Top Banner
Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola Artikel Ilmiah Andryan Goodlife Irsan Konda (692016701) Birmanti Setia Utami, M.Sn. Adriyanto J. Gundo, S.Si., M.Pd. Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Januari 2018
23

Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

Apr 26, 2019

Download

Documents

phungtuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media

Pembelajaran Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola

Artikel Ilmiah

Andryan Goodlife Irsan Konda (692016701)

Birmanti Setia Utami, M.Sn.

Adriyanto J. Gundo, S.Si., M.Pd.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Januari 2018

Page 2: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media

Pembelajaran Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain

Peneliti :

Andryan Goodlife Irsan Konda (692016701)

Birmanti Setia Utami, M.Sn.

Adriyanto J. Gundo, S.Si., M.Pd.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Januari 2018

Page 3: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas
Page 4: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas
Page 5: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas
Page 6: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas
Page 7: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

1

1. Pendahuluan

Sejarah adalah kisah atau cerita yang berhubungan dengan kejadian masa lalu atau yang sudah

pernah terjadi sebelumnya [1], sehingga Pasola tidak sekedar menjadi bentuk keramaian, tetapi

menjadi salah satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada sang leluhur.

Pasola

merupakan kultur religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu. Pasola menjadi

perekat jalinan persaudaraan antara dua kelompok yang turut dalam pasola dan bagi masyarakat

umum. Pasola menggambarkan rasa syukur dan ekspresi kegembiraan masyarakat setempat, karena

hasil panen yang melimpah. Melalui sejarah asal-usul tradisi Pasola terdapat pesan moral yang

dapat mengajarkan anak-anak mengenai hal selalu taat pada yang Mahakuasa, bersyukur atas

jalinan persaudaraan yang selama ini masih dijaga oleh para leluhur terdahulu, selalu bersyukur

atas berkat yang diberikan Tuhan, mengenal kepercayaan asli orang Sumba yaitu Marapu, sekali

gus tidak melupakan sejarah asal-usul tradisi lokal yang ada di Sumba Barat.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak Sekolah Dasar Negeri Tabulo Dara, 96% dari 92

orang siswa belum mengetahui tentang sejarah asal-usul tradisi Pasola. Hal ini dikarenakan belum

adanya media pembelajaran yang mengenalkan tentang sejarah asal-usul Pasola, selain itu juga

dikarenakan kurangnya perhatian orang tua untuk menceritakan atau mengenalkan sejarah asal-usul

Pasola kepada anak dan dari pihak Dinas Pendidikan belum membuat media pembelajaran tentang

sejarah asal-usul Pasola. Dalam penelitian ini tradisi lokal yang diangkat adalah sejarah asal-usul

Pasola karena siswa tertarik untuk belajar sejarah asal-usul Pasola dalam bentuk buku cerita

bergambar. Dari fenomena tersebut, diperlukan media yang efektif dan menarik sehingga mampu

meningkatkan kembali minat baca anak-anak terhadap cerita rakyat sehingga anak-anak tidak

melupakan sejarah lokal yang ada di daerah Sumba Barat. Penggunaan media pembelajaran melalui

buku cerita bergambar pada dasarnya selain bertujuan untuk mengembangkan wawasan anak, buku

cerita bergambar secara khusus dapat membantu anak-anak dalam menumbuhkan minat membaca

dan belajar siswa. Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk

dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran. Gambar dapat dipergunakan sebagai media dalam

penyelenggaraan proses pendidikan sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar.

Tarigan (1995:209) mengemukakan bahwa pemilihan gambar haruslah tepat, menarik dan dapat

merangsang siswa untuk belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik perhatian siswa dan

menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses pembelajaran. Media gambar yang

digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih lama oleh siswa karena bentuknya yang konkrit

dan tidak bersifat abstrak [2].

Berkaitan dengan itu, menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai perancangan media

buku cerita bergambar sejarah asal-usul tradisi Pasola untuk menyelesaikan permasalahan pada

pembelajaran tradisi lokal untuk anak sekolah dasar di Sumba Barat. Dengan demikian, penelitian

ini memfokuskan pada perancangan buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran sejarah

Page 8: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

2

asal-usul tradisi Pasola. Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini secara praktis adalah

melalui buku cerita bergambar Sejarah Asal Usul Pasola, anak-anak lebih mengenal, mengetahui

dan tidak melupakan sejarah taradisi lokal yang ada di Sumba Barat.

II. Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dian Ratri Wijayanti, Universitas Negeri Malang

pada tahun 2013 yang berjudul Perancangan Buku Cerita Bergambar Legenda Gunung Arjuna

Untuk Anak Sekolah Dasar. Peneliti menggunakan buku cerita bergambar dengan tujuan anak-anak

suka melihat dan membaca sehingga mengenal budaya sendiri. Cerita bergambar ini harus

memiliki unsur gambar yang ada dalam cerita bergambar, yaitu tokoh karakter, background, narasi

atau cerita atau dialog, serta gambar pendukung lain sesuai dengan konsep Legenda Gunung

Arjuna. Hasil dari penelitian tersebut adalah Buku Cerita Bergambar Legenda Gunung Arjuna yang

digunakan untuk anak sekolah dasar [3]. Nendari Elmaiya, Universitas Dian Nuswantoro tahun

2014, Perancangan Buku Cerita Bergambar Kedatangan CHENG HO ke Semarang. Dengan tujuan

memberikan informasi mengenai “Kedatangan Cheng Ho ke Semarang” dikemas dalam sebuah

cerita bergambar. Hasil dari penelitian tersebut adalah buku cerita bergambar Kedatangan Cheng

Ho ke Semarang [4]. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan media yaitu buku cerita

bergambar yang mengangkat sejarah cerita lokal, sedangkan perbedaannya penelitian ini yang lebih

fokus pada perancangan media pembelajaran melalui buku cerita bergambar, sebagai media

pembelajaran sejarah asal-usul tradisi Pasola di Kabupaten Sumba Barat, teknik penceritaan pada

buku cerita ini ada halaman-halaman tertentu yang diberi penegasan pesan moral dari kata-kata

yang ada dalam buku, gaya ilustrasi yang digunakan gaya realis, bahasa yang digunakan yaitu

bahasa Indonesia.

Media pembelajaran adalah alat pengantar informasi pembelajaran. Media pembelajaran juga

sebagai penyalur pesan pembelajaran. Karakteristik paling jelas dari penyaluran pesan pembe

lajaran adalah transfer teknologi. Media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses yang

digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang

berlangsung dalam proses pendidikan [5]. Penggunaan media dalam pembelajaran atau disebut juga

pembelajaran bermedia dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat

yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-

pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi

pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta

isi pelajaran [6].

Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran dalam pembelajaran membaca permulaan

terbukti efektif. Efektivitas tersebut terlihat pada, pemanfaatan buku cerita bergambar dapat

memotivasi siswa untuk belajar dengan gembira, bebas, aktif, dan produktif, sehingga kendala

psikologis yang sering menghambat siswa seperti rasa enggan, takut, malu dapat teratasi (Mayske

Page 9: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

3

Liando, 2008) [7]. Cerita bergambar sebagai media grafis yang dipergunakan dalam proses

pembelajaran, memiliki pengertian praktis, yaitu dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan

gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan

gambar. Menurut Mitchell (dalam Faizah, 2009; 249-256) [8], buku cerita bergambar adalah buku

yang di dalamnya terdapat gambar dan kata-kata, gambar dan kata-kata tersebut tidak berdiri

sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung agar menjadi sebuah kesatuan cerita.

Beberapa karakteristik buku cerita bergambar menurut Sutherland (Faizah, 2009; 249-256)

antara lain adalah buku cerita bergambar bersifat ringkas dan langsung, buku cerita bergambar

berisi konsep-konsep penting, konsep yang ditulis dapat difahami oleh anak-anak, gaya penulisan

nya sederhana, terdapat ilustrasi yang melengkapi teks.

Wibowo dan Farida (2001:42) [9] mengatakan bahwa gambar media visual dalam proses

belajar mengajar dapat berfungsi untuk pengembangan kemampuan visual, membantu imajinasi

anak, membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak, atau peristiwa yang

tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas, mengembangkan kreativitas anak

Sedangkan menurut Sri Anitah (2009:9) [10] menyatakan bahwa manfaat gambar sebagai

media visual, yaitu, menimbulkan daya tarik bagi pembelajar. Gambar dengan berbagai warna akan

lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian pebelajar. Mempermudah pengertian bagi

pembelajar. Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga

pembelajar lebih mudah memahami apa yang dimaksud. Memperjelas bagian-bagian yang penting.

Melalui gambar, dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat

diamati lebih jelas. Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan

dengan sebuah gambar saja.

Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua elemen ini

merupakan elemen penting pada cerita. Buku cerita bergambar memuat berbagai tema yang sering

didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari. Karakter dalam buku cerita bergambar dapat

berupa manusia atau binatang. Buku cerita yang diilustrasikan dan ditulis dengan baik akan

memberikan kontribusi pada perkembangan sastra anak. Buku cerita bergambar yang baik memuat

elemen intristik sastra, seperti alur, struktur yang baik, karakter yang baik, perubahan gaya, latar,

dan tema yang menarik [11].

Cover mewakili keseluruhan cerita yang ada dalam buku cerita bergambar. Ilustrasi dalam

cover buku harus mengarahkan pembaca untuk mengetahui garis besar tema cerita tanpa terlebih

dahulu melihat isinya. Cover harus tampil menarik baik sebagai representasi dari isi maupun

penunjang daya saing dari buku-buku lain. Unsur yang ada dalam cover adalah cerita bergambar,

ilustrasi, nama pengarang atau penerbit [12].

Layout merupakan visualisasi dengan sketsa berdasarkan storyboard yang telah dibuat.

