-
1
USULAN PERANCANGAN ALAT PEMOTONG KERTAS KARTON
(Studi Kasus di D&D Handycraft Collections)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai
Derajat Sarjana Teknik Industri
Oleh:
Poppy Raharjo 03 06 03823/TI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA
2008
-
2
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir berjudul USULAN PERANCANGAN ALAT PEMOTONG KERTAS
KARTON (Studi Kasus di D&D Handycraft Collections)
Disusun oleh : Poppy Raharjo
(NIM: 03 06 03823) dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal : 20 Juni 2008 Pembimbing I, Pembimbing II,
(M.Chandra Dewi K.,ST.,MT.)(DM.Ratna Tungga D.,S.Si.,MT.)
Tim penguji: Penguji I,
(M. Chandra Dewi K.,ST.,MT.) Penguji II, Penguji III,
(L. Triani Dewi,ST.,MT.) (Brillianta Budi N.,ST.,MT.)
Yogyakarta, 20 Juni 2008
Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Dekan,
(Paulus Mudjihartono, ST., MT.)
-
3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dewasa ini bermunculan industri kecil di
bidang kerajinan tangan yang bersaing ketat dalam hal kreativitas
sehingga menuntut seseorang harus bekerja keras untuk menciptakan
ide yang lebih menarik dan memiliki daya jual yang tinggi. Salah
satunya adalah industri kerajinan wadah multifungsi milik D&D
Handycraft Collections.
Wadah multifungsi terbuat dari kertas karton dan terdiri dari
dua macam bentuk, yaitu berbentuk tabung dan kubus. Alat pemotong
kertas karton merupakan salah satu peralatan penting yang harus ada
dalam proses pembuatan wadah multifungsi. Alat pemotong kertas
karton yang saat ini digunakan dalam pembuatan wadah multifungsi di
D&D Handycraft Collections adalah gunting untuk memotong kertas
karton berbentuk lingkaran dan cutter untuk memotong kertas karton
berbentuk persegi. Proses pengerjaan wadah multifungsi, khususnya
proses pemotongan kertas karton, dilakukan di lantai dengan posisi
kaki kiri dilipat ke belakang sebagai alas penyanggah pantat dan
kaki kanan ditekuk. Posisi memotong kertas karton yang dimaksud
nampak pada Gambar 1.1. berikut ini.
-
4
______________________________________________________
Gambar 1.1. Proses Pemotongan Kertas Karton
_______________________________________________________
Dari hasil kuisioner pendahuluan diketahui mayoritas pekerja
merasakan ketidaknyamanan dalam bekerja dengan posisi duduk seperti
nampak pada Gambar 1.1., yaitu timbul rasa sakit pada leher, bahu,
punggung dan tangan/pergelangan tangan. Selain itu, dengan
menggunakan peralatan yang ada sekarang ini, yaitu gunting dan
cutter, muncul kesulitan dalam proses memotong kertas karton, yaitu
adanya kecenderungan jari tersayat atau terjepit cutter atau
gunting, membutuhkan waktu yang relatif lama dan ketelitian yang
cukup tinggi agar hasil potongannya sesuai dengan pola yang telah
dibuat.
1.2. Perumusan Masalah Permasalahan yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah bagaimana usulan perancangan alat pemotong
kertas karton yang ergonomis bagi para pekerja di D&D
-
5
Handycraft Collections dalam pembuatan wadah multifungsi. 1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan
membuat usulan perancangan alat pemotong kertas karton yang
ergonomis bagi para pekerja di D&D Handycraft Collections dalam
pmembuatan wadah multifungsi.
1.4. Batasan Masalah Agar pemecahan masalah yang dilakukan tidak
menyimpang dari ruang lingkup yang ditentukan, maka akan dilakukan
pembatasan sebagai berikut: 1. Alat pemotong kertas karton yang
dirancang hanya
untuk memotong kertas karton dengan diameter 12 cm untuk wadah
multifungsi berbentuk tabung, dan ukuran 12 cm x 12 cm untuk wadah
multifungsi berbentuk kubus.
2. Hasil usulan perancangan alat pemotong kertas karton
dievaluasi menggunakan analisis postur dengan metode REBA.
3. Data pengukuran yang diambil hanya sebatas pada pengukuran
data anthropometri statis.
4. Metode yang digunakan untuk merancang alat pemotong kertas
karton adalah metode rasional didukung analisis anthropometri.
-
6
1.5. Metodologi Penelitian Data-data/informasi yang dibutuhkan
dalam proses penelitian diperoleh berdasarkan teknik pengumpulan
data yang dibedakan menurut jenisnya, yaitu: a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan
langsung di lapangan, dilakukan dengan: 1. Wawancara, berupa
tanya-jawab kepada pemilik
dan para pekerja D&D Handycraft Collections, khususnya
bagian pembuatan wadah multifugsi.
2. Kuisioner, berupa seperangkat daftar pertanyaan yang
berkaitan dengan topik penelitian kepada para pekerja D&D
Handycraft Collections, khususnya bagian pembuatan wadah
multifungsi.
3. Pengukuran langsung, berupa pengukuran data anthropometri
para pekerja D&D Handycraft Collections, khususnya bagian
pembuatan wadah multifungsi.
b. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh
dengan studi pustaka, yaitu mengumpulkan data atau informasi yang
diperlukan dengan mempelajari buku-buku penunjang yang berkaitan
dengan topik penelitian.
Langkah-langkah dasar pemecahan masalah dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 1.2. berikut ini.
-
7
_______________________________________________________
Gambar 1.2. Diagram Alir Langkah-langkah Penelitian
__________________________________________________________________
-
8
1.6. Metode Perancangan Metode yang digunakan dalam usulan
perancangan alat pemotong kertas karton dalam pembuatan kotak
multifungsi ini adalah metode rasional. Adapun langkah-langkah
metode rasional antara lain: a. Clarifying Objectives
Metode yang digunakan adalah objectives tree. Metode ini
bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan sub tujuan dari perancangan
dan hubungan diantara keduanya.
b. Establishing Function
Metode yang digunakan adalah function analysis. Metode ini
bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan
batasan sistem dari perancangan produk.
c. Setting Requirements
Metode yang digunakan adalah performance specification. Metode
ini bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat dari kebutuhan
pelaksanaan suatu solusi perancangan.
d. Determining Characteristics
Metode yang dapat digunakan dalam tahap ini adalah Quality
Function Deployment (QFD). Tujuannya adalah untuk menetapkan target
yang akan dicapai oleh karakteristik teknis produk yang dapat
memenuhi keinginan konsumen.
e. Generating Alternatives
Metode yang digunakan adalah morphological chart. Metode ini
bertujuan untuk membangkitkan range lengkap dari solusi-solusi
perancangan alternatif
-
9
dan memperluas pencarian terhadap solusi baru yang
potensial.
f. Evaluating Alternatives
Metode yang digunakan adalah weighted objectives. Metode ini
bertujuan untuk membandingkan nilai guna alternatif usulan
perancangan yang ada.
g. Improving Details
Metode yang digunakan adalah perbandingan alat awal dengan alat
baru hasil perancangan. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan
nilai jual produk baru yang jauh lebih unggul daripada produk
sebelumnya.
1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan yang
akan disusun terbagi dalam beberapa bab, antara lain: BAB 1:
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, diagram alir
metodologi penelitian, metode perancangan, dan sistematika
penulisan.
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian-uraian singkat
tentang penelitian terdahulu dan perbandingannya dengan penelitian
yang sekarang dilakukan.
BAB 3: DASAR TEORI Bab ini berisi tentang teori-teori yang
mendukung penelitian yang diperoleh melalui referensi pustaka.
-
10
BAB 4: PROFIL PERUSAHAAN DAN DATA
Bab ini berisi data-data yang diperlukan dalam penelitian,
berupa data kuisioner dan data anthropometri, yaitu data lebar
telapak tangan, data diameter genggaman tangan, data tinggi bahu
dan data panjang lengan bawah.
BAB 5: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi analisa data
dan pembahasannya, meliputi analisis anthropometri, analisis
perancangan dengan metode rasional, dan evaluasi hasil usulan
perancangan menggunakan analisis postur dengan metode REBA.
BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang rangkuman
hasil analisis dan pembahasan serta saran bagi penelitian
berikutnya.
-
11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Nugroho (2006), dalam penelitiannya melakukan perancangan alat
pemotong tempe yang ergonomis untuk mengurangi terjadinya penyakit
akibat kerja. Tujuan dari penelitian adalah menghasilkan alat bantu
pemotongan tempe yang ergonomis.
Putra (2007), dalam penelitiannya melakukan perancangan alat
pembelah singkong untuk pembuatan tela mayonaise yang mampu
membelah singkong dengan cepat, mudah dioperasikan sehingga dapat
mengurangi cedera pada operator, tidak menyebabkan sisa singkong
yang berlebihan serta mudah dioperasikan.
2.2. Penelitian Sekarang Penelitian yang dilakukan sekarang
mengenai alat pemotong kertas karton. Tujuannya adalah menganalisis
dan membuat usulan perancangan alat pemotong kertas karton untuk
membuat wadah multifungsi yang ergonomis bagi para pekerja di
D&D Handycraft Collections. Penelitian ini menggunakan metode
rasional dan analisis anthropometri.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang dapat
dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
-
10
_________________________________________________________________________________________
Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian
Sekarang
Peneliti Objek Penelitian Metode Tujuan Penelitian Nugroho
(2006)
Perancangan alat pemotong tempe yang ergonomis
Anthropometri, Metode Rasional
Menghasilkan alat bantu pemotongan tempe yang ergonomis
Putra (2007)
Perancangan alat pembelah singkong untuk pembuatan tela
mayonaise
Metode Rasional dengan Perhitungan Analisis Teknik
Menghasilkan alat pembelah singkong yang mempunyai kemampuan
membelah singkong dengan cepat, mudah dioperasikan sehingga dapat
mengurangi cedera pada operator, tidak menyebabkan sisa singkong
yang berlebihan serta mudah dioperasikan
Penulis (2008)
Usulan perancangan alat pemotong kertas karton yang ergonomis
dalam pembuatan wadahmultifungsi
Anthropometri, Metode Rasional
Memberikan usulan rancangan alat pemotong kertas karton yang
ergonomis dan dapat mengurangi kendala yang ada.
________________________________________________________________________________________
-
11
BAB 3 DASAR TEORI
3.1. Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon
yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi
dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam
lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan
(Nurmianto, 2004). Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis
untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan
dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja
sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik,
yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan
efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana dkk., 1979). Secara umum
tujuan dari penerapan ergonomi adalah (Tarwaka, 2004): 1.
Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui
upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan
beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan
kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan
kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara
tepat guna dan
-
12
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia
produktif maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu
aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem
kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas
hidup yang tinggi.
