LAPORAN STUDI PERAN REGULATOR DAN PIHAK TERKAIT DALAM MENDORONG PERUSAHAAN MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI PASAR MODAL INDONESIA Disusun Oleh: Tim Studi Peran Regulator Dan Pihak Terkait Dalam Mendorong Perusahaan Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Pasar Modal Indonesia KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2010
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN STUDI
PERAN REGULATOR DAN PIHAK TERKAIT DALAM MENDORONG PERUSAHAAN MELAKUKAN INITIAL PUBLIC
OFFERING (IPO) DI PASAR MODAL INDONESIA
Disusun Oleh:
Tim Studi Peran Regulator Dan Pihak Terkait Dalam Mendorong Perusahaan Melakukan Initial Public Offering (IPO)
Di Pasar Modal Indonesia
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
TAHUN ANGGARAN 2010
ii
TIM STUDI
PERAN REGULATOR DAN PIHAK TERKAIT DALAM
MENDORONG PERUSAHAAN MELAKUKAN INITIAL PUBLIC
OFFERING (IPO) DI PASAR MODAL INDONESIA
Pengarah Yoopi Abimanyu, M.A., Ph.D.
Roy Monang Manurung
Ketua Tim Bayu Bandono
Anggota Tim Donald Bryant
Andriansyah
R. Rinto Teguh Santoso
Ngapon
Fernando Tua P. N.
Bayu Husodo
Victoria Situmeang
Robert Simanjuntak
Jonatan S.D. Batubara
Hidayatulloh
Rocky P. Siahaan
iii
ABSTRAKSI
Studi ini bertujuan untuk menyusun data base perusahaan yang berpotensi melakukan IPO serta menetapkan skema sosialisasi bagi perusahaan yang berpotensi IPO. Dalam studi ini selain menggunakan studi perpustakaan juga melakukan studi lapangan dengan melakukan wawancara dan diskusi intensif dengan nara sumber dan beberapa pihak terkait serta melakukan penyebaran kuesioner. Responden penelitian ini adalah Perseroan Terbatas (yang belum melakukan Initial Public Offering (IPO) atau belum masuk pasar modal Indonesia) berdasarkan informasi dari Bursa Efek Indonesia dan Kementrian BUMN.
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Cukup besar minat perusahaan yang tertarik / berminat dalam melakukan go public/IPO. (2) Perusahaan yang mengungkapkan bahwa peran Bapepam-LK belum/kurang memadai mengharapkan adanya presentasi dan kunjungan sosialisasi Bapepam dan LK ke tiap perusahaan. (3) Mayoritas responden mengininkaN Bapepam-LK melakukan kerjasama dengan organisasi/asosiasi/perkumpulan perusahaan dalam mendorong perusahaan melakukan go public/IPO. (4) Pihak-pihak yang perlu dilibatkan dari sekian banyak pihak adalah : SRO (BEI, KSEI, KPEI), KADIN, HIPMI, Kementerian Perdagangan, Kementerian, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM, Asosiasi Perusahaan Efek, Asosiasi Emiten Indonesia. (5) Bentukkerjasama yang diharapkan dengan organisasi/asosiasi/perkumpulan pengusaha adalah Tim asistensi bersama, Kerjasama pelatihan, Tim studi bersama, MoU, Sosialisasi dan Koordinasi. (6) Masih banyak perusahaan yang menyatakan belum pernah ada sosialisasi atau kunjungan. (7) Bentuk dan materi sosialisasi yang diberikan oleh Bapepam-LK belum/kurang informatif dan memadai. (8) Perusahaan yang memandang BEI belum cukup berperan perlu kiranya BEI melakukan sosialisasi, kunjungan langsung dan pelatihan. (9) Mayoritas responden mengatakan bahwa BEI selaku SRO dan Pihak terkait dalam mendorong perusahaan melakukan go public/IPO perlu meningkatkan perannya dalam mendorong perusahaan melakukan go public/IPO dengan melakukan kerjasama dengan organisasi/asosiasi/perkumpulan perusahaan. (10) Adapun kerja sama yang diharapkan adalah BEI perlu melakukan kerjasama dengan semua pihak seperti dengan : Kementerian BUMN, KADIN, HIPMI, Asosiasi Industri Sektoral, KSEI dan KPEI, Asosiasi Perusahaan Efek. (11) Bentuk kerjasama yang diharapkan antara BEI dengan organisasi/asosiasi/perkumpulan perusahaan dalam mendorong perusahaan melakukan go public/IPO adalah workshop bersama, pendidikan dan pelatihan dan seminar bersama. (12) Responden mengharapkan bentuk kerjasama antara BEI dengan organisasi/asosiasi/perkumpulan perusahaan tersebut dituangkan lebih lanjut dalam bentuk tim asistensi bersama khusus, tim studi bersama, MoU, pembentukan unit kerja, pertemuan berkala, training/workshop/seminar, dan tim task force.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah Bapepam-LK dan pihak terkait Seperti BEI perlu melakukan sosialisasi dengan materi yang lebih informatif melalui kerjasama dengan pihak lain dalam mendorong perusahaan melakukan go public/IPO seperti Kementerian BUMN, SRO, KADIN, HIPMI, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM, Asosiasi Perusahaan Efek dan Asosiasi Emiten Indonesia. Adapun bentuk kerjasama dengan pihak lain dapat dalam bentuk Tim asistensi bersama, kerjasama pelatihan, tim studi
iv
bersama, atau MoU. Hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan pertimbangan Bapepam-LK dalam membuat kebijakan dan pengembangan pasar modal Indonesia.
