Top Banner
PENYALAAN BUSUR I. PENDAHULUAN 1.1 Umum Pada dasarnya prinsip kerja mesin las adalah memanfaatkan panas yang timbul akibat perbedaan tegangan antara kutub positif dengan kutub negatif dari suatu sumber tenaga listrik. Dalam pengelasan, beda tegangan ini timbul antara elektrode dan base metal yang sudah dihubungkan degnan kutub listrik yang muatannya berbeda. Dalam ilmu listrik stastis, muatan positif akan mengalir dari kutub positif menuju kutub negatif, sedangkan muatan negatif ( elektrun ) akan mengalir dari kutub negatif menuju kutub positif. Ketika proses pengelasan sedang berlangsung, karena jarak antara elektrode dan base metal sedemikian rupa ( dalam arti keduanya tidak menyatu seperti layaknya konduktur yang utuh ), maka terjadi loncatan muatan listrik yang berusaha menuju kutub yang berlawanan. Loncatan muatan listrik ini menimbulkan panas yang akan melelehkan logam dalam elektrode. Prinsip seperti di jelaskan di atas merupakan prinsip kerja mesin las SMAW ( Shielded Metal Arch Welding ) seperti yang digunakan dalam praktikum mata kuliah teknologi Las ini. 1.2 Tujuan 1
46

PENYALAAN BUSUR

Jun 24, 2015

Download

Documents

Norman Sabana
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENYALAAN  BUSUR

PENYALAAN BUSUR

I. PENDAHULUAN

1.1 Umum

Pada dasarnya prinsip kerja mesin las adalah memanfaatkan panas yang

timbul akibat perbedaan tegangan antara kutub positif dengan kutub negatif dari

suatu sumber tenaga listrik. Dalam pengelasan, beda tegangan ini timbul antara

elektrode dan base metal yang sudah dihubungkan degnan kutub listrik yang

muatannya berbeda. Dalam ilmu listrik stastis, muatan positif akan mengalir dari

kutub positif menuju kutub negatif, sedangkan muatan negatif ( elektrun ) akan

mengalir dari kutub negatif menuju kutub positif. Ketika proses pengelasan sedang

berlangsung, karena jarak antara elektrode dan base metal sedemikian rupa ( dalam

arti keduanya tidak menyatu seperti layaknya konduktur yang utuh ), maka terjadi

loncatan muatan listrik yang berusaha menuju kutub yang berlawanan. Loncatan

muatan listrik ini menimbulkan panas yang akan melelehkan logam dalam

elektrode. Prinsip seperti di jelaskan di atas merupakan prinsip kerja mesin las

SMAW ( Shielded Metal Arch Welding ) seperti yang digunakan dalam praktikum

mata kuliah teknologi Las ini.

1.2 Tujuan

Secara lebih khusus, tujuan praktikum penyalaan busur ini adalah untuk

melatih mahasiswa dalam menyalakan busur dan mempertahankan nyalanya. Busur

bisa dipertahankan nyalanya dengan menjaga jarak antara elektrade dan base metal

pada harga tertentu. Namun secara lebih umum bisa dikatakan tujuan praktikum ini

adalah untuk mengetahui prinsip kerja mesin las yang yang digunakan.

II. METODE PELAKSANAAN

2.1 Peralatan dan Bahan – bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum penyalaan busur ini

adalah sebagai berikut :

Mesin las tipe SMAW

1

Page 2: PENYALAAN  BUSUR

Elektrode

Material berupa palet baja

Sikat baja

Palu

Penjepit baja

Sarung tangan

Helm pelindung

Kostum praktikum

2.2 Pelaksanaan Pengujian

Pelaksanaan pengujian / praktikum di uraikan sebagai berikut :

Memakai kostum praktikum, sarung tangan dan helm pelindung

Mengambil material baja dan elektrode untuk tiap – tiap peserta praktikum

Menyalakan mesin las dan mengatur besar Ampere pada Ac Ampere

Meletakkan material baja pada meja pengelasan yang sudah dihubungkan

dengan salah satu kutub power supply

Memasang elektrode pada “ gun “ mesin las

Menyalakan busur dengan mendekatkan elektrode pada material baja pada

jarak tertentu hingga muncul busur las

Mengulangi, menyalakan busur dan mempertahankan nyalanya

Mematikan mesin setelah proses pengelasan selesai

Membersihkan hasil las lasan uji coba dari “ slag ” dengan menggunakan

penjepit baja sebagai pemegang, palu untuk memukul “ slag ” dan sikat

baja untuk menggosok slag yang masih tersisa setelah di pukul dengan

palu

Mendapat pengarahan untuk praktikum selanjutnya berdasarkan hasil

pengelasan uji coba yang sudah dilakukan

2

Page 3: PENYALAAN  BUSUR

III. ANALISA HASIL LAS – LASAN ( PRAKTIKUM )

3.1 Hasil las – lasan yang baik dan jelek

Dalam praktikum yang pertama ini fokus permasalahan adalah pada kualitas

busur pada penyalaan busur, dan bukan pada hasil las – lasan. Busur yang baik

adalah busur yang nyalanya bagus dan terlihat merata. Busur dengan kualitas bagus

bisa diperoleh dengan jarak antara elektrode dan base metal sekitar.

Busur yang jelek adalah busur yang nyalanya tidak terlihat merata. Hal ini

bisa diakibatkan jarak yang terlalu dekat atau terlalu jauh antara elektrode dan base

metal. Besar kecilnya busur tidak menjadi parameter baik buruknya busur, karena

tujuan dari pengelasan tertentu biasanya membutuhkan besar busur tertentu yang

berbeda dari pengelasan yang lain.

Nyala busur yang bagus bisa dipertahankan dengan mengikuti gerakan

elektrode yang meleleh dan mempertahankan jarak ideal antara elektrode dan base

metal. Ketidaksigapan dalam mengikuti gerakan melelehnya elektrode akan

mengakibatkan jarak yang terlalu dekat atau terlalu jauh antarea elektrode dan base

metal yang akan menghasilkan nyala busur yang jelek.

