i PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA MELALUI METODE CARD SORT PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS I MI MIFTAHUL FALAH BEKASI Skripsi diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam oleh YUNITA HELZA NIM 1812018300247 PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
112
Embed
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31316/3/YUNITA... · Setelah menggunakan penerapan metode . card sort adanya peningkatan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA MELALUI METODE
CARD SORT PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS I MI
MIFTAHUL FALAH BEKASI
Skripsi
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam
oleh
YUNITA HELZA
NIM 1812018300247
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA MELALUI
METODE CARD SORT PADA MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA KELAS I MI MIFTAHUL FALAH BEKASI
Skripsi
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
oleh
Yunita Helza
NIM 1812018300247
Pembimbing
Nafia Wafiqni, M.Pd
NIP. 19811003 200912 2004
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul “Peningkatan kemampuan membaca siswa melalui
metode card sort pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I MI Miftahul Falah
Bekasi” disusun oleh Yunita Helza, Nomor Induk Mahasiswa 1812018300247,
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah melalui bimbingan dan dinyatakan
sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan fakultas.
Bekasi, 29 Maret 2016
Yang mengesahkan
Pembimbing,
Nafia Wafiqni, M.Pd.
NIP 19811003 200912 2 004
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yunita Helza
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 24 Juni 1982
NIM : 1812018300247
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Tabel 4.1 Keadaan Tenaga Pendidik di MI Miftahul Falah ……………... 34
Tabel 4.2 Keadaan Siswa MI Miftahul Falah ……………………………. 35
Tabel 4.3 Data Nilai Pra Tindakan ............................................................ 36
Tabel 4.4 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan I ………… .......... 40
Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan II ……………….. 41
Tabel 4.6 Data Nilai Membaca Siklus I ..................................................... 48
Tabel 4.7 Data Hasil Nilai Pra Tindakan dan Siklus I ............................... 49
Tabel 4.8 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan II ……………… 50
Tabel 4.9 Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan II ………………. . 51
Tabel 4.10 Lembar Observasi siswa Siklus II Pertemuan I ………………. 53
Tabel 4.11 Lembar Observasi Guru siklus II Pertemuan I ……………….. 54
Tabel 4.12 Hasil Tindakan Siklus II ............................................................ 57
Tabel 4.13 Data Hasil Nilai Siklus I dan Siklus II ....................................... 58
Tabel 4.14 Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan II ……………... 59
Tabel 4.15 Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan II ………………. 60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kurt Levin .............................................. 26
Gambar 4.1 Card Short pada Siklus I Pertemuan I ...................................... 37
Gambar 4.2 Card Short pada Siklus I Pertemuan II ..................................... 41
Gambar 4.3 Card Short Hasil Refleksi Siklus I …………………………... 45
Gambar 4.4 Card Short Siklus II Pertemuan I ……………………………. 48
Gambar 4.5 Card Short Siklus II Pertemuan II …………………………… 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Iqra itulah perintah pertama yang diturunkan Allah SWT kepada umatnya
melalui perantara Malaikat Jibril. Allah SWT memerintahkan untuk membaca alam
semesta ini, untuk belajar dan mengenal ciptaanNya. Anak adalah amanah yang Allah
berikan kepada kita. Ia adalah penentu kehidupan pada masa mendatang.
Ditangannyalah perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara berada.
Pembentukan karakter bangsa dan kehandalan sumber daya manusia ditentukan oleh
bagaimana memberikan perlakuan yang tepat kepada anak sedini mungkin.
Kemampuan membaca merupakan sebuah kemampuan yang amat dibutuhkan
oleh siswa yang kelak akan dipergunakan untuk dapat memahami berbagai informasi
yang dibaca. Anggota masyarakat secara umum pun sebenarnya juga dituntut untuk
mampu membaca dengan baik mengingat bahwa berbagai informasi dapat
meningkatkan wawasan kehidupannya terutama yang diperoleh lewat media cetak.
Proses pembelajaran merupakan salah satu komponen pendidikan yang
penting, sebab melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pelajar. Guru dan
siswa sebagai komponen yang berpengaruh dalam proses pembelajaran masing-
masing harus aktif. Guru sebagai pendidik harus menambah kemampuan dan
pengetahuannya melalui pengalamannya, sedangkan siswa sebagai peserta didik harus
berperan aktif dalam setiap kesempatan agar berhasil dalam belajarnya. Siswa
diharapkan tidak belajar hanya dari guru saja tetapi juga belajar dari lingkungan
sekitarnya, misalnya dari teman, orang tua, ataupun media. Siswa dapat memperoleh
ilmu pengetahuan di mana pun berada. Siswa yang aktif mempunyai peluang yang
besar untuk keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang pasif dan hanya
menerima saja.
Mahir atau mampu membaca menjadi sebuah target mutlak yang selalu
diharapkan oleh seorang guru terutama di kelas rendah Sekolah Dasar atau Madrasah
Ibtidaiyah. Begitupun dengan orang tua murid yang menginginkan anaknya sudah
2
bisa membaca pada saat akan memasuki sekolah tingkat dasar.Tidak sedikit siswa
yang sudah sekolah dasar di kelas rendah belum juga mahir membaca. Ini
dikarenakan tidak adanya minat untuk membaca. Dalam pengajaran, guru yang selalu
monoton dan tidak memvariasikan metode pembelajaran, serta tidak menggunakan
media.
