Top Banner
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “QAIT” MENGGUNAKAN MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 4 PADANG A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang dengan pesat seiring berjalannya waktu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak lepas dari peranan ilmu fisika sebagai salah satu dasar yang membangun teknologi. Berbagai produk teknologi yang telah dikonsumsi oleh masyarakat dihasilkan dari aplikasi ilmu fisika. Oleh karena itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi menuntut sumber daya manusia yang berkualitas terutama sumber daya menusia yang ahli dalam ilmu fisika. Dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas maka mutu pendidikan harus ditingkatkan. Banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan diantaranya memperbaiki sarana dan prasarana, mengadakan pelatihan guru serta melakukan sertifikasi guru. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa bealajar fisika adalah hal yang tidak menyenangkan. Belajar fisika dirasakan sebagai beban bagi siswa karena pelajarannya sulit, hanya mendengarkan penjelasan guru, dan mencatat rumusan matematis yang diberikan guru. Banyak siswa yang menganggap bahwa belajar 1
59

perbaikan pbb II

Jun 24, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: perbaikan pbb II

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “QAIT”

MENGGUNAKAN MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

SISWA KELAS X SMAN 4 PADANG

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang dengan pesat seiring

berjalannya waktu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak

lepas dari peranan ilmu fisika sebagai salah satu dasar yang membangun

teknologi. Berbagai produk teknologi yang telah dikonsumsi oleh masyarakat

dihasilkan dari aplikasi ilmu fisika. Oleh karena itu perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang terjadi menuntut sumber daya manusia yang

berkualitas terutama sumber daya menusia yang ahli dalam ilmu fisika.

Dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas maka mutu

pendidikan harus ditingkatkan. Banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah

untuk meningkatkan mutu pendidikan diantaranya memperbaiki sarana dan

prasarana, mengadakan pelatihan guru serta melakukan sertifikasi guru.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa bealajar fisika adalah hal

yang tidak menyenangkan. Belajar fisika dirasakan sebagai beban bagi siswa

karena pelajarannya sulit, hanya mendengarkan penjelasan guru, dan mencatat

rumusan matematis yang diberikan guru. Banyak siswa yang menganggap

bahwa belajar fisika hanyalah rutinitas untuk mengisi absensi di dalam kelas.

Pembelajaran fisika memerlukan waktu latihan yang banyak.

Siswa seharusnya dapat mengulang kembali pelajaran yang telah

dipelajari dirumah dengan berpedoman pada buku cetak ataupun catatan yang

mereka buat. Namun hal tersebut jarang dilakukan oleh siswa karena mereka

tdak mengerti dengan bahasa buku dan juga tidak memahami apa yang telah

mereka catat sendiri. Siswa cenderung malas belajar karena tidak mampunyai

sumber belajar yang dipahami.

Observasi yang dilakukan di SMAN 4 Padang terhadap hasil belajar

fisika ternyata nilai fisika juga menunjukkan hasil yang kurang

1

Page 2: perbaikan pbb II

menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ujian akhir semester

ganjil kelas X Tahun Ajaran 2009/2010 seperti Tabel 1.

Tabel 1. Nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil kelas X SMAN 4 Padang

TA 2009/20101

Kelas X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

Nilai Rata-Rata

74,89

75,13

69,68

66,95

67,79

66,78

67,71

67

PersentaseTuntas KKM

87 89 63 62 62,5 65 60 61

( Sumber: Guru Mata Pelajaran Fisika Kelas X SMAN 4 Padang )

Berdasarkan kesepakatan guru mata pelajaran fisika di SMAN 4 Padang,

hasil belajar yang diharapkan bagi siswa untuk mata pelajaran fisika idealnya

melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 73, dan suatu kelas

dinyatakan tuntas belajar jika telah terdapat 70% siswa yang mencapai nilai

ketuntasan klasikal. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak siswa yang tidak

mencapai nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

Tidak tarcapainya nilai yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti guru, sarana, dan

siswa itu sendiri. Kebanyakan guru kurang jelas dalam menyampaikan

instruksi dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak dapat menangkap

informasi yang diberikan dengan baik. Pembelajaran yang berlangsung tidak

dalam situasi yang kondusif untuk belajar, jumlah siswa yang terlalu banyak

menyulitkan guru untuk dapat mengontrol siswa dengan baik. Waktu

pembelajaran yang singkat juga mengakibatkan hasil belajar yang tidak

maksimal.

Guru harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Fungsi guru

sebagai fasilitator menuntut guru agar dapat memberikan fasilitas belajar bagi

siswa. Sebagai motivator guru harus dapat memberikan motivasi bagi siswa

agar siswa dapat bersemangat lagi dalam belajar. Salah satu cara yang dapat

2

Page 3: perbaikan pbb II

dilakukan guru untuk memotivasi siswa adalah dengan pemberian reward bagi

siswa yang mempunyai kemampuan lebih.

Guru harus lebih kreatif dalam menciptakan model pembelajaran yang

tepat agar siswa lebih aktif dalam belajar. Guru harus bisa memberikan

instruksi yang jelas dan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif.

Selain itu guru dapat memberikan motivasi yang lebih kepada siswa dengan

cara pemberian penghargaan/ reward terhadap hasil belajar siswa. Guru juga

diharapkan mampu mengkondisikan pembelajaran agar dapat menggunakan

waktu seefektif mungkin.

Untuk melakukan hal ini guru memerlukan model pembelajaran yang

dapat membuat siswa lebih mengerti dengan konsep fisika. Salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan guru adalah Model “QAIT”. Model ini

merupakan suatu model pembelajaran yang terdiri dari empat komponen yaitu

quality of intruction, appropriate levels of instruction, incentive, dan time

(Slavin, 1987:90 dalam Elliot, 1996: 448)

Sebelumnya telah ada yang melakukan penelitian mengenai model

pembelajaran “QAIT” ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Teti (2008) .

Penelitian tersebut telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa, namun Teti

sendiri menyatakan akan lebih baik lagi jika siswa dapat mengingat pelajaran

dalam jangka waktu yang lama dan dapat mengaitkan sendiri konsep-konsep

yang ada .

Dari penelitian tersebut peneliti tertarik untuk menggunakan model

“QAIT” yang dipadukan dengan teknik pencatatan yang menuntut siswa dapat

mengaitkan sendiri konsep-konsep yang ada. Untuk mengantisipasi hal

tersebut perlu adanya dilakukan teknik pencatatan yang kreatif yang dapat

membuat siswa menjadi tidak bosan, kreatif dan kritis. Salah satu yang dapat

dilakukan adalah dengan menggunakan mind map. Mind map ini adalah teknik

mencatat yang menggunakan kata kunci, warna dan gambar. Siswa dapat

membuat catatan berdasarkan pikiran mereka untuk menyimpulkan pelajaran

yang diberikan. Siswa akan lebih kreatif dalam membentuk peta pikiran dan

mampu menyelesaikan persoalan secara sistematis.

