Top Banner
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI DENGAN METODE PENCARIAN INFORMASI MELALUI MEDIA KARTUN BERCERITA PADA KELAS VII D SMP NEGERI 30 SEMARANG Skripsi untuk memeroleh gelar sarjana pendidikan Oleh : Nama : Rumiana NIM : 2101409006 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
199

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

Jan 02, 2017

Download

Documents

tranxuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA

MENJADI NARASI DENGAN METODE PENCARIAN INFORMASI MELALUI

MEDIA KARTUN BERCERITA PADA KELAS VII D SMP NEGERI 30

SEMARANG

Skripsi

untuk memeroleh gelar sarjana pendidikan

Oleh :

Nama : Rumiana

NIM : 2101409006

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

Page 2: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

ii

SARI

Rumiana. 2013. Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi

Narasi dengan Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun

Bercerita pada kelas VII D SMP N 30 Semarang. Skripsi. Jurusan Bahasa

dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri

Semarang. Pembimbing I: Drs. Wagiran, M.Hum. dan Pembimbing II:

Rahayu Pristiwati, S.Pd., M.Pd.

Kata kunci: keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi, metode

pencarian informasi, media kartun bercerita.

Kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi di SMP

N 30 Semarang masih rendah. Berdasarkan beberapa sebab rendahnya kualitas

menulis siswa, maka disimpulkan perlu penanganan s dalam pembelajaran mengubah

teks wawancara menjadi narasi. Diperlukannya suatu metode pembelajaran menulis

yang efektif dan efisien. Diharapkan penerapan metode pencarian informasi dan

penggunaan media kartun bercerita mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimanakah proses

pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Menggunakan

Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita, (2) bagaimanakah

peningkatan hasil pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan

Menggunakan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita, dan (3)

bagaimanakah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran Mengubah

Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Menggunakan Metode Pencarian Informasi

dan Media Kartun Bercerita di SMP N 30 Semarang. Selaras dengan rumusan

masalah, tujuan penelitian ada tiga yaitu mendeskripsi proses, memaparkan

peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dan menjelaskan

perubahan perilaku siswa.

Proses pembelajaran siklus II berjalan lebih tertib dan lancar dibandingkan

siklus I. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan

mengubah teks wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang dengan

metode pencarian informasi melalui kartun bercerita. Pada siklus I nilai rata-rata kelas

mencapai 70,7 dan termasuk dalam kategori cukup dan masih jauh dari kriteria

ketuntasan minimal di sekolah yaitu 75 dan juga belum mencapai target ketuntasan

penelitian sebesar 77. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat 14,6% menjadi 81

dan masuk dalam kategori baik. Perolehan hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui

kartun bercerita pada siswa kelas VIID SMP N 30 Semarang berhasil.

Perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita

mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Siswa yang sebelumnya kurang

antusias dengan pembelajaran menulis menjadi lebih antusias mengikuti

Page 3: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

iii

pembelajaran. Siswa yang pada siklus I masih gaduh, sudah tidak terlihat gaduh lagi

pada siklus II.

Saran pada penelitian ini ditujukan kepada guru agar pembelajaran mengubah

teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun

bercerita dapat dijadikan alternatif bagi pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi. Bagi peneliti lain disarankan agar melakukan penelitian serupa dengan

menggunakan strategi, teknik, atau metode yang lain agar memberikan alternatif

dalam pembelajaran.

Page 4: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia

ujian skripsi.

Semarang, 27 Mei 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Wagiran, M.Hum. Rahayu Pristiwati, S.Pd., M.Pd.

NIP 196703131993031002 NIP 196903032008012019

Page 5: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

v

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada

hari :

tanggal :

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. Sumartini, S.S., M.A.

NIP.. 196008031989011001 NIP..197307111998022001

Penguji I,

Dra. Suprapti, M.Pd.

NIP 195007291979032001

Penguji II, Penguji III,

Rahayu Pristiwati, S.Pd, M.Pd. Drs. Wagiran, M.Hum.

NIP 196903032008012019 NIP 196703131993031002

Page 6: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

vi

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 27 Mei 2013

Rumiana

Page 7: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Motto penulis dalam menjalani kehidupan yaitu sebagai berikut.

1. Dahulukan Allah, maka Allah akan mendahulukanmu.

2. Ketika kita memberikan jalan kepada orang lain, maka kita pasti akan

diberikan jalan oleh-Nya.

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan kepada.

1. Bapak, Ibu, Kakak, dan Kakak ipar saya yang selalu

memberikan motivasi.

2. Mas Harsito Subekti.

3. Almamater.

Page 8: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

viii

PRAKATA

Bukan tanpa kerja keras dan bukan tanpa perjuangan skripsi ini dapat

terselesaikan. Berkat rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini tanpa halangan yang berarti.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Drs. Wagiran, M.Hum., selaku

pembimbing I dan Rahayu Pristiwati, S.Pd., M.Pd., pembimbing II yang telah

memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih

juga peneliti sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian;

2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan kemudaham dalam penyusunan skripsi;

3. Kepala SMP N 30 Semarang, Dra Suprihartiningsih guru mapel bahasa Indonesia

dan siswa-siswi kelas VIID SMP N 30 Semarang yang telah bekerja sama dengan

peneliti selama penelitian;

4. Bapak, ibu, Mas Wasis, dan Mbak Puji yang senantiasa memberikan doa restu

serta dukungan;

5. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal atas apa

yang telah diberikan kepada peneliti. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada peneliti khususnya dan kepada pembaca pada umumnya.

Semarang, 27 Mei 2013

Rumiana

Page 9: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Judul

Sari .................................................................................................................. i

Persetujuan Pembimbing ................................................................................ iii

Pengesahan Kelulusan .................................................................................... iv

Pernyataan ....................................................................................................... v

Motto dan Persembahan .................................................................................. vi

Prakata ............................................................................................................. vii

Daftar Isi ......................................................................................................... viii

Daftar Tabel .................................................................................................... xiii

Daftar Gambar ................................................................................................. xiv

Daftar Diagram ............................................................................................... xv

Daftar Bagan ................................................................................................... xvi

Daftar Lampiran .............................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................. 7

1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................. 9

1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 9

1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ..................... 12

2.1.Kajian Pustaka ......................................................................................... 12

2.2.Landasan Teoretis .................................................................................... 19

2.2.1 Hakikat Menulis ............................................................................... 19

2.2.2 Tujuan Menulis ................................................................................ 22

2.2.3 Manfaat Menulis .............................................................................. 23

2.2.4 Hakikat Narasi ................................................................................. 25

2.2.5 Ciri-ciri Karangan Narasi ................................................................. 26

Page 10: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

x

2.2.6 Jenis Karangan Narasi ..................................................................... 27

2.2.7 Bentuk Khusus Narasi ..................................................................... 28

2.2.8 Struktur Narasi................................................................................. 30

2.2.9 Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi ................................... 31

2.2.10 Hakikat Wawancara....................................................................... 32

2.2.11 Teks Wawancara ........................................................................... 33

2.2.12 Media Kartun Bercerita ................................................................. 34

2.2.13 Metode Pencarian Informasi.......................................................... 37

2.2.14 Penerapan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun

Bercerita pada Pembelajaran .......................................................... 39

2.2.15 Evaluasi Pembelajaran Menggunakan Metode Pencarian

Informasi dan Media Kartun Bercerita .......................................... 42

2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 43

2.4 Hipotesis Tindakan .................................................................................... 45

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 46

3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 46

3.1.1 Proses Tindakan Siklus I .................................................................... 47

3.1.1.1 Perencanaan Siklus ....................................................................... 47

3.1.1.2 Tindakan Siklus I .......................................................................... 49

3.1.1.3 Observasi Siklus I ......................................................................... 52

3.1.1.4 Refleksi Siklus I ........................................................................... 53

3.1.2 Proses Tindakan Siklus II ................................................................... 53

3.1.2.1 Perencanaan Siklus II ................................................................... 54

3.1.2.2 Tindakan Siklus II ........................................................................ 54

3.1.2.3 Observasi Siklus II ....................................................................... 57

3.1.2.4 Refleksi Siklus II .......................................................................... 58

3.2 Subjek Penelitian ....................................................................................... 59

3.3 Variabel Penelitian ..................................................................................... 59

3.3.1 Variabel Kemampuan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi .. 59

3.3.2 Variabel Metode Pencarian Informasi melalui Kartun Bercerita......... 60

3.4 Indikator Kinerja ........................................................................................ 61

Page 11: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

xi

3.4.1 Indikator Kuantitatif ............................................................................. 61

3.4.2 Indikator Kualitatif ............................................................................... 61

3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................. 62

3.5.1 Instrumen Tes ....................................................................................... 62

3.5.2 Instrumen Nontes ................................................................................. 66

3.5.2.1 Pedoman Observasi ........................................................................ 66

3.5.2.2 Pedoman Wawancara ..................................................................... 66

3.5.2.3 Jurnal .............................................................................................. 67

3.5.2.4 Dokumentasi .................................................................................. 67

3.6 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 68

3.6.1 Teknis Tes ............................................................................................ 68

3.6.2 Teknik Nontes ...................................................................................... 69

3.6.2.1 Observasi ........................................................................................ 69

3.6.2.2 Wawancara ..................................................................................... 70

3.6.2.3 Jurnal .............................................................................................. 71

3.7 Teknis Analisis Data .................................................................................. 73

3.7.1 Teknik Kuantitatif ................................................................................ 73

3.7.2 Teknik Kualitatif .................................................................................. 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 76

4.1 Penelitian Siklus I ...................................................................................... 76

4.1.1 Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi

dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun Bercerita 76

4.1.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara

menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media

Kartun Bercerita ................................................................................... 79

4.1.2.1 Aspek Kesesuaian Isi ..................................................................... 81

4.1.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan tak Langsung ............. 82

4.1.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca .................................... 83

4.1.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi ......................................................... 84

4.1.2.5 Aspek Ketepatan Pemilihan Kata .................................................. 86

4.1.2.6 Aspek Keruntutan Cerita ................................................................ 87

Page 12: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

xii

4.1.2.7 Apek Kerapian Tulisan .................................................................. 88

4.1.3 Perilaku Siswa Siklus I ........................................................................ 89

4.1.3.1 Hasil Observasi Siklus I ................................................................. 89

4.1.3.2 Hasil Jurnal Siklus I ....................................................................... 94

4.1.3.2.1 Jurnal Siswa ............................................................................. 95

4.1.3.2.2 Jurnal Guru ............................................................................... 97

4.1.3.3 Hasil Wawancara Siklus I .............................................................. 101

4.1.3.4 Dokumentasi Siklus I ..................................................................... 103

4.1.3.5 Refleksi Siklus I ............................................................................. 107

4.1.3.5.1 Refleksi Proses ......................................................................... 107

4.1.3.5.2 Refleksi Hasil ........................................................................... 108

4.1.3.5.3 Refleksi Perilaku Siswa ........................................................... 109

4.2 Penelitian Siklus II ..................................................................................... 110

4.2.1 Proses Penelitian Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan

Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun Bercerita ............ 111

4.2.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara

menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui

Media Kartun Bercerita ........................................................................ 113

4.2.2.1 Aspek Kesesuaian Isi ..................................................................... 116

4.2.2.2 Apek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung ............. 117

4.2.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca .................................... 118

4.2.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi ......................................................... 119

4.2.2.5 Aspek Ketepatan Pemilihan Kata .................................................. 120

4.2.2.6 Aspek Keruntutan Cerita ................................................................ 122

4.2.2.7 Aspek Kerapian Tulisan ................................................................. 123

4.2.3 Perubahan Perilaku Siklus II ................................................................ 124

4.2.3.1 Hasil Observasi Siklus II ............................................................... 124

4.2.3.2 Hasil Jurnal Siklus II ...................................................................... 129

4.2.3.2.1 Jurnal Siswa ............................................................................. 130

4.2.3.2.1 Jurnal Guru ............................................................................... 132

4.2.3.3 Hasil Wawancara Siklus II ............................................................. 135

Page 13: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

xiii

4.2.3.4 Hasil Dokumentasi Foto Siklus II .................................................. 137

4.2.3.5 Refleksi Siklus II ............................................................................ 140

4.2.3.5.1 Refleksi Proses ......................................................................... 141

4.2.3.5.2 Refleksi Hasil ........................................................................... 142

4.2.3.5.3 Refleksi Perubahan Perilaku .................................................... 143

4.3 Pembahasan ................................................................................................ 144

4.3.1 Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi

Dengan Metode Pencarian Informasi melalui Kartun Bercerita .......... 144

4.3.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks

Wawancara menjadi Narasi ................................................................. 146

4.3.3 Perubahan Perilaku .............................................................................. 152

4.4 Perbandingan .............................................................................................. 157

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 161

5.1 Simpulan .................................................................................................... 161

5.2 Saran .......................................................................................................... 163

Daftar Pustaka .................................................................................................. 165

Lampiran .......................................................................................................... 168

Page 14: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pebedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ............................ 28

Tabel 2 Pedoman Penilaian .............................................................................. 64

Tabel 3 Rubrik Penilaian Karangan Narasi...................................................... 64

Tabel 4 Kategori Penilaian ............................................................................... 65

Tabel 5 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi

Siklus I ................................................................................................ 80

Tabel 6 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi .......................................................... 81

Tabel 7 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung .............................. 82

Tabel 8 Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca ......................... 84

Tabel 9 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi.............................................. 85

Tabel 10 Hasil Tes Aspek Ketepatan Pemilihan Kata ..................................... 86

Tabel 11 Hasil Tes Aspek Keruntutan Cerita .................................................. 87

Tabel 12 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan ................................................... 88

Tabel 13 Hasil Observasi Siklus I .................................................................... 89

Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi

Narasi Siklus II ...................................................................................... 114

Tabel 15 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus II ......................................... 116

Tabel 16 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung

Siklus II ................................................................................................. 117

Tabel 17 Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II ........ 118

Tabel 18 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II ............................. 120

Tabel 19 Hasil Tes Aspek Ketepatan Pemilihan Kata Siklus II ...................... 121

Tabel 20 Hasil Tes Aspek Keruntutan Cerita Siklus II .................................... 122

Tabel 21 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus II ..................................... 123

Tabel 22 Hasil Observasi Siklus II .................................................................. 124

Tabel 23 Peningkatan Rata-rata Siklus I menuju Siklus II ............................. 150

Tabel 24 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II ....................... 152

Page 15: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Materi ............... 104

Gambar 2 Aktivitas Siswa Mengamati Kartun Bercerita.................. 105

Gambar 3 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Teman Sebangku ..... 105

Gambar 4 Aktivitas Guru Mengulang Materi yang Belum Dipahami

Siswa ............................................................................... 106

Gambar 5 Aktivitas Siswa Mengubah Teks Wawancara menjadi

Narasi ................................................................................ 106

Gambar 6 Siswa Aktif Bertanya ....................................................... 138

Gambar 7 Guru Membagikan Media Kartun Bercerita .................... 138

Gambar 8 Aktivitas Siswa Berwawancara dengan Teman

Sebangku .......................................................................... 139

Gambar 9 Aktivitas Siswa Melakukan Kunjung Karya .................... 139

Gambar 10 Pemberian Hadiah kepada Siswa yang Mendapatkan

Nilai Tertinggi .................................................................. 140

Page 16: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

xvi

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara

menjadi Narasi Siklus I .................................................................. 146

Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara

Menjadi Narasi Siklus II ................................................................ 149

Diagram 3 Peningkatan Tiap Aspek dari Siklus I ke Siklus II ..................... 151

Page 17: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

xvii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1 Kerangka Berpikir........................................................................... 44

Bagan 2 Model Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 47

Page 18: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................... 168

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .............................. 179

Lampiran 3 Daftar Siswa Kelas VIID SMP Negeri 30 Semarang ................... 190

Lampiran 4 Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa Siklus I ............................... 192

Lampiran 5 Pedoman Observasi Siklus I dan Siklus II ................................... 195

Lampian 6 Pedoman Wawancara Siklus I dan Siklus II .................................. 197

Lampiran 7 Pedoman Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II ............................... 198

Lampiran 8 Pedoman Jurnal Guru Siklus Idan Siklus II ................................. 199

Lampiran 9 Hasil Observasi Siklus I ............................................................... 200

Lampiran 10 Hasil Wawancara Siklus I (Nilai Baik) ...................................... 203

Lampiran 11 Hasil Wawancara Siklus I (Nilai Cukup) ................................... 204

Lampiran 12 Hasil Wawancara Siklus I (Nilai Kurang) .................................. 205

Lampiran 13 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I ........................................... 206

Lampiran 14 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I ............................................ 207

Lampiran 15 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I ............................................ 208

Lampiran 16 Hasil Jurnal Guru Siklus I .......................................................... 209

Lampiran 17 Rincian Perolehan Nilai Siswa Siklus II .................................... 210

Lampiran 18 Hasil Observasi Siklus II ............................................................ 213

Lampiran 19 Hasil Wawancara Siklus II (Nilai sangat baik) .......................... 221

Lampiran 20 Hasil Wawancara Siklus II (Nilai Baik) ..................................... 222

Lampiran 21 Hasil Wawancara Siklus II (Nilai Baik) ..................................... 223

Lampiran 22 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II ........................................... 224

Page 19: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

xix

Lampiran 23 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II ........................................... 225

Lampiran 24 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II ........................................... 226

Lampiran 25 Hasil Jurnal Guru Siklus II ......................................................... 227

Lampiran 26 SK Pembimbing ......................................................................... 228

Lampiran 27 Surat Permohonan Izin Penelitian Unnes ................................... 229

Lampiran 28 Surat Keterangan dari SMP N 30 Semarang .............................. 230

Lampiran 29 Surat Keterangan Lulus UKDBI ............................................... 231

Lampiran 30 Surat Keterangan Selesai Bimbingan ......................................... 232

Lampiran 31 Lembar Pembimbingan Penulisan Skripsi.................................. 233

Lampiran 32 Teks Wawancara Siswa .............................................................. 237

Lampiran 33 Hasil Karya Siswa dalam Mengubah Teks Wawancara menjadi

Narasi Siklus I ............................................................................. 240

Lampiran 33 Hasil Karya Siswa dalam Mengubah Teks Wawancara menjadi

Narasi .......................................................................................... 243

Lampiran 34 Media Kartun Bercerita .............................................................. 246

Page 20: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sering dianggap pelajaran yang

membosankan oleh siswa, sehingga hasil pembelajaran yang dicapai tidak maksimal.

Padahal setiap mata pelajaran memiliki peran penting dalam pelaksanaan pendidikan

di Indonesia. Hal ini telah tercantum secara jelas dalam kurikulum 2004, disebutkan

bahwa tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara umum meliputi (1)

siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

(nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk,

makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-

macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan

bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan

emosional, dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan

berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan

karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan,

serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) siswa

menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan

intelektual manusia Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi empat keterampilan berbahasa

(language arts, language skills), yaitu keterampilan menyimak (listening skills),

keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan

Page 21: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

2

keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut merupakan satu

kesatuan yang saling berhubungan. Keterampilan menulis memiliki beberapa aspek

pembelajaran, salah satunya yaitu mengubah teks wawancara menjadi narasi. Siswa

sekolah menengah pertama (SMP) khususnya kelas VII ditengarai belum menguasai

keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi. Sebagian besar siswa tidak

menyukai keterampilan menulis karena dianggap sulit dan membosankan.

Berdasarkan hasil observasi di SMP N 30 Semarang, keterampilan berbahasa

yang memiliki nilai ketuntasan paling rendah yaitu menulis (writing skills). Jika

dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih

sulit dikuasai, bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan. Hal ini disebabkan

kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur

di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur

isi harus terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan

padu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keterampilan menulis dapat dipelajari dan

merupakan sebuah seni (cara) dan tidak bergantung pada bakat tidaknya seseorang.

Secara lebih luas, tahapan menulis meliputi, tahap pramenulis, penulisan draf,

pengembangan, penyuntingan, dan publikasi. Menulis sebagai proses melalui tiga

tahap yakni tahap pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Pada tahap pramenulis yang

dilakukan siswa adalah menyusun draf sampai batas menulis kerangka tulisan,

selanjutnya tahap menulis draf kasar dan yang terakhir tahap pasca menulis yang

meliputi tahap menyunting, bahkan publikasi.

Peneliti menetapkan SMP Negeri 30 Semarang sebagai sekolah penelitian

karena memang di SMP tersebut kemampuan menulis siswa masih kurang. Khususnya

Page 22: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

3

dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Hal ini terbukti melalui beberapa

hal: 1) hasil observasi menunjukkan bahwa nilai siswa masih belum mencapai KKM,

dan 2) berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat bahwa guru hanya menggunakan

metode konvensional dalam pembelajaran yaitu ceramah dan siswa di suruh mencatat

materi. Jadi, siswa bersifat pasif dan mereka merasa bosan. Oleh karena itu, siswa

tidak tertarik dengan pembelajaran menulis. Mereka menganggap bahwa menulis

merupakan kegiatan yang membosankan dan tidak bermanfaat. Hal ini terbukti saat

pembelajaran menulis banyak siswa yang tidak memperhatikan dan melakukan

aktivitas lain, seperti menggambar di buku catatan serta mengganggu teman sebangku.

Hal tersebut merupakan faktor penyebab kegagalan pembelajaran menulis. Selain itu,

di SMP N 30 Semarang khususnya kelas VII, 50% lebih siswa tidak tuntas dalam

aspek menulis khususnya keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi.

Berdasarkan data guru, dari delapan kelas yang ada pada tingkat kelas VII di SMP N

30 Semarang, kelas VIID merupakan kelas yang mendapatkan nilai terendah yaitu

rata-rata kelas yang hanya sebesar 62. Mereka mengalami kesulitan dalam mengubah

kalimat langsung menjadi tak langsung, kurang lengkap dalam menulis kembali

informasi yang ada, tidak menguasai EYD dalam menulis, dan paragraf yang disusun

pun tidak koheren. Oleh karena itu, peneliti menetapkan kelas VIID sebagai kelas

yang layak untuk dilakukan penelitian. Kelas VIID memang memiliki kemampuan

yang paling rendah diantara kelas yang lain.

Guru memegang peranan penting dalam sebuah pembelajaran. Ketepatan

pemilihan metode dan media pembelajaran akan berpengaruh pada hasil yang akan

dicapai. Saat ini, guru sudah berusaha menerapkan berbagai strategi pembelajaran

Page 23: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

4

agar hasil yang dicapai maksimal, namun hasil pembelajaran masih mengecewakan.

Banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Nilai KKM di SMP N 30 Semarang untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 75,

sedangkan nilai rata-rata kelas pada kompetensi dasar mengubah teks wawancara

menjadi narasi hanya sebesar 62. Pemilihan metode dan media pembelajaran yang

yang sesuai dengan tujuan pembelajaran menjadi inti penanganan permasalahan

tersebut. Metode yang tepat akan membuat siswa tertarik dan tidak merasa bosan

sehingga pembelajaran lebih efektif. Pada kesempatan ini, akan dilakukan penelitian

untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam kompetensi mengubah teks wawancara

menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita

pada kelas VII D SMP N 30 Semarang.

Penelitian ini menggunakan metode pencarian informasi untuk meningkatkan

keterampilan siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi. Metode pencarian

informasi diharapkan dapat meningkatkan tingkat ketelitian siswa dalam memahami

teks wawancara. Selain itu, metode ini hampir sama dengan ujian open book dalam

pembelajaran sehari-hari. Tim mencari informasi yang menjawab pertanyaan yang

diajukan. Metode ini khususnya sangat membantu dalam materi yang membosankan.

Biasanya yang dianggap membosankan yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia karena

terlalu banyak materi yang disampaikan. Selain itu, guru hanya ceramah dalam

pembelajarannya sehingga siswa merasa bosan.

Metode pencarian informasi lebih menitikberatkan pada ketelitian siswa dalam

menangkap informasi yang terdapat dalam teks wawancara sehingga lebih mudah

ketika mengolah kembali menjadi sebuah karangan narasi. Sebuah teks wawancara

Page 24: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

5

terdapat beberapa informasi penting dari seorang narasumber. Oleh karena itu, siswa

harus teliti dalam mengolah informasi sehingga menghasilkan karangan yang tepat

dan lengkap. Beberapa pertanyaan pancingan yang disampaikan guru dapat

meningkatkan ketelitian siswa.

Media yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu media kartun bercerita.

Konsep media kartun bercerita yaitu kartun yang dapat menyampaikan informasi

tertentu kepada siswa baik secara visual maupun audiovisual. Peneliti menyajikan

kartun yang dapat menyampaikan informasi kepada siswa. Media kartun bercerita

dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini agar siswa lebih bisa memahami wawancara

yang dilakukan oleh para tokoh. Siswa kelas VII biasanya masih tertarik dengan

kartun. Oleh karena itu, peneliti menghadirkan media kartun bercerita agar siswa

tertarik sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Penggunaan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita

diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara

menjadi narasi. Tujuan pemilihan metode pencarian informasi agar siswa lebih teliti

dalam mencari informasi yang ada pada teks wawancara sehingga mereka akan lebih

mudah saat menyusun kembali beberapa informasi menjadi sebuah karangan narasi.

Guru menyajikan beberapa pertanyaan pancingan agar siswa lebih teliti dalam

memahami isi wawancara. Selain itu, disertakan pula media kartun bercerita.

Penggunaan media kartun bercerita bertujuan untuk menarik minat siswa sehingga

mereka tidak merasa bosan saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, media ini juga

mempermudah penyajian materi. Tokoh yang dihadirkan dalam media akan

meningkatkan ketertarikan siswa sehingga mereka lebih bersemangat dan aktif.

Page 25: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

6

Penggunaan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita dalam

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi ini diharapkan dapat

memotivasi guru dan siswa dalam upaya meningkatkan keterampilan mengubah teks

wawancara menjadi narasi, serta mengurangi kesulitan siswa dalam pembelajaran

tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Melalui

metode pencarian informasi dan media kartun bercerita, siswa lebih mudah dalam

menyerap informasi dalam teks wawancara sehingga siswa akan dapat menghasilkan

sebuah karya yang berkualitas dan mengandung informasi yang lengkap.

Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian peningkatan keterampilan

siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita patut dilaksanakan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah, dapat kita simpulkan

bahwa terdapat beberapa masalah pada pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi di SMP N 30 Semarang

yang telah dilakukan beberapa waktu yang telah lalu. Guru mata pelajaran bahasa

Indonesia yang mengajar di SMP N 30 Semarang mengatakan bahwa kemampuan

siswa kelas VII dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi masih rendah.

Rendahnya kemampuan siswa ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor

yang pertama yaitu berasal dari pihak siswa. Faktor ini disebabkan karena kurangnya

minat siswa terhadap pembelajaran menulis sehingga selama pembelajaran

berlangsung siswa tidak memperhatikan guru. Minat siswa yang rendah terhadap

Page 26: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

7

pelajaran menulis merupakan faktor utama yang menyebabkan kegagalan

pembelajaran, khususnya dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Minat

yang rendah membuat siswa malas untuk melakukan segala aktivitas selama

pembelajaran berlangsung sehingga siswa tidak bisa menyerap materi yang telah

disampaikan oleh guru. Mereka mengalami kesulitan dalam mengubah kalimat

langsung menjadi tak langsung, kurang lengkap dalam menulis kembali informasi

yang ada, tidak menerapkan EYD dalam menulis, dan paragraf yang disusun pun tidak

koheren.

Faktor penyebab kegagalan pembelajaran yang kedua yaitu dari guru. Selama

proses belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan

memberikan fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar

dapat mencapai tujuan, guru harus pandai mengembangkan media dan metode

pembelajaran sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar. Guru merupakan

salah satu sumber dan media pembelajaran. Dengan demikian, peranan guru dalam

pembelajaran sangat kuat dan lebih mengarah pada peningkatan motivasi belajar

siswa. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan dapat mendorong siswa

dalam berbagai kesempatan melalui sumber dan media, meskipun media itu

sederhana. Uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya peran seorang guru dalam

suatu pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi di SMP N 30 Semarang, pada pihak guru

kegagalan pembelajaran disebabkan karena kesalahan pemilihan metode dan media

pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Guru tidak tepat dalam

memilih metode dan media pembelajaran.

Page 27: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

8

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang akan diatasi

adalah rendahnya kemamapuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi

narasi yang disebabkan oleh hal-hal berikut (1) siswa banyak kurang menyukai

pembelajaran menulis, (2) siswa mengalami kesulitan dalam mengubah kalimat

langsung menjadi tak langsung, (3) informasi yang ditulis siswa tidak lengkap, (4)

siswa tidak menerapkan EYD dalam menulis, dan (5) paragraf yang disusun pun tidak

koheren.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu pembelajaran mengubah teks

wawancara menjadi narasi dngan metode pencarian informasi melalui media kartun

bercerita.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, disusun rumusan

masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi

dengan menggunakan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita di

SMP N 30 Semarang?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi dengan menggunakan metode pencarian informasi dan media

kartun bercerita di SMP N 30 Semarang?

Page 28: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

9

3. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan metode pencarian

informasi dan media kartun bercerita di SMP N 30 Semarang?

1.5 Tujuan Penelitian

Selaras dengan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsi proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi

dengan menggunakan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita

di SMP N 30 Semarang.

2. Memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi

narasi pada siswa kelas VII SMP N 30 Semarang setelah mengikuti

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi dan media kartun bercerita.

3. Menjelaskan perubahan perilaku pada siswa kelas VII SMP N 30 Semarang

setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi

dengan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis

maupun praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat mengubah kebiasaan

mengajar guru yang masih konvensional, menambah variasi pembelajaran yang dapat

dilakukan oleh guru, menyempurnakan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh para peneliti, serta memperbaiki mutu pendidikan sehingga lebih baik.

Page 29: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

10

Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik bagi guru,

siswa, sekolah, dan peneliti. Manfaat tersebut yaitu 1) dapat memberi solusi dan

masukan untuk menggunakan media serta memperbaiki metode yang digunakan

dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi, 2) hasil penelitian ini

diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa terhadap keterampilan menulis

khususnya dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi, 3) hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan semangat bagi para guru di SMP N 30 Semarang untuk

menerapkan proses kegiatan belajar-mengajar yang menarik dan menyenangkan, dan

4) hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan tentang metode

pencarian informasi dan media kartun bercerita dan mendorong peneliti agar

melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) selanjutnya baik pada kompetensi yang

sama maupun berbeda.

Page 30: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara

menjadi narasi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan diteliti. Hal ini

terbukti dengan banyaknya upaya meningkatkan keterampilan mengubah teks

wawancara menjadi narasi yang telah dilakukan oleh para peneliti. Penelitian tindakan

kelas umumnya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti atau ia sendiri

sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas, di sekolah atau

tempat ia mengajar untuk tujuan penyempurnaan atau peningkatan proses

pembelajaran (Muliawan 2010:1). Aspek menulis dalam masih menarik untuk

diadakan penelitian lebih lanjut karena penelitian sebelumnya belum sepenuhnya

sempurna. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut demi menyempurnakan

penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang dijadikan kajian dalam penelitian ini

yaitu Ikeguchi (1997), Spencer (2005), Suwarna (2007), Suryanto (2008), Rubiah

(2009), Susmiati (2009), dan Widyastuti (2009).

