Top Banner
LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA TAK TERPERINCI disusun dalam rangka pelaporan kegiatan PPK di RS Grhasia Blok Kesehatan Jiwa Oleh: Nama : Muthia Addina 08711225 Widhowati Destiathree 08711148 Rima Adifusi Sando 08711060 Nurhayati 08711237 Deiny Harendra Putri 08711011 Hadi Salmi 08711 Kelompok : 6 Tutor : dr. Irene
35

PENUGASAN GRASIA

Jun 26, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENUGASAN GRASIA

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA TAK TERPERINCI

disusun dalam rangka pelaporan kegiatan PPK di RS Grhasia

Blok Kesehatan Jiwa

Oleh:

Nama : Muthia Addina 08711225

Widhowati Destiathree 08711148

Rima Adifusi Sando 08711060

Nurhayati 08711237

Deiny Harendra Putri 08711011

Hadi Salmi 08711

Kelompok : 6

Tutor : dr. Irene

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: PENUGASAN GRASIA

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan Jiwa adalah suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya

perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara optimal, sejauh

perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.

Menurut UU Pokok Kesehatan RI (1960), kesehatan adalah keadaan yang meliputi

kesehatan badan, mental, dan sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit,

cacat, dan kelemahan, adapun menurut UU No. 23 Tahun 1992, Kesehatan adalah

keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial dan ekonomi.

Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita ganggaun

jiwa berat. Namun masih banyak persepsi masyarakat yang salah tentang gangguan

jiwa. Gangguan jiwa masih diidentikkan sebagai suatu yang memalukan, bersifat mistis,

dan tidak dapat disembuhkan. Sehingga penanganan gangguan jiwa sering terlambat

dan akhirnya memberikan prognosis yang buruk. Bahkan kadang-kadang masyarakat

berusaha menyembuhkan dengan cara-cara yang tidak manusiawi seperti dipasung

(Maramis, 2009).

Menyikapi hal tersebut perlu dilakukan pengenalan dini mengenai kesehatan jiwa

yang ada di masyarakat. Dalam hal ini peran para pekerja kesehatan sangat dibutuhkan.

Kami sebagai calon dokter, melalui Program Pengenalan Klinik (PPK) ditempatkan

dalam suatu situasi yang sesungguhnya dalam masyarakat dan bagaimana kami

menyikapi hal tersebut berdasar dari teori – teori yang telah kami dapatkan pada bangku

kuliah. Setelah kegiatan PPK ini berjalan, diharapkan kami bisa dapat lebih memahami

apa itu gangguan jiwa dan bagaimana penanganannya.

Dalam kegiatan PPK kali ini, kami ditempatkan di Rumah Sakit Ghrasia Sleman

Yogyakarta. Kasus yang kami tangani adalah skizofrenia tak terperinci. Kelainan

Skizofrenia tak terperinci termasuk dalam subtipe dari gangguan skizofrenia. Gangguan

skizofrenia ditandai dengan khas oleh adanya waham yang aneh atau waham bizzare,

halusinasi dan telah berlangsung selama paling tidak 1 bulan.

Page 3: PENUGASAN GRASIA

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ib. W

Jenis Kelamin : P

Umur : 54 th

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tidak bekerja

Bangsa/Suku : Jawa

Alamat : Tegalrejo, Tamantirto, Kasihan,Bantul

No RM : 044099

Tanggal masuk RS : 16 Oktober 2010

II. ALLOANAMNESIS

Alloanamnesis diperoleh dari :

Nara Sumber Keterangan

Nama M. Priyatno Priharjo

Alamat Tegalrejo, Tamantirto, Kasihan,Bantul

Pendidikan SD

Pekerjaan Buruh

Umur 56 th

Hubungan Saudara kandung

Lama Kenal Sejak lahir

Sifat Kenal Dekat

II.1 Sebab Dibawa ke Rumah Sakit

Pasien mengamuk dan merusak rumah tetangga dengan melempar

batu

Page 4: PENUGASAN GRASIA

II.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Menurut keluarganya terjadi perubahan tingkah laku sudah lama sekali

(keluarga tidak ingat). Namun 4 bulan SMRS terjadi peningkatan gejala

merusak barang-barang, mengamuk, bicara sendiri, dan tertawa sendiri.

pasien masih mau mandi dan makan. pasien juga suka keluyuran,

melempar batu ke tetangga. gejala ini timbul perlahan-lahan.