3.2 Masalah yang dihadapi dan solusi

Beberapa permasalahan yang dihadapi saat melakukan praktikum penyalaan

busur ini, beserta solusinya di uraikan sebagai berikut :

a. Penyalaan busur dengan jarak elektrode dan base metal yang terlalu dekat

mengakibatkan busur menyala sebentar kemudian padam dan elektrode melekat

pada base metal

Solusi : Saat elektrode melekat pada base metal maka sebaiknya secara sepontan

elektrode digerakkan ke kiri atau ke kanan sampai lepas. Selain itu bisa juga

dengan cara mematikan dulu mesin las kemudian melepas elektrode

b. Nyala busur jelek

Solusi : Jarak antara elektrode dan base metal sebaiknya dijaga ideal

c. Nyala busur tidak bisa dipertahankan

Solusi : Saat busur menyala maka elektrode akan meleleh kemudian jarak

elektrode dan base metal menjadi lebih besar akibatnya muatan listrik tidak

3

Page 4: PENYALAAN  BUSUR

memiliki cukup energi untuk meloncat, akibatnya busur padam. Oleh sebab

itulah gerakan tangan harus mengimbangi proses melelehnya elektrode sehingga

jarak antara elektrode dan base metal yang ideal bisa dipertahankan

d. Kacamata las pada helm pelindung terlalu gelap

Solusi : Hal ini karena peserta praktikum belum terbiasa, untuk itu perlu di

lakukan beberapa latihan pada praktikum – praktikum selanjutnya sehingga

peserta praktikum menjadi terbiasa

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa ditarik dari praktikum penyalaan busur ini adalah

sebagai berikut :

Busur yang timbul pada pengelasan dengan muatan mesin las SMAW adalah

merupakan loncatan muatan listrik dari elektrode ke base metal dan sebaliknya

Busur yang bagus adalah busur yang nyalanya terlihat merata, ini di peroleh

dengan jarak antara elektrode dan base metal yang ideal

Busur yang buruk adalah busur yang nyalanya terlihat tidak merata, ini biasanya

dihasilkan pada jarak yang tidak ideal antara base metal dan elektrode (terlalu

dekat atau terlalu jauh)

Untuk mempertahankan busur yang nyalanya bagus maka gerakan tangan peserta

praktikum harus mengimbangi gerakan melelehnya elektrode agar jarak yang

ideal tetap terjaga antara elektrode dan base metal

V. LAMPIRAN

5.1 Skema mesin las tipe SMAW ( Shielded Metal Arch Welding )

4

Page 5: PENYALAAN  BUSUR

5.2 Gambar Elektrode

5.3 Gambar Busur

5

Page 6: PENYALAAN  BUSUR

PEMBUATAN BEAD LURUS

I. PENDAHULUAN

1.1 Umum

Sebaian besar proses pengelasan dalam dunia industri merupakan proses

pengelasan dengan lintasan yang lurus, meskipun ada juga yang tidak lurus

(berbentuk lurva, lingkaran, elips dan sebagainya). Dalam industri berat seperti

galangan kapal dan “offshore structure fabricator” proses pengelasan dengan

pembuatan kaki jacket dari pelat yang di roll. Berdasarkan kenyataan inilah secara

umum praktikum pembuatan bead lurus ini bertujuan untuk mempelajari teknik–

teknik pengelasan dengan lintasan lurus.

1.2 Tujuan

Beberapa tujuan yang ingin diperoleh dalam pelaksanaan praktikum

pembuatan bead lurus ini adalah sebagai berikut :

Mempelajari teknik pengelasan dengan lintasan lurus dengan benar

Mengetahui hasil las – lasan dengan lintasan lurus yang baik maupun yang jelek

Melatih kemampuan mempertahankan nyalaa busur dalam proses pengelasan

yang lintasannya lurus

Melatih kemampuan mengelas dengan lintasan lurus dengan batasan 0 batasan

yang diberikan

Mempelajari tekniok pembersihan slag yang benar

Mempelajari teknik penyambungan pada pengelasan dengan lintasan lurus

Beberapa tujuan diatas merupakan bekal bagi peserta praktikum untuk mengikuti

praktikum – praktikum selanjutnya.

II. METODE PELAKSANAAN

2.1 Peralatan dan Bahan – bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ke – 2 ini adalah

sebagai berikut :

6

Page 7: PENYALAAN  BUSUR

Mesin las tipe SMAW

Elektrode

Material lempengan baja ( persegi panjang )

Sikat baja

Palu pembersih slag

Penjepit baja

Sarung tangan

Helm pelindung

Kostum praktikum

2.2 Pelaksanaan Pengujian ( Praktikum )

Pelaksanaan praktikum pembuatan bead lurus dapat di uraikan sebagai

berikut:

Peserta praktikum memakai kostum praktikum, sarung tangan dan helm

pelindung

Peserta praktikum mengambil material baja berupa lempengan baja persegi

panjang dan elektrode secukupnya

Menggambar garis – garis sebagai pemandu pada meterial baja, garis – garis ini

menunjukkan bagian yang harus di las ( gambar pada lampiran )

Meletakkan material baja pada meja pengelasan, memasang elektrode pada

“gun”, dan memulai pengelasan

Melakukan pengelasan pada sisi pertama di lanjutkan pada sisi kedua

Mengambil material yang sudah di las di ikuti dengan membersihkan slag

Membersihkan slag dengan cara yang benar yaitu dengan cara memukul las –

lasan pada bagian ujung terlebih dahulu kemudian semakin ketengah

Membersihkan slag yang masih tersisa dengan menggunakan sikat baja

Mendapat pengarahan tentang hasil las – lasan yang baik dan yang buruk

Mengembalikan peralatan dan bahan pada tempatnya masing – masing

Dalam pelaksanaan pengelasan peserta praktikum harus melakukan pengelasan

pada bagian yang telah di tentukan yaitu pada garis – garis pemandu. Hasil

7

Page 8: PENYALAAN  BUSUR

pengelasan yang baik adalah hasil pengelasan yang melebar dengan ukuran kira–

kira 2x ukuran elektrode.

