Page 1
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA
MENJADI NARASI DENGAN METODE PENCARIAN INFORMASI MELALUI
MEDIA KARTUN BERCERITA PADA KELAS VII D SMP NEGERI 30
SEMARANG
Skripsi
untuk memeroleh gelar sarjana pendidikan
Oleh :
Nama : Rumiana
NIM : 2101409006
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
Page 2
ii
SARI
Rumiana. 2013. Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi
Narasi dengan Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun
Bercerita pada kelas VII D SMP N 30 Semarang. Skripsi. Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I: Drs. Wagiran, M.Hum. dan Pembimbing II:
Rahayu Pristiwati, S.Pd., M.Pd.
Kata kunci: keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi, metode
pencarian informasi, media kartun bercerita.
Kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi di SMP
N 30 Semarang masih rendah. Berdasarkan beberapa sebab rendahnya kualitas
menulis siswa, maka disimpulkan perlu penanganan s dalam pembelajaran mengubah
teks wawancara menjadi narasi. Diperlukannya suatu metode pembelajaran menulis
yang efektif dan efisien. Diharapkan penerapan metode pencarian informasi dan
penggunaan media kartun bercerita mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimanakah proses
pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Menggunakan
Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita, (2) bagaimanakah
peningkatan hasil pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan
Menggunakan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita, dan (3)
bagaimanakah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran Mengubah
Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Menggunakan Metode Pencarian Informasi
dan Media Kartun Bercerita di SMP N 30 Semarang. Selaras dengan rumusan
masalah, tujuan penelitian ada tiga yaitu mendeskripsi proses, memaparkan
peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dan menjelaskan
perubahan perilaku siswa.
Proses pembelajaran siklus II berjalan lebih tertib dan lancar dibandingkan
siklus I. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan
mengubah teks wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang dengan
metode pencarian informasi melalui kartun bercerita. Pada siklus I nilai rata-rata kelas
mencapai 70,7 dan termasuk dalam kategori cukup dan masih jauh dari kriteria
ketuntasan minimal di sekolah yaitu 75 dan juga belum mencapai target ketuntasan
penelitian sebesar 77. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat 14,6% menjadi 81
dan masuk dalam kategori baik. Perolehan hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui
kartun bercerita pada siswa kelas VIID SMP N 30 Semarang berhasil.
Perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita
mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Siswa yang sebelumnya kurang
antusias dengan pembelajaran menulis menjadi lebih antusias mengikuti
Page 3
iii
pembelajaran. Siswa yang pada siklus I masih gaduh, sudah tidak terlihat gaduh lagi
pada siklus II.
Saran pada penelitian ini ditujukan kepada guru agar pembelajaran mengubah
teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun
bercerita dapat dijadikan alternatif bagi pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi. Bagi peneliti lain disarankan agar melakukan penelitian serupa dengan
menggunakan strategi, teknik, atau metode yang lain agar memberikan alternatif
dalam pembelajaran.
Page 4
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia
ujian skripsi.
Semarang, 27 Mei 2013
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Wagiran, M.Hum. Rahayu Pristiwati, S.Pd., M.Pd.
NIP 196703131993031002 NIP 196903032008012019
Page 5
v
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada
hari :
tanggal :
Panitia Ujian Skripsi
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. Sumartini, S.S., M.A.
NIP.. 196008031989011001 NIP..197307111998022001
Penguji I,
Dra. Suprapti, M.Pd.
NIP 195007291979032001
Penguji II, Penguji III,
Rahayu Pristiwati, S.Pd, M.Pd. Drs. Wagiran, M.Hum.
NIP 196903032008012019 NIP 196703131993031002
Page 6
vi
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 27 Mei 2013
Rumiana
Page 7
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Motto penulis dalam menjalani kehidupan yaitu sebagai berikut.
1. Dahulukan Allah, maka Allah akan mendahulukanmu.
2. Ketika kita memberikan jalan kepada orang lain, maka kita pasti akan
diberikan jalan oleh-Nya.
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan kepada.
1. Bapak, Ibu, Kakak, dan Kakak ipar saya yang selalu
memberikan motivasi.
2. Mas Harsito Subekti.
3. Almamater.
Page 8
viii
PRAKATA
Bukan tanpa kerja keras dan bukan tanpa perjuangan skripsi ini dapat
terselesaikan. Berkat rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini tanpa halangan yang berarti.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Drs. Wagiran, M.Hum., selaku
pembimbing I dan Rahayu Pristiwati, S.Pd., M.Pd., pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih
juga peneliti sampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian;
2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan kemudaham dalam penyusunan skripsi;
3. Kepala SMP N 30 Semarang, Dra Suprihartiningsih guru mapel bahasa Indonesia
dan siswa-siswi kelas VIID SMP N 30 Semarang yang telah bekerja sama dengan
peneliti selama penelitian;
4. Bapak, ibu, Mas Wasis, dan Mbak Puji yang senantiasa memberikan doa restu
serta dukungan;
5. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal atas apa
yang telah diberikan kepada peneliti. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada peneliti khususnya dan kepada pembaca pada umumnya.
Semarang, 27 Mei 2013
Rumiana
Page 9
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Sari .................................................................................................................. i
Persetujuan Pembimbing ................................................................................ iii
Pengesahan Kelulusan .................................................................................... iv
Pernyataan ....................................................................................................... v
Motto dan Persembahan .................................................................................. vi
Prakata ............................................................................................................. vii
Daftar Isi ......................................................................................................... viii
Daftar Tabel .................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ................................................................................................. xiv
Daftar Diagram ............................................................................................... xv
Daftar Bagan ................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran .............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................. 7
1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................. 9
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 9
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ..................... 12
2.1.Kajian Pustaka ......................................................................................... 12
2.2.Landasan Teoretis .................................................................................... 19
2.2.1 Hakikat Menulis ............................................................................... 19
2.2.2 Tujuan Menulis ................................................................................ 22
2.2.3 Manfaat Menulis .............................................................................. 23
2.2.4 Hakikat Narasi ................................................................................. 25
2.2.5 Ciri-ciri Karangan Narasi ................................................................. 26
Page 10
x
2.2.6 Jenis Karangan Narasi ..................................................................... 27
2.2.7 Bentuk Khusus Narasi ..................................................................... 28
2.2.8 Struktur Narasi................................................................................. 30
2.2.9 Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi ................................... 31
2.2.10 Hakikat Wawancara....................................................................... 32
2.2.11 Teks Wawancara ........................................................................... 33
2.2.12 Media Kartun Bercerita ................................................................. 34
2.2.13 Metode Pencarian Informasi.......................................................... 37
2.2.14 Penerapan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun
Bercerita pada Pembelajaran .......................................................... 39
2.2.15 Evaluasi Pembelajaran Menggunakan Metode Pencarian
Informasi dan Media Kartun Bercerita .......................................... 42
2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 43
2.4 Hipotesis Tindakan .................................................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 46
3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 46
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I .................................................................... 47
3.1.1.1 Perencanaan Siklus ....................................................................... 47
3.1.1.2 Tindakan Siklus I .......................................................................... 49
3.1.1.3 Observasi Siklus I ......................................................................... 52
3.1.1.4 Refleksi Siklus I ........................................................................... 53
3.1.2 Proses Tindakan Siklus II ................................................................... 53
3.1.2.1 Perencanaan Siklus II ................................................................... 54
3.1.2.2 Tindakan Siklus II ........................................................................ 54
3.1.2.3 Observasi Siklus II ....................................................................... 57
3.1.2.4 Refleksi Siklus II .......................................................................... 58
3.2 Subjek Penelitian ....................................................................................... 59
3.3 Variabel Penelitian ..................................................................................... 59
3.3.1 Variabel Kemampuan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi .. 59
3.3.2 Variabel Metode Pencarian Informasi melalui Kartun Bercerita......... 60
3.4 Indikator Kinerja ........................................................................................ 61
Page 11
xi
3.4.1 Indikator Kuantitatif ............................................................................. 61
3.4.2 Indikator Kualitatif ............................................................................... 61
3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................. 62
3.5.1 Instrumen Tes ....................................................................................... 62
3.5.2 Instrumen Nontes ................................................................................. 66
3.5.2.1 Pedoman Observasi ........................................................................ 66
3.5.2.2 Pedoman Wawancara ..................................................................... 66
3.5.2.3 Jurnal .............................................................................................. 67
3.5.2.4 Dokumentasi .................................................................................. 67
3.6 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 68
3.6.1 Teknis Tes ............................................................................................ 68
3.6.2 Teknik Nontes ...................................................................................... 69
3.6.2.1 Observasi ........................................................................................ 69
3.6.2.2 Wawancara ..................................................................................... 70
3.6.2.3 Jurnal .............................................................................................. 71
3.7 Teknis Analisis Data .................................................................................. 73
3.7.1 Teknik Kuantitatif ................................................................................ 73
3.7.2 Teknik Kualitatif .................................................................................. 74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 76
4.1 Penelitian Siklus I ...................................................................................... 76
4.1.1 Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi
dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun Bercerita 76
4.1.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara
menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media
Kartun Bercerita ................................................................................... 79
4.1.2.1 Aspek Kesesuaian Isi ..................................................................... 81
4.1.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan tak Langsung ............. 82
4.1.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca .................................... 83
4.1.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi ......................................................... 84
4.1.2.5 Aspek Ketepatan Pemilihan Kata .................................................. 86
4.1.2.6 Aspek Keruntutan Cerita ................................................................ 87
Page 12
xii
4.1.2.7 Apek Kerapian Tulisan .................................................................. 88
4.1.3 Perilaku Siswa Siklus I ........................................................................ 89
4.1.3.1 Hasil Observasi Siklus I ................................................................. 89
4.1.3.2 Hasil Jurnal Siklus I ....................................................................... 94
4.1.3.2.1 Jurnal Siswa ............................................................................. 95
4.1.3.2.2 Jurnal Guru ............................................................................... 97
4.1.3.3 Hasil Wawancara Siklus I .............................................................. 101
4.1.3.4 Dokumentasi Siklus I ..................................................................... 103
4.1.3.5 Refleksi Siklus I ............................................................................. 107
4.1.3.5.1 Refleksi Proses ......................................................................... 107
4.1.3.5.2 Refleksi Hasil ........................................................................... 108
4.1.3.5.3 Refleksi Perilaku Siswa ........................................................... 109
4.2 Penelitian Siklus II ..................................................................................... 110
4.2.1 Proses Penelitian Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan
Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun Bercerita ............ 111
4.2.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara
menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui
Media Kartun Bercerita ........................................................................ 113
4.2.2.1 Aspek Kesesuaian Isi ..................................................................... 116
4.2.2.2 Apek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung ............. 117
4.2.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca .................................... 118
4.2.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi ......................................................... 119
4.2.2.5 Aspek Ketepatan Pemilihan Kata .................................................. 120
4.2.2.6 Aspek Keruntutan Cerita ................................................................ 122
4.2.2.7 Aspek Kerapian Tulisan ................................................................. 123
4.2.3 Perubahan Perilaku Siklus II ................................................................ 124
4.2.3.1 Hasil Observasi Siklus II ............................................................... 124
4.2.3.2 Hasil Jurnal Siklus II ...................................................................... 129
4.2.3.2.1 Jurnal Siswa ............................................................................. 130
4.2.3.2.1 Jurnal Guru ............................................................................... 132
4.2.3.3 Hasil Wawancara Siklus II ............................................................. 135
Page 13
xiii
4.2.3.4 Hasil Dokumentasi Foto Siklus II .................................................. 137
4.2.3.5 Refleksi Siklus II ............................................................................ 140
4.2.3.5.1 Refleksi Proses ......................................................................... 141
4.2.3.5.2 Refleksi Hasil ........................................................................... 142
4.2.3.5.3 Refleksi Perubahan Perilaku .................................................... 143
4.3 Pembahasan ................................................................................................ 144
4.3.1 Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi
Dengan Metode Pencarian Informasi melalui Kartun Bercerita .......... 144
4.3.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks
Wawancara menjadi Narasi ................................................................. 146
4.3.3 Perubahan Perilaku .............................................................................. 152
4.4 Perbandingan .............................................................................................. 157
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 161
5.1 Simpulan .................................................................................................... 161
5.2 Saran .......................................................................................................... 163
Daftar Pustaka .................................................................................................. 165
Lampiran .......................................................................................................... 168
Page 14
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Pebedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ............................ 28
Tabel 2 Pedoman Penilaian .............................................................................. 64
Tabel 3 Rubrik Penilaian Karangan Narasi...................................................... 64
Tabel 4 Kategori Penilaian ............................................................................... 65
Tabel 5 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi
Siklus I ................................................................................................ 80
Tabel 6 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi .......................................................... 81
Tabel 7 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung .............................. 82
Tabel 8 Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca ......................... 84
Tabel 9 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi.............................................. 85
Tabel 10 Hasil Tes Aspek Ketepatan Pemilihan Kata ..................................... 86
Tabel 11 Hasil Tes Aspek Keruntutan Cerita .................................................. 87
Tabel 12 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan ................................................... 88
Tabel 13 Hasil Observasi Siklus I .................................................................... 89
Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi
Narasi Siklus II ...................................................................................... 114
Tabel 15 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus II ......................................... 116
Tabel 16 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung
Siklus II ................................................................................................. 117
Tabel 17 Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II ........ 118
Tabel 18 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II ............................. 120
Tabel 19 Hasil Tes Aspek Ketepatan Pemilihan Kata Siklus II ...................... 121
Tabel 20 Hasil Tes Aspek Keruntutan Cerita Siklus II .................................... 122
Tabel 21 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus II ..................................... 123
Tabel 22 Hasil Observasi Siklus II .................................................................. 124
Tabel 23 Peningkatan Rata-rata Siklus I menuju Siklus II ............................. 150
Tabel 24 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II ....................... 152
Page 15
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Materi ............... 104
Gambar 2 Aktivitas Siswa Mengamati Kartun Bercerita.................. 105
Gambar 3 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Teman Sebangku ..... 105
Gambar 4 Aktivitas Guru Mengulang Materi yang Belum Dipahami
Siswa ............................................................................... 106
Gambar 5 Aktivitas Siswa Mengubah Teks Wawancara menjadi
Narasi ................................................................................ 106
Gambar 6 Siswa Aktif Bertanya ....................................................... 138
Gambar 7 Guru Membagikan Media Kartun Bercerita .................... 138
Gambar 8 Aktivitas Siswa Berwawancara dengan Teman
Sebangku .......................................................................... 139
Gambar 9 Aktivitas Siswa Melakukan Kunjung Karya .................... 139
Gambar 10 Pemberian Hadiah kepada Siswa yang Mendapatkan
Nilai Tertinggi .................................................................. 140
Page 16
xvi
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara
menjadi Narasi Siklus I .................................................................. 146
Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara
Menjadi Narasi Siklus II ................................................................ 149
Diagram 3 Peningkatan Tiap Aspek dari Siklus I ke Siklus II ..................... 151
Page 17
xvii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 Kerangka Berpikir........................................................................... 44
Bagan 2 Model Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 47
Page 18
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................... 168
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .............................. 179
Lampiran 3 Daftar Siswa Kelas VIID SMP Negeri 30 Semarang ................... 190
Lampiran 4 Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa Siklus I ............................... 192
Lampiran 5 Pedoman Observasi Siklus I dan Siklus II ................................... 195
Lampian 6 Pedoman Wawancara Siklus I dan Siklus II .................................. 197
Lampiran 7 Pedoman Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II ............................... 198
Lampiran 8 Pedoman Jurnal Guru Siklus Idan Siklus II ................................. 199
Lampiran 9 Hasil Observasi Siklus I ............................................................... 200
Lampiran 10 Hasil Wawancara Siklus I (Nilai Baik) ...................................... 203
Lampiran 11 Hasil Wawancara Siklus I (Nilai Cukup) ................................... 204
Lampiran 12 Hasil Wawancara Siklus I (Nilai Kurang) .................................. 205
Lampiran 13 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I ........................................... 206
Lampiran 14 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I ............................................ 207
Lampiran 15 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I ............................................ 208
Lampiran 16 Hasil Jurnal Guru Siklus I .......................................................... 209
Lampiran 17 Rincian Perolehan Nilai Siswa Siklus II .................................... 210
Lampiran 18 Hasil Observasi Siklus II ............................................................ 213
Lampiran 19 Hasil Wawancara Siklus II (Nilai sangat baik) .......................... 221
Lampiran 20 Hasil Wawancara Siklus II (Nilai Baik) ..................................... 222
Lampiran 21 Hasil Wawancara Siklus II (Nilai Baik) ..................................... 223
Lampiran 22 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II ........................................... 224
Page 19
xix
Lampiran 23 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II ........................................... 225
Lampiran 24 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II ........................................... 226
Lampiran 25 Hasil Jurnal Guru Siklus II ......................................................... 227
Lampiran 26 SK Pembimbing ......................................................................... 228
Lampiran 27 Surat Permohonan Izin Penelitian Unnes ................................... 229
Lampiran 28 Surat Keterangan dari SMP N 30 Semarang .............................. 230
Lampiran 29 Surat Keterangan Lulus UKDBI ............................................... 231
Lampiran 30 Surat Keterangan Selesai Bimbingan ......................................... 232
Lampiran 31 Lembar Pembimbingan Penulisan Skripsi.................................. 233
Lampiran 32 Teks Wawancara Siswa .............................................................. 237
Lampiran 33 Hasil Karya Siswa dalam Mengubah Teks Wawancara menjadi
Narasi Siklus I ............................................................................. 240
Lampiran 33 Hasil Karya Siswa dalam Mengubah Teks Wawancara menjadi
Narasi .......................................................................................... 243
Lampiran 34 Media Kartun Bercerita .............................................................. 246
Page 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sering dianggap pelajaran yang
membosankan oleh siswa, sehingga hasil pembelajaran yang dicapai tidak maksimal.
Padahal setiap mata pelajaran memiliki peran penting dalam pelaksanaan pendidikan
di Indonesia. Hal ini telah tercantum secara jelas dalam kurikulum 2004, disebutkan
bahwa tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara umum meliputi (1)
siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
(nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk,
makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-
macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan
bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan
emosional, dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan
berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan
karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan,
serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) siswa
menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi empat keterampilan berbahasa
(language arts, language skills), yaitu keterampilan menyimak (listening skills),
keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan
Page 21
2
keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan. Keterampilan menulis memiliki beberapa aspek
pembelajaran, salah satunya yaitu mengubah teks wawancara menjadi narasi. Siswa
sekolah menengah pertama (SMP) khususnya kelas VII ditengarai belum menguasai
keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi. Sebagian besar siswa tidak
menyukai keterampilan menulis karena dianggap sulit dan membosankan.
Berdasarkan hasil observasi di SMP N 30 Semarang, keterampilan berbahasa
yang memiliki nilai ketuntasan paling rendah yaitu menulis (writing skills). Jika
dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih
sulit dikuasai, bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur
di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur
isi harus terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan
padu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keterampilan menulis dapat dipelajari dan
merupakan sebuah seni (cara) dan tidak bergantung pada bakat tidaknya seseorang.
Secara lebih luas, tahapan menulis meliputi, tahap pramenulis, penulisan draf,
pengembangan, penyuntingan, dan publikasi. Menulis sebagai proses melalui tiga
tahap yakni tahap pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Pada tahap pramenulis yang
dilakukan siswa adalah menyusun draf sampai batas menulis kerangka tulisan,
selanjutnya tahap menulis draf kasar dan yang terakhir tahap pasca menulis yang
meliputi tahap menyunting, bahkan publikasi.
Peneliti menetapkan SMP Negeri 30 Semarang sebagai sekolah penelitian
karena memang di SMP tersebut kemampuan menulis siswa masih kurang. Khususnya
Page 22
3
dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Hal ini terbukti melalui beberapa
hal: 1) hasil observasi menunjukkan bahwa nilai siswa masih belum mencapai KKM,
dan 2) berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat bahwa guru hanya menggunakan
metode konvensional dalam pembelajaran yaitu ceramah dan siswa di suruh mencatat
materi. Jadi, siswa bersifat pasif dan mereka merasa bosan. Oleh karena itu, siswa
tidak tertarik dengan pembelajaran menulis. Mereka menganggap bahwa menulis
merupakan kegiatan yang membosankan dan tidak bermanfaat. Hal ini terbukti saat
pembelajaran menulis banyak siswa yang tidak memperhatikan dan melakukan
aktivitas lain, seperti menggambar di buku catatan serta mengganggu teman sebangku.
Hal tersebut merupakan faktor penyebab kegagalan pembelajaran menulis. Selain itu,
di SMP N 30 Semarang khususnya kelas VII, 50% lebih siswa tidak tuntas dalam
aspek menulis khususnya keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi.
Berdasarkan data guru, dari delapan kelas yang ada pada tingkat kelas VII di SMP N
30 Semarang, kelas VIID merupakan kelas yang mendapatkan nilai terendah yaitu
rata-rata kelas yang hanya sebesar 62. Mereka mengalami kesulitan dalam mengubah
kalimat langsung menjadi tak langsung, kurang lengkap dalam menulis kembali
informasi yang ada, tidak menguasai EYD dalam menulis, dan paragraf yang disusun
pun tidak koheren. Oleh karena itu, peneliti menetapkan kelas VIID sebagai kelas
yang layak untuk dilakukan penelitian. Kelas VIID memang memiliki kemampuan
yang paling rendah diantara kelas yang lain.
Guru memegang peranan penting dalam sebuah pembelajaran. Ketepatan
pemilihan metode dan media pembelajaran akan berpengaruh pada hasil yang akan
dicapai. Saat ini, guru sudah berusaha menerapkan berbagai strategi pembelajaran
Page 23
4
agar hasil yang dicapai maksimal, namun hasil pembelajaran masih mengecewakan.
Banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Nilai KKM di SMP N 30 Semarang untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 75,
sedangkan nilai rata-rata kelas pada kompetensi dasar mengubah teks wawancara
menjadi narasi hanya sebesar 62. Pemilihan metode dan media pembelajaran yang
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran menjadi inti penanganan permasalahan
tersebut. Metode yang tepat akan membuat siswa tertarik dan tidak merasa bosan
sehingga pembelajaran lebih efektif. Pada kesempatan ini, akan dilakukan penelitian
untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam kompetensi mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita
pada kelas VII D SMP N 30 Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode pencarian informasi untuk meningkatkan
keterampilan siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi. Metode pencarian
informasi diharapkan dapat meningkatkan tingkat ketelitian siswa dalam memahami
teks wawancara. Selain itu, metode ini hampir sama dengan ujian open book dalam
pembelajaran sehari-hari. Tim mencari informasi yang menjawab pertanyaan yang
diajukan. Metode ini khususnya sangat membantu dalam materi yang membosankan.
Biasanya yang dianggap membosankan yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia karena
terlalu banyak materi yang disampaikan. Selain itu, guru hanya ceramah dalam
pembelajarannya sehingga siswa merasa bosan.
Metode pencarian informasi lebih menitikberatkan pada ketelitian siswa dalam
menangkap informasi yang terdapat dalam teks wawancara sehingga lebih mudah
ketika mengolah kembali menjadi sebuah karangan narasi. Sebuah teks wawancara
Page 24
5
terdapat beberapa informasi penting dari seorang narasumber. Oleh karena itu, siswa
harus teliti dalam mengolah informasi sehingga menghasilkan karangan yang tepat
dan lengkap. Beberapa pertanyaan pancingan yang disampaikan guru dapat
meningkatkan ketelitian siswa.
Media yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu media kartun bercerita.
Konsep media kartun bercerita yaitu kartun yang dapat menyampaikan informasi
tertentu kepada siswa baik secara visual maupun audiovisual. Peneliti menyajikan
kartun yang dapat menyampaikan informasi kepada siswa. Media kartun bercerita
dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini agar siswa lebih bisa memahami wawancara
yang dilakukan oleh para tokoh. Siswa kelas VII biasanya masih tertarik dengan
kartun. Oleh karena itu, peneliti menghadirkan media kartun bercerita agar siswa
tertarik sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Penggunaan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara
menjadi narasi. Tujuan pemilihan metode pencarian informasi agar siswa lebih teliti
dalam mencari informasi yang ada pada teks wawancara sehingga mereka akan lebih
mudah saat menyusun kembali beberapa informasi menjadi sebuah karangan narasi.
Guru menyajikan beberapa pertanyaan pancingan agar siswa lebih teliti dalam
memahami isi wawancara. Selain itu, disertakan pula media kartun bercerita.
Penggunaan media kartun bercerita bertujuan untuk menarik minat siswa sehingga
mereka tidak merasa bosan saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, media ini juga
mempermudah penyajian materi. Tokoh yang dihadirkan dalam media akan
meningkatkan ketertarikan siswa sehingga mereka lebih bersemangat dan aktif.
Page 25
6
Penggunaan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita dalam
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi ini diharapkan dapat
memotivasi guru dan siswa dalam upaya meningkatkan keterampilan mengubah teks
wawancara menjadi narasi, serta mengurangi kesulitan siswa dalam pembelajaran
tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Melalui
metode pencarian informasi dan media kartun bercerita, siswa lebih mudah dalam
menyerap informasi dalam teks wawancara sehingga siswa akan dapat menghasilkan
sebuah karya yang berkualitas dan mengandung informasi yang lengkap.
Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian peningkatan keterampilan
siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita patut dilaksanakan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah, dapat kita simpulkan
bahwa terdapat beberapa masalah pada pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi di SMP N 30 Semarang
yang telah dilakukan beberapa waktu yang telah lalu. Guru mata pelajaran bahasa
Indonesia yang mengajar di SMP N 30 Semarang mengatakan bahwa kemampuan
siswa kelas VII dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi masih rendah.
Rendahnya kemampuan siswa ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
yang pertama yaitu berasal dari pihak siswa. Faktor ini disebabkan karena kurangnya
minat siswa terhadap pembelajaran menulis sehingga selama pembelajaran
berlangsung siswa tidak memperhatikan guru. Minat siswa yang rendah terhadap
Page 26
7
pelajaran menulis merupakan faktor utama yang menyebabkan kegagalan
pembelajaran, khususnya dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Minat
yang rendah membuat siswa malas untuk melakukan segala aktivitas selama
pembelajaran berlangsung sehingga siswa tidak bisa menyerap materi yang telah
disampaikan oleh guru. Mereka mengalami kesulitan dalam mengubah kalimat
langsung menjadi tak langsung, kurang lengkap dalam menulis kembali informasi
yang ada, tidak menerapkan EYD dalam menulis, dan paragraf yang disusun pun tidak
koheren.
Faktor penyebab kegagalan pembelajaran yang kedua yaitu dari guru. Selama
proses belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan
memberikan fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar
dapat mencapai tujuan, guru harus pandai mengembangkan media dan metode
pembelajaran sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar. Guru merupakan
salah satu sumber dan media pembelajaran. Dengan demikian, peranan guru dalam
pembelajaran sangat kuat dan lebih mengarah pada peningkatan motivasi belajar
siswa. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan dapat mendorong siswa
dalam berbagai kesempatan melalui sumber dan media, meskipun media itu
sederhana. Uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya peran seorang guru dalam
suatu pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi di SMP N 30 Semarang, pada pihak guru
kegagalan pembelajaran disebabkan karena kesalahan pemilihan metode dan media
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Guru tidak tepat dalam
memilih metode dan media pembelajaran.
Page 27
8
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang akan diatasi
adalah rendahnya kemamapuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi
narasi yang disebabkan oleh hal-hal berikut (1) siswa banyak kurang menyukai
pembelajaran menulis, (2) siswa mengalami kesulitan dalam mengubah kalimat
langsung menjadi tak langsung, (3) informasi yang ditulis siswa tidak lengkap, (4)
siswa tidak menerapkan EYD dalam menulis, dan (5) paragraf yang disusun pun tidak
koheren.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi narasi dngan metode pencarian informasi melalui media kartun
bercerita.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, disusun rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan menggunakan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita di
SMP N 30 Semarang?
2. Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan menggunakan metode pencarian informasi dan media
kartun bercerita di SMP N 30 Semarang?
Page 28
9
3. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan metode pencarian
informasi dan media kartun bercerita di SMP N 30 Semarang?
1.5 Tujuan Penelitian
Selaras dengan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsi proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan menggunakan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita
di SMP N 30 Semarang.
2. Memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi
narasi pada siswa kelas VII SMP N 30 Semarang setelah mengikuti
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi dan media kartun bercerita.
3. Menjelaskan perubahan perilaku pada siswa kelas VII SMP N 30 Semarang
setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat mengubah kebiasaan
mengajar guru yang masih konvensional, menambah variasi pembelajaran yang dapat
dilakukan oleh guru, menyempurnakan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh para peneliti, serta memperbaiki mutu pendidikan sehingga lebih baik.
Page 29
10
Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik bagi guru,
siswa, sekolah, dan peneliti. Manfaat tersebut yaitu 1) dapat memberi solusi dan
masukan untuk menggunakan media serta memperbaiki metode yang digunakan
dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi, 2) hasil penelitian ini
diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa terhadap keterampilan menulis
khususnya dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi, 3) hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan semangat bagi para guru di SMP N 30 Semarang untuk
menerapkan proses kegiatan belajar-mengajar yang menarik dan menyenangkan, dan
4) hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan tentang metode
pencarian informasi dan media kartun bercerita dan mendorong peneliti agar
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) selanjutnya baik pada kompetensi yang
sama maupun berbeda.
Page 30
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara
menjadi narasi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan diteliti. Hal ini
terbukti dengan banyaknya upaya meningkatkan keterampilan mengubah teks
wawancara menjadi narasi yang telah dilakukan oleh para peneliti. Penelitian tindakan
kelas umumnya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti atau ia sendiri
sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas, di sekolah atau
tempat ia mengajar untuk tujuan penyempurnaan atau peningkatan proses
pembelajaran (Muliawan 2010:1). Aspek menulis dalam masih menarik untuk
diadakan penelitian lebih lanjut karena penelitian sebelumnya belum sepenuhnya
sempurna. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut demi menyempurnakan
penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang dijadikan kajian dalam penelitian ini
yaitu Ikeguchi (1997), Spencer (2005), Suwarna (2007), Suryanto (2008), Rubiah
(2009), Susmiati (2009), dan Widyastuti (2009).
Ikeguchi (1997) dalam penelitiannya yang berjudul “Teaching Integrated
Writing Skills” menunjukkan bahwa proses pembelajaran menulis terpadu sangat
efektif digunakan oleh mahasiswa Jepang kelas menulis. Kelebihan penelitian ini yaitu
mahasiswa dapat menempatkan ide-ide secara logis, mengatur pola pikir, dan
mengekspresikan ide tersebut dalam kalimat lengkap. Teknik ini memberikan
kebebasan kepada mahasiswa untuk mengekspresikan diri agar menghasilkan tulisan
Page 31
12
yang terbaik. Tetapi, penelitian ini juga terdapat kekurangan yaitu tulisan siswa
biasanya kurang bervariatif dan terkesan monoton karena kurangnya bimbingan dari
guru.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ikeguchi (1997) mempunyai beberapa
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan
kedua penelitian tersebut terletak pada aspek yang diteliti yaitu menulis. Selain itu,
terdapat pula beberapa perbedaan yaitu: metode yang digunakan, subjek penelitian,
dan jenjang pendidikan. Ikeguchi melakukan penelitian untuk kalangan mahasiswa,
sedangkan penulis melakukan penelitan untuk jenjang sekolah menengah pertama
(SMP).