Ikeguchi (1997) dalam penelitiannya yang berjudul “Teaching Integrated

Writing Skills” menunjukkan bahwa proses pembelajaran menulis terpadu sangat

efektif digunakan oleh mahasiswa Jepang kelas menulis. Kelebihan penelitian ini yaitu

mahasiswa dapat menempatkan ide-ide secara logis, mengatur pola pikir, dan

mengekspresikan ide tersebut dalam kalimat lengkap. Teknik ini memberikan

kebebasan kepada mahasiswa untuk mengekspresikan diri agar menghasilkan tulisan

Page 31: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

12

yang terbaik. Tetapi, penelitian ini juga terdapat kekurangan yaitu tulisan siswa

biasanya kurang bervariatif dan terkesan monoton karena kurangnya bimbingan dari

guru.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Ikeguchi (1997) mempunyai beberapa

persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan

kedua penelitian tersebut terletak pada aspek yang diteliti yaitu menulis. Selain itu,

terdapat pula beberapa perbedaan yaitu: metode yang digunakan, subjek penelitian,

dan jenjang pendidikan. Ikeguchi melakukan penelitian untuk kalangan mahasiswa,

sedangkan penulis melakukan penelitan untuk jenjang sekolah menengah pertama

(SMP).

Penelitian Spenser (2005) yang berjudul Step by Step Guide to Narrative

Writing menunjukkan manfaat dalam menentukan langkah-langkah terlebih dahulu

sebelum menulis karangan narasi. Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui

langkah-langkah menulis karangan narasi, (2) untuk menghubungkan cerita yang

berasal dari pengalaman pribadi orang lain, dan (3) untuk menyatukan cerita dengan

kehidupan.

Penelitian Spenser (2005) memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

penelitian ini yaitu siswa akan lebih mudah dalam menyusun karangan narasi karena

dituntun langkah demi langkah oleh guru. Akan tetapi, penelitian ini juga memiliki

kekurangan. Pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama karena guru harus

membimbing siswa di setiap langkah dalam menyusun karangan narasi. Penelitian ini

membutuhkan waktu yang lama dan terasa monoton karena peneliti tidak

menggunakan media pembelajaran.

Page 32: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

13

Penelitian yang dilakukan Spenser ini memiliki persamaan serta perbedaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan kedua penelitian ini yaitu

aspek menulis yang dipilih sebagai bahan penelitian, serta jenis karangan yang sama

yaitu karangan narasi, sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Spenser

dan penulis yaitu terletak pada subjek penelitian dan metode yang digunakan.

Penelitian Suwarno (2007) berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengubah

Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Teknik Penceritaan Pengalaman Pribadi

pada Kelas VIIB SMP N 1 Godong”. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan

penelitian kali ini, yaitu memilih kompetensi dasar mengubah teks wawancara

menjadi narasi pada siswa kelas VII SMP. Tetapi, teknik yang digunakan berbeda

dengan teknik yang digunakan penulis. Teknik yang digunakan Suwarno (2002) yaitu

penceritaan pengalaman pribadi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode

pencarian informasi.

Berdasarkan analisis penelitian, keterampilan mengubah teks wawancara

menjadi narasi dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I, rata-

rata kelas meningkat menjadi 65,2 yaitu sebesar 8,5%, sedangkan pada siklus II skor

rata-rata kelas meningkat menjadi 76 yaitu sebesar 9,9 %.

Kelemahan penelitian yang dilakukan oleh Suwarno (2007) yaitu terletak pada

teknik yang digunakan. Teknik penceritaan pengalaman pribadi yang digunakan

Suwarno membutuhkan waktu yang lebih lama karena sebelum mengubah teks

wawancara menjadi narasi siswa harus berpikir tentang pengalaman pribadi mereka

terlebih dahulu.

Page 33: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

14

Penelitian Suryanto (2008) berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengubah

Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Pemodelan pada Siswa Kelas II D SLTP 1

Sukorejo Kendal”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran mengubah

teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan teknik pemodelan dapat

meningkatkan keterampilan siswa. Hal ini terbukti dari siklus pertama diperoleh hasil

prosentase rata-rata kelas 64,4 dan siklus kedua diperoleh prosentase rata-rata kelas

80. Peningkatan dari siklus pertama ke siklus ke dua sebesar 7,8%. Hal ini

menujukkan bahwa penggunaan teknik pemodelan dapat meningkatkan keterampilan

siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Suryanto (2008) memiliki kesamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pada kompetensi dasar yang akan

diteliti, sedangkan perbedaannya terletak pada subjek serta teknik yang digunakan.

Kelemahan pada penelitian ini yaitu teknik yang digunakan. Saat pembelajaran

berlangsung beberapa siswa harus berperan menjadi pewawancara dan narasumber

sebagai pemodelan. Metode yang digunakan tidak efektif dalam pembelajaran karena

beberapa siswa yang menjadi model dalam pembelajaran tidak dapat mengikuti

pembelajaran secara maksimal.

Penelitian Rubiah (2009) berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks

Wawancara Menjadi Karangan Narasi dengan Teknik Concept Map pada siswa Kelas

VII SMP N 3 Juwana”. Penelitian ini mengkaji tentang keterampilan mengubah teks

wawancara menjadi karangan narasi dengan teknik concept map dengan tujuan

memudahkan imajinasi siswa saat mengubah teks wawancara menjadi karangan

narasi. Penggunaan visualisasi gambar, akan dapat membantu siswa dalam proses

Page 34: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

15

menulis karangan narasi. Adapun hasil yang dicapai terbukti bahwa dengan

menggunakan teknik concept map dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi. Hasil pembelajaran terlihat adanya

peningkatan kompetensi yang dicapai oleh para siswa. Berdasarkan analisis penelitian,

keterampilan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dari siklus I dan

siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I, rata-rata kelas meningkat menjadi 65,2

sebesar 8,5%, sedangkan pada siklus II, skor rata-rata kelas meningkat menjadi 76

yaitu sebesar 9,9%.

Hasil yang diperoleh bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan siswa

dalam mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Penelitian ini memiliki

persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Persamaan kedua

penelitian ini yaitu terdapat pada kompetensi yang diteliti yakni mengubah teks

wawancara menjadi narasi, sedangkan perbedaan penelitian terdapat pada metode

yang digunakan, dan subjek penelitian. Kelemahan penelitian ini terdapat pada teknik

yang digunakan. Siswa diberikan visualisasi gambar lalu membuat sebuah konsep

masing-masing. Hal ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses

pembelajaran.

Susmiati (2009) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Pendekatan

Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas VII F SMP N 32 Semarang”.

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa nilai siswa dalam kompetensi mengubah teks

wawancara menjadi narasi rata-rata 50,73. Setelah dilakukan tindakan siklus I rata-rata

nilai siswa meningkat menjadi 63,12 dan pada siklus II juga mengalami peningkatan

Page 35: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

16

menjadi 73,76. Dari hasil analisis deskriptif kualitatif dapat diketahui bahwa rata-rata

keaktifan siswa sebesar 47%. Pada siklus I rata-rata keaktifan siswa meningkat

menjadi 67% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87% serta sudah

tidak ditemukan lagi perilaku siswa yang tidak mendukung pembelajaran.

Persamaan penelitian Susmiati (2009) dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh penulis yaitu memiliki kompetensi dasar penelitian yang sama. Kelemahann yang

terdapat pada penelitian ini yaitu pada subjek dan pendekatan yang digunakan.

Pendekatan kontekstual komponen pemodelan memiliki kelemahan yang hampir sama

dengan teknik pemodelan yakni ada beberapa siswa yang harus berperan sebagai

model sehingga mereka tidak dapat mengikuti pembelajaran secara maksimal.

Penelitian Widyastuti (2009) berjudul “Peningkatan Kemampuan Mengubah

Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Teknik Menulis Cepat dan Media Video

Compact Disk (VCD) Siswa kelas VII SMP N 5 Ketro Kecamatan Karangkayung

Kabupaten Grobogan”. Penelitian ini mengkaji tentang peningkatan kemampuan

mengubah teks wawancara menjadi dengan teknik menulis cepat dan media video

compact disk (VCD). Penggunakan teknik menulis cepat dan media video compact

disk (VCD) diharapkan dapat membantu siswa dalam proses mengubah teks

wawancara menjadi narasi. Media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam

berimajinasi saat menulis.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan keterampilan siswa

dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan teknik menulis

cepat dan media video compact disk (VCD). Hasil ini dapat dilihat dari meningkatnya

nilai siswa kelas VII SMP N 5 Ketro Kecamatan Karangkayung Kabupaten Grobogan

Page 36: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

17

setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan

menggunakan teknik menulis cepat dan media video compact disk (VCD). Hasil

penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis paragraf deskriptif

dari siklus I ke siklus II. Hal ini tampak dari peningkatan rata-rata hasil tes

keterampilan siswa dari 71,29 pada siklus I menjadi 74,52 pada siklus II dan terjadi

peningkatan sebesar 13%. Berdasarkan hasil yang dicapai dari penelitian di atas,

terdapat adanya usaha dalam meningkatkan keterampilan mengubah teks wawancara

menjadi narasi. Hasil yang diperoleh sangat bermanfaat baik untuk siswa maupun

untuk guru.

Kompetensi dasar pada penelitian yang telah dilakukan oleh Widyastuti (2009)

sama dengan kompetensi yang akan diteliti oleh penulis. Perbedaan kedua penelitian

tersebut terletak pada teknik yang digunakan. Teknik menulis cepat yang diterapkan

pada penelitian tersebut memang dapat meningkatkan kompetensi siswa, namun pada

teknik tersebut pun terdapat kelemahan. Teknik menulis cepat akan membingungkan

siswa yang belum mengerti bagaimana cara mengubah teks wawancara menjadi

narasi.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berkedudukan sebagai penyempurna

penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian tentang mengubah teks wawancara

menjadi narasi sudah banyak dilakukan. Tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan

masih rendahnya keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi

sehingga peneliti menganggap masih perlu dilakukan penelitian yang sejenis. Selain

itu, perlu digunakan metode baru agar pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi dapat diserap dengan baik oleh siswa. Salah satu cara peningkatan

Page 37: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

18

keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita.

2.2 Landasan Teoretis

Pada bagian ini akan membahas beberapa teori tentang keterampilan menulis,

tujuan menulis, manfaat menulis, hakikat narasi, ciri-ciri narasi, jenis narasi, hakikat

wawancara, teks wawancara, media kartun bercerita, metode pencarian informasi, dan

penerapan metode pencarian informasi serta media kartun bercerita pada pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi.

2.2.1 Hakikat Menulis

Menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan oleh seorang

pelajar, apalagi mahasiswa. Menulis mempunyai peranan penting bagi mereka. Hal ini

senada dengan pendapat Akhadiah, dkk. (1991:1) yang menegaskan bahwa rangkaian

aktivitas menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh proses belajar

yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Selain itu,

adapula yang mengatakan bahwa keterampilan menulis merupakan kemampuan

seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu

sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-

simbol bahasa tersebut.

Menulis bukan hanya sekadar kegiatan yang tak bertujuan. Hal senada pun

diungkapkan oleh Tarigan dalam Suriamiharja, dkk (1996:1) bahwa menulis ialah

sebuah kegiatan yang dilakukan dengan melukiskan lambang grafis yang

menggambarkan makna suatu bahasa yang dipahami oleh orang lain, sehingga orang

lain akan memahami suatu bahasa lewat lambing grafis yang digambarkan tersebut.

Page 38: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

19

Selain itu, tujuan menulis juga diungkapkan oleh Lado (dalam Suriamiharja, dkk.

1996: 1) yang mengatakan bahwa to write is to put down the graphic representation.

Artinya, menulis adalah merupakan suatu kegiatan menempatkan simbol-simbol grafis

yang menggambarkan suatu bahasa sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. Setiap

tulisan mempunyai tujuan tertentu.

Tarigan (dalam Suriamiharja, dkk. 1996:1) mengatakan bahwa menulis ialah

sebuah kegiatan yang hasilnya akan dapat dipahami oleh seseorang melalui lambang

grafis yang telah ditulis. Jadi, menulis dapat diartikan sebagai kegiatan komunikasi

berupa penyampaian pesan secara tertulis sebagai media penyampai kepada pihak lain.

Menulis merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan segala ide,

gagasan, pikiran, dan pendapat sehingga bisa diketahui oleh orang lain. Melalui

menulis, semua orang bisa berkomunikasi dengan orang lain meskipun tidak secara

langsung. Apa yang telah ditulis biasanya merupakan cerminan dari apa yang

dirasakan. Wiyanto (2004:7) mengatakan bahwa bakat yang dimiliki oleh seseorang

tidak berkaitan langsung dengan kemampuan menulis. Hal ini memang benar, karena

menulis itu bisa karena terbiasa, bukan karena bawaan bakat dari lahir sehingga siapa

saja dapat menjadi penulis jika mau berusaha.

Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yang saling memengaruhi,

keempat keterampilan tersebut yaitu menulis, menyimak, berbicara, dan membaca

(Tarigan dalam Doyin dan Wagiran 2005:11). Keempat keterampilan tersebut saling

berkaitan satu sama lain. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga

Page 39: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

20

keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam (Tarigan 2008:1).

Pembelajaran bahasa tidak dapat dipisahkan dari keempat keterampilan dasar lainnya.

Menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang aktif dan produktif. Hal

ini disebabkan karena saat seseorang menulis dituntut aktif untuk menghasilkan

sebuah tulisan apapun itu bentuknya. Setiap keterampilan berbahasa memiliki

hubungan yang sangat erat dengan keterampilan berbahasa lainnya. Hubungan ini

sangat beragam. Tarigan (2008:1) mengatakan bahwa dalam memperoleh

keterampilan berbahasa, seseorang harus melalui suatu urutan hubungan yang teratur.

Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara,

sesudah itu belajar membaca dan menulis. Hal tersebut merupakan bentuk konkrit

hubungan keempat aspek berbahasa.

Berdasarkan pendapat Akhadiah, dkk. (1991:1), Lado (dalam Suriamiharja,

dkk. 1996:1), Wiyanto (2004:7), dan Tarigan (2008:1) yang dimaksud menulis dalam

penelitian ini adalah salah satu cara berkomunikasi secara tidak langsung antara

penulis dan pembaca sebagai cara untuk mengekspresikan segala ide, gagasan,

pikiran, dan pendapat.

2.2.2 Tujuan Menulis

Tujuan menulis bergantung pada masing-masing penulis. Keraf (1991:34)

mengemukakan bahwa tujuan tulis-menulis atau karang-mengarang adalah untuk

mengungkapkan segala sesuatu baik fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara

jelas dan efektif kepada para pembaca. Melalui sebuah tulisan, seorang penulis dapat

menyampaikan apapun ide ataupun yang ia miliki secara lebih jelas dan terperinci

kepada pembaca.

Page 40: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

21

Setiap penulis memiliki tujuan menulis yang berbeda-beda. Suriamiharja, dkk.

(1996: 2) mengatakan bahwa tujuan dari menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat

dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap

bahasa yang dipergunakan. Jadi, dapat diartikan bahwa keterampilan menulis menjadi

salah satu cara berkomunikasi secara tertulis, di samping adanya komunikasi lisan.

Pada umumnya tidak semua orang dapat mengungkapkan perasaan dan maksud secara

lisan.

Berdasarkan pendapat Keraf (1991:34) dan Suriamiharja, dkk. (1996:2) dapat

disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah sebagai sarana berkomunikasi.

Pembelajaran menulis dapat dilaksanakan dengan model kooperatif. Model tersebut

merupakan pendekatan pembelajarn yang mengutamakan adanya kerja sama antar

siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.2.3 Manfaat Menulis

Menulis merupakan salah satu kegiatan yang sarat makna dan manfaat. Banyak

hal yang bisa kita dapat dari kegiatan menulis. Akhadiah dkk. (dalam Suriamiharja,

dkk. 1996:4) mengungkapkan seorang penulis akan mendapatkan beberapa manfaat

penting menulis, yaitu sebagai berikut: 1) seorang penulis akan dapat mengasah

kemampuan dan potensi dirinya., 2) terbiasa mengembangkan gagasan sehingga dapat

menjadi sebuah tulisan yang bermakna, 3) menambah wawasan dalam segala bidang,

4) terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta

mengungkapkannya secara tersurat, 5) dapat meninjau serta menilai gagasannya

sendiri secara lebih objektif, 6) terbiasa memecahkan masalah secara konkret, 7)

Page 41: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

22

terdorong untuk terus belajar secara aktif, dan 8) membiasakan penulis berpikir serta

berbahasa secara tertib dan teratur.

Selain pendapat Akhadiah, dkk. (1996:4), Komaidi (2007:12) juga

mengungkapkan beberapa manfaat yang diperoleh dari aktivitas menulis, yaitu sebagai

berikut: 1) menumbuhkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas

di sekitar, 2) mendorong penulis untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran,

jurnal, dan sejenisnya, 3) terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen kita secara

runtut, sistematis, dan logis, 4) secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan

dan stress, 5) tulisan yang dimuat oleh media massa atau diterbitkan oleh penerbit,

maka akan mendapatkan kepuasan batin, dan 6) tulisan yang dibaca oleh banyak orang

(mungkin puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan) membuat penulis semakin popular

dan dikenal oleh para pembaca.

Menulis memang memiliki segudang manfaat. Beberapa pendapat ahli tersebut

dilengkapi oleh Pannebanker (dalam Komaidi 2007: 14-15) menyebutkan beberapa

manfaat aktivitas menulis, yaitu sebagai berikut: 1) menulis menjernihkan pikiran.

Seseorang dilatih untuk memetakan persoalan yang rumit, misalnya dengan

memetakan atau menyederhanakan masalah yang rumit. Seseorang bisa

menyelesaikan masalah dengan pikiran yang tenang dan jernih, 2) menulis mengatasi

trauma. Seseorang bisa mengurangi trauma masa lalu. Berusaha melupakan dan

menyederhanakan bahkan dilihat dari sudut pandang kelucuannya, 3) menulis

membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru. Seseorang terlatih untuk

mengingat atau mengabadikan informasi atau peristiwa masa lalu yang telah terjadi.

Bahkan bisa diinformasikan kepada orang lain secara lebih luas, dan 4) menulis

Page 42: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

23

membantu memecahkan masalah. Menulis seseorang bisa melihat segala

permasalahan dengan kepala dingin, pikiran tenang, dengan memetakan dan

menyederhanakan masalah kemudian mencari solusinya.

Menulis-bebas membantu seseorang ketika terpaksa harus menulis.

Maksudnya, dengan menulis-bebas yang biasa dilakukan, seseorang akan terlatih

dalam kondisi apapun terutama saat terburu-buru. Dia terbiasa menuangkan gagasan

dan pendapat sehingga dalam waktu mendesak mampu menulis dengan sistematis dan

runtut.

Berdasarkan pendapat Akhadiah, dkk. (dalam Suriamiharja 1996:4-5),

Komaidi (2007:14-15), dan Pannebanker (dalam Komaidi 2007:14-15) dapat kita

simpulkan bahwa keterampilan menulis mempunyai segudang manfaat, mulai dari

segi pendidikan, psikologis, hingga kesehatan. Oleh karena itu, banyak orang yang

senang menulis baik itu untuk menyalurkan bakat ataupun untuk tujuan lainnya.

2.2.4 Hakikat Narasi

Mata pelajaran bahasa Indonesia berisi berbagai macam karangan. Jika dilihat

dari cara penyajian dan tujuannya, karangan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu

(1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5) persuasi.

Rusyana (1983:135) mengungkapkan bahwa karangan narasi adalah karangan

yang memaparkan peristiwa, yang mengandung unsur perilaku, tindakan, ruang, dan

waktu. Karangan narasi juga menceritakan atau menyajikan hal atau kejadian melalui

penonjolan pelaku dan sangat mementingkan urutan waktu. Selain waktu, tindakan

dan ruang juga harus ada dalam sebuah narasi karena merpakan unsur pokok.

Pendapat lain diungkapkan oleh Parera (1983:3) bahwa narasi adalah suatu bentuk

Page 43: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

24

karangan pengembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu

berdasarkan pengembangannya dari waktu ke waktu. Berdasarkan pendapat tersebut

dapat diartikan bahwa narasi bersifat menceritakan kisah yang telah terjadi.

Menceritakan kembali sebuah cerita sama saja dengan menyejarakan peristiwa

tersebut dalam bentuk tulisan. Selain itu, narasi yaitu suatu bentuk wacana yang

berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa

yang terjadi (Keraf 1995:136). Hal ini dilakukan agar pembaca dapat memahami isi

narasi sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dapat dimengerti oleh

pembaca.

Suparno dan Yunus (2006:49) mengungkapkan bahwa narasi adalah karangan

yang berisi tentang rangkaian peristiwa. Karangan narasi memberi pengertian kepada

pembaca tentang sebuah kejadian atau serentetan kejadian supaya pembaca dapat

mengambil hikmah dari cerita tersebut. Selain itu, juga untuk memberikan amanat

kepada para pembaca tentang suatu kejadian yang telah terjadi. Sejalan dengan

pendapat tersebut, Nurudin (2007:71) mengungkapkan bahwa karangan narasi

merupakan bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan

tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau

berlangsung dalam satu kesatuan waktu tertentu. Narasi biasanya hanya mengisahkan

dalam kurun waktu tertentu saja dan mempunyai kronologis yang jelas.

Berdasarkan pendapat Rusyana (1983), Parera (1983), Keraf (1992:136),

Suparno dan Yunus (2006:49), dan Nurudin (2007:71) dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud karangan narasi dalam penelitian ini adalah salah satu jenis karangan yang

berusaha menceritakan suatu peristiwa yang telah terjadi dengan tujuan tertentu.

Page 44: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

25

2.2.5 Ciri-ciri Karangan Narasi

Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup berbagai macam karangan. Masing-

masing karangan mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis karangan yang lain.

Salah satu jenis karangan yang ada yaitu karangan narasi.

Ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut (1) diceritakan dari sudut

pandang tertentu, (2) membuat dan mendukung suatu sudut pandang, (3) diisi dengan

detail yang tepat, (4) menggunakan kata kerja yang jelas, (5) menggunakan konflik

dan urutan cerita, dan (6) dapat menggunakan dialog.

Semi (2007:32) mengemukakan beberapa ciri penanda narasi, yaitu (1) berupa

cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia, (2) kejadian atau peristiwa yang

disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat

berupa imajinasi, maupun gabungan keduanya, (3) berdasarkan konflik karena tanpa

konflik narasi biasanya tidak menarik, (4) memiliki nilai estetika, (5) menekankan

susunan kronologis, dan (6) biasanya memiliki dialog.

Terdapat beberapa perbedaan antara karangan narasi dengan jenis karangan

lainnya, ada beberapa ciri karangan narasi yang dapat kita gunakan sebagai pembeda,

yaitu (1) bersumber pada fakta atau sekadar fiksi, (2) berupa rangkaian peristiwa, dan

(3) bersifat menceritakan.

Berdasarkan pendapat Semi (2007) dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri karangan

narasi yaitu (1) berupa rangkaian peristiwa, (2) terdapat tokoh, (3) adanya latar, dan

(4) menekankan susunan kronologis.

2.2.6 Jenis Karangan Narasi

Page 45: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

26

Keraf (1983:141) membedakan karangan narasi menjadi dua, yaitu narasi

ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah

pikiran para pembaca untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa

yang dikisahkan, sedangkan narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang

disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Berikut

ini akan dikemukakan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif agar

lebih jelas. Keraf (1983:141) mengungkapkan perbedaan narasi ekspositoris dan

sugestif sebagai berikut.

Tabel 1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif

No. Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif

1. Memperluas pengetahuan Menyampaikan suatu makna atau

suatu amanat yang tersirat

2. Menyampaikan informasi mengenai

suatu kejadian

Menimbulkan daya khayal

3 . Didasarkan pada penalaran untuk

mencapai kesepakatan rasional

Penalaran hanya berfungsi sebagai

alat untuk menyampaikan makna,

sehingga kalau perlu penalaran perlu

dilanggar

4. Bahasanya lebih condong ke bahasa

informatif dengan titik berat pada

penggunaan kata-kata denotative

Bahasanya lebih condong bahasa

figuratif dengan menitik beratkan

penggunaan kata-kata denotatif.

2.2.7 Bentuk Khusus Narasi

Sesuai dengan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif, maka

narasi dapat dibedakan atas narasi bentuk yang fiktif dan nonfiktif. Bentuk-bentuk

Page 46: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

27

narasi yang terkenal yang biasanya dibicarakan dalam hubungan dengan kesusasteraan

adalah roman, novel, cerpen, dan dongeng (semuanya termasuk dalam narasi fiktif),

sedangkan sejarah, biografi, autobiografi termasuk dalam narasi kategori nonfiktif.

1) Autobiografi dan Biografi

Pengertian autobiografi dan biografi sudah sering dijelaskan. Perbedaannya

terdapat pada naratornya (pengisahnya), yaitu siapa yang bercerita dalam sebuah

wacana. Pengisah dalam autobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisah

dalam biografi adalah orang lain.

Sasaran utama autobiografi dan biografi adalah menyajikan peristiwa-peristiwa

yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari seluruh pengalaman pribadi bagi

pembaca. Pola umum yang dikembangkan adalah riwayat hidup pribadi seseorang,

urutan peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan seorang tokoh.

2) Anekdot dan Insiden

Anekdot dan insiden sering berfungsi sebagai bagian saja dari autobiografi,

biografi, dan sejarah. Keduanya mengisahkan suatu tindak-tanduk dalam suatu unit

tersendiri. Anekdot adalah semacam cerita pendek yang bertujuan menyampaikan

karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau suatu hal lain. Daya

tarik anekdot tidak terletak pada penggelaran dramatik, tetapi pada suatu gagasan yang

ingin diungkapkan, biasanya muncul menjelang akhir kisah sedangkan insiden

(peristiwa) sebaliknya memiliki karakter yang lebih bebas lagi daripada anekdot. Daya

tarik terdapat pada akarakter-karakter yang khas dan menjelaskan kejadian itu sendiri.

Page 47: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

28

3) Skestsa

Sketsa adalah suatu bentuk wacana yang singkat, yang selalu dikategorikan

dalam tulisan naratif, walaupun kenyataannya unsur perbuatan berlangsung dalam

suatu unit waktu tidak terlalu ditonjolkan. Tujuan utama sketsa adalah menyajikan hal-

hal yang penting dari suatu peristiwa atau kejadian secara garis besar dan selektif, dan

bukan untuk memaparkan secara lengkap.

4) Profil

Profil memperlihatkan ciri-ciri utama dari seorang tokoh yang dideskripsikan

berdasarkan suatu kerangka yang telah digariskan sebelumnya. Bagian terpenting yang

dimasukkan dalam sebuah profil adalah sebuah sketsa karakter, yang disusun

sedemikian rupa untuk mengembangkan subjeknya. Bila kita telah selesai membaca

sebuah profil yang baik, kita merasakan bahwa kita telah berjumpa dengan suatu

kepribadian dari seorang individu yang sesungguhnya.

2.2.8 Struktur Narasi

Keraf (1983:147) mengungkapkan bahwa struktur narasi dapat dilihat dari

komponen-komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan, latar, sudut

pandang, dan alur. Alur merupakan kerangka dasar yang terpenting dalam suatu kisah.

Alur mengatur bagaimana watak para tokoh digambarkan, serta situasi dan perasaan

tokoh yang terkait dalam satu kesatuan waktu. Keraf (1983:147) membatasi alur

sebagai suatu interelasi fungsional antara unsur-unsur narasi yang timbul dari tindak-

tanduk, karakter, pikiran, dan sudut pandang.

Page 48: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

29

Tindak-tanduk perbuatan sebagai satu kesatuan unsur dalam alur. Dalam narasi

setiap tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-komponennya

sehingga pembaca seolah-olah merasakan sendiri kejadian itu.

Tindak-tanduk dalam sebuah narasi biasanya mengambil suatu tempat. Tempat

itulah yang dinamakan latar. Latar dapat menjadi unsur utama maupun unsur

tambahan dalam narasi. Selain itu, sudut pandang juga merupakan salah satu unsur

penting. Tujuan sudut pandang adalah sebagai pedoman atau tindak-tanduk karakter

dalam sebuah pengisahan.

Berdasarkan pendapat Keraf (1983:147) struktur utama pembentuk narasi yaitu

terdiri atas perbuatan, penokohan, latar, sudut pandang, dan alur cerita.

2.2.9 Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi

Suparno dan Yunus (2006:450) mengungkapkan langkah-langkah menulis

karangan narasi yaitu (1) menentukan tema dan amanat yang akan disampaikan, (2)

menetapkan sasaran pembaca, (3) merancang peristiwa-peristiwa yang akan

ditampilkan, (4) membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan, dan

akhir cerita, (5) merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa

sebagai pendukung peristiwa, dan (6) menyusun tokoh dan perwatakan, latar, dan

sudut pandang.

Langkah-langkat tersebut tentunya akan berbeda jika kita menyusun karangan

narasi yang bersumber pada teks wawancara. Langkah-langkah mengubah teks

wawancara menjadi narasi yaitu (1) membaca teks wawancara secara teliti, (2)

memahami pokok-pokok informasi yang terdapat pada teks wawancara, (3) menyusun

kerangka karangan berdasarkan pokok informasi yang telah didapatkan, (4)

Page 49: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

30

mengembangkan kerangka karangan, dan (5) menyunting tulisan jika ada kesalahan

bahasa maupun tulisan. Pengembangan karangan lebih ditekankan pada penggunaan

sudut pandang orang ketiga. Hal ini dilakukan agar semua siswa mengembangkan

karangan dengan pola yang sama.

Berdasarkan pendapat Suparno dan Yunus (2006:450), langkah-langkah pokok

dalam menulis karangan narasi yaitu menentukan tema, sasaran pembaca, menyusun

peristiwa dan mengembangkannya, serta menentukan tokoh dan perwatakan, latar, dan

sudut pandang.

2.2.10 Hakikat Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang dilakukan untuk maksud tertentu

(Hecht 1976:11). Seorang pewawancara melakukan kegiatan wawancara dengan

narasumber berdasarkan tujuan tertentu. Narasumber pun dipilih sesuai dengan kriteria

yang relevan dengan tujuan wawancara. Wawancara merupakan suatu bentuk kegiatan

berbahasa dengan jalan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau responden

untuk memperoleh informasi.

Wawancara harus dilakukan berdasarkan tujuan yang jelas. Tanpa suatu

tujuan, kegiatan wawancara tak mungkin berlangsung dengan baik. Modal seorang

pewawancara adalah keterampilan dalam berbahasa. Hal ini pun senada dengan

pendapat Kusumah, dkk. (2003:6) bahwa pada umumnya wawancara merupakan

sebuah bentuk komunikasi yang erat hubungannya dengan keterampilan berbicara.

Bahkan modal berbicara tak hanya diperlukan oleh seorang pewawancara, namun

diperlukan juga oleh seorang narasumber. Keterampilan berbicara seorang narasumber

akan mendukung kejelasan informasi yang disampaikan.

Page 50: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

31

Berdasarkan pendapat Hecht (1976), dan Kusumah, dkk. (2003) dapat

disimpulkan bahwa wawancara merupakan interaksi antara pewawancara dengan

narasumber dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tertentu.

2.2.11 Teks Wawancara

Seorang pewawancara melontarkan beberapa pertanyaan kepada narasumber

untuk mendapatkan sebuah informasi sehingga terjadilah tanya jawab di antara

keduanya. Kusumah, dkk. (2003: 21) mengungkapkan bahwa hasil wawancara dapat

dicatat dengan dua teknik.

