Pengukuran sipat datar Metode sipat datar optis adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan tinggi di atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang garis vertikal. Perbedaan tinggi antara titik - titik akan dapat ditentukan dengan garis sumbu pada pesawat yang ditunjukan pada rambu yang vertikal. Tujuan dari pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik yang diukur. Misalnya bumi, bumi mempunyai permukaan ketinggian yang tidak sama atau mempunyai selisih tinggi. Apabila selisih tinggi dari dua buah titik dapat diketahui maka tinggi titik kedua dan seterusnya dapat dihitung setelah titik pertama diketahui tingginya. Sebelum digunakan alat sipat datar mempunyai syarat yaitu: garis bidik harus sejajar dengan garis jurusan nivo. Dalam keadaan di atas, apabila gelembung nivo tabung berada di tengah garis bidik akan mendatar. Oleh sebab itu,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pengukuran sipat datar Metode sipat datar optis adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan tinggi di atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang garis vertikal. Perbedaan tinggi antara titik - titik akan dapat ditentukan dengan garis sumbu pada pesawat yang ditunjukan pada rambu yang vertikal. Tujuan dari pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik yang diukur. Misalnya bumi, bumi mempunyai permukaan ketinggian yang tidak sama atau mempunyai selisih tinggi. Apabila selisih tinggi dari dua buah titik dapat diketahui maka tinggi titik kedua dan seterusnya dapat dihitung setelah titik pertama diketahui tingginya.
Sebelum digunakan alat sipat datar mempunyai syarat yaitu: garis bidik harus sejajar dengan garis jurusan nivo. Dalam keadaan di atas, apabila gelembung nivo tabung berada di tengah garis bidik akan mendatar. Oleh sebab itu, gelembung nivo tabung harus di tengah setiap kali akan membaca skala rambu. Karena interval skala rambu umumnya 1 cm, maka agar kita dapat enaksir bacaan skala dalam 1 cm dengan teliti, jarak antara alat sipat datar dengan rambu tidak lebih dari 60 meter. Artinya jarak antara dua titik yang akan diukur beda tingginya tidak boleh lebih dari 120 meter dengan alat sipat datar ditempatkan di tengah antar dua titik tersebut dan paling dekat 3,00 m. Beberapa istilah yang digunakan dalam pengukuran alat sipat datar, diantaranya:
1. Stasion adalah titik dimana rambu ukur ditegakkan; bukan tempat alat sipat datar ditempatkan.
Tetapi pada pengukuran horizontal, stasion adalah titik tempat berdiri alat.
2. Tinggi alat adalah tinggi garis bidik di atas tanah dimana alat sipat datar didirikan.
3. Tinggi garis bidik adalah tinggi garis bidik di atas bidang referensi ketinggian (permukaan air
laut rata-rata)
4. Pengukuran ke belakang adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di stasion yang
diketahui ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambunya disebut
rambu belakang.
5. Pengukuran ke muka adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di stasion yang diketahui
ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambunya disebut rambu
muka.
6. Titik putar (turning point) adalah stasion dimana pengukuran ke belakang dan kemuka
dilakukan pada rambu yang ditegakan di stasion tersebut.
7. Stasion antara (intermediate stasion) adalah titik antara dua titik putar, dimana hanya
dilakukan pengukuran ke muka untuk menentukan ketinggian stasion tersebut.
8. Seksi adalah jarak antara dua stasion yang berdekatan, yang sering pula disebut slag. Istilah -
istilah di atas dijelaskan pada gambar 46.
Keterangan Gambar 46:
�� A, B, dan C = stasion: X = stasion antara
�� Andaikan stasion A diketahui tingginya,
maka:
Disebut pengukuran ke belakang, b = rambu belakang;
Disebut pengukuran ke muka, m = rambu muka.
Dari pengukuran 1 dan 2, tinggi stasion B diketahui, maka:
Disebut pengukuran ke belakang;
Disebut pengukuran ke muka, stasion B disebut titik putar
1. Jarak AB, BC dst masing-masing disebut seksi atau slag.
2. Ti = tinggi alat; Tgb= tinggi garis bidik.
Pengertian lain dari beda tinggi antara dua titik adalah selisih pengukuran ke belakang dan pengukuran
ke muka. Dengan demikian akan diperoleh beda tinggi sesuai dengan ketinggian titik yang diukur.
