Page 1
PERAN TRANSFORMASI BUDAYA SEKOLAH
TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA
SMP (TAMAN DEWASA) TAMANSISWA BEKASI
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
PUSPA TRESNA HANA YUGA
1111018200008
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
Page 6
i
ABSTRAK
Puspa Tresna Hana Yuga. NIM 1111018200008. Peran Transformasi Budaya
Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi. Skripsi Program Strata Satu (S-1), Jurusan Manajemen Pendidikan,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran
transformasi budaya sekolah terhadap aktivitas belajar siswa SMP (Taman
Dewasa) Tamansiswa Bekasi. Adapun metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kuantitatif dalam bentuk survei terbatas. Teknik pengumpulan data yang
digunakan meliputi teknik angket dengan menggunakan skala likert untuk siswa
dengan 5 alternatif jawaban dan sebagai data pembanding menggunakan studi
dokumen seperti tata tertib sekolah, point pelanggaran dan data point penghargaan
yang berlaku disekolah, serta menggunakan wawancara, dengan mewawancarai 1
kepada kepala sekolah, 2 pamong (guru) pelajaran. Yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah populasi terjangkau, yaitu seluruh siswa kelas VIII yang
berjumlah 66 orang. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa Peran
Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa di SMP (Taman
Dewasa) Tamansiswa Bekasi terlaksana dengan baik dengan memperoleh nilai
persentase 77%.
Rekomendasi yang dapat diberikan agar transformasi budaya sekolah
terhadap aktivitas belajar siswa dapat berjalan maksimal: Pertama, kepala sekolah
lebih optimal dalam memotivasi siswa. Kedua, guru bidang studi harus lebih
kreatif dan inovatif. Ketiga, pelatih/pembina ekskul harus bisa maksimal dalam
mengasah minat dan bakat peserta didik. Keempat, perbaikan dalam pelaksanaan
program-program sekolah yang harus konsisten.
Kata Kunci: Transformasi, Budaya Sekolah, Aktivitas Belajar
Page 7
ii
ABSTRACT
Puspa Tresna Hana Yuga. NIM 1111018200008. Peran Transformasi Budaya
Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi. Skripsi Program Strata Satu (S-1), Jurusan Manajemen Pendidikan,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017.
This study aims to determine and describe the role of a cultural
transformation of the schools to junior high school students learning activities
(Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. The method used is descriptive quantitative
method in the form of a limited survey. Data collection techniques used include
engineering questionnaire using Likert scale for students with five alternative
answers and as comparative data using the study documents such as school rules,
point violations and data points awards that apply in school, as well as the use of
interviews, interviewing 1 to the principal , two officials (teachers) lessons. The
sample in this study is the population of affordable, that all students in grade VIII
totaling 66 people. The results found in this study that the Role of Cultural
Transformation Against School Activities Student Learning at SMP (Taman
Dewasa) Tamansiswa Bekasi done well to obtain a percentage value of 77%.
Recommendations can be given that the transformation of school culture on
student learning activities can run up: First, the principal is more optimal in
motivating students. Second, the subject teachers to be more creative and
innovative. Third, trainers / coaches ekskul should be maximum in honing
students' interests and talents. Fourth, improvements in the implementation of
school programs that have to be consistent.
Keywords: Transforming, School Culture, Learning Activities
Page 8
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
anugerah dankarunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan
penulis sangat terbatas, namun dengan adanya bimbingan dan arahan serta
motivasi dari berbagai pihak, sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati, dalam kesempatan ini melalui
skripsi penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil, Dosen pembimbing I yang selalu
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, nasehat,
motivasi, ilmu, kritik serta saran yang sangat berarti bagi penulis sehingga
skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.
4. Dr. Fathi Ismail, MM, Dosen pembimbing II yang selalu meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, nasehat, motivasi, ilmu,
kritik serta saran yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini bisa
terselesaikan dengan baik.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya jurusan
Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Majelis Cabang Perguruan Tamansiswa Bekasi yang dengan ramah telah
menerima dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
7. Ki Setiyaka, S.Ag. Kepala Sekolah SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi yang dengan ramah telah menerima dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
Page 9
iv
8. Nyi Dra. Dendang Hernawati, Nyi Dra. Euis Setiawati, dan Ki Wana Sapto
Ajie, S.Pd. Pamong SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi yang dengan
ramah telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Seluruh siswa/i SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi yang telah
bersedia memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan.
10. Papah dan mamah (Una Ranuwijaya dan Isur Suryani). Orang tua tercinta
yang telah memberikan motivasi baik moril dan materil serta selalu
mendoakan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
11. Kakak-kakakku, Andhika Ranja Sena, S.Kom; Pinuji Prawita Dikjaya, S.Pd;
Yuyun Gumilar, A.Md dan Nur Habzah, S.I. yang selalu memberikan support
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku, Fajrin Kurniawan, S.E; Anis Novi Setia Dewi; Anna
Rahmawati; Ari Handiningsih, S.Pd; Bahrul Alam, S.Pd; Dede Syukrillah
Rifai, S.Pd; Gilang Putra Prasetyo, S.Pd; Madyana Nur Azizah, S.Pd; Sastria
Dewantara Putra, S.Pd; Affan Setiadi, S.Pd. dan Rekan-rekan Manajemen
Pendidikan 2011 yang telah membantu dan memotivasi dalam pembuatan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan baik dari segi penyajian, pengkajian materi, bahasa
maupun tata cara penulisan, karenanya penulis dengan lapang hati menanti kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga dapat menjadi lebih baik
lagi.
Jakarta, 13 Oktober 2016
Penulis
Page 10
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................
ABSTRACT..........................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
DAFTAR TABEL.................................................................................................
DAFTAR GAMBAR............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................
i
ii
iii
v
vii
ix
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................
B. Identifikasi Masalah.................................................................................
C. Batasan Masalah......................................................................................
D. Rumusan Masalah....................................................................................
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian..............................................................
1
4
4
4
5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Transformasi.............................................................................................
1. Pengertian Transformasi......................................................................
2. Tujuan Transformasi...........................................................................
3. Ruang Lingkup Transformasi..............................................................
B. Budaya Sekolah........................................................................................
1. Pengertian Budaya Sekolah.................................................................
2. Tujuan dan Manfaat Budaya Sekolah.................................................
3. Proses Pembentukkan dan Pengembangan Budaya Sekolah..............
4. Jenis-jenis Budaya Sekolah.................................................................
5. Bentuk-bentuk Budaya Sekolah..........................................................
6
6
7
8
9
9
11
13
15
15
C. Aktivitas Belajar.......................................................................................
1. Pengertian Aktivitas Belajar................................................................
2. Prinsip-prinsip Belajar.........................................................................
3. Tujuan dan Manfaat Belajar................................................................
4. Bentuk-bentuk Belajar.........................................................................
17
17
20
22
24
Page 11
vi
D. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar.......................
E. Penelitian Relevan...................................................................................
F. Kerangka Berpikir...................................................................................
G. Hipotesis Penelitian..................................................................................
25
27
28
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................
B. Metode Penelitian.....................................................................................
C. Populasi dan Sampel................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................
E. Teknik Pengolahan Data .........................................................................
F. Teknik Analisis Data ...............................................................................
G. Uji Hipotesis..............................................................................................
H. Instrumen Penelitian................................................................................
31
31
31
32
34
36
39
39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum....................................................................................
1. Sejarah Singkat SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi.............
2. Visi, Misi, Strategi, dan Motto SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi..................................................................................................
3. Profil SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi..............................
4. Struktur SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi..........................
5. Tenaga Pendidik..................................................................................
6. Tata Tertib SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi.....................
7. Sarana dan Prasarana...............................................................................
B. Deskripsi dan Interprestasi Data...........................................................
C. Pengujian Hipotesis..................................................................................
43
43
43
46
47
47
48
49
49
94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
97
97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 12
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Tabel 4.15
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Tabel 4.18
Tabel 4.19
Tabel 4.20
Tabel 4.21
Jumlah Peserta Didik SMP Tamansiswa Bekasi 2015-2016.......
Skala Penilaian.............................................................................
Katagori Interpretasi....................................................................
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket.........................................
Kisi-kisi Wawancara....................................................................
Jumlah Guru.................................................................................
Peran kepala sekolah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa...
Peran pamong (guru) dalam mengembangkan kepekaan sosial..
Peran Kepala sekolah membentuk pribadi siswa yang berbudi
pekerti...........................................................................................
Interpretasi Data Transformasi.....................................................
Alasan bersekolah di SMP Tamansiswa Bekasi..........................
Kepala sekolah menunjukkan perilaku disiplin waktu................
Peran kepala sekolah menumbuhkan perilaku disiplin................
Peran kepala sekolah dalam mengingatkan sikap sopan santun..
Mensosialisasikan tata tertib sekolah...........................................
Disiplin mematuhi tata tertib pemakaian seragam sekolah..........
Disiplin kehadiran siswa..............................................................
Disiplin waktu..............................................................................
Peran polisi siswa terhadap kedisiplinan dan ketertiban..............
Minat siswa mengunjungi perpustakaan sekolah rendah.............
Minat membaca buku siswa rendah.............................................
Kelas jurnalistik untuk menyalurkan bakat dan minat menulis
siswa.............................................................................................
GKS sebagai wadah kreatifitas siswa..........................................
Peran sekolah dalam mengembangkan bakat minat dan
keterampilan siswa.......................................................................
Kesiapan siswa dalam menghadapi kesulitan belajar..................
Kegiatan untuk mendorong siswa dalam berkompetisi...............
32
35
38
40
42
47
50
51
52
53
56
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
65
66
67
68
69
Page 13
viii
Tabel 4.22
Tabel 4.23
Tabel 4.24
Tabel 4.25
Tabel 4.26
Tabel 4.27
Tabel 4.28
Tabel 4.29
Tabel 4.30
Tabel 4.31
Tabel 4.32
Tabel 4.33
Tabel 4.34
Tabel 4.35
Tabel 4.36
Tabel 4.37
Tabel 4.38
Tabel 4.39
Tabel 4.40
Tabel 4.41
Tabel 4.42
Tabel 4.43
Kerja keras siswa dalam belajar...................................................
Sikap cerdas dalam belajar...........................................................
Sikap Ikhlas..................................................................................
Memberi penghargaan terhadap siswa.........................................
Memberi teguran terhadap siswa.................................................
Kejujuran siswa dalam belajar.....................................................
Interpretasi Data Budaya Sekolah................................................
Peran kepala sekolah dalam mendukung kegiatan siswa.............
Peran kepala sekolah dan pamong dalam memotivasi siswa.......
Keterlibatan siswa saat pelajaran berlangsung.............................
Rendahnya minat siswa mengikuti GKS.....................................
Penerimaan siswa terhadap metode belajar yang variatif............
Sikap siswa dalam menghadapi kesulitan belajar........................
Tanggung jawab siswa mengerjakan pekerjaan rumah................
Disiplin belajar siswa di rumah....................................................
Kewajiban siswa hadir tepat waktu..............................................
Kewajiban siswa mentaati peraturan tata tertib belajar...............
Pamong (guru) melakukan kegiatan mental.................................
Kesiapan siswa menghadapi test yang diberikan pamong...........
Kewajiban pamong (guru) mengajar dengan kreatif ...................
Interpretasi Data Aktifitas Belajar...............................................
Interpretasi Data Peran Transformasi Budaya Sekolah
Terhadap Aktivitas Belajar di SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi......................................................................
70
71
72
73
74
75
76
81
82
83
83
84
85
86
87
88
89
89
90
91
92
94
Page 14
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 4.1
Model dalam Membangun Budaya Sekolah................................
Kerangka Berpikir........................................................................
Struktur SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi...................
14
30
47
Page 15
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran.1
Lampiran.2
Lampiran.3
Lampiran.4
Lampiran.5
Lampiran.6
Lampiran.7
Lampiran.8
Lampiran.9
Lampiran.10
Lampiran.11
Lampiran.12
Lampiran.13
Lampiran.14
Lampiran.15
Pedoman Angket......................................................................
Data Hasil Angket....................................................................
Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................
Rangkuman Data Peran Transformasi Budaya Sekolah
Terhadap Aktivitas Belar Siswa.................................................
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas................
Hasil Wawancara......................................................................
Profil SMP Tamansiswa Bekasi...............................................
Prestasi Non-Akademik Siswa SMP Tamansiswa Bekasi........
Peraturan Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi............
Tata Tertib Pembiasaan Siswa di Kelas....................................
Tindakan dan Sanksi Pelanggran Tata Tertib Siswa SMP
Tamansiswa Bekasi...................................................................
Tata Tertib Guru/Pamong SMP Tamansiswa Bekasi................
Peraturan Penghargaan Terhadap Siswa Berprestasi................
Peraturan Penghargaan Terhadap Pengabdian Guru
Berprestasi................................................................................
Dokumentasi.............................................................................
1
5
8
11
13
14
25
28
29
31
32
34
36
37
38
Page 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup manusia.
Melalui pendidikan manusia akan memperoleh ilmu yang mampu
menentukan perilaku dalam kehidupannya yang akan diwariskan
kegenerasi berikutnya melalui proses belajar. Tapi yang terjadi pendidikan
Indonesia saat ini memiliki suatu masalah yang serius, yaitu rendahnya
mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Banyak pihak
yang berpendapat bahwa rendahnya mutu pendidikan merupakan salah
satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang
memiliki keahlian, keterampilan dan budi pekerti. Ini terbukti dengan
semakin tingginya krisis moral dikalangan siswa dan masyarakat. Oleh
karena itu salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
menanamkan budi pekerti. Budi pekerti sangat perlu untuk ditanamkan
kembali pada dunia pendidikan, ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Trias Kuncahyo dalam Tribun News, menurutnya:
Pendidikan budi pekerti sangat mendesak untuk ditanamkan kembali
pada dunia pendidikan. Kita semua bertanggung jawab atas masa depan
Indonesia yang bermartabat, berbudaya dan sekaligus berakhlak.
Mengembalikan pendidikan budi pekerti ke sekolah setidaknya akan
menjamin Indonesia dengan masa depan yang lebih baik. Tidak adanya
budi pekerti dalam tata pergaulan atau tata komunikasi menjadikan para
mahasiswa menjadi pemimpin yang tidak profesional, haus kekuasaan
dan tidak memiliki hati.1
Oleh karena itu perlu adanya penanaman kembali budi pekerti sebagai
upaya peningkatan mutu pendidikan agar terjadinya peningkatan kualitas
manusia Indonesia secara menyeluruh.
“Sekolah sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek yang sangat
berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni proses belajar mengajar,
1
Trias Kuncahyo, “Mendesak, Pendidikan Budi Pekerti Dikembalikan ke Kurikulum
Pendidikan Sekolah”, Tribun News, Jakarta, 2015. (http://tribunnews.com)
Page 17
2
kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta kultur sekolah.”2 Oleh sebab
itu, keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tidak hanya didukung oleh
sarana prasarana, guru berkualitas dan input siswa yang baik, tetapi juga
budaya sekolah. “Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu sekolah,
kinerja di sekolah dan mutu kehidupan yang diharapkan memiliki ciri dan
profesional.”3 Karena pada prinsipmya budaya sekolah yang efektif akan
memberikan efek positif bagi semua unsur dalam sekolah.
Budaya sekolah merupakan jiwa sebuah sekolah yang memberikan
makna dan mempengaruhi kegiatan kependidikan sekolah tersebut.
menurut Depdikbud, “secara eksplisit faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas antara lain adalah
kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai, kurikulum, sarana
dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan alam,
psikososial dan budaya.”4 Ini dapat dipahami bahwa budaya sekolah
berpengaruh baik langsung ataupun tidak terhadap proses kegiatan
pembelajaran yang dilakukan siswa.
Budaya sekolah memerlukan perubahan perilaku individu. Prilaku
individu siswa yang sangat bergantung dengan perilaku yang diperlihatkan
oleh orang-orang di sekitarnya terutama pemimpin sekolah. Dalam hal ini
bisa perilaku kepala sekolah dalam memperlakukan para siswa dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sebagai pemimpin, selain membuat
perencanaan, pengorganisasian, pengesahan dan pengawasan. Kepala
sekolah memegang peranan sebagai penggerak dinamika sekolah yang
dipimpinnya dan memajukan bertumbuhnya budi pekerti. Untuk mencapai
hal ini Tamansiswa menggunakan sitem pendidikan yang dinamakan
sistem among dengan berpedoman pada patrap triloka, serta tetap
2 Suprapto. dkk,. Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan: Pengaruh Budaya Sekolah dan
Motivasi Belajar Terhadap Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), h. 17.
3 Daryanto dan Hery Tarno, Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah, (Yogyakarta: Gava Media,
2015), h.7.
4 Ibid., h. 26.
Page 18
3
mempertahankan kurikulumnya yang lebih menekankan aspek mendidik
siswa agar memiliki budi pekerti luhur.
Untuk menjadikan kebiasaan positif terpelihara dan tumbuh dalam diri
seluruh warga sekolah, maka kepala sekolah dapat menentukan budaya
sekolah apa yang dapat ditransfer kepada seluruh siswa dan seluruh warga
sekolah selama itu sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah yang
diwujudkan dalam perilaku sehari-hari dengan metode among, secara
konsisten dan dibutuhkan adanya rasa memiliki terhadap sekolah dalam
diri kepala sekolah sebagai manajemen puncak sehingga bisa
menyampaikan dan mentransfer kepada personil sekolah tentang
bagaimana perilaku yang seharusnya dilakukan yang kemudian dapat
mempengaruhi seluruh anggota sekolah untuk sama-sama memiliki rasa
cinta terhadap sekolah.
Selain itu, dengan didukung oleh budaya sekolah yang kuat, intim,
kondusif dan bertanggung jawab akan memberikan dampak bagi individu
atau kelompok lain, yaitu:
a. Meningkatkan kepuasan kerja;
b. Pergaulan lebih akrab;
c. Disiplin meningkat;
d. Pengawasan fungsional bisa lebih ringan;
e. Muncul keinginan untuk selalu berbuat proaktif, dan
f. Belajar dan berprsetasi terus, serta
g. Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga,
orang lain dan diri sendiri.5
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba mengangkat suatu
permasalahan yang akan dianalisis dan diteliti oleh penulis dengan judul
“PERAN TRANSFORMASI BUDAYA SEKOLAH TERHADAP
AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP (TAMAN DEWASA)
TAMANSISWA BEKASI”
5 Ibid., h. 13.
Page 19
4
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi merupakan pengenalan atau penemaan masalah secara
spesifik. Dari latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Belum optimalnya penerapan visi sekolah.
2. Kurang optimalnya disiplin siswa.
3. Belum optimalnya penerapan budi pekerti.
4. Masih rendahnya tingkat prestasi siswa.
5. Peran lingkungan luar sekolah yang belum optimal.
6. Program pengajaran belum optimal.
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan tentang peran transformasi budaya
sekolah dengan aktivitas belajar siswa, dan berdasar dari identifikasi
masalah di atas, maka penulis membatasi permasalahan pada rendahnya
budaya disiplin di kalangan siswa dan prestasi siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang
akan dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah;
1. Bagaimana peran transformasi terhadap siswa SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi?
2. Bagaimana keadaan budaya sekolah SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi?
3. Bagaimana aktivitas belajar SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi?
Page 20
5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan memiliki tujuan untuk dapat
menjelaskan peran transformasi budaya disiplin di kalangan siswa
dalam aktivitas belajar.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memiliki manfaat yaitu:
a. Manfaat Teoritis:
Dapat mengembangkan pemikiran dalam bidang manajemen
pendidikan, menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang
dilaksanakan sehingga dapat memberikan konstribusi pemikiran
bagi pengembangan ilmu dan sebagai bahan pemahaman untuk
penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis:
1) Bagi Penulis
a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan yang berhubungan dengan transformasi
budaya sekolah dan aktivitas belajar siswa;
b) Memberi kesempatan pada penulis untuk mengaplikasikan
ilmu dan teori yang telah dipelajari.
2) Bagi Sekolah
a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan yang berarti bagi kepala sekolah atau sekolah guna
mengambil langkah yang tepat dalam rangka
mengembangkan budaya sekolah;
b) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi sekolah atau kepala sekolah dalam
mengembangkan budaya sekolah agar mampu
melaksanakan aktivitas belajar siswa sesuai tujuan
pendidikan yang hendak dicapai.
Page 21
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Transformasi
1. Pengertian Transformasi
Banyak pendapat ahli tentang pengertian Transformasi. Berikut
ini akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian
transformasi. Transformasi merupakan kata yang berasal dari kata
“Transform atau Transformation” yang berarti perubahan bentuk
atau pergantian bentuk.1 Begitu juga dengan yang tertera di dalam
Kamus Bahasa Indonesia, bahwa “transformasi adalah perubahan
rupa atau bentuk, sifat dan sebagainya.”2 Berdasarkan pengertian
tersebut, maka dipahami bahwa transformasi dan perubahan adalah
dua hal yang memiliki kesaaman makna, yaitu bentuk pergantian
menuju keadaan yang lebih baik.
Sedangkan menurut Wibowo, “perubahan adalah transformasi
dari keadaan sekarang menuju keadaan yang diharapkan di masa
yang akan datang, suatu keadaan yang lebih baik. Transformasi atau
perubahan merupakan suatu tanda dalam kehidupan yang selalu
berlangsung secara tetap.”3 Pernyataan tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Potts and La Mars dalam Wibowo bahwa
“perubahan merupakan pergeseran dari keadaan sekarang suatu
organisasi menuju pada keadan yang diinginkan di masa depan.
Transformasi atau perubahan dari keadaan sekarang dilihat dari
sudut struktur, proses, orang, dan budaya.”4 Kedua pernyataan ini
bermakna bahwa transformasi dilakukan untuk menjadikan sebuah
1 John M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2005), cet. 26, h. 601
2 Nur Azman (kord.), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Bandung: Penabur Ilmu, 2008), h.
487.
3 Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 1.
4 ------------, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 87.
Page 22
7
sistem atau kondisi menjadi lebih baik dari yang sebelumnya bagi
seluruh aspek di dalam organisasi.
2. Tujuan Transformasi
Sebelum melakukan transformasi atau melakukan perubahan
haruslah terlebih dahulu mengetahui mengapa perlu melakukan
sebuah perubahan. Berikut merupakan beberapa pendapat ahli
mengenai tujuan dari perubahan.
Transformasi atau perubahan merupakan kebutuhan bagi setiap
organisasi agar dapat selalu menyesuaikan diri dengan dunia di
luarnya untuk dapat survive dan mengembangkan diri.5 Menurut
Robbins dalam Wibowo, “tujuan perubahan adalah untuk
memperbaiki kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan dan di sisi lain mengupayakan
perubahan perilaku karyawan.”6 Kedua pernyataan ini memaknai
tujuan transformasi atau perubahan sebagai sebuah upaya untuk
menghadapi segala tantangan yang hadir dalam organisasi. Dengan
sifat dinamis yang dimiliki oleh organisasi, maka sebuah organisasi
dan aspek-aspek yang terdapat di dalamnya haruslah mampu
mengikuti segala macam kondisi untuk menghadapi perubahan-
perubahan di lingkungan organisasi.
Menurut Musa Ali, usaha transformasi dilakukan untuk
menjamin survival organisasi. Selain itu juga untuk memastikan
kecakapan dan keberkesanan organisasi dalam menyampaikan
perkhidmatan atau pengeluarannya.7 Pernyataan ini mengartikan
bahwa transformasi atau perubahan dilakukan sebagai upaya
mempertahankan diri dari keadaan tertentu yang bersifat buruk, dan
5 Ibid., h. 115
6 Ibid., h. 90.
7 Musa Ali, Transformasi Organisasi: Konsep dan Teknik Pelaksanaan, (Malaysia: Universiti
Sains Malaysia, 2015), Cet. II., h. 2.
Page 23
8
juga untuk memastikan kecakapan dan efektivitas organisasi dalam
memberikan layanan.
Transformasi atau perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat
dihindari oleh sebuah organisasi, bahkan pada kondisi tertentu
transformasi atau perubahan sangat perlu dilakukan dengan berbagai
macam cara tetapi memiliki tujuan pasti, yaitu menjadikan kinerja
organisasi lebih baik sehingga organisasi lebih bertahan dengan
setiap kondisi yang berlangsung disekitarnya. Dengan kemampuan
organisasi bertahan maka akan menjadikan organisasi tetap ada dan
diakui.
3. Ruang Lingkup Transformasi
Upaya transformasi atau perubahan dalam organisasi terjadi
pada beberapa area atau objek seperti yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Menurut Wibowo, “sasaran atau objek suatu
perubahan dapat diarahkan pada struktur organisasi, teknologi,
pengaturan fisik, proses, orang, dan budaya dalam suatu organisasi.
Namun sasaran transformasi atau perubahan tersebut pada umumnya
tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan kombinasi karena diantaranya
saling memengaruhi.”8
Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Wibowo. Daft dan
Marcic dalam Ismail Solihin, kemudian menambahkan dua area lain
di dalam organisasi yang perlu mengalami perubahan, yakni: strategi
(strategy) dan produk (products).9 Perubahan dilakukan untuk
memperbaiki kondisi organisasi dengan rencana baru ketika kondisi
organisasi berada dalam kondisi yang membahayakan
keberlangsungan organisasi. Yang secara tidak langsung akan
berdampak terhadap perubahan pada hasil kerja organisasi.
8 Wibowo, op. cit., h. 93.
9 Ismail Solihin, Pengantar Manajemen, ( Jakarta: Erlangga, 2009), h. 119.
Page 24
9
Dari ulasan diatas mengenai transformasi atau perubahan penulis
menyimpulkan bahwa transformasi atau perubahan terjadi pada semua
bagian dalam organisasi tanpa bisa dihindari dan dapat terjadi kapan
saja. Saat melakukan transformasi atau perubahan haruslah melihat
pengalaman transformasi atau perubahan yang terjadi sebelumnya
untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan keberhasilan dan
kegagalan dari transformasi atau perubahan yang dilakukan.
B. Budaya Sekolah
1. Pengertian Budaya Sekolah
Menurut Aan Komariah dan Cepi Triatna, “Bedasarkan asal usul
katanya (etimologis), bentuk jamak dari budaya adalah kebudayaan
yang berasal dari bahasa sansekerta budhayah yang merupakan bentuk
jamak dari budi yang artinya akal atau segala sesuatu yang
berhubungan dengan akal pikiran manusia.”10
Sedangkan menurut Koentjaraningrat dalam Daryanto dan Hery
Tarno, “budaya sebagai keseluruhan sistem gagasan tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.” Kemudian
Koentjaraningrat dalam Daryanto dan Hery Tarno membagi
kebudayaan dalam tiga wujud, yaitu:
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan lain-lain;
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas aktivitas
kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan;
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.11
10 Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2005), h. 96.
11
Daryanto dan Hery Tarno, Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah, (Yogyakarta: Gava
Media, 2015), h.1.
Page 25
10
Sehingga budaya atau kultur dapat diartikan sebagai suatu
kualitas kehidupan dalam sebuah kelompok atau organisasi yang
diwujudkan dalam aturan-aturan atau norma, tata kerja, hasil karya,
pengalaman, gaya kepemimpinan seorang atasan maupun bawahan,
tradisi yang mengakar dan mempengaruhi sikap perilaku setiap orang
yang ada dalam kelompok termasuk mempengaruhi nilai, sikap dan
perilaku yang ada di lingkungan sekolah sebagai cerminan
kepribadian sekolah yang ditunjukkan oleh prilaku individu dan
kelompok dalam komunitas sekolah. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Aan Komariah dan Cepi Triatna, yaitu: “budaya
sekolah sebagai karakteristik khas sekolah yang dapat diidentifikasi
melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasan-
kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan-tindakan yang
ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang membentuk satu
kesatuan khusus dari sistem sekolah.”12
Beberapa pendapat mengenai budaya sekolah yang senada dengan
yang dikemukakan di atas juga dikemukakan oleh beberapa ahli,
diantaranya: “Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang
dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai (values) yang dianut
oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai
yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam
sekolah/madrasah tersebut.”13
Menurut Suprapto, “budaya sekolah
sebagai keseluruhan nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh
sekolah yang meliputi visi, misi, dan tujuan sekolah, etos belajar,
integrasi, norma agama, norma hukum dan norma sosial.”14
Dari beberapa pengertian budaya sekolah di atas dapat
disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan norma, nilai
12 Aan Komariah dan Cepi Triatna, op.cit., h.102
13
Muhaimin, Sutiah, dan Sugeng Listiyo Prabowo, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. IV, h. 48.
14
Suprapto, dkk., Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan: Pengaruh Budaya Sekolah dan
Motivasi Belajar Terhadap Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), h. 17.