1. Teknik Langsung

Teknik langsung yaitu teknik yang mencatat hasil wawancara secara langsung

berbentuk tulisan. Mengingat kecepatan tangan kita terbatas maka teknik steno

diterapkan saat menggunakan teknik langsung.

2. Teknik Repro

Teknik repro yaitu teknik mencatat hasil wawancara tetapi menggunakan alat

elektronik, misalnya type recorder. Dalam teknik ini kegiatan wawancara akan

terekam dalam sebuah alat elektronik. Supaya bisa didapatkan informasi yang jelas

maka rekaman tersebut harus ditranskipkan sehingga menjadi sebuah teks

wawancara.

Hasil kegiatan wawancara dapat berbentuk teks wawancara secara langsung

jika menggunakan teknik langsung, namun jika menggunakan teknik repro maka harus

ditranskipkan terlebih dahulu sehingga menghasilkan teks wawancara. Secara umum,

ciri-ciri teks wawancara sama dengan ciri narasi yaitu adanya sudut pandang, alur,

kejadian, dan tokoh.

Page 51: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

32

Berdasarkan penjelasan Kusumah, dkk. (2003:21) dapat disimpulkan bahwa

teks wawancara merupakan bentuk wawancara secara tertulis antara pewawancara dan

narasumber.

2.2.12 Media Kartun Bercerita

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang

sepanjang hidupnya. Prestasi belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan

permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Guru memerlukan

alat bantu penyampaian informasi ilmu pengetahuan kepada siswa agar siswa mampu

memahami pesan pengetahuan dengan baik.

Media merupakan segala bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide

untuk menyebarkan ide, sehingga idea atau gagasan itu sampai pada penerima

(Hamijaya dalam Rohani 1997:2). Dengan demikian media dapat diartikan sebagai

„alat bantu‟ dalam menyampaikan sebuah informasi. Selain itu, Brigg (dalam Rohani

1997:2) juga mengatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan

pesan yang merangsang yang sesuai untuk belajar, misalnya: media cetak, media

elektronik (film, video). Media sebagai „alat bantu‟, dapat berupa apapun dengan

syarat dapat mempermudah penyampaian informasi.

Gerlach dan Ely (dalam Arsyad: 2000) mengatakan bahwa media apabila

dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun

kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau

sikap. Guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih

khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai

Page 52: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

33

alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan

menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Berdasarkan pendapat Hamijaya dalam Rohani 1997:2), Brigg (dalam Rohani

1997:2), dan Gerlach dan Ely (dalam Arsyad: 2000) dapat disimpulkan bahwa media

adalah alat yang digunakan untuk mempermudah penyampaian idea tau gagasan.

Levie dan Lentz (dalam Arsyad 2000:16) mengemukakan empat fungsi media

pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (1) fungsi atensi, (2) fungsi afektif, (3)

fungsi kognitif, (4) fungsi kompensatoris.

Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan

perhatian siswa untuk berkosentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna

visual yang ditampilkan atau menyertai naskah materi pelajaran. Fungsi afektif media

visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar naskah bergambar,

gambar atau lambang visual dapat mengubah emosi dan sikap siswa. Fungsi kognitif

media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa

lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan

mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompositoris

media pembelajaran terlihat dari hasil bahwa penelitian bahwa media visual yang

memberikan materi untuk memahami isi pelajaran yang disajikan dengan naskah atau

disajikan secara verbal.

Sudjana dan Rivai (2007:58) mengungkapkan bahwa kartun adalah

penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan, atau

situasi yang didisain untuk mempengaruhi opini masyarakat. Kartun sebagai alat bantu

mempunyai manfaat penting dalam pengajaran, terutama dalam menjelaskan

Page 53: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

34

rangkaian isi bahan dalam satu urutan logis atau mengandung makna. Kartun yang

baik hanya mengandung satu gagasan saja.

Penggunaan kartun juga dapat digunakan sebagai motivasi, ilustrasi, dan untuk

kegiatan siswa (Sudjana dan Rivai 2007:60). Sesuai dengan wataknya kartun yang

efektif akan menarik perhatian serta menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini

menunjukkan bahan-bahan kartun bisa menjadi alat motivasi yang berguna di kelas.

Penggunaan yang kedua yaitu sebagai ilustrasi. Seseorang dapat melaporkan hasil

penelitiannya dalam bentuk kartun. Ini berarti kartun dapat digunakan sebagai ilustrasi

dalam kegiatan pengajaran. Penggunaan kartun yang ketiga yaitu sebagai kegiatan

siswa. Para siswa dapat membuat kartun untuk menumbuhkan minat mereka dalam

suatu bidang. Kartun digunakan sebagai sarana menyuarakan apa yang ada dalam

pikiran mereka.

Media yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu media kartun

bercerita. Media kartun bercerita pada konsepnya merupakan kartun yang dapat

menyampaikan informasi baik secara visual maupun audiovisual kepada siswa

sehingga informasi dapat dipahami siswa dengan baik. Media kartun bercerita dapat

berbentuk visual. Sudjana dan Rivai (2007:8) mengungkapkan bahwa konsep

keterbacaan visual dapat berupa sket, gambar, foto, diagram, tabel, dan lain-lain.

Pesan visual melalui berbagai ilustrasi digunakan untuk memperjelas keterbacaan

verbal. Selain itu, media kartun bercerita juga dapat berbentuk audiovisual. Rohani

(1997:97) mengungkapkan bahwa media audiovisual adalah media instruksional

modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengentahuan dan

Page 54: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

35

teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar, dan yang dapat dilihat dan

didengar.

Peneliti memilih kartun bercerita karena siswa kelas VII ditengarai masih

menyukai film kartun yang ditayangkan di televisi sehingga penyajian media kartun

akan menarik minat mereka sehingga akan lebih mudah menyerap materi. Informasi

yang disampaikan melalui kartun tersebut pun akan lebih mudah mereka pahami.

Penyajian media kartun bercerita dimaksudkan untuk menarik minat siswa

dalam pembelajaran serta memberikan pemahaman awal tentang wawancara.

Penyajian media kartun bercerita secara audiovisual membutukan LCD, laptop, dan

speaker, sedangkan secara visual hanya membutuhkan gambar kartun yang

mengandung informasi saja.

2.2.13 Metode Pencarian Informasi

Metode pencarian informasi mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Tim mencari informasi (normalnya dilakukan dalam pembelajaran yang menggunakan

teknik ceramah) yang menjawab pertanyaan yang diajukan keduanya. Metode ini

khususnya sangat membantu dalam materi yang membosankan. Biasanya yang

dianggap membosankan tidak lain yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia karena

terlalu banyak materi yang disampaikan. Guru hanya ceramah dalam pembelajarannya

sehingga siswa akan merasa bosan. Metode ini sangat membantu pembelajaran untuk

lebih menghidupkan materi yang dianggap kering (Zaini, dkk 2008:48).

Suatu metode ataupun teknik yang digunakan dalam pembelajaran pasti

memiliki langkah-langkah maupun strategi pembelajaran tersendiri. Begitu pula

Page 55: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

36

dengan metode pencarian informasi. Menurut Silberman (2009:152) prosedur

pelaksanaan metode pencarian informasi yaitu:

a. Membuat kelompok pertanyaan yang bisa dijawab dengan cara mencari informasi

yang dapat dijumpai di sumber materi.

b. Peserta didik mencari informasi dalam tim kecil. Persaingan sehat bisa membantu

untuk mendorong partisipasi.

c. Meninjau kembali jawaban selagi di kelas. Kembangkan jawaban untuk

memperluas jangkauan belajar.

Selain prosedur di atas, guru juga dapat melakukan variasi dalam pembelajaran

dengan menggunakan teknik ini. Variasi tersebut yaitu:

a. membuat pertanyaan yang memaksa peserta didik untuk menyimpulkan jawaban

dari sumber informasi yang ada, daripada menggunakan pertanyaan yang bisa

langsung dengan pencarian.

b. daripada mencari jawaban pertanyaan, berilah peserta didik tugas yang berbeda

seperti satu kasus untuk dipecahkan, latihan yang bisa mencocokkan butir-butir

soal, atau menyusun acak kata. Jika tidak diacak, tunjukkan istilah penting yang

terdapat pada sumber informasi.

Diharapkan dengan menggunakan metode pencarian informasi akan lebih

menyenangkan dan membuat siswa lebih mudah menyusun karangan narasi sehingga

penelitian ini akan bermanfaat.

Page 56: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

37

2.2.14 Penerapan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita pada

Pembelajaran

Mengubah teks wawancara menjadi narasi merupakan kegiatan yang dilakukan

setelah melalui proses pemahaman isi teks wawancara secara teliti kemudian

mengubah isi teks wawancara tersebut ke dalam bentuk karangan narasi. Isi karangan

yang ditulis harus sesuai dengan isi teks wawancara. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi

adalah pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih leluasa dalam

mengekspresikan idenya ke dalam bentuk tulisan, serta dapat melatih siswa mengubah

bentuk kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.

Untuk dapat menarasikan teks wawancara perlu diperhatikan hal-hal yang

dilakukan dalam menarasikan teks wawancara yaitu (1) dengan mengubah kalimat

langsung menjadi kalimat tak langsung, (2) mengubah penggunaan kata ganti, yaitu

menggunakan kata ganti orang pertama/orang kedua menjadi kata ganti orang ketiga.

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan jalan

mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan

dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tak langsung.

Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan fakta atau

informasi dari kegiatan pencarian informasi dengan cara menanyakan secara

mendetail dan mendalam, memancing dengan pernyataan maupun mengkonfirmasi

suatu hal, agar dapat diperoleh gambaran yang utuh tentang narasumber atau peristiwa

tertentu. Mengubah teks wawancara menjadi narasi merupakan salah satu kompetensi

Page 57: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

38

dasar yang ada di standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia Sekolah Menengah

Pertama sehingga siswa harus mampu menguasai kompetensi ini.

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas

dua pertemuan. Langkah-langkah pembelajaran kompetensi mengubah teks

wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun

berbicara pada pertemuan pertama yaitu (1) guru menjelaskan materi pengantar

tentang wawancara, narasi, kalimat langsung dan tak langsung, (2) guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, (3)

Siswa berkelompok dengan berpasangan dengan teman sebangku, (4) tiap kelompok

memperhatikan media kartun bercerita sebagai contoh wawancara. Selain itu, media

kartun bercerita juga digunakan sebagai sarana untuk menarik minat siswa, (5) tiap

kelompok mendapatkan lampiran berisi teks wawancara yang dibagikan oleh guru, (6)

siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar

lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara, (7) tiap kelompok membuat

kerangka karangan berdasarkan teks wawancara yang telah dibagikan, (8) setiap

kelompok mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru, (9) setiap

kelompok menukarkan pekerjaannya dengan kelompok lain, (10) siswa dengan

dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain, (11) siswa memperbaiki

karangannya berdasarkan komentar dari kelompok lain, dan (12) siswa menyimpulkan

materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Langkah-langkah pembelajaran kompetensi mengubah teks wawancara

menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun berbicara

pada pertemuan kedua yaitu 1) siswa berpasangan dengan teman sebangku. Siswa

Page 58: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

39

pertama berperan sebagai pewawancara dan siswa kedua sebagai narasumber, 2) guru

menyajikan media, lalu membagikan LK I dan LK II, 3) guru memberikan enam

pertanyaan pancingan berdasarkan media, 4) siswa yang berperan sebagai

pewawancara membuat daftar pertanyaan pada lembar kerja 1, sedangkan

pasangannya menyiapkan jawaban yang sesuai, 5) setiap pasangan melakukan praktik

wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK 1 pula. Selama

berwawancara ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, yaitu (a)

kelancaran, (b) penggunaan kalimat efektif, dan (c) kinestetik, 6) tiap-tiap siswa

menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan informasi yang telah didapatkan

dari kegiatan wawancara, 7) guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa

selama pembelajaran, 8) siswa menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman

sebangku, 9) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, 10) Guru

bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.

Peneliti menitikberatkan pada penggunaan sudut pandang orang ketiga

mengubah teks wawancara menjadi narasi peneliti.

2.2.15 Evaluasi pembelajaran Menggunakan Metode Pencarian Informasi dan

Media Kartun Bercerita

Evaluasi diartikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan

sejauh mana tujuan pengajaran dicapai oleh para siswa. Evaluasi pembelajaran

merupakan bagian integral dari proses pembelajaran yang melibatkan tiga proses yaitu

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Evaluasi merupakan proses pengumpulan

informasi dan memanfaatkannya sebagai penimbang dalam pengambilan keputusan.

Page 59: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

40

Dengan demikian, evaluasi mengandung tiga unsur yaitu pengumpulan informasi,

penimbang dengan suatu kriteria, dan pengambilan keputusan.

Evaluasi menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi evaluasi formatif dan

sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam

rangka mencari balikan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, sedangkan

evaluasi sumatif bertujuan mengetahui hasil belajar dalam rangka menentukan

perkembangan hasil belajar selama proses pendidikan. Dengan melakukan evaluasi,

guru dapat mengetahui sejauh mana ketercapaian pembelajaran.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama pembelajaran, peneliti

menggunakan penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan dengan

melihat perilaku siswa dari awal hingga akhir pembelajaran. Penilaian proses ini dapat

dinilai dari keseriusan dan keantusiasan siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Penilaian hasil dilakukan dengan menilai hasil kegiatan mengubah teks

wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun

bercerita dengan kriteria yang telah ditentukan.

2.3 Kerangka Berpikir

Keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi di SMP

N 30 Semarang ditengarai masih rendah. Sebagian besar siswa mendapatkan nilai

dibawah kriteria ketuntasan minimal. Hal ini disebabkan karena siswa merasa bosan

selama pembelajaran sehingga tidak memperhatikan materi yang diberikan oleh guru.

Pemilihan metode kurang tepat, serta pemanfaatan media kurang maksimal.

Perlu diadakan suatu upaya untuk meningkatkan nilai siswa. Metode pencarian

informasi dipilih untuk meningkatkan konsentrasi serta ketelitian siswa dalam

Page 60: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

41

mengubah teks wawancara menjadi narasi. Media kartun bercerita digunakan untuk

meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran sehingga mereka akan lebih

aktif dan bersemangat.

Penggunaan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita

menyajikan cara pembelajaran baru yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan

dalam menulis, khususnya dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Metode

pencarian informasi akan mendorong siswa agar lebih teliti dan berusaha untuk

memahami isi dari teks berita dengan cermat. Setelah mendapatkan informasi yang

lengkap, maka langkah siswa membuat sebuah kerangka karangan narasi dengan

merangkai informasi yang telah ia dapatkan. Setelah menyusun kerangka karangan,

lalu siswa mengembangkan kerangka tersebut menjadi suatu karangan yang utuh.

Media kartun bercerita di sini dimaksudkan untuk menarik minat siswa dalam

pembelajaran. Media kartun bercerita yang dapat berbentuk visual maupun

audiovisual. Peneliti akan menyajikan tokoh-tokoh kartun sehingga siswa akan lebih

tertarik untuk mengamati kegiatan wawancara tersebut. Jika siswa sudah merasa

senang dengan media yang disajikan maka siswa pun akan lebih mudah untuk

memahami informasi yang ada pada media tersebut.

Pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui media kartun bercerita diharapkan dapat mengatasi

permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi.

Page 61: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

42

Bagan 1 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah setelah dilaksanakan

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan

menggunakan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita maka siswa

akan mengalami peingkatan kompetensi tersebut dan perubahan sikap ke arah yang

lebih baik.

Kurang terampil dalam

mengubah teks

wawancara menjadi

narasi

Penemuan metode

pencarian informasi dan

media kartun bercerita

Pembelajaran dengan

metode pencarian

informasi dan media

kartun bercerita

Siswa terampil dalam

mengubah teks

wawancara menjadi

narasi

Page 62: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

43

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kemmis

(dalam Subyantoro 2009:8) menyatakan PTK sebagai suatu bentuk penelaahan atau

inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu

dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan

kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau kependidikan yang mereka lakukan

sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di

tempat praktik dilaksanakan.

Penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus

I dan siklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengubah teks

wawancara menjadi narasi. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan

siklus II. Hasil proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan

keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi setelah dilakukan perbaikan

dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus

terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, obsrvasi, dan refleksi. Keempat

tahap dalam PTK dapat digambarkan sebagai berikut.

OA P RP

R T T R T

O O

Siklus I

Siklus II

Page 63: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

44

Bagan 2 Model Penelitian Tindakan Kelas

Keterangan:

OA : Observasi Awal O : Observasi

P : Perencanaan R : Refleksi

T : Tindakan RP : Revisi Perencanaan

3.1.1 Proses Tindakan Siklus I

Penelitian dilakukan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I

merupakan tahapan awal pelaksanaan penelitian. Siklus I digunakan sebagai refleksi

untuk melakukan siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

penelitian. Setiap tahapan dilaksanakan secara maksimal agar penelitian dapat berjalan

lancar dan tepat sasaran. Pada siklus ini dilakukan empat tahapan penelitian yaitu (1)

perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

3.1.1.1 Perencanaan Siklus I

Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah

yang dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah. Masalah yang dialami dalam

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi di SMP Negeri 30 Semarang

yaitu masih rendahnya kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi

narasi karena berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang berasal dari diri siswa, yaitu siswa tidak tertarik dengan

pembelajaran menulis, kurangnya penguasaan materi, tidak ada motivasi belajar, dan

malas, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar, misalnya

pemilihan metode dan media pembelajaran yang kurang tepat. Upaya untuk mengatasi

Page 64: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

45

permasalahan tersebut adalah dengan mengubah strategi pembelajaran agar minat

siswa dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat.

Pada tahap perencanaan siklus I, dilakukan persiapan pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi dengan

melalui kartun bercerita. Langkah-langkah pembelajarannya yaitu (1) menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan

metode pencarian informasi dengan melalui kartun bercerita, (2) menentukan media

kartun yang akan digunakan, (3) memersiapkan instrumen penilaian yaitu instrumen

tes dan nontes. Instrumen tes berupa tes mengubah teks wawancara menjadi narasi

beserta kriteria penilaiannya, dan instrumen nontes berupa lembar observasi, lembar

jurnal, lembar wawancara, dan dokumentasi foto, (4) menyiapkan perangkat tes

mengubah teks wawancara menjadi narasi yang berupa lembar kerja, pedoman

penskoran, dan penilaian, (5) berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan kelas

yang akan diteliti.

3.1.1.2 Tindakan Siklus I

Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah

dipersiapkan. Tindakan merupakan langkah inti dalam suatu pembelajaran yang harus

dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai

sasaran. Tindakan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah dirancang

sebelumnya.

Page 65: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

46

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri

atas dua pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri atas tiga tahap pembelajaran

yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.

Pertemuan pertama, tahap pendahuluan diawali dengan apersepsi yang

diberikan oleh guru kepada siswa. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti

pembelajaran. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat yang akan

diperoleh siswa jika telah menguasai kompetensi mengubah teks wawancara menjadi

narasi. Motivasi pun tak lupa guru sampaikan dengan menceritakan kisah penulis

sukses agar siswa bersemangat selama mengikuti pembelajaran.

Tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode pencarian informasi dan

media kartun berberita. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yaitu

(1) guru menjelaskan materi pengantar tentang wawancara, narasi, kalimat langsung

dan tak langsung, (2) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang materi yang belum dipahami, (3) Siswa berkelompok dengan berpasangan

dengan teman sebangku, (4) tiap kelompok memperhatikan media kartun bercerita

sebagai contoh wawancara. Selain itu, media kartun bercerita juga digunakan sebagai

sarana untuk menarik minat siswa, (5) tiap kelompok mendapatkan lampiran berisi

teks wawancara yang dibagikan oleh guru, (6) siswa mendengarkan beberapa

pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis

isi teks wawancara, (7) tiap kelompok membuat kerangka karangan berdasarkan teks

wawancara yang telah dibagikan, (8) setiap kelompok mengembangkan kerangka

karangan dengan dipandu oleh guru, (9) setiap kelompok menukarkan pekerjaannya

dengan kelompok lain, (10) siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan

Page 66: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

47

kelompok lain, (11) siswa memperbaiki karangannya berdasarkan komentar dari

kelompok lain, dan (12) siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah

dipelajari.

Tahapan tahapan terakhir pada pertemuan pertama yaitu penutup. Langkah-

langkah pembelajaran pada bagian penutup yaitu (1) guru bersama siswa

menyimpulkan materi pembelajaran, dan (2) guru bersama siswa melakukan refleksi

terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.

Pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas tiga

tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus sesuai

dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan pembelajaran.

Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri atas

beberapa langkah yaitu (1) guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti

pembelajaran, (2) guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran, (3) guru

memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, (4) guru mengingatkan siswa tentang

materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, (5) siswa diberikan kesempatan

untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami.

Tahap inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut

1) siswa berpasangan dengan teman sebangku. Siswa pertama berperan sebagai

pewawancara dan siswa kedua sebagai narasumber, 2) guru menyajikan media, lalu

membagikan LK I dan LK II, 3) guru memberikan enam pertanyaan pancingan

berdasarkan media, 4) siswa yang berperan sebagai pewawancara membuat daftar

pertanyaan pada lembar kerja 1, sedangkan pasangannya menyiapkan jawaban yang

sesuai, 5) setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat

Page 67: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

48

jawaban narasumber pada LK 1 pula. Selama berwawancara ada beberapa hal yang

harus diperhatikan oleh siswa, yaitu (a) kelancaran, (b) penggunaan kalimat efektif,

dan (c) kinestetik, 6) tiap-tiap siswa menyusun karangan narasi pada LK 2

berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari kegiatan wawancara, 7) guru

menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran, 8) siswa

menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman sebangku. Lalu menilai pekerjaan

temannya dengan panduan guru, 9) guru bersama siswa menyimpulkan materi

pembelajaran, 10) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran

yang telah berlangsung.

Tahap terakhir pada pertemuan kedua yaitu penutup. Langkah-langkah pada

tahapan ini yaitu (1) siswa menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman sebangku.

Lalu menilai pekerjaan temannya dengan panduan guru, (2) guru bersama siswa

menyimpulkan materi pembelajaran, dan (6) guru bersama siswa melakukan refleksi

terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.

3.1.1.3 Observasi Siklus I

Observasi merupakan kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama

kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi atau pengamatan dilaksanakan

untuk mengumpulkan data tentang metode dan media yang digunakan yaitu metode

pencarian informasi melalui kartun bercerita selama proses pembelajaran berlangsung.

Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes.

Proses pengambilan data tes dilakukan untuk melihat kemampuan materi

yang diserap oleh siswa. Kegiatan yang dilakukan berupa data tes individu siswa

Page 68: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

49

dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi serta peningkatan keterampilan

siswa setelah dilakukan pembelajaran. Proses pengambilan data nontes dilakukan oleh

peneliti untuk melihat perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Beberapa aspek yang diamati adalah perilaku dan aktivitas siswa selama mengikuti

proses pembelajaran, respons siswa terhadap metode dan media yang digunakan

dalam pembelajaran, keaktifan siswa di dalam kelas yang berupa menjawab

pertanyaan dari guru maupun bertanya kepada guru tentang materi yang belum

dipahaminya. Berdasarkan data nontes dapat diketahui apakah metode dan media yang

digunakan peneliti dapat diterima dengan baik oleh siswa atau tidak.

Data nontes diperoleh melalui beberapa tahap. Tahapan untuk memperoleh

data nontes yaitu (1) observasi siswa untuk mengetahui perilaku atau aktivitas siswa

selama pembelajaran berlangsung, (2) jurnal penelitian untuk guru dan siswa dalam

proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui kartun bercerita, (3) wawancara untuk mengetahui

pendapat siswa yang dilakukan di luar pembelajaran kepada perwakilan siswa yang

memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi, (4) dokumentasi foto yang digunakan

sebagai laporan yang berupa gambar dan aktivitas selama pembelajaran berlangsung.

Semua data tersebut dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap.

3.1.1.4 Refleksi Siklus I

Peneliti melakukan refleksi dengan menganalisis hasil tes dan nontes setelah

melakukan tindakan siklus I. Refleksi dilakukan sebagai upaya mengkaji segala hal

yang terjadi pada tahap tindakan siklus I. Hasil refleksi ini digunakan sebagai bahan

masukan dalam menetapkan langkah selanjutnya. Refleksi pada siklus I dijadikan

Page 69: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

50

masukan dalam menentukan langkah pada siklus II sehingga hasil yang didapatkan

dapat maksimal. Masalah-masalah pada siklus I dapat dicari pemecahannya,

sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan, sehingga akan

diperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik pada siklus II.

3.1.2 Proses Tindakan Siklus II

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam siklus II terdiri atas empat

tahap seperti layaknya pada siklus I. Empat tahap tersebut yaitu tahap perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan tindak lanjut dan perbaikan dari

siklus I. Hasil refleksi pada siklus I diperbaiki pada siklus II sehingga hasilnya lebih

maksimal.

3.1.2.1 Perencanaan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, peneliti

memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Pada proses penelitian tindakan

kelas siklus II dilakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan pada perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti mempersiapkan hal-hal yang akan

dilaksanakan pada siklus II dengan memperbaiki hasil refleksi pada siklus I.

Peneliti melakukan beberapa perbaikan pada beberapa aspek. Perbaikan yang

dilakukan sebagai bentuk perencanaan pada siklus II meliputi 1) identifikasi masalah

yang timbul pada siklus I sehingga memerlukan perbaikan, yakni perbaikan cara

penyampaian materi oleh guru, 2) menentukan langkah-langkah perbaikan dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan

metode pencarian informasi melalui kartun bercerita dengan merevisi instrumen yang

berupa data tes yaitu: tes individu mengubah teks wawancara menjadi narasi berupa

Page 70: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

51

lembar kerja, dan 3) menyiapkan perangkat pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II.

3.1.2.2 Tindakan Siklus II

Tindakan pada siklus II merupakan hasil revisi tindakan yang dilakukan pada

siklus I. Revisi tersebut dilakukan berdasarkan beberapa masukan setelah melakukan

tindakan pada siklus I. Masukan dari siswa menjadi salah satu pertimbangan peneliti

untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Tindakan yang dilakukan

pada siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan yang terbagi atas tiga tahap yaitu

tahap pendahuluan, inti, dan penutup.

Pertemuan pertama, tahap pendahuluan diawali dengan apersepsi yang

diberikan oleh guru kepada siswa. Guru juga menanyakan bagaimana pengalaman

siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I. Motivasi pun tak

lupa guru sampaikan agar siswa bersemangat selama mengikuti pembelajaran.

Tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode pencarian informasi dan

media kartun berberita. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yaitu

(1) guru menjelaskan materi pengantar tentang wawancara, narasi, kalimat langsung

dan tak langsung, (2) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang materi yang belum dipahami, (3) Siswa berkelompok dengan berpasangan

dengan teman sebangku, (4) guru membagikan media kartun bercerita, (5) tiap

kelompok memperhatikan media kartun bercerita, (6) siswa mendengarkan beberapa

pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis

isi teks wawancara, (7) siswa yang berperan sebagai pewawancara menyiapkan

pertanyaan dan narasumber menyiapkan jawaban berdasarkan media, (8) siswa

Page 71: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

52

melakukan praktik wawancara, (9) setiap kelompok membuat karangan narasi

berdasarkan teks wawancara, (10) hasil pekerjaan siswa dikumpulkan, (11) guru

membagikan media kedua, (12) guru membacakan enam pertanyaan pancingan, (13)

guru menugaskan masing-masing siswa untuk membuat enam pertanyaan berdasarkan

media kedua di rumah masing-masing, dan (14) pembelajaran ditutup dengan salam.

Pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas tiga

tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus sesuai

dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan pembelajaran.

Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri atas

beberapa langkah yaitu 1) siswa berpasangan dengan teman sebangku, 2) siswa

melakukan praktik wawancara secara bergantian sesuai dengan pertanyaan yang

disusun di rumah dan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, yaitu (a)

kelancaran, (b) penggunaan kalimat efektif, dan (c) kinestetik, 3) masing-masing

siswa menyusun karangan narasi sesuai dengan teks wawancara yang telah dilakukan,

4) guru membentuk empat kelompok besar, masing-masing kelompok memilih satu

karya terbaik dengan dibimbing guru, 5) karya terbaik dipajang di papan tulis dan

siswa melakukan kunjung karya, setiap kelompok memiliki empat perwakilan untuk

memberikan tanda bintang pada karya terbaik dengan bimbingan guru, 6) guru

memberikan reward pada karya yang mendapatkan tanda bintang terbanyak, 7) guru

menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran, 8) guru

bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan 9) Guru bersama siswa

melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan ditutup dengan

salam.

Page 72: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

53

3.1.2.3 Observasi Siklus II

Pada siklus II peneliti juga melakukan observasi seperti pada siklus I.

Observasi adalah kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi, peneliti dibantu oleh seorang teman

selama proses pembelajaran berlangsung. Teman membantu peneliti dalam melakukan

observasi. Pada tindakan siklus II ini masih dilakukan observasi untuk melihat

peningkatan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dan

perubahan tingkah laku siswa setelah dilakukan tindakan siklus II. Observasi siklus II

juga masih sama dengan siklus I yaitu dilakukan melalui data tes dan nontes.

Selama proses observasi, data diperoleh melalui beberapa cara yaitu (1) tes

untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi, dan tes keterampilan

siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi, (2) observasi untuk

mengetahui sikap dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, (3) jurnal

diberikan untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh siswa selama mengikuti proses

pembelajaran, (4) wawancara untuk mengetahui pendapat siswa yang dilakukan di

luar pembelajaran kepada perwakilan siswa yang memperoleh nilai rendah, sedang,

dan tinggi, (5) dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar

dan aktivitas selama pembelajaran berlangsung. Semua data tersebut dijelaskan dalam

bentuk deskripsi secara lengkap.

Observasi pada siklus II dilakukan dengan cara melihat peningkatan hasil tes

dan melihat perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang meliputi

keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. Kegiatan wawancara juga dilakukan untuk

Page 73: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

54

mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran terutama pada siswa

yang mendapatkan nilai tertinggi, sedang, dan rendah.

3.1.2.4 Refleksi Siklus II

Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan

penggunaan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita dan untuk

mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan pada siklus I. Refleksi

dilakukan dengan menganalisis hasil tes keterampilan mengubah teks wawancara

menjadi narasi dan hasil nontes yang dilakukan pada siklus II. Hasil nontes berupa

observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto juga dilakukan untuk mengetahui

perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Refleksi pada siklus II dilakukan untuk merefleksi hasil evaluasi belajar

siswa pada siklus I dan II. Tujuan refleksi ini adalah untuk menentukan kemajuan-

kemajuan yang telah dicapai selama proses pembelajaran dan untuk mencari

kelemahan-kelemahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Kemajuan yang

dicapai pada siklus II adalah peningkatan tes keterampilan mengubah teks wawancara

menjadi narasi dan perubahan tingkah laku siswa dari negatif menjadi positif.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan mengubah teks

wawancara menjadi narasi siswa kelas VII D SMP Negeri 30 Semarang. Kelas VII D

terdiri atas 36 siswa, dengan rincian 16 laki-laki dan 20 perempuan.

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua variabel yaitu (1) variabel

keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi, sebagai variabel terikat dan

Page 74: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

55

(2) variabel metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita sebagai

variabel bebas.

