Top Banner
PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK (Studi kasus Nelayan Suku Bajo di Desa Sainoa kabupatenMorowali) SKIRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas muhammadiyah makassar Oleh MUHLIS 10538266413 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018
75

PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

Oct 01, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK

(Studi kasus Nelayan Suku Bajo di Desa Sainoa kabupatenMorowali)

SKIRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi

Pendidikan Sosiologi

Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

Universitas muhammadiyah makassar

Oleh

MUHLIS

10538266413

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

Page 2: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

ABSTRAK

MUHLIS. Penyimpangan Sosial Penggunaan Bahan Peledak (Studi Kasus

Nelayan Suku Bajo Desa Sainoa Kabupaten Morowali)

(dibimbing olehHj. Roslaeny Babo dan Abd Azis Muslimin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku Menyimpang nelayan

terhadap kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak di Desa

Sainoa dan untuk mengetahui dampak perilaku nelayan terhadap ekosistem

terumbu karang di Desa Sainoa. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan

yang bersifat deskriptif kualitatif, karena penelitian ini menggambarkan keadaan

kompleks, dinamis dan penuh makna,selain itu penelitian bermaksud memahami

situasi sosial secara mendalam. Adapun teknik pengumpulan data dengan cara

menggunakan studi pustaka dengan observasi langsung dan wawancara untuk

fakta-fakta berdasarkan pengamatan peneliti serta dokumentasi berupa gambar

dan juga foto.Hasil penelitian menggambarkan bahwa perilaku menyimpang

(Studi kasus Nelayan Suku Bajo di Desa Sainoa kabupaten Morowali).

Perilaku menyimpang yaitu penggunaan bahan peledak yang dimaksud

adalah pengkapang ikan dengan menggunakan bahan peledak. Adapun dampak

perilaku nelayan terhadap ekosistem terumbu karang di Desa Sainoa adalah akibat

rendahnya tingkat pendidikan sehingga pengetahuan tentang kerusakan ekosistem

terumbu karang tidak dapat diketahui, penangkapan ikan dengan menggunkan

bahan peledak juga berdampak terhadap keselamatan nyawa pelaku sendiri, ikan

yang didapat tidak segar dan juga cepat busuk. Dengan melakukan penangkapan

ikan menggunakan bahan peledak dapat mempercepat banyaknya penghasilan

sehingga masyarakatpun tetap untuk melakukan pemboman.

vii

Page 3: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

vi

MOTTO

Tetaplah bergerak maju meski lambat karena dalam keadaan tetap bergerak, anda

menciptakan kemajuan adalah jauh lebih baik bergerak maju sekalipun pelan dari pada

tidak bergerak sama sekali.

Page 4: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-

Nya, sehingga penulis dapat merampungkan Skripsi dengan judul: Penyimpangan

Social Penggunaan Bahan Peledak (Study Kasus Nelayan Suku Bajo Desa Sainoa

Kabupaten Morowali). Ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi

serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu pada Program

Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda

tercinta Muhidin dan Ibunda yang kusayangi Muhaeni yang telah mencurahkan

segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian moril maupun materil. Semoga Allah

SWT selalu melimpahkan Rahmat, Kesehatan, Karunia dan keberkahan di dunia dan

di akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis.

Penghargaan dan terima kasih penulis berikan kepada Ibu Dra.Hj Roslaeny

Babo,M.Si selaku Pembimbing I dan kepada Dr.Abd. Aziz Muslimin, M.Pd selaku

Pembimbing II yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Serta banyak ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim,

SE., MM. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Erwin

Akib,M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah, Bapak Dr. H. Nursalam,M.Si selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar, serta Bapak Dr.

Page 5: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

ix

Muhammad Akhir,M,Pd. Dan Seluruh teman-teman sosiolog khususnya sosiologi

kelas B, buat Kakanda saya (Muh.Ahyar,S.Pd.,M.Pd) yang selalu membantu di dalam

penyusunan skripsi dan juga ucapan terimakasih atas perhatiannya selama ini

terhadap penulis, Abdul Rahman Rahim dan Yasir terimakasih atas doanya.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya

membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin

Makassar, Januari 2018

Peneliti

Page 6: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL ........................................................... iii

SURAT PERJANJIAN .................................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v

MOTTO .......................................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

BAB I PENDHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 9

E. Defenisi Operasional ................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTA

A. Masyarakat Nelayan ................................................................. 11

B. Analisis Suku Bajo ................................................................... 15

C. Kepercayaan Dan Adat Istiadat Suku Bajo .............................. 17

D. Penggunaan Bahan Peledak ...................................................... 17

Page 7: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

xi

E. Perilaku Menyimpang .............................................................. 19

F. Teori Perilaku Menyimpang ..................................................... 19

G. Karakteristik Perilaku Menyimpang ......................................... 21

H. Faktor Penyebap Perilaku Menyimpang .................................. 22

I. Kerangka Konsep ..................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 26

B. Waktudan Lokasi Penelitian ..................................................... 27

C. Informan Penelitian .................................................................. 27

D. Fokus Penelitian ....................................................................... 29

E. Instrumen Penelitian ................................................................. 29

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian ............................................ 30

G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 31

H. Analisis Data ............................................................................ 34

I. Teknik Keabsahan Data ............................................................ 34

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Letak Geografis ........................................................................ 37

1. Jumlah Penduduk ................................................................. 42

2. Laju Pertumbuhan penduduk ............................................... 44

3. Sistem Kemasyarakatan ....................................................... 44

4. Agama dan Kepercayaan Masyarakat.................................. 45

5. Tinggkat Pendidikan ............................................................ 45

Page 8: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

xii

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Faktor Penggunaan Bahan Peledak............................................ 47

a. Faktor Ekonomi.................................................................... 54

b. Faktor Sosial......................................................................... 55

B. Dampak Penggunaan Bahan Peledak........................................ 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 61

B. Saran ......................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 63

LAMPIRAN

Page 9: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia (the largest

archipelagic country in the world) yang memiliki sekaligus dua bentuk geografis

dari suatu ciri negara, yaitu Negara kepulauan dan Negara daratan. Di samping

itu, Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki jumlah

pulau terbanyak di dunia yakni sekitar 27.508 pulau. Kondisi geografis Indonesia

sebagai negara kepulauan, yang dua pertiga wilayahn adalah perairan laut yang

terdiri atas laut pesisir, laut lepas, teluk, dan selat, memiliki panjang pantai 95.282

km, dengan luas perairan 5,8 juta , kaya akan sumber daya laut dan ikan (H.

Supriadi dan Alimuddin, 2012:2).

Semakin luasnya wilayah laut Indonesia adalah imbas diberlakukannya

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Hukum Laut tahun 1982

yang telah diratifikasi dengan Undang-undang dasar Nomor 27 Tahun 1982

tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS), menempatkan Indonesia memiliki hak berdaulat (sovereign rights)

untuk melakukan pemanfaatan, konservasi, dan pengelolaan sumber daya ikan di

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia dan Laut Lepas yang dilaksanakan

berdasarkan persyaratan atau standar internasional yang berlaku. Hal ini sejalan

dengan jiwa Undang-undang dasar Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(UUD RI 1945) bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki

Page 10: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

2

kedaulatan dan yurisdiksi atas wilayah perairan Indonesia, serta kewenangan

dalam rangka menetapkan ketentuan tentang pemanfaatan sumber daya ikan, baik

untuk kegiatan penangkapan maupun pembudidayaan ikan sekaligus

meningkatkan kemakmuran dan keadilan guna pemanfaatan yang sebesar-

besarnya bagi kepentingan bangsa dan negara dengan tetap memperhatikan

prinsip kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya serta kesinambungan

pembangunan perikanan nasional.

Terfokus di bidang perikanan, Indonesia memiliki potensi ikan yang

sangat melimpah. Ditambah pula, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut

pada tingkatan genetik, spesies, maupun ekosistem tertinggi di dunia. Tidak

dipungkiri bahwa fakta ini menjadi daya tarik bagi para nelayan, baik nelayan

lokal hingga nelayan asing. Untuk mendapatkan keuntungan dari potensi

perikinanan ini berbagai cara mereka lakukan, mulai dari metode penangkapan

yang aman dan ramah lingkungan hingga terkadang penggunaan cara-cara

berbahaya yang dapat merusak lingkungan.

Dengan kekayaan alam yang melimpah yang terdapat di laut, dasar laut

serta tanah di bawahnya menjadikan wilayah perairan Indonesia rawan dari

adanya eksploitasi dan eksplorasi illegal. Dan hal yang paling rawan di bidang

kelautan dan perikanan ini adalah terjadinya praktek penangkapan ikan secara

illegal (illegal fishing) oleh nelayan.

Penanganan illegal fishing bukan tidak mendapat perhatian dari

pemerintah, bukti keseriusan pemerintah dilihat dengan diundangkannya beberapa

regulasi sebagai dasar hukum terkati Illegal Fishing. Dasar hukum tersebut dapat

Page 11: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

3

berupa Undang-undang dasar Dasar (UUD), Keputusan Presiden (Keppres),

Peraturan Menteri dan keputusan menteri, yakni antara lain UU No. 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Perikanan sebagaimana yang telah diubah melalui UU No. 45 Tahun 2009 tentang

Perubahan Atas UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Perikanan, UU No. 34 Tahun

2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia, UU No. 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Keppres No. 39 Tahun 2009

tentang Penghapusan Jaring Trawl, dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia Nomor PER.02/MEN/2009 tentang Wilayah Pengelolaan

Perikanan Republik Indonesia, serta berbagai aturan terkait lainnya yang belum

penulis disebutkan.

Meskipun telah banyak regulasi yang mengatur, tidak menjadikan kasus

Illegal Fishing surut, tetap saja masih sering terjadi pelanggaran. Tak hanya kapal

asing, kapal ikan Indonesia pun kerap kali melakukan pelanggaran illegal fishing.

Dalam penelitian sebelumnya telah dijelasakan illegal fishing sebagai berikut :

Perilaku Menyimpang Ilegal Fishing oleh Risnawati ‘’Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimanakah perilaku nelayan terhadap kegiatan penangkapan

ikan dengan menggunakan bahan peledak di Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan

selayar dan untuk mengetahui dampak perilaku nelayan terhadap ekosistem

terumbu karang di Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan selayar. Penelitian ini

merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif, karena

penelitian ini menggambarkan keadaan kompleks, dinamis dan penuh makna,

selain itu penelitian bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam.

Page 12: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

4

Adapun teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan studi pustaka dengan

observasi langsung dan wawancara untuk fakta-fakta berdasarkan pengamatan

peneliti serta dokumentasi berupa gambar dan juga foto. Hasil penelitian

menggambarkan bahwa perilaku menyimpang (studi kasus illegal fishing di taka

bonerate kabupaten kepulauan selayar). Perilaku menyimpang yaitu illegal fishing

yang dimaksud adalah pengkapang ikan dengan menggunakan bahan peledak

bom, sianida dan pembiusan, dan adapun dampak perilaku nelayan terhadap

ekosistem terumbu karang di taka bonerate kabupaten kepualauan selayar adalah

akibat rendahnya tingkat pendidikan sehingga pengetahuan tentang kerusakan

ekosistem terumbu karangpun tidak dapat diketahui, penangkapan ikan dengan

menggunkan bahan peledak juga berdampak terhadap keselamatan nyawa pelaku

sendiri, ikan yang didapat tidak segar dan juga cepat busuk. Dengan melakukan

penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dapat mempercepat banyaknya

penghasilan sehingga masyarakatpun tetap untuk melakukan pemboman.’’