Belajar dengan bermain adalah kegiatan terpadu antara belajar dan bermain
yang diintegrasikan dalam sebuah materi pelajaran. Tindakan ini merupakan upaya
menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, dengan tujuan akhir
mencapai pembelajaran yang sehat dan memperoleh mutu yang optimal.
Banyak cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk dapat membantu
siswanya agar dapat mahir membaca. Diantaranya adalah dengan kartu kata, stiker
atau gambar dalam slide komputer yang ditampilkan pada saat kegiatan belajar
mengajar. Selain cara tersebut, masih ada tehnik lain dalam mengajarkan siswa untuk
membaca permulaan misalnya dengan metode abjad, metode bunyi, metode suku
kata, metode kata lembaga, metode global, dan metode struktural analisis sintesis
(SAS).
Berdasarkan observasi awal di kelas satu MI Miftahul Falah Bekasi diketahui
kemampuan membaca permulaan siswa masih rendah, sebagian besar siswa mendapat
nilai di bawah KKM. Guru menggunakan metode yang monoton dan tidak
menggunakan media pembelajaran secara maksimal. Siswa kurang termotivasi untuk
membaca sehingga minat membaca siswa rendah. Hal tersebut menyebabkan hasil
belajar pada mata pelajaran lainpun menjadi rendah.
Hal ini menjadi tanggung jawab guru untuk membimbing siswanya agar dapat
mencapai kopetensi yang diharapkan. Perhatian secara khusus dari guru terhadap
pembelajaran membaca harus dilakukan sejak siswa belajar di SD kelas permulaan.
Ketepatan dan keberhasilan pada tahap permulaan akan mempunyai dampak yang
besar bagi peningkatan dan kemampuan membaca siswa selanjutnya. Untuk itu perlu
adanya revolusi pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru.
Card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk
mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta tentang obyek atau mereview
informasi. Model pembelajaran aktif tipe card sort menggunakan fasilitas kartu,
3
dalam kartu tersebut berisi suatu permasalahan yang harus diselesaikan oleh masing-
masing peserta didik. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu
mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan.
Berdasarkan uraian di atas maka salah satu upaya yang dianggap dapat
memecahkan masalah tersebut yakni meningkatkan kemampuan membaca permulaan
siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe card sort, sehingga
berefek pada meningkatnya nilai-nilai siswa di setiap mata pelajaran dan
meningkatnya minat membaca siswa. Maka peneliti menganggap perlu untuk
melakukan penelitian tindakan dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca
Siswa melalui Metode Card Sort pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas I
MI Miftahul Falah Bekasi”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka timbullah masalah
yang dapat di identifikasi sebagai berikut:
1. kemampuan membaca permulaan siswa masih rendah, sebagian besar siswa
mendapat nilai di bawah KKM.
2. Guru menggunakan metode yang monoton.
3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran secara maksimal.
4. Siswa kurang termotivasi untuk membaca.
5. Rendahnya minat untuk membaca.
C. PembatasanMasalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan masalah dalam
penelitian yang berhubungan dengan keterampilan membaca permulaan yakni pada
penggunaan model pembelajaran aktif tipe card sort untuk meningkatkan
keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas I MI Miftahul Falah Bekasi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dilihat perumusan
masalah yaitu: “Bagaimana meningkatkan keterampilan membaca siswa melalui
metode card sort pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I MI miftahul Falah
Bekasi ?”
4
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui peningkatan keterampilan membaca siswa melalui metode card sort pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I MI Miftahul Falah Bekasi.
F. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmiah mengenai
peningkatan kemampuan membaca pada siswa kelas satu melalui metode card
sort.
2. Praktis
a. Bagi siswa kelas satu MI Miftahul Falah
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca melalui
metode card sort.
b. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pengetahuan untuk
meningkatkan metode pembelajaran dan evaluasi KBM.
c. Masyarakat dan orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat dan
orang tua dalam hal kemampuan membaca pada anak.
5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Pengertian membaca
Menurut H.G. Tarigan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.1 Suatu proses yang menuntut agar kelompok
kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan
agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.
Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa
keterampilan, yakni mengamati, memehami dan memikirkan. Disamping itu, membaca
adalah laku penguraian tulisan, suatu analisis bacaan. Dengan demikian membaca
merupakan penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan
jiwa dalam menghayati naskah. 2
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.
Suatu proses yang menuntut agar keloxinpo~C kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan
dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat
tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan
baik.
Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat
dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis.
Tingkatan hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran
atau interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Demikianlah makna itu
akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dia
1 Kundharu Saddhono, Slamet. Meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia (Bandung: Karya Putra
Darwati, cet ke-1, 2012) hal 64 2 ibid
6
pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut. Dalam buku Isah
Cahyani, Hodijah yang berjudul kemampuan berbahasa Indonesia di SD.3
Sedangkan Klein, dkk mengemukakan bahwa devinisi membaca mencakup (1)
membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca
merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks
dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam
membentuk makna.4
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang
ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Adapun
pengertian lain membaca adalah suatu proses transaksi yang di dalamnya pembaca cerita
mengartikan maksud yang dibuat penulis. Selama membaca, arti tidak hanya muncul dari
halaman perhalaman bagi pembaca, namun ini merupakan suatu negosiasi rumit antara
teks dan pembaca yang dibentuk oleh konteks situasional singkat dan konteks
sosiolinguistik yang lebih luas.
