berupa uang,
benda, dan surat-surat berharga sebagai amanat yang wajib dijaga keselamatannya
oleh bank Islam, bank berhak menggunakan dana yang didepositokan tanpa harus
membayar imbalannya.12
11 Ibid 12 Hendi Suhendi. “FIQH MUAMALAH” Jakarta : 2008 hal.275
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 13
Page 21
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Peranan Perbankan Bagi Perekonomian
Struktur perbankan Indonesia yang terdiri dari sejumlah bank dengan jumlah
kepemilikan aset yang berbeda dapat berdampak pada perbedaan respon yang
diberikan terhadap perubahan kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral. Hal
tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruby P. Kishan &
Opiela (2000) terhadap perbankan di Amerika Serikat pada tahun 1980 sampai
dengan 1995 yang bertujuan untuk membuktikan berjalannya mekanisme transmisi
melalui jalur kredit, dengan mengelompokan bank menurut jumlah aset yang dimiliki
dan tingkat capital leverage ratio. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Phillip
Engler dan Terhi Jokipii (2007) terhadap perbankan Austria pada periode 1997
sampai dengan 2003 yang bertujuan menganalisis bagaimana kelebihan cadangan
modal yang dimiliki bank dapat mempengaruhi keputusan pemberian kredit bank
serta dampaknya terhadap transmisi kebijakan moneter dari bank sentral terhadap
perekonomian di Austria. Kedua penelitian tersebut menunjukan hasil yang senada
yaitu bahwa kelompok bank yang lebih responsif terhadap perubahan kebijakan
moneter. Dampak perubahan adalah kelompok bank kecil, hal ini berarti transmisi
kebijakan moneter bergerak lebih efektif pada kelompok bank kecil13.
Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank
sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada
tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang
independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di
luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi
menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen -- salah satunya
13Pengertian Bank (Tersedia-Online) http://banking.blog.gunadarma.ac.id/2010/02/19/pengertian-bank/
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 14
Page 22
disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter
untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku
bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga
berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini
disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh
tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak
diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
Fungsi bank sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Oleh karena itu,
keberadaan aset bank dalam bentuk kepercayaan masyarakat sangat penting dijaga
guna meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi intermediasi serta untuk
mencegah terjadinya bank runs and panics. Kepercayaan masyarakat juga diperlukan
karena bank tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk membayar kewajiban
kepada seluruh nasabahnya sekaligus, Industri perbankan di Indonesia telah
mengalami masalah-masalah yang apabila diamati akar penyebabnya (root causes)
adalah lemah dan tidak diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance). Hal ini menyebabkan industri perbankan tidak dapat secara
berhati-hati (prudent) menyerap pertumbuhan risiko kredit dan harga domestik yang
cepat berubah. Sementara itu, tidak transparannya praktik dan pengelolaan (practices
and governance) suatu bank mengakibatkan badan pengawas sulit mendeteksi praktik
kecurangan yang dilakukan oleh pengurus dan pejabat bank.
Tantangan lain yang dihadapi bank adalah berpalingnya nasabah tradisional bank
kepada sumber pembiayaan lain. Tersedianya banyak alternatif sumber dana bagi
perusahaan-perusahaan besar yaitu antara lain dari perusahaan-perusahaan modal
Ventura, perusahaan-perusahaan leasing, perusahaan-perusahaan hire-purchase,
perusahaan-perusahaan anjak piutang, perusahaan-perusahaan forfeiting, pasar uang,
dan pasar modal dengan berbagai debt instrumentsnya seperti promissory notes dan
obligasi serta equity instrumentnya mempertajam persaingan yang dihadapi bank.
Sementara itu, larangan terhadap bank untuk melakukan kegiatan di pasar modal
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 15
Page 23
mempersempit kemampuan bank dalam menyalurkan dananya sehingga menjadi
alasan bagi bank untuk melakukan kegiatan pada pemberian kredit yang berisiko
tinggi yang pada gilirannya berakibat pada keamanan dan kesehatan industri
perbankan.
Masalah paling berat yang dihadapi industri perbankan dan badan pengawas
bank adalah kelalaian pengurus bank serta penipuan dan penggelapan yang mereka
lakukan. Hal ini dapat dilihat dari praktik para bankir antara lain berupa besarnya
kredit yang disalurkan kepada kelompok usahanya sendiri. Pemberian kredit kepada
kelompok usaha sendiri tersebut sering kali tidak diiringi dengan analisis pemberian
kredit yang sehat. Padahal praktik seperti ini pada dasarnya dapat dikategorikan
sebagai penipuan. Untuk mendapatkan dan atau mempertahankan kepercayaan
masyarakat, industri perbankan harus diatur dan diawasi dengan ketat baik melalui
peraturan langsung (direct regulation) maupun peraturan tidak langsung (indirect
regulation). Peraturan langsung bertujuan mengurangi kewenangan pengurus bank
dalam menjalankan kegiatan usaha. Bank misalnya dilarang memberikan kredit
kepada suatu perusahaan melebihi prosentase tertentu dari modalnya. Sedangkan
peraturan tidak langsung didasarkan pada pemberian insentif yang bertujuan
mempengaruhi sikap tertentu dari pengurus bank, misalnya melalui penerapan
peraturan mengenai persyaratan risk-based capital.
Beberapa prinsip dapat dijadikan landasan dalam menyusun peraturan perbankan
yaitu: efisiensi, keadilan sosial, pengembangan sistem, dan pemeliharaan institusi.
Tujuannya adalah untuk menciptakan perbankan yang aman dan sehat (safe and
sound banking). Untuk mencapai tujuan tersebut kepada badan pengawas bank perlu
diberi kewenangan luas untuk mengatur dan mengawasi industri perbankan.
Kewenangan tersebut antara lain berupa kewenangan menetapkan berapa besarnya
modal yang harus dimiliki, berapa besarnya pinjaman yang dapat diberikan kepada
suatu perusahaan, siapa yang boleh menjadi pengurus bank dan sebagainya.
Kewenangan mengawasi diberikan dengan tujuan untuk memonitor apakah bank
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perlu pula dikaji
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 16
Page 24
untuk memberikan kewenangan penyidikan kepada badan pengawas. Kewenangan
tersebut bertujuan untuk melindungi nasabah, melindungi perekonomian dan menjaga
tidak terjadinya konsentrasi bisnis.
Perlindungan terhadap nasabah merupakan alasan paling dasar untuk mengawasi
bank karena nasabah merupakan target yang mudah bagi pencurian oleh pengurus
bank. Pentingnya pengawasan terhadap industri perbankan secara jelas dinyatakan
oleh Adam Smith sebagai berikut:
“being the managers of other people’s money than of their own, it cannot well be
expected, that they should wacth over it with the same anxious vigilance with which
partners in a private copartnery frequently watch over their own… Negligence and
profusion, therefore, must always prevails, more or less, in the management of the
affairs of such a company.”
Pentingnya pengawasan juga disebabkan karakteristik usaha bank. Berbeda
dengan perusahaan jasa keuangan lainnya bank menyediakan produk berupa
penerimaan simpanan dan pemberian kredit. Produk dalam bentuk simpanan harus
dibayar oleh bank setiap saat atau beberapa waktu setelah adanya permintaan
pembayaran dari nasabah. Produk bank berupa pemberian kredit menggunakan
sumber dana yang berasal dari simpanan nasabah. Aset bank dalam bentuk pemberian
kredit tersebut hanya dapat ditagih oleh bank sesuai dengan jangka waktu perjanjian
kredit yang disepakati bank dengan nasabahnya. Singkat kata, utang bank adalah
utang yang setiap saat dapat ditagih dan wajib dibayar sedangkan piutang bank hanya
dapat ditagih oleh bank berdasarkan jangka waktu tertentu. Demikian bank terekspose
kepada kemungkinan terjadinya kekurangan dana apabila nasabah penyimpan
menarik simpanannya pada bank. Kondisi ini terjadi apabila mereka kehilangan
kepercayaan kepada bank. Itulah sebabnya bank disebut sebagai lembaga
kepercayaan.
Alan Greenspan mengatakan “When confidence in the integrity of a financial
institutions is shaken or its commitment to the honest conduct of business is in doubt,
public trust erodes and the entire system is weakened.”
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 17
Page 25
Sementara itu, kurang transparannya bank menyebabkan reputasi merupakan
masalah sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu bank. Rumor dapat
memperlemah kepercayaan nasabah terhadap bank. Untuk itu bank harus menerapkan
prinsip kehatihatian dalam menjalankan kegiatan usahanya. Industri perbankan tidak
saja rawan di rampok oleh pengurus dan atau pemiliknya tetapi juga rawan sebagai
tempat penyembunyian hasil kejahatan. Itulah sebabnya bank harus mengenal
nasabahnya yaitu dengan menerapkan prinsip mengenal nasabah (know your
customer Principe) dan juga menerapkan prinsip kenali karyawan (know your
employee). Dengan menerapkan kedua prinsip itu maka reputasi bank akan terjaga
dan kepercayaan nasabah meningkat.
Pengalaman menunjukan bahwa penyelesaian likuidasi bank selalu berlarut-larut
sehingga merugikan nasabah dan menimbulkan ketidakpastian hukum. Hal ini dapat
membuat kepercayaan masyarakat terhadap bank menurun. Padahal untuk
menyelesaian bank bermasalah telah diberlakukan ketentuan yang berbeda dengan
ketentuan penyelesaian perusahaan non bank. Maksudnya adalah agar penyelesaian
bank bermasalah dapat dilakukan dengan cepat. Kecepatan penyelesaian bank
bermasalah merupakan kunci terciptanya kepercayaan masyarakat. Berkurangnya
kepercayaan terhadap suatu bank dengan mudah menyebar ke bank lain yang pada
dasarnya sehat. Ini terjadi karena nasabah mengetahui bahwa apabila terjadi rush,
maka nilai aset bank akan turun dengan cepat sehingga nasabah akan berupaya
menarik simpanannya sebelum nasabah yang lain.
Untuk mempermudah dikeluarkannya bank bermasalah dari sistem perbankan
salah satu caranya adalah dengan mendirikan asuransi simpanan. Asuransi simpanan
merupakan mekanisme untuk mempermudah bank bermasalah “dikeluarkan” dari
industri perbankan. Alasannya adalah asuransi simpanan menyediakan jalan agar
biaya sosial dan politik akibat kebangkrutan bank dapat diminimalkan. Disamping itu
asuransi simpanan juga bertujuan menurunkan kemungkinan terjadinya rush, dan
sekaligus melindungi nasabah penyimpan kecil yang secara sosial dan politik tidak
dapat menanggung beban kerugian akibat kebangkrutan bank. Teori keuangan
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 18
Page 26
modern mengajarkan bahwa pada suatu masyarakat yang corruption-resistant
sekalipun, nasabah penyimpan harus tetap khawatir tentang sikap oportunistik
pengurus dan pemilik bank.
Kesulitan yang dihadapi nasabah penyimpan dalam mengkordinir aksi kolektif
guna mengawasi sikap oportunistik pengurus dan pemilik bank memiliki dua akar
yang menjalin.
Pertama, kesulitan yang dihadapi nasabah penyimpan dalam memperoleh
informasi terpercaya tentang perkembangan yang tidak menguntungkan dan
mengobservasi tindakan merugikan oleh pengurus bank termasuk kesemberonoan,
ketidak hati-hatian, kecurangan dan self dealing.
Kedua, kesulitan yang dihadapi nasabah penyimpan dalam menganalisis dan
merespons setiap informasi yang diperoleh.
Untuk menanggulangi kesulitan yang dihadapi oleh nasabah penyimpan
setidaknya ada dua pendekatan yang dapat diambil, yaitu keterbukaan maksimal dan
pencegahan maksimal. Keterbukaan maksimal adalah suatu kerangka keterbukaan
yang secara sempurna dan tanpa biaya memberikan informasi kepada nasabah
penyimpan tentang perubahan kinerja bank dan kegiatan penuh risiko yang dilakukan
pengurus bank. Sedangkan pencegahan maksimal adalah suatu situasi dimana
nasabah dengan segera mengerti implikasi dari informasi yang mengalir secara
sempurna dan mereka mampu melindungi dirinya sendiri secara lengkap dan tanpa
biaya dari segala ancaman terhadap kekayaan mereka. Situasi seperti itu tentunya
sangat sulit bahkan mustahil untuk tercipta. Untuk itu diperlukan suatu keseimbangan
dimana informasi yang tersedia tidak menyebabkan biaya yang terlalu tinggi bagi
industri perbankan sehingga menghambat pengembangan usaha mereka.
Dalam melakukan pembaruan terhadap industri perbankan, badan pengawas
harus sangat berhati-hati. Pemberlakuan ketentuan dan kebijakan yang di anggap
tidak tepat oleh pasar akan berpengaruh sangat buruk bagi stabilitas perbankan dan
keuangan.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 19
Page 27
Ketua US Federal Reserve, Alan Greenspan mengingatkan bahwa :
"The new world of financial trading can punish policy misalignments with amazing
alacrity. This is a lesson repeated time and again, taught most recently by the
breakdown of the European Exchange Rate Mechanism in 1992 and the plunge in the
value of Mexican Peso (in 1994). In the process of pursuing their domestic objectives,
central banks cannot be indifferent to the signals coming from international financial
markets. Although markets can be harsh teachers at times, the constrains that impose
discipline our policy choices and remind us every day of our longer run
responsibilities."