Tinjauan Kriminologis Terhadap Penggunaan Bahan Peledak Dalam

Penangkapan Ikan (Studi Kasus Desa Sainoa kecamatan Bungku Selatan) oleh

Shaffly A. Shadiq Kawu. ’’Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan

memahami faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana penggunaan

bahan peledak dalam penangkapan ikan di Desa Sainoa kecamatan Bungku

Selatan untuk mengetahui sejauh mana upaya DIT Polair Polda Sulawesi Selatan

dalam menanggulangi tindak pidana penggunaan bahan peledak dalam

penangkapan ikan di Desa Sainoa kecamatan Bungku Selatan. Penelitian ini

dilaksanakan di Desa Sainoa kecamatan Bungku Selatan dan memilih instansi DIT

Page 13: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

5

Polair Polda Sulawesi Selatan dan Pusat Informasi & Informasi Hukum

Laboratorium Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.’’

Beberapa modus jenis kegiatan yang sering dilakukan Kapal Ikan

Indonesia antara lain: penangkapan ikan tanpa izin (Surat Izin Usaha Perikanan

(SIUP) dan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) maupun Surat Izin Kapal

Pengangkutan Ikan (SIKPI)), memiliki izin tapi melanggar ketentuan sebagaimana

ditetapkan (pelanggaran daerah penangkapan ikan, pelanggaran alat tangkap,

pelanggaran ketaatan berpangkalan), pemalsuan atau manipulasi dokumen

(dokumen pengadaan, registrasi, dan perizinan kapal), transshipment di laut, tidak

mengaktifkan transmitter (khusus bagi kapal-kapal yang diwajibkan memasang

transmitter) dan penangkapan ikan yang merusak (destructive fishing) dengan

menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan,bahan

bangunan yang membahayakan sumberdaya ikan.

Terfokus pada penggunaan bahan peledak dalam penangkapan ikan di

perairan morowali, sudah tentu dapat mengancam kelestarian dari potensi sumber

daya yang ada. Potensi yang merupakan aset untuk dapat memberikan

kesejahteraan kepada masyarakat bisa rusak, dan mungkin tidak dapat pulih

kembali. Keberlanjutan dari sumberdaya ini juga mungkin tidak dapat dinikmati

oleh generasi selanjutnya atau setidaknya sulit untuk diperoleh di masa yang akan

datang. Bom yang digunakan dalam penangkapan ikan merupakan sebuah alat

yang dapat merusak (destruktif). Penggunaan bom dalam penangkapan ikan

menyebabkan kerusakan sumberdaya dan lingkungan di laut, khususnya

ekosistem terumbu karang.

Page 14: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

6

Di samping itu, dalam tindak pidana Illegal Fishing tidak hanya terjadi

tindak pidana pencurian ikan saja, melainkan juga terjadinya pencemaran laut dan

rusaknya terumbu karang. Hal ini terkait teknologi yang digunakan tidak ramah

lingkungan, berupa bahan peledak, zat kimia (bahan beracun), dan bahan

berbahaya lainnya (alat tangkap terlarang) yang akan berdampak pada kerusakan

dan kepunahan sumber daya ikan.

Terkhusus terumbu karang yang dikenal sebagai rumah bagi ikan ternyata

memiliki proses pertumbuhan yang sangat lambat. Berdasarkan pengukuran yang

dilakukan oleh Vaughn (1925 dalam Nybakken, 1998) diketahui bahwa spesies

Acropora yaitu genus Acropora foliaceous (seperti daun) dapat tumbuh dengan

diameter 5-10 cm dan tingginya 2-5 cm pertahun. Sedangkan spesis Montastrea

annularis, sebuah tipe kerang masif hanya tumbuh dengan diameter 0,5-2 cm dan

tinggi 0,25-0,75 cm per tahun (M. Ghufran H. Kordi K, 2010:18-19). Bayangkan

bila sebuah populasi terumbu karang hancur, maka dibutuhkan waktu bertahun-

tahun untuk menjadikannya produktif kembali.

Koordinasi bersama antar lembaga negara, utamanya Kepolisian dan

Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai ujung tombak di lapangan perlu

mendapat perhatian lebih, tak terkecuali lembaga-lembaga lainnya, termasuk pula

Lembaga non pemerintah seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan

masyarakat itu sendiri. Bahkan salah satu kendala utama dalam menegakkan

kedaulatan di wilayah perairan, yakni tidak adanya kesamaan persepsi terhadap

hukum oleh penegak hukum yang mengatur masalah perikanan dan kelautan. (H.

Supriadi dan Alimuddin, 2012: 458).

Page 15: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

7

Hukum itu bukan tujuan, akan tetapi hanya merupakan jembatan atau alat

yang akan membawa kita kepada ide yang dicita-citakan dengan demikian, hukum

seyogyanya harus senantiasa mengacu pada cita-cita masyarakat bangsa. Hukum

harus dibangun untuk tujuan-tujuan mengakhiri suatu tatanan sosial yang tidak

adil dan menindas hak-hak asasi manusia. Sebagaimana diketahui bahwa

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar luas wilayahnya

terdiri dari perairan, sehingga dengan sendirinya mata pencaharian penduduk

adalah nelayan.

Oleh karena itu, dengan tujuan peningkatan taraf hidup, para nelayan tidak

jarang melakukan hal-hal yang dilarang yang bertentangan dengan hukum. Para

nelayan yang ada di Desa Sainoa Kabupaten Morowali masih sering melakukan

penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, hal ini sangat berbahaya

bagi diri pelaku juga terhadap lingkungan dan habitat laut serta ekosistem yang

ada disekitarnya,bahkan dapat musnah. Sebagai negara yang memiliki perairan

yang luas, tentunya dibutuhkan jaminan hukum bagi keamanan dan kelestarian

ekosistem laut agar dapat memberikan manfaat berkelanjutan serta dapat menjaga

wibawa negara dan bangsa dari setiap ancaman baik dari dalam maupun dari luar

terhadap kedaulatan wilayah perairan, oleh karena itu kepastian hukum

merupakan suatu kondisi yang mutlak diperlukan.

Undang-undang dasar Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan

Pembaruan atas Undang-undang dasar Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perikanan,

telah memberikan kepastian, hukum dan kejelasan bagi penegak hukum atas

tindak pidana dibidang perikanan. Dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas

Page 16: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

8

penegakan hukum terhadap tindak pidana dibidang perikanan, telah diatur

mengenai pembentukan pengadilan perikanan dilingkungan peradilan umum.

Walaupun penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak adalah

suatu perbuatan terlarang yang bertentangan dengan peraturan hukum yang

berlaku, akan tetapi dalam kenyataannya di wilayah perairan Desa Sainoa

Kabupaten Morowali, masih sering terjadi penangkapan ikan secara illegal dengan

cara menggunakan bahan peledak oleh para nelayan. Terumbu karang di Desa

Sainoa Kabupaten Morowali yang dulunya indah kini sudah hancur akibat ulah

masyarakatnya sendiri, sehingga biota laut pun tidak punya tempat tinggal lagi

karena terumbu karangnya telah di hancurkan dan di rusak akibat penangkapan

ikan dengan menggunakan bahan peledak bom, sianida dan pembiusan.

Sebagaimana yang telah dipaparkan pada masalah di atas, dimana secara

umum masyarakat pesisir (nelayan) terutama yang diindikasikan sebagi pelaku

penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak tersebut merupakan suatu

perbuatan terlarang yang bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku dan

tidak mengetahui tentang pentingnya ekosistem terumbu karang terbatas.

Berdasarkan penelitian dirumuskan, jelas bahwa penggunaan bom ikan

adalah masalah kompleks dan serius. Oleh karena itu, harus segera ditemukan

penyelesaian permasalahanya, khususnya kecenderungan peningkatan tindak

pidana Illegal Fishing di perairan Kabupaten Morowali. Dengan merangkum

setiap pokok penting uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Penyimpangan Sosial Penggunaan Bahan Peledak

(Study kasus desa sainoa kecamatan bungku selatan morowali).

Page 17: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

9

B. Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penggunaan bahan peledak pada

masyarakat suku bajo desa sainoa?

2. Bagaiman dampak dari penggunaan bahan peledak pada masyarakat suku

bajo desa sainoa?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan

bahan peledak pada masyarakat suku bajo desa sainoa.

2. Untuk mengetahui dampak dari penggunaan bahan peledak pada masyarakat

suku bajo desa sainoa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini di harapkan berdaya guna sebagai

berikut :

1. Secara teoritis

a. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan,khususnya pemerintah kabupaten

morowali dalam menetukan arah kebijakan di bidang kelautan dan

perikanan.

b. Di harapakan dapat memperkaya kajian sosial khususnya dibidang

penyimpangan sosial ke masyarakat dan dampak penggunaan bahan

peledak itu sendiri.

Page 18: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

10

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan khusunya bagi masyarakat desa

sainoa dalam menggunakan alat tangkap ikan yang rama lingkungan.

E. Definisi Oprasional

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap konsep-konsep yang di

gunakan dalam penelitian ini,maka penulis memberikan batasan pengertian

sebagai berikut :

1. Perilaku menyimpang adalah perilaku dari warga masyarakat yang dianggap

tidak sesuai dengan kebiasan,tata aturan dan norma social yang berlaku.

Yang dimana setiap perilaku atau tindakan yang di lakukan oleh masyarakat

harus di control agar tidak terjadi tumpah tindik dalam masyarakat itu

sendiri.

2. Penggunaan bahan peledak adalah sejenis bahan letupan yang digunakan

oleh segelitir nelayan yang tak bertanggung jawab. Bom ikan ini sangat

mudah dalam pembuatannya karena hanya menggunakan bahan kimia yang

dikenal dengan serbuk amoni nitrat dengan bahan botol kaca dan span.

Page 19: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan merupakan kelompok masyarakat yang pekerjaanya

adalah menangkap ikan.Sebahagian hasil tangap tersebut dikonsumsi untuk

keperluan rumah tangga atau dijual sepenuhnya. Biasanya istri nelayan akan

mengambil peran dalam urusan jual beli ikan dan bertanggung jawab mengurus

domestic rumah tangga.

Bagi masyarakat nelayan, kebudayaan merupakan sistem gagasan atau

system kognitif yang berfungsi sebagai pedoman kehidupan. Referensi pola-pola

kelakuan sosial, serta sebagai sarana untuk menginterprestasi dan memaknai

berbagai peristiwa yang terjadi dilingkungannya.Setiap gagasan dan praktik

kebudayan harus bersifat fungsional dalam kehidupan masyarakat.Jika tidak,

kebudayan itu hilang dalam waktu yang tidak lama.Kebudayan haruslah

membantu kemampuan survival masyarakat atau penyesuaian diri individu

terhadap lingkungan hidupnya.Sebagimana suatu pedoman untuk bertindak bagi

warga masyarakat.Isi kebudaya adalah rumusan dari tujuan-tujuan dan cara-cara

yang digunakan untuk mencapai tujuan yang disepakati secara rasional.

Masyarakat nelayan adalah kelompok manusia yang tinggal dan hidup di

wilayah pesisir. Nelayan adalah mereka yang mata pencaharian pokoknya di

bidang penangkapan ikan dan penjual ikan yang didaerah pantai (R.Bintarto

1977:25).Untuk menangap ikan diperlukan alat yang memadai misalnya: perahu,

Page 20: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

12

pancing, jalah atau jaring. Secara geografis masyarakat nelayan adalah yang hidup

,tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir. Yakni suatu awasan tramsisi antara

wilayah darat dan wilyah laut (Kusnadi 2009:27). Teori lain yang diungkapkan

oleh Pollnac, Richard (1988:25) yang mengatakan bahwa ada beberapa factor

yang mempengaruhi lingkungan wilayah pesisir yaitu: pertambahan penduduk,

kegiatan-kegiatan manusia, pencemaran, sedimentas, ketersedian air bersih dan

exploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam.

Lebih jauh,pengertian nelayan sebenarnya telah di definisikan dalam

pasal 1 angka 10 dan angka 11 Undang-undang Dasar Republik Indonesia nomor

45 tahun 2009 tentang perubahan atas undang-undang dasar nomor 31 tahun 2004

tentang perikanan yakni:nelayan adalah orang yang mata pencahariannya

melakukan penangkapan ikan. Nelayan kecil adalah orang yang atau yang mata

pencahariannya melakukan penangkan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari yang menggunakan kapal yang berukuran paling besar 5 (lima) gross

ton.