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah menganugerahkan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir
Tim Studi mengenai Peran Regulator Dan Pihak Terkait Dalam Mendorong Perusahaan
Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Pasar Modal Indonesia ini. Rasa hormat dan
penghargaan yang setinggi-tingginya juga kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah memberikan kontribusi dan dukungan dalam proses penyusunan dan penyelesaian
laporan akhir studi ini.
Tim Studi ini bertujuan untuk menyusun data base perusahaan yang berpotensi
melakukan IPO serta menetapkan skema sosialisasi bagi perusahaan yang berpotensi
IPO. Selain itu, Tim Studi ini juga diharapkan turut membantu pengembangan basis data
terutama perusahaan yang siap melakukan Initial Public Offering (IPO) yang juga sedang
dikerjakan Biro Riset dan Teknologi Informasi.
Kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena
itu kami mengharapkan masukan yang membangun demi penyempurnaan laporan ini,
guna mendukung upaya menuju kebijakan berbasis riset (research-based policy) yang
sedang dikembangkan oleh Bapepam-LK.
Jakarta, 29 November 2010
Tim Studi
v
Peran Regulator Dan Pihak Terkait Dalam Mendorong Perusahaan Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Pasar Modal Indonesia
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAKSI iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GRAFIK viii
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan dan Manfaat 4
1.3. Metode dan Ruang Lingkup Studi 5
1.4. Waktu Studi 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Pengertian Penawaran Umum Perdana (IPO) 6
2.2. Proses IPO di Indonesia 8
2.3. Peluang dan Tantangan Perusahaan untuk melakukan IPO di
Indonesia
12
2.4. Perkembangan IPO di Indonesia dan Negara Lain 17
2.5. Penelitian Terdahulu 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 31
3.2. Jenis dan Sumber Data 31
3.3. Populasi dan Sampel 32
3.4. Jenis Studi 33
vi
3.5. Metode dan Teknik Pengambilan Sampel 33
3.6. Metode Pengumpulan Data 34
3.7. Metode Analisis 36
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 39
4.1. Minat Perusahaan (responden) melakukan IPO 43
4.2. Pemahaman Perusahaan Terhadap Peraturan Perundang-undangan
di Bidang Pasar Modal tentang IPO
45
4.3. Peran Regulator dan Pihak Terkait dalam Mendorong Perusahaan
Melakukan IPO
47
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 61
5.1. Kesimpulan 61
5.2. Rekomendasi 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN 66
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal.
Tabel 1 Perbandingan Nilai Emisi di Beberapa Negara
(Dalam Denominasi Miliar USD)
21
viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Judul Hal.
Grafik 1 Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan
Go Public di Indonesia
16
Grafik 2 Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan
Go Public di Jepang
18
Grafik 3 Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan
Go Public di Hongkong
19
Grafik 4 Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan
Go Public di Singapore
19
Grafik 5 Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan
Go Public di Malaysia
20
Grafik 6 Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan
Go Public di Thailand
20
Grafik 7 Perkembangan IPO Global 2008 : Aktivitas 22
Grafik 8 Perkembangan IPO Global 2008 : Sektor Industri 22
Grafik 9 Perkembangan IPO Global : Market Share 24
Grafik 10 Minat Responden Terhadap Go Public/IPO 43
Grafik 11 Pemahaman Responden Terhadap Peraturan Perundang-undangan di
Bidang Pasar Modal
46
Grafik 12 Peran Bapepam-LK dalam Mendorong Perusahaan Go Public/IPO 47
Grafik 13 Peran/Kebijakan yang diharapkan dari Bapepam-LK agar Perusahaan
tertarik Melakukan Go Public/IPO
48
Grafik 14 Bapepam-LK Perlu Melakukan Kerjasama dengan
Organisasi/Asosiasi/Perkumpulan Perusahaan dalam Mendorong
Perusahaan Melakukan Go Public/ IPO
49
Grafik 15 Pihak-Pihak yang Perlu Dilibatkan dalam Kerjasama dengan Bapepam
LK untuk Mendorong Perusahaan Melakukan Go Public/IPO
50
Grafik 16 Bentuk Kerjasama Bapepam-LK dengan 51
ix
Organisasi/Asosiasi/Perkumpulan Pengusaha dalam Mendorong
Perusahaan Go Public/IPO
Grafik 17 Bapepam-LK, BEI atau Pihak Lain Pernah Melakukan Kunjungan atau
Sosialisasi dalam Rangka Mendorong Perusahaan Melakukan Go
Public/IPO
52
Grafik 18 Bentuk dan Materi Sosialisasi Terkait Go Public/IPO dari Bapepam-LK Sudah Cukup Informatif/Memadai
53
Grafik 19 Bentuk dan Materi Sosialisasi yang Diharapkan Dilakukan Oleh Bapepam-LK
54
Grafik 20 Peran BEI dalam Mendorong Perusahaan Go Public/IPO 55
Grafik 21 Peran/Kebijakan yang Diharapkan dari BEI agar Perusahaan Melakukan Go Public/IPO
56
Grafik 22 BEI Perlu Melakukan Kerjasama dengan Organisasi/Asosiasi/Perkumpulan Perusahaan dalam Mendorong Perusahaan Melakukan Go Public/ IPO
57
Grafik 23 Pihak-Pihak yang Perlu Dilibatkan dalam Kerjasama dengan BEI untuk Mendorong Perusahaan Melakukan GoPublic/IPO
58
Grafik 24 Bentuk Kerjasama yang Diharapkan antara BEI dengan Organisasi/Asosiasi/Perkumpulan Pengusaha dalam Mendorong Perusahaan Go Public/IPO
59
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal.
