PENURUNAN KESADARANKesadaran adalah : keadaan awas waspada
terhadap lingkungan keadaan dimana seseorang mengenal /mengetahui
tentang dirinya maupun lingkungannya. suatu fungsi normal dari
kedua hemisfer otak sebaik ARAS (Ascending Reticular Activating
System) dimana diperluas mulai dari midpons ke area hipothalamus
anterior. Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan
waktu. (Corwin, 2001). Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan
sebagai keadaan dimana seseorang mengenal atau mengetahui tentang
dirinya maupun lingkungannya, Kesadaran merupakan fungsi normal
dari kedua hemisfer otak sebaik ARAS (ascending reticular
activating system) dimana diperluas mulai dari midpons ke area
hipothalamus anterior. Fisiologi kesadaran adalah dimanA terjadi
proyeksi neuron diteruskan dari ARAS ke thalamus, tempat
terbentuknya sinaps kemudian diproyeksikan ke korteks. Kesadaran
normal tergantungdari : Input sensoris ke otak Korteks serebri ARAS
(Ascending Reticular Activating System) Batang otak Thalamus
Hipothalamus Sadar penuh / fully alert adalah keadaan bangun dan
tanggap (awake and awareness) terhadap diri sendiri dan lingkungan,
diatur oleh fungsi otonom-vegetatif otak yang bekerja akibat
stimulus ascendes dari tegmentumpontin, hypothalamus posterior dan
thalamus (ARAS). Sedangkan sadar adalah keadaan tanggap diri dan
lingkungan yang diatur oleh neuron kortikal dan timbal baliknya
dengan inti sub-kortikal.
Penurunan kesadaran : keadaan dimana dijumpai hilangnya
kewaspadaan terhadap lingkungan sekalipun dirangsang dari luar
salah satu kegawatan neurologi yang menjadi petunjuk kegagalan
fungsi integritas otak dan sebagai final common pathway dari gagal
organ pertanda disregulasi dan disfungsi otak dengan kecenderungan
kegagalan seluruh fungsi tubuh Penurunan kesadaran adalah keadaan
dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga atau tidak
terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang
normal terhadap stimulus. Ketidaksadaran adalah kondisi dimana
fungsi serebral terdepresi, direntang dari stupor sampai
koma.(brunner dan Suddarth, 2001).
PUSAT KESADARAN = ARAS Ascending Reticular Activating
SystemNeurotransmitter yang berperan pada ARAS
:KolinergikMonoaminergikGammaaminobutyric (GABA)ETIOLOGI INTRA
KRANIAL Trauma ; Terutama trauma kapitis: komusio, kontusio,
perdarahan epidural, perdarahan subdural Sirkulasi Ensefalitis
Metabolik Elektrolit Neoplasma ; Tumor otak baik primer maupun
metastasis.Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK): berupa
keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul
pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Epilepsi
Intoksikasi EKSTRA KRANIAL Trauma dada ;Cedera pada dada dapat
mengurangi oksigenasi dan ventilasi walaupun terdapat airway yang
patenLima kondisi yang mengancam jiwa secara sistematik harus
diidentifikasi atau ditiadakan (masing-masing akan didiskusikan
secara rinci di Unit 6 - Trauma) adalah tensi pneumothorax,
pneumothorax terbuka, massive haemothorax, flail segment dan
cardiac tamponade. Intoksikasi ;Intoksikasi berbagai macam obat
maupun bahan kimia dapat menyebabkan penurunan kesadaranPada
penderita dengan penurunan kesadaran, dapat ditentukan apakah
akibat kelainan struktur, toksik atau metabolik. Diagnosis banding
dapat ditentukan melalui pemeriksaan pernafasan, pergerakan
spontan, evaluasi saraf kranial dan respons motorik terhadap
stimuli. Gangguan metabolicMisalnya hiperglikemia, hipoglikemia,
hipoksia, uremia, koma hepatikum. Gejala-gejala yang timbul akibat
hipoglikemia terdiri atas 2 fase. Fase 1 : gejala-gejala yang
timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga
dilepaskannya hormon efinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar
banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual. gejala ini
timbul bila kadar glukosa darah turun sampai 50% mg. Fase 2 :
gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi
otak atau gejala neurologi. Gejalanya berupa pusing, pandang kabur,
ketajaman mental menurun, hilangnya keterampilan motorik halus,
penurunan kesadaran, kejang-kejang dan koma. Gejala neurologi
biasanya muncul jika kadar glukosa darah turun mendekati 20% mg.