1. Penggolongan Nelayan

Berikut penggolongan nelayan menurut Undang-undang Dasar 1945 dan

beberapa literatur yaitu :

a. Dalam Undang-undang dasar republik Indonesia nomor 16 tahun 1945

tentang pembagian hasil perikanan yaitu nelayan penggerap dan nelayan

pemilik

Page 21: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

13

b. Nelayan pemilik ialah orang atau badan hokum yang dengan hak apapun

berkuasa atas sesuatu kapal/perahu yang yang dipergunakan dalam usaha

penangkapan ikan dan alat-alat pengkapan ikan.

c. Nelayan penggarap adalah semua orang yang sebagian kesatuan dengan

menyediakan tenaganya turut serta dalam usaha pengkapan ikan dilaut.

Berdasarkan pemilikan alat tangkap, Supriadi (2011:7) membagi nelayan

kelam tinga kelompok :

a. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik

orang lain.

b. Nelayan juragan adalah nelayan yang mempunyai alat tangkap ikan yang

dioperasikan oleh orang lain.

c. Nelayan perorangan adalah nelayan yang memilivi alat tangkap sendiri

dan dalam pengoprasiannya tidak melibatkan orang lain.

Pollnac (50-51) karateristik nelayan penangkap ikan di laut berdasarkan

usahanya juga dapat digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu :

a. Nelayan berskala besar(large scale fisherman)Nelayan skala besar ditandai

oleh cirinya yang terorganisir menyerupai argo-industri,padat madol serta

pendapatan yang tinggi.

b. Nelayan skala kecil pada umunya ditemukan didaerah pedesaan. Nampak

khas karena kegiatannya tumpah tindik seperi pertanian,peternakan dan

lain-lain.

Terkait hal diatas Supriadi membagi nelayan dalam tiga kelompak

dengan berbagai macam latar belakang dan pekerjaan yang dilakukan sehingakita

Page 22: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

14

dapat melihat nelayan dari tiga sudut pandang berbeda Sedangkan Pollnac

membagi nelayan dalam kapasitas melakukan pengkapan ikan atau pemilikan alat

tangkap ikan.

Ditinjau dari aspek kapasitas teknologi (alat tangkap dan

armada),orientasi pasar dan karakteristik hubungan produksi,maka nelayan

digolongkan dalam tiga bagian yaitu :

a. Petani-nelayan (peasant-fisher) nelayan yakni biasanya lebih berorientasi

pada pemenuhan kebutuhan sendiri (subsistence). Sebutan ini muncul

karena alokasi hasil tangkap yang dijual(khusus pangan) dan bukan di

investasikan kembali untuk pengembangan usaha.

b. Nelayan pasca-petani(post-peasent fisther) yakni nelayan yang bercirikan

penggunaan teknologi pengkapan ikan yang lebih maju seperti motor

tempel atau kapal motor. Kondisi peralatan yang memadai tersebut

membuat peluang nelayan dalam menangkap ikan lebih meningkat.

c. Nelayan komersial(commercial fisher)yakni nelayan yang telah berorintasi

ada peningkatan pendapatan. Ini ditandai dengan jumlah karyawan yang

digunukan dari berbagi status yang berbeda dan teknologi yang digunakan

dalam pengakapan ikan.

Berdasarkan deskripsi diatas maka nelayan sainoa berada pada aspek

pertama yaitu petani- nelayan (peasant-fisher). Para nelayan disainoa masih

mendominasimenggunakan alat tangkap ikan yang sederhana dan hasil

tangkapnya masih dalam kategori kurang dalam memenuhi kebutuhan sehari-

Page 23: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

15

harinya sehingga tidak jarang nelayan melakukan usaha lain untuk menutupi nilai

ekonominya.

2. Analisis Suku Bajo

Istilah suku bajo atau orang bajo lebih dikenal di Indonesia bagian timur

yaitu: suatu kesatuan sosial atau kelompok yang dapat ditemukan dikepulauan dan

perairan laut sulawesi selatan (selat Makassar, teluk bone), sulawesi bagian utara

(kima bajo, pulau nian, torosiaje) sulawesi bagian tengah dan timur (teluk tomini,

kepulauan togean dan banggai). Suku bajo dikenal sebagai pelaut ulung yang

kehidupannya berada diatas lautbahkan perkampungan mereka dibagun men-

jorong kelaut bebas, tempat mereka mencari penghidupan dilaut bagi orang bajo

lauta adalah satu-satunya tempat yang dapat di andalkan.Orang bajo ini pun

menyebar kesegala penjuru wilayah nusantara semenjak abad ke-16 hingga abad

40-50 tahun silam diberbagai tempat, orang bajo banyak akhirnya menetap, baik

inisiatif sendiri atau dipaksa oleh pemerintah. Namun tempat tidak jauh dari

laut.mereka membangun pemukiman-pemukiman baru diberbagai penjuru

Indonesia.Di dalam kehidupan sehari hari-hari orang bajo menggunakan bahasa

sebagai alat komunikasi.

Pada Suku Bajo, dikenal empat kelompok masyarakat yang didasarkan

pada karakteristik mereka dalam kaitannya dengan aktifitas mereka di lautan.

Empat kelompok masyarakat ini dikenal dengan sebutan sebagai berikut;

1. Kelompok Lilibu

Yakni Suku Bajo yang biasanya mengarungi lautan hanya satu dua hari

untuk mencari ikan dan jarak melautnya pun tidak terlalu jauh.Setelah ikan

Page 24: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

16

didapat, kelompok ini biasanya segera pulang untuk bertemu keluarganya. Perahu

yang digunakan oleh kelompok ini biasanya berukuran kecil yang bernama soppe

dan dikendalikan menggunakan dayung.

2. Kelompok Papongka

Yakni Suku Bajo yang bisa dikenali dengan aktifitas melautnya yang

hanya seminggu dua minggu saja untuk mencari ikan. Perahu yang digunakan

oleh kelompok ini hampir sama dengan kelompok Lilibu. Hanya saja, berbeda

dengan kelompok Lilibu, jarak tempuh mereka bisa lebih jauh dan keluar

pulau.Bila dirasa telah memperoleh hasil atau kehabisan air bersih, mereka

akanmenyinggahi pulau-pulau terdekat.Setelah menjual ikan-ikan tangkapan dan

mendapat air bersih, mereka pun kembali ke laut.

3. Kelompok Sakai

Yakni Suku Bajo yang memiliki kebiasaan mencari ikan yang wilayah

kerjanya jauh lebih luas.Bila kelompok Papongka hitungannya hanya keluar

pulau, maka kelompok Sakai hitungannya sudah antar pulau.Sehingga, waktu

yang dibutuhkan pun lebih lama.Mereka bisa berada di “tempat kerja”nya itu

selama sebulan atau dua bulan.Karena itu, perahu yang digunakan pun lebih besar

dan saat ini umumnya telah bermesin.

4. Kelompok Lame

Yakni Suku Bajo yang bisa dikategorikan nelayan-nelayan yang lebih

moderen.Mereka menggunakan perahu besar dengan awak yang besar dan mesin

bertenaga besar. Karena, mereka memang bakal mengarungi laut lepas hingga

menjangkau negara lain. Mereka bisa berada di laut hingga berbulan-bulan.

Page 25: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

17

3. Kepercayaan Dan Adat Istiadat Suku Bajo

Meskipun Suku bajo beragama Islam, namun mereka masih hidup dalam

dimensi leluhur.Budaya mantera-mantera, sesajen serta kepercayaan roh jahat

masih mendominasi kehidupan mereka.Peran dukun masih sangat dominan untuk

menyembuhkan penyakit serta untuk menolak bala atau memberikan ilmu-

ilmu.Orang bajo sangat mempercayai setan yang berada di lingkungan

sekitarnya.Rumah dan dapur-dapur mereka.Mereka percaya pantangan-pantangan

dan larangan, seperti misalnya larangan meminta kepada tetangga seperti minyak

tanah,garam, air atau apapun setelah magrib. Mereka juga percaya dengan upacara

tebus jiwa.Melempar sesajen ayam ke laut.Artinya kehidupan pasangan itu telah

dipindahkan ke binatang sesaji.Ini misalnya dilakukan oleh pemuda yang ingin

menikahi perempuan yang lebih tinggi status sosialnya.Masyarakat Suku Bajo

menyebut rumah palemana atau rumah di atas perahu.Karena masyarakat Suku

Bajo bermukim dan mencari nafkah diatas laut.Karena itulah mereka mendapat

julukan sebagai manusia perahu.

4. Penggunaan Bahan Peledak

Awalnya penangkapan ikan dengan penggunaan bahan peledak

diperkenalkandi Indonesia pada masa perang dunia ke-dua. Penangkapan ikan

dengan cara ini sangat banyak digunakan,sehingga sering dianggap sebagai cara

penangkapan ikan tardisional. Penggunaan bom ikan pada mulanya menggunakan

bahan komersial, kemudian berkembang dan cenderung membuat bahan peledak

sendiri dengan menggunakan pupuk kimia.setiap bom beratny kurang lebih 1 kg

Page 26: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

18

gram dan ledaanya membunuh ikan dalam radius 15-20 meter,terumbuk karang

seluas 500 m2 dan menciptakan lubang diterumbuk karang selebar 3-4 meter.

Bom ikan adalah sejenis bahan letupan yang digunakan oleh segelitir

nelayan yang tak bertanggung jawab bom ikan ini sangat mudah dalam

pembuatannya karena hanya menggunakan bahan kimia yang dikenal dengan

serbuk amoni nitrat dengan bahan botol kaca dan span. Penggunaan bom ikan

suatu cara mudah untuk mendapatkan ikan yang hidup terumbuk karang karena

untk mendapatkan ikan yang hidup diterumbuk karang sangatlah sukar. Batu

karang bukan saja menjadi habitat semata-mata tetapi juga menjadi tempat

perlindungan ikan-ikan dari tanggakapan nelayan yang menggunakan pukat.

Adapun dampak dari penggunaan bahan peledak sebagai berikut :

1. Dampak tehadap manusia

a. Bukan hanya ikan yang mati tetapi racun yang ditimbulkan itu bisa

menimbulkan berdampak pada manusia itu sendiri.

b. Penggunaan bom ikan sangatlah berbahaya karena sewaktu-waktu bom

akan meledak sehingga manusia itu sendiri yng menjadi korbannya.

c. Dunia internasioanl mulai mengecam dan mengacam akan memboikot

ekspor ikan dari negara yang masih menggunakan penangkapan ikan

yang tidak ramah lingkungan.

2. Dampak terhadap makhluk hidup di laut

a. Penggunaan bahan berbahaya dapat mengakibatkan rusaknya

lingkungan perairan dan juga bibit-bibit ikan yang masih kecil.

Sehingga akan punahnya jenis-jenis ikan tertentu didunia peikanan.

Page 27: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

19

b. Rusaknya terumbuk karan. Menurut Supriharyono (2007) terumbuk

karang di Indonesia telah banyak yang rusak ,dari luas terumbuk karang

sekitar 50.000 km2 yang ada hanya tinggal 6,48% kondisinya masih

sangat baik, 22,53 % baik, 28,39% rusak dan 42,59 rusak berat.

5. Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang adalah perilaku dari warga masyarakat yang

dianggap tidak sesuai dengan kebiasan,tata aturan dan norma social yang

berlaku. Hal ini diperkuat dengan teori Howard S.Bekcer (1932) menurutnya

penyimpangan adalah suatu konsekuensi dari penerapan aturan-aturan atau sanksi

oleh orang lain kepada seorang pelanggar. Selanjutnya menurut Ruben D.Brent

(1984:19), mengemukakan bahwa behavior atau perilaku adalah serentetan

tindakan (action) dari individu atau kelompok masyarakat yang dimana tindakan

tersebut didasari oleh pengetahuan, sikap dan nilai yang dimiliki oleh individu

tersebut.