Berikut ini terdapat beberapa pengertian membaca yang dikemukakan oleh para
ahli:
a. Depdikbud
Depdikbud menuliskan bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan secara
kritis, kreatif, yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang
bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai,
fungsi, dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca pada tingkat
lanjut, yakni membaca kritis dan membaca kreatif.
b. Thorndike
Thorndike berpendapat bahwa membaca merupakan proses berpikir atau bernalar.
c. Louise Rosenblatt
Bacaan adalah pengalaman pribadi selama para pembaca berhubungan dengan
cerita yang sedang mereka baca untuk kehidupan mereka sendiri dan pengalaman-
pengalaman literatur sebelumnya.5
3 Isah Cahyani, Hodijah. Kemampuan berbahasa Indonesia di SD (Bandung: UPI Pres, cet ke-1, 2007) hal 98
4 Farida Rahim. Pengajaran membaca di SD (Jakarta: PT. Bumi aksara, cet ke-2, 2008) hal 3
5 Dindin Ridwanuddin. Bahasa Indonesia (Jakarta: UIN Press, cet ke-1, 2015) hal 165
7
2. Hakekat membaca
Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca
sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada
aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada
konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.
Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut (1) aspek
sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (2) aspek perceptual,
yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol, (3) aspek
skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur
pengatahuan yang telah ada, (4) aspek berfikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan
evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (5) aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan
dengan minat pembaca yang berpengalaman terhadap kegiatan membaca. Interaksi antara
kelima aspek tersebut secara harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca yang
baik, yakni terciptanya komunikasi yang baik antara penulis dengan pembaca.6
Membaca merupakan suatu proses berfikir yang kompleks. Menurut Anderson
dkk terjadinya peristiwa membaca adalah: “reading is very complex. It is requires a high
level of muscular coordination sustsined afford and concentration”. Pandangan Anderson
di atas ditopang oleh pandangan Sudarsono. Menurut Sudarsono proses terjadinya
membaca sebagai berikut. “unsur utama membaca adalah otak. Mata hanya alat yang
mengantarkan gambar ke otak. Cahaya dari bacaan masuk ke mata melalui selaput bening
(kornea mata). Cahaya itu disalurkan oleh selaput pelangi dan terjadilah gambaran pada
retina. Retina itu terdiri dari berjuta-juta reseptor cahaya yang mengubah energi cahaya
menjadi syarat dan sampaikan ke otak. Di korteks pada otak, syarat-syarat itu yang
berjumlah 10 juta dicetak dan direkam menjadi gambar oleh sel neuron. Di sinilah terjadi
membaca”.7
3. Tujuan membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan
6 Tatat Hartati,dkk. Pendidikan dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah (Bandung: UPI Pres, cet ke-1, 2006)
hal 254 7 Purwanto. Jurnal teknodik. ISSN: 0854-915X No. 22/XI/TEKNODIK/DESEMBER/2007 hal 86
8
dengan maksud. Tujuan atau intensif kita dalam membaca. Berikut tujuan dari membaca,
yaitu:
a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah
dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang
telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang
dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh
perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan
menarik. Masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang
dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh
untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk ide-ide
utama (reading main for ideas).
c. Membaca untuk menemukan atau untuk mengetahui apa terjadi pada setiap bagian
cerita, apa yang terjadi mula-mula, pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya,- setiap
tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian
kejadian- buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui suatu susunan,
organisasi cerita (reading for sequence or organization).
d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan
seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang
kepada para pembaca. Mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang
dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut
membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak bisa, tidak
wajar mengenai seorang tokoh, apa yang benar. Ini disebut membaca untuk
mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classifiy).
f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan
ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang
tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut
membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana
hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita
mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut
9
membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare
or contrast).8
Pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan yang dimaksud
meliputi:
1. Menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan.
2. Membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa menikmati
bacaan.
3. Menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan.
4. Menggali simpanan pengetahuan atau schemata siswa tentang suatu topik.
5. Menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa.
6. Mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan
maupun tertulis.
7. Melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat oleh
siswa sebelum melakukan perbuatan membaca.
8. Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti
sesuatu yang dapat dipaparkan dalam sebuah bacaan.
9. Mempelajari struktur bacaan; serta
10. Menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau sengaja
diberikan oleh penulis bacaan. 9
Tujuan membaca mencakup:
1. Kesenangan;
2. Menyempurnakan membaca nyaring;
3. Menggunakan strategi tertentu;
4. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;
5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya;
6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;
7. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;
8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh
dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang tekstur teks;
8 Isah Cahyani, Hodijah. Op.cit hal 99
9 Tatat Hartati, dkk. Op.cit hal 255
10
9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.10
Adapun tujuan membaca menurut Dindin Ridwanuddin dalam buku bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.
2) Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk dalam kebodohan.
3) Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan
orang-orang malas dan tidak mau bekerja.
4) Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan
kefasihan dalam bertutur kata.
5) Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.
6) Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan
pemahaman.
7) Dengan sering membaca, seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalaman
orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para
sarjana.
8) Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya baik
untuk mendapat dan merespon ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari
disiplin ilmu dan aplikasi di dalam hidup.11
4. Fungsi Membaca
kegiatan membaca yang sangat bermanfaat itu bahkan ada yang menyatakan sebagai
jantungnya pendidikan, memiliki banyak fungsi, antara lain:
a) Fungsi intelektual; dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan kadar
intelektualitas, membina daya nalar. Contohnya membaca laporan penelitian,
jurnal, atau karya ilmiah lain.
b) Fungsi memacu kreativitas; hasil membaca kita dapat mendorong, menggerakkan
diri kita untuk berkarya, didukung oleh keleluasan wawasan dan pemilikan
kosakata.
c) Fungsi praktis; kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan
praktis dalam kehidupan. Misalnya teknik memotret, cara membuat alat rumah
tangga, dan lain-lain.
10
Farida Rahim. Pengajaran membaca di SD (Jakarta: PT Bumi Aksara cet ke-2. 2008) hal 11 11
Dindin Ridwanuddin. Bahasa Indonesia (Jakarta: UIN Press cet ke-1, 2015) hal 166
11
d) Fungsi rekreatif; membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati, mengadakan
tamasya, yang mengasyikkan. Contohnya bacaan-bacaan ringan, cerita humor,
fable, karya sastra, dan lain-lain.
e) Fungsi informatif; dengan banyak membaca informative seperti surat kabar,
majalah, dan lain-lain dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat kita
perlukan dalam kehidupan.
f) Fungsi religius; membaca dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan
keimanan, memperluas budi, dan meningkatkan diri kepada Tuhan.
g) Fungsi sosial; kegiatan membaca memiliki fungsi sosial yang tinggi manakala
dilaksanakan secara lisan atau nyaring. Dengan demikian kegiatan membaca
tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh orang lain mengarahkan sikap berucap,
berbuat, dan berpikir. Contohnya pembacaan berita, karya sastra, pengumuman,
dan lain-lain.
h) Fungsi pembunuh sepi; kegiatan membaca dapat juga dilakukan untuk sekedar
merintang-rintang waktu, mengisi waktu luang. Contohnya membaca majalah,
surat kabar, dan lain-lain.12
5. Manfaat Membaca
Selain fungsi di atas, kegiatan membaca mendatangkan berbagaimanfaat, antara
lain:
a) Memperoleh banyak pengalaman hidup.
b) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat
berguna bagi kehidupan.
c) Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu
bangsa.
d) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di
dunia.
e) Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker,
meningkatkan tarap hidup dan budaya keluarga, masyarakat, nusa, dan bangsa.
f) Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang
menjadi cerdik pandai.
12
Kundharu Saddhono, Slamet. Meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia )Bandung: Karya Putra Darwati, cet ke-1, 2012) hal 65
12
g) Dapat memperkaya perbendaharaan kata, ungkapan, istilah, dan lain-lain yang
sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis.
h) Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap eksestensi, dan
lain-lain.13
6. Jenis-Jenis Membaca
a. Membaca Teknik
Adalah pengajaran membaca yang bertujuan untuk kelancaran membaca. Pada
kegiatan ini guru harus memperhatikan lafal kata, intonasi, frase, intonasi kalimat,
serta isi bacaan itu sendiri.
b. Membaca dalam Hati
Adalah kegiatan membaca untuk menangkap pokok-pokok pikiran dari bahan
bacaan. Materi membaca dalam hati di sekolah dasar bertujuan untuk
mendapatkan informasi dari satu bacaan dengan memahami isi bacaan secara tepat
dan cermat.
c. Membaca Bahasa
Mempunyai kesamaan dengan membaca dalam hati, dalam hal ini tidak
bersuaranya sewaktu aktivitas membaca itu dilaksanakan. Tujuan yang akan
dicapai dalam pelajaran membaca bahasa adalah agar siswa Sekolah Dasar
semakin bertambah pengetahuannya tentang seluk beluk Bahasa Indonesia.
d. Membaca Pustaka
Adalah kegiatan membaca untuk menambah informasi beberapa bidang ilmu
pengetahuan yang tidak diperoleh di sekolah, mengembangkan wawasan anak,
member selingan kepada anak-anak dari bacaan yang berat, dan menikmati
keindahan bacaan.
e. Membaca Cepat
Adalah kegiatan membaca yang bertujuan agar siswa Sekolah Dasar dalam waktu
yang singkat dapat membaca secara lancar dan dapat memahami isinya secara
tepat dan cermat. Kegiatan membaca ini dilakukan tanpa suara.
