Top Banner
PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM (PRISTA)” DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh : ZIKRI MAULANA NIM. 105051001956 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 / 1431 H
120

PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

Nov 15, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM (PRISTA)” DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

ZIKRI MAULANA

NIM. 105051001956

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010 / 1431 H

Page 2: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (S1) Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat

atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidaytullah Jakarta

Ciputat, 10 Juli 2010

Zikri Maulana

Page 3: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

ABSTRAKSI

Zikri Maulana Peranan Majelis Taklim “Persatuan Remaja Islam (PRISTA)” Dalam Pembinaan Keagamaan Remaja

Dalam penulisan skripsi ini peneliti memilih judul “Peranan majelis Taklim Persatuan Remaja Islam (PRISTA) dalam pembinaan keagamaan remaja” dikarenakan lembaga non formal seperti majelis taklim diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan masyarakat untuk menanamkan dan meningkatkan pengetahuan agama.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan majelis taklim “Persatuan Remaja islam (PRISTA)” dalam pembinaan keagamaan remaja, serta untuk mengetahui faktor penghambat pembinaan yang dilakukan di Majelis taklim “Persatuan remaja Islam (PRISTA)”.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi, kajian pustaka dan sumber lain yang ada di majelis taklim “Persatuan Remaja Islam (PRISTA”.

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan di majelis takim “Persatuan remaja Islam (PRISTA” kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok, melalui wawancara dan observasi, bahwa upaya pembinaan yang dilakukan majelis taklim “Persatuan remaja Islam (PRISTA) di kelurahan Meruyung hanya terbatas pada kegiatan pengajian yang dilakukan setiap seminggu sekali, dalam kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh majelis taklim “Persatuan remaja Islam (PRISTA)” tidak melalui prosedur penyusunan program pembinaan yang baik, sehingga kegiatan pengajian yang dilakukan tidak sampai pada tujuan yang hendak adicapai atau hanya rutinitas yang tidak memiliki target. Seperti setiap materi tidak dirumuskan, lalu metode penyampaian yang masih hanya terfokus kepada metode ceramah saja. Kemudian yang menjadi faktor penghambat pembinaan yang dilakukan di majelis taklim “Persatuan Remaja Islam (PRISTA)” disebabkan karena tidak sehatnya struktur kepengurusan yang ada di majelis taklim “Persatuan Remaja Islam (PRISTA)” dan kurangnya pengetahuan pengurus tentang manajemen organisasi. Serta kurangnya dukungan dan perhatian dari masyarakat serta terutama pada para pendiri majelis taklim PRISTA terhadap perkembangan majelis taklim “Persatuan Remaja Islam (PRISTA)”.

Page 4: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan nikmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan

Majelis Taklim “Persatuan Remaja Islam (PRISTA)” Dalam Pembinaan

Keagamaan Remaja Di Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi besar

Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman

yang penuh dengan ilmu dan teknologi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

sebagaimana yang diharapkan walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah

diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan penulis miliki demi

terselesaikannya skripsi iniagar bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

pada umumnya.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari partisipasi bebrapa pihak yang

telah membantu, motivasi serta arahan dari berbagai pihak, sehingga patut kiranya

penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Muhammad Arif Subhan. MA selaku dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si dan ibu Umi Musyarofaj, MA sebagai ketua dan

sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Mahmud Jalal MA selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen

pembimbing akademik.

4. Pimpinan dan seluruh staff perpustakaan utama dan perpustakaan fakultas

Ilmu Dakwah dan ILmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

pada umumnya dan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam khususnya

Page 5: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

yang telah memberikan kontribusi pemikiran melalui pengajaran dan

diskusi yang berkaitan dengan skripsi ini.

6. Saudara Ali Rahman selaku ketua majelis Taklim “Persatuan Remaja Islam

(PRISTA)” kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, kota Depok serta

pengurus dan para anggota yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Terkhusus buat kedua orang tuaku tercinta Bpk. Mijar Wahyudi alm dan

Ibunda Eni Salmanih yang telah merawat, membesarkan, mendidik, dan

mencurahkan kasih saying serta tak bosan-bosannya memberikan bantuan

secara moril, materil, semangat dan doa buat penulis.

8. Buat kakak-kakakku serta adik-adikku tercinta yang telah memberikan

warna-warni dalam kehidupan penulis.

9. Seluruh teman-teman mahasiswa angkatan 2005 khususnya kelas KPI C

yang selalu bercanda tawa dan telah memberi warna-warni kehidupan

penulis, khususnya Edi Hardian, Ahmad Fadli, dan Saiful Bahri terima

kasih untuk semua dukungan dan perhatian yang diberikan kepada penulis

selama menyelesaikan skripsi ini. Dan juga kepada teman-temanku yang tak

bisa penulis sebutkan satu persatu, sekali lagi terima kasih.

Penulis berharap dan berdoa kepada Allah SWT, agar seluruh pengorbanan

yang telah diberikan kepada penulis, akan mendapatkan balasan yang setimpal

disisiNya, Jazakumullah Khairan Katsira.

Jakarta, Juni 2010

Penulis

Zikri Maulana

Page 6: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan……………………………………………… i

Lembar Pernyataan……………………………………………… ii

ABSTRAKSI……………………………………………………… iii

KATA PENGANTAR……………………………………………. iv

DAFTAR ISI……………………………………………………… vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.,………………………………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………… 7

D. Metodologi Penelitian………………………………….. 9

E. Tinjauan Pustaka………………………………………… 12

F. Sistematika Penulisan…………………………………… 13

BAB II : LANDASAN TEORITIS

A. Peranan 1. Pengertian Peranan………………………………….. 15

2. Konflik Peranan……………………………………… 16

B. Pengertian Remaja……………………………………… 18

C. Organisasi……………………………………………….. 19

D. Majelis Taklim 1. Pengertian Majelis Taklim…………………………... 19

2. Tujuan Majelis Taklim………………………………. 21

3. Aktifitas Majelis Taklim…………………………….. 22

4. Materi dan Metode di Majelis Taklim………………. 24

E. Pembinaan Keagamaan 1. Pengertian Pembinaan………………………………. 28

2. Program Pembinaan…………………………………. 29

3. Pengertian Agama…………………………………… 32

4. Pembinaan Keagamaan……………………………… 34

Page 7: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

BAB III : GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM MERUYUNG (PRISTA)”

A. Sejarah Berdiridan Perkembangannya………………… 40

B. Visi Misi dan Tujuan………………………………….. 44

C. Struktur Kepengurusan……………………………….. 45

D. Program Kerja…………………………………………. 46

E. Kegiatan Pembinaan………………………………….. 49

BAB IV : PERAN MAJELIS TAKLIM ”PERSTUAN REMAJA ISLAM (PRISTA)” DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA

A. Deskripsi Informan……………………………………. 51

B. Upaya Majelis Taklim “Persatuan Remaja Islam

(PRISTA)” Dalam Pembinaan Keagamaan Remaja…. 62

C. Faktor Penghambat Pembinaan Keagamaan di

Majelis Taklim PRISTA………………………………. 71

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………. 90

B. Saran………………………………………………….. 91

Page 8: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang sebaik-baiknya,

bahkan merupakan makhluk yang paling mulia jika dibandingkan dengan

makhluk-makhluk lainnya, oleh karena itu ia diberkali akal dan pikiran. Manusia

yang merasa dirinya memiliki akal, tentunya berusaha untuk melihat hakikat

dirinya serta asal kejadiannya, sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan

keyakinan dan melahirkan dorongan untuk mengabdikan diri sepenuhnya hanya

untuk menyembah sang Kholiq, yaitu Allah SWT.

Sebagai makhluk hidup, manusia tumbuh dan secara evolusi baik selama

kandungan maupun setelah lahir hingga menjadi dewasa dan mencapai usia lanjut.

Dengan demikian manusia dalamproses kejadiannya termasuk makhluk tanpa

daya dan eksploratif. Maksudnya manusia tidak mungkin dapat bertumbuh dan

berkembang sendiri (tanpa daya) hingga memerlukan bantuan.

Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia

mencakup seluruh kehidupan manusia. Di samping sebagai way of life (pedoman

hidup), Islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus

didakwahkan dan memberikan pemahaman berbagai ajaran yang terkandung

didalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam mentransformasikan nilai-nilai

1

Page 9: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

2

agama tersebut antara lain melalui majelis taklim yang berfungsi memberikan

pemahaman tentang nilai-nilai ajaran Islam.

Majelis taklim adalah lembaga pendidikan non-formal Islam yang

memiliki kurikulum tersendiri, diselenggrakan secara berkala dan teratur, dan

diikuti oleh jama`ah yang relative banyak, dan bertujuan untuk membina dan

mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah

SWT. Antara manusia sesamanya, dan antara manusia dan lingkungannya, dalam

rangka membina masyarakat yang bertakw kepada Allah SWT.1

Majelis taklim juga telah banyak memberikan pengetahuan di berbagai

lapangan kehidupan seperti:

1. Lapangan hidup keagamaan: agar perkembangan pribadi manusia

sesuai dengan norma ajaran Islam.

2. Lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil

dan makmur dibawah ridho dan ampunan Allah SWT.

3. LApangan hidup ilmu pengetahuan: agar perkembangan menjadi alat

untuk mncapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan

oleh iman.

4. Lapangan hidup keluarga: agar berkembang menjadi keluarga yang

sakinah.2

1 Nurul Huda, Pedoman MAjelis Taklim, (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990) Cet. II, H.5 2 Nur Uhbiyati, Ilmu pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997) H.9

Page 10: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

3

Majelis taklim hendaknya merupakan proses pendidikan yang mengarah

pada internalisasi nilai-nilai agama ( Islam ). Artinya, jama`ah majelis taklim

diharapkan mampu merefleksikan tatanan normative yang mereka pelajari dalam

realitas kehidupan sehari-hari.

Secara strategis majelis taklim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang

Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas

hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran Islam. Disamping itu guna menyadarkan

umat Islam dalam rangka menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya yang

kontekstual kepada hidup social, budaya dan alam sekitar mereka, sehingga dapat

menjadikan umat Islam sebagai Ummatan Washatan yang dapat diteladani

kelompok atau umat lain.

Jadi, peranan secara fungsional majelis taklim adalah mengokohkan

landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual

kegamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral,

lahiriyah dan batiniyah, duniawiyah dan ukhuwariyah secara bersamaan, sesuai

tuntutan ajaran Islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi

dalam segala bidang kegiatan, fungsi demikian sesuai dengan pembangunan

nasional kita.3

Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT tidak dapt

tereujud secara tiba-tiba melainkan terbentuk melalui proses kehidupan dan proses

3 H. M. Arifn, Kapita Seleta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi ANgsara,

1995) Cet.I H.120

Page 11: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

4

pendidikan khususnya kehidupan beragama dan pendidikan agama. Dan proses

pendidikan berlangsung seumur hidup baik di lingkukngan keluarga, sekolah

maupun masyarakat, yang nantinya akan membawa dampak yang positif bagi

sikap keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk dapat membangun dan mewujudkan system Islam dalam kehidupan

manusia yang menjadi esensi dakwah, maka apa yang menjadi tugas dan fungsi

dari dakwah harus dituntut dengan baik.

Remaja adalah masa pencarian identitas. Kalau pada masa sebelumnya

penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting daripada

individualitas, atau kalau pada masa lalu anak merasa puas apabila dirinya telah

menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal, akan tetapi sekarang

dimasa remaja ini yang paling penting atau yang didampakannya adalah mencari

dan menemukan identitas dirinya.4

Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam

perubahan fisiknya maupun dalam perubahan sikapnya. Masa remaja juga

merupakan masa peralihan kanak-kanak menuju masa kedewasaan, mereka sangat

membutuhkan tuntunan dan bimbingan untuk memahami diri sendiri yang penuh

dengan rasa keingintahuan yang sangat tinggi. Keingintahuan yang sangat tinggi

menyebabkan para remaja tidak cukup hanya diberikan siraman rohani yang

isinya sejumlah doktrin agama yang ditelan mentah-mentah tetapi melalui

4Alisyf Sabri, Psikologi Pendidikan, Berdasarkan kurikulum nasional, (Jakarta: PEdoman

Ilmu Jaya, 1995), Cet.I, h.27

Page 12: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

5

pengajian ini doktrin-doktrin agama telah ditelaah lebih dalam, sehingga remaja

benar-benar telah mengetahui kenapa mereka harus memilih Islam sebagai

pedoman kehidupannya.

Perubahan yang terjadi dikalangan remaja muslim saat ini sangat

memprihatinkan, karena semakin maju dan berkembangnya teknologi maka

semakin besar dampak negative yang kita terima. Salah satu contoh kecil,

penayangan budaya-budaya barat yang ditayangkan di Negara Indonesia yang

mayoritas penduduknya beragama Islam, yang pada akhirnya secara tidak sadar

mereka yang menikmati tayangan tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Remaja dewasa ini cenderung mengarah kepada hal-hal yang bersifat

negative. Tidak jarang mereka yang mengerjakan tindakan-tindakan yang tidak

sesuai dengan ajaran agama seperti tawuran di jalan-jalan yang dapat

mengganggu ketertiban umum, berpakaian yang tidak sesuai dengan ajaran Islam

dan budaya orang Indonesia sendiri.

Lingkungan RT 02/03 Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo kota Depok

merupakan wilayah yang berada di pinggir kota Jakarta sehingga kebudayaan

yang berasal dari luar sangat rentan terbentuk dengan sendirinya. Maka dari itu,

dituntut peran aktif dari mulai lingkungan yang terkecil yakni, keluarga, sekolah,

serta peran aktif masyarakat untuk menjaga pengaruh negative sehingga remaj

selalu onsisten terhadap keberagamaannya.

Page 13: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

6

Majelis taklim PRISTA berawal dari aktifitas kelompok remaja yang

selalu melakukan diskusi-diskusi di warung gaul atau biasa disebut café. Setiap

harinya tempat tersebut selalu didatangi oleh para remaja baik untuk hanya

sekedar ngopi-ngopi atau memang hendak melakukan diskusi-diskusi ringan,

bahasan yang sering didiskusikan dari persoalan agama, social, ekonomi, hingga

permasalahan politik. Yang memang pada waktu itu Indonesia sedang mengalami

masa transisi demokrasi.

Mereka menganggap perlu ada sebuah lembaga atau organisasi yang

memberikan wadah bagi para remaja di lingkungan tersebut sebagai ajang

silaturahmi, serta sarana pembelajaran agamadalam rangka menjaga lingkungan

dari pengaruh-pengaruh negative.

Sesuai dengan latar belakang diatas maka penulis bermaksud untuk

mengadakan penelitian dengan judul Peranan Majelis Taklim “Persatuan

Remaja Islam (PRISTA)” Dalam PEmbinaan Keagamaan Remaja di kelurahan

Meruyung Kecmatan Limo kota Depok.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar dalam penelitian skripsi ini tdak melebar terlalu luas yang nantinya akan

sulit menemukan permasalahan yang dituju, maka penulis membatasi penulisan

Page 14: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

7

ini pada upaya majelis taklim Persatuan Remaja Islam Dalam Pembinaan

Keagamaan Remaja Di Kelurahan Meruyung-Limo-Depok.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan penelitian ini

dapat dirumuskan yakni:

a. Bagaimana upaya majelis taklim “Persatuan Remaja Islam (PRISTA)”

dalam pembinaan keagamaan remaja di kelurahan meruyung

kecamatan Limo kota Depok

b. Faktor apa saja yang menjadi penghambat pada majelis taklim

“Persatuan remaja Islam (PRISTA)” dalam upaya pembinaan

keagamaan remaja di kelurahan meruyung kecamatan Limo kota

Depok

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Page 15: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

8

a. Untuk mengetahui upaya majelis taklim “Persatuan remaja Islam

(PRISTA)” dalam pembinaan keagamaan di kelurahan Meruyung

kecamatan Limo kota depok

b. Untuk mengetahui faktor penghambat majelis taklim “Persatuan remaja

Islam (PRISTA)” dalam pembinaan keagamaan di kelurahan Meruyung

kecamatan Limo kota depok

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian diatas diharapkan penelitian ini dapat

memberikan manfaat antara lain:

a. Manfaat Teoritis (Akademis)

1) Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pengetahuan

kepada mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

khususnya serta fakultas Ilmu Dakwah Ilmu Komunikasi umumnya

tentang pentingnya langkah-langkah yang harus dilakukan oleh

lembaga dakwah seperti majwlis taklim dalam menyusun program

kegiatan yang baik.

2) Memberikan motivasi kepada masyarakat khususnya civitas

akademika fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta untuk mengadakan penelitian yang lebih

mendalam Tentang Peranan Majelis Taklim Dalam Pembinaan

kegiatan Keagamaan.

Page 16: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

9

b. Manfaat Praktis

1) Bagi organisasi diharapkan penelitian ini menjadi bahan masukan serta

infomasi agar lebih memperhatikan lagi tentang penyusunan program

kerja majelis taklim “Persatuan remaja Islam (PRISTA)” dalam

pembinaan keagamaan di kelurahan Meruyung kecamatan Limo kota

Depok.

2) Dengan data ini diharapkan akan menjadi bahan informasi bagi

semuanya untuk dapat meningkatkan mutu kegiatan baik yang

dilakukan lembaga formal maupun nonformal.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-

langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

masalah tertentu untuk diolah, dianalisa, dan diambil kesimpulan.5 Untuk

memperoleh data, peneliti menggunakan jenis penelitian berdasarkan pada

pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Penelitian kualitatif

bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat serta hubungan antara

fenomena yang diteliti.

5 Wardi Bachtiar, etodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999), Cet.II

H.1

Page 17: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

10

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta, serta informasi yang

akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini,

tentang bagaimana peranan majelis taklim “Persatuan remaja Islam

(PRISTA)” dalam pembinaan keagamaan di kelurahan Meruyung kecamatan

Limo kota Depok

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek adalah orang atau sekelompok orang yang

memberikan informasi, dalam hal ini adalah para pengurus yang

berjumlah 4 orang dan majelis taklim (PRISTA) yang berjumlah 2 orang

di kelurahan Meruyung, yang terdiri dari ketua majelis taklim “PRISTA”

saudara Ali Rahman, skeretaris saudari Hujaifah, Departemen Pendidikan

Saudara Khoirudin, Departemen Humas Saudara Syaiful Ghozi, anggota

majelis taklim saudara Ahmad Taufiq, Azzura Bilqis, serta satu guru yang

mengajar yaitu bapak Zaini BA.

b. Objek Penelitian

Selain mempelajari subjek, penelitian ini juga akan mempelajari

dengan seksama tentang objek penelitian, meliputi program pembinaan

keagamaan yang dilakukan majelis taklim “PRISTA” terhadap remaja.