3

Page 4: perbaikan pbb II

Model pembelajaran “QAIT” ini dapat dilengkapi dengan pemakaian

teknik pencatatan yang dapat memberikan suasana yang kondusif dan dapat

membuat siswa belajar dengan aktif. Dengan penggunaan mind map ini siswa

dituntut untuk lebih aktif dan kreatif. Siswa dapat membuat pemetaan materi

dengan caranya masing-masing. Pembuatan mind map ini dapat dilakukan

dalam kelompok- kelompok kecil ataupun secara pribadi.

Dengan adanya penerapan model pembelajaran “QAIT” menggunakan

mind map ini diharapkan hasil belajar siswa kan meningkat, karena kualitas

pembelajaran telah meningkat. Bukan hanya peningkatan yang berasal dari

guru seperti pemberian instruksi yang jelas, suasana yang kondusif, pemberian

incentive serta pengaturan waktu yang baik, peran siswa untuk mereka sendiri

akan lebih sempurna dengan pencatatan hasil pembelajaran berdasarkan

pemikiran mereka secara aktif dan kreatif.

Hingga kini belum ada dilakukan penelitian mengenai penerapan model

pembelajaran ”QAIT” menggunakan mind map. Berdasarkan uraian di atas

penulis akan melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh penerapan

model pembelajaran “QAIT” menggunakan Mind Map terhadap hasil

belajar fisika siswa kelas X SMAN 4 padang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah: apakah terdapat pengaruh yang berarti

penerapan model pembelajaran “QAIT” menggunakan mind map terhadap

hasil belajar fisika siswa kelas X SMAN 4 Padang.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terpusat dan terarah, maka penulis perlu

membatasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Materi yang diberikan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yaitu pada materi listrik yang terdapat pada KD

Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup sederhana

4

Page 5: perbaikan pbb II

(satu loop), mengidentifikasi penerapan konsep listrik AC dan DC dapam

kehidupan sehari-hari, dan menggunakan alat ukur listrik.

2. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil tes akhir dari materi

pelajaran yang diteliti pada ketiga aspek (kognitif, afektif dan

psikomotor).

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan

yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penerapan model pembelajaran “QAIT” menggunakan Mind Map terhadap

hasil belajar fisika siswa kelas X SMAN 4 padang.

E. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran di

kelas.

2. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada jenjang program

S1 Pendidikan Fisika di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang.

3. Sebagai referensi dan informasi bagi peneliti lain.

F. Kajian Teoritis

1. Tinjauan Tentang Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling

berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Setiap ada aktivitas

pembelajaran, pasti akan ada yang melakukan proses belajar. Slameto

(2003: 2) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”. Gulo (2002: 8) menjelaskan bahwa

5

Page 6: perbaikan pbb II

“belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang

yang mengubah tingkah laku, baik tingkah laku dalam berfikir, bersikap,

dan berbuat”. Muliyardi (2003:2) menjelaskan bahwa ada beberapa

karakteristik belajar, diantaranya adalah:

a. Belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan diri individu yang belajar.

b. Perubahan tersebut berupa kemampuan baru dalam memberikan respon terhadap stimulus.

c. Perubahan terjadi secara permanen, maksudnya perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, tetapi dapat bertahan dan berfungsi dalam waktu yang relatif lama.

d. Perubahan tersebut bukan karena proses pertumbuhan atau kematangan fisik, melainkan karena usaha sadar. Artinya, perubahan tersebut terjadi karena usaha individu.

Sagala (2003: 38) menjelaskan bahwa belajar mengacu pada proses

sebagai berikut:

1. Belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

2. Anak belajar dari mengalami, mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.

3. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan (subject matter).

4. Pengetahuan tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

5. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi yang baru.

6. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide mereka.

7. Proses belajar dapat mengubah struktur otak, perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.

Berdasarkan kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar

merupakan suatu proses perubahan yang secara sengaja dilakukan oleh

6

Page 7: perbaikan pbb II

individu untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam kurun waktu

yang relatif lama dan berlangsung secara terus menerus. Perubahan

tersebut juga akan bertahan dalam waktu yang relatif lama dan bersifat

pemanen. Anak dapat belajar dari proses mengalami dan mencatat sendiri

pengetahuan yang baru dengan cara sendiri.

Pembelajaran merupakan proses membelajarkan siswa

menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang menjadi

penentu utama keberhasilan pendidikan. Menurut Dimyanti dan

Mudjiono (2003:1) ”Pembelajaran adalah kegiatan guru secara

terprogram untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan

pada penyediaan sumber belajar”. Selain itu, pembelajaran juga lebih

ditekankan pada bagaimana upaya guru untuk mendorong dan

memfasilitasi siswa belajar, bukan pada apa yang dipelajari.

Sagala (2003: 63) menjelaskan bahwa pembelajaran mempunyai

dua karakteristik, yaitu:

1. Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam berfikir.

2. Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus-menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas pembelajaran adalah setiap kegiatan

yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu

kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis

7

Page 8: perbaikan pbb II

melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks

kegiatan belajar mengajar.

2. Tinjauan Tentang Pembelajaran Fisika Menurut KTSP

Kurikulum Tungkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurukulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan/ sekolah. KTSP merupkan seperangkat rencana pendidikan

yang berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik.

Salah satu komponen penting dari KTSP adalah pelaksanaan

pembelajaran. Pembelajaran yang berbasis KTSP dapat diartikan sebagai

suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan KTSP dalam suatu

aktivitas pembelajaran sehingga siswa menguasai seperangkat

kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Pelaksanaan pembelajaran yang berbasis KTSP tersebut dapat dilihat dari

pendidikan IPA.

Depdiknas (2006: 443) menjelaskan bahwa pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi

juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan

dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri

dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar peserta didik dapat menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk

mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari

perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam.

8

Page 9: perbaikan pbb II

Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan

pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan

hukum alam.

Implementasi KTSP menuntut kemandirian guru untuk membangun

suasana yang kondusif dalam pembelajaran. Suasana kondusif yang

diharapkan bukan hanya dalam segi fisik tapi juga dalam segi non fisik.

Soedomo dalam Mulyasa (2008:76) menyatakan bahwa:

Semakin menyenangkan tatanan lingkungan fisik, akan memberikan dampak yang positif bagi proses belajar. Para pakar psikologis aliran ekologik telah mendapatkan temuan-temuan penelitian bahwa tata warna secara langsung akan mempengaruhi suasana jiwa, warna-warna cerah akan menyiratkan suasana jiwa yang optimistik.