Berikut adalah cara - cara pengukuran dengan sipat datar, diantaranya:'
Cara kesatuAlat sipat datar ditempatkan di stasion yang diketahui ketinggiannya.Dengan demikian dengan mengukur tinggi alat, tinggi garis bidik dapat dihitung. Apabila pembacaan rambu di stasion lain diketahui, maka tinggi stasion ini dapat pula dihitung. Seperti pada gambar 47.
untuk menghitung tinggi stasion B digunakan rumus sbb:HB = T – bHB = HA + ta – bHB = HA + hAB
Cara tersebut dinamakan cara tinggi garis bidik.
Catatan:'
ta dapat dianggap hasil pengukuran ke belakang, karena stasion A diketahui tingginya. Dengan demikian beda tinggi dari A ke B yaitu hAB = ta – b. Hasil ini menunjukan bahwa hAB adalah negatif (karena ta < b) sesuai dengan keadaan dimana stasion B lebih rendah daristasion A.
beda tinggi dari B ke A yaitu hBA = b – t. Hasilnya adalah positif. Jadi apabila HB dihitung dengan rumus HB = HA + hAB hasilnya tidak sesuai dengan keadaan dimana B harus lebih rendah dari A.
Dari catatan poin 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa hBA = -hAB agar diperoleh hasil sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Cara keduaAlat sipat datar ditempatkan diantara dua stasion (tidak perlu segaris).Perhatikan gambar 48:'
hAB = a – bhBA = b – a
Bila tinggi stasion A adalah HA, maka tinggi stasion B adalah:HB = HA + hAB = HA + a – b = T – b
Bila tinggi stasion B adalah HB, maka tinggi stasion A adalah:HA = HB + hBA = HB + b – a = T – a''
Cara ketigaAlat sipat datar tidak ditempatkan diantara atau pada stasion.Perhatikan gambar 49:
hAB = a – bhBA = b – a
bila tinggi stasion C diketahui HC, maka:HB = HC + tc – b = T – bHA = HC + tc – a = T – a
Bila tinggi stasion A diketahui, maka:HB = HA + hAB = HA + a - b
Bila tinggi stasion B diketahui, maka:HA = HB + hAB = HB + b – a
Dari ketiga cara di atas, cara yang paling teliti adalah cara kedua, karena pembacaan a dan b dapat diusahakan sama teliti yaitu menempatkan alat sipat datar tepat di tengah - tengah antara stasion A dan B (jarak pandang ke A sama dengan jarak pandang ke B).
Pada cara pertama pengukuran ta kurang teliti dibandingkan dengan pengukuran b, dan pada cara ketiga pembacaan a kurang teliti dibandingkan dengan pembacaan b. Selain itu, dengan cara kedua hasil pengukuran akan bebas dari pengaruh kesalahankesalahangaris bidik, refraksi udara serta kelengkungan bumi.
Dalam pembuatan jalan maupun pembangunan diperlukan suatu pengukuran beda tinggi agar dapat diketahui perbedaan tinggi yang ada dipermukaan tanah.
Sipat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua titik di
permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan, atau datum, ditetapkan dan elevasi diukur terhadap
bidang tersebut. Beda elevasi yang ditentukan dikurangkan dari atau ditambah dengan nilai yag
ditetapkan tersebut, dan hasilnya adalah elevasi titik-titik tadi.
Prinsip dan Fungsi Pengukuran Beda Tinggi
Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar (waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu yang berdiri vertical. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang.Rumus beda tinggi antara dua titik :
BT = BTB – BTA
Keterangan : BT = beda tinggiBTA = bacaan benang tengah ABTB = bacaan benang tengah B
Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu pembacaan benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus :
Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai berikut :
J = (BA – BB) x 100
Keterangan : J = jarak datar optisBA = bacaan benang atasBB = bacaan benang bawah100 = konstanta pesawat
Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan pembacaan angka, sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang didapat di lapangan dengan hasil dari perhitungan.
Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain :a. Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai garis gradien paling sesuai dengan topografi yang ada.b. Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut evaluasi terencana.c. Menghitung volume pekerjaan tanah.d. Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.e. Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.
Digunakan untuk mementukan ketinggian titik-titik yang menyebar dengan kerapatan tertentu untuk membuat garis-garis ketinggian (kontur).1. Pengukuran sipat datar resiprokal (reciprocal levelling)Adalah pengukuran sipat datar dimana alat sipat datar tidak dapat ditempatkan antara dua station. Misalnya pengukuran sipat datar menyeberangi sungai/lembah yang lebar.2. Pengukuran sipat datar teliti (precise levelling)Adalah pengukuran sipat datar yang menggunakan aturan serta peralatan sipat datar teliti.