3. Tempat Penelitian Dan Waktu Penelitian

a) Tempat penelitian

Page 18: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

11

Tempat yang dijadikan penelitian adalah Majelis Taklim “Persatuan

Remaja Islam (PRISTA)” kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok,

Jl. Meruyung Raya RT 03/02 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota

Depok.

b) Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Februari sampai 15 Mei

2010.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan, peneliti menggunakan

tekhnik-tekhnik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan

dokumentasi.

a. Observasi

Dalam obervasi ini penulis melakukan pengamatan secara langsung

sebanyak lima kali yaitu tanggal 18 Februari, 25 Februari, 4 Maret, 11 Maret,

18 Maret. Terhadap objek peelitian mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi

dilokasi penelitian yang berkaitan dengan pembinaan keagamaan terhadap

remaja. Yaitu aktifitas pengajian yang dilakukan setiap Jumat malam.

b. Wawancara

Page 19: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

12

Pada wawancara ini penulis mengadakan komunikasi langsung dan

mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa pihak yakni tanya

jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Keterangan-

keterangan yang terdiri dari ketua majelis taklim “PRISTA” saudara Ali

Rahman, skeretaris saudari Hujaifah, Departemen Pendidikan Saudara

Khoirudin, Departemen Humas Saudara Syaiful Ghozi, anggota majelis

taklim saudara Ahmad Taufiq, Azzura Bilqis, serta satu guru yang

mengajar yaitu bapak Zaini BA sebagai guru yang aktif mengajar di

majelis taklim PRISTA.

c. Dokumentasi

Yakni penulis memperoleh data-data ynag diperlukan dalam peneltian

ini yang didapatkan dari pengurus majelis taklim Persatuan Remaja di

Kelurahan Meruyung, buku-buku serta makalah yang berkaitan dengan

pokok bahasan.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yng digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan cara mengmpulkan data

disusun, disajikan, dan kemudian dianalisis untuk mengungkapkan arti data

tersebut, menggambarkan sasaran apa adanya, adapun caranya setelah data

terkumpul, kemudian peneliti mnjabarkan data tersebut dengan berbagai

kajian pustaka.

Page 20: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

13

Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Thesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh

CEQDA (Centre For Quaity Development And Assurance), di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Pada tinjauan pustaka ini, penulis mencoba menjelaskan tentang

perbedaan skripsi yang hendak penulis teliti, dengan skripsi yang terdahulu yang

memiliki kesamaan judul:

1. Nasrulah, dengan Skripsi yang berjudul“Strategi Komunikasi Kelmpok

Dalam Pembinaan Akhlak Anak Panti Asuhan Yatim Piatu Yakin Jati

Padang Jakarta Selatan” Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

jung dterapkan oleh guru dalam pembinaan akhlak pada anak.rusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, NIM: 204051002849. adapun dalam

skripsi ini membahas bagaimana strategi komunikasi akhlak pada anak.

2. Zainudin Lubis, NIM: 105051001879 dengan judul skripsi “Pola

Komunikasi Ustadz Ali Fachrudi MA Dalam Pembinaan Takhfizul

Qur`an”, penekanan pada skripsi ini mengenai pola komunikasi ustadz Ali

Fachrudin MA dengan peserta didik dan bagaimana pola komunikasi yang

terjadi antara peserta didik.

3. Dwi Budi Haryanto, NIM 102053025690 dengan judul “Analisis

Strategi Dakwah Ikatan Masjid Dan Musholla Indonesia Provinsi

Page 21: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

14

Jakarta”, penekanan skripsi tesebut bagaimana perumusan,

implementasi, dan evaluasi strategi dakwah yang diterapkan di

organisasi IMAMI, provinsi DKI Jakarta, serta apa saja hasil yang

telah dicapai dalam kegiatan dakwah IMAMI provinsi DKI Jakarta.

Sementara judul skripsi penulis adalah Peranan Majelis Taklim “Persatuan

Remaja Islam (PRISTA) Dalam Pembinaan Keagamaan Remaja Di Kelurahan

Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok dengan batasan masalah upaya yang

dilakukan Majelis Taklim “Persatuan Remaja Islam (PRISTA) Dalam Pembinaan

Keagamaan Remaja serta faktor apa saja yang menjadi penghambat pembinaan

keagamaan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis menyusun

kedalam lima bab, setiap bab terdiri dari sub-sub bab. Bab-bab tersebut secara

keseluruhan saling berkaitan satu sama lain yang diawali dengan pendahuluan dan

diakhiri dengan bab penutup berupa kesimpulan dan saran.

Page 22: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

15

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang masalah yang akan penulis teliti,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

dan metodologi penelitian, tunjauan pustaka dan sistematika

penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Bagian ini berisikan landasan teori peran majelis taklim dan

pembinaan keagmaan remaja, yang terdiri dari pengertian peran

majelis taklim, pembinaan keagamaan, serta pengertian remaja.

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN

REMAJA ISLAM (PRISTA)”

Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang organisasi persatuan

remaja Islam (PRISTA) antara lain: sejarah berdirinya,

perkembangannya, visi misi dan tujuan majelis taklim, struktur

kepengurusan majelis taklim, serta program kerja majelis taklim.

Page 23: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

16

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA

ISLAM (PRISTA)” DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN

REMAJA

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai deskriptif informan serta

upaya Majelis Taklim “Persatuan Remaja Islam (PRISTA) Dalam

Pembinaan Keagamaan Remaja Di Kelurahan Meruyung Kecamatan

Limo Kota Depok serta faktor-faktor penghambatnya.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisikan tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan

dan saran.

Page 24: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peranan

1. Pengertian Peranan

“Peranan” berasal dari kata peran berarti sesuatu yang menjadi bagian

atau memegang pimpinan yang utama.1 Peranan menurut Levinson sebagaimana

dikutip oleh Soejono Soekanto sebagai berikut:

“Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu

yang penting bagi struktur social masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang

dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan

dalam arti ini merupakan serangkaian peraturan-peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.”2

Menurut Biddle dan Tomas, peran adalah serangkaian rumusan yang

membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu,

misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa member

anjuran, member penilaian, member sangsi atau lain-lain. Kalau peran ibu

digabungkan dengan peran ayah maka menjadi peran orang tua dan menjadi lebih

luas sehingga perilaku-perilaku yang diharapkan juga menjadi lebih beraneka

ragam.3

1 W.J.S Poerwadarmanita, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai

Pustaka, 1985), h.735 2 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1982)

h.238 3 Sarlito Wirawan, Teori-teori psikologi Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2000), Cet, V H.224

17

Page 25: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

18

2. Konflik Peranan

Konflik peran terjadi karena adanya permasalahan yang terpolarisasi

menyangkut peran, dua macam konflik peran antara lain:

1. Konflik antar peran (in role conflict), contoh seorang mahasiswi yang

telah menikah dimana dia harus membagi waktu antara melakukan

tuntutan peran sebagai mahasiswi selain itu juga harus memenuhi tugas-

tugas sebagai istri

2. Konflik dalam peran (intra role conflict) contoh pendeta dalam

ketentaraan yang berdoa demi perdamaian dan harus mempertahankan

semangat prajurit agar siap untuk membunuh.4

B. Pengertian Remaja

Remaja adalah masa pencarian identitas. Kalau pada masa sebelumnya

penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting daripada

individualitas, atau kalau pada masa lalu anak merasa puas apabila dirinya telah

menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal, akan tetapi sekarang

dimasa remaja ini yang paling penting atau yang didampakannya adalah mencari

dan menemukan identitas dirinya.5

4 Ibid, Sarlito Wirawan Sarwono h.229 5Alisyf Sabri, Psikologi Pendidikan, Berdasarkan kurikulum nasional, (Jakarta:

PEdoman Ilmu Jaya, 1995), Cet.I, h.27

Page 26: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

19

Remaja dapat diartikan, yaitu seseorang yang berada dalam suatu masa

perubahan perkembangan secara utuh, baik fisik maupun mental yang merupakan

perkembangan transisi dari anak-anak ke masa dewasa, sesuai pola umum

perkembangan.

C. Organisasi

Asas organisasi adalah berbagai pedoman yang sejauh mungkin

hendaknya dilaksanakan agar diperoleh struktur organisasi yang baik dan aktivitas

organisasi dapat berjalan dengan baik dan lancar.6

Setiap organisasi, tentu menghadapi masalah bagaimana organisasinya

dapat berjalan dengan baik. Salah satu sarana organisasinya dapat berjalan dengan

baik dan struktur yang bersangkutan sehat dan efisien haruslah melakukan asas-

asas organisasi.

D. Majelis Taklim

1. Pengertian Majelis Taklim

Majelis Taklim menurut bahasa terdiri dari dua kata yaitu “Majelis” dan

“Taklim”, yang keduanya berasal dari bahasa Arab. Kata majelis taklim adalah

bentuk isim makna dari akar kata “jalasa-yajlisu” yang berarti “tempat duduk,

tempat sidang atau dewan”.7

6 Ibid, H.43 7 Ahmad Waeson Munawir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta:

Pustaka Progressif, 1997), cet.14, h.202

Page 27: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

20

Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia pengertian majelis adalah:

“pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang

berkumpul.”8

Tuti Alawiyah As dalam bukunya mengatakan bahwa salah satu arti dari

majelis taklim adalah “pertemuan atau perkumpulan orang banyak” sedangkan

taklim berarti “pengajaran atau pengajian agama Islam.”9

Kini apabila kedua istilah tersebut disatukan maka yang akan muncul

kemudian gambaran sebuah suasana dimana para muslimin berkumpul untuk

melakukan kegiatan yang tidak hanya terikat pada makna pengajian belaka

melainkan kegiatan yang dapat menggali potensi dan bakat serta menambah

pengetahuan dan wawasan para jama`ahnya.

Musyawarah majelis taklim se-DKI Jakarta yang berlangsung tanggal 9-10

Juli 1980 memberikan batasan (ta`rif) majelis taklim adalah lembaga pendidikan

non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara

berkala dan teratur, dan diikuti oleh jama`ah yang relative banyak, dan bertujuan

untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara

manusia dengan Allah SWT. Antara manusia sesamanya, dan antara manusia

8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan< Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1999) Cet ke 10, h.615 9 Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di lingkungan majelis Taklim, (Bandung:

MIZAN, 1997), h.5

Page 28: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

21

dengan lingkungannya. Dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa

kepada Allah SWT.10

Dari berbagai definisi tersebut maka majelis taklim dapatlah ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Majelis Taklim adalah tempat berlangsungnya kegiatan pengajian atau

pengajaran agama Islam. Waktunya berkala tetapi teratur tidak tiap

hari atau tidak seperti sekolah.

2. Majelis Taklim merupakan lembaga pendidikan Islam non formal yang

pengikutnya disebut jama`ah bukan pelajar atau murid. Hal ini

didasarkan karena kehadiran di Majelis Taklim tidak merupakan suatu

kewajiban sebagaimana dengan kewajiban murid di sekolah.

2. Tujuan Majelis Taklim

Mengenai hal yang menjadi tujuan majelis taklim, mungkin rumusnya

bermacam-macam. Tuti Alawiyah merumuskan bahwa tujuan majelis taklim dari

segi fungsi, yaitu:

1. Berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan majelis taklim adalah

menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong

pengalaman ajaran agama.

2. Berfungsi sebagai tempat kontak social, maka tujuannya adalah

silaturahmi.

10 Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim, (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990) cet.II, H.5

Page 29: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

22

3. Berfungsi mewujudkan minat social, maka tujuannya adalah

meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan

lingkungan jama`ahnya.11

Secara sederhana tujuan majelis taklim dari apa yang diungkapkan di atas

adalah tempat berkumpulnya manusia yang didalamnya membahas pengetahuan

agama serta terwujudnya ikatan silaturahmi guna meningkatkan kesadaran

jama`ah atau masyarakat sekitar tentang pentingnya peranan agama dalam

kehidupan sehari-hari.

Sedangkan didalam ensiklopedia Islam, diungkapkan bahwa tujuan majelis

taklim adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di kalangan

masyarakat khususnya bagi jama`ah

b. Meningkatkan amal ibadah masyarakat.

c. Mempererat silaturahmi antar jama`ah

d. Membina kader di kalangan umat Islam.12

3. Aktifitas Majelis Taklim

Majelis taklim adalah lembaga Islam non formal. Dengan demikian

Majelis Taklim bukan lembaga pendidikan Islam formal seperti madrasah atau

perguruan tinggi. Majelis taklim bukanmlah merupakan wadah organisasi

11 Tuti Alawiyah As, Strategi Dakwah, h.78 12 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Majelis Ensiklopedia Islam, (Jakarta:

chtiar baru Van Haefe, 1994) h.122

Page 30: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

23

masyarakat yang berbasis politik. Namun, majelis taklim mempunyai peranan

yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Peranan majelis taklim sebagai

berikut:

a. Sebagai Wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan

beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada

Allah SWT.

b. Taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai.

c. Wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar Islam.

d. Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pengembangan

umat dan bangsa.13

Secara strategis majelis taklim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang

Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas

hidup umat Islam sesuai tuntunan ajaran Islam. Disamping itu guna menyadarkan

umat Islam dalam rangka menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya yang

kontekstual kepada lingkungan hidup social budaya dan alam sekitar mereka,

sehingga dapat menjadikan umat Islam sebagai Ummatan Washatan yang

meneladani kelompok umat lain.

Dalam kaitannya dengan hal ini, M. Arifin mengatakan:

“Jadi peranan secara fungsional majelis taklim adalah mengkokohkan

landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual

keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral,

13 Ibid, Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, h.120

Page 31: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

24

lahiriah dan batiniah, duniawi dan ukhrawiyah secara bersamaan, sesuai tuntutan

ajaran agama Islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi

dalam segala bidang kegiatannya, fungsi sesuai dengan pembangunan nasional

kita.”14

4. Materi Dan Metode Yang Dikaji Majelis Taklim

1) Materi

Materi atau bahan ialah apa yang hendak diajarkan dalam majelis taklim.

Dengan sendirinya materi itu adalah ajaran Islam dengan segala keluasannya.

Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi segala aspek kehidupan,

maka pengajaran Islam berarti pengajaran tentang tata hidup yang berisi pedoman

pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia dan

untuk menyiapkan hidup yang sejahtera di akhirat nanti. Dengan demikian materi

pelajaran agama Isalam luas sekali meliputi segala aspek kehidupan.

Dewasa ini, sekedar untuk memudahkan sering dilakukan pembagian

antara ilmu agama arti khusus dan ilmu umum yang dipandang dri segi agama

dengan demikian, maka secara garis besarnya, ada dua kelompok pelajaran dalam

majelis taklim, yakni kelompok pengetahuan agama dan kelompok pengetahuan

umum.

14 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum: Jakarta Bumi Aksara, 1995)

Page 32: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

25

a. Kelompok pengetahuan agama

Bidang pengajaran yang termasuk kelompok ini antara lain adalah

tauhid, fiqh, Tasir, Hadis, Akhak, Tarikh, dan Bahasa Arab.

b. Kelompok pengetahuan umum

Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-tema atau maudlu

yang disampaikan hendaknya hal-hal yang langsung ada kaitannya

dengan kehidupan masyarakat. Kesemuanya itu dikaitkan dengan

agama, artinya dalam menyampaikan uraian-uraian tersebut hendaknya

janganm melupakan dalil-dalil agama baik berupa ayat-ayat Al Quran

atau hadits-hadits atau contoh-contoh dari kehidupan Rasulullah SAW15

Menurut Tuti Alawiyah bahwa kategori pengajian itu diklasifikasikan

menjadi lima bagian:

a) Majelis Taklim tidak mengajarkan secara rutin tetapi hanya sebagai

tempat berkumpul, membaca shalawat, membaca surat Yasin atau

Tahlil.

b) Membaca shalawat nabi dan sebulan sekali pengurus majelis taklim

mengundang seorang guru untuk berceramah itulah merupakan isi

takim.

c) MAjelis taklim mengajarkan pengetahuan dan keterampilan dasar

ajaran agama seperti belajar mengaji Al Quran atau penerangan fiqh.

15 Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim, h.5

Page 33: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

26

d) Majelis Taklim mengajarkan pengetahuan agama tentang fiqh, tauhid

atau akhlak yang diajarkan dalam pidato-pidato mubaligh yang kadang-

kadang dilengkapi Tanya jawab.

e) Majelis taklim seperti butir ke-3 dengan menggunakan kitab sebagai

pegangan, ditambah dengan pidato atau ceramah.

f) Majelis Taklim dengan pidato-pidato dan dengan pelajaran pokok yang

diberikan teks tertulis. Materi pelajaran disesuaikan dengan situasi

hangat berdasarkan ajaran Islam.16

Penambahan dan pengembanagn materi dapat saja terjadi di majelis

taklim, melihat semakin majunya zaman dan semakin kompleks permasalahan

yang perlu penanganan yang tepat. Wujud program yang tapat dan actual sesuai

dengan kebutuhan jama`ah itu sendiri merupakan suatu langkah yang baik agar

majelis taklim tidak terkesan kolot dan terbelakang. Karena majelis taklim

merupakan salah satu struktur kegiatan dakwah yang berperan penting dalam

mencerdaskan umat, maka selain pelaksanaannya harus sesuai teratur dan periodik

juga harus membawa jama`ah kearah yang baik.

2) Metode

Metode adalah cara, dalam hal ini cara menyajikan bahwa pengajaran

dalam majelis taklim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Makin baik

metode yang dipilih makin efektif pencapaian tujuannya.

16 Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah, Cet.I h,79

Page 34: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

27

Metode mengajar banyak sekali macamnya. Namun bagi majelis taklim

tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar di kelas yang tidak

dapat dipakai dalam majelis taklim. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi

dan situasi antara sekolah dengan majelis taklim.

