Top Banner

of 12

Peran Sekolah Berwawasan Lingkungan Dalam Menyiapkan

Jul 07, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Peran Sekolah Berwawasan Lingkungan dalam Menyiapkan Generasi yang Mengedepankan Nilai-nilai Arif LingkunganOleh: Sukron Tajudin (38/XI IPA 2/MAN Yogyakarta I)Pelangi-pelangi alangkah indahmu Merah kuning hijau di langit yang biru Pelukismu agung siapa gerangan Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan

Dari syair lagu di atas, sudah cukup jelas bahwa semua yang ada di dalam dunia ini adalah ciptaan Allah SWT. Semua telah didesain sedemikian rupa sehingga semua komponen alam semesta ini mampu tertata dengan rapi serta dapat menjalankan fungsinya masing-masing dengan baik. Semua komponen tersebut selalu dipelihara oleh Sang Khalik dengan cara mengutus khalifahkhalifah ke bumi ini untuk menjaga keseimbangan ekosistem alam. Khalifah tersebut tak lain adalah manusia, makhluk paling sempurna yang dibekali akal dan pikiran untuk berpikir serta rasio untuk menalar. Manusia mempunyai tugas untuk menjaga keseimbangan ekosistem di alam. Oleh karena itu, manusia harus menggunakan kelebihannya agar dapat melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya dengan baik. Dalam proses di dalamnya, manusia harus mampu mengenali keadaan serta sifat-sifat alam. Sebagai contohnya adalah bagaimana keadaan pantai selatan ketika musim penghujan, seberapa intensifkah untuk digunakan sebagai sarana rekreasi. Dengan mengenali alam, kita akan semakin bijak dalam bersikap terhadap mereka. Dalam rangka untuk mengenali alam secara mendalam inilah maka didirikan sekolah berwawasan lingkungan. Melalui sekolah ini, diharapkan peserta didik mampu untuk menyerap pelajaran umum sesuai dengan standar kurikulum serta silabus yang telah tersusun serta juga mendapat pelajaran plus, yaitu pelajaran tentang bagaimana bersikap yang arif serta bijak terhadap alam, bagaimana cara cara yang baik dan benar agar alam mau bersahabat dengan kita. Dengan pengenalan sikap- sikap arif lingkungan sejak kecil diharapkan peserta didik dapat memiliki rasa cinta terhadap alam sehingga nantinya dapat menjalankan tugas kekhalifahan dengan baik. Andaikan semua orang mampunyai rasa cinta terhadap alam sekitarnya, maka kita tidak perlu menyaksikan berbagai perusakan alam yang begitu marak belakangan ini. Dari mulai pencemaran air oleh limbah pabrik serta perusakan taman laut karena penggunaan pukat harimau sampai kebakaran hutan, banjir dimana-mana, bahkan sampai global warming atau pemanasan global yang sangat kita rasakan dampaknya sampai saat ini. Semua ini adalah ulah tangan-tangan jahil manusia yang tidak bertanggung jawab. Akibat dari semua itu, manusia sendiri juga yang kewalahan mengatasinya. Sebagai manusia yang bernurani serta berbudi pekerti, kita perlu menyikapinya dengan bijaksana. Artinya, kita berusaha untuk mencegah terjadinya perusakan- perusakan alam tersebut serta kita mengambil hikmah agar peristiwa tersebut tidak sampai terjadi untuk yang kedua kalinya bahkan beberapa kali. Karena pada dasarnya, sebuah tujuan yang besar dan mulia akan dapat tercapai jika dan hanya jika kita telah berkorban dengan pengorbanan yang

besar pula. Sejalan dengan hal itu adalah keeksistensian serta keberlangsungan kehidupan alam sekitar akan tetap lestari jika kita telah melakukan upaya-upaya yang benar-benar serius untuk merawatnya, contohnya yaitu pengenalan sikap-sikap arif lingkungan kepada masyarakat melalui sekolah berwawasan lingkungan. Mlangi, 15 November 2007