Gambar 1 Tahapan-tahapan dalam proses IPO 11
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam sebuah perekonomian modern
bergantung pada adanya sektor keuangan yang efisien. Salah satu komponen penting dari
sektor keuangan tersebut adalah Pasar Modal. Pasar Modal yang efisien merupakan
kunci dari usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
Penjelasan UU Pasar Modal No 8 Tahun 1995 menegaskan bahwa Pasar Modal
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Pasar Modal mempunyai
peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk usaha
menengah dan kecil untuk pembangunan usahanya, sedangkan di sisi lain Pasar Modal
juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil dan
menengah.
Saat ini peranan pasar modal Indonesia dalam mendukung pembangunan nasional
makin menunjukan tren yang meningkat. Manfaat keberadaan pasar modal tidak hanya
dirasakan swasta (perusahaan/emiten), tapi juga Pemerintah yang telah beberapa kali
berhasil menawarkan Surat Utang Negara (Obligasi Negara) guna mendukung Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sumber pembiayaan suatu perusahaan selain melalui pinjaman dari pihak ketiga,
juga dapat diperoleh dari laba ditahan atau melalui penerbitan Efek di Pasar Modal. Pasar
Modal dalam menunjang pembangunan nasional mempunyai peran yang strategis sebagai
2
sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Fungsi
pasar modal sama dengan fungsi pasar uang yaitu sebagai media intermediaries antara
pihak yang memiliki modal/dana dengan pihak yang membutuhkan modal/dana.
Pasar Modal mempunyai peran yang sangat strategis dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional melalui penghimpunan dana masyarakat untuk
pembiayaan kegiatan usaha. Kemajuan pasar modal dapat dilihat dari berbagai indikator
diantaranya, jumlah perusahaan yang mencari sumber pembiayaan dari pasar modal.
Suatu perusahaan yang menerbitkan Efek di Pasar Modal akan mendapat manfaat
antara lain memperoleh dana yang relatif murah untuk perluasan usaha,
perbaikan/penyempurnaan struktur permodalan, sarana divestasi, peningkatan kualitas
manajemen, dan peningkatan image sebagai Perusahaan Publik. Sementara manfaat yang
akan diperoleh investor dengan berinvestasi dipasar modal antara lain dapat memperoleh
return investasi yang relatif tinggi dan ikut menunjang peningkatan lapangan kerja serta
perekonomian nasional.
Menurut Menteri BUMN Mustafa Abubakar, banyak keuntungan yang didapat
oleh BUMN dengan menjadi perusahaan publik melalui pasar modal. Salah satu
keuntungannya adalah bahwa dana yang diperoleh melalui Pasar Modal dapat
memperkuat permodalan dan menyehatkan manajemen BUMN yang bersangkutan.
Selain itu juga lebih transaparan karena dimiliki oleh publik, sehingga bisa diawasi
dengan lebih baik. Sedangkan menurut Analyst Equity Reseacrh PT Danareksa Sekuritas
dengan go public, pengelolaan BUMN lebih mudah diawasi, aspek transparansi menjadi
lebih baik dan juga meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
3
Sejak diaktifkan tahun 1977 pasar modal Indonesia mengalami pasang surut,
selama tahun 1977 sampai dengan 1987 hanya terdapat 24 perusahaan yang go public
dengan dana yang terhimpun berkisar Rp. 131 milyar. Kemudian dari tahun 1987 sampai
dengan Desember 2007, jumlah perusahaan yang mencari sumber pembiayaan melalui
pasar modal sebanyak 468 perusahaan dengan nilai emisi sebesar Rp. 327,68 Trilyun.
Pada 2007 tersebut terdapat 24 perusahaan yang masuk pasar modal dengan nilai emisi
sebesar 17,1 Trilyun.