Penelitian Spenser (2005) yang berjudul Step by Step Guide to Narrative
Writing menunjukkan manfaat dalam menentukan langkah-langkah terlebih dahulu
sebelum menulis karangan narasi. Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui
langkah-langkah menulis karangan narasi, (2) untuk menghubungkan cerita yang
berasal dari pengalaman pribadi orang lain, dan (3) untuk menyatukan cerita dengan
kehidupan.
Penelitian Spenser (2005) memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
penelitian ini yaitu siswa akan lebih mudah dalam menyusun karangan narasi karena
dituntun langkah demi langkah oleh guru. Akan tetapi, penelitian ini juga memiliki
kekurangan. Pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama karena guru harus
membimbing siswa di setiap langkah dalam menyusun karangan narasi. Penelitian ini
membutuhkan waktu yang lama dan terasa monoton karena peneliti tidak
menggunakan media pembelajaran.
Page 32
13
Penelitian yang dilakukan Spenser ini memiliki persamaan serta perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan kedua penelitian ini yaitu
aspek menulis yang dipilih sebagai bahan penelitian, serta jenis karangan yang sama
yaitu karangan narasi, sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Spenser
dan penulis yaitu terletak pada subjek penelitian dan metode yang digunakan.
Penelitian Suwarno (2007) berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengubah
Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Teknik Penceritaan Pengalaman Pribadi
pada Kelas VIIB SMP N 1 Godong”. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan
penelitian kali ini, yaitu memilih kompetensi dasar mengubah teks wawancara
menjadi narasi pada siswa kelas VII SMP. Tetapi, teknik yang digunakan berbeda
dengan teknik yang digunakan penulis. Teknik yang digunakan Suwarno (2002) yaitu
penceritaan pengalaman pribadi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode
pencarian informasi.
Berdasarkan analisis penelitian, keterampilan mengubah teks wawancara
menjadi narasi dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I, rata-
rata kelas meningkat menjadi 65,2 yaitu sebesar 8,5%, sedangkan pada siklus II skor
rata-rata kelas meningkat menjadi 76 yaitu sebesar 9,9 %.
Kelemahan penelitian yang dilakukan oleh Suwarno (2007) yaitu terletak pada
teknik yang digunakan. Teknik penceritaan pengalaman pribadi yang digunakan
Suwarno membutuhkan waktu yang lebih lama karena sebelum mengubah teks
wawancara menjadi narasi siswa harus berpikir tentang pengalaman pribadi mereka
terlebih dahulu.
Page 33
14
Penelitian Suryanto (2008) berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengubah
Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Pemodelan pada Siswa Kelas II D SLTP 1
Sukorejo Kendal”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran mengubah
teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan teknik pemodelan dapat
meningkatkan keterampilan siswa. Hal ini terbukti dari siklus pertama diperoleh hasil
prosentase rata-rata kelas 64,4 dan siklus kedua diperoleh prosentase rata-rata kelas
80. Peningkatan dari siklus pertama ke siklus ke dua sebesar 7,8%. Hal ini
menujukkan bahwa penggunaan teknik pemodelan dapat meningkatkan keterampilan
siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Suryanto (2008) memiliki kesamaan dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pada kompetensi dasar yang akan
diteliti, sedangkan perbedaannya terletak pada subjek serta teknik yang digunakan.
Kelemahan pada penelitian ini yaitu teknik yang digunakan. Saat pembelajaran
berlangsung beberapa siswa harus berperan menjadi pewawancara dan narasumber
sebagai pemodelan. Metode yang digunakan tidak efektif dalam pembelajaran karena
beberapa siswa yang menjadi model dalam pembelajaran tidak dapat mengikuti
pembelajaran secara maksimal.
Penelitian Rubiah (2009) berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks
Wawancara Menjadi Karangan Narasi dengan Teknik Concept Map pada siswa Kelas
VII SMP N 3 Juwana”. Penelitian ini mengkaji tentang keterampilan mengubah teks
wawancara menjadi karangan narasi dengan teknik concept map dengan tujuan
memudahkan imajinasi siswa saat mengubah teks wawancara menjadi karangan
narasi. Penggunaan visualisasi gambar, akan dapat membantu siswa dalam proses
Page 34
15
menulis karangan narasi. Adapun hasil yang dicapai terbukti bahwa dengan
menggunakan teknik concept map dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi. Hasil pembelajaran terlihat adanya
peningkatan kompetensi yang dicapai oleh para siswa. Berdasarkan analisis penelitian,
keterampilan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dari siklus I dan
siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I, rata-rata kelas meningkat menjadi 65,2
sebesar 8,5%, sedangkan pada siklus II, skor rata-rata kelas meningkat menjadi 76
yaitu sebesar 9,9%.
Hasil yang diperoleh bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan siswa
dalam mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Penelitian ini memiliki
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Persamaan kedua
penelitian ini yaitu terdapat pada kompetensi yang diteliti yakni mengubah teks
wawancara menjadi narasi, sedangkan perbedaan penelitian terdapat pada metode
yang digunakan, dan subjek penelitian. Kelemahan penelitian ini terdapat pada teknik
yang digunakan. Siswa diberikan visualisasi gambar lalu membuat sebuah konsep
masing-masing. Hal ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses
pembelajaran.
Susmiati (2009) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan
Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Pendekatan
Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas VII F SMP N 32 Semarang”.
Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa nilai siswa dalam kompetensi mengubah teks
wawancara menjadi narasi rata-rata 50,73. Setelah dilakukan tindakan siklus I rata-rata
nilai siswa meningkat menjadi 63,12 dan pada siklus II juga mengalami peningkatan
Page 35
16
menjadi 73,76. Dari hasil analisis deskriptif kualitatif dapat diketahui bahwa rata-rata
keaktifan siswa sebesar 47%. Pada siklus I rata-rata keaktifan siswa meningkat
menjadi 67% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87% serta sudah
tidak ditemukan lagi perilaku siswa yang tidak mendukung pembelajaran.
Persamaan penelitian Susmiati (2009) dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh penulis yaitu memiliki kompetensi dasar penelitian yang sama. Kelemahann yang
terdapat pada penelitian ini yaitu pada subjek dan pendekatan yang digunakan.
Pendekatan kontekstual komponen pemodelan memiliki kelemahan yang hampir sama
dengan teknik pemodelan yakni ada beberapa siswa yang harus berperan sebagai
model sehingga mereka tidak dapat mengikuti pembelajaran secara maksimal.
Penelitian Widyastuti (2009) berjudul “Peningkatan Kemampuan Mengubah
Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Teknik Menulis Cepat dan Media Video
Compact Disk (VCD) Siswa kelas VII SMP N 5 Ketro Kecamatan Karangkayung
Kabupaten Grobogan”. Penelitian ini mengkaji tentang peningkatan kemampuan
mengubah teks wawancara menjadi dengan teknik menulis cepat dan media video
compact disk (VCD). Penggunakan teknik menulis cepat dan media video compact
disk (VCD) diharapkan dapat membantu siswa dalam proses mengubah teks
wawancara menjadi narasi. Media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam
berimajinasi saat menulis.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan keterampilan siswa
dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan teknik menulis
cepat dan media video compact disk (VCD). Hasil ini dapat dilihat dari meningkatnya
nilai siswa kelas VII SMP N 5 Ketro Kecamatan Karangkayung Kabupaten Grobogan
Page 36
17
setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
menggunakan teknik menulis cepat dan media video compact disk (VCD). Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis paragraf deskriptif
dari siklus I ke siklus II. Hal ini tampak dari peningkatan rata-rata hasil tes
keterampilan siswa dari 71,29 pada siklus I menjadi 74,52 pada siklus II dan terjadi
peningkatan sebesar 13%. Berdasarkan hasil yang dicapai dari penelitian di atas,
terdapat adanya usaha dalam meningkatkan keterampilan mengubah teks wawancara
menjadi narasi. Hasil yang diperoleh sangat bermanfaat baik untuk siswa maupun
untuk guru.
Kompetensi dasar pada penelitian yang telah dilakukan oleh Widyastuti (2009)
sama dengan kompetensi yang akan diteliti oleh penulis. Perbedaan kedua penelitian
tersebut terletak pada teknik yang digunakan. Teknik menulis cepat yang diterapkan
pada penelitian tersebut memang dapat meningkatkan kompetensi siswa, namun pada
teknik tersebut pun terdapat kelemahan. Teknik menulis cepat akan membingungkan
siswa yang belum mengerti bagaimana cara mengubah teks wawancara menjadi
narasi.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berkedudukan sebagai penyempurna
penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian tentang mengubah teks wawancara
menjadi narasi sudah banyak dilakukan. Tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan
masih rendahnya keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi
sehingga peneliti menganggap masih perlu dilakukan penelitian yang sejenis. Selain
itu, perlu digunakan metode baru agar pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi dapat diserap dengan baik oleh siswa. Salah satu cara peningkatan
Page 37
18
keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita.
2.2 Landasan Teoretis
Pada bagian ini akan membahas beberapa teori tentang keterampilan menulis,
tujuan menulis, manfaat menulis, hakikat narasi, ciri-ciri narasi, jenis narasi, hakikat
wawancara, teks wawancara, media kartun bercerita, metode pencarian informasi, dan
penerapan metode pencarian informasi serta media kartun bercerita pada pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi.
2.2.1 Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan oleh seorang
pelajar, apalagi mahasiswa. Menulis mempunyai peranan penting bagi mereka. Hal ini
senada dengan pendapat Akhadiah, dkk. (1991:1) yang menegaskan bahwa rangkaian
aktivitas menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh proses belajar
yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Selain itu,
adapula yang mengatakan bahwa keterampilan menulis merupakan kemampuan
seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu
sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-
simbol bahasa tersebut.
Menulis bukan hanya sekadar kegiatan yang tak bertujuan. Hal senada pun
diungkapkan oleh Tarigan dalam Suriamiharja, dkk (1996:1) bahwa menulis ialah
sebuah kegiatan yang dilakukan dengan melukiskan lambang grafis yang
menggambarkan makna suatu bahasa yang dipahami oleh orang lain, sehingga orang
lain akan memahami suatu bahasa lewat lambing grafis yang digambarkan tersebut.
Page 38
19
Selain itu, tujuan menulis juga diungkapkan oleh Lado (dalam Suriamiharja, dkk.
1996: 1) yang mengatakan bahwa to write is to put down the graphic representation.
Artinya, menulis adalah merupakan suatu kegiatan menempatkan simbol-simbol grafis
yang menggambarkan suatu bahasa sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. Setiap
tulisan mempunyai tujuan tertentu.
Tarigan (dalam Suriamiharja, dkk. 1996:1) mengatakan bahwa menulis ialah
sebuah kegiatan yang hasilnya akan dapat dipahami oleh seseorang melalui lambang
grafis yang telah ditulis. Jadi, menulis dapat diartikan sebagai kegiatan komunikasi
berupa penyampaian pesan secara tertulis sebagai media penyampai kepada pihak lain.
Menulis merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan segala ide,
gagasan, pikiran, dan pendapat sehingga bisa diketahui oleh orang lain. Melalui
menulis, semua orang bisa berkomunikasi dengan orang lain meskipun tidak secara
langsung. Apa yang telah ditulis biasanya merupakan cerminan dari apa yang
dirasakan. Wiyanto (2004:7) mengatakan bahwa bakat yang dimiliki oleh seseorang
tidak berkaitan langsung dengan kemampuan menulis. Hal ini memang benar, karena
menulis itu bisa karena terbiasa, bukan karena bawaan bakat dari lahir sehingga siapa
saja dapat menjadi penulis jika mau berusaha.
Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yang saling memengaruhi,
keempat keterampilan tersebut yaitu menulis, menyimak, berbicara, dan membaca
(Tarigan dalam Doyin dan Wagiran 2005:11). Keempat keterampilan tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga
Page 39
20
keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam (Tarigan 2008:1).
Pembelajaran bahasa tidak dapat dipisahkan dari keempat keterampilan dasar lainnya.
Menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang aktif dan produktif. Hal
ini disebabkan karena saat seseorang menulis dituntut aktif untuk menghasilkan
sebuah tulisan apapun itu bentuknya. Setiap keterampilan berbahasa memiliki
hubungan yang sangat erat dengan keterampilan berbahasa lainnya. Hubungan ini
sangat beragam. Tarigan (2008:1) mengatakan bahwa dalam memperoleh
keterampilan berbahasa, seseorang harus melalui suatu urutan hubungan yang teratur.
Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara,
sesudah itu belajar membaca dan menulis. Hal tersebut merupakan bentuk konkrit
hubungan keempat aspek berbahasa.
Berdasarkan pendapat Akhadiah, dkk. (1991:1), Lado (dalam Suriamiharja,
dkk. 1996:1), Wiyanto (2004:7), dan Tarigan (2008:1) yang dimaksud menulis dalam
penelitian ini adalah salah satu cara berkomunikasi secara tidak langsung antara
penulis dan pembaca sebagai cara untuk mengekspresikan segala ide, gagasan,
pikiran, dan pendapat.
2.2.2 Tujuan Menulis
Tujuan menulis bergantung pada masing-masing penulis. Keraf (1991:34)
mengemukakan bahwa tujuan tulis-menulis atau karang-mengarang adalah untuk
mengungkapkan segala sesuatu baik fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara
jelas dan efektif kepada para pembaca. Melalui sebuah tulisan, seorang penulis dapat
menyampaikan apapun ide ataupun yang ia miliki secara lebih jelas dan terperinci
kepada pembaca.
Page 40
21
Setiap penulis memiliki tujuan menulis yang berbeda-beda. Suriamiharja, dkk.
(1996: 2) mengatakan bahwa tujuan dari menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat
dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap
bahasa yang dipergunakan. Jadi, dapat diartikan bahwa keterampilan menulis menjadi
salah satu cara berkomunikasi secara tertulis, di samping adanya komunikasi lisan.
Pada umumnya tidak semua orang dapat mengungkapkan perasaan dan maksud secara
lisan.
Berdasarkan pendapat Keraf (1991:34) dan Suriamiharja, dkk. (1996:2) dapat
disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah sebagai sarana berkomunikasi.
Pembelajaran menulis dapat dilaksanakan dengan model kooperatif. Model tersebut
merupakan pendekatan pembelajarn yang mengutamakan adanya kerja sama antar
siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.2.3 Manfaat Menulis
Menulis merupakan salah satu kegiatan yang sarat makna dan manfaat. Banyak
hal yang bisa kita dapat dari kegiatan menulis. Akhadiah dkk. (dalam Suriamiharja,
dkk. 1996:4) mengungkapkan seorang penulis akan mendapatkan beberapa manfaat
penting menulis, yaitu sebagai berikut: 1) seorang penulis akan dapat mengasah
kemampuan dan potensi dirinya., 2) terbiasa mengembangkan gagasan sehingga dapat
menjadi sebuah tulisan yang bermakna, 3) menambah wawasan dalam segala bidang,
4) terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta
mengungkapkannya secara tersurat, 5) dapat meninjau serta menilai gagasannya
sendiri secara lebih objektif, 6) terbiasa memecahkan masalah secara konkret, 7)
Page 41
22
terdorong untuk terus belajar secara aktif, dan 8) membiasakan penulis berpikir serta
berbahasa secara tertib dan teratur.
Selain pendapat Akhadiah, dkk. (1996:4), Komaidi (2007:12) juga
mengungkapkan beberapa manfaat yang diperoleh dari aktivitas menulis, yaitu sebagai
berikut: 1) menumbuhkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas
di sekitar, 2) mendorong penulis untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran,
jurnal, dan sejenisnya, 3) terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen kita secara
runtut, sistematis, dan logis, 4) secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan
dan stress, 5) tulisan yang dimuat oleh media massa atau diterbitkan oleh penerbit,
maka akan mendapatkan kepuasan batin, dan 6) tulisan yang dibaca oleh banyak orang
(mungkin puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan) membuat penulis semakin popular
dan dikenal oleh para pembaca.
Menulis memang memiliki segudang manfaat. Beberapa pendapat ahli tersebut
dilengkapi oleh Pannebanker (dalam Komaidi 2007: 14-15) menyebutkan beberapa
manfaat aktivitas menulis, yaitu sebagai berikut: 1) menulis menjernihkan pikiran.
Seseorang dilatih untuk memetakan persoalan yang rumit, misalnya dengan
memetakan atau menyederhanakan masalah yang rumit. Seseorang bisa
menyelesaikan masalah dengan pikiran yang tenang dan jernih, 2) menulis mengatasi
trauma. Seseorang bisa mengurangi trauma masa lalu. Berusaha melupakan dan
menyederhanakan bahkan dilihat dari sudut pandang kelucuannya, 3) menulis
membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru. Seseorang terlatih untuk
mengingat atau mengabadikan informasi atau peristiwa masa lalu yang telah terjadi.
Bahkan bisa diinformasikan kepada orang lain secara lebih luas, dan 4) menulis
Page 42
23
membantu memecahkan masalah. Menulis seseorang bisa melihat segala
permasalahan dengan kepala dingin, pikiran tenang, dengan memetakan dan
menyederhanakan masalah kemudian mencari solusinya.
Menulis-bebas membantu seseorang ketika terpaksa harus menulis.
Maksudnya, dengan menulis-bebas yang biasa dilakukan, seseorang akan terlatih
dalam kondisi apapun terutama saat terburu-buru. Dia terbiasa menuangkan gagasan
dan pendapat sehingga dalam waktu mendesak mampu menulis dengan sistematis dan
runtut.
Berdasarkan pendapat Akhadiah, dkk. (dalam Suriamiharja 1996:4-5),
Komaidi (2007:14-15), dan Pannebanker (dalam Komaidi 2007:14-15) dapat kita
simpulkan bahwa keterampilan menulis mempunyai segudang manfaat, mulai dari
segi pendidikan, psikologis, hingga kesehatan. Oleh karena itu, banyak orang yang
senang menulis baik itu untuk menyalurkan bakat ataupun untuk tujuan lainnya.
2.2.4 Hakikat Narasi
Mata pelajaran bahasa Indonesia berisi berbagai macam karangan. Jika dilihat
dari cara penyajian dan tujuannya, karangan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu
(1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5) persuasi.
Rusyana (1983:135) mengungkapkan bahwa karangan narasi adalah karangan
yang memaparkan peristiwa, yang mengandung unsur perilaku, tindakan, ruang, dan
waktu. Karangan narasi juga menceritakan atau menyajikan hal atau kejadian melalui
penonjolan pelaku dan sangat mementingkan urutan waktu. Selain waktu, tindakan
dan ruang juga harus ada dalam sebuah narasi karena merpakan unsur pokok.
Pendapat lain diungkapkan oleh Parera (1983:3) bahwa narasi adalah suatu bentuk
Page 43
24
karangan pengembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu
berdasarkan pengembangannya dari waktu ke waktu. Berdasarkan pendapat tersebut
dapat diartikan bahwa narasi bersifat menceritakan kisah yang telah terjadi.
Menceritakan kembali sebuah cerita sama saja dengan menyejarakan peristiwa
tersebut dalam bentuk tulisan. Selain itu, narasi yaitu suatu bentuk wacana yang
berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa
yang terjadi (Keraf 1995:136). Hal ini dilakukan agar pembaca dapat memahami isi
narasi sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dapat dimengerti oleh
pembaca.
Suparno dan Yunus (2006:49) mengungkapkan bahwa narasi adalah karangan
yang berisi tentang rangkaian peristiwa. Karangan narasi memberi pengertian kepada
pembaca tentang sebuah kejadian atau serentetan kejadian supaya pembaca dapat
mengambil hikmah dari cerita tersebut. Selain itu, juga untuk memberikan amanat
kepada para pembaca tentang suatu kejadian yang telah terjadi. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Nurudin (2007:71) mengungkapkan bahwa karangan narasi
merupakan bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan
tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau
berlangsung dalam satu kesatuan waktu tertentu. Narasi biasanya hanya mengisahkan
dalam kurun waktu tertentu saja dan mempunyai kronologis yang jelas.
Berdasarkan pendapat Rusyana (1983), Parera (1983), Keraf (1992:136),
Suparno dan Yunus (2006:49), dan Nurudin (2007:71) dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud karangan narasi dalam penelitian ini adalah salah satu jenis karangan yang
berusaha menceritakan suatu peristiwa yang telah terjadi dengan tujuan tertentu.
Page 44
25
2.2.5 Ciri-ciri Karangan Narasi
Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup berbagai macam karangan. Masing-
masing karangan mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis karangan yang lain.
Salah satu jenis karangan yang ada yaitu karangan narasi.
Ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut (1) diceritakan dari sudut
pandang tertentu, (2) membuat dan mendukung suatu sudut pandang, (3) diisi dengan
detail yang tepat, (4) menggunakan kata kerja yang jelas, (5) menggunakan konflik
dan urutan cerita, dan (6) dapat menggunakan dialog.
Semi (2007:32) mengemukakan beberapa ciri penanda narasi, yaitu (1) berupa
cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia, (2) kejadian atau peristiwa yang
disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat
berupa imajinasi, maupun gabungan keduanya, (3) berdasarkan konflik karena tanpa
konflik narasi biasanya tidak menarik, (4) memiliki nilai estetika, (5) menekankan
susunan kronologis, dan (6) biasanya memiliki dialog.
Terdapat beberapa perbedaan antara karangan narasi dengan jenis karangan
lainnya, ada beberapa ciri karangan narasi yang dapat kita gunakan sebagai pembeda,
yaitu (1) bersumber pada fakta atau sekadar fiksi, (2) berupa rangkaian peristiwa, dan
(3) bersifat menceritakan.
Berdasarkan pendapat Semi (2007) dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri karangan
narasi yaitu (1) berupa rangkaian peristiwa, (2) terdapat tokoh, (3) adanya latar, dan
(4) menekankan susunan kronologis.
2.2.6 Jenis Karangan Narasi
Page 45
26
Keraf (1983:141) membedakan karangan narasi menjadi dua, yaitu narasi
ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah
pikiran para pembaca untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa
yang dikisahkan, sedangkan narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang
disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Berikut
ini akan dikemukakan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif agar
lebih jelas. Keraf (1983:141) mengungkapkan perbedaan narasi ekspositoris dan
sugestif sebagai berikut.
Tabel 1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif
No. Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif
1. Memperluas pengetahuan Menyampaikan suatu makna atau
suatu amanat yang tersirat
2. Menyampaikan informasi mengenai
suatu kejadian
Menimbulkan daya khayal
3 . Didasarkan pada penalaran untuk
mencapai kesepakatan rasional
Penalaran hanya berfungsi sebagai
alat untuk menyampaikan makna,
sehingga kalau perlu penalaran perlu
dilanggar
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa
informatif dengan titik berat pada
penggunaan kata-kata denotative
Bahasanya lebih condong bahasa
figuratif dengan menitik beratkan
penggunaan kata-kata denotatif.
2.2.7 Bentuk Khusus Narasi
Sesuai dengan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif, maka
narasi dapat dibedakan atas narasi bentuk yang fiktif dan nonfiktif. Bentuk-bentuk
Page 46
27
narasi yang terkenal yang biasanya dibicarakan dalam hubungan dengan kesusasteraan
adalah roman, novel, cerpen, dan dongeng (semuanya termasuk dalam narasi fiktif),
sedangkan sejarah, biografi, autobiografi termasuk dalam narasi kategori nonfiktif.
1) Autobiografi dan Biografi
Pengertian autobiografi dan biografi sudah sering dijelaskan. Perbedaannya
terdapat pada naratornya (pengisahnya), yaitu siapa yang bercerita dalam sebuah
wacana. Pengisah dalam autobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisah
dalam biografi adalah orang lain.
Sasaran utama autobiografi dan biografi adalah menyajikan peristiwa-peristiwa
yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari seluruh pengalaman pribadi bagi
pembaca. Pola umum yang dikembangkan adalah riwayat hidup pribadi seseorang,
urutan peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan seorang tokoh.
2) Anekdot dan Insiden
Anekdot dan insiden sering berfungsi sebagai bagian saja dari autobiografi,
biografi, dan sejarah. Keduanya mengisahkan suatu tindak-tanduk dalam suatu unit
tersendiri. Anekdot adalah semacam cerita pendek yang bertujuan menyampaikan
karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau suatu hal lain. Daya
tarik anekdot tidak terletak pada penggelaran dramatik, tetapi pada suatu gagasan yang
ingin diungkapkan, biasanya muncul menjelang akhir kisah sedangkan insiden
(peristiwa) sebaliknya memiliki karakter yang lebih bebas lagi daripada anekdot. Daya
tarik terdapat pada akarakter-karakter yang khas dan menjelaskan kejadian itu sendiri.
Page 47
28
3) Skestsa
Sketsa adalah suatu bentuk wacana yang singkat, yang selalu dikategorikan
dalam tulisan naratif, walaupun kenyataannya unsur perbuatan berlangsung dalam
suatu unit waktu tidak terlalu ditonjolkan. Tujuan utama sketsa adalah menyajikan hal-
hal yang penting dari suatu peristiwa atau kejadian secara garis besar dan selektif, dan
bukan untuk memaparkan secara lengkap.
4) Profil
Profil memperlihatkan ciri-ciri utama dari seorang tokoh yang dideskripsikan
berdasarkan suatu kerangka yang telah digariskan sebelumnya. Bagian terpenting yang
dimasukkan dalam sebuah profil adalah sebuah sketsa karakter, yang disusun
sedemikian rupa untuk mengembangkan subjeknya. Bila kita telah selesai membaca
sebuah profil yang baik, kita merasakan bahwa kita telah berjumpa dengan suatu
kepribadian dari seorang individu yang sesungguhnya.
2.2.8 Struktur Narasi
Keraf (1983:147) mengungkapkan bahwa struktur narasi dapat dilihat dari
komponen-komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan, latar, sudut
pandang, dan alur. Alur merupakan kerangka dasar yang terpenting dalam suatu kisah.
Alur mengatur bagaimana watak para tokoh digambarkan, serta situasi dan perasaan
tokoh yang terkait dalam satu kesatuan waktu. Keraf (1983:147) membatasi alur
sebagai suatu interelasi fungsional antara unsur-unsur narasi yang timbul dari tindak-
tanduk, karakter, pikiran, dan sudut pandang.
Page 48
29
Tindak-tanduk perbuatan sebagai satu kesatuan unsur dalam alur. Dalam narasi
setiap tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-komponennya
sehingga pembaca seolah-olah merasakan sendiri kejadian itu.
Tindak-tanduk dalam sebuah narasi biasanya mengambil suatu tempat. Tempat
itulah yang dinamakan latar. Latar dapat menjadi unsur utama maupun unsur
tambahan dalam narasi. Selain itu, sudut pandang juga merupakan salah satu unsur
penting. Tujuan sudut pandang adalah sebagai pedoman atau tindak-tanduk karakter
dalam sebuah pengisahan.
Berdasarkan pendapat Keraf (1983:147) struktur utama pembentuk narasi yaitu
terdiri atas perbuatan, penokohan, latar, sudut pandang, dan alur cerita.
2.2.9 Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi
Suparno dan Yunus (2006:450) mengungkapkan langkah-langkah menulis
karangan narasi yaitu (1) menentukan tema dan amanat yang akan disampaikan, (2)
menetapkan sasaran pembaca, (3) merancang peristiwa-peristiwa yang akan
ditampilkan, (4) membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan, dan
akhir cerita, (5) merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa
sebagai pendukung peristiwa, dan (6) menyusun tokoh dan perwatakan, latar, dan
sudut pandang.
Langkah-langkat tersebut tentunya akan berbeda jika kita menyusun karangan
narasi yang bersumber pada teks wawancara. Langkah-langkah mengubah teks
wawancara menjadi narasi yaitu (1) membaca teks wawancara secara teliti, (2)
memahami pokok-pokok informasi yang terdapat pada teks wawancara, (3) menyusun
kerangka karangan berdasarkan pokok informasi yang telah didapatkan, (4)
Page 49
30
mengembangkan kerangka karangan, dan (5) menyunting tulisan jika ada kesalahan
bahasa maupun tulisan. Pengembangan karangan lebih ditekankan pada penggunaan
sudut pandang orang ketiga. Hal ini dilakukan agar semua siswa mengembangkan
karangan dengan pola yang sama.
Berdasarkan pendapat Suparno dan Yunus (2006:450), langkah-langkah pokok
dalam menulis karangan narasi yaitu menentukan tema, sasaran pembaca, menyusun
peristiwa dan mengembangkannya, serta menentukan tokoh dan perwatakan, latar, dan
sudut pandang.
2.2.10 Hakikat Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang dilakukan untuk maksud tertentu
(Hecht 1976:11). Seorang pewawancara melakukan kegiatan wawancara dengan
narasumber berdasarkan tujuan tertentu. Narasumber pun dipilih sesuai dengan kriteria
yang relevan dengan tujuan wawancara. Wawancara merupakan suatu bentuk kegiatan
berbahasa dengan jalan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau responden
untuk memperoleh informasi.
Wawancara harus dilakukan berdasarkan tujuan yang jelas. Tanpa suatu
tujuan, kegiatan wawancara tak mungkin berlangsung dengan baik. Modal seorang
pewawancara adalah keterampilan dalam berbahasa. Hal ini pun senada dengan
pendapat Kusumah, dkk. (2003:6) bahwa pada umumnya wawancara merupakan
sebuah bentuk komunikasi yang erat hubungannya dengan keterampilan berbicara.
Bahkan modal berbicara tak hanya diperlukan oleh seorang pewawancara, namun
diperlukan juga oleh seorang narasumber. Keterampilan berbicara seorang narasumber
akan mendukung kejelasan informasi yang disampaikan.
Page 50
31
Berdasarkan pendapat Hecht (1976), dan Kusumah, dkk. (2003) dapat
disimpulkan bahwa wawancara merupakan interaksi antara pewawancara dengan
narasumber dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tertentu.
2.2.11 Teks Wawancara
Seorang pewawancara melontarkan beberapa pertanyaan kepada narasumber
untuk mendapatkan sebuah informasi sehingga terjadilah tanya jawab di antara
keduanya. Kusumah, dkk. (2003: 21) mengungkapkan bahwa hasil wawancara dapat
dicatat dengan dua teknik.
1. Teknik Langsung
Teknik langsung yaitu teknik yang mencatat hasil wawancara secara langsung
berbentuk tulisan. Mengingat kecepatan tangan kita terbatas maka teknik steno
diterapkan saat menggunakan teknik langsung.