II.3 Anamnesis Sistem

OS mengaku menderita hipotensi yang mempengaruhi fungsi sosial dan

kemadiriannya. OS merasa karena penyakitnya dia menjadi tidak bisa

menikah karena tidak ingin menjadi beban untuk suaminya kelak dan

penyakitnya itu menyebabkan dia sering bergantung pada ibunya.

II.4 Grafik Perjalanan Penyakit

Gejala Klinis

Mental Health Line/Time

Fungsi Peran

II.5 Hal – Hal yang Mendahului Penyakit

II.5.1 Faktor Organik

OS tidak pernah mengalami kejang, panas tinggi, trauma

dan keracunan.

II.5.2 Faktor Psikososial (stressor psikososial)

Menurut pengakuan saudara OS, OS mengalami patah

hati akibat ditolak lawan jenis. Hal ini berlawanan dengan

pengakuan OS yang mengaku bahwa dia menolak lawan

jenis yang melamarnya.

Page 5: PENUGASAN GRASIA

II.5.3 Faktor Predisposisi

OS berasal dari kalangan keluarga dengan tingkat sosial

ekonomi menengah kebawah. OS merupakan anak ke 5

dari 5 bersaudara. Ibunya meninggal beberapa bulan yang

lalu. Ayahnya berselignkuh dan kemudian menikah lagi

saat OS masih kecil. OS sendiri belum menikah dan belum

mempunyai calon suami.

OS cenderung berkepribadian manja. Selama ini ketika OS

membutuhkan sesuatu terbiasa segalanya terpenuhi oleh

orangtu dan kakak - kakaknya terutama ibunya yang

merawatnya selama ini

II.5.4 Faktor Presipitasi

beberapa hari yang lalu mengalami peningkatan gejala

mengamuk, berteriak – teriak, menangis, dan melempari

rumah tetangga dengan batu.

II.6 Riwayat Penyakit Dahulu

II.6.1 Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya

Pasien belum pernah mengalami penyakit yag serupa

maupun sejenis sebelumnya.

II.6.2 Riwayat Sakit Berat/ Opname

OS tidak pernah menderita sakit hingga harus mondok di

rumah sakit.

II.7 Riwayat Keluarga

II.7.1 Pola Asuh Keluarga

OS adalah anak terakhir dan perempuan satu – satunya,

hal ini membentuk pola asuh yang memanjakan OS. Sejak

kakak – kakaknya berkeluarga OS hanya tinggal dengan

ibunya dan segala kebutuhan OS dipenuhi oleh ibunya.

Page 6: PENUGASAN GRASIA

II.7.2 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak terdapat riwayat penyakit serupa pada anggota

keluarganya.

II.7.3 Silsilah Keluarga

= wanita = OS

= laki - laki

II.8 Riwayat Pribadi

II.8.1 Riwayat Kelahiran

Riwayat kehamilan dan persalinan OS tidak ada kelainan.

Kehamilan OS dikehendaki. OS lahir spontan dirumah

dengan dibantu dukun bayi.

II.8.2 Latar Belakang Perkembangan Mental

OS yang merupakan bungsu dari 5 bersaudara dan wanita

satu – satu nya terbiasa diperlakukan manja. Saat masih

kecil ayahnya menikah lagi dan mereka tinggal bersama

satu keluarga. Sejak ayahnya meninggal dan saudara –

saudaranya telah berkeluarga OS hanya tinggal dengan

ibunya yang merawatnya.

II.8.3 Perkembangan Awal

Riwayat perkembangan awal tidak didapatkan informasi

yang rinci, namun menurut keterangan OS, pertumbuhan

dan perkembangan OS sama seperti anak – anak

seusianya.

Page 7: PENUGASAN GRASIA

II.8.4 Riwayat Pendidikan

OS bersekolah hingga bangku SD.