Ada beberapa metode yang digunakan di majelis taklim, diantaranya:

a. Majelis Taklim yang diselenggarakan dengan metode halaqah. Dalam

hal ini pengajar atau ustadzah atau kiyai memberikan pelajaran

biasanya dengan memegang suatu kitab tertentu. Peserta

mendengarkan keterangan pengajar sambil menyimak kitab yang

sama atau melihat ke papan tulis dimana dituliskan apa-apa yang

hendak diterangkan.

b. Majelis Taklim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah.

Metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau

diskusi mengenai suatu masalah yang disepakati untuk dibahas.

c. Majelis Taklim yang diselenggarakan dengan metode ceramah.

Metode ini dilaksanakan dengan dua cara. Pertama, ceramah umum,

dimana pengajar atau ustadzah atau kiyai bertindak aktif dengan

memebrikan pelajaran atau ceramah, sedangkan peserta pasif, yaitu

tinggal mendengar atau menerima materi yang diceramahkan. Kedua,

ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan untuk

bertanya jawab. Jadi baik pengajar atau ustadzah atau kiyai maupun

peserta atau jamaah sama-sama aktif.

Page 35: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

28

d. Majelis Taklim yang diselenggarakan dengan metode campuran.

Artinya satu majelis taklim menyelenggarakan kegiatan pendidikan

atau pengajian tidak dengan stu macam metode saja, melainkan

dengan berbagai metode secara berselang-seling.17

Barangkali dalam majelis taklim dewasa ini (majelis taklim umum)

metode yang digunakan telah sangat membudaya, seolah-olah hanya metode ini

saja yang dapat dipakai dalam majelis taklim. Dalam rangka pengembangan dan

peningkatan mutu majelis taklim ada baiknya metode yang lain mulai dipakai.

E. Pembinaan Keagamaan

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata pembinaan berarti

proses, pembuatan, cara membina (Negara dan sebagainya), pembaharuan,

penyempurnaan, usaha dan tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya

guna yang lebih baik.18

Pembinaan merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris yaitu

training berarti latihan, pendidikan serta pembinaan, secara istilah pembinaan

adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang baru yang belum

dimiliki dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk membenarkan

dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta

17 Nurul Huda, Pedoman Majelis, h.29 18 Ibid, W.J.S. Poerwadarmanita, h.141

Page 36: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

29

mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup yang

sedang dijalani secara lebih efektif.19

Pembinaan merupakan program, peserta berkumpul untuk memberi,

menerima dan mengolah informasi, pengetahuan dan kecakapan dengan

mengembangkan yang sudah ada dengan menambah yang baru. Pembinaan diikuti

oleh sejumlah peserta yang diperhitungkan dari tujuan dan efektifitasnya.

Adapu fungsi pokok pembinaan meliputi tiga hal yaitu:

1. Penyampaian informasi

2. Perubahan dan pengembangan sikap

3. Latihan dan pengembangan sikap.

2. Program Pembinaan

Ialah prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan urutan

acara-acara yang dilakukan.20 Program pembinaan menyangkut sasaran, isi,

pendekatan, serta metode pembinaan.

a) Sasaran Program

Tidak jarang terjadi sasaran, objek, program pembinan tidak dirumuskan

dengan tegas dan jelas. Hal ini terjadi karena berbagai sebab antar lain:

1. Pembina tidak tahu kepentingan perumusan sasaran program

pembinaan

19 Mangun Hardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius,

1986), h.11 20 Ibid, Mangun Hardjana, h.11

Page 37: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

30

2. Pembina terlalu yakin diri sehingga dia tidak merasa perlu untuk

membuatnya.

3. penyelenggara tidak mampu membedakan antara isi dan sasaran

program pembinaan

4. program pembinaan sudah biasa dijalankan

Apapun alasannya suatu pembinaan yang tidak mempunyai sasran yang

jelas mengandung bahaya bagi kelangsungan pembinaan. Jangan samai

pembinaan tidak mempunyai arah dan tujuan yang tidak jelas pula. Kecuali tanpa

sasaran yang dirumuskan, pembinaan sulit dinilai berhasil tidaknya. Oleh karena

itu, sasaran harus dirumuskan dengan jelas dan tegas agar pembinaan itu pada

akhirnya sejalan dengan minat peserta.

b) Isi Program

Isi pembinaan berhubungan dengan sasaran. Maka betapa pun baiknya

acara sebagai isi program pembinaan yang dipimpinnya kalau tidak

mendukung tercapainya sasaran program. Isi program pembinaan

sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Isi sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan para

peserta pembinaan dan berhubungan dengan pengetahuan dan

pengalaman mereka.

Page 38: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

31

2. Isi tidak terlalu teoritis, tetapi praktis dalam arti dapat dibahas dan

dikembangkan dari berbagai pandangan dan pengalaman para

peserta, serta dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata.

3. Isi tidak terlalu banyak tetapi disesuaikan dengan daya tangkap

para peserta dan waktu yang tersedia.

c) Pendekatan program

Kita mengenal beberapa pendekatan umum dalam program pembinaan

antara lain:

1. Pendekatan informatif

Dalam pendekatan ini seseorang menjalankan program dengan

menyampaikan informasi kepada para peserta dengan pendekatan

informative biasanya program pembinaan dengan menggunakan

ceramah. Atau kuliah oleh berbagai pembicara tentang berbagai hal

yang dianggap perlu bagi peserta. Dengan pendekatan itu, partisipasi

peserta dalam pembinaan kecil. Partisipasi peserta terbatas pada

permintaan penjelasan atau penyampaian pertanyaan mengenai hal

yang belum dianggap mengerti benar-benar.

2. Pendekatan partisipatif

Partisipatif approach berlandaskan kepercayaan bahwa peserta sendiri

merupakan sumber pembinaan yang utama. Maka dalam pembinaan,

pengetahuan dan keahlian mereka dimanfaatkan, lebih merupakan

Page 39: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

32

situasi belajar bersama, dimana para peserta saling melakukan

interaksi.

3. Pengertian Agama

Asal kata agama menurut bahasa Arab, agama berasal dari kata Ad-Din

bahasa Belanda adalah religie, dalam bahasa Inggris religion, yang mempunyai

arti “hubungan antara manusia dengan atau kekuasaan luar yang lain dan lebih

daripada apa ang dialami oleh manusia.”21

Sedangkan istilah agamis didalam kamus umum Bahasa Indonesia

diartikan memiliki sifat keagamaan. Atau dalam artian bahwa seseorang yang

memiliki sifat yang sesuai dengan ajaran Islam.

Menurut Quraish Shihab agama adalah “sebagai hubungan antara makhluk

dengan Khaliqnya, hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta tampak

dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.22

Prof Muzayyin Arifin dalam bukunya “Pedoman pelaksanaan bimbingan

dan penyuluhan Agama”, mengatakan:

“Dari aspek subjektif (pribadi manusia), agama mengandung pengertian

tentang tingkah laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan yang

berupa getaran batin yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku

21 Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar baru Van Hoeve, )

Jilid 1, h.104 22 M. Quraish Shihab, Membumikan Al Quran, (Bandung: Mizan, 1994), Cet.17,

h.210

Page 40: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

33

tersebut kepada pola hubungan antara manusia dengan Tuhan-Nya dan

pola hubungan antar manusia dengan masyarakat serta alam sekitar.”23

Menurut Harun NAsution agama adalah:

a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib

yang harus dipatuhi

b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

c. Mengikat diri pada sesuatu bentuk hidup ynag mengandung pengakuan

suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang

mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.

d. Kepercayaan pada suatu kepercayaan gaib yang menimbulkan cara

hidup tertentu.

e. Suatu sistem tingkah laku (Code of Conduct) yang berasal dari sesuatu

kekuatan gaib.

f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-ewajiban yang diyakini

tersumber pada kekuatan gaub

g. Pengakuan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah

dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam

alam sekitar manusia.

h. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui

seorang Rasul.24

23 Muzayyin Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan

agama, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1991) Cet.II, H.1 24 Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta: UI Press

1987), Cet.V, h.10

Page 41: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

34

Agama dalam pengetrian diatas selanjutnya akan lebih diarahkan

pengertian agama samawi yakni agama tauhid dan ketundukan kepada Tuhannya

dengan tujuan menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan pencipta semesta alam

dan patuh pada perintah-Nya, dimana manusia mempunyai ruh dan jiwa bersih

dan budi pekerti luhur. Maka kemudian agama sangat erat kaitannya dengan

pendidikan moral dan norma-norma akhlak.

Dari beberapa definisi agama yang telah dipaparkan diatas, dapat

disimpulkan bahwa secara garis besar agama adalah tuntunan Tuhan untuk diikuti,

dipatuhi dan diamalkan oleh manusia untuk memperoleh kebahagiaan di dunia

dan akhirat. Sedangkan kata agamis itu sendiri maksudnya adalah “sifat-sifat yang

terdapat dalam agama, dapat juga dikatakan segala sesuatu mengenai agama.”

4. Pembinaan Keagamaan

Manusia adalah makhluk beragama (Homo Religius) karena manusia

sudah memiliki potensi beragama. Potensi tersebut bersumber dari faktor intern

manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, akal,

perasaan maupun kehendak dan sebagainya.

Pada prinsipnya manusia adalah makhluk theomorfosis, karena didalam

diri manusia terdapat sifat-sifat yang agaknya menyerupai sifat-sifat Tuhan.

Bahkan menurut Hasan Langulung bahwa Tuhan memberi manusia beberapa

potensi sesuai dengan sifat-sifat Tuhan (Asma`ul Husna) artinya –sebagai misal-

jika Allah bersifat Al-ilmu (maha mengetahui) maka manusiapun memiliki sifat-

Page 42: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

35

sifat tersebut. Dengan sifat tersebut manusia senantiasa berupaya untuk

mengetahui sesuatu, setelah manusia mendapat pengetahuan akan sesuatu.25

Potensi dasar ini terintegrasi dalam hidup manusia dan memberikan

kekuatan moral padanya dalam rangka mewujudkan kemanusiaan sebagai bagian

janjinya kepada Tuhan.

Tugas hidup manusia, oleh Allah SWT ditentukan agar beribadah kepada-

Nya. Beribadah dalam arti yang luas yaitu semua perbuatan, ucapan dan tingkah

laku manusia selama berdimensi kepada Allah SWT dan memperoleh

keridhaanNya.26

Manusia terdorong untuk beragama karena pengaruh ekstern atau luar

dirinya. Seperti rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah. Manusia

juga dilengkapi potensi berupa kesiapan untuk menerima pengaruh luar sehingga

dirinya dapat dibentuk menjadi manusia yang memiliki perilaku keagaman.

Pengaruh itu bisa didapatkan dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

1. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah

kecil orang karena berhubungan semenda dan sedarah.27

25 Irsyad Djuwaeli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, (Ciputat: Karsa

Utama Mandiri dan PB Mathla`ul Anwar, 1998) Cet.I, h.15 26 Sahilun A Nasr, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem

Remaja, (JAkata: KAlam Mulia, 1999) Cet.I h.28 27 Umar Tirtarahardja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineke

Cipta, 1998) h.168

Page 43: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

36

Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam kehidupan umat manusia

sebagai makhluk sosial, ia merupakan unit pertama dalam masyarakat. Disitulah

terbentuknya tahap awal proses sosialisasi dan perkembangan individu.

Menurut definisi di atas keluarga diikat oleh dua hubungan yaitu hubungan

darah dan hubungan pernikahan. Bentuk keluarga yang paling sederhana adalah

keluarga inti yang terdiri dari suami istri dan anak-anaknya, hidup bersama dalam

suatu tempat tinggal.

Sebuah keluarga dapat terbentuk karena adanya suatu ikatan janji setia

untuk mencapai kebahagiaan yang dikemas melalui pernikahan. Menurut

Barnadib kata keluarga berasal dari kata “kulo” dan “warga”, artinya: abdi, hamba

mengabdi untuk kepentingan umum, warga anggota, berhak ikut bicara, bertindak.

Jadi keluarga adalah perpaduan kata-kata yang arti keseluruhannya adalah

mengabdi, bertindak dan bertanggung jawab untuk kepentingan umum, disini

yang menjadi pemimin adalah orang tua.

Salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya adalah

“Mendidik mereka dengan akhlak mulia yang jauh dari kejahatan dan kekeliruan,

seorang anak memerlukan pendalaman dan penanaman nilai-nilai norma dan

akhlak kedalam jiwa mereka. Sebagaimana orang tua harus terdidik dan berjiwa

suci, berakhlak mulia dan jauh dari sifat hina dan keji, maka mereka juga dituntut

Page 44: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

37

menanamkan nilai-nilai mulia ini kedalam jiwa anak-anak mereka menyucikan

kalbu mereka dari kotoran.”28

Pada dasarnya agama seseorang itu banyak ditentukan oleh pendidikan,

pengalaman, latihan dan kebiasaan yang dialami sejak masih anak-anak.

Seseorang yang tidak pernah memperoleh pendidikan agama pada waktu kecil,

tentu dia tidak dapat merasa betapa pentingnya beragama itu.

Anak-anak mengenal alam sekitarnya, melalui bahasa ucapan. Apabila

orang tuanya atau orang disekitarnya terlihat olehnya sering melakukan perilaku

keagamaan, membaca doa dan kitab suci, sering mendengar nama Allah dan sifat-

sifatNya disebut, anak yang masih kecil akan ikut-ikutan menirunya.

Dari penjelasa diatas dapat penulis simpulkan bahwa keluarga adalah

suatu lembaga atau unit sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau

saudara kandung, berfungsi membudayakan manusia (anggotanya), mereka

menjunjung tinggi harkat kemanusiaan, bertindak dan bertanggung jawab untuk

mencapai tujuan.

Pengaruh ayah terhadap anak juga besar. Bagi anak ia adalah sosok yang

tinggi gengsinya dan terpandai diantara orang-orang yang dikenal, dan ayah

adalah penolong pertama bagi anak dan istrinya.

Pada dasarnya kenyataan sosial yang dikemukakan di atas berlaku dalam

kehidupan keluarga dan rumah tangga. Kenyataan ini menunjukkan cirri-ciri rasa

28 Husain Mazhahiri, Pintar Medidik Anak, (Panduan Lengkap bagi orang tua,

guru, dan masyarakat berdasarkan ajaran Islam, (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1999), cet,2 h.240

Page 45: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

38

tanggung jawab setia orang tua terhadap kehidupan anak-anak mereka untuk masa

kini dan masa mendatang.

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga karena

makin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya

kepada lembaga sekolah.

Pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga yang

sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Dan

kehidupan sekolah merupakan jembatan bagi anak yang akan menghubungkan

kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak.29

Agar pendidikan jiwa agama yang telah dimulai dari rumah, dapat dipupuk

dan diteruskan disekolah, dalam peningkatan pendidikan agama disekolah itu,

yang dimaksud dengan pendidikan agama bukanlah yang diberikan oleh guru

agama saja tetapi seluruh staf pengajar, staf pimpinan sekolah, pegawai, alat serta

peraturan dan tata tertib yang berlaku disekolah. Maka sebagai guru, apakah da

guru agama atau guru umum, harus berjiwa agama. Dia harus menjunjung tinggi

ajaran agama, kendatipun dia tidak mendalaminya, namun kepribadian, akhlak

dan sikapnya, hendaknya dapat mendorong anak didik untuk mencintai agama dan

hidup sesuai dengan ajaran agama.30

29 Alisuf Sabri, ilmu pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), cet.I h.19

30 Zakiah Dardjat, Membina Nilai-nilai moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1971) h.68

Page 46: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

39

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan yang

dilaksanakan dalam sekolah

Imam Ghazali berkata:

“Makhluk yang paling mulia dimuka bumi ialah manusia, sedang yang

paling mulia penampilannya ialah qalbunya. Guru atau pengajar selalu

menyempurnakan, mengagungkan dan mensucikan qalbu itu serat

menuntunya untuk dekat kepada Allah”31

Secara sederhana tugas guru adalah mengarahkan dan membimbing para

murid agar semakin meningkat pengetahuannya, semakin mahir keterampilannya

dan semakin terbina dan berkembang potensinya. Dalam hubungan ini ada

sebagian ahli mengatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang mampu

melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang melalui kegiatan mengajarnya

mampu mengilhami murid-muridnya. Melalui kegiatan mengajar yang

dilakukannya seorang guru mampu mendorong para siswa agar mampu

mengemukakan gagasan-gagasan yang besar dari muridnya.

Seorang guru tidak cukup hanya dengan menguasai bahan pelajaran yang

akan diajarkannya, tetapi ia juga harus tahu nilai-nilai apa yang dapat disentuh

oleh materi pelajaran yang akan diberikan kepada para siswanya. Guru harus tahu

sifat-sifat kepribadian apa yang dapat dirangsang pertumbuhannya melalui materi

pelajaran yang diajarkan.

31 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: pustaka Pelajar Offset, 1998) cet,I, h.63

Page 47: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

40

3. Lingkungan Masyarakat

Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi,

yakni:

a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang

dilembagakan (jalur sekolah maupun jalur luar sekolah) maupun yang

tidak dilembagakan (jalur luar sekolah)

b. Lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok sosial di masyarakat,

baik langsung maupun tidak langsung, ikut memimiliki peran dan

fungsi edukatif.

c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang

dirancang maupun yang dimanfaatkan.32

Lembaga pendidikan masyarakat seperti karang taruna, majelis taklim,

organisasi kesenian merupakan lembaga pendidikan yang ketiga sesudah keluarga

dan sekolah. Pendidikan di masyarakat telah dimulai sejak anak-anak untuk

beberapa jam sehari selepas dari asuhan keluarga dan berada diluar sekolah.