Page 26
11
dan tradisi yang dibangun oleh semua warga sekolah dalam semua
aktivtas sekolah yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran oleh
seluruh warga sekolah secara bersama-sama sebagai cara hidup di
sekolah yang kemudian membentuk karakter sekolah akibat dari
adanya kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam sekolah dengan
jangka waktu yang lama.
2. Tujuan dan Manfaat Budaya Sekolah
Berikut ini akan dipaparkan pandangan beberapa ahli tentang tujuan
dan maanfaat dari adanya budaya sekolah.
Daryanto dan Hery Tarno mengungkapkan bahwa tujuan dari
pengembangan budaya sekolah, yaitu:
Hasil pengembangan budaya sekolah adalah meningkatkan perilaku
yang konsisten dan untuk menyampaikan kepada personil sekolah
tentang bagaimana perilaku yang seharusnya dilakukan untuk
membangun kepribadian mereka dalam lingkungan sekolah yang
sesuai dengan iklim lingkungan yang tercipta di sekolah baik itu
lingkungan fisik maupun iklim kultur yang ada.15
Kemudian Rohiat juga mengutarakan tujuan dari pengembangan
budaya sekolah, yaitu:
Sasaran (tujuan jangka pendek atau tujuan situasional) dari
pengembangan budaya sekolah adalah terwujudnya budaya sekolah
yang kondusif serta dan bermutu untuk mendukung proses
pembelajaran di sekolah sehingga program-program yang dapat
dikembangkan antara lain (1) penyosialisasian budaya mutu di
sekolah, (2) peningkatan perencanaan program pengembangan
budaya mutu sekolah, (3) peningkatan implementasi budaya mutu
sekolah, (4) peningkatan supervisi, monitoring dan evaluasi dalam
program budaya mutu sekolah, (5) peningkatan manajemen
program budaya mutu sekolah, (6) dan sebagainya.16
Pernyataan ini dapat dipahami bahwa, budaya sekolah secara
sederhana dalam jangka waktu yang singkat dapat menjadikan sekolah
15 Daryanto dan Hery Tarno, op.cit., h. 11.
16
Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h.
94.
Page 27
12
memiliki mutu pembelajaran melalui pengembangan program-
program yang dianggap mampu meningkatkan mutu sekolah.
Menurut Mulyasa, “iklim dan budaya sekolah yang kondusif
diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif,
sehingga semua pihak yang terlibat didalamnya, khususnya peserta
didik merasa nyaman belajar.”17
Dengan demikian kegiatan
pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan yang secara tidak
langsung akan membangkitkan potensi-potensi peserta didik.
Sedangkan menurut Daryanto dan Hery Tarno, manfaat yang akan
diperoleh dari pengembangan budaya dan iklim sekolah yang kuat,
intim, kondusif dan bertanggung jawab adalah:
a. Menjamin kualitas kerja yang lebih baik
b. Membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan
level baik komunikasi vertikal maupun horisontal.
c. Lebih terbuka dan transparan.
d. Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi.
e. Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan.
f. Jika menemukan kesalahan akan segaera dapat diperbaiki.
g. Dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan
IPTEK.18
Manfaat dari adanya budaya sekolah tidak hanya dirasakan
sekolah dan lingkungannya, tetapi juga dapat dirasakan oleh masing-
masing individu dan kelompok dimana saja karena terbentuknya
norma pribadi dan bukan akibat dari aturan yang kaku dengan
berbagai hukuman. Menurut Daryanto dan Hery Tarno Manfaat
budaya sekolah bagi individu dan kelompok, antara lain;
a. Meningkatkan kepuasan kerja
b. Pergaulan lebih akrab
c. Disiplin meningkat
d. Pengawasan fungsional bisa lebih ringan
e. Muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif
f. Belajar dan berprestasi terus
17 Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.
92.
18
Daryanto dan Hery Tarno, op.cit., h.13.
Page 28
13
g. Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga,
orang lain dan diri sendiri.19
Ini menjelaskan, bahwa dengan adanya budaya sekolah
memungkinkan untuk menjadikan seriap induvidu mengalami
perubahan ke arah yang lebih baik sehingga meningkatkan kualitas
dirinya.
3. Proses Pembentukkan dan Pengembangan Budaya Sekolah
Setiap sekolah haruslah memiliki budaya sebagai identitas bagi
lembaganya dan sebagai nilai hidup seluruh individu di dalamnya.
Namun budaya sekolah haruslah dibentuk dan dikembangkan agar
budaya sekolah dapat diterima dan bermanfaat bagi individu dalam
organisasi dan bagi organisasi itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa
cara pembentukkan dan pengembangan budaya sekolah menurut
beberapa ahli.
Menurut Aan Komariah cara yang dapat dilakukan untuk
membentuk sebuah budaya organisasi/sekolah bisa melalui tiga cara,
yaitu sebagai berikut:
a. Seleksi
Menekankan sejak awal terhadap pegawai-pegawai bahwa
hanya pegawai-pegawai yang memenuhi kriteria organisasi yang
dapat diterima.
b. Manajemen Puncak
Pimpinan menjadi pendorong kuat bagi tumbuhnya perilaku
bawahan. Pemimpin mesti menetapkan norma-norma perilaku
yang dapat diikuti bawahannya. Disamping itu apa yang
dilakukan atasan dapat diobservasi dan dinilai oleh bawahannya.
c. Sosialisasi
Penanaman norma-norma yang ditetapkan organisasi dapat
dilakukan dengan cara membicarakannya dalam rapat-rapat,
pertemuan-pertemuan, atau bahkan dengan alat/media khusus.20
19 Ibid.
20
Aan Komariah dan Cepi Triatna, op.cit., h.113.
Page 29
14
Dalam bukunya, Dryanto dan Hery Tarno menjelaskan tentang
bagaimana membangun sebuah budaya sekolah melalui gambar/
model seperti berikut;
Gambar 2.1 Model dalam Membangun Budaya Sekolah21
Model tersebut menggambarkan bahwa budaya dan iklim sekolah
merupakan kumpulan niali-nilai, norma dan perilaku yang mengontrol
interaksi warga sekolah dengan orang-orang di luar sekolah. Budaya
sekolah merupakan hasil interaksi nilai-nilai yang dianut individu di
dalam sekolah dan di luar sekolah secara sadar untuk mewujudkan
visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah.
21 Daryanto dan Hery Tarno, op.cit., 16.
Pemberdayaan Sekolah
Budaya Lingkungan
Fisik Sekolah
Pemberdayaan
Sekolah
a. Nilai
b. Norma
c. Perilaku
a. Keindahan
b. Keamanan
c. Ketentraman
d. Kebersihan
a. Berbasis Mutu
b. Kepemimpinan Kepala
Sekolah
c. Disiplin dan Tata Tertib
d. Penghargaan dan
Insentif
e. Harapan Berprestasi
f. Akses Informasi
g. Evaluasi
h. Komunikasi Intensif
dan Terbuka
Budaya dan Iklim Sekolah
Page 30
15
Budaya sekolah yang positif akan mendukung peningkatan mutu
pendidikan yang positif dan sejalan dengan pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah. Oleh sebab itu maka melalui kompetensi yang
dimiliki oleh kepala sekolah, kepala sekolah diharapkan dapat
memberikan konstribusi yang positif dalam pengembangan budaya
sekolah sehingga secara maksimal mampu mendukung peningkatan
mutu pendidikan.
4. Jenis-jenis Budaya Sekolah
Budaya sekolah secara umumnya didefinisikan sebagai cara hidup
di sekolah yang sebenarnya dihasilkan oleh pelajar dan sebagian guru.
Budaya sekolah yang berlangsung sangatlah beranekaragam dan
setiap sekolah memiliki budaya yang berbeda antara sekolahnya
dengan sekolah lain. Berikut ini adalah jenis-jenis budaya sekolah.
Budaya sekolah berdasarkan jenisnya, menurut Daryanto dan
Hery Tarno terdapat dua jenis budaya sekolah, yaitu budaya formal
dan budaya informal. “Budaya formal ini mementingkan pencapaian
akademik dan manfaat untuk mencapai tersebut. Budaya informal
ialah apa saja selain untuk mencapai kepentingan budaya formal
sekolah seperti budaya bertutur kata, berpakaian, dan lain-lain.”22
Kedua jenis budaya sekolah pada dasarnya sama-sama untuk
meningkatkan perilaku positif yang konsisten agar dapat menunjang
program sekolah secara kuat dan menjadikan siswa serta guru
memiliki kualitas dan prestasi dengan budaya formal yang dimiliki.
5. Bentuk-bentuk Budaya Sekolah
Budaya sekolah merupakan komponen penting untuk memajukan
sekolah, oleh karena itu sekolah haruslah menanamkan budaya
sekolah secara tepat dan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut sekolah.
Bentuk-bentuk budaya sekolah yang diterapkan tiap-tiap sekolah pun
22 Ibid., h. 5.
Page 31
16
berbeda-beda. Berikut ini adalah bentuk-bentuk budaya sekolah yang
diterapkan oleh sekolah menurut beberapa ahli.
Balitbang Kemendikbud dalam Albertin Dwi Astuti memaparkan
aspek-aspek mengenai budaya utama (core culture) yang
direkomendasikan untuk dikembangkan sekolah, yakni: (a) Budaya
jujur, (b) Budaya saling percaya, (c) Budaya kerja sama, (d) Budaya
membaca, (e) Budaya disiplin dan efisien, (f) Budaya bersih, (g)
Budaya berprestasi, dan (h) Budaya memberi penghargaan dan
menegur.23
Sedangkan menurut Daryanto dan Hery Tarno, kegiatan budaya
sekolah yang masing sering dilakukan di sekolah, diantaranya yakni:
(a) Budaya salam, (b) Majalah sekolah yang dibuat oleh siswa untuk
melatih jurnalistiknya, (c) Dialog interaktif dengan para pakar
dibidangnya, (d) Lintas juang, (e) Studi kepemimpinan siswa, (f)
Budaya disiplin, (g) Budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas, (h) Budaya
kreatif.24
Salah satu bentuk budaya sekolah yang selalu ada dan harus
menjadi fokus utama yaitu budaya disiplin. Disiplin merupakan salah
satu faktor penting dalam upaya untuk membentuk tingkah laku sesuai
dengan yang sudah ditetapkan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik
dan diharapkan. Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan
mengikuti peraturan dan selalu menjauhi hal-hal yang tidak baik.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah
merupakan pola dari nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah
untuk menuntun kebijakan sekolah terhadap semua komponen sekolah.
Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan
norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan
23 Albertin Dwi Astuti, “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter Siswa Kelas X Jurusan
Tata Boga SMK N 3 Klaten”, Skripsi pada Strata Satu UNY, Yogyakarta, 2015, h. 12,
dipublikasikan. (http://eprints.uny.ac.id)
24
Daryanto dan Hery Tarno, op.cit., h. 8.
Page 32
17
penuh kesadaran sebagai prilaku alami yang dibentuk oleh lingkungan
dengan pemahan yang sama diantara seluruh komponen sekolah dan
semua yang memiliki keterhubungan dengan sekolah.
Setiap sekolah harus memiliki budaya sekolah sebagai identitas
sekolah. Setiap sekolah akan memiliki budaya sekolah yang berbeda satu
dengan lainnya, inilah yang menjadikan budaya sekolah sebagai sebuah
identitas diri bagi sekolah. Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya
sekolah merupakan komponen penting dalam memajukan sekolah
meskipun tidak selalu berdampak positif. Budaya sekolah banyak
bergantung kepada kepemimpinan kepala sekolah dan harus diperhatikan
oleh kepala sekolah mengenai keberadaan budaya sekolah tersebut
karena kepala sekolah merupakan seseorang yang memiliki kekuasaan
dalam membentuk budaya sekolah yang dipimpinnya. Selain dengan
berpedoman kepada visi dan misi sekolah, dalam menciptakan budaya
sekolah positif juga perlu dibarengi oleh rasa saling percaya dan saling
memiliki yang besar terhadap sekolah. Salah satu sekolah atau perguruan
yang memiliki budaya yang sangat kuat dan terus-menerus dijadikan nilai
hidup hingga saat ini adalah Taman Siswa.
C. Aktivitas Belajar
1. Pengertian Aktivitas Belajar
Sebelum mengetahui apa yang dimaksud dengan aktivitas belajar,
terlebih dahulu harus diketahui pengertian aktivitas dan belajar
menurut beberapa ahli.
a. Pengertian Aktivitas
Kata aktivitas dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki
pengertian sebagai “kegiatan, kerja atau kesibukan, keaktivan.”25
Sehingga dapat dipahami bahwa aktivitas adalah kerja atau salah
25 Nur Azman (kord.), op. cit., h. 12.
Page 33
18
satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam
organisasi.
Aktivitas dapat dipahami sebagai sebuah kegiatan yang
dialakuakan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang
direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan
tersebut. Aktivitas manusia ataupun tingkah laku manusia di dalam
sebuah interaksi dengan lingkungannya selalu berorientasi pada
masa depan.
b. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang tidak akan pernah bisa
dilepaskan dari kehidupan manusia. Menurut Suyono dan
Hariyanto, “belajar adalah sebagai suatu aktivitas atau suatu proses
untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.”26
Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Sudarwan
Danim, menurutnya “belajar merupakan proses menciptakan nilai
tambah kognitif, afektif, dan psikomotor bagi siswa. Nilai tambah
itu tercermin dari perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan.”27
Sedangkan Muhibbin Syah membagi pengertian belajar
kedalam tiga ranah, yaitu secara kuantitatif, institusional dan
kualitatif.
Secara kuantitatif (ditinju dari sudut jumlah), belajar berarti
kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif
dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini
dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.
Secra institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang
sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap
penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti
institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat
diketahui sesuai proses mengajar. Ukurannya, semakin baik
26 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 9.
27
Sudarwan Danim dan Khairil, Psikologi Pendidikan: Dalam Perspektif Baru, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 93.
Page 34
19
mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan
siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. Secara
kualitatif (tinjauan mutu), belajar ialah proses memeroleh arti-
arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan
dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini
difokuskan pada terciptanya daya pikir dan tindakan yang
berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan
nanti dihadapi siswa.28
Dari penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa belajar
merupakan sebuah proses yang terus berlangsung sepanjang
kehidupan seseorang secara sadar untuk memenuhi kebutuhannya
dan akan membantunya memahami kemampuannya dan
mengembangkannya dengan melibatkan pengalaman, sehingga
menjadikan dirinya lebih berkualitas untuk menjalani
kehidupannya dengan baik dan cara yang benar.
c. Pengertian Aktivitas Belajar
Menurut William, “aktivitas belajar adalah interaksi yang
spesifik antara pembelajaran dengan orang lain menggunakan alat-
alat dan sumber daya tertentu demi mencapai hasil tertentu.”29
Kemudian Sardiman mengartikan aktivitas belajar sebagai
aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar
kedua aktivitas itu harus saling berkait.30
Lebih lanjut lagi, Piaget
menerangkan dalam buku Sardiman bahwa “seorang anak itu
berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa Perbuatan berarti anak itu
tidak berfikir.”31
Dapat dipahami, bahwa aktivitas belajar merupakan segala
kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi siswa yang intens
dengan guru dan seluruh warga sekolah. Aktivitas belajar yang baik
28 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Perspektif Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), cet. XIX, h. 90.
29
William, Tiga Tahun Dari Sekarang, (Jakarta: Feliz Books, 2013), h. 155.
30
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2014), cet. XXII, h. 100.
31
Ibid.
Page 35
20
harus melibatkan psikologi dan fisik peserta didik, baik jasmani
maupun rohani sehingga perubahan perilaku peserta didik sebagai
hasil belajar dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar,
baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik peserta didik
yang tentunya akan menjadikan peserta didik jauh lebih berkarakter
dan memperbesar kemungkinan tercapainya tujuan belajar dan
pendidikan.
2. Prinsip-prinsip Belajar
Banyak teori mengenai prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan
oleh beberapa ahli dalam bidang pendidikan yang masing-masing
memiliki persamaan dan perbedaan.
Dalam bukunya, Dimyati dan Mudjiono menyebutkan tujuh
prinsip-prinsip belajar, yakni: (a) Perhatian dan motivasi, (b)
Keaktifan, (c) Keterlibatan langsung/berpengalaman, (d) Pengulangan,
(e) Tantangan, (f) Balikan dan penguatan, serta (g) Perbedaan
individual.32
Kemudian Sukmadinata menyampaikan mengenai prinsip umum
belajar yang telah dikembangkannya sebagai berikut: (a) Belajar
merupakan bagian dari perkembangan, (b) Belajar berlangsung
seumur hidup, (c) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor
bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara
aktif, (d) Belajar mencangkup semua aspek kehidupan, (e) Kegiatan
belajar berlangsung disembarang tempat dan waktu, (f) Belajar
berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru, (g) Belajar yang
terencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi, (h)
Pembentukkan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai
dengan yang sangat kompleks, (i) Dalam belajar dapat terjadi
32 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. IV, h.
42.
Page 36
21
hambatan-hambatan, dan (j) Dalam hal tertentu belajar memerlukan
adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain.33
Selanjutnya Nanang dan Cucu mengemukakan prinsip-prinsip
belajar yang sama dengan Sukmadinata dan menambahkan tiga
prinsip-prinsip belajar, yaitu:
a. Belajar dimulai dari yang faktual menuju konseptual.
b. Belajar dari yang kongkret menuju yang abstrak.
c. Belajar merupakan bagian dari perkembangan.34
Prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan
yang tepat dan mengembangkan sikap yang diperlukan dalam
menunjang peningkatan belajar peserta didik. Selain itu, aktivitas
belajar harus dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan, baik
kedisiplinan guru terhadap teori dan prinsip-prinsip belajar ataupun
kedisiplinan siswa terhadap kebijakan sekolah dan disiplin dalam
belajar. Ini karena disiplin menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Pernyataan ini diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan Moedjiarto dalam Dryanto dan Hery
Tarno. Moedjiarto mengungkapkan bahwa “karakteristik dan tata
tertib dan kebijakan disiplin sekolah mempunyai hubungan yang
signifikan dengan prestasi akademik siswa.”35
Secara umum Daryanto dan Hery Tarno mengartikan disiplin
sebagai “suatu bentuk ketaatan pada peaturan dan sanksi yang berlaku
dalam lingkungan sekolah.”36
Disiplin belajar merupakan salah satu
yang mempengaruhi kegiatan belajar. Menurut Bambang Sumantri,
Disiplin belajar siswa bisa terjadi di rumah dan di sekolah:
Disiplin belajar di rumah, antara lain meliputi: belajar setiap hari,
mengerjakan pekerjaan rumah, membuat laporan, belajar
berkelompok dan sebagainya. Sedangkan disiplin belajar di sekolah
33 Suyono dan Hariyanto, op.cit., h. 128.
34
Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama,
2012),Ccet. III, h. 18.
35
Daryanto dan Hery Tarno, op.cit., h. 83.
36
Ibid., h. 22.
Page 37
22
antara lain meliputi: ketepatan waktu datang ke sekolah, keaktifan
mengikuti pelajaran di kelas, ketaatan mengikuti peraturan di kelas
maupun sekolah, menggunakan waktu luang dan sebagainya.37
Dengan adanya disiplin belajar siswa akan belajar hidup dengan
pembiasaan yang baik dan bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungannya. Selain itu siswa akan memiliki kecakapan mengenai
cara belajar yang baik. Pada dasarnya kedisiplinan merupakan
kesadaran dan kepatuhan dari seseorang untuk mentaati segala
peraturan yang ada. Sehingga kedisiplinan tidak dapat dilepaskan dari
masalah tata tertib.
3. Tujuan dan Manfaat Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah proses kegiatan secara
berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku peserta didik dengan
perbaikan dan pembinaan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang
Sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.38
Dave dalam Eveline Siregar, dkk. Mengemukakan lima jenjang
tujuan belajar pada ranah psikomotor, yakni: (a) Meniru, (b)
Menerapkan, (c) Memantapkan, (d) Merangkai, (e) Naturalisasi.39
Pernyataan ini bermakna bahwa, dengan adanya aktivitas belajar
siswa akan merespon apa yang dia amati dengan tepat dan
mengkordinasikannya dengan fisik dan psikisnya.
37 Bambang Sumantri, Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI
SMK PGRI 4 Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010, Media Prestasi, Vol. VI. No. 3 Desember 2010,
2016, h. 119. (http://jurnal.stkipngawi.ac.id).
38
Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1, 2015 (http://www.setneg.go.id)
39
Evelin Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UNJ, 2007), h. 9.
Page 38
23
Kemudian secara sederhana Sardiman membagi tujuan belajar
menjadi tiga jenis, yaitu: (a) Untuk mendapatkan pengetahuan, (b)
Penanaman konsep dan keterampilan, dan (c) Pembentukkan sikap.40
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa, tujuan belajar adalah untuk
memperoleh pengetahuan, keahlian dan kepribadian yang sesuai
dengan nilai-nilai norma yang berlaku.
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana juga menjelaskan bahwa
aktivitas belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi
peserta didik, berupa hal-hal berikut ini:
a. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar
sebagai wujud adanya motivasi internal untuk belajar sejati.
b. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami
sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap
pembentukan pribadi yang integral.
c. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan
kemampuannya.
d. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar
yang demokratis di kalangan peserta didik.
e. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat
menumbuh kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta
menghindarkan terjadinya verbalisme.
f. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta
didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi
dengan kehidupan di masyarakat di sekitarnya. 41
Dari penjabaran di atas, maka dapat dipahami bahwa dari
kegiatan belajar tidak hanya menjadikan seseorang memiliki
kecerdasan akademik, tetapi juga kecerdasan dalam mengolah pikiran
dan sikapnya. Disepanjang hidupnya manusia akan terus
mengahadapai kondisi dan proses kehidupan yang sadar dan tanpa
disadari, manusia melakukan belajar untuk memenuhi dan
melaksanakan kehidupannya secara mandiri. Karena untuk
melaksanakan kehidupannya secara mandiri manusia haruslah
memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap yang baik. Dan semua itu
40 Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012), Cet. XXI h. 25.
41
Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana, op.cit., h. 24.
Page 39
24
dapat diperoleh dari kegiatan belajar yang dilakukan mausia secara
terus-menerus.
4. Bentuk-bentuk Belajar
Begitu banyak aktivitas belajar yang dapat dilakukan dan diterima
peserta didik di dalam kelas. Berikut merupakan bentuk-bentuk
aktivitas belajar yang bisa dilakukan.
Gage dalam Ratna Wilis Dahar mengungkapkan ada lima bentuk
belajar, yaitu: (a) Belajar Responden, (b) Belajar Kontiguitas, (c)
Belajar Operant, (d) Belajar Observasional, dan (e) Belajar Kognitif.42
Kemudian Nanang & Cucu Suhana mengungkapkan, bahwa
aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai
berikut: (a) Kegiatan-kegiatan visual, (b) Kegiatan-kegiatan lisan
(oral), (c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, (d) Kegiatan-kegiatan
menulis, (e) Kegiatan-kegiatan menggambar, (f) Kegiatan-kegiatan
metrik, (g) Kegiatan-kegiatan mental, dan (h) Kegiatan-kegiatan
emosional.43
Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dilakukan disekolah sangat
ditentukan oleh model-model pengajaran yang diberikan oleh guru.
Pada dasarnya bentuk belajar disesuaikan dengan model pembelajaran
guru dan mengaktifkan indera yang dimiliki siswa sehingga membuat
siswa lebih terlatih.
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar,
mulai dari kegiatan fisik dan psikis yang berprinsip dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung atau berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan
individu. Dalam kegiatan belajar banyak terdapat macam-macam
kegiatan yang berbeda satu dengan yang lainnya dan selalu berubah
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi manusia yang melakukan belajar.
42 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 4.
43
Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana, loc. cit.
Page 40
25
Pada dasarnya bentuk belajar disesuaikan dengan model pembelajaran
guru. Tujuannya tetap sama, yaitu untuk mendapatkan pengetahuan,
untuk penanaman konsep dan keterampilan, serta untuk pembentukkan
sikap dan upaya mencapai prestasi siswa.
D. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan tempat
kegiatan belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan kualitas anak
didik. Tidak hanya menjadikan seseorang memiliki kecerdasan
akademik, tetapi juga kecerdasan dalam mengolah pikiran dan sikapnya.
Kecerdasan selalu diidentikkan dengan prestasi belajar. Prestasi belajar
sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya seperti yang
dikemukakan oleh Muhibbin Syah. Menurutnya, ada tiga faktor yang
dapat mempengaruhi belajar siswa, yaitu:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa;
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
di sekitar siswa;
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-
materi pelajaran.44
Kondisi lingkungan sekolah bisa dipengaruhi oleh budaya sekolah
yang berlangsung. Budaya sekolah merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari sekolah sebab merupakan suatu yang dapat menjelaskan,
menggambarkan, dan mengidentifikasi mengenai sekolah tersebut.
Pentingnya membangun budaya sekolah berkenaan dengan upaya
pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan peningkatan kinerja sekolah.
Jika dikaitkan dengan prestasi dalam aktivitas belajar, budaya
sekolah memiliki sumbangan yang sangat berharga dalam menunjang
aktivitas belajar. Melalui budaya positif yang diterapkan disekolah,
seperti budaya jujur, budaya saling percaya, budaya kerja sama, budaya
44Muhibbin Syah, op.cit., h.145.
Page 41
26
membaca, budaya disiplin dan efisien, budaya bersih, budaya berprestasi,
serta budaya memberi penghargaan dan menegur siswa akan terlibat
langsung dalam pelakasanaannya yang secara perlahan akan merubah
cara hidup, berpikir siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar yang
positif dan memperoleh hasil belajar berupa prestasi belajar yang positif
juga.
Pembelajaran positif hanya berlangsung dalam budaya yang positif.
Sekolah yang sehat akan mempengaruhi kesuksesan banyak siswa dan
guru. Ini diperkuat dengan pernyataan dari Sudarwan Danim dan Khoril,
menurutnya “Kultur sekolah yang positif mendorong orang dapat
membangun komitmen kuat untuk mencapai sesuatu yang menarik secara
bersama. Sebaliknya kultur sekolah yang negatif dapat mengganggu
hubungan antarkomunitas sekolah.”45
Kemudian Suyono dan Hariyanto juga nyatakan, bahwa:
Pembudayaan adalah suatu proses di mana seseorang belajar tentang
sesuatu yang diperlukan oleh budaya yang mengelilingi
kehidupannya, sehingga dia memperoleh nilai-nilai dan perilaku yang
sesuai dan diperlukan dalam budaya semacam itu. Pengaruh orang tua,
orang dewasa lain seperti guru serta temen sebaya akan membantu
pembentukkan individu dalam enkulturasi. Jika pengaruh ini
berlangsung secara sukses, maka akan menghasilkan peningkatan
kompetensi siswa dalam penguasaan bahasa, nilai-nilai yang
dipegang, serta berbagai ritual terkait budaya tersebut, termasuk
pemahaman dan peraktiknya dalam menghayati agama.46
Pernyataan bahwa budaya sekolah memiliki peran dalam aktivitas
dan prestasi belajar siswa juga diperkuat dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Daryanto dan Hery Tarno. Menurutnya “siswa yang
memiliki budaya mutu memiliki motivasi belajar, komitmen dan
keranjinan yang tinggi dan sebaliknya menolak cara-cara yang tidak fair,
seperti menyontek, dan sebagainya.”47
45 Sudarwan Danim dan Khairil, op.cit., h. 225.
46
Suyono dan Hariyanto, op.cit., h. 135.
47
Daryanto dan Hery Tarno. op.cit., h. 40.
Page 42
27
Dari pernyataan di atas maka dapat dipahami bahwa, budaya sekolah
memiliki peran penting terhadap keputusan dan pelaksanaan pendidikan
yang berlangsung di sekolah asalkan sekolah mampu secara konsisten
melaksanakan budaya sekolah yang telah menjadi cara hidup masyarakat
sekolah. Dengan demikian maka peningkatan mutu sekolah yang
diharapkan dapat tercapai. Karena jika budaya positif sudah ditransfer
dan ditanamkan dalam aktivitas belajar, maka seluruh bagian dalam
sekolah akan bergerak untuk berprestasi.