Untuk menciptakan perbankan sehat harus dilakukan pendekatan yang terdiri dari
tiga pilar, yaitu pengawasan, internal governance dan disiplin pasar. Pendekatan ini
harus dilakukan karena badan pengawasan tidak akan mampu berpacu dengan
kecepatan liberalisasi, globalisasi dan kemajuan teknologi pada instrumen keuangan.
Dengan demikian pengawasan yang dilakukan oleh otoritas harus dilengkapi dengan
disiplin internal bank serta disiplin pasar. Melibatkan internal governance dalam
melakukan pengawasan karena bank merupakan tempat terbaik untuk mengatur dan
memelihara praktik manajemen bank yang sehat. Pengikutsertaan disiplin pasar
mencerminkan fakta bahwa tanpa pasar yang kompetitif dan punitive atas kegagalan
bersaing di pasar, maka tidak cukup insentif bagi pemilik bank, pengurus dan nasabah
untuk melakukan keputusan keuangan yang tepat. Untuk itu, perlu dilakukan
penyempurnaan terhadap peraturan perbankan.
Banyak negara sepakat bahwa salah satu pendekatan yang diperlukan untuk
membangun suatu sistem perbankan yang sehat dan kuat adalah dengan memberikan
jaminan yang eksplisit bagi nasabah penyimpan. Sebelum pembentukan suatu
lembaga penjamin yang permanen, diperlukan langkah-langkah pembaruan sistem
perbankan sebagai prasyarat agar sistem tersebut dapat berjalan efektif. Alasan dasar
(rationale) bagi pemerintah untuk memfasilitasi pendirian lembaga penjamin
simpanan adalah kepercayaan pada industri perbankan sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi dan pada sistem perbankan yang diawasi secara baik dapat
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 20
Page 28
meminimalkan terjadinya kebangkrutan bank, dan kebangkrutan tersebut dapat
diprediksi dan merupakan kejadian yang dapat dicegah. Selain itu, kesetaraan sosial
juga merupakan pertimbangan. Perlindungan nasabah kecil dari bankir yang tidak
bertanggungjawab adalah suatu pendekatan yang adil dan tepat. Dengan demikian,
bank dapat beroperasi secara konsisten dan dipercaya untuk menyediakan kredit
dalam jumlah cukup untuk kesehatan perekonomian, mendukung sistem moneter
yang aman dan efisien sekaligus mencegah pengurus bank mengambil risiko
berlebihan yang pada gilirannya menghindari kemungkinan bailout oleh pemerintah.
Pada bagian pendahuluan telah dijelaskan sekilas mengenai perbankan. Dari
yang telah dibahas diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa peranan Bank tersebut
antara lain sebagai berikut:
a. Peranan Bank Dalam Pembangunan Nasional
Kegiatan bank dalam menghimpun atau memobilisasi dana yang menganggur
dari masyarakat dan perusahaan-perusahaan kemudian disalurkan ke dalam
usaha-usaha yang produktif untuk berbagai sektor ekonomi seperti pertanian,
pertambangan, perindustrian, pengangkutan, perdagangan dan jasa-jasa lainnya
akan meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan masyarakat.
Demikian pula akan membuka dan memperluas lapangan atau kesempatan
kerja. Sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang menganggur di dalam
masyarakat. Kegiatan dalam pemberian jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran
dan peredaran uang dapat membantu memperbesar dan memperlancar arus
barang-barang dan jasa-jasa dalam masyarakat.
b. Peranan Bank dalam Pembagian Pendapatan Masyarakat
Dalam kebijakan pemberian kredit bank mempunyai peranan yang sangat
penting karena turut menentukan pembagian pendapatan masyarakat.
Kredit merupakan sarana yang ampuh bagi mereka yang memperolehnya,
sebab dengan memperoleh kredit seseorang dapat menguasai faktor-faktor
produksi untuk kegiatan usahanya. Makin besar kredit yang diperoleh, makin
besar pula faktor produksi yang dikuasai, sehingga makin besar pula bagian
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 21
Page 29
pendapatan masyarakat yang dapat diraihnya. Sehubungan dengan itu melalui
sistem perbankan yang kita miliki dan kebijakan perkreditan yang tepat bank
dapat melaksanakan fungsinya dalam membantu pemerintah untuk memeratakan
kesempatan berusaha dan pendapatan di dalam masyarakat. Dengan demikian kita
dapat turut mewujudkan masyarakat yang kita cita-citakan, yaitu masyarakat yang
adil dan makmur.
c. Peranan Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama
Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas
sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank
Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem
keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi
mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak
yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas
keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem
keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila
terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak
dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara
fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak
efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa
stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab
Bank Indonesia.
Peranan Bank Sentral
Bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem
keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan
dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 22
Page 30
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara
lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia
dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang.
Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap
berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang
terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia
telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan
seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di
negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem
keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan
keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan
tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah
ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan
pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti
yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar,
memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan
hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder
serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk
menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah
menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah
satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang
cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut
dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga
menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 23
Page 31
mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang
cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran
yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross
Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem
pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki
informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem
pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui
pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan
sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak
/pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat
mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi
kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan
menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang
tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim
keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi
LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam
mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan.
Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun
krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas
dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal,
fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas
temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya
moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang
ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 24
Page 32
Peranan Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran
Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai peranan penting dalam sistem
pembayaran. Ada beberapa pihak yang terlibat di dalam sistem pembayaran yaitu
pihak yang menyelenggarakan sistem pembayaran, pihak yang mendukung sistem
pembayaran, pihak yang memberikan jasa dalam sistem pembayaran, dan pihak yang
mengatur serta mengawasi sistem pembayaran.
Peranan Bank Indonesia dalam sistem pembayaran sangat luas, karena sebagai
operator, regulator, dan sekaligus sebagai pengawas. Hubungan bank sentral dengan
sistem pembayaran setiap Negara memiliki kadar yang berbeda, ada yang memiliki
keterlibatan tinggi (Indonesia), dan ada yang sedikit (Hongkong).
Peranan bank sentral dalam sistem pembayaran dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Peran Bank Sentral Dalam
Sistem Pembayaran14
Negara Keterlibatan Hubungan Dengan Sistem Pembayaran
Hongkong Sedikit Memberi saran dalam regulasi
Perancis Sedikit Pengawas
Brunei Sedikit Dilakukan oleh Brunei Association of Banks
USA Sebagian Pengawas dan Operator
Inggris Sebagian Pengawas dan Operator RTGS
Belanda Sebagian Pengawas dan Operator
Indonesia Ya Operator, Regulator, dan Pengawas
Jepang Ya Operator dan Pengawas
Malaysia Ya Kliring dan Transfer Elektro
Saudi Arabia Ya Operator dan Pengawas
Sumber: Maxwell, et all. (1996). Chandavarkar (1996). BIS dalam Tri Subari SM,
dan Ascarya (2003).
14 Peran Bank Sentral dalam Sistem Pembayaran (Tersedia-Online)http://blog.stie-mce.ac.id/amirkusnanto/2011/07/19/peranan-bank-indonesia-dalam-sistem-pembayaran/
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 25
Page 33
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Berdasarkan UU. No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, wewenang
mengatur, mengawasi, dan memberi atau mencabut izin berdirinya bank mutlak
menjadi wewenang Bank Indonesia. Luasnya cakupan tugas dan wewenang
BankIndonesia menimbulkan kerentanan akan keefektifan khususnya tugas
pengawasan. Mengingat begitu banyaknya bank-bank umum dan Bank Prekreditan
Rakyat yang harus diawasi. Maraknya kasus perbankan seperti kasus Bank Century,
City Bank, dan pembobolan bank oleh orang dalam menunjukkan lemahnya system
intern bank itu sendiri dan pengawasan oleh Bank Indonesia.
Oleh sebab itu, timbul gagasan tugas pengawasan perbankan diserahkan ke
lembaga khusus. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas
sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang yang
pembentukannya dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010. Tetapi
sampai dengan akhir tahun 2010, lembaga yang rencananya akan diberi nama
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum terbentuk.
Tarik menarik kepentingan antara Bank Indonesia dengan pihak-pihak lain terus
terjadi, sehingga terbentuknya OJK berjalan dengan alot. Rencanana OJK tidak hanya
bertugas mengawasi sektor perbankan, tetapi juga jasa keuangan lainnya seperti:
asuransi, dana pensiun, bursa efek, bursa berjangka, dan badan penyelenggara
program jaminan sosial.
Hiruk-pikuk di kalangan pemerintah seputar pencalonan Gubernur Bank
Indonesia selaku pimpinan otoritas moneter di Indonesia menggantikan pimpinan
sebelumnya yang terganjal kasus aliran dana ke DPR RI beberapa waktu lalu.
Mengapa begitu genting hingga akhirnya memunculkan nama Boedionon yang ketika
itu menjabat Menko Perekonomian sebagai calon kuat menggantikan Burhanuddin.
Apa dan bagaimanakah sesungguhnya lembaga yang disebut BankIndonesia? Apa
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 26
Page 34
pula peranannya jika dikaitkan dengan konteks perekonomian? Bagaimanakah politik
yang mungkin dimainkan dalam kekuasaan moneter?
3.2 Perkembangan Bank Umum Indonesia
3.2.1 Perkembangan Bank Umum di Indonesia (1990-2011)
Pada Tahun 1991, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijaksanaan 28 Februari
1991. Paket ini dikeluarkan untuk menyempurnakan kebijakan pemerintah
sebelumnya. Kebijakan ini berkaitan dengan penyelenggaraan lembaga keuangan
dengan prinsip kehati-hatian sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga keuangan. Pada tahun 1992 perbankan masih melakukan hal
konsolidasi berupa peningkatan kualitas aktiva, peningkatan efiesiensi jaringan
kantor, pembenahan manajemen, serta pemenuhan modal sesuai dengan kondisi bank.
Usaha konsolidasi ini membuahkan hasil dengan banyaknya jumlah bank yang telah
memenuhi KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) dan NPTS (Nisbah
Pinjaman Terhadap Simpanan). Selanjutnya di bulan Maret 1992, Pemerintah
memberlakukan Undang-Undang Perbankan yang baru yaitu Undang-Undang No.7
tahun 1992 yang memuat asas, fungsi dan tujuan perbankan Indonesia yang dijadikan
pegangan oleh pihak-pihak terkait dengan bank.
- Asas Perbankan Indonesia : Demokrasi Ekonomi
- Fungsi Utama : Sebagai penghimpun dan penyalur
dana Masyarakat.
- Tujuan Perbankan Nasional : Menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Selain mengeluarkan Undang-Undang baru, Pemerintah kemudian mengeluarkan
Peraturan Pemerintah (PP) pada bulan Oktober yaitu PP No.70 tentang Bank Umum
dan PP No.71 tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan PP No.72 tentang Bank
berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Pada periode selanjutnya 1992-1993, perbankan
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 27
Page 35
nasional mulai menghadapi permasalahan yaitu meningkatnya kredit macet yang
menimbulkan beban kerugian pada bank dan berdampak keengganan bank untuk
melakukan ekspansi kredit. BI menetapkan suatu program khusus untuk menangani
kredit macet dan membentuk Forum Kerjasama dari Gubernur BI, Menteri Keuangan,
Kehakiman, Jaksa Agung, Menteri/Ketua Badan Pertahanan Nasional, dan Ketua
Badan Penyelesaian Piutang Negara. Selain kredit macet, yang menjadi penyebab
keengganan bank dalam melakukan ekspansi kredit adalah karena ketatnya ketentuan
dalam Pakfeb 1991 yang membebani perbankan. Hal itu ditakutkan akan
mengganggu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Maka, dikeluarkanlah
Pakmei 1993 yang melonggarkan ketentuan kehati-hatian yang sebelumnya
ditetapkan dalam Pakfeb 1991. Berikutnya, sejak 1994 perekonomian Indonesia
mengalami booming economy dengan sektor properti sebagai pilihan utama. Keadaan
itu menjadi daya tarik bagi investor asing.
Paket 29 Mei 1993 yang berisi tentang penyempurnaan aturan kesehatan bank
meliputi :
- CAR (Capital Adequacy Ratio)
- Batas Maksimum Pemberian Kredit
- Kredit Usaha Kecil
- Pembentukan cadangan piutang
- Loan to Deposit Ratio
Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi nasional dan proses konsolidasi
perbankan nasional yang semakin baik akibat dari pemberlakuannya Paket Kebijakan
Mei 1993. Sejak tahun 1993 hingga tahun-tahun selanjutnya perbankan Indonesia
terus mengalami peningkatan dan perbaikan dalam beberapa hal. Hingga pada suatu
saat sekitar tahun 1997 Indonesia mengalami krisis di bidang perekonomian sehingga
hal ini pun berdampak terhadap sektor perbankan di Indonesia. Dalam rangka
penyelamatan perbankan Indonesia kemudian Menteri Keuangan melakukan
tindakan melikuidasi atau penutupan terhadap 16 Bank pada tanggal 1 November
1997. Bagi para nasabah dalam Bank yang dilikuidasi tersebut Bank Indonesia
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 28
Page 36
memberikan talangan yakni mengembalikan secara penuh atas tabungan/deposito
dan giro. Selain itu pemerintah juga menganjurkan penggabungan bagi bank-bank
yang jumlahnya banyak. Akibat dari hal tersebut sehingga terjadilah merger terhadap
beberapa Bank di Indonesia diantaranya sebagai berikut :
- Bank hasil Merger antara Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia
- BNI 1946, sedangkan BTN menjadi anak perusahaan BNI 1946
- Bank Rakyat Indonesia
Krisis yang melanda memberikan dampak yang buruk bagi perbankan nasional.