Corak ragam pendidikan yang diterima anak didik dalam masyarakat banyak

sekali, yaitu meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan, pembentukan

pengetahuan, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

Pendidikan di dalam masyarakat adalah pendidikan secara tidak langsung

pendidikan yang dilaksanakan oleh masyarakat kepada anak mereka secara tidak

32 Umar Tirtarahadja & La Sula, Penganta…..h.178

Page 48: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

41

langsung dapat mempertebal keimanan serta keyakinan sendiri akan nilai-nilai

kesusilaan dan keagamaan di dalam masyarakat.

yang disiarkan. Siaran adalah hasil (output) stasiun penyiaran yang

dikelola oleh organisasi penyiaran.33

33http://www.pdfqueen.com/html/aHR0cDovL2RpZ2lsaWIucGV0cmEuYWMuaWQvaml1bmtwZS9zMS9pa29tLzIwMDgvaml1bmtwZS1ucy1zMS0yMDA4LTUxNDA0MDQ0LTkxODItcGVueWlhcmFuLWNoYXB0ZXIyLnBkZg

Page 49: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

42

Porgram adalah hal yang sangat penting dalam dunia radio, karena suatu

program seringkali menjadi tolak ukur sukses tidaknya radio dalam eksistensinya.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan departemen pendidikan dan

kebudayaan, menjelaskan bahwa program adalah acara, maksudnya program

adalah seperti pertunjukan siaran, pagelaran dan sebagainya.34

Menurut kamus WJS Purwodarminto, pengertian program adalah acara,

sementara kamus Webster Internasional volume 2 lebih merinci lagi, yakni:

program adalah suatu jadwal (schedule) atau perencanaan untuk ditindaklanjuti

dengan penyusunan “butir” siaran yang berlangsung sepanjang siaran itu berada di

udara.35

Program acara radio selama beberapa periode terakhir ini meliputi musik

atau variaty show, komedi, drama dan berita. Sedang Dominick (1983) membagi

4 kategori dasar format acara siaran radio yaitu Music, Talk, News dan Black and

etnic.36

Secara umum mata acara atau program radio diperoleh dari empat sumber,

yaitu:

1. Jaringan antar stasium atau merelay dari stasiun penyiaran lain.

2. Rekaman dan atau menyewa dari rumah produksi

3. produksi sendiri

34 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka) cet ke 1, h. 702 35 RM Soenarto, Programa Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengarug Siaran, (Jakarta:

FFTV-IKJ Press, 2007) h. 1 36 Tommy Suprapto, Berkarier di Bidang Broadcasting, (Yogyakarta: Media Pressindo,

2006) h. 14

Page 50: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

43

4. Sindikasi program atau pertukaran program dengan pihak lain yang

menjadi kongsinya.37

Tujuan program secara umum adalah untuk mendidik, memberi informasi

ataupun menghibur38

Program dapat dikatakan berhasil atau tidaknya tergantung dari 2 hal.

Yang pertama adalah pengemasan program, dimana bila program radio tidak

dikemas dengan baik, maka tentu saja program tersebut akan menjadi tidak bisa

dinikmati. Yang kedua adalah sejauh mana respon dari pendengar terhadap suatu

program. Bilamana pendengar memberikan respon positif dan menyukai program

radio, maka program tersebut bisa dikatakan berhasil karena telah mencapai

tujuan awalnya dalam membuat program.

F. Ruang Lingkup Radio

1. Pengertian Radio

Secara etimologis radio adalah pengirim suara atau bunyi melalui udara.

Menurut Ton Kertapati, “Pada dasarnya radio merupakan medium untuk bercerita

yang dalam permulaannya segala apa yang disiarkan mempunyai bentuk cerita,

namun didalam bercerita itu diikuti dengan faktor lain yang membedakannya

37 Ibid, h. 15 38 Howard Gough, Programma Radio, (Jakarta: The Asia Foundation, 1999) h.335

Page 51: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

44

dengan surat kabar yaitu efek, suara, musik, dan dialog”.39 Radio berarti

menciptakan gambar dengan kata-kata, musik, dan suara.40

Pengertian Radio menurut ensiklopedi Indonesia yaitu penyampaian

informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas. Sedangkan

istilah radio siaran atau siaran radio berasal dari kata radio broadcast (dalam

bahasa Inggris) atau radio omroep (dalam bahasa Belanda) artinya yaitu

penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang berjalan satu arah

dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media.41

Radio merupakan alat atau media yang didalamnya terdapat maksud untuk

penerangan, ajakan, pendidikan dan hiburan yang mampu menggugah manusia

untuk berbuat baik dan meninggalkan kemungkaran.

Radio siaran mendapat julukan “kekuasaan kelima” atau The fifth estate”,

setelah pers dianggap sebagai “kekuasaan keempat” (the fourth estate) dan tiga

lembaga lainnya yaitu eksekutif, legislatif, yudikatif.

Para ahli komunikasi memberi julukan kekuasaan kelima kepada radio

karena dibuktikan oleh sejarah yakni menjelang, semasa, dan sesudah perang

dunia II, tatkala Jerman, Italy, dan Jepang di satu pihak, terlibat dalam perang

radio dengan Inggris, Amerika, Russia, dan negara-negara lainnya di lain pihak.

39 Ton Kertapati, Dasar-dasar Publisistik dalam Pengembangannya Menjadi Ilmu

Komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. Ke 3 h. 205 40 Howard Gough, Programa Radio, (Jakarta: HPPI, 1999) h. 5

41 http://emteika.wordpress.com/2008/08/19/media-radio-dan-siaran-radio-pendidikan/

Page 52: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

45

Mengapa radio dijuluki kekuasaan kelima? Ada tiga faktor yang

mendukungnya:

1. Radio siaran bersifat langsung

Makna langsung sebagai sifat radio siaran adalah, bahwa suatu pesan yang

akan disiarkan dapat dilakukan tanpa proses yang rumit. Bandingkan dengan

penyiaran pesan melalui surat kabar, brosur, pamflet, atau media cetak lainnya,

selain lama dalam prosesnya, juga tidak mudah menyebarluaskannya.

Penyampaian pesan lebih efektif dan efisien melalui radio karena langsung tertuju

ke rumah-rumah dan langsung disampaikan melalui mikrofon.

2. Radio tidak mengenal jarak dan rintangan

Bagi radio tidak ada jarak waktu. Begitu suatu pesan diucapkan oleh

seorang penyiar atau operator, pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak.

Bagi radio tidak ada pula jarak ruang. Bagaimanapun jauhnya sasaran yang dituju,

radio dapat mencapainya. Gunung, lembah, padang pasir, ataupun samudera tidak

menjadi rintangan selama masih dalam jangkauan gelombang frekuensi radio.

3. Radio siaran memiliki daya tarik

Faktor ketiga yang menyebabkan radio dijuluki kekuasaan kelima ialah

daya tarik yang dimilikinya. Radio memiliki daya tarik, disebabkan oleh tiga

unsur yang melekat padanya. Yakni, kata-kata lisan (spoken words), musik, dan

efek suara.

Page 53: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

46

Itulah faktor yang menyebabkan dijulukinya radio sebagai the fifth estate.

Langsung, tidak mengenal jarak dan rintangan, serta memiliki daya tarik.42

Keefektifan radio semakin didukung oleh produk teknologi mutakhir, seperti

pemancar frequency modulation (FM) yaitu teknik yang dipakai untuk

memasukan informasi dalam suatu gelombang pembawa, biasanya berupa

gelombang sinus yaitu sebuah teknik yang digunakan untuk mengirim data ke

penerima.43

Sedangkan menurut Undang-undang Penyiaran no 32/2002, siaran radio

adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau

sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum

frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima

secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima

siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.44

Radio tidak terbatas dan sulit dikontrol oleh keluarga di rumah-rumah. Ia

memasuki rumah dan kamar tidur tanpa mengetuk pintu.45

2. Fungsi Radio

Radio merupakan media audio (media yang menggunakan media suara),

dimana salah satu keunggunlannya adalah lebih murah, merakyat, dan bisa dibawa

atau didengarkan di mana-mana.

42 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004)

h. 107-109 43 http://www.total.or.id/info.php?kk=Frequency%20Modulation

44 http://dodimawardi.wordpress.com/2008/09/08/produksi-siaran-radio-pekan-1/ 45 Atie Rachmiatie, Radio Komunitas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) h.67

Page 54: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

47

Berbicara tentang fungsi siaran, tidak terlepas dari media massa itu sendiri.

Dalam hal ini Harold D. Laswell. Seperti dikutip Onong Uchjana Effendi,

menyebutkan bahwa media massa mempunyai tiga fungsi utama:

a. The surveillance of the environment (mengungkapkan dan

menyebarkan informasi mengenai kejadian di suatu lingkungan dan

penggarapan berita.)

b. The correlation of part of society in responding to the environment

(kegiatan yang mencakup tentang interpretasi terhadap informasi

mengenai lingkungan dalam beberapa hal ini dapat dikatakan sebagai

tajuk rencana atau propaganda)

c. The transmission of social heritage from one generation to the next

(difokuskan dari generasi ke generasi lain atau dari anggota dan norma

sosial dari generasi ke generasi lain atau dari anggota kepada

pandangan baru, ini sama dengan kegiatan pendidikan).46

Aktivitas penyiaran (dalam hal ini radio) tidaklah semata merupakan

kegiatan ekonomi, tetapi juga memiliki peran sosial yang tinggi sebagai medium

komunikasi. Kecendrungan ini nampak jelas sebagaimana dikemukakan oleh

Mulyana (2000) fungsi komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa

komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk

memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat

46 Onong Uchjana Effendi, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1986) h.13

Page 55: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

48

komunikasi yang bersifat menghibur. Atas dasar hal tersebut, maka media (dalam

hal ini siaran radio) sering dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan sosial seperti

kampanye anti narkoba, imunisasi, dan lain sebagainya.47

3. Karakteristik Radio

Radio adalah perangkat elektronik yang dapat berfungsi sebagai alat untuk

mendapatkan informasi dari berbagai pihak dengan baik dan aktual. Radio sebagai

media massa, sama seperti media massa lainnya, pada dasarnya memiliki fungsi

yang utama. Informasi, hiburan dan pendidikan merupakan fungsi dari media

massa. Tidak terpenuhinya salah satu fungsi tersebut akan membuat media massa

kehilangan audience dimana pada akhirnya digugat oleh khalayak, sebab tidak

memenuhi keinginan atau kemauan dan kebutuhan masyarakat.

Selain memiliki fungsi, radio juga memiliki sifat khas (karakteristik),

sehingga radio dapat dibedakan dari media massa lainnya. Dalam bukunya Media

Fack Book-KBP, Pedrice, Toledo, dan Montilla mengungkapkan bahwa

karakteristik radio memberikan manfaat yang unik, diantaranya:

1. Menarik Imajinasi

2. Cepat, karena radio merupakan alat informasi yang efisien

3. Mudah dibawa

4. Tidak memerlukan kemampuan membaca atau menulis

5. tidak memerlukan konsentrasi yang penuh dari pendengarnya

6. Cukup murah

47 Tommy Suprapto, Berkarier di Bidang Broadcasting, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006) h.2-3

Page 56: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

49

7. Mudah digunakan48

Selain itu, menurut Djamalul Abidin radio juga memiliki sifat khas

(karakteristik), sehingga dapat membedakan dari media massa lainnya:

a. Sifat siaran radio hanya untuk didengar

b. Bahasa yang dipergunakan haruslah bahasa tutur

c. Orang mendengar radio dalam keadaan santai, bekerja dan sebagainya.

d. Siaran radio harus mempunyai daya reka.

e. Siaran radio hanya bersifat komunikasi satu arah.49

Sedangkan menurut Antonius Darmanto, karakteristik radio sebagai media

massa yaitu:

1. Auditori artinya bahwa sifat radio siaran hanyalah untuk didengar untuk

konsumsi telinga. Padahal kemampuan indera telinga dalam menyerap

informasi sangat terbatas. Bahwa kemampuan orang menyerap informasi

melalui telinga hanya sekitar 5-10 persen dari keseluruhaan informasi yang

sempat didengarnya. Dengan demikian informasi yang disiarkan melalui

media radio bersifat sepintas lalu.

2. Mengalami gangguan sebagaimana media yang mengandalkan pada kekuatan

pancar gelombang elektro magnetic komunikasi melalui radio sering

48 Harley Prayudha, Radio: Penyiar its not just talk, ( Jawa Timur: Bayumedia Publishing) h.

12 49 Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press,

1996), Cet ke-1, h.125

Page 57: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

50

mengalami berbagai gangguan, terutama yang disebabkan oleh faktor-faktor

geografis maupun faktor teknologi.50

Dengan demikian, agar pesan atau materi yang disampaikan oleh seorang

penyiar itu sampai ke pendengar, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

diantaranya:

a) Karena kemampuan pendengar terbatas, maka pesan radio siaran harus

disusun secara singkat dan jelas

b) Oleh karena hanya indera pendengar yang digunakan khalayak, dan

pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak

komunikannya untuk berimajinasi dan mampu menggugah emosi

pendengar.

c) Pentiar diharapkan akrab terhadap pendengar, seolah-olah penyiar ada

disamping pendengar.

d) Materi siaran kata pada radio siaran sebaiknya bergaya percakapan.51

Karakter lain dari radio adalah: At Once (cepat, segera, dan seketika),

heard once (didengar sepintas), secondary medium or half ears media (teman

dalam aktivitas), murah, mobile or portable (mudah dibawa dan dipindahkan),

lokal (faktor kedekatan).52

50 Antonius Darmanto, Teknik Penelitian Naskah Acara Siaran Radio, (Yogyakarta:

Penerbitan Atma Jaya, 1998), cet ke-1, h.13-14 51 Karlinah, Buku Materi Pokok Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas terbuka, 1999) cet

le-1, h. 77 52 http://dodimawardi.wordpress.com/2008/09/08/produksi-siaran-radio-pekan-1/

Page 58: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

51

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik

radio siaran perlu dipahami komunikator agar dalam menyusun dan

menyampaikan pesan dengan menggunakan media radio, komunikator dapat

melakukan penyesuaian, sehingga komunikasi tepat sasaran karena melihat waktu

siaran yang relatif singkat dan tidak bisa diulang-ulang, maka disinilah tantangan

yang harus dihadapi oleh para penyiar sebagai komunikator.53

G. Media Dakwah

Dakwah adalah sebuah kegiatan, dimana pada kegiatan tersebut kita

memanggil atau mengajak orang untuk beriman kepada Allah SWT, adapun

menurut Nasrudin Latif, dakwah adalah setiap aktifitas dengan lisan ataupun

tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil maupun lainnya untuk

beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat

serta akhlak Islamiyah.54

Dakwah bisa dilakukan dimana saja, seperti halnya dakwah melalui media massa

yang dianggap efektif karena bisa menjangkau sasaran yang lebih luas.

53 Karlinah, Buku Materi Pokok Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas terbuka, 1999) cet

le-1, h.79 54 Nasrudin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Firma Dara, 1998)

Page 59: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

52

1. Pengertian Media Dakwah

Media yaitu segala sesuatu yang dapat membantu juru dakwah

dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien.55 Media

dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan

materi dakwah.56

Media adalah suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan

sesuatu. Sarana penggunaannya adalah keefektifan dan keefisienan,

semakin efektif dan efisien suatu media dalam menyampaikan

sesuatu, maka ia akan jadi pilihan. Adapun 3 wasilah dakwah (media

dakwah) dari segi penyampaian pesan, yaitu:

1. Spoken Words, yaitu media dakwah berbentuk ucapan atau bunyi yang dapat

ditangkap dengan panca indera pendengaran seperti radio, telepon dan

sebagainya.

2. Printed Writing, yaitu media dakwah yang berbentuk tulisan, gambar, lukisan

dan sebagainya yang dapat dengan panca indera penglihatan.

3. The Audio Visual, yaitu media dakwah yang berbentuk gambar hidup yang

dapat didengar dan dilihat, seperti televisi, video dan sebagainya.

55 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di

Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h. 40 56 Warbi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997),

cet. Ke-1, h.35

Page 60: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

53

Dilihat dari asal katanya, kata media berasal dari bahasa latin yaitu

“medium” atau alat. Sedangkan menurut istilah media adalah sarana atau alat

yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan.

Dalam kamus telekomunikasi media adalah sarana yang digunakan untuk

komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada

komunikan, apabila komunikan jauh tempatnya ataupun jumlahnya lebih banyak.

Media dakwah adalah hal, keadaan, benda, yang dapat digunakan sebagai

perantara untuk melaksanakan dakwah yang digunakan oleh juru dakwah untuk

menyampaikan pesan dakwahnya kepada mad’u.57

Kepandaian seorang juru dakwah dalam memilih media merupakan salah

satu unsur keberhasilan dakwah. Adapun sarana atau media dakwah menjadi tiga

bagian yaitu:

a. Spoken words, yakni media dakwah yang berbentuk ucapan atau bunyi

yang ditangkap dengan indera telinga, seperti radio, telepon, hanphone

dan lainnya.

b. Printed writing, berbentuk tulisan, gambar, lukisan, dan sebagainya

yang ditangkap oleh mata.

c. Audio visual, berbentuk gambar hidup yang dapat didengar sekaligus

dapat dilihat, seperti televisi, video, film, dan sebagainya.58

57 Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 163. 58 Moh.Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, (Jakarta: Mitra Cahaya Utama,

2006), h.37-38.

Page 61: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

54

Setelah mengetahui media dan dakwah, dengan demikian dapat diambil

sebuah kesimpulan bahwa media dakwah adalah sarana atau alat untuk

menyampaikan pesan kepada khalayak dimana pesan yang disampaikan adalah

dakwah.

2. Jenis-jenis Media Dakwah

Ada banyak jenis media yang digunakan sebagai sarana dakwah megingat

di zaman modern seperti sekarang ini perkembangan media sudah semain pesat,

begitu pula dengan metode dakwah melalui media, saat ini dakwah bisa dilakukan

melalui media. Adapun jenis media dakwah adalah sebagai berikut:

a. Media Cetak

1) Surat kabar

Sebagai media cetak, surat kabar memiliki beberapa keunggulan,

diantaranya mudah dijangkau oleh masyarakat, karena relatif murah dibandingkan

media massa lainnya. Disamping itu, sesuai dengan sifat/karakteristiknya, surat

kabar dapat dijadikan media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah, dimana

berdakwah melalui surat kabar dapat dilakukan dalam bentuk tulisan-tulisan

didalam artikel surat kabar tersebut. Hal ini dirasa efektif karena surat kabar

penyebarannya cukup luas dikalangan masyarakat.