III. ANALISA HASIL PENGELASAN

3.1 Hasil Pengelasan Yang Baik dan Jelek

Dalam praktikum pembuatan bead lurus ini hasil pengelasan di katakan baik

jika memenuhi batas – batas yang ditentukan ( mengikuti garis – garis pemandu ).

Hal ini berarti pengelasan memiliki lintasan yang lurus. Selain itu dalam praktikum

ini, hasil pengelasan yang baik adalah berbentuk melebar dengan ukuran sebesar 2x

ukuran diameter elektrode. Kategori yang kedua ini sebenarnya tidak mutlak

menjadi parameter baik buruknya hasil pengelasan, karena pada dasarnya parameter

baik buruknya hasil pengelasan tergantung pada tujuan dari hasil pengelasan itu

sendiri. Dalam dunia industri tentu tujuan ini sangat beragam, misalnya ada

pengelasan yang hasilnya harus melebar, mengumpul, dan sebagainya.

Hasil pengelasan yang buruk atau jelek dalam praktikum kedua ini adalah jika

hasil pengelasan “menyimpang” dari garis panduan yang telah dibuat, hal ini berarti

lintasan pengelasan tidak berbentuk lurus. Selain itu hasil pengelasan yang juga

dikategorikan jelek jika melebihi batas panjang garis yang telah dibuat. Sesuai

dengan ketentuan yang telah diberikan, maka hasil pengelasan yang tidak melebar

(mengumpul) dengan lebar kurang dari ukuran elektrode dikategorikan sebagai

hasil pengelasan yang jelek.

3.2 Masalah yang dihadapi dan Solusi

Ada beberapa masalah atau kesulitan yang dihadapi peserta praktikum dalam

melaksanakan pengelasan bead lurus ini. Permasalahan dan solusinya diuraikan

sebagai berikut :

a. Hasil pengelasan cenderung mengumpul atau tidak melebar

Solusi : Untuk menghasilkan pengelasan yang melebar maka dalam melakukan

proses pengelasan diperhatikan lelehan materialnya, diperkirakan apakah lebar

hasil pengelasan sudah memenuhi. Jika lebar material yang meleleh kira – kira

belum memenuhi lebar yang diinginkan, maka dipertahankan posisi elektroda

agar material meleleh lebih banyak sehingga hasil pengelasan bisa melebar

8

Page 9: PENYALAAN  BUSUR

b. Elektrode habis sebelum pengelasan satu lintasan lurus selesai

Solusi : Masalah ini harus diatasi dengan cara penyambungan yang benar, yaitu

dengan cara membersihkan dahulu slag pada ujung yang akan disambung.

Setelah ujung yang akan disambung sudah bersih dari slag, selanjutnya

disambung dengan cara melakukan pengelasan sedikit diatas logam hasil

pengelasan yang sudah dibersihkan tersebut

c. Posisi tubuh yang kurang baik mengakibatkan tangan tidak bisa bergerak

dengan leluasa mengikuti garis panduan yang sudah dibuat

Solusi : Posisi tubuh harus diatur sedemikian rupa sehingga lurus dengan

material yang ingin di las. Posisi seperti ini memudahkan peserta praktikum

untuk melakukan gerakan tangan maju mundur

d. Saat pengelasan garis panduan tidak terlihat dengan jelas, sehingga kadang –

kadang sulit menentukan di mana harus menghentikan proses pengelasan

Solusi : Permasalahan ini harus diatasi dengan kecermatan masing – masing

peserta praktikum untuk memanfaatkan cahaya dari busur untuk melihat garis

panduan

e. Pembersihan slag kadang – kadang sulit meskipun telah dipukul berulang kali

menggunakan palu

Solusi : Dalam membersihkan slag harus dimulai sedikit demi sedikit dari

ujung hasil pengelasan. Pemukulan dengan menggunakan palu tidak perlu

terlalu keras karena akan merusak hasil pengelasan

IV. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang didapat berkaitan dengan tujuan praktikum yang

sudah disebutkan adalah sebagai berikut :

Teknik pengelasan bead lurus yang baik adalah dengan cara mengatur posisi

tubuh dengan baik saat pengelasan

Penyambungan hasil pengelasan dilakukan dengan cara membersihkan terlebih

dahulu bagian yang ingin disambung dari slag, kemudian dilakukan pengelasan

sedikit diatas bagian yang disambung

9

Page 10: PENYALAAN  BUSUR

Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang lebar, maka harus diperhatikan

lelehan material saat di las sehingga bisa diperkirakan lebar hasil pengelasan

Untuk melihat garis panduan diperlukan kecermatan dan pemanfaatan cahaya

busur dengan baik

Pembersihan slag harus dimulai dari ujung hasil pengelasan secara sedikit demi

sedikit dan tidak perlu melakukan pemukulan terlalu keras

Untuk menmpertahankan nyala busur, maka diperhatikan gerakan melelehnya

logam pada elektroda, kemudian tangan menyesuaikan dan mempertahankan

jarak antara ujung elektroda dan base metal

Hasil – hasil pengelasan yang baik adalah hasil pengelasan yang sesuai demgam

garis panduan dengan hasil melebar (dengan ukuran kurang lebih 2x ukuran

elektroda). Sedangkan hasil pengelasan yang buruk adalah yang tidak mengikuti

garis panduan dan hasilnya tidak melebar

V. LAMPIRAN

5.1 Gambar Material Baja dan Garis Panduan

5.2 Gambar Penyambungan Hasil Pengelasan

10

Page 11: PENYALAAN  BUSUR

5.3 Gambar Pembersihan Slag yang Baik

11

Page 12: PENYALAAN  BUSUR

PEMBUATAN WEAVING BED

I. PENDAHULUAN

1.1 Umum

Pada kondisi tertentu penerapan las berayun atau pembuatan weaving bed bisa

menjadi hal sangat di butuhkan. Sebagai contoh untuk menyambungkan dua pelat

baja diperlukan hasil pengelasan yang melebar, untuk itu diperlukan las yang

berayun. Pada prinsipnya las berayun dilakukan sebagaimana proses pengelasan

dengan lintsan lurus, namun pada las berayun dilakukan gerakan berayun ke kiri

dan kekanan secara teratur. Dalam ilmu pengelasan, tipe-tipe ayunan adalah sangat

beragam diantaranya tipe ayunan “crescent” (bentuk silang lengkung, tipe ayunan

bentuk angka delapan, dan tipe ayunan bentuk lingkaran).