6. Teori Yang Berhubungan Dengan Perilaku Menyimpang

a. Teori anomie

Penyimpangan adalah akibat adanya ketegangan-ketegangan dalam suatu

struktur social sehingga adanya individu-individu yang mengalami tekanan dan

akhirnya menyimpang. Menurut teori bahwa struktur sosial bukan hanya

menghasilkan perilaku yang konformasi (sesuai dengan norma) melainkan juga

mengahasilkan pelanggaran terhadap aturan social dan juga menghasilkan

anomie yaitu pudarnya kaidah.

Page 28: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

20

b. Teori sosialisasi atau asosiasi deferensial

Menurut Edwin H. Shutherland menyebutkan differential association

untuk menegindikasikan bahwa sebagian besar dari kita belajar untuk

menyimpang dari norma masyarakat melalui dari kelompok-kelompok dimana

kita bergaul. Menurutnya, penyimpangan adalah konsekuensi kemahiran dan

penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma

yang menyimpang,terutama dari subkultur atau dianatara teman-teman sebaya

yang menyimpang.

c. Teori control

Penyimpangan merupakan hasil dari kekosongan control atau pengendali

an social.Setiap manusia cenderung tidak patuh pada hukum atau memiliki

dorongan untuk melawan hokum.Teori ini menilai perilaku menyimpang

adalah konsekuensi logis dari kegagalan seseorang dalam menaati hukum.

Menurut Hirschi ada empat unsur untama control social internal: attachment

(kasih sayang); commitment (tanggung jawab); involmen (keterlibatan) dan

believe (kepercayaan).

d. Teori labelling

Teori tidak menjelaskan mengapa individu tertetu tertarik pada perilaku

menyimpang tetapi menekankan definisi social dan sangsi social negatif yang

dihubungkan dengan tekanan untuk masuk kedalam tindakan social yang

makin menyimpang.Menurut Howard S. Becker tindakan perilaku

menyimpang sesungguhnya tidak ada.Setiap tindakan sebenarnya bersifat

“netral” dan “relative”.Artinya, makna tindakan itu relatif tergantung pada

Page 29: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

21

sudut pandang orang yang menilainya. Sebuah tindakan disebut perilaku

menyimpang karena orang lain atau masytarakat memaknai dan menamainya

(labeling) sebagai perilaku menyimpang. Jika orang masyarakat tidak

menyebut sebuah tindakan sebagai perilaku menyimpang, maka perilaku

menyimpang itu tidak ada.Penyebutan sebuah tindakan parilaku menyimpang

sangat bergantung pada proses deteksi, definisi, dan tanggapan seseorang

terhadap sebuah tindakan.

e. Teori Konflik

Menurut teori ini, perilaku menyimpang merupakan akibat dari

ketidaksamaan dalam masyarakat.Teori ini menekankan bahwa seseorang atau

perbuatan yang disebut perilaku menyimpang tergantung pada kekuasaan

relative dari kelompok masyarakat. Hal itu tampak dalam ketiga hal berikut:

Norma-norma khususnya norma hukum dari setiap masyarakat pada umumnya

menguntungkan mereka yang kaya dan berkuasa. Karl Marx mengatakan

bahwa hukum (bersama dengan lembaga sosial yang lain) cenderung

mendukung kepentingan kaum kaya. Senada dengan Marx, Richard Quinney

menyatakan bahwa keadilan kapitalis dilakukan oleh kelas kapitalis, untuk

melawan kelas buruh

7. Karakteristik Dari Perilaku Menyimpang

Adapun karakteristik dari tingkahlaku menyimpang itu dapat mudah

dilihat, diamati dan nampak secara lasung oleh orang lain. Tingkalaku

menyimpang pada individu juga memiliki karakter yang sangat khas dan

berbedabeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.

Page 30: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

22

Menurut J. Dwi Narwoko (2006), secara umum yang digolongkan

perilaku menyimpang adalah :

1. Tindakan yang noncomfrom yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan

norma-norma yang ada.

2. Tindakan yang antisosial atau asocial yaitu tidakan yang melawan

kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum.

3. Tindakan criminal yaitu tindakan yang nyata-nyatanya telah melanggar

aturan hukum tertulis dan mengacam jiwa keselamatan orang lain.

8. Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang

Masalah penyebap terjadinya kejahatan merupakan masalah yang sangat

menarik, baik sebelum maupu sesudah kriminologi mengalami pertubuhan dan

perkembangan seperti saat ini. Adapun faktornya yaitu : faktor pertama yang

berasal atau terdapat dalam diri si pelaku yang maksudnya bahwa yang

mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari

dalam diri sendiri yang didasari oleh faktor keturunan atau kejiwaan (penyakit

jiwa). Faktor yang kedua yaitu faktor yang berasal dari luar si pelaku. Maksudnya

faktor yang timbul akibat pengaruh lingkungan sekitarnya.

Adapun faktor-fakto penyebab perilaku menyimpang, antara lain :

1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan.

Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke

dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak

pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna,

misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home).

Page 31: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

23

Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka

anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.

2. Proses belajar yang menyimpang.

Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya

membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan

bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang

menyimpang. karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-

kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses

belajar menyimpang.

3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial.

Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat

mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya

mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia

mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.

4. Ikatan sosial yang berlainan.

Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika

pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka

kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.

5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang.

Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak

kejahatan (perilaku menyimpang)Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar

dari sub-kebudayaan yang menyimpang.

Page 32: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

24

9. Kerangka Konsep

Untuk lebih memahami dalam memudahkan proses penelitian, kiranya

perlu diuraiakn mengenai kerangka penilaian. Penyimpangan sosial adalah

perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan norma, adat istiadat dan aturan-

aturan yang berlaku dimasyarakat. Secara teroritis perilaku menyimpang adalah

serentetan tindakan (action) dari individu atau kelompok masyarakat yang dimana

tindakan tersebut didasari oleh pengetahuan, sikap dan nilai yang dimiliki oleh

individu tersebut. Desa Sainoa salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten

Morowali yang berada di bagian selatan.

Desa Sainoa juga terdapat beberapa bangunan seperti gedung sekolah,

mesjid dan gedung balaidesa.Masyarakat Desa Sainoa sebagian besar

masyarakatnya adalah nelayan. Tak jarang masyarakat nelayan dalam menangkap

ikan menggunakan cara-cara yang tidak ramah lingkuan dengan menggunakan

bahan peledak untuk mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah. Dengan

beberapa faktor yang mempengaruhi nelayan sehingga menggunakan bahan

peledak, tanpa memikirkan akibat dari penggunaan bahan peledak tersebut.

Page 33: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

25

Kerangka Konsep dampak penggunaan bahan peledak terhadap ekosistem

di laut

Gambar 2.1 :Kerangka Konseptual

Analisis nelayan

Ada yang menyimpang Ada tidak menyimpang

Faktor penggunaan bahan peledak Dampak penggunaan bahan peledak

1. Kerusakan lingkungan

2. Keselamatan nelayan

3. Kerusakan ekosistem dilaut

1. Factor ekonomi

2. pendidikan rendah

3. factor sosial

1. Nelayan pemacing

2. Penggunaan Pukat

Page 34: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dari penelitian yang berjudul “Penyimpangan Social dengan Penggunaan

Bahan Peledak pada Nelayan Suku Bajo Desa Sainoa Kabupaten Morowali

Sulawesi Tengah”penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif,menggunakan

pendekatan studi kasus.Hal ini disebabkan karena kualitatif lebih mendalam

mengenai permasalahan manusia sebagai instrument penelitian.Metode

wawancara, observasi dan dokumentasi, juga teknik-teknik analisisnya lebih

merupakan eksitensi dan perilaku manusia, seperti mendengarkan, melihat, bicara,

berinteraksi dan bertanya.

Menurut pendapat Mulyadi (2005: 09) metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi.

Sasaran kajian dari pendekatan kualitatif adalah pola-pola yang berlaku

sebagai prinsip-prinsip umum yang hidup dalam masyarakat.Gejala-gejala

tersebut dilihat dari satuan yang berdiri sendiri dalam kesatuan yang bulat dan

Page 35: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

27

menyeluruh.Sehingga pendekatan kualitatif sering disebut sebagai pendekatan

holistic terhadap suatu gejala sosial.

Adapun lokasi penelitian ini yaitu di desa sainoa kabupaten morowali

Sulawesi tengah.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan dimulai pada bulan

november 2017 hinggaJanuari 2018. Dimana lokasi penelitian ini berada di desa

sainoa kabupaten morowali Sulawesi tengah . Pemilihan lokasi ini berdasarkan

pertimbangan bahwa lokasi tersebut daerah yang mudah di jangkau oleh peneliti

sehingga dapat mempermudah dalam proses penelitian.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian ini adalah sebagian tokoh masyarakat, kepala desa dan

masyarakat setempat di desa sainoa kabupaten morowali Sulawesi tengah.

Penentuan informan penelitian ini di lakukan secara sengaja (purvosive sampling

atau judgmental sampling). Purvosive Sampling adalah teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu, di mana peneliti cenderung memiliki responden

secara variatif berdasarkan (alasan), sehingga dalam penelitian ini menggunakan

maximum variation sampling.

Penelitian kualitatif tidak di masukkan untuk membuat generalisasi dari

hasil penelitian yang di lakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin

dalam fokus penelitian di tentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini

akanmenjadi informan yang akan memberikan berbagai macam informasi yang

Page 36: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

28

diperlukan selama proses penelitian. Informan ini meliputi tiga macam yaitu

informan kunci (key informan), informan utama, informan tambahan.Informan

kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok

yang di perlukan dalam penelitian.Informan utama adalah mereka yang terlibat

secara langsung dalam interaksi sosial yang di teliti.Sedangkan informan

tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak

langsung terlibat dalam interaksi sosial yang di teliti.

Pemilihan informan dalam penelitian ini berdasarkan karakteristik yang

telah dipilih ditetapkan diteliti.

1. Masayarakat nelayan’ dalam hal ini ditentukan berdasarkan pelaku yang

aktif menggunakan bahan peledak.

2. Masyarakat setempat.

3. Instansi lain yang terkait, untuk lebih jelas dapat dilihat ditabel berikut .

Tabel 1.Daftar Informan pemilhan

No. Informan Peneliti Frekuensi/Banyaknya

1. Masyarakat nelayan 5 orang

2. Masyarakat setempat 3 orang

3. Intansi yang terkait 2orang

Jumlah 10 orang

Sumber : Profile Desa Sainoa Kabupaten Morowali

Page 37: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

29

D. Fokus Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini dilakukan yaitu’’penyimpangan Sosial

Penggunaan Bahan Peledak (Study Kasus pada Nelayan Suku Bajo Desa Sainoa

Kabupaten Morowali ).’’Jadi fokus penelitian ini merupakan permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian. Penelitian ini difokuskan pada nelayan dan

masyaraka setempat Desa Sainoa dengan melihat banyaknya masalah yang akan

diselesaikan. Adapun yang akan menjadi fokus penelitian adalah masyarakat

pengguna bahan peledak oleh nelayan Suku Bajo Desa Sainoa Kabupaten

Morowali.

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data penelitian ini, maka di gunakan instrument

penelitian berupa pedoman wawancara, kamera, alat perekam dan peneliti sendiri.

1. Pedoman wawancara adala panduan dalam melakukan kegiatan wawancara

yang terstruktur dan telah ditetapkan oleh pewawancara dalam

mengumpulkan data data penelitian baik itu tugas akhir, skripsi dan lain

sebagainya

2. Kamera merupakan seperangkat perlengkapan yang memiliki fungsi untuk

mengabadikan suatu objek menjadi sebuah gambar yang merupakan hasil

proyeksi pada sistem lensa. Kamera di gunakan sebagai alat dokumentasi

peneliti pada saat melakukan observasi dan wawancara guna memperoleh

data yang relevan.