2) Majalah

Majalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah content (isi)

yang lebih terfokus, biasanya majalah memiliki segment tersendiri dalam target

Page 62: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

55

publikasinya seperti contoh majalah olah raga, majalah musik, majalah ekonomi,

dan lain sebagainya. Berdakwah melalui majalah dapat dilakukan sesuai dengan

corak majalah tersebut. Misalnya, berdakwah tentang wanita dapat disampaikan

melalui majalah wanita, dan seterusnya tentang ekonomi, bisnis, politik dan

sebagainya dapat dilakukan dengan segment yang sesuai.

3) Buku

Buku cetak merupakan kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun

dengan sedemikian rupa, sehingga dapat dibaca secara sistematis tentang apa yang

diungkapkan oleh penulisnya. Dengan membaca buku seseorang dapat

memperoleh informasi dan memperluas wawasan pengetahuan tentang suatu hal.

Ini menunjukkan bahwa buku merupakan salah satu media yang cukup tepat

dalam menyebarluaskan informasi.59 Dengan demikian buku dapat pula dijadikan

sebagai media dakwah, karena buku merupakan salah satu media informasi.

b. Media Elektronik

1) Radio

Radio adalah salah satu sarana informasi yang cukup efektif di zaman

sekarang ini, karena radio memiliki sifat langsung dalam arti, pesan yang

disampaikan oleh radio akan langsung sampai pada audiensnya, ditambah

keunggulan lainnya seperti tidak mengenal jarak, dan dapat dinikmati kapanpun.

Hal inilah yang membuat radio menjadi sarana efektif untuk berdakwah.

2) Televisi

59 Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Nasional, 1992) h.20

Page 63: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

56

Perkembangan televisi siaran di Indonesia dimulai pada Bulan Agustus

1962, yakni bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga

Asean Game di senayan.60 Perkembangan siaran program televisi di Indonesia

pun saat ini semakin pesat seiring dengan munculnya stasiun-stasiun televisi

swasta. Martin Essin (dalam Saktiyanti Jahja, 2006) menyebut bahwa era

sekarang ini sebagai The Age Of Television dimana televisi saat ini telah menjadi

kotak ajaib yang membius para penghuni gubuk-gubuk reyot masyarakat di dunia

ketiga.61 Karena keunggulannya inilah masyarakat tak pernah mampu melepaskan

diri dari hubungannya dengan dunia penyiaran.62

Televisi dirasa tepat dijadikan sebagai salah satu media dakwah karena

memiliki banyak peminat, dan juga banyak keunggulan.

3) Internet

Saat ini, dunia internet sudah maju sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan

munculnya situs-situs jejaring sosial seperti facebook, Twitter, ataupun Friendster.

Selain situs jejaring sosial, ada juga blog-blog khusus untuk mempublikasikan ide

atau tulisan seseorang. Kecanggihan dan kelebihan dari internet inilah yang bisa

dimanfaatkan sebagai media dakwah. Seperti kita ketahui, saat ini sudah banyak

beredar grup-grup dakwah di situs jejaring sosial facebook, begitu pula banyak

bermunculan blog-blog yang mempresentasikan tentang kegiatan dakwah, serta

60 Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa: Sebua Analisis Media Televisi, (Jakarta: Rineka Cipta

1996) 61 Tommy Suprapto, Berkarier di Bidang Broadcasting, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006)

h.1 62 Ibid, h.2

Page 64: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

57

situs-situs lainnya, hal inilah yang membuat internet menjadi salah satu media

dakwah yang efektif.

Page 65: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM

“PERSATUAN REMAJA ISLAM (PRISTA)”

A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya

Majelis taklim adalah lembaga pendidikan non formal Islam yang

memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan

diikuti oleh jama`ah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan

mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah

SWT, antara manusia dan sesamanya, dan antara manusia dan lingkungannya,

dalm rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allh SWT.

Remaja dapat diartikan, yaitu seseorang yang berada dalam suatu masa

perubahan perkembangan secara utuh, baik fisik maupun mental yang merupakan

perkembangan transisi dari anak-anak ke masa dewasa, sesuai pola umum

perkembangan.

Majelis taklim “Persatua Remaja Islam (PRISTA)” berawal dari aktifitas

sekelompok remaja yang selalu melakukan diskusi-diskusi ringan disebuah wrung

gaul atau biasa disebut cafe. Setiap harinya tempat tersebut selalu didatangi oleh

para remaja baik untuk hanya sekedar ngopi-ngopi atau memang hendak

melakukan diskusi-diskusi ringan, bahasa yang sering didiskusikan dari persoalan

agama, sosial, ekonomi, hingga permasalahan politik. Yang memang pada waktu

itu Indonesia sedang mengalami masa transisi demokrasi.

40

Page 66: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

41

Pada tanggal 15 Oktober 1998, yang diprkarsai oleh beberapa remaja

diantaranya Syahrul Fadhli, Faisal Rahman, Anton Sujarwo, Mulyanih,

dibentuklah sebuah organisasi remaja yang diberi nama Perstuan Remaja Islam

RT 03, Meruyung, Limo, Depok.1

Mereka menganggap perlu ada sebuah lembaga atau organisasi yang

memberikan wadah bagi para remaja di lingkungan tersebut sebagai ajang

silaturahmi, serta sarana pembelajaran agama, dalam rangka menjaga lingkungan

dari pengaruh-pengaruh negatif. Hal tersebut yang menjadi latar belakang

didirikannya lembaga atau organisasi yang diberi nama “Persatuan Remaja Islam

(PRISTA)”. Ada beberapa hal lain yang menjadi alasan majelis taklim ini

didirikan yaitu:

1. Melonjak pesatnya dekadensi moral dan makin tipisnya kesadaran

beragama pada sebagian besar umat Islam, terutama pada kalangan

remaja, seperti persentuhan remaja dengan moderenisasi,

industrialisasi dan globalisasi mendorong terkondisinya iklim yang

serba nisbi.

2. Makin derasnya kemajuan berfikir dan kemampuan manusia pada era

globalisasi dewasa ini, dapat menimbulkan efek samping berupa

tumbuhnya isme-isme yang bertentangan dengan agama. Mudahnya

penyusupan budaya asing, praktik gaya hidup bebas yang

mengakibatkan krisi moral, lenyapnya gotong royong dan silaturahmi

1 Ali Rahman Ketua Persatuan Remaja Meruyung, Wawancara Pribadi, (Depok: 29 April 2010)

Page 67: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

42

hingga godaan potensial membenuk pribadi yang sombong ujub dan

semcamnya adalah dampak-dampak negatif yang timbul dari arus

globalisasi.

3. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia mustahil terwujud apabila

remaja.2

Pasang surut serta lika-liku majelis taklim PRISTA Meruyung telah

dirasakan oleh pengurus dalam menjalankan aktifitasnya. Keseragaman para

pengurus yang selalu mengedepankan kepentingan organisasi dari pada

mengambil kepentingan pribadinya, menjadikan majelis taklim PRISTA

Meruyung ini semakin berkembang kearah yang lebih maju. Kemajuan ini

ditandai dengan awal berdirinya organisasi, yang tidak memiliki ruang untuk

pertemuan pengurus, hanya sarana musholla saja yang digunakan oleh para

pengurus pada waktu itu, namun majelis taklim PRISTA akhirnya bisa memiliki

sekretariat sebagai pusat pertemuan pengurus dan anggotanya walaupun tidak

terlalu megah, tapi cukup mendukung dalam melaksanakan kerjanya.

Berkembangnya program kerja yang awalnya hanya terfokus kepada

pembinaan remaja, namun bisa meluas lagi pada sektor pendidikan dengan

didirikannya lembaga pendidikan TPA untuk warga sekitar, dan perpustakaan

yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar, serta berdirinya sektor ekonomi

seperti adanya warung gaul sebagai sumber dana organisasi, dan organisasi ini

pernah juga mendapatkan penghargaan dari kelurahan sebagai organisasi yang

2 Ali Rahman Ketua Persatuan Remaja Meruyung, Wawancara Pribadi

Page 68: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

43

aktif diberbagai aspek kehidupan baik aspek agama, sosial serta aspek ekonomi.

Sehingg menggugah remaja lingkungan lain, untuk mendirikan organisasi yang

sama.

Anggota majelis taklim PRISTA adalah seorang muslim yang berada di

lingkungan RT 03/02 Kelurahan Meruyung, ecamatan Limo, Kota Depok.

Perekruta anggota dilakukan dengan cara membuka formulir pendaftaran yang

diberikan kepada remaja yang benar-benar ingin membesarkan majelis taklim

PRISTA tanpa ada unsur peaksaaan. Selanjutnya remaja yang sudah mendaftar

diwajibkan untuk mengikuti kegiatan pengkaderan yang tujuannya untuk

mengenal lebih jauh lagi tentang majelis taklim PRISTA.

Anggota pengajian remaja yang mengikuti pengajian berjumlah 160 orang,

yaitu 77 orang remaja putra, dan 83 orang remaja putri, mulai usia 12 tahun

sampai 27 tahun. Sebagian anggota adalah pelajar dan mahasiswa dan sebagian

lagi anggota sudah bekerja.

Namun sekarang ini majelis taklim PRISTA tidak seperti di awal-awal

terbentuknya organisasi ini, sekarang terlihat begitu mundur. Dahulu majelis

taklim PRISTA yang memiliki segudang aktifitas, sekarang yang tersisa hanya

kegiatan pengajian saja. Anggota yang hadir pun hanya beberapa orang. Hal ini

mengidentifikasikan bahwa majelis taklim PRISTA sedang mengalami

kemunduran. Sampai sekarang majelis taklim PRISTA mengalami kefakuman

yang disebabkan antara lain yaitu: banyaknya senior yang sudah sibuk dengan

Page 69: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

44

aktifitasnya sehingga tidak memiliki waktu untuk memberikan bimbingan dan

nasihat kepada pengurus yang menjabat.

B. Visi, Misi Dan Tujuan

a. Visi

Visi adalah cara pandang yang menyeluruh dan futuristik terhadap

keberadaan organisasi, adapun visi majelis taklim PRISTA adalah:

1. Wawasan keagamaan

2. Membangun akhlak pemuda

3. Sebagai wadah pemersatu antara remaja Islam

Pengurus majelis taklim PRISTA, sebagai suatu organisasi remaja Islam

memiliki arah organisasi yang tidak hanya meningkatkan masalah keagamaan

saja, namun beusaha membentuk remaja yang memiliki orientasi pengembangan

minat bakat, dan pengembangan ekonomi, serta kerukunan untuk terciptanya kerja

sama antar ulama dan umaro, serta masyarakat.

b. Misi

Sementara itu misi majelis taklim PRISTA, dengan berorientasi serta

merujuk pada khittah perjuangan dan visi, majelis taklim PRISTA mempunyai

misi program sebagai gerakan dakwah, organisasi kader, serta wahana komunikasi

organisasi remaja.

Page 70: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

45

c. Tujuan

Tujuan adalah suatu sasaran diman kegiatan itu diarahkan dan diusahakan

untuk sedapat mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Semua orng harus

mengetahui tujuan dalam organisasi yang hendak dicapai agar kegiatan yang

dilakukannya tidak saling bertentangan cara yang mereka tempuh dapat berbeda-

beda sesuai dengan pembagian tugas masing-masing orang dalam organisasi.

Tujuan majelis taklim berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya,

sebab pendiri majelis taklim, lingkungan dan jamaahnya berbeda-beda dan

mereka tidak pernah membuat suatu kesepakatan tentang tujuan majelis taklim.

Maksud dan tujuan didirikannya majelis taklim Persatuan Remaja Islam

PRISTA adalah dalam rangka membentuk remaja yang selalu menjunjung tinggi

nilai-nilai agama baik dari aspek aqidah, ibadah dan aspek akhlak, serta

mencerdaskan remaja Islam dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan

bebas.

C. Struktur Kepengurusan

Struktur organisasi dapat diartikan sebagai mekanisme-mekanisme formal

dimana organisasi tersebut dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka

dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi,

bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan

kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab.

Page 71: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

46

Sebagaimana lembaga-lembaga pada umumnya, perjalanan PRISTA

selama ini dibawah penguasaan ketua yang dibantu oleh staf-stafnya. Proses

pemilihan ketua tidak ditunjuk begitu saja teapi melalui pemilihan para

anggotanya yang tentunya calon ketua harus memiliki keinginan untuk

memajukan PRISTA di masa yang akan datang dan mempunyai jiwa

kepemimpinan.

Majelis Taklim adalah pendidikan non formal dan agar majelis ini dapat

berjalan baik, maka dibentuklah kepengurusan yang mengatur jalannya kegiatan

di majelis taklim.

D. Program Kerja

Adapun program kerja pengurus PRISTA Meruyung masa bakti 2008-

2013 adalah sebagai berikut:

1. Penasehat

Memberikan nasehat, petunjuk, koreksi dan penyumbangan pikiran

yang bersifat konsepsional. Baik diminta maupun tidak diminta.

2. Ketua

Mengkoordinasikan dan mengawasi serta bertanggung jawab terhadap

seluruh kegiatan baik kedalam maupun keluar, menandatangani surat-surat

bersama sekretaris, terutama yang bersifat policy dan surat-surat

keputusan.

Page 72: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

47

3. Sekretaris

Menyiapkan seluruh peralatan kesekretariatan yang dibutuhkan oleh

organisasi, mengkoordinasikan pelaksanaan teknis administrasi dewn-

dewan dan koordinator perwakilan, mengkoordinasikan surat-menyurat

antara departemen baik surat masuk maupun surat keluar, menandatangani

surat-surat membantu tugas-tugas ketua dan wakil-wakil ketua.

4. Bendahara

Mengusahakan, menggali dan mengembangkan sumber-sumber

pendapatan, menyimpan dan mengeluarkan keuangan atas persetujuan

ketua, mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan, mengawasi dan

memonitor tentang administrasi keuangan.

5. Departemen Pendidikan

Merencanakan dan mempersiapkan serta melaksanakan kegiatan

pengajian yang diadakan setiap satu minggu sekali, mengadakan

komunikasi dan konsultasi kepada remaja dari majelis taklim lain. Serta

mengadakan peringatan hari besar Islam. Dan mengadakan pesantren

ramadhan, serta pelatihan dan kepemimpinan.

6. Departemen Seni dan Budaya

Mengadakan berbagai kegiatan seni budaya Islam yang dapat menarik

minat remaja kearah peningkatan kesadaran beragama, mengadakan

kontak dengan berbagai lembaga seni budaya Islam lain untuk

menciptakan kegiatan bersama, guna mempererat ukhuwah dan kemitraan

Page 73: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

48

PRISTA dengan organsasi seni lain. Merintis berdirinya sanggar budaya

dan seni bela diri PRISTA yang tenaganya diambil dari remaja-remaja

Islam yang berminat, mengadakan acara-acara serimonial setiap 2 tahun

sekali.

7. Departemen Ekonomi

Menggali dan menciptakan berbagai kemungkinan sumber-sumber

financial (dana) yang dibutuhkan organisasi, merintis berdirinya koperasi

atau yang sejenisnya dikalangan anggota PRISTA, memberikan usul,

saran dan advis kepada pengurus harian tentang sistem dan metode yang

tepat dalam mencari dana, guna mengembangkan organisasi,

mengupayakan berbagai bentuk kerjasama, baik dengan pihak luar

maupun anggota PRISTA yang menghasilkan fnansial yang halal dan

berkesinambungan.

8. Departemen Penghubung

Bertindak sebagai perantara antar pimpinan PRISTA dengan pihak

luar dalam kegiatan-kegiatan organisasi, mengambi inisiatif untuk

memperlancar kepentingan organisasi dengan pihak terkait, mencari dan

memberikan informasi tentang berbagai peluang bermanfaat bagi

organisasi dari pihak luar yang berkepentingan dengan PRISTA,

memainkan peran sebagai lembaga penghubung antara pihak luar dengan

PRISTA dalam aspek kepentingan organisasi.

Page 74: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

49

9. Departemen Olah Raga

Membuat tim olahraga serta menjadwalkan latihan untuk par anggota

PRISTA sesuai dengan bakatnya, mengadakan pertandingan persahabatan

dengan remaja lain, mengadakan gerakan hidup sehat yang melibatkan

seluruh elemen masyarakat serta mengadakan kegiatan berobat gratis bagi

warga sekitar.3

E. Kegiatan Pembinaan

Dalam bidang dakwah, kegiatan yang dilaksanakan oleh PRISTA hanya

baru sebatas kegiatan pengajian yang diadakan setiap Jumat malam, sebagai

organisasi remaja yang berbasis agama, organisasi ini memiliki tujuan dari

pengajian yang dilakukan setiap satu kali dalam satu minggu dalam rangka

membentuk remaja yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama baik dari

aspek ibadah dan aspek akhlak, serta membentengi remaja dari pengaruh-

pengaruh buruk dari pesatnya kemajuan jaman dan untuk memperkokoh aqidah

Islamiyah remaja.

Pertemuan ini dilakukan setiap hari Jumat ba`da Isya yang bertempat di

musholla Al-Hidayah. Tempat ini diambil sebagai lokasi pengajian, sebagai

refleksi sejarah yang pernah dilakuka oleh Rasulullah SAW, serta menanamkan

kecintaan remaja terhadap rumah ibadahnya, meskipun sebelumnya terjadi

3 Hujaifah, Sekretaris Majelis Taklim “PRISTA”, Wawancara Pribadi, (Depok: 1 Mei 2010)

Page 75: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

50

perdebatan diantara remaja yang menginginkan pertemuan pengajian dilakukan di

rumah anggota.

Proses pengajian dilaksanakan selama 2 jam dimulai dari pukul 19.30

WIB sampai 21.30 WIB, pengajian diawali dengan pembacaan ayat suci Al Quran

oleh salah satu jamaah dilanjutkan dengan sambutan dari pengurus organisasi,

setelah itu penyampaian materi yang disampaikan oleh narasumber sesuai dengan

jadwalnya.

Dalam setiap pengajian anggota harus mengisi absen kehadiran yang

tujuannya untuk mengetahui kehadiran jamaah setia minggunya. Pakaian yang

digunakan dalam mengikuti pengajian adalah busana muslim atau muslimah.

Materi yag diajarkan di majelis taklim persatuan remaja Islam “PRISTA”

antara lain fiqih, akhlak, hadits, dan tafsir. Tenaga pengajar pengajian remaja ini

awalnya hanya dipimpin oleh para perintis serta tokoh lingkungan yakni ustadz

Zaini BA, ustadz H. Zaelani HN dan ustadz H. Djawahir.

