Top Banner
The Urban Settlements NEWUrban Settlements of Muara Angke The Environmental and Social Issue
10

Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara

Apr 12, 2017

Download

Documents

Februe Arya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara

Th

e U

rb

an

S

ettlem

en

ts

NEWUrban

Settlements

of

Muara Angke

The Environmental

and Social Issue

Page 2: Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara

J U D U L

Perancangan Perumahan

dan Permukiman dengan

Isu Lingkungan dan Sosial

Februe Arya Prabawa dan Shelvi

Wookie

Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan - Universitas Trisakti

A B S T R A K

Kata Kunci : Perancangan Permukiman,

Lingkungan, Sosial

Area-area permukiman di wilayah ibukota

negara dapat mencerminkan perencanaan

secara keseluruhan sebuah negara.

Tantangan sosial kebudayaan serta

masalah lingkungan menjadi faktor yang

mempengaruhi secara positif atau negatif

permukiman. Konsep perencanaan dan

desain perancangan permukiman dengan

mendekatkan kehidupan sosial antar

masyarakat dan lingkungan dapat menjadi

solusi pasif pembenahan citra ibukota yang

ramah, bersih, sopan santun, dan penuh

kasih.

K A T A P E N G A N T A R

Pergantian kepemimpinan Ibukota

Indonesia, Jakarta, berfokus terhadap

peningkatan citra kota yang aman, nyaman,

teratur, terkendali dan tertata. Kebijakan

tatakota DKI Jakarta pun berubah ataupun

diperbaharui demi tercapainya citra ibukota

yang diharapkan. Perbaikan permukiman-

permukiman yang tidak teratur ataupun

terkesan kumuh dilakukan dalam upaya

menyejahterakan warga.

Perencanaan kembali permukiman Muara

Angke Penjaringan baru mengikuti

parameter desain pinggir laut sebagai

lingkungan dan sosial budaya nelayan

sebagai penggunanya. Selain itu Muara

Angke Penjaringan baru dapat menjadi

area pariwisata internasional dalam

pelestarian lingkungan dan sosial budaya

nelayan tradisional wilayah Jakarta.

Hal yang harus dihindari adalah

modernisasi area nelayan tradisional

menjadi nelayan modern. Hal itu dapat

berdampak pada hilangnya kebudayaan

daerah dan hilangnya jatidiri lingkungan.

Mengutip dari perkataan Angga Wiyatama

di salah satu Pulau di Kepulauan Seribu,

‘Melihat matahari terbenam dan nelayan

yang menebar jala, itu adalah lukisan

Tuhan’, yang berarti hal yang baru atau

modern memiliki nilai indah yang tinggi

namun indahnya dapat dimiliki di setiap

tempat di seluruh dunia namun kelestarian

tradisi adalah indah yang tak ternilai

karena sejarah dibaliknya.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk

mengetahui pola tata letak dan kriteria

desain untuk bentuk fisik permukiman

yang dapat membantu proses perancangan

agar mendapatkan perancangan desain

yang nyaman tanpa meninggalkan identitas

sosial budaya masyarakat setempat.

Kriteria utama berkaitan pada

pengembangan permukiman dan

lingkungan di Muara Angke Penjaringan

menuju kondisi ideal.

Metode penelitian ini dirancang untuk

memeriksa permukiman dan lingkungan

interaksi dengan teori literatur yang ada

untuk mengidentifikasi isu yang paling

penting dalam kasus permukiman di Muara

Angke Penjaringan. Isu positif atau negatif

dapat mempengaruhi keputusan desain.

Permasalahan yang diidentifikasi dalam

permukiman di Muara Angke Penjaringan

sebagai studi banding penulis dalam upaya

mendapatkan kriteria pola tata letak dan

desain lingkungan kampung nelayan di

perkotaan. Untuk mencapai hal tersebut,

penulis membutuhkan data-data pendukung

1. Kebijakan pemerintah pusat dalam

pengembangan kawasan-kawasan

khusus.

2. Kondisi lingkungan fisik

3. Studi banding dalam negeri atau luar

negeri berdasarkan sosial budaya dan

perbaikan lingkungan.