f. Membaca Indah
13
Ibid, hal 66
13
Adalah kegiatan membaca yang bertujuan agar siswa dapat memperoleh suara
keindahan yang bersumber dari bacaan. Pelajaran membaca indah di mulai di
kelas tiga sekolah dasar.14
7. Usaha untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca
Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar siswa memiliki keterampilan membaca
ialah:
a) Membantu siswa untuk memperkaya kosakata, dengan cara:
1. Memperkenalkan sinonim, antonym dan kata-kata dasar yang sama;
2. Memperkenalkan imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran);
3. Mengira-ngira makna kata dari konteks atau hubungan kalimat.
b) Membantu siswa untuk memahami makna struktur-struktur kata maupun kalimat.
c) Guru dapat memberikan penjelasan pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, dan
peribahasa.
d) Guru mengajukan pertanyaan mengenai ide pokok suatu paragraf, menunjukkan
kalimat yang kurang baik, member tugas membuat rangkuman.
e) Guru melatih siswa untuk membaca dalam tempo waktu yang dibatasi, sehingga
melatih siswa untuk membaca cepat tanpa suara.
f) Melatih kemampuan siswa memahami keseluruhan isi ataupun sebagian dari suatu
bacaan.
g) Melatih kemampuan siswa menemukan kalimat yang rumpang dalam suatu
bacaan.15
8. Membaca Permulaan
Membaca permulaan adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
diperuntukan siswa SD kelas permulaan. Menurut Akhadiah membaca permulaan hanya
berlangsung selama dua tahun, yaitu untuk SD kelas I dan II. Bagi mereka membaca
adalah kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat
menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut.16
a. Pentingnya pembelajaran membaca permulaan
14
Tatat Hartati, dkk. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah (Bandung: UPI Press, cet ke-1, 2006) hal 251 15
Dindin Ridwanuddin. Bahasa Indonesia (Jakarta: UIN Press, cet ke-1, 2015) hal 172 16
Enny Zubaidah. Kesulitan membaca permulaan pada anak (PGSD FIP Universitas Negeri Yogyakarta) http://staf.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-enny-zubaidah-mpd/Produk%20Bahan%20Ajar-diagnosadancaramengatasinya
14
Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat
berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari
kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan
perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut siswa akan
mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai. Padahal
kemampuan membaca sangat diperlukan oleh setiap orang yang ingin memperluas
pengetahuan dan pengalaman, mempertinggi daya fikir, mempertajam penalaran, dan
memperluas wawasan, untuk mencapai kemajuan dan peningkatan diri. Oleh sebab itu,
bagaimana pun guru kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3) haruslah berusaha sungguh-sungguh
agar ia dapat memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai kepada anak didik.
b. Perkembangan membaca
Ada beberapa fase perkembangan membaca menurut Isah Cahyani dan Hodijah
dalam buku kemampuan berbahasa Indonesia di SD, yaitu:
1) Fase pra membaca (3-6 tahun) anak-anak mengenal huruf dan mempelajari
perbedaan huruf dan angka. Kebanyakan anak akan mengenal nama jika ditulis;
2) Fase ke-1 (7-8 tahun) kira-kira kelas dua, anak-anak memperoleh pengetahuan
tentang huruf, suku kata, dan kata sederhana melalui cerita;
3) Fase ke-2 kira-kira kelas tiga dan empat anak-anak dapat menganalisis kata-kata
yang tidak diketahuinya menggunakan pola tulisan;
4) Fase ke-3 dari kelas empat sampai dengan kelas dua SMP, anak dapat memahami
bacaan;
5) Fase ke-4 pada akhir SMP sampai SMA anak mampu menyimpulkan dan
mengenal maksud penulis dalam bacaan;
6) Fase ke-5 pada tingkat perguruan tinggi dan seterusnya, orang dewasa dapat
mengintegrasikan hal-hal yang dibaca dan menanggapi materi bacaan secara
kritis.17
Membaca merupakan kecakapan linguistik sekunder. Dalam pembelajaran
membaca terdapat “tiga tahap dasar teori perkembangan membaca. Tahap-tahap yang
dimaksud yakni:
1. Fase perbedaan dan pengetahuan huruf;
2. Fase logografik;
17
Isah Cahyani, Hodijah. Op.cit hal 100
15
3. Fase alfabetis.”
Pada tahap pertama, pembelajaran membaca menggunakan nama diri siswa
dengan bentuk dasar atau kata dasar yang kemudian siswa diharapkan membangun
khazanah (repertoire) asosiasi huruf, bunyi yang pada akhirnya mampu membedakan
bunyi yang keluar dari artikulasinya lalu mengenal huruf tersebut.
Adapun pada tahap kedua dicirikan oleh Frith dengan fase siswa dapat mengenal
kata-kata yang sangat umum secara visual tetapi menemukan kata-kata baru yang tidak
diketahui. Bradley dan Bryant menjelaskan bahwa selama periode ini diasosiasikan antara
strategi membaca dan mengeja mungkin terjadi. Beberapa pembaca menggunakan
kemampuan visual untuk membaca dan kemampuan fonologis untuk mengeja. Hal lain
yang digunakan pada tahapini adalah strategi semiphotic untuk pengetahuan fonemik
membaca dan mengeja.