Pembelajaran fisika yang dianggap membosankan akan bisa lebih

menyenagkan dengan pemakaian warna yang cerah dalam pembelajaran,

misalnya saja dalam pencatatan. Pencatatan dengan menggunakan warna

dan gambar akan memberikan suasana hati yang menyenangkan dalam

pembelajaran.

Depdiknas (2006: 443) menyatakan bahwa tujuan KTSP bagi

peserta didik dalam mata pelajaran fisika adalah :

1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan YME.

2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain.

3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, mengelola dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

4. Mengembangkan kemampuan bernalar dan berfikir analisis, induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya

9

Page 10: perbaikan pbb II

diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Fisika dianggap penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran

tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan

bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan

sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berfikir yang berguna

untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata

pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu

membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah

kemampuan yang menjadi syarat untuk memasuki jenjang pendidikan

yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.

Pembelajaran fisika hendaknya dapat memenuhi kriteria

pembelajaran yang berkualitas. Kriteria pembelajaran yang berkualitas

harus memiliki ciri 3M yaitu (jipkendal.2008)

1. Menyenangkan : siswa mengikuti pembelajaran dengan perasaan riang, gembira dan bahagia sehingga siswa terlibat penuh, antusias dan ceria.

2. Memuaskan : kebutuhan & rasa ingin tahu dari siswa terpenuhi sehingga mereka mau kembali belajar. Dari sisi guru, indikator pencapaian terpenuhi sehingga juga muncul kepuasan.

3. Membekas : apa yang diajarkan secara kognitif membekas di pikiran siswa sehingga tidak akan lupa. Selain itu secara afektif dan psikomotorik akan membentuk perilaku baru pada siswa menjadi lebih baik.

Pembelajaran yang berkualitas harus didukung oleh guru yang

berkualitas. Guru yang berkualitas harus dapat melaksanakan hal sebagai

berikut:

1. Atraktif, dengan cara mampu menarik perhatian sehingga siswa

mau, senang dan aktif belajar

2. Interaktif , yaitu dapat mengajar dengan kreatif dan efektif sehingga

siswa menguasai ilmu yang dipelajari

10

Page 11: perbaikan pbb II

3. Inspiratif, yaitu dapat menggugah dan memotivasi siswa untuk terus

mencintai, mengembangkan dan menyebarkan ilmunya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka jelaslah bahwa dalam

pembelajaran tidak hanya menuntut guru atau siswa saja yang aktif, tapi

keduanya harus dapat melaksanakan fungsinya secara maksimal. Guru

harus dapat memberikan pembelajaran yang berkualitas dan siswa dapat

menemukan, mencatat serta mengkomunikasikan dengan baik konsep-

konsep yang telah didapatkan.

3. Tinjauan Tentang Model “QAIT”

Suatu model pembelajaran yang diusulkan oleh Slavin (1987:90)

dalam Elliot (1996:448) menekankan bahwa model “QAIT” terdiri dari

empat komponen yaitu:

a. Quality of intruction

Quality of intruction merupakan derajat dari informasi atau

kecakapan (skill) dari pengajar jadi murid dapat dengan mudah untuk

belajar. Kualitas dalam mengajar termasuk dalam kegiatan-kegiatan

seperti memberi nasehat/ceramah, memanggil siswa, diskusi,

membantu siswa dengan tugas, dan lain-lain. Jika kualitas dari

mengajar baik maka murid semakin tertarik, lebih mudah mengingat

pelajaran dan dapat mengaplikasikannya.

Hal penting agar lebih mudah dalam mengajar, guru harus

mempersiapkan informasi-informasi yang akan diberikan kepada

siswa seperti memberikan contoh-contoh, demonstrasi/peragaan,

gambar-gambar dan diagram. Hal penting lainnya adalah guru harus

memperhatikan waktu/frekuensi dalam mengajar. Guru harus

memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk

memperkirakan apakah mereka paham atau tidak dengan pelajaran

yang telah diberikan. Apabila siswa belum paham tidak ada salahnya

11

Page 12: perbaikan pbb II

untuk mereview apa yang sudah dijelaskan sebelumnya (http://

psychemate.blogspot.com)

Menurut Slavin (1987:90) dalam Elliot (1996:448) langkah-

langkah yang harus dilakukan guru untuk membuat siswa mengerti

adalah sebagai berikut:

1) Memberikan informasi yang tepat dan model yang sistematis

2) Menggunakan gambar yang jelas dan contoh yang nyata

3) Memberikan pengulangan dan penguatan

b. Appropriate levels of intruction

Appropriate levels of instruction adalah keadaan dimana guru

dapat memastikan bahwa muridnya siap untuk belajar materi

pelajaran baru dan belum pernah dipelajari. Dengan kata lain, level

pengajaran adalah tepat jika pelajaran tersebut tidak terlalu sulit dan

juga tidak terlalu mudah untuk murid.

Menurut Slavin (1987:90) dalam Elliot (1996:448) langkah-

langkah yang dilakukan sewaktu melakukan pembelajaran adalah:

1) Membuat situasi yang kondusif

2) Pembelajaran tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit

3) Memperhatikan perbedaan individu yaitu memperhatikan

kesulitan belajar individu

c. Incentive

Incentive yaitu derajat dimana guru yakin bahwa muridnya

termotivasi untuk belajar dan mengerjakan tugas. Incentive atau

motivasi datang dari karakteristik atau jenis tugas itu sendiri (seperti

seberapa menariknya materi yang diajarkan), dari karakteristik

muridnya (seperti rasa ingin tahu yang besar dari murid), dan dari

reward yang disediakan oleh guru atau sekolah (seperti naik kelas,

hadiah, pujian, feedback, sertifikat, dan lain-lain)

12

Page 13: perbaikan pbb II

Langkah terbaik yang harus dilakukan guru agar siswa

termotivasi adalah setiap awal pembelajaran kepada siswa deserahkan

kemajuan hasil belajarnya misalnya dengan tugas atau kuis. Dengan

mengetahui hasil yang diperolehnya siswa akan dapat menilai sejauh

mana kemampuan mereka. Hasil tersebut bisa menjadi cermina bagi

mereka untuk pembelajaran selanjutnya.

d. Time

Time adalah derajat dimana murid diberikan waktu yang cukup

untuk mempelajari materi yang diberikan. Waktu yang tersedia untuk

mengajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu jadwal mengajar yang

telah diinstruksikan/diatur dan waktu yang sebenarnya untuk

mengajar. Kedua jenis waktu dipengaruhi oleh pengaturan kelas dan

strategi disiplin. Hal ini terlihat jika murid memiliki perilaku yang

baik, termotivasi, serta punya tujuan & perhatian, kemudian guru

memiliki persiapan yang baik dan mempunyai banyak waktu bagi

murid untuk mempelajari apapun materi yang diajarkan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah model ”QAIT”

adalah sebagai berikut:

a) Tahapan I (Quality)