E. Penelitian Relevan
Di bawah ini akan dikemukakan hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian ini, antara lain:
1. Hasil penelitian mengenai budaya sekolah yang dilakukan oleh Desi
Widiasari dalam skripsi Universitas Negeri Malang (2013) dengan
judul “Transformasi Budaya Disiplin Peserta Didik di SMKPGRI 3
Malang” menunjukkan bahwa peran warga sekolah dalam
transformasi budaya disiplin peserta didik adalah karena adanya
komitmen dari warga sekolah untuk mematuhi peraturan, guru yang
memberikan teladan, guru wali yang memberikan konseling, orang tua
menjadi kendali untuk anaknya ketika dirumah. Hubungan yang
dimaksud adalah semakin besar peran lingkungan sekitar siswa dalam
menerapkan disiplin, semakin tinggi pula nilai positif siswa.
2. Hasil penelitian mengenai budaya sekolah yang dilakukan oleh Ana
Purnama dalam skripsi Universitas Indonesia (2013) dengan judul
“Peran Budaya Sekolah Dalam Mendukung Prestasi Belajar Siswa”
menunjukkan bahwa budaya sekolah yang dimiliki oleh SMA Sugar
Group yang berperan sebagai pendukung prestasi belajar siswa, yaitu
budaya private study time (PST) dan budaya berbahasa inggris.
Budaya sekolah yang berperan sebagai pendukung prestasi belajar
siswa lemah dan tidak sepenuhnya murni hasil proses sosialisasi dan
Page 43
28
internalisasi pihak sekolah. Daya dukung prestasi belajar pun lemah.
Hubungan yang dimaksud adalah semakin baik penerapan budaya
sekolah, maka semakin baik pula prestasi belajar siswa.
3. Hasil penelitian mengenai budaya sekolah yang dilakukan oleh
Albertin Dwi Astuti dalam skripsi Universitas Negeri Yogyakarta
(2015) dengan judul “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter
Siswa Kelas X Jurusan Tata Boga SMK Negeri 3 Klaten”
menunjukkan bahwa budaya sekolah terhadap karakter siswa sebesar
30,2% yang termasuk dalam kategori cukup sehingga bisa
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara
budaya sekolah terhadap karakter siswa. Hubungan yang dimaksud
adalah semakin positif budaya sekolah yang diterapkan maka semakin
positif pula karakter siswa yang terbentuk.
F. Kerangka Berpikir
Lingkungan belajar merupakan hal yang penting bagi individu
sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu atau pengetahuan. Lingkungan
belajar terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Apabila
ketiga macam lingkungan tersebut mendukung dan mendorong dalam
proses belajar seorang siswa maka akan berdampak baik bagi prestasi
belajar individu. Namun pada nyatanya tidak semua lingkungan belajar
dalam kondisi yang kondusif, baik kondisi fisik maupun pelaksanaan
aktivitas pendidikannya. Nyatanya penerapan visi sekolah, disiplin siswa,
budi pekerti, lingkungan luar sekolah dan program pengajaran belum
optimal. Serta masih rendahnya tingkat prestasi siswa dan kompetisi
siswa. Jika kondisi seperti ini terus saja berlangsung tentunya dapat
mempengaruhi prestasi belajar individu, harapan dan efektivitas aktivitas
pendidikan di sekolah tersebut.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan tentunya memiliki harapan
untuk mampu berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan
Page 44
29
membentuk lulusan yang berkarakter disiplin dan berprestasi sehingga
siap untuk berkompetisi dalam segala hal. Oleh sebab itu sekolah perlu
membangun karakter siswa dan warga sekolah secara serius. Salah
satunya dengan budaya sekolah, karena lembaga pendidikan tidak hanya
perlu didukung oleh sarana prasarana, guru berkualitas dan input siswa
yang baik, tetapi budaya sekolah sangat berperan terhadap peningkatan
keefektifan sekolah.
Dilihat dari kondisi yang berlangsung disekolah ini, maka dapat
dipahami bahwa masalah yang muncul ada pada rendahnya disiplin dan
prestasi siswa dalam menghadapi kompetisi. Maka seharusnya disiplin
dan berprestasi di sekolah ini harus ditingkatkan dan diterapkan secara
sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam kegiatan sehari-hari warga
sekolah sehingga menjadi kebiasaan positif yang terpelihara dalam diri
warga sekolah sebagai suatu budaya.
Upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk memperbaiki kondisi
yang berlangsung, yaitu dengan mensosialisasikan nilai visi dan misi
sekolah di dalam berbagai program sekolah, menanamkan budaya
disiplin dan efesiensi kepada seluruh warga sekolah, menciptakan budaya
positif dalam diri siswa, meningkatkan mutu melalui berbagai inovasi
dan kreativitas program, memfasilitasi siswa dengan kebutuhan proses
pembelajaran, manajemen sekolah/madrasah yang lebih efektif,
mengadakan diklat secara berkala kepada tenaga pendidik dan
kependidikan. Jika cara-cara tersebut bisa terlaksana dengan baik dan
menjadi sebuah budaya sekolah yang positif tentunya akan memberikan
dampak positif terhadap aktivitas pendidikan di sekolah ini, yang
tentunya juga akan mempengaruhi kualitas out put yang dihasilkan.
Untuk memperjelas kerangka berpikir, maka dibuatkan gambar
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Page 45
30
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
G. Hipotesis Penelitian
Peneliti memandang perlu untuk memberikan gambaran tentang dugaan serta jawaban
sementara terhadap rumusan masalah pada penelitian ini, sebagai berikut;
1 Peran transformasi terhadap siswa paling tinggi 85% dari yang diharapkan.
2 Keadaan budaya sekolah paling sedikit 75% dari yang diharapkan.
3 Aktivitas belajar di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi sama dengan 65% dari
yang diharapkan.
Keadaan Nyata
1. Belum optimalnya
penerapan visi
sekolah.
2. Kurang optimalnya
disiplin siswa.
3. Belum optimalnya
penerapan budi
pekerti.
4. Masih rendahnya
tingkat prestasi
siswa.
5. Peran lingkungan
luar sekolah yang
belum optimal.
6. Program pengajaran
belum optimal.
INPUT
Masalah
Penerapan
budaya
disiplin dan
prestasi
belajar siswa
yang belum
optimal.
Strategi
1. Mensosialisasikan
nilai visi dan misi
sekolah di dalam
berbagai program
sekolah.
2. Menanamkan budaya
disiplin dan efesiensi
kepada seluruh warga
sekolah.
3. Menciptakan budaya
positif dalam diri
siswa dan tenaga
pengajar.
4. Meningkatkan mutu
melalui berbagai
inovasi dan kreativitas
program.
5. Manajemen
sekolah/madrasah
yang lebih efektif.
6. Mengadakan diklat
secara berkala kepada
tenaga pendidik dan
kependidikan.
Hasil Hasil
Hasil
Terbentuknya
lulusan yang
memiliki
karakter
disiplin dan
berprestasi
dalam
berkompetisi.
PROSES OUTPUT
FEEDBACK
Page 46
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian : SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi yang
beralamatkan di Jln. Selecta Raya No. 2 Blok VI
Pengasinan, Perum. Bumi Bekasi Baru-
Rawalumbu, Bekasi.
2. Waktu Penelitian : Penelitian dilaksanakan pada bulan November
2015 sampai Juni 2016.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuantitatif
deskriptif dalam bentuk survei terbatas. Informasi yang diperoleh dari
penelitian ini dilakukan pada populasi atau survei sample mengenai peran
transformasi budaya sekolah terhadap aktivitas belajar siswa dengan
menggunakan metode kuesioner yang diajukan melalui angket dengan
alternatif jawaban menggunakan skala likert sebagai alat pengumpul data
dan didukung dengan menggunakan metode wawancara. Pengolahan data
dilakukan dengan proses editing, coding dan skoring tabulating. Sedangkan
untuk mengetahui kualitas data maka akan dilakukan uji validitas data dan
realibilitas data. Selanjutnya, data yang diperoleh dari kuesioner akan
dianalisis dengan analisa frekuensi untuk mengetahui kondisi gambaran
variabel yang diteliti berdasarkan tanggapan responden.
C. Populasi dan Sampel
Untuk keperluan penelitian ini, yang menjadi populasi target dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi tahun pelajaran 2015-2016 yang berjumlah 194 peserta didik.
Sedangkan yang menjadi sampel adalah populasi terjangkau, yaitu siswa
Page 47
32
kelas VIII dengan tidak memasukkan siswa kelas VII dan IX dengan alasan
siswa kelas VIII dipilih karena sudah menerima dan masih dalam masa
mentransformasikan nilai-nilai budaya dalam sekolah dan sebagai karakter
dalam dirinya selama tiga semester. Oleh karena itu sampel yang ditetapkan
adalah purposive sampling.
Tabel 3.1
Jumlah Peserta Didik SMP Tamansiswa Bekasi 2015-20161
Jumlah Peserta Didik
Kelas VII 2 Rombel 63 Siswa
Kelas VIII 2 Rombel 66 Siswa
Kelas IX 2 Rombel 65 Siswa
Total 6 Rombel 194 Siswa
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling kelas VIII yang berjumlah 66 siswa, karena sampel
kurang dari 100 atau relatif kecil. Maka seluruh populasi dijadikan sebagai
sampel penelitian, sehingga penelitian ini termasuk dalam penelitian populasi
(sensus) atau disebut juga sebagai sampel jenuh.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan
suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah. Oleh
karena itu pengumpulan data diperlukan sekali dalam suatu penelitian.
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini antara lain:
1. Observasi
Serangkaian pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
terhadap subjek atau objek penelitian. Dengan mengamati fakta-fakta
fisik dari objek atau subjek yang diteliti seperti mengamati sikap dan
prilaku disiplin siswa yang terjadi di lapangan kemudian dijadikan
sebagai data awal dalam penelitian ini.
1 Dokumen Perguruan Tamansiswa Cabang Bekasi, Rekapitulasi Jumlah Siswa dan
Rombongan Belajar SMP Tamansiswa Cabang Bekasi Tahun 2016.
Page 48
33
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab.2 Angket disebarkan ke seluruh siswa/i
kelas VIII SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa yang merupakan
responden dalam penelitian untuk memperoleh data mengenai
kedisiplinan belajar dikalangan peserta didik sebagai budaya sekolah dan
aktivitas belajar peserta didik. Adapun data yang ingin digali meliputi
informasi dari reponden tentang pendapat pribadinya, atau hal-hal yang
diketahui responden tentang budaya sekolah dan aktivitas belajar.
3. Studi Dokumen
Studi dokumen dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan data-data yang diperlukan dan
data yang dianggap penting, serta memiliki keterkaitan terhadap data
yang diperlukan dalam penelitian. Data yang diperlukan dalam penelitian
ini, yaitu data hasil prestasi siswa, tata tertib sekolah, point pelanggaran
dan data point penghargaan yang berlaku disekolah.
4. Wawancara
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara sebagai
teknik pengumpulan data tambahan dengan melakukan wawancara
kapada kepala sekolah sebagai pelaksana utama transformasi budaya
sekolah. Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang
pemahaman dan pendapat pribadi narasumber, atau hal-hal yang
diketahui nara sumber tentang peran transformasi budaya sekolah yang
berlangsung di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi.
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet. XIV., h.142.
Page 49
34
E. Teknik Pengolahan Data
Dalam melakuan pengolahan data penulis menempuh cara sebagai berikut:
1. Editing
Editing atau mengedit adalah memeriksa kelengkapan jawaban
dalam daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden. Tahap
ini merupakan langkah awal setelah angket disebar dan diisi oleh
peserta didik yang menjadi responden. Jadi, setelah angket diisi oleh
responden dan diserahkan kepada penulis, kemudian penulis
memeriksa, melakukan pengecekkan satu persatu angket tersebut
meliputi kelengkapan pengisian, penjelasan penulisan angket dan
kebenaran pengisian angket. Bila terdapat jawaban yang meragukan
atau tidak dijawab, penulis akan menghubungi responden yang
bersangkutan untuk menyempurnakan jawaban. Tujuan dari editing
adalah mengurangi kesalahan yang ada pada daftar pertanyaan yang
telah diselesaikan.
2. Coding
Coding ialah suatu proses mengklasifikasikan jawaban responden
menurut macamnya dengan memberikan kode pada jawaban responden.
Hal ini agar data atau jawaban responden dapat tersusun secara jelas
sehingga mempermudah dalam pengumpulan dan pengolahan data yang
telah diisi oleh peserta didik yang menjadi responden.
3. Scoring
Scoring adalah tahap pemberian skor atau nilai pada setiap butir
pertanyaan yang terdapat dalam angket. Dalam penelitian ini
menggunakan skala likert tujuannya untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian dan keadaan
yang berlangsung. Pemberian skor ditentukan oleh pernyataan positif
dan negatif, jika pernyataan positif maka skor yang diberikan mulai dari
5, 4, 3, 2, 1, sedangkan jika pernyataan negatif maka skor dimulai dari
Page 50
35
1, 2, 3, 4, 5 dan skor 0 untuk peryataan yang tidak dijawab. Dalam skala
penelitian ini terdapat lima pilihan alternatif jawaban, yaitu: sangat
setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Sehingga
variasi jawaban responden atas pernyataan yang diajukan semakin
terpusat.
Tabel 3.2
Skala Penilaian
4. Tabulating
Tabulating merupakan langkah memasukkan data pada tabel-tabel
tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya. Penulis
menggunakan tabel data untuk mendeskripsikan data sehingga
memudahkan penulis dalam memahami struktur dari sebuah data.
Rumus yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dengan
rumus angka persentase yaitu sebagai berikut:
P =
x 100%
Keterangan:
P = Angka Persentase
F = Frekuensi Jawaban
N = Jumlah Responden3
3 Annas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), cet.
XXII, h. 43.
Alternatif Bobot Nilai
Positif Negatif
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Kurang Setuju 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
Page 51
36
F. Teknik Analisis Data
Setelah disebar, data yang dibutuhkan terkumpul, maka data dapat
dianalisa dengan teknik analisa statistik seperti:
1. Penguji Kualitas Data
Angket yang digunakan dalam penelitian harus diukur tingkat
validitas dan rehabilitasnya agar dapat diandalkan.
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu data dapat dipercaya kebenarannya
sesuai dengan kenyataan. Rumus yang digunakan dalam uji validitas
adalah rumus product moment yang dikembangkan oleh Karl
Pearson sebagai berikut:4
2 22 2
( )( )
{ }{ }xy
n XY X Yr
n X X n Y Y
Keterangan:
r = Koefisien validitas item yang dicari
n = Jumlah responden
x = Skor yang diperoleh dari subjek tiap item
y = Skor yang diperoleh dari subjek seluruh item
∑X = Jumlah seluruh skor X
∑Y = Jumlah seluruh skor Y
∑X2 = Jumlah skor kuadrat pada masing-masing skor X
∑Y2 = Jumlah skor kuadrat pada masing-masing skor Y
∑XY = Jumlah hasil perkalian antara variabel X dan variabel Y
Sebelum angket disebarkan kepada populasi responden yang
berjumlah 66 orang, maka dilakukan terlebih dahulu uji coba
angket untuk di uji validitasnya dengan peserta didik kelas VIII
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), cet. XIV., h.213.
Page 52
37
yang dipilih secara acak yang berjumlah 37 orang. Setelah dihitung
dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft excel, hasil uji
coba angket kepada 37 responden dengan 45 item soal memiliki
validitas sebanyak 38 item soal yang sudah mewakili setiap
indikator, sedangkan 7 item soal yang dinyatakan tidak valid
dihapus. Angket yang telah diujicobakan kepada peserta didik
disebarkan kembali dengan 38 item soal yang valid kepada 66
responden di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. (Lihat
lampiran 1-3)
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk memenuhi syarat bagi validitas
tes, sebelum menghitung reliabilitas instrumen seluruh item, pada
umumnya untuk menghitung reliabilitas instrumen terlebih dahulu
menghitung varians seluruh item dengan menggunakan rumus
varians.
Varian (σ2) = Σx²-
n
keterangan:
σt = Varian
X = Nilai skor yang diperoleh
n = Jumlah sampel
Sedangkan untuk menghitung reliabilitas instrumen semua
item menggunakan rumus Alpha Cronbach
rumus Alpha r11 = (
) (
)
Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas tes
k = Banyaknya butir pertanyaan
1 = Bilangan konstan
Page 53
38
= Jumlah varian butir
= Varian total
5
2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis statistik deskripsi yaitu melaului mean (rata-rata) yang
didapatkan melalui rumus prosentase. Untuk itu rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
P =
x 100%
Keterangan:
Nilai Skor (NS) = Nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari
hasil penelitian.
Nilai Harapan (NH) = Nilai hasil mengalikan jumlah item pernyataan
dengan skor tertinggi.
Sedangkan untuk mengukur kecendrungan interprestasi terhadap
peran transformasi budaya sekolah terhadap aktivitas belajar siswa
SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 3.3
Katagori Interprestasi
No Katagori Interprestasi Nilai Interval
1 Sangat Baik 81%-100%
2 Baik 61%-80%
3 Cukup 41%-60%
4 Kurang 21%-40%
5 Sangat Kurang 0%-20%
5 Ibid., h. 239.
Page 54
39
G. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang
diperoleh apakah sesuai dengan hipotesis yang sudah diutarakan atau tidak.
pengujian hipotesis deskriptif dengan uji satu pihak. Langkah-langkah
pengujian hipotesis deskriptif, yaitu sebagai berikut:
1. Menghitung skor ideal untuk variabel yang diuji.
2. Menghitung rata-rata nilai variabel.
3. Menentukan nilai yang dihipotesiskan.
4. Menghitung nilai simpangan baku variabel.
5. Menentukan jumlah anggota sampel.
6. Memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam rumus.6
t =
√
Keterangan:
t = nilai t yang dihitung
x = nilai rata-rata
= nilai yang dihipotesiskan
s = simpangan baku sampel
n = jumlah anggota sampel
H. Instrumen Penelitian
1. Definisi konseptual
Secara konseptual peran transformasi budaya sekolah terhadap
aktivitas belajar siswa adalah keadaan dimana budaya yang telah dimiliki
sekolah mampu disalurkan yang kemudian ditanamkan kepada siswa
untuk membentuk siswa yang lebih siap dalam aktivitas belajar.
2. Definisi oerasional
Secara operasional yang dimaksud dengan peran transformasi
budaya sekolah adalah skor yang dirasakan responden dalam menjawab
6 Sugiyono, op.cit., h. 179.
Page 55
40
peranan budaya sekolah terhadap aktivitas belajar peserta didik dengan
skala 1, 2, 3, 4, 5 yang termuat dalam tujuh dimensi dan terbagi menjadi
19 indikator.
3. Kisi-kisi instrumen
a. Kisi-kisi angket
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket
Variabel Dimensi Indikator Butir
Soal
No.
Item
Transformasi
Tujuan
Pendidikan
Umum
Mengupayakan
perubahan prilaku 2 1, 2
Tujuan
Pendidikan
Tamansiswa
Mengupayakan
perubahan prilaku 1 3
Budaya
Sekolah
Pembentukkan
Seleksi 1 4
Manajemen puncak 2 5, 6
Sosialisasi 2 7, 8
Budaya formal
Budaya disiplin 4 9, 10,
11, 12
Budaya membaca 2 13, 14
Budaya kreatif 3 15,
16, 17
Budaya berprestasi 2 18, 19
Page 56
41
Budaya
informal
Budaya kerja keras,
cerdas dan ikhlas 3
20,
21, 22
Budaya memberi
penghargaan
(apresiasi) dan
menegur
(hukuman)
2 23, 24
Budaya jujur 1 25
Aktivitas
Belajar
Prinsip belajar
Perhatian dan
motivasi 2 26, 27
Keaktifan 2 28, 29
Tantangan 2 30, 31
Disiplin
belajar
Disiplin belajar di
rumah 2 32, 33
Disiplin Belajar di
sekolah 2 34, 35
Bentuk Belajar
Kegiatan belajar
mental 1 36
Kegiatan belajar
emosional 2 37, 38
Jumlah 38
Page 57
42
b. Kisi-kisi Wawancara
Tabel 3.5
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Variabel Dimensi Indikator
Transformasi Definisi Pengertian transformasi
Budaya
sekolah
Definisi Pemahaman budaya sekolah
Bentuk budaya
sekolah
Budaya sekolah yang menjadi
fokus utama
Pembentukkan
budaya sekolah
Pemilihan
Manajemen puncak
Sosialisasi
Kendala Pembentukkan
Aktivitas
Belajar
Prinsip belajar
Keaktifan
Perhatian dan motivasi
Disiplin belajar
Disiplin belajar di rumah
Disiplin Belajar di sekolah
Page 58
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah Singkat SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
Perguruan Tamansiswa Bekasi berdiri tahun 1991 dan merupakan
salah satu cabang Tamansiswa yang berpusat di Yogyakarta yang didirikan
oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922. Seperti yang
diamanatkan oleh Ki Hadjar Dewantara selaku pendiri Tamansiswa pada
Tahun 1922 “…lebih baik memeratakan pendidikan daripada meninggikan
pendidikan…”, maka Tamansiswa hadir mewarnai khasanah pendidikan di
Indonesia.
SMP Tamansiswa Bekasi merupakan salah satu bagian yang
diselenggarakan di Perguruan Tamansiswa Bekasi hadir untuk meneruskan
cita-cita pendiri Tamansiswa yaitu untuk memeratakan pendidikan
khususnya di Kota Bekasi.
SMP Tamansiswa Bekasi sudah Ter Akreditasi “A” pada Tahun 2007
dan dengan Luas tanah 3624 m2 SMP Tamansiswa Bekasi sudah
dilengkapi juga dengan Laboratorium Komputer, Laboratorium IPA,
Lapangan yang luas, Masjid dan sarana ibadah serta Exstrakurikuler yang
lengkap (Drumband, Band, Pramuka, PMR, Qiroatil Qur’an, Jurnalis, Tari
Tradisional, Futsal, Basket, Volly Ball). SMP Tamansiswa Bekasi juga
sudah terbentuk English Club, dengan pengajar yang berpengalaman dan
didukung dengan adanya Laboratorium Bahasa dapat memberi bekal
kepada siswa-siswi dalam penguasaan Bahasa Inggris.
Dengan konsep “Belajar dalam suasana pondok budi pekerti”
maka Pamong (Guru) SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi masuk
kelas tidak cukup hanya berbekal informasi keilmuan sesuai tuntutan
kurikulum, mereka masuk kelas dengan hati, dengan cinta kasih karena
mengajar dengan hati, murid akan mendengarkan dengan hati, guru yang
Page 59
44
mengajar dengan cinta dan budi pekerti murid pasti akan membalasnya
dengan cinta dan budi pekerti. Sehingga diharapkan SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi menjadi pilihan yang tepat untuk mendidik putra putri
bangsa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa merdeka lahir bathin,
berpengetahuan, berketrampilan, agar menjadi masyarakat yang berguna
bagi nusa dan bangsa.1
2. Visi, Misi, Strategi, dan Motto SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi
a. Visi
“Membangun Manusia Merdeka Lahir Batin, Beriman dan
Bertaqwa, berpengetahuan dan berketerampilan agar menjadi anggota
masyarakat yang berguna bagi nusa dan bangsa”.
Indikator :
1) Peningkatan perolehan rata-rata Ujian Nasional tiap tahun
2) Peningkatan daya saing masuk ke SMA/SMK Negeri/Swasta
favorit
3) Peningkatan kreativitas peserta didik
4) Unggul dalam penegakan tata tertib sekolah
5) Unggul dalam kegiatan keagamaan
6) Unggul dalam lomba kesenian
7) Unggul dalam lomba olah raga
8) Unggul dalam lomba Kepramukaan dan PMR
9) Unggul dalam kepedulian social2
b. Misi
Untuk mewujudkan Visi SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi ,
maka dirumuskan sebagai berikut :
1 SMP Tamansiswa Bekasi, Profil SMP Tamansiswa Bekasi, 2016.
(http://smptamansiswabekasi.com)
2 Dokumen Perguruan Tamansiswa Cabang Bekasi, Program Kerja SMP Tamansiswa Bekasi
Tahun Ajaran 2015/2016. Pada Tanggal 1 Juni 2016, h. 6. (File Berbentuk Soft Copy)
Page 60
45
1) Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
2) Penerapan Iman dan Taqwa (IMTAQ)
3) Penerapan Budi Pekerti (AKHLAK).3
c. Strategi
1) Tujuan
SMP Taman Siswa Bekasi menerapkan visi dengan 9 indikator,
Insya Allah sampai dengan tahun 2014, baru 5 aspek yang
diperioritaskan, yaitu :
a) Tahun 2015/2016 rata-rata 4 mata pelajaran inti minimal
7,00
Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA
adalah 6,00 – 8,00 dan kelulusan 100%
b) Tahun 2014 prosentase diterima pada SMA/SMK
Negeri/Swasta favorit 80%
c) Tahun 2014 Mempunyai tim olah raga sebagai finalis tingkat
Kota/Kabupaten.
d) Tahun 2014 Mampu menampilkan profil sekolah tertib,
nyaman dan disiplin.
e) Mampu mempelopori sebagai sekolah yang sejuk dalam
budaya “budi pekerti yang luhur “.4
2) Target / Sasaran
a) Rata-rata UN 7,0 dan Kelulusan 100%
b) Jumlah tamatan diterima di SMA/SMK Negeri/Swasta favorit
80%
c) Menjadi juara cabang olahraga tingkat Kota/Kabupaten.
d) Terjalin komunikasi yang efektif antara orang tua dan
sekolah dalam rangka pembinaan peserta didik.
3 Ibid.
4 Ibid.
Page 61
46
e) Terlaksananya secara istiqomah kegiatan ibadah baik di
sekolah maupun di rumah.
f) Terlaksananya secara ”budi pekerti luhur“ baik di sekolah
maupun di rumah.5
d. Motto
“Belajar dalam Suasana Pondok Budi Pekerti”
3. Profil SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
PROFIL SMP (TAMAN DEWASA) TAMANSISWA BEKASI TAHUN
2015/2016
Nama Sekolah : SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi
Nomor Identitas Sekolah (NIS) : 2002260060
Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 204022501055
Alamat Sekolah : Jl. Selecta Raya No. 02 Blok VI
Kecamatan : Rawalumbu
Kota : Bekasi
Propinsi : Jawa Barat
Kode Pos : 17115
Telepon : 021-8205858
Status Sekolah : Swasta
Nama Yayasan : Perguruan Tamansiswa
Tahun Berdiri Sekolah : 1991
Luas Tanah Sekolah : 3624 m2
Luas Bangunan Sekolah : 1070 m2
Status Tanah : Milik Sendiri
Status Bangunan : Milik Sendiri
Status Akreditasi/Tahun : Ter Akreditasi “ A “ /Tahun 20076
5 Ibid., h. 7.
Page 62
47
4. Struktur SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
Gambar 4.1 Struktur SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi7
5. Tenaga Pendidik
Tabel 4.18
Jumlah Guru
Ijazah Tertinggi Guru Tetap Guru Bantu Guru
Tidak Tetap
S -2 - - -
S-1 7 13
D-3/D-2/D-1 - - 1
SLTA - - -
Jumlah 7 14
Guru-guru di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi merupakan
lulusan dari perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta yang
mengajar sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
6 Ibid., h. 12.
7 Ibid., h. 39.
8 Ibid., h. 17.
Komite Sekolah
Lembaga Pend.
Tamansiswa
Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah
Tata Usaha
Wali Kelas
Guru Mata Pelajaran
Guru Pembimbing
Laboran Pustakawan
Page 63
48
6. Tata Tertib SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
a. Peraturan/Tata Tertib Siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi
Untuk mewujudkan suasana belajar yang tertib dan damai di
lingkungan Perguruan Tamansiswa Cabang Bekasi berdasarkan azas,
dasar dan tujuan Tamansiswa, maka segenap siswa Tamansiswa Cabang
Bekasi diwajibkan untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku
dan tertera pada peraturan/tata tertib siswa SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi. (lihat lampiran 9)
b. Tata Tertib Pembiasaan Siswa Di Kelas
Untuk mewujudkan suasana belajar yang tertib di dalam kelas dan
terciptanaya suasana kelas yang nyaman, maka seluruh siswa
Tamansiswa Cabang Bekasi diwajibkan untuk mematuhi ketentuan-
ketentuan yang tertera pada tata tertib pembiasaan siswa di kelas. (lihat
lampiran 10)
c. Tata Tertib Guru/Pamong
Untuk membantu kelancaran proses aktivitas belajar di sekolah,
maka perlu adanya kedisiplinan yang tinggi dari seluruh guru/pamong
SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi . Untuk membentuk sikap
disiplin tersebut maka seluruh guru/pamong harus mematuhi segala
peraturan tata tertib yang berlaku di sekolah dari kewajiban, tugas dan
tanggung jawab, kerja sama, sikap dan perilaku, larangan, serta himbauan
sesuai dengan tata tertib yang berlaku. (lihat lampiran 12)
d. Peraturan Penghargaan
Bila dilihat di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi memiliki
budaya memberi penghargaan dan apresiasi yang baik terhadap siswa
yang berprestasi, serta penghargaan terhadap pengabdian guru
Page 64
49
berprestasi. Sehingga dapat menumbuhkan antusias dan disiplin seluruh
keluarga perguruan Tamansiswa Bekasi. (lihat lampiran 13 dan 14)
7. Sarana dan Prasarana SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
Bila dilihat di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi memiliki
sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang aktivitas belajar
yang sudah cukup baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik tanpa mengalami hambatan. (lihat lampiran 7)
B. Deskripsi dan Interpretasi Data
Untuk mengetahui bagaimana peran transformasi budaya sekolah dalam
aktivitas belajar siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi, maka data
yang didapatkan dari setiap item pernyataan akan diolah dengan perhitungan
statistik deskriptif naratif dalam bentuk persentasenya, artinya setiap data
dipersentasikan dalam bentuk frekuensi jawaban untuk setiap item pernyataan,
yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan analisis deskriptif dalam
bentuk penjabaran nilai skor dan nilai harapan. Adapun penelitian sebagai
berikut:
1. Transformasi
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Ki Setiyaka selaku kepala
sekolah SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi, Ki Setiyaka
mengemukakan pemahamannya tentang konsep transformasi, yaitu
sebagai berikut:
Kalau bicara transformasi, ya semua orang termasuk anak (siswa) pasti
akan mengalami perubahan dalam hal lingkungannya maupun fisik.