Terjadinya ketidakseimbangan neraca di sektor perbankan, depresiasi rupiah dan
kenaikan suku bunga mengakibatkan memperburuk kinerja debitur sehingga
menimbulkan kredit bermasalah yang semakin banyak. Krisis ini juga telah
mengakibatkan hampir semua bank mengalami kekurangan modal. Maka pemerintah
melakukan langkah restrukturisasi perbankan untuk mengatasi hal itu. Namun hingga
periode berikut nya 1998/1999 upaya restrukturisasi perbankan tersebut belum
menunjukan hasil yang maksimal.
Pemerintah perlu melakukan perbaikan di berbagai sektor akibat adanya krisis
tersebut. Begitu pula dengan sektor perbankan, pada tahun-tahun selanjutnya untuk
lembaga perbankan konsentrasi pemerintah tertuju pada penyeimbangan kembali
keadaan yang sempat memburuk. Pada tahun 2000 upaya pelaksanaan program
restrukturisasi dilakukan melalui Program Penyehatan Lembaga Perbankan dengan
memperpanjang program penjaminan pemerintah, menyelesaikan program
rekapitaliasasi bank umum, melanjutkan restrukturisasi kredit dan memulihkan fungsi
intermediasi serta Upaya meningkatkan ketahanan system perbankan dengan
perbaikan infrastruktur perbankan, penyempurnaan ketentuan dan pemantapan
pengawasan dan peningkatan mutu pengelolaan perbankan. Kebijakan serupa
dilakukan kembali oleh pemerintah pada periode selanjutnya, dimana pemerintah
masih berkonsentrasi pada pemulihan struktur perbankan di Indonesia dengan
mengambil 2 kebijakan besar yaitu program penyehatan perbankan dan pemantapan
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 29
Page 37
ketahanan sistem perbankan. Pada periode selanjutnya kinerja perbankan Indonesia
menunjukan hasil yang positif karena selalu mengalami peningkatan. Selain itu fokus
pemerintah di sector perbankan pun masih tertuju pada upaya-upaya mempertahankan
program penyehatan dan pemantapan ketahanan sistem perbankan.
Pada tahun 2005 pemerintah Indonesia mengambil kebijakan untuk menaikkan
harga Bahan Bakar Minyak (BBM), gangguan kondisi stabilitas makroekonomi
tersebut cukup memberikan dampak pada perbankan Indonesia. Krisis global yang
terjadi pada tahun 2008 juga memberikan dampak bagi perbankan Indonesia. Namun
dampak yang dirasakan tidak terlalu besar. Sehingga tidak memberikan pengaruh
negatif yang cukup besar bagi perbankan Indonesia. Dengan berjalannya waktu
hingga tahun 2010 dimana persaingan global mulai terasa, hal ini ditandai dimana
perbankan Indonesia mulai terpengaruh oleh derasnya aliran masuk modal luar
negeri. Hingga untuk ke depannya perlunya strategi khusus yang disiapkan oleh
pemerintah untuk menghadapi persaingan global di masa yang akan datang.
Beranjak pada tahun 2011 meskipun menghadapi ancaman krisis global pada
tahun ini kinerja perbankan Indonesia justru mengalami pertumbuhan yang cukup
tinggi. Berdasarkan sumber rata-rata pertumbuhan kredit perbankan Indonesia
mencapai 24%. Menurut Mirza Adityaswara selaku Komisioner Lembaga Penjamin
Simpanan pada saat itu mengatakan bahwa kredit perbankan masih bisa tumbuh
mengingat situasi ekonomi Indonesia yang relative stabil. Tingkat inflasi yang
ditargetkan bisa dibawah 4% memacu pertumbuhan kredit perbankan.15
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P Roeslani
dalam keterangan resminya, Jumat (14/9/2012). Menjelaskan bahwa beberapa
indikator kinerja industri perbankan terlihat perkembangannya cukup solid,
sebagaimana tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital
Adequacy Ratio) jauh di atas minimum delapan persen. Selain itu, menurutnya
terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah lima 15 Metrotvnews.com (http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/11/03/139016/Kinerja-Perbankan-Indonesia-Tumbuh-Cukup-Tinggi)
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 30
Page 38
persen. Intermediasi perbankan terus membaik, tercermin dari pertumbuhan kredit
yang hingga akhir Juni 2012 mencapai 25,8 persen (year on year).16
Pada tahun 2012 ini kebijakan di bidang perbankan diarahkan untuk menjaga
keseimbangan antara peningkatan daya saing dan memperkuat ketahanan perbankan,
dengan tetap mendorong intermediasi Bank termasuk memperluas akses masyarakat
ke layanan jasa perbankan berbiaya rendah.
16 http://economy.okezone.com/read/2012/09/14/457/690042/stabilitas-keuangan-terjaga-perbankan-bergerak-positif
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 31
Page 39
3.2.2 Perkembangan Struktur Bank UmumTabel 2 Tabel Perkembangan Struktur Perbankan
Bank-Bank Umum PERIODE
1992 1993 1994 1995 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 jan2012
1. Bank Persero*Jumlah Bank 7 7 7 7 7 7 7 5 5 5 5 5 5 5 5
*Jumlah Kantor 1.434 1.455 1.488 1.577 1.707 1.772 1.865 1.736 1.807 1.885 2.072 2.112 2.171 2.548 2.765
2. BPD
*Jumlah Bank 27 27 27 27 27 27 27 26 26 26 26 26 26 26 26
*Jumlah Kantor 613 639 645 647 745 812 821 826 857 909 1.003 1.064 1.107 1.217 1.205
3. BUSN Devisa
*Jumlah Bank 40 50 60 63 79 77 48 38 38 36 36 34 34 35 35
*Jumlah Kantor 2.258 2.699 2.892 2.989 4.002 4.158 3.982 3.302 3.432 3.565 3.829 3.947 4.113 4.395 4.694
4. BUSN Non Devisa
*Jumlah bank 104 111 106 103 83 67 45 43 42 40 40 38 37 36 36
*Jumlah Kantor 1.127 902 884 877 794 729 532 535 556 528 700 688 709 759 778
5. Bank Campuran
*Jumlah Bank 20 29 30 30 31 34 33 29 24 24 20 19 18 17 17
*Jumlah Kantor 31 45 50 51 55 58 62 57 53 53 57 59 64 77 96
6. Bank Asing
*Jumlah Bank 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 11 11 11 11 11
*Jumlah Kantor 94 98 100 101 39 41 41 53 60 61 69 69 72 114 142
Total Jumlah Bank 221 234 240 240 237 222 170 151 145 141 138 133 131 130 130 124 121 122 120 120
Total Jumlah Kantor
5580 5838 6059 6242 7342 7570 7303 6510 6765 7001 7730 7939 8236 9110 9680 10868 12837 13837 14797 14820
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 32
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia dan Statistik Perbankan Indonesia
Page 40
Grafik 1 Perkembangan Jumlah Bank
Dari segi strukturisasi perbankan umum di Indonesia, jumlah bank sejak awal
tahun 1990 hingga sekarang jumlahnya mengalami penurunan. Pemberlakuan
Undang-Undang baru yaitu Undang-Undang Perbankan No.7 Tahun 1992
memberikan dampak terhadap bentuk struktur perbankan yaitu terjadinya perubahan
dalam klasifikasi jenis bank menjadi 2 yaitu Bank dan BPR. Hingga tahun 1997
jumlah bank di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Contohnya
pada tahun 1995 yang jumlahnya 240 menjadi 237 bank, hal ini menandakan bahwa
struktur perbankan Indonesia menunjukan perkembangan ke arah yang semakin
kompetitif. Penurunan tersebut terjadi karena adanya penggabungan atau merger oleh
beberapa bank. Adanya kebijakan PP No.70 tahun 1992 mengenai persyaratan modal
minimum menjadi salah satu faktor menurunnya penciptaan bank baru karena
kemampuan modal yang terbatas. Disamping itu penurunan jumlah bank tidak
menurunkan jumlah kantor, sebaliknya jumlah kantor semakin meningkat. Penurunan
pada tahun 1996 terjadi karena adanya merger oleh beberapa bank. Penurunan yang
drastis terjadi pada periode 1998/1999 hal ini sebagai dampak adanya restrukturisasi
perbankan sehingga pemerintah pada saat itu melakukan pembekuan terhadap
beberapa bank swasta nasional. Pembekuan tersebut dilakukan sebanyak 2 kali dalam
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 33
Page 41
satu periode. Hingga pada tahun-tahun berikutnya jumlah bank terus mengalami
penurunan tetapi dalam taraf yang tidak terlalu drastis. Penurunan tersebut
kebanyakan dikarenakan penggabungan (merger), pembekuan, penutupan dalam
rangka menjaga stabilitas sistem keuangan melalui industri perbankan nasional yang
sehat. Hal ini pun terlihat semakin menurunnya jumlah bank pada akhir januari 2012
dengan jumlah bank terakhir 120 bank.
Grafik 2 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum
Sedangkan jika dilihat dari perkembangan jumlah kantornya yaitu Perkembangan
jumlah kantor bank-bank umum di Indonesia menunjukan gambaran yang
berfluktuasi (menaik,menurun). Namun pada tahun-tahun terakhir jumlah kantor
tersebut meningkat. Penurunan diawali terjadi pada tahun 1998/1999. Pada saat itu
dengan adanya krisis ekonomi yang melanda memaksakan pemerintah untuk menutup
sejumlah bank sehingga hal tersebut berdampak pula terhadap penurunan jumlah
kantor bank umum. Saat itu penurunan yang terjadi cukup drastic dari 7.570 kantor
menjadi 7.303 kantor. Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya dengan semakin
berkembangnya peranan perbankan bagi masyarakat sejumlah bank di Indonesia terus
melakukan perluasan jumlah kantor bank mereka. Maka dari itu, pada tahun-tahun
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 34
Page 42
selanjutnya jumlah kantor bank-bank umum mengalami peningkatan. Hal ini
beriringan dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
perbankan.
Pada tahun 2005 dari segi struktur perbankan terjadi perubahan kepemilikan
bank yang cukup signifikan. Peningkatan kepemilikan asing pada perbankan nasional
cukup tinggi dimana saat itu asing memiliki share 45,61% dari total asset industry
perbankan nasional dibandingkan pemerintah yang kepemilikannya menjadi 37,97%.
Dari 131 bank di dalam industri perbankan nasional, 41 bank kepemilikannya
dikendalikan oleh pemodal asing. Pada data akhir tahun 2012 jumlah kantor
perbankan di Indonesia semakin meningkat sejumlah 14820 kantor di seluruh
Indonesia.
Hingga pada tahun 2012 jumlah bank di Indonesia selalu menurun sedangkan
jumlah kantor terus meningkat. Hal ini menunjukan bahwa struktur perbankan di
Indonesia semakin kompetitif dan meningkatnya jumlah kantor menunjukan bahwa
lembaga-lembaga keuangan di Indonesia semakin memberikan kemudahan bagi
masyarakat dengan semakin meluasnya jumlah kantor yang ada.
3.2.3 Perkembangan Kinerja Bank Umum
Tabel 3 Data Perkembangan Kinerja
Bank Umum periode 1992-1997
Pos-Pos 1992/1993 1994/1995 1996/1997AKTIVA
2218 2910 3754Giro pada BI 1724 1930 8751Aktiva Luar Negeri 14495 11575 19264Tagihan pada Sektor pemerintah 9068 10122 16446*Pemerintah pusat 988 663 834*Lembaga perusahaan pemerintah 8080 9459 15612Tagihan pada Pemerintah&perorangan
133447 206527 311108
Aktiva Lainnya 27633 21972 40280
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 35
Page 43
Aktiva=Pasiva 188585 255036 399603
PASIVASaldo dan Giro 17922 26685 39871Simpanan berjangka dan tabungan 67787 99121 179768Rekening Valuta Asing 24858 32730 51246Pasiva Luar Negeri 18150 21216 32640rekening Pemerintah 6301 8587 9860Utang pada BI 8831 12584 11966Setoran Jaminan 1011 688 2079Modal, Cadangan dan L/R 13182 21805 40935Pasiva lainnya 30543 31620 31238
(dalam miliar rupiah)
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia
Perkembangan Kinerja Bank Umum dapat dinilai dari segi aset yang dimiliki
serta dana pihak ketiga dan pembiayaan kredit bank umum tersebut. Pada periode
1990 Bank Indonesia menampilkan data aset bank umum itu dalam bentuk stufle.
Dimana dirincikan pada bentuk aktiva dan passiva. Terlihat berdasakan data diatas
bahwa aktiva yang dimilii bank umum tahun ke tahun semakin meningkat.
Grafik 3 Posisi Aktiva dan Pasiva periode 1990
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 36
Page 44
Namun dengan berjalan nya waktu semenjak tahun 1998 data yang
ditampilkan ke dalam bentuk yang berbeda. Dibawah ini data perkembangan kinerja
usaha bank umum dari tahun 1998.