2. Teknik Repro
Teknik repro yaitu teknik mencatat hasil wawancara tetapi menggunakan alat
elektronik, misalnya type recorder. Dalam teknik ini kegiatan wawancara akan
terekam dalam sebuah alat elektronik. Supaya bisa didapatkan informasi yang jelas
maka rekaman tersebut harus ditranskipkan sehingga menjadi sebuah teks
wawancara.
Hasil kegiatan wawancara dapat berbentuk teks wawancara secara langsung
jika menggunakan teknik langsung, namun jika menggunakan teknik repro maka harus
ditranskipkan terlebih dahulu sehingga menghasilkan teks wawancara. Secara umum,
ciri-ciri teks wawancara sama dengan ciri narasi yaitu adanya sudut pandang, alur,
kejadian, dan tokoh.
Page 51
32
Berdasarkan penjelasan Kusumah, dkk. (2003:21) dapat disimpulkan bahwa
teks wawancara merupakan bentuk wawancara secara tertulis antara pewawancara dan
narasumber.
2.2.12 Media Kartun Bercerita
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya. Prestasi belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan
permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Guru memerlukan
alat bantu penyampaian informasi ilmu pengetahuan kepada siswa agar siswa mampu
memahami pesan pengetahuan dengan baik.
Media merupakan segala bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide
untuk menyebarkan ide, sehingga idea atau gagasan itu sampai pada penerima
(Hamijaya dalam Rohani 1997:2). Dengan demikian media dapat diartikan sebagai
„alat bantu‟ dalam menyampaikan sebuah informasi. Selain itu, Brigg (dalam Rohani
1997:2) juga mengatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan yang merangsang yang sesuai untuk belajar, misalnya: media cetak, media
elektronik (film, video). Media sebagai „alat bantu‟, dapat berupa apapun dengan
syarat dapat mempermudah penyampaian informasi.
Gerlach dan Ely (dalam Arsyad: 2000) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
sikap. Guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih
khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai
Page 52
33
alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Berdasarkan pendapat Hamijaya dalam Rohani 1997:2), Brigg (dalam Rohani
1997:2), dan Gerlach dan Ely (dalam Arsyad: 2000) dapat disimpulkan bahwa media
adalah alat yang digunakan untuk mempermudah penyampaian idea tau gagasan.
Levie dan Lentz (dalam Arsyad 2000:16) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (1) fungsi atensi, (2) fungsi afektif, (3)
fungsi kognitif, (4) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkosentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna
visual yang ditampilkan atau menyertai naskah materi pelajaran. Fungsi afektif media
visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar naskah bergambar,
gambar atau lambang visual dapat mengubah emosi dan sikap siswa. Fungsi kognitif
media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa
lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompositoris
media pembelajaran terlihat dari hasil bahwa penelitian bahwa media visual yang
memberikan materi untuk memahami isi pelajaran yang disajikan dengan naskah atau
disajikan secara verbal.
Sudjana dan Rivai (2007:58) mengungkapkan bahwa kartun adalah
penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan, atau
situasi yang didisain untuk mempengaruhi opini masyarakat. Kartun sebagai alat bantu
mempunyai manfaat penting dalam pengajaran, terutama dalam menjelaskan
Page 53
34
rangkaian isi bahan dalam satu urutan logis atau mengandung makna. Kartun yang
baik hanya mengandung satu gagasan saja.
Penggunaan kartun juga dapat digunakan sebagai motivasi, ilustrasi, dan untuk
kegiatan siswa (Sudjana dan Rivai 2007:60). Sesuai dengan wataknya kartun yang
efektif akan menarik perhatian serta menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini
menunjukkan bahan-bahan kartun bisa menjadi alat motivasi yang berguna di kelas.
Penggunaan yang kedua yaitu sebagai ilustrasi. Seseorang dapat melaporkan hasil
penelitiannya dalam bentuk kartun. Ini berarti kartun dapat digunakan sebagai ilustrasi
dalam kegiatan pengajaran. Penggunaan kartun yang ketiga yaitu sebagai kegiatan
siswa. Para siswa dapat membuat kartun untuk menumbuhkan minat mereka dalam
suatu bidang. Kartun digunakan sebagai sarana menyuarakan apa yang ada dalam
pikiran mereka.
Media yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu media kartun
bercerita. Media kartun bercerita pada konsepnya merupakan kartun yang dapat
menyampaikan informasi baik secara visual maupun audiovisual kepada siswa
sehingga informasi dapat dipahami siswa dengan baik. Media kartun bercerita dapat
berbentuk visual. Sudjana dan Rivai (2007:8) mengungkapkan bahwa konsep
keterbacaan visual dapat berupa sket, gambar, foto, diagram, tabel, dan lain-lain.
Pesan visual melalui berbagai ilustrasi digunakan untuk memperjelas keterbacaan
verbal. Selain itu, media kartun bercerita juga dapat berbentuk audiovisual. Rohani
(1997:97) mengungkapkan bahwa media audiovisual adalah media instruksional
modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengentahuan dan
Page 54
35
teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar, dan yang dapat dilihat dan
didengar.
Peneliti memilih kartun bercerita karena siswa kelas VII ditengarai masih
menyukai film kartun yang ditayangkan di televisi sehingga penyajian media kartun
akan menarik minat mereka sehingga akan lebih mudah menyerap materi. Informasi
yang disampaikan melalui kartun tersebut pun akan lebih mudah mereka pahami.
Penyajian media kartun bercerita dimaksudkan untuk menarik minat siswa
dalam pembelajaran serta memberikan pemahaman awal tentang wawancara.
Penyajian media kartun bercerita secara audiovisual membutukan LCD, laptop, dan
speaker, sedangkan secara visual hanya membutuhkan gambar kartun yang
mengandung informasi saja.
2.2.13 Metode Pencarian Informasi
Metode pencarian informasi mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Tim mencari informasi (normalnya dilakukan dalam pembelajaran yang menggunakan
teknik ceramah) yang menjawab pertanyaan yang diajukan keduanya. Metode ini
khususnya sangat membantu dalam materi yang membosankan. Biasanya yang
dianggap membosankan tidak lain yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia karena
terlalu banyak materi yang disampaikan. Guru hanya ceramah dalam pembelajarannya
sehingga siswa akan merasa bosan. Metode ini sangat membantu pembelajaran untuk
lebih menghidupkan materi yang dianggap kering (Zaini, dkk 2008:48).
Suatu metode ataupun teknik yang digunakan dalam pembelajaran pasti
memiliki langkah-langkah maupun strategi pembelajaran tersendiri. Begitu pula
Page 55
36
dengan metode pencarian informasi. Menurut Silberman (2009:152) prosedur
pelaksanaan metode pencarian informasi yaitu:
a. Membuat kelompok pertanyaan yang bisa dijawab dengan cara mencari informasi
yang dapat dijumpai di sumber materi.
b. Peserta didik mencari informasi dalam tim kecil. Persaingan sehat bisa membantu
untuk mendorong partisipasi.
c. Meninjau kembali jawaban selagi di kelas. Kembangkan jawaban untuk
memperluas jangkauan belajar.
Selain prosedur di atas, guru juga dapat melakukan variasi dalam pembelajaran
dengan menggunakan teknik ini. Variasi tersebut yaitu:
a. membuat pertanyaan yang memaksa peserta didik untuk menyimpulkan jawaban
dari sumber informasi yang ada, daripada menggunakan pertanyaan yang bisa
langsung dengan pencarian.
b. daripada mencari jawaban pertanyaan, berilah peserta didik tugas yang berbeda
seperti satu kasus untuk dipecahkan, latihan yang bisa mencocokkan butir-butir
soal, atau menyusun acak kata. Jika tidak diacak, tunjukkan istilah penting yang
terdapat pada sumber informasi.
Diharapkan dengan menggunakan metode pencarian informasi akan lebih
menyenangkan dan membuat siswa lebih mudah menyusun karangan narasi sehingga
penelitian ini akan bermanfaat.
Page 56
37
2.2.14 Penerapan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita pada
Pembelajaran
Mengubah teks wawancara menjadi narasi merupakan kegiatan yang dilakukan
setelah melalui proses pemahaman isi teks wawancara secara teliti kemudian
mengubah isi teks wawancara tersebut ke dalam bentuk karangan narasi. Isi karangan
yang ditulis harus sesuai dengan isi teks wawancara. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi
adalah pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih leluasa dalam
mengekspresikan idenya ke dalam bentuk tulisan, serta dapat melatih siswa mengubah
bentuk kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.
Untuk dapat menarasikan teks wawancara perlu diperhatikan hal-hal yang
dilakukan dalam menarasikan teks wawancara yaitu (1) dengan mengubah kalimat
langsung menjadi kalimat tak langsung, (2) mengubah penggunaan kata ganti, yaitu
menggunakan kata ganti orang pertama/orang kedua menjadi kata ganti orang ketiga.
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan jalan
mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan
dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tak langsung.
Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan fakta atau
informasi dari kegiatan pencarian informasi dengan cara menanyakan secara
mendetail dan mendalam, memancing dengan pernyataan maupun mengkonfirmasi
suatu hal, agar dapat diperoleh gambaran yang utuh tentang narasumber atau peristiwa
tertentu. Mengubah teks wawancara menjadi narasi merupakan salah satu kompetensi
Page 57
38
dasar yang ada di standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia Sekolah Menengah
Pertama sehingga siswa harus mampu menguasai kompetensi ini.
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas
dua pertemuan. Langkah-langkah pembelajaran kompetensi mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun
berbicara pada pertemuan pertama yaitu (1) guru menjelaskan materi pengantar
tentang wawancara, narasi, kalimat langsung dan tak langsung, (2) guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, (3)
Siswa berkelompok dengan berpasangan dengan teman sebangku, (4) tiap kelompok
memperhatikan media kartun bercerita sebagai contoh wawancara. Selain itu, media
kartun bercerita juga digunakan sebagai sarana untuk menarik minat siswa, (5) tiap
kelompok mendapatkan lampiran berisi teks wawancara yang dibagikan oleh guru, (6)
siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar
lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara, (7) tiap kelompok membuat
kerangka karangan berdasarkan teks wawancara yang telah dibagikan, (8) setiap
kelompok mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru, (9) setiap
kelompok menukarkan pekerjaannya dengan kelompok lain, (10) siswa dengan
dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain, (11) siswa memperbaiki
karangannya berdasarkan komentar dari kelompok lain, dan (12) siswa menyimpulkan
materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran kompetensi mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun berbicara
pada pertemuan kedua yaitu 1) siswa berpasangan dengan teman sebangku. Siswa
Page 58
39
pertama berperan sebagai pewawancara dan siswa kedua sebagai narasumber, 2) guru
menyajikan media, lalu membagikan LK I dan LK II, 3) guru memberikan enam
pertanyaan pancingan berdasarkan media, 4) siswa yang berperan sebagai
pewawancara membuat daftar pertanyaan pada lembar kerja 1, sedangkan
pasangannya menyiapkan jawaban yang sesuai, 5) setiap pasangan melakukan praktik
wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK 1 pula. Selama
berwawancara ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, yaitu (a)
kelancaran, (b) penggunaan kalimat efektif, dan (c) kinestetik, 6) tiap-tiap siswa
menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan informasi yang telah didapatkan
dari kegiatan wawancara, 7) guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa
selama pembelajaran, 8) siswa menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman
sebangku, 9) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, 10) Guru
bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
Peneliti menitikberatkan pada penggunaan sudut pandang orang ketiga
mengubah teks wawancara menjadi narasi peneliti.
2.2.15 Evaluasi pembelajaran Menggunakan Metode Pencarian Informasi dan
Media Kartun Bercerita
Evaluasi diartikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan
sejauh mana tujuan pengajaran dicapai oleh para siswa. Evaluasi pembelajaran
merupakan bagian integral dari proses pembelajaran yang melibatkan tiga proses yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Evaluasi merupakan proses pengumpulan
informasi dan memanfaatkannya sebagai penimbang dalam pengambilan keputusan.
Page 59
40
Dengan demikian, evaluasi mengandung tiga unsur yaitu pengumpulan informasi,
penimbang dengan suatu kriteria, dan pengambilan keputusan.
Evaluasi menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi evaluasi formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam
rangka mencari balikan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, sedangkan
evaluasi sumatif bertujuan mengetahui hasil belajar dalam rangka menentukan
perkembangan hasil belajar selama proses pendidikan. Dengan melakukan evaluasi,
guru dapat mengetahui sejauh mana ketercapaian pembelajaran.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama pembelajaran, peneliti
menggunakan penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan dengan
melihat perilaku siswa dari awal hingga akhir pembelajaran. Penilaian proses ini dapat
dinilai dari keseriusan dan keantusiasan siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Penilaian hasil dilakukan dengan menilai hasil kegiatan mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun
bercerita dengan kriteria yang telah ditentukan.
2.3 Kerangka Berpikir
Keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi di SMP
N 30 Semarang ditengarai masih rendah. Sebagian besar siswa mendapatkan nilai
dibawah kriteria ketuntasan minimal. Hal ini disebabkan karena siswa merasa bosan
selama pembelajaran sehingga tidak memperhatikan materi yang diberikan oleh guru.
Pemilihan metode kurang tepat, serta pemanfaatan media kurang maksimal.
Perlu diadakan suatu upaya untuk meningkatkan nilai siswa. Metode pencarian
informasi dipilih untuk meningkatkan konsentrasi serta ketelitian siswa dalam
Page 60
41
mengubah teks wawancara menjadi narasi. Media kartun bercerita digunakan untuk
meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran sehingga mereka akan lebih
aktif dan bersemangat.
Penggunaan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita
menyajikan cara pembelajaran baru yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan
dalam menulis, khususnya dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Metode
pencarian informasi akan mendorong siswa agar lebih teliti dan berusaha untuk
memahami isi dari teks berita dengan cermat. Setelah mendapatkan informasi yang
lengkap, maka langkah siswa membuat sebuah kerangka karangan narasi dengan
merangkai informasi yang telah ia dapatkan. Setelah menyusun kerangka karangan,
lalu siswa mengembangkan kerangka tersebut menjadi suatu karangan yang utuh.
Media kartun bercerita di sini dimaksudkan untuk menarik minat siswa dalam
pembelajaran. Media kartun bercerita yang dapat berbentuk visual maupun
audiovisual. Peneliti akan menyajikan tokoh-tokoh kartun sehingga siswa akan lebih
tertarik untuk mengamati kegiatan wawancara tersebut. Jika siswa sudah merasa
senang dengan media yang disajikan maka siswa pun akan lebih mudah untuk
memahami informasi yang ada pada media tersebut.
Pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui media kartun bercerita diharapkan dapat mengatasi
permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi.
Page 61
42
Bagan 1 Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah setelah dilaksanakan
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan
menggunakan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita maka siswa
akan mengalami peingkatan kompetensi tersebut dan perubahan sikap ke arah yang
lebih baik.
Kurang terampil dalam
mengubah teks
wawancara menjadi
narasi
Penemuan metode
pencarian informasi dan
media kartun bercerita
Pembelajaran dengan
metode pencarian
informasi dan media
kartun bercerita
Siswa terampil dalam
mengubah teks
wawancara menjadi
narasi
Page 62
43
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kemmis
(dalam Subyantoro 2009:8) menyatakan PTK sebagai suatu bentuk penelaahan atau
inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu
dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan
kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau kependidikan yang mereka lakukan
sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di
tempat praktik dilaksanakan.
Penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus
I dan siklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengubah teks
wawancara menjadi narasi. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan
siklus II. Hasil proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan
keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi setelah dilakukan perbaikan
dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus
terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, obsrvasi, dan refleksi. Keempat
tahap dalam PTK dapat digambarkan sebagai berikut.
OA P RP
R T T R T
O O
Siklus I
Siklus II
Page 63
44
Bagan 2 Model Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan:
OA : Observasi Awal O : Observasi
P : Perencanaan R : Refleksi
T : Tindakan RP : Revisi Perencanaan
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I
Penelitian dilakukan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I
merupakan tahapan awal pelaksanaan penelitian. Siklus I digunakan sebagai refleksi
untuk melakukan siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
penelitian. Setiap tahapan dilaksanakan secara maksimal agar penelitian dapat berjalan
lancar dan tepat sasaran. Pada siklus ini dilakukan empat tahapan penelitian yaitu (1)
perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
3.1.1.1 Perencanaan Siklus I
Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah
yang dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah. Masalah yang dialami dalam
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi di SMP Negeri 30 Semarang
yaitu masih rendahnya kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi
narasi karena berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari diri siswa, yaitu siswa tidak tertarik dengan
pembelajaran menulis, kurangnya penguasaan materi, tidak ada motivasi belajar, dan
malas, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar, misalnya
pemilihan metode dan media pembelajaran yang kurang tepat. Upaya untuk mengatasi
Page 64
45
permasalahan tersebut adalah dengan mengubah strategi pembelajaran agar minat
siswa dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat.
Pada tahap perencanaan siklus I, dilakukan persiapan pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi dengan
melalui kartun bercerita. Langkah-langkah pembelajarannya yaitu (1) menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
metode pencarian informasi dengan melalui kartun bercerita, (2) menentukan media
kartun yang akan digunakan, (3) memersiapkan instrumen penilaian yaitu instrumen
tes dan nontes. Instrumen tes berupa tes mengubah teks wawancara menjadi narasi
beserta kriteria penilaiannya, dan instrumen nontes berupa lembar observasi, lembar
jurnal, lembar wawancara, dan dokumentasi foto, (4) menyiapkan perangkat tes
mengubah teks wawancara menjadi narasi yang berupa lembar kerja, pedoman
penskoran, dan penilaian, (5) berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan kelas
yang akan diteliti.
3.1.1.2 Tindakan Siklus I
Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah
dipersiapkan. Tindakan merupakan langkah inti dalam suatu pembelajaran yang harus
dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai
sasaran. Tindakan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah dirancang
sebelumnya.
Page 65
46
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri
atas dua pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri atas tiga tahap pembelajaran
yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.
Pertemuan pertama, tahap pendahuluan diawali dengan apersepsi yang
diberikan oleh guru kepada siswa. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti
pembelajaran. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat yang akan
diperoleh siswa jika telah menguasai kompetensi mengubah teks wawancara menjadi
narasi. Motivasi pun tak lupa guru sampaikan dengan menceritakan kisah penulis
sukses agar siswa bersemangat selama mengikuti pembelajaran.
Tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode pencarian informasi dan
media kartun berberita. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yaitu
(1) guru menjelaskan materi pengantar tentang wawancara, narasi, kalimat langsung
dan tak langsung, (2) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang belum dipahami, (3) Siswa berkelompok dengan berpasangan
dengan teman sebangku, (4) tiap kelompok memperhatikan media kartun bercerita
sebagai contoh wawancara. Selain itu, media kartun bercerita juga digunakan sebagai
sarana untuk menarik minat siswa, (5) tiap kelompok mendapatkan lampiran berisi
teks wawancara yang dibagikan oleh guru, (6) siswa mendengarkan beberapa
pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis
isi teks wawancara, (7) tiap kelompok membuat kerangka karangan berdasarkan teks
wawancara yang telah dibagikan, (8) setiap kelompok mengembangkan kerangka
karangan dengan dipandu oleh guru, (9) setiap kelompok menukarkan pekerjaannya
dengan kelompok lain, (10) siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan
Page 66
47
kelompok lain, (11) siswa memperbaiki karangannya berdasarkan komentar dari
kelompok lain, dan (12) siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah
dipelajari.
Tahapan tahapan terakhir pada pertemuan pertama yaitu penutup. Langkah-
langkah pembelajaran pada bagian penutup yaitu (1) guru bersama siswa
menyimpulkan materi pembelajaran, dan (2) guru bersama siswa melakukan refleksi
terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.
Pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas tiga
tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus sesuai
dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan pembelajaran.
Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri atas
beberapa langkah yaitu (1) guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti
pembelajaran, (2) guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran, (3) guru
memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, (4) guru mengingatkan siswa tentang
materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, (5) siswa diberikan kesempatan
untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami.
Tahap inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut
1) siswa berpasangan dengan teman sebangku. Siswa pertama berperan sebagai
pewawancara dan siswa kedua sebagai narasumber, 2) guru menyajikan media, lalu
membagikan LK I dan LK II, 3) guru memberikan enam pertanyaan pancingan
berdasarkan media, 4) siswa yang berperan sebagai pewawancara membuat daftar
pertanyaan pada lembar kerja 1, sedangkan pasangannya menyiapkan jawaban yang
sesuai, 5) setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat
Page 67
48
jawaban narasumber pada LK 1 pula. Selama berwawancara ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh siswa, yaitu (a) kelancaran, (b) penggunaan kalimat efektif,
dan (c) kinestetik, 6) tiap-tiap siswa menyusun karangan narasi pada LK 2
berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari kegiatan wawancara, 7) guru
menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran, 8) siswa
menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman sebangku. Lalu menilai pekerjaan
temannya dengan panduan guru, 9) guru bersama siswa menyimpulkan materi
pembelajaran, 10) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran
yang telah berlangsung.
Tahap terakhir pada pertemuan kedua yaitu penutup. Langkah-langkah pada
tahapan ini yaitu (1) siswa menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman sebangku.
Lalu menilai pekerjaan temannya dengan panduan guru, (2) guru bersama siswa
menyimpulkan materi pembelajaran, dan (6) guru bersama siswa melakukan refleksi
terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
3.1.1.3 Observasi Siklus I
Observasi merupakan kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi atau pengamatan dilaksanakan
untuk mengumpulkan data tentang metode dan media yang digunakan yaitu metode
pencarian informasi melalui kartun bercerita selama proses pembelajaran berlangsung.
Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes.
Proses pengambilan data tes dilakukan untuk melihat kemampuan materi
yang diserap oleh siswa. Kegiatan yang dilakukan berupa data tes individu siswa
Page 68
49
dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi serta peningkatan keterampilan
siswa setelah dilakukan pembelajaran. Proses pengambilan data nontes dilakukan oleh
peneliti untuk melihat perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa aspek yang diamati adalah perilaku dan aktivitas siswa selama mengikuti
proses pembelajaran, respons siswa terhadap metode dan media yang digunakan
dalam pembelajaran, keaktifan siswa di dalam kelas yang berupa menjawab
pertanyaan dari guru maupun bertanya kepada guru tentang materi yang belum
dipahaminya. Berdasarkan data nontes dapat diketahui apakah metode dan media yang
digunakan peneliti dapat diterima dengan baik oleh siswa atau tidak.
Data nontes diperoleh melalui beberapa tahap. Tahapan untuk memperoleh
data nontes yaitu (1) observasi siswa untuk mengetahui perilaku atau aktivitas siswa
selama pembelajaran berlangsung, (2) jurnal penelitian untuk guru dan siswa dalam
proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui kartun bercerita, (3) wawancara untuk mengetahui
pendapat siswa yang dilakukan di luar pembelajaran kepada perwakilan siswa yang
memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi, (4) dokumentasi foto yang digunakan
sebagai laporan yang berupa gambar dan aktivitas selama pembelajaran berlangsung.
Semua data tersebut dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap.
3.1.1.4 Refleksi Siklus I
Peneliti melakukan refleksi dengan menganalisis hasil tes dan nontes setelah
melakukan tindakan siklus I. Refleksi dilakukan sebagai upaya mengkaji segala hal
yang terjadi pada tahap tindakan siklus I. Hasil refleksi ini digunakan sebagai bahan
masukan dalam menetapkan langkah selanjutnya. Refleksi pada siklus I dijadikan
Page 69
50
masukan dalam menentukan langkah pada siklus II sehingga hasil yang didapatkan
dapat maksimal. Masalah-masalah pada siklus I dapat dicari pemecahannya,
sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan, sehingga akan
diperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik pada siklus II.
3.1.2 Proses Tindakan Siklus II
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam siklus II terdiri atas empat
tahap seperti layaknya pada siklus I. Empat tahap tersebut yaitu tahap perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan tindak lanjut dan perbaikan dari
siklus I. Hasil refleksi pada siklus I diperbaiki pada siklus II sehingga hasilnya lebih
maksimal.
3.1.2.1 Perencanaan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, peneliti
memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Pada proses penelitian tindakan
kelas siklus II dilakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan pada perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti mempersiapkan hal-hal yang akan
dilaksanakan pada siklus II dengan memperbaiki hasil refleksi pada siklus I.
Peneliti melakukan beberapa perbaikan pada beberapa aspek. Perbaikan yang
dilakukan sebagai bentuk perencanaan pada siklus II meliputi 1) identifikasi masalah
yang timbul pada siklus I sehingga memerlukan perbaikan, yakni perbaikan cara
penyampaian materi oleh guru, 2) menentukan langkah-langkah perbaikan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
metode pencarian informasi melalui kartun bercerita dengan merevisi instrumen yang
berupa data tes yaitu: tes individu mengubah teks wawancara menjadi narasi berupa
Page 70
51
lembar kerja, dan 3) menyiapkan perangkat pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II.
3.1.2.2 Tindakan Siklus II
Tindakan pada siklus II merupakan hasil revisi tindakan yang dilakukan pada
siklus I. Revisi tersebut dilakukan berdasarkan beberapa masukan setelah melakukan
tindakan pada siklus I. Masukan dari siswa menjadi salah satu pertimbangan peneliti
untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Tindakan yang dilakukan
pada siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan yang terbagi atas tiga tahap yaitu
tahap pendahuluan, inti, dan penutup.
Pertemuan pertama, tahap pendahuluan diawali dengan apersepsi yang
diberikan oleh guru kepada siswa. Guru juga menanyakan bagaimana pengalaman
siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I. Motivasi pun tak
lupa guru sampaikan agar siswa bersemangat selama mengikuti pembelajaran.
Tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode pencarian informasi dan
media kartun berberita. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yaitu
(1) guru menjelaskan materi pengantar tentang wawancara, narasi, kalimat langsung
dan tak langsung, (2) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang belum dipahami, (3) Siswa berkelompok dengan berpasangan
dengan teman sebangku, (4) guru membagikan media kartun bercerita, (5) tiap
kelompok memperhatikan media kartun bercerita, (6) siswa mendengarkan beberapa
pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis
isi teks wawancara, (7) siswa yang berperan sebagai pewawancara menyiapkan
pertanyaan dan narasumber menyiapkan jawaban berdasarkan media, (8) siswa
Page 71
52
melakukan praktik wawancara, (9) setiap kelompok membuat karangan narasi
berdasarkan teks wawancara, (10) hasil pekerjaan siswa dikumpulkan, (11) guru
membagikan media kedua, (12) guru membacakan enam pertanyaan pancingan, (13)
guru menugaskan masing-masing siswa untuk membuat enam pertanyaan berdasarkan
media kedua di rumah masing-masing, dan (14) pembelajaran ditutup dengan salam.
Pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas tiga
tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus sesuai
dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan pembelajaran.
Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri atas
beberapa langkah yaitu 1) siswa berpasangan dengan teman sebangku, 2) siswa
melakukan praktik wawancara secara bergantian sesuai dengan pertanyaan yang
disusun di rumah dan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, yaitu (a)
kelancaran, (b) penggunaan kalimat efektif, dan (c) kinestetik, 3) masing-masing
siswa menyusun karangan narasi sesuai dengan teks wawancara yang telah dilakukan,
4) guru membentuk empat kelompok besar, masing-masing kelompok memilih satu
karya terbaik dengan dibimbing guru, 5) karya terbaik dipajang di papan tulis dan
siswa melakukan kunjung karya, setiap kelompok memiliki empat perwakilan untuk
memberikan tanda bintang pada karya terbaik dengan bimbingan guru, 6) guru
memberikan reward pada karya yang mendapatkan tanda bintang terbanyak, 7) guru
menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran, 8) guru
bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan 9) Guru bersama siswa
melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan ditutup dengan
salam.
Page 72
53
3.1.2.3 Observasi Siklus II
Pada siklus II peneliti juga melakukan observasi seperti pada siklus I.
Observasi adalah kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi, peneliti dibantu oleh seorang teman
selama proses pembelajaran berlangsung. Teman membantu peneliti dalam melakukan
observasi. Pada tindakan siklus II ini masih dilakukan observasi untuk melihat
peningkatan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dan
perubahan tingkah laku siswa setelah dilakukan tindakan siklus II. Observasi siklus II
juga masih sama dengan siklus I yaitu dilakukan melalui data tes dan nontes.
Selama proses observasi, data diperoleh melalui beberapa cara yaitu (1) tes
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi, dan tes keterampilan
siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi, (2) observasi untuk
mengetahui sikap dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, (3) jurnal
diberikan untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh siswa selama mengikuti proses
pembelajaran, (4) wawancara untuk mengetahui pendapat siswa yang dilakukan di
luar pembelajaran kepada perwakilan siswa yang memperoleh nilai rendah, sedang,
dan tinggi, (5) dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar
dan aktivitas selama pembelajaran berlangsung. Semua data tersebut dijelaskan dalam
bentuk deskripsi secara lengkap.
Observasi pada siklus II dilakukan dengan cara melihat peningkatan hasil tes
dan melihat perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang meliputi
keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. Kegiatan wawancara juga dilakukan untuk
Page 73
54
mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran terutama pada siswa
yang mendapatkan nilai tertinggi, sedang, dan rendah.
3.1.2.4 Refleksi Siklus II
Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan
penggunaan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita dan untuk
mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan pada siklus I. Refleksi
dilakukan dengan menganalisis hasil tes keterampilan mengubah teks wawancara
menjadi narasi dan hasil nontes yang dilakukan pada siklus II. Hasil nontes berupa
observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto juga dilakukan untuk mengetahui
perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Refleksi pada siklus II dilakukan untuk merefleksi hasil evaluasi belajar
siswa pada siklus I dan II. Tujuan refleksi ini adalah untuk menentukan kemajuan-
kemajuan yang telah dicapai selama proses pembelajaran dan untuk mencari
kelemahan-kelemahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Kemajuan yang
dicapai pada siklus II adalah peningkatan tes keterampilan mengubah teks wawancara
menjadi narasi dan perubahan tingkah laku siswa dari negatif menjadi positif.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan mengubah teks
wawancara menjadi narasi siswa kelas VII D SMP Negeri 30 Semarang. Kelas VII D
terdiri atas 36 siswa, dengan rincian 16 laki-laki dan 20 perempuan.
3.3 Variabel Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua variabel yaitu (1) variabel
keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi, sebagai variabel terikat dan
Page 74
55
(2) variabel metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita sebagai
variabel bebas.
3.3.1 Variabel Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi
Keterampilan menulis membutuhkan kesabaran ekstra sehingga banyak siswa
yang kurang meminati aspek menulis. Keterampilan mengubah teks wawancara
menjadi narasi yang dimaksud di sini adalah keterampilan siswa dalam mengolah
sebuah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan memerhatikan beberapa
aspek seperti penggunaan kalimat langsung dan tak langsung. Selain itu, kesesuaian
isi, kalimat langsung dan tak langsung, ejaan dan tanda baca, kohesi dan koherensi,
urutan cerita, pemilihan kata, dan kerapian tulisan juga harus diperhatikan oleh siswa
dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi.