Dalam penerapan ergonomi diperlukan informasi yang lengkap
mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasannya. Salah
satu usaha untuk mendapatkan informasi ini telah banyak dilakukan
penelitian-penelitian. Penelitian tersebut terdiri dari
(Sutalaksana dkk., 1979): 1. Penelitian tentang display Yang
dimaksud dengan penelitian display adalah
bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya kepada
manusia. Contohnya, jika kita ingin mengetahui berapa suhu ruangan
saat ini, maka dengan melihat pengukur suhu ruangan yang diwakili
dengan tinggi air raksa pada skala tertentu, informasi suhu ruangan
dapat diketahui.
2. Penelitian mengenai hasil kerja manusia dan proses
pengendaliannya
Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia
saat bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap
aktivitas tersebut. Penyelidikan ini banyak berhubungan dengan
biomekanik.
3. Penelitian mengenai tempat kerja Agar diperoleh kerja yang
baik, yaitu sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia, maka ukuran
-
13
tempat kerja tersebut harus sesuai dengan dimensi tubuh manusia.
Hal ini berhubungan dengan data anthropometri.
4. Penelitian mengenai lingkungan fisik Yang dimaksud dengan
lingkungan fisik adalah
meliputi ruanagn dan fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan
oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja, yang kedua-duanya
banyak mempengaruhi tingkah laku manusia. Ada 5 masalah pokok dalam
ergonomi sehubungan dengan keterbatasan manusia, yaitu (Pullat,
1992):
a. Anthropometric Anthropometric berhubungan dengan
pengukuran
dimensi-dimensi linier tubuh manusia. Permasalahan yang sering
ditemui adalah ketidaksesuaian dimensi tubuh manusia dengan
rancangan produk dan area kerja. Solusinya adalah merancang suatu
area kerja dan produk tersebut dengan penyesuaian terhadap
informasi yang diperoleh dari data anthropometri.
b. Cognitive Permasalahan cognitive yang timbul berhubungan
dengan terjadinya kekurangan atau berlebihnya informasi yang
dibutuhkan selama pemrosesannya.
c. Musculoskeletal Sistem musculoskeletal terdiri dari otot,
tulang dan
jaringan penghubung. Timbulnya ketegangan pada otot atau rasa
sakit pada tulang adalah akibat dari aktivitas fisik manusia. Hal
ini membuat sistem kerja harus dirancang agar sesuai dengan
kemampuan fisik manusia atau mengadakan alat bantu untuk
mempermudah pekerjaan.
-
14
d. Cardiovascular Permasalahan cardiovascular terletak pada
sistem
peredaran darah, yaitu jantung. Dalam menjalankan aktivitas
fisik, otot memerlukan oksigen yang lebih banyak, maka jantung
memompakan darah ke otot untuk memenuhi kebutuhan oksigen
tersebut.
e. Psychomotor Psychomotor berkaitan dengan fungsi sensorik
manusia
(panca indera). Fungsi sensorik ini dipengaruhi oleh rangsangan
eksternal seperti informasi berupa bunyi-bunyian atau cahaya.
Dengan adanya kelima masalah pokok tersebut, maka sistem kerja
harus dirancang untuk menghasilkan kenyamanan yang maksimum bagi
manusia.
3.2. Anthropometri 3.2.1. Pengertian Anthropometri
Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti
manusia dan metri yang berarti ukuran. Anthropometri adalah studi
tentang dimensi tubuh manusia (Pullat, 1992). Anthropometri
merupakan suatu ilmu yang secara khusus mempelajari tentang
pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran
pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya(Panero dan
Zelnik, 1979).
Data anthropometri yang ada dibedakan menjadi dua kategori,
antara lain (Pullat, 1992):
a) Dimensi struktural (statis) Dimensi struktural ini mencakup
pengukuran dimensi
tubuh pada posisi tetap dan standar.
-
15
b) Dimensi fungsional (dinamis) Dimensi fungsional mencakup
pengukuran dimensi tubuh
pada berbagai posisi atau sikap.
Data anthropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal,
antara lain (Wignjosoebroto, 1995):
a. Perancangan areal kerja b. Perancangan peralatan kerja
seperti mesin, perkakas
dan sebagainya c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti
pakaian,
kursi/meja komputer, dan lain-lain d. Perancangan lingkungan
kerja fisik
Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah
dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto, 2004):
1) Keacakan/random
Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah
jelas sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan
pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan
antara berbagai macam masyarakat.
2) Jenis kelamin Ada perbedaan signifikan antara dimensi tubuh
pria dan wanita. Untuk kebanyakan dimensi pria dan wanita ada
perbedaan signifikan di antara mean dan nilai perbedaan ini tidak
dapat diabaikan. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen
badannya daripada wanita sehingga data anthropometri untuk kedua
jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah.
3) Suku bangsa Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa
telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya karena
-
16
meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara ke negara
lain. Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya jumlah
penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk
mengisi jumlah satuan angkatan kerja (industrial workforce), maka
akan mempengaruhi anthropometri secara nasional.
4) Usia, digolongkan atas berbagai kelompok usia yaitu: o
balita, o anak-anak, o remaja, o dewasa, dan o lanjut usia Hal ini
jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk
anthropometri anak-anak. Anthropometrinya cenderung terus meningkat
sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa,
tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan menurun yang
disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang
(intervertebral discs) dan berkurangnya dinamika gerakan tangan dan
kaki.
5) Jenis pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut
adanya persyaratan dalam seleksi karyawannya, misalnya: buruh
dermaga/pelabuhan harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.
Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
6) Pakaian Hal ini juga merupakan sumber keragaman karena
disebabkan oleh bervariasinya iklim/musim yang
-
17
berbeda dari satu tempat ke tempat yang lainnya terutama untuk
daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu musim dingin manusia
akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan ukuran yang
relatif lebih besar. Ataupun untuk para pekerja di pertambangan,
pengeboran lepas pantai, pengecoran logam. Bahkan para penerbang
dan astronaut pun harus mempunyai pakaian khusus.
7) Faktor kehamilan pada wanita Faktor ini sudah jelas mempunyai
pengaruh perbedaan yang berarti kalau dibandingkan dengan wanita
yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis
perancangan produk dan analisis perancangan kerja.
8) Cacat tubuh secara fisik Suatu perkembangan yang
menggembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan diberikannya skala
prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para
penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta
merasakan kesamaan dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi
di dalam pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul
misalnya: keterbatasan jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee
space) untuk desain meja kerja, lorong/jalur khusus untuk kursi
roda, ruang khusus di dalam lavatory, jalur khusus untuk keluar
masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran, supermarket dan
lain-lain.
3.2.2. Dimensi Anthropometri Data anthropometri dapat
dimanfaatkan untuk
menetapkan dimensi ukuran produk yang akan dirancang
-
18
dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan
menggunakannya. Beberapa dimensi statis dari tubuh manusia dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
___________________________________________ Tabel 3.1. Dimensi
Anthropometri dalam Posisi Duduk
No Nama Dimensi Simbol 1 Tinggi duduk, tegak tdt 2 Tinggi mata
duduk tmd 3 Tinggi bahu, duduk tbd 4 Jarak bahu ke siku bks 5
Tinggi siku, duduk tsd 6 Tinggi popliteal, duduk tpd 7 Tinggi
lutut, duduk tld 8 Tebal paha, duduk thd 9 Jarak pantat ke
popliteal plp 10 Panjang lengan bawah, duduk plb 11 Jarak pantat ke
lutut jpl 12 Tebal perut tpr 13 Keliling pantat duduk klp 14 Lebar
siku ke siku, duduk sks 15 Lebar bahu, duduk lbd 16 Lebar pinggul,
duduk lpd
_________________________________________________________________
_______________________________________________________ Tabel
3.2. Dimensi Anthropometri dalam Posisi Berdiri
No Nama Dimensi Simbol 1 Tinggi tubuh tbb 2 Tinggi siku, berdiri
tsb 3 Tinggi pergelangan tangan tgt 4 Tebal dada tdd 5 Jangkauan
tangan jkt 6 Tinggi jangkauan tangan tjt 7 Tinggi mata, berdiri tmb
8 Tinggi bahu tbh 9 Tinggi pinggang tpg 10 Tinggi selangkang tsk 11
Tinggi tulang kering ttk 12 Lebar bahu lbh 13 Lebar dada ldd 14
Lebar pinggul, berdiri lpd
_______________________________________________________
-
19
_______________________________________________________ Tabel
3.3. Dimensi Antropometri Kaki dan Tangan No Nama Dimensi Simbol 1
Tinggi mata kaki tmk 2 Panjang telapak kaki ptk 3 Lebar telapak
kaki ltk 4 Lebar jantung kaki ljk 5 Lebar telapak tangan ltt 6
Tinggi jangkauan tangan tjt 7 Panjang telapak tangan ptt 8 Tebal
telapak tangan ttt 9 Lebar telapak tangan dari ibu jari ltb 10
Diameter gegaman tangan dgt
_______________________________________________________ 3.2.3.
Pengolahan Data Anthropometri
Data-data anthropometri yang didapat akan melewati beberapa uji
agar layak untuk membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan.
Adapun pengujian yang dilakukan antara lain:
a. Uji keseragaman data Pengujian keseragaman data dilakukan
untuk mengetahui: Homogenitas data Apakah berasal dari suatu
populasi yang sama Data extrim atau yang berada di luar batas
harus
dihilangkan dan tidak perlu disertakan dalam perhitungan
Untuk melakukan uji keseragaman data dilakukan tahapan
perhitungan sebagai berikut: 1) Membagi data ke dalam suatu sub
grup (kelas)
Penentuan jumlah sub grup dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus:
Nk log3,31 += (3.1) dimana N = jumlah data.
2) Menghitung harga rata-rata dari harga rata-rata sub grup
dengan:
-
20
k
XX
n
ii
== 1 , (3.2)
dimana:
iX = Harga rata-rata dari sub grup ke-i k = Jumlah sub grup yang
terbentuk
3) Menghitung standar deviasi (SD), dengan:
2
1
N
XXSD
n
ii
=
== untuk populasi (3.3)
2
1
1
===
N
XXSD
n
ii
untuk sampel (3.4)
dimana: N = jumlah data amatan pendahuluan yang telah
dilakukan. Xi = data amatan yang didapat dari hasil
pengukuran ke-i. 4) Menghitung standar deviasi dari distribusi
harga
rata-rata sub grup:
nX = (3.5)
dimana n = ukuran satu sub grup 5) Menentukan Batas Kontrol Atas
(BKA) dan Batas
Kontrol Bawah (BKB) dengan:
xXAB 3. += (3.6)
xXBB 3. = (3.7) b. Uji kecukupan data
Pengujian kecukupan data sangat dipengaruhi oleh besarnya: 1)
Tingkat ketelitian (dalam persen), adalah
penyimpangan maksimum dari hasil pengukuran terhadap nilai yang
sebenarnya.