3.3.1 Variabel Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi

Keterampilan menulis membutuhkan kesabaran ekstra sehingga banyak siswa

yang kurang meminati aspek menulis. Keterampilan mengubah teks wawancara

menjadi narasi yang dimaksud di sini adalah keterampilan siswa dalam mengolah

sebuah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan memerhatikan beberapa

aspek seperti penggunaan kalimat langsung dan tak langsung. Selain itu, kesesuaian

isi, kalimat langsung dan tak langsung, ejaan dan tanda baca, kohesi dan koherensi,

urutan cerita, pemilihan kata, dan kerapian tulisan juga harus diperhatikan oleh siswa

dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi.

Penelitian ini dianggap berhasil jika nilai rata-rata siswa secara klasikal dapat

mencapai 77. Jika nilai rata-rata siswa secara klasikal dapat mencapai 77 maka dapat

dikategorikan baik dan telah mencapai target. Hal ini berarti peneliti telah mampu

mencapai hasil melebihi kriteria ketuntasan minimal di SMP N 30 Semarang yang

hanya 75.

3.3.2 Variabel Metode Pencarian Informasi melalui Kartun Bercerita

Peneliti memilih salah satu metode pembelajaran aktif dari Mel Silberman

(2009) dalam bukunya Active Learning, yaitu metode pencarian informasi. Metode ini

mengajak siswa agar lebih teliti ketika mencermati sebuah teks wawancara sehingga

mereka akan lebih mudah ketika menyusun kembali menjadi sebuah karangan narasi.

Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar

secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktivitas

Page 75: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

56

pembelajaran. Mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menggunakan ide

pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa

saja yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan

nyata.

Siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya

mental tetapi juga melibatkan fisik. Siswa akan merasakan suasana yang lebih

menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Metode pengajaran ini menyediakan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif. Cara ini mengarahkan siswa ke

dalam eksplorasi yang alami dan investigasi langsung ke dalam suatu situasi

pemecahan masalah.

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media kartun bercerita.

Media kartun bercerita merupakan media yang dapat menyampaikan informasi kepada

siswa baik dalam bentuk visual maupun audiovisual.

Peneliti memilih kartun bercerita karena siswa kelas VII ditengarai masih

menyukai film kartun yang ditayangkan di televisi sehingga penyajian media kartun

akan menarik minat mereka. Jika siswa sudah tertarik dengan media yang disajikan

oleh guru maka tentunya mereka pun akan lebih mudah menyerap materi. Percakapan

yang dilakukan oleh para tokoh pun akan lebih mudah mereka pahami. Hal ini akan

berbeda jika wawancara dilakukan oleh tokoh yang tidak mereka kenal, maka mereka

akan lebih sulit memahami isi wawancara tersebut.

Page 76: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

57

3.4 Indikator Kinerja

Indikator kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu kuantitatif dan

kualitatif.

3.4.1 Indikator Kuantitatif

Penilaian dilakukan atas dasar teknik tes. Peneliti menghendaki nilai rata-rata

kelas sebesar 77 dan masing- masing siswa mendapatkan nilai minimal 75 atau tuntas

KKM.

3.4.2 Indikator Kualitatif

Penilaian dilakukan atas dasar teknik nontes. Indikator kualitatif yaitu

mengenai proses pembelajaran dan perubahan perilaku siswa setelah dilakukan

pembelajaran. Perubahan perilaku positif tersebut yaitu: (1) siswa memperhatikan

media kartun bercerita yang ditampilkan guru, (2) siswa mendengarkan pertanyaan

pancingan dengan baik dan langsung bisa menjawab, (3) siswa terlihat antusias dan

saat berdiskusi dengan pasangan, (4) siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik

wawancara, (5) siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi secara tepat

dan cepat.

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua bentuk instrumen yaitu

instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes yang digunakan berupa penugasan

siswa secara individu untuk mengubah teks wawancara menjadi narasi. Instrumen

nontes yang digunakan berupa observasi, jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan

dokumentasi foto.

Page 77: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

58

3.5.1 Intrumen Tes

Instrumen tes adalah instrumen yang berupa tes subjektif yang berupa tes

tertulis pada siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi narasi. Pada instrumen

tersebut digunakan pedoman penilaian kemampuan mengubah teks wawacara menjadi

narasi. Standar kompetensi: mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi

dan pesan singkat. Kompetensi dasar: mengubah teks wawancara menjadi narasi

dengan memerhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung. Indikator :

(1) mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara. (2)

mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi, (3) mampu mengubah kalimat langsung

menjadi kalimat tak langsung, (4) mampu mengubah teks wawancara menjadi

karangan narasi, dan (5) mampu menyunting karangan yang telah dibuat.

Tabel 2 Pedoman Penilaian

No Aspek Penilaian Skor Bobot Bobot x

skor 4 3 2 1

1. Kesesuaian isi

narasi dengan teks

wawancara

4 16

2. Penggunaan

kalimat langsung

dan tak langsung

4 16

3. Ejaan dan tanda

baca

4 16

4. Kohesi dan

koherensi

4 16

5. Pemilihan kata 4 16

6. Urutan cerita 4 16

7. Kerapian tulisan 4 16

Jumlah 28 112

Page 78: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

59

Tabel 3 Rubrik Penilaian Karangan Narasi

No Aspek Kategori Nilai Keterangan

1.

Kesesuaian isi

narasi dengan

teks

wawancara

a. Isi narasi sesuai dengan teks

wawancara, tepat, bahasanya

bervariatif dan lengkap.

b. Isi narasi sesuai dengan teks

wawancara, tapi kurang

bervariatif.

c. Isi narasi cukup sesuai dengan

teks wawancara namun kurang

lengkap dan kurang bervariatif

d. Isi narasi tidak sesuai dengan

teks wawancara, tidak bervariatif

dan tidak lengkap.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

2. Penggunaan

kalimat

langsung dan

tak langsung

a. Penggunaan kalimat langsung

dan tak langsung tepat dan

penulisannya benar dan

komunikatif.

b. Penggunaan kalimat langsung

dan tak langsung tepat dan cukup

bervariatif.

c. Penggunaan kalimat langsung

dan tak langsung ada beberapa

yang salah, namun cukup

bervariatif.

d. Penggunaan kalimat langsung

dan tak langsung banyak yang

salah dan tidak bervariatif.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

3.

Ejaan dan

tanda baca

a. Penggunaan ejaan dan tanda baca

tepat semua.

b. Kesalahan ejaan dan tanda baca

kurang dari tiga kesalahan

c. Kesalahan penggunaan ejaan dan

tanda baca lebih dari tiga sampai

delapan kesalahann

d. Kesalahan penggunaan ejaan dan

tanda baca lebih dari delapan

kesalahan

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

4. Kohesi dan a. Kohesi dan koherensi tepat 4 Sangat baik

Page 79: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

60

koherensi sehingga mudah dipahami dan

bervariatif

b. Kohesi dan koherensi tepat

namun kurang bervariatif

c. Kohesi dan koherensi cukup tepat

namun tidak bervariasi

d. Tidak ada kohesi dan koherensi.

Sehingga sulit dipahami.

3

2

1

Baik

Cukup

Kurang

5. Pemilihan kata

(diksi)

a. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan

bervariasi.

b. Pemilihan kata tepat, sesuai,

tetapi tidak bervariasi.

c. Beberapa pemilihan cukup tepat

tetapi bervariasi dan masih bisa

dipahami.

d. Pemilihan kata tidak tepat, tidak

bervariasi sehingga sulit

dipahami.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

6. Urutan cerita a. Urutan cerita tepat dan runtut.

b. Urutan cerita tepat dan cukup

runtut.

c. Urutan cerita cukup tepat dan

cukup runtut

d. Cerita banyak yang salah dan

tidak runtut.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

7. Kerapian

tulisan

a. Tulisan rapi dan mudah dibaca.

b. Tulisan rapi namun ada beberapa

coretan.

c. Tulisan kurang rapi dan banyak

coretan.

d. Tulisan tidak rapi dan sulit

dibaca.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:

Page 80: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

61

Tabel 4 Kategori Penilaian

No Skor Kategori Nilai

1 >85 Sangat baik

2 75-85 Baik

3 65-74 Cukup

4 <65 Kurang

3.5.2 Instrumen Nontes

Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

observasi, wawancara, jurnal dan dokumentasi.

3.5.2.1 Pedoman Observasi

Pedoman Instrumen nontes yang berupa lembar observasi dilakukan oleh

peneliti untuk mengetahui perilaku siswa melalui pengamatan pada saat pembelajaran

sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan sikap positif dan

sikap negatif. Aspek perilaku yang diamati dalam penelitian ini meliputi (1) siswa

memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru, (2) siswa

mendengarkan pertanyaan pancingan dengan baik dan langsung bisa menjawab, (3)

siswa terlihat antusias dan saat berdiskusi dengan pasangan, (4) siswa terlihat aktif dan

antusias ketika praktik wawancara, (5) siswa dapat mengubah teks wawancara

menjadi narasi secara tepat dan cepat.

3.5.2.2 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui

Page 81: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

62

media kartun bercerita. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang nilai tesnya tinggi,

sedang, rendah. Wawancara ini untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran,

untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam mengubah teks wawancara

menjadi narasi, tanggapan mengenai pembelajaran, tanggapan mengenai metode dan

media yang disajikan, perasaan ketika pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita.

3.5.2.3 Jurnal

Jurnal digunakan untuk mendapat data kualitatif, yaitu berupa jurnal peneliti

atau jurnal guru dan jurnal siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran. Jurnal guru

berisi antara lain (1) catatan mengenai kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran,

(2) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (3) catatan tentang tanggapan

siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran, (4) tanggapan siswa terhadap media

kartun bercerita, dan (5) catatan kejadian-kejadian di dalam kelas, sedangkan jurnal

siswa berisi (1) materi yang dipelajari, (2) perasaan siswa selama mengikuti

pembelajaran pada hari ini, (3) kesulitan apa yang dialami siswa, (4) tanggapan siswa

mengenai media pembelajaran yang digunakan, dan (5) saran yang dapat siswa

berikan untuk pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui media kartun bercerita.

3.5.2.4 Dokumentasi

Alat yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini berupa

kamera yang digunakan untuk merekam kegiatan siswa pada saat pembelajaran

berlangsung. Aspek yang diamati pada perekaman (kamera) meliputi (1) aktivitas guru

Page 82: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

63

setelah memberikan penjelasan materi, (2) aktivitas siswa ketika mengamati media

kartun bercerita, (3) aktivitas siswa berdiskusi dengan teman sebangku, (4) aktivitas

siswa berwawancara dengan teman sebangku, dan (5) aktivitas siswa ketika mengubah

teks wawancara menjadi narasi. Masing-masing kegiatan dalam pembelajaran diambil

satu dokumen.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian kali ini dilakukan dengan dua teknik, yaitu

tes dan nontes. Teknik tes dilakukan untuk mendapatkan nilai siswa, sedangkan data

nontes diperoleh dengan cara observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi.

3.6.1 Teknik Tes

Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan siklus II. Teknik tes

diberikan guna mengetahui data keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara

menjadi narasi dengan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita.

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes ini dilakukan

secara individu. Evaluasi proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi

narasi dengan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita ini digunakan

tes uji petik produk yaitu berupa karangan narasi. Hasil tes penelitian setelah dianalisis

untuk mengetahui kelemahan siswa, selanjutnya sebagai dasar perbaikan untuk

melakukan siklus berikutnya.

Page 83: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

64

3.6.2 Teknik Nontes

Teknik pengumpulan data nontes ini meliputi observasi, jurnal, wawancara, dan

dokumentasi. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui sejauh mana perubahan

sikap siswa setelah diadakan proses pembelajaran dengan media katun bercerita dan

metode pencarian informasi.

3.6.2.1 Observasi

Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati keadaan, respon, sikap, dan

keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh

bantuan seorang teman selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan

agar pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.

Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan memberikan

tanda check pada lembar obsevasi. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data

mengenai proses dan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil dari

observasi tersebut kemudian dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk uraian

kalimat sesuai dengan perilaku nyata yang ditunjukkan siswa.

Adapun tahap observasinya yaitu (1) mempersiapkan lembar observasi yang

berisi butir-butir sasaran amatan tentang keaktifan siswa dalam mendengarkankan

penjelasan guru, keaktifan siswa dalam mengerjakan tes, (2) melaksanakan observasi

selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan guru, proses belajar-mengajar

sampai dengan siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi, dan (3) mencatat

hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan.

Page 84: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

65

Terdapat beberapa langkah pokok yang menjadi aspek observasi yaitu (1) siswa

memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru, (2) siswa

mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih

teliti dalam menganalisis isi teks wawancara, (3) siswa dikelompokkan dengan teman

sebangku. Masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk berwawancara dengan

berdiskusi dengan teman sebangku, (4) setiap pasangan melakukan praktik wawancara

dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I, dan (5) siswa secara

individu mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi.

3.6.2.2 Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan data penyebab kesulitan

dan hambatan dalam pembelajaran. Wawancara dilakukan pada para siswa yang hasil

tesnya berkategori baik, cukup, dan kurang. Masing-masing kategori diambil satu

siswa. Diharapkan jawaban yang diberikan dapat mewakili pendapat dari seluruh

siswa kelas VIID. Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan wawancara

yaitu (1) mempersiapkan lembar wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan

diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa yang nilai tesnya kurang, cukup, dan baik

untuk kemudian diajak wawancara, (3) mencatat hasil wawancara dengan menulis

tanggapan terhadap tiap butir pertanyaan, dan (4) peneliti meneliti jawaban siswa.

Pertanyaan untuk wawancara yaitu (1) apakah Anda tertarik mengikuti

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita, (2) apakah kamu dapat memahami materi

yang dijelaskan guru tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, (3)

Page 85: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

66

kesulitan apakah yang kamu alami dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi

dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, (4) manfaat

apakah yang kamu rasakan setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks

wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun

bercerita, dan (5) kesan dan pesan apakah yang ingin kamu sampaikan rasakan setelah

mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui media kartun bercerita.

3.2.6.3 Jurnal

Jurnal digunakan untuk mendapat data kualitatif, yaitu berupa jurnal peneliti

atau jurnal guru dan jurnal siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran. Sebelum

melalui pembelajaran, siswa diberi tahu terlebih dahulu bahwa nanti pada akhir

pembelajaran siswa akan diminta untuk mengisi jurnal kegiatan selama mengikuti

kegiatan pembelajaran. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam

jurnal siswa yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru. Siswa bebas

menuliskan pendapatnya, kritik maupun saran terhadap pembelajaran mengubah teks

wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun

bercerita.

Pertanyaan dalam jurrnal siswa yaitu (1) materi apa yang telah Anda pelajari

pada hari ini, (2) adakah kesulitan saat mempelajari materi itu? Jika ada, sebutkan, (3)

bagaimana perasaan Anda mengikuti pembelajaran pada hari ini, (4) bagaimana

pendapat Anda mengenai media pembelajaran yang digunakan guru, (5) berikan saran

Anda untuk pembelajaran yang akan dating. Selain itu, pertanyaan untuk jurnal guru

Page 86: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

67

yaitu (1) bagaimana persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran mengubah teks

wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun

bercerita, (2) bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah

teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media

kartun bercerita, (3) bagaimana tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita, (4) bagaimana tanggapan siswa terhadap

media kartun bercerita yang digunakan dalam pembelajaran, dan (5) kejadian-kejadian

apa saja yang muncul pada saat pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi

narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita

Sementara itu, guru juga mengisi jurnal guru yang sudah dipersiapkan

sebelumnya, ketika pembelajaran sudah berakhir. Jurnal guru digunakan untuk

mendeskripsikan atau mencatat fenomena-fenomena pada saat pembelajaran yaitu

respon siswa terhadap pembelajaran, serta keaktifan siswa.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik kuantitatif dan

teknik kualitatif.

3.7.1 Teknik Kuantitatif

Teknik kuantatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh

dari data tes mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita pada siklus I dan siklus II. Hasil tes ditulis

Page 87: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

68

secara persentase dengan langkah-langkah berikut (1) merekap nilai yang diperoleh

siswa, (2) menghitung nilai-nilai komulatif dari tugas-tugas siswa, (3) menghitung

nilai rata-rata, dan (4) menghitung prosentase.

Presentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

K

P = ________________ x 100%

NxR

Keterangan :

P : Nilai presentase kemampuan siswa

K : Nilai komulatif (jumlah nilai) dalam satu kelas

N : Nilai maksimal soal tes

R : Jumlah responden dalam satu kelas

Hasil perhitungan dari masing-msing siklus kemudian dibandingkan yaitu

antara hasil siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai

presentase peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi

dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita.

3.7.2 Teknik Kualitatif

Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi, jurnal,

wawancara, dan dokumentasi. Adapun langkah-langkah penganalisian data kualitatif

adalah dengan menganalisis lembar observasi yang telah diisi saat pembelajaran dan

Page 88: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

69

mengklarifikasikannya dengan teman peneliti yang membantu dalam penelitian. Data

jurnal dianalisis dengan membaca seluruh jurnal siswa dan guru.

Data wawancara dianalisis dengan cara membaca lagi data wawancara. Hasil

tersebut untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran,

untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran, dan sebagai dasar untuk

mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi

dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita serta untuk

mengetahui perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II. Selain itu, juga untuk

mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan media kartun

bercerita dan metode pencarian informasi.

Page 89: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini memaparkan tentang hasil penelitian yang diperoleh dari

tindakan pada siklus I dan siklus II. Hasil penelitian ini terdiri atas hasil tes dan

nontes. Hasil tes tindakan siklus I dan siklus II diuraikan berdasarkan produk berupa

karangan narasi yang telah dihasilkan siswa dengan metode pencarian informasi

melalui media kartun bercerita. Karangan narasi disusun berdasarkan teks wawancara

yang telah tersedia. Selain itu, data hasil nontes berupa perubahan tingkah laku siswa

diperoleh dari hasil observasi, wawancara, jurnal guru, jurnal siswa serta dokumentasi

foto selama penelitian dilaksanakan. Hasil penelitian keterampilan mengubah teks

wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun

bercerita dapat dipaparkan sebagai berikut.

4.1 Penelitian Siklus I

Penelitian ini terdiri atas dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas dua

pertemuan. Selain itu, setiap siklus terdiri atas empat belas langkah pembelajaran.

4.1.1 Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan

Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun Bercerita

Siklus I merupakan tindakan awal penelitian keterampilan mengubah teks

wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun

bercerita. Pembelajaran pada siklus I terdiri atas dua pertemuan. Proses pembelajaran

yang berlangsung pada pembelajaran siklus I dapat digambarkan sebagai berikut. Pada

Page 90: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

71

kegiatan awal guru memasuki ruang kelas siswa sedikit susah untuk dikondisikan

karena merasa kaget dengan kehadiran guru yang berbeda dengan guru bahasa

Indonesia sebelumnya, namun setelah beberapa saat kelas sudah dapat dikondisikan

dan siap mengikuti pembelajaran. Guru mengucapkan salam dan dijawab keseluruhan

siswa dengan antusias. Di awal pembelajaran guru menceritakan tentang para penulis

yang sukses yaitu Asma Nadia agar siswa bersemangat untuk menulis. Hal tersebut

pun terbukti. Setelah itu, guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada hari

itu yaitu mengubah teks wawancara menjadi narasi. Untuk mengetahui tingkat

pengetahuan siswa tentang kompetensi dasar yang akan dipelajari, guru bertanya

kepada siswa tentang karangan narasi. Siswa pun menjawab secara bersamaan

sehingga jawabannya tidak terdengar dengan jelas oleh guru. Akhirnya guru meminta

siswa untuk mengangkat tangan ketika akan menjawab. Guru memilih salah satu siswa

yang mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan. Jawabannya pun hampir tepat.

Setelah itu guru menjelaskan jawaban yang tepat. Selain tentang narasi, guru pun

bertanya jawab dengan siswa tentang wawancara serta kalimat langsung dan tak

langsung. Jika ada siswa yang belum mengerti, guru mempersilakan mereka untuk

bertanya.

Langkah selanjutnya guru mengelompokkan siswa dengan berpasangan

dengan teman sebangku. Lalu guru menampilkan media kartun bercerita. Setelah

mendengarkan media kartun bercerita, guru membagikan teks salinan dialog kartun

yang telah disajikan melalui media. Guru memberikan enam pertanyaan pancingan

agar siswa lebih teliti dalam menangkap informasi pada teks wawancara. Siswa secara

berpasangan menyusun kerangka karangan lalu mengembangkannya menjadi sebuah

Page 91: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

72

karangan narasi dengan bimbingan guru. Tiap kelompok menukarkan hasil pekerjaan

mereka dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok memberikan komentar

secara tertulis tentang hasil karangan kelompok lain. Siswa memperbaiki karangannya

berdasarkan komentar dari kelompok lain. Hasil pekerjaan tiap kelompok

dikumpulkan. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta

melakukan refleksi. Pertemuan pertama ditutup dengan salam.

Pada pertemuan kedua guru kembali memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam. Siswa menjawab salam dan ini artinya mereka sudah siap untuk

mengikuti pembelajaran. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari

pada pertemuan sebelumnya. Selain itu, guru juga menanyakan materi yang belum

dipahami siswa pada pembelajaran sebelumnya. Beberapa siswa masih belum

mengerti tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi. Guru pun

menjelaskannya kembali. Siswa membentuk kelompok dengan berpasangan dengan

teman sebangku. Guru menyajikan media, lalu membagikan LK I dan LK II. Guru

memberikan pertanyaan pancingan sesuai media. Siswa yang berperan sebagai

pewawancara menyusun pertanyaan, sedangkan siswa yang berperan sebagai

narasumber menyiapkan jawaban berdasarkan ilustrasi kejadian yang terdapat pada

LK I. Setelah itu siswa praktik wawancara dengan teman sebangku. Tiap-tiap siswa

menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan informasi yang telah didapatkan

dari kegiatan wawancara. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran

lalu refleksi dan diakhiri dengan salam.

Page 92: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

73

4.1.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi

Narasi dengan Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun

Bercerita

Siklus I merupakan tindakan awal penelitian keterampilan mengubah teks

wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun

bercerita. Pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi siklus

I terdiri atas data tes dan nontes. Hasil tes siswa pada tindakan siklus I diperoleh dari

hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi. Selain itu, hasil nontes disajikan

berupa data-data yang diperoleh dari hasil observasi, jurnal siswa dan guru,

wawancara, serta dokumentasi foto. Hasil penelitian siklus I membahas tentang hasil

tes siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi berdasarkan beberapa aspek

penilaian, sedangkan data nontes yang terdiri atas hasil observasi, wawancara, jurnal

siswa, jurnal guru, dan dokumentasi dibahas pada perubahan perilaku.

Hasil tes pada siklus I adalah hasil tes mengubah teks wawancara menjadi

narasi. Setelah dilaksanakan tes di akhir pembelajaran siklus I, diperoleh hasil yang

tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 5 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara

Menjadi Narasi Siklus I

No. Kategori Nilai F

Persentase

(%)

Jumlah

Nilai

Rata-rata

Nilai

1. Sangat Baik >85 1 3% 86

2. Baik 75-85 11 31% 870

Page 93: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

74

3. Cukup 65-74 13 37% 913 = 70,7

(cukup) 4. Kurang <65 10 29% 607

Jumlah 35 100% 2476 70,7

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keterampilan mengubah teks

wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang pada siklus I rata-rata

sebesar 70,7 dalam kategori cukup. Nilai ini meningkat dibandingkan rata-rata kelas

sebelum penelitian yang hanya sebesar 62 atau dalam kategori kurang. Siklus I

mengalami peningkatan sebesar 14%. Penelitian siklus I hanya melibatkan 35 siswa

karena satu siswa izin ke luar kota. Dari 35 siswa yang hadir, sebanyak 10 siswa atau

29% mendapatkan nilai <65 dalam kategori kurang. Selain itu, sebanyak 13 siswa atau

37% mendapatkan nilai dengan rentang skor 65-74 dalam kategori cukup. Sebanyak

11 siswa atau 31% siswa mendapatkan nilai dengan rentang skor 75-85 dalam kategori

baik, dan yang terakhir hanya 1 siswa atau 3% yang mendapatkan nilai diatas 85

dalam kategori sangat baik.

Nilai rata-rata dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi melalui

metode pencarian informasi melalui kartun bercerita pada siklus I baru mencapai 70,7

dalam kategori cukup. Jadi, target untuk nilai rata-rata kelas sebesar 77 atau dengan

kategori baik masih belum tercapai. Untuk itu, peneliti akan menindaklanjuti

penelitian ini pada siklus II agar mencapai target yang ditetapkan. Evaluasi yang

disertai dengan perbaikan berbagai aspek harus dilakukan agar dapat meningkatkan

nilat rata-rata kelas pada siklus II. Berikut hasil nilai masing-masing aspek penilaian.

Page 94: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

75

4.1.2.1 Aspek Kesesuaian Isi

Aspek kesesuaian isi sangat penting ketika siswa mengubah teks wawancara

menjadi narasi. Semua informasi yang terdapat pada teks wawancara harus mampu

siswa pahami, lalu diubah menjadi sebuah karangan narasi. Penilaian aspek kesesuaian

isi ini menitikberatkan pada kelengkapan isi yang terdapat pada karangan narasi yang

telah disusun siswa. Karangan yang mencakup informasi secara lengkap dan benar

mendapatkan skor maksimal pada aspek ini. Hasil tes pada aspek kesesuaian isi dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 4 2 5,7% 10

= 72 (cukup)

2. Baik 3 20 57% 80

3. Cukup 2 10 28,6% 30

4. Kurang 1 3 8,7 % 6

Jumlah 35 100% 126 72

Dari tabel di atas diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks

wawancara menjadi narasi pada aspek kesesuaian isi sebesar 72 dalam kategori cukup.

Terdapat 2 siswa dengan kategori sangat baik atau 5,7%, 20 siswa atau 57% dengan

kategori baik, 10 siswa atau 28,6% dalam kategori cukup dan 3 siswa atau 8,7% dalam

kategori kurang.

Page 95: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

76

4.1.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung

Aspek penilaian yang kedua yaitu penggunaan kalimat langsung dan tak

langsung. Teks wawancara menggunakan kalimat langsung, sedangkan karangan

narasi biasanya menggunakan kalimat tak langsung sehingga siswa harus bisa

mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung. Beberapa kriteria yang menjadi

penilaian dalam aspek ini yaitu penggunaan kata tugas (bahwa, agar, sebab, supaya,

dst.) dan tidak menggunakan tanda petik dalam kalimat tak langsung. Hasil tes aspek

penggunaan kalimat langsung dan tak langsung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung

dan Tak Langsung

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 4 1 2,9% 5

= 68,6 (cukup)

2. Baik 3 16 45,7% 64

3. Cukup 2 15 42,9% 45

4. Kurang 1 3 8,5% 6

Jumlah 35 100% 120 68,6

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek penggunaan kalimat langsung dan tak

langsung sebesar 68,6 dalam kategori cukup. Sebanyak 1 siswa atau 2,9% memeroleh

kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 45,7% atau 16 siswa. Kategori

cukup sebanyak 15 siswa atau 42,9% dan 3 siswa atau 8,5% siswa dalam kategori

Page 96: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

77

kurang. Jadi, pada aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung siswa sudah

cukup menguasai namun masih perlu peningkatan lebih lanjut.

4.1.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Aspek penilaian yang ketiga adalah penggunaan ejaan dan tanda baca. Aspek

ini biasanya sering diabaikan ketika siswa mengikuti pembelajaran menulis. Mereka

hanya mengutamakan isi saja, padahal aspek ini merupakan salah satu penilaian dalam

pembelajaran menulis. Penilaian aspek ini mengutamakan ketepatan penggunaan ejaan

dan tanda baca pada tulisan siswa. Hasil tes aspek penggunaan ejaan dan tanda baca

dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 8 Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan

dan Tanda Baca

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 4 4 11,4% 16

= 67,9 (cukup)

2. Baik 3 20 57% 60

3. Cukup 2 8 23% 16

4. Kurang 1 3 8,6% 3

Jumlah 35 100% 95 67,9

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek penggunaan ejaan dan tanda baca

Page 97: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

78

sebesar 67,9 dalam kategori cukup. Sebanyak 4 siswa atau 11,4% memeroleh kategori

sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 57% atau 20 siswa. Kategori cukup

sebanyak 8 siswa atau 23% dan 3 siswa atau 8,6% siswa dalam kategori kurang. Jadi,

kemampuan siswa dalam aspek penggunaan ejaan dan tanda baca sudah cukup namun

masih perlu peningkatan lebih lanjut.

4.1.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi

Aspek penilaian yang keempat yaitu kohesi dan koherensi. Suatu paragraf akan

memiliki makna yang utuh jika didalamnya terdapat kohesi dan koherensi yang tepat.

Suatu paragraf tidak akan bermakna tanpa kohesi dan koherensi. Penilaian aspek ini

difokuskan pada penggunaan kata ganti yang tepat, adanya keterkaitan antar kalimat

sehingga dapat membangun makna yang tepat. Hasil tes aspek kohesi dan koherensi

dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

Tabel 9 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 4 6 17% 24

= 73,6 (cukup)

2. Baik 3 21 60% 63

3. Cukup 2 8 23% 16

4. Kurang 1 0 0% 0

Jumlah 35 100% 103 73,6

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kohesi dan koherensi sebesar 73,6

Page 98: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

79

dalam kategori cukup. Sebanyak 6 siswa atau 17% memeroleh kategori sangat baik.

Perolehan kategori baik mencapai 60% atau 21 siswa. Kategori cukup sebanyak 8

siswa atau 23% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai kurang. Jadi,

kemampuan siswa dalam aspek penggunaan ejaan dan tanda baca sudah cukup namun

masih perlu peningkatan lebih lanjut.

4.1.2.5 Aspek Ketepatan Pemilihan Kata

Aspek penilaian yang kelima yaitu ketepatan pemilihan kata. Penilaian pada

aspek ini difokuskan pada pemilihan kata yang tepat sehingga mudah dipahami dan

dapat mewakili makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Hasil tes aspek ketepatan

pemilihan kata dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10 Hasil Tes Aspek Ketepatan Pemilihan Kata

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 4 3 8,6% 12

= 71,4 (cukup)

2. Baik 3 24 68,4% 72

3. Cukup 2 8 23% 16

4. Kurang 1 0 0% 0

Jumlah 35 100% 100 71,4

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek ketepatan pemilihan kata sebesar

71,4 dalam kategori cukup. Sebanyak 3 siswa atau 8,6% memeroleh kategori sangat

baik. Perolehan kategori baik mencapai 68,4% atau 24 siswa. Kategori cukup

Page 99: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

80

sebanyak 8 siswa atau 23% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai

kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah cukup

namun masih perlu peningkatan lebih lanjut.

4.1.2.6 Aspek Keruntutan Cerita

Aspek penilaian yang keenam yaitu keruntutan cerita. Cerita yang runtut tentu

akan lebih mudah dipahami oleh pembaca. Penilaian pada aspek urutan cerita

difokuskan pada susunan cerita yang runtut dan sesuai dengan teks wawancara

sehingga mudah dipahami oleh para pembaca. Hasil tes penilaian aspek keruntutan

cerita dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 11 Hasil Tes Aspek Keruntutan Cerita

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 4 8 22,9% 32

= 80 (baik)

2. Baik 3 26 74,2% 78

3. Cukup 2 1 2,9% 2

4. Kurang 1 0 0% 0

Jumlah 35 100% 112 80

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek keruntutan cerita sebesar 80 dalam

kategori baik. Sebanyak 8 siswa atau 22,9% memeroleh kategori sangat baik.