II.8.5 Riwayat Pekerjaan

Pasien tidak bekerja

II.8.6 Riwayat Perkembangan Seksual

OS tidak ada kelainan identitas seksual dan merasakan

tertarik dengan lawan jenisnya. Perkembangan seksualnya

sama seperti wanita normal.

II.8.7 Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual

OS beragama Islam. Sejak kecil sampai sekarang OS rajin

melaksanakan ibadah sholat lima waktu.

II.8.8 Riwayat Perkawinan

OS belum pernah menikah.

II.8.9 Riwayat Kehidupan emosional

OS pernah patah hati saat perasaannya ditolak oleh lawan

jenis. Sejak itu OS mulai menunjukkan perubahan tingkah

laku. Sekitar 4 bulan sebelumnya Ibu OS meninggal dunia

sehingga OS harus hidup sendiri di rumahnya dan

perubahan tingkah laku semakin terlihat.

II.8.10 Hubungan Sosial

Sebelum sakit OS berhubungan baik dengan para

tetangganya. OS tidak pernah berbuat jahat atau

mengganggu tetangganya.

II.8.11 Kebiasaan

OS suka berjalan – jalan disekitar lingkungan tetangganya.

Page 8: PENUGASAN GRASIA

II.8.12 Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi OS tergolong menengah kebawah.

II.8.13 Riwayat Khusus

OS tidak pernah berurusan dengan polisi dan tidak pernah

mempunyai pengalaman militer.

II.9 Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis

Alloanamnesis dapat dipercaya.

II.10 Kesimpulan Alloanamnesis

Dihadapkan pada seorang penderita perempuan berusia 54 tahun,

alamat Tegalrejo, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, belum

menikah, tidak bekerja, pendidikan terakhir SD. OS mengalami

perubahan tingkah laku sejak ditolak oleh lawan jenis yakni mudah

tersinggung dan marah – marah, kemudian sejak Ibunya meninggal

OS mulai merusak barang-barang, mengamuk, bicara sendiri, dan

tertawa sendiri. OS dibawa ke RS Grhasia karena terjadi

peningkatan gejala seperti berteriak-teriak, menangis, mengamuk

hingga melempar rumah tetangga dengan batu.

Faktor organik yang mendahului penyakit tidak ada

Faktor psikososial ada.

Status sosial merupakan keluarga mampu.

Pola asuh pasien kurang baik.

Riwayat persalinan dan kelahiran baik.

Pola kepribadian pasien skizoid.

Pasien tidak ada retardasi mental.

III. STATUS PRAESENS

III.1 Status Internus

Keadaan umum : Baik

Bentuk Badan : Normotrofik

Tinggi Badan : 155 cm

Page 9: PENUGASAN GRASIA

Tanda Vital

Tek Darah : 110/70 mmHg

Suhu : 36,5 C

Nadi : 80 x/ menit

Respirasi : 20 x/ menit

Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher : limfonodi teraba (-), nyeri tekan (-)

Thorax

Sistem CV : bising jantung (-), suara jantung tambahan

(-), konfigurasi normal

Sistem Respi : sonor, vesikuler, suara tambahan (-)

Abdomen

Sistem GI : teraba massa (-), hepar dan lien tidak

teraba, nyeri tekan abdomen (-)

Sistem Urogenital : tidak dilakukan

Sistem Musculoskeletal : deformitas (-), akral dingin (-)

Sistem Integumentum : hiperemis (-), oedem (-), luka (-)

Kelainan khusus : tidak ada

Kesan Status Internus : tidak ada kelainan organik

III.2 Status Neurologis

Meningeal Sign : negatif

N. Cranial : dbn

Kekuatan otot : dbn

Sensibilitas : dbn

Refleks Fisiologis : dbn

Reflek Patologis : negatif

Gangg Keseimbangan dan : negatif

Koordinasi gerak

Kesan status neurologis : dalam batas normal

III.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

Page 10: PENUGASAN GRASIA

IV. STATUS PSIKIATRI

Tanggal Pemeriksaan : 3 November 2010

No Status Psikiatri Hasil Keterangan

1 Kesan Umum Tampak sakit jiwa

2 Kesadaran

Kuantitatif

Kualitatif

GCS E4 V5 M6

Tidakberubah

Pasien sadar sepenuhnya

saat diajak komunikasi.