SMP Katolik Frateran Celaket 21 merupakan satu dari 22 sekolah yang berada dalam naungan Yayasan Mardi Wiyata. Sekolah yang semula bernama HCS (Holland Chinese School) ini resmi didirikan tahun 1948. Sekolah ini awalnya hanya menerima murid laki-laki dan semula berlokasi di seberang Sungai Brantas (kini SMAK Frateran Malang) hingga tahun 1990, sebelum akhirnya kini sekolah yang lebih populer dengan sebutan SMP Celaket ini menempati gedung tertua milik Frater BHK di Malang, tepatnya di Jalan Jaksa Agung Suprapto 21. Gedung tersebut juga menyatu dengan biara induk dari Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus di Indonesia. Bangunan bersejarah yang sangat artistik ini kini bukan saja menjadi kekayaan biara, tetapi juga milik masyarakat, bahkan oleh pemerintah digolongkan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi undang-undang. Sekolah yang memiliki total sembilan kelas ini merupakan satu sekolah tertua yang dirintis oleh para Frater Bunda Hati Kudus dan merupakan satu dari sekian sekolah lain yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya Palembang (Sumsel), Kediri, Malang, Surabaya (Jawa Timur), Ndao, Maumere, Podor (NTT) dan Sumba. Kini SMPK Celaket telah berusia 63 tahun, usia yang telah dewasa bagi sebuah lembaga pendidikan. Dalam kurun waktu yang tidak singkat ini, tentunya banyak hal telah didapat, mulai dari perubahan dan perkembangan, prestasi serta hambatan. Sekolah ini baru menerima murid perempuan pada tahun 1975. Sejak itu, maka berkembanglah SMPK Celaket menjadi favorit yang lulusannya layak berbangga. Di era 1990an sekolah-sekolah Katolik mulai mendapat saingan dari sekolah-sekolah lain yang berkembang pesat. SMPK Celaket menyadari hal ini sebagai cambuk untuk memacu prestasi, agar dapat bertahan dan berkembang serta menunjukkan jati dirinya di tengah persaingan itu, ujar Kepala SMPK Frateran Celaket, Markus Basuki, S.Pd. Dengan visi unggul dalam prestasi, terpuji dalam pribadi, beriman dan berbudaya, para siswa hendak dibawa menuju manusia yang berkualitas, baik secara akademis, keterampilan, tetapi juga kepribadiannya. Untuk dapat mencapai visi tersebut kini sekolah mengemas program terpadu, yang memadukan kegiatan intra kurikuler, ekstra kurikuler serta pendampingan pribadi. Dari sudut kegiatan intra kurikuler, kecuali mengikuti kurikulum wajib yang ditentukan oleh pemerintah, SMPK Celaket juga menyisipkan program muatan lokal Bahasa Jepang, Bahasa Mandarin dan Komputer aplikasi serta Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai upaya mengantisipasi kebutuhan masa depan. Walaupun sudah diajarkan dalam program intra, namun bahasa-bahasa asing (Inggris, Jepang dan Mandarin) serta komputer masih ditawarkan melalui kegiatan ekstra kurikuler. Kecuali itu, kegiatan ekstra juga mencakup bidang olah raga (basket dan lain-lain), seni rupa, seni musik, bina vokalia, seni tari dan masih banyak lagi. Di balik kegiatan intra maupun ekstra, sekolah memandang perlu menanamkan nilai-nilai yang berkaitan dengan pengembangan karakter dan kepribadian. Karena itu, selain ada program Bimbingan dan Konseling, sekolah juga menerapkan Tata Tertib secara ketat. Dibarengi dengan

berbagai kegiatan luar sekolah, seperti perkemahan pramuka, gladi rohani, wisata dan ziarah, serta studi lapangan diharapkan dalam kurun waktu tiga tahun para siswa akan terbentuk menjadi remaja-remaja yang berkualitas, sambung Markus. (tom/han)