Perolehan kategori baik mencapai 74,2% atau 26 siswa. Kategori cukup sebanyak 1

siswa atau 2,9% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai kurang.

Page 100: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

81

Jadi, kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah baik namun

masih perlu peningkatan lebih lanjut.

4.1.2.7 Aspek Kerapian Tulisan

Aspek penilaian yang terakhir yaitu kerapian tulisan. Aspek ini sering tidak

diperhatikan oleh para siswa. Mereka menulis secara acak-acakan dan banyak coretan

sehingga sulit untuk dibaca. Bahkan sebagian siswa masih menulis dengan tidak rapi

sehingga tidak terbaca. Penilaian aspek kerapian tulisan difokuskan pada bentuk huruf

yang jelas, rapi, dan tidak ada coretan. Hasil tes untuk aspek kerapian tulisan dapat

dilihat pada tabel 11 berikut.

Tabel 12 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan

No. Kategori Skor Frekuensi Persentase

(%)

Bobot

Skor Rata-rata

1. Sangat baik 4 2 5,7% 8

= 66,4 (cukup)

2. Baik 3 19 54,3% 57

3. Cukup 2 14 40% 28

4. Kurang 1 0 0% 0

Jumlah 35 100% 93 66,4

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kerapian tulisan sebesar 66,4 dalam

kategori cukup. Sebanyak 2 siswa atau 5,7% memeroleh kategori sangat baik.

Perolehan kategori baik mencapai 54,3% atau 19 siswa. Kategori cukup sebanyak 14

siswa atau 40% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai kurang. Jadi,

kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah cukup namun masih

Page 101: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

82

perlu peningkatan lebih lanjut. Hal ini juga menunjukkkan bahwa sebagian siswa

masih menyepelekan kerapian tulisan dalam menulis.

4.1.3 Perilaku Siswa Siklus I

Perilaku siswa selama pembelajaran siklus I dapat diamati melalui hasil data

nontes yang terdiri atas observasi, wawancara, jurnal guru, jurnal siswa, dan

dokumentasi. Berikut ini adalah pemaparan dari data nontes.

4.1.3.1 Hasil Observasi Siklus I

Kegiatan observasi kelas pada siklus I dilaksanakan selama pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui

media kartun bercerita. Setelah pembelajaran berakhir diperoleh data mengenai

perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung.

Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku

siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil observasi akan dipaparkan pada tabel

berikut.

Tabel 13 Hasil Observasi Siklus I

No Aspek yang diobservasi Frekuensi Persentase Kategori

1.

Langkah 1: Siswa memperhatikan media kartun

bercerita yang ditampilkan guru.

Baik

a. Siswa memperhatikan media yang

ditayangkan dengan penuh semangat dan

apresiasi.

27 77,1%

b. Siswa hanya memperhatikan tanpa

apresiasi. 3 8,6%

c. Siswa tidak memperhatikan media yang

ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas 5 14,3%

Page 102: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

83

lain, misalnya berbicara dengan teman

sebangku.

2.

Langkah 2: Siswa mendengarkan beberapa

pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh

guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi

teks wawancara.

Sangat

Baik

a. Siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik

dan langsung bisa menjawab. 31 88,6%

b. Siswa mendengarkan pertanyaan namun

kesulitan dalam menjawab. 2 5,7%

c. Siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan

tidak bisa menjawab. 2 5,7%

3.

Langkah 3: Siswa dikelompokkan dengan

berpasangan dengan teman sebangku.

Masing-masing siswa menyusun pertanyaan

untuk praktik berwawancara.

a. Siswa terlihat antusias dan langsung

berdiskusi dengan pasangan. 24 68,6%

Cukup b. Siswa berdiskusi dengan pasangan, namun

terlihat kurang antusias. 8 22,9%

c. Siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam

berdiskusi. 3 8,5%

4.

Langkah 4: Setiap pasangan melakukan praktik

wawancara dan pewawancara mencatat

jawaban narasumber pada LK I. siswa

berwawancara dengan bergantian.

Cukup a. Siswa terlihat aktif dan antusias ketika

praktik wawancara. 24 68,6%

b. Siswa melakukan wawancara dengan benar

namun terlihat kurang antusias. 5 14,3%

Page 103: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

84

c. Siswa terlihat malas ketika berwawancara. 6 17,1%

5.

Langkah 5: siswa secara individu mengubah

teks hasil wawancara menjadi karangan narasi.

a. Siswa dapat mengubah teks wawancara

menjadi narasi secara tepat dan cepat. 15 42,9%

Kurang b. Siswa mengalami beberapa hambatan ketika

mengubah teks wawancara menjadi narasi. 20 57,1%

c. Siswa tidak dapat mengubah teks wawancara

menjadi narasi. 0 0%

Keterangan: Sangat Baik = 86-100%, Baik = 75-85%, Cukup = 65-74%, dan Kurang=

<65%

Berdasarkan tabel 12 dapat kita lihat hasil observasi pada siklus I. Observasi

dilakukan di beberapa langkah pembelajaran untuk mengetahui sikap siswa, baik sikap

positif maupun negatif. Kita dapat melihat beberapa sikap siswa dalam satu langkah

pembelajaran.

Langkah pertama yang diamati yaitu ketika guru menyajikan media kartun

bercerita dengan menggunakan LCD dan speaker, lalu siswa diminta untuk

memerhatikan. Pada langkah ini ada tiga respon siswa yang diamati. Pertama, siswa

memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi.

Sebanyak 77,1% siswa terlihat bersemangat dan mengapresiasi dengan baik media

yang disajikan guru. Hal ini nampak ketika siswa banyak yang ingin duduk di depan

agar bisa melihat media dengan baik. Kedua, siswa hanya memerhatikan tanpa

apresiasi. Sebanyak 8,6% siswa memperhatikan media yang disajikan guru, namun

mereka tidak mengapresiasi. Mereka hanya menonton media dengan tidak semangat.

Page 104: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

85

nampak beberapa siswa menonton sambil merebahkan kepala di meja. Ketiga, siswa

tidak memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain. Ka

Sebanyak 14,3% siswa tidak tertarik dengan media yang disajikan oleh guru. Bahkan

mereka melakukan aktivitas lain saat media ditampilkan. Beberapa siswa yang duduk

dibangku bagian belakang terlihat berbicara dengan teman sebangku. Hal ini

dikarenakan media yang tidak terlihat dengan baik di bangku bagian belakang karena

silau dengan sinar matahari.

Langkah kedua yang diamati yaitu ketika guru memberikan beberapa

pertanyaan pancingan agar siswa lebih kritis dalam menangkap informasi yang telah

disajikan melalui media kartun bercerita. Terdapat beberapa respon siswa ketika

langkah ini dilaksanakan, baik positif maupun negatif. Pertama, siswa mendengarkan

pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab. Sebanyak 31 siswa atau 88,6%

mendengarkan pertanyaan guru dan mampu menjawab dengan baik. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa mengamati media yang disajikan dengan baik. Kedua,

siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. Sebanyak 2 siswa

atau 5,7% memperhatikan pertanyaaan guru namun kesulitan dalam menjawab

pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa hanya menonton media tanpa

memahami informasi yang disajikan. Ketiga, siswa tidak mendengarkan pertanyaan

dan tidak bisa menjawab. Pada langkah ini pun ada sebanyak 2 siswa atau 5,7% tidak

mau mendengarkan pertanyaan dan akibatnya mereka tidak mampu menjawab. Hal ini

dikarenakan siswa tidak memperhatikan media yang disajikan sehingga mereka tidak

memahami apapun.

Page 105: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

86

Langkah ketiga yang diamati yaitu ketika siswa dikelompokkan dengan

berpasangan dengan teman sebangku dan masing-masing siswa menyusun pertanyaan

untuk praktik berwawancara. Pada tahap ini ada tiga langkah yang diamati. Pertama,

siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. Sebanyak 68,6%

siswa antusias dan langsung menyusun pertanyaan pada LK yang telah disiapkan

dengan berdiskusi pada pasangannya. Kedua, siswa berdiskusi dengan pasangan,

namun terlihat kurang antusias. Sebanyak 22,9% siswa berdiskusi namun terlihat

tidak antusias. Hal ini terlihat ketika siswa hanya membuat pertanyaan asal-asalan

saja. Ketiga, siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. Sebanyak 8,5%

siswa tidak tertarik pada tahap pembelajaran ini. Mereka terlihat malas untuk

membuat daftar pertanyaan, bahkan guru harus menegur beberapa kali agar mereka

membuat pertanyaan pada LK yang tersedia.

Langkah pembelajaran keempat yang diamati adalah setiap pasangan

melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada

LK I. siswa berwawancara dengan bergantian. Ada tiga perilaku yang tibul saat

pengamatan. Pertama, siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara.

Sebanyak 68,6% siswa terlihat aktif berwawancara dengan teman sebangku. Kedua,

siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. Sebanyak

14,3% siswa terliahat kurang bersemangat ketika berwawancara. Mereka terlihat

berwawancara hanya sebagai formalitas saja. Ketiga, siswa terlihat malas ketika

berwawancara. Sebanyak 17,1% siswa malas dalam berwawancara. Guru harus

beberapa kali menegur agar mereka melakukan praktik berwawancara.

Page 106: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

87

Langkah kelima saat siswa secara individu mengubah teks wawancara menjadi

paragraph narasi. Sebanyak 15 siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi

paragraf narasi secara cepat dan tepat. Sebanyak 20 siswa masih mengalami beberapa

kesulitan, namun meskipun masih mengalami kesulitan tetapi semua siswa sudah bisa

membuat karangan narasi.

Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa selama proses

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui kartun bercerita, jumlah siswa yang berperilaku positif lebih banyak

dibanding siswa yang berperilaku negatif.

4.1.3.2 Hasil Jurnal Siklus I

Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan siswa selama mengikuti kegiatan

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui kartun bercerita. Jurnal yang digunakan pada siklus I ada dua jenis,

yaitu siswa dan guru.

4.1.3.2.1 Jurnal Siswa

Jurnal siswa dibagikan pada akhir pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi. Jurnal siswa diisi secara individu untuk mengetahui respons siswa

terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Jurnal siswa berisi lima pertanyaan,

yaitu 1) materi apa yang telah Anda pelajari pada hari ini, 2) adakah kesulitan saat

mempelajari materi itu? Jika ada, sebutkan, 3) bagaimana perasaan Anda mengikuti

pembelajaran pada hari ini, 4) bagaimana pendapat Anda mengenai media

pembelajaran yang digunakan guru, dan 5) Berikan saran Anda untuk pembelajaran

yang akan datang!

Page 107: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

88

Pertanyaan pertama yang ditanyakan yaitu terkait tentang materi yang

dipelajari pada hari itu. Berdasarkan jurnal siswa yang telah diisi, 35 siswa mampu

menjawab sesuai dengan kompetensi yang mereka pelajari yaitu mengubah teks

wawancara menjadi narasi. Seperti yang diungkapkan R-30, “Tentang mengubah

wawancara menjadi narasi”. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-18, “Mengubah teks

wawancara menjadi narasi”.

Kedua, yaitu kesulitan siswa saat mempelajari materi yang disampaikan.

Sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan saat memahami materi, seperti yang

disampaikan oleh R-5, “Tidak ada”. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-3, “Tidak

ada, karena Bu Ana mengajarkan dengan sabar dan menyampaikan pembelajaran yang

dapat dimengerti.” Selain itu, ada pula siswa yang masih merasa kesulitan saat

mengikuti pembelajaran. Sebanyak 17% atau 6 siswa masih merasa kesulitan saat

mengikuti pembelajaran. Kesulitan yang dialami siswa berbeda-beda. Seperti yang

disampaikan R-12, “Ada, kesulitan mengganti kata atau kalimat dan merangkai

kaimatnya.” Kalimat tersebut mengungkapkan bahwa R-12 masih kesulitan

menggunakan kata ganti saat mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung.

Selain itu, R-12 masih kesulitan untuk merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf.

Persoalan yang lain timbul pada R-25, “Mengubah pertanyaan dan jawaban menjadi

narasi”. Persoalan tersebut dialami oleh beberapa siswa. Mereka masih kesulitan

mengubah teks wawancara yang berupa kalimat langsung menjadi karangan narasi

yang berupa kalimat tak langsung. Kesulitan yang serupa pun diungkapkan oleh R-6,

“Ada, pada saat mengubah teks wawancara menjadi narasi”. Jadi, kesulitan mereka

Page 108: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

89

terletak pada saat mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung dan

merangkainya.

Pertanyaan ketiga tentang perasaan siswa saat mengikuti pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui

kartun bercerita. Seluruh responden mengatakan senang terhadap pembelajaran yang

telah berlangsung. R-3 mengungkapkan, “Senang dan bangga bisa dapat ilmu dari

pembelajaran ini.” Selain itu, hal serupa pun diungkapkan oleh R-33, “Senang,

bahagia.” Bahkan R-33 menambahkan gambar orang tertawa yang berarti ia senang

dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Pertanyaan keempat berisi pendapat siswa tentang media pembelajaran yang

digunakan oleh guru. Sebanyak 34 siswa atau 97% mengungkapkan bahwa media

kartun bercerita yang digunakan oleh guru menarik dan dapat membantu mereka

dalam memahami materi. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh R-16, “Baik,

membuat materi ini menjadi lebih menarik untuk dipelajari.” Hal serupa pun

disampaikan oleh R-3, “Bagus dan istimewa karena ada media elektronik yang dapat

menayangkan cerita tentang wawancara.” Pendapat tersebut diperkuat oleh R-2,

“Baik, bagus, dan menyenangkan”. Selain itu, ada seorang siswa yang kurang tertarik

dengan media yang digunakan guru yaitu R-9, “Kurang efektif karena kurang lebar

layarnya.” Hal ini dikarenakan LCD yang digunakan berukuran kecil sehingga gambar

yang dihasilkan kurang maksimal. Oleh karena itu, R-9 yang duduk di bangku bagian

belakang kurang tertarik dengan media yang digunakan guru.

Page 109: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

90

Pertanyaan terakhir tentang saran yang ingin disampaikan siswa kepada guru.

Semua siswa berharap pembelajaran lebih baik lagi dan siswa menginginkan media

yang serupa pada semua materi. Hal tersebut diungkapkan oleh R-30, “Sebaiknya

kalau ada materi, pakai praktik seperti ini.” Hal serupa pun diungkapkan oleh R-33,

“Sebaiknya gunakan media pembelajaran lagi, supaya proses belajar-mengajar lebih

menyenangkan.”

4.1.3.2.2 Jurnal Guru

Jurnal guru memuat tentang hal yang dicermati oleh guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Jurnal guru diisi oleh guru pada saat pembelajaran. Aspek

yang ditulis dalam jurnal guru yakni, 1) bagaimana persiapan siswa sebelum

mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 2) bagaimana keaktifan siswa

dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan

metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 3) bagaimana tanggapan

siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi

narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 4)

bagaimana tanggapan siswa terhadap media kartun bercerita yang digunakan dalam

pembelajaran, dan 5) kejadian-kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui

media kartun bercerita?

Pertama tentang persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran mengubah

teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media

kartun bercerita. Guru mengungkapkan bahwa semua siswa siap untuk mengikuti

Page 110: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

91

pembelajaran bahasa Indonesia pada hari itu. Hal ini terlihat saat peneliti masuk kelas,

ketua kelas langsung memimpin salam kepada peneliti. Setelah itu, suasana kelas

menjadi hening. Berikut petikan salam dari siswa kepada guru. Ketua kelas, “Beri

salam kepada bu guru!”. Semua siswa menjawa, “Selamat siang, Bu.” Setelah itu guru

menjawab salam, lalu memulai pembelajaran.

Pertanyaan kedua berisi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita. Guru mengungkapkan bahwa keaktifan

siswa sudah mulai tampak ketika guru bertanya jawab dengan siswa pada kegiatan

apersepsi. Sebagian besar siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

Pada saat pembelajaran beberapa siswa juga sudah tidak canggung untuk bertanya

kepada peneliti apabila ada hal yang belum dipahami. Tetapi, ada juga beberapa siswa

yang masih enggan bertanya pada peneliti, mereka memilih bertanya pada teman yang

lain. Keaktifan juga terlihat ketiga peneliti menyajikan media kartun bercerita.

Sebagian siswa yang duduk di bangku bagian belakang menginginkan duduk di depan

agar bisa memahami media yang diputar dengan baik. Bahkan keaktifan siswa masih

terlihat hingga pembelajaran akan berakhir. Pada saat menyimpulkan materi yang

telah dipelajari, sebagian besar siswa menjawab secara bersamaan. Meskipun ada

beberapa siswa yang terlihat diam. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan

bahwa keaktifan siswa sudah cukup baik.

Pertanyaan ketiga berisi tentang tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita. Guru menjelaskan bahwa selama

Page 111: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

92

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I, tanggapan

siswa ketika mendapat penugasan dari peneliti cukup beragam. Sebagian siswa cukup

bersemangat dan langsung melaksanakan tugas sesuai dengan perintah peneliti, namun

beberapa siswa tidak memerhatikan dan justru melakukan aktivitas lainnya. Tetapi

setelah peneliti mengondisikan kelas dan menjelaskan ulang tugas yang belum mereka

pahami akhirnya mereka paham dan mengerjakannya.

Pertanyaan keempat berisi tentang tanggapan siswa terhadap media kartun

bercerita yang digunakan dalam pembelajaran. Guru mengungkapkan bahwa sebagian

besar siswa tertaik dengan media yang digunakan oleh peneliti. Hal ini nampak pada

jurnal siswa dan hasil wawancara. Sebagian besar siswa menyatakan tertarik dengan

media yang digunakan oleh peneliti. Hal ini juga nampak saat media diputar dan para

siswa memperhatikan dengan antusias, meskipun ada beberapa siswa yang kurang

tertarik.

Pertanyaan terakhir berisi tentang kejadian-kejadian apa saja yang muncul

pada saat pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Kelas penelitian merupakan kelas

dimana peneliti dulu melakukan pratik pengalaman lapangan (PPL) sehingga banyak

kejadian-kejadian menarik yang muncul saat pembelajaran. Guru pun menjelaskan

beberapa kejadian menarik yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung. Para siswa

merasa kangen dengan guru praktikan yang dulu mengajar mereka. Kejadian pertama

saat guru memasuki ruang kelas, seketika suasana pun menjadi heboh dan ramai.

Bahkan banyak siswa yang langsung maju ke depan untuk bersalaman dengan guru.

Selain itu, ada seorang siswa R-7 tiba-tiba bertanya, “Bu, kenapa bu Ana tidak

Page 112: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

93

mengajar di sini saja?” Guru pun merasa kaget dan terharu. Siswa mulai merasa

tertarik diajar oleh peneliti ketika praktik dulu, karena peneliti sering menggunakan

media dan metode pembelajaran yang terbaru dan inovatif. Tetapi setelah peneliti

menjelaskan akhirnya siswa memahami kehadiran peneliti yang hanya beberapa kali

untuk penelitian. Selain itu, R-27 yang merupakan salah satu siswa penggemar kartun

bertanya, “Bu, kalau nama tokohnya saya ganti menjadi nama kartun semua boleh

Bu?” Guru merasa senang karena sesuai dugaan peneliti bahwa siswa masih sangat

menyukai dunia kartun. Tetapi peneliti memberikan penjelasan bahwa informasi harus

sesuai dengan media yang ditampilkan dan siswa pun memahaminya. Setelah itu,

pembelajaran berlangsung dengan lancar dan kondusif hingga selesai.

4.1.3.3 Hasil Wawancara Siklus I

Wawancara dilakukan pada tiga siswa, yaitu siswa yang mendapat nilai tinggi,

sedang, dan rendah. Ketiga siswa tersebut adalah R-12, R-9, dan R-17. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang pembelajaran mengubah teks

wawancara menjadi narasi dengan metode pencrian informasi melalui media kartun

bercerita. Pertanyaan yang disusun peneliti meliputi: 1) apakah Anda tertarik

mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 2) apakah kamu dapat memahami

materi yang dijelaskan guru tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, 3)

kesulitan apakah yang kamu alami dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi

dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 4) manfaat apakah

yang kamu rasakan setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita,

Page 113: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

94

dan 5) kesan dan pesan apakah yang ingin kamu sampaikan rasakan setelah mengikuti

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita?

Pertanyaan pertama, siswa ditanya apakah tertarik mengikuti pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui

kartun bererita. R-12 menjawab, “Saya tertarik”. Hal serupa pun disampaikan oleh R-

9, “Tertarik”. Tetapi R-17 menjawab berbeda, “Saya tidak tertarik”. Siswa yang

mendapatkan nilai tinggi dan sedang yaitu R-12 dan R-9 menyatakan tertarik, namun

siswa yang mendapatkan nilai rendah yaitu R-17 menyatakan tidak tertarik dengan

pembelajaran.

Pertanyaan kedua tentang tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang

disampaikan oleh guru. R-12 menjawab, “Saya dapat memahami”. Hal serupa juga

diungkapkan oleh R-9 yang menjawa, “Memahami”. Dan R-17 pun menjawab, “Saya

dapat memahami.” Pada pertnyaan kedua semua responden yang diambil menyatakan

dapat memahami materi yang diberikan oleh guru, baik yang mendapatkan nilai

tinggi, sedang, maupun rendah.

Pertanyaan ketiga tentang kesulitan yang dialami siswa dalam mengubah teks

wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun

bercerita. R-12 menjawab, “Mengubah kata atau kalimat”, sedangkan R-9 menjawab,

“Gambar dan suara kurang”. Dan R-17 menjawab, “Kesulitan tentang penjelasan

cerita kartun”. Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa ketiga responden

mengalami kesulitan semua, namun pada aspek yang berbeda. R-9 dengan nilai dalam

kategori baik mengalami kesulitan dalam mengubah kalimat langsung pada teks

Page 114: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

95

wawancara menjadi kalimat tak langsung pada karangan narasi. R-9 yang

mendapatkan nilai dalam kategori cukup mengalami kesulitan menangkap informasi

ketika media disajikan. Selain itu, R-17 yang mendapatkan nilai dalam kategori

kurang memahami informasi yang disajikan melalui media kartun bercerita.

Pertanyaan keempat tentang manfaat yang dirasakan siswa setelah mengikuti

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita. R-12 menjawab, “Saya menjadi bisa

mengubah teks wawancara menjadi narasi”, sedangkan R-9 menjawab, “Lebih

mengerti dan lebih mudah”. Selain itu R-17 menjawab, “Bisa lebih mudah menjawab

soal tersebut.” Berdasarkan ketiga jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa semua

responden merasakan manfaat setelah mengikuti pembelajaran. Selain itu, metode

serta media yang digunakan guru juga memudahkan siswa dalam belajar.

Pertanyaan terakhir tentang kesan dan pesan yang ingin disampaikan rasakan

mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui media kartun bercerita. R-12 menjawab, “Kesan saya cara

pembelajarannya sudah jelas dan menyenangkan dan pesannya supaya lebih baik lagi

ketika mengajar”. Selain itu, R-9 menjawab, “Baik semuanya”. Dan R-17 menjawab,

“Tidak ada”. Berdasarkan jawaban responden R-12, R-9, dan R-17 dapat disimpulkan

bahwa siswa yang mendapatkan nilai baik memiliki kesan dan pesan yang baik pula,

begitu juga dengan siswa yang mendapatkan nilai kurang tidak mendapatkan kesan

apapun selama pembelajaran.

Page 115: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

96

4.1.3.4 Dokumentasi Siklus I

Dokumentasi foto merupakan data yang penting sebagai bukti terjadinya suatu

peristiwa. Dokumentasi foto akan memperkuat bukti analisis pada setiap siklus.

Pengambilan foto dalam proses pembelajaran dapat dijadikan gambaran aktivitas guru

dan siswa selama pembelajaran. Sebagai data penelitian, hasil dokumentasi foto ini

selanjutnya dideskripsikan sesuai keadaan yang terjadi dan dipadukan dengan data-

data yang lain. Dalam proses pengambilan foto, peneliti dibantu oleh rekan peneliti

dan hasil dokumentasi foto tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

Dokumentasi foto dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Pada siklus I

ini kegiatan yang didokumentasikan meliputi, 1) ketika aktivitas awal pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi, yaitu ketika guru memberikan penjelasan,

2) siswa mengamati media kartun bercerita, 3) guru mengulang materi yang belum

dipahami siswa, 4) siswa praktik berwawancara dengan teman sebangku, dan 5) siswa

mengubah teks wawancara menjadi narasi secara individu.

Gambar 1

Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Materi

Di awal pembelajaran guru menyampaikan materi tentang wawancara,

karangan narasi, serta kalimat langsung dan tak langsung. Ketika guru menjelaskan

Page 116: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

97

materi, nampak banyak aktivitas yang dilakukan siswa seperti terlihat pada gambar.

Beberapa siswa serius mendengarkan penjelasan guru, namun ada pula yang berbicara

dengan teman sebangku dan teman di belakangnya.

Gambar 2

Aktivitas Siswa Mengamati Kartun Bercerita

Siswa terlihat antusias dan serius ketika media kartun bercerita disajikan oleh

guru. Mereka terlihat tenang dan menyimak dengan saksama media tersebut. Hal ini

terlihat hingga pemutaran media selesai.

Gambar 3

Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Teman Sebangku

Sebelum melakukan wawancara, siswa terlebih dahulu berdiskusi dengan teman

sebangku untuk menyusun pertanyaan. Siswa terlihat sangat serius dalam berdiskusi,

namun siswa yang duduk di bangku belakang terlihat bercanda dengan teman yang

ada di sebelahnya.

Page 117: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

98

Gambar 4

Aktivitas Guru Mengulang Materi yang Belum Dipahami Siswa

Meskipun guru sudah menjelaskan materi di awal pembelajaran, namun masih

ada beberapa siswa yang belum memahami materi tersebut. Beberapa siswa

memanggil guru untuk menjelaskan materi tertentu yang belum mereka pahami.

Gambar 5

Aktivitas siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi

Siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi secara individu. Mereka

terlihat serius dalam mengerjakan tugas tersebut. Terkadang mereka terlihat berdiskusi

dengan teman sebangku untuk bertukar pendapat. Tetapi penulisannya tetap individu.

4.1.3.5 Refleksi Siklus I

Refleksi penelitian pada siklus I terdiri atas tiga bagian yaitu refleksi proses,

hasil, dan perubahan perilaku. Agar lebih jelas, perhatikan penjelasan berikut.

Page 118: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

99

4.1.3.5.1 Refleksi Proses

Berdasarkan penelitian siklus I ditemukan beberapa permasalahan pada proses

penelitian. Permasalahan tersebut yaitu, 1) ketika penyajian media kartun bercerita,

siswa yang duduk di bangku bagian belakang kurang dapat menangkap informasi yang

disajikan karena faktor LCD yang dimiliki sekolah berukuran kecil. Selain itu, ruang

kelas yang tidak memiliki gorden sehingga silau. Siswa juga merasa kesulitan

menangkap informasi karena disajikan secara langsung dalam sekali tayang, 2)

beberapa siswa kurang bersemangat selama mengikuti pembelajaran bahkan berbicara

dengan teman sebangku, 3) siswa belum memahami sepenuhnya materi yang

diberikan guru namun tidak mau bertanya, 4) saat pengelompokkan siswa bingung dan

gaduh dan 5) siswa kesulitan dalam menangkap informasi yang disajikan dalam sekali

tayang.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan maka peneliti akan melakukan

beberapa tindakan agar hasil yang dicapai sesuai target. Perbaikan tindakan yang

dilakukan peneliti yaitu, 1) pada tindakan siklus II peneliti mengubah media yang

digunakan menjadi berbentuk visual. Media dalam bentuk audiovisual yang digunakan

dirasa memiliki beberapa kelemahan dan peneliti menganggap media dalam bentuk

visual lebih tepat. Media yang digunakan tetap kartun bercerita, hanya bentuk dan

isinya saja yang berbeda. Melalui media kartun bercerita yang berbentuk visual, siswa

bisa memahami informasi yang ada secara bertahap sehingga tidak kebingungan. 2)

Guru menerapkan konsep kunjung karya agar siswa lebih aktif dan bersemangat, serta

memberikan hadiah untuk siswa yang memiliki nilai tertinggi. 3) guru menjelaskan

Page 119: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

100

kembali materi yang belum dipahami siswa, serta lebih mendekatkan diri dengan

siswa agar tidak takut jika ingin bertanya. Selain itu, guru juga membangun suasana

kelas yang nyaman sehingga siswa senang mengikuti pembelajaran. 4) guru

mengulangi peraturan pengelompokkan yaitu dengan teman sebangku, tidak boleh

dengan yang lain sehingga siswa lebih terarah. Selain itu, guru membantu siswa yang

kebingungan dengan mendatangi langsung. 5) guru menggunakan media visual agar

siswa lebih mudah memahami informasi yang disajikan melalui media.

4.1.3.5.2 Refleksi Hasil

Pada penelitian siklus I menghasilkan produk yang kurang maksimal. Pada

siklus I hanya mencapai nilai 70,7 padahal target penelitian sebesar 77. Beberapa

kekurangan terdapat pada hasil siklus I. Kekurangan tersebut yaitu 1) beberapa

penulisan kalimat tak langsung masih salah. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua

siswa dapat mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung. 2) penggunaan

kata ganti yang salah. 3) informasi dalam produk siswa kurang lengkap. 4) penulisan

karangan kurang rapi, dan 5) siswa cenderung membuat karangan sama seperti

ilustrasi yang ada di LK I.

Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti akan melakukan beberapa

perbaikan tindakan agar pembelajaran dapat mencapai target yang diharapkan.

Perbaikan tindakan tersebut yaitu, 1) guru menjelaskan kembali materi tentang kalimat

langsung dan tak langsung, memberikan beberapa contoh kalimat langsung yang

diubah menjadi kalimat tak langsung, serta memberikan kesempatan kepada siswa

yang belum paham untuk bertanya, 2) menjelaskan kembali materi tentang kata ganti,

Page 120: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

101

3) guru menjelaskan kembali pokok-pokok informasi yang harus ada dalam suatu

karangan yaitu unsur 5W+1H, 4) guru memberikan materi tentang teknik menulis

yang baik sehingga tulisan terlihat rapi, dan 5) penggunaan LK akan menggunakan

ilustrasi seminimal mungkin agar siswa tidak menyontek ilustrasi tersebut.

4.1.3.5.3 Refleksi Perilaku Siswa

Pada penelitian siklus I yang telah dilaksanakan, siswa sudah mulai tertarik

dengan pembelajaran. Hal ini nampak dari perilaku positif siswa dengan media yang

ditampilkan guru. Siswa cukup positif merespon media yang digunakan guru. Hal ini

nampak ketika guru menyajikan media semua siswa diam, meskipun beberapa siswa

tidak memperhatikan. Tidak hanya perilaku positif saja, perilaku negatif pun masih

nampak pada siklus I. Perilaku negatif yang masih muncul pada siklus I yaitu, 1) siswa

masih sering gaduh, terutama yang duduk dibangku bagian belakang, 2) siswa belum

berani bertanya pada guru jika mengalami kesulitan ketika pembelajaran, dan 3)

beberapa siswa terlihat tak bersemangat selama pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan perilaku siswa yang muncul pada siklus I, peneliti

akan melakukan beberapa perbaikan tindakan pada siklus II. Perbaikan tindakan

tersebut yaitu, 1) guru selalu berkeliling saat pembelajaran agar dapat menguasai kelas

sehingga siswa terutama yang duduk di bangku bagian belakang tidak gaduh. Selain

itu, guru juga memberikan perhatian khusus pada siswa yang gaduh misalnya dengan

memberikan peranyaan tentang materi yang sedang dipelajari. 2) guru berusaha agar

lebih dekat dengan siswa dan membuat suasana pembelajaran menjadi nyaman agar

siswa tidak takut untuk bertanya, dan 3) di awal pembelajaran guru memberitahukan

Page 121: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

102

siswa bahwa nanti di akhir pembelajaran siswa yang mendapatkan nilai tertinggi

mendapatkan hadiah dari guru. Hal ini diharapkan agar siswa lebih bersemangat untuk

mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru juga menambahkan aktivitas kunjung karya

antar kelompok agar siswa aktif dan bersemangat.