3 Orientasi

Orang

Waktu

Tempat

Situasi

Baik

Baik

Baik

Baik

Mengerti nama teman satu

kamar dan mengerti siapa

pemeriksa.

Dapat mengerti pagi, siang,

sore, malam.

Mengerti di RS dan bangsal

mana pasien tinggal.

Dapat membedakan situasi

dimana ramai dan sepi

misalnya pasar dan

dirumah.

4 Penampilan dan rawat

diri

Baik Terkesan cukup bersih.

5 Sikap dan tingkah laku Kooperatif dan

normoaktif

Dapat berinteraksi dengan

baik dengan sikap dan

tingkah laku yang wajar

tidak berlebihan selayaknya

orang normal.

6 Roman muka normomimik Menunjukkan ekspresi

wajah yang normal dan

sesuai dengan suasana

hatinya

7 Afek Tumpul Kurang sesuai dalam

mengekspresikan

perasaannya.

Page 11: PENUGASAN GRASIA

8 Proses pikir

Bentuk pikir

Isi pikir

Progresi pikir

Non realistik

Waham magik mistik

Waham kendali pikir

Waham agama

Kuantitatif:

Logorrhoe

Kualitatif:

irelevan, koheren, dan

asosiasi longgar

Percaya dirinya

dikendalikan oleh bisikan –

bisikan dari luar yang

mengendalikan dirinya.

Percaya dirinya dikirim guna

– guna oleh seseorang

yang jahat hingga sekarang.

Percaya pikirannya dan

tindakannya dikendalikan

oleh suatu kekuatan dari

luar melalui bisikan –

bisikan.

Percaya bahwa saat

mendesak sholat

diperbolehkan hanya sujud

saja

Jika ditanya menjawab

dengan baik tetapi terus

bicara banyak hal.

Dapat menjawab

pertanyaan dengan baik

dan dapat dimengerti.

Tetapi kadang susah

dimengerti dan tidak sesuai

dengan pertanyaan.

10 Persepsi

Halusinasi H. Visual Riwayat pernah melihat

cahaya keluar dari makam

kakeknya dan pernah

melihat cahaya yang

melingkupi tubuhnya.

Page 12: PENUGASAN GRASIA

Ilusi

H. Auditorik

H. Olfaktorik

H. Taktil

Kerap mendengar suara –

suara bisikan yang

mengganggu.

Riwayat pernah mencium

bau air kencing manusia

pada malam hari.

Riwayat pernah merasakan

sakit seperti tangannya

diiris hendak dipotong

hingga berdarah.

Pernah melihat seseorang

yang tiba – tiba berubah

menjadi seekor kucing.

11 Mood dan Interest Dalam batas normal Pasien tidak menunjukkan

emosi yang abnormal

seperti murung atau terlalu

gembira.

12 Hubungan jiwa Mudah Pemeriksa dan pasien

berinteraksi dengan baik.

13 Perhatian Mudah ditarik dan

dicantum

Dapat menjawab spontan

pertanyaan dan pemeriksa

mengerti jawaban pasien.

14 Memori Jangka pendek : baik

Jangka panjang : baik

Bisa mengingat menu

makanan yang tadi dimakan

Pasien mengerti alamat

rumah dan dengan siapa

pasien dulu tinggal.

15 Gangguan intelegensi

sesuai umur dan

pendidikan

Tidak ada Sekolah terakhir SD dan

pasien mampu membaca

dan menulis.

16 Insight Baik Pasien sudah merasa

dirinya mengalami sakit

jiwa.