-
21
2) Tingkat kepercayaan (dalam persen), adalah besarnya keyakinan
atau besarnya probabilitas bahwa data yang kita dapatkan terletak
dalam tingkat ketelitian yang telah ditentukan. Rumus umum:
2
1
2
11
2
'
=
=
==n
ii
n
ii
n
ii
X
XXNSK
N (3.8)
Keterangan: N = jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan
(jumlah pengamatan dari hasil perhitungan) N = pengamatan
pendahuluan Jika N < N, maka data pengamatan cukup Jika N >
N, maka data pengamatan kurang, dan perlu tambahan data. Nilai K
untuk tingkat kepercayaan tertentu dapat dilihat pada Tabel 3.4.
berikut. __________________________________________________
Tabel 3.4. Tingkat Kepercayaan Tingkat Kepercayaan Nilai K
68% 1 68% < 1- 95% 2 95% < 1- 99% 3
__________________________________________________
Nilai S untuk tingkat ketelitian tertentu dapat dilihat pada
Tabel 3.5 berikut.
___________________________________________________
Tabel 3.5. Tingkat Ketelitian Tingkat Ketelitian Nilai S
-
22
5% 0,05 10% 0,10
___________________________________________________
c. Uji kenormalan data Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah data diperoleh telah memenuhi distribusi normal atau dapat
didekati oleh distribusi normal. Pada penelitian ini untuk
mempermudah pengujian kenormalan data, maka digunakan software SPSS
12.0 for Windows. Program ini akan secara otomatis menampilkan
output uji kenormalan data yang diinputkan.
3.2.4. Persentil Menurut Nurmianto (2004), persentil adalah
suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari
sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari
nilai tersebut. Misalnya : 95% populasi adalah sama dengan atau
lebih rendah dari 95 persentil, 5% dari populasi berada sama dengan
atau lebih rendah dari 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat
ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.
_______________________________________________________
Tabel 3.6. Perhitungan Persentil
Persentil Perhitungan
Ke-1 x - 2,325x Ke-2,5 x - 1,96x
-
23
Ke-5 x - 1,645x Ke-10 x - 1,28x Ke-50 x Ke-90 x + 1,28x Ke-95 x
+ 1,645x Ke-97,5 x + 1,96x Ke-99 x + 2,325x
_______________________________________________________
Gambar 3.1. Distribusi Normal
_______________________________________________________
3.2.5. Kelonggaran Kelonggaran digunakan dalam suatu perancangan
apabila diperlukan dan mempengaruhi produk yang akan dirancang.
Kelonggaran dapat bervariasi tergantung pada musim, kondisi
lingkungan, jenis kelamin, bahkan mode yang sedang berlaku. Dalam
banyak kasus, memang berlaku penambahan ukuran untuk kelonggaran
ini, namun pakaian dan perlengkapan lain yang sangat tebal justru
dapat mengurangi pengukuran jangkauan dan rentang gerak sendi.
Berikut ini adalah kelonggaran yang diusulkan untuk beberapa dasar
pakaian dan beberapa ukuran tubuh yang dipengaruhinya (Panero,
1979).
-
24
_______________________________________________________
Tabel 3.7. Penentuan Kelonggaran
Jenis Pakaian Kelonggaran
Ukuran Tubuh Terpenting yang
Dipengaruhi 0,50 in 1,3 cm Lebar tubuh Pakaian
pria 0,75-1,0 in 1,9-2,5 cm Rentang tubuh 0,25-0,50 in 0,6-1,3
cm Lebar tubuh Pakaian
wanita 0,50-0,75 in 1,3-1,9 cm Rentang tubuh 2,0 in 5,1cm Lebar
tubuh
3,0-4,0 in 7,6-10,2 cm Rentang tubuh
Mantel luar untuk
musim dingin termasuk
pakaian di dalamnya.
1,75-2,0 in 4,4-5,1 cm Jarak bersih paha
Sepatu bertumit (pria)
1,0-1,5 in 2,5-3,8 cm
Tinggi tubuh, tinggi mata, tinggi lutut pada posisi
duduk, tinggi lipatan dalam
lutut.
Sepatu bertumit (wanita)
1,0-3,0 in 2,5-7,6 cm
Tinggi tubuh, tinggi mata, tinggi lutut pada posisi
duduk, tinggi lipatan dalam
lutut. Sepatu pria 1,25-1,5 in 3,2-3,8 cm Panjang kaki
Sepatu wanita 0,5-0,75 in 1,3-1,9 cm Panjang kaki Sarung tangan
0,25-0,50 in 0,6-1,3 cm
Panjang tangan, rentang tangan
_______________________________________________________
3.3. Rapid Entire Body Assesment (REBA) Rapid Entire Body
Assesment (REBA) merupakan salah
satu metode yang digunakan untuk menganalisis pekerjaan
berdasarkan postur tubuh pekerja dalam ilmu ergonomi. Metode ini
tidak memerlukan peralatan khusus, hanya
-
25
dokumentasi aktivitas yang dilakukan dan worksheet REBA. Dari
skor REBA yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan tindakan
yang harus diambil untuk mencegah cidera lebih lanjut.
Dalam analisis REBA, perhitungan dibedakan menjadi 2 grup, yaitu
Grup A (trunk, neck, dan legs) dan Grup B (upper arms, lower arms,
dan wrists). Langkah-langkah dalam menganalisis menggunakan REBA
adalah sebagai berikut: a. Grup A
1. Trunk (batang tubuh)
__________________________________________________
Gambar 3.2. Trunk Score (Hignett dan McAtamney, 2000)
__________________________________________________ Nilainya
ditambahkan jika : Tubuh diputar = +1 Tubuh dibengkokkan = +1
2. Neck (leher)
__________________________________________________
Gambar 3.3. Neck Score
(Hignett dan McAtamney, 2000)
__________________________________________________
Nilainya ditambahkan jika : Leher diputar = +1
+1 +2 +2
+1
+2 +2
+3
+4
-
26
Leher dibengkokkan = +1 3. Legs (kaki)
__________________________________________________
Gambar 3.4. Legs Score
(Hignett dan McAtamney, 2000)
__________________________________________________
Nilainya ditambahkan jika : Kaki membentuk sudut 30-60 = +1 Kaki
membentuk sudut >60 = +2
Berdasarkan nilai yang sudah didapat yaitu trunk, neck, dan legs
score maka skor untuk Grup A dapat dilihat pada Tabel 3.8. berikut
ini.
Tabel 3.8. Total Skor Grup A
Trunk 1 2 3 4 5
Legs1 1 2 2 3 4 2 2 3 4 5 6 3 3 4 5 6 7
Neck = 1
4 4 5 6 7 8 Legs
1 1 3 4 5 6 2 2 4 5 6 7 3 3 5 6 7 8
Neck = 2
4 4 6 7 8 9 Legs
1 3 4 5 6 7 2 3 5 6 7 8 3 5 6 7 8 9
Neck = 3
4 6 7 8 9 9
Add +1Add +2
+2 +1
-
27
_______________________________________________________
Pertimbangan lain yang harus diperhatikan dalam perhitungan
untuk grup A yaitu nilai load atau force. Nilai load atau force
untuk grup A dapat dilihat pada Tabel 3.9. berikut ini.
Tabel 3.9. Nilai Load atau Force untuk Grup A
Load/force 0 1 2 +1
< 10 lb (< 5 kg)
10-20 lb (5-10 kg)
> 20 lb (> 10 kg)
Shock or rapid build up of force
_______________________________________________________ b. Grup
B
1. Upper Arms (lengan atas)
__________________________________________________
Gambar 3.5. Upper Arms Score (Hignett dan McAtamney, 2000)
__________________________________________________
Nilainya ditambahkan jika : Bahu terangkat = +1 Lengan atas
abducted = +1 Lengan ditumpu = -1
+1 +2 +2
+3+4
-
28
2. Lower arms (lengan bawah)
__________________________________________________
Gambar 3.6. Lower Arms Score (Hignett dan McAtamney, 2000)
__________________________________________________
3. Wrists (tangan)
__________________________________________________
Gambar 3.7. Wrists Score
(Hignett dan McAtamney, 2000)
__________________________________________________
Berdasarkan nilai yang sudah didapat yaitu upper arms, lower
arms, dan wrists score maka skor untuk Grup B dapat dilihat pada
Tabel 3.10. berikut ini.
Tabel 3.10. Total Skor Grup B
Upper Arm 1 2 3 4 5 6
Wrist 1 1 1 3 4 6 7 2 2 2 4 5 7 8
Lower Arm = 1
3 2 3 5 5 8 8 Wrist
1 1 2 4 5 7 8 2 2 3 5 6 8 9
Lower Arm = 2
3 3 4 5 7 8 9
_______________________________________________________
Pertimbangan lain yang harus diperhatikan dalam perhitungan
untuk grup B adalah nilai coupling. Nilai
+2
+1 +2
+1
-
29
coupling untuk grup B dapat dilihat pada Tabel 3.11. berikut
ini.
Tabel 3.11. Nilai Coupling untuk Grup B
Coupling 0-Good 1-Fair 2-Poor 3-Unacceptable
Well-fitted handle with a mid-range power grip
Hand hold acceptable but not ideal or coupling is acceptable via
another part of the body
Hand hold not acceptable although possible
Awkward, unsafe grip, no handles. Coupling is unacceptable using
other parts of the body
_______________________________________________________
Skor REBA diperoleh dengan menjumlahkan skor C dan activity
score. Skor C didapat dari Tabel 3.12. berikut ini.
_______________________________________________________
Tabel 3.12. Total Skor Grup C Score A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 122 1 2 3 4
4 6 7 8 9 10 11 123 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 124 2 3 3 4 5 7 8 9 10
11 11 125 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 126 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12
127 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 128 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 129 6
6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 1210 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 1211 7 7
8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Score B
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12
12_______________________________________________________
Activity score dapat dilihat pada Tabel 3.13, dan keputusan REBA
dapat dilihat pada Tabel 3.14.
-
30
Tabel 3.13. Activity Score
Activity +1 = 1 or more body parts are static, e.q. held for
longer than 1 minute
+1 = repeated small range actions, e.q. repeated more than 4
times per minute (excluding walking)
+1 = action causes rapid large range changes in posture or an
unstable base
_______________________________________________________
_______________________________________________________ Tabel
3.14. Keputusan REBA
REBA Score Risk Level Action 1 Negligible None necessary
2 3 Low Maybe necessary 4 7 Medium Necessary 8 10 High Necessary
soon 11 15 Very High Necessary now
_______________________________________________________ 3.4.
Metode Perancangan Rasional
Metode ini menggunakan pendekatan yang sistematis dalam
perancangan. Metode ini banyak digunakan dalam perancangan karena
memiliki tahapan yang jelas sehingga dapat memberikan hasil
rancangan dan produk akhir yang berkualitas. Adapun langkah-langkah
metode rasional antara lain: h. Clarifying Objectives
Langkah yang pertama yang digunakan dalam metode rasional adalah
clarifying objectives, dimana langkah ini menjelaskan mengenai
tujuan perancangan. Metode yang digunakan adalah objectives tree.