Arsip untuk Hukum Lingkungan Belajar Pengelolaan Limbah bahan Berbahaya Beracun (B3) Bagian IJuli 29, 2011 Disimpan dalam Hukum Lingkungan, Rangkuman Tagged Limbah B3 Pengelolaan Limbah bahan Berbahaya Beracun B3 Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Sedangkan defenisi Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Baca entri selengkapnya Komentar bertahan

Peran Serta Masyarakat dalam Proses AMDALJuli 28, 2011 Disimpan dalam Hukum Lingkungan Tagged AMDAL Menurut Pasal 26 UUPPLH tentang perlibatan masyarakat dalam penyusunan AMDAL. (1) Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 disusun oleh pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat. (2) Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian informasi yang transparan dan lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan. (3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. yang terkena dampak; b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau c. yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses amdal. (4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen amdal. Penjelasan Pasal 26 Ayat (1) Pelibatan masyarakat dilaksanakan dalam proses pengumuman dan konsultasi publik dalam rangka menjaring saran dan tanggapan.

Lebih lanjut kemudian dalam Bab VI PP Amdal tentang KETERBUKAAN INFORMASI DAN PERAN MASYARAKAT Baca entri selengkapnya Komentar bertahan

Download Berbagai Peraturan Terkait Penerapan AMDAL di IndonesiaJuli 26, 2011 Disimpan dalam Hukum Lingkungan, Rangkuman, Uncategorized Tagged AMDAL Peraturan terkait Amdal ada banyak, antara lain 1. Kep Men LH No. 42 Tahun 1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan 2. Kep Men LH No. 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting 3. Kep Men LH No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL 4. Kep Men LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Permukiman Terpadu 5. Kep Men LH No. 5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah 6. Kep Men LH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tatakerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 7. Kep Men LH No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentuk Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/ Kota 8. Kep Men LH No. 42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi Penilai dan Tim Teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Pusat 9. Kep Men LH No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 10. Kep Men LH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup yang Diwajibkan 11. Kep Bapedal No. 299 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 12. Kep Bapedal No. 105 Tahun 1997 tentang Panduan Pemantau Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) 13. Kep Bapedal No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 14. Kep Men LH No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup 15. Kep Men LH No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) 16. Per Men LH No. 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 17. Per Men LH No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

18. Per Men LH No. 12 Tahun 2007 tentang Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup bagi usaha dan Kegiatan yang tidak memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup 19. Per Men LH No. 5 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 20. Per Men LH No. 6 Tahun 2008 tantang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota 21. Per Men LH No. 7 Tahun 2008 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 22. Per Men LH No. 11 Tahun 2008 tentang Persyaratan Kompetensi dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 23. Kep Men LH No. 115 Tahun 2009 tentang Penunjukkan Lembaga Sertifikasi Kompetensi Penyusun Dokumen AMDAL 24. Per Men LH No. 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 25. Per Men LH No. 25 Tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan terhadap Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Daerah 26. Per Men LH No. 07 Tahun 2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup | lampiran 27. Per Men LH No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 28. Per Men LH No. 14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan atau Kegiatan yang Telah Memiliki Izin Usaha dan atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup 29. Per Men LH No. 15 Tahun 2010 tentang Persyaratan dan Tatacara Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Sekolah Berwawasan Lingkungan24 Dec 2009y y

Pelita Ragam

SEKILAS bila melihat bangunan fisik Sekolah Dasar Negeri (SDN) 12 Bendungan Hilir, Sudirman, Jakarta Pusat, akan tampak biasa saja. Bangunan dua tingkat ini sama seperti bangunan khas sekolah lainnya di Jakarta yang dibuat meninggi sebagai efisiensi lahan yang semakin terbatas. Baru ketika memandangi areal seluas 2.600 meter persegi itu akan terlihat jika SDN ini mempunyai nilai lebih. Banyak tanaman dan pepohonan yang ditanam diseke-liling bangunan.