4. Data sosial budaya Muara Angke

Pada akhir penulisan ini, pembaca dapat

mengetahui berbagai permasalah yang

terjadi di Muara Angke Penjaringan,

berbagai pengertian, dan desain solutif

yang penulis ajukan sebagai penyelesaian

dalam permasalahan-permasalahan yang

terjadi di Muara Angke, Kelurahan Kapuk

Muara, Kecamatan Penjaringan,

Kotamadya Jakarta Utara.

Jakarta, 21 September 2013

Kelompok Penulis

Pengertian Tipologi Bangunan menurut

Anthony Vidler Tipologi bangunan adalah

sebuah studi/ penyelidikan tentang

penggabungan elemen-elemen yang

memungkinkan untuk mencapai/

mendapatkan klasifikasi organisme

arsitektur melalui tipe-tipe. Klasifikasi

mengindikasikan suatu perbuatan

meringkas/ mengikhtiarkan, yaitu

mengatur penanaman yang berbeda, yang

masing-masing dapat diidentifikasikan, dan

menyusun dalam kelas-kelas untuk

T I P O L O G I H U N I A N

mengidentifikasikan data umumnya dan

memungkinkan membuat perbandingan-

perbandingan pada kasus-kasus khusus.

Klasifikasi tidak memperhatikan suatu

tema pada suatu saat tertentu (rumah, kuil,

dsb.) melainkan berurusan dengan contoh-

contoh konkrit dari suatu tema tunggal

dalam suatu periode atau masa yang terikat

oleh kepermanenan dari karakteristik yang

tetap/ konstan.

Rumah bukan sekedar wujud fisik semata,

namun juga merupakan produk budaya

yang bentuk dan layoutnya biasanya

dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya,

ketertarikan, adanya pilihan-pilihan

(Rapoport., Qtd. in. Mazumdar, 1997) yang

mengilhami sebuah tempat tinggal dengan

arti simbolik (Rapoport; Lawrence; Low,

Qtd. in. Mazumdar dan Mazumdar, 1997).

Berikut ini adalah pengertian dan definisi

rumah :

a) Coirul Amin

Rumah adalah bangunan untuk tempat

tinggal atau bangunan pada umumnya

b) Alfrida L. Membala

Rumah adalah tempat berlindung dari

hujan. Rumah adalah tempat

berlindung dari terik matahari. Rumah

adalah tempat istirahat. Rumah adalah

tempat keluarga, berkumpul bersama,

bercerita, makan, dan berdoa bersama.

c) Lilly T. Erwin

Rumah adalah bangunan yang

berfungsi sebagai tempat tinggal dan

berkumpul suatu keluarga. Rumah juga

merupakan tempat seluruh anggota

keluarga berdiam dan melakukan

aktivitas yang menadi rutinitas sehari-

hari.

d) Muhammad Khoirudin

Rumah adalah kebutuhan pokok

manusia.

e) Anonim

Rumah adalah suatu tempat untuk

beristirahat dan untuk memperbaiki

jiwa dan tubuh.

Page 3: Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara

Berdasarkan bentuknya, rumah Betawi

dapat dikelompokan atas :

1. Rumah Gudang, denah persegi panjang,

dapur hanya tambahan, beratap pelana

memanjang dari depan ke belakang,

atap bagian dapur beratap tambahan

(atap meja), bagian tertinggi menempel

ke dinding ruang dalam dan miring ke

arah belakang.

2. Rumah Joglo, denah berbentuk bujur

sangkar, atap berbentuk limas dengan

sorondoy (lekukan)

3. Rumah Bapang / Kebaya, denah

persegi panjang, atap pelana yang di

lipat ke dari bagian sisi ke sisi.

Material bangunan atap menggunakan

genteng/atep (daun kirai yang di anyam),

konstruksi kuda-kuda dan gording

menggunakan kayu gowok (Syzygium

Polycephalum) atau kayu kecapi

(Sandoricum Koetjapie), balok tepi, utama

f) Mona Sintia, SP

Rumah merupakan jantung kehidupan

yang semestinya dapat menjadi sumber

kedamaian , sumber inspirasi, dan

sumber energi bagi pemiliknya.

g) Andie Wicaksono

Rumah merupakan tempat untuk

berteduh atau berlindung dari panas,

hujan, dan hawa dingin; tempat untuk

bersitirahat; serta tempat berkumpul

anggota keluarga. Itulah sebabnya

memperoleh sebuah rumah harus

direncanakan dengan baik.

h) Diana Tantiko

Rumah adalah tempat untuk pulang,

tempat seseorang (atau sebuah

keluarga) memperoleh ketenangan,

istirahat, dan perlindungan.

i) Martien de Vletter

Rumah merupakan investasi yang tidak

saja harus dikejar aspek murahnya

(ekonomi), tetapi juga investasi sosial,

lingkungan, dan budaya.