Tabel 4 Data Perkembangan Kinerja
Usaha Bank Umum 1998-2008
Indikator Perbankan 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Total Asset 895,5 1006,7 1030,5 1099,7 1112,2 1213,5 1272,1 1469,8 1693,5 1986,5 2310,6
Dana Pihak Ketiga 625,4 617,6 699,1 797,4 835,8 888,6 963,1 1127,9 1287 1510,7 1753,3
Kredit 545,4 277,3 320,4 358,6 410,3 477,2 595,1 730,2 832,9 1045,7 1353,6
LDR(Kredit/DPK%) 87,2 44,9 45,8 45,0 49,1 53,7 61,8 64,7 64,7 69,2 77,2
NPLs-gross (%) 48,6 32,8 18,8 12,1 8,1 8,2 5,8 8,3 7,0 4,6 3,8
NPLs-net (%) 34,7 7,3 5,8 3,6 2,1 3,0 1,7 4,8 3,6 1,9 1,5
ROA (%) 0,38 -22,59 1,6 1,5 2,0 2,6 3,5 2,6 2,6 2,8 2,3
CAR -15,7 -8,1 12,5 20,5 22,5 19,4 19,4 19,5 20,5 19,2 16,2
Indikator Perbankan 2009 2010 2011 jan2012
Total Aset 2534,1 3008,8 3093,8 3019,1
Dana Pihak Ketiga 1.973,9 1.710,6 2.698,3 2.645,4
ROA (%) 2,60 2,96 3,03 3,76
(dalam triliun rupiah)
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia
Berdasarkan grafik dibawah ini perkembangan total aset ditunjukan dengan kotak
berwarna biru. Posisi total asset semenjak tahun 1998 hingga tahun 2008 selalu
mengalami peningkatan. Dan peningkatan itu dirasakan pesat semenjak tahun 2005.
Hal ini dapat dikarenakan beberapa tahun terakhir ini masyarakat mulai
mempercayakan lembaga bank sebagai tempat yang aman untuk menyimpan asset
yang mereka miliki. Total Aset lembaga perbankan semakin meningkat tiap
tahunnya hingga data akhir pada januari 2012 total asset bank Umum di Indonesia
mencapai 3.019,1 (triliun) .
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 37
Page 45
Kotak berwarna merah menunjukan DPK atau Dana Pihak Ketiga, DPK disini
adalah dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan dari masyarakat.
Perkembangannya selalu menunjukan peningkatan. Meskipun pada tahun 1999
sempat mengalami sedikit penurunan yang sebelumnya 625,4 menjadi 617,6. Hal ini
dikarenakan pada saat itu perekonomian Indonesia sedang mengalami krisis sehingga
hal ini berdampak terhadap perbankan Indonesia pula.
Grafik 4 Perkembangan Aset, DPK dan Kredit
Sedangkan dari segi kredit perbankan pada perkembangannya sempat mengalami
penurunan yang sangat drastis pada tahun 1998 ke 1999. Hal ini dikarenakan krisis
ekonomi yang melanda Indonesia. Namun, pada tahun berikutnya pemerintah
bergegas untuk memperbaiki kondisi tersebut dengan berbagai kebijakan. Hasilnya
pada tahun-tahun selanjutnya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.
Meskipun belum menunjukan hasil yang maksimal namun hal tersebut dikatakan
cukup berdampak baik. Hingga akhinya pada tahun 2005 dan seterusnya mengalami
peningkatan yang cukup drastis.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 38
Page 46
3.2.4 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum
Tabel 5 Penghimpunan Dana menurut Jenis
Jenis Dana
1991/92 1992/93 1992/93 1993/94 1994/95 1994/95* 1995/96 1996/97 1996/97 1997/98 1998/99 1997/98 1998/99 1997/98 1998/99
Perubahan (%)Triliun
rupiah
Perubahan
(%)
Posisi
( Triliun
Rp)
Pangsa
(%)
Perubahan
(%)
Posisi
(Miliar
Rp)
Pang
sa
(%)
Posisi (Triliun
Rupiah)Pertumbuhan (%) Pangsa (%)
Giro
Rupiah
Valuta asing
Deposito
berjangka17
Rupiah
Valuta asing
Tabungan 18
Total Dana
Rupiah
Valuta asing
19,4
26,0
-0,8
14,0
15,2
11,4
79,7
23,5
28,8
8,8
18,9
20,4
12,9
13,8
10,4
21,2
60,3
23,4
24,6
19,6
25,5
20,5
5,0
64,5
42,9
21,7
28,0
118,0
91,4
26,7
26,7
18,6
59,1
15,8
14,0
19,3
32,7
22,2
20,9
26,7
11,0
16,0
-3,8
28,9
34,5
18,5
8,8
19,7
21,7
13,2
35,3
27,6
7,7
95,9
65,1
30,8
40,9
172,1
133,6
38,5
20,5
16,0
4,5
55,7
37,8
17,9
23,1
100,0
77,6
22,4
24,7
22,0
32,8
32,6
38,1
24,4
25,0
29,4
30,9
25,8
29,1
26,1
39,2
27,4
29,8
21,4
29,6
28,3
29,1
26,3
57.004
42.628
14.376
163.657
119.283
44.374
66,321
286.982
228.232
58.750
19,9
14,9
5,0
57,0
41,6
15,5
23,1
100
79,5
20,5
108,7
64,1
44,6
272,1
178,0
94,1
72,1
452,9
314,2
138,7
107,2
60,0
47,2
412,8
303,0
109,8
79,5
599,5
442,5
157,0
90,7
50,3
210,4
66,2
49,2
112,1
8,8
57,8
37,7
136,2
-1,3
-6,4
5,9
51,7
70,3
16,6
10,1
32,4
40,8
13,2
24,0
58,9
41,1
60,1
65,4
34,6
15,9
100,0
69,4
30,6
17,9
55,9
44,0
68,9
73,4
26,6
13,2
100,0
73,8
26,2
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia
17 Termasuk sertifikat deposito.18 Sesuai dengan peraturan,tabungan hanya dalam bentuk rupiah.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 39
Page 47
Jenis Dana/Simpanan Posisi
(Triliun Rp)
Pertumbuhan Pangsa
(%)
Posisi
(Triliun rupiah)
Pertumbuhan
(%)
Pangsa (%)
1998 1999 2000 1999 2000 2000 1999 2000 2001 2000 2001 2000 2001
Giro
Rupiah
Valuta asing
Deposito Berjangka
Rupiah
Valuta Asing
Tabungan
Rupiah
Valuta asing
Total
Rupiah
Valuta asing
99,8
57,4
42,4
456,9
300,4
156,5
68,7
68,7
-
625,4
426,5
198,9
111,8
68,5
43,4
382,8
301,4
81,4
123,0
123,0
-
617,6
492,9
124,8
161,5
103,6
57,9
384,7
296,7
88,0
152,9
152,9
-
699,1
553
145,9
12,1
19,3
2,3
(16,2)
0,3
(48,0)
79,0
79,0
-
(1,2)
15,6
(37,3)
44,4
51,3
33,4
0,5
(1,6)
8,1
24,4
24,4
-
13,2
12,2
16,9
23,10
14,82
8,28
55,03
42,44
12,59
21,88
21,88
-
100,0
79,13
20,87
111,8
68,5
43,4
382,8
301,4
81,4
123,0
-
-
617,6
492,9
124,8
161,5
103,6
57,9
384,7
296,7
88,0
152,9
-
-
699,1
553,2
145,9
186,2
120,0
66,2
439,9
344,9
95,1
171,3
-
-
797,4
636,2
161,2
44,4
51,3
33,4
0,5
-1,6
8,1
797,4
-
-
13,2
12,2
16,9
15,3
15,8
14,3
14,4
16,2
8,0
12,0
-
-
14,1
15,0
10,5
23,1
64,2
35,8
55,0
77,1
22,9
21,9
-
-
100,0
79,1
20,9
23,3
64,5
35,5
55,2
78,4
21,6
21,5
-
-
100,0
79,8
20,2
Jenis Dana/Simpanan
Posisi
(Triliun Rp)
Pertumbuhan Pangsa (%) Posisi
(Triliun RP)
Pertumbuhan
(%)
Pangsa
(%)
2000 2001 2002 2001 2002 2001 2002 2002 2003* 2002 2003* 2002 2003*
Giro
Rupiah
Valuta asing
Deposito Berjangka
161,5
103,6
57,9
384,7
186,2
120,0
66,2
439,9
197,0
130,2
66,8
446,2
15,3
15,8
14,3
14,4
5,8
8,5
0,9
1,4
23,3
64,5
35,5
55,2
23,6
66,1
33,9
53,4
197,0
130,2
66,8
446,2
211,9
141,8
70,0
438,3
5,8
8,5
0,9
1,4
7,5
8,9
4,9
(1,8)
23,6
66,1
33,9
53,4
24,2
66,9
33,1
50,1
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 40
Page 48
Rupiah
Valuta Asing
Tabungan
Rupiah
Valuta asing
Total
Rupiah
Valuta asing
296,7
88,0
152,9
-
-
699,1
553,2
145,9
344,9
95,1
171,3
-
-
797,4
636,2
161,2
364,6
81,6
192,6
-
-
835,8
687,4
148,4
16,2
8,0
12,0
-
-
835,8
687,4
148,4
5,7
(14,1)
12,4
-
-
4,8
8,1
(8,0)
78,4
21,6
21,5
-
-
100,0
79,8
20,2
81,7
18,3
23,0
-
-
100,0
82,2
17,8
364,6
81,6
192,6
-
-
835,8
687,4
148,4
359,5
78,7
225,3
-
-
75,4
726,7
148,7
5,7
(14,1)
12,4
-
-
4,8
8,1
(8,0)
(1,4)
(3,6)
17,0
-
-
4,7
5,7
0,2
81,7
18,3
23,0
-
-
100,0
82,2
17,8
82,0
18,0
25,7
-
-
100,0
83,0
17,0
Jenis Dana/Simpanan Posisi
(Triliun Rp)
Pertumbuhan
(%)
Pangsa (%)
2000 2001 2002 2003 2004 2001 2002 2003 2004 2001 2002 2003 2004
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 41
Page 49
Giro
Rupiah
Valuta asing
Deposito Berjangka
Rupiah
Valuta Asing
Tabungan
Rupiah
Valuta asing
Total
Rupiah
Valuta asing
161,5
103,6
57,9
384,7
296,7
88,0
152,9
-
-
699,1
553,2
145,9
186,2
120,0
66,2
439,9
344,9
95,1
171,3
-
-
797,4
636,2
161,2
197,0
130,2
66,8
446,2
364,6
81,6
192,6
-
-
835,8
687,4
148,4
219,1
150,1
69,0
428,8
351,8
77,0
240,7
-
-
888,6
742,6
145,9
246,2
170,8
75,0
421,0
351,5
69,5
295,9
-
-
963,1
818,2
144,9
15,3
15,8
14,3
14,4
16,2
8,0
12,0
-
-
835,8
687,4
148,4
5,8
8,5
0,9
1,4
5,7
(14,1)
12,4
-
-
4,8
8,1
(8,0)
11,2
15,3
3,2
(3,9)
(3,5)
(5,6)
25,0
-
-
6,3
8,0
(1,7)
12,4
13,8
9,3
(1,8)
(0,1)
(9,7)
23,0
-
-
8,4
10,2
(0,7)
23,3
64,5
35,5
55,2
78,4
21,6
21,5
-
-
100,0
79,8
20,2
23,6
66,1
33,9
53,4
81,7
18,3
23,0
-
-
100,0
82,2
17,8
24,7
68,5
31,5
48,3
82,0
18,0
27,1
-
-
100,0
83,6
16,4
25,6
69,4
30,6
43,7
83,5
16,5
30,7
-
-
100,0
85,0
15,0
Jenis
Dana/Simpanan
Posisi
(Triliun Rp)
Pertumbuhan
(%)
Pangsa (%)
2001 2002 2003 2004 2005 2001 2002 2003 2004 2005 2001 2002 2003 2004 2005
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 42
Page 50
Giro
Rupiah
Valuta asing
Deposito
Berjangka
Rupiah
Valuta Asing
Tabungan
Rupiah
Valuta asing
Total
Rupiah
Valuta asing
186,2
120,0
66,2
439,9
344,9
95,1
171,3
-
-
797,4
636,2
161,2
197,0
130,2
66,8
446,2
364,6
81,6
192,6
-
-
835,8
687,4
148,4
219,1
150,1
69,0
428,8
351,8
77,0
240,7
-
-
888,6
742,6
145,9
246,2
170,8
75,0
421,0
351,5
69,5
295,9
-
-
963,1
818,2
144,9
281,3
193,8
87,5
565,0
455,0
110,0
281,5
-
-
1,127,8
930,3
197,5
15,3
15,8
14,3
14,4
16,2
8,0
12,0
-
-
835,8
687,4
148,4
5,8
8,5
0,9
1,4
5,7
(14,1)
12,4
-
-
4,8
8,1
(8,0)
11,2
15,3
3,2
(3,9)
(3,5)
(5,6)
25,0
-
-
6,3
8,0
(1,7)
12,2
13,9
8,6
(1,7)
(0,0)
(9,6)
23,3
-
-
8,5
10,4
(1,0)
14,4
13,3
16,8
34,0
29,3
58,0
(5,2)
-
-
17,0
13,5
36,7
23,3
64,5
35,5
55,2
78,4
21,6
21,5
-
-
100,0
79,8
20,2
23,6
66,1
33,9
53,4
81,7
18,3
23,0
-
-
100,0
82,2
17,8
24,7
68,5
31,5
48,3
82,0
18,0
27,1
-
-
100,0
83,6
16,4
25,6
69,4
30,6
43,7
83,5
16,5
30,7
-
-
100,0
85,0
15,0
24,9
68,9
31,1
50,1
80,5
19,5
25,0
-
-
100,0
82,5
17,5
Jenis
Dana/Simpanan
Posisi
(Triliun Rp)
Pertumbuhan
(%)
Pangsa (%)
2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 43