Tepat berhadapan dengan ruang kepala m ki la) l ada taman kecil dengan beraneka tanaman berikut teriipat untuk duduk bersantai di bawah sebuah pohon rindang. Konsep lingkungan inilah yang kemudian menghantarkan SDN 12 Pagi Benhil mendapat penghargaan Adi Wiyata. Sebuah penghargaan untuk sekolah yang peduli dan berwawasan lingkungan. Program ini adalah salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Menurut Kepala Sekolah SDN 12 Pagi Benhil, Muryati. ada beberapa proses yang ha-rus dilalui untuk mendapatkan predikat tersebut. Pada tahun pertama baru disebut calon model Adi Wiyata kemudian tahun kedua menjadi Adi Wiyata jika sudah empat tahun disebut Adi Wiyata Mandiri atau Kencana. "Tahun lalu baru model, tahun ini sudah Adi Wiyata seratus persen," ungkapnya Penilaian layak tidaknya sebuah sekolah mendapat penghargaan. 10 persen dilihat dari kondisi fisik bangunan, 40 persen dari kebijakan kepala sekolah, visi, misi, tata tertib, dan komitmen terhadap lingkungan dengan pembelajaran. "30 persen kurikulum pembelajaran harus terintegrasi dengan lingkungan dan memelihara lingkungan kemudian 20 persen partisipasi dan aksi lingkungan ke luar," kata Muryati menambahkan. Apa yang tampak pada SDN 12 Benhil saat ini sangat kontras dengan lima tahun yang lalu. Tahun 2004 saat saat pertama kali datang tidak ada yang istimewa. Murid-murid sedikit malahan bangunan sudah rusak," ujarnya. Untuk memperbaiki keadaan sekolah yang rusak sekolah ini mendapat bantuan dari perusahaanperusahaan sekitar yang peduli pada pendidikan. Setelah semakin baik dari segi penampilan fisik baru pada tahun 2006 sekolah ini mendapat perbaikan total dari pemerintah. Selain melakukan penghijauan lingkungan, sekolah ini juga menerapkan edukasi yang berwawasan lingkungan pada murid-murid, diantaranya membuat kompos, daur ulang sampah ataupun kegiatan-kegiatan lain di luar sekolah. Guru-guru disini berkeyakinan pendidikan tidak hanya melulu di dalam kelas. "Alhamdulillah beberapa kompos sudah bisa dipakai untuk pupuk tanaman di sekolah Ini," ujar kepala sekolah yang selalu mengenakan jilbab ini. Hal lain yang ditanamkan sejak dini pada anak didik adalah tidak membuang sampah sembarangan. "Alhamdulillah saat ini murid-murid bisa menjadi polisi bagi teman lainnya. Artinya kalau ada yang membuang sampah sembarangan akan ditegur oleh teman lainnya," tuturnya.

Pada lingkup kecil kebiasaan ini bisa membuat lingkungan sekolah bersih dari sampah sedangkan pada lingkup yang lebih besar bisa tercipta sebuah generasi yang peka terhadap lingkungan. "kalau sifat baik mudah-mudahan pembelajaran bisa menjadi baik." inilah hal yang diyakini Muryati. (pk-21) Entitas terkaitAdi | Alhamdulillah | Artinya | Bangunan | Bendungan | Benhil | Konsep | Muryati | Pagi | Penilaian | Program | SDN | SEKILAS | Tepat | Adi Wiyata | Pagi Benhil | Adi Wiyata Mandiri | Sekolah Berwawasan Lingkungan | Sekolah Dasar Negeri | Kementerian Negara Lingkungan Hidup | Menurut Kepala Sekolah SDN | Ringkasan Artikel Ini Bangunan dua tingkat ini sama seperti bangunan khas sekolah lainnya di Jakarta yang dibuat meninggi sebagai efisiensi lahan yang semakin terbatas. Untuk memperbaiki keadaan sekolah yang rusak sekolah ini mendapat bantuan dari perusahaan-perusahaan sekitar yang peduli pada pendidikan. Selain melakukan penghijauan lingkungan, sekolah ini juga menerapkan edukasi yang berwawasan lingkungan pada murid-murid, diantaranya membuat kompos, daur ulang sampah ataupun kegiatan-kegiatan lain di luar sekolah. "Alhamdulillah beberapa kompos sudah bisa dipakai untuk pupuk tanaman di sekolah Ini," ujar kepala sekolah yang selalu mengenakan jilbab ini. Pada lingkup kecil kebiasaan ini bisa membuat lingkungan sekolah bersih dari sampah sedangkan pada lingkup yang lebih besar bisa tercipta sebuah generasi yang peka terhadap lingkungan.