Yang jelas membutuhkan bimbingan dari guru dan sistem yang baik.
Melalui peraturan yang berlaku di sekolah, kita melakukan pembiasaan
yang bisa merubah siswa, tetapi kalau tidak adanya bimbingan dan
sistemkan tentunya tidak bisa kita merubah dan mewariskan nilai-nilai
yang kita baik untuk menjadikan siswa berbudi pekerti.9
9 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Ki Setiyaka, 1 Juni 2016.
Page 65
50
Kemudian Ki Wana Sapto Ajie selaku pamong menjelaskan
pemahamannya tentang konsep transformasi, menurutnya “Transformasi
perubahan prilaku, perubahan pola berpikir dari yang negatif ke hal yang
positif. Kalau di sekolah bisa melalui pengenalan, pembiasaan siswa
mentaati peraturan dan budaya sekolah yang ada di sisni.”10
Maka
diketahui bahwa proses transformasi terhadap perilaku siswa dilakukan
melalui penerapan peraturan sekolah yang dalam pelaksanaannya
mendapatkan bimbingan dari pamong.
Pernyataan serupa juga diutarakan oleh Nyi Euis Setiawati yang
menyatakan “Transformasi sih lebih kepada merubah siswa untuk lebih
sesuai dengan tujuan pendidikan atau budi pekerti. Tapi kalau dilihat di
sini siswa lebih memiliki sikap sendiri sejak awal dan ngeyel. Sulit untuk
melakukan transformasi.”11
Namun dari pernyataan ini, dapat diketahui
bahwa pada kondisi sebenarnya sulit untuk melakukan transformasi karena
siswa enggan berpartisipasi terhadap proses transformasi yang di lakukan
sekolah.
Berikut ini adalah data yang terkumpul dari hasil angket yang telah
disebar kepada 66 responden di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi yang kemudian diolah dengan tujuan untuk memberikan penjelasan
sehingga mempermudah menganalisa data. Hasil pengolahan penelitian ini
akan dimasukkan ke dalam tabel ditribusi frekuensi sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan Umum
Tabel 4.2
Peran kepala sekolah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1
Sangat Setuju 15 22,73%
Setuju 33 50,00%
Kurang Setuju 13 19,70%
10 Hasil Wawancara Pamong Ki Wana Sapto Ajie, 1 Juni 2016.
11
Hasil Wawancara Pamong Nyi Euis Setiawati, 1 Juni 2016.
Page 66
51
Tidak Setuju 4 6,06%
Sangat Tidak Setuju 1 1,52%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden
(77,73% atau 48 responden) menyatakan kepala sekolah selalu
memahami kebutuhan sekolah untuk mengembangkan intelektual siswa
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini terlihat dari jawaban
responden yang menjawab setuju sebesar 50,00% atau 33 responden,
dan 22,73% atau 15 responden menyatakan sangat setuju. Sedangkan
sebagian kecil responden (27,28% atau 18 responden) menyatakan jika
kepala sekolah tidak memahami kebutuhan sekolah untuk
mengembangkan intelektual siswa. Ini terlihat dari jawaban responden
sebesar 19,70% atau 13 responden menjawab kurang setuju, 4
responden (6,06%) menjawab tidak setuju, dan 1 responden (1,52%)
menjawab sangat tidak setuju. Selain itu, jika dilihat pada dokumen
perguruan Tamansiswa Bekasi tentang jenis sarana dan prasarana yang
dimiliki sekolah tersedia beberapa media dan berbagai fasilitas untuk
mendukung kegitan pembelajaran di sekolah dan aktivitas non
akademik siswa.12
(lihat lampiran 7) Maka, dengan demikian jelas
bahwa kepala sekolah sudah melaksanakan peran tanggung jawabnya
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tabel 4.3
Peran pamong (guru) dalam mengembangkan kepekaan sosial.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
2
Sangat Setuju 15 22,73%
Setuju 37 56,06%
Kurang Setuju 11 16,67%
Tidak Setuju 3 4,55%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
12 -------, Program Kerja SMP Tamansiswa Bekasi Tahun Ajaran 2015/2016, op.cit., h. 12.
Page 67
52
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel di atas terlihat bahwa 56,06% atau 37 responden
menyatakan setuju, dan 22,73% atau 15 responden menyatakan sangat
setuju, jika di sekolah siswa dilatih oleh pamong (guru) untuk memiliki
kepekaan sosial terhadap orang lain melalui kegiatan bakti sosial.
Karena 78,79% responden atau sebagian besar responden memberikan
jawaban setuju, maka dengan demikian jelas bahwa pamong (guru)
melaksanakan perannya dalam mengembangkan kepekaan sosial.
b. Tujuan Pendidikan Tamansiswa
Tabel 4.4
Peran Kepala sekolah membentuk pribadi siswa
yang berbudi pekerti.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
3
Sangat Setuju 24 36,36%
Setuju 27 40,91%
Kurang Setuju 13 19,70%
Tidak Setuju 2 3,03%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut diketahui 77,27% (51 responden) atau sebagian
besar responden menyatakan jika kepala sekolah selalu mengarahkan
siswa untuk menjadi pribadi yang berbudi pekerti berdasarkan asas
kebudayaan Tamansiswa. Hal ini terbukti dengan 40,91% atau 27
responden yang menjawab setuju dan dan 24 atau 36,36% responden
menjawab sangat setuju. Ini diperkuat dengan pernyataan Nyi Euis
Setiawati bahwa “Transformasi sih lebih kepada merubah siswa untuk
lebih sesuai dengan tujuan pendidikan atau budi pekerti. Tapi kalau
dilihat di sisni siswa lebih memiliki sikap sendiri sejak awal dan ngeyel.
Page 68
53
Sulit untuk melakukan transformasi.”13
Dari pernyataan tersebut dan
berdasarkan jawaban responden, maka diketahui bahwa adanya upaya
membentuk pribadi siswa yang berbudi pekerti.
Tabel 4.5
Interpretasi Data Transformasi
Dimensi Indikator Skor NH NS
P =
Katagori
Tujuan
Pendidikan
Umum
Mengupayakan
perubahan
Prilaku
517 5 x 2
= 10
= 7,8
= 78%
Baik
Tujuan
Pendidikan
Tamansiswa
Mengupayakan
perubahan
Prilaku
271 5 x 1
= 5
= 4,1
= 82%
Sangat
Baik
Jumlah 788 15
=12
= 80%
Baik
Tabel di atas menginterprestasikan setiap indikator dalam variabel
transformasi, yaitu dimensi tujuan pendidikan umum, dengan indikator
mengupayakan perubahan perilaku memiliki dua item soal dan
memperoleh nilai persentase 78% berada pada katagori baik. Pada
dimensi tujuan pendidikan Tamansiswa. Indikator mengupayakan
perubahan perilaku memiliki satu item soal dan memperoleh nilai
persentase 82% berada pada katagori sangat baik. Bila dihitung secara
keseluruhan dengan cara yang sama, maka nilai persentase dari tiga item
soal adalah sebesar 80% berada pada katagori baik, artinya kepala
sekolah beserta pamong (guru) dan anggota perguruan Tamansiswa
Bekasi selalu mengupayakan perubahan siswa ke arah yang lebih baik.
Atau dapat dikatakan bahwa sekolah tersebut telah konsisten
melaksanakan transformasi dalam diri siswa untuk tercapainya keserasian
13 Hasil wawancara pamong Nyi Euis Setiawati, loc.cit.
Page 69
54
antara kemampuan siswa dengan karakter budi pekerti, serta menjadi
sekolah yang sejuk dalam budaya budi pekerti yang luhur dan ideal
berdasarksan wawasan wiyata mandala.
2. Budaya Sekolah
SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi merupakan salah satu
cabang dari perguruan Tamansiswa yang didirikan oleh Ki Hadjar
Dewantara dan sejak awal pendiriannya hingga kini memiliki nilai hidup
yang secara terus-menerus dianut, yaitu budi pekerti. Dari hasil
wawancara yang dilakukan terhadap Ki Setiyaka selaku kepala sekolah
SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi, Ki Setiyaka memaparkan
pemahamannya tentang budaya sekolah, yaitu “Budaya sekolah menurut
saya adalah kebiasaan atau adat yang dilakukan secara terus-menerus
dalam setiap kesempatan dan kondisi sehingga membentuk karakter
siswa.” Selain itu, Ki Setiyaka juga menjelaskan budaya sekolah yang
menjadi fokus utama dan nilai hidup di SMP Tamansiswa, sebagai
berikut: “Budaya sekolah yang menjadi fokus utama dan nilai hidup
untuk seluruh keluarga besar Tamansiswa dan perguruan Tamansiswa
adalah budi pekerti. Belajar dalam suasana pondok budi pekerti.”14
Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa budaya sekolah dapat
membentuk karakter siswa dan budaya sekolah yang menjadi fokus
utama adalah budi pekerti. Sedangkan penerapannya dituangkan dalam
program-program sekolah yang diatur dalam peraturan dan tata tertib
sekolah.
Budaya sekolah yang diterapkan di SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi oleh sebagian narasumber sudah dianggap sesuai
untuk mengeksplorasi potensi-potensi peserta didik. Namun pada kondisi
sebenarnya penerapan budi pekerti mengalami kontradiksi atau
ketidaksesuaian. Ini berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Nyi
14 Hasil wawancara pamong Ki Setiyaka, loc.cit.
Page 70
55
Euis Setiawati mengenai kesesuaian budaya sekolah yang diterapkan
untuk mengeksplorasi potensi-potensi peserta didik, yakni:
Praktek penerapan budi pekerti kontradiksi. Sebenarnya apa yang
ditanamkan sejak awal jadi nilai Tamansiswa sudah baik dan bagus.
Tetapi ternyata dalam perakteknya ditemui kesulitan. Siswa susah
sekali dibentuk dengan budaya sekolah, lebih cenderung bersikap
semaunya Kalau ditanya sesuai atau tidak, ya jelas sesuai karena
budaya sekolah juga disesuaikan dengan kondisi sekolah dan
lingkungannya.15
Hal inilah yang menjadi kendala yang sering ditemukan dalam
menerapkan budaya sekolah. Ini juga diperkuat dengan pernyataan Ki
Setiyaka mengenai kendala yang ditemukan dalam mengembangkan
budaya sekolah, yakni: “Kendala yang umumnya terjadi itu lebih
cenderung muncul dari diri siswa, seperti pergaulan siswa di luar yang
tidak mendukung (masyarakat) dan kebiasaan di keluarga yang kurang
baik.”16
Untuk menanggulangi hal itu, maka anggota perguruan
mengupayakan siswa untuk mampu mengikuti dan melaksanakan norma
yang berlaku di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. Selain itu,
untuk terus menciptakan belajar dalam suasana pondok budi pekerti
anggota perguruan terus mensosialisasikan mengenai nilai-nilai
Ketamansiswaan melalui beberapa kegiatan seperti menambahkan mata
pelajaran Ketamansiswaan yang wajib diikuti seluruh siswa,
mensosialisasikan melalui peraturan sekolah, serta para pamong (guru)
yang memiliki peran untuk memberi contoh langsung kepada siswa
mengenai nilai-nilai Ketamansiswaan.
Data yang terkumpul dari hasil angket yang telah disebar kepada 66
responden di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi mengenai
budaya sekolah kemudian diolah untuk mempermudah menganalisa data.
Hasil pengolahan penelitian ini akan dimasukkan ke dalam tabel ditribusi
frekuensi sebagai berikut:
15 Hasil wawancara pamongNyi Euis Setiawati, loc.cit.
16
Hasil wawancara pamong Ki Setiyaka, loc.cit.
Page 71
56
a. Pembentukan
1) Seleksi
Tabel 4.6
Alasan bersekolah di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
4
Sangat Setuju 7 10,61%
Setuju 21 31,82%
Kurang Setuju 24 36,36%
Tidak Setuju 9 13,64%
Sangat Tidak Setuju 5 7,58%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa hampir setengah
responden atau 42,43% responden menyatakan memilih bersekolah
di SMP Tamansiswa karena keluarganya merupakan bagian dari
keluarga besar Tamansiswa. Ini terlihat dari jawaban responden yang
menjawab setuju sebanyak 31,82% atau 21 responden dan responden
yang menjawab sangat setuju 7 responden atau 10,61%. Namun
57,58% responden atau lebih dari setengahnya menyatakan memilih
bersekolah di SMP Tamansiswa bukan karena keluarganya
merupakan bagian dari keluarga besar Tamansiswa. Ini terlihat dari
24 responden atau 36,36% yang menjawab kurang setuju, 13,64%
atau 9 responden menjawab tidak setuju, dan 5 responden atau 7,58
menjawab sangat tidak setuju. Maka, dengan demikian jelas bahwa
alasan siswa bersekolah di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi bukan karena keluarganya merupakan bagian dari keluarga
besar Tamansiswa Bekasi.
2) Manajemen Puncak
Tabel 4.7
Kepala sekolah menunjukkan perilaku disiplin waktu
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
5 Sangat Setuju 28 42,42%
Page 72
57
Setuju 24 36,36%
Kurang Setuju 12 18,18%
Tidak Setuju 2 3,03%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar atau 78,78%
responden menyatakan jika kepala sekolah selalu menunjukkan
perilaku disiplin waktu kepada seluruh warga sekolah. Hal ini
terbukti dengan 42,42% atau sebanyak 28 responden yang menjawab
sangat setuju dan 36,36% atau sebanyak 24 responden yang
menjawab setuju. Namun 21,21% atau sebagian kecil menyatakan
jika kepala sekolah tidak selalu menunjukkan perilaku disiplin waktu
kepada seluruh warga sekolah. Maka, dengan demikian jelas bahwa
kepala sekolah telah menunjukkan perilaku disiplin waktu.
Tabel 4.8
Peran kepala sekolah menumbuhkan perilaku disiplin.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
6
Sangat Setuju 24 36,36%
Setuju 28 42,42%
Kurang Setuju 11 16,67%
Tidak Setuju 3 4,55%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa 78,78% atau sebagian besar
responden menyatakan jika kepala sekolah selalu memberi dorongan
kepada siswa untuk lebih disiplin. Hal ini terbukti dengan 28
responden atau 42,42% menjawab setuju dan 36,36% atau 24
responden menjawab sangat setuju. Namun sebagian kecil responden
atau 11,22% menyatakan jika kepala sekolah tidak memberi
Page 73
58
dorongan kepada siswa untuk lebih disiplin. Sedangkan berdasarkan
hasil wawancara dengan Ki Setiyaka, beliau mengutarakan
pendapatnya mengenai program-program apa saja yang dibuatnya
untuk menumbuhkan disiplin belajar siswa, terutama saat berada di
sekolah, yakni:
Program itu banyak, kalau program harian seperti saat hari senin
ada upacara bendera, piket kelas, kedisiplinan masuk pagi, pakai
seragam, senantiasa budaya sekolah dengan tertib. Saya juga
biasanya mengusahakan bagaimana caranya agar saat saya
mengajar anak-anak itu antusias setidaknya memberi respon yang
baik saat belajar, ya bisa lewat motivasi atau cara mengajar yang
menarik buat anak tapi tidak mengurangi kualitas belajar.17
Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa adanya upaya-
upaya yang dilakukan Ki Setiyaka selaku kepala sekolah untuk
menumbuhkan disiplin siswa Maka dengan demikian jelas bahwa
kepala sekolah telah melaksanakan perannya dalam menumbuhkan
perilaku disiplin siswa.
3) Sosialisasi
Tabel 4.9
Peran kepala sekolah dalam mengingatkan sikap sopan santun.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
7
Sangat Setuju 14 21,21%
Setuju 35 53,03%
Kurang Setuju 16 24,24%
Tidak Setuju 1 1,52%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden atau 74,24%
menyatakan jika saat melaksanakan upacara bendera kepala sekolah
selalu mengingatkan siswa untuk bersikap sopan santun dan hormat
17 Hasil wawancara pamong Ki Setiyaka, loc.cit.
Page 74
59
terhadap pamong dan petugas perguruan. Hal ini terbukti dengan
53,03% atu 35 responden yang menjawab setuju dan 21,21% atau 14
responden menjawab sangat setuju. Tetapi sebanyak 25,76% atau
sebagian kecil responden menyatakan jika saat melaksanakan upacara
bendera kepala sekolah tidak selalu mengingatkan siswa untuk
bersikap sopan santun dan hormat terhadap pamong dan petugas
perguruan. Namun sosialisasi untuk meningkatkan sikap sopan santun
dan hormat dalam diri siswa sudah dilakukan dengan
mencantumkannya pada peraturan tata tertib siswa SMP (Taman
Dewasa) Tamansiswa Bekasi pada point satu yang berbunyi “setiap
siswa wajib memperlihatkan sikap sopan dan hormat terhadap segenap
pamong dan petugas perguruan.”18
Maka, dengan demikian jelas
bahwa adanya upaya kepala sekolah dalam menumbuhkan sikap sopan
santun dalam diri siswa dan mensosialisasikannya dengan selalu
mengingatkan siswa untuk bersikap sopan dan hormat terhadap
segenap pamong dan petugas perguruan.
Tabel 4.10
Mensosialisasikan tata tertib sekolah.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
8
Sangat Setuju 16 24,24%
Setuju 32 48,48%
Kurang Setuju 15 22,73%
Tidak Setuju 2 3,03%
Sangat Tidak Setuju 1 1,52%
Jumlah (N) 66 100
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden atau
72,72% responden menyatakan jika di sudut-sudut sekolah
terpampang tata tertib sekolah. Hal ini terbukti dengan 32 responden
18 -------, Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi. Pada Tanggal 1 Juni 2016. (File
Berbentuk Soft Copy)
Page 75
60
atau 48,48% menjawab setuju dan sebanyak 24,24% atau 16
responden menyatakan sangat setuju. Meskipun sebanyak 27,28%
atau sebagian kecil responden menjawab tidak setuju. Tetapi dengan
demikian dapat dinyatakan jika adanya upaya mensosilisasi tata
tertib dengan mencantumkan tata tertib yang berlaku di sekolah pada
sudut-sudut sekolah sehingga dapat dilihat oleh seluruh siswa dan
anggota perguruan.
b. Budaya Formal
1) Budaya Disiplin
Tabel 4.11
Disiplin mematuhi tata tertib pemakaian seragam sekolah.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
9
Sangat Setuju 17 25,76%
Setuju 35 53,03%
Kurang Setuju 12 18,18%
Tidak Setuju 2 3,03%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden
atau 78,79% responden menyatakan jika seluruh siswa diharuskan
mengenakan pakaian seragam sekolah secara rapih dan tertib, serta
lengkap dengan atributnya. Ini terlihat dari jawaban responden yang
menjawab setuju sebesar 53,03%atau 35 responden dan responden
yang menyatakan sangat setuju sebesar 25,76% atau 17 responden.
Namun sebagian responden atau 21,21% responden tidak setuju. Jika
dilihat pada peraturan tata tertib siswa SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi pada point 11, 12, dan 13 tercantum mengenai
tata tertib yang harus ditaati oleh siswa mengenai pemakaian
seragam sekolah sesuai jadwal yang ditentukan, lengkap, rapih,
Page 76
61
bersih dan sopan.19
(lihat lampiran 9) Selain itu, untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa maka dibuat tindakan disiplin bagi siswa yang
tidak mematuhi ketentuan pemakaian seragam sekolah dan
tercantum dalam tindakan dan sanksi pelanggaran tata tertib siswa
SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi pada point empat berupa
peneguran terhadap siswa yang melanggar. Pada peneguran pertama
akan dilakukan pencoretan dengan spidol dan pada peneguran
selanjutnya adalah membuat pernyataan.20
(lihat lampiran 10) Maka
dengan demikian jelas bahwa seluruh siswa diharuskan mengenakan
pakaian seragam sekolah secara rapih dan tertib, serta lengkap
dengan atributnya
Tabel 4.12
Disiplin kehadiran siswa.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
10
Sangat Setuju 5 7,58%
Setuju 14 21,21%
Kurang Setuju 28 42,42%
Tidak Setuju 12 18,18%
Sangat Tidak Setuju 7 10,61%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian kecil responden
atau sebesar 28,79% responden menyatakan setuju jika siswa di
sekolah ini memiliki disiplin kehadiran yang rendah. Ini terlihat dari
jawaban responden yang menjawab setuju sebesar 21,21% atau 14
responden, dan 5 responden atau 7,58% menjawab sangat setuju.
Namun sebanyak 61,11% atau sebagian besar menjawab tidak
setuju. Ini terlihat dari 28 responden atau 42,42% menjawab kurang
setuju, 18,18% atau sebanyak 12 responden menjawab tidak setuju,
19 Ibid.
20 -------, Tindakan dan Sanksi Pelanggaran Tata Tertib SMP Tamansiswa Bekasi. Pada
Tanggal 1 Juni 2016. (File Berbentuk Soft Copy)
Page 77
62
dan sebanyak 7 responden atau sebesar 10,61% menjawab sangat
tidak setuju. Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa disiplin
kehadiran siswa di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
cukup baik.
Tabel 4.13
Disiplin waktu
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
11
Sangat Setuju 8 12,12%
Setuju 29 43,94%
Kurang Setuju 22 33,33%
Tidak Setuju 7 10,61%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Disiplin waktu di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
sudah diatur dalam peraturan/tata tertib siswa ataupun tata tertib
guru. Dalam peraturan/tata tertib siswa SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi terdapat pada point tiga yang berbunyi “setiap
siswa sudah harus hadir di perguruan sebelum jam belajar dimulai’21
Sedangkan dalam tata tertib guru/pamong SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi terdapat pada point satu tentang kewajiban
dibagian c yang berbunyi “hadir di sekolah minimal 15 menit
sebelum pelajaran dimulai.” dan pada bagian d berbunyi “hadir
dikelas tepat waktu (tidak menunda) sesuai jadwal mengajar.”22
Sedangkan bagi siswa yang tidak mematuhi ketentuan terdapat
sanksi yang akan diberikan, yaitu jika kehadiran siswa terlambat 10
menit maka tindakan yang diberikan adalah dipanggil ke kantor
dengan pemberian sanksi berupa teguran.23
21-------, Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit.
22
-------, Tata Tertib Guru/Pamong SMP Tamansiswa Bekasi. Pada Tanggal 1 Juni 2016. (FiLe
Berbentuk Soft Copy)
23
-------, Tindakan dan Sanksi Pelanggaran Tata Tertib SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit.
Page 78
63
Dari tabel di atas terlihat bahwa lebih dari setengahnya atau
sebesar 56,06% responden menyatakan jika kegiatan belajar selalu
dimulai tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan. Hal ini
terbukti dengan 29 responden yang menjawab setuju dan atau
sebesar 43,94%, 12,12% atau sebanyak 8 responden menjawab
sangat setuju. Tetapi hampir setengah responden atau sebesar
43,94% menyatakan jika kegiatan belajar terkadang dimulai tidak
tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan. Namun dengan
demikian disiplin waktu yang dimiliki dalam melaksanakan kegiatan
belajar dapat dikatakan sesuai dengan jadwal yang ditentukan
sekolah oleh lebih dari setengah siswa SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi.
Tabel 4.14
Peran polisi siswa terhadap kedisiplinan dan ketertiban.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
12
Sangat Setuju 18 27,27%
Setuju 24 36,36%
Kurang Setuju 23 34,85%
Tidak Setuju 1 1,52%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden atau
63,63% menyatakan jika polisi siswa diperlukan untuk menjaga
kedisiplinan siswa dan ketertiban sekolah. Hal ini terbukti dengan 24
responden yang menjawab setuju atau sebesar 36,36%, dan 18
responden atau 27,27% menjawab sangat setuju. Sedangkan
sebagian kecil responden atau 36,37% menyatakan tidak setuju jika
polisi siswa diperlukan untuk kedisiplinan siswa dan ketertiban
sekolah. Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa sebagian
Page 79
64
besar siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
membutuhkan peran polisi siswa untuk menjaga kedisiplinan dan
ketertiban di sekolah. Polisi siswa terdiri dari anggota PPTS atau
OSIS yang ditugaskan untuk menjaga ketertiban sekolah pada
kegiatan-kegiatan tertentu dan menjaga kedisiplinan seluruh siswa.
Mereka memiliki peranan untuk membantu tugas bidang kesiswaan
dan BK.
2) Budaya Membaca
Tabel 4.15
Minat siswa mengunjungi perpustakaan sekolah rendah.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
13
Sangat Setuju 4 6,06%
Setuju 2 3,03%
Kurang Setuju 9 13,64%
Tidak Setuju 32 48,48%
Sangat Tidak Setuju 19 28,79%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sedikit responden atau 9,09%
(6 responden) menyatakan jika dirinya tidak suka mengunjungi
perpustakaan sekolah. Hal ini terbukti dengan 2 responden yang
menjawab setuju atau sebesar 3,03% dan 6,06% atau 4 responden
menjawab sangat setuju. Tetapi hampir semua responden atau
sebesar 90,91% menyatakan jika dirinya suka mengunjungi
perpustakaan sekolah. Ini terlihat dari 28,79% atau 19 responden
menjawab sangat tidak setuju, 48,48% atau 32 responden menjawab
tidak setuju, dan 9 responden atau sebesar 13,64% menjawab kurang
setuju dengan pernyataan jika dirinya tidak suka mengunjungi
perpustakaan sekolah. Maka dengan ini jelas bahwa hampir semua
siswa suka mengunjungi perpustakaan sekolah. Ini menunjukkan
Page 80
65
adanya budaya membaca yang tinggi dikalangan siswa SMP (Taman
Dewasa) Tamansiswa Bekasi.
Tabel 4.16
Minat membaca buku siswa rendah.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
14
Sangat Setuju 3 4,55%
Setuju 7 10,61%
Kurang Setuju 18 27,27%
Tidak Setuju 25 37,88%
Sangat Tidak Setuju 13 19,70%
Jumlah (N) 66 66
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian kecil responden
(15,16% atau 10 responden) menyatakan jika dirinya membaca buku
hanya ketika diberikan tugas oleh pamong. Ini terlihat dari jawaban
responden yang menjawab setuju sebesar 10,61% atau 7 responden
dan 3 responden (4,55%) menjawab sangat setuju. Sedangkan
sebagian besar atau 84,85% menyatakan jika dirinya membaca buku
tidak hanya ketika diberikan tugas oleh pamong. Hal ini terbukti
dengan yang menjawab sangat tidak setuju sebesar 19,70% atau
sebanyak 13 responden, 18 responden atau 27,27% menjawab
kurang setuju, 25 responden atau 37,88% menjawab tidak setuju
dengan pernyataan jika dirinya membaca buku hanya ketika
diberikan tugas oleh pamong. Dengan demikian jelas bahwa hanya
sebagian kecil siswa yang memiliki minat membaca yang rendah.
3) Budaya Kreatif
Tabel 4.17
Kelas jurnalistik untuk menyalurkan bakat
dan minat menulis siswa.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
15 Sangat Setuju 12 18,18%
Page 81
66
Setuju 29 43,94%
Kurang Setuju 21 31,82%
Tidak Setuju 4 6,06%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden
atau sebesar 62,12% menyatakan jika kelas jurnalistik berguna untuk
menyalurkan bakat dan minat menulis siswa. Ini terlihat dari
jawaban responden yang menjawab setuju sebesar 43,94% atau 29
responden, dan 12 responden atau 18,18% menjawab sangat setuju.