Kekurangan elektrolitMisalnya diare atau muntah yang berlebihan.
Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa
rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa
asidosis metabolik yang berlanjutKarena kehilangan bikarbonat
(HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang
mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan
Kussmaul).Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat
dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (>
120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien
mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.
Farmakologis Kelainan psikis Kehamilan Kontusio cerebri adalah
kerusakan parenkimal otak yang disebabkan karena efek gaya
akselerasi dan deselerasi. Lokasi kontusio yang khas adalah
kerusakan jaringan parenkim otak yang berlawanan dengan arah
datangnya gaya yang mengenai kepala. Epidural hematom (EDH) adalah
adanya darah di ruang potensial antara tabula interna tulang
tengkorak dan durameter. Dapat menimbulkan penurunan kesadaran
adanya interval lusid selama beberapa jam dan kemudian terjadi
defisit neorologis berupa hemiparesis kontralateral dan gelatasi
pupil itsilateral. Perdarahan subdural akut adalah terkumpulnya
darah di ruang subdural yang terjadi akut (6-3 hari). Perdarahan
ini terjadi akibat robeknya vena-vena kecil dipermukaan korteks
cerebri. Subdural hematom kronik adalah terkumpulnya darah diruang
subdural lebih dari 3 minggu setelah trauma. Gejala klinis yang
dapat ditimbulkan oleh SDH kronis berupa sakit kepala, bingung,
kesulitan berbahasa dan gejala yang menyerupai TIA (transient
ischemic attack)MANIFESTASI KLINIS1. Reaksi pupil terhadap cahaya
melambat, papil edema, asimetris pupil2. Sakit kepala hebat, demam,
gelisah, kejang, sianosis dan pucat3. Retensi lendir / sputum di
tenggorokan, retensi atau inkontinensia urin4. Hipertensi atau
hipotensi5. Takikardi atau bradikardi6. Takipnu atau dispnea7.
Edema lokal8. Penurunan kesadaran secara kwalitatif, GCS kurang
dari 139. Muntah proyektil
KLASIFIKASITerdapat 3 klasifikasi penurunan kesadaran :1.
Penurunan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal atau lateralisasi
dan tanpa disertai kaku kuduk (gangguan metabolik, intoksikasi,
infeksi sistemik, hipertermia, epilepsy)2. Penurunan kesadaran
tanpa disertai kelainan fokal atau lateralisasi disertai kaku kuduk
(perdarahan subarahnoid, meningitis, ensefalitis)3. Penurunan
kesadaran disertai dengan kelainan fokal (tumor otak, pendarahan
intraserebral, infark serebri, abses serebri)
PENATALAKSANAAN
Salah satu penanggulangan pada kondisi kegawat daruratan umum,
seperti syncope : Gejala & tanda syncope:lemah pusing pucat
tampak menonjol pada segitiga hidung dan bibir atas, kulit dingin
dan basah, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat, dangkal dan makin
lama makin lambat, penglihatan kabur dan akhirnya hilang
kesadaran
TINDAKAN DOKTER GIGI APABILA PASIEN MENGALAMI KEHILANGAN
KESADARANAda beberapa prinsip dasar dalam keadaan dental emergency,
yaitu: Mendudukan pasien dengan posisi terlentang Membuka jalan
nafas Melihat/mengecek ada/tidaknya pernafasan yang spontan
Mempersiapkan tabung oksigen Memonitor tanda-tanda vital Menyiapkan
untuk membantu perawatan darurat selanjutnya
PERAWATAN Letakan pasien pada posisi terlentang pada dental