Penerapan Sekolah Berwawasan Lingkungan6 January 2010 Filed under pendidikan Oleh : Riana Rahmawati, S.Pd. Guru Bahasa Jerman SMK N 4 Jambi Hasil Diklat Sekolah Berwawasan Lingkungan @ P4TK VEDC Malang Harian Pagi Jambi Ekspres, Rabu/ 4 November 2009 Memahami teori tentang keramahan dan keasrian lingkungan sangatlah mudah, kita manusia pasti menyepakati hal yang sama bahwa perilaku hidup bersih, sehat dan asri membuat kita nyaman. Namun dalam prakteknya, terkadang manusia begitu sulit berkerjasama dengan isi hatinya. Tahu bahwa membuang sampah di sungai membuat sungai kotor, merusak lingkungan bahkan dapat menimbulkan penyakit, terkalahkan dengan pikiran pendek bahwa membuang sampah di sungai adalah sebuah solusi sederhana menghilangkan sampah. Cermin sederhana dalam kehidupan setiap hari kita, cobalah ditulis sampah apa yang kita hasilkan dalam satu hari saja, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Dari sampah organik hingga non organik, dari beratnya yang cuma nol koma sekian gram hingga yang beratnya sampai kiloan. Kemudian identifikasilah bagaimana kita melenyapkan sampah tersebut, membuangnya begitu saja atau menghasilkannya kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat. Saya yakin, sebagian besar dari kita melakukan hal yang pertama, membuang sampah tersebut