Deskripsi verbal tiap halaman divisualisasikan dengan ilustrasi lengkap beserta teks [13].

Page 10: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

4

Warna dalam cergam dapat mengungkap subjek secara objektif, pembaca dapat lebih

menyadari bentuk fisik suatu objek yang berwarna daripada hitam putih [4].

Efek visual merupakan kesan yang digambarkan untuk menekankan penggambaran emosi,

karakter, suasana, dan gerak dari tokoh dalam cergam. Narasi Biasanya digunakan untuk

menerangkan tentang waktu, tempat, dan situasi.

Ilustrasi merupakan gambaran pesan yang tak terbaca yang dapat menguraikan cerita, berupa

gambar dan tulisan, yaitu bentuk grafis informasi yang memika sehingga dapat menjelaskan makna

yang terkandung di dalam pesan tersembunyi [13]. Ilustrasi yang ditampilkan pada perancangan ini

menggunakan gaya gambar realis yang digemari anak-anak.

Target audience dari buku cerita bergambar yang akan dirancang adalah anak-anak usia 9-12

tahun. Usia 9–12 tahun, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial usia siswa

pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun. Menurut Witherington (1952)

yang dikemukakan Makmun (1995:50) bahwa usia 9-12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap

individualis sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun dengan ciri perkembangan sosial yang pesat.

Pada tahapan ini anak/siswa berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan

membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. [14]. Dalam buku “The Art of Game Design”

karya Jesse Schell, dituliskan bahwa anak-anak dengan usia antara 9-12 (usia menjelang remaja),

sudah mampu berpikir dan mengatasi berbagai masalah ringan [7]. Dalam hal ini, mereka semakin

tertarik dengan berbagai bentuk permainan dan sudah mengerti jenis permainan apa yang mereka

sukai. Dalam proses membaca, siswa menjadi bagian penting dalam menunjang proses

pembelajaran. Syafi’ie menyatakan siswa dapat memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat

atas berbagai hal, mencari simbol, menyimpulkan, menyaring dan menyerap informasi dari bacaan,

mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari bacaan [15]. Anak-anak

usia 9-12 tahun di Sumba tidak terlalu gemar membaca buku yang hanya berupa teks, dalam

kehidupan sehari-hari biasanya anak-anak lebih cenderung banyak membaca buku cerita yang

bergambar. Dalam proses belajar di sekolah terkadang pada saat pelajaran berlangsung siswa-siswi

lebih tertarik mebaca buku cerita yang bergambar karena tidak membosankan.

Pasola berawal dari seorang janda cantik bernama Rabu Kaba di Kampung Waiwuang. Rabu

Kaba mempunyai seorang suami yang bernama Ubu Dulla, salah satu pemimpin di kampung

Waiwuang. Selain Ubu Dulla, ada dua orang pemimpin lainnya yang bernama Ngongo Tau Masusu

dan Bayang Amahu. Suatu saat, ketiga pemimpin ini memberitahu warga Waiwuang bahwa mereka

akan melaut. Tetapi ketiga pemimpin tersebut pergi ke selatan pantai Sumba Barat untuk

mengambil padi. Warga menanti tiga orang pemimpin tersebut dalam waktu yang lama, namun

mereka belum pulang juga ke kampungnya. Warga menyangka ketiga pemimpin mereka telah

meninggal dunia, sehingga warga pun mengadakan perkabungan. Dalam kedukaan itu, janda cantik

Page 11: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

5

dari almarhum Umbu Dula, Rabu Kaba terjerat asmara dengan Teda Gaiparona yang berasal

dari Kampung Kodi.

Namun keluarga dari Rabu Kaba dan Teda Gaiparona tidak menyetujui perkawinan Rabu Kaba

dan Teda Gaiparona, sehingga Rabu Kaba dan Teda Gaiparona mengadakan kawin lari. Teda

Gaiparona membawa janda tersebut ke kampung halamannya. Beberapa waktu berselang, ketiga

pemimpin warga Waiwuang (Ngongo Tau Masusu, Bayang Amahu dan Ubu Dulla) yang

sebelumnya telah dianggap meninggal, muncul kembali di kampung halaman nya. Ubu Dulla

mencari isterinya yang telah dibawa oleh Teda Gaiparono. Ubu Dulla bersama bersawa Wunang

(juru bicara adat) pergi mencari Rabu Kabba ke Kodi. Dalam perjalanan Ubu Dulla dan Wunang

mampir di Lamboya untuk menanyakan tentang sebuah perahu yang lewat menuju ke arah Kodi,

orang Lamboya memberitahukan bahwa tidak ada perahu yang mampir di Lamboya, namun

mereka melihat ada perahu yang lewat, begitupun sesampainya di Gaura. Ubu Dulla dan Wunang

melanjutkan perjalanan mereka, sesampainya di Tosi/ Kodi mereka melihat banyak kerumunan

orang yang sedang berceritra tentang seorang gadis yang berasal dari Wanukaka. Orang Kodi

bertanya kepada Ubu Dulla dan Wunang (juru bicara adat) apa maksud kedatangan mereka dan

mereka pun menjelaskan maksud dan tujuan mereka. Walaupun berhasil ditemukan, Rabu Kaba

yang telah memendam asmara dengan Teda Gaiparona tidak ingin kembali. Kemudian Ubu Dulla

meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona untuk meng ganti belis yang diterima dari keluarga