Dalam pelaksanaan pengelasan berayun harus diperhatikan lelehan logam dari

elektrode dan diperhatikan tipe kerapatan lelehannya. Hasil pengelasan berayun

sebagian besar diharapkan membentuk ayunan yang rapat dan merata. Namun tidak

selamanya demikian, karena pada dasarnya hasil pengelasan tidak lah mutlak, akan

tetapi akan sangat bergantung pada tujuan yang ingin dicapai.

1.2 Tujuan

Praktikum pembuatan weaving bed dilaksanakan untuk mencapai tujuan

sebagai berikut :

Untuk melatih peserta praktikum dalam melaksanakan pengelasan berayun

Untuk mengetahui hasil pengelasan yang baik dan yang buruk

II. METODE PELAKSANAAN

2.1 Peralatan dan bahan

Adapun beberapa peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum

ketiga ini adalah sebagai berikut :

Mesin las tipe SMAW

Elektrode

Material baja dari praktikum pembuatan bead lurus yang telah di las

12

Page 13: PENYALAAN  BUSUR

Sikat baja

Palu pembersih slag

Penjepit baja

Sarung tangan

Helm pelindung

Kostum praktikum

2.2 Pelaksanaan pengujian

Praktikum dilakukan dengan urutan-urutan langkah sebagai berikut :

Peserta praktikum memakai kostum praktikum, sarung tangan dan helm

pelindung untuk pengamanan saat melakukan pengelasan

Peserta praktikum mengambil material baja dari praktikum kedua dan elektrode

secukupnya

Meletakkan material baja pada meja pengelasan, dan memasang elektrode pada

“gun”, diikuti penyalaan mesin las dan mengatur besar “ampere”nya (digunakan

ampere 80)

Melakukan pengelasan ayun untuk mengisi ruang antara bead lurus hasil

pengelasan sebelumnya

Setelah proses pengelasan selesai, hasil pengelasan di ambil dari meja

pengelasan menggunakan penjepit baja untuk di bersihkan “slag”.

Membersihkan slag dengan cara yang benar yaitu dengan cara memukul las –

lasan pada bagian ujung terlebih dahulu kemudian semakin ketengah.

Membersihkan slag yang masih tersisa dengan menggunakan sikat baja.

Mendapat pengarahan tentang hasil las – lasan yang baik dan yang buruk.

Mengembalikan peralatan dan bahan pada tempatnya masing – masing.

III. ANALISA HASIL PENGELASAN

3.1 Hasil Pengelasan Yang Baik dan Jelek

Hasil pengelasan yang baik dalam praktikum pembuatan weaving bed ini

adalah jika hasil pengelasan merata. Hal ini berarti bahwa hasil pengelasan

mengisi ruang antara bead lurus dengan merata mengikuti pola berayun tanpa ada

13

Page 14: PENYALAAN  BUSUR

bagian yang kosong. Selain itu hasil pengelasan yang baik memiliki ketebalan yang

kurang lebih sama dengan tebal bead lurus pada praktikum pembuatan bead lurus,

serta tidak melebihi batasan-batasan yang sudah ditentukan. Batasan-batasan ini

sama dengan batasan pasa pembuatan bead lurus, dan tidak melewati bead lurus

dalam arah menyamping.

Hasil pengelasan yang jelek adalah jika hasil pengelasan yang tidak mengisi

ruang antar bead lurus dengan merata. Jika slag dibersihkan dari hasil pengelasan

yang jelek ini akan terlihat pada ayunan yang tidak rapat dan tidak teratur. Selain itu

hasil pengelasan yang dikatakn jelek, jika tebal hasil pengelasan lebih tipis dari

tebal bead lurus maupun lebih tipis dari tebal bead lurus. Hasil pengelasan yang

buruk juga di definisikan jika melebihi batasan-batasan yang sudah dibuat.

3.2 Masalah yang dihadapi dan Solusi

Dalam melaksanakan pembuatan weaving bed ini ada beberapa permasalahan

yang ditemui peserta praktikum saat melakukan proses pengelasan. Permasalahan

dan solusinya di uraikan sebagai berikut :

a. Hasil pengelasan tidak mengisi secara merata ruang antara 2 bead lurus.

Solusi : Untuk mengatasi permasalah ini harus dilakukan pengelasan mengayun

dengan gerakan teratur dan mengusahakan agar lelehan baja elektrode

membentuk lapisan – lapisan yang rapat.

b. Hasil pengelasan melewati batasan berupa bead lurus.

Solusi : Untuk menghindari hal ini terjadi maka harus diperhatikan batas –

batas yang ada sebelum melakukan pengelasan, karena untuk melepaskan hasil

pengelasan yang melanggar batas tertentu sangatlah sulit.

c. Tebal pengelasan melebihi berapa atau kurang dari tebal bead lurus.

Solusi : Untuk menyesuaikan berapa tebal pengelasan harus diperhatikan

pelelehan logam elektrode saat melakukan proses pengelasan di perkirakan

ketebalan yang tepat.

14

Page 15: PENYALAAN  BUSUR

IV. KESIMPULAN

Ada beberapa kesimpulan yang bisa di tarik dari pelaksanaan praktikum

pembuatan weaving bead ini, yaitu :

Hasil pengelasan yang baik adalah jika hasil pengelasan mengisi ruang antara

bead lurus secara merata dan tidak melewati batas yang ada.

Hasil pengelasan yang baik membentuk pengayunan yang rapat.

Hasil pengelasan yang baik memiliki tebal yang kurang lebih sama dengan

ketebalan bead lurus.

Hasil pengelasan di kategorikan buruk jika tidak memenuhi tiga kriteria diatas.

Untuk mendapat hasil pengelasan yang baik harus di lakukan pengelasan

dengan ayunan yang teratur dan memperkirakan ketebalan lelehan logam

elektrode dengan tepat.