Penelitian ini dianggap berhasil jika nilai rata-rata siswa secara klasikal dapat
mencapai 77. Jika nilai rata-rata siswa secara klasikal dapat mencapai 77 maka dapat
dikategorikan baik dan telah mencapai target. Hal ini berarti peneliti telah mampu
mencapai hasil melebihi kriteria ketuntasan minimal di SMP N 30 Semarang yang
hanya 75.
3.3.2 Variabel Metode Pencarian Informasi melalui Kartun Bercerita
Peneliti memilih salah satu metode pembelajaran aktif dari Mel Silberman
(2009) dalam bukunya Active Learning, yaitu metode pencarian informasi. Metode ini
mengajak siswa agar lebih teliti ketika mencermati sebuah teks wawancara sehingga
mereka akan lebih mudah ketika menyusun kembali menjadi sebuah karangan narasi.
Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar
secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktivitas
Page 75
56
pembelajaran. Mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menggunakan ide
pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa
saja yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan
nyata.
Siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya
mental tetapi juga melibatkan fisik. Siswa akan merasakan suasana yang lebih
menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Metode pengajaran ini menyediakan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif. Cara ini mengarahkan siswa ke
dalam eksplorasi yang alami dan investigasi langsung ke dalam suatu situasi
pemecahan masalah.
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media kartun bercerita.
Media kartun bercerita merupakan media yang dapat menyampaikan informasi kepada
siswa baik dalam bentuk visual maupun audiovisual.
Peneliti memilih kartun bercerita karena siswa kelas VII ditengarai masih
menyukai film kartun yang ditayangkan di televisi sehingga penyajian media kartun
akan menarik minat mereka. Jika siswa sudah tertarik dengan media yang disajikan
oleh guru maka tentunya mereka pun akan lebih mudah menyerap materi. Percakapan
yang dilakukan oleh para tokoh pun akan lebih mudah mereka pahami. Hal ini akan
berbeda jika wawancara dilakukan oleh tokoh yang tidak mereka kenal, maka mereka
akan lebih sulit memahami isi wawancara tersebut.
Page 76
57
3.4 Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu kuantitatif dan
kualitatif.
3.4.1 Indikator Kuantitatif
Penilaian dilakukan atas dasar teknik tes. Peneliti menghendaki nilai rata-rata
kelas sebesar 77 dan masing- masing siswa mendapatkan nilai minimal 75 atau tuntas
KKM.
3.4.2 Indikator Kualitatif
Penilaian dilakukan atas dasar teknik nontes. Indikator kualitatif yaitu
mengenai proses pembelajaran dan perubahan perilaku siswa setelah dilakukan
pembelajaran. Perubahan perilaku positif tersebut yaitu: (1) siswa memperhatikan
media kartun bercerita yang ditampilkan guru, (2) siswa mendengarkan pertanyaan
pancingan dengan baik dan langsung bisa menjawab, (3) siswa terlihat antusias dan
saat berdiskusi dengan pasangan, (4) siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik
wawancara, (5) siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi secara tepat
dan cepat.
3.5 Instrumen Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua bentuk instrumen yaitu
instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes yang digunakan berupa penugasan
siswa secara individu untuk mengubah teks wawancara menjadi narasi. Instrumen
nontes yang digunakan berupa observasi, jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan
dokumentasi foto.
Page 77
58
3.5.1 Intrumen Tes
Instrumen tes adalah instrumen yang berupa tes subjektif yang berupa tes
tertulis pada siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi narasi. Pada instrumen
tersebut digunakan pedoman penilaian kemampuan mengubah teks wawacara menjadi
narasi. Standar kompetensi: mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi
dan pesan singkat. Kompetensi dasar: mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan memerhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung. Indikator :
(1) mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara. (2)
mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi, (3) mampu mengubah kalimat langsung
menjadi kalimat tak langsung, (4) mampu mengubah teks wawancara menjadi
karangan narasi, dan (5) mampu menyunting karangan yang telah dibuat.
Tabel 2 Pedoman Penilaian
No Aspek Penilaian Skor Bobot Bobot x
skor 4 3 2 1
1. Kesesuaian isi
narasi dengan teks
wawancara
4 16
2. Penggunaan
kalimat langsung
dan tak langsung
4 16
3. Ejaan dan tanda
baca
4 16
4. Kohesi dan
koherensi
4 16
5. Pemilihan kata 4 16
6. Urutan cerita 4 16
7. Kerapian tulisan 4 16
Jumlah 28 112
Page 78
59
Tabel 3 Rubrik Penilaian Karangan Narasi
No Aspek Kategori Nilai Keterangan
1.
Kesesuaian isi
narasi dengan
teks
wawancara
a. Isi narasi sesuai dengan teks
wawancara, tepat, bahasanya
bervariatif dan lengkap.
b. Isi narasi sesuai dengan teks
wawancara, tapi kurang
bervariatif.
c. Isi narasi cukup sesuai dengan
teks wawancara namun kurang
lengkap dan kurang bervariatif
d. Isi narasi tidak sesuai dengan
teks wawancara, tidak bervariatif
dan tidak lengkap.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Penggunaan
kalimat
langsung dan
tak langsung
a. Penggunaan kalimat langsung
dan tak langsung tepat dan
penulisannya benar dan
komunikatif.
b. Penggunaan kalimat langsung
dan tak langsung tepat dan cukup
bervariatif.
c. Penggunaan kalimat langsung
dan tak langsung ada beberapa
yang salah, namun cukup
bervariatif.
d. Penggunaan kalimat langsung
dan tak langsung banyak yang
salah dan tidak bervariatif.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
3.
Ejaan dan
tanda baca
a. Penggunaan ejaan dan tanda baca
tepat semua.
b. Kesalahan ejaan dan tanda baca
kurang dari tiga kesalahan
c. Kesalahan penggunaan ejaan dan
tanda baca lebih dari tiga sampai
delapan kesalahann
d. Kesalahan penggunaan ejaan dan
tanda baca lebih dari delapan
kesalahan
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
4. Kohesi dan a. Kohesi dan koherensi tepat 4 Sangat baik
Page 79
60
koherensi sehingga mudah dipahami dan
bervariatif
b. Kohesi dan koherensi tepat
namun kurang bervariatif
c. Kohesi dan koherensi cukup tepat
namun tidak bervariasi
d. Tidak ada kohesi dan koherensi.
Sehingga sulit dipahami.
3
2
1
Baik
Cukup
Kurang
5. Pemilihan kata
(diksi)
a. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan
bervariasi.
b. Pemilihan kata tepat, sesuai,
tetapi tidak bervariasi.
c. Beberapa pemilihan cukup tepat
tetapi bervariasi dan masih bisa
dipahami.
d. Pemilihan kata tidak tepat, tidak
bervariasi sehingga sulit
dipahami.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
6. Urutan cerita a. Urutan cerita tepat dan runtut.
b. Urutan cerita tepat dan cukup
runtut.
c. Urutan cerita cukup tepat dan
cukup runtut
d. Cerita banyak yang salah dan
tidak runtut.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
7. Kerapian
tulisan
a. Tulisan rapi dan mudah dibaca.
b. Tulisan rapi namun ada beberapa
coretan.
c. Tulisan kurang rapi dan banyak
coretan.
d. Tulisan tidak rapi dan sulit
dibaca.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:
Page 80
61
Tabel 4 Kategori Penilaian
No Skor Kategori Nilai
1 >85 Sangat baik
2 75-85 Baik
3 65-74 Cukup
4 <65 Kurang
3.5.2 Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
observasi, wawancara, jurnal dan dokumentasi.
3.5.2.1 Pedoman Observasi
Pedoman Instrumen nontes yang berupa lembar observasi dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui perilaku siswa melalui pengamatan pada saat pembelajaran
sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan sikap positif dan
sikap negatif. Aspek perilaku yang diamati dalam penelitian ini meliputi (1) siswa
memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru, (2) siswa
mendengarkan pertanyaan pancingan dengan baik dan langsung bisa menjawab, (3)
siswa terlihat antusias dan saat berdiskusi dengan pasangan, (4) siswa terlihat aktif dan
antusias ketika praktik wawancara, (5) siswa dapat mengubah teks wawancara
menjadi narasi secara tepat dan cepat.
3.5.2.2 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui
Page 81
62
media kartun bercerita. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang nilai tesnya tinggi,
sedang, rendah. Wawancara ini untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran,
untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam mengubah teks wawancara
menjadi narasi, tanggapan mengenai pembelajaran, tanggapan mengenai metode dan
media yang disajikan, perasaan ketika pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita.
3.5.2.3 Jurnal
Jurnal digunakan untuk mendapat data kualitatif, yaitu berupa jurnal peneliti
atau jurnal guru dan jurnal siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran. Jurnal guru
berisi antara lain (1) catatan mengenai kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran,
(2) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (3) catatan tentang tanggapan
siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran, (4) tanggapan siswa terhadap media
kartun bercerita, dan (5) catatan kejadian-kejadian di dalam kelas, sedangkan jurnal
siswa berisi (1) materi yang dipelajari, (2) perasaan siswa selama mengikuti
pembelajaran pada hari ini, (3) kesulitan apa yang dialami siswa, (4) tanggapan siswa
mengenai media pembelajaran yang digunakan, dan (5) saran yang dapat siswa
berikan untuk pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui media kartun bercerita.
3.5.2.4 Dokumentasi
Alat yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini berupa
kamera yang digunakan untuk merekam kegiatan siswa pada saat pembelajaran
berlangsung. Aspek yang diamati pada perekaman (kamera) meliputi (1) aktivitas guru
Page 82
63
setelah memberikan penjelasan materi, (2) aktivitas siswa ketika mengamati media
kartun bercerita, (3) aktivitas siswa berdiskusi dengan teman sebangku, (4) aktivitas
siswa berwawancara dengan teman sebangku, dan (5) aktivitas siswa ketika mengubah
teks wawancara menjadi narasi. Masing-masing kegiatan dalam pembelajaran diambil
satu dokumen.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian kali ini dilakukan dengan dua teknik, yaitu
tes dan nontes. Teknik tes dilakukan untuk mendapatkan nilai siswa, sedangkan data
nontes diperoleh dengan cara observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi.
3.6.1 Teknik Tes
Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan siklus II. Teknik tes
diberikan guna mengetahui data keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita.
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes ini dilakukan
secara individu. Evaluasi proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita ini digunakan
tes uji petik produk yaitu berupa karangan narasi. Hasil tes penelitian setelah dianalisis
untuk mengetahui kelemahan siswa, selanjutnya sebagai dasar perbaikan untuk
melakukan siklus berikutnya.
Page 83
64
3.6.2 Teknik Nontes
Teknik pengumpulan data nontes ini meliputi observasi, jurnal, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui sejauh mana perubahan
sikap siswa setelah diadakan proses pembelajaran dengan media katun bercerita dan
metode pencarian informasi.
3.6.2.1 Observasi
Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati keadaan, respon, sikap, dan
keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh
bantuan seorang teman selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan
agar pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.
Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan memberikan
tanda check pada lembar obsevasi. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai proses dan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil dari
observasi tersebut kemudian dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk uraian
kalimat sesuai dengan perilaku nyata yang ditunjukkan siswa.
Adapun tahap observasinya yaitu (1) mempersiapkan lembar observasi yang
berisi butir-butir sasaran amatan tentang keaktifan siswa dalam mendengarkankan
penjelasan guru, keaktifan siswa dalam mengerjakan tes, (2) melaksanakan observasi
selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan guru, proses belajar-mengajar
sampai dengan siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi, dan (3) mencatat
hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan.
Page 84
65
Terdapat beberapa langkah pokok yang menjadi aspek observasi yaitu (1) siswa
memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru, (2) siswa
mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih
teliti dalam menganalisis isi teks wawancara, (3) siswa dikelompokkan dengan teman
sebangku. Masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk berwawancara dengan
berdiskusi dengan teman sebangku, (4) setiap pasangan melakukan praktik wawancara
dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I, dan (5) siswa secara
individu mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi.
3.6.2.2 Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan data penyebab kesulitan
dan hambatan dalam pembelajaran. Wawancara dilakukan pada para siswa yang hasil
tesnya berkategori baik, cukup, dan kurang. Masing-masing kategori diambil satu
siswa. Diharapkan jawaban yang diberikan dapat mewakili pendapat dari seluruh
siswa kelas VIID. Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan wawancara
yaitu (1) mempersiapkan lembar wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan
diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa yang nilai tesnya kurang, cukup, dan baik
untuk kemudian diajak wawancara, (3) mencatat hasil wawancara dengan menulis
tanggapan terhadap tiap butir pertanyaan, dan (4) peneliti meneliti jawaban siswa.
Pertanyaan untuk wawancara yaitu (1) apakah Anda tertarik mengikuti
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita, (2) apakah kamu dapat memahami materi
yang dijelaskan guru tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, (3)
Page 85
66
kesulitan apakah yang kamu alami dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, (4) manfaat
apakah yang kamu rasakan setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun
bercerita, dan (5) kesan dan pesan apakah yang ingin kamu sampaikan rasakan setelah
mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui media kartun bercerita.
3.2.6.3 Jurnal
Jurnal digunakan untuk mendapat data kualitatif, yaitu berupa jurnal peneliti
atau jurnal guru dan jurnal siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran. Sebelum
melalui pembelajaran, siswa diberi tahu terlebih dahulu bahwa nanti pada akhir
pembelajaran siswa akan diminta untuk mengisi jurnal kegiatan selama mengikuti
kegiatan pembelajaran. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam
jurnal siswa yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru. Siswa bebas
menuliskan pendapatnya, kritik maupun saran terhadap pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun
bercerita.
Pertanyaan dalam jurrnal siswa yaitu (1) materi apa yang telah Anda pelajari
pada hari ini, (2) adakah kesulitan saat mempelajari materi itu? Jika ada, sebutkan, (3)
bagaimana perasaan Anda mengikuti pembelajaran pada hari ini, (4) bagaimana
pendapat Anda mengenai media pembelajaran yang digunakan guru, (5) berikan saran
Anda untuk pembelajaran yang akan dating. Selain itu, pertanyaan untuk jurnal guru
Page 86
67
yaitu (1) bagaimana persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun
bercerita, (2) bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah
teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media
kartun bercerita, (3) bagaimana tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita, (4) bagaimana tanggapan siswa terhadap
media kartun bercerita yang digunakan dalam pembelajaran, dan (5) kejadian-kejadian
apa saja yang muncul pada saat pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita
Sementara itu, guru juga mengisi jurnal guru yang sudah dipersiapkan
sebelumnya, ketika pembelajaran sudah berakhir. Jurnal guru digunakan untuk
mendeskripsikan atau mencatat fenomena-fenomena pada saat pembelajaran yaitu
respon siswa terhadap pembelajaran, serta keaktifan siswa.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik kuantitatif dan
teknik kualitatif.
3.7.1 Teknik Kuantitatif
Teknik kuantatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh
dari data tes mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita pada siklus I dan siklus II. Hasil tes ditulis
Page 87
68
secara persentase dengan langkah-langkah berikut (1) merekap nilai yang diperoleh
siswa, (2) menghitung nilai-nilai komulatif dari tugas-tugas siswa, (3) menghitung
nilai rata-rata, dan (4) menghitung prosentase.
Presentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
K
P = ________________ x 100%
NxR
Keterangan :
P : Nilai presentase kemampuan siswa
K : Nilai komulatif (jumlah nilai) dalam satu kelas
N : Nilai maksimal soal tes
R : Jumlah responden dalam satu kelas
Hasil perhitungan dari masing-msing siklus kemudian dibandingkan yaitu
antara hasil siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai
presentase peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita.
3.7.2 Teknik Kualitatif
Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi, jurnal,
wawancara, dan dokumentasi. Adapun langkah-langkah penganalisian data kualitatif
adalah dengan menganalisis lembar observasi yang telah diisi saat pembelajaran dan
Page 88
69
mengklarifikasikannya dengan teman peneliti yang membantu dalam penelitian. Data
jurnal dianalisis dengan membaca seluruh jurnal siswa dan guru.
Data wawancara dianalisis dengan cara membaca lagi data wawancara. Hasil
tersebut untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran,
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran, dan sebagai dasar untuk
mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita serta untuk
mengetahui perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II. Selain itu, juga untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan media kartun
bercerita dan metode pencarian informasi.
Page 89
70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini memaparkan tentang hasil penelitian yang diperoleh dari
tindakan pada siklus I dan siklus II. Hasil penelitian ini terdiri atas hasil tes dan
nontes. Hasil tes tindakan siklus I dan siklus II diuraikan berdasarkan produk berupa
karangan narasi yang telah dihasilkan siswa dengan metode pencarian informasi
melalui media kartun bercerita. Karangan narasi disusun berdasarkan teks wawancara
yang telah tersedia. Selain itu, data hasil nontes berupa perubahan tingkah laku siswa
diperoleh dari hasil observasi, wawancara, jurnal guru, jurnal siswa serta dokumentasi
foto selama penelitian dilaksanakan. Hasil penelitian keterampilan mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun
bercerita dapat dipaparkan sebagai berikut.
4.1 Penelitian Siklus I
Penelitian ini terdiri atas dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas dua
pertemuan. Selain itu, setiap siklus terdiri atas empat belas langkah pembelajaran.
4.1.1 Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan
Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun Bercerita
Siklus I merupakan tindakan awal penelitian keterampilan mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun
bercerita. Pembelajaran pada siklus I terdiri atas dua pertemuan. Proses pembelajaran
yang berlangsung pada pembelajaran siklus I dapat digambarkan sebagai berikut. Pada
Page 90
71
kegiatan awal guru memasuki ruang kelas siswa sedikit susah untuk dikondisikan
karena merasa kaget dengan kehadiran guru yang berbeda dengan guru bahasa
Indonesia sebelumnya, namun setelah beberapa saat kelas sudah dapat dikondisikan
dan siap mengikuti pembelajaran. Guru mengucapkan salam dan dijawab keseluruhan
siswa dengan antusias. Di awal pembelajaran guru menceritakan tentang para penulis
yang sukses yaitu Asma Nadia agar siswa bersemangat untuk menulis. Hal tersebut
pun terbukti. Setelah itu, guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada hari
itu yaitu mengubah teks wawancara menjadi narasi. Untuk mengetahui tingkat
pengetahuan siswa tentang kompetensi dasar yang akan dipelajari, guru bertanya
kepada siswa tentang karangan narasi. Siswa pun menjawab secara bersamaan
sehingga jawabannya tidak terdengar dengan jelas oleh guru. Akhirnya guru meminta
siswa untuk mengangkat tangan ketika akan menjawab. Guru memilih salah satu siswa
yang mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan. Jawabannya pun hampir tepat.
Setelah itu guru menjelaskan jawaban yang tepat. Selain tentang narasi, guru pun
bertanya jawab dengan siswa tentang wawancara serta kalimat langsung dan tak
langsung. Jika ada siswa yang belum mengerti, guru mempersilakan mereka untuk
bertanya.
Langkah selanjutnya guru mengelompokkan siswa dengan berpasangan
dengan teman sebangku. Lalu guru menampilkan media kartun bercerita. Setelah
mendengarkan media kartun bercerita, guru membagikan teks salinan dialog kartun
yang telah disajikan melalui media. Guru memberikan enam pertanyaan pancingan
agar siswa lebih teliti dalam menangkap informasi pada teks wawancara. Siswa secara
berpasangan menyusun kerangka karangan lalu mengembangkannya menjadi sebuah
Page 91
72
karangan narasi dengan bimbingan guru. Tiap kelompok menukarkan hasil pekerjaan
mereka dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok memberikan komentar
secara tertulis tentang hasil karangan kelompok lain. Siswa memperbaiki karangannya
berdasarkan komentar dari kelompok lain. Hasil pekerjaan tiap kelompok
dikumpulkan. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta
melakukan refleksi. Pertemuan pertama ditutup dengan salam.
Pada pertemuan kedua guru kembali memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam. Siswa menjawab salam dan ini artinya mereka sudah siap untuk
mengikuti pembelajaran. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari
pada pertemuan sebelumnya. Selain itu, guru juga menanyakan materi yang belum
dipahami siswa pada pembelajaran sebelumnya. Beberapa siswa masih belum
mengerti tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi. Guru pun
menjelaskannya kembali. Siswa membentuk kelompok dengan berpasangan dengan
teman sebangku. Guru menyajikan media, lalu membagikan LK I dan LK II. Guru
memberikan pertanyaan pancingan sesuai media. Siswa yang berperan sebagai
pewawancara menyusun pertanyaan, sedangkan siswa yang berperan sebagai
narasumber menyiapkan jawaban berdasarkan ilustrasi kejadian yang terdapat pada
LK I. Setelah itu siswa praktik wawancara dengan teman sebangku. Tiap-tiap siswa
menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan informasi yang telah didapatkan
dari kegiatan wawancara. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran
lalu refleksi dan diakhiri dengan salam.
Page 92
73
4.1.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi
Narasi dengan Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun
Bercerita
Siklus I merupakan tindakan awal penelitian keterampilan mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun
bercerita. Pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi siklus
I terdiri atas data tes dan nontes. Hasil tes siswa pada tindakan siklus I diperoleh dari
hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi. Selain itu, hasil nontes disajikan
berupa data-data yang diperoleh dari hasil observasi, jurnal siswa dan guru,
wawancara, serta dokumentasi foto. Hasil penelitian siklus I membahas tentang hasil
tes siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi berdasarkan beberapa aspek
penilaian, sedangkan data nontes yang terdiri atas hasil observasi, wawancara, jurnal
siswa, jurnal guru, dan dokumentasi dibahas pada perubahan perilaku.
Hasil tes pada siklus I adalah hasil tes mengubah teks wawancara menjadi
narasi. Setelah dilaksanakan tes di akhir pembelajaran siklus I, diperoleh hasil yang
tersaji dalam tabel berikut.
Tabel 5 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara
Menjadi Narasi Siklus I
No. Kategori Nilai F
Persentase
(%)
Jumlah
Nilai
Rata-rata
Nilai
1. Sangat Baik >85 1 3% 86
2. Baik 75-85 11 31% 870
Page 93
74
3. Cukup 65-74 13 37% 913 = 70,7
(cukup) 4. Kurang <65 10 29% 607
Jumlah 35 100% 2476 70,7
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keterampilan mengubah teks
wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang pada siklus I rata-rata
sebesar 70,7 dalam kategori cukup. Nilai ini meningkat dibandingkan rata-rata kelas
sebelum penelitian yang hanya sebesar 62 atau dalam kategori kurang. Siklus I
mengalami peningkatan sebesar 14%. Penelitian siklus I hanya melibatkan 35 siswa
karena satu siswa izin ke luar kota. Dari 35 siswa yang hadir, sebanyak 10 siswa atau
29% mendapatkan nilai <65 dalam kategori kurang. Selain itu, sebanyak 13 siswa atau
37% mendapatkan nilai dengan rentang skor 65-74 dalam kategori cukup. Sebanyak
11 siswa atau 31% siswa mendapatkan nilai dengan rentang skor 75-85 dalam kategori
baik, dan yang terakhir hanya 1 siswa atau 3% yang mendapatkan nilai diatas 85
dalam kategori sangat baik.
Nilai rata-rata dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi melalui
metode pencarian informasi melalui kartun bercerita pada siklus I baru mencapai 70,7
dalam kategori cukup. Jadi, target untuk nilai rata-rata kelas sebesar 77 atau dengan
kategori baik masih belum tercapai. Untuk itu, peneliti akan menindaklanjuti
penelitian ini pada siklus II agar mencapai target yang ditetapkan. Evaluasi yang
disertai dengan perbaikan berbagai aspek harus dilakukan agar dapat meningkatkan
nilat rata-rata kelas pada siklus II. Berikut hasil nilai masing-masing aspek penilaian.
Page 94
75
4.1.2.1 Aspek Kesesuaian Isi
Aspek kesesuaian isi sangat penting ketika siswa mengubah teks wawancara
menjadi narasi. Semua informasi yang terdapat pada teks wawancara harus mampu
siswa pahami, lalu diubah menjadi sebuah karangan narasi. Penilaian aspek kesesuaian
isi ini menitikberatkan pada kelengkapan isi yang terdapat pada karangan narasi yang
telah disusun siswa. Karangan yang mencakup informasi secara lengkap dan benar
mendapatkan skor maksimal pada aspek ini. Hasil tes pada aspek kesesuaian isi dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 4 2 5,7% 10
= 72 (cukup)
2. Baik 3 20 57% 80
3. Cukup 2 10 28,6% 30
4. Kurang 1 3 8,7 % 6
Jumlah 35 100% 126 72
Dari tabel di atas diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks
wawancara menjadi narasi pada aspek kesesuaian isi sebesar 72 dalam kategori cukup.
Terdapat 2 siswa dengan kategori sangat baik atau 5,7%, 20 siswa atau 57% dengan
kategori baik, 10 siswa atau 28,6% dalam kategori cukup dan 3 siswa atau 8,7% dalam
kategori kurang.
Page 95
76
4.1.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung
Aspek penilaian yang kedua yaitu penggunaan kalimat langsung dan tak
langsung. Teks wawancara menggunakan kalimat langsung, sedangkan karangan
narasi biasanya menggunakan kalimat tak langsung sehingga siswa harus bisa
mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung. Beberapa kriteria yang menjadi
penilaian dalam aspek ini yaitu penggunaan kata tugas (bahwa, agar, sebab, supaya,
dst.) dan tidak menggunakan tanda petik dalam kalimat tak langsung. Hasil tes aspek
penggunaan kalimat langsung dan tak langsung dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung
dan Tak Langsung
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 4 1 2,9% 5
= 68,6 (cukup)
2. Baik 3 16 45,7% 64
3. Cukup 2 15 42,9% 45
4. Kurang 1 3 8,5% 6
Jumlah 35 100% 120 68,6
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek penggunaan kalimat langsung dan tak
langsung sebesar 68,6 dalam kategori cukup. Sebanyak 1 siswa atau 2,9% memeroleh
kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 45,7% atau 16 siswa. Kategori
cukup sebanyak 15 siswa atau 42,9% dan 3 siswa atau 8,5% siswa dalam kategori
Page 96
77
kurang. Jadi, pada aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung siswa sudah
cukup menguasai namun masih perlu peningkatan lebih lanjut.
4.1.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Aspek penilaian yang ketiga adalah penggunaan ejaan dan tanda baca. Aspek
ini biasanya sering diabaikan ketika siswa mengikuti pembelajaran menulis. Mereka
hanya mengutamakan isi saja, padahal aspek ini merupakan salah satu penilaian dalam
pembelajaran menulis. Penilaian aspek ini mengutamakan ketepatan penggunaan ejaan
dan tanda baca pada tulisan siswa. Hasil tes aspek penggunaan ejaan dan tanda baca
dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
Tabel 8 Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan
dan Tanda Baca
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 4 4 11,4% 16
= 67,9 (cukup)
2. Baik 3 20 57% 60
3. Cukup 2 8 23% 16
4. Kurang 1 3 8,6% 3
Jumlah 35 100% 95 67,9
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek penggunaan ejaan dan tanda baca
Page 97
78
sebesar 67,9 dalam kategori cukup. Sebanyak 4 siswa atau 11,4% memeroleh kategori
sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 57% atau 20 siswa. Kategori cukup
sebanyak 8 siswa atau 23% dan 3 siswa atau 8,6% siswa dalam kategori kurang. Jadi,
kemampuan siswa dalam aspek penggunaan ejaan dan tanda baca sudah cukup namun
masih perlu peningkatan lebih lanjut.
4.1.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi
Aspek penilaian yang keempat yaitu kohesi dan koherensi. Suatu paragraf akan
memiliki makna yang utuh jika didalamnya terdapat kohesi dan koherensi yang tepat.
Suatu paragraf tidak akan bermakna tanpa kohesi dan koherensi. Penilaian aspek ini
difokuskan pada penggunaan kata ganti yang tepat, adanya keterkaitan antar kalimat
sehingga dapat membangun makna yang tepat. Hasil tes aspek kohesi dan koherensi
dapat dilihat pada tabel 8 berikut.
Tabel 9 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 4 6 17% 24
= 73,6 (cukup)
2. Baik 3 21 60% 63
3. Cukup 2 8 23% 16
4. Kurang 1 0 0% 0
Jumlah 35 100% 103 73,6
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kohesi dan koherensi sebesar 73,6
Page 98
79
dalam kategori cukup. Sebanyak 6 siswa atau 17% memeroleh kategori sangat baik.
Perolehan kategori baik mencapai 60% atau 21 siswa. Kategori cukup sebanyak 8
siswa atau 23% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai kurang. Jadi,
kemampuan siswa dalam aspek penggunaan ejaan dan tanda baca sudah cukup namun
masih perlu peningkatan lebih lanjut.
4.1.2.5 Aspek Ketepatan Pemilihan Kata
Aspek penilaian yang kelima yaitu ketepatan pemilihan kata. Penilaian pada
aspek ini difokuskan pada pemilihan kata yang tepat sehingga mudah dipahami dan
dapat mewakili makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Hasil tes aspek ketepatan
pemilihan kata dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10 Hasil Tes Aspek Ketepatan Pemilihan Kata
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 4 3 8,6% 12
= 71,4 (cukup)
2. Baik 3 24 68,4% 72
3. Cukup 2 8 23% 16
4. Kurang 1 0 0% 0
Jumlah 35 100% 100 71,4
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek ketepatan pemilihan kata sebesar
71,4 dalam kategori cukup. Sebanyak 3 siswa atau 8,6% memeroleh kategori sangat
baik. Perolehan kategori baik mencapai 68,4% atau 24 siswa. Kategori cukup
Page 99
80
sebanyak 8 siswa atau 23% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai
kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah cukup
namun masih perlu peningkatan lebih lanjut.
4.1.2.6 Aspek Keruntutan Cerita
Aspek penilaian yang keenam yaitu keruntutan cerita. Cerita yang runtut tentu
akan lebih mudah dipahami oleh pembaca. Penilaian pada aspek urutan cerita
difokuskan pada susunan cerita yang runtut dan sesuai dengan teks wawancara
sehingga mudah dipahami oleh para pembaca. Hasil tes penilaian aspek keruntutan
cerita dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 11 Hasil Tes Aspek Keruntutan Cerita
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 4 8 22,9% 32
= 80 (baik)
2. Baik 3 26 74,2% 78
3. Cukup 2 1 2,9% 2
4. Kurang 1 0 0% 0
Jumlah 35 100% 112 80
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek keruntutan cerita sebesar 80 dalam
kategori baik. Sebanyak 8 siswa atau 22,9% memeroleh kategori sangat baik.
Perolehan kategori baik mencapai 74,2% atau 26 siswa. Kategori cukup sebanyak 1
siswa atau 2,9% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai kurang.
Page 100
81
Jadi, kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah baik namun
masih perlu peningkatan lebih lanjut.