Page 38: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

30

3. Alat perekam adalah suatu proses menyalin ulang suatu objek, apakah objek

berupa gambar suara atau apa saja, dengan menggunakan media atau alat

perekeman tertentu yang hasilnya dapat dismpan disuatu media

penyimpanan atau tidak. Alat perekam digunakan untuk merekam suara

informan pada saat melakukan wawancara atau interview dengan informan.

4. Peneliti sendiri disini maksudnya si peneliti terjung langsung melihat,

meneliti dan mengobservasi keadaan atau penyimpangan social dengan

penggunaan bahan peledak pada nelayan suku bajo di desa sainoa

kabupaten morowali Sulawesi tengah.

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah jenis data primer dan

sekunder.Data primer adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara atau

observasi, sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan dari hasil telaah

buku referensi atau dokumentasi.Sumber data terdiri dari sumber informan kunci,

informan ahli dan informan biasa.

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu

organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi

yang bersangkutan yang dapat berupa interview, observasi. Sugiono (240: 2016).

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dan disatukan

oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi

lainnya.Biasanya sumber tidak langsung berupa data atau dokumentasi dan arsip-

arsip resmi. Sugiono (240: 2016).

Page 39: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

31

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan (Nasution dalam

Sugiono 2016:226).Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data,

yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi.Data itu di kumpulkan dengan bantuan berbagai alat yang sangat

canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan eletron)

maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan

jelas. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari

perilaku tersebut (Marshall dalam Sugiono 2016:226)

2. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam

suatu topik tertentu (Esterberg dalam Sugiono 2016: 231).Wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

3. Dokumentasi

Sugiono (2016) menyatakan bahwa, dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu.Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang.Dalam artian umum

Page 40: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

32

dokumentasi merupakan sebuah pencarian, penyelidikan, pengumpulan,

pengawetan, penguasaan, pemakaian dan penyediaan dokumen.

Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dan

penerangan pengetahuan dan bukti.Dalam hal ini termasuk kegunaan dari

arsip perpustakaan dan kepustakaan. Dokumentasi juga biasanya

digunakan dalam sebuah laporan pertanggung jawaban.

4. Partisipatif

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tentang

kondisi di lapangan, baik yang berupa keadaan fisik maupun perilaku yang

terjadi selama berlangsungnya penelitian. Dalam pengertian sempit berarti

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang

diselidiki.Menurut Darmiyati Zuchdi (1997: 7) pengamatan mempunyai

maksud bahwa pengumpulan data yang melibatkan interaksi sosial antara

peneliti dengan subyek penelitian maupun informan dalam suatu setting

selama pengumpulan data harus dilakukan secara sistematis tanpa

menampakkan diri sebagai peneliti.

Dengan cara seperti ini antara peneliti dan yang diteliti berinteraksi

secara timbal balik. Dalam hal ini peneliti memandang yang diteliti bukan

subyek atau obyek penelitian tetapi sebagai responden yang berkedudukan

sebagai teman sejawat atau kolega.Mereka beraktivitas, segala sesuatunya

tidak dapat ditentukan (undertermine), dan dapat bersama-sama

membangun data penelitian. Menurut Noeng Muhadjir (1996: 125) antara

peneliti dengan subyek penelitian kedudukannya menyatu tidak pilah

Page 41: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

33

secara dikotomik. Agar diperoleh data penelitian yang lebih tepat, maka

setiap permasalahan yang berkaitan dengan hasil observasi selalu dicatat.

Sehingga dalam pengamatan ini peneliti menggunakan alat tulis sebagai

alat bantu dalam pelaksanaan pengamatan. Sedangkan dalam membuat

catatan di lapangan, akan dibedakan menjadi dua bagian yang meliputi

bagian deskriptif dan bagian reflektif. Bagian deskriptif mencatat rincian

kejadian-kejadian yang tidak bersifat evaluatif.Deskripsi ini meliputi

dimensi-dimensi misalnya fisik, aktifitas dan perilaku, pikiran serta

perasaan peneliti pada waktu pengamatan.Bagian reflektif dari hasil

catatan lapangan mencatat tentang kerangka pikir, ide, dan perhatian

peneliti yang berisi penambahan ide, hubungan antar data, metode, konflik

dan dilematik serta hal-hal yang sifatnya memperjelas bagian yang tidak

jelas.

Catatan lapangan dilakukan pada saat antara waktu selesainya

pengamatan dengan pengamatan berikutnya.Pencatatan antar waktu ini

dimaksudkan agar tidak terjadi kerancuan antara hasil pengamatan yang

satu dengan pengamatan yang berikutnya, serta untuk menghindari

masuknya konsep-konsep yang tidak berasal dari hasil pengamatan.

Perpaduan antara catatan-catatan singkat dengan hasil diskusi dalam

pengamatan yang sama, peneliti anggap sebagai hasil catatan lapangan

yang sudah sempurna.

Page 42: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

34

H. Analisis Data

Analisi data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menganalisis,

mempelajari serta mengelolah data tertentu. Sehingga dapat diambil

kesimpulan yang konkret tentang persoalan yang diteliti. Penelitian yang akan

dilakukan adalah tergolong tipe penelitian deskriptif kualitatif analisis.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain (Bogdan dalam Sugiono 2016 : 244). Analisis data dilakukan

dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit,

melakukan sintesa menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang diceritakan kepada orang

lain.

Dari semua data serta informasi yang telah penulis dapatkan dari hasil

penelitian tersebut akan dianalisasi kualitatif dengan memberikan gambaran

informasi yang jelas dan mendalam sebagai metode penelitian kerja sama

pemerintah dalam pembenahan wisata. Hasil dari gambaran informasi akan

diinterprestasikan sesuai dari hasil penelitianyang dilakukan.

I. Teknik Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji

validasi dan realibitas. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat

dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti

Page 43: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

35

dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu di

ketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat

tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada kontruksi manusia, dibentuk dalam diri

seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar

belakangnya. Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang yang

berbeda meneliti dengan objek yang sama, maka akan mendapatkan 10 penemuan,

yang semuanya di katakana valid, kalau apa yang ditemukan tidak berbeda dengan

kenyataan sesungguhnya yang terjadi pada objek yang diteliti. Peneliti yang

berlatar pendidikan akan menemukan data yang berbeda dengan peneliti yang

berlatar belakang Manajemen, Antropologi, Sosiologi, Kedokteran, Teknik, dan

sebagainya.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi data, dan triangulasi waktu.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya

kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang

telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang di pimpin, ke atasan yang

mengasi, dan teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari

ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian

kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang

Page 44: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

36

sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut.

Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan

tiga data tersebut.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. misalnya data yang diperoleh dengan hasil wawancara, lalu dicek

dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik

pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda,

maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang di anggap

benar atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya yang

berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih

valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian

kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan

dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi

yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka

dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian.

Page 45: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

37

37

BAB IV

A. Letak Geografis

Secara umum luas wilayah Kecamatan Bungku Selatan yaitu 403,90 km2

dan secara administrasi pemerintahan terdiri atas 26 wilayah Kelurahan/desa. Adapun

batas– batas kecamatan Alok adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bungku Pessisir dan Perairan

Teluk Tolo

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Menui Kepulauan dan Provinsi

Sulawesi Tenggara

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Perairan Teluk Tolo

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara

Kecamatan Bungku Selatan terdiri dari 26 Desa dengan luas wilayah

403,90 Km2.Adapun desa yang memiliki luas wilayah terbesar yaitu Desa Lamontoli

degan luas yaitu 118,70 Km2, , sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah

Desa Pulau Dua darat yaitu 1,80 Km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dan Peta Kecamatan Bungku Selatan.

Page 46: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

38

Gambar IV.I Peta Administrasi Kecamatan

Bungku Selatan

Page 47: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

39

Gambar IV.II Luas Wilayah Kecamatan Bungku

Selatan Perkelurahan Tahun 2016

No Kelurahan Luas (Km2) Presentase (%)

1 Sainoa 6,22 1,53

2 Bungintende 2,60 0,64

3 Boelimau 9,27 2,28

4 Polewali 20,08 4,93

5 Pulau Dua 5,01 1,23

6 Panimbawang 19,48 4,78

7 Umbele 8,72 2,14

8 Jawi Jawi 13,86 3,40

9 Buton 7,91 1,94

10 Koburu 8,90 2,19

11 Bungingkela 12,87 3,16

12 Lokombulo 11,87 2,92

13 Paku 11,10 2,73

14 Bakala 19,79 4,86

15 Buajangka 13,89 3,41

16 Kaleroang 7,40 1,82

17 Waru Waru 8,72 2,14

18 Poo 5,87 1,44

Page 48: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

40

24 Poaro 4,30 1,06

25 Umbele Lama 3,30 0,81

26 Pulau Dua Darat 1,80 0,44

Jumlah 403,90 100,00

Sumber : Kecamatan Bahodopi Dalam Angka 2016

Berdasarkan tabel luasan wilayah kecamatan Bungku Selatan perkelurahan

diatas menunjukan bahwa kelurahan yang plaing luas wilayahnya adalah Kelurahan

Lamontoli degan luas wilayah yaitu 118,70 Km2

dan luas wilayah kelurhan di

Kecamatan Bungku Selatan yang paling kecil adalah Kelurahan Pulau Dua Darat

dengan luas wilayah yaitu 1,80 Km2

a. Topografi

Salah satu aspek fisik dasar wilayah yang menjadi pertimbangan

penting dalam perencanaan maupun pengembangan wilayah adalah aspek

topografi/kemiringan lereng. Karena topografi sangat mempengaruhi bentuk

atau kondisi suatu wilayah juga sangat berpengaruh pada penetapan fungsi

19 Padabale 15,72 3,86

20 Pado Pado 13,83 3,40

21 Pulau Bapa 7,90 1,94

22 Lalemo 48,09 11,81

23 Lamontoli 118,70 29,15

Page 49: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

41

kawasan geografis.Keadaan topografi dan kemiringan lereng Kecamatan

Bungku Selatan berada pada ketinggian <8 mdpl. Sehingga dapat digunakan

dalam menetapkan berbagai aktifitas kegiatan dan sebagainya.

b. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kecamatan Bungku Selatan mengalami

perubahan setiap tahunnya, hal ini dipengaruhi oleh aktivitas dan

pertumbuhan penduduk.Pemanfaatan lahan di Kecamatan Bungku Selatan

terdiri dari permukiman, perkantoran , peribadatan, Pendidikan, hutan

mangrove dan pemakaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan

berikut

Tabel IV. III Jenis penggunaan lahan di Kecamatan Bungku

Selatan

No Peruntukan Luas (Ha)

1 Pemukiman

2 Pendidikan

3 Perkantoran

4 Perkebunan

5 Hutan Mangrove

6 Perdagangan

7 Pemakaman

Jumlah

Page 50: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

42

1. Jumlah Penduduk

Kependudukan untuk kecamatan Bungku Selatan pada tahun 2016

mengalami perkembangan.Dalam hasil pendataan yang dilakukan oleh BPS

Kabupaten Morowali, Kecamatan Bungku Selatan pada tahun 2016 dihuni oleh

15.019 jiwa.Angka tersebut menunjukan bahwa adanya peningkatan kegiatan

pembangunan dikawasan di wilayah Kecamatan Bungku Selatan untuk memenuhi

keutuhan masyarakatnya.Secara umum untuk mengetahui demografi kependudukan

Kecamatan Bungku Selatan adalah sebagai berikut:

Proses dan perkembangan penduduk suatu daerah sangat ditentukan oleh

jumlah penduduk. Penduduk merupakan modal dasar bagi kesuksesan pembangunan,

karena itu perannya akan menentukan bagi perkembangan suatu wilayah ,baik skala

regional maupun nasional. Berikut adalah tabel jumlah penduduk kecamatan Bungku

Selatan.