chair. Tenangkan pasien. Bila pasien sampai hilang kesadaran,
letakkan pasien dengan kepala lebih rendah dari jantung, letakkan
handuk basah dingin pada kening pasien. Rangsang pernafasan pasien
dengan bahan merangsang seperti alkohol dan amoniak yang akan
mempercepat kesadaran. Setelah sadar pasien diberi minum hangat
sedikit demi sedikit. Perlu dicatat tanda-tanda vital (Vital sign),
jika perlu beri O2
PEMERIKSAAN DERAJAT KESADARAN Kuantitatif atau Numerik ( GCS )
Kualitatif : Glasgow Coma Scale (GCS) yang meliputi pemeriksaan
untuk Penglihatan/Mata (E) :Penilaian dengan cara memperhatikan
tanggapan (respons) penderita terhadap rangsangan dan memberikan
penilaian terhadap respon tersebut.Respon tersebut berupa : Membuka
mata Respon verbal (bicara) Respon motorik (gerakan) Pemeriksaan
Motorik (M) dan Verbal (V)Pemeriksaan ini mempunyai nilai terendah
3 dan nilai tertinggi 15. Letsrgi Obtursdi Stupor koma
1. Sadar / Bangun ( Kompos Mentis )= sadar sepenuhnyadapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaaan sekelilingnya.Keadaan
sangat tanggap terhadap lingkungan, baik ada maupun tidak ada
rangsangan
2. Obtudansi ( Apatis )Gangguan kesadaran ringanberkurangnya
perhatian terhadap lingkungan sekitarnyakomunikasi masih dapat
dilangsungkan sebagian.
3. Latergi ( Somnolent )Keadaan kesadaran yang mau tidur
sajaDapat dibangunkan dengan rangsang nyeri, tetapi tidur lagi
Pasien tampak mengantuk / tidur, tapi masih dapat dibangunkan
sampai sadar dengan rangsangan suara / nyeriSaat pasien sadar,
masih dapat berkomunikasi dengan pemeriksa, namun jika ditinggalkan
akan tidur lagi.
4. Stupor ( Sopor )Tidur yang dalamhanya dapat dibangunkan
dengan rangsang nyeri yang kuat dan berulang komunikasi
minimalreaksi dapat berupa gerakan menolak sakit dan mengerang.
5. Koma Gangguan kesadaran beratpasien tampak tidur dalam dan
tidak dapat dibangunkantidak ada reaksi terhadap berbagai
rangsanganKeadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat
dibangunkan dengan rangsang apapun Klasifikasi Koma ; Koma
Supratentorial diensefalikMerupakan semua proses supratentorial
yang mengakibatkan destruksi dan kompresi pada substansia
retikularis diensefalon yang menimbulkan koma.Lesi yang lain
bernama lesi struktural supratentorial yaitu terdapat massa yang
mengambil tempat di dalam kranium (hemisfer serebri) beserta edema
sekitarnya misalnya tumor otak, abses dan hematom yang
mengakibatkan dorongan dan pergeseran struktur di sekitarnya,
terjadilah herniasi girus singuli, herniasi transtentorial dan
herniasi unkusLesi yang lain bernama lesi struktural supratentorial
yaitu terdapat massa yang mengambil tempat di dalam kranium
(hemisfer serebri) beserta edema sekitarnya misalnya tumor otak,
abses dan hematom yang mengakibatkan dorongan dan pergeseran
struktur di sekitarnya, terjadilah : herniasi girus singuli
herniasi transtentorial herniasi unkus Koma Infratentorial
diensefalikKeadaan ini akan cepat timbul jika substansia
retikularis mesensefalon mengalami gangguan sehingga tidak bisa
berfungsi baik, hal ini terjadi pendarahan dimana merusak tegmentum
pontis daripada mesensefalon Koma bihemisferik difusKeadaan ini
terjadi karena metabolisme neural kedua belah hemsferium terganggu
secara difus, gejala yang ditimbulkannya berupa hemiparesis,
hemiparestesia, kejang epileptik, afasia, disatria dan ataksia.