4.1.2.7 Aspek Kerapian Tulisan
Aspek penilaian yang terakhir yaitu kerapian tulisan. Aspek ini sering tidak
diperhatikan oleh para siswa. Mereka menulis secara acak-acakan dan banyak coretan
sehingga sulit untuk dibaca. Bahkan sebagian siswa masih menulis dengan tidak rapi
sehingga tidak terbaca. Penilaian aspek kerapian tulisan difokuskan pada bentuk huruf
yang jelas, rapi, dan tidak ada coretan. Hasil tes untuk aspek kerapian tulisan dapat
dilihat pada tabel 11 berikut.
Tabel 12 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan
No. Kategori Skor Frekuensi Persentase
(%)
Bobot
Skor Rata-rata
1. Sangat baik 4 2 5,7% 8
= 66,4 (cukup)
2. Baik 3 19 54,3% 57
3. Cukup 2 14 40% 28
4. Kurang 1 0 0% 0
Jumlah 35 100% 93 66,4
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kerapian tulisan sebesar 66,4 dalam
kategori cukup. Sebanyak 2 siswa atau 5,7% memeroleh kategori sangat baik.
Perolehan kategori baik mencapai 54,3% atau 19 siswa. Kategori cukup sebanyak 14
siswa atau 40% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai kurang. Jadi,
kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah cukup namun masih
Page 101
82
perlu peningkatan lebih lanjut. Hal ini juga menunjukkkan bahwa sebagian siswa
masih menyepelekan kerapian tulisan dalam menulis.
4.1.3 Perilaku Siswa Siklus I
Perilaku siswa selama pembelajaran siklus I dapat diamati melalui hasil data
nontes yang terdiri atas observasi, wawancara, jurnal guru, jurnal siswa, dan
dokumentasi. Berikut ini adalah pemaparan dari data nontes.
4.1.3.1 Hasil Observasi Siklus I
Kegiatan observasi kelas pada siklus I dilaksanakan selama pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui
media kartun bercerita. Setelah pembelajaran berakhir diperoleh data mengenai
perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung.
Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku
siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil observasi akan dipaparkan pada tabel
berikut.
Tabel 13 Hasil Observasi Siklus I
No Aspek yang diobservasi Frekuensi Persentase Kategori
1.
Langkah 1: Siswa memperhatikan media kartun
bercerita yang ditampilkan guru.
Baik
a. Siswa memperhatikan media yang
ditayangkan dengan penuh semangat dan
apresiasi.
27 77,1%
b. Siswa hanya memperhatikan tanpa
apresiasi. 3 8,6%
c. Siswa tidak memperhatikan media yang
ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas 5 14,3%
Page 102
83
lain, misalnya berbicara dengan teman
sebangku.
2.
Langkah 2: Siswa mendengarkan beberapa
pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh
guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi
teks wawancara.
Sangat
Baik
a. Siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik
dan langsung bisa menjawab. 31 88,6%
b. Siswa mendengarkan pertanyaan namun
kesulitan dalam menjawab. 2 5,7%
c. Siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan
tidak bisa menjawab. 2 5,7%
3.
Langkah 3: Siswa dikelompokkan dengan
berpasangan dengan teman sebangku.
Masing-masing siswa menyusun pertanyaan
untuk praktik berwawancara.
a. Siswa terlihat antusias dan langsung
berdiskusi dengan pasangan. 24 68,6%
Cukup b. Siswa berdiskusi dengan pasangan, namun
terlihat kurang antusias. 8 22,9%
c. Siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam
berdiskusi. 3 8,5%
4.
Langkah 4: Setiap pasangan melakukan praktik
wawancara dan pewawancara mencatat
jawaban narasumber pada LK I. siswa
berwawancara dengan bergantian.
Cukup a. Siswa terlihat aktif dan antusias ketika
praktik wawancara. 24 68,6%
b. Siswa melakukan wawancara dengan benar
namun terlihat kurang antusias. 5 14,3%
Page 103
84
c. Siswa terlihat malas ketika berwawancara. 6 17,1%
5.
Langkah 5: siswa secara individu mengubah
teks hasil wawancara menjadi karangan narasi.
a. Siswa dapat mengubah teks wawancara
menjadi narasi secara tepat dan cepat. 15 42,9%
Kurang b. Siswa mengalami beberapa hambatan ketika
mengubah teks wawancara menjadi narasi. 20 57,1%
c. Siswa tidak dapat mengubah teks wawancara
menjadi narasi. 0 0%
Keterangan: Sangat Baik = 86-100%, Baik = 75-85%, Cukup = 65-74%, dan Kurang=
<65%
Berdasarkan tabel 12 dapat kita lihat hasil observasi pada siklus I. Observasi
dilakukan di beberapa langkah pembelajaran untuk mengetahui sikap siswa, baik sikap
positif maupun negatif. Kita dapat melihat beberapa sikap siswa dalam satu langkah
pembelajaran.
Langkah pertama yang diamati yaitu ketika guru menyajikan media kartun
bercerita dengan menggunakan LCD dan speaker, lalu siswa diminta untuk
memerhatikan. Pada langkah ini ada tiga respon siswa yang diamati. Pertama, siswa
memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi.
Sebanyak 77,1% siswa terlihat bersemangat dan mengapresiasi dengan baik media
yang disajikan guru. Hal ini nampak ketika siswa banyak yang ingin duduk di depan
agar bisa melihat media dengan baik. Kedua, siswa hanya memerhatikan tanpa
apresiasi. Sebanyak 8,6% siswa memperhatikan media yang disajikan guru, namun
mereka tidak mengapresiasi. Mereka hanya menonton media dengan tidak semangat.
Page 104
85
nampak beberapa siswa menonton sambil merebahkan kepala di meja. Ketiga, siswa
tidak memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain. Ka
Sebanyak 14,3% siswa tidak tertarik dengan media yang disajikan oleh guru. Bahkan
mereka melakukan aktivitas lain saat media ditampilkan. Beberapa siswa yang duduk
dibangku bagian belakang terlihat berbicara dengan teman sebangku. Hal ini
dikarenakan media yang tidak terlihat dengan baik di bangku bagian belakang karena
silau dengan sinar matahari.
Langkah kedua yang diamati yaitu ketika guru memberikan beberapa
pertanyaan pancingan agar siswa lebih kritis dalam menangkap informasi yang telah
disajikan melalui media kartun bercerita. Terdapat beberapa respon siswa ketika
langkah ini dilaksanakan, baik positif maupun negatif. Pertama, siswa mendengarkan
pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab. Sebanyak 31 siswa atau 88,6%
mendengarkan pertanyaan guru dan mampu menjawab dengan baik. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa mengamati media yang disajikan dengan baik. Kedua,
siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. Sebanyak 2 siswa
atau 5,7% memperhatikan pertanyaaan guru namun kesulitan dalam menjawab
pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa hanya menonton media tanpa
memahami informasi yang disajikan. Ketiga, siswa tidak mendengarkan pertanyaan
dan tidak bisa menjawab. Pada langkah ini pun ada sebanyak 2 siswa atau 5,7% tidak
mau mendengarkan pertanyaan dan akibatnya mereka tidak mampu menjawab. Hal ini
dikarenakan siswa tidak memperhatikan media yang disajikan sehingga mereka tidak
memahami apapun.
Page 105
86
Langkah ketiga yang diamati yaitu ketika siswa dikelompokkan dengan
berpasangan dengan teman sebangku dan masing-masing siswa menyusun pertanyaan
untuk praktik berwawancara. Pada tahap ini ada tiga langkah yang diamati. Pertama,
siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. Sebanyak 68,6%
siswa antusias dan langsung menyusun pertanyaan pada LK yang telah disiapkan
dengan berdiskusi pada pasangannya. Kedua, siswa berdiskusi dengan pasangan,
namun terlihat kurang antusias. Sebanyak 22,9% siswa berdiskusi namun terlihat
tidak antusias. Hal ini terlihat ketika siswa hanya membuat pertanyaan asal-asalan
saja. Ketiga, siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. Sebanyak 8,5%
siswa tidak tertarik pada tahap pembelajaran ini. Mereka terlihat malas untuk
membuat daftar pertanyaan, bahkan guru harus menegur beberapa kali agar mereka
membuat pertanyaan pada LK yang tersedia.
Langkah pembelajaran keempat yang diamati adalah setiap pasangan
melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada
LK I. siswa berwawancara dengan bergantian. Ada tiga perilaku yang tibul saat
pengamatan. Pertama, siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara.
Sebanyak 68,6% siswa terlihat aktif berwawancara dengan teman sebangku. Kedua,
siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. Sebanyak
14,3% siswa terliahat kurang bersemangat ketika berwawancara. Mereka terlihat
berwawancara hanya sebagai formalitas saja. Ketiga, siswa terlihat malas ketika
berwawancara. Sebanyak 17,1% siswa malas dalam berwawancara. Guru harus
beberapa kali menegur agar mereka melakukan praktik berwawancara.
Page 106
87
Langkah kelima saat siswa secara individu mengubah teks wawancara menjadi
paragraph narasi. Sebanyak 15 siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi
paragraf narasi secara cepat dan tepat. Sebanyak 20 siswa masih mengalami beberapa
kesulitan, namun meskipun masih mengalami kesulitan tetapi semua siswa sudah bisa
membuat karangan narasi.
Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa selama proses
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui kartun bercerita, jumlah siswa yang berperilaku positif lebih banyak
dibanding siswa yang berperilaku negatif.
4.1.3.2 Hasil Jurnal Siklus I
Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan siswa selama mengikuti kegiatan
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui kartun bercerita. Jurnal yang digunakan pada siklus I ada dua jenis,
yaitu siswa dan guru.
4.1.3.2.1 Jurnal Siswa
Jurnal siswa dibagikan pada akhir pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi. Jurnal siswa diisi secara individu untuk mengetahui respons siswa
terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Jurnal siswa berisi lima pertanyaan,
yaitu 1) materi apa yang telah Anda pelajari pada hari ini, 2) adakah kesulitan saat
mempelajari materi itu? Jika ada, sebutkan, 3) bagaimana perasaan Anda mengikuti
pembelajaran pada hari ini, 4) bagaimana pendapat Anda mengenai media
pembelajaran yang digunakan guru, dan 5) Berikan saran Anda untuk pembelajaran
yang akan datang!
Page 107
88
Pertanyaan pertama yang ditanyakan yaitu terkait tentang materi yang
dipelajari pada hari itu. Berdasarkan jurnal siswa yang telah diisi, 35 siswa mampu
menjawab sesuai dengan kompetensi yang mereka pelajari yaitu mengubah teks
wawancara menjadi narasi. Seperti yang diungkapkan R-30, “Tentang mengubah
wawancara menjadi narasi”. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-18, “Mengubah teks
wawancara menjadi narasi”.
Kedua, yaitu kesulitan siswa saat mempelajari materi yang disampaikan.
Sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan saat memahami materi, seperti yang
disampaikan oleh R-5, “Tidak ada”. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-3, “Tidak
ada, karena Bu Ana mengajarkan dengan sabar dan menyampaikan pembelajaran yang
dapat dimengerti.” Selain itu, ada pula siswa yang masih merasa kesulitan saat
mengikuti pembelajaran. Sebanyak 17% atau 6 siswa masih merasa kesulitan saat
mengikuti pembelajaran. Kesulitan yang dialami siswa berbeda-beda. Seperti yang
disampaikan R-12, “Ada, kesulitan mengganti kata atau kalimat dan merangkai
kaimatnya.” Kalimat tersebut mengungkapkan bahwa R-12 masih kesulitan
menggunakan kata ganti saat mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung.
Selain itu, R-12 masih kesulitan untuk merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf.
Persoalan yang lain timbul pada R-25, “Mengubah pertanyaan dan jawaban menjadi
narasi”. Persoalan tersebut dialami oleh beberapa siswa. Mereka masih kesulitan
mengubah teks wawancara yang berupa kalimat langsung menjadi karangan narasi
yang berupa kalimat tak langsung. Kesulitan yang serupa pun diungkapkan oleh R-6,
“Ada, pada saat mengubah teks wawancara menjadi narasi”. Jadi, kesulitan mereka
Page 108
89
terletak pada saat mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung dan
merangkainya.
Pertanyaan ketiga tentang perasaan siswa saat mengikuti pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui
kartun bercerita. Seluruh responden mengatakan senang terhadap pembelajaran yang
telah berlangsung. R-3 mengungkapkan, “Senang dan bangga bisa dapat ilmu dari
pembelajaran ini.” Selain itu, hal serupa pun diungkapkan oleh R-33, “Senang,
bahagia.” Bahkan R-33 menambahkan gambar orang tertawa yang berarti ia senang
dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Pertanyaan keempat berisi pendapat siswa tentang media pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Sebanyak 34 siswa atau 97% mengungkapkan bahwa media
kartun bercerita yang digunakan oleh guru menarik dan dapat membantu mereka
dalam memahami materi. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh R-16, “Baik,
membuat materi ini menjadi lebih menarik untuk dipelajari.” Hal serupa pun
disampaikan oleh R-3, “Bagus dan istimewa karena ada media elektronik yang dapat
menayangkan cerita tentang wawancara.” Pendapat tersebut diperkuat oleh R-2,
“Baik, bagus, dan menyenangkan”. Selain itu, ada seorang siswa yang kurang tertarik
dengan media yang digunakan guru yaitu R-9, “Kurang efektif karena kurang lebar
layarnya.” Hal ini dikarenakan LCD yang digunakan berukuran kecil sehingga gambar
yang dihasilkan kurang maksimal. Oleh karena itu, R-9 yang duduk di bangku bagian
belakang kurang tertarik dengan media yang digunakan guru.
Page 109
90
Pertanyaan terakhir tentang saran yang ingin disampaikan siswa kepada guru.
Semua siswa berharap pembelajaran lebih baik lagi dan siswa menginginkan media
yang serupa pada semua materi. Hal tersebut diungkapkan oleh R-30, “Sebaiknya
kalau ada materi, pakai praktik seperti ini.” Hal serupa pun diungkapkan oleh R-33,
“Sebaiknya gunakan media pembelajaran lagi, supaya proses belajar-mengajar lebih
menyenangkan.”
4.1.3.2.2 Jurnal Guru
Jurnal guru memuat tentang hal yang dicermati oleh guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Jurnal guru diisi oleh guru pada saat pembelajaran. Aspek
yang ditulis dalam jurnal guru yakni, 1) bagaimana persiapan siswa sebelum
mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 2) bagaimana keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 3) bagaimana tanggapan
siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 4)
bagaimana tanggapan siswa terhadap media kartun bercerita yang digunakan dalam
pembelajaran, dan 5) kejadian-kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui
media kartun bercerita?
Pertama tentang persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran mengubah
teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media
kartun bercerita. Guru mengungkapkan bahwa semua siswa siap untuk mengikuti
Page 110
91
pembelajaran bahasa Indonesia pada hari itu. Hal ini terlihat saat peneliti masuk kelas,
ketua kelas langsung memimpin salam kepada peneliti. Setelah itu, suasana kelas
menjadi hening. Berikut petikan salam dari siswa kepada guru. Ketua kelas, “Beri
salam kepada bu guru!”. Semua siswa menjawa, “Selamat siang, Bu.” Setelah itu guru
menjawab salam, lalu memulai pembelajaran.
Pertanyaan kedua berisi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita. Guru mengungkapkan bahwa keaktifan
siswa sudah mulai tampak ketika guru bertanya jawab dengan siswa pada kegiatan
apersepsi. Sebagian besar siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
Pada saat pembelajaran beberapa siswa juga sudah tidak canggung untuk bertanya
kepada peneliti apabila ada hal yang belum dipahami. Tetapi, ada juga beberapa siswa
yang masih enggan bertanya pada peneliti, mereka memilih bertanya pada teman yang
lain. Keaktifan juga terlihat ketiga peneliti menyajikan media kartun bercerita.
Sebagian siswa yang duduk di bangku bagian belakang menginginkan duduk di depan
agar bisa memahami media yang diputar dengan baik. Bahkan keaktifan siswa masih
terlihat hingga pembelajaran akan berakhir. Pada saat menyimpulkan materi yang
telah dipelajari, sebagian besar siswa menjawab secara bersamaan. Meskipun ada
beberapa siswa yang terlihat diam. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa keaktifan siswa sudah cukup baik.
Pertanyaan ketiga berisi tentang tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita. Guru menjelaskan bahwa selama
Page 111
92
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I, tanggapan
siswa ketika mendapat penugasan dari peneliti cukup beragam. Sebagian siswa cukup
bersemangat dan langsung melaksanakan tugas sesuai dengan perintah peneliti, namun
beberapa siswa tidak memerhatikan dan justru melakukan aktivitas lainnya. Tetapi
setelah peneliti mengondisikan kelas dan menjelaskan ulang tugas yang belum mereka
pahami akhirnya mereka paham dan mengerjakannya.
Pertanyaan keempat berisi tentang tanggapan siswa terhadap media kartun
bercerita yang digunakan dalam pembelajaran. Guru mengungkapkan bahwa sebagian
besar siswa tertaik dengan media yang digunakan oleh peneliti. Hal ini nampak pada
jurnal siswa dan hasil wawancara. Sebagian besar siswa menyatakan tertarik dengan
media yang digunakan oleh peneliti. Hal ini juga nampak saat media diputar dan para
siswa memperhatikan dengan antusias, meskipun ada beberapa siswa yang kurang
tertarik.
Pertanyaan terakhir berisi tentang kejadian-kejadian apa saja yang muncul
pada saat pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Kelas penelitian merupakan kelas
dimana peneliti dulu melakukan pratik pengalaman lapangan (PPL) sehingga banyak
kejadian-kejadian menarik yang muncul saat pembelajaran. Guru pun menjelaskan
beberapa kejadian menarik yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung. Para siswa
merasa kangen dengan guru praktikan yang dulu mengajar mereka. Kejadian pertama
saat guru memasuki ruang kelas, seketika suasana pun menjadi heboh dan ramai.
Bahkan banyak siswa yang langsung maju ke depan untuk bersalaman dengan guru.
Selain itu, ada seorang siswa R-7 tiba-tiba bertanya, “Bu, kenapa bu Ana tidak
Page 112
93
mengajar di sini saja?” Guru pun merasa kaget dan terharu. Siswa mulai merasa
tertarik diajar oleh peneliti ketika praktik dulu, karena peneliti sering menggunakan
media dan metode pembelajaran yang terbaru dan inovatif. Tetapi setelah peneliti
menjelaskan akhirnya siswa memahami kehadiran peneliti yang hanya beberapa kali
untuk penelitian. Selain itu, R-27 yang merupakan salah satu siswa penggemar kartun
bertanya, “Bu, kalau nama tokohnya saya ganti menjadi nama kartun semua boleh
Bu?” Guru merasa senang karena sesuai dugaan peneliti bahwa siswa masih sangat
menyukai dunia kartun. Tetapi peneliti memberikan penjelasan bahwa informasi harus
sesuai dengan media yang ditampilkan dan siswa pun memahaminya. Setelah itu,
pembelajaran berlangsung dengan lancar dan kondusif hingga selesai.
4.1.3.3 Hasil Wawancara Siklus I
Wawancara dilakukan pada tiga siswa, yaitu siswa yang mendapat nilai tinggi,
sedang, dan rendah. Ketiga siswa tersebut adalah R-12, R-9, dan R-17. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencrian informasi melalui media kartun
bercerita. Pertanyaan yang disusun peneliti meliputi: 1) apakah Anda tertarik
mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 2) apakah kamu dapat memahami
materi yang dijelaskan guru tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, 3)
kesulitan apakah yang kamu alami dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 4) manfaat apakah
yang kamu rasakan setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita,
Page 113
94
dan 5) kesan dan pesan apakah yang ingin kamu sampaikan rasakan setelah mengikuti
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita?
Pertanyaan pertama, siswa ditanya apakah tertarik mengikuti pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui
kartun bererita. R-12 menjawab, “Saya tertarik”. Hal serupa pun disampaikan oleh R-
9, “Tertarik”. Tetapi R-17 menjawab berbeda, “Saya tidak tertarik”. Siswa yang
mendapatkan nilai tinggi dan sedang yaitu R-12 dan R-9 menyatakan tertarik, namun
siswa yang mendapatkan nilai rendah yaitu R-17 menyatakan tidak tertarik dengan
pembelajaran.
Pertanyaan kedua tentang tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan oleh guru. R-12 menjawab, “Saya dapat memahami”. Hal serupa juga
diungkapkan oleh R-9 yang menjawa, “Memahami”. Dan R-17 pun menjawab, “Saya
dapat memahami.” Pada pertnyaan kedua semua responden yang diambil menyatakan
dapat memahami materi yang diberikan oleh guru, baik yang mendapatkan nilai
tinggi, sedang, maupun rendah.
Pertanyaan ketiga tentang kesulitan yang dialami siswa dalam mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun
bercerita. R-12 menjawab, “Mengubah kata atau kalimat”, sedangkan R-9 menjawab,
“Gambar dan suara kurang”. Dan R-17 menjawab, “Kesulitan tentang penjelasan
cerita kartun”. Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa ketiga responden
mengalami kesulitan semua, namun pada aspek yang berbeda. R-9 dengan nilai dalam
kategori baik mengalami kesulitan dalam mengubah kalimat langsung pada teks
Page 114
95
wawancara menjadi kalimat tak langsung pada karangan narasi. R-9 yang
mendapatkan nilai dalam kategori cukup mengalami kesulitan menangkap informasi
ketika media disajikan. Selain itu, R-17 yang mendapatkan nilai dalam kategori
kurang memahami informasi yang disajikan melalui media kartun bercerita.
Pertanyaan keempat tentang manfaat yang dirasakan siswa setelah mengikuti
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita. R-12 menjawab, “Saya menjadi bisa
mengubah teks wawancara menjadi narasi”, sedangkan R-9 menjawab, “Lebih
mengerti dan lebih mudah”. Selain itu R-17 menjawab, “Bisa lebih mudah menjawab
soal tersebut.” Berdasarkan ketiga jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa semua
responden merasakan manfaat setelah mengikuti pembelajaran. Selain itu, metode
serta media yang digunakan guru juga memudahkan siswa dalam belajar.
Pertanyaan terakhir tentang kesan dan pesan yang ingin disampaikan rasakan
mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui media kartun bercerita. R-12 menjawab, “Kesan saya cara
pembelajarannya sudah jelas dan menyenangkan dan pesannya supaya lebih baik lagi
ketika mengajar”. Selain itu, R-9 menjawab, “Baik semuanya”. Dan R-17 menjawab,
“Tidak ada”. Berdasarkan jawaban responden R-12, R-9, dan R-17 dapat disimpulkan
bahwa siswa yang mendapatkan nilai baik memiliki kesan dan pesan yang baik pula,
begitu juga dengan siswa yang mendapatkan nilai kurang tidak mendapatkan kesan
apapun selama pembelajaran.
Page 115
96
4.1.3.4 Dokumentasi Siklus I
Dokumentasi foto merupakan data yang penting sebagai bukti terjadinya suatu
peristiwa. Dokumentasi foto akan memperkuat bukti analisis pada setiap siklus.
Pengambilan foto dalam proses pembelajaran dapat dijadikan gambaran aktivitas guru
dan siswa selama pembelajaran. Sebagai data penelitian, hasil dokumentasi foto ini
selanjutnya dideskripsikan sesuai keadaan yang terjadi dan dipadukan dengan data-
data yang lain. Dalam proses pengambilan foto, peneliti dibantu oleh rekan peneliti
dan hasil dokumentasi foto tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Dokumentasi foto dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Pada siklus I
ini kegiatan yang didokumentasikan meliputi, 1) ketika aktivitas awal pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi, yaitu ketika guru memberikan penjelasan,
2) siswa mengamati media kartun bercerita, 3) guru mengulang materi yang belum
dipahami siswa, 4) siswa praktik berwawancara dengan teman sebangku, dan 5) siswa
mengubah teks wawancara menjadi narasi secara individu.
Gambar 1
Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Materi
Di awal pembelajaran guru menyampaikan materi tentang wawancara,
karangan narasi, serta kalimat langsung dan tak langsung. Ketika guru menjelaskan
Page 116
97
materi, nampak banyak aktivitas yang dilakukan siswa seperti terlihat pada gambar.
Beberapa siswa serius mendengarkan penjelasan guru, namun ada pula yang berbicara
dengan teman sebangku dan teman di belakangnya.
Gambar 2
Aktivitas Siswa Mengamati Kartun Bercerita
Siswa terlihat antusias dan serius ketika media kartun bercerita disajikan oleh
guru. Mereka terlihat tenang dan menyimak dengan saksama media tersebut. Hal ini
terlihat hingga pemutaran media selesai.
Gambar 3
Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Teman Sebangku
Sebelum melakukan wawancara, siswa terlebih dahulu berdiskusi dengan teman
sebangku untuk menyusun pertanyaan. Siswa terlihat sangat serius dalam berdiskusi,
namun siswa yang duduk di bangku belakang terlihat bercanda dengan teman yang
ada di sebelahnya.
Page 117
98
Gambar 4
Aktivitas Guru Mengulang Materi yang Belum Dipahami Siswa
Meskipun guru sudah menjelaskan materi di awal pembelajaran, namun masih
ada beberapa siswa yang belum memahami materi tersebut. Beberapa siswa
memanggil guru untuk menjelaskan materi tertentu yang belum mereka pahami.
Gambar 5
Aktivitas siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi
Siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi secara individu. Mereka
terlihat serius dalam mengerjakan tugas tersebut. Terkadang mereka terlihat berdiskusi
dengan teman sebangku untuk bertukar pendapat. Tetapi penulisannya tetap individu.
4.1.3.5 Refleksi Siklus I
Refleksi penelitian pada siklus I terdiri atas tiga bagian yaitu refleksi proses,
hasil, dan perubahan perilaku. Agar lebih jelas, perhatikan penjelasan berikut.
Page 118
99
4.1.3.5.1 Refleksi Proses
Berdasarkan penelitian siklus I ditemukan beberapa permasalahan pada proses
penelitian. Permasalahan tersebut yaitu, 1) ketika penyajian media kartun bercerita,
siswa yang duduk di bangku bagian belakang kurang dapat menangkap informasi yang
disajikan karena faktor LCD yang dimiliki sekolah berukuran kecil. Selain itu, ruang
kelas yang tidak memiliki gorden sehingga silau. Siswa juga merasa kesulitan
menangkap informasi karena disajikan secara langsung dalam sekali tayang, 2)
beberapa siswa kurang bersemangat selama mengikuti pembelajaran bahkan berbicara
dengan teman sebangku, 3) siswa belum memahami sepenuhnya materi yang
diberikan guru namun tidak mau bertanya, 4) saat pengelompokkan siswa bingung dan
gaduh dan 5) siswa kesulitan dalam menangkap informasi yang disajikan dalam sekali
tayang.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan maka peneliti akan melakukan
beberapa tindakan agar hasil yang dicapai sesuai target. Perbaikan tindakan yang
dilakukan peneliti yaitu, 1) pada tindakan siklus II peneliti mengubah media yang
digunakan menjadi berbentuk visual. Media dalam bentuk audiovisual yang digunakan
dirasa memiliki beberapa kelemahan dan peneliti menganggap media dalam bentuk
visual lebih tepat. Media yang digunakan tetap kartun bercerita, hanya bentuk dan
isinya saja yang berbeda. Melalui media kartun bercerita yang berbentuk visual, siswa
bisa memahami informasi yang ada secara bertahap sehingga tidak kebingungan. 2)
Guru menerapkan konsep kunjung karya agar siswa lebih aktif dan bersemangat, serta
memberikan hadiah untuk siswa yang memiliki nilai tertinggi. 3) guru menjelaskan
Page 119
100
kembali materi yang belum dipahami siswa, serta lebih mendekatkan diri dengan
siswa agar tidak takut jika ingin bertanya. Selain itu, guru juga membangun suasana
kelas yang nyaman sehingga siswa senang mengikuti pembelajaran. 4) guru
mengulangi peraturan pengelompokkan yaitu dengan teman sebangku, tidak boleh
dengan yang lain sehingga siswa lebih terarah. Selain itu, guru membantu siswa yang
kebingungan dengan mendatangi langsung. 5) guru menggunakan media visual agar
siswa lebih mudah memahami informasi yang disajikan melalui media.
4.1.3.5.2 Refleksi Hasil
Pada penelitian siklus I menghasilkan produk yang kurang maksimal. Pada
siklus I hanya mencapai nilai 70,7 padahal target penelitian sebesar 77. Beberapa
kekurangan terdapat pada hasil siklus I. Kekurangan tersebut yaitu 1) beberapa
penulisan kalimat tak langsung masih salah. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua
siswa dapat mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung. 2) penggunaan
kata ganti yang salah. 3) informasi dalam produk siswa kurang lengkap. 4) penulisan
karangan kurang rapi, dan 5) siswa cenderung membuat karangan sama seperti
ilustrasi yang ada di LK I.
Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti akan melakukan beberapa
perbaikan tindakan agar pembelajaran dapat mencapai target yang diharapkan.
Perbaikan tindakan tersebut yaitu, 1) guru menjelaskan kembali materi tentang kalimat
langsung dan tak langsung, memberikan beberapa contoh kalimat langsung yang
diubah menjadi kalimat tak langsung, serta memberikan kesempatan kepada siswa
yang belum paham untuk bertanya, 2) menjelaskan kembali materi tentang kata ganti,
Page 120
101
3) guru menjelaskan kembali pokok-pokok informasi yang harus ada dalam suatu
karangan yaitu unsur 5W+1H, 4) guru memberikan materi tentang teknik menulis
yang baik sehingga tulisan terlihat rapi, dan 5) penggunaan LK akan menggunakan
ilustrasi seminimal mungkin agar siswa tidak menyontek ilustrasi tersebut.
4.1.3.5.3 Refleksi Perilaku Siswa
Pada penelitian siklus I yang telah dilaksanakan, siswa sudah mulai tertarik
dengan pembelajaran. Hal ini nampak dari perilaku positif siswa dengan media yang
ditampilkan guru. Siswa cukup positif merespon media yang digunakan guru. Hal ini
nampak ketika guru menyajikan media semua siswa diam, meskipun beberapa siswa
tidak memperhatikan. Tidak hanya perilaku positif saja, perilaku negatif pun masih
nampak pada siklus I. Perilaku negatif yang masih muncul pada siklus I yaitu, 1) siswa
masih sering gaduh, terutama yang duduk dibangku bagian belakang, 2) siswa belum
berani bertanya pada guru jika mengalami kesulitan ketika pembelajaran, dan 3)
beberapa siswa terlihat tak bersemangat selama pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan perilaku siswa yang muncul pada siklus I, peneliti
akan melakukan beberapa perbaikan tindakan pada siklus II. Perbaikan tindakan
tersebut yaitu, 1) guru selalu berkeliling saat pembelajaran agar dapat menguasai kelas
sehingga siswa terutama yang duduk di bangku bagian belakang tidak gaduh. Selain
itu, guru juga memberikan perhatian khusus pada siswa yang gaduh misalnya dengan
memberikan peranyaan tentang materi yang sedang dipelajari. 2) guru berusaha agar
lebih dekat dengan siswa dan membuat suasana pembelajaran menjadi nyaman agar
siswa tidak takut untuk bertanya, dan 3) di awal pembelajaran guru memberitahukan
Page 121
102
siswa bahwa nanti di akhir pembelajaran siswa yang mendapatkan nilai tertinggi
mendapatkan hadiah dari guru. Hal ini diharapkan agar siswa lebih bersemangat untuk
mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru juga menambahkan aktivitas kunjung karya
antar kelompok agar siswa aktif dan bersemangat.