(mudah-mudahan) di tong sampah. Bagaimana jika kemudian kita menulis sampah-sampah yang dihasilkan keluarga kita? Ada berapa jumlah anggota keluarga kita? Lantas jumlahkan berapa kilo sampah perhari yang keluarga kita hasilkan dikalikan perbulan kemudian pertahun? Belum ditambahkan dengan usia kita hingga akhir hayat nanti. Hasil hitung menghitung tadi pastilah sungguh dahsyat jumlahnya, jika dikalikan lagi berapa jumlah penduduk negeri ini. Padahal jumlah penduduk tiap tahun selalu meningkat, perkembangan industri dan geliat gaya hidup konsumtif pun semakin berkembang pesat hingga berbanding terbalik dengan upaya pencegahan dan penanggulangan limbah yang dihasilkan, pencemaran air, udara hingga perusakan alam yang pelan namun pasti membunuh keseimbangan alam. Menyadari permasalahan klasik yang sepertinya terus berkembang ini, maka sebuah solusi diharapkan hadir mengetuk pintu kesadaran kita bahwa upaya penanggulangan sampah bukan hanya program pemerintah saja, tapi juga melibatkan lapisan masyarakat secara meyeluruh. Pertanyaan berikutnya, bagaimana seorang pendidik (guru) membaca permasalahan ini? Menerapkan gaya hidup sehat dan bersih di lingkungan kerjanya, dengan berbagai macam karakter guru, karyawan serta siswa yang jumlahnya ratusan orang. Tentu sulit jika hanya satu atau dua individu saja yang peduli. Tentu juga tidak mudah jika tidak ada penanaman wawasan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi siswa. Dan tidak mudah pula jika tidak ada kerjasama yang baik antara seluruh warga sekolah, mulai dari peningkatan pengetahuan, kesadaran, keterampilan, dan kepedulian, yang tercermin dalam perilaku warga sekolah yang peduli akan lingkungan hidup mulai dari komitmen hingga penerapan Sekolah Berwawasan Lingkungan (SBL) itu sendiri. Latar belakang penerapan SBL, khususnya di SMK, melalui program Sekolah Hijau (Green School) mengharapkan agar SMK memiliki nuansa kepedulian dan budaya di lingkungan institusi pendidikan. Sedangkan konsep PLH di SMK adalah bagian integral dari proses pendidikan kejuruan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, nilai dan sikap, kepedulian, keterampilan dan pengalaman serta komitmen terhadap setiap permasalahan lingkungan hidup, mencegah, menanggulangi kerusakan dan pencemaran serta melindungi dan melestarikan fungsi lingkungan yang tercermin dalam perilaku baik di tempat kerja/ sekolah maupun masyarakat. Selanjutnya tujuan dari implementasi Sekolah Berwawasan Lingkungan (SBL) di SMK antara lain adalah meningkatkan wawasan dan kepedulian seluruh warga sekolah akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup, meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah dan penggunaan berbagai sumber daya, meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan konsumsi berbagai sumber daya dan energi, dan menciptakan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi semua warga sekolah. Tidak hanya keselarasan lingkungan sekolah dengan pohon perindang atau taman-taman kecil yang menyejukkan namun juga bagaimana SMK mampu menyelaraskan hubungan materi pembelajaran dengan praktek pembelajaran ramah lingkungan. Sehingga dalam prakteknya PLH merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pendidikan di SMK dan integrasi PLH tersebut dilaksanakan pada semua mata diklat dan aktivitas sekolah. Tidak mengubah kurikulum namun terintegrasi ke dalam kurikulum. Tidak menambah mata diklat dan materi baru tetapi sudah terkandung di dalam proses pembelajaran. Bukan diarahkan pada aspek kognitif semata tetapi

lebih diarahkan pada aspek afektif yang tercermin pada perilaku sehari-hari seluruh komponen sekolah. Misalnya bagaimana siswa program tata boga memanfaatkan sisa bahan praktek masak untuk menghasilkan pupuk kompos dalam mata diklat IPA atau mengolah limbah oli yang dihasilkan dari sisa praktek otomotif. Penanaman dan pembudidayaan tanaman apotek hidup di lahan kosong di mata diklat Biologi atau kegiatan-kegiatan lingkungan hidup lain yang bisa diintegrasikan dibanyak mata diklat lainnya. Selain mengintegrasikan PLH dalam kegiatan kurikuler seperti contoh di atas, pendekatan PLH juga diintegrasikan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan dalam kehidupan sekolah berbudaya lingkungan. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, materi PLH diarahkan pada pembentukan sikap kepribadian siswa yang berwawasan lingkungan, seperti penanaman pohon, pengelolaan sampah dan pembahasan issu aktual tentang lingkungan hidup. Sedangkan dalam kehidupan sekolah berbudaya lingkungan, penyusunan program PLH secara menyeluruh tercermin dalam sikap dan perilaku warga sekolah, sarana prasarana pendukung PLH serta iklim sekolah berwawasan lingkungan. Selain itu indikator keberhasilan penerapan SBL lainnya yakni penyediaan dan pemanfaatan informasi lingkungan hidup berupa poster, slogan, peraturan dll. Atau sekedar mengelola sumber daya secara bijaksana, yakni dalam penghematan air, listrik, kertas, dan sebagainya. Selain itu sekolah juga dapat menjalin kerjasama dengan institusi yang peduli terhadap lingkungan, misalnya penyampaian issu PLH berkerjasama dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) atau lembaga-lembaga lain. Untuk skala provinsi Jambi, SMK N 4 kota Jambi patut dijadikan contoh dalam penerapan SBL. Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) ini pernah meraih penghargaan dari Dirjen. Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai Sekolah Model Berbudaya Lingkungan Tingkat Provinsi Jambi pada tahun 2003 dan juara Pertama Lomba Sekolah Berwawasan Lingkungan (Adiwiyata) Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2007 serta yang baru-baru ini mendapat juara II Sekolah Berwawasan Lingkungan dari Pemerintah Kota Jambi. SMK N 4 Kota Jambi mencoba konsisten dan berkomitmen untuk menciptkan sekolah asri, bersih, sehat dan aman bagi warga sekolah. Penerapan green school, pengintegrasian beberapa mata diklat dengan konsep PLH serta melakukan upaya-upaya sederhana dalam membangun kepedulian dan kesadaran warga sekolah semaksimal mungkin terus ditingkatkan oleh SMK N 4 Jambi, bukan saja untuk sebuah penghargaan semata, namun lebih dari itu kesehatan, keamanan dan kenyamanan warga sekolah untuk sebuah pendidikan yang berkualitas. Maka yakinlah, SMK..BISA!!!