Page 51
Giro
Rupiah
Valuta asing
Deposito
Berjangka
Rupiah
Valuta Asing
Tabungan
Rupiah
Valuta asing
Total
Rupiah
Valuta asing
197,0
130,2
66,8
446,2
364,6
81,6
192,6
-
-
835,8
687,4
148,4
219,1
150,1
69,0
428,8
351,8
77,0
240,7
-
-
888,6
742,6
145,9
246,2
170,8
75,0
421,0
351,5
69,5
295,9
-
-
963,1
818,2
144,9
281,3
193,8
87,5
565,0
455,0
110,0
281,5
-
-
1,127,8
930,3
197,5
338,0
249,5
88,5
615,1
509,9
105,2
333,9
-
-
1,287,0
1,093,4
193,6
5,8
8,5
0,9
1,4
5,7
(14,1)
12,4
-
-
4,8
8,1
(8,0)
11,2
15,3
3,2
(3,9)
(3,5)
(5,6)
25,0
-
-
6,3
8,0
(1,7)
12,2
13,9
8,6
(1,7)
(0,0)
(9,6)
23,3
-
-
8,5
10,4
(1,0)
14,4
13,3
16,8
34,0
29,3
58,0
(5,2)
-
-
17,0
13,5
36,7
20,2
28,8
1,1
8,9
12,1
(4,4)
18,6
-
-
14,1
17,5
(2,0)
23,6
66,1
33,9
53,4
81,7
18,3
23,0
-
-
100,0
82,2
17,8
24,7
68,5
31,5
48,3
82,0
18,0
27,1
-
-
100,0
83,6
16,4
25,6
69,4
30,6
43,7
83,5
16,5
30,7
-
-
100,0
85,0
15,0
24,9
68,9
31,1
50,1
80,5
19,5
25,0
-
-
100,0
82,5
17,5
26,3
73,8
26,2
47,8
82,9
17,1
25,9
-
-
100,0
85,0
15,0
Jenis
Dana/Simpanan
Posisi
(Triliun Rp)
Pertumbuhan
(%)
Pangsa (%)
2003 2004 2005 2006 2007 2003 2004 2005 2006 2007 2003 2004 2005 2006 2007
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 44
Page 52
Giro
Rupiah
Valuta asing
Deposito
Berjangka
Rupiah
Valuta Asing
Tabungan
Rupiah
Valuta asing
Total
Rupiah
Valuta asing
219,1
150,1
69,0
428,8
351,8
77,0
240,7
-
-
888,6
742,6
145,9
246,2
170,8
75,0
421,0
351,5
69,5
295,9
-
-
963,1
818,2
144,9
281,3
193,8
87,5
565,0
455,0
110,0
281,5
-
-
1,127,8
930,3
197,5
338,0
249,5
88,5
615,1
509,9
105,2
333,9
-
-
1,287,0
1,093,4
193,6
405,5
309,3
96,2
438,5
434,5
4,1
434,5
4,1
-
1,510,7
1,284,7
226,0
11,2
15,3
3,2
(3,9)
(3,5)
(5,6)
25,0
-
-
6,3
8,0
(1,7)
12,2
13,9
8,6
(1,7)
(0,0)
(9,6)
23,3
-
-
8,5
10,4
(1,0)
14,4
13,3
16,8
34,0
29,3
58,0
(5,2)
-
-
17,0
13,5
36,7
20,2
28,8
1,1
8,9
12,1
(4,4)
18,6
-
-
14,1
17,5
(2,0)
20,0
23,9
8,8
8,4
6,1
19,5
31,4
30,1
-
17,4
17,5
16,7
24,7
68,5
31,5
48,3
82,0
18,0
27,1
-
-
100,0
83,6
16,4
25,6
69,4
30,6
43,7
83,5
16,5
30,7
-
-
100,0
85,0
15,0
24,9
68,9
31,1
50,1
80,5
19,5
25,0
-
-
100,0
82,5
17,5
26,3
73,8
26,2
47,8
82,9
17,1
25,9
-
-
100,0
85,0
15,0
26,8
76,3
23,7
29,0
81,1
18,9
99,1
0,9
-
100,0
85,0
15,0
Jenis
Dana/Simpanan
Posisi
(Triliun Rp)
Pertumbuhan
(%)
Pangsa (%)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2003 2004 2005 2006 2007 2008
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 45
Page 53
Giro
Rupiah
Valuta asing
Deposito
Berjangka
Rupiah
Valuta Asing
Tabungan
Rupiah
Valuta asing
Total
Rupiah
Valuta asing
219,1
150,1
69,0
428,8
351,8
77,0
240,7
-
-
888,6
742,6
145,9
246,2
170,8
75,0
421,0
351,5
69,5
295,9
-
-
963,1
818,2
144,9
281,3
193,8
87,5
565,0
455,0
110,0
281,5
-
-
1,127,8
930,3
197,5
338,0
249,5
88,5
615,1
509,9
105,2
333,9
-
-
1,287,0
1,093,4
193,6
405,5
309,3
96,2
666,7
541,0
125,7
434,5
4,1
-
1,510,7
1,284,7
226,0
430,0
307,7
122,3
824,7
676,0
148,7
476,7
21,9
-
1,753,3
1,460,4
292,8
11,2
15,3
3,2
(3,9)
(3,5)
(5,6)
25,0
-
-
6,3
8,0
(1,7)
12,2
13,9
8,6
(1,7)
(0,0)
(9,6)
23,3
-
-
8,5
10,4
(1,0)
14,4
13,3
16,8
34,0
29,3
58,0
(5,2)
-
-
17,0
13,5
36,7
20,2
28,8
1,1
8,9
12,1
(4,4)
18,6
-
-
14,1
17,5
(2,0)
20,0
23,9
8,8
8,4
6,1
19,5
31,4
30,1
-
17,4
17,5
16,7
6,0
-0,5
27,1
23,7
25,0
18,3
13,7
9,7
434,7
16,1
13,7
29,6
24,7
68,5
31,5
48,3
82,0
18,0
27,1
-
-
100,0
83,6
16,4
25,6
69,4
30,6
43,7
83,5
16,5
30,7
-
-
100,0
85,0
15,0
24,9
68,9
31,1
50,1
80,5
19,5
25,0
-
-
100,0
82,5
17,5
26,3
73,8
26,2
47,8
82,9
17,1
25,9
-
-
100,0
85,0
15,0
26,8
76,3
23,7
29,0
81,1
18,9
99,1
0,9
44,1
100,0
85,0
15,0
24,5
71,6
28,4
28,4
82,0
18,0
95,6
4,4
47,0
100,0
83,3
16,7
Jenis
Dana/Simpanan
Posisi
(Triliun Rp)
Pertumbuhan
(%)
Pangsa (%)
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 46
Page 54
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Giro
Rupiah
Valuta asing
Deposito
Berjangka
Rupiah
Valuta Asing
Tabungan
Rupiah
Valuta asing
Total
Rupiah
Valuta asing
219,1
150,1
69,0
428,8
351,8
77,0
240,7
-
-
888,6
742,6
145,9
246,2
170,8
75,0
421,0
351,5
69,5
295,9
-
-
963,1
818,2
144,9
281,3
193,8
87,5
565,0
455,0
110,0
281,5
-
-
1,127,8
930,3
197,5
338,0
249,5
88,5
615,1
509,9
105,2
333,9
-
-
1,287,0
1,093,4
193,6
405,5
309,3
96,2
666,7
541,0
125,7
434,5
4,1
-
1,510,7
1,284,7
226,0
430,0
307,7
122,3
824,7
676,0
148,7
476,7
21,9
-
1,753,3
1,460,4
292,8
11,2
15,3
3,2
(3,9)
(3,5)
(5,6)
25,0
-
-
6,3
8,0
(1,7)
12,2
13,9
8,6
(1,7)
(0,0)
(9,6)
23,3
-
-
8,5
10,4
(1,0)
14,4
13,3
16,8
34,0
29,3
58,0
(5,2)
-
-
17,0
13,5
36,7
20,2
28,8
1,1
8,9
12,1
(4,4)
18,6
-
-
14,1
17,5
(2,0)
20,0
23,9
8,8
8,4
6,1
19,5
31,4
30,1
-
17,4
17,5
16,7
6,0
-0,5
27,1
23,7
25,0
18,3
13,7
9,7
434,7
16,1
13,7
29,6
24,7
68,5
31,5
48,3
82,0
18,0
27,1
-
-
100,0
83,6
16,4
25,6
69,4
30,6
43,7
83,5
16,5
30,7
-
-
100,0
85,0
15,0
24,9
68,9
31,1
50,1
80,5
19,5
25,0
-
-
100,0
82,5
17,5
26,3
73,8
26,2
47,8
82,9
17,1
25,9
-
-
100,0
85,0
15,0
26,8
76,3
23,7
29,0
81,1
18,9
99,1
0,9
44,1
100,0
85,0
15,0
24,5
71,6
28,4
28,4
82,0
18,0
95,6
4,4
47,0
100,0
83,3
16,7
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 47
Page 55
Tabel 6 Data Ringkas Dana
Pihak Ketiga
Jenis Dana 1992/93 1994/95 1996/97 1997/98 1998 1999 2000 2001
Giro 25,5 35,3 57,0 108,7 99,8 111,8 161,5 186,2
Deposito
berjangka
64,5 95,9 163,6 272,1 456,9 382,8 384,7 439,9
Tabungan 28,0 40,9 66,3 72,1 68,7 123,0 152,9 171,3
Total dana 118 172,1 286,9 452,9 625,4 617,6 699,1 797,4
Jenis Dana 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Giro 197 219,1 246,2 281,3 338 405,5 430
Deposito
Berjangka446,2 428,8 421 565 615,1 438,5 824,7
Tabungan 192,6 240,7 295,9 281,5 333,9 434,5 476,7
Total dana 835,8 888,6 963,1 1127,8 1287 1510,7 1753,3 1.973,0 2.338,8 2.784,9 2.742,3
(dalam Triliun Rp)
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia
Grafik 5 Perkembangan Dana Pihak Ketiga
Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk
membiayai operasinya. Dana untuk membiayai operasinya dapat diperoleh dari
berbagai sumber. Perolehan dana itu tergantung bank sendiri apakah secara
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 48
Page 56
pinjaman (titipan) dari masyarakat atau dari lembaga lainnya. Disamping itu
untuk membiayai operasinya dana dapat pula diperoleh dengan modal sendiri
yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham. Perolehan dana sendiri
disesuaikan dengan tujuan dari penggunaan dana tersebut.19
Berdasarkan grafik diatas perkembangan DPK mengalami posisi yang
fluktuatif. Semenjak tahun 1992 posisi DPK mengalami peningkatan yang cukup
baik, dan peningkatan yang cukup drastis terjadi pasa periode 1998/1999
penghimpunan dana masyarakat meningkat sebanyak 32,4%. Kenaikan ini faktor
utamanya dikarenakan deposito berjangka yang meningkat. Pada saat krisis
tersebut terjadi tingginya tingkat suku bunga dan lesunya perekonomian sehingga
mendorong masyarakat baik secara individual maupun perusahaan untuk
menempatkan dananya pada deposito khususnya pada jangka waktu yang pendek.
Sehingga adanya krisis tersebut menjadikan DPK bank meningkat. Pada tahun-
tahun berikutnya peningkatan penghimpunan dana ini terus terjadi. Meskipun
pada periode 2007 terjadi penurunan suku bunga simpanan tapi masyarakat masih
menyimpan dananya di perbankan sehingga DPK pada tahun 2007 masih
meningkat. Pada periode selanjutnya penghimpunan dana masih meningkat
namun pertumbuhannya dirasakan masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh
penurunan suku bunga. Krisis keuangan global yang semakin mencuat pada tahun
2008 ini tidak menurunkan minat masyarakat untuk menyimpan dananya di bank
sehingga meskipun pertumbuhan yang lambat namun jumlah DPK pun
meningkat. Pada tahun tahun berikutnya jumlah dana pihak ketiga bank umum
mengalami peningkatan hingga pada januari 2012 jumlah dana pihak ketiga
mencapai 2.742,3 (triliun).
Perolehan dana menurut jenisnya terdiri simpanan giro, tabungan dan
deposito. Dimana perolehan dana tersebut berasal dari masyarakat. Berdasarkan
Undang-Undang perbankan Nomor 10 Tahun 1998, yang dimaksudkan dengan
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
19 Kasmir, Bank dan lembaga keuangan lainnya, 2008. h.65
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 49
Page 57
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
cara pemindahbukuan.20
Sedangkan dalam Undang-Undang yang sama pengertian tabungan adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atas
alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Kemudian definisi dari deposito ialah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank. Berikut ini grafik
perkembangan dana pihak ketiga berdasarkan jenisnya sejak mulai tahun 1992
hingga 2008 :
Grafik 6 Perkembangan Jenis-Jenis DPK
Pada posisi Giro, meskipun jenis giro bukan jenis dana yang berkontribusi
yang paling besar. Namun, tahun demi tahun giro pun mengalami peningkatan.