Rumah Adat adalah merupakan bangunan

rumah yang mencirikan atau khas

bangunan suatu daerah di Indonesia dan

melambangkan kebudayaan dan ciri khas

masyarakat setempat.

Rumah adat sering disebut dengan ”ruma

gorga” atau juga sering disebut dengan

”ruma bolon”, yaitu : rumah besar yang

memiliki penuh ukiran-ukiran dan makna-

makna simbolik. Pada posisi rumah,

terdapat kepercayaan akan : banua ginjang

(dunia atas), banua tonga (dunia

tengah/bumi), dan banua toru (dunia

bawah/dunia para makhluk halus).

Penggunaan kebudayaan Betawi sebagai

tindakan terhadap wilayak DKI Jakarta

dengan kebudayaan Betawi. Penggunaan

atap kebaya, yaitu buangan air ke depan

dan belakang. Pembagian tata ruang antara

lain halaman (tempat latihan pencak silat),

teras / paseban, ruang semi-private dan

private.

diatas dinding luar menggunakan kayu

nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk)

yang sudah tua, sedangkan kaso dan reng

menggunakan bambu tali (Giganto Chloa

Apus).

Bambu yang digunakan sebagai kaso

adalah bambu utuh dengan diameter ± 4cm, sedangkan yang digunakan untuk reng adalah bambu yang dibelah. Material dinding depan adalah kayu gowok atau nangka yang terkadang dicat dengan dominasi warna kuning dan hijau. Dinding rumah lainnya menggunakan bahan anyaman bambu (gedhek) dengan atau tanpa pasangan bata di bagian bawahnya. Daun pintu atau jendela biasanya terdiri dari rangka kayu dengan jalusi horisontal pada bagian atasnya atau pada keseluruhan daun pintu atau jendela. Bentuk daun pintu atau jendela adalah seperti gambar berikut.

Material Struktur untuk pondasi rumah

adalah batu kali dengan sistem pondasi

umpak yang diletakan di bawah setiap

kolom, sementara untuk landasan dinding

digunakan pasangan batu bata (rollag)

dengan kolom dari kayu nangka yang

sudah tua.

Material ragam hias betawi sangat spesifik.

Ragam hias ini dibuat untuk dinding batas

teras, untuk hiasan dinding, tapi terutama

digunakan untuk menutup lubang ventilasi

dinding depan.

M O D E L T I P O L O G I

Page 4: Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara

T I P O L O G I R U S U N

Definisi Rumah Susun (Rusun) :

1. Rumah susun adalah bangunan

bertingkat yang dibangun dalam suatu

lingkungan yang terbagi dalam bagian-

bagian yang distrukturkan secara

fungsional dalam arah horizontal

maupun vertkal dan merupakan satuan-

satuan yang masing-masing dapat

dimiliki dan digunakan secara

terpisah,terutama untuk tempat

hunian,yang di lengkapi dengan bagian

bersama,benda bersama dan tanah

bersama (UU RI No.16 th.1985

Tentang Rumah Susun).

2. Rumah susun adalah bangunan rumah

tinggal yang terdiri atas lebih dari satu,

dimana hunian yang satu berada di atas

hunian yang lainnya , sehingga

bangunan tersebut menampung

beberapa unit sekaligus (Laurens:1).

3. Menurut Departemen Pendidikan Dan

Kebudayan,Kamus Besar Bahasa

Indonesia Rumah susun adalah rumah

atau bangunan bertingkat terbagi atas

beberapa unit tempat tinggal (masing-

masing untuk satu keluarga)

Pengertian mengenai kategori rumah susun

berdasarkan ketinggian bangunan

(bangunan tinggi), pencapaian vertikal,

fungsi rusun, daya tampung penghuni, dan

sistem kepemilikan sewa. Berikut ini

penjelasan-penjelasan mengenai point-

point tersebut;

Berdasarkan tinggi bangunan :

1. Low rise : bangunan bertingkat dengan

ketinggian maksimal 5 lantai.