(1) Guru memberkan instruksi yang jelas mengenai

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

(2) Guru membagikan bahan ajar yang dilengkapi dengan

informasi materi dan permasalahan yang menyangkut materi

yang dipelajari.

b) Tahapan II (Appropriate)

Membuat situasi kondusif, maksudnya agar pembelajaran lebih

efektif guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang

heterogen.

c) Tahapan III(Incentive)

13

Page 14: perbaikan pbb II

Guru memberikan penghargaan / bonus kepada siswa.

d) Tahapan IV(Time)

Penggunaan waktu dalam pembelajaran harus seefektif

mungkin.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa model

pembelajaran ”QAIT” ini menuntut adanya pembelajaran yang

berkualitas dari guru, suasana belajar yang kondusif, pemberian reward

kepada siswa yang aktif dan pemakaian waktu yang efektif dalam proses

pembelajaran.

4. Tinjauan Tentang Mind Map

Tony Buzan (2007),menyatakan bahwa Mind Map adalah teknik

mencatat atau mengingat sesuatu dengan bantuan gambar dan warna,

sehingga kadua bagian otak manusia dapat digunakan secara maksimal.

Menurut Buzan, dengan memanfaatkan gambar dan teks pendek

(kata kunci) ketika kita mencatat atau mengungkapkan ide yang ada

dalam pikiran kita, maka kita telah menggunakan kadua belah otak

secara sinergis. Apalagi kalau kita menambahkan warna-warni cerah

untuk teks pendek dalam catatan itu. Karena menurut penelitian, otak

dapat lebih mudah menerima teks pendek daripada teks panjang.

Mind map bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual

dan grafis yang akhirnya yang dapat membantu merekam, memperkuat

dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari (Jansen dalam

Mispawati 2008:9). Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh

Buzan dalam Mispawati (2008:9) bahwa mind map merupakan peta

pelajaran yang hebat bagi ingatan, dengan memberikan kemudahan dalam

mengatur segala fakta dan hasil pemikiran sehingga cara kerja alami otak

akan dilibatkan dari awal, ini berarti bahwa upaya untuk mengingat

(remembering) dan menarik kembali (recalling) informasi akan lebih

mudah dan lebih dapat diandalkan daripada menggunakan pencatatan

tedisional.

14

Page 15: perbaikan pbb II

Gegesik (2009) menyatakan ada beberapa manfaat Mind Map untuk

pengembangan diri, diantaranya adalah untuk:

a. Memperkaya kegiatan brainstorming, baik yang dilakukan secara berkelompok maupun perorangan. Cocok dengan teknik pemetaan pikiran yang strukturnya mengalir bebas.

b. Untuk mengefektifkan waktu, pemetaan pikiran dapat menjadikan waktu lebih efektif dan produktif.

c. Menyusun daftar tugas, pemetaan pikiran dapat membantu dalam menyusun daftar tugas yang dapat memotivasi kita untuk menyelesaikannya.

d. Melakukan presentasi yang dinamis. Dengan pemetaan pikiran, materi presentasi akan dapat diingat lebih mudah dan membuat para pendengar mendapatkan materi yang kaya dan bervariasi.

e. Membuat catatan yang memberdayakan diri. Metode pencatatan pemetaan pikiran yang menggabungkan teks dan gambar ini akan membantu seseorang dalam mengelola informasi, menambahkan kaitan dan asosiasi, serta menjadikan informasi lebih bertahan lama dalam ingatan.

Pemakaian Mind Map akan memberikan berbagai manfaaat, mulai

dari pengefektifan waktu sampai dengan pemberdayaan diri secara

maksimal. Informasi yang diterima akan tersimpan dalam jangka waktu

yang lama dengan pemakaian Mind Map ini.

Mind map adalah diagram yang dibuat untuk mengekspresikan kata,

ide dan tugas atau hal-hal lain yang terkait dan dikelola seputar kata

kunci/ide sentral. Mind map dipakai untuk membangkitkan,

memvisualisasikan, menstruktur dan mengklasifikasikan ide, dan sebagai

alat untuk membantu dalam: belajar, menulis, organisasi, penyelesaian

masalah, pengambilan keputusan.( http://en.Wikipedia.org.apa-itu-mind-

map.html)

Buzan (2007:15) mengemukakan langkah-langkah yang dapat

dilakukan dalam pembuatan mind map adalah:

a. Mulailah dari bagian tengahkertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar.

b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral.

15

Page 16: perbaikan pbb II

c. Gunakan berbagai warna karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar.

d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua.

e. Gunakan garis-garis lengkung dan alur yang nyaman buat Anda. Tidak ada aturan khusus dalam membuat mind mapping sebab pembuatannya berdasarkan pemikiran masing-masing individu.

f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.

Dalam membuat Mind Map juga disarankan menggunakan warna.

Cara ini akan mempermudah kita untuk menyusun pokok pikiran yang

berbeda serta memperkuat efek asosiasi yang dibentuk oleh kata kunci-

gambar-warna. Dengan demikian Mind Map menjadi cara mencatat yang

mengakomodir cara kerja otak secara natural. Berbeda dengan catatan

konvensional yang ditulis dalam bentuk daftar panjang ke bawah, maka

mind map memberikan kesan suatu subjek sebagai satu kesatuan yang

saling berhubungan.

Menggunakan catatan berupa outline tradisional akan menyebabkan

kebosanan karena harus membaca deretan kata yang panjang. Sedangkan

dengan mind map akan lebih menarik karena hanya berupa kata kunci

yang dilengkapi warna dan gambar. Hal tersebut akan membuat

informasi akan dapat diterima dengan baik dan dapat diingat dalam

jangka waktu yang lama.

5. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh oleh siswa setelah

melaksanakan proses pembelajaran, baik dalam bentuk prestasi ataupun

dalam bentuk perubahan tingkah laku dan sikap siswa. Hasil belajar dapat

dijadikan tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam

memahami dan menguasai pelajaran. Pengamatan serta penilaian

senantiasa dilakukan selama proses pembelajaran dalam usaha

memperbaiki prestasi dan tingkah laku peserta didik.

16

Page 17: perbaikan pbb II

Pada saat ini kurikulum IPA di Sekolah Menengah Atas (SMA)

telah dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi.

Kompetensi tersebut terdiri dari Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD). SK dan KD merupakan arah atau landasan

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sedangkan dalam

merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan

standar proses dan standar penilaian.