Agar pengelasan tidak melebihi batasan yang ada maka peserta praktikum

cermat dan berkonsentrasi saat proses pengelasan.

V. LAMPIRAN

5.1 Gambar material yang di las

5.2 Cara Pengelasan

5.3 Gambar penampang Melintang Hasil Pengelasan

15

Page 16: PENYALAAN  BUSUR

LAS FILLET 1 F

I. PENDAHULUAN

1.1 Umum

Pada kenyataannya posisi pengelasan adalah bermacam – macam. Beberapa

posisi pengelasan diantaranya adalah flat (mendatar) seperti yang telah dilakukan

pada praktikum ke – dua dan ke tiga. Posisi pengelasan yang selanjutnya adalah

posisi pengelasan horisontal, vertikal up dan vertikal down serta posisi over head.

Pada praktikum ke empat ini dilakukan salah satu jenis pengelasan mendatar, yaitu

posisi 1 F. Las posisi 1 F adalah pengelasan dua bidang dimana keduanya

berpotongan, dengan kemiringan 45 dari garis sumbu horisontal. Untuk lebih jelas

posisi ini bisa dilihat pada lampiran.

Dalam proses pengelasan Fillet 1 F di lakukan pengelasan sebagai awalan

yang disebut dengan pengelasan kunci / pengelasan titik / Tack Welding. Las titik

merupakan jenis pengelasan yang walaupun tampaknya sangat sepele namun

fungsinya sangat menentukan dan jika salah penanganannya justru dapat

menimbulkan malapetaka. Pada praktikum ini las kunci digunakan untuk mengunci

posisi pelat yang akan di gabungkan dalam posisi 1 F. Kuncian dilakukan pada

ujung – ujung pertemuan pelat dan akan mempermudah saat melakukan pengelasan

Fillet 1 F.

1.2 Tujuan

Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan praktikum Las

Fillet 1 F ini adalah sebagai berikut :

Mempelajari teknik pengelasan posisi Fillet 1 F

Mengetahui hasil pengelasan yang baik dan hasil pengelasan yang buruk.

Mempelajari teknik pengelasan titik / pengelasan kunci yang baik.

16

Page 17: PENYALAAN  BUSUR

II. METODE PELAKSANAAN

2.1 Peralatan dan Bahan – bahan.

Beberapa peralatan yang digunakan dalam praktikum Las Fillet 1 F ini adalah

sebagai berikut :

1 unit mesin las tipe SMAW

Elektrode

Material baja berupa tiga buah pelat baja berbentuk persegi panjang.

Sikat baja

Palu pembersih slag

Penjepit baja

Sarung tangan

Helm pengaman

Kostum praktikum

2.2 Pelaksanaan pengujian

Dalam melaksanakan praktikum Las Fillet 1 F ini di lakukan langkah –

langkah sebagai berikut :

Peserta praktikum memakai kostum praktikum, sarung tangan dan helm

pengaman.

Peserta praktikum mengambil elektrode dan material baja sebanyak empat buah.

Peserta praktikum mendapat pengarahan tentang cara pengelasan Fillet 1 F yang

benar di sertai contoh.

Melakukan pengelasan titik pada ujung – ujung pertemuan pelat baja

sedemikian rupa sehingga penampang melintang ke tiga material baja tersebut

membentuk tanda +.

Melakukan pengelasan posisi 1 F yang merupakan tipe pengelasan mendatar

seperti pada praktikum – praktikum sebelumnya.

Proses pengelasan dilakukan pada sudut – sudut pertemuan material baja yang

sudah di kunci dengan las titik.

Mengambil meterial yang sudah di las dari meja dengan menggunakan penjepit

baja.

17

Page 18: PENYALAAN  BUSUR

Membersihkan slag dari hasil pengelasan dengan menggunakan palu dan sikat

baja.

Mendapat pengarahan tentang hasil pengelasan yang baik dan hasil pengelasan

yang buruk.

Mengembalikan semua peralatan dan hasil pengelasan pada tempatnya masing –

masing.

III. ANALISA HASIL PENGELASAN

3.1 Hasil Pengelasan Yang Baik dan Yang Buruk

Hasil pengelasan pada praktikum ini adalah dikategorikan baik jika lelehan

logam dari elektrode menghubungkan dua bidang material baja yang di las. Selain

itu hasil pengelasan dikatakan baik jika berbentuk cekung mengikuti kontur sudut

dari bidang yang di las (gambar dapat di lihat pada lampiran). Untuk mendapatkan

hasil seperti ini peserta praktikum harus memperhatikan lelehan logam elektrode

pada saat pengelasan.

Sedangkan hasil pengelasan yang buruk adalah jika lelehan material tidak

menghubungkan kedua bidang material baja yang di las dan hanya mengenai salah

satu sisi saja. Bentuk lelehan logam elektrode yang berbentuk cembung

(penampang melintangnya) juga dikategorikan sebagai hasil pengelasan yang

buruk.

3.2 Masalah Yang Dihadapi dan Solusi

Ada beberapa permasalahan yang di hadapi selama pelaksanaan praktikum

Las Fillet 1 F ini. Secara terperinci permasalahan di uraikan sebagai berikut :

a. Hasil pengelasan tidak merata dalam arti tidak mengenai kedua bidang yang di

sambung (mengumpul dan cembung).

Solusi : Untuk menghindari hal ini maka dalam proses pengelasan harus di

lakukan sedikit ayunan kearah kedua sisi bidang yang di sambung.

b. Saat melakukan pengelasan titik terjadi pelelehan logam elektrode yang

berlebihan.

18

Page 19: PENYALAAN  BUSUR

Solusi : Untuk menghindari hal ini maka saat melakukan pengelasan titik harus

di lakukan dalam waktu yang singkat pada tempat yang tepat yaitu pada ujung –

ujung pertemuan antara pelat baja yang di las. (Gambar pada Lampiran)

IV. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang bisa diperoleh dari pelaksanaan praktikum ini

adalah sebagai berikut :

Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang cekung dan merata maka waktu

pengelasan harus di lakukan sedikit ayunan.