Jenis giro ini hampir berimbang dengan jenis tabungan. Pada tahun 1998 dana
bentuk giro ini mengalami penurunan dari 108,7 triliun menjadi 99,8 triliun
meskipun pada tahun-tahun sebelumnya selalu mengalami peningkatan hal ini
dikarenakan pada tahun tersebut sedang terjadi krisis ekonomi dan masyarakat
pada saat itu lebih memilih menyimpan dananya dalam bentuk deposito.
Begitupula dengan giro, dana jenis tabungan ini pun selalu mengalami
peningkatan dan memberikan kontribusi yang berimbang dengan jenis giro.
20 Ibid
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 50
Page 58
Dari segi penghimpunan dana dalam bank umum, pendanaan jenis deposito
selalu memberikan kontribusi yang tinggi bagi sumber dana bank. Maka dapat
dikatakan bahwa deposito sebagai sumber utama dalam penghimpunan dana
perbankan. Hal ini terbukti seperti pada kejadian pada tahun 1998/99 pada saat itu
Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi sehingga mengakibatkan tingginya
suku bunga dan lesunya perekonomian hal itu mendorong masyarakat individual
ataupun perusahaan untuk menempatkan dananya dalam bentuk deposito
khususnya dalam jangka waktu yang pendek.
Seperti hal nya pada fungsi perbankan dimana lembaga keuangan bank
memiliki peranan untuk sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat luas
dan kemudian dana tersebut diputar kembali ke masyarakat dalam bentuk
pinjaman atau dikenal dengan istilah kredit. Sebagaimana seperti fungsi tersebut,
selain poin penghimpunan dana poin penting kedua bagi bank adalah pembiayaan
kredit yaitu pada sektor apa saja dana tersebut disalurkan. Menurut Undang-
undang nomor 10 tahun 1998 :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian,
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalam atau bagi hasil.
Maka dari itu, setelah kita membahas segi penghimpunan dana maka
selanjutnya bentuk pembiayaan kredit pada bank-bank umum. Berikut data
pembagian atau pengalokasian pembiayaan kredit yang dibagikan secara merata
kepada berbagai sektor :
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 51
Page 59
3.2.5 Perkembangan Kredit Perbankan Umum
Tabel 7 Data Perkembangan Kredit Perbankan
Rincian
1991/92 1992/93 1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1996/97 1997/
98 1998/99 1998/99 1998/99 1998/99
Perubahan (%) Triliun
(Rp)
Pangsa
(%) Perubahan (%) Perubahan (%)
Posisi
(Miliar
Rp)
Pangsa
(%)
Posisi (triliun
rupiah)
Pertumbuhan Pangsa
(%)
Menurut Jenis
Penggunaan:
Investasi
Modal kerja
Konsumsi
16,1
26,6
15,1
-4,5
8,0
34,4
-1,1
6,5
125,9
37,9
79,7
8,3
100,0
30,1
63,3
6,6
24,0
13,3
26,6
42,7
26,5
18,7
26,3
56,0
23,6
22,2
23,0
31,5
26,3
20,2
28,9
25,1
306,125
74,543
200,637
30,945
100,0
24,4
65,5
10,1
476,8
132,8
307,8
36,3
366,5
101,6
238,3
26,6
55,8
78,1
53,4
17,2
-23,1
-23,5
-22,6
-26,7
100,0
27,8
65,0
7,2
Menurut Kelompok
Bank:
Bank Pemerintah
Bank Umum Swasta Nas
Bank Pembangunan
Daerah
Bank Asing
Bank Indonesia
16,1
12,9
18,7
4,6
32,5
13,3
8,0
11,9
2,3
14,6
7,5
-7,9
125,9
69,1
43,3
3,0
9,7
0,8
100,0
54,9
34,4
2,4
7,7
0,6
23,6
17,6
28,2
26,9
26,5
26,3
16,0
36,8
38,3
14,2
306,125
110,900
159,248
7,194
28,783
100,0
36,2
52,0
2,4
9,4
476,8
202,6
192,1
7,1
75,0
366,5
154,4
138,4
7,0
66,8
55,8
82,7
20,6
-0,2
160,6
-23,1
-23,8
-28,0
-2,8
-10,9
100,0
42,1
37,8
1,9
18,2
Menurut sektor ekonomi:
Pertanian
16,1
16,6
8,0
14,5
125,9
10,2
100,0
8,1
24,0
23,0
26,5
14,3
23,6
10,8
26,3
19,1
306,125
18,845
100,0
6,2
476,8
31,9
366,5
29,8
55,8
69,1
23,1
-6,5
100,0
8,1
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 52
Page 60
Pertambangan
Perindustrian
Perdagangan
Jasa-jasa
Lain-lain
13,2
13,1
7,8
26,5
27,2
-0,3
22,9
3,4
19,3
-32,3
0,7
43,5
33,0
26,9
11,6
0,5
34,6
26,2
21,4
9,2
-14,0
18,6
16,9
39,4
33,3
46,5
17,4
17,6
40,9
54,6
28,3
16,0
24,0
32,6
32,0
123,7
11,2
30,6
38,9
25,1
2,738
81,234
73,462
96,503
33,343
0,9
26,5
24,0
31,5
10,9
7,0
158,0
107,6
133,4
39,0
5,6
133,3
71,7
97,0
29,2
154,3
94,5
46,5
38,2
17,1
-20,2
-15,6
-33,4
-27,3
-25,2
1,5
36,4
19,6
26,5
8,0
Dalam rupiah dan valas :
Rupiah
Valuta asing
16,1
10,4
56,8
8,0
5,4
21,1
125,9
102,5
23,4
100,0
81,4
18,6
24,0
23,8
24,7
26,5
26,2
27,8
23,6
23,4
24,5
26,3
26,3
26,2
306,125
244,960
61,165
100,0
80,0
20,0
476,8
286,9
189,9
366,5
231,4
135,1
55,8
17,1
210,5
-23,1
-19,3
-28,9
100,0
63,1
36,9
Posisi (triliun rupiah) Pertumbuhan (%) Pangsa (%)
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 53
Page 61
Keterangan 1998 1999 2000 2001 2002 2003 1999 2000 2001 2002 2003 2000 2001 2002 2003
Menurut sektor ekonomi:
Pertanian
Pertambangan
Perindustrian
Listrik
Kontruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jenis Dunia Usaha
Jasa Sosial
Lain-lain
545,4
34,9
7,9
195,8
23,6
41,5
96,1
17,6
88,6
8,3
31,0
277,3
26,1
5,4
97,9
20,0
13,3
45,2
12,4
26,4
3,3
27,3
320,4
19,9
5,3
109,7
5,1
7,2
46,0
7,3
26,4
2,9
90,6
358,6
21,3
3,1
118,7
5,1
8,2
49,3
7,6
27,7
3,6
114,1
371,1
22,7
3,9
122,7
4,4
9,4
66,3
12,4
31,8
4,6
92,9
438,1
24,5
5,1
126,8
4,7
13,1
83,5
15,1
48,0
11,0
106,4
(49,2)
(25,2)
(31,6)
(50,0)
(15,3)
(68,0)
(53,0)
(29,5)
(70,2)
(60,2)
(11,9)
15,5
(25,2)
(31,6)
(50,0)
(15,3)
(68,0)
(53,0)
(29,5)
(70,2)
(60,2)
(11,9)
11,9
7,1
-42,2
8,2
-0,7
14,3
7,2
4,1
5,1
22,6
26,0
17,4
6,5
27,3
3,4
(13,1)
14,2
34,5
63,1
14,6
29,4
29,9
18,1
7,9
30,8
3,3
6,0
39.4
25,9
21,8
50,8
139,1
14,5
100,0
6,2
1,7
34,2
1,6
2,2
14,4
2,3
8,2
0,9
28,3
100,0
5,9
0,9
33,1
1,4
2,3
13,7
2,1
7,7
1,0
31,8
100,0
6,1
1,1
33,1
1,2
2,5
17,9
3,3
8,6
1,2
25,0
100,0
5,6
1,2
28,9
1,1
3,0
19,1
3,4
10,9
2,5
24,5
Menurut Kelompok Bank :
BUMN
BUSN Devisa
BUSN Non Devisa
BPD
Bank Campuran
Bank Asing
545,4
279,4
179,5
7,0
12,8
37,5
29,3
277,3
152,1
56,5
5,0
13,6
22,5
27,6
320,4
142,8
79,4
10,6
11,5
29,3
46,8
358,6
159,9
97,6
10,3
17,1
29,2
44,7
410,3
185,4
21,3
59,7
23,3
25,1
36,33
475,7
209,7
43,2
59,5
70,1
31,4
25,3
(49,2)
(45,6)
(68,5)
(28,6)
6,4
(40,0)
(5,9)
15,6
(6,1)
40,5
112,0
(15,3)
30,0
69,6
11,9
11,9
22,9
-2,6
48,3
-0,5
-4,5
14,4
16,0
(23,2)
32,3
36,6
(13,8)
(18,7)
15,9
13,1
102,8
18,6
34,8
0,7
0,4
100,0
44,6
24,8
3,3
3,6
9,1
14,6
100,0
44,6
27,2
2,9
4,8
8,1
12,5
100,0
45,2
5,2
14,5
14,4
5,7
6,1
100,0
44,1
9,1
12,5
14,7
6,6
5,3
7,7
Dalam rupiah dan valas :
Rupiah
545,4
315,3
277,3
159,1
320,4
178,0
358,6
228,6
296,9
113,4
475,7
358,5
(49,2)
(49,5)
15,5
11,9
11,9
28,4
14,4
29,9
15,9
20,7
100,0
55,6
100,0
63,7
100,0
72,4
100,0
75,4
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 54
Page 62
Valuta asing 230,2 118,2 142,4 130,1 410,3 117,2 (48,7) 20,5 -8,7 (12,8) 3,3 44,4 36,3 27,6 24,6
Keterangan
Posisi (triliun rupiah) Pertumbuhan (%) Pangsa (%)
2004 2004 2004
Menurut sektor ekonomi:
Pertanian
Pertambangan
Perindustrian
Listrik
Kontruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jenis Dunia Usaha
Jasa Sosial
Lain-lain
559,4
33,1
7,8
144,9
6,0
20,0
113,1
17,7
56,4
8,1
152,5
28,6
35,6
52,7
18,3
33,7
60,2
34,6
8,2
27,2
(25,3)
37,6
100,0
5,9
1,4
25,9
1,1
3,6
20,2
3,2
10,1
1,4
27,0
Dalam rupiah dan valas :
Rupiah
Valuta asing
559,4
431,6
127,8
28,6
30,6
22,3
100,0
77,2
22,0
perkembangan (triliun rupiah) Pertumbuhan (%) Pangsa (%)
2005 2005 2005
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 55
Page 63
Keterangan
OutstandingKredit
-kredit modal kerja
-kredit investasi
-Kredit konsumsi
-Kredit channeling
TOTAL :
354,56
134,40
206,69
34,52
730,16
22,40
13,20
36,81
(3,02)
22,70
48,6
18,4
28,3
4,7
100,0
Keterangan
Posisi (triliun rupiah) Pertumbuhan (%) Pangsa (%)
2004 2005 2006 2004 2005 2006 2004 2005 2006
Menurut sektor ekonomi:
Pertanian
Pertambangan
Perindustrian
Listrik
Kontruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jenis Dunia Usaha
Jasa Sosial
Lain-lain
33,1
7,8
144,9
6,0
20,0
113,1
17,7
56,4
8,1
152,5
37,2
8,1
171,3
5,4
27,0
135,8
19,8
72,6
10,0
208,4
45,2
14,1
184,0
7,2
33,1
163,4
27,1
78,4
12,0
227,7
34,8
52,5
17,0
33,7
59,2
32,8
7,7
25,4
(26,6)
35,4
12,2
4,0
18,2
(10,2)
35,2
20,1
12,3
28,9
24,5
36,7
21,5
73,4
7,4
34,5
22,6
20,3
36,4
8,0
20,2
9,3
5,9
1,4
25,9
1,1
3,6
20,2
3,2
10,1
1,4
27,3
5,3
1,2
24,6
0,8
3,9
19,5
2,9
10,4
1,4
30,0
5,7
1,8
23,2
0,9
4,2
20,6
3,4
9,9
1,5
28,7
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 56
Page 64
Dalam rupiah dan valas :
Rupiah
Valuta asing
431,6
127,8
565,8
129,8
638,4
153,8
30,6
22,3
31,1
1,6
12,8
18,5
77,2
22,8
81,3
18,7
80,6
19,4
Keterangan
Posisi (triliun rupiah) Pertumbuhan (%) Pangsa (%)
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
Menurut sektor
ekonomi:
Pertanian
Pertambangan
Perindustrian
Listrik
Kontruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jenis Dunia Usaha
Jasa Sosial
Lain-lain
56,9
26,2
205,6
7,9
44,1
216,9
36,8
109,7
13,9
284,0
67,2
32,2
271,2
18,5
58,8
259,6
62,6
152,3
15,7
369,6
25,9
85,9
11,7
10,0
33,2
32,7
35,8
40,0
15,7
24,7
18,1
22,9
31,9
133,3
33,3
19,7
70,0
38,8
13,4
30,2
5,7
2,6
20,5
0,8
4,4
21,6
3,7
11,0
1,4
28,3
5,1
2,5
20,7
1,4
4,5
19,9
4,8
11,6
1,2
28,3
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 57
Page 65
3.3 Perkembangan Bank Prekreditan Rakyat (BPR) Indonesia
Pada periode 1992 yaitu tepatnya 30 Oktober 1992 Pemerintah mengeluarkan
serangkaian Peraturan Pemerintah (PP) yaitu PP No 71 tentang Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). Peraturan tersebut secara rinci mengatur perizinan, kepengurusan,
kepemilikan dan kegiatan operasional lainnya. Pada awal tahun 1995 mulai mucul
Bank Perkreditan Rakyat yang berbasis syariah sehingga untuk mendukung pendirian
BPRS ini pada tanggal 23 Februari 1995 telah ditandatangani kesepakatan bersama
antara Menteri Agama, Menteri Koperasi dan Pembinaan pengusaha kecil, Menteri
Keuangan dan Gubernur BI tentang pemasyarakatan BPRS di lingkungan pondok
pesantren. Memasuki periode 1998/1999 BPR dihadapkan pada permasalahan yaitu
persaingan yang tajam, rendahnya tingkat modal dan lemahnya manajemen ditambah
lagi krisis ekonomi yang sedang terjadi. Sehingga beberapa BPR di Indonesia
mengalami kegagalan usaha dan kesulitan likuiditas yang parah. Maka pada saat itu
pemerintah mengambil empat langkah kebijakan yaitu :
a. Melanjutkan upaya penyelesaian BPR bermasalah
b. Meningkatkan pemberdayaan BPR melalui pemberian KLBI dan pelaksanaan
program penjamin BPR.
c. Meningkatkan perangkat pengawasan BPR dan menyempurnakan pengawasan
BPR
d. Kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jerman dalam rangka
membantu peningkatan perekonomian pengusaha kecil.