Sedangkan sebagian kecil responden menyatakan tidak setuju. Maka
dengan ini jelas bahwa sebagian besar siswa menjadikan kelas
jurnalistik sebagi wadah untuk menyalurkan bakat dan minat
menulis.
Tabel 4.18
GKS sebagai wadah kreatifitas siswa.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
16
Sangat Setuju 11 16,67%
Setuju 29 43,94%
Kurang Setuju 24 36,36%
Tidak Setuju 1 1,52%
Sangat Tidak Setuju 1 1,52%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar (60,61%)
responden menyatakan setuju jika kegiatan GKS (Gelar Kreatifitas
Siswa) yang diadakan sekolah bisa menjadi wadah kratifitas siswa.
Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju sebesar
43,94% atau 29 responden, dan 11 responden atau sebesar 16,67%
menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden
(39,40% menjawab tidak setuju. Hal ini dimungkinkan karena dua
Page 82
67
tahun terakhir kegiatan GKS kurang diminati oleh siswa. Ini
diperkuat dengan pernyataan Ki Wana Sapto Ajie tentang keaktifan
siswa dalam mengikuti program-program disekolah. Berikut
pernyataan yang dikemukakan olej Ki Wana Sapto Ajie, yakni:
“Aktif sebagian. Sekarang-sekarang siswa/i sudah kurang antusias.
Maunya pulang aja, jadi kegiatan-kegiatan yang ikut orangnya itu-itu
saja. Seperti GKS tahun ini yang lebih banyak diisi bintang tamu,
alumni sedangkan siswa tidak tertarik. Jadi tujuan GKS tidak
tercapai sepenuhnya karena siswa sendiri tidak antusias.”24
Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa sebagian siswa
memang memiliki ke aktifan namun pada saat ini antusias siswa
menurun termasuk antusias siswa untuk mengikuti GKS. Dengan
demikian jelas, meskipun pelaksanaannya kurang diminati tetapi
sebagian besar siswa masih menjadikan GKS sebagai wadah
untuknya berkreatifitas. GKS sendiri diadakan setiap tahun di
lingkungan Perguruan Tamansiswa cabang Bekasi yang diikuti oleh
Taman Indria (TK), Taman Dewasa (SMP), dan Taman Madya
(SMA/SMK). Isi acara berupa pentas tari, musik, puisi, dan kegiatan
kesenian lainnya. Tujuannya adalah untuk mempererat kekeluargaan
dalam perguruan dan memberi fasilitas bagi siswa yang memiliki
minat dan bakat dalam bidang seni.
Tabel 4.19
Peran sekolah dalam mengembangkan bakat minat dan
keterampilan siswa.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
17
Sangat Setuju 10 15,15%
Setuju 30 45,45%
Kurang Setuju 18 27,27%
Tidak Setuju 5 7,58%
24 Hasil Wawancara pamong Ki Wana Sapto Ajie, loc.cit.
Page 83
68
Sangat Tidak Setuju 3 4,55%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden
(60,60%) menyatakan jika sekolah menyediakan berbagai fasilitas
yang dapat mendorong siswa mengembangkan bakat minat dan
keterampilannya. Hal ini terbukti dengan 45,45% (30 responden)
yang menjawab setuju dan 15,15% (10 responden) menjawab sangat
setuju. Sedangkan sebagian kecil responden (39,40% atau 26
responden) menyatakan tidak setuju. Pada dokumen perguruan,
disebutkan berbagai fasilitas-fasilitas pendukung sekolah seperti
ruang media dan alat bantu KBM, perpustakaan sekolah,
laboraturium dan ruang praktek IPA, Bahasa, keterampilan (seni),
serta komputer. Selain itu tersedia juga lapangan olah raga dan alat-
alat pendukungnya.25
(lihat lampiran 7) Hanya saja berdasarkan
keterangan yang tertera pada hasil observasi aktivitas belajar siswa
di kelas diketahui bahwa beberapa fasilitas harus berbagi dengan
bagian Taman Madya (SMA/SMK).26
Sehingga siswa hanya dapat
menggunakan fasilitas sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh
sekolah. Maka, dengan ini jelas sekolah sudah berupaya untuk
menyediakan berbagai fasilitas yang dapat mendorong siswa untuk
mengembangkan bakat, minat dan keterampilnya.
4) Budaya Berprestasi
Tabel 4.20
Kesiapan siswa dalam menghadapi kesulitan belajar.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
18
Sangat Setuju 1 1,52%
Setuju 6 9,09%
Kurang Setuju 23 34,85%
25 -------, Program Kerja SMP Tamansiswa Bekasi Tahun Ajaran 2015/2016, loc.cit.
26
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas
Page 84
69
Tidak Setuju 25 37,88%
Sangat Tidak Setuju 11 16,67%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa besar (89,40%) responden
menyatakan jika dirinya tidak akan menyerah apabila menemui
kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan pamong (guru). Ini
terlihat dari jawaban responden yang menjawab kurang setuju
sebesar34,85% (23 responden), 37,88% (25 responden) menjawab
tidak setuju, dan 16,67% (11 responden) menjawab sangat tidak
setuju jika dirinya akan menyerah apabila menemui kesulitan dalam
mengerjakan soal yang diberikan pamong (guru). Sedangkan
sebagian kecil responden (10,61% atau 7 responden) menyatakan
jika dirinya akan menyerah apabila menemui kesulitan dalam
mengerjakan soal yang diberikan oleh pamong (guru). Hal ini
terbukti dengan 6 responden (9,09%) yang menjawab setuju dan 1
responden (1,52%) menjawab sangat setuju. Maka, jelas bahwa
sebagian besar siswa di SMP Tamansiswa siap untuk menghadapi
kesulitan dalam belajar. Ini dapat dilihat pada hasil observasi siswa
pada aktivitas belajar siswa di kelas yang diketahui bahwa adanya
keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar dan mengerjakan
tugas/latihan yang diberikan oleh guru.
Tabel 4.21
Kegiatan untuk mendorong siswa dalam berkompetisi.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
19
Sangat Setuju 15 22,73%
Setuju 30 45,45%
Kurang Setuju 17 25,76%
Tidak Setuju 4 6,06%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Page 85
70
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden
(68,18% atau 45 responden) menyatakan setuju jika sekolah
mengadakan berbagai lomba untuk mendorong siswa dalam
berkompetisi. Hal ini terbukti dengan 30 responden (45,45%) yang
menjawab setuju dan 15 responden (22,73%) menjawab sangat
setuju. Sedangkan sebagian kecil responden atau sebesar 31,82% (21
responden) menyatakan tidak setuju. Maka, jelas bahwa adanya
kegiatan yang diadakan oleh sekolah sebagai upaya untuk
mendorong siswa berkompetisi melalui pengadaan lomba yang
diadakan di sekolah melalui kegiatan GKS dan perlombaan antar
kelas ataupun mengikut sertakan siswa pada perlombaan di luar
sekolah.
5) Budaya Kerja Keras, Cerdas, dan Ikhlas
Tabel 4.22
Kerja keras siswa dalam belajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
20
Sangat Setuju 18 27,27%
Setuju 28 42,42%
Kurang Setuju 13 19,70%
Tidak Setuju 5 7,58%
Sangat Tidak Setuju 2 3,03%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden (69,69%
atau 46 responden) menyatakan jika dirinya berusaha mencari
tambahan materi belajar yang disampaikan oleh pamong (guru) dari
berbagai sumber. Hal ini terbukti dengan 28 responden(42,42%)
yang menjawab setuju dan 18 responden (27,27%) menjawab sangat
setuju. Namun sebagian kecil reponden (30,31% atau 20 responden)
Page 86
71
menjawab tidak setuju. Dengan demikian maka, sebagian besar
siswa memiliki sikap kerja keras dalam belajar.
Tabel 4.23
Sikap cerdas dalam belajar.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
21
Sangat Setuju 18 27,27%
Setuju 25 37,88%
Kurang Setuju 16 24,24%
Tidak Setuju 5 7,58%
Sangat Tidak Setuju 2 3,03%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden
(65,15% atau 43 responden) menyatakan jika dirinya senang
melakukan aktivitas belajar dialog interaktif dengan para pamong
(guru). Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju
37,88% atau 25 responden, dan 18 reponden atau 27,27% menjawab
sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden (34,85% atau 23
responden) menyatakan dirinya tidak melakukan aktivitas belajar
dialog interaktif dengan para pamong (guru). Ini terlihat dari
jawaban responden yang menjawab kurang setuju sebesar 24,24%
atau sebanyak 16 responden, 5 responden atau 7,58% menjawab
tidak setuju, dan 2 responden atau 3,03% menjawab sangat tidak
setuju. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan
adanya interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan materi
pelajaran saat di dalam kelas.27
Maka dengan ini jelas bahwa,
sebagian besar siswa memiliki sikap cerdas saat belajar dengan
melakukan dialog interaktif dengan para pamong (guru).
27 Ibid.
Page 87
72
Tabel 4.24
Sikap Ikhlas
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
22
Sangat Setuju 19 28,79%
Setuju 25 37,88%
Kurang Setuju 17 25,76%
Tidak Setuju 4 6,06%
Sangat Tidak Setuju 1 1,52%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden
(66,67% atau 44 responden menyatakan jika dirinya selalu
melaksanakan piket kelas sesuai jadwal tanpa paksaan siapapun. Ini
terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju sebesar
37,88% atau 25 responden, dan menjawab sangat setuju sebanyak
19 responden atau 28,79%. Sedangkan sebagian kecil responden
(33,34% atau 22 responden) menyatakan tidak setuju. Maka, jelas
bahwa sebagian besar siswa memiliki sikap ikhlas dengan
melaksanakan piket kelas sesuai jadwal tanpa paksaan siapapun.
Pelaksanaan piket merupakan kewajiban siswa yang tertera di
dalam peraturan/tata tertib siswa SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi pada point delapan yang berbunyi “setiap
siswa wajib ikut serta menjaga kebersihan lingkungannya...” 28
Dan
di dalam tata tertib pembiasaan siswa di kelas juga tertera
mengenai kewajiban piket siswa, pada point 11 yang berbunyi
“siswa wajib menjalankan tugas piket kelas sebelum jam pelajaran
dimulai.”29
Selain itu, pada hasil wawancara mengenai program apa
saja yang dilakukan untuk menumbuhkan disiplin belajar siswa di
sekolah Ki Setiyaka menyatakan,
28 -------, Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit.
29
-------, Tata Tertib Pembiasaan Siswa di Kelas. Pada Tanggal 1 Juni 2016. (File Berbentuk
Soft Copy)
Page 88
73
Program itu banyak, kalau program harian seperti saat hari senin
ada upacara bendera, piket kelas, kedisiplinan masuk pagi, pakai
seragam, senantiasa budaya sekolah dengan tertib. Saya juga
biasanya mengusahakan bagaimana caranya agar saat saya
mengajar anak-anak itu antusias setidaknya memberi respon
yang baik saat belajar, ya bisa lewat motivasi atau cara mengajar
yang menarik buat anak tapi tidak mengurangi kualitas belajar.30
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan
piket kelas sebagai program harian dapat memunculkan sikap dan
budaya disiplin dalam diri siswa. Namun pada kenyataannya ada
saja siswa yang merasa terpaksa dan mengabaikan tugasnya
melaksanakan piket kelas, sehingga dibutuhkan sikap ikhlas dalam
mengerjakannya.
c. Budaya Informal
1) Budaya Memberi Penghargaan dan Menegur
Tabel 4.25
Memberi penghargaan terhadap siswa.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
23
Sangat Setuju 27 40,91%
Setuju 26 39,39%
Kurang Setuju 12 18,18%
Tidak Setuju 1 1,52%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden
(80,30% atau 53 responden) menyatakan jika sekolah selalu
memberi apresiasi terhadap siswa berprestasi. Ini terlihat dari
jawaban responden yang menjawab sangat setuju sebesar 40,91%
atau 27 responden, dan 26 responden atau sebesar 39,39% menjawab
setuju. Berdasarkan peraturan penghargaan terhadap siswa SMP
30 Hasil Wawancara pamong Ki Setiyaka, loc.cit.
Page 89
74
(Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi yang berprestasi kepala
sekolah dan komite sekolah akan memberikan beasiswa berupa
pembebasan SPP atau pembebasan separo SPP bagi siswa yang
berprestasi dan siswa yang tidak mampu. Namun keputusan tersebut
akan melihat dan mempertimbangkan kondisi keuangan sekolah.31
Selain itu berdasarkan observasi kelas maka dapat diketahui bahwa
adanya apresiasi guru terhadap siswa yang aktif terlibat dalam
kegiatan pembelajaran.32
Maka, dengan demikian jelas bahwa di
SMP Tamansisiwa terdapat budaya memberi penghargaan terhadap
siswa yang berprestasi sebagai apresiasi dan motivasi untuk lebih
meningkatkan kualitas diri, serta untuk memotivasi siswa yang
lainnya untuk berprestasi juga.
Tabel 4.26
Memberi teguran terhadap siswa.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
24
Sangat Setuju 23 34,85%
Setuju 34 51,52%
Kurang Setuju 7 10,61%
Tidak Setuju 2 3,03%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden (86,37%
atau 57 responden) menyatakan jika pamong (guru) memberi sanksi
terhadap siwa yang membolos selama kegiatan belajar berlangsung.
Hal ini terbukti dengan 34 responden (51,52%) yang menjawab
setuju dan 23 responden (34,85%) menjawab sangat setuju.
Sedangkan sebagian kecil responden (13,64 atau 9 responden)
31 Dokumen Perguruan Tamansiswa Cabang Bekasi, Peraturan Penghargaan Terhadap
Siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi Berprestasi. Pada Tanggal 1 Juni 2016. (File
Berbentuk Soft Copy)
32
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas, loc.cit.
Page 90
75
menyatakan tidak setuju. Berdasarkan peraturan/tata tertib siswa
SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi pada point tujuh
berbunyi “siswa yang berhalangan masuk sekolah dan tidak
memberitahukan sebelumnya, pada hari ia masuk kembali
diharuskan membawa surat dari orangtuanya/walinya.”33
Sedangkan
pada tindakan dan sanksi pelanggaran tata tertib siswa tertera bagi
siswa yang membolos selama pelajaran berlangsung maka tindakan
yang dilakukan adalah peneguran dengan sanksi pemanggilan
orangtua dan membuat surat perjanjian.34
Maka, jelas bahwa terdapat
budaya menegur terhadap siswa yang enggan mematuhi ketentuan
sekolah, salah satunya adalah pamong berhak memberi sanksi
terhadap siwa yang membolos selama kegiatan belajar berlangsung
sebagai efek jera sehingga siswa senantiasa mau melaksanakan dan
menaati norma-norma tersebut.
2) Budaya Jujur
Tabel 4.27
Kejujuran siswa dalam belajar.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
25
Sangat Setuju 3 4,55%
Setuju 2 3,03%
Kurang Setuju 9 13,64%
Tidak Setuju 29 43,94%
Sangat Tidak Setuju 23 34,85%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa hampir seluruh responden
(92,43% atau 61 responden) menyatakan jika dirinya tidak
menyontek saat menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas atau
ulangan. Hal ini terbukti dengan banyaknya 9 responden (13,64%)
33 -------, Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit.
34
-------, Tindakan dan Sanksi Pelanggaran Tata Tertib SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit.
Page 91
76
menjawab kurang setuju, 29 responden (43,94%) yang menjawab
tidak setuju dan 23 reponden (34,85%) menjawab sangat tidak
setuju. Sedangkan hanya sedikit responden (7,58% atau 5 responden)
yang menyatakan jika dirinya menyontek saat menemui kesulitan
dalam mengerjakan tugas atau ulangan. Hali ini terlihat dengan
hanya 3 responden atau 4,55% yang menjawab sangat setuju dan 2
responden (3,03%) menjawab setuju. Maka dengan demikian jelas
bahwa hampir seluruh siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi memiliki sikap jujur dalam belajar dengan tidak menyontek
saat menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas atau ulangan.
Tabel 4.28
Interpretasi Data Budaya Sekolah
Dimensi Indikator Skor NH NS
P
=
Katagori
Pembentukkan
Seleksi 214 5 x 1
= 5
= 3,2
= 65%
Baik
Manajemen
Puncak 553
5 x 2
= 10
= 8,4
= 84%
Sangat
Baik
Sosialisasi 518 5 x 2
= 10
= 7,8
= 78%
Baik
Budaya
Formal
Budaya
Disiplin 954
5 x 4
= 20
=14,5
= 72%
Baik
Budaya
Membaca 494
5 x 2
= 10
= 7,5
= 75%
Baik
Budaya
Kreatif 725
5 x 3
= 15
=11
= 73%
Baik
Budaya
Berprestasi 491
5 x 2
= 10
=7,4
= 74%
Baik
Page 92
77
Budaya
Kerja Keras,
Cerdas, dan
Ikhlas
780 5 x 3
= 15
=11,8
= 79%
Baik
Budaya
Informal
Budaya
Memberi
Penghargaan
dan
Menegur
522 5 x 2
= 10
= 7,9
= 79%
Baik
Budaya
Jujur 265
5 x 1
= 5
= 4,0
= 80%
Baik
Jumlah 5516 110
= 84
= 76%
Baik
Tabel di atas menginterprestasikan setiap dimensi dan indikator
dalam variabel Budaya. Pada dimensi pembentukkan budaya sekolah
terdiri dari tiga indikator. Indikator seleksi dengan satu item soal dan
memperoleh nilai persentase 65% yang berada pada katagori baik.
Kemudian indikator manajemen puncak yang memiliki dua item soal dan
memperoleh nilai persentase 84% yang berada pada katagori sangat baik.
Selanjutnya adalah indikator sosialisasi yang terdiri dari dua item soal
dan memperoleh nilai persentase sebesar 78% yang berada pada katagori
baik. Bila dihitung secara keseluruhan, maka nilai prosentase dari lima
item soal akan diperoleh persentase sebesar 77,88% dan berada pada
katagori baik. Artinya budaya sekolah diterima oleh siswa, dan kepala
sekolah sebagai manajemen puncak mampu menunjukan dan
menanamkan norma-norma positif sebagai upaya untuk menjadikan
prilaku siswa sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan dan
berlaku di sekolah.
Dimensi budaya formal terdiri dari lima indikator. Indikator budaya
disiplin dengan empat item soal dan memperoleh nilai persentase 72%
yang berada pada katagori baik. Kemudian indikator budaya membaca
yang memiliki dua item soal dan memperoleh nilai persentase 77%
berada pada katagori baik. Indikator budaya kreatif dengan tiga item soal
Page 93
78
dan memperoleh nilai persentase 73% yang berada pada kriteria baik.
Indikator budaya berprestasi dengan dua item soal dan memperoleh nilai
persentase 74% yang berada pada katagori baik. Selanjutnya adalah
indikator kerja keras, cerdas dan ikhlas dengan tiga item soal dan
memperoleh nilai persentase sebesar 79% berada pada katagori baik. Bila
dihitung secara keseluruhan, maka nilai prosentase dari 14 item soal akan
diperoleh persentase sebesar 74,57% berada pada katagori baik. Artinya,
SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi memiliki budaya formal
yang baik dan diikuti oleh siswa pada berbagi aktivitas belajar sehari-
hari.
Dimensi budaya informal terdiri dari dua indikator. Indikator budaya
memberi penghargaan dan menegur dengan dua item soal dan
memperoleh nilai persentase 79% yang berada pada kriteria baik.
Kemudian indikator budaya jujur yang memiliki satu item soal dan
memperoleh nilai persentase 80% berada pada katagori sangat baik. Bila
dihitung secara keseluruhan, maka nilai prosentase dari tiga item soal
akan diperoleh persentase sebesar 79,47%. Artinya SMP (Taman
Dewasa) Tamansiswa Bekasi memiliki budaya untuk membiasakan
anggota perguruan berperilaku jujur serta memberi penghargaan dan
menegur kepada setiap anggota perguruan dengan tujuan untuk
memunculkan perilaku disiplin dan berprestasi dalam diri anggota
perguruan.
Bila dihitung secara keseluruhan, maka nilai prosentase variabel
budaya sekolah yang terdiri dari 22 item soal akan memperoleh
persentase sebesar 76% dan berada pada katagori baik, artinya kepala
sekolah beserta pamong (guru) dan anggota perguruan Tamansiswa
Bekasi dapat dinyatakan memiliki budaya sekolah yang baik dan mampu
menjadikan nilai hidup bagi seluruh anggotanya.
Page 94
79
3. Aktivitas Belajar
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, maka
didapatkan beberapa data berupa aktivitas belajar siswa selama di kelas.
Akivitas belajar di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
berlangsung selama 6 hari dan dimulai sejak pukul 07.00 wib sampai
pukul 14.00 wib. Berdasarkan peraturan/ tata tertib siswa SMP (Taman
Dewasa) Tamansiswa Bekasi, pada point 3 berbunyi “setiap siswa sudah
harus hadir di perguruan sebelum jam belajar dimulai.” dan pada point 4
yang berbunyi “setiap siswa wajib mengikuti seluruh mata pelajaran
dengan tekun dan sungguh-sungguh dari pelajaran pertama hingga
pelajaran terakhir pada tiap-tiap hari sekolah.”35
Agar siswa memiliki
semangat belajar yang lebih, maka perlu adanya motivasi dan dukungan
kuat bagi siswa dari pamong, kepala sekolah, perguruan dan orangtua
atau walinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ki Setiyaka, untuk
menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa strategi yang beliau
pakai adalah “bekerjasama dengan orangtua dalam pengawasan dan
menerapkan sistem among.”36
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara,
upaya untuk menumbuhkan minat belajar siswa saat di sekolah, Nyi Euis
selaku wali kelas melaksanakan beberapa program-program, yakni:
“Mengadakan program budi pekerti. Saya beri tanggung jawab penuh
kepada siswa tentang kebersihan kelasnya, melatih siswa untuk memiliki
sikap sopan santun. Ya membiasakan siswa untuk mau bekerja lebih
keras secara mandiri. Lama-lama siswa akan terlatih menjadi disiplin
dengan sendirinya walaupun awalnya pasti terpaksa.”37
Sedangkan perguruan menjadikan pemberian penghargaan kepada
siswa yang berprestasi sebagi salah satu cara untuk membangun minat
dan motivasi belajar siswa, ini tertuang dalam peraturan penghargaan
siswa berprestasi yang berbunyi “Kepala Sekolah dan Komite Sekolah
akan memberikan beasiswa berupa pembebasan SPP dan atau
35 -------, Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit.
36
Hasil Wawancara pamong Ki Setiyaka, loc.cit.
37 Hasil Wawancara pamong Nyi Euis Setiawati, loc.cit.
Page 95
80
pembebasan separo SPP bagi siswa yang berprestasi dan atau siswa yang
tidak mampu.”38
Hal yang hampir serupa juga dilakukan oleh Ki Wana
Sapto Ajie dalam menumbuhkan minat siswa yaitu dengan memberikan
nilai atau point tambahan. Berikut ini adalah pernyataan yang
dikemukakan oleh Ki Wana Sapto Ajie dalam menumbuhkan disiplin
belajar, yakni:
Memberikan nilai 100 untuk siswa yang hadir lebih awal. Jadi
misalnya dia dapat nilai 85 tapi karena hadir lebih awal ke lab, atau ke
kelas mengikuti kegiatan-kegiatan belajar lainnya lebih awal ya saya
tambahkan atau dibulatkan menjadi 100. Jadi siswa lebih menghargai
waktu belajar. Menurut saya cara seperti itu cukup efektif jadi dari
dulu sampai sekarang saya masih menggunakan cara itu untuk siswa
jadi lebih antusias ikut kegiatan belajar.39
Selain menumbuhkan motivasi belajar siswa, perlu juga dibangun
disiplin belajar siswa baik di sekolah ataupun selama di rumah. Untuk
menumbuhkan disiplin belajar siswa selama di sekolah penerapannya
melalui program budi pekerti dan harian seperti upacara bendera setiap
hari senin, piket kelas, serta penerapan tata tertib sekolah ataupun kelas.
Sedangkan untuk menciptakan disiplin belajar di rumah pihak sekolah
melakukan kerjasama dengan orang tua di rumah. Diharapkan orang tua
senantiasa mengarahkan dan mengawasi aktivitas belajar siswa namun
apabila menemui kesulitan orang tua atau wali siswa diharapkan bersedia
untuk datang ke sekolah dan berkonsultasi terhadap wali kelas dan guru
bidang kesiswaan di sekolah. Sehingga nantinya akan ditemui
penyelesaian yang tepat bagi siswa.
Data yang terkumpul dari hasil angket yang telah disebar kepada 66
responden di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi mengenai
aktivitas belajar siswa kemudian diolah dengan tujuan untuk memberikan
penjelasan sehingga mempermudah menganalisa data. Hasil pengolahan
38 -------, Peraturan Penghargaan Terhadap Siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi Berprestasi, loc.cit.
39 Hasil Wawancara Pamong Ki Wana Sapto Ajie, loc.cit.
Page 96
81
penelitian ini akan dimasukkan ke dalam tabel ditribusi frekuensi sebagai
berikut:
a. Prinsip Belajar
1) Perhatian dan Motivasi
Tabel 4.29
Peran kepala sekolah dalam mendukung kegiatan siswa
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
26
Sangat Setuju 21 31,82%
Setuju 36 54,55%
Kurang Setuju 7 10,61%
Tidak Setuju 2 3,03%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden (86,37%
atau 57 responden) menyatakan jika kepala sekolah selalu
mendukung kegiatan pramuka yang dilakukan siswa di sekolah.
Hal ini terbukti dengan 36 responden (54,55%) yang menjawab
setuju dan 21 responden (31,82%) menjawab sangat setuju.
Sedangkan sebagian kecil responden (13,64% atau 9 responden)
menyatakan jika kepala sekolah tidak mendukung kegiatan
pramuka yang dilakukan siswa di sekolah ini dapat dilihat dari 7
responden (10,61%) menjawab kurang setuju dan 2 responden
(3,03%) menjawap tidak setuju. Berdasarkan daftar prestasi yang
diperoleh, diketahui bahwa SMP Tamansiswa memeperoleh
beberapa prestasi atau juara dalam beberapa perlombaan pramuka
di Kota Bekasi, hingga kini sekolah masih selalu mengikuti
berbagai perlombaan namun pada tahun ajaran 2015/2016 belum
menjuari perlombaan apapun. (lihat lampiran 9) Maka, jelas
bahwa kepala sekolah selalu mendukung aktivitas/ kegiatan-
kegiatan yang dilakukan siswa.
Page 97
82
Tabel 4.30 Peran kepala sekolah dan pamong dalam memotivasi siswa.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
27
Sangat Setuju 11 16,67%
Setuju 27 40,91%
Kurang Setuju 23 34,85%
Tidak Setuju 5 7,58%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa lebih dari setengah
responden (57,58% atau 38 responden) menyatakan jika pada
beberapa kesempatan kepala sekolah dan pamong melakukan
sharing pengalaman untuk memotivasi siswa. Hal ini terbukti
dengan 27 responden (40,91%) yang menjawab setuju dan
16,67% atau 11 responden menjawab sangat setuju. Sedangkan
hampir setengah responden (42,43% atau 38 responden)
menyatakan jika kepala sekolah dan pamong tidak melakukan
sharing pengalaman untuk memotivasi siswa. Ini terlihat dari 23
responden (34,85%) menjawab kurang setuju dan 5 responden
(7,85%) menjawab tidak setuju.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa adanya
upaya pamong dalam memotivasi siswa melalui sharing
pengalaman. Nyi Euis Setiawati, ia menyatakan “Untuk
memunculkan motivasi siswa saya lebih sering memberi contoh
secara langsung. Seperti memperlihatkan peristiwa atau biografi
seseorang lewat cerita atau vidio dengan harapan siswa akan
termotivasi dengan kisah-kisah yang disajikan saat selingan
waktu belajar.”40
Maka, dengan ini jelas bahwa adanya upaya
untuk memotivasi siswa melalui kegiatan sharing pengalaman
yang dilakukan oleh pamong.
40 Hasil Wawancara pamong Nyi Euis Setiawati, loc.cit.
Page 98
83
2) Keaktifan
Tabel 4.31
Keterlibatan siswa saat pelajaran berlangsung.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
28
Sangat Setuju 22 33,33%
Setuju 27 40,91%
Kurang Setuju 15 22,73%
Tidak Setuju 2 3,03%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden
(74,24% atau 49 responden) menyatakan jika dirinya selalu
berusaha mengeluarkan pendapat untuk menjawab pertanyaan
pamong (guru) saat pelajaran berlangsung. Hal ini terbukti
dengan 27 responden (40,91%) yang menjawab setuju dan
33,33% atau 22 responden menjawab sangat setuju. Hanya saja,
sebagaian kecil responden (25,76% atau 17 responden)
menyatakan jika dirinya tidak pernah mengeluarkan pendapat
untuk menjawab pertanyaan pamong (guru) saat pelajaran
berlangsung. Sedangkan dari observasi yang dilakukan diketahui
bahwa siswa mengemukakan pendapat ketika diberikan
kesempatan. Maka, jelas bahwa sebagian besar siswa aktif
terlibat dalam aktivitas belajar disekolah.