Page 76: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

BAB IV

PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM

(PRISTA)” DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA

A. Deskripsi Informan

Deskripsi informan adalah gambaran orang-orang yang memberikan

informasi atau data di majelis taklim “Persatuan Remaja Islam (PRISTA)” yang

berlokasi di Jl. A. Rahim RT 03/02 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota

Depok, yaitu:

1. Ketua Majelis Taklim “Persatuan Remaja Islam (PRISTA)”

Pada periode ini majelis taklim PRISTA dipimpin oleh saudara Ali Rahman

dengan biodata sebagai berikut:

Nama : ALI RAHMAN

Tempat Tanggal Lahir : Bogor 12 Mei 1983

Alamat :Jl. A. Rahim RT 03/02 Kelurahan

Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jabatan : Ketua PRISTA

Pekerjaan : Karyawan Toko Bhakti Jaya

Nama Orang Tua

a. Ayah : Abdul Majid

b. Ibu : Siti Aminah

51

Page 77: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

52

Latar Belakang pendidikan sebagai berikut:

Tabel 1

Pendidikan

NO PENDIDIKAN TAHUN

1 Madrasah Ibtidaiyah Meruyung 1990-1996

2 SMP Islam YAPKUM 1997-1999

3 SMA Negeri Parung Bogor 2000-2003

Pengalaman organisasi sebagai berikut:

Tabel 2

Pengalaman Organisasi

NO ORGANISASI JABATAN TAHUN

1 Pengurus OSIS Seksi Olahraga 2001-2002

2 Pengurus PRISTA Departemen Ekonomi 2003-2007

3 Ketua PRISTA Ketua 2008-Sekarang

2. Pengurus Majelis Taklim “PRISTA”

Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai tiga pengurus majelis taklim

“Persatuan Remaja Islam (PRISTA)” yaitu sebagai berikut:

Nama : HUJAIFAH

Tempat Tanggal Lahir : 17 Januari 1990

Alamat :Jl. A. Rahim No.38 RT 03/02 Kelurahan

Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

Page 78: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

53

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jabatan : Sekretaris PRISTA

Pekerjaan : Pelajar

Nama Orang Tua

a. Ayah : H. Muhasan

b. Ibu : Mariyah

Latar Belakang pendidikan sebagai berikut:

Tabel 3

Pendidikan

NO PENDIDIKAN TAHUN

1 Madrasah Ibtidaiyah Meruyung 1997-2003

2 SMP Muhammadiyah 2004-2006

3 SMK Baskara 2007-2010

Pengalaman organisasi sebagai berikut:

Tabel 4

Pengalaman Organisasi

NO ORGANISASI TAHUN

1 Anggota Rohis SMK Baskara 2007-2008

2 Anggota PRISTA 2005

3 Sekretaris PRISTA 2008-Sekarang

Page 79: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

54

Nama : KHOIRUDIN

Tempat Tanggal Lahir : 12 Mei 1983

Alamat :Jl. A. Rahim No.23 RT 03/02 Kelurahan

Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jabatan : Koordinator Departemen Pendidikan

Pekerjaan : Mahasiswa

Nama Orang Tua

a. Ayah : Syafi`i

b. Ibu : Salmiah

Latar Belakang pendidikan sebagai berikut:

Tabel 5

Pendidikan

NO PENDIDIKAN TAHUN

1 Madrasah Ibtidaiyah Meruyung 1990-1996

2 Mts Sunan Pandan Aran Yogyakarta 1997-1999

3 MA. Islamiyah Sawangan 2001-2003

4 UHAMKA 2004-Sekarang

Page 80: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

55

Pengalaman organisasi sebagai berikut:

Tabel 6

Pengalaman Organisasi

NO ORGANISASI TAHUN

1 Ketua Osis Mts Sunan Pandan Aran 1998

2 Ketua Osis Ma Islamiyah 2002

3 Anggota PRISTA 2000

4 Koord Departemen Pendidikan PRISTA 2008-Sekarang

Nama : AHMAD GHOZI

Tempat Tanggal Lahir : 20 November 1989

Alamat :Jl. A. Rahim No.23 RT 03/02 Kelurahan

Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jabatan : Koordinator Departemen HUMAS

Pekerjaan : Pelajar

Nama Orang Tua

a. Ayah : Syafi`i

b. Ibu : Salmiah

Page 81: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

56

Latar Belakang pendidikan sebagai berikut:

Tabel 7

Pendidikan

NO PENDIDIKAN TAHUN

1 SD Negeri Meruyung 1996-2002

2 SMP Islam YAPKUM Meruyung 2003-2005

3 SMA YAPAN Sawangan 2006-2008

4 Universitas Muhammadiyah Jakarta 2009-Sekarang

Pengalaman organisasi sebagai berikut:

Tabel 8

Pengalaman Organisasi

NO ORGANISASI TAHUN

1 Anggota PRISTA 2006

2 Koordinator Departemen Olah Raga 2008-2013

3. Anggota PRISTA

Anggota pengajian remaja PRISTA yang mengikuti pengajian berjumlah

160 orang, yaitu 77 orang remaja putra, dan 83 orang remaja putri. Mulai usia 12

tahun sampai 27 tahun, sebagian anggota adalah pelajar dan mahasiswa dan

sebagian lagi anggota sudah bekerja.

Page 82: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

57

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wwancara pribadi dengan anggota

PRISTA, sejumlah dua orang yaitu:

Nama : AHMAD TAUFIK

Tempat Tanggal Lahir : 9 Februari 1992

Alamat :Jl. A. Rahim No.07 RT 03/02 Kelurahan

Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jabatan : Anggota PRISTA

Pekerjaan : Pelajar

Nama Orang Tua

a. Ayah : H. Suhanda

b. Ibu : Hj. Suriyah

Latar Belakang pendidikan sebagai berikut:

Tabel 9

Pendidikan

NO PENDIDIKAN TAHUN

1 Madrasah Ibtidaiyah Meruyung 1999-2005

2 SMP Islam YAPKUM 2006-2008

3 SMA Baskara 2009-Sekarang

Page 83: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

58

Nama : AZZURA BILQIS

Tempat Tanggal Lahir : 20 April 1987

Alamat :Jl. A. Rahim No.23 RT 03/02 Kelurahan

Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jabatan : Anggota PRISTA

Pekerjaan : Belum Bekerja

Nama Orang Tua

a. Ayah : Matroji

b. Ibu : Zakiah

Latar Belakang pendidikan sebagai berikut:

Tabel 10

Pendidikan

NO PENDIDIKAN TAHUN

1 SD Negeri Meruyung 1994-1999

2 SMP Islam YAPKUM 2000-2002

3 SMA Fajar 2003-2006

Page 84: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

59

Pengalaman organisasi sebagai berikut:

Tabel 11

Pengalaman Organisasi

NO ORGANISASI TAHUN

1 Pengurus OSIS SMP YAPKUM 2001

2 LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) 2004

3 Sekretaris PRISTA 2004

4. Guru

Guru yang mengajar di majelis taklim PRISTA berjumlah 3 orang yaitu:

Nama : Bapak Zaini BA.

Tempat Tanggal Lahir : 11 Juli 1965

Alamat :Jl. A. Rahim RT 01/03 Kelurahan

Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

Pekerjaan : Guru

Latar Belakang Pendidikan:

Tabel 12

Pendidikan

NO PENDIDIKAN

1 SR (Sekolah Rakyat)

2 PGA Sawangan

Page 85: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

60

Pengalaman Organisasi :

Tabel 13

Pengalaman Organisasi

NO ORGANISASI TAHUN

1 Ketua DKM Masjid Al-Muthmainah 1987-1992

2 Ketua RT 01/03 1998-2003

Nama : Bapak Djawahir.

Tempat Tanggal Lahir : 11 Juli 1960

Alamat :Jl. A. Rahim RT 01/03 Kelurahan

Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

Pekerjaan : Wiraswasta

Latar Belakang Pendidikan:

Tabel 14

Pendidikan

NO PENDIDIKAN

1 SR (Sekolah Rakyat)

2 PGA Sawangan

Page 86: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

61

Pengalaman Organisasi :

Tabel 15

Pengalaman Organisasi

NO ORGANISASI TAHUN

1 Ketua DKM Masjid Al-Muthmainah 1993-1998

Nama : Bapak Djaelani HN

Tempat Tanggal Lahir : 13 Juni 1959

Alamat :Jl. A. Rahim No.3 RT 01/03 Kelurahan

Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

Pekerjaan : Guru

Latar Belakang Pendidikan:

Tabel 16

Pendidikan

NO PENDIDIKAN

1 SR (Sekolah Rakyat)

2 PGA Sawangan

Page 87: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

62

Pengalaman Organisasi :

Tabel 13

Pengalaman Organisasi

NO ORGANISASI

1 Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah

2 Ketua DKM Masjid Jami Al-Muthmainah

3 Ketua Yayasan Kesejahteraan Umat

4 Ketua MUI Kecamatan Limo

5 Mutasar Ranting NU Kelurahan Meruyung

B. Upaya Majelis Taklim “Persatuan Remaja Islam (PRISTA)” Dalam

Pembinaan Keagamaan Remaja

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan ketua PRISTA, bahwa

kegiatan aktifitas yang masih berjalan yang berkaitan dengan pembinaan yang

dilaksanakan oleh PRISTA hanya baru sebatas kegiatan pengajian yang diadakan

setiap Jumat malam, sebagai organisasi remaja yang berbasis agama, organisasi

ini memiliki tujuan dari pengajian yang dilakukan setiap satu kali dalam seminggu

dalam rangka membentuk remaja yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama

baik dari aspek ibadah dan aspek akhlak, serta membentengi remaja dari

Page 88: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

63

pengaruh-pengaruh buruk dari pesatnya kemajuan zaman dan untuk

memperkokoh aqidah Islamiyah remaja.1

Pertemuan ini dilakukan setiap hari jumat ba`da Isya yang bertempat di

musholla Al-Hdayah. Tempat ini diambil sebagai lokasi pengajian, sebagai

refleksi sejarah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, serta menanamkan

kecintaan remaja terhadap rumah ibadahnya, meskipun sebelumnya terjadi

perdebatan diantara remaja yang menginginkan pertemuan pengajian dilakukan di

rumah anggota.

Pembinaan merupakan program, dimana peserta berkumpul untuk

memberi, menerima dan mengolah informasi, pengetahuan dan kecakapan dengan

mengembangkan yang sudah ada dengan menambah yang baru. Pembinaan

diikuti oleh sejumlah peserta yang diperhitungkan dari tujuan dan efektifitasnya.2

Program pembinaan ialah prosedur yang dijadikan landasan untuk

menentukan isi dan urutan acara-acara yang dilakukan, ada beberapa hal yang

harus diperhatikan diantaranya menyangkut materi, metode, anggota, tenaga

pengajar.

a. Materi Pengajian

Materi atau bahan ialah apa yang hendak diajarkan dalam majelis taklim.

Dengan sendirinya materi itu adalah ajaran Islam dengan segala keluasannya.

Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi segala spek kehidupan,

1 Ali Rahman, Ketua Persatuan Remaja Meruyung, Wawancara Pribadi, (Depok: 29 April

2010) 2 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari berbagai Aspek, (Jakarta: UI Press 1987) Cet.V Jilid I,

h.10

Page 89: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

64

maka pengajaran Islam berarti pengajaran tentang tata hidup yang berisi pedoman

pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia dan

untuk menyiapkan hidup yang sejahtera di akhirat nanti. Dengan demikian materi

pelajaran agama Islam luas sekali meliputi segala aspek kehidupan.

Hasil dari wawancara yang penulis lakukan dengan departemen

pendidikan mengenai materi yang diajarkan dalam pengajian yang dilaksanakan

setiap minggu sekali meliputi fiqih, akhlak, hadits, dan tafsir. Materi-materi

diajarkan secara bergantian setiap minggunya, proses pengajian dilaksanakan

selama 2 jam dimulai dari pukul 19.30 WIB sampai 21.30 WIB. Pengajian diawali

dengan pembacaan ayat suci Al Quran, oleh salah satu jamaah dilanjutkan dengan

sambutan dari pegurus organisasi, setelah itu penyampaian materi yang

disampaikan oleh narasumber sesuai dengan jadwalnya. Mengenai sub materi

diserahkan sepenuhnya oleh narasumber, jadi majelis taklim tidak mengatur sub

materi yang akan diajarkan setiap pertemuan baik materi fiqih, hadits, dan

akhlak.3

Menurut peneliti, seharusnya pengurus melakukan pengaturan terhadap isi

materi yang diajarkan, agar isi materi sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai,

agar dapat sejalan dengan sasaran program, waktu merencanakan isi atau materi

pembinaan sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

3 Khoirudin, Departemen Pendidikan, Wawancara Pribadi, (Depok 3 Mei 2010)

Page 90: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

65

1. Isi sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan para peserta

pembinaan dan berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman

mereka.

2. Isi tidak terlalu teoritis, tetapi praktis dalam arti dapat dibahas dan

dikembangkan dari berbagai pandangan dan pengalaman para peserta,

serta dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata.

3. Isi tidak terlalu banyak tetapi disesuaikan dengan daya tangkap para

peserta dan waktu yang tersedia.4

Menurut peneliti, penambahan dan pengembangan materi dapat saja

terjadi di majelis taklim, melihat semakin majunya zaman dan semakin kompleks

permasalahan yang perlu penanganan yang tepat. Wujud program yang tepat dan

aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah itu sendiri merupakan suatu langkah baik

agar majelis taklim tidak terkesan kolot dan terbelakang. Karena majelis taklim

merupakan salah satu struktur kegiatan dakwah yang berperan penting dalam

mencerdaskan umat, maka selain pelaksanaannya harus sesuai teratur dan periodik

juga harus mampu membawa jamaah kearah yang lebih baik.

b. Metode Pengajian

Metode adalah cara, dalam hal ini cara menyajikan bahwa pengajaran

dalam majelis taklim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan makin baik

metode yang dipilih makin efektif pencapaian tujuan.

4 Mangun Hardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1986) h.12

Page 91: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

66

Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dengan

koordinator departemen pendidikan, bahwa cara atau metode yang digunakan oleh

narasumber untuk menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah

saja. Artinya narasumber hanya menyampaikan pembahasan tanpa memegang

buku materi. Sama halnya dengan anggota remaja, fungsi mereka hanya

mendengarkan apa yang telah disampaikan narasumber, tanpa memegang buku

panduan materi, dan tanpa adanya tanya jawab.5

Menurut peneliti, banyak kelemahan seandainya narasumber hanya

mengandalkan sati metode saja dalam menyampaikan materi. Mengingat daya

penangkapan remaja yang berbeda-beda. Seharusnya narasumber bisa

menggunakan variasi metode untuk menghindari kebosanan dan kejenuhan yang

dirasakan oleh anggota “PRISTA”.

Sebenarnya metode mengajar banyak sekali macamnya. Namun bagi

majelis taklim tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar di

kelas yang tidak dapt dipakai dalam majelis taklim. Hal ini disebabkan karena

perbedaan kondisi dan situasi antara sekolah dengan majelis taklim.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam majelis taklim, diantaranya:

a. Majelis taklim yag diselenggarakan dengan metode halaqah. Dalam

hal ini pengajar atau ustadzah atau kiyai memberikan pelajaran

biasanya dengan memegang suatu kitab tertentu. Peserta

mendengarkan keterangan pengajar sambil menyimak kitab yang sama

5 Khoirudin, DEpartemen Pendidikan, Wawancara Pribadi

Page 92: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

67

atau melihat ke papan tulis dimana menuliskan apa-apa yang hendak

diterangkan.

b. Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah.

Metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau

diskusi mengenai suatu masalah yang disepakati untuk dibahas.

c. Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode ceramah. Metode

ini dilaksanakan dengan dua cara. Pertama, ceramah umum, dimana

pengajar atau istadzah atau kiyai bertindak aktif dengan memberikan

pelajaran atau ceramah, sedangkan peserta pasif, yaitu tinggal

mendengar atau menerima materi yang diceramahkan. Kedua, ceramah

terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan untuk bertanya jawab.

Jadi baik pengajar atau ustadzah atau kiyai maupun peserta atau

jamaah sama-sama aktif.

d. Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode campuran.

Artinya satu majelis taklim menyelenggarakan kegiatan pendidikan

atau pengajian tidak dengan satu macam metode saja, melainkan

dengan berbagai metode secara berselang-seling.6

e. Guru

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan koordinator

departemen pendidikan, mengenai guru yang memberikan materi berjumlah tiga

6 Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim, (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990), Cet II, h.29

Page 93: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

68

orang mereka berasal dari lingkungan Meruyung saja, ada keinginan untuk

mengambil narasumber dari luar namun anggaran biaya yangtidak mencukupi.

Tabel 18

Jadwal Kegiatan Pengajian

NO Materi Guru Metode

1 Fiqih Ustadz. Zainni BA Ceramah

2 Akhlak Ustadz. H. Djawahir Ceramah

3 Hadist Ustadz. H. Djaelani Ceramah

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dnegan guru yang

memberikan materi yakni bapak ustadz Zaini BA mengenai materi yang

disampaikan terutama pada pembahasan fiqih hanya membahas masalah ibadah

seperti membahas sholat, sedangkan metode penyampaian yang digunakan oleh

guru, hanya menggunakan metode ceramah saja, menurutnya metode ini

merupakan metode yang sangat mudah. Dan metode ini saja yang diketahuinya.7

Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru tentang

strategi penyampaian metri yang baik.