Pelaksanaan las titik harus dalam waktu yang singkat dan tempat yang tepat.

Hasil pengelasan yang baik adalah jika penampang melintangnya berbentuk

cekung dan merata menghubungkan dua bidang yang di sambung (Gambar pada

Lampiran).

V. LAMPIRAN

5.1 Gambar Las Titik Pengelasan Fillet 1 F

5.2 Gambar Hasil Pengelasan Yang Baik dan Yang Buruk

5.3 Gambar Posisi Pengelasan Fillet 1 F

19

Page 20: PENYALAAN  BUSUR

LAS FILLET 2 F

I. PENDAHULUAN

1.1 Umum

Pengelasan Fillet 2 F merupakan salah satu jenis posisi pengelasan mendatar

horisontal. Dalam posisi pengelasan ini, material yang di las adalah material pelat

baja yang membentuk sudut 90 satu dengan yang lain. Pada prinsipnya, Las Fillet 2

F merupakan penyambungan dua pelat baja dengan posisi sedemikian rupa

sehingga pengelasan di lakukan dengan posisi horisontal mendatar. Seperti pada

pengelasan Fillet 1 F, Las Fillet 2 F juga dimulai dengan pengelasan titik /

pengelasan kunci / tack welding. Las titik ini di gunakan untuk mengunci posisi

material baja yang di sambung.

Las titik merupakan jenis pengelasan yang walaupun tampaknya sangat sepele

namun fungsinya sangat menentukan dan jika salah penanganannya justru dapat

menimbulkan kesalahan fatal, karena tampaknya yang kecil dan sepele inilah yang

menyebabkan di remehkan oleh pelaksana sehingga pada suatu saat kondisi yang

terabaikan ini dapat berubah menjadi kerusakan yang bersifat ......... dan berakibat

pada korban materi dan jiwa. Pada prinsipnya las titik di lakukan dengan ukuran

pengelasan yang keci dan waktu yang singkat. Pada akhirnya hasil pengelasan titik

akan di........... dan di ratakan dengan permukaan yang di las.

Las Fillet 2 F dilakukan denan arah horisontal mendatar dengan sedikit

melakukan ayunan untuk menghubungkan kedua pelat baja yang digabng.

Pelaksanaan pengelasan ini harus diikuti dengan kecermatan mengamati lelehan

logam dari elektrode.

1.2 Tujuan

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan praktikum Las Fillet 2 F

ini adalah sebagai berikut :

Melatih peserta praktikum untuk melakukan pengelasan posisi 2 F

Mengetahui hasil pengelasan yang baik dan hasil pengelasan yang buruk.

20

Page 21: PENYALAAN  BUSUR

Melatih peserta praktikum untuk melakukan pengelasan arah horisontal

(menyamping).

II. METODE PELAKSANAAN

2.1 Peralatan dan Bahan – bahan.

Peralatan yang digunakan serta bahan – bahan yang diperlukan dalam

praktikum Las Fillet 2 F ini adalah sebagai berikut :

Mesin las tipe SMAW

Elektrode secukupnya

Material baja berupa tiga buah lempeng baja persegi panjang.

Sikat baja

Palu pembersih slag

Penjepit baja

Sarung tangan

Helm pelindung

Kostum praktikum

2.2 Pelaksanaan pengujian

Praktikum Las Fillet 2 F ini di lakukan sebanyak sua kali praktikum.

Pelaksanan kedua praktikumini diuraikan sebagai berikut :

2.2.1 Praktikum Las Fillet 2 F Pertama.

Peserta praktikum mengunakan kostum praktikum, sarung tangan dan helm

pelindung

Peserta praktikum mengambil material baja sebanyak dua buah lempang baja

persegi panjang

Peserta praktikum mendapat pengarahan tentang cara pengelasan Fillet 1 F yang

benar di sertai contoh

Melakukan pengelasan titik pada ujung – ujung pertemuan pelat baja

sedemikian rupa sehingga penampang melintang ke tiga material baja tersebut

membentuk tanda +

21

Page 22: PENYALAAN  BUSUR

Melakukan pengelasan posisi 1 F yang merupakan tipe pengelasan mendatar

seperti pada praktikum – praktikum sebelumnya

Proses pengelasan dilakukan pada sudut – sudut pertemuan material baja yang

sudah di kunci dengan las titik

Mengambil meterial yang sudah di las dari meja dengan menggunakan penjepit

baja

Membersihkan slag dari hasil pengelasan dengan menggunakan palu dan sikat

baja

Mendapat pengarahan tentang hasil pengelasan yang baik dan hasil pengelasan

yang buruk

Mengembalikan semua peralatan dan hasil pengelasan pada tempatnya masing –

masing

2.2.2 Praktikum Las Fillet 2 F kedua.

Peserta praktikum mengunakan kostum praktikum, sarung tangan, dan helm

pelindung

Peserta praktikum mengunakan kostum praktikum, sarung tangan dan helm

pelindung

Peserta praktikum mengambil material baja yang sudah di las pada praktikum las

Fillet 2 F pertama dan sebuah lempeng baja satu buah yang ukurannya sama

dengan yang digunakan pada las Fillet 2 F pertama

Meletakkan material baja ketiga pada hasil pengelasan praktikum Las Fillet 2 F

pertama, sedemikian rupa sehingga penampang melintang dari gabungan ini

membentuk huruf “H” miring ( I )