Umbu Dulla. Belis merupakan banyaknya nilai peng hargaan pihak pengambil isteri kepada calon

isterinya, seperti pemberian kuda, sapi, kerbau, dan barang-barang berharga lainnya. Pihak Ubu

Dulla meminta belis 100 ekor hewan, marangga, tombak dan 1 ekor anjing. Selama proses

pembicaraan adat berlangsung pihak dari Teda Gaiparona memasak makan malam untuk Ubu

Dulla dan Wunang(juru bicara adat), Ubu Dulla pun menghirup bau harum makan yang dimasak

dan bertanya kepada Teda Gaiparona masakan apakah itu, dan Teda Gaiparona pun menjawab yang

dimasak itu adalah Nyale. Karena merasa makanan tersebut enak Ubu Dulla pun meminta kepada

pihak Kodi untuk mengganti belis dengan Nyale untuk mengurangi belis yang hewan yang

berjumlah 100 ekor.

Teda Gaiparona lalu menyanggupinya dan membayar belis pengganti. Setelah seluruh belis

dilunasi diadakanlah upacara perkawinan pasangan Rabu Kaba dengan Teda Gaiparona. Pada akhir

pesta pernikahan, keluarga Umbu Dulla berpesan kepada warga Waiwuang agar mengadakan pesta

nyale dalam wujud pasola untuk melupakan kesedihan mereka karena kehilangan janda cantik,

Rabu Kaba [16].

Pasola dimaknai orang Sumba sebagai perang damai dalam sebuah ritual adat bukan perang-

perangan. Meskipun seringkali kali memakan korban, pasola tetap berpacu di tanah Sumba sebagai

permainan penawar duka, duka seorang leluhur atas hilangnya belahan jiwa. Pasola tidak sekadar

Page 12: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

6

menjadi bentuk keramaian, tetapi menjadi salah satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan

kepada sang leluhur.

Pasola merupakan kultur religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu. Pasola

menjadi perekat jalinan persaudaraan antara dua kelompok yang turut dalam pasola dan seiringnya

waktu melalui upacara adat yang dilangsungkan sebelum acara Pasola bagi masyarakat

umum. Pasola sekaligus menggambarkan rasa syukur dan ekspresi kegembiraan masyarakat

setempat, karena hasil panen yang melimpah apa bila mendapatkan Nyale (cacing laut) pada saat

para ketua adat pergi ke laut untuk melakukan upacara adat.

Melalui sejarah asal-usul tradisi Pasola terdapat pesan moral yang dapat mengajarkan anak-

anak mengenai hal selalu taat pada yang Mahakuasa, bersyukur atas jalinan persaudaraan yang

selama ini masih dijaga oleh para leluhur terdahulu, selalu bersyukur atas berkat yang diberikan

Tuhan, mengenal kepercayaan asli orang Sumba, sekaligus tidak melupakan sejarah asal-usul

tradisi Pasola.

III. Metode Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ialah pendekatan kualitatif dan pendekatan

kuantitatif, karena dalam pengambilan data diperlukan wawancara ke narasumber dan diperlukan

pengambilan kesimpulan melalui kuesioner. Metode campuran (mixed methods) ini diartikan

sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada [17], sedangkan strategi yang dipakai dalam

penelitian perancangan buku ini adalah Linear Strategy. Linear Strategy sesuai dengan tipe

perancangan yang telah berulangkali dilaksanakan, misalnya desain bangunan rumah tinggal. Suatu

tahap dimulai setelah tahap sebelumnya diselesaikan, demikian seterusnya [18]

Tahapan penelitian mengenai proses perancangan buku cerita bergambar sejarah asal-usul

Pasola dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Tahapan Penelitian

Sebelum melakukan tahap perancangan desain, terlebih dahulu dilakukan tahapan penelitian

awal. Tujuan dari penelitian awal ini adalah agar supaya dapat menarik kesimpulan yang

membantu dalam proses perancangan buku cerita bergambar tentang sejarah asal-usul Pasola.

Penelitian awal dilakukan dengan cara wawancara kepada target primer. Target sekunder di dalam

adalah pihak pendidik, baik orang tua maupun guru.