4.2 Penelitian Siklus II
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Tindakan ini dilaksanakan karena
pada siklus I hasil pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
metode pencarian informasi melalui kartun bercerita baru mencapai nilai rata-rata
kelas sebesar 70,7 atau masuk dalam kategori cukup. Padahal target nilai dalam
penelitian ini adalah 77 atau dalam kategori baik. Selain itu, masih ada perilaku
negatif yang dilakukan siswa saat mengikuti pembelajaran berlangsung. Dengan
demikian, tindakan siklus II dilakukan untuk memperbaiki hasil tes pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dan perilaku siswa ke arah yang lebih
positif, yaitu dengan memberikan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan siswa
pada siklus I. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada siklus II.
4.2.1 Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan
Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun Bercerita
Proses penelitian siklus II dilakukan selama dua kali pertemuan. Proses
pembelajaran yang berlangsung pada pembelajaran siklus II dapat digambarkan
sebagai berikut. Pada siklus II siswa tidak lagi kaget ketiga guru yang mengajar bukan
guru seperti biasanya. Guru mengucapkan salam dan dijawab keseluruhan siswa
dengan antusias. Di awal pembelajaran guru menceritakan tentang penulis sukses
Page 122
103
yaitu Darwis Tere Liye agar siswa bersemangat untuk menulis. Guru mengulas
kembali materi yang sudah pernah diberikan pada siklus I. Selain itu, guru
menjelaskan lebih detail materi yang masih sulit dipahami siswa. Hal ini dapat
diketahui guru dari jurnal siswa dan hasil wawancara. Guru memberikan kesempatan
jika ada siswa yang ingin bertanya mengenai materi, namun semua siswa menjawab
sudah jelas.
Langkah selanjutnya guru mengelompokkan siswa dengan berpasangan
dengan teman sebangku. Lalu guru membagikan media kartun bercerita. Siswa
diminta untuk mengamati media tersebut dengan saksama. Guru memberikan enam
pertanyaan pancingan agar siswa lebih teliti dalam menangkap informasi pada teks
wawancara. Siswa yang berperan menjadi pewawancara menyusun lima pertanyaan
berdasarkan media, sedangkan narasumber menyiapkan jawabannya. Siswa
melakukan praktik wawancara. Siswa secara berpasangan menyusun kerangka
karangan berdasarkan hasil wawancara. Lalu mengembangkannya menjadi sebuah
karangan narasi dengan bimbingan guru. Hasil pekerjaan tiap kelompok dikumpulkan.
Guru membagikan media kartun bercerita yang kedua. Guru membagikan LK I. Guru
membacakan enam pertanyaan pancingan agar siswa lebih teliti dalam mencermati
media. Masing-masing siswa diminta untuk membuat beberapa pertanyaan untuk
praktik berwawancara pada pertemuan selanjutnya. Guru bersama siswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta melakukan refleksi. Pertemuan
pertama ditutup dengan salam.
Page 123
104
Pada pertemuan kedua guru kembali memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam. Siswa menjawab salam dan ini artinya mereka sudah siap untuk
mengikuti pembelajaran. Guru menanyakan kembali materi yang belum dipahami
siswa pada pembelajaran sebelumnya. Beberapa siswa masih belum mengerti tentang
cara mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung. Guru pun menjelaskannya
kembali. Siswa membentuk kelompok dengan berpasangan dengan teman sebangku.
Setiap pasangan melakukan praktik wawancara berdasarkan pertanyaan yang telah
dibuat di rumah dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK 1 pula.
Wawancara dilakukan secara bergantian. Guru membagikan LK II. Tiap-tiap siswa
menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan informasi yang telah didapatkan
dari kegiatan wawancara. Guru membentuk empat kelompok, masing-masing
kelompok terdiri atas sembilan siswa. Masing-masing kelompok memilih satu karya
terbaik diantara mereka untuk ditempel di papan tulis. Pada siklus II guru
menambahkan kunjung karya dan memberikan reward pada siswa yang mendapatkan
nilai tertinggi. Masing-masing kelompok melakukan kunjung karya dan 4 siswa
perwakilan kelompok memberikan tanda bintang pada karya yang terbaik. Hal ini
dilakukan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Karya terbaik masing-masing
kelompok ditempel di papan tulis. Setelah itu, siswa melakukan kunjung karya
bersama kelompok mereka dan memberikan gambar bintang pada karya yang menurut
mereka paling bagus. Guru pun membimbing mereka dalam memberikan penilaian.
Karya terbaik mendapatkan reward dari guru. Guru bersama siswa menyimpulkan
materi pembelajaran lalu refleksi dan diakhiri dengan salam.
Page 124
105
4.2.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi
Narasi dengan Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun
Bercerita
Tindakan siklus II dilakukan untuk memperbaiki hasil tes pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dan perilaku siswa ke arah yang lebih
positif, yaitu dengan memberikan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan siswa
pada siklus I. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada siklus II.
Pada bagian ini membahasa tentang hasil tes siswa, sedangkan hasil nontes dibahas
pada perubahan perilaku.
Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi
Siklus II
No. Kategori Nilai F %
Jumlah
Nilai
Rata-rata
Nilai
1. Sangat Baik >85 9 25% 807
= 81
(baik)
2. Baik 75-85 27 75% 2109
3. Cukup 65-74 0 0% 0
4. Kurang <65 0 0% 0
Jumlah 36 100% 2916 81
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keterampilan mengubah teks
wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang pada siklus II rata-rata
sebesar 81 dalam kategori baik. Nilai ini meningkat dibandingkan rata-rata kelas pada
penelitian siklus I yang hanya sebesar 70,7 dalam kategori cukup. Penelitian siklus II
Page 125
106
melibatkan 36 siswa berbeda dengan siklus I yang hanya diikuti 35 siswa karena satu
orang siswa tidak hadir. Pada penelitian siklus II tidak ada siswa yang mendapatkan
nilai kurang dari 65 atau dalam kategori kurang. Sebanyak 27 siswa atau 75% siswa
mendapatkan nilai dengan rentang skor 75-85 dalam kategori baik, dan yang terakhir 9
siswa atau 25% yang mendapatkan nilai diatas 85 dalam kategori sangat baik.
Peningkatan yang terjadi pada siklus II karena siswa telah memahami atau
menguasai materi pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
metode pencarian informasi melalui media karun bercerita. Selain itu, siswa juga
mengetahui letak kesalahan dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada
siklus I, sehingga kesalahan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus II.
Terbukti dengan nilai rata-rata klasikal kelas VIID dapat mencapai nilai batas
ketuntasan dan mencapai taget penelitian.
Hasil penelitian sudah mencapai target penelitian yaitu nilai rata-rata klasikal
sebesar 77 atau dalam kategori baik. Sebanyak 27 siswa mencapai kategori baik, dan
masing-masing 9 siswa memeroleh kategori nilai sangat baik dan tidak ada siswa yang
mendapatkan nilai cukup maupun kurang.
Berdasarkan hasil tes keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi
pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa
dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata siswa hanya 70,7 dan pada siklus
II meningkat menjadi 81. Selain itu, pada siklus II ini nilai rata-rata kelas sudah
mencapai batas target keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi yang
telah ditetapkan, yaitu 77. Semua siswa telah berhasil mencapai batas ketuntasan
minimal tersebut. Hasil penilaian dari tiap aspek dipaparkan sebagai berikut.
Page 126
107
4.2.2.1 Aspek Kesesuaian Isi
Aspek kesesuaian isi sangat penting ketika siswa mengubah teks wawancara
menjadi narasi. Semua informasi yang terdapat pada teks wawancara harus mampu
siswa pahami, lalu diubah menjadi sebuah karangan narasi. Penilaian aspek kesesuaian
isi ini menitikberatkan pada kelengkapan isi yang terdapat pada karangan narasi yang
telah disusun siswa. Karangan yang mencakup informasi secara lengkap mendapatkan
skor maksimal pada aspek ini. Hasil tes pada aspek kesesuaian isi dapat dilihat pada
tabel 15 berikut.
Tabel 15 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 5 7 19% 35
= 81 (baik)
2. Baik 4 24 67% 96
3. Cukup 3 5 14% 15
4. Kurang 2 0 0% 0
Jumlah 36 100% 146 81
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi pada aspek kesesuaian isi sebesar 81 dalam
kategori baik. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan daripada siklus I. Pada
siklus I hasil tes pada aspek kesesuaian isi hanya sebesar 72 dalam kategori cukup.
Terdapat 7 siswa dengan kategori sangat baik atau 19%, 24 siswa atau 67% dengan
Page 127
108
kategori baik, 5 siswa atau 14% dalam kategori cukup dan tidak ada siswa yang
mendapatkan nilai kurang.
4.2.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung
Aspek penilaian yang kedua yaitu penggunaan kalimat langsung dan tak
langsung. Teks wawancara menggunakan kalimat langsung, sedangkan karangan
narasi biasanya menggunakan kalimat tak langsung sehingga siswa harus mampu
mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung. Beberapa kriteria yang menjadi
penilaian dalam aspek ini yaitu penggunaan kata tugas (bahwa, agar, sebab, supaya,
dst.) dan tidak menggunakan tanda petik dalam kalimat tak langsung. Hasil tes aspek
penggunaan kalimat langsung dan tak langsung dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 16 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung
dan Tak Langsung Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 5 4 11% 20
= 75,5 (baik)
2. Baik 4 20 56% 80
3. Cukup 3 12 33% 36
4. Kurang 2 0 0 % 0
Jumlah 36 100% 136 75,5
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek penggunaan kalimat langsung dan tak
langsung pada siklus II sebesar 75,5 dalam kategori baik. Sebanyak 4 siswa atau 11%
Page 128
109
memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 56% atau 20
siswa. Kategori cukup sebanyak 12 siswa atau 33% dan tidak ada siswa yang
mendapatkan nilai dalam kategori kurang. Jadi, pada aspek penggunaan kalimat
langsung dan tak langsung siklus II sudah mengalami peningkatan daripada siklus I.
pada siklus II hanya sebesar 68,6 atau dalam kategori cukup.
4.2.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Aspek penilaian yang ketiga adalah penggunaan ejaan dan tanda baca. Aspek
ini biasanya sering diabaikan ketika siswa mengikuti pembelajaran menulis. Mereka
hanya mengutamakan isi saja, padahal aspek ini merupakan salah satu penilaian dalam
pembelajaran menulis. Penilaian aspek ini mengutamakan ketepatan penggunaan ejaan
dan tanda baca pada tulisan siswa. Hasil tes aspek penggunaan ejaan dan tanda baca
dapat dilihat pada tabel 17 berikut.
Tabel 17 Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan
dan Tanda Baca Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 4 14 39% 56
= 84 (cukup)
2. Baik 3 18 50% 54
3. Cukup 2 4 11% 8
4. Kurang 1 0 0% 0
Jumlah 36 100% 118 84
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek penggunaan ejaan dan tanda baca
Page 129
110
pada siklus II sebesar 84 dalam kategori baik. Sebanyak 14 siswa atau 39%
memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 50% atau 18
siswa. Kategori cukup sebanyak 4 siswa atau 11% dan tidak ada siswa yang
mendapatkan nilai dalam kategori kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam aspek
penggunaan ejaan dan tanda baca pada siklus II mengalami peningkatan daripada
siklus I yang hanya sebesar 67,9 dalam kategori cukup.
4.2.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi
Aspek penilaian yang keempat yaitu kohesi dan koherensi. Suatu paragraf
akan memiliki makna yang utuh jika didalamnya terdapat kohesi dan koherensi yang
tepat. Suatu paragraf tidak akan bermakna tanpa kohesi dan koherensi. Penilaian aspek
ini difokuskan pada penggunaan kata ganti yang tepat, adanya keterkaitan antar
kalimat sehingga dapat membangun makna yang tepat. Hasil tes aspek kohesi dan
koherensi dapat dilihat pada tabel 18 berikut.
Tabel 18 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 4 13 36% 52
= 86 (sangat baik)
2. Baik 3 23 64% 69
3. Cukup 2 0 0% 0
4. Kurang 1 0 0% 0
Jumlah 36 100% 121 86
Page 130
111
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kohesi dan koherensi pada siklus II
sebesar 86 dalam kategori sangat baik. Sebanyak 13 siswa atau 36% memeroleh
kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 64% atau 23 siswa. Pada
siklus kedua ini tidak ada siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori cukup
maupun kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek
penggunaan ejaan dan tanda baca sudah bagus. Nilai rata-rata kelas pun sudah
meningkat daripada siklus I yang hanya sebesar 76,3 menjadi 86 dalam kategori
sangat baik.
4.2.2.5 Aspek Ketepatan Pemilihan Kata
Aspek penilaian yang kelima yaitu ketepatan pemilihan kata. Penilaian pada
aspek ini difokuskan pada pemilihan kata yang tepat sehingga mudah dipahami dan
dapat mewakili makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Hasil tes aspek ketepatan
pemilihan kata pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 19 Hasil Tes Aspek Ketepatan Pemilihan Kata Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 4 10 28% 40
= 84 (baik)
2. Baik 3 26 72% 78
3. Cukup 2 0 0% 0
4. Kurang 1 0 0% 0
Jumlah 36 100% 118 84
Page 131
112
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek ketepatan pemilihan kata pada siklus
II sebesar 84 dalam kategori baik. Sebanyak 10 siswa atau 28% memeroleh kategori
sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 72% atau 26 siswa. Pada siklus II tidak
ada siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori cukup maupun kurang. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah
baik dan mengalami peningkatan daripada rata-rata siklus I yang hanya sebesar 71,4
dalam kategori cukup.
4.2.2.6 Aspek Keruntutan Cerita
Aspek penilaian yang keenam yaitu keruntutan cerita. Cerita yang runtut tentu
akan lebih mudah dipahami oleh pembaca. Penilaian pada aspek urutan cerita
difokuskan pada susunan cerita yang runtut dan sesuai dengan teks wawancara
sehingga mudah dipahami oleh para pembaca. Hasil tes penilaian aspek keruntutan
cerita dapat dilihat pada tabel 20 berikut.
Tabel 20 Hasil Tes Aspek Keruntutan Cerita Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 4 15 42% 60
= 88 (sangat
baik)
2. Baik 3 21 58% 63
3. Cukup 2 0 0% 0
4. Kurang 1 0 0% 0
Jumlah 36 100% 123 88
Page 132
113
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek keruntutan cerita pada siklus sebesar
88 dalam kategori sangat baik. Sebanyak 15 siswa atau 42% memeroleh kategori
sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 58% atau 21 siswa. pada aspek ini
tidak ada siswa yangmendapatkan nilai dalam kategori cukup maupun kurang. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah
sudah sangat baik dan meningkat daripada rata-rata siklus I yang hanya sebesar 80
dalam kategori baik.
4.2.2.7 Aspek Kerapian tulisan
Aspek penilaian yang terakhir yaitu kerapian tulisan. Aspek ini sering
diabaikan oleh para siswa. Mereka menulis secara acak-acakan dan banyak coretan
sehingga sulit untuk dibaca. Bahkan sebagian siswa masih menulis dengan tidak rapi
sehingga tidak terbaca. Penilaian aspek kerapian tulisan difokuskan pada bentuk huruf
yang jelas, rapi, dan tidak ada coretan. Hasil tes untuk aspek kerapian tulisan dapat
dilihat pada tabel 21 berikut.
Tabel 21 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi
Persentase
(%)
Bobot
Skor
Rata-rata
1. Sangat baik 4 9 25% 36
= 82 (baik)
2. Baik 3 25 69% 75
3. Cukup 2 2 6% 4
4. Kurang 1 0 0% 0
Jumlah 35 100% 115 82
Page 133
114
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kerapian tulisan pada siklus II
sebesar 82 dalam kategori baik. Sebanyak 9 siswa atau 25% memeroleh kategori
sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 69% atau 25 siswa. Kategori cukup
sebanyak 2 siswa atau 6% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai
kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek ketepatan
pemilihan kata sudah baik meskipun ada dua siswa yang hanya menadapatkan nilai
dalam kategori cukup.
4.2.3 Perubahan Perilaku Siklus II
Perubahan perilaku siswa pada siklus II dapat diperoleh dari hasil observasi,
wawancara, jurnal, dan dokumentasi. Berikut ini adalah pemaparan dari data nontes
tersebut.
4.2.3.1 Hasil Observasi Siklus II
Kegiatan observasi kelas pada siklus II sama seperti siklus I. Observasi
dilaksanakan selama pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Setelah pembelajaran
berakhir diperoleh data mengenai perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung.
Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku
siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil observasi akan dipaparkan pada tabel 22
berikut.
Page 134
115
Tabel 22 Hasil Observasi Siklus II
No Aspek yang diobservasi Frekuensi Persentase
(%) Kategori
1.
Langkah I: Siswa memperhatikan media
kartun bercerita yang ditampilkan guru.
Sangat
Baik
a. Siswa memperhatikan media yang
ditayangkan dengan penuh semangat dan
apresiasi.
32 89%
b. Siswa hanya memperhatikan tanpa
apresiasi. 2
5,5%
c. Siswa tidak memperhatikan media yang
ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas
lain, misalnya berbicara dengan teman
sebangku.
2 5,5%
2.
Langkah II: Siswa mendengarkan beberapa
pertanyaan pancingan yang dibacakan
oleh guru agar lebih teliti dalam
menganalisis isi teks wawancara.
Sangat
Baik
a. Siswa mendengarkan pertanyaan dengan
baik dan langsung bisa menjawab. 31
86%
b. Siswa mendengarkan pertanyaan namun
kesulitan dalam menjawab. 5
14%
c. Siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan
tidak bisa menjawab. 0 0%
3.
Langkah III: Siswa dikelompokkan dengan
berpasangan dengan teman sebangku.
Masing-masing siswa menyusun
pertanyaan untuk praktik berwawancara.
a. Siswa terlihat antusias dan langsung
berdiskusi dengan pasangan. 32
89%
Sangat
Baik
Page 135
116
b. Siswa berdiskusi dengan pasangan, namun
terlihat kurang antusias. 2
5,5%
c. Siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam
berdiskusi. 2
5,5%
4.
Langkah IV: Setiap pasangan melakukan
praktik wawancara dan pewawancara
mencatat jawaban narasumber pada LK I.
siswa berwawancara dengan bergantian.
Sangat
Baik a. Siswa terlihat aktif dan antusias ketika
praktik wawancara. 32 89%
b. Siswa melakukan wawancara dengan
benar namun terlihat kurang antusias. 4
11%
c. Siswa terlihat malas ketika berwawancara. 0 0%
5.
Langkah 5: siswa secara individu mengubah
teks hasil wawancara menjadi karangan
narasi.
a. Siswa dapat mengubah teks wawancara
menjadi narasi secara tepat dan cepat. 29 80,6%
Baik
b. Siswa mengalami beberapa hambatan
ketika mengubah teks wawancara menjadi
narasi.
7 19,4%
c. Siswa tidak dapat mengubah teks
wawancara menjadi narasi. 0 0%
Keterangan: Sangat Baik = 86-100%, Baik = 75-85%, Cukup = 65-74%, dan Kurang=
<65%
Berdasarkan tabel 20 dapat kita lihat hasil observasi pada siklus II. Observasi
dilakukan di beberapa langkah pembelajaran untuk mengetahui sikap siswa, baik sikap
positif maupun negatif. Kita dapat melihat beberapa sikap siswa dalam satu langkah
pembelajaran.
Page 136
117
Langkah pertama yang diamati yaitu ketika guru menyajikan media kartun
bercerita, lalu siswa diminta untuk memperhatikan. Media kartun bercerita yang
digunakan guru pada siklus II berbeda dengan media pada siklus I. Pada siklus I guru
menggunakan media kartun bercerita yang berbentuk audiovisual, pada siklus II guru
menggunakan media kartun bercerita yang berbentuk visual. Hal ini dilakukan guru
karena pada siklus I banyak hambatan yang dialami guru ketika menggunakan media
audiovisual. Pada langkah ini ada tiga respon siswa yang diamati. Pertama, siswa
memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi.
Sebanyak 89% siswa terlihat bersemangat dan mengapresiasi dengan baik media yang
disajikan guru. Hal ini nampak ketika siswa banyak yang ingin duduk di depan agar
bisa melihat media dengan baik. Kedua, siswa hanya memperhatikan tanpa apresiasi.
Sebanyak 5,5% siswa memperhatikan media yang disajikan guru, namun mereka tidak
mengapresiasi. Mereka hanya menonton media dengan tidak semangat. Nampak
beberapa siswa menonton sambil merebahkan kepala di meja. Ketiga, siswa tidak
memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain. Sebanyak
5,5% siswa tidak tertarik dengan media yang disajikan oleh guru. Bahkan mereka
melakukan aktivitas lain saat media ditampilkan.
Langkah kedua yang diamati yaitu ketika guru memberikan beberapa
pertanyaan pancingan agar siswa lebih kritis dalam menangkap informasi yang telah
disajikan melalui media kartun bercerita. Terdapat beberapa respon siswa ketika
langkah ini dilaksanakan, baik positif maupun negatif. Pertama, siswa mendengarkan
pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab. Sebanyak 31 siswa atau 86%
mendengarkan pertanyaan guru dan mampu menjawab dengan baik. Hal ini
Page 137
118
menunjukkan bahwa siswa mengamati media yang disajikan dengan baik. Kedua,
siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. Sebanyak 5 siswa
atau 14% memperhatikan pertanyaaan guru namun kesulitan dalam menjawab
pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa hanya menonton media tanpa
memahami informasi yang disajikan. Ketiga, siswa tidak mendengarkan pertanyaan
dan tidak bisa menjawab. Poin ketiga tidak nampak pada saat pembelajaran atau
sebesar 0%.
Langkah ketiga yang diamati yaitu ketika siswa dikelompokkan dengan
berpasangan dengan teman sebangku dan masing-masing siswa menyusun pertanyaan
untuk praktik berwawancara. Pada tahap ini ada tiga respon siswa yang diamati.
Pertama, siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. Sebanyak
89% siswa antusias dan langsung menyusun pertanyaan pada LK yang telah disiapkan
dengan berdiskusi pada pasangannya. Kedua, siswa berdiskusi dengan pasangan,
namun terlihat kurang antusias. Sebanyak 5,5% siswa berdiskusi namun terlihat tidak
antusias. Hal ini terlihat ketika siswa hanya membuat pertanyaan asal-asalan saja.
Ketiga, siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. Sebanyak 5,5% siswa
tidak tertarik pada tahap pembelajaran ini. Mereka terlihat malas untuk membuat
daftar pertanyaan, bahkan guru harus menegur beberapa kali agar mereka membuat
pertanyaan pada LK yang tersedia.
Langkah pembelajaran keempat yang diamati adalah setiap pasangan
melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada
LK I. Siswa berwawancara dengan bergantian. Ada tiga perilaku yang timbul saat
pengamatan. Pertama, siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara.
Page 138
119
Sebanyak 89% siswa terlihat aktif berwawancara dengan teman sebangku. Kedua,
siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. Sebanyak
11% siswa terliahat kurang bersemangat ketika berwawancara. Mereka terlihat
berwawancara hanya sebagai formalitas saja. Ketiga, siswa terlihat malas ketika
berwawancara. Respon ketiga ini tidak nampak pada siswa atau hanya sebesar 0%.
Langkah pembelajaran kelima yang diamati yaitu ketika siswa secara individu
mengubah teks wawancara menjadi narasi. Sebanyak 29 siswa dapat mengubah teks
secara cepat dan tepat. Selain itu, sebanyak 7 siswa atau 19,4% masih mengalami
beberapa kesulitan dan semua siswa sudah dapat mengubah teks wawancara menjadi
narasi.
Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa selama proses
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui kartun bercerita, jumlah siswa yang berperilaku positif lebih banyak
dibanding siswa yang berperilaku negatif. Bahkan hanya beberapa siswa saja yang
melakukan hal negatif. Hal ini terbukti dengan tiap-tiap langkah mendapatkan poin
yang baik.
4.2.3.2 Hasil Jurnal Siklus II
Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan siswa selama mengikuti kegiatan
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui kartun bercerita. Jurnal yang digunakan pada siklus I ada dua jenis,
yaitu siswa dan guru.
Page 139
120
4.2.3.2.1 Hasil Jurnal Siswa Siklus II
Jurnal siswa dibagikan pada akhir pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi. Jurnal siswa diisi secara individu untuk mengetahui respons siswa
terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Jurnal siswa berisi lima pertanyaan,
yaitu 1) materi apa yang telah Anda pelajari pada hari ini, 2) adakah kesulitan saat
mempelajari materi itu? Jika ada, sebutkan, 3) bagaimana perasaan Anda mengikuti
pembelajaran pada hari ini, 4) bagaimana pendapat Anda mengenai media
pembelajaran yang digunakan guru, dan 5) Berikan saran Anda untuk pembelajaran
yang akan datang!
Pertanyaan pertama yang ditanyakan yaitu terkait tentang materi yang
dipelajari pada hari itu. Berdasarkan jurnal siswa yang telah diisi, 36 siswa mampu
menjawab sesuai dengan kompetensi yang mereka pelajari yaitu mengubah teks
wawancara menjadi narasi. Seperti yang diungkapkan R-17, “Tentang mengubah hasil
wawancara menjadi narasi”. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-8 dan R-30, R-8
berkata, “Mengubah teks wawancara menjadi narasi”, sedangkan R-30
mengungkapkan, “Mengubah teks wawancara menjadi paragraf”.
Kedua, yaitu kesulitan siswa saat mempelajari materi yang disampaikan.
Sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan saat memahami materi, seperti yang
disampaikan oleh R-29, “Tidak ada”. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-31, “Tidak
ada.” Selain itu, ada pula siswa yang masih merasa kesulitan saat mengikuti
pembelajaran. Sebanyak 2 siswa masih merasa kesulitan saat mengikuti pembelajaran.
Kesulitan yang dialami siswa berbeda-beda. Seperti yang disampaikan R-1, “Ada,
Page 140
121
tentang mengubah teks wawancara.” Kalimat tersebut mengungkapkan bahwa R-1
masih kesulitan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Persoalan yang
lain timbul pada R-12, “Ada, menjawab pertanyaan dan mengubah kalimat”.
Pernyataan tersebut mengungkapkan bahawa R-12 masih mengalami kesulitan dalam
mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung.
Pertanyaan ketiga tentang perasaan siswa saat mengikuti pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui
kartun bercerita. Seluruh responden mengatakan senang terhadap pembelajaran yang
telah berlangsung. R-22 mengungkapkan, “Senang.” Selain itu, hal serupa pun
diungkapkan oleh R-17, “Senang.” R-34 pun mengungkapkan, “Senang.”
Pertanyaan keempat berisi pendapat siswa tentang media pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Sebanyak 36 siswa mengungkapkan bahwa media kartun
bercerita yang digunakan oleh guru menarik dan dapat membantu mereka dalam
memahami materi. Adanya media kartun bercerita membuat mereka santai dalam
memahami materi namun juga dapat membantu mereka selama pembelajaran. Hal
tersebut seperti yang diungkapkan oleh R-29, “Menarik dan santai.” Hal serupa pun
disampaikan oleh R-28, “Seru.” Pendapat tersebut diperkuat oleh R-3, “Bagus dan
kreatif”.
Pertanyaan terakhir tentang saran yang ingin disampaikan siswa kepada guru.
Semua siswa berharap pembelajaran lebih baik lagi dan menggunakan media yang
menarik. Hal tersebut diungkapkan oleh R-30, “Semoga pelajaran selanjutnya seperti
Page 141
122
yang dipelajari ini.” Hal serupa pun diungkapkan oleh R-4, “Semoga pembelajaran
yang akan datang lebih baik dari sekarang.”
4.2.3.2.2 Jurnal Guru
Jurnal guru memuat tentang hal yang dicermati oleh guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Jurnal guru diisi oleh guru pada saat pembelajaran. Aspek
yang ditulis dalam jurnal guru yakni, 1) bagaimana persiapan siswa sebelum
mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 2) bagaimana keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 3) bagaimana tanggapan
siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 4)
bagaimana tanggapan siswa terhadap media kartun bercerita yang digunakan dalam
pembelajaran, dan 5) kejadian-kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui
media kartun bercerita?
Pertama tentang persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran mengubah
teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media
kartun bercerita. Guru menjawab bahwa semua siswa siap untuk mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia pada hari itu. Bahkan siswa terlihat lebih siap
mengikuti pembelajaran pada siklus kedua. Siswa tak lupa memberikan salam sapaan
kepada guru yang baru masuk kelas. Berikut petikan salam dari siswa kepada peneliti.
Page 142
123
Ketua kelas, “Beri salam kepada bu guru!” Semua siswa menjawa, “Selamat siang,
Bu.” Setelah itu peneliti pun menjawab salam, lalu memulai pembelajaran.
Pertanyaan kedua berisi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita. Keaktifan siswa selama pembelajaran cukup
tinggi. Guru yang telah mengikuti pembelajaran menjelaskan bahwa keaktifan siswa
sudah mulai tampak pada awal pembelajaran yakni pada kegiatan apersepsi. Siswa
sudah tak takut lagi dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Selain itu,
pada saat pembelajaran siswa juga sudah tidak canggung untuk bertanya kepada
peneliti apabila ada hal yang belum dipahami. Sudah tidak ada siswa yang takut
bertanya kepada peneliti. Keaktifan juga terlihat ketiga peneliti membagikan media
kartun bercerita. Mereka langsung bertanya tentang media yang dibagikan peneliti.
Bahkan keaktifan siswa masih terlihat hingga pembelajaran akan berakhir. Pada saat
menyimpulkan materi yang telah dipelajari, sebagian besar siswa menjawab dengan
antusias. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa
sudah baik.
Pertanyaan ketiga berisi tentang tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita. Guru menjawab bahwa selama pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus II, tanggapan siswa ketika
mendapat penugasan dari peneliti sangat baik, hampir tidak terlihat siswa yang
bersikap negatif. Siswa bersemangat dan langsung melaksanakan tugas sesuai dengan
Page 143
124
perintah peneliti. Semua siswa melaksanakan tugas dengan baik dan enang. Tak ada
lagi siswa yang merasa kebingungan.