Melakukan pengelasan “tig” pada ujung – ujung pertemuan kedua material untuk

penyatuan. Hal ini dilakukan oleh dua orang peserta praktikum seperti pada Las

Fillet 2 F

Melakukan pengelasan pada sudut – sudut pertemuan material baja hasil

pengelasan pertama dengan material ketiga ( I ) dengan arah pengelasan

menyamping

22

Page 23: PENYALAAN  BUSUR

Mengambil meterial yang sudah di las dari meja dengan menggunakan penjepit

baja, kemudian membersihkan slag dari hasil pengelasan dengan menggunakan

palu dan sikat baja

Mendapat pengarahan tentang hasil pengelasan yang baik dan hasil pengelasan

yang buruk

Mengembalikan semua peralatan dan hasil pengelasan pada tempatnya masing –

masing

III. ANALISA HASIL PENGELASAN

2.1 Hasil Pengelasan Yang Baik dan Yang Jelek

Dalam praktikum Las Fillet 2 F ini hasil pengelasan di kategorikan baik, jika

hasil pengelasan menyatukan kedua material yang di las. Hal ini berarti bahwa

ketika dilakukan proses pengelasan, lelehan logam elektrode mengenahi kedua sisi

material baja yang membentuk sudut 90º. Selain itu hasil pengelasan yang baik,

memiliki penampang melintang cekung (gambar pada lampiran). Hasil pengelasan

seperti ini bisa diperoleh dengan melakukan pengelasan arah horisontal

menyamping dengan sedikit mengayun ke arah kedua sisi material yang

membentuk sudut 90º. Saat pengelasan berlangsung peserta praktikum harus

memperhatikan lelehan logam elektrode dan mengatur pergerakan tangan untuk

mendapatkan hasil pengelasan yang cekung melebar.

Hasil pengelaan di kategorikan jelek jika tidak menghubungkan kedua sisi

meterial baja yang membentuk sudut 90º. Hal iini berarti lelehan logam elektrode

hanya mengenai salah satu sisi material baja. Hasil seperti ini biasanya diakibatkan

oleh gerakan pengelasan yang terlalu cepat dan kurang memperhatikan lelehan

logam elektrode. Selain itu hasil pengelasan yang jelek adalah jika penampang

melintangnya berbentuk cembung (gambar pada lempiran), meskipun hasil las-lasan

ini menghubungkan kedua sisi material baja yang membentuk sudut 90º.

Pada pengelasan Fillet 2 F ini prosedur penyambungan pengelasan dilakukan

seperti pada praktikum–praktikum sebelumnya.

23

Page 24: PENYALAAN  BUSUR

2.2 Masalah yang dihadapi dan Solusi

Ada beberapa permasalahan yang dihadapi peserta praktikum dalam

melaksanakan praktikum Las Fillet 2 F ini, diantaranya adalah :

a. Hasil pengelasan memiliki penampang melintang yang berbentuk cembung

Solusi : Untuk menghindari hal ini, maka peserta praktikum harus melakukan

pengelaan dengan sedikit melakukan ayunan ke arah sisi material baja yang

membentuk sudut 90º

b. Pada saat melakukan pengelasan titik, posisi pelat tidak lurus dan besar

pengelasan tidak berlebihan

Solusi : Untuk mendapatkan posisi pelat baja yang lurus tentu saja harus

diperhatikan posisinya dan dibantu oleh seorang rekan. Kemudian utuk

pengelasan titik harus dilakukan pada tempat yang tepat dan pada waktu yang

sangat singkat sehingga hasil pengelasannya rapi dan kecil

IV. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang bisa di dapat dari pelaksanaan praktikum Las Fillet

2 F ini adalah :

Pengelasan Fillet 2 F dilakukan dengan arah horisontal mendatar/menyamping

dengan sedikit berayun untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik

Hasil pengelasan yang baik adalah jika lelehan logam menghubungkan kedua

bidang pelat baja yang digabungkan, dan penampang melintangnya berbentuk

cekung

Pengelasan titik dilakukan pada waktu singkat dan pada tempat yang tepat

V. LAMPIRAN

5.1 Gambar Material Baja Las Fillet 2 F Pertama

24

Page 25: PENYALAAN  BUSUR

5.2 Gambar Material Baja Las Fillet 2 F Kedua

5.3 Gambar Hasil Pengerjaan yang Baik dan Jelek

5.4 Gambar Posisi Pengelasan

25

Page 26: PENYALAAN  BUSUR

PENYAMBUNGAN PELAT

I. PENDAHULUAN

1.1 Umum

Pada kenyataan di lapangan kita sering dihadapkan pada permasalahan

penyambungan logam. Untuk menyambung dua logam yang terpisah, biasanya

dilakukan dengan proses pengelasan. Di dunia industri perkapalan maupun fabikasi

anjungan lepas pantai seringkali di temui kasus penyambungan pelat-pelat baja

untuk dibentuk menjadi bangunan utuh. Dengan leterangan ini dapat di simpulkan

bahwa kemampuan melakukan pengelasan untuk menyambung pelat baja

merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam industri.

1.2 Tujuan

Beberapa tujuan yang ingin di capai dari pelaksanaan praktikum

penyambungan pelat ini adlah sebagai berikut :

Mempelajari teknik penyambungan dua pelat baja

Mengetahui jarak antara dua pelat baja yang tepat untuk melakukan

penyambungan

Mengetahui hasil pengelasan yang baik dan hasil yang buruk

Mempelajari teknik melakukan las kunci (tack welding) pada penyambungan

dua pelat baja

II. METODE PELAKSANAAN

2.1 Peralatan dan bahan-bahan

Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum penyambungan

dua pelat baja ini adalah sebagai berikut :

Mesin las tipe SMAW

Elektrode secukupnya

Material baja berupa tiga buah lempeng baja persegi panjang.

Sikat baja

Palu pembersih slag

Penjepit baja

26

Page 27: PENYALAAN  BUSUR

Sarung tangan

Helm pelindung

Kostum praktikum

2.2 Pelaksanaan Pengujian

Praktikum penyambungan dua pelat baja ini, dilaksanakan sebanyak dua kali.

Praktikum yang pertama merupakan praktikum penyambunagn dua pelat pada sisi

pertama dan praktikum kesua pada sisi kedua.