Glasgow Coma Scale
DIAGNOSIS
Anamnesis Trauma kepala Gangguan konvulsif (kejang), epilepsy
Diabetes mellitus, pengobatan dengan obat hipoglikemia, insulin
Penyakit ginjal, hati, jantung , paru-paru Perubahan mengenai
suasanahati (mood), tingkah laku, pikiran dan depresi Penggunaan
obat atau penyalahgunaan zat Alergi, gigitan serangga, syok
anafilaktik Gejala kelumpuhan, demensia, gangguan fungsi luhur
Penyakit terdahulu yang berat serta perawatan dirumah sakit
sebelumnya.
Pemeriksaan UmumPemeriksaanmencakup: Gejala vital Periksa jalan
nafas, keadaan respirasi dan sirkulasi Pastikan bahwa jalan nafas
terbuka dan pasien dapat bernafas Otak membutukan pasokan oksigen
yang kontinu, demikian juga glukosa Tanpa oksigen sel-sel akan mati
dalam waktu 5 menit, oleh karena itu harus ada sirkulasi darah
untuk menyampaikan oksigen dan glukosa keotak KulitPerhatikan tanda
trauma, stigmata penyakit hati, bekas suntikan, kulitbasah karena
keringat misalnya pada hipoglikemia, syok : kulit kering (misalnya:
pada koma diabetik) perdarahan (misalnya: demam berdarah / dengue,
DIC ) KepalaPerhatikan tanda trauma, hematoma dikulit kepala,
hematoma disekitar mata, perdarahan diliang telinga dan hidung.
Toraks, jantung, paru, abdomen danekstermitas
Pemeriksaan Fisik Perhatikan sikap penderita sewaktu berbaring,
apakah tenang dan santai, yang menandakan bahwa turunnya kesadaran
tidak dalam Adanya gerak menguap dan menelan menandakan bahwa
turunnya kesadaran tidak dalam Kelopak mata yang terbuka dan rahang
yang tergantung didapatkan pada penurunan kesadaran yang dalam
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin kuat rangsang yang
dibutuhkan untuk membangkitkan jawaban, semakin dalam penurunan
tingkat kesadaran. Untuk memantau perkembangan tingkat kesadaran
dapat digunakan skalakoma Glasgow. Selain itu, perlu pula diperiksa
keadaan respirasi, pupil mata, gerakan bola mata, funduskopi, dan
motorik.Pemeriksaan Neurologis1. Pupillary Reaction Pembesaran
pupil (5,5 mm) unilateral menandakan adanya kompresinervus 3 dan
masa dihemisperipsi lateral Bila kedua pupil dilatasi dan tidak
memberikan reaksi terhadap cahaya menunjukan adanya kompresi di
nervus oculomotorik di midbrain Sindrom Horner (miosis, ptosis, dan
anhidrosis) menandakan adanya lesi ipsil ateral pada batang otak
atau hipotalamus Bila koma disebabkan karena intoksinasi metabolik
atau obat, biasanya respon pupil masih baik.