4.2 Penelitian Siklus II

Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Tindakan ini dilaksanakan karena

pada siklus I hasil pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan

metode pencarian informasi melalui kartun bercerita baru mencapai nilai rata-rata

kelas sebesar 70,7 atau masuk dalam kategori cukup. Padahal target nilai dalam

penelitian ini adalah 77 atau dalam kategori baik. Selain itu, masih ada perilaku

negatif yang dilakukan siswa saat mengikuti pembelajaran berlangsung. Dengan

demikian, tindakan siklus II dilakukan untuk memperbaiki hasil tes pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dan perilaku siswa ke arah yang lebih

positif, yaitu dengan memberikan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan siswa

pada siklus I. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada siklus II.

4.2.1 Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan

Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun Bercerita

Proses penelitian siklus II dilakukan selama dua kali pertemuan. Proses

pembelajaran yang berlangsung pada pembelajaran siklus II dapat digambarkan

sebagai berikut. Pada siklus II siswa tidak lagi kaget ketiga guru yang mengajar bukan

guru seperti biasanya. Guru mengucapkan salam dan dijawab keseluruhan siswa

dengan antusias. Di awal pembelajaran guru menceritakan tentang penulis sukses

Page 122: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

103

yaitu Darwis Tere Liye agar siswa bersemangat untuk menulis. Guru mengulas

kembali materi yang sudah pernah diberikan pada siklus I. Selain itu, guru

menjelaskan lebih detail materi yang masih sulit dipahami siswa. Hal ini dapat

diketahui guru dari jurnal siswa dan hasil wawancara. Guru memberikan kesempatan

jika ada siswa yang ingin bertanya mengenai materi, namun semua siswa menjawab

sudah jelas.

Langkah selanjutnya guru mengelompokkan siswa dengan berpasangan

dengan teman sebangku. Lalu guru membagikan media kartun bercerita. Siswa

diminta untuk mengamati media tersebut dengan saksama. Guru memberikan enam

pertanyaan pancingan agar siswa lebih teliti dalam menangkap informasi pada teks

wawancara. Siswa yang berperan menjadi pewawancara menyusun lima pertanyaan

berdasarkan media, sedangkan narasumber menyiapkan jawabannya. Siswa

melakukan praktik wawancara. Siswa secara berpasangan menyusun kerangka

karangan berdasarkan hasil wawancara. Lalu mengembangkannya menjadi sebuah

karangan narasi dengan bimbingan guru. Hasil pekerjaan tiap kelompok dikumpulkan.

Guru membagikan media kartun bercerita yang kedua. Guru membagikan LK I. Guru

membacakan enam pertanyaan pancingan agar siswa lebih teliti dalam mencermati

media. Masing-masing siswa diminta untuk membuat beberapa pertanyaan untuk

praktik berwawancara pada pertemuan selanjutnya. Guru bersama siswa

menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta melakukan refleksi. Pertemuan

pertama ditutup dengan salam.

Page 123: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

104

Pada pertemuan kedua guru kembali memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam. Siswa menjawab salam dan ini artinya mereka sudah siap untuk

mengikuti pembelajaran. Guru menanyakan kembali materi yang belum dipahami

siswa pada pembelajaran sebelumnya. Beberapa siswa masih belum mengerti tentang

cara mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung. Guru pun menjelaskannya

kembali. Siswa membentuk kelompok dengan berpasangan dengan teman sebangku.

Setiap pasangan melakukan praktik wawancara berdasarkan pertanyaan yang telah

dibuat di rumah dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK 1 pula.

Wawancara dilakukan secara bergantian. Guru membagikan LK II. Tiap-tiap siswa

menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan informasi yang telah didapatkan

dari kegiatan wawancara. Guru membentuk empat kelompok, masing-masing

kelompok terdiri atas sembilan siswa. Masing-masing kelompok memilih satu karya

terbaik diantara mereka untuk ditempel di papan tulis. Pada siklus II guru

menambahkan kunjung karya dan memberikan reward pada siswa yang mendapatkan

nilai tertinggi. Masing-masing kelompok melakukan kunjung karya dan 4 siswa

perwakilan kelompok memberikan tanda bintang pada karya yang terbaik. Hal ini

dilakukan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Karya terbaik masing-masing

kelompok ditempel di papan tulis. Setelah itu, siswa melakukan kunjung karya

bersama kelompok mereka dan memberikan gambar bintang pada karya yang menurut

mereka paling bagus. Guru pun membimbing mereka dalam memberikan penilaian.

Karya terbaik mendapatkan reward dari guru. Guru bersama siswa menyimpulkan

materi pembelajaran lalu refleksi dan diakhiri dengan salam.

Page 124: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

105

4.2.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi

Narasi dengan Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun

Bercerita

Tindakan siklus II dilakukan untuk memperbaiki hasil tes pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dan perilaku siswa ke arah yang lebih

positif, yaitu dengan memberikan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan siswa

pada siklus I. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada siklus II.

Pada bagian ini membahasa tentang hasil tes siswa, sedangkan hasil nontes dibahas

pada perubahan perilaku.

Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi

Siklus II

No. Kategori Nilai F %

Jumlah

Nilai

Rata-rata

Nilai

1. Sangat Baik >85 9 25% 807

= 81

(baik)

2. Baik 75-85 27 75% 2109

3. Cukup 65-74 0 0% 0

4. Kurang <65 0 0% 0

Jumlah 36 100% 2916 81

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keterampilan mengubah teks

wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang pada siklus II rata-rata

sebesar 81 dalam kategori baik. Nilai ini meningkat dibandingkan rata-rata kelas pada

penelitian siklus I yang hanya sebesar 70,7 dalam kategori cukup. Penelitian siklus II

Page 125: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

106

melibatkan 36 siswa berbeda dengan siklus I yang hanya diikuti 35 siswa karena satu

orang siswa tidak hadir. Pada penelitian siklus II tidak ada siswa yang mendapatkan

nilai kurang dari 65 atau dalam kategori kurang. Sebanyak 27 siswa atau 75% siswa

mendapatkan nilai dengan rentang skor 75-85 dalam kategori baik, dan yang terakhir 9

siswa atau 25% yang mendapatkan nilai diatas 85 dalam kategori sangat baik.

Peningkatan yang terjadi pada siklus II karena siswa telah memahami atau

menguasai materi pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan

metode pencarian informasi melalui media karun bercerita. Selain itu, siswa juga

mengetahui letak kesalahan dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada

siklus I, sehingga kesalahan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus II.

Terbukti dengan nilai rata-rata klasikal kelas VIID dapat mencapai nilai batas

ketuntasan dan mencapai taget penelitian.

Hasil penelitian sudah mencapai target penelitian yaitu nilai rata-rata klasikal

sebesar 77 atau dalam kategori baik. Sebanyak 27 siswa mencapai kategori baik, dan

masing-masing 9 siswa memeroleh kategori nilai sangat baik dan tidak ada siswa yang

mendapatkan nilai cukup maupun kurang.

Berdasarkan hasil tes keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi

pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa

dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata siswa hanya 70,7 dan pada siklus

II meningkat menjadi 81. Selain itu, pada siklus II ini nilai rata-rata kelas sudah

mencapai batas target keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi yang

telah ditetapkan, yaitu 77. Semua siswa telah berhasil mencapai batas ketuntasan

minimal tersebut. Hasil penilaian dari tiap aspek dipaparkan sebagai berikut.

Page 126: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

107

4.2.2.1 Aspek Kesesuaian Isi

Aspek kesesuaian isi sangat penting ketika siswa mengubah teks wawancara

menjadi narasi. Semua informasi yang terdapat pada teks wawancara harus mampu

siswa pahami, lalu diubah menjadi sebuah karangan narasi. Penilaian aspek kesesuaian

isi ini menitikberatkan pada kelengkapan isi yang terdapat pada karangan narasi yang

telah disusun siswa. Karangan yang mencakup informasi secara lengkap mendapatkan

skor maksimal pada aspek ini. Hasil tes pada aspek kesesuaian isi dapat dilihat pada

tabel 15 berikut.

Tabel 15 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus II

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 5 7 19% 35

= 81 (baik)

2. Baik 4 24 67% 96

3. Cukup 3 5 14% 15

4. Kurang 2 0 0% 0

Jumlah 36 100% 146 81

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi pada aspek kesesuaian isi sebesar 81 dalam

kategori baik. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan daripada siklus I. Pada

siklus I hasil tes pada aspek kesesuaian isi hanya sebesar 72 dalam kategori cukup.

Terdapat 7 siswa dengan kategori sangat baik atau 19%, 24 siswa atau 67% dengan

Page 127: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

108

kategori baik, 5 siswa atau 14% dalam kategori cukup dan tidak ada siswa yang

mendapatkan nilai kurang.

4.2.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung

Aspek penilaian yang kedua yaitu penggunaan kalimat langsung dan tak

langsung. Teks wawancara menggunakan kalimat langsung, sedangkan karangan

narasi biasanya menggunakan kalimat tak langsung sehingga siswa harus mampu

mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung. Beberapa kriteria yang menjadi

penilaian dalam aspek ini yaitu penggunaan kata tugas (bahwa, agar, sebab, supaya,

dst.) dan tidak menggunakan tanda petik dalam kalimat tak langsung. Hasil tes aspek

penggunaan kalimat langsung dan tak langsung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung

dan Tak Langsung Siklus II

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 5 4 11% 20

= 75,5 (baik)

2. Baik 4 20 56% 80

3. Cukup 3 12 33% 36

4. Kurang 2 0 0 % 0

Jumlah 36 100% 136 75,5

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek penggunaan kalimat langsung dan tak

langsung pada siklus II sebesar 75,5 dalam kategori baik. Sebanyak 4 siswa atau 11%

Page 128: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

109

memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 56% atau 20

siswa. Kategori cukup sebanyak 12 siswa atau 33% dan tidak ada siswa yang

mendapatkan nilai dalam kategori kurang. Jadi, pada aspek penggunaan kalimat

langsung dan tak langsung siklus II sudah mengalami peningkatan daripada siklus I.

pada siklus II hanya sebesar 68,6 atau dalam kategori cukup.

4.2.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Aspek penilaian yang ketiga adalah penggunaan ejaan dan tanda baca. Aspek

ini biasanya sering diabaikan ketika siswa mengikuti pembelajaran menulis. Mereka

hanya mengutamakan isi saja, padahal aspek ini merupakan salah satu penilaian dalam

pembelajaran menulis. Penilaian aspek ini mengutamakan ketepatan penggunaan ejaan

dan tanda baca pada tulisan siswa. Hasil tes aspek penggunaan ejaan dan tanda baca

dapat dilihat pada tabel 17 berikut.

Tabel 17 Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan

dan Tanda Baca Siklus II

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 4 14 39% 56

= 84 (cukup)

2. Baik 3 18 50% 54

3. Cukup 2 4 11% 8

4. Kurang 1 0 0% 0

Jumlah 36 100% 118 84

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek penggunaan ejaan dan tanda baca

Page 129: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

110

pada siklus II sebesar 84 dalam kategori baik. Sebanyak 14 siswa atau 39%

memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 50% atau 18

siswa. Kategori cukup sebanyak 4 siswa atau 11% dan tidak ada siswa yang

mendapatkan nilai dalam kategori kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam aspek

penggunaan ejaan dan tanda baca pada siklus II mengalami peningkatan daripada

siklus I yang hanya sebesar 67,9 dalam kategori cukup.

4.2.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi

Aspek penilaian yang keempat yaitu kohesi dan koherensi. Suatu paragraf

akan memiliki makna yang utuh jika didalamnya terdapat kohesi dan koherensi yang

tepat. Suatu paragraf tidak akan bermakna tanpa kohesi dan koherensi. Penilaian aspek

ini difokuskan pada penggunaan kata ganti yang tepat, adanya keterkaitan antar

kalimat sehingga dapat membangun makna yang tepat. Hasil tes aspek kohesi dan

koherensi dapat dilihat pada tabel 18 berikut.

Tabel 18 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 4 13 36% 52

= 86 (sangat baik)

2. Baik 3 23 64% 69

3. Cukup 2 0 0% 0

4. Kurang 1 0 0% 0

Jumlah 36 100% 121 86

Page 130: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

111

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kohesi dan koherensi pada siklus II

sebesar 86 dalam kategori sangat baik. Sebanyak 13 siswa atau 36% memeroleh

kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 64% atau 23 siswa. Pada

siklus kedua ini tidak ada siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori cukup

maupun kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek

penggunaan ejaan dan tanda baca sudah bagus. Nilai rata-rata kelas pun sudah

meningkat daripada siklus I yang hanya sebesar 76,3 menjadi 86 dalam kategori

sangat baik.

4.2.2.5 Aspek Ketepatan Pemilihan Kata

Aspek penilaian yang kelima yaitu ketepatan pemilihan kata. Penilaian pada

aspek ini difokuskan pada pemilihan kata yang tepat sehingga mudah dipahami dan

dapat mewakili makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Hasil tes aspek ketepatan

pemilihan kata pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19 Hasil Tes Aspek Ketepatan Pemilihan Kata Siklus II

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 4 10 28% 40

= 84 (baik)

2. Baik 3 26 72% 78

3. Cukup 2 0 0% 0

4. Kurang 1 0 0% 0

Jumlah 36 100% 118 84

Page 131: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

112

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek ketepatan pemilihan kata pada siklus

II sebesar 84 dalam kategori baik. Sebanyak 10 siswa atau 28% memeroleh kategori

sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 72% atau 26 siswa. Pada siklus II tidak

ada siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori cukup maupun kurang. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah

baik dan mengalami peningkatan daripada rata-rata siklus I yang hanya sebesar 71,4

dalam kategori cukup.

4.2.2.6 Aspek Keruntutan Cerita

Aspek penilaian yang keenam yaitu keruntutan cerita. Cerita yang runtut tentu

akan lebih mudah dipahami oleh pembaca. Penilaian pada aspek urutan cerita

difokuskan pada susunan cerita yang runtut dan sesuai dengan teks wawancara

sehingga mudah dipahami oleh para pembaca. Hasil tes penilaian aspek keruntutan

cerita dapat dilihat pada tabel 20 berikut.

Tabel 20 Hasil Tes Aspek Keruntutan Cerita Siklus II

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 4 15 42% 60

= 88 (sangat

baik)

2. Baik 3 21 58% 63

3. Cukup 2 0 0% 0

4. Kurang 1 0 0% 0

Jumlah 36 100% 123 88

Page 132: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

113

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek keruntutan cerita pada siklus sebesar

88 dalam kategori sangat baik. Sebanyak 15 siswa atau 42% memeroleh kategori

sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 58% atau 21 siswa. pada aspek ini

tidak ada siswa yangmendapatkan nilai dalam kategori cukup maupun kurang. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah

sudah sangat baik dan meningkat daripada rata-rata siklus I yang hanya sebesar 80

dalam kategori baik.

4.2.2.7 Aspek Kerapian tulisan

Aspek penilaian yang terakhir yaitu kerapian tulisan. Aspek ini sering

diabaikan oleh para siswa. Mereka menulis secara acak-acakan dan banyak coretan

sehingga sulit untuk dibaca. Bahkan sebagian siswa masih menulis dengan tidak rapi

sehingga tidak terbaca. Penilaian aspek kerapian tulisan difokuskan pada bentuk huruf

yang jelas, rapi, dan tidak ada coretan. Hasil tes untuk aspek kerapian tulisan dapat

dilihat pada tabel 21 berikut.

Tabel 21 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus II

No. Kategori Skor Frekuensi

Persentase

(%)

Bobot

Skor

Rata-rata

1. Sangat baik 4 9 25% 36

= 82 (baik)

2. Baik 3 25 69% 75

3. Cukup 2 2 6% 4

4. Kurang 1 0 0% 0

Jumlah 35 100% 115 82

Page 133: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

114

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam

mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kerapian tulisan pada siklus II

sebesar 82 dalam kategori baik. Sebanyak 9 siswa atau 25% memeroleh kategori

sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 69% atau 25 siswa. Kategori cukup

sebanyak 2 siswa atau 6% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai

kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek ketepatan

pemilihan kata sudah baik meskipun ada dua siswa yang hanya menadapatkan nilai

dalam kategori cukup.

4.2.3 Perubahan Perilaku Siklus II

Perubahan perilaku siswa pada siklus II dapat diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, jurnal, dan dokumentasi. Berikut ini adalah pemaparan dari data nontes

tersebut.

4.2.3.1 Hasil Observasi Siklus II

Kegiatan observasi kelas pada siklus II sama seperti siklus I. Observasi

dilaksanakan selama pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan

metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Setelah pembelajaran

berakhir diperoleh data mengenai perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung.

Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku

siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil observasi akan dipaparkan pada tabel 22

berikut.

Page 134: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

115

Tabel 22 Hasil Observasi Siklus II

No Aspek yang diobservasi Frekuensi Persentase

(%) Kategori

1.

Langkah I: Siswa memperhatikan media

kartun bercerita yang ditampilkan guru.

Sangat

Baik

a. Siswa memperhatikan media yang

ditayangkan dengan penuh semangat dan

apresiasi.

32 89%

b. Siswa hanya memperhatikan tanpa

apresiasi. 2

5,5%

c. Siswa tidak memperhatikan media yang

ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas

lain, misalnya berbicara dengan teman

sebangku.

2 5,5%

2.

Langkah II: Siswa mendengarkan beberapa

pertanyaan pancingan yang dibacakan

oleh guru agar lebih teliti dalam

menganalisis isi teks wawancara.

Sangat

Baik

a. Siswa mendengarkan pertanyaan dengan

baik dan langsung bisa menjawab. 31

86%

b. Siswa mendengarkan pertanyaan namun

kesulitan dalam menjawab. 5

14%

c. Siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan

tidak bisa menjawab. 0 0%

3.

Langkah III: Siswa dikelompokkan dengan

berpasangan dengan teman sebangku.

Masing-masing siswa menyusun

pertanyaan untuk praktik berwawancara.

a. Siswa terlihat antusias dan langsung

berdiskusi dengan pasangan. 32

89%

Sangat

Baik

Page 135: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

116

b. Siswa berdiskusi dengan pasangan, namun

terlihat kurang antusias. 2

5,5%

c. Siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam

berdiskusi. 2

5,5%

4.

Langkah IV: Setiap pasangan melakukan

praktik wawancara dan pewawancara

mencatat jawaban narasumber pada LK I.

siswa berwawancara dengan bergantian.

Sangat

Baik a. Siswa terlihat aktif dan antusias ketika

praktik wawancara. 32 89%

b. Siswa melakukan wawancara dengan

benar namun terlihat kurang antusias. 4

11%

c. Siswa terlihat malas ketika berwawancara. 0 0%

5.

Langkah 5: siswa secara individu mengubah

teks hasil wawancara menjadi karangan

narasi.

a. Siswa dapat mengubah teks wawancara

menjadi narasi secara tepat dan cepat. 29 80,6%

Baik

b. Siswa mengalami beberapa hambatan

ketika mengubah teks wawancara menjadi

narasi.

7 19,4%

c. Siswa tidak dapat mengubah teks

wawancara menjadi narasi. 0 0%

Keterangan: Sangat Baik = 86-100%, Baik = 75-85%, Cukup = 65-74%, dan Kurang=

<65%

Berdasarkan tabel 20 dapat kita lihat hasil observasi pada siklus II. Observasi

dilakukan di beberapa langkah pembelajaran untuk mengetahui sikap siswa, baik sikap

positif maupun negatif. Kita dapat melihat beberapa sikap siswa dalam satu langkah

pembelajaran.

Page 136: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

117

Langkah pertama yang diamati yaitu ketika guru menyajikan media kartun

bercerita, lalu siswa diminta untuk memperhatikan. Media kartun bercerita yang

digunakan guru pada siklus II berbeda dengan media pada siklus I. Pada siklus I guru

menggunakan media kartun bercerita yang berbentuk audiovisual, pada siklus II guru

menggunakan media kartun bercerita yang berbentuk visual. Hal ini dilakukan guru

karena pada siklus I banyak hambatan yang dialami guru ketika menggunakan media

audiovisual. Pada langkah ini ada tiga respon siswa yang diamati. Pertama, siswa

memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi.

Sebanyak 89% siswa terlihat bersemangat dan mengapresiasi dengan baik media yang

disajikan guru. Hal ini nampak ketika siswa banyak yang ingin duduk di depan agar

bisa melihat media dengan baik. Kedua, siswa hanya memperhatikan tanpa apresiasi.

Sebanyak 5,5% siswa memperhatikan media yang disajikan guru, namun mereka tidak

mengapresiasi. Mereka hanya menonton media dengan tidak semangat. Nampak

beberapa siswa menonton sambil merebahkan kepala di meja. Ketiga, siswa tidak

memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain. Sebanyak

5,5% siswa tidak tertarik dengan media yang disajikan oleh guru. Bahkan mereka

melakukan aktivitas lain saat media ditampilkan.

Langkah kedua yang diamati yaitu ketika guru memberikan beberapa

pertanyaan pancingan agar siswa lebih kritis dalam menangkap informasi yang telah

disajikan melalui media kartun bercerita. Terdapat beberapa respon siswa ketika

langkah ini dilaksanakan, baik positif maupun negatif. Pertama, siswa mendengarkan

pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab. Sebanyak 31 siswa atau 86%

mendengarkan pertanyaan guru dan mampu menjawab dengan baik. Hal ini

Page 137: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

118

menunjukkan bahwa siswa mengamati media yang disajikan dengan baik. Kedua,

siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. Sebanyak 5 siswa

atau 14% memperhatikan pertanyaaan guru namun kesulitan dalam menjawab

pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa hanya menonton media tanpa

memahami informasi yang disajikan. Ketiga, siswa tidak mendengarkan pertanyaan

dan tidak bisa menjawab. Poin ketiga tidak nampak pada saat pembelajaran atau

sebesar 0%.

Langkah ketiga yang diamati yaitu ketika siswa dikelompokkan dengan

berpasangan dengan teman sebangku dan masing-masing siswa menyusun pertanyaan

untuk praktik berwawancara. Pada tahap ini ada tiga respon siswa yang diamati.

Pertama, siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. Sebanyak

89% siswa antusias dan langsung menyusun pertanyaan pada LK yang telah disiapkan

dengan berdiskusi pada pasangannya. Kedua, siswa berdiskusi dengan pasangan,

namun terlihat kurang antusias. Sebanyak 5,5% siswa berdiskusi namun terlihat tidak

antusias. Hal ini terlihat ketika siswa hanya membuat pertanyaan asal-asalan saja.

Ketiga, siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. Sebanyak 5,5% siswa

tidak tertarik pada tahap pembelajaran ini. Mereka terlihat malas untuk membuat

daftar pertanyaan, bahkan guru harus menegur beberapa kali agar mereka membuat

pertanyaan pada LK yang tersedia.

Langkah pembelajaran keempat yang diamati adalah setiap pasangan

melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada

LK I. Siswa berwawancara dengan bergantian. Ada tiga perilaku yang timbul saat

pengamatan. Pertama, siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara.

Page 138: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

119

Sebanyak 89% siswa terlihat aktif berwawancara dengan teman sebangku. Kedua,

siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. Sebanyak

11% siswa terliahat kurang bersemangat ketika berwawancara. Mereka terlihat

berwawancara hanya sebagai formalitas saja. Ketiga, siswa terlihat malas ketika

berwawancara. Respon ketiga ini tidak nampak pada siswa atau hanya sebesar 0%.

Langkah pembelajaran kelima yang diamati yaitu ketika siswa secara individu

mengubah teks wawancara menjadi narasi. Sebanyak 29 siswa dapat mengubah teks

secara cepat dan tepat. Selain itu, sebanyak 7 siswa atau 19,4% masih mengalami

beberapa kesulitan dan semua siswa sudah dapat mengubah teks wawancara menjadi

narasi.

Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa selama proses

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui kartun bercerita, jumlah siswa yang berperilaku positif lebih banyak

dibanding siswa yang berperilaku negatif. Bahkan hanya beberapa siswa saja yang

melakukan hal negatif. Hal ini terbukti dengan tiap-tiap langkah mendapatkan poin

yang baik.

4.2.3.2 Hasil Jurnal Siklus II

Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan siswa selama mengikuti kegiatan

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui kartun bercerita. Jurnal yang digunakan pada siklus I ada dua jenis,

yaitu siswa dan guru.

Page 139: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

120

4.2.3.2.1 Hasil Jurnal Siswa Siklus II

Jurnal siswa dibagikan pada akhir pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi. Jurnal siswa diisi secara individu untuk mengetahui respons siswa

terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Jurnal siswa berisi lima pertanyaan,

yaitu 1) materi apa yang telah Anda pelajari pada hari ini, 2) adakah kesulitan saat

mempelajari materi itu? Jika ada, sebutkan, 3) bagaimana perasaan Anda mengikuti

pembelajaran pada hari ini, 4) bagaimana pendapat Anda mengenai media

pembelajaran yang digunakan guru, dan 5) Berikan saran Anda untuk pembelajaran

yang akan datang!

Pertanyaan pertama yang ditanyakan yaitu terkait tentang materi yang

dipelajari pada hari itu. Berdasarkan jurnal siswa yang telah diisi, 36 siswa mampu

menjawab sesuai dengan kompetensi yang mereka pelajari yaitu mengubah teks

wawancara menjadi narasi. Seperti yang diungkapkan R-17, “Tentang mengubah hasil

wawancara menjadi narasi”. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-8 dan R-30, R-8

berkata, “Mengubah teks wawancara menjadi narasi”, sedangkan R-30

mengungkapkan, “Mengubah teks wawancara menjadi paragraf”.

Kedua, yaitu kesulitan siswa saat mempelajari materi yang disampaikan.

Sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan saat memahami materi, seperti yang

disampaikan oleh R-29, “Tidak ada”. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-31, “Tidak

ada.” Selain itu, ada pula siswa yang masih merasa kesulitan saat mengikuti

pembelajaran. Sebanyak 2 siswa masih merasa kesulitan saat mengikuti pembelajaran.

Kesulitan yang dialami siswa berbeda-beda. Seperti yang disampaikan R-1, “Ada,

Page 140: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

121

tentang mengubah teks wawancara.” Kalimat tersebut mengungkapkan bahwa R-1

masih kesulitan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Persoalan yang

lain timbul pada R-12, “Ada, menjawab pertanyaan dan mengubah kalimat”.

Pernyataan tersebut mengungkapkan bahawa R-12 masih mengalami kesulitan dalam

mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung.

Pertanyaan ketiga tentang perasaan siswa saat mengikuti pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui

kartun bercerita. Seluruh responden mengatakan senang terhadap pembelajaran yang

telah berlangsung. R-22 mengungkapkan, “Senang.” Selain itu, hal serupa pun

diungkapkan oleh R-17, “Senang.” R-34 pun mengungkapkan, “Senang.”

Pertanyaan keempat berisi pendapat siswa tentang media pembelajaran yang

digunakan oleh guru. Sebanyak 36 siswa mengungkapkan bahwa media kartun

bercerita yang digunakan oleh guru menarik dan dapat membantu mereka dalam

memahami materi. Adanya media kartun bercerita membuat mereka santai dalam

memahami materi namun juga dapat membantu mereka selama pembelajaran. Hal

tersebut seperti yang diungkapkan oleh R-29, “Menarik dan santai.” Hal serupa pun

disampaikan oleh R-28, “Seru.” Pendapat tersebut diperkuat oleh R-3, “Bagus dan

kreatif”.

Pertanyaan terakhir tentang saran yang ingin disampaikan siswa kepada guru.

Semua siswa berharap pembelajaran lebih baik lagi dan menggunakan media yang

menarik. Hal tersebut diungkapkan oleh R-30, “Semoga pelajaran selanjutnya seperti

Page 141: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

122

yang dipelajari ini.” Hal serupa pun diungkapkan oleh R-4, “Semoga pembelajaran

yang akan datang lebih baik dari sekarang.”

4.2.3.2.2 Jurnal Guru

Jurnal guru memuat tentang hal yang dicermati oleh guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Jurnal guru diisi oleh guru pada saat pembelajaran. Aspek

yang ditulis dalam jurnal guru yakni, 1) bagaimana persiapan siswa sebelum

mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 2) bagaimana keaktifan siswa

dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan

metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 3) bagaimana tanggapan

siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi

narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 4)

bagaimana tanggapan siswa terhadap media kartun bercerita yang digunakan dalam

pembelajaran, dan 5) kejadian-kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui

media kartun bercerita?

Pertama tentang persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran mengubah

teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media

kartun bercerita. Guru menjawab bahwa semua siswa siap untuk mengikuti

pembelajaran bahasa Indonesia pada hari itu. Bahkan siswa terlihat lebih siap

mengikuti pembelajaran pada siklus kedua. Siswa tak lupa memberikan salam sapaan

kepada guru yang baru masuk kelas. Berikut petikan salam dari siswa kepada peneliti.

Page 142: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

123

Ketua kelas, “Beri salam kepada bu guru!” Semua siswa menjawa, “Selamat siang,

Bu.” Setelah itu peneliti pun menjawab salam, lalu memulai pembelajaran.

Pertanyaan kedua berisi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita. Keaktifan siswa selama pembelajaran cukup

tinggi. Guru yang telah mengikuti pembelajaran menjelaskan bahwa keaktifan siswa

sudah mulai tampak pada awal pembelajaran yakni pada kegiatan apersepsi. Siswa

sudah tak takut lagi dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Selain itu,

pada saat pembelajaran siswa juga sudah tidak canggung untuk bertanya kepada

peneliti apabila ada hal yang belum dipahami. Sudah tidak ada siswa yang takut

bertanya kepada peneliti. Keaktifan juga terlihat ketiga peneliti membagikan media

kartun bercerita. Mereka langsung bertanya tentang media yang dibagikan peneliti.

Bahkan keaktifan siswa masih terlihat hingga pembelajaran akan berakhir. Pada saat

menyimpulkan materi yang telah dipelajari, sebagian besar siswa menjawab dengan

antusias. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa

sudah baik.

Pertanyaan ketiga berisi tentang tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita. Guru menjawab bahwa selama pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus II, tanggapan siswa ketika

mendapat penugasan dari peneliti sangat baik, hampir tidak terlihat siswa yang

bersikap negatif. Siswa bersemangat dan langsung melaksanakan tugas sesuai dengan

Page 143: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

124

perintah peneliti. Semua siswa melaksanakan tugas dengan baik dan enang. Tak ada

lagi siswa yang merasa kebingungan.

Pertanyaan keempat berisi tentang tanggapan siswa terhadap media kartun

bercerita yang digunakan dalam pembelajaran. Guru mengungkapkan bahwa seluruh

siswa menyatakan tertaik dengan media yang digunakan oleh peneliti. Siswa terlihat

antusias dengan media yang digunakan peneliti. Hal ini pun nampak pada jurnal siswa

dan hasil wawancara. Bahkan siswa terlihat senang dengan media yang baru pertama

kali mereka dapatkan.