Indra Akuntono Suasana di kompleks SMA Negeri 1 Jakarta yang mendapatkan julukan sekolah hijau karena menerapkan konsep berwawasan lingkungan. TERKAIT:y y

Buah Manis Konsep Sekolah Hijau Edi Rusyana, Hijaukan Kalbu Murid Sekolah

JAKARTA, KOMPAS.com - Kesan angker seketika tersirat, saat pertama kali menginjakkan kaki di SMAN 1 Jakarta yang terletak di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Hal itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, sekolah itu berarsitektur jendela-jendela kayu yang besar dan tinggi hampir di seluruh bagian gedung sekolah yang diperkirakan telah berdiri sejak lebih dari satu abad lalu. Desain bangunan yang kental dengan nuansa kolonial dan didominasi cat berwarna putih semakin menguatkan kesan angker pada sekolah tersebut. Namun, kesan angker itu seketika berubah saat memasuki bagian dalam kompleks sekolah. Bagaimana tidak, barisan pohon dan tanaman-tanaman di dalam pot yang sengaja disusun dan berjejer rapi menyerupai pagar memenuhi sudut-sudut bangunan sekolah membuat sekolah ini nampak asri. Sekitar tiga tahun lalu, sekolah ini fokus menerapkan konsep sebagai sekolah hijau yang berwawasan lingkungan. "Awalnya kita terinspirasi dan terobsesi menjadikan sekolah ini sebagai sekolah hijau berbasis lingkungan karena sekolah ini kaya akan historis," kata Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum, Ubaidillah Rahmat kepada Kompas.com, Selasa (5/7/2011) siang, di Jakarta. Dalam perjalanannya, SMAN 1 Jakarta tidak serta merta berubah menjadi sekolah hijau dalam sekejap. Secara perlahan sekolah ini mulai ingin menunjukkan identitasnya sebagai sekolah hijau sejak akhir tahun 1990-an. Berbagai upaya dan perjuangan dilakukan untuk merealisasikannya,