Metode ini bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan sub tujuan dari
perancangan dan hubungan
-
31
diantara keduanya. Langkah-langkah pembuatan objectives tree
adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan daftar tujuan perancangan. Daftar ini diambil dari
ringkasan perancangan,
dari pernyataan kepada klien dan dari diskusi di dalam kelompok
perancangan.
2) Daftar disusun ke dalam kumpulan tujuan tingkat tinggi dan
tingkat rendah.
Perluasan daftar tujuan dan sub tujuan secara kasar dapat
dikelompokkan ke dalam tingkatan hirarki.
3) Menggambarkan diagram Objectives Tree, hubungan hirarki dan
garis hubungannya.
Cabang-cabang atau akar dalam pohon menggambarkan hubungan yang
mengusulkan bagaimana mencapai tujuan.
i. Establishing Function Metode yang digunakan adalah function
analysis.
Metode analisis fungsi ini menawarkan fungsi-fungsi penting dan
level dari masalah yang ada. Metode ini bertujuan untuk menentukan
fungsi yang dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan baru.
Prosedur-prosedur dari metode ini adalah:
i. Menjelaskan seluruh fungsi perancangan dalam perubahan input
menjadi output.
ii. Memecah seluruh fungsi menjadi sub-fungsi dasar. iii.
Menggambarkan diagram blok yang menggambarkan
interaksi antar sub-fungsi. iv. Menggambarkan batas sistem.
-
32
v. Mencari komponen yang tepat untuk menampilkan sub-fungsi dan
interaksinya.
j. Setting Requirements Metode yang digunakan adalah The
Performance
Specification Methods. Metode ini bertujuan membantu menemukan
masalah perancangan. Langkah-langkah-langkah metode ini adalah
sebagai berikut: 1. Menimbang perbedaan tingkatan umum
penyelesaian
yang dapat diterima. Misal ada beberapa pilihan alternatif
produk, tipe
produk dan ciri-ciri produk. 2. Menentukan tingkatan umum yang
nantinya akan
dioperasikan. Keputusan ini biasanya dibuat oleh konsumen.
Tingkatan umum yang lebih tinggi memberikan kebebasan yang lebih
untuk perancangan.
3. Mengidentifikasi atribut yang dibutuhkan. Atribut harus
dinyatakan secara bebas untuk solusi
tertentu. 4. Menyebutkan persyaratan yang diperlukan atribut
dengan tepat dan teliti. Bila dimungkinkan, spesifikasi harus
dalam bentuk
kuantitatif dan mengidentifikasikan jarak antar batas
k. Determining Characteristics
Dalam tahapan ini salah satu metode yang dapat digunakan adalah
Quality Function Deployment (QFD). Tujuannya untuk menetapkan
target yang akan dicapai oleh karakteristik teknis produk yang
dapat memenuhi keinginan konsumen. Prosedur yang dilalui dalam
pembentukan Quality Function Deployment (QFD) adalah:
-
33
1) Mengidentifikasikan keinginan konsumen terhadap atribut
produk.
Suara konsumen dihargai dan keinginan konsumen bukan merupakan
subjek untuk diterjemahkan oleh tim desain.
2) Menentukan atribut yang relatif penting
Teknik pemberian rangking atau penempatan nilai dapat digunakan
untuk membantu menentukan bobot relatif yang harus didampingkan
dengan berbagai atribut. Persentase bobot normal digunakan.
3) Mengevaluasi atribut terhadap produk pesaing
Nilai performansi untuk produk pesaing dan produk hasil
rancangan tim desain harus terdaftar pada keinginan konsumen.
4) Menggambar matrik atribut produk dalam karakteristik
teknik
Termasuk semua karakteristik teknik yang mempengaruhi sejumlah
atribut produk dan memastikannya untuk dapat disampaikan dalam
unit-unit yang dapat diukur.
5) Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik teknik dengan
atribut produk
Kekuatan hubungan dapat diidentifikasikan dengan simbol atau
nomor, penggunaan nomor mempunyai beberapa keuntungan, tetapi dapat
memperkenalkan sebuah keakuratan palsu.
6) Mengidentifikasi beberapa hubungan yang relevan antara
karakteristik teknik
-
34
Atap rumah dari House of Quality menguntungkan pengecekan,
tetapi tergantung terhadap perubahan dalam konsep desain.
7) Mengatur target figur yang dapat dicapai untuk karakteristik
teknik
Menggunakan informasi dari produk pesaing atau percobaan dengan
konsumen-konsumennya.
l. Generating Alternatives
Pada tahap ini mulai dicari solusi-solusi yang mungkin. Metode
yang bisa dipakai adalah Morphological Chart Method. Morphological
chart ini berguna untuk memperluas daerah pencarian solusi baru
yang potensial dalam pengembangan alternatif (Cross, 1994). Tujuan
dari pembangkitan alternatif adalah untuk membangkitkan
solusi-solusi rancangan alternatif atau memperluas ruang pencarian
terhadap solusi-solusi baru yang potensial. Kombinasi yang berbeda
dari dari sub solusi dapat dipilih dari morphological chart, dan
diharapkan dapat memunculkan solusi baru yang belum pernah
teridentifikasi sebelumnya. Langkah-langkah pembuatan morphological
chart adalah sebagai berikut:
i. Membuat daftar fitur atau fungsi yang penting untuk produk
tersebut.
ii. Membuat daftar cara-cara untuk setiap fitur atau fungsi
tersebut.
iii. Menggambarkan bagan yang memuat seluruh solusi yang
memungkinkan.
iv. Mengidentifikasi kombinasi sub-solusi yang memungkinkan.
-
35
m. Evaluating Alternatives
Tahap ini adalah tahap pemilihan alternatif terbaik diantara
beberapa alternatif yang ada. Metode yang digunakan adalah metode
weighted objectives (pembobotan obyektif). Pemilihan dilakukan
berdasarkan jumlah dari score dikalikan bobot yang menghasilkan
angka terbesar. Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pengerjaan
metode weighted objectives:
1) Membuat daftar tujuan perancangan. Pohon objektif dapat juga
sebagai tambahan berguna
untuk metode ini. 2) Mengurutkan tingkatan tujuan. Perbandingan
dapat membantu menyusun urutan
tingkatan. 3) Menentukan pembobotan relatif tujuan. 4) Menyusun
nilai kegunaan untuk setiap tujuan. 5) Menghitung dan membandingkan
nilai kegunaan
relatif perancangan alternatif. n. Improving Details
Contoh metode yang dapat digunakan pada tahap ini adalah value
engineering. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan fungsi atau
nilai produk dan mereduksi biaya produksi. Beberapa tahapan yang
perlu dilakukan dalam teknik value engineering adalah : 1)
Pembuatan daftar komponen-komponen produk,
identifikasi fungsi dari setiap komponen. 2) Pembandingan nilai
dari setiap fungsi yang telah
diidentifikasi (nilai disini adalah nilai yang dirasakan oleh
konsumen).
-
36
3) Pembandingan biaya dari setiap komponen (setelah komponen
selesai dirakit).
4) Pencarian solusi untuk pengurangan biaya tanpa pengurangan
performansi/nilai fungsional produk atau penambahan
performansi/nilai fungsional produk tanpa penambahan biaya. Dalam
hal perlu adanya suatu teknik kreatif yang kritis.
5) Pengevaluasian alternatif dan pemilihan pengembangan yang
dilakukan.
3.5. Perhitungan waktu Baku Perhitungan waktu baku merupakan
perhitungan waktu tidak langsung. Jika semua data yang didapat
telah memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya telah
memenuhi tingkat-tingkat ketelitian serta keyakinan yang
diinginkan, maka selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga
memberikan waktu baku. Langkah-langkah untuk mendapatkan waktu baku
dari data yang terkumpul adalah sebagai berikut:
a. Menghitung waktu siklus rata-rata (Ws) dengan:
NX
Ws i= (3.9) dimana : Xi = waktu amatan N = jumlah amatan b.
Menghitung waktu normal (Wn) dengan:
pWsWn = (3.10) dimana p adalah faktor penyesuaian. Faktor
penyesuaian ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa
operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar. Jika pekerja bekerja
dengan wajar, maka
-
37
nilai p = 1, jika terlalu lambat nilai p1.
c. Menghitung waktu baku (Wb) dengan: )1( aWnWb += (3.11)
dimana 1 adalah allowance yang diberikan kepada pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal.
3.5.1. Faktor Penyesuaian Suatu ketidakwajaran dalam melakukan
suatu pekerjaan hendaknya disesuaikan atau diwajarkan dengan
memberikan faktor penyesuaian untuk memperoleh waktu penyelesaian
yang normal. Ada beberapa cara atau metode yang digunakan untuk
menentukan besarnya faktor penyesuaian (Sutalaksana dkk., 1979): a.
Cara Presentase
Cara ini merupakan cara yang paling awal digunakan dalam
melakukan penyesuaian. Besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya
ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya selama melakukan
pengukuran. Jadi sesuai pengukuran dia menentukan harga p yang
menurut pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila dikalikan
dengan waktu siklus. Misalnya si pengukur berpendapat bahwa p=110%.
Jika waktu siklusnya telah terhitung sama dengan 14,6 menit, maka
waktu normalnya:
Wn = 14,6 x 1,1 = 16,6 menit Cara ini sangat subjektif dan
sangat sederhana.
-
38
b. Cara Shumard
Cara ini memberikan patokan-patokan penilaian melalui
kelas-kelas performansi kerja, dimana setiap kelas memiliki nilai
sendiri-sendiri, dapat dilihat pada Tabel 3.15. berikut ini.
___________________________________________________ Tabel 3.15.
Penyesuaian Menurut Cara Shumard
(Sutalaksana dkk., 1979)
KELAS PENYESUAIAN Superfast 100 Fast + 95 Fast 90 Fast - 85
Excellent 80 Good + 75 Good 70 Good _ 65 Normal 60 Fair + 55 Fair
50 Fair _ 45 Poor 40
___________________________________________________ Misalnya
seorang yang dianggap bekerja normal diberi nilai 60. Bila
performansi kerjanya dinilai excellent, maka dia mendapat nilai 80.
Dengan demikian dapat diperoleh faktor penyesuaiannya adalah
P = 80/60 = 1,33 Jika waktu siklus rata-ratanya sama dengan
276,4 detik, maka waktu normalnya:
Wn = 276,4 x 1,33 = 367,6 detik c. Cara Westinghouse
Cara ini mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap
menentukan kewajaran dan ketidakwajaran dalam bekerja yaitu
Keterampilan,
-
39
Usaha, Kondisi Kerja, dan Konsistensi. Faktor keterampilan
didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang telah
ditetapkan. Faktor usaha dimaksudkan sebagai kesungguhan yang
ditunjukkan atau diberikan pekerja ketika melakukan pekerjaannya.