Pertanyaan terakhir berisi tentang kejadian-kejadian apa saja yang muncul

pada saat pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Guru mengungkapkan bahwa

siswa terlihat sangat akrab dengan guru ketika pembelajaran berlangsung. Bahkan

mereka sering bercanda dengan guru, namun masih dalam tahap wajar. Selain

kejadian tersebut, pembelajaran berlangsung secara lancar.

4.2.3.3 Hasil Wawancara Siklus II

Wawancara dilakukan pada tiga siswa, yaitu siswa yang mendapat nilai tinggi,

sedang, dan rendah. Ketiga siswa tersebut adalah R-31, R-21, dan R-17. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang pembelajaran mengubah teks

wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun

bercerita. Pertanyaan yang disusun peneliti meliputi, 1) apakah Anda tertarik

mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 2) apakah kamu dapat memahami

materi yang dijelaskan guru tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, 3)

Page 144: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

125

kesulitan apakah yang kamu alami dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi

dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 4) manfaat apakah

yang kamu rasakan setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita,

dan 5) kesan dan pesan apakah yang ingin kamu sampaikan rasakan setelah mengikuti

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita?

Pertanyaan pertama, siswa ditanya apakah tertarik mengikuti pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui

kartun bererita. R-31 menjawab, “Tertarik”. Hal serupa pun disampaikan oleh R-21,

“Ya, tertarik”. R-17 pun menjawab, “Tertarik”. Ketiga siswa tersebut dapat mewakili

pendapat teman-temannya bahwa mereka tertarik mengikuti pembelajaran.

Pertanyaan kedua tentang tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang

disampaikan oleh guru. R-31 menjawab, “Saya dapat memahami”. Hal serupa juga

diungkapkan oleh R-21 yang menjawab, “Ya, memahami”. Dan R-17 pun menjawab,

“Saya dapat memahami.” Pada pertnyaan kedua semua responden yang diambil

menyatakan dapat memahami materi yang diberikan oleh guru, baik yang

mendapatkan nilai tinggi, sedang, maupun rendah.

Pertanyaan ketiga tentang kesulitan yang dialami siswa dalam mengubah teks

wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun

bercerita. R-31 menjawab, “Tidak ada”, sedangkan R-9 juga menjawab, “Tidak ada”.

Bahkan R-17 pun menjawab, “Tidak ada kesulitan”. Berdasarkan jawaban tersebut

Page 145: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

126

dapat diketahui bahwa semua responden yang diwawancarai tidak mengalami

kesulitan dalam pembelajaran.

Pertanyaan keempat tentang manfaat yang dirasakan siswa setelah mengikuti

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian

informasi melalui media kartun bercerita. R-13 menjawab, “Dapat memahami cara

mengubah teks wawancara menjadi narasi”, sedangkan R-21 menjawab, “Tambah

semangat belajar”. Selain itu R-17 menjawab, “Bisa lebih mengerti.” Berdasarkan

ketiga jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa semua responden merasakan manfaat

setelah mengikuti pembelajaran. Selain itu, metode serta media yang digunakan guru

juga memudahkan siswa dalam belajar.

Pertanyaan terakhir tentang kesan dan pesan yang ingin disampaikan rasakan

mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui media kartun bercerita. R-31 menjawab, “Gambarnya

lebih menarik lagi”. Selain itu, R-21 menjawab, “Dengan adanya media ini menambah

semangat belajar”. R-17 menjawab, “Membantu mengubah teks wawancara menjadi

narasi”. Berdasarkan jawaban responden R-12, R-9, dan R-17 dapat disimpulkan

bahwa siswa yang mendapatkan nilai sangat baik memiliki kesan dan pesan yang baik

pula. Hal tersebut pun dirasakan oleh siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori

baik.

4.2.3.4 Hasil Dokumentasi Foto siklus II

Dokumentasi foto merupakan data yang penting sebagai bukti terjadinya suatu

peristiwa. Dokumentasi foto akan memperkuat bukti analisis pada setiap siklus.

Pengambilan foto dalam proses pembelajaran dapat dijadikan gambaran aktivitas guru

Page 146: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

127

dan siswa selama pembelajaran. Sebagai data penelitian, hasil dokumentasi foto ini

selanjutnya dideskripsikan sesuai keadaan yang terjadi dan dipadukan dengan data-

data yang lain. Dalam proses pengambilan foto, peneliti dibantu oleh rekan peneliti

dan hasil dokumentasi foto tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

Pada siklus II ini kegiatan yang didokumentasikan meliputi, 1) siswa bertanya

ketika tidak memahami materi yang disajikan guru, 2) guru membagikan media

kartun bercerita, 3) aktivitas siswa ketika berkelompok, 4) siswa melakukan kunjung

karya dengan kelompok lain, dan 5) guru memberikan hadiah kepada siswa yang

mendapatkan nilai tertinggi.

Gambar 6

Siswa Aktif Bertanya

Gambar 6 menunjukkan bahwa pada siklus II siswa lebih aktif daripada siklus

I. siswa sudah tak malu lagi bertanya jika ada materi yang belum mereka pahami

selama pembelajaran.

Gambar 7

Page 147: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

128

Guru Membagikan Media Kartun Bercerita

Pada siklus II guru menggunakan media kartun bercerita berbentuk visual. Hal

ini berbeda dengan media kartun bercerita siklus I yang meberbentuk audiovisual.

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, guru memutuskan untuk menggunakan media

berbentuk visual.

Gambar 8

Aktivitas Siswa secara Berkelompok

Siswa secara berkelompok melakukan kegiatan praktik berwawancara. Mereka

terlihat antusias.

Gambar 9

Aktivitas Siswa melakukan kunjung karya

Pada siklus II guru mengadakan kunjung karya antarkelompok. Hal ini

dimaksudkan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut pun terbukti.

Siswa nampak antusias dan bersemangat dalam melakukan kunjung karya.

Page 148: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

129

Gambar 10

Pemberian Hadiah

kepada Siswa yang Mendapatkan Nilai Tertinggi

Di awal pembelajaran guru menjanjukan akan memberikan hadiah kepada

siswa yang mendapatkan nilai tertinggi. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih

bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini pun berhasil. Siswa yang

mendapatkan nilai tertinggi berdasarkan hasil kunjung karya mendapatkan hadiah dari

guru.

4.2.3.5 Refleksi Siklus II

Pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode

pencarian informasi melalui kartun bercerita yang dilakukan pada siklus II berjalan

lebih kondusif jika dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus I. Hal ini terjadi

karena siswa sudah terbiasa dengan kehadiran guru. Pembelajaran lebih dipahami dan

disukai siswa, serta mendapat perhatian lebih daripada pembelajaran siklus I. Hal ini

terlihat dari antusias dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut.

Pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dalam berbagai aspek

pembelajaran. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan yang pada siklus I hanya

70,7 pada siklus II mampu mencapai angka 81 dalam kategori baik. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai peningkatan keterampilan mengubah

Page 149: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

130

teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media

kartun bercerita telah berhasil karena pada siklus II hasil pembelajaran sudah

mencapai bahkan telah melampaui target yang ditentukan.

Selama pembelajaran siswa lebih aktif dan antusias. Selain itu, perubahan

perilaku pun nampak pada siswa. Jika pada siklus I siswa masih takut bertanya, pada

siklus II siswa sudah tak takut lagi. Agar lebih jelas, refleksi dibagi menjadi tiga yaitu

refleksi proses, hasil, dan perubahan perilaku.

4.2.3.5.1 Refleksi Proses

Perbaikan tindakan telah dilakukan pada penelitian siklus II. Beberapa

perbaikan tindakan tersebut yaitu 1) pada tindakan siklus II peneliti mengubah media

yang digunakan menjadi berbrntuk visual. Media dalam bentuk audiovisual yang

digunakan pada siklus I dirasa memiliki beberapa kelemahan dan peneliti menganggap

media dalam bentuk visual lebih tepat. Salah satu kelemahan media audiovisual yaitu

siswa yang duduk di bangku belakang kurang jelas saat media disajikan. Media yang

digunakan tetap kartun bercerita, hanya bentuk dan isinya saja yang berbeda. Melalui

media kartun bercerita yang berbentuk visual, siswa bisa memahami informasi yang

ada secara bertahap sehingga tidak kebingungan. 2) Guru menerapkan konsep kunjung

karya agar siswa lebih aktif dan bersemangat, serta memberiakan hadiah untuk siswa

yang memiliki nilai tertinggi. Pada siklus I beberapa siswa terlihat kurang

bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga guru melakukan tindakan

perbaikan tersebut. 3) guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa,

serta lebih mendekatkan diri dengan siswa agar tidak takut jika ingin bertanya. Selain

itu, guru juga membangun suasana kelas yang nyaman sehingga siswa senang

Page 150: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

131

mengikuti pembelajaran, 4) guru menggunakan media visual sehingga siswa dapat

menangkap informasi secara bertahap dan lebih mudah memahami informasi yang

ada.

Perbaikan tindakan telah dilakukan oleh peneliti. Suasana proses pembelajaran

pun terasa lebih nyaman dan efektif. Siswa pun lebih aktif dalam pembelajaran

sehingga hasil siklus II lebih baik daripada siklus I.

4.2.3.5.2 Refleksi Hasil

Perbaikan tindakan telah dilakukan guru pada siklus II. Perbaikan tindakan

tersebut yaitu, 1) guru menjelaskan kembali materi tentang kalimat langsung dan tak

langsung, memberikan beberapa contoh kalimat langsung yang diubah menjadi

kalimat tak langsung, serta memberikan kesempatan kepada siswa yang belum

mengerti untuk bertanya, 2) menjelaskan kembali materi tentang kata ganti, 3) guru

menjelaskan kembali pokok-pokok informasi yang harus ada dalam suatu karangan

yaitu unsur 5W+1H, 4) guru memberikan materi tentang teknik menulis yang baik

sehingga tulisan terlihat rapi, dan 5) penggunaan LK akan menggunakan ilustrasi

seminimal mungkin agar siswa tidak menyontek ilustrasi tersebut dalam karangannya.

Setelah guru melakukan perbaikan pada tindakan terlihat adanya perubahan

hasil daripada siklus I. Hal ini nampak pada nilai rata-rata kelas yang didapatkan

siswa. Pada siklus I nilai rata-rata kelas hanya mencapai 70,7 dalam kategori cukup

sedangkan pada siklus II mencapai angka 81 dalam kategori baik.

Page 151: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

132

4.2.3.5.3 Refleksi Perubahan Perilaku

Beberapa perbaikan tindakan telah dilakukan oleh guru pada siklus II.

Perbaikan tindakan tersebut yaitu, 1) guru selalu berkeliling saat pembelajaran agar

dapat menguasai kelas sehingga siswa terutama yang duduk di bangku bagian

belakang tidak gaduh. Selain itu, guru juga memberikan perhatian khusus pada siswa

yang gaduh misalnya dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang sedang

dipelajari, 2) guru berusaha agar lebih dekat dengan siswa dan membuat suasana

pembelajaran menjadi nyaman agar siswa tidak takut untuk bertanya, dan 3) di awal

pembelajaran guru memberitahukan siswa bahwa nanti di akhir pembelajaran siswa

yang mendapatkan nilai tertinggi mendapatkan hadiah dari guru. Hal ini diharapkan

agar siswa lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru juga

menambahkan aktivitas kunjung karya antar kelompok agar siswa aktif dan

bersemangat.

Perubahan perilaku siswa sudah terlihat setelah dilakukan perbaikan tindakan

oleh guru. Perilaku siswa berubah ke arah positif. Hal ini pun dapat dilihat dari hasil

observasi siklus II yang menunjukkan nilai lebih baik daripada siklus I. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai peningkatan keterampilan

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui

media kartun bercerita sudah baik.

4.3 Pembahasan

Bagian pembahasan dibagi menjadi tiga yaitu proses, hasil, dan perubahan

perilaku. Masing-masing bagian memaparkan tentang pelaksanaan penelitian yang

telah dilakukan.

Page 152: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

133

4.3.1 Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan

Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun Bercerita

Penelitian tentang keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi

dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita memenuhi

langkah-langkash berikut: 1) guru menyampaikan materi tentang wawancara dan

narasi, 2) siswa berpasangan dengan teman sebangku, 3) guru menyajikan media

kartun bercerita, 4) guru membagikan teks wawancara sesuai media untuk masing-

masing kelompok, 5) siswa mendengarkan enam pertanyaan pancingan, 6) tiap

kelompok menyusun karangan narasi, 7) tiap kelompok menukarkan hasil

pekerjaannya dengan kelompok lain, 8) tiap kelompok memberikan masukan terhadap

hasil pekerjaan temannya, 9) tiap kelompok memperbaiki pekerjaannya sesuai saran

dari kelompok lain, 10) guru membagikan LK I dan LK II, 11) guru memberikan

enam pertanyaan pancingan sesuai dengan ilustrasi cerita yang ada pada LK I, 12)

siswa yang berperan sebagai pewawancara menyusun enam pertanyaan, sedangkan

yang berperan sebagai narasumber menyiapkan jawaban pada LK I, 13) siswa

melakukan praktik wawancara, 14) masing-masing siswa menyusun karangan narasi

berdasarkan teks wawancara.

Proses penelitian baik pada siklus I maupun siklus II berjalan dengan lancar

meskipun ada beberapa hal yang menghambat namun masih bisa ditangani.

Permasalahan lebih banyak muncul pada saat pelaksanaan siklus I daripada siklus II.

Permasalahan tersebut muncul dari berbagai aspek, mulai dari teknis hingga

pelaksanaan pembelajaran, namun permasalahan-permasalahan tersebut bisa

diantisipasi pada pelaksanaan siklus II. Setelah pelaksanaan siklus I, peneliti

Page 153: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

134

melakukan refleksi proses, hasil, dan perubahan perilaku. Permasalahan yang

ditemukan pada refleksi tersebut diperbaiki oleh peneliti sehingga pada siklus II

pembelajaran berjalan dengan lancar.

Peningkatan kualitas pembelajaran pun nampak pada siklus II. Selama proses

pembelajaran siswa terlihat lebih tenang dan antusias dengan pembelajaran. Selain itu,

media kartun bercerita dalam bentuk visual lebih memudahkan siswa dalam

memahami informasi yang disajikan guru. Siswa tak lagi kebingungan dan mampu

menyusun karangan narasi dengan lebih cepat dan tepat.

4.3.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks

Wawancara Menjadi Narasi

Berdasarkan pembahasan sebelumnya diketahui bahwa nilai rata-rata siswa

untuk keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi mengalami

peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 70,7 sedangkan pada siklus II

meningkat menjadi 81. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai prosentase hasil tes

mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I, disajikan dalam diagram

lingkaran berikut ini.

Page 154: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

135

Diagram 1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara

menjadi Narasi Siklus I

Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui bahwa hasil penelitian siklus I

sebanyak 3% siswa mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik, kategori baik

sebanyak 31% siswa, kategori cukup sebanyak 37% siswa, dan sebanyak 29% siswa

mendapatkan nilai dalam kategori kurang.

Kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki di siklus II. Jika pada

siklus I siswa masih mengalami mengubah teks wawancara menjadi narasi, khususnya

mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung, lain halnya yang terjadi pada siklus

II. Setelah guru menyampaikan materi dengan memberikan contoh dan menjelaskan

secara lebih detail bagaimana cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, siswa

lebih mudah mengubah teks wawancara menjadi narasi dalam pembelajaran siklus II.

Hal ini berdampak positif pada peningkatan hasil tes rata-rata kelas. Nilai rata-rata tiap

aspek keterampilan menulis juga mengalami peningkatan. Sikap siswa yang masih

takut bertanya kepada guru ketika pembelajaran juga berdampak pada pencapaian nilai

tes. Pada siklus I masih terdapat beberapa siswa yang takut bertanya kepada guru

3,00%

31,00%

37,00%

29,00%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

Sangatbaik

Baik Cukup Kurang

Kategori

Kategori

Page 155: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

136

ketika pembelajaran sehingga beberapa siswa tersebut mengalami kesulitan saat mulai

menulis. Sikap siswa yang sedemikian rupa dapat diminimalisasi pada pembelajaran

siklus II. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan pemberian reward pada

hasil tulisan terbaik berdampak positif pada perubahan sikap siswa. Siswa jauh lebih

siap dan bersemangat dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Mereka

benar-benar berusaha menghasilkan karya terbaik agar dapat memeroleh reward.

Suasana kelas yang lebih kondusif pada pembelajaran siklus II memberikan efek

positif pada hasil tes siswa. Ketika suasana kelas tenang siswa akan lebih mudah untuk

menulis. Tulisan yang mereka hasilkan juga lebih baik karena pikiran mereka fokus

pada satu hal. Terbukti ketika pembelajaran siklus I suasana kelas belum sekondusif

dalam pembelajaran siklus II, sehingga nilai rata-rata hasil tes yang dicapai siswa juga

belum dapat maksimal. Media pembelajaran pada siklus I yang belum bisa

mendukung siswa karena beberapa hal menyebabkan siswa tidak dapat menangkap

informasi dengan tepat. Hal ini berbeda dengan pembelajaran siklus II yang

menggunakan media visual membuat siswa lebih mudah memahami informasi yang

disajikan melalui media. Aspek tersebut menjadi salah satu faktor penunjang nilai

siswa sehingga naik pada siklus II.

Saran-saran yang diberikan siswa setelah mengikuti pembelajaran siklus I

dijadikan pertimbangan guru dalam melakukan perbaikan pada pembelajaran siklus II.

Hal ini memberikan efek positif karena siswa merasa lebih bersemangat mengikuti

pembelajaran yang sesuai dengan harapan mereka. Seperti halnya penggunaan media

audiovisual yang tidak dapat dipahami dengan baik oleh siswa yang duduk di bangku

bagian belakang dan siswa meminta guru menyajikan media dalam bentuk yang lain.

Page 156: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

137

Setelah guru melakukan refleksi siklus I akhirnya guru memutuskan menggunakan

media visual.

Hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi siswa pada siklus II lebih

baik dibandingkan dengan siklus I. Siswa sudah memahami bagaimana teknik

mengubah teks wawancara menjadi narasi yang benar. Aspek-aspek yang harus

diperhatikan juga sudah dikuasai oleh siswa. Diagram berikut ini menyajikan

persentase hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus II.

Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan

Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Siklus II

Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui bahwa hasil penelitian siklus I

sebanyak 25% siswa mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik, kategori baik

sebanyak 75% siswa. Pada penelitiana siklus II ini tidak ada siswa yang mendapatkan

nilai cukup maupun kurang.

25%

75%

0% 0% 0%

20%

40%

60%

80%

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

Kategori

Kategori

Page 157: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

138

Peningkatan hasil tes keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi

kelas VIID SMP N 30 Semarang pada siklus I dan II disajikan dalam tabel 23 berikut.

Tabel 23 Peningkatan Nilai Rata-rata Siklus I menuju Siklus II

No. Aspek Penilaian

Rata-rata

Siklus I

Rata-rata

Siklus II

Peningkatan

(%)

1. Kesesuaian Isi 72 81 12,5%

2.

Penggunaan kalimat

langsung dan tak

langsung

68,6 75,5 10%

3. Ejaan dan tanda baca 67,9 84 23,7%

4. Kohesi dan koherensi 73,6 86 16,8%

5. Pemilihan kata 71,4 84 17,6%

6. Urutan cerita 80 88 10%

7. Kerapian tulisan 66,4 82 23,5%

Jumlah 499,9 580,5 16%

Rata-rata Nilai 70,7 81 14,6%

Pada tabel 23 di atas tampak bahwa peningkatan yang terjadi pada siklus I ke

siklus II. Agar lebih jelas, peningkatan nilai tiap aspek antara siklus I dan siklus II

dapat dilihat pada diagram berikut.

Page 158: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

139

Diagram 3 Peningkatan Tiap Aspek dari Siklus I ke Siklus II

Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui secara lebih jelas peningkatan

masing-masing aspek penilaian dari siklus I ke siklus II. Aspek kesesuaian isi

mengalami peningkatan sebesar 12,5% dari 72 menjadi 81. Aspek penggunaan kalimat

langsung dan tak langsung mengalami peningkatan sebesar 10% dari 68,6 menjadi

75,5. Aspek penggunaan ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan sebesar 23,7%

dari 67,9 menjadi 84. Aspek kohesi dan koherensi mengalami peningkatan sebesar

16,8% dari 73,6 menjadi 86. Aspek pemilihan kata mengalami peningkatan sebesar

17,6% dari 71,4 menjadi 84. Aspek urutan cerita mengalami pengingkatan sebesar

10% dari 80 menjadi 88. Aspek kerapian tulisan mengalami peningkatan sebesar

23,5% dari 66,4 menjadi 82.

4.3.3 Perubahan Perilaku

Berdasarkan hasil nontes yang didapatkan dari lembar observasi, lembar

jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto menunjukkan bahwa terjadi perubahan

perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi

narasi setelah dilakukan refleksi siklus I. Perubahan perilaku yang terjadi adalah siswa

lebih antusias terhadap pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari keseriusan siswa dalam

020406080

100

siklus I

siklus II

Page 159: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

140

memperhatikan penjelasan guru, pada saat media disajikan, dan ketika mengubah teks

wawancar menjadi narasi. Siswa yang semula pasif, setelah dilakukan tindakan

menjadi lebih aktif dalam bertanya dan berpendapat. Selain itu, dalam pembelajaran

sudah tidak ada siswa yang gaduh atau berbicara dengan temannya.

Berikut ini adalah perbandingan perubahan perilaku siswa pada siklus I dan

siklus II berdasarkan hasil observasi. Perbandingan tersebut disajikan dalam tabel 24.

Tabel 24 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II

No. Aspek yang diobservasi Siklus I Siklus II Peningkatan

f (%) f (%) f (%)

1.

Siswa memperhatikan media

kartun bercerita yang ditampilkan

guru.

a. Siswa memperhatikan media

yang ditayangkan dengan

penuh semangat dan

apresiasi.

27 77,1

% 32 89% 5

11,9%

(peningkatan)

b. Siswa hanya memperhatikan

tanpa apresiasi. 3 8,6% 2 5,5% 1

3,1%

(penurunan)

c. Siswa tidak memperhatikan

media yang ditampilkan,

bahkan melakukan aktivitas

lain, misalnya berbicara

dengan teman sebangku.

5 14,3

% 2 5,5% 3

8,8%

(penurunan)

2.

Siswa mendengarkan beberapa

pertanyaan pancingan yang

dibacakan oleh guru agar lebih

teliti dalam menganalisis isi teks

wawancara.

Page 160: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

141

a. Siswa mendengarkan

pertanyaan dengan baik dan

langsung bisa menjawab.

31 88,6

% 31

88,6

% 0 0%

b. Siswa mendengarkan

pertanyaan namun kesulitan

dalam menjawab.

2 5,7% 5 14% 3 8,3%

(peningkatan)

c. Siswa tidak mendengarkan

pertanyaan dan tidak bisa

menjawab.

2 5,7% 0 0% 2 5,7%

(penurunan)

3.

Siswa dikelompokkan dengan

berpasangan dengan teman

sebangku. Masing-masing siswa

menyusun pertanyaan untuk

praktik berwawancara.

a. Siswa terlihat antusias dan

langsung berdiskusi dengan

pasangan.

24 68,% 32 89% 8 21%

(peningkatan)

b. Siswa berdiskusi dengan

pasangan, namun terlihat

kurang antusias.

8 22,9

% 2 5,5% 6

17,4%

(penurunan)

c. Siswa tidak antusias dan tidak

aktif dalam berdiskusi. 3 8,5% 2 5,5% 1

3%

(penurunan)

4.

Setiap pasangan melakukan

praktik wawancara dan

pewawancara mencatat jawaban

narasumber pada LK I. siswa

berwawancara dengan bergantian.

a. Siswa terlihat aktif dan

antusias ketika praktik

wawancara.

24 68,6

% 32 89% 8

20,4%

(peningkatan)

Page 161: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

142

b. Siswa melakukan wawancara

dengan benar namun terlihat

kurang antusias.

5 14,3

% 4 11% 1

3,3%

(penurunan)

c. Siswa terlihat malas ketika

berwawancara. 6

17,1

% 0 0% 6

17,1%

(penurunan)

5.

Langkah 5: siswa secara individu

mengubah teks wawancara

menjadi narasi

a. Siswa dapat mengubah teks

wawancara menjadi narasi

secara cepat dan tepat.

15 42,9

% 29

80,6

% 14

37,7%

(peningkatan)

b. Siswa mengalami beberapa

hambatan ketika mengubah

teks wawancara menjadi

narasi.

20 57,1

% 7

19,4

% 13

37,7%

(penurunan)

c. Siswa tidak dapat mengubah

teks wawancara menjadi

narasi.

0 0% 0 0% 0

Langkah yang diamati pertama yaitu ketika siswa memperhatikan media

kartun bercerita yang ditampilkan guru. Ada tiga perilaku siswa yang diamati.

Pertama, siswa memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan

apresiasi. Perilaku ini mengalami kenaikan sebesar 11,9%. Pada siklus II hanya

terlihat 27 siswa, sedangkan pada siklus II terlihat pada 32 siswa. Kedua, siswa hanya

memperhatikan tanpa mengapresiasi lebih lanjut. Jika pada siklus I ada 3 siswa, maka

pada siklus II hanya nampak 2 siswa. Ketiga, siswa tidak memperhatikan media yang

ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain, misalnya berbicara dengan teman

Page 162: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

143

sebangku. Pada siklus I terlihat 5 siswa melakukan aktivitas ini, namun hanya 2 anak

pada siklus II.

Langkah kedua yang diamati yaitu ketika siswa mendengarkan beberapa

pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis

isi teks wawancara. Ada tiga sikap berbeda yang muncul pada langkah ini. Pertama,

siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab dengan

benar. Aspek ini tidak mengalami kenaikan yaitu sebanyak 31 anak pada siklus II

maupun siklus I. Kedua, siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam

menjawab. Sikap ini terlihat oleh 2 anak pada siklus I dan 5 anak pada siklus II.

Ketiga, siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan tidak bisa menjawab. Sikap ini

ditunjukkan oleh 2 anak pada siklus I dan tidak nampak pada siklus 2.

Langkah ketiga yang diamati yaitu ketika siswa dikelompokkan dengan

berpasangan dengan teman sebangku. Masing-masing siswa menyusun pertanyaan

untuk praktik berwawancara. Pada langkah ini ada tiga perilaku siswa yang muncul.

Pertama, siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. Perilaku ini

meningkat sebesar 21%, yang awalnya hanya 24 siswa menjadi 32 siswa pada siklus

II. Kedua, siswa berdiskusi dengan pasangan, namun terlihat kurang antusias. Pada

siklus I terlihat 8 siswa yang melakukan aktivitas ini dan 2 siswa pada siklus II.

Ketiga, siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. Pada siklus I ada 3 anak

yang tidak antusias dalam berdiskusi dan 2 anak pada siklus II.

Langkah keempat yang diamati guru yaitu ketika setiap pasangan melakukan

praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I. Siswa

berwawancara dengan bergantian. Ada tiga perilaku siswa yang muncul pada langkah

Page 163: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

144

ini. Pertama, siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara. Perilaku ini

meningkat 20,4% dari siklus I yang hanya 24 siswa menjadi 32 siswa pada siklus II.

Kedua, siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias.

Perilaku ini terlihat pada 5 anak saat siklus I dan 4 anak pada siklus II. Ketiga, siswa

terlihat malas ketika berwawancara. Siklus I ada 8 siswa yang terlihat malas namun

pada siklus II tak ada siswa yang terlihat malas.

Langkah pembelajaran kelima yang diamati yaitu ketika siswa secara individu

mengubah teks wawancara menjadi narasi. Pertama, siswa dapat mengubah teks

wawancara menjadi narasi secara cepat dan tepat. Sikap ini mengalami kenaikan

sebesar 37,7%, sedangkan sikap siswa yang masih mengalami kesulitan menurun

sebanyak 37,7%. Ketiga, tidak ada siswa yang tidak dapat menulis karangan narasi.

Berdasarkan hasil perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui

media kartun bercerita berlangsung dengan lebih tertib, lancar, dan kondusif sehingga

dapat mendukung terciptanya pembelajaran yang efektif. Selain itu perubahan sikap

siswa yang lebih positif juga berpengaruh terhadap perolehan hasil tes yang dicapai.

Perbaikan dari segi instrumen nontes juga memberikan dampak yang positif bagi

perolehan hasil tes siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil tes mengubah

teks wawancara menjadi narasi dari siklus I ke siklus II dan perubahan perilaku siswa

ke arah yang lebih positif.

4.4 Perbandingan

Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terbukti dapat memperbaiki

penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil yang dicapai pun lebih maksimal. Hal ini

Page 164: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

145

terlihat pada perbandingan hasil penelitian. Pada bagian ini, peneliti akan

membandingkan hasil penelitian dengan hasil penelitian yang teah dilakukan oleh

Suwarna (2007), Suryanto (2008), dan Rubiah (2009).

Penelitian Suwarna (2007) berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengubah

Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Teknik Penceritaan Pengalaman Pribadi

pada Kelas VIIB SMP N 1 Godong”. Pada siklus I, rata-rata kelas meningkat menjadi

65,2 yaitu sebesar 8,5%, sedangkan pada siklus II skor rata-rata kelas meningkat

menjadi 76 yaitu sebesar 9,9 %. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti maka hasil tes yang didapatkan lebih tinggi. Pada pada siklus I

Suwarna hanya mendapatkan nilai rata-rata kelas 65,2 maka peneliti berhasil

mendongkrak nilai menjadi 70,7 dalam kategori cukup. Selain itu, pada siklus II juga

Suwarna hanya mendapatkan nilai rata-rata kelas 76, maka peneliti mendapatkan nilai

rata-rata klasikal sebesar 81. Suwarna menggunakan teknik penceritaan pengalaman

pribadi yang membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk berpikir. Tetapi hal

tersebut dapat diperbaiki oleh peneliti dengan metode pencarian informasi. Metode ini

menggunakan pertanyaan pancingan sehingga membantu siswa untuk belajar lebih

cepat dan tepat.

Perbandingan yang kedua dengan penelitian Suryanto (2008) yang berjudul

“Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan

Pemodelan pada Siswa Kelas II D SLTP 1 Sukorejo Kendal”. Pada siklus I diperoleh

hasil prosentase rata-rata kelas 64,4 dan siklus II diperoleh prosentase rata-rata kelas

80. Berdasarkan hasil tes, penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan nilai

yang lebih baik yaitu rata-rata klasikal siklus I sebesar 70,7 dan rata-rata siklus II

Page 165: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

146

sebesar 81. Pada penelitiannya Suryanto menggunaan teknik pemodelan dimana siswa

harus menentukan tema sendiri, berkelompok, dan praktik berwawancara. Hal ini

membutuhkan waktu yang lama dan pembelajaran tidak menyeluruh karena siswa

yang berperan jadi narasumber tidak bisa menjadi pewawancara. Hal ini berbeda

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Ketika berwawancara siswa

bergantian sehingga siswa tidak hanya bisa menjadi narasumber saja, namun juga

pewawancara. Selain itu, siswa berwawancara berdasarkan media yang telah disajikan

guru dan dibimbing dengan metode pencarian informasi sehingga pebelajaran lebih

efektif.