Penelitian ini dibagi ke dalam dua sub kategori target kelompok responden yaitu primer dan

sekunder. Kelompok A adalah target primer penelitian yaitu anak-anak usia 9-12, sedangkan

kelompok B adalah target sekunder yaitu pihak pendidik. Responden A berjumlah 92 orang dan

Tahap 1

Pengumpulan

data

Tahap 2

Analisis

data

Tahap 3

Perancangan

Produk

Tahap 4

Pengujian

Page 13: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

7

kelompok B berjumlah 2 orang. Melalui wawancara awal ditemukan hasil penelitian terhadap

responden kelompok A dan B dengan analisis hasil antara lain :

1. Sebagian besar responden tidak mengetahui tentang sejarah asal-usul Pasola.

2. Sebagian besar responden tertarik untuk mengenal sejarah asal-usul Pasola.

3. Buku cerita sejarah asal-usul Pasola belum ada.

4. Responden lebih tertarik membaca buku dengan gambar-gambar yang menarik.

5. Responden senang jika ada buku yang mengenalkan sejarah tradisi lokal seperti sejarah

asal-usul Pasola.

Melalui wawancara penelitian terhadap responden kelompok B, hasil analisisnya sebagai berikut:

1 Materi di sekolah hanya mengajarkan pembagian sejarah nasional.

2 Belum banyak yang mengetahui tentang sejarah tradisi lokal yang ada.

3 Buku masih menjadi media informasi utama disekolah

4 Minat baca anak terhadap buku masih tinggi apalagi jika buku yang diberikan berupa

buku bergambar.

5 Anak-anak memiliki inisiatif yang tinggi untuk mengenal dan peduli terhadap hal-hal

baru yang berhubungan dengan sosial dan budaya.

6 Perlu adanya perancangan media yang menarik mengenai pengenalan sejarah tradisi

lokal.

Sesuai dengan penelitian awal, media buku cerita bergambar tentang sejarah asal-usul tradisi

Pasola dapat menjadi alternantif yang menarik minat anak untuk mempelajari sejarah Pasola.

Media ini berupa buku cerita bergambar yang didukung oleh gambar dan warna yang menarik.

Buku dipilih sebagai media penganalan karena sesuai hasil penelitian awal menyimpulkan bahwa

buku masih diminati oleh anak apalagi jika ditambah dengan gambar di dalamnya membuat anak

lebih tertarik untuk membacanya. Langkah selanjutnya dalam penelitian adalah perancangan

produk. Dalam tahapan ini dilakukan proses secara runtut, dimaksudkan agar hasil perancangan

sesuai dengan konsep yang diharapkan dan sesuai dengan analisa data yang ada. Tahapan

perancangan produk buku ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Tahapan Perancangan

Proses perancangan ini diawali dengan membuat konsep dari buku yang akan dibuat. Konsep

dari buku yang akan dibuat adalah sederhana dan menarik, buku akan dibuat sederhana namun

menarik perhatian siswa agar mau membaca. Buku cerita bergambar ini akan dibuat dengan

Konsep Karakter Thumbnailing Digital Layout Cetak

Page 14: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

8

dimensi ukuran panjang 25 cm dan lebar 17,6 cm. Gaya ilustrasi yang digunakan pada perancangan

buku adalah gaya realis, gambar dibuat sesuai dengan keadaan yang nyata atau yang sebenarnya.

Buku dibuat dengan ukuran yang tidak terlalu kecil maupun tidak terlalu besar, dimaksudkan agar

buku praktis dan mudah dibawa, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Warna yang

digunakan lebih dominan pada warna sejuk dengan tujuan agar tercipta suasana nyaman pada saat

anak-anak membaca.

Kemudian pada tahap kedua dilanjutkan pada konsep cerita yaitu dimana narasi yang

digunakan adalah narasi informatif. Narasi informatif adalah narasi yang memiliki sasaran

penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas

pengetahuan orang tentang kisah seseorang [19]. Gaya bahasa yang digunakan naratif dengan

bahasa sehari-hari agar mudah dipahami oleh anak. Gaya bercerita yang digunakan menampilkan

cerita melalui visualisasi gambar dengan menggabungkan narasi atau alur cerita yang tidak begitu

panjang yang mana unsur ilustrasinya lebih dominan. Setelah konsep siap maka akan dilanjutkan

pada pembuatan sketsa dan perancangan karakter. Karakter yang terdapat didalam buku adalah

empat orang laki-laki dan satu orang perempuan yaitu Ubu Dulla, Ngongo tau Masusu, Yagi Wai

Kareri, Teda Gaiparona, dan Rabu Kabba. Setiap karakter menggunakan pakaian adat sumba, yang

laki-laki menggunakan Kapouta (ikat kepala), kain, parang, Kaleku (tempat sirih pinang) dan

perempuan menggunakan sarung, Tabelo (hiasan diatas kepala), rantai mamuli, gading di tangan.