Faktor kondisi kerja merupakan kondisi fisik lingkungannya seperti
keadaan pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan. Faktor
konsistensi menunjukkan kemampuan pekerja untuk tetap bekerja
secara konsisten. Faktor ini perlu diperhatikan karena kenyataan
bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak
pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja
selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke
jam, bahkan dari hari ke hari. Pengelompokan mengenai
kelas-kelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.16. berikut ini.
___________________________________________________
Tabel 3.16. Penyesuaian Menurut Westinghouse
(Sutalaksana dkk.,1979)
FAKTOR KELAS LAMBANG PENYESUAIAN KETERAMPILAN Superskill
Excellent Good Average Fair Poor
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2
+ 0,15 + 0,13 + 0,11 + 0,08 + 0,06 + 0,03 0,00 - 0,05 - 0,10 -
0,16 - 0,22
USAHA Excessive Excellent
A1 A2 B1 B2
+ 0,13 + 0,12 + 0,10 + 0,08
-
40
FAKTOR KELAS LAMBANG PENYESUAIAN Good Average Fair Poor
C1 C2 D E1 E2 F1 F2
+ 0,05 + 0,02 0,00 - 0,04 - 0,08 - 0,12 - 0,17
KONDISI KERJA
Ideal Excellenty Good Average Fair Poor
A B C D E F
+ 0,06 + 0,04 + 0,02 0,00 - 0,03 - 0,07
KONSISTENSI Perfect
Excellent Good Average Fair Poor
A B C D E F
+ 0,04 + 0,03 + 0,01 0,00 - 0,02 - 0,04
_____________________________________________________________
Dalam menghitung faktor penyesuaian, bagi keadaan yang dianggap
wajar diberi harga p=1, sedangkan terhadap penyimpangan dari
keadaan ini harga p nya ditambah dengan angka-angka yang sesuai
dengan ke empat faktor di atas. Misalnya jika waktu siklus
rata-rata sama dengan 124,6 detik dan waktu ini dicapai dengan
keterampilan pekerja yang dinilai fair (E1), usaha good (C2),
kondisi excellent (B) dan konsistensi poor (F), maka tambahan
terhadap p=1 adalah:
Keterampilan : Fair (E1) = -0,05 Usaha : Good (C2) = +0,02
Kondisi : Excellent (B)= +0,04 Konsistensi : Poor (F) = -0,04
Jumlah : -0,03
-
41
Jadi p=(10,03) atau p=0,97 sehingga waktu normalnya
Wn = 124,6 x 0,97 = 120,9 detik
d. Cara Objektif
Cara yang terakhir ini memperhatikan 2 faktor, yaitu kecepatan
kerja dan tingkat kesulitan kerja. Kedua faktor inilah yang
dipandang secara bersama-sama menentukan harga p untuk mendapatkan
waktu normal. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan
pekerjaan dalam pengertian biasa. Jika operator bekerja dengan
kecepatan wajar diberi nilai satu atau p1=1. Apabila kecepatan
kerjanya dianggap terlalu tinggi maka p1>1 dan sebaliknya p1
-
42
Tabel 3.17. Penyesuaian Tingkat Kesulitan Cara Objektif
(Sutalaksana dkk., 1979)
KEADAAN LAMBANG PENYESUAIAN
ANGGOTA BADAN TERPAKAI Jari Pergelangan tangan dari jariLengan
bawah, pergelangan tangan dan jari Lengan atas, lengan bawah dst
Badan Mengangkat beban dari lantai dengan kaki PEDAL KAKI Tanpa
pedal, atau satu pedal dengan sumbu di bawah kaki Satu atau dua
pedal dengan sumbu tidak di bawah kaki PENGGUNAAN TANGAN Kedua
tangan saling bantu atau bergantian Kedua tangan mengerjakan
gerakan yang sama pada saat yang sama KOORDINASI MATA DENGAN TANGAN
Sangat sedikit Cukup dekat Konstan dan dekat Sangat dekat Lebih
kecil dari 0,04 cm PERALATAN Dapat ditangani dengan mudahDengan
sedikit kontrol Perlu kontrol dan penekanan Perlu penanganan
hati-hati Mudah pecah, patah
A B C D E E2 F G H
H2 I J K L M N O P Q R
0 1 2 5 8
10 0 5 0
18 0 2 4 7 10 0 1 2 3 5
_________________________________________________
-
43
_________________________________________________ Tabel 3.17.
Lanjutan
KEADAAN LAMBANG PENYESUAIAN BERAT BEBAN (kg) 0,45 0,90 1,35 1,80
2,25 2,70 3,15 3,60 4,05 4,50 4,95 5,40 5,85 6,30
B-1 B-2 B-3 B-4 B-5 B-6 B-7 B-8 B-9
B-10 B-11 B-12 B-13 B-14
Tangan Kaki
2 1 5 1 6 1 10 1 13 3 15 3 17 4 19 5 20 6 22 7 24 8 25 9
27 10 28 10
_________________________________________________ Jika untuk
suatu pekerjaan diperlukan gerakan-gerakan lengan bagian atas,
siku, pergelangan tangan dan jari (C), tidak ada pedal kaki (F),
kedua tangan bekerja bergantian (H), koordinasi mata dengan tangan
sangat dekat (L), alat yang dipakai hanya memerlukan sedikit
control (O), dan berat benda yang ditangani 2,3 kg, maka: Bagian
badan yang dipakai : C = 2 Pedal kaki : F = 0 Cara menggunakan
kekuatan tangan : H = 0 Koordinasi mata dengan tangan : L = 7
Peralatan : O = 1 Berat : B-5 = 13 Jumlah = 23
Sehingga p2 = (1+0,23) atau p2 = 1,23. Faktor penyesuaiannya
dihitung dengan:
-
44
p = p1 x p2 (3.12) Jika nilai p1 telah diketahui sama dengan 0,9
maka faktor penyesuaian untuk operator yang bersangkutan:
p = 0,9 x 1,23 = 1,11
3.5.2. Faktor Kelonggaran Faktor kelonggaran diberikan untuk
tiga hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja yaitu untuk
kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan
hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan dimana kelonggaran
perlu ditambahkan setelah mendapatkan waktu normal (Sutalaksana
dkk.,1979). a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Kebutuhan pribadi yang dimaksud disini adalah hal-hal seperti
minum sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil,
bercakap-cakap dengan teman kerja sekadar untuk menghilangkan
ketegangan ataupun kejemuan dalam bekerja. Kebutuhan-kebutuhan ini
jelas merupakan sesuatu yang mutlak, karena merupakan tuntutan
psikologis dan fisiologis yang wajar dan manusiawi, serta dapat
menurunkan produktivitas pekerja apabila tidak dilaksanakan.
Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi
berbeda-beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Berdasarkan
penelitian diketahui besar kelonggaran ini berbeda antara pekerja
pria dan wanita.
b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique Rasa fatique
tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah
maupun kualitas. Salah
-
45
satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah
dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada
saat-saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah
kesulitan dalam menentukan pada saat-saat mana menurunnya hasil
produksi diebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih banyak
kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya. Jika rasa fatique telah
datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan performance
normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari
normal dan ini akan menambahkan rasa fatique. Bila hal ini
berlangsung terus-menerus akan dapat menimbulkan fatique total
yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat
melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki.
Hal ini jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya pekerja
dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga
lambatnya gerakan-gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa
fatique ini.
c. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan Hambatan
dalam hal ini ada 2, pertama hambatan yang dapat dihindarkan
seperti mengobrol berlebihan serta yang kedua hambatan yang tidak
dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk
mengendalikannya. Bagi yang pertama jelas harus dihilangkan,
sedangkan yang hambatan kedua akan tetap ada dan karenanya harus
diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku. Beberapa contoh yang
termasuk hambatan tak terhindarkan adalah:
-
46
1) Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas 2) Melakukan
penyesuaian-penyesuaian mesin 3) Memperbaiki kemacetan-kemacetan
singkat seperti
mengganti alat potong yang patah, memasang kembali ban yang
lepas dan sebagainya
4) Mengasah peralatan potong 5) Mengambil alat-alat khusus atau
bahan-bahan khusus
dari gudang 6) Hambatan-hambatan karena kesalahan pemakaian
alat
ataupun bahan 7) Mesin berhenti karena aliran listrik mati
atau
putus Besarnya hambatan untuk kejadian-kejadian seperti itu
sangat bervariasi dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain bahkan
dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain karena banyaknya
penyebab seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian
suplai alat dan bahan dan sebagainya.
-
47
_________________________________________________________________________________________
Tabel 3.18. Besar Kelonggaran Berdasar Faktor yang Berpengaruh
(Sutalaksana dkk., 1979)
Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%)
A.Tenaga yg dikeluarkan Ekivalen Beban (kg) Pria Wanita 1.Dapat
diabaikan Bekerja di meja, duduk Tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0
2.Sangat ringan Bekerja di meja, berdiri 0,00-2,25 6,0-7,5 6,0-7,5
3.Ringan Menyekop, ringan 2,25-9,00 7,5-6,0 7,5-6,0 4.Sedang
Mencangkul 9,00-18,00 12,0-19,0 16,0-30,0 5.Berat Mengayun palu yg
berat 18,00-27,00 19,0-30,0 6.Sangat berat Memanggul beban
27,00-50,00 30,0-50,0 7.Luar biasa berat Memanggul karung berat
> 50,00
B.Sikap Kerja
1.Duduk
Bekerja duduk, ringan 0,0-1,0 2.Berdiri diatas 2 kaki Badan
tegak, ditumpu 2 kaki 1,0-2,5 3.bediri diatas 1 kaki 1 kaki
mengerjakan alat control 2,5-4,0 4.Berbaring pada bag. Sisi
belakang atau depan badan 2,5-4,0 5.Membungkuk Badan dibungkukkan
bertumpu pd ke-2 kaki 4,0-10,0
C.Gerakan Kerja
1.Normal
Ayunan bebas dari palu 0,0 2.Agak terbatas Ayunan terbatas dari
palu 0,0-5,0 3.Sulit Membawa beban berat dg satu tangan 0,0-5,0
4.Pada angota-anggota Bekerja dengan tangan di atas kepala 5,0-10,0
Badan terbatas 5.Seluruh anggota badan Bekerja dilorong
pertambangan yang sempit 10,0-15,0 terbatas
_________________________________________________________________________________________
-
48
_________________________________________________________________________________________
Tabel 3.18. Lanjutan
Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%) Pencahayaan D.Kelelahan
mata *) Baik Buruk
1.Pandangan yg terputus-putus Membaca alat ukur 0 1
2.Pandangan yg hampir terus-menerus Pekerjaan-pekerjaan yg
teliti 2 2
3.Pandangan terus-menerus dg Memeriksa cacat-cacat pada 2 5
fokus yang berubah-ubah Kain 4.Pandangan terus-menerus dg
Pemeriksaan yang sangat 4 8 fokus tetap Teliti E. Keadaan Temp.