Perbandingan yang terakhir yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Rubiah

(2009) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara

Menjadi Karangan Narasi dengan Teknik Concept Map pada siswa Kelas VII SMP N

3 Juwana”. Pada siklus I, rata-rata kelas meningkat menjadi 65,2 sebesar 8,5%,

sedangkan pada siklus II, skor rata-rata kelas meningkat menjadi 76 yaitu sebesar

9,9%. Berdasarkan hasil tes, penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan nilai

yang lebih baik yaitu rata-rata klasikal siklus I sebesar 70,7 dan rata-rata siklus II

sebesar 81. Kelemahan penelitian Rubiah (2009) yaitu siswa diberikan visualisasi

gambar lalu membuat sebuah konsep masing-masing. Langkah ini membutuhkan

waktu yang lebih lama dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya berbeda dengan

metode pencarian informasi yang langsung membimbing siswa untuk mendapatkan

informasi pokok pada media kartun bercerita. Siswa diberikan pertanyaan pancingan

agar lebih cepat dan tepat dalam menangkap informasi.

Page 166: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

147

Berdasarkan perbandingan dengan penelitian Suwarna (2007), Suryanto

(2008), dan Rubiah (2009) maka dapat disimpulkan bahwa penelitian “Peningkatan

Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Metode Pencarian

Informasi melalui Media Kartun Bercerita Pada Kelas VIID SMP N 30 Semarang”

dapat melengkapi kekurangan penelitaian sebelumnya.

Page 167: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

148

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian tindakan kelas ini, maka

peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut.

1. Penelitian tentang keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan

metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita memenuhi langkah-

langkash berikut: 1) guru menyampaikan materi tentang wawancara dan narasi, 2)

siswa berkelompok dengan teman sebangku, 3) guru menyajikan media kartun

bercerita, 4) guru membagikan teks wawancara kepada masing-masing kelompok,

5) siswa mendengarkan enam pertanyaan dari guru, 6) masing-masing kelompok

menyusun karangan narasi, 7) masing-masing kelompok menukarkan hasil

pekerjaannya dengan kelompok lain, 8) masing-masing kelompok memberikan

masukan terhadap hasil pekerjaan temannya, 9) masing-masing kelompok

memperbaiki pekerjaannya sesuai saran dari kelompok lain, 10) guru

membagikan LK I yang berisi ilustrasi sesuai media, dan LK II sebagai tempat

untuk mengubah teks wawancara menjadi narasi, 11) guru memberikan enam

pertanyaan sesuai dengan ilustrasi cerita yang ada pada LK I, 12) siswa yang

berperan sebagai pewawancara menyusun enam pertanyaan, sedangkan yang

berperan sebagai narasumber menyiapkan jawaban pada LK I, 13) siswa

melakukan praktik wawancara, 14) masing-masing siswa menyusun karangan

narasi berdasarkan teks wawancara. Proses pembelajaran mengubah teks

wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang telah mengalami

Page 168: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

149

perbaikan pada siklus II daripada siklus I. Pada siklus I masih terdapat beberapa

kendala dalam pembelajaran, namun hal ini dapat diperbaiki pada siklus II. Salah

satu kendala yang muncul yaitu penggunaan media kartun bercerita dalam bentuk

audiovisual yang justru tidak sesuai sasaran. Setelah melakukan refleksi, peneliti

memutuskan menggunakan media kartun bercerita dalam bentuk visual. Proses

pembelajaran siklus II pun menjadi lancar.

2. Terdapat peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi

kelas VIID di SMP Negeri 30 Semarang setelah mengikuti pembelajaran

mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi

melalui kartun bercerita. Peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara

menjadi narasi diketahui dari hasil tes dan nontes yang dilakukan pada siklus I

dan siklus II. Nilai rata-rata siswa kelas VIID pada siklus I sebesar 70,7 dan

masuk dalam kategori cukup. Nilai ini belum mencapai batas tuntas nilai rata-rata

yang ditentukan. Kemudian pada siklus II, nilai rata-rata siswa kelas VIID SMP

Negeri 30 Semarang mengalami peningkatan sebesar 14,6% menjadi 81 dan

termasuk dalam kategori baik. Nilai ini telah mencapai target rata-rata kelas yang

telah ditentukan yaitu 77, bahkan dapat melampauinya. Perolehan hasil ini

menunjukkan bahwa pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi

dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita pada kelas VIID

SMP N 30 Semarang dapat dikatakan berhasil.

3. Terdapat perubahan sikap atau perilaku siswa yaitu perubahan dari perilaku

negatif ke arah yang lebih positif. Antusias dan keseriusan siswa untuk mengikuti

pembelajaran sudah mulai terlihat pada siklus I, namun belum dapat maksimal.

Page 169: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

150

Masih ada siswa yang asyik berbicara dengan teman lain, melamun, atau

mengantuk. Pada siklus II, mereka sudah lebih siap mengikuti pembelajaran,

bahkan siswa yang pada awalnya malu untuk bertanya akhirnya mempunyai

keberanian untuk mengajukan pertanyaan ketika mengalami kesulitan. Pada siklus

I siswa masih suka menjawab pertanyaan guru dengan keroyokan, namun pada

siklus II siswa lebih percaya diri untuk menjawab pertanyaan guru secara mandiri.

Dengan demikian, metode pencarian informasi dan media kartun bercerita dapat

meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi

narasi.

5.2 Saran

Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran mengubah teks

wawancara menjadi narasi dan mengatasi masalah-masalah yang dialami siswa.

setelah penelitian dilaksanakan, peneliti memberikan saran sebagai berikut ini.

1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan metode

pencarian informasi sebagai salah satu alternatif untuk memberikan variasi dalam

pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Selain itu, guru

hendaknya memiliki kreativitas yang tinggi dan dapat menghadirkan

pembelajaran yang menarik dan efektif sehingga siswa tertarik selama

pembelajaran sehingga. Selain itu, siswa juga dapat menyerap materipmbelajaran

dengan baik.

2. Bagi sekolah yang tidak memiliki ruang multimedia atau pun LCD, dapat

menggunakan media kartun bercerita dalam bentuk visual untuk menarik minat

siswa dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi.

Page 170: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

151

3. Para peneliti di bidang pendidikan atau peneliti lain hendaknya dapat melakukan

penelitian yang serupa dengan strategi, teknik, metode, atau media pembelajaran

yang lain sehingga didapatkan alternatif lain untuk pembelajaran mengubah teks

wawancara menjadi narasi. Namun, sebelum melakukan penelitian tindakan kelas,

hendaknya peneliti sudah mengenal terlebih dahulu siswa yang akan dijadikan

sebagai responden sehingga siswa tidak merasa asing terhadap peneliti.

Page 171: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

152

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti dkk. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.

Jakarta: Grasindo

Azhar, Arsyad. 2000. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja grafindo Perjaka

Doyin, Mukh dan Wagiran. 2005. Curah gagasan: Pengantar Penulisan Karya

Ilmiah. Semarang: Rumah Indonesia

Sugandi, Achmad dan Haryanto. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK

Hecht, Robert M. 1976. Teknik Wawancara. Jakarta: Bhratara

Ikeguchi, Cecilia B. 1997. Teaching Integrated Writing Skills. Vol. III, Number 3.

dalam http://iteslj.org/, diunduh pada tanggal 9 Januari 2013

Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap.

Yogyakarta: Sabda Media

Keraf, Gorys. 1983. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia

___________. 1991. Komposisi. Jakarta: nusa indah

Kusumah, dkk. 2003. Teknik Wawancara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Muliawan, Jasa Ugguh. 2010. Penelitian tindakan Kelas (Classroom Action

Research). Yogyakarta: Gava Media

Nurudin. 2007. Dasar-Dasar Penulisan. Malang: Universitas Muhammadiyah

Parera, J. D. 1983. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga

Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta

Rubiah, Siti. 2009. “Peningkatan Ketrampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi

Karangan Narasi dengan Teknik Concept Map pada siswa Kelas VII SMP N

3 Juwana”. Skripsi: Unnes

Rusyana, Yus. 1983. Buku Materi Pokok I. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Semi, M. Atar. 2007. Dasar-Dasar Ketrampilan Menulis. Bandung: Angkasa

Page 172: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

153

Silbermen, Mel. 2009. Active Learning. Diterjemahkan oleh Dr. Komaruddin Hidayat.

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

Spencer, Lauren. 2005. A Step-by-Step Guide to Narrative Writing. The Journal of

Educational Research, Vol. 102 No. 5, Mei-Juni. dalam

http://www.goodreads.com/author/show/230374.Lauren_Spencer, diunduh

tanggal 19 Januari 2013

Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rumah Indonesia

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru

Algensindo

Suparno dan Muhammad Yunus. 2006. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:

Universitas Terbuka

Suriamiharja, Agus dkk. 1996. Petunjuk Praktik Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Suryanto. 2008. “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi

Narasi dengan Pemodelan pada Siswa Kelas II D SLTP 1 Sukorejo Kendal”.

Skripsi: Unnes

Susmiati. 2009. “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi

Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa

Kelas VII F SMP N 32 Semarang”. Skripsi: Unnes

Suwarno. 2007. “Peningkatan Ketrampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi

Karangan Narasi dengan Teknik Penceritaan Pengalaman Peribadi pada

Kelas VII SMP N 1 Batang”. Skripsi: Unnes

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa Bandung

Widyastuti. 2009. “Peningkatan Kemampuan Mengubah Teks Wawancara Menjadi

Narasi dengan Teknik Menulis Cepat dan Media Video Compact Disk

(VCD) Siswa kelas IV SMP N 5 Ketro kecamatan Karangkayung

kabupaten Grobogan”. Skripsi: Unnes

Wiyanto. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo

Page 173: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

154

Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani

Page 174: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

155

Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Siklus I

Satuan Pendidikan : SMP N 30 Semarang

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : VIID

Semester : II

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

A. STANDAR KOMPETENSI

Menulis: 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan

singkat.

B. KOMPETENSI DASAR

12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara

penulisan kalimat langsung dan tak langsung.

C. INDIKATOR

1. Mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara.

2. Mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi.

3. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.

4. Mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi.

5. Mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks

wawancara dengan teliti.

Page 175: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

156

2. Siswa mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi dengan cermat.

3. Siswa mampu mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung dengan

mandiri.

4. Siswa mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan

teliti.

5. Siswa mampu menyunting karagan narasi dengan teknik yang tepat.

Nilai karakter yang diharapkan yaitu teliti, madiri, bertanggung jawab, dan

dapat bekerja dalam sebuah kelompok.

E. MATERI AJAR

1. Pengertian Wawancara

2. Pengertian Narasi

3. Ciri-ciri Karangan Narasi

4. Kalimat Langsung dan Tak Langsung

5. Teknik Menyunting

F. METODE PEMBELAJARAN

Metode : Pencarian Informasi

Teknik : Ceramah, dikusi, dan Tanya jawab.

G. MEDIA PEMBELAJARAM

Media : Kartun Bercerita

Sumber : Buku Paket Airlangga Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs

Kelas VII

H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Pertemuan Pertama

No Kegiatan Metode Teknik Alokasi waktu

1. Kegiatan awal

1. Guru mengondisikan siswa agar

siap mengikuti pembelajaran.

10 menit

Page 176: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

157

2. Guru menjelaskan tentang tujuan

dan manfaat pembelajaran.

3. Guru memotivasi siswa dengan

cara menceritakan salah satu

kisah penulis sukses (Asma

Nadia). Setelah mendengar cerita

ini diharapkan siswa mulai

tertarik untuk menulis.

4. Guru bertanya kepada siswa

tentang wawancara dan narasi

untuk mengarahkan pemahaman

siswa tentang materi yang akan

dipelajari.

Ceramah

Tanya jawab

Page 177: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

158

2.

Kegiatan inti

1. Siswa mendengarkan penjelasan

guru mengenai wawancara,

narasi, serta kalimat langsung dan

tak langsung. (eksplorasi)

2. Siswa berpasangan dengan teman

sebangku. (elaborasi)

3. Guru menyajikan media kartun

bercerita sebagai contoh

wawancara. Selain itu, media

kartun bercerita juga digunakan

sebagai sarana untuk menarik

minat siswa. (elaborasi)

4. Tiap kelompok mendapatkan

lampiran berisi teks wawancara

pada kartun yang dibagikan oleh

guru. (elaborasi)

5. Siswa mendengarkan enam

pertanyaan pancingan yang

dibacakan oleh guru agar lebih

teliti dalam menganalisis isi teks

wawancara. (elaborasi)

6. Tiap kelompok membuat

kerangka karangan berdasarkan

teks wawancara yang telah

dibagikan. (elaborasi)

7. Setiap kelompok

mengembangkan kerangka

karangan dengan dipandu oleh

guru. (elaborasi)

Pencarian

Informasi

Ceramah

Diskusi

60 menit

Page 178: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

159

8. Setiap kelompok menukarkan

pekerjaannya dengan kelompok

lain. (elaborasi)

9. Siswa dengan dibimbing guru

mengoreksi hasil pekerjaan

kelompok lain. (elaborasi)

10. Tiap kelompok memperbaiki

karangannya berdasarkan

komentar yang telah diberikan

oleh kelompok lain. (elaborasi)

11. Guru menjelaskan materi yang

belum dipahami siswa selama

pembelajaran berlangsung.

(konfirmasi)

Ceramah

3. Kegiatan Penutup

1. Hasil karya siswa dikumpulkan.

2. Guru bersama siswa

menyimpulkan materi

pembelajaran.

3. Guru bersama siswa melakukan

refleksi terhadap kegiatan

pembelajaran yang telah

berlangsung.

Refleksi

10 menit

Page 179: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

160

Pertemuan Kedua

No. Langkah Pembelajaran Metode Teknik Waktu

1. Kegiatan awal

1. Guru mengondisikan siswa.

2. Guru menjelaskan tujuan dan manfaat

pembelajaran.

3. Guru memotivasi siswa agar

semangat dalam belajar.

4. Guru mengingatkan siswa tentang

materi pembelajaran pada pertemuan

sebelumnya.

5. Siswa diberikan kesempatan untuk

bertanya jika ada materi yang belum

dipahami.

Ceramah

Ceramah

Tanya jawab

10 menit

2. Kegiatan Inti

1) Siswa berpasangan dengan teman

sebangku. Siswa pertama berperan

sebagai pewawancara dan siswa

kedua sebagai narasumber.

(eksplorasi)

2) Guru menampilkan media.

3) Guru membagikan LK I dan LK II.

4) Guru memberikan enam pertanyaan

pancingan berdasarkan media.

5) Siswa yang berperan sebagai

pewawancara membuat daftar

pertanyaan pada lembar kerja 1,

sedangkan pasangannya menyiapkan

jawaban yang sesuai. (elaborasi)

Diskusi

60 menit

Page 180: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

161

I. PENILAIAN

a. Bentuk penilaian : Tes dan Nontes

b. Bentuk instrumen :

Tes : rubrik penilaian

Nontes : lembar observasi, jurnal, dan wawancara

c. Rubrik penilaian

6) Setiap pasangan melakukan praktik

wawancara dan pewawancara

mencatat jawaban narasumber pada

LK 1 pula. Selama berwawancara ada

beberapa hal yang harus diperhatikan

oleh siswa, yaitu (1) kelancaran, (2)

penggunaan kalimat efektif, dan (3)

kinestetik. (elaborasi)

7) Tiap-tiap siswa menyusun karangan

narasi pada LK 2 berdasarkan

informasi yang telah didapatkan dari

kegiatan wawancara. (elaborasi)

8) Guru menjelaskan materi yang belum

dipahami siswa selama pembelajaran.

(konfirmasi)

3. Kegiatan Akhir

1) Guru bersama siswa menyimpulkan

materi pembelajaran.

2) Guru bersama siswa melakukan

refleksi terhadap pembelajaran yang

telah berlangsung.

Penilaian

Refleksi

10 menit

Page 181: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

162

Rubrik Penilaian Karangan Narasi

No Aspek Kategori Nilai Keterangan

1. Kesesuaian isi

narasi dengan

teks

wawancara.

e. Isi narasi sesuai dengan

teks wawancara, tepat,

bahasanya bervariatif

dan lengkap.

f. Isi narasi sesuai dengan

teks wawancara, tapi

kurang bervariatif.

g. Isi narasi cukup sesuai

dengan teks wawancara

namun kurang lengkap

dan kurang bervariatif

h. Isi narasi tidak sesuai

dengan teks wawancara,

tidak bervariatif dan

tidak lengkap.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

2. Penggunaan

kalimat

langsung dan

tak langsung.

e. Penggunaan kalimat

langsung dan tak

langsung tepat dan

penulisannya benar dan

komunikatif.

f. Penggunaan kalimat

langsung dan tak

langsung tepat dan

cukup bervariatif.

g. Penggunaan kalimat

langsung dan tak

langsung ada beberapa

yang salah, namun

cukup bervariatif.

h. Penggunaan kalimat

langsung dan tak

langsung banyak yang

salah dan tidak

bervariatif.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

3. Ejaan dan tanda

baca.

e. Penggunaan ejaan dan

tanda baca tepat semua.

f. Kesalahan ejaan dan

4

3

Sangat baik

Baik

Page 182: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

163

tanda baca kurang dari

tiga kesalahan

g. Kesalahan penggunaan

ejaan dan tanda baca

lebih dari tiga sampai

delapan kesalahann

h. Kesalahan penggunaan

ejaan dan tanda baca

lebih dari delapan

kesalahan

2

1

Cukup

Kurang

4. Kohesi dan

koherensi.

e. Kohesi dan koherensi

tepat sehingga mudah

dipahami dan bervariatif

f. Kohesi dan koherensi

tepat namun kurang

bervariatif

g. Kohesi dan koherensi

cukup tepat namun tidak

bervariasi

h. Tidak ada kohesi dan

koherensi. Sehingga sulit

dipahami.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

5. Pemilihan kata

(diksi).

e. Pemilihan kata tepat,

sesuai, dan bervariasi.

f. Pemilihan kata tepat,

sesuai, tetapi tidak

bervariasi.

g. Beberapa pemilihan

cukup tepat tetapi

bervariasi dan masih bisa

dipahami.

h. Pemilihan kata tidak

tepat, tidak bervariasi

sehingga sulit dipahami.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

6. Urutan cerita. e. Urutan cerita tepat dan

runtut.

f. Urutan cerita tepat dan

cukup runtut.

g. Urutan cerita cukup tepat

dan cukup runtut

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Page 183: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

164

h. Cerita banyak yang salah

dan tidak runtut.

7. Kerapian

tulisan.

e. Tulisan rapi dan mudah

dibaca.

f. Tulisan rapi namun ada

beberapa coretan.

g. Tulisan kurang rapi dan

banyak coretan.

h. Tulisan tidak rapi dan

sulit dibaca.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:

Tabel 24 Pedoman Penilaian

No Skor Kategori Nilai

1 >85 Sangat baik

2 75-85 Baik

3 65-74 Cukup

4 <65 Kurang

Ketarangan: Untuk mengisi format penilaian, aspek yang akan dinilai adalah dengan

membubuhkan tanda cek list pada kolom skor yang sesuai

Semarang, Mei 2013

Guru Bahasa Indonesia Peneliti

Dra Suprihartiningsih Rumiana

NIP 196510112002122001 NIM 2101409006

Page 184: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

165

Mengetahui,

Kepala SMP N 30 Semarang,

Drs. Al. Bekti Wisnu Tomo, MM

NIP 1961 0517 198601 1 011

Page 185: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

166

Lembar Kerja 1

(Siklus I)

Nama :

Kelas/No. Presensi :

Sekolah :

Usia :

Berdasarkan media yang telah disajikan, kerjakanlah tugas berikut

ini!

Susunlah enam pertanyaan yang tepat untuk berwawancara dengan Bekti!

1.

......................................................................................................

2.

......................................................................................................

3.

......................................................................................................

4.

......................................................................................................

5.

......................................................................................................

6.

......................................................................................................

Tulislah secara lengkap jawaban yang diberikan oleh Bekti ketika berwawancara!

1.

......................................................................................................

2.

......................................................................................................

3.

......................................................................................................

4.

......................................................................................................

5.

......................................................................................................

6.

......................................................................................................

Page 186: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

167

Lembar Kerja II

(Siklus I)

Nama :

Kelas/No. Presensi :

Sekolah :

Usia :

I

Perhatikan teks wawancara yang telah kalian praktikkan

dengan teman sebangku. Lalu kerjakanlah tugas berikut ini!

Setelah berwawancara dengan Bekti, ubahlah teks wawancara yang

telah Anda lakukan menjadi sebuah karangan narasi!

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

Page 187: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

168

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Siklus II

Satuan Pendidikan : SMP N 30 Semarang

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : VII

Semester : II

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

A. STANDAR KOMPETENSI

Menulis: 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan

singkat.

B. KOMPETENSI DASAR

12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara

penulisan kalimat langsung dan tak langsung.

C. INDIKATOR

1. Mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara.

2. Mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi.

3. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.

4. Mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi.

5. Mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

Page 188: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

169

1. Siswa mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks

wawancara dengan teliti.

2. Siswa mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi dengan cermat.

3. Siswa mampu mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung dengan

mandiri.

4. Siswa mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan

teliti.

5. Siswa mampu menyunting karagan narasi dengan teknik yang tepat.

Nilai karakter yang diharapkan yaitu teliti, madiri, bertanggung jawab, dan

dapat bekerja dalam sebuah kelompok.

E. MATERI AJAR

1. Pengertian Wawancara

2. Pengertian Narasi

3. Ciri-ciri Karangan Narasi

4. Kalimat Langsung dan Tak Langsung

5. Teknik Menyunting

F. METODE PEMBELAJARAN

Metode : Pencarian Informasi

Teknik : Ceramah, dikusi, tanya jawab, dan kunjung karya.

G. MEDIA PEMBELAJARAM

Media : Kartun Bercerita

Sumber : Buku Paket Airlangga Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs

Kelas VII

H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Page 189: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

170

Pertemuan Pertama

No Kegiatan Metode Teknik Alokasi

waktu

1. Kegiatan awal

1. Guru mengondisikan siswa agar siap

mengikuti pembelajaran.

2. Guru menjelaskan tentang tujuan dan

manfaat pembelajaran.

3. Guru memotivasi siswa dengan cara

menceritakan salah satu kisah penulis

sukses (Darwis Tere Liye). Setelah

mendengar cerita ini diharapkan siswa

mulai tertarik untuk menulis.

4. Guru bertanya kepada siswa tentang

kesulitan yang dialami dalam mengubah

teks wawancara menjadi narasi pada

pembelajaran sebelumnya.

Ceramah

Tanya

jawab

10 menit

Page 190: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

171

2.

Kegiatan inti

1. Guru mengulas kembali materi tentang

yang belum dipahami siswa. (eksplorasi)

2. Siswa berpasangan dengan teman

sebangku. (elaborasi)

3. Guru membagikan media kartun

bercerita. Pada siklus II guru

menggunakan media visual. (elaborasi)

4. Siswa mendengarkan enam pertanyaan

pancingan yang dibacakan oleh guru

agar lebih teliti dalam menganalisis

informasi yang terdapat pada media.

(elaborasi)

5. Siswa yang berperan menjadi

pewawancara menyusun lima pertanyaan

berdasarkan media, sedangkan

narasumber menyiapkan jawabannya.

6. Siswa melakukan praktik wawancara.

7. Siswa secara berpasangan menyusun

kerangka karangan berdasarkan hasil

wawancara. Lalu mengembangkannya

menjadi sebuah karangan narasi dengan

bimbingan guru. (elaborasi)

8. Guru meminta agar produk siswa

dikumpulkan. (elaborasi)

9. Guru membagikan media kartun

bercerita yang kedua. (elaborasi)

10. Guru membagikan LK I.

11. Guru membacakan enam pertanyaan

pancingan agar siswa lebih teliti dalam

Pencarian

Informasi

Ceramah

Diskusi

60 menit

Page 191: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

172

mencermati media. (elaborasi)

12. Guru menjelaskan materi yang belum

dipahami siswa selama pembelajaran

berlangsung. (konfoirmasi)

Ceramah

3. Kegiatan Penutup

1. Masing-masing siswa diminta untuk

membuat beberapa pertanyaan untuk

praktik berwawancara pada pertemuan

selanjutnya.

2. Guru bersama siswa menyimpulkan

materi pembelajaran.

3. Guru bersama siswa melakukan refleksi

terhadap kegiatan pembelajaran yang

telah berlangsung.

Penugasan

Refleksi

10 menit

Pertemuan Kedua

No. Langkah Pembelajaran Metode Teknik Waktu

1. Kegiatan awal

1. Guru mengondisikan siswa.

2. Guru menjelaskan tujuan dan

Ceramah

10 menit

Page 192: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

173

manfaat pembelajaran.

3. Guru memotivasi siswa agar

semangat dalam belajar.

4. Guru mengingatkan siswa tentang

materi pembelajaran pada pertemuan

sebelumnya.

5. Siswa diberikan kesempatan untuk

bertanya jika ada materi yang belum

dipahami.

Ceramah

Tanya

jawab

2. Kegiatan Inti

1) Siswa kembali berpasangan dengan

teman sebangku. Siswa pertama

berperan sebagai pewawancara dan

siswa kedua sebagai narasumber.

Begitu pula sebaliknya. (eksplorasi)

2) Setiap pasangan melakukan praktik

wawancara berdasarkan pertanyaan

yang tealh dibuat di rumah dan

pewawancara mencatat jawaban

narasumber pada LK 1 pula.

Kegiatan wawancara dilakukan

secara bergantian. Selama

berwawancara ada beberapa hal yang

harus diperhatikan oleh siswa, yaitu

(1) kelancaran, (2) penggunaan

kalimat efektif, dan (3) kinestetik.

(elaborasi)

3) Guru membagikan LK II.

4) Tiap-tiap siswa menyusun karangan

narasi pada LK 2 berdasarkan

Praktik

60 menit

Page 193: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

174

informasi yang telah didapatkan dari

kegiatan wawancara. (elaborasi)

5) Guru membentuk empat kelompok,

masing-masing kelompok terdiri atas

sembilan siswa. (elaborasi)

6) Masing-masing kelompok memilih

satu karya terbaik diantara mereka

untuk ditempel di papan tulis.

(elaborasi)

7) Masing-masing kelompok melakukan

kunjung karya dan 4 siswa

perwakilan kelompok memberikan

tanda bintang pada karya yang

terbaik. (elaborasi)

8) Guru memberikan hadiah pada karya

yang mendapatkan bintang

terbanyak. (elaborasi)

9) Guru menjelaskan materi yang belum

dipahami siswa selama pembelajaran.

(konfirmasi)

Kunjung

karya

3. Kegiatan Akhir

1) Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan.

2) Guru bersama siswa menyimpulkan

materi pembelajaran.

3) Guru bersama siswa melakukan

refleksi terhadap pembelajaran yang

telah berlangsung.

Penilaian

Refleksi

10 menit

Page 194: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

175

I. PENILAIAN

a. Bentuk penilaian : Tes dan Nontes

b. Bentuk instrumen :

Tes : rubrik penilaian

Nontes : lembar observasi, jurnal, dan wawancara

c. Rubrik penilaian

Rubrik Penilaian Karangan Narasi

No Aspek Kategori Nilai Keterangan

1. Kesesuaian isi

narasi dengan

teks

wawancara.

a. Isi narasi sesuai dengan

teks wawancara, tepat,

bahasanya bervariatif

dan lengkap.

b. Isi narasi sesuai dengan

teks wawancara, tapi

kurang bervariatif.

c. Isi narasi cukup sesuai

dengan teks wawancara

namun kurang lengkap

dan kurang bervariatif

d. Isi narasi tidak sesuai

dengan teks wawancara,

tidak bervariatif dan

tidak lengkap.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

2. Penggunaan

kalimat

langsung dan

tak langsung.

a. Penggunaan kalimat

langsung dan tak

langsung tepat dan

penulisannya benar dan

komunikatif.

b. Penggunaan kalimat

langsung dan tak

langsung tepat dan

cukup bervariatif.

c. Penggunaan kalimat

langsung dan tak

langsung ada beberapa

yang salah, namun

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Page 195: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

176

cukup bervariatif.

d. Penggunaan kalimat

langsung dan tak

langsung banyak yang

salah dan tidak

bervariatif.

3. Ejaan dan tanda

baca.

a. Penggunaan ejaan dan

tanda baca tepat semua.

b. Kesalahan ejaan dan

tanda baca kurang dari

tiga kesalahan

c. Kesalahan penggunaan

ejaan dan tanda baca

lebih dari tiga sampai

delapan kesalahann

d. Kesalahan penggunaan

ejaan dan tanda baca

lebih dari delapan

kesalahan

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

4. Kohesi dan

koherensi.

a. Kohesi dan koherensi

tepat sehingga mudah

dipahami dan bervariatif

b. Kohesi dan koherensi

tepat namun kurang

bervariatif

c. Kohesi dan koherensi

cukup tepat namun tidak

bervariasi

d. Tidak ada kohesi dan

koherensi. Sehingga sulit

dipahami.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

5. Pemilihan kata

(diksi).

a. Pemilihan kata tepat,

sesuai, dan bervariasi.

b. Pemilihan kata tepat,

sesuai, tetapi tidak

bervariasi.

c. Beberapa pemilihan

cukup tepat tetapi

bervariasi dan masih bisa

dipahami.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Page 196: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

177

d. Pemilihan kata tidak

tepat, tidak bervariasi

sehingga sulit dipahami.

6. Urutan cerita. i. Urutan cerita tepat dan

runtut.

j. Urutan cerita tepat dan

cukup runtut.

k. Urutan cerita cukup tepat

dan cukup runtut

l. Cerita banyak yang salah

dan tidak runtut.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

7. Kerapian

tulisan.

a. Tulisan rapi dan mudah

dibaca.

b. Tulisan rapi namun ada

beberapa coretan.

c. Tulisan kurang rapi dan

banyak coretan.

d. Tulisan tidak rapi dan

sulit dibaca.

4

3

2

1

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Pedoman Penilaian

No Skor Kategori Nilai

1 >85 Sangat baik

2 75-85 Baik

3 65-74 Cukup

4 <65 Kurang

Page 197: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

178

Semarang, Mei 2013

Guru Bahasa Indonesia Peneliti

Dra Suprihartiningsih Rumiana

NIP 196510112002122001 NIM 2101409006

Mengetahui,

Kepala SMP N 30 Semarang,

Drs. Al. Bekti Wisnu Tomo, MM

NIP 1961 0517 198601 1 011

Page 198: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

179

Lembar Kerja 1

Siklus II

Nama :

Kelas/No. Presensi :

Sekolah :

Usia :

Berdasarkan media yang telah disajikan, kerjakanlah tugas berikut!

Jika Anda seorang polisi, susunlah enam pertanyaan untuk berwawancara dengan

saksi kecelakaan!

1.

......................................................................................................

2.

......................................................................................................

3.

......................................................................................................

4.

......................................................................................................

5.

......................................................................................................

6.

......................................................................................................

Tulislah secara lengkap jawaban yang diberikan oleh saksi ketika berwawancara!

1.

......................................................................................................

2.

......................................................................................................

3.

......................................................................................................

4.

......................................................................................................

5.

......................................................................................................

Page 199: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS ...

180

Lembar Kegiatan II

Siklus II

Nama :

Kelas/No. Presensi :

Sekolah :

Usia :

I

Perhatikan teks wawancara yang telah kalian praktikkan dengan

teman sebangku. Lalu kerjakanlah tugas berikut ini!

Setelah melakukan wawancara dengan saksi, ubahlah teks wawancara tersebut

menjadi sebuah karangan narasi yang baik dan runtut!

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................