Page 13: PENUGASAN GRASIA

V. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA

V.1 Tanda – Tanda (Sign)

Sikap perilaku : normoaktif

Afek : tumpul

Roman muka : normomimik

V.2 Gejala (Symptom)

Bentuk pikir : non realistik

Isi Pikir : waham kendali pikir, waham magik mistik

Progresi pikir : logorrhoe, irelevan, koheren, dan asosiasi longgar

Persepsi : halusinasi visual, halusinasi auditorik, halusinasi

olfaktorik, halusinasi taktil, ilusi

V.3 Kumpulan Gejala (Sindrom)

Sindrom Skizofren : afek tumpul, waham bizarre, halusinasi, ilusi

VI. DIAGNOSIS BANDING

Skizofrenia tak terperinci

Skizofrenia paranoid

VII. PEMBAHASAN

Dari hasil identintifikasi yang diperoleh dari autoanamnesis dan

alloanamnesis diketahui bahwa gejala yang ditemukan pada OS mengarah

kepada ganguan skizofrenia yaitu didapatkannya waham bizzare yaitu

waham kendali pikir yang menonjol dan didapati waham non-bizzare yaitu

waham magik mistik dan waham agama yang menetap, selain itu terdapat

pula gangguan isi pikir berupa halusinasi dan ilusi. Menurut pedoman

diagnostik skizofrenia dalam PPDGJ III gejala-gejala dari pasien mengarah

ke skizofrenia tak terinci.

Penyingkiran diagnosis banding dapat di cocokkan menurut gejala pada

PPDGJ III yaitu:

Page 14: PENUGASAN GRASIA

Pedoman Diagnostik untuk Skizofrenia

Tabel 1. Pedoman Diagnostik Skizofrenia

No Pedoman Diagnostik Gejala pada Os Kriteria

1 Harus ada sedikitnya satu gejala

yang amat jelas (dan biasanya 2

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu

kurang jelas) :

a. Thought echo, thought

insertion or withdrawl, thougt

broadcasting

b. Delution of control, delution of

influence, delution of

pasitivity, delution of

perception

c. Halusinasi auditorik, suara

halusinasi yang berkomentar

terus-menerus terhadap

prilaku pasien atau

mendiskusikan pasien

diantara mereka sendiri, jenis

suara halusinasi lain berasal

dari salah satu bagian tubuh

d. Waham-waham yang

menetap lainnya yang

menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar atau

mustahil

Waham kendali pikir

(+)

Halusinasi auditorik (+)

Waham magik mistik

(+)

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

2 Atau paling sedikit dua dari gejala di

bawah ini harus ada secara secara

jelas ;

e. Halusinasi menetap dari

panca indera saja apabila

disertai waham yang

Memenuhi

Page 15: PENUGASAN GRASIA

mengembang maupun

setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas,

ataupun disertai oleh ide-ide

berlebihan yang menetap

apabila setiap hari selama

berbulan-bulan secara terus-

menerus

f. Arus pikiran yang terputus

atau mengalami sisipan yang

bersifat inkoherensi atau

pembicaraan yang tidak

relevan atau neologisme

g. Perilaku katatonik seperti

keadaan gaduh gelisah,

posisi tubuh tertentu atau

fleksibilitas serea,

negativisme, mutisme, dan

stupor

h. Gejala-gejala negatif, seperti

sikap sangat apatis, bicara

yang jarang serta respon

emosional yang menumpul

atau yang tidak wajar

biasanya mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan

sosial dan menurunnya

kinerja sosial tetapi harus

jelas hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau

neuroleptik

i. Suatu perubahan yang

konsisten dan bermakna

dalam mutu keseluruhan dari

Irrelevansi

Asosiasi longgar

Memenuhi

Tidak memenuhi

Tidak memenuhi

Tidak memenuhi

Page 16: PENUGASAN GRASIA

beberapa aspek perilaku

perorangan, bermanifestasi

sebagai hilangnya minat, tak

bertujuan, sikap malas, sikap

berdiam diri ( self absorbed

attitude ) dan penarikan

secara sosial

j. Adanya gejala-gejala tersebut

di atas telah berlangsung

selama kurun waktu satu

bulan atau lebih ( tidak

berlaku untuk setiap fase

nonpsikotik prodormal )