Selanjutnya, pada tahap ketiga, dekoding merupakan tekanan utama, seperti
keterampilan membaca tingkat rendah (misalnya fitur, pengenalan pola, hubungan grafem
dengan fonem, pengenalan kata, dan pengingatan leksikal) dilatih dan dijadikan otomatis.
Oleh karena itu, pada tahap ini kegiatan membaca formal dimulai pertama kali dalam
model Call terjadi, siswa saat itu mengaplikasikan kaidah grafem-morfem.
Dari ketiga tahap tersebut dapat dikatakan bahwa “membaca adalah proses
mencari makna dengan mengaktifkan pengetahuan yang dimiliki dari bacaan tersebut.”
Untuk itulah maka kemampuan membaca yang baik menjadi salah satu kunci sukses
dalam pendidikan.18
c. Masalah membaca
Masalah yang dihadapi anak dalam membaca:
1) Kurang mengenali huruf;
2) Membaca kata demi kata yang sering kali disebabkan oleh gagal menguasai
keterampilan pemecahan kode, gagal memahami makna kata, kurang lancar
membaca;
3) Pemparafrasekan yang salah;
4) Miskin pelafalan/penghilangan;
5) Pengulangan;
6) Pembalikan;
18
Hindun. Pembelajaran Bahasa Indonesia berkarakter di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar (Jakarta: Nufa Citra mandiri, cet ke-2, 2014) hal 201
16
7) Penyisipan;
8) Penggantian;
9) Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk, dan menggerakkan kepala;
10) Kesulitan konsonan, kesulitan kluster, diftong, dan digrapf;
11) Kesulitan menganalisis struktur kata; dan
12) Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya.19
d. Kesiapan membaca permulaan I
Prasyarat membaca formal
Ada sejumlah keterampilan yang menjadi prasyarat untuk pengajaran membaca
formal. Prasyarat yang dimaksud meliputi: pengalaman dasar, perkembangan kognitif,
perkembangan bahasa, kesadaran metalinguistik, minat dan sikap, diskriminasi visual dan
auditori, serta kemampuan orientasi arahan.
Menilai kesiapan
Prosedur untuk menilai kemampuan kesiapan membaca beragam mulai dari
observasi guru sampai penggunaan tes standar. Pangalaman menunjukkan bahwa guru
yang berpengalaman sering mengembangkan kepekaan dan kemampuan dalam
mengidentifikasi anak-anak yang bergerak ke dalam pengajaran membaca formal.
1. Penilaian informal
Observasi merupakan cara yang dilengkapi daftar pemeriksaan dan catatan
anekdot.
2. Mengamati pengalaman dasar
Pengalaman dasar dapat diamati dengan melihat respon anak pada bacaan-bacaan
yang dibagikan, pada aktivitas permainan bebas, dan aktivitas bahasa tutur.
3. Mengamati perkembangan kognitif
Guru dapat mencatat aktivitas anak-anak dalam permainan untuk menentukan
kemampuan mereka dalam merepresentasikan objek yang tak hadir dengan objek
lain.
4. Mengamati perkembangan bahasa
19
Isah Cahyani, Hodijah. Op.cit
17
Dengan masuknya ke sekolah, anak-anak telah mengembangkan kemampuan
bahasa baik kemampuan reseptif maupun kemampuan produktif. Akan tetapi,
guru seharusnya memberikan perhatian untuk mengamati kelemahan dan kekuatan
semua kemampuan.
5. Mengamati arah dan orientasi
Orientasi bisa diamati ketika seorang anak mengenali urutan huruf, susunan kata,
penggunaan papan tulis, dan kemampuan berpindah.
6. Meneliti minat dan sikap
Minat seorang anak dalam membaca dapat diperkirakan dengan mengajukan
pertanyaan mengenai identifikasi kata, meneliti minat anak untuk membaca
majalah dan buku.
7. Diskriminasi auditori
Penilaian dapat dilakukan melalui permainan diskriminasi auditori yang bisa
membuat anak-anak merespon dengan sinyal yang sudah ditentukan.
8. Catatan anekdot
Catatan anekdot dapat menunjukkan kekuatan dan kelemahan suatu bidang tehnik
ini bisa digunakan untuk observasi yang didaftar sebelumnya. Catatan tersebut
dapat berupa buku harian (diary) karena tingkah laku seharusnya diteliti selama
satu periode.
9. Menggunakan checklist
Observasi dapat dilengkapi daftar cek yang digunakan untuk pengajaran membaca
tetapi bisa juga dilengkapi untuk kemampuan yang lain.
10. Tes standar
Beberapa tes standar yang diterbitkan meliputi sub-sub tes untuk mengukur
prestasi dalam kemampuan seperti diskriminasi visual huruf dan kata, diskriminasi
auditori bunyi awal dan akhir. Sedangkan yang lain meliputi pengukuran
mendengar, pemahaman, arahan, koordinasi visual-motorik, dan kemampuan
bahasa lisan.20
e. Kesiapan dan tujuan membaca permulaan II
20
Novi Resmini, dkk. Membaca dan menulis di SD teori dan pengajarannya (Bandung: UPI Pres cet ke-1, 2006) hal 7 dan 8
18
Selama tahap “membaca permulaan” anak telah distrukturi dan direkayasa
“minat dan “sikap”nya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan membaca
sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat kesiapannya. Siswa pada tahap
ini dibekali dengan berbagai kegiatan “membaca tanpa buku”, mereka hanya
dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan seperti:
1. Sikap duduk saat membaca
2. Melatih lompatan arah dan fokus pandang
3. Menyimak cerita guru
4. Tanya jawab dengan guru
5. Memperhatikan gambar yang diperlihatkan guru
6. Membicarakan gambar, dan lain-lain
Anak untuk dapat memasuki tahap ini, harus memiliki sejumlah “tingkat kesiapan”,
diantaranya:
1. Faktor internal dari diri anak: diantara tingkat kematangan, minat, IQ, keutuhan
dan keberfungsian unsur biologis.