Tabel 4.32
Rendahnya minat siswa mengikuti GKS.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
29
Sangat Setuju 24 36,36%
Setuju 25 37,88%
Kurang Setuju 11 16,67%
Tidak Setuju 5 7,58%
Page 99
84
Sangat Tidak Setuju 1 1,52%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagaian besar
responden (74,24% atau 49 responden) menyatakan jika
kegiatan GKS (Gelar Kreativitas Siswa) yang diadakan di
sekolah kurang diminati siswa. Hal ini terbukti dengan 25
responden atau 37,88% yang menjawab setuju, dan 24
responden atau 36,36% menjawab sangat setuju. Namun
sebagaian kecil responden (24,77% atau 17 responden)
menyatakan tidak setuju. Ini terlihat dari 11 reponden (16,67%)
menjawab kurang setuju, 5 reponden (7,58%) menjawab tidak
setuju, dan 1 responden (1,52%) menyatakan sangat tidak setuju
jika kegiatan GKS (Gelar Kreativitas Siswa) yang diadakan di
sekolah kurang diminati siswa. Sedangkan dari hasil wawancara,
dengan Ki Wana Sapto Ajie, beliau menyatakan bahwa:
Aktif sebagian. Sekarang-sekarang siswa/i sudah kurang
antusias. Maunya pulang aja, jadi kegiatan-kegiatan yang ikut
orangnya itu-itu saja. Seperti GKS tahun ini yang lebih
banyak diisi bintang tamu, alumni sedangkan siswa tidak
tertarik. Jadi tujuan GKS tidak tercapai sepenuhnya karena
siswa sendiri tidak antusias.41
Maka dengan ini jelas bahwa minat sebagian besar siswa untuk
mengikuti GKS sangat rendah.
3) Tantangan
Tabel 4.33
Penerimaan siswa terhadap metode belajar yang variatif.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
30 Sangat Setuju 30 45,45%
Setuju 31 46,97%
41 Hasil Wawancara pamong Ki Wana Sapto Ajie, loc.cit.
Page 100
85
Kurang Setuju 3 4,55%
Tidak Setuju 2 3,03%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Berdasarkan tata tertib guru/ pamong SMP (Taman
Dewasa) Tamansiswa Bekasi , pamong memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan program yang dibuat dan berusaha secara kreatif
mengembangkan metode dan strategi sesuai dengan
karakteristik materi dan kondisi peserta didik.42
Jika melihat
tabel di atas, terlihat bahwa hampir semua responden (92,42%
atau 61 responden) menyatakan jika dirinya senang dengan cara
pamong (guru) mengajar dengan metode yang variatif. Hal ini
terbukti dengan 31 responden (46,97%) yang menjawab setuju,
dan 30 responden (45,45%) menjawab sangat setuju. Sedangkan
sedikit reponden (7,58% atau 5 responden) menyatakan jika
dirinya tidak senang dengan cara pamong (guru) mengajar
dengan metode yang variatif. Hal ini terbukti dengan 3
responden (4,55%) menjawab kurang setuju, dan 2 responden
(3,03%) menjawab tidak setuju. Maka dengan ini jelas bahwa
hampir seluruh siswa sangat senang dan menerima metode
belajar yang diberikan oleh pamaong (guru).
Tabel 4.34
Sikap siswa dalam menghadapi kesulitan belajar.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
31
Sangat Setuju 19 28,79%
Setuju 29 43,94%
Kurang Setuju 17 25,76%
Tidak Setuju 1 1,52%
42 -------, Tata Tertib Guru/Pamong SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit.
Page 101
86
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden
(72,73% atau 48 responden) menyatakan jika dirinya tidak
pernah mengeluh apabila mendapatkan tugas yang dianggap
sulit. Hal ini terbukti dengan 29 responden (43,94%) yang
menjawab setuju dan 19 responden (28,79%) menjawab sangat
setuju. Sedangkan responden yang menyatakan dirinya selalu
mengeluh apabila mendapatkan tugas yang dianggap sulit hanya
sebagian kecil (27,28% atau 18 reponden). Ini terbukti dengan
17 reponden (25,76%) menjawab kurang setuju, dan 1
responden (1,52%) yang menjawab tidak setuju. Maka, jelas
bahwa sebagian besar siswa selalu siap menghadapi tantangan
karena siswa tidak pernah mengeluh apabila menemui kesulitan
dalam mengerjakan tugas.
b. Disiplin Belajar
1) Disiplin Belajar di Rumah
Tabel 4.35
Tanggung jawab siswa mengerjakan pekerjaan rumah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
32
Sangat Setuju 28 42,42%
Setuju 26 39,39%
Kurang Setuju 9 13,64%
Tidak Setuju 3 4,55%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden
(81,81% atau 54 responden) menyatakan jika dirinya selalu
mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Hal ini
Page 102
87
terbukti dengan 28 responden (42,42%) menjawab sangat setuju,
dan 26 responden (39,39%) menjawab setuju. Namun sebagian
kecil responden (18,19% atau 12 responden) menyatakan jika
dirinya tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah dengan
sungguh-sungguh. ini terbukti dengan 9 responden (13,64%)
menjawab kurang setuju, dan 3 responden (4,55%) menjawab
tidak setuju. Maka, jelas bahwa sebagaian besar siswa memiliki
tanggungjawab terhadap pekerjaan rumah yang di berikan
pamong dengan selalu mengerjakan pekerjaan rumah dengan
sungguh-sungguh.
Tabel 4.36
Disiplin belajar siswa di rumah.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
33
Sangat Setuju 15 22,73%
Setuju 32 48,48%
Kurang Setuju 13 19,70%
Tidak Setuju 5 7,58%
Sangat Tidak Setuju 1 1,52%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden
(71,21% atau 47 responden) menyatakan jika dirinya memiliki
jadwal belajar tetap setiap malam di rumah. Hal ini terbukti
dengan 32 responden (48,48%) yang menjawab setuju dan 15
responden (22,73%) menjawab sangat setuju. Sedangkan
sebagian kecil responden (28,80% atau 19 responden)
menyatakan jika dirinya tidak memiliki jadwal belajar tetap
setiap malam di rumah. Ini terbukti dengan 13 responden
(19,70%) menjawab kurang setuju, 5 responden (7,58%)
menjawab tidak setuju, dan 1 responden (1,52%) menjawab
sangat tidak setuju. Maka, jelas bahwa sebagian besar siswa
Page 103
88
memiliki disiplin belajar di rumah yang baik dengan memiliki
jadwal belajar tetap setiap malam.
2) Disiplin Belajar di Sekolah
Tabel 4.37
Kewajiban siswa hadir tepat waktu.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
34
Sangat Setuju 26 39,39%
Setuju 27 40,91%
Kurang Setuju 9 13,64%
Tidak Setuju 4 6,06%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Berdasarkan peraturan/ tata tertib siswa SMP (Taman
Dewasa) Tamansiswa Bekasi “setiap siswa sudah harus hadir di
perguruan sebelum jam belajar dimulai.”43
Pada tata tertib
pembiasaan siswa di kelas juga di cantumkan “siswa sudah hadir
sebelum bel berbunyi pukul 07.00 WIB.”44
Jika diihat pada tabel
tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden (80,30% atau
53 responden) menyatakan jika dirinya selalu hadir di kelas 10
menit sebelum guru hadir. Hal ini terbukti dengan 27 responden
(40,91%) yang menjawab setuju dan 26 responden (39,39%)
menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden
(19,70% atau 13 responden) menyatakan jika dirinya tidak
selalu hadir di kelas 10 menit sebelum guru hadir. Ini terbukti
dengan 9 responden (13,64%) yang menjawab kurang setuju,
dan 4 responden (6,06%) yang menjawab tidak setuju. Maka,
jelas bahwa sebagian besar siswa memenuhi kewajibannya
43 -------, Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit.
44
-------, Tata Tertib Pembiasaan Siswa di Kelas, loc.cit.
Page 104
89
mematuhi peraturan/ tata tertib sekolah untuk hadir tepat waktu
di kelas sebelum jam pelajaran dimulai.
Tabel 4.38
Kewajiban siswa mentaati peraturan tata tertib belajar.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
35
Sangat Setuju 19 28,79%
Setuju 34 51,52%
Kurang Setuju 11 16,67%
Tidak Setuju 2 3,03%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden
(80,31% atau 53 responden) menyatakan jika dirinya selalu
mentaati peraturan tata tertib belajar yang diberikan oleh
pamong (guru). Hal ini terbukti dengan 34 responden (51,52%)
menjawab setuju dan 19 responden (28,79%) menjawab sangat
setuju. Sedangkan sebagian kecil reponden (19,70% atau 13
responden) menyatakan jiki dirinya tidak mentaati peraturan tata
tertib belajar yang diberikan oleh pamong (guru). Ini terbukti
dengan 11 responden (16,67%) menjawab kurang setuju, dan 2
responden (3,03%) menjawab tidak setuju. Maka, jelas bahwa
sebagian besar siswa memenuhi kewajibannya untuk mematuhi
peraturan/ tata tertib belajar yang diberikan oleh pamong.
c. Bentuk Belajar
1) Kegiatan Belajar Mental
Tabel 4.39
Pamong (guru) melakukan kegiatan mental.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
36 Sangat Setuju 9 13,64%
Page 105
90
Setuju 26 39,39%
Kurang Setuju 29 43,94%
Tidak Setuju 2 3,03%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Dari tabel tersebut terlihat lebih dari setengah responden
(53,03%) menyatakan jika pamong (guru) selalu menjelaskan
bahwa memiliki pendidikan sangatlah penting untuk masa
depan. Ini terbukti dengan 26 responden (39,39%) menjawab
setuju, dan 9 responden (13,64%) menjawab sangat setuju.
Sedangkan 46,97% (31 responden) atau hampir setengah
responden menyatakan jika pamong (guru) tidak pernah
menjelaskan bahwa memiliki pendidikan sangatlah penting
untuk masa depan. Ini terbukti dengan 29 responden ( 43,94%)
yang menjawab kurang setuju dan 2 responden (3,03%)
menjawab tidak setuju. Maka, jelas bahwa tidak semua pamong
melakukan kegiatan mental dengan menjelaskan bahwa
memiliki pendidikan sangatlah penting untuk masa depan,
sehingga akan menembuhkan minat belajar siswa.
2) Kegiatan Belajar Emosional
Tabel 4.40
Kesiapan siswa menghadapi test yang diberikan pamong.
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
37
Sangat Setuju 14 21,21%
Setuju 35 53,03%
Kurang Setuju 16 24,24%
Tidak Setuju 1 1,52%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah (N) 66 100%
Page 106
91
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden
(74,24% atau 49 responden) menyatakan jika dirinya selalu siap
menghadapi test atau ujian yang diberikan pamong (guru). Ini
terbukti dengan 35 responden (53,03%) yang menjawab setuju
dan 14 responden (21,21%) menjawab sangat setuju. Sedangkan
sebagaian kecil responden (25,76% atau 17 responden)
menyatakan jika dirinya tidak pernah siap menghadapi test atau
ujian yang diberikan pamong (guru). Ini terbukti dengan 16
responden (24,24%) yang menjawab kurang setuju dan 1
responden (1,52%) menjawab tidak setuju. Maka, jelas bahwa
sebagaian besar siswa memiliki kesiapan dalam menghadapi
test atau ujian yang diberikan oleh pamong.
Tabel 4.41
Kewajiban pamong (guru) mengajar dengan kreatif
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
38
Sangat Setuju 12 18,19%
Setuju 19 28,79%
Kurang Setuju 14 21,21%
Tidak Setuju 7 10,60%
Sangat Tidak Setuju 14 21,21%
Jumlah (N) 66 100%
Berdasarkan tata tertib guru/ pamong SMP (Taman
Dewasa) Tamansiswa Bekasi, pamong memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan program yang dibuat dan berusaha secara kreatif
mengembangkan metode dan strategi sesuai dengan
karakteristik materi dan kondisi peserta didik.45
Dari tabel
tersebut terlihat lebih dari setengah responden (53,03% atau 35
responden) menyatakan jika pamong (guru) tidak selalu
45 -------, Tata Tertib Guru/Pamong SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit.
Page 107
92
mengajar dengan metode ceramah sehingga kami antusias
belajar. Hal ini terbukti dengan 14 responden (21,21%) yang
menjawab kurang setuju, 7 responden (10,60%) menjawab tidak
setuju, dan 14 responden (21,21%) yang menjawab sangat tidak
setuju. Sedangkan hampir setengah responden (46,98% atau 31
responden) menyatakan jika pamong (guru) selalu mengajar
dengan metode ceramah sehingga kami tidak antusias belajar.
Maka, jelas tidak semua pamong melakasanakan kegiatan
belajar yang kreatif, sehingga tidak meningkatkan minat siswa
terhadap materi yang disampaikan.
Tabel 4.42
Interpretasi Data Aktifitas Belajar
Dimensi Indikator Skor NH NS
P
=
Katagori
Prinsip
Belajar
Perhatian
dan
Motivasi
516 5 x 2
= 10
= 7,8
= 78%
Baik
Keaktifan 531 5 x 2
= 10
= 8,3
= 83%
Sangat
Baik
Tantangan 551 5 x 2
= 10
= 8,3
= 83%
Sangat
Baik
Disiplin
Belajar
Disiplin
Belajar di
Rumah
530 5 x 2
= 10
= 8,0
= 80%
Baik
Disiplin
Belajar di
Sekolah
541 5 x 2
= 10
= 8,2
= 82%
Sangat
Baik
Bentuk
Belajar
Kegiatan
Belajar
Mental
240 5 x 1
= 5
= 3,6
= 73%
Baik
Kegiatan
Belajar Emosional
466 5 x 2
= 10
= 7,1
= 71%
Baik
Jumlah 3375 65
=51
Baik
Page 108
93
= 78%
Tabel di atas menginterprestasikan setiap dimensi dan indikator
dalam variabel aktivitas belajar. Pada dimensi prinsip belajar terdiri
dari tiga indikator. Indikator perhatian dan motivasi dengan dua item
soal dan memperoleh nilai persentase 78% yang berada pada
katagori baik. Kemudian indikator keaktifan yang memiliki dua item
soal dan memperoleh nilai persentase 83% berada pada katagori
sangat baik. Selanjutnya adalah indikator tantangan yang terdiri dari
dua item soal dan memperoleh nilai persentase sebesar 83% berada
pada katagori sangat baik. Sehingga apabila dihitung secara
keseluruhan, maka nilai prosentase dari enam item soal akan
diperoleh persentase sebesar 80,7% dan berada pada katagori baik.
Artinya perhatian dan motivasi yang diberikan kepala sekolah dan
pamong menjadikan siswa lebih aktif dan siap menghadapi
tantangan dalam belajar dengan baik.
Dimensi disiplin belajar terdiri dari dua indikator. Indikator
disiplin belajar di rumah dengan dua item soal dan memperoleh nilai
persentase 80% yang berada pada katagori baik. Kemudian indikator
disiplin belajar di sekolah yang memiliki dua item soal dan
memperoleh nilai persentase 82% berada pada katagori sangat baik.
Sehingga apabila dihitung secara keseluruhan, maka nilai prosentase
dari empat item soal akan diperoleh persentase sebesar 81,2% dan
berada pada katagori baik. Artinya, siswa memiliki sikap disiplin
belajar yang cukup tinggi, baik saat di rumah ataupun di sekolah.
Dimensi bentuk belajar terdiri dari dua indikator. Indikator
kegiatan belajar mental dengan satu item soal dan memperoleh nilai
persentase 73% yang berada pada katagori baik. Kemudian
indikator kegiatan belajar emosional yang memiliki dua item soal
dan memperoleh nilai persentase 71% berada pada katagori sangat
baik. Sehingga apabila dihitung secara keseluruhan, maka nilai
Page 109
94
prosentase dari tiga item soal akan diperoleh persentase sebesar 71%
dan berada pada katagori baik. Artinya, bentuk kegiatan belajar
mental dan kegiatan belajar emosional dilaksanakan dengan baik.
Bila dihitung secara keseluruhan, variabel aktifitas belajar
terdiri dari 13 item soal dan memperoleh persentase sebesar 80%
berada pada katagori baik, artinya kepala sekolah beserta pamong
(guru) dan anggota perguruan Tamansiswa Bekasi dapat dinyatakan
memiliki aktivitas belajar yang baik dan berjalan sesuai keinginan
dan kebutuhan siswa.
Tabel 4.43
Interpretasi Data Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap
Aktivitas Belajar di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
Variabel Skor NH NS P =
Katagori
Transformasi 788 15
=12
= 80%
Baik
Budaya sekolah 5516 110
= 84
= 76%
Baik
Aktivitas Belajar 3375 65
=51
= 78%
Baik
Jumlah 9679 190
= 147
= 77 %
Baik
C. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis menyatakan bahwa “peran transformasi terhadap siswa paling
tinggi 85% dari yang diharapkan.” Formulasi hipotesisnya adalah:
Ho: 85% 0,85 x 15 = 12,75
Ha: 85% 0,85 x 15 = 12,75
t =
√
=
√
=
=
= -3,968
Page 110
95
Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan
derajat kebebasan (dk) = n-1 = (66-1= 65) dan taraf kesalahan = 5%
untuk uji satu pihak, yaitu 1,669. Sehingga dapat diperoleh hasil harga t
hitung lebih kecil dari harga t tabel atau Ho diterima dan Ha di tolak. Jadi
hipotesis yang menyatakan bahwa peran transformasi terhadap siswa
paling tinggi 85% dari yang diharapkan dapat diterima, atau tidak
terdapat perbedaan antara yang diduga dengan data yang terkumpul
karena dari perhitungan sampel rata-rata dari peran transformasi adalah
80% dari yang diharapkan.
2. Hipotesis menyatakan bahwa “keadaan budaya sekolah paling sedikit
75% dari yang diharapkan.” Formulasi hipotesisnya adalah:
Ho: 75% 0,75 x 110 = 82,5
Ha: 75% 0,75 x 110 = 82,5
t =
√
=
√
=
=
= 1,574
Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan
derajat kebebasan (dk) = n-1 = (66-1= 65) dan taraf kesalahan = 5%
untuk uji satu pihak, yaitu 1,669. Sehingga dapat diperoleh hasil harga t
hitung lebih kecil dari harga t tabel atau Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi
hipotesis yang menyatakan bahwa keadaan budaya sekolah paling sedikit
75% dari yang diharapkan diterima, atau tidak ada perbedaan antara data
yang terkumpul karena dari perhitungan sampel rata-rata dari budaya
sekolah adalah 76% dari yang diharapkan.
3. Hipotesis menyatakan bahwa “Aktivitas belajar di SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi sama dengan 65% dari yang diharapkan.” Formulasi
hipotesisnya adalah:
Ho: 65% 0,65 x 65 = 42,25
Ha: 65% 0,65 x 65 = 42,25
Page 111
96
t =
√
=
√
=
=
= 14,534
Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan
derajat kebebasan (dk) = n-1 = (66-1= 65) dan taraf kesalahan = 5%
untuk uji dua pihak, yaitu 1,997. Sehingga dapat diperoleh hasil harga t
hitung lebih besar dari harga t tabel atau Ho ditolak dan Ha diterima.
Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa aktivitas belajar sama dengan
65% dari yang diharapkan ditolak dan berdasarkan perhitungan sampel
rata-rata dari aktivitas belajar tidak sama dengan 65%, yaitu 78%.
Page 112
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang
dapat diambil adalah:
1. Peran transformasi memperoleh persentase sebesar 80% atau berada
dalam katagori baik;
2. Budaya Sekolah memperoleh persentase sebesar 76% atau berada pada
katagori baik, dan
3. Aktivitas Belajar memperoleh persentase sebesar 78% atau berada dalam
katagori baik.
Sedangkan jika dilihat, indikator yang memiliki nilai tertinggi berada
pada indikator manajemen puncak dengan persentase 84% dan dimensi
disiplin belajar berada pada nilai tertinggi dengan persentase 81%. Maka, ini
menggambarkan bahwa peran kepala sekolah sebagai manajemen puncak
telah merubah perilaku siswa untuk memiliki sikap disiplin belajar.
Dengan demikian hasil penelitian yang dilakukan dengan perhitungan
sederhana untuk mengetahui interpretasi data secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas
Belajar Siswa di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi adalah baik
dengan persentase 77%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Peran transformasi budaya sekolah
terhadap aktivitas belajar siswa di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
dapat dikategorikan baik. Namun, penerapan budaya sekolah dan pelaksanaan
aktivitas belajar harus tetap terus ditingkatkan. Oleh karena itu saran-saran
yang dapat penulis kemukakan yaitu sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
Page 113
98
Kepala sekolah memiliki tanggungjawab dalam mensosialisasikan nilai visi
dan misi sekolah di dalam berbagai program sekolah. Selain itu kepala
sekolah juga harus lebih optimal dalam memotivasi siswa sehingga minat
siswa terhadap program-program sekolah.
2. Pendidik dan Tenaga Pendidik
a. Guru Mata Pelajaran
Guru mata pelajaran sebagai guru bidang studi harus lebih kreatif dan
inovatif dalam memberikan pembelajaran yang dapat memotivasi
siswa untuk lebih antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.
Diharapkan guru mampu menunjukkan dan berperan serta
mentransformasi budaya sekolah positif untuk menjadi nilai hidup
yang membentuk karakter budi pekerti dalam diri siswa.
b. Wali Kelas
Seorang wali kelas memiliki tugas membimbing kelas yang
didampinginya, selain itu di harapkan juga wali kelas mampu
memaksimalkan waktu luang di sekolah, untuk mengontrol kondisi
kelas, sehingga diharapkan siswa dapat lebih terarah.
3. Program Sekolah
Program sekolah harusnya secara konsisten dilaksanakan sesuai dengan
susunan dan aturan terbentukknya sebuah program. Seperti program budi
pekerti yang menjadi program utama untuk mewujudkan siswa yang
berkarakter budi pekerti harus lebih optimal pelaksanaannya. Selain itu
perlu adanya perbaikan dalam pelaksanaan GKS (Gelar Kreativitas
Siswa) sehingga siswa lebih antusias dan siswa juga lebih siap untuk
berkompetisi.
Page 114
Daftar Pustaka
Ali, Musa. Transformasi Organisasi: Konsep dan Teknik Pelaksanaan , Malaysia:
Universiti Sains Malaysia, 2015.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, Cet. XIV, 2010.
Astuti, Albertin Dwi. “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter Siswa Kelas
X Jurusan Tata Boga SMK N 3 Klaten”, Skripsi pada Strata Satu UNY:
2015. dipublikasikan, http://eprints.uny.ac.id, 2 Januari 2016.
Azman, Nur (kord.), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Penabur Ilmu,
2008.
Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga,
2011.
Danim, Sudarwan dan Khairil. Psikologi Pendidikan: Dalam Perspektif Baru,
Bandung: Alfabeta, 2010.
Daryanto dan Hery Tarno. Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah, Yogyakarta:
Gava Media, 2015.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, Cet.
IV, 2010.
Echols, John M dan Hasan Sadily. Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, Cet. XXVI, 2005.
Hanafiah dan Cucu Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: Refika
Aditama, Cet. III, 2012.
Komariah, Aan dan Cepi Triatna. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Kuncahyo, Trias. “Mendesak, Pendidikan Budi Pekerti Dikembalikan ke
Kurikulum Pendidikan Sekolah”, http://tribunnews.com, 6 Juli 2015.
Page 115
Muhaimin, dkk., Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta: Kencana, Cet. IV,
2012.
Mulyasa. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara,
2011.
Rohiat. Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik, Bandung: Refika Aditama,
2010.
Sardiman A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta: Raja Grafindo
Persada, Cet. XXI, 2012.
-------. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Cet. XXII, 2014.
Sekretariat Negara RI. “Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional”, http://www.setneg.go.id, November 2015.
Siregar, Evelin dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UNJ,
2007.
Solihin, Ismail. Pengantar Manajemen, Jakarta: Erlangga, 2009.
Sudjono, Annas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Cet. XXII, 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
Cet Ke-XIV, 2011.
SMP Tamansiswa Bekasi. “Profil SMP Tamansiswa Bekasi”,
http://smptamansiswabekasi.com, 20 Juni 2016.
Sumantri, Bambang. “Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kelas XI SMK PGRI 4 Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010”, Media
Prestasi, Vol. VI. No. 3 Desember 2010, http://jurnal.stkipngawi.ac.id, 2
Januari 2016.
Page 116
Suprapto. dkk,. Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan: Pengaruh Budaya Sekolah
dan Motivasi Belajar Terhadap Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Pena Citasatria, 2008.
Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan: Dengan Perspektif Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, Cet. XIX, 2014.
Wibowo. Manajemen Perubahan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006
-------. Manajemen Perubahan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. III, 2011.
William. Tiga Tahun Dari Sekarang, Jakarta: Feliz Books, 2013.
Page 118
1
Lampiran 1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Dengan Hormat,
Dengan ini saya mengharapkan kesediaan siswa dan siswi untuk mengisi
pertanyaan-pertanyaan ini, yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka
penelitian pembuatan skripsi, dengan judul: “Peran Transformasi Budaya Sekolah
Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP (TAMAN DEWASA) TAMANSISWA
BEKASI”
Kejujuran dan jawaban siswa-siswi dalam pengisian angket ini sangat diharapkan
untuk kelancaran pembuatan skripsi ini. Dalam lembaran angket ini tidak ada jawaban
salah atau benar, tetapi merupakan pendapat atau kondisi yang dirasakan peserta didik.
Jawaban yang telah diberikan tidak akan mempengaruhi prestasi dan jawaban pada
kuesioner ini tidak dimaksudkan untuk menentukan nilai atau kemampuan dalam
belajar yang didapatkan siswa/siswi di sekolah, karenapenelitian ini hanya bersifat
ilmiah.
Terima kasih atas kesediaan dan waktu yang diberikan untuk pengisian angket ini.
Petunjuk pengisian:
1. Isilah identitas anda dengan lengkap pada kolom yang tersedia.
2. Instrumen ini terdiri dari kolom pernyataan dan kolom jawaban. Pilihlah salah satu
jawaban yang paling sesuai menurut pendapat anda dengan meberikan tanda check
list () pada kolom yang telah disediakan.
3. Isilah instrumen penelitian yang disediakan di bawah ini, sesuai dengan keadaan
sesungguhnya.
4. Selamat mengerjakan.
Page 119
2
PEDOMAN ANGKET
“Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP
Tamansiswa Bekasi”
Jenis Kelamin : L / P
Kelas :.............
Sekolah : SMP Tamansiswa Bekasi
Keterangan
No Pernyataan SS S KS TS STS
1
Kepala sekolah selalu memahami kebutuhan sekolah
untuk mengembangkan intelektual siswa dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
2
Di sekolah saya dilatih oleh pamong (guru) untuk
memiliki kepekaan sosial terhadap orang lain
melalui kegiatan bakti sosial.
3
Kepala sekolah selalu mengarahkan siswa untuk
menjadi pribadi yang berbudi pekerti berdasarkan
asas kebudayaan Tamansiswa.
4
Saya bersekolah di SMP Tamansiswa karena
keluarga saya merupakan bagian dari keluarga besar
Tamansiswa.
5 Kepala sekolah selalu menunjukkan perilaku disiplin
waktu kepada seluruh warga sekolah.
6 Kepala sekolah selalu memberi dorongan kepada
saya untuk lebih disiplin.
7
Saat melaksanakan upacara bendera kepala sekolah
selalu mengingatkan siswa untuk bersikap sopan
santun dan hormat terhadap pamong dan petugas
perguruan.
8 Di sudut-sudut sekolah terpampang tata tertib
sekolah.
9
Seluruh siswa diharuskan mengenakan pakaian
seragam sekolah secara rapih dan tertib, serta
lengkap dengan atributnya.
10 Pada umumnya siswa di sekolah ini memiliki
disiplin kehadiran yang rendah.
11 Kegiatan belajar selalu dimulai tepat waktu sesuai
jadwal yang telah ditentukan.
12 Polisi siswa diperlukan untuk menjaga kedisiplinan
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Page 120
3
siswa dan ketertiban sekolah.
13 Saya tidak suka mengunjungi perpustakaan sekolah.
14 Saya membaca buku hanya ketika diberikan tugas
oleh pamong (guru).