Hasil belajar dapat dilihat dari tes atau evaluasi hasil belajar yang

dilakukan oleh guru.

Depdiknas (2006: 18) menyatakan bahwa :

“Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan”.

Sudjana (2002: 3) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar adalah

proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa

dengan kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut dapat berupa keterampilan,

nilai, dan sikap setelah siswa mengikuti dan mengalami proses belajar

yang pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan

dari proses belajar dan pembelajaran dalam SK dan KD.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik

tujuan kurikuler maupun instruksional menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Bloom dalam Arikunto (1999: 115) yang secara garis besar

terbagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Sudjana (2002: 22) menyatakan bahwa ketiga ranah tersebut adalah:

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu:a. Pengetahuan (knowledge)

Siswa dituntut untuk mengetahui dan mengenal satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana.

b. Pemahaman (comprehension)

17

Page 18: perbaikan pbb II

Siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.

c. Aplikasi (apllication) Dalam aplikasi ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyeleksi atau memilih suatu konsep, hukum, aturan, gagasan, dan cara tertentu secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya dengan benar.

d. Analisis (analysis) Siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.

e. Sintesis (synthesis) Dengan sintesis diminta untuk melakukan generalisasi.

f. Evaluasi (evaluation)Mengevaluasi dalam aspek kognitif ini menyangkut masalah benar atau salah yang didengarkan atas dalil, hukum, prinsip dan pengetahuan.

2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ada enam aspek psikomotor yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan belajar harus

mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar

dengan sebaik-baiknya. Guru harus dapat memanfaatkan dan

mengorganisasikan semua aspek yang ada dengan baik demi tercapainya

hasil belajar yang optimal. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan

oleh guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar sehingga pada

akhirnya guru dapat menentukan metode dan pendekatan yang tepat

untuk proses pembelajaran selanjutnya.

G. Kerangka Berpikir

Menurut KTSP dalam proses pembelajaran harus dapat melibatkan

siswa secara aktif dengan didampingi guru sebagai fasilitator dan

motivatornya. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, dalam proses

18

Page 19: perbaikan pbb II

Siswa

Hasil Belajar Siswa

KTSP dan Pembelajaran Fisika

Penggunaan mind map dalam pembelajaran Model “QAIT”

Guru

pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran yangs sesuai dengan

satuan pendidikannya. Dengan menerapkan model pembelajaran “QAIT”

menggunakan mind map diharapkan siswa akan lebih aktif dalam

pembelajaran dan guru dapat menjalankan perannya sesuai dengan tutuntan

KTSP. Dengan demikian diharapkan nantinya akan berdampak yang baik

terhadap hasil belajar siswa. Diharapkan hasil belajar siswa akan lebih

meningkat. Secara diagram dapat dilihat dari Gambar 1 berikut:

Gambar 1: Kerangka Berpikir

H. Perumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang masih harus diuji kebenarannya. Berdasarkan kajian teoritis, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian (Hi) yaitu: ”terdapat pengaruh yang berarti

penerapan model pembelajaran “QAIT” menggunakan Mind Map terhadap

hasil belajar fisika siswa kelas X SMAN 4 Padang.

I. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian eksperimen semu

(quasi eksperimental research), yang bertujuan untuk memperoleh

informasi yang nerupakan perkiran bagi informasi dalam keadaan yang

19

Page 20: perbaikan pbb II

memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang

relevan. Pada penelitian ini digunakan dua kelas sampel, yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan

berupa penerapan model pembelajaran “QAIT”, menggunakan mind map

sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran model “QAIT”

saja. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control

Group Only Design. Suryabrata (2006: 105) menyatakan desain penelitian

Randomized Control Group Only Design dapat digambarkan seperti pada

Tabel 2.

Tabel 2. Rancangan Penelitian

Group Treatment PosttestEksperimen X T

Kontrol - TKeterangan :

X = Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu penerapan

model pembelajaran “QAIT” menggunakan mind map

T = Tes akhir yang diberikan pada kelas kontrol dan eksperimen.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Sugiyono (2006: 117) mengatakan bahwa “populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas X SMAN 4 Padang selain kelas khusus,

yaitu X1 dan X2.

20

Page 21: perbaikan pbb II

b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diambil

sebagai sumber data dan dapat mewakili populasi tersebut. Sampel yang

diambil harus menggambarkan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Untuk mendapatkan sampel yang representatif, maka dalam

penelitian ini dapat digunakan teknik Purposive Random Sampling.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah

sebagai berikut:

1) Mengumpulkan data hasil ulangan harian kelas X untuk mata

pelajaran fisika pada seluruh kelas populasi.

2) Menganalisis skor hasil ulangan harian dengan menghitung nilai

rata-rata (X̄ ) populasi dan standar deviasi.

3) Menghitung nilai rata-rata (X̄ ) tiap kelas.

4) Mengambil dua kelas sampel yang nilai rata-ratanya sama dengan

nilai populasi secara stasistik.

5) Melakukan uji kesamaan dua rata-rata terhadap kedua kelas

menggunakan uji t dengan syarat penggunaan uji t adalah sampel

harus berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan

homogen, untuk itu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

6) Setelah didapatkan dua kelas yang berasal dari populasi yang

terdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan pemilihan

kelas eksperimen dan kelas kontrol secara acak.

3. Variabel dan Data

a. Variabel

Sugiyono (2006: 60) menyatakan bahwa variabel penelitian

adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Sesuai dengan defenisi

21

Page 22: perbaikan pbb II

diatas dan untuk kepentingan penelitian,maka penelitian ini

mempunyai tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan

variabel kontrol.

1) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model

pembelajaran “QAIT” menggunakan mind map.

2) Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar fisika siswa

pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor setelah diberikan

perlakuan.

3) Variabel kontrol papa penelitian ini adalah guru, mata pelajaran,

materi pelajaran, dan alokasi waktu yang sama.

b. Data

Data diperoleh secara langsung dari hasil perlakuan terhadap

sampel penelitian. Data ini berupa hasil belajar siswa untuk dinilai

aspek kognitifnya dan hasil observasi sikap siswa selama proses

belajar mengajar untuk aspek afektifnya. Dari segi psikomotor adalah

dengan menilai skil siswa dalam proses kegiatan laboratorium.

Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X

SMAN 4 Padang tahun pelajaran 2009/2010 yang terpilih sebagai

sampel untuk memperoleh data penelitian.

4. Prosedur Penelitian

Secara umum pelaksanaan penelitian dibagi atas tiga tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan

1) Menetapkan jadwal penelitian

2) Mempersiapkan materi penelitian

3) Menentukan populasi dan sampel

4) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan

silabus.