Memenuhi

Kesimpulan : Os memenuhi kriteria Diagnosa F20,-

Sumber : PPDGJ III

Tabel 2. Pedoman Diagnostik : skizofrenia Residual F20.5

No Pedoman Diagnostik Gejala pada orang

sakit

Kriteria

1 Untuk suatu diagnosis yang

meyakinkan, persyaratan berikut ini

harus dipenuhi semua :

a. gejala “negatif” dari

skizofrenia yang menonjol,

misalnya perlambatan

psikomotorik, aktivitas

menurun, afek yang

menumpul, sikap pasif dan

ketiadaan inisiatif,

kemiskinan dalam kuantitas

atau isi pembicaraan,

komunikasi non-verbal

yang buruk seperti ekspresi

Tidak memenuhi

Page 17: PENUGASAN GRASIA

muka, kontak mata,

modulasi suara, dan posisi

tubuh, perawatan diri dan

kinerja sosial yang buruk.

b. Sedikitnya ada riwayat satu

episode psikotik yang jelas

di masa lampau yang

memenuhi kriteria untuk

diagnosis skizofrenia;

c. Sedikitnya sudah

melampaui kurun waktu

satu tahun dimana

intensitas dan frekuensi

gejala yang nyata seperti

waham dan halusinasi telah

sangat berkurang (minimal)

dan telah timbul sindrom

“negatif” dari skizofrenia

d. Tidak terdapat dementia

atau penyakit/gangguan

otak organik lain, depresi

kronis atau

instutisionalisasi yang

dapat menjelaskan

disabilitas negatif tersebut.

Tidak memenuhi

Tidak memenuhi

Tidak memenuhi

Kesimpulan : os tidak memenuhi kriteria F20.5

Tabel 3. Pedoman Diagnostik : Skizofrenia Paranoid F20.0

No Pedoman diagnostic Gejala pada Os Kriteria

1

2

Memenuhi kriteria umum diagnosis

skizofrenia

Sebagai tambahan:

- halusinasi

Pada tabel 1 os

memenuhi kriteria

skizofrenia

Memenuhi

Page 18: PENUGASAN GRASIA

dan/atau waham harus menonjol

a. suara-suara halusinasi yang

mengancam pasien atau

memberi perintah, atau

halusinasi auditorik tanpa

bentuk verbal berupa bunyi

pluit (whistling),

mendengung (humming),

atau bunyi tawa (laughing);

b. halusinasi pembauan atau

pengecapan rasa, atau

bersifat seksual, atau lain-

lain perasaan tubuh;

halusinasi visual mungkin

ada tetapi jarang menonjol;

c. waham dapat berupa

hampir setiap jenis, tetapi

waham dikendalikan

(delusion of control),

dipengaruhi (delusion of

influence), atau ” passivity”

(delusion of passivity), dan

keyakinan dikejar-kejar

yang beraneka ragam,

adalah yang paling khas;

- gangguan

afektif, dorongan kehendak dan

pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak

nyata/tidak menonjol.

OS mendengar suara

yang memberi perintah

OS mencium bau air

kencing manusia dan

melihat cahaya

Waham magic mistik

Waham kendali piker

Waham agama

Memenuhi

Memenuhi

Tidak memenuhi

Tidak memenuhi

Kesimpulan : Os tidak memenuhi kriteria Diagnosa F20.0

Tabel 4. Pedoman Diagnostik : Skizofrenia Tak Terinci F20.3

Page 19: PENUGASAN GRASIA

NO Pedoman diagnostik Gejala pada Os Kriteria

1

2

3

Memenuhi kriteria umum diagnosis

skizofrenia

Tidak memenuhi kriteria untuk

diagnosis skizofrenia paranoid,

hebrefenik atau katatonik

Tidak memenuhi kriteria untuk

skizofrenia residual atau atau

depresi pasca-skizofrenia

Pada tabel os

memenuhi

kriteria

skizofrenia

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Kesimpulan : Os memenuhi kriteria Diagnosis F20.3

Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas menunjukkan bahwa OS memenuhi kriteria

untuk diagnostik Skizofrenia dengan tipe tak terinci (F 20.3).

VIII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

VIII.1 Pemeriksaan Psikologi

Pemeriksaan psikologi ini bertujuan untuk mengetahui status

psikologis pada pasien status ini akan membantu dalam terapi

psikologis yang akan diberikan pada pasien. Pemeriksaan psikologi

bisa dilakukan dengan test IQ dan tes kepribadian.

VIII.2 Pemeriksaan Penunjang

Pada dasarnya pemeriksaan penunjang dilakukan untuk

memastikan diagnosis dari suatu penyakit. Namaun pada kasus

skizofrenia yang tidak terinci kita bisa menegakkan diagnosis dengan

pedoman diagnosis skizofrenia yang tak terinci, antara lain memenuhi

kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia, dan tidak memenuhi kriteria

diagnosis skizofrenia jenis lainnya. Sedangkan pemeriksaan

penunjang pada kasus ini hanya untuk mengetahui etiologi dari

gangguan jika pasien mengeluhkan gejala tertentu.

Page 20: PENUGASAN GRASIA

IX. DIAGNOSIS

IX.1 Aksis I : F20.3

IX.2 Aksis II : Manja

IX.3 Aksis III : -

IX.4 Aksis IV : Menyukai lawan jenis namun tidak terbalas, ibu

meninggal dunia

IX.5 Aksis V : jelek

X. RENCANA PENATALAKSANAAN

X.1Terapi Organobiologik

X.1.1 Psikofarmaka

1. Chlorpromazin 25 mg (0-0-1)

Merupakan obat antipsikotik yang memiliki afek sedasi

tinggi untuk menjaga kualitas tidur pasien. Pada pasien

ini hanya diberi 1 tablet saja karena pasien sudah

mulai tenang, tidak agresif lagi dan sudah tidak

mengalami kesulitan tidur dan diberikan pada malam

hari supaya tidak menganggu kualitas hidup pasien

2. Haloperidol 1,5 mg (1-0-1)

Merupakan obat antipsikotik kuat untuk menekan

gejala seperti waham dan halusinasi, pada pasien ini

diberikan 2 kali sehari pada pagi dan malam hari

karena wahamnya masih menonjol. Dosis diberikan 2

kali sehari mengingat waktu paruh haloperidol 12 jam.

3. Trihexyphenydil 2 mg (1-0-1) k/p

Merupakan antidotum untuk efek samping dari

haloperidol berupa sindrom ekstrapiramidal seperti

tremor, rigiditas (parkinsonisme). Obat ini berinteraksi

dengan antipsikotik dengan mengurangi efek dari obat

antipsikotiknya, jadi obat ini diberikan seminimal

mungkin atau jika perlu saja.

X.1.2 Terapi fisik

Tidak terdapat sakit fisik.

Page 21: PENUGASAN GRASIA

X.2 Psikoterapi

Psikoterapi Suportif

Pasien dibimbing untuk menceritakan segala permasalahan apa

yang terjadi, kekawatiran pasien kepada terapis, sehingga terapis dapat

memberikan problem solving yang baik dan mengetahui cara antisipasi

pasien dari faktor-faktor pencetus (untuk memperbaiki kepribadian pasien

yang cenderung tertutup)

X.3 Terapi Sosiokultural

X.3.1 Terapi Rehabilitatif

a. Terapi kerja

Membantu pasien untuk memperbaiki fungsi peran

pasien, sehingga pasien memiliki kesibukan (tidak

menganggur dan tidak melamun). Berupa aktivitas

ringan yang tidak memerlukan keahlian khusus,

misalnya aktivitas rumah tangga, seperti mencuci

piring, menyapu halaman, mengepel lantai, atau

aktivitas dengan lingkungan sosialnya, seperti kerja

bakti. (mengurangi waktu pasien untuk melamun dan

meningkatkan inisiatif kerja pasien. Disamping itu, jika

pasien aktif dalam aktivitas kerja berkelompok, hal ini

juga dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien dan

memperbaiki fungsi sosial pasien).

b. Latihan kerja

Pasien mendapatkan latihan kerja, sehingga pasien

dapat memiliki keahlian yang dapat berguna. (dapat

menghasilkan suatu produk (berproduksi) sesuai

dengan keahlian yang dimiliki untuk memenuhi

kebutuhan hidup ketika kembali ke masyarakat).