15 Kelas jurnalistik berguna untuk menyalurkan bakan
dan minat menulis siswa.
16 Sekolah selalu mengadakan GKS (Gelar Kreativitas
Siswa) sebagai wadah kreatifitas siswa.
17
Sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang dapat
mendorong siswa mengembangkan bakat minat dan
keterampilannya.
18
Saya akan menyerah apabila menemui kesulitan
dalam mengerjakan soal yang diberikan pamong
(guru).
19 Sekolah mengadakan berbagai lomba untuk
mendorong siswa dalam berkompetisi.
20
Saya berusaha mencari tambahan materi belajar yang
disampaikan oleh pamong (guru) dari berbagai
sumber.
21 Saya senang melakukan aktivitas belajar dialog
interaktif dengan para pamong (guru).
22 Saya selalu melaksanakan piket kelas sesuai jadwal
tanpa paksaan siapapun.
23 Sekolah selalu memberi apresiasi terhadap siswa
berprestasi.
24 Pamong (guru) memberi sanksi terhadap siwa yang
membolos selama kegiatan belajar berlangsung..
25 Saya menyontek saat menemui kesulitan dalam
mengerjakan tugas atau ulangan.
26 Kepala sekolah selalu mendukung kegiatan pramuka
yang dilakukan siswa di sekolah.
27
Pada beberapa kesempatan kepala sekolah dan
pamong melakukan sharing pengalaman untuk
memotivasi siswa.
28
Saya selalu berusaha mengeluarkan pendapat untuk
menjawab pertanyaan pamong (guru) saat pelajaran
berlangsung.
29 Kegiatan GKS (Gelar Kreativitas Siswa) yang
diadakan di sekolah kurang diminati siswa.
30 Saya senang dengan cara pamong (guru) mengajar
dengan metode yang variatif.
31 Saya selalu mengeluh apabila mendapatkan tugas
yang dianggap sulit.
Page 121
4
32 Saya selalu mengerjakan pekerjaan rumah dengan
sungguh-sungguh.
33 Saya memiliki jadwal belajar tetap setiap malam di
rumah.
34 Saya selalu hadir di kelas 10 menit sebelum guru
hadir.
35 Saya selalu mentaati peraturan tata tertib belajar
yang diberikan oleh pamong (guru).
36 Pamong (guru) selalu menjelaskan bahwa memiliki
pendidikan sangatlah penting untuk masa depan.
37 Saya selalu siap menghadapi test atau ujian yang
diberikan pamong.
38 Pamong (guru) selalu mengajar dengan metode
ceramah sehingga kami tidak antusias belajar.
Page 122
5
Lampiran 2
DATA HASIL ANGKET TRANSFORMASI BUDAYA SEKOLAH & AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP (TAMAN DEWASA) TAMANSISWA BEKASI
Res
Item Pertanyaan J
M
L
Y2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
1 4 4 4 1 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 1 4 3 2 4 4 5 5 5 3 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 1 13
9
193
21
2 4 3 5 5 5 5 5 3 4 3 4 3 5 5 3 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 3 3 5 5 5 3 5 5 5 3 4 5 3 16
2
262
44
3 4 5 5 3 5 4 5 3 5 2 4 3 5 2 5 2 5 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 2 3 5 5 5 3 5 5 2 15
8
249
64
4 5 4 3 2 3 5 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 5 3 3 4 4 3 5 3 4 4 4 2 4 4 3 3 1 13
3
176
89
5 4 3 4 5 4 4 3 3 4 4 3 5 4 5 2 4 4 5 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 5 5 4 5 4 3 4 3 1 14
5
210
25
6 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 5 4 5 4 3 1 5 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 15
3
234
09
7 4 4 4 2 4 5 4 4 4 4 3 4 4 2 4 5 4 3 2 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 14
7
216
09
8 4 5 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 5 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 13
5
182
25
9 3 3 4 3 4 3 3 3 4 1 4 3 5 4 4 3 4 3 4 4 3 5 4 4 4 5 4 3 4 4 3 5 3 4 3 3 3 5 13
8
190
44
10 5 5 3 4 5 5 3 4 5 3 3 3 3 2 3 5 3 4 3 5 3 3 4 5 5 5 4 5 3 5 4 3 4 5 4 4 3 5 15
0
225
00
11 3 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 3 3 5 5 5 5 4 5 5 4 3 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 1 16
1
259
21
12 4 5 5 3 5 5 4 4 4 3 2 4 5 3 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 3 4 5 16
5
272
25
13 2 4 3 2 4 3 2 2 4 2 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 2 4 2 4 2 4 2 4 12
5
156
25
14 3 4 4 5 4 3 5 3 4 4 4 3 4 1 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 5 5 4 14
4
207
36
15 4 2 4 4 4 5 4 4 2 3 3 5 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 14
7
216
09
16 4 4 4 3 4 5 3 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 14
1
198
81
17 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 17
8
316
84
18 4 3 3 4 3 4 4 4 5 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 5 4 3 13
2
174
24
19 5 4 4 2 3 4 4 5 5 3 5 3 5 5 4 5 5 3 5 3 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 3 4 4 16
5
272
25
20 5 4 5 4 5 4 5 4 4 2 2 4 5 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 16
8
282
24
21 4 4 3 2 4 4 4 4 5 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 14
4
207
36
22 3 4 3 3 5 5 3 3 4 4 5 3 5 5 5 3 3 4 5 5 5 3 4 3 3 4 3 5 5 5 3 5 3 5 3 4 3 4 15
0
225
00
23 4 3 2 3 2 3 3 3 4 2 2 3 2 4 2 3 4 3 2 2 2 4 4 4 4 3 4 3 2 4 3 2 3 2 3 3 3 3 11
2
125
44
Page 123
6
24 1 4 4 5 5 5 4 4 3 1 3 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 3 4 4 14
8
219
04
25 3 4 4 3 4 5 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 13
8
190
44
26 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 14
5
210
25
27 4 4 5 4 5 5 4 4 4 3 5 4 5 3 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 4 5 4 5 4 4 4 4 16
7
278
89
28 4 4 5 1 5 4 4 4 4 3 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 3 2 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 16
0
256
00
29 2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 3 2 4 4 3 4 2 2 4 2 4 2 4 3 4 4 11
0
121
00
30 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 15
6
243
36
31 4 4 5 3 5 4 3 5 4 3 4 5 5 2 5 5 4 4 5 5 5 5 3 5 5 4 5 4 5 5 5 5 3 5 5 4 3 4 16
4
268
96
32 5 5 3 5 3 5 4 5 3 4 5 3 5 5 2 3 5 3 3 3 3 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 3 5 4 4 5 16
0
256
00
33 4 4 5 4 5 5 4 4 5 3 5 5 5 5 5 4 5 4 5 1 5 5 3 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 16
6
275
56
34 5 4 3 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 3 5 4 5 4 4 2 4 4 4 3 4 3 2 4 4 5 4 5 2 5 2 5 4 15
2
231
04
35 4 5 5 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 5 4 3 5 5 5 4 5 3 4 4 4 3 4 3 3 5 3 3 2 14
4
207
36
36 5 5 5 3 5 3 4 4 4 4 3 4 5 4 3 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 3 5 4 4 5 3 5 4 4 4 5 16
1
259
21
37 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 1 13
3
176
89
38 2 4 4 3 4 3 4 2 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5 2 4 4 3 2 4 3 3 5 4 4 5 4 4 5 3 4 1 13
4
179
56
39 4 4 5 4 3 5 3 3 3 3 2 5 5 5 4 3 4 2 3 5 3 5 2 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 3 4 3 3 4 14
6
213
16
40 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 3 4 5 3 3 4 3 4 3 4 4 5 3 4 4 4 5 3 4 4 5 4 3 3 3 14
3
204
49
41 4 4 4 3 5 4 4 5 3 3 3 5 4 4 3 4 4 3 3 4 1 4 4 5 4 4 3 4 3 5 4 5 5 4 4 3 4 3 14
5
210
25
42 5 5 5 1 3 5 4 3 4 5 3 4 3 4 4 4 3 3 5 3 4 5 3 2 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 3 15
2
231
04
43 3 4 4 3 5 5 5 5 4 4 4 4 1 2 3 3 3 5 3 4 5 5 2 3 1 4 4 5 3 5 3 5 3 4 5 3 5 2 14
1
198
81
44 4 4 4 4 5 3 5 4 4 5 4 5 4 3 5 3 5 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 3 5 4 4 5 3 5 2 15
0
225
00
45 5 4 5 1 4 4 5 4 4 1 3 5 3 3 4 3 2 1 4 4 3 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 5 2 4 4 2 5 1 13
1
171
61
46 4 4 5 2 4 3 4 4 5 3 4 5 4 3 4 4 3 5 4 3 4 3 2 4 5 2 2 3 5 4 4 3 4 3 4 3 4 1 13
7
187
69
47 4 3 4 3 5 4 4 5 4 3 3 4 4 3 4 3 1 4 5 4 3 4 3 3 4 3 2 4 2 5 4 2 3 5 4 3 4 3 13
5
182
25
48 5 5 4 4 3 4 4 5 4 2 4 4 1 4 3 3 4 3 3 5 4 5 4 3 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 15
6
243
36
49 4 4 4 3 5 5 3 5 5 2 3 3 3 2 5 3 4 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 3 1 14
0
196
00
50 4 2 5 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 2 4 1 5 3 4 5 4 5 3 3 5 4 3 4 5 14
0
196
00
Page 124
7
51 4 3 5 2 5 4 5 5 4 3 3 4 3 3 3 3 1 3 4 4 2 5 3 4 5 2 4 3 1 4 5 4 3 5 5 4 5 1 13
6
184
96
52 4 4 5 3 3 3 4 4 5 1 4 4 4 5 4 3 4 4 3 4 1 3 3 4 5 4 3 3 3 5 5 4 4 5 5 3 4 2 14
1
198
81
53 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 3 4 3 3 5 4 3 4 5 3 5 5 5 5 5 3 5 3 5 5 3 5 4 5 5 4 2 15
4
237
16
54 3 5 3 3 5 5 3 5 5 3 5 5 4 5 4 5 3 4 4 3 4 3 3 4 4 5 2 5 5 5 4 4 2 4 4 4 3 5 15
2
231
04
55 5 3 4 2 3 4 4 3 4 2 5 5 4 4 3 4 4 3 4 2 3 5 3 5 3 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 5 14
2
201
64
56 4 5 5 4 5 4 3 5 5 2 4 4 4 3 4 3 4 3 2 4 4 3 4 4 5 5 5 4 5 4 5 3 4 5 4 3 3 5 15
2
231
04
57 5 5 4 4 4 5 4 5 5 1 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 1 5 3 5 3 4 5 5 5 5 4 5 4 3 15
2
231
04
58 4 4 3 1 3 3 4 4 5 3 4 3 5 1 4 5 4 4 3 5 5 3 5 4 5 4 4 3 4 4 3 4 1 3 5 4 4 3 14
0
196
00
59 5 4 3 4 5 4 4 4 3 5 4 3 4 3 5 3 3 4 4 2 5 4 3 4 4 4 3 5 5 5 5 3 4 4 3 3 4 3 14
7
216
09
60 4 3 5 2 5 4 5 5 4 3 2 3 1 3 4 3 2 5 3 1 5 5 3 4 4 5 5 4 2 5 5 5 5 5 5 3 5 5 14
7
216
09
61 4 2 4 3 5 4 5 4 4 1 3 4 4 4 3 4 2 3 5 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4 3 4 2 5 5 4 5 1 14
0
196
00
62 2 5 3 4 5 5 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 2 3 4 4 5 4 5 4 5 5 3 4 5 4 5 4 4 4 4 4 2 14
7
216
09
63 3 4 4 3 5 5 5 4 5 4 3 5 5 3 4 3 3 4 4 3 3 5 3 5 5 4 3 5 5 5 4 4 5 3 5 4 5 1 15
3
234
09
64 5 3 5 4 5 4 4 3 5 1 5 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 5 2 5 5 4 5 4 5 3 4 3 2 3 4 5 14
5
210
25
65 3 5 4 3 4 3 5 4 4 3 4 5 1 3 4 4 3 2 4 2 5 4 5 4 3 5 4 3 4 5 4 4 5 4 4 4 5 1 14
3
204
49
66 3 5 5 3 4 5 4 1 4 3 2 5 4 4 4 3 4 3 5 4 4 4 5 5 4 5 3 3 2 5 4 5 4 2 4 3 4 1 14
2
201
64
∑
96
79
142
932
9
∑ X 255 262 271 214 276 277 260 258 265 196 236 257 258 236 247 241 237 237 254 253 250 277 246 276 265 274 242 267 264 287 264 277 253 273 268 240 260 206
∑ X2 1037 1078 1157 768 1200
119
5 1058 1056 1101 656 890 1045 1080 918 969 925 915 907 1024 1037 1016 1203 970 1190 1131 1172 934 1125 1120 1281 1096 1209 1025 1179 1126 910 1058 772
∑
XY
3572
0
3666
7
3779
8
3020
8
3852
7
386
65
3613
0
3630
3
3715
2
2774
6
3285
9
3635
6
3586
4
3324
6
3454
0
3416
1
3260
9
3312
3
3624
0
3511
3
3467
4
3866
4
3400
0
3845
0
3700
5
3844
0
3372
3
3718
3
3646
6
4035
9
3724
7
3862
1
3506
3
3798
5
3777
7
3344
7
3613
0
2936
2
σ2
0,78
4435
3
0,57
4839
3
0,67
0569
3
1,12
3048
7
0,69
4214
9
0,49
150
6
0,51
1478
4
0,71
9008
3
0,56
0376
5
1,12
0293
8
0,69
8806
2
0,67
0569
3
1,08
2644
6
1,12
3048
7
0,67
6079
0,68
1588
6
0,96
9008
3
0,84
7796
1
0,70
4315
9
1,01
7676
8
1,04
5913
7
0,61
2718
1
0,80
4407
7
0,54
2699
7
1,01
4921
9
0,52
2497
7
0,70
7070
7
0,67
9752
1
0,96
9697
0,49
9770
4
0,60
6060
6
0,70
3627
2
0,83
5858
6
0,75
4132
2
0,57
2084
5
0,56
4738
3
0,51
1478
4
1,95
5004
6
∑σ2
b 29,6
2
σ2
t 149,
8331
rh
0,32
4045
7
0,27
6403
6
0,51
4600
4
0,29
0343
2
0,51
8748
5
0,35
228
7
0,27
1048
5
0,31
3718
4
0,29
8211
7
0,31
3724
0,27
7254
1
0,25
0257
6
0,49
9533
4
0,27
8273
6
0,46
0768
1
0,31
7830
7
0,45
3422
6
0,35
5698
0,32
9666
9
0,34
6220
6
0,53
6323
5
0,46
8911
5
0,26
0464
6
0,51
2779
9
0,34
8142
3
0,24
5706
1
0,28
1651
1
0,29
2828
1
0,58
4503
5
0,36
5969
3
0,34
9797
6
0,60
7271
2
0,39
1502
0,53
4709
1
0,24
6123
1
0,32
5533
3
0,27
1048
5
0,30
3461
6
rT
(5%)
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
0,24
23
KET valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
Page 125
8
Lampiran 3
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET
TRANSFORMASI BUDAYA SEKOLAH TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR
SISWA SMP (TAMAN DEWASA) TAMANSISWA BEKASI
A. Validitas
2 22 2
( )( )
{ }{ }xy
n XY X Yr
n X X n Y Y
= 66 (37873) – (255)(9745)
√{66 (1037) – (255)2} {66 (1448559) – (9745)
2}
= 2499618 – 2484975
√{68442 – 65025} {95604894 – 94965025}
= 14643
√3417 . 639869
= 14643
√2186432373
= 14643
46759,302529
= 0,3131569379
B. Reliabilitas
Interpretasi Koefisien Reliabilitas (r11) untuk uji reliabilitas:
0,00 – 0,20 : Kecil
0,20 – 0,40 : Rendah
0,40 – 0,70 : Sedang
0,70 – 0,90 : Tinggi
0,90 – 1,00 : Sangat Tinggi
Sebelum menghitung reliabilitas soal, harus mencari varians butir soal
terlebih dahulu, baru mencari varians total. Setelah itu baru dicari reliabilitas
seperti di bawah ini:
Page 126
9
1. Varians butir soal
σ2(1)
= Σx²-
n
= 1037 – (255)2
66
66
= 1037 – 65025
66
66
= 1037 – 985,2272727272727
66
= 51,7727272727273
66
= 0,7844352617079894
σb2= 0,784435 + 0,574839 + 0,670569 + 1,123049 + 0,694215 +
0,491506 + 0,511478 + 0,719008 + 0,560376 + 1,120294 +
0,698806 + 0,670569 + 1,082645 + 1,123049 + 0,676079 +
0,681589 + 0,969008 + 0,8478 + 0,704316 + 1,017677 + 1,045914
+ 0,612718 + 0,804408 + 0,5427 +1,014922 + 0,522498 +
0,707071 + 0,679752 + 0,969697 + 0,49977 + 0,606061 +
0,703627 + 0,835859 + 0,754132 + 0,572084 + 0,564738 +
0,511478 + 1,975 = 29,62
2. Varians total
σt2 = Σy²-
n
= 1429329 – (9679)2
66
66
Page 127
10
= 1429329 – 93683041
66
66
= 1429329 – 1419440,015
66
= 9888,9848
66
= 149,83310303
3. Reliabilitas
r11 = (
) (
)
= (
) (
)
= ( )
= 1,027027027027027 . 0,802313374
= 0,823979975192
Dari hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan
memiliki reliabilitas yang tinggi.
Page 128
11
Lampiran 4
RANGKUMAN DATA PERAN TRANSFORMASI BUDAYA
SEKOLAH TERHADAP AKTIVITAS BELAR SISWA
NO Transformasi Budaya Sekolah Aktivitas Belajar
X X-X1 (X-X1)2 X X-X1 (X-X1)
2 X X-X1 (X-X1)
2
1 12 0 0 76 -8 64 51 0 0
2 12 0 0 96 12 144 54 3 9
3 14 2 4 90 6 36 54 3 9
4 12 0 0 77 -7 49 44 -7 49
5 11 -1 1 85 1 1 49 -2 4
6 13 1 1 87 3 9 53 2 4
7 12 0 0 83 -1 1 52 1 1
8 13 1 1 76 -8 64 46 -5 25
9 10 -2 4 79 -5 25 49 -2 4
10 13 1 1 83 -1 1 54 3 9
11 12 0 0 97 13 169 52 1 1
12 14 2 4 93 9 81 58 7 49
13 9 -3 9 75 -9 81 41 -10 100
14 11 -1 1 81 -3 9 52 1 1
15 10 -2 4 83 -1 1 54 3 9
16 12 0 0 80 -4 16 49 -2 4
17 14 2 4 104 20 400 60 9 81
18 10 -2 4 75 -9 81 47 -4 16
19 13 1 1 94 10 100 58 7 49
20 14 2 4 95 11 121 59 8 64
21 11 -1 1 83 -1 1 50 -1 1
22 10 -2 4 88 4 16 52 1 1
23 9 -3 9 65 -19 361 38 -13 169
24 9 -3 9 85 1 1 54 3 9
25 11 -1 1 79 -5 25 48 -3 9
26 10 -2 4 84 0 0 51 0 0
27 13 1 1 99 15 225 55 4 16
28 13 1 1 95 11 121 52 1 1
29 8 -4 16 60 -24 576 42 -9 81
30 12 0 0 92 8 64 52 1 1
31 13 1 1 94 10 100 57 6 36
32 13 1 1 88 4 16 59 8 64
33 13 1 1 96 12 144 57 6 36
34 12 0 0 91 7 49 49 -2 4
35 14 2 4 84 0 0 46 -5 25
36 15 3 9 91 7 49 55 4 16
37 11 -1 1 78 -6 36 44 -7 49
Page 129
12
38 10 -2 4 75 -9 81 49 -2 4
39 13 1 1 81 -3 9 52 1 1
40 11 -1 1 83 -1 1 49 -2 4
41 12 0 0 82 -2 4 51 0 0
42 15 3 9 79 -5 25 58 7 49
43 11 -1 1 79 -5 25 51 0 0
44 12 0 0 88 4 16 50 -1 1
45 14 2 4 72 -12 144 45 -6 36
46 13 1 1 82 -2 4 42 -9 81
47 11 -1 1 80 -4 16 44 -7 49
48 14 2 4 80 -4 16 62 11 121
49 12 0 0 79 -5 25 49 -2 4
50 11 -1 1 76 -8 64 53 2 4
51 12 0 0 78 -6 36 46 -5 25
52 13 1 1 78 -6 36 50 -1 1
53 11 -1 1 89 5 25 54 3 9
54 11 -1 1 89 5 25 52 1 1
55 12 0 0 79 -5 25 51 0 0
56 14 2 4 83 -1 1 55 4 16
57 14 2 4 82 -2 4 56 5 25
58 11 -1 1 83 -1 1 46 -5 25
59 12 0 0 84 0 0 51 0 0
60 12 0 0 76 -8 64 59 8 64
61 10 -2 4 82 -2 4 48 -3 9
62 10 -2 4 84 0 0 53 2 4
63 11 -1 1 89 5 25 53 2 4
64 13 1 1 80 -4 16 52 1 1
65 12 0 0 79 -5 25 52 1 1
66 13 1 1 84 0 0 45 -6 36 ∑ 788 -4 156 5516 -28 3954 3375 9 1581 X 12 84 51
S 1,538 7,740 4,894
Page 130
13
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI KELAS
NO ASPEK YANG DIAMATI YA TIDAK
I
Pra Pembelajaran
1. Siswa duduk dengan tertib.
2. Siswa siap menerima pembelajaran.
II
Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar.
2. Siswa mendengarkan penjelasan tentang kompetensi
yang hendak dicapai.
III
Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan Materi Pembelajaran
1. Siswa memeperhatikan penjelasan guru.
2. Adanya interaksi antar siswa.
3. Adanya interaksi antara siswa-guru, siswa-materi
pelajaran.
B. Pendekatan/Strategi Belajar
1. Adanya keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar.
2. Siswa mengemukakan pendapat ketika diberi
kesempatan.
3. Siswa mencatat penjelasan yang disampaikan guru.
4. Siswa mengikuti proses pembelajaran.
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar
1. Adanya interaksi anatara siswa dan media belajar
yang digunak guru.
2. Siswa tertarik pada materi yang disajikan dengan
media belajar.
3. Adanya ketekunan dalam mempelajari sumber
belajar yang ditentukan guru.
D. Penilaian Proses
1. Siswa mengerjakan tugas/latihan yang diberikan
guru.
2. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar.
3. Adanya kegiatan apresiasi dari guru.
IV
Penutup
1. Adanya keterlibatan siswa dalam memberi
rangkuman/kesimpulan.
*Fasilitas pendukung KBM (fasilitas olahraga dan pratikum IPA) tidak selalu tersedia/bisa digunakan
karena keterbatasan jumlah dan menggunakan secara bersama-sama dengan Taman Madya.
Page 131
14
Lampiran 6
WAWANCARA “Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Tamansiswa”
Narasumber : Ki Setyaka, S. Ag
Jabatan : Kepala Sekolah
Pamong Mata Pelajaran Agama Islam
Tempat : Ruang Kepala Sekolah SMP Tamansiswa Bekasi
Hari/tanggal : Rabu/ 1 Juni 2016
NO PERTANYAAN JAWABAN
1
Apa yang bapak pahami tentang
konsep transformasi ?
Kalau bicara transformasi, ya semua
orang termasuk anak (siswa) pasti akan
mengalami perubahan dalam hal
lingkungannya maupun fisik. Yang jelas
membutuhkan bimbingan dari guru dan
sistem yang baik. Melalui peraturan
yang berlaku di sekolah, kita melakukan
pembiasaan yang bisa merubah siswa,
tetapi kalau tidak adanya bimbingan dan
sistemkan tentunya tidak bisa kita
merubah dan mewariskan nilai-nilai
yang kita baik untuk menjadikan siswa
berbudi pekerti.
2
Apa yang bapak pahami tentang
budaya sekolah?
Budaya sekolah meneurut saya adalah
kebiasaan atau adat yang dilakukan
secara terus-menerus dalam setiap
kesempatan dan kondisi sehingga
membentuk karakter siswa.
3
Apa saja budaya sekolah yang
menjadi fokus utama dan
menjadi nilai hidup di SMP
Tamansiswa?
Budaya sekolah yang menjadi fokus
utama dan nilai hidup untuk seluruh
keluarga besar Tamansiswa dan
perguruan Tamansiswa adalah budi
pekerti. Belajar dalam suasana pondok
Page 132
15
budi pekerti.
4
Bagaimana cara penerapan dan
pelaksanaan budaya sekolah di
SMP Tamansiswa?
Budaya Sekolah sebenarnya
dilaksanakan secara terstruktrur dan
terorganisir bekerja sama anatara warga
sekolah atau stakeholder yang kemudian
dituangkan dalam program-program
sekolah. Selanjutnya diterapkan terus-
menerus dan diaplikasikan dalam hidup
bermasyarakat.
5
Bagaimana kebijakan bapak
dalam menetapkan norma-norma
perilaku yang akan membentuk
budaya sekolah di SMP
Tamansiswa?
Diatur dalam atauran dan tata tertib
sekolah. Seperti budaya menegur sapa
itu ada dicantumkan dalam tata tertib
sekolah. Serta diberi sanksi dan
panismen terhadap siswa.
6
Budaya sekolah apa saja yang
disosialisasikan kepada seluruh
warga sekolah? dan kapan waktu
yang dipilih untuk
melaksanakannya?
Budaya yang lebih sering di share ke
siswa sebenarnya lebih kepada budaya
sopan satun. Seperti antara warga atau
keluarga Tamansiswa dengan
masyarakat harus menghormati, 3S,
selalu lapor dan izin (berlaku untuk
seluruh keluarga Tamansiswa)
kemudian budaya berdo’a sebelum dan
sesudah belajar. Sedangkan untuk
sosialisasi dilaksanakan setiap hari,
setiap ada kesempatan baik saat rapat
ataupun mengajar dikelas.
7
Kendala apa saja yang bapak
dan sekolah temukan dalam
mengembangkan budaya
sekolah?
Kendala yang umumnya terjadi itu lebih
cenderung muncul dari diri siswa.
Seperti;
1) Pergaulan siswa di luar yang tidak
mendukung (masyarakat).
2) Kebiasaan di keluarga yang kurang
baik.
Page 133
16
8
Menurut bapak, apakah siswa di
SMP Tamansiswa aktif dalam
mengikuti program-program
yang membentuk budaya
sekolah?
Cukup antusias. Meskipun tidak semua
mematuhi, ada saja siswa yang masih
meremehkan program-program yang
sudah ditentukan sekolah.
9
Bagaimana strategi bapak untuk
menumbuhkan motivasi dan
minat belajar siswa?
Bekerjasama dengan orangtua dalam
pengawasan dan menerapkan sistem
among.
10
Program-program apa saja yang
bapak lakukan untuk
menumbuhkan disiplin belajar
siswa di sekolah?
Program itu banyak, kalau program
harian seperti saat hari senin ada
upacara bendera, piket kelas,
kedisiplinan masuk pagi, pakai seragam,
senantiasa budaya sekolah dengan
tertib. Saya juga biasanya
mengusahakan bagaimana caranya agar
saat saya mengajar anak-anak itu
antusias setidaknya memberi respon
yang baik saat belajar, ya bisa lewat
motivasi atau cara mengajar yang
menarik buat anak tapi tidak
mengurangi kualitas belajar.
11
Apa strategi bapak untuk
menumbuhkan disiplin belajar
siswa di rumah?
Orangtua dikumpulkan. Saya
memanggil orangtua siswa yang
memiliki motivasi kurang, serta selalu
menganjurkan untuk melaksanakan
perintah agama terhadap kepercayaan
masing-masing. Yang utama ya antar
sekolah dengan wali murid bisa
Page 134
17
konsisten buat melaksanakan aktivitas
belajar di sekolah dengan di rumah.
Tetapi itu balik lagi kepada kondisi wali
murid dan murid di rumah.
Bekasi, 14 Oktober 2016
Kepala Sekolah SMP Tamansiswa
Ki Setyaka, S. Ag
Page 135
18
WAWANCARA “Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Tamansiswa”
Narasumber : Nyi Dra. Euis Setiawati
Jabatan : Pamong Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Wali Kelas VIII-2
Pembina Jurnalistik
Tempat : Perpustakaan SMP Tamansiswa Bekasi
Hari/tanggal : Rabu/ 1 Juni 2016
NO PERTANYAAN JAWABAN
1
Apa yang bapak/ibu pahami
tentang konsep transformasi
(perubahan) ?