2. Movement of eyes and eyelid and corneal response Bila mata
pasien berputar kearah lateral dan bawah menunjukkan adanya
paralisis n.3 Bila mata pasien berputar kearah medial menunjukkan
adanya paralisisdi n.6 Hilangnya refleks oculovestibular Bila bola
mata melihat kebawah kearah hidug menunjukan adanya lesi infark
atau hematom didaerah talamus dan midbrain Oculovestibular Reflex
OculocephalicReflexOculocephalic reflexes (dolls-eye movement),
adalah memiringkan mata penderita secara cepat dengan memfikasasi
kelopak mataBila negatif, maka:Rusaknya n. oculomotordi midbrain
dan tegmentumpontis diponsHilangnya inhibisikorteks (kerusakan
bihemispher)
3. Spontaneous Limb Movements Posturing in the Comatose Patient
Lesi pada jaras kortiko spinal mengakibatkan quadriplegia
Pemeriksaan dapa tdilakukan dengan memberikanperangsang nyeri
Gerakan chorea-athetosis dan balismus menggambarkan lesi pada
ganglion basalPATOFISIOLOGIS
PENATALAKSANAANUMUM Tidurkan pasien dengan posisi lateral
dekubitus dengan leher sedikit ekstensi Posisikan pasien pada
posisi Trendelenburg Lakukan imobilisasi jika diduga ada trauma
servikal, pasangkan infus sesuai kebutuhan Pasang monitoring
jantung jika tersedia bersamaan dengan melakukan EKG Pasang
nasogastric tube, keluarkan isi cairan lambung untuk mencegah
aspirasiKHUSUS Pada Herniasi1. Pasang ventilator dan lakukan
hiperventilasi2. Berikan mannitol sesuai dengan dosis yang
ditentukan3. Kalau terjadi edema serebri karena tumor atau abses
dapat diberikan deksametason4. Jika pada CT Scan kepala ditemukkan
CT yang operable (epidural hematoma) Konsul ke bedah saraf u/
operasi dekompresi Tanpa Hemiasi1. Ulang pemeriksaan neurologi yang
lebih teliti2. Jika pada CT Scan tidak ada kelainan Pemeriksaan
Pungsi Lumbal. Jika (+) ada infeksi berikan antibiotic yang sesuai.
Jika (+) ada pendarahan terapi sesuai dengan pengobatan pendarahan
subarahnoid.KOMPLIKASI Gangguan pernafasan Pneumonia Decubitus
Aspirasi ( muntah )
PROGNOSIS
HUBUNGAN PENURUNAN KESADARAN DENGAN PENYAKIT GIGIVasodepressor
syncope di mana penderita mengalami penurunan atau kehilangan
kesadaran secara tiba-tiba dan bersifat sementara akibat tidak
adekuatnya cerebral blood flow . Ini disebabkan karena terjadinya
vasodilatasi dan bradikardi secara mendadak sehingga menimbulkan
hipotensiFAKTOR PEMICU Faktor Psikogenikrasa takut, tegang, stres
emosional dan rasa ngeri melihat darah atau peralatan kedokteran
Faktor Non PsikogenikPosisi duduk tegak, rasa lapar dan lingkungan
yang panas, lembab dan padat.
Paling sering terjadi pada dewasa muda ( 16-35)Persentase lebih
tinggi pada laki-laki ( karena laki-laki cenderung berusaha
menutupi rasa takut, nyeri dan stres selama prosedur)Faktor
psikogenikHipotensi secara mendadakPenurunan cerebral blood
flowKeluhan-keluhan berupa: pandangan gelap, perasaan mau pingsan,
dan mual (nausea). Terjadinya hipotensi akan merangsang refleks
simpatis berupa takikardi dan vasokonstriksi perifer yang secara
klinis dideteksi sebagai peningkatan denyut nadi dan keringat
dingin pada akral atau ekstremitas atas.
SYNCOPEFase syncope ditandai dengan hilangnya kesadaran
penderita dengan gejala-gejala klinis berupa(1) pernapasan pendek,
dangkal dan tidak teratur,(2) bradikardi dan hipotensi
berlanjut,(3) nadi teraba lemah, dan(4) gerakan konvulsif dan
muscular twitching pada otot-otot lengan, tungkai dan wajah. Pada
fase ini penderita rentan mengalami obstruksi jalan napas karena
terjadinya relaksasi otot-otot akibat hilangya kesadaran.