5) Mempersiapkan instrumen

22

Page 23: perbaikan pbb II

b. Tahap pelaksanaan

Pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelas yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan KTSP, tetapi model

pembelajaran yang digunakan berbeda. Skenario pembelajaran pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah

ini:

Tabel 3. Skenario pembelajaran

No Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

1

2

Pendahuluan (15 menit)

a. Siswa berdo’a dan membaca asmaul husna

b. Guru mengabsen kehadiran siswa

c. Guru memberikan apersepsi dan motivasi

d. Menyampaikan indikator yang harus dicapai

Kegiatan inti (100 menit)

a. Guru memberikan intruksi mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan jelas ( Quality)

b. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang mempunyai kemampuan heterogen (appropriate)

c. Guru membagikan LKS yang dilengkapi informasi materi dan permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompok

d. Siswa mendiskusikan permasalahan yang ada dalam kelompok masing-masing dan membuat mind map dari permasalahn yang ada

e. Setiap kelompok akan dipilih secara acak untuk mempresentaikan hasil diskusi

Pendahuluan (15 menit)

a. Siswa berdo’a dan membaca asmaul husna

b. Guru mengabsen kehadiran siswa

c. Guru memberikan apersepsi dan motivasi

d. Menyampaikan indikator yang harus dicapai

Kegiatan inti (100 menit)

a. Guru memberikan intruksi mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan jelas ( Quality)

b. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang mempunyai kemampuan heterogen (appropriate)

c. Guru membagikan LKS yang dilengkapi informasi materi dan permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompok

d. Siswa mendiskusikan permasalahan yang ada dalam kelompok masing-masing

e. Setiap kelompok akan dipilih secara acak untuk

23

Page 24: perbaikan pbb II

3

mereka dalam bentuk mind map.

f. Melakukan diskusi kelas yang dibimbing oleh guru.

g. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh hasil diskusi terbaik dan membuat mind map yang paling kreatif serta nilai tertinggi (Incentive)

h. Waktu untuk diskusi kelompok dibatasi (time)Penutup (20 menit)

a. Siswa dibawah bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran

b. Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai materi yang telah dibahas

c. Guru memberikan kuis mengenai materi yang telah dibahas

d. Guru memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan materi selanjutnya

mempresentaikan hasil diskusi mereka

f. Melakukan diskusi kelas yang dibimbing oleh guru.

g. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh hasil diskusi terbaik serta nilai tertinggi (Incentive)

h. Waktu untuk diskusi kelompok dibatasi (time)Penutup (20 menit)

a. Siswa dibawah bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran

b. Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai materi yang telah dibahas

c. Guru memberikan kuis mengenai materi yang telah dibahas

d. Guru memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan materi selanjutnya

c. Tahap Penyelesaian

Pada tahap akhir penelitian ini,maka peneliti akan melakukan:

1) Melaksanakan tes akhir pada kedua kelas sampel.

2) Mengolah data yang diperoleh dari kedua kelas sampel.

3) Menarik kesimpulan dari hasil yang didapat dengan teknik analisis

data yang digunakan.

5. Instrumen Penilaian

Instrumen adalah alat pengumpul data yang merupakan prosedur

yang sistematik dengan memperhatikan aturan yang telah ditentukan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

24

Page 25: perbaikan pbb II

yang merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur

perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik, setelah mereka

mengikuti proses pembelajaran. Instrumen ini mencakup pada tiga aspek,

yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

1. Instrumen Ranah Kognitif

Instrumen dalam penelitian ini adalah item tes objektif yang

dilaksanakan di akhir penelitian. Agar tes menjadi alat ukur yang

baik, maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Membuat kisi-kisi soal tes akhir berdasarkan KD dan indikator

b. Menyusun item tes akhir berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

c. Melakukan uji coba soal.

d. Melakukan analisis soal untuk mengetahui apakah soal tersebut

reliabel, valid, memiliki daya beda dan bagaimana tingkat

kesukarannya.

e. Dari hasil uji coba yang telah dianalisis diperoleh soal-soal tes

akhir yang baik.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menganalisis

soal adalah sebagai berikut:

1) Tingkat Kesukaran Soal (D)

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau

tidak terlalu sulit. Bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya soal disebut Tingkat Kesukaran (D). Tingkat kesukaran

ini dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk menentukan

adanya perbedaan kemampuan peserta tes. Untuk menentukan

tingkat kesukaran soal dapat digunakan perumusan seperti yang

diungkapkan oleh Slameto (1999: 219), yaitu :

D=RU +R L

NU +N L … (1)

Keterangan :

D : proporsi menjawab benar / tingkat kesukaranRU : Right Upper = jumlah jawaban benar dari kelompok atas

25

Page 26: perbaikan pbb II

RL : Right Lower = jumlah jawaban benar dari kelompok bawahNU : Number Upper = jumlah siswa yang termasuk 27%-33,3%

kelompok atasNL : Number Lower = jumlah siswa yang termasuk 27%-33,3%

kelompok bawah

Tingkat kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal (D)

No Tingkat Kesukaran Klasifikasi1.2.3.

0,00<D≤0,300,30<D≤0,700,70<D≤1,00

SukarSedangMudah

(Sumber: Slameto, 1999)

2) Daya Beda Soal (V)

Arikunto (2005 : 211) menyatakan bahwa “daya pembeda

soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang

berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan rendah”.

Indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes

yang berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan rendah

adalah indeks daya pembeda (item discrimination).

Rumus untuk menghitung daya beda berdasarkan Slameto (1999:

223) adalah :

V=RU−RL

NU … (2)

Keterangan :

V : indeks daya pembeda RU : Right Upper = jumlah jawaban benar dari kelompok

atas RL : Right Lower=jumlah jawaban benar dari kelompok

bawah NU : Number Upper=jumlah sisa yang termasuk 27%-33,3%

kelompok atas

26

Page 27: perbaikan pbb II

Klasifikasi indeks daya beda soal seperti berikut :

Tabel 5. Klasifikasi Indeks daya beda soal

No. Indeks Daya Beda (V) Klasifikasi1.2.3.4.

0,00 <V ≤ 0,200,20 <V ≤ 0,400,40 <V ≤ 0,700,70 <V ≤ 1,00

JelekCukupBaik

Baik sekali (Sumber: Slameto, 1999)

3) Validitas Soal

Suatu soal dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari

segi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik,

isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap

keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan.

4) Reliabilitas Soal

Nunnaly, Allen dan Yen, serta Anastasi dalam Surapranata

(2004: 89) mengatakan bahwa reliabilitas adalah kestabilan skor

yang diperoleh orang yang sama ketika diuji dengan tes yang sama

pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran lainnya. Untuk

menentukan reliabilitas tes digunakan rumus KR-21 yang

dikemukakan oleh Slameto (1999: 216) yaitu :

r11=( nn−1 )(1−

M (n−M )nS 2 )

… (3)

dimana dan M=

∑ XN

dan S=N ∑ X 2−( X )2

N ( N−1 )

… (4)

Keterangan :

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhanN : jumlah butir soal tesM : rata-rata skor tesN : jumlah pengikut tes

27

Page 28: perbaikan pbb II

S2 : varians totalX : skor pengikut tes

Untuk menentukan tingkat reliabilitas soal digunakan skala

yang dikemukakan oleh Slameto (1999: 215) pada tabel berikut:

Tabel 6. Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal

No. Indeks Reliabilitas (r11) Klasifikasi1.2.3.4.5.

0,80 ≤ r11 < 1,000,60 ≤ r11 < 0,800,40 ≤ r11 < 0,600,20 ≤ r11 < 0,400,00 ≤ r11 < 0,20

Sangat tinggiTinggiSedangRendah

Sangat rendah(Sumber: Slameto, 1999: 215)

2. Instrumen Ranah Afektif

Instrumen penilaian yang efektif adalah berupa lembar observasi

yang bertujuan untuk melihat sikap dan minat siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Observasi aspek afektif ini dilakukan setiap

pertemuan. Yang dinilai pada ranah afektif ini yakni sikap menerima,

merepon (menanggapi), menghargai , dan sikap melibatkan diri pada saat

pembelajaran (BINTEK :2008). Maksud dari sikap menerima disini

adalah mau mendengarkan serta mau bekerjasama, sikap menanggapi

adalah mau mengajukan pertanyaan, mau menjawab, dan mau mencatat,

sikap menghargai adalah dengan menghargai pendapat orang lain, serta

menunjukan perhatian yang sungguh-sungguh dalam belajar, dan sikap

melibatkan diri adalah aktif dalam belajar, serta menerima tanggung

jawab. Format penilaian ranah afektif ini dapat dilihat pada Tabel 7

berikut ini.

Tabel 7. Lembar Pengamatan Ranah Afektif

1) Sikap mau menerima yaitu dengan indikator mau mendengarkan

serta mau bekerjasama

28

Page 29: perbaikan pbb II

2) Sikap menanggapi yaitu dengan indikator mau mengajukan

pertanyaan, mau menjawab, dan mau mencatat

3) Sikap menghargai yaitu dengan indikator menghargai pendapat

orang lain, serta menunjukan perhatian yang sungguh-sungguh

dalam belajar

4) Sikap melibatkan diri dalam pembelajaran yaitu aktif dalam

kelompok dan menerima tanggung jawab.

Pada ranah ini yang dinilai adalah sikap atau perilaku siswa selama

pembelajaran berlangsung. Penilaian yang dilakukan dalam ranah ini

dibuat dalam bentuk format penilaian aspek afektif.

3. Instrumen Ranah Psikomotor

Penilaian pada ranah psikomotor dilakukan selama proses

pembelajaran berlangsung ketika melakukan praktikum dengan mengacu

pada rubrik penskoran, di akhir pembelajaran dengan mengacu pada

laporan kerja ilmiah, dan di akhir praktikum mengacu pada ujian praktek.

Rubrik penskoran berisi kriteria penilaian langkah-langkah kerja sistematis

yang harus dilakukan siswa saat unjuk kerja. Depdiknas (2003)

menyatakan :

”Pengisian rubrik penskoran tersebut memiliki pedoman penskoran:

A (bobot 4) : kriteria sangat tepat

B (bobot 3) : kriteria tepat

C (bobot 2) : kriteria kurang tepat

D (bobot 1) : kriteria tidak tepat

E (bobot 0) : kriteria tidak tahu apa-apa

Selanjutnya penilaian terhadap mind map yang dibuat siswa dapat

dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek, yaitu:

29

Page 30: perbaikan pbb II

a. Kelengkapan isi

b. Hierarki

c. Keindahan

d. Kejelasan isi

Skala penilaian disamakan dengan penilaian dalam aspek psikomotor

yaitu berdasarkan bobot/ skor yang didapatkan.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang diujikan

dalam penelitian diterima atau ditolak.

a. Penilaian Ranah Kognitif

Analisis data yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata

dengan melakukan uji t. Sebelum melaksanakan uji tersebut maka harus

dipenuhi syarat sebagai berikut :

a. Sampel berasal dari populasi diambil secara acak dan terdistribusi

normal.

b. Kedua kelas mempunyai varians yang homogen.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan

uji homogenitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal

dari suatu populasi yang terdistribusi normal, digunakan uji Lilieford

dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Data x1, x2, x3,..........xn yang diperoleh dari data yang terkecil

hingga data yang terbesar.

b) Data x1, x2, x3,..........xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,

Z3,...........Zn dengan rumus:

Zi=

xi−x

S

… (6)

Keterangan :

xi : skor yang diperoleh siswa ke-1

30

Page 31: perbaikan pbb II

x : skor rata-rata

S : simpangan baku

c) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung dengan peluang F ( Zi ) = ( Z < Zi ).

d) Dengan menggunakan properti Z1, Z2, Z3,..........Zn yang lebih

kecil dari atau sama dengan Zi, properti ini dinyatakan dengan S (

Zi ), maka :

S(Zi) … (7)

e) Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) yang kemudian ditentukan harga

mutlaknya.

f) Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih

tersebut yang disebut L0

g) Membandingkan nilai Lo dengan Ltabel yang terdapat pada taraf

nyata, α = 0,05 kriteria diterimanya yaitu hipotesis tersebut

normal jika Lo < Ltabel.

2) Uji homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel

mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk mengujinya

dilakukan uji F. Uji ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

a) Menentukan varians masing-masing data kemudian dihitung

harga F dengan rumus :

F=S1

2

S22 … (8)

Keterangan :

F : varians kelompok data

S12 : varians hasil belajar kelas eksperimen

31

Page 32: perbaikan pbb II

S22

: varians hasil belajar kelas kontrol

b) Jika harga sudah didapat maka bandingkan Fhitung tersebut dengan

harga F yang terdapat dalam daftar distribusi F tabel dengan taraf

signifikasi 5% dan dk pembilang = n1 – 1 dan dk penyebut = n2 –

1. bila harga Fhitung yang didapat dari perhitungan lebih kecil dari

harga Ftabel maka kedua kelompok data mempunyai varians yang

homogen, demikian juga sebaliknya.