Menurut peneliti, seharusanya guru tidak hanya menggunakan metode

ceramah saja dalam menyampaikan materi pengajaran. Akan tetapi guru bisa

menggunakan metode yang lain seperti metode diskusi dan demonstrasi, yang

disesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan, begitu juga dengan teori

mengajarnya, menurut peneliti, teori mengajar yang digunakan adalah teori

7 Khoirudin, Departemen Pendidikan, Wawancara Pribadi

Page 94: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

69

mengajar tradisional artinya teori mengajar yang berpusat pada guru (teacher

centered), seharusnya guru memberikan kesempatan kepada anggota untuk

mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anggota (self activity).8

Menurut peneliti, bahwa seorang guru tidak hanya dituntut menuasai ilmu

pengetahuan saja, akan tetapi lebih jauh lagi, seorang narasumber dituntut untuk

bisa memahami dan mengetahui metodologi penyampaian materi agar materi

yang disampaikan dapat diterima oleh para anggota. Dalam hal ini para ahli

membagi tiga tipe audiens dalam menangkap materi yang disampaikan antara

lain:

a. Tipe auditif, yang mudah menerima pelajaran dengan pendengaran

b. Tipe visual, yang mudah menerima pelajaran dengan melihat

c. Tipe metodik, yang mudah menerima pelajaran dengan gerak.9

Dalam hubungan ketiga tipe diatas maka seorang pengajar harus dapat

mempergunakan beberapa metode dalam menyampaikan materi. Agar materi

yang disampaikan dapat diterima sesuai dengan tingkat kemampuannya.

f. Anggota Pengajian

Anggota “PRISTA” Meruyung adalah seorang muslim yang berada di

lingkungan RT 03/02 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok,

perekrutan anggota dilakukan dengan cara membuka formulir pendaftaran yang

diberikan kepada remaja yang benar-benar ingin membesarkan “PRISTA”, tanpa

ada unsur pemaksaan. Selanjutnya remaja yang sudah mendaftar diwajibkan untuk

8 Ramayulius, teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) h.29 9 Ibid, h.30

Page 95: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

70

mengikuti kegiatan pengkaderan yang tujuannya untuk mengenal lebih jauh lagi

tentang “PRISTA” Meruyung.

Anggota pengajian “PRISTA” Meruyung berjumlah 160 orang, yaitu 77

orang remaja putra, dan 83 orang remaja putri mulai usia 12 tahun sampai 27

tahun. Sebagian anggota adalah pelajar dan mahasiswa dan sebagian lagi sudah

bekerja.10

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap keaktifan anggota

dalam mengikuti pengajian yang diadakan seminggu sekali, sangat

memprihatinkan. Dari jumlah anggota yang terdata hanya 10-15 orang saja yang

hadir ketika pengajian dilaksanakan.

Ketika peneliti mewawancarai anggota pengajian yakni saudara Ahmad

Taufik dan Azzura Bilqis bahwa mereka sebenarnya meras bosan dengan kegiatan

yang dilaksanakan setiap seminggu sekali, karena dinilai sangat monoton, begitu

juga dengan pengetahuan yang didapatkan setelah mengikuti pengajian di

“PRISTA” mereka mersa pengetahuan yang didapatkan di “PRISTA” tidak

bertambah setelah mengikuti pengajian.

10 Ali Rahman Ketua “Persatuan Remaja Islam (PRISTA)” Meruyung, Wawancara Pribadi

Page 96: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

71

C. Faktor Ynag Menjadi Penghambat Majelis Taklim “PRISTA” dalam

Pembinaan Keagamaan Remaja.

Di dalam organisasi faktor penghambat sebuah organisasi dapat

menghambat kelancaran pelaksanaan kegiatan dalam organisasi, adapun faktor

penghambat dalam organisasi “Persatuan Remaja Islam (PRISTA)” yaitu:

a) Penghambat dari dalam (Intern)

1. Tidak sehatnya struktur organisasi yang ada di majelis taklim

PRISTA Meruyung

Dari hasil wawancara penulis dengan ketua PRISTA Meruyung saudara

Ali Rahman bahwa, majelis taklim PRISTA berawal dari aktifitas sekelompok

remaja yang selalu melakukan diskusi-diskusi ringan disebuah warung gaul atau

bisa disebut caffe, setiap harinya tempat tersebut selalu didatangi oleh para remaja

baik untuk hanya sekedar ngopi-ngopi atau memang hendak melakukan diskusi-

diskusi ringan, bahasan yang sering didiskusikan mulai dari persoalan agama,

sosial, ekonomi, hingga permasalahan politik, yang memang pada waktu itu

Indonesia sedang mengalami masa transisi demokrasi.11

Pada tanggal 15 Oktober 1998, yang diprakarsai oleh beberapa remaja

diantaranya Syahrul Fadhli, Faisal Rahman, Anton Sujarwo, Mulyanih.

Dibentklah sebuah organisasi remaja yang diberi nama Persatuan Remaja Islam

PRISTA di kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Depok. Pasng surut serta lika-

liku PRISTA Meruyung telah dirasakan oleh pengurus dalam menjalankan

11 Ali Rahman Ketua Persatuan Remaja Meruyung, Wawancara Pribadi

Page 97: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

72

aktifitasnya. Keseragaman para pengurus yang selalu mengedepankan

kepentingan organisasi daripada mengambil kepentingan pribadinya, menjadikan

PRISTA Meruyung ini semakin berkembang kearah yang lebih maju. Kemajuan

ini ditandai dengan awal berdirinya organisasi, yang tidak memiliki ruang untuk

pertemuan pengurus, hanya sarana musholla saja yang digunakan oleh para

pengurus pada waktu itu, namun PRISTA Meruyung akhirnya memiliki

sekretariat sebagai pusat pertemuan pengurus dan anggotanya walaupun tidak

terlalu megah, tapi cukup mendukung dalam melaksanakan kerjanya.12

Pada dua periode yakni pada masa periode kepemimpinan Syahrul Fadli

dan Faisal Rahman, kemajuan majelis taklim PRISTA sangatlah pesat, dimana

program kerja yang direncanakan dapat terwujud dengan baik, bahkan majelis

taklim PRISTA menjadi pelopor berdirinya organisasi-organisasi kepemudaan

dilingkungan lainnya. Hingga majelis taklim PRISTA mendapatkan penghargan

yang diberikan oleh pihak kelurahan Meruyung, sebagai organisasi terbaik yang

memiliki peran yang sangat bermanfaat khususnya pada pembinaan kepemudaan

dan umumnya pada masyarakat disekitarnya.

Namun dewasa ini selama dua tahun masa kepemimpinan saudara Ali

Rahman, kejayaan majelis taklim PRISTA dirasakan sudah redup, hal ini

dibuktikan dengan tidak berjalannya program kerja organisasi yang sudah

dirancang sebelumnya. Seperti koperasi PRISTA, sekarang tinggal hanya

12 Ibid Arif Rahman

Page 98: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

73

bangunannya saja tanpa ada aktifitas didalamnya. Begitu juga dengan sarana

olahraga.13

Tahap pembuatan dan perumusan program kerja adalah tahap yang paling

penting dalam sebuah organisasi. Inti topik dari tahap ini adalah menghubungkan

organisasi dengan lingkungannya dan menciptakan program-program kerja yang

cocok untuk mencapai tujuan organisasi.

Majelis taklim Persatuan Remaja Islam “PRISTA” Meruyung sebagai

organisasi yang memiliki tujuan dalam rangka membentuk remaja yang selalu

menjunjung tinggi nilai-nilai agama baik dari aspek aqidah, ibdah dan aspek

akhlak, serta mencerdaskan remaja Islam dalam menghadapi era globalisasi dan

perdagangan bebas.

Majelis taklim PRISTA Meruyung dengan beraneka ragam programnya,

ingin menciptakan remaja-remaja yang berada disekitarnya menjadi remaja yang

memiliki agama yang kuat baik pada aspek ibadahnya, akhlaknya, serta memiliki

wawasan pengetahuan umum yang luas.

Perumusan program kerja dilaksanakan dalam wadah rapat kerja (Raker)

disetiap pergantian keengurusan yang diadakan setiap lima tahun sekali, dari hasil

rapat kerja ini menghasilkan program kerja setiap departemen yang harus

dijalankan selama lima tahun.

Adapun program kerja dan kegiatan dari setiap bidang yang dilakukan

oleh majelis taklim PRISTA adalah:

13 Hujaifah, Sekretaris “PRISTA” Meruyung, Wawancara Pribadi, (Depok: 1 Mei 2010)

Page 99: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

74

1. Depatemen pendidikan: Merencanakan dan mempersiapkan serta

melaksanakan kegiatan pengajian yang diadakan setiap satu minggu

sekali, mengadakan komunikasi dan konsultasi kepada remaja dari

majelis taklim lain, serta mengadakan peringatan hari besar Islam. Dan

mengadakan pesantren ramadhan, serta pelatihan dasar kepemimpinan.

2. Departemen Seni dan Budaya: Mengadakan berbagai kegiatan seni

budaya Islam yang dapat menarik minat remaja kearah peningkatan

kesadaran beragama, mengadakan kontak dengan berbagai lembaga

seni budaya Islam lain untuk menciptakan kegiatan bersama, gna

mempererat ukhuwah dan kemitraan PRISTA dengan organisasi seni

lain. Merintis berdirinya sanggar budaya dan seni bela diri PRISTA

Meruyung yang tenaganya diambil dari remaja-remaja Islam yang

berminat, mengadakan acara-acara seremonial setiap dua tahun sekali.

3. Depatemen Ekonomi: Menggali dan menciptakan berbagai

kemungkinan sumber-sumber financial (dana) yang dibutuhkan

organisasi, merintis berdirinya koperasi atau yang sejenisnya

dikalangan anggota PRISTA Meruyung, memberikan usul, saran dan

advis kepada pengurus harian tentang sistem dan metode yang tepat

dalam mencari dana, guna mengembangkan organisasi, menguoayakan

berbagai bentuk kerjasama, baik dengan pihak luar maupun anggora

PRISTA Meruyung yang menghasilkan finansial yang halal dan

berkesinambungan.

Page 100: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

75

4. Departemen Penghubung: Bertindak sebagai perantara antar pimpinan

PRISTA dengan pihak luar dalam kegiatan-kegiatan organisasi,

mengambil inisiatif untuk memperlancar kepentingan organisasi

dengan oihak yang terkait, mencari dan memberikan informasi tentang

berbagai peluang bermanfaat bagi organisasi dari pihak luar yang

berkepentingan dengan PRISTA Meruyung memainkan peran sebagai

lembaga penghubung antara pihak luar dengan PRISTA dalam aspek

kepentingan organisasi.

5. Departemen olah raga: Membuat tim olah raga serta menjadwalkan

latihan untuk para anggota PRISTA Meruyung sesuai dengan

bakatnya, mengadakan pertandingan persahabatan dengan remaja lain,

mengadakan gerakan hidup sehat yang melibatkan seluruh elemen

masyarakat, serta mengadakan kegiatan berobat gratis bagi warga

sekitar.14

Dari sekian banyak kegiatan yang diprogram oleh pengurus semuanya

tidak berjalan lagi, dari hasil observasi yang peneliti lakukan, program kerja yang

hingga saat ini berjalan hanyalah kegiatan pengajian yang dilaksanakan setiap

seminggu sekali. Itu pun anggota yang hadir hanya beberapa orang saja.

Menurut peneliti, permasalahan yang terjadi di PRISTA Meruyung dengan

tidak berjalannya program kerja yang telah dirumuskan pada rapat kerja PRISTA,

disebabkan karena tidak sehatnya struktur oeganisasi yang ada di PRISTA

14 Ibid, Hujaifah, sekretaris “PRISTA” Meruyung, Wawancara Pribadi

Page 101: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

76

Meruyung. Yang dimaksud dengan struktur organisasi adalah kerangka antar

hubungan satuan-satuan organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, serta tugas

dan wewenang yang masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam satu

kesatuan yang utuh.15

Struktur organisasi yang akan dientuk tentulah struktur organisasi yang

baik. Struktur organisasi yang baik harus memenuhi syarat sehat dan efisien.

Struktur organisasi yang sehat berarti tiap-tiap satuan organisasi yang ada dapat

menjalankan perannya dengan tertib, struktur organisasi efisien berarti dapat

menjalankan perannya tersebut masing-masing satuan organisasi dapat mencapai

perbandingan terbaik antara usaha dan hasil kerja. Agar dapat diperoleh struktur

organisasi yang sehat dan efisien, pada waktu membentuk harus memperhatikan

berbagai asas organisasi.

Asas organisasi adalah berbagai pedoman yang sejauh mungkin

hendaknya dilaksanakan agar diperoleh struktur organisasi yang baik dan aktivitas

organisasi dapat berjalan dengan baik dan lancar.16

Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan ketua PRISTA yakni

saudara Ali Rahman, bahwa mekanisme yang dilakukan oleh pimpinan PRISTA

Meruyung dalam membuat struktur organisasi hanya sebatas mengikuti struktur

yang sudah ada sebelumnya hanya tugas pimpinan PRISTA menunjuk orang-

15 Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002)

Cet.20, h.41 16 Ibid, H.43

Page 102: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

77

orang yang akan duduk disatuan atau departemen yang sudah ada, tanpa melihat

asas-asas organisasi.17

Setiap organisasi, tentu menghadapi masalah bagaimana organisasinya

dapat berjalan dengan baik. Salah satu sarana organisasinya dapat berjalan dengan

baik dan struktur yang bersangkutan sehat dan efisien haruslah melakukan asas-

asas organisasi.

Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dengan

pengurus PRISTA Meruyung, tiap-tiap departemen kebanyakan tidak mempunyai

daftar rincian tugas yang jelas, sehingga mereka tidak mengetahui apa sebenarnya

yang menjadi tanggung jawab pokok, banyak dari mereka yang menjalankan

tugas hanya menunggu perintah dari pimpinan. Kalau hal tersebut tetap dibiarkan

tanpa ada cara penyelesaiannya maka lambat laun PRISTA akan menjadi majelis

taklim hanya memiliki nama tanpa ada program kerja yang berjalan.18

Dalam rangka mengantisipasi keterpurukan lebih jauh lagi kiranya

pimpinan PRISTA Meruyung harus mengambil langkah-langkah seperti

menyehatkan kembali struktur organisasi dengan melakukan pedoman-pedoman

asas organisasi meliputi:

a. Perumusan tujuan dengan jelas

Maksud dan tujuan didirikannya maejlis taklim PRISTA Meruyung adalah

dalam rangka membentuk remaja yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama

17 Ali Rahman Ketua Persatuan Remaja Meruyung, Wawancara Pribadi 18 Khoirudin, Kooridnator Departemen Pendidikan, Wawancara Pribadi

Page 103: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

78

baik dari aspek aqidah, ibadah dan aspek akhlak, serta mencerdaskan remaja

Islam dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas.19

Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dengan

pengurus PRISTA Meruyung, banyak dari pengurus PRISTA yang tidak

mengetahui arah dan tujuan dari organisasi PRISTA Meruyung, hal ini

sebenarnya tidak perlu terjadi jika pimpinan PRISTA Meruyung bisa menjalankan

tugas dan wewenangnya dengan baik.

Tujuan adalah kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani yang

diusahakan untuk dicapai dengan kerjasama sekelompok orang. Kebutuhan

manusia yang hendak dicapai harus jelas. Tujuan yang telah dirumuskan dengan

jelas akan memudahkan untuk dijadikan pedoman dalam menetapkan haluan

organisasi, pemilihan bentuk organisasi, pembentukan struktur organisasi,

penentuan macam-macam pekerjan yang akan dilakukan, kebutuhan pengurus.20

Menurut peneliti, tujuan terumus dengan jelas haruslah diketahui serta

diyakini oleh setiap pengurus dalam organisasi sejak dari pucuk pimpinan sampai

dengan pejabat yang berkedudukan disetiap satuan organisasi. Hanya pejabat yang

megetahui serta meyakini tujuan organisasinya akan dapat bekerja dengan

sungguh-sungguh, dapat saling menyumbangkan idenya, pengalamannya,

kecakapannya, daya kreasinya, demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan.

Dalam merumuskan tujuan hendaknya memperhatikan adanya pengertian

ketunggalan tujuan dan tahap-tahap tujuan. Yang dimaksud dengan ketunggalan

19 Ali Rahman Ketua Persatuan Remaja Meruyung, Wawancara Pribadi 20 Sutarto, Dasar-dasar Oranisasi, h.61

Page 104: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

79

tujuan adalah organisasi sebagai keseluruhan serta masing-masing satuan

organisasi yang ada harus memiliki kebutuhan baik jasmani maupun kebutuhan

rohani yang diusahakan untuk dicapai yang satu bagi keseluruhan organisasi,

artinya tiap-tiap satuan organisasi dan subsatuan organisasi dari organisasi harus

dilahirkan dari suatu tujuan yang jelas dan selaras dengan tujuan organisasi.

Yag dimaksud dengan tahapan-tahaoan adalah urutan-urutan keseluruhan

kebutuhan baik jasmani maupun rohani yang diusahakan untuk dicapai oleh suatu

organisasi sehingga diketahui dengan jelas manakah tujuan pokok yang harus

dicapai lebih dahulu dan manakah tujuan tambahan yang dapat dicapai pada tahap

berikutnya.

Tujuan pokok adalah kebutuhan rhani maupun jasmani yang menjadi dasar

dibentuknya suatu organisasi. Sedang tujuan tambahan adalah kebutuhan jasmani

maupun rihani yang hendak dicapai oleh suatu organisasi karena sebagian tujuan

pokok telah dapat dicapai dengan baik dan organisasi tersebut masih mempunyai

kelebihan kemampuan.21

b. Departemenisasi

Departemenisasi adalah aktifitas untuk menyusun satuan-satuan organisasi

yang akan diserahi bidang kerja tertentu atau fungsi tertentu.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan ketua “PRISTA”

Meruyung bahwa mekanisme yang dilakukan untuk menunjuk anggota yang akan

menjadi pengurus disetiap departemen berdasarkan kemampuan dan bakat yang

21 Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, h.63

Page 105: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

80

dimiliki oleh para anggota, hal tersebut dimusyawarahkan yang melibatkan wakil

ketua, sekretaris dan bendahara. Setelah itu ketua melayangkan surat

pemberitahuan kepada orang-orang yang ditunjuk sebagai pengurus PRISTA.

Menurut peneliti, hal tersebut sudah bagis dilakukan oleh ketua artinya

menempatkan orang untuk duduk di departemen sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki. Namun ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh ketua dalam

menentukan orang yang akan menjabat di setiap depatemen. Artinya tidak saja

sesuai dengan kemampuan saja akan tetapi ada langkah-langkah yang harus

dilakukan oleh ketua agar program kerja yang direncanakan dapat berjalan antara

lain:

a) Tiap-tiap pembentukan stuan organisasi khususnya apapun namanya

harus dirumuskan dengan jelas tujuannya.

b) Kepada setiap departemen khususnya yang dibentuk harus diberikan

suatu tata-kerja yang sederhana agar dapat menjalankan aktifitasnya

dengan lancar.

c) Kepada tiap departemen yang ada harus diberikan fasilitas secukupnya.

d) Terhadap departemen harus dilakukan pengontrolan secara kontinyu.

e) Tiap-tiap departemen harus membuat laporn secara berkala tentang

aktifitas yang dilakukan.22

22 Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, h.95

Page 106: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

81

c. Pembagian kerja

Pembagian kerja adalah rincian serta pengelompokkan aktifitas-aktifitas

yang semacam erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan satuan

organisasi tertentu.