Tabel IV.3Jumlah Penduduk Tiap KelurahanDi Kecamatan Bungku

Selatan Tahun 2016

No Desa Jumblah Penduduk

1 Sainoa 1.193

2 Bungintende 720

3 Boelimau 495

4 Polewali 419

5 Pulau Dua 942

6 Panimbawang 703

7 Umbele 487

Page 51: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

43

No Desa Jumblah Penduduk

8 Jawi Jawi 446

9 Buton 912

10 Koburu 285

11 Bungingkela 648

12 Lokombulo 503

13 Paku 479

14 Bakala 981

15 Buajangka 415

16 Kaleroang 1.339

17 Waru Waru 667

18 Poo 394

19 Padabale 249

20 Pado Pado 489

21 Pulau Bapa 307

22 Lalemo 442

23 Lamontoli 567

24 Poaro 361

25 Umbele Lama 342

26 Pulau Dua Darat 114

Jumlah 15.019

Sumber :Kantor BPS kab.Morowali,tahun 2016

Jumlah penduduk terbanyak pada kecamatan Bungku Selatan adalah pada

Desa Kaleroang dengan jumlah penduduk sebannyak 1.339 jiwa dan jumlah

penduduk terendah terdapat pada Desa Puylau Dua Darat dengn jumlah penduduk

sebanyak 114 jiwa.

Page 52: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

44

2. Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk Desa Pulau Dua Darat pada tahun 2013 sebesar 215

jiwa, dalam kurun lima tahun terakhir mengalami penurun sebesar 114 jiwa pada

tahun 2017 Lebih jelasnya tingkat pertumbuhan penduduk Desa Pulau Dua Darat

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Di Desa

Pulau Dua Darat Tahun 20132016

No Tahun Jumlah Penduduk Penurunan

1.

2013

215

2.

2014

197

18

3.

2015

176

21

4.

2016

143

33

5.

2017

114

29

Sumber:Kantor CAPIL Kab.Morowali 201

3. Sistem Kemasyarakatan

Masyarakat Kecamatan Bungku Selatan didasarkan ikatan persaudaraan

yang ada dalam ruang lingkup wilayah yang diatur oleh system adat atau nilai-nilai

dan norma yang berlaku sebagai keharusan bagi masyarakat Kecamatan Bungku

Selatan.

Page 53: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

45

4. Agama Dan Kepercayaan Masyarakat

Menurut data statistik pemerintah di Kecamatan Bungku

Selatanmenunjukkan bahwa mayoritas (100%) penduduk di Kecamatan Bungku

Selatanberagama Islam.Kesadaran masyarakat yang kuat akan pentingnya shalat lima

waktu, sifat religius itu terlihat dari keseharian masyarakat ketika waktu shalat tiba

banyak penduduk yang melaksanakan kewajiban sebagai umat Islam terutama

masyarakat yang tinggal di dekat masjid.

Namun pada hari jumat masyarakat Sainoatidak pernah meninggalkan Shalat

jumat walaupun tugas dan pekerjaan masih banyak, banyak dari penduduk libur

bekerja setiap hari jumat agar tidak ketinggalan melaksanakan Shalat jumat. Tak

jarang pula ada orang yang masih mempercayai agama animisme dan dinamisme. Hal

itu bisa terlihat ketika ada masyarakat yang melakukan sesembahan dan selamatan

yang masih dilakukan secara turun-temurun dan yang tidak boleh ditinggalkan karena

sudah dianggap sebagai tradisi masyarakat Sainoa tapi kepercayaan Animisme dan

Dinamisme sudah berkurang karena banyaknya orang-orang yang berpengetahuan di

Kecamatan Bungku Selatan.

5. Tingkat pendidikan

Keberadan fasilitas pendidikan disuatu wilayah merupakan salah satu

indikator tumbuh dan berkembangnya suatu wilayah. Berdasarkan dari hasil badan

pusat Statistik dimana jumlah fasilitas yang terdapat Desa Sainoaadalah jumlah

sekolah untuk taman kanak kanak adalah 0 unit, jumlah sekolah untuk sekolah dasar

Page 54: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

46

adalah 1 unit, jumlah sekolah untuk lanjutan tingkat pertama adalah 1 unit dan jumlah

sekolah untuk sekolah menengah atas adalah 0 unit.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah banyaknya fasiloitas pendidikan di

Kecamatan Bungku Selatan dapat dilihat pada tabel di berikut:

TabelIV .4 Banyaknya Fasilitas Pendidikan

Di Desa Sainoa Tahun 2016

Sumber:Data Bps Kab Morowali 2016

No

Jenis fasilitas Jumlah

1.

TK

0

2.

SD

1

3.

SMP

1

4.

SMA

0

JUMLAH

1

Page 55: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

47

BAB V

PEMBAHASAN

A. Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Bahan Peledak

Pada era serba terbuka ini penyuluh perikana sebagai agen perubahan

harus paham betul tentang kegiatan-kegiatan pelaku utama yang menimbulkan

dampak terhadap kerusakan lingkungan perairan. Kegiatan penangkapan yang

dilakukan nelayan seperti menggunakan bahan peledak, bahan beracun dan

menggunakan alat tangkap trawl, bertentangan dengan kode etik penangkapan.

Kegiatan ini umumnya bersifat merugikan bagi sumberdaya perairan yang ada.

Destructive fishing merupakan kegiatan mall praktek dalam

penangkapan ikan atau pemanfaatan sumberdaya perikanan yang secara yuridis

menjadi pelanggaran hukum. Secara umum, maraknya destructive fishing

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Rentang kendali dan luasnya wilayah pengawasan tidak seimbang dengan

kemampuan tenaga pengawas yang ada saat ini,

b. Terbatasnya sarana dan armada pengawasan di laut,

c. Lemahnya kemampuan SDM nelayan Indonesia dan banyaknya kalangan

pengusaha bermental pemburu rente ekonomi,

d. Masih lemahnya penegakan hukum,Lemahnya koordinasi dan komitmen

antar aparat penegak hokum.

Nelayan adalah kelompok masyarakat yang bermukim di kawasan pantai

umumnya menggantungkan sumber kehidupan dari sektor kelautan dan perikanan.

Dalam memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan sering kali terjadi

47

Page 56: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

48

eksploitasi secara besar-besaran namun tidak mempertimbangkan aspek

kelestarian lingkungan. Persoalannya adalah cara-cara yang dilakukan selama ini

seringkali bertentangan dengan prinsip-prinsip tata laksana perikanan yang

bertanggungjawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries - CCRF).

Konkritnya sebagai nelayan tradisional telah melakukan penangkapan ikan

dengan cara–cara Destructive Fishing salah satu bagain dari Illegal Fishing yaitu

kegiatan menangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat/nelayan dengan cara

merusak sumberdaya ikan dan ekosistemnya seperti pemboman ikan, penggunaan

racun sianida, pembiusan dan penggunaan alat tangkap ikan seperti trawl (pukat

harimau) serta mengeksploitasi habitat laut yang dilindungi.

Kegiatan ini semata-mata hanya akan memberikan dampak yang kurang

baik bagi ekosistem perairan, akan tetapi memberikan keuntungan yang besar bagi

nelayan. Penangkapan yang dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan alat

tangkap yang bersifat merusak yang dilakukan oleh nelayan khususnya nelayan

tradisional. kegiatan penangkapan yang dilakukan semata-mata memberikan

keuntungan hanya untuk nelayan tersebut akan berdampak kerusakan untuk

ekosistem karang. Kegiatan yang umumnya dilakukan nelayan dalam melakukan

penangkapan dan termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalah penggunaan

alat tangkap yang dapat merusak ekosistem seperti kegiatan penangkapan dengan

pemboman, penangkapan dengan menggunakan racun serta penggunaan alat

tangkap trawl pada daerah yang memiliki karang.

Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak yang dilakukan

oleh nelayan di Desa Sainoa merupakan cara yang sering digunakan oleh nelayan

Page 57: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

49

di dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan khususnya didalam melakukan

penangkapan ikan-ikan karang. Penangkapan ikan-ikan karang dengan

menggunakan bahan peledak dapat memberikan akibat yang kurang baik, baik

bagi ikan-ikan yang akan ditangkap maupun untuk karang yang terdapat pada

lokasi penangkapa.

Faktor penyebab terjadinya penangkapan ikan dengan menggunakan

bahan peledak di Desa Sainoa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa.

a. Sikap mental dan kepribadian nelayan di Desa Sainoa lebih suka menangkap

ikan dalam waktu yang singkat,

b. Menggunakan sedikit tenaga dan biaya namun dapat menghasilkan ikan hasil

tangkapan dalam jumlah yang banyak, tanpa mengindahkan bahwa efek yang

dan bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan bahan peledak untuk

menangkap ikan baik terhadap diri sendiri maupun ekosistem perairan.

c. Masih berkaitan etika dan kepribadian masyarakat nelayan di Provinsi

Sulawesi Tengah pada umumnya adalah masyarakat tradisional dan tingkat

pendidikan yang rendah serta tidak mengetahui atau memahami bahwa cara-

cara penangkapan ikan menggunakan bahan peledak beresiko berbahaya

terhadap diri nelayan sendiri juga berdampak rusak dan matinya biota laut yang

terkena efek han peledak tesebut.

Berikut hasil wawacara peneliti dengan Burhan, seorang nelayan di Desa

Sainoa :

Saya menggunakan bom ikan setiap kali turun melaut. Selain itu dengan

menggunakan bom ikan saya tidak membutuhkan energi yang terlalu

banyak untuk mendapatkan hasil tangkapan yang banyak...Wawacara 16

November 2017)

Page 58: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

50

Hal yang hampir senada yang dikemukakan olen Asmar, seorang nelayan

di Desa Sainoa :

Saya selalu membawa bom ikan setiap kali turun melaut karena dengan

bom ikan hasil yang saya dapatkan lumayan banyak dari pada saya

gunakan pukat..(Wawacara 18 November 2017)

Wawacara kedua diatas, mendeskripsikan bahwa faktor-faktor yang men

yebabkan masyarakat nelayan di Desa Sainoa melakukan penangkapan ikan

dengan menggunakan bahan peledak adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya kepedulian masyarakat akan lingkungannya terutama lingkungan

laut;

b. Kurangnya pengetahuan masyarakat nelayan akan dampak penggunaan bahan

peledak dalam melakukan penangkapan ikan;

c. Kurangnya sosialisa pemerintah setempat kepada nelayan tentang bahaya

penggunaan bom ikan.

Penggunaan bahan peledak seperti bom dapat memusnahkan biota dan

merusak lingkungan. Penggunaan bahan peledak dalam penangkapan ikan di

sekitar daerah terumbu karang menimbulkan efek samping yang sangat besar,

Selain rusaknya terumbu karang yang ada di sekitar lokasi peledakan juga dapat

menyebabkan kematian biota lain yang bukan merupakan sasaran penangkapan

Oleh sebab itu, penggunaan bahan peledak berpotensi menimbulkan kerusakan

yang luas terhadap ekosistem terumbu karang. Penangkapan ikan dengan cara

menggunakan bom mengakibatkan biota laut seperti karang menjadi patah,

terbelah, berserakan dan hancur menjadi pasir dan meninggalkan bekas lubang

pada terumbu karang.

Page 59: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

51

Hal cukup mengejutkan peneliti yaitu ketika saya sedang binjang-binjang

dengan salah satu nelayan di rumahnya. Ketika itu nelayan tersebut sedang

merakit sebuah bom ikan yang akan di bawah turun melaut, pada saat bersamaan

datanglah seorang petugas Polairut yang bertugas di kawasan perairan Desa

Sainoa akan tetapi bapak tidak mengindahkan nelayan tersebut dalam merakit

bom bahkan bapak itu sendiri ikut menyaksikan nelayan merakit bomnya sampai

selesai.