Pengukuran Sipat Datar MemanjangSipat datar memanjang adalah suatu pengukuran yang bertujuan unutk mengetahui ketinggian titik-titik sepanjang jalur pengukuran dan pada umumnya digunakan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan. Sipat datar memanjang terbagi menjadi sipat datar terbuka dan tertutup.
Cara pengukuran:1. Letakkan rambu ukur di titik A dan B.2. Letakkan alat antara titik A dan titik B (usahakan jarak antara alat dengan titik A maupun titik B sama).
3. Baca Rambu A (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):24. Baca rambu B (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):25. Koreksi maksimum 2mm.6. Hitung beda tinggi dengan mengurangi BT muka dan BT belakang.7. Hitung jarak alat dengan titik AdA=(BA A – BB A)x1008. Hitung jarak alat dengan titik BdB=(BA B – BB B)x1009. Hitung jarak AB=dA+dB10. Pada slag berikutnya, rambu A menjadi bacaan muka dan sebaliknya, rambu B menjadi bacaan belakang
Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah:a. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.b. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.e. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang.f. Jarak alat ke rambu maksimum 75 m.
Sipat Datar Tertutup
Sipat datar memanjang tertutup yaitu suatu pengukuran sipat datar yang titik awal dan titik akhir sama /berimpit.
Agar didapat hasil yang teliti maka perlu adanya koreksi, dengan asumsi bahwa beda tinggi pergi sama dengan beda tinggi pulang.
C = k / (n-1)
C = Koreksik = kesaahann = banyaknya titik(n-1) = banyak slag (beda tinggi)
Pada saat pembacaan rambu, digunakan metode pulang pergi, yaitu setelah mengukur beda tinggi AB, maka, rambu A dipindahkan ke titik C untuk mengukur beda tinggi BC sehingga akan kita dapatkan beda tinggi BC. Setelah itu, rambu B dipindahkan ke titik D sehingga akan di dapat beda tinggi CD. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan pembacaan rambu yang diakibatkan skala nol pada rambu yang dikeluarkan oleh pabrik tidak berada pada skala nol sebenarnya. Untuk mengoreksi data beda tinggi yang didapat, digunakan rumus:8√d; dimana d = jarak titik (km)setelah semua data terkoreksi, maka beda tinggi antara dua titik dapat diketahui dengan rata-rata beda tinggi antara ulang dan tinggi.∆h = ∆H pergi – ∆H pulang / 2
Pengertian Slag, Seksi dan Sirkuit• 1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.• 1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang 1-2 km yang terbagi dalam slag yang genap dan diukur pulang pergi dalam waktu 1 hari.• 1 kring / sirkuit adalah suatu pengukuran sipat datar yang sifatnya tertutup sehingga titik awal dan titik akhirnya adalah sama.
PENGUKURAN SIPAT DATAR
Pengertian Sipat Datar
Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di
lapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi dengan
menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara pengukuran beda tinggi yang
paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga
terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang.
Mengadakan penyetelan-penyetelan yang seperti sudah diuraikan pada penyetelan sifat-
datar ungkit, point a.
Menyetel garis kolimasi seperti yang sudah diuraikan pada metode patok.
Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik
Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara penempatan alat sipat datar tergantung pada keadaan di lapangan, adapun tiga cara penempatan alat sipat datar, yaitu:
a. Dengan menempatkan alat sipat datar di atas titik B (salah satu titik yang akan diukur beda
tingginya), bidik pesawat ke titik lainnya (A) yang sebelumnya telah berdiri rambu ukur. Sebagai
contoh, hasil bidikan tadi kita beri nama a. Setelah di ketahui a, pindahkan alat sipat datar ke
titik A, lakukan bidikan yang sama terhadap titik B, maka di ketahuilah hasil bidikan terhadap
titik B yaitu b. Beda tinggi dari kedua titik tersebut (h) dapat diperoleh dengan h = b-a. Perlu
diketahui bahwa dalam setiap pengukuran, letak gelembung nivou harus berada di tengah-
tengah.
b. Alat ukur penyipat datar diletakkan diantara titik A dan titik B dan membentuk suatu garis lurus,
ukur jarak antara alat sipat datar terhadap titik A dan titik B, Arahkan garis bidik dengan