Hasil wawancara peneliti dengan ketua PRISTA Meruyung, bahwa

perumusan program kerja setiap departemen dilaksanakan pada waktu rapat kerja

dilakukan. Setiap departemen diberikan bentuk program kerja yang sudah dibuat

sebelumnya, untuk dibahas terlebih dahulu pada tingkat departemen apakah

program kerja tersebut layak untuk dikerjakan atau ada tambahan program lain

dari setiap anggota departemen. Setelah itu program kerja diajukan dan

dipresentasikan pada rapat paripurna PRISTA. Dari hasil paripurna itulah maka

program kerja dihasilkan.

Menurut peneliti, hal tersebut sudah baik dilakukan dengan

mengedepankan demokrasi atau memberikan kesempatan kepada setiap

departemen mengaktualisasikan segenap kemampuannya yang tertuang dalam

rancangan program kerja. Namun ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan

dalam melakukan pembagian kerja antara lain:

a) Setiap departemen hendaknya memiliki rincian aktifitas yang jelas

tertulis pada daftar rincian aktifitas.

b) Setiap pejabat dari pimpinan sampai departemen-departemen harus

memiliki rincian tugas yang jelas dalam suatu daftar rincian tugas bagi

para departemen maka dapat dihindarkan terjadinya pengurus

Page 107: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

82

c) Beban aktifitas bagi setiap departemen atau beban tugas masing-

masing departemen hendaknya merata sehingga dapat dihindarkan

adanya departemen yang terlalu banyak aktifitasnya dan ada

departemen yang sedikit aktifitasnya. Demikian pula dapat

dihindarkan adanya departemen yang terlalu menumpuk beban

tugasnya dan ada satuan departemen yang sedikit beban tugasnya

sehingga banyak menganggur.23

d. Koordinasi

Koordinasi adalah didalam organisasi harus ada keselarasan aktifitas

antara satuan organisasi atau keselarasan tugas antar pejabat.

Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakuka dengan

departemen pendidikan bahwa disetiap departemen yang ada di kepengurusan

“PRISTA” Meruyung sedang mengalami kekosongan koordinasi, hal ini tampak

dari tidak adanya informasi dari ketua kepada departemen-departemen yang ada

atau sebaliknya serta putusnya komunikasi antara departemen-departemen yang

ada di PRISTA Meruyung.24

Menurut peneliti, hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab tidak

berjalannya program kerja. Padahal ini sangat perlu dilakukan pada setiap

23 Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, h.105 24 Khoirudin, Departemen Pendidikan, Wawancara Pribadi

Page 108: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

83

organisasi apapun. Seharusnya ketua membuat agenda rapat koordinasi diantara

departemen yang ada di PRISAT Meruyung, agar tidak terjadi pencapaian tujuan

organisasi yang tidak berjalan secara lancar, suasana orgnisasi yang serba kacau,

para petugas tampak ragu dalam pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan, saling

berbenturan atau bahkan saling melempar tanggung jawab.

Ada beberapa manfaat dilakukannya koordinasi yang baik pada sebuah

organisasi antara lain:

a) Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan lepas satu sama lain

antara departemen-departemen atau antara pejabat

b) Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya

pertentangan antara satuan organisasi atau antar pejabat.

c) Dengan koordinasi dapat dihindari rebutan fasilitas

d) Dengan koordinasi dapat dihindarkan terjadinya peristiwa waktu

menunggu yang memakan waktu lama

e) Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya

kekosongan pekerjaan.

f) Dengan koordinasi dapat ditumbuhkan kesadaran diantara para pejabat

untuk saling memberitahu masalah yang dihadapi

g) Dengan koordinasi dapat dijamin kesatuan sikap antar pejabat

departemen.25

25 Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, h.149

Page 109: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

84

e. Pelimpahan Wewenang

Yang dimaksud dengan wewenang adalah hak seorang pejabat untuk

mangambil tindakan yang diperlukan agar tugas serta tanggung jawabnya dapat

dilaksanakan dengan baik. Pelimpahan sama dengan penyerahan. Jadi

pelimpahan wewenang berarti penyerahan sebagian hak untuk mengambil

tindakan yang diperlukan agar tugas dan tanggung jawabnya dapat dilaksanakan

dengan baik dari departemen satu dengan departemen lain.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan ketua PRISTA

Meruyung bahwa dalam PRISTA tidak mengenal adanya pelimpahan

wewenang. Hal tersebut diyakini sebagai bentuk ketidak tahuannya dikarenakan

minimnya pengetahuan tentang manajemen organisasi.26

Manfaat pelimpahan wewenang antara lain:

a) Dengan pelimpahan wewenang setiap pekerjaan dapat diselesaikan

pada jenjang yang tepat.

b) Dengan pelimpahan wewenang inisiatif dan rasa tanggung jawab dapat

diperbesar.

c) Dengan pelimpahan wewenang walaupun orang yang menduduki

jabatan tertentu berhalangan namun program kegiatan dapat berjalan.

26 Ali Rahman Ketua Persatuan Remaja Meruyung, Wawancara Pribadi

Page 110: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

85

f. Jenjang Organisasi

Yang dimaksud dengan jenjang organisasi adalh tingkatan-tingkatan

satuan organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang

tertentu menurut kedudukannya dari atas ke bawah dalam fungsi tertentu.

Mengenai jenjang organisasi dapat ditunjukkan dengan bagan atau struktur

organisasi.

Menurut peneliti, bahwa jenjang organisasi yang dtunjukkan dengan

struktur organisasi PRISTA Meruyung menggunakan struktur organisasi pipih

yaitu struktur organisasi yang melaksanakan jenjang organisasi antara dua

sampai dengan tiga tingkatan.

2. Perumusan Program Pembinaan Yang Belum Jelas

Ialah prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan urutan

acara-acara yang dilakukan.27 Program pembinaan menyangkut sasaran, isi,

pendekatan, serta metode pembinaan.

i. Sasaran Program

Tidak jarang terjadi sasaran, objek, program pembinaan tidak dirumuskan

dengan tegas dan jelas. Hal ini terjadi karena baerbagai sebab antara lain:

1. Pembina tidak tahu kepentingan perumusan sasaran program

pembinaan

27 Ibid, Mangun Hardjana, h.11

Page 111: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

86

2. Pembina terlalu yakin diri sehingga dia tidak merasa perlu untuk

membuatnya

3. Penyelenggara tidak mampu membedakan antara isi dan sasaran

program pembinaan

4. Program pembinaan sudah biasa dijalankan

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan koordinator

departemen pendidikan bahwa, sasaran program yang hendak dicapai dari

pengajian yang dilakukan di majelis taklim PRISTA adalah membentuk remaja

yang mengerti dan memahami serta menjalankan perintah agama dengan baik.

Menurut peneliti, bahwa perumusan sasaran program sangat penting untuk

dilakukan, agar program pembinaan dapat dinilai berhasil tidaknya suatu

program pembinaan. Oleh karena itu, sasaran harus dirumuskan dengan jelas dan

tegas agar pembinaan itu pada akhirnya sejalan dengan minat peserta.

ii. Isi Program

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan koordinator

departemen pendidikan mengenai materi yang diajarkan dalam pengajian yang

dilaksanakan setiap seminggu sekali meliputi Fiqih, Akhlak, Hadits, dan Tafsir.

Materi-materi diajarkan secara bergantian setiap minggunya, proses pengajian

dilaksanakan selama 2 jam dimulai dari pukul 19.30 WIB sampai dengan 21.30

WIB. Pengajian diawali degan pembacaan ayat suci Al Quran, oleh salah satu

jamaah dilanjutkan dengan sambutan dari pengurus organisasi, setelah itu

penyampaian materi yang disampaikan oleh narasumber sesuai dengan

Page 112: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

87

jadwalnya. Mengenai sub materi diserahkan sepenuhnya oleh narasumber, jadi

majelis taklim tidak mengatur sub materi yang akan diajarkan setiap pertemuan

baik materi Fiqih, Hadits, dan akhlak.28

Menurut peneliti, sebaiknya pengurus tidak hanya membuat jadwal materi

saja akan tetapi lebih dari itu pengurus juga harus membuat sub materi yang aka

diajarkan lengap dengan tujuan dari sub materi yang diajarkan, serta metodenya.

Sehingga guru tinggal mengikuti rumusan materi yang telah dibuat oleh

pengurus, misalkan bahasan sholat, tujuanya agar remaja mengetahui tata cara

menjalankan sholat dengan menggunakan metode diskusi, ceramah dan

demonstrasi.

iii. Pendekatan Program

Dari observasi yang peneliti lakukan di amjelis taklim PRISTA, bahwa

pendekatan yang masih digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi di

majelis taklim PRISTA, hanya menggunakan pendekatan informasi, dengan ciri,

dimana peserta atau anggota remaja hanya diberikan informasi tanpa adanya

pemenfaatan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh anggota.

Kita mengenal beberapa pendekatan umum dalam program pembinaan

antara lain:

a. Pendekatan informatif

Dalam pendekatan ini seseorang menjalankan program dengan

menyampaikan informasi kepada para peserta dengan pendekatan informatif

28 Khoirudin, Departemen Pendidikan, Wawancara Pribadi

Page 113: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

88

biasanya program pembinaan dengan mengunakan ceramah. Atau kuliah oleh

berbagai pembicara tentang berbagai hal yang dianggap perlu bagi peserta.

Dengan pendekatan itu, partisipasi peserta dalam pembinaan kecil. Partisipasi

peserta terbatas pada permintaan penjelasan atau penyampaian pertanyaan

mengenai hal yang belum dianggap mengerti benar-benar.

b. Pendekatan partisipatif

Partisipatif approach berlandaskan kepercayaan bahwa peserta sendiri

merupakan sumber pembinaan yang utama. Maka dalam pembinaan,

pengetahuan dan keahlian mereka dimanfaatkan, lebih merupakan situasi belajar

besama, dimana para peserta saling melakukan interaksi.

b. Penghambat dari luar (Ekstern)

1. Kurangnya perhatian dari senior tentang perkembangan majelis taklim

PRISTA

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan ketua PRISTA,

bahwasanya sudah tidak ada lagi peran dari senior atau para pendiri PRISTA

untuk mencurahkan perhatiannya untuk kemajuan majelis taklim PRISTA,

mengingat terlalu sibuknya aktifitasnya, sehingga tidak memiliki waktu untuk

memberikan masukan-masukan kepada pengurus.29

Menurut peneliti, seharusnya ketua bisa melakukan pendekatan

komunikasi baik dengan para pendiri PRISTA itu sendiri atau pun dengan orang-

29 Ali Rahman Ketua Persatuan Remaja Meruyung, Wawancara Pribadi

Page 114: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

89

orang yang berkompeten dalam manajemen oraganisasi, agar bisa menambah ilu

pengetahuan tentang manajemen organisasi yang baik.

2. Lemahnya dukungan yang diberikan masyarakat terhadap perkembangan

majelis taklim PRISTA

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan ketua PRISTA tentang

peran serta dan dukungan masyarakat terhadap majelis taklim PRISTA masih

sangat rendah hal ini dibuktikan dengan sikap tidak perdulinya dari masyarakat

terhadap kemunduran yang terjadi di majelis taklim PRISTA. Hal ini disebabkan

karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman warga tentang pentingnya

keberadaan majelis taklim PRISTA.30

Menurut peneliti, hal yang harus dilakukan oleh ketua adalah menjalin

komunikasi yang harmonis kepada masyarakat terutama kepada para tokoh

masyarakat setempat, untuk bersama-sama mencari jalan keluar dari

permasalahan yang dihadapi oleh majelis taklim PRISTA.

30 Ali Rahman Ketua Persatuan Remaja Meruyung, Wawancara Pribadi

Page 115: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian, pengolahan dan analisis data yang penulis

lakukan yang telah terurai dari bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Upaya pembinaan yang dilakukan majelis taklim Persatuan Remaja Islam

(PRISTA) di Kelurahan Meruyung hanya terbatas pada kegiatan pengajian

yang dilakukan setiap seminggu sekali, dalam kegiatan pembinaan yang

dilakukan oleh majelis taklim “PRISTA” tidak melalui prosedur penyusunan

program pembinaan yang baik, sehingga kegiatan pengajian yang dilakukan

tidak sampai pada tujuan yang hendak dicapai atau hanya rutinitas yang tidak

memiliki target yang hendak dicapai, seperti menentukan materi serta metode

pengajian yang masih belum tersusun dan tujuan setiap materi tidak

dirumuskan, lalu metode penyampaian yang masih hanya terfokus kepada

metode ceramah saja, padahal metode penyampaian materi tidak hanya

ceramah saja akan tetapi bisa menggunakan variasi metode yang tujuannya

agar anggota tidak hanya menjadi obyek pembinaan saja lebih dari itu anggota

juga bisa menjadi subjek pembinaan dengan segala pengetahuan dan

kemampuan yang dimiliki oleh anggota. Begitu juga degan guru yang belum

64

Page 116: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

65

bisa meguasai metodologi penyampaian, hal tersebut perlu di program

kembali agar kegiatan pengajian bisa efektif sampai kepada tujuan.

2. Faktor yang menjadi penghambat majelis taklim “PRISTA” dalam pembinaan

keagamaan remaja, dibagi menjadi dua faktor yakni:

1) Faktor intern seperti tidak sehatnya struktur kepengurusan yang

menyebabkan terjadinya kefakuman terhadap program kerja yang sudah

dirumuskan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan pengurus

tentang dasar-dasar organisasi.

2) Faktor ekstern meliputi kurangnya perhatian dari senior tentang

perkembangan majelis taklim PRISTA. Serta kurangnya dukungan dari

masyrakat sekitar terhadap kemunduran yang terjadi di majelis taklim

PRISTA.

B. Saran

1. Untuk para pengurus majelis taklim hendaknya memiliki keterampilan

berorganisasi dan keterampilan manajemen untuk dapat mengolah majelis

taklim dengan menggunakan manajemen organisasi yang baik agar kegiatan

yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang

diharapkan.

2. Kepada para pengurus majelis taklim untuk memberikan materi haruslah

mengetahui metode penyampaian materi agar anggota tidak merasa bosan dan

jenuh dengan kegiatan pengajian yang dilakukan setaip seminggu sekali.

Page 117: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

66

3. Kepada majelis taklim PRISTA agar terus meningkatkan kreatifitasnya

dengan menyesuaikan kondisi masyarakat yang terus berubah sesuai dengan

perkembangan zaman.

4. Dalam hal pembinaan keagamaan remaja, hendaknya PRISTA membuat

rumusan program yang jelas agar kegiatan tersebut bisa sampai kepada tujuan

yang telah dirumuskan.

5. Kepada para pengurus majelis taklim “PRISTA” hendaknya merapatkan

kembali dengan menjalankan program kerja yang belum terlaksana.

Page 118: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

DAFTAR PUSTAKA

Abda, Slamet Muhaemin. Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Nasional, 1992)

Abidin, Djamalul. Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press,

1996), Cet ke-1. Ardani, Moh. Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, (Jakarta: Mitra Cahaya

Utama, 2006). Arifin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1968) Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. (Jakarta: Logos, 1997) Cet.

Ke 1. Darmanto, Antonius. Teknik Penelitian Naskah Acara Siaran Radio, (Yogyakarta:

Penerbitan Atma Jaya, 1998), cet ke-1. Departemen Program TVRI, Standar Operating Procedure, (Jakarta: PT. TVRI,

2008) Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka) cet ke 1, Dominick, Joseph R. The Dynamics of Mass Communication. New York: Random

House Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004). Effendy, Onong Uchjana. Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju,

1986). Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif, (Jakarta; CV Pedoman Ilmu, 1997), cet.

Ke-1. Gough, Howard. Programa Radio, (Jakarta: The Asia Foundation, 1999).

Page 119: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

Karlinah, Buku Materi Pokok Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas terbuka, 1999) cet ke-1.

Kertapati, Ton. Dasar-dasar Publisistik dalam Pengembangannya Menjadi Ilmu

Komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. Ke-3. Kusnadi, Wawan. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta:

Rineka Cipta 1996) Latif, Nasrudin. Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Firma Dara,

1998) Masduki. Jurnalistik radio Menata Profesionalisme Reporter Dan Penyiar,

(Yogyakarta:LKIS, 2004), cet. Ke 3 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta: Pustaka populer LKIS,

2004), cet ke-1. Prayudha, Harley. Radio: Penyiar its not just talk, ( Jawa Timur: Bayumedia

Publishing). Rachmatie, Atie. Radio Komunitas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007). Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007). Soebroto, Darwanto Sastro. Produksi Acara Televisi. Soenarto, RM. Programa Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengarug Siaran,

(Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2007). Suprapto, Tommy. Berkarier di Bidang Broadcasting, (Yogyakarta: Media

Pressindo, 2006). Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Wibowo, Fred. Teknik Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: Pinus, 2007), cet.

Ke-1

Page 120: PERANAN MAJELIS TAKLIM “PERSATUAN REMAJA ISLAM …

SUMBER INTERNET

- http://www.pdfqueen.com/html/aHR0cDovL2RpZ2lsaWIucGV0cmEuYWMuaWQvaml

1bmtwZS9zMS9pa29tLzIwMDgvaml1bmtwZS1ucy1zMS0yMDA4LTUxNDA0MDQ0LTkxODIt

cGVueWlhcmFuLWNoYXB0ZXIyLnBkZg

- http://emteika.wordpress.com/2008/08/19/media-radio-dan-siaran-radio-

pendidikan/

- http://www.total.or.id/info.php?kk=Frequency%20Modulation

- http://dodimawardi.wordpress.com/2008/09/08/produksi-siaran-radio-pekan-

1/

- http://www.rribogor.info/sejarah-rri.html

- http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id

=27622:-rri-tetap-eksis-bersaing-dengan-radio-

swasta&catid=14&Itemid=27