Hal yang sangat ironis ketika pemerintah dengan gencarnya melawan

para pelaku Destructive fishing tetapi para pengawas dilapangan sangat

berbanding terbalik bahkan para petugas yang didaerah ikut menikmati hasil

tangkapan nelayan dengan cara-cara ilegal.

Perilaku nelayan di Desa Sainoa sendiri bermacam-macam dalam

aktifnya menangkap ikan seperti ada yang hanya memancing dalam menangkap

ikan, ada yang hanya menggunakan pukat, ada yang melakukan penangkapan ikan

dengan sistem rompong dan ada pulang yang hanya menjadi awak kapal.

Ditinjau dari perspektif sosiologi, bahwa kegiatan penangkapan ikan

dengan menggunakan bahan peledak bom ikan di Perairan Desa Sainoa

merupakan hal yang sudah ada dan dilakukan dari sejak lama yang akhirnya

menjadi suatu tradisi turun temurun yang diperoleh dari keluarga terdahulu.

Sebagaimana pendapat dari Max Weber (dikutip dalam Ritzer, 2005), bahwa

tradisi merupakan bagian dari tindakan sosial. Max Weber mengklasifikasikan

tindakan sosial kedalam 4 tipe yaitu traditional yaitu tindakan yang didasarkan

atas kebiasaan-kebiasaan yang telah mendarah daging.

Page 60: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

52

Nelayan pelaku pengeboman ikan di Perairan Teluk Lampung

menganggap bahwa keahlian penangkapan ikan dengan menggunakan bom ikan

merupakan kegiatan yang dilakukan turun temurun. Kegiatan penangkapan ikan

dengan menggunakan bom ikan ini merupakan tradisi yang ilegal secara hukum.

Sesuai dengan konsep tradisi dalam ilmu sosiologi bahwa disisi lain tradisi juga

dapat berakibat disfungsional. Dalam hal ini, tradisi berakibat disfungsional

adalah bahwa tradisi mungkin dapat membahayakan karena kadar khususnya

karena tidak semua yang berasal dari masa lalu bernilai baik. Disamping itu juga

tradisi tersebut dipelihara bukan karena pilihan sadar tetapi karena kebiasaan

semata dan juga dipertahankan bukan karena dihargai atau dipuja tetapi dinilai

sebagai cara hidup yang tidak menyusahkan (Sztompka, 2004).

Dipertahankannya tradisi penggunaan bom ikan dalam penangkapan ikan

ini oleh nelayan di Lampung dikarenakan kondisi perekonomian mereka yang

tergolong masih dibawah. Mereka nelayan yang menggunakan bom ikan dalam

penangkapan ikan beranggapan akan lebih mudah memperoleh ikan di laut

dengan cara yang praktis serta mendapatkan hasil tangkapan yang banyak

walaupun tanpa mereka sadari sangat besar resiko dengan menggunakan bahan

peledak, selain itu merupakan kegiatan penangkapan yang ilegal melanggar

hukum. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Shils dalam Sztompka (2004)

bahwa tradisi yang dipelihara bukan karena pilihan sadar tetapi karena kebiasaan.

Tradisi tersebut dipertahankan bukan karena dihargai tetapi dinilai sebagai cara

hidup yang tidak menyusahkan.

Page 61: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

53

Menurut Shils “Manusia tak mampu hidup tanpa tradisi meski mereka

sering merasa tak puas terhadap tradisi mereka” (Sztompka, 2004). Maka Shils

menegaskan bahwa suatu tradisi memiliki fungsi bagi masyarakat antara lain

sebagai: pertama, tradisi merupakan kebijakan turun temurun. Tempatnya di

dalam kesadaran, keyakinan norma dan nilai yang kita anut kini serta di dalam

benda yang diciptakan di masa lalu.

Pertama, kegiatan penangkapan dengan menggunakan bom ikan di

Perairan Teluk Lampung merupakan tindakan yang sudah dari dahulu dilakukan

oleh para nelayan pendahulunya namun tidak mengandung norma dan nilai yang

dapat dianut oleh generasi selanjutnya serta tidak dapat dikatakan sebagai suatu

kebijakan.

Kedua, tradisi memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup,

keyakinan, pranata, dan aturan yang sudah ada. Semuanya ini memerlukan

pembenaran agar dapat mengikat anggotanya. Bisa dikatakan “selalu seperti itu”

atau orang yang selalu mempunyai keyakinan demikian” meski dengan resiko

yakni bahwa tindakan pengeboman ikan dalam hal ini di Perairan Desa Sainoaa

dalah hal di masa lalu yang sama untuk dilakukan di masa sekarang dan dapat

diterima.

Ketiga, tradisi menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan,

memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok.

Dimana dalam fungsi ini, tradisi memiliki peranan untuk mengikat anggotanya

dalam bidang tertentu. Bila dikaitkan dengan fungsi ini, tindakan yang dilakukan

oleh nelayan di Perairan Desa Sainoa tidak mencerminkan simbol identitas

Page 62: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

54

kolektif tetapi justru dapat memicu konflik keamanan seperti konflik antar

nelayan pengguna bom ikan dengan yang tidak.

Keempat, tradisi membantu menyediakan tempat pelarian, kekecewaan

dan ketidakpuasan kehidupan modern. Tradisi yang mengesankan masa lalu yang

lebih bahagia menyediakan sumber pengganti kebanggaan bila masyarakat berada

dalam krisis. Inilah yang menjadikan alasan nelayan dalam penggunaan bom ikan

dalam penangkapan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak demi

memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun, tindakan ini tidak dapat dijadikan

sebagai tempat pelarian dari keluhan, kekecewaan dan ketidakpuasan kehidupan

modern karena tindakan ini tidak menjamin kehidupan yang lebih baik di masa

depan. Tindakan penggunaan bom ikan dalam penangkapan merupakan tindakan

yang melanggar hukum bahkan ada sanksi serta hukuman penjara apabila

dilakukan.

Ada dua faktor yang mendasari terjadinya penangkapan ikan

menggunakan bahan peledak

a. Faktor Ekonomi

untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya dengan cara mudah, murah

dan cepat, untuk pemenuhan kebutuhan pokok tanpa memikirkan resiko rusaknya

sumber daya ikan di laut. Adanya peningkatan permintaan ikan di pasaran dimana

para nelayan harus mampu memenuhinya demi mendapatkan pendapatan harian

yang tidak menentu, kemudian adanya perakit dan ada pemasok bom sehingga ada

nelayan yang memilih cara-cara praktis tapi merusak lingkungan karena tidak

mampu membeli alat tangkap yang diperbolehkan.

Page 63: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

55

b. Faktor Sosial

Penggunaan bom ikan di Sainoa mulai marak sejak era reformasi dan

terus berlangsung sampai sekarang. Sehingga kebiasaan penangkapan ikan dengan

menggunakan bom ikan ini bagi nelayan tertentu, sudah menjadi hal yang biasa

dilakukan dan bergantian dari generasi ke generasi di suatu keluarga nelayan.

Mental dan kepribadian nelayan yang terbentuk adalah lebih suka menangkap

ikan dalam waktu singkat dan mendapatkan hasil yang banyak. Mereka

menganggap bahwa populasi ikan masih banyak di lautan dan tidak akan habis,

sehingga perbuatan merusak ini terus selalu dilakukan oleh nelayan pelaku

pengeboman ikan tanpa memikirkan.

B. Dampak Penggunaan Bahan Peledak Pada Masyarakat Suku Bajo Desa

Sainoa.

Dampak dari penggunaan bom ikan yaitu rusak/hancurnya terumbu

karang, ekosistem perairan, dan habitat laut yang lain dan butuh waktu yang

cukup lama untuk dapat kembali keadaan semula. Kegiatan pemboman ikan dapat

berdampak pada kerusakan terumbu karang, terganggunya ekosistem Perairan dan

musnahnya biota laut lainnya yang mengancam kerusakan permanen sehingga

berpengaruh pada kelangsungan dan kegunaan serta kelestarian lingkungan

perairan/laut di masa yang akan datang.

Berikut wawacara dengan Ashar,salah satu Staf Pemerintah Desa

Sainoa:

Saya melihat para nelayan disini sudah mulai jauh keluar melaut pada

hal dulunya desa kami ini sangat kaya akan ekosistem laut, contohnya

kalau dulu saya keluar memancing hanya sekitar 20 meter dari bibir

Page 64: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

56

pantai tapi sekarang kalau bukan 50-100 meter saya keluar melaut tidak

bisah mendapatkan ikan..(Wawacara 20 November)

Hal yang hampir senada yang dikemukakan olen Dani, seorang nelayan

pemacing di Desa Sainoa :

Waktu dulu..saya sering memancing hanya dikitaran bibir pantai atau

biasa diddakat dermaga(sambil menujuk kearah dermaga) sudah

mendapatkan ikan yang bisah saya makan dengan keluarga tetapi

sekarang itu sudah susah sekali kalau Cuma memancing disekitar bibir

pantai..(Wawacara 23 November)

Menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak yang dilakukan

oleh nelayan di Desa Sainoa secara perorangan atau kelompok. Nelayan yang

telah dimodali oleh punggawa yang telah mempersiapkan kebutuhan nelayan

dalam kegiatan penangkapan tersebut. Kehancuran terumbu karang akibat bom,

karang-karang pecah dan terbalik akibat penggunaan bom ikan. Sementara tanda

hitam pada karang merupakan indikasi sisa penggunaan potas atau racun kalium

sianida dari para penangkap ikan. Kerusakan terumbu karang di wilayah kawasan

Sainoa akan berdampak pada populasi ikan yang hidupnya bergantung pada

karang.

Kerusakan terumbu karang juga menyebabkan populasi dan variasi

spesies ikan di perairan Bungku Selatan berkurang. Sekarang nelayan harus pergi

lebih jauh ke tengah laut untuk mencari ikan. Mencari ikan juga sudah tidak

semudah dulu. Kebiasaan nelayan sangat suka menangkap ikan dengan

menggunakan bahan peledak supaya mendapat ikan yang banyak.

Padahal cara seperti itu sangat berbahaya bagi nelayan itu sendiri.

Pengeboman ikan pada mulanya menggunakan bahan peledak komersial

Page 65: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

57

berkembang dan cenderung membuat bahan peledak sendiri dengan menggunakan

pupuk kimia, setiap bom beratnya kurang lebih 1 kg dan ledakannya membunuh

ikan dalam radius 15-20 meter, terumbu seluas 500 m2 dan menciptakan lubang

di terumbu dengan diameter 3-4 meter, dan pengebom mencari ikan yang hidup

berkelompok (ikan bibir tebal, kerapu, ekor kuning, kakap tua dan surgeon) yang

menjadi sasaran utamanya.

Disamping itu, produk membahayakan konsumen, kesehatan ikan yang

ditangkap dengan menggunakan bahan peledak tidak segar, ikan yang ditangkap

dengan menggunakan bahan peledak itu biasanya cepat busuk, sehingga sagat

mudah dibedakan antara ikan hasil tangkapan yang normal. Padahal cara seperti

itu sangat berbahaya bagi nelayan itu sendiri.

Bom ikan sebenarnya sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup biota

laut. Ledakan yang dihasilkan dapat membunuh semua kehidupan yang ada di

dalam laut hingga radius ribuan meter. Efek terkejut yang ditimbulkan dari

getaran tersebut akan menghancurkan dan mematikan terumbu karang dan ikan-

ikan mulai dari telur hingga ikan dewasa.

Hal ini jelas sangat merugikan, terutama menyangkut hancurnya terumbu

karang Karena terumbu karang itu sendiri merupakan tempat ikan mencari makan

sekaligus rumah bagi ikan-ikan tersebut. Bila terumbu karang hancur ikan tidak

mempunyai tempat mencari makan dan rumah, otomatis ikan yang ada akan

hilang selamanya alias punah.

Berikut sedikit paparan kaitan antara terumbu karang dan proses

kehidupan kita di atas bumi ini. Terumbu karang adalah salah satu komponen

Page 66: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

58

rantai makanan dalam siklus daur hidup hewan di air laut sekaligus tameng atau

benteng pertahanan daratan dari gempuran gelombang laut.