Sketsa dan perancangan karkater dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Sketsa dan perancangan karkater

Tumbnailing dari karakter, latar tempat dan waktu disesuaikan berdasarkan situasi dan kondisi

di tempat kejadian. Thumbnailing dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 15: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

9

Gambar 4. Thumbnailing

Desain sampul buku pada halaman depan mengunakan ilustrasi dua orang lelaki yang sedang

menunggang kuda sambil memegang lembing yang melambangkan tradisi Pasola. Pada sampul

depan buku terdapat informasi judul buku Sejarah Asal Usul Pasola dan pada kata Pasola

ukurannya lebih besar dengan tujuan agar lebih mempertegas dan mewakili isi dari buku. Nama

penulis juga di cantumkan pada halaman depan. Pada bagian punggung buku berisi judul buku dan

penulis buku. Pada sampul bagian belakang terdapat kalimat yang mengajak untuk belajar sejarah

asal-usu tradisi Pasola dan kalimat yang meberitahukan bahawa buku cerita tersebut adalah buku

yang meberikan informasi tentang sejarah asal-usul tradisi Pasola dan gambar rumah adat Sumba

yang melambangkan Pasola hanya ada di Sumba. Berikut adalah sketsa dan perancangan sampul

depan dan belakang buku yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Sketsa dan perancangan cover buku Sejarah Asal-Usul Pasola

Page 16: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

10

Layout dengan tujuan memperkirakan letak elemen-elemen layout pada suatu halaman tunggal,

juga urutan-urutan pengaturan halaman desain publikasi yang kompleks, proporsi dan kontras.

Layout dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Layout

Pada perancangan buku ini font yang digunakan adalah Myriad Pro Bold. Myriad Pro Bold

merupakan jenis huruf san-serif yang memiliki ketebalan huruf yang cukup besar dan cocok

digunakan untuk menekankan suatu kata atau kalimat agar menjadi fokus utama. Font ini cocok

digunakan untuk teks di dalam buku karena kejelasannya mudah terlihat, sehingga tidak

menyulitkan anak dalam membaca, tidak membuat mata lelah, serta dapat mendukung kesatuan

antara huruf dan visualisasi didalam buku.

Gambar 7.Tipografi

Setelah sketsa, thumbnailing, layout, dan proses pewarnaan sketsa dengan software digital

dilanjutkan pada proses pencetakan buku.

IV. Hasil dan Pembahasan

Berikut adalah hasil desain media buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran sejarah

asal-usul tradisi Pasola

Page 17: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

11

Sampul buku merupakan tampilan awal yang berpengaruh terhadap minat baca seseorang.

Pada sampul depan bertuliskan “Sejarah Asal-Usul Pasola” sebagai judul buku yang sekaligus

menjelaskan tujuan buku untuk mengajak, mengenal sejarah asal-usul pasola. Pada bagian

belakang sampul buku bertuliskan kalimat sebagai berikut “Buku cerita ini adalah buku cerita

yang memberikan informasi tentang sejarah asal-usul tradisi Pasola, “Ayo belajar karena

kesuksesan bisa diraih dengan semangat yang tinggi tanpa ada kata putus asa dan selalu mau

belajar”. Berikut adalah sampul depan dan belakang buku yang dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Sampul depan dan belakang buku “ Sejarah Asal Usul Pasola “

Halaman isi buku terdiri dari 40 halaman yang bercerita tentang awal sampai terjadinya

Pasola. Berikut adalah isi halaman buku yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Isi buku cerita “ Sejarah Asal-Usul Pasola ”

Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian secara kuantitatif. Pengujian kuantitatif dilakukan

dengan proses pengisian kuesioner. Perhitungan kuesioner dilakukan menggunakan skala likert.

Skala likert ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan [20]. Maka

penilaian interpretasi responden terhadap keberhasilan buku adalah hasil nilai yang dihasilkan

dengan menggunakan rumus Index %. Rumus index % = Total Skor / Y x 100. Sebelum

Page 18: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

12

menyelesaikan, interval (rentang jarak) harus diketahui dan interpretasi persen agar mengetahui

penilaian dengan metode mencari Interval skor persen (I) [21].

Rumus Interval

I = 100 / Jumlah Skor (Likert)

Maka = 100 / 5 = 20

Hasil (I) = 20

(Intervalnya jarak dari terendah 0 % hingga tertinggi 100%)

Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:

Angka 0% – 19,99% = Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)

Angka 20% – 39,99% = Tidak setuju / Kurang baik)

Angka 40% – 59,99% = Cukup / Netral

Angka 60% – 79,99% = (Setuju/Baik/suka)

Angka 80% – 100% = Sangat (setuju/Baik/Suka)

Pernyataan yang dipakai di dalam kuesioner berupa pernyataan positif dengan pembagian

kategori sangat tidak setuju (STS) skor 1, tidak setuju (TS) skor 2, netral (N) skor 3, setuju (S)

skor 4 dan sangat setuju (SS) skor 5. Responden yang dilibatkan adalah 39 orang siswa sekolah

dasar pada daerah perkotaan dan 11 guru yang mengajar di sekolah tersebut. Pengisian kuesioner

dilakukan dengan menunjukan hasil perancangan Buku “Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola”.