2. Faktor eksternal, misalnya: tingkat keberhasilan pencapaian tujuan , lingkungan
sosial dan akademik.
Tujuan umum pengajaran: membaca permulaan menurut GBPP Bahasa Indonesia adalah:
1. Siswa memahami bahasa (Bahasa Indonesia) dari segi bentuk, makna dan fungsi
serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam tujuan,
keperluan, dan keadaan.
2. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa (bahasa Indonesia) untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan, emosional, dan kematangan
sosial.
3. Siswa memiliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa.21
Pengajaran membaca permulaan
Pengajaran membaca permulaan hendaknya dikembangkan ke dalam “proses
pengajaran membaca permulaan”, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
21
Ibid. hal 28-29
19
1. Tingkat perkembangan anak
2. Tingkat kesiapan anak
3. GBPP mata pelajaran
4. Pengembangan materi pelajaran membaca
a. Pengembangan dan perluasan pemahaman lambang-lambang bahasa tulis:
- Belajar membaca nama-nama diri
- Memberi nama benda-benda yang ada di kelas
b. Pengajaran keterampilan melafalkan lambang-lambang tulisan
- Melatih melafalkan: “konsonan maupun vokal” dengan berbagai posisi
dalam kata
c. Membaca untuk “memaknai”
- Menghubungkan kalimat
- Membangun kalimat dari kata-kata yang acak
d. Pengembangan keterampilan intonasi
- Mengubah makna dengan cara mengubah intonasi, dan dialog22
F. Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan
1. Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan tanpa buku
Sebelum KBM dilakukan sebaiknya guru mengawalinya dengan berbagai
kegiatan pra KBM yang dapat merangsang dan menggali pengalaman
berbahasa anak. Percakapan-percakapan ringan antara guru dan siswa sebelum
kegiatan KBM dimulai merupakan langkah awal yang bagus untuk membuka
pintu komunikasi. Sapaan-sapaan hangat dan berbagai pertanyaan ringan
kepada mereka akan membuat siswa termotivasi untuk betah dan belajar di
sekolah.
Selanjutnya, pilihlah variasi-variasi kegiatan berikut:
a) Menunjukkan gambar
b) Menceritakan gambar
c) Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
d) Memperkenalkan bentuk-bentuk tulisan melalui bantuan gambar
e) Membaca tulisan bergambar
f) Membaca tulisan tanpa gambar
22
Ibid. hal 30-31
20
g) Memperkenalkan huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan
kartu23
2. Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan
buku
a) Membaca buku pelajaran (buku paket)
1) Siswa diberi buku (paket) yang sama dan diberi kesempatan untuk
melihat-lihat isi buku tersebut.
2) Siswa diberi penjelasan singkat mengenai buku tersebut.
3) Siswa diberi penjelasan dan petunjuk tentang bagaimana cara
membuka halaman-halaman buku agar buku tetap terpelihara dan tidak
cepat rusak.
4) Siswa diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka
yang menunjukkan halaman-halaman buku.
5) Siswa diajak untuk mumusatkan perhatian pada salah satu teks/bacaan
yang terdapat pada halamn tertentu.
6) Jika bacaan itu disertai gambar, sebaiknya terlebih dahulu guru
b) Membaca buku dan majalah anak yang sudah terpilih
Untuk langkah awal, bacaan-bacaan sederhana hendaknya menjadi pilihan
utama. Kosakata yang dipakai dalam bacaan tersebut hendaknya
mengandung huruf-huruf yang sudah dikenal anak, disamping pemakaian
kosakata yang juga dianggap sudah dikenal anak.
c) Membaca bacaan susunan bersama guru siswa
1) Guru memperlihatkan beberapa gambar, anak diminta menyebutkan
gambar-gambar tersebut.
2) Di samping gambar, guru juga memperlihatkan beberapa kartu (bisa
kartu huruf, kartu suku kata atau kartu kata), anak diminta
menempelkan kartu-kartu dimaksud di bawah gambar sehingga
gambar-gambar dimaksud menjadi berjudul.
23
Djago Tarigan. Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas rendah. (Jakarta: UT cet ke-1 2003) hal 5.37-5.38
21
3) Satu dua buah gambar dipilih anak untuk bahan diskusi dan sebagai
stimulus untuk membuat bacaan bersama.24
9. Pengertian Card Sort
Hisyam Zaini, dkk mengatakan bahwa “card sort merupakan kegiatan kolaboratif
yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, tentang
obyek atau mereview informasi”. Model pembelajaran aktif tipe card sort menggunakan
fasilitas kartu, dalam kartu tersebut berisi suatu permasalahan yang harus diselesaikan
oleh masing-masing peserta didik. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat
membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan.