Tempat Kerja **) Temperatur (c) Kelemahan normal Berlebih 1.Beku 38
di atas 40 di atas 100
_________________________________________________________________________________________
-
49
_________________________________________________________________________________________
Tabel 3.18. Lanjutan
Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%) F. Keadaan Atmosfer ***)
1. Baik 2. Cukup Baik 3. Kurang Baik 4. Buruk
Ruangan yang berventilasi baik, udara segar Ventilasi kurang
baik, ada bau-bauan Adanya debu-debu beracun, atau tidak beracun
tapi banyak Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan
menggunakan Alat-alat pernafasan
0 0-5 5-10 10-20
G. Keadaan Lingkungan yang Baik 1. Bersih, sehat, cerah dengan
kebisingan rendah 0 2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 - 10
detik 0-1 3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 -5 detik 1-3 4.
Sangat bising 0-5 5. Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat
menurunkan kualitas 0-5 6. Terasa adanya getaran lantai 5-10 7.
Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi,kebersihan,dll) 5-15 H.
Kelonggaran Kebutuhan Pribadi 1. Pria 0-2,5 2. Wanita 2-5
Keterangan: *) Kontras antar warna hendaknya diperhatikan. **)
Tergantung juga pada keadaan ventilasi ***) Dipengaruhi juga oleh
ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim
-
50
3.6. Mekanika Teknik 3.6.1. Gaya Gaya (F) didefinisikan sebagai
aksi suatu benda terhadap benda lain dan umumnya ditentukan oleh
titik kerjanya, besarnya dan arahnya. Gaya mungkin saja terpusat
atau terdistribusi. Apabila dimensi luasannya sangat kecil
dibandingkan dimensi-dimensi lain dari banda yang bersangkutan,
dapat dianggap sebagai gaya terpusat pada suatu titik.
Berat suatu benda adalah gaya tarikan gravitasi yang
terdistribusi pada volumenya dan dapat dikatakan sebagai gaya
terpusat yang bekerja melalui titik berat benda yang bersangkutan.
Rumus untuk menghitung gaya berat jika massanya telah
diketahui:
W = m.g (3.13) dimana:
W = Gaya berat (N) m = Massa (kg) g = Percepatan gravitasi
(m/s2)
3.6.2. Momen Sebuah gaya cenderung untuk menggerakkan suatu
benda pada arah kerjanya. Selain itu sebuah gaya juga cenderung
untuk memutar suatu benda terhadap suatu sumbu. Sumbu ini dapat
merupakan sembarang garis yang tidak berpotongan maupun sejajar
dengan garis kerja gaya tersebut. Kecenderungan untuk berotasi ini
disebut sebagai momen M dari gaya tersebut. Besar momen
didefinisikan sebagai:
-
51
M = F.d (3.14) dimana
M = Momen (Nmm) F = Gaya (N) d = Jarak tegak lurus gaya terhadap
titik momen
(mm)
3.6.3. Tegangan (Stress) Intensitas gaya yang tegak lurus atau
normal terhadap irisan disebut tegangan normal (normal stress) pada
sebuah titik (Popov, 1996). Tegangan normal dilambangkan dengan
huruf Yunani (sigma). Suatu tegangan tertentu yang dianggap
benar-benar bertitik tangkap pada sebuah titik, secara matematis
didefinisikan oleh persamaan:
= lim F/A (3.15) A0 dimana F adalah suatu gaya yang bekerja
tegak lurus terhadap potongan, sedangkan A merupakan luas yang
bersangkutan. Tegangan normal yang menghasilkan tarikan pada
permukaan sebuh potongan disebut tegangan tarik, sedangkan tegangan
normal yang mendorong potongan disebut tegangan tekan.
3.6.4. Momen Lentur Momen lentur dilambangkan dengan simbol M
yang berasal dari huruf Latin. Persamaan untuk mencari momen
lenturan adalah sebagai berikut:
yI
M = (3.16)
-
52
dari persamaan tersebut, adalah tegangan pada jarak y dari sumbu
netral. Karena tegangan berbanding lurus dengan jarak ke sumbu
netral, tegangan maksimum akan tergantung pada jarak maksimum y.
Jadi bila maks adalah tegangan maksimum dan ymaks adalah jarak
maksimum dari sumbu netral ke suatu bagian irisan, maka: M = maks x
(I/ymaks) (3.17) Momen lentur dinyatakan dalam satuan newton meter
(Nm). Momen lentur sebuah poros inersia utama menimbulkan tegangan
lentur sebagai berikut:
I
yM .= (3.18)
-
53
BAB 4 PROFIL PERUSAHAAN DAN DATA
4.1. Profil Perusahaan dan Uraian Proses Produksi D&D
Handycraft merupakan suatu industri kerajinan yang beralamat di
jalan Imogiri Barat No. 1 Km 3,5 Bangunharjo, Sewon, Bantul,
Yogyakarta. D&D Handycraft didirikan pada tahun 1982 oleh Bapak
Suyono dan Ibu Wati dengan jumlah pekerja awal sebanyak 4 orang dan
produk yang dihasilkan adalah tas, sabuk, wadah multifungsi dan
dompet. Produk tas terbuat dari beberapa macam bahan, diantaranya
bahan enceng gondok, agel, nilon dan daun lontar; produk sabuk dan
dompet terbuat dari kulit; produk wadah multifungsi terbuat dari
kertas karton. Produk yang masih lancar diproduksi oleh D&D
Handycraft sampai saat ini adalah wadah multifungsi dan tas dengan
jumlah pekerja sebanyak 20 orang. Penelitian ini berfokus pada
proses pembuatan wadah multifungsi yang terdiri dari 2 bentuk,
yaitu berbentuk tabung dan kubus, terutama proses pemotongan kertas
karton sebagai bahan utama pembuatan wadah multifungsi dengan
menggunakan gunting dan cutter. Uraian proses pembuatan wadah
multifungsi, baik yang berbentuk tabung maupun kubus, adalah
sebagai berikut:
-
54
a. Proses 1 1. Membuat dan memotong pola 1 (termasuk pola
untuk tutup wadah multifungsi)
________________________________________________
Gambar 4.1. Proses Pembuatan dan
Pemotongan Pola 1
________________________________________________
2. Menyemprot hasil potongan pola dengan karet mentah (proses
pe-latek-an)
________________________________________________
Gambar 4.2. Proses Pelatekan Pola 1
_______________________________________________
3. Memasang puring untuk lapisan bagian dalam pada bagian yang
telah di latek
________________________________________________
Gambar 4.3. Proses Pemasangan Puring
________________________________________________
-
55
4. Pola yang telah dipasangi puring selanjutnya di latek
________________________________________________
Gambar 4.4. Proses Pelatekan Puring
_________________________________________________
5. Memotong puring sesuai pola yang telah ditempel
_________________________________________________
Gambar 4.5. Pemotongan Puring
_________________________________________________
6. Merekatkan bagian tepi-tepinya
_________________________________________________
Gambar 4.6. Proses Perekatan Bagian Tepi Puring
_________________________________________________
7. Setelah direkatkan bagian tepi-tepinya, selanjutnya
mengelemnya
-
56
_________________________________________________
Gambar 4.7. Proses Pengeleman Puring
_________________________________________________
8. Merakit bagian-bagian pola yang telah dilem
_________________________________________________
Gambar 4.8. Proses Perakitan Pola 1
_________________________________________________
9. Memukul-mukul pola yang telah dirakit dengan kayu agar
sambungannya rata dan kuat
_________________________________________________
Gambar 4.9. Proses Perataan Sambungan Pola 1
_________________________________________________
b. Proses 2 1. Membuat dan memotong pola 2 (termasuk pola
untuk tutup wadah multifungsi)
-
57
_________________________________________________
Gambar 4.10. Proses Pemotongan Pola 2
_________________________________________________
2. Melatek hasil potongan pola
_________________________________________________
Gambar 4.11. Proses Pelatekan Pola 2
_________________________________________________
3. Menempelkan pola pada vinil
_________________________________________________
Gambar 4.12. Proses Pemasangan Vinil
_________________________________________________
4. Melatek hasil perakitan pola 1 dan pola yang telah
ditempelkan pada vinil
-
58
_________________________________________________
Gambar 4.13. Proses Pelatekan Vinil
_________________________________________________
5. Memotong vinil sesuai pola yang telah ditempel
_________________________________________________
Gambar 4.14. Proses Pemotongan Vinil
_________________________________________________
6. Merekatkan bagian-bagian tepinya
_________________________________________________
Gambar 4.15. Proses Perekatan Bagian Tepi Vinil
_________________________________________________
7. Setelah direkatkan tepi-tepinya, selanjutnya menjahit bagian
tepi-tepinya
-
59
_________________________________________________
Gambar 4.16. Proses Penjahitan Vinil
_________________________________________________
8. Mengelem hasil vinil yang telah dijahit
_________________________________________________
Gambar 4.17. Proses Pengeleman Vinil
_________________________________________________
9. Setelah dilem lalu ditempelkan pada hasil perakitan pola
1
_________________________________________________
Gambar 4.18. Prose Penempelan Vinil ke Pola 1
_________________________________________________
10. Selanjutnya memukul-mukulnya dengan kayu agar tempelan dan
sambungannya rata dan kuat
-
60
_________________________________________________
Gambar 4.19. Proses Perataan Sambungan Produk
Jadi _________________________________________________
11. Wadah multifingsi siap dijual
_________________________________________________
Gambar 4.20. Produk Jadi
_________________________________________________
4.2. Data Penelitian Pendahuluan 4.2.1. Data Kuisioner I
Kuisioner I merupakan kuisioner pendahuluan yang dilakukan untuk
mengetahui apakah pekerja di D&D Handycraft Collections
mengalami kesulitan ketika memotong kertas karton dan untuk
mengetahui keluhan-keluhan apa saja yang dialami para pekerja
berkaitan dengan gunting dan cutter sebagai alat yang mereka
pergunakan dalam memotong kertas karton. Kuisioner
-
61
dibagikan kepada 7 pekerja di D&D Handycraft Collections.
Pertanyaan yang diajukan kepada pekerja berjumlah 6 pertanyaan
berupa spesifikasi gunting dan cutter, lama jam kerja,
kesulitan-kesulitan dalam memotong kertas karton dan perlukah
dirancang alat untuk memotong kertas karton yang baru. Selain itu,
juga disertakan modifikasi dari Nordic Musculoskeletal
Questionnaire (NMQ), (Kuorinka, 1986) seperti pada buku
Occupational Biomechanics (Chaffin, dkk., 1999). NMQ digunakan
untuk menentukan frekuensi dan bagian tubuh yang dirasakan tidak
nyaman. NMQ terdiri dari beberapa pertanyaan yang difokuskan pada
beberapa bagian tubuh yang berbeda.