Kuesioner diberikan untuk menilai tanggapan responden terhadap media pembelajaran sejarah

asal-usul tradisi Pasola yang telah dibuat. Hasil penilainan kuesioner yang telah diisi oleh

responden siswa, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Kuesioner Pengujian Siswa

Indikator No. Pernyataan STS

(1)

TS

(2)

N

(3)

S

(4)

SS

(5)

Cover

Buku

1 Judul buku cerita menarik bagi siswa untuk

membaca

0 0 1 12 26

2 Desain cover menarik siswa untuk membaca 0 0 2 16 21

Isi Buku 3 Isi buku cerita mudah dipahami oleh siswa 0 0 3 23 13

4 Isi buku cerita memiliki gambar dan teks yang

sesuai

0 0 1 11 27

5 Isi buku cerita lebih banyak gambar dari pada 0 0 8 8 23

Page 19: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

13

teks

6 Gambar buku cerita jelas 0 0 0 9 30

7 Isi buku cerita menarik siswa untuk terus

mengikuti jalan cerita

0 0 4 12 23

Anatomi

Buku

8 Halaman buku tertata dengan baik 0 0 1 10 28

9 Jenis huruf yang digunakan menarik perhatian

siswa

0 0 4 13 22

10 Jenis huruf yang digunakan mudah dibaca bagi

siswa

0 0 1 8 30

11 Jenis huruf yang digunakan mudah dibaca bagi

siswa

0 0 1 12 26

Jumlah Poin 0 0 26 134 269

Total Poin Keseluruhan 0+ 0 + 26+ 134+269 = 429

Jadi hasil perhitungan akhirnya ialah

= Total skor / Y x 100

= 2053 / 2140 x 100

= 95.93% (masuk interval “sangat setuju”)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak-anak sangat menyukai desain sampul buku,

gambar, sangat setuju jika ilustrasi, teks dan huruf sudah terlihat dengan jelas serta anak-anak

paham terhadap informasi yang disampaikan di dalam isi buku dengan hasil presentase perhitu

ngan 95.93%.

Hasil penilaian yang telah diisi oleh guru dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Kuesioner Pengujian Guru

Indikator No. Pernyataan STS

(1)

TS

(2)

N

(3)

S

(4)

SS

(5)

Rumus index % = Total Skor / Y x 100

Page 20: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

14

Cover

Buku

1 Judul buku cerita mewakili

keseluruhan isi dari cerita

0 0 0 0 11

2 Judul buku cerita menarik minat siswa

untuk membaca lebih lanjut

0 0 0 1 10

3 Judul cover buku membawa pesan

yang akan disampaikan

0 0 1 4 6

4 Warna cover buku cerita menarik

siswa untuk membaca

0 0 0 2 9

Isi Buku 5 Isi buku cerita mudah dipahami oleh

siswa.

0 0 0 8 3

6 Isi buku cerita menggunakan bahasa

yang sederhana sehingga mudah

dibaca dan dipahami oleh siswa

0 0 0 8 3

7 Isi buku cerita memiliki teks dan

gambar yang saling berkaitan.

0 0 0 0 11

8 Tampilan buku cerita lebih dominan

gambar daripada teks

0 0 0 1 10

9 Gaya dan ketepatan bahasa cocok

untuk siswa.

0 0 1 9 1

Anatomi

Buku

10 Isi buku cerita menarik siswa untuk

terus mengikuti alur cerita

0 0 1 5 5

11 Ilustrasi cerita memperjelas latar,

ragkaian cerita, penjiwaan dan

karakter

0 0 4 6 1

12 Rancangan buku cerita tertata dengan

baik

0 0 1 3 7

13 Jenis huruh mempunyai tingkat

kemudahan untuk dibaca oleh siswa

0 0 0 4 7

Page 21: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

15

14 Tata letak/sistematika penulisan tidak

terlalu sempit memudahkan siswa

untuk membaca

0 0 4 6 1

Jumlah Poin 0 0 12 57 85

Total poin keseluruhan 0+0+12+57+85=154

Jadi hasil perhitungan akhirnya ialah

= Total skor / Y x 100

= 664 / 770 x 100

= 86.23 (masuk interval “ sangat setuju ”)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru sangat menyukai desain sampul buku,

gambar, setuju jika ilustrasi, teks dan huruf sudah terlihat dengan jelas serta anak-anak paham

terhadap informasi yang disampaikan di dalam isi buku serta pesan yang disampaikan melalui

cerita Pasola yaitu tetep menjaga jalina persaudaraan antara kedua suku yang sudah dijaga dari

para leluhur, selalu bersyukur atas berkat yang diberikan Tuhan, berani bertanggung jawab, dan

jangan terlalu cepat mengambil keputusan dengan hasil presentase perhitungan 86.23%.