Secara umum terumbu karang tersebut diperlukan dalam segala aspek

sebagaimana yang di paparkan oleh Jacob J Herin dalam opininya (PK

19/08/2009) yaitu antara lain; sebagai penunjang berbagai macam kehidupan yang

dibutuhkan dalam produksi makanan, kesehatan dan berbagai aspek dari

kehidupan manusia dan juga dalam pembangunan yang berkelanjutan.

Teori Undercontrol atau Consensus adalah teori dalam mengkaji prilaku

menyimpang (pelanggaran) mendasarkan diri bahwa kita semua menyepakati isi

serta berlakunya kaidah-kaidah mayarakat termasuk norma-norma hukum, social,

moral dan lain-lain. Oleh karena itu merupakan kewajaran bila semua warga

masyarakat mematuhi aturan-aturan hukum tersebut. Konsekuensi dari kerangka

dasar kajian teori ini, yaitu "Kenapa ada seseorang yang bisa menolak aturan

sosial sementara hampir semuanya (masyarakat) menerima". Dalam kaitannya

teori netralisasi dengan perilaku nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan

ikan dengan cara illegal yaitu orang-orang berperilaku menyimpang disebabkan

karena adanya kecenderungan dikalangan masyarakat bahkan pemerintah sendiri

seakan melegalkan yang sudah jelas illegal. Karena pemerintah juga dalam hal ini

pemerintah setempat ikut andil dalam kegiatan penangkapan ikan dengan

menggunakan bahan peledak yang merasionalkan norma-norma yang di dalamnya

hukum yang berlaku.

Terumbu karang melindungi pantai dari hempasan ombak dan keganasan

badai, mencegah terjadinya erosi dan mendukung terbentuk pantai berpasir di

Page 67: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

59

samping juga melindungi berbagai macam pelabuhan. Terumbu karang

merupakan sumber bahan baku untuk berbagai kegiatan manusia seperti antara

lain batu karang danpasir sebagai bahan bangunan, karang hitam (black corang)

sebagai bahan perhiasan dan juga karang atau moluska yang hidup di ekosistem

ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan pengipas keindahan rumah. Ekosistem

terumbu karang menyumbangkan berbagai biota lalut seperti ikan karang,

moluska dan krustasea bagi berbagai kelompok masyarakat yang hidup disekitar

kawasan pesisir, dan bersama dengan ekosistem pantai lainnya menyediakan

makanan dan merupakan tempat berpijah bagi banyak jenis biota laut yang

berpotensi komersial. Ekosistem terumbu karang juga memegang peranan penting

terutama bagi perikanan tradisional berskala kecil, terutama bagi negara

kepulauan seperti Indonesia.

Berikut ini adalah dampak dari penangkapan ikan dengan menggunakan

bom

a. Banyak Ikan Mati Sia-Sia.

Akibat dari ledakan bom tersebut, insang ikan sobek atau pecah sama

sekali. Sebagian pingsan, sebagian lagi mati tercabik-cabik. Sebagian ikan

tersebut mengambang, sebagian lagi tenggelam ke dasar laut. Oleh para nelayan

itu, sebagian ikan ini diangkut dan sisanya dibiarkan membusuk begitu saja.

Banyak bangkai ikan yang akhirnya membusuk di pantai sekitarnya.

b. jumlah Ikan Berkurang Drastis

Penggunaan bom ikan dilarang di manapun di dunia, karena cara mencari

ikan yang merusak ini tidak berkelanjutan. Setelah suatu tempat digunakan bom

Page 68: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

60

ikan, dan terumbu karang hancur, ikan-ikan tidak akan kembali lagi ke daerah itu.

Nelayan-nelayan ini tidak berpikir bahwa dengan menggunakan jalan pintas

mencari ikan seperti ini, generasi selanjutnya akan menuai kemiskinan. Nelayan-

nelayan yang tidak peduli itu akan berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain

yang belum pernah tersentuh bom ikan. Demikian seterusnya.

c. Hilangannya Pengahasilan Nelayan

Banyak wilayah dasar laut yang dulu menjadi tempat kunjungan wisata,

untuk kegiatan diving dan snorkeling, akhirnya kehilangan daya tariknya karena

terumbu karangnya rusak dan tidak ada lagi ikan-ikan yang indah. Nelayan

kehilangan nafkah karena tidak ada ikan, masyarakat yang lain tidak mendapat

penghasilan karena para wisatawan tidak lagi datang ke tempat itu.

Page 69: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

61

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyimpang sosial adalah perilaku dari warga masyarakat yang dianggap

tidak sesuai dengan kebiasan, tata aturan dan norma social yang berlaku.

Faktor penyebab terjadinya penangkapan ikan dengan menggunakan bahan

peledak oleh nelayan di Desa Sainoa dapat dilihat dari beberapa sisi yaitu,

1. Karena kegiatan melakukan penangkapan ikan merupakan mata pencharaian

masyarakat nelayan untuk memenuhi kebutuhan pokok.

2. Karena sikap mental dan kepribadian nelayan di Desa Sainoa lebih suka

menangkap ikan dalam waktu yang singkat, menggunakan sedikit tenaga dan

biayaya namun dapat menghasilkan tangkapan dalam jumlah yang banyak,

tanpa mengindahkan bahwa efek yang dan bahaya yang ditimbulkan dari

penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan baik terhadap diri sendiri

maupun ekosistem perairan.

3. Masih berkaitan etika dan kepribadian masyarakat nelayan di Desa Sainoa

pada umumnya adalah masyarakat tradisional dan tingkat pendidikan yang

rendah serta tidak mengetahi dan memahami bahwa cara-cara penangkapan

ikan menggunakan bahan peledak disamping beresiko bahaya terhadap diri

Page 70: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

62

nelayan sendiri juga berdampak rusak dan matinya biota laut yang terkena

efek bahan peledak tesebut.

4. Karena sanksi pidana akibat pelanggaran-pelanggaran penangkapan ikan

menggunakan bahan peledak itu cenderung ringan dan juga para aparat

penegak hukum (penyidik) merasa kesulitan menggunakan Undang-Undang

Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan dan lebih memilih menggunakan

ataumenerapkanUndang-UndangDaruratNomor 12 Tahun 1951.

B. Saran

Berdasarkan hambatan penegakan hukum yang diuraikan sebelumnya, maka

ada beberapa saran yang penulis sampaikan yaitu sebagai berikut:

1. Aparat penegak hukum untuk lebih aktif melakukan sosialisasi kepada

masyarakat tentang akibat dari penggunaan metode tangkapan menggunakan

bahan peledak atau bom ikan.

2. Disarankan kepada Aparat penegak hukum agar penjatuhan sanksi terhadap

pelaku tindak pidana illegal fishing bisa memberikan efek jera bagi pelaku.

3. Disarankan kepada Aparat penegak hukum agar dalam melakukan tindakan

penegakan hukum sebaiknya dilakukan upaya-upayas ebagai berikut:

a. Peningkatan sumber daya manusia.

b. Peningkatan sarana dan prasarana penunjang operasional

c. Peningkatan operasi pengamanan secara rutin, terpadu, terkoordinasi.

Page 71: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

63

DAFTAR PUSTAKA

Aditama. Sudirman, Adi. (1982). Wawasan Nusantara. Jakarta: Surya Indah.

Asbar. 1994. Hubungan Tingkat Eksploitasi dengan Struktur Populasi dan

Produksi

(Penaeus monodon Fabricius) di Segara Anakan. Tesis.

Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Dwi Narwoko, J. 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta :

Kencana Media Group.

Harahap, Mustafa Djuang. (1983). Yurisdiksi Kriminal di Perairan Indonesia

yang Berkaitan Dengan Hukum Internasional. Bandung.

Hartono, M. Dimyati, 2009, Problematik Dan Solusi Amandemen

UndangUndang

Dasar 1945, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Howard becKer. 1932.System sosiologi. Newyork: john r. wiley and sons

JE. Sahetapy. 1992.Teori Kriminologi Suatu Pengantar. Bandung: Citra

AdityaBakti.

Jacobs,M.B.1967.The analytical toxicology of industrial inorganic poinsons.

Intersciense publisher, Now york

Kordi K, danGhufran MH. 2010. Pengelolaan Perikanan Indonesia: Catatan

Mengenai Potensi, Permasalahan, danProspeknya. Yogyakarta (ID):

PustakaBaru Press.

Merton, Robert K. 1968. Social theory and social structure. New yorK: thee free

press.

Pollnac, Richard. B. 1988. Karakteristik Sosial dan Budaya dalam Pengembangan

Perikanan Berskala Kecil. Dalam Michael, M. Carnea (ed),

Mengutamakan Manusia di dalam Pembangunan. Jakarta : UI – Press

R. Bintarto. 1977. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES.

Ritzer, George.2016. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:

Rajawali Pers

.

Page 72: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

64

Ritzer,G. dan Douglas J. Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:

Prenada Media.

Ruben, D. Brent. 1984. Comunication and Human Behavior. Prentice Hall,Inc.

Satria, A. (2009). EkologiPolitikNelayan. Yogyakarta: LKiS.

Supriadi, H dan Alimuddin. 2011. Hukumperikanan Indonesia. Sinar Grafika:

Jakarta.

Supriharyono.2007. Konservasi Ekosistem Sumber daya Hayati di Wilayah

Pesisirdan Laut Tropis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sztompka, Piotr. Sosiologi Perubahan sosial . Jakarta: Prenada Media. 2004.

Wines, William A. (1992).Punishment and reformation: A Tentative Modeǁ .

Journal Of Business Ethics, Vol. 11.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004.

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009.

Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951

Sumber Lain

Kusnadi. 2009. Fish Catching Methods of The World, Diakses

melaluihttp://id.wikipedia.org/wiki/Nelayan pada 26 Maret 2013 pukul

02.00.

https://media.neliti.com/media/publications/60535-ID-perilaku-menyimpang-ilegal-

fishing

http://mukhtar-api.blogspot.com/2011/05/illegal-fishing-di-indonesia diakses pada

26 Maret 2013 pukul 11.20.

http://id.wikipedia.org/wiki/Nelayan diakses pada 26 Maret 2013 pukul 02.00.

http://harianjayapos.com/detail-1759-kasus-ilegal-fishing-dipertanyakan.html

diakses pada 1 April 2012 pukul 14.00.

http://www.antarajatim.com/lihat/berita/80401/dinkes-pamekasan-jangan-

konsumsi-ikan-dibom diakses pada 7 April 2012 pukul 12.25.

Page 73: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

LAMPIRAN

Gambar 1.1 Perjalanan menuju lokasi penelitian

Gambar 1.2 Alat dan bahan

Page 74: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

Gambar 1.3 Bom Sumbu

Gambar 1.4 Anak nelayan

Page 75: PENYIMPANGAN SOSIAL PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK …

Riwayat Hidup

Muhlis, lahir didesa sakita kecamatan bungku tengah

provensi sulawesi tengah, pada tanggal 07 desember 1994,

pada tahun 2001 menjenjang pendidikan sekolah dasar

negri desa sakita, pada tahun 2008 telah menyelesaikan

pendidikan. Pada tahun 2008 pula menlanjutkan pendidian ke tingkat Sekola

Mengah Pertama Negri 1 Marasaoleh, pada tahun 2011 telah menyelesaikan

pendidikan. Pada tahun 2011 melanjutkan sekolah ke tingkat Sekolah Mengah

Atas Negri 1 Mendui dan pada tahun 2013 telah menyelesaikan pendidikan.

Pada tahun 2013 menlanjutkan pendidikan keperguruan tinggi dimakassar

dan diterima di salah satu universitas yang terkenal di sulawesi selatan yaitu

Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2013 dan lulus pada

jurusan pendidian sosiologi dalam lingkup fakultas keguruaan dan ilmu

pendidikan.