3) Uji hipotesis

Hasil uji normalitas dan homogenitas menimbulkan beberapa

kemungkinan. Untuk menguji hipotesis maka dilakukan uji kesamaan

rata-rata dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan

mempunyai variansi homogen, dengan σ 1=σ2 (varian homogen)

dan σ tidak diketahui maka dilakukan uji t dengan rumus:

t=x1−x2

S √ 1n1

+1n2

… (9)

S=√(n1−1 )S12+(n2−1 )S2

2

n1+n2−2 … (10)

Keterangan :

x1 : nilai rata-rata kelas eksperimen

x2 : nilai rata-rata kelas kontrol

S1 : simpangan baku kelas eksperimen

S1 : simpangan baku kelas kontrol

n1 : jumlah siswa kelas eksperimen

32

Page 33: perbaikan pbb II

n2 : jumlah kelas kontrol

Harga thitung dibandingkan dengan ttabel yang terdapat dalam tabel

distribusi t. Kriteria pengujian adalah terima Ho jika :

−t1−1

2α< t<t

1−12

α pada taraf signifikan 0,05. Sedangkan untuk

harga lainnya Ho ditolak.

b) Jika sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan

variansi tidak homogen, maka digunakan rumus uji t’:

t '=X1−X2

√ S12

n1

+S

12

n2 … (11)

Dalam hal ini kriteria pengujian ditolak H0 jika

t ' >W 1 t1+W 2 t2

W 1+W 2 … (12)

Dimana: W 1=

S12

n1

;W 2=S

22

n2

t1=t (1−α )(n1−α )

t2=t (1−α )(n2−α )

c) Jika sampel tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal

dan kedua kelompok data tidak mempunyai varians yang

homogen, maka uji yang digunakan adalah uji U sebagai

berikut:

U =n1 n2+n1(n1+1)

2−∑ R1

… (13)

33

Page 34: perbaikan pbb II

U =n1 n2+n2(n2+1 )

2−∑ R2

… (14)

Keterangan:

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

R1= Jumlah rangking pada kelompok siswa yang belajar melalui penerapan model ”QAIT” menggunakan Mind map

R2= Jumlah rangking pada kelompok siswa yang belajar melalui pembelajaran model ”QAIT”

Untuk data dengan jumlah n1 dan n2 kecil dari 20 harga U

pada daerah penerimaan Hi dapat dilihat pada tabel U dan

kriteria penerimaan adalah terima Hi jika Uhitung ¿ Utabel. Karena

sampel tidak terdistribusi normal dan jumlah n1 dan n2 besar dari

20 maka digunakan uji U Mann Whitney dengan analisis

berdasarkan statistik z dengan mengambil harga U minimum

dimana:

z=Umin−

12

n1n2

√112

n1n2(n1+n2+1 )… (15)

Dengan kriteria pengujian terima H0 jika –z12(1−α )

≤z≤z 12(1−α )

b. Penilaian Ranah Afektif

Aspek afektif kesimpulan diambil bukan dengan melakukan uji

statistik, sebab pada aspek afektif nilai pada akhirnya akan disajikan

dalam bentuk kualitatif berdasarkan kriteria yang telah ditentukan,

34

Page 35: perbaikan pbb II

sehingga kesimpulan pun diambil berdasarkan perbandingan kualitas

kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Slameto (2001: 115) menyatakan ”Analisis data hasil observasi

dapat dilakukan menjumlahkan item-item dari tiap aspek yang dicek (√)

kemudian ditentukan persentasenya, selanjutnya dikonversikan dalam

bentuk huruf.” Sesuai dengan pendapat tersebut, lembar observasi ranah

afektif dalam penelitian ini diisi dengan cara mencek skor yang

diperoleh siswa untuk setiap aspek pengamatan selama pembelajaran

berlangsung. Penilaian afektif ini dilakukan selama 5 kali pertemuan

dengan 5 aspek pengamatan dan skor maksimum setiap aspek adalah 4,

sehingga skor maksimum lembar pengamatan = 4 (skor maksimum tiap

aspek) x 5 (jumlah aspek pengamatan) x 5 (jumlah pertemuan) = 100.

Oleh karena itu, proporsi afektif yang diperoleh siswa selama

pembelajaran berlangsung adalah:

SA=

SPSM

x 100 % … (16)

Keterangan:

SA : Proporsi skor akhir (%)S : Jumlah skor perolehan siswa sesuai dengan tanda cek yang

diberikanSM : Jumlah skor maksimum lembar pengamatan

Adapun kriterianya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 9. Kriteria Penilaian Afektif

Rentangan Kriteria

0 – 20 Sangat Kurang

35

Page 36: perbaikan pbb II

21 – 40 Kurang

41 – 60 Cukup61 – 80 Baik81 – 100 Sangat Baik

Teknik analisis data yang digunakan untuk ranah afektif

adalah menaksir proporsi. Sesuai dengan Depdiknas (2003)

”Penilaian ranah afektif yang menggunakan skala bertingkat dari 1

sampai 5 misalnya, dapat dikonversikan menjadi huruf sesuai

dengan jumlah kategori yang diinginkan peneliti”. Oleh karena itu,

proporsi skor siswa dikonversikan dalam bentuk kualitatif dengan

menggunakan kriteria pada Tabel di atas.

c. Ranah Psikomotor

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

untuk ranah psikomotor adalah sama dengan teknik analisis data

pada ranah kognitif.

36

Page 37: perbaikan pbb II

DAFTAR PUSTAKA

Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map. Jakarta : Gramedia

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 SMA: Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Dirjen Dikdakmen.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran IPA SMP & MTs. Fisika SMA & MA. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Elliot, SN.et.ui.1996. Educational Psycologi: Effective Teaching, Effective Learning. Sidney Brown daan benchmark Publishing.

Gegesik.2009.Bagaimana Mind Mapping Bekerja. www.gegesik.blogspot.com/teknik-mencatat-kreatif-dengan-mind.html

Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Mispawati. 2008.”Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Melalui Penggunaan Mind Map (Peta Pikiran) Di Kelas XI IPA 1 MAN Tambilahan”. Tesis. UNP. Padang

Muliyardi. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Padang: FMIPA UNP

Mulyasa. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

37

Page 38: perbaikan pbb II

Ngalim Purwanto. 2001. Prinsip- Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran . Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Robert E. Slavin.1987. A Model of Effective Instruction http://www.succesforall.net/_images/pdfs/ modeleffect.html

Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta

Slameto. 1998. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Sugiyono. 2006. Cetakan kedua. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Sumadi Suryabrata. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sumarna Surapranata. 2004. Analisis Validitas, Reliabelitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya

Syaiful Sagala. 2003. Konsep Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta

Teti Mataria Sari.2008. Pengaruh Penerapan Model ”QAIT” Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X MAN 2 Padang.Skripsi. FMIPA UNP. Padang

http://psychemate.blogspot.com/2007/12/suatu-pengajaran.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_mind_map

38