2. Medium rise : bangunan yang

bertingkat 5 – 6 lantai yang dapat

dilengkapi dengan elevator.

3. High rise : bangunan yang bertingkat

>6 lantai yang biasanya disebut

“Elevated Apartement”.

Berdasarkan pencapaian vertikal :

1. Elevated, yaitu rumah susun yang

pencapaiannya melalui elevator atau

lift dengan ketinggian >5lantai,

biasanya jenis medium rise dan high

rise

2. Walk-up, yaitu rumah susun yang

pencapaiannya melalui sarana tangga

dengan ketinggian <5lantai, biasanya

jenis low rise

K O N S E P A R S I T E K T U R A L

Konsep perancangan memperkuat di sisi

lingkungan serta sosial budaya masyarakat

dalam upaya meningkatkan tingkat sosial

tanpa meninggalkan kebudayaan serta

berperan memperbaiki lingkungan binaan

dalam upaya mencapai keharmonisan

berkehidupan.

M O D E L K O N S E P

Page 5: Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara

T I P O L O G I P E R M U K I M A N

Jadi,

• Rumah adalah Sebuah hunian, bangunan atau struktur yang berfungsi sebagai habitat

manusia dan atau mahluk lainnya

• Perumahan adalah gabungan dari beberapa rumah-rumah.

• Permukiman adalah gabungan dari beberapa perumahan-perumahan yang

mengakomodasi kegiatan pemukim dalam berkehidupan sehari-hari melalui fasilitas

umum & sosial.

PERMUKIMAN (HUMAN SETTLEMENT) : adalah tempat (ruang) untuk hidup dan

berkehidupan bagi kelompok manusia. (Doxiadis, 1971).

Permukiman akan selalu berkaitan dengan perumahan. PERUMAHAN (HOUSING) :

adalah tempat (ruang) dengan fungsi dominan untuk tempat tinggal. Untuk pengertian

secara lanjut, Perumahan dapat diartikan dari beberapa elemen dari perumahan, yaitu :

• Shelter ; Perlindungan terhadap gangguan eksternal (alam, binatang), dsb.

• House ; Struktur bangunan untuk bertempat tinggal.

• Housing ; Perumahan, hal hal yang terkait dengan aktivitas bertempat tinggal

(membangun, menghuni).

• Human settlement ; Kumpulan (agregat) rumah dan kegiatan perumahan

(permukiman).

• Habitat ; lingkungan kehidupan (tidak sebatas manusia).

Menurut Doxiadis, Permukiman (Human Settlement) akan berjalan dengan baik jika

terkait dengan beberapa unsure, yaitu : Nature (alam), Man (manusia), Society (kehidupan

sosial), Shell (ruang), dan Networks (hubungan).

Rumah Rumah

Rumah

Perumahan

Rumah Rumah

Rumah

Perumahan

Rumah Rumah

Rumah

Perumahan

Rumah Rumah

Rumah

Perumahan

PERMUKIMAN

Fasilitas Umum &

Sosial

P R A N A T A P E R M U K I M A N

Dasar-dasar peraturan GBHN 1993,

menjelaskan beberapa persyaratan

perancangan rumah tinggal.

1. Tuntutan Kesesuain Peruntukan

Lahan. Untuk menjamin terciptanya

daya dukung lingkungan yang optimal,

pembangunan perumahan dan

permukiman harus sesuia dengan

daerah peruntukannya, pada lokaasi

yang memang di peruntukan bagi

hunian dan permukiman. Pembangunan

untuk perdagangan dan industry pun

harus di lakukan di lokasi yang

memang di peruntukan bagi industry

dan perdagangan tersebut.

2. Konsep Pembangunan yang

Berwawasan Lingkungan. Tindakan

antisipasi untuk pembangunan

perumahan yang berwawasan

lingkungan dapat di lakukan dengan

beberapa cara, antara lain :

Dengan mendukung objek ( lokasi

aktivitas ) dengan memperhatikan daya

dukung lingkungan, misalnya:

3. Konsep Pola Hunian 1:3:6. Konsep

ini merupakan peraturan wajib dari

pemerintah bagi pihak pengembang

yang ajkan membangun proyek hunian

berskala kota dalam satu lokasi, yaitu

membangun fasilitas hunian dengan

dengan perbandingan satu rumah

mewah, tiga rumah menengah, dan

enam rumah sederhana( RS ) dan

sangat sederhana ( RSS ). Dengan

menerapkan konsep 1:3:6 maka

penghuni kawasan RS/ RSS akan

dapat menikmati fasilitas real estate,

• Penanganan air bersih

• Pengadaan sumur resapan

• Penanganan hal-hal yang

berhubungan dengan lingkungan

hidup yang dapat berdampa terhadap

lingkungan sekitar perumahan dan

permukiman.

seperti jalan lingkungan yang lebar

dan hijau, taman bermain ( play

ground ), fasilitas olah raga , area

parker mobil yang luas, tempat jalan

kaki, lapangan tenis dan lain-lain.

T E N T A N G M U A R A A N G K E

Muara Angke dikenal sebagai tempat

penjualan ikan laut segar dan rumah makan

makanan laut di Jakarta.

Memiliki sejarah sebagai kampung nelayan

yang di resmikan oleh Gub. Ali Sadikin

pada 7 Juli 1977 dengan pelelangan ikan

pertama.

Memiliki area hutan Bakau dan

Margasatwa seluas 25.02 hektar di wilayah

timur.

Pemukiman nelayan terdapat di bagian

barat dan selatan. Kebanyakan perahu-

perahu nelayan memang disandarkan di

sepanjang tepian Kali Angke di barat dan

selatan wilayah ini. Dok kapal nelayan dan

tambak uji coba terdapat di bagian utara.

Di samping itu, di kawasan ini juga

terdapat kompleks rumah susun untuk

nelayan, terminal bus dan angkutan kota,

serta SPBU (stasiun pengisian bahan bakar

umum).

Di areal seluas 65 hektare ini juga terdapat

pusat kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan

Tradisional (PHPT). Berbagai jenis ikan

asin, pindang dan asap dihasilkan di sini.

Selain tempat pengolahan dan penjemuran

ikan, di bagian ini juga terdapat beberapa

toko yang menjual ikan asin dalam partai

besar maupun eceran. Sebagian ikan asin

yang dihasilkan dikirim antar pulau atau

diekspor.

Page 6: Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara

D A T A A N A L I S A T A P A K

Lokasi : Permukiman Muara Angke

Selatan

Luas Tapak : ± 364.941,7m² / 36.4 Ha

Penduduk : ± 24.599 Orang (2008) Prediksi : ± 29.648 Orang (2063) *Data Peningkatan Penduduk 15 tahun terakhir di Jakarta (BPS) adalah 0.34%/Tahun setelah modernisasi & KB.

Fasilitas Sekitar Tapak : Pasar, SMPN

261, SDN 03/01/03/06 Pluit, Puskesmas,

Klinik, Terminal Angke, , Masjid Nurul

Bahri, Rusun, Area Pengeringan Ikan,

Area Kapal, Pospol KPPP (Kelautan),

Pospol Muara Angke, Sukudinas

Kebakaran, Tambak Udang, Cagar Alam.

SWOT :

Strength, Wilayah strategis wisata dengan

berbagai fungsi dan di tepi laut.

Weakness, Kerusakan Lingkungan &

Sirkulasi

Opportunity, Kawasan Hutan Lindung,

Kampung Nelayan, dan Waterfront

Treat, Banjir ROB yang terjadi setiap

tahun

Legenda :

ABC (D/E/FG/H.I)

ABC : Peruntukan Fungsi

D : Bentuk Massa

E : KTB

FG : KDB

H.I : KLB

Ssk : Suka Sarana Kesehatan

Wkc : Wisma Kecil

Wsd : Wisma Sedang

Spd : Suka Sarana Pendidikan

Suk : ???

D : Deret

T : Tunggal

Wkc/Wsd (D/2/60/1.2)

Spd (T/4/40/1.6)

Suk (T/4/40/1.6)

Ssk (T/4/40/1.6)

Spd (T/4/40/1.6)

Suk (T/4/40/1.6)

Wkc (D/2/60/1.2)

Wkc (D/2/60/1.2)

Wkc (D/2/60/1.2)

Page 7: Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara

A N A L I S A T A P A K

Robert Hershberger, Ph.D, FAIA

1. Human Aspect

Warga Muara Angke didominasi sebagai

Nelayan dan pengolah hasil tangkapan

laut.