Untuk 2008 jumlah perusahaan yang masuk pasar modal mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2007 yaitu menjadi 17 perusahaan. Walaupun jumlah perusahaannya
mengalami penurunan tetapi jumlah nilai emisinya meningkat menjadi sebesar 23,5
Trilyun. Tahun 2009 jumlah perusahaan yang go public hanya 12 perusahaan yang
dengan jumlah dana yang terhimpun hanya berkisar Rp. 3,7 Trilyun. Sampai dengan
Desember 2010 jumlah perusahaan yang go public telah mencapai 24 perusahaan dengan
jumlah dana yang terhimpun mencapai Rp. 29,77 Trilyun.
Pada 2011 Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menegaskan bahwa
BUMN akan melakukan Initial Public Offering (IPO) yang direncanakan pertengahan
tahun atau sekitar bulan Juli 2011. Pemerintah sudah menyiapkan 10 BUMN untuk
masuk bursa tahun 2011. Menurut Menteri BUMN Mustafa Abubakar, saat tahun 2010
sampai dengan 2011 pemerintah masih akan fokus kepada privatisasi 4 BUMN, yaitu IPO
PT Krakatau steel dan PT Garuda Indonesia serta rights issue BNI dan Bank Mandiri.
Beliau mengatakan, sektor industri dari BUMN tersebut yaitu asuransi, perkebunan, jasa
pembiayaan, dan konstruksi.
4
Berdasarkan data-data perkembangan tersebut di atas, terlihat bahwa ada potensi
yang besar dalam meningkatkan jumlah IPO di bursa karena baik dari sisi demand
(jumlah calon investor yang akan menginvestasikan dana) maupun dari sisi supply
(jumlah perusahaan yang butuh dana) masih memiliki potensi cukup besar untuk
ditingkatkan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dan menunjuk besarnya potensi
perusahan-perusahaan (termasuk BUMN) untuk melakukan IPO dan besarnya manfaat
yang akan diperoleh perusahaan dimaksud melalui Pasar Modal khususnya IPO, serta
belum adanya data base yang relatif lengkap serta sosialisasi yang tepat terkait
perusahaan yang berpotensi melakukan IPO, maka Bapepam-LK perlu melaksanakan
studi tentang Peran Regulator Dan Pihak Terkait Dalam Mendorong Perusahaan
Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Pasar Modal Indonesia dengan melibatkan
pelaku pasar modal, akademisi dan kalangan perguruan tinggi serta masyarakat luas.
1.2. Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan studi/ penelitian tentang Peran Regulator Dan Pihak Terkait Dalam
Mendorong Perusahaan Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Pasar Modal
Indonesia adalah :
1. Menyusun data base perusahaan yang berpotensi melakukan IPO.
2. Menetapan skema sosialisasi bagi perusahaan yang berpotensi IPO.
3. Sebagai bahan pertimbangan Bapepam-LK dalam membuat kebijakan dan
pengembangan pasar modal Indonesia.
5
1.3. Metode dan Ruang Lingkup Studi
1. Studi Perpustakaan, yaitu dengan melakukan pengumpulan informasi dan data dari
sumber-sumber yang ada seperti buku, artikel, makalah dan internet yang berkaitan
peta perusahaan yang belum masuk pasar modal.
2. Studi Lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara dan diskusi intensif dengan nara
sumber dan beberapa pihak terkait serta melakukan penyebaran daftar pertanyaan
(kuesioner) khususnya kepada perusahaan-perusahaan yang dianggap berpotensi
masuk pasar modal Indonesia.
3. Adapun objek penelitian adalah Perseroan Terbatas (PT) yang belum melakukan
Initial Public Offering (IPO) atau belum masuk pasar modal Indonesia.
1.4. Waktu Studi
Studi ini dimulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap pelaporan,
memerlukan waktu selama satu tahun anggaran dari Januari s.d Desember 2010.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO)
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan
Penawaran Umum sebagai kegiatan penawaran Efek kepada masyarakat berdasarkan
tata cara yang diatur dalam Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya.
Sedangkan pengertian Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, Unit Penyertaan Kontrak
Investasi Kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.
Perusahaan yang akan melakukan IPO atau Penawaran Umum Perdana harus
mengajukan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam-LK untuk memperoleh
Pernyataan Efektif.
Penawaran umum dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tersebut
meliputi penawaran Efek oleh emiten yang dilakukan dalam wilayah republik
Indonesia atau kepada warga Negara Indonesia dengan menggunakan media massa
atau ditawarkan kepada lebih dari 100 (seratus) Pihak atau telah di jual kepada lebih
dari 50 (limapuluh) Pihak dalam batas nilai serta batas waktu tertentu. Penawaran
Efek di wilayah Republik Indonesia meliputi penawaran Efek yang dilakukan oleh
Emiten dalam negeri atau asing, baik kepada pemodal Indonesia maupun asing yang
dilakukan di wilayah Republik Indonesia melalui pemenuhan Prinsip Keterbukaan.