Bagian pertama dan kedua pada NMQ berkaitan dengan rasa sakit
yang timbul pada bagian-bagian tubuh responden selama 3 tahun dan 1
tahun terakhir dimana responden diminta menjawab apakah responden
pernah merasa sakit pada bagian leher, bahu, punggung, pinggang,
tangan/pergelangan tangan, paha, dan kaki dengan menjawab ya atau
tidak. Selanjutnya pada bagian ketiga responden diminta menjawab
apakah 6 bulan terakhir responden sering merasa sakit pada bagian
leher, bahu, punggung, pinggang, tangan/pergelangan tangan, paha,
dan kaki dengan menjawab ya atau tidak. Apabila responden menjawab
ya pada bagian ketiga maka dapat melanjutkan ke bagian keempat.
Pada bagian keempat responden diminta memilih tingkat keluhan
(tanpa rasa sakit, agak sakit, sakit, sangat sakit) yang dirasakan
pada leher, bahu, punggung, pinggang, tangan/pergelangan tangan,
paha dan
-
62
kaki. Selanjutnya pada bagian kelima responden diminta untuk
menjawab apakah aktivitas sehari-hari terganggu (di rumah maupun di
luar rumah) akibat keluhan tersebut pada bagian ketiga dengan
menjawab ya atau tidak.
Pada bagian keenam responden diminta memilih berapa lama
biasanya rasa sakit tersebut pada bagian ketiga berlangsung (20
menit, 30 menit, 40 menit, dan lain-lain). Pada bagian terakhir,
yaitu bagian ketujuh, responden diminta menuliskan selang jangka
waktu rasa sakit tersebut pada bagian ketiga dirasakan kembali.
Berikut ini adalah sebagian hasil kuesioner. Hasil kuisioner
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
_______________________________________________________
28,6%
57,1%
14,3%
-
63
_______________________________________________________
28,60%
71,40%
Butuh waktu yanglama
Butuh ketelitian yangcukup tinggi
Gambar 4.23. Kesulitan Memotong Kertas Karton
Menggunakan Gunting dan Cutter
_______________________________________________________
_______________________________________________________
85,70%
14,30%
Ya Tidak
Gambar 4.24. Perlu Dirancang Alat Untuk Memotong Kertas
Karton Yang Baru
_______________________________________________________
4.2.2. Data Kuisioner II Kuisioner II berupa kuisioner
preferensi responden yang disebarkan kepada pekerja D&D
Handycraft Collections yang berjumlah 7 orang. Kuisioner ini
digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari tiap-tiap
kriteria yang digunakan untuk perancangan produk. Tingkat
kepentingan tersebut diberikan nilai skor, yaitu nilai skor 1
(sangat tidak penting), nilai skor 2 (tidak penting), nilai skor 3
(cukup penting), nilai skor 4 (penting) dan nilai skor 5 (sangat
penting).
-
64
_______________________________________________________ Tabel
4.1. Hasil Kuisioner II
Hasil Kuisioner Tingkat Kepentingan Kriteria 1 2 3 4 5 6 7
Total1 5 5 5 5 4 5 5 34 2 5 4 5 5 4 5 5 33 3 3 3 2 3 3 3 3 20 4 3 2
2 2 3 3 3 18 5 4 3 4 3 3 4 3 24 6 4 4 3 3 4 4 4 26 7 3 4 4 3 4 4 3
25
Total 27 25 25 24 25 28 26 180
_______________________________________________________
_______________________________________________________
Tabel 4.2. Hasil Rata-Rata Tiap Kriteria
No. Kriteria Rata-rata
1. Ada pisau potong yang berbentuk sesuai kebutuhan
(lingkaran/persegi)
4,857
2. Pekerja cukup mengganti pisau potong sesuai kebutuhan
(lingkaran/persegi)
4,714
3. Adanya handle untuk menaikkan/menurunkan plat landasan bagi
pisau potong
2,857
4. Ukuran diameter, lebar dan tinggi handle disesuaikan dengan
data anthropometri pekerja
2,5714
5. Adanya pengaman pisau potong 3,4286 6. Perubahan
postur/posisi bekerja
dari di lantai dengan posisi kaki kiri dilipat ke belakang
sebagai alas penyanggah pantat dan kaki kanan ditekuk berubah
menjadi berdiri
3,7143
-
65
7. Waktu baku
-
66
_______________________________________________________ Tabel
4.4. Data Waktu Siklus Proses Pemotongan Kertas
Karton Menggunakan Cutter (detik)
No. Pekerja
1 Pekerja
2 Pekerja
3 Pekerja
4 Pekerja
5 Pekerja
6 Pekerja
7 1. 78,3 82,3 83,1 81,2 82,4 83,1 78,5 2. 82,5 76,2 79,4 79,4
76,5 78,5 83,1 3. 76,4 80,9 78,2 80,8 81,2 79,8 80,9
_________________________________________________________
_________________________________________________________ Tabel
4.4. Lanjutan
No. Pekerja
1 Pekerja
2 Pekerja
3 Pekerja
4 Pekerja
5 Pekerja
6 Pekerja
7 4. 81,1 81,3 80,3 80,1 81,9 79,7 77,4 5. 80,6 78,9 80,5 79,7
78,3 80,4 81,5 6. 76,7 81,4 76,7 79,3 81,4 77,8 81,2 7. 80,2 77,8
80,5 81,1 82,1 81,2 77,7 8. 82,1 77,1 78,6 80,4 77,3 78,9 80,3 9.
77,9 82,6 81,4 79,4 79,6 81,4 79,2 10. 80,7 80,3 80,9 79,3 79,7
80,3 81,4
_________________________________________________________
4.4. Data Pengukuran Anthropometri Data anthropometri yang
digunakan adalah data anthropometri laki-laki yang berusia antara
22 sampai 35 tahun. Data anthropometri diperoleh melalui pengukuran
pekerja di D&D Handycraft Collections dan orangorang disekitar
tempat usaha yang memenuhi persyaratan usia tersebut.
-
67
_______________________________________________________ Tabel
4.5. Data Anthropometri Laki-Laki Dewasa (dalam cm)
No. Umur LTT DGT TBH PLB 1. 22 8,6 4,2 132 36 2. 27 8,2 4 134 38
3. 24 8,7 4,1 130 37 4. 23 9 4,2 133 35 5. 23 8,2 4,3 131 36 6. 30
8,5 4 135 36 7. 30 8,3 4,2 134 35 8. 25 8,6 4,4 131 37 9. 25 8,3
4,2 130 39 10. 26 8 4,1 132 35 11. 26 8,7 4 134 36 12. 31 8,6 4 133
38
________________________________________________________
________________________________________________________
Tabel 4.5. Lanjutan
No. Umur LTT DGT TBH PLB 13. 35 8,2 4,2 130 35 14. 22 8,7 4,2
131 36 15. 24 8,5 4,2 135 36 16. 24 8,4 4,3 133 38 17. 22 8,1 4 131
36 18. 22 8,3 4,1 132 37 19. 23 8 4 133 35 20. 32 7,2 4,4 135 38
21. 23 7 4,2 134 38 22. 23 7,9 4 134 37 23. 30 8 4,3 133 37 24. 30
7,4 4,3 132 35 25. 35 8 4,1 135 35 26. 35 7,9 4,1 135 38 27. 26 7,9
4,3 130 37 28. 26 7,9 4 131 36 29. 25 8,5 4 133 38 30. 24 7,3 4,2
133 35
-
68
31. 24 7,6 4,1 130 38 32. 24 9 4 133 38 33. 22 8 4,3 133 35 34.
22 8,4 4,1 131 36 35. 29 7,8 4,4 135 35 36. 28 8 4 133 39 37. 35
8,6 4 131 37 38. 35 8,3 4,4 131 39 39. 22 8 4,2 130 35 40. 34 8,7
4,2 134 37 41. 27 8 4,4 130 37 42. 33 8,2 4,1 132 38 43. 35 9 4,2
132 37 44. 29 8,8 4 133 37 45. 30 8,6 4,2 131 36 46. 23 8,1 4,1 130
38 47. 23 8,3 4,2 134 37 48. 26 8,5 4,4 132 36 49. 22 8 4 132
36
_______________________________________________________
Keterangan: LTT = lebar telapak tangan DGT = diameter genggaman
tangan TBH = tinggi bahu PLB = panjang lengan bawah
4.5. Data Waktu Siklus Baru Waktu siklus yang diambil adalah
waktu siklus proses pemotongan kertas karton menggunakan alat
pemotong kertas karton hasil rancangan, baik kertas karton
berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 12 cm maupun kertas
karton berbentuk persegi dengan ukuran 12 cm x 12 cm.
-
69
_______________________________________________________
Tabel 4.6. Data Waktu Siklus Proses Pemotongan Kertas Karton
Bentuk Lingkaran (detik)
No.
Pekerja 1
Pekerja 2
Pekerja 3
Pekerja 4
Pekerja 5
Pekerja 6
Pekerja 7
1. 51,1 50,4 49,7 50,7 50,2 51,6 49,7 2. 49,7 49,8 51,2 49,2
50,7 50,4 48,4 3. 50,3 49,6 50,1 49,9 48,3 48,5 50,1 4. 48,3 48,5
50,8 48,4 49,1 49,3 49,6 5. 49,5 50,2 48,4 49,2 50,6 49,7 50,4 6.
48,4 51,9 50,2 51,1 49,8 49,7 50,2 7. 50,6 49,3 50,9 49,5 49,5 50,1
49,4 8. 50,1 50,2 48,3 50,3 51,1 50,4 48,7 9. 49,2 48,8 49,7 48,6
50,5 49,9 50,3 10. 50,2 50,3 49,5 49,4 49,1 49,5 49,8
_________________________________________________________
_________________________________________________________ Tabel
4.7. Data Waktu Siklus Proses Pemotongan Kertas
Karton Bentuk Persegi (detik) No.
Pekerja 1
Pekerja 2
Pekerja 3
Pekerja 4
Pekerja 5
Pekerja 6
Pekerja 7
1. 52,1 53,4 49,7 49,5 49,1 49,5 50,4 2. 48,4 49,1 49,1 48,3
48,7 49,1 49,1 3. 50,6 51,6 50,2 50,7 50,2 48,8 49,5 4. 46,9 47,5
49,6 48,9 49,4 50,2 48,7 5. 50,7 50,2 48,7 49,7 49,8 49,5 50,3 6.