Menurut Roestyah, kelebihan dan kelemahan strategi pembelajaran tipe card sort
sebagai berikut.
Kelebihan strategi pembelajaran card sort yaitu:
1) Guru mudah menguasi kelas
2) Mudah dilaksanakan
3) Mudah mengorganisir kelas
4) Dapat diikuti jumlah siswa yang banyak
5) Mudah menyiapkannya
6) Guru mudah menerangkan dengan baik
Kelemahan strategi pembelajaran card sort yaitu adanya kemungkinan terjadi
penyimpangan perhatian peserta didik, terutama apabila terjadi jawaban-jawaban yang
kebetulan menarik perhatiannya, padahal bukan sasaran (tujuan) yang diinginkan dalam
arti terjadi penyimpangan dari pokok persoalan semula.
Menurut Hisyam Zaini, dkk langkah-langkah strategi pembelajaran card sort
sebagai berikut:
1) Setiap peserta didik diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh yang
tercakup dalam satu atau lebih kategori.
2) Mintalah peserta didik untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk
menemukan kartu dengan kategori yang sama.
24
Ibid. hal 5.41-5.42
22
3) Peserta didik dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori
masing-masing di depan kelas.25
Langkah-langkah metode card sort menurut Agus Suprijono dalam buku
cooperative learning, yaitu:
1) Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam
kelas.
2) Bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3) Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dibelajarkan.
Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
4) Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
telah dibuat.
5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
6) Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan
berpasangan. Separoh siswa akan mendapatkan soal dan separoh yang lain akan
mendapatkan jawaban.
7) Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah
menemukan pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan
juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman
yang lain.
8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah
kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh
dengan kertas kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya soal tersebut
dijawab oleh pasangannya.26
B. Hasil penelitian yang relevan
25
Weti Anggayuni, pengaruh strategi pembelajaran tipe card sort terhadap pemerolehan belajar IPS di SD (Pontianak: jurusan pendidikan dasar, FIP universitas Tanjung Pura, 2013) http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/1894 26
Agus Suprijono. Cooperative learning teori dan aplikasi PAIKEM. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar cet ke-1. 2009) hal 120
23
Beberapa hasil penelitian yang dianggap relevan oleh peneliti adalah penelitian-
penelitian yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan membaca melalui metode
card sort.
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terkait tentang metode card sort
adalah peneliti Fadeh dengan judul: “Aplikasi metode card sort dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa bidang studi Al-Quran Hadits di Madrasah Tsanawiyah AN-NUR
Bululawang”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah setiap siswa diberi kertas yang berisi
informasi tentang materi yang akan dibahas secara acak, kemudian siswa diminta mencari
temannya dan mengelompokkan sesuai dengan topik bahasannya.setelah itu siswa
mendiskusikan dan mempresentasikan hasil diskusi tentang materi dari kategori
kelompoknya dengan dinilai dan dikomentari oleh teman-temannya yang lain.27
Penelitian Weti Anggayuni dengan judul: “Pengaruh strategi pembelajaran tipe
card sort terhadap pemerolehan belajar IPS di SD”. Dalam penelitian ini peserta didik
bersemangat mengikuti pembelajaran dan materi yang disampaikan dapat diterima peserta
didik dengan baik, suasana pembelajaran akan berlangsung aktif. Kesimpulan penelitian
ini adalah pembelajaran dengan menggunakan strategi tipe card sort memberikan
pengaruh terhadap pemerolehan belajar peserta didik pada materi kegiatan ekonomi
dalam memanfaatkan sumber daya alam.28
C. Kerangka Berfikir
kegiatan dalam membaca permulaan masih lebih ditekankan pada pengenalan dan
pengucapan lambang-lambang bunyi yang berupa huruf, kata, dan kalimat dalam bentuk
sederhana. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk dapat membantu siswa agar dapat
mahir membaca. Diantaranya adalah dengan card sort.
Card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk
mengajarkan konsep, karakteristik, fakta tentang obyek atau mereview informasi. Model
27
Fadeh. Aplikasi metode card sort dalam peningkatan motivasi belajar siswa bidang studi al Quran hadits (Malang: jurusan PAI, fakultas tarbiyah UIN Malang, 2009) https://saidnazulfiqar.files.wordpress.com/2011/10/skripsi-aplikasi-metode-card-sort 28
Weti Anggayuni, pengaruh strategi pembelajaran tipe card sort terhadap pemerolehan belajar IPS di SD (Pontianak: jurusan pendidikan dasar, FIP universitas Tanjung Pura, 2013)
24
pembelajaran aktif tipe card sort menggunakan fasilitas kartu, dalam kartu tersebut berisi
suatu permasalahan yang harus diselesaikan oleh masing-masing peserta didik.
D. Hipotesis Penelitian
Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan dalam teori kerangka pikir di atas dan
hasil penelitian yang relevan, maka hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah “Terdapat
peningkatan kemampuan membaca melalui metode pembelajaran card sort”.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Falah, yang beralamat di Jl. Jumin