Memiliki kebiasaan berkumpul bersama

setelah bepergian berminggu-minggu di

laut, melakukan perbaikan kapal dan

perlengkapan nelayan.

Didominasi oleh usia 30+ tahun, memiliki

rata-rata memiliki 2-3 anak. Membutuhkan

ruang cukup besar dan sesuai dengan

analisa pertumbuhan penduduk, untuk 50

tahun mendatang, dibutuhkan kira-kira

29.648 Orang, terdiri dari 15.430 laki-laki

(52%) dan wanita 14.218 (48%)

2. Environmental Aspect

Pencapaian ke area Muara Angke melalui

kendaraan umum, kendaraan pribadi,

kapal, ataupun kereta yang dilanjutkan

dengan kendaraan umum.

Kawasan memiliki potensi dengan adanya

kawasan hutan lindung bakau di selatan

dan barat tapak. Area kebisingan tertinggi

pada bagian utara, namun tidak terlalu

dominan karena memang kawasan tapak

diputari sungai dan laut.

Matahari menjadi potensi bagi area-area

aktifitas sosial seperti lapangan olahraga,

angin menghembus hampir dari seluruh

bagian karena ruang terbuka yang cukup

besar di sekeliling tapak kecuali utara.

Kondisi banjir rob (air laut yang menuju ke

daratan) sangat penting untuk disolusikan.

3. Cultural Aspect

Berhimpitan dengan area kampung

nelayan Muara Angke, memberikan tema

Nelayan akan sangat penting bagi citra

lokasi.

Nilai-nilai nelayan harus di dukung untuk

mempertahankan profesi nelayan setelah

terjadinya pembangunan perbaikan lokasi

permukiman di Muara Angke.

4. Temporal Aspect

Peningkatan ataupun pengurangan jumlah

penduduk akibat perbaikan wilayah. Hal

ini disebabkan oleh faktor kebiasaan yang

terubah 180⁰.

5. Technological Aspect

Nilai pembangunan dan kecepatan

pembangunan, serta ketahanan bahan

bangunan dari garam laut yang

mempercepat pengkaratan besi.

6. Economical Aspect

Perancangan yang menyesuaikan biaya,

kebiasaan, dan kemampuan dari warga

agar pembangunan tidak menjadi sia-sia

setelah terbentuknya wilayah Muara

Angke Baru.

7. Aesthetic Aspect

Pola bentuk permukiman yang mewakili

kampung nelayan, berkoridor-koridor

dengan dominasi tekstur kayu.

Warna mewakili Muara Angke dengan

kesederhanaan yang anggun.

8. Safety Aspect

Seluruh kawasan sudah tertata dan

berdekatan dengan pos keamanan. Namun

perlu diberikan pos keamanan lingkungan

untuk memastikan faktor keamanan.

Page 8: Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara

Bangunan bermassa majemuk sehingga

diperlukan penataan massa bangunan yang

menggunakan prinsip-prinsip estetika

(Buku Matriks; Matriks 4)

O R G A N I Z A T I O N

( P O S I T I O N )

Macam-macam organisasi bentuk

berdasarkan D.K Ching

Organisasi Linear

Suatu urutan dalam satu garis

dari ruang-ruang yang

berulang

Organisasi Radial

Sebuah ruang terpusat yang

menjadi acuan organisasi

ruang linear. Berkembang

menurut arah jari-jari

Organisasi Terpusat

Sebuah ruang dominan

terpusat dengan

pengelompokan sejumlah

ruang sekunder

Organisasi Terpusat

Sebuah ruang dominan

terpusat dengan

pengelompokan sejumlah

ruang sekunder

Organisasi Grid

Organisasi ruang-ruang

dalam daerah struktural grid

atau struktur tiga dimensi

lain

C O N T E X T

Penataan block plan perlu

mempertimbangkan kondisi tapak yang

setiap tahunnya selalu terkena banjir.

Terdapat tiga skenario penanganan

banjir yakni;

1. Memindahkan warga dari daerah

rawan banjir (rencana relokasi),

namun kendalanya relokasi

mengeluarkan biaya yang cukup

besar, selain itu warga belum tentu

bersedia di relokasi

2. Memindahkan banjir dari warga,

Cara ini sangat mahal, dilakukan oleh

insinyur banjir, yaitu normalisasi

sungai, mengeruk endapan lumpur,

menyodet-nyodet sungai, dst.