50,4 50,7 48,4 49,2 50,1 48,7 49,2 7. 47,6 47,3 50,2 50,6 49,6 50,2
49,1 8. 51,2 47,9 49,4 49,5 50,3 49,7 50,4 9. 48,5 50,1 49,6 48,1
48,7 49,2 48,9 10. 49,3 50,8 50,1 50,3 49,8 50,1 50,7
_______________________________________________________
4.6. Data Harga Material Data harga material yang digunakan
untuk pembuatan
alat pemotong kertas karton berasal dari beberapa sumber, antara
lain:
-
70
1) Toko Besi Sekawan Jaya, Jl. Magelang Km.8 Sleman
Yogyakarta
2) Toko Bandung, J. Diponegoro Yogyakarta 3) Laboratorium Las
dan bubut STM Pembangunan Mrican,
Yogyakarta 4) Bengkel Rekayasa Pak Wangdi, Cambahan, Nogo
Tirto,
Gamping, Sleman, Yogyakarta Berikut adalah daftar harga material
dari beberapa sumber tersebut di atas per Januari 2008: Plat siku =
Rp 64.500,00 /6m Plat tebal 9mm = Rp 40.000,00/m Pipa 0,75 in = Rp
52.500,00 /6m Plat strip = Rp 31.000,00/6m Baja AS 1 in = Rp
205.000,00/6m Baja AS bulat 1,25 in = Rp 330.000,00/6m Plat tebal
9mm = Rp 1.667.500,00/28.800cm2 Plat tebal 6cm = Rp 225.000,00/6m
Biaya tenaga kerja = Rp 40.000,00/hari Canal C = Rp 245.000,00/6m
Plat strip = Rp 80.000,00/6m Baut + mur = Rp 1.000,00/buah Plat
tebal 1mm = Rp 27.000,00/6m
-
71
BAB 5 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Postur Awal Gambar postur tubuh pekerja pada saat
memotong kertas karton menggunakan gunting dan cutter, dan besarnya
sudut pada setiap bagian tubuh pekerja dapat dilihat pada bagian
Lampiran 2. Analisis postur pekerja pada proses pemotongan kertas
karton menggunakan gunting dan cutter dengan metode REBA adalah
sebagai berikut: a. Analisis REBA pada proses pemotongan kertas
karton
berbentuk lingkaran menggunakan gunting (bagian kanan)
Tabel 5.1. Total Skor Analisis REBA Pada Proses Pemotongan
Kertas Karton Menggunakan Gunting
(Bagian Kanan)
Tabel A Tabel B Bagian Tubuh
Skor Bagian Tubuh
Skor Trunk 3 Upper Arms 2 Neck 2 Lower Arms 1 Legs 4 Wrist 3
Total 7 Total 3 Load/force 0 Coupling 1 Total skor
tabel A 7 Total skor
tabel B 4
Skor tabel C = 8 Activity score = 1 Total skor REBA = 9
__________________________________________________________________
-
72
Hasil analisis postur pekerja dengan metode REBA menunjukkan
bahwa proses pemotongan kertas karton menggunakan gunting (bagian
kanan) memiliki skor REBA total 9. Ini berarti bahwa tingkat risiko
dalam proses pemotongan kertas karton menggunakan gunting (bagian
kanan) tinggi dan perlu dilakukan perbaikan dengan segera.
b. Analisis REBA pada proses pemotongan kertas karton
berbentuk lingkaran menggunakan gunting (bagian kiri)
Tabel 5.2. Total Skor Analisis REBA Pada Proses Pemotongan
Kertas Karton Menggunakan Gunting
(Bagian Kiri)
Tabel A Tabel B Bagian Tubuh
Skor Bagian Tubuh
Skor Trunk 3 Upper Arms 3 Neck 2 Lower Arms 1 Legs 4 Wrist 2
Total 7 Total 4 Load/force 0 Coupling 3 Total skor
tabel A 7 Total skor
tabel B 7
Skor tabel C = 9 Activity score = 1 Total skor REBA = 10
__________________________________________________________________
Hasil analisis postur pekerja dengan metode REBA menunjukkan
bahwa proses pemotongan kertas karton menggunakan gunting (bagian
kiri) memiliki skor REBA total 10. Ini berarti bahwa tingkat risiko
dalam proses pemotongan kertas karton menggunakan
-
73
gunting (bagian kiri) tinggi dan perlu dilakukan perbaikan
dengan segera.
c. Analisis REBA pada proses pemotongan kertas karton
berbentuk persegi menggunakan cutter (bagian kanan)
Tabel 5.3. Total Skor Analisis REBA Pada Proses Pemotongan
Kertas Karton Menggunakan Cutter
(Bagian Kanan)
Tabel A Tabel B Bagian Tubuh
Skor Bagian Tubuh
Skor Trunk 3 Upper Arms 1 Neck 2 Lower Arms 1 Legs 4 Wrist 3
Total 7 Total 2 Load/force 0 Coupling 1 Total skor
tabel A 7 Total skor
tabel B 3
Skor tabel C = 7 Activity score = 1 Total skor REBA = 8
__________________________________________________________________
Hasil analisis postur pekerja dengan metode REBA menunjukkan
bahwa proses pemotongan kertas karton menggunakan cutter (bagian
kanan) memiliki skor REBA total 8. Ini berarti bahwa tingkat risiko
dalam proses pemotongan kertas karton menggunakan cutter (bagian
kanan) tinggi dan perlu dilakukan perbaikan dengan segera.
-
74
d. Analisis REBA pada proses pemotongan kertas karton berbentuk
persegi menggunakan cutter (bagian kiri)
Tabel 5.4. Total Skor Analisis REBA Pada Proses Pemotongan
Kertas Karton Menggunakan Cutter
(Bagian Kiri)
Tabel A Tabel B Bagian Tubuh
Skor Bagian Tubuh
Skor Trunk 3 Upper Arms 3 Neck 2 Lower Arms 2 Legs 4 Wrist 2
Total 7 Total 5 Load/force 0 Coupling 3 Total skor
grup A 7 Total skor
grup B 8
Skor Grup C = 10 Activity score = 1 Total skor REBA = 11
__________________________________________________________________
Hasil analisis postur pekerja dengan metode REBA menunjukkan
bahwa proses pemotongan kertas karton menggunakan cutter (bagian
kiri) memiliki skor REBA total 11. Ini berarti bahwa tingkat risiko
dalam proses pemotongan kertas karton menggunakan cutter (bagian
kiri) sangat tinggi dan perlu dilakukan perbaikan sekarang
juga.
-
75
5.2. Perhitungan Waktu Baku Awal Hasil pengujian kenormalan,
keseragaman, dan kecukupan data waktu siklus proses pemotongan
kertas karton awal menggunakan gunting dan cutter dapat dilihat
pada bagian Lampiran 4.
5.2.1. Perhitungan Waktu Baku Proses Pemotongan Kertas Karton
Menggunakan Gunting
Pekerja 1 a. Waktu siklus rata-rata (Ws)
Perhitungan waktu siklus rata-rata menggunakan persamaan:
NX
Ws i= 10801= = 80,1 detik
b. Waktu normal Perhitungan waktu normal menggunakan faktor
penyesuaian berdasarkan Westinghouse karena penilaian kerja
didasarkan pada 4 faktor yang dirincikan secara mendetail sehingga
meminimalkan penilaian yang bersifat subyektif. Berdasarkan
pengamatan sesuai dengan ciri-ciri yang telah ditetapkan, maka
diperoleh besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill
(D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good
(C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 +
0,02) = 1,02
pWsWn = =(80,1 detik)x(1,02)=81,702 detik
-
76
c. Waktu baku Perhitungan waktu menggunakan nilai kelonggaran.
Berdasarkan pengamatan maka diperoleh besarnya nilai kelonggaran:
Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0%
Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3%
Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2%
Total = 18% )1( aWnWb +=
= (81,702 detik) x (1 + 0,18) = (81,702 detik) x (1,18) = 96,408
detik
Pekerja 2 a. Waktu siklus rata-rata (Ws)
NX
Ws i= 10800,8= = 80,08 detik
b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan :
average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi
kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah =
+0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04
pWsWn = =(80,08 detik)x(1,04)=83,28 detik
-
77
c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang
dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata
= 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% Keadaan
lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2%
Total = 18% )1( aWnWb +=
= (83,28 detik) x (1 + 0,18) = (83,28 detik) x (1,18) = 98,27
detik
Pekerja 3 a. Waktu siklus rata-rata (Ws)
NX
Ws i= 105,800= = 80,05 detik
b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan :
average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi
kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah =
+0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02
pWsWn = =(80,05 detik)x(1,02)=81,65 detik c. Waktu baku
Besarnya nilai kelonggaran:
-
78
Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0%
Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3%
Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2%
Total = 18% )1( aWnWb +=
= (81,65 detik) x (1 + 0,18) = (81,65 detik) x (1,18) = 96,35
detik
Pekerja 4 a. Waktu siklus rata-rata (Ws)
NX
Ws i= 10
2,801= = 80,12 detik
b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan :
average skill (D2)= 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi
kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah =
+0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04
pWsWn = =(80,12 detik)x(1,04)=83,32 detik c. Waktu baku
Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap
kerja = 1%
-
79
Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3%
Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi =
2%
Total = 18% )1( aWnWb +=
= (83,32 detik) x (1 + 0,18) = (83,32 detik) x (1,18) = 98,32
detik
Pekerja 5 a. Waktu siklus rata-rata (Ws)
NX
Ws i= 109,799= = 79,99 detik
b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan :
average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi
kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah =
+0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04
pWsWn = =(79,99 detik)x(1,04)=83,19 detik c. Waktu baku
Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap
kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2%
-
80
Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% Keadaan
lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2%
Total = 18% )1( aWnWb +=
= (83,19 detik) x (1 + 0,18) = (83,19 detik) x (1,18) = 98,16
detik
Pekerja 6 a. Waktu siklus rata-rata (Ws)
NX
Ws i= 107,801= = 80,17 detik
b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan :
average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi
kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah =
+0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02
pWsWn = =(80,17 detik)x(1,02)=81,77 detik c. Waktu baku
Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap
kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat
kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3%
-
81
Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2%
Total = 18% )1( aWnWb +=
= (81,77 detik) x (1 + 0,18) = (81,77 detik) x (1,18) = 96,49
detik
Pekerja 7 a. Waktu siklus rata-rata (Ws)
NX
Ws i= 10803= = 80,3 detik
b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan :
average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi
kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah =
+0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02
pWsWn = =(80,3 detik)x(1,02)=81,91 detik c. Waktu baku
Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap
kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat
kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3%
-
82
Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2%
Total = 17% )1( aWnWb +=
= (81,91 detik) x (1 + 0,18) = (81,91 detik) x (1,18) = 96,65
detik
5.2.6. Perhitungan Waktu Baku Proses Pemotongan Kertas Karton
Menggunakan Cutter
Pekerja 1 a. Waktu siklus rata-rata (Ws)
NX
Ws i= 105,796= = 79,65 detik
b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan :
average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi
kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah =
+0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02
pWsWn = =(79,65 detik)x(1,02)=81,24 detik c. Waktu baku
Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap
kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat
kerja = 3%
-
83
Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi
= 2%
Total = 18% )1( aWnWb +=
= (81,24 detik) x (1 + 0,18) = (81,24 detik) x (1,18) = 95,86
detik
Pekerja 2 a. Waktu siklus rata-rata (Ws)
NX
Ws i= 10798,8= = 79,88 detik
b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan :
average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi
kerja : good (C = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah =
+0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02
pWsWn = =(79,88)x(1,02)=81,48 detik c. Waktu