Pertanyaan keempat berisi tentang tanggapan siswa terhadap media kartun
bercerita yang digunakan dalam pembelajaran. Guru mengungkapkan bahwa seluruh
siswa menyatakan tertaik dengan media yang digunakan oleh peneliti. Siswa terlihat
antusias dengan media yang digunakan peneliti. Hal ini pun nampak pada jurnal siswa
dan hasil wawancara. Bahkan siswa terlihat senang dengan media yang baru pertama
kali mereka dapatkan.
Pertanyaan terakhir berisi tentang kejadian-kejadian apa saja yang muncul
pada saat pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Guru mengungkapkan bahwa
siswa terlihat sangat akrab dengan guru ketika pembelajaran berlangsung. Bahkan
mereka sering bercanda dengan guru, namun masih dalam tahap wajar. Selain
kejadian tersebut, pembelajaran berlangsung secara lancar.
4.2.3.3 Hasil Wawancara Siklus II
Wawancara dilakukan pada tiga siswa, yaitu siswa yang mendapat nilai tinggi,
sedang, dan rendah. Ketiga siswa tersebut adalah R-31, R-21, dan R-17. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun
bercerita. Pertanyaan yang disusun peneliti meliputi, 1) apakah Anda tertarik
mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 2) apakah kamu dapat memahami
materi yang dijelaskan guru tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, 3)
Page 144
125
kesulitan apakah yang kamu alami dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 4) manfaat apakah
yang kamu rasakan setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita,
dan 5) kesan dan pesan apakah yang ingin kamu sampaikan rasakan setelah mengikuti
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita?
Pertanyaan pertama, siswa ditanya apakah tertarik mengikuti pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui
kartun bererita. R-31 menjawab, “Tertarik”. Hal serupa pun disampaikan oleh R-21,
“Ya, tertarik”. R-17 pun menjawab, “Tertarik”. Ketiga siswa tersebut dapat mewakili
pendapat teman-temannya bahwa mereka tertarik mengikuti pembelajaran.
Pertanyaan kedua tentang tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan oleh guru. R-31 menjawab, “Saya dapat memahami”. Hal serupa juga
diungkapkan oleh R-21 yang menjawab, “Ya, memahami”. Dan R-17 pun menjawab,
“Saya dapat memahami.” Pada pertnyaan kedua semua responden yang diambil
menyatakan dapat memahami materi yang diberikan oleh guru, baik yang
mendapatkan nilai tinggi, sedang, maupun rendah.
Pertanyaan ketiga tentang kesulitan yang dialami siswa dalam mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun
bercerita. R-31 menjawab, “Tidak ada”, sedangkan R-9 juga menjawab, “Tidak ada”.
Bahkan R-17 pun menjawab, “Tidak ada kesulitan”. Berdasarkan jawaban tersebut
Page 145
126
dapat diketahui bahwa semua responden yang diwawancarai tidak mengalami
kesulitan dalam pembelajaran.
Pertanyaan keempat tentang manfaat yang dirasakan siswa setelah mengikuti
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian
informasi melalui media kartun bercerita. R-13 menjawab, “Dapat memahami cara
mengubah teks wawancara menjadi narasi”, sedangkan R-21 menjawab, “Tambah
semangat belajar”. Selain itu R-17 menjawab, “Bisa lebih mengerti.” Berdasarkan
ketiga jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa semua responden merasakan manfaat
setelah mengikuti pembelajaran. Selain itu, metode serta media yang digunakan guru
juga memudahkan siswa dalam belajar.
Pertanyaan terakhir tentang kesan dan pesan yang ingin disampaikan rasakan
mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui media kartun bercerita. R-31 menjawab, “Gambarnya
lebih menarik lagi”. Selain itu, R-21 menjawab, “Dengan adanya media ini menambah
semangat belajar”. R-17 menjawab, “Membantu mengubah teks wawancara menjadi
narasi”. Berdasarkan jawaban responden R-12, R-9, dan R-17 dapat disimpulkan
bahwa siswa yang mendapatkan nilai sangat baik memiliki kesan dan pesan yang baik
pula. Hal tersebut pun dirasakan oleh siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori
baik.
4.2.3.4 Hasil Dokumentasi Foto siklus II
Dokumentasi foto merupakan data yang penting sebagai bukti terjadinya suatu
peristiwa. Dokumentasi foto akan memperkuat bukti analisis pada setiap siklus.
Pengambilan foto dalam proses pembelajaran dapat dijadikan gambaran aktivitas guru
Page 146
127
dan siswa selama pembelajaran. Sebagai data penelitian, hasil dokumentasi foto ini
selanjutnya dideskripsikan sesuai keadaan yang terjadi dan dipadukan dengan data-
data yang lain. Dalam proses pengambilan foto, peneliti dibantu oleh rekan peneliti
dan hasil dokumentasi foto tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Pada siklus II ini kegiatan yang didokumentasikan meliputi, 1) siswa bertanya
ketika tidak memahami materi yang disajikan guru, 2) guru membagikan media
kartun bercerita, 3) aktivitas siswa ketika berkelompok, 4) siswa melakukan kunjung
karya dengan kelompok lain, dan 5) guru memberikan hadiah kepada siswa yang
mendapatkan nilai tertinggi.
Gambar 6
Siswa Aktif Bertanya
Gambar 6 menunjukkan bahwa pada siklus II siswa lebih aktif daripada siklus
I. siswa sudah tak malu lagi bertanya jika ada materi yang belum mereka pahami
selama pembelajaran.
Gambar 7
Page 147
128
Guru Membagikan Media Kartun Bercerita
Pada siklus II guru menggunakan media kartun bercerita berbentuk visual. Hal
ini berbeda dengan media kartun bercerita siklus I yang meberbentuk audiovisual.
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, guru memutuskan untuk menggunakan media
berbentuk visual.
Gambar 8
Aktivitas Siswa secara Berkelompok
Siswa secara berkelompok melakukan kegiatan praktik berwawancara. Mereka
terlihat antusias.
Gambar 9
Aktivitas Siswa melakukan kunjung karya
Pada siklus II guru mengadakan kunjung karya antarkelompok. Hal ini
dimaksudkan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut pun terbukti.
Siswa nampak antusias dan bersemangat dalam melakukan kunjung karya.
Page 148
129
Gambar 10
Pemberian Hadiah
kepada Siswa yang Mendapatkan Nilai Tertinggi
Di awal pembelajaran guru menjanjukan akan memberikan hadiah kepada
siswa yang mendapatkan nilai tertinggi. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini pun berhasil. Siswa yang
mendapatkan nilai tertinggi berdasarkan hasil kunjung karya mendapatkan hadiah dari
guru.
4.2.3.5 Refleksi Siklus II
Pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui kartun bercerita yang dilakukan pada siklus II berjalan
lebih kondusif jika dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus I. Hal ini terjadi
karena siswa sudah terbiasa dengan kehadiran guru. Pembelajaran lebih dipahami dan
disukai siswa, serta mendapat perhatian lebih daripada pembelajaran siklus I. Hal ini
terlihat dari antusias dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut.
Pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dalam berbagai aspek
pembelajaran. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan yang pada siklus I hanya
70,7 pada siklus II mampu mencapai angka 81 dalam kategori baik. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai peningkatan keterampilan mengubah
Page 149
130
teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media
kartun bercerita telah berhasil karena pada siklus II hasil pembelajaran sudah
mencapai bahkan telah melampaui target yang ditentukan.
Selama pembelajaran siswa lebih aktif dan antusias. Selain itu, perubahan
perilaku pun nampak pada siswa. Jika pada siklus I siswa masih takut bertanya, pada
siklus II siswa sudah tak takut lagi. Agar lebih jelas, refleksi dibagi menjadi tiga yaitu
refleksi proses, hasil, dan perubahan perilaku.
4.2.3.5.1 Refleksi Proses
Perbaikan tindakan telah dilakukan pada penelitian siklus II. Beberapa
perbaikan tindakan tersebut yaitu 1) pada tindakan siklus II peneliti mengubah media
yang digunakan menjadi berbrntuk visual. Media dalam bentuk audiovisual yang
digunakan pada siklus I dirasa memiliki beberapa kelemahan dan peneliti menganggap
media dalam bentuk visual lebih tepat. Salah satu kelemahan media audiovisual yaitu
siswa yang duduk di bangku belakang kurang jelas saat media disajikan. Media yang
digunakan tetap kartun bercerita, hanya bentuk dan isinya saja yang berbeda. Melalui
media kartun bercerita yang berbentuk visual, siswa bisa memahami informasi yang
ada secara bertahap sehingga tidak kebingungan. 2) Guru menerapkan konsep kunjung
karya agar siswa lebih aktif dan bersemangat, serta memberiakan hadiah untuk siswa
yang memiliki nilai tertinggi. Pada siklus I beberapa siswa terlihat kurang
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga guru melakukan tindakan
perbaikan tersebut. 3) guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa,
serta lebih mendekatkan diri dengan siswa agar tidak takut jika ingin bertanya. Selain
itu, guru juga membangun suasana kelas yang nyaman sehingga siswa senang
Page 150
131
mengikuti pembelajaran, 4) guru menggunakan media visual sehingga siswa dapat
menangkap informasi secara bertahap dan lebih mudah memahami informasi yang
ada.
Perbaikan tindakan telah dilakukan oleh peneliti. Suasana proses pembelajaran
pun terasa lebih nyaman dan efektif. Siswa pun lebih aktif dalam pembelajaran
sehingga hasil siklus II lebih baik daripada siklus I.
4.2.3.5.2 Refleksi Hasil
Perbaikan tindakan telah dilakukan guru pada siklus II. Perbaikan tindakan
tersebut yaitu, 1) guru menjelaskan kembali materi tentang kalimat langsung dan tak
langsung, memberikan beberapa contoh kalimat langsung yang diubah menjadi
kalimat tak langsung, serta memberikan kesempatan kepada siswa yang belum
mengerti untuk bertanya, 2) menjelaskan kembali materi tentang kata ganti, 3) guru
menjelaskan kembali pokok-pokok informasi yang harus ada dalam suatu karangan
yaitu unsur 5W+1H, 4) guru memberikan materi tentang teknik menulis yang baik
sehingga tulisan terlihat rapi, dan 5) penggunaan LK akan menggunakan ilustrasi
seminimal mungkin agar siswa tidak menyontek ilustrasi tersebut dalam karangannya.
Setelah guru melakukan perbaikan pada tindakan terlihat adanya perubahan
hasil daripada siklus I. Hal ini nampak pada nilai rata-rata kelas yang didapatkan
siswa. Pada siklus I nilai rata-rata kelas hanya mencapai 70,7 dalam kategori cukup
sedangkan pada siklus II mencapai angka 81 dalam kategori baik.
Page 151
132
4.2.3.5.3 Refleksi Perubahan Perilaku
Beberapa perbaikan tindakan telah dilakukan oleh guru pada siklus II.
Perbaikan tindakan tersebut yaitu, 1) guru selalu berkeliling saat pembelajaran agar
dapat menguasai kelas sehingga siswa terutama yang duduk di bangku bagian
belakang tidak gaduh. Selain itu, guru juga memberikan perhatian khusus pada siswa
yang gaduh misalnya dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang sedang
dipelajari, 2) guru berusaha agar lebih dekat dengan siswa dan membuat suasana
pembelajaran menjadi nyaman agar siswa tidak takut untuk bertanya, dan 3) di awal
pembelajaran guru memberitahukan siswa bahwa nanti di akhir pembelajaran siswa
yang mendapatkan nilai tertinggi mendapatkan hadiah dari guru. Hal ini diharapkan
agar siswa lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru juga
menambahkan aktivitas kunjung karya antar kelompok agar siswa aktif dan
bersemangat.
Perubahan perilaku siswa sudah terlihat setelah dilakukan perbaikan tindakan
oleh guru. Perilaku siswa berubah ke arah positif. Hal ini pun dapat dilihat dari hasil
observasi siklus II yang menunjukkan nilai lebih baik daripada siklus I. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai peningkatan keterampilan
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui
media kartun bercerita sudah baik.
4.3 Pembahasan
Bagian pembahasan dibagi menjadi tiga yaitu proses, hasil, dan perubahan
perilaku. Masing-masing bagian memaparkan tentang pelaksanaan penelitian yang
telah dilakukan.
Page 152
133
4.3.1 Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan
Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun Bercerita
Penelitian tentang keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita memenuhi
langkah-langkash berikut: 1) guru menyampaikan materi tentang wawancara dan
narasi, 2) siswa berpasangan dengan teman sebangku, 3) guru menyajikan media
kartun bercerita, 4) guru membagikan teks wawancara sesuai media untuk masing-
masing kelompok, 5) siswa mendengarkan enam pertanyaan pancingan, 6) tiap
kelompok menyusun karangan narasi, 7) tiap kelompok menukarkan hasil
pekerjaannya dengan kelompok lain, 8) tiap kelompok memberikan masukan terhadap
hasil pekerjaan temannya, 9) tiap kelompok memperbaiki pekerjaannya sesuai saran
dari kelompok lain, 10) guru membagikan LK I dan LK II, 11) guru memberikan
enam pertanyaan pancingan sesuai dengan ilustrasi cerita yang ada pada LK I, 12)
siswa yang berperan sebagai pewawancara menyusun enam pertanyaan, sedangkan
yang berperan sebagai narasumber menyiapkan jawaban pada LK I, 13) siswa
melakukan praktik wawancara, 14) masing-masing siswa menyusun karangan narasi
berdasarkan teks wawancara.
Proses penelitian baik pada siklus I maupun siklus II berjalan dengan lancar
meskipun ada beberapa hal yang menghambat namun masih bisa ditangani.
Permasalahan lebih banyak muncul pada saat pelaksanaan siklus I daripada siklus II.
Permasalahan tersebut muncul dari berbagai aspek, mulai dari teknis hingga
pelaksanaan pembelajaran, namun permasalahan-permasalahan tersebut bisa
diantisipasi pada pelaksanaan siklus II. Setelah pelaksanaan siklus I, peneliti
Page 153
134
melakukan refleksi proses, hasil, dan perubahan perilaku. Permasalahan yang
ditemukan pada refleksi tersebut diperbaiki oleh peneliti sehingga pada siklus II
pembelajaran berjalan dengan lancar.
Peningkatan kualitas pembelajaran pun nampak pada siklus II. Selama proses
pembelajaran siswa terlihat lebih tenang dan antusias dengan pembelajaran. Selain itu,
media kartun bercerita dalam bentuk visual lebih memudahkan siswa dalam
memahami informasi yang disajikan guru. Siswa tak lagi kebingungan dan mampu
menyusun karangan narasi dengan lebih cepat dan tepat.
4.3.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks
Wawancara Menjadi Narasi
Berdasarkan pembahasan sebelumnya diketahui bahwa nilai rata-rata siswa
untuk keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi mengalami
peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 70,7 sedangkan pada siklus II
meningkat menjadi 81. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai prosentase hasil tes
mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I, disajikan dalam diagram
lingkaran berikut ini.
Page 154
135
Diagram 1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara
menjadi Narasi Siklus I
Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui bahwa hasil penelitian siklus I
sebanyak 3% siswa mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik, kategori baik
sebanyak 31% siswa, kategori cukup sebanyak 37% siswa, dan sebanyak 29% siswa
mendapatkan nilai dalam kategori kurang.
Kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki di siklus II. Jika pada
siklus I siswa masih mengalami mengubah teks wawancara menjadi narasi, khususnya
mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung, lain halnya yang terjadi pada siklus
II. Setelah guru menyampaikan materi dengan memberikan contoh dan menjelaskan
secara lebih detail bagaimana cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, siswa
lebih mudah mengubah teks wawancara menjadi narasi dalam pembelajaran siklus II.
Hal ini berdampak positif pada peningkatan hasil tes rata-rata kelas. Nilai rata-rata tiap
aspek keterampilan menulis juga mengalami peningkatan. Sikap siswa yang masih
takut bertanya kepada guru ketika pembelajaran juga berdampak pada pencapaian nilai
tes. Pada siklus I masih terdapat beberapa siswa yang takut bertanya kepada guru
3,00%
31,00%
37,00%
29,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
Sangatbaik
Baik Cukup Kurang
Kategori
Kategori
Page 155
136
ketika pembelajaran sehingga beberapa siswa tersebut mengalami kesulitan saat mulai
menulis. Sikap siswa yang sedemikian rupa dapat diminimalisasi pada pembelajaran
siklus II. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan pemberian reward pada
hasil tulisan terbaik berdampak positif pada perubahan sikap siswa. Siswa jauh lebih
siap dan bersemangat dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Mereka
benar-benar berusaha menghasilkan karya terbaik agar dapat memeroleh reward.
Suasana kelas yang lebih kondusif pada pembelajaran siklus II memberikan efek
positif pada hasil tes siswa. Ketika suasana kelas tenang siswa akan lebih mudah untuk
menulis. Tulisan yang mereka hasilkan juga lebih baik karena pikiran mereka fokus
pada satu hal. Terbukti ketika pembelajaran siklus I suasana kelas belum sekondusif
dalam pembelajaran siklus II, sehingga nilai rata-rata hasil tes yang dicapai siswa juga
belum dapat maksimal. Media pembelajaran pada siklus I yang belum bisa
mendukung siswa karena beberapa hal menyebabkan siswa tidak dapat menangkap
informasi dengan tepat. Hal ini berbeda dengan pembelajaran siklus II yang
menggunakan media visual membuat siswa lebih mudah memahami informasi yang
disajikan melalui media. Aspek tersebut menjadi salah satu faktor penunjang nilai
siswa sehingga naik pada siklus II.
Saran-saran yang diberikan siswa setelah mengikuti pembelajaran siklus I
dijadikan pertimbangan guru dalam melakukan perbaikan pada pembelajaran siklus II.
Hal ini memberikan efek positif karena siswa merasa lebih bersemangat mengikuti
pembelajaran yang sesuai dengan harapan mereka. Seperti halnya penggunaan media
audiovisual yang tidak dapat dipahami dengan baik oleh siswa yang duduk di bangku
bagian belakang dan siswa meminta guru menyajikan media dalam bentuk yang lain.
Page 156
137
Setelah guru melakukan refleksi siklus I akhirnya guru memutuskan menggunakan
media visual.
Hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi siswa pada siklus II lebih
baik dibandingkan dengan siklus I. Siswa sudah memahami bagaimana teknik
mengubah teks wawancara menjadi narasi yang benar. Aspek-aspek yang harus
diperhatikan juga sudah dikuasai oleh siswa. Diagram berikut ini menyajikan
persentase hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus II.
Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan
Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Siklus II
Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui bahwa hasil penelitian siklus I
sebanyak 25% siswa mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik, kategori baik
sebanyak 75% siswa. Pada penelitiana siklus II ini tidak ada siswa yang mendapatkan
nilai cukup maupun kurang.
25%
75%
0% 0% 0%
20%
40%
60%
80%
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Kategori
Kategori
Page 157
138
Peningkatan hasil tes keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi
kelas VIID SMP N 30 Semarang pada siklus I dan II disajikan dalam tabel 23 berikut.
Tabel 23 Peningkatan Nilai Rata-rata Siklus I menuju Siklus II
No. Aspek Penilaian
Rata-rata
Siklus I
Rata-rata
Siklus II
Peningkatan
(%)
1. Kesesuaian Isi 72 81 12,5%
2.
Penggunaan kalimat
langsung dan tak
langsung
68,6 75,5 10%
3. Ejaan dan tanda baca 67,9 84 23,7%
4. Kohesi dan koherensi 73,6 86 16,8%
5. Pemilihan kata 71,4 84 17,6%
6. Urutan cerita 80 88 10%
7. Kerapian tulisan 66,4 82 23,5%
Jumlah 499,9 580,5 16%
Rata-rata Nilai 70,7 81 14,6%
Pada tabel 23 di atas tampak bahwa peningkatan yang terjadi pada siklus I ke
siklus II. Agar lebih jelas, peningkatan nilai tiap aspek antara siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada diagram berikut.
Page 158
139
Diagram 3 Peningkatan Tiap Aspek dari Siklus I ke Siklus II
Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui secara lebih jelas peningkatan
masing-masing aspek penilaian dari siklus I ke siklus II. Aspek kesesuaian isi
mengalami peningkatan sebesar 12,5% dari 72 menjadi 81. Aspek penggunaan kalimat
langsung dan tak langsung mengalami peningkatan sebesar 10% dari 68,6 menjadi
75,5. Aspek penggunaan ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan sebesar 23,7%
dari 67,9 menjadi 84. Aspek kohesi dan koherensi mengalami peningkatan sebesar
16,8% dari 73,6 menjadi 86. Aspek pemilihan kata mengalami peningkatan sebesar
17,6% dari 71,4 menjadi 84. Aspek urutan cerita mengalami pengingkatan sebesar
10% dari 80 menjadi 88. Aspek kerapian tulisan mengalami peningkatan sebesar
23,5% dari 66,4 menjadi 82.
4.3.3 Perubahan Perilaku
Berdasarkan hasil nontes yang didapatkan dari lembar observasi, lembar
jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto menunjukkan bahwa terjadi perubahan
perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi
narasi setelah dilakukan refleksi siklus I. Perubahan perilaku yang terjadi adalah siswa
lebih antusias terhadap pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari keseriusan siswa dalam
020406080
100
siklus I
siklus II
Page 159
140
memperhatikan penjelasan guru, pada saat media disajikan, dan ketika mengubah teks
wawancar menjadi narasi. Siswa yang semula pasif, setelah dilakukan tindakan
menjadi lebih aktif dalam bertanya dan berpendapat. Selain itu, dalam pembelajaran
sudah tidak ada siswa yang gaduh atau berbicara dengan temannya.
Berikut ini adalah perbandingan perubahan perilaku siswa pada siklus I dan
siklus II berdasarkan hasil observasi. Perbandingan tersebut disajikan dalam tabel 24.
Tabel 24 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II
No. Aspek yang diobservasi Siklus I Siklus II Peningkatan
f (%) f (%) f (%)
1.
Siswa memperhatikan media
kartun bercerita yang ditampilkan
guru.
a. Siswa memperhatikan media
yang ditayangkan dengan
penuh semangat dan
apresiasi.
27 77,1
% 32 89% 5
11,9%
(peningkatan)
b. Siswa hanya memperhatikan
tanpa apresiasi. 3 8,6% 2 5,5% 1
3,1%
(penurunan)
c. Siswa tidak memperhatikan
media yang ditampilkan,
bahkan melakukan aktivitas
lain, misalnya berbicara
dengan teman sebangku.
5 14,3
% 2 5,5% 3
8,8%
(penurunan)
2.
Siswa mendengarkan beberapa
pertanyaan pancingan yang
dibacakan oleh guru agar lebih
teliti dalam menganalisis isi teks
wawancara.
Page 160
141
a. Siswa mendengarkan
pertanyaan dengan baik dan
langsung bisa menjawab.
31 88,6
% 31
88,6
% 0 0%
b. Siswa mendengarkan
pertanyaan namun kesulitan
dalam menjawab.
2 5,7% 5 14% 3 8,3%
(peningkatan)
c. Siswa tidak mendengarkan
pertanyaan dan tidak bisa
menjawab.
2 5,7% 0 0% 2 5,7%
(penurunan)
3.
Siswa dikelompokkan dengan
berpasangan dengan teman
sebangku. Masing-masing siswa
menyusun pertanyaan untuk
praktik berwawancara.
a. Siswa terlihat antusias dan
langsung berdiskusi dengan
pasangan.
24 68,% 32 89% 8 21%
(peningkatan)
b. Siswa berdiskusi dengan
pasangan, namun terlihat
kurang antusias.
8 22,9
% 2 5,5% 6
17,4%
(penurunan)
c. Siswa tidak antusias dan tidak
aktif dalam berdiskusi. 3 8,5% 2 5,5% 1
3%
(penurunan)
4.
Setiap pasangan melakukan
praktik wawancara dan
pewawancara mencatat jawaban
narasumber pada LK I. siswa
berwawancara dengan bergantian.
a. Siswa terlihat aktif dan
antusias ketika praktik
wawancara.
24 68,6
% 32 89% 8
20,4%
(peningkatan)
Page 161
142
b. Siswa melakukan wawancara
dengan benar namun terlihat
kurang antusias.
5 14,3
% 4 11% 1
3,3%
(penurunan)
c. Siswa terlihat malas ketika
berwawancara. 6
17,1
% 0 0% 6
17,1%
(penurunan)
5.
Langkah 5: siswa secara individu
mengubah teks wawancara
menjadi narasi
a. Siswa dapat mengubah teks
wawancara menjadi narasi
secara cepat dan tepat.
15 42,9
% 29
80,6
% 14
37,7%
(peningkatan)
b. Siswa mengalami beberapa
hambatan ketika mengubah
teks wawancara menjadi
narasi.
20 57,1
% 7
19,4
% 13
37,7%
(penurunan)
c. Siswa tidak dapat mengubah
teks wawancara menjadi
narasi.
0 0% 0 0% 0
Langkah yang diamati pertama yaitu ketika siswa memperhatikan media
kartun bercerita yang ditampilkan guru. Ada tiga perilaku siswa yang diamati.
Pertama, siswa memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan
apresiasi. Perilaku ini mengalami kenaikan sebesar 11,9%. Pada siklus II hanya
terlihat 27 siswa, sedangkan pada siklus II terlihat pada 32 siswa. Kedua, siswa hanya
memperhatikan tanpa mengapresiasi lebih lanjut. Jika pada siklus I ada 3 siswa, maka
pada siklus II hanya nampak 2 siswa. Ketiga, siswa tidak memperhatikan media yang
ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain, misalnya berbicara dengan teman
Page 162
143
sebangku. Pada siklus I terlihat 5 siswa melakukan aktivitas ini, namun hanya 2 anak
pada siklus II.
Langkah kedua yang diamati yaitu ketika siswa mendengarkan beberapa
pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis
isi teks wawancara. Ada tiga sikap berbeda yang muncul pada langkah ini. Pertama,
siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab dengan
benar. Aspek ini tidak mengalami kenaikan yaitu sebanyak 31 anak pada siklus II
maupun siklus I. Kedua, siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam
menjawab. Sikap ini terlihat oleh 2 anak pada siklus I dan 5 anak pada siklus II.
Ketiga, siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan tidak bisa menjawab. Sikap ini
ditunjukkan oleh 2 anak pada siklus I dan tidak nampak pada siklus 2.
Langkah ketiga yang diamati yaitu ketika siswa dikelompokkan dengan
berpasangan dengan teman sebangku. Masing-masing siswa menyusun pertanyaan
untuk praktik berwawancara. Pada langkah ini ada tiga perilaku siswa yang muncul.
Pertama, siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. Perilaku ini
meningkat sebesar 21%, yang awalnya hanya 24 siswa menjadi 32 siswa pada siklus
II. Kedua, siswa berdiskusi dengan pasangan, namun terlihat kurang antusias. Pada
siklus I terlihat 8 siswa yang melakukan aktivitas ini dan 2 siswa pada siklus II.
Ketiga, siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. Pada siklus I ada 3 anak
yang tidak antusias dalam berdiskusi dan 2 anak pada siklus II.
Langkah keempat yang diamati guru yaitu ketika setiap pasangan melakukan
praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I. Siswa
berwawancara dengan bergantian. Ada tiga perilaku siswa yang muncul pada langkah
Page 163
144
ini. Pertama, siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara. Perilaku ini
meningkat 20,4% dari siklus I yang hanya 24 siswa menjadi 32 siswa pada siklus II.
Kedua, siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias.
Perilaku ini terlihat pada 5 anak saat siklus I dan 4 anak pada siklus II. Ketiga, siswa
terlihat malas ketika berwawancara. Siklus I ada 8 siswa yang terlihat malas namun
pada siklus II tak ada siswa yang terlihat malas.
Langkah pembelajaran kelima yang diamati yaitu ketika siswa secara individu
mengubah teks wawancara menjadi narasi. Pertama, siswa dapat mengubah teks
wawancara menjadi narasi secara cepat dan tepat. Sikap ini mengalami kenaikan
sebesar 37,7%, sedangkan sikap siswa yang masih mengalami kesulitan menurun
sebanyak 37,7%. Ketiga, tidak ada siswa yang tidak dapat menulis karangan narasi.
Berdasarkan hasil perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui
media kartun bercerita berlangsung dengan lebih tertib, lancar, dan kondusif sehingga
dapat mendukung terciptanya pembelajaran yang efektif. Selain itu perubahan sikap
siswa yang lebih positif juga berpengaruh terhadap perolehan hasil tes yang dicapai.
Perbaikan dari segi instrumen nontes juga memberikan dampak yang positif bagi
perolehan hasil tes siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil tes mengubah
teks wawancara menjadi narasi dari siklus I ke siklus II dan perubahan perilaku siswa
ke arah yang lebih positif.
4.4 Perbandingan
Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terbukti dapat memperbaiki
penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil yang dicapai pun lebih maksimal. Hal ini
Page 164
145
terlihat pada perbandingan hasil penelitian. Pada bagian ini, peneliti akan
membandingkan hasil penelitian dengan hasil penelitian yang teah dilakukan oleh
Suwarna (2007), Suryanto (2008), dan Rubiah (2009).
Penelitian Suwarna (2007) berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengubah
Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Teknik Penceritaan Pengalaman Pribadi
pada Kelas VIIB SMP N 1 Godong”. Pada siklus I, rata-rata kelas meningkat menjadi
65,2 yaitu sebesar 8,5%, sedangkan pada siklus II skor rata-rata kelas meningkat
menjadi 76 yaitu sebesar 9,9 %. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti maka hasil tes yang didapatkan lebih tinggi. Pada pada siklus I
Suwarna hanya mendapatkan nilai rata-rata kelas 65,2 maka peneliti berhasil
mendongkrak nilai menjadi 70,7 dalam kategori cukup. Selain itu, pada siklus II juga
Suwarna hanya mendapatkan nilai rata-rata kelas 76, maka peneliti mendapatkan nilai
rata-rata klasikal sebesar 81. Suwarna menggunakan teknik penceritaan pengalaman
pribadi yang membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk berpikir. Tetapi hal
tersebut dapat diperbaiki oleh peneliti dengan metode pencarian informasi. Metode ini
menggunakan pertanyaan pancingan sehingga membantu siswa untuk belajar lebih
cepat dan tepat.
Perbandingan yang kedua dengan penelitian Suryanto (2008) yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan
Pemodelan pada Siswa Kelas II D SLTP 1 Sukorejo Kendal”. Pada siklus I diperoleh
hasil prosentase rata-rata kelas 64,4 dan siklus II diperoleh prosentase rata-rata kelas
80. Berdasarkan hasil tes, penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan nilai
yang lebih baik yaitu rata-rata klasikal siklus I sebesar 70,7 dan rata-rata siklus II
Page 165
146
sebesar 81. Pada penelitiannya Suryanto menggunaan teknik pemodelan dimana siswa
harus menentukan tema sendiri, berkelompok, dan praktik berwawancara. Hal ini
membutuhkan waktu yang lama dan pembelajaran tidak menyeluruh karena siswa
yang berperan jadi narasumber tidak bisa menjadi pewawancara. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Ketika berwawancara siswa
bergantian sehingga siswa tidak hanya bisa menjadi narasumber saja, namun juga
pewawancara. Selain itu, siswa berwawancara berdasarkan media yang telah disajikan
guru dan dibimbing dengan metode pencarian informasi sehingga pebelajaran lebih
efektif.