Transformasi sih lebih kepada merubah
siswa untuk lebih sesuai dengan tujuan
pendidikan atau budi pekerti. Tapi kalau
dilihat di sisni siswa lebih memiliki
sikap sendiri sejak awal dan ngeyel.
Sulit untuk melakukan transformasi.
2
Apa yang bapak/ibu pahami
tentang budaya sekolah?
Budaya sekolah itu nilai atau kebiasaan
atau keharusan yang diterima semua
orang di sekolah ini untuk mencapai
cita-cita bersama.
3
Menurut bapak/ibu, nilai-nilai
budaya apa yang ditanamkan di
SMP Tamansiswa?
Budaya SMP Tamansiswa ya budaya
budi pekerti, tapi yang diterapkan disini
juga ya ada budaya bersih dan budaya
sopan satun. Budaya-budaya itu yang
lebih diutamakan untuk diterapkan.
4
Menurut bapak/ibu, apakah
budaya sekolah yang diterapkan
di SMP Tamansiswa sudah
sesuai untuk mengesksplorasi
potensi-potensi peserta didik
(intelektualitas, sosialitas,
spiritualitas, dan emosionalitas)?
Praktek penerapan budi pekerti kontradiksi.
Sebenarnya apa yang ditanamkan sejak
awal jadi nilai Tamansiswa sudah baik dan
bagus. Tetapi ternyata dalam perakteknya
ditemui kesulitan. Siswa susah sekali
dibentuk dengan budaya sekolah, lebih
cenderung bersikap semaunya Kalau
ditanya sesuai atau tidak, ya jelas sesuai
karena budaya sekolah juga disesuaikan
Page 136
19
dengan kondisi sekolah dan
lingkungannya.
5
Apa saja yang bapak/ibu lakukan
agar peserta didik mampu
mengikuti dan melaksanakan
norma-norma perilaku yang
ditetapkan di SMP Tamansiswa?
Cara yang harus dilakukan sudah
dilakukan seperti memberi contoh
langsung ke siswa, menerapkannya
setiap hari agar terbiasa. Ada beberapa
siswa yang mau ikut serta tapi sebagian
siswa justru cenderung semaunya
sendiri. Acuh dengan norma-norma
yang diterapkan juga ada.
6
Budaya sekolah apa saja yang
disosialisasikan di SMP
Tamansiswa kepada seluruh
siswa? dan kapan waktu yang
dipilih untuk
mensosialisasikannya?
Kalau budaya apa, ya tentunya budaya
yang ditanamkan tadi. Budaya budi
pekerti, budaya bersih. Budaya bersih
biasanya saya melaksanakan setiap saat
akan memulai belajar siswa selalu
diingatkan tentang nilai-nilai itu.
Sebelum belajar saya juga membiasakan
untuk memeriksa kondisi kelas bersih
atau tidak, rapih atau tidak. Secara tidak
langsungkan siswa pasti membersihkan
kelas dan menjaga kebersihan kelas
sebelum pamong datang ke kelas.
7
Menurut bapak/ibu, kendala apa
saja yang sering ditemukan
dalam menerapkan budaya
sekolah dalam diri siswa?
Kendala muncul biasanya dari siswa.
sikap siswa yang sulit untuk diarahkan,
siswa menantang. kalau diperhatikan
siswa sekarang tidak ada takutnya. saya
larang tapi justru mereka lebih
menantang. Itu sulitnya siswa tidak mau
dengan mudah menerima ajaran baru,
aturan-aturan.
8
Menurut bapak/ibu, apakah
siswa di SMP Tamansiswa
selalu aktif dalam mengikuti
Kalau sekarang-sekarang antusias siswa
untuk ikut serta program-program
sekolah apalagi yang melibatkan budaya
Page 137
20
program-program yang
membutuhkan adanya budaya
sekolah ?
sekolah. Sebagian siswa memang
memiliki anrtusias yang cukup baik.
Tapi banyak juga siswa yang cenderung
bersikap cuek.
9
Apa yang bapak/ibu lakukan
dalam mendukung aktivitas-
aktivitas siswa, sehingga
memunculkan motivasi dalam
diri siswa untuk lebih berprestasi
dan berkarakter sesuai budaya
sekolah yang ada?
Untuk memunculkan motivasi siswa
saya lebih sering memberi contoh
secara langsung. Seperti
memperlihatkan peristiwa atau biografi
seseorang lewat cerita atau vidio dengan
harapan siswa akan termotivasi dengan
kisah-kisah yang disajikan saat selingan
waktu belajar.
10
Program apa saja yang bapak/ibu
lakukan untuk menumbuhkan
disiplin belajar siswa di sekolah?
Mengadakan program budi pekerti.
Saya beri tanggung jawab penuh kepada
siswa tentang kebersihan kelasnya,
melatih siswa untuk memiliki sikap
sopan santun . Ya membiasakan siswa
untuk mau bekerja lebih keras secara
mandiri. Lama-lama siswa akan terlatih
menjadi disiplin dengan sendirinya
walaupun awalnya pasti terpaksa.
11
Apakah penerapan budaya
sekolah mempengaruhi disiplin
belajar siswa?
Kerjasama dengan orang tua siswa dan
secara rutin biasanya saya melakukan
komunikasi dengan wali murid. Wali
murid datang ke sekolah, saya dan wali
murid biasanya diskusi tentang
kesulitan siswa bahkan saya beberapa
Page 138
21
kali mengikut sertakan orang tua dalam
belajar siswa. Jadi tidak hanya siswa
yang belajar, orang tua juga jadi nanti
hasilnya lebih maksimal. Tapi hanya
untuk pelajaran Bahasa Indonesia dan
Bahasa Sunda yang bidang studi saya
ajarkan saja. Harapannya sistem among
di sekolah/ di rumah tetap terlaksana.
Bekasi, 14 Oktober 2016
Wali Kelas VIII-2
Nyi Dra. Euis Setiawati
Page 139
22
WAWANCARA “Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Tamansiswa”
Narasumber : Ki Wana Sapto Ajie. SPd
Jabatan : Pamong Mata Pelajaran TIK
Wali Kelas VIII-1
Pembina Pramuka
Tempat : Lapangan SMP Tamansiswa Bekasi
Hari/tanggal : Rabu/ 1 Juni 2016
NO PERTANYAAN JAWABAN
1
Apa yang bapak/ibu pahami
tentang konsep transformasi
(perubahan) ?
Transformasi perubahan prilaku,
perubahan pola berpikir dari yang
negatif ke hal yang positif. Kalau di
sekolah bisa melalui pengenalan,
pembiasaan siswa mentaati peraturan
dan budaya sekolah yang ada di sisni.
2 Apa yang bapak/ibu pahami
tentang budaya sekolah?
Budaya sekolah itu budaya Disiplin,
budaya hormat- menghormati, budaya
saling menyayangi. Ya budaya sekolah
itu suasana sekolah berdasarkan berpikir
dan berprilaku di sekolah.
3
Menurut bapak/ibu, nilai-nilai
budaya apa yang ditanamkan di
SMP Tamansiswa?
Budaya budi pekerti, perguruan
Tamansiswa selalu menanamkan budi
pekerti sejak dulu.
4
Menurut bapak/ibu, apakah
budaya sekolah yang diterapkan
di SMP Tamansiswa sudah
sesuai untuk mengesksplorasi
potensi-potensi peserta didik
(intelektualitas, sosialitas,
spiritualitas, dan emosionalitas)?
Sebenarnya sudah dan sangat
mendukung perkembangan karakter dan
kemapuan siswa di sini. Tetapi kalau
berhasil yan tidak 100% karena
memang harus ada kerjasama semua
warga sekolah termasuk muridnya
sendiri. Sedangkan murid tidak bisa
dipaksa begitu saja mengikuti semua
budaya sekolah.
Page 140
23
5
Apa saja yang bapak/ibu lakukan
agar peserta didik mampu
mengikuti dan melaksanakan
norma-norma perilaku yang
ditetapkan di SMP Tamansiswa?
Siswa atau siswi diajak untuk mentaati
atau mengikuti norma sekolah
6
Budaya sekolah apa saja yang
disosialisasikan di SMP
Tamansiswa kepada seluruh
siswa? dan kapan waktu yang
dipilih untuk
mensosialisasikannya?
Budi pekerti, setiap hari disosialisasikan
ke siswa/i. Seperti di kelas, upacara atau
saat istirahat kadang-kadang saya suka
ngobrol dengan siswa/i untuk sharing.
7
Menurut bapak/ibu, kendala apa
saja yang sering ditemukan
dalam menerapkan budaya
sekolah dalam diri siswa?
Kendala muncul ya karena adanya
penolakan dari siswa siswa untuk ikut
serta dan mentaati apa yang diterapkan
disekolah.
8
Menurut bapak/ibu, apakah
siswa di SMP Tamansiswa
selalu aktif dalam mengikuti
program-program yang
membutuhkan adanya budaya
sekolah ?
Aktif sebagian. Sekarang-sekarang
siswa/i sudah kurang antusias. Maunya
pulang aja, jadi kegiatan-kegiatan yang
ikut orangnya itu-itu saja. Seperti GKS
tahun ini yang lebih banyak diisi
bintang tamu, alumni sedangkan siswa
tidak tertarik. Jadi tujuan GKS tidak
tercapai sepenuhnya karena siswa
sendiri tidak antusias.
9
Apa yang bapak/ibu lakukan
dalam mendukung aktivitas-
aktivitas siswa, sehingga
memunculkan motivasi dalam
diri siswa untuk lebih berprestasi
dan berkarakter sesuai budaya
sekolah yang ada?
Memberikan masukan ke siswa/i. Lewat
masukan nanti siswanya bisa lebih
kreatif, munculin ide baru bisa juga
ngoreksi mereka. Masukannya saya
sampaikan secara santai ya kaya ke
teman jadi siswa/i mau nerima masukan
dengan lebih baik dari pada saya
sampaikan dengan terlalu tegas dan
formal.
10
Program apa saja yang bapak/ibu
lakukan untuk menumbuhkan
disiplin belajar siswa di sekolah?
Memberikan nilai 100 untuk siswa yang
hadir lebih awal. Jadi misalnya dia
dapat nilai 85 tapi karena hadir lebih
awal ke lab, atau ke kelas mengikuti
Page 141
24
kegiatan-kegiatan belajar lainnya lebih
awal ya saya tambahkan atau dibulatkan
menjadi 100. Jadi siswa lebih
menghargai waktu belajar. Menurut
saya cara seperti itu cukup efektif jadi
dari dulu sampai sekarang saya masih
menggunakan cara itu untuk siswa jadi
lebih antusias ikut kegiatan belajar.
11
Apakah penerapan budaya
sekolah mempengaruhi disiplin
belajar siswa?
Budaya sekolah itu tidak hanya
mempengaruhi warga sekolahnya, tetapi
juga mempengaruhi motivasi dan
semangat pendidik dan peserta didik.
Dengan budaya sekolah jadi ada
hubungan antar warga sekolah dengan
baik, termasuk saat proses belajar.
Karena adanya hubungan ini jadi proses
belajar pun bisa berjalan baik, termasuk
disiplin belajarnya.
Bekasi, 14 Oktober 2016
Wali Kelas VIII-1
Ki Wana Sapto Ajie. SPd
Page 142
25
Lampiran 7
PROFIL SMP TAMANSISWA BEKASI TAHUN 2015/2016
1. Nama Sekolah : SMP Tamansiswa Bekasi
2. Nomor Identitas Sekolah (NIS) : 2002260060
3. Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 204022501055
4. Alamat Sekolah : Jl. Selecta Raya No. 02 Blok VI
Kecamatan : Rawalumbu
Kota : Bekasi
Propinsi : Jawa Barat
Kode Pos : 17115
Telepon : 021-8205858
5. Status Sekolah : Swasta
6. Nama Yayasan : Perguruan Tamansiswa
7. Nomor Akte
Pendirian/Kelembagaan : 162/1-02/Kep.
8. Tahun Berdiri Sekolah : 1991
9. Luas Tanah Sekolah : 3624 m2
10. Luas Bangunan Sekolah : 1070 m2
11. Status Tanah : Milik Sendiri
12. Status Bangunan : Milik Sendiri
13. Nomor Sertifikat Tanah :
14. Status Akreditasi/Tahun : Ter Akreditasi “ A “ / Tahun 2007
15. Jenis Sarana yang dimiliki Sekolah
No Jenis
Keberadaan Luas
(m2)
Fungsi
Ada Tidak
Ada Ya Tidak
1. Ruang Kepala Sekolah V 8 X 9 M2 V
2. RuangWakil Kepala Sekolah V 8 X 9 M2 V
3. Ruang Guru V 8 X 9 M2 V
Page 143
26
4.
Ruang Layanan Bimbingan dan
Konseling
V 3 X 4 M2 V
5. Ruang Tamu V 3 X 3 M2 V
6. Ruang UKS V 3 X 3 M2 V
7. Ruang Komite Sekolah V 3 X 3 M2 V
8. Ruang OSIS V 3 X 3 M2 V
9. Ruang Media dan alat bantu KBM V 3 X 3 M2 V
10 Ruang penjaga Sekolah V 3 X 3 M2 V
11 Ruang / Pos Keamanan V 2 X 2 M2 V
12. Aula/Gedung serba Guna V 16 X 17 M2 V
13. Gudang V 3 X 4 M2 V
14. Kantin Sekolah V 5 X 11 M2 V
15. Halaman Sekolah V 30 X 25 M2 V
16. Ruang Kelas
Kondisi Ruang Kelas Jumlah Ruang Kelas
Baik 6
Rusak Ringan -
Rusak Berat -
Total 6
17. Perpustakaan
a. Koleksi Buku
Jenis Buku Jumlah Buku
Buku Pelajaran 550
Buku Penunjang 420
Buku Bacaan 494
Total 1364
b. Luas : 9 x 8 m2
c. Rata-rata Jumlah Pengunjung Perpustakaan : 310 siswa/bulan
d. Rata-rata Jumlah Buku yang dipinjam : 221 buku/bulan
Page 144
27
18. Ruang Komputer
a. Luas : 9 x 8 m2
b. Jumlah Komputer : 22 unit
c. Pemanfaatan : 18 jam/minggu
d. Kepemilikan : Sendiri
19. Laboratorium dan Ruang Praktek
Jenis
Lab/Ruang
Praktek
Keberadaan Luas
(m2)
Penggunaan
(Jam/
minggu)
Kondisi Berfungsi
Ada Tidak
Ada Baik
Tidak
Baik Ya Tidak
IPA V 8 X 7 V V
Bahasa V 8 X 7 V V
Ketrampilan V 8 X 7 V V
Komputer V 8 X 7 V V
Ruang Ibadah V 4 X 4 V V
(sumber: Dokumen Perguruan Tamansiswa Cabang Bekasi. Soft Copy)
Page 145
28
Lampiran 8
PRESTASI NON-AKADEMIK SISWA SMP TAMANSISWA BEKASI
Prestasi Non-Akademik Siswa Smp Tamansiswa Bekasi yang diraih dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir, diantaranya;
No. Nama kegiatan Lingkup Ranking
juara Tahun
1 Bulutangkis tunggal putra Kota Bekasi 2 2011
2 Perkemahan Putra (Pengembaraan)
Kwartir Ranting
Kota Bekasi Prestasi I 2011
3 Futsal Tingkat SMP Gelar Kreatifitas
Siswa Kota Bekasi 2 2012
4 Volly Tingkat SMP Sekec.
Rawalumbu Kota Bekasi 3 2012
5 Copetition of Story Telling tingkat
SMP Kota Bekasi 1 2012
6 Daur Ulang Tingkat SMP Kota Bekasi 1 2012
7 Abdi Negara Open Turnamen
Futsal
Kab &
Kota Bekasi 2 2012
8 Perkemahan Bakti 4 Putra Kwarran
Rawalumbu Kota Bekasi Madya I 2012
9 Perkemahan Bakti 4 Putri Kwarran
Rawalumbu Kota Bekasi Purwa I 2012
11 Gerak Jalan Putra Dalam Rangka
HUT RI ke- 68 Kota Bekasi 2 2013
12 Gerak Jalan Customer Terbaik Kota Bekasi 3 2013
13 Perkemahan Bakti Putra Kwarran
Rawalumbu Kota Bekasi 2 2013
14 Turnamen Futsal Dalam Rangka
Hut MAN 2 Kota Bekasi 3 2014
15 Baca Puisi Piala Wakil Walikota
Bekasi Ke-2 Kota Bekasi 3 2014
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
Page 146
29
Lampiran 9
PERATURAN/TATA TERTIB SISWA
SMP TAMANSISWA BEKASI
Untuk mewujudkan suasana belajar yang tertib dan damai berdasarkan azas, dasar dan
tujuan Tamansiswa, maka kepada segenap siswa Tamansiswa Cabang Bekasi diwajibkan untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Setiap siswa wajib memperlihatkan sikap sopan dan hormat terhadap segenap
Pamong dan Petugas Perguruan.
2. Setiap siswa wajib mengucapkan “SALAM” apabila bertemu dengan Pamong atau
Petugas Perguruan dan dengan sesama siswa.
3. Setiap siswa sudah harus hadir di Perguruan sebelum jam belajar dimulai.
4. Setiap siswa wajib mengikuti seluruh mata pelajaran dengan tekun dan sungguh-
sungguh dari pelajaran pertama hingga terakhir pada tiap-tiap hari sekolah.
5. Siswa yang akan meninggalkan perguruan sebelum pelajaran selesai karena sakit
atau alasan lain, diharuskan minta ijin kepada Pimpinan Bagian atau Pamong Piket.
6. Siswa yang datang terlambat diharuskan minta ijin Pimpinan Bagian atau Pamong
Piket.
7. Siswa yang berhalangan masuk sekolah dan tidak memberitahukan sebelumnya,
pada hari ia masuk kembali diharuskan membawa surat dari orangtua / walinya.
8. Setiap siswa wajib untuk ikut serta menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga
keutuhan alat-alat pelajaran serta barang-barang inventaris Perguruan.
9. Selama berguru setiap siswa dilarang untuk membawa Hand Phon (HP) dan benda
apapun yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan, misalnya senjata tajam dll.
10. Setiap siswa dilarang merokok,minum-minuman keras dilingkungan perguruan.
11. Selama berguru setiap siswa wajib untuk berpakaian rapi, bersih, sopan dan baju
dimasukkan.
12. Selama berguru siswa tidak dibenarkan :
a. Memakai sandal.
b. Memakai celana bahan levis dan sejenisnya.
c. Siswa laki-laki berambut gondrong/kucir.
13. Setiap siswa harus berpakaian seragam :
a. Hari Senin dan Selasa berpakaian putih dan bawah celana/rok biru panjang.
Page 147
30
b. Hari Rabu berpakaian batik dan bawah celana/rok biru panjang.
c. Kamis seragam pramuka lengkap, sepatu hitam.
d. Hari Jum’at yang beragama Islam berpakaian busana Muslim (koko) dan
bawah celana/rok biru panjang, non muslim baju seragam lengan pendek.
e. Hari Sabtu berpakaian pramuka, celana/rok panjang.
14. Bagi siswa yang tidak mematuhi ketentuan diatas (1 s/d 13) akan dikenakan
tindakan disiplin berupa :
a. Peringatan.
b. Skorsing.
c. Dikeluarkan dari perguruan / dikembalikan ke orang tua/walinya.
Demikian harap dipatuhi dengan penuh rasa tanggung jawab dan kami harapkan para
Pamong ikut membantu demi terlaksananya tata tertib ini.
Bekasi, Juli 2015
Kepala Sekolah
Ki Setiyaka, S.Ag
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
Page 148
31
Lampiran 10
TATA TERTIB PEMBIASAAN SISWA DI KELAS
1. Siswa sudah hadir sebelum bel berbunyi pukul 07.00 WIB
2. Siswa wajib berpakaian seragam yang rapi sesuai jadwal seragam.
3. Siswa wajib mengikuti pelajaran sampai jam terakhir pelajaran
4. Siswa wajib berperilaku sopan dan santun dalam kegiatan sehari-hari.
5. Siswa wajib berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
6. Selama mengikuti pelajaran siswa wajib patuh dan taat pada nasehat pamong.
7. Siswa putra dilarang berambut panjang melebihi telinga dan kerah baju.
8. Siswa dilarang membawa benda yang tidak berkepentingan dengan mata pelajaran.
9. Siswa dilarang mencorat-coret sarana belajar di dalam kelas.
10. Siswa wajib lapor ke kantor bila meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran selesai.
11. Siswa wajib menjalankan tugas piket kelas sebelum jam pelajaran dimulai.
12. Siswa dilarang menyembunyikan atau menghilangkan perlengkapan kelas (agenda,
penghapus, spidol dll).
13. Siswa wajib lapor ke kantor bila pamong pengajar belum hadir di depan kelas.
14. Siswa wajib menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, dan keindahan kelas.
Demikian tata tertib pembiasaan di kelas ini dibuat, agar dapat dilaksanakan sebaik-
baiknya. Jika terdapat pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai peraturan yang
berlaku.
Bekasi, Juli 2015
Kepala Sekolah Wa.Ka.Bag Sesiswaan
Ki Setiyaka, S.Ag Nyi Dra. Dendang Hernawati
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
Page 149
32
Lampiran 11
TINDAKAN DAN SANKSI PELANGGARAN
TATA TERTIB SISWA-SISWI
SMP TAMANSISWA BEKASI
NO
JENIS PELANGGARAN
TINDAKAN
SANKSI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kehadiran terlambat 10 menit Tidak hadir tanpa keterangan Tidak hadir tanpa keterangan 3x dalam satu minggu Seragam sekolah : - Atribut tidak lengkap - Baju tidak rapi/dikeluarkan - Celana beda model dari sekolahan - Rok / celana ketat - Baju sempit (siswa-siswi) - Sepatu/kaos kaki tidak sesuai Membuat surat palsu Bolos selama pelajaran berlangsung Membawa HP di kelas Membawa, merokok di dalam / di luar lingkungan sekolah. Membuang sampah tidak pada tempatnya. Mengotori / merusak fasilitas sekolah. Mencuri Membawa, buku,VCD, majalah yang tidak pantas. Melakukan perbuatan yang dianggap membahayakan orang
Dipanggil ke kantor Dipanggil ke kantor Dipanggil ke kantor
Ditegur, 3x ditegur
Ditegur Ditegur
Ditegur Ditegur Ditegur
Ditegur
Ditegur
Diberi peringatan
Ditegur
Ditegur
Ditegur
Dipanggili/ Panggilan orang tua
Dipanggili/ Panggilan
orang tua
Dipanggil orang tua
Ditegur
Diberi teguran
Diberi peringatan
Panggilan orang tua/
membuat surat perjanjian
Membuat pernyataan
Dicoret dengan spidol
Membuat pernyataan
Panggil orang tua, buat surat perjanjian
Hukuman disiplin
Hukuman disiplin
Mengambil dan memberi peringatan
Mengganti
Mengganti
Perjanjian / Pernyataan
Membuat perjanjian
Page 150
33
13. 14. 15 16..
lain (berkelahi, mengancam, memalak dll) Mencemooh / melawan guru Minum-minuman keras. Menyimpan, mengedarkan, menggunakan narkoba.
Dipanggil orang tua
Peringatan tegas dan panggil langsung
orang tua
Minta ma’af kpd yang bersangkutan
Perjanjian/siswa skorsing
Siswa DO / langsung
dikeluarkan
Bekasi, Juli 2015
Kepala Sekolah
Ki Setiyaka, S.Ag
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
Page 151
34
Lampiran 12
TATA TERTIB GURU / PAMONG SMP TAMANSISWA BEKASI
1. KEWAJIBAN
a. Guru Tetap Yayasan (GTY) dengan jumlah mengajar 24 jam atau kurang dari 24 jam
wajib hadir 4 (empat ) hari penuh dalam seminggu.
b. Guru Tidak Tetap ( GTT) wajib hadir pada hari dan jam mengajar
c. Hadir di sekolah minimal 15 menit sebelum pelajaran dimulai
d. Hadir di kelas tepat waktu (tidak menunda) sesuai jadwal mengajar.
e. Memberitahukan kepada Kepala Sekolah apabila berhalangan hadir dan menyampaikan
tugas untuk peserta didik.
f. Mengikuti upacara bendera sesuai dengan jadwal.
g. Menyiapkan program pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan tugas mengajar
secara lengkap.
h. Menandatangani daftar hadir
2. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
a. Menyusun program pembelajaran KTSP : SKBM/KKM, Silabus, Program tahunan,
program semester, Rencana Pembelajaran / RPP dan Analisi hasil belajar
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan program yang dibuat dan berusaha
secara kreatif mengembangkan metode dan strategi seuai dengan karakteristik materi
dan kondisi peserta didik.
c. Melaksanakan evaluasi (ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir
semester/ulangan kenaikan kelas) terhadap materi yang telah diajarkan dan selalu
berusaha meningkatkan daya serap peserta didik.
d. Menetapkan ketuntasan belajar dan berusaha mencapai target dalam pembelajaran.
3. KERJA SAMA
a. Berusaha menciptakan dan memelihara suasana kerja yang harmonis menyenangkan
b. Saling membantu dan mempedulikan kepentingan bersama serta bersedia mengisi
kekosongan guru di kelas apabila ada rekan guru yang berhalangan hadir.
c. Berperan serta dalam setiap kegiatan sekolah.
d. Berperan serta dalam pelaksanaan 7K (Kebersihan, Keindahan, Ketertiban, Keamanan,
Kekeluargaan, Kerindangan dan Keselamatan atau Kesehatan)
4. SIKAP DAN PERILAKU
a. Berpakaian rapih dan sopan santun dalam melaksanakan tugas.
b. Memberikan teladan yang baik kepada siswa dalam melaksanakan tugas
c. Memberikan pelayanan dan perhatian yang sama kepada semua siswa (tidak
membedakan)
5. LARANGAN
a. Menghukum siswa dengan hukuman fisik (badan) yang berlebihan
Page 152
35
b. Merokok di lingkungan sekolah
c. Memaki siswa dengan kata-kata kotor
d. Meninggalkan kelas pada saat mengajar tanpa alasan yang jelas.
e. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma etika/tata susila
f. Memungut uang dari peserta didik tanpa ijin dari kepala sekolah
g. Menyalahgunakan wewenang sebagai guru.
6. HIMBAUAN
a. Menghadiri pengajian bulanan siswa.
b. Menghadiri pengajian Guru, Karyawan dan Keluarga.
c. Menghadiri acara arisan kekeluargaan Perguruan Tamansiswa cabang Bekasi
Bekasi, Juli 2015
Kepala Sekolah
Setiyaka, S.Ag
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
Page 153
36
Lampiran 13
PERATURAN PENGHARGAAN
TERHADAP SISWA YANG BERPRESTASI
1. Kepala Sekolah dan Komite Sekolah akan memberikan beasiswa berupa pembebasan SPP
dan atau pembebasan separo SPP bagi siswa yang berprestasi dan atau siswa yang tidak
mampu.
2. Keputusan tersebut akan melihat dan mempertimbangkan keuangan Sekolah.
Bekasi, Juli 2015
Kepala Sekolah
Ki Setiyaka, S.Ag
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
Page 154
37
Lampiran 14
PERATURAN PENGHARGAAN
TERHADAP PENGABDIAN GURU YANG BERPRESTASI
1. Jika Guru mengabdi di Perguruan Tamansiswa Bekasi selama 10 Tahun maka Perguruan
akan memberikan cendera mata sebanyak 5 gram emas murni dan piagam penghargaan
sebagai wujud terimakasih.
2. Jika Guru mengabdi di Perguruan Tamansiswa Bekasi selama 15 Tahun maka Perguruan
akan memberikan cendera mata sebanyak 10 gram emas murni dan piagam penghargaan
sebagai wujud terimakasih.
3. Jika Guru mengabdi di Perguruan Tamansiswa Bekasi selama 20 Tahun maka Perguruan
akan memberikan cendera mata sebanyak 15 gram emas murni dan piagam penghargaan
sebagai wujud terimakasih.
4. Jika Guru mengabdi di Perguruan Tamansiswa Bekasi selama 25 Tahun maka Perguruan
akan memberikan cendera mata sebanyak 20 gram emas murni dan piagam penghargaan
sebagai wujud terimakasih.
Bekasi, Juli 2015
Kepala Sekolah
Ki Setiyaka, S.Ag
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
Page 155
38
Lampiran 15
DOKUMENTASI
A. Narasumber Wawancara
B. Kondisi Sekolah
Ki Setyaka, S. Ag
Kepala Sekolah SMP Tamansiswa Bekasi
Ki Wana Sapto Ajie. SPd
Pamong