2.2.1 Praktikum Pertama

Langkah-langkah pelaksanaan praktikum pertama di uraikan sebagai berikut :

Peserta praktikum mengunakan kostum praktikum, sarung tangan dan helm

pelindung

Peserta praktikum mengambil material baja dan elektrode, kemudian

mendapatkan pengarahan tentang teknik pengelasan penyambungan dua pelat

contoh

Meletakkan dua meterial baja dengan jarak berdekatan (±1 mm)

Melakukan pengelasan kunci (Tack Welding) pada bagian dua pelat yang

berdekatan untuk mempertahankan posisi dua pelat baja tersebut

Melakukan pengelasan penyambungan dengan pengelasan mendatar (flat) mulai

dari ujung lokasi sambungan (gambar pada lampiran)

Melakukan proses pengelasan penyambungan dengan sedikit ayunan agar hasil

pengelasan melebar (penyambungan sisi pertama)

Mengambil material baja yang sudah disambung pada proses pengelasan

menggunakan penjempit baja dari meja pengelasan)

Membersihkan hasil pengelasan dari slag dengan menggunakan palu dan sikat

baja

Mendinginkan material baja, untuk kemudian dilakukan penyambungan sisi

kedua pada praktikum kedua penyambungan dua pelat baja

27

Page 28: PENYALAAN  BUSUR

2.2.2 Praktikum Kedua

Langkah-langkah pelaksanaan praktikum kedua diuraikan sebagai berikut :

Peserta pratikum mengambil material dari praktikum pertama yang sudah dingin

Melakukan pengelasan penyambungan pada sisi dua dengan lintasan yang sama

seperti pada praktikum pertama

Mengambil material yang sudah di las dari meja pengelasan menggunakan

penjepit baja

Membersihkan hasil pengelasan sisi dua ini dari slag dengan menggunakan palu

dan sikat baja

Mendapat pengarahan tentang hasil pengelasan yang baik dan yang buruk

Mengembalikan peralatan dan bahan-bahan pada tempatnya masing-masing

III. ANALISA HASIL PENGELASAN

3.1 Hasil Pengelasan yang Baik dan yang Buruk

Dalam praktikum penyambungan dua pelat baja ini hasil pengelasan

dikategorikan baik jika lintasan pengelasan lurus dan menutupi celah antara dua

meaterial baja yang disambung. Selain itu hasil pengelasan dikategorikan baik jika

hasil pengelasan agak melebar dengan ketebalan yang relatif kecil terhadap

permukaan material baja. Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang seperti ini,

maka dilakukan sedikit ayunan pada saat melakukan penyambungan dengan proses

pengelasan.

Sedangkan hasil pengelasan dikatakan buruk jika hasil pengelasan tidak

memiliki lintasan yang lurus, sehingga tidak menutupi celah antara dua pelat baja

yang disambung. Selain itu hasil pengelasan yang dikategorikan buruk jika hasil

pengelasan cenderung mengumpul di tengah dan memiliki ketebalan yang relatif

besar terhadap permukaan material baja yang disambung.

2.3 Permasalahan yang dihadapi dan Solusi

Beberapa permasalahan yang dihadapi saat melakukan praktikum

penyambungan dua pelat ini adalah sebagai berikut :

a. Pada saat melakukan pengelasan titik / pengelasan kunci / tack welding, posisi

pelat menjadi berhimpit setelah di las

28

Page 29: PENYALAAN  BUSUR

Solusi : Fenomena seperti ini merupakan akibat dari adanya tegangan sisa

setelah logam lelehan mengering, mendingin dan memadat. Untuk mengatasi

hal ini maka perlu digunakan pelat pengganjal untuk mempertahankan posisi /

jarak antara dua pelat yang disambung

b. Terjadi cekungan pada daerah sepanjang lintasan memanjang hasil pengelasan

(pada bagian tengah)

Solusi : Fenomena ini merupakan akibat dari jarak dua pelat baja yang

disambung terlalu renggang. Untuk mengatasi hal ini, tentu saja sebelum

penyambungan dimulai, diatur dulu jarak antar pelat sebesar ± 1 mm

c. Hasil pengelasan mengalami pembengkakan setelah material dingin, sehingga

hasinya tidak sesuai dengan yang diharapkan

Solusi : Hal ini di akibatkan oleh adanya tagangan sisa saat lelehan logam

pengelasan telah mendingin. Untuk mengetahui hal ini, ada beberapa cara

diantaranya adalah dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah Pemanasan Pendahuluan (Preheating)

Benda kerja dipanaskan perlahan-lahan sampai pada suhu gas (º C)

Langkah Perendaman Suhu

Benda kerja yang bersuhu gas (º C), dipertahankan suhunya selama selang

waktu tertentu

Langkah Penurunan Suhu

Benda kerja diturunkan suhunya sampai dengan derajat penurunan tertentu

Langkah-langkah ini dilakukan setelah pengelasan. Dalam praktikum kali ini,

perlakuan ini tidak dilakukan karena keterbatasan peralatan yang ada

IV. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang bisa didapat dari pelaksanaan praktikum

penyambungan pelat ini sebagai berikut :

Jarak yang ideal utnuk penyambunagn dua pelat baja adalah ± 1 mm

Hasil pengelasan yang baik adalah jika lelehan lgam elektrode membentuk

lintasan lurus menutupi celah antar pelat yang disambung

29

Page 30: PENYALAAN  BUSUR

Hasil pengelasan yang buruk adalah jika lelehan elektrode membentuk lintasan

yang tidak lurus dan tidak menutupi celah antar pelat baja yang disambung

Beberapa kesalahan dalam pengelasan penyambungan akan mengakibatkan hasil

pengelasan yang bengkok, hasil pengelasan yang cekung di bagian tengan

memanjang sepanjang lintasan pengelasan, dan tebal lelehan tidak terlalu besar

Untuk mempertahankan posisi pelat baja saat dilakukan pengelasan titik maka

digunakan pelat pengganjal

Untuk mendapatkan ketebalan pengelasan yang kecil terhadap permukaan pelat

baja yang disambung, maka pengelasan dilakukan dengan sedikit ayunan

V. LAMPIRAN

5.1 Gambar posisi pengelasan penyambungan dua pelat baja

5.2 Gambar Pengelasan Titik / Pengelasan Kunci / Tack Welding

30

Page 31: PENYALAAN  BUSUR

5.3 Hasil pengelasan yang membengkok akibat tegangan sisa

5.4 Gambar hasil pengelasan yang terjadi cekungan di tengah

31

Page 32: PENYALAAN  BUSUR

DAFTAR PUSTAKA

32