Ketentuan Penawaran Umum berlaku juga bagi Emiten dalam negeri yang
melakukan Penawaran Umum di luar negeri kepada warga negara Indonesia. Hal ini
diperlukan dalam rangka melindungi warga negara Indonesia yang melakukan
7
investasi dalam Efek yang ditawarkan oleh Pihak tersebut di luar wilayah Republik
Indonesia. Penawaran Efek kepada lebih dari 100 (seratus) Pihak tersebut tidak
dikaitkan dengan apakah penawaran tersebut diikuti dengan pembelian Efek atau
tidak. Sedangkan penjualan Efek kepada lebih dari 50 (limapuluh) Pihak tersebut
lebih ditekankan kepada realisasi penjualan Efek dimaksud tanpa memperhatikan
apakah penjualan tersebut dilakukan melalui penawaran atau tidak.
Yang dimaksud dengan media massa dalam penjelasan angka ini adalah surat
kabar, majalah, film, televisi, radio, dan media elektronik lainnya serta surat, brosur
dan barang cetak lain yang dibagikan kepada lebih dari 100 (seratus) Pihak. Jumlah
100 (seratus) Pihak dalam penawaran Efek dan 50 (limapuluh) Pihak dalam penjualan
Efek sebagaimana dimaksud dalam angka ini dapat berubah sesuai dengan
perkembangan Pasar Modal. Perubahan tersebut ditetapkan lebih lanjut oleh
Bapepam.
Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO) Saham atau go public
dapat didefinisikan sebagai kegiatan untuk pertama kalinya suatu saham perusahaan
ditawarkan/dijual kepada publik/masyarakat. Selain saham, istilah Penawaran Umum
Perdana (IPO) juga dapat dikaitkan dengan penawaran/penjualan obligasi perusahaan
kepada publik. Namun untuk go public, istilah tersebut hanya berlaku untuk IPO
saham atau Penawaran Umum Perdana Saham.
Jay. R. Ritter (1998) menyebutkan bahwa “An initial public offering (IPO)
occurs when a security is sold to the general public for the first time, with the
expectation that a liquid market will developed. Although an IPO can be of any debt
or equity security …”.
8
Menurut www.financial-dictionary.com go public adalah “The process by
which a privately held company sells a portion of its ownership to the general public
through a stock offering”. Sedangkan menurut www.bitpipe.com didapatkan informasi
bahwa : “In the United States, an IPO (initial public offering) is a first and one-time
only sale of publicly tradable stock shares in a company that has previously been
owned privately”.
2.2. Proses IPO di Indonesia
Proses IPO dapat dilihat dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Internal Perusahaan
Pada tahap persiapan ini yang paling utama yang harus dilakukan sebuah
perusahaan yang akan melakukan Penawaran Umum perdana saham adalah
melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terlebih dulu. Penawaran Umum
perdana saham harus disetujui terlebih dulu oleh pemegang saham. Karena Penawaran
Umum perdana saham akan melibatkan pemodal baru di luar pemegang saham yang
ada, maka perlu diputuskan apakah kehadiran pemodal baru itu nantinya akan
mengubah masing-masing kepemilikan para pemegang saham lama. Berapa modal
yang dibutuhkan, dan berapa modal yang akan disetor masing-masing pemegang
saham harus terjawab dan memperoleh persetujuan oleh pemegang saham lama.
Mekanisme RUPS yang dilakukan perusahaan yang akan melakukan Penawaran
Umum perdana saham ini merupakan mekanisme RUPS sebagaimana yang ditetapkan
oleh UU PT.
Setelah memperoleh persetujuan untuk melakukan Penawaran Umum perdana
saham ini maka perusahaan mulai mempersiapkan penjamin emisi (underwriter) dari
perusahaan itu. Underwriter adalah Perusahaan Efek yang nantinya akan
9
menjembatani perusahaan efek tersebut ke pasar modal. Sebagai penjamin emisi efek
maka Perusahaan Efek itu akan menyiapkan dokumen dan bersama dengan
perusahaan menunjuk pihak-pihak seperti akuntan publik, konsultan hukum, notaris,
dan penilai (appraisal).
2. Tahap Pernyataan Pendaftaran ke Bapepam-LK
Untuk dapat melakukan Penawaran Umum Perdana Saham kepada
masyarakat, Pernyataan Pendaftaran wajib disampaikan oleh calon Emiten kepada
Bapepam dan LK untuk mendapatkan pernyataan efektif. Dokumen Pernyataan
Pendaftaran yang disampaikan sesuai ketentuan yang berlaku selanjutnya akan
ditelaah dan diberikan tanggapan secara tertulis oleh Bapepam dan LK. Dalam waktu
paling lambat 10 hari, calon emiten wajib menyampaikan jawaban atau perbaikan atas
tanggapan tertulis dari Bapepam-LK tersebut. Setelah semua tanggapan dipenuhi,
maka Bapepam dan LK akan mengeluarkan surat ijin untuk mempublikasikan
Prospektus Ringkas ke masyarakat.