seperti berdiskusi dengan para alumni, sampai membuat program khusus dan mengundang pihak Kementerian Lingkungan Hidup. "Rencana untuk memelihara suasana hijau sudah dimulai secara informal sejak akhir 1990-an. Kita juga berdiskusi dengan para alumni, mereka banyak membantu menata lingkungan sekolah ini. Baru di awal tahun 2000 kita lakukan secara fokus," kata pria yang akrab disapa Rahmat itu. Lebih jauh ia bercerita, tentang sebuah program khusus berwawasan lingkungan yang diterapkan di sekolahnya. Program itu adalah live in, di mana para siswa diajarkan dan diajak dalam kegiatan lingkungan serta berkesempatan untuk mempraktekkan wawasan lingkungannya. Contohnya, pada 2010 lalu, live in digelar selama beberapa hari di Yogyakarta. Dalam kegiatan ini, siswa mengisi kegiatan dengan berbagai diskusi dan kegiatan berwawasan lingkungan. Program ini juga dimanfaatkan para siswa sebagai salah satu media untuk mempraktikkan kecakapan lingkungannya dalam kondisi nyata, seperti, membantu membuat sanitasi yang lebih baik dan melatih warga setempat mengolah limbah. "Live in menjadi sarana untuk introspeksi dan mengimplementasikan wawasan lingkungan yang telah dipelajari. Kepedulian dengan lingkungan yang begitu terbatas, membuat kita menceburkan mereka ke tengah-tengah masyarakat Jogja," katanya. Atas usaha keras mewujudkan sekolah hijau, SMAN 1 Jakarta kerap dijadikan contoh pembelajaran oleh sekolah-sekolah lain khususnya yang sekolah-sekolah dari berbagai daerah. Selain itu, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) juga menunjuk sekolah ini sebagai sekolah model pusat sumber belajar dan untuk pendidikan berbasis keunggulan lokal. Prestasi gemilang diraih Sekolah Dasar (SD) Negeri Ungaran I Yogya dengan keberhasilannya meraih predikat sebagai salah satu SD di Indonesia sebagai Sekolah Model Berwawasan Lingkungan (SMBL) tahun 2001. Predikat itu tertuang dalam surat Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No 3583/C/LL-/2001. Program SMBL merupakan program dari Proyek Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) Ditjen Dikdasmen yang bertujuan untuk membentuk sekolah sebagai media pembinaan dan pengembangan model pendidikan yang berwawasan lingkungan. Dan sekolah yang ditunjuk sebagai model diharapkan akan menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain di Indonesia. Kepala SD Ungaran I, Soeyono BA kepada Bernas kemarin menjelaskan bahwa pihaknya tentu bangga dengan terpilihnya SD Ungaran I sebagai model sekolah yang berwawasan lingkungan. Apalagi bagi SD Ungaran I merupakan SD satu-satunya di DIY yang memperoleh penghargaan tersebut. Dan prestasi ini memang cukup mengagetkan kami, tuturnya. Dengan prestasinya ini, SD Ungaran I akan memperoleh block grant berupa dana dari proyek PKLH. Dana itu akan dijadikan perangsang sekolah bersangkutan dalam pembinaan lingkungan hidup di sekolahnya.

Penghargaan itu juga menunjukkan adanya pengakuan dari pemerintah terhadap semua kegiatan sekolah kami yang memiliki orientasi cinta ling- kungan, terang Soeyono. Beberapa program di SD Ungaran I memang kental dengan muatan cinta lingkungan. Seperti secara rutin mengadakan kegiatan untuk murid-murid mengunjungi desa wisata di Sleman, museum. Bahkan ke sekitar kali Code. Mereka tak hanya akan mengenal lingkungan lebih akrab. Namun juga ditugasi untuk menggambar, mengarang dan sebagainya. Demikian juga disekolah, murid-murid diberi pemahaman akan kecintaannya pada tumbuhan dan lingkungan hidup sekitar sekolah. Makanya tamanisasi juga kami galakkan di sekolah kami, imbuh Soeyono. Seorang peneliti pendidikan lingkungan di SD Ungaran I Dyah Puranti mengatakan dalam hal ekstra kurikulerkhususnya berkaitan dengan lingkungan hidupSD ini lebih terbuka dalam menerima program yang bermuatan cinta lingkungan pada murid-muridnya. Salah satunya dibuktikan dengan jalinan kersama SD Ungaran I dengan beberapa LSM seperti Hijau Peduli Lingkungan, LSM Aku Sahabat Alam dan Kutilang Indonesia. (hjl)Tulisan ini dikirim pada pada Selasa, Juli 3rd, 2001 4:55 dan di isikan dibawah Berita. Anda dapat meneruskan melihat respon dari tulisan ini melalui RSS 2.0 feed. r Anda dapat merespon, or trackback dari website anda.