X.3.2 Terapi Spiritual

Dilakukan agar pasien tetap mengingat dan

menjalankan perintah agama yang dianutnya (membantu

Page 22: PENUGASAN GRASIA

pasien membuat dirinya lebih tenang, aman dan nyaman

hati serta batin).

X.3.3 Edukasi dan Modifikasi Keluarga

Keluarga pasien diinformasikan dan diajarkan cara

merawat, memperlakukan, pasien dengan benar, karena

pasien gangguan jiwa memerlukan perhatian khusus.

Keluarga dianjurkan mengawasi pasien saat minum obat

dan memastikan pasien meminum obat dengan rutin di

rumah (untuk mengatasi ketidakdisiplinan minum obat)

dengan dosis yang tepat dan tidak diturunkan secara

mandiri tanpa sepengetahuan atau izin dokter. Keluarga

juga dianjurkan menghargai pasien seperti orang sehat,

memberikan pasien kesibukan agar pasien tidak melamun.

Keluarga juga dianjurkan membesarkan hati pasien.

Keluarga berusaha untuk terus berkomunikasi dan

memberikan perhatian yang lebih sensitif terhadap pasien.

XI. PROGNOSIS

XI.1 Faktor Premorbid

1. Faktor kepribadian : baik

2. Faktor genetik : baik

3. Pola asuh : baik

4. Faktor organik : baik

5. Dukungan keluarga : baik

6. Sosio ekonomi : jelek

7. Faktor pencetus : jelek

8. Kegiatan spiritual : baik

XI.2 Faktor Morbid

1. Onset usiatua : baik

2. Perjalanan penyakit (Skizofren TT) : jelek

Page 23: PENUGASAN GRASIA

3. Perjalananpenykit (kronis) : jelek

4. Respon terhadap terapi : baik

5. Kelainan organik (tidak ada) : baik

XI.3 Kesimpulan Prognosis

Dubia et Bonam

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 24: PENUGASAN GRASIA

Banyak pasien dengan gangguan jiwa skizofrenia belum mendapatkan

penanganan yang tepat. Banyak dari mereka bahkan mendapatkan perlakuan tak

berkemanusiaan seperti dipasung. Dalam lingkungannya sendiri, masyarakat cenderung

menghina dan mengolok – olok keadaan pasien tersebut. Hal seperti ini dapat

memperburuk keadaan pasien. Ditambah dengan pengetahuan masyarakat yang

kurang mengenai kelainan skizofrenia dan kepercayaan mistik masyarakat setempat

yang kuat sehingga bermunculan persepsi – persepsi salah mengenai penyakit

skizofrenia yang dianggap sebagai ulah makhluk halus, kutukan, atau sejenisnya.

Edukasi masyarakat tentang masalah kejiwaan ternyata masih kurang. Maka

perlu diberikan penyuluhan mengenai kesehatan jiwa yang selama ini cenderung

diabaikan. Masyarakat kita selama ini dalam menghadapi orang – orang dengan

gangguan kejiwaan psikotik dengan sikap yang salah seperti dengan memanggil dukun,

dipasung dan dibiarkan tanpa adanya pertolongan medis. Karena itu, ini adalah tugas

dokter dan puskesmas sebagai garda paling depan untuk memberikan edukasi

masyarakat tentang masalah kejiwaan dan bagaimana penanganan yang tepat untuk

masyarakat.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: PENUGASAN GRASIA

Hasisukanto, G., Elvira, Sylvia., 2010, Buku Ajar Psikiatri. FKUI: Jakarta

Hawari, Dadang., 1997, Al – Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. PT

Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta

Kuntjojo, 2009, Psikologi Abnormal. Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Nusantara PGRI: Kediri

Maramis, A. F., Maramis A. A., 2009, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, edisi 2, Airlangga

University Press, Surabaya.

Maslim, R. 2002, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ

III.

Nuhriawangsa, Ibrahim, 2004, Simtomatologi Psikiatri. FK UNS: Surakarta.

Soewadi, 2002, Simtomatologi Dalam Psikiatri. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UGM:

Yogyakarta