Pada tahun-tahun selanjutnya dengan peningkatan jumlah BPR memberikan
dampak yang positif berupa peningkatan laba pada BPR.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 58
Page 66
3.3.1 Perkembangan Strukturisasi BPR di Indonesia
Tabel 8 Data Jumlah BPR dan
Jumlah Kantor
Keterangan 1991 1992 1993 1994 1995 1996/97 1997/98 1998/99
Jumlah BPR 848 1045 1219 1231 1955 2240 2362
Jumlah Kantor - - - - - - - -
Keterangan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah BPR 2419 2355 2141 2141 2158 2009 1880 1817 1772
Jumlah Kantor - 2432 2747 3299 3507 3310 3173 3250 3367
Keterangan 2009 2010 2011 Jan 2012
Jumlah BPR 1733 1706 1669 1663
Jumlah Kantor 3644 3910 4172 4194
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia
Grafik 7 Perkembangan Jumlah BPR
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 59
Page 67
Perkembangan jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menunjukan kondisi yang
pasang surut, dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 merubah
klasifikasi jenis bank menjadi dua yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan rakyat
(BPR). Pada tahun tersebut jumlah BPR sebanyak 664 BPR. Yang kemudian pada
tahun berikutnya jumlah BPR terus mengalami peningkatan hingga puncaknya terjadi
pada tahun 1999 yang mencapai 2.362. Peningkatan tersebut merupakan realisasi atas
permohonan yang diajukan pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun berikutnya
(2000) jumlah BPR mengalami penurunan, meskipun pada saat itu volume usaha
BPR mengalami peningkatan namun telah terjadi penurunan jumlah BPR yang
dikarenakan merger, dan pembekuan kegiatan usaha BPR. Penurunan jumlah BPR ini
masih terjadi hingga tahun-tahun selanjutnya hingga tahun 2012. Namun, tidak ada
penurunan yang sangat drastis dilihat dari tahun-tahun terakhir penurunan masih
terjadi namun hanya sedikit, sebagian besar pengurangan tersebut dikarenakan
pencabutan izin usaha terhadap beberapa BPR. Tetapi jika dibandingkan dengan
jumlah kantor BPR mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hingga tahun 2012
peningkatan ini masih terjadi hingga terakhir pada januari 2012 jumlah kantor BPR
berjumlah 4194 kantor.
3.3.2 Perkembangan Kinerja Usaha BPR
Tabel 9 Data Perkembangan Usaha
BPR
Tahun Volume
Usaha
Dana Pihak
Ketiga
Kredit
1996/97 2760 1577 2141
1997/98 2944 1601 2288
1998/99 2981 1527 1986
2000 4731 3082 3619
2001 6474 4280 4860
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 60
Page 68
2002 9080 6126 6683
2003 12635 8868 8985
2004 16707 11161 12149
2005 20395 13178 14654
2006 23045 15717 16948
2007 27741 18719 20540
2008 32533 21339 25472
2009 37554 - -
2010 45742 - -
2011 55799 - -
2012 56172 - -
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia dan Data Statistik Perbankan
Berdasarkan tabel diatas jika disajikan dalam bentuk grafik maka hasilnya sebagai
berikut :
Grafik 8 Perkembangan Kinerja Usaha BPR
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 61
Page 69
Meskipun terjadinya penurunan jumlah BPR pada tahun-tahun terakhir,
namun hal tersebut bukan berarti akan menunjukan penurunan juga pada kinerja
usaha BPR. Hal ini terbukti bahwa telah terjadi peningkatan yang sangat drastis
dan secara terus menerus pada kinerja usaha BPR. Hal ini salah satunya dilihat
dari total asset atau volume usaha BPR itu sendiri hingga terakhir pada januari
2012 aset atau volume usaha telah mencapai 5,6 triliun. Meskipun jumlah ini jauh
dibandingkan jumlah bank umum. Namun, kinerja BPR tahun-tahun terakhir telah
mengalami peningkatan. BPR ini sifatnya lebih menyeluruh ke pelosok negeri,
tersebar ke wilayah Indonesia sehingga lebih bersifat merakyat. Meskipun BPR
belum dapat beroperasi seperti halnya bank umum namun kinerja BPR
menunjukan tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BPR dan
prospek BPR yang baik di masa yang akan datang.
3.4 Perkembangan Bank Syariah Indonesia
3.4.1 Perkembangan Perbankan Syariah
Di Indonesia, awal mula tumbuhnya bank syariah pada tahun 1992, dimana
pada saat itu mulai berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Kemudian
pada tahun-tahun selanjutnya diikuti dengan berdirinya Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS).
Perkembangan bank syariah ini tidak terlalu tinggi sampai pada tahun 1998
kemunculan bank syariah belum bertambah lagi. Hingga pada tahun tersebut
terdapat satu Bank Syariah dan 77 BPRS. Perkembangan yang lemah tersebut
dikarenakan :
- Perangkat Ketentuan yang kurang memadai
- Kurangnya Informasi dan pemahaman masyarakat mengenai konsep bank
syariah
- Jaringan kantor yang terbatas
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 62
Page 70
- Belum tersedianya piranti pasar uang bank syariah
Pada tahun 1998 pemerintah berusaha untuk mengembangkan perbankan
syariah, yang dimana ditunjukan dengan keluarnya Undang Undang No.10
tahun 1998 mengenai konsep perbankan syariah.
Untuk tahun-tahun selanjutnya pemerintah masih terus berusaha untuk
mengembangkan perbankan syariah. Pada tahun 2000 kebijakan yang diambil
pemerintah dalam mengembangkan bank tersebut yaitu dengan
penyempurnaan ketentuan, pengembangan piranti moneter dan pasar
keuangan serta sosialisasi dan pengembangan SDM perbankan syariah.
Pada tahun 2001 tepatnya pada bulan Mei Bank Indonesia membentuk Biro
Perbankan Syariah.
Pada tahun 2002 pihak Bank Indonesia telah menyusun “Cetak Biru
Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” yang disusun sebagai
pedoman bagi para stakeholder perbankan syariah.
Pada tahun 2003 perkembangan perbankan syariah mengalami peningkatan
yang cukup drastic, dimana untuk jumlah kantor meningkat hingga dua kali
lipat
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.21 Tahun 2008 mengenai
Perbankan Syariah, dalam undang-undang ini menjelaskan mengenai
peraturan bank syariah tetapi UU tersebut belum mengatur ketentuan
perbankan syariah pada pasal-pasal khusus.
Sampai dengan bulan Februari 2012, industri perbankan syariah telah
mempunyai jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha
Syariah (UUS), dan 155 BPRS, dengan total jaringan kantor mencapai 2.380
kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara (Tabel 2). Total aset
perbankan syariah mencapai Rp149,3 triliun (BUS & UUS Rp145,6 triliun
dan BPRS Rp3,7 triliun) atau tumbuh sebesar 51,1% (yoy) dari posisi tahun
sebelumnya. Industri perbankan syariah mampu menunjukkan akselerasi
pertumbuhan yang tinggi dengan rata-rata sebesar 40,2% pertahun dalam lima
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 63
Page 71
tahun terakhir (2007-2011), sementara rata-rata pertumbuhan perbankan
nasional hanya sebesar 16,7% pertahun. Oleh karena itu, industri perbankan
syariah dijuluki sebagai ‘the fastest growing industry’.21
3.4.2 Perkembangan Strukturisasi Perbankan Syariah
Secara strukturisasi perbankan syariah yang ada di Indonesia ini dapat
digolongkan menjadi 3 bagian yaitu sebagai berikut :
Bank Syariah Level A
Bank syariah ini dari hulu sampai hilir, dana yang mengalir sama sekali tidak
pernah tercampur/tersentuh dengan lembaga/pihak yang mengandung unsur
yang tidak halal. Bank mendapatkan dana dari bank sentral yang hanya
mengelola dana bank syariah sejenis saja. Hal ini hanya bisa tercapai pada
negara yang memiliki bank sentral syariah tersendiri.
Bank Syariah Level B
Bank syariah tingkatan ini bergerak dengan system syariah dan berdiri sendiri.
Ini berarti bank ini bukan merupakan bagian dari bank lain yang menganut
system konvensional. Kalau di Indonesia dikenal dengan Bank Umum Syariah
(BUS)
Bank Syariah Level C
Bank yang bergerak dengan system syariah, namun masih merupakan anak
perusahaan dari bank konvensional lain dan secara pendanaan masih
bercampur dengan bank induknya. Bank ini lebih dikenal dengan Unit Usaha
Syariah (UUS). Hal yang perlu disikapi ialah sekalipun bank ini menggunakan
system syariah, sebenarnya hanya merupakan salah satu divisi saja dalam
bank konvensional.22
21 Halim Alamsyah,”Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia” hal 322 Machmud, Amir dan Rukmana, Bank Syariah:2010 hal 12
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 64
Page 72
Di Indonesia akhir-akhir ini perkembangan perbankan syariah telah berkembang
dengan pesat. Kini telah banyak bank-bank yang bersistem syariah. Berikut
perkembangan jumlah bank syariah dari tahun 1992.
Tabel 10 Data Perkembangan
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Keterangan 1992 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Bank Unit
Syariah1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 5 6 11 11 11
Unit Usaha
Syariah0 1 3 3 6 8 15 19 20 26 27 25 23 24 24
Jumlah Kantor
Bank1 40 62 96 127 299 401 504 531 597 822 998 1477 1702 1778
BPR Syariah 9 78 78 81 83 84 86 92 105 114 131 139 150 155 155
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia dan Data Statistik Perbankan
Berdasarkan perkembangan strukturisasinya Bank syariah ini mulai ada pada
tahun 1992. Namun saat itu hanya ada satu bank yang bersistem syariah dan 9 BPR
yang bersistem syariah. Perkembangannya pun masih sangat lambat maka hingga
tahun 1999 pun baru 78 bank syariah. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang
No.10 Tahun 1998 mengenai Konsep Perbankan Syariah. Pengembangan sistem
perbankan syariah terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan jasa perbankan
bagi masyarakat yang tidak dapat menerima konsep bunga dan mengembangkan
pembiayaan berdasarkan prinsip kemitraan.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 65
Page 73
Grafik 9 Perkembangan Struktur Perbankan Syariah
Pemerintah melakukan berbagai cara untuk meluaskan konsep perbankan syariah
kepada masyarakat luas. Terjadi peningkatan pada jumlah bank syariah itu sendiri.
seperti pada gambar diatas peningkatan terlihat pada tahun 2004 dan selanjutnya.