3. Akrab bersama banjir, Cara ini

paling murah dan kehidupan sehari-

hari warga menjadi aman walau

banjir datang, yaitu dengan

membangun rumah-rumah

panggung setinggi di atas muka air

banjir

E X T E R I O R S P A C E

Ruang terbuka ditinjau dari kegiatanya,

menurut kegiatannya ruang terbuka terbagi

atas dua jenis ruang terbuka, yaitu ruang

terbuka aktif dan ruang terbuka

pasif(Hakim,2003:51):

• Ruang terbuka aktif, adalah ruang terbuka

yang mempunyai unsur-unsur kegiatan

didalamnya misalkan, bermain, olahraga,

jala-jalan. Ruang terbuka ini dapat berupa

plaza, lapangan olahraga, tempat bermain

anak dan remaja, penghijauan tepi sungai

sebagai tempat rekreasi.

• Ruang terbuka pasif, adalah ruang

terbuka yang didalamnya tidak

mengandung unsur-unsur kegiatan manusia

misalkan, penghijauan tepian jalur jalan,

penghijauan tepian rel kereta api,

penghijauan tepian bantaran sungai,

ataupun penghijauan daerah yang bersifat

alamiah. Ruang terbuka ini lebih berfungsi

sebagai keindahan visual dan fungsi

ekologis belaka.

Page 9: Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara

Fungsi Ruang Terbuka Hijau :

1. Untuk menyerap air (hujan) dan air

permukaan.

2. Sebagai penyerap panas dan cahaya

(silau). Rumput misalnya, mampu

menyerap 80% panas dan hanya

memantulkan 20% sisanya saja kepada

lingkungan sehingga dapat

menurunkan suhu di perkotaan (Frick

& Mulyani, 2006 ; 44).

3. Selain itu juga RTH dapat menurunkan

polusi udara kota, setiap pohon

misalnya dapat menyerap CO2 dan

menyediakan 1,2 Kg O2/hari. Sehingga

menunjang kebutuhan ketersediaan

oksigen untuk bernapas bagi penduduk

kota dan mengurangi dampak akibat

karbondioksida yang merugikan

kesehatan.

Menurut UU no. 23 Tahun 1997 mengenai

pengelolaan lingkungan hidup, diperlukan

ruang terbuka sepanjang sungai/green belt

dengan jarak 25 m. Dari garis as-sungai

sebagai area resapan air.

O P E N S P A C E

E N T R Y I D E N T I F Y

- Menurut Edward T. White, salah satu

pembentuk kesan publik adalah peniadaan

pagar sebagai pembatas.

Di bawah ini adalah varian pembatas

perpetak dari jalan raya sebagai tanggapan

atas aspek-aspek pada konsep programatik

(fungsi, konteks, dan tema) sebagai

tanggapan atas tak adanya pagar :

Varian 1:

Dengan perbedaan ketinggian dari jalan

raya

jalan raya pedestal

area tapak

Varian 2:

Pemberian vegetasi pada batas persil dan

jalan raya

Varian 3:

Pemberian gerbang masuk (entrance) yang

kontras dengan lingkungan

pedestal

tapak

Vegetasi dan pedestal

yang membatasi tapak

dan jalan raya

P A T H

• Pedestrian menghubungkan bagian luar

persil dengan persil lain.

• Adanya jalur pedestrian dengan

penambahan elemen vegetasi sebagai

pembatas dan peneduh dan adanya street

furniture ( lampu, rambu, signage,

tempat sampah dll )

• penggunaan penutup atap sebagai

peneduh dari matahari dan hujan.

Penambahan vegetasi sebagai

pembatas dan peneduh

Dermaga kecil di beberapa tempat untuk

wisatawan.

Jembatan untuk menyeberangi sungai

tambahan di Muara Angke

Pegangan di

sepanjang area

menuju air untuk

keamanan.

Ruang umum di sepanjang pinggir

sungai/laut. Memiliki jarak >8m dari jarak

terpinggir air untuk memberikan ruang

bersantai (duduk-duduk), pedagang

kakilima, dan ruang sirkulasi.

Rumah Makan makanan laut di Muara

Angke ditata ulang dengan kenyamanan

dan keamanan. Serta menjadi tempat

pariwisata yang tidak kalah dengan

Jimbaran, Bali.

Page 10: Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara