PENGUKURAN KINERJA REKSADANA Presented by : Dr. Musdalifah Azis, SE., M.Si
Kesalahan Penyajian Kinerja yang Sering
Ditemukan (Common Mistakes)
• Sumber Informasi utama dalam pengukuran kinerja adalah
Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB/Unit) atau harga
per unit yang selalu dipublikasikan di harian bisnis. Perubahan
NAB/Unit menjadi indikator kinerja investasi suatu Reksa
Dana.
• Beberapa publikasi mengenai kinerja mencoba mengolah
kembali data NAB/Unit untuk memperoleh gambaran kinerja
Reksa Dana misalnya sejak awal diterbitkan, sepanjang tahun
berjalan, atau enam atau tiga bulan terakhir. Dlam proses
pengukuran kinerja inilah sering terjadi kesalahan yang justru
dapat merugikan bukan hanya pengelola Reksa Dana tetapi
juga merugikan investor. Kesalahan yang sering ditemukan
dalam kinerja Reksa Dana antara lain berkaitan dengan hal-hal
berikut:
2
Kesalahan Penyajian Kinerja yang Sering
Ditemukan (Common Mistake
• Menilai Kinerja Berdasarkan Pertumbuhan Dana (Nilai Aktiva Bersih)
• Menghitung Kinerja Reksa Dana Tanpa Memperhatikan Adanya Pembagian keuntungan (Deviden)
• Membandingkan Kinerja Reksa Dana untuk Periode yang Berbeda Serta Tidak Menggunakan Tolak Ukur (Benchmark) tertentu
• Membandingkan Kinerja Reksa Dana yang Mempunyai Portofolio Investasi Berlainan
3
Menilai Kinerja Berdasarkan Pertumbuhan Dana (Nilai
Aktiva Bersih)
• Kinerja investasi Reksa Dana tidak berkaitan secara langsung
dengan pertumbuhan dana (NAB) dari Reksa Dana yang
bersangkutan. Besarnya dan (NAB) dalam Reksa Dana baru
akan berkaitan secara lagsung dengan kinerja investasi jika
dalam periode pengukuran tidak terdapat arus kas masuk
maupun keluar dari Reksa Dana (tidak ada pembelian dan
tidak ada penjualan kembali). Artinya jumlah Unit Penyertaan
yang beredar (dimiliki oleh semua investor) tidak bertambah
dan tidak berkurang. Dlam hal ini, kinerja investasi (yang
dihitung berdasarkan perubahan NAB/Unit) akan tetap sama
dengan perubahan NAB itu sendiri.
4
Menghitung Kinerja Reksa Dana Tanpa Memperhatikan
Adanya Pembagian keuntungan (Deviden)
• Beberapa reksa dana mempunyai kebijakan untuk
melakukan pembagian keuntungan berupa uang tunai
(semacam deviden), baik secara teratur (3, 6, atau 12
bulan sekali) maupun sesuai kondisi reksa dana nya.
pada umumnya pembagian keuntungan terdapat pada
reksa dana pendapatan tetap.pembagian keuntungan
akan menurunkan harga unit (NAB/Unit) sebesar nilai
pembagian keuntungan tersebut.
5
Membandingkan Kinerja Reksa Dana untuk Periode yang Berbeda
Serta Tidak Menggunakan Tolak Ukur (Benchmark) tertentu
• Umur masing –masing reksa dana berbeda satu sama
lain, karena perbedaan penerbitannya. Ada beberapa
reksa dana yang sudah memiliki kinerja historis lebih dari
4 tahun, namun sebagian besar baru memiliki kinerja 3
tahun. Salah satu cara untuk mengukur kinerja dengan
jangka waktu yang relatif pendek dan kendala perbedaan
waktu penerbitannya adalah menggunakan tolak ukur
(benchmark).
6
Membandingkan Kinerja Reksa Dana yang
Mempunyai Portofolio Investasi Berlainan
• Dalam penyajian kinerja reksa dana adalah wajar untuk
memperbandingkan satu reksa dana dengan reksa dana
lainnya. Namun perbandingan kita ini perlu
memperhatikan jenis reksa dana serta portofolio
investasinya.
7
Dasar-Dasar Pengukuran Kerja Reksa
Dana
• Pengukuran kinerja Reksa Dana hanya didasarkan
atas perubahan NAB/unit dan ada tidaknya
pembagian keuntungan.
• Menentukan Sub-Periode Pengukuran
• Menghitung Kinerja Sub-periode dengan Memasukkan
Unsur Pembagian Keuntungan
• Menghitung kinerja periode tertentu dengan metode time-
weighted rate of return
• Menghitung Indeks Kinerja Reksa Dana Berdasarkan
Kinerja yang Diperoleh
8
• Menentukan dan Menghitung Kinerja Tolok Ukur (Benchmark)
Untuk Periode yang sama
• Menghitung Indeks Kinerja Tolok Ukur
• Menghitung Risiko Fluktuasi (Standar Deviasi) dan Risiko
Fluktuasi Relatif terhadap Pasar (Beta)
• Perhitungan Kinerja Berdasarkan Metode Sharpe, Treynor dan
Jensen
• Presentasi Hasil Pengukuran
9
Menentukan Sub-Periode Pengukuran
• Periode pengukuran dapat dilakukan secara harian,
mingguan atau bulanan. Penggunaan sub-periode harian
merupakan yang paling akurat karena pengaruh deviden
dapat diperhitungkan secara tepat. Namun yang paling
sering digunakan adalah sub-periode mingguan atau
bulanan.
• Pada contoh perhitungan yang dilakukan disini, sub-
periode yang dipilih adalah mingguan.
10
• Formula (2) digunakan sebagai formula umum untuk
semua sub-periode. Bila seandainya tidak ada pembagian
keuntungan (PK =0), maka formula diatas menjadi sama
dengan formula dasar perhitungan kinerja pada formula
(1).
13
• Sebelum menghitung kinerja seluruh periode, harus
dihitung terlebih dahulu kinerja masing-masing sub-
periode. Dalam hal ini digunakan asumsi bahwa
pembagian keuntungan dilakukan pada akhir sub-
periode, sehingga dengan menggunakan formula (2),
dimana F = 0, akan dapat dihitung kinerja sub-
periode. Kemudian dihitung HPR masing-masing sub-
periode dengan menggunakan formula (4), yakni
menambahkan kinerja sub-periode dengan 1. Sebagai
contoh, jika kinerja adalah 20% maka HPR = 0,2 + 1 =
1,2. Jika kinerja adalah -8,7%, maka HPR = 595987 +
1 = 0,913.
15
• Setelah diketahui HPR untuk masing-masing periode, maka dapat dihitung
total HPR dengan Cara mengalikan masing-masing sub-periode, sesuai
formula (3). Perhitungan ini dapat dengan mudah dilakukan dalam
Spreadsheet dengan menggunakan fungsi product. Setelah total HPR
diketahui (2,513) dari formula (3), dapat dihitung total kinerja selama seluruh
periode dengan mengurangkan total HPR dengan 1, sehingga didapat total
kinerja 2,513 - 1 = 1,513. Dalam persentase, kalikan 1,513 dengan 100%,
maka didapat 151,3%. Hasil pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jika Reksa
Dana tidak pernah membagikan dividen, NAB/Unit akan meningkat dari Rp
1.000,- pada awal periode menjadi Rp 2.513,64 atau peningkatan sebesar
151,3%. Sementara seandainya Reksa Dana tersebut membagikan dividen,
seperti pada tabel tersebut, walaupun NAB/Unit pada akhir periode Rp
1.600,-, kinerja yang dihasilkannya adalah sama.
16
Menghitung Indeks Kinerja Reksa Dana
Berdasarkan Kinerja yang Diperoleh
• Penggunaan indeks kinerja dimaksudkan untuk
kebutuhan presentasi kinerja dalam bentuk grafik dan
perbandingan dengan suatu tolok ukur, Indeks
umumnya dimulai dengan 100. Indeks 100 akan
dimulai bersamaan dengan dilakukannya penawaran
umum Reksa Dana, sehingga pada saat NAB/Unit
Reksa Dana awal mulai dengan Rp 1.000,-
merupakan ekuivalen dengan 100. Selanjutnya
perubahan (naik-turunnya) indeks akan sesuai
dengan perubahan (naik-turunnya) kinerja Reksa
Dana.
19
• Sebagai contoh, jika NAB/Unit pada awal periode adalah
Rp 1.000,- dan pada akhir periode menjadi Rp 1.200,-
(tanpa pembagian dividen), maka kinerja untuk periode
tersebut adalah 20%. ]ika indeks kinerja pada awal
periode adalah 100, maka indeks kinerja pada akhir
periode juga akan naik sebesar 20%, yakni dari 100 ke
120. Untuk periode berikutnya akan terus dihitung dengan
awal indeks sama dengan akhir periode sebelumnya.
Jadi, periode selanjumya NAB/Unit naik kembali dari Rp
1.200,- ke 1.320,-, maka kinerja untuk pcriode tersebut
adalah 10%. kinerja pun akan naik dengan 10% dari 120
ke 132.
20
• Formula untuk perhitungan indeks kincrja adalah sebagai
berikut :
Indeks Kinerja n = Indeks Kinerja n-1 x (1 + Kinerja sub
Periode ke n)
Di mana n - 1 adalah periode sebelumnya.
21
Menentukan dan Menghitung Kinerja Tolok Ukur
(Benchmark) Untuk Periode yang sama
• Pada pasar investasi yang telah berkembang, dan likuiditas masing - masing jenis atau instrumen investasi yang tinggi, akan terdapat suatu indeks pasar untuk masing-masing jenis instrumen tersebut. Bahkan, di negara-negara maju umumnya untuk satu jenis instrumen dapat merniliki beberapa indeks pasar. Indeks pasar ini merupakan indikator kinerja secara agregat untuk suatu jenis instrumen (atau portofolio tertentu). Di Indonesia, khususnya untuk pasar saham indeks pasar saham yang sudah kita kenal adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta. Ada beberapa indeks saham lain, seperti indeks IHSG yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Surabaya (BES), LQ 45 dan Bisnis 40. Indeks saham di atas saat ini sudah sering digunakan sebagai tolok ukur atau pembanding dari suatu kinerja portofolio saham atau Reksa Dana Saham dan Reksa Dana Campuran yang berorientasi pada saham.
22
• Sementara untuk instrumen obligasi, BES juga telah
menerbitkan indeks obligasi. Namun, karena likuiditasnya yang
masih rendah, perdagangannya yang masih lebih banyak
dilakukan di luar bursa (over the counter), masih sulit
menentukan harga pasar wajar dari suatu obligasi, sehingga
indeks obligasi yang diharapkan akan mencerminkan kinerja
pasar obligasi masih belum sepenuhnya dapat digunakan
sebagai tolok ukur pembanding untuk Reksa Dana Pendapatan
Tetap yang berorienrasi obligasi. Kendala likuiditas ini
diharapkan dapat mulai diatasi dengan makin berkembangnya
Reksa Dana Obligasi serta rencana perdagangan obligasi yang
akan melalui Bursa Efek Surabaya dengan memberikan
insentif pajak.
23
• Penggunaan tolok ukur dalam pengukuran kinerja
Reksa Dana dimaksudkan untuk membandingkan
apakah kinerja Reksa Dana yang dikelola oleh
Manajer Investasi dapat ”mengalahkan” (outperform)
pasar justru kalah (underperform) dari pasar. Untuk
dapat dibandingkan dengan suatu tolok ukur, ada tiga
hal yang perlu diperhatikan, yakni jenis instrumen,
perpajakan serta periode waktu yang sama.
24
• Reksa Dana yang akan dibandingkan dengan tolok ukur
tertentu harus memiliki portofolio yang sebagian besar
investasinya sama dengan jenis instrumen dari indeks pasar
sebagai tolok ukurnya. Dalam hal ini, untuk kebutuhan
perbandingan dengan tolok ukur, kategori Reksa Dana dapat
berbeda dengan kategori atau jenis seperti yang celah
ditentukan oleh Bapepam. Pengelompokkan kategori Reksa
Dana untuk tujuan ini lebih diarahkan pada jenis instrumen
yang menjadi bagian terbesar dari portofolio Reksa Dana.
Dengan dasar ini, Reksa Dana yang masuk dalam jenis Reksa
Dana Campuran akan dikelompokan ke dalam Reksa Dana
Pasar Uang, Reksa Dana Pendapatan Tetap atau Reksa Dana
Saham, tergantung pada orientasi terbesar dari investasinya.
25
• Beberapa Reksa Dana yang mempunyai karakteristik
khusus seharusnya juga dibandingkan dengan tolok ukur
yang khusus; Misalnya Reksa Dana Saham Infrastruktur
seharusnya menggunakan indeks sektor infrastruktur
sebagai tolok ukurnya. Begitu juga Reksa Dana Saham
Syariah, sebaiknya menggunakan indeks saham syariah
sebagai tolok ukurnya.
26
• Reksa Dana Pasar Uang dapat menggunakan tingkat suku bunga
deposito jangka pendek (1 bulan) sebagai tolok ukurnya. Walaupun tidak
ada indeks suku bunga deposito, tolok ukur deposito dapat dengah
mudah dibuat dengan menghitung rata-rata suku bunga deposito dari
beberapa bank yang dipilih. Misalnya dapat dipilih 3 bank pemerintah
dan 3 bank swasta, yang akan dijadikan representasi dari pasar
deposito, kemudian setiap minggu atau bulan dari data suku bunga
deposito dari masing-masing bank tersebut dapat dihitung rata-rata suku
bunga mingguan atau bulanan sebagai tolok ukur kinerja instrumen
pasar uang. Dalam hal pasar uang, karena adanya penerapan pajak
yang cukup signinkan (15% final), penggunaan tolok ukur suku bunga
deposito untuk Reksa Dana Pasar uang harus sudah memotong pajak
terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan dalam melakukan investasinya di
pasar uang, Reksa Dana juga dikenakan pajak. Sementara hasil
investasi yang diterima investor dari Reksa Dana bukan merupakan
objek pajak (tidak dikenai pajak lagi).
27
• Hal lain yang juga penting adalah masalah waktu. Perbandingan kinerja
Reksa Dana dengan suatu tolok ukur harus dilakukan untuk periode waktu
yang sama. Misalnya suatu Reksa Dana Saham melakukan penawaran
umum perdana pada tanggal 12 Ianuari 1997, dengan NAB/Unit Rp 1.000,-,
maka perbandingan kinerja dengan tolok ukur (IHSG misalnya) harus dimulai
dengan posisi IHSG pada tanggal yang sama di atas. Misalnya pada 31
Desember 1998 Reksa Dana tersebut memiliki NAB/Unit Rp 1.250,- (tidak
ada pembagian dividen), maka kinerja Rcksa Dana terscbut adalah 25%. Jika
pada tanggal 12 Januari 1998 posisi IHSG adalah 400 dan pada 31
Desember 1998 posisi IHSG adalah 480 maka, kinerja rata-rata pasar saham
adalah 20% (kenaikan dari 400 ke 480). Untuk periode yang sama di atas,
kita dapat membandingkan bahwa kinerja Reksa Dana lebih baik daripada
kinerja rata-rata pasar saham.
28
• Dengan melakukan pemantauan terhadap suatu indeks
tertentu untuk jenis Reksa Dana tertentu untuk tiap-tiap
sub-periode yang sama, dapat kita hitung kinerja dari
tolok ukur. Kinerja total untuk periode tertentu dari tolok
ukur juga dapat dihitung dengan formula yang sama
seperti dalam menghitung kinerja total Reksa Dana
(formula 3).
29
Menghitung Indeks Kinerja Tolok Ukur
• Indeks kinerja ini di butuhkan untuk representasi dalam
bentuk grafik yang akan di buat dalam suatu grafik yang
sama – sama dengan kinerja masing – masing reksa
dana. Cara perhitungannya sama dengan contoh pada
perhitungan indeks kinerja reksa dana, dengan formula
(5).
30
Menghitung Risiko Fluktuasi (Standar Deviasi) dan
Risiko Fluktuasi Relatif terhadap Pasar (Beta)
• Setelah seluruh kinerja sub periode mingguan dibuat, dapat dihtung standar
deviasi dari perubahan kinerja dari period eke periode. Fungsi di dalam
spreadsheet menyediakan perhitungan untuk standar deviasi. Standar
deviasi menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari rata – rata kinerja
yang dihasilkan. Namun perlu diperhitungkan dalam hal ini, rata – rata kinerja
dihitung bukan berdasarkan time weighted, namun merupakan rata – rata
(arith-metic mean). Berbeda dengan rata – rata yang di hitung secara time
weighted (di mana terdapat compounding), perhitungan rata- ata secara
aritmatika hanyalah menjumlahkan masing – masing kinerja Sub – periode,
kemudian membaginya dengan jumlah sub – periode. Oleh karena itu, selain
di perlukan kinerja secara time weighted, perlu juga di lakukan perhitungan
aritmatika untuk mengetahui seberapa penyimpangan kinerja historis yang
terjadi selama periode pengukuran.
31
• Pengukuran risiko juga bias dilakukan dengan
melakukan regresi linier antara kinerja reksa dana
dengan kinerja pasar, untuk periode yang sama.
Pengukuran risiko dengan cara ini merupakan
penerapan konsep capital asset pricing model (CAPM)
yang menggunakan factor beta sebagai ukuran resiko
fluktuasi relative terhadap risiko pasar. Slope
(kemiringan) dari hasil linear tersebut merupakan nilai
beta dari reksa dana tersebut.
32
Metode Jensen
• Sama halnya dengan metode Treynor, Jensen menggunakan faktor
beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang
didasarkan atas pengembangan Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Jensen mengemukakan hasil penelitiannya terhadap 115 Reksa
Dana dalam kurun waktu 1945-1964 pengukuran dengan metode
Jensen menilai kinerja Manajer Investasi berdasarkan atas seberapa
besar Manajer Investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas
kinerja pasar sesuai resiko yang dimilikinya. Kelebihan inilah yang
digambarkan oleh Jensen sebagai perpotongan garis regresi linier
pada sumbu y (pada grifik [KinerjaRD— KinerjaRF] vs [Kinerjap -
KinerjaRF]) dan disebut dengan perpotongan Jensen (jensen
intercept) dcngan notasi Alfa (a). Semakin tinggi nilai Alfa positif,
semakin baik kinerjanya.
35
Formulasi yang dikemukakan Jensen
(KinerjaRD — KinerjaRF) = Alfa + β x (Kinerjap — KinerjaRF)
(7)
Di mana:
Alfa = nilai perpotongan Jensen
KincrjaRD = kinerja Reksa Dana
KincrjaRF; = kinerja invcstasi bcbas risiko
Kinerjap = kinerja pasar
β = slope pcrsamaan garis hasil rcgrcsi linicr
36
• Berbeda dengan pengukuran pada metode Treynor yang menggunakan rata-rata kinerja untuk sub-periode tertentu (misalnyal bulanan, atau tahunan), metode Jensen menggunakan data sctiap periode (dalam hal ini mingguan) dari waktu ke waktu (time series). Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk a positif yang scmakin tinggi mcnunjukkan kinerja Reksa Dana yang scmakin baik. Informasi mengcnai kinerja yang disertai pengukuran risiko akan lebih bermanfaat bagi investor, karena setiap investor memiliki toleransi risiko yang berbeda-beda, sehingga dalam memilih Reksa Dana, investor tersebut dapat meenyesuaikan dengan tingkat risiko yang dimilikinya.
37
Presentasi Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran yang telah dilakukan kemudian perlu dipresentasikan untuk
memberikan informasi kepada investor. Pada bagian akhir buku ini ditampilkan
data hasil pengukuran kincrja dari masing-masing Reksa Dana. Bcberapa hal
yang perlu dicantumkan dalam presentasi ini mcliputi:
• Jenis atau orientasi portofolio investasi Reksa Dana
• Tanggal periode pengukuran
• Sub-periode yang digunakan
• Kinerja Tahunan
• Kinerja Total
• Tolok ukur, jika ada
• Besaran risiko (standard deviasi/beta) Reksa Dana
• Besaran risiko (standard deviasi) tolok ukur, jika ada
• Grafik indeks kinerja historis (vs tolok ukur, jika ada)
38
• Pengukuran kinerja dengan menggunakan Metode Sharpe dapat
diterapkan untuk semua Reksa Dana, karena metodc Sharpe
tidak memerlukan kinceja benchmark dalam pengukuran
risikonya. Sementara untuk metode Treynor dan Jenscn yang
membutuhkan pengukuran risiko relatif terhadap suatu tolok ukur,
semcntara ini hanya diterapkan pada Reksa Dana Saham yang
dapat menggunakan IHSG sebagai tolok ukurnya. Metode
pengukuran kinerja yang tclah dikemukakan pada bab ini telah
diterapkan untuk mengukur kinerja Reksa Dana yang ada di
Indonesia. Pengukuran dilakukan sejak masing-masing Reksa
Dana berdiri hingga periodc 30 _luni 2000, dengan menggunakan
sub- periode mingguan, di mana perhitungan pembayaran dividcn
dilakukan dengan menggunakan formula pendekatan Dietz.
39
• Hasil perhitungan kinerja yang mclibatkan perhitungan risk premium (selisih kinerja Reksa Dana dengan kinerja investasi bebas risiko), untuk periode hingga 30 ]uni 2000 memberikan hasil rasio yang negatif Hal ini disebabkan kondisi krisis yang masih melanda pasar invcstasi di Indonesia, di mana risk free investment dalam hal ini SBI justru memberikan hasil yang lebih tinggi daripada investasi yang memiliki risiko, hal mana merupakan suatu anomali. Oleh karena itu, perhitungan kinerja bcrdasarkan ketiga metode di atas ticlak ditampilkan.
40
Membandingkan Kinerja Reksa Dana
• Periode pengukuran yang sama
• Membandingkan Reksa Dana Sejenis
• Mengikutsertakan Faktor Risiko
• Penentuan Kriteria Benchmark
• Perhitungan dengan formulasi yang benar dan
seragam
• Alternatif formulasi untuk perbandingan kinerja
dengan waktu yang berbeda
41
Periode pengukuran yang sama
• Reksa Dana yang akan diperbandingankan harus
mempunyai periode atau jangka waktu pengukuran yang
sama. Mengingat Reksa Dana yang sudah beredar di
Indonesia mempunyai tanggal penawaran umum perdana
yang berbeda-beda, maka perbandingan tidak dapat
dilakukan sejak tanggal penawaran umum perdana
masing-masing Reksa Dana.
42
Membandingkan Reksa Dana Sejenis
• Dalam melakukan perbandingan, hendaknya
membandingkan satu Reksa dana dengan reksa dana
lainnya yang sejenis, dalam artian mempunyai
karakteristik portofolio, serta profil return dan risk yang
sama.
43
Mengikutsertakan Faktor Risiko
• Informasi mengenai risiko menjadi penting dalam
membandingkan kinerja investasi reksa dana. Faktor
risiko dapat berupa risiko fluktuasi total yang dapat diukur
dalam bentuk standar deviasi, atau risiko relative
terhadap suatu tolak ukur pasar, seperti beta.
44
Penentuan Kriteria Benchmark
• Perbandingan kinerja Reksa dana , khususnya
berdasarkan risiko relatif terhadap suatu pasar akan
memerlukan suatu tolak ukur ( benchmark ) kinerja dari
suatu pasar yang sesuai dengan karakteristik portofolio
reksadana . telah dibahas dimuka bahwa kinerja IHSG
misalnya dapat dijadikan sebagai tolak ukur kinerja reksa
dana .
45
Perhitungan dengan formulasi yang
benar dan seragam • Hasil pengukuran baru dapat diperbandingkan satu sama
lain jika formulasi atau metode yang digunakan adalah
benar dan seragam. Jika kondisi ini tidak terpenuhi , hasil
perhitungan maupun perbandingan yang akan dilakukan
menjadi tidak benar.jika hal ini terjadi , maka informasi
yang an diberikan kepada investor justru akan
menyesatkan
46
Alternatif formulasi untuk perbandingan kinerja
dengan waktu yang berbeda
• Hal ini mungkin merupakan suatu pernyataan yang
membuat media peliput reksa dana dengan segala
keterbataan yang ada , mungkin masih ada satu formulasi
alternatif yang bisa diadopsi untuk melakukan
perbandingan reksa dana yakni , dengan menggunakan
pengukuran risk adjusted return relatif terhadap risk
adjusted return masing- masing tolak ukurnya.
47
Formulasi alternatif
1. Masing-masing reksa dana dihitung kinerja totalnya
berdasarkan time weight rate of return dengan
memasukan perhitungan deviden , kemudian dihitung
rata-rata kinerja sesuai sub-periodenya ( misalnya
mingguan atau bulanan ).
2. Risiko diukur berdasarkan standard deviasi kinerja
sesuai sub periodenya .
48
3. Untuk periode yang sama dengan kinerja total
masing-masing reksa dana dihitung kinerja tolak
ukurnya , kemudian dihitung kinerja rata-rata sesuai
sub periodenya
4. Risiko tolak ukur juga dihitung untuk periode yang
sama.
5. Dihitung selisih antara rata-rata kinerja (langkah 1)
dengan rata-rata kinerja tolak ukur (langkah 3)
49