Dalam waktu paling lama 2 hari sejak keluarnya ijin tersebut, Prospektus
Ringkas harus diumumkan disurat kabar dan sekaligus merupakan dimulainya masa
penawaran awal (book building) untuk menjaring minat calon investor. Masa
penawaran awal ini dapat dilakukan antara 7 sampai 21 hari kerja.
Setelah masa penawaran awal berakhir, calon Emiten wajib menyampaikan
konfirmasi mengenai harga penawaran serta keterbukaan informasi lain kepada
Bapepam dan LK. Dengan diterimanya konfirmasi tersebut, Bapepam-LK akan
memberikan surat pernyataan efektifnya atas pernyataan pendaftaran dimaksud. Surat
pernyataan efektif tersebut harus ditindaklanjuti Emiten dengan pengumuman kepada
masyarakat mengenai perubahan atau tambahan atas Prospektus Ringkas yang telah
10
diumumkan sebelumnya. Baru setelah itu, calon Emiten dapat mulai memasuki masa
penawaran umum sahamnya kepada masyarakat.
3. Tahap Masa Penawaran Umum
Masa Penawaran Umum saham perdana kepada masyarakat dibatasi antara 1
sampai dengan 5 hari kerja saja. Setelah berakhirnya masa penawaran tersebut, dalam
waktu paling lambat 2 hari kerja, Emiten wajib menyelesaikan penjatahan atas
permintaan pemesanan saham yang disampaikan para investor. Dalam waktu 2 hari
setelah penjatahan, akan dilakukan distribusi saham kepada pihak yang berhak dan
pengembalian uang pemesanan (refund) terhadap investor. Selanjutnya, tahapan
berikutnya adalah pencatatan saham hasil IPO ke Bursa Efek, apabila Emiten
bermaksud agar sahamnya dapat diperdagangkan di bursa.
4. Tahap Pencatatan di Bursa Efek
Setelah melakukan penawaran umum, perusahaan yang sudah menjadi emiten
itu akan langsung mencatatkan sahamnya maka yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan adalah apakah perusahaan yang melakukan IPO tersebut memenuhi
ketentuan dan persyaratan yang berlaku di BEI (listing requirement). Pemenuhan
ketentuan listing ini sebelumnya sudah dijajagi dengan penandatanganan perjanjian
pendahuluan pencatatan efek antara calon emiten dengan Bursa Efek.
Apabila memenuhi persyaratan, maka perlu ditentukan papan perdagangan
yang menjadi papan pencatatan emiten itu. Papan pencatatan yang tersedia di Bursa
efek Indonesia terdiri dari dua: Papan Utama (Main Board) dan Papan Pengembangan
(Development Board). Sebagaimana namanya, papan utama merupakan papan
perdagangan bagi emiten yang volume sahamnya cukup besar dengan kapitalisasi
pasar yang besar, sedangkan papan pengembangan adalah khusus bagi pencatatan
saham-saham yang tengah berkembang.
11
Tahapan-tahapan dalam proses IPO sesuai Peraturan Bapepam-LK Nomor
IX.A.2, Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-122/BL/2009 secara ringkas dapat
dilihat pada bagan berikut:
Gambar 1
Tahapan-tahapan dalam proses IPO
12
2.3. Peluang dan Tantangan Perusahaan untuk Melakukan IPO di Indonesia
Perkembangan jumlah saham baru di Bursa sangat penting bagi perkembangan
kegiatan investasi di pasar modal Indonesia. Semakin banyak perusahaan yang sukses
dan berprospek baik menawarkan sahamnya kepada masyarakat melalui IPO, akan
makin baik pula pengelolaan portofolio dan risiko yang dilakukan oleh para investor
dan pengelola investasi lainnya.
Dengan jumlah saham dan obligasi yang semakin meningkat maka
diharapkan dapat meningkalkan minat investor dalam membeli sekuritas karena
pilihannya makin banyak dan beragam. Peningkatan jumlah saham dan obligasi di
pasar juga akan meningkatkan kemampuan investor dalam melakukan diversifikasi
portofolionya dan menerima risiko investasinya.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan hingga tahun 2012. Jumlah investor
lokal mencapai satu persen atau 2,3 juta dari total penduduk Indonesia 230 juta untuk
menjadi investor saham di pasar modal.
Andrew Green (2005) menyebutkan beberapa manfaat go public bagi
perusahaan, yaitu :
1. Memperluas Akses Terhadap Modal
Setelah menjadi perusahaan publik, alternatif sumber modal atau pendanaan bagi
perusahaan akan bertambah. Status sebagai perusahaan publik akan sangat
menguntungkan bagi perusahaan dalam hal ini, dibandingkan dengan perusahaan
non-publik.
2. Menyediakan Likuiditas Bagi Pemegang Saham
Setelah menjadi perusahaan publik, maka perusahaan akan menciptakan pasar
bagi sahamnya. Secara umum, saham perusahaan publik akan lebih likuid
13
dibandingkan dengan saham perusahaan non-publik. Pemegang saham dapat
dengan mudah menjual atau membeli kembali saham perusahaan. Likuiditas
saham juga memudahkan pemilik perusahaan untuk ‘keluar’ dari perusahaan (exit
strategy).
3. Menyediakan Kompensasi Bagi Pegawai
Banyak perusahaan publik menggunakan saham dan opsi sahamnya sebagai
kompensasi bagi eksekutif dan pegawainya, selain digunakan untuk menarik
pagawai yang berpotensi. Pemberian saham bagi pegawai perusahaan juga akan
meningkatkan rasa memiliki atau tanggung jawab pegawai yang bersangkutan.
4. Meningkatkan Prestige Perusahaan
Perusahaan yang berhasil menjual sahamnya akan dipandang sebagai perusahaan
yang memiliki stabilitas dan masa depan. Hal ini akan menolong perusahaan
dalam menarik pegawai-pegawai yang berpotensi. Perusahaan juga akan
mendapatkan kemudahan dalam pemasaran produk/jasanya. Para kreditur dan
suplier juga akan merasa lebih aman dalam berhubungan bisnis dengan
perusahaan.
5. Publisitas
Perusahaan publik akan lebih banyak menerima perhatian dari surat kabar besar,
majalah serta para analis bisnis. Hal ini sangat bermanfaat bagi perusahaan pada
saat akan mengembangkan usaha dan menyusun kerjasama dengan pihak lain.
Ketatnya pengawasan pihak regulator akan membuat perusahaan untuk selalu
menyediakan informasi yang up-to-date.
6. Menyediakan Peluang Dilakukannya Akusisi Atau Merger
Setelah perusahaan go public dan sahamnya beredar di pasar, maka perusahaan
tersebut dapat menggunakan sahamnya untuk melakukan akuisisi perusahaan
14
lainnya. Cara ini dinilai lebih murah dan lebih mudah. Perusahaan juga akan lebih
mudah melakukan merger dengan pihak lain karena harga sahamnya sudah
terbentuk di pasar dan segala informasi keterbukaan tersedia secara lengkap dan
dapat dipertanggung-jawabkan.
Sedangkan menurut Brigham (1993) keuntungan perusahaan yang diperoleh
perusahaan dengan melakukan go-public adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan go-public dapat melakukan diversifikasi kepemilikan sahamnya
sehingga dapat mengurangi resiko yang ditanggung oleh pendiri perusahaan
(diversification).
2. Dengan go-public memungkinkan pendiri yang ingin menjual sebagian sahamnya
untuk menambah kas dapat dengan mudah terlaksana (increases liquidity).
3. Keterbukaan informasi (disclosure information) mengakibatkan perusahaan yang
go-public dapat lebih mudah menambah modal perusahaan karena masyarakat
lebih tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut (facilitates raising).
4. Go-public dapat mengurangi masalah yang berkaitan dengan para penilai pajak,
memungkinkan perusahaan memberikan insentif opsi saham kepada karyawan
kunci jika diinginkan dan karyawan lebih menyukai memiliki saham di
perusahaan go-public karena public trading meningkatkan likuiditas (establish a
value for the firm).
Perusahaan yang melakukan go public juga akan menghadapi beberapa
tantangan. Pada artikel “Going Public Disadvantage” (2009),
www.gopublictoday.com, dijelaskan beberapa tantangan tersebut :
1. Pembagian keuntungan perusahaan
Keuntungan perusahaan akan dibagikan juga kepada pemegang saham dengan
range sekitar 20% sampai dengan 60%.
15
2. Hilangnya aspek kerahasiaan perusahaan
Alasan utama mengapa perusahaan menolak untuk go public adalah karena
hilangnya kerahasiaan operasional perusahaan
3. Kewajiban pelaporan yang berkesinambungan
Perusahaan go public wajib melaksanakan kewajiban pelaporan yang dimintakan
regulator dan bursa secara berkesinambungan. Perusahaan wajib tunduk (comply)
terhadap semua aturan. Laporan ini tentunya meningkatkan biaya perusahaan
sekaligus membuka informasi kepada para pesaing perusahaan. Selain itu pihak
manajemen juga memiliki risiko terkena tuntutan hukum jika tidak
menginformasikan berita/laporan dengan benar.
4. Hilangnya kontrol perusahaan
Perusahaan yang telah go public memiliki risiko atau rentan terhadap kontrol
perusahaan karena pihak ‘luar’ berpotensi melakukan perubahan ataupun
pemecatan (misalnya manajemen perusahaan). Investor tidak akan membeli
saham suatu perusahaan jika manajemen perusahaan tidak berkompeten.
Menurut Brigham (1993) selain keuntungan yang akan diperoleh perusahaan
melalui gopublic, juga terdapat beberapa kerugian, yaitu :
1. Perusahaan diharuskan mengeluarkan laporan triwulan dan laporan tahunan
tentang perusahaan, laporan-laporan ini menimbulkan biaya pelaporan (cost
reporting).
2. Adanya keterbukaan (disclosure) manajemen perusahaan yang berkaitan dengan
operasi dan permodalan. Akibatnya, para pesaing dan pihak luar dapat dengan
mudah mengetahui kondisi perusahaan.
3. Pada perusahaan go-public, kepentingan pribadi (self dealing) sudah tidak berlaku
lagi.
16
4. Pada perusahaan go-public, mungkin terjadi keadaan dimana saham tidak aktif
diperdagangkan, pasar lesu dan harga yang rendah (inactive market price).
2.4. Perkembangan IPO di Indonesia dan Negara Lain
2.4.1. Perkembangan IPO di Indonesia
Perkembangan nilai emisi serta dan jumlah perusahaan yang melakukan go
public pada kurun waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2009 di Indonesia dan
beberapa negara dapat dilihat pada grafik-grafik dibawah ini. Data go public di
Indonesia diperoleh dari Statistik Bapepam-LK, sedangkan data go public di negara
lainnya diperoleh dari Bloomberg.
Grafik I.
Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan
Yang Melakukan Go Public di Indonesia
Sumber : Bloomberg
Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2008 nilai IPO saham
mencapai Rp 23,48 triliun dengan jumlah perusahaan yang melakukan IPO sebanyak
17 perusahaan. Pada 2009 perkembangan nilai emisi dan jumlah perusahaan yang
17
melakukan IPO menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari
kondisi perekonomian Indonesia yang terkena imbas krisis global subprime mortgage
yang terjadi di Amerika Serikat.
2.4.2. Perkembangan IPO di Negara Lain
Konsultan Ernst & Young pada tahun 2009 melaporkan suatu kajian berjudul :
Shifting Landscape – Are You Ready : Global IPO Trends Report 2009. Laporan
tersebut mengungkapkan beberapa fakta penting yang antara lain adalah sebagai
berikut :
Akibat krisis pasar finansial (market turmoil) yang terjadi, aktivitas global IPO
pada tahun 2008 menurun drastis dibandingkan tahun 2007. Jika dilihat dari sisi
jumlah aktivitas, maka IPO mengalami penurunan sebesar 61%. Sedangkan jika
dilihat dari sisi besarnya dana yang didapatkan dari proses tersebut (fund raised),
IPO mengalami penurunan sebesar 67%.
Penyebab utama yang menyebabkan turunnya aktivitas IPO secara global pada
tahun 2008 adalah guncangnya fundamental perekonomian, sentimen negatif
investor, dan tingginya volatilitas di pasar saham, yang kesemuanya dipengaruhi
oleh adanya krisis finansial.
15 dari 20 perusahaan yang melakukan IPO terbesar dunia di tahun 2008 berasal
dari emerging market (4 diantaranya dari China dan 4 dari Saudi Arabia).
Sektor keuangan, energi, dan komoditi merupakan sektor yang paling banyak
melakukan IPO, sedangkan sektor real estate, kesehatan, dan teknologi mengalami
penurunan yang paling tajam (rata-rata 90%).
18
Berdasarkan pengalaman lalu, waktu yang diperlukan oleh pasar untuk kembali
sehat/normal setelah mengalami krisis adalah minimal selama 4-6 triwulan. Waktu
tersebut diharapkan untuk mengembalikan kondisi stabilitas makro ekonomi.
Adapun perkembangan IPO di negara Asia lainnya dapat dilihat pada grafik-
grafik di bawah ini.
Grafik 2.
Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan
Yang Melakukan Go Public di Jepang
Sumber : Bloomberg
19
Grafik 3.
Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan
Yang Melakukan Go Public di Hong Kong
Sumber : Bloomberg
Grafik 4.
Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan
Yang Melakukan Go Public di Singapore
Sumber : Bloomberg
20
Grafik 5.
Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan
Yang Melakukan Go Public di Malaysia
Sumber : Bloomberg
Grafik 6.
Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan
Yang Melakukan Go Public di Thailand
Sumber : Bloomberg
21
Dari data go public ke 6 negara yang telah disebutkan di atas, jika nilai
emisinya diseragamkan dalam nilai US Dollar (berdasarkan nilai tukar kurs masing-
masing mata uang di akhir tahun), maka akan didapatkan perbandingan yang jelas
nilai masing-masing go public di tiap tahunnya. Informasi tersebut dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 1.
Perbandingan Nilai Emisi di Beberapa Negara
(Dalam Denominasi Miliar USD)
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jepang 4.82 7.05 14.54 8.58 17.29 5.55 1.24 0.56 14.42
Hong Kong 5.76 6.64 11.3 22.12 36.28 34.33 7.62 22.68 49.46
Indonesia 0.13 0.93 0.12 0.35 0.33 1.99 2.58 0.40 3.35
Singapura 0.85 1.02 2 2.37 4.04 5.13 1.2 2.05 5.42
Malaysia 1.71 963.5 1.09 1.13 0.51 0.75 0.40 3.54 6.27