Dari hasil kuesioner pengujian antara siswa dan guru akan digabung untuk mendapatkan hasil

akhir dari pengujian buku cerita bergambar Sejarah Asal- Usul Pasola yang diambil dari beberapa

pertanyaan yang sama bahwa siswa dan guru sangat menyukai, desain sampul buku, judul buku,

sangat setuju jika ilustrasi, halaman buku, isi buku mudah dipahami, teks dan huruf sudah terlihat

dengan jelas serta anak-anak paham terhadap informasi yang disampaikan di dalam isi buku

cerita Sejarah Asal-Usul Pasola.

V. Simpulan

Sesuai dari data yang diperoleh dilihat dari hasil pengujian secara kualitatif dan kuantitatif

yang meliputi beberapa aspek penilaian sesuai ketertarikan anak terhadap desain buku, konten

buku yang menarik, informasi yang disajikan, kesesuaian buku dan target konsumen, pencapaian

manfaat dan tujuan buku serta perlu tidaknya buku tersebut untuk digunakan, maka dapat

disimpulkan bahwa perancangan buku cerita bergambar Sejarah Asal-Usul Pasola bagi anak usia

9-12 tahun sudah berhasil sebagai media pembelajaran yang menarik dalam mengenalkan sejarah

asal-usul Pasola bagi anak usia 9-12 tahun.

Rumus index % = Total Skor / Y x 100

Page 22: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

16

VI. Daftar Pustaka

1. Achmad Maulidi. 2107. Pengetian sejarah secara Umum.

https://www.kanalinfo.web.id/2017/08/pengertian-sejarah-secara-umum.html. Diakses tanggal

15 september 2017.

2. Mey Melisa, Endang Herlina, Diah Syafitri, Riska Bella, Hartono. 2015. Meida Si Odik

Stocopic Untuk Mengurangi Budaya Menghafal Unsur Kimia Sistem Periodik. Universitas

Sriwijaya. Hal 2.

3. Pradana Essa Havier. 2012. Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pengenalan

Cerita Rakyat Asal Gunung Kidul “Jaka Umbaran”. Jurnal Ilmu Komputer. Universitas Dian

Nuswantoro.

4. Elmari Endaiya. 2014. Perancangan Buku Cerita Bergambar Kedatangan Cheng Ho ke

Semarang. Jurnal Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Dian Nuswantoro. Hal 4-6.

5. Burden, Paul R. dan Byrden, David M. (1999).Methods for Effective Teaching. USA: Allyn

and Bacon Press.

6. Angkowo R., A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo.

7. Liando, Mayske. (2008). Pemanfaatan Buku Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Minat

dan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 SD Negeri Sumbersari II Malang.

Universitas Negeri Malang.

8. Faizah, Umi. Keefektifan Cerita Bergambar untuk Pendidikan Nilai dan. Keterampilan

Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Cakrawala Pendidikan, Jurnal Ilmiah

Pendidikan. Vol 3/No 3/Th XXVII. November 2009. Universitas Negeri Yogyakarta. Hal 249-

256).

9. Wibowo, Basuki., Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: Maulana.

10. Anitah, Sri. 2009. Metode Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.

11. Dhanumurti Adyogi. 2009. Buku Cerita Mengangkat Permainan Tradisional Sunda. Institut

Negeri Bandung. https://digilib.itb.ac.id. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2017.

12. Grace Marina Yudistira, 2016, Perancangan Buku Cerita Fiktif Bergambar Dwibahasa

Bertema Petualangan „ Make Own Your Story‟ Universitas Kristen Petra.

Page 23: Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Sejarah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16889/2/T1_692016701_Full... · uku cerita bergambar bersifat ringkas

17

13. Petrus Jordi Joseph. 2015. Perancangan Buku Interaktif Pengenalan Satwa Langka Endemik

Indonesia Bagi Anak Usia 7-11 Tahun, September 2015. Universitas Kristen Satya Wacana. Hal

4.

14. Muid. 2012. Upaya Menigkatkan Hasil Belajar Lari Beregu Melalui Penerapan Metode

Bermain Bendera Kemenangan Mata Pelajaran Penjasorkes Pada Siswa Kelas IV Semester 2

SDN 1 Raguklampitan Jepara. Universitas Negeri Semarang.

15. Academia. 2017.Khairul Jalil, Upaya meningkatkan Minat Baca Anak Sekolah Dasar.

http://www.academia.edu/6252144/Khairul_Jalil. Diakses tanggal 17 Juni 2017.

16. Wawancara dengan Rato Jewu Lango, Ubu Bewi, Mauhappu. Tanggal 23-25 November 2016.

17. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

18. Sarwono, Jonathan, dan Hary Lubis. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual.

Bandung: C.V Andi Offset.

19. Dudung. 2015. Pengertian Deskripsi, Narasi Dan Eksposisi Menurut Ahli Sastra.

http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-deskripsi-narasi-dan-eksposisi-menurut-ahli-

sastra/. Diakses pada tanggal 15 oktober 2017

20. Djaali dan Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT.Grasindo.

21. Choizes. April 11, 2017. Pengertian Skala Likert dan Contoh Cara Hitung Kuesionernya.

https://www.diedit.com/skala-likert/. Diakses tanggal 27 oktober 2017