Perbandingan yang terakhir yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Rubiah
(2009) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara
Menjadi Karangan Narasi dengan Teknik Concept Map pada siswa Kelas VII SMP N
3 Juwana”. Pada siklus I, rata-rata kelas meningkat menjadi 65,2 sebesar 8,5%,
sedangkan pada siklus II, skor rata-rata kelas meningkat menjadi 76 yaitu sebesar
9,9%. Berdasarkan hasil tes, penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan nilai
yang lebih baik yaitu rata-rata klasikal siklus I sebesar 70,7 dan rata-rata siklus II
sebesar 81. Kelemahan penelitian Rubiah (2009) yaitu siswa diberikan visualisasi
gambar lalu membuat sebuah konsep masing-masing. Langkah ini membutuhkan
waktu yang lebih lama dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya berbeda dengan
metode pencarian informasi yang langsung membimbing siswa untuk mendapatkan
informasi pokok pada media kartun bercerita. Siswa diberikan pertanyaan pancingan
agar lebih cepat dan tepat dalam menangkap informasi.
Page 166
147
Berdasarkan perbandingan dengan penelitian Suwarna (2007), Suryanto
(2008), dan Rubiah (2009) maka dapat disimpulkan bahwa penelitian “Peningkatan
Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Metode Pencarian
Informasi melalui Media Kartun Bercerita Pada Kelas VIID SMP N 30 Semarang”
dapat melengkapi kekurangan penelitaian sebelumnya.
Page 167
148
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian tindakan kelas ini, maka
peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1. Penelitian tentang keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita memenuhi langkah-
langkash berikut: 1) guru menyampaikan materi tentang wawancara dan narasi, 2)
siswa berkelompok dengan teman sebangku, 3) guru menyajikan media kartun
bercerita, 4) guru membagikan teks wawancara kepada masing-masing kelompok,
5) siswa mendengarkan enam pertanyaan dari guru, 6) masing-masing kelompok
menyusun karangan narasi, 7) masing-masing kelompok menukarkan hasil
pekerjaannya dengan kelompok lain, 8) masing-masing kelompok memberikan
masukan terhadap hasil pekerjaan temannya, 9) masing-masing kelompok
memperbaiki pekerjaannya sesuai saran dari kelompok lain, 10) guru
membagikan LK I yang berisi ilustrasi sesuai media, dan LK II sebagai tempat
untuk mengubah teks wawancara menjadi narasi, 11) guru memberikan enam
pertanyaan sesuai dengan ilustrasi cerita yang ada pada LK I, 12) siswa yang
berperan sebagai pewawancara menyusun enam pertanyaan, sedangkan yang
berperan sebagai narasumber menyiapkan jawaban pada LK I, 13) siswa
melakukan praktik wawancara, 14) masing-masing siswa menyusun karangan
narasi berdasarkan teks wawancara. Proses pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang telah mengalami
Page 168
149
perbaikan pada siklus II daripada siklus I. Pada siklus I masih terdapat beberapa
kendala dalam pembelajaran, namun hal ini dapat diperbaiki pada siklus II. Salah
satu kendala yang muncul yaitu penggunaan media kartun bercerita dalam bentuk
audiovisual yang justru tidak sesuai sasaran. Setelah melakukan refleksi, peneliti
memutuskan menggunakan media kartun bercerita dalam bentuk visual. Proses
pembelajaran siklus II pun menjadi lancar.
2. Terdapat peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi
kelas VIID di SMP Negeri 30 Semarang setelah mengikuti pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi
melalui kartun bercerita. Peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara
menjadi narasi diketahui dari hasil tes dan nontes yang dilakukan pada siklus I
dan siklus II. Nilai rata-rata siswa kelas VIID pada siklus I sebesar 70,7 dan
masuk dalam kategori cukup. Nilai ini belum mencapai batas tuntas nilai rata-rata
yang ditentukan. Kemudian pada siklus II, nilai rata-rata siswa kelas VIID SMP
Negeri 30 Semarang mengalami peningkatan sebesar 14,6% menjadi 81 dan
termasuk dalam kategori baik. Nilai ini telah mencapai target rata-rata kelas yang
telah ditentukan yaitu 77, bahkan dapat melampauinya. Perolehan hasil ini
menunjukkan bahwa pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita pada kelas VIID
SMP N 30 Semarang dapat dikatakan berhasil.
3. Terdapat perubahan sikap atau perilaku siswa yaitu perubahan dari perilaku
negatif ke arah yang lebih positif. Antusias dan keseriusan siswa untuk mengikuti
pembelajaran sudah mulai terlihat pada siklus I, namun belum dapat maksimal.
Page 169
150
Masih ada siswa yang asyik berbicara dengan teman lain, melamun, atau
mengantuk. Pada siklus II, mereka sudah lebih siap mengikuti pembelajaran,
bahkan siswa yang pada awalnya malu untuk bertanya akhirnya mempunyai
keberanian untuk mengajukan pertanyaan ketika mengalami kesulitan. Pada siklus
I siswa masih suka menjawab pertanyaan guru dengan keroyokan, namun pada
siklus II siswa lebih percaya diri untuk menjawab pertanyaan guru secara mandiri.
Dengan demikian, metode pencarian informasi dan media kartun bercerita dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi
narasi.
5.2 Saran
Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi narasi dan mengatasi masalah-masalah yang dialami siswa.
setelah penelitian dilaksanakan, peneliti memberikan saran sebagai berikut ini.
1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan metode
pencarian informasi sebagai salah satu alternatif untuk memberikan variasi dalam
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Selain itu, guru
hendaknya memiliki kreativitas yang tinggi dan dapat menghadirkan
pembelajaran yang menarik dan efektif sehingga siswa tertarik selama
pembelajaran sehingga. Selain itu, siswa juga dapat menyerap materipmbelajaran
dengan baik.
2. Bagi sekolah yang tidak memiliki ruang multimedia atau pun LCD, dapat
menggunakan media kartun bercerita dalam bentuk visual untuk menarik minat
siswa dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi.
Page 170
151
3. Para peneliti di bidang pendidikan atau peneliti lain hendaknya dapat melakukan
penelitian yang serupa dengan strategi, teknik, metode, atau media pembelajaran
yang lain sehingga didapatkan alternatif lain untuk pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi narasi. Namun, sebelum melakukan penelitian tindakan kelas,
hendaknya peneliti sudah mengenal terlebih dahulu siswa yang akan dijadikan
sebagai responden sehingga siswa tidak merasa asing terhadap peneliti.
Page 171
152
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti dkk. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Grasindo
Azhar, Arsyad. 2000. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja grafindo Perjaka
Doyin, Mukh dan Wagiran. 2005. Curah gagasan: Pengantar Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang: Rumah Indonesia
Sugandi, Achmad dan Haryanto. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK
Hecht, Robert M. 1976. Teknik Wawancara. Jakarta: Bhratara
Ikeguchi, Cecilia B. 1997. Teaching Integrated Writing Skills. Vol. III, Number 3.
dalam http://iteslj.org/, diunduh pada tanggal 9 Januari 2013
Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap.
Yogyakarta: Sabda Media
Keraf, Gorys. 1983. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia
___________. 1991. Komposisi. Jakarta: nusa indah
Kusumah, dkk. 2003. Teknik Wawancara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Muliawan, Jasa Ugguh. 2010. Penelitian tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Yogyakarta: Gava Media
Nurudin. 2007. Dasar-Dasar Penulisan. Malang: Universitas Muhammadiyah
Parera, J. D. 1983. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga
Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Rubiah, Siti. 2009. “Peningkatan Ketrampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi
Karangan Narasi dengan Teknik Concept Map pada siswa Kelas VII SMP N
3 Juwana”. Skripsi: Unnes
Rusyana, Yus. 1983. Buku Materi Pokok I. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Semi, M. Atar. 2007. Dasar-Dasar Ketrampilan Menulis. Bandung: Angkasa
Page 172
153
Silbermen, Mel. 2009. Active Learning. Diterjemahkan oleh Dr. Komaruddin Hidayat.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Spencer, Lauren. 2005. A Step-by-Step Guide to Narrative Writing. The Journal of
Educational Research, Vol. 102 No. 5, Mei-Juni. dalam
http://www.goodreads.com/author/show/230374.Lauren_Spencer, diunduh
tanggal 19 Januari 2013
Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rumah Indonesia
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Suparno dan Muhammad Yunus. 2006. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:
Universitas Terbuka
Suriamiharja, Agus dkk. 1996. Petunjuk Praktik Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Suryanto. 2008. “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi
Narasi dengan Pemodelan pada Siswa Kelas II D SLTP 1 Sukorejo Kendal”.
Skripsi: Unnes
Susmiati. 2009. “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi
Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa
Kelas VII F SMP N 32 Semarang”. Skripsi: Unnes
Suwarno. 2007. “Peningkatan Ketrampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi
Karangan Narasi dengan Teknik Penceritaan Pengalaman Peribadi pada
Kelas VII SMP N 1 Batang”. Skripsi: Unnes
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa Bandung
Widyastuti. 2009. “Peningkatan Kemampuan Mengubah Teks Wawancara Menjadi
Narasi dengan Teknik Menulis Cepat dan Media Video Compact Disk
(VCD) Siswa kelas IV SMP N 5 Ketro kecamatan Karangkayung
kabupaten Grobogan”. Skripsi: Unnes
Wiyanto. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo
Page 173
154
Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani
Page 174
155
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus I
Satuan Pendidikan : SMP N 30 Semarang
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VIID
Semester : II
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit
A. STANDAR KOMPETENSI
Menulis: 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan
singkat.
B. KOMPETENSI DASAR
12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara
penulisan kalimat langsung dan tak langsung.
C. INDIKATOR
1. Mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara.
2. Mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi.
3. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.
4. Mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi.
5. Mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks
wawancara dengan teliti.
Page 175
156
2. Siswa mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi dengan cermat.
3. Siswa mampu mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung dengan
mandiri.
4. Siswa mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan
teliti.
5. Siswa mampu menyunting karagan narasi dengan teknik yang tepat.
Nilai karakter yang diharapkan yaitu teliti, madiri, bertanggung jawab, dan
dapat bekerja dalam sebuah kelompok.
E. MATERI AJAR
1. Pengertian Wawancara
2. Pengertian Narasi
3. Ciri-ciri Karangan Narasi
4. Kalimat Langsung dan Tak Langsung
5. Teknik Menyunting
F. METODE PEMBELAJARAN
Metode : Pencarian Informasi
Teknik : Ceramah, dikusi, dan Tanya jawab.
G. MEDIA PEMBELAJARAM
Media : Kartun Bercerita
Sumber : Buku Paket Airlangga Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs
Kelas VII
H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan Pertama
No Kegiatan Metode Teknik Alokasi waktu
1. Kegiatan awal
1. Guru mengondisikan siswa agar
siap mengikuti pembelajaran.
10 menit
Page 176
157
2. Guru menjelaskan tentang tujuan
dan manfaat pembelajaran.
3. Guru memotivasi siswa dengan
cara menceritakan salah satu
kisah penulis sukses (Asma
Nadia). Setelah mendengar cerita
ini diharapkan siswa mulai
tertarik untuk menulis.
4. Guru bertanya kepada siswa
tentang wawancara dan narasi
untuk mengarahkan pemahaman
siswa tentang materi yang akan
dipelajari.
Ceramah
Tanya jawab
Page 177
158
2.
Kegiatan inti
1. Siswa mendengarkan penjelasan
guru mengenai wawancara,
narasi, serta kalimat langsung dan
tak langsung. (eksplorasi)
2. Siswa berpasangan dengan teman
sebangku. (elaborasi)
3. Guru menyajikan media kartun
bercerita sebagai contoh
wawancara. Selain itu, media
kartun bercerita juga digunakan
sebagai sarana untuk menarik
minat siswa. (elaborasi)
4. Tiap kelompok mendapatkan
lampiran berisi teks wawancara
pada kartun yang dibagikan oleh
guru. (elaborasi)
5. Siswa mendengarkan enam
pertanyaan pancingan yang
dibacakan oleh guru agar lebih
teliti dalam menganalisis isi teks
wawancara. (elaborasi)
6. Tiap kelompok membuat
kerangka karangan berdasarkan
teks wawancara yang telah
dibagikan. (elaborasi)
7. Setiap kelompok
mengembangkan kerangka
karangan dengan dipandu oleh
guru. (elaborasi)
Pencarian
Informasi
Ceramah
Diskusi
60 menit
Page 178
159
8. Setiap kelompok menukarkan
pekerjaannya dengan kelompok
lain. (elaborasi)
9. Siswa dengan dibimbing guru
mengoreksi hasil pekerjaan
kelompok lain. (elaborasi)
10. Tiap kelompok memperbaiki
karangannya berdasarkan
komentar yang telah diberikan
oleh kelompok lain. (elaborasi)
11. Guru menjelaskan materi yang
belum dipahami siswa selama
pembelajaran berlangsung.
(konfirmasi)
Ceramah
3. Kegiatan Penutup
1. Hasil karya siswa dikumpulkan.
2. Guru bersama siswa
menyimpulkan materi
pembelajaran.
3. Guru bersama siswa melakukan
refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah
berlangsung.
Refleksi
10 menit
Page 179
160
Pertemuan Kedua
No. Langkah Pembelajaran Metode Teknik Waktu
1. Kegiatan awal
1. Guru mengondisikan siswa.
2. Guru menjelaskan tujuan dan manfaat
pembelajaran.
3. Guru memotivasi siswa agar
semangat dalam belajar.
4. Guru mengingatkan siswa tentang
materi pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya.
5. Siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya jika ada materi yang belum
dipahami.
Ceramah
Ceramah
Tanya jawab
10 menit
2. Kegiatan Inti
1) Siswa berpasangan dengan teman
sebangku. Siswa pertama berperan
sebagai pewawancara dan siswa
kedua sebagai narasumber.
(eksplorasi)
2) Guru menampilkan media.
3) Guru membagikan LK I dan LK II.
4) Guru memberikan enam pertanyaan
pancingan berdasarkan media.
5) Siswa yang berperan sebagai
pewawancara membuat daftar
pertanyaan pada lembar kerja 1,
sedangkan pasangannya menyiapkan
jawaban yang sesuai. (elaborasi)
Diskusi
60 menit
Page 180
161
I. PENILAIAN
a. Bentuk penilaian : Tes dan Nontes
b. Bentuk instrumen :
Tes : rubrik penilaian
Nontes : lembar observasi, jurnal, dan wawancara
c. Rubrik penilaian
6) Setiap pasangan melakukan praktik
wawancara dan pewawancara
mencatat jawaban narasumber pada
LK 1 pula. Selama berwawancara ada
beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh siswa, yaitu (1) kelancaran, (2)
penggunaan kalimat efektif, dan (3)
kinestetik. (elaborasi)
7) Tiap-tiap siswa menyusun karangan
narasi pada LK 2 berdasarkan
informasi yang telah didapatkan dari
kegiatan wawancara. (elaborasi)
8) Guru menjelaskan materi yang belum
dipahami siswa selama pembelajaran.
(konfirmasi)
3. Kegiatan Akhir
1) Guru bersama siswa menyimpulkan
materi pembelajaran.
2) Guru bersama siswa melakukan
refleksi terhadap pembelajaran yang
telah berlangsung.
Penilaian
Refleksi
10 menit
Page 181
162
Rubrik Penilaian Karangan Narasi
No Aspek Kategori Nilai Keterangan
1. Kesesuaian isi
narasi dengan
teks
wawancara.
e. Isi narasi sesuai dengan
teks wawancara, tepat,
bahasanya bervariatif
dan lengkap.
f. Isi narasi sesuai dengan
teks wawancara, tapi
kurang bervariatif.
g. Isi narasi cukup sesuai
dengan teks wawancara
namun kurang lengkap
dan kurang bervariatif
h. Isi narasi tidak sesuai
dengan teks wawancara,
tidak bervariatif dan
tidak lengkap.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Penggunaan
kalimat
langsung dan
tak langsung.
e. Penggunaan kalimat
langsung dan tak
langsung tepat dan
penulisannya benar dan
komunikatif.
f. Penggunaan kalimat
langsung dan tak
langsung tepat dan
cukup bervariatif.
g. Penggunaan kalimat
langsung dan tak
langsung ada beberapa
yang salah, namun
cukup bervariatif.
h. Penggunaan kalimat
langsung dan tak
langsung banyak yang
salah dan tidak
bervariatif.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
3. Ejaan dan tanda
baca.
e. Penggunaan ejaan dan
tanda baca tepat semua.
f. Kesalahan ejaan dan
4
3
Sangat baik
Baik
Page 182
163
tanda baca kurang dari
tiga kesalahan
g. Kesalahan penggunaan
ejaan dan tanda baca
lebih dari tiga sampai
delapan kesalahann
h. Kesalahan penggunaan
ejaan dan tanda baca
lebih dari delapan
kesalahan
2
1
Cukup
Kurang
4. Kohesi dan
koherensi.
e. Kohesi dan koherensi
tepat sehingga mudah
dipahami dan bervariatif
f. Kohesi dan koherensi
tepat namun kurang
bervariatif
g. Kohesi dan koherensi
cukup tepat namun tidak
bervariasi
h. Tidak ada kohesi dan
koherensi. Sehingga sulit
dipahami.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
5. Pemilihan kata
(diksi).
e. Pemilihan kata tepat,
sesuai, dan bervariasi.
f. Pemilihan kata tepat,
sesuai, tetapi tidak
bervariasi.
g. Beberapa pemilihan
cukup tepat tetapi
bervariasi dan masih bisa
dipahami.
h. Pemilihan kata tidak
tepat, tidak bervariasi
sehingga sulit dipahami.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
6. Urutan cerita. e. Urutan cerita tepat dan
runtut.
f. Urutan cerita tepat dan
cukup runtut.
g. Urutan cerita cukup tepat
dan cukup runtut
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Page 183
164
h. Cerita banyak yang salah
dan tidak runtut.
7. Kerapian
tulisan.
e. Tulisan rapi dan mudah
dibaca.
f. Tulisan rapi namun ada
beberapa coretan.
g. Tulisan kurang rapi dan
banyak coretan.
h. Tulisan tidak rapi dan
sulit dibaca.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:
Tabel 24 Pedoman Penilaian
No Skor Kategori Nilai
1 >85 Sangat baik
2 75-85 Baik
3 65-74 Cukup
4 <65 Kurang
Ketarangan: Untuk mengisi format penilaian, aspek yang akan dinilai adalah dengan
membubuhkan tanda cek list pada kolom skor yang sesuai
Semarang, Mei 2013
Guru Bahasa Indonesia Peneliti
Dra Suprihartiningsih Rumiana
NIP 196510112002122001 NIM 2101409006
Page 184
165
Mengetahui,
Kepala SMP N 30 Semarang,
Drs. Al. Bekti Wisnu Tomo, MM
NIP 1961 0517 198601 1 011
Page 185
166
Lembar Kerja 1
(Siklus I)
Nama :
Kelas/No. Presensi :
Sekolah :
Usia :
Berdasarkan media yang telah disajikan, kerjakanlah tugas berikut
ini!
Susunlah enam pertanyaan yang tepat untuk berwawancara dengan Bekti!
1.
......................................................................................................
2.
......................................................................................................
3.
......................................................................................................
4.
......................................................................................................
5.
......................................................................................................
6.
......................................................................................................
Tulislah secara lengkap jawaban yang diberikan oleh Bekti ketika berwawancara!
1.
......................................................................................................
2.
......................................................................................................
3.
......................................................................................................
4.
......................................................................................................
5.
......................................................................................................
6.
......................................................................................................
Page 186
167
Lembar Kerja II
(Siklus I)
Nama :
Kelas/No. Presensi :
Sekolah :
Usia :
I
Perhatikan teks wawancara yang telah kalian praktikkan
dengan teman sebangku. Lalu kerjakanlah tugas berikut ini!
Setelah berwawancara dengan Bekti, ubahlah teks wawancara yang
telah Anda lakukan menjadi sebuah karangan narasi!
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
Page 187
168
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus II
Satuan Pendidikan : SMP N 30 Semarang
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VII
Semester : II
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit
A. STANDAR KOMPETENSI
Menulis: 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan
singkat.
B. KOMPETENSI DASAR
12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara
penulisan kalimat langsung dan tak langsung.
C. INDIKATOR
1. Mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara.
2. Mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi.
3. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.
4. Mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi.
5. Mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Page 188
169
1. Siswa mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks
wawancara dengan teliti.
2. Siswa mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi dengan cermat.
3. Siswa mampu mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung dengan
mandiri.
4. Siswa mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan
teliti.
5. Siswa mampu menyunting karagan narasi dengan teknik yang tepat.
Nilai karakter yang diharapkan yaitu teliti, madiri, bertanggung jawab, dan
dapat bekerja dalam sebuah kelompok.
E. MATERI AJAR
1. Pengertian Wawancara
2. Pengertian Narasi
3. Ciri-ciri Karangan Narasi
4. Kalimat Langsung dan Tak Langsung
5. Teknik Menyunting
F. METODE PEMBELAJARAN
Metode : Pencarian Informasi
Teknik : Ceramah, dikusi, tanya jawab, dan kunjung karya.
G. MEDIA PEMBELAJARAM
Media : Kartun Bercerita
Sumber : Buku Paket Airlangga Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs
Kelas VII
H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Page 189
170
Pertemuan Pertama
No Kegiatan Metode Teknik Alokasi
waktu
1. Kegiatan awal
1. Guru mengondisikan siswa agar siap
mengikuti pembelajaran.
2. Guru menjelaskan tentang tujuan dan
manfaat pembelajaran.
3. Guru memotivasi siswa dengan cara
menceritakan salah satu kisah penulis
sukses (Darwis Tere Liye). Setelah
mendengar cerita ini diharapkan siswa
mulai tertarik untuk menulis.
4. Guru bertanya kepada siswa tentang
kesulitan yang dialami dalam mengubah
teks wawancara menjadi narasi pada
pembelajaran sebelumnya.
Ceramah
Tanya
jawab
10 menit
Page 190
171
2.
Kegiatan inti
1. Guru mengulas kembali materi tentang
yang belum dipahami siswa. (eksplorasi)
2. Siswa berpasangan dengan teman
sebangku. (elaborasi)
3. Guru membagikan media kartun
bercerita. Pada siklus II guru
menggunakan media visual. (elaborasi)
4. Siswa mendengarkan enam pertanyaan
pancingan yang dibacakan oleh guru
agar lebih teliti dalam menganalisis
informasi yang terdapat pada media.
(elaborasi)
5. Siswa yang berperan menjadi
pewawancara menyusun lima pertanyaan
berdasarkan media, sedangkan
narasumber menyiapkan jawabannya.
6. Siswa melakukan praktik wawancara.
7. Siswa secara berpasangan menyusun
kerangka karangan berdasarkan hasil
wawancara. Lalu mengembangkannya
menjadi sebuah karangan narasi dengan
bimbingan guru. (elaborasi)
8. Guru meminta agar produk siswa
dikumpulkan. (elaborasi)
9. Guru membagikan media kartun
bercerita yang kedua. (elaborasi)
10. Guru membagikan LK I.
11. Guru membacakan enam pertanyaan
pancingan agar siswa lebih teliti dalam
Pencarian
Informasi
Ceramah
Diskusi
60 menit
Page 191
172
mencermati media. (elaborasi)
12. Guru menjelaskan materi yang belum
dipahami siswa selama pembelajaran
berlangsung. (konfoirmasi)
Ceramah
3. Kegiatan Penutup
1. Masing-masing siswa diminta untuk
membuat beberapa pertanyaan untuk
praktik berwawancara pada pertemuan
selanjutnya.
2. Guru bersama siswa menyimpulkan
materi pembelajaran.
3. Guru bersama siswa melakukan refleksi
terhadap kegiatan pembelajaran yang
telah berlangsung.
Penugasan
Refleksi
10 menit
Pertemuan Kedua
No. Langkah Pembelajaran Metode Teknik Waktu
1. Kegiatan awal
1. Guru mengondisikan siswa.
2. Guru menjelaskan tujuan dan
Ceramah
10 menit
Page 192
173
manfaat pembelajaran.
3. Guru memotivasi siswa agar
semangat dalam belajar.
4. Guru mengingatkan siswa tentang
materi pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya.
5. Siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya jika ada materi yang belum
dipahami.
Ceramah
Tanya
jawab
2. Kegiatan Inti
1) Siswa kembali berpasangan dengan
teman sebangku. Siswa pertama
berperan sebagai pewawancara dan
siswa kedua sebagai narasumber.
Begitu pula sebaliknya. (eksplorasi)
2) Setiap pasangan melakukan praktik
wawancara berdasarkan pertanyaan
yang tealh dibuat di rumah dan
pewawancara mencatat jawaban
narasumber pada LK 1 pula.
Kegiatan wawancara dilakukan
secara bergantian. Selama
berwawancara ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh siswa, yaitu
(1) kelancaran, (2) penggunaan
kalimat efektif, dan (3) kinestetik.
(elaborasi)
3) Guru membagikan LK II.
4) Tiap-tiap siswa menyusun karangan
narasi pada LK 2 berdasarkan
Praktik
60 menit
Page 193
174
informasi yang telah didapatkan dari
kegiatan wawancara. (elaborasi)
5) Guru membentuk empat kelompok,
masing-masing kelompok terdiri atas
sembilan siswa. (elaborasi)
6) Masing-masing kelompok memilih
satu karya terbaik diantara mereka
untuk ditempel di papan tulis.
(elaborasi)
7) Masing-masing kelompok melakukan
kunjung karya dan 4 siswa
perwakilan kelompok memberikan
tanda bintang pada karya yang
terbaik. (elaborasi)
8) Guru memberikan hadiah pada karya
yang mendapatkan bintang
terbanyak. (elaborasi)
9) Guru menjelaskan materi yang belum
dipahami siswa selama pembelajaran.
(konfirmasi)
Kunjung
karya
3. Kegiatan Akhir
1) Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan.
2) Guru bersama siswa menyimpulkan
materi pembelajaran.
3) Guru bersama siswa melakukan
refleksi terhadap pembelajaran yang
telah berlangsung.
Penilaian
Refleksi
10 menit
Page 194
175
I. PENILAIAN
a. Bentuk penilaian : Tes dan Nontes
b. Bentuk instrumen :
Tes : rubrik penilaian
Nontes : lembar observasi, jurnal, dan wawancara
c. Rubrik penilaian
Rubrik Penilaian Karangan Narasi
No Aspek Kategori Nilai Keterangan
1. Kesesuaian isi
narasi dengan
teks
wawancara.
a. Isi narasi sesuai dengan
teks wawancara, tepat,
bahasanya bervariatif
dan lengkap.
b. Isi narasi sesuai dengan
teks wawancara, tapi
kurang bervariatif.
c. Isi narasi cukup sesuai
dengan teks wawancara
namun kurang lengkap
dan kurang bervariatif
d. Isi narasi tidak sesuai
dengan teks wawancara,
tidak bervariatif dan
tidak lengkap.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Penggunaan
kalimat
langsung dan
tak langsung.
a. Penggunaan kalimat
langsung dan tak
langsung tepat dan
penulisannya benar dan
komunikatif.
b. Penggunaan kalimat
langsung dan tak
langsung tepat dan
cukup bervariatif.
c. Penggunaan kalimat
langsung dan tak
langsung ada beberapa
yang salah, namun
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Page 195
176
cukup bervariatif.
d. Penggunaan kalimat
langsung dan tak
langsung banyak yang
salah dan tidak
bervariatif.
3. Ejaan dan tanda
baca.
a. Penggunaan ejaan dan
tanda baca tepat semua.
b. Kesalahan ejaan dan
tanda baca kurang dari
tiga kesalahan
c. Kesalahan penggunaan
ejaan dan tanda baca
lebih dari tiga sampai
delapan kesalahann
d. Kesalahan penggunaan
ejaan dan tanda baca
lebih dari delapan
kesalahan
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
4. Kohesi dan
koherensi.
a. Kohesi dan koherensi
tepat sehingga mudah
dipahami dan bervariatif
b. Kohesi dan koherensi
tepat namun kurang
bervariatif
c. Kohesi dan koherensi
cukup tepat namun tidak
bervariasi
d. Tidak ada kohesi dan
koherensi. Sehingga sulit
dipahami.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
5. Pemilihan kata
(diksi).
a. Pemilihan kata tepat,
sesuai, dan bervariasi.
b. Pemilihan kata tepat,
sesuai, tetapi tidak
bervariasi.
c. Beberapa pemilihan
cukup tepat tetapi
bervariasi dan masih bisa
dipahami.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Page 196
177
d. Pemilihan kata tidak
tepat, tidak bervariasi
sehingga sulit dipahami.
6. Urutan cerita. i. Urutan cerita tepat dan
runtut.
j. Urutan cerita tepat dan
cukup runtut.
k. Urutan cerita cukup tepat
dan cukup runtut
l. Cerita banyak yang salah
dan tidak runtut.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
7. Kerapian
tulisan.
a. Tulisan rapi dan mudah
dibaca.
b. Tulisan rapi namun ada
beberapa coretan.
c. Tulisan kurang rapi dan
banyak coretan.
d. Tulisan tidak rapi dan
sulit dibaca.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Pedoman Penilaian
No Skor Kategori Nilai
1 >85 Sangat baik
2 75-85 Baik
3 65-74 Cukup
4 <65 Kurang
Page 197
178
Semarang, Mei 2013
Guru Bahasa Indonesia Peneliti
Dra Suprihartiningsih Rumiana
NIP 196510112002122001 NIM 2101409006
Mengetahui,
Kepala SMP N 30 Semarang,
Drs. Al. Bekti Wisnu Tomo, MM
NIP 1961 0517 198601 1 011
Page 198
179
Lembar Kerja 1
Siklus II
Nama :
Kelas/No. Presensi :
Sekolah :
Usia :
Berdasarkan media yang telah disajikan, kerjakanlah tugas berikut!
Jika Anda seorang polisi, susunlah enam pertanyaan untuk berwawancara dengan
saksi kecelakaan!
1.
......................................................................................................
2.
......................................................................................................
3.
......................................................................................................
4.
......................................................................................................
5.
......................................................................................................
6.
......................................................................................................
Tulislah secara lengkap jawaban yang diberikan oleh saksi ketika berwawancara!
1.
......................................................................................................
2.
......................................................................................................
3.
......................................................................................................
4.
......................................................................................................
5.
......................................................................................................
Page 199
180
Lembar Kegiatan II
Siklus II
Nama :
Kelas/No. Presensi :
Sekolah :
Usia :
I
Perhatikan teks wawancara yang telah kalian praktikkan dengan
teman sebangku. Lalu kerjakanlah tugas berikut ini!
Setelah melakukan wawancara dengan saksi, ubahlah teks wawancara tersebut
menjadi sebuah karangan narasi yang baik dan runtut!
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................