Meskipun pada awalnya masih banyak masyarakat yang belum mengenal dan
mempercayakan dananya disimpan di bank syariah tetapi akhir-akhir ini perbankan
syariah telah menjadi topic yang dibicarakan. Karena banyak sekali kelebihan yang
dimiliki oleh bank syariah. Bahkan ketika terjadi krisis global pada tahun 2008 tidak
memberika pengaruh yang besar terhadap perbankan syariah. Pada tahun tersebut
pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No.21 Tahun 2008 mengenai
perbankan syariah. dan hingga januari 2012 jumlah bank syariah masih terus
meningkat untuk jumlah kantor hingga 1778 kantor cabang. Hal ini mengindikasikan
bahwa perbankan syariah sudah mulai meluas di masyarakat Indonesia.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 66
Page 74
3.4.3 Perkembangan Kinerja Usaha Perbankan Syariah
Tabel 11 Data Perkembangan Pangsa Kegiatan Usaha Perbankan Syariah
terhadap Perbankan Nasional
Keterangan 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011Jan
2012
Total Aset 7858 15325 20879 26722 36538 49555 66090 94519 145466 143888
Dana Pihak
Ketiga5725 11862 15582 20672 25473 36852 52271 76036 115415 116517
Pembiayaan 5530 11490 15232 20445 26149 38195 46885 68181 102655 101689
(dalam miliar rupiah)
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia
Secara grafik digambarkan sebagai berikut :
Grafik 10 Kinerja Usaha Perbankan Syariah
Dengan berbagai macam produk yang dimiliki oleh bank syariah yang menjadi
ciri khas dibandingkan bank konvensional. Bank syariah mampu menunjukan kinerja
usaha yang terus meningkat. Perkembangan terus terlihat pada tahun 2003 yang
dimana berdasarkan grafik sebelumnya total asset yang dimiliki terus meningkat.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 67
Page 75
Meskipun nilai itu masih jauh dibanding bank konvensional. Namun pada januari
2012 total asset bank syariah telah mencapai 143.888 (miliar Rp).
Saat ini perbankan syariah telah menjadi industry yang tumbuh dengan pesat.
Akselerasi pertumbuhan perbankan syariah yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan
perbankan nasional berhasil meningkatkan porsi perbankan syariah dalam perbankan
nasional menjadi 4,0%. Jika tren pertumbuhan yang tinggi industry perbankan syariah
tersebut dapat dipertahankan, maka porsi perbankan syariah diperkirakan dapat
mencapai 15% - 20% dalam kurun waktu 10 tahun ke depan (Halim Alamsyah:
Deputi Gubernur BI).
3.4.4 Prospek Perbankan Syariah di Dunia
Dalam penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2011, Indonesia
menduduki urutan keempat negara yang memiliki potensi dan kondusif dalam
pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran, Malaysia dan Saudi Arabia
(Grafik 1). Dengan melihat beberapa aspek dalam penghitungan indeks, seperti
jumlah bank syariah, jumlah lembaga keuangan non-bank syariah, maupun ukuran
aset keuangan syariah yang memiliki bobot terbesar, maka Indonesia diproyeksikan
akan menduduki peringkat pertama dalam beberapa tahun ke depan. Optimisme ini
sejalan dengan laju ekspansi kelembagaan dan akselerasi pertumbuhan aset
perbankan syariah yang sangat tinggi, ditambah dengan volume penerbitan sukuk
yang terus meningkat.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 68
Page 76
Grafik 11 Islamic Finance Country Index (IFCI, 2011)
Pengembangan keuangan syariah di Indonesia yang lebih bersifat market driven
dan dorongan bottom up dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga lebih
bertumpu pada sektor riil juga menjadi keunggulan tersendiri. Berbeda dengan
perkembangan keuangan syariah di Iran, Malaysia, dan Arab Saudi, dimana
perkembangan keuangan syariahnya lebih bertumpu pada sektor keuangan, bukan
sektor riil, dan peranan pemerintah sangat dominan. Selain dalam bentuk dukungan
regulasi, penempatan dana pemerintah dan perusahaan milik negara pada lembaga
keuangan syariah membuat total asetnya meningkat signifikan, terlebih ketika negara-
negara tersebut menikmati windfall profit dari kenaikan harga minyak dan komoditas.
Peningkatan peranan industri keuangan syariah Indonesia menuju global player
juga terlihat meningkatnya ranking total aset keuangan syariah dari urutan ke-17 pada
tahun 2009 menjadi urutan ke-13 pada tahun 2010 dengan nilai aset sebesar US$7,2
miliar (Tabel 1). Dengan melihat perkembangan pesat keuangan syariah, terutama
perbankan syariah dan penerbitan sukuk, total aset keuangan syariah Indonesia pada
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 69
Page 77
tahun 2011 diyakini telah melebihi US$20 miliar sehingga rankingnya akan
meningkat signifikan (tabel 12)
Tabel 12 Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah
Rank CountryShari’ah Compliant Assets
($m)
1 Iran 293.165.1
2 Saudi Arabia 127.896.1
3 Malaysia 86.288.2
4 Uni Emirat Arab 84.036.5
5 Kuwait 67.630.2
6 Bahrain 46.159.4
7 Qatar 27.515.4
8 UK 19.410.5
9 Turkey 17.827.5
10 Bangladesh 7453.3
11 Sudan 7151.1
12 Egypt 6299.7
13 Pakistan 5126.1
14 Jordan 4621.6
15 Syria 3838.8
16 Iraq 3815
17 Indonesia 3388.2
18 Brunei 3201.4
19 Yemen 1318.3
20 Switzerland 1040.6
21 Mauritius 943.5
22 Algeria 837.5
23 Tunisia 632.3
24 Singapore 618
25 Thailand 495.5
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 70
Page 78
Sumber : Maris Strategies & The Banker, 2010 (dalam artikel Halim Alamsyah)
Digambarkan dalam sebuah grafik sebagai berikut :
Grafik 12 Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah
Dalam pemaparan tersebut menunjukan bahwa lembaga keuangan syariah di
Indonesia memiliki potensi dan prospek yang baik ke depannya. Dengan
pertumbuhan yang begitu pesat menunjukan bahwa perbankan syariah dari tahun ke
tahun semakin baik peningkatannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa perbankan
syariah Indonesia mampu bersaing dengan lembaga syariah luar negeri. Tentunya hal
ini diperlukan dorongan dari berbagai kalangan. Sangat dibutuhkan keterpaduan
langkah dari pada praktisi, akademisi maupun asosiasi agar pengembangan menjadi
lebih efektif dan efisien.
Peringkat Bank Terbesar di Indonesia
Pada tahun 2011, Bank Indonesia mengeluarkan daftar 10 Bank terbesar di
Indonesia. Hal ini dinilai berdasarkan jumlah asset yang bank tersebut miliki. Berikut
ini adalah daftar urutan bank terbesar di Indonesia :
1. PT Bank Mandiri Tbk, dengan Aset Rp 493,05 triliun
(13,5% dari total asset Perbankan)
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 71
Page 79
2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dengan aset Rp
456,382 triliun (12,49%)
3. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dengan aset Rp
380.927 triliun (10,43%)
4. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dengan aset Rp
289,458 triliun (7,92%)
5. PT Bank CIMB Niaga Tbk dengan aset Rp 164,247
triliun (4,5%)
6. PT Bank Danamon Indonesia Tbk dengan aset Rp
127,128 triliun (3,48%)
7. PT Pan Indonesia Bank Tbk (Panin) dengan aset Rp
118,991 triliun (3,26%)
8. PT Bank Permata Tbk dengan aset Rp 101,54 triliun
(2,78%)
9. PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) dengan aset
Rp 91,335 triliun (2,5%)
10. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dengan aset Rp
89,277 triliun (2,44%).23
23 Sumber : http://kabarjateng.com/kabar-jateng/read/10-bank-terbesar-di-indonesia-/
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 72
Page 80
Bab IV
Penutup
Kesimpulan dan Saran
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan
dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
banyak lagi produk bank lain yang diterbitkan. Lembaga keuangan berbentuk bank di
Indonesia berupa Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum
Syariah, dan juga Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Fungsi bank sangat
krusial bagi perekonomian suatu negara.Dimana bank sangat berperan penting dalam
sendi-sendi perekonomian di Indonesia baik secara nasional maupun dalam
perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan aset bank dalam bentuk
kepercayaan masyarakat sangat penting dijaga guna meningkatkan efisiensi
penggunaan bank dan efisiensi intermediasi serta untuk mencegah terjadinya bank
runs and panics. Agar terjaganya stabilitas perbankan yang ada.
Perbankan merupakan salah satu sektor yang diharapkan berperan aktif dalam
menunjang kegiatan pembangunan nasional atau regional.Peran itu diwujudkan dalam
fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi atau institusi perantara antara debitor
dan kreditor. Dengan demikian,pelaku ekonomi yang membutuhkan dana untuk
menunjang kegiatannya dapat terpenuhi dan kemudian roda perekonomian bergerak.
Pentingnya pengawasan juga disebabkan karakteristik usaha Bank. Berbeda dengan
perusahaan jasa keuangan lainnya bank menyediakan produk berupa penerimaan
simpanan dan pemberian kredit. Produk dalam bentuk simpanan harus dibayar oleh
bank setiap saat atau beberapa waktu setelah adanya permintaan pembayaran dari
nasabah.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 73
Page 81
Glosarium
API : Arsitektur Perbankan Indonesia
AKUISISI : Pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh
kelompok investor
ATM : Anjungan Tunai Mandiri
BUNGA : Imbal jasa atas pinjaman uang atau simpanan di lembaga
keuangan
BMT : Bait al Maal at Tamwil (Lembaga Simpan Pinjam)
BMI : Bank Muamalat Indonesia
BANKIR :Seseorang yang bekerja di bank dan sedang/pernah
berkecimpung dalam bidang teknis operasional dan non
operasional perbankan.
CALL MONEY : Penempatan atau peminjaman dana jangka pendek (dalam
hitungan hari) antar bank
CAPITAL LEVERAGE RATIO : Rasio Hutang, rasio ini digunakan untuk untuk
mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan
dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak
luar.
COST OF FUND : Biaya yg dikeluarkan oleh bank atas dana nasabah yg
ditempatkan.
DINAMISATOR : Bank merupakan pusat perekonomian, sumber dana,
pelaksana lalu lintas pembayaran, memproduktifkan tabungan
dan pendorong kemajuan perdagangan nasional dan
internasional.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 74
Page 82
DEPOSITO : Uang yang disimpan di bank yang hanya bisa diambil setelah
jangka waktu tertentu (sesuai perjanjian, misal setelah 1 thn,
setelah 3 tahun atau setelah 5 tahun).
DEPT INSTRUMEN: Janji tertulis untuk membayar kembali sejumlah uang tertentu
FINANCIAL : Kemampuan modal yang dimiliki oleh badan usaha
GIRO : Simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek surat
perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah
bukuan.
INKASO : Merupakan penagihan warkat (surat-surat berharga seperti
cek, bilyet giro) yang berasal dari luar kota atau luar negeri.
KLIRING : Sarana perhitungan utang-piutang antar bank dengan cara
saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat
dagang guna memperlancar.lalulintas pembayaran
KARTU PLASTIK / BANK CARD: lebih populer dengan sebutan kartu kredit atau
juga uang plastik. Kartu ini dapat dibelanjakan
di berbagai tempat perbelanjaan atau tempat
hiburan.
KREDIT : Pinjaman sampai batas tertentu yang diizinkan oleh Bank
KONVENSIONAL : Merupakan Bank yang beroperasi secara Umum
KONSOLIDASI : Dua buah perusahaan yang bergabung bubar demi hukum dan
sebagai gantinya didirikan suatu perusahaan dengan nama yang
baru meskipun secarafinancial perusahaan baru tersebut
mengambil alih asset hak dan kewajiban dari 2 perusahaan
yang bubar tersebut
MERGER : Pengurangan berbagai aktifitas yang sama yang ada dalam
bank / penggabungan beberapa perbankan untuk
meoptimalisasi kinerja bank
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 75
Page 83
OBLIGASI : Merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat
dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang
menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada
periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang
telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
PROFIT : Keuntungan yang dapat diperoleh
RESTRUKTURISASI PERBANKAN : Pemulihan Kembali Kinerja perbankan
SBI : Sertifikat Bank Indonesia
SAFETY BOX : Dikenal dengan istilah safe loket jasa pelayanan ini
memberikan layanan penyewaan box atau kotak pengaman
tempat menyimpan surat-surat berharga atau barang-¬barang
berharga milik nasabah.
STABILITAS BANK : Menstabilkan nilai tukar uang, nilai kurs atau harga
barang-barang relatif stabil atau tetap, baik secara langsung
maupun melalui mekanisme Giro Wajib Minimum (GWM)
bank.
UANG KARTAL : Alat pembayaran yang sah dan wajib digunakan oleh
masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli sehari-hari.
UANG GIRAL : Merupakan uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk
simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan
(contoh nya :cek)
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 76
Page 84
Daftar Pustaka
Sumber Buku :
Hasibuan, Malayu, 2005, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara
Simurangkir, O.P, 2001, Dasar dan Mekanisme Perbankan, Jakarta : Yagraf
Suhendi, Hendi, 2008, Fiqh Muamalah, Jakarta : Raja Grafindo
Arthesa, Ade dan Edia Hendiman, 2006, Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya, Jakarta
Arifin, Zainul, 2005, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta :
Alfabet
Kasmir, 2008, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Raja Grafindo
Machmud, Amir dan Rukmana, 2010, Bank Syariah, Jakarta : Erlangga
Laporan Perekonomian Indonesia diterbitkan oleh Bank Indonesia tahun
1990- 2012
Data Statistik Perbankan Indonesia Tahun 2012
Artikel : Alamsyah, Halim, Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah
Indonesia : Tantangan dalam menyongsong MEA 2915, Ikatan Ahli Ekonomi Islam
Sumber Internet :
Situs www.kabarjateng.com
http://kabarjateng.com/kabar-jateng/read/10-bank-terbesar-di-indonesia/
Situs www.okezone.comhttp://economy.okezone.com/read/2012/09/14/457/690042/
stabilitas-keuangan-terjaga-perbankan-bergerak-positif
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA 77